View
234
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
Jurnal Teknik Lingkungan Volume 20 Nomor 2, Oktober 2014 (Hal 99-108)
99
PENGEMBANGAN KRITERIA GOOD-QUALITY HOUSING
DENGAN WHOLE SYSTEM APPROACH DALAM KESATUAN
ECO-SETTLEMENTS DI KAWASAN PERDESAAN
A DEVELOPMENT OF GOOD-QUALITY HOUSING CRITERIA
USING WHOLE SYSTEM APPROACH AS UNITY OF ECO-
SETTLEMENTS IN RURAL AREA 1*Afifa Zahiya,dan 2Priana Sudjono
1,2 Program Studi Teknik Lingkungan
Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Teknologi Bandung
Jl Ganesha 10 Bandung 40132 *1afifa.zahiya@students.itb.ac.id, dan 2priana.sudjono@ftsl.itb.ac.id
Abstrak: Rumah merupakan salah satu kebutuhan primer manusia yang digunakan sebagai tempat untuk
tumbuh dan berkembang, baik secara jasmani, rohani, dan sosial. Untuk dapat memenuhi hal tersebut,
dibutuhkan persyaratan tertentu yang dikenal sebagai good-quality housing. Penelitian ini dilakukan untuk
mendapatkan kriteria good-quality housing dengan menggunakan Whole System Approach dalam kesatuan
eco-settlements di kawasan perdesaan. Hasilnya, elemen yang mempengaruhi kualitas sebuah rumah
dikelompokkan ke dalam empat komponen utama, yaitu komponen rumah, komponen sosial ekonomi
penghuni rumah, komponen penyediaan air bersih, dan komponen penanganan limbah domestik.
Komponen rumah dinilai terpenuhi apabila kriteria pencahayaan alami, ventilasi, drainase, keberadaan
tikus dalam rumah, dan jarak dengan kandang hewan terpenuhi. Adapun kriteria dari komponen rumah
adalah sebuah rumah harus memiliki luas jendela ≥ 10% dari luas lantai, lubang ventilasi silang ≥ 5%
dari luas lantai, dan mengatur penempatan kandang ternak agar terpisah dengan rumah. Komponen sosial
ekonomi dinilai terpenuhi jika penghuni rumah tidak memiliki angka kejadian penyakit diare. Komponen
penyediaan air bersih dinilai terpenuhi apabila terdapat sarana air bersih yang memenuhi syarat
kesehatan di sebuah rumah, tidak menggunakan sungai untuk mandi dan cuci, memenuhi standar kualitas
air bersih, dan menggunakan air bersih minimum 40-60 liter per orang per hari. Sedangkan komponen
penanganan limbah domestik dinilai terpenuhi jika terdapat jamban pribadi yang sesuai dengan standar
kesehatan dan teknologi pengolah air buangan, serta terdapat pewadahan, pemilahan, dan daur ulang
sampah. Diantara seluruh komponen good-quality housing, komponen rumah memiliki bobot paling besar
dengan bobot 27,48% dari 100%.
Kata kunci: good-quality housing, komponen, kriteria, rural-housing, whole system approach
Abstract : House is one of the primary needs of human beings which used as a place to grow and develop
physically, spiritually, and also socially. To fulfill all those needs, some requirements which known as good-
quality housing is needed. This study was conducted to obtain good-quality housing criteria by using the
Whole System Approach in the unity of eco-settlements in rural areas. As a result, elements that affect
quality of housing are divided into four major components, namely the house, the socio-economic of the
household, water supply, and domestic waste handling. House component will be fulfilled if the natural
lighting, ventilation, drainage, presence of rats in the house, and the distance to the animal cages meet
their own criterion. The criteria of the components of the house are a home must have a window width ≥
10% of the floor area, cross ventilation holes ≥ 5% of the floor area, and adjust the placement of livestock
pens to separate the house. The assessment of socioeconomic of household component will be fulfilled if
the residents do not have the incidence of diarrheal disease. Water supply component will be fulfilled if
there is any good access of clean water in a house, do not use the river for bathing and washing, water
quality standards, and uses a minimum of 40-60 liters of clean water per person per day. Domestic waste
component will be fulfilled if there is any good individual septic tank in accordance with the standards and
wastewater handling technology and there is a lug, sorting, and waste recycling. Among all components of
good-quality housing, house component has the largest weight with 27.48% of 100%.
