31
Medic conservation in Indonesian Dugongs: A physiologycal and pathological perspecties (Lessons learned from Dul and Diana at Seaworld Indonesia, Jakarta) Suprayogi, A 1 ; Sudranto R 2 ; Wisnugrahani D 2 ; Sumitro 2 ; Darusman HS 1 ; Noviana D 1 1 Faculty of Veterinary Medicine, Bogor Agricultural University, Bogor, Indonesia 2 PT Sea World Indonesia, Jakarta, Indonesia

Medic conservation in indonesian dugongs. a physiologycal and pathological perspecties

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Medic conservation in indonesian dugongs. a physiologycal and pathological perspecties

Medic conservation in Indonesian Dugongs:

A physiologycal and pathological perspecties (Lessons learned from

Dul and Diana at Seaworld Indonesia, Jakarta)

Suprayogi, A1; Sudranto R2; Wisnugrahani D2; Sumitro2; Darusman HS1; Noviana D1

1 Faculty of Veterinary Medicine, Bogor Agricultural University, Bogor, Indonesia2 PT Sea World Indonesia, Jakarta, Indonesia

Page 2: Medic conservation in indonesian dugongs. a physiologycal and pathological perspecties

Deni Noviana

Afiliation : Professor,Division of Surgery and RadiologyDepartement of Clinic, Reproduction and PathologyFaculty of Veterinary Medicine, Bogor Agricultural University (IPB), Indonesia

Director,Veterinary Teaching HospitalFaculty of Veterinary Medicine, Bogor Agricultural UniversityJalan Agatis Kampus Dramaga

Education SKH and DVM at FVM IPBPhD at Yamaguchi University and University of Miyazaki

Website : http://deni.staff.ipb.ac.id/Email : [email protected], [email protected]

Page 3: Medic conservation in indonesian dugongs. a physiologycal and pathological perspecties

OUTLINEPendahuluan

Morfologi dan Anatomi

Sistem Organ Tubuh

Fisiologi dan Patologi

Page 4: Medic conservation in indonesian dugongs. a physiologycal and pathological perspecties

PENDAHULUANSatu-satunya mamalia laut yang bersifat herbivora

Memakan rumput laut yang mengandung kadar garam tinggi, tidak ada akses air segar

Jarang dipelihara di penangkaran dan sedikit studi yang mempelajari fisiologisnya

Page 5: Medic conservation in indonesian dugongs. a physiologycal and pathological perspecties

MORFOLOGI DAN ANATOMI

Pada bagian dorsal, dugong berwarna abu-abu hingga perunggu, menjadi lebih terang pada bagian ventral

Lubang hidung terletak di antero-dorsal (tertutup dengan katup saat menyelam)

Page 6: Medic conservation in indonesian dugongs. a physiologycal and pathological perspecties

MORFOLOGI DAN ANATOMI

Mulutnya yang tipis dan lebar terbuka di bagian ventral kepala

Tidak memiliki alat pendengaran bagian luar

Seluruh permukaan tubuh tertutupi oleh rambut

Page 7: Medic conservation in indonesian dugongs. a physiologycal and pathological perspecties

MORFOLOGI DAN ANTOMI

Panjang sirip diperkirakan 15% dari panjang tubuhnya

Ekor besar berbentuk segitiga yang melebar secara horizontal bekerja secara vertikal dengan tekanan yang kuat

Page 8: Medic conservation in indonesian dugongs. a physiologycal and pathological perspecties

MORFOLOGI DAN ANATOMI

Page 9: Medic conservation in indonesian dugongs. a physiologycal and pathological perspecties

• Dentition

Jantan dewasa terdapat taring yang berfungsi

untuk mempertahanka

n diri

Selama hidup, dugong memiliki

6 pasang gigi pada rahang

bawahnya (mandibular)

Dua pasang gigi incisor atas pada dugong anakan

Page 10: Medic conservation in indonesian dugongs. a physiologycal and pathological perspecties

• Bagaimana teknik untuk melihat gigi (dental) dan rongga mulut dugong ?

