Technopreneurship
Eko Suhartanto, Ary Setijadi Valisa Alvina, Vania Sutanto, Yurika Suhalim
Aspek-aspek Penting dalam Bisnis Berbasis Teknologi
Technopreneurship Aspek-aspek Penting dalam Bisnis Berbasis Teknologi
Desain sampul: Michael Noortjahjo Gambar ilustrasi, Layout isi: Valisa Alvina
Foto isi: Dokumentasi HelloICU, CapStory, MateDiary, Denaro Pizza, berbagai sumber dari internet
Daftar Isi
Kata Pengantar
Eko Suhartanto and Ary Setijadi are the young and well
known faculty members at each prospective institution they are
serving: Prasetiya Mulya Business School and Institut Teknologi
Bandung. The combination of their thought have contributed so
much in assisting me as the President Director of PT. Humpuss
Intermoda Transportasi Tbk (HITS); especially, in the usage of
Information technology as the basis of management decision. The
great significance of their advice to me was a customized
convergence of ORAFIN and AMOS that produces a powerful real-
time tool for business decision making.
During the 2008 global crises, the two scholars shared their
eclectic ideas in technology to help me turnaround the public
company of HITS into profitable in the following year while the
rest of the shipping industry remained in the abyss. I really
encourage the readers to read this book because what they have
taught me is worth digesting, principally on how technology
contributes to effectiveness and efficiency in bridging the culture
gap. Like me, readers will have a vast array of flexibility in
exploring the infinite possibilities to develop the communication
link using their methods.
I wish to see more of them educate the next generation of
Indonesia to become Technopreneurs of the World. If I can do it,
so do you. Let us start to build the nation using the writers
technopreneurship approach.
Jakarta, April 2010
Antonius W. Sumarlin President Director of PT. Humpuss Intermoda Transportasi Tbk
Kata Pengantar
Adalah sebuah keberuntungan bagi Anda, para pembaca
buku. Inilah sebuah buku entrepeneurship di bidang teknologi
yang bisa dikatakan langka di Indonesia. Bila selama ini, isu-isu
seperti ini hanya dibahas di berbagai seminar dan diskusi yang
sifatnya eksklusif, di buku ini Anda akan mendapatkan berbagai
pengetahuan penting yang seharusnya diketahui. Apalagi penulis
mengemasnya dalam bahasa yang menarik membuat buku ini
menjadi bacaan yang inspiratif dan kontemplatif untuk
pembacanya.
Masa kini adalah keberuntungan bagi generasi muda, di mana
mereka memiliki banyak kesempatan yang dapat diambil dan
langsung dikerjakan karena akses informasi yang demikian mudah.
Dengan demikian, mereka akan mampu memulai usaha tanpa
halangan (barrier to entry) yang berarti, kecuali kebutuhan akan
inovasi, kegigihan, dan percaya diri.
Inovasi bukanlah suatu yang sulit. Kita hanya mencari nilai tambah
(added value) dari hal-hal yang sudah ada, tidak semua hal harus
dimulai dari nol. Cukup dengan menggabungkan hal yang sudah
ada, melihat kekurangannya, dan kemudian menambahkan ide
dalam bentuk fungsi baru, atau penciptaan kebutuhan baru.
Ditambah dengan jiwa yang gigih dan penuh percaya diri, cukup
untuk menjadi modal sebagai Technopreneur.
Selamat membaca. Bangsa Indonesia membutuhkan
Tecnopreneur yang memberikan nilai tambah tak terbatas bagi
bangsa dan negaranya.
M. Iqbaly Noor Chief Strategic Allianceof (CSA) of eBdesk Corporate Portal
Kata Pengantar
Adalah sebuah keberuntungan bagi Anda, para pembaca
buku. Inilah sebuah buku entrepeneurship di bidang teknologi
yang bisa dikatakan langka di Indonesia. Bila selama ini, isu-isu
seperti ini hanya dibahas di berbagai seminar dan diskusi yang
sifatnya eksklusif, di buku ini Anda akan mendapatkan berbagai
pengetahuan penting yang seharusnya diketahui. Apalagi penulis
mengemasnya dalam bahasa yang menarik membuat buku ini
menjadi bacaan yang inspiratif dan kontemplatif untuk
pembacanya.
Masa kini adalah keberuntungan bagi generasi muda, di mana
mereka memiliki banyak kesempatan yang dapat diambil dan
langsung dikerjakan karena akses informasi yang demikian mudah.
Dengan demikian, mereka akan mampu memulai usaha tanpa
halangan (barrier to entry) yang berarti, kecuali kebutuhan akan
inovasi, kegigihan, dan percaya diri.
Inovasi bukanlah suatu yang sulit. Kita hanya mencari nilai tambah
(added value) dari hal-hal yang sudah ada, tidak semua hal harus
dimulai dari nol. Cukup dengan menggabungkan hal yang sudah
ada, melihat kekurangannya, dan kemudian menambahkan ide
dalam bentuk fungsi baru, atau penciptaan kebutuhan baru.
Ditambah dengan jiwa yang gigih dan penuh percaya diri, cukup
untuk menjadi modal sebagai Technopreneur.
Selamat membaca. Bangsa Indonesia membutuhkan
Tecnopreneur yang memberikan nilai tambah tak terbatas bagi
bangsa dan negaranya.
M. Iqbaly Noor Chief Strategic Allianceof (CSA) of eBdesk Corporate Portal
Kata Pengantar
Ken Dean Lawadinata Chief Executive Officer (CEO) of Kaskus Network
Kata Pengantar
Prof. Dr. Akhmaloka Rektor Institut Teknologi Bandung
Ucapan Terimakasih
Buku ini tidak dapat kami terselesaikan dengan baik tanpa
rahmat Tuhan Yang Maha Esa.
Atas kerjasama dan kontribusi yang luar biasa, tak lupa kami
ucapkan penghargaan dan terimakasih kepada semua kontibutor
yang telah bersedia membagikan data maupun tulisannya.
Terimakasih kepada tim HelloICU, CapStory, MateDiary, Denaro
Pizza, Entrepreneurship Development Centre S1 Bisnis Prasetiya
Mulya. Terimakasih juga kepada para penulis diktat Bisnis Berbasis
Teknologi, Bapak Imam Soeseno, Ronni Sofrani, Joy Kartika, Dicky
Santoso, Adinda Ayu, dan Pefita Agustin. Diktat tersebut menjadi
inspirator utama buku ini.
Untuk seluruh mahasiswa S1 Bisnis Prasetiya Mulya,
terutama angkatan 2009, kami ucapkan penghargaan atas segala
kerja kerasnya dalam menjalankan semua aktifitas di matakuliah
Science/Technology based Business. Apa yang kalian lakukan
memberikan inspirasi bagi buku ini.
Kami juga ingin mengucapkan terimakasih kepada orang-
orang terdekat dan tercinta. drg. Lila Susanti, SpKGA., Bapak Hari
Bowo, Ibu Isti Suhartati, Ibu Sukmawaty Karyamin, Ibu Gloria
Situmorang, Bapak Johny Sutanto, Ibu Henny, Bapak Sugeng
Santoso, Ibu Ester Bahar, Julius, Yuliana Suhalim, Karina Sutanto,
Aldo, Yoan, Rizki, Lala, Argon, Iqbal, Nanda, Irma, Vera, Lidya,
Herin, Adinda, Yona, Krista, Ian, Mike, Putra, Lia, Dee, Reza, Julio,
Prastomo. Trimakasih atas segala doa dan dukungannya. Tidak
lupa kami ucapkan terimakasinh kepada Ibu Paulin, Ibu Shinta, Ibu
Digna, dan rekan-rekan dari Elexmedia lainnya yang telah
membantu terbitnya buku ini.
Akhir kata, semoga buku ini dapat memberikan inspirasi bagi
siapa saja yang membacanya.
Pendahuluan
Kemajuan teknologi membuat kehidupan terasa cepat dan
mudah. Segala sesuatu yang tidak pernah kita bayangkan
sebelumnya, hadir di hadapan kita. Masa depan seolah-olah dapat
ditarik lebih cepat keberadaannya dari waktu yang semestinya.
Selain itu, dunia saat ini dilanda dengan inovasi yg sangat terbuka
(open innovation). Berbeda dengan kondisi pada tahun 1960an
hingga 1980an dimana inovasi hanya dikembangkan di
perusahaan besar dan bersifat tertutup, saat ini tidak ada lagi
monopoli terhadap inovasi.
Munculnya sebuah teknologi baru tidak lepas dari kebutuhan
manusia, demikain juga sebaliknya kebutuhan baru muncul seiring
dengan adanya teknologi baru. Hal ini mengakibatkan dominasi
bisnis berbasis teknologi makin kuat karena bisnis baru akan
muncul mengikuti kebutuhan manusia. Tantangan berikutnya
adalah bagaimana menciptakan sebuah model bisnis berbasis
teknologi yang sustain dan bergulir cepat.
Pada dasarnya, bisnis berbasis teknologi adalah kemampuan
menciptakan nilai tambah komersial secara konsisten dari inovasi
teknologi baik dari produk maupun jasa sehingga memiliki
keunggulan kompetitif. Tiga kata kunci disini ialah inovasi
teknologi, komersial dan konsisten.
Proses dan pembentukan usaha dengan melibatkan teknologi
sebagai basisnya semakin memperkuat peranan teknologi dalam
pengembangan ekonomi. Inkubasi bisnis hendaknya dilakukan
seiring dengan inkubasi teknologi dengan memperhatikan 4 aspek
utama, yaitu: Inovasi, pertumbuhan bisnis, sistem management
dan dampak terhadap komunitas.
Fenomena Bisnis Berbasis Teknologi
Saat ini bisnis yang berbasis
teknologi sudah menjadi fenomena
umum. Sebut saja, google dengan
search enginenya, facebook dengan
fitur-fiturnya, Youtube dengan
berbagi videonya, 4shared dengan
berbagi lagunya serta MSN dan YM
dengan situs chattingnya. Fenomena
ini juga terjadi di Indonesia. Ada Kaskus yang terkenal dengan
forumnya, online shopping yang menjual berbagai kebutuhan
manusia, blogspot yang terus berkembang, indowebster untuk
download film, dan lain-lain. Peningkatan jumlah bisnis berbasis
teknologi membuktikan bahwa teknologi sukses dalam menunjang
bisnis.
Berdasarkan data dari Internet World Stats, dalam satu
dasawarsa terakhir jumlah pengguna internet (netter) di dunia
meningkat drastis. Dari 0.4% pengguna dari seluruh penduduk
Source: intasari.blog.friendster.com
dunia di tahun 1995, naik
hampir 60 kali lipat pada
2008. Sejak tahun 2000,
pertumbuhan netter dunia
naik rata-rata 2% per tahun
terhadap total populasi
dunia. Hal tersebut
mendorong demokratisasi
ekonomi dan terbukanya kesempatan yang sama dalam berusaha.
Ini semua terjadi karena informasi dapat diperoleh dengan mudah
dan murah berkat hadirnya teknologi informasi.
Sebenarnya tanpa teknologi bisnis tetap bisa berjalan. Yang
ditawarkan ilmu pengetahuan dan inovasi teknologi adalah solusi
yang lebih mudah dan cepat. Untuk itu memang diperlukan
adaptasi. Masyarakat harus cukup menjiwai, tanggap, dan cerdas
dalam mengimbangi kecepatan perubahan dan perkembangan
teknologi.
