View
5
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
KeberagamanDalam PopulasiKota – Relevansiuntuk AksesibilitasUniversalMATERI CAPACITY BUILDING DESAIN UNIVERSAL KOTAKU
<BULAN>, 2020
1
Referensi Utama
• Maftuhin, A. (2017). Mendefinisikan Kota Inklusif: Asal-Usul, Teori, dan
Indikator. Tata Loka, 19(2), 93-103. doi:10.14710/tataloka.19.2.93-103
• Manley, S. (2016). Inclusive Design in the Built Environment Training
Handbook - Who do We Design for?. Cardiff: Welsh Government. Retrieved
12 18, 2019, from https://s3-eu-west-1.amazonaws.com/dcfw-
cdn/InclusiveDesign_traininghandbook.pdf
• Jackson, Mary Ann. (2018). Models of Disability and Human Rights: Informing
the Improvement of Built Environment Accessibility for People with Disability at
Neighborhood Scale. Laws, 7, 10, 1 – 21 doi: 10.3390/laws7010010
Agenda danKontenModul 2A
TujuanPeserta memahami keragaman masyarakat yang perludiakomodir dalam perancangan infrastruktur, dankebutuhan spesifik berbagai golongan masyarakat
Kegiatan Pelatihan• Paparan• Kerja kelompok• Presentasi peserta• Diskusi
Durasi• 2 JPL (90 menit)
Daftar IsiA. Mengapa Perlu Mengenal Keberagaman
Dalam Merancang Infrastruktur danFasilitas Publik?
B. Penekanan Pada Kebutuhan PenyandangDisabilitas Dalam Desain InfrastrukturAkses Universal
C. Mengenali Karakteristik dan KebutuhanBeragam Kelompok PenggunaInfrastruktur dan Sarana Publik
Mengapa PerluMengenalKeberagamanDalamMerancangInfrastrukturdan FasilitasPublik?
4
5
Kenapa penting untuk memperhatikankeberagaman?
………………..
Aksesibilitas Universal Membutuhkan PendekatanTerintegrasi: Infrastruktur Aksesibel, Rehabilitasi, danPerubahan Sikap
Desain infrastruktur aksesibeloleh professional saja
Penekanan pada modul ini
Sumber gambar: (‘Manual Making PRSP Inclusive: 6.1.1 The four
models’, n.d.) dalam Maftuhin, A. (2017). Mendefinisikan Kota Inklusif:
Asal-Usul, Teori, dan Indikator. Tata Loka, 19(2), 93-103.
doi:10.14710/tataloka.19.2.93-103
Tujuan Akhir Desain/ AksesibilitasUniversal: Kota Inklusif
Terdapat berbagai macam definisi untuk ‘Kota Inklusif’ di tingkat internasional: Kota ramah perempuan
Kota ramah anak dan lansia
Kota ramah penyandang disabilitas
Penyediaan layanan pokok bagi kalangan ekonomilemah
Namun pada prinsipnya, dapat dikatakanbahwa “sebuah kota inklusif adalah kota yang menghargai seluruh warga (semua orang), beserta kebutuhan mereka dengan setara”1., dan dengan demikian, semestinya mencakupseluruh golongan warga perkotaan yang diacudi atas
7
Inklusi Spasial:Akses terhadap tanah,
rumah, dan layanan publik
Inklusi Ekonomi:Akses
kesempatankerja,
pendidikan, sumber
pembiayaan
Inklusi Sosial:Akses bagi
individu untukberpartisipasi
dalamkehidupan
bermasyarakat
1. Commentary: What We Mean By ‘Inclusive Cities’ – The Informal City Dialogues. (2013, January 28). Retrieved 20 June 2020, from https://nextcity.org/informalcity/entry/commentary-what-wemean-by-inclusive-cities
2. Sumber gambar: dimodifikasi dari The World Bank. (2015). World Inclusive Cities Approach Paper. Retrieved 20 June 2020, from: http://documents.worldbank.org/curated/en/402451468169453117/pdf/AUS8539-REVISED-WP-P148654-PUBLIC-Box393236B-Inclusive-Cities-Approach-Paper-w-Annexes-final.pdf
Infrastrukturberperan penting
dalam memastikanakses dan inklusispasial, sosial dan
ekonomi dalamlingkungan kota
8
Siapa yang dimaksud dengan semua orang?
Turis/ model selebgram/ orang lewat yang membawa tas/ koper?
Pemberi layanan public: bapak petugassampah, tukang air, dll?
Pedagang keliling/ PKL, dll?Ibu – ibu yang sedang membawabarang, menuju tempat upacara?
Aspek – Aspek Keberagaman Dalam Masyarakat
9
Bermacam variable/ factor individual dapat menimbulkankebutuhan yang beragam antar setiap kelompokmasyarakat.
Faktor – factor ini pada umumnya tidak berdiri sendiri, melainkan bergabung membentuk suatu kebutuhankelompok. Beberapa di antaranya membutuhkanperhatian khusus.
Misalnya: (Fisik) Penyandang disabilitas pergerakan, yang membutuhkan
alokasi ruang lebih, untuk pergerakan dengan kursi roda
Kelompok remaja putra/ putri (usia dan gender), yang seringkali membutuhkan ruang aktivitas aktif (e.g. lapanganolahraga) (kebiasaan dan kegiatan rekreasi)
Faktor pribadi (internal)
Faktor eksternal
1. Sumber diagram: dimodifikasi dari “Diversity Wheel”, dalamGardenswartz, Lee and Anita Rowe. Managing Diversity: A Complete Desk Reference and Planning Guide. Ed. Jeffrey Krames. United States: McGraw Hill, 1998*
2. “Diversity Wheel” di sini tidak memasukkan lapisan “organisasional”, yang merupakan komponen terluar dari kerangka berpikir keragaman
Disabilitastermasuk
dalam aspekkeberagaman“Kemampuan
Fisik”
Didiskusikan padabagian selanjutnya…
10
Contoh Implikasi Salah Satu VariabelKeberagaman pada Desain Infrastruktur (Usia)
1. Sumber: Lampiran 1,Gambar 1.6 Dimesi Ketinggian Perabot untuk Anak, dan Tabel 1.1. Dimensi Ketinggian Perabot Untuk Anak, dari Permen PUPR no.14 tahun 2017 tentangPersyaratan Kemudahan Bangunan Gedung
Warna Kisaran Usia UkuranTinggi Tubuh
3 93-115
4-5 108-121
6-7 119-142
8-10 133-159
11-13 146-176.5
14-18 159-188
Contoh implikasi variable usiapada penggunaan fasilitas umum(e.g. bangku dan meja)
11
1. Sumber: https://www.goereshotels.com/foodtruck-rental/2. Sumber: https://www.idntimes.com/life/inspiration/aisah/tak-disangka-pedagang-keliling-bisa-mengajarkanmu-4-hal-penting-dalam-hidup
Contoh implikasi variable pengalaman kerja(pekerjaan) pada penggunaan ruang jalan
Contoh Implikasi Salah Satu Variabel Keberagamanpada Desain Infrastruktur (Pekerjaan)
12
1. Sumber data: https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2016/08/26/70-usaha-di-indonesia-kategori-kaki-lima-dan-pedagang-keliling#2. Sumber gambar: Potwar, K., Ackerman, J., & Seipei, J. (2015, January). Design of Compliant Bamboo Poles for Carrying Loads. Journal of Mechanical Design, 137, 1-14.
