189
TUGAS AKHIR (614415A) ANALISIS PENGARUH GOAL ORIENTATION DAN ORGANIZATIONAL LEARNING CULTURE TERHADAP CAREER SATISFACTION DAN ORGANIZATIONAL COMMITMENT BERDASARKAN PERSPEKTIF GENDER Karunia Eka Safitri NRP. 1115040005 DOSEN PEMBIMBING: R.A. NORROMADANI YUNIATI, S.Pd., S.E., M.SM. RISTANTI AKSEPTORI, S.S., M.M. PROGRAM STUDI MANAJEMEN BISNIS JURUSAN TEKNIK BANGUNAN KAPAL POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA SURABAYA 2019

repository.ppns.ac.idrepository.ppns.ac.id/2176/1/1115040005 - Karunia... · LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR ANALISIS PENGARUH GOAL ORIENTATION DAN ORGANIZATIONAL LEARNING CULTURE TERHADAP

  • Upload
    others

  • View
    1

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

  • TUGAS AKHIR (614415A)

    ANALISIS PENGARUH GOAL ORIENTATION DAN ORGANIZATIONAL LEARNING CULTURE TERHADAP CAREER SATISFACTION DAN ORGANIZATIONAL COMMITMENT BERDASARKAN PERSPEKTIF GENDER

    Karunia Eka Safitri NRP. 1115040005

    DOSEN PEMBIMBING: R.A. NORROMADANI YUNIATI, S.Pd., S.E., M.SM. RISTANTI AKSEPTORI, S.S., M.M.

    PROGRAM STUDI MANAJEMEN BISNIS JURUSAN TEKNIK BANGUNAN KAPAL POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA SURABAYA

    2019

  • (Halaman ini sengaja dikosongkan)

    ii

  • TUGAS AKHIR (614415A)

    ANALISIS PENGARUH GOAL ORIENTATION DAN ORGANIZATIONAL LEARNING CULTURE TERHADAP CAREER SATISFACTION DAN ORGANIZATIONAL COMMITMENT BERDASARKAN PERSPEKTIF GENDER

    Karunia Eka Safitri NRP. 1115040005

    DOSEN PEMBIMBING: R.A. NORROMADANI YUNIATI, S.Pd., S.E., M.SM. RISTANTI AKSEPTORI, S.S., M.M.

    PROGRAM STUDI MANAJEMEN BISNIS JURUSAN TEKNIK BANGUNAN KAPAL POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA SURABAYA 2019

    iii

  • (Halaman ini sengaja dikosongkan)

    iv

  • LEMBAR PENGESAHAN

    TUGAS AKHIR

    ANALISIS PENGARUH GOAL ORIENTATION DAN ORGANIZATIONAL LEARNING CULTURE TERHADAP CAREER SATISFACTION DAN

    ORGANIZATIONAL COMMITMENT BERDASARKAN PERSPEKTIF GENDER

    Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Kelulusan Program

    Studi Manajemen Bisnis Jurusan Teknik Bangunan Kapal

    Disetujui oleh Tim Penguji Tugas Akhir Tanggal Ujian : 15 Juli 2019

    Periode wisuda : 29 September 2019

    Menyetujui,

    Dosen Penguji NIDN Tanda Tangan

    1. R.A. Norromadani Yuniati, S.Pd., S.E., M.SM. (0701068402) (……… ….…)

    2. Danis Maulana, S.T., MBA (0014108904) (……………..)

    3. Ristanti Akseptori, S.S., M.M. (0717028601) (……………..)

    Dosen Pembimbing NIDN Tanda Tangan

    1. R.A. Norromadani Yuniati, S.Pd., S.E., M.SM. (701068402) (……………)

    2. Ristanti Akseptori, S.S., M.M. (0717028601) (……………)

    Menyetujui Mengetahui

    Ketua Jurusan, Koordinator Program Studi,

    Ruddianto, S.T., M.T. Yugowati Praharsi, S.Si., M.Sc., Ph.D

    NIP.198108282015042001

    NIP. 196910151995011001 v

  • (Halaman ini sengaja dikosongkan)

    vi

  • No. : F.WDI.

    PERNYATAAN BEBAS

    021

    Date : 2 Agustus PLAGIAT 2019

    Rev. : 01

    Page : 1 dari1

    Yang bertandatangan di bawah ini :

    Nama : Karunia Eka Safitri

    NRP. : 1115040005

    Jurusan/Prodi : Teknik Bangunan Kapal / Manajemen Bisnis

    Dengan ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa :

    Tugas Akhir yang akan saya kerjakan dengan judul :

    Analisis Pengaruh Goal Orientation dan Organizational Learning Culture

    terhadap Career Satisfaction dan Organizational Commitment Berdasarkan

    Perspektif Gender adalah benar karya saya sendiri dan bukan plagiat dari

    karya orang lain. Apabila dikemudian hari terbukti terdapat plagiat dalam karya

    ilmiah tersebut, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai ketentuan peraturan

    yang berlaku.

    Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan penuh tanggung jawab.

    Surabaya, 2 Agustus 2019

    Yang membuat pernyataan,

    (Karunia Eka Safitri) NRP. 1115040005

    vii

  • (Halaman ini sengaja dikosongkan)

    viii

  • KATA PENGANTAR

    Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Subhanahu wa Ta’ala yang

    telah melimpahkan kasih dan sayang-Nya kepada kita, sehingga penulis bisa

    menyelesaikan tugas akhir dengan tepat waktu, yang penulis beri judul “ANALSIS

    PENGARUH GOAL ORIENTATIONI DAN ORGANIZATIONAL LEARNING

    CULTURE TERHADAP CAREER SATISFACTION DAN

    ORGANIZATIONAL COMMITMENT BERDASARKAN PERSPEKTIF

    GENDER”. Tujuan dari penyusunan tugas akhir ini guna memenuhi salah satu

    syarat untuk bisa menempuh ujian guna memperoleh gelar Diploma empat pada

    Program Studi Manajemen Bisnis, Jurusan Teknik Bangunan Kapal di Politeknik

    Perkapalan Negeri Surabaya.

    Penulis menyadari dalam penyusunan tugas akhir ini tidak akanselesai tanpa

    bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin

    mengucapkan terima kasih kepada:

    1. Allah Subahanahu wa Ta’ala yang senantiasa memberikan nikmat, rahmat

    serta hidayah-nya.

    2. Rasulullah Muhammad Salallahu’alaihi wa sallam yang telah syafa’atnya

    kepada kita semua.

    3. Kedua orang tua tercinta yang telah memberikan do’a, motivasi, dukungan

    moril maupun materil baik secara langsung maupun melalui rekening

    kepada penulis.

    4. Bapak Ir. Eko Julianto, M.Sc., MRINA selaku Direktur Politeknik

    Perkapalan Negeri Surabaya.

    5. Bapak Ruddianto, S.T., M.T. selaku Kepala Jurusan Teknik Bangunan

    Kapal PPNS.

    6. Ibu Yugowati Praharsi, S.Si., M.Sc., Ph.D. selaku Kepala serta

    Koordinator Tugas Akhir Program Studi Manajemen Bisnis PPNS.

    7. Ibu R.A. Norromadani Yuniati, S.E., M.SM. selaku dosen pembimbing I

    yang telah membimbing dalam penyusunan tugas akhir ini hingga selesai.

    ix

  • 8. Ibu Ristanti Akseptori S.S., M.M. selaku dosen pembimbing II yang telah

    membimbing dalam penyusunan tugas akhir ini hingga selesai.

    9. Ibu Yeni selaku pembimbing saat melakukan penelitian di PT Berlian Jasa

    Terminal Indonesia beserta staff dan karyawan lainnya yang telah

    membantu penulis dalam pengambilan data selama prosese melakukan

    penelitian ini.

    10. Terimakasih untuk Rizky Wahyu S. yang selalu men-support, memotivasi,

    membantu, dan menyemangati penulis dalam melakukan penelitian ini.

    11. Teman-teman D4 Manajemen Bisnis 2015 lainnya yang telah membantu

    dan memberi dukungan serta motivasi kepada penulis selama 4 tahun di

    PPNS.

    12. Semua pihak yang telah banyak membantu dalam penyusunan tugas akhir

    ini yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

    Surabaya, Juli 2019

    Penulis

    x

  • ANALSIS PENGARUH GOAL ORIENTATION, ORGANIZATIONAL

    LEARNING CULTURE TERHADAP CAREER SATISFACTION DAN

    ORGANIZATIONAL COMMITMENT BERDASARKAN PESPEKTIF

    GENDER.

    Karunia Eka Safitri

    ABSTRAK

    Karyawan tidak dapat dipisahkan dari perusahaan karena karyawan

    merupakan asset perusahaan. Hasil kualitas kerja sangat dipengaruhi oleh

    karakteristik individu masing-masing karyawan. Salah satu karakteristik individu

    tersebut adalah jenis kelamin. Kesetaraan gender adalah terkait dengan kesetaraan

    sosial antara laki-laki dan perempuan, dilandaskan keadaan pengakuan bahwa,

    kesetaraan gender yang disebabkan oleh diskriminasi struktural dan kelembagaan.

    Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perbedaan hubungan antara goal

    orientation, organizational learning culture, career satisfaction, dan

    organizational commitmentpada karyawan organik PT Berlian Jasa Terminal

    Indonesia. Populasi dalam penelitian dibagi dua, yaitu laki-laki dan perempuan.

    Total sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini berjumlah 57 karyawan.

    Metode analisis yang akan digunakan adalah Partial Least Square (PLS).

    Pelenitian ini menghasilkan bahwa terjadi perbedaan pengaruh pada variabel goal

    orientation terhadap career satisfaction, goal orientation terhadap organizational

    commitment, dan organizational learning culture terhadap organizational

    commitment. namun tidak terjadi perbedaan pengaruh pada variabel

    organizational learning culture terhadap career satisfaction.

    Kata kunci: goal orientation, career satisfaction, organizational learning culture,

    organizational commitment, PLS.

    xi

  • (Halaman ini sengaja dikosongkan)

    xii

  • ANALYSIS OF THE EFFECT OF GOAL ORIENTATION AND

    ORGANIZATIONAL LEARNING CULTURE ON CAREER

    SATISFACTION AND ORGANIZATION COMMITMENT BASED ON GENDER PERSPECTIVE

    Karunia Eka Safitri

    ABSTRACT

    Employees can not be separated from the company because employees are

    company assets. The quality of work results are strongly influenced by the

    individual characteristics of each employee. One characteristic of these

    individuals is gender. Gender equality is related to social equality between men

    and women, based on the state of recognition that, gender equality is caused by

    structural and institutional discrimination. This study aims to analyze the

    differences in the relationship between goal orientation, organizational learning

    culture, career satisfaction, and organizational commitment to PT Berlian Jasa

    Terminal Indonesia's organic employees. The population in the study was divided

    into two, namely men and women. The total sample to be used in this study

    amounted to 57 employees. The analytical method that will be used is Partial

    Least Square (PLS). Pelenitian produces that there is a difference in influence on

    the goal orientation variable on career satisfaction, goal orientation on

    organizational commitment, and organizational learning culture on

    organizational commitment. but there was no difference in influence on

    organizational learning culture variables on career satisfaction.

