View
233
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
7/29/2019 hiperbilirubinemia case dr daniel.docx
1/22
1
BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI
RS PENDIDIKAN: RSUD BUDHI ASIH
STATUS PASIEN KASUS II
Nama Mahasiswa : Fathia Rachmatina Pembimbing : Dr. Daniel Effendi, SpA
NIM : 030.08.099 Tanda tangan :
IDENTITAS PASIEN
Nama : By. Ny E Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 7 hari Suku Bangsa : Jawa
Tempat / tanggal lahir : Jakarta, 5 April 2013 Agama : Islam
Alamat : Jl. Kampung Baru I RT 008/RW005
Pendidikan : -
Orang tua / Wali
Ayah : Ibu :
Nama : Tn. T Nama : Ny. E
Umur : 30 tahun Umur : 27 tahun
Alamat : Jl. Kampung Baru I Alamat : Jl. Kampung Baru I
Pekerjaan : Karyawan Swasta Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Penghasilan : Rp. 1000.000 Penghasilan : -
Suku bangsa : Jawa Suku bangsa : Jawa
Agama : Islam Agama : Islam
Hubungan dengan orang tua : pasien merupakan anak kandung
I. RIWAYAT PENYAKIT
A. ANAMNESIS
Dilakukan secara alloanamnesis dengan
Lokasi : Ruang Perinatologi
Tanggal / waktu : 11 April 2013 pk. 12.30 WIB
Tanggal masuk : 11 April 2013
Keluhan utama : Badan berwarna kuning sejak 7 jam SMRS
7/29/2019 hiperbilirubinemia case dr daniel.docx
2/22
2
Keluhan tambahan : -
A. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG :Pasien datang ke Poliklinik Anak RSUD Budhi Asih dengan keluhan badan kuning sejak 7
jam SMRS. Kuning timbul secara tiba-tiba, awalnya Ibu OS mengatakan, kedua pipi OS yang
terlebih dahulu terlihat kekuningan. Kemudian warna kekuningan menjalar ke leher, dada,
perut, punggung, dan kedua paha. Adanya demam disangkal, tidak ada muntah, batuk, pilek,
maupun kejang. BAB berwarna kuning, 23 x/hari, BAK biasa, berwarna kekuningan.
Pasien diberi minum ASI sejak lahir, hisapan minum baik. Pasien lahir di RSUD
Budhi Asih pada tanggal 5 April 2013 secara SC atas indikasi ketuban pecah dini 15 jam,
pukul 15.03. Pasien sempat dirawat bersama ibu di ruang perawatan RSUD Budhi Asih
selama 4 hari.
Golongan darah ibu AB+, ayah O+, anak O+. Pasien merupakan anak pertama.
B. RIWAYAT PENYAKIT YANG PERNAH DIDERITAPenyakit Umur Penyakit Umur Penyakit Umur
Alergi (-) Difteria (-) penyakit jantung (-)
Cacingan (-) Diare (-) Penyakit ginjal (-)
DBD (-) Kejang (-) Radang paru (-)
Otitis (-) Morbili (-) TBC (-)
Parotitis (-) Operasi (-) Lain-lain (-)
Kesimpulan Riwayat Penyakit yang pernah diderita: pasien belum pernah menderita
keluhan seperti sekarang maupun mengidap penyakit lain.
