View
226
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
7/29/2019 Jenis Jenis Jamuir Antibiotik
1/23
1
BEBERAPA JENIS FUNGI YANG MENGANDUNGANTIBIOTIK
DISUSUN Dalam Rangka Memenuhi Tugas Mata Kuliah PKL
Disusun Oleh :
Nama : Rifki Stia Prayoga
N I M : G.20.10.0010
DEPARTEMEN FARMASIFAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS MATHLAUL ANWARBANTEN
2013
7/29/2019 Jenis Jenis Jamuir Antibiotik
2/23
2
LEMBAR PENGESAHAN
BEBERAPA JENIS FUNGI YANG MENGANDUNGANTIBIOTIK
Disusun Dalam Rangka Memenuhi Tugas Mata Kuliah PKL
Disusun Oleh :Nama : Rifki Stia Prayoga
N I M : G.20.10.0010
Mengetahui,Dosen Pembimbing
(Mujijah, S.Si, M,Sc)
ii
7/29/2019 Jenis Jenis Jamuir Antibiotik
3/23
3
PRAKATA
Puji dan syukur marillah kita panjatkan kehadirat Allah SWT, yang
dengan karunia-Nya penyusun dapat menyelesaikan Laporan Field Trip.
Penyusunan Laporan Field Trip ini disusun dalam rangka
memenuhi tugas mata kuliah PKL (Praktek Kerja Lapangan) pada
Fakultas MIPA Universitas Mathlaul Anwar Banten.
Penyusun telah mendapatkan bantuan dan bimbingan baik pada
saat penelitian dilapangan dalam pembuatan laporan PKL atau Field Trip
ini. Oleh karena itu penyusun mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu Mujijah, S.Si, M,Sc Selaku Dekan dan sebagai Pembimbing
PKL (Praktek Kerja Lapangan) di Fakultas MIPA UNMA BANTEN.
2. Semua pihak yang telah membantu terselesaikannya laporan PKL
atau Field Trip ini.
3. Orang tua yang telah mendukung dan membantu baik dari segi
moril maupun materi dalam pembuatan laporan ini.
Akhir kata semoga laporan PKL atau Field Trip ini dapatbermanfaat khususnya buat penyusun dan memberi sumbangan bagi
dunia ilmu pengetahuan, juga menambah motivasi untuk melakukan
penelitian lebih lanjut.
Pandeglang, Maret 2013
Penyusun,
Rifki Stia Prayoga
iii
7/29/2019 Jenis Jenis Jamuir Antibiotik
4/23
4
DAFTAR ISI
Halaman
COVER ...............................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING..........................................ii
PRAKATA ..........................................................................................iii
DAFTAR ISI........................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..................................................................1
B. Permasalahan ...................................................................3
C. Tujuan Penelitian ..............................................................3
D. Manfaat Penelitian ............................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Deskripsi Fungi.................................................................4
B. Klasifikasi Fungi.................................................................6
C. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Fungi. 8
D. Fungi Penghasil Antibiotik dan Jenis Antibiotiknya...........10
BAB III METODE PENELITIAN
A. Waktu Dan Tempat Penelitian ..........................................14
B. Alat dan Bahan Penelitian ................................................14
C. Prosedur Penelitian ..........................................................14
DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................18
iv
7/29/2019 Jenis Jenis Jamuir Antibiotik
5/23
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebagai salah satu negara yang memiliki biodiversitas sangat
besar, Indonesia menyediakan banyak sumber daya alam hayati yang tak
ternilai harganya, dari bakteri hingga jamur, tumbuhan dan hewan.
Pencarian isolat dan jenis organisme yang potensial untuk digunakan
dalam bidang industri, pertanian, dan kesehatan merupakan pekerjaan
yang harus terus dilakukan (Suryanto, 2009).
Kata antibiotik diberikan pada produk metabolik yang dihasilkan
suatu organisme tertentu, yang dalam jumlah amat kecil bersifat merusak
atau menghambat mikroorganisme lain (Pelczar & Chan, 2005).
Kebutuhan antibiotik baru masih sangat diperlukan, terutama yang efektif
melawan bakteri resisten, virus, protozoa, fungi atau tumor. Untuk
mendapatkan antibiotik baru, para peneliti telah banyak melakukan
berbagai cara seperti biotransformasi senyawa-senyawa tertentu dengan
bantuan mikroba atau membuat derivat antibiotik semisintetik, mutasi
strain penghasil antibiotik atau mencari senyawa antibiotik baru dari
mikroba yang ada di alam.
Menurut McCoy (2000), mikroorganisme penghasil antibiotik
meliputi golongan bakteri, aktinomisetes, fungi, dan beberapa mikroba
lainnya. Kira-kira 70% antibiotik dihasilkan oleh aktinomisetes, 20% fungi
dan 10% oleh bakteri. Streptomyces merupakan penghasil antibiotik yang
paling besar jumlahnya. Bakteri juga banyak yang menghasilkan antibiotik
terutama Bacillus. Namun kebanyakan antibiotik yang dihasilkan bakteri
adalah polipeptida yang terbukti kurang stabil, toksik dan sukar
dimurnikan. Antibiotik yang dihasilkan fungi pada umumnya juga toksik,
kecuali grup penisilin(Suwandi, 1989).
