Upload
others
View
1
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
TUGAS AKHIR (614415A)
ANALISIS PENGARUH GOAL ORIENTATION DAN ORGANIZATIONAL LEARNING CULTURE TERHADAP CAREER SATISFACTION DAN ORGANIZATIONAL COMMITMENT BERDASARKAN PERSPEKTIF GENDER
Karunia Eka Safitri NRP. 1115040005
DOSEN PEMBIMBING: R.A. NORROMADANI YUNIATI, S.Pd., S.E., M.SM. RISTANTI AKSEPTORI, S.S., M.M.
PROGRAM STUDI MANAJEMEN BISNIS JURUSAN TEKNIK BANGUNAN KAPAL POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA SURABAYA
2019
(Halaman ini sengaja dikosongkan)
ii
TUGAS AKHIR (614415A)
ANALISIS PENGARUH GOAL ORIENTATION DAN ORGANIZATIONAL LEARNING CULTURE TERHADAP CAREER SATISFACTION DAN ORGANIZATIONAL COMMITMENT BERDASARKAN PERSPEKTIF GENDER
Karunia Eka Safitri NRP. 1115040005
DOSEN PEMBIMBING: R.A. NORROMADANI YUNIATI, S.Pd., S.E., M.SM. RISTANTI AKSEPTORI, S.S., M.M.
PROGRAM STUDI MANAJEMEN BISNIS JURUSAN TEKNIK BANGUNAN KAPAL POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA SURABAYA 2019
iii
(Halaman ini sengaja dikosongkan)
iv
LEMBAR PENGESAHAN
TUGAS AKHIR
ANALISIS PENGARUH GOAL ORIENTATION DAN ORGANIZATIONAL LEARNING CULTURE TERHADAP CAREER SATISFACTION DAN
ORGANIZATIONAL COMMITMENT BERDASARKAN PERSPEKTIF GENDER
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Kelulusan Program
Studi Manajemen Bisnis Jurusan Teknik Bangunan Kapal
Disetujui oleh Tim Penguji Tugas Akhir Tanggal Ujian : 15 Juli 2019
Periode wisuda : 29 September 2019
Menyetujui,
Dosen Penguji NIDN Tanda Tangan
1. R.A. Norromadani Yuniati, S.Pd., S.E., M.SM. (0701068402) (……… ….…)
2. Danis Maulana, S.T., MBA (0014108904) (……………..)
3. Ristanti Akseptori, S.S., M.M. (0717028601) (……………..)
Dosen Pembimbing NIDN Tanda Tangan
1. R.A. Norromadani Yuniati, S.Pd., S.E., M.SM. (701068402) (……………)
2. Ristanti Akseptori, S.S., M.M. (0717028601) (……………)
Menyetujui Mengetahui
Ketua Jurusan, Koordinator Program Studi,
Ruddianto, S.T., M.T. Yugowati Praharsi, S.Si., M.Sc., Ph.D
NIP.198108282015042001
NIP. 196910151995011001 v
(Halaman ini sengaja dikosongkan)
vi
No. : F.WDI.
PERNYATAAN BEBAS
021
Date : 2 Agustus PLAGIAT 2019
Rev. : 01
Page : 1 dari1
Yang bertandatangan di bawah ini :
Nama : Karunia Eka Safitri
NRP. : 1115040005
Jurusan/Prodi : Teknik Bangunan Kapal / Manajemen Bisnis
Dengan ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa :
Tugas Akhir yang akan saya kerjakan dengan judul :
Analisis Pengaruh Goal Orientation dan Organizational Learning Culture
terhadap Career Satisfaction dan Organizational Commitment Berdasarkan
Perspektif Gender adalah benar karya saya sendiri dan bukan plagiat dari
karya orang lain. Apabila dikemudian hari terbukti terdapat plagiat dalam karya
ilmiah tersebut, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai ketentuan peraturan
yang berlaku.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan penuh tanggung jawab.
Surabaya, 2 Agustus 2019
Yang membuat pernyataan,
(Karunia Eka Safitri) NRP. 1115040005
vii
(Halaman ini sengaja dikosongkan)
viii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Subhanahu wa Ta’ala yang
telah melimpahkan kasih dan sayang-Nya kepada kita, sehingga penulis bisa
menyelesaikan tugas akhir dengan tepat waktu, yang penulis beri judul “ANALSIS
PENGARUH GOAL ORIENTATIONI DAN ORGANIZATIONAL LEARNING
CULTURE TERHADAP CAREER SATISFACTION DAN
ORGANIZATIONAL COMMITMENT BERDASARKAN PERSPEKTIF
GENDER”. Tujuan dari penyusunan tugas akhir ini guna memenuhi salah satu
syarat untuk bisa menempuh ujian guna memperoleh gelar Diploma empat pada
Program Studi Manajemen Bisnis, Jurusan Teknik Bangunan Kapal di Politeknik
Perkapalan Negeri Surabaya.
Penulis menyadari dalam penyusunan tugas akhir ini tidak akanselesai tanpa
bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Allah Subahanahu wa Ta’ala yang senantiasa memberikan nikmat, rahmat
serta hidayah-nya.
2. Rasulullah Muhammad Salallahu’alaihi wa sallam yang telah syafa’atnya
kepada kita semua.
3. Kedua orang tua tercinta yang telah memberikan do’a, motivasi, dukungan
moril maupun materil baik secara langsung maupun melalui rekening
kepada penulis.
4. Bapak Ir. Eko Julianto, M.Sc., MRINA selaku Direktur Politeknik
Perkapalan Negeri Surabaya.
5. Bapak Ruddianto, S.T., M.T. selaku Kepala Jurusan Teknik Bangunan
Kapal PPNS.
6. Ibu Yugowati Praharsi, S.Si., M.Sc., Ph.D. selaku Kepala serta
Koordinator Tugas Akhir Program Studi Manajemen Bisnis PPNS.
7. Ibu R.A. Norromadani Yuniati, S.E., M.SM. selaku dosen pembimbing I
yang telah membimbing dalam penyusunan tugas akhir ini hingga selesai.
ix
8. Ibu Ristanti Akseptori S.S., M.M. selaku dosen pembimbing II yang telah
membimbing dalam penyusunan tugas akhir ini hingga selesai.
9. Ibu Yeni selaku pembimbing saat melakukan penelitian di PT Berlian Jasa
Terminal Indonesia beserta staff dan karyawan lainnya yang telah
membantu penulis dalam pengambilan data selama prosese melakukan
penelitian ini.
10. Terimakasih untuk Rizky Wahyu S. yang selalu men-support, memotivasi,
membantu, dan menyemangati penulis dalam melakukan penelitian ini.
11. Teman-teman D4 Manajemen Bisnis 2015 lainnya yang telah membantu
dan memberi dukungan serta motivasi kepada penulis selama 4 tahun di
PPNS.
12. Semua pihak yang telah banyak membantu dalam penyusunan tugas akhir
ini yang tidak bisa disebutkan satu persatu.
Surabaya, Juli 2019
Penulis
x
ANALSIS PENGARUH GOAL ORIENTATION, ORGANIZATIONAL
LEARNING CULTURE TERHADAP CAREER SATISFACTION DAN
ORGANIZATIONAL COMMITMENT BERDASARKAN PESPEKTIF
GENDER.
Karunia Eka Safitri
ABSTRAK
Karyawan tidak dapat dipisahkan dari perusahaan karena karyawan
merupakan asset perusahaan. Hasil kualitas kerja sangat dipengaruhi oleh
karakteristik individu masing-masing karyawan. Salah satu karakteristik individu
tersebut adalah jenis kelamin. Kesetaraan gender adalah terkait dengan kesetaraan
sosial antara laki-laki dan perempuan, dilandaskan keadaan pengakuan bahwa,
kesetaraan gender yang disebabkan oleh diskriminasi struktural dan kelembagaan.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perbedaan hubungan antara goal
orientation, organizational learning culture, career satisfaction, dan
organizational commitmentpada karyawan organik PT Berlian Jasa Terminal
Indonesia. Populasi dalam penelitian dibagi dua, yaitu laki-laki dan perempuan.
Total sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini berjumlah 57 karyawan.
Metode analisis yang akan digunakan adalah Partial Least Square (PLS).
Pelenitian ini menghasilkan bahwa terjadi perbedaan pengaruh pada variabel goal
orientation terhadap career satisfaction, goal orientation terhadap organizational
commitment, dan organizational learning culture terhadap organizational
commitment. namun tidak terjadi perbedaan pengaruh pada variabel
organizational learning culture terhadap career satisfaction.
Kata kunci: goal orientation, career satisfaction, organizational learning culture,
organizational commitment, PLS.
xi
(Halaman ini sengaja dikosongkan)
xii
ANALYSIS OF THE EFFECT OF GOAL ORIENTATION AND
ORGANIZATIONAL LEARNING CULTURE ON CAREER
SATISFACTION AND ORGANIZATION COMMITMENT BASED ON GENDER PERSPECTIVE
Karunia Eka Safitri
ABSTRACT
Employees can not be separated from the company because employees are
company assets. The quality of work results are strongly influenced by the
individual characteristics of each employee. One characteristic of these
individuals is gender. Gender equality is related to social equality between men
and women, based on the state of recognition that, gender equality is caused by
structural and institutional discrimination. This study aims to analyze the
differences in the relationship between goal orientation, organizational learning
culture, career satisfaction, and organizational commitment to PT Berlian Jasa
Terminal Indonesia's organic employees. The population in the study was divided
into two, namely men and women. The total sample to be used in this study
amounted to 57 employees. The analytical method that will be used is Partial
Least Square (PLS). Pelenitian produces that there is a difference in influence on
the goal orientation variable on career satisfaction, goal orientation on
organizational commitment, and organizational learning culture on
organizational commitment. but there was no difference in influence on
organizational learning culture variables on career satisfaction.