doi:10.1115/1.4028757
0.5
1.4
1.5
2.2
5
16.2
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18
Pulau Maluku dan Papua
Pulau Kalimantan
Pulau Bali dan Nusa Tenggara
Pulau Sulawesi
Pulau Sumatera
Pulau Jawa
Jumlah Usaha Non Pertanian Hasil Sensus Ekonomi2016 (dalam juta). BPS, 19 Agustus 2016
Total jumlah usaha non pertanian di Indonesia mencapai26,7 juta usaha
70.8% dari jumlah ini masuk dalam kategori usaha tidakmenempati bangunan (misalnya: pedagang keliling, usahakaki lima, usaha dalam rumah tinggal, dst)1
Contoh Implikasi Salah Satu Variabel Keberagamanpada Desain Infrastruktur (Pekerjaan)
13
Implikasi beberapa variabel keberagamansekaligus pada penggunaan infrastruktur
1. Sumber data: https://data.jakarta.go.id/dataset/jumlah-penduduk-dki-jakarta-berdasarkan-agama (Disdukcapil DKI Jakarta 2018)2. Sumber data: https://bali.bps.go.id/statictable/2018/02/15/33/penduduk-provinsi-bali-menurut-agama-yang-dianut-hasil-sensus-penduduk-2010.html (Sensus 2010)
Contoh implikasi kombinasi variable kelompok gender, etnis, agama dan kepercayaan & lokasigeografis terhadap perilaku penggunaan infrastruktur
% Populasi beragama Hindu di provinsi DKI Jakarta (0.19% - 14.713 jiwa)1, dan di provinsi Bali (83.46% - 3.247.823 jiwa)2
0%5%0%
82%
4% 0% 9%
Komposisi Penganut Agama Prov. DKI Jakarta
Aliran Kepercayaan
Budha
Hindu
Islam
Katholik
Khonghuchu
Kristen
13%2%
1%
84%
0% 0% 0%
Komposisi Penganut Agama Prov. Bali
Islam
Katolik
Protestan
Hindu
Budha
14
Pentingnya Mengetahui Komposisi DemografiDasar Pada Lokasi Infrastruktur Dibangun
Source: BPS 2014 “Penduduk Kota Palu Berdasarkan Kelompok Umur dan Jenis Kelamin”https://palukota.bps.go.id/statictable/2017/07/05/633/penduduk-menurut-kelompok-umur-dan-jenis-kelamin-2014.html
Piramida Populasi Kota Palu 2014 Populasi masyarakatdiatas 65 tahun keatasadalah 10,658 (2.94% dari total populasi)
Populasi anak-anakberusia 15 tahunkebawah adalah 91,495 (25,26% dari total populasi)
Populasi wanita berusia15- 49 adalah 112, 271 (30.99% dari total populasi)
* Total population of elderly (people aged 65+ years old), women aged 15-49, and children below 15 years old
Source: BPS 2016 “Banyaknya Penderita Disabilitas MenurutKecamatan di Kota Palu, 2013-2016”https://palukota.bps.go.id/statictable/2017/06/09/564/banyaknya-penderita-cacat-menurut-kecamatan-di-kota-palu-2013-2016.html
0 20 40 60 80 100
Palu Barat
Ulujadi
Palu Timur
Palu Utara
Jumlah Penyandang Disabilitas TiapKecamatan di Kota Palu, 2016
15
Pentingnya Mengetahui Komposisi DemografiDasar Pada Lokasi Infrastruktur Dibangun
1. Utomo, McDonald, Utomo, Cahyadi, Sparrow. (2018, May). Social engagement and the elderly in rural Indonesia. Social Science and Medicine, 229, 22-31. doi: 10.1016/j.socscimed.2018.05.009
Province Village Population Size
% Village population aged 60+
Poverty rate
October 2015
Yogyakarta Giriasih 2143 22 15.68
Central Java Winong 1448 19.2 19
West Sumatra Salo 1274 19.7 2.12
September 2016
North Sumatra Muaraa 1923 14.6 11.6
Banten Sikulan 1566 11.7 22.6
West Java Cacaban 1442 23.4 2.75
East Java Bugoharjo 1657 24 14.12
East Java Rejo Agung 2066 16.4 6.25
Bali Gunung Sari 2158 19.1 12.05
East Nusa Tenggara
Sei 1807 16.4 40.4Sumber: Everyday Life in Indonesian Villages, Herman Damar (2014)
• Penurunan angkakelahiran, dan migrasidesa-kota di Indonesia menciptakan kantung –kantung komunitasmenua di daerahpedesaan Indonesia
• Angka terendah dari % populasi lansia padastudi yang direferensi initerletak di desa Sikulan, di provinsi Banten(masih terletak cukupdekat dengan area metropolitan Jakarta)1
Group Activity/ Quiz/ Game
16
Group Activity…?
17
Penekanan PadaKebutuhanPenyandangDisabilitasDalam DesainInfrastrukturAkses Universal
18
Aksesibilitas Universal: Mengapa Fokus PadaPenyandang Disabilitas?
