Upload
jean-tambunan
View
165
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
MAKALAH PRAKTIKUM
SOSIOLOGI PERTANIAN
“ABCD : Asset Based Community Development”
Oleh : KELOMPOK 3
Kelas : J
ANWAR FUADI
145040200111120
AHMAD NUR KAHFI
145040201111027
AISYAH A ZAIN
145040207111093
JEANNIFER TAMBUNAN 145040200111135
RAFI SEPTIAN EKA
145040200111049
NIKMATUL FATIMAH
145040200111176
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2015
Pembahasan :
ABCD : Asset Based Community Development
Berbicara mengenai pemberdayaan masyarakat maka akan berkaitan erat dengan peningkatan kemampuan atau kapasitas masyarakat. Tetapi konsep pemberdayaan masyarakat ini paling sering digunakan untuk meningkatkan atau memberdayakan masyarakat miskin. Hal ini disebabkan karena masyarakat miskin sangat membutuhkan bantuan yang dapat meningkatkan kesejahteraan hidup mereka. Sementara konsep kemiskinan tersebut juga harus dipahami sebelum melakukan pemberdayaan masyarakat. Hal ini sangat penting karena sangat menentukan pada saat proses pemberdayaan masyarakat dan juga sangat penting dalam penyusunan strategi dalam memberdayakan masyarakat. Jadi, dalam proses pemberdayaan masyarakat pemahaman dan mengerti tentang konsep kemiskinan dalam masyarakat sangatlah penting.Proses pemberdayaan masyarakat pemahaman dan mengerti tentang konsep kemiskinan dalam masyarakat sangatlah penting.
ABCD adalah sebuah pendekatan yang memberikan penekanan yang besar pada aset- aset yang dimiliki di dalam komunitas (yang seringkali tidak disadari). Aset adalah segala hal yang ada dalam komunitas yang berpotensi dalam pengembangan komunitas tersebut. Baik itu berupa aset individual (seperti kepemilikan lahan, kemampuan menjahit), atau aset komunitas (seperti keberadaan lokasi komunitas yang bersinggungan dengan potensi wisata).
ABCD menggerakkan pembangunan komunitas berdasarkan aset yang mereka miliki, sehingga komunitas diarahkan untuk menemukan dan mengembangkan atau bahkan menambah aset yang mereka punya untuk kemudian digunakan bagi kemajuan komunitas. ABCD memastikan dan menyampaikan pada komunitas bahwa segala perubahan baik yang terjadi adalah bersumber pada kekuatan komunitas, bukan dari pihak luar.
Ada beberapa aset komunitas yang perlu untuk dipahami dalam proses pemberdayaan masyarakat, yaitu:
1. Modal Manusia (Human Capital)Sumber daya manusia yang berkualitas sehingga dapat menguasai tekologi yang
bermanfaat bagi masyarakat, baik itu teknologi yang sederhana maupun teknologi yang canggih. Modal ini mewakili unsur pengetahuan, perspektif, mentalitas, keahlian,
pendidikan, kemampuan kerja, dan kesehatan masyarakat yang berguna untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat.
2. Modal Fisik (Physical Capital)Terdiri dari 2 kelompok utama yang merupakan sarana yang membantu masyarakat untuk
meningkatkan kualitas hidupnya yaitu : a. Bangunan (buildings) Rumah, pertokoan, perkantoran, gedung perniagaan, dll. b. Infrastruktur (infrastructures) Jalan raya, jembatan, jalan kereta api, sarana pembuangan limbah, sarana air bersih
jaringan telepon, dll.
3. Modal Finansial (Financial Capital)Modal ini mewakili unsur sumber-sumber keuangan yang ada di masyarakat (seperti penghasilan, tabungan, pendanaan reguler, pinjaman modal usaha, sertifikat surat berharga, saham, dan sebagainya) yang dapat dimanfaatkan untuk menunjang derajat kehidupan masyarakat.
