12
171 Kepuasan Interaksi Sosial Lansia dengan Tipe Kepribadian Volume 3, Nomor 2 Versi online / URL: KEPUASAN INTERAKSI SOSIAL LANSIA DENGAN TIPE KEPRIBADIAN Satisfaction of Social Interaction On The Old Age With Personality Type Mokhtar Jamil Program Studi Keperawatan FIKES Universitas Muhammadiyah Malang Jl. Bendungan Sutami 188 A e-mail: [email protected] ABSTRAK Peningkatan jumlah Lansia yang signifikan terjadi di seluruh dunia namun peningkatan ini tidak diimbangi dengan kemampuan keluarga dalam memberikan perhatian dan kesejahteraan. Lansia yang tinggal di panti terancam perhatian dan kesejahteraannya meliputi perhatian komunikasi, kesehatan, transportasi dan juga rekreasi. Interaksi sosial merupakan sarana Lansia untuk mengaktualisasikan dirinya. Faktor yang dapat mempengaruhi kepuasan interaksi sosial terdiri dari faktor eksternal dan faktor internal yang dipengaruhi oleh tipe kepribadian seseorang. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara tipe kepribadian dengan kepuasan interaksi sosial Lansia di panti wredha Tresno Mukti Turen-Malang. Desain penelitian yang digunakan adalah studi korelasional dengan pendekatan cross sectional. Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah Lansia penghuni panti wredha Tresno Mukti Turen-Malang yang berjumlah 38 orang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 55% responden termasuk kedalam tipe kepribadian introvert dengan 16 responden tingkat kepuasan interaksi sosialnya rendah dan 5 responden pada tingkat sedang. Sedangkan 45% responden bertipe kepribadian ekstrovert dengan 6 responden tingkat kepuasan interaksi sosialnya rendah dan 11 responden pada tingkat sedang. Pengujian hipotesa menggunakan uji Chi-Square pada tingkat kepercayaan 95% (± = 0,05). Dari hasil uji tersebut didapatkan besar nilai nilai P-value = 0,011 (P-value < ±) dan nilai R square sebesar 50,8% sehingga kesimpulan yang didapatkan adalah terdapat hubungan yang bermakna antara tipe kepribadian dengan kepuasan interaksi sosial Lansia di panti wredha Tresno Mukti Turen Malang dan peranan tipe kepribadian terhadap kepuasan interaksi sosial sebesar 50,8% sedangkan sisanya dari faktor lain. Berdasarkan hasil penelitian ini, disarankan kepada pihak pengurus panti memberikan program kegiatan sesuai dengan tipe kepribadian Lansia agar kepuasan interaksi sosial dapat tercapai secara optimal. Kata Kunci: Introvert, Ekstrovert, Interaksi Sosial, Lanjut Usia ABSTRACT The significancy raising number of old age is happened in whole world but it doesn’t equal with the ability of family to give attention and prosperous to them. The attention and prosperous of old age who lives in old-folks home are threathened like communication, healthy, transportation and also recreation. Social interaction is the way used by the old-ages to actualize their live. The factor influence it consist of external and internal which is influenced by personality type.The aim from this reseach is knowing the relationship between personality type with satisfaction of social interaction on the Old Age of Old-folks home Tresno Mukti Turen Malang. Research design used in this research is comparative study with cross sectional approach. Sample taken in this research were 38 old age of old-folk home Tresno Mukti Turen Malang. Result of this research indicate that 55% respondent were introvert with 16 respondent have low satisfaction in their social interaction and 5 respondent have medium satisfaction. While 45% respondent were ekstrovert with 6 respondent in low level satisfaction in their social interaction and 11 respondent have moderate satisfaction. Hypothesize test was conducted by using Chi-Square test at 95% level of confidence (± = 0,05), resulted P-Value = 0,011 (P-Value < ±) and R square = 50,8%, so it can be concluded that there is significant relationship between personality type with satisfaction of social interaction on the old-age of old-folks homeTresno Mukti Turen Malang while the role of personality type in satisfaction of social interaction is 50,8% and 49,2% is from other factors. According to the result of this research, it’s suggested to the old-folks home management give activity programs based on old-age’s personality type in order to reach optimal satisfaction of social interaction.

KEPUASAN INTERAKSI SOSIAL LANSIA DENGAN TIPE KEPRIBADIAN

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: KEPUASAN INTERAKSI SOSIAL LANSIA DENGAN TIPE KEPRIBADIAN

171Kepuasan Interaksi Sosial Lansia dengan Tipe Kepribadian

Volume 3, Nomor 2 Versi online / URL:

KEPUASAN INTERAKSI SOSIAL LANSIA DENGAN TIPE KEPRIBADIAN

Satisfaction of Social Interaction On The Old Age With Personality Type

Mokhtar Jamil

Program Studi Keperawatan FIKES Universitas Muhammadiyah MalangJl. Bendungan Sutami 188 A

e-mail: [email protected]

ABSTRAK

Peningkatan jumlah Lansia yang signifikan terjadi di seluruh dunia namun peningkatan ini tidakdiimbangi dengan kemampuan keluarga dalam memberikan perhatian dan kesejahteraan. Lansia yang tinggaldi panti terancam perhatian dan kesejahteraannya meliputi perhatian komunikasi, kesehatan, transportasidan juga rekreasi. Interaksi sosial merupakan sarana Lansia untuk mengaktualisasikan dirinya. Faktor yangdapat mempengaruhi kepuasan interaksi sosial terdiri dari faktor eksternal dan faktor internal yang dipengaruhioleh tipe kepribadian seseorang. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara tipekepribadian dengan kepuasan interaksi sosial Lansia di panti wredha Tresno Mukti Turen-Malang. Desainpenelitian yang digunakan adalah studi korelasional dengan pendekatan cross sectional. Sampel yangdiambil dalam penelitian ini adalah Lansia penghuni panti wredha Tresno Mukti Turen-Malang yang berjumlah38 orang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 55% responden termasuk kedalam tipe kepribadian introvertdengan 16 responden tingkat kepuasan interaksi sosialnya rendah dan 5 responden pada tingkat sedang.Sedangkan 45% responden bertipe kepribadian ekstrovert dengan 6 responden tingkat kepuasan interaksisosialnya rendah dan 11 responden pada tingkat sedang. Pengujian hipotesa menggunakan uji Chi-Squarepada tingkat kepercayaan 95% (± = 0,05). Dari hasil uji tersebut didapatkan besar nilai nilai P-value = 0,011(P-value < ±) dan nilai R square sebesar 50,8% sehingga kesimpulan yang didapatkan adalah terdapathubungan yang bermakna antara tipe kepribadian dengan kepuasan interaksi sosial Lansia di panti wredhaTresno Mukti Turen Malang dan peranan tipe kepribadian terhadap kepuasan interaksi sosial sebesar50,8% sedangkan sisanya dari faktor lain. Berdasarkan hasil penelitian ini, disarankan kepada pihak penguruspanti memberikan program kegiatan sesuai dengan tipe kepribadian Lansia agar kepuasan interaksi sosialdapat tercapai secara optimal.

