Transcript
Page 1: Proposal Terapi Bermain Plastisin Di TK UIN

PROPOSAL TERAPI BERMAIN PLASTISIN DI TK RA UIN ALAUDDIN

MAKASSAR

DISUSUN OLEH :

Muh. Ali, S.Kep

Tenri Siar R, S.Kep

Hasria, S.Kep

Mariana, S.Kep

Arni Damayanti, S.Kep

Arsi Saputra, S.Kep

Ervina Sahrani S., S.Kep

Afriadi, S.Kep

PERSEPTOR LAHAN PERSEPTOR INSTITUSI

( ) ( )

PROGRAM PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR

2015

Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angkatan VIII

Page 2: Proposal Terapi Bermain Plastisin Di TK UIN

PROPOSAL TERAPI BERMAIN PLASTISIN

DI RUANG AULA TK RA UIN ALAUDDIN MAKASSAR

Pokok Pebahasan : Terapai Bermain Pada Anak Usia Prasekolah

Sub Pokok Pembahasan : Bermain Plastisin

Tanggal/Jam : 16 September 2015

Tempat : Aula TK ALAUDDIN MAKASSAR

Sasaran : Anak Usia Prasekolah (Usia 3-5 tahun)

Waktu : 60 Menit

A. Latar Belakang

Bermain merupakan suatu aktivitas bagi anak yang menyenangkan dan

merupakan suatu metode bagaimana mereka mengenal dunia. Bagi anak bermain

tidak sekedar mengisi waktu, tetapi merupakan kebutuhan anak seperti halnya

makanan, perawatan, cinta kasih dan lain-lain. Anak-anak memerlukan berbagai

variasi permainan untuk kesehatan fisik, mentaldan perkembangan emosinya.

Dengan bermain anak dapat menstimulasi pertumbuhan otot-ototnya,

kognitifnya dan juga emosinya karena mereka bermain dengan seluruh emosinya,

perasaannya dan pikirannya. Elemen pokok dalam bermain adalah kesenangan

dimana dengan kesenangan ini mereka mengenal segala sesuatu yang ada

disekitarnya sehingga anak yang mendapat kesempatan cukup untuk bermain

juga akan mendapatkan kesempatan yang cukup untuk mengenal sekitarnya

sehingga ia akan menjadi orang dewasa yang lebih mudah berteman, kreatif dan

cerdas, bila dibandingkan dengan mereka yang masa kecilnya   kurang mendapat

kesempatan bermain. Dalam sub pokok bahasan yang kita angkat pada terapi

bermain ini adalah bermain plastisin dengan sasaran anak usia prasekolah,

dimana dengan bermain plastisin dapat melatih perkembangan mental dan

kreativitas anak.

Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angkatan VIII

Page 3: Proposal Terapi Bermain Plastisin Di TK UIN

Plastisin adalah bahan tiga dimensi. Ini membolehkan anak untuk memiliki

kebebasan untuk berkreativitas yang lebih daripada ketika mereka dengan dua

dimensi seperti melukis atau ketika menggambar. Dengan plastisin, anak dengan

bebas dapat menciptakan potongan-potongan plastisin menjadi hali yang realistis,

imajinasi atau simbolik. Contohnya misal seperti, seorang anak menciptakan

potongan plastisin tersebut menjadi replica monster. Potongan ini, mewakili

monster, terlihat nyata, dan terlihat seperti binatang, atau dapat terlihat seperti

tokoh fantasi, atau mungkin potongan itu merupakan suatu symbol yang khusus,

atau bahkan mungkin hanya potongan yang dibentuk kasar.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Setelah dilakukan permainan, diharapkan pada anak dapat

mengembangkan mental dan kreativitasnya melalui pengalaman, dapat

beradaptasi efektif terhadap stress, serta dapat meningkatkan optimalisasi

kemampuan diri.

