i
ISOLASI DAN KARAKTERISASI SENYAWA ALKALOID
EKSTRAK METANOL SPONGE Aaptos sp.
(Skripsi)
Oleh
Riska Martina
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS LAMPUNG
2018
ii
ABSTRACT
ISOLATION AND CHARACTERIZATION OF ALKALOID
COMPOUNDS METHANOL EXTRACT SPONGE Aaptos sp.
By
RISKA MARTINA
The study of isolation and characterization bioactive alkaloid from Aaptos sp.
have been done. The speciesment of sponge was collected from Seribu Islands
by scuba dive. Sponge Aaptos sp.was extracted with methanol (MeOH) to get
crude extract 56.7 gram. The alkaloid compound in the MeOH was isolated by
several steps of chromatography. The bioactive metabolite was assayed against
S. aureusand P. Aeruginosa,which resistent to chloramphenicol.The fungtional
groups of the compound was determined by infrared spectroscopy. The result
of isolation was obtained compound as much as 7.8 mg. The Thin Layer
chromatography (TLC) test with usingDragendorff reagent showed a single
orange stain indicating positive alkaloid at Rf= 0.4. Analysis FTIR spectrum
data showed tertiary C-N stretching vibration (1326.9 cm-1
) amine group,
stretch vibration C = C (1654.9 cm-1
) double bond, stretch vibration C = O
(1729.5 cm-1
) carbonyl group, and C≡C (2363.1 cm-1
) triple bond. Based on IR
spectral and TLC test indicated isolate is alkaloid compound. Isolate has
antibacterial properties with medium inhibitory power (6 mm) at a
concentration of 100 µg against S.aureus and P.aureginosa.
Keyword: Aaptos sp.; alkaloids; antibacterial ; S.aureus and P.aureginosa.
iii
ABSTRAK
ISOLASI DAN KARAKTERISASI SENYAWA ALKALOID EKSTRAK
METANOL SPONGEAaptos sp.
Oleh
RISKA MARTINA
Telah dilakukan kajian isolasi dan karakterisasi senyawa alkaloid dari
spongeAaptos sp. Spesimen spongediambil dari Kepulauan Seribu dengan teknik
scuba dive. Sponge Aaptossp. diekstraksi dengan metanol (MeOH) hingga
didapat ekstrak kasar 56,7 gram. Komponen alkaloid ekstrak MeOH diisolasi
dengan beberapa tahap kromatografi. Uji bioaktivitas dilakukan terhadap bakteri
S. aureus dan P. aeruginosa yang resisten kloramfenikol. Gugus fungsi senyawa
ditentukan dengan metode spektroskopi inframerah. Hasil isolasi diperoleh satu
isolat(7,8 mg). Isolat diuji Kromatografi Lapis Tipis(KLT) pada pereaksi
Dragendorff dihasilkan noda tunggal berwarna orange pada nilai Rf = 0,4. Hasil
karakterisasi isolat yang didapatkan dari data spektrum FTIR menunjukkan
bahwa isolat memiliki vibrasi ulur C-N tersier (1326,9 cm-1
) gugus amina,vibrasi
ulur C = C (1654,9 cm-1
) ikatan rangkap, vibrasi ulur C = O (1729,5 cm-1
) gugus
karbonil, dan C≡C (2363,1 cm-1
) ikatan rangkap tiga. Berdasarkan data spektrum
IR dan uji KLT,isolat adalah senyawa alkaloid. Isolat memiliki sifat antibakteri
dengan daya hambat medium (6 mm) pada konsentrasi 100 µg terhadap
antibakteri S. aureusdanP.aureginosa.
Kata kunci:Aaptossp.; alkaloid; antibakteri;S. aureusdan P. aureginosa.
iv
ISOLASI DAN KARAKTERISASI SENYAWA ALKALOID
EKSTRAK METANOLSPONGE Aaptos sp.
Oleh
Riska Martina
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar
SARJANA SAINS
Pada
Jurusan Kimia
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS LAMPUNG
2018
vii
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Talangpadang, 15 Maret 1995
sebagai anak ketiga dari ibu Mashilawati. Penulis
menempuh pendidikan Sekolah Dasar (SD) di SDN 1
Muaradua yang diselesaikan pada tahun 2007, Sekolah
Menengah Pertama (SMP) di SMPN 2 Talangpadang
pada tahun 2010, dan Sekolah Menengah Atas (SMA)
SMAN 1 Pulaupanggung pada tahun 2013.
Tahun 2013 penulis terdaftar sebagai mahasiswa Jurusan Kimia FMIPA
Universitas Lampung melalui jalur SNMPTN sebagai penerima beasiswa
Bidikmisi. Penulis mengikuti Kuliah Kerja Nyata (KKN) didesa Marga Jaya
kecamatan Selagai Lingga Kabupaten Lampung Tengah selama 40 hari.
Selama menjadi mahasiswa penulis pernah menjadi asisten praktikum Kimia
Dasar 1 dan Kimia Organik. Selain itu, penulis pernah aktif pada Unit Kegiatan
Penerbitan Mahasiswa (UKPM) Teknokra Unila.
viii
Motto
Tanpa Perenungan yang mendalam sekalipun, kita tahu
bahwa kita ada untuk orang lain.
Jangan menunggu; tidak akan pernah ada waktu yang tepat.
Mulailah di mana pun Anda berada, dan bekerja dengan alat
apa pun yang Anda miliki. Peralatan yang lebih baik akan
ditemukan ketika Anda melangkah. (Napoleon Hill)
Fokuskan 90% waktu Anda pada solusi dan hanya 10% pada
masalah.”
(Anthony J. D’Angelo)
Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan
kesanggupannya.
(Al-Baqarah: 286)
ix
Persembahan
Dengan mengucapkan puji syukur kepada Allah SWT, Kupersembahkan karya sederhana ini kepada:
Emakku Tercinta Ibu Mashilawati yang telah memberikan limpahan doa, cinta kasih, pengorban, merawat, dukungan dan doa untukku. Kau semangatku untuk menyelesaikan
pendidikan ini.Juga Nenek Hj.Siti Asnah (Alm) dan kakek H. Hasbullah (Alm)yang telah merawat, membesarkan, dan mendidikku. Tak lupa suamiku Fatoni Latif, SP.d. dan anakku Ziya AfsahAl-failka yang selalu sabar menemani, mendukung dan mendampingi hingga karya ini bisa diselesaikan.
Makasebagai bentuk rasa terima kasih izinkan aku mempersembahkan karya sederhana ini.
Ayah dan ibu, Kakak-kakakku, adik-adik ku, uwak-uwakku dan segenap
keluarga besarku yang telah telah mendukung dan mendoakan keberhasilanku
Bapak Andi Setiawan, Ph. D selaku pembimbing yang telah sabar dan tiada lelah membimbing.
Dengan rasa hormat kepada guru-guruku dan Dosen-dosen yang telah
membimbing dan membagikan ilmu kepadaku
Seluruh sahabat dan temat yang sealulu ada untukku
Almamater Tercinta,Universitas Lampung
x
SANWACANA
Assalamu’alakum Wr. Wb.
Alhamdulillahirobbil’alamin, puji syukur khadirat Allah SWT, atas segala
petunjuk-Nya yang telah menganungrahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul ― Isolasi dan Karakterisasi
Senyawa Alkaloid Ekstrak Metanol Sponge Aaptos sp.”sebagai salah syarat
dalam meraih gelar Sarjana Sains pada program studi Kimia Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Lampung.Sholawat teriring
salam selalu tercurah kepada suri tauladan terbaik nabi Muhammad SAW beserta
para sahabat dan keluarganya, semoga kita termasuk umatnya yang mendapatkan
syafa’at beliau di yaumil akhir nanti, amiin.
Dalam penulisan skripsi ini tidak lepas dari berkat rahmat dan ridha Allah SWT
serta dukungan semangat dan bantuan dari orang-orang yang hadir dikehidupan
penulis. Dalam persembahan ini, izinkan penulis menyampaikan ucapan terima
kasih kepada:
1. Emakku tercinta, Ibu Mashilawati atas kasih sayang, dukungan dan
motivasi kepada penulis serta semua pengorbanan yang sudah diberikan
kepada penulis, semoga Allah membalas-Nya, amiin yarobbal alamin.
xi
2. Nenek Hj. Siti Asnah (Alm) dan kakek H. Hasbullah (Alm) yang telah
memberikan kasih sayang layaknya orang tua, senantiasa sabar
memberikanku nasehat, mengajarkanku kebaikan, mengajarkanku
menerima kehidupan dan mengajarkanku untuk menjadi orang yang kuat
dan berguna bagi orang lain. Terima kasih dengan sangat tulus dan ikhlas
ku ucapkan atas segala hal terbaik yang telah diberikan kepadaku, yang
takkan pernah tergantikan dengan apapun.
3. Bapak Andi Setiawan, Ph.D. selaku pembimbing pertama penelitian,
atassegala bimbingan, motivasi, bantuan, nasihat, dan saran hingga penulis
dapatmenyelesaikan skripsi ini.
4. Ibu Dr. Eng. Ni Luh Gede Ratna Juliasih, M.Si. selaku pembimbing
keduayang telah memberikan ilmu pengetahuan, bimbingan, motivasi dan
arahandalam penulisan sehingga skripsi ini terselesaikan dengan baik.
5. Ibu Prof. Tati Suhartati selaku pembahas, atas segala saran dan kritikyang
sangat membangun dalam menyelesaikan skripsi ini.
6. Ibu Dra. Aspita Laila, M.S. selaku Pembimbing Akademik atas
semuabimbingan, arahan, dan nasihat yang bermanfaat kepada penulis.
7. Bapak Dr. Eng. Suripto Dwi Yuwono, M.T. selaku ketua Jurusan
KimiaFmipa Universitas Lampung.
8. Seluruh dosen yang telah memberikan ilmu pengetahuan, bimbingan,
danmotivasi selama menjalani proses perkuliahan di Jurusan Kimia
FMIPA Unila,serta seluruh staff yang telah membantu penulis selama
kuliah.
xii
9. Bapak Prof. Warsito, S.Si., D.E.A., Ph.D. selaku dekan Fakultas
Matematikadan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Lampung.
10. Bapak dan Ibu staff Unit Pelaksana Teknis Laboratorium Terpadu dan
SentraInovasi Teknologi (UPT-LTSIT) Universitas Lampung atas izin dan
bantuanya untukmenyelesaikan penelitian.