Key words: goal orientation, career satisfaction, organizational learning culture,
organizational commitment, PLS.
xiii
(Halaman ini sengaja dikosongkan)
xiv
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN .............................................................................................. v
KATA PENGANTAR ...................................................................................................... ix
ABSTRAK ........................................................................................................................ xi
ABSTRACT .....................................................................................................................xiii
DAFTAR ISI .................................................................................................................... xv
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................................... xvii
DAFTAR TABEL .......................................................................................................... xix
BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ..................................................................................................... 1
1.2 Perumusan Masalah ............................................................................................. 7
1.3 Tujuan .................................................................................................................. 7
1.4 Manfaat Tugas Akhir ........................................................................................... 8
1.5 Batasan Masalah .................................................................................................. 9
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................................... 11
2.1 Perspektif Gender .............................................................................................. 11
2.1.2 Perspektif Gender .............................................................................................. 12
2.2 Goal Orientation ............................................................................................... 13
2.3 Organizational Learning Culture ...................................................................... 17
2.4 Kepuasan Karier ................................................................................................ 20
2.5 Organizational Commitment ............................................................................. 24
2.6 Penelitian Terdahulu .......................................................................................... 28
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN ........................................................................ 31
3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Variabel Operasional ..................................... 31
3.2 Kerangka Berpikir ............................................................................................. 36
3.3 Hubungan antar Variabel dan Hipotesis ............................................................ 38
3.4 Jenis Penelitian .................................................................................................. 43
3.5 Populasi dan Sampel .......................................................................................... 43
3.6 Jenis dan Sumber Data ...................................................................................... 45
3.7 Metode Pengumpulan Data ............................................................................... 45
3.8 Teknik Analisis Data ......................................................................................... 46
xv
3.9 Pelaksanaan Penelitian ...................................................................................... 49
3.10 Jadwal Pelaksanaan Penelitian .......................................................................... 51
BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN ..................................................................... 53
4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian ................................................................... 53
4.2 Analisis Data dan Pembahasan .......................................................................... 55
4.2.3 Analisis Model ............................................................................................... 74
4.2.5 Analisis Perbedaan dengan Partial Least Square (PLS) Multigroup Analysis (MGA) 86
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................................... 103
5.1 Kesimpulan ............................................................................................................... 103
5.2 Saran .......................................................................................................................... 104
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... 107
LAMPIRAN ................................................................................................................... 113
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. 1 Data jumlah karyawan perempuan pada 9 sektor menurut data BPS 2017 .... 2
Gambar 1. 2 Data IPG Indonesia 2010 - 2017 .................................................................... 2
Gambar 2. 1 Hipotesis distribusi bimodal dari karakteristik gender ................................. 13
Gambar 3. 1 Kerangka Berpikir Penelitian ....................................................................... 37
Gambar 3. 2 Alur proses penelitian .................................................................................. 50
Gambar 4. 1 Tabel Tingkat Pengembalian Kuesioner ...................................................... 55
Gambar 4. 2 Gambar Outer Model Satu pada PLS ........................................................... 75
Gambar 4. 4 Gambar Outer Model Tahap 2 pada PLS ..................................................... 78
xvii
(Halaman ini sengaja dikosongkan)
xviii
DAFTAR TABEL Tabel 2. 1 Konsep Gender ................................................................................................. 11 Tabel 2. 2 Penelitian Terdahulu ........................................................................................ 28 Tabel 3 1 Tabulasi Definisi Operasional Variabel ............................................................ 31 Tabel 3 2 Data populasi karyawan PT Berlian Jasa Terminal Indonesia .......................... 43 Tabel 3 3 Jadwal pelaksanaan penelitian .......................................................................... 51 Tabel 4. 1 Tabel Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ........................... 56 Tabel 4. 2 Tabel Responden Laki-laki Berdasarkan Usia ................................................. 57 Tabel 4. 3 Tabel Responden Perempuan Berdasarkan Usia .............................................. 57 Tabel 4. 4 Tabel Karakteristik Responden Laki-laki Berdasarkan Pendidikan ................ 58 Tabel 4. 5 Tabel Karakteristik Responden Perempuan Berdasarkan Pendidikan ............. 58 Tabel 4. 6 Tabel Karakteristik Responden Laki-laki Berdasarkan Lama Bekerja ............ 58 Tabel 4. 7 Tabel Karakteristik Responden Perempuan Berdasarkan Lama Bekerja ......... 59 Tabel 4. 8 Tabel Karakteristik Responden Laki-laki Berdasarkan Jumlah Kenaikan / Pergantian Jabatan ............................................................................................................. 59 Tabel 4. 9 Tabel Karakteristik Responden Perempuan Berdasarkan Jumlah Kenaikan / Pergantian Jabatan ............................................................................................................. 59 Tabel 4. 10 Kategori Penilaian .......................................................................................... 60 Tabel 4. 11 Tabel Deskripsi Variabel Performance Goal Orientation Responden Laki-laki 60
Tabel 4. 12 Deskripsi Variabel Performance Goal Orientation Responden Perempuan ... 62 Tabel 4. 13 Deskripsi Variabel Learning Goal Orientation Responden Laki-laki ............ 63 Tabel 4. 14 Deskripsi Variabel Learning Goal Orientation Responden Perempuan ......... 64 Tabel 4. 15 Deskripsi Variabel Organization Learning Culture Responden Laki-laki ..... 66 Tabel 4. 16 Deskripsi Variabel Organization Learning Culture Responden Perempuan .. 67 Tabel 4. 17 Deskripsi Variabel Career Satisfaction Responden Laki-laki ........................ 69 Tabel 4. 18 Deskripsi Variabel Career Satisfaction Responden Perempuan .................... 70 Tabel 4. 19 Deskripsi Variabel Organizational Commitment Responden Laki-laki ........ 71 Tabel 4. 20 Deskripsi Variabel Organizational Commitment Responden Perempuan ..... 73 Tabel 4. 21 Tabel Rincian Hasil Uji Validitas Tahap Satu ............................................... 76 Tabel 4. 22 Tabel Convergent Validity Tahap 2 ............................................................... 78 Tabel 4. 23 Tabel Cross Loading ...................................................................................... 79 Tabel 4. 24 Construct Reliability ...................................................................................... 80 Tabel 4. 25 Nilai R-Square Data Gabungan ...................................................................... 81 Tabel 4. 26 R-square Kelompok Laki-laki ........................................................................ 82 Tabel 4. 27 R-square Kelompok Perempuan .................................................................... 82 Tabel 4. 28 Tabel Hasil Path Coefficient Data Gabungan ................................................ 82 Tabel 4. 29 Tabel Pengaruh Variabel X1, X2, X3, terhadap Y1 pada Data Gabungan .... 83 Tabel 4. 30 Tabel Pengaruh Variabel X1, X2, X3, terhadap Y2 pada Data Gabungan .... 84 Tabel 4. 31 Multi Group Analysis (MGA) ........................................................................ 87
xix
(Halaman ini sengaja dikosongkan)
xx
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Karyawan tidak dapat dipisahkan dari perusahaan karena karyawan
merupakan asset perusahaan. Karyawan sangat dibutuhkan perusahaan dalam
melangsungkan kagiatan organisasi dan mengembangkan kualitas produk yang
dihasilkan. Hal tersebut diungkapkan oleh McPherson (dalam Peters & Waterman,
1982) bahwa harta kita yang paling penting adalah karyawan. Pendapat tersebut
sejalan dengan Allen (dalam As’ad, 1999) yang mengungkapkan bahwa apabila
perencanaan organisasi dan pengawasan telah dilakukan dengan baik, namun
apabila sumber daya manusia dalam perusahaan tersebut tidak merasa senang
dalam menjalankannya, maka perusahaan tersebut tidak akan mencapai hasil
kualitas kerja yang maksimal.
Hasil kualitas kerja sangat dipengaruhi oleh karakteristik individu masing-
masing karyawan. Salah satu karakteristik individu tersebut adalah jenis kelamin
yang telah membedakan individu sebagai sifat dasar pada kodrat manusia.
Kesetaraan gender adalah terkait dengan kesetaraan sosial antara laki-laki dan
perempuan, dilandaskan keadaan pengakuan bahwa, kesetaraan gender yang
disebabkan oleh diskriminasi struktural dan kelembagaan.
Menurut data BPS Agustus 2017 yang dikutip dalam CNBC Indonesia dalam
situsnyahttps://www.cnbcindonesia.com/lifestyle/20180309180650-33-6793/para-
perempuan-ini-posisi-perempuan-dalam-ekonomi-indonesia menyatakan bahwa
jumlah tenaga kerja perempuan (15 tahun ke atas) pada sektor dengan rata-rata
upah/gaji bersih per bulan terbesar, seperti sector Pertambangan, listrik, gas dan air,
jasa keuangan, dan angkutan dan komunikasi. Selain itu, dalam halaman tersebut juga
menyatakan bahwa United Nations Development Programme (UNDP)
memperkenalkan sebuah ukuran yaitu Indeks Pembangunan Gender (IPG). IPG
diformulasikan dalam Indeks Pembangunan Manusia (IPM) laki-laki dan IPM
perempuan. Semakin dekat angka IPG ke 100, maka semakin kecil kesenjangan
1
https://www.cnbcindonesia.com/lifestyle/20180309180650-33-6793/para-perempuan-ini-posisi-wanita-dalam-ekonomi-indonesiahttps://www.cnbcindonesia.com/lifestyle/20180309180650-33-6793/para-perempuan-ini-posisi-wanita-dalam-ekonomi-indonesiahttps://www.cnbcindonesia.com/lifestyle/20180309180650-33-6793/para-perempuan-ini-posisi-wanita-dalam-ekonomi-indonesia
pembangunan laki-laki dan perempuan. Apabila nilai IPG di bawah 100, bererti
negara tersebut masih menunjukkan adanya kesenjangan antara capaian
pembangunan manusia antara laki-laki dan perempuan. Berdasarkan Human
Development Report 2016, nilai rata-rata global sebesar 93,8, sedangkan dalam
rentan waktu 2010-2017 nilai IPG per tahun masih dibawah akta tersebut.
Jumlah Tenaga Kerja Perempuan (15 Tahun Ke Atas) Berdasarkan 9 Sektor
Lapangan Kerja per Agustus 2017
Pertanian 12.81 0.11
Industri Pengolahan 7.1 0.05
Bangunan 0.18 14.72
Angkutan dan Komunikasi 0.47 1.09
Jasa Kemasyarakatan 9.76
0 2 4 6 8 10 12 14 16
Jumlah Tenaga Kerja Perempuan
Gambar 1. 1 Data jumlah karyawan perempuan pada 9 sektor menurut data BPS 2017
Data IPG Indonesia 2010 - 2017
90.96
2016 90.82 91.03
2014 90.34 90.19
2012 90.07 89.52
2010 89.42
88.5 89 89.5 90 90.5 91 91.5
Sumber: BPS, data diolah (2019)
Gambar 1. 2 Data IPG Indonesia 2010 - 2017
Kesulitan seorang perempuan dalam mendapatkan kedudukan di tempat
kerjanya juga merupakan masalah yang sering dihadapi. Penilain serta pandangan
masyarakat terhadap perempuan sangat memengaruhi bidang pekerjaan yang bisa
2
didapatkan. Perbedaan gender tidak akan menjadi masalah selama tidak
melahirkan ketidakadilan gender. Persoalan akan muncul ketika perbedaan gender
melahirkan ketidakadilan. Ketidakadilan gender merupakan sistem dan struktur
dimana baik kaum laki-laki maupun perempuan menjadi korban dalam sistem
tersebut(Nugroho, 2011).