100 Jurnal Teknik Lingkungan Vol. 20 No. 2 Afifa Zahiya & Priana Sudjono
Key words: component, criteria, good-quality housing, rural-housing, whole system approach
PENDAHULUAN
Pengembangan adalah kegiatan yang dilakukan untuk membuat sesuatu menjadi lebih
baik dan sempurna. Kriteria adalah ukuran yang menjadi dasar penilaian atau penetapan sesuatu
hal. Sedangkan rumah adalah faktor penting dalam peningkatan harkat dan martabat manusia. Hal
ini dapat terjadi karena rumah merupakan salah satu kebutuhan primer manusia yang digunakan
sebagai tempat untuk tumbuh dan berkembang, baik secara jasmani, rohani, dan sosial. Untuk
dapat memenuhi hal tersebut, dibutuhkan persyaratan tertentu yang dikenal sebagai good-quality
housing. Good-quality housing merupakan sebuah kondisi dimana rumah mampu memenuhi
fungsinya sebagai sebuah shelter yang layak, aman, sehat, serasi, dan teratur. Oleh karena itu,
adanya pengembangan kriteria good-quality housing perlu dilakukan untuk dapat menjaga
kualitas dan kenyamanan sebuah rumah sebagaimana seharusnya.
Organisasi kesehatan sedunia (WHO) mendefinisikan sebuah rumah sebagai tempat
tumbuh dan berkembang. Definisi ini menuntut rumah agar memiliki kemudahan untuk
mendapatkan fasilitas yang dibutuhkan untuk pemenuhan fungsi tersebut. Salah satu fasilitas yang
dibutuhkan adalah air bersih dan sanitasi (Soemirat, 2011). Sayangnya, hingga saat ini masih
terdapat 57 juta orang atau sekitar seperlima dari populasi Indonesia yang membuang hajat di
sungai atau ladang (Bank Dunia dalam Maesaroh, 2014). Evaluasi kondisi permukiman di dunia
mendapatkan bahwa paling sedikit 10.000 orang meninggal tiap tahunnya akibat kecelakaan atau
penyakit yang disebabkan rumah yang tidak mempunyai pelayanan air bersih dan sanitasi
(Soemirat, 2011). Disaat yang sama, ketidakmampuan penghuni rumah untuk memenuhi fasilitas
sanitasi juga memberikan dampak negatif terhadap lingkungan. Sungai besar di Indonesia
berstatus sangat tercemar dan lebih dari 50% diakibatkan oleh pembuangan limbah rumah tangga
dan industri. Pencemaran lingkungan ini dinilai memiliki dampak terhadap kesehatan, estetika,
kerugian ekonomi, hingga terganggunya ekosistem alami.
Pada tahun 2011, Kementrian Pekerjaan Umum menyusun sebuah kerangka penilaian
untuk penerapan konsep eco-settlements di permukiman perdesaan hulu DAS Citarum (Deviana,
2011). Eco-settlements merupakan konsepsi pembangunan berkelanjutan dalam lingkup
permukiman. Kerangka penilaian tersebut mencakup penerapan eco-housing (rumah ramah
lingkungan), penerapan eco-sanitation, serta pendampingan masyarakat. Namun, penilaian
terhadap rumah sebagai unit terkecil dari sebuah permukiman tidak dilakukan secara mendalam.
Padahal, good-quality housing merupakan elemen kunci yang digunakan untuk menentukan sehat
atau tidaknya sebuah permukiman (Howard, 2002).
Dengan didasarkan berbagai penjelasan tersebut, diperlukan adanya pengembangan
kriteria good-quality housing sebagai bagian dari eco-settlements di kawasan perdesaan. Untuk
dapat mengetahui kriteria good-quality housing sesuai dengan konsep berkelanjutan yang diusung
oleh eco-settlements, dilakukan penelitian dengan menggunakan Whole System Approach. Whole
System Approach merupakan sebuah pendekatan yang digunakan untuk mencari solusi yang
mampu menjawab masalah berbagai macam komponen sistem dengan memperhatikan hubungan
antara sub-sistem dan komponen sistem itu sendiri (Blizzard, 2012). Hingga saat ini, Whole
System Approach dikenal sebagai pendekatan yang mampu meraih Sustainable Design.
Karenanya, pendekatan ini dianggap sesuai dengan konsep eco-settlements yang sedang
diterapkan di kawasan perdesaan dan mampu menghasilkan kriteria good-quality housing yang
lengkap dan mendalam.
Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan kriteria good-quality housing dengan
menggunakan Whole System Approach dalam kesatuan eco-settlements di kawasan perdesaan.
