Upload
elisabethsabatini
View
8
Download
1
Tags:
Embed Size (px)
DESCRIPTION
skripsi
Citation preview
Nurhayati Munthe : Pengukuran Allowance Real Terhadap Operator Pengepakan Produk Frestea Sebagai Basis Penentuan Waktu Standar Di PT. Coca Cola Bottling Indonesia Medan, 2009. USU Repository 2009
PENGUKURAN ALLOWANCE REAL TERHADAP OPERATOR
PENGEPAKAN PRODUK FRESTEA SEBAGAI BASIS
PENENTUAN WAKTU STANDAR
DI PT. COCA COLA BOTTLING
INDONESIA MEDAN
TUGAS SARJANA
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari
Syarat-Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Industri
Oleh
NURHAYATI MUNTHE
080423051
PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA EKSTENSI
D E P A R T E M E N T E K N I K I N D U S T R I
F A K U L T A S T E K N I K
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2009
Nurhayati Munthe : Pengukuran Allowance Real Terhadap Operator Pengepakan Produk Frestea Sebagai Basis Penentuan Waktu Standar Di PT. Coca Cola Bottling Indonesia Medan, 2009. USU Repository 2009
Nurhayati Munthe : Pengukuran Allowance Real Terhadap Operator Pengepakan Produk Frestea Sebagai Basis Penentuan Waktu Standar Di PT. Coca Cola Bottling Indonesia Medan, 2009. USU Repository 2009
Nurhayati Munthe : Pengukuran Allowance Real Terhadap Operator Pengepakan Produk Frestea Sebagai Basis Penentuan Waktu Standar Di PT. Coca Cola Bottling Indonesia Medan, 2009. USU Repository 2009
Nurhayati Munthe : Pengukuran Allowance Real Terhadap Operator Pengepakan Produk Frestea Sebagai Basis Penentuan Waktu Standar Di PT. Coca Cola Bottling Indonesia Medan, 2009. USU Repository 2009
Nurhayati Munthe : Pengukuran Allowance Real Terhadap Operator Pengepakan Produk Frestea Sebagai Basis Penentuan Waktu Standar Di PT. Coca Cola Bottling Indonesia Medan, 2009. USU Repository 2009
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kepada Allah SWT atas limpahan
rahmat-Nya yang selalu memberikan pengetahuan, kesehatan, kekuatan,
kesempatan, dan pengalaman kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan tugas
sarjna ini dengan baik.
Tugas sarjana ini berjudul Pengukuran Allowance Real Terhadap
Operator Pengepakan Produk Frestea Sebagai Basis Penentuan Waktu Standard di
PT. Coca Cola Bottling Indonesia Medan. Tugas sarjana ini merupakan salah
satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik, Program Pendidikan Sarjana
Ekstensi, Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera
Utara.
Penulis menyadari bahwa Tugas Sarjana ini belum sepenuhnya sempurna
dan masih terdapat kekurangan. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan
saran yang membangun dari pembaca untuk kesempurnaan tugas sarjana ini.
Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih, semoga Tugas Sarjana ini
bermanfaat bagi pembaca.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA PENULIS
MEDAN
Pebruari, 2009
Nurhayati Munthe : Pengukuran Allowance Real Terhadap Operator Pengepakan Produk Frestea Sebagai Basis Penentuan Waktu Standar Di PT. Coca Cola Bottling Indonesia Medan, 2009. USU Repository 2009
UCAPAN TERIMA KASIH
Dalam menyelesaikan Tugas Sarjana ini, penulis banyak mendapat
bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis
mengucapkan terima kasih terutama kepada :
1. Ayahanda H. Abdul Yaman Munthe dan Ibunda Hj. Mahyanun Tamba yang
tercinta dan adik-adikku tersayang serta seluruh keluarga yang telah
memberikan dorongan dengan penuh cinta, karena berkat doa restu serta
dukungan material yang diberikan kepada penulis mulai menuntut ilmu
sampai terselenggaranya penyusunan tugas sarjana ini.
2. Ibu. Ir. Nazlina, MT, selaku dosen Pembimbing I atas bimbingan, pengarahan,
dan masukan yang diberikan dalam penyelesaian Tugas Sarjana ini.
3. Bapak Ikhsan, ST. M.Eng, selaku dosen Pembimbing II atas bimbingan,
pengarahan, dan masukan yang diberikan dalam penyelesaian Tugas Sarjana
ini.
4. Ibu Rosnani Ginting MT, selaku ketua Departemen Teknik Industri yang telah
memberikan izin pelaksanaan Tugas Sarjana ini dan dukungan serta perhatian
yang diberikan kepada penulis.
5. Ibu Ir. Dini Wahyuni, MT, selaku dosen Pembanding I atas bimbingan,
pengarahan dan masukan yang diberikan dalam perbaikan Tugas Sarjana ini.
6. Bapak Ir. Kores Sinaga, selaku dosen Pembanding II atas bimbingan,
pengarahan dan masukan yang diberikan dalam perbaikan Tugas Sarjana ini.
Nurhayati Munthe : Pengukuran Allowance Real Terhadap Operator Pengepakan Produk Frestea Sebagai Basis Penentuan Waktu Standar Di PT. Coca Cola Bottling Indonesia Medan, 2009. USU Repository 2009
7. Ibu Ir. Elisabeth Ginting, M.Si, selaku dosen Pembanding III atas bimbingan,
pengarahan dan masukan yang diberikan dalam perbaikan Tugas Sarjana ini.
8. Bang Bowo, Bang Mijo, Kak Dina, dan Ibu Ani selaku staf dijurusan yang
dengan sabar membantu dalam proses birokrasi penyelenggaraan Tugas
Sarjana ini.
9. Bang Kumis dan Kak Rahma selaku staf dibagian perpustakaan yang selalu
membatu penulis dalam mengumpulkan referensi untuk kesempurnaan Tugas
Sarjana ini.
10. Seluruh pegawai, staf dan Karyawan PT. Coca Cola Bottling Indonesia Medan
yang telah membantu penulis dalam pengambilan data di lapangan.
11. Teman-teman terbaikku Ahmad Afandi, Rusdi Lubis, Fauzi Hardiansyah,
Benny, Rudi Kencana, Kesuma Hardiabroto, M. Tazly Pramana, Sri Hartati
Rajagukguk, Siti Khadijah Parinduri, Dinameliana Pangaribuan, Meliana
Hutahaean, Dwi Lestari dan seluruh teman-teman yang selalu memberikan
semangat, canda dan tawa, serta berbagi dalam keadaan susah maupun senang.
Nurhayati Munthe : Pengukuran Allowance Real Terhadap Operator Pengepakan Produk Frestea Sebagai Basis Penentuan Waktu Standar Di PT. Coca Cola Bottling Indonesia Medan, 2009. USU Repository 2009
RINGKASAN
PT. Coca Cola Bottling Indonesia Medan Merupakan sebuah perusahaan besar yang bertaraf internasional, bergerak dibidang industri minuman ringan (soft drink) dimana produknya terbagi dua yaitu Carbonated Soft Drink (Coca Cola, Sprite, dan Fanta) dan Un-carbonated Soft Drink (Frestea). Proses produksi di PT. Coca Cola Bottling Indonesia Medan dilakukan secara terus-menerus (continuous processes), sehingga dapat memproduksi produk jadi dalam skala besar. Salah satu proses produksi yang dilakukan adalah proses pengepakan produk Frestea yang dilakukan di line-I, dimana dalam proses pengepakan Frestea ini masih menggunakan tenaga manusia yaitu pada pengangkatan crate ke pallet khususnya. Maka perlu dilakukan pengukuran waktu kerja secara langsung dengan menggunakan stop watch, agar diperoleh perbandingan kelonggaran (allowance) antara allowance real dan tabel terhadap operator pengepakan produk Frestea sebagai basis penentuan waktu standard tersebut. Sehingga diperoleh standard kerja yang akan memberikan waktu kerja yang tepat. Pengukuran waktu kerja berdasarkan allowance real ini dilakukan selama 15 hari penelitian dengan keterangan kategori untuk Kebutuhan Pribadi, HT (Hambatan Terhindarkan), HTT (Hambatan Tak Terhindarkan) dan kelonggaran (allowance) yang diakibatkan Fatique diasumsikan hasil pengukuran waktunya sudah tergabung dalam HT (Hambatan Terhindarkan) dan HTT (Hambatan Tak Terhindarkan). Dari hasil penelitian tersebut terkumpul data kelonggaran (allowance) pada operator B dibagian pengepakan tersebut untuk Kebutuhan Pribadi (23.13 menit), Hambatan Terhindarkan (37.60menit), dan Hambatan Tak Terhindarkan (19.27 menit). Sehingga jika dilakukan perhitungan Total Allowance Realnya sebesar 16.66 %. Sedangkan untuk allowance berdasarkan Tabel yang dapat dilihat berdasarkan literatur sebesar 30.50 %. Kemudian untuk memperoleh waktu standard kerja berdasarkan Allowance Real sebesar 7.16 detik/crate, dan waktu standard berdarkan Tabel sebesar 8.59 detik/crate. Dari hasil pengukuran allowance tersebut untuk allowance real lebih kecil bila dibandingkan dengan allowance tabel. Hasil analisa pemecahan masalah terlihat faktor-faktor yang menyebabkan tingginya kelonggaran (allowance) dari operator tersebut , salah satunya adalah adanya kegiatan-kegiatan yang sebenarnya tidak berhubungan dengan proses produksi, misalnya letak pallet terlalu jauh dari comveyor, sehingga waktu berjalan yang digunakan operator tersebut memakan waktu yang cukup lama.
Perencanaan yang perlu diperhatikan adalah mengurangi waktu kerja diluar kegiatan produksi, kemudian sebaiknya dilakukan perbaikan letak pallet agar berdekatan dengan compeyor sehingga diperoleh waktu kerja yang tepat.
