17
1 Prosiding Simposium Nasional Perpajakan 4 PERSISTENSI LABA DAN PERUBAHAN HARGA SAHAM YANG DICERMINKAN OLEH LABA, AKRUAL, ARUS KAS DIMODERASI BOOK TAX DIFFERENCES Virginia Monica Carmel Meiden Institut Bisnis dan Informatika Kwik Kian Gie, Jakarta [email protected] [email protected] Abstract This study investigates the influence of book-tax differences on the earnings persistence, accruals, and cash flows for one-period-ahead earnings. This study also examines whether the level of book-tax differences influences investor’s assessment of future persistence also market respond for those changes. Quality of earnings can reflect earnings persistence at the future. Higher the quality, higher the persistence, and so does for the opposite. Differences between accounting earnings and fiscal earnings are because of the rules. One of the common rules is accrual system, for example differences in rules about calculating accounting earnings and fiscal earnings. High differences indicate earnings quality and earnings persistence. This study uses sample from companies listed in Indonesia Stock Exchange within years 2007-2009. This study proves that large book-tax differences influence earnings persistence, accruals, and cash flows negatively. It also proves that information about book-tax differences do not influence investors’ assessment. Keywords: Earning Persistence, Earnings, Accruals, Cash Flows, Book Tax Differences. 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fokus utama pelaporan keuangan adalah informasi mengenai laba dan komponennya. Laba merupakan salah satu parameter kinerja perusahaan yang mendapat perhatian utama dari pihak internal maupun eksternal perusahaan. Pihak tersebut seringkali menggunakan laba sebagai dasar pengambilan keputusan, seperti: penilaian kinerja manajemen, penentuan kompensasi manajemen, pemberian dividen kepada pemegang saham, penentuan besarnya pengenaan pajak, dan lain sebagainya. Oleh karena itu kualitas laba menjadi pusat perhatian bagi investor, kreditor, pembuat kebijakan akuntansi, dan pemerintah. Laba yang berkualitas adalah laba yang dapat mencerminkan kelanjutan laba (sustainable earnings) dimasa depan, yang ditentukan oleh komponen akrual dan aliran kasnya (Penman 2002 dalam Handayani Tri Wijayanti 2006). Di Indonesia, Laporan Keuangan yang disusun umumnya berdasarkan standar akuntansi keuangan yang berlaku, disebut juga laporan keuangan komersil. Sementara, laporan keuangan yang digunakan untuk perhitungan perpajakan adalah laporan keuangan fiskal yang penyusunannya menggunakan ketentuan perpajakan. Laporan keuangan komersil memuat informasi mengenai laba fiskal. Laba fiskal didapatkan dari penyesuaian atas laba akuntansi, hal ini karena adanya perbedaan dalam pengakuan pendapatan dan atau beban antara peraturan perpajakan dengan standar akuntansi yang berlaku. Selisih antara laba akuntansi dan laba fiskal inilah yang dinamakan book-tax differences. Perbedaan antara laba akuntansi dan laba fiskal (book-tax differences) juga merupakan komponen penting dalam memberikan informasi mengenai kualitas laba. Logika yang mendasarinya adalah adanya sedikit kebebasan akuntansi yang diperbolehkan dalam pengukuran laba fiskal sehingga

5 Persistensi Laba Dan Perubahan Harga Saham Yang Dicerminkan Oleh Laba Akrual Arus Kas Dimoderasi Book Tax Differences

Embed Size (px)

DESCRIPTION

5 Persistensi Laba Dan Perubahan Harga Saham Yang Dicerminkan Oleh Laba Akrual Arus Kas Dimoderasi Book Tax Differences

Citation preview

  • 1

    Prosiding Simposium Nasional Perpajakan 4

    PERSISTENSI LABA DAN PERUBAHAN HARGA SAHAM YANG DICERMINKAN

    OLEH LABA, AKRUAL, ARUS KAS DIMODERASI BOOK TAX DIFFERENCES

    Virginia Monica

    Carmel Meiden

    Institut Bisnis dan Informatika Kwik Kian Gie, Jakarta [email protected] [email protected]

    Abstract This study investigates the influence of book-tax differences on the earnings persistence, accruals, and cash flows for one-period-ahead earnings. This study also examines

    whether the level of book-tax differences influences investors assessment of future persistence also market respond for those changes. Quality of earnings can reflect earnings persistence at the future. Higher the quality, higher the persistence, and so does for the opposite. Differences between accounting earnings and fiscal earnings are because of the rules. One of the common rules is accrual system, for example differences in rules about calculating accounting earnings and fiscal earnings. High differences indicate earnings quality and earnings persistence. This study uses sample from companies listed in Indonesia Stock Exchange within years 2007-2009. This study proves that large book-tax differences influence earnings persistence, accruals, and cash flows negatively. It also proves that information about book-tax differences do not influence investors assessment. Keywords: Earning Persistence, Earnings, Accruals, Cash Flows, Book Tax Differences.

    1. PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Fokus utama pelaporan keuangan adalah informasi mengenai laba dan

    komponennya. Laba merupakan salah satu parameter kinerja perusahaan

    yang mendapat perhatian utama dari pihak internal maupun eksternal

    perusahaan. Pihak tersebut seringkali menggunakan laba sebagai dasar

    pengambilan keputusan, seperti: penilaian kinerja manajemen, penentuan kompensasi manajemen, pemberian dividen kepada pemegang saham,

    penentuan besarnya pengenaan pajak, dan lain sebagainya. Oleh karena itu

    kualitas laba menjadi pusat perhatian bagi investor, kreditor, pembuat

    kebijakan akuntansi, dan pemerintah. Laba yang berkualitas adalah laba yang dapat mencerminkan kelanjutan laba (sustainable earnings) dimasa depan,

    yang ditentukan oleh komponen akrual dan aliran kasnya (Penman 2002 dalam Handayani Tri Wijayanti 2006).

    Di Indonesia, Laporan Keuangan yang disusun umumnya berdasarkan

    standar akuntansi keuangan yang berlaku, disebut juga laporan keuangan

    komersil. Sementara, laporan keuangan yang digunakan untuk perhitungan

    perpajakan adalah laporan keuangan fiskal yang penyusunannya

    menggunakan ketentuan perpajakan. Laporan keuangan komersil memuat informasi mengenai laba fiskal. Laba fiskal didapatkan dari penyesuaian atas

    laba akuntansi, hal ini karena adanya perbedaan dalam pengakuan

    pendapatan dan atau beban antara peraturan perpajakan dengan standar

    akuntansi yang berlaku. Selisih antara laba akuntansi dan laba fiskal inilah yang dinamakan book-tax differences.

    Perbedaan antara laba akuntansi dan laba fiskal (book-tax differences) juga merupakan komponen penting dalam memberikan informasi mengenai

    kualitas laba. Logika yang mendasarinya adalah adanya sedikit kebebasan

    akuntansi yang diperbolehkan dalam pengukuran laba fiskal sehingga

  • 2

    Prosiding Simposium Nasional Perpajakan 4

    perbedaan antara laba akuntansi dan laba fiskal dapat memberikan informasi tentang management discretion dalam proses akrual.