Sumber mikroorganisme penghasil antibiotik antara lain berasal
dari tanah, air laut, lumpur, kompos, isi rumen, limbah domestik, bahan
1
7/29/2019 Jenis Jenis Jamuir Antibiotik
6/23
2
makanan busuk dan lain-lain. Namun kebanyakan mikroba penghasil
antibiotik diperoleh dari mikroba tanah terutama Streptomises dan jamur
(McCoy, 2000).
Peningkatan jumlah kasus resistensi mikroba patogen terhadap
antibiotik, akhir akhir ini memicu peningkatan pencarian sumber senyawa
antimikroba yang baru (Noviani et al., 2009). Salah satu sumber potensial
penghasil senyawa antibiotik adalah fungi yang diisolasi dari tanah,
misalnya Fusarium (javanisin), Penicilium (penisilin) dan Aspergillus
(fumigasin) (Sekiguchi & Gaucher, 1977). Campuran mikroba dalam tanah
mungkin mengandung spesies yang mempunyai potensi untuk aplikasi
fermentasi antibiotik (Suwandi, 1989).
Telah banyak penelitian yang dilakukan tentang mikroorganisme
penghasil antibiotik. Diantaranya adalah studi biosintesis antibiotik dan
aktivitas antibiotik dari jamur Penicillium chrysogenum (Sri et al., 2000),
isolasi Actinomycetes dari tanah sawah sebagai penghasil antibiotik
(Ambarwati & Gama, 2009), fungi penghasil antibiotik dari fungi
dermatofyta (Kheira et al., 2007), aktivitas antibakteri ekstrak metanol dan
fraksi metanol jamur Termitomyces eurrhizus (Milanda et al., 2000).
Dengan semakin gencarnya penelitian mengenai mikroorganisme
penghasil antibiotik, maka ketertarikan di bidang ini semakin meningkat.
Sementara potensi mikroba, khususnya fungi yang bermanfaat
sebagai penghasil antibiotik masih belum diketahui. Dewanta pada tahun
2006 telah meneliti bakteri penghasil enzim kitinase dari daerah
purwokerto yang berpotensi menghambat pertumbuhan fungi patogen
tanaman yaitu Ganoderma boninense, Fusarium oxysporum, dan
Penicillium citrinum.
Hasil yang ditunjukkan dari penelitian tersebut cukup baik.
Sehingga pada penelitian ini kembali digali potensi dari tanah daerah
purwokerto untuk mendapatkan sumber penghasil antibiotik baru yang
berasal dari fungi. Oleh karena itu penelitian ini menitikberatkan pada
lokasi tersebut.
7/29/2019 Jenis Jenis Jamuir Antibiotik
7/23
3
Berdasarkan pemaparan di atas, pencarian fungi penghasil
antibiotik baru dengan kemampuan yang lebih baik harus dilakukan. Salah
satunya adalah dengan upaya penelitian dan pengujian lebih lanjut fungi
penghasil antibiotik dari tanah daerah purwokerto. Dengan kondisi lantai
hutan yang penuh dengan substrat-substrat makanan bagi
mikroorganisme (Fakhrullah, 2008) memungkinkan adanya jamur yang
dapat diisolasi dan diketahui peranannya.
B. Permasalahan
Penelitian mengenai fungi penghasil antibiotik telah banyak
dilakukan. Tetapi informasi tentang fungi penghasil antibiotik dari daerah
Purwokerto masih belum diketahui. Dengan demikian perlu dilakukan
penelitian mengenai fungi penghasil antibiotik untuk melihat fungi yang
berpotensi menghasilkan antibiotik dari daerah Purwokerto serta
potensinya dalam menghambat pertumbuhan beberapa fungi patogen
tanaman.
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh isolat fungi yang
berpotensi menghasilkan antibiotik daerah Purwokerto serta potensinya
dalam menghambat pertumbuhan beberapa fungi patogen tanaman.
D. Manfaat Penelitian
Informasi tentang fungi yang potensial dalam menghasilkan
antibiotik yang diisolasi dari daerah Purwokerto serta potensinya dalam
menghambat pertumbuhan beberapa fungi patogen tanaman.
7/29/2019 Jenis Jenis Jamuir Antibiotik
8/23
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Deskripsi Fungi
Mikologi adalah ilmu mengenai jamur berasal dari bahasa Yunani
yakni : mykes= jamur, logos= ilmu. Fungi dalam bahasa latin juga berarti
jamur. Fungi sudah lama sekali dikenal manusia karena dalam kehidupan
sehari-hari ia ada hubungan dengan jamur. Makanan yang disimpan dapat
ditumbuhi jamur, pakaian dapat berjamur, perabot rumah tangga dapat
termakan oleh jamur, dan sebagainya. Perintis ilmu jamur ialah Pier
Antonio Micheli, seorang ahli tumbuhan berbangsa Italia dan ia
membicarakan jamur dalam bukunya Nova plantarum genera tahun 1729.
Bentuk dan ukuran jamur mencakup yang kecil dan besar yang biasa
disebut kulat, kapang, lapuk, cendawan, dan lain-lain (Dwidjoseputro,
1978).