C. RIWAYAT KEHAMILAN / KELAHIRAN
KEHAMILAN
Morbiditas kehamilan Tidak ada penyakit selama kehamilan
Perawatan antenatal
Rutin kontrol ke klinik bidan 1 bulan
sekali dan sudah mendapat imunisasi
vaksin TT
KELAHIRAN Tempat persalinan RSUD Budhi Asih
7/29/2019 hiperbilirubinemia case dr daniel.docx
3/22
3
Penolong persalinan Dokter Obsgyn
Cara persalinan SC ai KPD 15 jam
Masa gestasi Cukup bulan, 40 minggu
Keadaan bayi
Berat lahir : 3400 gr
Panjang lahir : 50 cm
Lingkar kepala : 32,5 cm
Langsung menangis ( + )
Kemerahan ( + )
Nilai APGAR : 8/9
Kelainan bawaan : tidak ada
Kesan: Pasien dilahirkan secara SC ai KPD 15 jam
D. RIWAYAT MAKANAN
Umur
(bulan)ASI/PASI Buah / Biskuit Bubur Susu Nasi Tim
02 ASI - - -
Kesimpulan riwayat makanan : Pasien minum ASI, hisapan minum baik
E. RIWAYAT IMUNISASIVaksin Dasar ( umur )
BCG - - -
DPT / PT - - -
Polio - - -
Campak - - -
Hepatitis B - - -
Kesimpulan riwayat imunisasi : Pasien belum diberikan imunisasi
F. RIWAYAT KELUARGAa. Corak Reproduksi
7/29/2019 hiperbilirubinemia case dr daniel.docx
4/22
4
NoTanggal lahir
(umur)
Jenis
kelaminHidup
Lahir
matiAbortus
Mati
(sebab)
Keterangan
kesehatan
1. 5 April 2013 Perempuan + - - - (Pasien)
b. Riwayat Pernikahan
Ayah / Wali Ibu / Wali
Nama Tn. T Ny. E
Perkawinan ke- 1 1
Umur saat menikah 29 tahun 26 tahun
Pendidikan terakhir STM SMP
Agama Islam Islam
Suku bangsa Jawa Jawa
Keadaan kesehatan Sehat Sehat
Kosanguinitas - -
Penyakit, bila ada - -
c. Riwayat Penyakit KeluargaTidak ada keluarga yang pernah menderita penyakit seperti pasien. Tidak ada yang
menderita penyakit kuning, atau penyakit hati pada keluarga pasien
G. RIWAYAT LINGKUNGAN PERUMAHANPasien tinggal bersama ayah, ibu, dan neneknya di sebuah rumah tinggal di perumahan
dengan dua kamar tidur, satu kamar mandi, dapur, beratap genteng, berlantai keramik,
berdinding tembok.
Keadaan rumah cukup luas, pencahayaan baik, ventilasi baik.
Sumber air bersih dari air PAM. Air limbah rumah tangga disalurkan dengan baik dan
pembuangan sampah setiap harinya diangkut oleh petugas kebersihan.
Kesimpulan Keadaan Lingkungan : Cukup baik
II. PEMERIKSAAN FISIK (Tanggal 11 April 2013 jam 12.45 WIB)
A. Status Generalis
7/29/2019 hiperbilirubinemia case dr daniel.docx
5/22
5
Keadaan Umum
Kesan Sakit : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Composmentis
Keadaan lain : anemis (-), ikterik (+), sianosis (-), dyspnoe (-)
Data Antropometri
Berat Badan sekarang : 3400 gr Lingkar Kepala : 32,5 cm
Ballard Score:
NCB-SMK Gestasi 40 minggu
Tanda Vital
Nadi : 134 x / menit, kuat, isi cukup, ekual kanan dan kiri, regular
Tekanan Darah : -
Napas : 32 x / menit, tipe abdomino-torakal, inspirasi : ekspirasi = 1 : 2
Suhu : 36,6 C, axilla (diukur dengan termometer air raksa)
KEPALA :Normocephali, sutura belum menutup
RAMBUT : Rambut hitam, distribusi merata dan tidak mudah dicabut, cukup tebal
WAJAH : Wajah simetris, tidak ada pembengkakan, luka atau jaringan parut
MATA :
Sklera ikterik : +/+ Lagofthalmus : -/-
Konjunctiva anemis : -/- Cekung : -/-
Exophthalmus : -/- Kornea jernih : +/+
Strabismus : -/- Lensa jernih : +/+
Nistagmus : -/- Pupil : bulat, isokor
Refleks cahaya : langsung +/+ , tidak langsung +/+
TELINGA :
Bentuk : normotia Tuli : -/-
Nyeri tarik aurikula : -/- Nyeri tekan tragus : -/-
Liang telinga : lapang Membran timpani : sulit dinilai
Serumen : -/- Refleks cahaya : sulit dinilai