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi penelitian awal dari penetapan kriteria good-quality
housing di kawasan perdesaan.
Jurnal Teknik Lingkungan Vol. 20 No. 2 Afifa Zahiya & Priana Sudjono. 101
METODOLOGI
Secara umum, metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Whole System
Approach. Whole System Approach merupakan pendekatan yang banyak digunakan dalam
perencanaan, desain, dan systems thinking untuk mewujudkan model yang berkelanjutan. Whole
System Approach dilakukan dengan mengobservasi kondisi yang sedang berlangsung dari sebuah
kejadian dengan menggunakan berbagai sudut pandang. Whole System Approach melihat
hubungan antara sistem dan sub-sistem untuk mencari solusi sebagai jawaban dari permasalahan
berbagai macam komponen sistem.
Pengembangan kriteria dengan Whole System Approach dilakukan dengan menggunakan
bantuan sumber pengetahuan. Adapun sumber pengetahuan tersebut terdiri dari literatur,
penelitian terdahulu, dan berbagai peraturan yang ada di dunia. Pada tahap awal, dilakukan studi
pendahuluan seputar rumah berkualitas baik di perdesaan. Setelah itu, dilakukan identifikasi
berbagai komponen dan sub-komponen yang mempengaruhi kualitas rumah dalam rural eco-
settlements dengan Whole System Approach. Untuk mendapatkan kriteria good-quality housing
yang tepat, dilakukan penentuan sub-komponen yang paling penting dengan menggunakan teknik
delphi untuk dapat dinyatakan sebagai kriteria. Teknik ini dilakukan dengan sebuah survey
kepada para panelis untuk mendapatkan beragam opini terkait dengan topik yang sedang diteliti
(Hsu dan Sanford, 2007). Pendapat ahli digunakan juga untuk memperbaiki krtieria yang sudah
didapatkan sebelumnya dari Whole System Approach. Selain penentuan komponen penting, dari
teknik Delphi didapatkan pula bobot tiap komponen. Setelah itu, dilakukan pengambilan
kesimpulan dari keseluruhan penelitian yang dilakukan.
Kriteria good-quality housing diidentifikasi dan dianalisa dengan bantuan literatur dan
penelitian terdahulu sebagai sumber pengetahuan. Hasilnya, didapatkan 4 sub-sistem, atau yang
biasa disebut dengan komponen utama, yang dinilai mempengaruhi kondisi rumah sebagai suatu
sistem. Keempat komponen itu adalah komponen fisik rumah itu sendiri, komponen penghuni
rumah, komponen penyediaan air bersih, serta komponen penanganan limbah domestik.
Selanjutnya, keempat komponen tersebut didefinisikan dan diidentifikasi ke dalam bagian yang
lebih spesifik atau disebut juga dengan sub-komponen. Pendefinisian dan identifikasi dilakukan
dengan menggunakan bantuan sumber pengetahuan. Pada akhirnya, sub-komponen yang
diperoleh dinyatakan sebagai kriteria good-quality housing yang kemudian digunakan sebagai
bahan kuesioner ahli pada teknik delphi.
Pengumpulan data dilakukan dengan metode kuantitatif dan kualitatif. Pengumpulan data
kuantitatif dilakukan dengan cara menyebarkan kuesioner kepada ahli melalui tahap ketiga
dengan menggunakan teknik delphi. Adapun pengumpulan data secara kuantitatif dimaksudkan
untuk mengetahui besaran angka yang menunjukan penting atau tidaknya sebuah sub-komponen
untuk dinyatakan sebagai kriteria good-quality housing. Kuesioner disebar kepada 20 ahli dari
berbagai bidang yang dianggap oleh peneliti memahami keberadaan dan kebutuhan akan rumah,
khususnya di wilayah perdesaan. Para ahli diminta untuk mengisi nilai indeks komponen dengan
nilai berkisar 1 sampai 5, dimana 1 untuk komponen yang sangat tidak penting, 2 untuk komponen
yang tidak penting, 3 untuk komponen yang cukup penting, 4 untuk komponen yang penting, dan
5 untuk komponen yang sangat penting. Sedangkan pengumpulan data kualitatif dilakukan
dengan cara melakukan wawancara langsung dengan ahli yang berkontribusi dalam teknik delphi.
Pengumpulan data ini dimaksudkan untuk mengetahui pendapat para ahli terkait dengan kriteria
yang telah ditentukan sebelumnya. Ahli yang melakukan Delphi tercantum pada Tabel 1.