19
Fokus aksesibilitas universal sebenarnya bukan hanya padapenyandang disabilitas saja, tetapikepada semua kelompok rentan
Namun seringkali terdapatketerkaitan yang erat antaradisabilitas dan faktor – faktorlainnya yang menjadikankelompok penyandang disabilitascenderung lebih mudah masuk kedalam kategori rentan1
Impairment (Pelemahan)
Diskriminasi & Disabilitas
Eksklusi dari pelatihan danpendidikan formal Keahlian yang lebih
sedikit/ rendah
Rasa percaya diriyang rendah
Kontak social yang terbatas
Ekspektasirendah dari
masyarakat dandiri sendiri
Eksklusi dariproses politikdan hukum
Kesulitanmendapatkan
hak
Kesempatanmeningkatkanpenghasilanberkurang
Eksklusi dari layanan kesehatandasar
Prioritas rendah untuk sumber dayayang bersifat terbatas (makanan, air
bersih, tanah, dll)
Kesehatan yang buruk/
pelemahan fisik
Kurangnya dukungan dikarenakanbiaya yang diasosiasikan dengan
mitigasi impairmentKemiskinanKronis
EksklusiLebih Lanjut
Resiko lebih tinggiuntuk mengalamisakit, cedera, danpelemahan lebihjauh
1. Yeo, Moore. (2003). Including Disabled People in Poverty Reduction Work: “Nothing About Us, Without Us”. World Development, 31, 3, 571-590. doi: 10.1016/S0305-750X(02)00218-8, dari: https://www.academia.edu/25485434/Including_Disabled_People_in_Poverty_Reduction_Work_Nothing_About_Us_Without_Us
Distribusi Penyandang Disabilitas di Indonesia
20
Berdasarkan data Sensus Antar Penduduk(SUPAS) 2015, Indonesia memilikisebanyak 21.79 jutapenyandang disabilitas
Sulawesi Utara merupakan provinsidengan % pendudukpenyandang disabilitastertinggi (11.90%)
Sedangkan Jawa Barat merupakan provinsidengan jumlahpenyandang disabilitastertinggi (3.8 juta jiwa)
Sumber: Profil PendudukIndonesia Hasil SUPAS 2015 (BPS, 2015)
Sumber: SUPAS 2015
Sumber: (1) Tabel 7.1 SUPAS 2015. Persentase Penduduk Usia 10 Tahun ke Atas Menurut Provinsi dan Tingkat Kesulitan(2) Tabel L.3.1. SUPAS 2015. Jumlah Penduduk Menurut Provinsi dan Jenis Kelamin Tahun 2015
Definisi Nasional & Internasional (Penyandang) Disabilitas Menurut definisi UN-CRPD2
Article 1:
Orang dengan disabilitas mencakup mereka yang memiliki pelemahan (impairment) fisik, mental, intelektual, dan sensori jangka panjang*, yang melalui interaksi dengan berbagai penghalanglainnya dapat menghambat partisipasi penuhdan efektif mereka secara setara dengananggota masyarakat lainnya di dalam kehidupanbermasyarakat.
Menurut UU No. 8 tahun 2016 tentang PenyandangDisabilitas
Pasal 1:
Penyandang disabilitas adalah setiap orang yang mengalami keterbatasan fisik, intelektual, mental, dan/ atau sensorik dalam jangka waktu lama, yang dalamberinteraksi dengan lingkungan dapat mengalamihambatan dan kesulitan untuk berpartisipasi secarapenuh dan efektif dengan warga negara lainnyaberdasarkan kesamaan hak.
UU No. 18 tahun 2011 tentang Pengesahan CRPD2*Materi pelengkap UN-CRPD menjelaskan bahwa Pasal 1
UN-CRPD, yang menyatakan bahwa ‘penyandang disabilitas
meliputi mereka yang memiliki ...’ harus diperlakukan
sebagai standar minimum, dengan memungkinkan definisi
yang lebih luas1”1. Source:
http://www.un.org/disabilities/documents/ppt/crpdbasics.ppt2. CRPD ( Convention on the Rights of Persons with Disabilities) /
Konvensi Mengenai Hak – Hak Penyandang DisabilitasPoin 1 dan Poin 2 yang akan didiskusikan daridefinisi penyandang disabilitas
Implikasi Poin 1: Disabilitas – Konsep yang Terus Berkembang
22
• Pasal 1 dari UU No. 8 tahun 2016, dan UN-
CRPD menyebutkan bahwa “Penyandang
disabilitas meliputi mereka yang memiliki:
• Pelemahan (Impairment) fisik
• Pelemahan mental
• Pelemahan intelektual, dan
• Pelemahan sensori
Dalam jangka waktu lama…”
• Namun materi pendahuluan UN-CRPD poin (e) menyatakan juga bahwa “disabilitas adalahkonsep yang terus berkembang”
1. Sumber: https://www.un.org/disabilities/documents/convention/convoptprot-e.pdf
Perencanaan infrastruktur perlu mempertimbangkankemungkinan perkembangan definisi penyandangdisabilitas, melalui desain yang mencakupkebutuhan sebanyak mungkin anggota masyarakat
23
Implikasi Poin 1: Disabilitas – Konsep yang Terus Berkembang (Lansia)
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
100%
20
20
20
21
20
22
20
23
20
24
20
25
20
26
20
27
20
28
20
29
20
30
20
31
20
32
20
33
20
34
20
35
20
36
20
37
20
38
20
39
20
40
20
41
20
42
20
43
20
44
20
45
20
46
20
47
20
48
20
49
20
50
% o
f Po
pu
lati
on
Year
Persentase populasi manusia Indonesia, menurut kelompok umur (anak – anak, produktif, lansia), 2020 - 2050
Population ages 65 and above (% of total population)
Population ages 15-64 (% of total population)
Population ages 0-14 (% of total population)
Sumber: Population Estimates and Projections, World Bank Group, from https://datacatalog.worldbank.org/dataset/population-estimates-and-projections