Kepuasan karyawan merupakan hal yang perlu diperhatikan tanpa melihat jenis
kelamin karyawan. Tingkat kepuasan karyawan dipengaruhi oleh perlakuan
perusahaan. Salah satu jenis kepuasan yang dapat dirasakan karyawan adalah
kepuasan karier. Dalam penelitian ini, definisi kepuasan karier merupakan persepsi
individu atas prestasi karier yang telah dicapai dari awal hingga sekarang serta
prospek karier mereka saat ini di masa yang akan datang (Gattiker and Larwood,
1988; Judge et al., 1995). Pendapat tersebut selaras dengan Greenhaus JH (dalam
Acad Manage J., 1990) bahwa kepuasan karier adalah penilaian retrospektif tingkat
kesenangan individu dengan pilihan mereka dan pengalaman di dalamnya, serta karier
pilihan mereka pada pekerjaan individu yang mereka miliki.
Berdasarkan penelitian Inocencia et. al. (2018), faktor-faktor yang dapat
memengaruhi peningkatan kepuasan karier meliputi komitmen organisasi, tingkat
pendapatan, kesesuaian pekerjaan, serta budaya pendukung keseimbangan
kehidupan kerja. Dalam hasil penelitian tersebut dijelaskan juga bahwa tingkat
penghasilan dan kecocokan pekerjaan merupakan faktor terpenting dalam
menentukan kepuasan karierlaki-laki dan perempuan. Indikator obyektif
kesuskesan karier ialah termasuk gaji (Tharenou, 2001), promosi (Judge et. al.,
1999), struktur keluarga (Schneer dan Reitman, 1993) dan level pekerjaan (Judge
dan Bretz, 1994).
Karyawan yang tidak memiliki kepuasan cenderung melakukan withdrawl,
yang dijelaskan oleh Greenberg & Baron (2003) sebagai upaya karyawan dalam
meminimalkan jumlah frekuensi kontak mereka dengan pekerjaan. Bentuk
withdrawl tersebut dapat meliputi: mencuri, menggunakan waktu kerja untuk
kepentingan pribadi, menambah durasi waktu istirahat, datang terlambat, sering
absent, pensiun dini, dsb (Hulin et. al., dalam Parahyati, 2005). Pendapat tersebut
3
selaras dengan pendapat Robbins (dalam Munandar, 2001) yaitu mengungkapkan
bahwa salah satu bentuk ketidakpuasan kerja juga dapat berupa keinginan untuk
berpindah.
Dalam pembentukan kepuasan karier dan organisasional komitmen, tentu saja
terdapat beberapa faktor yang mempengaruhinya. Terdapat dua faktor yang dapat
mempengaruhi kedua variable tersebut, diantaranya adalah faktor internal dan
faktor eksternal. Dalam penelitian ini, faktor internal yang akan dibahas
berdasarkan pada Career Motivation Theory, dimana teori tersebut menyebutkan
bahwa faktor internal yang berasal dari masing-masing personal meliputi perilaku
dan tujuan individu dan faktor internal berasal dari organisasi. Secara konseptual
Career Motivation Theory, memiliki kesamaan dengan teori motivasi berprestasi
karena Career Motivation Theory dibagi menjadi tiga domain yang salah satunya
adalah ketahanan karier. Individu yang memiliki ketahanan karier akan mampu
bertahan dan beradaptasi pada keadaan yang berubah-ubah sehingga individu
tersebut akan tatap mempertahankan kondisi dimana bisa beradaptasi (McCelland,
1965). Hal tersebut berhubungan dengan Goal Orientation, yaitu teori kognitif
social yang juga berhubungan dengan teori berprestasi, teori ini dikembangkan
oleh Dweck (1989). Dweck (1989) membagi Goal Orientation menjadi dua, yaiitu
performance goal orientation dan learning goal orientation.
Barnett dan Bradley (2007) menyatakan bahwa Goal Orientation dapat
menjadi indikator career satisfaction karena hal tersebut mencakup dukungan
social dan material untuk mencapai tujuan karyawan. Performance goal
orientation dapat berpengaruh secara positif pada Career Satisfaction karena jika
manager menyediakan tugas atau pekerjaan yang sesuai untuk memperkuat
orientasi sasaran kinerja karyawan(Joo & Park, 2010). Kemudian, learning goal
orientation dapat memengaruhi career satisfaction yang sudah dibuktikan oleh
Millet et. al. (2000) dimana learning goal orientation dapat menjadi faktor
kontribusi dalam membangun keuntungan dari hubungan belajar di dalam
organisasi termasuk menigkatkan kepuasan karier.
4
Performance goal orientation dan learning goal orientation juga dapat
mempengaruhi organizational commitment. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan,
individu denganperformance goal orientation cenderung akan berusaha lebih keras
agar individu dapat bertahan oleh organisasi (Robbins, 2001). Sedangkan individu
dengan learning goal orientationcenderung akan senang untuk belajar di dalam
organisasi, sehingga hal tersebut akan meningkatkan komitmennya pada organisasi
(Miller, et. al., 2000). Faktor eksternal (yang akan dibahas disini, berdasarkan model
yang dikembangkan oleh London (1983), yaitu organizational learning culture.
Berdasarkan penelitian Egan et. al. (2004), organizational learning culture dapat
meningkatkan tingkat kepuasan karier. Karyawan yang mendapatkan budaya
pembelajaran dari organisasi akan merasakan psikologis yang positif akan merasa
puas dengan apa yang diberikan organisasi telah mendukung kepuasan kariernya.
Karyawan akan merasa puas ketika karakteristik karier, tujuan karier,
mendapatkan gaji yang sepadan dengan karier, serta mendapatkan kesempatan
dalam meningkatkan skill akan merasa puas terhadap kariernya(Greenhaus JH,
1990). Dengan demikian karyawan yang mencapai kepuasan karier akan tetap
berada di tempat karyawan tersebut bekerja. Hal tersebut berkaitan dengan
organizational commitment. Organizational commitmentdiartikan sebagai
loyalitas karyawan terhadap organisasi tertentu (Meyer, 1991). Pentingnya
perusahaan menanamkan serta mendapatkan organizational commitment dari
karyawan karena untuk mengurangi turnover intention. Salah satu cara
mendapatkan loyalitas dari perusahaan adalah mendukung tercapainya kepuasan
karier pada karyawan. Berdasarkan uraian di atas, career satisfaction serta
hubungannya terhadap tingkat turnover intention dan organizational commitment
penting untuk diteliti dan diketahui oleh perusahaan untuk menghindari
unsatisfied carrier yang berdampak pada tingkat turnover intention.
Chusmir (dalam Jewll & Siegall, 1998) berpendapat bahwa faktor gender
mempunyai kaitan konseptual organisasi dan pengaruhnya terutama kuat sekali
pada perempuan, karena perempuan adalah sumber pertentangan peran gender
yang jarang dialami laki-laki yang bekerja. Bagi perempuan tantangan terbesarnya
adalah mengintegrasikan antara peran dalam keluarga dengan peran dalam
5
pekerjaan atau karier. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Liyod Leuptow,
(dalam Rizki 2013) perempuan memiliki tingkat yang tinggi dalam orientasi
berprestasi daripada laki-laki. Perempuan merupakan peraih sukses yang ulet,
sedangkan laki-laki adalah pesaing yang ulet.
Hubungan antara goal orientation, organizational learning culture, career
satisfaction¸dan organizational commitment secara ekstensif sangat menarik
dalam riset keperilakuan, namun penelitian dengan perspektif gender masih
terbatas dilakukan, terutama di bidang industri perkapalan maupun industri
maritim lainnya. Penelitian ini menjadi lebih menarik dengan adanya fakta selisih
jumlah karyawan yang dipekerjakan pada industri jasa bongkar muat sangat
tinggi. Berdasarkan observasi yang dilakukan oleh penulis, jumlah karyawan
perempuan hanya 6% – 19% dari jumlah karyawan laki-laki.
Penelian ini akan dilakukan pada PT Berlian Jasa Terminal Indonesia. PT
Berlian Jasa Terminal Indonesia merupakan perusahaan jasa bongkar muat yang
berfokus pada pelayanan logistic domestik. PT Berlian Jasa Terminal Indonesia
(PT BJTI) berdiri pada tanggal 9 Januari 2002 sehingga masih tergolong
perusahaan yang masih muda.Berdasarkan pengamatan peneliti selama melakukan
on the job training serta data dari Human Capital, jumlah karyawan organik laki-
laki dan perempuan di PT BJTI memiliki gap yang sangat tinggi. Jumlah
karyawan organik perempuan hanya 24 orang, sedangkan jumlah karyawan
organik laki-laki sebanyak 327 orang. Selain itu, berdasarkan pengamatan
peneliti, bahwa karyawan perempuan yang menempati posisi sebagai manager
hanyalah satu orang. Sehingga penelitian ini diharapkan mampu menghasilkan
analisis besarnya pengaruh dari Goal orientation dan Organizational Learning
Culture terhadap Career Satisfaction dan Organizational Commitment yang
dirasakan oleh karyawan PT BJTI.
Selain itu, mengingat pentingnya pertimbangan dalam penentuanjob
analysiskepada seluruh karyawan agar pertimbangan perspektif gender tidak
menimbulkan kesenjangan gender. Hal tersebut akan berdampak pada kinerja
perusahaan, sehingga dari hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu
6
departemen Human Capital dalam hal pengelolaan sumber daya manusia yaitu
pada pengelolaan karier dan komitmen pada organisasi untuk memaksimalkan
kinerja karyawan. Dalam penelitian ini, karena memiliki fokus pada perbandingan
hasil berdasarkan perspektif gender, maka populasi dan sampel yang digunakan
akan dibagi menjadi dua, yaitu untuk laki-laki sendiri dan perempuan sendiri.
Analisis yang akan dilakukan dalam penelitian ini berupa analisis perbedaan hasil
Goal orientation dan Organizational Learning Culture terhadap Career
Satisfaction dan Organizational Commitment yang dirasakan oleh karyawan laki-
laki dan perempuan di PT BJTI.
1.2 Perumusan Masalah
1. Bagaimana perbedaanperformance goal orientation terhadap career
satisfaction pada karyawanlaki-laki dan perempuan di PT Berlian Jasa
Terminal Indonesia?