102 Jurnal Teknik Lingkungan Vol. 20 No. 2 Afifa Zahiya & Priana Sudjono
Tabel 1. Data responden ahli
No Instansi Pendidikan Jabatan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
Bappeda Kota Bandung
Dept. Sosioteknologi ITB
Distarcip Kota Bandung
Diskimrum Jawa Barat
Dinas Kesehatan Kota Bandung
Puslitbang Permukiman PU
BPLH Kota Bandung
Dept. Arsitektur ITB
Dinas Kesehatan Jawa Barat
Diskimrum Jawa Barat
Puslitbang Permukiman PU
Dinas Kesehatan Kab. Bandung
Puslitbang Permukiman PU
Puslitbang Permukiman PU
BPLH Kab. Bandung
PNPM Mandiri Perdesaan
Dept. Arsitektur ITB
BPLHD Jawa Barat
Fakultas Kedokteran UNPAD
Puslitbang Permukiman PU
S2
S3
S2
S2
S1
S2
S2
S3
S2
S2
S3
S2
S2
S2
S1
S1
S3
S2
S3
S2
Ka. Sub. Bid. Perencanaan Sarana dan Prasarana
Staf Pengajar
Ka. Bid. Perumahan
Ka. Si. Perumahan Perdesaan
Ka. Si. Penyehatan Lingkungan
Pelaksana
Staff
Staf Pengajar
Ka. Si. Penyehatan Lingkungan
Ka. Si.Penyehatan Lingkungan Permukiman
Peneliti
Ka. Si. Penyehatan Lingkungan
Peneliti
Pelaksana
Ka. Bid. Pengendalian Kerusakan Lingkungan
Pelaksana
Staf Pengajar
Ka. Bid. Konservasi Sumber Daya Alam dan
Mitigasi Bencana
Ka. Prodi Ilmu Kesehatan Masyarakat
Peneliti
HASIL DAN PEMBAHASAN
Konsep Good-quality Housing
Rumah merupakan sebuah sistem kompleks yang terbentuk dari berbagai macam
komponen yang saling berkaitan. Adapun komponen yang perlu diperhatikan dalam melakukan
evaluasi terhadap sebuah kriteria penilaian bangunan yang berkelanjutan terdiri dari ketepatan
manajemen pengelolaan bangunan, penggunaan material yang sesuai, kesehatan dan
kesejahteraan sampah, penggunaan lahan dan ekologi, energi, polusi, transportasi yang nyaman,
ketersediaan air, kemungkinan melakukan ekologi, dan kriteria ekonomi-keuangan (Drejeris dan
Kavolynas, 2013). Pendapat lain dinyatakan oleh Kementrian Kesehatan RI, dimana lingkup
penilaian rumah sehat dibagi ke dalam tiga kelompok besar, yaitu kelompok komponen fisik
rumah, sarana sanitasi, dan perilaku penghuni (Depkes RI, 2013). Sedangkan penilaian kelayakan
sebuah rumah yang mengusung konsep keberlanjutan dilakukan oleh Mulliner (2012) dengan
memperhatikan aspek ekonomi, lingkungan, dan sosial. Melihat berbagai pemahaman tentang
rumah tersebut, maka good-quality housing dikelompokkan ke dalam 4 komponen besar, yaitu
komponen fisik rumah, komponen sosial ekonomi, komponen penyediaan air bersih, dan
komponen penanganan limbah domestik.
Pendefinisian konsep good-quality housing dilakukan berdasarkan komponen utama
yang membentuk kesatuan sistem good-quality housing. Rumah merupakan kebutuhan dasar
manusia dan merupakan faktor penting dalam peningkatan harkat dan martabat manusia
(Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah No. 403/KPTS/M/2002). Rumah juga
merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian
yang digunakan untuk berlindung dari gangguan iklim dan makhluk hidup lainnya, serta tempat
pengembangan kehidupan keluarga (Keputusan Menteri Kesehatan RI 5 No.