Menurut Gandjar,et al .,(2006), jamur atau fungi adalah sel
eukariotik tidak memiliki klorofil, tumbuh sebagai hifa, memiliki dinding sel
yang mengandung kitin, bersifat heterotrof, menyerap nutrien melalui
dinding selnya, dan mengekskresikan enzym-enzym ekstraselular ke
lingkungan melalui spora, melakukan reproduksi seksual dan aseksual.
Fungi makroskopik yang memiliki tubuh buah besar, dikenal sebagai
makrofungi. Penemuan mikroskop telah mengungkap lebih banyak dari
bagian-bagian yang semula tidak terlihat sama sekali, akan tetapi
merupakan bagian penting dari makrofungi tersebut.
Menurut Zoberi (1972) macrofungi (jamur makroskopis) adalah
mencakup banyak jamur yang berukuran besar,makroskopik dengan
tubuh buah yang kompleks. Sebagian besar spesies habitat terestrial dan
terdiri dari Ascomyetes dan Basidiomycetes.
Jamur ada yang berguna, ada yang tidak berguna. Jamur tidak
memiliki klorofil maka hidupnya bergantung pada zat-zat yang sudah jadi
yang dibuat oleh organisme lain disebut organisme heterotrof. Kalau zat
4
7/29/2019 Jenis Jenis Jamuir Antibiotik
9/23
5
organik yang diperlukan jamur itu zat yang sudah tidak diperlukan
pemiliknya lagi maka jamur seperti itu disebut saproba. Disamping jamur
saproba dikenal juga jamur parasit dan jamur patogen. Banyak jamur
pada tumbuhan, hewan, dan manusia. Fitopatologi (ilmu penyakit
tumbuhan) khusus membicarakan penyakit tumbuhan yang disebabkan
oleh jamur. Mikosis adalah istilah umum untuk penyakit yang disebabkan
jamur. Sebaliknya jamur yang menguntungkan banyak juga, jamur yang
enak dimakan jamur merang, jamur kuping, jamur padi. Tanpa jamur
orang tidak dapat membuat roti, minuman berakhohol seperti anggur,
tape, tempe, oncom, tauco dan berbagai asam organik. Antibiotik pertama
penisilin berasal dari jamur Penicillium. Dari genus Aspergillus diperoleh
antibiotik seperti Fumigatin, Aspergilin,dari genus Fusarium diperoleh
Fusanin, Javasinin (Dwidjoseputro, 1978).
Bagian penting tubuh fungi adalah yaitu suatu struktur fungus
berbentuk tabung menyerupai seuntai benang panjang, ada yang tidak
bersekat, dan ada yang bersekat. Hifa dapat tumbuh bercabang-cabang
sehingga merupakan jaring-jaring, bentuk ini dinamakan miselium. Pada
satu koloni jamur ada hifa yang menjalar dan ada hifa yang menegak.
Biasanya hifa yang menegak ini menghasilkan alat-alat pembiak yang
disebut spora, sedang hifa yang menjalar berfungsi untuk menyerap
nutrien dari substrat dan menyangga alat-alat reproduksi. Hifa yang
menjalar disebut hifa vegetatif dan hifa yang tegak disebut hifa fertil.
Pertumbuhan hifa berlangsung terus-menerus di bagian apikal, sehingga
panjangnya tidak dapat ditentukan secara pasti. Diameter hifa umumnya
berkisar 3-30 mili mikron. Spesies berbeda memiliki diameter berbeda
pula dan ukuran diameter itu dapat dipengaruhi oleh keadaan lingkungan
(Carlile dan Watkinson, 1994).
Jamur sederhana dapat berupa sel tunggal saja atau berupa
benang-benang hifa saja, tetapi pada jamur tingkat tinggi terdiri
atasanyaman hifa yang disebut prosenkim dan pseudoperenkim.
Prosenkim ialah anyaman hifa yang kendor, sedangkan pseudoparenkim
7/29/2019 Jenis Jenis Jamuir Antibiotik
10/23
6
ialah jalinan hifa yang lebih padat dan seragam. Seringkali ada anyaman
hifa yang padat sekali dan berguna untuk mengatasi keadaan buruk
disebut rizomorf. Suatu anyaman hifa yang lain berupa jalinan hifa cukup
padat dan berfungsi sebagai bantalan tempat tumbuhnya bagian lain
disebut stroma (Dwidjoseputro, 1978).
Jumlah spesies fungi yang sudah diketahui hingga kini adalah
kurang lebih 69.000 dari perkiraan 1.500.000 spesies yang ada di dunia
(Zedan 1992, Hawksworth 1991) dan menurut Rifai (1995) di Indonesia
terdapat kurang lebih 200.000 spesies. Dapat dipastikan bahwa Indonesia
yang kaya akan diversitas tumbuhan dan hewan juga memiliki diversitas
fungi yang sangat tinggi mengingat lingkungannya yang lembab dan suhu
tropik yang mendukung pertumbuhan fungi ( Gandjar,et al.,2006).
B. Klasifikasi Fungi
Mc. Kane (1996) mengatakan setiap fungi tercakup di dalam satu
kategori taksonomi, dibedakan atas tipe spora, morfologi hifa, dan siklus
seksualnya. Kelompok-kelompok ini adalah : Oomycetes, Zygomycetes,
Ascomycetes, Basidiomycetes, dan Deuteromycetes. Kecuali
Deuteromycetes semua fungi menghasilkan spora seksual. Berikut tabel
untuk membedakan lima kelompok fungi.