11. My Wife (Fatoni Latif, SP.d.) yang selalu sabar dan setia menemani
penulis menyelesaikan penelitian dan karya ini. Terima kasih untuk
pengertian, dukungan, motivasi, arahan, cinta, kasih sayang, dan
pengorbanan yang tiada hentinya kepada penulis. Semoga sakinah,
mawaddah, warohmah dan selalu diberkahi oleh Allah SWT
selamanya.Aaminn. Juga untuk putri kecilku (Ziya Afsa Afika) atas segala
pengorbanan dan keikhlasan untuk mengizinkan penulis menyelesikan
penelitian ini. Terima kasih sayang untuk senyum manis yang menjadi
penyemangat penulis untuk segera menyelesaikan penelitian dan karya ini.
Kehadiranmu adalah kado terindah yang Allah titipkan untuk Ayah
danBunda.
12. Kakakku (Dwi Yunita) yang telah memberikan kesempatan, pengorbanan
dan keikhlasan kepada penulis untuk menyelesaikan pendidikan ini.
Saudaraku Novita Herliani untuk kecerian, canda dan tawa yang tercipta
selama ini.
13. Wak- wak dan cicik (Bapak Agus Sairi, Bapak Husni, Bapak Mahfus
Dinus, Bapak Ahmad Tabrani, Bapak Muhaimin, Ibu Lismawati dan
Bapak Abdurrohim) atas segala dukungan dan doa untuk keberhasilan
penulis.
xiii
14. Ayah dan ibuku, ayahanda Arhamudin dan Ibunda Tumiyati yang telah
mendoakan dan mendukung keberhasilanku. Serta kedua mertuaku ibunda
Yuriyanah dan ayahanda Ahmad Bahrun Asngari (Alm) atas segala cinta,
kasih, nasehat dan motivasi yang diberikan kepada Penulis.
15. Kakak ku (Eka Juliani) dan Adikku ( Yuniarti dan Rezki Sugiarto) atas
segala dukungan, semangat, canda dan tawa yang diberikan kepada
penulis.
16. Segenap keluarga besar yang selalu memberikan motivasi, dukungan
dando’a untuk keberhasilan Penulis.
17. Sahabatku Erva Alhusna dan Nita Yulian yang selalu ada saat suka dan
duka semasa kuliah, yang setia menemani dan mendukung penulis. Terima
kasih untuk canda dan tawa selama masa perkuliahan.
18. Sahabat penelitianku, Tya Gita Putri Utami, Faradilla Dwi Friskancelli,
Dewi Citra Ariani,dan Kak Arik, semoga kita sukses atas semua kesulitan
yangpernah kita lalui, Aamiin.
19. Teman-teman di UPT LT-SIT, Ibu Dian, Mba Uut, Mba Febita, Fendi,
Dira, Berliana dan Rahma atas semua bantuan, dan motivasi selamaini.
20. Teman-teman tercinta kimia 2013: Anggun, Anton, Arni, Awan,
ChristianPaul, Citra, Dian, Eka M., Celli, Fatimah, Fentri, Dicky, Gesa,
Ismi,Khomsatun, Lulu, M. Sanubara, Megafhit, Melita, Mita, Murnita,
Ana,Nurma, Nita, Oci, Radho, Eky, Riyan W., Shelta, Siti, Uut, Tika,
Netty,Mbk Dewi, Yolanda, Yulia, Yunitri, Anggi, Hermayana,
Indah,Gita,Doddy, Anita, Arief, Aulia, Badi, Della, Dewi R., Dona, Eka
S., Ezra,Fathaniah, Febri, Fera, Fika, Inggit, Kartika, Imah, Korina, Linda,
xiv
Maya,Melia, Mia, Monica, Nessia, Nova, Dila, Nurul, Tyas, Renita, Rian
F.,Kiki, Shela, Sinta, Nabilla, Yuni, Verdi, Vyna, Widya, Yudha,
Yuvica,Vicka, serta teman-teman yang pindah kampus : Khairunnisa,
Ridho,Kurnia, dan Yunita yang tetap akan menjadi keluarga Chetir
(ChemsitryThirteen) semoga persaudaraan kita tetap terjalin. Terima kasih
untukkebersamaan dan keceriaan selama menjalankan perkuliahan,
tetapsemangat dan jangan menyerah, perjuangan masih panjang, sukses
selaluuntuk kita semua.
21. Teman-teman KKN Desa Marga Jaya (Ijal, Ilham, Dwi, Alika, Neva dan
Samanta) atas kebersamaan dan semangatnya.
22. Teman satu kamar di Rusunawa (Sinta, Hanifa, dan Marta) dan teman satu
kosan (Nia) atas kebersamaan, canda dan tawa salama ini.
23. Sahabat-sahabat SMA (Sinta, Nia, Devi, Devita, Yunia dan Nani) atas
kebersamaan dan semangatnya.
24. UKPM Teknokra Unila yang telah memberikan pengalaman yang luar
biasakepada penulis.
25. Guru-guruku dari SD sampai SMA, terima kasih telah memberikan
ilmupengetahuan, motivasi, dan pembelajarannya.
26. Semua Pihak yang telah membantu dan mendukung penulis
dalampenyusunan skripsi ini.
27. Almamater tercinta, Universitas Lampung.
Atas segala kebaikan yang telah diberikan, semoga Allah SWT. membalas
dengan pahala yang berlipat ganda. Aamiin. Akhir kata, Penulis menyadari
xv
bahwa skripsi ini masih terdapat kekurangan, namun penulis berharap
skripsi ini dapat bermanfaat dan berguna bagi rekan–rekan khususnya
mahasiswa kimia dan pembaca pada umumnya.
Bandar Lampung, November 2018
Penulis
Riska Martina
xvi
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL .................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................ viii
I. PENDAHULUAN ............................................................................ 1
A. Latar Belakang ......................................................................... 1
B. Tujuan Penelitian ...................................................................... 4
C. Manfaat Penelitian ................................................................... 4
II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................... 5
A. Sponge ...................................................................................... 5
B. SpongeAaptossp. ....................................................................... 8
C. SenyawaMetabolitSekunderSponge .......................................... 10
D. Alkaloid .................................................................................... 10
E. IsolasiSenyawaBioaktif............................................................. 14
1. Ekstraksi ............................................................................. 14
a. Meserasi .......................................................................... 14
b. Partisi ( EkstraksiCair- Cair) ........................................... 15
2. Kromatografi ...................................................................... 16
a. Kromatografi Lapis Tipis (KLT) ..................................... 16
b. Kromatografi Kolom ....................................................... 18
c. Medium Pressure Liquid Chromatografi (MPLC) ............ 20
F. Antibakteri................................................................................ 21
G. Spektrofotometri FTIR.............................................................. 24
xvii
III. METODE PENELITIAN ................................................................ 25
A. Waktu dan Tempat Penelitian ................................................... 25
B. Alat dan Bahan ......................................................................... 25
C. Prosedur Penelitian ................................................................... 26
1. Biomaterial ......................................................................... 26
2. IsolasiSenyawabioaktifSponge ............................................ 26
a. Maserasi...................................................................... 26
b. UjiPendahuluanKromatografi Lapis Tipis (KLT) . ...... 27
c. Partisi (EkstrakCair- Cair) .......................................... 28
d. Medium Pressure Liquid Chromatografi(MPLC) ........ 28
e. KromatografiKolom .................................................... 29
3. Uji Bioaktivitas .................................................................. 29
4. KarakterisasiSpektroskopiInframerah (IR) ........................ 30
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................... 31
A. Ekstraksi Senyawa Bioaktif Aaptos sp. ...................................... 31
B. Identifikasi PendahuluanSenyawa Alkaloid dengan KLT ........... 33
C. EkstraksiCair- Cair (Partisi) ....................................................... 36
D. FraksinasidanPemurnian. ........................................................... 38
1. Medium Pressure Liquid Chromatography (MPLC)............ 39
2. KromatograpiKolom ............................................................ 42
E. Uji Antibakteri . ......................................................................... 45
F. KarakterisasiIsolat A01HP ......................................................... 47
V. SIMPULAN DAN SARAN .............................................................. 52
A. Simpulan ...................................................................................... 52
B. Saran ........................................................................................ 52
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 53
LAMPIRAN ........................................................................................ 60
xviii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Hasil uji antibakteri P. aeruginosa ............................................................ 46
2. Hasiil uji antibakteri S. aureus ................................................................... 47
xix
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Struktur Organ Sponge ................................................................................... 6
2. SpongeAaptos aaptos ..................................................................................... 8
3. Senyawa Aaptamin dari Sponge Aaptos sp. .................................................. 11
4. Penampang Kromatografi Lapis Tipis .......................................................... 17
5. Skema Alat MPLC ...................................................................................... 20
6. Sponge01A01, Aaptos sp. dari Perairan Kepulaan Seribu ............................. 31
7. Hasil Uji KLT Ekstrak MeOH Sponge pada Fase Diam SiO2, Fase Gerak DCM
100% ............................................................................................................ 33
8. Hasil Uji KLT Ekstrak MeOH Sponge pada Fase Diam SiO2, Fase Gerak
DCM: MeOH 5:1 ........................................................................................ 34
9. Hasil Uji KLT Ekstrak MeOH Sponge pada Fase Diam SiO2, Fase Gerak
DCM: MeOH 10:1 ...................................................................................... 35
10. Hasil Uji KLT Ekstrak MeOH Sponge pada Fase Diam SiO2, Fase Gerak n-
Heksan- Etanol 7:3 ...................................................................................... 36
11. Partisi Ekstrak 01A01 dengan Pelarut Etilasetat Air 1:2 ............................... 37
12. Uji KLT Fraksi 01A01FE Fase DiamSiO2, Fase Gerak n-Heksan-EtOAc 1:3, a)
Pereaksi Dragendroff b) Sinar UV c) Pereaksi Serium Sulfat ...................... 38
13. Uji KLT Fraksi 01A01FA Fase Diam SiO2, Fase Gerak n-Heksan-EtOAc 1:3,
a) Pereaksi Dragendroff b) Sinar UV c) Pereaksi Serium Sulfat.................... 39
14. Kromatogram MPLC ................................................................................... 40
xx
15. Uji KLT Fraksi (1)A01FA01,(2)A01FA02,(3) A01FA03 pada Fase Diam SiO2,
Fase Gerak n-Heksan- IPA 3:7 dengan a) Pereaksi Dragendroff b) Sinar UV c)
Pereaksi Serium Sulfat ................................................................................ 41
16. Uji KLT Fraksi A01FA02 pada Fase Diam SiO2 Fase Gerak(1)n-Heksan- IPA
3:7,(2) n-Heksan- IPA 3:2 dengan a) Pereaksi Dragendroff b) Sinar UV c)
Pereaksi Serium Sulfat ................................................................................ 42
17. Kromatografi Kolom ................................................................................... 43
18. Uji KLT Isolat A01HP Fase DiamSiO2, Fase Gerak n-Heksan –IPA 3:7a)
Pereaksi Dragendroff b) Sinar UV c) Pereaksi Serium Sulfat......................... 44
19. Uji KLT Isolat A01DM Fase Diam SiO2, Fase Gerak n-Heksan –IPA 3:7a)
Pereaksi Dragendroff b) Sinar UV c) Pereaksi Serium Sulfat......................... 45
20. Hasil Uji antibakteri P. aeruginosa ............................................................... 46
21. Hasil Uji antibakteri S. aureus ...................................................................... 46
22. Spektrum IR A01HP ................................................................................... 48
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia terkenal sebagai negara kepulauan dengan dua pertiga wilayahnya
merupakan daerah perairan yang cukup luas. Bentangan wilayah pesisir dan
lautan yang luas serta didukung oleh ekosistem pesisir seperti bakau, terumbu
karang (coral reefs) dan padang lamun (sea grass beds) membuat Indonesia
juga dikenal sebagai negara dengan kekayaan keanekaragaman hayati
(biodiversity) laut terbesar di dunia (Dahuri et al.,1996). Pemanfaatan potensi
yang ada hanya sebatas untuk memenuhi kebutuhan pangan masyarakat,
transportasi dan pariwisata yang dalam pemanfaatannya cenderung merusak
lingkungan. Oleh sebab itu, perlu upaya yang berkaitan dengan peningkatan
potensi yang ada termasuk pengkajian terhadap biota laut yang salah satunya
adalah sponge.