829/Menkes/SK/VII/1998). Selain itu, rumah juga diharapkan dapat menerapkan prinsip
lingkungan dalam perancangan, pembangunan, pengoperasian, dan pengelolaannya, dan aspek
penting penanganan dampak perubahan iklim (Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 8 tahun
2010). Dengan mengacu berbagai definisi tentang rumah tersebut, good-quality housing dapat
didefinisikan sebagai rumah yang mampu memenuhi fungsinya sebagai tempat pengembangan
Jurnal Teknik Lingkungan Vol. 20 No. 2 Afifa Zahiya & Priana Sudjono. 103
kehidupan keluarga yang layak huni dan menempati lokasi sesuai dengan peruntukannya, dapat
memenuhi kebutuhan fisiologis dan psikologis, mampu menjadi tempat berlindung dari gangguan
iklim dan makhluk hidup lainnya, memenuhi persyaratan pencegahan penularan penyakit dan
kecelakaan, dan menerapkan prinsip lingkungan dalam keberjalanannya.
Komponen Rumah dalam Good-quality Housing
Komponen rumah berfungsi untuk mengetahui pengaruh kondisi fisik dan non fisik dari
sebuah rumah dalam penerapan good-quality housing. Sub-komponen dan atribut yang ditetapkan
sebagai kriteria dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Kriteria komponen rumah
Komponen Sosial Ekonomi Penghuni Rumah dalam Good-quality Housing
Komponen sosial ekonomi penghuni rumah berfungsi untuk mengetahui kondisi sosial
dan psikologis penghuni rumah yang dapat mempengaruhi kapasitas dan kemungkinan
pengembangan good-quality housing serta mengetahui pemenuhan kebutuhan sosial dan
psikologis dari penghuni rumah. Adapun sub komponen penentu komponen sosial terbagi
menjadi tingkat pendidikan, penghasilan, penyakit, tingkat kematian balita, dan jumlah keluarga
dalam satu rumah, keberadaan ruang publik, jumlah orang yang mendapatkan tunjangan pensiun,
partisipasi komunitas dalam pembuatan rumah, dan kelembagaan pengaturan warga. Atribut yang
ditetapkan sebagai kriteria dapat dilihat pada Tabel 3.
104 Jurnal Teknik Lingkungan Vol. 20 No. 2 Afifa Zahiya & Priana Sudjono
Tabel 3. Kriteria komponen sosial ekonomi penghuni rumah
Komponen Penyediaan Air Bersih dalam Good-quality Housing
Tabel 4. Komponen penyediaan air bersih
Komponen penyediaan air bersih digunakan untuk mengetahui kualitas, kuantitas suplai
air yang tersedia untuk digunakan masyarakatperdesaandan akses penduduk terhadap sumber
daya air tersebut. Penentuan sub komponen didasarkan pada Tropical Water Index, sebuah alat
untuk mengetahui akses sanitasi dan penyediaan air bersih di daerah perdesaan 7 (Sudjono, 2014).
Terdapat 6 sub komponen penentu penyediaan air bersih, yaitu sumber air bersih, penggunaan
sungai untuk mandi dan cuci, penggunaan air irigasi untuk mandi dan cuci, kualitas air bersih,
jumlah penggunaan air bersih, dan partisipasi dalam mengumpulkan air bersih. Sub-komponen
dan atribut yang ditetapkan sebagai kriteria penyediaan air bersih dapat dilihat pada Tabel 4.
Komponen Penanganan Limbah Domestik dalam Good-quality Housing
Komponen penanganan limbah domestik berfungsi untuk mengetahui kebiasaan
masyarakat terkait dengan kebersihan yang dapat mempengaruhi kondisi kebersihan lingkungan
dan mata air sekitar. Adapun sub komponen yang dinilai dalam komponen ini adalah penanganan
Jurnal Teknik Lingkungan Vol. 20 No. 2 Afifa Zahiya & Priana Sudjono. 105
tinja manusia dan penanganan sampah. Sub-komponen dan atribut yang ditetapkan sebagai
kriteria penanganan limbah domestik dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Komponen Penanganan Limbah Domestik
Komponen Utama Sub-komponen Parameter
Penanganan Limbah
Domestik
Penanganan tinja manusia
Penanganan sampah Penyediaan alat pewadahan sampah, adanya
pemilahan sampah
Ketersediaan jamban pribadi yang sesuai dengan
standar kesehatan dan ketersediaan teknologi
pengolah air buangan.
Penyediaan alat pewadahan sampah, adanya
pemilahan sampah.
Kriteria Good-quality Housing dalam Kesatuan Eco-settlements di Kawasan Perdesaan Kriteria good-quality housing di kawasan perdesaan pada penelitian ini didapatkan
dengan melakukan Delphi Technique. Penentuan kriteria dilakukan dengan melihat nilai rata-rata
dari keseluruhan pendapat ahli. Bagi sub-komponen yang mendapatkan nilai 4 dan 5, ditetapkan
sebagai kriteria utama good-quality housing. Kriteria dapat dilihat pada Tabel 6.