    Menurut Hanlon (2005) laba fiskal dapat digunakan sebagai benchmark

    untuk mengevaluasi laba akuntansi. Apabila angka laba diduga oleh publik

    sebagai hasil rekayasa manajemen, maka angka laba tersebut dinilai

    mempunyai kualitas rendah dan konsekuensinya adalah publik akan

    merespon negatif angka laba yang dilaporkan tersebut. Book-tax differences memiliki peranan untuk menilai kualitas laba yang

    dilakukan oleh manajemen. Semakin besar perbedaan antara laba akuntansi dan laba fiskal akan menunjukan red flag bagi pengguna laporan keuangan,

    dan mengindikasikan adanya sinyal yang bahaya dari kualitas laba. Selain itu

    perbedaan besar laba akuntansi dengan laba fiskal dapat juga dijadikan

    sebagai diagnosa untuk mendeteksi akan manipulasi biaya utama suatu

    perusahaan. Oleh karena book-tax differences dikatakan dapat mewakili keleluasaan

    manajemen dalam proses akrual, maka banyak penelitian menggunakan

    perbedaan tersebut sebagai indikator manajemen laba dalam menilai kualitas laba.Berikut beberapa penelitian yang telah memberikan bukti peranan book-tax differences untuk menilai kualitas laba melalui praktik manajemen laba.

    Lev dan Nissim (2004) menemukan bahwa rasio laba akuntansi terhadap laba

    fiskal dapat memprediksi pertumbuhan laba lima tahun kedepan, dan berhubungan kuat (lemah) dengan return saham masa depan dalam perioda sebelum (sesudah) penerapan SFAS No.109. Joos et al (2000) dalam Hanlon (2005) membuktikan hubungan negatif antara laba dengan return saham pada perusahaan dengan large book-tax differences sebagai bukti adanya

    manajemen laba. Philips et al (2003) membuktikan adanya praktik manajemen laba dengan menggunakan biaya pajak tangguhan sebagai proksi discretionary accruals. Penelitian yang dilakukan oleh Mills dan Newberry (2001) menemukan hubungan positif antara book-tax differences dengan insentif pelaporan keuangan seperti financial distress dan pemberian bonus.

    Dari penjabaran mengenai beberapa peneliti diatas, belum ada yang menguji secara lansung peranan book-tax differences dalam hubungannya

    dengan persistensi laba. Diketahui bahwa persistensi laba merupakan

    komponen yang penting dalam mengukur kualitas laba. Pengertian persistensi

    laba menurut Jonas dan Blanchet (2000) dalam Hanlon (2005:8), merupakan

    salah satu komponen nilai prediksi laba dalam menentukan kualitas laba, dan

    persistensi laba tersebut ditentukan oleh komponen akrual dan aliran kas dari laba sekarang, yang mewakili sifat transitory dan permanen laba.

    Hanlon (2005) telah menguji pengaruh book-tax differences terhadap

    persistensi laba. Didapat kesimpulan bahwa semakin besar perbedaan antara

    laba akuntansi dan laba fiskal, persistensi laba akan semakin rendah. Namun,

    penelitian tersebut dilakukan dengan peraturan pajak di Amerika.Peraturan

    perpajakan di Amerika tentu berbeda dengan di Indonesia. Dengan demikian, penelitian ini menguji peranan book-tax differences dalam menentukan

    persistensi laba akuntansi, akrual, dan aliran kas berdasarkan peraturan

    pajak yang berlaku di Indonesia.

    Penelitian serupa juga telah dilakukan oleh Wijayanti (2006), dengan

    menggunakan sampel perusahaan manufaktur perioda 2000-2004. Hasilnya

    membuktikan bahwa komponen akrual laba menyebabkan persistensi laba lebih rendah pada perusahaan manufaktur dengan large negative (positif) book-tax differences daripada perusahaan dengan small book-tax differences. Aliran

    kasnya juga mempunyai kencenderungan yang sama dengan komponen

    akrualnya, namun tidak terbukti secara statistik mempengaruhi persistensi

    laba. Selanjutnya, penelitian ini juga memperluas peranan book-tax

    differences sebagai penentu kualitas laba terhadap reaksi pasar dengan menguji penilaian investor atas persistensi laba (Sloan 1996). Penelitian

  • 3

    Prosiding Simposium Nasional Perpajakan 4

    sebelumnya Joos et al. (2000) dalam Hanlon (2005) menganggap secara implisit bahwa kualitas laba yang lebih rendah disebabkan oleh large book-tax differences dan pasar menetapkan harga saham sesuai dengan kualitas laba tersebut.

    1.2 Perumusan Masalah

    Terhadap masalah penelitian tersebut di atas, maka disampaikan

    pertanyaan penelitian sebagai berikut:

    1. Apakah perbedaan antara laba akuntansi dan laba fiskal berpengaruh terhadap persistensi laba akuntansi satu perioda kedepan.

    2. Apakah perbedaan besar antara laba akuntansi dan laba fiskal yang

    berhubungan dengan komponen akrual laba menyebabkan rendahnya

    persistensi laba akuntansi satu perioda ke depan.

    3. Apakah ekspektasi investor terhadap persistensi laba akuntansi yang tercermin dalam harga saham untuk komponen akrual laba konsisten dengan persistensi akrual untuk perusahaan dengan book-tax differences

    besar.

    2. RERANGKA TEORITIS DAN HIPOTESIS

    2.1 Agency Theory Hubungan kontrak yang terjadi antara manajer dan pemegang saham

    adalah hubungan agency. Hubungan agency menurut Ross L. Watts dan

    Jerold L., Zimmerman (1986:181) adalah

    a contract under which one or more (principals) engange another person (the agent) to perform some service on their behalf which involves delegating some decisions making authority to the agent.

    Pemegang saham (principal) mendelegasikan pertanggungjawaban atas decision making kepada manajemen (agent). Dapat dikatakan bahwa principal

    memberikan suatu kewenangan (termasuk keputusan membuat kebijakan) kepada agent untuk melaksanakan tugasnya sesuai dengan kontrak kerja

    yang telah disepakati. Atas wewenang yang dimilikinya, dikatakan bahwa manajer cenderung bertindak oportunis sesuai keinginan dan kepentingan untuk memaksimalkan utility-nya.

    2.2 Book-tax differences

    Dikarenakan oleh peraturan yang berbeda yang memayungi kedua

    perhitungan laba tersebut, maka terdapat perbedaan antara laba akuntansi dan laba fiskal. Dasar perhitungan laba akuntansi ialah metoda akrual

    berdasarkan Prinsip Akuntansi Berterima Umum (PABU). Laba akuntansi ini

    dijadikan sumber untuk menghitung laba fiskal dengan ketentuan-ketentuan

    pajak. Setiap akhir tahun perusahaan diwajibkan melakukan rekonsiliasi

    fiskal untuk menentukan besarnya laba fiskal dengan cara melakukan

    penyesuaian-penyesuaian terhadap laba akuntansi berdasarkan peraturan pajak yang berlaku saat itu.

