Airway Management Fix Baru

Embed Size (px)

Citation preview

  • 5/28/2018 Airway Management Fix Baru

    1/11

    PENGELOLAAN JALAN NAFAS DI INSTALASI GAWAT DARURAT

    Erica Gilda Simanjuntak

    De artemen Anestesiolo i Fakultas Kedoktran Universitas Kristen Indonesia

    Abstrak

    Setiap rumah sakit wajib memiliki spesialisasi untuk menangani dan mengelola jalan

    napas, terutama pada keadaan gawat darurat tim tersebut terbuat dari para ahli yang mengerti

    benar cara menangani dan mengelola jalan napas, yaitu mendapatkan oksigenasi dan ventilasi

    yang paten. Kegagalan dalam mengelola jalan napas masih menjadi faktor yang penting

    dalam menentukan angka morbiditas dan mortalitas, terutama di ruang gawat darurat.

    Kesulitan bernapas dapat ditemukan dalam keadaan yang bisa diantisipasi maupun yang bisa

    diantisipasi. Tenaga medis harus selalu bersiap dalam mengatasi kesulitan jalan napas yang

    tidak dapat diantisipasi. Jalan napas yang bebas dan aman sangat diperlukan dalam

    mengelola patensi oksigenasi dan ventilasi. Adalah salah satu tantangan terbesar diruang

    gawat darurat yang mewajibkan seorang dokter untuk mengelola dan menangani masalah

    jalan napas. Tujuannya adalah menjaga patensi jalan napas, memastikan ventilasi ke paru danmelindungi paru dari kerusakan. Tehnik pengelolaan jalan napas bergantung pada

    keterampilan operator, antisipasi terhadap kesulitan terhadap melakukan prosedur, kondisi

    objektif jalan napas dan potensi komplikasi yang mungkin terjadi. Tenaga medis yang

    berpengalaman serta ketersediaan peralatan-peralatan gawat darurat yang lengkap juga

    dibutuhkan. Evaluasi jalan napas meliputi penilaian awal dari jalan napas yaitu dengan

    menilai dengan cara dilihat, didengar, dirasakan (look, listen dan feel) lalu diikuti dengan

    evaluasi sesuai alogaritma yang diharuskan dalam pengeloaan jalan napas. Hasil akhir

    pengelolaan jalan napas yang berhasil ditandai dengan oksigenasi dan ventilasi yang paten.

    Oleh karena itu pembahasan ini akan fokus dalam bagaimana cara mengelola jalan napas,

    objek pegelolaan jalan napas seperti oksigenasi yang adekuat. Membuat patensi oksigenasi

    dan ventilasi dan peralatan-peralatan yang diperlukan diruang emergensi.

    Kata kunci:jalan napas, instalasi gawat darurat, oksigenasi, ventilasi, intubasi

    Abstract

    Each hospital must have specialized to handle and manage all the airway problem especially

    in emergency room, the emergency team is made of experts who understand correctly how to

    handle and manage the airway by getting a patent oxygenation and ventilation. Failure in

    airway management are still important factor in mordibity and mortality especially in

    Emergency room. . Difficult Airway can be anticipated or unanticipated. The expertise must

    always be prepared to manage an unanticipated difficult airway. A patent and secure airwayis essential to manage the oxygenation and ventilation in every patient with emergency

    situation. One of the greatest challenges in the emergency situation that makes a doctor had

    to know well how to handle and manage the airway problem. The goals is to secure the

    airway, make sure the ventilation is adequate to the lungs, and protect it from the damage.

    The management airway technique depends on the operator skill, the anticipation from any

    difficulties procedure performance, objective condition by the airway, and the potential

    complications that may occur. This all required experienced emergency expertise and full

    equipment in the emergency room. The first step to assessing the airway is look, listen, and

    feel then following it with the appropriate airway management algorithm. Successful

    management of airway define by the patency of oxygenation and ventilation. Therefore, this

    review will focus on how to manage the airway in the emergency room, to make a patent

    oxygenation and ventilation, and also the equipment that you should have in the emergency

    room.

    Key words: airway, emergency room, oxygenation, ventilation, intubation.

  • 5/28/2018 Airway Management Fix Baru

    2/11

    PENDAHULUAN

    Salah satu tantangan dalam ruang gawat darurat adalah masalah jalan napas.