• Populasi lansia (usia 65+ tahun) Indonesia diproyeksikan akanterus meningkat
• Pada tahun 2020, % populasilansia berada pada 6.26% daritotal populasi Indonesia
• Pada tahun 2050, % populasilansia diproyeksikan berada pada15.86%
24
Implikasi Poin 1: Disabilitas – Konsep yang Terus Berkembang (Lansia)
Source: Population Estimates and Projections, World Bank Group, from https://datacatalog.worldbank.org/dataset/population-estimates-and-projections
0
10
20
30
40
50
60
20
20
20
21
20
22
20
23
20
24
20
25
20
26
20
27
20
28
20
29
20
30
20
31
20
32
20
33
20
34
20
35
20
36
20
37
20
38
20
39
20
40
20
41
20
42
20
43
20
44
20
45
20
46
20
47
20
48
20
49
20
50
Angka Ketergantungan (Dependency Ratio) Indonesia, 2020 - 2050
Age dependency ratio (% of working-age population) Age dependency ratio, old
Age dependency ratio, young
Angka ketergantungan Indonesia pada tahun 2050 adalah sebagai berikut (terdukung : pendukung):
• Lansia (24.51%) – 15.86% : 64.71%• Anak – anak – (30.02%) – 19.42% : 64.71%• Total (54.53%) – 35.28% : 64.71%
4 Orang dewasa
3 Orang dewasa
2 Orang dewasa
1 Orang lansia
1 Orang anak - anak
1 Orang lansia, atauanak - anak
ATAU
24.51%
30.02%
54.53%
9.02%
38.25%
47.48%
25
Implikasi Poin 1: Disabilitas – Konsep yang Terus Berkembang (Obesitas)
Prevalensi Obesitas (IMT 25,0)
Prevalensi BB Lebih (IMT 23,0 – 24,9)
Sumber: Kementerian Kesehatan RI. (2018). Epidemi Obesitas. dari: http://p2ptm.kemkes.go.id/uploads/N2VaaXIxZGZwWFpEL1VlRFdQQ3ZRZz09/2018/02/FactSheet_Obesitas_Kit_Informasi_Obesitas.pdf
• Statistik obesitas Indonesia:• 13.5% orang dewasa berusia 18 tahun ke atas
mengalami kelebihan berat badan• 28.7% mengalami obesitas (IMT 25)• 15.4% mengalami obesitas (IMT 27, RPJMN)
28.7
15.4
33.5
20.7
0
5
10
15
20
25
30
35
40
Obesitas IMT > 25 Obesitas IMT > 27
IMT
Prevalensi Obesitas IMT 25 dan IMT 27 pada Penduduk Dewasa Usia > 18 tahun
Riskerdas 2013
Siskernas 2016
26
KLASIFIKASI IMT
Berat badan kurang (underweight) < 18.5
Berat badan normal 18.5 – 22.9
Kelebihan berat badan
Dengan resiko 23 – 24.9
Obesitas I 25 – 29.9
Obesitas II 30
KLASIFIKASI IMT
Kurus Berat < 17
Ringan 17.0 – 18.4
Normal 18.5 – 25.0
Gemuk Ringan 25.1 – 27.0
Berat > 27
𝐼𝑛𝑑𝑒𝑘𝑠 𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑇𝑢𝑏𝑢ℎ 𝐼𝑀𝑇 =𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑏𝑎𝑑𝑎𝑛 (𝑘𝑔)
𝑇𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 𝑏𝑎𝑑𝑎𝑛 (𝑚)2
Sumber: Kementerian Kesehatan RI. (2018). Epidemi Obesitas. dari: http://p2ptm.kemkes.go.id/uploads/N2VaaXIxZGZwWFpEL1VlRFdQQ3ZRZz09/2018/02/FactSheet_Obesitas_Kit_Informasi_Obesitas.pdf
Klasifikasi World Health Organization (WHO) Klasifikasi Nasional
IMT bukan merupakan satu – satunya indicator obesitas. Selain IMT, metoda lain pengukuran antropometritubuh adalah melalui pengukuran lingkar perut/ pinggang
Implikasi Poin 1: Disabilitas – Konsep yang Terus Berkembang (Obesitas)
Masuk ke annex?
Implikasi Poin 1: Disabilitas Bukan SebagaiKondisi Biner
27
Materi – materi terkait ICF dapat diunduh dari: https://www.who.int/classifications/icf/en/
• Disabilitas tidak dapatdilihat sebagai kondisibiner (ya/tidak - memilikidisabilitas/ tidak memilikidisabilitas)
• Terdapat cakupandisabilitas dan kondisikhusus yang luas, baikparsial, temporer, maupun permanen.
• Perilaku dan sikapmasyarakat sekitar, kondisi sosial, maupunlingkungan sekitar dapatjuga meningkatkankesulitan akses
Implikasi Poin 2: Perkembangan Paradigma PerancanganFasilitas/ Infrastruktur untuk Penyandang Disabilitas
Charity Model
•Akhir 1800 – awal 1900
Medical Model
•1950 - 1960
Social Model
•1960 - 1980s
Human rights Model
•1980s -2000s -sekarang
• Memandangpenyandang disabilitassebagai kelompokyang perlu dilindungidan dirawat/ dikontrol
• Ditandai denganpembangunan institusikhusus: rumah sakitjiwa, panti jompo, sekolah untuk siswabuta/ tuli
• Memandangdisabilitas sebagaipenyimpangan/ penyakit/ defisiensi
• Dapat disembuhkanmelalui rehabilitasi, obat-obatan, dll
• Penanganan hanyaoleh “professional”
• Dampak: Penguatan“institusi khusus”
• Mengenali lingkunganterbangun/ binaansebagai hambatantersendiri
• Eksklusi sosialpenyandang disabilitaskarena lingkunganterbangun yang tidakaksesibel merupakan hasildari sikap masyarakat(klien/perancang)
• Paradigma internasionalterbaru (inklusipenyandang disabilitas)
• Mengenali hak kelompokmarjinal/ minoritasuntuk turutberpartisipasi aktif dalambermasyarakat
• Mengenali produk DAN mekanisme perencanaanlingkungan binaansebagai hambatanSumber: Jackson, Mary Ann. (2018). Models of Disability and Human Rights: Informing the Improvement of Built