Para pelaku bisnis berbasis teknologi (technopreneur) sangat
menjiwai peranan teknologi dalam tiap bisnisnya. Mereka
menggunakan teknologi untuk menghasilkan produk inovatif yang
mampu menjadi pengganti (substitusi) maupun pelengkap
(complement) dalam kemajuan peradaban manusia. Berikut ini
adalah ciri-ciri technopreneur:
Source: http://arixx.blogdetik.com/
Ciri Technopreneur
Sumber Motivasi
Eksplorasi kesempatan yang penuh kompetisi dan resiko melalui teknologi baru
Kepemilikan Biasanya berasal dari saham kecil hingga besar
Management Fleksibel dan memiliki semangat inovasi yang berkelanjutan
Kepemimpinan Menghargai kontribusi, pencapaian, dan bekerja secara kolektif
Inovasi Menjadi pemimpin dalam riset teknologi, penggunaan teknologi informasi, dan kecepatan peluncuran produk ke pasar
Outsourcing Bersama dalam satu tim
Potensi pertumbuhan
Sangat besar karena selalu mengakuisisi teknologi dan pasar berubah seiring teknologi baru
Target pasar Global dan mendidik konsumen teknologi baru
Pengaruh Bisnis Berbasis Teknologi
Pentingnya teknologi dapat dilihat dari kenyataan bahwa ia
telah merambah hampir setiap aspek kehidupan kita sehari-hari,
mulai dari kehidupan bisnis hingga sosial. Komputer, telepon
seluler, mesin faks, email, dan internet sudah menjadi bagian
integral budaya kita.
Source: www.bloomingdigital.com/
Source: blog.radvision.com/
Source: www.realsimple.com/
Pengaruh bisnis berbasis teknologi secara garis besar adalah,
sbb:
1. GLOBALISASI
Teknologi tidak hanya membawa
rekan bisnis lebih dekat dengan
anda, tetapi juga memungkinkan
ekonomi dunia ke dalam satu
sistem saling bergantung.
Dengan basis teknologi, informasi
akan mengalir dengan cepat dan efisien, mengurangi
hambatan linguistik dan batas geografis.
2. KOMUNIKASI
Teknologi menjadikan komunikasi
jauh lebih murah, cepat, dan
efisien, baik melalui pesan teks
(email) atau bahkan menggunakan
konferensi video.
3. EFEKTIVITAS DAN EFESIENSI
Teknologi membantu komputerisasi proses
bisnis sehingga lebih efektif dan efisien
dalam meningkatkan produktivitas.
Source: systory.wordpress.com/2007/
Source: www.shutterstock.com/
Source: w
ww
.showboatentertainm
ent.co
4. BRIDGING THE CULTURE GAP
Teknologi membantu menjembatani
kesenjangan budaya dengan membantu
orang-orang dari budaya yang berbeda
saling berkomunikasi dan bertukar
pandangan serta gagasan sehingga
meningkatkan peluang bisnis.
5. FLEKSIBILITAS
Teknologi memungkinkan bisnis bisa
berlangsung setiap saat diseluruh dunia.
Transaksi bisnis bisa dilakukan kapanpun
dan dimanapun melalui teknologi
internet.
Berdasarkan berbagai aspek yang telah dibahas diatas,
beberapa keuntungan dari bisnis berbasis teknologi yang akan
diperoleh, dirangkum dalam 4 garis besar yaitu:
SUMBER PENCIPTAAN NILAI
Memungkinkan penciptaan produk
dan jasa untuk memenuhi kebutuhan
yang sebelumnya tidak ada.
Source:ww
w.eben.com
/news/labels/
Source: w
ww
.smh.com
.au/opinion/politics/ Source: w
ww
.superstock.com/
PENCIPTAAN KEKAYAAN
Perusahaan-perusahaan seperti
Google dan Microsoft terbukti
mampu menghasilkan kekayaan
sangat besar dalam waktu relatif
singkat berkat penciptaan produk
dan jasa yang berbasis pada
inovasi teknologi.
ECONOMIC DRIVER
Pertumbuhan produk domestik bruto
dari Negara-negara maju berasal dari
penggunaan teknologi.
KEMUDAHAN DALAM HIDUP
Cara pencarian informasi secara
dramatis diubah oleh internet, cara
menangani masalah transportasi telah
terjawab oleh pesawat dan mobil, dan
harapan hidup telah diperpanjang oleh
diagnotics medis dan perawatan.
Isi buku ini dimulai dengan ulasan tentang teknologi dalam
peradaban manusia, kemudian dilanjutkan dengan pembahasan
mengenai teknologi dalam bisnis beserta strateginya. Contoh-
contoh kasus yang ditampilkan di buku ini mengangkat
implementasi teknologi informasi dalam membangun aktifitas
ekonomi berbasis komunitas. Selain itu juga akan diangkat
tentang implementasi teknologi digital untuk e-learning dan e-
fashion. Kasus-kasus yang diangkat di buku ini berasal dari proyek-
proyek di Laboratorium Entrepreneurship S1 Bisnis Prasetiya
Mulya dan Laboratorium Sistem Kendali dan Komputer Sekolah
Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi Bandung.
Bagian 1
Teknologi Dalam Bisnis
Source: www.snetretirees.org/
BAB 1 Teknologi Dalam Peradaban Manusia
Istilah Teknologi berasal dari bahasa Yunani, yaitu
technologa (). Teknologi adalah aplikasi dari alat,
bahan, proses, dan teknik untuk aktivitas manusia. Dengan kata
lain teknologi ialah proses di mana manusia memodifikasi alam
untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan mereka.
Banyak diantara sejarah penemuan terbesar sepanjang
sejarah merupakan teknologi, seperti George Stephensin
membuat lokomotif Rocket pada tahun 1829. Tiga tahun
kemudian Alexander Graham Bell menemukan telepon
pertamanya, dan Marconi dengan telegram tanpa kabel.
Pada abad ke-21 ini makin banyak teknologi baru yang
menandai tonggak sejarah, diantaranya ialah kereta magnetik
melayang (Maglev) yang pertama kali diuji di Jerman pada tahun
1980-an, mikroskop pemindai bagian dalam tubuh, mikroskop
tenaga atom, dan lain-lain.
Bila dilihat dari asal usulnya,
teknologi bermula dari fenomena, yaitu
setiap peristiwa yang bisa diamati,
misalkan: angin yang bergerak, benda
jatuh ke arah bawah, aliran air, dll
sebagai sebuah fenomena fisik.
Penemuan-penemuan teori-teori alam oleh para ilmuwan
berangkat dari pengamatan mereka terhadap fenomena alam.
Isaac Newton mengamati orbit bulan dan gravitasi, Galileo
Galilei mengamati gerak sebuah bandul, dll.
Selanjutnya melalui metoda formal dicari prinsip-prinsip dari
fenomena-fenomena tersebut. Hasilnya disebut pengetahuan
(knowledge). Misalkan pengetahuan tentang aliran elektron
dalam konduktor listrik. Pengetahuan ini dapat digunakan oleh
Source: www.polegri.it/en/
para insinyur untuk menciptakan alat dan mesin baru
seperti semikonduktor, komputer, dll.
Pada tahap berikutnya pengetahuan-pengetahuan yang ada
disistematisasikan dan digeneralisasikan berdasarkan pengamatan
empiris perilaku fisik yang telah diterima secara universal.
Hasilnya disebut Ilmu Pengetahuan (Science).
Melalui ilmu pengetahuan (science) manusia berupaya untuk
terus menemukan dan meningkatkan pemahaman terhadap alam
melalui penelitian. Langkah-langkah yang dilakukan ialah:
1. Mengamati fenomena alam.
2. Mengumpulkan data yang berkaitan dengan fenomena menjadi informasi
3. Menganalisa informasi tersebut. 4. Membangun dugaan /
hipotesis untuk menjelaskan fenomena tersebut.
Melalui science manusia berusaha memahami "mengapa" dan
"bagaimana" alam bekerja.
Dalam usaha memenuhi kebutuhannya, manusia berusaha
memanfaatkan dan mengimplementasikan science secara praktis.
Hasilnya disebut teknologi.
Engineering adalah disiplin, seni dan profesi yang
menerapkan pengetahuan untuk merancang dan
mengimplementasikan materi, struktur, mesin, peralatan, sistem,
dan proses yang aman untuk mewujudkan suatu penemuan yang
diinginkan. Engineering berorientasi pada proses perancangan dan
pembuatan alat-alat dan sistem untuk mengeksploitasi fenomena
alam.
5. Melakukan percobaan untuk menguji hipotesis tersebut di bawah kondisi yang terkendali.
6. Membangun teori untuk mengeneralisir fenomena.
Science Technology/Engineering
Induksi Elektromagnetik
Hukum Pascal tentang
Tekanan Cairan
Teknologi berkembang seiring berjalannya waktu dan
kebutuhan manusia. Saat jaman prasejarah, teknologi hadir di
tengah peradaban manusia ketika manusia merasa kesulitan
untuk bertahan hidup. Banyak hal yang perlu dikerjakan oleh
setiap pribadi di masa tersebut namun diluar kendali dan tidak
dapat di selesaikan dalam waktu cepat. Bukan hanya pekerjaan,
faktor alam pun menambah kesulitan yang harus ditanggung oleh
manusia, seperti bencana tanah longsor, gempa bumi, banjir, yang
mengharuskan mereka hidup berpindah-pindah. Hal tersebut
memunculkan teknologi untuk menambah kemampuan manusia
bertahan hidup dan mempermudah kelangsungan hidup.
Bukti nyata hadirnya teknologi di masa prasejarah ialah
penemuan teknologi untuk mengendalikan api dan
penemuan roda. Teknologi secara signifikan mempengaruhi
manusia untuk mengendalikan dan beradaptasi dengan
lingkungan alam.
Di jaman modern, teknologi tetap hadir ditengah peradaban
dunia. Kejadian-kejadian yang kian sulit, seperti krisis pangan dan
Teknologi Dalam Peradaban Manusia Prasejarah
Teknologi Dalam Peradaban Manusia Modern
energy serta ketimpangan pembangunan sosio-ekonomi menjadi
suatu keprihatinan. Inovasi teknologi menjadi salah satu dari pilar
utama untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat.
Melalui teknologi, diharapkan solusi dan inovasi iptek mampu
meminimalisasi bahkan mengeliminasi segala kesulitan hidup
manusia dan berkurangnya korban manusia baik secara jiwa
maupun finansial secara signifikan. Untuk selanjutnya, Ilmu
pengetahuan dan teknologi dapat menjadi sumber pertumbuhan
daya saing ekonomi, menentukan tingkat efektivitas dan efisiensi
proses transformasi sumber daya menjadi sumber daya baru yang
lebih bernilai.
Ada tiga peran teknologi dalam kaitannya dengan kegiatan
manusia, yaitu: (1) sebagai alat bantu yang membuat kegiatan
manusia menjadi lebih baik; (2) sebagai alat enabler, yang
membuat suatu kegiatan manusia dari sebelumnya tidak mungkin
menjadi mungkin; dan (3) sebagai alat transformasi, yang
merubah pola pikir dan pola tindak dari manusia ke level yang
baru. Keberadaan PC membuat pengolahan data secara digital
menjadi mungkin (alat enabler). Penggunaan aplikasi word
processor di atas platform PC membuat kegiatan pembuatan dan
pengolahan dokumen menjadi lebih efisien dan efektif
dibandingkan dengan menggunakan mesin ketik (alat bantu).
