Transcript

PROPOSAL TERAPI BERMAIN

PADA ANAK USIA PRA SEKOLAH DI RUANG DI RUANG NAKULA IV RSUD KOTA SEMARANG

Disusun Oleh :

BAYU D. PRATAMA

1408017

PROGRAM STUDI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIDYA HUSADA

SEMARANG

2014

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Bermain merupakan cerminan kemampuan fisik, intelektual, emosional, dan social dan bermain merupakan media yang baik untuk belajar karena dengan bermain, anak-anak akan berkata-kata (berkomunikasi), belajar menyesuaikan diri dengan lingkungan, melakukan apa yang dapat dilakukannya, dan mengenal waktu, jarak serta suara (Wong, 2000)

Bermain adalah suatu kegiatan yang dilakukan dengan atau tanpa mempergunakan alat yang menghasilkan pengertian atau memberikan informasi, memberi kesenangan maupun mengembangkan imajinasi anak (Anggani Sudono, 2000)

Bermain tidak sekedar mengisi waktu tetapi merupakan kebutuhan anak seperti halnya makanan, perawatan dan cinta kasih. Dengan bermain anak akan menemukan kekuatan serta kelemahannya sendiri, minatnya, cara menyelesaikan tugas-tugas dalam bermain (Soetjiningsih, 1995)

Ruangan yang digunakan adalah di ruangan terapi bermain RSUD Dr. H.Soewondo Kendal, dimana di ruang tersebut terdapat alat-alat bermain yang disesuaikan dengan usia anak. Terapi bermaian ini bertujun untuk mempraktekkan keterampilan, memberikan ekspresi terhadap pemikiran, menjadi kreatif dan merupakan suatu aktifitas yang memberikan stimulasi dalam kemampuan keterampilan kognitif dan afektif.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Untuk melanjutkan tumbuh kembang anak dan meminimalkan hospitalisasi pada anak.

2. Tujuan Khusus

Untuk melatih keterampilan kognitif dan afektif, anak bebas mengekpresikan perasaannya, orang tua dapat mengetahui situasi hati anak, memahami kemampuan diri, kelemahan dan tingkah laku terhadap orang lain, merupakan alat komunikasi terutama bagi anak yang belum dapat mengatakan secara verbal.

C. Sasaran

Anak usia pra sekolah (3-5 tahun) yang sedang menjalani terapi rawat inap di ruang Nakula IV RSUD Kota Semarang.

BAB II

DESKRIPSI KASUS

A. Karakteristik Sasaran

Anak yang dikategorikan anak usia prasekolah adalah anak usia 3-5 tahun, seorang ahli psikologi Hurlock mengatakan bahwa masa usia prasekolah adalah masa emas (the golden age). Di usia ini anak mengalami perubahan baik fisik dan mental dengan berkembangnya konsep diri, munculnya egosentris, rasa ingin tahu yang tinggi, imajinasi yang tinggi, belajar menimbang rasa, dan mengatur lingkungannya. Namun, anak juga dapat berperilaku buruk dengan berbohong, mencuri, bermain curang, gagap, tidak mau pergi ke sekolah dan takut akan monster atau hantu. Hal inilah yang membuat anak sulit berpisah dengan orangtua sehingga saat anak dirawat di rumah sakit ia akan merasa cemas akan prosedur rumah sakit yang tidak dipahaminya (Elfira, 2011).

Anak usia prasekolah berkembang dari perilaku sensorimotor sebagai alat pembelajaran dan berinteraksi dengn lingkungan menjadi pembentuk pikiran simbolik. Anak juga belajar untuk berpartisipasi dalam percakapan sosial. Dalam aktifitas bermain, anak memiliki kehidupan fantasi aktif, menunjukkan eksperimentasi dengan ketrampilan baru dan permainan, peningkatan aktifitas bermain, anak dapat menggunakan dan mengendalikan dirinya sendiri. Menurut Marjorie mengatakan bahwa anak prasekolah merupakan masa antusiasme, bertenaga, aktivitas, kreativitas, otonomi, sosial tinggi dan independen.

B. Analisa Kasus

Berdasarkan hasil pengamatan selama praktek klinik beberapa anak merasa takut jika didekati oleh perawat. Dampak hospitalisasi pada masa prasekolah yaitu sering menolak makan, sering bertanya, menangis perlahan, tidak kooperatif terhadap petugas kesehatan, anak sering merasa cemas, ketakutan, tidak yakin, kurang percaya diri, atau merasa tidak cukup terlindungi dan merasa tidak aman.

C. Prinsip Bermain Menurut Teori

Bermain adalah cara alamiah bagi anak mengungkapkan konflik dalam dirinya yang tidak disadari. (Wholey and wong, 1991).