    Tatalaksana pada gawat darurat menurut logaritma pada kegawat daruratan jalan napas di

    tempatkan pada urutan pertama. Kesulitan maupun kegagalan dalam mengatasi masalah jalan

    napas dapat meningkatkan faktor morbiditas dan mortalitas. Masalah klinis di ruang gawatdarurat biasanya tidak terduga dan harus ditangani secara cepat. 1 Seringnya resiko yang

    timbul seperti aspirasi dan trauma seperti cedera kepala, cedera di daerah wajah, cedera di

    daerah cervikal yang mengganggu jalan napas dan situasi yang menuntut para dokter untuk

    dapat mengatasi masalah jalan napas dengan tepat. Kurangnya keterampilan dalam

    menangani masalah jalan napas dan kurang lengkapnya alat bantu mengharuskan para dokter

    untuk mengetahui pentingnya cara menangani jalan napas yang paten.1-2

    Kegagalan ventilasi lebih dari beberapat menit dapat menyebabkan kerusakan

    irreversiblepada sel. Pada tahun 1990 angka kejadian kerusakan otak dan kematian akibat

    gagalnya pemeliharaan jalan napas sebanyak 85%, namun setelah adanya perkembangan

    pada tehnik monitoring jalan napas di tahun 2006 angka kejadian menurun menjadi 30%.1

    Tujuan utama dari pengelolaan jalan napas adalah oksigenasi dan ventilasi. Inimerupakan tugas yang sulit sebagai dokter di unit gawat darurat untuk memilih tehnik yang

    baik dalam mengelola jalan napas yang baik, sesuai dengan kondisi pasien.3

    Anatomi jalan napas.

    Anatomi jalan napas bagian atas dimulai dari cavitas nasal/oral dan berlanjut ke posterior,

    lidah, tonsil, palatum, orofaring, lurus ke epiglotis, plica vokalis, serta laring. Laring

    dikelilingi oleh kartilago tiroid, kartilago krikoid, dan kelenjar tiroid. Anatomi jalan napas

    bagian bawah dimulai trakea hingga ke paru-paru. Obstruksi bisa terjadi dimana saja

    sepanjang rute tersebut.1-4

    Gambar 1.4Anatomi Jalan Nafas.

  • 5/28/2018 Airway Management Fix Baru

    3/11

    Fisiologi.2

    Sistem pernafasan adalah suatu sistem yang dimulai dari masuknya O2 dari luar

    tubuh, transportasinya dan penggunaan O2 oleh sel-sel tubuh hingga diangkutnya sisa

    pernafasan kembali ke paru-paru dan dikeluarkan ke udara luar. Sistem pernafasan tidak

    dapat dipisahkan dengan sistem sirkulasi karena fungsi pernafasan dijalankan oleh sistemorgan utama yaitu paru-paru yang berfungsi sebagai ventilasi dan kardiovaskular yang

    berfungsi untuk menyalurkan O2. Organ- organ pernafasan juga berfungsi sebagai penyaring,

    penghangat dan, pelembab udara inspirasi.

    Sistem pernafasan juga berperan dalam pengaturan keseimbangan asam basa.

    Peningkatan CO2 akan menyebabkan peningkatan konsentrasi ion Hidrogen dan menurunkan

    Ph darah. Jika Ph kurang dari normal tubuh akan berusaha mengkompensasi dengan

    meningkatkan pengeluarkan CO2 (hiperventilasi).

    Pentingnya memahami anatomi jalur napas adalah untuk:4

    1. Membuat keputusan dalam merencakan pembebasan jalan napas.2. Mengetahui struktur dan fungsinya

    3. Mengetahui atau pertanda adanya sumbatan pada jalan napas.4. Memahami gambaran anatomi dari jalan untuk mengintubasi tanpa harus melihat

    langsung.

    Pengelolaan Jalan Napas.

    Menjaga patensi jalan napas jauh lebih penting dikerjakan daripada proteksi jalan napas itu

    sendiri. Pengelolaan jalan napas selalu dimulai dengan pemeriksaan patensi jalan napas yang

    diikuti dengan manuver dasar untuk membebaskan jalan napas, bisa dengan atau tanpa

    ventilasi dengan bag dan masker. Apabila patensi jalan napas tidak bisa segera ditangani

    dengan cepat, segeralah cari bantuan. Pada banyak kasus, tindakan tindakan sederhana sangat

    bermanfaat atau bisa menunda waktu untuk tindakan pengelolaan jalan napas yang lebih

    kompleks.5

    Tujuan dari pengelolaan jalan adalah untuk:1

    1. Menjaga patensi jalan napas2. Memastikan ventilasi ke paru3. Melindungi paru dari kerusakan.

    Pilihan tehnik pengelolaan jalan napas tergantung pada :1

    keterampilan operator

    antisipasi terhadap kesulitan saat melakukan prosedur kondisi obyektif jalan napas

    potensi komplikasi yang mungkin terjadi.