Cairan : -/-
HIDUNG :
7/29/2019 hiperbilirubinemia case dr daniel.docx
6/22
6
Bentuk : simetris Napas cuping hidung : -
Sekret : -/- Deviasi septum : -
Mukosa hiperemis : -/-
BIBIR : Simetris saat diam, mukosa berwarna merah muda, kering (-), sianosis (-)
MULUT : Oral higiene baik, gigi caries (-), trismus (-), mukosa gusi dan pipi : merah muda,
hiperemis (-), ulkus (-), halitosis (-), lidah : normoglosia, ulkus (-), hiperemis (-) massa (-)
TENGGOROKAN : tonsil T1T1 tenang tidak hiperemis, kripta tidak melebar, detritus (-),
faring tidak hiperemis, ulkus (-) massa (-)
LEHER : Bentuk tidak tampak kelainan, tidak tampak pembesaran tiroid maupun KGB,
tidak tampak deviasi trakea, tidak teraba pembesaran tiroid maupun KGB, trakea teraba di
tengah
THORAKS :
Inspeksi :Bentuk thoraks simetris pada saat statis dan dinamis, tidak ada pernapasanyang tertinggal, pernapasan abdomino-torakal, pada sela iga tidak terlihat adanya
retraksi,pembesaran KGB aksila -/- , tidak ditemukan efloresensi pada kulit dinding
dada, ictus cordis tidak terlihat, pulsasi abnormal (-)
Palpasi :tidak terdapat nyeri tekan dan benjolan, gerak napas simetris kanan dan kiri,vocal fremitus sama kuat kanan dan kiri, ictus cordis tidak teraba, denyut kuat
Perkusi : sonor di kedua lapang paru, jantung dalam batas normal Auskultasi :suara napas vesikuler, reguler, ronchi -/-, wheezing -/-,bunyi jantung I-II
reguler, murmur (-), gallop (-)
ABDOMEN :
Inspeksi :bentuk perut buncit, simetris. Tidak terdapat efloresensi. Ikterik (+) Auskultasi: BU (+) 4x/menit, tidak terdengar arterial bruit maupun venous hum Perkusi: timpani pada seluruh lapang abdomen Palpasi: hangat, supel, nyeri tekan (-), hepar lien teraba dalam batas normal ANOGENITALIA :jenis kelamin perempuan, tanda radang (-), ulkus (-), sekret (-),
fissura ani (-)
KGB :
Preaurikuler : tidak teraba membesar
Postaurikuler : tidak teraba membesar
Submandibula : tidak teraba membesar
7/29/2019 hiperbilirubinemia case dr daniel.docx
7/22
7
Supraclavicula : tidak teraba membesar
Axilla : tidak teraba membesar
Inguinal : tidak teraba membesar
ANGGOTA GERAK :
Ekstremitas : akral hangat di keempat ekstremitas
Tangan Kanan Kiri
Tonus otot normotonus normotonus
Sendi aktif aktif
Refleks fisiologis (+) (+)
Refleks patologis (-) (-)
Lain-lain oedem (-) oedem (-)
Kaki Kanan Kiri
Tonus otot normotonus normotonus
Sendi aktif aktif
Refleks fisiologis (+) (+)
Refleks patologis (-) (-)
Lain-lain oedem (-) oedem (-)
KULIT : tampak ikterik (kramer derajat 3), tidak sianosis, turgor kulit baik, lembab,
pengisian kapiler < 3 detik, petechie (-)
TULANG BELAKANG : bentuk normal, tidak terdapat deviasi, benjolan (-), ruam (-)
III. PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Tanggal 11 April 2013
Jenis Pemeriksaan
Golongan darah
Rhesus
Bilirubin total
Bilirubin direk
Bilirubin indirek
Hasil
O
(+)
13,02 mg/dl
0,38 mg/dl
12,64 mg/dl
Nilai Normal
< 7,0 mg/dl
7/29/2019 hiperbilirubinemia case dr daniel.docx
8/22
8
IV. RESUME
Pasien perempuan, usia 7 hari, datang dengan keuhan badan kuning sejak 7 jam SMRS.
Tidak ada keluhan penyerta lain. Pada pemerikasaan fisik didapatkan keadaan umum tampak
sakit sedang serta ikterik. Didapatkan sklera ikterik dan kulit ikterik Kramer derajat 3.
Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan peningkatan pada kadar bilirubin total dan
bilirubin indirek.