    Key words: goal orientation, career satisfaction, organizational learning culture,

    organizational commitment, PLS.

    xiii

  • (Halaman ini sengaja dikosongkan)

    xiv

  • DAFTAR ISI

    LEMBAR PENGESAHAN .............................................................................................. v

    KATA PENGANTAR ...................................................................................................... ix

    ABSTRAK ........................................................................................................................ xi

    ABSTRACT .....................................................................................................................xiii

    DAFTAR ISI .................................................................................................................... xv

    DAFTAR GAMBAR ..................................................................................................... xvii

    DAFTAR TABEL .......................................................................................................... xix

    BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................................. 1

    1.1 Latar Belakang ..................................................................................................... 1

    1.2 Perumusan Masalah ............................................................................................. 7

    1.3 Tujuan .................................................................................................................. 7

    1.4 Manfaat Tugas Akhir ........................................................................................... 8

    1.5 Batasan Masalah .................................................................................................. 9

    BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................................... 11

    2.1 Perspektif Gender .............................................................................................. 11

    2.1.2 Perspektif Gender .............................................................................................. 12

    2.2 Goal Orientation ............................................................................................... 13

    2.3 Organizational Learning Culture ...................................................................... 17

    2.4 Kepuasan Karier ................................................................................................ 20

    2.5 Organizational Commitment ............................................................................. 24

    2.6 Penelitian Terdahulu .......................................................................................... 28

    BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN ........................................................................ 31

    3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Variabel Operasional ..................................... 31

    3.2 Kerangka Berpikir ............................................................................................. 36

    3.3 Hubungan antar Variabel dan Hipotesis ............................................................ 38

    3.4 Jenis Penelitian .................................................................................................. 43

    3.5 Populasi dan Sampel .......................................................................................... 43

    3.6 Jenis dan Sumber Data ...................................................................................... 45

    3.7 Metode Pengumpulan Data ............................................................................... 45

    3.8 Teknik Analisis Data ......................................................................................... 46

    xv

  • 3.9 Pelaksanaan Penelitian ...................................................................................... 49

    3.10 Jadwal Pelaksanaan Penelitian .......................................................................... 51

    BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN ..................................................................... 53

    4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian ................................................................... 53

    4.2 Analisis Data dan Pembahasan .......................................................................... 55

    4.2.3 Analisis Model ............................................................................................... 74

    4.2.5 Analisis Perbedaan dengan Partial Least Square (PLS) Multigroup Analysis (MGA) 86

    BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................................... 103

    5.1 Kesimpulan ............................................................................................................... 103

    5.2 Saran .......................................................................................................................... 104

    DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... 107

    LAMPIRAN ................................................................................................................... 113

    xvi

  • DAFTAR GAMBAR

    Gambar 1. 1 Data jumlah karyawan perempuan pada 9 sektor menurut data BPS 2017 .... 2

    Gambar 1. 2 Data IPG Indonesia 2010 - 2017 .................................................................... 2

    Gambar 2. 1 Hipotesis distribusi bimodal dari karakteristik gender ................................. 13

    Gambar 3. 1 Kerangka Berpikir Penelitian ....................................................................... 37

    Gambar 3. 2 Alur proses penelitian .................................................................................. 50

    Gambar 4. 1 Tabel Tingkat Pengembalian Kuesioner ...................................................... 55

    Gambar 4. 2 Gambar Outer Model Satu pada PLS ........................................................... 75

    Gambar 4. 4 Gambar Outer Model Tahap 2 pada PLS ..................................................... 78

    xvii

  • (Halaman ini sengaja dikosongkan)

    xviii

  • DAFTAR TABEL Tabel 2. 1 Konsep Gender ................................................................................................. 11 Tabel 2. 2 Penelitian Terdahulu ........................................................................................ 28 Tabel 3 1 Tabulasi Definisi Operasional Variabel ............................................................ 31 Tabel 3 2 Data populasi karyawan PT Berlian Jasa Terminal Indonesia .......................... 43 Tabel 3 3 Jadwal pelaksanaan penelitian .......................................................................... 51 Tabel 4. 1 Tabel Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ........................... 56 Tabel 4. 2 Tabel Responden Laki-laki Berdasarkan Usia ................................................. 57 Tabel 4. 3 Tabel Responden Perempuan Berdasarkan Usia .............................................. 57 Tabel 4. 4 Tabel Karakteristik Responden Laki-laki Berdasarkan Pendidikan ................ 58 Tabel 4. 5 Tabel Karakteristik Responden Perempuan Berdasarkan Pendidikan ............. 58 Tabel 4. 6 Tabel Karakteristik Responden Laki-laki Berdasarkan Lama Bekerja ............ 58 Tabel 4. 7 Tabel Karakteristik Responden Perempuan Berdasarkan Lama Bekerja ......... 59 Tabel 4. 8 Tabel Karakteristik Responden Laki-laki Berdasarkan Jumlah Kenaikan / Pergantian Jabatan ............................................................................................................. 59 Tabel 4. 9 Tabel Karakteristik Responden Perempuan Berdasarkan Jumlah Kenaikan / Pergantian Jabatan ............................................................................................................. 59 Tabel 4. 10 Kategori Penilaian .......................................................................................... 60 Tabel 4. 11 Tabel Deskripsi Variabel Performance Goal Orientation Responden Laki-laki 60

    Tabel 4. 12 Deskripsi Variabel Performance Goal Orientation Responden Perempuan ... 62 Tabel 4. 13 Deskripsi Variabel Learning Goal Orientation Responden Laki-laki ............ 63 Tabel 4. 14 Deskripsi Variabel Learning Goal Orientation Responden Perempuan ......... 64 Tabel 4. 15 Deskripsi Variabel Organization Learning Culture Responden Laki-laki ..... 66 Tabel 4. 16 Deskripsi Variabel Organization Learning Culture Responden Perempuan .. 67 Tabel 4. 17 Deskripsi Variabel Career Satisfaction Responden Laki-laki ........................ 69 Tabel 4. 18 Deskripsi Variabel Career Satisfaction Responden Perempuan .................... 70 Tabel 4. 19 Deskripsi Variabel Organizational Commitment Responden Laki-laki ........ 71 Tabel 4. 20 Deskripsi Variabel Organizational Commitment Responden Perempuan ..... 73 Tabel 4. 21 Tabel Rincian Hasil Uji Validitas Tahap Satu ............................................... 76 Tabel 4. 22 Tabel Convergent Validity Tahap 2 ............................................................... 78 Tabel 4. 23 Tabel Cross Loading ...................................................................................... 79 Tabel 4. 24 Construct Reliability ...................................................................................... 80 Tabel 4. 25 Nilai R-Square Data Gabungan ...................................................................... 81 Tabel 4. 26 R-square Kelompok Laki-laki ........................................................................ 82 Tabel 4. 27 R-square Kelompok Perempuan .................................................................... 82 Tabel 4. 28 Tabel Hasil Path Coefficient Data Gabungan ................................................ 82 Tabel 4. 29 Tabel Pengaruh Variabel X1, X2, X3, terhadap Y1 pada Data Gabungan .... 83 Tabel 4. 30 Tabel Pengaruh Variabel X1, X2, X3, terhadap Y2 pada Data Gabungan .... 84 Tabel 4. 31 Multi Group Analysis (MGA) ........................................................................ 87

    xix

  • (Halaman ini sengaja dikosongkan)

    xx

  • BAB 1

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Karyawan tidak dapat dipisahkan dari perusahaan karena karyawan

    merupakan asset perusahaan. Karyawan sangat dibutuhkan perusahaan dalam

    melangsungkan kagiatan organisasi dan mengembangkan kualitas produk yang

    dihasilkan. Hal tersebut diungkapkan oleh McPherson (dalam Peters & Waterman,

    1982) bahwa harta kita yang paling penting adalah karyawan. Pendapat tersebut

    sejalan dengan Allen (dalam As’ad, 1999) yang mengungkapkan bahwa apabila

    perencanaan organisasi dan pengawasan telah dilakukan dengan baik, namun

    apabila sumber daya manusia dalam perusahaan tersebut tidak merasa senang

    dalam menjalankannya, maka perusahaan tersebut tidak akan mencapai hasil

    kualitas kerja yang maksimal.

    Hasil kualitas kerja sangat dipengaruhi oleh karakteristik individu masing-

    masing karyawan. Salah satu karakteristik individu tersebut adalah jenis kelamin

    yang telah membedakan individu sebagai sifat dasar pada kodrat manusia.

    Kesetaraan gender adalah terkait dengan kesetaraan sosial antara laki-laki dan

    perempuan, dilandaskan keadaan pengakuan bahwa, kesetaraan gender yang

    disebabkan oleh diskriminasi struktural dan kelembagaan.

    Menurut data BPS Agustus 2017 yang dikutip dalam CNBC Indonesia dalam

    situsnyahttps://www.cnbcindonesia.com/lifestyle/20180309180650-33-6793/para-

    perempuan-ini-posisi-perempuan-dalam-ekonomi-indonesia menyatakan bahwa

    jumlah tenaga kerja perempuan (15 tahun ke atas) pada sektor dengan rata-rata

    upah/gaji bersih per bulan terbesar, seperti sector Pertambangan, listrik, gas dan air,

    jasa keuangan, dan angkutan dan komunikasi. Selain itu, dalam halaman tersebut juga

    menyatakan bahwa United Nations Development Programme (UNDP)

    memperkenalkan sebuah ukuran yaitu Indeks Pembangunan Gender (IPG). IPG

    diformulasikan dalam Indeks Pembangunan Manusia (IPM) laki-laki dan IPM

    perempuan. Semakin dekat angka IPG ke 100, maka semakin kecil kesenjangan

    1

    https://www.cnbcindonesia.com/lifestyle/20180309180650-33-6793/para-perempuan-ini-posisi-wanita-dalam-ekonomi-indonesiahttps://www.cnbcindonesia.com/lifestyle/20180309180650-33-6793/para-perempuan-ini-posisi-wanita-dalam-ekonomi-indonesiahttps://www.cnbcindonesia.com/lifestyle/20180309180650-33-6793/para-perempuan-ini-posisi-wanita-dalam-ekonomi-indonesia

  • pembangunan laki-laki dan perempuan. Apabila nilai IPG di bawah 100, bererti

    negara tersebut masih menunjukkan adanya kesenjangan antara capaian

    pembangunan manusia antara laki-laki dan perempuan. Berdasarkan Human

    Development Report 2016, nilai rata-rata global sebesar 93,8, sedangkan dalam

    rentan waktu 2010-2017 nilai IPG per tahun masih dibawah akta tersebut.