Secara geografis Indonesia memiliki wilayah perairan yang luas dengan
keanekaragaman biota laut melimpah salah satunya adalah sponge(Lee et al.,
2001). Keragaman ekosistem sponge yang dimiliki Indonesia merupakan 51%
dari seluruh jumlah terumbu karang di Asia dan jumlah ini merupakan 18%
jumlah terumbu karang di dunia. Indonesia juga diketahui memiliki sponge
dengan keanekaragaman hayati yang tinggi, lebih dari 1.500 jenis sponge yang
2
telah teridentifikasi (Harsono, 2001). Keanekaragaman hayati mencerminkan
keanekaragaman struktur molekul organik bahan alam laut. Kondisi ini
merupakan objek yang menarik untuk bahan penelitian dan pengembangan,
khususnya untuk pemanfaatan potensi senyawa- senyawa bioaktif (Lee et al.,
2001). Sebagai contoh, keragaman jenis sponge Indonesia yang pernah
dieksplorasi senyawa bioaktifnya antara lain: Monanchora ungiculata,
Corticium simplex, Halichondria sp., Agelas linnaei, Haliclona sp., Stylissa
sp.,Aaptoss suberitoides, Aaptossp., Agelas sp.(Putra dan Jaswir,2014).
Salah satu biota laut yang sangat prospektif sebagai senyawa metabolit
sekunder memilki aktivitas farmakologi adalah sponge. Selama dekade terakhir
sponge laut telah banyak menarik perhatian para peneliti hal ini dikarenakan
senyawa bioaktif pada sponge dapat dijadikan sumber produktif bahan kimia
baru yang menjanjikan (Perdicaris et al.,2013). Sponge diketahui dapat
menghasilkan sejumlah produk laut yang bersifat alami dan mampu
menunjukkan keanekaragaman senyawa kimia yang sangat besar. Berdasarkan
keunikan tersebut para peneliti banyak melakukan pengkajian tentang senyawa
biaktif sponge. Senyawa-senyawa kimia yang mampu dihasilkannya antara lain
alkaloid, terpenoid, steroid, dan fenolik (Bergman dan Feeney, 1990).
Senyawa-senyawa tersebut juga telah dilaporkan memiliki aktivitas spesifik
yang dapat digunakan sebagai antitumor, antivirus, antijamur, antimalaria, dan
lain-lain (Kobayashi dan Rachmaniar, 1999).
SpongeAaptossp.merupakan salah satu jenis sponge yang dapat menghasilkan
metabolit sekunder yang mengandung senyawa bioaktif potensial. Kajian
3
secara intensif terhadap senyawa metabolit sekunder pada sponge banyak
difokuskan pada senyawa alkaloid. Salah satu senyawa alkaloid yang telah
berhasil diisolasi dari sponge Aaptos sp.yaitu aaptamine (alkaloid
Benzonaphthytiridine)dari sponges laut Aaptos subritoides yang diambil di
Perairan Carita, Jawa Barat, dan memiliki aktivitas sebagai aktivator promotor
p21 (Aoki et al. 2006). Shaari et al., (2009) juga berhasil mengisolasi senyawa
alkaloid dari golongan aaptamin yaitu (phenthylamino)demethyl(oxy)
aaptamine dan (isopentylamino)demethyl(oxy) aaptamine yang memiliki sifat
sitotoksik dari spongeAaptosaaptos diambil di Malaysia. Sponge laut yang
telah berhasil diisolasi dari Aaptosaaptos yang berasal dari cina selatan yaitu
triazapyrene lactam dan aaptamin imidazolyang memilki aktivitas sebagai
antijamur dan anti-HIV-1 ( Yu et al.,2014). Selain itu, juga berhasil diisolasi
jenis aaptamin baru dari spongeAaptossp. ditujukan dengan 2-methoxy-3-
oxoaaptamine yang memilki aktivitas sebagai anti mikrobakteri dan
antidorman (Arai, et al.,2014).Ly et al.,(2017) juga meneliti ekstrak
spongeAaptossuberitoides yang memiliki aktivitas sebagai antibakteri.
Berdasarkan dari data penelitian sponge yang pernah dilaporkan, masih banyak
kemungkinan untuk menemukan senyawa baru dari beberapa jenis sponge
yang sama karena keragaman struktur mempengaruhi keragaman bioaktivitas.
Hal ini dikarenakan kondisi lingkungan sponge dalam suatu daerah yang satu
dengan yang lain bervariasi. Variasi ini menyebabkan keanekaragaman sponge
termasuk spongeAaptossp. Keanekaragaman sponge memicu adanya
keanekaragaman struktur kimia. Umumnya senyawa yang berhasil diisolasi
dari sponge merupakan senyawa metabolite sekunder yang dikeluarkan tubuh
4
sponge akibat adaptasi sponge terhadap lingkungan, makanan dan predator
(Achmad, 2001). Oleh sebab itu, melaluikemajuan teknologi dapat mengisolasi
senyawa baru dari sponge Aaptossp., yang memilki aktivitas spesifik.
B. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengisolasi dan karakterisasi senyawa alkaloid
pada ekstrak metonol spongeAaptossp. yang diambil di Kepulauan Seribu.
C. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah memberikan informasi baru tentang
senyawa alkaloid yang terkandung dalam spongeAaptossp.
5
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Sponge
Sponge tergolong ke dalam filum porifera yang merupakan hewan multiseluler
paling sederhana dengan bentuk tubuh dan warna yang beranekaragam (Jasin,
1992). Bentuk sponge dipengaruhi oleh lingkungan kimia dan lingkungan fisik,
seperti kedalaman, arus, ombak dan sedimentasi (Rachmat et al., 2001). Tekanan
lingkungan, seperti kompetisi ruang, cahaya, dan sumber lainnya menyebabkan
terjadinya keanekaragaman kimia pada berbagai organisme bentuk, termasuk
sponge (Sennet et al., 2002).
Hewan ini hidupnya menetap pada suatu habitat pasir, batu-batuan atau pada
karang-karang mati di dalam laut. Dalam mendapatkan sumber makanan, hewan
ini aktif menghisap dan menyaring air yang melalui seluruh permukaan tubuhnya.
Struktur organ sponge tersusun dari dinding luar berpori (ostia) yang berfungsi
menghisap air dan materi-materi kecil di sekelilingnya,selanjutnya disaring oleh
sel-sel berbulu cambuk atau sel kolar (choanocytes), air tersebut dipompakan
keluar melalui lubang tengah (oskulum) (Amir dan Budiyanto, 1996). Struktur
organ sponge seperti telihat pada Gambar 1.
6
Gambar 1. Struktur Organ Sponge.
(Sumber: Brusca and Brusca, 1990)
Pada umumnya, sponge mampu memompakan air rata-rata sebanyak 10 kali
volume tubuhnya dalam waktu 1 menit, hewan ini dikenal sebagai hewan filter
feeder yang paling efisien dibandingkan hewan laut lainnya (Bergquist, 1978).
Hewan filter feeder artinya menetap, dimana hewan ini dapat hidup dengan baik
pada arus air yang kuat, karena aliran air tersebut menyediakan kumpulan
makanannya dan oksigen. Makanan spongeterdiri dari detritus organik seperti
bakteri, zooplankton dan phytoplankton yang secara selektif ditangkap oleh sel-sel
berbulu cambuk. Sponge dapat menyaring partikel yang sangat kecil (diameter <
50μm) yang tidak tersaring oleh hewan-hewan laut lainnya (Bergquist, 1978).
Spongehidup dengan cara melekat pada habitat daerah berpasir atau bebatuan.
Dalam mempertahankan diri dari serangan predator dan infeksi bakteri pathogen,
spongemengembangkan sistem biodefense yaitu dengan menghasilkan zat racun
7
dari dalam tubuhnya. Zat ini umumnya dapat dimanfaatkan sebagai bahan farmasi
(Motomasa, 1998).
Banyak spongeberwarna putih atau abu-abu, tetapi lainnya berwarna kuning,
oranye, merah, atau hijau. Spongeyang berwarna hijau biasanya disebabkan oleh
adanya alga simbiotik yang disebut zoochlorellae yang terdapat didalamnya
(Romimohtarto dan Juwana, 1999). Warna sponge tersebut sebagian dipengaruhi
oleh fotosintesa mikrosimbionnya. Mikrosimbion sponge umumnya adalah
cyanophyta (cyanobacteria dan eukariot alga seperti dinoflagellata atau
zooxanthella). Beberapa sponge memiliki warna yang berbeda walaupun termasuk
dalam jenis yang sama. Beberapa sponge juga memiliki warna dalam tubuh yang
berbeda dengan pigmentasi luar tubuhnya. Spongeyang hidup di lingkungan yang
gelap akan berbeda warnanya dengan spongesejenis yang hidup pada lingkungan
yang cerah (Wilkinson, 1980).
Sponge asal perairan tropis Indonesia memiliki potensi yang sangat signifikan
sebagai sumber senyawa bioaktif untuk dapat dikembangkan lebih jauh menjadi
komoditi bernilai ekonomis tinggi (Widjhati et al., 2004). Sponge diketahui dapat
menghasilkan sejumlah produk laut yang bersifat alami dan mampu menunjukkan
keanekaragaman senyawa kimia yang sangat besar. Senyawa-senyawa kimia yang
mampu dihasilkannya antara lain alkaloid, terpenoid, steroid, fenolik dan lain-lain
(Mayer, 2008). Keberadaan metabolit bioaktif pada organisme sessil ini juga
merefleksikan adaptasi ekologi yang terbentuk selama evolusi sebagai alat
pertahanan diri (Proksch et al., 2003).
