53

Click here to load reader

Media Pharma Indonesia 2011

Embed Size (px)

DESCRIPTION

 

Citation preview

Page 1: Media Pharma Indonesia 2011

Pene

rbita

n M

edia

PHA

RMA

INDO

NES

IA d

ided

ikas

ikan

unt

uk B

idan

g Fa

rmas

i Ind

ones

ia.

MEDIA PHARMA INDONESIA - TAHUN KE 05 - EDISI 02/2011

Jl. Tanah Abang II No.37, Jakarta 10160, Indonesia Phone (62-21) 3508981, Fax (62-21) 3861847PT. TIGAKA DISTRINDO PERKASA

Call us for friendly advise

PharmaME

DIA

PH

AR

MA

InD

on

EsI

A

new Platform*new Energy

MED

IA P

HARM

A IN

DONE

SIA

- TAH

UN 0

5 - E

DISI

02/

2011

[email protected]

PHARMA EconoMy AnD businEss MEDiA

National Goal for

Public Health

LocAL issuE

Patent will Disappear

Brands can last forever

GLobAL issuE

Mengawal Projek

SwitchingRx to OTC

Di Indonesia

ExcLusivE intERviEw

DR biAntoRo wAnAnDi

A healthy perspective'

otc Products:

Media Partner of

29 SeP-2 OcT 2011 JAkArTA INTerNATIONAl exPO

kemAyOrAN JAkArTA

IPEXi n d o n e s i aPharMaceutical eXPo

Page 2: Media Pharma Indonesia 2011
Page 3: Media Pharma Indonesia 2011

11-14oktober2011sHangrilaHotelsurabaya

PharmaNew Platform*New Energy

PHARMA EconoMy AnD businEss MEDiA

tRAnsfoRMAsi usAHA fARMAsi inDonEsiA MEnjADi tuLAnG PunGGunG EkonoMi nAsionAL

14kE tAHun2011

GAbunGAn PERusAHAn fARMAsi inDonEsiA

MunAs'Rek Ayo Rek' SUkSeSkAN

GAbunGAn PERusAHAAnfARMAsi inDonEsiA

Page 4: Media Pharma Indonesia 2011

2 MEDIA PHARMA InDonEsIA

Pembaca,Sebelumnya redaksi meminta maaf lahir batin. Bukan saja untuk moment bulan suci Ramadhan tetapi juga karena beberapa hal yang membuat penerbitan Media Pharma Indonesia menjadi sedikit terkendala. Tetapi syukurlah, semua itu telah berhasil diatasi dengan baik.

Bulan Agustus tentu merupakan simbol dari momen proklamasi kemerdekaan tanah air tercinta. Kemerdekaan Indonesia yang lahir pada 17 Agustus 1945, yang juga jatuh pada 17 Ramadhan sejatinya memiliki nilai intrinsik bisa dipahami sebagai suatu peristiwa kebetulan. Kendati demi-kian juga harus kita yakini sebagai suatu rancangan besar Tuhan YME untuk bangsa Indonesia.

Pembaca, di tengah gonjang-ganjing isu korupsi yang tak kunjung reda dan terpapar terus berita-nya di sebagian besar media masa, sesungguhnya sikap optimis malah makin menguat di hati dan pikiran masyarakat Indonesia, bahwasanya kita akan mampu menyelesaikannya.

Sikap optimis ini tampak pada ulasan edisi kali ini dengan adanya kemajuan ekonomi Indonesia selama semester II tahun 2011. Kemajuan ekonomi itu tentu menjadi sumber motivasi dan semangat untuk memperjuangkan kemajuan sektor farmasi guna meningkatkan daya saing.

Disamping menyoroti isu-isu ekonomi yang berdampak positif pada sektor industri farmasi, redaksi juga mengulas topik hangat, hasil survei yang diungkap oleh lembaga survei Synovate Research pada tahun 2009 lalu mengenai respon publik terhadap obat OTC di 17 negara, dengan melibatkan sebanyak 12.000 responden di negara-negara itu. Survei itu bisa menjadi bahan acuan alternatif bagi pemasar farmasi Indonesia khususnya di sektor obat bebas.

Isu tentang perkembangan di sektor obat bebas ini kami sajikan untuk memberi dorongan industri-industri farmasi lokal dalam upaya meng-goal-kan projek Switching Rx to OTC yang saat ini sedang ditindaklanjuti dalam sebuah white paper oleh GP Farmasi Indonesia untuk maju ke BPOM.

Projek Switching Rx to OTC ini tentu pekerjaan yang kompleks, namun GP Farmasi Indonesia yakin projek ini akan membuka secara luas akses masyarakat Indonesia untuk memperoleh obat yang terjangkau, khususnya obat untuk mengatasi penyakit-penyakit ringan. Projek ini dinilai mampu meminimalisasi anggaran kesehatan pemerintah yang besar dalam program SJSN, dengan alasan bahwa dengan pertumbuhan ekonomi saat ini, sebagian besar masyarakat Indonesia makin mampu membeli obat-obatan ringan OTC dari saku mereka.

Demikian isu-isu disamping isu lainnya yang tersaji pada edisi kali ini. Mudah-mudahan ulasan tersebut lebih memperkaya wawasan bagi para pelaku usaha farmasi, baik secara ekonomi maupun sosial guna membantu masyarakat Indonesia memiliki swa-sembada obat di masa depan.Selamat membaca. Tetap Optimis!

Redaksi

E D i t o R i n s i G H t

Anthony Ch. Sunarjo, MBA Drs. Johannes SetijonoM. Syamsul ArifinDr. Boenyamin Setiawan, PH.D Biantoro WanandiDarojatun SanusiKai Arief Iman Selo Mulya Drs. Jahja SantosoKendrariadi S, MBA Ir. Ferry A Soetikno, MSc, MBA Trianto Kuswita, DR. WDR. Subowo D.T, MBA, PhD

DewAN PAkAr

Direct. 0882 10010 567

Gedung TrigunaJl. Hang lekiu III No 17Telp. (021) 722 8638, 739 5818Faks. (021) 722 8638kebayoran Baru - Jakarta 12120 [email protected]

reDAkSI & [email protected]

Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI)Gabungan Perusahaan Farmasi Indonesia (GPFI)Pharma Material Management Club (PMMC)International Pharmaceutical Manufacturers Group (IPMG)Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia (ISFI) Gabungan Perusahaan Jamu Indonesia (GPJI)

TERIMA KASIH TElAH MEMbERIKAn DuKungAn :

Departemen Kesehatan Republik IndonesiaBadan Pengawas Obat Dan MakananDepartemen Keuangan, Departemen PerdaganganDepertemen PerindustrianKementrian Riset dan Teknologi Badan Koordinasi Penanaman Modal

Pemimpin RedaksiErwin E Ananto

Redaktur EksekutifIwan Setiawan Bunie

Dewan RedaksiErwin E Ananto, Chandra Wisnu Brata, Rendy Eko Purnomo, M Syarif Lubis, Icuk Sugiarto, Achmad Syauqi, Jihan Novitasari

Sekretaris Aprilia Hardiyanti

KontributorDika Amelia Ifani

Ide [email protected]

PharmaNew Platform*New Energy

PHARMA inDustRy, businEss & tEcHnoLoGy MEDiA

Optimisme di Pertengahan Tahun 2011

Page 5: Media Pharma Indonesia 2011

c o n t E n t

8

26

22

terimakasihKepada semua Mitrayang telah mendukung Media Pharma Indonesiayang telah terbit sejak September 2006

Redaksi akan berupaya terus menyampaikan info bisnisseputar kesehatan dan farmasi dengan harapan setiap tulisan yang tersaji dapat memberi kontribusi bagi kemajuan dunia kesehatan dan farmasi di tanah air.

Redaksi Media Pharma Indonesia

Penerbitan MEDIA PHARMA INDONESIA Didedikasikan untuk Kemajuan Bidang Farmasi & Kesehatan Indonesia.

L I P I

BusInEss nEws

ThE CasE15 Biotech's R&D Biggest SpendersOTC products: “A healthy perspective"

BusInEss EConomyThey are falling in love with IndonesiaA lot of homework for Indonesia

InTErVIEwDr Biantoro Wanandi: Mengawal Projek Switching Rx to OTC untuk Indonesia'

LoCaL IssuENational Goal for Public HealthLima Industri Farmasi dengan Pertumbuhan Pendapatan Tertinggi 2010Harga BBO Naik Stagnan Harga Jual Jamu Naik hingga 20%

GLoBaL IssuEPharmerging Market Berkontribusi 28%A Patent will Disappear, Brands can last forever

BusInEss sECTIonPT Cahaya Bumi Cemerlang: Excipient & Coating Systems Solutions

PaCKaGInGThe Role of Color

suPPLy ChaInPenggunaan GS1di Seluruh Dunia

BusInEss DIrECTory

4

812

1820

22

26283132

3436

38

40

42

46

PharmaNew Platform*New Energy

PHARMA inDustRy, businEss & tEcHnoLoGy MEDiA

3MEDIA PHARMA InDonEsIA

18

Page 6: Media Pharma Indonesia 2011

4 MEDIA PHARMA InDonEsIA

John Lechleiter

Mncs farmasi targetkan 30%Pangsa Pasar LokalProdusen farmasi asing (MNCs)di Indonesia yang tergabung di IPMG menargetkan pangsa pasar mereka di Indonesia meningkat sebsar 9% menjadi 30% di 2011 dibandingkan 2010 sebesar 21%. Peningkatan pangsa itu seiring kenaikan permintaan domestik serta peningkatan investasi MNCs di Indonesia.

Luthfi Mardiansyah, Chairman IPMG menjelaskan perusahaan farmasi nasional masih mendo-minasi pasar obat di Indonesia hingga 2011. Pangsa produsen farmasi nasional pada 2011 di-perkirakan mencapai 70%. "Pangsa pasar MNCs di Indone-sia ditargetkan mencapai 30% pada tahun ini," ujarnya.

Menurut dia, meski pangsanya cukup rendah, MNCs tetap ter-tarik menanamkan investasi di Indonesia karena potensi pasaryang besar. IPMG memperkira-kan pasar farmasi Indonesia 2011 mencapai Rp 38 triliun, naik 10,5% dibandingkan tahun 2010 sebesar Rp 34 triliun.

Namun menurut Luthfi regulasi membatasi peran produsen asingdalam industri farmasi nasional, dalam hal penetrasi pasar dan kompetisi domestik, industri far-masi asing saat ini dihadapkan pada ketatnya pengawasan oleh Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU).

Diakuinya perubahan kebijakan pemerintah dan ketatnya penga-wasan KPPU bisa mempengaruhi rencana investasi produsen farma-si asing di Indonesia. "Kami ber-harap minat investasi produsen farmasi di Indonesia terus me-ningkat karena adanya kepastian hukum dan kebijakan pemerintah yang konsisten," ujarnya.<dbs>

iPMG

Business news

MiLLEnniuM PHARMAcon intERnAtionAL

targetkan Pendapatan naik 19,4%PT Millennium Pharmacon International Tbk (SDPC) menargetkan pendapatan pada 2011 naik 19,4% menjadi Rp 1 triliun dibanding 2010, seiring peningkatan permintaan obat dan alat kesehatan di pasar domestik. Andrew Loke, Presiden Direktur Millennium Pharmacon, men-jelaskan peningkatan pendapatan akan mendorong pertumbuhan laba bersih per-usahaan yang ditargetkan naik 16,6% menjadi Rp 4 miliar pada tahun ini.

Dia menjelaskan target peningkatan penda-patan perusahaan juga didorong pertumbuh-an pasar farmasi nasional yang diprediksi naik 11% menjadi Rp 38 triliun pada 2011 dibandingkan 2010. Perseroan membuat target pertumbuhan pendapatan mengacu pada kenaikan target penjualan masing-masing prinsipal rekanan perusahaan.

"Upaya revitalisasi dan ekspansi jaringan akan mendorong pertumbuhan pendapatan perseroan pada 2011," ujar Andrew.

Millennium Pharmacon menganggarkan dana dana belanja modal untuk revitalisasi dan ekspansi pada 2011 mencapai Rp 9,6 miliar. Perusahaan berencana mendanai ekspansi tersebut dari kas internal dan pinjaman bank, antara lain dari Standard Chartered Bank.

Dana belanja modal itu akan dipakai dalam bentuk pembangunan gedung cabang baru, pembelian kantor untuk cabang baru, sertapenambahan unit-unit pengantaran (delivery).

"Kami sedang membangun satu kantor cabang baru di Manado tahun ini," kata Andrew. Kantor cabang Millennium Phar-macon pada tahun ini ditargetkan berjumlah 30 unit, meningkat dibandingkan 2010 sebanyak 29 unit.

Andrew menilai hingga saat ini target pertum- buhan pendapatan tersebut bisa tercapai, dengan mengacu pada hasil penjualankuartal I 2011. Berdasarkan laporan keuang-an perseroan, Millennium Pharmacon meraih pendapatan Rp 226,07 miliar di kuartal I 2011, naik 8,94% dibanding periode yang sama 2010 sebesar Rp 207,5 miliar. Laba bersih perseroan menunjukkan peningkatan signifikan di kuartal I 2011, naik 4.877% menjadi Rp 746,68 juta dibanding periode yang sama di 2010 sebesar Rp 15 juta.

Dia mengakui perseroan mengalami penu-runan pendapatan pada 2010 karena peng-hentian kerja sama dengan PT Merck Tbk (MERK) pada Desember 2009. Namun, dengan masuknya dua prinsipal lokal yakni PT Tobbest Busindo pada kuartal I 2010 dan PT Maharupa Gatra pada kuartal II 2010, Millennium Pharmacon menargetkan omset-nya bisa meningkat kembali pada tahun ini.

"Hingga akhir kuartal I 2011, rata-rata pen-dapatan Millennium Pharmacon per bulan mencapai Rp 89,9 miliar. Kami menargetkan pada semeseter II 2011 rata-rata pendapatan perseroan bisa mencapai Rp 90 miliar-Rp 92 miliar per bulan," ujar Andrew. <dbs>

Gabungan Perusahaan Farmasi Indonesia memproyeksikan pasar farmasi nasional, termasuk obat resep, obat bebas, serta alat kesehatan, mencapai Rp 38 triliun - Rp 39 triliun, naik 14,7% dibandingkan 2010.

Anthony Charles Sunarjo, Ketua Umum GPFI, mengatakan kenaikan pasar farmasi tahun ini didukung peningkatan konsumsi produk farmasi seiring proyeksi pertumbuhan jumlah penduduk Indonesia yang mencapai 237 juta jiwa, dari tahun lalu 234 juta jiwa.

Parulian Simanjuntak, Direktur Eksekutif International Pharmaceutical Manufacturing

Group (IPMG), memperkirakan meski pasar farmasi Indonesia meningkat, pangsa produ-sen farmasi asing (MNCs) di negeri ini stagnan di level 21%. Sedangkan pangsa produsen farmasi lokal mencapai 79%.

Stagnansi pangsa produsen farmasi di Indo-nesia terjadi karena perusahaan farmasi asingdi Indonesia mengalami disefisiensi produksi, yakni volume produksi yang kecil, membuat biaya produksi tidak efisien. Kondisi itu mem-buat produsen farmasi asing sulit medapatkanmarjin laba yang besar. Itu terjadi karena kebi-jakan pemerintah yang mewajibkan MNCs memiliki fasilitas produksi di Indonesia.<rnd>

PAsAR fARMAsi nAsionAL

Diproyeksikan capai Rp 39 triliun

Page 7: Media Pharma Indonesia 2011

5MEDIA PHARMA InDonEsIA

farmasi terbantu Pembebasan bea Masuk impor bahan baku

GAbunGAn PERusAHAAn fARMAsi inDonEsiA

Gabungan Perusahaan Farmasi Indonesia menyatakan penerbitan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 80 Tahun 2011 tentang Penetapan Sistem Klasifikasi Barang dan Pembebanan Tarif Bea Masuk Atas Barang Impor,yang di antaranya membebaskan bea masuk bahan baku farmasi, akan mendorong penurunan biaya produksi industri farmasi di Indonesia.

Hal itu karena dalam aturan tersebut, bea masuk 20 pos tarif bahan baku obat yang naik 5% sejak 1 Januari 2011 kembali menjadi 0%.

Anthony Charles Sunarjo, Ketua Umum Gabungan Perusahaan Farmasi Indonesia, mengatakan dengan penurunan bea masuk bahan baku tersebut, harga jual bahan bakuobat di Indonesia menjadi turun 5%, sesuai besaran penurunan dalam peraturan itu.

Kondisi itu tentu akan berdampak pada biayaproduksi industri farmasi nasional. "Penurun-an bea impor bahan baku akan membantu produsen dalam menjaga margin," kata dia.

Dia menilai produsen akan lebih terbantu lagi jika pemerintah menurunkan seluruh pos tarif bea masuk bahan baku industri farmasi yang naik sejak awal 2011, sebanyak 80 pos tarif.

Selain itu, pemerintah juga harus segera dan benar-benar merealisasikan pelaksanaan penurunan bea masuk tersebut sesuai aturan. Hingga kini, asosiasi masih belum mendapat salinan resmi Peraturan Menteri Keuangan Nomor 80 Tahun 2011 tersebut.

Berdasarkan data Gabungan Perusahaan Farmasi Indonesia, komponen harga bahan baku impor menyumbang rata-rata 20%-25% dari harga jual obat.

Sementara 90% bahan baku farmasi di Indo-nesia masih diimpor dari beberapa negara seperti India, China, Amerika Serikat, dan negara-negara Eropa.

Para produsen farmasi telah sepakat untuk tidak menaikkan harga jual obat pada tahun ini, dengan memperhatikan daya beli masyarakat, khususnya kalangan menengah ke bawah.

Hal itu dilakukan untuk memberi dukungan target pertumbuhan penjualan farmasi nasional pada 2011 sebesar 11%-14% dari penjualan tahun lalu Rp 34 triliun. "Kami berharap pemerintah mem-

bantu mengefisienkan biaya-biaya komponen produksi, untuk mengimbangi langkah kami yang tidak menaikkan harga jual," kata Anthony.

Asosiasi juga berharap, dalam merumuskan kebijakan terkait bahan baku obat, pemerin-tah bisa berunding terlebih dahulu dengan produsen sebagai pemangku kepentingan (stakeholders) yang melaksanakan kebijakan.

Apalagi bahan baku obat yang dikenai beamasuk dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 241 Tahun 2010 merupakan bahanbaku utama industri farmasi seperti sulfame-toxazol ciprofloxacin, dextromethorphan, dan aluminium hydroxide.

Permenkeu Nomor 80 Tahun 2011 merupa-kan revisi atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 241 Tahun 2010. Revisi bea masuk bahan baku obat itu diterbitkan setelah 15 produsen farmasi yang tergabung dalam Gabungan Perusahaan Farmasi Indonesia bersedia membatalkan kenaikan harga jual obat pada kuartal I 2011.

Menteri Kesehatan RI Endang Rahayu Sedia-ningsih, sebelumnya telah mengatakan kepa-da produsen farmasi diimbau untuk menahan kenaikan harga jual obat pada 2011.

Sebagai kompensasinya, Menteri Kesehatan akan mengusulkan revisi Peraturan Menteri Keuangan Nomor 80 Tahun 2011 agar biaya produksi perusahaan farmasi di Indonesia tidak naik karena beban bea masuk bahan baku impor. <cwb/dbs>

obAt PALsu

Peredarannya Diperkirakan naik 11%International Pharmaceutical Manufacturers Group (IPMG) memperkirakan peredaran obat palsu di Indonesia pada 2011 mencapai Rp 5,7 triliun - Rp 7,6 triliun, meningkat 11% diband-ing tahun lalu. Kenaikan tersebut didorong peningkatan konsumsi obat domestik.

Menurut Lutfi Mardiansyah, Ketua IPMG, tingginya peredaran obat palsu di Indonesia saat ini karena harganya lebih murah dibanding-kan obat yang memiliki hak paten. Nilai peredaran obat palsu mencapai 15%-20% dari proyeksi total pasar farmasi nasional pada tahun ini sebesar Rp 38 triliun. "Sebagian ma-syarakat masih cenderung memilih produk obat dengan harga yang lebih murah," kata Lutfi.

Dia menerangkan obat palsu yang beredar di Indonesia ada yang di-racik di dalam negeri namun ada pula yang diimpor dari beberapa negara seperti Singapura dan Ma-laysia. Namun Lutfi tidak menge-tahui persentase impor obat palsu di Indonesia. Karena obat-obat itu diimpor secara ilegal. Pemakaian obat palsu merugikan masyarakat dan produsen farmasi di Indonesia.

Sofjan Wanandi, Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia, menilai maraknya peredaran obat palsu dan kedaluwarsa di Indonesia karena lemahnya penegakan hukum. Aparat penegak hukum jarang me-lakukan inspeksi mendadak sebagai upaya penegakan hukum untuk mencegah peredaran obat palsu dan kedalwarsa. "Inspeksi mendadak dilakukan setahun sekali, yakni menjelang Lebaran," kata Sofjan.

Meski obat palsu marak beredar, IPMG memperkirakan penjualan obat yang dilakukan secara resmi tidak akan terganggu. <erw>

Anthony Ch Sunarjo

Page 8: Media Pharma Indonesia 2011

bangun Pabrik obat injeksi Rp 216 M

Pt kiMiA fARMA tbk

PT Kimia Farma Tbk akan membangun pabrik obat injeksi corticosteroid se-nilai Rp 216 miliar pada 2011, hasil kerja sama patungan dengan Tianjin King York, perusahaan berrbasis di China. Pembangunan pabrik itu akan meningkatkan kapasitas produksi perseroan sehingga meningkatkan pendapatan.

Menurut Syamsul Arifin, Dirut Kimia Farma,pabrik obat injeksi itu direncanakan ber-kapasitas 300 juta ampul dan 100 juta ampul per tahun. Kimia farma dan Tianjin King York masing-masing akan berkontribusi 50% dari kebutuhan investasi pembangunan pabrik itu. "Saat ini proses kerjasama itu masih pada tahap negosiasi, untuk pola joint venture yang akan dibentuk nantinya," ujarnya.

Menurut Syamsul, penandatangan-an nota kerja sama pembangunan pabrik itu sudah dilakukan pada 2010. Perseroan menargetkan proses pembangunan pabrik itu dimulai pada semester II 2011.

Dia menerangkan investasi yang dilakukan Kimia Farma dalam pembangunan pabrik obat injeksi akan didanai anggaran belanja modal perseron tahun ini. Kimia Farma menganggarkan belanja modal sebesar Rp 150 miliar pada 2011. Kimia Farma akan menggunakan dana Rp 108 miliar untuk pembangunan pabrik tersebut.

Sisa dari belanja modal tahun ini diguna-kan untuk mengakuisisi anak usaha PT Sinkona Indonesia Lestari dan memba- ngun tiga apotek di Kuala Lumpur, Malaysia, hasil kerja sama dengan perusahaan farmasi Malaysia, Averroes Pharma.

Kimia Farma menargetkan omset 2011 tumbuh 11% menjadi Rp 3,52 triliun dibandingkan 2010. Pada kuartal II 2011, perseroan memproyeksikan pendapatan meningkat 5%-10% menjadi Rp 666- Rp 697 miliar dibandingkan kuartal I 2011.

Strategi Jangka PanjangPabrik obat injeksi yang akan dibangun Kimia Farma dengan perusahaan asal China, Tianjin King York, ditargetkan untuk beroperasi pada 2013. Pabrik itu akan memproduksi jenis obat injeksi corti-costeroid yang digunakan untuk peradang-an sistemik, untuk mengobati berbagai penyakit seperti alergi dan asma.

Menurut laporan keuangan tahunan Kimia Farma, perusahaan memiliki lima pabrikyang berlokasi di Jakarta, Bandung, Sema-rang, Watudakon, dan Medan.

Keseluruhan pabrik ini umumnya mem-produksi kapsul dan tablet. Sementara pembangunan pabrik obat injeksi itu akan dilakukan di Cikarang, Jawa Barat.

Pembangunan pabrik obat injeksi itu me-rupakan strategi jangka panjang untuk mendiversifikasi jenis obat yang akan di-hasilkan serta upaya peningkatan omset hasil produksi sendiri. Selama ini Kimia Farma lebih banyak menjual obat-obat yang diproduksi oleh pihak ketiga. Hingga kuartal I 2011 omset obat Kimia Farma 78%-nya adalah produksi pihak ketiga, dan 22% diproduksi sendiri.

Dalam 6 tahun terakhir, pendapatan Kimia Farma tumbuh 12% per tahun (CAGR) periode 2005-2010 dengan pendapatan pada 2010 senilai Rp 3,18 triliun. Pada periode ini, marjin laba usaha Kimia Farma mencapai 2,8%-4,7%, dengan marjin laba usaha pada 2010 tumbuh ke level 4,6% dari sebelumnya. Hingga kuartal I 2011 marjin laba usaha Kimia Farma mencapai 5,1%, level tertinggi sejak tahun 2005.

