FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TERJADINYA FRAUD
Skripsi
Oleh
Eva Agustina
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG 2018
ABSTRACT
THE FACTORS THAT INFLUENCE THE FRAUD OCCURRENCE
BY
EVA AGUSTINA
Purpose of this research is to analyze the form and criteria for fraud, and analyze
the factors of fraud.
the data obtained is in form of quantitative data from class 1 prison in Bandar
Lampung. The amount of this samples examined are 6 (six) respondents. The
collecting data process is done by direct interview toward respondent in class 1
prison at Bandar Lampung.
Based on the result of this research shown that (1) the chance is influenced
toward the factors of fraud occurrence, (2) the pressure is influenced toward the
factors of fraud occurrence, (3) the rationalization is influenced toward the
factors of fraud occurrence.
Keywords : opportunity, pressure, rationalization, fraud.
ABSTRAK
FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TERJADINYA FRAUD
Oleh
Eva Agustina
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis bentuk dan kriteria terjadinya
kecurangan (fraud) dan menganalisis faktor- faktor terjadinya kecurangan (fraud).
Data yang diperoleh berupa data kualitatif dari Lembaga pemasyarakatan (Lapas)
Kelas 1 Bandar Lampung. Jumlah sampel yang diteliti sebanyak 6 responden.
Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara dengan responden di Lapas
Kelas 1 Bandar Lampung.
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Kesempatan berpengaruh
terhadap faktor- faktor terjadinya fraud, (2) Tekanan berpengaruh terhadap
faktor- faktor terjadinya fraud (3) Rasionalisasi berpengaruh terhadap faktor-
faktor terjadinya fraud
Kata kunci: Kesempatan, Tekanan, Rasionalisasi, fraud.
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TERJADINYA FRAUD
Oleh :
Eva Agustina
Skripsi
Sebagai Salah SatuSyaratuntukMencapaiGelar
SARJANA EKONOMI
Pada
JurusanAkuntansi
FakultasEkonomidanBisnisUniversitas Lampung
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG 2018
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama lengkap Eva Agustina, lahir di Bandar Lampung, pada tanggal
23 Februari 1997. Penulis merupakan anak ke 1 (satu) dari empat bersaudara, dan
dilahirkan dari pasangan Bapak Agus Sumaryono dan Ibu Arita Susanti. Penulis
mempunyai 1 Adik laki- laki yang bernama Rama Prabowo dan 2 Adik
perempuan bernama Wikke Aullia Rahmadilla dan Balqis Amira Shasya.
Penulis menempuh pendidikan pertamanya di SDN 1 Kemiling Permai Bandar
Lampung, kemudian meneruskan sekolah menengah pertama di SMP Bina Utama
Darma Karya Bandar Lampung, dan melanjutkan pendidikan tingkat atas di
SMAN 16 Bandar Lampung.
Penulis menempuh pendidikan Sarjana 1 (satu) Akuntasi di Fakultas Ekonomi dan
Bisnis, Universitas Lampung pada tahun 2014. Pada bulan juli- agustus 2017,
penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di desa Napal Kecamatan.
Kelumbayan kabupaten. Tanggamus.
PERSEMBAHAN
Kudedikasikan karya yang sederhana ini sebagai tanda bukti dan terimakasih ku
kepada :
1. Allah SWT yang selalu menjaga dan menuntun setiap langkah penulis;
2. Kedua Orangtua tercinta dan ke 3 Adikku;
3. Ketua dan seluruh staff jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis.
4. Kepada Bapak/ Ibu Dosen yang saya hormati dan saya banggakan.
5. Sahabat- sahabatku tercinta;
6. Almamaterku tercinta.
MOTTO HIDUP
Kesuksesanmu tak bisa dibandingkan dengan orang lain, melainkan dibandingkan
dengan dirimu sebelumnya.
(Eva Agustina)
SANWACANA
Puji syukur Penulis haturkan kepada Allah SWT atas segala limpahan berkah dan
hidayah sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Faktor-
Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Fraud”, sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Program S1 Akuntansi Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.
Bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak yang telah diperoleh penulis dapat
membantu mempermudah proses penyusunan skripsi ini. Dalam kesempatan ini
dengan segala kerendahan hati, penulis menyampaikan rasa hormat dan terima
kasih yang tulus kepada :
1. Allah SWT yang telah memberikan Rahmat-Nya sehingga laporan ini bisa
terselesaikan dengan baik.
2. Bapak Prof. Dr. H. Satria Bangsawan, S.E.,M.Si., selaku Dekan Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.
3. Ibu Farichah, S.E.,M.Si.,Akt., selaku ketua jurusan Akuntansi Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.
4. Ibu Yuztitya Asmaranti, S.E., M.Si., selaku ketua jurusan S1 Aluntansi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.
21
5. Bapak Yuliansyah, S.E, M.S.A.,Ph.D.,Akt. Selaku Dosen Pembimbing 1,
terimakasih telah memberikan waktu, kritik, saran, masukan dan semangat
untuk penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.
6. Ibu Niken Kusumawardani, S.E.,M.Sc.,Akt. Selaku Dosen Pembimbing 2,
Terimakasih telah membimbing, memberikan waktu, kritik, saran dan
masukan untuk penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.
7. Ibu Dr. Fajar Gustiawaty Dewi, S.E., M.Si.,Akt. Selaku Dosen Penguji
Utama yang telah memberikan kritik dan saran yang membangun selama
proses penyusunan skripsi ini.
8. Ibu Dr. Rindu Rika Gamayuni,S.E., M.Si. selaku Dosen Pembimbing
Akademik selama masa perkuliahan.
9. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung yang
telah memberikan ilmu pengetahuan dan pembelajaran berharga bagi
penulis selama menempuh program pendidikan S1.
10. Seluruh Staf Akademik, Administrasi, Tata Usaha, Para pegawai, serta
Staf Keamanan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung yang
telah banyak membantu baik selama proses perkuliahan maupun
penyusunan skripsi, terimakasih atas segala kesabaran dan bantuan yang
telah diberikan.
11. Kedua orang tuaku Tercinta Bapak Agus dan Ibu Arita yang selalu
mendoakan dan menjadi motivasi terbaik untuk menyelesaikan studi ini.
Terimakasih atas kasih sayang, doa, dukungan dan segalanya.
22
12. Adik- adiku tersayang, Rama, Wike, Balqis, terimakasih telah memberikan
semangat, keceriaan dan doa dalam penyusunan skripsi ini.
13. Teruntuk Aditiyo, Terimakasih telah memberikan perhatian, semangat,
dukungan, mendengarkan ceritaku dan selalu mengingatkan akan
kesabaran dalam menyelesaikan skripsi ini.
14. Sahabatku Citra Adelia Roza terima kasih telah membantu banyak dalam
skripsi ini, terimakasih kesabaran, dan pengertian yang tiada hentinya,
sehingga penulis berhasil menyelesaikan studi dan skripsi dengan baik.
15. sahabatku, deka, katrin, ghea, murtika, ribka, mega, nanda, rina, dara,
terimakasih atas saran yang telah kalian berikan, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini.
16. untuk kak ratna, adik irul, nenek dan teman- teman kkn desa napal,
kecamatan kelumbayan tanggamus, wayan, rifatul, deni dan indra
terimakasih atas 40 hari dalam menyelesaikan kuliah kerja nyata yang
telah memberikan pengalaman yang sangat luar biasa.
17. sepupu ku nining herawati dan esti terimakasih atas dukungan dan doa
nya.
18. sahabatku rinti, nunu dan tami terimakasih atas saran, kecerian dan
dukungannya.
19. teman- teman 1 kelas ku santika, friska, tias, hana, dll terimakasih
semuanya atas masukan dan keceriaannya selama berada di fakultas
ekonomi dan bisnis universitas lampung.
20. Teman- teman kelas ku akuntansi 2014.
23
21. Bapak/ Ibu dosen yang telah memberikan ilmu kepada penulis.
22. Dan pihak- pihak yang tidak bisa disebutkan satu per satu yang telah
membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini.
23. Almamater ku tercinta, Universitas Lampung.
24. Semoga Allah SWT memberikan balasan atas bantuan dan dukungan yang
telah diberikan kepada penulis. Penulis menyadari bahwa skipsi ini masih
jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang sifatnya
membangun sangat dibutuhkan. Penulis berharap semoga laporan akhir ini
dapat memberikan manfaat bagi siapa saja yang membaca, baik sekarang
maupun masa depan.