Nurhayati Munthe : Pengukuran Allowance Real Terhadap Operator Pengepakan Produk Frestea Sebagai Basis Penentuan Waktu Standar Di PT. Coca Cola Bottling Indonesia Medan, 2009. USU Repository 2009
DAFTAR ISI
BAB HALAMAN
LEMBAR JUDUL............ i
LEMBAR PENGESAHAN.. ii
SERTIFIKASI EVALUASI TUGAS SARJANA... iii
KATA PENGANTAR . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . iv
UCAPAN TERIMAKASIH. v
RINGKASAN vii
DAFTAR ISI.. viii
DAFTAR TABEL xv
DAFTAR GAMBAR.. xxi
DAFTAR LAMPIRAN.. xxii
I. PENDAHULUAN . . . . ... . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . I-1
1.1. Latar Belakang Permasalahan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . I-1
1.2. Rumusan Permasalahan. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . I-2
1.3. Tujuan dan Sasaran Penelitian . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . I-3
1.4. Manfaat Penelitian... . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . I-3
Nurhayati Munthe : Pengukuran Allowance Real Terhadap Operator Pengepakan Produk Frestea Sebagai Basis Penentuan Waktu Standar Di PT. Coca Cola Bottling Indonesia Medan, 2009. USU Repository 2009
DAFTAR ISI (Lanjutan)
BAB HALAMAN
1.5. Batasan Masalah dan Asumsi Penelitian I-4
1.5.1. Batasan Masalah Penelitian. . . . . . . . . .. . . . . . . I-4
1.5.2. Asumsi Penelitian. I-5
1.6. Sitematika Penulisan .. I-6
II. LANDASAN TEORI . . . . . . ... . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . II-1
2.1. Sejarah Perusahaan. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. II-1
2.1.1. Sejarah Lahirnya Coca Cola . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . II-1
2.1.2. Sejarah Lahirnya Coca Cola di Indonesia II-2
2.1.3. Sejarah Coca-Cola di Medan. II-3
2.2. Ruang Lingkup Bidang Usaha . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . ...... II-4
2.3. Lokasi Perusahaan. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . II-5
2.4. Daerah Pemasaran. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. II-6
2.5. Proses Produksi.. II-7
2.5.1. Standar Mutu Produk... II-10
Nurhayati Munthe : Pengukuran Allowance Real Terhadap Operator Pengepakan Produk Frestea Sebagai Basis Penentuan Waktu Standar Di PT. Coca Cola Bottling Indonesia Medan, 2009. USU Repository 2009
DAFTAR ISI (Lanjutan)
BAB HALAMAN
2.5.2. Bahan yang Digunakan II-13
2.5.2.1. Bahab Baku. II-13
2.5.2.2. Bahan Tambahan. II-16
2.5.2.3. Bahan Penolong II-17
2.5.3. Uraian Proses Produksi. II-19
2.5.3.1. Proses Pembuatan Minuman Berkarbonasi. II-19
2.5.3.2. Proses Pembuatan Minuman Non-Karbonasi II-29
2.6. Mesin dan Peralatan. II-37
2.6.1. Mesin Produksi II-37
2.6.2. Peralatan (Equipment). II-38
2.7. Utilitas II-38
2.8. Safety and Fire Protection. II-40
2.9. Waste Treaiment. II-42
2.10. Jenis Tata Letak Pabrik.. II-42
Nurhayati Munthe : Pengukuran Allowance Real Terhadap Operator Pengepakan Produk Frestea Sebagai Basis Penentuan Waktu Standar Di PT. Coca Cola Bottling Indonesia Medan, 2009. USU Repository 2009
DAFTAR ISI (Lanjutan)
BAB HALAMAN
2.11. Pola Aliran Bahan.. II-43
2.12. Rincian Bagian/Departemen.. II-45
2.13. Struktur Organisasi Perusahaan. II-46
2.14. Tenaga Kerja dan Jam Kerja II-52
2.14.1. Jumlah Tenaga Kerja. II-52
2.14.2. Jam Kerja II-53
2.15. Sistem Pengupahan dan Fasilitas... II-55
2.15.1. Sistem Pengupahan II-55
2.15.2. Fasilitas.. II-57
III. LANDASAN TEORI . . . .. . . . . ...... . . . . III-1
3.1. Pengukuran Waktu Kerja. . . . ... . . . . . . . . . . . . . III-1
3.1.1. Langkah-langkah Sebelum Melakukan
Pengukuran WAktu. III-5
3.1.2. Melakukan Pengukuran WAktu.. III-6
Nurhayati Munthe : Pengukuran Allowance Real Terhadap Operator Pengepakan Produk Frestea Sebagai Basis Penentuan Waktu Standar Di PT. Coca Cola Bottling Indonesia Medan, 2009. USU Repository 2009
DAFTAR ISI (Lanjutan)
BAB HALAMAN
3.2. Rating Factor (Penyesuaian)... III-11
3.3. Penetapan WAktu Longgar (Allowance).. III-13
3.4. Waktu Standard (Standard Time) .. . . . . . . . . ... . . . . . . . . . III-17
IV. METODOLOGI PENELITIAN.......... IV-1
4.1. Jenis Penelitian. . . . . . . . . . . . . . ... . . . . . . . . . . . IV-1
4.2. Tempat dan Waktu Penelitian . . . . . . . .. . . .... . . . . . . . . . . IV-2
4.3. Rancangan Metodologi Penelitian . . . . . . .... . . . . . . . . . IV-2
4.4. Instrumen Penelitian. . . .. . . . . . . . ... . . . . . . . . . IV-3
4.5. Pengumpulan Data...... IV-3
4.6. Prosedur Pengumpulan Data.. IV-4
4.7. Pengolahan Data.... III-5
4.8. Analisis Pemecahan Masalah... IV-6
V. PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA....... V-1
5.1. Pengumpulan Data . . . . . . . . . . . . . . ... . . . . . . . V-1
Nurhayati Munthe : Pengukuran Allowance Real Terhadap Operator Pengepakan Produk Frestea Sebagai Basis Penentuan Waktu Standar Di PT. Coca Cola Bottling Indonesia Medan, 2009. USU Repository 2009
DAFTAR ISI (Lanjutan)
BAB HALAMAN
5.1.1. Kegiatan dan Kondisi Stasiun kerja Pengepakan
Bottling Product Frestea di Line I pada Pengangkatan
crate ke pallet V-1
5.1.2. Sketsa Tempat Kerja di Stasiun Kerja Pengepakan
Produk Frestea V-2
5.1.3. Pemilihan Operator Normal... .. V-3
5.1.4. Data Hasil Pengamatan Allowance Real. V-5
5.1.5. Data Pengukuran Waktu Kerja Langsung
dengan Stop Watch Time Study V-29
5.2. Pengolahan Data.. . . . . . . . .. . . .. . . . . . . ... . . . .. V-30
5.2.1. Pengelompokan Penelitian Allowance Real. V-30
5.2.2. Penentuan Kelonggaran (allowance) untuk Kondisi Real V-31
5.2.3. Pengujian Keseragaman Data.. V-33
5.2.4. Pengujian Kecukupan Data. V-38
Nurhayati Munthe : Pengukuran Allowance Real Terhadap Operator Pengepakan Produk Frestea Sebagai Basis Penentuan Waktu Standar Di PT. Coca Cola Bottling Indonesia Medan, 2009. USU Repository 2009
DAFTAR ISI (Lanjutan)
BAB HALAMAN
5.2.5. Penentuan Kelonggaran (allowance) Tabel
Berdasarkan Literatur V-38
5.2.6. Perbandingkan Kelonggaran Allowance Real
dan Tabel Berdasarkan Lteratur . V-40
VI. ANALISA DAN PEMECAHAN MASALAH.... VI-1
VII. KESIMPULAN DAN SARAN.... VII-1
7.1. Kesimpulan... VII-1
7.2. Saran. VII-2
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Nurhayati Munthe : Pengukuran Allowance Real Terhadap Operator Pengepakan Produk Frestea Sebagai Basis Penentuan Waktu Standar Di PT. Coca Cola Bottling Indonesia Medan, 2009. USU Repository 2009
DAFTAR TABEL
TABEL HALAMAN
2.1. Ukuran Brix untuk Tiap Flovour (Rasa) II-12
2.2. Rata-rata Jumlah Pemakaian Gula. II-15
2.3. Rata-rata Jumlah Pemakaian Concentrate. II-15
2.4. Ukuran Kerikil dan Pasir yang Digunakan sebagai Bahan
Filter pada Sand Filter II-21
2.5. Ukuran Kerikil dan Pasir yang Digunakan sebagai Bahan
Filter pada Sand Filter II-31
2.6. Rincian Jumlah Tenaga Kerja PT. Coca Cola Bottling
Indonesia Medan. II-52
2.7. Jam Kerja II-54
2.8. Rincian Jam Kerja PT. Coca Cola Bottling Indonesia Medan II-54
2.9. Rincian Shift Jam Kerja PT. Cola Cola Bottling Indonesia Medan.. II-55
5.1. Jumlah Pengangkatan Crate ke Pallet pada Hari ke-1.. V-3
5.2. Jumlah Pengangkatan Crate ke Pallet pada Hari ke-2.. V-4
Nurhayati Munthe : Pengukuran Allowance Real Terhadap Operator Pengepakan Produk Frestea Sebagai Basis Penentuan Waktu Standar Di PT. Coca Cola Bottling Indonesia Medan, 2009. USU Repository 2009
DAFTAR TABEL (Lanjutan)
TABEL HALAMAN
5.3. Rata-rata Pengangkatan Crate ke Pallet oleh Operator
pada Hari ke-1 dan Hari ke-2.. V-4
5.4. Hasil Allowance Real di Bagian Pengepakan pada
Pengangkatan Crate ke Pallet pada Hari 1 Kamis,
12 Juni 2008 V-6
5.5. Hasil Allowance Real di Bagian Pengepakan pada
Pengangkatan Crate ke Pallet pada Hari 2 Jumat,
13 Juni 2008 V-8
5.6. Hasil Allowance Real di Bagian Pengepakan pada
Pengangkatan Crate ke Pallet pada Hari 3 Selasa,
17 Juni 2008 V-9
5.7. Hasil Allowance Real di Bagian Pengepakan pada
Pengangkatan Crate ke Pallet pada Hari 4 Rabu,
18 Juni 2008 V-11
Nurhayati Munthe : Pengukuran Allowance Real Terhadap Operator Pengepakan Produk Frestea Sebagai Basis Penentuan Waktu Standar Di PT. Coca Cola Bottling Indonesia Medan, 2009. USU Repository 2009
DAFTAR TABEL (Lanjutan)
TABEL HALAMAN
5.8. Hasil Allowance Real di Bagian Pengepakan pada
Pengangkatan Crate ke Pallet pada Hari 5 Kamis,
19 Juni 2008 V-12
5.9. Hasil Allowance Real di Bagian Pengepakan pada
Pengangkatan Crate ke Pallet pada Hari 6 Jumat,
20 Juni 2008 V-14
5.10. Hasil Allowance Real di Bagian Pengepakan pada
Pengangkatan Crate ke Pallet pada Hari 7 Selasa,
24 Juni 2008 V-15
5.11. Hasil Allowance Real di Bagian Pengepakan pada
Pengangkatan Crate ke Pallet pada Hari 8 Rabu,
25 Juni 2008 V-17
Nurhayati Munthe : Pengukuran Allowance Real Terhadap Operator Pengepakan Produk Frestea Sebagai Basis Penentuan Waktu Standar Di PT. Coca Cola Bottling Indonesia Medan, 2009. USU Repository 2009
DAFTAR TABEL (Lanjutan)
TABEL HALAMAN
5.12. Hasil Allowance Real di Bagian Pengepakan pada
Pengangkatan Crate ke Pallet pada Hari 9 Kamis,
26 Juni 2008 V-18
5.13. Hasil Allowance Real di Bagian Pengepakan pada
Pengangkatan Crate ke Pallet pada Hari 10 Jumat,
27 Juni 2008 V-20
5.14. Hasil Allowance Real di Bagian Pengepakan pada
Pengangkatan Crate ke Pallet pada Hari 11 Selasa,
01 Juli 2008 V-21
5.15. Hasil Allowance Real di Bagian Pengepakan pada
Pengangkatan Crate ke Pallet pada Hari 12 Rabu,
02 Juli 2008 V-23
Nurhayati Munthe : Pengukuran Allowance Real Terhadap Operator Pengepakan Produk Frestea Sebagai Basis Penentuan Waktu Standar Di PT. Coca Cola Bottling Indonesia Medan, 2009. USU Repository 2009
DAFTAR TABEL (Lanjutan)
TABEL HALAMAN
5.16. Hasil Allowance Real di Bagian Pengepakan pada
Pengangkatan Crate ke Pallet pada Hari 13 Kamis,
03 Juli 2008 V-24
5.17. Hasil Allowance Real di Bagian Pengepakan pada
Pengangkatan Crate ke Pallet pada Hari 14 Jumat,
04 Juli 2008 V-26
5.18. Hasil Allowance Real di Bagian Pengepakan pada
Pengangkatan Crate ke Pallet pada Hari 15 Selasa,
08 Juli 2008 V-27
5.19. Hasil Waktu Penyelesaian Pengangkatan Crate ke Pallet. V-29
5.20. Pengelompokan Penelitian Allowance Real
Berdasarkan Keterangan Kategori dan Waktu V-31
5.21. Waktu Siklus Rata-rata pada Pengangkatan Crate ke Pallet.. V-33
Nurhayati Munthe : Pengukuran Allowance Real Terhadap Operator Pengepakan Produk Frestea Sebagai Basis Penentuan Waktu Standar Di PT. Coca Cola Bottling Indonesia Medan, 2009. USU Repository 2009
DAFTAR TABEL (Lanjutan)
TABEL HALAMAN
5.22. Perhitungan Parameter Standard Deviasi dari Rata-rata
Waktu Siklus V-35
5.23. Perbandingan Allowance Real dan Tabel Berdasarkan Literatur V-40
Nurhayati Munthe : Pengukuran Allowance Real Terhadap Operator Pengepakan Produk Frestea Sebagai Basis Penentuan Waktu Standar Di PT. Coca Cola Bottling Indonesia Medan, 2009. USU Repository 2009
DAFTAR GAMBAR
GAMBAR HALAMAN
2.1. Blok Diagram Proses Pembuatan Produk Carbonated
Softdrink II-8
2.2. Blok Diagram Proses Pembuatan Produk Un-Carbonated
Softdrink II-9
2.3. Struktur Organisasi PT. Coca Cola Bottling Indonesia
Unit Medan II-51
3.1. Peta Kontrol. III-9
3.2. Langkah-langkah Penentuan Waktu Standard.. III-18
4.1. Diagram Analisis Pemecahan Masalah.. IV-7
5.1. Sketsa Tempat Kerja Pengepakan Produk Frestea. V-2
5.2. Peta Kontrol Data Waktu Siklus Pengangkatan Crate ke Pallet V-38
6.1. Perbaikan Letak Pallet di Stasiun Kerja Pengepakan
Produk Frestea .................................................................................. VI-2
Nurhayati Munthe : Pengukuran Allowance Real Terhadap Operator Pengepakan Produk Frestea Sebagai Basis Penentuan Waktu Standar Di PT. Coca Cola Bottling Indonesia Medan, 2009. USU Repository 2009
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN HALAMAN
1. Surat Permohonan Tugas sarjana... L-1
2. Formulir Penetapan Tugas Sarjana L-2
3. Surat Balasan dari Perusahaan PT.Coca-Cola Bottling Indonesia
Medan.. L-3
4. Surat Keputusan Tentang Tugas Sarjana Mahasiswa.. L-4
5. Perubahan Surat Keputusan L-5
6. Berita Acara Laporan Tugas sarjana L-6
7. Mesin Produksi L-7
8. Peralatan (Equipment). L-8
9. Uraian Tugas, Wewenang dan Tanggung Jawab... L-9
10. Allowance (Kelonggaran) L-10
Nurhayati Munthe : Pengukuran Allowance Real Terhadap Operator Pengepakan Produk Frestea Sebagai Basis Penentuan Waktu Standar Di PT. Coca Cola Bottling Indonesia Medan, 2009. USU Repository 2009
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Permasalahan
Semakin meningkatnya persaingan di dunia industri menuntut setiap
perusahaan untuk memiliki keunggulan kompetitif. Agar perusahaan tersebut
dapat terus bertahan dan memenangkan persaingan yang semakin ketat, maka
dibutuhkan keunggulan tersebut selain dapat diperoleh dari segi finansial juga
diperoleh melalui peningkatan produktivitas. Salah satu cara yang dilakukan
untuk meningkatkan produktivitas perusahaan ialah dengan melakukan
pengukuran waktu standard. Untuk mendapatkan waktu standard yang sebenarnya
perlu diteliti allowance yang diberikan kepada operator, karena allowance
merupakan salah satu komponen yang membentuk waktu standard.