V. DIAGNOSIS BANDING
Hiperbilirubinemia indirek ec
Ikterus fisiologis Anemia hemolitik Inkompatibilitas ABO
VI. DIAGNOSIS KERJA
NCB SMK Gestasi 40 minggu
Hiperbilirubinemia indirek ec ikterus fisiologis
VII. PEMERIKSAAN ANJURAN
Bilirubin ulang
Darah rutin
VII. PENATALAKSANAAN
Non Medikamentosa
Blue light therapy
Medikamentosa
(-)
VIII. PROGNOSIS
Ad Vitam : ad bonam
Ad Sanationam : ad bonam
Ad Fungtionam : ad bonam
7/29/2019 hiperbilirubinemia case dr daniel.docx
9/22
9
FOLLOW UP
Tgl S O A P
12/04/013 Kulit
berwarna
kuning
Demam (-)
Muntah (-)
KU: TSS, Ikterik (+)
Kesadaran: CM
N: 130 x/m
RR: 34 x/m
S: 36,5 C
Kepala:
normocephali, sutura
belum menutup
Mata: CA -/-, SI +/+
Hidung: NCH (-)
Mulut: sianosis (-)
Leher: KGB tiroid
TTM
Thorax:
C/ S1 S2 reguler
m (-), g (-)
P/ SN ves,
rh -/-, wh -/-
Abdomen:
Buncit, supel, BU
(+), timpani, turgor
baik
Ekstremitas: Akral
hangat
Lab 12/04/013:
Bilirubin total:
12,69 u/l
Bilirubin direk: 0,37
u/l
NCB-SMK Gestasi
40 minggu
Hiperbilirubinemia
indirek
Usia 8 hari
Blue light therapy
7/29/2019 hiperbilirubinemia case dr daniel.docx
10/22
10
13/04/013 Kulit
berwarna
kuning (-)
Demam (-)
Muntah (-)
KU: TSS, Ikterik (-)
Kesadaran: CM
N: 132 x/m
RR: 32 x/m
S: 36,7 C
Kepala:
normocephali, sutura
belum menutup
Mata: CA -/- SI -/-
Hidung: NCH (-)
Mulut: sianosis (-)
Leher: KGB tiroid
TTM
Thorax:
C/ S1 S2 reguler
m (-), g (-)
P/ SN ves
rh -/-, wh -/-
Abdomen:
Buncit, supel, BU
(+), timpani, turgor
baik
Ekstremitas: Akral
hangat
Lab 13/04/013:
Bilirubin total:
6,55 U/l
Bilirubin direk 0,32
u/l
NCB-SMK Gestasi
40 minggu
Hiperbilirubinemia
indirek
Usia 9 hari
Boleh pulang
7/29/2019 hiperbilirubinemia case dr daniel.docx
11/22
11
TINJAUAN PUSTAKA
IKTERUS
A. PENGERTIAN
Ikterus adalah disklorasi kulit, mukosa membran dan sclera oleh karena peningkatankadar bilirubin dalam serum ( > 2 mg/dL ).
Ikterus adalah menguningnya sclera, kulit atau jaringan lain akibat penimbunanbilirubun dalam tubuh.
Ikterus adalah pewarnaan kuning di kulit, konjungtiva dan mukosa yang terjadi karenameningkatnya kadar bilirubin dalam darah.
Ikterus Fisiologis; Umumnya terjadi pada bayi baru lahir, kadar bilirubin takterkonjugasi pada minggu pertama > 2mg/dL. Pada bayi cukup bulan yang mendapat
susu formula kadar bilirubin akan mencapai puncaknya sekitar 6 - 8 mg/dL pada hari
ke-3 kehidupan dan kemudian akan menurun cepat selama 2 - 3 hari diikuti dengan
penurunan yang lambat sebesar 1 mg/dL selama 1 - 2 minggu. Pada bayi cukup bulan
7/29/2019 hiperbilirubinemia case dr daniel.docx
12/22
12
yang mendapat ASI kadar bilirubin puncak akan mencapai kadar yang lebih tinggi (7 -
14 mg/dL) dan penurunan terjadi lebih lambat. Bisa terjadi dalam waktu 2 4
minggu, bahkan dapat mencapai waktu 6 minggu.1
Ikterus Patologis Ikterus terjadi sebelum umur 24 jam Setiap peningkatan kadar bilirubin serum yang memerlukan fototerapi Peningkatan kadar bilirubin total serum . 0,5 mg/dL/jam. Adanya tanda-tanda penyakit yang mendasari pada setiap bayi (muntah,
letargis, malas menetek, penurunan berat badan yang cepat, apnea, takipnea
atau suhu yang tidak stabil)
Ikterus bertahan setelah 8 hari pada bayi cukup bulan atau setelah 14 hari padakurang bulan.1
B. ETIOLOGI
Hiperbilirubinemia bisa disebabkan proses fisiologis atau patologis atau kombinasi keduanya.
Bayi yang diberikan ASI memiliki kadar bilirubin serum yang lebih tinggi dibandingkan bayi
yang diberikan susu formula. Hal tersebut mungkin disebabkan oleh beberapa faktor, antara
lain: frekuensi menyusui yang tidak adekuat, kehilangan berat badan atau dehidrasi.1,2
a. Ikterus Prahepatik
Karena produksi bilirubin yang meningkat yang terjadi pada hemolisis sel darah merah.