    Rekonsiliasi fiskal intinya adalah koreksi yang terdiri dari koreksi

    positif (koreksi fiskal yang menyebabkan Penghasilan Kena Pajak bertambah)

    dan koreksi negatif (koreksi fiskal yang menyebabkan Penghasilan Kena Pajak

    berkurang). Akibat dari rekonsiliasi fiskal membuat laba akuntansi dengan laba fiskal berbeda.Perbedaan tersebut secara umum dikelompokkan ke dalam perbedaan permanen/tetap (permanent differences) dan perbedaan sementara/waktu (temporary or timing differences).

    a. Perbedaan Permanen

    Merupakan perbedaan pengakuan suatu penghasilan dan biaya antara

    standar akuntansi keuangan dengan peraturan perpajakan yang bersifat

    permanen. Dengan kata lain, jika suatu item termasuk dalam ukuran laba

  • 4

    Prosiding Simposium Nasional Perpajakan 4

    akuntansi, maka item tersebut tidak dimasukkan dalam ukuran laba fiskal

    selamanya dalam rangka menghitung penghasilan kena pajak. Dalam penelitiannya, Hanlon menghilangkan perbedaan tetap dalam

    analisis utama karena perbedaan permanen hanya berpengaruh pada periode

    terjadinya saja dan tidak mengindikasikan kualitas laba yang dihubungkan

    dengan proses akrual, selain itu perbedaan permanen tidak menimbulkan

    konsekuensi adanya penambahan atau pengurangan jumlah pajak masa depan. Oleh sebab itu, penelitian ini tidak menggunakan perbedaan permanen

    dalam analisis utama.

    3 kategori yang menyebabkan adanya beda tetap dalam rekonsiliasi

    fiskal, yaitu:

    (1) Menurut akuntansi komersial merupakan penghasilan

    sedangkan menurut ketentuan PPh bukan penghasilan. Misalnya dividen yang diterima oleh Perseroan Terbatas sebagai wajib pajak dalam negeri dari

    penyertaan modal sebesar 25% atau lebih pada badan usaha yang didirikan

    dan berkedudukan di Indonesia.

    (2) Menurut akuntansi komersial merupakan penghasilan,

    sedangkan menurut ketentuan PPh telah dikenakan PPh yang bersifat final. Misalnya penghasilan atas bunga deposito atau tabungan, penghasilan dari

    penjualan saham dan sekuritas yang terdaftar di bursa efek, penghasilan atas

    persewaan tanah/bangunan, penghasilan dari usaha jasa konsultan, dan

    penghasilan dari usaha jasa konstruksi.

    (3) Menurut akuntansi komersial merupakan beban biaya

    sedangkan menurut ketentuan PPh tidak dapat dibebankan (Undang-Undang Nomor 17 Pasal 19 Tahun 2000), misalnya biaya yang dibebankan untuk

    memperoleh penghasilan yang bukan obyek pajak atau pengenaan pajaknya

    bersifat final, pergantian/imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa

    yang diberikan dalam bentuk natura atau kenikmatan, sanksi perpajakan

    berupa bunga/denda/kenaikan, dan biaya-biaya yang menurut ketentuan PPh

    tidak dapat dibebankan karena tidak memenuhi syarat-syarat tertentu (misalnya daftar nominatif biaya entertain dan daftar nominatif atas

    penghapusan piutang).

    b. Perbedaan Temporer

    Menurut PSAK 46 (2012) adalah perbedaan temporer yang

    menimbulkan suatu jumlah kena pajak dalam perhitungan laba fiskal periode mendatang pada saat nilai tercatat aktiva dipulihkan atau nilai tercatat

    kewajiban tersebut dilunasi.

    Dalam hal ini, baik menurut akuntansi maupun pajak sama-sama

    mengakui bahwa suatu penerimaan (seluruh atau sebagian) merupakan

    pendapatan dan suatu pengeluaran (seluruh atau sebagian) merupakan beban

    yang dapat dikurangkan terhadap pendapatan. Hal yang berbeda menurut peraturan perpajakan adalah periode pengakuannya. Perbedaan ini

    mengakibatkan pergeseran pengakuan pendapatan dan beban antara satu

    tahun pajak ke tahun pajak lainnya.

    Yang termasuk beda waktu:

    (1) Penyusutan Dalam akuntansi, terdapat 5 metode penyusutan (Saldo menurun,

    garis lurus, 2x garis lurus, angka tahun, aktivitas seperti jam mesin atau unit

    produksi). Sementara menurut perpajakan, yang diperbolehkan hanya metode

    garis lurus dan metode saldo menurun.

    (2) Amortisasi

    (3) Perhitungan persediaan dan pemakaian persediaan (4) Penghapusan piutang tak tertagih

    2.3 Persistensi Laba

    Menurut Penman (2002) dalam Wijayanti (2006) , persistensi laba

    akuntansi adalah revisi dalam laba akuntansi yang diharapkan di masa depan

  • 5

    Prosiding Simposium Nasional Perpajakan 4

    yang diimplikasikan oleh laba akuntansi tahun berjalan. Besarnya revisi ini

    menunjukan tingkat persistensi laba. Inovasi terhadap laba sekarang adalah informatif terhadap laba masa depan dengan ekspektasian, yaitu manfaat

    masa depan yang diperoleh pemegang saham. Harga saham merupakan nilai

    sekarang manfaat masa depan dengan ekspektasian yang diperoleh pemegang

    saham.

    Menurut Chandrarin (2001) dalam Handayani Tri Wijayanti (2006) komponen transitori merupakan komponen yang hanya berpengaruh pada

    periode tertentu, terjadinya tidak persisten atau tidak terus-menerus, dan

    mengakibatkan angka laba (rugi) yang dilaporkan dalam laporan rugi-laba

    berfluktuasi. Adanya komponen transitori pada laba menyebabkan laba

    bersifat kurang permanen atau laba mempunyai persistensi yang rendah.

    Peristiwa transitori adalah peristiwa yang terjadi pada waktu tertentu dan hanya berpengaruh pada perioda terjadinya peristiwa tersebut. Semakin besar

    gangguan persepsian yang terkandung dalam laba akuntansi, maka semakin

    rendah persistensi laba akuntansi.

    2.4 Akrual Menurut Weygandt, et al (2002:89), definisi accrual basis adalah dasar

    pengakuan pencatatan atas pendapatan dan biaya pada saat terjadinya

    transaksi meskipun penerimaan atau pengeluaran kas belum

    terselesaikan.

    Dalam artikel Tim Keefe, CFA di www.investopedia.com yang berjudul Earnings Quality dikatakan bahwa semakin tinggi persentase total akrual

    terhadap total asset, maka semakin rendah pula kualitas dari laba tersebut. Akrual dapat dikatakan sebagai refleksi dari manipulasi laba

    dalam laporan keuangan, namun dapat juga sebagai estimasi akuntansi

    yang normal berdasarkan bisnis di masa depan. Menurut Chandrarin

    (2001) dalam Wijayanti (2006), ini berarti bahwa, akrual dapat dikatakan

    sebagai komponen laba transitori.

    2.5 Arus Kas Operasi

    Arus kas operasi merupakan arus kas yang diperoleh dari aktivitas

    operasi penghasil utama pendapatan perusahaan. Jumlah arus kas yang

    berasal dari aktivitas operasi merupakan indikator yang menentukan

    apakah dari operasinya perusahaan dapat menghasilkan arus kas yang cukup untuk melunasi pinjaman, memelihara kemampuan operasi

    perusahaan, membayar dividend dan melakukan investasi baru tanpa

    mengandalkan pada sumber pendanaan dari luar.

