MODEL PELESTARIAN EKOSISTEM MANGROVE
DI KAWASAN TAMAN NASIONAL KUTAI
OLEH MASYARAKAT DUSUN TELUK LOMBOK
(Mangrove Ecosystem Preservation Model in Kutai National Park Area
by Community of Teluk Lombok Village)
Oleh/By :
Wawan Gunawan, Wahyu Catur Adinugroho, dan/and Noorcahyati
ABSTRACT Generally, ecosystem of mangrove located in coastal periphery, this vegetation have
characteristic hold up of salinity. This ecosystem is very important because have benefit and
function, through physical, biological and also economically. Various pressure, illegal logging,
converting forest of mangrove become fishpond which not controlled have caused degradation of
mangrove ecosystem. Existence of pressure to fulfill the necessary by society in around mangrove
increasing damaged this ecosystem. So, needed various effort with appropriate model to preserve
mangrove ecosystem.
Research in mangrove ecosystem of Teluk Lombok with survey method by interview,
observation and study of literature indicate that society characteristic in Teluk Lombok village
have low education level, they exploit mangrove ecosystem to fulfill necessary. Perception of
society about mangrove ecosystem have been change toward which are positive along with community development activity by certain party. Preservation of mangrove ecosystem doing by
collaborative of society, government institution and certain party with accommodating all
stakeholder importance, society become subject and have opportunity to participate active so they
have sense of belonging and can become buffer for preservation mangrove ecosystem, three
especial program activity to preservation mangrove ecosystem mangrove is Reinforcement of
society institute, increasing society economy and rehabilitate. Program conducted by society with
guidance.
Keywords : Mangrove ecosystem, Function and benefit of mangrove ecosystem, society
characteristic, society perception, Model of mangrove ecosystem preservation
ABSTRAK Ekosistem mangrove pada umumnya terletak di pinggir pantai dengan ciri khas
mempunyai komunitas tumbuhan tahan terhadap salinitas/kadar garam, mempunyai fungsi dan
manfaat yang sangat penting, baik secara fisik, biologis maupun secara ekonomis. Berbagai
tekanan seperti, penebangan liar, dan konversi hutan mangrove yang tidak terkendali menjadi areal
tambak telah menyebabkan ekosistem mangrove terdegradasi. Kondisi ini didukung oleh adanya desakan untuk memenuhi keperluan hidup, terutama oleh masyarakat sekitar ekosistem mangrove.
Sehingga diperlukan berbagai upaya dengan model pelestarian yang tepat guna pelestarian
ekosistem mangrove.
Penelitian yang dilakukan di ekosistem mangrove Teluk lombok dengan menggunakan
metode survey melalui wawancara, observasi dan studi literatur menunjukkan bahwa karakteristik
rumah tangga Dusun Teluk Lombok mempunyai tingkat pendidikan yang rendah dan mereka
memanfaatkan ekosistem mangrove untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Telah terjadi
perubahan persepsi terhadap keberadaan eksosistem mangrove kearah yang positif seiring dengan
kegiatan pendampingan oleh pihak tertentu. Upaya pelestarian ekosistem mangrove dilakukan
secara kolaboratif, masyarakat, instansi pemeriantah dan pihak lain dengan mengakomodasi semua
kepentingan stakeholder terkait dimana masyarakat menjadi subyek yang mempunyai kesempatan
untuk berpartisipasi aktif sehingga masyarakat mempunyai rasa memiliki dan dapat menjadi buffer bagi kelestarian ekosistem mangrove, tiga program utama kegiatan pelestarian ekosistem
mangrove yaitu Penguatan kelembagaan dan Peningkatan ekonomi masyarakat sekitar serta upaya
rehabilitasi dimana program dilaksanakan dengan sistem pendampingan.
Kata Kunci : Ekosistem mangrove, fungsi dan manfaat ekosistem mangrove, karakteristik
masyarakat, persepsi masyarakat, model pelestarian ekosistem mangrove
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ekosistem mangrove adalah persekutuan hidup alam hayati yang terdapat
di daerah pantai terlindung di daerah tropis dan sub tropis dengan komunitas
tumbuhan yang mendiami tempat ini mempunyai sifat khas yaitu tahan terhadap
kadar garam/salinitas. Karena letak dan kharakteristik komunitas penyusun
ekosistem ini yang khas menjadikan ekosistem ini merupakan sumberdaya hayati
pesisir yang memiliki peran dan manfaat yang luas dari berbagai aspek.
