23
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan Indonesia semakin hari kualitasnya makin rendah. Berdasarkan Survey United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO), terhadap kualitas pendidikan di Negara- negara berkembang di Asia Pacific, Indonesia menempati peringkat 10 dari 14 negara. Sedangkan untuk kualitas para guru, kulitasnya berada pada level 14 dari 14 negara berkembang. Salah satu faktor rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia adalah karena lemahnya para guru dalam menggali potensi anak. Para pendidik seringkali memaksakan kehendaknya tanpa pernah memperhatikan

Amy Makalah Yanto Seran

  • Upload
    siqcray

  • View
    218

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Amy Makalah Yanto Seran

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pendidikan Indonesia semakin hari kualitasnya makin rendah.

Berdasarkan Survey United Nations Educational, Scientific and Cultural

Organization (UNESCO), terhadap kualitas pendidikan di Negara-negara

berkembang di Asia Pacific, Indonesia menempati peringkat 10 dari 14 negara.

Sedangkan untuk kualitas para guru, kulitasnya berada pada level 14 dari 14

negara berkembang.

Salah satu faktor rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia adalah

karena lemahnya para guru dalam menggali potensi anak. Para pendidik

seringkali memaksakan kehendaknya tanpa pernah memperhatikan kebutuhan,

minat dan bakat yang dimiliki siswanya. Kelemahan para pendidik kita, mereka

tidak pernah menggali masalah dan potensi para siswa. Pendidikan seharusnya

memperhatikan kebutuhan anak bukan malah memaksakan sesuatu yang

membuat anak kurang nyaman dalam menuntut ilmu. Proses pendidikan yang

baik adalah dengan memberikan kesempatan pada anak untuk kreatif. Itu harus

dilakukan sebab pada dasarnya gaya berfikir anak tidak bisa diarahkan.

Page 2: Amy Makalah Yanto Seran

Selain kurang kreatifnya para pendidik dalam membimbing siswa,

kurikulum yang sentralistik membuat potret pendidikan semakin buram.

Kurikulum hanya didasarkan pada pengetahuan pemerintah tanpa

memperhatikan kebutuhan masyarakat. Lebih parah lagi, pendidikan tidak

mampu menghasilkan lulusan yang kreatif. Ini salahnya, kurikulum dibuat di

Jakarta dan tidak memperhatikan kondisi di masyarakat bawah. Jadi, para

lulusan hanya pintar cari kerja dan tidak pernah bisa menciptakan lapangan

kerja sendiri, padahal lapangan pekerjaan yang tersedia terbatas. Kualitas

pendidikan Indonesia sangat memprihatinkan. Berdasarkan analisa dari badan

pendidikan dunia (UNESCO), kualitas para guru Indonesia menempati

peringkat terakhir dari 14 negara berkembang di Asia Pacifik. Posisi tersebut

menempatkan negeri agraris ini dibawah Vietnam yang negaranya baru

merdeka beberapa tahun lalu. Sedangkan untuk kemampuan membaca,

Indonesia berada pada peringkat 39 dari 42 negara berkembang di dunia.

Lemahnya input quality, kualitas guru kita ada diperingkat 14 dari 14 negara

berkembang. Ini juga kesalahan negara yang tidak serius untuk meningkatkan

kualitas pendidikan. Dari sinilah penulis mencoba untuk membahas lebih dalam

mengenai pendidikan di Indonesia dan segala dinamikanya.

1.2.Masalah

Dari uraian di atas dilihat begitu kompleksnya permasalahan dalam

pendidikan yang ada di Indonesia. Oleh karena itu Penulis membatasi beberapa

Page 3: Amy Makalah Yanto Seran

masalah dalam penulisan makalah dengan “Masalah-masalah mendasar

pendidikan di Indonesia, Kualitas pendidikan di Indonesia, dan Solusi

Pendidikan di Indonesia.

1.3. Tujuan dan Manfaat

1.3.1. Tujuan

Sesuai dengan pembatasan masalah di atas, maka tujuan penulisan adalah

untuk Mengetahui masalah-masalah apa saja yang terjadi pada

pendidikan di Indoensia yang dillihat dari kualitas pendidikannya

semakin hari semakin menurun.