Pembangunan pabrik obat injeksi ini ber-potensi meningkatkan marjin karena pro-duksinya yang dilakukan sendiri. KimiaFarma menjual obat generik, obat resep (lisensi dan narkotika), OTC, bahan bakufarmasi seperti minyak nabati, yodium, kina, alat kesehatan dan kontrasepsi.

Sisa alokasi belanja modal perseroan senilai Rp 42 miliar akan digunakan untukmengakuisisi PT Sinkona Indonesia Lestariserta membangun tiga apotek di Kuala Lumpur, Malaysia. Nilai akuisisi PT Sinkonadiestimasikan senilai Rp 20 - 25 miliar.

Pasca-akuisisi, Kimia Farma akan menjadi pemegang saham mayoritas. Sinkona bergerak dalam bidang produksi kina.Dengan akuisisi ini, Kimia Farma akanmendapatkan kontribusi dari penjualanproduk kina.

Pada 2010, kina, yodium, dan minyak nabati hanya menyumbangkan 2% ter-hadap pendapatan konsolidasi Kimia Farma. Penjualan tiga bahan baku itu menyumbangkan pendapatan senilai Rp 61 miliar pada tahun lalu.

Pembangunan apotek di Kuala Lumpur hasil kerja sama dengan perusahaan Aver-roes Pharma, Kimia Farma hanya sebagai minoritas. Produk-produk yang dijual padaapotek itu, akan menggunakan merek pro-duk Kimia Farma sehingga memperoleh royalti sebesar 2%.

Kerja sama apotek Kimia Farma-Averroes Pharma itu akan menambah jaringan dis-tribusi produk-produk Kimia Farma secara regional. <erw>

Profil Pabrik Kimia FarmaNo. Lokasi Pabrik Produksi1. Pabrik Jakarta Tablet, kapsul, cairan, krim, produk steril, serta fasilitas produksi betalaktam.2. Pabrik Bandung Tablet, cairan, granul, serta fasilitas produksi hormon, AKDR, kina dan derivatnya.3. Pabrik Semarang Minyak lemak, kosmetika, produk fitocare seperti minyak kayu putih dan minyak telon4. Pabrik Watudakon Kapsul lunak, tablet, obat luar,serta fasilitas penambangan dan produksi yodium.5. Pabrik Medan Tablet dan Krim

Produk Kimia FarmaNo. Lini Produk Jumlah1. Generik (OGB) 1682. Produk Consumer Health - OTC 19 - Obat Herbal 26 - Kosmetika 203. Etikal Bermerek 884. Narkotika 95. Kontrasepsi 3 Total 333

Business news6 MEDIA PHARMA InDonEsIA

Page 9: Media Pharma Indonesia 2011

intERnAtionAL PHARMAcEuticAL MAnufActuRERs GRouP

Empat Mncs Eropa berencana investasi bahan baku farmasi

Indonesia tidak diijinkan mengimpor obat.Selama ini sebesar 95% bahan baku farmasi di Indonesiamasih diimpor dari negara lain, seperti Cina. Bahan baku itu antara lain sulfametoxazol ciprofloxacin, dextromethorphan, dan hydroxide.

Ketersediaan pasokan bahan baku dan obat yang lebih besar di Indonesia akan berdampak pada efisiensi produksi obat. "Biaya produksi bisa ditekan

hingga 10% jika bahan baku cukup tersedia di Indonesia," ujar Lutfi.

Kondisi investasi yang kurang kondusif men-dorong MNCs memilih investasi ke negara lain, seperti Malaysia, Vietnam, Australia, dan Selandia Baru. Saat ini konsumsi obat di Indonesia masih kecil, yakni US$ 15 per tahun per kapita, lebih rendah dibandingkan negara Asia lain seperti Malaysia yang sudah mencapai US$ 45 per tahun per kapita.

Sri Indrawati, Direktur Jenderal Bina Far-masi dan Alat Kesehatan Kementerian Kesehatan Indonesia, mengatakan salah satu upaya mendorong investasi farmasi asing adalah dengan melonggarkan aturan kepemilikan asing dari 75% menjadi 100%.

Dengan kebijakan baru itu, prinsipal farmasi multinasional akan menjadikan Indonesia sebagai basis produksi sehingga berimplikasi meningkatkan teknologi di sektor tersebut. Harga obat modern pun bisa menjadi lebih murah.

Investasi farmasi pada 2011 diperkirakan meningkat 50%-60% dibandingkan proyeksi tahun lalu, dari US$ 500 juta menjadi US$750 juta – US$ 800 juta, seiring rencana pemerintah telah melonggarkan aturan bagi kepemilikan modal asing di Indonesia.

Kapasitas produksi industri farmasi nasional diharapkan akan meningkat terutama untuk obat resep yang belum dibuat di dalam negeri, seperti obat kanker, gagal jantung, dan diabetes.<cwb>

IPMG menyatakan sebanyak 3-4 prinsipal farmasi multinasional asing (MNCs)akan berinvestasi untuk produksi bahan baku farmasi serta produksi obat di Indonesia. Rencana investasi MNCs itu karena melihat potensi pertumbuhan pasar farmasi nasional.

Lutfi Mardiansyah, Ketua IPMG, mengata-kan jika produsen farmasi asing itu berinves-tasi di Indonesia, maka bahan baku obat akanlebih mudah didapat di dalam negeri. MNCs itu berasal dari negara maju seperti Eropa. "Mereka itu masih menunggu iklim investasi yang lebih kondusif di Indonesia," ujar dia.

Lutfi menilai untuk menciptakan iklim inves-tasi yang kondusif sesuai keinginan MNCs itu, pemerintah harus menyusun aturan inves-tasi yang mendukung. Selama ini Pemerintah dinilai masih belum memberikan insentif investasi bahan baku farmasi di Indonesia. "Insentif itu bisa dalam bentuk tax holiday serta kemudahan ijin investasi," ujar Lutfi.

Saat ini produsen farmasi asing di Indonesia masih mengalami inefisiensi produksi, yakni beroperasi dengan volume produksi yang kecil sehingga membuat biaya produksi tidak efisien. Inefisiensi itu terjadi karena kebijakan pemerintah yang mewajibkan produsen farmasi asing memiliki fasilitas produksi di Indonesia.

Lutfi menuturkan MNCs di Indonesia jugaterkendala dengan Permenkes 1010 Tahun 2008 tentang Registrasi Obat. Dalam aturan itu, MNCs yang tidak memiliki pabrik di

PT Novartis Indonesia, berencana memperkuat penetrasi produk pera-watan mata dan layanan kesehatan di Indonesia seiring selesainya pro-ses merger induk usaha Novartis AGdengan Alcon Inc. Divisi Alcon di Indonesia yang baru akan mengikut-sertakan bisnis Alcon selama ini yaitu obat-obatan yang berhubungan dengan kesehatan mata.

tingkatkan Pangsa Produk kesehatan Mata

novARtis inDonEsiA

Lutfhi Mardiansyah, Presiden Direk-tur Novartis Indonesia, mengatakan langkah merjer kedua perusahaan akan makin memperkuat keberada-an Novartis dalam bidang layanan kesehatan dan farmasi. "Ke depan, dengan masuknya Alcon ke dalam Novartis akan menciptakan kekuatan bisnis perawatan mata dengan jang-kauan komersial lebih luas," kata dia.

Berdasarkan keterangan tertulis Novartis AG pada akhir 2010, nilai merjer kedua perusahaan global itumencapai US$ 12,9 miliar. Selamaini Novartis merupakan salah satuMNCs farmasi yang memproduksi obat-obatan inovatif, kesehatan mataobat resep dan generik, produk kese-hatan konsumen, vaksin pencegahanpenyakit, serta alat-alat diagnosis. Salah satu vaksin yang diproduksi Novartis adalah vaksin meningitis.

PT Novartis Indonesia akan bergerak cepat untuk merespons organisasi baru hasil dari merjer induk usaha. "Kami akan mematangkan susunan organisasi lokalnya," kata Lutfi.

Tahun lalu, Novartis Group mencetak penjualan sebesar US$ 50,6 miliar,dan sekitar US$ 9,1 miliar diinvestasikan dalam riset. Penjualan Alcon sen-diri pada 2010 mencapai US$ 7,2miliar. Perusahaan itu memproduksi produk-produk tetes mata selama 65 tahun. Rencananya, Alcon akan menjadi divisi baru di Novartis. <is>

7MEDIA PHARMA InDonEsIA

Page 10: Media Pharma Indonesia 2011

8 MEDIA PHARMA InDonEsIA

FFierceBiotech telah menganalisa rilis terbaru dari catatan investasi industri R&D Farmasi di Uni Eropa termasuk Top 15 Peringkat Belanja Teratas pada R&D Bioteknologi Global. Rilis ini termasuk beberapa informasi tambahan tentang strategi para pemainnya dalam memburu penemuan baru.

Dengan mengamati Top 15 Peringkat Belanja padaR&D Bioteknologi Global ini kita akan menemukan sebanyak 11 industri berbasis di Amerika Serikat (AS), berada pada lima urutan teratas. Melampaui perusahaan asal Jepang dan Australia, serta Eropa yang berhasil masuk pada urutan 11 dari R&D Bioteknologi.

Tidak seperti Top 15 Belanja R&D Farmasi yang menunjukkan angka-angka bernilai besar, namun pada sektor biotek ini belanja R&D mereka tampak jauh lebih kecil.

Beberapa pemain Big Pharma mungkin akan mem-beli satu atau dua perusahaan, tetapi kita tidak akan menemukan sebuah mega-merger/akuisisi yang

benar-benar merombak dan mempengaruhi lanskap riset di sektor farmasi.

Sebaliknya, yang ditemukan disini, mungkin kita akan melihat beberapa perusahaan bioteknologi menjadi incaran Big Pharma pada tahun-tahun mendatang. Beberapa sudah terlihat, seperti Roche mengakuisisi Genentech yang mengawali tren itu.Sanofi Aventis secara perlahan dan hati-hati meng-gandeng Genzyme, dan berambisi untuk mendapat-kan apa yang telah mereka capai dengan anggaran R&D sebagai pendorongnya.

Berikut adalah perusahaan-perusahaan R&D yang memiliki anggaran belanja besar setelah 'perkawinannya' dengan 'Big Pharma' :

1. AMGeN (GeNeNTeCH-AMGeN)Berbasis di Amerika SerikatAnggaran R&D sebesar US$ 2,72 miliarMenurun -5,5% dari 2008Pendapatan untuk R&D sebesar 19.6%

Sekarang Genentech telah mendapatkan posisinya di bawah perusahaan induk, Roche yang membawanya menjadi perusahaan biotek-nologi berbasis R&D terbesar. Dengan belanja R&D sebesar US$ 2,72 miliar, angka yang hampir menyamai gabungan tiga anggaran dari pemain

Big Pharma adalah bisnis global dengan sejumlah pemain yang tersebar di seluruh Eropa, Amerika Serikat dan Asia. Tapi 'Big Biotech' adalah bisnis yang lahir dan dibesarkan di Amerika Serikat dan meskipun diversifikasi secara internasional, industri telah membuat label 'made in the USA' ke dalam DNA-nya.

2,72MiliarDolar As

bELAnjAR&D 2009AMGEn

The Case

15 biotech's R&D biggest spendersbAGiAn PERtAMA

biotEcH uPDAtE

Page 11: Media Pharma Indonesia 2011

Itulah salah satu alasan mengapa rumors hangat tentang Amgen yang beredar baru-baru ini bahwa 'seseorang' akan segera membuat tawaran kepada Acteleon, Swiss. Dan seperti perusahaan big pharma, Amgen sangat tertarik berekspansi ke pasar negara-negara berkembang.

Ini adalah jumlah besar, sebanding dengan pendapatan yang diperoleh dari blockbuster selama bertahun-tahun dari beberapa obat aging anemia yang ikut dalam kompetisi. Meskipun Amgen sering mendapat sindiran sebagai salah satu calon 'pecundang terbesar' di masa mendatang ketika para provider biosimilars mulai mengirimkan 'sinyal persaingan' mereka.

Tetapi tampaknya Amgen memiliki banyak waktu untuk merombak diri sebelum itu terjadi. Buy-out yang dilakukannya akan mendukung pembangun R&D untuk memperoleh per-setujuan yang baru bagi Dmab. Strategi yang sama juga akan dilakukan pada Vectibix obat kanker kolorektal. Obat kanker kepala dan leher, walaupun hasil studinya masih mengecewakan di awal tahun 2010 lalu.

2. BIoGeN IDeCAnggaran R&D sebesar US$ 1,2 miliarMeningkat 19.7% dari 2008Pendapatan untuk R&D sebesar 29,3%

Tahun 2010 lalu telah menjadi yang ter-berat bagi Biogen Idec. Biogen Idec dan Roche memilih untuk mengakhiri pro-gram pengembangan ambisius mereka pada tahap akhir untuk obat rheumatoid arthritis-nya yakni, Ocrelizumab. Salah satu penerima terbesar Avonex untuk multiple sclerosis mendapatkan saingan baru, Gilenya, obat oral multiple sclerosis keluaran Novartis.

Dan tampaknya segera muncul pesaing lain dalam waktu dekat. Biogen Idec telah berupaya (namun gagal) untuk mengambil alih Facet Biotech Corp. Facet setuju untuk diakuisisi oleh Abbott Laboratories sebesar US$ 27 per saham. Ketika satu masalah berlalu, disusul keluarnya CEO James Mullen setelah berselisih dengan seorang aktivis Carl Icahn, dan pada Juli 2010 kedudukan Mullen digantikan oleh George Scangos, seorang ahli peneliti yang lama memimpin Exelixis.

Scangos harus sedikit meluangkan waktu sebelum melakukan restrukturisasi besar di Biogen Idec, dengan tujuan merombak perusahaan ini menjadi lebih efisien dan gesit. Terdengar sangat mirip dengan big pharma yang kembali pada alurnya. Bagian dari fokus baru R&D-nya akan memprioritaskan program-program Biogen Idec dengan mengedepankan kemitraan.

Dalam sebuah wawancara dengan Boston Globe, Scangos mem-perjelas bahwa divisi R&D tidak bisa bekerja dengan isolasi."Kami adalah lingkaran sangat kecil di tengah alam semes-ta yang besar, dan perkembangan yang menarik lebih me-mungkinkan datang dari luar dan dalam perusahaan," kata-George Scangos.

besar di bawah posisinya dalam daftar. Ini menjadi milestone pencapaian yang paling dicari tahun 2009. Dengan Denosumab (obat tulang) sebagai obat pertamanya yang mendapat persetu-juan, diikuti 'lampu hijau' dari kebijakan penting kedua yang makin memantapkan pertumbuhan, biotek Genentech-Amgen.

Pada pertengahan tahun 2010 lalu, CEO Amgen, Kevin Sharer menggulirkan dana sebesar US$ 20 miliar untuk akuisisi baru.

1,2MilyarDolar As

bELAnjAR&D 2009bioGEn iDEc

9MEDIA PHARMA InDonEsIA

15ToP 15 BIoTECh R&D SPENDER

(2009)

no. ComPany 2009 GrowTh ('08)1. Amgen 2.72B2. Biogen Idec 1.2B3. Gilead Sciences 849M4. Genzyme 805M5. Celgene 745M6. Kyowa Hakko Kirin 478M7. Vertex Pharmaceuticals 454M8. Life Technologies 320M9. CSL 267M10. Amylin Pharma. 172M11. Genmab 123.01M12. Cubist Pharma. 118.8M13. Merial Animal Health 115M14. MannKind 108.95M15. Abraxis Biosciences 107M

Page 12: Media Pharma Indonesia 2011

10 MEDIA PHARMA InDonEsIA

3. GIleAD SCIeNCeSBerbasis di Amerika SerikatAnggaran R&D sebesar US$ 849 juta Meningkat sebesar29,1% dari 2008Pendapatan untuk R&D sebesar 12,7%

Gilead telah menjadi kekuatan penting dalam bioteknologi berdasarkan karyanya dalam terapi untuk HIV/AIDS, kombinasi untuk menyerang virus dari ber-bagai titik. Dengan beberapa ide dan strategi yang serupa untuk Hepatitis C, perusahaan ini telah mencoba melakukan upaya serupa pada target baru. Kendati pada hasil awalnya masih mengecewakan.

Untuk memperbaiki itu, baru-baru ini Gilead merekrut Dr John McHutchison dari Duke untuk mengelola biaya R&D pada area Hepatitis C ini. Dia bergabung dengan tim yang handal, yang saat ini menjalankan enam studi tahap akhir terhadap HIV/AIDS. Ada enam studi yang sedang berlangsung, termasuk 9190 GS untuk Hepatitis C dan lima studi tahap awal lainnya.

R&D yang agresif itu telah dibayar mahal dengan lahirnya beberapa produk blockbuster. Obat yang dihasilkan Gilead itu berhasil menempati peringkat dua teratas penjualan

849juta Dolar As

bELAnjAR&D 2009GiLEAD

global untuk jenis obat HIV, Truvada di posisi atas dengan penjualan US$ 2,49 miliar pada 2009, sementara Atripla di posisi kedua dengan US$ 2,38 miliar dolar AS, dan Viread (tenofovir disoproxil fumarate) diurutan ketujuh dengan penjualan US$ 668 juta. Total ketiganya lebih dari US$ 5,5 miliar.

4. GeNzyMeBerbasis di Amerika Serikat Anggaran R&D mencapai US$ 805 jutaMenurun -33% dari 2008Pendapatan untuk R&D sebesar 18,7%

Ketika manufaktur Genzyme mengalami kekacauan, sejumlah analis tidak memberi peluang banyak kepada CEO Henri Termeer untuk tetap bertahan. Berlanjut dengan datangnya seorang aktivis Carl Icahn menyodor-kan daftar tuntutan. Sanofi-Aventis telah menindaklanjuti dengan tawaran sebesar US$ 18,5 juta.

Tapi Termeer tidak bertahan diposisi puncak Genzyme dan menjadikannya sebagai perusahaan biotek besar tanpa kemampuan bertahan dalam proses yang panjang. Untuk mengatasi situasi Tremeer lebih memilih untuk 'membuang' kelebihan beban perusahaan. Beberapa aset 'pelengkap' Genzyme Genetika, dijual. Dan Termeer memberi waktu selama lima tahun kepada para periset untuk menindak-lanjuti studi klinik terhadap pasien pengguna Alemtuzumab (Campath).

Namun pada studi tahap pertengahan para periset mengatakan bahwa 87% pasien multiple sclerosis yang memakai Campath tidak mengalami perbaikan kondisi mereka. Sementara itu, hanya 62% pasien yang memakai Rebif (interferon beta-1a), produk keluaran Merck Serono bisa membuat klaim yang sama.

Pada analisa tahap akhir Campath mulai tam-pak layaknya blockbuster bernilai US$ 2 miliar dalam sales tahunan. Bagi Genzyme, itu tampak sebagai bukti dalam kasus perusahaan bioteknologi bernilai US$ 89 per saham. Jika diadakan lagi, Genzyme mungkin memper-oleh peluang yang lebih baik untuk meng-angkat suatu kasus pada mipomersen, yang telah mencatat penurunan kadar LDL 'buruk' secara signifikan pada studi tahap akhir.

John LechleiterPresident & CEOGilead Sciences

Kevin SharerCEO Amgen

George ScangosCEO Biogen Idec

Henry TremeerChairman & CEO Genzyme

Robert HuginCEO Celgene

The Case

Amgen

Biogen Idec

Gilead Science

Genzyme

Celgene

Kyowa Hakko Kirin

Vertex Pharm.

Life Technology

CSL

Amylin Pharm.

0 0,5 1 2,5 3

R&D Spending in US$ billion

Page 13: Media Pharma Indonesia 2011

Genzyme ingin memakai obat itu pada familial hyper-cholesterolemia, suatu gangguan genetik yang bisa memicu tingkat tinggi kolesterol 'jahat'. Namun, para analis telah menyatakan bahwa ter-dapat lonjakan enzim hati secara signifikan yang dapat mengurangi jangkauan pasar obat itu secara keseluruhan.

Tentu saja, Genzyme telah melakukannya dengan sangat baik sebagaimana dilakukannya pada populasi pasien kecil.

5. CelGeNeBerbasis di Amerika SerikatAnggaran R&D sebesar US$ 745 jutaMenurun sebesar -14.8% dari 2008Pendapatan untuk R&D sebesar 29%

Sepanjang tahun 2009 lalu strategi R&D Celgene tam-pak seperti versi yang lebih kecil dari Big Pharma seb-agai mitra dengan platform baru yang ambisius untuk mengidentifikasi calon obat yang menjanjikan, membeli produk dan program baru.

Di sisi pengembangan, Cel-gene membujuk dengan nilai US$ 130 juta untuk menyewa suatu platform teknologi Agios guna mendapatkan kandidat obat baru. Dan untuk se-lanjutnya mereka bersedia membayar senilai US$ 120 juta untuk setiap peng-obatan baru sebagai penawaran berikutnya.

Pada buyout sebesar US$ 2,9 miliar dalam bentuk tunai dan saham kepada Abraxis dalam kesepakatan untuk menyediakan obat Abraxane yang dipas-arkan dengan dua kandidat obat yang masih dalam tahap klinis III dan praklinis. Selain itu juga Cel-gene telah membeli Gloucester Pharmaceuticals senilai US$ 640 juta pada Januari 2010.

Gloucester mendapatkan persetujuan untuk Istodax, yang digunakan untuk mengobati bentuk limfoma non-Hodgkin, setahun yang lalu. Selanjut-nya Celgene berencana untuk meneruskan studi pada obat itu untuk pemakaian lain.

Celgene memperoleh sebagian dari total pendapa-tan Revlimid dan Thalomid, dan itu jelas akan diversifikasi. Pada hari pertama R&D yang akan dilaksanakan selama lima tahun, Celgene mengu-raikan rencana untuk kanker paru-paru, kemoter-api termasuk untuk anemia. multiple myeloma. Penyakit Crohn, gangguan pencernaan, psoriasis, gangguan kulit, dan arthritis psoriatis.

Celgene tidak menunjukkan adanya tanda-tanda strategi cadangan untuk R&D yang ambisius.

6. KyowA HAKKo KIRINBerbasis di Tokyo, JepangAnggaran R&D sebesar US $ 478 jutaMenurun sebesar -3,8% dari 2008Pendapatan untuk R&D sebesar 11,3%

Kyowa Hakko Kirin adalah 'sarang' bagi kesepakatan biotek. Perusahaan ini bersemangat memajukan obat baru untuk kanker, imunologi dan alergi, itu adalah jalur perjanjian lisensi yang sulit, memung-kinkan akses pada teknologi antibodi yang kini menjadi salah satu area 'hot' dalam penemuan obat.

Pada 2009 bioteknologi Je-pang mencapai kesepakatan senilai US$ 315 juta dolar untuk antibodi inflamasi, awalnya ditargetkan untuk inflamasi pada kolitis ulsera-tiva dan penyakit Crohn, dengan perpanjangannya untuk rheumatoid arthritis.

Setahun sebelumnya Amgen telah mencapai kesepakatan senilai US$ 520 juta dolar untuk salah satu antibodi dari Kyowa, KW-0761, untuk mengatasi inflamasi dan onkologi. Pada 2009 tercapai kesepakatan Kyowa Asia untuk obat Bardoxolone Reata.

Pada awal tahun 2009 Kyowa Hakko Kirin telah menandatangani perjanjian kemitraan dengan Dicerna Pharmaceutical yang dimulai dari kecil tapi berpotensi besar, senilai US$1,4 juta. Dan be-berapa bulan kemudian Lundbeck telah melisensi program-program untuk penyakit Parkinson dan penyakit sistem saraf pusat lainnya.

www.fiercepharma.com

1,63MilyarDolar As

bELAnjAR&D 2009AstELLAsPHARMA

745jutaDolar As

bELAnjAR&D 2009cELGEnE

11MEDIA PHARMA InDonEsIA

omset obat Bisa turun 15% padaBulanramadhan

newsstripenews

Penjualan obat di Indonesia pada bulan Ramadhan dan lebaran 2011 diperkirakan bisa turun 10%-15% menjadi Rp 2,55 triliun - Rp 2,41 triliun dari bulan biasa sebesar Rp 2,83 triliun, menurut GP Farmasi Indonesia (GPFI).

Kendrariadi Suhanda, Wakil Sekjen GPFI, menjelaskan penurunan itu karena masya-rakat Indonesia yang sebagian besar muslim mengurangi konsumsi obat, khususnya di siang hari terkait ibadah puasa.

"Masyarakat cenderung mem-beli barang konsumsi lain, se-perti makanan dan minuman, untuk kebutuhan Ramadhan dan lebaran," ujarnya.