Kata Kunci: Introvert, Ekstrovert, Interaksi Sosial, Lanjut Usia

ABSTRACT

The significancy raising number of old age is happened in whole world but it doesn’t equal with theability of family to give attention and prosperous to them. The attention and prosperous of old age wholives in old-folks home are threathened like communication, healthy, transportation and also recreation.Social interaction is the way used by the old-ages to actualize their live. The factor influence it consist ofexternal and internal which is influenced by personality type.The aim from this reseach is knowing therelationship between personality type with satisfaction of social interaction on the Old Age of Old-folkshome Tresno Mukti Turen Malang. Research design used in this research is comparative study with crosssectional approach. Sample taken in this research were 38 old age of old-folk home Tresno Mukti TurenMalang. Result of this research indicate that 55% respondent were introvert with 16 respondent have lowsatisfaction in their social interaction and 5 respondent have medium satisfaction. While 45% respondentwere ekstrovert with 6 respondent in low level satisfaction in their social interaction and 11 respondenthave moderate satisfaction. Hypothesize test was conducted by using Chi-Square test at 95% level ofconfidence (± = 0,05), resulted P-Value = 0,011 (P-Value < ±) and R square = 50,8%, so it can beconcluded that there is significant relationship between personality type with satisfaction of socialinteraction on the old-age of old-folks homeTresno Mukti Turen Malang while the role of personality typein satisfaction of social interaction is 50,8% and 49,2% is from other factors. According to the result ofthis research, it’s suggested to the old-folks home management give activity programs based on old-age’spersonality type in order to reach optimal satisfaction of social interaction.

Page 2: KEPUASAN INTERAKSI SOSIAL LANSIA DENGAN TIPE KEPRIBADIAN

172 Juli 2012: 171 - 182

Mokhtar Jamil JURNAL KEPERAWATAN, ISSN 2086-3071

Key Words : Introvert, Extrovert, Social Interaction, Old-age

LATAR BELAKANG

Harapan hidup penduduk Indonesiarata-rata mengalami peningkatan dari tahunke tahun. Data yang diperoleh dari Biro PusatStatistik pada tahun 2005, usia harapan hidupdi Indonesia adalah 64,5 tahun dan jumlahLansia tercatat sebanyak 14.437.967 orang(Subagyo, 2007). Menurut data DepartemenKesehatan (DepKes) jumlah pendudukLansia pada tahun 2006 sebesar kurang lebih19 juta, usia harapan hidup 66,2 tahun, padatahun 2010 diperkirakan sebesar 23,9 juta(9,77%), usia harapan hidupnya meningkatmenjadi 67,4 tahun. Sedangkan menurut datademografi internasional dari Bureau of theCensus USA, menyebutkan kenaikan jumlahlansia Indonesia antara tahun 1990-2025mencapai 414 persen, tertinggi di dunia.Kenaikan pesat itu terkait dengan usia harapanhidup penduduk Indonesia (Darmojo, 1993).Dengan meningkatnya usia harapan hidup,maka jumlah Lansia pun akan mengalamipeningkatan.

Peningkatan jumlah Lansia yangsignifikan ini tidak diimbangi dengankemampuan keluarga dalam memberikanperhatian dan kesejahteraan. MenurutRomziah (2002) Lansia yang terancamperhatian dan kesejahteraannya meliputiperhatian komunikasi, kesehatan, transportasi,rekreasi dan juga agama padahal poin-poindiatas merupakan hal penting yang menunjangkesejahteraan dan juga perkembangan jiwaLansia di masa tuanya. Senada denganRomziah, Suharmiati (2003) juga mengatakanbahwa kualitas hidup merupakan indikatorpenting untuk menilai keberhasilan intervensipelayanan kesehatan, baik dari segipencerahan maupun pengobatan, dimensikualitas hidup tidak hanya mencakup dimensifisik saja, namun juga mencakup kinerjadalam memainkan peran sosial, keadaanemosional, fungsi-fungsi intelektual dankognitif serta perasaan sehat dan kepuasanhidup dan itu kurang didapatkan oleh Lansia.

Interaksi sosial adalah hubungan-hubungan yang menyangkut hubungan antaraindividu dan individu, individu dan kelompok,dan kelompok dan kelompok, dalam bentukkerjasama serta persaingan atau pertikaian(Sunaryo, 2004). Dalam menjalankankehidupan sehari-hari, Lansia berinteraksidengan individu dan kelompok di lingkungansosial yang berbeda-beda. Individu memilikikarakter yang berlainan satu dengan yanglainnya. Perbedaan antar karakter individusebagai identitas diri individu masing-masing.Perilaku yang ditunjukkan oleh individu,membuat individu yang lain mengambil sikapatau tindakan sebagai reaksi individu yangbersangkutan. Interaksi individu akanmembentuk kondisi lingkungan dalampergaulannya. Reaksi yang diambil olehindividu, bisa sebagai reaksi positif ataunegative terhadap perilaku individu yang lain(Kang, 2010). Hal ini sejalan dengan pendapatdari Ali Hammadi (2010) yang mengatakanbahwa interaksi sangat dibutuhkan oleh semuamanusia yang merupakan makhluk sosialselain karena merupakan fitrah manusiasebagai makhluk sosial juga karenamerupakan sarana menyalurkan buahpemikiran, pendapat, dan bahkan menemukanpemikiran-pemikiran baru, dan juga saranberbagi manfaat.

Menurut Afdol (1995) pada umumnyaLansia yang tinggal di panti mempunyaibanyak teman sebaya dan diduga lebihmemberi arti kehidupan dengan harapanmendapatkan ketenangan dan kepuasanhidup di hari tua yang meliputi kepuasanlayanan, aktivitas dan interaksi. Namunmenurut Penelitian yang dilakukan LemLitUnair tahun 1995 ternyata para Lansiapenghuni panti Werdha menyatakan kurangpuas dan tidak puas dalam aspek interaksidengan sesama penghuni panti denganprosentase 77,8 persen.