Bermain adalah suatu kegiatan yang dilakukan sesuai dengan keinginan untuk memperoleh kesenangan (Foster, 1989).

Bermain adalah kegiatan yang dilakukan untuk kesenangan yang ditimbulkan tanpa mempertimbangkan hasil akhir (Hurlock).

Jadi kesimpulannya bermain adalah cara untuk memperoleh kesenangan tanpa mempertimbangkan hasil akhir. Fungsi utama bermain adalah merangsang perkembangan sensoris-motorik, perkembangan intelektual, perkembangan social, perkembangan kreativitas, perkembangan kesadaran diri, perkembangan moral dan bermain sebagai terapi.

D. Karakteristik Permainan Menurut Teori

Anak usia prasekolah (>3 tahun sampai 5 tahun) Sejalan dengan pertumbuhan dan perkembangannya, anak usia prasekolah mempunyai kemampuan motorik kasar dan halus yang lebih matang dari pada anak usia toddler. Anak sudah lebih aktif, kreatif dan imajinatif. Demikian juga kemampuan berbicara dan berhubungan social dengan temannya semakin meningkat.

Jenis permainan yang sesuai pada anak usia toddler adalah associative play, dramatic play dan skill play. Associative Play : dalam permainan ini, anak berinteraksi dengan teman yang lain tetapi tidak terorganisasi karena tidak ada yang memimpin permainan dan tujuan permainan tidak jelas. Dramatic Play : anak bermain peran sebagai proses identifikasi terhadap peran tertentu. Skill Play : permainan yang meningkatkan ketrampilan motorik kasar dan halus. Semakin sering berlatih, anak akan semakin terampil.

Anak melakukan permainan bersama-sama dengan temannya dengan komunikasi yang sesuai dengan kemampuan bahasanya. Anak juga sudah mampu memainkan peran orang tua tertentu yang diidentifikasinya, seperti ayah, ibu dan bapak atau ibu gurunya. Permainan yang menggunakan kemampuan motorik (skill paly) banyak dipilih anak usia prasekolah. Untuk itu, jenis alat permainan yang tepat diberikan pada anak misalnya, sepeda, mobil-mobilan, alat olah raga, berenang dan permainan balok-balok besar, puzzle dan membuat ketrampilan kerajinan tangan.

BAB III

METODOLOGI BERMAIN

A. Deskripsi Permainan

Dalam dunia anak-anak terdapat berbagai jenis permainan, salah satu jenis permainan yang bermanfaat bagi anak dan bersifat edukatif adalah membuat Danboard atau Danbo. Danbo merupakan permainan yang berasal dari negeri sakura jepang. Pebuatan Danbo membutuhkan kesabaran dan ketekunan anak dalam merangkainya. Dengan terbiasa membuat danbo, lambat laun mental anak juga akan terbiasa untuk bersikap tenang, tekun, dan sabar dalam menyelesaikan sesuatu. Kepuasan yang didapat saat ia menyelesaikan danbo pun merupakan salah satu pembangkit motifasi untuk mencoba hal-hal yang baru baginya.

B. Tujuan Permainan

Melalui fungsi yang terurai diatas, pada prinsipnya bermain mempunyai tujuan sebagai berikut :

1. Untuk melanjutkan pertumbuhan dan perkembangan yang normal pada saat sakit anak mengalami gangguan dalam pertumbuhan dan perkembangannya. Walaupun demikian, selama anak dirawat di rumah sakit, kegiatan sitimulasi pertumbuhan dan perkembangan masih harus tetap dilanjutkan untuk menjaga kesinambungannya

2. Mengekspresikan perasaan, keinginan, dan fantasi serta ide-idenya.

3. Mengembangkan kreativitas dan kemampuannya memecahkan masalah

4. Dapat beradaptasi secara efektif terhadap stress karena sakit dan dirawat dirumah sakit

C. Keterampilan yang Diperlukan

Permainan danbo memiliki banyak manfaat untuk anak, antara lain:

1. Meningkatkan kemampuan berpikir dan membuat anak belajar berkonsentrasi. Saat membuat danbo, anak akan melatih sel-sel otaknya untuk mengembangkan kemampuan berpikirnya dan berkonsentrasi untuk menyelesaikan potongan-potongan kepingan gambar tersebut.

2. Melatih koordinasi tangan dan mata. Danbo dapat melatih koordinasi tangan dan mata anak untuk membentuk danbo. Danbo juga membantu anak mengenal dan menghapal bentuk.