Tabel 2.1. Pengelompokan Jamur dan Ciri-ciri Umum
Sumber : Mc. Kane 1996
7/29/2019 Jenis Jenis Jamuir Antibiotik
11/23
7
1. Oomycetes
Sebagian besar anggotanya hidup di air atau dekat badan air.
Miselium terdiri atas hifa tidak bersekat, bercabang dan banyak
mengandung inti. Hidup sebagai saprofit dan ada juga yang parasit.
Pembiakan aseksual dengan zoospora, pembiakan seksual dengan
oospora. Beberapa contoh : Saprolegnia sp., Achyla sp., Sclerospora sp.,
Phytophtora sp.
2. Zygomycetes
Memiliki hifa yang tidak bersekat dan memiliki banyak inti disebut
hifa senositik (dari bahasa latin coenocytic). Kebanyakan kelompok ini
saprofit. Berkembang biak secara aseksual dengan spora, secara seksual
dengan zigospora. Ketika sporangium pecah, sporangiospora tersebar,
dan jika jatuh pada medium yang cocok akan tumbuh menjadi individu
baru. Hifa yang senositik akan berkonjugasi dengan hifa lain membentuk
zigospora.
3. Ascomycetes
Golongan jamur ini memiliki ciri dengan spora yang terdapat di
dalam kantung yang disebut askus. Askus adalah sel yang membesar
yang di dalamnya terdapat spora yang disebut akospora. Setiap askus
biasanya memiliki 2-8 askospora. Kelompok ini memiliki 2 stadium
perkembangbiakan yaitu stadium konidium atau stadium seksual dan
stadium askus atau stadium aseksual. Kebanyakan ascomycetes bersifat
mikroskopis, sebagian kecil bersifat makroskopis yang memiliki tubuh
buah.
4. Basidiomycetes
Basidiomycetes memiliki spora yang disebut basidiospora.
Sebagian besar makrofungi yang kita kenal adalah Basidiomycota
(Gandjar,et al ., 2006). Kebanyakan anggota basidiomycetes
adalahcendawan, jamur payung, dan cendawan berbentuk bola yang
disebut juga jamur berdaging. Basidiospors yang dilepas dari cendawan
7/29/2019 Jenis Jenis Jamuir Antibiotik
12/23
8
menyebar dan berkecambah menjadi hifa vegetatif yang haploid disebut
miselium primer.
Pada banyak spesies miselium ini pada mulanya berinti banyak,
kemudian terjadi persekatan sehingga miselium berinti satu yang haploid.
Selanjutnya terjadi plasmogami antara dua hifa yang kompatibel
membentuk miselium sekunder yang berinti dua yang masing-masing
haploid. Miselium sekunder berbiak dengan cara khusus. Tiap inti
membelah diri dan belahan berkumpul lagi tanpa mengadakan karyogami,
sehingga miselium sekunder tetap berinti dua. Miselium sekunder yang
telah terhimpun banyak membentuk jaringan teratur membentuk
basidiokarp dan basidiofor disebut miselium tersier. Pada gills (lamella)
dibagian ujung hifa berinti dua terbentuk probasidium setelah terjadi
karyogami, selanjutnya inti probasidium mengalami meiosis dan
menghasilkan Basidiospora. Basidiospora dapat bertangkaikan sterigma
atau langsung duduk pada Basidium/epibasidum (Dwidjoseputro, 1978)
5. Deuteromycetes
Jamur yang hifanya bersekat menghasilkan konidia namun jamur
ini tidak atau belum diketahui cara pembiakan generatifnya.
(Dwidjoseputro, 1978). Deuteromycetes disebut juga Fungi Imperfecti
(jamur tidak sempurna). Penamaan atau pengelompokan itu bersifat
sementara.Karena segera setelah diketahui cara reproduksi generatifnya
(pembentukan askus) dikelompokkan ke Ascomycetes. Deuteromycetes
secara filogenitik bukan merupakan suatu kelompok taksonomi
(Gandjar,et al., 2006).
C. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Fungi
Pada umumnya, pertumbuhan fungi (jamur) dipengaruhi oleh faktor
substrat, cahaya, kelembaban, suhu, derajat keasaman substrat (pH) dan
senyawa-senyawa kimia di lingkungannya ( Gandjar,et al., 2006).
7/29/2019 Jenis Jenis Jamuir Antibiotik
13/23
9
1. Substrat
Substrat merupakan sumber nutrien utama bagi jamur. Nutrien-
nutrien baru dapat dimanfaatkan sesudah jamur mengeksresi enzim-
enzim ekstra seluler yang dapat mengurai senyawa-senyawa kompleks
dari substrat tersebut menjadi senyawa-senyawa yang lebih sederhana,
banyak jamur memiliki kemampuan mengeksresikan beberapa jenis enzim
ke lingkungan yang menguraikan karbohidrat kompleks, antara lain
cellulase, amilase, pectinase, chitinase, dextranase, xylanase. Sebab
selulosa adalah polisakarida utama di dalam jaringan tumbuhan yang
menjadi sumber karbon potensial bagi jamur (Garraway, 1984).