8
B. SpongeAaptossp.
Aaptossp.merupakan salah satu jenis spongeyang menghasilkan beragam senyawa
bioaktif salah satunya adalah aaptamin. Senyawa ini mempunyai bioaktifitas yang
beragam (penghambat enzim, antiviral, antimikroba, antifungi, antiparasit,
antiouling) (Larghi et al., 2009). Senyawa metabolit pada spongememiliki
keterkaitan dengan mikroba baik yang bersimbion maupun dalam lingkungan
sekitarnya (Haygood et al., 1999). Perubahan lingkungan disebabkan pengaruh
antropogenik maupun perubahan iklim berpengaruh terhadap lingkungan perairan
yang secara tidak langsung mempengaruhi struktur komunitas bakteri di
lingkungan tersebut (Thiyagarajan et al., 2010) dan pada akhirnya dapat
mempengaruhi produksi metabolit sponge. Sponge Aaptos aaptos seperti pada
Gambar 2.
Gambar 2. SpongeAaptos aaptos
Sponge Aaptosaaptos merupakan spongelaut yang keberadaannya mulai pada
kedalaman sekitar 3- 5 m, bagian luarnya berwarna ungu kemerahan dan bagian
dalam nya berwarna kuning kecoklatan. Pada habitat alaminya spongeini tampak
seperti bongkahan-bongkahan berbentuk bulat tidak beraturan.
9
Berikut klasifikasi darispongeAaptosaaptos:
Domain : Eukariota
Kingdom : Animalia
Phylum : Porifera
Class : Demospongeiae
Ordo : Hadromerida
Family : Suberitidae
Genus : Aaptos
species : Aaptosaaptos
Sponge genus Aaptos(Hooper and Van, 2002), memiliki morfologi yang
berbentuk spherical/subspherical (bundar/agak bundar), soliter, dengan
permukaan yang halus atau berserabut, dan skeleton radial. Saluran spikula pada
spongegenus ini mengarah keluar dari bagian tengah sponge secara bervariasi.
Korteksnya yang tipis mengandung kolagen, barisan dua jenis spikula berukuran
kecil, dan spikula berukuran sedang pada bagian saluran ektosomal plumose.
Spikula primer sponge genus Aaptosaaptos biasanya berupa strongyloxea, spikula
yang berukuran sedang berbentuk lurus atau melengkung atau subtylostyle,
sementara spikulaektosomal dapat berupa style, subtylostyle, dan tylostyle yang
lebih kecil. Pada beberapa spesies dapat juga ditemukan oxea (Hooper and Van,
2002).
Penelitian yang dilakukan (Susanna, 2006) menunjukkan bahwa jenis
spongeAaptosaaptosmemiliki jumlah dan kelimpahan jenis yang semakin
meningkat seiring bertambahnya kedalaman. Hal ini dikatakan terkait dengan
10
kondisi lingkungan perairan yang semakin kondusif seiring bertambahnya
kedalaman. Susanna (2006) juga menyatakan bahwa spongejenis
Aaptosaaptos(yang diidentifikasi awal sebagai Xestospongia sp.merupakan jenis
yang dominan ditemukan pada perairan Kepulauan Seribu (P. Lancang, P. Pari
dan P. Pramuka).
C. Senyawa Metabolit Sekunder Sponge
Senyawa metabolit primer adalah senyawa yang disintesis dan dirombak oleh
organisme dalam rangka kelangsungan hidupnya melalui proses metabolisme
primer. Senyawa tersebut meliputi polisakarida, protein, lemak dan asam nukleat.
Senyawa metabolit sekunder adalah senyawa yang dihasilkan oleh organisme
melalui proses metabolisme senyawa metabolit primer, biasanya digunakan untuk
mempertahankan diri dari hewan-hewan predator dan kolonisasi mikroorganisme
patogenik. Pada umumnya senyawa-senyawa metabolit sekunder yang berhasil
diisolasi dari sponge memiliki aktivitas biologis terhadap suatu sel dan
mikroorganisme. Sifat biologis ini dapat menghambat bahkan membunuh sel atau
mikroorganisme dengan merusak sistem metabolisme di dalam tubuh. Senyawa
metabolit sekunder yang berhasil diisolasi dari sponge antara lain berasal dari
golongan steroid, terpenoid, poliketida dan alkaloid (Bhakuni and Rawat, 2005).
D. Alkaloid
Alkaloid adalah suatu golongan senyawa organik yang terbanyak ditemukan di
alam. Semua senyawa alkaloid mengandung paling sedikit satu atom nitrogen
yang biasanya bersifat basa dan dalam sebagian besar atom nitrogen ini
11
merupakan bagian dari cincin heterosiklik. Hampir semua alkaloid yang
ditemukan di alam mempunyai keaktivan fisiologis tertentu, ada yang sangat
beracun tetapi ada pula yang sangat berguna dalam pengobatan. Misalnya kuinin,
morfin dan striknin adalah alkaloid yang terkenal dan mempunyai efek fisiologis
dan psikologis. Berdasarkan konsep bioginesa alkaloid dapat dibedakan atas tiga
jenis utama. Pertama alkaloid alisiklik yang berasal dari asam-asam amino ornitin
dan lisin. Kedua, alkaloid aromatik jenis fenilalanin yang berasal dari fenilalanin,
tirosin dan 3,4-dihidroksifenilalanin. Ketiga, alkaloid aromatik jenis indol yang
berasal dari triptofan. Beberapa contoh alkaloid dari spongeAaptos sp.yang
tercantum pada Gambar 3.
Gambar 3. Senyawa Aaptamin dari Sponge Aaptos sp.
Sumber: Arai et al., 2014.
12
Selain itu, ada beberapa contoh senyawa alkaloid dari sponge yang hidup di
perairan Indonesia antara lain :
Manadomanzamines A (1) and B (2) (Peng et al., 2003) merupakan senyawa
yang diisolasi dari spongeAcanthostrongylophora sp. yang hidup di perairan
Manado, Indonesia dan memiliki aktivitas kuat terhadap serangan Mycobacterium
tuberculosis (Mtb). Selain itu senyawa ini juga sebagai penghambat serangan
human immunodeficiency virus (HIV-1) dan Acquired immune deficiency
syndrome (AIDS) yang disebabkan oleh infeksi jamur.
Cortistatins A, B, C, and D (Aoki et al., 2005) berasal dari spongeCorticium
simplex yang hidup di perairan Biak Senyawa cortistatins A (3), B (4), C (5), dan
D (6), menunjukkan aktivitas dan selektif sebagai antiproliferatif terhadap
HUVEC. Pada tahun 2007 Watanabe et al., membuat struktur analog dengan 3,
yaitu cortistatin E (7) ,F (8) ,G(9) dan H (10). Hasilnya 3 bersifat lebih tinggi
aktivitasnya dibandingkan dengan yang lain. Aoki et al., (2007) melakukan
analog struktur dengan 3, yaitu cortistatin J (11) ,K (12) dan L (13) . Hasilnya
senyawa 11 memiliki aktivitas sebagai antiproliferatif terhadap sel human
umbilical vein endothelial (HUVECs) lebih tinggi aktivitasnya dibandingkan
dengan 3.
Aaptamin (Calcul et al., 2003) diisolasi dari sponge Aaptosaaptosyang hidup di
perairan Anyer. Aoki et al. ( 2006) berhasil mengisolasi senyawa yang sama dari
sponge laut Aaptos suberitoides yang diperoleh di perairan Carita, Jawa Barat dan
memiliki aktivitas sebagai aktivator promotor P 21.
13
Haliklonasiklamin suatu Alkaloid Tetrasiklik Alkilpiperidin, senyawa 22-
hidroksilhaliklonasiklamin B (15), dan haliklonasiklamin A (16) and B (17), telah
diisolasi dari sponge laut Haliclona sp. sebagai antidorman pada mycobacterial.
Senyawa 16 dan 17 menunjukkan aktivitas kuat sebagai antimycobacterial
terhadap Mycobacterium smegmatis dan M. bovis Bacille de Calmette et Guérin
(BCG). Gugus 22-hidroksi dalam struktur 15 diketahui memiliki aktivitas yang
lemah sebagai antimikobakterial terhadap Mycobacterium bacilli dengan dosis
12.5—50 µg/mL (Arai et al., 2009).
Senyawa Ptilocaulin dan isoptilocaulinyang diisolasi dari spongePtilocaulistaff
dan P. sp.iculifer menunjukkan aktivitas kuat sebagai antimikroba terhadap
bakteri gram-positif dan gram-negatif serta mampu menghambat pertumbuhan sel
leukimia L 1210.
Senyawa makrosiklik alkaloid baru oleh tim Arai et al., 2011 yang diisolasi dari
spongeHaliclona sp. dari perairan laut Indonesia dengan nama Halicyclamine A
(24).
Namun dari golongan – golongan senyawa tersebut, alkaloid merupakan golongan
senyawa yang memiliki kemampuan farmakologik lebih besar jika dibandingkan
dengan golongan lain (Grube et al., 2007). Hal ini juga tidak menutup
kemungkinan untuk menemukan jenis golongan senyawa-senyawa lain dengan
tingkat aktivitas sama atau lebih besar yang berasal dari sponge.
Senyawa Metabolit sekunder, termasuk alkaloid, pada suatu organisme tidak
hanya memiliki satu fungsi tetapi biasanya multifungsi. Banyak senyawa alkaloid
14
yang telah berhasil diisolasi dari sponge, alkaloid tunggal dapat menghambat
lebih dari satu proses biologis. Sponge merupakan suatu biota laut yang tumbuh
ribuan tahun yang lalu, selama proses evolusi, alkaloid dapat dimodifikasi hingga
memiliki keaktifan lebih dari satu atau lebih dari sebelumnya, membuat senyawa-
senyawa alkaloid tersebut dapat berinteraksi dengan beberapa molekul target.
Adapun sifat fisik dari alkaloid tidak berwarna namun ada beberapa yang
berwarna, umumnya berbentuk kristal namun ada beberapa yang berbentuk
minyak, tidak larut dalam air, tetapi larut dalam beberapa pelarut organik seperti
kloroform dan eter, berasa pahit, dan umumnya bersifat aktif optik (Aoki et
al.,2000; Arai et al., 2009).