Menurut hasil penelitian David S.Janowsky pada tahun 1998 kepribadian

Page 3: KEPUASAN INTERAKSI SOSIAL LANSIA DENGAN TIPE KEPRIBADIAN

173Kepuasan Interaksi Sosial Lansia dengan Tipe Kepribadian

Volume 3, Nomor 2 Versi online / URL:

seseorang dapat menjadi faktor pendukungkepuasan interaksi seseorang denganlingkungannya, baik lingkungan hidup maupuntak hidup. Hal ini sejalan dengan yangdiungkapkan oleh Nabillah (2008) bahwa adabeberapa hal yang dapat mempengaruhikepuasan interaksi sosial pada manusia antaralain terdiri faktor eksternal; lingkunganbekerja, keluarga, sekolah, masyarakat atauorganisasi panti sedangkan faktor internaladalah imitasi, identifikasi, sugesti, motivasi,simpati, dan empati yang semuanyadipengaruhi oleh tipe kepribadian seseorangMasing-masing sifat dan kepribadian itumempunyai akibat pada interaksi atauhubungan orang tersebut denganlingkungannya.

Curl Gustav Jung, ahli psikologi,mengemukakan dua ciri kepribadian utamayang dikenal istilah introvert dan ekstrovert.Tipe tersebut berpengaruh terhadap polainteraksinya. Tipe introvert lebihmengutamakan pikiran, perasaan, cita-citasendiri menjadi sumber dan minatnya,menyenangi, merenung dan merencanakansehingga sering tampak menyendiri, tingkahlaku lamban dan ragu-ragu (Sabri, 2001).Tidak suka dengan pola kehidupan yangmelibatkan orang banyak sehingga sangatakrab justru tidak memuaskan perasaannya.Sedangkan tipe ekstrovert berorientasikedunia luar. Berprinsip praktis, cepatbertindak dan cepat mengambil keputusankarena orientasi hidup masa kini. Tipe ini lebihsuka turut serta aktif di tengah orang-orangsehingga mudah menyesuaikan diri danbiasanya disenangi lingkungannya (Iskandar,2004).

Panti Werdha Tresno Mukti merupakanpanti dengan jumlah penghuni 38 Lansia yangterdiri dari pria dan wanita dengan karakterdan tingkah laku yang berbeda-beda. Padawaktu luang ada yang sukanya duduk di depankamar sendirian dan sebagian lagibergerombol membicarakan sesuatu. Polatingkah laku tersebut termasuk ciri tipekepribadian introvert dan ekstrovert.

Kepribadian merupakan faktor yangpunya kaitan dengan faktor-faktor internalyang mempengaruhi kepuasan berinteraksi.Tercapainya kepuasan berinteraksimerupakan manifestasi aktualisasi sehinggameningkatkan harapan Lansia untuk hidupdan menikmati suasana di panti werdha. Darilatar belakang tersebut maka pada penelitianini akan dicari penjelasan tentang “HubunganTipe Kepribadian Dengan Tingkat KepuasanInteraksi Lansia Penghuni Panti WerdhaTresno Mukti Turen Malang”.

METODE

Berdasarkan penelitian ini maka desainyang digunakan adalah studi korelasional,yaitu mengkaji hubungan antara variabelsecara cross sectional yaitu melakukanobservasi data variabel independen yaitu tipekepribadian dan dependen yaitu kepuasaninteraksi sosial hanya satu kali, pada satu saatdan tidak ada follow up (Nursalam, 2003).Teknik sampling yang digunakan dalampenelitian ini adalah dengan cara “TotalSampling” yaitu teknik penetapan sampeldengan cara mengambil semua anggotapopulasi menjadi sampel (Nursalam, 2003).Berdasarkan hal tersebut, jumlah sampeldalam penelitian yang dilakukan di PantiWerdha Trisno Mukti pada tanggal 4 – 5september 2010 ini adalah 38 korespondendengan kriteria inklusi: bersedia diteliti denganmenandatangani surat persetujuan, lamawaktu menghuni panti minimal 3 bulan,mampu berkomunikasi, sehat fisik dan mental.

Instrumen penelitian yang digunakandalam penelitian ini sebanyak 2 instrumen.Instrumen yang pertama adalah kuisionerclosed ended dischotomy question utukmengetahui tipe kepribadian dari teori C. G.Jung dengan jumlah soal 44 dengan tipejawaban “Ya” atau “Tidak”. Instrumenpenelitian yang kedua adalah closed ended-multiple choice, kuisioner ini digunakan untukmengetahuan tingkat kepuasan interaksi sosialdengan empat alternatif jawaban yaitu tidak

Page 4: KEPUASAN INTERAKSI SOSIAL LANSIA DENGAN TIPE KEPRIBADIAN

174 Juli 2012: 171 - 182

Mokhtar Jamil JURNAL KEPERAWATAN, ISSN 2086-3071

puas, kurang puas, cukup puas dan sangatpuas.

Data hasil penelitian dianalisis denganmenggunakan uji statistik korelasi Chi-Square dan uji regresi, untuk mengetahuiadanya hubungan antara tipe kepribadiandengan tingkat kepuasan interksi sosialdengan derajat kemaknaan ± = 0,05.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Karateristik Responden di Panti WredhaTresno Mukti Turen-Malang

Berdasarkan hasil penelitian sebagianbesar koresponden tidak sekolah yaitusebanyak 10 orang (26%) dan mayoritaskoresponden tinggal dipanti dengan alasanmasuk secara sukarela (92%). 61 %koresponden berusia 75 – 90 tahun dan 81%status perkawinan koresponden adalah janda(Tabel 1).

Gambaran Tipe Kepribadian Lansia diPanti Wredha Tresno Mukti Turen-Malang

Berdasarkan tabel 2 menunjukkanbahwa sebagian besar responden termasukdalam tipe kepribadian introvert sebanyak 21orang (55%), sedang sisanya adalahekstrovert dengan jumlah 17 orang (45%).

Gambaran Kepuasan Interaksi SosialLansia di Panti Wredha Tresno MuktiTuren-Malang

Berdasarkan tabel 3, tingkat kepuasaninteraksi sosial Lansia mayoritas berada ditingkat kepuasan sedang (74%) sebanyak 28orang dan pada tingkat kepuasan rendahsebesar (28%) sebanyak 10 orang,sedangkan untuk tingkat kepuasan tinggi tidakada (0%).

Berdasarkan tabel 4, kepuasan interaksisosial Lansia pada aspek sikap menerima dan

kasih sayang mayoritas berada pada tingkatkurang puas yaitu sebesar 60% dan 66%sedangkan pada aspek prestasi berada padatingkat cukup puas sebesar 79%.

Hubungan Tipe Kepribadian denganTingkat Kepuasan Interaksi Sosial.

Berdasarkan tabel 5, diperoleh hasilbahwa pada responden dengan tipekepribadian Ekstrovert, 6 responden (15%)tingkat kepuasan interaksinya rendah dan 11responden (28,9%) merasa tingkat kepuasaninteraksi sosialnya sedang. Pada respondendengan tipe kepribadian Introvert terdapat 16responden (42,1%) menyatakan tingkatkepuasan interaksinya rendah dan pada 5responden (13,2%) didapatkan hasil sedangpada tingkat kepuasan interaksi sosialnya.Sedangkan secara keseluruhan responterbanyak adalah tingkat kepuasan interaksirendah sebanyak 22 orang (57,9%).