2. Bagaimana perbedaanperformance goal orientation terhadap organizational
commitment pada karyawanlaki-laki dan perempuanPT Berlian Jasa Terminal
Indonesia?
3. Bagaimana perbedaanlearning goal orientation terhadap career satisfaction
pada karyawanlaki-laki dan perempuanPT Berlian Jasa Terminal Indonesia?
4. Bagaimana perbedaanlearning goal orientationterhadap organizational
commitment pada karyawanlaki-laki dan perempuanPT Berlian Jasa Terminal
Indonesia?
5. Bagaimana perbedaanorganization learning culture terhadap career
satisfaction pada karyawan laki-laki dan perempuan PT Berlian Jasa Terminal
Indonesia?
6. Bagaimana perbedaanorganization learning culture terhadap organizational
commitment pada karyawan laki-laki dan perempuan PT Berlian Jasa Terminal
Indonesia?
1.3 Tujuan
7
1. Menganalisis perbedaanperformance goal orientation terhadap career
satisfaction pada karyawan laki-laki dan perempuan di PT Berlian Jasa
Terminal Indonesia.
2 Menganalisis perbedaanpengaruh performance goal orientation terhadap
organizational commitment pada karyawan laki-laki dan perempuan PT
Berlian Jasa Terminal Indonesia.
3 Menganalisis perbedaanlearning goal orientation terhadap career satisfaction
pada karyawan laki-laki dan perempuan PT Berlian Jasa Terminal Indonesia.
4 Menganalisis perbedaanlearning goal orientation terhadap organizational
commitment pada karyawan laki-laki dan perempuan PT Berlian Jasa Terminal
Indonesia.
5 Menganalisis perbedaanorganization learning culture terhadap career
satisfaction pada karyawan laki-laki dan perempuan PT Berlian Jasa Terminal
Indonesia.
6 Menganalisis perbedaanorganization learning culture terhadap organizational
commitment pada karyawan laki-laki dan perempuan PT Berlian Jasa Terminal
Indonesia.
1.4 Manfaat Tugas Akhir
1. Secara teoritis, penelitian ini dapat bermanfaat sebagai sumbangan
pengetahuan mengenai pengaruhGoal orientation dan Organizational
Learning Culture terhadap Career Satisfaction dan Organizational
Commitment berdasarkan perspektif genderpada sebuah perusahaan maritime
yang bergerak di bidang jasa bongkar muat petikemas di Surabaya, sehingga
dapat memperkaya kepustakaan di bidang Manajemen Bisnis Maritim di
Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya
2. Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi
terkait perspektif gender dalam pengaruh Goal orientation dan Organizational
Learning Culture terhadap Career Satisfaction dan Organizational
Commitmentserta dapat dijadikan sebagai pertimbangan dalam menentukan
strategi job analysisterkait analisis tujuan dan sasaran pekerjaan atau jabatan
serta pengelolaan sumber daya manusia agar kinerja perusahaan diharapkan
dapat menjadi lebih baik lagi kedepannya.
8
1.5 Batasan Masalah
Batasan masalah ditentukan agar permasalahan yang dibahas dapat
diselesaikan lebih terfokus dan tidak melebar. Adapun batasan masalah pada
penelitian ini, yaitu:
1. Subjek pada penelitian ini adalah Goal orientation, Organizational Learning
Culture, Career Satisfaction dan Organizational Commitment.
2. Objek pada penelitian ini adalah PT Berlian Jasa Terminal Indonesia.
3. Data sampel dalam penelitian ini adalah memiliki status pegawai organic yang
telah menikah.
9
10
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Perspektif Gender
2.1.1 Definisi Gender
Kata gender dalam istilah Bahasa Indonesia sebenarnya berasal dari Bahasa
Inggris, yaitu ‘gender’. Jika dilihat dalam kamus Bahasa Inggris, tidak secara jelas
dibedakan pengertian antara sex dan gender. Sering kali gender dipersamakan
dengan seks (jenis kelamin – laki-laki dan perempuan)(Nugroho, 2011). Gender
berasal dari kata “genus” yang berasal dari Bahasa latin, berarti tipe atau jenis.
Gender merupakan peran dan tanggung jawab yang dibebankan kepada
perempuan dan laki-laki, dimana penentuan tersebut bukan berasal dari Tuhan
melainkan secara social. Konsep gender sendiri merupakan hasil susunan yang
diciptakan oleh manusia, sifatnya tidak tetap, dinamis, dan dapat diganti menurut
waktu, tempat dan budaya setempat dari satu jenis kelamin kepada jenis kelamin
lainnya. Karakteristik atau ciri khas yang menciptakan pembedaan antara laki-laki
dan perempuan disebut dengan pembedaan gender. Hal tersebut sering berakibat
pada perbedaan peran laki-laki dan perempuan. Sedangkan peran gender ini dapat
memengaruhi pola relasi kuasa antara perempuan dan laki-laki, disebut sebagai
relasi gender.
Konsep gender sering disamakan dengan konsep jenis kelamin. Gender dan jenis
kelamin sering diibaratkan sebagai dua sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan.
Namun, kedua konsep ini sebetulnya sangat berbeda baik dari segi makna dan
pengertiannya. Konsep jenis kelamin merupakan realita biologis yang membedakan
antara manusia yang lebih diidentikkan dengan perbedaan tubuh laki-laki dengan
perempuan. Berikut merupakan perbedaan konsep gender dan jenis kelamin:
Tabel 2. 1 Konsep Gender
11
Gender Jenis Kelamin
Menyangkut pembedaan peran, fungsi, dan Menyangkut perbedaan organ biologis laki-
tanggung jawab laki-laki dan perempuan sebagai laki dan perempuan, khususnya pada bagian
hasil kesepakatan atau hasil bentukan masyarakat alat reproduksi
Peran social dapat berubah : Peran istri sebagai Peran reproduksi tidak dapat berubah : Sekali
ibu rumah tangga dapat berubah menjadi pencari menjadi perempuan dan memiliki Rahim,
nafkah, disamping menjadi istri juga maka selamanya akan menjadi perempuan
dan sebaliknya
Peran social dapat ditukarkan : pada kondisi Peran reproduksi tidak dapat ditukarkan,tidak
tertentu, bisa saja suami tidak memiliki pekerjaan mungkin seorang laki-laki dapat mengandung
sehingga tingga di rumah mengurus rumah dan melahirkan anak
tangga, sementara istri bertukar untuk bekerja
mencari nafkah bahkan sampai ke luar negeri
Peran social tergantung pada masa dan keadaan Peran reproduksi kesehatan berlaku sepanjang
masa
Peran social tergantung pada budaya masyarakat Peran reproduksi kesehatan berlaku di mana
tertentu saja
Peran social berbeda antara satu kelas/strata Peran reproduksi kesehatan berlaku bagi
social dengan strata lainnya semua starta social
Peran social bukan kodrat Tuhan Peran reproduksi berasal dari kodrat Tuhan
Sumber: Data diolah 2018
2.1.2 Perspektif Gender
Donelson G. dalam bukunya ‘Women, a Psychological Perspective’(Nugroho,
2011) memberikan suatu hipotesis dalam distribusi bimodal dari karakteristik
gender yang menggambarkan bahwa derajad feminitas dan maskulinitas
merupakan kombinasi dari karakteristik biologis dimana perilaku dan sikap yang
dapat digambarkan merentang pada suatu skala gender.
12
Gambar 2. 1 Hipotesis distribusi bimodal dari karakteristik gender
(sumber: Donelson Gullahorn, ‘Women, a psychological perspective’ hlm. 52)
Dengan melihat gambar tersebut maka, jika seseorang berada pada salah satu
ekstrem dari skala tersebut, maka seseorang tersebut dalam dikategorikan dalam
“sangat feminim” atau “sangat maskulin”. Perilaku menyimpang dari norma
standart kurang diterima oleh masyarakat. Sehingga, berkembanglah persepsi
bahwa terdapat dua gender yang sangat berbeda dari satu dengan yang lainnya.
Sikap menyimpang tersebut dalam skala Donelson disebut dengan karakteristik
androgynous.
Identitas gender merupakan definisi diri tentang seseorang, khususnya sebagai
perempuan atau laki-laki, yang berinteraksi secara kompleks antara kondisi
biologisnya sebagai perempuan maupun laki-laki dengan berbagai karakteristik
perilakunya yang dikembangkan sebagai hasil proses sosialisasi(Nugroho, 2011).
Pengenalan stereotip pada peran gender (gender role) sering ditemukan dan
diperkenalkan oleh orang tua atau lingkungan melalui majalah, buku, pelajaran dalam
pendidikan formal, hingga petuah dari orang tua. Isi stereotip ini dapat berbeda-beda,
baik antar budaya, antar kelas social-ekonomi, maupun antar usia. Stereotip akan
selalu ada dalam membeda-bedakan peran laki-laki dan perempuan.
2.2 Goal Orientation
Orientasi tujuan (goal orientation) merupakan suatu mental framework
bagaimana individu mengimplementasikan dan merespon situasi/kejadian yang
13
dihadapinya (Dweck, 1989). Teori orientasi tujuan dikembangkan oleh Dweck
(1998) menjadi dua, yaitu orientasi tujuan pendekatan kinerja (performance goal
orientation) dan orientasi tujuan pembelajaran (learining goal orientation).
2.2.1 Performance Goal Orientation
Orientasi ini bertujuan untuk menunjukkan kemampuan diri melalui komparasi
dengan orang lain (Joo & Park, 2010). Individu yang performance-oriented
tertarik dengan kompetisi, menunjukkan kompetensinya dan pencapaiannya
kepada individu lain. Individu dengan tipe seperti ini juga cenderung
menggunakan indivisu lain sabagai pembanding atas diri mereka
sendiri.Performance goal orientation merupakan preferensi dalam menunjjukkan
kompentensi dengan penilaian positif dan menghindari penilaian buruk.
Performance goal orientation berasal dari teori entitas yang menyebutkan bahwa
kemampuan adalah tetap tidak dapat dikembangkan atau ditingkatkan (Bell dan
Kozlowski, 2002). Performance goal orientation berasal dari teori entitas yang
menyebutkan bahwa kemampuan adalah tatap dan tidak dapat dikembangkan atau
ditingkatkan (Bell dan Kozlowski, 2002). Performance goal orientation mengacu
pada keinginan untuk menunjukkan kompetensi seseorang kepada orang lain dan
menerima svealuasi positif dari orang lain (Joo & Park, 2010). Individu dengan
performance goal orientation yang tinggi cenderung tertarik untuk menunjukkan
kompetensinya dalam menyelesaikan tugas dan tujuan untuk memperoleh hasil yang
positif dan menghindari penilaian negative atas kompetensi yang dimilikinya.