1.3.2. Manfaat

Dari penulisan makalah ini diharapkan mendatangkan manfaat berupa

penambahan pengetahuan serta wawasan penulis kepada pembaca

tentang, keadaan pendidikan sekarang ini sehingga kita dapat mencari

solusinya secara bersama agar pendidikan di masa yang akan datang

dapat meningkat baik dari segi kualitas maupun kuantitas yang diberikan.

Page 4: Amy Makalah Yanto Seran

BAB II

2.1.LANDASAN TEORI

Sebelum kita membahas mengenai permasalahan-permasalahan

pendidikan di Indonesia, sebaiknya kita melihat definisi dari pendidikan itu

sendiri terlebih dahulu. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pendidikan

berasal dari kata dasar didik (mendidik), yaitu memelihara dan memberi latihan

(ajaran, pimpinan) mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran. Sedangkan

pendidikan mempunyai pengertian yaitu proses pengubahan sikap dan tata laku

seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui

upaya pengajaran dan latihan, proses perbuatan, dan cara mendidik.

Ki Hajar Dewantara, sebagai Tokoh Pendidikan Nasional Indonesia,

peletak dasar yang kuat pendidkan nasional yang progresif untuk generasi

sekarang dan generasi yang akan datang merumuskan pengertian pendidikan

sebagai berikut :

Pendidikan umumnya berarti daya upaya untuk memajukan

bertumbuhnya budi pekerti (kekuatan batin, karakter), pikiran

(intelektual dan tubuh anak); dalam Taman Siswa tidak boleh

dipisahkan bagian-bagian itu agar supaya kita memajukan

kesempurnaan hidup,kehidupan,dan penghidupan anak-anak yang kita

didik.

Page 5: Amy Makalah Yanto Seran

BAB III

PEMABAHASAN

3.1. Masalah Mendasar Pendidikan di Indonesia

Bagi orang-orang yang berkompeten terhadap bidang pendidikan akan

menyadari bahwa dunia pendidikan kita sampai saat ini masih mengalami

“sakit”. Dunia pendidikan yang “sakit” ini disebabkan karena pendidikan yang

seharusnya membuat manusia menjadi manusia, tetapi dalam kenyataannya

seringkali tidak begitu. Seringkali pendidikan tidak memanusiakan manusia.

Kepribadian manusia cenderung direduksi oleh sistem pendidikan yang ada.

Masalah pertama adalah bahwa pendidikan, khususnya di Indonesia,

menghasilkan “manusia robot”. Kami katakan demikian karena pendidikan

yang diberikan ternyata berat sebelah, dengan kata lain tidak seimbang.

Pendidikan ternyata mengorbankan keutuhan, kurang seimbang antara belajar

yang berpikir (kognitif) dan perilaku belajar yang merasa (afektif). Jadi unsur

integrasi cenderung semakin hilang, yang terjadi adalah disintegrasi. Padahal

belajar tidak hanya berfikir. Sebab ketika orang sedang belajar, maka orang

yang sedang belajar tersebut melakukan berbagai macam kegiatan, seperti

Page 6: Amy Makalah Yanto Seran

mengamati, membandingkan, meragukan, menyukai, semangat dan sebagainya.

Hal yang sering disinyalir ialah pendidikan seringkali dipraktekkan sebagai

sederetan instruksi dari guru kepada murid. Apalagi dengan istilah yang

sekarang sering digembar-gemborkan sebagai “pendidikan yang menciptakan

manusia siap pakai. Dan “siap pakai” di sini berarti menghasilkan tenaga-tenaga

yang dibutuhkan dalam pengembangan dan persaingan bidang industri dan

teknologi. Memperhatikan secara kritis hal tersebut, akan nampak bahwa dalam

hal ini manusia dipandang sama seperti bahan atau komponen pendukung

industri. Itu berarti, lembaga pendidikan diharapkan mampu menjadi lembaga

produksi sebagai penghasil bahan atau komponen dengan kualitas tertentu yang

dituntut pasar. Kenyataan ini nampaknya justru disambut dengan antusias oleh

banyak lembaga pendidikan.