Dari analisa data diperoleh nilaisignifikansi p = 0.011 (p < 0.05), dengandemikian dapat disimpulkan bahwa terdapathubungan antara tipe kepribadian dengankepuasan interaksi sosial Lansia di PantiTresno Mukti Turen-Malang pada tahun2010. Dari hasil perhitungan korelasi diatasmaka besarnya R-Square 50,5%. Makna dariR-Square adalah peranan atau sumbangsihtipe kepribadian terhadap kepuasan interaksisosial sebesar 50,5%, dan 49.5% berasal darifaktor lain, seperti faktor eksternal meliputilingkungan kerja, sekolah, masyarakat,maupun organisasi.

Tabel 1. Gambaran Tipe Kepribadian Lansiadi Panti Wredha Tresno Mukti Turen-Malang

Tipe Kepribadian Frekuensi Prosentase - Introvert - Ekstrovert

21 17

55 45

Jumlah 38 100

Page 5: KEPUASAN INTERAKSI SOSIAL LANSIA DENGAN TIPE KEPRIBADIAN

175Kepuasan Interaksi Sosial Lansia dengan Tipe Kepribadian

Volume 3, Nomor 2 Versi online / URL:

Tabel 2. Karateristik Responden di Panti Wredha Tresno Mukti Turen-Malang

No. Karakteristik Frekuensi Prosentase 1. 2. 3. 4.

Tingkat Pendidikan - SD - SMP - SMA - Perguruan Tinggi - Tidak Sekolah

Jumlah Alasan Masuk

- Sukarela - Terpaksa

Jumlah Usia (Tahun)

- 60-74 - 75-90 - >90

Jumlah Status Perkawinan

- Tidak Menikah - Menikah atau masih Bersuami - Janda/Duda

Jumlah

9 8 8 3 10 38

35 3 38

15 23 0 38 2 5 31 38

24 21 21 8

26 100

92 8

100

39 61 0

100 5

14 81 100

Pembahasan

Tipe Kepribadian Lansia di Panti WredhaTresno Mukti Turen-Malang

Tipe kepribadian merupakan gabungandari keseluruhan dari sifat-sifat yang tampakdan dapat dilihat oleh seseorang. Berdasarkanpenelitian yang telah dilakukan, didapatkanhasil 55% Lansia termasuk dalam tipeIntrovert dan 45% sisanya termasukekstrovert, sedangkan berdasarkan tingkattipe kerpibadian mayoritas berada pada levelsedang sebanyak 71%.

Hal ini terjadi karena pada beberapaitem quesioner tipe kepribadian, Lansiadengan tipe kepribadian introvert mempunyaijawaban yang sama seperti Lansia dengantipe kepribadian ekstrovert. Pada orangdengan tipe kepribadian ekstrovert lebihcenderung untuk aktif, senang bergaul, danlebih berorientasi keluar. Dengan kata lainorang dengan tipe kepribadian ekstrovertlebih dominan sifat sebagai makhluk sosialsedangkan pada orang dengan tipekepribadian introvert lebih cenderung untukmenikmati dunianya sendiri, berorientasi kedalam dan senang melamun, lebih dominan

sifat sebagai makhluk individu. Selain ituperubahan lingkungan dari rumah ke pantijuga dapat mempengarui tipe kepribadianseseorang. Beberapa alasan tersebut yangdiperkirakan menjadi penyebab kenapatingkat tipe kepribadian berada pada levelsedang.

Hal ini sesuai dengan pendapat SeloSumardjan dan Soelaiman Soemardi (1991)dalam buku pengantar sosiologi bahwamanusia selain sebagai makhluk sosial yangmembutuhkan orang lain, manusia jugamerupakan makhluk individu yang punyakeinginan untuk mendahulukan dirinya sendiri,selain itu manusia juga mempunyai sifatberbeda sesuai dengan konsep dan idealdirinya. Selain itu, usia juga berpengaruhterhadap perubahan tipe kepribadianseseorang karena dengan bertambahnya usiamaka pola pikir seseorang juga akan berubah.

Perubahan lingkungan merupakan salahsatu faktor yang mempengaruhi tipekepribadian seseorang. Hal ini senada denganpendapat Roucek dan Warren (1991) dalambuku pengantar sosiologi bahwa faktor-faktorpembentuk tipe kepribadian terdiri dari faktorbiologis atau fisik, faktor psikologis dan juga

Page 6: KEPUASAN INTERAKSI SOSIAL LANSIA DENGAN TIPE KEPRIBADIAN

176 Juli 2012: 171 - 182

Mokhtar Jamil JURNAL KEPERAWATAN, ISSN 2086-3071

Kepuasan Interaksi Sosial

Aspek Sikap Menerima Kasih sayang Prestasi

f % f % f % Tidak Puas Kurang Puas Cukup Puas Sangat Puas

4 23 11 0

11% 60% 29% 0%

0 25 13 0

0% 66% 34% 0%

0 8

30 0

0 % 21 % 79 % 0 %

Tabel 5. Distribusi Responden Berdasarkan Tipe Kepribadian dengan Tingkat Kepuasan InteraksiSosial Lansia Penghuni Panti Wredha tresno Mukti Turen-Malang, September 2010

Tingkat Kepuasan Interaksi Sosial Total Rendah Sedang

f % f % f % Tipe Kepribadian

Ekstrovert Introvert

6 16 22

15.80 % 42.10 % 57.90 %

11 5 16

28.90 % 13.20 % 42.10 %

17 21 38

44.70 % 55.30 % 100.00%

Pearson Chi-Squarre 0.011 R square 0.50,5

faktor lingkungan. Faktor lingkungan dapatmempengaruhi tipe kepribadian seseorang

karena seseorang mau tidak mau harusmenyesuaikan diri dengan lingkungannya.