    Ini berarti bahwa, aliran kas dapat dikatakan sebagai komponen laba

    permanen. Konsep laba permanen pada dasarnya merupakan balikan dari konsep transitori, sebagaimana yang dikatakan Chandrarin (2001) dalam

    Wijayanti (2006). Maknanya adalah laba yang realisasi kas masuk dan

    keluarnya sudah terjadi.

    2.4 Pengembangan Hipotesis Book-tax differences yang besar merupakan indikasi rendahnya

    persistensi laba, belum ada hasil penelitian yang konsisten dari berbagai

    peneliti atas topik yang relatif sama. Penelitian ini mendasarkan pendapat dalam literatur analisis keuangan yang fokus utamanya adalah pada book-tax differences dimana laba akuntansi lebih besar dibanding laba kena pajak

    (perbedaan positif), dan book-tax differences tersebut dapat digunakan untuk

    menilai kualitas laba akuntansi, maka hipotesis pertama dalam bentuk

    alternatif yang diuji adalah:

    H1a :Perusahaan dengan large negative book-tax differences mempunyai

  • 6

    Prosiding Simposium Nasional Perpajakan 4

    persistensi laba akuntansi lebih rendah dibanding perusahaan dengan small book-tax differences.

    H1b :Perusahaan dengan large positive book-tax differences mempunyai

    persistensi laba akuntansi lebih rendah dibanding perusahaan dengan small book-tax differences.

    Book-tax differences mengindikasikan kualitas laba rendah karena

    subyektivitas dalam proses akrual untuk tujuan pelaporan keuangan dibanding untuk tujuan pajak. Jika book-tax differences menunjukan

    subyektivitas dalam proses akrual pelaporan keuangan, maka perusahaan dengan large negative or positive book-tax differences akan menunjukkan

    komponen laba akrual yang kurang persisten dibanding perusahaan yang memiliki small book-tax differences. Model ini menginvestigasi apakah harga

    saham mencerminkan perbedaan ekspektasi investor tentang laba masa depan berdasarkan tingkat perbedaan antara laba akuntansi dan laba fiskal. Joos et al. (2002) dalam Hanlon (2005) melaporkan bahwa earning response coefficient yang lebih rendah bagi perusahaan dengan large book-tax differences dan menyimpulkan bahwa large book-tax differences memberikan kesan bahwa

    manajemen telah menggunakan akrual yang berbeda untuk menghitung

    transaksi yang pada dasarnya sama, dan menunjukkan kemungkinan bahwa

    kebebasan pelaporan manajer digunakan secara oportunistik. Penelitian ini menginterpretasikan bahwa hubungan negatif antara laba-return pada perusahaan dengan large book-tax differences menunjukkan bukti bahwa investor mengakui kemungkinan adanya manajemen laba ketika book-tax differences besar, dan publik memberikan suatu bobot lebih rendah atas laba

    yang direkayasa tersebut, maka hipotesis kedua dalam bentuk alternatif yang

    diuji adalah:

    H2a :Perusahaan dengan large negative book-tax differences mempunyai

    persistensi komponen laba akrual lebih rendah dibanding perusahaan dengan small book-tax differences.

    H2b :Perusahaan dengan large positive book-tax differences mempunyai

    persistensi komponen laba akrual lebih rendah dibanding perusahaan dengan small book-tax differences.

    Pengujian atas hipotesis 3 menyangkut bahwa persistensi laba maupun

    komponen arus kas dan akrual yang tercermin dalam harga saham adalah konsisten. Konsisten berarti koefisiennya sama dan informasi persistensi

    tercermin dalam harga saham, yang berarti bahwa investor mampu merespon

    informasi persistensi laba dan komponen tanpa bias persepsian. Jika terdapat

    bias, koefisien model harga saham lebih rendah dari persistensi maka investor underweight (kurang merespon) yang berarti ada gangguan bias persepsian, (pasar merespon lebih rendah). Jika sebaliknya, overweight (kurang merespon)

    yang berarti juga ada gangguan bias persepsian yang artinya pasar merespon lebih tinggi daripada nilai informasi persistensi yang dilepaskan ke pasar.

    Hipotesis ketiga yang diuji adalah:

    H3 : Ekspektasi persistensi laba akuntansi yang tercermin dalam harga saham

    untuk komponen akrual adalah konsisten dengan persistensi akrual dan persistensi aliran kas bagi perusahaan dengan Book-Tax Differences besar.

    3. METODA PENELITIAN

    3.1 Sumber Data dan Pemilihan Sampel Penelitian

    Obyek penelitian yang digunakan penulis adalah perusahaan yang

    terdaftar di Bursa Efek Indonesia sebelum tahun 2007, dan yang memiliki laba akuntansi komersial, laba fiskal, dan arus kas operasi yang positif selama

    tahun pengamatan, yaitu tahun 2007, 2008, dan 2009. Data perusahaan

  • 7

    Prosiding Simposium Nasional Perpajakan 4

    didapat dari berbagai macam sumber seperti Indonesian Capital Market Directory (ICMD), Pusat Data Pasar Modal IBII, I Camel Bursa Efek Indonesia,

    Situs www.finance.yahoo.com, dan Situs Bursa Efek Indonesia www.bei5000.com dan www.idx.co.id.

    3.2 Definisi dan Pengukuran Variabel 1. PTBIt+1 (Pre-Tax Book Income)

    Merupakan laba akuntansi sebelum pajak satu periode mendatang. Variabel ini merupakan laba perusahaan sebelum beban pajak kini (current tax expense) dan pos-pos luar biasa (extraordinary item).

    2. PTBIt (Pre-Tax Book Income)

    Merupakan laba akuntansi sebelum pajak (tahun 2009, 2008, dan

    2007). Variabel ini merupakan laba perusahaan sebelum beban pajak kini

    dan pos luar biasa. 3. PTCF (Pre-Tax Cash Flow)

    Merupakan aliran kas sebelum pajak yang merupakan proksi komponen laba permanen yang adalah aliran kas masuk dan kas keluar dari

    aktivitas operasi sebelum pajak. Variabel ini merupakan total aliran kas

    operasi dikurangi aliran kas dari pos-pos luar biasa dan ditambah pajak

    penghasilan. 4. PTACC (Pre-Tax Accrual)

    Merupakan laba akrual sebelum pajak yang merupakan proksi komponen laba transitori. Laba akrual sebelum pajak merupakan item laba

    sebelum pajak yang tidak mempengaruhi kas pada periode berjalan. Variabel

    ini merupakan laba akuntansi sebelum pajak (PTBI) dikurangi aliran kas

    operasi sebelum pajak (PTCF). 5. Perbedaan laba akuntansi dan laba fiskal (Book-Tax Differences)

    Merupakan selisih antara laba akuntansi dan laba fiskal yang merupakan proksi discretionary accrual yang hanya berupa perbedaan

    temporer, dan ditunjukan oleh akun beban (manfaat) pajak tangguhan (deffered tax expense (Benefit)). Kewajiban pajak tangguhan timbul apabila

    beda waktu menyebabkan terjadinya koreksi negatif sehingga beban pajak

    menurut akuntansi lebih besar daripada beban pajak menurut peraturan

    perpajakan. Kewajiban pajak tangguhan adalah jumlah pajak penghasilan terutang untuk periode mendatang sebagai akibat adanya perbedaan

    temporer kena pajak.

