i
DETERMINAN PREMATURE SIGN OFF AUDIT
PROCEDURES DENGAN MEDIASI SELF ESTEEM DAN
NEED FOR ACHIEVEMENT
( STUDI EMPIRIS PADA KAP di SEMARANG )
SKRIPSI
Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Pada Universitas Negeri Semarang
Oleh
SHANI RURI EFENDI
NIM. 7211412132
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2016
ii
iii
iv
v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Motto :
Tidak boleh seorang menginginkan hak orang lain kecuali dua macam yaitu
seseorang yang diberi kekayaan harta oleh Allah lalu digunakannya semata-
mata untuk memperjuangkan kebenaran dan seseorang yang diberi ilmu oleh
Allah lalu digunakan dan diajarkan kepada manusia (HR. Bukhari-Muslim)
Persembahan
Puji syukur kepada ALLAH SWT atas segala
rahmat dan karunia-NYA, skripsi ini penulis
persembahkan kepada:
Almamaterku, Universitas Negeri
Semarang yang telah memberiku ilmu
dan pengetahuan
Fakultas Ekonomi terutama Jurusanku
Akuntansi tempat dimana saya belajar
dan menimba ilmu.
Bapak dan Ibuku tercinta yang
senantiasa mendukung, mendoakan,
memotivasi, serta memberi nasehat
hingga kini dan seterusnya.
Kakakku dan Adikku, terima kasih telah
menjadi saudara yang selalu memberi
dukungan dalam menyelesaikan skripsi
ini.
Bapak Agung Yulianto, S,Pd., M.Si.
yang telah membimbing serta telah
memberikan kesempatan dan
pengalaman yang berharga bagi saya.
vi
PRAKATA
Puji syukur kepada Allah SWT.,yang telah melimpahkan taufik dan
hidayah-Nya. Segenap usaha, kerja keras dan upaya yang dilakukan peneliti tidak
akan membuahkan hasil tanpa kehendak-Nya. Atas rahmat-Nyalah, peneliti
mampu menyelesaikan skripsi yang berjudul “Determinan Premature Sign Off
Audit Procedures dengan Mediasi Self Esteem dan Need for Achievement (Studi
Empiris Pada KAP di Semarang)”. Penyusunan skripsi ini dimaksudkan sebagai
salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan di Jurusan Akuntansi
pada Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang.
Peneliti menyadari sepenuhnya atas terselesaikannya penulisan skripsi ini
tidak lepas dari dukungan, bimbingan, dorongan dan bantuan dari berbagai pihak.
Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati peneliti menyampaikan ucapan
terima kasih yang tulus kepada:
1. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M.Hum., selaku Rektor Universitas Negeri
Semarang yang telah memberikan kesempatan untuk menyelesaikan
pendidikan di Universitas Negeri Semarang.
2. Dr. Wahyono, M.M., selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Negeri
Semarang yang telah memberikan kesempatan kepada penyusun sehingga
daat menyelesaikan skripsi dan studi dengan baik.
3. Drs. Heri Yanto, MBA., PhD., selaku Pembantu Dekan Bidang Akademik
Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang, atas ijin dan kesempatan
yang telah diberikan untuk mengadakan penelitian skripsi.
4. Drs. Fachrurrozie, M.Si., Ketua Jurusan Akuntansi, atas bimbingan dan
arahan dalam penyusunan skripsi.
5. Agung Yulianto, S.Pd, M.Si., selaku Dosen pembimbing atas bimbingan,
saran, kritik, arahan dan motivasi yang sangat bermanfaat dalam penyusunan
skripsi.
6. Drs. Sukirman, M.Si, QIA., selaku Dosen penguji I yang telah memberikan
saran dan masukan pada penyusunan skripsi ini.
vii
7. Badingatus Solikhah, SE, M.Si, Ak, CA., selaku Dosen penguji II yang telah
memberikan saran dan masukan pada penyusunan skripsi ini.
8. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ekonomi UNNES, khususnya dosen
Akuntansi, terimakasih atas ilmu dan pengalaman yang telah diberikan.
9. Keluargaku tercinta yang senantiasa mendukung langkahku dengan iringan
do’a dan kasih sayangnya.
10. Sahabat-sahabatku para pejuang skripsi 2016 Ardi, Gilang satu, Gilang dua,
Nadim, Yuda, Rivai, Fadil, Catur, Ami, Arif yang memotivasi dan
mendukung dalam pembuatan skripsiku ini.
11. Keluarga besar Akuntansi C 2012 yang selalu kompak mendukung satu sama
lain demi memakai toga bersama tahun ini.
12. Teman masa kecilku Aswin yang sampai sekarang banyak menolong,
menyemangati, dan memotivasiku, makasih banget sampai jauh – jauh ke
surabaya cuman buat ngumpulin materi skripsiku ini.
13. Teman – teman KKN yang sampai sekarang masih tetap kompak dan
memotivasi dengan caranya masing – masing.
14. Semua pihak yang membantu dalam penulisan skripsi ini yang tidak dapat
penulis sebutkan satu per satu.
Semoga Allah SWT melimpahkan rahmat dan karunia-Nya atas kebaikan
yang telah diberikan. Besar harapan penulis semoga skripsi ini dapat bermanfaat
bagi pembaca dan perkembangan pendidikan selanjutnya.
Semarang, 13 Oktober 2016
Penyusun
viii
SARI
Shani Ruri Efendi. 2016. “Determinan Premature Sign Off Audit Procedures
Dengan Mediasi Self Esteem dan Need for Achievement (Studi Empiris Pada KAP
di Semarang)”. Skripsi. Jurusan Akuntansi. Fakultas Ekonomi. Universitas Negeri
Semarang. Pembimbing Agung Yulianto, S,Pd., M.Si.
Kata kunci: time pressure, audit risk, locus of control, organizational
commitment, self esteem, need for achievement, premature sign off audit
procedures.
Premature sign off audit procedures didefinisikan sebagai sebuah tindakan
yang menunjukkan auditor telah menghentikan satu atau lebih prosedur audit
tanpa menggantikannya dengan langkah lain. Penelitian ini berdasarkan pada teori
atribusi, teori komitmen organisasi, dan teori motivasi kebutuhan. Penelitian ini
bertujuan untuk menguji dan menganalisis pengaruh time pressure, audit risk,
locus of control, organizational commitment terhadap premature sign off audit
procedures dengan self esteem, dan need for achievement sebagai variabel
mediasi.
Populasi penelitian adalah auditor yang bekerja pada 17 KAP di kota
Semarang. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 72 responden. Pengumpulan
data menggunakan metode kuesioner. Metode pengambilan sampel yang
digunakan adalah conveniance sampling. Metode analisis yang digunakan adalah
Structural Equation Modelling (SEM) dengan Partial Least Square (PLS) Path
Modelling dengan alat analisis SmartPLS 3.0.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel time pressure, locus of
control, organizational commitment, serta need for achievement tidak
berpengaruh secara langsung terhadap premature sign off audit procedures.
Sedangkan variabel audit risk, dan self esteem berpengaruh secara langsung
terhadap premature sign off audit procedures. Variabel organizational
commitment berpengaruh signifikan terhadap premature sign off audit procedures
dengan mediasi self esteem.
Saran untuk penelitian selanjutnya diharapkan untuk mencari indikator
atau variabel lain yang kemungkinan berpengaruh terhadap premature sign off
audit procedures, menggunakan metode pengumpulan sampel lain, memperluas
populasi yang akan diteliti, dan penggunaan alat analisis yang berbeda. Sehingga,
diharapkan hasil dari penelitian selanjutnya dapat lebih baik dari penelitian yang
selanjutnya.
ix
ABSTRACT
Shani Ruri Efendi. 2016. “Determinant Premature Sign Off Audit Procedures
with mediation Self Esteem and Need for Achievement (Empirical Studies on
KAP in Semarang)”. Undergraduate Thesis. Accounting Department. Economic
Faculty. Semarang State University. Advisor Agung Yulianto, S,Pd., M.Si.
Keyword: time pressure, audit risk, locus of control, organizational
commitment, self esteem, need for achievement, premature sign off audit
procedures.
Premature sign off audit procedures is defined as an act indicating
auditors has stopped one or more audit procedures without replace it with another
step. This research based on attribution theory, organizational commitment theory,
and acquired needs theory. This research aims to examine and analyze the
influence of time pressure, audit risk, locus of control, organizational commitment
against premature sign off audit procedures with self esteem, and need for
achievement as mediation variable.
Population in this research is an auditor who working on 17 KAP in
Semarang. Sample in this research about 72 respondents. Collect the data uses
questionnaire method. Sampling method used is conveniance sampling. The
analysis method uses Structural Equation Modelling (SEM) with Partial Least
Squares (PLS) Path Modelling with SmartPLS 3.0 analysis tools
The research results show that the variable time pressure, locus of contol,
organizational commitment and need for achievement do not affect directly
against
premature sign off audit procedures. Meanwhile variable audit risk, and self
esteem
influence directly against premature sign off audit procedures. Variable
organizational commitment significant against premature sign off audit
procedures with mediation of self esteem.
Suggestions for further research are expected to look for other indicators
or variables that possibility to affect premature sign off audit procedures, use
different sample collection method. Expand the scope of population which will be
researched. And using the other tools analysis of data. So that the results of the
next researchers can be better for the study later.
x
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL ............................................................................. i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................... ii
PENGESAHAN KELULUSAN .............................................................. iii
PERNYATAAN ........................................................................................ iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ........................................................... v
KATA PENGANTAR .............................................................................. vi
SARI .......................................................................................................... viii
ABSTRACT .............................................................................................. ix
DAFTAR ISI ............................................................................................. x
DAFTAR TABEL .................................................................................... xvi
DAFTAR GAMBAR ................................................................................ xviii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ xix
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ............................................................................. 1
1.2. Perumusan Masalah ..................................................................... 20
1.3. Tujuan Penelitian ......................................................................... 22
1.4. Manfaat Penelitian ....................................................................... 23
BAB II LANDASAN TEORI .................................................................. 25
2.1. Kajian Teori ................................................................................. 25
2.1.1. Teori Atribusi ..................................................................... 25
2.1.2. Teori Komitmen Organisasi ............................................... 28
xi
2.1.3. Teori Motivasi Kebutuhan .................................................. 31
2.2. Premature Sign Off Audit Procedures (PSO) ............................... 33
2.2.1. Konsep Premature sign off audit procedures ...................... 33
2.2.2. Dimensi Pengukuran PSO ................................................... 36
2.2.3. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi PSO ........................... 37
2.3. Time Pressure (TP) ....................................................................... 38
2.3.1. Konsep Time Pressure ......................................................... 38
2.3.2. Dimensi Pengukuran Time Pressure ................................... 40
2.4. Audit risk (AR) .............................................................................. 41
2.4.1. Konsep Audit risk ................................................................ 41
2.4.2. Dimensi Pengukuran Audit risk ........................................... 44
2.5. Locus of Control (LOC) ................................................................ 44
2.5.1. Konsep Locus of Control ..................................................... 44
2.5.2. Dimensi Pengukuran Locus of Control ............................... 47
2.6. Organizational commitment (OC) ............................................... 48
2.6.1. Konsep Organizational commitment ................................... 48
2.6.2. Dimensi Pengukuran Organizational commitment ............ 49
2.7. Self Esteem (SE) ........................................................................... 51
2.7.1. Konsep Self Esteem ............................................................ 51
2.7.2. Dimensi Pengukuran Self Esteem ........................................ 54
2.8. Need for Achievement ................................................................... 55
2.8.1. Konsep Need for Achievement ............................................. 55
2.8.2. Dimensi Pengukuran Need for Achievement ....................... 57
xii
2.9. Penelitian Terdahulu .................................................................... 60
2.10. Kerangka Pemikiran Teoritis dan Pengembangan Hipotesis ........ 68
2.10.1. Kerangka Pemikiran Teoritis ........................................... 68
2.10.2. Pengembangan Hipotesis ................................................. 80
BAB III METODE PENELITIAN .......................................................... 81
3.1. Jenis dan Desain Penelitian .......................................................... 81
3.2. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel ................... 82
3.2.1. Populasi ............................................................................... 82
3.2.2. Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel .......................... 83
3.3. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel ............... 86
3.3.1. Variabel Laten Endogen ..................................................... 86
3.3.2. Variabel Perantara Endogen ............................................... 87
1. Self Esteem .................................................................. 87
2. Need for Achievement .................................................. 88
3.3.3. Variabel Laten Eksogen ..................................................... 89
1. Time Pressure ............................................................... 89
2. Audit Risk ...................................................................... 89
3. Locus of Control ........................................................... 90
4. Organizational commitment .......................................... 91
3.3.4. Operasionalisasi Variabel .................................................... 92
3.4. Metode Pengumpulan Data ........................................................... 94
3.4.1. Metode Angket ................................................................... 94
3.4.2. Instrumen Pengolahan Data ................................................ 95
xiii
1. Premature sign off audit procedures ............................. 95
2. Time Pressure ............................................................... 96
3. Audit Risk ...................................................................... 96
4. Locus of Control ........................................................... 97
5. Organizational commitment ......................................... 98
6. Self Esteem .................................................................... 99
7. Need for Achievement ................................................... 100
3.5. Analisis Data ................................................................................ 100
3.5.1. Analisis Data Deskriptif ..................................................... 100
1. Analisis Deskriptif Responden ..................................... 101
2. Analisis Deskriptif Variabel ......................................... 102
3.5.2. Metode Analisis Data ......................................................... 109
1. Teknik Analisis Data .................................................... 109
2. Model Pengukuran (Outer Model ) .............................. 111
3. Model Struktural (Inner Model) ................................... 112
4. Uji Hipotesis ................................................................. 113
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................. 116
4.1. Hasil Penelitian ............................................................................ 116
4.1.1. Deskripsi Responden Penelitian ......................................... 116
4.1.2. Deskripsi Variabel Penelitian ............................................. 117
4.2. Hasil Analisis Statistik ................................................................. 135
4.2.1. Uji Outer Model atau Measurement Model ........................ 135
1. Uji Validitas Convergent ............................................. 137
xiv
2. Uji Reliabilitas .............................................................. 141
4.2.2. Uji Inner Model atau Structural Model .............................. 142
4.2.3. Uji Hipotesis ....................................................................... 144
1. Pengaruh Langsung (direct effect) .............................. 144
2. Pengaruh Mediasi (indirect effect) .............................. 150
4.3. Pembahasan .................................................................................. 153
4.3.1. Time Pressure Berpengaruh Positif terhadap Premature
Sign off Audit Procedures ................................................... 153
4.3.2. Audit Risk Berpengaruh Positif terhadap Premature Sign
off Audit Procedures .......................................................... 155
4.3.3. Locus of Control Berpengaruh Positif terhadap
Premature
Sign off Audit Procedures .................................................. 157
4.3.4. Organizational Commitment Berpengaruh Negatif
terhadap Premature Sign off Audit Procedures .................. 159
4.3.5. Organizational Commitment Berpengaruh Positif
terhadap
Self Esteem .......................................................................... 162
4.3.6. Organizational Commitment Berpengaruh Positif
terhadap
Need for Achievement .......................................................... 164
4.3.7. Self Esteem Berpengaruh Negatif terhadap Premature
Sign off Audit Procedures .................................................. 166
xv
4.3.8. Need for Achievement Berpengaruh Negatif terhadap
Premature Sign off Audit Procedures ................................ 168
4.3.9. Organizational Commitment Berpengaruh terhadap
Premature Sign off Audit Procedures melalui Mediasi
Self Esteem .......................................................................... 171
4.3.10. Organizational Commitment Berpengaruh terhadap
Premature Sign off Audit Procedures melalui Mediasi
Need for Achievement ......................................................... 173
BAB V PENUTUP .................................................................................... 176
5.1. Simpulan ...................................................................................... 176
5.2. Saran ............................................................................................ 178
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 180
LAMPIRAN .............................................................................................. 186
xvi
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1. Ringkasan Hasil Penelitian Terdahulu ................................... 60
Tabel 3.1. Daftar Kantor Akuntan Publik Kota Semarang ....................... 82
Tabel 3.2. Daftar Sampel Kantor Akuntan Publik Kota Semarang .......... 84
Tabel 3.3. Hasil Pengumpulan Data Kuesioner ........................................ 85
Tabel 3.4. Operasionalisasi Variabel Penelitian ....................................... 92
Tabel 3.5. Kategori Variabel Premature sign off audit procedures .......... 102
Tabel 3.6. Kategori Variabel Time pressure ............................................. 103
Tabel 3.7. Kategori Variabel Audit Risk ................................................... 104
Tabel 3.8. Kategori Variabel Locus of Control ......................................... 105
Tabel 3.9. Kategori Variabel Organizational Commitment ...................... 106
Tabel 3.10. Kategori Variabel Need for Achievement ................................. 107
Tabel 3.11. Kategori Variabel Self Esteem ................................................. 108
Tabel 4.1. Data Statistik Responden ......................................................... 116
Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Variabel PSO .......................................... 118
Tabel 4.3. Distribusi Per-Indikator Variabel PSO .................................... 119
Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Variabel Time Pressure .......................... 121
Tabel 4.5. Distribusi Per-Indikator Variabel Time Pressure..................... 122
Tabel 4.6. Distribusi Frekuensi Variabel Audit Risk ................................. 124
Tabel 4.7. Distribusi Per-Indikator Variabel Audit Risk ........................... 125
Tabel 4.8. Distribusi Frekuensi Variabel Locus of Control ...................... 126
Tabel 4.9. Distribusi Per-Indikator Variabel Locus of Control ................. 127
xvii
Tabel 4.10. Distribusi Frekuensi Variabel Organizational commitment .. 128
Tabel 4.11. Distribusi Per-Indikator Variabel Organizational
commitment ............................................................................ 129
Tabel 4.12. Distribusi Frekuensi Variabel Self Esteem ............................. 130
Tabel 4.13. Distribusi Per-Indikator Variabel Self Esteem ....................... 131
Tabel 4.14. Distribusi Frekuensi Variabel Need for Achievement ............ 132
Tabel 4.15. Distribusi Per-Indikator Variabel Need for Achievement ...... 133
Tabel 4.16. Outer Loadings ...................................................................... 137
Tabel 4.17. Average Variance Extracted .................................................. 140
Tabel 4.18. Composite Reliability dan Cronbachs Alpha ......................... 141
Tabel 4.19. Path Coefficient (direct effect) ............................................... 145
Tabel 4.20. Indirect effect ......................................................................... 150
Tabel 4.21. Hasil Rekapitulasi Pengujian Hipotesis ................................. 152
xviii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1. Kerangka Pemikiran .............................................................. 79
Gambar 4.1. Uji Full Model SEM PLS Algorithm ...................................... 136
Gambar 4.2. Diagram R Square .................................................................. 143
xix
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Kuesioner Penelitian ............................................................ 187
Lampiran 2. Kisi – Kisi Pertanyaan .......................................................... 203
Lampiran 3. Pengumpulan Data Kuesioner .............................................. 214
Lampiran 4. Data Statistik Responden ...................................................... 215
Lampiran 5. Hasil Jawaban Responden Variabel Premature sign off audit
procedures ........................................................................... 216
Lampiran 6. Hasil Jawaban Responden Variabel Time Pressure ............. 217
Lampiran 7. Hasil Jawaban Responden Variabel Audit Risk .................... 222
Lampiran 8. Hasil Jawaban Responden Variabel Locus of Control ......... 224
Lampiran 9. Hasil Jawaban Responden Variabel Organizational
Commitment .......................................................................... 226
Lampiran 10. Hasil Jawaban Responden Variabel Self Esteem ................ 227
Lampiran 11. Hasil Jawaban Responden Variabel Need for Achievement 230
Lampiran 12. Kriteria Penilaian Persentase Per-Indikator .......................... 232
Lampiran 13. Uji Validitas .......................................................................... 233
Lampiran 14. Uji Reliabilitas ...................................................................... 234
Lampiran 15. Diagram R-Square ................................................................ 237
Lampiran 16. Path Coefficient (direct effect) ............................................. 238
Lampiran 17. Path Coefficient (indirect effect) .......................................... 239
Lampiran 18. Uji Full Model SEM PLS Algoritm ...................................... 240
Lampiran 19. Full Model Bootstraping SmartPLS 3.0 ............................... 242
xx
Lampiran 20. Surat Izin Penelitian.............................................................. 242
Lampiran 21. Surat Keterangan Penelitian ................................................. 243
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pada hakekatnya pengguna laporan keuangan perusahaan terbagi menjadi
dua pihak, yang pertama pihak internal yaitu perusahaan itu sendiri dan yang
kedua pihak eksternal. Pihak internal dalam hal ini manajemen perusahaan
merupakan pihak yang secara langsung berkaitan dengan aktivitas operasional
perusahaan laporan keuangan yang dibuat perusahaan digunakan untuk
mengambil keputusan strategis perusahaan yang dijalankan semata – mata untuk
memaksimalkan keuntungan dan menarik investor. Sehinga seringkali pihak
internal menggunakan berbagai cara untuk membuat laporan keuangan semenarik
mungkin. Disisi lain pihak eksternal menginginkan sebuah laporan keuangan yang
andal dan relevan dengan keadaan yang sebenarnya agar tidak salah dalam
mengambil keputusan berinvestasi. Keadaan ini menjadikan audit sebagai bagian
dari jasa assurance yang dianggap penting dan perlu dilakukan.
Jasa assurance adalah jasa profesional independen yang meningkatkan
kualitas informasi bagi para pengambil keputusan. Jasa semacam ini dianggap
penting karena penyedia jasa assurance bersifat independen dan dianggap tidak
bias berkenaan dengan informasi yang diperiksa. Individu-individu yang
bertanggung jawab membuat keputusan bisnis memerlukan jasa assurance untuk
membantu meningkatkan keandalan dan relevansi informasi yang digunakan
sebagai dasar keputusannya. Menurut Messier, dkk (2006:63) jasa assurance
2
dalam bentuk audit dapat meningkatkan kualitas informasi dalam hal keandalan,
kredibilitas, relevansi, dan ketepatan waktu suatu laporan keuangan.
Audit ialah pemeriksaan secara sistematis oleh pihak independen terhadap
laporan keuangan yang disusun oleh klien beserta catatan dan bukti pendukung
dengan tujuan memberikan pendapat wajar / tidak atas laporan keuangan tersebut
kemudian disampaikan kepada pihak yang berkepentingan (Agoes,2012:4).
Menurut Arrens (2012) mendefinisikan audit sebagai akumulasi dan evaluasi
bukti yang dilakukan oleh orang yang kompeten dan independen tentang
informasi untuk menentukan dan melaporkan tingkat kesesuaian antara informasi
dan kriteria yang telah ditetapkan. Berdasarkan pengertian diatas audit pada
akhirnya digunakan oleh pihak yang berkepentingan sebagai dasar pengambilan
keputusan. Akan tetapi sering kali hasil audit yang dibuat oleh auditor kurang
berkualitas sehingga salah dalam memberikan pendapat atas laporan keuangan
klien. Untuk menjaga dari kesalahan dalam memberikan pendapat, auditor dalam
melaksanakan tugasnya harus memperhatikan kualitas dari audit.
De Angelo (1981) mendefinisikan kualitas audit sebagai kemungkinan
(joint probability), dimana seorang auditor akan melaporkan temuan salah saji
material, kekeliruan, dan kelalaian yang terdeteksi pada sistem akuntansi klien.
kualitas audit yang baik akan menghasilkan informasi yang sangat berguna dalam
pengambilan keputusan. Untuk menjaga agar hasil audit berkualitas dalam hal
keandalan, kredibilitas, relevansi, dan ketepatan waktu seorang auditor harus
mematuhi standar audit dan juga prosedur audit. Standar audit yang telah
ditetapkan Ikatan Akuntan Publik (IAI) dalam Pernyataan Standar Auditing No 1
3
(SA Seksi 150) berisi sepuluh standar yang dibagi menjadi tiga bagian yaitu
standar umum, standar pekerjaan lapangan, dan standar pelaporan. Sedangkan
prosedur audit adalah metode atau tekhnik yang digunakan oleh auditor untuk
mengumpulkan dan mengevaluasi bahan bukti yang cukup dan kompeten
(Boynton, dkk. 2003:191).
Berdasarkan teori yang ada dinyatakan dengan jelas audit yang baik adalah
audit yang mampu meningkatkan kualitas informasi beserta konteksnya, namun
dalam prakteknya terdapat perilaku auditor yang dapat menyebabkan
berkurangnya kualitas audit yang dilakukan oleh mereka (Djohari, 2008).
Menurut Alderman (1982) Fenomena perilaku pengurangan kualitas audit
semakin banyak terjadi di dalam suatu proses audit.
Perilaku Reduced Audit Quality behaviours (pengurangan kualitas audit)
adalah tindakan yang diambil auditor guna mengurangi efektivitas pengumpulan
bukti (Weningtyas, dkk. 2006). Pengurangan kualitas audit sering disebut sebagai
Reduced Audit Quality (RAQ) yang berarti kegagalan auditor untuk melengkapi
langkah program audit yang dilakukan secara sengaja. Pengurangan audit disini
diartikan pengurangan mutu dalam pelaksanaan audit yang dilakukan secara
sengaja oleh auditor (Coram, dkk. 2008). Pengurangan ini dilakukan oleh auditor
dengan mengurangi jumlah sampel, mengambil sampel dari klien dengan jumlah
yang sedikit atau melakukan review secara dangkal, tidak memperluas
pemeriksaan saat terjadi sesuatu yang masih perlu dipertanyakan dan pemberian
opini saat semua prosedur yang dipersyaratkan belum dipenuhi oleh auditor. Hal
ini muncul karena adanya dilema antara inherent cost (biaya yang melekat pada
4
proses audit) dan kualitas yang dihadapi oleh auditor dalam lingkungan auditnya
(Kaplan, 1995). Salah satu perilaku pengurangan kualitas audit (RAQ behaviors)
adalah premature sign off audit procedures (Coram, dkk. 2008).
Premature sign off audit procedures merupakan sebuah tindakan yang
menunjukkan auditor telah menghentikan satu atau lebih prosedur audit tanpa
menggantikannya dengan langkah lain. (Maulina, dkk. 2010). Praktik premature
sign off audit procedures ini berdampak secara langsung terhadap kualitas audit
yang dihasilkan. Hal ini disebakan apabila salah satu langkah dalam prosedur
audit dihilangkan, maka kemungkinan auditor akan membuat judgment / opini
yang salah semakin tinggi (Weningtyas, dkk. 2006). Menurut Herningsih (2001)
yang menegaskan bahwa kesalahan pembuatan opini atau judgment yang
disebabkan karena auditor tidak melakukan prosedur audit yang mencukupi dapat
menyebabkan auditor dituntut secara hukum. Dalam penelitian Herningsih (2001)
ditemukan bahwa terdapat 50% dari responden telah melakukan premature sign
off audit procedure.
Perkembangan kasus dalam bidang pengauditan memperlihatkan adanya
sinyal ketidakpuasan para pengguna laporan keuangan terhadap kualitas audit. Hal
ini terjadi pada tahun 1999 yang menunjukkan dari hasil peer review Badan
Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) atas kertas kerja auditor.
Kecurigaaan masyarakat ini sebenarnya ditangkap oleh Ikatan Akuntan Indonesia
(IAI) dan ditindaklanjuti dengan keinginan pada bulan April 1999 untuk
membentuk tim di bidang penegakan disiplin. Tim ini akan ditugaskan untuk
meneliti kertas kerja kantor akuntan publik (KAP) yang mengaudit laporan
5
keuangan 37 bank beku usaha (BBKU). Hal ini juga ditujukan agar auditor lebih
menjaga kualitas pekerjaan, menjalankan kode etik dan SPAP (Standar
Profesional Akuntan Publik), yang nantinya berujung agar para bankir tidak lagi
melakukan rekayasa laporan keuangan. Tetapi sayangnya niat tersebut tidak
terlaksana, oleh karena itu Direktorat Pembinaan Akuntan dan Jasa Penilai,
Direktorat Jenderal Lembaga Keuangan, Departemen Keuangan pada Oktober
1999 meminta BPKP (Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan) untuk
menggantikan niat IAI dan melakukan peer review terhadap kertas kerja auditor
bank bermasalah untuk tahun buku 1995, 1996, 1997 (agamfat.wordpress.com).
Namun setelah dilaksanakan peer review oleh BPKP atas kertas kerja
auditor bank-bank bermasalah ternyata menunjukkan bahwa 93% auditor dari 10
KAP yang mengaudit laporan keuangan 37 bank bermasalah telah melakukan
premature sign off audit procedures serta melanggar SPAP (Fathir, 2011).
prosedur audit yang dilanggar antara lain hampir semua KAP tidak melakukan
pengujian yang memadai atas suatu akun, 70% dokumentasi audit kurang
memadai, terdapat auditor yang tidak memahami bisnis klien (peraturan
perbankan) akan tetapi menerima penugasan audit terhadap bank, tidak
melakukan perencanaan sampel yang baik, tidak melakukan pengujian fisik,
kesalahan dalam pengklasifikasian atas suatu transaksi. Sungguh ironis
mengetahui dari keseluruhan kertas kerja auditor yang direview, hanya satu KAP
yang menurut BPKP tidak terdapat temuan penyimpangan. Kondisi tersebut
merupakan masalah yang memerlukan perhatian yang berkelanjutan dari para
6
praktisi maupun organisasi profesi agar auditor dapat mempertahankan kualitas
pekerjaan audit (agamfat.wordpress.com).
Kasus kredit macet pada UD Raden Motor pada tahun 2010 menjadi salah
satu contoh akibat dari auditor tidak melakukan prosedur audit yang mencukupi,
kasus ini bermula ketika perusahaan PT RPL / UD Raden Motor mengajukan
permohonan pinjaman ke BRI Jambi dengan mengagunkan 36 item surat berharga
yang nilai likuiditasnya mencapai Rp100 miliar sebagai jaminan, melakukan
pinjaman sebesar Rp52 miliar dalam beberapa tahun. Namun, Penggunaan kredit
tersebut oleh PT RPL tidak sesuai dengan peruntukan, sebagaimana pengajuan
pinjamannya kepada BRI. Dari itu di nilai ada penyimpangan, dan hingga jatuh
tempo pada 14 April 2008. Dana pinjaman kredit sekitar Rp 52 miliar itu tidak
bisa dikembalikan oleh pihak PT RPL/ UD Raden Motor. Berdasarkan
penyelidikan dikatakan, adanya dugaan kesalahan prosedur dalam pemberikan
kredit sehingga ditemukan kerugian negara senilai Rp52 miliar. Penyidik intelijen
Kejati Jambi terakhir memeriksa saksi ahli adalah Direktur Utama PT RPL Zien
Muhammad, mantan account officer (AO) BRI cabang Jambi Effendi Siam, dan
akuntan publik Biasa Sitepu yang saat itu belum ditahan. Untuk mengetahui
prosedur dan kesalahan dalam masalah pemberian kredit dari BRI ke Raden
Motor (Kompas 18 Mei 2010).
Setelah dilaksanakan penyelidikan ditemukan terdapat empat kegiatan data
laporan keuangan yang tidak dibuat oleh akuntan publik, sehingga terjadilah
kesalahan dalam proses kredit dan ditemukan dugaan korupsinya. Keterangan dan
fakta tersebut terungkap setelah tersangka Effendi Syam diperiksa dan
7
dikonfrontir dengan saksi Biasa Sitepu sebagai akuntan publik di Kejati Jambi.
Semestinya data laporan keuangan Raden Motor yang diajukan ke BRI saat itu
harus lengkap, namun dalam laporan keuangan yang diberikan tersangka Zein
Muhamad sebagai pimpinan Raden Motor, tidak dibuat oleh akuntan publik. Hal
tersebut terjadi akibat dari akuntan publik dengan sengaja melakukan premature
sign off audit procedures yang menjadikan akuntan publik Biasa Sitepu diduga
terlibat dalam kasus kredit macet UD Raden Motor. Seharusnya auditor
melaksanakan tugasnya sesuai dengan berdasarkan etika profesi yang ada dan
aturan-aturan yang ditetapkan Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) serta melaksanakan
prosedur audit dengan semestinya (Aji, 2013).
Teori yang dapat digunakan untuk menjelaskan fenomena terjadinya
perilaku premature sign off audit procedures adalah teori. Menurut Heider (1958),
setiap individu pada dasarnya adalah seseorang ilmuwan semu (pseudo scientist)
yang berusaha untuk mengerti tingkah laku orang lain dengan mengumpulkan dan
memadukan potongan-potongan informasi sampai mereka tiba pada sebuah
penjelasan masuk akal tentang sebab-sebab orang lain bertingkah laku tertentu.
Terdapat dua sumber atribusi tingkah laku (1) Atribusi internal atau atribusi
disposisional. (2) Atribusi eksternal atau atribusi lingkungan. Pada atribusi
internal menyimpulkan bahwa tingkah laku seseorang disebabkan oleh sifat-sifat
atau disposisi (unsur psikologis yang mendahului tingkah laku). Pada atribusi
eksternal menyimpulkan bahwa tingkah laku seseorang disebabkan oleh situasi
tempat atau lingkungan orang itu berada.
8
Apabila dikaitkan dengan teori atribusi, secara teoritis faktor – faktor yang
mempengaruhi perilaku auditor melakukan penghentian prematur prosedur audit
dapat disebabkan oleh 2 faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor
internal merupakan faktor yang berasal dari dalam diri seseorang, seperti
kemampuan atau usaha. Sedangkan faktor eksternal yaitu faktor yang berasal dari
luar seperti kesulitan dalam pekerjaan atau keberuntungan.
Secara empiris penelitian mengenai faktor–faktor yang mempengaruhi
premature sign off audit procedures telah banyak dilakukan, antara lain penelitian
dilakukan oleh Yusrawati dan Ari (2009) yang menduga adanya pengaruh faktor
eksternal time pressure, risiko audit, materialitas, prosedur review dan kontrol
kualitas terhadap premature sign off audit procedures serta faktor internal locus of
control terhadap premature sign off audit procedures. Kemudian penelitian Fathir
(2011) beranggapan bahwa time pressure, risiko deteksi, materialitas, prosedur
review dan kontrol kualitas sebagai faktor eksternal, sedangkan locus of control
dan self esteem sebagai faktor internal yang dapat mempengaruhi premature sign
off audit procedures. Penelitian Akhsan (2014) yang menduga faktor yang
mempengaruhi premature sign off audit procedures adalah time pressure,
tindakan supervisi, etika profesi sebagai faktor eksternal, sedangkan locus of
control, organizational commitment, dan turnover intensions sebagai faktor
internal. Kemudian penelitian dari Kholidiah (2014) menduga selain dari faktor –
faktor yang sudah disebutkan diatas terdapat satu lagi faktor internal yang dapat
mempengaruhi premature sign off audit procedures yaitu need for achievement.