Tabel 3. Gambaran Kepuasan Interaksi Sosial Lansia di Panti Wredha Tresno Mukti Turen-Malang

Kepuasan Interaksi Sosial Frekuensi Prosentase - Tidak Puas - Kurang Puas - Cukup Puas - Sangat Puas

0 10 28 0

0 28 74 0

Jumlah 38 100

Tabel 4. Distribusi kepuasan interaksi sosial berdasarkan aspek sikap menerima, kasih sayang danprestasi pada penghuni Panti Wredha Tresno Mukti Turen-Malang pada tahun 2010

Dari hasil penelitian, Lansia yang tinggaldi Panti Wredha Tresno Mukti Turen-Malangini mempunyai jadwal-jadwal khusus dalamkesehariannya seperti makan, berdoa, senamdan perawatan panti, dimana seluruh kegiatantersebut merupakan program yang diberikanoleh pihak pengurus panti. Program kegiatanyang ada di panti merupakan kegiatan umumyang tidak membedakan kegiatan antara tipekepribadian. Namun pendapat dari C.G.Jungdalam Sabri (2001) menjelaskan bahwa tipekepribadian dapat berpengaruh terhadap polainteraksi seseorang. Hal ini senada denganyang diungkapkan Nabillah (2008) bahwainteraksi seseorang dipengaruhi oleh faktorinternal dan eksternal, dimana faktor eksternalterdiri dari lingkungan luar seseorang sepertilingkungan kerja, masyarakat maupunorganisasi, sedangkan faktor internal terdiridari imitasi, identifikasi, sugesti, dan simpati

dimana proses sosial yang menjadi faktorinternal tersebut dipengaruhi oleh tipekepribadian seseorang (Soerjono Soekanto,1991).

Pada Lansia yang bertipe kepribadianintrovert (55%), kegiatan panti diikuti bukanhanya untuk berkumpul saja, tetapidikarenakan alasan tertentu, seperti agar tidakkesepian atau supaya tidak dimarahi petugaspanti. Pada orang bertipe kepribadianintrovert, mereka lebih cenderung untukmenyendiri dan menikmati dunianya sendiri,kurang percaya diri sehingga kurang beranibertindak atau mengemukakan pendapat,tetapi dalam hal melakukan pekerjaan merekaberorientasi pada detail jadi bisa sangat teliti,penuh perhitungan dalam mengambilkeputusan, dan lebih dapat dipercaya. Haldiatas sesuai dengan teori Carl Gustav Jungdalam Sunaryo (2004) bahwa orang bertipe

Page 7: KEPUASAN INTERAKSI SOSIAL LANSIA DENGAN TIPE KEPRIBADIAN

177Kepuasan Interaksi Sosial Lansia dengan Tipe Kepribadian

Volume 3, Nomor 2 Versi online / URL:

kepribadian introvert lebih berorientasi kedalam dirinya sendiri, lebih suka memikirkandaripada melaksanakan, dan menunjukkanbahwa minat dan nilai terutama dari dirinyperasaan, cita-citanya sendiri yang menjadisumber dan minat-minat dan nilai-nilainya.

Sebagian responden termasuk dalam tipekepribadian ekstrovert (45%). Lansia yangtinggal di panti wredha secara pasti akanmenyesuaikan diri dengan lingkungan.Apabila mereka bertemu maka akancenderung untuk berinteraksi misalnyabercerita tentang masa lalu dan masa kini.Hal ini terlihat pada respon Lansia yangmayoritas menyatakan senang nonton acaraTV yang ringan atau melakukan kegiatanyang tidak terlalu memerlukan pemikiran.Selain sebagai sarana hiburan, denganberkumpul dengan teman juga dapatmenghilangkan kesedihan karena merekacenderung bisa meramaikan suasana. Hal inisesuai teori C.G. Jung dalam Sunaryo (2004)yang menyatakan bahwa Lansia dengan tipekepribadian ekstrovert cenderung mudahmendapatkan teman dan mudah memintapertolongan dari orang lain tanpa canggung,serta aktif di tengah-tengah sekumpulanorang/masyarakat. Selain itu merekacenderung bertindak dan lebih berani tampildi depan orang banyak, tetapi kadang jugakurang bertanggung jawab dan tergesa-gesadalam mengambil keputusan.

Tingkat Kepuasan Interaksi SosialLansia di Panti Wredha Tresno MuktiTuren-Malang

Interaksi sosial merupakan hubungansosial yang dinamis yang menyangkuthubungan antar orang, kelompok, maupunantara orang dengan kelompok. Interaksisosial merupakan wujud dari proses sosial.Berdasarkan hasil penelitian telah didapatkanhasil bahwa 42% kepuasan interaksi sosialLansia berada pada tingkat sedang, 58%Lansia dengan tingkat kepuasan rendah dan0% Lansia dengan tingkat kepuasan tinggi.

Hal ini terjadi karena pada Lansiamenerima perubahan-perubahan yang terjadipada dirinya dan sudah menyesuaikan diridengan perubahan-perubahan tersebut,sejalan dengan pendapat Nugroho (2004)bahwa tugas perkembangan usia lanjut adalahmenyesuaikan diri dengan menurunnyakekuatan fisik dan kesehatannya,menyesuaikan diri dengan masa pensiun danberkurangnya penghasilan (income) keluarga,menyesuaikan diri dengan kematian pasanganhidup, membentuk hubungan dengan orang-orang yang seusia, membentuk pengaturankehidupan fisik yang memuaskan,menyesuaikan diri dengan peran sosial secaraluwes sesuai dengan teori tugasperkembangan. Lansia akan merasa puasapabila dapat merasakan kepuasan darikegiatan yang dilakukan di lingkungan sehari-hari dan mampu memelihara sikap dansuasana yang bahagia. Sedangkan menurutkamus umum, kepuasan yang menyenangkantimbul bila kebutuhan dan harapan tertentuindividu terpenuhi.

Berdasarkan tingkat pendidikan,mayoritas Lansia tidak sekolah (26%) dan SD(24%). Semakin tinggi pendidikan makasemakin baik pola interaksinya karenakemampuan beradaptasi semakin baik, begitujuga sebaliknya rendahnya pendidikanseseorang maka sulit untuk beradapatasimaupun untuk berubah baik pada saatinteraksi individu-individu, individu-kelompokmaupun kelompok dengan kelompok

Menurut Alston dan Dudley dalam Gillin(1999), kepuasan dimasa usia lanjut tergantungterpenuhi dan tidaknya tiga A kebahagiaan(Three A’s Of Happiness), yaitu acceptance(penerimaan), affection (kasih sayang) danachievement (prestasi). Sikap menerima(acceptance) orang lain dipengaruhi sikapmenerima diri yang timbul dari penyesuaianpribadi maupun penyesuaian sosial yang baik,Shaver dan Freedman dalam buku psikologiperkembangan lebih lanjut menjelaskanbahwa kebahagiaan bergantung pada sikapmenerima dan menikmati keadaan orang lain

Page 8: KEPUASAN INTERAKSI SOSIAL LANSIA DENGAN TIPE KEPRIBADIAN

178 Juli 2012: 171 - 182

Mokhtar Jamil JURNAL KEPERAWATAN, ISSN 2086-3071

dan apa yang dimilikinya, mempertahankankeseimbangan antara harapan dan prestasi.Kasih sayang (affection) merupakan hasilnormal dari sikap diterima oleh orang lain.Semakin diterima baik oleh orang lain,semakin banyak diharapkan cinta dari oranglain. Bahwa kasih sayang penting dalampenyesuaian diri yang baik telah ditunjukkandalam banyak telaah tentang kurangnya cintadan pengaruhnya yang sangat besar kepadaindividu. Prestasi (achievement) berhubungandengan tercapainya tujuan seseorang. Kalautujuan ini secara tidak realistis tinggi, makaakan timbul kegagalan dan yang bersangkutanakan merasa tidak puas dan tidak bahagia.