4. Modal Teknologi (Technological Capital)Modal ini mewakili sistem atau peranti lunak (software) yang melengkapi modal fisik
(seperti teknologi pengairan sawah, teknologi penyaringan air, teknologi pangan, teknologi cetak jarak jauh dan berbagai teknologi lainnya) yang dapat digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
5. Modal Lingkungan (Environmental Capital)Modal ini mewakili sumber daya alam dan sumber daya hayati yang melingkupi suatu
masyarakat. Dapat berupa potensi yang belum diolah dan mempunyai nilai ekonomi yang tinggi dalam upaya pelestarian alam dn juga kenyamanan hidup. Modal lingkungan terdiri dari bumi, udara, laut, tumbuhan, binatang, dll.
6. Modal Sosial (Social Capital)Modal ini mewakili sumber daya sosial (seperti jaringan sosial, kepercayaan masyarakat,
ikatan sosial, dan sebagainya) yang bermanfaat untuk membantu masyarakat memunuhi kebutuhan hidupnya. Norma dan aturan yang mengikat warga masyarakat yang ada didalamnya dan mengatur pola perilaku warga, juga unsur kepercayaan (trust) dan jaringan (networking) antara warga masyarakat ataupun kelompok masyarakat.
7. Modal Spiritual (Spiritual Capital) Upaya pemberian bantuan emphaty dan perhatian, kasih sayang, dan unsur utama dari kebijakan praktis (dorongan utama pada kegiatan pelayanan).
Selain itu, aset juga dijelaskan dalam meningkatkan sumber penghidupan (livelihoods) masyarakat. Dalam hal ini, United Kingdom Departement for International Development
(DFID) mengidentifikasikan adanya 5 (lima) aset dalam sumber penghidupan (livelihoods) (dalam Carneyet.al, 1999), yaitu:
a. Aset ManusiaKeterampilan, pengetahuan, kemampuan untuk bekerja dan pentingnya kesehatan yang baik agar mampu menerapkan strategi-strategi dalam sumber penghidupan yang berbeda.
b. Aset FisikInfrastruktur dasar (transportasi, perumahan, air, energi, dan alat-alat komunikasi) dan alat-alat produksi serta cara yang memampukan masyarakat untuk meningkatkan sumber penghidupannya.
c. Aset SosialSumber daya sosial (jaringan sosial, anggota kelompok, hubungan dan kepercayaan, akses yang luas terhadap institusi sosial) untuk dapat meningkatkan sumber penghidupan mereka.
d. Aset FinansialSumber-sumber keuangan yang digunakan oleh masyarakat (seperti tabungan, pinjaman atau kredit, pengiriman uang, atau dana pensiun) untuk dapat memilih sumber penghidupan yang cocok bagi mereka.
e. Aset NaturalPersediaan sumber-sumber alam (seperti tanah, air, biodiversifikasi, sumber-sumber yang berasal dari lingkungan dan dapat digunakan dalam sumber penghidupan masyarakat.
Aset-aset yang ada di masyarakat atau yang dimiliki oleh masyarakat sangat berperan
dalam proses pemberdayaan masyarakat. Misalnya, dalam proses pemberdayaan masyarakat
peran aset manusia sangat mendukung keberlangsungan pengembangan atau pemberdayaan
kapasitas atau kemampuan masyarakat. Tetapi dalam hal ini peran aset yang lain juga sangat
berperan. Misalnya, untuk meningkatkan aset manusia diperlukan aset fisik seperti sekolah
atau rumah sakit sebagai sarana untuk mengembangkan pengetahuan, keahlian, pendidikan,
maupun kesehatan masyarakat. Demikian juga dengan aset fiskal atau aset keuangan sangat
mendukung masyarakat untuk meningkatkan perekonomiannya. Aset sosial sebagai sarana
untuk mengembangkan ikatan sosial atau jaringan sosial dalam memenuhi kebutuhan hidup
masyarakat. Selain itu, modal atau aset natural dan teknologi sangat penting dalam membantu
masyarakat untuk mengembangkan sumber daya alam yang dimiliki dengan dibantu oleh
penguasaan teknologi yang dapat meningkatkan penggunaan sumber daya alam yang ada di
masyarakat seperti penggunaan teknologi untuk pengembangan pertanian masyarakat agar
nantinya dapat meningkatkan kesejahteraan masyaraka
Pemberdayaan masyarakat berbasis aset ini sudah dilakukan oleh lembaga atau
organisasi yang bergerak di bidang pembangunan masyarakat di negara-negara berkembang
seperti United Kingdom Department for International Development (DFID) dan Oxfam.