    Jumlah Tenaga Kerja Perempuan (15 Tahun Ke Atas) Berdasarkan 9 Sektor

    Lapangan Kerja per Agustus 2017

    Pertanian 12.81 0.11

    Industri Pengolahan 7.1 0.05

    Bangunan 0.18 14.72

    Angkutan dan Komunikasi 0.47 1.09

    Jasa Kemasyarakatan 9.76

    0 2 4 6 8 10 12 14 16

    Jumlah Tenaga Kerja Perempuan

    Gambar 1. 1 Data jumlah karyawan perempuan pada 9 sektor menurut data BPS 2017

    Data IPG Indonesia 2010 - 2017

    90.96

    2016 90.82 91.03

    2014 90.34 90.19

    2012 90.07 89.52

    2010 89.42

    88.5 89 89.5 90 90.5 91 91.5

    Sumber: BPS, data diolah (2019)

    Gambar 1. 2 Data IPG Indonesia 2010 - 2017

    Kesulitan seorang perempuan dalam mendapatkan kedudukan di tempat

    kerjanya juga merupakan masalah yang sering dihadapi. Penilain serta pandangan

    masyarakat terhadap perempuan sangat memengaruhi bidang pekerjaan yang bisa

    2

  • didapatkan. Perbedaan gender tidak akan menjadi masalah selama tidak

    melahirkan ketidakadilan gender. Persoalan akan muncul ketika perbedaan gender

    melahirkan ketidakadilan. Ketidakadilan gender merupakan sistem dan struktur

    dimana baik kaum laki-laki maupun perempuan menjadi korban dalam sistem

    tersebut(Nugroho, 2011).

    Kepuasan karyawan merupakan hal yang perlu diperhatikan tanpa melihat jenis

    kelamin karyawan. Tingkat kepuasan karyawan dipengaruhi oleh perlakuan

    perusahaan. Salah satu jenis kepuasan yang dapat dirasakan karyawan adalah

    kepuasan karier. Dalam penelitian ini, definisi kepuasan karier merupakan persepsi

    individu atas prestasi karier yang telah dicapai dari awal hingga sekarang serta

    prospek karier mereka saat ini di masa yang akan datang (Gattiker and Larwood,

    1988; Judge et al., 1995). Pendapat tersebut selaras dengan Greenhaus JH (dalam

    Acad Manage J., 1990) bahwa kepuasan karier adalah penilaian retrospektif tingkat

    kesenangan individu dengan pilihan mereka dan pengalaman di dalamnya, serta karier

    pilihan mereka pada pekerjaan individu yang mereka miliki.

    Berdasarkan penelitian Inocencia et. al. (2018), faktor-faktor yang dapat

    memengaruhi peningkatan kepuasan karier meliputi komitmen organisasi, tingkat

    pendapatan, kesesuaian pekerjaan, serta budaya pendukung keseimbangan

    kehidupan kerja. Dalam hasil penelitian tersebut dijelaskan juga bahwa tingkat

    penghasilan dan kecocokan pekerjaan merupakan faktor terpenting dalam

    menentukan kepuasan karierlaki-laki dan perempuan. Indikator obyektif

    kesuskesan karier ialah termasuk gaji (Tharenou, 2001), promosi (Judge et. al.,

    1999), struktur keluarga (Schneer dan Reitman, 1993) dan level pekerjaan (Judge

    dan Bretz, 1994).

    Karyawan yang tidak memiliki kepuasan cenderung melakukan withdrawl,

    yang dijelaskan oleh Greenberg & Baron (2003) sebagai upaya karyawan dalam

    meminimalkan jumlah frekuensi kontak mereka dengan pekerjaan. Bentuk

    withdrawl tersebut dapat meliputi: mencuri, menggunakan waktu kerja untuk

    kepentingan pribadi, menambah durasi waktu istirahat, datang terlambat, sering

    absent, pensiun dini, dsb (Hulin et. al., dalam Parahyati, 2005). Pendapat tersebut

    3

  • selaras dengan pendapat Robbins (dalam Munandar, 2001) yaitu mengungkapkan

    bahwa salah satu bentuk ketidakpuasan kerja juga dapat berupa keinginan untuk

    berpindah.

    Dalam pembentukan kepuasan karier dan organisasional komitmen, tentu saja

    terdapat beberapa faktor yang mempengaruhinya. Terdapat dua faktor yang dapat

    mempengaruhi kedua variable tersebut, diantaranya adalah faktor internal dan

    faktor eksternal. Dalam penelitian ini, faktor internal yang akan dibahas

    berdasarkan pada Career Motivation Theory, dimana teori tersebut menyebutkan

    bahwa faktor internal yang berasal dari masing-masing personal meliputi perilaku

    dan tujuan individu dan faktor internal berasal dari organisasi. Secara konseptual

    Career Motivation Theory, memiliki kesamaan dengan teori motivasi berprestasi

    karena Career Motivation Theory dibagi menjadi tiga domain yang salah satunya

    adalah ketahanan karier. Individu yang memiliki ketahanan karier akan mampu

    bertahan dan beradaptasi pada keadaan yang berubah-ubah sehingga individu

    tersebut akan tatap mempertahankan kondisi dimana bisa beradaptasi (McCelland,

    1965). Hal tersebut berhubungan dengan Goal Orientation, yaitu teori kognitif

    social yang juga berhubungan dengan teori berprestasi, teori ini dikembangkan

    oleh Dweck (1989). Dweck (1989) membagi Goal Orientation menjadi dua, yaiitu

    performance goal orientation dan learning goal orientation.

    Barnett dan Bradley (2007) menyatakan bahwa Goal Orientation dapat

    menjadi indikator career satisfaction karena hal tersebut mencakup dukungan

    social dan material untuk mencapai tujuan karyawan. Performance goal

    orientation dapat berpengaruh secara positif pada Career Satisfaction karena jika

    manager menyediakan tugas atau pekerjaan yang sesuai untuk memperkuat

    orientasi sasaran kinerja karyawan(Joo & Park, 2010). Kemudian, learning goal

    orientation dapat memengaruhi career satisfaction yang sudah dibuktikan oleh

    Millet et. al. (2000) dimana learning goal orientation dapat menjadi faktor

    kontribusi dalam membangun keuntungan dari hubungan belajar di dalam

    organisasi termasuk menigkatkan kepuasan karier.

    4

  • Performance goal orientation dan learning goal orientation juga dapat

    mempengaruhi organizational commitment. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan,

    individu denganperformance goal orientation cenderung akan berusaha lebih keras

    agar individu dapat bertahan oleh organisasi (Robbins, 2001). Sedangkan individu

    dengan learning goal orientationcenderung akan senang untuk belajar di dalam

    organisasi, sehingga hal tersebut akan meningkatkan komitmennya pada organisasi

    (Miller, et. al., 2000). Faktor eksternal (yang akan dibahas disini, berdasarkan model

    yang dikembangkan oleh London (1983), yaitu organizational learning culture.

    Berdasarkan penelitian Egan et. al. (2004), organizational learning culture dapat

    meningkatkan tingkat kepuasan karier. Karyawan yang mendapatkan budaya

    pembelajaran dari organisasi akan merasakan psikologis yang positif akan merasa

    puas dengan apa yang diberikan organisasi telah mendukung kepuasan kariernya.

    Karyawan akan merasa puas ketika karakteristik karier, tujuan karier,

    mendapatkan gaji yang sepadan dengan karier, serta mendapatkan kesempatan

    dalam meningkatkan skill akan merasa puas terhadap kariernya(Greenhaus JH,

    1990). Dengan demikian karyawan yang mencapai kepuasan karier akan tetap

    berada di tempat karyawan tersebut bekerja. Hal tersebut berkaitan dengan

    organizational commitment. Organizational commitmentdiartikan sebagai

    loyalitas karyawan terhadap organisasi tertentu (Meyer, 1991). Pentingnya

    perusahaan menanamkan serta mendapatkan organizational commitment dari

    karyawan karena untuk mengurangi turnover intention. Salah satu cara

    mendapatkan loyalitas dari perusahaan adalah mendukung tercapainya kepuasan

    karier pada karyawan. Berdasarkan uraian di atas, career satisfaction serta

    hubungannya terhadap tingkat turnover intention dan organizational commitment

    penting untuk diteliti dan diketahui oleh perusahaan untuk menghindari

    unsatisfied carrier yang berdampak pada tingkat turnover intention.

    Chusmir (dalam Jewll & Siegall, 1998) berpendapat bahwa faktor gender

    mempunyai kaitan konseptual organisasi dan pengaruhnya terutama kuat sekali

    pada perempuan, karena perempuan adalah sumber pertentangan peran gender

    yang jarang dialami laki-laki yang bekerja. Bagi perempuan tantangan terbesarnya

    adalah mengintegrasikan antara peran dalam keluarga dengan peran dalam

    5

  • pekerjaan atau karier. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Liyod Leuptow,

    (dalam Rizki 2013) perempuan memiliki tingkat yang tinggi dalam orientasi

    berprestasi daripada laki-laki. Perempuan merupakan peraih sukses yang ulet,

    sedangkan laki-laki adalah pesaing yang ulet.

    Hubungan antara goal orientation, organizational learning culture, career

    satisfaction¸dan organizational commitment secara ekstensif sangat menarik

    dalam riset keperilakuan, namun penelitian dengan perspektif gender masih

    terbatas dilakukan, terutama di bidang industri perkapalan maupun industri

    maritim lainnya. Penelitian ini menjadi lebih menarik dengan adanya fakta selisih

    jumlah karyawan yang dipekerjakan pada industri jasa bongkar muat sangat

    tinggi. Berdasarkan observasi yang dilakukan oleh penulis, jumlah karyawan

    perempuan hanya 6% – 19% dari jumlah karyawan laki-laki.

    Penelian ini akan dilakukan pada PT Berlian Jasa Terminal Indonesia. PT

    Berlian Jasa Terminal Indonesia merupakan perusahaan jasa bongkar muat yang

    berfokus pada pelayanan logistic domestik. PT Berlian Jasa Terminal Indonesia

    (PT BJTI) berdiri pada tanggal 9 Januari 2002 sehingga masih tergolong

    perusahaan yang masih muda.Berdasarkan pengamatan peneliti selama melakukan

    on the job training serta data dari Human Capital, jumlah karyawan organik laki-

    laki dan perempuan di PT BJTI memiliki gap yang sangat tinggi. Jumlah

    karyawan organik perempuan hanya 24 orang, sedangkan jumlah karyawan

    organik laki-laki sebanyak 327 orang. Selain itu, berdasarkan pengamatan

    peneliti, bahwa karyawan perempuan yang menempati posisi sebagai manager

    hanyalah satu orang. Sehingga penelitian ini diharapkan mampu menghasilkan

    analisis besarnya pengaruh dari Goal orientation dan Organizational Learning

    Culture terhadap Career Satisfaction dan Organizational Commitment yang

    dirasakan oleh karyawan PT BJTI.

    Selain itu, mengingat pentingnya pertimbangan dalam penentuanjob

    analysiskepada seluruh karyawan agar pertimbangan perspektif gender tidak

    menimbulkan kesenjangan gender. Hal tersebut akan berdampak pada kinerja

    perusahaan, sehingga dari hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu

    6

  • departemen Human Capital dalam hal pengelolaan sumber daya manusia yaitu

    pada pengelolaan karier dan komitmen pada organisasi untuk memaksimalkan

    kinerja karyawan. Dalam penelitian ini, karena memiliki fokus pada perbandingan

    hasil berdasarkan perspektif gender, maka populasi dan sampel yang digunakan

    akan dibagi menjadi dua, yaitu untuk laki-laki sendiri dan perempuan sendiri.