PT. Coca Cola Bottling Indonesia Unit Medan sebagai perusahaan yang
bergerak dibidang industri minuman ringan, namun dalam proses pembuatannya
tidak memakan waktu yang cukup lama sehingga perusahaan ini dapat
memproduksi dalam skala besar dan bertaraf internasional yang selalu berupaya
menjaga image produksi dimata konsumen. Oleh karena itu dalam upaya
memenuhi permintaan konsumen, perusahaan berupaya agar selalu menerapkan
Nurhayati Munthe : Pengukuran Allowance Real Terhadap Operator Pengepakan Produk Frestea Sebagai Basis Penentuan Waktu Standar Di PT. Coca Cola Bottling Indonesia Medan, 2009. USU Repository 2009
sistem kerja terbaik sesuai dengan target. Agar target tersebut tercapai maka
dibutuhkan suatu penelitian terhadap allowance karena selalu terdapat perbedaan
antara allowance real dan allowance tabel yang selama ini digunakan terhadap
operator, Pengukuran allowance sebagai basis penentuan waktu standard di
stasiun kerja pengepakan produk Frestea, karena dalam proses pengepakan produk
Frestea tersebut masih menggunakan tenaga manusia yaitu pada pengangkatan
crate ke pallet khususnya dan adanya peralatan kerja yang tidak sesuai di daerah
pengepakan tersebut sehingga dapat mengurangi waktu kerja dan membutuhkan
waktu yang cukup lama. Ini merupakan hal yang sangat signifikan dan perlu
mendapat perhatian.
1.2. Rumusan Permasalahan
Dalam menentukan kelonggaran (allowance) waktu ini perlu dilakukan
pengamatan terhadap berbagai kegiatan operator selama bekerja agar didapatkan
waktu dari tiap kegiatan tersebut, maka perlu dilakukan pengukuran waktu kerja.
Pengukuran waktu kerja ini dilakukan bertujuan untuk menentukan kelonggaran
waktu kerja secara nyata (allowance real) untuk memperoleh perencanaan
pengamatan kegiatan operator secara kontiniu. Pengamatan dilakukan dengan
teknik pengukuran waktu secara langsung yaitu dengan stop watch study (jam
henti) yang meliputi kelonggaran untuk kebutuhan pribadi, kelonggaran untuk
menghilangkan rasa Fatique, kelonggaran untuk hambatan-hambatan tak
terhindarkan dan kelonggaran untuk hambatan terhindarkan.
Nurhayati Munthe : Pengukuran Allowance Real Terhadap Operator Pengepakan Produk Frestea Sebagai Basis Penentuan Waktu Standar Di PT. Coca Cola Bottling Indonesia Medan, 2009. USU Repository 2009
Perencanaan pengamatan perlu dilakukan karena setiap kelonggaran yang
terjadi dapat mengurangi waktu kerja. Oleh karena itu perlu dilakukan suatu studi
yang menyangkut tentang pengukuran waktu allowance real dan tabel
berdasarkan literatur sehingga diperoleh konsep standard kerja yang akan
memberikan waktu kerja yang tepat. Maka pokok persoalan dari pengukuran
kelonggaran waktu kerja terhadap operator di perusahaan ini apakah benar-benar
telah menerapkan konsep waktu standard kerja berdasarkan kelonggaran waktu
kerja (allowance) secara baik dan benar.
1.3. Tujuan dan Sasaran Penelitian
Dalam melakukan penelitian ini bertujuan untuk :
1. Menetapkan allowance real dan tabel terhadap operator sebagai basis
penentuan waktu standard di stasiun kerja pengepakan produk Frestea.
2. Membandingkan allowance real dan tabel terhadap operator di stasiun
kerja pengepakan produk Frestea.
Sasaran penelitian ini adalah untuk :
1. Mengamati prilaku pekerja dalam melakukan pekerjaannya untuk
mendapatkan allowance yang real terhadap para pekerja.
2. Mengukur tingkat keahlian/skill para pekerja.
1.4. Manfaat Penelitian
Nurhayati Munthe : Pengukuran Allowance Real Terhadap Operator Pengepakan Produk Frestea Sebagai Basis Penentuan Waktu Standar Di PT. Coca Cola Bottling Indonesia Medan, 2009. USU Repository 2009
Manfaat penelitian dari pengukuran allowance real terhadap operator
pengepakan produk Frestea ini pada dasarnya sebagai :
1. Sebagai pedoman bagi pimpinan produksi untuk mengendalikan dan
memanfaatkan sumber daya manusia seefektif mungkin, serta
pengontrolan keahlian dari tiap pekerja oleh pimpinan produksi.
2. Dapat memberikan salah satu alternatif pemecahan masalah kepada PT.
Coca Cola Bottling Indonesia Medan dalam mengatasi masalah yang
dihadapi.
1.5. Batasan Masalah dan Asumsi Penelitian
1.5.1. Batasan Masalah Penelitian
Ruang lingkup dari penelitian ini adalah :
1. Penelitian dilakukan di line I pada stasiun kerja pengepakan produk
Frestea.
2. Pengambilan data dan pengukuran waktu dilakukan di stasiun kerja
pengepakan produk Frestea pada pengangkatan crate ke pallet.
3. Data pengamatan allowance untuk operator dilakukan selama 15 hari
pengamatan.
4. Pemecahan masalah dilakukan untuk pengukuran allowance real dan
tabel terhadap operator sebagai basis penentuan waktu standard di stasiun
kerja pengepakan produk Frestea tersebut.
Nurhayati Munthe : Pengukuran Allowance Real Terhadap Operator Pengepakan Produk Frestea Sebagai Basis Penentuan Waktu Standar Di PT. Coca Cola Bottling Indonesia Medan, 2009. USU Repository 2009
5. Penentuan kelonggaran waktu kerja hanya dilakukan terhadap 1 orang
operator normal dibagian produksi sebagai sumber pengamatan.
6. Penelitian ini dilakukan pada jam kerja biasa (Regular Time) pada
perusahaan.
7. Hasil pengamatan hanya dapat mewakili dari bagian kerja yang diamati.
8. Penelitian dilakukan hanya untuk kategori-kategori kelonggaran yang
dapat teramati dan terukur.
1.5.2. Asumsi Penelitian
Disamping ruang lingkup diatas, juga dibutuhkan asumsi-asumsi sebagai
berikut :
1. Kondisi fisik dan mental pekerja dianggap baik.
2. Fasilitas-fasilitas produksi dianggap baik, maksudnya tidak terjadi
kerusakan selama penelitian dilakukan.
3. Persyaratan-persyaratan teknik yang sudah ditentukan sebelumnya
dianggap tidak berubah.
4. Pengukuran Waktu Allowance Real untuk kondisi kelonggaran yang
diakibatkan Fatique diasumsikan hasil pengukuran waktunya sudah
tergabung dalam HT (Hambatan Terhindarkan) dan HTT (Hambatan Tak
Nurhayati Munthe : Pengukuran Allowance Real Terhadap Operator Pengepakan Produk Frestea Sebagai Basis Penentuan Waktu Standar Di PT. Coca Cola Bottling Indonesia Medan, 2009. USU Repository 2009
Terhindarkan), sehingga total allowance dapat dibandingkan antara yang
nyata (real) dengan kelonggaran yang berdasarkan tabel.
5. Kegiatan-kegiatan yang ada dalam produksi dianggap berjalan dengan
normal.
1.6. Sistematika Penulisan
Secara keseluruhan penulisan tugas sarjana ini terdiri dari beberapa bab
yang berisi uraian sebagai berikut :
BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini menguraikan latar belakang permasalahan yang diteliti,
perumusan pokok permasalahan, tujuan dan manfaat penelitian
yang mungkin diperoleh dari hasil pemecahan masalah yang
dilakukan, ruang linkup, asumsi-asumsi serta sistematika penulisan
karya akhir.
BAB II : GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
Bab ini berisi tentang sejarah dan gambaran umum perusahaan,
organisasi, manajemen perusahaan dan uraian proses produksi.
BAB III : LANDASAN TEORI
Nurhayati Munthe : Pengukuran Allowance Real Terhadap Operator Pengepakan Produk Frestea Sebagai Basis Penentuan Waktu Standar Di PT. Coca Cola Bottling Indonesia Medan, 2009. USU Repository 2009
Bab ini menguraikan teori-teori yang menunjang, penyelesaian
masalah yaitu studi kepustakaan yang berkaitan dengan teori-teori
pengukuran kerja.
BAB IV : METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini berisikan tentang langkah-langkah atau tahap-tahap yang
dijadikan acuan untuk menyelesaikan permasalahan dalam
melakukan penelitian sesuai dengan teori-teori yang digunakan
dalam landasan teori.
BAB V : PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
Bab ini berisikan peosedur pengumpulan data yang dibutuhkan dan
cara pengolahan data yang diperoleh sesuai dengan model yang
telah ditetapkan dan langkah-langkah yang digunakan.
BAB VI: ANALISA PEMECAHAN MASALAH
Pada bab ini pembahasan dan analisa terhadap hasil pengolahan
data untuk kemudian dapat diambil kesimpulan dan saran yang
tepat untuk mencapai tujuan penelitian.
BAB VII : KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini memberikan kesimpulan dari keseluruhan pembahasan
yang dilakukan saran-saran yang diharapkan dapat berguna bagi
Nurhayati Munthe : Pengukuran Allowance Real Terhadap Operator Pengepakan Produk Frestea Sebagai Basis Penentuan Waktu Standar Di PT. Coca Cola Bottling Indonesia Medan, 2009. USU Repository 2009
pihak perusahaan guna persiapan untuk usaha perbaikan
pengukuran kerja yang lebih baik.