    Selain itu untuk mendukung pengelolan jalan nafas di instalasi gawat darurat, diperlukan alat-

    alat minimum yag harus tersedia di instalasi gawat darurat seperti

    Idealnya, Monitor End-Tidal CO2, ventilasi mekanik, bronkoscopi viberoptik atau

    laringoskopi, LMA dan peralatan untuk tindakan pembedahan darurat pada jalan nafas

    (krikotirodotomi, trakeostomi ) harus tersedia.6

    a. Suplai oksigen yang memadai

    b. Masker ( Sungkup )c. Jalan napas /Airways( Oral dan Nasal )

  • 5/28/2018 Airway Management Fix Baru

    4/11

    d. Laringoskopee. Endotracheal tubef. Monitor ( Oksimetri dan EKG )

    g. Emergency drugsh. Self infllating bag valve resusitator

    i. Suction

    Pengelolaan jalan napas di mulai dari penegakan diagnosis untuk patensi jalan napas dan

    oksigenasi serta ventilasi yang adekuat. Penegakan dalam pengelolaan jalan napas di lakukan

    secara cepat dan di dasari tanda dan gejala klinis atas oksigenasi dan ventilasi yang tidak

    adekuat tanpa pemeriksaan laboratorium.1

    Gejala Klinis

    Lelah / Lemas

    Napas pendek

    Nyeri pada dada

    Tanda

    Takipnoe

    Perubahan status mental dari cemas

    bingung afek tumpul / kaku

    Terdengarnya bunyi napas tambahan

    sepertistridoratau wheezing

    Sianosis

    Tabel 1.3Tanda dan Gejala klinis oksigenasi dan ventilasi yang tidak adekuat.

    Mengenali tanda obstruksi jalan napas

    Terdapat 2 jenis obstruksi jalan napas, yaitu: total dan parsial. Obstruksi total jalan napas

    ditandai dengan tidak bisa bicara, kemudian berlanjut kedalam keadaan hipoksia dan secara

    cepat dapat terjadi penurunan kesadaran dan diakhiri dengan henti napas.6

    Obstruksi parsial jalan napas berdasarkan penyebabnya dapat diklasifikasikan menjadi 2macam, yaitu:

    1. Fungsional. Contohnya: lidah jatuh ke belakang ( faring posterior)2. Patologik. Contohnya: terjadi perubahan dari lumen jalan napas (pada pasien Ca, neck

    hematome)

    Tanda dari obstruksi parsialadalah:snooring,paradoksicalbreathing, dan perubahan suara.

  • 5/28/2018 Airway Management Fix Baru

    5/11

    Penyebab obstruksi Tanda

    Cairan

    Lidah

    Udem laring

    Korpus Alineum

    pada Bronkus

    Gurgling

    Snooring

    Hoarsness

    Stridor

    Tabel 2.3Penyebab dan tanda dari obstruksi

    Pengelolaan jalan napas.6

    Dalam pengelolaan jalan nafas, diperlukan algoritma sebagai dasar pengelolaan jalan

    nafas

    Tentukan kesamaan dan klinis dari basic masalah yang dikelola:

    Kesulitan pasien dalam koperatif atau konsentrasi.

    Kesulitan pemasangan sungkup ventilasi

    Kesulitan penempatansupragloticairway

    Kesulitan laryngoscopy

    Kesulitan intubasi

    Kesulitan pembedahan untuk mengakses jalan napas.Lebih aktiv dalam memberikan suplai oksigen daripada mengutamakan proses pengelolaan

    jalan napas yang sulit.