Ketersediaan smart-phone yang dilengkapi dengan kamera dan
word processor membuat praktek jurnalisme berubah (alat
transformasi).
Gambar 1.1
Tiga Gelombang Revolusi Peradaban Manusia
.1 menggambarkan evolusi peradaban manusia dalam
kaitannya dengan teknologi pendukungnya, seperti yang
dikemukakan Alvin Toeffler. Kebudayaan manusia dapat
dipandang telah mengalami beberapa gelombang revolusi, yaitu:
(1) era pertanian; (2) era industri; (3) era informasi; dan kemudian
sepertinya akan dikenal sebagai (4) era kreativitas.
Revolusi pertanian dapat dipandang terjadi dalam kerangka
10.000 tahun yang lalu, yang dimulai ketika manusia mulai
meninggalkan konsep masyarakat nomaden yang berburu dan
menjadi pengumpul, menjadi masyarakat petani dan menetap,
membentuk koloni, desa, kota serta mengembangkan
kebudayaan.
Revolusi industri merupakan ekspresi kekuatan mesin.
Revolusi industri bermula di era 1700an dan mendapatkan
momentumnya setelah perang saudara di Amerika Serikat.
Sebagian populasi mendapatkan penghidupan dari aktivitas yang
muncul di sekitar aktivitas pabrik dan manufaktur. Era tersebut
mencapai puncaknya pada perioda perang dunia kedua,
pertempuran berbagai mesin raksasa hingga meletusnya bom
atom di Jepang.
Ketika mesin seakan-akan menjadi bagian yang sangat
penting dan seakan-akan tak terbantahkan, mulai terasa pengaruh
dari gelombang ketiga, yang berbasis bukan pada kekuatan tapi
pada pikiran. Itulah yang dikenal dengan era informasi atau era
pengetahuan. Era ini merupakan era yang dibangun atas sinergi
kekuatan teknologi informasi dan berkembangnya pemikiran
sosial di seluruh dunia tentang kemerdekaan dan individualitas.
Kemudian kebutuhan akan identitas dan pengalaman individu
yang unik membawa kepada penggunaan yang beragam dari apa
yang diperoleh di era informasi ke bentuk yang baru pada era
kreativitas. Selanjutnya banyak yang memprediksi bahwa
pemahaman akan kemanusiaan yang lebih dalam bisa jadi akan
membawa penggunaan yang memiliki makna baru pada
spiritualitas sehingga saat itu akan disebut era spiritualitas.
Ada beberapa hal menarik yang dapat kita pandang dari
fenomena di atas. Dari sisi pandangan apa yang disebut dengan
kekayaan, terjadi pergeseran makna. Pada gelombang pertama,
kekayaan terdefinisi pada seberapa luas tanah yang dimiliki, dan
hal tersebut bersifat eksklusif; jika saya menanam padi di tanah
tersebut, orang lain tidak.
Pada gelombang kedua, kekayaan tersebar menjadi tiga
faktor produksi, yaitu: tanah, tenaga kerja dan
kapital(modal/uang), yang masing-masing juga bersifat eksklusif.
Sebagai ilustrasi, Toyota menjadi kaya dengan membuat
kombinasi sumber daya sumber daya yang dimilikinya (pabrik,
tenaga kerja dan uang) untuk membangun mobil. Setiap mobil
yang dibangun akan mengurangi sedikit sumber daya dari
perusahaan tersebut.
Pada gelombang ketiga, setiap kali Microsoft memproduksi
kopi dari software aplikasi Microsoft Word, praktis sumber daya
yang dimilikinya tidak berkurang. Sumber kekayaan Microsoft
bukan dari tanah, tenaga kerja dan uang yang dimiliki di Redmond,
tapi pengetahuan yang dimiliki oleh pengembang softwarenya.
Fenomena ini berlanjut sehingga pada gelombang ketiga,
kekayaan Google bukan terletak pada tanah, tenaga kerja dan
uang, bahkan bukan dari pengetahuan yang dimiliki oleh
karyawan-karyawannya, tapi pada banyaknya basis pengguna
yang menggunakan layanan yang disediakan oleh Google.
Hal menarik kedua yang dapat kita ambil dari fenomena di
atas adalah bahwa secara global, setiap gelombang terjadi secara
alamiah. Artinya terjadinya suatu gelombang bukan terjadi begitu
saja dari vakum, tapi berangkat dari apa yang terjadi digelombang
sebelumnya. Apa-apa yang dihasilkan sebagai produk suatu
gelombang berangkat dari proses pemenuhan kebutuhan yang
muncul dari hasil gelombang sebelumnya. Pencapaian suatu era
akan menjadi dasar dari revolusi tahap selanjutnya.
Melimpahnya pangan yang diperoleh secara efisien dalam
revolusi pertanian menghasilkan pasokan tenaga kerja dan brain
serta berkembangnya populasi di berbagai tempat sehingga
munculnya kebutuhan akan barang-barang produk manufaktur
dan jasa di berbagai sektor. Kebutuhan-kebutuhan dan peluang
tadi menjadi insentif bagi penemuan-penemuan yang menjadi ciri
era industri seperti mesin uap, motor bakar, generator listrik,
optimasi proses, sistem kendali, optimasi dan lain-lain.
Melimpahnya produk-produk manufaktur dan jasa yang
diperoleh secara efisien dalam Era Industri menghasilkan pasokan
tenaga kerja dan brain serta membangun kebutuhan dan peluang
pada pemrosesan dan diseminasi informasi yang lebih kompleks
dan abstrak untuk berbagai kebutuhan. Kebutuhan-kebutuhan
dan peluang tadi mengarahkan kepada penemuan-penemuan
yang menjadi ciri Era Informasi seperti PC, jaringan telekomunikasi
internet, telepon bergerak, mesin pencari dan lain-lain.
Melimpahnya informasi dan kemudahan akses informasi yang
diperoleh secara efisien dalam Era Informasi memberikan
kebutuhan dan peluang untuk mendayagunakan informasi itu
untuk mengemas dengan cara yang berbeda atau menghasilkan
produk yang memiliki nilai kreatif yang baru. Ketika industri yang
menghasilkan produk-produk kreatif di atas telah melewati titik
kritis tertentu dan berkontribusi signifikan dalam perekonomian
secara keseluruhan maka dapat dikatakan telah memasuki Era
Kreativitas/Era Industri Kreatif.
Namun, tentu saja terdapat diperlukan prasyarat yang harus
dicapai sebelum revolusi selanjutnya dapat terjadi. Banyak ide-ide
dan konsep-konsep cemerlang gagal karena memang belum
waktunya. Kasus Dot-Com Bubble (1996 2001) merupakan
contoh kasus ketika usaha awal untuk mengeksploitasi internet
secara masif belum berhasil akibat prasayarat yang dibutuhkan
dalam bentuk bisnis model serta ekosistem yang belum cukup
terbentuk. Pendekatan yang lebih hati-hati pada usaha
selanjutnya memperlihatkan hasil yang lebih baik. Yahoo dan
Google dapat dilihat sebagai contoh klasik kasus pendekatan hati-
hati dan tepat yang berhasil melewati masa-masa sulit di atas.
Pentingnya kreativitas sebagai salah satu soft-skill telah
dirasakan sejak lama. Secara natural, pengembangan semua
produk kerekayasaan pasti membutuhkan kreativitas dan inovasi
hingga tahap tertentu. Yang membedakan dengan produk-produk
pada era sebelumnya adalah produk-produk industri kreatif
memiliki potensi untuk menghasilkan sistem nilai yang belum ada
sebelumnya karena tersedia informasi yang berlimpah dan relatif
murah untuk dapat digunakan sebagai modal dasarnya.
IBM merupakan salah satu contoh perusahaan teknologi yang
survive di tiga gelombang. IBM merupakan produk langsung dari
revolusi industri yang terkait dengan banyak industri manufaktur
termasuk industri militer. Selain industri manufaktur, sebagai
perusahaan yang lahir di tengah-tengah gegap gempita revolusi
industri, IBM juga memiliki industri teknologi penunjang
pengolahan data bagi industri manufaktur dan jasa transportasi.
Setelah Perang Dunia II, bisnis IBM bergerak ke bisnis computing
dengan berorientasi pada manufaktur komputer(mainframe).
Kemudian pertengahan era 60-an hingga era 80-an ke bisnis
workstation serta perangkat lunak kebutuhan khusus dengan
tetap mempertahankan hegemoninya di mainframe. Setelah
perjuangan di era 90-an, mulai era 2000an IBM
mengkonsentrasikan dirinya pada bisnis konsultasi dan layanan re-
engineering serta lisensi intellectual property right dari apa-apa
yang dihasilkan sebelumnya. Video-game juga memperlihatkan
evolusi senada, dari produk manufaktur menjadi produk yang
berorientasi konten yang ditunjang oleh produk manufaktur
(hardware console).
Terjadinya evolusi di atas tidak berarti bahwa produk-produk
manufaktur dan jasa kehilangan relevansinya, hanya kehilangan
proporsi dalam ekonomi, karena bagian baru dari pertumbuhan
ekonomi diisi sebagian besar oleh nilai-nilai yang dibangun oleh
ekonomi yang berbasis produk kreatif.
Selain sebagai perjalanan alamiah dari pertumbuhan ekonomi
suatu negara, pengembangan industri kreatif dapat juga dibuat
sebagai bagian dari strategi ekonomi suatu negara. Inggris, negara
yang mempopulerkan istilah kluster industri kreatif, melihat
peluang di titik ini setelah melakukan evaluasi yang
memperlihatkan tipisnya peluang Inggris untuk dapat bersaing di
industri manufaktur dan jasa di masa datang.
Terakhir dari fenomena gelombang Toffler, kita dapat melihat
bahwa produk teknologi yang memiliki nilai ekonomi terbesar
biasanya produk yang berperan sebagai alat transformasi, lalu
kemudian alat enabler, baru kemudian teknologi yang berperan
sebagai alat bantu. Hal ini tentu saja sesuai dengan nilai tambah
yang diberikan oleh teknologi tersebut. Sebagai contoh, pada era
informasi, perangkat lunak seperti ERP (Enterprise Resource
Planning) yang mentransformasi kegiatan perencanaan dalam
perusahaan memberikan nilai ekonomi yang jauh lebih besar
dibandingkan dengan perangkat lunak Word Processor sebagai
alat bantu pengolahan dokumen.
Gelombang Toffler pada Kasus Indonesia
Bagian sebelumnya menggambarkan bagaimana kebudayaan
manusia berevolusi secara global. Pada kenyataannya hal tersebut
tidak seragam di seluruh dunia. Setiap daerah memiliki pola
evolusi yang berbeda-beda walaupun saling kait mengait dengan
evolusi di daerah lain.
Jika kita melihat perjalanan bangsa Indonesia sejak merdeka
dengan menggunakan terminologi yang sama dengan di atas, kita
dapati tiga gelombang tersebut terjadi dalam kurun kurang lebih
50 tahun sejak 1960-an s.d. 2009 (Error! Reference source not
found.).