Manfaat hutan mangrove secara fisik antara lain menjaga agar garis
pantai tetap stabil, melindungi pantai dan tebing sungai dari abrasi, menahan
tiupan angin kencang dari laut serta manjadi wilayah penyangga terhadap
rembesan air laut (intrusi). Secara biologis hutan mangrove berfungsi sebagai
tempat memijah dan berkembangbiaknya berbagai hewan air, tempat berlindung
dan berkembangbiak burung dan satwa lain, juga berfungsi sebagai sumber
plasma nutfah dan sumber genetika. Secara ekonomis, hutan mangrove juga
berfungsi sebagai penghasil kayu dan bahan bangunan, penghasil bahan baku
industri, bibit ikan serta tempat pariwisata, penelitian dan pendidikan.
Pemanfaatan hutan mangrove saat ini cenderung bersifat merusak,
sehingga menyebabkan penurunan luas hutan mangrove dari waktu ke waktu.
Eksploitasi hutan mangrove yang berlebihan, konversi hutan mangrove menjadi
kawasan tambak, industri, pemukiman, pertanian merupakan penyebab utama
menurunnya luasan hutan mangrove.
Taman Nasional Kutai (TNK) merupakan kawasan konservasi yang
memiliki hutan mangrove seluas ± 5.440,70 ha, yaitu 1- 2 km dari tepi pantai ke
arah daratan yang didominasi oleh jenis Rhizophora dan Bruguiera. Namun,
luasan hutan mangrove ini terus mengalami penyusutan akibat berbagai tekanan
seperti, penebangan liar, dan konversi hutan mangrove yang tidak terkendali
menjadi areal tambak. Kondisi ini didukung oleh adanya desakan untuk
memenuhi keperluan hidup, terutama oleh masyarakat sekitar hutan.
Untuk meminimalisasi rusaknya ekosistem mangrove diperlukan
berbagai upaya dengan model pelestarian yang tepat untuk mencapai
keberhasilan. Hal ini penting dilakukan, karena upaya yang dilakukan instansi
terkait seringkali mengalami kegagalan. Upaya pelestarian yang bersifat topdown
yang mengesampingkan unsur masyarakat ternyata mengakibatkan
ketidakberhasilan. Padahal keberadaan masyarakat sekitar hutan mangrove sangat
berpengaruh terhadap kelestarian ekosistem hutan mangrove.
B. Tujuan Penelitian
Melalui penelitian ini diharapkan dapat menjawab permasalahan –
permasalahan tersebut diatas yaitu :
1. Terdapatnya informasi tentang potensi ekosistem mangrove teluk lombok
2. Terdapatnya informasi tentang kharakteristik sosial ekonomi masyarakat
dusun teluk lombok
3. Terdapatnya informasi tentang persepsi masyarakat dusun teluk lombok
terhadap pelestarian ekosistem mangrove
4. Terdapatnya informasi tentang pemanfaatan ekosistem mangrove oleh
masyarakat dusun teluk lombok
5. Dihasilkannya sebuah model pelestarian ekosistem mangrove oleh
masyarakat
II. METODOLOGI
A. Lokasi dan Waktu
Penelitian dilaksanakan di kawasan ekosistem mangrove Taman Nasional
Kutai yang secara adminstratif terletak di Dusun Teluk Lombok Desa Sangkima
Kecamatan Sangatta Kabupaten Kutai Timur Propinsi Kalimantan Timur.
Berdasarkan klasifikasi Schmidt dan Ferguson, kawasan hutan mangrove Teluk
Lombok seperti halnya kawasan Taman Nasional Kutai termasuk iklim B dengan
nilai Q berkisar antara 14,3% - 33,3%. Curah hujan rata-rata setahun adalah
sebesar 1543,6 mm atau rata-rata bulanan 128,6 mm dengan rata-rata hari hujan
setahun 66,4 hari atau rata-rata bulanan 5,5 hari. Suhu rata-rata di kawasan hutan
mangrove Teluk Lombok adalah 260
C (berkisar antara 21 – 34 0
C) dengan
kelembaban relatif 67% - 98%.
Penelitian dilaksanakan selama kurang lebih 3 bulan yaitu Oktober –
Desember 2004, meliputi pengumpulan data sekunder, survey lapang, wawancara
dan analisa data.
B. Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan metode survey
yaitu melalui wawancara, observasi dan studi literatur. Data yang dikumpulkan
dalam penelitian ini berupa data sekunder dan data primer. Data primer diperolah
dari hasil observasi dan wawancara dengan menggunakan kuisioner pada
masyarakat setempat.
C. Analisis Data
Data sekunder dan data primer yang telah diperoleh dikompilasikan dan
dianalisa selanjutnya ditabulasikan dan dijelaskan secara deskriptif.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Potensi Ekosistem Mangrove Teluk lombok
Ekosistem mangrove di teluk lombok memiliki beberapa potensi yang
patut dilestarikan karena merupakan salah satu site ekosistem mangrove di Taman
Nasional Kutai yang masih tersisa. Diperkirakan 15%-20% dari total kawasan
mangrove di TNK telah terdegradasi dan berubah fungsi menjadi tambak dan
pemukiman.