Masalah kedua adalah sistem pendidikan yang top-down (dari atas ke

bawah) atau kalau menggunakan istilah Paulo Freire (seorang tokoh pendidik

dari Amerika Latin) adalah pendidikan gaya bank. Sistem pendidikan ini sangat

tidak membebaskan karena para peserta didik (murid) dianggap manusia-

manusia yang tidak tahu apa-apa. Guru sebagai pemberi mengarahkan kepada

murid-murid untuk menghafal secara mekanis apa isi pelajaran yang

diceritakan. Guru sebagai pengisi dan murid sebagai yang diisi. Otak murid

dipandang sebagai safe deposit box, dimana pengetahuan dari guru ditransfer

Page 7: Amy Makalah Yanto Seran

kedalam otak murid dan bila sewaktu-waktu diperlukan, pengetahuan tersebut

tinggal diambil saja. Murid hanya menampung apa saja yang disampaikan guru.

Jadi hubungannya adalah guru sebagai subyek dan murid sebagai obyek.

Model pendidikan ini tidak membebaskan karena sangat menindas para murid.

Freire mengatakan bahwa dalam pendidikan gaya bank pengetahuan merupakan

sebuah anugerah yang dihibahkan oleh mereka yang menganggap dirinya

berpengetahuan kepada mereka yang dianggap tidak mempunyai pengetahuan

apa-apa.

Yang ketiga, dari model pendidikan yang demikian maka manusia yang

dihasilkan pendidikan ini hanya siap untuk memenuhi kebutuhan zaman dan

bukannya bersikap kritis terhadap zamannya. Manusia sebagai objek (yang

adalah wujud dari dehumanisasi) merupakan fenomena yang justru bertolak

belakang dengan visi humanisasi, menyebabkan manusia tercerabut dari akar-

akar budayanya (seperti di dunia Timur/Asia). Bukankah kita telah sama-sama

melihat bagaimana kaum muda zaman ini begitu gandrung dengan hal-hal yang

berbau Barat? Oleh karena itu strategi pendidikan di Indonesia harus terlebur

dalam “strategi kebudayaan Asia”, sebab Asia kini telah berkembang sebagai

salah satu kawasan penentu yang strategis dalam bidang ekonomi, sosial,

budaya bahkan politik internasional. Bukan bermaksud anti-Barat kalau hal ini

penulis kemukakan. Melainkan justru hendak mengajak kita semua untuk

melihat kenyataan ini sebagai sebuah tantangan bagi dunia pendidikan kita.

Page 8: Amy Makalah Yanto Seran

Mampukah kita menjadikan lembaga pendidikan sebagai sarana interaksi

kultural untuk membentuk manusia yang sadar akan tradisi dan kebudayaan

serta keberadaan masyarakatnya sekaligus juga mampu menerima dan

menghargai keberadaan tradisi, budaya dan situasi masyarakat lain? Dalam hal

ini, makna pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara menjadi sangat relevan

untuk direnungkan.

3.2. Kualitas Pendidikan di Indonesia

Ada dua faktor yang mempengaruhi kualitas pendidikan, khususnya di

Indonesia yaitu :

Faktor internal, meliputi jajaran dunia pendidikan baik itu Departemen

Pendidikan Nasional,

Dinas Pendidikan daerah, dan juga sekolah yang berada di garis depan.Dalam

hal

ini,interfensi dari pihak-pihak yang terkait sangatlah dibutuhkan agar

pendidikan senantiasa

selalu terjaga dengan baik.

Faktor eksternal, adalah masyarakat pada umumnya.Dimana,masyarakat

merupakan

Ikon pendidikan dan merupakan tujuan dari adanya pendidikan yaitu sebagai

objek dari pendidikan.

Page 9: Amy Makalah Yanto Seran

3.3.Rendahnya Kualitas Sarana Fisik

Untuk sarana fisik misalnya, banyak sekali sekolah dan perguruan tinggi

kita yang gedungnya rusak, kepemilikan dan penggunaan media belajar rendah,

buku perpustakaan tidak lengkap. Sementara laboratorium tidak standar,

pemakaian teknologi informasi tidak memadai dan sebagainya. Bahkan masih

banyak sekolah yang tidak memiliki gedung sendiri, tidak memiliki

perpustakaan, tidak memiliki laboratorium dan sebagainya.