Bandar Lampung, 06 Desember 2018
Penulis
Eva Agustina
Npm 1441031008
DAFTAR ISI
Halaman
COVER LUAR
ABSTRACT
ABSTRAK
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PERSETUJUAN
HALAMAN PENGESAHAN
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
PERSEMBAHAN
MOTTO
SANWACANA
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
I. PENDAHULIAN
1.1. Latar Belakang ................................................................................ 1
1.1.1. BentukdanKriteriaFraud..................................................... 4
1.1.2. Faktor- Faktor yang MempengaruhiFraud........................... 5
1.2. Rumusan Masalah ........................................................................... 6
1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian ....................................................... 7
1.3.1. Tujuan Penelitian ................................................................... 7
1.3.2. Manfaat Penelitian ................................................................. 7
II. LANDASAN TEORI
2.1. Landasan Teori ................................................................................ 8
2.1.1. Teori Agensi (Agency Theory) ............................................... 8
2.2. PengertianFraud ................................................................................... 10
2.2.1. Jenis – JenisFraud ................................................................. 12
2.2.2. KonsepKecurangan(Fraud) .................................................. 14
2.2.3. FaktorPenyebabFraud ........................................................... 14
2.2.4. Korupsi....................................................................................17
2.2.5. Fraud Pada Sektor Pemerintahan.......................................... 20
2.2.6. Fraud Pada Sektor Swasta .................................................... 21
2.3. PenelitianTerdahulu ............................................................................. 22
III. METODE PENELITIAN
3.1. DasarPenelitian ...................................................................................... 25
3.2. FokusPenelitian...................................................................................... 26
3.3.Sumber Data ........................................................................................... 27
3.3.1. Data Primer ................................................................................. 28
3.3.2. LokasiPenelitian .......................................................................... 28
3.4. Pengumpulan Data ............................................................................... 28
3.4.1. AlatPengumpulanData ............................................................... 28
3.4.2. MetodePengumpulan Data ......................................................... 29
3.5. MetodeAnalisis ...................................................................................... 30
3.5.1. TeknikPengolahan Data danAnalisis Data .......................... 31
3.5.1.1. Pengumpulan Data ...................................................... 31
3.5.1.2. Reduksi Data (Reduction) ..................................... 31
3.5.1.3. Sajian Data (Display) ............................................ 31
3.5.1.4. Verifikasi Data/PenarikanKesimpulan..................32
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Data Hasil Penelitian......................................................................33
4.2 Hasil Penelitian .............................................................................. 34
4.2.1 TemuanHasilPenelitian ........................................................ 34
4.2.2. PersepsiBentukdanKriteriaTerjadinyaKecurangan
(Fraud)..................................................................................35
4.3. Faktor- FaktorTerjadinyaKecurangan(Fraud) .............................. 49
4.3.1. Kesempatan (Opportunity).................................................. 49
4.3.2. Tekanan (Pressure) ............................................................ 51
4.3.3. Rasionalisasi (Rationalozation) ......................................... 54
V. SIMPULAN DAN SARAN
5.1. Simpulan ....................................................................................... 57
5.2. Saran ............................................................................................. 58
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
4.1. Jenis Korupsi dan Kasus Korupsi .................................................................. 33
4.2. Nama dan Jumlah Korupsi ............................................................................. 34
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Pertanyaan Penelitian ......................................................................... L-2
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Seiring dengan perkembangan perekonomian di Indonesia maka banyak
perusahaan mengalami perkembangan, dan dengan semakin berkembang maka
permasalahan yang dihadapi akan menjadi kompleks. Sekarang ini banyak
perusahaan menghadapi bermacam permasalahan salah satunya adalah banyaknya
terjadi kecurangan atau fraud, semua organisasi dan segala kegiatannya memiliki
risiko terjadinya fraud. Maraknya berita mengenai investigasi adanya
penyimpangan di dalam perusahaan membuat manajemen perusahaan khawatir
akan timbulnya fraud di lingkungan perusahaan.
Laporan keuangan adalah suatu rangkaian atau output dari kegiatan akuntansi,
yang menginformasikan kinerja keuangan perusahaan pada periode tertentu.
Laporan keuangan disusun dengan mengacu kepada Standar Akuntansi Keuangan
(SAK) yang berterima umum. Hal ini dilakukan untuk membuat laporan keuangan
dapat dipahami dan dapat dibandingkan dengan laporan keuangan perusahaan
lainnya. Laporan keuangan akan terlihat baik jika laporan keuangan tersebut
mengandung unsur relevan, andal dan mudah untuk dipahami. Untuk itu, laporan
2
keuangan yang disusun haruslah bebas dari fraud. Untuk menghindari terjadinya
praktik fraud, maka dilakukan audit atas laporan keuangan yang telah disusun.
Menurut IAI (2001) dalam penelitian Koroy (2008) menyatakan bahwa faktor
yang membedakan kecurangan dan kekeliruan adalah tindakan yang
mendasarinya, apakah disengaja atau tidak disengaja, yang mengakibatkan
terjadinya salah saji dalam laporan keuangan. Laporan keuangan perlu diaudit
untuk memastikan apakah laporan keuangan tersebut disusun secara benar
berdasarkan standar yang berterima umum dan memastikan laporan keuangan
tersebut bebas dari bias dan fraud.
(Corruption) Korupsi adalah salah satu penyakit masyarakat yang sama dengan
jenis kejahatan lain seperti pencurian,sudah ada sejak manusia bermasyarakat
diatas bumi ini. Masalah utama yang terjadi adalah meningkatnya korupsi itu
seiring dengan kemajuan zaman dan teknologi. Bahkan ada gejala dalam
pengalaman yang memprihatinkan, semakin maju pembangunan suatu negara,
semakin meningkat pula kebutuhan yang mendorong orang untuk melakukan
korupsi (Amrizal Sultan, 2013).
Berdasarkan data Indonesian Corruption Watch (ICW) masih banyak kasus
korupsi di Provinsi Lampung terutama di sectorpemerintahan. Contohkasus
korupsi yang terjadi di Lampung antara lain Contoh kasus korupsi selanjutnya,
KPK menangkap Calon Gubernur Lampung atas kasus dugaan memberi arahan
kepada jajarannya untuk memberi suap kepada pihak DPRD Lampung Tengah.
Suap tersebut untuk memuluskan langkah Pemerintah Kabupaten Lampung
Tengah meminjam dana sebesar Rp 300 miliar kepada salah satu Badan Usaha
Milik Negara, PT Sarana Multi Infrastruktur. Wakil Ketua KPK menyatakan,
3
pinjaman itu rencananya akan digunakan untuk pembangunan proyek infrastruktur
yang akan dikerjakan Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Kabupaten
Lampung Tengah. Namun Pemkab Lampung Tengah memerlukan surat
pernyataan yang disetujui bersama dengan DPRD Kabupaten Lampung Tengah
untuk mengegolkan pinjaman itu, untuk mendapatkan persetujuan surat
pernyataan itu, diduga terdapat permintaan dana Rp 1 miliar.
Selain itu ada kasus korupsi dari kasus korupsi Mantan wakil bupati Cirebon
selama setahun menjadi buron atas kasus korupsi dana bantuan social (bansos)
tahun 2009-2012 senilai Rp 1,5 miliar. Lalu diberhentikan dari jabatannya sebagai
Wakil Bupati Cirebon pada 17 Mei 2017, namun kejaksaan agung menangkap
Wakil Bupati Cirebon itu di Jawa Tengah pada Senin, 30 April 2018.
Contoh korupsi selanjutnya yaitu korupsi E-Ktp, Komisi Pemberantasan Korupsi
(KPK) memeriksa enam pegawai Badan dan Pengawasan Keuangan dan
Pembangunan (BPKP) untuk dimintai keterangan kasus tindak pidana korupsi
pengadaan KTP elektronik sebagai saksi. Berdasarkan perhitungan Badan
Pengawasan dan Pembangunan (BPKP) kerugian Negara akibat kasus korupsi e-
KTP itu adalah Rp 2,3 Triliun karena penggelembungan harga dari total nilai
anggaran Rp 6 Triliun.
Mantan ketua DPRD Riau resmi menjadi tahanan Komisi Pemberantasan Korupsi
(KPK). Dia ditahan setelah diperiksa sebagai tersangka kasus korupsi pembahasan
Rancangan APBD Riau tahun 2014 dan 2015. Mantan ketua DPRD Riau periode
2016-2021 ditetapkan sebagai tersangka diduga telah menerima suap dalam
4
pembahasan Rancangan APBD Tahun 2014 dan 2015 dan ditetapkan sebagai
tersangka pada 8 April 2016.
Fraud hingga saat ini menjadi suatu hal yang fenomenal baik di negara
berkembang maupun di negara maju. Fraud terjadi hampir diseluruh sektor
pemerintahan dan sektor swasta. Para ahli memperkirakan bahwa fraud yang
terungkap merupakan sebagian kecil dari seluruh fraud yang sebenarnya terjadi.
Di Indonesia fraud yang sering terjadi adalah korupsi, yang dibuktikan dengan
adanya likuidasi beberapa bank, diajukannya manajemen BUMN dan swasta ke
pengadilan, kasus kejahatan perbankan, manipulasi pajak, korupsi pada komisi
penyelenggaraan pemilu, dan DPRD. Tindakan korupsi adalah bentuk kecurangan
yang umumnya terjadi baik dalam bidang perbankan ataupun pelayanan publik
(Wilopo, 2006).