9
Berdasarkan dari dugaan penelitian terdahulu mengenai faktor – faktor
yang dapat mempengaruhi perilaku auditor melakukan premature sign off audit
procedures. Peneliti ingin menguji kembali faktor - faktor tersebut dengan
mengacu pada penelitian Akhsan (2014) peneliti memodifikasi variabel yang akan
diteliti dengan menghilangkan variabel tindakan supervisi, etika profesi dan
turnover intention kemudian menambah variabel baru yaitu audit risk, need for
achievement, serta self esteem. Sehingga peneliti mengambil 4 variabel eksogen
yaitu time pressure, risiko audit, locus of control, dan organizational commitment.
Sedangkan untuk variabel self esteem dan need for achievement digunakan
sebagai mediasi variabel organizational commitment.
Time pressure merupakan keadaan dimana auditor dituntut untuk
mempertimbangkan faktor ekonomi (waktu dan biaya) di dalam menentukan
jumlah dan kompetensi bukti audit yang dikumpulkan. Jika dengan memeriksa
jumlah bukti yang lebih sedikit dapat diperoleh keyakinan yang sama tingginya
dengan pemeriksaan terhadap keseluruhan bukti, auditor memilih untuk
memeriksa jumlah bukti yang lebih sedikit berdasarkan pertimbangan ekonomi
biaya dan manfaat. Apabila auditor menyelesaikan tugas melebihi batas waktu
yang dianggarkan, maka auditor cenderung dinilai memiliki kinerja yang buruk
oleh atasannya. Kriteria seorang auditor untuk mendapatkan peringkat yang
baik adalah pencapaian anggaran waktu. Tuntutan-tuntutan seperti inilah yang
menimbulkan time pressure (Kholidiah, 2014).
Time pressure yang diberikan oleh Kantor Akuntan Publik kepada
auditronya bertujuan untuk mengurangi biaya audit (Efisiensi biaya dan waktu
10
pelaksanaan audit). Semakin cepat waktu pengerjaan audit, maka biaya
pelaksanaan juga akan kecil. Adanya time pressure membuat auditor dituntut
untuk menyelesaikan tugas sesuai dengan waktu yang telah dianggarkan (Liantih,
2010).
Berdasarkan pernyataan tersebut peneliti menduga adanya pengaruh faktor
time pressure terhadap perilaku premature sign off audit procedures. Dugaan ini
diperkuat oleh argumen Weningtyas, dkk (2006) yang mengatakan untuk
menepati anggaran waktu yang telah ditetapkan, ada kemungkinan bagi auditor
untuk melalukan pengabaian terhadap prosedur audit bahkan pemberhentian
prosedur audit.
Penelitian yang dilakukan Yusrawati (2009), La Ane (2011), dan
Kholidiah (2014) Hasil penelitian tersebut menunjukkan adanya pengaruh positif
pada variabel time pressure terhadap penghentian prematur atas prosedur audit.
akan tetapi hasil berbeda ditunjukan pada penelitian Wahyudi (2011) justru
variabel time pressure tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
penghentian prematur atas prosedur audit.
Audit risk adalah risiko yang terjadi akibat dari auditor tanpa disadari,
tidak dapat memodifikasi pendapatnya sebagaimana mestinya, atas suatu laporan
keuangan yang mengandung salah saji material (SA Seksi 312). Audit risk adalah
risiko yang timbul bahwa auditor tanpa disadari tidak memodifikasi pendapatnya
sebagaimana mestinya atas suatu laporan keuangan yang mengandung salah saji
material (Messier dkk, 2006:88). Saji material ini bisa terjadi karena adanya
kesalahan (error) atau kecurangan (fraud). Error merupakan kesalahan yang tidak
11
disengaja (unintentional mistakes) sedangkan Fraud merupakan kecurangan yang
disengaja. Audit risk merupakan permasalahan yang sering auditor hadapi, audit
risk ini muncul akibat dari auditor tidak memeriksa 100% saldo akun transaksi
dari asersi, melainkan hanya mengambil beberapa sampel yang dapat di
generalisasikan untuk setiap akun yang ada.
Audit tidak menjamin bahwa laporan keuangan telah bebas dari salah saji
material, akan tetapi terdapat beberapa derajat risiko bahwa laporan keuangan
mengandung salah saji yang tidak terdeteksi oleh auditor. Semakin tinggi
kepastian yang ingin diperoleh auditor dalam menyatakan pendapat yang benar,
semakin rendah audit risk yang akan ia terima. Jika 99% kepastian diinginkan,
maka audit risk adalah 1%, sementara jika kepastian sebesar 95 % dianggap
memuaskan, maka audit risk adalah 5%. Biasanya pertimbangan professional
berkenaan dengan keyakinan yang memadai dan keseluruhan tingkat audit risk
dirancang sebagai satu kebijakan kantor akuntan publik, dan audit risk akan dapat
dibandingkan antara satu audit dengan audit lainnya. (Boynton dkk, 2003:202).
Berdasarkan penjelasan tersebut audit risk juga dapat berpengaruh terhadap
pelaksanaan seluruh prosedur audit yang direncanakan. Dengan demikian muncul
dugaan bahwa terdapat pengaruh audit risk terhadap premature sign off audit
procedures yang menjadikan dasar pemilihan variabel audit risk. Hal ini diperkuat
dengan pendapat Weningtyas, dkk (2006) yang mengatakan ketika auditor
menetapkan risiko rendah, maka auditor harus lebih banyak melakukan
prosedur audit sehingga kemungkinan melakukan premature sign off audit
procedures rendah.
12
Penelitian yang dilakukan Yusrawati (2009), La Ane (2011), Fathir (2011),
dan Nisa (2013) Hasil penelitian tersebut menunjukkan adanya pengaruh positif
pada variabel audit risk terhadap premature sign off audit procedures. akan tetapi
hasil berbeda ditunjukan pada penelitian Wahyudi (2011) justru variabel risiko
audit tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap premature sign off audit
procedures dan berbeda pula dengan penelitian yang dilakukan oleh Kholidiah
(2014) yang justru menemukan bahwa terdapat pengaruh signifikan negatif risiko
audit terhadap premature sign off audit procedures.
Locus of control merupakan salah satu variabel kepribadian, dimana
seseorang individu yakin jika mereka mampu mengontrol nasib dirinya sendiri
(Rotter, 1966). Locus of control / locus pengendalian merupakan kendali individu
atas pekerjaan mereka dan kepercayaan mereka terhadap keberhasilan diri. Lokus
pengendalian ini terbagi menjadi dua yaitu lokus pengendalian internal yang
mencirikan seseorang memiliki keyakinan bahwa mereka bertanggung jawab atas
perilaku kerja mereka di organisasi. Sedangkan lokus pengendalian eksternal yang
mencirikan individu yang mempercayai bahwa perilaku kerja dan keberhasilan
tugas mereka lebih dikarenakan faktor di luar diri yaitu organisasi.
Konsep dari Rotter (1966) ini menggolongkan individu apakah termasuk
ke dalam locus internal atau locus external. Internal locus of control adalah
individu yang yakin bahwa mereka merupakan pemegang kendali atas apa-apa
pun yang terjadi pada diri mereka, sedangkan external locus of control adalah
individu yang yakin bahwa apapun yang terjadi pada diri mereka dikendalikan
oleh kekuatan luar seperti keberuntungan dan kesempatan (Robbins dan Judge,
13
2007). Individu yang memiliki keyakinan bahwa nasib atau event-event dalam
kehidupannya berada dibawah kontrol dirinya, dikatakan individu tersebut
memiliki internal locus of control. Sementara individu yang memiliki keyakinan
bahwa lingkunganlah yang mempunyai kontrol terhadap nasib atau event-event
yang terjadi dalam kehidupannya dikatakan individu tersebut memiliki external
locus of control.
Berdasarkan penjelasan tersebut muncul dugaan bahwa locus of control yang
dalam penelitian ini menggunakan external locus of control memiliki pengaruh
terhadap premature sign off audit procedures yang menjadikan dasar pemilihan
locus of control. Hal ini diperkuat dengan pendapat Lestari (2010) yang
menyebutkan bahwa auditor yang memiliki external locus of control yang tinggi
akan meningkatkan probabilitas mereka dalam menghentikan prematur prosedur
audit dan temuan pada penelitian tersebut menunjukan bahwa semakin kuat
external locus of control auditor, maka akan cenderung melakukan upaya
penghentian secara prematur prosedur audit.
Penelitian yang dilakukan oleh Yusrawati (2009) yang meneliti KAP di
Pekanbaru. Didapatkan hasil pada variabel locus of control tidak memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap premature sign off audit procedures. Akan
tetapi penelitian lainnya oleh Fathir (2011), Akhsan (2014), dan Kadek dkk
(2014) menunjukkan bahwa terdapat pengaruh signifikan positif locus of control
terhadap penghentian prematur atas prosedur audit. Pendapat berbeda lainnya
muncul dari La Ane (2011) yang mengungkapkan bahwa justru terdapat
14
pengaruh signifikan negatif locus of control terhadap premature sign off audit
procedures.
Konsep organizational commitment didasarkan pada premis bahwa
individual membentuk suatu keterikatan terhadap organisasi. Secara historis,
organizational commitment merupakan perspektif yang bersifat keperilakuan
dimana komitmen diartikan sebagai perilaku yang konsisten dengan aktivitas
(Setiawan dan Ghozali, 2006). Mowday, dkk (1979) mendefinisikan organizational
commitment sebagai identifikasi dan keterlibatan seseorang yang relatif kuat
terhadap organisasi. Definisi tersebut menunjukkan bahwa terdapat hubungan
aktif dan keinginan karyawan dalam menjalin hubungan positif serta memberikan
kontribusi yang berarti pada organisasinya.
Teori organizational commitment menurut Allen dan Meyer (1990)
membagi organizational commitment menjadi tiga komponen organisasi yaitu
komitmen afektif (affective commitment), komitmen kontinuans (continuance
commitment), dan komitmen normatif (normative commitment) dimana ketiga
komponen tersebut dilihatnya komitmen sebagai kondisi psikologis yang dapat
menggambarkan hubungan individu dengan organisasi, dan mempunyai implikasi
dalam keputusan untuk meneruskan atau tidak keanggotaannya dalam organisasi.
Menurut Mowday dkk (1979) mengatakan bahwa karyawan yang memiliki
organizational commitment yang tinggi akan lebih termotivasi untuk hadir dalam
organisasi dan berusaha mencapai tujuan organisasi. Sementara itu, Greenberg &
Baron (2008) menyatakan bahwa organizational commitment berkaitan dengan
keinginan yang tinggi untuk berbagi dan berkorban bagi organisasi.
15
Berdasarkan penjelasan tersebut muncul dugaan bahwa organizational
commitment memiliki pengaruh terhadap premature sign off audit procedures
yang. Hal ini diperkuat dengan pernyataan Irawati dan Mukhlasin (2005) yang
berpendapat bahwa komitmen pada organisasi merupakan alat prediksi yang
sangat baik untuk beberapa perilaku penting, diantaranya adalah perputaran
pegawai, kesetiaan pegawai kepada nilai organisasi dan keinginan untuk
melakukan pekerjaan melebihi apa yang seharusnya dikerjakan. Individu dengan
organizational commitment yang tinggi akan lebih tidak terlibat dengan perilaku
premature sign-off. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk tetap mempertahankan
keanggotaan dalam organisasi tempat mereka bekerja (Srimindarti 2012).
Hasil penelitian Srimindarti (2012) terdapat pengaruh signifikan negatif
variabel organizational commitment terhadap premature sign off audit
procedures. Sedangkan hasil penelitian Maryanti (2005) menyatakan bahwa
organizational commitment berpengaruh positif terhadap dysfunctional audit
behavior. Hasil penelitian berbeda ditemukan oleh Irawati dan Mukhlasin (2005)
yang menunjukkan hubungan tidak signifikan antara variabel organizational
commitment dengan perilaku penyimpangan dalam audit. Serta penelitian Akhsan
(2014) yang menunjukkan hubungan tidak signifikan antara variabel
organizational commitment terhadap premature sign off audit procedures.
Self esteem merupakan evaluasi yang dibuat individu dan kebiasaan
memandang dirinya terutama mengenai sikap menerima atau menolak, dan
indikasi besarnya kepercayaan individu terhadap kemampuannya, keberartian,
kesuksesan dan keberhargaan. Secara singkat self esteem adalah “personal
16
judgment” mengenai perasaan berharga atau berarti yang di ekspresikan dalam
sikap-sikap individu terhadap dirinya. (Coopersmith, 1967). Menurut Robbins dan
Judge (2007) mendefinisikan self esteem sebagai tingkat menyukai atau tidak
menyukai dan tingkat sampai mana individu menganggap diri mereka berharga
atau tidak berharga sebagai seorang manusia.
Fathir (2011) beranggapan bahwa individu yang memiliki self esteem
rendah memandang diri mereka sendiri dalam pemahaman yang negative. Mereka
tidak merasa baik dengan diri mereka sendiri dan dipenuhi rasa tidak percaya akan
kemampuan yang dimilikinya. Individu yang memiliki self esteem rendah adalah
individu yang mudah terpengaruh orang lain dan hanya bergantung pada orang
lain, sehingga mereka melakukan sesuatu hanya dengan meniru orang yang
dihormati dan dianggap benar meskipun orang yang diikuti tersebut belum tentu
benar.
Berdasarkan pada penjelasan tersebut peneliti menduga jika variabel self
esteem ini dapat mempengaruhi perilaku auditor melakukan premature sign off
audit procedures. Hal ini diperkuat oleh pernyataan Robbins dan Judge (2007)
yang mengatakan individu dengan self esteem tinggi memiliki kecenderungan
mengambil lebih banyak risiko dalam memilih pekerjaan dan memiliki
kemungkinan besar melakukan tindakan popular, sedangkan individu dengan self
esteem rendah cenderung mencari persetujuan dari orang lain, menyesuaikan diri
pada keyakinan dan perilaku orang yang mereka hormati. Self esteem yang tinggi
berhubungan dengan sifat optimis dan tingkat kecemasan yang dimiliki seseorang
(Suharyati, 2003). Peneliti menduga dengan pribadi yang mudah terpengaruh oleh
17
orang lain dan tidak memiliki kepercayaan diri atau sifat optimis cenderung lebih
banyak menerima perilaku premature sign off audit procedures.
Pada penelitian Fathir (2011) diketahui bahwa terdapat pengaruh
signifikan positif self esteem terhadap premature sign off audit procedures, namun
pada penelitian serupa yang dihasilkan dari penelitian Irawati dan Mukhlasin
(2005) yang menunjukkan tidak adanya pengaruh self esteem terhadap penerimaan
penyimpangan perilaku dalam audit. Serta Malone dan Robert (1996) yang
menunjukkan tidak adanya pengaruh self esteem terhadap perilaku pengurangan
kualitas audit.
Dalam penelitian ini selain menguji variabel self esteem secara langsung
terhadap premature sign off audit procedures. Peneliti juga menggunakan variabel
self esteem sebagai variabel mediasi antara organizational commitment dengan
premature sign off audit procedures. Alasan mendasar penggunaan variabel self
esteem ini sebagai variabel mediasi adalah pernyataan dari Steers (1977) bahwa
komitmen berkaitan dengan intensi bertahan dalam organisasi akan tetapi tidak
secara langsung berkaitan dengan kinerja karena untuk mengetahui kinerja
berkaitan pula dengan motivasi, kejelasan peran, dan kemampuan. Sedangkan
kualitas kinerja auditor akan berimplikasi terhadap perilaku auditor dalam
melakukan kecurangan seperti premature sign off audit procedures. Pernyataan
tersebut diperkuat dengan hasil penelitian Donnelly, dkk (2003) yang
mengungkapkan bahwa terdapat pengaruh signifikan antara kinerja dengan
perilaku disfungsional audit dimana premature sign off audit procedures
merupakan bagian dari perilaku disfungsional audit. Dalam hal ini variabel self
18
esteem dianggap mewakili aspek motivasi, sebab seseorang yang memiliki self
esteem tinggi kecenderungan memiliki harga diri yang tinggi dimana akan
menjadikan pribadi yang percaya diri serta percaya terhadap kemampuan yang
dimilikinya.
Need for achievement adalah hasrat seseorang untuk meraih prestasi dalam
hidupnya, ini merupakan proses pembelajaran yang stabil yang mana kepuasan
akan didapatkan dengan berjuang dan memenuhi level tertinggi untuk dapat
menjadi ahli dalam bidang tertentu (McClelland, 1961). Dengan kata lain motivasi
untuk berprestasi merupakan tingkat dimana seseorang memiliki kemauan untuk
menjadi sukses di bidangnya. Menurut Aamodt (1991) need for achievement
merupakan keinginan untuk menantang pekerjaan yang sulit, yang mana orang
yang memiliki need for achievement yang tinggi memiliki kontrol terhadap
prilaku mereka dan menyukai tantangan yang sulit, sementara karyawan yang
memiliki need for achievement yang rendah mudah dipuaskan dengan tantangan
yang sedikit.
Bagi mereka yang memiliki need for achievement tinggi cenderung
menyukai pekerjaan yang menantang dengan sasaran akhir yang masih dapat
dicapai, karena apabila jalan yang mereka tempuh untuk mencapai kesuksesan
memiliki risiko rendah, mereka akan menganggap bahwa itu bukanlah pencapaian
kesuksesan yang sesungguhnya. Sebaliknya seseorang yang memiliki need for
achievement rendah akan cenderung mengambil pekerjaan yang mudah untuk
meminimalisasi risiko kegagalan.
19
Berdasarkan pada penjelasan tersebut peneliti menduga jika variabel need
for achievement ini dapat mempengaruhi perilaku auditor melakukan premature
sign off audit procedures. individu yang memiliki motivasi berprestasi tinggi, dan
individu yang mampu mempertahankan standard kinerja tinggi dan mempunyai
keinginan untuk menyelesaikan tugas yang sulit. Motivasi untuk tetap
mempertahankan standard kinerja akan berkaitan dengan pilihan auditor dalam
melakukan / tidak melakukan perilaku premature sign off audit procedures.
Penelitian mengenai pengaruh need for achievement terhadap premature
sign off audit procedures dilakukan oleh Almar’atus (2013) dan Kholidiah (2014).
Berdasarkan hasil penelitian tersebut ditemukan bahwa terdapat need for
achievement berpengaruh negatif terhadap premature sign off audit procedures.
hal yang menarik adalah didalam penelitian Kholidiah (2014) ditemukan bahwa
besarnya pengaruh dari need for achievement terhadap premature sign off audit
procedures adalah 6,35 % jumlah tersebut menurut peneliti cukup besar jika
dibandingkan dengan variabel lainnya seperti materialitas yang hanya 3,69 %.
Dalam penelitian ini selain menguji variabel need for achievement secara
langsung terhadap premature sign off audit procedures. Peneliti juga
menggunakan variabel need for achievement sebagai variabel mediasi antara
organizational commitment dengan premature sign off audit procedures. Alasan
mendasar penggunaan variabel need for achievement ini sebagai variabel mediasi
adalah pernyataan dari Steers (1977) bahwa komitmen berkaitan dengan intensi
bertahan dalam organisasi akan tetapi tidak secara langsung berkaitan dengan
kinerja karena untuk mengetahui kinerja berkaitan pula dengan motivasi,
20
kejelasan peran, dan kemampuan. Sedangkan kualitas kinerja auditor akan
berimplikasi terhadap perilaku auditor dalam melakukan kecurangan seperti
penghentian prematur atas prsedur audit. Pernyataan tersebut diperkuat dengan
hasil penelitian Donnelly, dkk (2003) yang mengungkapkan bahwa terdapat
pengaruh signifikan antara kinerja dengan perilaku disfungsional audit dimana
premature sign off audit procedures merupakan bagian dari perilaku disfungsional
audit. Dalam hal ini variabel need for achievement juga dianggap dapat mewakili
aspek motivasi.
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka masalah yang dibahas pada
penelitian ini adalah apakah time pressure, audit risk, locus of control, serta
organizational commitment berpengaruh terhadap premature sign off audit
procedures dengan self esteem dan need for achievement sebagai variabel
moderasi. Oleh sebab itu penelitian ini mengambil judul “DETERMINAN
PREMATURE SIGN OFF AUDIT PROCEDURES DENGAN MEDIASI
SELF ESTEEM DAN NEED FOR ACHIEVEMENT (STUDI EMPIRIS
PADA KANTOR AKUNTAN PUBLIK DI SEMARANG”
1.2. Perumusan Masalah
Dari latar belakang yang sudah dipaparkan sebelumnya, yang menjadi
permasalahan utama pada penelitian ini adalah adanya perbedaan hasil penelitian
atau tidak terdapat kekonsistenan pada penelitian – penelitian terdahulu
Berdasarkan alasan tersebut peneliti melakukan penelitian kembali mengenai
pengaruh mediasi self esteem dan need for achievement terhadap determinan
21
perilaku premature sign off audit procedures, maka pertanyaan- pertanyaan
dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Apakah Time Pressure berpengaruh positif terhadap premature sign off audit
procedures pada Kantor Akuntan Publik di Semarang ?
2. Apakah Audit Risk berpengaruh positif terhadap premature sign off audit
procedures pada Kantor Akuntan Publik di Semarang ?
3. Apakah Locus of Control berpengaruh positif terhadap premature sign off
audit procedures pada Kantor Akuntan Publik di Semarang ?
4. Apakah Organizational commitment berpengaruh negatif terhadap premature
sign off audit procedures pada Kantor Akuntan Publik di Semarang ?
5. Apakah Organizational commitment berpengaruh positif terhadap self esteem
?
6. Apakah Organizational commitment berpengaruh positif terhadap need for
Achievement ?
7. Apakah Self Esteem berpengaruh negatif terhadap premature sign off audit
procedures pada Kantor Akuntan Publik di Semarang ?
8. Apakah Need for Achievement berpengaruh negatif terhadap premature sign
off audit procedures pada Kantor Akuntan Publik di Semarang ?
9. Apakah Organizational commitment Melalui Self Esteem berpengaruh negatif
terhadap premature sign off audit procedures pada Kantor Akuntan Publik di
Semarang ?
22
10. Apakah Organizational commitment Melalui Need for Achievement
berpengaruh negatif terhadap premature sign off audit procedures pada
Kantor Akuntan Publik di Semarang ?
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah diatas, tujuan yang
ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mendeskripsikan dan menganalisis pengaruh antara time
preassure terhadap premature sign off audit procedures pada Kantor
Akuntan Publik di Semarang.
2. Untuk mendeskripsikan dan menganalisis pengaruh antara audit
risk terhadap premature sign off audit procedures pada Kantor Akuntan
Publik di Semarang.
3. Untuk mendeskripsikan dan menganalisis pengaruh antara locus of
control terhadap premature sign off audit procedures pada Kantor Akuntan
Publik di Semarang.
4. Untuk mendeskripsikan dan menganalisis pengaruh antara
organizational commitment terhadap premature sign off audit procedures
pada Kantor Akuntan Publik di Semarang.
5. Untuk mendeskripsikan dan menganalisis pengaruh antara
organizational commitment terhadap self esteem.
6. Untuk mendeskripsikan dan menganalisis pengaruh antara
organizational commitment terhadap need for achievement.
23
7. Untuk mendeskripsikan dan menganalisis pengaruh antara self
esteem terhadap premature sign off audit procedures pada Kantor Akuntan
Publik di Semarang.
8. Untuk mendeskripsikan dan menganalisis pengaruh antara need for
achievement terhadap premature sign off audit procedures pada Kantor
Akuntan Publik di Semarang.
9. Untuk mendeskripsikan dan menganalisis pengaruh antara
organizational commitment melalui self esteem terhadap premature sign off
audit procedures pada Kantor Akuntan Publik di Semarang.
10. Untuk mendeskripsikan dan menganalisis pengaruh antara
organizational commitment melalui need for achievement terhadap
premature sign off audit procedures pada Kantor Akuntan Publik di
Semarang.
1.4. Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian yang dilakukan, diharapkan dapat memberikan
manfaat, antara lain:
1. Manfaat Akademis
a. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan yang
berarti dalam pengembangan ilmu ekonomi, khususnya pada bidang ilmu
akuntansi. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi bahan
referensi dan perbandingan untuk penelitian-penelitian selanjutnya yang
berkaitan dengan premature sign off audit procedures (premature sign off ).
24
b. Memberikan bukti empiris mengenai ada tidaknya pengaruh antara
variabel time pressure, audit risk, locus of control, organizational
commitment, self esteem, dan need for achievement terhadap perilaku
premature sign off audit procedures.
2. Manfaat Praktis
a. Memberikan masukan bagi Kantor Akuntan Publik untuk mengevaluasi
kebijakan yang dapat dilakukan untuk mengatasi kemungkinan
terjadinya praktik penghentian prematur prosedur audit.
b. Menjadi bahan informasi bagi perusahaan selaku pengguna jasa audit bahwa
terdapat premature sign off audit procedures yang telah dilakukan oleh
auditor.
c. Dapat dijadikan referensi bagi para peneliti yang akan melakukan
penelitian lebih lanjut berkaitan dengan masalah ini.
25
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Kajian Teori
2.1.1. Teori Atribusi (Attribution theory)
Dalam penelitian ini, untuk menjelaskan faktor penyebab atau motif
perilaku seseorang melakukan premature sign off audit procedures menggunakan
teori atribusi yang dikembangkan pertama kali oleh Fritz Heider (1958) kemudian
dikembangkan oleh Kelley (1980) dan Bernard Weiner (1974). Menurut Heider
(1958), setiap individu pada dasarnya adalah seseorang ilmuwan semu (pseudo
scientist) yang berusaha untuk mengerti tingkah laku orang lain dengan
mengumpulkan dan memadukan potongan-potongan informasi sampai mereka
tiba pada sebuah penjelasan masuk akal tentang sebab-sebab orang lain bertingkah
laku tertentu. Heider (1958) berargumentasi bahwa terdapat dua sumber atribusi
tingkah laku (1) Atribusi internal atau atribusi disposisional. (2) Atribusi eksternal
atau atribusi lingkungan. Pada atribusi internal menyimpulkan bahwa tingkah laku
seseorang disebabkan oleh sifat-sifat atau disposisi (unsur psikologis yang
mendahului tingkah laku). Pada atribusi eksternal menyimpulkan bahwa tingkah
laku seseorang disebabkan oleh situasi tempat atau lingkungan orang itu berada.
Teori atribusi Harold Kelley (1980) memandang individu sebagai
psikologi amatir yang mencoba memahami sebab-sebab yang terjadi pada
berbagai peristiwa yang dihadapinya. Ia mencoba menemukan apa yang
menyebabkan apa atau apa yang mendorong siapa melakukan apa. Respon yang
26
kita berikan pada suatu peristiwa bergantung pada interpretasi kita tentang
peristiwa itu. Teori ini diarahkan
untuk mengembangkan penjelasan dari cara-cara kita menilai orang secara
berlainan, tergantung makna apa yang kita hubungkan (atribusikan) ke suatu
perilaku tertentu. Penyebab perilaku tersebut dalam persepsi sosial lebih dikenal
dengan istilah dispositional attributions (penyebab internal) dan situational
attributions (penyebab eksternal) (Robbins, 1996).
Atribusi disposisional atau penyebab internal mengacu pada aspek perilaku
individual, sesuatu yang ada dalam diri seseorang seperti sifat
pribadi, persepsi diri, kemampuan, motivasi. Atribusi situasional atau
penyebab eksternal mengacu pada lingkungan yang mempengaruhi perilaku,
seperti kondisi sosial, nilai sosial, dan pandangan masyarakat.
Penentuan atribusi penyebab apakah individual atau situasi dipengaruhi
oleh tiga faktor (Kelley, 1980):
1. Konsensus (consensus): Konsensus adalah situasi yang membedakan
perilaku seseorang dengan perilaku orang lainnya dalam menghadapi situasi
yang sama. Bila seseorang berperilaku sama dengan kebanyakan orang lain,
maka perilaku orang tersebut memiliki konsesnsus yang tinggi. Tetapi bila
perilaku seseorang tersebut berbeda dengan perilaku kebanyakan orang maka
berarti perilaku tersebut memiliki consensus yang rendah.
2. Konsistensi (consistency): Konsisten adalah derajat kesamaan reaksi
seseorang terhadap stimulus atau peristiwa yang sama pada waktu yang
27
berbeda. Apakah pelaku yang bersangkutan cenderung melakukan perilaku
yang sama di masa lalu dalam situasi yang sama.
3. Kekhususan (distinctiveness): Keunikan menujukkan sejauh mana seseorang
bereaksi dengan cara yang sama terhadap stimulus atau peristiwa yang
berbeda.
Teori atribusi menurut Weiner (1974) dilandaskan pada pandangan satu
dimensi yang didasarkan pada asumsi bahwa penyebab tingkah-laku menurut
presepsi individu adalah berbeda. Kejadian itu disebabkan (diatribusikan) oleh
atau pada individu (diri) atau pada sifat lingkungan. Teori ini membahas masalah
yang berkenaan dengan analisis suatu dimensi. Atribusi yang terjadi dalam
dimensi yang sama, baik itu internal ataukah eksternal dapat menimbulkan
beberapa hasil atau akibat (Weiner, 1974).
Teori ini menjelaskan bahwa terdapat dua faktor yang menyebabkan
perilaku seseorang yaitu faktor internal dan faktor eksternal, pada penelitian ini
akan menguji pengaruh dari time pressure, audit risk, organizational comitment,
locus of control, self esteem, dan need for achievement, dimana variabel time
pressure, audit risk sebagai faktor eksternal, sedangkan organizational comitment,
locus of control, self esteem, dan need for achievement sebagai faktor internal
sebagai faktor internal penyebab premature sign off audit procedures.
Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa teori atribusi dapat
digunakan sebagai dasar menemukan penyebab mengapa seorang auditor
melakukan premature sign off audit procedures. Dengan mengetahui faktor-faktor
28
praktik premature sign off audit procedures, diharapkan pemicu terjadinya praktik
tersebut dapat diminimalisir.
2.1.2. Teori Komitmen Organisasi (Organizational commitment theory)
Teori mengenai komitmen organisasi (organizational commitment)
populer mulai tahun 1977 setelah dibahas oleh Staw dan Salancik yang
mengajukan dua bentuk komitmen yaitu komitmen sikap (attitudinal commitment)
dan komitmen tingkah laku (behavioral commitment). Komitmen sikap adalah
keadaan dimana seorang individu mempertimbangkan sejauhmana nilai dan
tujuan pribadinya dapat sesuai dengan tujuan organisasi, serta sejauhmana
keinginannya untuk mempertahankan keanggotaannya dalam organisasi.
Pendekatan sikap ini lebih berfokus pada pola pikir seseorang tentang bagaimana
hubungan individu terhadap organisasi tempat ia berada. Sedangkan komitmen
tingkah laku didasarkan pada sejauhmana karyawan menetapkan keputusan untuk
tetap berada pada organisasi saat ini dengan menimbang adanya kerugian apabila
memutuskan untuk melakukan alternatif lain di luar pekerjaan saat ini.
Pendekatan tingkah laku ini lebih menekankan pada proses dimana individu
mengembangkan komitmen tidak pada organisasi melainkan pada tingkah lakunya
terhadap organisasi (Mowday dkk, 1979).
Mowday, dkk (1979) mendefinisikan organizational commitment sebagai
identifikasi dan keterlibatan seseorang yang relatif kuat terhadap organisasi.
Definisi tersebut menunjukkan bahwa terdapat hubungan aktif dan keinginan
29
karyawan dalam menjalin hubungan positif serta memberikan kontribusi yang
berarti pada organisasinya.
Organizational commitment yang dikemukakan oleh Mowday dkk (1979)
ini bercirikan adanya:
1. Kepercayaan yang kuat serta penerimaan terhadap tujuan dan nilai organisasi;
2. Kesiapan untuk bekerja keras; serta
3. Keinginan yang kuat untuk bertahan dalam organisasi. Komitmen ini
tergolong komitmen sikap atau afektif karena berkaitan dengan sejauhmana
individu merasa nilai dan tujuan pribadinya sesuai dengan nilai dan tujuan
organisasi. Semakin besar kongruensi antara nilai dan tujuan individu dengan
nilai dan tujuan organisasi maka semakin tinggi pula komitmen karyawan
pada organisasi.
Teori organizational commitment menurut Allen dan Meyer (1990)
membagi organizational commitment menjadi tiga komponen organisasi yaitu
komitmen afektif (affective commitment), komitmen kontinuans (continuance
commitment), dan komitmen normatif (normative commitment) dimana ketiga
komponen tersebut dilihatnya komitmen sebagai kondisi psikologis yang dapat
menggambarkan hubungan individu dengan organisasi, dan mempunyai implikasi
dalam keputusan untuk meneruskan atau tidak keanggotaannya dalam organisasi.
Adapun definisi dan penjelasan dari ketiga komponen organizational
commitment menurut Allen dan Meyer (1990) adalah sebagai berikut :
30
1. Komitmen afektif (Affective commitment) Komitmen ini mengacu pada
hubungan emosional anggota terhadap organisasi. Orang-orang ingin terus
bekerja untuk organisasi tersebut karena mereka sependapat dengan tujuan dan
nilai dalam organisasi tersebut. Orang-orang dengan tingkat komitmen afektif
yang tinggi memiliki keinginan untuk tetap berada di organisasi karena mereka
mendukung tujuan dari organisasi tersebut dan bersedia membantu untuk
mencapai tujuan tersebut.
2. Komitmen berkelanjutan (Continuance commitment) Komitmen ini mengacu
pada keinginan karyawan untuk tetap tinggal di organisasi tersebut karena
adanya perhitungan atau analisis tentang untung dan rugi dimana nilai ekonomi
yang dirasa dari bertahan dalam suatu organisasi dibandingkan dengan
meninggalkan organisasi tersebut. Semakin lama karyawan tinggal dengan
organisasi mereka, semakin mereka takut kehilangan apa yang telah mereka
investasikan di dalam organisasi selama ini.
3. Komitmen normatif (Normative commitment) Komitmen ini mengacu pada
perasaan karyawan dimana mereka diwajibkan untuk tetap berada di
organisasinya karena adanya tekanan dari yang lain. Karyawan yang memiliki
tingkat komitmen normatif yang tinggi akan sangat memperhatikan apa yang
dikatakan orang lain tentang mereka jika mereka meninggalkan organisasi
tersebut. Mereka tidak ingin mengecewakan atasan mereka dan khawatir jika
rekan kerja mereka berpikir buruk terhadap mereka karena pengunduran diri
tersebut.
31
Pengaruh dari variabel organizational commitment dalam penelitian ini
dapat dikaitkan dengan teori organizational commitment ini, dimana apabila
seorang auditor yang memiliki komitmen terhadap organisasi tinggi mereka akan
cenderung memandang KAP sebagai komitmen afektif, komitmen afektif
berkaitan dengan emosional karyawan dalam hal ini keterikatan auditor dengan
KAP tempat ia bekerja. Pola pikir auditor yang seperti ini memandang
kepentingan organisasi adalah kepentingan pribadi mereka, sehingga mereka akan
terus bekerja dengan seluruh kemapuan yang ia miliki untuk organisasi karena
mereka ingin melakukan hal tersebut. Keingingan untuk mengerahkan seluruh
kemampuan yang di miliki auditor untuk KAP tempat ia bekerja pada akhirnya
akan berimplikasi secara langsung terhadap perilaku pengurangan kualitas audit
(RAQ Behaviour) yang dalam penelitian ini adalah premature sign off audit
procedures.