Environment Accessibility for People with Disability at Neighborhood Scale. Laws, 7, 10, 1 – 21 doi: 10.3390/laws7010010, dari: https://www.mdpi.com/2075-471X/7/1/10/pdf
Implikasi Poin 2: Contoh Interaksi Disabilitas denganFaktor – Faktor Lainnya (Eksternal/ Internal)
29
Seseorang dapat saja mengalamidisabilitas ganda (atau beberapa)
Faktor – factor internal maupuneksternal lainnya dapat jugamemperburuk kerentanan(termasuk akses dan tingkatkemiskinan) penyandangdisabilitas, seperti1:
Lingkungan
Gender
Kategori dan tingkat disabilitas
Penyakit, dll
1. Groce, N., Kembhavi, G., Wirz, S., Lang, R., & Trani, J.-F. (2011, September). Poverty and Disability - a Critical Review of the Literature in Low and Middle-Income Countries. UCL Working Paper Series, 16, pp. 1-30. Retrieved 06 23, 2020, from https://www.researchgate.net/publication/320757151_Poverty_and_Disability_a_critical_review_of_the_literature_in_low_and_middle-income_countries
2. Diagram: Kabia, E., Mbau, R., Muraya, K. W., Morgan, R., Molyneux, S., & Barasa, E. (2018). How Do Gender and Disability Influence the Ability of the Poor to Benefit from Pro-poor Health Financing Policies in Kenya? An Intersectional Analysis. International Journal for Equity in Health, 17(149), 1-12. doi:10.1186/s12939-018-0853-6
Pengalaman• Diskriminasi• Eksklusi• Prasangka• Hak
istimewa(privilege)
Akses terhadaplayanan kesehatan• Aksesibilitas• Keterjangkauan• Ketersediaan• Penerimaan• Kualitas layanan
Faktor Lingkungan/ Konteks• Sarana transportasi
umum• Infrastruktur dan
layanan kesehatan• Perilaku pemberi
layanan kesehatan
Faktor Individual• Gender• Disabilitas• Tingkat kemiskinan
Contoh interaksi berbagaifaktor terhadap akses layanan
kesehatan2
Implikasi Poin 2: Contoh Pemetaan KarakteristikPenyandang Disabilitas menurut ICF - WHO
30
Kerangka International Classification of Functioning, Disability, and Health (ICF) merupakan kerangka yang dibuat olehWHO pada tahun 2001 untukmenstandarisasi pemetaan danorganisasi informasi fungsi (manusia/ tubuh), dan disabilitas
Model identifikasi ini melihat disabilitassebagai hasil interaksi dari:
a) (Biologis) Kondisi kesehatan individu
b) (Individu) Faktor – factor terkait individu(Faktor lingkungan, dan individu lainnya), serta
c) (Sosial) Disabilitas dan fungsi tubuh(biologis, aktivitas individu, danpartisipasi social)
KondisiKesehatan
Aktivitas PartisipasiFungsi Tubuh/ Struktur Badan
FaktorLingkungan
Faktor Pribadi
a)
b)
c)
Materi – materi terkait ICF dapat diunduh dari: https://www.who.int/classifications/icf/en/Lihat lampiran 1 untuk definisi lebih detail
Implikasi Poin 1 dan Poin 2: Pelibatan PenyandangDisabilitas dan Kelompok Rentan Pada Seluruh Fase ProyekPembangunan Infrastruktur
31
Sosialisasi Proyek
• Mendapatkan data terpilah kelompok – kelompok rentan
• Sosialiasi, dan undangan perwakilan kelompok ke dalamproses pengambilan keputusan terkait proyek infrastruktur
Perencanaan
•Kelompok rentan secara aktif berpartisipasi dalam proses perancangan, dengan memberikan masukan – masukan sesuai kebutuhan mereka
• Perencana dan pelaksana lain berinteraksi dengan kelompok rentansebagai klien/ pemilik infrastruktur
Konstruksi / Implementasi
• Pelaksana implementasi mengundang perwakilan kelompok rentan secaraberkala untuk mendapatkan masukan mereka selama proses konstruksi
• Bila memungkinkan, penyandang disabilitas dan kelompok rentan dapatterlibat dalam proses konstruksi, berdasarkan keterampilan mereka
Monitoring & Evaluasi
• Evaluasi akhir oleh kelompok rentan, untuk memastikan konstruksidilakukan sesuai rencana
• Pelibatan kelompok rentan dalam evaluasi kualitas, perawatan rutin, danpenyediaan mekanisme umpan balik
• Pelibatan penyandang disabilitas dankelompok – kelompok rentan diperlukanpada setiap fase proyek
• Partisipasi harus bersifat aktif dan berarti. Jika diperlukan, disediakan upaya lebihuntuk memfasilitasi kebutuhanpenyandang disabilitas, misalnya:
• Penyediaan juru bahasa isyaratdalam pertemuan publik
• Pelibatan sebagai partisipan dalamproses pelakasanaan konstruksi(misal, sebagai pengawas)
• Peningkatan kapasitas untukmemudahkan komunikasi danmenyamakan persepsi diperlukan untuksemua pemangku kepentingan
• Etika berkomunikasi perlu terus dijaga
Peningkatanawareness
Peningkatanawareness
Peningkatanawareness
Peningkatanawareness
Aksesibilitas Universal Membutuhkan PendekatanTerintegrasi: Infrastruktur Aksesibel, Rehabilitasi, danPerubahan Sikap
Desain infrastruktur aksesibeloleh professional saja
Penekanan pada modul ini
Sumber gambar: (‘Manual Making PRSP Inclusive: 6.1.1 The four
models’, n.d.) dalam Maftuhin, A. (2017). Mendefinisikan Kota Inklusif:
Asal-Usul, Teori, dan Indikator. Tata Loka, 19(2), 93-103.