Jika kita bandingkan dengan fenomena global, kita dapati
beberapa perbedaan karakteristik yang cukup signifikan, yaitu:
Jika ketiga gelombang diberi nama sifat revolusi, pada konteks
Indonesia semua gelombang baru berjalan kurang dari 50
tahun, suatu super-revolusi. Di satu sisi, perioda yang sangat
pendek ini merupakan konsekuensi logis dari kemerdekaan dan
kebutuhan-kebutuhan yang riil ada di masyarakat. Di sisi lain
perioda yang pendek ini tidak memberikan banyak ruang bagi
komunitas untuk melakukan internalisasi terhadap banyak hal
dari prosesnya, baik dari sisi teknologi, konsep organisasi dan
manajemen, serta konsekuensi-konsekuensi lainnya.
Akibat lain dari pendeknya perioda, kurangnya koherensi antar
gelombang. Pencapaian dari satu gelombang tidak terkait
Gambar 2.2
Tiga Gelombang dalam Konteks Nasional
dengan pencapaian di gelombang yang lain, bahkan kadang-
kadang bertolak-belakang dan saling meniadakan.
Akibatnya sifat keberlanjutan dari sistem akan terkait erat
ketergantungan terhadap dunia luar menjadi sangat kental,
baik dalam konteks sebagai sumber informasi, maupun sebagai
pasar dari produk.
Hal-hal di atas akan memberikan pola yang unik tentang
bagaimana bisnis dapat berjalan di Indonesia dibandingkan
dengan apa yang terjadi di negara maju. Pola-pola ini yang
nantinya selain akan memberikan persoalan seperti di atas, juga
akan akan memberikan banyak peluang al.:
Kurangnya koherensi membuat peluang bisnis pada setiap
gelombang masih cukup besar untuk dikembangkan. Dari
sektor agribisnis, manufaktur hingga bisnis berbasis layanan
akan memiliki peluang yang besar untuk dapat berkembang
walaupun belum memliki infrastruktur yang memadai.
Peluang untuk mendapatkan limpahan bisnis yang di negara
lain telah kehilangan nilai ekonominya [Shapiro, 2009]
Produk suatu teknologi akan dapat berperan di tiga peran tadi
dengan nilai ekonomi yang sama baiknya.
BAB 2 Model Bisnis Berbasis Teknologi
Ekonomi dan bisnis adalah hal yang tidak dapat dipisahkan
dari aktivitas manusia saat ini. Manusia selalu mencari cara untuk
dapat memecahkan masalah-masalah dalam hidupnya dengan
lebih efektif dan efisien. Permasalahan yang ada dalam hidup
manusia membuat entrepreneur dapat mengidentifikasikan
peluang usaha yang menjanjikan.
Untuk dapat berhasil di dalam dunia bisnis, seorang
entrepreneur kerap menciptakan inovasi-inovasi baru. Inovasi
tersebut berupa produk, jasa, maupun sistem kerja yang dapat
digunakan secara luas di dalam masyarakat.
Tak dapat dipungkiri bahwa teknologi telah menciptakan
cara-cara baru yang dapat meningkatkan standar hidup
masyarakat. Namun terkadang, masyarakat masih memandang
teknologi sebagai sesuatu yang sulit dipahami dan sulit
dimanfaatkan. Untuk itulah entrepreneur berperan di dalamnya.
Entrepreneur harus dapat membuat teknologi menjadi lebih
bermanfaat dan dapat dipasarkan kepada masyarakat secara luas.
Ketika melihat gambar-gambar di atas, kita akan langsung
membayangkan sebuah produk atau jasa yang erat kaitannya
dengan teknologi. Dengan kreativitas dan inovasi entrepreneur,
produk dan jasa tersebut dapat dimanfaatkan dengan baik oleh
masyarakat.
Bayangkan saja, saat ini banyak orang terkagum-kagum
melihat inovasi yang dikeluarkan perusahaan Apple melalui
produk-produknya, seperti IPhone, ITouch, dan IPad. Di sisi lain,
jutaan orang mengalami ketergantungan kepada Blackberry yang
terus menawarkan fitur-fitur terbaru dan tercepat dalam
menggunakan internet. Atau lihat saja bagaimana orang sibuk
melakukan aktualisasi diri hampir setiap detiknya melalui situs
jejaring sosial, seperti Twitter. Semua hal tersebut terjadi karena
adanya teknologi. David L. Bodde mencoba memaparkan teori
pemanfaatan teknologi sebagai sebuah peluang bisnis. Teori
tersebut digambarkan dalam sebuah model bisnis yang mencakup
berbagai aspek. Aspek-aspek tersebut akan dijelaskan secara
mendalam di bagian ini.
Library Online ala Google
Googles Founder Page and Birn
Google adalah salah satu inovasi bisnis yang paling
terkenal di dunia. Banyak orang mengakses Google hampir
setiap menit untuk mencari berbagai informasi. Wajah
Google adalah bukti bahwa teknologi dapat menjadi sesuatu
yang sangat bermanfaat di dalam kehidupan manusia. Google dilahirkan pada tahun 1996 melalui pemikiran dua
mahasiswa dari Stanford University, Sergey Birn dan Larry
Page. Google muncul dari sebuah masalah yang sangat
sederhana, yaitu kebutuhan untuk menemukan informasi
dengan cepat dan akurat. Saat web-web tumbuh pesat dan tidak beraturan pada
pertengahan 1990-an, banyak perusahaan seperti Yahoo
dan Altavista yang berusaha menemukan cara untuk
memudahkan pencarian informasi dari web-web tersebut.
Mulai dari cara manual sampai penggunaan link-link pun
dilakukan. Namun hanya Google yang dapat memberikan
solusi terbaik.
MELIHAT ADANYA PELUANG
Larry Page tidak hanya sekedar menyajikan link, tapi
juga mengurutkannya sesuai relevansi kata kunci dengan isi
web. Supaya cepat, proses tersebut harus dilakukan secara
offline, yang berarti harus men-download jutaan web yang
ada di dunia ke dalam database Google. Google
menggunakan crawler untuk meminta ijin men-download
web kepada pemiliknya. Algoritma yang sampai saat ini
digunakan untuk memroses dan memeringkat milyaran
halaman web dinamakan PageRank.
EFISIENSI METODE
Keunggulan teknologi terpenting yang membuat Google
lebih unggul adalah cara merangkai lebih dari seratus ribu
PC menjadi satu mesin pencari. Cara ini tentu mengeluarkan
biaya yang lebih murah. PC-PC tersebut disusun dalam rak-
rak seukuran lemari es, kemudian dihubungkan dengan
perangkat lunak dan cara penyambungan tertentu yang
dipatenkan. Perpaduan antara teknologi perangkat keras
(hardware) dan metode PageRank (software) menghasilkan
pencarian yang akurat, cepat, dan luas (meliputi sebagian
besar web di dunia).
TAMPILAN SEDERHANA
Meskipun terkesan sederhana dengan warna putih
sebagai latar belakangnya, Google tetap digemari karena
kecepatan pencariannya. Google sengaja tidak memasang
pernak-pernik dan gambar bergerak (flash) demi
mempertahankan kecepatannya. Google sangat fokus pada
kebutuhan pengguna, yaitu melakukan pencarian dengan
secepat dan setepat mungkin.
KEPUASAN KONSUMEN
Google menawarkan kualitas mesin pencari (search
engine) yang terbaik dengan gratis. Hal ini telah membuat
jutaan orang penggunanya menjadi puas dan mengalami
ikatan emosional untuk terus menggunakan jasa Google.
MESIN PENCETAK UANG YANG DASHYAT
Google membagi halamannya menjadi dua kolom. Link
untuk web pengiklan ditampilkan di kolom kanan. Google
mendapat bayaran dari pengiklan setiap kali iklannya diklik.
Tarifnya bervariasi, antara puluhan sen hingga beberapa
USD per klik! Ongkos penampilan sebuah iklan ditentukan
melalui lelang online. Pada 2004, dari lima belas pengguna
ada satu yang mengklik iklan bernilai rata-rata 50 sen. Ini
memberi Google aliran uang sekitar Rp 6 juta/detik.
Sumber : Artikel Entrepreneur Berbasis Teknologi Belajar dari
Kisah Sukses Google oleh Eko Suhartanto, MT)
Societal Needs
Dari contoh kasus tersebut, kita dapat menggali lebih dalam
aspek-aspek dari model bisnis berbasis teknologi dan aplikasinya
di dalam beberapa situs seperti Google.
Aspek pertama yang menjadi
akar penciptaan sebuah inovasi
bisnis baru adalah societal needs,
kebutuhan paling mendasar yang
dirasakan masyarakat.
Kebutuhan tersebut meliputi
kebutuhan pangan, komunikasi,
hiburan, kebersihan, fashion,
pangan, dll. Societal needs dapat
diperoleh dari nilai-nilai kehidupan, aspirasi, keinginan yang kuat,
cita-cita dan kekhawatiran akan ancaman.
Masyarakat tentu saja memiliki banyak kebutuhan secara fisik
maupun psikologis. Namun, entrepreneur hanya akan melihat
kebutuhan apa yang memiliki sisi potensial di dalam pasar.
Turunan dari societal needs yang lebih spesifik dan memiliki nilai
komersial ini disebut dengan customer value recognition.
Misalkan, societal needs yang dibutuhkan adalah aktualisasi diri,
Source: strategy2c.wordpress.com
maka customer value recogition-nya adalah sarana aktualisasi diri
secara online yang cepat, mudah dan praktis. Customer value
recognition membuat manusia mau mengorbankan uang, waktu
dan tenaga untuk memenuhi kebutuhannya.
Konsumen akan membeli produk/jasa apabila mereka merasa
mendapat benefit dari penggunaan produk/jasa tersebut. Sangat
sulit untuk mengidentifikasikan kebutuhan konsumen kecuali kita
mengerti apa yang mereka butuhkan.
Ada dua cara untuk mengetahui keinginan konsumen.
Pertama, melihat permasalahan dan fenomena yang terjadi di
dalam masyarakat. Kedua, mencari tahu apakah inovasi yang kita
tawarkan memberikan solusi yang lebih baik untuk memecahkan
permasalahan tersebut. Jika kita memahami keinginan konsumen,
maka pengembangan inovasi akan menjadi lebih terarah dan
memiliki target yang jelas.
Jika melihat kasus kemunculannya, Google hadir karena
adanya kebutuhan untuk memuaskan rasa ingin tahu dan
mengembangkan wawasan (societal need). Kedua penemunya,
Birn dan Page melihat bahwa sebuah mesin pencari haruslah
tepat, cepat dan memiliki jangkauan pencarian yang luas. Inilah
customer value recognition dari Google.
Teknologi sebagai Alat untuk Menciptakan Inovasi
Source: ww
w.idoton.com
/technology.html
Untuk menghadirkan customer value yang baik, seorang
entrepreneur membutuhkan peran teknologi di dalamnya.
Namun, seperti yang telah dikatakan sebelumnya, tidak semua
orang paham dalam memanfaatkan teknologi. Inovasi yang sulit
dimanfaatkan dan dipahami kegunaannya oleh orang lain akan
menjadi sia-sia. Oleh karena itu, teknologi harus disatukan dengan
kapabilitas organisasi yang mampu menangkap nilai-nilai yang
bermanfaat guna mendatangkan keuntungan bagi pemilik, pekerja
dan investornya. Kemampuan organisasi ini disebut dengan
entrepreneurial innovation.