2. Cahaya
Spektrum cahaya dengan panjang gelombang 380-720 nmrelatif
berpengaruh terhadap pertumbuhan jamur, juga berpengaruh terhadap
sporulasi (Deacon, 1988). Pengaruh cahaya terhadap reproduksi jamur
cukup kompleks. Tingkat perkembangan yang berbeda membutuhkan
sinar yang berbeda.Intensitas, durasi, kualitas cahaya menentukan
besarnya pengaruh cahaya terhadap jamur. Umumnya cahaya
menstimulasi atau menjadi faktor penghambat terhadap pembentukan
struktur alat-alat reproduksi dan spora pada jamur. Walaupun proses
reproduksi memerlukan cahaya, hanya fase tertentu saja yang
memerlukan cahaya, atau secara bergantian struktur berbeda di dalam
sporokarp dapat memberi respon berbeda terhadap cahaya. Contoh
spesies Discomycetes Sclerotina sclerotiorum akan terbentuk dalam
kondisi gelap, namun memerlukan cahaya untuk pembentukan pileusnya
(Purdy, 1956). Cahaya hanya diperlukan untuk pembentukan pileus dari
spesies Basidiomycetes Lentinus tuberregium(Galleymore, 1949).
Menurut Landecker (1982) jamur dapat dibagi menjadi 5 (lima)
kelompok didasarkan atas respon terhadap cahaya, yaitu : (1) kelompok
yang nyata tidak terpengaruh oleh cahaya; (2) kelompok yang
sporulasinya mengalami penurunan atau terhalang oleh paparan cahaya;
(3) kelompok yang memerlukan cahaya secara bergantian antara terang
7/29/2019 Jenis Jenis Jamuir Antibiotik
14/23
10
dan gelap untuk proses sporulasi; (4) kelompok yang dapat memproduksi
spora fertil pada kondisi tanpa sinar tapi sporulasinya akan aktif pada
kondisi banyak sinar; (5) kelompok yang memerlukan sinar yang cukup
untuk memproduksi struktur reproduktif dan spora-spora.
3. Kelembaban
Pada umumnya jamur tingkat rendah memerlukan kelembaban
nisbi 90 %, dan dari jenis hyphomycetes dapat hidup pada kelembaban
yang lebih rendah yaitu 80 %. Pada fungi xerotilik dapat hidup pada
kelembaban pada 70%, misalnya Wallenia sedi, Aspergillus, Glaucus, A.
flafus (Santoso,et al., 1999). Menurut Deacon (1984) pertumbuhan jamur
dapat berlangsung dengan kelembaban minimal 70%, walaupun beberapa
jamur dapat tumbuh dengan sangat lambat pada kelembaban 65%.
4. Suhu
Berdasarkan kisaran suhu lingkunganyang baik, untuk
pertumbuhan, jamur dikelompokkan sebagai jamur psicrofil, mesofil dan
termofil (Gandjar,et al., 2006). Jamur makro memerlukan suhu di atas
200C (Garraway dan Evans, 1984). Menurut Deacon (1984) sebagian
besar fungi atau jamur bersifat mesofilik, tumbuh pada temperatur sedang
pada rentang 10 400 C, optimum pada suhu 25 350C.
5. Derajat Keasaman Lingkungan (pH)
Derajat keasaman substrat sangat penting untuk pertumbuhan
fungi, karena enzim-enzim tertentu hanya akan mengurai suatu substrat
sesuai dengan aktivitasnya pada pH tertentu. Umumnya menyenangi pH
dibawah 7,0. Jenis-jenis Khamir tertentu bahkan tumbuh pada pH cukup
rendah yaitu pH 4,5 5,5 (Gandjar,et al., 2006). Menurut Deacon (1984)
dalam pengamatan di laboratorium jamur tumbuh pada rentang 4,5 8,0
dengan pH optimum berkisar 5,5 7,5.
D. Fungi Penghasil Antibiotik dan Jenis Antibiotiknya
Tanah merupakan tempat interaksi biologis yang paling dinamis
dan mempunyai lima komponen utama yaitu mineral, air, udara, dan zat
7/29/2019 Jenis Jenis Jamuir Antibiotik
15/23
11
organik. Lingkungan Indonesia yang tropik dan lembab merupakan
lingkungan yang ideal untuk pertumbuhan fungi (Gandjar et al., 1999).
Mikroorganisme terdapat di berbagai habitat, seperti dalam tanah,
lingkungan akuatik dan atmosfer (Listari, 2009). Tanah merupakan habitat
alami bagi sebagian besar mikroorganisme yang memproduksi antibiotik
(Grossbard, 1952) yang terlibat dalam dekomposisi dan resintesis
senyawa organik (Suwandi, 1989). Organisme hidup dalam tanah antara
lain bakteri, aktinomisetes, fungi, algae, dan protozoa (Suwandi, 1989).