Data GPFI mencatat, omsetobat di Indonesia pada 2010 mencapai Rp 34 triliun. Tahunini, GPFI menargetkan penjualan obat nasional naik 11,7% menjadi Rp 38 triliun dari 2010.

Menurut Kendra, penurunan omset obat di bulan Ramadhan ini tidak akan mempengaruhi target penjualan produsen pada tahun ini. Itu juga tidak akan mempengaruhi proyeksi penjualan di kuartal III secara signifikan. "Penjualan farmasi akan kembali normal setelah lebaran, seiring mulai mening-katnya konsumsi obat di masyarakat," ujarnya.

GPFI memperkirakan penjualan obat di kuartal III 2011 mencapai Rp 11,4 triliun, meningkat 11,7% dibanding periode yang sama di 2010 sebesar Rp 10,2 triliun. Omset kuartal III 2011 diperkirakan menyumbang 30% dari total penjualan farmasi tahun 2011. <erw>

Kendrariadi Suhanda

GPfi:

Page 14: Media Pharma Indonesia 2011

Over the cOunter prOducts: A heAlthy perspective?

otc products:'A healthy perspective'

The Case12 MEDIA PHARMA InDonEsIA

ke 17 negara itu adalah; Australia,

belgia, chili, Perancis, jerman, Hong kong,

Hongaria, indonesia, korea, belanda, serbia, singapura,

spanyol, taiwan, uEA, inggris, dan Amerika

serikat.

Page 15: Media Pharma Indonesia 2011

Pada setiap penilaian individual dan persepsi kesehatan perorangan,tampaknya responden di setiap pasar memiliki keinginan yang sama untuk meningkatkan kesehatan mereka, dengan 87% mengatakan mereka bertindak dalam 12 bulan terakhir untuk memperbaiki kondisi kesehatan.

Tentu rahasia bahwa salah satu kekayaan terbesar dapat memiliki adalah kesehatan. Survei terbaru yang dilakukan oleh Synovate pada sikap masyarakat terhadap obat bebasmenunjukkan bahwa banyak dari kita kesa-daran yang baik terhadap kesehatan.

Pada kenyataannya, kebanyakan orang meng-klaim telah melakukan beberapa tindakan da-lam 12 bulan terakhir untuk meningkatkan kesehatan mereka. Lalu, apa yang mereka telah lakukan, dan pada bagian mana peranobat bebas dalam perawatan diri mereka? Synovate berusaha mencari tahu.

Health - the whole package."Health is a state of complete physical, mental and social well-being, and not merely the absence of disease or infirmity."WHO 1948

Synovate telah melakukan survei kepada hampir 12.000 orang dari 17 negara yakni Australia, Belgia, Chili, Perancis, Jerman, Hong Kong, Hongaria, Indonesia, Korea, Belanda, Serbia, Singapura, Spanyol, Taiwan, Uni Emirat Arab (UEA), Inggris, dan Amerika Serikat (AS).

Survei ini untuk memahami sikap dan keper-cayaan mereka dalam membeli obat-obatandi area bebas (OTC), kepercayaan pada efek-tivitas label toko dibandingkan dengan obat bermerek serta pengaruh para dokter dan apoteker.

Secara umum, sebagian besar responden (60%) merasa sehat sekali (baik sekali), dengan skor 13% akan mengatakan mereka berada dalam kondisi sehat. Responden berasal dari UEA merupakan yang terbanyak dengan 84% menganggap diri mereka dalam kesehatan yang baik (49%) atau sangat baik (35%), diikuti oleh Indonesia (82%).

Menurut Per-Henrik Karlsson, Business Devel-opment Director Synovate CEEME (Central/Eastern Europe and Middle East), kesadaran terhadap kesehatan relatif baru bagi banyak penduduk lokal dan asing di UEA.

"Ini berarti banyak orang yang kurang menya-dari apa yang sehat dan tidak sehat, sehingga standar mereka mungkin tidak sampai ke tingkat yang sama seperti negara-negara lain. Namun, UEA dianggap memiliki kesehatan yang sangat baik, mayoritas penduduk setem-pat dan ekspatriat memiliki jangkauan peng-obatan pribadi dan fasilitas medis yang ber-kualitas tinggi.

"Hal ini dapat memberikan kontribusi kepada orang-orang yang merasa sedang dalam kon-disi kesehatan yang baik (good) atau sangat baik (excellent),"kata Karlsson.

Namun, tidak semua pasar memiliki pandang-an sehat ini. Khususnya, Korea dan Taiwan memiliki pandangan yang berbeda, dengan skor 37% dan 39% masing-masing mengklaim berada dalam keadaan sehat (baik) dan sangat baik.

Jellinek Frank, Client Relationship Manager untuk Synovate Korea menjelaskan,"Orang Korea perfeksionis pada kesehatan dan penampilan, sedangkan generasi yang lebih tua percaya bahwa 'kesehatan berasal dari dalam', Generasi pasca-perang Korea melihat ini sedikit berbeda, dan berinvestasi besar-besaran dalam perawatan kecantikan dan kesehatan.

Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa mayoritas orang Korea tidak puas dengan kesehatan mereka karena mereka tahu bisa lebih sehat. Dan mereka serius melaku-kannya. Ini juga menjelaskan adanya berbagai produk kesehatan, alami atau sebaliknya, yang dapat mereka beli di toko online atau kunjungan ke rumah.

KESEhATAN DALAM GENGGAMANPada setiap penilaian individual dan persepsi kesehatan perorangan, tampaknya responden di setiap pasar memiliki keinginan yang sama untuk meningkatkan kesehatan mereka, dengan 87% mengatakan mereka bertindak dalam 12 bulan terakhir untuk memperbaiki kondisi kesehatan.

13MEDIA PHARMA InDonEsIA

sebuah survei dilakukan oleh synovate inc. pada Desember 2009 telah mengungkap fakta di 17 pasar di beberapa negara, mencakup hampir sebanyak 12.000 responden.

t

Page 16: Media Pharma Indonesia 2011

The Case14 MEDIA PHARMA InDonEsIA

Kegiatan utama yang disebutkan, memakan lebih banyak buah dan sayuran (61%), dengan berolah raga teratur (37%), suplemen vitamin (35%) dan berusaha menurunkan berat badan (33%).

"Responden dari Hungaria (83%), Serbia (76%)dan Chili (73%) adalah pendukung tertinggi untuk mengkonsumsi lebih banyak buah dan sayuran, dengan kecenderungan dikapitalisasi pada merek makanan,"kata Rafael Céspedes, Managing Director Synovate di Chili.

"Ada kekhawatiran lebih besar di Chili tentang makan sehat ini telah diadopsi oleh merek dalam kegiatan komunikasi produk mereka yang difokuskan pada peningkatan konsumsi buah-buahan dan sayuran," tambahnya.

Untuk Australia, program studi yang paling populer dari tindakan untuk meningkatkan kesehatan adalah berusaha menurunkan berat badan (sebesar 61% versus rata-rata global 33%). Dari mereka yang disurvei, Australia juga merupakan pembeli terbesar produk penurunan berat badan 11% terhadap rata-rata global sebesar 4% (diikuti oleh Spanyol dengan 10%). Ini adalah kesempatan besar bagi merek, kata Mike Cassidy, Managing Director Synovate Australia.

"Australia cepat menjadi salah satu bangsa paling gemuk di dunia, sehingga rencana pemasaran produk penurunan berat badan dan memberikan peluang besar bagi banyak merek. Pemerintah Australia melakukan pekerjaan yang sangat baik menyoroti risiko yang terkait dengan kelebihan berat badan. Itu sebabnya hampir dua-pertiga dari kita yang berupaya merampingkan tubuh," lanjut Mike Cassidy

DoSING UPJadi apa yang terjadi pada daftar belanja obat kami?Obat Batuk/Demam (40%) dan Analgesik (38%) adalah dua obat teratas yang dibeli oleh orang di seluruh dunia selama enam bulan terakhir. Ketika survei dilakukan selama pada 'musim flu', apa yang dapat dipertimbangkan pada sebagian besar pasar, mungkin terjadi sedikit kejutan. Tapi, di pasar selalu ada beberapa pemimpin yang jelas dalam pembelian obat-obatan ini.

Untuk Analgesik, warga UEA adalah pembeli teratas, dengan skor 72% dalam enam bulan terakhir. Sementara juga warga Inggris 62% dan Australia 61%. Apakah ini suatu kasus pen-cegahan lebih baik daripada pengobatan?

Tampaknya demikian, menurut Karlsson,"Kebanyakan orang di UEA cenderung membawa obat analgesik OTC dan meng-gunakannya bahkan hanya untuk sakit kepala ringan, seperti gejala ringan pilek atau flu, atau lainnya yang umum, paling mungkin akibat iklim yang sangat panas diluar berkombinasi dengan temperatur dingin dari mesin pendingin di ruangan."

Sementara pada ujung paling bawah dari skala adalah Taiwan hanya 10%, diikuti oleh Hong Kong 15%, dan Chili 17%.

Managing Director Synovate Taiwan, Jenny Chang memakai atribut ini untuk sistem perawatan kesehatan yang ter-jangkau dan mudah diakses di Taiwan. Dibandingkan dengan negara lain, klinik dan rumah sakit di Taiwan umumnya lebih mudah diakses, pasien lebih suka mendapat nasihat profesional, dokter, apoteker bahkan untuk gejala ringan.

Selain itu, obat yang diresepkan seperti analgesik atau obat batuk/flu sebagian besar tercakup di dalam Biro Asuransi Kesehatan Nasional (BNHI-Bureau of National Health Insu-rance) dengan skema penggantian yang membuat obat-obat itu sangat terjangkau oleh pasien dan bahkan lebih murah dari obat bebas .

"Selain itu, begitu banyak klinik tradisional Cina di Taiwan dibahas dalam BNHI bahwa orang akan pergi ke sana untuk perbaikan secara alami, seperti naprapathy." (Bodywork yang memanipulasi tulang belakang dan jaringan ikat).

Warga Indonesia adalah pembeli teratas untuk obat batuk dan demam dengan skor 58%, disusul oleh Korea 56%.Robby Susatyo, Managing Director Synovate Indonesia, mengatakan, pemakaian OTC obat batuk dan demam tinggi merupakan kombinasi dari faktor perubahan cuaca di sini yang drastis, cuaca cerah di pagi hari dan hujan pada jam berikut, tak lama matahari kembali memanaskan udara.

Ketidakkonsistenan iklim meningkatkan kerentanan oleh dampak cuaca. Kota Jakarta juga salah satu kota terpadat ke tiga di dunia memicu pilek menyebar dengan cepat. Sementara sangat terbatasnya cakupan asuransi kesehatan sehingga hampir semua orang membayar untuk pengobatan mereka sendiri. Oleh karena biaya dokter mahal, orang cenderung membeli OTC dan mengobati sendiri.

warga indonesia adalah pembeli teratas untuk obat batuk dan Demam dengan skor

46% disusul oleh korea

56%

australia Belgia Chili Perancis jerman Hong Kong Hungaria Indonesia Korea Selatan

Belanda Serbia Singapura Spanyol Taiwan uni emirat arab

Inggris amerika Serikat

417 517 508 506 500 1000 644 1.047 1002 1.123 600 1.002 504 1.007 505 511 507

Jumlah responden yang disurvei di 17 negara

Page 17: Media Pharma Indonesia 2011

generik dan fakta bahwa generik terkadang tidak memiliki kemasan dengan instruksi berbahasa Inggris yang muncul persepsi sebagai barang impor yang murah dan inferior.

Mungkin tidak mengherankan bahwa 44% responden memi-lih untuk memakai atau memberikan keluarga mereka pro-duk bermerek. Mengingat, UEA merupakan yang terbanyak (86%), diikuti oleh Chili sebesar 79% (62% sangat setuju), dan Singapura (71%). "Ini disebabkan campuran kebangsa-an di UEA, mereka mencari merek yang digunakan kembali di rumah," kata Karlsson. "Merek internasional lebih diper-caya daripada merek lokal. Orang-orang di UEA menangani kesehatan dengan sangat serius, mereka lebih suka merek yang diakui, yang mereka percaya."

Namun dari keseluruhan pasar, ada sebagian kecil pasar tidak setuju bahwa mereka lebih memilih untuk mengguna-kan/memberikan keluarganya produk bermerek, sebesar 28%, khususnya 70% warga di Hongaria tidak setuju, diikuti oleh AS dan Perancis, 49% dan 48% masing-masing.

Tapi bagaimana apoteker melihat ketika berkenaan dengan produk bermerek? Bertentangan dengan pandangan konsu-men seperti di Perancis, apoteker menganggap merek me-mainkan peran penting, kata Marc Papanicola, Managing Director Synovate Perancis.

Apoteker merasa bahwa lebih mudah untuk merekomen-dasikan salah satu obat yang paling dikenalmya. Pasien lebih menyukai membeli obat dari informasi yang telah mereka dengar melalui kampanye iklan atau karena orang di sekitar mereka sudah menggunakannya. Ini lebih mudah meyakinkan kepada mereka tentang kemanjuran obat itu.

Oleh karena itu, kesadaran merek di antara pasien benar-

Di sisi lain, kampanye iklan produk OTC yang sangat keras. Dan banyak aspek lain bahkan orang yang tidak sakit termotivasi untuk membeli.

"Bagi warga Korea, ini lebih merupakan masalah kehati-hatian, jelas Jellinek, warga Korea sangat berhati-hati saatmuncul suatu penyakit, mereka mengenakan masker padaawal flu, atau ketika terjadi sebuah gelombang flu nasional. Kehati-hatian ini juga tercermin dalam administrasi obat-obatan yang sering ada dalam dosis yang jauh lebih tinggi daripada di negara Barat. Namun, warga Korea juga dikenalsebagai pendukung kuat jamu tradisional. Beragam 'peng-obatan alami' yang tersedia menawarkan alternatif kepada kedokteran barat dan makin banyak peminatnya.

PERTEMPURAN MEREK: LEBIh DARI SEKADAR LABEL?Obat bermerek versus berlabel 'dari toko sendiri'? Perdebat-an ini melibatkan industri, bukan hanya pasar OTC. Tidak mengherankan jika opini yang berkembang berbeda-beda. Secara keseluruhan, 42% responden tidak memperhatikan 'label toko' di balik produk, sehingga menjadi efektif sebagai-mana produk obat bermerek (Spanyol sebesar 71%, Inggris dan AS keduanya 65%).

Sebaliknya, hampir sepertiga dari orang di seluruh dunia (27%) tidak menganggap 'label toko sendiri' itu efektif. UEA memiliki skor 52%, Chili 49%, Singapura 45%, sementara Inggris memiliki skor terendah 6%. Responden setuju dengan pandangan ini, dan menjadi atribut bagi Bob Douglas, Global Head of Synovate Healthcare untuk membangun persepsi dari kualitas.

Menurut Douglas, konsumen Inggris mungkin menganggap merek sebagai lambang yang merepresentasikan kualitas. Persepsi kualitas ini diperkuat oleh harga premium lebih dari

15MEDIA PHARMA InDonEsIA

sejauh mana anda setuju atau tidak setuju dengan pernyataan berikut?

17% 23% 18% 5%10%27%

12% 15% 25% 3%20%24%

10% 16% 23% 2%23%25%

20% 22% 16% 2%14%26%

27% 18% 16% 2%22%15%

15% 19% 18% 3%16%29%

13% 18% 22% 3%18%25%

19% 21% 24% 2%14%20%

21% 18% 15% 8%20%19%

Saya berpikir merek produk OTC efektif sebagai produk bermerek.

Saya lebih suka menggunakan/memberi-kan keluarga saya merek yang diakui.

Saya khawatir tentang mengambil obat atau diresepkan oleh dokter.

Saya lebih suka OTC selain melalui dokter ketika saya bisa.

Saya telah mengambil suatu produk OTC tanpa benar-benar membaca label/mengikuti instruksi

Saya lebih suka menggunakan pengo-batan alternatif kapan pun saya bisa.

Saya khawatir bahwa asisten penjual OTC kurang berpengalaman untuk merekomendasikan beberapa produk.

Saya percaya apoteker memberi saya saran tentang produk OTC.

Saya nyaman membeli obat OTC di luar negeri.

Saya senang untuk memakai pil tidur ketika beper-gian untuk membantu tertidur, misalnya di pesawat

Saya meminta orang lain untuk membeli saya obat OTC ketika pergi ke luar negeri.

35% 15% 26%10%

34% 14% 7% 6%29%11%

7% 6%

Synovate research reinvented

Sangat tidak setuju

Agak tidak setuju

Setuju atau tidak setuju

Agak Setuju

Sangat Setuju

DK/Ref

Page 18: Media Pharma Indonesia 2011

The Case

Namun, ada beberapa pasar yang lebih percaya nasihat apoteker, termasuk UEA sebanyak 70%, Jerman 67% dan Hong Kong dan Serbia, keduanya sebanyak 66%.

"Hasil ini mengkonfirmasi apoteker memiliki posisi yang kuat di berbagai negara, tidak hanya sebagai saluran penjualan tetapi juga sebagai konsultan," kata Thomas Schafer, Associate Director Synovate di Jerman.

BAGAIMANA DENGAN INFoRMASI KESEhATAN oNLINE? Dengan berkembangnya media online, tampaknya kesehatan menjadi topik yang populer dalam komunitas online. Situsobrolan (chatting) merupakan sumber yang paling populer ke-empat untuk informasi kesehatan, sebanyak 20% respon-den memilih menggunakan online. Bahkan lebih menarik lagi ketika dilihat secara regional. Di Pasar Asia; Taiwan seanyak 48% dan Korea 36%. Skor ini jauh lebih tinggi dibandingkan Pasar Eropa seperti Spanyol 2%, Perancis dan Inggris, masing-masing sebanyak 4%.

Apakah ini cermin yang jelas dari perbedaan sikap terhadap situs kesehatan dan pengaruhnya terhadap kehidupan di setiap pasar sehari-hari? Ini adalah keuntungan bagi merek yang eksis di pasar-pasar.

Douglas memberi komentar bahwa secara keseluruhan, tampak sangat jelas pentingnya internet sebagai sumber informasi kesehatan, tidak hanya dalam hal informasi yang dipublikasikan tetapi juga melalui penggunaan situs jejaring sosial. Hasil ini mendasari pentingnya jejaring sosial yang memiliki implikasi signifikan.

STRATEGI KoMUNIKASITidak mengherankan untuk melihat beberapa Pasar Asia yang terkemuka, karena mereka cenderung lebih mudah untuk menggunakan teknologi dibandingkan negara-negara Barat yang lebih konservatif.

oTC Medicine: Sama pentingnya dengan sikat gigi?Ketika bepergian untuk urusan bisnis atau sekadar pleasure, ada sejumlah item yang selalu ada didaftar tas/kemasan kita. Bagaimana dengan obat OTC? Synovate menanyakan kepada responden, obat OTC yang mereka bawa saat be-pergian, dan terdapat tiga obat teratas yang mereka bawa1. Pereda Nyeri 51%. Warga UEA diurutan pertama 75%,

diikuti oleh Belanda dengan skor sebanyak 73%.2. Obat Pencernaan 37%. Warga Belgia yang tertinggi di sini

dengan skor sebanyak 66%, diikuti oleh Korea 53%.3. Produk Pertolongan Pertama 35%. Chili 70% (dua kali lipat

rata-rata global), diikuti Korea dengan skor sebanyak 62%.

Karena kebanyakan orang di UEA membawa analgesik OTCsetiap hari, jadi tidak mengherankan bila mereka juga mem-bawanya di hari libur.

Salah satu hal penting bagi warga Arab dan Asia yang me-netap di UEA, yang dipertimbangkan ketika pergi berlibur ke luar negeri adalah sistem kesehatan dan rumah sakit dari negara yang mereka kunjungi. Masalah medis dan keselamatan secara ekstrim menjadi top of mind,"kata Karlsson.

benar penting bagi apoteker, last but not least, apoteker, tentu saja memperhitungkan marjin laba mereka. Mereka tidak memiliki marjin yang sama pada setiap merek. Oleh karena itu mereka akan merekomendasikan merek yang secara finansial favorable bagi mereka, tergantung pada kesepakatan awal dengan perusahaan farmasi.

DI TANGAN PRoFESIoNALUntuk menangani kesehatan biasanya kita hanya mencari siapa yang kita yakini dapat memberikan saran terbaik. Apakah dari seorang dokter, ataukah ada sumber-sumber informasi lain yang efektif dan dapat diandalkan?

Synovate menanyakan kepada responden yang mengguna-kan sumber informasi kesehatan. Secara keseluruhan, ter-dapat tiga profesi yang paling populer, yakni:1. Dokter Praktek Umum/Dokter Keluarga /Dokter/Dokter

Kesehatan Masyarakat sebesar 69%. Di sini, Belanda memimpin dengan skor 88%, diikuti oleh Australia 86% dan Belgia 85%, yang terendah adalah Korea 34%, Hong Kong 39%, AS 62%

2. Dokter Spesialis/Spesialis Kesehatan Masyarakat 34%. Taiwan memimpin dengan skor 75%, diikuti oleh Korea 61% dan Jerman 55%. Terendah adalah Hong Kong 7%, Indonesia 12%, Inggris 17%.

3. Apoteker/Ahli Kimia 29%. Di Australia tertinggi dengan 70%, Belgia 58%, dan Jerman 52%. Terendah adalah Hong Kong 6%, Indonesia 7%, 8% Serbia.

Menurut Bob Douglas, "Untuk beberapa hal, ini mencermin-kan struktur kesehatan di setiap negara secara individu serta kemudahan akses. Sebagai contoh, Belanda dan Inggris, dokter praktek umum adalah gatekeeper untuk kesehatan. Belanda menunjukkan skor tertinggi, 88%. Mereka akan mengunjungi dokter untuk mendapat nasihat untuk kesehat-annya dan Inggris adalah salah satu yang terendah dalam hal orang-orang yang mencari nasihat dari dokter spesialis.

"Peran apoteker dalam memberi nasihat tentang kesehatan ini sangat bervariasi. Di Australia 70% mengklaim, mereka mencari nasihat dari apoteker. Sementara di Hong Kong hanya 6%. Peranan apoteker diatur untuk berubah secara radikal dalam hal diagnosis dan pengobatan, dan data ini menunjukkan bahwa penerimaan dan pengambilan inisiatif ini diterima sangat berbeda-beda di berbagai negara."

Secara keseluruhan 46% responden khawatir atas pemakai-an obat tanpa resep dokter. Pada tingkat pasar, UEA merasapaling kuat dengan skor 64%, diikuti Singapura 63% dan Hong Kong 61%. Demikian pula, sebanyak 42% responden di seluruh dunia tidak setuju dan mereka lebih memilih obat OTC daripada resep dokter. Reponden Serbia dan Taiwan, keduanya memiliki skor tertinggi, 71%.

Sebesar 40% responden di seluruh dunia mengatakan bah-wa mereka khawatir bahwa asisten penjualan OTC kurang berpengalaman untuk merekomendasikan produk. Sedang-kan 43% tidak mempercayai saran dari apoteker, terutama di Hongaria dengan skor 89%, Belgia 85% dan Perancis 81%. Jadi sepertinya, secara keseluruhan bahwa kepercayaan untuk pengobatan mereka terletak pada dokter.

16 MEDIA PHARMA InDonEsIA

Page 19: Media Pharma Indonesia 2011

mereka tidak merasa nyaman membeli obat-obatan luar negeri. Sikap ini juga dapat dipengaruhi oleh kenyataan bahwa mayoritas perjalanan ke luar negeri yang dilakukan oleh warga Chili berada di negara-negara Amerika Selatan lainnya, yang mereka anggap kurang dapat diandalkan untuk isu-isu kesehatan.

Di ujung lain spektrum, pembeli paling nyaman OTC luar negeri adalah Spanyol dengan skor 58% (sangat atau agak setuju bahwa mereka merasa nyaman) dan, sampai batas tertentu, Warga Amerika Serikat sebesar 40% sangat atau agak setuju. Memang, 70% dari orang Spanyol dan Amerika Serikat, 56% dari Inggris bahkan akan meminta orang lain membelikan OTC untuk mereka ketika di luar negeri. Nah, itu menjadi sebuah souvenir yang menarik untuk dibawa pulang.

tidak merasa nyaman membeli OTC di luar negeri, kecuali warga UEA. Mayoritas di berbagai negara dengan ketidakpercayaan yang tinggi, merasa baik-baik saja membeli obat bebas di luar negeri," observasi Germany's Schafer.

"Tampaknya sikap ini tergantung langsung pada kualitas nasihat yang diberikan oleh apoteker. Seorang traveller mungkin takut mereka tidak mendapatkan konsultasi diluar negeri untuk digunakan di rumah. Segera setelah mereka tidak berharap memperoleh nasihat, mereka merasa nyaman untuk membeli di mana saja."