Dalam praktiknya, terdapat berbagai macam bentuk fraud dalam akuntansi. Halini
disebabkan banyak cara dalam memanipulasi akuntansi oleh beberapa pihak yang
memiliki tujuan untuk melakukan fraud dalam menyajikan informasikeuangan
perusahaan. Dalam penelitian Koroy (2008) dijelaskan bahwa terjadinya
kecurangan atau suatu tindakan yang disengaja yang tidak berhasil atau tidak
dapat terdeteksi oleh pengauditan dapat memberikan efek yang serius, merugikan,
dan cacat bagi proses pelaporan keuangan.
1.1.1. Bentuk dan Kriteria Fraud
Dari beberapa definisi atau pengertian Fraud (Kecurangan) di atas, maka
tergambarkan bahwa yang dimaksud dengan kecurangan (fraud) adalah sangat
luas dan dapat dilihat pada beberapa kategori kecurangan. Nurhayati dan Aminah
5
(2015) menjelaskan secara umum, unsur- unsur dari kecurangan (keseluruhan
unsur harus ada, jika ada yang tidak ada maka dianggap kecurangan tidak terjadi)
adalah:
1. Harus terdapat salah pernyataan (misrepresentation).
2. Dari suatu masa lampau (past) atau sekarang (present).
3. Fakta bersifat material (material fact).
4. Dilakukan secara sengaja atau tanpa perhitungan (make- knowingly or
recklessly).
5. Dengan maksud (intent) untuk menyebabkan suatu pihak beraksi
6. Pihak yang dirugikan harus beraksi (acted) terhadap salah pernyataan
tersebut (misrepresentation)
7. Yang merugikannya (detriment).
1.1.2. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Fraud
Menurut Oversights System Report on Corporate Fraud (2007), alasan utama
menyebabkan fraud adalah :
1. Adanya tekanan untuk memenuhi kebutuhan.
2. Untuk mendapatkan keutungan.
3. Tidak mengaggap apa yang dilakukannya adalah termasuk fraud.
Tuanakota (2010) terdapat empat faktor pendorong seseorang untuk melakukan
kecurangan, sering disebut teori GONE, yaitu :
1. Greed (keserakahan)
2. Opportunity (kesempatan)
3. Need (kebutuhan)
6
4. Exposure (kebutuhan)
Faktor Greed dan Need merupakan faktor individual yang berhubungan dengan
individu pelaku kecurangan, sedangkan faktor Opportunity dan Exposure
merupakan faktor generik / umum yang berhubungan dengan organisasi sebagai
korban perbuatan kecurangan (Tuanakota, 2010). Suryana dan Sadeli (2015)
Seseorang dipercaya menjadi pelanggar ketika ia melihat dirinya sendiri sebagai
orang yang mempunyai masalah keuangan yang tidak dapat di ceritakannya
kepada orang lain, sadar bahwa masalah ini diam- diam dapat diatasi dengan
menyalahgunakan wewenangnya sebagai pemegang kepercayaan di bidang
keuangan, dan tindak tanduk sehari- hari memungkinkannya menyesuaikan
pandangan mengenai dirinya sebagai seorang yang bisa dipercaya dalam
menggunakan dan atau kekayaan yang dipercayakan, dalam perkembangan
selanjutnya, hipotesis ini dikenal sebagai fraud triangle (segitiga fraud).
Penelitian ini dilakukan dengan menggali kecenderungan terjadinya fraud di
sektor pemerintahan dan sektor swasta faktor- faktor yang mempengaruhinya.
Berdasarkan latar belakang masalah, maka penulis memberi judul penelitian ini
“Faktor- faktor yang mempengaruhi terjadinya Fraud”.
1.2.Perumusan Masalah
Ada beberapa masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini, yaitu:
1. Bagaimana bentuk dan kriteria terjadinya kecurangan (fraud) ?
2. Apa saja faktor – faktor terjadinya kecurangan (fraud)?
7
1.3.Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian
1.3.1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah :
1. Untuk menganalisis bentuk dan kriteria terjadinya kecurangan (fraud).
2. Untuk menganalisis faktor- faktor terjadinya kecurangan (fraud).
1.3.2.Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
Diharapkan penelitian ini mampu menjadi pelatihan intelektual yang
diharapkan dapat menambah pemahaman terhadap faktor-faktor yang
mempengaruhi terjadinya fraud.
2. Bagi Objek Penelitian
Bagi Objek penelitianya itu instansi pemerintahan dan instansi swasta dapat
berguna sebagai masukan dalam usaha mencegah terjadinya fraud di sektor
pemerintahan dan swasta, dengan menekan penyebab terjadinya fraud di sektor
pemerintahan dan swasta seperti yang disajikan penulis.
3. Manfaat Bagi Penelitian Selanjutnya.
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi para peneliti yang akan
melakukan penelitian lebih lanjut berkaitan dengan masalah ini.
8
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1.Landasan Teori
2.1.1.Teori Keagenan (Agency Theory)
Menurut Anthony dan Govinderajan(2005), teori keagenan menjelaskan
adanyahubungan kerjasama antara pihak pemegang saham sebagai principal
danmanajemen sebagai agen. Hubungan agensi ada ketika salah satu pihak
(principal)yang dalam hal ini adalah pemilik perusahaan atau pemegang saham
menyewaorang lain (agen) yaitu manajemen perusahaan untuk melaksanakan
suatu jasa danpara prinsipal mendelegasikan wewenang pada agennya untuk
membuatkeputusan.Setiap individu semata-mata termotivasi oleh kepentingan
dirinya sendiri sehingga dapat menimbulkan konflik kepentingan antara kedua
pihak. Hubungan antara principal dan agent berada pada posisi yang memiliki
informasi yang lebih banyak tentang perusahaan dibandingkan dengan principal.
Dengan asumsi bahwa individu-individu tersebut bertindak untuk memaksimalkan
kepentingan diri sendiri, maka dengan ketidakseimbangan informasi yang
dimilikinya akan mendorong agent untuk menyembunyikan beberapa informasi
yang tidak diketahui oleh principal. Dalam kondisi tersebut, agent dapat
9
mempengaruhi angka- angka akuntansi yang disajikan dalam laporan keuangan
(Widodo, 2015).
Eisenhardt (1989) mengemukakan tiga asumsi sifat dasar manusia yaitu: (1)
manusia pada umumnya mementingkan diri sendiri, (2) manusia memiliki daya
pikir terbatas mengenai persepsi masa mendatang , dan (3) manusia selalu
menghindari risiko. Berdasarkan asumsi sifat dasar manusia, manajer sebagai
manusia kemungkinan besar akan bertindak berdasarkan sifat opportunistic.
Maksud dari sifat opportunistic adalah bahwa manajer akan lebih mengutamakan
kepentingan pribadinya dibandingkan kepentingan orang lain (investor). Agen
akan berusaha mencari keuntungan sendiri untuk mendapatkan bonus dari
perusahaan dengan berbagai cara seperti melakukan kecurangan dalam pelaporan
keuangan (fraudulent financial reporting).
Teori keagenan digunakan untuk mengatasi dua masalah yang terjadi dalam
hubungan keagenan. Pertama masalah keagenan yang timbul pada saat keinginan-
keinginan principal dan agen saling berlawanan dan merupakan hal yang sulit
bagi principal untuk melakukan verifikasi apakah agen telah melakukan sesuatu
secara tepat. Kedua, masalah pembagian dalam menanggung resiko yang timbul
dimana principal dan agen memiliki sifat yang berbeda terhadap resiko. Dalam
hubungan keagenan tersebut terdapat adanya pemisahan antara pemilik (pihak
principal) dengan pengendalian (pihak agen). Dimana perusahaan memisahkan
fungsi pengelolaan dan fungsi kepemilikan akan mengakibatkan munculnya
perbedaan kepentingan antara manajer dengan pemegang saham. Hal ini dapat
terjadi karena manajer tidak ikut serta menanggung resiko sebagai akibat dari
10
pengambilan keputusan yang salah serta tidak dapat meningkatkan nilai
perusahaan (Eisenhardt, 1989) . Pemegang saham dan manajer memiliki tujuan
yang berbeda dan masing– masing menginginkan tujuan mereka terpenuhi. Akibat
yang terjadi adalah munculnya konflik kepentingan. Pemegang saham
menginginkan pengembalian yang lebih besar dan secepat–cepatnya atas investasi
yang mereka tanamkan sedangkan manajer menginginkan kepentingannya
diakomodasi dengan pemberian kompensasi atau insentif yang sebesar–besarnya
atas kinerjanya dalam menjalankan perusahaan.Pemberian kompensasi yang
sesuai diharapkan akan mengurangi kecenderungan kecurangan akuntansi
(Wilopo, 2006).