Demi menjawab customer value recognition Google, Birn dan
Page menciptakan sistem sambungan PC untuk melakukan
pencarian ke milyaran halaman web. Algoritma yang digunakan
(PageRank) mengikuti apa yang diterapkan Yahoo dan Altavista,
namun tetap memberi akurasi dalam memeringkat hasil
pencarian. Ada pula sistem back-up otomatis untuk menggantikan
PC yang rusak. Inilah teknologi yang diterapkan Google guna
memenuhi customer value recognition.
Entrepreneurial innovation berusaha menambahkan teknologi
ke dalam proses (process), pekerja (people), kemampuan (skill)
dan peralatan (equipment) yang diperlukan guna memberikan
nilai tambah bagi konsumennya dan untuk menangkap
sustainable value bagi perusahaan.
Dengan menggabungkan teknologi dan entrepreneurial
innovation, sebuah produk akan memiliki kemampuan unik yang
tidak terdapat pada kompetitor lain. Kemampuan ini
mendatangkan suatu distinctive competency yang dapat berupa
proses bekerja, sistem pengontrolan bahan baku, atau keahlian
khusus yang dimiliki perusahaan untuk melakukan produksi.
Disctinctive competency menciptakan keunggulan dan
keistimewaan tertentu untuk memenangkan persaingan pasar
(competitive advantage). Sebagai hasil dari keuntungan ini,
produk tersebut akan mendatangkan surplus.
Umumnya, surplus merupakan keuntungan dari segi manfaat,
ekonomi, maupun sosial. Manfaat surplus diterima oleh
pemegang saham, pencipta produk, investor, pekerja, konsumen,
pemerintah, dan masyarakat. Pihak-pihak yang menerima efek
akibat penciptaan dan penggunaan produk tersebut disebut
sebagai stakeholders. Sebagian surplus ada yang dipisahkan
menjadi sumber untuk memperbaiki ataupun menambah nilai
Entrepreneurship Membawa Inovasi pada Market
distinctive competency. Bagian ini disebut dengan resources.
Kedua entrepreneur Google juga menerapkan beberapa
inovasi baru pada bisnis dan kultur perusahaannya, seperti
lingkungan kerja yang memberi peluang kepada karyawan untuk
berkreatifitas, tampilan web yang sederhana dan mengutamakan
kecepatan, serta sistem pay per click. Inovasi ini telah membuat
Google memiliki disctinctive competency yang kemudian berlanjut
menjadi competitive advantage perusahaan.
Google dikenal sebagai mesin pencari yang murah, gratis dan
keakuratan hasil pencarian terjamin. Semua orang dapat
mengakses Google tanpa takut terikat dan mengeluarkan biaya.
Pengguna internet pun akhirnya merasa nyaman menggunakan
Google dan terus menerus mengaksesnya. Hal ini membuat para
pemasang iklan tertarik pada Google dan mengajak kerja sama.
Sekarang ini, Google telah meraup banyak keuntungan
financial maupun non-financial setiap detiknya. Google juga
memberikan pengaruh besar bagi para stakeholdersnya. Surplus
yang diterima oleh Google nantinya akan digunakan untuk
mewujudkan cita-cita Google untuk membangun perpustakaan
virtual terlengkap di dunia dan menciptakan database genom
demi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Bagan 2.1 : Model Bisnis Berbasis Teknologi Google
Bagan 2.2 : Model Bisnis Berbasis Teknologi Twitter
Customer Value
Recognition Kecepatan Akurasi Jangkauan
Technology Internet
Perangkat keras computer
Algoritma yang sudah diterapkan oleh Yahoo, Altavista, dll)
Entrepreneurial Innovation
PageRank
Desain Hardware
Tampilan sederhana
Pay per click
Komunitas para pemilik web
Lingkungan kerja terbaik di dunia
Societal Need Mengembangkan wawasan Pengetahuan
Distinctive Competency
Kultur perusahaan
Proses bisnis : kontinyu membentuk tim riset kecil
Resources Mengembangkan fitur-fitur baru
Membangun perpustakaan virtual paling lengkap di dunia
Membangun database genom
Competitive Advantage
Penyedia informasi paling murah, tidak mengikat
Kualitas hasil i
Stakeholders Birn & Page : saham Karyawan perdana :
saham perdana Karyawan :
lingkungan kerja Investor : tingkat
pertumbuhan saham Stanford University :
saham, favorability, awareness
Partner : pembagian keuntungan
Pengguna internet : kemudahan
d k
Surplus Revenue Profit Pertumbuhan
revenue Pertumbuhan profit Kemudahan
i i f i
Bagan 2.3 : Model Bisnis Berbasis Teknologi Facebook
Customer Value Recognition
Kecepatan komunikasi Efisiensi waktu dan kata
Technology Internet
computer
mobile web
Internet Relay Chat (IRC)
Microblogging service
SMS Content
Application Programming Interface
Entrepreneurial Innovation
Character Limit
Username, lebih cepat untuk mengirim message singkat pada followers
Societal Need Penyebaran informasi Networking Komunikasi
Distinctive Competency
Efektivitas dalam penyebaran informasi
Resources Mempercepat proses tweet
Memperbanyak aplikasi
Memperbaiki kekurangan web
Competitive Advantage Situs komunitas sosial yang
paling cepat menyebarkan informasi, setiap orang dapat berkomunikasi hampir setiap detiknya
Stakeholders Founder : saham, profit User & Followers :
kecepatan berkomunikasi dan berbagi informasi
Surplus Revenue Kemudahan
penyebaran informasi
Customer Value Recognition
Technology Platform internet
HTML
Software developer
Aplikasi program
Societal Need Komunikasi
Networking, Hiburan
Bagan 2.4 : Model Bisnis Berbasis Teknologi Wikipedia
Customer Value Recognition Pencarian informasi yang
Technology Web browser
Platform internet mobile web (WAP) HTML
search engine
Societal Need Mengembangkan pengetahuan Pencarian informasi Edukasi
Business Model Implication
Business Model Implication mendeskripsikan perubahan
customer value dan teknologi akibat perkembangan produk/
jasa berbasis teknologi. Selain itu juga mendeskripsikan
perubahan kemampuan konsumen yang diperlukan untuk
mengkonsumsi produk/jasa tersebut (competency
requirement).
Kamus Ensiklopedia Wikipedia
Customer Value
Ensiklopedia yang dapat dibawa kemana-mana, tetapi sulit untuk menemukan kata yang dimaksud
Ensiklopedia online dan mudah diakses dimana dan oleh siapa saja secara gratis.
Technology
Alfabetis Web browser, Platform internet, mobile web (WAP), HTML, Search engine, slashdot postings
Competency Requirement
Mencari informasi lewat alfabetis satu-persatu
Keahlian menggunakan computer, internet, dan melakukan pencarian dengan keyword
Tabel 2.1 Contoh Business Model Implication
Seperti yang telah dibahas sebelumnya, customer value
akan terus mengalami perubahan mengikuti perkembangan
produk. Dahulu orang selalu kesulitan membawa buku
ensiklopedia yang begitu berat dan selalu sulit mencari
kata/subjek yang diinginkan. Namun setelah Wikipedia
muncul, semua orang dapat dengan mudah mengaksesnya
secara gratis dan menemukan subjek yang dicari dengan
cepat. Wikipedia menghadirkan nilai tambah yang lebih baik
dari sebelumnya sehingga customer value mengalami
peningkatan.
Perubahan juga terjadi di sisi teknologi. Untuk
memenuhi customer value yang meningkat diperlukan
teknologi yang lebih baik pula. Untuk membuat Wikipedia
diperlukan teknologi internet melalui World Wide Web yang
melingkupi HTML, search engine, dll.
Competency requirement untuk dapat menggunakan
Wikipedia juga berubah. Konsumen harus memiliki
keterampilan dalam mengoperasikan komputer dan
internet. Keahlian ini diharapkan memudahkan konsumen
dalam melakukan pencarian dengan search engine yang
tersedia.
BAB 3
Evolusi di Pasar Teknologi
Kini konsumen menganggap teknologi bukan sebagai sebuah
objek, namun juga sebagai sesuatu yang memiliki nilai jasa
(valuable services). Ketika akan membeli suatu produk, tiap
konsumen akan mempunyai beragam sudut pandang untuk
memutuskan. Produk dapat dinilai sebatas barang/objek (Product
as Technology Object) ataupun sebagai jasa, yaitu dengan
mempertimbangkan layanan yang ditawarkan oleh produk
tersebut (Produk as Service Tools).
Misalkan ada dua konsumen yang akan membeli Blackberry.
Konsumen pertama melihat Blackberry dari sisi bentuk, track ball,
memory, battery, internet, PIN, dan resolusi kamera. Konsumen
tersebut dikatakan mempergunakan ponsel sebatas objek saja
(Product as Technology Object). Sebaliknya, konsumen kedua
Teknologi sebagai Penyedia Layanan (Service)
melihat Blackberry sebagai alat yang member kemudahan dalam
hal komunikasi (menelpon, SMS, push-email, BBM), hiburan
(games, application media), audio (ring-tone, music player),
recording (kamera, video), ataupun interfacing (GPRS, bluetooth,
media manager, internet browsing). Konsumen ini termasuk jenis
yang memaksimalkan penggunaan ponsel sebagai alat penyedia
jasa (Produk as Service Tools).
Blackberry as Technology Object
Blackberry as Service Tool
Track ball, GPRS, 3G, PIN Number, Internet connection, OS, resolusi kamera
Communication : call, sms, email, instant messaging
Recording : camera, video, address book, blackberry and messenger contact
Audio : ringtones, music player
Interfacing : Bluetooth, USB Port, GPRS, Media Manager, WI-FI Connection
Entertainment : games, application media
Others : calculator, agenda
Tabel 3.1 Perbandingan Product as Technology dan Product as Service
Konsumen yang bijak akan memanfaatkan produk sebagai
penyedia jasa. Konsumen harus mempertimbangkan fungsi dari
sebuah produk yang dianggap bermanfaat bagi aktivitas
kesehariannya. Misalkan, sebagai konsumen, Anda lebih suka
menggunakan ponsel untuk sebatas menelpon (komunikasi), maka
Anda cukup memilih Nokia 3200. Namun, jika Anda adalah orang
yang punya mobilitas tinggi dalam aktivitas (kuliah, kerja, dll) dan
harus selalu update dengan informasi, Blackberry adalah
jawabannya. Jadi, teknologi yang bermanfaat adalah teknologi
yang menawarkan jasa, bukan sekedar objek saja.
Selain melihat teknologi sebagai penyedia fasilitas jasa,
konsumen juga memiliki nilai-nilai lain yang dianggap penting,
seperti harga, prestige, kenyamanan dan kepraktisan. Ada
konsumen yang mempertimbangkan sisi ekonomi, ada pula yang
mementingkan status sosial di komunitasnya, dan sebagainya.
Nilai-nilai inilah yang disebut customer value1.
Apakah yang menarik perhatian Anda
saat membeli ponsel? Apakah bentuk,
kualitas, fitur, style, ataukah harga?
1 Customer value : the real value in customer perspective (ex : speed,
convenience, cheap, prestige, etc)
Performance Dimension
Setiap produsen akan berusaha menciptakan produk terbaik
yang sesuai dengan keinginan konsumennya. Mereka akan
bersaing untuk memberikan customer value yang lebih baik
daripada produk lainnya. Semakin konsumen memperhatikan
value dari sebuah produk, semakin para produsen bersaing untuk
menjadi yang terbaik.