Fungi tanah merupakan salah satu mikroorganisme tanah yang
mempunyai peranan penting dalam siklus hara yang selanjutnya akan
menentukan kesuburan tanah dan meningkatkan pertumbuhan tanaman
(Suciatmih, 2006). Dalam mengisolasi fungi penghasil antibiotik dari tanah
dapat menggunakan metode cawan sebar. Prinsip teknik ini yaitu dengan
mengencerkan contoh tanah. Koloni penghasil aktivitas antibiotik
ditunjukkan pada area agar di sekitar koloni yang bebas pertumbuhan
koloni lain.
Setelah terbukti bahwa koloni tersebut memang penghasil
antibiotik, populasi tersebut dimurnikan dan disubkultur untuk membuat
stok biakan yang diperlukan dalam pengujian selanjutnya (Davis &
Blevins, 1999).
Fungi ada yang bermanfaat bagi manusia, antara lain sebagai
pengendali hayati, penghasil enzim, antibiotik, rekayasa genetik, dan
industri komersial (Ahmad, 2008).
Dalam bidang farmasi fungi juga berperan sebagai penghasil
antibiotik (Gandjar et al.,1999). Mikroorganisme penghasil antibiotik
meliputi golongan bakteri, aktinomisetes, fungi, dan beberapa
mikroorganisme lainnya (Suwandi, 1989).
Antibiotik merupakan substansi kimia alamiah hasil metabolisme
sekunder mikroorganisme, dalam konsentrasi yang rendah mempunyai
kemampuan baik menghambat pertumbuhan maupun membunuh
mikroorganisme lain (Lay, 1994; Setyaningsih, 2004). Antibiotik
7/29/2019 Jenis Jenis Jamuir Antibiotik
16/23
12
merupakan komponen antimikroorganisme yang dihasilkan secara alami
oleh organisme dan bersifat toksik bagi mikroalga, bakteri, fungi, virus
atau protozoa. Antibiotik bila dimaksudkan untuk kelompok organisme
yang khusus maka sering digunakan istilah-istilah seperti antibakteri,
antifungi, dan sebagainya (Setyaningsih, 2004). Ada dua cara antibiotik
dalam menghambat pertumbuhan mikroorganisme yaitu sebagai
bakteriostatis dan baktriosidal.
Menurut Suwandi (1989), sekitar 800 jenis antibiotik dihasilkan oleh
fungi. Fungi dari genus Aspergillus dan Penicilin lebih sering memproduksi
antibiotik (Nemec et al., 1963). Penicillium sp. dan Aspergillus sp.
dilaporkan juga menghasilkan senyawa metabolit sekunder yaitu lovastin
yang berfungsi sebagai anti hiperkolestrolemia (Aryantha et al., 2004).
Suwandi (1989) menyatakan bahwa fungi penghasil antibiotik yang
terkenal diantaranya adalah Penicilium menghasilkan penisilin,
griseofulvin, Cephalosporium menghasilkan sefalosporin, serta beberapa
fungi lain seperti Aspergillus menghasilkan fumigasin, Chaetomium
menghasilkan chetomin, Fusarium menghasilkan javanisin dan
Trichoderma menghasilkan gliotoxin. Di bawah permukaan air, kultur P.
urticae memproduksi antibiotik patulin dan griseofulvin yang tumbuh pada
media glukosa-nitrat (Sekiguchi & Gaucher, 1977). Fungi dermatofita
telah lama diketahui menghasilkan suatu senyawa antibiotik. Produksi
antibiotik dari dermatofyta pertama kali diteliti oleh Nakumura 1931, yang
menemukan aktivitas antibakteri dari jenis Trichophyton (Kheira et al.,
2007).
Fungi penghasil antibiotik yang terkenal salah satunya adalah
Penicilium. Penisilin merupakan antibiotik modern yang pertama, paling
bermanfaat serta paling luas penggunaannya. Penisilin dihasilkan selama
pertumbuhan dan metabolisme Penicillium notatum (Pelczar & Chan,
2005). Penicillium chrysogenum juga dapat menghasilkan antibiotik
penisilin, mikroorganisme ini mempunyai spektrum yang sangat luas
terhadap bakteri dan beberapa jamur (Sri et al., 2000). Penisilin
7/29/2019 Jenis Jenis Jamuir Antibiotik
17/23
13
ditemukan oleh Alexander Fleming pada tahun 1929. Fleming
memperlihatkan bahwa pada suatu cawan agar yang diinokulasikan
dengan Staphylococcus aures telah terkontaminasi oleh sejenis jamur dan
koloni jamur tersebut dikelilingi oleh suatu zona yang jernih, menunjukkan
adanya penghambatan pertumbuhan bakteri (Pelczar & Chan, 2005).
Penisilin merupakan suatu kelompok persenyawaan dengan
struktur yang sekerabat dan sifat-sifat serta aktivitas yang agak berbeda.
Semua penisilin mempunyai inti yang sama yaitu cincin -laktam-
thiazolidin, yang memberikan sifat unik pada masing-masing penisilin
adalah rantai sampingnya yang berbeda-beda (Pelczar & Chan, 2005).
Antibiotik ini spesifik menghambat sintesis dinding sel bakteri, mencegah
sintesis peptidoglikan yang utuh sehingga dinding sel akan melemah dan
akibatnya akan mengalami lisis (Susanti & Sri, 2004).
