Upload
yoga-pranata-suharya
View
223
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
7/21/2019 220 224 Intensitas Serangan Kumbang Muh Askari
1/5
Muh Askari Kuruseng, dan Rismayani : Intensitas Serangan Kumbang Bubuk Buah (Stephanoderes hampei) Pada Pertanaman Kopi Di Desa
Bulukamase, Kecamatan Sinjai Selatan, Kabupaten Sinjai, Sulawesi Selatan.
220
INTENSITAS SERANGAN KUMBANG BUBUK BUAH (Stephanoderes Hampei)
PADA PERTANAMAN KOPI DI DESA BULUKAMASE, KECAMATAN SINJAI
SELATAN, KABUPATEN SINJAI, SULAWESI SELATAN
Muh Askari Kuruseng 1dan Rismayani 2
1 Jurusan Penyuluhan Pertanian STPP Gowa2 Tenaga Teknis STPP Gowa
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui intensitas serangan Stephanoderes hampeiyang menyerangpertanaman kopi di desa Bulukamase, Kecamatan Sinjai. Kegunaannya adalah sebagai bahan informasi
dalam upaya pengendalian S. hampeiyang menimbulkan kerusakan pada pertanaman kopi. Penelitian ini
dilaksanakan di Desa Bulukamase, Kecamatan Sinjai Selatan, Kabupaten Sinjai, Sulawesi Selatan mulai
tanggal 27 Juni sampai 20 Agustus 2006. Pertanaman kopi di Desa Bulukamase, Kecamatan Sinjai
Selatan, Kabupaten Sinjai, Sulawesi Selatan umumnya terserang S. hampei (hama kumbang bubuk
uah kopi), yang diakibatkan karena Desa Bulukamase merupakan daerah pegunungan dengan sistem
emiringan lahan dan tidak semua petani menggunakan pohon pelindung di pertanaman kopi mereka.
b
k
Kata kunci: Kopi, intensitas, Stephanoderes hampei
PENDAHULUAN
Kopi adalah suatu jenis tanaman tropis, yang dapat tumbuh dimana saja, terkecuali pada tempat-
tempat yang terlalu tinggi dengan temperatur yang sangat dingin atau daerah-daerah tandus yang
memang tidak cocok bagi kehidupan tanaman. Pertanaman kopi arabika di indonesia hanya terdapat pada
tempat-tempat ketinggian yaitu beberapa tempat di jawa timur,sumatera utara,Aceh,Bali,dan sulawesi
selatan. Sulawesi selatan merupakan salah satu daerah pengahasil kopi terutama kopi arabika yaitu
khususnya kabupaten Bantaeng, Toraja, enrekang, dan Sinjai.
Budidaya kopi Arabika merupakan usaha tani yang dapat memberikan sumbangan besar dalam
peningkatan pendapatan petani dan permintaan pasar (domestik dan luar negeri) yang makin meningkat.
Dalam upaya memenuhi permintaan, peningkatan produksi komunitas perlu di tingkatkan baik dari segi
kuantitas maupun dari segi kualitas atau mutunya. Namun selama ini yang terjadi adalah rendahnyaproduktivitas biji kopi yang ada dipasaran baik dalam negeri maupun luar negeri.
Salah satu penyebab rendahnya produktivitas kopi adalah adanya serangan hama dan penyakit.
Berbagai jenis hama dan penyakit telah menyerang pada areal pertanaman kopi yang akhirnya dapat
menimbulkan kerugian yang besar bagi para petani. Khusus untuk sulawesi selatan, tingkat serangan dan
penyebaran hama dan penyakit tanaman kopi sudah tinggi. Oleh karena itu perlu usaha pencegahan
maupun pengendalian hama dan penyakit dengan menerapkan konsep PHT yang berdasarkan atas,
konsepsi agroekosistem dan kelestarian lingkungan.