    Analisis yang akan dilakukan dalam penelitian ini berupa analisis perbedaan hasil

    Goal orientation dan Organizational Learning Culture terhadap Career

    Satisfaction dan Organizational Commitment yang dirasakan oleh karyawan laki-

    laki dan perempuan di PT BJTI.

    1.2 Perumusan Masalah

    1. Bagaimana perbedaanperformance goal orientation terhadap career

    satisfaction pada karyawanlaki-laki dan perempuan di PT Berlian Jasa

    Terminal Indonesia?

    2. Bagaimana perbedaanperformance goal orientation terhadap organizational

    commitment pada karyawanlaki-laki dan perempuanPT Berlian Jasa Terminal

    Indonesia?

    3. Bagaimana perbedaanlearning goal orientation terhadap career satisfaction

    pada karyawanlaki-laki dan perempuanPT Berlian Jasa Terminal Indonesia?

    4. Bagaimana perbedaanlearning goal orientationterhadap organizational

    commitment pada karyawanlaki-laki dan perempuanPT Berlian Jasa Terminal

    Indonesia?

    5. Bagaimana perbedaanorganization learning culture terhadap career

    satisfaction pada karyawan laki-laki dan perempuan PT Berlian Jasa Terminal

    Indonesia?

    6. Bagaimana perbedaanorganization learning culture terhadap organizational

    commitment pada karyawan laki-laki dan perempuan PT Berlian Jasa Terminal

    Indonesia?

    1.3 Tujuan

    7

  • 1. Menganalisis perbedaanperformance goal orientation terhadap career

    satisfaction pada karyawan laki-laki dan perempuan di PT Berlian Jasa

    Terminal Indonesia.

    2 Menganalisis perbedaanpengaruh performance goal orientation terhadap

    organizational commitment pada karyawan laki-laki dan perempuan PT

    Berlian Jasa Terminal Indonesia.

    3 Menganalisis perbedaanlearning goal orientation terhadap career satisfaction

    pada karyawan laki-laki dan perempuan PT Berlian Jasa Terminal Indonesia.

    4 Menganalisis perbedaanlearning goal orientation terhadap organizational

    commitment pada karyawan laki-laki dan perempuan PT Berlian Jasa Terminal

    Indonesia.

    5 Menganalisis perbedaanorganization learning culture terhadap career

    satisfaction pada karyawan laki-laki dan perempuan PT Berlian Jasa Terminal

    Indonesia.

    6 Menganalisis perbedaanorganization learning culture terhadap organizational

    commitment pada karyawan laki-laki dan perempuan PT Berlian Jasa Terminal

    Indonesia.

    1.4 Manfaat Tugas Akhir

    1. Secara teoritis, penelitian ini dapat bermanfaat sebagai sumbangan

    pengetahuan mengenai pengaruhGoal orientation dan Organizational

    Learning Culture terhadap Career Satisfaction dan Organizational

    Commitment berdasarkan perspektif genderpada sebuah perusahaan maritime

    yang bergerak di bidang jasa bongkar muat petikemas di Surabaya, sehingga

    dapat memperkaya kepustakaan di bidang Manajemen Bisnis Maritim di

    Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya

    2. Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi

    terkait perspektif gender dalam pengaruh Goal orientation dan Organizational

    Learning Culture terhadap Career Satisfaction dan Organizational

    Commitmentserta dapat dijadikan sebagai pertimbangan dalam menentukan

    strategi job analysisterkait analisis tujuan dan sasaran pekerjaan atau jabatan

    serta pengelolaan sumber daya manusia agar kinerja perusahaan diharapkan

    dapat menjadi lebih baik lagi kedepannya.

    8

  • 1.5 Batasan Masalah

    Batasan masalah ditentukan agar permasalahan yang dibahas dapat

    diselesaikan lebih terfokus dan tidak melebar. Adapun batasan masalah pada

    penelitian ini, yaitu:

    1. Subjek pada penelitian ini adalah Goal orientation, Organizational Learning

    Culture, Career Satisfaction dan Organizational Commitment.

    2. Objek pada penelitian ini adalah PT Berlian Jasa Terminal Indonesia.

    3. Data sampel dalam penelitian ini adalah memiliki status pegawai organic yang

    telah menikah.

    9

  • 10

  • BAB 2

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Perspektif Gender

    2.1.1 Definisi Gender

    Kata gender dalam istilah Bahasa Indonesia sebenarnya berasal dari Bahasa

    Inggris, yaitu ‘gender’. Jika dilihat dalam kamus Bahasa Inggris, tidak secara jelas

    dibedakan pengertian antara sex dan gender. Sering kali gender dipersamakan

    dengan seks (jenis kelamin – laki-laki dan perempuan)(Nugroho, 2011). Gender

    berasal dari kata “genus” yang berasal dari Bahasa latin, berarti tipe atau jenis.

    Gender merupakan peran dan tanggung jawab yang dibebankan kepada

    perempuan dan laki-laki, dimana penentuan tersebut bukan berasal dari Tuhan

    melainkan secara social. Konsep gender sendiri merupakan hasil susunan yang

    diciptakan oleh manusia, sifatnya tidak tetap, dinamis, dan dapat diganti menurut

    waktu, tempat dan budaya setempat dari satu jenis kelamin kepada jenis kelamin

    lainnya. Karakteristik atau ciri khas yang menciptakan pembedaan antara laki-laki

    dan perempuan disebut dengan pembedaan gender. Hal tersebut sering berakibat

    pada perbedaan peran laki-laki dan perempuan. Sedangkan peran gender ini dapat

    memengaruhi pola relasi kuasa antara perempuan dan laki-laki, disebut sebagai

    relasi gender.

    Konsep gender sering disamakan dengan konsep jenis kelamin. Gender dan jenis

    kelamin sering diibaratkan sebagai dua sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan.

    Namun, kedua konsep ini sebetulnya sangat berbeda baik dari segi makna dan

    pengertiannya. Konsep jenis kelamin merupakan realita biologis yang membedakan

    antara manusia yang lebih diidentikkan dengan perbedaan tubuh laki-laki dengan

    perempuan. Berikut merupakan perbedaan konsep gender dan jenis kelamin:

    Tabel 2. 1 Konsep Gender

    11

  • Gender Jenis Kelamin

    Menyangkut pembedaan peran, fungsi, dan Menyangkut perbedaan organ biologis laki-

    tanggung jawab laki-laki dan perempuan sebagai laki dan perempuan, khususnya pada bagian

    hasil kesepakatan atau hasil bentukan masyarakat alat reproduksi

    Peran social dapat berubah : Peran istri sebagai Peran reproduksi tidak dapat berubah : Sekali

    ibu rumah tangga dapat berubah menjadi pencari menjadi perempuan dan memiliki Rahim,

    nafkah, disamping menjadi istri juga maka selamanya akan menjadi perempuan

    dan sebaliknya

    Peran social dapat ditukarkan : pada kondisi Peran reproduksi tidak dapat ditukarkan,tidak

    tertentu, bisa saja suami tidak memiliki pekerjaan mungkin seorang laki-laki dapat mengandung

    sehingga tingga di rumah mengurus rumah dan melahirkan anak

    tangga, sementara istri bertukar untuk bekerja

    mencari nafkah bahkan sampai ke luar negeri

    Peran social tergantung pada masa dan keadaan Peran reproduksi kesehatan berlaku sepanjang

    masa

    Peran social tergantung pada budaya masyarakat Peran reproduksi kesehatan berlaku di mana

    tertentu saja

    Peran social berbeda antara satu kelas/strata Peran reproduksi kesehatan berlaku bagi

    social dengan strata lainnya semua starta social

    Peran social bukan kodrat Tuhan Peran reproduksi berasal dari kodrat Tuhan

    Sumber: Data diolah 2018

    2.1.2 Perspektif Gender

    Donelson G. dalam bukunya ‘Women, a Psychological Perspective’(Nugroho,

    2011) memberikan suatu hipotesis dalam distribusi bimodal dari karakteristik

    gender yang menggambarkan bahwa derajad feminitas dan maskulinitas

    merupakan kombinasi dari karakteristik biologis dimana perilaku dan sikap yang

    dapat digambarkan merentang pada suatu skala gender.

    12

  • Gambar 2. 1 Hipotesis distribusi bimodal dari karakteristik gender

    (sumber: Donelson Gullahorn, ‘Women, a psychological perspective’ hlm. 52)

    Dengan melihat gambar tersebut maka, jika seseorang berada pada salah satu

    ekstrem dari skala tersebut, maka seseorang tersebut dalam dikategorikan dalam

    “sangat feminim” atau “sangat maskulin”. Perilaku menyimpang dari norma

    standart kurang diterima oleh masyarakat. Sehingga, berkembanglah persepsi

    bahwa terdapat dua gender yang sangat berbeda dari satu dengan yang lainnya.

    Sikap menyimpang tersebut dalam skala Donelson disebut dengan karakteristik

    androgynous.

    Identitas gender merupakan definisi diri tentang seseorang, khususnya sebagai

    perempuan atau laki-laki, yang berinteraksi secara kompleks antara kondisi

    biologisnya sebagai perempuan maupun laki-laki dengan berbagai karakteristik

    perilakunya yang dikembangkan sebagai hasil proses sosialisasi(Nugroho, 2011).

    Pengenalan stereotip pada peran gender (gender role) sering ditemukan dan

    diperkenalkan oleh orang tua atau lingkungan melalui majalah, buku, pelajaran dalam

    pendidikan formal, hingga petuah dari orang tua. Isi stereotip ini dapat berbeda-beda,

    baik antar budaya, antar kelas social-ekonomi, maupun antar usia. Stereotip akan

    selalu ada dalam membeda-bedakan peran laki-laki dan perempuan.

    2.2 Goal Orientation

    Orientasi tujuan (goal orientation) merupakan suatu mental framework

    bagaimana individu mengimplementasikan dan merespon situasi/kejadian yang

    13

  • dihadapinya (Dweck, 1989). Teori orientasi tujuan dikembangkan oleh Dweck

    (1998) menjadi dua, yaitu orientasi tujuan pendekatan kinerja (performance goal

    orientation) dan orientasi tujuan pembelajaran (learining goal orientation).

    2.2.1 Performance Goal Orientation

    Orientasi ini bertujuan untuk menunjukkan kemampuan diri melalui komparasi

    dengan orang lain (Joo & Park, 2010). Individu yang performance-oriented

    tertarik dengan kompetisi, menunjukkan kompetensinya dan pencapaiannya

    kepada individu lain. Individu dengan tipe seperti ini juga cenderung

    menggunakan indivisu lain sabagai pembanding atas diri mereka

    sendiri.Performance goal orientation merupakan preferensi dalam menunjjukkan

    kompentensi dengan penilaian positif dan menghindari penilaian buruk.