Chili Céspedes menambahkan, "Ada beberapa ambiguitas antara sikap dan perilaku sebenarnya dari warga Chili ketika datang pada OTC. Tiga perempat yang telah membeli obat bebas dalam enam bulan terakhir namun 60%-nya mengatakan bahwa mereka khawatir terhadap penggunaan obat yang tidak diresepkan oleh dokter. Dalam skenario ini, maka tidak heran

TERTIDUR LELAPMeskipun secara fisik mungkin mudah untuk melompat dari zona waktu ke zona waktu, tubuh kita, dan terutama pola tidur, memerlu-kan waktu cukup untuk menyesuaikannya. Ini akan masuk akal terutama untuk mereka yang melakukan perjalanan bisnis dengan waktu terbatas, mereka dapat mempertimbangkan obat tidur yang menjadi bagian integral dari perjalanan mereka sehingga mereka dapat menjadwalkan tidur mereka sesuai dengan waktu setempat.

Kedengarannya cukup praktis, namun subjek 'pil tidur' menghasilkan pandangan yang sangat berbeda antara pasar. Dan tampaknya tidak ada jalan tengah, hanya tingkat kenyamanan versus kuat ketidaknyamanan dengan penggunaan pil tidur saat bepergian.

Skor signifikan 95% dari Hongaria sangat setuju bahwa mereka senang untuk memakai pil tidur ketika bepergian seperti halnya dari Belgia 72% dan Spanyol 67%. Sebaliknya, 83% dari Serbia sangat tidak setuju bahwa mereka senang memakai pil tidur, diikuti oleh Jerman 73% dan Taiwan 70%.

secara keseluruhan

responden khawatir atas pemakaian obat tanpa resep dokter. Demikian pula, sebanyak

responden di seluruh dunia tidak setuju dan mereka lebih memilih obat otc daripada resep dokter.

17MEDIA PHARMA InDonEsIA

A different point view.Visit and get free digital version to save on your pc.

PHArmA cOmmuNITynew Platform*new Energy search from Google >

Haveyouvisited it?

Pharma InDonEsIA

click here

46%

Komentar Germany's Schafer,"Pil tidur memiliki reputasi buruk di Jerman. Ada tren yang umum, tidak memakai obat-obatan jika ada cara untuk menghindarinya, pil tidur tidak dianggap penting atau kuratif di sini.

MEMBELI oBAT DI LUAR NEGERIJadi, apakah sikap kita terhadap pembelian OTC dicerminkan oleh perilaku kita ke luar negeri? Tampaknya tidak. Sedang-kan sebanyak 35% dari orang di seluruh dunia sangat atau agak setuju bahwa mereka merasa nyaman membeli obat OTC di luar negeri, setengah dari Chili dan Jerman tidak nyaman membeli obat OTC di luar negeri.

"Data menunjukkan bahwa mayoritas di pasar dengan kepercayaan yang tinggi pada nasihat apoteker di rumah

42%

Page 20: Media Pharma Indonesia 2011

H18 MEDIA PHARMA InDonEsIA

they are falling in love with indonesia

EconoMic uPDAtE

Pada 2020, E7 akan mengambil porsi terbesar dalam Produk Domestik Bruto (PDB) dunia dan mengalahkan neg-ara-negara maju yang tergabung dalam G7 yang terdiri dari Perancis, Jerman, Italia, Jepang, Inggris, AS, dan Kanada.

Memperkuat survei PWC itu, Oxford Economics pada Juni 2011, dalam survei yang dirilisnya pun menyebutkan E7 akan mengalahkan kelompok negara-negara emerging markets lainnya, seperti Vietnam, Kolombia, Afrika Selatan, dan Korea Selatan.Dengan total jumlah populasi yang saat ini hampir mencapai 2,6 miliar (lebih besar dibanding G7), Oxford Economics memperkirakan populasi E7 yang tumbuh dua kali lipat dari G7, gap antara dua kelompok ini akan mencapai lebih dari 2,8 miliar pada 2020.

Survei dilakukan terhadap 363 eksekutif bisnis yang mewakili lebih dari US$ 256 miliar pendapatan global. Responden berasal dari AS 19%, Inggris 20%, India 15%, Jepang 18%, serta China, Brazil, Meksiko, dan Australia masing-masing sebesar 8%.

Para eksekutif bisnis yang menjadi responden itu berasal dari berbagai sektor industri, seperti jasa keuangan, manu-faktur, serta teknologi informasi dan komunikasi.

Oxford Economics merupakan salah satu perusahaan konsultasi riset terkemuka di dunia. Didirikan pada 1981, Oxford Economics yang bermitra dengan TempletonCollege, Oxford University menjadi perusahaan konsultan dan riset perekonomian global, industri, dan analisis bisnis.Menurut survei ini, China akan mengalahkan AS pada 2018, menjadi negara dengan perekonomian terbesar di dunia. Tapi di sisi lain, pertumbuhan bisnis yang sangat cepat di negara-negara yang sedang berkembang, mencip-takan kesempatan besar bagi perusahaan-perusahaan dari barat. Banyak perusahaan yang melakukan ekspansi ke pasar baru lewat investasi atau akuisisi.

Hasil survei juga menunjukkan, perusahaan-perusahaan lokal banyak berinvestasi pada teknologi untuk meningkat-kan produktivitas dan memenuhi kebutuhan konsumen lo-kal. Perusahaan swasta tidak membatasi belanja mereka. Begitu juga perusahaan-perusahaan negara mengeluarkan dana sangat besar untuk infrastruktur dan pengembangan program.

Manajer Pendanaan Swiss & Global Asset Management, Vincent Lagger meneliti peran Indonesia dalam kisah pertumbuhan berkelanjutan Asia. Ia mengatakan, bahwa

hARIAN EKoNoMI Austria 'WirtschaftsBlatt' meng-ungkap kajian Pricewaterhouse-Coopers (PwC)Januari 2011, yang memprediksikan bahwa dalam 20 tahun mendatang kombinasi GDP dari tujuh negara E7 (the Emerging Economic Countries), menjadi yang terbesar dan akan menggeser grup negara-negara industri maju, Group of Seven (G7).

harian Ekonomi Austria menyebut negara-negarayang dikategori-kan sebagai E7 adalah China, India, Brazil, Rusia, Indonesia, Meksiko, dan Turki itu akan mengalahkan negara-negara G7.

Business eConomy

Page 21: Media Pharma Indonesia 2011

19MEDIA PHARMA InDonEsIA

harian Ekonomi Austria

'WirtschaftsBlatt' mengungkapkan kajian dari Pricewater-houseCoopers (PwC) pada Januari 2011.

sejak krisis keuangan, Asia telah diuntungkan oleh kebijakan moneter yang longgar, leverage yang rendah, investasi berlanjut dan belanja konsumen. Ini adalah latar belakang yang positif dan diterjemahkan ke dalam proses pemulihan cepat guna mempersempit kesen-jangan pertumbuhan antara negara berkembang dan negara maju.

Pertumbuhan ekonomi Asia seperti Indonesia, ditandai dengan tren demografis dan sosial yang menguntung-kan, sistem perbankan yang sehat, beragam basis eko-nomi, keuangan yang sehat dan dukungan kebijakan ekonomi yang kuat.

Sementara China dan India umumnya berperan sebagai mesin pertumbuhan global di masa depan, Indonesia bisa mengklaim status yang sama berdasar-kan kemampuannya sendiri. Penduduk Indonesia, yang tersebar di 17.000 pulau, lebih besar ketimbang gabungan Jepang, Perancis dan Inggris. Lokasi Indonesia yang sentral menciptakan jalur pasokan yang kuat mengarah ke China, India dan Jepang.

Sebagai pemasok kompetitif komoditas global untuk energi dan komoditi lunak, Indonesia dapat memanfaat-kan industrialisasi India dan urbanisasi China. Negeri ini juga memiliki ekspor yang kuat dan merupakan pemasok terkemuka kelapa sawit, karet, kakao, beras, kopi dan teh ke seluruh dunia.

Sebagai contoh, Indonesia adalah eksportir global terbesar minyak sawit memproduksi lebih dari 45% dari produksi global di dunia.

Peningkatan Investasi Langsung Asing (FDI) ke pasar saham Jakarta menggambarkan tingkat kepercayaan pada prospek negara. Berbagai macam modal kecil dan menen-gah yang saat ini belum muncul untuk memberi peluang yang cukup bagi investor global.

TREN URBANISASITenaga kerja Indonesia tumbuh pada kisaran dua juta orang per tahun, dan negara kecenderungan menunjukkan tren urbanisasi yang sama seperti China dan India: pada tahun 2020 lebih dari 60% dari 262 juta warga (keempat terbesar di dunia ini) akan tinggal di kota. Bisnis di wilayah ini menempati peringkat ketiga di antara negara-negara Asia pada pertumbuhan laba sejak tahun 2002, tepat di belakang China dan India.

Berkat sistem perbankan yang sehat dan pengurangan utang negara terhadap rasio PDB dari 100% menjadi 26% sejak krisis Asia pada 1997, hutang Indonesia dinilai oleh Standard & Poor's dan Fitch selama tahun 2010 dan dari Moody's pada bulan Februari 2011.

Indonesia telah meyakini perkembangan politik yang dijan-jikan oleh pemerintahan Presiden Yudhoyono yang dipilih secara bebas. Dia diharapkan mampu mengelola belanja publik untuk secara gigih mengatasi hambatan infrastruk-tur. Muncul kelas menengah muda, stabilitas politik dan hubungan yang kuat dengan negeri tetangga yang menye-diakan lahan subur untuk konsumsi, sumber daya dan investasi infrastruktur di Indonesia.

'KEKASIh' BARU INvESToR DI ASIAEwan Thompson dari Neptune’s Asia Pacific Opportunities fund mengatakan bahwa penduduk Indonesia sebanyak 245 juta adalah terbesar keempat di dunia. Dan kira-kira setengah dari penduduk di bawah 30 tahun, yang berarti jumlah yang besar seseorang untuk masuk ke tahap konsumsi. Pendapatan kapital mengalami pertumbuhan tercepat kedua di dunia setelah China. Jika digabungkan dengan aspek demografis menjadi kombinasi yang sangat kuat.

Thompson menambahkan,"Sekarang adalah waktu yang tepat bagi investor untuk menarik manfaat dari peluang investasi besar di Indonesia menindaklanjuti iklim keuan-gan yang menggiurkan." "Posisi Indonesia yang terletak di perempatan benua Asia dan Australia, di antara Samudera

Dalam 20 tahun mendatang kombinasi GDP dari tujuh negara berkembang menjadi yang terbesar, the Emerging Economic Countries (E7), akan menggeser kelompok negara-negara industri terkemuka Group of Seven (G7).

China

India

US

Indonesia

Brazil

Pakistan

Bangladesh

Nigeria

Russia

Japan

0 100 200 300 400 500 600 700 800 900 1000 1100 1200 1300 1400 1500

Source : US. Census Bureau - and - www.internetworldstats.com/ststs8.htm

1.330.0

1.173,1

310.2

243.0

201.1

177.3

158.1

152.2

139.4

126.8

Most Populated Countries in the World - Mid-Year 2010

E7

Page 22: Media Pharma Indonesia 2011

20 MEDIA PHARMA InDonEsIA

Business eConomy

The World Economic Forum telah merilis Competitiveness Report untuk pertama kalinya di Indonesia 2011 yang digelar di Jakarta pada 12-13 Juni 2011. Laporan ini mengacu pada temuan Global Competitiveness Index 2010-2011 (GCI) dan memberi gambaran yang komprehensif dari lanskap kompetitif setiap negara saat ini. Ini mengidentifikasi manfaat negara dapat membangun serta mengantisipasi ancaman saat ini demi tujuan pertumbuhan yang kuat.

Menurut Menteri Perdagangan Indonesia, Mari E. Pangestu, dalam laporannya ia mengatakan "Ranking Indonesia telahmeningkat secara signifikan, namun, kami menyadari kebutuh-an pada peningkatan daya saing, Pemerintah telah memprio-ritaskan untuk mengatasi tantangan ini, terutama tantangan pada infrastruktur. Kami menyadari kebutuhan untuk pening-katan sumber daya berkelanjutan, kesehatan, pendidikan dan pelatihan pekerja.

Indonesia menduduki urutan ke 44 dari 139 negara pada Global Competitiveness Index 2011. Sejak 2005, daya saing Indonesia telah berkembang di 12 kategori indeks (12 Pillars). Meluncur 10 level ke atas, dan merupakan yang tertinggi dari semua negara G20.

Melampaui BRIC, kecuali Cina (ke 27). Saat ini Indonesia berada di atas India (ke 51), Afrika Selatan (ke 54), Brazil (ke 58) dan Rusia (ke 63). Berada ditengah negara-negara ASEAN, di bawah Singapura (ke 3) dan Malaysia (ke 26), jauh di atas Filipina (ke 85) dan Kamboja (ke 109), setara dengan Thailand (ke 38) dan Vietnam (ke59).

Selain kekuatan Indonesia pada pertumbuhannya yang cepatdan manajemen fiskal yang baik, negeri ini memiliki basis pajak yang kuat. Pendidikan dasar dapat diakses oleh hampir semua warga dengan kualitas kian membaik. Saat ini, upaya selanjutnya adalah peningkatkan akses pendidikan tinggi yang berkualitas.

Faktor-faktor yang penting ditahun mendatang, antara lain adalah efisiensi dari pasar

relatif baik melalui pajak yang kompetitif dan persaingan ketat. Meskipun hambatan biro-krasi dan perdagangan masih menjadi kendala utama. Keuntungan lainnya adalah Indonesia memiliki pasar yang besar, salah satu dari 20 ekonomi terbesar di dunia, kelas menengah di negara ini telah tumbuh secara masif.

Salah satu langkah peningkatan daya saing perdagangan di Indonesia selanjutnya untuk mengintegrasikan negara-negara ASEAN salah satunya adalah Asean Single Window.

Indonesia memiliki salah satu kelemahan yang paling jelasyakni masalah infrastruktur. Pelabuhan, jalan dan kereta api dalam kondisi perlu banyak perbaikan. Jaringan dan pasokan listrik masih belum meluas dan kurang bisa diandalkan. Peng-gunaan teknologi informasi dan komunikasi masih terbatas antara perusahaan di sebagian besar populasi. Kesehatan masyarakat masih perlu perhatian yang serius, lapangan kerja yang terbatas berkontribusi pada tingginya pekerja informal dan kondisi kerja yang buruk.

Pada akhirnya Indonesia harus terus memperkuat kerangka kelembagaannya, dimana korupsi masih banyak, sementara itu transparansi dan prediktabilitas juga dibutuhkan dalam proses pembuatan kebijakan.

"Dari sudut pandang ekonomi, Indonesia telah membuktikan ketangguhannya dalam mengatasi krisis ekonomi global selama dekade terakhir," kata Thierry Geiger, Ekonom, penulis utama laporan the World Economic Forum 2010-2011.

"Perkembangan yang positif ini sebagian besar tercermin pada kinerja daya saing Indonesia, tapi negeri ini belum bisa berpuas diri. Masih banyak kelemahan yang berdampak buruk bila perbaikannya tidak diprioritaskan."

INDoNeSIA, negara dengan perekonomian terbesar ke 17 di dunia dan terbesar ke 6 di negara-negara berkembang. secara ekonomi tumbuh sangat dinamis di level 5% antara tahun 2001 - 2010. Negeri ini telah melewati krisis ekonomi global baru-baru ini sangat baik dan tahun 2010 menjadi negara ketiga tercepat di Kelompok 20 (G20).

A lot of homework for indonesia

GLobAL coMPEtitivEnEss inDEx 2011

Page 23: Media Pharma Indonesia 2011

21MEDIA PHARMA InDonEsIA

12 PILLARS oF ThE GLoBAL CoMPETITIvENESS INDEx 2010-2011

1. Institutions 2. Infrastructure3. macroeconomic environment4. health and primary education5. higher education and training6. Goods market efficiency,7. Labor market efficiency8. Financial market development9. Technological readiness10. market size11. Business sophistication12. Innovation.

Pada akhirnya, Indonesia harus terus mem-perkuat stabilitas ekonomi. Meskipun situasi cenderung aman, jauh lebih baik daripada masa-masa sebelumnya, tetapi masih banyak yang menjadi perhatian serius bagi komunitas bisnis.

Seperti diketahui dengan jelas, bahwa seper-lima dari penduduk Indonesia berada dalam kemiskinan ekstrim dan hampir separuh men-capai ambang batas, ketidaksetaraan mening-kat, harga untuk makanan, bahan bakar, dan gas relatif tinggi, dan risiko kerusuhan sosial.

Jika ekonomi tidak dapat menciptakan pekerja-an yang cukup di luar sektor pertanian untuk pertumbuhan populasi pemuda berpendidikan, korupsi yang merajalela, jika tidak ditangani, bisa menyulut ketidakpuasan masyarakat dengan konsekuensi yang bisa sangat buruk.

Pertumbuhan yang telah dialami Indonesia tidak akan membuat beberapa masalah selesai begitu saja, bahkan bisa berisiko memperburuk situasi.

Karena perkembangan yang kuat akan selalu menghasilkan kebutuhan baru sekaligus muncul penetapan standar baru di kalangan bisnis, investor, dan konsumen. Ini membuat, situasi yang dianggap memuaskan hari ini, tidak dapat diterima di masa mendatang. Namun, berdasarkan temuan laporan, satu pendapat optimis bahwa Indonesia akan berhasil melalui tantangan ini. <erw>

Sementara itu, staf khusus presiden untuk hubungan luar negeri SingapuraTeuku Faizasyah di sela-sela Forum Ekonomi Dunia mengatakan, negara- nya ingin melakukan investasi dalam proyek-proyek pembangunan infrastruk-tur di Sumatera, khususnya di Batam.

Untuk itu Singapura ingin penjelasan tentang skema pembangunan di Indo-nesia, terutama setelah pemerintah Indonesia meluncurkan Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangu-nan Ekonomi Indonesia (MP3EI).

"Kami menginginkan Indonesia men-jelaskannya secara rinci daerah di mana negara kami bisa melakukan investasi," kata Faizasyah. Ia mengata-kan konsep kemitraan akan diselaras- kan dengan MP3EI itu. Dalam WEF-EA, Indonesia juga menawarkan investasi di sektor infrastruktur melalui skema Public Private Partnership (PPP).

Pada forum itu, Menteri Keuangan RIAgus Martowardojo saat itu mengata-kan, bahwa penyediaan infrastruktur menjadi tantangan yang dihadapi Indonesia dalam lima tahun ke depan.Pembangunannya membutuhkan dana sekitar Rp1.400 triliun.

Menkeu mengatakan bahwa kemam-puan fiskal pemerintah dalam kese-imbangan kecil dan oleh karena itu kami menawarkan investasi di sektor infrastruktur untuk kedua belah pihak asing dan swasta. Pemerintah Indone-sia hanya mampu menyediakan sekitar 20% - 30% dari dana dan sisanya harus diperoleh dengan kerjasama dengan pihak swasta melalui skema kemitraan publik-swasta. Dalam tujuh tahun terakhir skema itu tidak memberikan hasil yang signifikan namun diharapkan akan segera ada proyek infrastruktur pilot.

"Saya optimis bahwa tidak akan ada kontrol modal," kata Menkeu menam-bahkan bahwa kondisi fiskal dan mon-eter di sektor riil adalah baik dan dapat mendukung aliran modal masuk. Pelu-ang investasi di Indonesia membantu baik warga dan investor karena negeri ini memiliki penduduk besar yang secara aktif bersaing untuk bergabung sebagai tenaga kerja. <erw/dbs>

Hindia dan Samudera Pasifik, memi-liki banyak keuntungan dari peluang investasi di berbagai sektor."

Pada Forum Ekonomi Dunia di Asia Timur, Direktur Quvat Management ber-basis di Singapura Thomas T. Lembong mengatakan, China dan India memiliki minat yang besar dalam investasi di Asia, termasuk Indonesia, tren ini harus dimanfaatkan sebaik mungkin. Oleh karena itu Thomas T. Lembong telah meminta pemerintah, pelaku bisnis dan investor untuk secara optimal me-manfaatkan peluang investasi yang luas di Indonesia.

"Asia makin berkembang. Indonesia saat ini adalah kesayangan para inves-tor. Mereka sadar bahwa Indonesia memiliki potensi yang sangat besar. Dalam hal sarana dan prasarana pen-dukung investasi, Indonesia tidak kalah dengan negara-negara berkembang lainnya seperti China dan India, tapi dibandingkan dengan negara-negara maju, Indonesia masih tertinggal jauh di belakang." kata Lembong.

"Oleh karena itu kita harus realistis, pasar dan investor selalu memiliki kecenderungan, banyaknya investasi yang bisa dipertahankan tergantung bagaimana kita memanfaatkan secara optimal," kata Lembong yang juga men-jadi the recipient of World Economic Forum Young Global Leader.

"Seperti belajar dari investor interna-sional, China dan India bukan negara tanpa masalah karena di negara-negara berkembang ada menghadapi banyak kendala dan kesulitan, namun Indonesia sebenarnya memiliki banyak fasilitas yang baik," tambahnya.

Untuk itu, Lembong mengatakan semua pihak termasuk pemerintah, pelaku bisnis, serta investor harus lebih bersabar karena untuk berinvestasi yang terpenting bukan kuantitas tetapi kualitas. "Idealnya, semua pihak harus bersabar, dan tidak terburu-buru sehingga dana tidak pergi ke proyek-proyek yang tidak perlu," katanya, me-nambahkan bahwa kunci keberhasilan investasi di Indonesia adalah kerjasa-ma dari semua pihak yakni pemerin-tah, bisnis pemain, dan investor.

EconoMic uPDAtE

Page 24: Media Pharma Indonesia 2011

22 MEDIA PHARMA InDonEsIA

eXCLusive inTeRview

Mengawal Projek switching Rx to otc di indonesia

Dr wIllem BIANTOrO wANANDIDewan Penasehat Gabungan Perusahaan Farmasi Indonesia

switcHing obat Ethical (Rx) ke golongan obat over-the-counter (OTC) selain merupakan peluang bisnis yang menarik bagi industri farmasi, juga dapat membantu meningkatkan aksesibilitas obat obat tersebut kepada masyarakat luas, yang pada gilirannya dapat meningkatkan pelayanan kesehatan masyarakat. Tentunya ini dilakukan pada obat yang telah terbukti aman dan efektif khususnya untuk mengatasi penyakit yang ringan.

Disisi lain, switching Rx-OTC dinilai bisa me-reduce biaya kesehatan secara keseluruhan, karena akanmemperpendek rantai pasokan obat dengan meminimalisir peran dokter dalam konsultasi dan penulisan resep.

Di bidang farmasi, switching Rx-OTC bukan hal yang baru. Di sebagian besar negara-negara maju telah melakukannya secara berkala. Banyak obat-obat Rx telah beralih menjadi OTC dengan tujuan untuk meningkatkan akses masyarakat atas obat, meningkatkan kesehatan masyarakat, menurunkan biaya pengobatan, meningkatkan peran apoteker, meningkatkan pasar obat.

Di Indonesia, switching Rx-OTC belum berkembang, oleh karena itu banyak molekul-molekul Rx yang sampai saat ini masih tetap diperlakukan sebagai obat Rx oleh BPOM/Menkes. Sementara di luar negeri telah digolongkan sebagai obat OTC.

Padahal dengan mengacu pada laporan monitoring efek samping dan keamanan obat-obat Rx yang dilakukan oleh WHO bekerjasama dengan institusi institusi yang terkait/terpilih dapat digunakan sebagai dasar acuan untuk melakukan switch di Indonesia.

Pandangan Umum Dewan Penasehat Gabungan Perusahaan Farmasi Indonesia

DR wiLLEM biAntoRo wAnAnDi

Bila obat telah terbukti keamanannya, efek sampingnya terkontrol dan sudah dikenal sejak lama oleh dunia kesehatan, perlu dipertimbangkan perubahan statusnya dari Rx menjadi OTC, misalnya obat-obat alergi, anti jamur, beberapa jenis antibio-tika, corticosteroid, bahkan obat AIDS.

Dalam hal ini pihak pemerintah dan industri farmasidi Indonesia bisa melakukan kajian bersama ten-tang apa dan bagaimana pelaksanaan switching yang telah dilakukan di negara maju, untuk tujuan memberi manfaat ekonomis dan kesehatan bagi masyarakat.

Menurut Gabungan Perusahaan Farmasi Indonesia Peraturan (GPFI), isu tentang switching dari Rx ke OTC di Indonesia, sebaiknya kembali dibahas di tingkat kementerian, mengingat saat ini hanya Menkes yang berwenang untuk mengaturnya, dalam hali ini BPOM sebagai lembaga yang mengusulkan dan memberi dukungan data.