Peningkatan pembentukan bilirubin dapat disebabkan oleh:
Kelainan sel darah merah Infeksi seperti malaria, sepsis Toksin yang berasal dari luar tubuh seperti: obat-obatan, maupun yang berasal
dari dalam tubuh seperti yang terjadi pada reksi transfusi dan eritroblastosis
fetalis.1,2
b. Ikterus Pascahepatik
7/29/2019 hiperbilirubinemia case dr daniel.docx
13/22
13
Bendungan pada saluran empedu akan menyebabkan peninggian bilirubin konjugasi yang
larut dalam air. Akibatnya bilirubin akan mengalami regurgitasi kembali ke dalam sel hati
dan terus memasuki peredaran darah, masuk ke ginjal dan diekskresikan oleh ginjal sehingga
ditemukan bilirubin dalam urin. Sebaliknya karena ada bendungan pengeluaran bilirubin ke
dalam saluran pencernaan berkurang sehingga tinja akan berwarna dempul karena tidak
mengandung sterkobilin.1,2
c. Ikterus Hepatoseluler
Kerusakan sel hati menyebabkan konjugasi bilirubin terganggu sehingga bilirubin direk akan
meningkat dan juga menyebabkan bendungan di dalam hati sehingga bilirubin darah akan
mengadakan regurgitasi ke dalam sel hati yang kemudian menyebabkan peninggian kadar
bilirubin konjugasi di dalam aliran darah. Kerusakan sel hati terjadi pada keadaan: hepatitis,
sirosis hepatis, tumor, dan bahan kimia.1,2
C. PATOFISIOLOGI
Pembentukan Bilirubin
Bilirubin adalah pigmen kristal berwarna jingga ikterus yang merupakan bentuk akhir dari
pemecahan katabolisme heme melalui proses reaksi oksidasi-reduksi. Langkah oksidasi yang
pertama adalah biliverdin yang dibentuk dari heme dengan bantuan enzim heme oksigenase
yaitu suatu enzim yang sebagian besar terdapat dalam sel hati, dan organ lain. Pada reaksi
tersebut juga terdapat besi yang digunakan kembali untuk pembentukan haemoglobin dan
karbon monoksida yang diekskresikan ke dalam paru. Biliverdin kemudian akan direduksi
menjadi bilirubin oleh enzim biliverdin reduktase. Biliverdin bersifat larut dalam air dan
secara cepat akan dirubah menjadi bilirubin melalui reaksi bilirubin reduktase. Berbeda
dengan biliverdin, bilirubin bersifat lipofilik dan terikat dengan hydrogen serta pada pH
normal bersifat tidak larut. Jika tubuh akan mengekskresikan, diperlukan mekanisme transpor
dan eliminasi bilirubin.1,2
7/29/2019 hiperbilirubinemia case dr daniel.docx
14/22
14
(Gambar 1. Mekanisme pembentukan bilirubin1)
Transportasi Bilirubin
Pembentukan bilirubin yang terjadi di sistem retikulo endothelial, selanjutnya dilepaskan ke
sirkulasi yang akan berikatan dengan albumin. Bayi baru lahir mempunyai kapasitas ikatan
plasma yang rendah terhadap bilirubin karena konsentrasi albumin yang rendah dan kapasitas
ikatan molar yang kurang. Bilirubin yang terikat pada albumin serum ini merupakan zat non
polar dan tidak larut dalam air dan kemudian akan di transpor ke dalam sel hepar. Bilirubin
yang terikat dengan albumin tidak dapat memasuki susunan syaraf pusat dan bersifat
nontoksik. Selain itu albumin juga mempunyai afinitas yang tinggi terhadap obat-obatan yang
bersifat asam seperti penicillin dan sulfonamide. Obat-obat tersebut akan menempati tempat
utama perlekatan albumin untuk bilirubin sehingga bersifat kompetitor serta dapat pula
melepaskan ikatan bilirubin dengan albumin.1,2
Obat-obat yang dapat melepaskan ikatan bilirubin dengan albumin:
Analgetik, antipiretik (Natrium salisilat, fenilbutazon)
7/29/2019 hiperbilirubinemia case dr daniel.docx
15/22
15
Antiseptik, desinfektan (metal, isopropyl) Antibiotik dengan kandungan sulfa (Sulfadiazin, sulfamethizole, sulfamoxazole) Penicilin (propicilin, cloxacillin)
Lain-lain (novabiosin, triptophan, asam mendelik, kontras X-ray)
Bilirubin dalam serum terdapat dalam 4 bentuk yang berbeda, yaitu:
Bilirubin tak terkonjugasi yang terikat dengan albumin dan membentuk sebagianbesar bilirubin tak terkonjugasi dalam serum.