BAB II
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
2.1. Sejarah Perusahaan
PT. Coca Cola Bottling Indonesia Unit Medan lahir sebagai
pengembangan dari penemuan yang telah dilakukan oleh Dr. John Styth
Pemberton dan oleh penerusnya ingin mengembangkan penemuan yang pada
akhirnya memperoleh keuntungan atau menjadi usaha yang sifatnya international.
2.1.1. Sejarah Lahirnya Coca Cola
Pada bulan Mei 1886, dengan tujuan menemukan obat sakit kepala Dr.
John Styth Pemberton, seorang ahli farmasi dari Atlanta, Georgia, Amerika
Serikat mencampur concentrate dengan gula murni menjadi sirup yang beraroma
segar dan berwarna karamel. Sirup ini kemudian dicampur dengan air murni.
Frank M. Robinson adalah seorang mitra usahanya yang sekaligus merangkap
Nurhayati Munthe : Pengukuran Allowance Real Terhadap Operator Pengepakan Produk Frestea Sebagai Basis Penentuan Waktu Standar Di PT. Coca Cola Bottling Indonesia Medan, 2009. USU Repository 2009
sebagai akuntan yang turut serta menamakan minuman ini dengan sebutan Coca
Cola. Setahun kemudian untuk pertama kalinya minuman ini mulai dijual melalui
kantor rekannya Jacobs Pharmacy. Spanduk yang bercat minyak dengan tulisan
Drink Coca Cola dipasang segera di depan perusahaan Jacobs Pharmacy. Sejak
penemuan itu Coca Cola tumbuh menjadi bagian yang tak terpisahkan dari
kehidupan masyarakat dunia. Coca Cola melaju terus menembus batas negara dan
seiring berjalannya waktu hingga memasuki milenium ketiga dengan menyandang
predikat Brand of The Century.
Sebelum wafat ditahun 1888, Dr. John Styth Pemberton mewariskan
penemuannya kepada Assa Candler, seorang menejer ulung yang kemudian pada
tahun 1892 mendirikan perusahaan yang bernama The Coca Cola Company di
Atlanta, Georgia, Amerika Serikat yang hingga saat ini menjadi kantor pusat Coca
Cola di dunia.
2.1.2. Sejarah Lahirnya Coca Cola di Indonesia
Coca Cola mulai diperdagangkan di Indonesia pada tahun 1932 oleh De
Nederlands Indische Meneral Water Fabriek Jakarta dibawah manajemen Bernie
Vonings dari Belanda. Setelah proklamasi kemerdekaan dan masuknya para
pemegang saham dari indonesia, perusahaan ini berganti nama menjadi Indonesia
Beverages Limited (IBL). Tahun 1971 IBL menjalin kerjasama dengan tiga
perusahaan Jepang dan membentuk Djaya Beverages Bottling Company (DBBC).
Pada tanggal 12 Oktober 1993, Coca Cola Amatil Limited (CCAL) sebuah
perusahaan publik dari Australia yang merupakan perusahaan pembotolan terbesar
Nurhayati Munthe : Pengukuran Allowance Real Terhadap Operator Pengepakan Produk Frestea Sebagai Basis Penentuan Waktu Standar Di PT. Coca Cola Bottling Indonesia Medan, 2009. USU Repository 2009
di dunia untuk pabrikasi, mengambil alih kepemilikan DBBC dan mengubah
namanya menjadi Coca Cola Amatil Indonesia (CCAI).
Pertumbuhan Coca Cola di Indonesia sampai saat ini didukung oleh 11
pabrik pembotolan dan sekitar 9000 karyawan melayani lebih dari 400.000 outlet
di seluruh Nusantara.
Kesebelas pabrik pembotolan tersebut adalah :
1. Tahun 1971 : PT. Djaya Beverages Bottling Company, Jakarta.
2. Tahun 1973 : PT. Brasseris Del Indonesia, Medan.
3. Tahun 1976 : PT. Tirtalina Bottling Company, Surabaya.
4. Tahun 1978 : PT. Coca Cola Pan Java Bottling Company, Semarang.
5. Tahun 1951 : PT. Tirta Permata Sari Bottling Company, Ujung Pandang.
6. Tahun 1983 : PT. Tirta Mukti Indah Bottling Company, Bandung .
7. Tahun 1985 : PT. Tribana Jaya Nusantara Bottling Company, Padang.
8. Tahun 1985 : PT. Banyu Agung Sejahtera Bottling Company, Denpasar.
9. Tahun 1985 : PT. Swarna Dipa Mekar Bottling Company, Tanjung
Karang.
10. Tahun 1985 : PT. Bangun Wenang Beverage Company, Menado.
11. Tahun 1991 : PT. Eka Tiema Manunggal Bottling Company, Banjarmasin.
Pada tahun 1994 PT.Coca Cola Pan Java Bottling Indonesia telah
mengambil alih tempat pembotolan lainnya yakni pabrik pembotolan di Medan,
Ujung Pandang, Padang dan Tanjung karang. Ini berarti dari sebelas pabrik
pembotolan Coca Cola di Indonesia merupakan milik PT. Coca Cola Pan Java.
Nurhayati Munthe : Pengukuran Allowance Real Terhadap Operator Pengepakan Produk Frestea Sebagai Basis Penentuan Waktu Standar Di PT. Coca Cola Bottling Indonesia Medan, 2009. USU Repository 2009
Tahun 1995 Coca Cola Amatil milik Australia mengambil alih semua pabrik
pembotolan Coca Cola di Indonesia kecuali Manado.
2.1.3. Sejarah Coca Cola di Medan
PT. Coca Cola Pan Java Bottling Company Medan adalah sebuah
perusahaan pembotolan yang bergerak dalam industri minuman ringan dan
berlokasi di Jalan Medan Belawan Km 14 Kelurahan Martubung, Kecamatan
Medan Labuhan.
Perusahaan Coca Cola di Sumatera Utara mulai dirintis pada tahun 1972
oleh PT. Brasseries Del Indonesia sebuah perusahaan PMA Prancis. Produk utama
perusahaan ini adalah bir, sedangakan Sprite dan Fanta merupakan produk
sampingan. Pada tahun 1980, PT. Brasseries Del Indonesia diambil alih oleh PT.
Multi Bintang Indonesia yang juga merupakan produsen bir terkenal di Indonesia.
Karena ingin berkonsentrasi pada produk utama bir, PT. Multi Bintang Indonesia
merelokasi pabriknya ke Tanggerang dan menjual pabrik pembotolan Coca Cola
Medan kepada PT. Pan Java Bottling Company.
Karena perkembangan perusahaan yang begitu cepat, pada tahun 1992
perusahaan ini melakukan kerjasama dengan Coca Cola Amatil Limited Australia
(CCALA). Pada tanggal 1 Januari tahun 2000, kesepuluh perusahaan pembotolan
dan distribusi Coca Cola yang berada dibawah bendera perusahaan Coca Cola
Limited Australia, berubah nama menjadi PT. Coca Cola Amatil Indonesia
Bottling untuk perusahaan pembotolan dan distribusi. Kemudian pada tanggal 1
Juli 2002, PT. Coca Cola Amatil Indonesia Bottling Medan berubah nama lagi
Nurhayati Munthe : Pengukuran Allowance Real Terhadap Operator Pengepakan Produk Frestea Sebagai Basis Penentuan Waktu Standar Di PT. Coca Cola Bottling Indonesia Medan, 2009. USU Repository 2009
menjadi perusahaan pembotolan dan pendistribusian dengan menyandang nama
yaitu PT. Coca Cola Bottling Indonesia Medan.
2.2. Ruang Lingkup Bidang Usaha
Untuk meningkatkan efisiensi dan daya saing, sampai saat ini PT. Coca
Cola Bottling Indonesia Medan telah memiliki 627 orang tenaga kerja dan
memproduksi 4 macam jenis minuman yakni Coca Cola, Sprite, Fanta dan Frestea
dengan berbagai ukuran dalam kemasan botol yaitu :
1. Coca Cola dengan isi : 193 ml, 295 ml
2. Sprite dengan isi : 200 ml, 295 ml
3. Sprite Ice dengan isi : 200 ml, 295 ml
4. Fanta dengan isi :
a. Fanta Strawberry : 200 ml, 295 ml
b. Fanta Soda Water : 295 ml
5. Frestea dengan isi : 220 ml
6. Frestea Green dengan isi : 220 ml
Selain itu PT. Coca Cola Bottling Indonesia Medan juga mendistribusikan
produk kiriman dari PT. Coca Cola Bottling Indonesia Cibitung Jakarta yang
disebut Sisco (Sister Company). Produk yang didistribusikan antara lain kemasan
kaleng dan plastik.
Nurhayati Munthe : Pengukuran Allowance Real Terhadap Operator Pengepakan Produk Frestea Sebagai Basis Penentuan Waktu Standar Di PT. Coca Cola Bottling Indonesia Medan, 2009. USU Repository 2009
2.3. Lokasi Perusahaan
PT. Coca Cola Bottling Indonesia Medan berlokasi di Jalan Medan
Belawan Km 14 Kelurahan Martubung Kecamatan Medan Labuhan. Perusahaan
ini menempati areal tanah seluas 51.357 m2 (5.1 Ha). Dimana perusahaan ini di
bangun dekat dengan pemukiman masyarakat dan berada di pinggiran kota Jalan
besar Kelurahan Martubung, sehingga kebanyakan karyawan yang bekerja pada
perusahaan tersebut adalah masyarakat setempat. Berdasarkan letak geografisnya
PT. Coca Cola Bottling Indonesia Medan ini berada pada 0309-0311 LU dan
9904-9906 BT.
2.4. Daerah Pemasaran
Pusat penjualan PT. Coca Cola Bottling Indonesia ini tersebar diseluruh
Sumatera Utara dan Daerah Istimewa Aceh. Didukung oleh beberapa pusat
penjualan yang tersebar kedua daerah tersebut, lebih dari 18.000 pengecer, produk
Coca Cola dapat diperoleh dengan mudah dimana saja dengan harga terjangkau.
Banyaknya pengecer yang terlihat dalam perindustrian produk Coca Cola ini
mengisyaratkan besarnya dukungan ekonomi yang diberikan kepada keluarga-
keluarga Indonesia yang mempunyai usaha disektor industri ini.
Untuk memperlancar proses pendistribusian di luar kota Medan, PT Coca
Cola Bottling Indonesia Medan mempunyai sub distributor diberbagai daerah
yaitu :
1. Medan : Jl. Medan Belawan Km 14, Medan
Nurhayati Munthe : Pengukuran Allowance Real Terhadap Operator Pengepakan Produk Frestea Sebagai Basis Penentuan Waktu Standar Di PT. Coca Cola Bottling Indonesia Medan, 2009. USU Repository 2009
2. Kabanjahe : Jl. Nabung Subakti No. 101, Kabanjahe
3. Tebing Tinggi : Jl. S. M. Raja No. 20 Assembly, Tebing
Tinggi
4. Pematang Siantar : Jl. Medan Km. 6, Pondok Sayur
5. Rantau Prapat : Jl. By Pass Aek Matio, Rantau Prapat
6. Kisaran : Jl. A. Yani No.43, Kisaran
7. Padang Sidempuan : Jl. Raya Pal Sabolas No. 34, Padang
Sidempuan
8. Langsa : Jl. Prof. Majiel Ibrahim No. 58, Langsa
9. Lhokseumawe : Jl. Merdeka Timur No. 71, Lhokseumawe
10. Banda Aceh : Jl. Mata Le No. 2, Lr. Nikmat Kentapang
2.5. Proses Produksi
Proses Produksi merupakan suatu cara, metode dan teknik untuk
menciptakan atau menambah nilai dari suatu barang atau jasa dengan
menggunakan sumber-sumber yang ada seperti tenaga kerja, mesin, bahan-bahan
dan uang sebagai modal pelaksanaanya.