GPFI menilai switching ini sangat relevan untuk dilakukan di Indonesia karena jumlah dokter yangterbatas dan masyarakat merasa biaya pelayanan kesehatan cukup mahal. GPFI berinisiatif untuk membahas dan mendorong agar prosedur switchingdi Indonesia ini dapat berjalan lebih lancar sesuaiprosedur. Pada Mei 2011, GPFI telah mengundang Nicholas Hall, seorang pakar OTC untuk melakukan kajian-kajian tantang apa yang telah dilakukan olehnegara yang lebih maju, pandangan pihak regulator setempat, kendala-kendala dan antisipasi switching. Menindaklanjuti gagasan ini, redaksi Media Pharma Indonesia sempat menemui Dewan Penasehat GP Farmasi DR Willem Biantoro Wanandi untuk memperoleh pandangan seberapa penting proyek

Page 25: Media Pharma Indonesia 2011

23MEDIA PHARMA InDonEsIA

Dengan kata lain calon obat-obat OTC itu benar-benar aman dan efek sampingnya terkontrol. Di negara-negara maju, biasanya switching Rx-0TC diperjuangkan oleh originator, sebagai penemunya mereka yang paling tahu mengenai obat mereka. Tapi di Indonesia upaya seperti ini tidak banyak terlihat sehingga dalam hal switching ini kita tertinggal jauh.

Mengapa baru saat ini gagasan itu muncul?

Sebenarnya gagasan ini pernah dilakukan secara sporadis oleh GPFI di masa lalu, tetapi tidak pernah ada kelanjutan dengan program yang sukses. Munculnya kembali gagasan ini terutama untuk meng-counter adanya anggapan bahwaharga obat terlalu mahal dan industri mengambil profit margin terlalu besar.

Kami telah lama memperjuangkan adanya health financing system yang sesuai untuk Indonesia dalam rangka mening-katkan kesehatan rakyat Indonesia dan memperjuangkan pelaksanaaan SJSN secepatnya agar aksesuntuk pemeliharaan kesehatan di Indonesia semakin menyentuh masyarakat luas.

Menurut Anda bagai-mana kesiapan Pemerintah untuk melakukan Switching Rx ke OTC ini?

Kalau saya melihat, Pemerintah dalam hal ini BPOM, sebenarnya mereka selalu memonitor

Switching Rx-OTC ini dan apa yang perlu dilakukan untuk mengawalinya? Berikut petikan perbincangan redaksi denganDR Biantoro Wanandi yang juga sebagai Chairman Anugerah Corporation di kantornya di Graha Atrium, Jakarta;

Pak Wanandi, alasan apa yang melatarbelakangi inisiatif GPFI mendorong projek 'Switching Rx ke OTC'?

Kami berpendapat bahwa pengembangan pasar obat oleh industri farmasi di Indonesia dirasakan cukup berat, karena berkembang lambat dan terbatas. Ini terlihat dari rendahnya belanja tahunan obat Indonesia dibandingkan dengan negara ASEAN (Thailand, Filipina, Malaysia, Singapura) .

Ini tidak lepas dari tidak adanya health financing system, seperti asuransi kesehatan nasional, aksesibilitas pelayanan kesehatan yang terbatas, kurangnya tenaga dokter, fasilitas kesehatan, dsb. Oleh karena itu perlu segera ditemukan wayout-nya terutama dalam hal membangun health financing system yang tepat, sehingga dapat mengurangi biaya kesehatan dari out of pocket.

Memang prosedur switching cukup kompleks, karena ituGPFI bekerjasama dengan Nicholas Hall, konsultan yangmemiliki reputasi dan data yang lengkap tentang kemajuan pasar OTC di dunia. Ini upaya awal kami untuk bisa meyakin-kan BPOM dan Kementerian Kesehatan menerima usulan penambahan daftar obat-obat OTC dan membuka akses obat-obat tersebut untuk tujuan meningkatkan pelayanan kesehatan masyarakat.

Tentu BPOM secara prosedur harus menilai obat-obat yang akan diusulkan itu dengan seksama dengan mempertimbangkan kebutuhan masyarakat. BPOM juga perlu meminta saran kepada para dokter agar sasaran dari switching ini dapat tercapai, yakni meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

Untuk hal-hal yang akan diinformasikan kepada konsumen beserta dosis, efek samping, cara pemakaian dsb, tentu juga harus dikonfirmasikan dengan laporan-laporan WHO yang memonitor efek samping obat di seluruh dunia agar tidak membahayakan pasien.

Page 26: Media Pharma Indonesia 2011

24 MEDIA PHARMA InDonEsIA

didalamnya memuat data-data pembanding yang cukup lengkap sebagai pertimbangan dan yang akan dijadikan acuan kebijakan untuk switching ini.Kita juga meminta semua industri farmasi lokal, bahkan saat itu juga ada wakil dari beberapa industri farmasi asing yang hadir, untuk mendiskusi-kan daftar obat-obatan yang menurut mereka perlu atau dapat dilakukan switching.

Saya kira Pak Subowo bersama industri lokal dan asing tengah melakukan diskusi akan hal ini dengan bantuan Nicholas Hall, sehingga pada waktunya bisa diajukan kepada pemerintah. Tapi jangan lupa industri farmasi yang mengambil peranan dalam menyebarluaskan obat-obat OTC itu juga harus melaksanakan uji Ba-Be bila memang diperlukan agar kualitas obat terjamin.

Terkait isu pelaksanaan SJSN yang saat ini masih berproses, tentunya membutuhkan obat resep dalam skala besar, jika industri farmasi berinisiatif untuk mengalihkan obat resepnya ke OTC. Tidakkah kontradiktif?

Kebijakan SJSN adalah kebijakan pembiayaan kesehatan termasuk pengobatan. Sedangkan

obat-obat yang akan dibiayai dalam rangka SJSN adalah obat-obat esensial yang terdiri dari obat-obat Ethical dan OTC. Jadi saya kira, Switching Rx-OTC itu tidak ada kaitannya dengan pelaksanaan SJSN.

Biasanya di negara-negara lain obat OTC tidak termasuk dalam daftar obat yang dibiayai oleh asuransi kesehatan, tapi dibayar dari saku sendiri. Hingga saat ini belum ada pembicaraan tentang termasuk atau tidaknya obat obat OTC dalam rencana pembiayaan obat dari sumber SJSN. Bilamana pada waktunya nanti OTC harus dibayar dari out of pocket, misalnya karena obat obat tsb hanya akan mengobati penyakit penyakit yang ringan, maka itu dapat mengurangi budget SJSN untuk obat obatan.

Kita semua berharap SJSN secepat mungkin mendapatkan anggaran dari Pemerintah dan dapat dilaksanakan secara ber-tahap. Saya kira bila tahapannya benar, anggaran yang diperlu-kan tidak terlalu besar jumlahnya, mengingat manfaat yang diperoleh dari SJSN jauh lebih besar ketimbang dana yang dikeluarkan untuk SJSN. <erw>

perkembangan dunia dalam hal Switching Rx ke OTC dan menurut keterangan yang saya peroleh sudah banyak molekul-molekul yang bisa diterima dan diloloskan, tetapi berhubung ijin untuk switching ini adalah wewenang Kementerian Kesehatan bukan BPOM maka prosesnya lebih kompleks daripada ijin registrasi obat.

Tetapi saya berharap pada tahap awal agar BPOM bisa menerima masukan itu dan meng-kaji dari pengalaman originator dari obat yang diusulkan tersebut dalam aspek keamanan dan ketepatan penggunaan obat, disamping bekerja sama dengan WHO. Saya juga menghimbau agar GPFI bekerjasama dengan IPMG untuk membantu BPOM mempersiapkannya agar usulan proyek ini kepada pemerintah dapat direalisasi dengan tahapan-tahapan yang sistematis.

Artinya, apakah Switching Rx ke OTC akan cukup mudah atau sulit dilaksanakan?

Yang namanya tantangan, tentunya tidak mudah, dan tidak setiap molekul Rx yang diusulkan dapat disetujui meskipun di luar negeri molekul ter-sebut telah 'di-OTC-kan'. Pemerintah akan mempertimbangkan banyak aspek, seperti kebutuhan obat di masyarakat, keamanan dan efektivitas obat itu, termasuk sosial ekonomi pada obat. Dan yang terpenting adalah impact dari switching ini terhadap kesehatan masyarakat yang nantinya akan mempengaruhi biaya pengobatan secara umum. Karena itu dalam projek Switching Rx-OTC diperlukan pengetahuan yang baik dari masyarakat tentang obat, pengobatan dan kesehatan.

Apalagi bila switching ini ingin dilaksanakan sekaligus padabanyak molekul Rx, akan ada banyak faktor lain yang juga perlu diperhatikan termasuk cost benefit.

Lalu sejauhmana langkah GP Farmasi ?

GPFI sudah memulai pengkajian untuk mendorong proyek ini, salah satu langkahnya adalah dengan mengundang konsultanOTC, Nicholas Hall untuk membahasnya dan membantu merumuskan white paper yang akan diusulkan kepada BPOM,

eXCLusive inTeRview

yang terpenting adalah impact dari switching ini terhadap kesehatan masyarakat yang nantinya akan mempengaruhi biaya pengobatan secara umum. Dalam projek switching Rx-otc diperlukan pengetahuan yang baik dari masyarakat tentang obat, pengobatan dan kesehatan.

Page 27: Media Pharma Indonesia 2011

25MEDIA PHARMA InDonEsIA

Page 28: Media Pharma Indonesia 2011

national Goalfor public health

LoCaL issue

inDonEsiA: suPPLyinG univERsAL HEALtH insuRAncE

Lembaga survei Euromonitor Internasional telah meng-amati bahwa Indonesia dengan pertumbuhan ekonomi yang menguat saat ini, mampu mendorong upaya pembangunan bangsa yang sehat.

Menurut hasil sensus tahun 2010, penduduk Indonesia mencapai 237,6 juta jiwa. Upaya membangun keterse-diaan layanan kesehatan secara universal berskala nasional telah dilakukan secara bertahap. Pada tahun 2008, Pemerintah Indonesia meluncurkan 'Jamkesmas' rencana asuransi kesehatan yang merupakan tahap lanjutan dari asuransi kesehatan sebelumnya yakni 'Askeskin', yang dibangun berdasarkan Undang-undang Sistem Jaminan Sosial Nasional Tahun 2004 (UU SJSN).

Indonesia, negeri dengan populasi terbesar keempat dunia memiliki ambisi yang kuat dalam meningkatkan kesehatan bagi warga-nya. Sebuah inisiatif untuk meningkatkan pelayanan kesehatan masyarakat berdasarkan cakupan asuransi kesehatan universal akan memberi pengaruh pada perkembangan masa depan konsumen di bidang industri kesehatan di Indonesia. Keinginan Indonesia makin menguat pada periode kedua Pemerintahan kedua Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.

26 MEDIA PHARMA InDonEsIA

Menteri Kesehatan RI Endang R Sediyaningsih melakukan inspeksi mendadak (sidak) ke RSCM Jakarta, untuk melihat langsung pelayanan terhadap pasien Jamkesmas.

Page 29: Media Pharma Indonesia 2011

27MEDIA PHARMA InDonEsIA

Rencana asuransi kesehatan lain termasuk 'Jamsostek' bagi karyawan yang bekerja untuk perusahaan swasta, 'Askes' bagi pekerja pemerintah dan 'Asabri' untuk personil militer.

Menurut prioritasnya, pembangunan kesehatan pada 2010-2014 mencakup Peningkatan kesehatan ibu dan anak, Pengendalian penyakit menular dan tidak menular, Inisiatif pengembangan perawatan diri melalui penugasan praktisi kesehatan untuk daerah yang kurang terlayani (petugas kesehatan), Penciptaan obat yang terjangkau dan aman, pengembangan lebih lanjut dari Jamkesmas cakupan kesehatan universal, dan Pelaksanaan pelayanan kesehatan tambahan.

Mengingat banyaknya masalah yang terjadi pada program asuransi kesehatan sebelumnya, dimana sejumlah pusat kesehatan (puskesmas), kualitas perawatan yang kurang, dan cakupan yang terbatas menyebabkan sebagian besar warga harus membayar kesehatannya sendiri (out-of-pocket).

Menurut Euromonitor International, belanja kesehatan publik sebagai persentase dari total anggaran kesehatan sebesar 62% pada tahun 2010.

UPAYA MENYEDIAKAN LAYANAN KESEhATAN TERJANGKAUSebagai negara kepulauan, secara geografis Indonesia memiliki banyak sekali pulau yang memberi tantangan yang besar untuk mencapai cakupan kesehatan universal dalam skala nasional secara konsisten kepada seluruh bagian populasi.

Untuk mengatasi tantangan ini Self Medi-care menjadi salah satu inisiatif penting untuk membantu masyarakat di daerah terpencil dan pedesaan untuk mengatasi penyakit ringan mereka. Kendati demikian akses untuk klinik formal dan pendistribusian para praktisi kesehatan (dokter, apoteker, elektromedis, dsb) tetap menjadi tantangan yang tidak mudah dilalui.

Sampai dengan saat ini, pemerintah secara aktif mendidik dan memberi insentif kepada para tenaga kerja kesehatan untuk hadir ke daerah pelosok dan memberi edukasi kepa-da masyarakat di sana dalam rangka membangun pema-haman tentang kesehatan dan kesejahteraan.

Kemajuan teknologi informasi telah memberi kontribusi pada pelayanan kesehatan di Indonesia saat ini, salah satunya termasuk Mobile Telemedicine System (mHealth), yang telah mengisi gap pada kegiatan pemantauan medis dan konsultasi jarak jauh, telediagnosis dan pengumpulan informasi pasien di daerah terpencil. Namun, lanskap geografis dan infrastruktur yang masih lemah di sektor telekomunikasi menjadi kendala penting.

Di area lain, daerah kota-kota besar, baik di Jawa maupun Sumatera memberi banyak pilihan terbaik kepada publik untuk mengakses obat-obatan dan pusat pelayanan kese-hatan primer 'Puskesmas' dengan lebih mudah dan biaya yang relatif menjangkau.

Sementara Apotek lokal, yang umumnya merupakan ope-rator independen, saat ini jumlahnya mencapai ratusan ribu. Jumlah itu termasuk beberapa jaringan apotek besar seperti Apotek Kimia Farma, Apotek Guardian (Dairy Farm International Holdings Ltd), Apotek K-24 Indonesia, dan Apotek Century Healthcare (PT Perintis Pelayanan Paripurna) yang berlokasi di daerah perkotaan terbesar. Jaringan Apotik Melawai adalah apotek lokal yang memiliki jaringan cukup populer di Jakarta, apotek lainnya dimiliki oleh pemerintah. Serta apotek yang barada dalam satu atap di rumah sakit-rumah sakit.

PELUANG BARU DI MASA DEPANSementara pemerintah terus mendorong pemanfaatan yang signifikan dari kesehatan universal, juga mendukung kebutuhan obat-obatan yang terjangkau (murah) untuk mempromosikan self-medicare.

Yang menjadi salah satu tantangan selanjutnya adalah bagaimana pemerintah akan membayar biaya kesehatan yang masif di masa mendatang di bawah rencana asuransi kesehatan universal tersebut. Edukasi kepada masyarakat untuk self-medicare bisa menjadi solusi dalam pengobat-an bagi penyakit ringan, bila dalam kondisi serius dan lebih kompleks masyarakat harus memperoleh perhatian dari penyedia layanan kesehatan.

Banyak manfaat yang dapat diharapkan jika pemerintah mendorong self-medicare dan mendukung inisiatif dari perusahaan farmasi lokal dan asing yang komprehensif dalam mengadopsi dan mengimplementasikan obat baru yang terjangkau.

Perusahaan asing yang ingin memperluas operasi mereka di Indonesia makin mendapatkan peluang yang besar me-lalui kemitraan dan kerjasama patungan dengan perusaha-an lokal. Pengalaman lokal, hubungan baik dengan peme-rintah dan pemahaman dengan benar mengenai budayamasyarakat di Indonesia merupakan aset bagi upaya per-luasan pemasaran produk farmasi di Indonesia, negeri dengan populasi terpadat keempat di dunia. <cwb>

Page 30: Media Pharma Indonesia 2011

LoCaL issue

KLima industri farmasi Dengan Pertumbuhan Pendapatan tertinggi 2010KEMENTERIAN Kesehatan RI mencatat, pada 2010 pertumbuhan pasar obat di Indonesia mencapai 10% dengan nilai penjualan hingga Rp 39 triliun. Dari total penjualan di pasar domestik itu, perusahaan dalam negeri menguasai sekitar 70% atau Rp 27 triliun, sedang-kan 30% perusahaan multinasional.

kotornya mengalami penurunan. Marjin kotor Tempo Scan turun dari 37,3% pada 2009 menjadi 36,9% pada 2010.

PT KALBE FARMA TBK (KLBF) Kalbe Farma mencatat pertumbuhan pen-dapatan tertinggi kedua, sebesar 13% pada2010, dengan laba usaha yang tumbuh

jualan domestik tercatat tumbuh 12%. Penjualan ekspor mencakup penjualan garam kina, yodium dan derivat, serta obat dan alat kesehatan harus turun 9% dibandingkan dengan tahun 2009. Pertumbuhan laba usaha Kimia Farma terjadi setelah marjin kotor berhasil didorong naik menjadi 28,4% pada 2010 dari 27,6% pada 2009.

Kinerja marjin usaha Kimia Farma tumbuh paling signifikan yang menunjukkan perse-roan mampu lebih efisien dalam proses bisnisnya. Marjin usaha yang hanya 3,9%pada 2009 berekspansi menjadi 4,6%pada 2010, atau menunjukkan improve-ment hingga mencapai 17%.

PT PYRIDAM FARMA TBKSedangkan PT Pyridam Farma Tbk (PYFA) mencatat pertumbuhan pendapatan usaha sebesar7%, tapi mengalami penurunan laba usaha sebesar 17% pada tahun 2010. Terjadi kenaikan signifikan pada beban umum dan administrasi Pyridam yang menggerus laba usaha. Beban umum dan administrasi perusahaan naik 26% pada tahun 2010.

PT MERCK TBKPendapatan usaha Merck pada 2010 tumbuh 6%, ditopang kenaikan penjualan farmasi dan kimia. Namun, laba usaha perusahaan menurun sebesar 24%, selain disebabkan oleh meningkatnya beban pokok penjualan juga didorong oleh me-ningkatnya beban penjualan sebesar 20% menjadi Rp 223 miliar pada 2010 dari Rp 186 miliar pada 2009.

Meningkatnya beban penjualan ini men-dorong marjin usaha Merck pada 2010 turun 28% dari 26,8% pada 2009 menjadi 19,3% pada 2010, level marjin usaha ter-rendah sejak 2006. Beban pokok penjual-an dari barang dagangan yang meningkat ini merupakan pembelian barang dari pihak terafiliasi Merck, yakni Merck KGaA, Jerman, dan Merck Sante S.A.S, Perancis. <cwb>

Data IMS Health mencatat pasar farmasi Indonesia mencapai Rp 37,53 triliun pada 2010, naik dari Rp 33,96 triliun pada 2009. Beberapa industri farmasi tercatat memiliki pertumbuhan usaha tertinggi, mereka adalah PT Tempo Scan Pasific, PT Kalbe Farma Tbk, PT Kimia Farma Tbk, PT Pyrydam Farma Tbk dan PT Merck Tbk.

PT TEMPo SCAN PACIFIC TBK (TSPC) Meraih posisi pertumbuhan pendapatan tertinggi, dengan peningkatan sebesar 14% pada 2010 menjadi Rp 5,13 triliun dari Rp 4,49 triliun pada 2009.

Perseroan ini juga mencatat pertumbuhan laba usaha tertinggi di sektor farmasi, men-capai 33% pada 2010 menjadi Rp 590,9 miliar dibanding 2009 sebesar Rp 445,5 miliar. Pertumbuhan pendapatan Tempo Scan ditopang oleh kenaikan pendapatan dari segmen jasa distribusi yang tumbuh 27% menjadi Rp 2,39 triliun.

Segmen produk konsumen tumbuh 12%menjadi Rp 1,13 triliun, sementara seg-men obat-obatan hanya tumbuh 1% men-jadi Rp 1,61 triliun.

Laba usaha Tempo Scan naik 33% sete-lah marjin usaha ekspansi menjadi 11,5%pada 2010 dari 9,9% pada 2009. Perusa-haan dengan baik melakukan efisiensi dalam kegiatan usahanya sehingga marjin usaha dapat ekspansi, meskipun marjin

14%. Diversifikasi usaha Kalbe Farma men-jadi penopang pertumbuhan pendapatan dan laba usaha.

Sepanjang 2010, segmen nutrisi mencatat-kan pertumbuhan terbaik sebesar 19%dengan omset mencapai Rp 2,3 triliun. Segmen obat resep mencatatkan pertum-buhan penjualan sebesar 17% menjadi Rp 2,6 triliun.

Sementara segmen yang berkontribusi ter-besar terhadap pendapatan Kalbe Farma,yakni segmen distribusi dan kemasan, mencatatkan pertumbuhan penjualan sebesar 13,8% menjadi Rp 3,7 triliun. Segmen pro-duk kesehatan harus mengalami penurun-an penjualan sebesar 1,5% menjadi Rp 1,7 triliun.

Laba usaha Kalbe Farma tumbuh 14% se-nilai Rp 1,8 triliun, setelah laba kotor terca-tat tumbuh 15%. Perusahaan dengan baik dapat menjaga kinerja marjinnya melalui kenaikan harga dan volume penjualan.

PT KIMIA FARMA TBK (KAEF)Pertumbuhan pendapatan tertinggi ketiga di sektor farmasi dicetak PT Kimia Farma Tbk (KAEF) sebesar 12%, dengan laba usaha tumbuh dengan cukup baik, 31%.

Namun pertumbuhan penjualan konsolida-si Kimia Farma harus tergerus oleh penu-runan pada penjualan ekspor, meski pen-

28 MEDIA PHARMA InDonEsIA

Page 31: Media Pharma Indonesia 2011

Product Category

Tea, Floral, Fruit , Coffee, Cocoa,

Herb, Spice

Product Type

Extract, Plant Material, Granule,

Essential Oil, Oleoraisin

Product Application

Instant Powder Drink, Ready To Drink (Rtd), Natural

Color, Natural Preservative, Natural Additive,

Personal Care, Seasoning, Phyto - Pharmaceutical,

Homeophatic Remedy, Nutritional Supplement,

Nutrition Bar, Sports Nutrition, Functional Drink,

Traditional Drink, Green Food, Indonesian Jamu.

+62 21 58906892 | [email protected] | www.javaplant.net

THIS IS JAVAPLANT.WORLD CLASS NATURAL INGREDIENT MANUFACTURER HAS A LOT TO OFFER.SERVING WORLDWIDE CUSTOMERS IN PHARMACEUTICAL, NUTRACEUTICAL, COSMETIC, JAMU INDONESIA, FOOD AND BEVERAGE.

FA Javaplant Print Ad SWA A4.indd 1 3/17/11 4:07 PM

Page 32: Media Pharma Indonesia 2011

G

Page 33: Media Pharma Indonesia 2011

GPERDAGAnGAn bAHAn bAku obAt kuARtAL ii-2011

Harga bbo naik stagnan pada 2005, biaya Ba-han baku KLBF dan KAEF naik masing-masing 18,3% dan 9,6%.

Hal berbeda terjadi pada 2009 saat Rupiah menguat 14,2% terhadap Dolar AS, biaya BBO naik 16,7% pada KLBF dan 20,5% pada KAEF. Sensitivitas kenaikan atau penurunan biaya BBO yang dijadikan sampel ini masih harus dijelaskan oleh berbagai faktor lain, selain dipengaruhi oleh kurs rupiah itu sendiri.

Faktor pertama, sensitivitas kurs dan biayaBBO juga dapat dipengaruhi oleh diversifi-kasi produk yang dilakukan oleh masing-masing emiten sehingga struktur penggu-naan BBO dapat berubah.

Kedua, hubungan keduanya juga dapat dijelaskan oleh strategi mendorong pen-dapatan yang dilakukan oleh perusaha-an, sehingga selain harga, juga terdapat kenaikan/penurunan volume impor yang digunakan untuk mendorong pendapatan yang mempengaruhi biaya bahan baku.

Ketiga, biaya bahan baku setiap perusaha-an juga dipengaruhi oleh sistem kontrak dengan pemasok, mulai dari waktu serta ketentuan lain terkait dengan impor.

Tahun 2011, rupiah kembali menguat ter-hadap dolar AS. Rata-rata kurs rupiah ber-ada pada Rp 8.817 per dolar AS sepanjang Januari-April 2011, menguat 3% dibanding-kan dengan rata-rata kurs pada 2009 yangberada pada Rp 9.084 per dolar AS.

Penguatan rupiah berpotensi memicu biaya BBO yang lebih rendah bagi perusahaan farmasi, tanpa memperhitungkan ketiga faktor lain di atas. Penguatan ini secara konsisten yang kemudian dapat mendorong turunnya biaya BBO tahun 2011 dapat dimanfaatkan oleh perusahaan farmasi untuk mendorong profitabilitasnya. <erw/dbs>

Gabungan Perusahaan Farmasi Indonesia memprediksi harga bahan baku obat (BBo) stagnan pada kuartal II tahun 2011 dibandingkan kuartal I, meski terjadi tren penguatan Rupiah terhadap Dollar AS.