    Gambar 3.7 Pedoman Pengelolaan Jalan Napas menurut ASA

    Objek dalam Pengelolaan Jalan Napas.4-6

    Memastikan jalan napas yamg adekuat

    Memastikan ventilasi yang adekuat

    Menjaga paruparu dari kerusakan

  • 5/28/2018 Airway Management Fix Baru

    6/11

    Mengelola oksigenasi yang adekuat dalam semua langkah pada pengelolaan jalannapas

    Algoritma Jalan napas.(7)

    Langkah 1 : Membuka dan MembersihkanMelihat ada tidak nya sumbatan, ada dibersihkan

    Merasakan ada atau tidaknya hembusan nafas

    Mendengar ada atau tidaknya bunyi napas tambahan

    Langkah 2 : Menjaga agar tetap terbukaMenggunakan tehnik manual seperti : headtilt, chin liftdanjaw trust

    Langkah 3 : Ventilasi (BLS)

    Langkah 4 : Kontrol jalan napas

    Langkah 5 : Memastikan jalan napasApabila jalan napas terhambat oleh benda asing ;

    -heimlich manuver

    -back blows

    Langkah 6 : Mengamankan jalan napas

    Langkah 7 : Alternatif untuk pemasangan Intubasi dengan ETT

    Langkah 8 : Pengelolaan jalan napas dengan pembedahan

    Terdapat beberapa tehnik dasar yang dapat membantu mengatasi sumbatan pada jalan

    napas.1-6

    Headtilt satu tangan di taruh di bagian dahi kemudian dorong kepala ke arahbelakang pada persendian atlanto-oksipital.1,2,3

    Chin liftmeletakkan jari jari tangannya di bawah bagian tulang rahang bawah danmengangkat dagu kedepan.

    Headtilt-chinlift ini efektif bila obstruksi jalan nafas disebabkan oleh lidah ataurelaksasi otot pada jalan napas.

    Triple airway manuver digunakan saat metode lain gagal untuk membebaskanjalan napas. Jadi kepala di dorong ke arah belakang dengan cara ekstensi dan jari jari

    kedua tangan, terutama memegang ramus mandibula untuk didorong kedepan dan

    keatas. Kedua ibu jari digunakan untuk membuka bibir bawah.7

    Jaw thrust tidak menyertakan head tilt dan berguna pada kasus fraktur cervicalyang tidak stabil.

    Perlu diperhatikan ada atau tidaknya cidera servikal ataupun trauma kepala untukmelakukan menuver diatas.

    Jika terjadi sumbatan total, dapat dilakukan hemlich manouver dengan dilakukanpenekanan pada perut kearah kranial diharapkan sumbatan dapat teratasi dengan

    terdorong ke luar. Pada anak anak dapat dilakukan blow back. Untuk mengeluarkanbenda asing, dapat menggunakanMagill Forcep

  • 5/28/2018 Airway Management Fix Baru

    7/11

    Gambar 2.1a.Back blow manuferpada anak kecil, b. heimlich manufer.

    Apabila terdapat sumbatan benda cair atau terdapat aspirasi, gunakan suction, pada trauma

    kepala, digunakansuctionrigid, sedangkan pada jalan nafas yang clear, dapat menggunakan

    suctionnon rigid. Ada 4 aturan penting dalam penggunaan suction:6

    1. Tidak dilakukansuctionpada daerah yang tidak dapat terlihat.2. Suctiondilakukan pada lubang yang mempunyai jalan keluar3. Suctiontidak dilakukan lebih dari 15 menit4. Memberikan O2pada pasien sebelum dan sesudah melakukansuction

    Tingkatan atau prediksi kesulitan jalan napas:

    Kesulitan dalam melakukan intubasi dapat di antisipasi atau di prediksi melalui:

    Klasifikasi Cormack dan lehane, grade 3 dan 4:a. Grade Iterlihat completeglottis

    b. Grade IIterlihat anterior glottisc. Grade IIIepiglotis terlihat tapi glotis tidak terlihatd. Grade IVepiglotis tidak terlihat

    Klasifikasi Mallampati (visualisasi dari orofaring struktur)a. Kelas Ivisualiasi dari palatum durum, uvula, dinding faring, dan tonsil

    b. Kelas IIterlihat palatum, uvula, dan tonsilc. Kelas IIIterlihat palatum durum dan bagian dasar uvulad. Kelas IV- palatum durum tidak terlihat

    Derajat ekstensi atlanto-oksipital < 150 Jarak tyromental dengan leher yang extendedkurang dari 6,5 cm.