Individu dengan tipe Performance goal orientation cenderung menghindari
tantangan, menurunkan usaha, dan takut penilaian negative oleh orang lain (Button et.
al. 1996). Orientasi tujuan lebih berfokus pada pelaksanaan kinerja semaksimal
mungkin dengan segala keahnlian dan kemampuan yang dimiliki oleh seorang
individu, sehingga kontribusi terbaik yang dihasilkan dapat berdampak signifikan
terhadap pencapaian tujuan organisasi.
2.2.2 Faktor-faktor Performance goal orientation
Beberapa indikatorPerformance goal orientation yang dikembangkan oleh
Button et. al (1996), adalah:
14
a. Pilihan individu untuk melakukan hal-hal yang bisa dilakukan dengan baik. Hal
ini berkaitan dengan upaya dalam melakukan pekerjaan dan memperhatikan hasil
pekerjaannya yang sangat baik sebagai suatu hal yang penting.
b. Perasaan positif dalam melakukan tugas agar tidak melakukan atau membuat
kesalahan. Hal ini berkaitan dengan perasaan positif individu dalam
mengerjakan tugas dengan memberikan kemampuan terbaik yang dimilikinya.
c. Kenikmatan yang dirasakan individu saat melakukan tugas dengan baik. Hal
ini berkaiatan dengan perasaan kenyamanan pada saat melakukan pekerjaan
dengan baik.
d. Pentingnya pendapat orang lain tentang seberapa baik individu tersebut. Hal
ini berkaitan dengan penialaia orang lain akan seberapa baik individu dalam
melakukan pekerjaan.
e. Merasa lebih baik dalam hal pengerjaan tugas dibandingkan orang lain ketika
melakukan pekerjaan tanpa melakukan kesalahan. Hal ini berkaitan tentang
perasaan individu terkait pekerjaan yang lakukan tanpa kesalahan.
f. Keyakinan melakukan pekerjaan dengan baik tanpa melakuakn percobaan
terlebih dahulu. Hal ini berkaiatan dengan dengan kepercayaan diri individu
dalam melakukan pekerjaannya.
g. Kesukaan terhadap pekerjaan yang sama yang telah dilakukan secara baik
dimasa lalu. Hal ini berkaiatan dengan pengalaman pekerjaan yang dilakukan
secara baik oleh individu di masa lalu yang lebih disukainya.
h. Perasaan pintar saat bisa melakukan sesuatu dengan lebih baik dibandingkan
orang lain. Hal ini berkaiatan tentang perasaan positif ketika melakukan
pekerjaan dengan baik dibandingkan orang lain.
i. Kepuasan ketika orang lain mengenali prestasi individu. Hal ini berkaitan
dengan perasaan positif individu ketika orang lain mengenali prestasi yang
telah dilakukannya.
j. Upaya untuk mengesankan orang lain dengan pekerjaan yang dilakukan dengan
baik merupakan sesuatu yang penting. Hal ini menunjukkan bahwa individu ingin
mengesankan orang lain dan terlihat lebih unggul di banding yang lainnya.
2.2.3 Learning Goal Orientation
15
Orientasi ini didefinisikan sebagai orientasi tujuan yang berfokus pada
pembelajaran. Dapat dikatakan pula bahwa orientasi ini menekankan pada
pengetahuan dan perbaikan diri (Dweck, 1989). Individu yang memiliki learning
goalorientation yang tinggi akan berfokus pada peningkatan kompetensi belajar
dan tugas mereka, mencari tantangan dan bertahan dalam kasus kegagalan
(Dweck, 1989). Individu yang memiliki learning goalorientation memiliki respon
penyelesaian masalah yang dapat diterima secara umum oleh lingkungan atau yang
disebut pola respon adaptif, karena individu tersebut cenderung mempersepsikan
berbagai hasil sebagai hal yang positif sehingga individu tersebut dapat belajar dari
apa yang telah dilakukannya.
Menurut Dweck (1989), individu yang memiliki learning goal orientation tinggi
akan memiliki keyakinan bahwa kemampuan mereka dapat ditempa dan
dikembangkan. Hal ini berkaitan dengan teori incremental yang berpendapat bahwa
kemampuan dapat ditingkatkan dan diasah sehingga kemampuan bisa berkembang.
Individu yang memiliki ciri learning goal orientation akan cenderung menyukai
tugas-tugas yang memungkinkan adanya pengembangan keahlian dan kemampuan.
Individu dengan learning goal orientation yang tinggi akan melihat kegagalan
sebagai masukan dan informasi yang penting bagi dirinya (Button, et. al. 1996).
2.2.4 Faktor-faktor Learning Goal Orientation
Menurut Button, et. al. (1996) dalam Subroto (2018), indikator yang dapat
mencerminkan learning goal orientation antara lain:
a. Kesempatan untuk melakukan pekerjaan yang menantang merupakan hal
penting. Hal ini sejalan dengan kesempatan untuk bekerja pada situasi yang
menantang.
b. Usaha yang lebih keras ketika mengalami kegagalan dalam pekerjaan. Hal ini
berkaitan dengan keinginan individu untuk bekerja lebih dari sekedar
penyelesaian tugas, tetapi juga pembelajaran saat megalami kegagalan.
c. Ketertarikan mengerjakan dan belajar hal baru. Hal ini berkaitan dengan
keinginan individu untuk melakukan pekerjaan yang baru dan menyukai
belajar hal baru.
16
d. Kesempatan untuk belajar hal baru merupakan hal penting. Hal ini berkaitan
dengan individu yang mampu memperhitungkan dimana kesempatan untuk
belajar hal baru terbuka lebar bagi dirinya.
e. Upaya untuk melakukan yang terbaik ketika mengerjakan hal yang sulit. Hal
ini menjelaskan bahwa individu akan melakukan segala hal ketika
mengerjakan pekerjaan yang sulit bagi dirinya.
f. Usaha untuk memperbaiki performa di masa lalu. Hal ini berkaitan dengan
perilaku individu untuk terus menerus berusaha untuk memperbaiki performa
dirinya.
g. Kesempatan untuk memperluas kemampuan merupakan hal penting. Hal ini
berkaitan dengan pentingnya organisasi menyediakan kesempatan yang luas
bagi indivisu untuk belajar.
h. Usaha dalam mencoba pendekatan yang berbeda ketika mengalami kegagalan.
Hal ini menjelaskan tentang kegigihan usaha yang dilakukan individu untuk
emncoba berbagai cara saat mengalami kegagalan.
i. Capaian pada beberapa pekerjaan yang diinginkan. Hal ini menunjukkan
individu banyak mendapatkan aa yang mereka inginkan pada beberapa
pekerjaan yang disediakan oleh organisasi.
j. Kinerja meningkat seiring dengan apa yang dilakukan terhadap organisasi. Hal
ini berarti kinerja pada tugas/pekerjaan yang dikerjakan individu meningkat
seiring dengan kontribusi yang diberikan terhadap organisasi.
2.3 Organizational Learning Culture
Organizational learning dan learning organization memiliki arti yang berbeda
bagi sebagian orang, akan tetapi dalam penelitian ini penulis dalam mendefinisikan
organizational learning culture menggunakan konsep learning organization yang
dikembangkan oleh Watkins dan Marsick (2003) yakni organisasi yang belajar secara
terus menerus melakukan perbaikan dan untuk mengubah dirinya. Dalam hal ini
sebuah organisasi yang anggotanya terus menerus belajar memperbaiki dirinya akan
berdampak positif terhadap organisasinya. Organizational learning culture
merupakan jenis budaya organisasi yang mengintegrasikan pembelajaran organisasi
dalam hal ini yang dimaksud adalah mendukung perolehan informasi,
17
mendistribusi, dan berbagi pembelajaran, serta memperkuat dan mendukung
pembelajaran berkelanjutan dan penerapannya pada peningkatan organisasi (Bates
dan Khasawneh, 2005). Organizational learning culture adalah budaya dimana
pembelajaran, pemberdayaan, system yang tertanam dan sarana sharing dialog
secara terus menerus penting dilakukan untuk mendapatkan nilai kolektif
(Confessore dan Kops, 1998). Organizational learning culture memungkinkan
karyawan untuk terus melakukan pembelajaran dan menyediakan lingkungan di
mana nilai dan makna kolektif telah diciptakan (Confessore dan Kops, 1998).
Organizational learning culture adalah budaya organisasi yang mengintegrasikan
pembelajaran dalam pekerjaan yang dilakukan tidak hanya untuk mendukung
pembelajaran terus menerus namun juga dalam penerapannya demi meningkatkan
kualitas organisasi (Pantaouvakis dan Bouranta, 2013) dalam Subroto (2018).
Beberapa dampak positif dariorganizational learning culture antara lain adalah
dapat meningkatkan kepuasan kerja komitmen (Pantouvakis dan Bouranta, 2013;
Chang dan Lee, 2007), perilaku kewargaan organisasi (Islamet. al., 2014), dan
organisasional (Islamet. al., 2013). Menurut Gavin (1993) organizational learning
culture merupakan salah satu komponen eksternal yang dapat meningkatkan
kepuasan karier. Sehingga, kemajuan dan perkembangan peluang dalam
pencapaian kepuasan karier dapat dicapai apabila perusahaan memberikan
peluang kepada karyawan (Garvin, 1993).
Menurut Rabelo dan Gomes (2010) organizational learning culture adalah
dimana organisasi melalui budaya mempromosikan dan nilai pembelajaran individual
dengan tujuan pembelajaran yang baik ini, melalui proses sharing, berubah menjadi
kelompok belajar dalam organization learning dan dengan demikian seorang
karyawan dapat berkontribusi dalam kesuksesan organisasi. Dalam penelitian ini,
peneliti menggunakan teori yang dikembangkan oleh Watkins dan Marsick (2003)
yang mengungkapkan bahwa organization learning culture adalah organisasi yang
secara terus menerus melakukan perbaikan dan untuk mengubah dirinya. Dalam hal
ini sebuah organisasi yang anggotanya terus menerus belajar dan memperbaiki
dirinya akan berdampak positif terhadap organisasinya.