Dalam berproduksi PT. Coca Cola Bottling Indonesia Unit Medan
mempunyai 3 (tiga) line produksi dengan masing-masing fungsi :
1. Line I : Mempunyai kapasitas produksi 300 botol/menit dengan
memproduksi Frestea.
2. Line II : Mempunyai kapasitas produksi 200 botol/menit, namun saat ini
tidak digunakan karena rendahnya permintaan pasar.
Nurhayati Munthe : Pengukuran Allowance Real Terhadap Operator Pengepakan Produk Frestea Sebagai Basis Penentuan Waktu Standar Di PT. Coca Cola Bottling Indonesia Medan, 2009. USU Repository 2009
3. Line III : Mempunyai kapasitas produksi 600 botol/menit dengan
memproduksi Coca Cola, Sprite, Fanta Strawberry, dan Fanta Soda Water.
Berdasarkan cara pembuatannya, minuman yang diproduksi PT. Coca
Cola Bottling Indonesia Unit Medan dapat dikelompokkan atas 2 (dua) kelompok
besar yaitu minuman berkarbonat (Coca-Cola, Sprite dan Fanta) dan minuman
tidak berkarbonat (Frestea). Gambar 2.1. merupakan blok diagram proses
pembuatan minuman berkarbonat (Coca Cola, Sprite dan Fanta).
Nurhayati Munthe : Pengukuran Allowance Real Terhadap Operator Pengepakan Produk Frestea Sebagai Basis Penentuan Waktu Standar Di PT. Coca Cola Bottling Indonesia Medan, 2009. USU Repository 2009
DEAERATOR
CARBONATOR
COOLER
DATA CODER
CROWNER
FILLER
BEVERAGE
FINAL SIRUP
SIMPLE SIRUP
HEATER
FILTER KAPAS
FILTER KARBON
FILTER PERMANGANAT
GULA, CARBON, FILTER AID
CONCENTRATE PART 1 & PART II
PARAMIX
CO2
WASHING MACHINE BOTTLE
AIR
AIR
PRODUK
CROWN CORK(TUTUP BOTOL)
Gambar 2.1. Blok Diagram Proses Pembuatan Produk Carbonated Softdrink
Nurhayati Munthe : Pengukuran Allowance Real Terhadap Operator Pengepakan Produk Frestea Sebagai Basis Penentuan Waktu Standar Di PT. Coca Cola Bottling Indonesia Medan, 2009. USU Repository 2009
Gambar 2.2. merupakan blok diagram proses pembuatan minuman non-
karbonat (Frestea).
PRODUK
DATA CODER
CROWNER
FILLER
BEVERAGE FINAL SIRUP
SIMPLE SIRUP
HEATER
WASHING MACHINE
CROWN CORK
BOTTLE
AIR
AIR
Gambar 2.2. Blok Diagram Proses Pembuatan Produk Un-Carbonated
Softdrink
Nurhayati Munthe : Pengukuran Allowance Real Terhadap Operator Pengepakan Produk Frestea Sebagai Basis Penentuan Waktu Standar Di PT. Coca Cola Bottling Indonesia Medan, 2009. USU Repository 2009
2.5.1. Standar Mutu Produk
PT. Coca Cola Bottling Indonesia Medan sangat mengutamakan kualitas
standar mutu produk. Dalam setiap kali memproduksi Coca Cola, Sprite, Fanta
dan Frestea dilakukan pemeriksaan produk, mulai dari water treatment, sympel
syrup, final syrup dan beverage (hasil minuman ringan). Adapun yang menjadi
standar mutu produk PT. Coca Cola Bottling Indonesia Medan adalah :
1. Kemurnian (Purity)
2. Rasa (Taste)
3. Bau (Odor)
4. Penampakan
Pemeriksaan dilakukan dalam setiap 1 jam sekali pada waktu produksi
untuk melihat standar mutu produk yang dihasilkan. Pemeriksaan dilakukan di
laboratorium.
Untuk mendapatkan kualitas produk yang baik, perlu dilakukan quality
control secara berkesinambungan. Pengontrolan dilakukan mulai dari bahan baku,
proses produksi hingga produk jadi. Pada PT. Coca Cola Bottling Indonesia Unit
Medan proses quality control dilakukan oleh Departemen Laboratorium. Adapun
proses quality control dibagi atas 3 bagian yaitu :
1. Quality Internal
Tugas bagian ini adalah memastikan bahan baku dan chemical yang
digunakan dalam keadaan baik. Pemeriksaan antara lain dilakukan
terhadap :
Nurhayati Munthe : Pengukuran Allowance Real Terhadap Operator Pengepakan Produk Frestea Sebagai Basis Penentuan Waktu Standar Di PT. Coca Cola Bottling Indonesia Medan, 2009. USU Repository 2009
a. Air
Air dari sumur bor diperiksa setiap hari dengan prosedur uji yang
menentukan apakah semua kandungan air berada dalam batas normal.
Bila ditemukan kandungan yang tidak sesuai standar maka dilakukan
perubahan dosing pada bahan kimia yang akan diinjeksikan ke air.
Sedangkan inspeksi terhadap bahan kimia yang akan diinjeksikan ke air
pada proses water treatment dilakukan satu kali dalam seminggu
dengan dosis :
- H2SO4 : 3,5 - 4 %
- Klorin : 5 10 %
- PAC : 6000 7500 ppm
- Kapur : 300 5000D
b. Gula
Pengecekan yang dilakukan terdiri atas :
- Visual : Kemasan dan jenis gula
- Analisis : Bau, rasa warna, kadar air, dan lain-lain
c. CO2
Pengecekan yang dilakukan antara lain :
- Kemurnian/purity
Nurhayati Munthe : Pengukuran Allowance Real Terhadap Operator Pengepakan Produk Frestea Sebagai Basis Penentuan Waktu Standar Di PT. Coca Cola Bottling Indonesia Medan, 2009. USU Repository 2009
- Rasa dan bau
2. Quality Bottling Line
Tugas bagian ini adalah mengontrol mulai dari proses pembuatan sirup,
pembotolan hingga menjadi produk jadi. Pemeriksaan antara lain dilakukan
terhadap :
a. Tingkat kemanisan/Brix pada proses pembuatan sirup.
Brix adalah perbandingan gram gula ditambah air dalam 100 gram.
Standar Brix sudah ditentukan dan sama untuk semua produk Coca Cola
diseluruh dunia dapat dilihat pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1. Ukuran Brix untuk Tiap Flavour (Rasa)
Flavour Brix Coca Cola 10,37 Fanta Strawberry 14,00 Fanta Apple 12,50 Fanta Soda Water - Sprite 12,50 Sprite Ice 12,50 Frestea 9,50 Frestea Green 9,50
Sumbar : Departemen QA (Laboratorium) PT. Coca Cola Bottling Indonesia Medan
b. Proses pencampuran pada mesin paramix
Sebelum dilakukan proses pencampuran, bagian Quqlity Control
menentukan kadar setiap bagian yang akan dicampurkan yaitu sirup, air
dan CO2 menurut flavournya masing-masing.
c. Pemeriksaan level botol
Nurhayati Munthe : Pengukuran Allowance Real Terhadap Operator Pengepakan Produk Frestea Sebagai Basis Penentuan Waktu Standar Di PT. Coca Cola Bottling Indonesia Medan, 2009. USU Repository 2009
Sebelum dilakukan proses packanging yaitu caser (pemasukan botol
kedalam crate) dan pallettizer (penyusunan crate ke pallet), terlebih
dahulu dilakukan pemeriksaan terhadap tinggi/level beverages didalam
botol. Inspeksi dilakukan oleh beberapa inspektor dimana level yang
berada dibawah atau diatas tali batas yang dipasang akan direject.
d. Quality External
Tugas bagian ini adalah menjamin kualitas produk di pasar. Apabila
ditemukan produk yang sudah kadaluarsa akan ditarik dari pasar.
2.5.2. Bahan yang Digunakan
Dalam melakukan aktivitas proses produksi pasti memerlukan bahan-
bahan untuk dapat menghasilkan jenis produk yang diinginkan. Demikian pula
dengan PT. Coca Cola Bottling Indonesia Unit Medan juga memerlukan bahan
baku, bahan penolong dan bahan tambahan untuk dapat menghasilkan minuman
ringan.
2.5.2.1. Bahan Baku
Bahan baku adalah bahan utama yang digunakan dalam pembuatan
produk, ikut dalam proses produksi dan memiliki persentase terbesar
dibandingkan bahan-bahan lainnya dan terkandung dalam produk akhir. Jadi
bahan baku ini juga disebut bahan utama. Adapun bahan baku yang digunakan
Nurhayati Munthe : Pengukuran Allowance Real Terhadap Operator Pengepakan Produk Frestea Sebagai Basis Penentuan Waktu Standar Di PT. Coca Cola Bottling Indonesia Medan, 2009. USU Repository 2009
PT. Coca Cola Bottling Indonesia Medan dalam pembuatan minuman ringan ini
adalah :
1. Air
Air digunakan sebagai bahan baku untuk minuman berkarbonasi maupun
yang tidak berkarbonasi. Air diperoleh dari sumur bor dengan kedalaman 100-200
meter untuk kemudian diolah sebelum digunakan dalam proses produksi maupun
untuk kebutuhan sehari-hari perusahaan. Adapun cara pengolahan air berbeda
menurut jenisnya yang diperoleh dari sumur bor yang dikategorikan menjadi 2
jenis :
a. Treated Water
Digunakan untuk produksi, keperluan air minum kantin dan kantor.
b. Soft Water
Digunakan untuk membersihkan tangki, botol, keperluan kamar mandi,
pencucian ruangan, perkarangan dan lain-lain.
2. Gula
Gula yang dipakai adalah gula murni dengan mutu prima yang berasal dari
luar negeri. Gula dari luar negeri lebih disukai untuk digunakan karena gula dalam
negeri kurang memenuhi syarat dalam segi warna yang kurang bersih,
mengandung kotoran dan memiliki kadar air yang lebih banyak bila dibandingkan
dengan gula dari luar negeri. Gula yang digunakan haruslah memenuhi standar
yang telah ditetapkan, diantaranya adalah gula yang memiliki kadar 99,99 % dan
Nurhayati Munthe : Pengukuran Allowance Real Terhadap Operator Pengepakan Produk Frestea Sebagai Basis Penentuan Waktu Standar Di PT. Coca Cola Bottling Indonesia Medan, 2009. USU Repository 2009
bebas dari kotoran. Gula diperoleh dari Australia, Thailand dan China. Rata-rata
kebutuhan gula yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 2.2.
Tabel 2.2. Rata-rata Jumlah Pemakaian Gula
Jumlah Produksi Jumlah Gula (Kg)/Unit
Coca Cola
Sprite
Fanta Strawberry
Frestea
203.225
258.081
292.65
166.80
Sumbar : Departemen QA (Laboratorium) PT. Coca Cola Bottling Indonesia Medan
3. Concentrat
Concentrate merupakan formula khusus yang digunakan untuk
memberikan rasa (flavour) yang berbeda-beda untuk setiap jenis minuman.
Concentrate dibeli dari PT. Coca-Cola Indonesia Jakarta (satu-satunya perusahaan
yang menyediakan bahan ini untuk Coca Cola Company di Indonesia).
Concentrate terdiri dari 2 jenis yaitu Concentrate Dry (Part I) serta Concentrate
liquid (Part II dan III). Rata-rata kebutuhan Concentrate yang digunakan dalam
proses produksi dapat dilihat pada Tabel 2.3.
Tabel 2.3. Rata-rata Jumlah Pemakaian Concentrate
Jenis Produksi Concentrate (Part)
Keterangan I II III
Nurhayati Munthe : Pengukuran Allowance Real Terhadap Operator Pengepakan Produk Frestea Sebagai Basis Penentuan Waktu Standar Di PT. Coca Cola Bottling Indonesia Medan, 2009. USU Repository 2009
Coca Cola
Sprite
Fanta Strawberry
Fanta Soda Water
66 Bks
25 Bks
5 Bks
5 Bks
26 Ltr
25 Ltr
5 Ltr
6 Ltr
5 Ltr
10 Ltr
1 Bks = @ 2 kg
I = Aroma
II = Warna
Sumber : Departemen QA (Laboratorium) PT. Coca Cola Bottling Indonesia Medan
4. Carbon Dioksida (CO2)
Carbon dioksida (CO2) merupakan bahan baku yang berfungsi sebagai
penyegar dan pengawet minuman. Selain dari itu secara kualitas berfungsi untuk
menunjukkan ciri dari Coca Cola itu sendiri. CO2 di beli dari PT. Indohanzel di
Medan.