2.2.Pengertian Fraud
Definisi fraud Menurut Ramadhani dan Lukviarman (2009) adalah :
(1) Kesengajaan atas salah pernyataan terhadap suatu kebenaran atau keadaan
yang disembunyikan dari sebuah fakta material yang dapat memhubungani orang
lain untuk melakukan perbuatan atau tindakan yang merugikan, biasanya
merupakan kesalahan namun dalam beberapa kasus (khususnya dilakukan secara
disengaja) memungkinkanmerupakan suatu kejahatan. (2) Penyajian yang
salah/keliru (adalah pernyataan) yang secara ceroboh tanpa perhitungan dan tanpa
dapat dipercaya kebenarannya berakibat dapat memhubungani atau menyebabkan
orang lain bertindak atau berbuat. (3) Suatu kerugian yang timbul sebagai akibat
diketahui keterangan atau penyajian yang salah (salah pernyataan),
penyembunyian fakta material, atau penyajian yang ceroboh tanpa perhitungan
yang memhubungani orang lain untuk berbuat atau bertindak yang merugikannya.
11
Suaslioni, Atmadja dan Wahyuni (2017) sebaik - baiknya sistem yang dibuat dan
seketat apapun pengawasan yang dilakukan, namun jika moralitas dari masing -
masing individu pegawai masih bobrok, system dan pengawasan perusahaan tidak
aka nada artinya. Moralitas yang dimiliki pegawai akan mempengaruhi etis
mereka. Semakin tinggi tingkat penalaran moral seseorang, akan semakin
mungkin untuk melakukan „hal yang benar‟. Individu yang memiliki penalaran
moral yang rendah akan senantiasa melakukan tindakan kecurangan. Tanda- tanda
terjadinya fraud dapat dikelompokan menjadi enam (6) kelompok (Albrecht dkk
2006) yakni :
1. Accounting anomalis. Misalnya: Penggunaan dokumen fotokopian,
pembatalan pembayaran atau kredit yang berlebihan, akun jatuh tempoh
yang berlebihan, meningkatnya item rekonsiliasi.
2. Internal control weeknesses. Meliputi kelemahan pada lingkungan
pengendalian, sistem akuntansi, aktivitas pengendalian dan prosedur.
Misalnya: tidak ada pemisahan fungsi dan tanggung jawab yang jelas,
kurangnya otorisasi, kurangnya pencatatan dokumen yang memadai serta
system akuntansi yang tidak memadai.
3. Alnalytical anomalies, adalah prosedur - prosedur atau hubungan -
hubungan, kejadian - kejadian yang tidak biasa dan masuk akal. Meliputi
transaksi- transaksi atau kejadian yang terjadi pada waktu dan tempat yang
tidak biasa, yang melibatkan orang - orang yang biasanya terlibat dalam
transaksi atau kejadian tersebut. Misalnya prosedur, kebijakan atau praktik
12
– praktik yang tidak biasa, kekurangan/kelebihan kas, perubahan volume
dan harga yang tidak masuk akal.
4. Extravagant lifestyle, adalah gaya hidup mewah. Perubahan gaya hidup
seseorang (pegawai atau pimpinan) yang sebelumnya biasa – biasa saja,
kemudian menjadi bergaya hidup mewah dengan mobil baru, pergi ke luar
negri dan sebagainya, merupakan pertanda/ indikator yang perlu
ditindaklanjuti kemungkinan terjadinya fraud.
5. Unusual behavior, adalah perilaku yang tidak biasa. Penelitian psikologi
menunjukan bahwa ketika seseorang melakukan fraud (terutama untuk
yang pertama kali) pelaku akan diliputi rasa bersalah dan ketakutan, dan
akan menjadi stress. Seterusnya si pelaku ini akan berkelakuan berbeda
dari biasa, untuk menutupi perasaan atau rasa stress tersebut.
6. Tips and complaints, meliputi informasi dan pengaduan – pengaduan
tentang kemungkinan terjadinya fraud.
2.2.1.Jenis- jenis Fraud
Menurut Association of Certified Fraud Examiners (ACFE), internal fraud
(tindakan penyelewengan di dalam perusahaan atau institusi) dikelompokan
menjadi 3 jenis, yaitu:
1. Fraud terhadap Aset (Aset Misappropriation) singkatnya, penyalahgunaan aset
perusahaan (institusi), entah itu dicuri atau digunakan untuk keperluan pribadi
tanpa ijin dari perusahaan. Seperti kita ketahui, aset perusahaan bisa berbentuk
13
kas (uang tunai) dan non-kas. Sehingga, aset misappropriation dikelompokkan
menjadi dua macam:
a. Cash Misappropriation. Penyelewengan terhadap aset yang berupa kas
(Misalnya: penggelapan kas, mengambil cek dari pelanggan, menahan cek
pembayaran untuk vendor)
b.Non-cash Missapropriation. Penyelewengan terhadap aset yang berupa non-kas
(misalnya: menggunakan fasilitas perusahaan untuk kepentingan pribadi)
2.Fraud terhadap Laporan Keuangan (Fraudullent Statements) –ACFE membagi
jenis fraud ini menjadi 2 macam, yaitu: a) financial; dan b) nonfinancial. Segala
tindakan yang membuat laporan keuangan menjadi tidak seperti yang seharusnya
(tidak mewakili kenyataan), tergolong kelompok fraud terhadap laporan
keuangan. Menurut Person (1999) kecurangan pada laporan keuangan merupakan
kecurangan yang disengaja dilakukan oleh manajemen kepada investor dan
kreditor dengan menyesatkan informasi material pada laporan keuangan.
Misalnya:
a) Memalsukan bukti transaksi.
b) Mengakui suatu transaksi lebih besar atau lebih kecil dari yang seharusnya.
c) Menerapkan metode akuntansi tertentu secara tidak konsisten untuk menaikan
atau menurnkan laba.
d) Menerapkan metode pengakuan aset sedemikian rupa sehingga aset menjadi
nampak lebih besar dibandingkan yang seharusnya.
e) Menerapkan metode pengakuan liabilitas sedemikian rupa sehingga liabilitas
menjadi nampak lebih kecil dibandingkan yang seharusnya.
14
2.2.2. Konsep Kecurangan (fraud)
Kata fraud masih terdengar asing, namun kasus atau praktik dari fraud
tersebutsudah banyak terjadi dikehidupan nyata. Hingga saat ini, banyak pihak-
pihak yang melakukan praktik atas dasar kesengajaan.Seseorang melakukan fraud
dikarenkan beberapa alasan yang terkadang rasional, sehingga tindakan
kecurangan (fraud) yang dilakukannya terkesan wajar atau rasional jika
dilakukan. Dalam bidang teknologi informasi, fraud merupakan sebuah perbuatan
kecurangan yang melanggar hukum, yang dilakukan secara sengaja dan sifatnya
merugikan orang lain (Panji, 2014).
Menurut Adams dkk (2017) mendefinisikan fraud sebagai penggunaan
kedudukan/ jabatan seseorang untuk memperkaya diri sendiri melalui
penyalahgunaan atau penyimpangan yang dilakukan secara sengaja terhadap
sumber daya atau aset perusahaan/ organisasi. Sedangkan menurut tiga organisasi
auditor terkemuka di dunia (IIA, AICPA dan ACFE) Purba (2015) dengan
menekankan bahwa korban fraud adalah orang perorangan, bukan hanya
korporasi atau organisasi, maka fraud merupakan setiap tindakan yang disengaja
atau penghilangan yang direncanakan untuk menipu orang lain sehingga
merugikan korban dan/ atau menguntungkan pelaku.
2.2.3. Faktor Penyebab Fraud
Lou dan Wang (2009) pelaku suatu tindakan fraud dalam melakukan tindakan
kecurangannya biasanya disebabkan karena beberapa alasan, baik yang berasal
dari dalam dirinya sendiri maupun yang berasal dari luar dirinya. Seseorang bisa
melakukan tindakan fraud apabila dilandasi oleh tiga hal yaitu kesempatan
15
(opportunity), tekanan atau insentif (pressure or incentive), dan rasionalisasi
(rationalization). Ketiganya saling mendukung sama lain dan membentuk pilar
kecurangan yang disebut sebagai segitiga fraud (fraud triangle). Berikut ini
adalah penjelasan dari masing-masing segitiga fraudyaitu :
a. Tekanan (Pressure)
Keinginan seseorang untuk hidup yang lebih baik dan lepas dari keadaan ekonomi
yang buruk serta dorongan dari lingkungan untuk bergaya hidup mewah membuat
seseorang mendapatkan tekanan untuk memenuhi semua keinginannya sehingga
melakukan suatu tindakan kecurangan/ fraud.
b. Kesempatan (Opportunity)
Pengawasan internal yang lemah serta pengelolaan manjamen yang kurang
memadai menyebabkan seseorang berani untuk melakukan tindakan fraud dengan
alasan tidak akan ada yang mengetahui tindakannya sehingga membuat pelaku
berani mengambil kesempatan melakukan tindakan fraud.
c. Rasionalisasi (Rationalization)
Para pelaku fraud biasanya mencari berbagai alasan secara rasional untuk
menutupi tindakan mereka. Sehingga membuat tindakan yang mereka lakukan
seolah- olah dianggap wajar oleh masyarakat.