    Performance goal orientation berasal dari teori entitas yang menyebutkan bahwa

    kemampuan adalah tetap tidak dapat dikembangkan atau ditingkatkan (Bell dan

    Kozlowski, 2002). Performance goal orientation berasal dari teori entitas yang

    menyebutkan bahwa kemampuan adalah tatap dan tidak dapat dikembangkan atau

    ditingkatkan (Bell dan Kozlowski, 2002). Performance goal orientation mengacu

    pada keinginan untuk menunjukkan kompetensi seseorang kepada orang lain dan

    menerima svealuasi positif dari orang lain (Joo & Park, 2010). Individu dengan

    performance goal orientation yang tinggi cenderung tertarik untuk menunjukkan

    kompetensinya dalam menyelesaikan tugas dan tujuan untuk memperoleh hasil yang

    positif dan menghindari penilaian negative atas kompetensi yang dimilikinya.

    Individu dengan tipe Performance goal orientation cenderung menghindari

    tantangan, menurunkan usaha, dan takut penilaian negative oleh orang lain (Button et.

    al. 1996). Orientasi tujuan lebih berfokus pada pelaksanaan kinerja semaksimal

    mungkin dengan segala keahnlian dan kemampuan yang dimiliki oleh seorang

    individu, sehingga kontribusi terbaik yang dihasilkan dapat berdampak signifikan

    terhadap pencapaian tujuan organisasi.

    2.2.2 Faktor-faktor Performance goal orientation

    Beberapa indikatorPerformance goal orientation yang dikembangkan oleh

    Button et. al (1996), adalah:

    14

  • a. Pilihan individu untuk melakukan hal-hal yang bisa dilakukan dengan baik. Hal

    ini berkaitan dengan upaya dalam melakukan pekerjaan dan memperhatikan hasil

    pekerjaannya yang sangat baik sebagai suatu hal yang penting.

    b. Perasaan positif dalam melakukan tugas agar tidak melakukan atau membuat

    kesalahan. Hal ini berkaitan dengan perasaan positif individu dalam

    mengerjakan tugas dengan memberikan kemampuan terbaik yang dimilikinya.

    c. Kenikmatan yang dirasakan individu saat melakukan tugas dengan baik. Hal

    ini berkaiatan dengan perasaan kenyamanan pada saat melakukan pekerjaan

    dengan baik.

    d. Pentingnya pendapat orang lain tentang seberapa baik individu tersebut. Hal

    ini berkaitan dengan penialaia orang lain akan seberapa baik individu dalam

    melakukan pekerjaan.

    e. Merasa lebih baik dalam hal pengerjaan tugas dibandingkan orang lain ketika

    melakukan pekerjaan tanpa melakukan kesalahan. Hal ini berkaitan tentang

    perasaan individu terkait pekerjaan yang lakukan tanpa kesalahan.

    f. Keyakinan melakukan pekerjaan dengan baik tanpa melakuakn percobaan

    terlebih dahulu. Hal ini berkaiatan dengan dengan kepercayaan diri individu

    dalam melakukan pekerjaannya.

    g. Kesukaan terhadap pekerjaan yang sama yang telah dilakukan secara baik

    dimasa lalu. Hal ini berkaiatan dengan pengalaman pekerjaan yang dilakukan

    secara baik oleh individu di masa lalu yang lebih disukainya.

    h. Perasaan pintar saat bisa melakukan sesuatu dengan lebih baik dibandingkan

    orang lain. Hal ini berkaiatan tentang perasaan positif ketika melakukan

    pekerjaan dengan baik dibandingkan orang lain.

    i. Kepuasan ketika orang lain mengenali prestasi individu. Hal ini berkaitan

    dengan perasaan positif individu ketika orang lain mengenali prestasi yang

    telah dilakukannya.

    j. Upaya untuk mengesankan orang lain dengan pekerjaan yang dilakukan dengan

    baik merupakan sesuatu yang penting. Hal ini menunjukkan bahwa individu ingin

    mengesankan orang lain dan terlihat lebih unggul di banding yang lainnya.

    2.2.3 Learning Goal Orientation

    15

  • Orientasi ini didefinisikan sebagai orientasi tujuan yang berfokus pada

    pembelajaran. Dapat dikatakan pula bahwa orientasi ini menekankan pada

    pengetahuan dan perbaikan diri (Dweck, 1989). Individu yang memiliki learning

    goalorientation yang tinggi akan berfokus pada peningkatan kompetensi belajar

    dan tugas mereka, mencari tantangan dan bertahan dalam kasus kegagalan

    (Dweck, 1989). Individu yang memiliki learning goalorientation memiliki respon

    penyelesaian masalah yang dapat diterima secara umum oleh lingkungan atau yang

    disebut pola respon adaptif, karena individu tersebut cenderung mempersepsikan

    berbagai hasil sebagai hal yang positif sehingga individu tersebut dapat belajar dari

    apa yang telah dilakukannya.

    Menurut Dweck (1989), individu yang memiliki learning goal orientation tinggi

    akan memiliki keyakinan bahwa kemampuan mereka dapat ditempa dan

    dikembangkan. Hal ini berkaitan dengan teori incremental yang berpendapat bahwa

    kemampuan dapat ditingkatkan dan diasah sehingga kemampuan bisa berkembang.

    Individu yang memiliki ciri learning goal orientation akan cenderung menyukai

    tugas-tugas yang memungkinkan adanya pengembangan keahlian dan kemampuan.

    Individu dengan learning goal orientation yang tinggi akan melihat kegagalan

    sebagai masukan dan informasi yang penting bagi dirinya (Button, et. al. 1996).

    2.2.4 Faktor-faktor Learning Goal Orientation

    Menurut Button, et. al. (1996) dalam Subroto (2018), indikator yang dapat

    mencerminkan learning goal orientation antara lain:

    a. Kesempatan untuk melakukan pekerjaan yang menantang merupakan hal

    penting. Hal ini sejalan dengan kesempatan untuk bekerja pada situasi yang

    menantang.

    b. Usaha yang lebih keras ketika mengalami kegagalan dalam pekerjaan. Hal ini

    berkaitan dengan keinginan individu untuk bekerja lebih dari sekedar

    penyelesaian tugas, tetapi juga pembelajaran saat megalami kegagalan.

    c. Ketertarikan mengerjakan dan belajar hal baru. Hal ini berkaitan dengan

    keinginan individu untuk melakukan pekerjaan yang baru dan menyukai

    belajar hal baru.

    16

  • d. Kesempatan untuk belajar hal baru merupakan hal penting. Hal ini berkaitan

    dengan individu yang mampu memperhitungkan dimana kesempatan untuk

    belajar hal baru terbuka lebar bagi dirinya.

    e. Upaya untuk melakukan yang terbaik ketika mengerjakan hal yang sulit. Hal

    ini menjelaskan bahwa individu akan melakukan segala hal ketika

    mengerjakan pekerjaan yang sulit bagi dirinya.

    f. Usaha untuk memperbaiki performa di masa lalu. Hal ini berkaitan dengan

    perilaku individu untuk terus menerus berusaha untuk memperbaiki performa

    dirinya.

    g. Kesempatan untuk memperluas kemampuan merupakan hal penting. Hal ini

    berkaitan dengan pentingnya organisasi menyediakan kesempatan yang luas

    bagi indivisu untuk belajar.

    h. Usaha dalam mencoba pendekatan yang berbeda ketika mengalami kegagalan.

    Hal ini menjelaskan tentang kegigihan usaha yang dilakukan individu untuk

    emncoba berbagai cara saat mengalami kegagalan.

    i. Capaian pada beberapa pekerjaan yang diinginkan. Hal ini menunjukkan

    individu banyak mendapatkan aa yang mereka inginkan pada beberapa

    pekerjaan yang disediakan oleh organisasi.

    j. Kinerja meningkat seiring dengan apa yang dilakukan terhadap organisasi. Hal

    ini berarti kinerja pada tugas/pekerjaan yang dikerjakan individu meningkat

    seiring dengan kontribusi yang diberikan terhadap organisasi.

    2.3 Organizational Learning Culture

    Organizational learning dan learning organization memiliki arti yang berbeda

    bagi sebagian orang, akan tetapi dalam penelitian ini penulis dalam mendefinisikan

    organizational learning culture menggunakan konsep learning organization yang

    dikembangkan oleh Watkins dan Marsick (2003) yakni organisasi yang belajar secara

    terus menerus melakukan perbaikan dan untuk mengubah dirinya. Dalam hal ini

    sebuah organisasi yang anggotanya terus menerus belajar memperbaiki dirinya akan

    berdampak positif terhadap organisasinya. Organizational learning culture

    merupakan jenis budaya organisasi yang mengintegrasikan pembelajaran organisasi

    dalam hal ini yang dimaksud adalah mendukung perolehan informasi,

    17

  • mendistribusi, dan berbagi pembelajaran, serta memperkuat dan mendukung

    pembelajaran berkelanjutan dan penerapannya pada peningkatan organisasi (Bates

    dan Khasawneh, 2005). Organizational learning culture adalah budaya dimana

    pembelajaran, pemberdayaan, system yang tertanam dan sarana sharing dialog

    secara terus menerus penting dilakukan untuk mendapatkan nilai kolektif

    (Confessore dan Kops, 1998). Organizational learning culture memungkinkan

    karyawan untuk terus melakukan pembelajaran dan menyediakan lingkungan di

    mana nilai dan makna kolektif telah diciptakan (Confessore dan Kops, 1998).

    Organizational learning culture adalah budaya organisasi yang mengintegrasikan

    pembelajaran dalam pekerjaan yang dilakukan tidak hanya untuk mendukung

    pembelajaran terus menerus namun juga dalam penerapannya demi meningkatkan

    kualitas organisasi (Pantaouvakis dan Bouranta, 2013) dalam Subroto (2018).

    Beberapa dampak positif dariorganizational learning culture antara lain adalah

    dapat meningkatkan kepuasan kerja komitmen (Pantouvakis dan Bouranta, 2013;

    Chang dan Lee, 2007), perilaku kewargaan organisasi (Islamet. al., 2014), dan

    organisasional (Islamet. al., 2013). Menurut Gavin (1993) organizational learning

    culture merupakan salah satu komponen eksternal yang dapat meningkatkan

    kepuasan karier. Sehingga, kemajuan dan perkembangan peluang dalam

    pencapaian kepuasan karier dapat dicapai apabila perusahaan memberikan

    peluang kepada karyawan (Garvin, 1993).

    Menurut Rabelo dan Gomes (2010) organizational learning culture adalah

    dimana organisasi melalui budaya mempromosikan dan nilai pembelajaran individual

    dengan tujuan pembelajaran yang baik ini, melalui proses sharing, berubah menjadi

    kelompok belajar dalam organization learning dan dengan demikian seorang

    karyawan dapat berkontribusi dalam kesuksesan organisasi. Dalam penelitian ini,

    peneliti menggunakan teori yang dikembangkan oleh Watkins dan Marsick (2003)

    yang mengungkapkan bahwa organization learning culture adalah organisasi yang

    secara terus menerus melakukan perbaikan dan untuk mengubah dirinya. Dalam hal

    ini sebuah organisasi yang anggotanya terus menerus belajar dan memperbaiki

    dirinya akan berdampak positif terhadap organisasinya.