2. Tujuan Khusus

Setelah bermain anak diharapkan :

a. Bisa berinteraksi dengan sesama murid.

b. Dapat mengembangkan social, motorik halus, bahasa, dan motorik kasar.

c. Dapat beradaptasi dengan stress dalam diri

d. Kebutuhan bermain anak dapat terpenuhi

e. Kooperatif perawatan dan pengobatan

C. Metode

Metode terapi bermain yang digunakan adalah anak dikumpulkan sebanyak

10 orang. Dengan plastisin, masing-masing anak dengan bebas dapat

menciptakan potongan-potongan plastisin menjadi hal yang realistis, imajinasi

atau simbolik. Misalnya tokoh fantasi, atau mungkin potongan itu merupakan

Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angkatan VIII

Page 4: Proposal Terapi Bermain Plastisin Di TK UIN

suatu simbol yang khusus. Tidak ada peraturan yang mengikat dalam membentuk

plastisin, sehingga anak dapat merasakan kebebasan untuk mengekspresikan

kondisinya saat itu. Tujuannya : anak dapat berperan dalam sebuah permainan

dan beradaptasi dengan stress yang dialami dan lingkungan. Selain itu diharapkan

pada anak dapat mengasah daya kreativitas antara sesama melalui permainan

plastisin.

D. Media Dan Alat

Plastisin

E. Kegiatan Permainan

No Kegiatan Respon Anak Waktu

1. Persiapan :

Menyiapkan ruangan

Menyiapkan alat-alat

Menyiapkan anak dan keluarga

Ruangan, alat, anak dan

keluarga siap

10 menit

2. Pembukaan :

Membuka proses terapi bermain

dengan mengucapkan salam,

memperkenalkan diri

Menjawab salam,

memperkenalkan diri

5 menit

3. Isi :

Menjelaskan pada anak dan

keluarga tentang tujuan dan

manfaat bermain, menjelaskan

cara permainan

Megajak anak bermain (bermain

plastisin)

Mengevaluasi respon anak dan

keluarga

Anak memperhatikan dengan

seksama

Bermain bersama dengan

antusias

Mengungkapkan perasaannya

dan Tanya jawab

5 menit

30 menit

5 menit

Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angkatan VIII

Page 5: Proposal Terapi Bermain Plastisin Di TK UIN

4. Penutup :

Menyimpulkan, mengucapkan salam

Memperhatikan dan menjawab

salam

5 menit

F. Pengorganisasian

1. Leader : Ervina Sahrani S.

Bertanggung jawab terhadap terlaksananya terapi bermain, menjelaskan

pelaksanaan dan mendemonstrasikan aturan dan cara bermain dalam terapu

bermain.

2. Co Leader : Muh. Ali

Membukan dan menutup kegiatan ini

3. Fasilitator : Mariana, Arni Damyanti, Tenri Siar R., Hasriah, Afriadi.

Menyiapkan alat dan tempat permainan serta mendampingi setiap peserta

dalam terapi bermain.

4. Observer : Obeserver

Memfasilitasi pelaksanaan terapi bermain, mengobservasi, mengamati,

dan mencatat jalannya terapi bermain.

G. Setting Tempat

Terapi bermain ini dilakukan di Aula TK RA ALAUDDIN MAKASSAR

dengan setting tempat sebagai berikut :

Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angkatan VIII

Page 6: Proposal Terapi Bermain Plastisin Di TK UIN

Keterangan :

: Leader

: Co Leader

: Fasilitator

: Peserta

: Observer

H. Evaluasi

Anak telah belajar memecahkan masalah melalui eksplorasi alat mainannya

Anak dapat mengembangkan kreatifitas dan mengekspresikan emosinya.

Anak dapat mengembangkan hubungan social, komunikasi dan belajar untuk

sabar dan saling menghargai

Anak mampu dalam tingkah lakunya, misalnya jika anak A mendapat giliran,

maka anak B memberikan kesempatan untuk plastisin

Anak dapat mempelajari nilai benar dan salah dari lingkungannya terutama

dari orang tua dan guru

Anak merasa terlepas dari ketegangan dan stress dengan mengalihkan

perhatian pada permainannya

Anak dapat berinteraksi dengan anak lain dan guru

1. Struktur

Evaluasi dari persiapan, Tempat, Kontrak waktu sudah dilakukan :