16
Gambar 2.2 Fraud Triangle
opportunity
FRAUD
pressure rationalization
(sumber: Diaz Priantara, Fraud auditing & investigating, 2013)
Fraud Triangle Teori fraud yang mendasar adalah fraud triangle theory. Konsep
segitiga kecurangan pertama kali diperkenalkan oleh Cressey (1953). Melalui
serangkaian wawancara dengan 113 orang yang telah di hukum karena melakukan
penggelapan uang perusahaan yang disebutnya “trust violators” atau “pelanggar
kepercayaan. Gagola (2011) menyimpulkan bahwa : “Orang yang dipercaya
menjadi pelanggar kepercayaan ketika ia melihat dirinya sendiri sebagai orang
yang mempunyai masalah keuangan yang tidak dapat diceritakannya kepada
orang lain, sadar bahwa masalah ini secara diam-diam dapat diatasinya dengan
menyalahgunakan kewenangannya sebagai pemegang kepercayaan di bidang
keuangan, dan tindak-tanduk sehari-hari memungkinkannya menyesuaikan
pandangan mengenai dirinya sebagai seseorang yang biasa dipercaya dalam
menggunakan dana atau kekayaan yang dipercayakan.
3. Pelaku Fraud
Pelaku fraud dapat diklasifikasikan ke dalam 2 kelompok, yaitu manajemen dan
karyawan/ pegawai. Pihak manajemen biasanya melakukan tindakan fraud
17
ditujukan untuk kepentingan perusahaan. Bentuk-bentuk tindakan fraud yang
sering dilakukan oleh pihak manajemen dapat berupa memanipulasi, pemalsuan,
atau pengubahan terhadap dokumen pendukung yang merupakan sumber
penyajian laporan keuangan. Sedangkan tindakan fraud yang dilakukan oleh
karyawan/ pegawai ditujukan untuk keuntungan individu, yang biasa dikenal
dengan employee fraud . Tindakan fraud yang dilakukan oleh karyawan/ pegawai
umumnya dilakukan oleh karyawan/ pegawai yang menghadapi situasi masalah
keuangan dan dilakukan karena melihat adanya peluang yang disebabkan karena
kurang memadainya pengawasan internal.
2.2.4. Korupsi (Corruption)
Lidyah (2016), jenis fraud yang terjadi pada berbagai negara bisa berbeda, karena
dalam hal ini praktik fraud antara lain dipengaruhi kondisi hukum di negara yang
bersangkutan. Pada negara-negara maju dengan kehidupan ekonomi yang stabil,
praktik fraud cenderung memiliki modus yang sedikit dilakukan. Adapun pada
negara-negara berkembang seperti Indonesia, praktik fraud cenderung memiliki
modus banyak untuk dilakukan.Fraud dapat terjadi pada sektor swasta maupun
sektor publik.Pada sektor swasta, banyak terdapat penyimpangan dan kesalahan
yang dilakukan seseorang dalam menafsirkan catatan keuangan. Hal itu
menyebabkan banyaknya kerugian yang besar, bukan hanya bagi orang-orang
yang bekerja pada perusahaan, akan tetapi pada investor- investor yang
menanamkan dananya pada perusahaan tersebut. Sementara itu pada sektor
publik, di Indonesia korupsi telah menjadi isu fenomenal dan menarik untuk
dibahas dengan kasus- kasus yang kini tengah berkembang dalam masyarakat.
18
Semenjak runtuhnya jaman orde baru, masyarakat menjadi semakin kritis dalam
mencermati kebijakan- kebijakan pemerintah yang sarat dengan praktik korupsi,
kolusi, dan nepotisme atau yang sering dikenal dengan istilah KKN. Fraud jenis
ini sering kali tidak dapat dideteksi karena para pihak bekerja sama untuk
menikmati keuntungan (simbiosis mutualisme).Termasuk didalamnya adalah
penyalahgunaan wewenang/ konflik kepentingan (conflict of interest), penyuapan
(bribery), penerimaan yang tidak sah/ illegal (illegal gratuities) dan pemerasan
secara ekonomi(economic extortion). Pada tahun 2008- 2009, korupsi sudah
bukan merupakan rahasia publik. Banyak televisi-televisi secara terang-terangan
meliput dan menyiarkan adanya penangkapan para koruptor oleh KPK (Komisi
Pemberantasan Korupsi).Korupsi itu sendiri kini telah dianggap sebagai penyebab
akar masalah nasional, seperti biaya ekonomi tinggi, pertumbuhan ekonomi yang
tidak lancar, dan penghalang investasi (Siregar, 2017). Adanya lembaga
pemerintahan seperti BPK (Badan Pemeriksa Keuangan), BPKP (Badan
Pengawas Keuangan dan Pembangunan), Inspektorat, KPK (Komisi Pemberantas
Korupsi), kalangan LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat) dan ICW (Indonesian
Corruption Watch), bahkan dibuatnya UU Nomor 31 tahun 1999 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi jo UU Nomor 20 tahun 2001 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi belum berhasil menuntaskan masalah
korupsi yang merajalela.
Siregar (2017) menyebutkan perilaku korupsi dapat muncul dari internal dan
eksternal. Faktor internal disebabkan oleh lemahnya aspek-aspek moral, seperti
lemahnya keimanan, kejujuran, rasa malu, aspek sikap atau perilaku misalnya
pola hidup konsumtif dan aspek sosial seperti keluarga yang dapat mendorong
19
seseorang untuk berperilaku korup. Faktor eksternal bisa berasal dari aspek
ekonomi misalnya pendapatan atau gaji tidak mencukupi kebutuhan, aspek politis
misalnya instabilitas politik, kepentingan politis, meraih dan mempertahankan
kekuasaan, aspek manajemen dan organisasi yaitu ketiadaan akuntabilitas dan
transparansi, aspek hukum, terlihat dalam buruknya wujud perundang-undangan
dan lemahnya penegakkan hukum serta aspek sosial yaitu lingkungan atau
masyarakat yang kurang mendukung perilaku anti korupsi. Politik merupakan
salah satu penyebab terjadinya korupsi, terutama ketika terjadi instabilitas politik,
kepentingan politis para pemegang kekuasaan, bahkan ketika meraih dan
mempertahankan kekuasaan. Perilaku korup seperti penyuapan, politik uang
merupakan fenomena yang sering terjadi. Faktor hukum bisa lihat aspek
perundang-undangan lemahnya penegakan hukum. Tidak baiknya substansi
hukum, mudah ditemukan dalam aturan-aturan yang diskriminatif dan tidak adil;
rumusan yang tidak jelas-tegas (non lex certa) sehingga multi tafsir; kontradiksi
dan overlapping dengan peraturan lain (baik yang sederajat maupun yang lebih
tinggi). Faktor ekonomi merupakan salah satu penyebab terjadinya korupsi,
terutama pendapatan atau gaji yang tidak mencukupi kebutuhan. Namum korupsi
saat ini dilakukan oleh orang kaya dan berpendidikan tinggi. Untuk organisasi
dalam arti yang luas, korupsi terjadi karena terbukanya peluang atau kesempatan
untuk terjadinya korupsi. Korupsi merupakan jenis fraud yang sering dilakukan
oleh seseorang dengan jabatan atau wewenang yang tinggi pada suatu perusahaan.
Frekuensi fraud jenis ini lebih jarang dibandingkan dengan asset missapropriation
akan tetapi lebih merugikan perusahaan dikarenakan nominalnya yang relatif lebih
tinggi (Christofel, 2010).
20
Menurut Badan Pusat Statistik perilaku korupsi adalah “Tindakan meminta
(pemerasan)/ memperoleh/ memberi (penyuapan) imbalan uang, barang, atau
keistimewaan (nepotisme) bagi layanan yang sudah seharusnya diberikan atau
menggunakan kekuasaan/ wewenang untuk mencapai tujuan yang tidak sesuai
dengan standar etik/moral atau peraturan perundangundangan bagi kepentingan
pribadi (personal, keluarga dekat, kawan dekat)”.
2.2.5.Fraud pada sektor Pemerintahan
Pristiyanti (2012) menyatakan bahwa semua jenis fraud dapat terjadi pada sektor
pemerintahan, akan tetapi yang paling sering terjadi adalah korupsi. Korupsi
berasal dari bahasa latin, Corruptio-Corrumpere yang artinya rusak,
mengenyahkan, memutarbalik atau menyogok. Secara harfiah korupsi adalah
perilaku pejabat publik, baik politisi maupun pegawai negeri yang memperkaya
diri sendiri atau memperkaya orang lain yang dekat dengannya secara tidak wajar,
tidak legal, dan dengan menyalahgunakan kekuasaan publik yang dipercayakan
kepada mereka.