    Gambar 3.2,6Malampati

  • 5/28/2018 Airway Management Fix Baru

    8/11

    Alat - alat yang dapat digunakan untuk membuka jalan napas.6,8,9

    Oropharyngeal airways (OPA) dapat membantu mempertahankan jalan napas yangmemadai untuk ventilasi spontan ataupun dengan kantong-sungkup (back-stip mask),

    pada saat tidak cukup memadainya posisi dan kepala dan rahang. Alat tersebut

    dimasukkan ke cavum konka, menghadap palatum dan kemudian dioutar 1800keposisi yang seharusnya.

    Hal yang perlu diperhatikan ketika menggunakan OPA: bila terlalu besar, dapat

    menyumbat laring dan menyebabkan trauma pada struktur laring. Bila terlalu kecil

    atau tidak dimasukkan dengan baik, dapat menekan dasar lidah dan menyumbat jalan

    napas.

    Nasopharyngeal airways (NPA) adalah sebuah pipa yang terbuat dari karet atauplastik lunak yang dimasukkan melalui lubang hidung dan didorong masuk sepanjang

    dasar hidung menuju faring bagian posterior. Pada pasien setengah sadar NPA lebih

    ditoleransi dibanding OPA. Komplikasi OPA lebih sering terjadi apabila terlalu

    masuk sampai esofagus

    Laryngeal Mask Airway (LMA) adalah suatu alat yang dapat digunakan berulangulang yang terdiri dari pipa tabung silikon yang pada bagian distalnya terhubung

    dengan sungkup berbentuk elips seperti sendok yang dapat dikembangkan.

    Dimasukan langsung dibagiann faring tanpa perlu melihat secara langsung struktur

    jalan napas yang kemudian akan menutupi jalan masuk laring. Indikasi dilakukan

    pemasangan LMA: memperoleh dan mengelola airway, menjaga jalan napas,

    mengoreksi pertukaran gas abnormal.

    Kontra indikasi dilakukan pemasangan LMA tidak mampu untuk membuka mulut,

    inflamasi di daerah faring, obstruksi jalan napas pada laring atau dibawahnya,

    complienceparu yang rendah dan resistensi jalan napas yang tinggi.

    Intubasi.1,2,9,10

    Indikasi dilakukannya intubasi:

    Obstruksi jalan napas atas akut

    GCS < 8

    Memudahkan untuk membersihkan saluran trakeobronkial

    Proteksi jalan napas dari aspirasi benda ukuran besar

    Gagal napas yang membutuhkan ventilator masif

    Kesulitan dalam intubasi trakea atau memelihara pantensi jalan napas sering ditemukan pada

    pasien:6-11 Leher yang pendek, terutama pada pasien obesitas Keterbatasan pergerakan leher dan tulang rahang, (pada pasien dengan trismus,

    osteoartritis, ankylosing spondylitis, rheumathoid arthitis danperioral scarring)

    Pada pasien dengan mulut yang panjang, sempitdan arcus palatum yang tinggi,ditambah dengan gigi incisium atas yang menonjol.

    Masa pada orofaring dan laring Kelainan anatomi kongenital.

    Persiapan untuk intubasi.6-8

    Pasien harus sudah diberikan preoksigenasi dengan oksigen 100% dengan masker non

    rebreathing15 LPM dan dipertahankan saturasinya. Tidak diperkenankan pemakaian nasal

  • 5/28/2018 Airway Management Fix Baru

    9/11

    kanul. Preoksigenasi merupakan langkah penting. Mengabaikan langkah ini dapat

    menimbulkan hipoksia pada pasien selama pelaksanaan intubasi.

    Selama menunggu preoksigenasi pasien, periksa dan pastikan semua alat-alat yang digunakan

    dapat berfungsi dengan baik

    Laringoskop standar dan bilahnya

    Bougie Stilet

    Spuit untuk mengembangkan cuff ETT

    Forsep Magill

    Forsep arteri besar

    OPA (oro-pharyngeal airway)

    Pipa endotrakeal, dimana jika tidak ada obstruksi digunakan ukuran 7,5-8,5mm untuklaki-laki dewasa dan 6,5-8mm untuk wanita dewasa

    Catheter mount (alat untuk menghubungkan sirkuit dengan ETT)

    Alat penghisap

    Tehnik Intubasi.3,5,11

    1. Posisi pasien: fleksi pada leher bagian bawah dengan ekstensi pada sendi atlanto-oksipital. Visualisasi laring paling baik akan ditemukan saat terbentuknya garis lurus

    yang dibentuk oleh orofaring dan laring. Bagian yang perlu diperhatikan pada saat

    melakukan intubasi adalah posisi pasien dan kelengkapan alat alat.