Jika konsumen melihat sisi kepraktisannya, maka produsen
akan berlomba-lomba menghasilkan ponsel yang dapat memuat
beragam fitur dalam satu ponsel. Kepraktisan menjadi nilai utama
yang menarik konsumen dan produsen akan bersaing untuk
merebut perhatian konsumen. Persaingan dalam merebut
perhatian pasar inilah yang disebut performance dimension2
Performance dimension tercipta karena produsen menyadari
adanya customer value yang menjadi medan persaingan dalam
merebut pasar. Namun, customer value bersifat dinamis dan
senantiasa berubah mengikuti perkembangan zaman. Oleh karena
itu, perubahan pada customer value mengakibatkan perubahan
pula pada performance dimension.
2 Performance dimension are customer value along which market
rivals compete (competitive advantage)
CUSTOMER VALUE
PERFORMANCE DIMENSION
Gambar 3.1 Perubahan Customer Value
Ingatkah Anda pada awal tahun 2000-an, ponsel dengan
ukuran kecil membanjiri pasar, sebut saja Nokia 3110. Saat itu
para produsen ponsel berlomba-lomba membuat ponsel dengan
ukuran sekecil mungkin. Namun sekarang ukuran LCD, cara
penginputan (touch-screen, kwerty), dll juga sudah menjadi ajang
persaingan. Semua aspek yang diperhatikan produsen sebagai
ajang persaingan adalah performance dimension. Umumnya
performance dimension terbentuk berdasarkan prioritas
konsumen terhadap customer value. Jadi, apakah yang menarik
perhatian Anda saat membeli ponsel?
INNOVATION WAR :
NOKIA VS BLACKBERRY
Demam Blackberry (BB) di
tanah air tampaknya kian tak
tertahankan. Laju penjualannya
terus melesat dan menjadikan
Indonesia sebagai salah satu
negara dengan pertumbuhan
pengguna BB tertinggi di dunia. Para pejabat RIM (Research In
Motion) produsen BB yang berlokasi di Ontario, Kanada sampai
tertegun mendengar ledakan populasi pengguna BB di Indonesia.
Kisah menjulangnya produk Blackberry itu dengan segera
membuat produk smartphone keluaran Nokia seperti terpelanting.
Jika tren ini terus berlanjut dan banyak pengamat percaya ini
akan terus berlanjut masa depan produk smartphone Nokia
niscaya berada dalam bayang-bayang kehancuran.
Faktor utama yang berperan dalam melambungnya
Blackberry ini adalah produk yang inovatif dengan desain amat
elegan. Teknologi email dan browsing-nya sangat user friendly,
dan penempatan papan keyboardnya juga terlihat sangat pas
(untuk seri Bold dan Curve). Desainnya juga sangat cantik nan
menawan, membuat produk smartphone Nokia Communicator
menjadi terlihat sangat jadul.
Tren diatas tak pelak telah membuat Nokia segera berbenah;
sebab jika mereka terus gagal membalikkan tren itu, maka masa
depan mereka benar-benar berada dalam kekelaman. Sebab pada
sisi lain, secara global Nokia juga harus menahan laju produk
dahsyat lainnya, yakni iPhone dari Apple yang juga terus
menggerus pangsa pasar Nokia.
Serangkaian kisah diatas tampaknya kian menegaskan arti
penting inovasi. Tanpa kecerdikan melakukan inovasi, setiap
perusahaan betapapun hebatnya pasti akan terjungkal. Perang
inovasi memang sungguh brutal. Ia selalu akan meninggalkan
orang yang tak sigap merespon dinamika pasar.
Sumber : Blog Strategi dan Managemen
Innovation War : Nokia vs Blackberry oleh Yodhia Antariksa
Seperti yang telah dibahas sebelumnya, perubahan customer
value akan mengakibatkan perubahan pula pada performance
dimension. Perubahan pada customer value disebabkan oleh
beberapa faktor. Perhatikan gambar di bawah ini.
Faktor-faktor yang mempengaruhi customer value antara
lain:
1. Pengalaman (Experience)
Semakin banyak menggunakan produk/jasa, konsumen
menjadi tahu produk/jasa apa yang paling bermanfaat.
Pengalaman telah menciptakan customer value yang berbeda.
Contohnya, dahulu perusahaan penerbangan hanya dilihat dari
keamanan, kecepatan dan kenyamanan. Namun berdasarkan
Source of Customer Value Change
pengalaman ternyata aspek kenyamanan tidak harus menjadi
hal yang utama. Kenyamanan bisa dikurangi demi harga yang
murah. Saat ini harga memiliki customer value yang lebih tinggi
dibandingkan kenyamanan.
2. Keterbatasan Konsumen (Customer Limitation)
Perkembangan dan inovasi teknologi tidak selalu bisa diserap
oleh konsumen. Misalkan, pada awalnya mobil diciptakan
karena manusia mengutamakan kecepatan mobilisasi. Semua
perusahaan menciptakan mobil dengan kecepatan tinggi. Saat
itu kecepatan menjadi customer value yang utama. Namun
sekarang, saat mobil-mobil modern mempunyai kecepatan
maksimal yang sangat tinggi (200300 km/jam), dengan
berbagai alasan kita jarang sekali memacu mobil pada
kecepatan maksimalnya. Saat ini orang tidak membeli mobil
berdasarkan kecepatannya,tapi lebih karena kenyamanan,
desain, maupun efisiensinya.
3. Technical Improvement
Tidak hanya kebutuhan manusia yang mendorong munculnya
inovasi, hal sebaliknya juga terjadi. Munculnya inovasi ternyata
bisa menciptakan kebutuhan baru dan mengubah customer
value. Misalnya yang terjadi pada perkembangan teknologi
informasi. Awalnya pengguna hanya memerlukan internet
untuk mencari informasi. Seiring dengan peningkatan
kemampuan perangkat keras dan perangkat lunak komputer
serta kecepatan transmisi data, kebutuhan untuk merinteraksi
(chatting, streaming, dll) melalui internet menjadi penting.
Customer value teknologi informasi berubah, semula hanya
terkait dengan efektifitas dan efisiensi komunikasi semata
menjadi sarana interaksi sosial.
4. Lack of Technical Improvement
Inovasi memiliki batasan perkembangannya. Saat inovasi
mencapai saturasi, customer value akan berubah. Dahulu saat
kapal layar menjadi alat transportasi air utama, kecepatannya
menjadi faktor terpenting. Ketika kecepatan kapal layar tidak
bisa ditingkatkan lagi, ia sekarang hanya digunakan sebagai
sarana olahraga dan wisata sehingga kecepatan tidak menjadi
customer value yang utama, justru desain dan kenyamanannya
yang utama.
5. External Events
Disini yang dimaksud dengan external events adalah semua
faktor yang tidak bisa dikendalikan dan diprediksikan oleh
manusia, misalkan gempa bumi, banjir, perang, dll. Bencana
banjir yang akhir-akhir ini sering terjadi membuat orang
memperhitungkan lokasi yang tepat dalam memilih rumah.
Bebas banjir menjadi customer value yang makin penting
artinya.
Tidak semua orang tertarik terhadap inovasi. Ada sebagian
masyarakat yang sangat peka dengan inovasi terbaru, namun ada
pula masyarakat yang lambat dalam menerima perubahan. Hal ini
dikarenakan setiap konsumen memiliki kriteria tersendiri saat
memilih sebuah produk. Maka dari itu, tidak mengherankan
respon seseorang terhadap suatu produk akan berbeda-beda.
Untuk mengendalikan pasar, produsen perlu mengenali tipe-tipe
konsumennya.
Konsumen Potensial Teknologi (Technology Potential Customer)
Gambar 3.2 Technology Market Cycle
Saat mengadopsi suatu produk, konsumen memiliki cara
yang berbeda-beda. Ada kalanya ketika inovasi baru diluncurkan,
sebagian konsumen akan langsung mengadopsinya. Konsumen
yang seperti ini disebut sebagai innovator customers. Mereka
sangat memperhatikan tingkat inovasi teknologi. Meskipun jumlah
konsumen ini tergolong kecil, namun jika sudah puas terhadap
suatu produk/merek tertentu, konsumen ini akan rela untuk
mengeluarkan uang berapa pun agar menjadi orang pertama yang
menggunakan inovasi terbaru. Loyalitas innovator customers yang
tertinggi dibandingkan tipe konsumen lainnya.
Tipe konsumen selanjutnya adalah early adopters. Konsumen
ini tidak terlalu menyukai perkembangan teknologi, tetapi hanya
mengutamakan manfaat nyata dari sebuah produk teknologi.
Jumlah early adopters lebih banyak daripada innovator customers.
Bagi produsen, early adopters memiliki arti penting karena
Source: dianeriosblog.blogspot.com/ Source: www.visualeditors.com/
Source: coolillustration.com
INNOVATOR CUSTOMERS
EARLY ADOPTERS
MAJORITY
keberhasilan menjual early adopters memberikan bukti bahwa
manfaat produk tersebut dapat diterima oleh pasar.
Tipe ketiga adalah tipe konsumen pada umumnya (majority).
Jumlahnya paling banyak di antara konsumen lainnya. Konsumen
tipe ini akan mulai meramaikan pasar saat produk sudah tersedia
dalam jumlah banyak dan menjadi produk missal. Tipe majority
terbagi tiga bagian, yaitu early majority, late majority, dan
laggards. Untuk dapat merebut hati early majority, produsen tidak
cukup menekankan produk dari segi teknis, tetapi juga pada
dukungan terhadap produk tersebut, diantaranya after sale
service.
Sebelum memutuskan untuk menggunakan produk teknologi,
late majority biasanya akan menunggu dan melihat testimoni dari
early majority. Mereka menginginkan produk yang benar-benar
handal dan ingin memanfaatkan semua feature yang dimiliki oleh
produk tersebut.
Laggards merupakan tipe konsumen yang paling akhir
memasuki pasar. Mereka lebih sangat sensitive terhadap harga,
tapi tidak terlalu memperdulikan benefit produk. Konsumen ini
paling lama melakukan adopsi karena mereka baru akan
mengkonsumsi di saat produk tersebut sudah benar-benar murah
meskipun sudah ketinggalan jaman.
iPhone 3G Telkomsel Sedot 39.000 Peminat
Jakarta, 22 Maret 2009
Telkomsel melakukan penjualan perdana iPhone 3G mulai tanggal 20 Maret 2009 di South Pavillion, Pasific Place, Jakarta. Tercatat 39.000
peminat mendaftarkan diri melalui website www.telkomsel.com/iphone dan rata-rata 2.000 orang per hari mendapatkan kesempatan pertama
untuk antri membeli saat peluncuran perdana.
ercatat telah 39.000 orang mendaftarkan diri dan 1.250
orang mendapatkan kesempatan pertama untuk antri
membeli saat peluncuran iPhone 3G hari pertama di Pasific
Place, Jakarta.
Antusiasme pelanggan terlihat dari rata-rata pengunjung
yang mencapai 2.000 antrian per hari. Untuk melayani
pengunjung, Telkomsel menyiapkan areal sekitar 1.000m2 yang
terdiri dari titik-titik pelayanan seperti aktivasi, pembayaran,
aksesori pendukung, Telkomsel Care, maupun fasilitas yang
mendukung kenyamanan pengunjung, seperti: ruang keluarga dan
medical room. Ada pula atraksi menarik dari artis ternama, seperti
Glenn Fredly. Telkomsel juga menyediakan snack dan minuman
gratis serta fasilitas pengganti antrian apabila pelanggan yang
mengantri perlu ke toilet ataupun makan dan minum.