    Beda tetap dikeluarkan dari selisih ini karena di dalam beda tetap

    tidak terdapat komponen akrual yang dapat dijadikan indikator

    kebijaksanaan manajemen dalam proses akrual. Variabel ini merupakan

    variabel moderasi yang mewakili subsampel perusahaan dengan perbedaan besar negatif (LNBTD), perbedaan besar positif (LPBTD), dan perbedaan kecil

    (SBTD) a. Large Negative Book-Tax Differences (LNBTD)

    Menurut Revsine, et al., (2001) dalam Handayani (2006), LNBTD

    merupakan perbedaan negatif antara laba akuntansi dan laba fiskal

    periode t, dimana laba akuntansi lebih kecil daripada laba fiskal. LNBTD merupakan variabel indikator yang diperoleh dengan cara mengurutkan

    perbedaan temporer per tahun, kemudian seperlima urutan terbawah

    dari sampel mewakili kelompok LNBTD diberi kode 1, dan yang lainnya

    diberi kode 0. b. Large Positive Book-Tax Differences (LPBTD).

    Menurut Revsine, et al., (2001) dalam Handayani (2006), LPBTD

    merupakan perbedaan positif antara laba akuntansi dan laba fiskal periode t, dimana laba akuntansi lebih besar daripada laba fiskal. LPBTD

    merupakan variabel indikator yang diperoleh dengan cara mengurutkan

    perbedaan temporer per tahun, kemudian seperlima urutan tertinggi dari

  • 8

    Prosiding Simposium Nasional Perpajakan 4

    sampel mewakili kelompok LPBTD diberi kode 1, dan yang lainnya diberi

    kode 0. c. Small Book-Tax Differences (SBTD)

    Merupakan subsampel sisa dari urutan setelah LNBTD dan LPBTD. 6. CARt+1 (Cummulative Abnormal Return)

    Merupakan kumulatif return tidak normal masa depan sebagai proksi perubahan harga saham yang adalah akumulasi kelebihan return yang sesungguhnya terjadi terhadap return normal. Return normal merupakan return ekspektasi yang dihitung dengan market adjusted model. Model ini menganggap bahwa penduga terbaik untuk mengestimasi expected return saham adalah return indeks pasar pada saat tersebut. Berdasarkan telaah tersebut, variabel CAR didapat dengan menjumlahkan abnormal return

    selama periode penelitian. Adapun Abnormal return didapat dengan mengurangkan Individual Return yang diproksikan melalui closing price saham dengan Market Return yang diproksikan melalui Indeks Harga

    Saham Gabungan (IHSG). Penelitian ini dilakukan dengan mengamati window period tiga hari sebelum (-3) dan 3 hari sesudah (+3) tanggal

    publikasi laporan keuangan. Perhitungan return abnormal adalah :

    ARi,t= Ri,t Rm,t ARi,t = abnormal return perusahaan i pada hari t Ri,t = return sekuritas perusahaan i pada hari t Rm,t = return indeks pasar pada hari t

    Ri,t =

    Rm,t =

    Rit = return sesungguhnya perusahaan i pada hari t Pit = closing price perusahaan i pada hari t Pit-1 = closing price perusahaan i pada hari sebelum t Rmt = return pasar pada hari t

    IHSGt = Indeks Harga Saham Gabungan pada hari t

    IHSGt+1 = Indeks Harga Saham Gabungan pada hari sebelum t

    Variabel penelitian diatas (PTBI, PTCF, PTACC, dan Beban Pajak

    Tangguhan) dibagi dengan total asset rata-rata per perusahaan sampel

    (Sloan, 1996).

    3.3 Model Penelitian dan Teknik Analisis Data

    Untuk pengujian H1a dan H1b, dilakukan analisis regresi linier ganda

    dengan persamaannya adalah sebagai berikut : PTBIt+1 = 0 + 1 LNBTD + 2 LPBTD + 3 PTBIt + 4 PTBIt*LNBTD +5 PTBIt*LPBTD + t+1....................................(Model 1) Jika perusahaan mempunyai large negative/positive book-tax difference, maka

    akan menunjukkan persistensi laba yang lebih rendah dibanding perusahaan dengan small book-tax difference, sehingga 4 < 0 dan 5 < 0, konsisten dengan

    H1a dan H1b

    Untuk pengujian H2a dan H2b, dilakukan analisis regresi linier ganda dengan persamaannya adalah sebagai berikut : PTBIt+1 = 0 + 1LNBTD + 2 LPBTD + 3 PTCFt + 4 PTCFt*LNBTD +5

    PTCFt*LPBTD + 6 PTACCt + 7 PTACCt*LNBTD + 8 PTACCt*LPBTD +

    t+1...........(Model 2) Dalam Model 2, 6 mencerminkan persistensi komponen akrual untuk

    perusahaan dengan small book-tax difference. 7 dan 8 mencerminkan perbedaan persistensi komponen akrual pada perusahaan dengan large negative (positive) book tax differences. Jika large book-tax differences menunjukkan persistensi laba akrual lebih rendan maka 7, 8 < 0, konsisten dengan H2a dan H2b. Selanjutnya,

  • 9

    Prosiding Simposium Nasional Perpajakan 4

    koefisien 3 mencerminkan persistensi aliran kas untuk perusahaan

    dengan small book-tax differences. Berdasarkan penelitian sebelumnya (Sloan, 1996), maka hasil yang diharapkan 6 < 3.

    Dalam Hipotesis 3, penulis menginvestigasi apakah harga saham

    mencerminkan perbedaan ekspektasi investor tentang laba di masa depan berdasarkan tingkat perbedaan laba akuntansi dan laba fiskal. Joos et al. (2000) dalam Hanlon (2005) melaporkan bahwa earning response coefficient yang lebih rendah bagi perusahaan dengan large book-tax differences

    memberikan kesan bahwa manajemen telah menggunakan akrual yang berbeda untuk menghitung transaksi yang pada dasarnya sama, dan

    menunjukkan kemungkinan bahwa kebebasan pelaporan manajer digunakan

    secara oportunistik. Penelitian ini mengintepretasikan bahwa hubungan negatif antara laba-return pada perusahaan dengan large book-tax differences

    menunjukkan bukti bahwa investor mengakui kemungkinan adanya manajemen laba ketika book-tax differences besar, dan publik memberikan

    suatu bobot lebih rendah atas laba yang direkayasa tersebut. Sloan (1996) menyediakan bukti bahwa investor tidak secara tepat memahami persistensi

    akrual dan aliran kas yang terkandung di dalam laba. Jika investor menggunakan tingkat book-tax differences sebagai informasi tentang persistensi akrual, kemudian mereka mungkin tidak misprice terhadap akrual pada perusahaan yang memiliki book-tax differences besar. Secara khusus,

    penelitian ini menggabungkan perkiraan sistem persamaan ekspektasi dengan

    persamaan penetapan harga dengan cara mensubtitusikan persamaan ekspektasi ke dalam persamaan penetapan harga untuk masing-masing

    subsampel. Pengujian ini juga menggunakan dua persamaan, yaitu

    persamaan rasionalitas pasar yang sesuai dengan model persistensi laba

    sebelum pajak dan persamaan rasionalitas pasar sesuai dengan model

    komponen laba sebelum pajak.