Manossoh (2016) Pentingnya mengkaji akar penyebab terjadinya fraud, pertama
dikarenakan banyaknya kasus korupsi yang pada akhirnya menghambat jalannya
roda pemerintahan, sehingga tujuan dari pembangunan itu sendiri, yaitu
mensejahterahkan masyarakat tidak akan pernah tercapai. Misalnya tidak sedikit
ditemukan dana- dana pembangunan yang ditujukan untuk infrastruktur dasar
dan pelayanan publik terbengkalai karena dana- dana tersebut disalahgunakan
oleh pejabat yang bersangkutan. Akhirnya, pelayanan kepada masyarakat tidak
maksimal. Hal ini juga mencoreng rasa keadilan masyarakat dan karena itu bagi
21
siapa saja yang terbukti menyalahinya harus ditindak sebagai pembelajaran
kepada yang bersangkutan dan pejabat lainnya (progressive approach). Hal yang
kedua adalah bagaimana upaya agar siapapun pejabat sedini mungkin tidak
melakukan kesalahan yang sama (preventive approach).
2.2.6. Fraud pada sektor Swasta
Menurut ICW (Indonesia Corruption Wacth) Masalah korupsi tidak hanya terkait
kerugian negara dan badan-badan usaha yang kekayaannya milik negara, atau ada
penyertaan keuangan negara di dalamnya. Korupsi yang terjadi di sektor swasta
pun dapat merusak perkembangan pembangunan di suatu negara.Suap yang
dilakukan pada sektor swasta merupakan bentuk implementasi dari perbuatan
menyalahgunakan kewenangan dan perbuatan melawan hukum. Jadi, pemahaman
korupsi di sektor swasta lebih dikaitkan pada perbuatan suap. Bahkan, perbuatan
suap oleh dan di antara swasta juga sudah diatur dalam UU Nomor 11 Tahun 1980
tentang Tindak Pidana Suap (TPK), yang meletakkan unsur ”kepentingan umum”
sebagai dasar pemidanaan. Praktik penyuapan sektor swasta jelas akan sangat
merugikan tidak hanya pebisnis tapi juga masyarakat. Dengan penyelenggaraan
tender yang dilakukan oleh pemerintah secara tidak terbuka, hal itu dikategorikan
sebagai penyuapan sektor swasta. Di sana terjadi persekongkolan di antara peserta
tender untuk memenangkan salah satu peserta tender dengan memberikan
penyuapan di antara mereka. Ini merupakan praktik korupsi swasta.
22
2.3.Penelitian Terdahulu
NO Nama Penelitian
& Tahun
Penelitian
Variabel
penelitian
Hasil Penelitian
1 Rifqi Mirza
Zulkarnain (2013)
pengendalian
internal,
kesesuaian
kompensasi,
kultur organisasi,
perilaku tidak
etis, gaya
kepemimpinan,
Fraud,
keefektifan
penegakan
hukum.
Keefektifan pengendalian
internal,kesesuaian
kompensasi, gaya
kepemimpinan berpengaruh
negatif terhadap fraud, perilaku
tidak etis berpengaruh terhadap
fraud, kultur organisasi dan
penegakan hukum tidak
berpengaruh terhadap fraud.
2 Wilopo (2006) Kecurangan
Akuntansi
Pemerintahan,
Sistem
Pengendalian
Internal, Perilaku
Tidak Etis.
Secara bersama – sama
pengendalian internal birokrasi
pemerintahan dan perilaku
tidak etis birokrasi
memberikan pengaruh terhadap
kecurangan akuntansi
pemerintahan, secara parsial
23
pengendalian internal birokrasi
pemerintahan dan perilaku
tidak etis birokrasi tidak
memberikan pengaruh terhadap
kecurangan akuntansi
pemerintahan.
3 Hendrik
Manossoh (2015)
Tekanan,
Kesempatan,
Alasan
Pembenaran.
Aspek tekanan berpengaruh
positif terhadap fraud,
kesempatan berpengaruh
positif terhadap fraud, dan
alasan pembenaran
berpengaruh positif terhadap
fraud.
4 Suaslioni,
Atmadja,
Wahyuni (2017)
Data Kualitatif Lemahnya struktur organisasi
dan pembagian wewenang,
kontribusi gaji yang belum
memadai, moralitas yang
rendah akibat adanya
kesempatan dan kurang
efektifnya kinerja auditor
internal.
24
5
Lou dan Wang
(2009)
Independen:
tekanan, peluang
dan sikap
Dependen :
Fraud
Hasil menunjukan kecurangan
berkolerasi positif dengan
salah satu kondisi sebagai
berikut : tekanan keuangan
perusahaan yang lebih besar
atau pengawasan perusahaan,
presentasi yang lebih tinggi
dari transaksi yang rumit dari
perusahaan, lebih
dipertanyakan integritas
manajer perusahaanatau lebih
memburuknya hubungan
antara perusahaan dan
auditornya.
Berasal dari berbagai sumber penelitian
25
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1.Dasar Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Bogdan dan Taylor
(dalam Moleong, 2006) mendefinisikan metode kualitatif sebagai prosedur
penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis lisan dari
orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.Kirk dan Miller (dalam Moleong,
2006) mendefinisikan bahwa penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam
ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung dari pengamatan
pada manusia baik dalam kawasannya maupun dalam peristilahnya. Sedangkan
Sugiyono (2008) mengemukakan bahwa metode kualitatif ialah metode penelitian
yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme,digunakan untuk meneliti pada
obyek yang alamiah, dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci,
pengambilan sampel sumber data dilakukan secara purposive dan snowball, teknik
penelitian trianggulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif/ kualitatif, dan
hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna daripada generalisasi. Selain
definisi-definisi diatas, ada definisi penelitian kualitatif lainnya seperti yang
dikemukakan oleh David Williams (dalam Moleong, 2006) bahwa penelitian
kualitatif adalah pengumpulan data pada suatu latar alamiah, dengan
26
menggunakan metode alamiah, dan dilakukan oleh peneliti yang tertarik secara
alamiah. Jelas definisi ini menggambarkan bahwa penelitian kualitatif
mengutamakan latar alamiah, agar hasilnya dapat digunakan untuk menafsirkan
fenomena, dan metode yang biasanya digunakan adalah wawancara, pengamatan,
dan pemanfaatan dokumen.Penelitian ini menggunakan metode kualitatif karena
peneliti menganggap permasalahan yang diteliti cukup kompleks dan dinamis
sehingga data yang diperoleh dari para narasumber tersebut dijaring dengan
metode yang lebih alamiah yakni interview langsung dengan para narasumber
sehingga didapatkan jawaban yang alamiah. Selain itu, peneliti bermaksud untuk
memahami situasi sosial secara mendalam, menemukan pola, hipotesis, dan teori
yang sesuai dengan data yang diperoleh di lapangan.Penelitian kualitatif tidak
pernah terlepas dari istilah analisis fenomenologi.Peneliti dalam pandangan
fenomenologis berusaha memahami peristiwa dan kaitannya terhadap orang-orang
yang berada dalam situasi tertentu (Moleong, 2006).
3.2. Fokus Penelitian
Menurut Moleong (2006), pada dasarnya penelitian kualitatif tidak dimulai dari
sesuatu yang kosong, tetapi dilakukan berdasarkan persepsi seseorang terhadap
adanya masalah. Masalah dalam penelitian kualitatif bertumpu pada sesuatu
fokus.Penetapan fokus dapat membatasi studi dan berfungsi untuk memenuhi
kriteria masuk- keluar (inclusion-exlusion criteria) suatu informasi yang diperoleh
di lapangan, jadi fokus dalam penelitian kualitatif berasal dari masalah itu sendiri
dan fokus dapat menjadi bahan penelitian. Penelitian kualitatif menghendaki
ditetapkan adanya batas dalam penelitian atas dasar fokus yang timbul sebagai
27
masalah dalam penelitan. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa hal. Pertama,
batas menentukan kenyataan jamak yang kemudian mempertajam fokus.Kedua,
penetapan fokus dapat lebih dekat dihubungkan oleh interaksi antara peneliti dan
fokus. Dengan kata lain, bagaimanapun penetapan fokus sebagai pokok masalah
penelitian penting artinya dalam menentukan usaha menemukan batas penelitian.
Dengan hal itu, peneliti dapat menemukan lokasi penelitian.
Penelitian ini akan memberikan informasi yang lengkap mengenai tindakan
penyimpangan (fraud) yang sering terjadi, khususnya pada penelitian ini adalah
faktor - faktor yang mempengaruhi terjadinya fraud dalam lingkungan
pemerintahan.
3.3. Sumber Data
Menurut Lofland (dalam Moleong, 2006) sumber data utama dalam penelitian
kualitatif ialah kata-kata, dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti
dokumen dan lain- lain. Yang dimaksud kata- kata dan tindakan disini yaitu kata-
kata dan tindakan orang yang diamati atau diwawancarai merupakan sumber data
utama (primer). Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung melalui
pengamatan dan wawancara dengan informan atau responden. Peneliti akan
wawancara dengan narapidana kasus korupsi. Penelitian ini yang menjadi sumber
data utama adalah para narapidana yang tersangkut kasus korupsi di
pemerintahan.