doi:10.14710/tataloka.19.2.93-103
MengenaliKarakteristik danKebutuhanBeragamKelompokPenggunaInfrastrukturdan SaranaPublik
33
Beragam Karakter dari PenyandangDisabilitas dan Warga Kota
34
Lansia
Penurunan mobilitas, kekuatan, stamina, kemampuan sensorik, dan cengkeraman, masalah inkontinensia
Wanita dan Anak-anakKerentanan terhadap kejahatan dan kekerasan. Kehamilandapat menyebabkan kelelahan, penyakit, penurunan mobilitasdan kemampuan membungkuk. Anak-anak mungkin memilikikekuatan dan jangkauan yang terbatas dibandingkan denganorang dewasa
Penyandang demensia
Gangguan memori, gangguan kemampuan berpikir, dan kemampuan fungsional yang menurun. Kecenderunganberkeliling sendirian, stress dari lingkungan dapatmenyebabkan kebingungan
Disabilitas Pergerakan
Membutuhkan penggunaan alat bantu mobilitas seperti kursi roda, kruk, atau anggota badan buatan
Disabilitas pendengaran dan PandanganGangguan Penglihatan dan Pendengaran bisa berkisar daritotal, hingga hilangnya sebagian kemampuan indera
Menempatkan ketergantungan yang lebih besar pada inderalain untuk mengenali lingkungan
Masalah kesehatan mentalMencakup berbagai kondisi, dari kecemasan dan depresi (yang paling umum) hingga gangguan mental yang parah(skizofrenia, psikosis, dll)
* Daftar di atas hanya merepresentasikan sebagian kecil dari semua kemungkinan kondisi warga perkotaan, dan dengan demikian, bukan merupakan daftar lengkap dari seluruh disabilitas, maupun kondisi spesifik yang dapat saja dimiliki seseorang. Selain itu, terdapat berbagai tingkat disabilitas, dan kombinasi factor (internal dan eksternal) yang dapat mempersulitpenyandang disabilitas lebih jauh
Contoh Aksi - Aksesibilitas Universal untuk Kelompok Lansia
Pada skala kota, dan lingkungan, jarak antara area perumahan dan fasilitas umum (toko, rumah sakit, dll) harus mempertimbangkan mobilitas terbatas yang dimiliki kelompok ini.
Jika jarak berjalan kaki diperpanjang, perlu tempat pemberhentian dan peralatan yang memungkinkan untuk beristirahat, seperti tempat duduk umum, pegangan tangan, dan area terlindung yang memadai dalam lingkungan yang dibangun
Kontak yang memadai, baik dengan lingkungan alami dan sosial dapat meningkatkan kesehatan, dan kesejahteraan populasi lansia (mis., Dengan mengurangi kesepian dan depresi yang mungkinberasal dari isolasi sosial)
Papan nama yang jelas pada bangunan dan jalan, untuk membantu lansia dalam menavigasiperjalanan mereka
Desain furnitur, seperti tempat tidur, lemari, dan lemari harus memperhitungkan berkurangnyajangkauan dan ketinggian lansia
Toilet dan area tidur pada rumah dirancang berdekatan, untuk mengatasi masalah inkontinensia
35
Adopted from: Manley, S. (2016). Inclusive Design in the Built Environment Training Handbook - Who do We Design for? Cardiff: Welsh Government. Retrieved 12 18, 2019, from
https://s3-eu-west-1.amazonaws.com/dcfw-cdn/InclusiveDesign_traininghandbook.pdf
Contoh Aksi - Aksesibilitas Universal untuk Wanita dan Anak - Anak
Standar ruang internal untuk rumah harus mengakomodasi penyimpanan kereta bayi, danperlengkapan penitipan anak lainnya
(Dalam hal bangunan bertingkat) toilet, dan area ganti bayi di toilet uniseks di lantai dasar, untukmemungkinkan penjaga laki-laki berpartisipasi dalam kegiatan pengasuhan anak
Pada skala kota, dan lingkungan, keamanan dan jarak antara daerah perumahan dan sekolahmerupakan faktor penting untuk dipertimbangkan
Penerapan prinsip-prinsip CPTED (Crime Prevention Through Environmental Design - PencegahanKejahatan Melalui Desain Lingkungan) dalam desain lingkungan dan bangunan yang dibangun untukmeningkatkan keselamatan dan keamanan
Penyediaan lebih banyak toilet untuk wanita, untuk mengakomodasi peningkatan frekuensi kebutuhanuntuk buang air kecil selama kehamilan
Desain furnitur dan perlengkapan yang aman di ketinggian yang nyaman untuk kemudahan, danpenggunaan yang aman oleh anak-anak
Catatan: dalam keadaan normal, perempuan dan anak-anak biasanya tidak memiliki disabilitas, dan padaumumnya relative tidak membutuhkan akomodasi lebih, dibandingkan anggota masyarakat lainnya
36
Adopted from: Manley, S. (2016). Inclusive Design in the Built Environment Training Handbook - Who do We Design for? Cardiff: Welsh Government. Retrieved 12 18, 2019, from
https://s3-eu-west-1.amazonaws.com/dcfw-cdn/InclusiveDesign_traininghandbook.pdf
Contoh Aksi - Aksesibilitas Universal untuk Penderita Demensia
Pada skala kota dan lingkungan, desain area yang mempromosikan citrarumahan, daripada kelembagaan atau komersial dapat mengurangi stress
Pada skala kota, dan lingkungan, memastikan keterbacaan rambu dan papan petunjuk untuk penderita demensia menyesuaikan diri
Desain area perkotaan yang memungkinkan kontak langsung dengan alam, danpertemuan sosial untuk mengurangi stres dan kebingungan
Promosi ruang aman, baik secara persepsi maupun secara nyata
Penyediaan ruang yang memungkinkan privasi dan kehormatan - mis. ruang untuk menyendiri
Berikan penunjuk arah dan tanda jalan yang jelas untuk orientasi perjalanan
37
Adopted from: Manley, S. (2016). Inclusive Design in the Built Environment Training Handbook - Who do We Design for? Cardiff: Welsh Government. Retrieved 12 18, 2019, from
https://s3-eu-west-1.amazonaws.com/dcfw-cdn/InclusiveDesign_traininghandbook.pdf
Contoh Aksi - Aksesibilitas Universal untukPenyandang Disabilitas Pergerakan