Berdasarkan hasil penelitian didapatkanbahwa kepuasan interaksi sosial dari 38 orangLansia cukup bervariasi mulai dari 25 hinggayang tertinggi 45. Adapun penilaian kepuasaninteraksi sosial Lansia menggunakankuesioner dengan tiga aspek yang dinilai yaitusikap menerima (acceptane), kasih sayang(affection), dan prestasi (achievement).Dari hasil penelitian di Panti Wredha TresnoMukti Turen-Malang didapatkan kepuasandari aspek sikap menerima (acceptance)sebesar 31%, dari kasih sayang (affection)sebesar 31%, dan dari segi prestasi(achievement) sebesar 38%.

Ditinjau dari aspek sikap menerima(acceptance), Lansia berada dalam satu pantidengan jumlah penghuni yang tidak terlalubanyak maka kemungkinan untuk tidak salingkenal sangat sedikit. Jika ada penghuni barumaka penghuni lama berusaha mengenal dansaling menjaga agar para penghuni tersebutnyaman tetapi ada pula yang merasaterganggu dengan datangnya penghuni barukarena merasa tidak nyaman atau tidak cocokkarena sebagian besar Lansia tidur dalam 1ruangan dengan 6 – 7 tempat tidur. Hal inisesuai dengan respon Lansia saat menjawabkuesioner tentang komunikasi dan bentukinteraksi kerjasama sebagian besar cenderungmenyatakan kurang puas. Selain itu padaLansia yang belum menerima berbagaiperubahan yang dialaminya akan membuat

berkurangnya kepuasan interaksi, perubahanfisik dan peran sosial ini dapat mengacu padaperubahan tentang dirinya saat ini, dibayang-bayangi oleh kejayaan di masa mudamembuat lanjut usia merasa kurang percayadiri saat mengalami penuaan saat ini. Hal inisesuai dengan pendapat Shaver danFreedman dalam Hurlock (1998) lebih jauhmenjelaskan bahwa sikap menerima oranglain dipengaruhi sikap menerima diri yangtimbul dari penyesuaian pribadi maupunpenyesuaian sosial yang baik, kebahagiaanseseorang bergantung pada sikap menerimadan menikmati keadaan orang lain dan apayang dimilikinya, mempertahankankeseimbangan antara harapan dan prestasi.

Berikutnya adalah kasih sayang(affection), dari hasil penelitian didapatkansebanyak 31% Lansia menyatakan kurangpuas dalam hal kasih sayang. Hal ini dapatdikarenakan dari pengurus pantimelaksanakan tugasnya hanya karenarutinitas saja, tidak berdasarkan kasih sayangsedangkan alasan Lansia masuk ke pantiwredha dengan mayoritas secara sukarelaseperti ingin mencari kedamaian hidup,mempunyai harapan khusus danmendekatkan diri kepada Tuhan. Ditambahlagi kurang adanya perhatian dari teman-teman Lansia baik pada saat sehat ataupunPada akhirnya mempengaruhi tingkatkepuasan Lansia dalam berinteraksi di pantiwredha. Hal ini sejalan dengan respon yangdiberikan Lansia. Hal ini merupakan hasilnormal dari sikap diterima oleh orang lain.Semakin diterima baik oleh orang lain,semakin banyak diharapkan cinta dari oranglain (Hurlock, 1998)

Sedangkan jika ditinjau dari segi prestasi(achievement), pada saat Lansiaberinteraksi, ada harapan atau tujuan yangingin dicapai baik yang disadari atau tidak.Tercapainya tujuan dan harapan merupakanmanifestasi kepuasan. Jika interaksi yangterjadi saat ini sesuai dengan harapan idealmereka maka kepuasan interaksi akanterpenuhi, baik puas terhadap diri sendiri

Page 9: KEPUASAN INTERAKSI SOSIAL LANSIA DENGAN TIPE KEPRIBADIAN

179Kepuasan Interaksi Sosial Lansia dengan Tipe Kepribadian

Volume 3, Nomor 2 Versi online / URL:

maupun terhadap orang lain. Akhirnya hargadiri (prestise) sebagai Lansia yang berada dipanti tetap terpelihara. Hal ini dapat dilihatpada respon Lansia terhadap perasaan hargadirinya selama di panti wredha yangmenyatakan cukup puas. Secara keseluruhanaspek prestasi menduduki 38% dari kepuasaninteraksi Lansia. Hal ini dapat terjadi karenabeberapa hal, diantaranya alasan masuk pantiyang sebagian besar mempunyai harapankhusus. Harapan-harapan pada saat masuktersebut ada sebagian yang sudah tercapaidan masih ada yang belum tercapai sehinggamenyebabkan Lansia lebih mudah untukmencapai kepuasan interaksinya.

Hubungan Tipe Kepribadian denganKepuasan Interaksi Sosial pada Lansiadi Panti Wredha Tresno Mukti Turen-Malang

Berdasarkan tabel 4 dapat dilihat bahwatingkat kepuasan cukup di dominasi olehresponden dengan tipe kepribadianEkstrovert. Tingkat kepuasan interaksi kurangmayoritas dimiliki oleh responden dengan tipekepribadian Introvert,. Jumlah total prosentasetertinggi terletak pada tipe kepibadian Introvertdengan tingkat kepuasan sedang. Setelahdilakukan analisa uji statistik Chi-Squarediperoleh hasil signifikansi p = 0,011 dan Rsquare = 50,5%. Hal ini menunjukkan bahwanilai p < 0,05 yang berarti Ho ditolak dan H1diterima yaitu ada hubungan tipe kepribadiandengan tingkat kepuasan interaksi sosial danpengaruh peranan tipe kepribadian dalamkepuasan interaksi sosial Lansia penghunipanti wredha Tresno Mukti Turen-Malangsebesar 50,5% dan 49.5% berasal dari faktorlain, seperti faktor eksternal meliputilingkungan kerja, sekolah, masyarakat,maupun organisasi

Menurut pendapat Costa dan McCraeyang dikutip Afdol (1995) bahwa kepuasanhidup akan lebih mudah diperoleh bagi Lansiayang berkepribadian ekstrovert, karenaperbedaan kemampuan menemukan dan

memanfaatkan dukungan sosial darilingkungannya. Afdol (1995) jugamenyatakan bahwa orang-orang bertipeintrovert, sangat akrab dengan banyak orangjustru tidak memuaskan perasaan ataukebutuhan pribadinya. Menurut Hurlock(1998), Ada beberapa kondisi penting yangmenunjang kepuasan pada Lansia yaituditerima oleh dan memperoleh respek darikelompok sosial.