Kabupaten sinjai merupakan salah satu daerah penghasil kopi yang cukup berpotensi di sulawesi
selatan setelah Toraja dan Enrekang. Namun, tanaman kopi bukan merupakan komoditas utama
masyarakat Sinjai tetapi kopi merupakan komoditas sampingan setelah cengkeh, vanili dan lada bagi
penduduk sinjai khususnya kawasan sinjai selatan. Tingkat produksi kopi di sinjai yang rendah di
7/21/2019 220 224 Intensitas Serangan Kumbang Muh Askari
2/5
Prosiding Seminar Ilmiah dan Pertemuan Tahunan PEI dan PFI XX Komisariat Daerah Sulawesi Selatan, 27 Mei 2010
221
sebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya adalah sebagian tanaman telah tua atau rusak, sehingga
tidak produktif lagi, varietas yang di tanam sebagian besar hanya memiliki kemampuan produksi yang
rendah perlakuan budidaya yang sangat minim, dan yang paling penting yaitu adanya serangan hama dan
penyakit.
Berdasarkan pertimbangan diatas maka perlu dilakukan penelitian yang bertujuan untuk melihat
ejauh mana serangan S. hampei yaitu hama yang sering ditemukan di desa bulu kamase, kecamatan
injai selatan,kabupaten sinjai, Sulawesi Selatan.
s
s
BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Bulukamase, Kecamatan Sinjai Selatan, Kabupaten Sinjai,
Propinsi Sulawesi Selatan, yang berlangsung mulai tanggal 27 Juni sampai 20 Agustus 2008.
Metode Pelaksanaan
Untuk mendapatkan informasi mengenai kondisi serangan hama S. hampei dilakukan dengan dua
cara yaitu :
a.Teknik Wawancara (Quisioner)
Wawancara dilakukan pada 10 responden dengan mengajukan daftar pertanyaan sebagai berikut
1. Nama responden dan umurnya
2. Jumlah pohon kopi
3. Jenis kopi
4. Hasil panen/1 kali panen (liter)
5. Jenis hama dan penyakit yang menyerang tanaman kopi
6. Umur tanaman kopi
b.
Pengamatan Langsung Ke LapanganKunjungan langsung ke lapangan dilaksanakan dengan melakukan pengamatan pada areal
pertanaman kopi di 3 lokasi perkebunan yang berbeda dalam satu desa. Jumlah pohon yang diamati
dalam tiap kebun sebanyak 10 pohon secara acak. Pengamatan dilakukan dengan melihat bagian buah kopi
yang terserang S. hampei pada tiap kebun, setelah itu data yang terkumpul dari enam dusun tersebut
dipersentasikan secara menyeluruh untuk mewakili satu desa.
Parameter yang digunakan adalah: Rata-rata intensitas serangan S. hampeipada titik lokasi.
A
I = -------- X 100%
B
Keterangan :I = Intensitas Serangan (%)
A = Jumlah buah kopi yang terserang
B = Jumlah keseluruhan buah kopi
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil interview dengan 10 petani responden menunjukkan bahwa jenis kopi yang mereka tanam
adalah kopi Arabika dengan jumlah pohon yang berbeda-beda (Tabel 2). Serta umur tanaman berkisar
antara 3-30 tahun, dengan hasil panen tertinggi terdapat pada tanaman kopi yang berumur 5 tahun
dengan rata-rata produksi 20 liter/Ha. Berdasarkan pantauan ke lapangan dan interview yang dilakukan
dapat diketahui bahwa semua pertanaman kopi terserangS. hampei
danCyloborus comfactus
(Tabel 1).
7/21/2019 220 224 Intensitas Serangan Kumbang Muh Askari
3/5
Muh Askari Kuruseng, dan Rismayani : Intensitas Serangan Kumbang Bubuk Buah (Stephanoderes hampei) Pada Pertanaman Kopi Di Desa
Bulukamase, Kecamatan Sinjai Selatan, Kabupaten Sinjai, Sulawesi Selatan.
222
Berdasarkan survey yang dilakukan di pertanaman kopi petani di Desa Bulukamase dapat
diketahui bahwa kopi mereka terserang S. hampei dengan gejala pada buah yang terserang yaitu
terdapat lubang pada ujung buah bagian bawah dan terkadang lubangnya tertutupi oleh bekas gerekan
dari hama ini. Hal ini sesuai dengan pendapat Sri Najiyati dan Danarti (1999) bahwa gejala serangandari S. hampeiyaitu kopi yang terserang kelihatan ada satu atau dua lubang, yang terdapat dekat dasar
buah. Pada biji kopi yang masih hijau terdapat bubuk-bubuk yang berwarna cokelat dan hitam. Sedang
pada biji kopi yang telah masak terdapat larva-larva yang berwarna putih yang jumlahnya sampai 20
ekor (Tabel 2).