a. Dimulai dari Leader, Co Leader, Observer, dan Fasilitator

b. Fasilitator memberikan alat dan bahan permainan

c. Terapi bermain dilakukan di Aula TK ALAUDDIN MAKASSAR

d. Minta anak untuk bermain plastisin bersama

e. Berikan waktu 30 untuk bermain plastisin

2. Evaluasi Proses

Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angkatan VIII

Page 7: Proposal Terapi Bermain Plastisin Di TK UIN

a. Leader dapat memimpin jalannya permainan, dilakukan dengan tertib dan

teratur

b. Co Leader dapat membantu tugas Leader dengan baik

c. Fasilitator dapat memfasilitasi dan memotivasi anak dalam permainan

d. 100% anak dapat mengikuti permainan secara aktif dari awal sampai

akhir

3. Evaluasi hasil

a. 100% anak merasa aman dan nyaman

b. 100% mampu mengikuti kegiatan yang dilakukan

c. 63,3% anak dapat menyatakan perasaan senang

Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angkatan VIII

Page 8: Proposal Terapi Bermain Plastisin Di TK UIN

KONSEP TEORI BERMAIN

A. Pengertian

Bermain adalah cerminan kemampuan fisik, intelektual, emosional dan sosial

dan bermain merupakan media yang baik untuk belajar karena dengan bermain,

anak akan berkata-kata, belajar menyesuaikan diri dengan lingkungan melakukan

apa yang dapat dilakukan, dan mengenal waktu, jarak, serta suara (Wong, 2000).

Bermain adalah kegiatan yang dilakukan sesaui dengan keinginanya sendiri

dan memperoleh kesenangan. Bermain adalah cara alamiah bagi anak untuk

mengungkapkan konflik dalam dirinya yang tidak disadarinya.

Bermain sama dengan bekerja pada orang dewasa, dan merupakan aspek

terpenting dalam kehidupan anak serta merupakan satu cara yang paling efektif

untuk menurunkan stress pada anak, dan penting untuk kesejahteraan mental dan

emosional anak.

B. Fungsi

1. Perkembangan Sensori

a. Memperbaiki keterampilan motorik kasar dan halus serta koordinasi

b. Meningkatkan perkembangan semua indra

c. Mendorong eksplorasi pada sifat fisik dunia

d. Memberikan pelampiasan kelebihan energy

2. Perkembangan yang intelektual

a. Memberikan sumber – sumber yang beraneka ragam untuk pembelajaran

b. Eksplorasi dan manipulasi bentuk, ukuran, tekstur, warna.

c. Pengalaman dengan angka, hubungan yang renggang, konsep abstrak

d. Kesempatan untuk mempraktikan dan memperluas keterampilan

berbahasa

e. Memberikan kesempatan untuk melatih masa lalu dalam upaya

mengasimilasinya kedalam persepsi dan hubungan baru

f. Membantu anak memahami dunia dimana mereka hidup dan

membedakan antara fantasi dan realita.

Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angkatan VIII

Page 9: Proposal Terapi Bermain Plastisin Di TK UIN

3. Perkembangan sosialisasi dan moral

a. Mengajarkan peran orang dewasa, termasuk perilaku peran seks.

b. Memberikan kesempatan untuk menguji hubungan.

c. Mengembangkan keterampilan sosial

d. Mendorong interaksi dan perkembangan sikap positif terhadap orang lain.

e. Menguatkan pola perilaku yang telah disetujui standar moral.

4. Kreativitas

a. Memberikan saluran ekspresif untuk ide dan minat kreatif

b. Memungkinkan fantasi dan imajinasi

c. Meningkatkan perkembangan bakat dan minat khusus

5. Kesadaran diri

a. Memudahkan perkembangan identitas diri

b. Mendorong pengaturan perilaku sendiri

c. Memungkinkan pengujian pada kemampuan sendiri (keahlian sendiri)

d. Memberikan perbandingan antara kemampuasn sendiri dan kemampuan

orang lain.

e. Memungkinkan kesempatan untuk belajar bagaimana perilaku sendiri

dapat mempengaruhi orang lain

6. Nilai Teraupetik

a. Memberikan pelepasan stress dan ketegangan

b. Memungkinkan ekspresi emosi dan pelepasan impuls yang tidak dapat

diterima dalam bentuk yang secara sosial dapat diterima

c. Mendorong percobaan dan pengujian situasi yang menakutkan dengan

cara yang aman.

d. Memudahkan komunikasi verbal tidak langsung dan non verbal tentang

kebutuhan, rasa takut, dan keinginan.