2.1.3. Teori Motivasi Kebutuhan (Acquired needs theory)
Teori motivasi kebutuhan David McClelland (1961) mengemukakan
bahwa terdapat tiga jenis kebutuhan motivasi yaitu motivasi untuk mencapai
prestasi (need for achievement / n-ach ), motivasi untuk mendapatkan kekuasaan /
otoritas (need for power / n-pow), dan motivasi untuk berafiliasi (need for
affiliation / n -affil).
Adapun definisi dan penjelasan mengenai tiga jenis kebutuhan motivasi
menurut Mc Clelland (1961) adalah sebagai berikut :
1. Motivasi untuk berprestasi (need for achievement)
32
Motivasi untuk berprestasi (need for achievement) adalah motivasi atau hasrat
seseorang untuk meraih prestasi dalam hidupnya, ini merupakan proses
pembelajaran yang stabil yang mana kepuasan akan didapatkan dengan berjuang
dan memenuhi level tertinggi untuk dapat menjadi ahli dalam bidang tertentu.
Dengan kata lain motivasi untuk berprestasi merupakan tingkat dimana seseorang
memiliki kemauan untuk menjadi sukses di bidangnya. Bagi mereka yang
memiliki need for achievement tinggi cenderung menyukai pekerjaan yang
menantang dengan sasaran akhir yang masih dapat dicapai, karena apabila jalan
yang mereka tempuh untuk mencapai kesuksesan memiliki risiko rendah, mereka
akan menganggap bahwa itu bukanlah pencapaian kesuksesan yang
sesungguhnya. Sebaliknya seseorang yang memiliki need for achievement rendah
akan cenderung mengambil pekerjaan yang mudah untuk meminimalisasi risiko
kegagalan.
2. Motivasi untuk berkuasa (need for power)
Kebutuhan akan kekuasaan adalah kebutuhan untuk membuat orang lain
berperilaku dalam suatu cara dimana orang-orang itui tanpa dipaksa tidak akan
berperilaku demikian atau suatu bentuk ekspresi dari individu untuk
mengendalikan dan memengaruhi orang lain. Kebutuhan kekuasaan sangat
berhubungan dalam pencapaian posisi kepemimpinan. Karena seorang pemimpin
membutuhkan kekuasaan yang besar untuk dapat mengendalikan anggota agar
dapat terwujud tujuannya sebagai seorang pemimpin. Artinya seseorang yang
memiliki need for power adalah seseorang yang memiliki personal power dan
33
kekuasaan yang dapat digunakan untuk mengatur, dan mengendalinan orang lain
dalam pencapaiannya memenuhi tujuan.
3. Motivasi untuk berafiliasi (need for affiliation)
Kebutuhan akan afiliasi atau bersahabat adalah hasrat untuk berhubungan
antar pribadi yang ramah dan akrab. Individu merefleksikan keinginan untuk
mempunyai hubungan yang erat, kooperatif dan penuh sikap persahabatan dengan
pihak lain. Individu yang mempunyai kebutuhan afiliasi yang tinggi umumnya
berhasil dalam pekerjaan yang memerlukan interaksi sosial yang tinggi.
McClelland mengatakan bahwa kebanyakan orang memiliki kombinasi
karakteristik tersebut, akibatnya akan mempengaruhi perilaku karyawan dalam
bekerja atau mengelola organisasi.
Pengaruh need for achievement terhadap premature sign off audit
procedures dalam penelitian ini dapat dikaitkan dengan teori motivasi kebutuhan.
Dimana need for achievement merupakan tingkat keinginan seseorang untuk
mempertahankan standard kinerja dan keinginan untuk menyelesaikan pekerjaan
yang sulit secara efektif. hal ini dapat dijadikan dasar dalam menentukan perilaku
pengurangan kualitas audit (RAQ behaviour) yang dalam penelitian ini adalah
premature sign off audit procedures.
2.2. Premature Sign Off Audit Procedures
2.2.1. Konsep Premature sign off audit procedures
34
Perilaku disfungsional auditor merupakan perilaku menyimpang yang
dilakukan auditor dalam melaksanakan audit. Premature sign off merupakan salah
satu dari perilaku disfungsional auditor. Menurut Donnely, dkk (2003) Perilaku
disfungsional meliputi tindakan melaporkan waktu audit dengan total waktu yang
lebih pendek daripada waktu yang sebenarnya ( underreporting of audit time ),
mengubah prosedur yang telah ditetapkan dalam pelaksanaan audit di lapangan (
replacing and altering original audit procedures ), dan menyelesaikan langkah-
langkah audit yang terlalu dini tanpa melengkapi keseluruhan prosedur (
premature signing off of audit steps without completion of the procedure )
(Donnely dkk, 2003).
Menurut Kholidiah (2014) Penghentian premaur prosedur audit merupakan
tindakan yang dilakukan oleh auditor dengan tidak melaksanakan atau
mengabaikan satu atau beberapa prosedur audit yang disyaratkan, akan tetapi
mendokumentasikan semua prosedur audit telah diselesaikan secara wajar.
Premature sign off audit procedures merupakan penghentian satu atau
beberapa langkah audit yang diperlukan dalam prosedur audit tanpa menggantikan
dengan langkah lain (Maulina dkk, 2010). Prosedur- prosedur audit tersebut
menurut (Mulyadi, 2002: 87) antara lain :
1. Prosedur Analitis (Analytical Procedures)
Prosedur ini terdiri dari kegiatan mempelajari dan membandingkan data
yang memiliki hubungan. Dalam prosedur ini digunakan data finansial dan
non finansial yang menghasiilkan bukti analitis.
2. Menginspeksi (Inspecting)
35
Prosedur ini melakukan pemeriksaan secara teliti atas dokumen, catatan,
pemeriksaan fisik atas sumber berujud.
3. Mengkonfirmasi (Confirming)
Prosedur ini dilakukan melalui pengajuan pertanyaan yang memungkinkan
auditor untuk mendapatkan informasi langsung dari sumber independen di
luar organisasi klien.
4. Mengajukan Pertanyaan (Inquiring)
Prosedur ini dilakukan secara lisan dan tertulis kepada sumber-sumber
intern dalam perusahaan, seperti manajemen dan karyawan.
5. Menghitung (Counting)
Prosedur ini dilakukan dengan penghitungan fisik atas barang-barang
berujud dan penghitungan atas dokumen bernomor urut tercetak.
6. Menelusur (Tracing)
Prosedur ini dilakukan dengan menelusur informasi sejak awal data
direkam pertama kali pada dokumen hingga pelacakan pengolahan data
tersebut dalam proses akuntansi.
7. Mencocokkan ke dokumen (Vouching)
Prosedur ini dilakukan dengan pencocokan dokumen untuk mendeteksi
terjadinya pencatatan di atas semestinya dalam catatan akuntansi.
8. Mengamati (Observing)
Prosedur ini dilakukan dengan melihat pelaksanaan sejumlah kegiatan atau
proses yang terjadi dalam perusahaan.
36
9. Melaksanakan ulang ( Reperforming)
Prosedur ini dilakukan dengan menghitung ulang dan membuat
rekonsiliasi yang telah dilakukan oleh klien/perusahaan.
10. Teknik audit berbantuan komputer (Computer assisted audit techniques)
Prosedur ini dilakukan jika perusahaan menyelenggarakan catatan
akuntansi dalam media elektronik.
Berdasarkan uraian diatas dapat diambil simpulan bahwa premature sign
off audit procedures ialah salah satu tindakan disfungsional yang dilakukan oleh
auditor dengan menghentikan satu atau beberapa prosedur audit yang diperlukan
tanpa menggantikan prosedur tersebut dengan langkah lain sebgai pengganti,
namun semua prosedur audit yang disyaratkan didokumentasikan secara lengkap
dan wajar.
2.2.2. Dimensi Pengukuran Premature sign off audit procedures
Premature sign off audit procedures merupakan tindakan yang dilakukan
oleh auditor dengan tidak melaksanakan atau mengabaikan satu atau beberapa
prosedur audit yang disyaratkan, akan tetapi mendokumentasikan semua prosedur
audit telah diselesaikan secara wajar (Kholidiah, 2014). Berdasarkan hasil
penelitian Herningsih (2001) dimensi pengukuran variabel premature sign off audit
procedures ialah sebagai berikut :
1. Pemahaman bisnis klien;
2. Pertimbangan pengendalian intern klien;
3. Pengujian substantif;
37
4. Pertimbangan internal auditor;
5. Prosedur analitis;
6. Konfirmasi ;
7. Menggunakan representasi manajemen;
8. Melaksanakan uji kepatuhan terhadap pengendalian atas transaksi dalam
aplikasi sistem online;
9. Mengurangi jumlah sampel; serta
10. Pemeriksaan fisik.
2.2.3. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Premature sign off audit
procedures
Berdasarkan penelitian Alderman dan Deitrick (1982), serta Raghunathan
(1991) terdeteksi beberapa alasan mengapa auditor melakukan prosedur
penghentian prematur prosedur audit (Prematur Sign- Off Audit Procedures),
yaitu terbatasnya jangka waktu pengauditan yang ditetapkan, adanya anggapan
prosedur audit yang dilakukan tidak penting (risiko kecil), prosedur audit yang
tidak material, prosedur audit yang kurang dimengerti, adanya batas waktu
penyampaian laporan audit, serta adanya pengaruh faktor kebosanan dari auditor.
Dari alasan tersebut Weningtyas, dkk. (2006) menyimpulkan bahwa proses
premature sign off audit procedures dapat disebabkan oleh dua faktor yaitu faktor
karakteristik personal dari auditor (faktor internal) dan faktor situasional saat
melakukan audit (faktor eksternal).
38
Faktor Situasional (Faktor Eksternal) yang dapat mempengarui tindakan
Premature sign off audit procedures antara lain :
1. Tekanan waktu,
2. Risiko Audit,
3. Meterialitas,
4. Prosedur Review dan Kontrol kualitas,
5. Tindakan Supervisi.
Faktor karakteristik personal (Faktor Internal) yang mempengarui Premature sign
off audit procedures antara lain :
1. Locus of control,
2. Etika Profesi,
3. Self esteem in relation to ambition,
4. Turnover Intention,
5. Komitmen Profesional,
6. Komitmen Organisasi,
7. Job Level,
8. Need approval,
9. Need for achievement,
10. Competitive type behavior.
2.3. Time Pressure
39
2.3.1. Konsep Time Pressure
Perikatan merupakan langkah awal dalam kesepakatan antara klien dengan
auditor sebelum dilaksanakannya audit atas laporan klien, dalam ikatan perjanjian
tersebut, klien menyerahkan pekerjaan audit atas laporan keuangan kepada auditor
dan menentukan batas waktu pengerjaan serta besarnya biaya yang disepakati
kemudian auditor menyetujui dan sanggup melaksanakan pekerjaan audit tersebut
berdasarkan komitmen profesionalnya.
Salah satu kunci keberhasilan karir auditor di masa depan adalah dapat
menyelesaikan pekerjaannya dan memenuhi permintaan klien secara tepat
waktu. Hal ini merupakan tekanan bagi auditor untuk menyelesaikan audit
sesuai dengan waktu yang dianggarkan. Apabila auditor menyelesaikan tugas
melebihi batas waktu yang dianggarkan, maka auditor cenderung dinilai memiliki
kinerja yang buruk oleh atasannya. Kriteria seorang auditor untuk
mendapatkan peringkat yang baik adalah pencapaian anggaran waktu.
Tuntutan-tuntutan seperti inilah yang menimbulkan time pressure (Kholidiah,
2014).
Time pressure memiliki dua dimensi yaitu time budget pressure dan
time deadline pressure. Time budget pressure adalah keadaan dimana auditor
dituntut untuk melakukan efisiensi terhadap anggaran waktu yang telah disusun,
atau terdapat pembatasan waktu dalam anggaran yang sangat ketat. Time deadline
pressure adalah kondisi dimana auditor dituntut untuk menyelesaikan tugas audit
tepat pada waktunya (Weningtyas, dkk, 2006).
40
Time Pressure yang diberikan oleh Kantor Akuntan Publik kepada
auditornya bertujuan untuk mengurangi biaya audit. Semakin cepat waktu
pengerjaan audit, maka biaya pelaksanaan audit akan semakin kecil. Keadaan-
keadaan itulah yang memaksa auditor menyelesaikan tugasnya sesuai dengan
batas waktu yang ditetapkan (time deadline preassure) dan tekanan akan anggaran
yang sudah disepakati (time budget preassure), Agar menepati anggaran waktu
yang telah ditetapkan, ada kemungkinan bagi auditor untuk melalukan
pengabaian terhadap prosedur audit bahkan pemberhentian prosedur audit
(Weningtyas, dkk, 2006).
Time budget pressure merupakan suatu keadaan dimana auditor dituntut
untuk melakukan efisiensi terhadap anggaran waktu yang telah disusun atau
terdapat pembatasan waktu dalam anggaran yang sangat ketat dan kaku,
sedangkan time deadline pressure terjadi jika auditor mendapatkan tekanan waktu
dalam penyelesaian tugas atas target yang telah ditetapkan (Margheim, dkk 2005).
Berdasarkan uraian diatas dapat diambil simpulan bahwa definisi time
pressure dalam penelitian ini adalah keadaan dimana auditor mendapatkan
tekanan saat melaksanakan audit, keadaan tersebut antara lain time budget
pressure dimana auditor dituntut untuk melakukan efisiensi terhadap anggaran
waktu yang telah disusun, serta time deadline pressure atau kondisi dimana
auditor dituntut untuk menyelesaikan tugas audit tepat pada waktunya.
2.3.2. Dimensi Pengukuran Time Pressure
41
Time pressure adalah suatu kondisi dimana auditor mendapatkan tekanan
dari tempatnya bekerja untuk menyelesaikan tugasnya sesuai dengan waktu yang
telah ditetapkan (Maulina, 2010). Indikator dari variabel time pressure
berdasarkan penelitian Maulina (2010) adalah sebagai berikut :
1. Indikator Time budget pressure
a. Ketepatan anggaran waktu ;
b. Pencapaian anggaran waktu ;
c. Keterbatasan sumber daya ;
d. Tingkat efisiensi terhadap anggaran waktu ; serta
e. Kepatuhan auditor.
2. Indikator Time deadline pressure
a. Ketidakseimbangan antara tugas dan waktu yang tersedia; dan
b. Penetapan batasan waktu.
2.4. Audit risk
2.4.1. Konsep Audit risk
Pada setiap perencanaan pasti akan dihadapkan pada risiko dan
bagaimana cara untuk meminimalkan risiko yang ada, tidak terkecuali auditor
yang harus mempertimbangkan audit risk yang akan dihadapi. Audit risk adalah
risiko yang timbul bahwa auditor tanpa disadari tidak memodifikasi pendapatnya
sebagaimana mestinya atas suatu laporan keuangan yang mengandung salah saji
material (Messier, dkk, 2006:88). Audit risk adalah risiko yang terjadi dalam hal
auditor, tanpa disadari, tidak memodifikasi pendapatnya sebagaimana mestinya,
42
atas suatu laporan keuangan yang mengandung salah saji material (SA Seksi
312).
Konsep keseluruhan mengenai audit risk merupakan kebalikan dari
konsep keyakinan yang memadai. Semakin tinggi kepastian yang diperoleh
auditor dalam menyatakan pendapat yang benar, semakin rendah audit risk yang
akan ia terima. Jika kepastian yang diinginkan sebesar 99% maka audit risk
adalah 1%, sementara apabila kepastian sebesar 95 % dianggap cukup, maka
audit risk adalah 5%. (Boynton, 2003:202)
Menurut Mulyadi (2002:166) Audit risk, dibagi menjadi 2 bagian, yaitu :
1. Risiko audit keseluruhan (Overall audit risk)
Pada tahap perencanaan auditnya, auditor pertama kali harus menentukan
risiko audit keseluruhan yang direncanakan. Yang merupakan besarnya risiko
yang dapat ditanggung oleh auditor dalam menyatakan bahwa laporan keuangan
disajikan secara wajar, padahal kenyataannya laporan keuangan tersebut berisi
salah saji material.
2. Risiko audit individual
Karena audit mencangkup pemeriksaan terhadap akun-akun secara
individual, risiko audit keseluruhan harus dialokasikan kepada akun-akun yang
berkaitan.
43
Sedangkan terdapat tiga unsur dalam model risiko di atas (Mulyadi, 2002:167):
1. Risiko bawaan(Inherent risk)
Adalah ketentuan suatu saldo akun atau golongan transaksi terhadap suatu
salah saji material, dengan asumsi bahwa tidak terdapat kebijakan dan prosedur
pengendalian intern yang terkait.
2. Risiko pengendalian (Control risk)
Adalah risiko terjadinya salah saji material dalam suatu asersi yang tidak
dapat dicegah atau dideteksi secara tepat waktu oleh pengendalian intern
entitas. Risiko ini ditentukan oleh efektivitas kebijakan dan prosedur
pengendalian intern untuk mencapai tujuan umum pengendalian intern yang
relevan dengan audit atas laporan keuangan entitas.
3. Risiko deteksi (Detection risk)
Adalah risiko sebagai akibat auditor tidak dapat mendeteksi salah saji
material yang terdapat dalam suatu asersi. Risiko deteksi ditentukan oleh
efektivitas prosedur audit dan penerapannya oleh auditor. Risiko ini timbul
sebagian karena ketidakpastian lain yang ada, walaupun saldo akun atau
golongan transaksi, dan sebagian lagi karena ketidakpastian lain yang ada,
walaupun saldo akun atau golongan transaksi tersebut diperiksa 100%.
Ketidakpastian lain semacam itu timbul karena auditor mungkin memilih suatu
prosedur audit yang tidak cocok, menerapkan secara keliru prosedur yang
tepat, atau salah menafsirkan hasil audit.
Dalam penelitian ini yang dimaksud dari audit risk adalah risiko deteksi.
Risiko deteksi merukapakan risiko dimana auditor tidak dapat mendeteksi salah
44
saji material yang terdapat dalam suatu asersi (Mulyadi, 2002:168). Tidak seperti
risiko bawaan dan risiko pengendalian, tingkat aktual dari risiko deteksi dapat
dirubah oleh auditor dengan memvariasikan sifat, waktu, ekstensivitas pengujian-
pengujian atau penempatan staf audit yang berhubungan dengan pengujian
substantif yang dilaksanakan pada suatu asersi. Risiko deteksi terjadi akibat
adanya kekeliruan auditor dalam menerapkan prosedur audit, kekeliruan dalam
menafsirkan bukti yang sudah diperoleh, serta kesalahan dalam menentukan
prosedur audit. (Boynton, 2003:203)
Berdasarkan uraian diatas pada penelitian ini definisi audit risk dapat
disimpulkan sebagai risiko yang timbul akibat dari auditor tidak dapat mendeteksi
adanya laporan keuangan yang mengandung salah saji material, sehingga gagal
dalam memodifikasi pendapatnya. Kegagalan auditor dalam mendeteksi salah saji
material ini dikarenakan auditor tidak dapat memeriksa 100% saldo akun yang
ada pada laporan keuangan klien, kekeliruan auditor dalam menerapkan prosedur
audit, kekeliruan dalam menafsirkan bukti yang sudah diperoleh, serta kesalahan
dalam menentukan prosedur audit.
2.4.2. Dimensi Pengukuran Audit risk
Dalam penelitian ini yang dimaksud dari audit risk adalah risiko deteksi.
Risiko deteksi merukapakan risiko dimana auditor tidak dapat mendeteksi salah
saji material yang terdapat dalam suatu asersi (Mulyadi, 2002:168). Berdasarkan
pada hasil penelitian Werningtyas, dkk (2006) dimensi pengukuran dari Audit risk
ialah sebagai berikut :
45
1. Perhitungan Fisik;
2. Pengurangan Sampel Audit; serta
3. Konfirmasi.
2.5. Locus of Control
2.5.1. Konsep Locus of Control
Konsep tentang Locus of control (pusat kendali) pertama kali
dikemukakan oleh Rotter (1966), seorang ahli teori pembelajaran sosial. Locus of
control merupakan salah satu variabel kepribadian (personility), yang
didefinisikan sebagai keyakinan individu terhadap mampu tidaknya mengontrol
nasib (destiny) sendiri (Kreitner dan Kinicki, 2005). Locus of control adalah cara
pandang seseorang taerhadap suatu peristiwa apakah dia merasa dapat
atau tidak dapat mengendalikan peristiwa yang terjadi padanya (Rotter, 1966).
Locus of control / locus pengendalian merupakan kendali individu atas
pekerjaan mereka dan kepercayaan mereka terhadap keberhasilan diri. Lokus
pengendalian ini terbagi menjadi dua yaitu lokus pengendalian internal yang
mencirikan seseorang memiliki keyakinan bahwa mereka bertanggung jawab atas
perilaku kerja mereka di organisasi. Lokus pengendalian eksternal yang
mencirikan individu yang mempercayai bahwa perilaku kerja dan keberhasilan
tugas mereka lebih dikarenakan faktor di luar diri yaitu organisasi. Teori ini
menggolongkan individu apakah termasuk ke dalam locus internal atau locus
external. Internal locus of control adalah individu yang yakin bahwa mereka
merupakan pemegang kendali atas apa-apa pun yang terjadi pada diri mereka,
46
sedangkan external locus of control adalah individu yang yakin bahwa apapun
yang terjadi pada diri mereka dikendalikan oleh kekuatan luar seperti
keberuntungan dan kesempatan (Robbins dan Judge, 2007).
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa Individu yang
memiliki keyakinan bahwa nasib atau event-event dalam kehidupannya berada
dibawah kontrol dirinya, dikatakan individu tersebut memiliki internal locus of
control. Sementara individu yang memiliki keyakinan bahwa lingkunganlah yang
mempunyai kontrol terhadap nasib atau event-event yang terjadi dalam
kehidupannya dikatakan individu tersebut memiliki external locus of control.
Individu dengan internal locus of control lebih menyukai untuk memilih ujian
yang membutuhkan keahlian dan ketrampilan daripada individu yang memiliki
external locus of control (Kahle, 1980)
Konsep tentang locus of control yang digunakan Rotter (1966) memiliki
empat konsep dasar, yaitu:
1. Potensi perilaku, yaitu setiap kemungkinan yang secara relatif muncul
pada situasi tertentu, berkaitan dengan hasil yang diinginkan dalam
kehidupan seseorang.
2. Harapan, merupakan suatu kemungkinan dari berbagai kejadian yang akan
muncul dan dialami oleh seseorang.
3. Nilai unsur penguat, yakni pilihan terhadap berbagai kemungkinan
penguatan atas hasil dari beberapa penguat lainnya yang dapat muncul
pada situasi serupa.
47
4. Suasana psikologis, yakni bentuk rangsangan baik secara internal maupun
eksternal yang diterima seseorang pada suatu saat tertentu, yang
meningkatkan atau menurunkan harapan terhadap munculnya hasil yang
sangat diharapkan.
Berdasarkan uraian diatas, dalam penelitian ini definisi locus of control
dapat disimpulkan sebagai cara pandang seorang auditor terhadap suatu peristiwa
yang terjadi pada dirinya, apakah dirinya yakin bahwa segala peristiwa yang
terjadi tersebut dikendalikan oleh dirinya sendiri (internal locus of control), atau
keyakinan bahwa segala yang terjadi pada dirinya dikendalikan oleh kekuatan dari
luar diri sendiri seperti keberhuntungan dan kesempatan.
2.5.2. Dimensi Pengukuran Locus of Control
Setiap aspek locus of control mempunyai karakteristik yang khas.
Perbedaan karateristik antara internal locus control dengan external locus of
control menurut (Crider, dkk, 1983:411) sebagai berikut :
1. Internal locus of control memiliki ciri-ciri, yaitu:
a. Suka bekerja keras.
b. Memiliki inisiatif yang tinggi.
c. Selalu berusaha untuk menemukan pemecahan masalah.
d. Selalu mencoba untuk berpikir seefektif mungkin.
e. Selalu mempunyai persepsi bahwa usaha harus dilakukan jika ingin
berhasil.
2. External locus of control memiliki ciri-ciri, yaitu:
48
a. Kurang memiliki inisiatif.
b. Mempunyai harapan bahwa ada sedikit korelasi antara usaha dan
kesuksesan.
c. Kurang suka berusaha, karena mereka percaya bahwa faktor luarlah
yang mengontrol.
d. Kurang mencari informasi untuk memecahkan masalah.
49
2.6. Organizational commitment
2.6.1. Konsep Organizational commitment
Organizational commitment adalah penerimaan tujuan organisasi dan
kemauan untuk mengerahkan usaha atas nama organisasi, penelitian membuktikan
organizational commitment sebagai ukuran dari identifikasi karyawan dengan
organisasi. (Hollinger dan Clark, 1983). Organizational commitment merupakan
rasa identifikasi (ketertarikan dan kepercayaan terhadap tujuan dan nilai
organisasi), keterlibatan (kesediaan untuk berusaha sebaik mungkin demi
organisasi), serta loyalitas (keinginan untuk tetap menjadi anggota organisasi)
yang dinyatakan oleh karyawan terhadap organisasinya. (Wahyudi, 2013).
Konsep organizational commitment didasarkan pada premis bahwa
individual membentuk suatu keterikatan terhadap organisasi. Secara historis,
organizational commitment merupakan perspektif yang bersifat keperilakuan
dimana komitmen diartikan sebagai perilaku yang konsisten dengan aktivitas
(Setiawan dan Ghozali, 2006). Mowday, dkk (1979) mendefinisikan organizational
commitment sebagai identifikasi dan keterlibatan seseorang yang relatif kuat
terhadap organisasi. Definisi tersebut menunjukkan bahwa terdapat hubungan
aktif dan keinginan karyawan dalam menjalin hubungan positif serta memberikan
kontribusi yang berarti pada organisasinya.
50
Organizational commitment yang dikemukakan oleh Mowday dkk (1979)
ini bercirikan adanya:
1. Kepercayaan yang kuat serta penerimaan terhadap tujuan dan nilai
organisasi;
2. Kesiapan untuk bekerja keras; serta
3. Keinginan yang kuat untuk bertahan dalam organisasi. Komitmen ini
tergolong komitmen sikap atau afektif karena berkaitan dengan
sejauhmana individu merasa nilai dan tujuan pribadinya sesuai dengan
nilai dan tujuan organisasi. Semakin besar kongruensi antara nilai dan
tujuan individu dengan nilai dan tujuan organisasi maka semakin tinggi
pula komitmen karyawan pada organisasi.
Berdasarkan uraian diatas definisi dari organizational commitment dalam
penelitian ini adalah rasa keterikatan individu terhadap organisasi dimana ia
berada, keterikatan ini timbul berawal dari rasa identifikasi (ketertarikan dan
kepercayaan terhadap tujuan dan nilai organisasi), keterlibatan (kesediaan untuk
berusaha sebaik mungkin demi organisasi), serta loyalitas (keinginan untuk tetap
menjadi anggota organisasi).
2.6.2. Dimensi Pengukuran Organizational commitment
Dimensi organizational commitment menurut Allen dan Meyer (1990)
yaitu:
1. Komitmen afektif (Affective commitment) Komitmen ini mengacu pada
hubungan emosional anggota terhadap organisasi. Orang-orang ingin terus
bekerja untuk organisasi tersebut karena mereka sependapat dengan tujuan
51
dan nilai dalam organisasi tersebut. Orang-orang dengan tingkat komitmen
afektif yang tinggi memiliki keinginan untuk tetap berada di organisasi
karena mereka mendukung tujuan dari organisasi tersebut dan bersedia
membantu untuk mencapai tujuan tersebut.
2. Komitmen berkelanjutan (Continuance commitment) Komitmen ini mengacu
pada keinginan karyawan untuk tetap tinggal di organisasi tersebut karena
adanya perhitungan atau analisis tentang untung dan rugi dimana nilai
ekonomi yang dirasa dari bertahan dalam suatu organisasi dibandingkan
dengan meninggalkan organisasi tersebut. Semakin lama karyawan tinggal
dengan organisasi mereka, semakin mereka takut kehilangan apa yang telah
mereka investasikan di dalam organisasi selama ini.
3. Komitmen normatif (Normative commitment) Komitmen ini mengacu pada
perasaan karyawan dimana mereka diwajibkan untuk tetap berada di
organisasinya karena adanya tekanan dari yang lain. Karyawan yang memiliki
tingkat komitmen normatif yang tinggi akan sangat memperhatikan apa yang
dikatakan orang lain tentang mereka jika mereka meninggalkan organisasi
tersebut. Mereka tidak ingin mengecewakan atasan mereka dan khawatir jika
rekan kerja mereka berpikir buruk terhadap mereka karena pengunduran diri
tersebut.
52
2.7. Self Esteem
2.7.1. Konsep Self Esteem
Self esteem merupakan evaluasi yang dibuat individu dan kebiasaan
memandang dirinya terutama mengenai sikap menerima atau menolak, dan
indikasi besarnya kepercayaan individu terhadap kemampuannya, keberartian,
kesuksesan dan keberhargaan. Secara singkat self esteem adalah “personal
judgment” mengenai perasaan berharga atau berarti yang di ekspresikan dalam
sikap-sikap individu terhadap dirinya. (Coopersmith, 1967). Menurut Robbins dan
Judge (2007) mendefinisikan self esteem sebagai tingkat menyukai atau tidak
menyukai dan tingkat sampai mana individu menganggap diri mereka berharga
atau tidak berharga sebagai seorang manusia.
Menurut Coopersmith (1967), ada empat komponen yang menjadi sumber
dalam pembentukan Self esteem individu. Keempat komponen itu adalah
keberhasilan (Successes), Nilai-nilai (value),Aspirasi-aspirasi (Aspirations), dan
pendekatan dalam merespon penurunan penilaian terhadap diri (Defences) berikut
adalah definisi komponen self esteem menurut Coopersmith (1967) :
1. Keberhasilan (Successes)
Terdapat empat tipe pengalaman berbeda yang mencoba mendefinisikan
tentang keberhasilan. Setiap hal tersebut memberikan kreteria untuk
mendefinisikan keberhasilan itu adalah area power, area signifikan, area virtue,
dan area kompetensi.
a. Keberhasilan dalam area power, yaitu kemampuan atau keberhasilan
dalam mengontrol perilaku yang akan terjadi pada diri. Pengakuan dan
53
penghargaan yang diterima seseorang dari orang lain dapat memunculkan
power dan dapat menimbulkan perasaan menghargai pandangan secara
asertif, energik dan eksploratif dan pendapatnya sendiri dengan percaya
diri.
b. Keberhasilan dalam area signifikan yaitu keberhasilan yang tolok
ukurnya didapat dari seberapa banyak penghargaan, perhatian, dan kasih
sayang yang diterima seseorang dari orang lain. penghargaan dan
perhatian akan memunculkan sebuah ekspresi penerimaan dan
popularitas bagi seseorang sedangkan sebaliknya akan memunculkan
penolakan dan isolasi.
c. Keberhasilan dalam area virtue, kemampuan seseorang untuk bisa
menyesuaikan diri dengan standar moral dan etika yang berlaku di
lingkungannya. Kepatuhan terhadap nilai, moral dan etika yang
dijalaninya diasumsikan mengandung sikap positif.
d. Keberhasilan dalam area kompetensi, yaitu keberhasilan menampilkan
performa kerja dan prestasi yang sesuai dengan apa yang diharapkan.
2. Nilai – nilai (value)
Setiap orang menyikapi dan menilai keberhasilan yang telah dicapainya
dengan berbeda-beda. Perbedaan dalam pemberian nilai dan makna terhadap
pengalaman merupakan fungsi dari nilai yang diinterlisasi orang dan lingkungan
sosial. Perlakuan menerima dan menghargai cenderung dapat menghasilkan
standar nilai yang menimbulkan harga diri serta menumbuhkan standar nilai yang
54
stabil dan realistis. Tepatnya bahwa standar nilai setiap orang mendapatkan
pengaruhnya dari situasi dan kondisi lingkungan sosialnya.
3. Aspirasi (Aspirations)
Orang dengan harga diri tinggi relatif menentukan tujuan yang lebih tinggi
daripada seseorang dengan harga diri rendah. Pasalnya, orang dengan harga diri
tinggi mempunyai harapan yang lebih dan merasa lebih berharga dengan cara
merealisasikan harapan keberhasilan yang lebih tinggi dari yang mungkin ia
peroleh. Harapan tersebut menunjukkan suatu kepercayaan terhadap kemampuan
dirinya dan keyakinan akan keberhasilan dengan ditunjukkan melalui sikap
eksploratif. Sedangkan orang dengan harga diri rendah merasa tidak yakin akan
kemampuannya untuk mencapai keberhasilan atau kesuksesan walaupun ia juga
mengharapkan dapat mencapai keberhasilan.
4. Defenses
Cara untuk mengatasi ancaman dan ketidakjelasan cara individu dalam
mempertahankan dirinya mengatasi kecemasan atau lebih spesifik,
mempertahankan harga dirinya dari devaluasi atau penurunan harga diri yang
membuatnya merasa incompetent, tidak berdaya, tidak signifikan, dan tidak
berharga. Individu yang memiliki defence mampu mengeliminir stimulus yang
mencemaskan, mampu menjaga ketenangan diri, dan tingkah lakunya efektif.
Individu dengan self esteem tinggi memiliki suatu bentuk mekanisme pertahanan
diri tertentu yang memberikan individu tersebut kepercayaan diri pada penilaian
dan kemampuan dirinya, serta meningkatkan perasaan mampu untuk menghadapi
situasi yang menyulitkan.
55
Self esteem yang tinggi berhubungan dengan sifat optimis dan tingkat
kecemasan yang dimiliki seseorang (Suharyati, 2003). individu dengan self esteem
tinggi memiliki kecenderungan mengambil lebih banyak risiko dalam memilih
pekerjaan dan memiliki kemungkinan besar melakukan tindakan popular,
sedangkan individu dengan self esteem rendah cenderung mencari persetujuan dari
orang lain, menyesuaikan diri pada keyakinan dan perilaku orang yang mereka
hormati (Robbins dan Judge, 2007).
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan definisi self esteem pada
penelitian ini adalah evaluasi akan bagaimana penilaian individu tentang dirinya
sendiri mengenai seberapa besar keberhargaan diri yang ia miliki, harga diri ini
menunjukkan penghargaan dan pengakuan atau tidak, serta menunjukkan sejauh
mana individu tersebut merasa mampu, sukses, dan berharga.
2.7.2. Dimensi Pengukuran Self Esteem
Menurut Robbins dan Judge (2007) mendefinisikan self esteem sebagai
tingkat menyukai atau tidak menyukai dan tingkat sampai mana individu
menganggap diri mereka berharga atau tidak berharga sebagai seorang manusia.
Aspek-aspek harga diri yang dapat digunakan sebagai indikasi besar atau kecilnya
self esteem dalam aspek keberhasilan seseorang dikemukakan oleh Coopersmith
(1967) sebagai berikut :
1. Keberartian diri
Keberhasilan yang tolok ukurnya didapat dari seberapa banyak
penghargaan, perhatian, dan kasih sayang yang diterima seseorang dari
orang lain. penghargaan dan perhatian akan memunculkan sebuah ekspresi
56
penerimaan dan popularitas bagi seseorang sedangkan sebaliknya akan
memunculkan penolakan dan isolasi.