Pelanggan yang pertama yang mendapatkan iPhone 3G
adalah Siwanto Darmali, yang mengaku sangat senang bisa
mendapatkan iPhone 3G yang telah lama ia nantikan
kehadirannya di Indonesia. Dia mengaku sengaja menyiapkan
waktu untuk mengantri dan terkejut bisa menjadi pelanggan
T
pertama, yang tiba-tiba menjadi layaknya selebriti dengan sorotan
kamera dan lampu flash.
iPhone Telkomsel: Siwanto Darmali (tengah) menjadi orang pertama yang mendapatkan iPhone 3G.
Sumber : www.telkomsel.com/iphone-3g-telkomsel-sedot-39-000-peminat.html
Untuk memperdalam pengertian tentang konsumen
potensial teknologi, perhatikan contoh berikut ini.
Alasan seseorang membeli ponsel dapat bermacam-
macam. Bagi para innovator customer, mereka akan memilih
ponsel yang paling baru bahkan seri limited edition, misalkan
Nokia 888 Communicator dengan baterai liquid. Sedangkan bagi
early adopters, mereka lebih mempertimbangkan kegunaannya
daripada innovator customer namun mereka juga tetap
menekankan pada inovasi walau tidak setinggi innovator
customer, maka Nokia Aeon mungkin dapat menjadi pilihan kaum
ini. Mayoritas masyarakat yang merupakan majority, akan lebih
memperhatikan fungsi dan bukan pada inovasinya. Bagi Early
Majority, masih ada sedikit unsur inovatif, dan Nokia N95 8GB
cocok bagi kaum ini. Sedangkan bagi Late Majority yang tidak
mengutamakan inovasi akan memilih produk yang biasa saja,
Gambar 3.3
Siklus Pasar Teknologi (Technology Market Cycle)
mungkin Nokia N70 menjadi pilihan yang tepat. Dan bagi
Laggards, di mana harga yang menjadi prioritas, dapat memilih
Nokia 3530 dengan harga yang sangat terjangkau. Jadi, berbagai
macam tipe orang akan sangat berpengaruh pada pilihannya.
Pasar teknologi memiliki
kecenderungan untuk berubah sepanjang
waktu. Siklus yang dinamis membuat pasar
teknologi menjadi tidak dapat
diprediksikan. Inilah tugas entrepreneur
untuk menangkap manfaat ekonomis dari
teknologi yang diciptakan.
Siklus pasar teknologi ditentukan oleh
dua bagian utama, yaitu product innovation
dan process innovation. Product innovation
adalah upaya-upaya yang dilakukan untuk
meningkatkan manfaat, fungsi, maupun
feature-feature produk. Sedangkan process innovation adalah
upaya-upaya untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi proses
pembuatan produk, bisa dalam bentuk penurunan biaya
pembuatan, peningkatan waktu pembuatan, penurunan jumlah
produk gagal, dll.
Sour
ce: w
ww
.wis
hful
thin
king
.co.
uk/
PROCESS INNOVATION
Sour
ce: w
ww
.und
erco
nsid
erat
ion.
com
/
PRODUCT INNOVATION
Riset yang dilakukan untuk meningkatkan resolusi kamera,
menambah memorinya, memperbaiki desainnya sehingga
semakin ramping, dan penambahan fitur lainnya merupakan
product innovation dari sebuah kamera digital. Di lain pihak,
process innovation dilakukan dengan cara memperbaiki proses
produksi sehingga mempersingkat waktu pembuatan,
menurunkan biaya pembuatan, dll.
Berdasarkan product dan process innovation, siklus pasar
teknologi terdiri dari 3 tahap, yaitu Early/Blooming, Transitional
dan Mature.
Gambar 6.3 Technology Market Cycle
Pada tahap Early/Blooming inovasi produk sangat tinggi
sehingga menarik perhatian Innovator Customers yang menyukai
perkembangan teknologi terbaru. Setelah beberapa waktu,
produk tersebut mulai banyak dikenal dan memasuki tahap
Transitional. Inovasi produk pada saat itu tidak terlalu tinggi,
namun inovasi prosesnya meningkat. Karena itu produksi
meningkat sehingga ongkos produksi bisa ditekan. Selanjutnya
harga produk menjadi lebih murah sehingga makin banyak
konsumen yang bisa menjangkau produk tersebut. Pada tahap ini
konsumen early adopters yang mendominasi pasar.
Pada tahap Mature, produk dan cara produksinya sudah
dianggap matang sehingga inovasi produk maupun proses sudah
tidak terlalu dilakukan. Pada tahap ini konsumen yang benar-
benar peduli dengan manfaat riil dan harga produk, yaitu tipe
majority, mulai memasuki pasar. Tantangan produsen adalah
bagaimana menyusun strategi pemasaran yang tepat untuk
menarik konsumen sebanyak mungkin. Pada tahap mature
produsen sudah harus mulai memikirkan inovasi baru untuk
memasuki tahap early/blooming lagi. Siklus ini akan terus
berlanjut.
Early/Blooming Transition Mature
Product Innovation
Inovasi produk menjadi menarik dan esensial
Penurunan inovasi
Standarisasi produk
Inovasi menjadi lambat
Bukan pengembangan produk, hanya produksi
Inovasi radikal untuk kembali ke tahap awal
Process Innovation
Proses tidak terlalu diutamakan
Biaya produksi dibuat rendah karena pasar kompetitif
Customers View
Segmen pasar dinamis, belum terkonsentrasi
Konsumen belum tahu kebutuhan dengan jelas
Ditemukan Performance Dimension
Membeli produk berdasarkan harga dan ciri-ciri khas (gaya, kebutuhan,dll)
Suppliers View
Takut teknologi ditolak pasar
Fokus pada Performance Dimension dan permintaan pasar
Improvisasi gaya penjualan
Tabel 3.2 Ciri-ciri Tahapan pada Technology Market Cycle
Early/Blooming Transition Mature
Competitive Strategy
Butuh percobaan untuk mempetakan respon pasar terhadap teknologi baru
Harus cepat mengadaptasi produk sesuai permintaan pasar
Mengatasi customer gap
Memperbesar skala produksi
Biaya produksi dibuat rendah untuk menarik konsumen
Market share dan Branding
Economic of Scale (penurunan biaya produksi dengan meningkatkan jumlah produksi)
Kreatifitas pada service
BAB 4 Dinamika Perubahan Pasar Teknologi
eknologi tidak pernah berhenti berkembang dan selalu
beradaptasi dengan masyarakat penggunanya. Teknologi
akan selalu bergerak dari satu fase ke fase lainnya. Ia
akan bergeser dari fase early transition mature early, begitu
seterusnya. Pada bab ini akan dijelaskan factor-faktor yang
mempengaruhi siklus teknologi.
T
TRANSITION
MATURE EARLY
Ada empat faktor yang mempengaruhi kecepatan siklus
teknologi, yaitu:
Inovasi pada teknologi dapat dikelompokan dalam dua
situasi, yaitu sustaining dan disruptive. Sustaining diartikan
sebagai inovasi yang dapat diserap konsumen. Kemajuan
teknologi ini mengakibatkan efek kumulatif sehingga perubahan
kecil akan langsung mendapat respon masyarakat. Misalkan saja
pada kecepatan processor pada komputer. Walaupun kemajuan
kecepatannya tidak signifikan, masyarakat akan cenderung ingin
membeli komputer yang lebih cepat.
Di sisi lain, pada kondisi disruptive, inovasi teknologi yang
dihasilkan sebelumnya memiliki spesifikasi jauh di atas kebutuhan
konsumen. Kondisi ini menyebabkan banyak inovasi yang tidak
termanfaatkan. Harga teknologi tersebut juga cenderung mahal.
Apabila muncul inovasi teknologi baru yang lebih sederhana dan
mudah digunakan, konsumen akan cepat berpindah. Kualitas dari
teknologi baru itu mungkin tidak lebih baik, namun harganya
masih terjangkau sehingga akan lebih diterima pasar dan
menyingkirkan (disrupt) teknologi lama.
Walaupun cepat diterima pasar, disruptive technologies
membutuhkan waktu yang cukup lama untuk menjadi stabil.
Respon masyarakat terhadap disruptive technologies terbagi
menjadi dua situasi, yaitu :
1. Disruptive Technologies
Low-end Disruptive Technologies
Pada situasi ini konsumen bisa dengan mudah mengadopsi
inovasi baru yang muncul, sehingga teknologi baru ini secara
langsung akan menggoyang pasar teknologi lama.
Ancaman Evolusi Toyota
ada awalnya dunia otomotif Indonesia sangat erat dengan
nama BMW ataupun Mercedes yang selalu menawarkan
mobil-mobil mewah dan bernilai tinggi. Maka saat itu P
Gambar 7.1
Contoh Low-End Disruptive Technology
mobil menjadi barang mewah
yang hanya dapat dimiliki
sebagian kecil masyarakat.
Melihat fenomena tersebut,
Toyota, salah satu produsen
mobil terbesar di Jepang
melihat peluang bisnis yang menjanjikan. Awalnya Toyota
menghadirkan Kijang sebagai mobil yang mengincar pasar mobil
murah. Kijang yang ekonomis dan harga terjangkau telah merebut
hati konsumen menengah ke bawah di Indonesia. Namun
perkembangan Kijang tidak pernah berhenti. Kijang mulai
berevolusi dari mobil yang sekedar kotak menjadi kapsul pada
Kijang Kapsul. Kijang Krista dan Kijang Innova pun tidak kalah
dalam merebut perhatian pasar. Teknologi Toyota semakin lama
semakin mendekati Mercedes.
Toyota mulai mengincar pasar kalangan atas. Kemudian
diluncurkanlah Toyota Alphard untuk memasuki pasar mobil
Luxury MPV (Multi-purpose Vehicle). Alphard langsung merebut
perhatian pasar. Mercedes pun mengeluarkan Mercedes V-Class
untuk menyaingi Alphard. Namun sayangnya, Mercedes tidak
dapat menyaingi Alphard untuk pasar Luxury MPV Indonesia.
Bagi Mercedes, produk Toyota adalah Disruptive Technologies
terhadap produk mereka. Toyota adalah ancaman yang harus
diwaspadai oleh Mercedes.
New Market Disruptive Technologies
Inovasi yang muncul pada situasi new market disruptive
technologies tidak terlalu signifikan. Hal ini menyebabkan inovasi
baru tidak terlalu menonjol dibandingkan teknologi lama sehingga
meskipun mampu menciptakan segmen pasar baru tapi tidak
cukup menggoncang teknologi lama. Konsumen cenderung tidak
meninggalkan teknologi lama walau teknologi baru telah
memberikan banyak kemudahan. Namun, ada kemungkinan
dalam jangka panjang inovasi teknologi baru ini dapat mengancam
kelangsungan teknologi lama.
Contoh new market disruptive technologies :
1) Kompor listrik vs kompor gas
Walau kompor listrik praktis dan
aman, masyarakat tetap
menggunakan kompor gas. Hal ini
dikarenakan biaya kompor listrik
yang masih mahal. Akhirnya,
kompor listrik menciptakan pasar baru yaitu khusus
masyarakat kalangan atas dan tidak mengurangi pasar
kompor gas.