    PTBIt+1= 0 + 1 PTBIt+ t+1................(Model 3) CARt+1=+ 1 (PTBIt+1 0 1*PTBIt) + t+1.................(Model 4) = - 1 0 + 1PTBIt+1- 1 1*PTBIt = k* + a0 PTBIt+1 + a1 PTBIt + t+1 Dimana: k* = - 1 0; a0 = 1 ; a1 = - 1 1* Jika harga saham secara tepat mencerminkan persistensi laba dan aliran kas komponen akrual, maka 1 =a1.

    PTBIt+1 = 0 + 1 PTCFt + 2 PTACCt + t+1....(Model 5) CARt+1 = + 1 (PTBIt+1 0 1*PTCFt 2*PTACCt ) + t+1........(Model 6)

    = -10 +1PTBIt+1+ -11*PTCFt+ -12*PTACCt = k* + a0 PTBIt+1 + a1 PTCFt + a2 PTACCt + t+1 Dimana : k* = - 1 0 ; a0 = 1 ; a1 = -11*; a2 = -12* Jika harga saham secara tepat mencerminkan persistensi laba dan aliran kas komponen akrual, maka 1 =a1dan 2 = a2.

    Sedangkan untuk menguji efisiensi pasar yang berguna untuk

    menentukan apakah harga saham mampu mencerminkan informasi yang digunakan dalam model ekspektasi digunakan persamaan berikut:

    X2(q) = 2n log (SSR1/SSR2)

    Dimana : q = jumlah informasi yang digunakan dalam model

    (jumlah variabel)

    n = jumlah observasi (jumlah sampel) SSR1 = Sum of square residuals dari prediksi

    SSR2 = Sum of square residuals dari penetapan harga

    4. ANALISIS DAN PEMBAHASAN

    4.1 Statistik Deskriptif dan Pengujian Asumsi Klasik

    Tabel 4.1 (lampiran 2) menyajikan statistik deskriptif data sampel dalam

    penelitian ini. Nilai rata-rata PTBIt*LNBTD (0.02480) yang lebih besar daripada

  • 10

    Prosiding Simposium Nasional Perpajakan 4

    PTBIt*LPBTD (0.01335) menunjukkan bahwa lebih banyak perusahaan yang memiliki book-tax differences yang negatif daripada yang positif. Semakin besar nilai PTBIt yang terpengaruh oleh book-tax differences, kualitas laba akuntansi yang disajikan makin diragukan. Besarnya book-tax differences

    pada sampel penelitian, umumnya terletak pada penyusutan aktiva tetap,

    penghapusan piutang, penghasilan final (bunga), dan natura atau kenikmatan

    yang diberikan kepada karyawan.

    Rata-rata variabel akrual sebesar -0.16896 dari nilai asset

    mengindikasikan bahwa secara rata-rata laba akrual cenderung akan menurunkan laba, dan hasil ini konsisten dengan penelitian sebelumnya

    (Sloan, 1996).

    Nilai rata-rata arus kas yang dipengaruhi oleh LNBTD yang lebih tinggi

    daripada yang dipengaruhi oleh LPBTD menunjukkan bahwa lebih banyak perusahaan yang memiliki book-tax differences yang negatif daripada yang

    positif. Hasil uji asumsi terhadap model penelitian dilakukan agar hasil yang

    diperoleh tidak bersifat bias. Uji asumsi tersebut khususnya uji

    multikolinieritas terjadi dalam beberapa model dalam penelitian ini, hal ini

    kemungkinan terjadi karena adanya variabel LNBTD dan LPBTD sebagai

    variabel moderating yang dapat mempengaruhi independensi masing-masing variabel independen.

    4.2 Pengujian Hipotesis 1

    Berdasarkan tabel 4.3.1, hasil Pengujian dimana hasil uji F yang

    diperoleh adalah 94.814 dan tingkat signifikansi yang diperoleh adalah 0.000

    (berpengaruh signifikan, sig-F < 0.05). Dari tabel R2 yang diperoleh 0.709, yang berarti 70.9% PTBIt+1 dapat dijelaskan oleh LNBTD, LPBTD, PTBIt,

    PTBIt*LNBTD, PTBIt*LPBTD dengan estimasi standar eror sebesar 0.07558166.

    Terdapat koefisien yang tidak signifikan, yaitu koefisien untuk LPBTD

    dan untuk PTBIt*LPBTD. Tanda koefisien negatif pada PTBIt*LNBTD dan

    PTBIt*LPBTD menunjukkan bahwa laba akuntansi sebelum pajak yang dipengaruhi oleh selisih besar antara laba akuntansi dan laba fiskal, baik itu

    selisih positif maupun selisih negatif, akan mempengaruhi persistensi laba akuntansi satu perioda mendatang secara negatif. Semakin besar book-tax differences, maka semakin rendah pula persistensi laba akuntansi satu

    perioda mendatang. Hal ini mencerminkan kualitas laba yang rendah akibat adanya pengaruh large book-tax differences. Dengan demikian Hipotesis 1a

    tidak ditolak dan hipotesis 1b ditolak karena variabel PTBIt*LPBTD secara individu tidak secara signifikan mempengaruhi persistensi laba akuntansi.

    4.3 Pengujian Hipotesis 2

    Berdasarkan tabel 4.3.2, tanda koefisien negatif pada PTCF*LNBTD,

    PTCF*LPBTD, PTACC*LNBTD, dan PTACC*LPBTD menunjukkan bahwa arus

    kas operasi sebelum pajak dan laba akrual sebelum pajak yang dipengaruhi oleh selisih antara laba akuntansi dan laba fiskal, baik itu selisih negatif

    maupun selisih positif, akan mempengaruhi persistensi laba akuntansi satu perioda mendatang secara negatif. Semakin besar book-tax differences, maka

    semakin rendah pula persistensi laba akuntansi satu perioda mendatang. Hal ini mencerminkan kualitas laba yang rendah akibat adanya pengaruh large book-tax differences. Dengan demikian Hipotesis 2a tidak ditolak dan hipotesis

    2b ditolak karena variabel PTACC*LPBTD secara individu tidak secara signifikan mempengaruhi persistensi laba akuntansi.

    4.4 Pengujian Hipotesis 3

    Berdasarkan tabel 4.3.3, dalam ketiga subsampel tersebut, koefisien

    laba dalam model prediksi sebesar 0.500, 0.787, dan 0.923, sedangkan

  • 11

    Prosiding Simposium Nasional Perpajakan 4

    koefisien laba pada model penetapan harga sebesar -0.016, -0.068, dan 0.129. Dapat disimpulkan bahwa nilai 1 a1.