E. Isolasi Senyawa Bioaktif
1. Ekstraksi
Ekstraksi merupakan proses penarikan komponen atau senyawa aktif pada
suatu simplisia dengan menggunakan pelarut tertentu. Prinsip ekstraksi
didasarkan pada distribusi senyawa yang terlarut (Khopkar, 2002). Menurut
Harborne (1984) bahwa metode ekstraksi yang umum digunakan maserasi,
sokletasi, refluks, dan ekstraksi cair-cair (partisi). Metode ekstraksi yang
dilakukan pada penelitian ini yaitu metode ekstraksi maserasi dan ekstraksi
cair-cair (partisi).
a. Meserasi
Maserasi merupakan metode ekstraksi dengan perendaman sampel
menggunakanpelarut organik pada suhu ruang. Metode ekstraksi ini
sangat menguntungkandalam proses isolasi senyawa organik bahan alam
15
karena struktur senyawa darisuatu sampel tidak mudah rusak. Prinsip
metode maserasi didasarkan bahwasampel yang direndam dengan
menggunakan pelarut organik akan terjadipemecahan dinding dan
membran sel akibat dari perbedaan tekanan yang terdapat di luar dan di
dalam sel, akibat perbedaan ini metabolit sekunder yang terkandung di
dalamsitoplasma akan terlarut kedalam pelarut organik (Yeon et al.,
2014)
b. Partisi ( Ekstrak Cair-Cair )
Ekstraksi cair-cair merupakan metode ekstraksi yang didasarkan pada sifat
kelarutan komponen target dan distribusinya dalam dua pelarut yang tidak
saling bercampur. Senyawa polar akan terbawa dalam pelarut polar,
senyawa semipolar akan terbawa dalam pelarut yang semipolar, dan
senyawa nonpolar akan terbawa dalam pelarut nonpolar (Khopkar, 2002).
Ekstraksi cair-cair ditentukan oleh distribusi Nerst atau hukum partisi yang
menyatakan bahwa ―pada konsentrasi dan tekanan yang konstan, analit
akan terdistribusi dalam proporsi yang selalu sama di antara dua pelarut
yang saling tidak campur‖. Perbandingan konsentrasi pada keadaan
setimbang didalam dua fase disebut dengan koefisien distribusi atau
koefisien partisi (KD) dan diespresikan dengan:
KD =𝑆 𝑜𝑟𝑔
𝑆 𝑎𝑞
Sorg dan Saq masing-masing merupakan konsentrasi analit dalam fase
organik dan dalam fase air, KD merupakan koefisien partisi. Ekstraksi
cair-cair bertahap merupakan teknik ekstraksi cair-cair yang paling
16
sederhana, cukup dengan menambahkan pelarut pengekstraksi yang tidak
saling bercampur. Sampel dan pelarut yang telah dicampurkan dilakukan
pengocokan agar terjadi distribusi zat terlarut di antara kedua pelarut
(Khopkar 2002).
Dalam hal ini, pemisahan zat yang polar dan nonpolar dapat dilakukan
dengan ekstraksi cair-cair (partisi) dalam corong pisah. Pengocokan
bertujuan memperluas area permukaan kontak di antara kedua pelarut.
Pendistribusian zat terlarut di antara keduanya dapat berlangsung dengan
baik. Syarat pelarut untuk ekstraksi cair-cair adalah memiliki kepolaran
yang sesuai dengan bahan yang diekstraksi dan harus terpisah setelah
pengocokan (Harvey, 2000).
2. Kromatografi
a. Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
Kromatografi lapis tipis (KLT) merupakan metode konvensional yang
masih digunakan dalam analisis modern. Kromatografi ini bertujuan untuk
menentukan jumlah komponen campuran, mengidentifikasi komponen dan
mendapatkan kondisi yang tepat pada saat pemisahan dengan kromatografi
kolom atau kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT) seperti pemilihan
eluen yang akan digunakan (Johnson dan Stevenson, 1991). Pada
kromatografi lapis tipis, fasa diam yang sering digunakan adalah serbuk
silika gel (SiO2 x H2O), alumina, tanah diatom, selulosa dan lain-lain yang
mempunyai ukuran butir sangat kecil berkisar 0,063-0,125 mm. Fase gerak
digunakan pelarut-pelarut organik yang sesuai bahkan beberapa campuran
17
pelarut untuk mendapatkan pemisahan yang paling baik (Hostettman et al.,
1995).
Kromatografi lapis tipis dapat digunakan untuk mengidentifikasi suatu
komponen dalam campuran senyawa yang diketahui maupun yang tidak
diketahui dan salah satu langkah awal dalam teknik pemurnian suatu
senyawa dari crude ekstrak kasar (Hajnos et al., 2008). Pada pelaksanaan
kromatografi lapis tipis, larutan cuplikan atau sampel ditotolkan pada plat
dengan pipet mikro atau injektor pada jarak 1-2 cm dari batas plat. Setelah
kering, plat siap untuk dikembangkan dengan fasa gerak sampai pada
batas tertentu. Proses pengembangan dikerjakan dalam wadahtertutup
yang diisi dengan eluen yang tepat dan telah dijenuhi uap eluen
agardihasilkan pemisahan yang baik. Untuk mengidentifikasi senyawa
dalamplat KLT dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu: pengamatan
langsung(untuk noda/bercak yang tampak), dengan lampu ultraviolet, atau
denganpereaksi semprot penimbul warna (Anwar,1994).
Gambar 4. Penampang Kromatografi Lapis Tipis.
18
Hasil yang didapat diamati dengan menghitung harga perbandingan jarak
pergerakan komponen komponen yang dipisahkan dengan jarak
pergerakan pelarut yang dikenal dengan Rf (Retention Factor/Faktor
Retensi). Hubungan persamaan nilai Rf dapat dirumuskan sebagai berikut :
Rf = 𝒋𝒂𝒓𝒂𝒌 𝒑𝒆𝒓𝒋𝒂𝒍𝒂𝒏𝒂𝒏 𝒔𝒖𝒂𝒕𝒖 𝒆𝒍𝒖𝒆𝒏
𝐉𝐚𝐫𝐚𝐤 𝐩𝐞𝐫𝐣𝐚𝐥𝐚𝐧𝐚𝐧 𝐬𝐮𝐚𝐭𝐮 𝐬𝐞𝐧𝐲𝐚𝐰𝐚
Harga Rf ini bergantung pada beberapa parameter yaitu sistem pelarut,
adsorben (ukuran butir, kandungan air, ketebalan), jumlah bahan yang
ditotolkan pada plat dan suhu (Khopkar, 2002). KLT mempunyai beberapa
keuntungan, diantaranya: waktu yang dibutuhkan tidak lama (2-5 menit)
dan sampel yang dipakai hanya sedikit sekali (2-20 μg). Kerugiannya
dengan menggunakan KLT adalah tidak efektif untuk skala industri.
Walaupun lembaran KLT yang digunakan lebih lebar dan tebal,
pemisahannya sering dibatasi hanya sampai beberapa miligram sampel
saja (Mayo, 2000). Metode ini kepekaannya cukup tinggi dengan jumlah
cuplikan beberapa mikrogram (Hostettman et al., 1995). Hasil dari metode
KLT akan mengarahkan untuk dilakukannya fraksinasi lebih lanjut untuk
pemisahan suatu komponen dari sampel.
b. Kromatografi Kolom (KK)
Pada prinsipnya kromatografi kolom digunakan untuk pemisahan
campuran beberapa senyawa yang diperoleh dari hasil ekstraksi.
Konsepnya sama seperti KLT, perbedaannya pemisahan komponen
komponen suatu zat dalam eluen yang bergerak melalui fase diam sebagai
19
absorben terjadi akibat adanya perbedaan daya absorpsi pada komponen-
komponen tersebut. Fase gerak berupa larutan yang dipilih berdasarkan
hasil uji KLT dan fase diam berupa adsorben padat seperti silika gel atau
alumina. Dalam kolom akan terjadi kesetimbangan antara zat terlarut yang
diadsorbsi adsorben dan pelarut yang mengalir melewati kolom, pola
pemisahan terjadi dari masing-masing komponen senyawa berdasarkan
sifat kepolarannya (Poole, 2009)
Gritter (1985) menjelaskan bahwa berdasarkan kepolaran fase diam dan
fase gerak, kromatografi kolom dapat dibedakan menjadi 2 tipe, yaitu:
1. Kromatografi kolom fase normal (Normal phase)
Pada kromatografi ini, fase diam yang digunakan bersifat polar dan
fase gerak bersifat non polar. Komponen yang memiliki kepolaran
paling rendah akan terelusi lebih dulu.
2. Kromatografi kolom fase terbalik (Reversed phase)
Pada kromatografi ini, fase diam yang digunakan bersifat non polar
dan fase gerak bersifat polar. Komponen yang memiliki kepolaran
paling tinggi akan terelusi lebih dulu.
Metode elusi dalam kromatografi kolom dapat dilakukan dengan elusi
isokratik dan elusi landaian. Elusi isokratik adalah komposisi eluen selama
proses pemisahan tidak berubah. Elusi landaian adalah komposisi eluen
yang dipakai saat proses pemisahan berlangsung menglami perubahan
(Johnson dan Stevenson, 1991).
20
c. Medium Pressure Liquid Chromatografi (MPLC)
MPLC merupakan salah satu teknik kromatografi yang umum digunakan
dalamisolasi senyawa bahan alam dan uji kemurnian senyawa hasil isolasi.
MPLC menggunakan tekanan antara 5-20 bar (Claeson et al.,1993).
Morfologi partikel dalam kolom MPLC didesain untuk memiliki kapasitas
muatanyang besar serta mampu memisahkan senyawa hingga
menghasilkan senyawadengan kemurnian yang lebih tinggi baik
menggunakan metode fasa terbalik ataupun fasa normal. Metode
pemisahan sampel yang paling umum digunakan adalahfasa terbalik (fasa
gerak lebih polar dari fasa diam), meskipun mekanismepemisahan fasa
normal (fasa diam lebih polar dari fasa gerak) juga bisa
digunakan(Aguilar, 2008). Skema instrumen MPLC disajikan pada
Gambar 5.
Gambar 5. Skema Alat MPLC
21
MPLC memungkinkan untuk pemurnian senyawa dengan jumlah yang
besar dan dapat digunakan dalam waktu yang singkat. Selain itu ukuran
partikel yang kecil dengan tekanan mampu mimisahkan senyawa dengan
lebih baik dan fasa diam yang berupa padatan dapat digunakan kembali
(Hostettmann dan C. Terreaux, 2000).
F. Antibakteri
Antibakteri adalah senyawa yang digunakan untuk mengendalikan
pertumbuhan bakteri yang bersifat merugikan. Pengendalian pertumbuhan
mikroorganisme bertujuan untuk mencegah penyebaran penyakit dan infeksi,
membasmi mikroorganisme pada inang yang terinfeksi, dan mencegah
pembusukan serta perusakan bahan oleh mikroorganisme (Sulistyo, 1971).