Potensi vegetasi mangrove berdasarkan penelitian Gunawan (2004)
melaporkan bahwa di Ekosistem mangrove teluk lombok mempunyai struktur
pertumbuhan vegetasi yang lengkap yaitu semai, pancang dan pohon sehingga
proses regenerasi dapat berlangsung dan akan terwujud kelestarian apabila tingkat
ancaman/gangguan kerusakan terhadap ekosistem tersebut rendah. Meskipun
demikian pada ekosistem mangrove di teluk lombok memiliki keanekragaman
jenis vegetasi mangrove yang tergolong rendah pada semua tingkat pertumbuhan
vegetasi dan di dominasi jenis Bruguiera gymnorhiza, Candolia candel,
Rhizophora apiculata, Rhizophora mucronata. Selain jenis-jenis tersebut
berdasarkan laporan survei potensi mangrove di TNK oleh Rahmadani, dkk
(2004) dijumpai juga jenis Avicennia alba, Ceriops tagal, Casuarina equisetifolia,
Sonneratia caseolaris, Avicennia marina, Lumnitzera racemosa.
Ekosistem mangrove pada umumnya dijadikan tempat hidup banyak
jenis binatang mulai dari ikan, serangga, invertebrata, burung sampai kepada
mamalia besar hal ini disebabkan pada tipe ekosistem ini memungkinkan
tersedianya unsur hara dan makanan satwa sepanjang tahun. Satwaliar yang
terdapat di kawasan hutan mangrove Teluk Lombok berdasarkan hasil survey
Rahmadani, dkk (2004) meliputi jenis burung, primata, dan reptilia. Jenis-jenis
burung yang terdapat di kawasan hutan mangrove terdiri atas Cangak Merah
(Ardea purpurea), Kuntul Karang (Egreta sacra), Kuntul Kerbau (Bubulus ibis),
Cekakak Cina (Halcyon pileata), Cekakak sungai (Todirhamphus chloris), Raja
Udang Kalung Biru (Alcedo euryzona), Trinil Bedaran (Tringa cinereus), Elang
Bondol (Haliastur indus), Elang Laut Perut Putih (Haliastur leucogaster), Kucica
Kampung (Copsychus saularis), Kacamata Laut (Zosterops chloris), Cinenen
Merah (Orthotomus seriseus), Burung Cabai Polos (Dicaeum concolor),
Ixobrychus eurhythmus, Cinenen Kelabu (Orthotomus ruficeps), Artamus
leucorynchus, Anas gibberifrons. Jenis-jenis primata yang terdapat di kawasan
hutan mangrove Teluk Lombok terdiri atas Bekantan (Nasalis larvatus),
Orangutan (Pongo pygmaeus), Monyet Abu-abu (Macaca fascicularis). Jenis-
jenis reptilia yang terdapat di kawasan hutan mangrove Teluk Lombok terdiri atas
Buaya Muara (Crocodylus porosus), Buaya Sapit (Thomistoma schelegeli), dan
Biawak (Varanus salvator). Sedangkan jenis-jenis satwaliar lainnya yang terdapat
di kawasan hutan mangrove Teluk Lombok terdiri atas Kancil (Tragulus sp.),
Kijang (Muntiacus muntjak), dan Babi Hutan (Sus barbatus).
B. Karakteristik Sosial Ekonomi Masyarakat Dusun Teluk Lombok
Dusun Teluk Lombok termasuk kedalam Desa sangkima Kecamatan
Sangatta Kabupaten Kutai timur. Desa Sangkima berdasarkan data Monografi
Desa tahun 2003/2004 mempunyai jumlah penduduk sebesar 3.072 orang, terbagi
kedalam jumlah penduduk laki-laki sebanyak 1.519 orang dan jumlah penduduk
perempuan sebanyak 1.553 orang. Jumlah kepala keluarga di Desa Sangkima
sebanyak 739 KK.
Sebagian besar Penduduk Dusun Teluk Lombok merupakan penduduk
pendatang yang berasal dari Suku Mandar Mamuju Sulawesi. Mereka tinggal di
pinggir pantai disekitar kawasan ekosistem mangrove Teluk Lombok, sehingga
sebagian besar kebutuhan hidupnya dipenuhi dengan memanfaatkan keberadaan
ekosistem mangrove. Kerusakan ekosistem mangrove akan berdampak pada
pendapatan mereka, dimana mata pencaharian pokok masyarakat sekitar pada
umumnya adalah sebagai nelayan, dengan matapencaharian tambahan yang
beragam seperti bertani, beternak, dan berdagang; pendapatan pokok masyarakat
dari kegiatan/usaha yang dilakukannya berkisar antara Rp 250.000 – Rp
2.000.000, sedangkan pendapatan tambahan masyarakat berkisar antara Rp
100.000 – Rp 1.000.000; luas lahan yang dikuasai masyarakat berkisar antara 0,5
ha – 6 ha yang digunakan untuk kebun, tambak, atau berupa lahan kosong/tidak
digunakan.