    2.3.1 Dimensi-dimensi Organizational Learning Culture

    18

  • Watkins dan Marsick (1997) mengemukakan sebuah kerangka yang dapat

    mengidentifikasikan tujuh tindakan imperative untuk sebuah pembelajaran

    organisasi, yaitu:

    a. Continous learning

    Upaya organisasi untuk menciptakan kesempatan belajar secara kontinyu

    untuk seluruh anggota organisasi. Dalam hal ini seluruh anggota organisasi

    mendapatkan kesempatan yang sama untuk melakukan belajar secara

    kontinyu untuk meningkatkan kapasitas kemampuannya dalam bekerja.

    b. Inquiry and dialogue

    Hal ini merupakan upaya organisasi dalam menciptakan budaya Tanya jawab

    (questioning), memberikan umpan balik (feed back), serta melakukan

    eksperimen. Dalam hal ini organisasi dapat menimbulkan kebiasaan-

    kebiasaan kepada anggota organisasinya untuk melakukan Tanya jawab

    apabila mengalami kesulitan, selain itu organisasi untuk evaluasi. Anggota

    organisasi memiliki kemampuan pemikiran yang produktif untuk

    mengekspresikan cara pandangnya, menanyakan dan mendengarkan cara

    pandang orang lain. Anggota organisasi juga diberikan kebebasan dalam

    melakukan percobaan yang berkaitan dengan pekerjaannya.

    c. Team learning

    Hal ini menggambarkan semangat bekerja sama dan kemampuan bekerja

    sama yang mendasari efektivitas dalam penggunaan kelompok. Dalam hal

    ini membangun kerjasama di dalam kelompok secara maksimal dapat

    memberikan kinerja yang maksimal juga. Apabila kelompok benar dalam

    belajar, maka hasilnya bukan hanya hasil kelompok tetapi masing-masing

    individu berkembang lebih cepat.

    d. Embedded system

    Hal ini menunjukkan upaya organisasi untuk membentuk system untuk

    menerima dan berbagi pembelajaran dan pengetahuan, sehingga mereka

    dapat terus maju dan berkembang kompetitif. System untuk berbagi

    pembelajaran mencakup seluruh aspek organisasi termasuk struktur,

    prosedur, dan strategi.

    19

  • e. Empowerment

    Hal ini menunjukkan upaya organisasi untuk menciptakan dan berbagi visi

    bersama dan mendapatkan umpan balik dari anggotanya mengenai

    kesenjangan antara visi saat ini dengan visi yang baru. Dalam hal ini

    anggota organisasi terlibat dalam pengaturan dan pelaksanaan visi

    bersama. Organisasi memberikan tanggung jawab kepada anggotanya agar

    mereka termotivasi untuk belajar dan dapat mempertanggungjawabkan

    atas apa yang mereka lakukan.

    f. System connection

    Hal ini menggambarkan pemikiran global dan tindakan untuk

    menghubungkan organisasi dengan lingkungan internal dan eksternal

    organisasi. Anggota organisasi memahami keseluruhan lingkungan dan

    menggunakan informasi untuk mengatur praktik pekerjaan.

    g. Strategic leadership

    Hal ini menunjukkan sejauh mana pemimpin dalam berpikir secara

    strategis mengenai bagaimana menggunakan pembelajaran untuk membuat

    perubahan serta menggerakan organisasi ke arah yang baru. Dalam hal ini

    pemimpin memberikan fasilitas kepada anggota organisasinya untuk

    melakukan pembelajaran untuk mencapai tujuan yang diharapkan.

    2.4 Kepuasan Karier

    2.4.1 Pengertian Karier

    Karier merupakan jabatan atau pangkat yang diperoleh seseorang selama

    bekerja. Sedangkan jenjang karieradalah tingkatan jabatan atau kepangkatan yang

    ada di suatu perusahaan (Kasmir, 2016). Karierjuga berarti serangkaian kegiatan

    kerja yang saling berkaitan, berkesinambungan, memberikan ketentraman serta

    arti hidup bagi seseorang yang bukan selalu berarti sebagai profesi yang

    spesifik(Flippo, 1985). Berdasarkan penjelasan tersebut maka dapat dikatakan

    bahwa karier adalah jalan kehidupan pekerjaan seseorang karyawan selama

    hidupnya bekerja.

    Karier seseorang dapat naik, tetap atau bahkan turun, dalam beberapa periode.

    Biasanya, kenaikan jabatan akan diikuti dengan kenaikan kepangkatan. Namun,

    20

  • kenaikan kepangkatan tidak selalu diimbangi dengan kenaikan jabatan. Hal

    tersebut juga dapat dikatakan bahwa seorang karyawan dapat saja hanya naik

    salah satu jabatan atau kepangkatan atau keduanya. Kenaikan tersebut biasa

    disebut dengan promosi. Hal tersebut juga dapat berlaku kebalikannya. Penurunan

    jabatan atau kedudukan disebut dengan demosi. Karier seseorang dapat juga

    terjadi tetap di level yang sama, dalam beberapa periode atau dipindahkan pada

    jabatan yang sama. Karier semacam ini disebut dengan rotasi (Kasmir, 2016).

    2.4.2 Kepuasan Karier (Career Satisfaction)

    Career satisfaction merupakan evaluasi yang dilakukan seseorang mengenai

    perkembangan kariernya, prestasi, dan hasil yang diharapkan, relative terhadap

    target dan aspirasi karyawan sendiri (Seibert dan Kraimer, 2001). Kesuksesan

    karier dapat juga diartikan sebagai outcome dari kerja serta perasaan psikologis

    yang baik, yang terakumulasi sebagai hasil dari pengalaman kerja seseorang.

    Penelitian tentang karier yang masih tradisional hanya menilai kesuksesan karier

    melalui indicator penilaian yang objektif. Dalam indicator penilaian objektif,

    kesuksesan karier diukur melalui promosi, peringkat, dan retensi (Hall dan

    Chandler, 2005).

    Penguuran secara objektif ini sedikit demi sedikit mulai ditinggalkan karena

    seseorang juga melakukan penilaian secara subjektif mengenai kesuksesan

    kariernya. Seseorang menilai kesuksesan kariernya melalui beberapa indicator,

    yaitu pengembangan keahlian baru, keseimbangan antara kehidupan dan

    pekerjaannya, tantangan serta tujuannya (Gattiker, 1988). Hall (2002)

    menambahkan bahwa ketika seseorang telah mencapai kesuksesan karier secara

    obyektif tidak berarti karyawan merasa puas dengan kariernya. Oleh sebab itu,

    saat ini banyak perusahaan yang lebih berkonsentrasi pada pengembangan karier

    yang sifatnya personal bagi karyawannya.

    21

  • Adapun pendapat lain menyatakan bahwa kesuksesan karier secara subjektif

    merupakan kesuksesan karier yang tidak dapat diukur secara obyektif (Nabi,

    2003). “Kesuksesan karier secara subyektif dapat diartikan sebagai perasaan yang

    dimiliki oleh seseorang pegawai mengenai kariernya, seperti persepsi pencapaian

    karier dan prospek masa depan kariernya” (Aryee et. al. 1994). Karyawan yang

    memperoleh kesuksesan berkarier secara subyektif akan merasa lebih sukses

    dalam kariernya walaupun sebenarnya tidak mencapai standar-standar kesuksesan

    karier yang dapat diukur secara obyektif.

    “Perubahan yang focus terhadap kesuksesan karier secara subyektif merupakan

    bentuk kriteria kesuksesan secara internal, hal ini konsisten dengan suatu konteks di

    mana para karyawan diharapkan untuk dapat mengatur karier karyawan sendiri

    daripda tergantung pada arahan organisasi” (Hall et. al. 1995). Subjektif career

    success dalam operasionalnya disamakan dengan kepuasan kerja atau kepuasan karier

    (Heslin, 2005). Namun, studisebelumnya telah menjelaskan bahwa kepuasan kerja

    masih dirasa kurang untuk menjelaskan kesuksesan karier, maka dari itu career

    satisfaction lebih menyerupai subjective career success karena di dalamnya

    menggambarkan hasil-hasil yang lebih luas, seperti sense of purpose dan work-life

    balance (Heslin, 2005). Pendapat lain mendukung pernyataan tersebut menyatakan

    bahwa kesuksesan karier secara subjektif juga dapat diukur melalui persepsi pegawai

    tentang kesuksesan karier dan kepuasan karier (Rambe, 2005).

    2.4.2.1 Faktor-faktor Kepuasan Karier (Career Satisfaction)

    Berikut merupakan faktor-faktor kepuasan karier (career satisfaction) yang

    diungkapkan oleh Greenhaus et. al., (1990), dimana dalam pengukurannya

    mendeskripsikan penilaian:

    a. Tingkat kepuasan atas karier yang telah dicapai, faktor ini menggambarkan

    bahwa karyawan memiliki kriteria mengenai karier yang ingin dicapai.

    Karyawan merasakan kepuasan apabila kriteria-kriteria yang ditetapkan dalam

    kariernya telah dicapai.

    b. Tingkat kepuasan atas tujuan karier yang diperoleh, faktor ini menggambarkan

    bahwa karyawan memiliki tujuan yang ingin dicapai dalam perjalanan

    22

  • kariernya. Karyawan akan merasa puas jika tujuan karier yang telah ditetapkan

    telah tercapai.

    c. Tingkat kepuasan atas jabatan atau kenaikan pangkat yang diperoleh sesuai

    dengan karier, faktor ini menggambarkan bahwa karyawan memiliki target

    kenaikan jabatan atau pangkat untuk dicapai sesuai jenjang karier untuk

    kedepannya. Karyawan akan merasa puas apabila telah mencapai kenaikan

    pangkat atau jabatan sesuai yang direncanakan.

    d. Tingkat kepuasan atas pendapatan atau gaji yang diperoleh sesuai dengan

    karier, faktor ini menggambarkan bahwa karyawan memiliki target

    pendapatan atau gaji yang ingin dicapai pada tingkat karier tertentu. Karyawan

    akan merasa puas ketika pendapatan atau gaji yang diterima sesuai dengan

    pencapaian kariernya atau karier yang sedang dijalani.

    e. Tingkat kepuasan atau pengembangan keterampilan yang diberikan oleh

    instansi, faktor ini menggambarkan bahwa karyawan akan merasa puas ketika

    terdapat peningkatan keterampilan dan kompetensi yang dirasakan melalui

    program pelatihan dan pengembangan yang diberikan oleh organisasi atau

    perusahaan.

    Merujuk kepada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Greenhaus et.

    al., (1990), career satisfaction dapat diukur dengan lima dimensi, yaitu:

    a. The success they will achieve, merupakan bentuk dari kesuksesan yang akan

    dicapai sehinga akan berdampak pula terhadap kepuasan karierkaryawan atau

    individu terkait.

    b. The progress they will make toward career goals, merpakan perkembangan

    yang dibuat oleh karyawan untuk pencapaian tujuan karier. Perkembangan

    positif yang dihasilkan oleh individu tersebut akan membantu pencapaian

    tujuan karier sehingga berdampak pada kepuasan kariernya.

    c. The income they will earn, merupakan sebuah pendapatan yang didapat dan

    akan memunculkan motivasi serta kepuasan tersendiri bagi individu terkait.

    d. The advancement opportunities they will have, merupakan sebuah peluang

    kemajuan yang didapat oleh individu. Karyawan yang mencapai kepuasan

    karier maka akan sering mendapatkan peluang untuk kemajuan diri.