Berdasarkan cara kerjanya terhadap bakteri, antibakteri dapat digolongkan
menjadi duayaitu sebagai berikut:
1. Bakterisidal, efek ini membunuh sel bakteri tetapi tidak menyebabkan sel
lisis atau pecah. Hal ini ditunjukkan dengan ditambahkannya antimikrobia
pada kultur mikrobia yang masih berada pada fase logaritmik, didapatkan
bahwa jumlah sel total tetap, namun jumlah sel hidup berkurang.
2. Bakteriostatik, efek ini dapat menghambat pertumbuhan bakteri namun
tidak membunuhnya, efek ini menghambat sintesis protein atau mengikat
ribosom. Hal ini ditunjukkan dengan ditambahkannya antimikrobia pada
kultur mikrobia yang masih berada pada fase logaritmik, didapatkan bahwa
jumlah sel total maupun jumlah sel hidup masih tetap(Dzen dan Sjoekoer,
2003):
22
Bakteri Staphylococcus aureus
Klasifikasi Staphylococcus aureus yaitu:
Domain : Bacteria
Kerajaan : Eubacteria
Filum : Firmicutes
Kelas : Bacilli
Ordo : Bacillales
Famili : Staphylococcaceae
Genus : Staphylococcus
Spesies : Staphylococcusaureus
Bakteri ini merupakan bakteri gram positif, mempunyai sel berbentuk bola
dengan diameter 0,5-1,5 μm, tersusun dalam kelompok- kelompok yang tidak
teratur, tidak memiliki kapsul atau spora dan tidak diketahui adanya stadium
istirahat. Dinding sel bakteri ini mengandung peptidoglikan dan asam teikoat
yang terikat dengannya. Bakteri ini bersifat fakultatif, tumbuh lebih cepat dan
lebih banyak pada keadaan aerobik. Suhu optimum untuk pertumbuhan bakteri
ini adalah 35ºC sampai 40ºC (Pelczar and Chan, 1986). Beberapa diantaranya
tergolong flora normal pada kulit dan selaput mukosa manusia, menyebabkan
penanahan, abses, berbagai infeksi piogendan bahkan septikimia yang fatal
(Jawetz etal., 1996).
Bakteri Pseudomonas aeruginosa
Klasifikasi ( Garrity, 2004).
Kerajaan : Bacteria
23
Filum : Proteobacteria
Kelas : Gammaproteobacteria
Ordo : Pseudomonadales
Famili : Pseudomonadaceae
Genus : Pseudomonas
Spesies :Pseuodomonas aeruginosa
Pseudomonas aeruginosamerupakan bakteri gram negatifdalam bentuk sel
tunggal, batang lurus atau melengkung, namun tidakberbentuk heliks. Pada
umumnya berukuran 0,5-1,0 μ m. Motil danflagelum polar,monotrikus atau
multitrikus. Tidak menghasilkanselongsong prosteka. Tidak dikenal adanya
stadium istirahat.Metabolisme dengan respirasi, tidak pernah fermentative.
Beberapamerupakan kemolitotroffakultatif, dapat menggunakan H2atau CO2
sebagai sumber energi. Oksigen molekuler merupakan penerimaan elektron
universal, bebarapa dapat melakukan denitrifikasi denganmenggunakan nitrat
sebagai penerima pilihan (Pelczaret al., 2008).
Pseudomonas aeruginosa merupakan suatu bakteri yang bersifatoportunistik,
yaitu memanfaatkan kerusakan pada mekanisme pertahanan inang untuk
memulai suatu infeksi. Apabila mikroorganismeberada di dalam inang yang
sistem kekebalannya telah terganggu,mikroorganisme dapat melintasi
penghalang anatomi setelah luka bakar, pembedahan, dan mikroorganisme
terbawa masuk melalui kateter, alat penyuntik,dan respirator yang
terkontaminasi (Rostinawati, 2009).
24
G. Spektrofotometri Fourier Transform Infrared (FTIR)
Spektroskopi FTIR suatu senyawa memberikan gambaran mengenai berbagai
gugus fungsional dalam molekul organik berdasarkan bilangan gelombang,
misalnya O-H, C-H, dan N-H menyerap didaerah 3.800- 2.700 cm-1
, C=O,
C=C, C=N dan N=O menyerap pada daerah 1.900- 1.500 cm-1
dan C-C , C-O,
dan C-N menyerap pada daerah 1300- 800 cm-1
. Daerah antara 4.000- 1.300
cm-1
merupakan daerah yang khusus berguna untuk identifikasi gugus
fungsional. Daerah ini menunjukan absorbsi yang disebabkan oleh uluran.
Daerah antara 1.300-900 cm-1
adalah daerah sidik jari, sering kali sangat rumit
karena menunjukan absorbsi yang disebabkan oleh vibrasi ulur dan tekukan.
Daerah sidik jari merupakan daerah frekuensi spesifik untuk pengenalan suatu
senyawa karena pada daerah ini, perbedaan yang sedikit saja dalam struktur
suatu molekul dalam senyawa akan memberikan perubahan yang jelas pada
distribusi puncak serapannya ( Fessenden dan Fessenden, 1999 ).
25
III. METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat
Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Juli 2017 - Agustus 2018 di UPT
Laboratorium Terpadu dan Sentra Inovasi Teknologi (UPT LTSIT),
Universitas Lampung. Analisi FTIR dilakukan di UPT LTSIT Universitas
Lampung.
B. Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini yaitu alat-alat gelas,
timbangan analitik kern ABJ (Merk), mesin pemutar vakum rotatori
evaporator buchi vacum pump V-700 (Merk), lampu UV kohler (Merk),
satu set perlengkapan Kromatografi Lapis Tipis (KLT) dengan plat
aluminium silica gel 60 F254 (Merk), satu set perlengkapan MPLC buchi
(Merk), seperangkat alat kromatografi kolom, autoclave Kleinfeld-
Germany/HV-125, incubator CO2Memmer-Germany/INC-02, Laminar air
flow ESCO/AVC4A1, jarum ose, pinset, lampu spirtus, mikropipet, dan
satu set peralatan spoktrofotometer alat inframerah (IR)
Bahan- bahan yang digunakan terdiri dari etil asetat (EtOAc), metanol
(MeOH), etanol (EtOH), diklorometana (DCM), n-heksan, akuades (H2O),
26
isopropil alkohol (IPA), nutrien agar (NA), pereaksi Dragendorff, dan
serium (IV) sulfat. Bahan biomaterial yaitu spesimen sponge01A01 dan
bakteri Staphylococcus aureus(S. aureus)dan Pseudomonas aeruginosa (P.
aeruginosa).
C. Prosedur Penelitian
1. Biomaterial
Sample sponge01A01 diperoleh dari koleksi Unit Pelaksana Teknis
Laboratorium Terpadu dan Sentra Inovasi Teknologi (UPT LTSIT),
Universitas Lampung. Pengambilan sampel dilakukan pada bulan
September 2016 di Kepulauan Seribu dengan cara scuba dive. Bakteri S.
aureus dan P. aeruginosa.deposit UPT LTSITyang diambil di RS. PGI.
Cikini, Jakarta..
2. Isolasi Senyawa Bioaktif Sponge
A. Maserasi
Spesimen sponge 01A01 dibersihkan, dikering anginkan dan dipotong
kecil-kecil dengan ukuran 1x1 cm. Selanjutnya sampel sponge ditimbang
sebanyak 1,6 kg. Sampel sponge dimeserasi dengan pelarut MeOH selama
3 x 24 jam (Aoki et al., 2006). Filtrat MeOH disaring dengan
menggunakan kertas saring. Hasil filtrasi ekstrak MeOH dipekatkan
dengan vakum rotatori evaporator pada suhu 38oC dan tekanan 109 mbar.
Hasil pemekatan diperoleh ekstrak kasar sponge. Selanjutnya ekstrak yang
27
diperoleh dimasukkan kedalam wadah tertutup dan disimpan pada tempat
yang bersih dan kering hingga mendapat perlakuan lebih lanjut.
B. Uji Pendahuluan Senyawa Alkaloid dengan KLT
Uji pendahuluan Kromatografi Lapis Tipis (KLT) ekstrak sponge
bertujuan untuk mengetahui kandungan komponen didalam ekstrak
sponge. Uji KLT dilakukan dengan cara menotolkan sampel pada plat
silika sebagai fase diam serta fase gerak variasi perbandingan beberapa
pelarut (Wagner, 1984). Plat KLT tersebut dielusi dengan variasi
perbandingan beberapa pelarut sebagai fase gerak yang terdiri dari : DCM
%, MeOH- DCM (5:1), MeOH-DCM 10:1, dan n-Heksan-etanol 7:3.
Selanjutnya plat yang telah dielusi divisualisasi dengan menggunakan
pereaksi Dragendorffuntuk melihat komponen alkaloid.Pereaksi
Dragendorff digunakan untuk mengetahui kandungan senyawa alkaloid
(gugus N-tersier) yang ditandai dengan adanya noda merah jingga (oranye)
pada kromatogram KLT. Uji lebih lanjut dengan visualisasi serium sulfat.
Pereaksi serium sulfat digunakan untuk mengetahui kandungan senyawa
organik dalam sampel yang ditandai dengan adanya noda berwarna coklat
kehitaman. Pembutan pereaksi Dragendroff dan serium sulfat yang
digunakan pada penelitian ini dapat dilihat di Lampiran 1.Lebih lanjut
plat KLT yang telah divisualisasi dikeringkan di atas hot plate selama (+/-)
10 menit serta dilakukan pula uji keaktifan senyawa menggunakan sinar
Ultraviolet (UV). Nilai Rf dari masing-masing komponen dihitung untuk
mengetahui tingkat kepolaran masing-masing komponen.
28
C. Partisi (Ekstraksi Cair- Cair)
Ekstrak metanol spongedilarutkan dalam larutan partisi EtOAc : H2O (1:2)
dalam corong pisah. Larutan dikocok beberapa kali dan didiamkan hingga
terbentuk dua fase. Masing-masing fasa dipisahkan, setiap fasa di KLT
pada plat silika untuk melihat pemisahan fasa polar dan nonpolar. Hasil
akhir tahapan partisi akan diperoleh 2 fraksi yaitu fraksi air dan fraksi
etilasetat. Kedua fraksi tersebut dipekatkan menggunakan ratavatori
evaporator.Hasil pemekatan diperoleh ekstrak pekat. Selanjutnya ekstrak
ditimbang.
D. Fraksinasi Ekstrak spongedengan Medium Pressure Liquid
Chromatografi (MPLC)
Fraksi air yang telah diketahui mengandung senyawa alkaloid berdasarkan
hasil uji KLT dengan nilai Rf tidak lebih dari 0,4 pada pereaksi
Dragendroff, selanjutnya dilakukan fraksinasi menggunakan MPLC.