Karakteristik rumahtangga masyarakat Dusun Teluk Lombok umumnya
mempunyai kepala rumahtangga berumur antara 22 – 78 tahun dengan jumlah
anggota rumahtangga berkisar antara 2 – 9 orang. Tingkat pendidikan penduduk
Dusun Teluk Lombok pada umumnya masih tergolong rendah, yaitu sebagian
besar berpendidikan formal Sekolah Dasar (SD) ataupun tidak tamat SD, hanya
sedikit saja yang berpendidikan formal sampai tingkat Sekolah Menengah
Pertama (SMP) atau Sekolah Menengah Atas (SMA).
C. Persepsi Masyarakat Dusun Teluk Lombok terhadap Pelestarian
Ekosistem Mangrove
Persepsi masyarakat terhadap pelestarian ekosistem hutan mangrove di
Dusun Teluk Lombok menunjukkan bahwa kegiatan pelestarian ekosistem
mangrove sangat bermanfaat bagi kehidupan mereka, terutama menunjang mata
pencaharian penduduk yang sebagian besar berprofesi sebagai nelayan tradisional.
Selain hal tersebut, menurut mereka dengan adanya kegiatan pelestarian
menjadikan kondisi lingkungan sekitar daerah mereka lebih baik.
Masyarakat Dusun Teluk Lombok umumnya menganggap hutan
mangrove merupakan kekayaan alam yang harus dijaga kelestariannya, terutama
sebagai pencegah erosi dan banjir, sebagai sumber kehidupan (tempat mencari
ikan), sumber air dan keanekaragaman hayati.
Kegiatan rehabilitasi pada hutan mangrove yang telah rusak menurut
masyarakat Dusun Teluk Lombok perlu dilakukan. Hal ini menunjukkan adanya
kesadaran yang baik dari masyarakat Dusun Teluk Lombok terhadap fungsi hutan
mangrove.
Faktor yang mendorong tumbuhnya kesadaran ini disebabkan dua hal,
yaitu :
1. Pendampingan ; Kegiatan pendampingan yang dilakukan lembaga
pendamping (BIKAL-LPMK) dan Balai TNK menjadi faktor pendorong
munculnya kesadaran masyarakat Dusun Teluk Lombok akan pentingnya
melestarikan ekosistem hutan mangrove
2. Fakta di lapangan ; kenyataan yang ada dilapangan menunjukkan bahwa
hasil rehabilitasi yang dilakukan masyarakat Dusun Teluk Lombok
memberikan manfaat yang positif. Sebelum dilakukan rehabilitasi,
masyarakat Dusun Teluk Lombok mengaku sulit memperoleh tangkapan
ikan jenis tertentu yakni Ikan Bawis (………….). Namun setelah
dilakukan rehabilitasi, jenis ikan tersebut mulai terlihat kembali sehingga
warga lebih mudah memperoleh tangkapan jenis ikan tersebut. Manfaat
langsung ini memberikan keyakinan bagi warga Dusun Teluk Lombok
bahwa melestarikan hutan mangrove sangat penting untuk kehidupan
mereka.
D. Pemanfaatan Ekosistem Hutan Mangrove oleh Masyarakat
Pada dasarnya, hutan dan masyarakat disekitarnya tidak dapat dipisahkan.
Begitu pula yang terjadi dengan masyarakat Dusun Teluk Lombok yang
mendiami daerah sekitar hutan mangrove yang merupakan bagian dari kawasan
TNK. Masyarakat dusun Teluk Lombok banyak memanfaatkan ekosistem
mangrove sebagai salah satu penunjang keperluan hidup sehari-hari mereka
seperti tempat mencari ikan, kerang, kepiting untuk konsumsi sendiri ataupun
dijual, pemanfaatan daun nipah sebagai bahan atap atau ketupat, pemanfaatan nira
nipah menjadi gula/arak, pemanfaatan buah nipah sebagai campuran es buah atau
dimakan segar, pemanfaatan kayu bakau sebagai kayu bakar, jembatan, tiang
bagang, tiang perangkap kayu, tiang penambat perahu, pemanfaatan buah rambai
laut (Sonneratia alba) sebagai campuran sayuran dan pemanfaatan ekosistem
mangrove yang paling mengancam kerusakan ekosistem yaitu sebagai tambak
dimana sebagian besar para petambak berasal dari daerah luar Dusun Teluk
Lombok.