2) Kamus elektronik vs kamus manual
Banyak kamus elektronik yang baru, kecil, dan praktis, namun
harganya masih mahal dan sulit dijangkau. Informasinya pun
Kompor listrik
Kompor gas
kadang tidak lengkap
sehingga orang cenderung
tetap menggunakan buku
kamus manual. Oleh sebab
itu, kamus elektronik
menciptakan pasar baru yaitu untuk orang yang praktis dari
kalangan menegah ke atas.
3) Pesawat Telpon Nirkabel vs Pesawat Telpon Biasa
Kemudahan yang diberikan telepon nirkabel (wireless)
menjadikannya alternatif alat komunikasi bagi kalangan
tertentu. Meskipun
demikian pasar untuk
telepon kabel tidak
tergoyahkan.
Path Dependence adalah suatu fenomena dimana keputusan
seseorang dalam menggunakan suatu teknologi dipengaruhi oleh
jumlah orang lebih dulu menggunakan teknologi tersebut. Path
Dependence merupakan suatu mekanisme yang terjadi akibat dari
Bandwagon Effect dan Network Effect.
2. Path Dependence
Bandwagon effect
Bandwagon effect adalah kecenderungan masyarakat untuk
mengikuti atau mempercayai sesuatu karena banyak orang
telah melakukan dan mempercayai hal yang sama. People
often do (or believe) things because many other people do (or
believe) the same things. Umumnya, pada kasus Bandwagon
effect, orang tidak memiliki informasi yang lengkap mengenai
fungsi, manfaat dan nilai tambah dari sesuatu yang
dipercayainya.
Contoh Bandwagon effect :
1. Bread Talk
Setiap outlet Bread Talk biasanya memiliki letak yang
strategis, seperti berada di dekat pintu masuk sebuah mall.
Lokasi yang strategis itu membuat pengunjung mall mudah
Source: all4readers.blogspot.com/ (c) benny & mice
melihat antrian panjang dari puluhan orang yang hendak
membeli roti.
Pernahkah terlintas di benak Anda kalimat seperti:
Memangnya roti yang dijual itu sebegitu enaknya sampai-
sampai puluhan orang rela mengantri berjam-jam? Pikiran ini
memunculkan rasa penasaran yang kemudian membuat Anda
akhirnya ikut membeli roti Bread Talk tanpa mengetahui
seperti apa rasa roti tersebut terlebih dahulu. Anda membeli
roti karena banyak orang yang juga membeli roti yang sama.
Saat itulah fenomena bandwagon effect terjadi.
2. Erha Clinic
Produk kecantikan dan
perawatan wajah selalu menjadi
salah satu perhatian kaum wanita.
Cukup dengan mendengar desas- desus atau cerita dari
teman/kerabat yang pernah menggunakan, para wanita akan
tergoda untuk mencoba fasilitas dan perawatan di klinik
tersebut. Padahal, belum tentu perawatan yang diberikan
sesuai untuk kulit dan wajah mereka.
Network effect
Pada dasarnya, network effect adalah suatu situasi di mana
teknologi akan semakin bermanfaat apabila semakin banyak
orang yang menggunakan teknologi tersebut. Inti dari network
effect terletak pada jumlah pengguna dari suatu teknologi.
Semakin banyak jumlah penggunanya, semakin tinggi nilai
(value) yang diperoleh. Fenomena network effect ini dapat
dilihat dari fenomena situs komunitas sosial yang kian
menjamur.
Contoh network effect :
Blackberry Messenger (BBM)
Apakah Anda adalah salah satu orang yang terpaksa
membeli Blackberry karena sebagian besar teman-
teman/komunitas Anda telah menggunakan Blackberry?
Dalam beberapa tahun
terakhir, terjadi peningkatan
yang signifikan terhadap
jumlah pengguna
Blackberry. Hal ini
dikarenakan Blackberry muncul dengan menawarkan fitur
instant messanging, seperti Blackberry Messenger. Fitur ini
memudahkan penggunanya untuk dapat berbagi informasi dan
berkomunikasi dengan lebih cepat dan praktis. Selain itu, biaya
yang dikeluarkan untuk menggunakan fasilitas Blackberry
(BBM, internet) cenderung lebih murah ketimbang
menggunakan fasilitas sms atau telepon. Semakin banyak
pengguna Blackberry, semakin bermanfaat fasilitas BBM. Di
sinilah terjadi network effect.
Network effect mengakibatkan Lock-in, yaitu ketergantungan
konsumen terhadap suatu produk/jasa pada tingkat tertentu.
Sebaliknya, pengguna dari teknologi juga akan meningkat apabila
terjadi lock-in pada teknologi tersebut. Namun, tidak semua
fenomena network effect dapat menciptakan situasi lock-in.
Pada umumnya, ada dua kriteria lock-in, yaitu strong lock-in
dan weak lock-in. Strong lock-in mengakibatkan konsumen tidak
dapat/sulit berpindah kepada produk/jasa lain (ketergantungan
tinggi).
Ketergantungan pada Microsoft
ampir setiap komputer atau
laptop yang digunakan
masyarakat saat ini terhubung dengan
sistem operasi dari Microsoft. Sebagain
besar pengguna computer sudah terlanjur
menikmati segala kemudahan yang diberikan oleh system operasi
Microsoft sehingga menjadi sangat tergantung. Walaupun kini
muncul system operasi lain, seperti Linux, Macintosh, dll,
masyarakat masih setia dengan Microsoft. Hal ini karena hampir
seluruh komputer di dunia menggunakan Microsoft. Konsumen
yang tidak menggunakannya akan mengalami kesulitan saat harus
terhubung dengan komputer lain yang menggunakan system
operasi Microsoft.
H
Tidak semua teknologi dapat diterima oleh kelompok
masyarakat tertentu karena dianggap bertentangan dengan apa
yang dipercayainya, seperti agama, budaya dan nilai-nilai tradisi.
Pilihan masyarakat terhadap teknologi yang hadir di tengah-
tengah mereka dikenal dengan istilah societal preference.
Teknologi yang dianggap mengancam kelangsungan adat atau
tradisi akan mengalami resistansi sosial.
Contoh:
Kloning
Kloning adalah bukti keberhasilan para ilmuwan dalam
memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk
kemajuan peradaban dunia. Kloning diharapkan member
3. Social Preferences
Gambar 7.2 Societal Preference
manfaat bagi dunia kedokteran. Namun kloning dianggap
bertentangan dengan kepercayaan tertentu. Kloning dianggap
sebagai bentuk intervensi penciptaan yang berusaha
menyaingi kekuasaan Sang Pencipta. Kloning kemudian ditolak
dan diharamkan. Penolakan ini tentu saja menghambat laju
pengembangan kloning.
Alat Kontrasepsi
Alat kontrasepsi makin berkembang dengan menawarkan
beragam fitur bagi penggunanya. Alat kontrasepsi diharapkan
menjadi solusi untuk menekan laju pertumbuhan penduduk
sekaligus mencegah penyebaran virus HIV/AIDS. Namun ada
beberapa golongan masyarakat yang menolak penggunaan alat
kontrasepsi karena mereka juga menolak hubungan intim di
luar nikah.
Source: www.millerandlevine.com/
Bayi Tabung
Teknologi bayi tabung telah
menjadi penolong bagi beberapa
pasangan yang sulit mendapatkan
keturunan. Namun sebagian
masyarakat religius masih
menganggap bayi tabung sebagai
teknologi yang menentang kuasa Pencipta. Bayi tabung
dianggap tabu dan ditolak perkembangannya.
Kecepatan perkembangan sebuah teknologi ternyata mampu
mempengaruhi perkembangan teknologi lainnya. Pengaruh ini
memberi efek yang saling menguatkan (reinforcing) sehingga
terjadi percepatan pada perkembangan teknologi.
4. The Acceleration of Technological Change
Source: karangjunti.wordpress.com/
Source: www.suaramerdeka.com
Contoh :
Perkembangan teknologi internet dan website
Kecepatan perkembangan kedua teknologi ini tidaklah
sama. Bahkan, dapat dikatakan perkembangan kedua teknologi
saling mempengaruhi dan memperkuatkan satu sama lain.
Internet muncul pada tahun 1957 melalui Advanced
Research Projects Agency (ARPA) di Amerika Serikat. Awalnya
ARPANET hanya sebagai jaringan komunikasi antara komunitas
sains dan militer Amerika. Kemudian ditemukanlah packet
switching pada 1960 yang dapat mengirimkan pesan dalam
paket-paket kecil yang melewati berbagai alternatif jalur.
Koneksi ini terus berkembang hingga ditemukan teknologi
protokol atau TCP/IP (Transmission Control Protocol / Internet
Protocol). Koneksi ini dapat menghubungkan jalur komunikasi
di seluruh dunia dan kini dikenal sebagai jaringan internet.
Perkembangan terbesar yang terjadi adalah terbentuknya
aplikasi World Wide Web pada tahun 1990. World Wide Web
ini menjawab semua kebutuhan pengguna internet sehingga
perkembangan internet terus meroket.
Setelah kemunculan internet, website mulai mengalami
perkembangan yang signifikan setelah website pertama online
pada tahun 1990. Web awalnya hanya menjadi penyebar
informasi, kemudian berubah menjadi alat pengirim dan
pencari informasi, tempat jual beli, media komunikasi paling
cepat dan efektif, dan yang terakhir sebagai tempat
membangun komunitas lewat jejaring sosial seperti Friendster
dan Facebook. Saat ini lebih dari 135 juta website terhubung
dengan hyperlink dan memiliki rasio pertumbuhan 5% setiap
bulannya.
Bab ini mengajarkan kita tentang pola perkembangan
teknologi yang selalu terkait dengan kehidupan manusia.
Dinamikan teknologi menciptakan banyak kesempatan bagi
entrepreneur untuk memperoleh peluang bisnis. Oleh sebab itu,
jangan pernah bosan dalam memahami teknologi!
Bagian 2
Strategi Dalam Bisnis Berbasis Teknologi
BAB 5 Mendesain Bisnis berbasis Teknologi yang Berorientasi pada Customer Value
Dalam kaitannya dengan rancangan bisnis berbasis teknologi
yang berorientasi pada nilai pengguna (customer value), Tim
Brown, eksekutif dari IDEO, memperkenalkan konsep Design
Thinking. Pendekatan yang digunakan dalam Design Thinking
berdasarkan penggunaan metoda dan sensibilitas seorang
desainer untuk mempertemukan tiga hal, yaitu: kebutuhan orang,
teknologi yang mungkin digunakan, dan stretegi bisnis praktis
yang digunakan untuk menciptakan nilai-nilai pelanggan
(customer value).
Gambar 5.3
Design Thinking
Secara historis, desain dalam konteks seni desain, biasanya
diperlakukan sebagai bagian akhir dari proses pengembangan,
ketika desainer diminta untuk membuat bungkus yang indah
pada suatu ide. Pendekatan ini telah menstimulasi perkembangan
pasar di banyak area dengan: (1) membuat produk dan teknologi
baru terlihat menarik secara estetis sehingga diinginkan oleh
konsumen, atau (2) meningkatkan persepsi merk melalui strategi
periklanan dan komunikasi yang cerdas dan persuasif. Pada bagian
akhir dari abad ke-20, desain semakin menjadi salah satu aset
yang sangat mene