Ekstrak sponge pada fraksi air diiinjeksikan sebanyak 0,5 mL ke dalam
kolom MPLC yang menggunakan kolom Sephadex LH-20 sebagai fase
diam dan eluen MeOH: H2O sebagai fase gerak. Kecepatan aliran 3,5
mL/menit selama 30 menit dideteksi menggunkan detektor UV-VIS pada
220 nm dan 254 nm dan direkam. Tiap fraksi yang didapat dikumpulkan
ke dalam tabung melalui kolektor fraksi. Selanjutnya fraksi diperiksa
kembali menggunakan KLT pada plat silika dan pereaksi Dragendroff.
29
E. Fraksinasi menggunakan Kromatgrafi Kolom
Fraksinasi menggunkan kromatografi kolom menggunakan fase diam
silika gel dan fase gerak yang disesuaikan dengan hasil uji KLT.
Keberadaan komponen senyawa alkaloid dari fraksi yang diperoleh
dimonitor kembali dengan metode KLT menggunakan pereaksi visualisasi
spesifik Dragendroff dan serium sulfat. Fraksi yang menunjukkan uji
positif alkaloid selanjutnya dimurnikan lebih lanjut.
3. Uji Bioaktivitas
Uji aktivitas antibakteri dilakukan dengan menggunakan metode disc
diffsion test ( Bauer et al.,1996) dengan beberapa modifikasi. Isolat bakteri
S. aureusdan P. aeruginosaditumbuhkan pada media nutrien agar (NA).
Inokulum dibuat dengan menambahkan satu ose isolat bakteri kedalam 5
mL larutan NaCl 0,85% dalam tabung reaksi, lalu diaduk hingga homogen
selanjutnya kekeruhan dibandingkan dengan standar Mc. Farland 0,5.
Agar NA sebanyak 1 gram dilarutkan dengan akuades 40 mL di autoclave
selama 15 menit pada suhu 1210C lalu dituangkan kedalam cawan petri
steril dan dibiarkan hingga memadat (selama ± 30 menit) dalam ruang
laminar dengan kondisi lampu UV menyala. Selanjutnya tuangkan
inokulum (100 µL) diatas media agar yang sudah padat dan biarkan
inokulum selama ± 15 menit. Setelah itu,tanamkan ring berdiameter 6 mm
ke media lalu masukan 50 µL (100 µg) kontrol positif (kloramfenikol),
kontrol negatif (MeOH), senyawa contoh uji ke lubang ring. Cawan
30
diinkubasi pada suhu 370C selama 24 jam. Bioaktivitas senyawa dilakukan
dengan mengukur diameter zona hambat.
4. Karakterisasi Senyawa Alkaloid Spektroskopi Inframerah (IR)
Senyawa alkaloid murni dikarakterisasikan dengan menggunkan metode
fisika dan kimia. Secara fisika identifikasi dan karakterisasi senyawa
alkaloid dilakukan menggunakan metode spektroskopi IR.
Spektrofotometer inframerah dapat digunakan untuk mengidentifikasi
adanya gugus fungsi dalam suatu molekul (Supratman, 2010). Identifikasi
gugus fungsi pada sample dilakukan dengan memperhatikan karakteristik
serapan senyawa alkaloid, yaitu serapan N tersier di daerah 2000-2300 cm-
1, N sekunder di daerah 1500-1900 cm
-1 dan N primer di daerah 800- 1300
cm-1
. Selain itu, dapat juga diamati bentuk serapan pada daerah sidik jari
(finger print) pada daerah panjang gelombang 1650-1580 cm-1
bend untuk
amina primer dan 910-665 cm-1
wag untuk amina primer dan sekunder
(Silverstein et al., 2005). Prosedurnya yaitu sample alkaloid yang telah
dimurnikan ditimbang sebanyak 1-5 mg untuk analisis FTIR dengan pelet
Kloroform.
Diagram alir untuk penelitian ini dapat dilihat di Lampiran 2.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan hasil penelitian diperoleh kesimpulan sebagai
berikut:
Telah berhasil dilakukan isolasi senyawa alkaloid dari spongeAaptossp.
Isolat (A01HP) memiliki sifat antibakteri dengan daya hambat medium (6
mm) pada konsentrasi 100µg terhadap bakteriS.aureus dan P.aureginosa.
Hasil uji terhadap IR isolat A01HP memilki gugus fungsi amina aromatik
(1326,9 cm-1
) vibrasi ulur C-N tersier,vibrasi ulur C = C (1654,9 cm-1
)
ikatan rangkap, vibrasi ulur C = O (1729,5 cm-1
) gugus karbonil, dan C≡C
(2363,1 cm-1
) ikatan rangkap tiga.
B. Saran
Untuk mendapatkan informasi lebih lanjut maka masih perlu dilakukan
kajian lebih lanjut untuk mengetahui struktur molekul dari isolat A01HP.
Selain itu perlu adanya kajian lebih lanjut isolat A01HP terhadap
bakteriS.aureus dan P.aureginosa yang tidak resisten atau dilakukan uji
antibiofilm
53
DAFTAR PUSTAKA
Achmad, S. A. 2001. Materi Pokok Kimia Organik Bahan Alam. 2nd
ed. Karunika.
Universitas Terbuka. Jakarta.
Aguilar, M.I. 2008. Reversed- Phase High-Performance Liquid
Chromatography.Pp 9-22 In:HPLC of Peptides and Proteins:Methods and
Protocols. M.I.Aguilar (ed). Springer-Verlag.New York. Pp 395.
Alam, G., Astuti, P., Sari, D., Wahyuono, S., and Haman, T.M. 2005. Structure
Elucidation of Bioactive Alkaloid Compounds Isolated from Sponge
Petriosa sp. Colected from Bunaken Bay Manado. Indo. J. Chem. 5: 177-
181.
Amir, I. dan Budiyanto, A. 1996. Mengenal SpongeLaut (Demospongiae) Secara
Umum.Oseana. 21: 15-31.
Anwar, C. 1994. Pengantar Praktikum Kimia Organik. Yogyakarta: Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Proyek
Pendidikan Tenaga Guru.
Aoki, S., Matsui, K., Tanaka, K., Satari, R., and Kobayashi, M. 2000. Lembehyne
A, a Novel Neuritogenic Polyacetylene, from a Marine Sponge of Haliclona
sp.Tetrahedron. 56:9945-9948.
Aoki, S., Watanabe, Y., Sanagawa, M., Setiawan, A., Kotoku, N., and Kobayashi,
M. 2005. Cortistatins A, B, C, and D, Anti-angiogenic Steroidal Alkaloids,
from the Marine Sponge Corticium simplex.Am.J. Chem. 128: 3148-3149.
Aoki, S., Kong, D., Suna, H., Sowa, Y., Sakai, T., Setiawan, A.,and Kobayashi,
M. 2006. Aaptamine, a Spongean Alkaloid, Activates p21 promotor in a
p53-independent Manner.J.BBRC. 342: 101-106.
Arai, M., Ishida S., Setiawan, A., and Kobayashi, M. 2009. Haliclonacyclamines,
Tetracyclic Alkylpiperidine Alkaloids, as Anti-dormant Mycobacterial
Substances from a Marine Spongeof Haliclona sp.J.Chem.57: 1136-1138.
Arai, M., Liu, L., Fujimoto, T., Setiawan, A and Kobayashi, M. 2011. Ded A
Protein Relates to Action- Mechanism of Halicyclamine A, a Marine
54
Spongean Macrocyclic Alkaloid, as and Anti-dorman Mycobacterial
Subtance. J. Mar. Drugs. 9:984-993.
Arai,M., Han, C., Yamano, Y., Setiawan, A., and Kobayashi, M. 2014.
Aaptamines, Marine Spongean Alkaloids, as Anti-dormant Mycobacterial
Substances. J. Nat. Med. 68: 372-376
Bauer, A. W., Kirby, W. M. M., Sherris, J. C.,andTurck, M. 1966. Antibiotic
Susceptibility Testing by a Standardized Single Disk Method. American
Journal of Clinical Pathology. 45: 493-496.
Bell, S. M.1984. Antibiotic sensitivity testing by CDS methods. dalam:Clinical
Microbiology UP Date Programme. N. Hertwig, editor. New South Wales:
The Price Wales Hospital.
Bergman, W. and Fenney, R. J. 1990. Contribution to the study of marine
Sponges, the nucleosides of Sponges. J. Org. Chem, 16:981-987.
Bergquist, P.R. 1978. Sponge. Hutchinson. London.
Bhakuni, D.S. and Rawat, D.S.2005. Bioactive Marine Natural Products. Spring
street. New York. USA
Brusca, R.C.and Brusca, G. J. 1990. Invertebrates. Sinauer Asociates, Inc.
Publisher. Sunderland, Massachusetts.
Calcul, L., Longeon, A., Mourabit, A.A., Guyot, M.,and Bourguet-Kondracki,
M.L. 2003. Novel Alkaloids of the Aaptamine Class from an Indonesian
Marine Spongeof the Genus Xestospongia. Cheminform. 34: 79-83.
Coates, J. 1996. Interpretation of Infrared spectra, A Practical Approach
Newtown, USA
Claeson, P., Tuchinda,P.,andReutrakul, V. 1993. Some Empirical Aspect Use of
Flash Chromatography and Medium Pressure Liquid Chromatography for
the Isolation of Biologically Active Compounds from
Plants.J.Sci.Soc.Thailand. 19: 73-86.
Dahuri, R., Rais, J., Ginting, S. P., dan Sitepu, M. J. 1996. Pengelolaan
Sumberdaya Wilayah Pesisir dan Lautan Secara Terpadu. PT. Pradnya
Paramita. Jakarta.
Day, R. A., dan Underwood, A. L. 2002. Quantitative Analysis. 6th Ed. Prentice-
Hall. New York
Davidstout. 1971. Disc plate method of microbiologica l antibiotic assay. Journal
of Microbiology 4: 659-665.
55
Dzen dan Sjoekoer, M. 2003. Bakteriologik Medik. Malang: Bayumedia
Fessenden, R.J. dan Fessenden, J.S. 1999. Kimia Organik Jilid 1. Alih Bahasa H.
Pujaatmaka. Penerbit Erlangga. Jakarta.
Garitty. G. M., Bell, J. A., and Lilburn, T. G. 2004. Taxonomic Outline of The P
Rokaryotes Bergey’s Mannual of Systematic Bacteriologi, 2th Edition.
United State of America, springer, New York Berlin Hendelberg.
Gritter, R.J., Bobbitt, J. M.,andSchwarting, A. E. 1985. Introduction to
Chromatography. Holden-Day INC. Oakland. USA.