2.5.2.2. Bahan Tambahan
Bahan tambahan adalah bahan yang terpisah dari produk, tetapi bahan
tersebut mempertinggi tampilan atau berfungsi sebagai pengaman dari produk
tersebut, atau yang biasa dikenal dengan pengemasan (packing). Bahan tambahan
pada proses pembuatan minuman ringan ini pada umumnya dibutuhkan atau
digunakan pada proses pengemasan yaitu :
1. Botol
Botol adalah bahan pengemas minuman ringan yang dihasilkan oleh PT.
Coca Cola Bottling Indonesia Unit Medan yang siap dipasarkan. Botol
dibeli oleh perusahaan dari PT. Iglass Surabaya, PT. Kangar Cosulidate
Industries dan PT. Milia Jakarta.
2. Crown Cork (Penutup Botol)
Nurhayati Munthe : Pengukuran Allowance Real Terhadap Operator Pengepakan Produk Frestea Sebagai Basis Penentuan Waktu Standar Di PT. Coca Cola Bottling Indonesia Medan, 2009. USU Repository 2009
Digunakan untuk menutup botol minuman ringan. Perusahaan membeli
penutup botol dari PT. Ancol Terang dan dari PT. Citra Mandiri
Metalindo Abadi (CMMA). Pada crown telah tercantum merk dari
perusahaan.
3. Crate (Peti Plastik)
Berfungsi sebagai tempat penyusunan botol-botol dengan kapasitas 24
botol per crate. Crate yang dipakai yaitu crate full depth. Crate dibeli
dari PT. Pioneer Plastik dan PT. Pluit Aneka Plasindo Jakarta.
4. Karton
Digunakan sebagai tempat pengepakan minuman yang dikemas dalam
botol plastik.
2.5.2.3. Bahan Penolong
Bahan penolong adalah bahan yang digunakan dalam proses produksi
yang fungsinya adalah untuk memperbaiki kualitas produk. Dalam produksi bahan
penolong ini tidak ikut dalam produk akhir tetapi dibutuhkan pada proses
produksi. Bahan penolong ini dibutuhkan jauh lebih kecil dibandingkan bahan
baku. Fungsi bahan penolong ini adalah untuk membantu proses produksi agar
produk dapat dihasilkan seperti sifat produk yang diinginkan.
Yang digunakan sebagai bahan penolong dalam proses pembuatan
minuman ringan adalah sebagai berikut :
1. Chlorine (CaOCl)2
Nurhayati Munthe : Pengukuran Allowance Real Terhadap Operator Pengepakan Produk Frestea Sebagai Basis Penentuan Waktu Standar Di PT. Coca Cola Bottling Indonesia Medan, 2009. USU Repository 2009
Digunakan dalam proses pengolahan air, membunuh bakteri (menghambat
pertumbuhan mikroorganisme), membilas botol dan sanitasi peralatan.
2. Asam Sulfat (H2SO4)
Bahan ini digunakan untuk membebaskan dan menghilangkan gas-gas
yang terlarut dalam air.
3. Filter Aid (Hyplo Supercell)
Berfungsi untuk melapisi filter paper sewaktu proses penyaringan sympel
syrup di filter press, memperbesar pori-pori filter paper sehingga
mempermudah filtrasi dan menahan carbon aktif sehingga tidak lolos ke
final syrup tank.
4. Karbon Aktif
Digunakan untuk pembuatan syrup untuk menjernihkan larutan gula dan
menghilangkan bau-bau asing.
5. Pasir
Berfungsi sebagai media menyaring pada sand filter diproses pengolahan
air agar dapat menyaring benda-benda asing yang larut dalam air olahan.
6. Caustik Soda (NaOH)
Dipakai pada proses pencucian botol pada bottle washer sebagai deterjen.
7. Kapur (CaCO3)
Untuk menstabilkan pH air antara 6-7 sehingga proses pembentukan flok
menjadi sempurna.
8. PAC (Poly Alumunium Chlorida)
Nurhayati Munthe : Pengukuran Allowance Real Terhadap Operator Pengepakan Produk Frestea Sebagai Basis Penentuan Waktu Standar Di PT. Coca Cola Bottling Indonesia Medan, 2009. USU Repository 2009
Untuk menyatukan partikel-partikel kecil dalam air membentuk flok
(gumpalan) sehingga dapat dipisahkan dengan air yang jernih didalam
floculator.
2.5.3. Uraian Proses Produksi
Berdasarkan cara pembuatannya minuman yang diproduksi PT. Coca Cola
Bottling Indonesia Unit Medan dikelompokkan atas dua kelompok besar yaitu :
1. Minuman berkarbonasi : Coca Cola, Sprite dan Fanta
2. Minuman non-karbonasi : Frestea
Yang akan diuraikan disini adalah proses pembuatan miniman
berkarbonasi dan non-karbonasi. Produk Coca Cola, Sprite dan Fanta mempunyai
proses yang sama, hanya saja concentrate sebagai bahan baku utama yang
berbeda.
Proses Pembuatan Minuman Berkarbonasi
Adapun proses pembuatan dan pembotolan minuman berkarbonasi di
perusahaan ini mengalami beberapa tahap yaitu :
1. Proses pengolahan air
2. Proses pembuatan sirup
3. Proses pemurnian CO2
4. Proses pencampuran air, sirup dan CO2
Nurhayati Munthe : Pengukuran Allowance Real Terhadap Operator Pengepakan Produk Frestea Sebagai Basis Penentuan Waktu Standar Di PT. Coca Cola Bottling Indonesia Medan, 2009. USU Repository 2009
5. Proses pembotolan
a. Pencucian botol
b. Pengisian minuman (beverage) kebotol
c. Penutupan botol
6. Pemberian kode produksi dan pengepakan
1. Proses Pengolahan Air
Air merupakan salah satu bahan baku utama dalam pembuatan minuman
pada PT.Coca Cola Bottling Indonesia Unit Medan. Air diperoleh dari 4 sumur
bor dengan kedalaman 100-200 meter dari permukaan tanah, dengan kedalaman
ini diharapkan air sumur sudah tidak mengandung zat-zat organik atau bebas dari
pencemaran. Untuk proses air yang digunakan adalah Treated Water dengan
uraian proses pengolahan sebagai berikut :
a. Pengambilan Air
Air dari sumur bor diambil dengan menggunakan pompa raw meter yang
berkapasitas 60 m3/jam.
b. Penghilangan Gas
Air dari sumur bor dimasukkan ke Reaction Tank melalui Degasifier.
Sebelum masuk ke Degasifier kepada air diinjeksikan H2SO4 3,5 - 4 %
yang berfungsi untuk menurunkan alkalinitas air hingga dibawah 85 ppm.
c. Pengendapan Flok
Air dari Degasifier masuk ke Floculator atau Reaction Tank kemudian
diberikan PAC (Poly Alumunium Chlorida) 6000-7500 ppm, kapur
Nurhayati Munthe : Pengukuran Allowance Real Terhadap Operator Pengepakan Produk Frestea Sebagai Basis Penentuan Waktu Standar Di PT. Coca Cola Bottling Indonesia Medan, 2009. USU Repository 2009
(CaCO3) 300-500 0D dan klorin Ca(OCl2) 5-10 %. PAC berfungsi untuk
pengendapan senyawa-senyawa organik. Kapur berfungsi untuk
menaikkan pH sehingga kecepatan pengendapan akan semakin besar.
Klorin berfungsi sebagai desinfektan untuk menbunuh kuman-kuman dan
bakteri. Standar klorin dalam air adalah 1-5 ppm. Pada Floculator Tank,
flok akan megendap kebawah sementara air dibagian atas akan mengalir
ke Sand Filter. Antara permukaan air dengan flok adalah 1-1,25 m untuk
mempertahankan kejernihan air.
d. Penyaringan Air
Air dalam Floculator Tank dialirkan ke Sand Filter untuk disaring,
kemudian dilakukan pemeriksaan mutu air oleh bagian quality control
untuk mengetahui pH air tersebut. Terdapat 4 unit tangki Sand Filter
namun yang digunakan hanya 3 unit sedangkan 1 unit lainnya dipakai
sebagai cadangan. Sebagai bahan filter digunakan kerikil dan pasir dengan
ukuran sebagai berikut pada Tabel 2.4. dibawah ini mulai dari lapisan
teratas :
Tabel 2.4. Ukuran Kerikil dan Pasir yang Digunakan sebagai Bahan
Filter pada Sand Filter
Bahan Diameter
(mm) Tebal (mm) Bahan
Diameter
(mm) Tebal (mm)
Kerikil
24-40 110
Pasir
0,5-0,7 300
12-45 130 1-1,5 300
6-12 120
Sumber : Departemen Water Treatment PT. Coca Cola Bottling Indonesia Medan
Nurhayati Munthe : Pengukuran Allowance Real Terhadap Operator Pengepakan Produk Frestea Sebagai Basis Penentuan Waktu Standar Di PT. Coca Cola Bottling Indonesia Medan, 2009. USU Repository 2009
Total tebal lapisan pasir ini tinggi Sand Filter. Setiap hari setelah
selesai produksi akan dilakukan backwash yang berfungsi untuk
menghilangkan partikel atau kotoran dalam Sand Filter. Untuk pencucian
pasir dilakukan setiap 3 bulan sekali. Pencucian pasir dilakukan dengan
mengeluarkan pasir lalu dicuci dengan menggunakan HCL 2-5 %. Pasir-
pasir yang sudah dicuci dimasukkan kembali ke Sand Filter untuk
digunakan kembali.
e. Penyimpanan Air
Dari Sand Filter ini dialirkan ke Storage Tank. Sebelumnya diberikan
Ca(Ocl)2, sehingga kadar Cl-nya sebesar 6-8 ppm. Tujuannya adalah
membunuh bakteri-bakteri yang masih terdapat dalam air. Storage Tank
berfungsi untuk menyimpan air. Pompa sumur bor akan mati secara
otomatis apabila ketinggian air sampai pada ketinggian maksimum. Proses
pengolahan air berjalan kembali apabila air mencapai ketinggian
minimum.
f. Pengaliran Air
Air dari Storage Tank dialirkan ke Hydrophore Tank. Fungsi dari
Hydrophore Tank adalah sebagai tempat perantara transfer tekanan air dari
Storage Tank ke Buffer Tank dengan bantuan dorongan udara sehingga
dapat dialirkan kebagian produksi dan keperluan minum.
g. Pembunuhan Bakteri
Nurhayati Munthe : Pengukuran Allowance Real Terhadap Operator Pengepakan Produk Frestea Sebagai Basis Penentuan Waktu Standar Di PT. Coca Cola Bottling Indonesia Medan, 2009. USU Repository 2009
Air dari Hydrophore Tank dialirkan ke Buffer Tank. Pada Buffer Tank
diberikan klorin 10 ppm. Tujuannya adalah untuk membunuh sisa-sisa dari
bakteri yang masih terdapat didalam air yang telah diolah.
h. Penyerapan Klorin dan Partikel
Air dari Buffer Tank dialirkan ke Carbon Filter. Fungsi dari Carbon Filter
adalah untuk menyerap klorin dan partikel-pertikel kecil, sehingga air
terbebas dari kotoran. Setelah melewati Carbon Filter kadar Cl2 pada air
menjadi 0,1 ppm.
i. Penyaringan Air
Dari Carbon Filter air melewati Bag Filter yang merupakan penyaringan
akhir dengan ukuran filter 5 . Bag Filter berfungsi untuk menyaring
partikel yang sangat halus seperti mikro organisme sehingga tidak dapat
lewat dan terikut dalam proses produksi. Kemudian dilakukan
pemeriksaan akhir mutu air oleh quality control untuk mengetahui air
tersebut telah dapat digunakan sebagai air hasil olahan (treated water).