C. Tujuan

1. Untuk melanjutkan tumbuh kembang yg normal

Pada saat anak dalam masa pertumbuhan dan perkembangannya.

Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angkatan VIII

Page 10: Proposal Terapi Bermain Plastisin Di TK UIN

2. Mengekspresikan perasaan, keinginan, dan fantasi serta ide-idenya

Permainan adalah media yang sangat efektif untuk mengsekspresikan

berbagai perasaan yang tidak menyenangkan.

3. Mengembangkan kreativitas dan kemampuan memecahkan masalah

Permainan akan menstimulasi daya pikir, imajinasi, dan fantasinya untuk

mencipakan sesuatu seperti yang ada dalam pikirannya.

4. Dapat beradaptasi secara efektif terhadap stres

D. Prinsip-prinsip Bermain

Menurut Soetjiningsih bahwa ada beberapa hal yang perlu diperhatikan agar

aktifitas bermain bisa menjadi stimulus yang efektif:

1. Perlu ekstra energy

Bermain memerlukan energi yang cukup sehingga anak memerlukan

nutrisi yang memadai. Asupan atau intake yang kurang dapat menurunkan

gairah anak. Anak yang sehat memerlukan aktifitas bermain yang bervariasi,

baik bermain aktif maupun bermain pasif.

2. Waktu yang cukup

Anak harus mempunyai cukup waktu untuk bermain sehingga stimulus

yang diberikan dapat optimal. Selain itu, anak akan mempunyai kesempatan

yang cukup untuk mengenal alat-alat permainannya.

3. Alat permainan

Alat permainan yang digunakan harus disesuaikan dengan usia dan tahap

perkembangan anak. Orang tua hendaknya memperhatikan hal ini sehingga

alat permainan yang diberikan dapat berfungsi dengan benar dan mempunyai

unsur edukatif bagi anak.

4. Ruang untuk bermain

Aktifitas bermain dapat dilakukan di mana saja, di ruang tamu, di

halaman, bahkan di ruang tidur. Diperlukan suatu ruangan atau tempat khusus

untuk bermain bila memungkinkan, di mana ruangan tersebut sekaligus juga

dapat menjadi tempat untuk menyimpan permainannya.

Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angkatan VIII

Page 11: Proposal Terapi Bermain Plastisin Di TK UIN

5. Pengetahuan cara bermain

Anak belajar bermain dari mencoba-coba sendiri, meniru teman-

temannya, atau diberitahu oleh orang tuanya. Cara yang terahkir adalah yang

terbaik karena anak lebih terarah dan berkembang pengetahuannya dalam

menggunakan alat permainan tersebut. Orang tua yang tidak pernah

mengetahui cara bermain dari alat permainan yang diberikan, umumnya

membuat hubungannya dengan anak cenderung menjadi kurang hangat.

6. Teman bermain

Dalam bermain, anak memerlukan teman, bisa teman sebaya, saudara,

atau orang tuanya. Ada saat-saat tertentu di mana anak bermain sendiri agar

dapat menemukan kebutuhannya sendiri. Bermain yang dilakukan bersama

orang tuanya akan mengakrabkan hubungan dan sekaligus memberikan

kesempatan kepada orang tua untuk mengetahui setiap kelainan yang dialami

oleh anaknya. Teman diperlukan untuk mengembangkan sosislisasi anak dan

membantu anak dalam memahami perbedaan.

E. Faktor yang Mempengaruhi Bermain

1. Tahap perkembangan ana

Aktivitas bermain yang tepat harus sesuai dengan tahapan pertumbuhan

dan perkembangan anak. Orang tua dan guru harus mengetahui dan

memberikan jenis permainan yang tepat  untuk setiap tahapan pertumbuhan

dan perkembangan anak.