Komponen rumah dinilai terpenuhi apabila kriteria pencahayaan alami, ventilasi,
drainase, keberadaan tikus dalam rumah, dan jarak dengan kandang hewan terpenuhi. Adapun
kriteria dari komponen rumah adalah sebuah rumah harus memiliki lebar luas jendela ≥ 10% dari
luas lantai, lubang ventilasi ≥ 5% dari luas lantai, dan mengatur penempatan kandang ternak agar
terpisah dengan rumah. Komponen sosial ekonomi dinilai terpenuhi jika penghuni rumah tidak
memiliki angka kejadian penyakit diare. Komponen penyediaan air bersih dinilai terpenuhi
apabila terdapat sarana air bersih yang memenuhi syarat kesehatan di sebuah rumah, tidak
menggunakan sungai untuk mandi dan cuci, memenuhi standar kualitas air bersih, dan
menggunakan air bersih minimum 40-60 liter per orang per hari.Sedangkan komponen
penanganan limbah domestik dinilai terpenuhi jika terdapat jamban pribadi yang sesuai dengan
standar kesehatan dan terdapat teknologi pengolah air buangan serta terdapat pewadahan,
pemilahan, dan pelayanan tempat pembuangan sementara sampah.
Kriteria Good-quality housing dapat digunakan sebagai alat bantu bagi masyarakat dan
pemerintah dalam menerapkan upaya terbaik untuk mendapatkan kualitas yang baik dari sebuah
rumah serta dapat dipahami oleh masyarakat umum beserta para penghuni rumah. Standar yang
ingin dicapai dalam penerapan Good-quality housing adalah upaya untuk mewujudkan kondisi
rumah yang memiliki kualitas baik, dimana kualitas baik tersebut dilihat dengan menggunakan
sudut pandang kesehatan dan lingkungan. Rumah yang sesuai dengan standar Good-quality
housing seharusnya mampu memberikan rasa nyaman dan aman bagi penghuninya dan dapat
menghasilkan emisi yang tidak merugikan lingkungan.
Tabel 6. Kriteria good-quality housing di kawasan perdesaan
Kriteria Parameter Standar
Pencahayaan alami Perbandingan luas jendela
dengan luas area
Baik = ada lubang jendela ≥ 10%
dari luas lantai
Tidak baik = ada lubang jendela
< 10% luas lantai
Ventilasi Perbandingan luas ventilasi
dengan luas area. Ketersediaan
ruang berkumpul dengan
ventilasi silang.
Sangat baik = ada lubang
ventilasi ≥ 5% dari luas lantai
dengan sistem ventilasi silang
Cukup baik = ada lubang
ventilasi ≥ 5% dari luas lantai
Tidak baik = ada lubang ventilasi
< 5% luas lantai
106 Jurnal Teknik Lingkungan Vol. 20 No. 2 Afifa Zahiya & Priana Sudjono
Drainase Keberadaan drainase skala
rumah tangga
Baik = terpenuhi
Tidak baik = tidak terpenuhi
Tikus Keberadaan tikus dalam rumah Baik = tidak ada
Tidak baik = ada
Jarak dengan kandang hewan Kandang ternak terpisah dengan
rumah
Sangat baik = terpenuhi dengan
jarak 10-20 meter
Cukup baik = terpenuhi
Tidak baik = tidak terpenuhi
Angka kejadian penyakit diare Kejadian penyakit diare dalam
kurun 1 tahun
Baik = tidak ada
Tidak baik = ada
Sarana Air Bersih Keberadaan sarana air bersih di
masing-masing rumah yang
memenuhi syarat kesehatan
Sangat baik = ada sarana air
bersih milik pribadi yang
memenuhi syarat kesehatan
Cukup baik = Ada sarana air
bersih komunal, namun tidak
lebih dari 100 m jaraknya dari
rumah
Tidak baik = tidak ada sarana air
bersih
Sungai Penggunaan sungai untuk mandi
dan cuci
Baik = tidak menggunakan
Tidak baik = menggunakan
Kualitas air bersih Kualitas air bersih memenuhi
syarat fisik, yaitu tidak keruh,
tidak berwarna, tidak berbau,
dan tidak berasa
Baik = terpenuhi
Tidak baik = tidak terpenuhi
Penggunaan air bersih Jumlah penggunaan air bersih
berada pada rentang 40 – 60
liter/orang/hari
Baik = terpenuhi
Tidak baik = tidak terpenuhi
Tinja manusia (excreta) Ketersediaan jamban pribadi
yang sesuai dengan standar
kesehatan dan ketersediaan
teknologi pengolah air buangan.