    Pasca melakukan intubasi selalu diperhatikan tanda-tanda vital pasien karena 1 dari 3

    pasien bisa mengalami hipotensi pasca intubasi.

    2. Selleich manuever.Pada cara ini akan dilakukan penekanan pada krikoid.12

    3. Memasukkan ETT.Laringoskop di pegang dengan tangan kiri, dimasukan dari sisi kanan lidah, tehnik ini

    bertujuan untuk mendorong lidah ke kiri dan menyingkap epiglotis. Ujung dari

    laringoskop ditempatkan di celah antara dasar lidah dengan epiglotis. Seluruh lidah

    kemudian didorong searah dengan pegangan laringoskop, sehingga pita suara dapat

    terlihat. ETT dimasukkan dari sisi kanan mulut. Kemudian cuff dikembangkan dan

    sambungkan ujung atas ETT dengan O2100%.

    4. Tehnik BURP (backward upward rightward pressure) yang dilakukan untukmelakukan penekanan pada kartilago tiroid, sehingga mempermudah terlihatnya glotis

    anterior.

    5. Cara lain yang mempermudah visualisasi memasukkan ETT adalah retraksi dari sisikanan mulut.

    Cara untuk memastikan ETT berada pada lokasi yang tepat:6-9

    1. Melihat langsung tube masuk ke dalam pita suara.2. Lihat pergerakan dinding dada.3. Auskultasi (mendengarkan dan membandingkan suara napas kanan dan kiri serta di

    dengarkan apakah bunyi suara napas berasal dari dada atau abdomen.

    4. Melihat kadar CO2ekspirasi pada kapnografi.5. Melihat saturasi O2padapulse oxymetri.6. Menggunakan foto thoraks untuk memastikan posisi ETT.

    Rapid-Sequence I ntubation.3,6,12

  • 5/28/2018 Airway Management Fix Baru

    10/11

    Pada unit gawat darurat biasanya diguankan tehnik Rapid-sequence intubation dengan

    penggunaan obat obatan induksi dan neuromuskular blocking agent. RSI dilakukan pada

    pasien-pasien di unit gawat darurat yang datang tanpa puasa sebelumnya sehingga

    meningkatkan resiko terjadinya aspirasi muntah. Kontra indikasinya merupakan hal yang

    relatif. Penekanan krikoid merupakan baku emas dalam melakukan RSI karena dipercaya

    dapat mengurangi resiko aspirasi.12 Tehnik ini dapat menyebabkan mual muntah, sehinggadokter harus lebih hati hati dalam memasukkan ETT. Contoh obat obatan induksi yang

    dipakai: propofol, ketamin, atau barbiturat.

    Intubasi Naso-trakeal.6

    Dilakukan pada pasien yang tidak dapat dalam posisi supine. Untuk meminalis terjadinya

    epistaksis digunakan topikal vasokonstriktor anesthesi.10 Cara pemasangannya harus

    dilakukan oleh 2 orang. 1 orang membantu menjaga posisi kepala pasien agar berada pada

    keadaan netral dan sedikit ekstensi (snifting position). Dokter yang memasang berada di sisi

    pasien. Untuk mengetahui bahwa pemasangannya telah tepat, akan menimbulkan batuk dan

    akan keluar udara dari tube tersebut. Apabila terdapat bunyi lainnya, maka kedudukkan tube

    tidak pada tempatnya.

    F iber optic laryngoscope.12

    Tehnik yang dapat memvisualisasi untuk mengantisipasi pasien dengan kesulitan jalan napas.

    Tehnik tersebut dapat digunakan pada oral dan nasal untuk pendekatan visualisasi pada

    laring. tehnik ini memegang peranan penting dalam pengelolaan pasien dengan jarang

    interinsisura yang kecil atau keganasan pada bagian hidung, telinga, dan tenggorokan.

    Jika jalan napas berhasil dikelola maka dilakukan penanganan lebih lanjut.

    Kesimpulan.

    Pengelolaan jalan napas yang baik dapat menurunkan angka mobiditas dan mortalitas pada

    pasien pasien terutama di ruang gawat darurat. Kelengkapan alat di ruangan gawat darurat

    dan keterampilan dokter dalam menganalisa serta bertindak tetap menjadi hal terpenting

    dalam pengelolaan jalan napas.