2. Status kesehatan anak

Aktivitas bermain memerlukan energi maka guru harus mengetahui

kondisi anak untuk memilihkan permainan yang dapat dilakukan anak sesuai

dengan prinsip bermain pada anak TK.

3. Jenis kelamin

Pada dasarnya dalam melakukan aktifitas bermain tidak membedakan 

jenis kelamin laki-laki atau perempuan namun ada pendapat yang diyakini

bahwa permainan adalah salah satu alat mengenal identitas dirinya. Hal ini

Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angkatan VIII

Page 12: Proposal Terapi Bermain Plastisin Di TK UIN

dilatarbelakangi oleh alasan adanya tuntutan perilaku yang berbeda antara

laki – laki dan perempuan dan hal ini dipelajari melalui media permainan.

4. Lingkungan yang mendukung

Lingkungan yang cukup luas untuk bermain memungkinkan anak

mempunyai cukup ruang untuk bermain.

5. Alat dan jenis permainan yg cocok

Pilih alat bermain sesuai dengan tahapan tumbuh kembang anak. Alat

permainan harus aman bagi anak.

F. Alat Permainan Edukatif

Alat permainan edukatif adalah alat permainan yang dapat mengoptimalkan

perkembangan anak, disesuaikan dengan usia dan tingkat perkembangannya.

Contoh alat permainan pada anak dan perkembangan yang distimuli :

1. Pertumbuhan fisik dan motorik kasar

Contoh : Sepeda roda tiga/dua, bola, mainan yang ditarik dan didorong, tali,

dll.

2. Motorik halus

Contoh : Gunting, pensil, bola, balok, lilin, dll.

3. Kecerdasan/ kognitif

Contoh : Buku gambar, buku cerita, puzzle, boneka, pensil, warna, dll.

4. Bahasa

Contoh : Buku bergambar, Buku cerita, majalah, radio, tape, TV, dll.

5. Menolong diri sendiri

Contoh : Gelas/ piring plastic, sendok, baju, sepatu, kaos kaki, dll.

6. Tingkah laku social

Contoh : Alat permainan yang dapat dipakai bersama missal congklak, kotak

pasir, bola, tali, dll.

G. Klasifikasi Bermain

1. Menurut isi permainan

a. Sosial affective play

Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angkatan VIII

Page 13: Proposal Terapi Bermain Plastisin Di TK UIN

Inti permainan ini adalah hubungan interpersonal yang menyenangkan

antara anak  dengan orang lain (contoh: ciluk-baa, berbicara sambil

tersenyum dan tertawa).

b. Sense of pleasure play

Permainan ini sifatnya memberikan kesenangan pada anak (contoh: main

air dan pasir).

c. Skiil play

Permainan yang sifatnya meningkatkan keterampilan pada anak,

khususnya motorik kasar dan halus (misal: naik sepeda, memindahkan

benda).

d. Dramatik Role play

Pada permainan ini, anak memainkan peran sebagai orang lain melalui

permainanny. (misal: dokter, guru, perawat, dll).

e. Games

Permainan yang menggunakan  alat tertentu yang menggunakan

perhitungan / skor (Contoh : ular tangga, congklak).

f. Un occupied behavior

Anak tidak memainkan alat permainan tertentu, tapi situasi atau objek 

yang ada disekelilingnya, yang digunakan sebagai alat permainan

(Contoh: jinjit-jinjit, bungkuk-bungkuk, memainkan kursi, meja dsb).

2. Menurut karakter social

a. Onlooker play

Anak hanya mengamati temannya yang sedang bermain, tanpa ada

inisiatif untuk  ikut berpartisifasi dalam permainan (Contoh:

Congklak/Dakon).

b. Solitary play

Anak tampak berada dalam kelompok permainan, tetapi anak bermain

sendiri dengan alat permainan yang dimilikinya dan alat permainan

Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angkatan VIII

Page 14: Proposal Terapi Bermain Plastisin Di TK UIN

tersebut berbeda dengan alat permainan temannya dan tidak ada kerja

sama.

c. Parallel play

Anak menggunakan  alat permaianan yang sama, tetapi antara satu anak

dengan anak lain tidak terjadi kontak satu sama lain sehingga antara anak

satu dengan lainya tidak ada sosialisasi. Biasanya dilakukan anak usia

toddler.

d. Associative play

Permainan ini sudah terjadi komunikasi antara satu anak  dengan anak

lain, tetapi tidak terorganisasi, tidak ada pemimpin dan tujuan permaianan

tidak jelas (Contoh: bermain boneka, masak-masak).

e. Cooperative play

Aturan permainan dalam kelompok tampak lebih jelas pada permainan

jenis ini, dan punya tujuan serta pemimpin (Contoh: main sepak bola).