Antibiotik lainnya yang dihasilkan oleh jamur adalah sefalosporin
merupakan antibiotik yang dihasilkan oleh Cephalosporium acremonium,
kelompok kimiawinya sama seperti penisilin. Sefalosporium menghambat
pertumbuhan mikroorganisme dengan cara menghambat sintesis dinding
sel (Pelczar & Chan, 2005).
7/29/2019 Jenis Jenis Jamuir Antibiotik
18/23
14
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari- April 2013.
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Fakultas Farmasi Universitas
Muhamadiah Purwokerto.
B. Bahan dan Alat
Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah fungi
patogen tanaman yaitu F. oxysporum, P. citrinum dan G. boninense
,potato dextrose agar (PDA), yeast extract, metanol destilasi, akuades,
dimetil sulfoksida (DMSO), blank disc (Oxoid), ketokonazol dan
kloramfenicol.
Alat-alat yang digunakan tabung reaksi, cawan petri, hockey stick,
miskroskop, inokulum dan buku identifikasi dari Pitt & Hocking (1997),
Gilman (1971), dan Gandjaret al. (1999).
C. Prosedur Penelitian
1. Sumber Isolat
Sampel tanah diperoleh dari tanah daerah Purwokerto. Sampel
diambil sebanyak 100 g dengan menggunakan sendok steril dan
dimasukkan ke dalam kantong plastik yang telah disterilkan. Sampel
dibawa ke Laboratorium Fakultas Farmasi Universitas Muhamadiah
Purwokerto untuk diisolasi.
2. Isolasi Fungi Penghasil Antibiotik dari Sampel Tanah
Sampel tanah ditimbang sebanyak 1 gram, kemudian dimasukkan
ke dalam tabung reaksi dan dicukupkan volumenya menjadi 10 ml dengan
menambahkan akuades steril. Lalu dihomogenkan dengan vortex.
Selanjutnya sebanyak 0,1 ml suspensi tanah diinokulasikan pada media
PDA + kloramfenicol (0,03 mg/ml) dalam cawan Petri, kemudian diratakan
14
7/29/2019 Jenis Jenis Jamuir Antibiotik
19/23
15
dengan menggunakan hockey stick. Kultur diinkubasi dalam inkubator
suhu 29 C selama 5 hari. Pengamatan dilakukan setiap hari selama
masa inkubasi. Isolat yang memiliki kemampuan menghambat jamur lain
ditunjukkan dengan zona bening di sekitar koloninya. Isolat ini kemudian
ditumbuhkan kembali pada media yang sama hingga nanti diperoleh isolat
murni (Campbell, 1960).
3. Karakterisasi dan Identifikasi Fungi Penghasil Antibiotik
Identifikasi fungi dilakukan berdasarkan ciri-ciri dan karakter
morfologis, secara makroskopis (visual) maupun mikroskopis (di bawah
mikroskopik) (Permana & Kusmiati, 2007). Karakterisasi dan identifikasi
secara visual berdasarkan struktur dan warna koloni (Wibowo, 2008).
Identifikasi secara mikroskopis dilakukan dengan mengamati morfologi
fungi menggunakan buku identifikasi dari Pitt & Hocking (1997), Gilman
(1971), dan Gandjaret al. (1999).
4. Uji Antagonis Isolat Fungi Terhadap Fungi Patogen
Uji antagonis dilakukan secara kualitatif (Wibowo, 2008; Bakri,
2009) untuk melihat kemampuan isolat fungi dalam menghambat
pertumbuhan fungi patogen (F. oxysporum, G. boninense dan P. citrinum).
Dua lempeng inokulum (bagian yang digunakan untuk uji adalah hifa
terluar/paling ujung dari koloni fungi yang tumbuh), yaitu lempeng
inokulum dari isolat fungi dan lempeng inokulum dari fungi patogen yang
telah disiapkan diinokulasikan ke dalam media PDA.
Lempeng inokulum yang diinokulasikan dilakukan dengan cara
memotong miselium dari inokulum yang yang tumbuh di permukaan media
PDA dengan menggunakan cork borer berdiameter 6 mm kemudian
dimasukkan ke dalam cawan Petri yang telah berisi media PDA baru,
diinkubasi pada suhu ruang ( 25C 30C) selama 5 hari. Hal yang
sama dilakukan untuk setiap isolat fungi yang didapat. Isolat fungi
penghasil antibiotik yang berpotensi menunjukkan hambatan
pertumbuhan terhadap fungi patogen yang diujikan selanjutnya dikoleksi.
7/29/2019 Jenis Jenis Jamuir Antibiotik
20/23
16
5. Pengamatan Visual dan Mikroskopis
Pengamatan dilakukan dengan dua cara yaitu secara visual dan
mikroskopis. Pengamatan secara visual dilakukan dengan cara melihat
zona/luas pertumbuhan miselium dari masing-masing lempeng inokulum
fungi penghasil antibiotik dan fungi patogen.
Pengamatan secara mikroskopis dilakukan dengan cara megamati
ujung miselium pada daerah zona hambat fungi patogen (Wibowo, 2008).
Ujung miselium fungi patogen yang tumbuh pada permukaan media PDA
dipotong berbentuk block square, kemudian diletakkan pada objek glass.