Desain pintu masuk dan jalur sirkulasi yang jelas dan rata, dengan lebar bukaan yang cukupuntuk mengakomodasi orang yang menggunakan perangkat mobilitas pendamping
Pegangan pembuka (pintu dan jendela) harus dalam jangkauan, mudah digenggam, dan mudahdigunakan
Untuk pengguna kursi roda, sediakan ramp di pintu masuk untuk memudahkan akses
Untuk orang-orang dengan kaki yang diamputasi, menggunakan kruk dan anggota badan buatan, melangkah pada umumnya lebih mudah dilakukan di jalan biasa daripada menggunakan ramp, asalkan dimensi dan bahan komponen tangga (langkah, riser, nosing) mematuhi standaraksesibilitas yang berlaku
Pastikan bahwa desain pegangan dapat digenggam dengan nyaman, dan kontinu di dalam gedungdan sirkulasi vertikal (mis .: landai, tangga)
Meja resepsionis, dan perabot publik lainnya harus dirancang untuk memiliki ketinggian yang dapat melayani berbagai pengguna
Menyediakan tempat istirahat, baik di dalam gedung maupun di tempat umum
38
Adopted from: Manley, S. (2016). Inclusive Design in the Built Environment Training Handbook - Who do We Design for? Cardiff: Welsh Government. Retrieved 12 18, 2019, from
https://s3-eu-west-1.amazonaws.com/dcfw-cdn/InclusiveDesign_traininghandbook.pdf
Contoh Aksi - Aksesibilitas Universal untuk Penyandang Disabilitas Sensori
Untuk ganguan pendengaran:
Penggunaan peringatan visual, selain peringatan pendengaran untuk sistem darurat di gedung dan lingkungan (mis.: Alarm kebakaran dan asap)
Pastikan pencahayaan yang memadai, dan pola tekstur yang tidak mengganggu, untuk memfasilitasi membaca bibir di ruangpublik, khususnya, di titik-titik komunikasi
Privasi dalam komunikasi, untuk membantu menjaga pengguna bahasa isyarat dari pengungkapan konten percakapan pribadi
Untuk gangguan visual:
Bantu navigasi, dan berikan interpretasi (mis. Taman, objek wisata, melalui suara dan bau)
Pejalan kaki dan perlintasan pejalan kaki harus dilengkapi dengan blok timbul / pemandu yang berkelanjutan. Tetapkankosakata bertekstur untuk membatasi / menandai area
Lengkapi sinyal / lampu lalu lintas dengan notifikasi audio, sediakan demarkasi yang jelas antara jalur pejalan kaki, dankendaraan
Hindari membuat penghalang pada pejalan kaki, atau membangun fasilitas yang membahayakan (mis. Trotoar, perabotanjalan, atau bahaya lainnya)
Dalam hal penerangan bangunan, hindari daerah kontras pada area terang, gelap, dan silau
39
Adopted from: Manley, S. (2016). Inclusive Design in the Built Environment Training Handbook - Who do We Design for? Cardiff: Welsh Government. Retrieved 12 18, 2019, from
https://s3-eu-west-1.amazonaws.com/dcfw-cdn/InclusiveDesign_traininghandbook.pdf
Contoh Aksi - Aksesibilitas Universal untuk Penyandang Disabilitas Mental
Desain ruang interior dengan pencahayaan alami yang baik, untuk meningkatkansuasana hati secara keseluruhan, dan mencegah gejala depresi
Gunakan tekstur untuk menciptakan lingkungan yang menyenangkan secara estetika
Atur ruang yang terbuka, mudah untuk bergerak, dan membina interaksi sosial untukmeminimalkan tingkat stress
Desain area perkotaan yang memungkinkan untuk kontak dengan alam, danpertemuan social
Desain area perkotaan dan bangunan dengan cara yang mempromosikan keselamatandan keamanan
Integrasikan aktivitas fisik ke dalam rutinitas sehari-hari melalui desain lingkungan,misalnya, dengan memperkenalkan opsi transportasi aktif (bersepeda, berjalan) kejalur komuter sehari-hari untuk mengobati depresi ringan.
40
Adopted from: Manley, S. (2016). Inclusive Design in the Built Environment Training Handbook - Who do We Design for? Cardiff: Welsh Government. Retrieved 12 18, 2019, from
https://s3-eu-west-1.amazonaws.com/dcfw-cdn/InclusiveDesign_traininghandbook.pdf
Implikasi Poin 1 dan Poin 2: Pelibatan PenyandangDisabilitas dan Kelompok Rentan Pada Seluruh Fase Proyek
41
Sosialisasi Proyek
•Mendapatkan data terpilah kelompok – kelompok rentan
•Sosialiasi, dan undangan perwakilan kelompok ke dalam proses pengambilankeputusan terkait proyek infrastruktur
Perencanaan
•Kelompok rentan secara aktif berpartisipasi dalam proses perancangan, dengan memberikan masukan – masukan sesuai kebutuhan mereka
• Perencana dan pelaksana lain berinteraksi dengan kelompok rentansebagai klien/ pemilik infrastruktur
Konstruksi / Implementasi
• Pelaksana implementasi mengundang perwakilan kelompok rentan secaraberkala untuk mendapatkan masukan mereka selama proses konstruksi
• Bila memungkinkan, penyandang disabilitas dan kelompok rentan dapatterlibat dalam proses konstruksi, berdasarkan keterampilan mereka
Monitoring & Evaluasi
• Evaluasi akhir oleh kelompok rentan, untuk memastikan konstruksidilakukan sesuai rencana
• Pelibatan kelompok rentan dalam evaluasi kualitas, perawatan rutin, danpenyediaan mekanisme umpan balik
Peningkatan Awareness
Peningkatan kapasitas bagi penyandang disabilitas, dan pemangkukepentingan lainnya (pemerintah, sector swasta pelaksana, akademisi, LSM, etc)
• Fase perencanaan fasilitas daninfrastruktur seringkalimembutuhkan jasa/ pengalamanprofessional dalam bidangkonstruksi
• Profesional dapat membantudalam integrasi standar – standaraksesibilitas dalam fasilitas daninfrastruktur
Tapi perencanaan sesuai standaraksesibilitas oleh professional sajaBELUM menjadikan infrastruktur danfasilitas aksesibel
Thank youQUESTIONS?