Ketua Komite Bahan Baku Obat GP Farmasi Indonesia Vincent Harijanto, menilai peng-kuatan rupiah belum berdampak besar ter-hadap biaya BBO yang sebagian besar di-impor. Menurutnya selain dipicu oleh kuat-nya rupiah, stagnansi harga BBO padakuartal II 2011 juga dipengaruhi oleh me-lemahnya dolar AS terhadap Yuan. "Itu karena sebagian besar BBO di Indonesia diimpor dari China," ujar Vincent.

Hingga saat ini, 95% Indonesia mengimpor dari beberapa negara seperti China, India,AS, dan negara-negara Eropa, antara lainsulfametoxazol ciprofloxacin, dextromethor-phan, dan alumunium hydroxide.

Mayoritas BBO asal India dan China harga-nya yang relatif murah dibandingkan dari negara-negara Eropa. "Jika rupiah terus menguat terhadap dolar, ada kemungkinan harga jual bahan baku obat akan turun pada kuartal III," tambah Vincent. Namun persentase penurunan harga itu belum bisa diprediksi.

Kuartal I 2011, harga BBO naik 5% sebagai dampak pemberlakuan Permenkeu Nomor

241 Tahun 2010 tentang Penetapan Sistem Klasifikasi Barang dan Pembebanan Tarif Bea Masuk atas Barang Impor.

Aturan itu menaikkan tarif bea masuk impor BBO dari 0% menjadi 5%. Pemerin-tah kemudian merevisi aturan itu dengan menerbitkan Permenkeu Nomor 80 Tahun 2011 sehingga bea masuk BBO turun menjadi 0% pada akhir kuartal I 2011.

Biaya Bahan Baku obat EmitenSecara umum penguatan rupiah akanmenurunkan biaya bahan baku farmasi. Dari dua emiten farmasi, yakni PT Kimia Farma Tbk (KAEF) dan PT Kalbe Farma Tbk (KLBF), yang dijadikan sebagai sampel, biaya bahan baku obat keduanya memiliki hubungan dengan perubahan kurs rupiah.

Pada 2010 ketika rupiah menguat 18,5% terhadap dolar AS, biaya bahan baku KLBF dan KAEF tercatat turun masing-masing 6,2% dan 6,5% dibandingkan dengan tahun 2009. Pada 2008 ketika rupiah melemah 16,3% terhadap dolar AS, biaya bahan baku KLBF naik 28,7%, sementara biaya bahan baku obat KAEF naik 80,3%.

Demikian halnya pada 2007 saat rupiah menguat 4,4% terhadap dolar AS, biaya Bahan Baku KLBF dan KAEF naik masing-masing 19,6% dan 91,1%. Ketika kurs Rupiah melemah 5,8% terhadap Dolar AS

vincent harijanto

-40

-20

0

20

40

60

80

100

2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010

22,4%

-9,4%-28,0

91,1% 80,3%

KURS RUPIAH dAn FLUKTUASI BIAYA BBO EMITEn FARMASI

20,5%KLBF

KAEF

KURS RP/DoLLAR AS

28,7%

LoCaL issue

idea

31MEDIA PHARMA InDonEsIA

Page 34: Media Pharma Indonesia 2011

P32 MEDIA PHARMA InDonEsIA

Harga jual jamu naik hingga 20%

PAsAR jAMu nAsionAL 2011

Salah satu emiten jamu nasional yang terte-kan kenaikan harga bahan baku adalah PT Mustika Ratu Tbk. Tingginya harga bahanbaku mendorong Mustika Ratu menaikkan harga jual produk. Kenaikan harga bahan baku meningkatkan biaya produksi naik 5%-10% pada periode Januari-April 2011.

Putri Kuswisnu Wardani, Presiden Direktur Mustika Ratu, mengatakan kenaikan biaya produksi terjadi pada produk kosmetik maupun jamu yang diproduksi perusahaan. Bahan baku produk Mustika Ratu adalah tumbuh-tumbuhan rempah asli Indonesia seperti kunir, kencur, jahe, dan lainnya.

"Analisis sudah dilakukan bahwa adanya kenaikan harga bahan baku yang signifikan tidak mungkin dapat diserap lagi. Kenaikan harga jual kemungkinan tidak terelakkan. Tapi kapan dan berapa persentasenya, masih kami kaji," katanya.

Hingga kuartal I 2011, penjualan Mustika Ratu tercatat naik 4,5% menjadi Rp 83,1 miliar. Kontribusi omset terbesar ditopang penjualan produk kosmetik dengan porsi 80,3%, jamu 16,5%, minuman kesehatan 0,7%, dan produk lainnya sebesar 2,5%.

Peluang Besar Bagi IndonesiaPada kesempatan lain, Charles Saerang telah meminta pemerintah agar lebih ber-peran dalam mempromosikan jamu nasional ke pasar luar negeri untuk meraih potensi

yang ada. "Pemerintah dan pengusaha harus bersinergi. Pengusaha memperbaiki kualitas mutu produknya dan pemerintah memberikan dukungan mulai dari aturan, lobi, maupun upaya lain," katanya.

Tren back to nature semakin memberi pengaruh di kalangan dunia kesehatan. Ini akan menjadikan Indonesia memiliki peluang yang semakin besar. Sumber daya alam Indonesia sudah menjadi aset yang luar biasa dan menyediakan ribuan jenis tanaman berkhasiat, baik untuk jamu, obat modern dan kosmetika.

Tentu kedepan Indonesia tidak bisa bersaing hanya dengan mengandalkan sumber daya alamnya saja. Pembangunan di sektor R&D dan penguasaan pada pasar harus makin dimaksimalkan.

Menurut Chief Operating Officer Javaplant Synergizing Nature, Junius Rahardjo, dengan melakukan penelitian yang berkelanjutan ke depan Indonesia lebih mampu bersaing dan memiliki market share yang cukup besar, ter-utama di pasar Asia.

Demi meningkatkan daya saing di pasar herbal Indonesia perlu lebih serius meng-kembangkan riset diberbagai aspek daripra-produksi hingga pasar, yang memungkin-kan Indonesia membuat terobosan-terobos-an baru dan berperan sebagai trend-setter di pasar herbal dan rempah dunia.

"Seperti Ginseng, hampir sebagian besarmasyarakat dunia percaya bahwa ginsengyang terbaik berasal dari Korea. Karena Korea telah memberi bukti dari penelitian di berbagai aspek untuk memaksimalkan produk ginsengnya. Meskipun hanya punyasatu jenis produk, tetapi Korea memiliki produk yang reputable, Gingseng Korea,” jelasnya. <erw>

Produsen jamu menaikkan harga jual sebesar 15%-20% sejak kuartal I 2011 akibat tingginya harga bahan baku. Kenaikan harga bahan baku jamu berupa rempah asli Indonesia tercatat hingga 300% sejak kuartal Iv 2010, karena lebih banyak diekspor dalam bentuk mentah ketimbang dijual kepada produsen jamu dan obat tradisional.

Menurut Charles Saerang, Ketum Gabungan Pengusaha Jamu dan Obat Tradisional, pro-dusen terpaksa menaikkan harga jual untukmenyeimbangkan kenaikan biaya produksi terhadap penjualan perusahaan. "Kenaikan harga produk jadi tidak bisa dihindari.

Harga bahan baku rempah yang naik antara lain jahe, kunir, temulawak, dan kencur. Jahe naik dari Rp 40 ribu per kilogram menjadi Rp 130 ribu per kilogram. Harga temulawak meningkat dari Rp 6.000 per kilogram menjadi Rp 12 ribu per kilogram.

Tingginya harga bahan baku itu terjadi se-iring peningkatan permintaan dari India,Pakistan, dan China yang juga mengguna-kannya sebagai bahan baku obat tradisi-onal. Faktor lain terkait kondisi cuaca yang buruk mengganggu suplai bahan baku.

Kendati harga jual produknya naik, produsenjamu berharap omset nasional dapat tetaptumbuh tahun ini. Sepanjang 2011, omsetpenjualan jamu secara nasional diperkira-kan naik hingga 15% menjadi Rp 10,58 triliun dibandingkan 2010.

Pasar Domestik dan Luar NegeriTidak hanya di pasar domestik, ekspor jamu nasional juga ditargetkan naik. Namun, Charles belum dapat memperkirakan target ekspor jamu nasional 2011. Potensi pasar ekspor salah satunya di Malaysia yang diperkirakan sebesar Rp 17 triliun.

harga bahan baku tumbuhan rempah yang naik antara lain jahe, kunyit, temulawak, dan kencur.

LoCaL issue

Page 36: Media Pharma Indonesia 2011

34 MEDIA PHARMA InDonEsIA

P

GLoBaL issue

Beberapa bulan lalu IMS Institute for healthcare Informaticsmelaporkan bahwa belanja global obat akan mencapai hampir US$ 1.100 miliar pada tahun 2015, yang mencerminkan turun-nya tingkat pertumbuhan 3%-6% dalam lima tahun kedepan, di-bandingkan dengan pertumbuhan tahunan 6,2% dalam lima tahun terakhir. Level ini lebih rendah dari pertumbuhan belanja obat-obatan di Amerika Serikat (AS), yang merupakan dampak habisnya masa paten yang berkelanjutan di pasar negara maju.

Pharmerging market berkontribusi 28%

bELAnjA obAt GLobAL AkAn MEncAPAi us$ 1,1 MiLiAR PADA 2015

'tHE GLobAL usE of MEDicinEs: outLook tHRouGH 2015'

Dalam lima tahun ke depan juga akan terjadi pergeseran cepat dalam belanja obat generik, meningkat menjadi 39% pada 2015, naik sebesar 20% dibandingkan tahun 2005.

Ini semua menjadi faktor kunci yang akan mempengaruhi pertum-buhan di masa depan, menurut Institut IMS Institut dalam The Global Use of Medicines: Outlook Through 2015.

Menurut Direktur Eksekutif, IMS Institute for Healthcare Informa-tics, Murray Aitken, tingkat belanja obat pada masa mendatang memiliki implikasi mencolok pada sistem kesehatan dan kebijak-an yang akan terjadi di negara maju dan berkembang,

Ia mengatakan,"Pola belanja di masa lalu menawarkan beberapa petunjuk tentang tingkat pertumbuhan yang diharapkan sampai 2015." "Namun ini merupakan dinamika yang belum pernah ter-jadi di masa lalu, dan mendorong pergeseran cepat dalam belanja produk obat bermerek dan generik, baik di pasar maju atau pun berkembang," lanjut Aitken.

Dalam analisis terbaru, IMS Institut mengidentifikasi dinamika yang akan terjadi sebagai berikut;

Belanja untuk obat bermerek (original) akan lebih cepat meng-alami penurunan. Namun semakin menuanya populasi di pasar negara maju akan terus mendorong belanja tambahan pada obat bermerek ini, sehingga mampu mengimbangi dampak dari habisnya paten. Akibatnya belanja untuk obat bermerek itu di pasar farmasi berkembang akan tetap pada level yang sama pada tahun 2015 sebagaimana pada tahun 2010.

Secara global, pangsa pasar obat bermerek, yang menurun dari 70% pada 2005 menjadi sebesar 64% pada 2010, dan diprediksi akan terus menurun sampai 2015, menjadi 53%. Sedangkan per-tumbuhan obat bermerek di pasar negara berkembang akan menguat, 80 sen per dolar yang dihabiskan untuk obat pada tahun 2015 akan menjadi generik di pasar.

Pada level ini (unprecedented level) habisnya masa paten mem-berikan 'dividen paten' di pasar berkembang. Berakhirnya paten pada produk original akan memberikan US$ 98 miliar pendapatan bersih dari pembayar di negara maju sampai tahun 2015, lebih besar dibandingkan pendapatan pada periode tahun 2006-2010

Pertumbuhan global belanja untuk farmasi secara keseluruh-an diperkirakan mencapai US$ 210 - 240 miliar (2010-2015)Dibandingkan dengan US$ 251 miliar (2006-2010). Pangsa pasar obat di AS keseluruhan akan menurun nilainya dari 41%pada tahun 2005 menjadi 31% pada tahun 2015, sedangkan proporsi belanja obat pada lima negara maju di Eropa akan melorot dari 20% menjadi 13% pada periode yang sama.

Sementara itu, pertumbuhan tinggi pada 17 pharmerging market, yang dipimpin oleh China, akan memberi kontribusi sebesar 28% dari total belanja tahun 2015 menjadi sebesar 12% tahun 2005.

34 MEDIA PHARMA InDonEsIA

Page 37: Media Pharma Indonesia 2011

35MEDIA PHARMA InDonEsIA

26241835MEDIA PHARMA InDonEsIA

sebesar US$ 54 miliar. Berakhirnya paten juga akan lebih menghemat pembayar se-besar US$ 120 miliar di 2015, seimbang dengan jumlah yang dibelanjakan untuk obat generik, US$ 22 miliar. Di antara pasar negara maju, AS akan mengalami perluasan terbesar dalam belanja obat generik. Sementara Jepang masih akan memiliki proporsi terendah meskipun tekanan politik yang kuat untuk meningkat-kan belanja obat generik dan resep.

TERAPI BARUKunci mengatasi kebutuhan pasien yang belum terpenuhi Dimasa mendatang, peluncuran obat baru akan memberi pilihan pengobatan penting untuk meningkatkan angka harapan hidup (kualitas hidup) pasien. Termasuk obat oral untuk multiple sclerosis, yang lebih efisien dan nyaman bagi pasien.

Baru-baru ini diperkenalkan juga dua jenis obat arrhythmia yang memberi alternatif pengobatan untuk pertama kalinya dalam beberapa dekade. Pengobatan metastatic melanoma yang meningkatkan level kuali-tas hidup, dan terapi vaksin pertama untuk kanker prostat. Ini akan menjadi terobosan mutakhir dalam personalized medicine.

Sementara ini level belanja obat di phar-merging market makin mendekati level di AS. Selama lima tahun mendatang belanja obat pasar berkembang diperkirakan me-ningkat sebesar US$ 285 miliar-US$ 315miliar, dibandingkan US$ 151 milyar pada2010.

Ini terjadi karena kuatnya dorongan pertum buhan ekonomi dan komitmen pemerintah memperluas akses obat masyarakat seba-gai solusi kesehatan mereka.

IMS Institute memperkirakan bahwa padatahun 2015 pasar negara berkembang akan menjadi pasar terbesar kedua di seg-men geografis untuk belanja obat di selu-ruh dunia, yang melampaui gabungan limanegara Eropa; Jerman, Perancis, Italia, Spanyol dan Inggris, dan mendekati level belanja obat di AS.

Kebijakan yang Mendorong PerubahanPutusan kebijakan beberapa negara di sek-tor kesehatan memberi pengaruh pada be-lanja kesehatan dalam jangka panjang. Kebijakan yang diputuskan di 2010 akan mempengaruhi belanja obat selama lima tahun ke depan.

Kebijakan-kebijakan itu antara lain; Bagian dari Undang Undang Perawatan Terjangkau di AS, yang akan memperluas cakupan Asuransi Kesehatan bagi 25-30 juta warga AS; Kontrol harga di Cina untuk menjamin keberlanjutan pertanggungan universal; Kebijakan Potongan Harga untuk pertama kalinya terjadi di Jepang sesuai dengan ke-bijakan produk baru yang dilindungi adalah inovatif. Pengurangan harga untuk obat ge-nerik dan produk off-paten di Spanyol dan Italia, dan evaluasi biaya-manfaat untuk produk baru di Jerman.

Selain itu, potongan harga dan diskon, yang tidak tercermin dalam audit IMS, padahal diterapkan lebih luas oleh para pembayar (baik publik dan swasta), khususnya di AS,Perancis dan Jerman. Tahun 2010 jumlah-nya diperkirakan sebesar US$ 60-65 miliar, dan akan naik hingga US$ 65-75 miliar pada tahun 2015.

Sementara itu, biosimilars berkembang dengan cepat, tetapi masih diadopsi seca-ra terbatas. IMS Institut memprediksi, pada

2015 belanja biosimilar melampaui US$ 2 miliar per tahun, atau sekitar 1% dari total belanja global pada biologis. Biosimilar diprediksi baru memasuki pasarAS pada 2014. Dan di Eropa akan muncul molekul biosimilar tambahan yang diperke-nalkan selama periode ini akan memper-cepat belanja pada biosimilar melampaui level pada 2010, yakni US$ 311 juta.

IMS juga mengidentifikasi kelas terapi ter-kemuka pada 2015. Ini termasuk Onkologi,yang diperkirakan masih menjadi kelas te-rapi terkemuka tetapi dengan pertumbuh an yang lambat di kisaran 5%-8%, sebagai terapi bertarget yang telah diadopsi secara luas, pada perawatan diabetes di mana be- lanja diperkirakan menjadi 4%-7%.

Ini didorong oleh tingkat prevalensi penya-kit dan penggunaan obat antidiabetik oralbaru, Asma dan COPD, dimana pertumbuh-an diperkirakan akan melambat menjadi 2%-5%, dan lipid regulator di mana belanja-nya akan meurun menjadi US$ 31 milyar pada 2015 dari US$ 37 milyar pada 2010.

Menurut Aitken, selama lima tahun ke depan, kita tidak hanya melihat total yang melebihi US$ 1,1 triliun, tapi pembayar akan mengelola 'dividen paten' secara signifikan, sementara negara di pasar berkembang berupaya terus memperluas alternatif obat untuk memenuhi kebutuhan besar pasien.

"Semua ini akan memerlukan keterlibatan stakeholder di area kesehatan untuk ber-peran aktif dalam dialog serius guna mene-mukan solusi peningkatan akses obat yang baik, sekaligus mengurangi biaya yang akan dikeluarkan," tambah Aitken. <dbs>

Sumber : IMS Market Prognosis, April 2011 Sumber : IMS Market Prognosis, April 2011 Sumber : IMS Institute fo Healthcare Informatics: MIDAS, Des 2010

Brand OtherGenericBrand OtherGeneric

US EU5Canada

Rest of EU S KoreaJapanROWPharmerging

Page 38: Media Pharma Indonesia 2011

36 MEDIA PHARMA InDonEsIA

GLoBaL issue

tHE Rx to otc switcH:

brandscan last forever...

A Patent will disappear

DDi AS, pemegang paten diberikan jangka waktu 20 tahun untukeksklusivitas pada penemuan-penemuan mereka. Dalam indus-tri farmasi, periode pengembangan obat dalam jangka panjang dikombinasikan dengan Hatch Waxman-Act telah mengukir kehidupan paten obat baru yang efektif rata-rata selama kurang dari 12 tahun.

Pemain lain dari pasar OTC bermerek termasuk Tylenol dari Johnson & Johnson dan Aspirin milik Bayer tetap berkembang dengan baik di tengah persaingan generik, bergantung pada kekuatan merek.

Ada banyak pendorong untuk menempatkan pasar OTC pada jalur pertumbuhan yang solid. Sebagaimana obat blockbuster telah habis masa patennya, banyak perusahaan berupaya memperluas waralaba mereka dengan beralih ke status sebagai obat bebas menjelang berakhirnya kehidupan paten obat mereka.

Contoh di atas menunjukkan ini bisa menjadi strategi yang sukses. Saat ini Pfizer sedang berupaya mengalihkan Viagra pada OTC dan sedang mempertimbangkan peralihan Lipitor. Beberapa negara Eropa telah memungkinkan switch, meskipun sejauh ini FDA masih ragu-ragu, mungkin akan ada perubahan di masa mendatang.

Saat ini pasien menjadi konsumen yang semakin pintar dalam mengelola kesehatan mereka, terutama mengenai obat-obatan yang mereka konsumsi. Mereka ingin berperan lebih besar dalampengambilan keputusan untuk kesehatan mereka. Banyaknya situs-online membuat informasi kesehatan tersedia secara luas kepada publik hanya dengan 'klik'. Seiring dengan itu, banyaknya alat uji diagnostik yang digunakan di rumah makin memberdayakan konsumen.

Produk OTC memungkinkan konsumen untuk mengakses hargamoderat yang disetujui oleh pemiliki otoritas, FDA. Untuk peng-obatan penyakit ringan tanpa harus mengalami ketidaknyaman-an dan biaya kunjungan ke dokter.

Ketika periode ini berakhir, obat generik segera memasuki pasar yang mengarah pada pangsa pasar secara drastis dan kerugian penjualan pada inovator. Beralih obat dari beresep pada OTC status dapat membantu mempertahankan beberapa lama setelah penjualan paten telah berakhir.

Seluruh dunia OTC penjualan senilai US$ 95 miliar 2009, tetapi pasar bervariasi secara luas oleh negara. Obat OTC tercatat sebesar 8% dari total penjualan obat US, dibandingkan dengan 30% di negara berkembang.

Penjualan dalam kategori ini juga Diperkirakan tumbuh dua digit dalam negara-negara BRIC (Brasil, Rusia, India, Cina) yang berkembang pesat pada tahun 2010, berbeda dengan pertumbuhan yang jauh lebih lambat di AS, Eropa dan Jepang.

Beberapa obat bebas yang paling umumnya dibeli adalah antasida, analgesik, alergi dan obat batuk/demam. Merek OTC paling ngetop termasuk menjual Prilosec, Claritin dan Zyrtec, bahkan setelah habisnya masa paten, Prilosec antasida, tetap menjadi teratas dalam penjualan di AS dan peluncuran Claritin telah begitu sukses, bahkan setelah delapan tahun berakhirnya paten, masih meraih penjualan sekitar US$ 400 juta hanya di Amerika.

Brands

36 MEDIA PHARMA InDonEsIA

Page 39: Media Pharma Indonesia 2011

37MEDIA PHARMA InDonEsIA

Dalam skema yang tak jauh dari kondisi riil, co-payment untuk obat generik mulai dari US$ 10 (termurah), obat merek memerlu-kan co-payments dari US$ 20-25 (moderat), dan obat generik bermerek top setidaknya US$ 40 keluar dari saku pasien.

Sistem ini dimaksudkan untuk mengandung per-tumbuhan pengeluaran obat dengan mendorong pasien untuk menggunakan obat generik. Karena biaya obat dan co-payments sama-sama meningkat, asuransi dan pasien telah menemukan bahwa uang bisa dihemat dengan memakai obat bebas. Dokter semakin bersedia menginstruksikan pada pasiennya untuk membeli obat ditempat umum daripada menulis resep obat dengan bahan aktif yang sama

Untuk memaksimalkan pasar OTC di AS akan mem-butuhkan perubahan signifikan pada kebiasaan bersama dengan perubahan regulasi pembelian konsumen. Seperti saat ini berdiri, hanya 32% dari obat OTC dibeli melalui apotek, 21% berasal dari gudang, sebagian lainnya dari sisa supermarket.

Sementara apotik bisa mengambil berbagai obat, secara wajar, terutama supermarket dan gudang, mengelola jangkauan yang lebih kecil. Oleh sebab itu, toko dan supermarket, fokus pada penjualan kepada konsumen obat yang paling populer se-hingga lebih mudah dan lebih nyaman. Pasar saat ini terstruktur, pertumbuhan yang inkremental/bertahap ini disebabkan oleh kematangan dan saturasi obat OTC yang populer.

Dalam memutuskan obat Rx diperbolehkan untuk beralih OTC, FDA melihat keamanan dan efektivitas produk, rasio benefit-to-risk, dan apakah pelabelan dapat ditulis sedemikian rupa sehingga konsumen dapat memakai produk aman tanpa intervensi dari penyedia layanan kesehatan. Untuk menumbuhkan pasar, FDA harus lebih dahulu memastikan bahwa pasien mendapat edukasi yang cukup untuk mem-buat keputusan medis yang lebih kompleks atas nama mereka sendiri.

Untuk beberapa hal, ini telah diperumit oleh adanya industri yang berlebihan dalam memanfaatkan eks-tensi merek mereka dengan melakukan mixing dan matching pada analgesik, obat batuk, obat demam, alergi, dsb, sampai-sampai konsumen tak tahu lagiobat yang mereka ambil. Hal Ini berdampak padakekhawatiran bahwa pasien memiliki resiko meng-konsumsi obat secara tidak tepat.

Selain meningkatkan pelabelan obat, perusahaan farmasi perlu mengubah saluran distribusi mereka

ke toko obat OTC dan toko kelontong dan supermar-ket. Di Eropa, di mana OTC menikmati proporsi yang lebih tinggi dari total penjualan obat, apotek memiliki pangsa 88% dari pasar OTC.

Berbelanja obat di apotek, konsumen akan mendapat kesempatan berkonsultasi kepada apoteker, dengan pertanyaan yang dibutuhkan. Mereka bisa belajar tentang bahan aktif, informasi dosis dan efek samping, interaksi obat dsb.