Penyebab pada mayoritas Lansia bertipekepribadian introvert menyatakan kurangpuas terhadap interaksi sosialnya karenakondisi pada panti wredha, dalam 1 ruanganterdapat 6 – 7 tempat tidur, sedangkanruangan yang berisi 1 atau 2 tempat tidurjumlahnya terbatas dan biayanya lebih mahal.Pada Lansia dengan tipe kepribadian introvert,keadaan 1 ruangan banyak penghuni dengantipe kepribadian yang berbeda-beda inimenyebabkan ketidaknyaman. Lingkunganyang terbatas yaitu hanya sekitar panti yangtidak terlalu luas disertai tata tertib yang harusditaati sangat memungkinkan menambahketidakpuasan Lansia.

Selain itu, kelompok Lansia dengandengan tipe kepribadian Introvert mendudukijumlah tertinggi sebesar 55%. Sebagian besarLansia berumur 75-90 tahun. Seperti padapembahasan sebelumnya bahwa Lansiaberorientasi ke dalam cenderung untukmenarik diri, merenung dan lebihmendekatkan diri dengan Tuhan Yang MahaEsa, selain itu juga terjadi perubahan terhadapminat meliputi minat terhadap diri, minatpakaian, dan minat pada uang. Seseorangsemakin dikuasai oleh diri sendiri apabila iasemakin tua. Orang mungkin menjadi sangatberorientasi pada egonya (egocentric) danpada dirinya (self centred) dimana merekalebih banyak berfikir tentang dirinya daripadaorang lain.

Berdasarkan alasan masuk pantiwredha, sebagian besar karena sukarela,terutama karena mempunyai harapan khusus(92%) seperti di panti ada yang merawat,kesejahteraan terjamin dan mempunyai teman

Page 10: KEPUASAN INTERAKSI SOSIAL LANSIA DENGAN TIPE KEPRIBADIAN

180 Juli 2012: 171 - 182

Mokhtar Jamil JURNAL KEPERAWATAN, ISSN 2086-3071

senasib sepenaggungan. Namun setelahsekian lama menghuni panti, harapan-harapantersebut ada yang terpenuhi dan ada yangbelum terpenuhi. Bebearapa faktor yangmempengaruhi diantaranya adalah dukungankeluarga ; keluarga jarang mengunjungi.Dukungan dari teman- teman di panti ; adanyaperhatian dari teman-teman Lansia baik padasaat sehat ataupun sakit. Dukungan petugaspanti ; dalam memberikan pelayanan belumsesuai dengan harapan Lansia yaitu parapetugas melayani sekedar rutinitas saja tanpadidasari oleh rasa kasih sayang. Padaakhirnya mempengaruhi tingkat kepuasanLansia dalam berinteraksi di panti wredha.

Dilihat dari status perkawinan paraLansia mayoritas adalah janda atau duda.Hilangnya pasangan hidup membawaperubahan pada pola interaksinya. Lansiamerasa kehilangan dukungan dari orang yangdicintai yang mempengaruhi perasaan hargadirinya sehingga berpengaruh terhadapkemampuan berinteraksi berkurang. Lansiasering didapatkan menyendiri, merenunginasibnya. Pada Lansia ini didapatkan interaksiindividu-individu lebih dominan daripadadengan kelompok. Meskipun interaksi antarindividu baik namun untuk hal-hal tertentu sajayang sifatnya umum dan bukan hal-hal yangpribadi, sehingga pada Lansia ini merasakepuasannya pada tingkat sedang artinyaLansia merasa kepuasan interaksinya tidakseperti pada saat masih mempunyai pasanganhidup

Lansia dengan tipe Introvert dalamberinteraksi dengan individu atau kelompoklebih konservatif karena mereka sulit untukberadaptasi karena terlihat kaku bila bersamaorang banyak apalagi dengan orang yang tidakdikenal. Pada saat interaksi bentuk kerjasamapara introvert cenderung untuk menikmatikarena adanya manfaat yang akanditerimanya. Pada saat terjadi persaingan,introvert cenderung kurang berespon karenamerasa ragu-ragu dalam bertindak dan penuhpertimbangan dalam membuat membuatkeputusan. Diliputi perasaan malu, kurang

percaya diri untuk mendapatkan perhatianorang lain. Sehingga melalui interaksipersaingan kurang bisa memberi kepuasan.Jika terjadi suatu pertikaian / konflik, Introvertcenderung kurang bisa menerima karenahidupnya berorientasi masa depan danbersifat intuitif sehingga mudah larut dalamkonflik yang berkepanjangan. Namun merekamampu menyembunyikan perasaan tersebutdari orang lain karena apabila orang lainmengetahuinya akan membahayakanintegritas egonya.

Dalam hal penyesuaian, keberhasilantipe introvert dalam mencapai kepuasaninteraksi membutuhkan rentang waktu yanglebih lama daripada ekstrovert, karenamasing-masing Lansia mempunyai tujuan danharapan untuk dicapai. Mereka akanmenyatakan puas apabila tujuan dan harapantersebut benar-benar telah dicapai.Berdasarkan keterangan ini maka adakelebihan dan kekurangan yang dimiliki tipeintrovert dalam berinteraksi. Hal inilah yangmempengaruhi respon Lansia terhadaptingkat kepuasan interaksi selama tinggal dipanti wredha, sehingga Lansia cenderungmempunyai tingkat kepuasan sedang.

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian dapatdirumuskan kesimpulan sebagai berikut : 1)Tipe kepribadian lansia penghuni PantiWredha Tresno Mukti Turen Malang sebagianbesar termasuk tipe Introvert (55%), hal inidipengaruhi faktor usia dan lingkungan panti.Kepribadian seseorang akan menyesuaikandengan lingkungan baru tersebut, sedangkansemakin bertambah usia akan mempengaruhipola pikir seseorang; 2) Sebagian besar tingkatkepuasan interaksi sosial lansia berada padalevel sedang sebesar 74% dengan aspek yangpaling tinggi tingkat kepuasannya adalah darisegi prestasi (achievement) sebesar 38%.Hal ini dipengaruhi oleh faktor usia, tingkatpendidikan, status perkawinan dan alasanmasuk panti; 3) Ada hubungan bermaknaantara tipe kepribadian dengan tingkat

Page 11: KEPUASAN INTERAKSI SOSIAL LANSIA DENGAN TIPE KEPRIBADIAN

181Kepuasan Interaksi Sosial Lansia dengan Tipe Kepribadian

Volume 3, Nomor 2 Versi online / URL:

kepuasan interaksi lansia penghuni PantiWredha Tresno Mukti Turen-Malang dengannilai signifikansi p = 0,011 dan nilai R squaresebesar 50,5%. Hal ini dapat dikatakan bahwatipe kepribadian lansia menentukan tingginyatingkat kepuasan interaksi Lansia denganpengaruh sebesar 50,5% sedangkan sisanyadari faktor lain seperti faktor eksternalmeliputi lingkungan kerja, sekolah,masyarakat, maupun organisasi.