2. Kekuatan individu
Kemampuan atau keberhasilan dalam mengontrol perilaku yang akan
terjadi pada diri. Pengakuan dan penghargaan yang diterima seseorang dari
orang lain dapat memunculkan power dan dapat menimbulkan perasaan
menghargai pandangan secara asertif, energik dan eksploratif dan
pendapatnya sendiri dengan percaya diri.
3. Kompetensi
Keberhasilan menampilkan performa kerja dan prestasi yang sesuai
dengan apa yang diharapkan.
4. Ketaatan individu dan kemampuan memberi contoh
Kemampuan seseorang untuk bisa menyesuaikan diri dengan standar
moral dan etika yang berlaku di lingkungannya. Kepatuhan terhadap nilai,
moral dan etika yang dijalaninya diasumsikan mengandung sikap positif.
2.8. Need for Achievement
2.8.1. Konsep Need for Achievement
David Clarence McClelland merupakan ahli teori psikologi dari Amerika
Serikat yang banyak meneliti mengenai teori motivasi diri seseorang, beliau telah
memberikan kontribusi bagi pemahaman motivasi dengan mengidentifikasi tiga
macam kebutuhan, yaitu need for Achievement, need for Power, need for
affiliation. Menurut McClelland (1987) mengatakan need for achievement adalah
57
proses pembelajaran yang stabil yang mana kepuasan akan didapatkan dengan
berjuang dan memenuhi level tertinggi untuk dapat menjadi ahli dibidang
tertentu.
Need for achievement adalah merupakan jenis motivasi literature, dan
individu yang memiliki motivasi berprestasi tinggi merupakan individu yang
mampu mempertahankan standard kinerja tinggi dan mempunyai keinginan
untuk menyelesaikan tugas yang sulit (Jackson, 1974). need for achievement
adalah motif yang dipelajari yang mana kepuasan akan didapatkan saat
mengerjakan tugas yang sulit untuk mendapakan sebuah keberhasilan (Cook dan
Hunsaker, 2001). Pendapat tersebut dijelaskan kembali oleh (Aamodt, 1991)
mengatakan bahwa need for achieement adalah keinginan untuk menantang
pekerjaan yang sulit, yang mana orang yang memiliki need for achievement yang
tinggi memiliki kontrol terhadap prilaku mereka dan menyukai tantangan yang
sulit, sementara karyawan yang memiliki need for achievement yang rendah
mudah dipuaskan dengan tantangan yang sedikit.
Pendapat lain mengatakan bahwa need for achievement adalah motif yang
dipelajari yang bertujuan mencapai suatu standart keberhasilan dan keunggulan
pribadi di suatu bidang tertentu (Wade dan Tavris, 2008). Need for
achievement juga dapat diartikan sebagai keinginan untuk menyelesaikan suatu
tugas dengan sasaran secara lebih efektif. Individu-individu yang mempunyai
need for achievement yang tinggi cenderung menetapkan sasaran yang cukup sulit
dan mengambil keputusan yang lebih beresiko (Grifffin dan Moorhead, 2013).
58
Berdasarkan uraian diatas peneliti menyimpulkan definisi dari need for
achievement pada penelitian ini adalah merupakan suatu dorongan / motivasi
untuk mencapai suatu keberhasilan, dimana individu tersebut memiliki motivasi
berprestasi tinggi dengan mempertahankan standar kinerja yang tinggi,
mempunyai keinginan mengerjakan suatu tugas yang sulit, dan memiliki
kecenderungan mengambil keputusan yang lebih berisiko dengan
memperimbangkan keahlian dan kemampuannya.
2.8.2. Dimensi Pengukuran Need for Achievement
Ada beberapa karakteristik dari individu yang memiliki need for
achievement yang tinggi menurut Mc.Clelland (1987), yaitu:
1. Inovatif
Orang yang memiliki need for achievement adalah orang yang aktif dan
menghindari rutinitas. Mereka lebih suka mencari informasi untuk menemukan
cara yang lebih baik ketika melakukan atau mengerjakan suatu tugas. Orang yang
memiliki need for achievement yang tinggi adalah orang yang memiliki inovasi
yang tinggi, ini dikarenakan mereka lebih menyukai tugas yang sulit,
cenderung mencari sesuatu yang baru lebih menantang dibandingkan dengan
tugas yang pernah mereka lakukan sebelumnya. Selain itu orang yang
memiliki need for achievement yang tinggi selalu memiliki ide dan gagasan
untuk dapat melakukan sesuatu yang baru dan melakukan dengan cara yang
benar, serta menghindari kecurangan. Sedangkan orang yang memiliki need for
achievement yang rendah cenderung menetap ditempat yang sama, lebih
menyukai mengerjakan pekerjaan dengan prosedur yang sama, serta menyukai
59
kegiatan yang memiliki rutinitas yang sama dari waktu ke waktu. Hal ini
menyebabkan orang yang memiliki need for achievement yang rendah memiliki
tingkat kreativitas yang rendah.
2. Membutuhkan Feedback
Orang yang memiliki need for achievement yang tinggi menyukai situasi
pekerjaan dimana mereka mendapatkan feedback tentang bagaimana pekerjaan
yang mereka lakukan. Mereka ingin mengetahui sebaik apa mereka
menyelesaikan masalah dibandingkan mengetahui seberapa baik mereka berbaur
dengan orang lain. Selain itu mereka menyukai pekerjaan yang mendapakan
feedback yang jelas dan cepat dinilai untuk mengetahui seberapa baik pekerjaan
yang mereka lakukan. Mereka yang memiliki need for achievement menganggap
reward sebagai tolak ukur dari keberhasilan bukan hanya sekedar upah yang
mereka dapatkan. Hal ini berbanding terbalik dengan orang yang memiliki
need for achievement yang rendah, mereka tidak memiliki keinginan yang kuat
untuk mendapatkan feedback terhadap pekerjaan mereka, selain itu mereka
cenderung tidak mengharapkan imbalan terhadap pekerjaan yang mereka lakukan.
3. Memiliki Tanggung Jawab Personal terhadap Kinerja
Orang yang memiliki need for achievement yang tinggi akan bertanggung
jawab secara personal dengan hasil dari kinerja mereka, karena dengan
melakukan hal yang baik dan benar mereka mendapatkan kepuasan. Mereka
hanya berfokus pada tugas yang mereka kerjakan untuk dapat selesai dengan
baik dan benar tampa memperhatikan hubungan interpersonal dengan orang
lain. Selain itu mereka menyukai tugas yang sulit dan menantang dimana
60
mereka akan terlibat langsung dalam menyelesaikan tugas tersebut. Berbeda
dengan orang yang memiliki need for achievement yang rendah mereka lebih
menyukai tugas yang mudah dan menghindari tanggung jawab mereka. Selain itu
orang yang memiliki need for achievement yang rendah menghindari situasi
yang penuh resiko terhadap mereka. Terakhir adalah orang yang memiliki need
for achievement yang rendah lebih menyukai hubungan interpersonal yang baik
dibandingkan mengerjakan tugas yang penuh resiko.
4. Persistence
Orang yang memiliki need for achievement akan bertahan lebih lama pada
setiap tugas yang sulit. Mereka tidak menyerah saat melakukan tugas yang
sulit dan terus berusaha untuk dapat memecahkan masalah hingga waktu yang
ditentukan. Sedangkan orang yang memiliki need for achievement yang rendah
mempunyai ketakutan untuk bertahan saat mengerjakan tugas yang sulit dan
mudah menyerah saat menghadapi tugas yang membutuhkan waktu yang lama
untuk menyelesaikannya.
5. Menyukai Tugas yang Sulit dan Menantang
Orang yang memiliki need for achievement yang tinggi lebih mudah
didorong untuk mengerjakan tugas yang memiliki resiko yang tinggi, menantang
dan berjuang untuk sukses pada tugas yang sulit sekalipun. Saat bersaing dengan
orang lain dengan tugas yang sama, orang memiliki need for achievement yang
tinggi akan berusaha untuk melebihi orang lain, berusaha untuk melakukan lebih
baik dibandingkan orang lain. Mereka juga konsisten saat mengerjakan tugas
61
yang sulit hingga selesai dan harus lebih baik dibandingkan orang lain.
Karakteristik ini berbeda dengan orang yang memiliki need for achievement yang
rendah. Orang yang memiliki need for achievement yang rendah cenderung
memiliki kinerja yang rendah saat menghadapi tugas yang sulit. Hal ini
disebabkan orang yang memiliki need for achievement yang rendah lebih sulit
memahami tugas yang memiliki tingkat kesulitan yang berbeda, dan memiliki
ketakutan untuk gagal.
2.9. Penelitian Terdahulu
Penelitian mengenai premature sign off audit procedures dan faktor-faktor
yang mempengaruhi seperti time pressure, audit risk, locus of control,
organizational commitment, self esteem, serta need for achievement telah banyak
dilakukan oleh peneliti-peneliti sebelumnya. Tabel 2.1 menunjukkan beberapa
hasil penelitian terdahulu mengenai premature sign off audit procedures.
Tabel 2.1
Ringkasan Penelitian Terdahulu
No Peneliti Variabel Obyek
Penelitian
Hasil
1. Donnely,
dkk (2003)
Variabel Dependen :
Dysfungsional Audit
Behavior
Variabel Independen :
Locus of Control
Variabel Mediasi :
1. Performance
2. Turnover
Intentions
3. Organizational
Commitment
Akuntan
Publik
1. Locus of control
berpengaruh terhadap
Organizational
Commitment
2. Locus of control tidak
berpengaruh terhadap
Performance
3. Locus of control
berpengaruh terhadap
Turnover Intentions
4. Locus of control
berpengaruh terhadap
Dysfungsional Audit
62
No Peneliti Variabel Obyek
Penelitian
Hasil
Behavior
5. Organizational
Commitment
berpengaruh terhadap
Performance
6. Organizational
Commitment
berpengaruh terhadap
Turnover Intentions
7. Performance
berpengaruh terhadap
Dysfungsional Audit
Behavior
8. Performance tidak
berpengaruh terhadap
Turnover Intentions
9. Turnover Intentions
tidak berpengaruh
terhadap
Dysfungsional Audit
Behavior
2. Malone,
C.F., Robert
R.W (1996)
Variabel Dependen :
RAQ behaviours
Variabel Independen
1. Need for
approval
2. Need for
achievemen
3. organizational
commitment
4. audit firm
quality contro
5. review
procedures
6. locus of control
7. self esteem
8. time budget
pressure
Akuntan
Publik
1. Need for approval,
need for
achievement,
organizational
commitment, audit
firm quality control
dan review
procedures
berpengaruh
signifikan terhadap
RAQ behaviours.
2. Locus of control, self
esteem, time budget
pressure tidak
berpengaruh
terhadap RAQ
behaviours.
3. Yusrawati,
(2009)
Variabel Dependen :
Premature Sign Off
Variabel Independen
1. Time Pressure
2. Risiko Audit
KAP di
Pekanbaru
1. Time pressure
berpengaruh
signifikan positif
terhadap premature
sign off
63
No Peneliti Variabel Obyek
Penelitian
Hasil
3. Materialitas
4. Prosedur Review
dan Kontrol
Kualitas
5. Locus of Control
2. Risiko Audit
berpengaruh
signifikan positif
terhadap premature
sign off
3. Materialitas tidak
berpengaruh
signifikan terhadap
premature sign off
4. Prosedur review dan
control kualitas
berpengaruh
signifikan positif
terhadap premature
sign off
5. Locus of control
tidak berpengaruh
signifikan terhadap
premature sign off
4. La Ane,
(2011)
Variabel Dependen :
Premature Sign Off
Variabel Independen
1. Time Pressure
2. Risiko Audit
3. Materialitas
4. Prosedur
Review dan
Kontrol
Kualitas
5. Locus of
Control
KAP di
Medan
1. Time pressure
berpengaruh
signifikan positif
terhadap premature
sign off
2. Risiko Audit
berpengaruh
signifikan positif
terhadap premature
sign off
3. Materialitas tidak
berpengaruh
signifikan terhadap
premature sign off
4. Prosedur review dan
control kualitas
berpengaruh
signifikan positif
terhadap premature
sign off
5. Locus of control
berpengaruh
signifikan negatif
terhadap premature
sign off
64
No Peneliti Variabel Obyek
Penelitian
Hasil
5. Khaidier
Annur
Fathir
(2011)
Variabel Dependen :
Penghentian
Prematur atas
Prosedur Audit
Variabel Independen
1. Tekanan Waktu
2. Risiko Deteksi
3. Materialitas
4. Prosedur reviu
dan Kontrol
Kualitas
5. Locus of
Control
Self esteem
Akuntan
Publik di
DIY
5. Tekanan Waktu
berpengaruh positif
terhadap
Penghentian
Prematur atas
Prosedur Audit
6. Risiko deteksi
berpengaruh positif
terhadap
penghentian
prematur atas
prosedur audit
7. Materialitas
berpengaruh negatif
terhadap
penghentian
prematur atas
prosedur audit
8. Prosedur reviu dan
kontrol kualitas
berpengaruh negatif
terhadap
penghentian
prematur atas
prosedur audit
9. Locus of control
berpengaruh positif
terhadap
penghentian
prematur atas
prosedur audit
10. Self esteem
berpengaruh positif
terhadap
penghentian
prematur atas
prosedur audit
6. Imam
Wahyudi
(2011)
Variabel Dependen :
Premature Sign Off
Variabel Independen
1. Time Pressure
2. Risiko Audit
3. Materialitas
KAP di
DKI
Jakarta
1. Time pressure tidak
berpengaruh
terhadap premature
sign off
2. Risiko Audit tidak
berpengaruh
65
No Peneliti Variabel Obyek
Penelitian
Hasil
4. Prosedur
Review dan
Kontrol
Kualitas
5. Komitmen
Profesional
terhadap premature
sign off
3. Materialitas
berpengaruh
signifikan positif
terhadap premature
sign off
4. Prosedur review dan
control kualitas tidak
berpengaruh
terhadap premature
sign off
5. Komitmen
Profesional tidak
berpengaruh
terhadap premature
sign off
7. Srimindarti
(2012)
Variabel Dependen :
Premature sign off
Variabel Independen
1. Komitmen
organisasi
2. Turnover
intentions
Akuntan
Publik
1. Komitmen
organisasi
berpengaruh
negative terhadap
penerimaan
premature sign off
2. Turnover intentions
berpengaruh positif
terhadap penerimaan
premature sign off
3. Komitmen
organisasi
berpengaruh negatif
terhadap penerimaan
premature sign off.
8. Nisa (2013) Variabel Dependen:
Penghentian
prematur atas
prosedur audit
Variabel Independen
1. Time pressure
2. Risiko audit
3. Materialitas
4. Prosedur
review dan
KAP di
Jawa
Tengah
1. Time pressure
berpengaruh positif
terhadap
penghentian
prematur atas
prosedur audit
2. Risiko audit
berpengaruh positif
terhadap
penghentian
66
No Peneliti Variabel Obyek
Penelitian
Hasil
kontrol
kualitas
5. Komitmen
profesional
prematur atas
prosedur audit
3. Materialitas
berpengaruh negatif
terhadap
penghentian
prematur atas
prosedur audit
4. Prosedur review dan
kontrol kualitas
tidak berpengaruh
terhadap
penghentian
prematur atas
prosedur audit
5. Komitmen
profesional
berpengaruh positif
terhadap
penghentian
prematur atas
prosedur audit
9. Akhsan
(2014)
Variabel Dependen :
Premature Sign Off
Variabel Independen
1. Time Pressure
2. Tindakan
Supervisi
3. Etika Profesi
4. Locus of control
5. Komitmen
Organisasi
6. Turnover
Intensions
KAP di
Semarang
1. Time pressure
berpengaruh positif
terhadap premature
sign off
2. Tindakan supervise
tidak berpengaruh
terhadap premature
sign off
3. Locus of control
berpengaruh
signifikan positif
terhadap premature
sign off
4. Komitmen
organisasi tidak
berpengaruh
terhadap premature
sign off
5. Turnover intentions
tidak berpengaruh
terhadap premature
sign off
67
No Peneliti Variabel Obyek
Penelitian
Hasil
6. Locus of control
melalui komitmen
organisasi tidak
diterima, sebab
pengaruh langsung
locus of control
lebih besar daripada
melalui komitmen
organisasi
7. Locus of control
melalui turnover
intentions ditolak,
sebab pengaruh
langsung locus of
control lebih besar
daripada melalui
mediasi turnover
intentions.
10. Kadek dkk,
(2014)
Variabel Dependen :
Penghentian
Prematur atas
Prosedur Audit
Variabel Independen
1. Time Pressure
2. Locus of
control
3. Tindakan
supervise
KAP di
Bali
1. Time pressure
berpengaruh positif
terhadap
penghentian
prematur atas
prosedur audit
2. locus of control
berpengaruh
signifikan positif
terhadap
penghentian
prematur atas
prosedur audit
3. Tindakan Supervisi
tidak berpengaruh
terhadap
penghentian
prematur atas
prosedur audit
11. Kholidiah
(2014)
Variabel Dependen :
Premature sign off
Variabel Independen
1. Time Pressure
2. Risiko audit
3. Materialitas
KAP di
Jawa
Timur
1. Time pressure
berpengaruh positif
terhadap penerimaan
premature sign off
2. Risiko audit
berpengaruh negatif
68
No Peneliti Variabel Obyek
Penelitian
Hasil
4. Prosedur
review dan
kontrol
kualitas
5. Need for
achievement
terhadap penerimaan
premature sign off
3. Materialitas tidak
berpengaruh
terhadap penerimaan
premature sign off.
4. Prosedur review dan
kontrol kualitas
berpengaruh positif
terhadap penerimaan
premature sign off
5. Need for
achievement
berpengaruh negatif
terhadap penerimaan
premature sign off
Penelitian ini terinspirasi dari beberapa penelitian terdahulu dan lebih
mengarah pada penelitian Akhsan (2014). Perbedaan penelitian ini dengan
penelitian milik Akhsan (2014) adalah adanya perbedaan dalam pengambilan
variabel dengan memodifikasi variabel yang akan diteliti yaitu dengan
menghilangkan variabel tindakan supervisi, etika profesi, dan turnover intentions
kemudian menambah tiga variabel baru yaitu audit risk, need for achievement,
serta self esteem. Alasan peneliti mengambil variabel tersebut adalah berdasarkan
pada temuan peneliti mengenai reseach gap penelitian terdahulu yang mengalami
ketidakkonsistenan dalam hasil penelitian, saran peneliti terdahulu, serta variabel
– variabel yang jarang di teliti sebelumnya. Kemudian peneliti juga menggunakan
variabel mediasi pada penelitian ini, yaitu variabel self esteem dan need for
achievement yang akan digunakan sebagai mediasi variabel organizational
commitment.
69
2.10. Kerangka Pemikiran Teoritis dan Pengembangan Hipotesis
2.10.1. Kerangka Pemikiran Teoritis
1. Time pressure terhadap premature sign off audit procedures
Salah satu kunci keberhasilan karir auditor di masa depan adalah dapat
menyelesaikan pekerjaannya dan memenuhi permintaan klien secara tepat
waktu. Hal ini merupakan tekanan bagi auditor untuk menyelesaikan audit
sesuai dengan waktu yang dianggarkan. Apabila auditor menyelesaikan tugas
melebihi batas waktu yang dianggarkan, maka auditor cenderung dinilai memiliki
kinerja yang buruk oleh atasannya. Time pressure yang diberikan Kantor Akuntan
Publik kepada auditornya bertujuan untuk mengurangi biaya audit (Weningtyas,
dkk, 2007).
Teori atribusi Harold Kelley (1980) memandang individu sebagai
psikologi amatir yang mencoba memahami sebab-sebab yang terjadi pada
berbagai peristiwa yang dihadapinya. Ia mencoba menemukan apa yang
menyebabkan apa atau apa yang mendorong siapa melakukan apa. Penyebab
perilaku tersebut dalam persepsi sosial lebih dikenal dengan istilah dispositional
attributions (penyebab internal) dan situational attributions (penyebab eksternal)
(Robbins, 1996). Dalam hal ini time pressure merupakan salah satu dari
situational attributions (faktor eksternal) dalam menentukan perilaku auditor
melakukan premature sign off audit procedures. Keadaan dimana tekanan yang
dihadapi oleh auditor sudah mencapai batas toleransi akan mengakibatkan kondisi
mereka tidak stabil, dan menimbulkan stress.
70
Menurut Sososutikno (2003) Time pressure yang dihadapi oleh auditor
dapat menimbulkan stress tinggi yang dapat mempengaruhi sikap, niat, dan
perilaku auditor, serta mengurangi perhatian mereka terhadap aspek kualitatif dari
indikasi salah saji yang menunjukkan potensial kecurangan pelaporan keuangan.
Keadaan ini dapat memungkinkan auditor untuk melakukan premature sign off
audit procedures mengingat keterbatasan waktu yang diberikan, serta tingkat
stress yang tinggi. Semakin besar pressure terhadap waktu pengerjaan audit,
semakin besar pula kecenderungan untuk melakukan penghentian prematur.
2. Audit risk terhadap premature sign off audit procedures
Audit risk adalah risiko yang timbul bahwa auditor tanpa disadari tidak
memodifikasi pendapatnya sebagaimana mestinya atas suatu laporan keuangan
yang mengandung salah saji material (Messier dkk, 2006:88). Audit risk yang
dimaksud dalam penelitian ini adalah risiko deteksi, risiko deteksi ditentukan oleh
efektivitas prosedur audit dan penerapannya oleh auditor. Risiko ini timbul
sebagian karena ketidakpastian lain yang ada, walaupun saldo akun atau golongan
transaksi, dan sebagian lagi karena ketidakpastian lain yang ada, walaupun saldo
akun atau golongan transaksi tersebut diperiksa 100%. Ketidakpastian lain
semacam itu timbul karena auditor mungkin memilih suatu prosedur audit yang
tidak cocok, menerapkan secara keliru prosedur yang tepat, atau salah
menafsirkan hasil audit (Mulyadi, 2002:168).
Berdasarkan teori atribusi Harold Kelley (1980) menjelaskan bahwa
terdapat dua faktor yang menyebabkan perilaku seseorang yaitu faktor internal
dan faktor eksternal. Faktor internal mengacu pada aspek perilaku individual,
71
sesuatu yang ada dalam diri seseorang seperti sifat pribadi, persepsi diri,
kemampuan, motivasi. Sedangkan faktor eksternal mengacu pada lingkungan
yang mempengaruhi perilaku, seperti kondisi sosial, nilai sosial, dan pandangan
masyarakat. Dalam penelitian ini audit risk merupakan salah satu dari situational
attributions (faktor eksternal) dalam menentukan perilaku auditor melakukan
premature sign off audit procedures.
Disaat auditor menginginkan risiko deteksi yang rendah, berarti auditor
menginginkan semua bahan bukti yang diperoleh dapat mendeteksi adanya salah
saji material. Agar bahan bukti dapat mendeteksi salah saji material auditor
memerlukan jumlah bahan bukti lebih banyak dan prosedur yang lebih banyak
pula sehingga kemungkinan melakukan tindakan premature sign off audit
procedures lebih rendah
3. Locus of control terhadap premature sign off audit procedures
Locus of control menggolongkan individu apakah termasuk ke dalam locus
internal atau locus external. Internal locus of control adalah individu yang yakin
bahwa mereka merupakan pemegang kendali atas apa-apa pun yang terjadi pada
diri mereka, sedangkan external locus of control adalah individu yang yakin
bahwa apapun yang terjadi pada diri mereka dikendalikan oleh kekuatan luar
seperti keberuntungan dan kesempatan (Robbins dan Judge, 2007).
Individu yang memiliki locus of control internal cenderung
menghubungkan hasil atau outcome dengan usaha-usaha mereka atau mereka
percaya bahwa kejadian-kejadian adalah dibawah pengendalian atau kontrol
mereka dan mereka memiliki komitmen terhadap tujuan organisasi yang lebih
72
besar disbanding individu yang memiliki locus of control eksternal. Sedangkan
individu yang memiliki locus of control eksternal adalah individu yang percaya
bahwa mereka tidak dapat mengontrol kejadian-kejadian dan hasil atau outcome
(Donelly dkk, 2003). Dalam penelitian ini peneliti menggunakan eksternal locus of
control dimana perilaku premature sign off audit procedures biasa terjadi pada
seseorang yang memiliki ekstenal locus of control.
Teori Atribusi Harold Kelley (1980) menjelaskan bahwa terdapat dua
faktor yang menyebabkan perilaku seseorang yaitu faktor internal dan faktor
eksternal. Dimana locus of control merupakan salah satu faktor internal yang
dapat mempengaruhi perilaku auditor melakukan premature sign off audit
procedures. Hal ini didasarkan pada asumsi Rotter (1966) menjelaskan bahwa
locus of control merupakan salah satu variabel kepribadian (personility), yang
didefinisikan sebagai keyakinan individu terhadap mampu tidaknya mengontrol
nasib (destiny) sendiri. Sedangkan penyebab internal yang dimaksud Harold
Kelley (1980) mengacu pada aspek perilaku individual, sesuatu yang ada dalam
diri seseorang seperti sifat pribadi, persepsi diri, kemampuan, motivasi.
Seseorang dengan locus of control eksternal yang tinggi memiliki
kecenderungan tidak mempunyai kepercayaan diri, kurang suka berusaha, dan
tidak memiliki inisiatif karena mereka yakin bahwa pemegang kendali atas
keberhasilan diri mereka adalah dari faktor eksternal seperti keberhuntungan dan
kesemapatan. Individu dengan kepribadian seperti ini pada akhirnya akan
berimplikasi terhadap penerimaan perilaku pengurangan kualitas audit (RAQ
Behaviour) yang dalam penelitian ini adalah premature sign off audit procedures.
73
4. Organizational commitment terhadap premature sign off audit
procedures
Organizational commitment didefinisikan sebagai suatu keinginan kuat
untuk mengerjakan segala upaya atas nama organisasi, suatu keyakinan, nilai dan
tujuan pada organisasi. Mowday, dkk (1979) mendefinisikan organizational
commitment sebagai identifikasi dan keterlibatan seseorang yang relatif kuat
terhadap organisasi. Definisi tersebut menunjukkan bahwa terdapat hubungan
aktif dan keinginan karyawan dalam menjalin hubungan positif serta memberikan
kontribusi yang berarti pada organisasinya.
Teori atribusi Harold Kelley (1980) menjelaskan bahwa terdapat dua faktor
yang menyebabkan perilaku seseorang yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
Penyebab internal mengacu pada aspek perilaku individual, sesuatu yang ada
dalam diri seseorang seperti sifat pribadi, persepsi diri, kemampuan, motivasi.
Sedangkan penyebab eksternal mengacu pada lingkungan yang mempengaruhi
perilaku, seperti kondisi sosial, nilai sosial, dan pandangan masyarakat. Posisi
organizational commitment pada penelitian ini adalah sebagai faktor internal yang
dapat mempengaruhi perilaku premature sign off audit procedures.
Pengaruh dari variabel organizational commitment dalam penelitian ini juga
dapat dikaitkan dengan teori organizational commitment Allen dan Meyer (1990),
dimana apabila seorang auditor yang memiliki komitmen terhadap organisasi
tinggi mereka akan cenderung memandang KAP sebagai komitmen afektif,
74
komitmen afektif berkaitan dengan emosional karyawan dalam hal ini keterikatan
auditor dengan KAP tempat ia bekerja. Pola pikir auditor yang seperti ini
memandang kepentingan organisasi adalah kepentingan pribadi mereka, sehingga
mereka akan terus bekerja dengan seluruh kemapuan yang ia miliki untuk
organisasi karena mereka ingin melakukan hal tersebut. Keingingan untuk
mengerahkan seluruh kemampuan yang di miliki auditor untuk KAP tempat ia
bekerja pada akhirnya akan berimplikasi secara langsung terhadap perilaku
pengurangan kualitas audit (RAQ Behaviour) yang dalam penelitian ini adalah
premature sign off audit procedures.
5. Organizational commitment terhadap self esteem
Organizational commitment adalah keinginan kuat untuk mengerjakan
segala upaya atas nama organisasi, suatu keyakinan, nilai dan tujuan pada
organisasi, serta mengedepankan mutu dan kualitas kerja. Sedangkan self
esteem merupakan evaluasi yang dibuat individu dan kebiasaan memandang
dirinya terutama mengenai sikap menerima atau menolak, dan indikasi besarnya
kepercayaan individu terhadap kemampuannya, keberartian, kesuksesan dan
keberhargaan.
Teori organizational commitment menurut Allen dan Meyer (1990)
membagi organizational commitment menjadi tiga komponen organisasi yaitu
komitmen afektif (affective commitment), komitmen kontinuans (continuance
commitment), dan komitmen normatif (normative commitment). Komitmen afektif
mengacu pada hubungan emosional anggota terhadap organisasi. Orang-orang
ingin terus bekerja untuk organisasi tersebut karena mereka sependapat dengan
75
tujuan dan nilai dalam organisasi tersebut. Orang-orang dengan tingkat komitmen
afektif yang tinggi memiliki keinginan untuk tetap berada di organisasi karena
mereka mendukung tujuan dari organisasi tersebut dan bersedia membantu untuk
mencapai tujuan tersebut. Seseorang dengan tingkat komitmen afektif cenderung
memiliki kepercayaan diri (optimis) dan harga diri yang tinggi pula.
6. Organizational commitment terhadap need for achievement
Organizational commitment adalah penerimaan tujuan organisasi dan
kemauan untuk mengerahkan usaha atas nama organisasi, penelitian membuktikan
organizational commitment sebagai ukuran dari identifikasi karyawan dengan
organisasi. (Hollinger dan Clark, 1983). Menurut McClelland (1987) mengatakan
need for achievement adalah proses pembelajaran yang stabil yang mana
kepuasan akan didapatkan dengan berjuang dan memenuhi level tertinggi untuk
dapat menjadi ahli dibidang tertentu.
Sejalan dengan definisi tersebut teori organizational commitment
menjelaskan bahwa individu memiliki keinginan kuat untuk mengerjakan segala
upaya atas nama organisasi, suatu keyakinan, nilai dan tujuan pada organisasi,
serta mengedepankan mutu dan kualitas kerja. Sedangkan menurut Jackson (1974)
seorang individu yang memiliki need for achievement tinggi adalah individu yang
memiliki motivasi berprestasi tinggi, dan individu yang mampu mempertahankan
standard kinerja tinggi dan mempunyai keinginan untuk menyelesaikan tugas
yang sulit. Sehingga kecenderungan seorang individu dengan organizational
commitment tinggi memiliki motivasi diri / need for achievement yang tinggi.
7. Self esteem terhadap premature sign off audit procedures
76
Self esteem merupakan evaluasi yang dibuat individu dan kebiasaan
memandang dirinya terutama mengenai sikap menerima atau menolak, dan
indikasi besarnya kepercayaan individu terhadap kemampuannya, keberartian,
kesuksesan dan keberhargaan. Secara singkat self esteem adalah “personal
judgment” mengenai perasaan berharga atau berarti yang di ekspresikan dalam
sikap-sikap individu terhadap dirinya (Coopersmith, 1967). Menurut Robbins dan
Judge (2007) mendefinisikan self esteem sebagai tingkat menyukai atau tidak
menyukai dan tingkat sampai mana individu menganggap diri mereka berharga
atau tidak berharga sebagai seorang manusia.
Teori atribusi Harold Kelley (1980) menjelaskan bahwa terdapat dua faktor
yang menyebabkan perilaku seseorang yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
Faktor internal mengacu pada aspek perilaku individual, sesuatu yang ada dalam
diri seseorang seperti sifat pribadi, persepsi diri, kemampuan, motivasi.
Sedangkan faktor eksternal mengacu pada lingkungan yang mempengaruhi
perilaku, seperti kondisi sosial, nilai sosial, dan pandangan masyarakat. Self
esteem merupakan salah satu faktor internal yang dapat mempengaruhi perilaku
premature sign off audit procedures. Hal tersebut diperkuat oleh asumsi
Coopersmith (1967) yang mengatakan bahwa individu dengan self esteem tinggi
memiliki suatu bentuk mekanisme pertahanan diri tertentu yang memberikan
individu tersebut kepercayaan diri pada penilaian dan kemampuan dirinya, serta
meningkatkan perasaan mampu untuk menghadapi situasi yang menyulitkan.
Sehingga individu dengan self esteem tinggi memiliki kecenderungan untuk tidak
melakukan premature sign off audit procedures.
77
8. Need for achievement terhadap premature sign off audit procedures
Menurut teori motivasi kebutuhan David McClelland (1961) dalam
bukunya “The Achieving Society” mengemukakan bahwa terdapat tiga jenis
kebutuhan motivasi yaitu motivasi untuk mencapai prestasi (need for achievement
/ n-ach ), motivasi untuk mendapatkan kekuasaan / otoritas (need for power / n-
pow), dan motivasi untuk berafiliasi (need for affiliation / n -affil).
Need for achievement adalah hasrat seseorang untuk meraih prestasi dalam
hidupnya, ini merupakan proses pembelajaran yang stabil yang mana kepuasan
akan didapatkan dengan berjuang dan memenuhi level tertinggi untuk dapat
menjadi ahli dalam bidang tertentu (McClelland, 1961). Individu yang memiliki
motivasi berprestasi tinggi merupakan individu yang mampu mempertahankan
standard kinerja tinggi dan mempunyai keinginan untuk menyelesaikan tugas
yang sulit (Jackson, 1974). need for achievement adalah motif yang dipelajari
yang mana kepuasan akan didapatkan saat mengerjakan tugas yang sulit untuk
mendapakan sebuah keberhasilan (Cook dan Hunsaker, 2001). Pendapat tersebut
dijelaskan kembali oleh Aamodt (1991) yang mengatakan bahwa need for
achievement adalah keinginan untuk menantang pekerjaan yang sulit, yang mana
orang yang memiliki need for achievement yang tinggi memiliki kontrol terhadap
prilaku mereka dan menyukai tantangan yang sulit, sementara karyawan yang
memiliki need for achievement yang rendah mudah dipuaskan dengan tantangan
yang sedikit.
Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa individu
dengan need for achievement tinggi memiliki kecenderungan untuk tidak
78
melakukan premature sign off audit procedures dikarenakan lebih
mengedepankan mutu / kualitas dalam setiap pekerjaannya, dan menyukai
tantangan.