2.3.1 Dimensi-dimensi Organizational Learning Culture
18
Watkins dan Marsick (1997) mengemukakan sebuah kerangka yang dapat
mengidentifikasikan tujuh tindakan imperative untuk sebuah pembelajaran
organisasi, yaitu:
a. Continous learning
Upaya organisasi untuk menciptakan kesempatan belajar secara kontinyu
untuk seluruh anggota organisasi. Dalam hal ini seluruh anggota organisasi
mendapatkan kesempatan yang sama untuk melakukan belajar secara
kontinyu untuk meningkatkan kapasitas kemampuannya dalam bekerja.
b. Inquiry and dialogue
Hal ini merupakan upaya organisasi dalam menciptakan budaya Tanya jawab
(questioning), memberikan umpan balik (feed back), serta melakukan
eksperimen. Dalam hal ini organisasi dapat menimbulkan kebiasaan-
kebiasaan kepada anggota organisasinya untuk melakukan Tanya jawab
apabila mengalami kesulitan, selain itu organisasi untuk evaluasi. Anggota
organisasi memiliki kemampuan pemikiran yang produktif untuk
mengekspresikan cara pandangnya, menanyakan dan mendengarkan cara
pandang orang lain. Anggota organisasi juga diberikan kebebasan dalam
melakukan percobaan yang berkaitan dengan pekerjaannya.
c. Team learning
Hal ini menggambarkan semangat bekerja sama dan kemampuan bekerja
sama yang mendasari efektivitas dalam penggunaan kelompok. Dalam hal
ini membangun kerjasama di dalam kelompok secara maksimal dapat
memberikan kinerja yang maksimal juga. Apabila kelompok benar dalam
belajar, maka hasilnya bukan hanya hasil kelompok tetapi masing-masing
individu berkembang lebih cepat.
d. Embedded system
Hal ini menunjukkan upaya organisasi untuk membentuk system untuk
menerima dan berbagi pembelajaran dan pengetahuan, sehingga mereka
dapat terus maju dan berkembang kompetitif. System untuk berbagi
pembelajaran mencakup seluruh aspek organisasi termasuk struktur,
prosedur, dan strategi.
19
e. Empowerment
Hal ini menunjukkan upaya organisasi untuk menciptakan dan berbagi visi
bersama dan mendapatkan umpan balik dari anggotanya mengenai
kesenjangan antara visi saat ini dengan visi yang baru. Dalam hal ini
anggota organisasi terlibat dalam pengaturan dan pelaksanaan visi
bersama. Organisasi memberikan tanggung jawab kepada anggotanya agar
mereka termotivasi untuk belajar dan dapat mempertanggungjawabkan
atas apa yang mereka lakukan.
f. System connection
Hal ini menggambarkan pemikiran global dan tindakan untuk
menghubungkan organisasi dengan lingkungan internal dan eksternal
organisasi. Anggota organisasi memahami keseluruhan lingkungan dan
menggunakan informasi untuk mengatur praktik pekerjaan.
g. Strategic leadership
Hal ini menunjukkan sejauh mana pemimpin dalam berpikir secara
strategis mengenai bagaimana menggunakan pembelajaran untuk membuat
perubahan serta menggerakan organisasi ke arah yang baru. Dalam hal ini
pemimpin memberikan fasilitas kepada anggota organisasinya untuk
melakukan pembelajaran untuk mencapai tujuan yang diharapkan.
2.4 Kepuasan Karier
2.4.1 Pengertian Karier
Karier merupakan jabatan atau pangkat yang diperoleh seseorang selama
bekerja. Sedangkan jenjang karieradalah tingkatan jabatan atau kepangkatan yang
ada di suatu perusahaan (Kasmir, 2016). Karierjuga berarti serangkaian kegiatan
kerja yang saling berkaitan, berkesinambungan, memberikan ketentraman serta
arti hidup bagi seseorang yang bukan selalu berarti sebagai profesi yang
spesifik(Flippo, 1985). Berdasarkan penjelasan tersebut maka dapat dikatakan
bahwa karier adalah jalan kehidupan pekerjaan seseorang karyawan selama
hidupnya bekerja.
Karier seseorang dapat naik, tetap atau bahkan turun, dalam beberapa periode.
Biasanya, kenaikan jabatan akan diikuti dengan kenaikan kepangkatan. Namun,
20
kenaikan kepangkatan tidak selalu diimbangi dengan kenaikan jabatan. Hal
tersebut juga dapat dikatakan bahwa seorang karyawan dapat saja hanya naik
salah satu jabatan atau kepangkatan atau keduanya. Kenaikan tersebut biasa
disebut dengan promosi. Hal tersebut juga dapat berlaku kebalikannya. Penurunan
jabatan atau kedudukan disebut dengan demosi. Karier seseorang dapat juga
terjadi tetap di level yang sama, dalam beberapa periode atau dipindahkan pada
jabatan yang sama. Karier semacam ini disebut dengan rotasi (Kasmir, 2016).
2.4.2 Kepuasan Karier (Career Satisfaction)
Career satisfaction merupakan evaluasi yang dilakukan seseorang mengenai
perkembangan kariernya, prestasi, dan hasil yang diharapkan, relative terhadap
target dan aspirasi karyawan sendiri (Seibert dan Kraimer, 2001). Kesuksesan
karier dapat juga diartikan sebagai outcome dari kerja serta perasaan psikologis
yang baik, yang terakumulasi sebagai hasil dari pengalaman kerja seseorang.
Penelitian tentang karier yang masih tradisional hanya menilai kesuksesan karier
melalui indicator penilaian yang objektif. Dalam indicator penilaian objektif,
kesuksesan karier diukur melalui promosi, peringkat, dan retensi (Hall dan
Chandler, 2005).
Penguuran secara objektif ini sedikit demi sedikit mulai ditinggalkan karena
seseorang juga melakukan penilaian secara subjektif mengenai kesuksesan
kariernya. Seseorang menilai kesuksesan kariernya melalui beberapa indicator,
yaitu pengembangan keahlian baru, keseimbangan antara kehidupan dan
pekerjaannya, tantangan serta tujuannya (Gattiker, 1988). Hall (2002)
menambahkan bahwa ketika seseorang telah mencapai kesuksesan karier secara
obyektif tidak berarti karyawan merasa puas dengan kariernya. Oleh sebab itu,
saat ini banyak perusahaan yang lebih berkonsentrasi pada pengembangan karier
yang sifatnya personal bagi karyawannya.
21
Adapun pendapat lain menyatakan bahwa kesuksesan karier secara subjektif
merupakan kesuksesan karier yang tidak dapat diukur secara obyektif (Nabi,
2003). “Kesuksesan karier secara subyektif dapat diartikan sebagai perasaan yang
dimiliki oleh seseorang pegawai mengenai kariernya, seperti persepsi pencapaian
karier dan prospek masa depan kariernya” (Aryee et. al. 1994). Karyawan yang
memperoleh kesuksesan berkarier secara subyektif akan merasa lebih sukses
dalam kariernya walaupun sebenarnya tidak mencapai standar-standar kesuksesan
karier yang dapat diukur secara obyektif.
“Perubahan yang focus terhadap kesuksesan karier secara subyektif merupakan
bentuk kriteria kesuksesan secara internal, hal ini konsisten dengan suatu konteks di
mana para karyawan diharapkan untuk dapat mengatur karier karyawan sendiri
daripda tergantung pada arahan organisasi” (Hall et. al. 1995). Subjektif career
success dalam operasionalnya disamakan dengan kepuasan kerja atau kepuasan karier
(Heslin, 2005). Namun, studisebelumnya telah menjelaskan bahwa kepuasan kerja
masih dirasa kurang untuk menjelaskan kesuksesan karier, maka dari itu career
satisfaction lebih menyerupai subjective career success karena di dalamnya
menggambarkan hasil-hasil yang lebih luas, seperti sense of purpose dan work-life
balance (Heslin, 2005). Pendapat lain mendukung pernyataan tersebut menyatakan
bahwa kesuksesan karier secara subjektif juga dapat diukur melalui persepsi pegawai
tentang kesuksesan karier dan kepuasan karier (Rambe, 2005).
2.4.2.1 Faktor-faktor Kepuasan Karier (Career Satisfaction)
Berikut merupakan faktor-faktor kepuasan karier (career satisfaction) yang
diungkapkan oleh Greenhaus et. al., (1990), dimana dalam pengukurannya
mendeskripsikan penilaian:
a. Tingkat kepuasan atas karier yang telah dicapai, faktor ini menggambarkan
bahwa karyawan memiliki kriteria mengenai karier yang ingin dicapai.
Karyawan merasakan kepuasan apabila kriteria-kriteria yang ditetapkan dalam
kariernya telah dicapai.
b. Tingkat kepuasan atas tujuan karier yang diperoleh, faktor ini menggambarkan
bahwa karyawan memiliki tujuan yang ingin dicapai dalam perjalanan
22
kariernya. Karyawan akan merasa puas jika tujuan karier yang telah ditetapkan
telah tercapai.
c. Tingkat kepuasan atas jabatan atau kenaikan pangkat yang diperoleh sesuai
dengan karier, faktor ini menggambarkan bahwa karyawan memiliki target
kenaikan jabatan atau pangkat untuk dicapai sesuai jenjang karier untuk
kedepannya. Karyawan akan merasa puas apabila telah mencapai kenaikan
pangkat atau jabatan sesuai yang direncanakan.
d. Tingkat kepuasan atas pendapatan atau gaji yang diperoleh sesuai dengan
karier, faktor ini menggambarkan bahwa karyawan memiliki target
pendapatan atau gaji yang ingin dicapai pada tingkat karier tertentu. Karyawan
akan merasa puas ketika pendapatan atau gaji yang diterima sesuai dengan
pencapaian kariernya atau karier yang sedang dijalani.
e. Tingkat kepuasan atau pengembangan keterampilan yang diberikan oleh
instansi, faktor ini menggambarkan bahwa karyawan akan merasa puas ketika
terdapat peningkatan keterampilan dan kompetensi yang dirasakan melalui
program pelatihan dan pengembangan yang diberikan oleh organisasi atau
perusahaan.
Merujuk kepada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Greenhaus et.
al., (1990), career satisfaction dapat diukur dengan lima dimensi, yaitu:
a. The success they will achieve, merupakan bentuk dari kesuksesan yang akan
dicapai sehinga akan berdampak pula terhadap kepuasan karierkaryawan atau
individu terkait.
b. The progress they will make toward career goals, merpakan perkembangan
yang dibuat oleh karyawan untuk pencapaian tujuan karier. Perkembangan
positif yang dihasilkan oleh individu tersebut akan membantu pencapaian
tujuan karier sehingga berdampak pada kepuasan kariernya.
c. The income they will earn, merupakan sebuah pendapatan yang didapat dan
akan memunculkan motivasi serta kepuasan tersendiri bagi individu terkait.
d. The advancement opportunities they will have, merupakan sebuah peluang
kemajuan yang didapat oleh individu. Karyawan yang mencapai kepuasan
karier maka akan sering mendapatkan peluang untuk kemajuan diri.