28
3.3.1 Data Primer
Data yang digunakan adalah data primer yang didapat dari lokasi penelitian,
responden yang terkait dengan kasus korupsi. sumber data yang ada dilokasi
penelitian, yaitu berdasarkan wawancara dan data dari media. Wawancara yang
dilakukan dalam penelitian ini berjumlah 6 orang.
3.3.1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas 1, yang
beralamat di Jalan Pramuka No.12 Bandar Lampung.
3.4. Pengumpulan Data
Dalam penelitian Kualitatif, teknik pengumpulan data yang utama adalah
observasi participant, wawancara mendalam studi dokumentasi, dan gabungan
ketiganya atau trianggulasi (Sugiyono, 2008).
3.4.1. Alat pengumpulan data
Dalam penelitian ini peneliti berperan sebagai instrumen utama karena :
a. Peneliti dapat berinteraksi dengan responden dan lingkungan yang ada,
memiliki kepekaan dan dapat berinteraksi terhadap segala stimulus yang
diperkirakan bermakna bagi penelitian.
b. Peneliti dapat menyesuaikan diri terhadap semua aspek keadaan dan dapat
memahami situasi dalam segala seluk beluknya.
c. Peneliti dapat merasakan, memahami dan menghayati secara konsektual
29
atau melalui proses interaksi. Sehingga peneliti dapat menganalisis,
menafsirkan dan merumuskan kesimpulan sementara dalam menetukan
arah wawancara dan pengamatan selanjutnya terhadap responden untuk
memperdalam atau memperjelas temuan penelitian.
d. Peneliti memungkinkan dapat menggali lebih jauh dan dalam tentang
fenomena dan respon yang aneh dan menyimpang atau bahkan
bertentangan dengan penelitian.
Selain itu peneliti juga memerlukan buku, alat tulis, panduan wawancara,
dan alat perekam suara sebagai alat pengumpul data.
3.4.2. Metode Pengumpulan Data
Sumber data diperoleh dari hasil wawancara mendalam terhadap perorangan yaitu
secara langsung antara pewawancara dengan responden penelitian.Melalui metode
ini diharapkan peneliti dapat mengetahui secara mendalam mengenai faktor-faktor
yang mempengaruhi terjadinya fraud.
Menurut Sugiyono (2008), ada 3 macam wawancara yakni wawancara terstruktur,
wawancara semiterstruktur, dan wawancara tidak terstruktur. Dalam penelitian ini,
peneliti menggunakan metode wawancara semiterstruktur, yaitu wawancara yang
dilakukan secara lebih bebas bila dibandingkan dengan wawancara terstruktur.
Tujuan dari wawancara jenis ini adalah untuk menemukan permasalahan yang
lebih terbuka dimana pihak yang diajak wawancara diminta pendapat dan ide-
idenya. Wawancara dilakukan secara terbuka di mana para subjeknya tahu bahwa
mereka sedang diwawancarai dan mengetahui apa maksud wawancara.
30
Wawancara dilakukan sampai peneliti tidak menemukan informasi baru lagi
(jenuh). Pada proses pengumpulan data, peniliti mewawancarai
Narasumber yaitu narapidana kasus korupsi yang berada di Lapas Kelas 1 yang
berjumlah 6 orang.
3.5. Metode Analisis
Metode analisis kualitatif merupakan kajian yang menggunakan data-data
teks, persepsi, dan bahan-bahan tertulis lain untuk mengetahui hal-hal yang tidak
terukur dengan pasti. Analisis data secara kualitatif bersifat hasil temuan secara
mendalam melalui pendekatan bukan angka atau nonstatistik (Istijanto, 2008).
Jadi, penelitian kualitatif tidak memiliki rumus atau aturan absolut untuk
mengolah dan menganalisis data. Penelitian kualitatif menggunakan analisis data
secara induktif karena beberapa alasan. Pertama, proses induktif dapat lebih bisa
menemukan kenyataankenyataan jamak yang terdapat pada data. Kedua, analisis
induktif lebih bisa membuat hubungan peneliti-koresponden menjadi eksplisit,
dapat dikenal, dan akuntabel. Ketiga, analisis demikian lebih dapat menguraikan
latar secara penuh dan dapat membuat keputusan-keputusan tentang dapat atau
tidaknya pengalihan suatu latar lainnya. Keempat, analisis induktif lebih dapat
menemukan pegaruh bersama yang mempertajam hubungan-hubungan. Kelima,
analisis demikiandapat memperhitungkan nilai-nilai secara eksplisit sebagai
bagian dari struktur analitik. Dalam penelitian kualitatif, metode analisis data
lebih banyak dilakukan bersamaan dengan pengumpulan data. Menurut Miles and
Huberman dalam Sugiyono (2008), analisis data kualitatif dilakukan secara
interaktif melalui proses data reduction, data display, dan verification.
31
3.5.1. Teknik pengolahan data dan analisis data.
3.5.1.1. Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, peneliti mengumpulkan data dari berbagai sumber
antara lain buku- buku yang relevan, informasi dan keterangan berupa
pendapat, tanggapan, serta pandangan yang diperoleh dari informan.
Sedangkan pengumpulan data melalui teknik wawancara. Data
dikumpulkan oleh peneliti merupakan data- data yang dapat menunjang
penelitian yang dilakukan oleh peneliti.
3.5.1.2. Reduksi Data (Reduction)
Reduksi data berlangsung sejak peneliti mengambil keputusan tentang,
pemilihan kasus, menyusun pertanyaan penelitian sampai pada proses
verifikasi data. Pada saat reduksi data, peneliti menentukan beberapa
informan yang paling sesuai dengan apa yang diperlukan oleh peneliti,
sehingga data yang akan diperoleh menjadi lebih akurat dalam
mendeskripsikan Faktor – Faktor yang mempengaruhi terjadinya fraud.
3.5.1.3. Sajian Data (Display)
Sajian data dilakukan merangkai data atau informasi yang telah direduksi
dalam bentuk narasi kalimat, maupun tabel yang memungkinkan
kesimpulan penelitian dapat dilakukan. Sajian data ini merupakan
rangkaian kalimat yang disusun secara logis dan sistematis
32
Sehingga bila dibacaakan mudah dipahami mengenai berbagai hal yang terjadi
dalam penelitian, yang memungkinkan peneliti untuk melakukan sesuatu pada
analisis/ tindakan lain berdasarkan pemahaman tersebut. pada awal
pengumpulan data hingga penyajian data, peneliti melakukan pencatatan dan
membuat pernyataan untuk membuat kesimpulan. Penyajian data dalam
penelitian ini diperoleh melalui wawancara mendalam (in-depth interview).
Adapun penyajian data untuk mendeskripsikan faktor- faktor yang
mempengaruhi terjadinya fraud.
3.5.1.4. Verifikasi Data/ Penarikan Kesimpulan (Conclusion Drawing)
Penarikan kesimpulan merupakan rangkaian pengolahan data yang
berupa gejala kasus yang terdapat di lapangan. Kesimpulan akhir tidak
akan terjadi sampai waktu proses pengumpulan data berakhir.
Kesimpulan harus diverifikasi agar cukup mantap dan benar- benar bisa
dipertanggung jawabkan. Untuk itu peneliti melakukan aktivitas
pengulangan untuk tujuan pemantapan, penelusuran data kembali,
melihat lagi field note sehingga kesimpulan penelitian menjadi kokoh
dan lebih bisa dipercaya.
55350
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1. Simpulan
Berdasarkan riset yang penelitian dan pembahasan, kesimpulan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut :
1. Bentuk – bentuk tindakan fraud, sering terjadi dalam perusahaan/ instansi
seperti pengandaan sejumlah uang, penyelewengan, pemalsuan kwitansi.
Seperti yang telah dijelaskan di bab sebelumnya, dengan melihat bentuk –
bentuk tindakan fraud, dalam lingkup perusahaan/ instansi bentuk tindakan
fraud, dapat dilakukan oleh seseorang pribadi, oknum atau sejumlah orang
yang memanfaatkan sistem.
2. Faktor –faktor yang mempengaruhi terjadinya fraud adalah, adanya tekanan,
kesempatan, ekonomi dan perencanaan. Berdasarkan riset yang telah penulis
lakukan ada 1 (satu) fakta lain yang menjadi faktor utama yang belum banyak
diketahui orang yaitu penyalahgunaan sistem, dimana kesalahan yang
58
dilakukan oleh orang pribadi atau oknum dilemparkan kesalahannya kepada
susunan sistem.
5.2. Saran
1. Terkait bentuk – bentuk tindakan fraud maka perlu adanya peninjauan lebih
dalam dari pihak pengawas, agar lebih teliti dalam mengawasi seluruh
karyawan tanpa memandang status jabatan lebih tinggi atau lebih rendah.
2. Saran penulis perlu adanya keadilan dari pihak hukum agar memberikan
sanksi sesuai dan tepat pada yang benar – benar melakukan kecurangan.
DAFTAR PUSTAKA
ACFE. (2014). Report to The Nations on Occupational Fraud and Abuse: 2014
Global Fraud Study. Texas: Association of Certified Fraud Examiner.