9. Organizational commitment terhadap premature sign off audit
procedures melalui self esteem
Teori organizational commitment Allen dan Meyer (1990) membagi
organizational commitment menjadi tiga komponen organisasi yaitu komitmen
afektif (affective commitment), komitmen kontinuans (continuance commitment),
dan komitmen normatif (normative commitment). Dimana apabila seorang auditor
yang memiliki komitmen terhadap organisasi tinggi mereka akan cenderung
memandang KAP sebagai komitmen afektif, komitmen afektif berkaitan dengan
emosional karyawan dalam hal ini keterikatan auditor dengan KAP tempat ia
bekerja. Pola pikir auditor yang seperti ini memandang kepentingan organisasi
adalah kepentingan pribadi mereka, sehingga mereka akan bekerja lebih dengan
seluruh kemapuan yang ia miliki untuk organisasi karena mereka ingin melakukan
hal tersebut. Keingingan untuk mengerahkan seluruh kemampuan yang di miliki
auditor untuk KAP tempat ia bekerja pada akhirnya akan berimplikasi secara
langsung terhadap perilaku pengurangan kualitas audit (RAQ Behaviour) yang
dalam penelitian ini adalah premature sign off audit procedures.
Individu yang memiliki organizational commitment yang tinggi cenderung
tidak melakukan tindakan premature sign off audit procedures, terlebih lagi jika
didukung dengan self esteem yang tinggi, kecenderengan auditor melakukan
premature sign off audit procedures akan semakin rendah.
79
10. Organizational commitment terhadap premature sign off melalui need
for achievement
Berdasarkan teori organizational commitment Staw dan Salancik (1977)
membagi organizational commitment menjadi dua bentuk komitmen yaitu
komitmen sikap (attitudinal commitment) dan komitmen tingkah laku (behavioral
commitment). Komitmen sikap adalah keadaan dimana seorang individu
mempertimbangkan sejauhmana nilai dan tujuan pribadinya dapat sesuai dengan
tujuan organisasi, serta sejauhmana keinginannya untuk mempertahankan
keanggotaannya dalam organisasi. Pendekatan sikap ini lebih berfokus pada pola
pikir seseorang tentang bagaimana hubungan individu terhadap organisasi tempat
ia berada (Mowday dkk, 1979).
Seorang auditor yang memiliki organizational commitment yang tinggi
terhadap KAP tempat ia bekerja memiliki kecenderungan berusaha semaksimal
mungkin untuk tidak melakukan tindakan yang dapat mencoreng nama baik KAP
tersebut. Sehingga kemungkinan auditor mentoleransi perilaku premature sign off
audit procedures cenderung rendah. Terlebih lagi jika auditor tersebut memiliki
need for achievement yang tinggi dimana auditor tersebut memiliki motivasi
berprestasi tinggi dan mampu mempertahankan standard kinerja tinggi serta
mempunyai keinginan untuk menyelesaikan tugas yang sulit, kecenderengan
auditor melakukan premature sign off audit procedures akan semakin rendah.
80
Gambar 2.1 Kerangka Berfikir
H10 -
H9 -
H8 - H7 -
H6 +
H5 +
H4 -
H3 + H1 +
H2 +
Premature
Sign Off
Time
Pressure
Audit
Risk
Locus Off
Control
Organizational
Commitment
Self
Esteem
Need For
Achievement
81
2.10.2. Pengembangan Hipotesis
Berdasarkan kerangka berfikir diatas maka dirumuskan hipotesis penelitian
sebagai berikut :
H1 : Time pressure berpengaruh positif terhadap premature sign off audit
procedures.
H2 : Audit risk berpengaruh positif terhadap premature sign off audit procedures.
H3 : locus of control eksternal berpengaruh positif terhadap premature sign off
audit procedures.
H4 : Organizational commitment berpengaruh negatif terhadap premature sign off
audit procedures.
H5 : Organizational commitment berpengaruh positif terhadap self esteem.
H6 : Organizational commitment berpengaruh positif terhadap need for
achievement.
H7 : self esteem berpengaruh negatif terhadap premature sign off audit
procedures.
H8 : need for achievement berpengaruh negatif terhadap premature sign off audit
procedures.
H9 : Organizational commitment berpengaruh negatif terhadap premature sign off
audit procedures melalui mediasi self esteem
H10 : Organizational commitment berpengaruh negatif terhadap premature sign
off audit procedures melalui mediasi need for achievement
81
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis dan Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kausal – komparatif. Dimana peneliti
ingin mengetahui kemungkinan hubungan sebab akibat dari beberapa faktor yang
sudah ditentukan yang mungkin menjadi penyebab gejala yang diselidiki.
Berdasarkan pernayataan Arifin (2012:46), studi komparatif (comparative study)
atau studi kausal komparatif (causal comparative study) merupakan jenis
penelitian yang digunakan untuk membandingkan antara dua kelompok atau lebih
dari suatu variabel tertentu. Penelitian komparatif ini memiliki tujuan untuk
melihat perbedaan dua atau lebih situasi, peristiwa, kegiatan, atau program yang
sejenis atau hampir sama yang melibatkan semua unsur atau komponennya.
Analisis penelitian dilakukan terhadap persamaan dan perbedaan dalam
perencanaan, pelaksnaaan, faktor-faktor pendukung dan hasil. Hasil analisis
perbandingan dapat menemukan unsure-unsur atau faktor-faktor penting yang
melatarbelakangi persamaan dan perbedaan.
Penelitian kausal komparatif bersifat expost facto, artinya data yang
dikumpulkan setelah semua peristiwa yang dipermaslahkan terjadi. Ex post facto
merupakan suatu penelitian empiris yang sistematis dimana peneliti tidak
mengendalikan variabel bebas secara langsung karena perwujudan variabel
tersebut telah terjadi atau variabel tersebut memang pada dasarnya tidak bisa
dimanipulasi.
82
Peneliti tidak memberikan perlakuan dalam membandingkan dan mencari
hubungan sebab-akibat dari variabelnya. Peneliti hanya mencari sebab akibat yang
ditimbulkan dan mengujinya dengan menelusuri kembali masa lalu untuk mencari
sebab-sebab, kemungkinan hubungan, dan maknanya. Sehingga penelitian ini
cenderung menggunakan data kuantitatif.
3.2. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel
3.2.1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono,2013:62). Populasi
penelitian ini adalah seluruh auditor independen yang bekerja pada Kantor
Akuntan Publik (KAP) di Semarang yang berjumlah 257 orang yang tersebar
pada 17 KAP. Data tersebut berdasarkan hasil observasi tahun 2016 yang
dilakukan peneliti.
Tabel 3.1
Daftar Kantor Akuntan Publik Kota Semarang
No Nama Kantor Akuntan Publik Alamat JML
1 KAP Bayudi, Yohana, Suzy & Arie Jl Mangga V No 6. Lamperkidul,
Semarang Selatan
19
2 KAP Benny, Tony, Frans & Daniel
(Cab)
Jl. Puri Anjasmoro Blok DD 1 No
3
15
3 KAP Darsono & Budi Cahyo
Santoso
Jl. Mugas Dalam No. 65 22
4 KAP Acmad, Rasyid, Hisbullah &
Jerry (Cab)
Jl. Muara Mas Timur No.242 10
5 KAP Hadori Sugiarto Adi & Rekan
(Cab)
Jl. Tegalsari No. 53 11
6 KAP Hananata Budianto & Rekan Jl. Sisingamaraja No. 20-22 20
7 KAP I. Soetikno Jl. Durian Raya No.20 4
83
8 KAP Leonard, Mulia & Richard Jl. Marina No. 8 40
9 KAP Ruchendi, Mardjito dan
Rushadi
Jl. Beruang Raya No. 48 10
10 KAP Herliantono & Rekan Jl. Tegalsari Barat V No. 24 8
11 KAP Drs. Sugeng Pamuji Jl. Bukit Agung Blok AA No. 1-2 13
12 KAP Sukardi Hasan & Rekan (Cab) Jl. Citarum Tengah No.22 20
13 KAP Tarmizi Acmad Jl. Dewi Sartika Raya No. 7 19
14 KAP Tri Bowo Yulianti Jl. MT. Haryono No. 548 11
15 KAP Sodikin dan Harijanto Jl. Pamularsih Raya No. 16 15
16 KAP Dr. Rahardja, M.Si., CPA Jl. Rawasari No.2 Srondol 20
17 KAP Riza, Adi, Syahril & Rekan
(Cab)
Jl. Taman Durian No.2 Srondol
Wetan, Banyumanik
9
Jumlah 256
Sumber : Data observasi tahun 2016
3.2.2. Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel
Sampel adalah bagian dari sejumlah karakteristik yang dimiliki oleh
populasi yang digunakan untuk penelitian (Sujarweni, 2014). Sampel adalah
bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut
Pengambilan sampel ini harus dilakukan sedemikian rupa sehingga sampel dapat
mewakili dan dapat menggambarkan populasi sebenarnya (Sugiyono, 2013:63).
Dari 17 KAP yang menjadi populasi dalam penelitian ini 6 diantaranya menolak
untuk berpartisipasi sehingga dalam penelitian ini sampel yang digunakan adalah
auditor yang bekerja pada 11 KAP di Kota Semarang. Penentuan jumlah sampel
menurut Arikunto (2006:134) apabila subjeknya kurang dari 100 lebih baik
diambil semua. Rumus yang digunakan untuk menentukan jumlah sampel
minimum dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
84
n = 25% x N
n = 25% x 256
n = 64
Keterangan :
n = Ukuran Sampel
N = Ukuran Populasi
Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
teknik non probability sampling, yaitu metode sampling yang tidak memberi
kesempatan atau peluang yang sama bagi setiap unsur atau populasi untuk dipilih
menjadi sampel (Sugiyono, 2012:122). Jenis non probability sampling yang
digunakan adalah convenience sampling yang merupakan teknik dalam memilih
sampel tanpa mempunyai pertimbangan lain selain unsur kemudahan dalam
memperoleh informasi, dimana dari anggota populasi dengan senang hati bersedia
memberikan informasi (Ferdinand, 2014). Adapun 11 KAP yang menjadi sampel
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
Tabel 3.2
Daftar Sampel Kantor Akuntan Publik di Kota Semarang
No Nama Kantor Akuntan Publik Alamat JML
1 KAP Darsono & Budi Cahyo
Santoso
Jl. Mugas Dalam No. 65 22
2 KAP Acmad, Rasyid, Hisbullah &
Jerry (Cab)
Jl. Muara Mas Timur No.242 10
3 KAP Hananata Budianto & Rekan Jl. Sisingamaraja No. 20-22 20
4 KAP I. Soetikno Jl. Durian Raya No.20 4
5 KAP Drs. Sugeng Pamuji Jl. Bukit Agung Blok AA No. 1-2 13
6 KAP Tarmizi Acmad Jl. Dewi Sartika Raya No. 7 19
85
No Nama Kantor Akuntan Publik Alamat JML
7 KAP Sodikin dan Harijanto Jl. Pamularsih Raya No. 16 15
8 KAP Riza, Adi, Syahril & Rekan
(Cab)
Jl. Taman Durian No.2 Srondol
Wetan, Banyumanik
9
9 KAP Bayudi, Yohana, Suzy & Arie Jl Mangga V No 6. Lamperkidul,
Semarang Selatan
19
10 KAP Benny, Tony, Frans & Daniel
(Cab)
Jl. Puri Anjasmoro Blok DD 1 No
3
15
11 KAP Tri Bowo Yulianti Jl. MT. Haryono No. 548 11
Jumlah 157
Jumlah kuesioner yang dibagikan pada 11 KAP di Kota Semarang yang
akan menjadi sampel penelitian adalah sebanyak 103 ekslempar. sebanyak 103
(100%) kuesioner telah disebar pada 11 KAP di Kota Semarang mulai pada
tanggal 19 Mei 2016 hingga 1 Juni 2016. Jumlah kuesioner yang dikembalikan
sebanyak 74 (71,44%) ekslempar, dan yang tidak dikembalikan sebanyak 31
(30,10%) ekslempar. Kemudian dari 74 ekslempar kuesioner yang sudah diterima
terdapat 2 (1,94%) ekslempar yang pengisiannya tidak lengkap. Sehingga jumlah
keseluruhan kuesioner yang terkumpul dan dapat diolah adalah sebanyak 72
(69,90%) ekslempar. Berikut ini penulis menyajikan Tabel 3.3 sebagai ringkasan
hasil pengumpulan data.
Tabel 3.3
Hasil Pengumpulan Data Kuesioner
Keterangan Jumlah Persentase
Kuesioner yang dikirim 103 100,00
Kuesioner yang Kembali 74 71,84
Kuesioner yang tidak kembali 31 30,10
Kuesioner yang tidak lengkap 2 1,94
Kuesioner yang dapat diolah 72 69,90
Sumber: Hasil olah kuesioner, 2016 (Lampiran 3 Hal 214)
86
3.3. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel
3.3.1. Variabel Laten Endogen
Variabel laten endogen adalah variabel terikat atau variabel yang
dipengaruhi oleh variabel eksogen, atau dapat disebut juga sebagai variabel
dependen. Variabel laten endogen yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Premature sign off audit procedures ialah salah satu tindakan disfungsional yang
dilakukan oleh auditor dengan menghentikan satu atau beberapa prosedur audit
yang diperlukan tanpa menggantikan prosedur tersebut dengan langkah lain
sebagai pengganti, namun semua prosedur audit yang disyaratkan
didokumentasikan secara lengkap dan wajar. Premature sign off audit procedures
merupakan penghentian satu atau beberapa langkah audit yang diperlukan dalam
prosedur audit tanpa menggantikan dengan langkah lain (Maulina dkk, 2013).
Adapun indikator yang dapat digunakan untuk mengukur variabel premature sign
off audit procedures menurut Herningsih (2001) dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut :
a. Pemahaman bisnis klien;
b. Pertimbangan pengendalian intern klien;
c. Pengujian substantif;
d. Pertimbangan internal auditor;
e. Prosedur analitis;
f. Konfirmasi ;
g. Menggunakan representasi manajemen;
87
h. Melaksanakan uji kepatuhan terhadap pengendalian atas transaksi dalam
aplikasi sistem online;
i. Mengurangi jumlah sampel; serta
j. Pemeriksaan fisik.
3.3.2. Variabel Perantara Endogen
Variabel perantara endogen merupakan variabel antara yang
menghubungkan variabel eksogen dengan variabel endogen. mempunyai anak
panah yang menuju kearahnya dan dari arah variabel tersebut dalam sutau model
diagram jalur. Adapun variabel perantara endogen dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut :
1. Self Esteem
Self esteem merupakan evaluasi yang dibuat individu dan kebiasaan
memandang dirinya terutama mengenai sikap menerima atau menolak, dan
indikasi besarnya kepercayaan individu terhadap kemampuannya, keberartian,
kesuksesan dan keberhargaan. Secara singkat self esteem adalah “personal
judgment” mengenai perasaan berharga atau berarti yang di ekspresikan dalam
sikap-sikap individu terhadap dirinya. (Coopersmith, 1967). Adapun aspek-aspek
harga diri yang dapat digunakan sebagai indikasi besar atau kecilnya self esteem
yang dikemukakan oleh Coopersmith (1967) sebagai berikut :
a. Keberartian diri;
b. Kekuatan individu;
c. Kompetensi;
d. Ketaatan individu dan kemampuan memberi contoh.
88
2. Need for Achievement
Need for achievement adalah motif yang dipelajari yang mana
kepuasan akan didapatkan saat mengerjakan tugas yang sulit untuk mendapakan
sebuah keberhasilan (Cook dan Hunsaker, 2001). Need for achievement pada
penelitian ini adalah merupakan suatu dorongan / motivasi untuk mencapai suatu
keberhasilan, dimana individu tersebut memiliki motivasi berprestasi tinggi
dengan mempertahankan standar kinerja yang tinggi, mempunyai keinginan
mengerjakan suatu tugas yang sulit, dan memiliki kecenderungan mengambil
keputusan yang lebih berisiko dengan memperimbangkan keahlian dan
kemampuannya. Adapun indikator yang dapat menjelaskan mengenai besarnya
need for achievement yang dimiliki seseorang menurut Mc.Clelland (1987) adalah
sebagai berikut :
a. Inovatif;
b. Membutuhkan feedback;
c. Memiliki tanggungjawab personal terhadap kinerja;
d. Persistence;
e. Menyukai tugas yang sulit dan menantang.
3.3.3. Variabel Laten Eksogen
Variabel laten eksogen adalah variabel yang dapat mempengaruhi atau
yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel endogen (terikat).
89
Dalam istilah lain, dapat disebut pula sebagai independen variabel. Variabel laten
eksogen yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
90
1. Time Pressure
Time pressure adalah keadaan dimana auditor mendapatkan tekanan saat
melaksanakan audit, keadaan tersebut antara lain time budget pressure dimana
auditor dituntut untuk melakukan efisiensi terhadap anggaran waktu yang telah
disusun, serta time deadline pressure atau kondisi dimana auditor dituntut untuk
menyelesaikan tugas audit tepat pada waktunya. Kriteria seorang auditor untuk
mendapatkan peringkat yang baik adalah pencapaian anggaran waktu.
Tuntutan-tuntutan seperti inilah yang menimbulkan time pressure (Kholidiah,
2014). Adapun indikator yang dapat digunakan untuk mengukur variabel time
pressure menurut Maulina (2010) dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Ketepatan waktu;
b. Pencapaian anggaran waktu;
c. Keterbatasan sumber daya;
d. Tingkat efisiensi terhadap anggaran waktu;
e. Kepatuhan auditor;
f. Ketidakseimbangan antara tugas dan waktu yang tersedia;
g. Penetapan batasan waktu.
2. Audit Risk
Dalam penelitian ini yang dimaksud dari audit risk adalah risiko deteksi.
Risiko deteksi merukapakan risiko dimana auditor tidak dapat mendeteksi salah
saji material yang terdapat dalam suatu asersi (Mulyadi, 2002:168). Tidak seperti
risiko bawaan dan risiko pengendalian, tingkat aktual dari risiko deteksi dapat
dirubah oleh auditor dengan memvariasikan sifat, waktu, ekstensivitas pengujian-
91
pengujian atau penempatan staf audit yang berhubungan dengan pengujian
substantif yang dilaksanakan pada suatu asersi. Risiko deteksi terjadi akibat
adanya kekeliruan auditor dalam menerapkan prosedur audit, kekeliruan dalam
menafsirkan bukti yang sudah diperoleh, serta kesalahan dalam menentukan
prosedur audit. (Boynton, 2003:203). Adapun berdasarkan pada hasil penelitian
Werningtyas (2006) dimensi pengukuran dari Audit risk ialah sebagai berikut :
a. Perhitungan Fisik;
b. Pengurangan Sampel Audit; serta
c. Konfirmasi.
3. Locus of Control
Locus of control merupakan salah satu variabel kepribadian (personility),
yang didefinisikan sebagai keyakinan individu terhadap mampu tidaknya
mengontrol nasib (destiny) sendiri (Kreitner dan Kinicki, 2005). Locus of control
adalah cara pandang seseorang taerhadap suatu peristiwa apakah dia merasa
dapat atau tidak dapat mengendalikan peristiwa yang terjadi padanya (Rotter,
1966). Dalam penelitian ini peneliti menggunakan external locus of control dimana
perilaku premature sign off audit procedures biasa terjadi pada seseorang yang
memiliki extenal locus of control. Lestari (2010) menyebutkan bahwa auditor
yang memiliki external locus of control yang tinggi akan meningkatkan probabiltas
mereka dalam menghentikan prematur prosedur audit dan temuan pada penelitian
tersebut menunjukan bahwa semakin kuat external locus of control auditor, maka
akan cenderung melakukan upaya penghentian secara prematur prosedur audit.
92
Adapun indikator dalam menentukan besarnya external locus of control menurut
Crider (1983) adalah sebagai berikut :
a. Kurang memiliki inisiatif.
b. Mempunyai harapan bahwa ada sedikit korelasi antara usaha dan kesuksesan.
c. Kurang suka berusaha, karena mereka percaya bahwa faktor luarlah yang
mengontrol.
4. Organizational commitment
Organizational commitment merupakan rasa identifikasi (ketertarikan dan
kepercayaan terhadap tujuan dan nilai organisasi), keterlibatan (kesediaan untuk
berusaha sebaik mungkin demi organisasi), serta loyalitas (keinginan untuk tetap
menjadi anggota organisasi) yang dinyatakan oleh karyawan terhadap
organisasinya (Wahyudi, 2013). Konsep organizational commitment didasarkan
pada premis bahwa individual membentuk suatu keterikatan terhadap organisasi.
Secara historis, organizational commitment merupakan perspektif yang bersifat
keperilakuan dimana komitmen diartikan sebagai perilaku yang konsisten dengan
aktivitas (Setiawan dan Ghozali, 2006). Adapun dimensi pengukuran untuk
menentukan besarnya organizational commitment menurut Allen dan Meyer (1997)
adalah sebagai berikut :
a. Komitmen afektif ;
b. Komitmen berkelanjutan ;
c. Komitmen normatif.
93
3.3.4. Operasionalisasi Variabel
Berdasarkan uraian di atas mengenai definisi dan pengukuran variabel,
dapat ditabulasikan lebih rinci ke dalam operasionalisasi variabel penelitian yang
terdapat pada Tabel 3.4 sebagai berikut:
Tabel 3.4
Operasionalisasi Variabel Penelitian
No Variabel Indikator Skala Referensi
1 Premature
Sign Off Audit
Procedures
Pemahaman Bisnis
Klien
Likert Herningsih (2001),
Weningtyas, dkk
(2006).
Pertimbangan
Pengendalian Intern
Pengujian
Substantif
Pertimbangan
Internal Auditor
Prosedur Analitis
Konfirmasi
Menggunakan
Representasi
Manajemen
Melaksanakan Uji
Kepatuhan terhadap
Pengendalian atas
Transaksi sistem
aplikasi On-line
Mengurangi Jumlah
Sampel
Pemeriksaan Fisik
2 Time Pressure Ketepatan Waktu Likert Herningsih (2001),
Weningtyas, dkk (2006)
Maulina, dkk (2010).
Pencapaian
Anggaran Waktu
Keterbatasan
Sumber Daya
Tingkat Efisiensi
Anggaran Waktu
Kepatuhan Auditor
94
No Variabel Indikator Skala Referensi
Ketidakseimbangan
Antara Tugas dan
Waktu yang
Tersedia
Penetapan Batasan
Waktu
3 Audit Risk
(Herningsih
2001,
Weningtyas,
2006)
Perhitungan Fisik Likert Herningsih (2001),
Weningtyas, dkk
(2006).
Pengurangan
Sampel Audit
Konfirmasi
4 Locus of
Control
Kurang Suka
Berusaha dalam
Mencapai Prestasi
dan Menyelesaikan
Tugas
Likert Rotter (1996),
Crider (1983),
Spector (1988),
Donnely, dkk (2003).
Kurang Memiliki
Inisiatif
Memiliki
Kepercayaan
bahwa
Keberhasilan dan
Pencapaian Prestasi
dipengaruhi oleh
Faktor dari Luar
(nasib,
keberuntungan,
lingkungan)
5 Organizational
Commitment
Komitmen Afektif Likert Meyer dan Allen
(1997),
Akhsan (2014).
Komitmen
Berkelanjutan
Komitmen
Normatif
6 Self Esteem Keberartian diri Likert Coopersmith (1967),
Malone C.F., dan Kekuatan Individu
95
No Variabel Indikator Skala Referensi
Kompetensi Robert R.W. (1996),
Fathir (2011). Ketaatan individu
dan kemampuan
memberi contoh
7 Need for
Achievement
Inovatif Likert Mc.Clelland (1987),
Almar’atus (2013),
Kholidiah (2014).
Membutuhkan
feedback
Memiliki Tanggung
Jawab Personal
terhadap Kinerja
Presistence (Tidak
Mudah Menyerah)
Menyukai Tugas
yang Sulit dan
Menantang
3.4. Metode Pengumpulan Data
3.4.1. Metode Angket
Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data primer dilakukan dengan
metode survey yaitu metode pengumpulan data primer dengan cara menyebarkan
kuesioner kepada responden dalam bentuk pertanyaan tertulis. Kuesioner
merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi
seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk
jawabannya. Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang efisien bila
peneliti tahu pasti variabel yang akan diukur dan tahu apa yang bisa diharapkan
dari responden (Sugiyono, 2009).
Kuesioner akan diberikan masing-masing KAP diberikan kuesioner
dengan jangka waktu pengembalian 2 - 3 minggu terhitung sejak kuesioner
diterima oleh responden. Setiap responden diminta untuk memilih salah satu
96
jawaban dalam kuesioner yang sesuai dengan persepsi masing – masing individu
diantara pilihan yang sudah disediakan.
Pertanyaan-pertanyaan dalam kuesioner tersebut dibuat menggunakan
skala 1 sampai dengan 5. Untuk mengisi kuesioner responden dapat dengan
memberi tanda cek (v) atau tanda silang (x) pada kolom yang dipilih. Kuesioner
dengan bentuk ini lebih menarik responden karena kemudahannya dalam memberi
jawaban dan juga waktu yang digunakan untuk menjawab akan lebih singkat.
3.4.2. Instrumen Pengolahan Data
Instrumen penelitian merupakan alat yang digunakan untuk
mengumpulkan, memeriksa, maupun menyelidiki variabel yang akan diteliti.
Dalam penelitian ini menggunakan kuesioner sebagai instrumen penelitian,
dimana pertanyaan tertulis akan diberikan kepada responden untuk memperoleh
informasi yang diperlukan. Berikut ini adalah instrumen untuk tiap-tiap variabel
dalam penelitian ini :
1. Premature sign off audit procedures
Variabel premature sign off audit procedures ini diukur menggunakan
instrumen Herningsih (2001) yang kemudian dikembangkan oleh peneliti.
Instrumen terdiri dari 20 pertanyaan yang dijawab menggunakan skala likert,
skala yang digunakan adalah skala likert 1 sampai dengan 5 poin. Jawaban dari
responden menentukan tingkat penghentian prosedur audit oleh auditor. Skor yang
diberikan untuk setiap jawaban responden sebagai berikut :
a. Jawaban Selalu (S) diberi skor 5
b. Jawaban Sering (SR) diberi skor 4
97
c. Jawaban Kadang- kadang (KK) diberi skor 3
d. Jawaban Jarang (J) diberi skor 2
e. Jawaban Tidak pernah (TP) diberi skor 1
2. Time pressure
Instrumen pengukuran variabel ini menggunakan pertanyaan yang
dikembangkan oleh Maulina (2010) yang kemudian dimodifikasi oleh peneliti.
Instrumen terdiri dari 14 pertanyaan yang dijawab menggunakan skala likert,
skala yang digunakan adalah skala likert 1 sampai dengan 5 poin. Jawaban dari
responden menentukan tingkat time pressure yang dialami oleh auditor. Skor yang
diberikan untuk setiap jawaban responden sebagai berikut :
a. Jawaban Selalu (S) diberi skor 5
b. Jawaban Sering (SR) diberi skor 4
c. Jawaban Kadang- kadang (KK) diberi skor 3
d. Jawaban Jarang (J) diberi skor 2
e. Jawaban Tidak pernah (TP) diberi skor 1
3. Audit risk
Variabel audit risk ini diukur dengan menggunakan instrumen yang
dikembangkan oleh Herningsih (2001) yang kemudian dimodifikasi oleh peneliti.
Instrumen terdiri dari 6 pertanyaan yang dijawab menggunakan skala likert, skala
yang digunakan adalah skala likert 1 sampai dengan 5 poin. Skor yang diberikan
untuk setiap jawaban responden sebagai berikut :
98
a. Jawaban Sangat tidak setuju (STS) diberi skor 5
b. Jawaban Tidak setuju (TS) diberi skor 4
c. Jawaban Netral (N) diberi skor 3
d. Jawaban Setuju (S) diberi skor 2
e. Jawaban Sangat setuju (SS) diberi skor 1
4. Locus of control
Variabel locus of control ini diukur menggunakan instrumen yang
dikembangkan oleh Donnely, dkk (2003) yang kemudian dimodifikasi oleh
peneliti. Instrumen terdiri dari 12 pertanyaan yang dijawab menggunakan skala
likert, skala yang digunakan adalah skala likert 1 sampai dengan 5 poin. Pada
variabel ini peneliti menerapkan pernyataan favorable dan unfavorable. Dimana
pernyataan favorable ditunjukkan pada item perntanyaan nomor 2, 6, 8, 9, 11, dan
12 sedangkan pernyataan unfavorable ditunjukkan pada item pertanyaan nomor 1,
3, 4, 5, 7, dan 10. Jawaban dari responden menentukan tingkat locus of control
eksternal responden, skor yang lebih tinggi menunjukkan kepribadian responden
akan locus of control eksternal tinggi . Skor yang diberikan untuk setiap jawaban
responden sebagai berikut :
a. Pernyataan Favorable
1) Jawaban Sangat Setuju (SS) diberi skor 5
2) Jawaban Setuju (S) diberi skor 4
3) Jawaban Netral (N) diberi skor 3
4) Jawaban Tidak Setuju (TS) diberi skor 2
5) Jawaban Sangat tidak setuju (STS) diberi skor 1
99
b. Pernyataan Unfavorable
1) Jawaban Sangat Setuju (SS) diberi skor 1
2) Jawaban Setuju (S) diberi skor 2
3) Jawaban Netral (N) diberi skor 3
4) Jawaban Tidak Setuju (TS) diberi skor 4
5) Jawaban Sangat tidak setuju (STS) diberi skor 5
5. Organizational commitment
Variabel organizational commitment ini diukur menggunakan instrumen
Mayer dan Allen (1997) yang dimodifikasi oleh peneliti. Instrumen terdiri dari 9
pertanyaan yang dijawab menggunakan skala likert, skala yang digunakan adalah
skala likert 1 sampai dengan 5 poin. Pada variabel ini peneliti menerapkan
pernyataan favorable dan unfavorable. Dimana pernyataan favorable ditunjukkan
pada item perntanyaan nomor 1, 2, 3, 4, 7, dan 8 sedangkan pernyataan
unfavorable ditunjukkan pada item pertanyaan nomor 5, 6, dan 9 Jawaban dari
responden menentukan tingkat organizational commitment auditor, Skor yang
diberikan untuk setiap jawaban responden sebagai berikut :
a. Pernyataan Favorable
1) Jawaban Sangat Setuju (SS) diberi skor 5
2) Jawaban Setuju (S) diberi skor 4
3) Jawaban Netral (N) diberi skor 3
4) Jawaban Tidak Setuju (TS) diberi skor 2
5) Jawaban Sangat tidak setuju (STS) diberi skor 1
100
b. Pernyataan Unfavorable
1) Jawaban Sangat Setuju (SS) diberi skor 1
2) Jawaban Setuju (S) diberi skor 2
3) Jawaban Netral (N) diberi skor 3
4) Jawaban Tidak Setuju (TS) diberi skor 4
5) Jawaban Sangat tidak setuju (STS) diberi skor 5
6. Self Esteem
Variabel self esteem ini diukur menggunakan instrumen Fathir (2011)
yang dimodifikasi oleh peneliti. Instrumen terdiri dari 9 pertanyaan yang dijawab
menggunakan skala likert, skala yang digunakan adalah skala likert 1 sampai
dengan 5 poin. Jawaban dari responden menentukan tingkat self esteem yang
dimiliki oleh auditor. Skor yang diberikan untuk setiap jawaban responden
sebagai berikut :
a. Jawaban Selalu (S) diberi skor 5
b. Jawaban Sering (SR) diberi skor 4
c. Jawaban Kadang- kadang (KK) diberi skor 3
d. Jawaban Jarang (J) diberi skor 2
e. Jawaban Tidak pernah (TP) diberi skor 1
101
7. Need for Achievement
Variabel need for achievement ini diukur menggunakan instrumen yang
dikembangkan oleh Almar’atus (2013) yang kemudian dimodifikasi oleh peneliti.
Instrumen terdiri dari 10 pertanyaan yang dijawab menggunakan skala likert, skala
yang digunakan adalah skala likert 1 sampai dengan 5 poin. Jawaban dari
responden menentukan tingkat need for achievement auditor, Skor yang diberikan
untuk setiap jawaban responden sebagai berikut :
a. Jawaban Sangat Setuju (SS) diberi skor 5
b. Jawaban Setuju (S) diberi skor 4
c. Jawaban Netral (N) diberi skor 3
d. Jawaban Tidak Setuju (TS) diberi skor 2
e. Jawaban Sangat tidak setuju (STS) diberi skor 1
3.5. Analisis Data
3.5.1. Analisis Data Deskriptif
Analisis deskriptif digunakan untuk memberikan informasi mengenai
responden penelitian. Analisis deskriptif mempelajari cara pengumpulan dan
penyajian data agar mudah dipahami. Analisis ini perlu dilakukan untuk melihat
gambaran dari keseluruhan sampel yang berhasil dikumpulkan dan memenuhi
syarat untuk dijadikan sampel penelitian. Analisis deskriptif digunakan untuk
menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang
telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang
berlaku umum atau generalisasi (Sugiyono, 2012:207-208).
102
1. Analisis Deskriptif Responden
Deskripsi responden penelitian digunakan untuk memberikan gambaran
mengenai demografi responden. Gambaran yang diberikan berupa status jabatan,
lama bekerja, jenis kelamin, kualifikasi pendidikan, dan usia pada Kantor
Akuntan Publik. Deskripsi responden penelitian digunakan untuk mengetahui
kumpulan data yang bisa mewakili sampel atau populasi dari setiap data
demografi responden.
2. Analisis Deskriptif Variabel
Deskripsi variabel penelitian digunakan untuk memberikan gambaran
mengenai tendensi sentral dan masing-masing variabel dalam penelitian ini.
Menurut Ghozali (2011), statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi
suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varian,
maksimum, minimum, sum, range, kurtosis, skewness (kemencengan distribusi).
Namun, pada penelitian ini menggunakan nilai rata-rata (mean), maksimum
(max), minimum (min), dan frekuensi dalam pengukuran analisis deskriptif dari
masing-masing variabel penelitian. Analisis deskriptif ini digunakan untuk
mempermudah dalam memahami pengukuran indikator- indikator dalam
setiap variabel yang diungkap.