Ini harus tersedia lebih banyak dukungan kepadaFDA untuk memfasilitasi apa sja yang diperlukan.

Saatnya bagi beberapa obat resep akan lebih ter-tantang untuk menjadi kandidat OTC switch, peran-cangan obat berstatus Behind-the-Counter (BTC) yang jarang sekali digunakan mungkin tepat. BTC adalah resep bebas obat yang akan dibeli langsung oleh konsumen dari seorang apoteker. Sebagai contoh, kontrasepsi darurat Plan B adalah sejenis obat BTC, seperti halnya juga obat alergi yang mengandung pseudoefedrin. Status ini adalah yang ketiga secara luas digunakan di Eropa, dan telah menunjukkan banyak keberhasilan.

Banyak obat yang saat ini mendekati akhir masa paten mereka membutuhkan sedikit pengetahuan dari pengguna obat batuk umum. Mereka akanmelakukannya dengan baik dalam kategori BTCjika diijinkan oleh FDA. Ini termasuk obat antara lain untuk: disfungsi ereksi, pencegahan osteoporosis, kontrasepsi, dan pengendalian kolesterol.

Kebanyakan pasien dapat mendiagnosis diri sendiri untuk perawatan ini, apa yang mereka butuhkan adalah sedikit bimbingan dari profesional kesehatan, bimbingan yang dapat diberikan oleh seorang apoteker.

Hal ini membutuhkan upaya bersama dari FDA,perusahaan farmasi dan apoteker, untuk menum-buhkan pasar OTC dengan mendorong peralihan Rx pada OTC. Ini akan menjadi solusi win-win, jika dikelola dengan baik, akan memberi keamanan dan kenyamanan bagi konsumen dan perusahaan farmasi memperpanjang kehidupan produknya.

Untuk melakukannya tentu memakan waktu yang tidak singkat, karena sebagian besar lingkungan yang ada di FDA sangat konservatif. Namun pada prinsipnya, pasar untuk OTC/BTC menawarkan peluang yang cukup besar untuk industri farmasi.

Sebuah paten memiliki kehidupan yang terbatas. Sebuah merek, jika dikelola dengan baik, akan hidup selamanya.<erw>

Page 40: Media Pharma Indonesia 2011

38 MEDIA PHARMA InDonEsIA

cBusiness seCTion

Untuk memperkuat posisinya dipasar domestik sebagai pemasok bahan baku industri kosmetik (personal care) dan industri perawatan rumah tangga (household care), Connell Bros Company melakukan kerjasama patungan (joint venture) dengan mitra lokal dan mendirikan per-usahaan PT. Cahaya Bumi Cemerlang pada tahun 2005.

Bagi Connell Bros Company, berdirinya PT. Cahaya Bumi Cemerlang adalah babak baru dalam memperluas operasi-nya yang tumbuh serta berkembang dengan dinamis di Indonesia dalam melayani kebutuhan bahan baku industri kosmetik (personal care), bahan baku industri perawatan rumah tangga (household care) dan bahan pembantu (excipient) industri farmasi.

Dikembangkan dalam platform distribusi untuk spesialisasi yang profesional, memberi dukungan dan solusi sesuai dengan kebutuhan yang spesifik setiap industri.

Berdasarkan pengalaman itu, PT Cahaya berhasil mendapat-kan kepercayaan para pelanggan di lingkungan industri kosmetik (personal care), industri perawatan rumah tangga (household care) dan industri farmasi sebagai partner lokal yang handal.

MEMASUKI PASAR EKSIPIEN FARMASI INDoNESIAMenurut data dari Gabungan Perusahaan Farmasi Indone-sia, pasar farmasi nasional tumbuh cukup signifikan men-capai 14% pertahun, pada tahun 2011 ini diperkirakan senilai Rp 39 triliun.

Melihat prospek pasar farmasi nasional ini, PT Cahaya ber-upaya masuk dalam kompetisi di pasar bahan baku farmasi nasional, salah satunya adalah dengan menggandeng mitra asing Ashland Aqualon, prinsipal berbasis di Amerika, yang memproduksi excipient dan coating system untuk produk farmasi.

Pada momen seminar sehari di Hotel Borobudur Jakarta, yang diselenggarakan bekerja sama dengan Ashland Aqualon pada 28 April 2011 lalu, Presiden Direktur PT Cahaya Bumi Cemerlang Kasan Trihardja mengatakan bahwa perusahaannya telah memperoleh kepercayaan dari prinsipal Ashland Aqualon untuk pemasaran produk-produk excipients dan coating system mereka di Indonesia sejak awal tahun 2010.

Excipient & coating systems solutions

Pt cAHAyA buMi cEMERLAnG

Presiden Direktur PT Cahaya Bumi Cemerlang Kasan Trihardja berjabat tangan dengan Mr. Chandan Jagtap, Regional Sales Manager, Pharma, Asia Pacific dari Ashland Aqualon.

CBC Indonesia berdiri pada tahun 1990 yang merupakan kantor perwakilan Connell Bros Company, perusahaan berbasis di San Francisco Amerika Serikat, yang reputable di dunia internasional sebagai pengimpor, pengekspor, agen dan distributor berbagai macam bahan kimia dan bahan baku. Tahun 1990 merupakan awal penetrasinya di Indonesia.

Pada tahun 1993 ditetapkan menjadi PT. Connell Bersau-dara Chemindo (CBC Indonesia), yang pada awalnya ber-gerak di bidang penjualan bahan baku cat dan tinta, ke-mudian memperluas usahanya sebagai pemasok bahan baku lainnya seperti plastik, karet, serta bahan baku untuk makanan.

Page 41: Media Pharma Indonesia 2011

39MEDIA PHARMA InDonEsIA

PT Cahaya berkantor pusat di Tangerang dan kantor cabang di Surabaya memiliki fasilitas gudang yang sangat baik dan telah memenuhi persyaratan keamanan untuk produk excipients dan coating systemsuntuk produk-produk farmasi.

Dalam hal pengiriman, perusahaan ini menawarkan berbagai pilihan pengiriman yang tepat waktu dan jaminan keamanan pada kualitas produk di setiap proses ke berbagai tempat dan tujuan di Indonesia.

Di saat yang sama, Business Development Manager PT Cahaya, Hendra Widjaja mengatakan kepada wartawan," Kami memiliki pengetahuan tentang industri farmasi lokal maupun jaringan kerja para pemasok dari luar negeri."

"Itulah sebabnya kami aktif menawarkan berbagai solusi mengenai sumber-sumber produksi farmasi kepada para pelanggan yang memerlukan pasokan bahan-bahanyang dibutuhkan dari luar negeri,"lanjutnya.

Tim pemasaran PT Cahaya memiliki pema-haman yang baik tentang lingkungan indus-

tri, pasar dan regulasi di Indonesia dikombi-nasikan dengan portofolio produk menjadiaset bagi PT Cahaya dalam memberi pela-yanan sesuai kebutuhan industri farmasi yang hi-regulated, berorientasi pada tuntut-an efisiensi menghadapi persaingan dan perubahan-perubahan yang terjadi di pasar Indonesia.

Berbekal pengalaman dan pengetahuan teknik pemasaran berbagai bahan baku, tim pemasaran PT Cahaya mampu mena-warkan solusi produk disertai dukungan aplikasi yang customable.

Menurut Hendra, "Kerjasama kami denganAshland Aqualon akan memberi kontribusi besar dalam penyediaan bahan pendukung farmasi yang murah dan berkualitas, serta memenuhi standar yang dipersyaratkan dunia internasional, yakni GMP/cGMP Certification sektor industri farmasi."

Hal itu dipertegas oleh Ramachandrarao, Technical Sales Manager-Pharma dari Ashland Aqualon, ia mengatakan bahwa perusahaannya memiliki perhatian serius pada GMP/cGMP standard.

Menurutnya dengan sertifikasi GMP/cGMP yang dimiliki Asland Aqualon menjadi asetstrategis untuk memuluskan upaya per-luasan pasar secara global termasuk di Indonesia untuk produk-produk excipient dan coating system untuk produk-produk farmasi. Indonesia sebagai pharmerging marketmemiliki populasi sebesar 234,2 juta penduduk dengan preferensi konsumen bervariasi. Ini merupakan pasar yang besar dan fragmented, kendati demikian menurut Hendra, bagi PT Cahaya, ini merupakan kesempatan yang baik jika kita mampu mengimbangi perubahan-perubahan yang cepat yang terjadi di dalamnya.

PT Cahaya sendiri telah memulai sepakterjang sejak 2005 dengan reputasi yangbaik di kalangan industri kosmetik (per-sonal care) dan industri perawatan rumah tangga (household care), Hendra optimis timnya akan sukses dalam mendukung penyediaan bahan-bahan kebutuhan industri farmasi nasional. <erw>

PharmaceuticalExcipients & Coating

SystemsPT. Cahaya BumI CEmErLanGJaKarTaJl. Imam Bonjol Km 3,5 Bojong Larang No. 21Kota Tangerang 15115Banten - IndonesiaPhone : +62 21 55767512 (hunting) +62 21 5531324Fax. : +62 21 5520439Email : [email protected] suraBayaJl. Ir. H. JuandaRuko Surya Inti Permata Blok A No. 24Waru Sidoarjo 61253IndonesiaPhone : +62 31 867 8138 / 7Fax. : + 62 31 866 6478email : [email protected]

www.connellbrothers.com

Page 42: Media Pharma Indonesia 2011

40 MEDIA PHARMA InDonEsIA

arole colors the role of colors

PaCkaGinG

Awal pembuatan sediaan pil dimulai pada zaman Mesir kuno dalam bentuk bola bulat kecil yang berisi bahan dicampur dengan tanah liat atau roti. Sediaan pil ini bertahan selama lima ribu tahun hingga per-tengahan abad ke-20, sebuah pil yang bulat dan berwarna putih, hampir tanpa warna.

Warna primer terang cherry red, lime green dan tangy yellow muncul sebagai warna pertama. Kapsul gel, saat ini pun semakin berwarna, dengan pilihan sebanyak 80.000 kombinasi warna. Sedangkan untuk tablet, kemajuan teknologi makin berperan memunculkan produk pelapis baru (coating products) yang makin warna-warni di pasar.

Di sisi lain, apakah warna benar-benar penting? Terlepas dari fakta yang tampak jelas bahwa pil ini lebih tampak cantik dan menarik di mata, sebenarnya telah memberi benefit yang besar bagi konsumen dan perusahaan farmasi dalam banyak cara yang sangat fungsional.

Pertama, warna membantu konsumen membedakan obat resep dengan obat non-resep, suatu tablet atau kapsul dari yang lainnya. Sebagai kesaksian betapa serius masalah ini, The New York Times telah menyebut tentang kegagalan pasien untuk mengambil obat yang diresepkan.

Hal ini terutama relevan bagi orang tua yang bingung ketika mereka mengambil berbagai obat, yang sebagian besar tablet putih kecil. Komite Aging and Youth Senat AS melaporkan bah-wa tipikal penerima Medicare rata-rata menggunakan 18 - 24 resep setahun. Para peneliti juga menemukan bahwa pasien yang minum obat setiap hari lebih disukai daripada warna-warna cerah pil. Akibatnya, warna dan kombinasi warna adalah cara yang ampuh untuk menciptakan daya tarik emosional dan mengurangi kesalahan medis.

Fakta lain, pasien merespon dengan sangat baik ketika suatu warna sesuai dengan hasil pengobatan. Sebagai contohnya, biru baik untuk ketenangan tidur di malam hari dan merah cerah mempersepsikan pengobatan yang cepat. Namun terdapat skenario sebaliknya, bahwa kapsul dengan warna merah menyala untuk gangguan refluks asam empedu, atau hijau untuk meredakan mual.

Sebuah manfaat yang sama berakar dalam efek warna-warna dan secara khusus yang terkait dengan aroma dan rasa. Bahkan pada peradaban awal seperti orang-orang Romawi mengakui bahwa 'people eat with their eyes' sama baiknya dengan selera mereka. Salah satu buktinya adalah warna kuning mentega sudah ada sejak abad ke14.

Meskipun secara teknis kita tidak 'makan' pil, kami merasa berselera dan menelannya. Apa yang kita rasakan dan aroma apa yang terasa dari sebutir pil berwarna abu-abu? Aroma hangus, rasa buah atau pil itu tampak seperti berjamur? Bagaimana dengan pil berwarna merah muda? Apakah itu terasa asam, pahit, atau manis? Warna apa yang paling mudah bagi kita untuk menelannya? Selanjutnya, efek warna juga

"Di area bebas, obat yang tersedia hanya berupa tablet dibuat dari bubur putih atau pastel. Obat resep di kemas dalam botol warna oranye atau vial transparan. Sediaan cair, kecuali pepto-bismol berwarna merah muda, juga tampak membosankan.

Hari ini adalah dunia yang berbeda. Kemajuan teknologi mela-hirkan cara mentransformasi warna pada sediaan farmasi yang dimulai sejak tahun 60-an. Teknologi ini makin dipercepat ketika teknologi baru dari 'softgel' kapsul obat berwarna ter-sedia pertama kalinya pada tahun 1975.

Page 43: Media Pharma Indonesia 2011

41MEDIA PHARMA InDonEsIA

mencakup asosiasi dengan suhu, misalnya, pil biru terasa dingin, warna oranye terasa lebih hangat.

Selain dari manfaat fungsional bagi konsumen yang begitubanyak, saat ini warna memainkan peran lebih kuat meng-ubah pil putih polos menjadi lebih unik, dengan menambah-kan gambar logo. Ini telah terjadi, bahkan lebih signifikan karena mampu mengubah strategi pemasaran dengan memaksimalkan peran dari warna di dalam industri farmasi.

Pertama, banyak obat sebelumnya hanya tersedia dengan resep - sekarang tersedia sebagai obat bebas (OTC), tanpa resep. Ini berarti bahwa publik berbelanja untuk obat dan mengambil keputusan di toko-toko. Bahkan, penelitian ter-baru oleh Henley Centre melaporkan bahwa sebanyak 73% dari keputusan pembelian di AS dibuat di dalam toko. Oleh karena itu, bahkan lebih penting bagi produk farmasi untuk menarik perhatian dari pembeli dan menyampaikan informasi secara efektif.

Dalam persaingan yang kian memanas, warna dan desain memiliki peran sangat penting bagi merek, sebagai contoh kemasan dan iklan OTC yang baru, Celebrex dengan visuali-sasi langit biru yang tenang dan padang rumput yang hijau, memberi perasaan lega terlepas dari penderitaan.

Kedua, lima tahun lalu FDA-AS mengurangi pembatasan padapemasaran langsung ke konsumen untuk produk obat-obat-an. Akibatnya, iklan cetak dan penyiaran kian meledak. Hanya dengan menyalakan televisi dan perhatikan obat mana yang dipasarkan secara agresif. Tanyakan kepada dokter Anda tentang pil ungu, nexium. Itu tidak terbatas pada televisi.

Oleh karena itu, perusahaan farmasi tidak menyia-nyiakan kesempatan. Warna dan bentuk pil, nama dan gambar yang digunakan untuk menjual produk, dilakukan dengan sangat diteliti dan diuji.

Warna telah terangkat statusnya sebagai 'powerhouse' karena menjadi bagian paling mendasar dari kepribadian obat. Seperti pada semua jenis produk dari perangkat komputer sampai minuman ringan, keputusan pembelian tidak hanyaberdasarkan apa yang tampak seperti produk (visual brand),tetapi ide dari merek (core brand value), bagaimana pelang-

gan merasakannya (emotional brand). Dengan kata lain, warna memiliki kemampuan unik untuk melakukan ketiga secara simultan, menciptakan daya tarik emosional, untuk mengkomunikasikan nilai fungsional dan manfaat (seperti obat pereda rasa sakit yang andal), dan membedakan merek dari lainnya.

Contoh betapa penting peran warna adalah pada persaingan dua obat resep khusus pria Viagra dan Levitra. Pil biru, Viagrayang berbentuk berlian, diluncurkan sejak 1997, secara cepatmenjadi pil 'sensasi satu malam'. Obat resep ini adalah yang paling berhasil dalam sejarah farmasi, dengan penjualan se-nilai US$ 1,74 miliar hanya dalam setahun. Pada 2002, gruppemasaran produk kompetitor, Levitra, memutar otak padaisu warna bagi merek mereka. Tujuannya adalah 'bagaimana mengalahkan pil biru'.

Dari riset pasar yang mereka lakukan secara luas, menyimpul-kan bahwa konsumen tidak 'beresonansi dengan citra' Viagra. Mereka menemukan bahwa warna biru itu terlalu dingin dan sama dengan yang sedang sakit. Arah dari kesimpulan itu adalah untuk menghadirkan Levitra dengan warna dan logo yang lebih menarik dan lebih emosional.

Setelah pengujian secara ekstensif, Levitra muncul dengan warna oranye, warna yang sarat dengan gairah dan memiliki energi. Dengan kombinasi warna logo oranye dan ungu.Mereka juga menyimpulkan, bahwa warna memiliki peran strategis. Sebesar 80% dari informasi visual berkaitan dengan warna, ini berlaku terutama untuk produk farmasi. Warna jugamemiliki peran fungsional. Secara terang-terangan atau bawah sadar, warna mengkomunikasikan pesan yang cukup kuat dan memberi banyak sekali manfaat operasional lainnya.

Namun demikian, di sisi lain, warna mungkin tidak menjadi masalah pada masa depan obat dalam sediaan tablet dankapsul sebagai obat resep. Para ilmuwan telah menciptakan sebuah teknologi microchip dispenser obat seukuran koin yang bisa ditanam di bawah kulit. Ini akan diprogram untuk merilis pengobatan dalam formula terkonsentrasi. Bahkan sensornya mungkin melekat pada chip untuk men-deteksi kadar obat dalam tubuh kita, yang selanjutnya akan bertambah fungsinya lebih banyak lagi sesuai kebutuhan. <is/dbs>

Page 44: Media Pharma Indonesia 2011

42 MEDIA PHARMA InDonEsIA

SsuPPLy Chain

Saat ini, kemitraan dalam rantai suplai dalam dunia kese-hatan harus berbagi banyak data yang kian kompleks untuk mendukung pekerjaan mereka. Agar efektif, perawatan kesehatan, penyedia dan pemasok harus memakai bahasa yang umum dan diakui oleh rantai mitra di seluruh dunia.

Sistem GS1 standar dalam sistem rantai suplai merupakan standar yang paling banyak digunakan di dunia. Digunakan di 23 sektor, termasuk perawatan kesehatan, farmasi, bahan makanan, jasa makanan dan barang konsumen. Selama lebih dari 35 tahun, sistem GS1 telah diterima secara global dalam bahasa umum untuk mengelolakan informasi produk, layanan dan lokasi.

DI KANADAontario hospital Association (Asosiasi Rumah Sakit ontario)menyetujui GS1 Standards. Menurut Tom Closson, Presiden dan CEO, OHA,“Ontario Hos-pital Association (OHA) mendukung aplikasi GS1 Standards di seluruh rumah sakit di Ontario. Standar global pada GS1 ini mampu meningkatkan efisiensi, visibilitas, dan keamanan dalam rantai pasokan, termasuk menyediakan basis untuk

pusat informasi tempat penyimpanan produk untuk persediaan yang digunakan di seluruh rumah sakit di Ontario."

"Akses data yang tepat waktu, akurat, dan dipercaya dapatmenyumbangkan secara signifikan bagi Sistem Pelayanan Kesehatan yang lebih aman, lebih fokus untuk pasien, berkelanjutan dan efisien," katanya.

Mewakili sebanyak 154 rumah sakit umum di seluruh provinsi,OHA menggabungkan organisasi yang terus bertambah diKanada dan secara global yang mendukung pergerakan sektor healthcare seluruh dunia menuju pemakaian GS1 Standards.

St. Michael’s hospital menerapkan Electronic Data Interchange (EDI)Dengan Fase 2 dari "Canadian Healthcare Supply ChainStandards Project", difokuskan pada penerapan standard,berjalan dengan mantap, proyek uji coba Electronic DataInterchange (EDI) yang pertama dimulai dengan Rumah SakitSt. Michael di Toronto, Ontario. Proyek ini melibatkan beberapa vendor dan distributor, antara lain Cardinal Health and Medical Mart Supplies Ltd.

Dengan bantuan dari fasilitator pihak-ketiga, Rogue DataCorporation, Rumah Sakit St. Michael mengirimkan purchaseorder elektronik, yang mengandung Global Standard GS1 GTIN (Global Trade Item Numbers) dan GLN (Global Location Numbers). Proyek percobaan ini diharapkan akan berlanjut di tahun 2011 ini, dari laporan temuan pada triwulan pertama.

PERKEMBANGAN GLoBALJohnson & Johnson melanjutkan penggunaan GS1 StandardsMenurut Dr. Ajit Shetty, Corporate Vice President EnterpriseSupply Chain, Johnson & Johnson,“Tujuan kami adalahmencetak GTIN pada kemasan semua alat medis sebelumakhir tahun 2012.”

“Sampai saat ini sekitar 57.000 GTIN telah diberikan pada alat-alat medis. Untuk produk farmasi, kami telah menggunakan GTIN untuk memenuhi persyaratan FDA dan persyaratan dari Uni Eropa. Kami juga telah memulai proyek GDSN untuk alat medis, dan sedang mencoba EPC/RFID," ungkap Dr. Shetty. Di Belgia, kami sedang mencoba memakai GS1 DataMatrix untuk salah satu pelanggan kami, AZ St.-Jan Brugge-Oostende.”

Dr Shetty mengatakan,“Dalam sebuah survei yang dilakukan oleh Johnson & Johnson Health Care Sytem Inc. di AS.Pelanggan Johnson & Johnson menunjukkan minat yang kuat untuk bergerak menuju pengelolaan data berstandar global.""Mereka memberikan angka 4,5 (dalam skala 5) untuk ketertarikan dalam melangkah menuju standard data yang global," tambah Dr Shetty.

Penggunaan Gs1di seluruh Dunia

Page 45: Media Pharma Indonesia 2011

43MEDIA PHARMA InDonEsIA

Salah satu pelanggan mengatakan,"Kami akan memiliki satu nomor pada tiap produk, agar kami dapat menemukan produk dengan lebih mudah. Tentu, akan ada pengaruh di bagian keselamatan, kami akan dapat melakukan analisa data dengan lebih cepat pada saat membandingkan produk, sehingga semua produk akan cocok."

Cook Medical menerapkan GS1 StandardsMenurut Claes Waller, Vice President CookGroup Europe dan Board Member of Eucomed,“Kami memulai proses standarisasi 10 tahun silam dan menerapkan satu sistem global untuk identifikasi produk." GTIN dipakai untuk Computer Part Number kami untuk mengidentifikasi 380.000 barang.

Namun Waller mengatakan, akhir-akhir ini sedikit sekali rumah sakit yang mampu melacak stok memakai GTIN dan menelusuri barang itu melalui jalur suplai sampai ke data pasien. "Kami juga telah menentukan Global Location Numbers (GLN) untuk setiap perusahaan, sehingga kami dapat melakukan transaksi pemesanan secara elektronik dengan memakai GLN yang pelanggan berikan pada kami. Kami bisa menghubungkan tiap pesanan dengan lokasi tertentu di mana barang akan dikirimkan," jelasnya.

"Berbagi informasi alat medis melalui GDSN dan mengirimkan informasi dengan tidak terlihat yang sampai kepada pasien memungkinkan kami untuk lebih efisien melalui kontrol ling-kungan yang lebih baik dan daya lihat produk yang lebih baik pada rantai pasok” tambah Waller.

Yang lebih penting, hal ini akan meningkatkan pelayananpasien. Cook akan mengunggah dokumen untuk 25.000produk ke dalam GDSN, untuk mengidentifikasi tiap produk dan membuatnya tersedia untuk pelanggan tanpa biaya.

500 juta pengguna Mobile health Application di tahun 2015Menurut laporan terbaru yang dibuat oleh research2guidance,Global Mobile Health Market Report 2010-2015, dalam jangkawaktu 5 tahun sekitar 500 juta individu yang akan mengguna-kan Mobile Health Application dalam smart phone mereka.Laporan itu memperkirakan sebanyak 1.4 milyar pemakaismart phone pada 2015 dan lebih dari sepertiganya akanmemiliki aplikasi yang berhubungan dengan kesehatan.

Saat ini, sekitar 43% mHealth (Mobile Health) Applicationdiutamakan untuk ahli-ahli di bidang kesehatan. GS1 memilikikelompok kerja lintas sektor yang membahas bagaimana GS1Standards dapat mengangkat GS1 Identification Keys dan GS1 BarCodes menggunakan komunikasi selular.

DI JEPANGMenginovasikan rantai pasok healthcare"Pemakaian barcode di Jepang, diaplikasikan dengan cukupluas pada produk-produk kesehatan, namun di rumah sakitmasih sangat terbatas,” kata Profesor Shigekoto Kaihara,

Dekan Graduate School International University of Health and Welfare.