Pemanfaatan ekosistem mangrove tersebut diatas secara tidak terkendali
dalam skala besar akan mengancam kelestarian ekosistem mangrove sehingga
diperlukan pengembangan alternatif mata pencaharian untuk memenuhi
kebutuhan hidup masyarakat Dusun Teluk Lombok. Beberapa alternatif mata
pencaharian yang telah dikembangkan di Dusun Teluk Lombok, yaitu
pengembangan persemaian mangrove dengan sistem cabutan ataupun dari buah,
pemanfaatan ekosistem mangrove sebagai tempat pembesaran kepiting dalam
karamba, pengembangan kerupuk kepiting, budidaya rumput laut dan
pengembangan agar-agar dari rumput laut.
E. Pelestarian Ekosistem Hutan Mangrove oleh Masyarakat Dusun Teluk
Lombok
Kegiatan pelestarian ekosistem mangrove di Teluk Lombok dilaksanakan
oleh masyarakat Dusun Teluk Lombok yang tergabung dalam Kelompok Tani
Pangkang Lestari. Dalam pelaksanaan di lapangan, kelompok ini didampingi oleh
LSM Binakelola Lingkungan (BIKAL) dan Lembaga Pengembangan Masyarakat
Kampung (LPMK) serta Balai TNK melalui dana yang diperoleh dari Mitra
Taman Nasional Kutai.
Pada awalnya dibentuk 2 (dua) kelompok yang masing-masing berjumlah
16 orang. Akan tetapi, ada salah satu kelompok yang tidak siap untuk
mengusahakan pembibitan, akhirnya dua kelompok tersebut dilebur menjadi satu
kelompok dengan beranggotakan 18 orang.
Berbagai proses yang dibangun dalam program pelestarian ekosistem
mangrove ini melibatkan masyarakat Dusun Teluk Lombok, mulai dari
penggalian informasi dari masyarakat terhadap program yang akan dijalankan,
penentuan lokasi rehabilitasi, jenis tanaman mangrove yang dipilih, hingga
identifikasi kebutuhan dan pembagian peran. Dari penggalian informasi diperoleh
hasil yang positif terhadap program pelestarian ekosistem mangrove di teluk
lombok dan akan dilaksanakan kegiatan rehabilitasi dengan luas lahan 10 Ha.
Lokasi rehabilitasi ini berada sekitar 20 m dari areal bekas pemukiman
masyarakat Dusun Teluk Lombok sebelum terjadi abrasi pantai. Pada awalnya
masyarakat Dusun Teluk Lombok menempati areal di sepanjang pantai Teluk
Lombok. Namun, seiring dengan rusaknya hutan mangrove disekitar Pantai Teluk
Lombok, daerah pemukiman mereka pun mengalami abrasi dan mengharuskan
warga untuk berpindah ke tempat yang lebih aman. Pertimbangan pemilihan
lokasi ini dikarenakan gelombang dan arus yang agak kecil dan jarang dilewati
perahu nelayan, serta merupakan daerah yang mengalami abrasi dan harus
direhabilitasi.
Keberadaan tenaga pendamping memiliki peranan penting dalam
keberhasilan program rehabilitasi ini. Program penguatan kelompok dan
penyadaran melalui transformasi ilmu pengetahuan kepada masyarakat dan
anggota Kelompok Tani Pangkang Lestari sangat mendukung upaya rehabilitasi
yang dilakukan. Peran fasilitator dalam memperlancar proses belajar anggota
kelompok tidak dapat diabaikan. Pada dasarnya lembaga pendamping memiliki
peran sebagai motivator dan fasilitator. Peranan ini diperlukan dalam membantu
kelompok tani untuk menganalisa dan memecahkan permasalahan yang mereka
hadapi.
Selain tenaga pendamping, dalam pembagian peran yang dilakukan pada
program rehabilitasi mangrove ini, Mitra TNK memiliki peran sebagai
penyandang dana kegiatan. Mitra TNK merupakan wadah yang terdiri dari
beberapa perusahaan besar yang berlokasi disekitar kawasan TNK yang
berkomitmen membantu pengelolaan TNK.