103
a. Premature sign off audit procedures
Hasil dari penjumlahan masing – masing butir soal dari skala yang sudah
ditentukan, kemudian ditampilkan dengan tabel kategori tiap variabel. Dalam
menetapkan kategori penghentian prematur prosedur audit dikelompokkan
menjadi lima bagian kategori sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah, dan sangat
rendah. Berikut adalah langkah – langkah yang dapat dilakukan :
1) Menentukan rentang nilai, dengan cara
Data terbesar : 20 x 5 = 100
Data terkecil : 20 x 1 = 20
Sehingga, rentang nilai adalah 100 – 20 = 80
2) Menentukan banyaknya interval yang diperlukan yaitu lima
3) Menentukan panjang interval / (p)
4) Berdasarkan kriteria diatas, maka dapat disusun kategori variabel
dengan tabel interval sebagai berikut :
Tabel 3.5 Kategori Variabel Premature sign off audit procedures
5) No
Interval Skor Kategori 1 84 – 100 Sangat Tinggi
2 68 – 83 Tinggi
3 52 – 67 Sedang
4 36 – 51 Rendah
5 20 – 35 Sangat Rendah
Sumber : Hasil Pengolahan Data Primer, 2016
104
b. Time Pressure
Hasil dari penjumlahan masing – masing butir soal dari skala yang sudah
ditentukan, kemudian ditampilkan dengan tabel kategori tiap variabel. Dalam
menetapkan kategori time pressure dikelompokkan menjadi lima bagian
kategori sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah, dan sangat rendah. Berikut adalah
langkah – langkah yang dapat dilakukan :
1) Menentukan rentang nilai, dengan cara
Data terbesar : 14 x 5 = 70
Data terkecil : 14 x 1 = 14
Sehingga, rentang nilai adalah 70 – 14 = 56
2) Menentukan banyaknya interval yang diperlukan yaitu lima
3) Menentukan panjang interval / (p)
4) Berdasarkan kriteria diatas, maka dapat disusun kategori variabel
dengan tabel interval sebagai berikut :
Tabel 3.6 Kategori Variabel Time pressure
No Interval Skor Kategori 1 58 – 70 Sangat Tinggi
2 47 – 57 Tinggi
3 36 – 46 Sedang
4 25 – 35 Rendah
5 14 – 24 Sangat Rendah
Sumber : Hasil Pengolahan Data Primer, 2016
105
c. Audit risk
Hasil dari penjumlahan masing – masing butir soal dari skala yang sudah
ditentukan, kemudian ditampilkan dengan tabel kategori tiap variabel. Dalam
menetapkan kategori audit risk dikelompokkan menjadi lima bagian kategori
sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah, dan sangat rendah. Berikut adalah langkah –
langkah yang dapat dilakukan :
1) Menentukan rentang nilai, dengan cara
Data terbesar : 6 x 5 = 30
Data terkecil : 6 x 1 = 6
Sehingga, rentang nilai adalah 30 – 6 = 24
2) Menentukan banyaknya interval yang diperlukan yaitu lima
3) Menentukan panjang interval / (p)
4) Berdasarkan kriteria diatas, maka dapat disusun kategori variabel
dengan tabel interval sebagai berikut :
Tabel 3.7 Kategori Variabel Audit risk
No Interval Skor Kategori 1 26 – 30 Sangat Tinggi
2 21 – 25 Tinggi
3 16 – 20 Sedang
4 11 – 15 Rendah
5 6 – 10 Sangat Rendah
Sumber : Hasil Pengolahan Data Primer, 2016
106
d. Locus of Control
Hasil dari penjumlahan masing – masing butir soal dari skala yang sudah
ditentukan, kemudian ditampilkan dengan tabel kategori tiap variabel. Dalam
menetapkan kategori locus of control dikelompokkan menjadi lima bagian
kategori sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah, dan sangat rendah. Berikut adalah
langkah – langkah yang dapat dilakukan :
1) Menentukan rentang nilai, dengan cara
Data terbesar : 10 x 5 = 50
Data terkecil : 10 x 1 = 10
Sehingga, rentang nilai adalah 50 – 10 = 40
2) Menentukan banyaknya interval yang diperlukan yaitu lima
3) Menentukan panjang interval / (p)
4) Berdasarkan kriteria diatas, maka dapat disusun kategori variabel
dengan tabel interval sebagai berikut :
Tabel 3.8 Kategori Variabel Locus of Control
No Interval Skor Kategori 1 42 – 50 Sangat Tinggi
2 34 – 41 Tinggi
3 26 – 33 Sedang
4 18 – 25 Rendah
5 10 – 17 Sangat Rendah
Sumber : Hasil Pengolahan Data Primer, 2016
107
e. Organizational commitment
Hasil dari penjumlahan masing – masing butir soal dari skala yang sudah
ditentukan, kemudian ditampilkan dengan tabel kategori tiap variabel. Dalam
menetapkan kategori organizational commitment dikelompokkan menjadi
lima bagian kategori sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah, dan sangat rendah.
Berikut adalah langkah – langkah yang dapat dilakukan :
1) Menentukan rentang nilai, dengan cara
Data terbesar : 9 x 5 = 45
Data terkecil : 9 x 1 = 9
Sehingga, rentang nilai adalah 45 – 9 = 36
2) Menentukan banyaknya interval yang diperlukan yaitu lima
3) Menentukan panjang interval / (p)
4) Berdasarkan kriteria diatas, maka dapat disusun kategori variabel
dengan tabel interval sebagai berikut :
Tabel 3.9 Kategori Variabel Organizational commitment
No Interval Skor Kategori 1 37 – 45 Sangat Tinggi
2 30 – 36 Tinggi
3 23 – 29 Sedang
4 16 – 22 Rendah
5 9 – 15 Sangat Rendah
Sumber : Hasil Pengolahan Data Primer, 2016
108
f. Need for Achievement
Hasil dari penjumlahan masing – masing butir soal dari skala yang sudah
ditentukan, kemudian ditampilkan dengan tabel kategori tiap variabel. Dalam
menetapkan kategori need for achievement dikelompokkan menjadi lima
bagian kategori sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah, dan sangat rendah. Berikut
adalah langkah – langkah yang dapat dilakukan :
1) Menentukan rentang nilai, dengan cara
Data terbesar : 10 x 5 = 50
Data terkecil : 10 x 1 = 10
Sehingga, rentang nilai adalah 50 – 10 = 40
2) Menentukan banyaknya interval yang diperlukan yaitu lima
3) Menentukan panjang interval / (p)
4) Berdasarkan kriteria diatas, maka dapat disusun kategori variabel
dengan tabel interval sebagai berikut :
Tabel 3.10 Kategori Variabel Need for Achievement
No Interval Skor Kategori 1 42 – 50 Sangat Tinggi
2 34 – 41 Tinggi
3 26 – 33 Sedang
4 18 – 25 Rendah
5 10 – 17 Sangat Rendah
Sumber : Hasil Pengolahan Data Primer, 2016
109
g. Self esteem
Hasil dari penjumlahan masing – masing butir soal dari skala yang sudah
ditentukan, kemudian ditampilkan dengan tabel kategori tiap variabel. Dalam
menetapkan kategori self esteem dikelompokkan menjadi lima bagian kategori
sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah, dan sangat rendah. Berikut adalah langkah –
langkah yang dapat dilakukan :
1) Menentukan rentang nilai, dengan cara
Data terbesar : 9 x 5 = 45
Data terkecil : 9 x 1 = 9
Sehingga, rentang nilai adalah 45 – 9 = 36
2) Menentukan banyaknya interval yang diperlukan yaitu lima
3) Menentukan panjang interval / (p)
4) Berdasarkan kriteria diatas, maka dapat disusun kategori variabel
dengan tabel interval sebagai berikut :
Tabel 3.11 Kategori Variabel Self Esteem
No Interval Skor Kategori 1 37 – 45 Sangat Tinggi
2 30 – 36 Tinggi
3 23 – 29 Sedang
4 16 – 22 Rendah
5 9 – 15 Sangat Rendah
Sumber : Hasil Pengolahan Data Primer, 2016
110
3.5.2. Metode Analisis Data
1. Teknik Analisis Data
SEM merupakan salah satu jenis analisis multivariate (multivatiate
analysis) dalam ilmu sosial yang membagi menjadi dua kelompok tujuan untuk
penggunaannya, (1) bertujuan konfirmasi (primarily confirmatory) dan (2)
bertujuan eksplorasi (primarily exploratory). Analisis multivariat digunakan untuk
menguji hipotesis yang dikembangkan berdasarkan teori dan konsep yang sudah
ada, sedangkan analisis multivariat eksploratoris digunakan untuk mencari pola
data dalam kasus di mana belum ada atau masih terbatasnya teori yang
menyatakan bagaimana hubungan antarvariabel (Sholihin dan Ratmono, 2013).
Analisis data dan pengujian hipotesis ini menggunakan metode Structural
Equation Model – Partial Least Square (SEM-PLS). Model persamaan struktural
(SEM) merupakan suatu teknik analisis multivariat yang menggabungkan analisis
faktor dan analisis jalur sehingga memungkinkan peneliti untuk menguji dan
mengestimasi secara simultan hubungan antara variabel eksogen dan endogen
multiple dengan banyak faktor (Ghozali dan Latan, 2012).
PLS merupakan metode analisis yang powerfull dan sering disebut juga
sebagai soft modeling karena meniadakan asumsi-asumsi OLS (Ordinary Least
Squares) regresi, seperti data harus terdistribusi normal secara multivariate dan
tidak adanya problem multikolonieritas antar variabel eksogen (Ghozali dan
Latan, 2012). Partial Least Square (PLS) adalah bagian dari SEM. PLS adalah
teknik terbaru yang banyak diminati, karena tidak membutuhkan data yang
terdistribusi normal atau sebuah penelitian dengan sampel yang sedikit. Tujuan
111
dari penggunaan PLS yaitu untuk menjelaskan ada tidaknya hubungan antar
variabel laten dan untuk perluasan teori yang sudah ada.
Tahapan analisis menggunakan PLS-SEM setidaknya harus melalui lima
proses tahapan dimana setiap tahapan akan berpengaruh terhadap tahapan
selanjutnya (Ghozali dan Latan, 2012), yaitu:
a. Konseptualisasi model, pada tahap awal peneliti harus melakukan
pengembangan dan pengukuran konstruk.
b. Menentukan metode analisis algorithm, dalam PLS-SEM menggunakan
program SmartPLS 3.0 M3, metode analisis algorithm yang disediakan
hanyalah algorithm PLS dengan tida pilihan skema yaitu, factorial,
centroid, dan path atau structural weighting.
c. Menentukan metode resampling, umumnya terdapat dua metode yang
digunakan oleh peneliti di bidang SEM untuk melakukan proses
penyempelan kembali (resampling) yaitu, bootstrapping dan jackknifing.
d. Menggambar diagram jalur, pada tahap ini (Falk dan Miller, 1992) dalam
(Ghozali dan Latan, 2012) merekomendasikan untuk menggunakan
prosedur nomogram reticular action modeling (RAM) dengan ketentuan
sebagai berikut:
1) Konstruk teoritikal (theoretical constructs) yang menunjukan variabel
laten harus digambar dengan bentuk lingkaran atau buletan elips
(circle).
2) Variabel observed atau indikator harus digambarkan dengan bentuk
kotak (square).
112
3) Hubungan-hubungan asimetri (asymmetrical relationships)
digambarkan dengan arah panah tunggal (single headed arrow)
4) Hubungan-hubungan simetris (symmetrical relationships)
digambarkan dengan arah panah dobel (double headed arrow)
e. Evaluasi model, dalam PLS-SEM dengan program SmartPLS 3.0 dapat
dilakukan dengan menilai hasil pengukuran model kemudian dilanjutkan
dengan evaluasi model structural dan pengujian signifikansi.
2. Model Pengukuran (Outer Model)
Model pengukuran (measurement model) atau outer model menunjukkan
bagaimana variabel manifest mempresentasikan variabel laten untuk diukur
(Ghozali, 2012). Tahap pertama dalam SEM-PLS adalah menilai outer model,
yang memfokuskan pada pengujian validitas dan reliabilitas yang
mempresentasikan setiap konstruk. Bagian ini memberikan evaluasi mengenai
keakuratan (reliabel) dari item dan juga untuk validitas convergent dan
discriminant. Uji validitas convergent indikator refleksif dapat dilihat dari nilai
loading factor untuk tiap indikator konstruk. Sedangkan validitas discriminant
berhubungan dengan prinsip bahwa manifest variabel konstruk yang berbeda
seharunya tidak berkolerasi dengan tinggi (Ghozali dan Latan, 2012). Uji yang
dilakukan pada model pengukuran atau outer model sebagai berikut:
a. Convergent Validity. Untuk menilai validitas convergent dilihat dari nilai
loading factor, untuk indikator refleksif dikatakan tinggi jika nilai loading
factor lebih dari 0,70 dengan konstruk yang ingin diukur. Namun demikian,
pada penelitian tahap awal dari pengembangan skala pengukuran nilai
113
loading factor 0,50 sampai 0,60 dianggap cukup (Chin, 1998 dalam Ghozali,
2008). Konstruk dengan nilai loading factor kurang dari 0,50 harus didrop
(dihapus) agar dapat menghasilkan model yang baik.
b. Untuk melihat convergent validity juga dapat dilihat dari nilai Average
Variance Extracted (AVE). Nilai AVE harus lebih dari 0.5.
c. Discriminant Validity yang baik ditunjukkan dari akar kuadrat AVE untuk
tiap konstruk lebih besar dari korelasi antar konstruk dalam model.
d. Cronbach Alpha. Uji reliabilitas dapat dilihat dari nilai cronbach alpha,
dikatakan reliabel jika nilai cronbach alpha lebih dari 0,70.
e. Composite Reliability. Untuk menilai reliabilitas konstruk yang nilai
composite reliability harus lebih besar dari 0.7.
3. Model Struktural (Inner Model)
Model struktural dengan menggunakan PLS, kita mulai dengan melihat
nilai R-Square untuk setiap variabel laten endogen sebagai kekuatan prediksi dari
model struktural (Ghozali dan Latan, 2012). Model struktural atau inner model
merupakan bagian pengujian hipotesis yang digunakan untuk menguji variabel
laten eksogen (independen) terhadap variabel laten endogen (dependen) apakah
mempunyai pengaruh yang substantif. Nilai R-Square 0.75, 0.50, 0.25
menunjukkan bahwa model kuat, moderate, lemah. Pengaruh F2 dapat dihitung
dengan rumus sebagai berikut:
Dimana R2 included dan R
2 excluded adalah R-Square dari variabel laten
endogen ketika predictor variabel laten digunakan atau dikeluarkan di dalam
114
persamaan structural. Nilai f2 0.02, 0.15, dan 0.35 menunjukkan bahwa predictor
variabel laten memiliki pengaruh kecil, menengah dan besar pada level structural.
Disamping melihat besarnya nilai R-Squares, evaluasi model PLS dapat
juga dilakukan dengan predictive relevance atau predictive sample, dengan
rumus:
= ∑ ∑
dimana:
D = omission disatnce
E = the sum of squares of prediction error
O = the sum of squares errors using the mean for prediction
Nilai >0 menunjukkan bahwa model mempunyai mempunyai predictive
relevance, sedangkan Nilai <0 menunjukkan bahwa model kurang mempunyai
predictive relevance.
4. Uji Hipotesis
a. Uji t (direct effect)
Ukuran signifikansi keterdukungan hipotesis dapat digunakan
perbandingan nilai t-table dan t-statistic. Jika t-statistic lebih tinggi dibandingkan
nilai t-table, berarti hipotesis terdukung atau diterima. Penelitian ini menggunakan
tingkat keyakinan 95 persen (alpha 95 persen), maka nilai t-table untuk hipotesis
satu ekor (one-tailed) adalah >1,96. Pengujian hipotesis statistic dalam
permodelan PLS yang digunakan dengan menggunakan model bootstrapping.
115
b. Uji Mediasi (indirect effect)
Salah satu pendekatan untuk menguji hipotesis mediasi adalah dengan
strategi product of coefficient, yaitu dengan menguji signifikansi indirect effect
(perkalian direct effect variabel independen terhadap mediator , p1 dan direct
effect mediator terhadap variabel dependen,p2, sehingga indirect effect adalah
p1*p2). Akan tetapi sampai saat ini belum ada software PLS yang memiliki
fasilitas pengujian langsung terhadap indirect effect, sehingga pengujian
mediasional berdasarkan signifikansi indirect effect pada PLS dilakukan secara
manual.
Uji signifikansi indirect effect p1*p2 didasarkan pada rasio antara
koefisien p1*p2 dengan standard error-nya yang akan menghasilkan nilai z
statistik (z-value). Standard error koefisien p1*p2 dihitung berdasarkan versi
Aroian dari Sobel test yang dipopulerkan dan direkomendasikan oleh Baron and
Kenny (1986), yaitu :
√
Dimana:
P1 adalah koefisien path pengaruh variabel independen terhadap variabel mediasi
P2 adalah koefisien path pengaruh variabel mediasi terhadap variabel dependen
SP1 adalah standard error dari koefisien path p1
SP2 adalah standard error dari koefisien path p2
116
Jika z-value dalam harga mutlak = 1,96 atau tingkat signifikansi statistik z
(p-value) = 0,05, berarti indirect effect variabel independen terhadap dependen
melalui variabel mediasi, signifikan pada taraf signifikansi 0,05 (Preacher and
Hayes., 2004). Sedangkan untuk mengetahui koefisien indirect effect dapat
dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
Dimana :
P1 adalah koefisien path pengaruh variabel independen terhadap variabel mediasi
P2 adalah koefisien path pengaruh variabel mediasi terhadap variabel dependen
Selain menggunakan rumus diatas kita juga dapat mengetahui tingkat
signifikan dan koefisien indirect effect melalui alat hitung interaktif sobel test
calculator hanya dengan memasukkan nilai P1, P2, beserta standart error-nya yang
dapat diakses pada http://www.danielsoper.com/statcalc/calculator.aspx?id=31.
Hasilnya akan sama dengan rumus yang tertera diatas.
116
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
4.1.1 Deskripsi Responden Penelitian
Identitas responden yang diungkap dalam penelitian ini meliputi
jenis kelamin, pendidikan terakhir, posisi / jabatan saat ini, dan lama
bekerja. Hal tersebut dimaksudkan untuk mengetahui latar belakang
responden yang menjadi sampel penelitian. Terdapat sejumlah 72
responden yang dapat dijadikan sampel penelitian. Data mengenai latar
belakang responden ditampilkan pada tabel 4.1 sebagai berikut :
Tabel 4.1
Data Statistik Responden
No Keterangan Jumlah Presentase
1. Jenis Kelamin
a. Pria 51 70,83%
b. Wanita 21 29,17%
Jumlah 72 100%
2. Pendidikan Terakhir
a. Pasca Sarjana 6 8,33%
b. Sarjana 58 80,56%
c. Diploma 8 11,11%
d. SMA / SMK sederajat 0 0%
e. Lain – lain 0 0%
Jumlah 72 100%
3. Posisi / Jabatan saat ini
a. Auditor Junior 16 22,22%
b. Auditor Senior 47 65,28%
c. Supervisor 6 8,33%
d. Manajer 1 1,08%
e. Partner 2 2,78%
Jumlah 72 100%
4. Lama Bekerja
a. < 1 tahun 2 2,78%
b. 1 – 3 Tahun 33 45,83%
c. > 3 Tahun 37 51,39%
Jumlah 72 100%
117
Tabel 4.1 menunjukkan bahwa sebanyak 51 (70,83%) responden
berjenis kelamin pria, sedangkan sisanya yaitu sebanyak 21 (29,17%)
responden berjenis kelamin wanita. Kemudian untuk pendidikan terakhir
auditor yang bekerja pada KAP di Kota Semarang sebanyak 6 (8,33%)
responden merupakan lulusan pasca sarjana, sebanyak 58 (80,56%)
responden lulusan sarjana, dan sebanyak 8 (11,11%) responden lulusan
diploma, sedangkan untuk SMA / SMK sederajat dan lain lain tidak ada.
Pada bagian posisi / jabatan saat ini, sebanyak 16 (22,22%) responden
merupakan auditor junior, sebanyak 47 (65,28%) responden menjabat
sebagai auditor senior, 6 (8,33%) responden menjabat sebagai supervisor,
sedangkan untuk jabatan manajer dan partner masing – masing terdapat 1
(1,08%) responden dan 2 (2,78%) responden. Kemudian lamanya
responden bekerja pada KAP di Kota Semarang paling banyak yaitu > 3
tahun dengan jumlah 37 (51,39%) responden, sedangkan yang paling
rendah adalah < 1 tahun dengan jumlah 2 (2,78%), dan sisanya sebanyak
33 (45,83%) responden telah bekerja selama kurang lebih 1 – 3 tahun.
4.1.2 Deskripsi Variabel Penelitian
Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data
yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varian, maksimum,
minimum, sum, range, kurtosis, dan skewness (kemencengan distribusi)
(Ghozali, 2011). Peneliti menggunakan analisis deskriptif berupa mean,
maksimum, minimum, dan frekuensi untuk mempermudah dalam
Sumber : Data primer diolah, 2016 ( Lampiran 4 Hal 215 )
118
memahami pengukuran indikator-indikator dalam setiap variabel yang
diungkapkan dalam penelitian. Berikut ini disajikan deskripsi masing-
masing variabel penelitian.
1. Premature Sign Off Audit Procedures
Tabel 4.2
Distribusi Frekuensi Variabel Premature sign off audit procedures
Interval Skor Kategori Frekuensi Persentase
84 – 100 Sangat Tinggi 7 9,7%
68 – 83 Tinggi 9 12,5%
52 – 67 Sedang 9 12,5%
36 – 51 Rendah 12 16,7%
20 – 35 Sangat Rendah 35 48,6%
Jumlah 72 100%
Skor Tertinggi 89
Skor Terendah 20
Rata-rata 45,32
Kategori R
Sumber: Data primer diolah, 2016 (Lampiran 5 Hal 216)
Berdasarkan jawaban responden, ringkasan deskripsi variabel yang
tersaji dalam Tabel 4.2 menunjukkan hasil bahwa variabel Premature sign
off audit procedures memiliki skor rata – rata 45,32 dengan demikian
dapat diketahui variabel tersebut termasuk dalam kategori rendah, yang
artinya auditor yang bekerja pada KAP di kota Semarang memiliki
toleransi yang rendah terhadap perilaku premature sign off audit
procedures. Dari penelitian ini diketahui juga KAP yang sangat tidak
mentolerir prilaku premature sign off audit procedures antara lain KAP
ARHJ, KAP Sodikin, KAP Hananta, KAP Darsono, KAP RAS, KAP
BYSA, serta KAP BTFD. Adapun untuk distribusi jawaban rensponden
per-indikator dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
119
Tabel 4.3
Distribusi Per-Indikator Variabel Premature sign off audit procedures
No Indikator Persentase Kategori
1 Pemahaman Bisnis Klien 44,03 Rendah
2 Pertimbangan Pengendalian Intern 43,33 Rendah
3 Pengujian Substantif 46,11 Rendah
4 Pertimbangan Internal Auditor 45,56 Rendah
5 Prosedur Analitis 45,83 Rendah
6 Konfirmasi 45,83 Rendah
7 Menggunakan Representasi
Manajemen 45,69 Rendah
8
Melaksanakan Uji Kepatuhan
terhadap Pengendalian atas
Transaksi sistem aplikasi On-line
45,42 Rendah
9 Mengurangi Jumlah Sampel 48,47 Rendah
10 Pemeriksaan Fisik 42,92 Rendah
Sumber: Data primer diolah, 2016 (Lampiran 5 Hal 216)
Berdasarkan Tabel 4.3 yang menunjukkan distribusi jawaban
responden untuk setiap indikator yang membentuk variabel premature
sign off audit procedures. Untuk indikator pemahaman bisnis klien
memiliki nilai presentase 44,03% dengan kategori rendah, artinya
toleransi auditor untuk tidak melaksanakan prosedur audit mengenai
pemahaman bisnis klien rendah atau bisa dikatakan baik. Indikator
pertimbangan pengendalian intern mendapatkan nilai persentase 43,33%
dengan kategori rendah, artinya toleransi auditor untuk tidak
melaksanakan prosedur audit mengenai pertimbangan pengendalian
intern rendah atau bisa dikatakan baik. Indikator pengujian substantif
120
mendapatkan nilai persentase 46,11% dengan kategori rendah, artinya
toleransi auditor untuk tidak melaksanakan prosedur audit mengenai
pengujian substantif rendah atau bisa dikatakan baik. Indikator
pertimbangan internal auditor memperoleh nilai persentase 45,56%
dengan kategori rendah, artinya toleransi auditor untuk tidak
melaksanakan prosedur audit mengenai pertimbangan internal auditor
rendah atau bisa dikatakan baik. Indikator prosedur analitis memperoleh
nilai persentase 45,83% dengan kategori rendah, artinya toleransi auditor
untuk tidak melaksanakan prosedur audit mengenai prosedur analitis
rendah atau bisa dikatakan baik. Indikator konfirmasi memperoleh nilai
persentase 45,83% dengan kategori rendah, artinya toleransi auditor
untuk tidak melaksanakan prosedur audit mengenai konfirmasi rendah
atau bisa dikatakan baik. Indikator menggunakan representasi
manajemen memperoleh nilai persentase 45,69% dengan kategori rendah,
artinya toleransi auditor untuk tidak melaksanakan prosedur audit
mengenai menggunakan representasi manajemen rendah atau bisa
dikatakan baik. Indikator melaksanakan uji kepatuhan terhadap
pengendalian atas transaksi sistem aplikasi on-line memperoleh nilai
persentase 45,42% dengan kategori rendah, artinya toleransi auditor
untuk tidak melaksanakan prosedur audit mengenai pengendalian atas
transaksi sistem aplikasi on-line rendah atau bisa dikatakan baik.
Indikator mengurangi jumlah sampel memperoleh nilai persentase
48,47% dengan kategori rendah, artinya toleransi auditor untuk tidak
121
melaksanakan prosedur audit mengenai mengurangi jumlah sampel
rendah atau bisa dikatakan baik. Indikator pemeriksaan fisik memperoleh
nilai persentase 42,92% dengan kategori rendah, yang artinya toleransi
auditor untuk tidak melaksanakan prosedur audit mengenai pemeriksaan
fisik rendah atau bisa dikatakan baik. Penentuan kategori per-indikator
yang dilakukan peneliti dapat dilihat pada lampiran 12.
2. Time pressure
Tabel 4.4
Distribusi Frekuensi Variabel Time Pressure
Interval Skor Kategori Frekuensi Persentase
58 – 70 Sangat Tinggi 3 4,2%
47 – 57 Tinggi 19 26,4%
36 – 46 Sedang 19 26,4%
25 – 35 Rendah 30 41,7%
14 – 24 Sangat Rendah 1 1,4%
Jumlah 72 100%
Skor Tertinggi 60
Skor Terendah 20
Rata-rata 38,83
Kategori S
Sumber: Data primer diolah, 2016 (Lampiran 6 Hal 219)
Berdasarkan jawaban responden, ringkasan deskripsi variabel yang
tersaji dalam Tabel 4.4 menunjukkan hasil bahwa variabel time Pressure
memiliki skor rata – rata 38,83 dengan demikian apabila dilihat dari skor
rata- rata variabel tersebut termasuk dalam kategori sedang, yang artinya
auditor memiliki tingkat keadaan time pressure yang seimbang. Akan
tetapi jika dilihat dari frekuensinya auditor kecenderungan memiliki time
pressure yang rendah. Hal ini mengindikasi bahwa sesungguhnya auditor
122
yang bekerja pada KAP di kota Semarang tidak terlalu banyak mendapat
tekanan saat melaksanakan audit. Dari penelitian ini dapat diketahui juga
KAP yang tidak terlalu banyak mendapat tekanan dalam pengerjaan audit
antara lain KAP Hananta, KAP RAS, KAP BYSA, dan KAP BTFD.
Adapun untuk distribusi jawaban rensponden per-indikator dapat dilihat
pada tabel dibawah ini.
Tabel 4.5
Distribusi Persentase Per-Indikator Time Pressure
No Indikator Persentase Kategori
1 Ketepatan Waktu 54,44 Sedang
2 Pencapaian Anggaran Waktu 56,11 Sedang
3 Keterbatasan Sumber Daya 55,14 Sedang
4 Tingkat Efisiensi Anggaran
Waktu 60,14 Sedang
5 Kepatuhan Auditor 53,33 Sedang
6 Ketidakseimbangan Antara
Tugas dan Waktu yang
Tersedia
55,42 Sedang
7 Penetapan Batasan Waktu 53,75 Sedang
Sumber: Data primer diolah, 2016 (Lampiran 6 Hal 219)
Berdasarkan Tabel 4.5 yang menunjukkan distribusi jawaban
responden untuk setiap indikator yang membentuk variabel time
pressure. Untuk indikator ketepatan waktu memperoleh nilai persentase
sebesar 54,44% dengan kategori sedang, yang berarti tekanan yang
diterima auditor saat melaksanakan audit berdasarkan ketepatan waktu
tidak terlalu tinggi namun juga tidak terlalu rendah. Indikator pencapaian
123
anggaran waktu memperoleh nilai persentase sebesar 56,11% dengan
kategori sedang, yang berarti tekanan yang diterima auditor saat
melaksanakan audit berdasarkan pencapaian anggaran waktu tidak terlalu
tinggi namun juga tidak terlalu rendah. Indikator keterbatasan sumber
daya memperoleh nilai persentase sebesar 55,14% dengan kategori
sedang, yang berarti tekanan yang diterima auditor saat melaksanakan
audit berdasarkan keterbatasan sumber daya tidak terlalu tinggi namun
juga tidak terlalu rendah. Indikator tingkat efisiensi anggaran waktu
memperoleh nilai persentase sebesar 60,14% dengan kategori sedang,
yang berarti tekanan yang diterima auditor saat melaksanakan audit
berdasarkan tingkat efisiensi anggaran waktu tidak terlalu tinggi namun
juga tidak terlalu rendah. Indikator kepatuhan auditor memperoleh nilai
persentase sebesar 53,33% dengan kategori sedang, yang berarti tekanan
yang diterima auditor saat melaksanakan audit berdasarkan kepatuhan
auditor tidak terlalu tinggi namun juga tidak terlalu rendah. Indikator
ketidakseimbangan antara tugas dan waktu yang tersedia memperoleh
nilai persentase sebesar 55,42% dengan kategori sedang, yang berarti
tekanan yang diterima auditor saat melaksanakan audit berdasarkan
kesenjangan antara tugas dengan waktu yang diberikan seimbang.
Indikator penetapan batasan waktu memperoleh nilai persentase sebesar
53,75% dengan kategori sedang, yang berarti tekanan yang diterima
auditor saat melaksanakan audit berdasarkan penetapan batasan waktu
124
tidak terlalu tinggi namun juga tidak terlalu rendah. Penentuan kategori
per-indikator yang dilakukan peneliti dapat dilihat pada lampiran 12.
3. Audit Risk
Tabel 4.6
Distribusi Frekuensi Variabel Audit Risk
Interval Skor Kategori Frekuensi Persentase
26 – 30 Sangat Tinggi 2 2,8%
21 – 25 Tinggi 9 12,5%
16 – 20 Sedang 10 13,9%
11 – 15 Rendah 25 34,7%
6 – 10 Sangat Rendah 26 36,1%
Jumlah 72 100%
Skor Tertinggi 27
Skor Terendah 6
Rata-rata 13,61
Kategori R
Sumber: Data primer diolah, 2016 (Lampiran 7 Hal 222)
Berdasarkan jawaban responden, ringkasan deskripsi variabel yang
tersaji dalam Tabel 4.6 menunjukkan hasil bahwa variabel audit risk
memiliki skor rata – rata 13,61 dengan demikian apabila dilihat dari skor
rata- rata variabel tersebut termasuk dalam kategori rendah, yang artinya
auditor memiliki tingkat audit risk yang rendah, dimana tingkat audit risk
yang rendah mengindikasi jika auditor secara mayoritas mampu
mendeteksi salah saji material dalam laporan keuangan klien. Dari
penelitian ini diketahui juga KAP yang memiliki tingkat audit risk yang
rendah antara lain KAP ARHJ, KAP Sodikin, KAP Hananta, KAP
Darsono, KAP RAS, KAP BYSA, dan KAP BTFD. Adapun untuk
125
distribusi jawaban rensponden per-indikator dapat dilihat pada tabel
dibawah ini.
Tabel 4.7
Persentase Per-Indikator Variabel Audit Risk
No Indikator Persentase Kategori
1 Perhitungan Fisik 43,19 % Rendah
2 Pengurangan Sampel
Audit 48,19 % Rendah
3 Konfirmasi 44,72 % Rendah
Sumber: Data primer diolah, 2016 (Lampiran 7 Hal 222)
Berdasarkan Tabel 4.7 yang menunjukkan distribusi jawaban
responden untuk setiap indikator yang membentuk variabel audit risk.
Untuk indikator perhitungan fisik memperoleh nilai persentase sebesar
43,19% dengan kategori rendah, hal ini menunjukkan bahwa toleransi
auditor untuk tidak melaksanakan perhitungan fisik rendah sehingga
audit risk yang diterima rendah atau bisa dikatakan baik. Indikator
pengurangan sampel audit memperoleh nilai persentase sebesar 48,19%
dengan kategori rendah, hal ini menunjukkan bahwa toleransi auditor
untuk mengurangi jumlah sampel audit rendah sehingga audit risk yang
diterima rendah atau bisa dikatakan baik. Indikator konfirmasi
memperoleh nilai persentase sebesar 44,72% dengan kategori rendah,
hal ini menunjukkan bahwa toleransi auditor untuk tidak melaksanakan
konfirmasi rendah sehingga audit risk yang diterima rendah atau bisa
126
dikatakan baik. Penentuan kategori per-indikator yang dilakukan
peneliti dapat dilihat pada lampiran 12.
4. Locus of control
Tabel 4.8
Distribusi Frekuensi Variabel Locus of control
Interval Skor Kategori Frekuensi Persentase
42 – 50 Sangat Tinggi 1 1,4%
34 – 41 Tinggi 16 22,2%
26 – 33 Sedang 14 19,4%
18 – 25 Rendah 31 43,1%
10 – 17 Sangat Rendah 10 13,9%
Jumlah 72 100%
Skor Tertinggi 42
Skor Terendah 12
Rata-rata 25,56
Kategori S
Sumber: Data primer diolah, 2016 (Lampiran 8 Hal 224)
Berdasarkan jawaban responden, ringkasan deskripsi variabel yang
tersaji dalam Tabel 4.8 menunjukkan hasil bahwa variabel locus of
control memiliki skor rata – rata 25,56 dengan demikian apabila dilihat
dari skor rata- rata variabel tersebut termasuk dalam kategori sedang,
yang artinya auditor memiliki tingkat keadaan locus of control yang
seimbang. Akan tetapi jika dilihat dari frekuensinya auditor
kecenderungan memiliki locus of control yang rendah. locus of control
yang rendah dalam penelitian ini bermakna bahwa secara garis besar
auditor di semarang menganggap mereka merupakan pemegang kendali
atas apa-apa pun yang terjadi pada diri mereka sendiri. Dari penelitian ini
127
dapat diketahui juga KAP yang cenderung memiliki locus of control
rendah antara lain KAP ARHJ, KAP Darsono, KAP RAS, KAP BYSA,
serta KAP BTFD. Adapun untuk distribusi jawaban rensponden per-
indikator dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 4.9
Persentase Per-Indikator Variabel Locus of control
No Indikator Persentase Kategori
1
Kurang Suka Berusaha dalam
Mencapai Prestasi dan
Menyelesaikan Tugas
45,14 % Rendah
2 Kurang Memiliki Inisiatif 51,53 % Rendah
3
Memiliki Kepercayaan bahwa
Keberhasilan dan Pencapaian
Prestasi dipengaruhi oleh Faktor dari
Luar (nasib, keberuntungan,
lingkungan)
53,68 % Sedang
Sumber: Data primer diolah, 2016 (Lampiran 8 Hal 224)
Berdasarkan Tabel 4.9 yang menunjukkan distribusi jawaban
responden untuk setiap indikator yang membentuk variabel locus of
control. Untuk indikator kurang suka berusaha dalam mencapai prestasi
dan menyelesaikan tugas memperoleh hasil persentase sebesar 45,14%
dengan kategori rendah, hal ini menunjukkan bahwa mayoritas auditor
yang bekerja pada KAP di Kota Semarang cenderung suka berusaha
dalam mencapai prestasi sehingga bisa dikatakan baik. Indikator kurang
memiliki inisiatif memperoleh hasil persentase sebesar 51,53% dengan
kategori rendah, hal ini menunjukkan bahwa mayoritas auditor yang
bekerja pada KAP di Kota Semarang memiliki inisiatif yang baik dalam
melaksanakan tugasnya sebagai auditor. Indikator auditor memiliki
128
kepercayaan bahwa keberhasilan dan pencapaian prestasi dipengaruhi
oleh faktor dari luar memperoleh hasil persentase sebesar 53,68% dengan
kategori sedang, hal ini menunjukkan bahwa mayoritas auditor yang
bekerja pada KAP di Kota Semarang mengenai kepercayaan bahwa
keberhasilan dan pencapaian prestasi dipengaruhi oleh faktor dari luar
seperti nasib, keberuntungan, dan lingkungan cenderung seimbang.