2. Proses Pembuatan Sirup
Pada pembuatan sirup, air hasil olahan (treated water) dialirkan ke heat
exchanger untuk dipanaskan dan ditampung ditangki, temperatur air yang
digunakan sekitar 800C. Disini air dialirkan ketangki pelarut, kemudian
ditambahkan gula sesuai dengan jumlah gula yang diperlukan.
Perbandingan antara air dan gula ditentukan oleh brix atau tingkat
kemanisan yang telah distandarkan. Brix merupakan perbandingan gram gula
Nurhayati Munthe : Pengukuran Allowance Real Terhadap Operator Pengepakan Produk Frestea Sebagai Basis Penentuan Waktu Standar Di PT. Coca Cola Bottling Indonesia Medan, 2009. USU Repository 2009
ditambah air dalam 100 gram. Ditangki pelarut ditambahkan karbon aktif yang
berfungsi untuk menyerap bau gas-gas terlarut dan menghilangkan warna,
sehingga larutan gula menjadi jernih. Pelarutan gula dilakukan selama 60 menit
dan diaduk hingga homogen. Untuk memastikan apakah sirup sesuai dengan
ketentuan sirup diperiksa oleh quality control.
Proses berikutnya adalah penyaringan atau filtrasi. Sebelumnya dilakukan
precoating (pelapisan) untuk membentuk lapisan pada filter paper. Air olahan
dialirkan ketangki precoating yaitu sebuah tangki kecil yang terbuat dari stainless
steel yang dilengkapi dengan pengaduk. Kedalamnya ditambahkan filter aid
(hyplo supercell). Larutan dari tangki precoating disirkulasi melalui filter sampai
semua filter aid menempel pada filter paper dengan baik.
Larutan gula dialirkan ke filter kemudian disirkulasi sampai jenuh untuk
memastikan filter berfungsi dengan baik. Sirup yang sudah disaring dan jernih
didinginkan pada temperatur 20-250C kemudian dialirkan ketangki pencampur.
Pada tangki pencampur dimasukkan concentrate. Jenis concentrate yang
ditambahkan disesuaikan dengan produk yang dihasilkan, misalnya Coca Cola,
maka yang digunakan adalah concentrate Part I (aroma), Part II (warna) dan Part
III (rasa). Kemudian campuran diaduk selama 1 jam. Produk yang telah selesai
diproses, untuk tahap selanjutnya diuji atau diperiksa oleh bagian quality control.
3. Proses Pemurnian CO2
CO2 yang digunakan adalah CO2 yang dibeli dari PT. Aneka Gas Medan
dan UD. Mulya Perkasa Medan. CO2 ini kemungkinan besar masih mengandung
Nurhayati Munthe : Pengukuran Allowance Real Terhadap Operator Pengepakan Produk Frestea Sebagai Basis Penentuan Waktu Standar Di PT. Coca Cola Bottling Indonesia Medan, 2009. USU Repository 2009
zat atau gas lain sehingga mengurangi kemurnian CO2. Untuk itu CO2 perlu
dimurnikan terlebih dahulu sebelum digunakan dengan cara berikut :
a. Pada tabung-tabung CO2 bagian atasnya harus disemprotkan dengan air
terlebih dahulu, agar selang-selang penghubung tidak membeku. Bila
selang membeku CO2 tidak akan mengalir dengan lancar.
b. CO2 dialirkan kedalam tabung yang berisi KMnO4 yang berfungsi untuk
mengikat zat empurity.
c. CO2 tersebut kemudian dialirkan kedalam tabung yang berisi air.
Tujuannya untuk memurnikan CO2 agar KMnO4 tidak terbawa pada proses
selanjutnya.
d. Tahap selanjutnya adalah dengan melewatkan CO2 pada tabung yang berisi
karbon, dengan tujuan untuk menghilangkan bau yang tidak diinginkan.
e. Yang terakhir CO2 disaring pada filter sehingga kotoran yang tersisa dapat
tertahan. CO2 yang telah melalui tahapan pemurnian (telah murni) dapat
digunakan dalam proses pencampuran.
4. Proses Pencampuran Air, Sirup dan CO2
Proses paramix adalah proses pencampuran air, sirup akhir dan CO2,
sehingga diperoleh minuman ringan (beverage) yang siap untuk diisi kedalam
kemasan.
Air (treated water) dan sirup akhir bersamaan masuk kedalam mesin
pencampuran. Air sebelumnya didearasi ke dearator tank. Dearasi adalah proses
pengeluaran udara dari dalam air, yang digunakan untuk membuat minuman
Nurhayati Munthe : Pengukuran Allowance Real Terhadap Operator Pengepakan Produk Frestea Sebagai Basis Penentuan Waktu Standar Di PT. Coca Cola Bottling Indonesia Medan, 2009. USU Repository 2009
sehingga mempermudah proses karbonasi dan membuat kelancaran operasi
pengisian. Jadi dearasi ini bertujuan untuk memisahkan gas oksigen didalam air
sehingga CO2 mudah larut. Air masuk kedalam dearator tank dan gas O2 akan
dipompakan keluar oleh dearator tank.
Sirup akhir langsung dimasukkan kegelas sirup. Dengan perbandingan
tertentu, air dan sirup akhir dicampur. Hasil pencampuran didinginkan hingga
temperatur 00C sampai -10C dengan medium pendinginan glikol. Hal ini
dilakukan karena semakin rendah temperatur pencampuran, semakin tinggi
adsorbsi CO2.
Selanjutnya campuran dimasukkan ke karbonator untuk dikarbonasi.
Karbonasi adalah proses pencampuran gas CO2 dalam suatu cairan. CO2 yang
telah dimurnikan diinjeksi kekarbonator dengan tekanan tertentu agar produk
dapat mengadsorbsi CO2 hingga kandungan tertentu. Produk yang dikeluarkan
dari karbonasi ini disebut beverage (minuman ringan), kemudian beverage
tersebut diperiksa oleh quality control dan diteruskan ke mesin filter dan
crowner.
5. Proses Pembotolan
Ada beberapa tahap dalam proses pembotolan yaitu :
a. Pencucian Botol
Botol yang digunakan untuk pengisian minuman harus bersih, tidak rusak
atau pecah. Untuk memperoleh botol yang baik perlu diperiksa dan dicuci. Botol
yang berasal dari pasar maupun botol baru di penumpukan dibawa ketempat
Nurhayati Munthe : Pengukuran Allowance Real Terhadap Operator Pengepakan Produk Frestea Sebagai Basis Penentuan Waktu Standar Di PT. Coca Cola Bottling Indonesia Medan, 2009. USU Repository 2009
penyortiran untuk diperiksa terlebih dahulu. Pemeriksaan bertujuan memperoleh
botol yang baik. Botol yang lolos dari penyortiran langsung dimasukkan ke
washing machine. Botol yang terlalu kotor dibawa ketempat pencucian manual
untuk terlebih dahulu dibersihkan secara manual, kemudian dilakukan pencucian
ulang di washing machine untuk memastikan botol lebih bersih. Sedangkan botol
yang rusak atau pecah disisihkan dengan bantuan conveyor. Botol-botol yang baik
dimasukkan kedalam mesin pencucian (washing machine) botol dengan cara kerja
sebagai berikut :
1. Botol dibilas dengan air yang disirkulasi kembali dari air pada tahap
pembilasan akhir. Air ini umumnya mengandung sedikit sisa caustic yang
dapat membantu pembilasan awal. Air dipanaskan sampai temperatur
450C.
2. Setelah melalui pembilasan awal, kotoran-kotoran dibagian dalam dan luar
botol yang tidak terlalu lekat akan melepas. Botol-botol kemudian masuk
ketangki perendam caustic I. Larutan didalam tangki ini bersuhu lebih
kurang 560C.
3. Kemudian botol-botol bergerak ketangki perendam caustic II yang
bersuhu lebih panas yakni kurang lebih 780C. Botol akan disemprotkan
bagian dalamnya untuk dibersihkan.
4. Botol kemudian melalui tangki perendam yang berisi air disirkulasi pada
tahap pembilasan akhir dengan suhu air 500C.
5. Botol akhirnya dibilas dengan air soft water dan mengalami penyemprotan
luar dan dalam sebanyak 2 kali.
Nurhayati Munthe : Pengukuran Allowance Real Terhadap Operator Pengepakan Produk Frestea Sebagai Basis Penentuan Waktu Standar Di PT. Coca Cola Bottling Indonesia Medan, 2009. USU Repository 2009
6. Botol-botol yang telah dicuci dialirkan dengan menggunakan conveyor
kemesin filter dan crowner. Sebelum botol diperiksa oleh inspector untuk
mengetahui apakah botol sudah memenuhi syarat. Botol yang masih kotor
atau cacat akan disisihkan.
b. Pengisian Minuman (Beverage) ke Botol
Langkah-langkah pengisian minuman ke botol adalah sebagai berikut :
1. Pembukaan counter pressure pada filling valve (kran pengisian).
Pembukaan ini bertujuan untuk memindahkan tekanan yang ada pada
mesin ke botol agar sama tekanannya.
2. Bila tekanannya sama, maka minuman akan turun dengan sendirinya
sesuai dengan prinsip gravitasi dan berakhir setelah vent tube tertutup.
3. Setelah pengisian selesai maka kran pengisian ditutup.
4. Secara perlahan-lahan dan harus tekanan yang masih tersisa didalam
bagian atas botol dibuang guna menghindari timbulnya buih, sehingga
minuman tidak keluar dari botol yang dapat berakibat isinya menjadi
berkurang. Hal ini terjadi karena adanya perbedaan tekanan udara dalam
botol dengan tekanan udara luar.
c. Penutupan Botol
Tutup botol (crown cork) yang berada digudang dibawa ke tempat
penutupan botol. Botol-botol yang telah berisi minuman langsung ditutup dengan
penutup botol (crown cork), kemudian botol tersebut dengan bantuan conveyor
akan dibawa ketempat pengepakan.
Nurhayati Munthe : Pengukuran Allowance Real Terhadap Operator Pengepakan Produk Frestea Sebagai Basis Penentuan Waktu Standar Di PT. Coca Cola Bottling Indonesia Medan, 2009. USU Repository 2009
6. Pemberian Kode Produksi dan Pengepakan
Ketika botol dalam perjalanan ketempat pengepakan, botol akan diberi kode
produksi oleh coding machine dan diperiksa oleh inspector. Produk yang tidak
memenuhi syarat disisihkan sebagai reject product. Selanjutnya untuk produk
yang sudah memenuhi syarat dibawa ditempat pengepakan. Botol tersebut dibawa
ke mesin uncaser melalui bantuan conveyor untuk disusun didalam crate,
kemudian operator akan menyusun palletizer tersebut diatas pallet. Produk diatas
pallet kemudian dipindahkan ke gudang produk jadi (full store) dengan
menggunakan forklift.
2.5.3.2. Proses Pembuatan Minuman Non-Karbonasi
Adapun proses pembuatan dan pembotolan minuman non-karbonasi
(Frestea dan Frestea Green) di perusahaan ini mengalami beberapa tahap yaitu :
1. Proses pengolahan air
2. Proses pembuatan simple sirup
3. Proses pembuatan beverage
4. Proses pencucian botol
5. Proses pengisian beverage kebotol
6. Penutupan botol
7. Pemberian kode produksi dan pengepakan
1. Proses Pengolahan Air
Nurhayati Munthe : Pengukuran Allowance Real Terhadap Operator Pengepakan Produk Frestea Sebagai Basis Penentuan Waktu Standar Di PT. Coca Cola Bottling Indonesia Medan, 2009. USU Repository 2009
Air merupakan salah satu bahan baku utama dalam pembuatan minuman
pada PT.Coca Cola Bottling Indonesia Unit Medan. Air diperoleh dari 4 sumur
bor dengan kedalaman 100-200 meter dari permukaan tanah, dengan kedalaman
ini diharapkan air sumur sudah tidak mengandung zat-zat organik atau bebas dari
pencemaran. Untuk proses air yang digunakan adalah Treated Water dengan
uraian proses pengolahan sebagai berikut :
a. Pengambilan Air
Air dari sumur bor diambil dengan menggunakan pompa raw meter yang
berkapasitas 60 m3/jam.
b. Penghilangan Gas
Air dari sumur bor dimasukkan ke Reaction Tank melalui Degasifier.