Untuk membangun komitmen masyarakat dalam pelaksanaan program dan
menjadikan masyarakat sebagai subyek yang berpartisipasi aktif dalam program
pelestarian ekosistem mangrove dan tidak hanya menjadi buruh, maka dilakukan
diskusi sebelum pelaksanaan kegiatan pelestarian ekosistem mangrove, terungkap
bahwa selain kegiatan rehabilitasi untuk mengembalikan fungsi ekosistem
mangrove, anggota kelompok mengharapkan adanya peningkatan sumber daya
manusia dan kesejahteraan masyarakat. Sehingga selain kegiatan rehabilitasi juga
dilaksanakan program penguatan ekonomi masyarakat pun juga dilaksanakan
melalui budidaya keramba kepiting, pembuatan kerupuk kepiting serta budidaya
rumput laut, pengembangan persemaian mangrove dengan sistem cabutan dan
biji. Kegiatan usaha produktif ini diarahkan untuk meningkatkan pendapatan
masyarakat yang berarti penguatan di bidang ekonomi. Penguatan masyarakat
melalui pendekatan ekonomi diharapkan dapat meningkatkan motivasi anggota
kelompok untuk menjaga kelestarian ekosistem mangrove karena sebagian
kepentingan mereka terakomodasi. Di lain pihak, jika dicapai keberhasilan dari
usaha produktif ini, akan memotivasi warga lain untuk ikut berkelompok.
Keberhasilan dari program pendampingan yang dilakukan untuk
mendorong masyarakat berpartisipasi aktif dalam kegiatan pelestarian ekosistem
mangrove berperan penting dalam menunjang kegiatan selanjutnya. Guna
keberhasilan pelaksanaan program pelestarian mangrove ini harus didukung
dengan regulasi atau aturan main yang telah disepakati oleh semua pihak baik
instansi yang bertanggungjawab langsung terhadap kelestarian ekosistem
mangrove, masyarakat dan pihak lainnya. Selain itu tersedianya seperangkat
aturan dan kebijakan tentang ekosistem mangrove, peran, hak dan kewajiban
masyarakat dan instansi terkait serta sangsi yang jelas bagai pelanggar aturan akan
mendorong terlaksananya program pelestarian mangrove. Dalam kaitannya
program pelestarian ekosistem mangrove di teluk tombok telah tersedia beberapa
perangkat aturan, yaitu : UU N0. 41 tahun 1999 tentang kehutanan, UU No.5
Tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati, Keputusan Menteri
Kehutanan No.325/Kpts-II/1995 tentang penunjukkan menjadi Taman Nasional
Kutai, Peraturan Daerah kota Bontang No.6 Tahun 2003 tentang pengelolaan
hutan lindung kota bontang, peraturan daerah kota Bontang No.7 Tahun 2003
tentang pengelolaan hutan mangrove, peraturan desa Sangkima Kutai Timur
tentang peran serta masyarakat dalam menjaga dan melestarikan hutan
bakau/mangrove.
Keberhasilan pelaksanaan pelestarian ekosistem mangrove diharapkan
akan mengembalikan dan menjaga fungsi ekosistem mangrove, meningkatkan
kesejahteraan masyarakat penyangga ekosistem mangrove serta menjadikan
masyarakat penyangga sebagai buffer yang melindungi ekosistem mangrove.
Model Pelestarian mangrove yang telah dilakukan dalam rangka pelestarian
ekosistem mangrove teluk lombok ini jika dibuat dalam suatu diagram adalah
sebagai berikut :
EKOSISTEM HUTAN
MANGROVE Fungsi dan Manfaat : - Penyangga komunitas daratan dan
pesisir (laut) - Habitat berbagai ikan dan hewan air
lainnya - Akarnya efektif untuk perangkap
sedimen dan unsur hara, memperlambat kecepatan arus dan mencegah erosi pantai
- Mencegah intrusi air asin - Pelindung terhadap bencana alam
(banjir, badai, erosi)
- Buah, bunga, daun, kayu dan kulitnya dapat dimanfaatkan
Balai TNK - SDM
- Peraturan/Kebijakan
Mitra TNK -KPC
-Pertamina
- dll
LSM
Fasilitator / Pendamping masyarakat/
motivator
Program Kegiatan
Pelestarian Hutan
Mangrove
Kondisi yang
diharapkan : - Kelestarian Ekosistem
Hutan Mangrove - Kondisi Sosial
Ekonomi Masyarakat Meningkat
- Masyarakat menjadi
buffer terhadap kegiatan yang bersifat
merusak
Regulasi /
Aturan main
Kebijakan /
Peraturan
Masyarakat
Karakteristik
Sosial Ekonomi
Persepsi
Pemanfaatan + : Pemanfaatan sda di hutan
mangrove secara terkendali _ : Konversi hutan mangrove
menjadi tambak dan pemanfaatan yang tidak terkendali
Keterangan :
Ekosistem Mangrove
Ekosistem mangrove merupakan komunitas atau masyarakat tumbuhan atau
hutan yang tahan terhadap salinitas (pasang-surut air laut). Ekosistem ini berperan
penting terhadap kehidupan masyarakat khususnya di sekitar pantai, yaitu sebagai
penyangga komunitas daratan dan pesisir laut, habitat berbagai ikan dan hewan air
lainnya, memperlambat kecepatan arus dan mencegah erosi pantai, mencegah intrusi air
asin, pelindung terhadap bencana alam (banjir, badai dan erosi) sedangkan buah, bunga,
daun, kayu dan kulitnya dapat diamnfaatkan oleh masyarakat.