Bilirubin bebas Bilirubin terkonjugasi yaitu bilirubin yang siap diekskresikan melalui ginjal. Bilirubin terkonjugasi yang terikat denga albumin serum.
Asupan Bilirubin
Pada saat kompleks bilirubin-albumin mencapai membran plasma hepatosit, albumin terikat
ke reseptor permukaan sel. Kemudian bilirubin, di transfer melaluisel membran yang
berikatan dengan ligandin (protein y), mungkin juga dengan protein ikatan sitosilik lainnya.1,2
Konjugasi Bilirubin
Bilirubin tak terkonjugasi dikonversikan ke bentuk bilirubin konjugasi yang larut dalam air di
retikulum endoplasma dengan bantuan enzim uridine diphospateglukuronosyl transferase
(UDPG-T). Katalisa oleh enzim ini akan merubah formasi menjadi bilirubin
monoglukoronida yang selanjutnya akan dikonjugasi menjadi bilirubin diglukoronida.
Bilirubin ini kemudian diekskresikan ke dalam kanalikulus empedu. Sedangkan satu molekul
bilirubin tak terkonjugasi akan kembali ke retikulum endoplasma untuk rekonjugasi
berikutnya.1,2
Ekskresi Bilirubin
Setelah mengalami proses konjugasi, bilirubin akan diekskresikan ke dalam kandung
empedu, kemudian memasuki saluran cerna dan diekskresikan melalui feses. Setelah berada
dalam usus halus bilirubin yang terkonjugasi tidak langsung dapat direabsorpsi, kecuali jika
dikonversikan kembali menjadi bentuk tidak terkonjugasi oleh enzim beta-glukoronidase
7/29/2019 hiperbilirubinemia case dr daniel.docx
16/22
16
yang terdapat dalam usus. Resorbsi kembali bilirubin dari saluran cerna dan kembali ke hati
untuk dikonjugasi kembali disebut sirkulasi enterohepatik.1,2
D. KLASIFIKASI KRAMER
Derajat I : Daerah kepala dan leher, perkiraan kadar bilirubin 5,0 mg%. Derajat II : Sampai badan atas, perkiraan kadar bilirubin 9,0 mg%. Derajat III : Sampai badan bawah hingga tungkai, bilirubin 11,4 mg%. Derajat IV : Sampai daerah lengan, kaki bawah lutut, 12,4 mg%. Derajat V : Sampai daerah telapak tangan dan kaki, 16,0 mg%.
(Gambar 2. Pembagian hiperbilirubinemia menurut Kramer3)
Bilirubin Ensefalopati dan kernikterus
Istilah bilirubin ensefalopati lebih menunjukkan kepada manifestasi klinis yang mungkin
timbul akibat efek toksis bilirubin pada sistem syaraf pusat yaitu basal ganglia dan pada
berbagai nuklei batang otak. Sedangkan istilah kernikterus adalah perubahan neuropatologi
yang ditandai oleh deposisi pigmen bilirubin pada beberapa daerah di otak terutama di
ganglia basalis, pons, dan serebelum.1
Manifestasi klinis akut bilirubin ensefalopati:
Pada fase awal, bayi dengan ikterus berat akan tampak letargi, hipotonik, dan reflekhisap buruk.
7/29/2019 hiperbilirubinemia case dr daniel.docx
17/22
17
Pada fase intermediat, moderatestupor, iritabilitas dan hipertoni. Selanjutnya bayi akan demam, high-pitchedcry, kemudian akan menjadi drowsiness
dan hipotoni.
Manifestasi klinis kern ikterus:
Pada tahap yang kronis bilirubin ensefalopati, bayi yang bertahan hidup, akanberkembang menjadi bentuk athetoid cerebral palsy yang berat, gangguan
pendengaran, displasia dental-enamel,paralysisupwardgaze.1,2
E. MANAJEMEN
1. Strategi Pencegahan
a. Pencegahan Primer
Menganjurkan ibu untuk menyusui bayinya paling sedikit 8 - 12 kali/ hari untukbeberapa hari pertama.