42
Take-Home Exercise
43
Pengumpulan Informasi Penyandang Disabilitas, danDemografi Kota/ Kecamatan Tugas ini dirancang untuk mendorong peserta untuk menjadi familiar dengan data – data
perkotaan/ wilayah operasi mereka, yang terkait dengan situasi penyandang disabilitas, dandemografi yang relevan untuk perancangan perkotaan yang aksesibel secara universal
44
Piramida Populasi Kota Palu 2014 Populasimasyarakat diatas65 tahun keatasadalah 10,658 (2.94% dari total populasi)
Populasi anak-anak berusia 15 tahun kebawahadalah 91,495 (25,26% dari total populasi)
Populasi wanitaberusia 15- 49 adalah 112, 271 (30.99% dari total populasi)
0 20 40 60 80 100
Palu Barat
Tatanga
Ulujadi
Palu Selatan
Palu Timur
Mantikulore
Palu Utara
Tawaeli
Jumlah Penyandang DisabilitasTiap Kecamatan di Kota Palu, 2016
Lampiran 1 – Tujuan Awal, Struktur dan Kode ICF - WHO
45
KondisiKesehatan
Aktivitas PartisipasiFungsi Tubuh/ Struktur Badan
FaktorLingkungan
FaktorPribadi
• ICF dikembangkan olehWHO untuk menetapkanBahasa yang seragamantar pemangkukepentingan yang berbeda – beda dalammengidentifikasikeberfungsian dandisabilitas
• Hal ini membantumenghindari tumpangtindih, maupun celahdalam pemberianlayanan, sertameningkatkan kolaborasiantar pihak
Sumber: ICF e-learning module, Chapter 1: Need for ICF, dari: https://www.icf-elearning.com/wp-content/uploads/articulate_uploads/ICF%20e-Learning%20Tool_2018%20-%20Storyline%20output/story_html5.html
Lampiran 1 – Tujuan Awal, Struktur dan Kode ICF - WHO
46
• Untuk tujuan ini, ICF-WHO mengklasifikasikanmasing – masing factor keberfungsian dandisabilitas menjadiberbagai kategori dengankode tertentu, yang tidakdibahas di dalam sesi ini
• Sesi ini bertujuanmemperkenalkan factor –factor penentukeberfungsian dandisabilitas, dan tidakmemperkenalkan kode-kode ICF-WHO secaraakurat
Sumber: ICF e-learning module, Chapter 5: Structure and Codes, dari: https://www.icf-elearning.com/wp-content/uploads/articulate_uploads/ICF%20e-Learning%20Tool_2018%20-%20Storyline%20output/story_html5.html
Lampiran 1 - Definisi Komponen –Komponen ICF
47
Kondisi Kesehatan: merupakan istilah umumyang meliputi penyakit, kelainan, cidera/ trauma, dan dapat juga mencakup keadaan – spesifikseperti penuaan, stress, kehamilan, dll
Fungsi Tubuh: Meliputi fungsi – fungsi fisiologispada tubuh individu, termasuk juga fungsipsikologis
Struktur Badan: Meliputi bagian tubuh individu, seperti organ dalam, kaki tangan, dan komponen- komponennya
Pelemahan (Impairment): permasalahan/ penyimpangan pada fungsi, maupun strukturtubuh
KondisiKesehatan
Aktivitas PartisipasiFungsi Tubuh/ Struktur Badan
FaktorLingkungan
Faktor Pribadi
Sumber: ICF e-learning module, Chapter 4: the ICF model, dari: https://www.icf-elearning.com/wp-content/uploads/articulate_uploads/ICF%20e-Learning%20Tool_2018%20-%20Storyline%20output/story_html5.html
Lampiran 1 - Definisi Komponen –Komponen ICF
48
Aktivitas: merupakan eksekusi suatu tindakan/ atau kegiatan oleh individu
Partisipasi: merupakan keterlibatan dalam situasikehidupan (social, bermasyarakat, etc)
Batasan aktivitas: meliputi kesulitan – kesulitanyang mungkin dihadapi individu dalammelakukan suatu aktivitas
Batasan partisipasi: merupakan kesulitan –kesulitan yang mungkin dihadapi individu dalamupayanya untuk berpatisipasi dalam situasikehidupan (social, bermasyarakat, etc)
KondisiKesehatan
Aktivitas PartisipasiFungsi Tubuh/ Struktur Badan
FaktorLingkungan
Faktor Pribadi
Sumber: ICF e-learning module, Chapter 4: the ICF model, dari: https://www.icf-elearning.com/wp-content/uploads/articulate_uploads/ICF%20e-Learning%20Tool_2018%20-%20Storyline%20output/story_html5.html
Lampiran 1 - Definisi Komponen –Komponen ICF
49
Faktor Lingkungan: terdiri atas lingkugan sekitardimana individu hidup, dan menjalani hidup mereka(termasuk lingkungan fisik, social, dan perilaku/ tanggapan masyarakat sekitar)
Faktor lingkungan dapat memberikan kontribusi positifmaupun negative terhadap kemampuan individu untukberfungsi sebagai anggota masyarakat
Faktor Pribadi: Latar belakang, dan fitur – fiturindividual, di luar kondisi kesehatan
Faktor – factor pribadi dapat meliputi gender, ras, usia, gaya hidup, kebiasaan, cara menghadapi permasalahan, latar belakan sosial-ekonomi, pendidikan, pekerjaan, dll
KondisiKesehatan
Aktivitas PartisipasiFungsi Tubuh/ Struktur Badan
FaktorLingkungan
Faktor Pribadi
Sumber: ICF e-learning module, Chapter 4: the ICF model, dari: https://www.icf-elearning.com/wp-content/uploads/articulate_uploads/ICF%20e-Learning%20Tool_2018%20-%20Storyline%20output/story_html5.html
Lampiran 1 - Contoh Pemetaan KondisiPenyandang Disabilitas dengan ICF
50
Cidera tulangbelakang
Kesulitan dalambergerak dan
berjalan
Keterbatasan kesempatankerja dan menggunakan
transportasi umum
Masalah padapergerakan otot, serta
struktur tulangbelakang
Dukungan keluarga dekat, desainbangunan dan transportasi umum, ketersediaan layanan pendidikan
Laki – laki, 30 tahun, pendidikan S1, menikah, dan memiliki 1 orang
anak, bermotivasi tinggi untuk pulih
Cidera tulangbelakang
MakanPergi ke toilet
Duduk
Bertemu dengan teman– teman
Bekerja/ bersosialisasimelalui komputer
Perlemahan otot, pergerakan terbatas
pada kaki, fungsipernapasan terganggu
Kursi roda, bangunan sekitar, jalan yang tidak bebas
hambatan, dukungan orangtua, asuransi kesehatan
Laki – laki, 24 tahun, lajang, pendidikan S1, termotivasi untuk
pulih
Profil Bapak A Profil Bapak B
Catatan (Lihat Lampiran 1): ICF-WHO mengklasifikasikan masing – masing factor keberfungsian dan disabilitas menjadi berbagai kategoridengan kode tertentu, yang tidak dibahas di dalam sesi ini
Recommended