Tabel 1. Hasil interview Terhadap 10 Petani Ditiga Dusun Desa Bulukamase, Kecamatan Sinjai Selatan,
Kabupaten Sinjai, Sulawesi Selatan
No. Nama
Responden
(Usia)
Jumlah
Pohon
Kopi
Luas
Areal
(Ha)
Varietas
Kopi
Umur
Tanaman
(Tahun)
Hasil/l
Tanaman
(Tahun)
Jenis Hama Jenis
Penyakit
1. Rafi
(35 thn)
500
Pohon
1,5 Arabika 10 500 Penggerek
cabang
hitam
Karat daun
kopi
2. Abdullah
(41 thn)
50
Pohon
0,12 Arabika 10 30 Penggerek
Buah
Karat daun
kopi
3. Emmang
(23 thn)
35
Pohon
0,5 Arabika 5 20 Penggerek
Buah
Karat daun
kopi
4. Alimin
(25 thn)
300
Pohon
1,3 Arabika 3 100 Penggerek
Buah
Karat daun
Kopi
5. Muhtar
34 thn)
1000
Pohon
2,3 Arabika 5 1000 Penggerek
Cabang hitam&
Penggerek Buah
Karat daun
kopi
6. Rasyid
(28 thn)
2000
Pohon
3 Arabika 30 400 Penggerek
Buah
Karat daun
kopi
7. Suyuti
(39 thn)
300
Pohon
1,5 Arabika 3 100 Penggerek
Buah
Karat daun
Kopi
8. Amin
(23 thn)
500
Pohon
1,7 Arabika 10 1100 Penggerek
Cabang hitam &
Penggerek Buah
Karat daun
kopi
9. Jusman
(33 thn)
1000
Pohon
2 Arabika 5 900 Penggerek Buah Karat daun
Kopi
10. Fire
(42 thn)
500
Pohon
1,5 Arabika 10 500 Penggerek
Cabang hitam &
Penggerek Buah
Karat daun
kopi
Keterangan:
- Masa panen buah kopi berkisar antara bulan April-Agustus
- Jarak tanam kopi 2 m X 2 m
- Luas Areal = Luas Tanam X Jumlah Pohon
7/21/2019 220 224 Intensitas Serangan Kumbang Muh Askari
4/5
Prosiding Seminar Ilmiah dan Pertemuan Tahunan PEI dan PFI XX Komisariat Daerah Sulawesi Selatan, 27 Mei 2010
223
Tabel 2. Hasil Pengamatan Rata-Rata Intensitas Serangan S. hampei Pada Pertanaman Kopi
di Desa Bulukamase, Kecamatan Sinjai Selatan, Kabupaten Sinjai.
No. Lokasi
Rata-Rata Intensitas Serangan (%) Pada
Buah
1. Lahan 1 (Dusun Kaherrang) 27.15
2. Lahan 2 (Dusun Jennae) 18.79
3. Lahan 3 (Dusun Topangka) 22.96
Gambar 1. Grafik Rata-Rata Intensitas Serangan S. hampei
Berdasarkan tabel 2 dan gambar 1 di atas, maka didapatkan hasil bahwa intensitas serangan
terendah terjadi di dusun Jennae yaitu sebesar 18,79 %. Hal ini terjadi karena umumnya sistem
penanaman kopi petani di dusun Jennae menggunakan sistem budidaya kopi dengan naungan (Simple
Shade Coffee), sistem ini merupakan budidaya kopi yang kebanyakan menggunakan pohon dadap
(Erythrina) sebagai penaung, untuk menjamin pemenuhan kebutuhan sinar untuk tanaman kopi, biasanya
pohon penaung akan dipangkas seperlunya. Dadap (Erythrina) mempunyai peranan yang sangat penting
dalam produktivitas pertanaman kopi, hal ini sesuai dengan pendapat Dinata (2002) yang menyatakan
bahwa dadap (Erythrina) memiliki peran yang cukup penting dalam menjaga dan mengembalikan
kesuburan tanah, dadap (Erythrina) biasanya ditanam 1-4 tahun sebelum tanaman kopi ditanam, jika
pemangkasan dan penyiangan cabang dan pucuk tanaman penaung dilakukan secara rutin maka secaralangsung dapat menekan siklus perkembangbiakan S. hampei.