Page 11: Medic conservation in indonesian dugongs. a physiologycal and pathological perspecties

• Teknik diagnosis radiografi dengan digital portable radiografi untuk melihat struktur gigi dan rongga mulut

Page 12: Medic conservation in indonesian dugongs. a physiologycal and pathological perspecties

Ukuran bayi dugong pada saat lahir sekitar 1 m dengan berat ±20kg

Dugong terbesar ditemukan dengan ukuran 1016 Kg dengan panjang 4.06m

Betina dewasa memiliki axillary mammae yang tumbuh sempurna

Umur 60- 70 tahun,Berat rataan 420 kg, Dewasa kelamin 10

thn, kehamilan 13-14 months

Pertumbuhan dan Ukuran

Page 13: Medic conservation in indonesian dugongs. a physiologycal and pathological perspecties

PENCERNAAN (Lambung, Usus)

Satu-satunya mamalia laut yang bersifat herbivora, memakan tanaman laut yang lembut (phanerogams) dan alga laut

Terdapat defleksi pada rostral dan mandibular dari palatum sehingga mulut dugong hampir terbuka di bagian ventral sehingga dugong termasuk obligate bottom feeder

Memiliki hind gut besar dan kolon akan microflora: untuk memfermentasikan serat dalam pakan

Page 14: Medic conservation in indonesian dugongs. a physiologycal and pathological perspecties

• Bagaimana teknik untuk melihat saluran pencernaan: lambung, usus dugong ?

Page 15: Medic conservation in indonesian dugongs. a physiologycal and pathological perspecties

• Teknik diagnosis radiografi abdomen dugong

Page 16: Medic conservation in indonesian dugongs. a physiologycal and pathological perspecties

• Teknik diagnosis ultrasonografi (USG) abdomen dugong: lambung dan usus

Page 17: Medic conservation in indonesian dugongs. a physiologycal and pathological perspecties

Kegiatan monitoring rutin pertumbuhan dan pemberian vitamin

Page 18: Medic conservation in indonesian dugongs. a physiologycal and pathological perspecties

REPRODUKSI

Testis terletak di abdominal

Tidak memiliki os penis, kelenjar bulbourethralis, dan prostat

Saat ereksi, penis keluar melalui preputium yang terletak di antara anus dan umbilikal

JantanOvarium terletak didalam kantung peritoneal

Vagina hingga cervix uteri dilapisi oleh material yang mengandung keratin

Bayi dugong menyusu selama beberapa bulan

Betina

Page 19: Medic conservation in indonesian dugongs. a physiologycal and pathological perspecties

• Teknik diagnosis ultrasonografi (USG) abdomen dugong: sistem reproduksi betina

Page 20: Medic conservation in indonesian dugongs. a physiologycal and pathological perspecties

RESPIRASIDugong sangat sensitif dengan suhu yang rendah

Dugong memiliki kapasitas oksigen pada darah yang rendah

Dugong dapat menyelam dengan kecepetan 12 knot selama 3 menit

Dugong memiliki paru-paru yang memanjang ke arah posterior

Terdapat diafragma yang memisahkan antara paru-paru dengan organ visceral di abdomen

Page 21: Medic conservation in indonesian dugongs. a physiologycal and pathological perspecties

• Teknik diagnosis radiografi thoraks dugong: sistem respirasi (paru-paru)

Page 22: Medic conservation in indonesian dugongs. a physiologycal and pathological perspecties

SISTEM SIRKULASI

• Dugong memiliki struktur jantung yang sama dengan manusia: terdiri dari 2 ventrikel dan 2 atrium

• Konduksi listrik jantung diawali dari sino atrial (SA) node

• Dugong memiliki lapisan lemak (The blubber) lebih tipis dibandingkan dengan mamalia laut lainnya

http://www.lausd.k12.ca.us/Figueroa_EL/images/Survival/Blubber.gif

Page 23: Medic conservation in indonesian dugongs. a physiologycal and pathological perspecties

• Bagaimana teknik diagnosis untuk melihat kelainan anatomi atau kelainan konduksi listrik

jantung dugong?