3. Meningkatkan Keterampilan Kognitif. Keterampilan kognitif (cognitive skill) berkaitan dengan kemampuan untuk belajar dan memecahkan masalah. Danbo adalah permainan yang menarik bagi anak balita karena anak balita pada dasarnya menyukai bentuk gambar dan warna yang menarik. Dengan membuat danbo anak akan mencoba memecahkan masalah yaitu menggunting dan melipat serta membentuk danbo.

D. Jenis Permainan

Jenis permainan yang akan digunakan adalah Skill Play : permainan yang meningkatkan ketrampilan motorik kasar dan halus. Semakin sering berlatih, anak akan semakin terampil.

E. Alat

Kertas rancangan danbo, gunting, cutter, dan lem kertas

F. Proses Bermain

Tugas orang tua dan perawat selama pembuatan danbo adalah mendampingi mereka dan memberikan kesempatan pada anak anda untuk berusaha sendiri menyelesaikan danbo tersebut. Bila si kecil mengalami kesulitan, anda bisa memberikan arahan kepada anak. Namun apabila si kecil sudah mulai terlihat frustasi dan tidak bisa melanjtukan permainannya, anda bisa menawarkan untuk menghentikan permainannya.

Jika anak berhasil menyelesaikan danbo tersebut, berikanlah ia pujian. Kemudian tanyakanlah seputar danbo yang telah berhasil ia selesaikan, untuk mengetahui sejauh apa dia memahami danbo tersebut.

G. Waktu Pelaksanaan

1. Topik: Terapi bermain pada anak usia pra sekolah (3-5 tahun)

2. Tempat: Ruang Nakula IV RSUD Kota Semarang.

3. Waktu : Sabtu, 24 Jan 2015, pkl 10.00 WIB- Selesai.

4. Lama: 30 menit

5. Metode: Membuat danbo

6. Media: Rancangan danbo

H. Hal-hal yang perlu diwaspadai

1. Anak kurang kooperatif

2. Orang tua tidak mendukung

3. Jam-jam tertentu seperti : kunjungan dokter, terapi dan waktu istirahat

4. Tidak semua rumah sakit mempunyai fasilitas bermain.

I. Antisipasi untuk meminimalkan hambatan

1. Pendekatan kepada anak lebih ditingkatkan

2. Memberikan penjelasan yang mudah dimengerti orang tua, sehingga timbul rasa percaya

3. Membatasi waktu bermain

4. Bermain dilakukan diruang bermain tanpa menggangu proses terapi pengobatan

J. Pengorganisasian dan Setting Tempat

Fasilitator : Bayu

4

3

1

2

3

Keterangan :

1 = Pasien

2 = Fasilitator

3 = Keluarga

4 = Observer

K. Sistem evaluasi

1. Evaluasi struktur

a. Tempat bermain telah disiapkan dan diatur sesuai dengan yang telah direncanakan

b. Peralatan untuk permainan telah disiapkan

c. Perawat siap memimpin permainan

2. Evaluasi proses

a. Anak bersikap kooperatif

b. Anak terlibat dan aktif dalam terapi bermain

c. Keluarga mendukung jalannya permainan

d. Anak mengikuti terapi bermain sampai selesai

3. Evaluasi hasil

a. Terjalinnya hubungan yang baik antara anak dan perawat

b. Anak mau berinteraksi dengan anak lain dan perawat

c. Anak merasa terhibur dengan permainan yang dilakukan

d. Anak mengembangkan kemampuan

e. Anak dapat mengekspresikan pikiran, perasaan melalui permainan yang telah dilakukan

BAB IV

PENUTUP

Bermain adalah cara untuk memperoleh kesenangan tanpa mempertimbangkan hasil akhir. Tujuan bermain untuk melatih keterampilan kognitif dan afektif, anak bebas mengekpresikan perasaannya, orang tua dapat mengetahui stuasi hati anak, memahami kemampuan diri, kelemahan dan tingkah laku terhadap orang lain, merupakan alat komunikasi terutama bagi anak yang belum dapat mengatakan secara verbal.

Saran kepada orang tua dan pelayanan kesehatan diharapkan orang tua lebih selektif dan memahami fungsi dari alat permainan yang akan diberikan kepada anak. Orang tua dapat menyesuaikan kepada umur anak sehingga dapat merangsang tumbuh kembang secara optimal

DAFTAR PUSTAKA

Donna L Wong, 2004, Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik, Jakarta : EGC.

Narendra, Sularso, 2002, Tumbuh kembang Anak dan Remaja, Jakarta : Sagung seto.

Pusdiknakes, 2000, Asuhan Kesehatan Anak dalam Konteks Keluarga, Jakarta : Depkes RI.

Soertjaningsih, 2005, Tumbuh Kembang Anak, Jakarta: EGC

Lampiran

Model Rancangan Danbo