Berdasarkan tabel 3 dan grafik 1 di atas, maka dapat dilihat bahwa rata-rata intensitas
serangan S. hampeitertinggi terdapat di dusun Kaherrang, yaitu sebanyak 27,15 %. Tingginya rata-rata
intensitas serangan S. hampei di dusun Kaherrang ini disebabkan karena sistem budidaya yang digunakan
oleh sebagian besar petaninya yaitu menanam dengan sistem monokultur (Sun Coffee atau Unshaded
Monoculture). Sistem pertanaman ini merupakan budidaya kopi tanpa naungan, tidak ada usaha
penanaman pohon lain sebagai tanaman naungan dan dikelola secara intensif (tingkat asupan pupuk dan
penyiangan gulma yang tinggi) yang mana dengan sistem ini maka hasil produksi kopi tidak berkualitas
tinggi karena selain unsur hara yang diserap tidak seimbang, juga memicu perkembangan S. hampeiyang
terus meningkat karena tidak adanya tanaman yang beragam sehingga pertanaman kopi tersebut
merupakan inang alternatif S.hampei, hal ini sesuai dengan pendapat Kalshoven (1981) yang menyatakan
7/21/2019 220 224 Intensitas Serangan Kumbang Muh Askari
5/5
Muh Askari Kuruseng, dan Rismayani : Intensitas Serangan Kumbang Bubuk Buah (Stephanoderes hampei) Pada Pertanaman Kopi Di Desa
Bulukamase, Kecamatan Sinjai Selatan, Kabupaten Sinjai, Sulawesi Selatan.
224
bahwa budidaya kopi dengan sistem monokultur (Sun Coffee atau Unshaded Monoculture) memang
memberikan produksi baik, akan tetapi sekaligus dapat menguras hara tanah dengan cepat, sehingga jika
tidak diberikan tambahan asupan hara dari luar berupa pupuk kimia, maka masa produksi kopi yang tinggi
akan menjadi lebih singkat dan produksi akan rendah.Selain faktor budidaya yang mempengaruhi tingginya intensitas serangan S. hampei, faktor lain
adalah lahan yang mudah terdegradasi menyebabkan terjadinya erosi, Tanah yang hilang karena erosi
erupakan tanah lapisan atas yang subur, sehingga erosi akan menurunkan kesuburan tanah (Ekadinanta,
002).
m
2
KESIMPULAN
Pertanaman kopi di lokasi Desa Bulukamase, Kecamatan Sinjai Selatan, Kabupaten Sinjai,
Sulawesi Selatan umumnya terserang S. hampei (kumbang bubuk buah kopi), yang diakibatkan karena
esa Bulukamase merupakan daerah pegunungan dengan sistem kemiringan lahan dan tidak semua petani
i desa Bulukamase menggunakan pohon pelindung di pertanaman kopi mereka.
D
d
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 1992. Laporan Hasil Survey Hama dan Penyakit Tanaman Kopi di Sul-Sel. Proyek Intensifikasi
dan Peningkatan Mutu Hasil Tanaman Perkebunan. Dinas Perkebunan Propinsi DATI I Sul-Sel.
Ujung Pandang.
Anonim, 2007. Kopi (Coffea). http://warintek. progressio.or.id/perkebunan/kopi.htm. Jakarta
Anonim, 1997. Kopi Arabika. Dinas Perkebunan Propinsi Sul-Sel. Makassar.
Ekadinanta, A. P. 2002. Deteksi Perubahan Lahan dan Menggunakan Citra Satelit Multisensor. Jurusan
Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan Bogor, Institut Pertanian Bogor dan ICRAF-SEA, Bogor,Indonesia: 56.
Kalshoven, L. G. E, Dr., 1981. The Pest Of Crops In Indonesia. Indonesia. Published By : PT. Ikhtiar
Baru, Jakarta, Indonesia.
Sri Najiyati dan Danarti, 1999. Kopi Budidaya dan Penanganan Lepas Panen. Penebar Swadaya, Jakarta.
Tjahjadi, Nur, Ir., 1989. Hama dan Penyakit Tanaman, Kanisius, Yogyakarta.