Saran yang dapat diberikan adalah: 1)Perlu adanya penambahan jenis kegiatansesuai dengan tipe kepribadian yaitu untukLansia bertipe kepribadian ekstrovert yaituaktivitas kelompok sosialisasi dengan metodedinamika kelompok, bermain peran, ataudengan diskusi dan tanya jawab. Sedangkanpada Lansia bertipe kepribadian introvertdiberikan jenis kegiatan bersifat personalseperti membuat kerajinan tangan yangdibimbing seorang petugas dan secarabertahap yaitu mulai dari jenis interaksiindividu dan individu, dilanjutkan interaksiindividu dan kelompok dan akhirnya antarakelompok dan kelompok. Kegiatan dilakukandengan berdasarkan kasih sayang dalamrangka meningkatkan kualitas interaksi sosialLansia di dalam panti wredha; 2) Perluadanya penyegaran (pelatihan) petugas pantiberupa motivasi dalam memberikanpelayanan agar pelayanan yang diberikantidak sebagai rutinitas saja namun lebih kearah pelayanan dengan pendekatanacceptance, affection, dan achievement.

DAFTAR PUSTAKA

Afdol et al (1995). Latar Belakang SosialEkonomi dan Tingkat KepuasanHidup Lanjut Usia Penghuni PantiWredha. PPKP Lemlit Unair Surabaya

Alimul, Aziz H (2003). Riset Keperawatandan Teknik Penulisan Ilmiah, SalembaMedika, Jakarta

Arikunto, Suharsini (2006). ProsedurPenelitian. Rineka Cipta, Jakarta

Copel, Linda Carman (2000). KesehatanJiwa dan Psikiatri Pedoman Klinis

Perawat. Penerbit Buku KedokteranEGC, Jakarta

Depsos (2002). Usia Lanjut TanggungJawab Kita Bersama. http://w w w . d e p s o s . g o . i d /index.php?option=news&task=viewarticle&sid=989&Itemid=.Diaksespada tanggal 17 Februari 2010 pukul15.50 WIB

Gillin, Daley (1999). Introduction toPsychology. The McGraw-HillCompanies, Singapore

Guyton, Arthur C dan Hall, John E. 1997.Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC

Hurlock E.B (1998). PsikologiPerkembangan Suatu PendekatanSepanjang Rentang Kehidupan edisi5. Penerbit Erlangga. Jakarta

Hammadi, Ali (2010). Realita KehidupanSosial. http://sosiologi/ilmu masyarakat/fenomena. Diakses tanggal 17November 2009.

Iskandar, dkk (2004). Test Personaliti edisi4. Yayasan Dharma Graha. Jakarta.

Ismayadi. Wahyu (2004). Memahami Mitos& Realita Tentang Lansia. http//e-psikologi.com Diakses tanggal 17November 2009.

Kang (2010). Macam Karakter dan ResponManusia. http://mr.pams.multiply.com/j o u r n a l / i t e m / 1 7 /interaksi_sosial_sosiologi_x

Kartini (1996). Psikologi Umum. MandarMaju. Bandung.

Kartono, Effendy. (1996). Dasar-dasarKeperawatan KesehatanMasyarakat. Jakarta: EGC

Nabillah. (2009). Interaksi Sosial diMasyarakat. http://digilib-blog.net/file/pdf/newsletter_september_09.pdf.Diakses tanggal 28 Februari 2009.

Nugroho, Adi. (2004). Hubungan TipeKepribadian (introvert, ekstrovert)dengan Tingkat Kenakalan Remajadi SMA Negeri 1 Bima. Tidakdipublikasi Skripsi PSIK Unmuh.Malang.

Nugroho, Wahyudi (2000). PerawatanLanjut Usia. Penerbit Buku KedokteranEGC, Jakarta

Page 12: KEPUASAN INTERAKSI SOSIAL LANSIA DENGAN TIPE KEPRIBADIAN

182 Juli 2012: 171 - 182

Mokhtar Jamil JURNAL KEPERAWATAN, ISSN 2086-3071

Nursalam, Pariani (2001). Pedoman PraktisMetodologi Riset Keperawatan .Sagung Seto. Jakarta.

Nursalam (2003). Konsep dan PenerapanMetodologi Penelitian IlmuKeperawatan. Salemba Medika.Jakarta

PSIK (2004). Buku Panduan PenyusunanProposal dan Skripsi . FakultasKedokteran UNIBRAW. Malang

Romziah (2002). Lanjut Usia dan BerbagaiPermasalahannya. PT. Elex MediaKomputindo, Jakarta

Sabri, Muhammad. (2001). Hubungan AntaraTipe Kepribadian Introvert denganEkstrovert pada Mahasiswa UIIJogjakarta yang SedangMengerjakan Skripsi . Tidakdipublikasikan

Soekanto, Soerjono.(1990). Sosiologi SuatuPengantar. PT RajaGrafindo Permata,Jakarta.

Soemardi, Soelaiman.dkk. (1991). PengantarPsikologi Klinis. UI-Press. Jakarta

Subagyo, Slamet. (2007). Hasil SensusPenduduk Indonesia.www.kompas.com. Diakses tanggal 5Mei 2009

Suharmiati, Siti. (2003). Psikologis danKualitas Hidup. http://digilib-blog.net/file/ newsletter_januari_10.pdf. Diaksestanggal 13 Maret 2010.

Suhartini. (2007). Segi Praktis PerawatanLanjut Usia. Jakarta: Binarupa Aksara

Sunaryo, Sigit. (2004). Kesehatan Jiwa,Antara Interaksi dan Kepuasan .www.kapanlagi.com. Diakses tanggal 5Mei 2009.

Stuart dan Sundeen. (1998). DiagnosaKeperawatan Klinis. Jakarta: EGC

Townsend. Ebersole (1998). Geriatric andNursing Healthy Aging. Mosby USA

Wrahatnala, Bondet, 2009, Sosiologi 1 :untuk SMA dan MA Kelas X, Jakarta :Pusat Perbukuan DepartemenPendidikan Nasional, h. 113 – 123.

Yayan (2004). manfaat interaksi sosialuntuk kesehatan j iwa. ht tp//www.healthy.net.id

Zaini N.C (1997). Kumpulan AbstrakPenelitian Universitas Airlangga1995-1996. Lembaga PenelitianUniversitas Airlangga. Surabaya.