3. Menurut usia

a. Umur 1 bulan (sense of pleasure play)

1) Visual       : dapat melihat dgn jarak dekat

2) Audio       : berbicara dgn bayi

3) Taktil        : memeluk, menggendong

4) Kinetik      : naik kereta, jalan-jalan

b. Umur 2-3 bulan

1) Visual       : memberi objek terang, membawa bayi keruang yang   

berbeda

2) Audio       : berbicara dengan bayi,menyanyi

3) Taktil        : membelai waktu mandi, menyisir rambut

c. Umur 4-6 bulan

1) Visual       : meletakkan bayi didepan kaca, memebawa bayi nonton

TV

Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angkatan VIII

Page 15: Proposal Terapi Bermain Plastisin Di TK UIN

2) Audio       : mengajar bayi berbicara, memanggil namanya, memeras

kertas

3) Kinetik      : bantu bayi tengkurap, mendirikan  bayi pada paha

ortunya

4) Taktil        : memberikan bayi bermain air

d. Umur 7-9 bulan

1) Visual : memainkan kaca dan membiarkan main dengan kaca

serta berbicara sendiri.

2) Audio : memanggil nama anak, mngulangi kata-kata yang

diucapkan seperti mama, papa.

3) Taktil : membiarkan main pada air mengalir

4) Kinetik : latih berdiri, merangkap, latih meloncat.

e. Umur 10-12 bulan

1) Visual : memperlihatkan gambar terang dalam buku

2) Audio : membunyikan suara binatang tiruang, menunjukkan

tubuh dan menyebutnya

3) Taktil : membiarkan anak merasakan dingin dan hangat,

membiarkan anak merasakan angina

4) Kinetik : memberikan anak mainan besar yang dapat

ditarik atau didorong, seperti sepeda atau kereta.

f. Umur 2-3 tahun

1) Paralel play dan sollatary play

2) Anak bermain secara spontan, bebas, berhenti bila capek, koordinasi

kurang (sering merusak mainan)

3) Jenis mainan: boneka,alat masak,buku cerita dan buku bergambar.

g. Preschool 3-5 tahun

1) Associative play , dramatik play dan skill play

2) Sudah dapat bermain kelompok

3) Jenis mainan: roda tiga, balok besar dengan macam-macam ukuran

Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angkatan VIII

Page 16: Proposal Terapi Bermain Plastisin Di TK UIN

h. Usia sekolah

1) Cooperative play

2) Kumpul prangko, orang lain

3) Bermain dengan kelompok dan sama dengan jenis kelamin

4) Dapat belajar dengan aturan kelompok

Laki-laki : Mechanical

Perempuan : Mother Role

i. Mainan untuk Usia Sekolah

1) 6-8 tahun : Kartu, boneka, robot, buku, alat olah raga, alat untuk

melukis, mencatat, sepeda.

2) 8-12 tahun : Buku, mengumpulkan perangko, uang logam, pekerjaan

tangan, kartu, olah raga bersama, sepeda, sepatu roda.

j. Masa remaja

1) Anak lebih dekat dengan kelompok

2) Orang lain, musik,komputer, dan bermain drama. 

Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angkatan VIII

Page 17: Proposal Terapi Bermain Plastisin Di TK UIN

MATERI  BERMAIN PLASTISIN

A. Pengertian

Plastisin adalah bahan terbaik yang digunakan untuk belajar dengan anak-

anak karena plastisin dapat digunakan untuk mengajak dan untuk terapi.