Adams, dkk; Etika Profesi, Gramedia, Jakarta; 2017
Albrecht, Chad dan Albrecht, Conan. 2008. The Nature of Financial Statement
Fraud.
Albrecht, W Steve, Albrecht, Connan C & Albrecht, Chad O. 2006 Fraud
Examination. Canada. Thomson South-Western.
Anoraga Panji, 2014. Psikologi Kerja. Jakarta : PT Rineka Cipta.
Anthony dan Govindarajan. 2005, Management Control System, Edisi Pertama,
Penerbit Salemba Empat, Jakarta.
Badan Pusat Statistik (2012). Survei Perilaku Anti Korupsi (SPAK) 2012, Badan
Pusat Statisik, Jakarta-Indonesia.
Christofel, Rendy. 2010.”Moderasi Pengendalian Internal pada Hubungan
Pengaruh Keadilan Organisasional terhadap Tingkat Kecurangan (Fraud).
Skripsi.Semarang: Fakultas Ekonomi UNDIP, Vol. 17, No. 5, Jan 2010.
Cressey, D. (1953). Other people’s money, dalam: “The Internal Auditor as Fraud
buster, Hillison, William. Et. Al. 1999. Managerial Auditing Journal, MCB
University Press, 14/7:351-362.
Dunk, A.S. 1993. The Effect Budget of Emphasis and Information Asymmetri on
the Relation Between Budgetary Participation and Slack. The Accounting
Review 68 (2).
Eisenhardt, Kathleen M. 1989. Agency Theory: An Assessment and Review. The
Academy of Management Review, Vol. 14, No. 1, Jan 1989.
Gagola, Kristo. 2011. “Analisis Faktor Risiko yang Mempengaruhi
Kecenderungan Kecurangan Pelaporan Keuangan Perusahaan Publik di
Indonesia”. Fakultas Ekonomika dan Bisnis, Universitas Diponegoro,
Volume. 26, No. 3.
http://lampung.tribunnews.com/2015/12/21/breaking-news-tiga-tersangka-
pemalsuan-notice-pajak-terjerat-korupsi (diakses pada tanggal 26 November
2018).
http://lampung.tribunnews.com/2016/12/14/korupsi-land-clearing-bandara-radin-
inten-ii-albar-hasan-dituntut-7-tahun-penjara (diakses pada tanggal 26 November
2018).
http://lampung.tribunnews.com/pengadaan-kapal-news-korupsi (diakses pada
tanggal 26 November 2018).
https://news.okezone.com/read/2016/09/20/340/1493760/kejati-lampung-tahan-
dua-tersangka-korupsi-alat-kesehatan?page=2 (diakses pada tanggal 26
November 2018).
https://www.teraslampung.com/kasus-kredit-fiktif-rp82-m-mantan-petinggi-bri-
telukbetung-pagi-ini-harus-masuk-sel/ (diakses pada tanggal 26 November 2018).
https://www.teraslampung.com/korupsi-dana-hibah-mantan-kepala-bps_25/
(diakses pada tanggal 26 November 2018).
Ikatan Akuntan Indonesia. 2012. Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta: IAI .
Keuangan, Buku Satu, Edisi Sepuluh, Salemba Empat, Jakarta
Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI). (2001). Standar Profesional Akuntan Publik.
Salemba Empat, Jakarta.
Indonesia Corruption Watch (ICW). 2014. Catatan Pemantauan Perkara Korupsi.
http://antikorupsi.org (diakses 15 September 2018).
Kayo, Amrizal Sultan. 2013. Pengaruh dan Kompetensi Auditor dalam
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Edisi Pertama. Yogyakarta: Graha
Ilmu.
Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG). 2006. Pedoman Umum Good
Corporate Governance Indonesia. Jakarta. (Diakses tanggal 12 Januari
2013).
Komite Nasional Kebijakan Governance, Pedoman umum Good Corporate
Governance, Indonesia, Jakarta, 2006
Koroy, Tri Ramaraya. (2008). Pendeteksian Kecurangan (Fraud) Laporan
Keuangan oleh Auditor Eksternal. Jurnal Akuntansi dan Keuangan, vol.10,
no. 1, Mei2008: 22-33.
Lou Yung-I dan Wang Ming-Long. 2009. Fraud Risk Factor Of The Fraud
Triangle Assessing The Likelihood Of Fraudulent Financial Reporting.
Journal Of Business & Economics Researcha, Volume 7, Number 2 Hall 61-
78.
Manossoh, Hendrik. 2016. Faktor – Faktor Penyebab Terjadinya Fraud Pada
Pemerintahan Di Provinsi Sulawesi Utara. Vol. 4 No. 1, Maret2016 : 484-
495.
Moleong, Lexy. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif (EdisiRevisi). Bandung:
Remaja Rosda Karya.
Mustika, Dian. Hastuti, Sri. Heriningsih, Sucahyo. Analisis faktor- faktor yang
mempengaruhi kecenderungan kecurangan (Fraud) : Persepsi Pegawai dinas
kabupaten Way Kanan Lampung. Simposius Nasional Akuntansi XIX,
Lampung, 2016.
Nabila, Putri. 2013. Pengaruh faktor – faktor dalam persfektif fraud Triangle
terhadap fraudulent financial reporting. Jurnal Akuntansi dan keuangan,
2, April 2013.
Najahningrum, Anik Fatun, Sukardi Ikhsan, danMaylia Pramono Sari. 2013.
Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Kecenderungan Kecurangan (Fraud):
Persepsi Pegawai Dinas Provinsi DIY. Simposium Nasional Akuntansi XVI
Menado.
Nurhayati dan Aminah. 2015. ”Metode Penelitian Kualitatif Menggunakan Teknik
Survei Pengakuan Diri Para Pelaku (Dalam Konteks Kepatuhan Oleh Bankir
Sebagai Pencegahan Fraud Pada Perbankan). Epigram Vol.12 No. 1 April
2015.
Person, Obeua. 1999. “Using Financial Information to Differentiate Failed vs
Surviving Finance Companies in Thailand: An Implication For Emerging
Economies. Multinational Finance Journal. Vol. 3. No.2: 127-145.
Priantara, Diaz. 2013. Fraud Auditing & Investigating. Jakarta: MitraWacana
Media.
Pristiyanti, Eka Ruly. 2012. Persepsi Pegawai Instansi Pemerintahan Mengenai
Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Fraud di Sektor Pemerintahan.
Universitas Negri Semarang, Indonesia.
Purba D, Luxy, Erny, dan Putra, Samuel. Analisis Fraud Diamond Dalam
Mendeteksi Financial statement : Studi Empiris Pada Perusahaan
Manufaktur Yang Terdaftar Di BEI Tahun 2013- 2015. E-Jurnal Akuntansi
dan Keuangan, Volume. 4 No. 4 Halaman 160-205.
Ramadhani, A. R dan Lukviarman .2009. “Perbandingan Analisis Prediksi
Kebangkrutan Menggunakan Model Altman Pertama, Altman Revisi, dan
Altman Modifikasi dengan Ukuran dan Umur Perusahaan sebagai Variabel
Penjelas (Studi pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia)”.
Jurnal Siasat Bisnis. Yogyakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Vol. 13 No 1.
Sadikin, Hasan. Hadisasmito, Wiku. Analisis Pengaruh Dimensi Fraud Triangle
dalam Kebijakan Pencegahan Fraud Terhadap Program Jaminan
Kesehatan Nasional di RSUP Nasional Cipto Mangunkusumo, Vol. 7 No.
2, November 2016.
Suaslioni, Atmadja dan Wahyuni. 2017. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi
Terjadinya Fraud Pada LPD Desa Pakraman Bontihing. E-Journal S1 AK.
Universitas Pendidikan Ganesha. Vol. 8 No. 2 Tahun 2017.
Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Bisnis (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, R
& D). Bandung: Alfabeta.
Suryana dan Sadeli. 2015. ”Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Terjadinya
Fraud. Jurnal Riset Akuntansi dan Perpajakan, Vol.2, No. 2, Desember
2015. Halaman 127-138 ISSN 2339-1545.
Tuanakotta dan Theodorus, M. (2010). Akuntansi Forensik dan Audit Investigatif,
Edisi 2. Jakarta: Penerbit Salemba.
Widodo, Widi. 2015. Sekilas tentang Analisis Rasio untuk Mendeteksi
Kecurangan di dalam Laporan Keuangan.
http://ekstensifikasi423.blogspot.co.id/2015/02/sekilas-tentang-analisis-
rasio-untuk.html (diakses 29 Maret 2018).
Wilopo. 2006.“Analisis Faktor-faktor yang Berpengaruh Terhadap
Kecenderungan Kecurangan Akuntansi : Studi Pada Perusahaan Publik
dan Badan Usaha Milik Negara di Indonesia.” Simposium Nasional
Akuntansi 9, K-AKPM 19.
Zulkarnain, Rifqi Mierza. 2013. Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya
Fraud di Dinas Kota Surakarta. Accounting analysis journal. Universitas
Negri Semarang, Indonesia.