Selanjutnya diamati adanya abnormalitas pertumbuhan miselium fungi
patogen, berupa pembengkokan ujung miselium, miselium pecah,
miselium berbelah, miselium bercabang, miselium lisis dan miselium
tumbuh kerdil (Lorito et al., 1992).
6. Ekstraksi Senyawa Antibiotik dari Isolat Fungi
Fungi yang menunjukkan hambatan pertumbuhan terhadap fungi
patogen selanjutnya dikultur pada media potato dextrose agar + yeast
(PDAY) . Kemudian diinkubasi selama 7 hari. Ekstraksi metabolit fungi
dilakukan dengan metode Nofiani et al. (2009) yang di modifikasi. Kultur
fungi ditambahkan metanol destilasi dan direndam selama 4
hari.Kemudian disaring dengan kertas saring Whatman No. 1 metanol
dievaporasi dengan rotary evaporatorpada suhu 40oC sampai tidak ada
metanol yang tersisa. Kemudian diuji kemampuan antibiotiknya dengan
metode Kirby-Bauer (Simbolon, 2008).
7. Uji Aktivitas Antibiotik Ekstrak Metanol Fungi Terhadap Fungi
Patogen
Pada uji antibiotik ekstrak metanol fungi digunakan media potato
dextrose agar + yeast. Pada media ditumbuhkan F. oxysporum dan G.
boninense dan diinkubasi pada suhu ruang 25 30C selama 3 hari.
Masing-masing ekstrak metanol dilarutkan dengan dimetil sulfoksida
(DMSO) dengan konsentrasi masing masing 40, 60, 80 dan 100%.
Sebanyak 10 l ekstrak diteteskan pada kertas cakram kosong (Oxoid).
7/29/2019 Jenis Jenis Jamuir Antibiotik
21/23
17
Pengujian kemampuan antibiotik dilakukan dengan uji cakram metode
Kirby-Bauer (Lay, 1994). Sebagai pembanding digunakan antibiotik
ketokonazol 20%. Cawan uji diinkubasi pada suhu ruang selama 3 hari.
Aktivitas antibiotik ditunjukkan dengan adanya zona hambatan
pertumbuhan organisme uji di sekitar koloni penghasil antibiotik
(Lechevalier, 2000). Zona hambat yang terbentuk diamati dan diukur.
7/29/2019 Jenis Jenis Jamuir Antibiotik
22/23
18
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, R Z. 2009. Cemaran Kapang pada Pakan dan Pengendaliannya.Jurnal Litbang Pertanian. 28(1): 1-21
Affandi, M. 2000. Diversitas dan Visualisasi Karakter Jamur yangBerasosiasi dengan Proses Degradasi Serasah di LingkunganMangrove. Skripsi. Fakultas Matematika dan Ilmu PengetahuanAlam Universitas Airlangga. Surabaya.
Ambarwati & Azizah Gama T. 2009. Isolasi Actinomycetes dari TanahSawah Sebagai Penghasil Antibiotik. Jurnal Penelitian Sains &
Teknologi. 10(2): 101 111
Arnehyppel. 1968. Antagonistic Effects of Some Soil Sample Fungi onFomes annosus in Laboratory Experiments. Studia ForestaliaSueciva. 64: 4-18
Aryantha, I P., S Widayanti & Yuanita. 2004. Eksplorasi FungiDeuteromycetes Aspergillus sp. dan Penicillium sp. PenghasilSenyawa Antikolestrol Lovastin. Laporan Akhir Penelitian Dasar.Proyek Penelitian Ilmu Pengetahuan Dasar. FMIPA.ITB. Bandung
Ayunasari, W. 2009. Diversitas dan Visualisasi Karakter FungiDekomposer Serasah Daun Avicennia marina (Forsk) Vierh padaberbagai Tingkat Salinitas. Skripsi.Medan, Indonesia: UniversitasSumatera Utara.
Bakri, M. 2009. Isolasi & Uji Kemampuan Antifungal Fungi Endofit dariTanaman Andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC.) TerhadapFungi perusak makanan. Skripsi. USU. Medan.
Brock, T. D. 1996. Principles of Microbiology. Prentice Hall Inc. New
Jersey. hlm. 288.
Brown, J. F. 1980. Plant Protection. Brisbane. Etching Press Pty. Ltd. hlm150
Campbell A H. 1960 The search for new antibiotics. Brit Med Bull 16: 82-85.
Cappucino, J.G & S. Natalia. 1996. Microbiology: A Laboratory Manual.4thEd. Addison-Wesley Publishing Company. hlm 254-255.
18
7/29/2019 Jenis Jenis Jamuir Antibiotik
23/23
19
FORM NILAI LAPORAN FIELD TRIP
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS MATHLAUL ANWAR BANTEN
Setelah membaca dan mempelajari naskah laporan Field Trip mahasiswa
berikut
Nama : Rifki Stia Prayoga
N I M : G.20.10.0010
Program Studi : FARMASI
Judul Laporan : Beberapa Jenis Fungi Yang Mengandung Antibiotik
Mahasiswa tersebut pantas dan layak untuk mendapatkan nilai .
Menyetujui
Dosen Pembimbing Field Trip
(Mujijah, S.Si, M,Sc)
Mengetahui
Bagian Akademik FMIPA UNMA
( )
Recommended