    23

  • e. The opportunities they will have to develop new skill, merupakan peluang

    yang akan diperoleh untuk mengembangkan keterampilan baru. Kesempatan

    yang diberikan kepada individu untuk mengembangkan keterampilan akan

    berpengaruh terhadap kepuasan kariernya.

    2.5 Organizational Commitment

    Menurut Robbins (1996), komitmen organisasi merupakan tingkatan seorang

    karyawan memihak suatu organisasi tertentu dan tujuan-tujuannya, dan berniat

    untuk mempertahankan keanggotaan dalam organisasi. Penelitian ini

    menggunakan tiga dimensi komitmen organisasi, yaitu komitmen organisasi

    afektik, berkelanjutan, dan normatif.Organizational commitment penting

    ditumbuhkan kepada karyawan. Namun, pencapaian organizational commitment

    tentunya akan melalui serangkaian proses yang panjang.

    Komitmen yang kuat dapat berpengaruh pada loyalitas yang kuat. Hal tersebut

    sejalan dengan pendapat Weiner (1982) bahwa organizational Commitment

    mencerminkan kegigihan seseorang dalam melakukan pengorbanan demi

    kebaikan organisasi. Karyawan yang memiliki komitmen yang tinggi akan

    memiliki kinerja yang optimal dengan loyalitas yang tinggi (Aulia, 2013).

    Meyer & Allen pada tahun 1987 mengembangkan model komitmen

    organisasional yang terdiri dari tiga skema pendekatan yang masing-masing

    dinamai dengan komitmen afektif, komitmen berkelanjutan dan komitmen

    normatif. Karyawan dengan komitmen afektif yang kuat akan tinggal di organisasi

    karena keinginan, karyawan dengan komitmen berkelanjutan yang kuat akan

    tinggal di organisasi karena kebutuhan, sedangkan karyawan dengan komitmen

    normatif yang kuat akan tinggal di organisasi karena keharusan. Berdasarkan

    pemaparan tentang komitmen organisasional tersebut, penelitian ini menggunakan

    tiga komponen komitmen organisasional yang dikemukanan oleh Allen & Meyer

    (1990) yaitu komitmen afektif, komitmen normatif, dan komitmen berkelanjutan.

    a. Komitmen Afektif

    (Allen, 2004) menyatakan bahwa komitmen afektif berkaitan erat dengan

    hubungan emosional anggota terhadap organisasinya, identifikasi dengan

    organisasi dan keterlibatan anggota dengan kegiatan di organisasi. Terdapat enam

    24

  • skala pengukuran dalam komitmen afektif (Affective Commitment Scale) dari

    Mayer, Allen & Smith (1993) dalam Meyer & Allen (2004:13) yang terdiri atas:

    1) I would very happy to spend the rest of my career with this organization.

    (Saya senang menghabiskan sisa karier saya di organisasi ini).

    2) I really feel as if this organization’s problems are my own. (Saya merasa

    bahwa masalah organisasi adalah masalah saya juga).

    3) I do not feel a strong sense of “belonging” to my organization. (Saya tidak

    mempunyai rasa memiliki yang kuat terhadap organisasi dimana saya bekerja).

    4) I do not feel “emotionally attached” to this organization. (Saya tidak merasa

    terikat secara emosional terhadap organisasi ini).

    5) I do not feel like “part of the family” at my organization. (Saya tidak merasa

    seperti bagian dari keluarga di organisasi tempat saya bekerja).

    6) This organization has a great deal of personal meaning for me. (Organisasi ini

    memiliki arti yang sangat penting bagi saya pribadi).

    b. Komitmen Normatif

    Komitmen normative berarti perasaan adanya kewajiban pada organisasi

    (Meyer & Allen, 1991). Hal tersebut sejalan dengan pernyataan dari Wiener

    dalam Tett & Meyer (1993) yaitu tentang adanya komitmen normatif yang

    menunjukkan keinginan untuk tetap tinggal pada organisasi karena adanya

    kewajiban moral. Komitmen normatif merupakan perasaan pegawai tentang

    kewajiban yang harus dilakukan untuk organisasi, dan tindakan tersebut

    merupakan hal yang seharusnya dilakukan. Terdapat enam skala pengukuran

    dalam komitmen normatif (Normative Commitment Scale) dari Mayer, Allen

    & Smith (1993) dalam Meyer & Allen (2004:13) yang terdiri atas:

    1) I do not feel any obligation to remain with my current employer. (Saya tidak

    merasa masih memiliki kewajiban apapun dengan atasan saya saat ini).

    2) Even if it were to my adventage, I do not feel it would be right to leave my

    organization now. (Bahkan jika itu adalah keuntungan bagi saya, saya tidak

    merasa benar untuk meninggalkan organisasi saya sekarang).

    3) I would feel guilty if I left my organization now. (Saya akan merasa bersalah

    jika saya meninggalkan organisasi ini sekarang).

    25

  • 4) This organization deserves my loyalty. (Organisasi ini layak untuk

    mendapatkan kesetiaan saya).

    5) I would not leave my organization right now because I have a sense of

    obligation to the people in it. (Saya tidak akan meninggalkan organisasi saya

    sekarang karena saya merasa ada kewajiban kepada orang-orang di dalamnya).

    6) I owe a great deal to my organization. (Saya berhutang besar terhadap

    organisasi saya).

    c. Komitmen Berkelanjutan

    Komitmen berkelanjutan diartikan sebagai perasaan berat untuk

    meninggalkan organisasi dan penghargaan yang berkenaan dengan pertisipasi

    di dalam organisasi. Terdapat enam skala pengukuran dalam komitmen

    berkelanjutan (Continuance Commitment Scale) dari Mayer, Allen & Smith

    (1993) dalam Meyer & Allen (2004:13) yang terdiri atas:

    1) Right now, staying with my organization is a metter of necessity as much as

    desire. (Saat ini, bekerja dengan organisasi saya merupakan kebutuhan

    sekaligus keinginan saya).

    2) It would be very hard for me to leave my organization right now, even if I

    wanted to. (Akan sangat sulit bagi saya untuk meninggalkan perusahaan

    sekarang meskipun saya menginginkannya).

    3) Too much of my life would be distrupted if I decided I wanted to leave my

    organization right now. (Kehidupan saya akan sangat kacau apabila saya

    memutuskan untuk meninggalkan organisasi sekarang).

    4) I feel that I have too few options to consider leaving this organization. (Saya

    merasa tidak memiliki banyak alasan yang harus dipertimbangkan untuk

    meninggalkan organisasi).

    5) If I had not already put so much of myself into this organization, I might

    consider working elsewhere. (Jika saya belum sepenuhnya mendedikasikan

    diri pada organisasi, mungkin saya akan mempertimbangkan untuk bekerja di

    lain tempat).

    26

  • 6) One of the few negative consequences of leaving this organizationwould be the

    scarcity of available alternatives. (Salah satu akibat negative meninggalkan

    perusahaan adalah jarangnya alternative pekerjaan yang tersedia).

    27

  • 2.6 Penelitian Terdahulu

    Penelitian terdahulu sangat penting sebagai dasar penyusunan penelitian ini. Kegunaannya adalah untuk mengetahui hasil yang telah

    dilakukan oleh peneliti terdahulu. Berikut adalah beberapa penelitian yang dilakukan oleh peneliti lain dan yang memiliki kemiripan

    dengan topik yang akan diangkat oleh peneliti.

    Tabel 2. 2 Penelitian Terdahulu

    No Judul Peneliti & Tahun Metode Hasil Penelitian

    1 Work, personal and cultural Inocencia María Hierarchical - Komitmen organisasi, tingkat pendapatan, kesesuaian

    factors in engineers’ Martínez-Leóna, regression analysis pekerjaan, dan keseimbangan kehidupan kerja dapat

    management of their career Isabel Olmedo- mendukung budaya serta berdampak pada peningkatan

    satisfaction Cifuentesa, dan kepuasan karier insinyur.

    Camino Ramón- - Komitmen organisasi adalah hal terpenting.

    Llorensb (2018) - Tingkat pendapatan dan kesesuaian pekerjaan merupakan

    faktor terpenting kedua dalam menentukan kepuasan karier

    laki-laki dan perempuan.

    28

  • No Judul Peneliti & Tahun Metode Hasil Penelitian

    2 Career satisfaction, Baek-Kyoo (Brian) Hierarchical multiple - Kepuasan karier dapat diprediksi oleh organizational

    organizational commitment, and Joo dan Sunyoung regression analysis learning culture dan performance goal orientation

    turnover intention: the effect of Park - Organizational learning culture, development feedback, dan

    goal orientation, organizational learning goal dapat menjadi predictor signifikan terhadap

    learning culture and organizational commitment

    development feedback - Organizational learning culture, career satisfaction, dan

    organizational commitment dapat mempengaruhi tingkat

    turnover intention karyawan

    3 Learning Organizational Culture, Norashikin Hussein, Analisis Regresi - Hasil statistik diperoleh dari40 akademisi menunjukkan

    Organizational Performance, and Safiah Omar, Fauziah menggunakan SPSS hubungan positif yang signifikan antara semua variabel.

    Organizational Innovativeness in Noorodin, dan - Pembelajaran berkelanjutan ditemukan sebagai yang

    a public institution of higher Noormala Amir Ishak tertinggimberkorelasi dengan kinerja organisasi sementara

    education in Malaysia: A kolaborasi dan pembelajaran tim ditemukan sangat terkait

    Preliminary Study denganinovasi organisasi.

    No Judul Peneliti & Tahun Metode Hasil Penelitian

    29

  • 4 Structural equation model to Ardharn SEM - Hasil penelitian menunjukkan bahwa organisasi

    assess the impact of learning Khunsoonthornkit pembelajaran memiliki efek langsungpada komitmen dan

    organization and commitment on dan Vinai kinerja organisasi.

    the performance of research Panjakajornsak - Komitmen itu tidak langsungberpengaruh pada kinerja

    organizations organisasi

    - Berdasarkan hasil ini; ilmiah, dan teknologidan kebijakan

    dan perencanaan pengembangan harus mempertimbangkan

    penerapan organisasi pembelajaran di Indonesiaorganisasi

    penelitian.

    5. Perbedaan Komitmen Organisasi Putri Ayu Rizki dan One way anova - Komitmen organisasi perempuan lebih tinggi daripada laki-

    Ditinjau dari Gender Karyawan Rahmi Lubis (2013) laki.

    PT Indomarco Prismat Medan

    30

  • BAB 3

    METODOLOGI PENELITIAN

    3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Variabel Operasional

    3.1.1 Variabel

    Variabel merupakan segala sesuatu yang dapat dijadikan objek dalam sebuah

    penelitian. Penelitian ini menggunakan tiga variabel, yaitu Goal Orientation,

    Organizational Learning Culture, Career Satisfaction, dan Organizational

    Commitmentpada karyawan organik PT Berlian Jasa Terminal Indonesia.