3.4. Rendahnya Kualitas Guru

Keadaan guru di Indonesia juga amat memprihatinkan. Kebanyakan guru

belum memiliki profesionalisme yang memadai untuk menjalankan tugasnya

sebagaimana disebut dalam pasal 39 UU No 20/2003 yaitu merencanakan

pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, menilai hasil pembelajaran,

melakukan pembimbingan, melakukan pelatihan, melakukan penelitian dan

melakukan pengabdian masyarakat.

Kendati secara kuantitas jumlah guru di Indonesia cukup memadai,

namun secara kualitas mutu guru di negara ini, pada umumnya masih rendah.

Page 10: Amy Makalah Yanto Seran

Secara umum, para guru di Indonesia kurang bisa memerankan fungsinya

dengan optimal, karena pemerintah masih kurang memperhatikan mereka,

khususnya dalam upaya meningkatkan profesionalismenya.

3.5.Rendahnya Kesejahteraan Guru

Rendahnya kesejahteraan guru mempunyai peran dalam membuat

rendahnya kualitas pendidikan Indonesia. Dengan pendapatan yang rendah,

terang saja banyak guru terpaksa melakukan pekerjaan sampingan. Ada yang

mengajar lagi di sekolah lain, memberi les pada sore hari, menjadi tukang ojek,

pedagang mie rebus, pedagang buku/LKS, pedagang pulsa ponsel, dan

sebagainya.

Dengan adanya UU Guru dan Dosen, barangkali kesejahteraan guru dan

dosen (PNS) agak lumayan. Pasal 10 UU itu sudah memberikan jaminan

kelayakan hidup. Di dalam pasal itu disebutkan guru dan dosen akan mendapat

penghasilan yang pantas dan memadai, antara lain meliputi gaji pokok,

tunjangan yang melekat pada gaji, tunjangan profesi, dan/atau tunjangan khusus

serta penghasilan lain yang berkaitan dengan tugasnya.

3.6. Rendahnya Prestasi Siswa

Dengan keadaan yang demikian itu (rendahnya sarana fisik, kualitas guru,

dan kesejahteraan guru) pencapaian prestasi siswa pun menjadi tidak

memuaskan.misalnya pencapaian prestasi fisika dan matematika siswa

Page 11: Amy Makalah Yanto Seran

Indonesia di dunia internasional sangat rendah. Menurut Trends in Mathematic

and Science Study (TIMSS) 2003 (2004), siswa Indonesia hanya berada di

ranking ke-35 dari 44 negara dalam hal prestasi matematika dan di ranking ke-

37 dari 44 negara dalam hal prestasi sains. Dalam hal ini prestasi siswa kita jauh

di bawah siswa Malaysia dan Singapura sebagai negara tetangga yang terdekat.

Dalam hal prestasi, 15 September 2004 lalu United Nations for

Development Programme (UNDP) juga telah mengumumkan hasil studi tentang

kualitas manusia secara serentak di seluruh dunia melalui laporannya yang

berjudul Human Development Report 2004. Di dalam laporan tahunan ini

Indonesia hanya menduduki posisi ke-111 dari 177 negara. Apabila dibanding

dengan negara-negara tetangga saja, posisi Indonesia berada jauh di bawahnya.

3.7.Rendahnya Relevansi Pendidikan dengan Kebutuhan

Hal tersebut dapat dilihat dari banyaknya lulusan yang menganggur. Data

BAPPENAS (1996) yang dikumpulkan sejak tahun 1990 menunjukan angka

pengangguran terbuka yang dihadapi oleh lulusan SMU sebesar 25,47%,

Diploma/S0 sebesar 27,5% dan PT sebesar 36,6%, sedangkan pada periode

yang sama pertumbuhan kesempatan kerja cukup tinggi untuk masing-masing

tingkat pendidikan yaitu 13,4%, 14,21%, dan 15,07%. Menurut data Balitbang

Page 12: Amy Makalah Yanto Seran

Depdiknas 1999, setiap tahunnya sekitar 3 juta anak putus sekolah dan tidak

memiliki keterampilan hidup sehingga menimbulkan masalah ketenagakerjaan

tersendiri.