Tidak memberikan cairan tambahan rutin seperti dekstrosa atau air pada bayi yangmendapat ASI dan tidak mengalami dehidrasi.
b. Pencegahan Sekunder
Semua wanita hamil harus diperiksa golongan darah ABO dan rhesus sertapenyaringan serum untuk antibodi isoimun yang tidak biasa.
Harus memastikan bahwa semua bayi secara rutin di monitor terhadap timbulnyaikterus dan menetapkan protokol terhadap penilaian ikterus yang harus dinilai saat
memeriksa tanda-tanda vital bayi, tetapi tidak kurang dari setiap 8 - 12 jam.1-3
2. Penggunaan Farmakoterapi
a. Imunoglobulin intravena telah digunakan pada bayi-bayi dengan rhesus yang beratdan inkompatibilitas ABO untuk menekan hemolisis isoimun dan menurunkan
tindakan transfusi tukar.
b. Fenobarbital merangsang aktivitas dan konsentrasi UDPG-T dan ligandin serta dapatmeningkatkan jumlah tempat ikatan bilirubin.
7/29/2019 hiperbilirubinemia case dr daniel.docx
18/22
18
c. Metalloprotoporphyrin adalah analog sintesis heme.d. Tin-Protoporphyrin (Sn-Pp) dan Tin-Mesoporphyrin (Sn-Mp) dapat menurunkan
kadar bilirubin serum.
e. Pemberian inhibitor b-glukuronidasi seperti asam L-aspartik dan kasein hidrolisatdalam jumlah kecil (5 ml/dosis 6 kali/hari) pada bayi sehat cukup bulan yang
mendapat ASI dan meningkatkan pengeluaran bilirubin feses dan ikterus menjadi
berkurang dibandingkan dengan bayi kontrol.1-3
3. Fototerapi
Terapi sinar dilakukan berdasarkan kadar bilirubin, usia gestasi (kehamilan) saat bayi lahir,
usia bayi saat jaundice dinilai, dan faktor risiko lain yang dimiliki bayi yang dapat dilihat
pada tabel berikut:2,4
(Tabel 1: Panduan foto terapi pada bayi usia kehamilan 35 minggu
2
)
Gunakan bilirubin total. Faktor risiko: penyakit hemolitik isoimun, defisiensi G6PD, asfiksia, letargi,
instabilitas suhu, sepsis, asidosis, atau albumin
7/29/2019 hiperbilirubinemia case dr daniel.docx
19/22
19
Pada bayi sehat UG 35-37 6/7 minggu dapat menggunakan kadar bilirubin serumtotal (BST) untuk intervensi pada garis risiko menengah. Dapat dipilih untuk
intervensi pada kadar BST lebih rendah untuk bayi UG sekitar 35 minggu dan kadar
BST yang lebih tinggi pada UG sekitar 37 6/7 minggu.
Dapat dipertimbangkan untuk menggunakan fototerapi konvensional di rumah sakitatau di rumah bila kadar BST 2-3 mg/dL (35-50 mmol/L) di bawah grafik tersebut
tetapi fototerapi di rumah tidak dapat dilakukan pada bayi dengan faktor risiko.4
Pada bayi yang menerima ASI yang harus menjalani terapi cahaya, pemberian ASI
dianjurkan untuk tetap dilakukan. Selama terapi cahaya, beberapa hal ini perlu diperhatikan:1-
3
Pemberian ASI atau susu formula setiap 2 - 3 jam Jika TSB >25 mg/dL, ulangi pengukuran dalam 2 - 3 jam Jika TSB 20 - 25 mg/dL, ulangi pengukuran dalam 3 - 4 jam Jika TSB terus menurun, ulangi pengukuran dalam 8 - 12 jam Jika TSB tidak menurun atau meningkat menuju batas perlunya exchange transfusion, pertimbangkan exchangetransfusion
Dalam perawatan bayi dengan terapi sinar, yang perlu diperhatikan:1-3
1. Diusahakan bagian tubuh bayi yang terkena sinar dapat seluas mungkin denganmembuka pakaian bayi.
2. Kedua mata dan kemaluan harus ditutup dengan penutup yang dapat memantulkancahaya agar tidak membahayakan retina mata dan sel reproduksi bayi.
3. Bayi diletakkan 8 inci di bawah sinar lampu. Jarak ini dianggap jarak yang terbaikuntuk mendapatkan energi yang optimal.