Kebanyakan anak-anak menemukan bahwa teksture dari plastisin itu sendiri yang

menyenangkan untuk di sentuh dan di manipulasi atau dirubah. Ini amatlah mudah

untuk membentuk sesuatu dengan plastisin dan merubahnya menjadi bentuk,

ukuran, dan tampilan yang lain. Kebanyakan anak-anak telah siap memakai

plastisin dan mereka asik dalam perasaan, memukul-mukul plastisin, menekan

plastisin, melumpuri plastisin, dan memotong plastisin. Mereka memperoleh

tentang pengalaman yang menyenangkan, memuaskan. Kebanyakan, plastisin

hampir seperti perluasan dari anak-anak, seperti sudah menjadi bagian dari

mereka.

Plastisin adalah bahan tiga dimensi. Ini membolehkan anak untuk memiliki

kebebasan untuk berkreativitas yang lebih daripada ketika mereka dengan dua

dimensi seperti melukis atau ketika menggambar. Dengan plastisin, anak dengan

bebas dapat menciptakan potongan-potongan plastisin menjadi hali yang realistis,

imajinasi atau simbolik. Contohnya misal seperti, seorang anak menciptakan

potongan plastisin tersebut menjadi replica monster. Potongan ini, mewakili

monster, terlihat nyata, dan terlihat seperti binatang, atau dapat terlihat seperti

tokoh fantasi, atau mungkin potongan itu merupakan suatu symbol yang khusus,

atau bahkan mungkin hanya potongan yang dibentuk kasar.

B. Keuntungan Bermain Plastisin

Plastisin memungkinkan anak untuk menjadi kreatif. Selama aktivitas

kreatifnya, dari dalam emosi anak memungkinkan untuk muncul dan mengalami

sesuatu yang jelas dari aktivitas tersebut. Plastisin membolehkan anak untuk

mengekspresikan emosinya : seorang anak mungkin dengan tenang membanting

Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angkatan VIII

Page 18: Proposal Terapi Bermain Plastisin Di TK UIN

plastisin, atau dengan agresif memukul plastisin, atau menarik plastisin sehingga

terpisah seperti sedang frustasi. Emosi-emosi demikian yang mana seorang anak

sedang memegang plastisin, mungkin dijelaskan dari sisi terluar, dan dengan efek

pencuci perut.Karena potongan plastisin ini membuat plastisin lebih mudah untuk

mengubah menjadi potongan yang baru, medium ini mengajak anak untuk

melanjutkan belajar mereka dengan mengembangkan tema-tema yang ada dan

menjelajahi atau mengembangkan tema-tema yang baru.

Belajar dengan plastisin bisa mendapatkan balasan yang khusus untuk anak-

anak yang mana mereka merasakan tidak mencukupi tentang kemampuan

kreativitas mereka, karena plastisin merupakan bahan yang dapat digunakan

dengan kemampuan yang kecil – ini memiliki kemungkinan kegagalan yang kecil.

Konselor tidak memerlukan untuk membantu harapan-harapan atau peraturan-

peraturan, sehingga anak dapat merasakan kebebasan untuk mengekspresikan

kondisinya saat itu dengan bentuk pengalaman-pengalaman dari dalam tanpa

pengendalian yang tida diperlukan.

Karena plastisin merangsang indera peraba dan kinestetik, ini membolehkan

anak-anak yang tertutup atau pendiam mengenai pengalaman sensorik dan

emosinya dengan cara memainkan plastisin-plastisin itu lagi. Seperti anak-anak

dengan menjadi digunakan sepenuhnya dalam belajar dengan plastisin, dengan

sensitive bertambahnya reaksi kinestetiknya mungkin itu merupakan hasil yang

bermanfaat yaitu ungkapan emosi. Konselor bias mengharapkan untuk melihat

tingkah laku seperti membayangkan proses yang ada dalam diri anak-anak.

Konselor membutuhkan observasi mengenai respon non verbal dan verbal dari

anak-anak, dan juga merespon pada mereka dengan menggunakan sikap atau cara-

cara konseling yang tepat.