"Beberapa rumah sakit perintis telah berhasil meningkatkankeselamatan pasien dan operasi rumah sakit dengan mene-rapkan Barcode lanjutan dan RFID System. Di National Center for Child Health and Development, Tokyo, semua ruangan telah dilengkapi dengan tampilan layar sentuh yang bisa digunakan oleh perawat untuk mengambil data pasien dan memasukkan data memakai scanner barcode.

Alat itu juga bisa digunakan oleh pasien sebagai layar televisi.Di Akami University Hospital, Pulau Honshu, tag RFID telahdipasang pada gelang pasien dan tag nama perawat. Scannerdapat membaca barcode maupun RFID. Rumah sakit itu saatini bereksperimen dengan pegangan infus yang dilengkapiantena RFID yang secara otomatis membaca tag RFID padakantong infus.

"Untuk memastikan penerimaan yang luas oleh rumah sakitpada sistem yang lebih lanjut dan standar yang dibutuhkan,pegawai rumah sakit perlu mengenali bahwa barcode bergunauntuk keselamatan pasien dan pengelolaan rumah sakitperlu menginvestasi pada teknologi tersebut." Prof. Kaiharamenyimpulkan.

"Kelompok pengguna GS1 Healthcare lokal di Jepang men-dorong penggunaan GS1 Standards dalam sektor healthcare Jepang." Osaka University Hospital Penelusuran Peralatan Bedah "Pada Oktober 2005, kami mulai memasang barcode dua dimensi DataMatrix langsung di alat-alat bedah untuk laparotomy.

Page 46: Media Pharma Indonesia 2011

44 MEDIA PHARMA InDonEsIA

suPPLy Chain

Untuk wadah dan kantong dalam peralatan sterilisasi, kamitelah mengembangkan logam anti panas yang cocok untukRFID tags,” kata Dr. Seizo Nakata, Director, Itami MunicipalHospital dan mantan Director of Surgical Center, Osaka Uni-versity Hospital, Japan, “Kami kemudian memeriksa kinerjadari sistem traceability alat bedah menggunakan fungsi pengelolaan sterilisai menggunakan GS1 DataMatrix.

Verifikasi pembacaan membuktikan bahwa DataMatrix yangdicetak dengan laser dapat dibaca oleh alat pembaca genggam tanpa masalah. Kemudian, waktu yang dibutuhkan untuk mem-baca barcode DataMatrix pada sejumlah 88 alat bedah dalam satu wadah antara 5 sampai 7 menit, termasuk di dalamnya waktu yang dibutuhkan untuk tindakan manusia, di mana cukup singkat untuk prakteknya.

DI AMERIKA SERIKAT (AS)Mayo Clinic berubah untuk memenuhi harapan pasien"Saat ini waktunya berpikir mengenai perubahan rantai suplaiHealthcare," kata Joe Dudas, Director of Accounting and Supply Chain Informatics, Mayo Clinic, AS, “Pasien kami mengharapkan kami menyediakan solusi dan harapan, dan menyediakan perawatan yang terpercaya dan terjangkau. "Ini artinya kami perlu meningkatkan keselamatan dan keamanan rantai pasok, dan secara drastis mengurangi biayanya," tambahnya.

"Untuk meningkatkan kualitas dari informasi kami, dan meng-gunakannya untuk keperluan lain, kami perlu menggabungkan informasi,” tambah Dudas, “Hanya dua dasar (GTIN dan GLN)memungkinkan kami menghubungkan Supply Chain Manage-

ment (SCM) antara perusahaan dan industri. Mayo Clinic mulaiberencana memakai GS1 Standards kembali pada 2008, tuju-an kami menghilangkan pemakaian nomor produk dan nomor akun khas yang tidak terstandarisasi. Kami juga mengedukasi pihak yang berkepentingan, baik yang di dalam maupun di luar organisasi sesuai persyaratan dari AS, GLN 2010 Sunrise.

Pada 2010, kami meningkatkan pemakaian GLN tersebut kepa-da mereka sesuai dengan persyaratan GLN 2012 Sunrise. Langkah kami selanjutya di 2011 adalah peluncuran Lawson 9.0.1.4 dengan fungsi GS1 Standard, menetapkan GLN seba-gai norma dan menguji GTIN dalam proyek uji coba dengan pemasok.

Mayo Clinic baru-baru ini diberi nama Top Hospital oleh Leap-frog Group. Daftar Top Hospitals 2010 – 65 dari bidanghampir 1200 – berdasarkan pada hasil survei nasional theLeapfrog Group yang mengukur kinerja rumah sakit padabagian penting dalam hal keselamatan dan kualitas pasien.

BJC healthcare menerapkan GS1 StandardsBJC Healthcare (BJC), salah satu organisasi pelayanan kese-hatan non-profit terbesar di AS, memiliki 13 rumah sakit dan beberapa lokasi komunitas kesehatan. Seperti kebanyakan organisasi pelayanan kesehatan di AS. BJC telah menghadapi beberapa tantangan ekonomi dan operasional di tahun ini.

Penambahan jumlah pasien tanpa asuransi, pengurangan dalam pengembalian biaya kesehatan dan pembaruan peraturan yang memerlukan pelacakan pemakaian produk kesehatan pada satu poin perawatan.

PROdUcTIOn• Receipt of a shipping notice indicating traceability information linked to the raw material and packaging being used.• Quality control of merchandise using SSCC.• Validation of receipt and delivery slip

signature.• Registration of lot/batch numbers and dates

• Acceptance of primary materials• Recording of lot numbers used• GTIN assigment and marking for base

units and creation of their lot numbers.

WAREHOUSIng-PREPARATIOn• Management of physical product arrivals

and shipments using SSCC• Management of the separation and release

of lots• Assignment of locations• Registering the movement if merchandise• Physical inventory• Order picking• Creation of logistic units, assigment and

remarking of SSCC• Tracking inventory movements, linking SSCC, product, lot/batch number, and delivery

destination

SHIPPIng• Loading• Reading and registering SSCC• Sending shipping notices to receipts with

delivery itemisation• Sending shipping orders to the carries• After delivery, the carrier sends a transport

status report• Integrating information in order to efficiently

coordinate oeders, deliveries, and invoices

Page 47: Media Pharma Indonesia 2011

45MEDIA PHARMA InDonEsIA

BJC telah memakai GS1 Standard bukan untuk menghadapitantangan pengelolaan operasional dan perawatan pasien,tapi juga untuk menetapkan tahap untuk mencapai UltimateSolution, sebuah sistem dengan jaringan terpadu dari industripelayanan kesehatan yang mampu melacak penggunaanproduk dan hasil pasien dan mengotomatiskan semua prosesrantai pasok, yang semua itu dilakukan untuk meningkatkanefisiensi operasional, mengurangi biaya dan meningkatkanperawatan pasien.

SURvEY PADA KEMAJUAN PENGGUNAAN STANDARDalam sebuah survei yang dilakukan oleh Center for Innovati-on in Healthcare Logistics (CIHL), lebih dari 68% responden mengindikasi bahwa mereka mulai bergerak menuju pema-kaian sistem data standar dalam lima tahun ke depan, ini merupakan peningkatan dari 35% di hasil survey tahun 2008 dengan 90% dari mereka bergerak menuju penggunaan GS1.

Survey ini dilakukan oleh sebanyak 678 ahli rantai pasok dibidang pelayanan kesehatan, di mana sekitar 60%-nya adalahpenyedia pelayanan kesehatan.

Rintangan untuk menerapkan data standar termasuk inisiatif dari prioritas yang lebih tinggi (37%), keterbatasan sistem IT (25%), kekurangan pendanaan (25%), kurangnya pengertian organisasi dalam tingkat usaha yang dibutuhkan (25%), dan kurangnya sumber daya IT (24%).

GPO mengumumkan ke siapan untuk menggunakan standard dalam identifikasi lokasi. Pada waktu mendatang pada jadwal ambisius industri healthcare, Group Purchasing Organization

(GPO) mengumumkan kesiapan untuk menggunakan standard pada lokasi penyedia healthcare di Oktober 2010.

Board of Directors dari Health Industry Group PurchasingAssociation (HIGPA) secara bulat telah menyetujui Declaration of Readiness (Deklarasi Kesiapan), menekankan bahwa mereka siap untuk menggunakan Global Location Numbers (GLN) untuk mengidentifikasi lokasi yang tepat untuk setiap penyedia layanan kesehatan di AS.

Menurut Presiden HIGPA Curtis Rooney, "Ini merupakan suatuperubahan kecil yang akan berdampak besar.

"Saat ini, belum tersedia sistem yang dapat diandalkan untukmengetahui lokasi-lokasi penting penyedia healthcare."

Ia melanjutkan,"Penggunaan GLN oleh GPO adalah langkah awal menuju kepastian bahwa produk yang tepat dikirimkan ke lokasi yang tepat. Penting sekali untuk semua bagian dari rantai pasok healthcare untuk menggunakan standar itu." "Langkah berikutnya yaitu me-nerapkan Global Trade Item Numbers (GTIN) sebelum 31 Desember 2012,” jelas Rooney.

(Penulis dari GS1 Indonesia)

gS1 IndOnESIAE - Trade Building Lt.6Jl. Wahid Hasyim No.55Jakarta 10350 IndonesiaTel : (62-21) 31925 800 (62-21) 3916289Fax : (62-21) 391 6269E-mail: [email protected] www.gs1.or.id

HEALTHcARE dELIVERY• Products and services ordered from

suppliers by their GTINs• Instrument lifecycle maneged using

GIAI which is scanned at each point in the decontamination process

• Tracking containers is done with the aid of a GRAI, which identifies the item and also allows for tracking, washing, disinfecting, maintenance, etc.

• Patients, and the services provided to them, are identified using a GSRN, read and regis-tered in a database at each stage and movement of patient, during their hospital stay. GSRN enable automatics link of the patient to their care and input to the Elevtronic Care Record. The GSRN thus contributes to the safety and traceability of the patient

• Products are identified by their GTIN + lot/batch number and are recorded in the patient's medical chart/records so as to ensure the complete safety and traceability of all events that take place dur-ing the patient's stay

• This information facilitates itemised billing

REcEIVIngFor every participant receiving merchandise: • Planning for receipt of goods based in

shipping notices• Unloading and SSCC reading• Control of receiving through efficient

coordination with shipping notices• Coordinating orders and deliveries, send-

ing acknowledgements of receipt• Entering product data into inventory

records• Transmitting information to efficiently

manage orders and invoices

Page 48: Media Pharma Indonesia 2011

PT cAPSUgEL IndOnESIAJl Raya Bogor KM 42

Cibinong 16916Telp. (021) 875 2226Fax. (021) 875 2227

www.capsugel.com

cARAKA gROUPJl. TB Simatupang Kav-7 Jakarta Selatan 12530Telp (62 21) 780 7777 Fax (6221) 781 3333

www.carakagroup.com

cOLd cHAInLOgISTIcSSOLUTIOnS

MAIn OFFIcEPerkantoran Aries Niaga Jl. Taman Aries Blok A1 No. 1X - KembanganJakarta Barat 11620Telp. (021) 589 068 92Faks (021) 589 06893www.javaplant.net

eVeRyoNe IS INVITeD

PT TIgAKA dISTRIdO PERKASA

Importer % Wholesaler of Raw Materials Pharma, Food, Feed, Cosmetics & Chemical

Jl Tanah Abang II No.37, Jakarta 10610

Telp. (62 21) 350 8981Fax. (62 21)386 1847

PT. EnSEVAL PUTERA MEgATRAdIng

Jl. Rawa Gelam IV/6Kaws. Industri Pulo Gadung

Jakarta 13920Telp. (62 21) 4682 5686

PT MEnSA BInASUKES Jl Pulo Kambing II No.26

Kawasan Industri Pulogadung Jakarta Timur 13930 Indonesia

Phone +6221 4601950Fax +6221 4613577

Website : www.mbs.co.idEmail : contact.mbs.co.id

PT PArAzelSuS INDONeSIA Menara Jamsostek

22nd floor, Jl. Jend. Gatot Subroto No. 38

Jakarta 12710Phone : +62 21 522 8338,

Fax : +62 21 522 8337,

www.parazelsus.co.id

PT. IndOFARMA gLOBAL MEdIKA (IgM)

komplek Infinia Park Blok B 86 Jl. Dr Saharjo No 45

Jakarta 12850Telp. (021) 837 81166

www.igm.co.id

46 MEDIA PHARMA InDonEsIA

PT. gLOBAL cHEMIndO MEgATRAdIng

Jl Pulo Kambing Raya Kav. II E no.8

Kaws. Industri Pulo gadung Jkt 13920

Telp. (62 21) 4683 0028

Business diReCToRy

PT LELY METROPOLITAnJl Raya Pluit Raya No 19

Blok A-3Jakarta Utara 14440

(021) 662 6030 - 33

gS1 IndOnESIAE - Trade Building Lt.6Jl. Wahid Hasyim No.55Jakarta 10350 - IndonesiaTel : (62-21) 31925 800 (62-21) 3916289Fax : (62-21) 391 6269E-mail: [email protected]

www.gs1.or.id

PT MAJU BERSAMADesign & Manufacturingof Industrial EquipmentPhone +6221 584 6202 Fax. +6221 584 5808

[email protected], www.maju-bersama.com

PT. MERIndO MAKMURRukan Kencana Niaga D-1/2K

Meruya Utara, Kembangan Jakarta Barat 11620

Telp (62 21) 585 8581PT. Cahaya BumI CEmErLanGJaKarTaJl. Imam Bonjol Km 3,5 Bojong Larang No. 21Kota Tangerang 15115Banten - IndonesiaPhone : +62 21 55767512 (hunting) +62 21 5531324Fax. : +62 21 5520439Email : [email protected] suraBayaJl. Ir. H. JuandaRuko Surya Inti Permata Blok A No. 24Waru Sidoarjo 61253IndonesiaPhone : +62 31 867 8138 / 7Fax. : + 62 31 866 6478email : [email protected]

www.connellbrothers.com

EXCIPIEnT & CoaTInG sysTEms

PT cAlISTAcITrA leSTArIPerkantoran Kencana NiagaJl. Taman Aries Blok D1 No. 1T - 1UMeruya Utara Jakarta 11620Telp. (021) 585 7118, 585 7193Fax. (021) 585 [email protected]

Professional Purification in compressed Air Dryer

Page 49: Media Pharma Indonesia 2011

PT. B. BRAUn MEdIcAL IndOnESIA Palma One 14th FloorJl. H.R. Rasuna Said Kav. X-2 No. 4Jakarta 12950Ph: + 62 21 52907177Fx : + 62 21 52907178Customer ServicePh: + 62 21 52907170

Showroom & Office: Tomang raya No.8

Jakarta 11430(021) 979 5833

Showroom & Office: Tomang raya No.8

Jakarta 11430(021) 979 5833

Business Directory

PT PAcIFIc AMAn gARdACitylofts Sudirman

22nd floor #11Jl. K.H. Mas Mansyur

Kav. 1 no. 121Jakarta 10220 INDONESIATelp +62 21 2555 6793-5Fax. +62 21 2555 6732 Cell +62 81 7080 3759

4747MEDIA PHARMA InDonEsIA

Exhibition OrganizerJl Blandongan No.28 d/g

Jakarta 11220Telp (62 21) 634 5861,

(62 21) 634 5862Fax. (62 21) 634 0140

email : [email protected]

PT TEcHnO PREFABIndOnESIA

Jl. Techno Park Selatan I Blok C 3 F, Techno Park

Industrial EstateJababeka 3, Cikarang 17530,

IndonesiaTelp. 62 21 898 42740 (hunt.)

Fax. 62 21 898 42741

PT. OBOR BERKAT MEdIKALEAd gLASS

SUPPLIER

Jl. Duri Kencana II/5 Duri Kepa

Jakarta 11510Hp. 0818 897 755

Fax.(021) 565 2670E-mail : [email protected]

www.leadglass-obm.com

PT. AVESTA cOnTInEnTAL PAcKJl Bekasi Raya Km 28,5

Bekasi 17133P.O Box 152 Bekasi

Tel : (62 21) 884 1088

?How To Reduce

Your Packaging

Cost?

We are eco-friendly.

www.intracopallet.com

Business diReCToRy

PT. MEgA AndALAn KALASAn (MAK)

Rasuna Office Park SO-02, Komp. Rasuna Epicentrum

Jl. Rasuna Said Jakarta 12960

Telp. (021) 837 00555

makHospital

EquipmentMade in Indonesia

PT. FAnIA ERSA PRATAMAJl Kahfi I No 5 Jagakarsa

Jakarta 12630Telp. (021) 7889 3682 - 83

Made in Indonesia

intra operative neurophysio-logical Monitoring16 or 32 channels amplifier

PT MITRA MEdIKA UTAMAOPerATIONAl OFFIce :Naspro BuildingJl.Garuda No. 79Jakarta 10610 - IndonesiaPh. +62 21 428 00805 Fx. +62 21 420 8410

PT BOndOR IndOnESIAKawasan Industri Sentul

Jl Olympic Raya Kav A 2A, Sentul Citeureup 16810

Telp. (021) 875 6001

PT. MOdERn InTERnASIOnAL, TBK.Jl. Matraman Raya No.12 Jakarta Timur

Telp (021) 280 1000

PT PHArmASOlINDOTelp. (021) 315 4336

www.pharmasolindo.com

HEAD OFFICEOnEMED BuILDInGKompleks Darmo Park II Blok IV No. 14-15 Jl. Mayjen SungkonoSurabayaTelp. +62 31 5672236, Fax. +62 31 5688912

www.onemed.co.id

Page 50: Media Pharma Indonesia 2011

dWIJAYA PERKASA Jl Medokan Baru II/12

Surabaya 60119Phone : (031) 599 0376

Fax. (031) 592 7768

PT. TESEnA InOVIndOJl. H. Jusin No. 43, Susukan - Ciracas

Jakarta 13750 - IndonesiaTelp : (021) 840 1325,

841 2414

PT. PEnTASAdA SURYA dInAMIKAJl Kartini Raya No. 54-G, Jakarta 10750

Telp. (021) 659 2180, 659 3618

PT. FAnIA ERSA PRATAMAJl Kahfi I No 5 Jagakarsa

Jakarta 12630Telp. (021) 7889 3682 - 83

Jl Tambak No2A Kebon Manggis Manggarai Jakarta Pusat 13150 Telp. (6221) 819 9099

FEATURES

Ethernet LAN connection

Installation maximum up to 32 Bedside monitor for trend graph & trend table review

Short trend mode waveform in real time

central Patient monitor eG mFm cmS

SIEMENS

DWIJAYA PERKASAhoSPital & General SuPPlier

SIEMENS MEdIcal SolutIoNS authorIzEd dEalEr

Agfa

PT. MOdERn InTERnASIOnAL, TBK.Jl. Matraman Raya No.12 Jakarta Timur

Telp (021) 280 1000

intra operative neurophysio-logical Monitoring16 or 32 channels amplifier

PT MITRA MEdIKA UTAMAOPerATIONAl OFFIce :Naspro BuildingJl.Garuda No. 79Jakarta 10610 - IndonesiaPh. +62 21 428 00805 Fx. +62 21 420 8410

PT. MEgA AndALAn KALASAn (MAK)

Rasuna Office Park SO-02, Komp. Rasuna Epicentrum

Jl. Rasuna Said Jakarta 12960

Telp. (021) 837 00555

makHospital

EquipmentMade in Indonesia

Made in Indonesia

Showroom & officeTomang Raya No.8

Jakarta 11430(021) 979 5833

Made in Indonesia

Jl. Ciputat Raya No. 7 Pondok Pinang Kebayoran Lama

Jakarta12310Phone (021) 7590 9374

PT. DELTa manDIrI aBaDI

48 MEDIA PHARMA InDonEsIA

Business DirectoryBusines DirectoryBusiness DirectoryBusiness diReCToRy

r&dpharmacist

Page 51: Media Pharma Indonesia 2011

r&dr&d regulationsupply chainindustrial

retailerstechnology

patient safety

tradingpharmacist business competitionpackaging Media Pharma Indonesia

Regular Rates

* Regular rates in 2010, all rates excluding 10% of tax.

R a t e s (Rp) 1 X insertion 3 X insertion Free Bonus

Size (cm)no Item

1. cover Banner (half) 9,5 x 5,5 3.500.000 10.000.000 Inside Banner (Half - 2x) + Business Directory (2x)

2. Inside (front/back) cover 21 x 27,5 12.000.000 35.000.000 Inside Banner (Full - 3x) + Business Directory (2x)

3. Full Page; 21 x 27,5

a. First Page 21 x 27,5 12.000.000 35.000.000 Inside Banner (Full - 3x) + Business Directory (3x)

b 3rd Page 21 x 27,5 11.000.000 32.000.000 Inside Banner (Full - 3x) + Business Directory (3x)

b. Inside Pages 21 x 27,5 10.000.000 29.000.000 Inside Banner (Full - 3x) + Business Directory (3x)

4. 50% of Page (horz/vert) 19 x 13,5 5.500.000 16.000.000 Inside Banner (Half - 1x) + Business Directory (3x)

5. Inside Banner (full) 19 x 5,5 4.500.000 13.000.000 Business Directory (3x)

6. Business Directory 4,2 x 3,5 750.000 2.100.000 Business Directory (1x)

7. Advertorial (1 page) 21 x 27,5 8.500.000 27.000.000 Inside Banner (Full - 3x) + Sub Headline in cover (1x)

8. Business Section (3 pages) 21 x 27,5 17.500.000 (Paket A) Tersedia paket yang lain sesuai kebutuhan.

9. Business Progress-report 21 x 13,5 3.000.000 8.500.000 Inside Banner (Half - 1x) + Business Directory (2x)

Discountsampai

5 okt 2011

50%

Informasi Publikasi dan Pemasangan Iklan

Untuk keterangan lebih lanjut mohon menghubungi redaksi/bagian iklan di 0882 100 10 567 atau [email protected]

Redaksi membantu pemuatan Business SectionDisediakan paket-paket publikasi menarik untuk pemuatan pada Bulan Juli s/d Desember 2011.

Demi aktualisasi berita, artikel pada rubrik Business Section dimuat dari kegiatan wawancara, peliputan dan foto session. Dilakukan paling lambat 10 hari sebelum pemuatan.

Page 52: Media Pharma Indonesia 2011

D I R G A H A y U k e 6 6 T A H U N

PharmaNew Platform*New Energy

PHARMA EconoMy AnD businEss MEDiA

kEMERDEkAAninDonEsiAbAGi bAnGsAinDonEsiADengan Ridho Tuhan Yang Maha Arif dan Maha Bijaksana

Kita bangsa Indonesia hendaknya mau dan mampu

menciptakan arus penemuan dan pembaruan yang teratur

untuk menjamin tahap-tahap pertumbuhan politik, ekonomi,

sosial, budaya serta pertahanan dan keamanan.

Kita berupaya turut menyumbang kepada kemenangan

sejati ilmu pengetahuan dan teknologi.

Bukan kemenangan semu dengan harga setinggi

penghancuran eksistensi kita sendiri.

Prof. DR. Ir. H. TB. Bachtiar Rifai - Kepala LIPI Tahun 1974 - 1984Jakarta, 23 Agustus 1982

Page 53: Media Pharma Indonesia 2011

learndesignwrite

campaign

learndesignwrite

campaignMInD*

MoREcoMMunIcATIons

We WoRK WITH ouR cReATIve ResouRces, whether in-house or outsourced, to develop an approach that has a consistent sensibility unique to your company, and right for your company.

MInD*MoRe coMMunIcATIonsDirect 0882 40 626 525Gedung Triguna Jl. Hang Lekiu III no 17Kebayoran Baru Jakarta 12620Phone & Fax: +62 21 722 [email protected]

GooD AD DesIGn MeAns: Defining the project. Planning. strategy. strong visual and verbal concept. AnD LAsT: Graphics, typography, visual artistry designed to support and enhance your approved marketing solution.

eAcH PRoBLeM DeMAnDs ITs oWn soLuTIon. Hard sell or soft sell. Way out or straight up. Funny or serious. Blunt or corporate. or image-based.

LeARn, WRITe, DesIGn, cAMPAIGn to listen to you, and help solve your advertising, communication problems, makes sure creative work is high quality, designed to meet timely business objectives.

FuLL-seRvIces DesIGn FIRM*

we offerlearndesignwrite

campaign

You have an ad agency whose fees are right, whose work is effective, reach into your computer.So, you don't need a design consultant.and tear out this page.

if

but ifthe messages and styles do diverge and worse, conflict, how do you measure theresults? So,you may wellhave problemsthat keep you from building sales!

Advertising & Marketingexecutives,

dear

Each problem demands its own solution.

The solution brings you more benefits;

Management should be simpler, advertising should be more effective, fees should be more manageable, time should be saved,public should be react!Your life should be happy!

campaign