4. Posisi bayi sebaiknya diubah-ubah setiap 18 jam agar bagian tubuh bayi yang terkenacahaya dapat menyeluruh.
5. Suhu bayi diukur secara berkala setiap 4 - 6 jam.6. Kadar bilirubin bayi diukur sekurang-kurangnya tiap 24 jam.7. Hemoglobin harus diperiksa secara berkala terutama pada bayi dengan hemolisis.8. Perhatikan kecukupan cairan tubuh bayi. Bila perlu konsumsi cairan bayi dinaikkan.
7/29/2019 hiperbilirubinemia case dr daniel.docx
20/22
20
Kelainan yang mungkin timbul karena terapi sinar antara lain:1-3
1. Peningkatan kehilangan cairan tubuh bayi. Karena itu pemberian cairan harusdiperhatikan dengan sebaik-baiknya. Bila bayi bisa minum ASI, sesering mungkin
berikan ASI.
2. Frekwensi buang air besar meningkat karena hiperperistaltik (gerakan usus yangmeningkat).
3. Timbul kelainan kulit yang bersifat sementara pada muka, badan, dan alat gerak.4. Kenaikan suhu tubuh.5. Kadang pada beberapa bayi ditemukan gangguan minum, rewel, yang hanya bersifat
sementara.
4. Tranfusi Tukar
Transfusi tukar adalah suatu tindakan pengambilan sejumlah kecil darah yang dilanjutkan
dengan pengembalian darah dari donor dalam jumlah yang sama yang dilakukan berulang-
ulang sampai sebagian besar darah penderita tertukar (Friel, 1982). Pada hiperbilirubinemia,
tindakan ini bertujuan mencegah terjadinya ensefalopati bilirubin dengan cara mengeluarkan
bilirubin indirek dari sirkulasi. Pada bayi dengan isoimunisasi, transfusi tukar memiliki
manfaat tambahan, karena membantu mengeluarkan antibodi maternal dari sirkulasi bayi
sehingga mencegah hemolisis lebih lanjut dan memperbaiki anemia.3
Darah Donor Untuk Tranfusi Tukar:1-3
1. Darah yang digunakan golongan O.2. Gunakan darah baru. Kerjasama dengan dokter kandungan dan Bank Darah adalah
penting untuk persiapan kelahiran bayi yang membutuhkan tranfusi tukar.
3. Pada penyakit hemolitik rhesus, jika darah disiapkan sebelum persalinan, harusgolongan O dengan rhesus (-), crossmatchedterhadap ibu. Bila darah disiapkan setelah
kelahiran, dilakukan juga crossmatchedterhadap bayi.
4. Pada inkompatibilitas ABO, darah donor harus golongan O, rhesus (-) atau rhesus yangsama dengan ibu dan bayinya. Crossmatched terhadap ibu dan bayi yang mempunyai
titer rendah antibodi anti A dan anti B. Biasanya menggunakan eritrosit golongan O
dengan plasma AB, untuk memastikan bahwa tidak ada antibodi anti A dan anti B yang
muncul.
7/29/2019 hiperbilirubinemia case dr daniel.docx
21/22
21
5. Pada penyakit hemolitik isoimun yang lain, darah donor tidak boleh berisi antigentersensitisasi dan harus di-crossmatchedterhadap ibu.
6. Pada hiperbilirubinemia yang nonimun, darah donor ditiping dan crossmatchedterhadap plasma dan eritrosit pasien/bayi.
7. Tranfusi tukar biasanya memakai 2 kali volume darah (2 volume exchange) - 160mL/kgBB, sehingga diperoleh darah baru sekitar 87%.
7/29/2019 hiperbilirubinemia case dr daniel.docx
22/22
22
DAFTAR PUSTAKA
1. Kliegman, Behrman et al. Nelson Textbook of Pediatrics.18th ed. USA: El SevierSaunders, 2004. hal. 756-65
2. Maisels MJ, Mc Donagh AF : Phototherapy for Neonatal Jaundice, N Eng J Med,2008. hal. 920-928
3. Lissauer, Clayden. Illustrated Textbook of Paediatrics. 3rd ed.England : Mosby ElSevier, 2007. hal 673-87
4. Kosim MS, Yunanto A, Dewi R, Sarosa GI, Usman A. Buku Ajar Neonatologi edisipertama. Jakarta: IDAI, 2012. hal.147-69
Recommended