Sangat baik = ada, jamban
tertutup dan terdapat septic tank
Baik = ada, jamban terbuka dan
terdapat septic tank
Cukup baik= ada, jamban
tertutup dan disalurkan ke sungai
Kurang baik = ada, jamban
terbuka dan disalurkan ke sungai
Tidak baik = tidak ada
Sampah Penyediaan alat pewadahan
sampah, adanya pemilahan
sampah.
Sangat baik = ada, kedap air dan
bertutup
Cukup baik = ada, kedap air dan
tidak bertutup
Tidak baik = ada, tidak kedap air
dan tidak bertutup
Pembobotan Komponen dan Sub Komponen Good-quality Housing Elemen-elemen dari tiap komponen memiliki pengaruh yang berbeda-beda terhadap
kualitas sebuah rumah. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh sebuah komponen terhadap
sistem sebuah rumah, maka dilakukan pembobotan. Pembobotan ini dilakukan dengan
menggunakan data yang didapatkan dari teknik Delphi. Diantara semua komponen, komponen
rumah memiliki nilai bobot paling besar dengan 27,48%. Di tempat kedua, komponen penyediaan
air bersih di tempat kedua (25,58%), komponen sosial ekonomi penghuni rumah di tempat ketiga
(23,87%), dan komponen penanganan limbah domestik di tempat terakhir (22,97%). Adapun hasil
pembobotan komponen dan sub-komponen dapat dilihat pada Tabel 7.
Jurnal Teknik Lingkungan Vol. 20 No. 2 Afifa Zahiya & Priana Sudjono. 107
Tabel 7. Nilai bobot kriteria good-quality housing
Komponen Utama Bobot
(%)
Sub Komponen Bobot
(%)
Komponen Rumah 27,48 Satuan luas lantai
Pencahayaan alami
Ventilasi
Kelembaban ruangan
Temperatur ruangan
Material atap
Langit-langit
Drainase
Penataan Ruang
Teras
Vegetasi
Sumber energi
Konsumsi energi
Keberadaan vektor penyakit
Keberadaan tikus
Jarak antar rumah
Jarak dengan kandang hewan
Penggunaan material lokal sebagai
bahan bangunan
Umur layak huni bangunan
5,21
6,19
5,70
5,08
6,12
5,01
4,38
5,70
5,01
4,10
5,42
5,08
4,59
5,49
5,56
5,21
5,93
5,35
4,87
Komponen Sosial
Ekonomi Penghuni
Rumah
23,87 Tingkat pendidikan
Penghasilan
Jumlah orang yang mendapatkan
pensiun
Penyakit
Tingkat kematian balita
Jumlah keluarga dalam satu rumah
Partisipasi komunitas dalam
pembuatan rumah
Keberadaan ruang publik
Kelembagaan pengaturan warga
11,16
9,61
8,68
12,25
12,40
11,63
12,09
11,01
11,16
Komponen
Penyediaan Air
Bersih
25,58 Sumber air bersih
Sungai untuk mandi dan cuci
Air irigasi untuk mandi dan cuci
Kualitas air bersih
Jumlah penggunaan air bersih
Partisipasi dalam mengumpulkan air
17,66
16,47
15,67
18,25
16,67
15,28
Komponen
Penanganan Limbah
Domestik
22,97 Penanganan tinja manusia
Penanganan sampah
50,59
49,41
KESIMPULAN
Kriteria penilaian good-quality housing yang ada saat ini bersifat umum dan diutamakan
untuk bangunan di kawasan perkotaan. Selain itu, kerangka penilaian konsep pembangunan
berkelanjutan di permukiman perdesaan (eco-settlements) yang dikeluarkan oleh Kementrian
Pekerjaan Umum tidak menetapkan kriteria khusus untuk sebuah rumah sebagai bagian terkecil
dari sebuah permukiman. Penelitian ini mengembangkan kriteria good-quality housing dengan
menggunakan Whole System Approach dalam kesatuan eco-settlements di kawasan perdesaan.