Adanya ketidakserasian antara hasil pendidikan dan kebutuhan dunia

kerja ini disebabkan kurikulum yang materinya kurang fungsional terhadap

keterampilan yang dibutuhkan ketika peserta didik memasuki dunia kerja.

3.8. Solusi Pendidikan di Indonesia

Untuk mengatasi masalah-masalah, seperti rendahnya kualitas sarana

fisik, rendahnya kualitas guru, dan lain-lain seperti yang telah dijelaskan diatas,

secara garis besar ada dua solusi yaitu:

Solusi sistemik, yakni solusi dengan mengubah sistem-sistem sosial yang

berkaitan dengan sistem pendidikan. Seperti diketahui sistem pendidikan sangat

berkaitan dengan sistem ekonomi yang diterapkan. Sistem pendidikan di

Indonesia sekarang ini, diterapkan dalam konteks sistem ekonomi kapitalisme

(mazhab neoliberalisme), yang berprinsip antara lain meminimalkan peran dan

tanggung jawab negara dalam urusan publik, termasuk pendanaan pendidikan.

Solusi teknis, yakni solusi yang menyangkut hal-hal teknis yang berkait

langsung dengan pendidikan. Solusi ini misalnya untuk menyelesaikan masalah

kualitas guru dan prestasi siswa.

Page 13: Amy Makalah Yanto Seran

Solusi untuk masalah-masalah teknis dikembalikan kepada upaya-upaya

praktis untuk meningkatkan kualitas sistem pendidikan. Rendahnya kualitas

guru, misalnya, di samping diberi solusi peningkatan kesejahteraan, juga diberi

solusi dengan membiayai guru melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih

tinggi, dan memberikan berbagai pelatihan untuk meningkatkan kualitas guru.

Rendahnya prestasi siswa, misalnya, diberi solusi dengan meningkatkan kualitas

dan kuantitas materi pelajaran, meningkatkan alat-alat peraga dan sarana-sarana

pendidikan, dan sebagainya.

Maka dengan adanya solusi-solusi tersebut diharapkan pendidikan di

Indonesia dapat bangkit dari keterpurukannya, sehingga dapat menciptakan

generasi-generasi baru yang berSDM tinggi, berkepribadian pancasila dan

bermartabat.

BAB IV

PENUTUP

4.1. Simpulan

Banyak sekali factor yang menjadikan rendahnya kualitas pendidikan di

Indonesia. Factor-faktor yang bersifat teknis diantaranya adalah rendahnya

kualitas guru, rendahnya sarana fisik,rendahnya prestasi siswa, rendahnya

kesejahteraan guru, rendahnya relevansi pendidikan dengan kebutuhan,

kurangnya pemerataan kesempatan pendidikan. Namun sebenarnya yang

Page 14: Amy Makalah Yanto Seran

menjadi masalah mendasar dari pendidikan di Indonesia adalah sistem

pendidikan di Indonesia itu sendiri yang menjadikan siswa sebagai objek,

sehingga manusia yang dihasilkan dari sistem ini adalah manusia yang hanya

siap untuk memenuhi kebutuhan zaman dan bukannya bersikap kritis terhadap

zamannya. Maka disinilah dibutuhkan kerja sama antara pemerintah dan

mesyarakat untuk mengatasi segala permasalahan pendidikan di Indonesia.

B. Saran

Berdasarkan simpulan di atas,maka yang menjadi saran adalah :

1.Bagi Pemerintah

Perlu kerja sama antara pemerintah pusat,provinsi,dan

kabupaten untuk menunjang kesejateraan guru,siswa,demi mengantarkan

proses pendidikan di masa yang akan datang,dan memantau

perkembangan belajar siswa dalam bidang pendidikan yang lebih baik.

2.Bagi Guru

Harus menciptakan Suasana lingkungan belajar di sekolah

yang kondusif,dan harmonis.

3.Bagi Orang Tua

Page 15: Amy Makalah Yanto Seran

Harus memperhatikan sarana dan prasarana pendidikan anak

dengan baik.

4.Bagi Masyarakat

Harus memperhatikan keamanan dan ketertiban sekolah.