Penentuan kategori per-indikator yang dilakukan peneliti dapat dilihat
pada lampiran 12.
5. Organizational commitment
Tabel 4.10
Distribusi Frekuensi Variabel Organizational commitment
Interval Skor Kategori Frekuensi Persentase
37 – 45 Sangat Tinggi 10 13,9%
30 – 36 Tinggi 23 31,9%
23 – 29 Sedang 16 22,2%
16 – 22 Rendah 16 22,2%
9 – 15 Sangat Rendah 7 9,7%
Jumlah 72 100%
Skor Tertinggi 43
Skor Terendah 11
Rata-rata 27,46
Kategori S
Sumber: Data primer diolah, 2016 (Lampiran 9 Hal 226)
Berdasarkan jawaban responden, ringkasan deskripsi variabel yang
tersaji dalam Tabel 4.10 menunjukkan hasil bahwa variabel
Organizational commitment memiliki skor rata – rata 27,46 dengan
demikian apabila dilihat dari skor rata- rata variabel tersebut termasuk
dalam kategori sedang, yang artinya auditor memiliki tingkat
129
organizational commitment yang seimbang. Akan tetapi jika dilihat dari
frekuensinya auditor kecenderungan memiliki organizational
commitment yang tinggi. Hal ini mengindikasi bahwa kecenderungan
auditor pada KAP di kota Semarang memiliki komitmen yang tinggi
terhadap organisasi tempat ia bekerja saat ini. Dari penelitian ini dapat
diketahui juga KAP yang cenderung memiliki organizational
commitment tinggi antara lain KAP Sodikin, KAP Darsono, KAP RAS,
KAP BYSA, serta KAP BTFD. Adapun untuk distribusi jawaban
rensponden per-indikator dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 4.11
Persentase Per-Indikator Variabel Organizational commitment
No Indikator Persentase Kategori
1 Komitmen Afektif 61,57 Sedang
2 Komitmen Berkelanjutan 59,07 Sedang
3 Komitmen Normatif 62,41 Sedang
Sumber: Data primer diolah, 2016 (Lampiran 9 Hal 226)
Berdasarkan Tabel 4.11 yang menunjukkan distribusi jawaban
responden untuk setiap indikator yang membentuk variabel
organizational commitment. Untuk indikator komitmen afektif
memperoleh nilai persentase sebesar 61,57% dengan kategori sedang, hal
ini menunjukkan bahwa keterikatan atau hubungan emosional yang
dimiliki auditor dengan KAP tempat ia bekerja cenderung seimbang.
Indikator komitmen berkelanjutan memperoleh nilai persentase sebesar
130
59,07% dengan kategori sedang, hal ini menunjukkan bahwa keinginan
untuk tetap bekerja di KAP menurut perhitungan analitis untung dan rugi
yang dimiliki auditor cenderung seimbang. Indikator komitmen normatif
memperoleh nilai persentase sebesar 62,41% dengan kategori sedang, hal
ini menunjukkan bahwa keinginan untuk tetap bertahan karena
pertimbangan perasaan tidak enak yang dimiliki auditor cenderung
seimbang. Penentuan kategori per-indikator yang dilakukan peneliti
dapat dilihat pada lampiran 12.
6. Self esteem
Tabel 4.12
Distribusi Frekuensi Variabel Self Esteem
Interval Skor Kategori Frekuensi Persentasi
37 – 45 Sangat Tinggi 27 37,5%
30 – 36 Tinggi 21 29,2%
23 – 29 Sedang 11 15,3%
16 – 22 Rendah 4 5,6%
9 – 15 Sangat Rendah 9 12,5%
Jumlah 72 100%
Skor Tertinggi 45
Skor Terendah 12
Rata-rata 31,96
Kategori T
Sumber: Data primer diolah, 2016 (Lampiran 10 Hal 228)
Berdasarkan jawaban responden, ringkasan deskripsi variabel yang
tersaji dalam Tabel 4.12 menunjukkan hasil bahwa variabel self esteem
memiliki skor rata – rata 31,96 dengan demikian apabila dilihat dari skor
rata- rata variabel tersebut termasuk dalam kategori tinggi, yang artinya
auditor yang bekerja pada KAP di kota Semarang cenderung memiliki
tingkat self esteem yang tinggi, dimana tingkat self esteem yang tinggi
131
mengindikasi jika auditor memiliki harga diri yang tinggi. Harga diri ini
menunjukkan penghargaan dan pengakuan atau tidak, serta menunjukkan
sejauh mana individu tersebut merasa mampu, sukses, dan berharga. Dari
penelitian ini dapat diketahui juga KAP yang cenderung memiliki self
esteem tinggi antara lain KAP ARHJ, KAP Sodikin, KAP Hananta, KAP
Darsono, KAP RAS, KAP BYSA, serta KAP BTFD. Adapun untuk
distribusi jawaban rensponden per-indikator dapat dilihat pada tabel
dibawah ini.
Tabel 4.13
Persentase Per-Indikator Variabel Self Esteem
No Indikator Persentase Kategori
1 Keberartian diri 71,53 Tinggi
2 Kekuatan Individu 70,83 Tinggi
3 Kompetensi 69,44 Tinggi
4 Ketaatan individu dan kemampuan
memberi contoh 71,85 Tinggi
Sumber: Data primer diolah, 2016 (Lampiran 10 Hal 228)
Berdasarkan Tabel 4.13 yang menunjukkan distribusi jawaban
responden untuk setiap indikator yang membentuk variabel self esteem.
Untuk indikator keberartian diri memperoleh nilai persentase sebesar
71,53% dengan kategori tinggi, hal ini menunjukkan bahwa mayoritas
auditor pada KAP di Kota Semarang menganggap diri mereka berarti dan
menunjukkan auditor memiliki harga diri yang tinggi. Indikator kekuatan
individu memperoleh nilai persentase sebesar 70,83% dengan kategori
132
tinggi, hal ini menunjukkan bahwa mayoritas auditor pada KAP di Kota
Semarang memiliki kemampuan atau keberhasilan dalam mengontrol
perilaku yang akan terjadi pada diri mereka yang menunjukkan auditor
memiliki harga diri yang tinggi. Indikator kompetensi memperoleh nilai
persentase sebesar 69,44% dengan kategori tinggi, hal ini menunjukkan
bahwa mayoritas auditor pada KAP di Kota Semarang mampu
menunjukkan performa kerja dan prestasi yang sesuai harapan yang
mengindikasi auditor mempunyai harga diri yang tinggi. Indikator
ketaatan individu dan kemampuan memberi contoh memperoleh nilai
persentase sebesar 71,85% dengan kategori tinggi, hal ini menunjukkan
bahwa mayoritas auditor pada KAP di Kota Semarang mampu
menyesuaikan diri dengan standar moral dan etika yang berlaku di
lingkungannya yang mengindikasi auditor mempunyai harga diri yang
tinggi. Penentuan kategori per-indikator yang dilakukan peneliti dapat
dilihat pada lampiran 12.
7. Need for achievement
Tabel 4.14
Distribusi Frekuensi Variabel Need for Achievement
Interval Skor Kategori Frekuensi Persentasi
42 – 50 Sangat Tinggi 36 50%
34 – 41 Tinggi 15 20,8%
26 – 33 Sedang 13 18,1%
18 – 25 Rendah 8 11,1%
10 – 17 Sangat Rendah 0 0%
Jumlah 72 100%
Skor Tertinggi 45
Skor Terendah 21
Rata-rata 38,53
133
Kategori T
Sumber: Data primer diolah, 2016 (Lampiran 11 Hal 230)
Berdasarkan jawaban responden, ringkasan deskripsi variabel yang
tersaji dalam Tabel 4.14 menunjukkan hasil bahwa variabel need for
achievement memiliki skor rata – rata 38,53 dengan demikian apabila
dilihat dari skor rata- rata variabel tersebut termasuk dalam kategori tinggi,
yang artinya auditor yang bekerja pada KAP di kota Semarang cenderung
memiliki tingkat need for achievement yang tinggi, dimana tingkat need
for achievement yang tinggi mengindikasi jika auditor memiliki motivasi
untuk mencapai suatu keberhasilan, dimana individu tersebut memiliki
motivasi berprestasi tinggi dengan mempertahankan standar kinerja yang
tinggi, mempunyai keinginan mengerjakan suatu tugas yang sulit, dan
memiliki kecenderungan mengambil keputusan yang lebih berisiko
dengan memperimbangkan keahlian dan kemampuannya. Dari penelitian
ini dapat diketahui juga KAP yang cenderung memiliki need for
achievement tinggi antara lain KAP ARHJ, KAP Sodikin, KAP Hananta,
KAP RAS, KAP BYSA, serta KAP BTFD. Adapun untuk distribusi
jawaban rensponden per-indikator dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 4.15
Persentase Per-Indikator Variabel Need for Achievement
No Indikator Persentase Kategori
1 Inovatif 76,53 Tinggi
2 Membutuhkan feedback 77,64 Tinggi
3 Memiliki Tanggung Jawab Personal
terhadap Kinerja 78,47 Tinggi
134
4 Presistence (Tidak Mudah Menyerah) 77,08 Tinggi
5 Menyukai Tugas yang Sulit dan
Menantang 75,56 Tinggi
Sumber: Data primer diolah, 2016 (Lampiran 11 Hal 230)
Berdasarkan Tabel 4.15 yang menunjukkan distribusi jawaban
responden untuk setiap indikator yang membentuk variabel need for
achievement. Untuk indikator inovatif memperoleh nilai persentase
sebesar 76,53% dengan kategori tinggi, hal ini menunjukkan bahwa
auditor yang bekerja pada KAP di kota Semarang cenderung memiliki
inovatif yang tinggi yang akan mengindikasi adanya need for
achievement yang tinggi pula. Indikator membutuhkan feedback
memperoleh nilai persentase sebesar 77,64% dengan kategori tinggi, hal
ini menunjukkan bahwa auditor yang bekerja pada KAP di kota
Semarang cenderung memerlukan timbal balik untuk mengetahui
seberapa baik mereka dalam mengerjakan sesuatu pekerjaan yang akan
mengindikasi adanya need for achievement yang tinggi. Indikator
memiliki tanggung jawab personal terhadap kinerja memperoleh nilai
persentase sebesar 78,47% dengan kategori tinggi, hal ini menunjukkan
bahwa auditor yang bekerja pada KAP di kota Semarang cenderung
bertanggung jawab atas kinerja mereka yang akan mengindikasi adanya
need for achievement yang tinggi. Indikator Presistence (tidak mudah
menyerah) memperoleh nilai persentase sebesar 77,08% dengan kategori
tinggi, hal ini menunjukkan bahwa auditor yang bekerja pada KAP di
kota Semarang cenderung tidak mudah menyerah apabila mendapatkan
135
tugas yang sulit sekalipun yang akan mengindikasi adanya need for
achievement yang tinggi. Indikator menyukai tugas yang sulit dan
menantang memperoleh nilai persentase sebesar 75,56% dengan kategori
tinggi, hal ini menunjukkan bahwa auditor yang bekerja pada KAP di
kota Semarang cenderung menyukai tugas yang sulit dan menantang
yang akan mengindikasi adanya need for achievement yang tinggi.
Penentuan kategori per-indikator yang dilakukan peneliti dapat dilihat
pada lampiran 12.
4.2 Hasil Analisis Statistik
Penelitian ini menggunakan teknik pengolahan data metode SEM
(structural equation modeling) berbasis partial least squares dengan alat
analisis data SmartPLS 3.0. Untuk pengujian konstruk dengan indikator
refleksif pada SEM berbasis partial least squares meliputi uji outer model
atau measurement model atau model pengukuran yang menunjukkan
bagaimana variabel manifest merepresentasi variabel laten untuk diukur.
Uji outer model atau measurement model atau model pengukuran
didalamnya terdapat uji validitas dan uji reliabilitas. Kedua uji inner model
atau structural model atau model struktural yang menguji pengaruh
variabel laten dengan variabel konstruknya.
4.2.1. Uji Outer Model atau Measurement Model
Uji outer model digunakan untuk menguji validitas dan reliabilitas
setiap konstruk dalm model penelitian. Kategori yang digunakan untuk
136
menilai outer model antara lain adalah validitas convergent dan
reliabilitas. Metode pengujian outer model dalam Structural Equation
Model (SEM) berbasis variance dengan menggunakan SmartPLS 3.0
adalah dengan menggunakan pls alogarithm Berikut merupakan hasil
pengujian Full Model SEM Algorithm pada Gambar 4.1.
Sumber: Output SmartPLS 3.0, 2016 (Lampiran 18 Hal 240)
Gambar 4.1 Uji Full Model SEM PLS Algorithm
Penelitian ini menggunakan 4 variabel laten eksogen (variabel
independen) yaitu time pressure dengan 14 indikator pertanyaan, audit risk
dengan 6 indikator pertanyaan, locus of control dengan 10 indikator
pertanyaan, dan organizational commitment dengan 9 indikator
pertanyaan. Kemudian untuk variabel laten endogen yaitu premature sign
off audit procedures menggunakan 20 indikator pertanyaan. Sedangkan
untuk variabel mediasi yaitu self esteem dan need for achievement, masing
137
– masing menggunakan 9 indikator pertanyaan dan 10 indikator
pertanyaan. Indikator yang digunakan dalam penelitian ini adalah
indikator reflektif, sehingga arah hubungan kausalitas berasal dari
konstruk yang menuju pada indikator.
1. Uji Validitas Convergent
Uji validitas convergent dari measurement (outer) model
digunakan untuk menguji validitas indikator dengan melihat masing-
masing konstruk. Validitas convergent dengan indikator reflektif dinilai
berdasarkan korelasi antara item score atau component dengan construct
score yang dihitung dengan PLS. Uji validitas convergent indikator
reflektif dengan program SmartPLS 3.0 dapat dilihat dari loading factor,
average variance extracted (AVE).
a. Loading Factor
Nilai loading factor menjadi kriteria dalam menilai validitas
convergent. Jika dilihat dari loading factor maka ukuran model reflektif
dikatakan bagus apabila nilai loading factor lebih dari 0,50. Konstruk
dengan nilai loading factor kurang dari 0,50 harus dihapus atau didrop
agar dapat menghasilkan model yang baik dari sebelumnya. Nilai loading
factor dapat dilihat dari tabel outer loadings pada Tabel 4.16
Tabel 4.16
Outer Loadings (Mean, STDEV, T-Values, P-Values).
Original
Sample
(O)
Sample
Mean
(M)
Standard
Deviation
(STDEV)
T Statistics
(|O/STDEV|) P Values
PSO1 <- PSO 0.932 0.932 0.014 66.364 0.000
138
Original
Sample
(O)
Sample
Mean
(M)
Standard
Deviation
(STDEV)
T Statistics
(|O/STDEV|) P Values
PSO2 <- PSO 0.915 0.914 0.023 39.902 0.000
PSO3 <- PSO 0.916 0.913 0.024 37.724 0.000
PSO4 <- PSO 0.852 0.850 0.032 26.678 0.000
PSO5 <- PSO 0.886 0.885 0.027 32.445 0.000
PSO6 <- PSO 0.901 0.900 0.020 43.964 0.000
PSO7 <- PSO 0.910 0.907 0.023 40.272 0.000
PSO8 <- PSO 0.926 0.926 0.016 57.204 0.000
PSO9 <- PSO 0.936 0.936 0.013 72.733 0.000
PSO10 <- PSO 0.905 0.903 0.021 43.382 0.000
PSO11 <- PSO 0.935 0.934 0.012 75.945 0.000
PSO12 <- PSO 0.924 0.924 0.015 60.367 0.000
PSO13 <- PSO 0.908 0.908 0.027 33.162 0.000
PSO14 <- PSO 0.888 0.886 0.025 35.988 0.000
PSO15 <- PSO 0.876 0.874 0.026 33.874 0.000
PSO16 <- PSO 0.883 0.883 0.029 30.844 0.000
PSO17 <- PSO 0.840 0.840 0.029 28.877 0.000
PSO18 <- PSO 0.934 0.933 0.015 60.480 0.000
PSO19 <- PSO 0.921 0.921 0.020 45.893 0.000
PSO20 <- PSO 0.883 0.884 0.028 31.926 0.000
TP1 <- TP 0.871 0.875 0.023 37.527 0.000
TP2 <- TP 0.791 0.794 0.035 22.493 0.000
TP3 <- TP 0.689 0.676 0.102 6.736 0.000
TP4 <- TP 0.906 0.906 0.016 56.454 0.000
TP5 <- TP 0.753 0.745 0.062 12.056 0.000
TP6 <- TP 0.726 0.729 0.047 15.558 0.000
TP7 <- TP 0.664 0.647 0.119 5.575 0.000
TP8 <- TP 0.712 0.698 0.102 6.975 0.000
TP9 <- TP 0.794 0.792 0.049 16.225 0.000
TP10 <- TP 0.717 0.719 0.066 10.825 0.000
TP11 <- TP 0.838 0.833 0.037 22.461 0.000
TP12 <- TP 0.889 0.889 0.022 40.183 0.000
TP13 <- TP 0.896 0.897 0.017 51.191 0.000
TP14 <- TP 0.787 0.795 0.037 21.147 0.000
AR1 <- AR 0.865 0.863 0.043 19.941 0.000
AR2 <- AR 0.916 0.916 0.023 39.656 0.000
AR3 <- AR 0.890 0.889 0.023 38.034 0.000
AR4 <- AR 0.895 0.893 0.027 33.087 0.000
AR5 <- AR 0.905 0.903 0.021 43.449 0.000
139
Original
Sample
(O)
Sample
Mean
(M)
Standard
Deviation
(STDEV)
T Statistics
(|O/STDEV|) P Values
AR6 <- AR 0.908 0.906 0.019 48.170 0.000
LOC1 <- LOC 0.777 0.781 0.035 22.166 0.000
LOC2 <- LOC 0.846 0.845 0.035 24.220 0.000
LOC5 <- LOC 0.688 0.695 0.069 9.911 0.000
LOC6 <- LOC 0.816 0.811 0.037 21.980 0.000
LOC7 <- LOC 0.696 0.700 0.059 11.770 0.000
LOC8 <- LOC 0.720 0.710 0.054 13.373 0.000
LOC9 <- LOC 0.777 0.770 0.048 16.050 0.000
LOC10 <- LOC 0.773 0.772 0.047 16.542 0.000
LOC11 <- LOC 0.781 0.773 0.060 12.992 0.000
LOC12 <- LOC 0.772 0.766 0.057 13.605 0.000
OC1 <- OC 0.851 0.850 0.031 27.027 0.000
OC2 <- OC 0.867 0.867 0.026 33.031 0.000
OC3 <- OC 0.882 0.879 0.025 34.831 0.000
OC4 <- OC 0.888 0.885 0.022 40.919 0.000
OC5 <- OC 0.816 0.812 0.040 20.493 0.000
OC6 <- OC 0.839 0.835 0.034 24.991 0.000
OC7 <- OC 0.838 0.836 0.031 27.302 0.000
OC8 <- OC 0.885 0.884 0.023 37.979 0.000
OC9 <- OC 0.792 0.788 0.039 20.377 0.000
SE1 <- SE 0.860 0.859 0.033 26.040 0.000
SE2 <- SE 0.884 0.883 0.028 31.083 0.000
SE3 <- SE 0.909 0.908 0.018 51.136 0.000
SE4 <- SE 0.905 0.905 0.020 44.959 0.000
SE5 <- SE 0.955 0.955 0.008 114.216 0.000
SE6 <- SE 0.849 0.848 0.038 22.213 0.000
SE7 <- SE 0.938 0.937 0.014 65.237 0.000
SE8 <- SE 0.933 0.933 0.017 53.719 0.000
SE9 <- SE 0.894 0.893 0.022 40.243 0.000
NFA1 <- NFA 0.783 0.783 0.054 14.600 0.000
NFA2 <- NFA 0.845 0.842 0.034 24.740 0.000
NFA3 <- NFA 0.867 0.866 0.030 28.879 0.000
NFA4 <- NFA 0.860 0.858 0.037 23.306 0.000
NFA5 <- NFA 0.884 0.883 0.025 35.375 0.000
NFA6 <- NFA 0.726 0.726 0.062 11.729 0.000
NFA7 <- NFA 0.868 0.867 0.033 26.109 0.000
NFA8 <- NFA 0.879 0.876 0.032 27.325 0.000
NFA9 <- NFA 0.799 0.794 0.060 13.227 0.000
140
Original
Sample
(O)
Sample
Mean
(M)
Standard
Deviation
(STDEV)
T Statistics
(|O/STDEV|) P Values
NFA10 <- NFA 0.820 0.815 0.063 13.037 0.000
Sumber: Output SmartPLS 3.0, 2016 (Lampiran 13 Hal 233)
Dilihat dari Tabel 4.16 outer loadings menunjukkan bahwa seluruh
konstruk mempunyai nilai loading factor diatas 0,5 dan signifikan (t-
statistic lebih besar daripada t-tabel). Tetapi, penelitian ini masih dapat
menerima nilai loading factor 0,60 sesuai dengan tahap pengembangan
skala. Sehingga, indikator konstruk dengan nilai loading factor (original
sample) yang kurang dari 0,6 harus di dihapus (drop) agar mampu
menghasilkan model yang lebih baik dari model sebelumnya.
b. Average Variance Extracted (AVE)
AVE merupakan salah satu paramater untuk menilai validitas
convergent. Variabel laten dikatakan valid jika nilai AVE harus lebih dari
0,5. Nilai AVE direkomendasikan harus lebih dari 0,5 mempunyai arti
bahwa 50% atau lebih variance dari indikator dapat dijelaskan (Ghozali
dan Latan, 2012). Nilai AVE dapat dilihat pada Tabel 4.17 sebagai
berikut:
Tabel 4.17
Average Variance Extracted (AVE)
Average
Variance
Extracted
(AVE)
PSO 0.817
TP 0.627
AR 0.804
LOC 0.587
141
OC 0.725
SE 0.816
NFA 0.696
Sumber: Output SmartPLS 3.0, 2016 (Lampiran 13 Hal 235)
Berdasarkan tabel 4.17 menunjukkan bahwa variabel laten eksogen
memiliki nilai average variance extracted (AVE) masing-masing yaitu
time pressure (0,627), audit risk (0,804), locus of control (0,587),
organizational comitment (0,725), self esteem (0,816), dan need for
achievement (0,696). sehingga bisa dikatakan valid karena nilai AVE lebih
dari 0,50. Sedangkan untuk variabel laten endogen yaitu premature sign
off audit procedures (0,817). Dilihat dari nilai AVE keseluruhan variabel
laten maka dapat diketahui bahwa untuk semua variabel laten adalah valid
karena memiliki nilai AVE diatas 0,50.
2. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas dilakukan untuk membuktikan akurasi, konsistensi,
dan ketepatan instrumen dalam mengukur konstruk (Ghozali dan Latan,
2012). PLS-SEM menggunakan program SmartPLS 3.0, untuk mengukur
reliabilitas suatu konstruk dengan indikator reflektif dapat dilakukan
dengan dua cara yaitu dengan melihat nilai Cronbach’s Alpha dan
Composite Reliability. Konstruk dinyatakan reliable jika nilai Cronbach’s
Alpha dan Composite Reliability diatas 0,70. Berikut hasil output nilai
Cronbach’s Alpha dan Composite Reliability dengan menggunakan
SmartPLS 3.0 dapat dilihat pada Tabel 4.18.
Tabel 4.18
Composite Reliability dan Cronbachs Alpha
142
Composite
Reliability
Cronbach's
Alpha
PSO 0.989 0.988
TP 0.959 0.954
AR 0.961 0.951
LOC 0.934 0.922
OC 0.959 0.952
SE 0.976 0.972
NFA 0.958 0.951
Sumber: Output SmartPLS 3.0, 2016 (Lampiran 14 Hal 236)
Berdasarkan hasil olah data pada tabel 4.18, nilai composite
reliability maupun cronbachs alpha seluruh konstruk diatas 0,70. Nilai
tersebut menunjukkan bahwa konsistensi dan stabilitas dari instrumen
yang digunakan sangat tinggi, maka konstruk atau variabel dalam model
penelitian ini telah menjadi alat ukur yang fit dan semua pertanyaan yang
diajukan kepada responden untuk mengukur masing-masing konstruk
dalam penelitian merupakan pertanyaan yang reliabel. Sehingga dapat
ditarik kesimpulan bahwa masing-masing konstruk yang digunakan dalam
model penelitian ini memiliki tingkat reliabilitas yang baik.
4.2.2. Uji Inner Model atau Structural Model
Pengujian inner model atau model struktural dilakukan untuk
melihat hubungan antar konstruk, nilai signifikan, dan R-square dari
model penelitian. Model struktural dievaluasi dengan menggunakan R-
square untuk konstruk dependen, Stone-Geiser Q-Square untuk predictive
relevance dan uji t serta signifikan dari koefisien parameter jalur
struktural. Penilaian model dengan PLS, dapat dimulai dengan melihat R-
square untuk variabel laten dependen. Berikut adalah hasil pengujian R-
143
Square menggunakan SmartPLS 3.0 yang disajikan dalam Gambar 4.2
dibawah ini :
144
Sumber: Output SmartPLS 3.0, 2016 (Lampiran 15 Hal 237)
Gambar 4.2. Diagram R Square
Berdasarkan hasil Gambar 4.2, nilai R-Square dari variabel laten
endogen need for achievement sebesar 0,539. Nilai tersebut dapat diartikan
bahwa variabilitas konstruk need for achievement dalam penelitian ini
adalah sebesar 53,9% dapat dijelaskan oleh variabel organizational
commitment, sementara sisanya yaitu 46,1% dijelaskan oleh variabel lain
diluar model penelitian ini. Selanjutnya untuk variabel laten endogen
premature sign off audit procedures mendapatkan hasil r-square sebesar
0,857. Nilai tersebut bermakna bahwa variabilitas konstruk premature sign
off audit procedures dalam penelitian ini adalah sebesar 85,7% mampu
dijelaskan oleh variabel time pressure, audit risk, locus of control,
organizational commitment, self esteem, dan need for achievement.
sedangkan sisanya sebesar 14,3% dijelaskan oleh variabel lain diluar
penelitian. Kemudian untuk variabel laten endogen self esteem memiliki
R
Square
NFA 0.539
PSO 0.857
SE 0.578
145
nilai r-square sebesar 0,578. Nilai tersebut dapat diartikan bahwa
variabilitas konstruk self esteem dalam penelitian ini adalah sebesar 57,8%
dapat dijelaskan oleh variabel organizational commitment, sementara
sisanya sebesar 42,2% dijelaskan oleh variabel lain diluar model penelitian
ini.
4.2.3. Uji Hipotesis
1. Pengaruh Langsung (direct effect)
Uji hipotesis dilakukan dengan meilhat nilai path coeffisient yang
menunjukkan koefisen parameter dan nilai t-statistic. Signifikan parameter
yang diestimasi memberikan informasi mengenai hubungan antara
variabel-variabel dalam penelitian kemudian membandingkan nilai t-
statistic dengan nilai t-tabel. Jika t-statistic lebih tinggi dibandingkan nilai
t-table, berarti hipotesis terdukung atau diterima. Dalam penelitian ini
untuk tingkat keyakinan 95 persen (alpha 95 persen), maka nilai t-table
untuk hipotesis satu ekor (one-tailed) adalah >1,96. Tabel 4.19 berikut
menyajikan hasil pengujian path coefficient dengan SmartPLS 3.0.
146
Tabel 4.19
Path Coefficient (Mean, STDEV, T-Values, P Values)
Original
Sample
(O)
Sample
Mean
(M)
Standard
Deviation
(STDEV)
T Statistics
(|O/STDEV|) P Values
TP -> PSO 0.053 0.051 0.073 0.718 0.237
AR -> PSO 0.326 0.335 0.130 2.514 0.006
LOC -> PSO 0.123 0.106 0.148 0.833 0.202
OC -> PSO -0.077 -0.098 0.119 0.644 0.260
OC -> SE 0.760 0.758 0.052 14.526 0.000
OC -> NFA 0.734 0.735 0.047 15.771 0.000
SE -> PSO -0.399 -0.380 0.132 3.023 0.001
NFA -> PSO -0.038 -0.045 0.116 0.330 0.371
Sumber: OutputSmartPLS 3.0, 2016 (Lampiran 16 Hal 238)
Berdasarkan output path coefficient dengan SmartPLS 3.0 yang di
tampilkan pada tabel 4.19 dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
a. Time pressure tidak berpengaruh terhadap premature sign off audit
procedures.
Hasil uji resampling bootstrapping dengan program SmartPLS 3.0
pada tabel 4.20 diatas menunjukkan hasil koefisien untuk variabel time
pressure terhadap premature sign off audit procedures sebesar 0,053
dengan nilai t-statistic sebesar 0,718. Hal tersebut menunjukkan bahwa
variabel time pressure tidak berpengaruh signifikan terhadap
premature sign off audit procedures dikarenakan besarnya t-stastistic <
t-tabel untuk signifikansi 5% yaitu 1,96. Sehingga H1 dalam
penelitian ini yang menduga adanya pengaruh positif dan signifikan
147
antara time pressure terhadap premature sign off audit procedures
ditolak.
b. Audit risk berpengaruh positif terhadap premature sign off audit
procedures.
Hasil uji resampling bootstrapping dengan program SmartPLS 3.0
pada tabel 4.20 diatas menunjukkan hasil koefisien untuk variabel
audit risk terhadap premature sign off audit procedures sebesar 0,326
dengan nilai t-statistic sebesar 2,514. Hal tersebut menunjukkan bahwa
variabel audit risk berpengaruh positif terhadap premature sign off
audit procedures dikarenakan besarnya t-stastistic > t-tabel untuk
signifikansi 5% yaitu 1,96. Sehingga H2 dalam penelitian ini yang
menduga adanya pengaruh positif dan signifikan antara audit risk
terhadap premature sign off audit procedures diterima.
c. Locus of control tidak berpengaruh terhadap premature sign off audit
procedures.
Hasil uji resampling bootstrapping dengan program SmartPLS 3.0
pada tabel 4.20 diatas menunjukkan hasil koefisien untuk variabel
locus of control terhadap premature sign off audit procedures sebesar
0,123 dengan nilai t-statistic sebesar 0,833. Hal tersebut menunjukkan
bahwa variabel locus of control tidak berpengaruh signifikan terhadap
premature sign off audit procedures dikarenakan besarnya t-stastistic <
t-tabel untuk signifikansi 5% yaitu 1,96. Sehingga H3 dalam
148
penelitian ini yang menduga adanya pengaruh positif dan signifikan
antara locus of control terhadap premature sign off audit procedures
ditolak.
d. Organizational commitment tidak berpengaruh terhadap premature
sign off audit procedures.
Hasil uji resampling bootstrapping dengan program SmartPLS 3.0
pada tabel 4.20 diatas menunjukkan hasil koefisien untuk variabel
organizational commitment terhadap premature sign off audit
procedures sebesar -0,077 dengan nilai t-statistic sebesar 0,644. Hal
tersebut menunjukkan bahwa variabel organizational commitment
tidak berpengaruh signifikan terhadap premature sign off audit
procedures dikarenakan besarnya t-stastistic < t-tabel untuk
signifikansi 5% yaitu 1,96. Sehingga H4 dalam penelitian ini yang
menduga adanya pengaruh negatif dan signifikan antara organizational
commitment terhadap premature sign off audit procedures ditolak.
e. Organizational commitment berpengaruh positif terhadap self esteem.
Hasil uji resampling bootstrapping dengan program SmartPLS 3.0
pada tabel 4.20 diatas menunjukkan hasil koefisien untuk variabel
organizational commitment terhadap self esteem sebesar 0,760 dengan
nilai t-statistic sebesar 14,528. Hal tersebut menunjukkan bahwa
variabel organizational commitment berpengaruh signifikan terhadap
self esteem dikarenakan besarnya t-stastistic > t-tabel untuk
signifikansi 5% yaitu 1,96. Sehingga H5 dalam penelitian ini yang
149
menduga adanya pengaruh positif dan signifikan antara organizational
commitment terhadap self esteem diterima.
f. Organizational commitment berpengaruh positif terhadap need for
achievement.
Hasil uji resampling bootstrapping dengan program SmartPLS 3.0
pada tabel 4.20 diatas menunjukkan hasil koefisien untuk variabel
organizational commitment terhadap self esteem sebesar 0,734 dengan
nilai t-statistic sebesar 15,771. Hal tersebut menunjukkan bahwa
variabel organizational commitment berpengaruh signifikan terhadap
need for achievement dikarenakan besarnya t-stastistic > t-tabel untuk
signifikansi 5% yaitu 1,96. Sehingga H6 dalam penelitian ini yang
menduga adanya pengaruh positif dan signifikan antara organizational
commitment terhadap need for achievement diterima.
g. Self esteem berpengaruh negatif terhadap premature sign off audit
procedures.
Hasil uji resampling bootstrapping dengan program SmartPLS 3.0
pada tabel 4.20 diatas menunjukkan hasil koefisien untuk variabel self
esteem terhadap premature sign off audit procedures sebesar -0,399
dengan nilai t-statistic sebesar 3,023. Hal tersebut menunjukkan bahwa
variabel self esteem berpengaruh signifikan terhadap premature sign
off audit procedures dikarenakan besarnya t-stastistic > t-tabel untuk
signifikansi 5% yaitu 1,96. Sehingga H7 dalam penelitian ini yang
150
menduga adanya pengaruh negatif dan signifikan antara self esteem
terhadap premature sign off audit procedures diterima.
h. Need for achievement tidak berpengaruh terhadap premature sign off
audit procedures
Hasil uji resampling bootstrapping dengan program SmartPLS 3.0
pada tabel 4.20 diatas menunjukkan hasil koefisien untuk variabel need
for achievement terhadap premature sign off audit procedures sebesar
--0.038 dengan nilai t-statistic sebesar 0,330. Hal tersebut menunjukkan
bahwa variabel need for achievement tidak berpengaruh signifikan
terhadap premature sign off audit procedures dikarenakan besarnya t-
stastistic < t-tabel untuk signifikansi 5% yaitu 1,96. Sehingga H8
dalam penelitian ini yang menduga adanya pengaruh negatif dan
signifikan antara need for achievement terhadap premature sign off
audit procedures ditolak.