Sebelum masuk ke Degasifier kepada air diinjeksikan H2SO4 3,5 4 %
yang berfungsi untuk menurunkan alkalinitas air hingga dibawah 85 ppm.
c. Pengendapan Flok
Air dari Degasifier masuk ke Floculator atau Reaction Tank kemudian
diberikan PAC (Poly Alumunium Chlorida) 6000-7500 ppm, kapur
(CaCO3) 300-500 0D dan klorin Ca(OCl2) 5-10 %. PAC berfungsi untuk
pengendapan senyawa-senyawa organik. Kapur berfungsi untuk
menaikkan pH sehingga kecepatan pengendapan akan semakin besar.
Klorin berfungsi sebagai desifektan untuk menbunuh kuman-kuman dan
bakteri. Standar klorin dalam air adalah 1-5 ppm. Pada Floculator Tank,
flok akan megendap kebawah sementara air dibagian atas akan mengalir
Nurhayati Munthe : Pengukuran Allowance Real Terhadap Operator Pengepakan Produk Frestea Sebagai Basis Penentuan Waktu Standar Di PT. Coca Cola Bottling Indonesia Medan, 2009. USU Repository 2009
ke Sand Filter. Antara permukaan air dengan flok adalah 1 - 1,25 m untuk
mempertahankan kejernihan air.
d. Penyaringan Air
Air dalam Floculator Tank dialirkan ke Sand Filter untuk disaring,
terdapat 4 unit tangki Sand Filter namun yang digunakan hanya 3 unit
sedangkan 1 unit lainnya dipakai sebagai cadangan. Sebagai bahan filter
digunakan kerikil dan pasir dengan ukuran sebagai berikut pada Tabel 2.5.
dibawah ini mulai dari lapisan teratas :
Tabel 2.5. Ukuran Kerikil dan Pasir yang Digunakan sebagai Bahan
Filter pada Sand Filter
Bahan Diameter (mm) Tebal (mm) Bahan
Diameter (mm)
Tebal (mm)
Kerikil
24-40 110
Pasir
0,5-0,7 300
12-45 130 1-1,5 300
6-12 120
Sumber : Departemen Water Treatment PT. Coca Cola Bottling Indonesia Medan
Total tebal lapisan pasir ini tinggi Sand Filter. Setiap hari setelah
selesai produksi akan dilakukan backwash yang berfungsi untuk
menghilangkan partikel atau kotoran dalam Sand Filter. Untuk pencucian
pasir dilakukan setiap 3 bulan sekali. Pencucian pasir dilakukan dengan
mengeluarkan pasir lalu dicuci dengan menggunakan HCL 2-5 %. Pasir-
pasir yang sudah dicuci dimasukkan kembali ke Sand Filter untuk
digunakan kembali.
e. Penyimpanan Air
Nurhayati Munthe : Pengukuran Allowance Real Terhadap Operator Pengepakan Produk Frestea Sebagai Basis Penentuan Waktu Standar Di PT. Coca Cola Bottling Indonesia Medan, 2009. USU Repository 2009
Dari Sand Filter ini dialirkan ke Storage Tank. Sebelumnya diberikan
Ca(OCl)2, sehingga kadar Cl-nya sebesar 6-8 pmm. Tujuannya adalah
membunuh bakteri-bakteri yang masih terdapat dalam air. Storage Tank
berfungsi untuk menyimpan air. Pompa sumur bor akan mati secara
otomatis apabila ketinggian air sampai pada ketinggian maksimum. Proses
pengolahan air berjalan kembali apabila air mencapai ketinggian
minimum.
f. Pengaliran Air
Air dari Storage Tank dialirkan ke Hydrophore Tank. Fungsi dari
Hydrophore Tank adalah sebagai tempat perantara transfer air dari Storage
Tank ke Buffer Tank dengan bantuan dorongan udara sehingga dapat
dialirkan kebagian produksi dan keperluan minum.
g. Pembunuhan Bakteri
Air dari Hydrophore Tank dialirkan ke Buffer Tank. Pada Buffer Tank
diberikan klorin 10 %. Tujuannya adalah untuk membunuh sisa-sisa dari
bakteri yang masih terdapat didalam air yang telah diolah.
h. Penyerapan Klorin dan Partikel
Air dari Buffer Tank dialirkan ke Carbon Filter. Fungsi dari Carbon Filter
adalah untuk menyerap klorin dan partikel-pertikel kecil. Setelah melewati
Carbon Filter kadar Cl2 pada air menjadi 0,1 ppm.
i. Penyaringan Air
Dari Carbon Filter air melewati Bag Filter yang merupakan penyaringan
akhir dengan ukuran filter 5 . Bag Filter berfungsi untuk menyaring
Nurhayati Munthe : Pengukuran Allowance Real Terhadap Operator Pengepakan Produk Frestea Sebagai Basis Penentuan Waktu Standar Di PT. Coca Cola Bottling Indonesia Medan, 2009. USU Repository 2009
partikel yang sangat halus seperti mikro organisme sehingga tidak dapat
lewat dan terikut dalam proses produksi.
2. Proses Pembuatan Sirup
Pada proses pembuatan sirup ada beberapa tahap-tahap yang harus
diperhatikan sebagai berikut :
a. Pemanasan Air dan Concentrate Part III (Daun Teh)
Air dari Hyrophore Tank dan Concentrate Part III (daun teh) dimasukkan
ke Hot Water Tank. Air dan Concentrate Part III (daun teh) yang masuk ke
Hot Water Tank dipanaskan dengan temperatur 900C selama 10 menit,
kemudian disaring dengan alat penyaring. Kemudian diperiksa kepekatan
campuran ekstrak teh dan air. Setelah itu daun teh yang telah dipakai
dibung. Adapun daun teh yang berwarna coklat dan beraroma melati
didatangkan dari Jakarta.
b. Pelarutan Gula (Pembuatan Sirup Dasar)
Pada pembuatan sirup, air hasil olahan (treated water) dialirkan ke heat
exchanger untuk dipanaskan dan ditampung di tangki. Disini air dialirkan
ke tangki pelarut, kemudian ditambahkan gula sesuai dengan jumlah gula
yang diperlukan. Perbandingan antara air dan gula ditentukan oleh brix
atau tingkat kemanisan yang telah distandarkan. Brix merupakan
perbandingan gram gula ditambah air dalam 100 gram. Temperatur air
Nurhayati Munthe : Pengukuran Allowance Real Terhadap Operator Pengepakan Produk Frestea Sebagai Basis Penentuan Waktu Standar Di PT. Coca Cola Bottling Indonesia Medan, 2009. USU Repository 2009
yang digunakan sekitar 800C. Di tangki pelarut ditambahkan karbon aktif
yang berfungsi untuk menyerap bau gas-gas terlarut dan menghilangkan
warna, sehingga larutan gula menjadi jernih. Pelarutan gula dilakukan
selama 60 menit dan diaduk hingga homogen. Untuk memastikan apakah
sirup sesuai dengan ketentuan sirup diperiksa oleh quality control.
c. Penyaringan sirup dasar
Sirup dasar dialirkan ke filter dn didistribusikan sampai filternya bersih.
Sebelum sirup dasar dimasukkan ke filter dilakukan procoating (pelapisan
awal). Procoating adalah membentuk lapisan pada filter paper. Air treated
dialirkan ketangki precoating yaitu sebuah tangki kecil yang terbuat dari
stainless steel yang dilengkapi oleh sebuah agitator. Filter aid
ditambahkan ke tangki precoating. Cairan dari tangki precoating
disirkulasi melalui filter sampai semua filter aid menempel pada filter
paper dengan baik.
d. Pendinginan Sirup Dasar
Sirup dasar yang telah disaring didinginkan di syrup cooler. Temperatur
pendinginan di syrup cooler adalah 20-250C. Setelah sirup dasar
didinginkan kemudian dimasukkan ke tangki pencampur.
3. Proses Pembuatan Beverage
Adapun proses dalam pembuatan beverage adalah :
a. Campuran ekstrak teh dan air yang dipanaskan dimasukkan ke tangki
pencampur yang didalamnya sudah terdapat sirup dasar (larutan gula)
Nurhayati Munthe : Pengukuran Allowance Real Terhadap Operator Pengepakan Produk Frestea Sebagai Basis Penentuan Waktu Standar Di PT. Coca Cola Bottling Indonesia Medan, 2009. USU Repository 2009
sesuai dengan brix atau tingkat kemanisan yang telah distandarkan.
Temperatur campuran ekstrak teh dan air melarutkan gula dengan suhu
lebih kurang 1350C.
b. Campuran ini kemudian diteruskan kegelas sirup dan dicampur dengan air
dengan perbandingan tertentu. Hasil dari campuran ini disebut dengan
beverage yang kemudian diteruskan ke mesin Filter (mesin pengisi
kebotol) dan Crowner (tutup botol).
4. Proses Pencucian Botol
Botol-botol yang digunakan untuk pengisian minuman harus bersih (bebas
kuman), tidak rusak atau pecah. Untuk itu botol-botol sebelum digunakan harus
dicuci terlebih dahulu.
Botol-botol bekas yang datang dari pasar (setelah dikonsumsi konsumen)
atau botol baru masuk kemesin pencuci botol, terlebih dahulu disortir. Tujuannya
untuk memeriksa apakah ada botol yang terlalu kotor atau rusak. Botol yang yang
terlalu kotor akan dipisahkan untuk dicuci secara manual, sementara botol-botol
dimasukkan kedalam mesin pencucian botol yang cara kerjanya adalah sebagai
berikut :
1. Botol dibilas dengan air yang disirkulasi kembali dari air pada tahap
pembilasan akhir. Air ini umumnya mengandung sedikit sisa caustic yang
dapat membantu pembilasan awal. Air dipanaskan sampai temperatur
450C.
Nurhayati Munthe : Pengukuran Allowance Real Terhadap Operator Pengepakan Produk Frestea Sebagai Basis Penentuan Waktu Standar Di PT. Coca Cola Bottling Indonesia Medan, 2009. USU Repository 2009
2. Setelah melalui pembilasan awal, kotoran-kotoran dibagian dalam dan luar
botol yang tidak terlalu lekat akan melepas. Botol-botol kemudian masuk
ketangki perendam caustic I. Larutan didalam tangki ini bersuhu lebih
kurang 560C dan konsentrasi caustic lebih kurang 2,50C.
3. Kemudian botol-botol bergerak ketangki perendam caustic II yang
bersuhu lebih panas yakni kurang lebih 780C. Botol akan disemprotkan
bagian dalamnya untuk dibersihkan.
4. Botol kemudian melalui tangki perendam yang berisi air disirkulasi pada
tahap pembilasan akhir dengan suhu air 960C.
5. Botol akhirnya dibilas dengan air soft water dan mengalami penyemprotan
luar dan dalam sebanyak 2 kali.
6. Botol-botol yang telah dicuci dialirkan dengan menggunakan conveyor
kemesim filter dan crowner. Sebelum botol diperiksa oleh inspector untuk
mengetahui apakah botol sudah memenuhi syarat. Botol yang masih kotor
atau cacat akan disisihkan.
5. Proses Pengisian Beverage ke Botol
Adapun proses-proses dalam pengisian beverage ke botol adalah sebagai
berikut :
a. Pembukaan filling valve (kran pengisian). Pembukaan filling valve
bertujuan untuk agar tekanan yang ada pada mesin dapat pindah kebotol.
b. Setelah tekanan sama maka minuman akan turun dengan sendirinya sesuai
dengan prinsip gravitasi dan berakhir setelah vent tube tertutup.
Nurhayati Munthe : Pengukuran Allowance Real Terhadap Operator Pengepakan Produk Frestea Sebagai Basis Penentuan Wak