Grube, A., Assman, M., Lichte, E., Sasse, F., Pawlik, J. R.,and Ko’ck, M. 2007.
Bioactive Metabolites from the Caribbean SpongeAka corralliphagum. J.
Nat. P. 70:504-509.
Hajnos, M.W., Sherma, J.,and Kowalska. T. 2008. Thin Layer Chromatography In
Phytochemistry. CRC. Press. USA.
Harborne, J. B. 1984. Phytochemical Method. Chapman and Hall ltd. London.
Harsono, B. 2001. Makalah Menuju Penyempurnaan Hukum Tanah Nasional:
dalam Hubungannya dengan TAP MPR RI IX/MPR/2001. Universitas
Trisakti. Jakarta.
Harvey, D. 2000. Modern Analitical Chemistry. The McGraw- Hil Comp. New
York.
Haygood, M.G., Schmidt, E.W., Davidson, S.K., and Faulkner, D.J. 1999.
Microbial Symbionts of Marine Invetebrates: Opportunities for Microbial
Biotecnology. Molecular Microbiol. Biotechnol.1: 33-43.
Hostettman, K., Hostettman, M. dan Marston, A. 1995. Cara Kromatografi
Preparatif. Alih Bahasa Kosasih Padmawinata. Institut Teknologi Bandung.
Bandung.
Hostettmann, K., andTerreaux, C. 2000. Medium-Pressure Liquid
Chromatography. Academic Press. University of Lausanne.
Hooper, J. N. A. dan Van, S. R.W.M. 2002. Systema Porifera: a guide to the
lassification of spongeKluwer Academic/Plenum Publisher. New York,
USA.
Jasin, M. 1992, Zoologi Invertebrata Untuk Perguruan Tinggi, Cetakan Keempat.
Surabaya. Sinar Wijaya.
Jawetz, Ernest, L., Joseph, Melnick, and Edward, A. 1996. Mikrobiologi
Kedokteran. Jakarta: EGC.
56
Johnson, L.E. dan Stevenson, R. 1991. Dasar Kromatografi Cair. Alih bahasa
Kosasih Padmawinata. Institut Teknologi Bandung. Bandung.
Khopkar, S. M. 2002. Konsep Dasar Kimia Analitik. Diterjemahkan oleh
Saptorahardjo, A. Universitas Indonesia. Jakarta.
Kobayashi, M. dan Rachminar, R. 1999. Overview of Marine Natural Product
Chemistry. Prosidings Seminar Bioteknologi Kelautan Indonesia I ’98.
Jakarta 14-15 Oktober 1998: 23-32 Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
Jakarta.
Kobayashi, M., Kawazoe, K.,and Kitagawa, I. 1989. Araguspongines B, C, D, E,
F, G, H, and J, new vasodilative bis-1-oxaquinolizidine alkaloids from an
Okinawan marine sponge, Xestospongia sp. Chem. Phar. Bull. 37:1676–
1678
Larghi, E.L., Bohn, M. L., andKaufman, T. S. 2009. Aaptamine and Related
Products. Their Isolation, Chemical Syntheses, and Biological Activity.
Tetrahedron. 65:4257-4282.
Lee, K. Y., Lee, H.J.,and Lee, H.K. 2001, Microbial Symbiosis in Marine
Sponges.J. Microbiology.29:254-264.
Ly, B. T. K., Dung, N. T.P.,and Huy, N. Q. 2017. Antibacterial Activity Of Crude
Methanolic And Fractionated Extracts Of Aaptos Suberitoides. J. Sci. Ho
Chi Minh City Open University. 7:66-71.
Mayo, D. W., Pike, R. M.,and Trumper, P.K. 2000. Microscale Organic
Laboratory, with Multi Scale Syntheses. 4nd ed. John Wiley and Sons, Inc.
New York.
Mayer, A. M. S., and Gustafson, K. R. 2008, Marine Pharmacology in 2005-2006:
Antitumor and Cytotoxic compound. Science Direct. 44: 2357-2387
McMurry, J. 2008. Organc Chemistry. 7th edition. Nelson Education, Ltd. Canada.
Mokhlesi, A., Stuhldreier, F., Wex, K. W., Berscheid, A., Hartmann, R., Rehberg,
N., Sureechatchaiyan, P., Chaidir, C., Kassack, M. U., Kalscheuer,
R.,Oesterhelt, H. B., Wesselborg, S., Stork, B., Daletos, G., and Proksch, P.
2017. Cyclic Cystine-Bridged Peptides from the Marine Sponge Clathri
basilana Induce Apoptosis in Tumor Cells and Depolarize the Bacterial
Cytoplasmic Membrane. J. Nat. Prod. Xxxx: A–L.
Motomasa, K. 1998.Search for Biologically Active Substances from
MarineSponges. Puslit Oseanologi LIPI. Jakarta.
57
Pelczar, M., dan Chan, E. 1986. Dasar- dasar Mikrobiologi 2. Diterjemahkan oleh
Hadioetomo, R. S., Imas, T., Tjitrosomo, S.S., Angka, S.L. Universitas
Indonesia. Jakarta.
Pelczar, Michael, J., and Chan. E. C. S. 2008. Dasar-Dasar Mikrobiologi.
Terjemahan Oleh Hadioetomo, R. S., Imas, T., Tjitrosomo, S.S., Angka,
S.L. Universitas Indonesia. Jakarta.
Peng, J., Hu, J., Kazi, A.B., Li, Z., Avery, M., Peraud,O., Hill, R.T., Franzblau,
S.G., Zhang, F., Schinazi, R.F., Wirtz, S.W., Tharnish, P., Kelly, M.,
Wahyuono, S., and Hamann, M.T. 2003. Manadomanzamines A and B: A
Novel Alkaloid Ring System with Potent Activity against Mycobacteria and
HIV-1. J. Am. Chem. Soc. 125: 13382-13386.
Perdicaris, S., Vlachogianni, T., and Valavanidis, A. 2013. Bioactive Natural
Substances from Marine Sponges: New Developments and Prospects for
Future Pharmaceuticals.Chem.1-3
Poole, C. 2009. Handbook of Method and Instrumentation in Separation Science.
Academic Press. 1. 72.
Proksch, P., Ebel, R., Edrada, R.A., Schupp, P., Lin, W.H., Sudarsono, Wray, V.
and Steube, K. 2003. Detection of pharmacologically active natural pro-
ducts using ecology, selected examples from Indopacific marine
invertebrates and Sponge-derived fungi. Pure AppliedChem. 75: 343-352.
Putra, M. Y., danJawir, I. 2014. The Alkaloid from Indonesia Marine Sponge.
Review. Oceanography.
Rachmat, R., Kobayashi, M. dan Rasyid, A. 2001. Substansi antikanker dari
spongesp.Asal Baranglompo, Kepulauan Spermonde, Indonesia. Prosiding
Seminar Laut Nasional III. Jakarta.
Romimohtarto, K. dan Juawana, S. 1999. Biologi Laut. Ilmu Pengetahuan tentang
Biota Laut. Pusat Penelitian dan Pengembangan Oseanologi LIPI. Jakarta.
Rostinawati, T.2009. Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Bunga Rosella
(Hibiscus Sabdariffa L) Terhadap Escherichia coli, Salmonella typhi dan
Staphylococcus aureus Dengan Metode Difusi Agar, Penelitian Mandiri :
Fakultas Farmasi. Universitas Padjajaran.
Rudi, A., Yosief, T., Loya, S., Hizi, A., Schleyer, M., and Kashman, Y. 2001.
Clathsterol, a Novel Anti-HIV-1 RT Sulfated Sterol from the Sponge
Clathria Species. J. Nat. Prod. 64: 1451-1453
Sennett, S.H., Mc Carthy, P.J., Wright, A.E. and Pomponi, S.A. 2002. Natural
products from marine invertebrates: The Harbor Branch Oceanographic
Institution experience. Pharmaceutical News. 9:438–488.
58
Shaari, K., Ling, K. C., Rashid, Z. M., Jean, T. P., Abas, F., Raof, S. M., Zainal,
Z., Lajis, L., Mohamad, H., and Ali, L. M. 2009. Cytotoxic Aaptamines
from Malaysian Aaptos Aaptos. J. Marine. Drugs, 7:1-8.
Silverstein, R. M., Webster, F. X.andKiemle, D. J. 2005. Spectrometric
Identification of Organic Compounds Seventh Edition. John Wiley & Sons,
Inc. New York.
Shubina, L. K., Tatyana, N., Makarieva, Sergey, A., Dyshlovoy, Sergey, N.,
Fedorov,P. S., Dmitrenok and Stonik, V. A. 2010. Three New Aaptamines
from the Marine SpongeAaptos sp.and Their Proapoptotic Properties. J.
NCP. 12: 181-1884.
Snyder, L. R. and Kirkland, J. J. 1979. Introduction to Modern Liquid
Chromatgraphy. John Wiley & Sons, Inc 2nd
edition. New York
Stuart, B. 2004. Infrared Spectroscopy: Fundamentals and Application. 71–83.
Sulistyo. 1971. Farmakologi dan Terapi. EKG. Yogyakarta.
Supratman, U. 2010. Elusidasi Struktur Senyawa Organik. Widya Padjadjaran.
Bandung.
Susanna. 2006. Kajian kualitas perairan terhadap kelimpahan dan senyawa
bioaktif antibakteri sponge demospongiae di Kepulauan Seribu DKI
Jakarta. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Thiyagarajan, V., Lau, S., Tsoi, M., Zhang, W., and Qian, P. Y. 2010. Monitoring
Bacterial Biodiversity in Surface Sediment Using Terminal Restriction
Fragment Length Polymorphism Analysis (T-RFLP): Application to Coastal
Environment. Coas. Environ. Ecosyst. Issues of the East China Sea.: 151-
163.
Yeon, J. L., Jeong, W. L., Dong, G. L., Hy, S. L., Jong, S. K. and Jien, Y.
2014.Cytotoxic Sisterterpenoids Isolated from Marine Sponge
Scalarispongia sp.J. Molecular Science, 15: 20045-20053.
Yu, H. B., Yang, F., Sun, F., Li, J., Jiao W. H., Gan J. H., Hu, W. Z., and Lin, H.
W. 2014. Aaptamine Derivatives with Antifungal and Anti-HIV-1 Activities
from the South China Sea Sponge Aaptos aaptos.J. Marine. Drugs 12:
6003-6013.
Widjhati, R.A., Supriono dan Subiantoro. 2004. Pengembangan senyawa bioaktif
dari biota laut (review kegiatan penelitian biota laut di BPPT). Makalah
dalam Forum Bioteknologi Kelautan danPerikanan Indonesia. Pusat Riset
Pengolahan Produk dan Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan. Jakarta,