Stakeholder Ekosistem mangrove TNK
Hasil identifikasi stakeholder di kawasan eksosistem mangrove di TNK, terdapat
beberapa komponen utama yang berperan terhadap kelangsungan ekosistem mangrove,
yaitu :
1. Masyarakat
Dipengaruhi karakteristik sosial ekonomi dan persepsi masyarakat terhadap
keberadaan ekosistem mangrove, masyarakat memanfaatkan hutan mangrove
untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Tindakan pemanfaatan yang dilakukan
dapat berpengaruh positif (pemanfaatn terkendali) maupun negatif (konversi
hutan menjadi tambak secara tidak terkendali) terhadap kelestarian
eksosistem mangrove
2. Balai TNK
Balai TNK berperan sebagai unit pelaksana teknis yang bertanggungjawab
secara langsung terhadap kelestarian ekosistem mangrove di kawasan TNK,
sehingga dalam perannya sangat dipengaruhi oleh kemampuan sumberdaya
manusia yang dimiliki serta kebijakan-kebijkan yang telah ditetapkan oleh
balai
3. Mitra TNK
Mitra TNK berperan sebagai pendukung balai TNK dalam melaksanakan
kebijakan sebagai wujud komitmen mereka terhadap lingkungan sekitar dapat
berupa dukungan dana ataupun dukungan lainnya.
4. LSM
LSM memegang peranan penting dalam keberhasilan pelestarian ekosistem
mangrove di teluk lombok, LSM berperan dalam memfasilitasi/pendamping
dan motivator dalam upaya menyatukan dan mensinergikan kepentingan-
kepentingan masyarakat, balai TNK dan pihak lain terhadap ekosistem
mangrove
Aktivitas/Tindakan yang dilakukan
Pelestarian ekosistem mangrove dilakukan secara kolaboratif yang
mengakomodasi berbagai kepentingan, dimana terjadi interaksi baik antara masyarakat,
pemerintah dan pihak lain sesuai dengan peran dan wewenang masing-masing pihak dan
selanjutnya masyarakat dapat menjadi subyek yang mempunyai kesempatan untuk
berpartisipasi secara aktif dalam berbagai tahap seperti perencanaan, pelaksanaan serta
pemanfaatan ekosistem mangrove dalam upaya pelestarian ekosistem mangrove.
1. Sebelum Pelaksanaan
Perencanaan yang matang akan menentukan keberhasilan pelaksanaan
program untuk itu diperlukan sebuah diskusi dengan berbagai pihak terutama
dengan masyarakat yang bersentuhan langsung serta kajian awal/preliminary
studi dari segala aspek yang berkaitan dengan ekosistem mangrove, seperti
potensi ekosistem mangrove, identifikasi permasalahan ekosistem mangrove,
identifikasi stakeholder dan persepsinya terhadap ekosistem mangrove,
kondisi stakeholder, peran dan kepentingan masing-masing stakeholder
terhadap ekosistem mangrove, identifikasi kebutuhan masing-masing
stakeholder.
2. Pelaksanaan Program
Hasil dari beberapa kajian dan analisa tersebut menjadi dasar dalam
perumusan program kegiatan, dimana dalam penentuan program-program
kegiatan pelestarian ekosistem mangrove harus selaras dengan kebutuhan
masyarakat yaitu peningkatan kesejahteraan, penguatan kelembagaan dan
kesempatan masyarakat untuk terlibat secara aktif. Contoh program kegiatan
yang telah dilakukan di Dusun Teluk Lombok, yaitu :
Penguatan kelembagaan Dusun Teluk Lombok dan kelompok Tani
Pangkang Lestari
Peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui pengembangan usaha
kecil kerupuk kepiting, buddidaya kepiting dalam karamba, budidaya
rumput laut
Mendukung balai dalam upaya pelestarian ekosistem mangrove
Pendampingan kepada masyarakat dan menjadi motivator
Kegiatan rehabilitasi bersama masyarakat
3. Paska Pelaksanaan Program
Paska pelaksanaan program harus dilaksanakan kegiatan monitoring dan
evaluasi yang dilakukan oleh masyarakat sendiri dengan difasilitasi dan
pendampingan dari pihak tertentu.
Faktor Pendukung Keberhasilan Program
Keberhasilan pelaksanaan program didukung oleh ketersediaan pearangkat peraturan
dan regulasi atau aturan main dalam pemanfaatan ekosistem mangrove.