23
e. The opportunities they will have to develop new skill, merupakan peluang
yang akan diperoleh untuk mengembangkan keterampilan baru. Kesempatan
yang diberikan kepada individu untuk mengembangkan keterampilan akan
berpengaruh terhadap kepuasan kariernya.
2.5 Organizational Commitment
Menurut Robbins (1996), komitmen organisasi merupakan tingkatan seorang
karyawan memihak suatu organisasi tertentu dan tujuan-tujuannya, dan berniat
untuk mempertahankan keanggotaan dalam organisasi. Penelitian ini
menggunakan tiga dimensi komitmen organisasi, yaitu komitmen organisasi
afektik, berkelanjutan, dan normatif.Organizational commitment penting
ditumbuhkan kepada karyawan. Namun, pencapaian organizational commitment
tentunya akan melalui serangkaian proses yang panjang.
Komitmen yang kuat dapat berpengaruh pada loyalitas yang kuat. Hal tersebut
sejalan dengan pendapat Weiner (1982) bahwa organizational Commitment
mencerminkan kegigihan seseorang dalam melakukan pengorbanan demi
kebaikan organisasi. Karyawan yang memiliki komitmen yang tinggi akan
memiliki kinerja yang optimal dengan loyalitas yang tinggi (Aulia, 2013).
Meyer & Allen pada tahun 1987 mengembangkan model komitmen
organisasional yang terdiri dari tiga skema pendekatan yang masing-masing
dinamai dengan komitmen afektif, komitmen berkelanjutan dan komitmen
normatif. Karyawan dengan komitmen afektif yang kuat akan tinggal di organisasi
karena keinginan, karyawan dengan komitmen berkelanjutan yang kuat akan
tinggal di organisasi karena kebutuhan, sedangkan karyawan dengan komitmen
normatif yang kuat akan tinggal di organisasi karena keharusan. Berdasarkan
pemaparan tentang komitmen organisasional tersebut, penelitian ini menggunakan
tiga komponen komitmen organisasional yang dikemukanan oleh Allen & Meyer
(1990) yaitu komitmen afektif, komitmen normatif, dan komitmen berkelanjutan.
a. Komitmen Afektif
(Allen, 2004) menyatakan bahwa komitmen afektif berkaitan erat dengan
hubungan emosional anggota terhadap organisasinya, identifikasi dengan
organisasi dan keterlibatan anggota dengan kegiatan di organisasi. Terdapat enam
24
skala pengukuran dalam komitmen afektif (Affective Commitment Scale) dari
Mayer, Allen & Smith (1993) dalam Meyer & Allen (2004:13) yang terdiri atas:
1) I would very happy to spend the rest of my career with this organization.
(Saya senang menghabiskan sisa karier saya di organisasi ini).
2) I really feel as if this organization’s problems are my own. (Saya merasa
bahwa masalah organisasi adalah masalah saya juga).
3) I do not feel a strong sense of “belonging” to my organization. (Saya tidak
mempunyai rasa memiliki yang kuat terhadap organisasi dimana saya bekerja).
4) I do not feel “emotionally attached” to this organization. (Saya tidak merasa
terikat secara emosional terhadap organisasi ini).
5) I do not feel like “part of the family” at my organization. (Saya tidak merasa
seperti bagian dari keluarga di organisasi tempat saya bekerja).
6) This organization has a great deal of personal meaning for me. (Organisasi ini
memiliki arti yang sangat penting bagi saya pribadi).
b. Komitmen Normatif
Komitmen normative berarti perasaan adanya kewajiban pada organisasi
(Meyer & Allen, 1991). Hal tersebut sejalan dengan pernyataan dari Wiener
dalam Tett & Meyer (1993) yaitu tentang adanya komitmen normatif yang
menunjukkan keinginan untuk tetap tinggal pada organisasi karena adanya
kewajiban moral. Komitmen normatif merupakan perasaan pegawai tentang
kewajiban yang harus dilakukan untuk organisasi, dan tindakan tersebut
merupakan hal yang seharusnya dilakukan. Terdapat enam skala pengukuran
dalam komitmen normatif (Normative Commitment Scale) dari Mayer, Allen
& Smith (1993) dalam Meyer & Allen (2004:13) yang terdiri atas:
1) I do not feel any obligation to remain with my current employer. (Saya tidak
merasa masih memiliki kewajiban apapun dengan atasan saya saat ini).
2) Even if it were to my adventage, I do not feel it would be right to leave my
organization now. (Bahkan jika itu adalah keuntungan bagi saya, saya tidak
merasa benar untuk meninggalkan organisasi saya sekarang).
3) I would feel guilty if I left my organization now. (Saya akan merasa bersalah
jika saya meninggalkan organisasi ini sekarang).
25
4) This organization deserves my loyalty. (Organisasi ini layak untuk
mendapatkan kesetiaan saya).
5) I would not leave my organization right now because I have a sense of
obligation to the people in it. (Saya tidak akan meninggalkan organisasi saya
sekarang karena saya merasa ada kewajiban kepada orang-orang di dalamnya).
6) I owe a great deal to my organization. (Saya berhutang besar terhadap
organisasi saya).
c. Komitmen Berkelanjutan
Komitmen berkelanjutan diartikan sebagai perasaan berat untuk
meninggalkan organisasi dan penghargaan yang berkenaan dengan pertisipasi
di dalam organisasi. Terdapat enam skala pengukuran dalam komitmen
berkelanjutan (Continuance Commitment Scale) dari Mayer, Allen & Smith
(1993) dalam Meyer & Allen (2004:13) yang terdiri atas:
1) Right now, staying with my organization is a metter of necessity as much as
desire. (Saat ini, bekerja dengan organisasi saya merupakan kebutuhan
sekaligus keinginan saya).
2) It would be very hard for me to leave my organization right now, even if I
wanted to. (Akan sangat sulit bagi saya untuk meninggalkan perusahaan
sekarang meskipun saya menginginkannya).
3) Too much of my life would be distrupted if I decided I wanted to leave my
organization right now. (Kehidupan saya akan sangat kacau apabila saya
memutuskan untuk meninggalkan organisasi sekarang).
4) I feel that I have too few options to consider leaving this organization. (Saya
merasa tidak memiliki banyak alasan yang harus dipertimbangkan untuk
meninggalkan organisasi).
5) If I had not already put so much of myself into this organization, I might
consider working elsewhere. (Jika saya belum sepenuhnya mendedikasikan
diri pada organisasi, mungkin saya akan mempertimbangkan untuk bekerja di
lain tempat).
26
6) One of the few negative consequences of leaving this organizationwould be the
scarcity of available alternatives. (Salah satu akibat negative meninggalkan
perusahaan adalah jarangnya alternative pekerjaan yang tersedia).
27
2.6 Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu sangat penting sebagai dasar penyusunan penelitian ini. Kegunaannya adalah untuk mengetahui hasil yang telah
dilakukan oleh peneliti terdahulu. Berikut adalah beberapa penelitian yang dilakukan oleh peneliti lain dan yang memiliki kemiripan
dengan topik yang akan diangkat oleh peneliti.
Tabel 2. 2 Penelitian Terdahulu
No Judul Peneliti & Tahun Metode Hasil Penelitian
1 Work, personal and cultural Inocencia María Hierarchical - Komitmen organisasi, tingkat pendapatan, kesesuaian
factors in engineers’ Martínez-Leóna, regression analysis pekerjaan, dan keseimbangan kehidupan kerja dapat
management of their career Isabel Olmedo- mendukung budaya serta berdampak pada peningkatan
satisfaction Cifuentesa, dan kepuasan karier insinyur.
Camino Ramón- - Komitmen organisasi adalah hal terpenting.
Llorensb (2018) - Tingkat pendapatan dan kesesuaian pekerjaan merupakan
faktor terpenting kedua dalam menentukan kepuasan karier
laki-laki dan perempuan.
28
No Judul Peneliti & Tahun Metode Hasil Penelitian
2 Career satisfaction, Baek-Kyoo (Brian) Hierarchical multiple - Kepuasan karier dapat diprediksi oleh organizational
organizational commitment, and Joo dan Sunyoung regression analysis learning culture dan performance goal orientation
turnover intention: the effect of Park - Organizational learning culture, development feedback, dan
goal orientation, organizational learning goal dapat menjadi predictor signifikan terhadap
learning culture and organizational commitment
development feedback - Organizational learning culture, career satisfaction, dan
organizational commitment dapat mempengaruhi tingkat
turnover intention karyawan
3 Learning Organizational Culture, Norashikin Hussein, Analisis Regresi - Hasil statistik diperoleh dari40 akademisi menunjukkan
Organizational Performance, and Safiah Omar, Fauziah menggunakan SPSS hubungan positif yang signifikan antara semua variabel.
Organizational Innovativeness in Noorodin, dan - Pembelajaran berkelanjutan ditemukan sebagai yang
a public institution of higher Noormala Amir Ishak tertinggimberkorelasi dengan kinerja organisasi sementara
education in Malaysia: A kolaborasi dan pembelajaran tim ditemukan sangat terkait
Preliminary Study denganinovasi organisasi.
No Judul Peneliti & Tahun Metode Hasil Penelitian
29
4 Structural equation model to Ardharn SEM - Hasil penelitian menunjukkan bahwa organisasi
assess the impact of learning Khunsoonthornkit pembelajaran memiliki efek langsungpada komitmen dan
organization and commitment on dan Vinai kinerja organisasi.
the performance of research Panjakajornsak - Komitmen itu tidak langsungberpengaruh pada kinerja
organizations organisasi
- Berdasarkan hasil ini; ilmiah, dan teknologidan kebijakan
dan perencanaan pengembangan harus mempertimbangkan
penerapan organisasi pembelajaran di Indonesiaorganisasi
penelitian.
5. Perbedaan Komitmen Organisasi Putri Ayu Rizki dan One way anova - Komitmen organisasi perempuan lebih tinggi daripada laki-
Ditinjau dari Gender Karyawan Rahmi Lubis (2013) laki.
PT Indomarco Prismat Medan
30
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Variabel Operasional
3.1.1 Variabel
Variabel merupakan segala sesuatu yang dapat dijadikan objek dalam sebuah
penelitian. Penelitian ini menggunakan tiga variabel, yaitu Goal Orientation,
Organizational Learning Culture, Career Satisfaction, dan Organizational
Commitmentpada karyawan organik PT Berlian Jasa Terminal Indonesia.