    Berdasarkan tabel 4.3.4, dapat dilihat bahwa nilai 1 untuk ketiga

    subsampel tidak sama dengan nilai a1 (1 a1), nilai 2 untuk ketiga subsampel tidak sama dengan a2 (2 a2). Berdasarkan tabel 4.3.5 yang membandingkan koefisien tersebut, menunjukkan bahwa investor underweight terhadap laba sekarang dalam

    hubungannya dengan laba mendatang. Hasil tersebut mengindikasikan pula bahwa harga saham belum mampu mencerminkan informasi laba sekarang

    untuk memprediksi laba mendatang. Dengan demikian, investor juga belum

    mampu membedakan informasi yang ada dalam komponen akrual dan aliran

    kas dalam menentukan persistensi laba. Hal ini didukung dengan hasil

    pengujian yang terdapat pada tabel 4.3.4, yang menunjukkan hasil bahwa koefisien komponen laba dalam model prediksi tidak sama dengan koefisien komponen laba dalam model penetapan harga (1 a1 dan 2 a2). Dengan

    menggunakan pengujian bersama-sama (joint test) terhadap koefisien laba

    pada masing-masing subsampel, yang terlihat besarnya X2 pada tabel 4.3.5

    dan tabel 4.3.6 yang menunjukkan koefisien pada model prediksi tidak sama

    dengan koefisien pada model penetapan harga. Hasil tersebut mengindikasikan bahwa harga saham belum mampu mencerminkan informasi

    laba sekarang untuk memprediksikan laba mendatang. Dengan demikian,

    investor juga belum mampu membedakan informasi yang ada dalam

    komponen akrual dan aliran kas dalam menentukan persistensi laba. Dengan

    demikian hipotesis 3 ditolak. Hal ini selaras dengan hasil penelitian Handayani

    Tri Wijayanti (2006).

    5. SIMPULAN DAN SARAN

    Berdasarkan penelitian dan analisis yang telah dilakukan oleh penulis, maka penulis dapat mengambil kesimpulan, bahwa (1) Large negative book-tax differences secara negatif berpengaruh signifikan secara statistik terhadap persistensi laba akuntansi satu periode kedepan, (2) Perusahaan dengan large negative book-tax differences signifikan secara statistik mempunyai persistensi laba lebih rendah yang disebabkan oleh komponen akrualnya daripada perusahaan dengan small book-tax differences, (3) Harga saham tidak

    mencerminkan informasi yang digunakan dalam model ekspektasi. Berarti

    bahwa investor belum mampu membedakan komponen laba dalam

    menentukan persistensi laba.

    Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan yang harus diperhatikan dalam menginterpretasikan hasil analisis diatas. Penelitian ini hanya berfokus

    pada perusahaan yang mendapatkan laba selama perioda pengamatan. Dan

    perioda pengamatan penelitian relatif pendek untuk menaksir parameter-

    parameter model penelitian. Selain itu mencoba sensitivitas selain seperlima

    yang memungkinkan variabel LPBTD tidak signifikan. Untuk penelitian

    selanjutnya, agar memperbanyak jumlah objek penelitian dan memperhitungkan beda permanen dalam menentukan LNBTD dan LPBTD

    serta menggunakan sampel perusahaan baik laba maupun rugi. Untuk para

    pemakai laporan keuangan dan laporan tahunan, agar lebih mewaspadai

    perbedaan besar antara laba akuntansi dan laba fiskal yang mencerminkan

    kualitas dari laba akuntansi yang dilaporkan.

  • 12

    Prosiding Simposium Nasional Perpajakan 4

    DAFTAR PUSTAKA

    Fischer, Marilyn & Kenneth Rosenzweig. 1995. Attitudes of Students and Accounting Practitioners Concerning the Ethical Acceptability of Earnings Management. Journal of Business Ethics.

    Hanlon, M. 2005. The Persistence and Pricing of Earnings, Accruals, and Cash Flows When Firms Have Large Book-tax Differences. The Accounting Review 80 (March).

    Jonas, G. and J. Blanchet. 2000. Assessing Quality of Financial Reporting. Accounting Horizons.

    Lev, B dan D. Nissim. 2004. Taxable Income, Future Earnings, and Equity Value. The Accounting Review (October).

    Mills, L dan K. Newberry. 2001. The Influence of Tax and Nontax Costs on Book-tax

    Reporting Differences. The Journal of the American Taxation Association,

    23 (1).

    Philips, John., Morton Pincus dan Sonja Olhoft Rego. 2003. Earnings Management: New Evidence Based on Deffered Tax Expense. The Accounting Review.

    Sloan, R. G. 1996. Do Stock Price Fully Reflect Information in Accruals and Cash Flows about Future Earnings ?. The Accounting Review 76 (July).

    Watts, Ross L. dan Jerold L. Zimmerman 1986. Positive Accounting Theory,

    International Edition, New Jersey : Prentice-Hall Inc.

    Wijayanti, H. T. 2006. Analisis Pengaruh Perbedaan Antara Laba Akuntansi dan Laba

    Fiskal Terhadap Persistensi Laba, Akrual, dan Arus Kas. Simposium Nasional Akuntansi 9 Padang.

  • 13

    Prosiding Simposium Nasional Perpajakan 4

    Lampiran 1

    Daftar Perusahaan Sampel

    No Kode Nama Perusahaan

    1 AKRA PT AKR Corporindo Tbk.

    2 ANTM PT Aneka Tambang (Persero) Tbk.

    3 AKPI PT Arga Karya Prima Industry Tbk.

    4 ARTA PT Arthavest Tbk.

    5 ARNA PT Arwana Citramulia Tbk.

    6 AMFG PT Asahimas Flat Glass Tbk.

    7 ASGR PT Astra Graphia Tbk.

    8 ASII PT Astra International Tbk.

    9 AUTO PT Astra Otoparts Tbk.

    10 AMAG PT Asuransi Multi Artha Guna Tbk.

    11 UNSP PT Bakrie Sumatera Plantations Tbk.

    12 BMRI PT Bank Mandiri (Persero) Tbk.

    13 BAYU PT Bayu Buana Tbk.

    14 BRNA PT Berlina Tbk.

    15 BTON PT Betonjaya Manunggal Tbk.

    16 PTBA PT Bukit Asam (Persero) Tbk.

    17 CTRS PT Ciputra Surya Tbk.

    18 CMNP PT Citra Marga Nusaphala Persada Tbk.

    19 DVLA PT Darya-Varia Laboratoria Tbk.

    20 DLTA PT Delta Djakarta Tbk.

    21 EPMT PT Enseval Putera Megatrading Tbk.

    22 FASW PT Fajar Surya Wisesa Tbk.

    23 FAST PT Fast Food Indonesia Tbk.

    24 GGRM PT Gudang Garam Tbk.

    25 HMSP PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk.

    26 HERO PT Hero Supermarket Tbk.

    27 BRAM PT Indo Kordsa Tbk.

    28 INTP PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk.

    29 INDF PT Indofood Sukses Makmur Tbk.

    30 ISAT PT Indosat Tbk.

    31 INTA PT Intraco Penta Tbk.

    32 JPFA PT Japfa Tbk.

    33 JTPE PT Jasuindo Tiga Perkasa Tbk.

    34 JRPT PT Jaya Real Property Tbk.

    35 KLBF PT Kalbe Farma Tbk.

    36 KREN PT Kresna Graha Sekurindo Tbk.

    37 LION PT Lion Metal Works Tbk.

    38 LPCK PT Lippo Cikarang Tbk.

    39 TCID PT Mandom Indonesia Tbk.

    40 MYOR PT Mayora Indah Tbk.

    41 MERK PT Merck Tbk.

    42 MITI PT Mitra Investindo Tbk.

    43 MLBI PT Multi Bintang Indonesia Tbk.

    44 MICE PT Multi Indocitra Tbk.

    45 MRAT PT Mustika Ratu Tbk.

    46 APIC PT Pan Pacific International Tbk.

    47 PEGE PT Panca Global Securities Tbk.

    48 PGAS PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk.

    49 PTSP PT Pioneerindo Gourmet International Tbk.

    50 LSIP PT PP London Sumatera Indonesia Tbk.

  • 14

    Prosiding Simposium Nasional Perpajakan 4

    51 PYFA PT Pyridam Farma Tbk.

    52 RUIS PT Radiant Utama Interinsco Tbk.

    53 RALS PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk.

    54 RDTX PT Roda Vivatex Tbk.

    55 SMDR PT Samudera Indonesia Tbk.

    56 SMSM PT Selamat Sempurna Tbk

    57 SMGR PT Semen Gresik (Persero) Tbk.

    58 SMAR PT Sinar Mas Agro Resources And Technology

    (SMART) Tbk.