Output
Hasil dari pelaksaanaan program-program kegiatan tersebut diharapkan dapat
terciptanya kelestarian ekosistem hutan mangrove, peningkatan kondisi sosial
ekonomi masyarakat dan masyarakat menjadi buffer terhadap kegiatan yang merusak
ekosistem mangrove.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Karakteristik sosial ekonomi masyarakat dusun teluk lombok mempengaruhi
kelestarian ekosistem mangrove teluk lombok.
2. Adanya pendampingan dan fasilitasi oleh LSM telah menyebabkan perubahan
persepsi masyarakat Dusun Teluk lombok terhadap fungsi ekosistem mangrove,
masyarakat mulai sadar akan peranan ekosistem mangrove dan mempunyai
komitmen untuk melestarikan ekosistem mangrove teluk lombok.
3. Telah terjadi penurunan potensi ekosistem mangrove terutama tingkat
keanekaragaman jenis, meski demikian ekosistem mangrove teluk lombok
merupakan salah satu site mangrove di TNK yang masih tersisa dan patut
dilestarikan
4. Masyarakat Dusun Teluk Lombok memanfaatkan ekosistem mangrove untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya, pemanfaatan yang berlebihan telah mengancam
kerusakan ekosistem mangrove, upaya pengembangan alternatif mata pencaharian
untuk pemanfaatan ekosistem tanpa mengancam kerusakan ekosistem mangrove
telah dilakukan yaitu dengan pengembangan persemaian mangrove, budidaya rumput
laut, pembesaran kepiting dalam karamba, pembuatan kerupuk kepiting.
5. Keberhasilan kegiatan pelestarian ekosistem mangrove ditentukan oleh kemampuan
melibatkan masyarakat dan seluruh stakeholder terkait untuk berperan serta aktif dan
mempunyai komitmen yang kuat untuk melestarikan ekosistem mangrove, kegiatan
pelestarian harus didukung dengan upaya peningkatan kesejahteraan dan
kelelmbagaan masyarakat sekitar sehingga masyarakat dapat merasakan manfaat
langsung dan dapat menjadi buffer yang melindungi ekosistem mangrove.
B. Saran
1. Kegiatan pemanfaatan ekosistem mangrove oleh masyarakat sekitar perlu dilakukan
pembatasan/pengaturan yang ketat agar tidak bersifat merusak dan melampaui
kemampuan mangrove dalam beregenerasi
2. Kegiatan pendampingan/fasilitasi masyarakat perlu lebih ditingkatkan baik jumlahnya
maupun intensitasnya agar meningkatkan motivasi dan kesadaran masyarakat
terhadap kelestarian ekosistem mangrove
3. Perlu ditingkatkannya peranan instansi terkait dalam membina masyarakat dalam
kaitannya peningkatan kesejahtaran masyarakat sekitar ekosistem mangrove
4. Pengembangan kegiatan lainnya di masyarakat yang menunjang pelestarian ekosistem
mangrove perlu ditingkatkan
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2003. Rencana Strategis Tahun 2003 -2007. Balai Taman Nasional Kutai.
Bontang
Anonoim. 2003. Monografi Desa Sangkima Kecamatang Sangata Tahun 2003/2004.
Desa Sangkima Kecamatan Sangatta kabupaten Kutai Timur.
Anwar, C., E. Subiandono. 2001. Pedoman Teknis Penanaman Mangrove. Info Hutan.
Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan dan Konservasi Alam. Bogor
Davies, J., G. Claridge., E. Nirarita. 1995. Manfaat Lahan Basah : Potensi lahan Basah
dalam Mendukung dan Memelihara Pembangunan. Dirjen PHPA-Asian Wetland
Bureau Indonesia. Bogor
Gunawan, W., K. Sidiyasa., Noorcahyati., Z. Arifin. 2004. Laporan Model Pengelolaan
Taman Nasional : Analisis Potensi Keanekaragaman Jenis Vegetasi Mangrove di
Taman nasional Kutai dan Pemanfaatannya oleh Masyarakat Setempat. Loka
Litbang Satwa Primata. Samboja
Rahmadani, F., M. A. Ismawan., M. Syoim. 2004. Wajah Mangrove Taman Nasional
Kutai : Laporan Survei Potensi Mangrove di Taman Nasional Kutai, Kalimantan
Timur. Yayasan BIKAL. Samarinda
Supriharyono. 2002. Pelestarian dan pengelolaan Sumber Daya Alam di Wilayah Pesisir
Tropis. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Westcott, J. 1993. Buku Panduan Taman Nasional Kutai Kalimantan Timur Indonesia.
PT. Kaltim Prima Coal