Lembaga atau organisasi ini mengembangkan aset-aset atau modal yang ada di masyarakat
dalam proses pemberdayaan atau pembangunan masyarakat untuk meningkatkan sumber
penghidupan masyarakat. Aset-aset yang ada di masyarakat dikembangkan dan diberdayakan
untuk meningkatkan sumber penghidupannya. Di Indonesia banyak lembaga atau organisasi
yang bergerak di bidang pemberdayaan masyarakat tetapi tidak terlihat yang benar-benar
mengembangkan semua aset yang ada di masyarakat seperti aset manusia, fisik, fiskal, sosial,
dan natural dalam proses pemberdayaan masyarakat. Salah satu program pemberdayaan yang
terkenal di Indonesia saat ini yaitu Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM)
Mandiri belum sepenuhnya mengembangkan aset-aset yang ada di masyarakat. Kalau
diperhatikan program ini masih seputar pengembangan manusia (aset manusia), fisik (aset
fisik), ekonomi (aset finansial). Disini ada anggapan bahwa dengan memberdayakan atau
mengembangkan ekonomi masyarakat maka semua aspek yang terkait dengan kesejahteraan
masyarakat akan terpenuhi
ABCD (Pengembangan Komunitas Berbasis Aset) muncul sebagai respon atas
pendekatan berdasarkan kebutuhan (needs-based approach) dalam hal pembangunan
komunitas. Namun, pendekatan berbasis kebutuhan dan bantuan dari pihak luar, ternyata
dapat menghasilkan dua efek samping yang tidak diinginkan.
Efek samping negatif pertama adalah pemimpin yang membuat komunitasnya terlihat
buruk. Melihat bahwa pihak yang akan membantu biasanya memberikan bantuan pada
komunitas yang paling membutuhkan bantuan, maka bukan tidak mungkin seorang pemimpin
komunitas akan ‘melebih-lebihkan’ keadaan komunitasnya agar komunitasnya lah yang akan
menerima bantuan.
Pemimpin komunitas menemukan bahwa cara terbaik untuk menarik bantuan dari pihak luar
adalah dengan membuat permasalahan dalam komunitas terlihat sangat buruk. Bahwa ada
kebutuhan yang mendesak untuk dipenuhi atau ditolong. Kesuksesan seorang pemimpin
komunitas dinilai dari seberapa banyak pihak luar yang tertarik untuk membantu masyarakat,
daripada kemandirian komunitas itu sendiri.
Efek negatif kedua, adalah masyarakat akan mempercayai apa yang dikatakan oleh
pemimpin mereka; mereka akan mulai merasa bahwa diri mereka penuh kekurangan dan
tidak mampu untuk membawa perubahan baik pada diri mereka sendiri dan juga komunitas.
Hal inilah yang menyebabkanmasyarakat dalam komunitas mulai berperilaku selayaknya
konsumen atau klien, bukan sebagai agen perubahan itu sendiri. Dengan kata lain,
masyarakat hanya akan ‘pasrah’ terhadap keadaan mereka dan hanya berharap agar pihak lain
membantu. Dimana semestinya masyarakat sendiri melakukan segala cara agar keadaannya
menjadi lebih baik. Dan ketika keadaan menjadi lebih baik, mereka percaya bahwa hal
tersebut karena bantuan dari pihak lain, bukan dari upaya mereka sendiri.
Kepercayaan bahwa diri tidak mampu mengupayakan perubahan yang lebih baik erat
kaitannya dengan sebuah fenomena psikologis yang bernama learned helplessness. Sebuah
kondisi dimana seseorang tidak lagi mempercayai bahwa upaya dari dirinya dapat membawa
atau menghindarkan dia dari sebuah kondisi negatif.