Manfaat plastisin secara khusus yaitu untuk menolong anak tentang apa

yang dirasakan, sedikit meninggalkan mengenai yang ditahan/tertahan. Proyek ini

terjadi seperti anak berperan di luar kendali emosinya. Contohnya, seorang anak

Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angkatan VIII

Page 19: Proposal Terapi Bermain Plastisin Di TK UIN

dapat memukul plastisin, atau mengalus atau menggulung-gulung plastisin. Dari

hal yang terjadi, konselor dapat membantu anak untuk mengenali dan merasakan

perasaan yang dialami oleh anak melalui ekspresi fisiknya.

Plastisin sangat bermanfaat ketika bermain dengan anak-anak dalam

kelompok. Dalam kondisi berkelompok, anak-anak bisa saling mendukung untuk

berinteraksi dengan yang lainnya sama seperti mereka bermain dengan plastisin

dan memperoleh wawasan dan pemahaman mengenai anak-anak yang lainnya

dalam kelompok, berbagi tentang pengalaman. Saling berbagi ini dapat

menambah rasa individu setiap anak termasuk kelompok. Bermain plastisin dapat

digunakan untuk menolong anak-anak untuk menemukan konsekuensi dari setiap

tingkah laku mereka ketika dalam kelompok.

Dapat disimpulkan, bahwa hal terpenting yang didapat ketika bermain

dengan menggunakan plastisin dapat dimasukkan dalam daftar di bawah ini.

Hal-hal yang bisa diperoleh dari bermain dengan plastisin secara individu dan

dalam kelompok

Membantu anak untuk menceritakan dan berbagi tentang ceritanya dengan

menggunakan plastisin sebagai ilustrasi dalam ceritanya

Memungkinkan anak untuk memikirkan tentang rencana yang mengandung

perasaan-perasaan lewat plastisin sehingga mereka bisa merasa diakui dan

memiliki

Membantu anak untuk mengenali dan mengetahui hal-hal yang sedang terjadi

Membantu anak untuk menyelidiki hubungan dan untuk mengembangkan

wawasan ke dalam hubungan dengan orang lain

Memungkinkan anak memperoleh pengalaman dan kepuasan dalam

pemenuhan tugas kreativitas

Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angkatan VIII

Page 20: Proposal Terapi Bermain Plastisin Di TK UIN

Hal-hal yang bisa diperoleh dari bermain dengan plastisin dalam kelompok

Membantu anak memperoleh wawasan dan memahami dengan yang lainnya

Dapat menambah rasa individu setiap anak termasuk kelompok

Membantu anak untuk menemukan konsekuensi dari tingkah laku setiap anak

ketika di dalam kelompok.

C. Hal-hal yang perlu diperhatikan saat menggambar

1. Bermain/alat bermain harus sesuai dengan taraf perkembangan anak.

2. Membentuk plastisin disesuaikan dengan kemampuan dan minat anak.

3. Memberikan salah satu contoh bentuk sehingga anak terampil, sebelum

meningkat pada  keterampilan yang lebih majemuk.

4. Jangan memaksa anak membentuk plastisin, bila anak sedang tidak ingin 

membentuk plastisin.

D. Evaluasi

Peserta terapi bermain plastisin mampu :

1. Anak bisa membentuk plastisin sesuai dengan tingkat perkembangan

2. Anak akan merasakan kebebasan karena dapat mengekspresikan kondisinya.

3. Merasa senang,tenang terkait hospitalisasi.

Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angkatan VIII

Page 21: Proposal Terapi Bermain Plastisin Di TK UIN

DAFTAR PUSTAKA

Basofi Mujahidin, Ahmad. 27 Nopember 2012. Satuan Acara Bermain Menggambar Pada Anak Usia 3-5 Tahun, (online), https://ahmadbasofimujahidin.wordpress.com/2012/11/27/satuan-acara-bermain-menggambar-pada-anak-usia-3-5-tahun-preschool-di-ruang-brawijaya-rsud-kanjuruhan-kepanjen/, di akses 14 September 2015

Soetjiningsih, 1988, Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC.

Markum.A.H, 1991, Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: FKUI.

Wong, Donna L. 2013. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Jakarta : EGC

Profesi Ners UIN Alauddin Makassar Angkatan VIII