Good-quality housing didefinisikan sebagai rumah yang mampu memenuhi fungsinya sebagai
tempat pengembangan kehidupan keluarga yang layak huni dan menempati lokasi sesuai dengan
peruntukannya, dapat memenuhi kebutuhan fisiologis dan psikologis, mampu menjadi tempat
108 Jurnal Teknik Lingkungan Vol. 20 No. 2 Afifa Zahiya & Priana Sudjono
berlindung dari gangguan iklim dan makhluk hidup lainnya, memenuhi persyaratan pencegahan
penularan penyakit dan kecelakaan, dan menerapkan prinsip lingkungan dalam keberjalanannya.
Adapun elemen yang mempengaruhi kualitas sebuah rumah dikelompokkan ke dalam 4 (empat)
komponen utama, yaitu komponen rumah, komponen sosial ekonomi penghuni rumah, komponen
penyediaan air bersih, dan komponen penanganan limbah domestik. .
Dengan teknik Delphi, didapatkan 12 sub-komponen penting yang mempengaruhi
kondisi masing-masing komponen. Sub-komponen tersebut ditetapkan sebagai kriteria utama
good-quality housing. Kedua belas sub-komponen penting tersebut adalah pencahayaan alami,
ventilasi, drainase, keberadaan tikus dalam rumah, jarak dengan kandang hewan, angka kejadian
penyakit diare, sarana air bersih, kebiasaan tidak menggunakan air sungai untuk mandi dan cuci,
kualitas air bersih, penggunaan air bersih, penanganan tinja manusia dan penanganan sampah.
Diantara seluruh komponen good-quality housing, komponen rumah memiliki bobot paling besar
(27,48%) diikuti oleh komponen penyediaan air bersih di tempat kedua (25,58%), komponen
sosial ekonomi penghuni rumah di tempat ketiga (23,87%), dan komponen penanganan limbah
domestik di tempat terakhir (22,94%).
DAFTAR PUSTAKA
______.(2013). Pedoman Penilaian Rumah Sehat. Dinas Kesehatan Kota Bandung.
Blizzard, Jacqualyn L. & Klotz, Leidy E.(2012). A Framework for Sustainable Whole Systems
Design. Journal of Design Studies Vo. 33 No.5. Dipublikasikan oleh Elsevier Ltd.
Deviana, F.(2011). Kerangka Model Penilaian Eco-degree Suatu Kawasan Permukiman di Hulu
Daerah Aliran Sungai. Proceeding Kolokium 2011 Hasil Litbang Bidang
Permukiman, Puslitbang Permukiman, 4 Mei 2011, III 23-III 32.
Drejeris, R. & Kavolynas, A.(2014). Multi-criteria Evaluation of Building Sustainability
Behavior. Procedia – Social and Behavioral Sciences Vol. 110 Page 502-511.
Lithuania : Vilnius Gediminas Technical University, Sauletekio al.
Howard, G.(2002). Healthy Villages : A Guide for Communities and Community Health Workers.
Water Engineering and Development Centre Loughborough University,
Loughborough, England. Geneva : World Health Organization.
Hsu, Chia-Chien & Sanford, Brian A.(2007). The Delphi Technique : Making Sense of Consensus.
Journal of The Ohio State University Vol. 12 No. 10.
Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah No. 403/KPTS/M/2002 tentang
Pedoman Teknis Pembangunan Rumah Sederhana Sehat.
Keputusan Menteri Kesehatan No. 829 Tahun 1998 tentang Persyaratan Kesehatan Perumahan.
Maesaroh.(2014). 57 Juta Warga Indonesia Tidak Punya Jamban. Diakses pada tanggal 20
Agustus 2014 dari http://m.sindonews.com/read/853477/15/57-juta-warga-indonesia-
tidak-punya-jamban
Mulliner, E., Kieran, S., dan Maliene, V.(2012). An Assessment of Sustainable Housing
Affordability Using A Multiple Criteria Decision Making Method. The International
Journal of Management Science, Omega Vol. 41 Page 270-279.
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 8 tahun 2010 tentang Kriteria dan Sertifikasi Bangunan
Ramah Lingkungan.
Soemirat, Juli. (2011). Kesehatan Lingkungan. Gadjah Mada University Press : Yogyakarta.
Sudjono, Matsushita, dan Putri. 2014. An Application of Tropical Water Index to Assess The
Conditions of Water Supply and Sanitation in Warung Muncang, Center of Tofu
Home-made Industry. Proceeding of The 8th SEATUC Symposium at Universiti
Teknologi Malaysia, Johor Bahru, Malaysia
Recommended