    3.1.2 Definisi Variabel Operasional

    Definisi variable operasional merupakan tahapan dalam mengukur sebuah

    konsep agar dapat diketahui baik dan buruknya pengukuran tersebut. Adapun

    pengukuran operasional dalam penelitian ini yang disediakan dalam tabulasi

    sebagai berikut:

    Tabel 3 1 Tabulasi Definisi Operasional Variabel

    No. Variabel Definisi Indikator

    1. Goal Orientation Cara karyawan di PT BJTI

    mengimplementasikan dan

    merespon situasi/kejadian

    yang dihadapinya.

    a. Performance goal Sikap karyawan PT BJTI 1. Pilihan individu untuk

    orientation (X1) yang menunjukkan melakukan hal-hal yang

    keterterikan dengan bisa dilakukan dengan

    kompetisi, menunjukkan baik

    kompetensinya, dan

    pencapaiannya kepada

    karyawan lain.

    2. Perasaan positif dalam

    melakukan tugas agar

    tidak melakukan atau

    membuat kesalahan

    31

  • No. Variabel Definisi Indikator

    3. Kenikmatan yang

    dirasakan individu saat

    melakukan tugas

    dengan baik

    4. Pentingnya pendapat

    orang lain tentang

    seberapa baik individu

    tersebut

    5. Merasa lebih baik

    dalam hal pengerjaan

    tugas dibandingkan

    orang lain ketika

    melakukan pekerjaan

    tanpa melakukan

    kesalahan

    6. Keyakinan melakukan

    pekerjaan dengan baik

    tanpa melakukan

    percobaan terlebih

    dahulu

    7. Kesukaan terhadap

    pekerjaan yang sama

    yang telah dilakukan

    secara baik dimasa lalu

    8. Perasaan pintar saat bisa

    melakukan sesuatu

    dengan lebih baik

    dibandingkan orang lain

    9. Kepuasan ketika orang

    lain mengenali

    prestasiindividu

    32

  • No. Variabel Definisi Indikator

    10. Upaya untuk

    mengesankan orang lain

    dengan pekerjaan yang

    dilakukan dengan baik

    merupakan sesuatu

    yang penting.

    (Button et. al., 1996)

    b. Learning goal Sikap karyawan PT BJTI 1. Kesempatan untuk

    orientation (X2) pada peningkatan kompetensi melakukan pekerjaan

    belajar dengan tugas mereka, yang menantang

    serta suka mencari tantangan merupakan hal penting

    dan bertahan dalam kasus

    kegagalan.

    2. Usaha yang lebih keras

    ketika mengalami

    kegagalan dalam

    pekerjaan

    3. Ketertarikan

    mengerjakan dan

    belajar hal baru

    4. Kesempatan untuk

    belajar hal baru

    merupakan hal penting

    5. Upaya untuk melakukan

    yang terbaik ketika

    mengerjakan hal yang

    sulit

    6. Usaha untuk

    memperbaiki performa

    di masa lalu

    7. Kesempatan untuk

    memperluas

    kemampuan merupakan

    hal penting

    33

  • No. Variabel Definisi Indikator

    8. Usaha dalam mencoba

    pendekatan yang

    berbeda ketika

    mengalami kegagalan

    9. Capaian pada beberapa

    pekerjaan yang

    diinginkan

    10. Kinerja meningkat

    seiring dengan apa yang

    dilakukan terhadap

    organisasi.

    (Button et. al., 1996)

    2. Organizational learning Budaya belajar dalam 1. Memberikan

    culture (X3) organisasi yang diterapkan pembelajaran yang

    oleh PT BJTI untuk berkelanjutan

    mendukung perolehan

    informasi, mendistribusikan,

    serta berbagi pembelajaran

    untuk memperkuat dan

    mendukung pembelajaran

    untuk memperkuat dan

    meningkatkan kualitas

    organisasi.

    2. Mengajak berdialog

    3. Mendorong kolaborasi

    dan pembelajaran dalam

    tim

    4. Membangun system

    untuk menangkap dan

    berbagi pembelajaran

    5. Memberdayakan

    karyawan untuk berbagi

    nilai dan visi yang

    sama.

    No. Variabel Definisi Indikator

    34

  • 6. Mencimpatan hubungan

    antara lingkungan dan

    organisasi

    7. Menggunakan

    pemimpin yang mampu

    membentuk dan

    mendukung

    pembelajaran pada level

    individu, tim, dan

    organisasi

    (Watkins dan Marsick,

    1997).

    3. Career Satisfaction (Y1) Ketercapaian karier yang 1. Pernyataan responden

    dirasakan oleh karyawan PT puas atas karier yang

    Berlian Jasa Terminal telah dicapai

    Indonesia selama bekerja

    disana

    2. Pernyataan responden

    puas atas tujuan karier

    yang diperoleh

    3. Pernyataan responden

    puas atas pendapatan

    yang diperoleh sesuai

    dengan hasil kerja

    4. Pernyataan responden

    yang puas atas

    pendapatan atau gaji yang

    diperoleh sesuai dengan

    karier yang sedang

    dijalani

    5. Pernyataan responden

    puas atas pengembangan

    keterampilan atau

    kompetensi yang

    diberikan.

    (Greenhaus, et. al., 1990)

    35

  • No. Variabel Definisi Indikator

    4. Organizational Komitmen yang dirasakan 1. Komitmen Afektif,

    Commitment (Y2) karyawan PT Berlian Jasa karyawan merasa sangat

    Terminal Indonesia untuk terlibat dalam organisasi

    tetap mempertahankan sehingga memiliki

    keanggotaannya dalam hubungan emotional

    organisasi dan bersedia terhadap anggota

    melakukan usaha yang tinggi organisasi.

    untuk pencapaian organisasi.

    2. Komitmen Normatif,

    karyawan memiliki

    perasaan untuk tetap

    tinggal pada organisasi

    tersebut karena merasa

    memiliki kewajiban

    moral.

    3. Komitmen

    Berkelanjutan,

    karyawan merasa jika

    meninggalkan organisasi

    yang saat ini, maka akan

    kehilangan posisi yang

    strategis sehingga

    merasa berat untuk

    meninggalkan organisasi

    (Meyer & Allen, 2004)

    Sumber: Data diolah 2018

    3.2 Kerangka Berpikir

    Kerangka pemikiran teoritis merupakan konsep awal yang menjadi acuan dalam

    sebuah penelitian. Kerangka pemikiran teoritis memiliki dasar dari sumber penelitian

    terdahulu yang relevan dan mendukung pelaksanaan sebuah penelitian yang ingin

    dilakukan. Penelitian ini pengaruh Goal Orientation dan Organizational Learning

    Culture terhadap Career Satisfaction dan Organizational Commitment.

    36

  • Gambar 3. 1 Kerangka Berpikir Penelitian

    37

  • 3.3 Hubungan antar Variabel dan Hipotesis

    3.3.1 Hubungan antara Performance Goal Orientation dengan Career

    Satisfaction

    Menurut(Dweck & Leggett, 1988), individu yang memiliki performance goal

    orientation tinggi cenderung untuk menunjukkan kompetensi yang mereka miliki

    kepada orang lain melalui kinerja mereka saat itu. Individu yang mempunyai

    performance goal orientation berkeyakinan bahwa kemampuan adalah tetap, tidak

    terekndali, dan merupakan atribut pribadi, serta harus ada usaha ekstra untuk

    menunjukkan kemampuannya(Bell & Kozlowski, 2002).

    Career satisfaction adalah kepuasan yang didapat seseorang dari aspek

    intrinsic dan ekstrinsik kariernya, termasuk upah, kemajuan, dan kesempatan

    untuk berkembangan (Greenhaus, et al., 1990). Dalam hal ini, tingkat kepuasan

    pengembangan keterampilan diberikan oleh instansi atau organisai agar

    kompetensi yang dimiliki oleh karyawan meningkat, juga menjadi faktor

    mempengaruhi kepuasan karier. Saat manager menyediakan tugas atau pekerjaan

    yang sesuai untuk memperkuat orientasi sasaran kinerja, maka karyawan akan

    menunjukkan hasil terbaik dari apa yang dikerjakan sehingga dapat menjadi

    peluang untuk meningkatkan kariernya.

    Hasil terbaik dari pekerjaan yang dilakukan karyawan dengan performance

    goal orientation sangat mempengaruhi perasaan dan kepercayaan diri mereka,

    sehingga mereka cenderung memiliki kondisi psikologis yang positif ketika

    mamppu membuktikan kemampuan terbaiknya baik dalam penerjaan tugas yang

    diberikan, maupun proses perjalanan kariernya. Sehingga berdasarkan beberapa

    penjelasan tersebut maka diperoleh hipotesis:

    H1a: Terdapat pengaruhperformance goal orientationterhadapcareer satisfaction

    pada karyawan organik laki-lakidi PT Berlian Jasa Terminal Indonesia.

    H1b: Terdapat pengaruhperformance goal orientation terhadap career satisfaction

    pada karyawan organik perempuan di PT Berlian Jasa Terminal Indonesia.

    38

  • 3.3.2 Hubungan antara Performance Goal Orientation dengan Organizational

    Commitment

    Individu yang memiliki peranan penting dalam suatu organisi maka akan

    berkomitmen terhadap organisasi tersebut karena telah berperan dalam pencapaian

    kariernya (Luthans, 2015). Individu yang secara terus menerus menunjukkan

    kemampuan terhadap orang lain disebut dengan individu dengan performance

    goal orientation, yang mana akan berjuang lebih keras agar organisasi dapat

    memperhankan dirinya. Sikap tersebut merujuk pada komitmen afektif pada

    organizational commitmen (Robbins, 2001).(Allen, 2004)menyatakan bahwa

    komitmen afektif berkaitan erat dengan hubungan emosional anggota terhadap

    organisasinya, identifikasi dengan organisasi dan keterlibatan anggota dengan

    kegiatan di organisasi.

    Sehingga, apabila perusahaan dapat memenuhi kebutuhan serta impian

    karyawan, karyawan akan tertarik dan dapat menjadi professional terbaik di

    perusahaan tersebut dan dapat dijadikan asset perusahaan. Hal itu juga berdampak

    pada produktivitas dan kinerja karyawan (Igbaria, 1991; Inocencia et. al. 2018),

    serta dapat meningkatkan omset perusahaan (Laschinger, 2012; Inocencia et. al.

    2018). Sehingga, karyawan dapat menjadi sumber keuntungan kompetitif (Aryee,

    1994). Sehingga berdasarkan beberapa penjelasan tersebut maka diperoleh

    hipotesis:

    H2a: Terdapat pengaruhperformance goal orientationterhadaporganizational

    commitmentpada karyawan organik laki-lakidi PT Berlian Jasa Terminal Indonesia.

    H2b: Terdapat pengaruhperformance goal orientation terhadap organizational

    commitmentpada karyawan organik perempuan di PT Berlian Jasa Terminal

    Indonesia.

    3.3.3 Hubungan antara Learning Goal Orientation dengan Career Satisfaction

    Hal ini m