Page 24: Medic conservation in indonesian dugongs. a physiologycal and pathological perspecties

• Teknik diagnosis ultrasonografi (USG) untuk melihat kelainan anatomi, morfologi serta fungsi jantung dugong

Page 25: Medic conservation in indonesian dugongs. a physiologycal and pathological perspecties

• Teknik diagnosis elektrokardiografi (EKG) untuk melihat kelainan ritme jantung dugong (Respirasi, Detak jantung, EKG, dan Suhu tubuh)

Parameter Fisiologis dan Lingkungan

Nilai Normal

Dugong Anjing*

Heart Rate (pulse/min) 45,73 + 4,10 100 - 130

Respiration (inspiration/min) 10,11 + 3,44 22

Body Temp (oC) 31,42 + 0,41 38,9 + 0,5

Water ambient Temp (oC) 28,73 + 0,69

Air ambient Temp (oC) 30,34 + 0,74 -

Page 26: Medic conservation in indonesian dugongs. a physiologycal and pathological perspecties

SISTEM SARAF (TENGKORAK)• Dugong memiliki ukuran otak yang relatif kecil (282 gram pada betina dewasa

dengan berat 300 kg) yang dilindungi oleh tengkorak• Pada dugong lobus floccular (Cerebelum) berkembang dengan baik, hal ini

berguna untuk membantu aktivitas berenang dan keseimbangan• Dugong memiliki pendengaran yang baik tetapi penglihatannya buruk

Otaria flavescens (a); cetacean, Tursiops tmncatus (b); and sirenian, Dugong dugon (c)

brain, dorsal viewshttp://what-when-how.com/marine-mammals/intelligence-and-cognition-marine-mammals/

Page 27: Medic conservation in indonesian dugongs. a physiologycal and pathological perspecties

• Teknik diagnosis radiografi dengan digital portable radiografi untuk melihat regio kepala

Page 28: Medic conservation in indonesian dugongs. a physiologycal and pathological perspecties

PERILAKU SOSIAL

• Sulitnya melakukan observasi terhadap dugong karena populasi yang sedikit, menyebabkan sedikitnya gambaran perilaku dugong

• Dugong merupakan hewan sosial yang cenderung membentuk dan menjaga kawanan atau kelompoknya

• Dugong berinteraksi dengan lainnya menggunakan siulan dengan frekuensi sekitar 2-8 kHz

http://adaptationsofmarinemammals.weebly.com

Page 29: Medic conservation in indonesian dugongs. a physiologycal and pathological perspecties

Lesson LearnedCaptive menyebabkan tingkat stres yang cukup tinggi terdapat dugong :

menyebabkan gangguan fungsi fisiologis

Untuk mengurangi kepunahan dan tingkat stress, teknik non-invasive dapat digunakan dalam mengumpulkan data fisiologis

Radiografi, Ultrasonografi, Elektrokardiografi dan laboratory (stools/feses) digunakan pada dugong karena fungsinya yang real time, bersifat non-

invasive dan dapat mendiagnosa berbagai kelainan penyakit dalam

Kerjasama tim dan network sangat penting

Page 30: Medic conservation in indonesian dugongs. a physiologycal and pathological perspecties

AcknowledgementsFaculty of Veterinary Medicine, Bogor Agricultural University (IPB), Bogor

Veterinary Teaching Hospital, Faculty of Veterinary Medicine IPB

PT. Sea World Indonesia, Ancol, Jakarta

Curatorial Department, diving & animal technician team of PT Sea World Indonesia

Students & other persons which devoted their time, energy & thought

Drh Sumitro (almarhum), our father in aquatic mammals

Page 31: Medic conservation in indonesian dugongs. a physiologycal and pathological perspecties

Terima Kasih