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Klock Allan JR, Ramachandran CK. Benumof and Hagbergs, In: AirwayManagement. Editors; Hagberg CA. 3rd. Texas: Elsevier Saunders;2012. Chapter 8,

    P.201-208.

    2. Madjid SA, Sukmono BR. Anesthesiology. Editors; Soenarto RF, Chandra S. 1st Ed.Jakarta: Departemen Anestesiologi dan Intensive Care Fakultas Kedokteran

    Universitas Indonesia/RS Cipto Mangunkusumo;2012. Bab 4, H.49-54.

    3. Kovacs G, Law AJ. Airway Management in Emergency. 1st Ed. United States: TheMcGraw-Hill Company;2008. Chapter 3, Airway Fisiology and Anatomy; P.26-31.

    4. Tintinally JE. Tintinally Emergency Medicine. Editors; Staphczynski SJ, John OMA,-et all . 7th Ed. America: The McGraw-Hill Company;2011. Section 4, Chapter 28,

    Non Invasive Aiway Management; P.183-190.

  • 5/28/2018 Airway Management Fix Baru

    11/11

    5. Tintinally JE. Tintinally Emergency Medicine. Editors; Staphczynski SJ, John OMA,-et all . 7th Ed. America: The McGraw-Hill Company;2011. Section 4, Chapter 30,

    Tracheal Intubation and Mechanical Ventilation; P198-2009.

    6. Freebairn RC, Joynt MG. Pengelolaan jalan napas dan Obstruksi jalan napas, in ;Basic Assesment & Support in Intensive Care. 1st Ed. PERDICI. Jakarta; Penerbit

    PERDICI; 2012. H.18-32.7. Hung O, Law JA. Advances in Airway management. Can J Anaesth. American

    Society of Anesthesiologists Task Force on Management of Difficult Airway Practice

    Guidelines. 2006 ; America, Available online athttp://airwayeducation.homestead.com/ASA.html.

    8. Oh Te, Young KK. Airway Management, In ; Intensive Care Manual. 4th Ed. HongKong: Butterworth Heinemann; 1997. Chapter 23, P.217-224.

    9. Walton B, Underbrink M. Management of emengent airway. Editors; quinn BF.Texas:the university of texas medical branch, departement of otolaringology; 2011.

    10.Ndoko SK, Amathieu R, Tual L, et all. Tracheal intubation of morbidly obesepatients: a randomized trial comparing performance of Macintosh and AirtraqTM

    laryngoscope,in: Respiratory and Airway British Journal of Anasthesia. France;Anesthesia and Intensive Care Departement and Viceral and Obesity Surgery

    Departement, Jean Verdier Public University Hospital of Paris (APHP);2008.P.263-

    268. Available online at http://bja.oxfordjournals.org/by guest on October 14, 2013

    11.Manthous CA. Avoiding circulatory complication durin endotracheal intubation andinitiation of positive pressure ventilation, in: The Journal of Emergency Medicine,

    Vol. 38, No. 5. Connecticut; Departemen of Medicine, Yale University School of

    Medicine: 2010. P. 622-631. Available online at

    http://www.uphs.upenn.edu/ppmc_emergency/by guest on October 13, 2013.

    12.Trethewy CE, Burrows JM, Clausen D, Doherty R. Effectiveness of cricoid pressurein preventing gastric aspiration during rapid sequance intubation in the emergency

    departement: study protocol for a fandomised controlled trial, In; Trethewy et al.

    Trials Journal. Australia; TRIALS: 2012.P.1-6. Available online at

    http://www.trialsjournal.com/content/13/1/17 /by guest October 15 2013

    13.Langeron O, Clinical Review: Management of Dificult Airway. Paris: departement ofansthesiology and critical care, universitierr et marrie curie;

    2006.http://ccforum.com/content/10/6/243

    http://airwayeducation.homestead.com/ASA.htmlhttp://airwayeducation.homestead.com/ASA.htmlhttp://www.uphs.upenn.edu/ppmc_emergency/http://www.uphs.upenn.edu/ppmc_emergency/http://ccforum.com/content/10/6/243http://ccforum.com/content/10/6/243http://ccforum.com/content/10/6/243http://ccforum.com/content/10/6/243http://www.uphs.upenn.edu/ppmc_emergency/http://airwayeducation.homestead.com/ASA.html