    59 IKBI PT Sumi Indo Kabel Tbk.

    60 TOTO PT Surya Toto Indonesia Tbk.

    61 TLKM PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk.

    62 TSPC PT Tempo Scan Pacific Tbk.

    63 TIRA PT Tira Austenite Tbk.

    64 TOTL PT Total Bangun Persada Tbk.

    65 TRST PT Trias Sentosa Tbk.

    66 UNVR PT Unilever Indonesia Tbk.

    67 UNTR PT United Tractor Tbk.

    Lampiran 2

    Tabel 4.1

    Statistik Deskriptif Variabel Penelitian

    N Minimum Maximum Mean Std.

    Deviation

    PTBIt+1 201 .00026 .65961 .1670946 .13824114

    PTBIt 201 .00026 .84881 .1583534 .14311716

    LNBTD 201 0 1 .12 .325 LPBTD 201 0 1 .07 .263

    PTBIt*LNBTD 201 .00000 .84881 .0248026 .10171734

    PTBIt*LPBTD 201 .00000 .65961 .0133537 .06397839

    PTCFt 201 .00500 11.00522 .3273161 .90298565

    PTCFt* LNBTD 201 .00000 .99752 .0374754 .13404882 PTCFt* LPBTD 201 .00000 .69998 .0200998 .08632021

    PTACCt 201 -10.97563 .18401 -.1689634 .90075989

    PTACCt*

    LNBTD

    201 -.80781 .09058 -.0126729 .06721135

    PTACCt*

    LPBTD

    201 -.35516 .16019 -.0067461 .03845762

    CARt+1 201 -.17858 .94816 -.0018763 .09464770

    Asset Rata-

    Rata

    201 75393 357380291 10974096.9

    7

    40765089.8

    19

    Beban Pajak

    Tangguhan

    201 -.12373 .02392 -.0015477 .01032571

  • 15

    Prosiding Simposium Nasional Perpajakan 4

    Tabel 4.2.1

    Hasil Uji Normalitas : Normality Probability Plot

    Tabel 4.2.2

    Hasil Uji Autokorelasi : Breusch Godfrey Test

    Model Penelitian res_2 Keterangan

    Model 1 0.917 Bebas Autokorelasi

    Model 2 0.990 Bebas Autokorelasi

    Model 3 0.703 Bebas Autokorelasi

    Model 5 0.708 Bebas Autokorelasi

    Tabel 4.2.3

    Hasil Uji Heterokedastisitas : Scatter Plot

    Model

    Penelitian

    Keterangan

    Model 1 Bebas

    Heterokedastisitas

    Model 2 Bebas

    Heterokedastisitas

    Model 3 Bebas

    Heterokedastisitas

    Model 4 Bebas Heterokedastisitas

    Tabel 4.2.4

    Hasil Uji Multikolinieritas

    Variabel Penelitian Tolera

    nce

    VIF Keterangan

    Model

    1

    LNBTD 0.503 1.988 Bebas

    Multikolinieritas

    LPBTD 0.430 2.323 Bebas Multikolinieritas

    PTBIt 0.607 1.648 Bebas

    Multikolinieritas

    PTBIt*LNBTD 0.382 2.620 Bebas

    Multikolinieritas

    PTBIt*LPBTD 0.397 2.517 Bebas

    Multikolinieritas

    Model

    2

    LNBTD 0.387 2.586 Bebas

    Multikolinieritas

    LPBTD 0.309 3.233 Bebas Multikolinieritas

    PTCF 0.015 65.88

    1

    Multikolinieritas

    PTCF*LNBTD 0.215 4.658 Bebas

    Multikolinieritas

    PTCF*LPBTD 0.214 4.664 Bebas

    Multikolinieritas

    PTACC 0.015 65.48 Multikolinieritas

    Model Penelitian Keterangan

    Model 1 Berdistribusi normal

    Model 2 Berdistribusi normal

    Model 3 Berdistribusi normal

    Model 5 Berdistribusi normal

  • 16

    Prosiding Simposium Nasional Perpajakan 4

    5

    PTACC*LNBTD 0.455 2.196 Bebas

    Multikolinieritas

    PTACC*LPBTD 0.443 2.256 Bebas

    Multikolinieritas

    Model 3

    PTBIt 1.000 1.000 Bebas Multikolinieritas

    Model

    5

    PTCF 0.025 39.9

    72

    Multikolinieritas

    PTACC 0.025 39.97

    2

    Multikolinieritas

    Tabel 4.3.1

    Hasil Pengujian Hipotesis 1 (Model 1)

    Variabel Koefisien Sig. R2

    LNBTD 0.088 0.000

    0.709 LPBTD 0.025 0.416

    PTBIt 0.923 0.0000

    PTBIt*LNBTD -0.423 0.0000

    PTBIt*LPBTD -0.136 0.306

    Tabel 4.3.2

    Hasil Pengujian Hipotesis 2 (Model 2)

    Variabel Koefisien Sig. R2

    LNBTD 0.059 0.025

    0.719

    LPBTD 0.000 0.989

    PTCF 0.923 0.000

    PTCF*LNBTD -0.394 0.000

    PTCF*LPBTD -0.113 0.396

    PTACC 0.924 0.000

    PTACC*LNBTD -0.607 0.000

    PTACC*LPBTD -0.349 0.093

    Tabel 4.3.3 Hasil Pengujian Hipotesis 3

    Perbandingan Model Prediksi Laba dan Penetapan Harga

    Tabel 4.3.4

    Hasil Pengujian Hipotesis 3

    Perbandingan Model Prediksi Komponen Laba dan Penetapan Harga

    Tabel 4.3.5

    Pengujian Efisiensi Pasar Model Prediksi

    Laba dan

    Penetapan Harga (Model 3&4)

    Subsampel 1 a1

    LNBTD 0.500 -0.016

    LPBTD 0.787 -0.068

    SBTD 0.923 0.129

    Subsampel 1 a1 2 a2

    LNBTD 0.529 0.038 0.316 -

    0.216

    LPBTD 0.810 0.111 0.574 -0.095

    SBTD 0.922 0.128 0.923 0.127

  • 17

    Prosiding Simposium Nasional Perpajakan 4

    Subsampel X2

    LNBTD 5.86718

    LPBTD 2.06269

    SBTD -

    24.54211

    Tabel 4.3.6

    Pengujian Efisiensi Pasar Model Prediksi Komponen Laba dan Penetapan

    Harga (Model 5&6)

    Subsampel X2

    LNBTD 4.19084

    LPBTD 1.47335

    SBTD -

    17.53008