3.1.2 Definisi Variabel Operasional
Definisi variable operasional merupakan tahapan dalam mengukur sebuah
konsep agar dapat diketahui baik dan buruknya pengukuran tersebut. Adapun
pengukuran operasional dalam penelitian ini yang disediakan dalam tabulasi
sebagai berikut:
Tabel 3 1 Tabulasi Definisi Operasional Variabel
No. Variabel Definisi Indikator
1. Goal Orientation Cara karyawan di PT BJTI
mengimplementasikan dan
merespon situasi/kejadian
yang dihadapinya.
a. Performance goal Sikap karyawan PT BJTI 1. Pilihan individu untuk
orientation (X1) yang menunjukkan melakukan hal-hal yang
keterterikan dengan bisa dilakukan dengan
kompetisi, menunjukkan baik
kompetensinya, dan
pencapaiannya kepada
karyawan lain.
2. Perasaan positif dalam
melakukan tugas agar
tidak melakukan atau
membuat kesalahan
31
No. Variabel Definisi Indikator
3. Kenikmatan yang
dirasakan individu saat
melakukan tugas
dengan baik
4. Pentingnya pendapat
orang lain tentang
seberapa baik individu
tersebut
5. Merasa lebih baik
dalam hal pengerjaan
tugas dibandingkan
orang lain ketika
melakukan pekerjaan
tanpa melakukan
kesalahan
6. Keyakinan melakukan
pekerjaan dengan baik
tanpa melakukan
percobaan terlebih
dahulu
7. Kesukaan terhadap
pekerjaan yang sama
yang telah dilakukan
secara baik dimasa lalu
8. Perasaan pintar saat bisa
melakukan sesuatu
dengan lebih baik
dibandingkan orang lain
9. Kepuasan ketika orang
lain mengenali
prestasiindividu
32
No. Variabel Definisi Indikator
10. Upaya untuk
mengesankan orang lain
dengan pekerjaan yang
dilakukan dengan baik
merupakan sesuatu
yang penting.
(Button et. al., 1996)
b. Learning goal Sikap karyawan PT BJTI 1. Kesempatan untuk
orientation (X2) pada peningkatan kompetensi melakukan pekerjaan
belajar dengan tugas mereka, yang menantang
serta suka mencari tantangan merupakan hal penting
dan bertahan dalam kasus
kegagalan.
2. Usaha yang lebih keras
ketika mengalami
kegagalan dalam
pekerjaan
3. Ketertarikan
mengerjakan dan
belajar hal baru
4. Kesempatan untuk
belajar hal baru
merupakan hal penting
5. Upaya untuk melakukan
yang terbaik ketika
mengerjakan hal yang
sulit
6. Usaha untuk
memperbaiki performa
di masa lalu
7. Kesempatan untuk
memperluas
kemampuan merupakan
hal penting
33
No. Variabel Definisi Indikator
8. Usaha dalam mencoba
pendekatan yang
berbeda ketika
mengalami kegagalan
9. Capaian pada beberapa
pekerjaan yang
diinginkan
10. Kinerja meningkat
seiring dengan apa yang
dilakukan terhadap
organisasi.
(Button et. al., 1996)
2. Organizational learning Budaya belajar dalam 1. Memberikan
culture (X3) organisasi yang diterapkan pembelajaran yang
oleh PT BJTI untuk berkelanjutan
mendukung perolehan
informasi, mendistribusikan,
serta berbagi pembelajaran
untuk memperkuat dan
mendukung pembelajaran
untuk memperkuat dan
meningkatkan kualitas
organisasi.
2. Mengajak berdialog
3. Mendorong kolaborasi
dan pembelajaran dalam
tim
4. Membangun system
untuk menangkap dan
berbagi pembelajaran
5. Memberdayakan
karyawan untuk berbagi
nilai dan visi yang
sama.
No. Variabel Definisi Indikator
34
6. Mencimpatan hubungan
antara lingkungan dan
organisasi
7. Menggunakan
pemimpin yang mampu
membentuk dan
mendukung
pembelajaran pada level
individu, tim, dan
organisasi
(Watkins dan Marsick,
1997).
3. Career Satisfaction (Y1) Ketercapaian karier yang 1. Pernyataan responden
dirasakan oleh karyawan PT puas atas karier yang
Berlian Jasa Terminal telah dicapai
Indonesia selama bekerja
disana
2. Pernyataan responden
puas atas tujuan karier
yang diperoleh
3. Pernyataan responden
puas atas pendapatan
yang diperoleh sesuai
dengan hasil kerja
4. Pernyataan responden
yang puas atas
pendapatan atau gaji yang
diperoleh sesuai dengan
karier yang sedang
dijalani
5. Pernyataan responden
puas atas pengembangan
keterampilan atau
kompetensi yang
diberikan.
(Greenhaus, et. al., 1990)
35
No. Variabel Definisi Indikator
4. Organizational Komitmen yang dirasakan 1. Komitmen Afektif,
Commitment (Y2) karyawan PT Berlian Jasa karyawan merasa sangat
Terminal Indonesia untuk terlibat dalam organisasi
tetap mempertahankan sehingga memiliki
keanggotaannya dalam hubungan emotional
organisasi dan bersedia terhadap anggota
melakukan usaha yang tinggi organisasi.
untuk pencapaian organisasi.
2. Komitmen Normatif,
karyawan memiliki
perasaan untuk tetap
tinggal pada organisasi
tersebut karena merasa
memiliki kewajiban
moral.
3. Komitmen
Berkelanjutan,
karyawan merasa jika
meninggalkan organisasi
yang saat ini, maka akan
kehilangan posisi yang
strategis sehingga
merasa berat untuk
meninggalkan organisasi
(Meyer & Allen, 2004)
Sumber: Data diolah 2018
3.2 Kerangka Berpikir
Kerangka pemikiran teoritis merupakan konsep awal yang menjadi acuan dalam
sebuah penelitian. Kerangka pemikiran teoritis memiliki dasar dari sumber penelitian
terdahulu yang relevan dan mendukung pelaksanaan sebuah penelitian yang ingin
dilakukan. Penelitian ini pengaruh Goal Orientation dan Organizational Learning
Culture terhadap Career Satisfaction dan Organizational Commitment.
36
Gambar 3. 1 Kerangka Berpikir Penelitian
37
3.3 Hubungan antar Variabel dan Hipotesis
3.3.1 Hubungan antara Performance Goal Orientation dengan Career
Satisfaction
Menurut(Dweck & Leggett, 1988), individu yang memiliki performance goal
orientation tinggi cenderung untuk menunjukkan kompetensi yang mereka miliki
kepada orang lain melalui kinerja mereka saat itu. Individu yang mempunyai
performance goal orientation berkeyakinan bahwa kemampuan adalah tetap, tidak
terekndali, dan merupakan atribut pribadi, serta harus ada usaha ekstra untuk
menunjukkan kemampuannya(Bell & Kozlowski, 2002).
Career satisfaction adalah kepuasan yang didapat seseorang dari aspek
intrinsic dan ekstrinsik kariernya, termasuk upah, kemajuan, dan kesempatan
untuk berkembangan (Greenhaus, et al., 1990). Dalam hal ini, tingkat kepuasan
pengembangan keterampilan diberikan oleh instansi atau organisai agar
kompetensi yang dimiliki oleh karyawan meningkat, juga menjadi faktor
mempengaruhi kepuasan karier. Saat manager menyediakan tugas atau pekerjaan
yang sesuai untuk memperkuat orientasi sasaran kinerja, maka karyawan akan
menunjukkan hasil terbaik dari apa yang dikerjakan sehingga dapat menjadi
peluang untuk meningkatkan kariernya.
Hasil terbaik dari pekerjaan yang dilakukan karyawan dengan performance
goal orientation sangat mempengaruhi perasaan dan kepercayaan diri mereka,
sehingga mereka cenderung memiliki kondisi psikologis yang positif ketika
mamppu membuktikan kemampuan terbaiknya baik dalam penerjaan tugas yang
diberikan, maupun proses perjalanan kariernya. Sehingga berdasarkan beberapa
penjelasan tersebut maka diperoleh hipotesis:
H1a: Terdapat pengaruhperformance goal orientationterhadapcareer satisfaction
pada karyawan organik laki-lakidi PT Berlian Jasa Terminal Indonesia.
H1b: Terdapat pengaruhperformance goal orientation terhadap career satisfaction
pada karyawan organik perempuan di PT Berlian Jasa Terminal Indonesia.
38
3.3.2 Hubungan antara Performance Goal Orientation dengan Organizational
Commitment
Individu yang memiliki peranan penting dalam suatu organisi maka akan
berkomitmen terhadap organisasi tersebut karena telah berperan dalam pencapaian
kariernya (Luthans, 2015). Individu yang secara terus menerus menunjukkan
kemampuan terhadap orang lain disebut dengan individu dengan performance
goal orientation, yang mana akan berjuang lebih keras agar organisasi dapat
memperhankan dirinya. Sikap tersebut merujuk pada komitmen afektif pada
organizational commitmen (Robbins, 2001).(Allen, 2004)menyatakan bahwa
komitmen afektif berkaitan erat dengan hubungan emosional anggota terhadap
organisasinya, identifikasi dengan organisasi dan keterlibatan anggota dengan
kegiatan di organisasi.
Sehingga, apabila perusahaan dapat memenuhi kebutuhan serta impian
karyawan, karyawan akan tertarik dan dapat menjadi professional terbaik di
perusahaan tersebut dan dapat dijadikan asset perusahaan. Hal itu juga berdampak
pada produktivitas dan kinerja karyawan (Igbaria, 1991; Inocencia et. al. 2018),
serta dapat meningkatkan omset perusahaan (Laschinger, 2012; Inocencia et. al.
2018). Sehingga, karyawan dapat menjadi sumber keuntungan kompetitif (Aryee,
1994). Sehingga berdasarkan beberapa penjelasan tersebut maka diperoleh
hipotesis:
H2a: Terdapat pengaruhperformance goal orientationterhadaporganizational
commitmentpada karyawan organik laki-lakidi PT Berlian Jasa Terminal Indonesia.
H2b: Terdapat pengaruhperformance goal orientation terhadap organizational
commitmentpada karyawan organik perempuan di PT Berlian Jasa Terminal
Indonesia.
3.3.3 Hubungan antara Learning Goal Orientation dengan Career Satisfaction
Hal ini m