2. Pengaruh Mediasi (indirect effect)
Salah satu pendekatan untuk menguji hipotesis variabel mediasi
adalah dengan strategi product of coefficient, yaitu dengan menguji
signifikansi indirect effect (perkalian direct effect variabel independen
terhadap mediator, p1 dan direct effect mediator terhadap variabel
dependen,p2, sehingga indirect effect adalah p1*p2). Akan tetapi sampai
saat ini belum ada software PLS yang memiliki fasilitas pengujian
langsung terhadap indirect effect, sehingga pengujian mediasional
berdasarkan signifikansi indirect effect pada PLS dilakukan secara manual
151
menggunakan program excel. Berikut adalah hasil pengujian indirect
effect.
Tabel 4.20
Indirect effect (STDEV, T-Values, P Values)
Original
Sample
(O)
Standard
Deviation
(STDEV)
T Statistics
(|O/STDEV|) P Values
OC -> SE -> PSO -0,303 0.102 2.953 0.003
OC->NFA->PSO -0,028 0,126 0,327 0,371
Sumber : Output Excel Aorian Sobel Test, 2016 (Lampiran 17 Hal 239)
Berdasarkan Output Excel Aorian Sobel Test dengan menggunakan
program Ms.Excel yang di tampilkan pada tabel 4.19 dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut :
a. Organizational commitment berpengaruh negatif terhadap premature
sign off audit procedures dengan mediasi self esteem.
Berdasarkan hasil uji signifikansi indirect effect dengan
menggunakan metode Aorian Sobel Test pada program Microsoft
Excel. Ditemukan besarnya koefisien organizational commitment
dengan mediasi self esteem terhadap premature sign off audit
procedures adalah -0,303 dengan t-statistic sebesar 2,953. Hal tersebut
menunjukkan bahwa variabel organizational commitment berpengaruh
signifikan terhadap premature sign off audit procedures dengan
mediasi self esteem, dikarenakan besarnya t-stastistic > t-tabel untuk
signifikansi 5% yaitu 1,96. Sehingga H9 dalam penelitian ini yang
152
menduga adanya pengaruh negatif dan signifikan antara organizational
commitment terhadap premature sign off audit procedures dengan
mediasi self esteem diterima.
b. Organizational commitment tidak berpengaruh signifikan terhadap
premature sign off audit procedures dengan mediasi need for
achievement.
Berdasarkan hasil uji signifikansi indirect effect dengan
menggunakan metode Aorian Sobel Test pada program Microsoft
Excel. Ditemukan besarnya koefisien organizational commitment
dengan mediasi need for achievement terhadap premature sign off
audit procedures adalah -0,028 dengan t-statistic sebesar 0,327. Hal
tersebut menunjukkan bahwa variabel organizational commitment
tidak berpengaruh signifikan terhadap premature sign off audit
procedures dengan mediasi need for achievement, dikarenakan
besarnya t-stastistic < t-tabel untuk signifikansi 5% yaitu 1,96.
Sehingga H10 dalam penelitian ini yang menduga adanya pengaruh
negatif dan signifikan antara organizational commitment terhadap
premature sign off audit procedures dengan mediasi need for
achievement ditolak.
Berdasarkan hasil pengujian menggunakan SmartPLS 3.0 terdapat
5 hipotesis yang diterima dari 10 hipotesis yang diajukan oleh peneliti.
Hasil rekapitulasi pengujian hipotesis dapat dilihat pada tabel 4.21
dibawah ini :
153
154
Tabel 4.21
Hasil Rekapitulasi Pengujian Hipotesis
Hipotesis Pernyataan Hasil
H1 Time pressure berpengaruh positif terhadap
premature sign off audit procedures
Hipotesis
ditolak
H2 Audit risk berpengaruh positif terhadap
premature sign off audit procedures
Hipotesis
diterima
H3 locus of control eksternal berpengaruh
positif terhadap premature sign off audit
procedures
Hipotesis
ditolak
H4 Organizational commitment berpengaruh
negatif terhadap premature sign off audit
procedures
Hipotesis
ditolak
H5 Organizational commitment berpengaruh
positif terhadap self esteem
Hipotesis
diterima
H6 Organizational commitment berpengaruh
positif terhadap need for achievemet
Hipotesis
diterima
H7 self esteem berpengaruh negatif terhadap
premature sign off audit procedures
Hipotesis
diterima
H8 need for achievement berpengaruh negatif
terhadap premature sign off audit
procedures
Hipotesis
ditolak
H9 Organizational commitment berpengaruh
terhadap premature sign off audit
procedures melalui mediasi self esteem
Hipotesis
diterima
H10 Organizational commitment berpengaruh
terhadap premature sign off audit
procedures melalui mediasi need for
achievement
Hipotesis
ditolak
155
4.3 Pembahasan
4.3.1. Time Pressure Berpengaruh Positif terhadap Premature Sign off Audit
Procedures
Hipotesis satu (H1) menyatakan bahwa time pressure berpengaruh
positif terhadap premature sign off audit procedures dalam penelitian ini
ditolak. Berdasarkan hasil uji resampling bootstrapping diperoleh
parameter koefisien sebesar 0.053 dengan nilai t-statistic sebesar 0,718
Hal tersebut menunjukkan bahwa variabel time pressure tidak berpengaruh
signifikan terhadap premature sign off audit procedures dikarenakan
besarnya t-stastistic < t-tabel untuk signifikansi 5% yaitu 1,96. Selain itu
jika dilihat dari nilai parameter koefisien pada variabel time pressure yang
bernilai positif menunjukkan bahwa time pressure berpengaruh positif
terhadap premature sign off audit procedures akan tetapi nilai tersebut
tidak signifikan.
Berdasarkan teori atribusi Harold Kelley (1980) menjelaskan
bahwa terdapat dua faktor yang menyebabkan perilaku seseorang yaitu
faktor internal dan faktor eksternal. Penyebab internal mengacu pada
aspek perilaku individual, sesuatu yang ada dalam diri seseorang seperti
sifat pribadi, persepsi diri, kemampuan, motivasi. Sedangkan penyebab
eksternal mengacu pada lingkungan yang mempengaruhi perilaku, seperti
kondisi sosial, nilai sosial, dan pandangan masyarakat.Menurut
Weningtyas, dkk (2006) menyimpulkan bahwa variabel time pressure
merupakan salah satu faktor eksternal yang dapat mempengaruhi tindakan
156
premature sign off audit procedures. Hal ini menjadi menarik untuk dikaji
kembali sebab berdasarkan penelitian ini time pressure tidak berpengaruh
signifikan terhadap premature sign off audit procedures.
Hubungan yang tidak signifikan antara time pressure dengan
premature sign off audit procedures dapat dianalisis dengan melihat dari
analisis deskriptif hasil jawaban responden. Dari hasil analisis tersebut
dapat dilihat berdasarkan frekuesinya kecenderungan auditor mentoleransi
perilaku premature sign off audit procedures adalah Sangat Rendah (SR)
yaitu sebanyak 35 (48,6%) responden. Akan tetapi pada variabel time
pressure frekuensi pada kategori yang sama yaitu Sangat Rendah (SR)
hanya terdapat 1 (1,4%) responden. Kemudian jika dilihat dari frekuensi
pada kategori Tinggi (T) variabel premature sign off audit procedures
hanya terdapat 9 (12,5%) responden, sedangkan pada variabel time
pressure sebanyak 19 (26,4%) responden. Perbedaan yang cukup besar
inilah yang kemungkinan menyebabkan tidak signifikannya variabel time
pressure. Alasan logis yang dapat menggambarkan fenomena tersebut
adalah walaupun auditor mendapatkan time pressure yang besar pada KAP
tempat ia bekerja mereka tetap tidak mentoleransi perilaku premature sign
off audit procedures. Hal ini menunjukkan bahwa auditor memegang
teguh sikap profesionalisme.
Hasil penelitian ini mendukung penelitian sebelumnya milik
Wahyudi (2011) yang mengungkapkan bahwa tidak ada pengaruh yang
signifikan antara time pressure dengan premature sign off audit
157
procedures. Tetapi menolak penelitian sebelumnya milik Yusrawati
(2009), La Ane (2011), dan Kholidiah (2014) yang mengungkapkan
adanya pengaruh positif antara time pressure dengan premature sign off
audit procedures.
4.3.2. Audit Risk Berpengaruh Positif terhadap Premature Sign off Audit
Procedures
Hipotesis dua (H2) menyatakan bahwa audit risk berpengaruh
positif terhadap premature sign off audit procedures dalam penelitian ini
diterima. Berdasarkan hasil uji resampling bootstrapping diperoleh
parameter koefisien sebesar 0.326 dengan nilai t-statistic sebesar 2,514
Hal tersebut menunjukkan bahwa variabel audit risk berpengaruh
signifikan terhadap premature sign off audit procedures dikarenakan
besarnya t-stastistic > t-tabel untuk signifikansi 5% yaitu 1,96. Selain itu
jika dilihat dari nilai parameter koefisien pada variabel audit risk yang
bernilai positif menunjukkan bahwa audit risk berpengaruh positif dan
signifikan terhadap premature sign off audit procedures.
Hasil penelitian sejalan dengan teori atribusi Harold Kelley (1980)
yang menjelaskan bahwa terdapat dua faktor yang menyebabkan perilaku
seseorang yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Penyebab internal
mengacu pada aspek perilaku individual, sesuatu yang ada dalam diri
seseorang seperti sifat pribadi, persepsi diri, kemampuan, motivasi.
Sedangkan penyebab eksternal mengacu pada lingkungan yang
mempengaruhi perilaku, seperti kondisi sosial, nilai sosial, dan pandangan
158
masyarakat. Menurut Weningtyas, dkk (2006) menyimpulkan bahwa
variabel audit risk merupakan salah satu faktor eksternal yang dapat
mempengaruhi tindakan premature sign off audit procedures.
Hubungan yang signifikan antara audit risk dengan premature sign
off audit procedures dapat dianalisis dengan melihat dari analisis
deskriptif hasil jawaban responden. Dari hasil analisis tersebut dapat
dilihat berdasarkan frekuesinya kecenderungan auditor mentoleransi
perilaku premature sign off audit procedures adalah Sangat Rendah (SR)
yaitu sebanyak 35 (48,6%) responden. Hal yang serupa terlihat pada
variabel audit risk frekuensi pada kategori yang sama yaitu Sangat Rendah
(SR) terdapat 26 (36,1%) responden. Kemudian jika dilihat dari frekuensi
pada kategori Tinggi (T) variabel premature sign off audit procedures
hanya terdapat 9 (12,5%) responden, hal yang serupa terlihat pada variabel
audit risk sebanyak 9 (12,5%) responden. Perbedaan yang tidak terlalu
besar tersebut menjadikan pengaruh signifikan antara audit risk dengan
premature sign off audit procedures logis dan dapat diterima.
Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan
Yusrawati (2009), La Ane (2011), Fathir (2011), dan Nisa (2013) yang
menunjukkan adanya pengaruh positif pada variabel audit risk terhadap
premature sign off audit procedures. Akan tetapi menolak hasil penelitian
Wahyudi (2011) yang mengungkapkan bahwa risiko audit tidak memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap premature sign off audit procedures
dan berbeda juga dengan penelitian yang dilakukan oleh Kholidiah (2014)
159
yang justru menemukan bahwa terdapat pengaruh signifikan negatif risiko
audit terhadap premature sign off audit procedures.
4.3.3. Locus of Control Berpengaruh Positif terhadap Premature Sign off
Audit Procedures
Hipotesis tiga (H3) menyatakan bahwa locus of control
berpengaruh positif terhadap premature sign off audit procedures dalam
penelitian ini ditolak. Berdasarkan hasil uji resampling bootstrapping
diperoleh parameter koefisien sebesar 0.123 dengan nilai t-statistic sebesar
0,833 Hal tersebut menunjukkan bahwa variabel locus of control eksternal
tidak berpengaruh signifikan terhadap premature sign off audit procedures
dikarenakan besarnya t-stastistic < t-tabel untuk signifikansi 5% yaitu
1,96. Selain itu jika dilihat dari nilai parameter koefisien pada variabel
locus of control eksternal yang bernilai positif menunjukkan bahwa time
pressure berpengaruh positif terhadap premature sign off audit procedures
akan tetapi nilai tersebut tidak signifikan.
Berdasarkan teori atribusi Harold Kelley (1980) menjelaskan
bahwa terdapat dua faktor yang menyebabkan perilaku seseorang yaitu
faktor internal dan faktor eksternal. Penyebab internal mengacu pada
aspek perilaku individual, sesuatu yang ada dalam diri seseorang seperti
sifat pribadi, persepsi diri, kemampuan, motivasi. Sedangkan penyebab
eksternal mengacu pada lingkungan yang mempengaruhi perilaku, seperti
kondisi sosial, nilai sosial, dan pandangan masyarakat. Menurut
Weningtyas, dkk (2006) menyimpulkan bahwa variabel locus of control
160
eksternal merupakan salah satu faktor internal yang dapat mempengaruhi
tindakan premature sign off audit procedures. Hal ini menjadi menarik
untuk dikaji kembali sebab berdasarkan penelitian ini locus of control
eksternal tidak berpengaruh signifikan terhadap premature sign off audit
procedures.
Menurut Lestari (2010) yang menyebutkan bahwa auditor yang
memiliki locus of control eksternal yang tinggi akan meningkatkan
probabilitas mereka dalam menghentikan prematur prosedur audit dan
temuan pada penelitian tersebut menunjukan bahwa semakin kuat locus of
control eksternal auditor, maka akan cenderung melakukan upaya
premature sign off audit procedures. Akan tetapi berdasarkan hasil
penelitian ini justru sebaliknya, dimana peneliti menemukan bahwa tidak
adanya pengaruh signifikan antara locus of control eksternal dengan
premature sign off audit procedures. Hubungan yang tidak signifikan
antara locus of control eksternal dengan premature sign off audit
procedures dapat dianalisis dengan melihat dari analisis deskriptif hasil
jawaban responden. Dari hasil analisis tersebut dapat dilihat berdasarkan
frekuesinya kecenderungan auditor mentoleransi perilaku premature sign
off audit procedures adalah Sangat Rendah (SR) yaitu sebanyak 35
(48,6%) responden. Akan tetapi pada variabel locus of control eksternal
frekuensi pada kategori yang sama yaitu Sangat Rendah (SR) hanya
sebanyak 10 (13,9%) responden. Kemudian jika dilihat dari frekuensi pada
kategori Tinggi (T) variabel premature sign off audit procedures hanya
161
terdapat 9 (12,5%) responden, sedangkan pada variabel locus of control
eksternal sebanyak 16 (22,2%) responden. Perbedaan yang cukup besar
inilah yang kemungkinan menyebabkan tidak signifikannya variabel locus
of control eksternal.
Hasil penelitian ini mendukung penelitian sebelumnya milik
Yusrawati (2009) yang mengungkapkan bahwa tidak adanya pengaruh
signifikan variabel locus of control terhadap premature sign off audit
procedures. Akan tetapi menolak hasil penelitian milik Fathir (2011),
Akhsan (2014), dan Kadek dkk (2014) menunjukkan bahwa terdapat
pengaruh signifikan positif locus of control terhadap penghentian
premature sign off audit procedures. Dan menolak juga hasil penelitian
milik La Ane (2011) yang mengungkapkan bahwa justru terdapat
pengaruh signifikan negatif locus of control terhadap penghentian
premature sign off audit procedures.
4.3.4. Organizational Commitment Berpengaruh Negatif terhadap Premature
Sign off Audit Procedures
Hipotesis empat (H4) menyatakan bahwa organizational
commitment berpengaruh negatif terhadap premature sign off audit
procedures dalam penelitian ini ditolak. Berdasarkan hasil uji resampling
bootstrapping diperoleh parameter koefisien sebesar -0.077 dengan nilai t-
statistic sebesar 0,644 Hal tersebut menunjukkan bahwa variabel
organizational commitment tidak berpengaruh signifikan terhadap
premature sign off audit procedures dikarenakan besarnya t-stastistic < t-
162
tabel untuk signifikansi 5% yaitu 1,96. Selain itu jika dilihat dari nilai
parameter koefisien pada variabel organizational commitment yang
bernilai negatif menunjukkan bahwa organizational commitment
berpengaruh negatif terhadap premature sign off audit procedures akan
tetapi nilai tersebut tidak signifikan.
Berdasarkan teori atribusi Harold Kelley (1980) menjelaskan
bahwa terdapat dua faktor yang menyebabkan perilaku seseorang yaitu
faktor internal dan faktor eksternal. Penyebab internal mengacu pada
aspek perilaku individual, sesuatu yang ada dalam diri seseorang seperti
sifat pribadi, persepsi diri, kemampuan, motivasi. Sedangkan penyebab
eksternal mengacu pada lingkungan yang mempengaruhi perilaku, seperti
kondisi sosial, nilai sosial, dan pandangan masyarakat. Menurut
Weningtyas, dkk (2006) menyimpulkan bahwa variabel organizational
commitment merupakan salah satu faktor internal yang dapat
mempengaruhi tindakan premature sign off audit procedures. Hal ini
menjadi menarik untuk dikaji kembali sebab berdasarkan penelitian ini
organizational commitment tidak berpengaruh signifikan terhadap
premature sign off audit procedures.
Teori organizational commitment menurut Allen dan Meyer (1990)
membagi organizational commitment menjadi tiga komponen organisasi
yaitu komitmen afektif (affective commitment), komitmen kontinuans
(continuance commitment), dan komitmen normatif (normative
commitment) dimana ketiga komponen tersebut dilihatnya komitmen
163
sebagai kondisi psikologis yang dapat menggambarkan hubungan individu
dengan organisasi. Menurut Srimindarti (2012) Individu dengan
organizational commitment yang tinggi akan lebih tidak terlibat dengan
perilaku premature sign off audit procedures. Hal ini dilakukan dengan
tujuan untuk tetap mempertahankan keanggotaan dalam organisasi tempat
mereka bekerja. Akan tetapi hasil penelitian ini tidak selaras dengan teori
tersebut, dimana hasil menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh yang
signifikan antara organizational commitment dengan premature sign off
audit procedures.
.Hubungan yang negatif tetapi tidak signifikan antara
organizational commitment dengan premature sign off audit procedures
dapat dianalisis dengan melihat dari analisis deskriptif hasil jawaban
responden. Dari hasil analisis tersebut dapat dilihat berdasarkan
frekuesinya kecenderungan auditor mentoleransi perilaku premature sign
off audit procedures adalah Sangat Rendah (SR) yaitu sebanyak 35
(48,6%) responden. Akan tetapi pada variabel organizational commitment
frekuensi pada kategori yang berlawanan yaitu Sangat Tinggi (ST) hanya
sebanyak 10 (13,9%) responden. Kemudian jika dilihat dari frekuensi pada
kategori Tinggi (T) variabel premature sign off audit procedures hanya
terdapat 9 (12,5%) responden, sedangkan pada kategori yang berlawanan
yaitu Rendah (R) variabel organizational commitment sebanyak 16
(22,2%) responden. Perbedaan yang cukup besar inilah yang kemungkinan
menyebabkan tidak signifikannya variabel organizational commitment.
164
Hasil penelitian ini mendukung penelitian sebelumnya milik
Irawati dan Mukhlasin (2005) yang menunjukkan tidak adanya pengaruh
signifikan antara variabel organizational commitment dengan premature
sign off audit procedures. Akan tetapi menolak hasil penelitian milik
Srimindarti (2012) yang menyimpulkan bahwa adanya pengaruh negatif
antara organizational commitment dengan premature sign off audit
procedures.
4.3.5. Organizational Commitment Berpengaruh Positif terhadap Self Esteem
Hipotesis lima (H5) menyatakan bahwa organizational commitment
berpengaruh positif terhadap self esteem dalam penelitian ini diterima.
Berdasarkan hasil uji resampling bootstrapping diperoleh parameter
koefisien sebesar 0,760 dengan nilai t-statistic sebesar 14,528 Hal tersebut
menunjukkan bahwa variabel organizational commitment berpengaruh
signifikan terhadap self esteem dikarenakan besarnya t-stastistic > t-tabel
untuk signifikansi 5% yaitu 1,96. Selain itu jika dilihat dari nilai parameter
koefisien pada variabel organizational commitment yang bernilai positif
menunjukkan bahwa organizational commitment berpengaruh positif dan
signifikan terhadap self esteem.
Hasil penelitian ini selaras dengan teori organizational
commitment yang dikemukakan oleh Allen dan Meyer (1990) yang
membagi organizational commitment menjadi tiga komponen organisasi
yaitu komitmen afektif (affective commitment), komitmen kontinuans
(continuance commitment), dan komitmen normatif (normative
165
commitment) dimana ketiga komponen tersebut dilihatnya komitmen
sebagai kondisi psikologis yang dapat menggambarkan hubungan individu
dengan organisasi. Organizational commitment adalah keinginan kuat
untuk mengerjakan segala upaya atas nama organisasi, suatu keyakinan,
nilai dan tujuan pada organisasi, serta mengedepankan mutu dan kualitas
kerja. Individu yang memiliki organizational commitment tinggi akan
cenderung memiliki kepercayaan diri (optimis) dan harga diri yang tinggi
pula karena mereka mendukung tujuan dari organisasi tersebut dan
bersedia membantu untuk mencapai tujuan tersebut.
Hubungan yang signifikan antara organizational commitment
dengan self esteem dapat dianalisis dengan melihat dari analisis deskriptif
hasil jawaban responden. Dari hasil analisis tersebut dapat dilihat
berdasarkan frekuesinya kecenderungan auditor memiliki self esteem
adalah Tinggi (T) yaitu sebanyak 21 (29,2%) responden. Hal yang serupa
terlihat pada variabel organizational commitment dengan frekuensi pada
kategori yang sama yaitu Tinggi (T) terdapat 23 (31,9%) responden.
Kemudian jika dilihat dari frekuensi pada kategori Sangat Rendah (SR)
variabel self esteem hanya terdapat 9 (12,5%) responden, hal yang serupa
terlihat pada variabel audit risk pada kategori Sangat Rendah (SR)
sebanyak 7 (9,7%) responden. Perbedaan yang tidak terlalu besar tersebut
menjadikan pengaruh signifikan antara organizational commitment
terhadap self esteem logis dan dapat diterima.
166
4.3.6. Organizational Commitment Berpengaruh Positif terhadap Need for
Achievement
Hipotesis enam (H6) menyatakan bahwa organizational
commitment berpengaruh positif terhadap need for achievement dalam
penelitian ini diterima. Berdasarkan hasil uji resampling bootstrapping
diperoleh parameter koefisien sebesar 0,734 dengan nilai t-statistic sebesar
15,771 Hal tersebut menunjukkan bahwa variabel organizational
commitment berpengaruh signifikan terhadap need for achievement
dikarenakan besarnya t-stastistic > t-tabel untuk signifikansi 5% yaitu
1,96. Selain itu jika dilihat dari nilai parameter koefisien pada variabel
organizational commitment yang bernilai positif menunjukkan bahwa
organizational commitment berpengaruh positif dan signifikan terhadap
need for achievement.
Hasil penelitian ini selaras dengan teori organizational
commitment yang dikemukakan oleh Allen dan Meyer (1990) yang
membagi organizational commitment menjadi tiga komponen organisasi
yaitu komitmen afektif (affective commitment), komitmen kontinuans
(continuance commitment), dan komitmen normatif (normative
commitment) dimana ketiga komponen tersebut dilihatnya komitmen
sebagai kondisi psikologis yang dapat menggambarkan hubungan individu
dengan organisasi. Organizational commitment adalah keinginan kuat
167
untuk mengerjakan segala upaya atas nama organisasi, suatu keyakinan,
nilai dan tujuan pada organisasi, serta mengedepankan mutu dan kualitas
kerja. Sedangkan menurut McClelland (1987) mengatakan need for
achievement adalah proses pembelajaran yang stabil yang mana kepuasan
akan didapatkan dengan berjuang dan memenuhi level tertinggi untuk
dapat menjadi ahli dibidang tertentu. Sehingga Individu yang memiliki
organizational commitment tinggi akan cenderung memiliki motivasi diri
atau need for achievement yang tinggi pula.
Hubungan yang signifikan antara organizational commitment
dengan need for achievement dapat dianalisis dengan melihat dari analisis
deskriptif hasil jawaban responden. Dari hasil analisis tersebut dapat
dilihat berdasarkan frekuesinya kecenderungan auditor memiliki need for
achievement adalah Tinggi (T) yaitu sebanyak 15 (20,8%) responden. Hal
yang serupa terlihat pada variabel organizational commitment dengan
frekuensi pada kategori yang sama yaitu Tinggi (T) terdapat 23 (31,9%)
responden. Kemudian jika dilihat dari frekuensi pada kategori Rendah (R)
variabel need for achievement hanya terdapat 8 (11,1%) responden, hal
yang serupa terlihat pada variabel organizational commitment pada
kategori Rendah (R) sebanyak 16 (22,2%) responden. Perbedaan yang
tidak terlalu besar tersebut menjadikan pengaruh signifikan antara
organizational commitment terhadap need for achievement logis dan dapat
diterima.
168
4.3.7. Self Esteem Berpengaruh Negatif terhadap Premature Sign off Audit
Procedures
Hipotesis tujuh (H7) menyatakan bahwa self esteem berpengaruh
negatif terhadap premature sign off audit procedures dalam penelitian ini
diterima. Berdasarkan hasil uji resampling bootstrapping diperoleh
parameter koefisien sebesar -0.399 dengan nilai t-statistic sebesar 3,023
Hal tersebut menunjukkan bahwa variabel self esteem berpengaruh
signifikan terhadap premature sign off audit procedures dikarenakan
besarnya t-stastistic > t-tabel untuk signifikansi 5% yaitu 1,96. Selain itu
jika dilihat dari nilai parameter koefisien pada variabel self esteem yang
bernilai negatif menunjukkan bahwa self esteem berpengaruh negatif dan
signifikan terhadap premature sign off audit procedures.
Hasil penelitian ini sejalan dengan teori atribusi Harold Kelley
(1980) yang menjelaskan bahwa terdapat dua faktor yang menyebabkan
perilaku seseorang yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Penyebab
internal mengacu pada aspek perilaku individual, sesuatu yang ada dalam
diri seseorang seperti sifat pribadi, persepsi diri, kemampuan, motivasi.
Sedangkan penyebab eksternal mengacu pada lingkungan yang
mempengaruhi perilaku, seperti kondisi sosial, nilai sosial, dan pandangan
masyarakat. Menurut Weningtyas, dkk (2006) menyimpulkan bahwa
variabel self esteem merupakan salah satu faktor internal yang dapat
169
mempengaruhi tindakan premature sign off audit procedures. Alasan logis
diterimanya hipotesis tersebut adalah asumsi yang dikemukakan oleh
Coopersmith (1967) yang mengatakan bahwa individu dengan self
esteem tinggi memiliki suatu bentuk mekanisme pertahanan diri tertentu
yang memberikan individu tersebut kepercayaan diri pada penilaian dan
kemampuan dirinya, serta meningkatkan perasaan mampu untuk
menghadapi situasi yang menyulitkan. Sehingga individu dengan self
esteem tinggi memiliki kecenderungan untuk tidak melakukan premature
sign off audit procedures.
Hubungan yang signifikan antara self esteem dengan premature
sign off audit procedures dapat dianalisis dengan melihat dari analisis
deskriptif hasil jawaban responden. Dari hasil analisis tersebut dapat
dilihat berdasarkan frekuesinya kecenderungan auditor mentoleransi
perilaku premature sign off audit procedures adalah Sangat Rendah (SR)
yaitu sebanyak 35 (48,6%) responden. Hal yang serupa terlihat pada
variabel self esteem dengan frekuensi pada kategori yang berlawanan yaitu
Sangat Tinggi (ST) terdapat 27 (37,5%) responden. Kemudian jika dilihat
dari frekuensi pada kategori Sangat Tinggi (ST) variabel premature sign
off audit procedures hanya terdapat 7 (9,7%) responden, hal yang serupa
terlihat pada variabel audit risk pada kategori Sangat Rendah (R) sebanyak
9 (12,5%) responden. Perbedaan yang tidak terlalu besar tersebut
menjadikan pengaruh signifikan antara self esteem dengan premature sign
off audit procedures logis dan dapat diterima.
170
Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian sebelumnya
yang dilakukan oleh Fathir (2011) dimana hasil penelitian tersebut
mengungkapkan bahwa terdapat pengaruh positif self esteem terhadap
premature sign off audit procedures. Sedangkan hasil penelitian ini
menunjukkan sebaliknya yaitu self esteem justru mempunyai pengaruh
negatif terhadap premature sign off audit procedures.
4.3.8. Need for Achievement Berpengaruh Negatif terhadap Premature Sign
off Audit Procedures
Hipotesis delapan (H8) menyatakan bahwa need for achievement
berpengaruh negatif terhadap premature sign off audit procedures dalam
penelitian ini ditolak. Berdasarkan hasil uji resampling bootstrapping
diperoleh parameter koefisien sebesar -0.038 dengan nilai t-statistic
sebesar 0,330 Hal tersebut menunjukkan bahwa variabel need for
achievement tidak berpengaruh signifikan terhadap premature sign off
audit procedures dikarenakan besarnya t-stastistic < t-tabel untuk
signifikansi 5% yaitu 1,96. Selain itu jika dilihat dari nilai parameter
koefisien pada variabel need for achievement yang bernilai negatif
menunjukkan bahwa need for achievement berpengaruh negatif terhadap
premature sign off audit procedures akan tetapi nilai tersebut tidak
signifikan.
Berdasarkan teori atribusi Harold Kelley (1980) menjelaskan
bahwa terdapat dua faktor yang menyebabkan perilaku seseorang yaitu
faktor internal dan faktor eksternal. Penyebab internal mengacu pada aspek
171
perilaku individual, sesuatu yang ada dalam diri seseorang seperti sifat
pribadi, persepsi diri, kemampuan, motivasi. Sedangkan penyebab
eksternal mengacu pada lingkungan yang mempengaruhi perilaku, seperti
kondisi sosial, nilai sosial, dan pandangan masyarakat. Menurut
Weningtyas, dkk (2006) menyimpulkan bahwa variabel need for
achievement merupakan salah satu faktor internal yang dapat
mempengaruhi tindakan premature sign off audit procedures. Hal ini
menjadi menarik untuk dikaji kembali sebab berdasarkan penelitian ini
need for achievement tidak berpengaruh signifikan terhadap premature
sign off audit procedures.
Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan teori motivasi kebutuhan
David McClelland (1961) yang mengemukakan bahwa terdapat tiga jenis
kebutuhan motivasi yaitu motivasi untuk mencapai prestasi (need for
achievement / n-ach ), motivasi untuk mendapatkan kekuasaan / otoritas
(need for power / n-pow), dan motivasi untuk berafiliasi (need for
affiliation / n -affil). Motivasi untuk berprestasi (need for achievement)
adalah motivasi atau hasrat seseorang untuk meraih prestasi dalam
hidupnya, ini merupakan proses pembelajaran yang stabil yang mana
kepuasan akan didapatkan dengan berjuang dan memenuhi level tertinggi
untuk dapat menjadi ahli dalam bidang tertentu. Dengan kata lain motivasi
untuk berprestasi merupakan tingkat dimana seseorang memiliki kemauan
untuk menjadi sukses di bidangnya. Bagi mereka yang memiliki need for
achievement tinggi cenderung menyukai pekerjaan yang menantang
172
dengan sasaran akhir yang masih dapat dicapai, karena apabila jalan yang
mereka tempuh untuk mencapai kesuksesan memiliki risiko rendah,
mereka akan menganggap bahwa itu bukanlah pencapaian kesuksesan
yang sesungguhnya. Berdasarkan teori tersebut seharusnya individu
dengan need for achievement tinggi memiliki kecenderungan untuk
tidak melakukan premature sign off audit procedures dikarenakan lebih
mengedepankan mutu / kualitas dalam setiap pekerjaannya, dan
menyukai tantangan.
Hubungan yang tidak signifikan antara need for achievement
dengan premature sign off audit procedures dapat dianalisis dengan
melihat dari analisis deskriptif hasil jawaban responden. Dari hasil analisis
tersebut dapat dilihat berdasarkan frekuesinya kecenderungan auditor
mentoleransi perilaku premature sign off audit procedures pada kategori
Sangat Tinggi (ST) yaitu sebanyak 7 (9,7%) responden. Hal yang berbeda
terlihat pada variabel need for achievement dengan frekuensi pada
kategori yang berlawanan yaitu Sangat Rendah (SR) yaitu sebanyak 0
(0,0%) responden. Artinya 7 (9,7%) responden tersebut meskipun
cenderung mentoleransi sikap perilaku premature sign off audit
procedures sangat tinggi tetapi tetap memiliki need for achievement yang
tinggi pula. Hal tersebut kemungkinan yang menakibatkan tidak
signifikannya pengaruh varibel need for achievement terhadap
premature sign off audit procedures.
173
Hasil penelitian ini menolak hasil penelitian sebelumnya milik
Almar’atus (2013) dan Kholidiah (2014). Yang mengungkapkan bahwa
terdapat pengaruh negatif antara need for achievement dengan premature
sign off audit procedures. Dimana pada penelitian ini menunjukkan
bahwa tidak adanya pengaruh antara need for achievement dengan
premature sign off audit procedures.
4.3.9. Organizational Commitment Berpengaruh terhadap Premature Sign off
Audit Procedures melalui Mediasi Self Esteem
Hipotesis sembilan (H9) menyatakan bahwa organizational
commitment berpengaruh terhadap premature sign off audit procedures
melalui mediasi self esteem dalam penelitian ini diterima. Berdasarkan
hasil uji signifikansi indirect effect dengan menggunakan metode Aorian
Sobel Test pada program Microsoft Excel. Ditemukan besarnya koefisien
organizational commitment dengan mediasi self esteem terhadap
premature sign off audit procedures adalah -0,303 dengan t-statistic
sebesar 2,953. Hal tersebut menunjukkan bahwa variabel organizational
commitment berpengaruh signifikan terhadap premature sign off audit
procedures dengan mediasi self esteem, dikarenakan besarnya t-stastistic >
t-tabel untuk signifikansi 5% yaitu 1,96. Selain itu jika dilihat dari nilai
parameter koefisien pada variabel organizational commitment yang
bernilai negatif menunjukkan bahwa organizational commitment
berpengaruh negatif dan signifikan terhadap premature sign off audit
procedures melalui mediasi self esteem. kemudian jika dilihat dari sifat
174
mediasinya, variabel self esteem merupakan full mediation hubungan
antara organizational commitment dengan premature sign off audit
procedures. full mediation terjadi apabila dimasukkannya variabel mediasi
akan menghilangkan hubungan langsung antara variabel eksogen yaitu
organizational commitment dengan variabel endogen yang dalam penelitian
ini adalah premature sign off audit procedures. Sehingga meskipun
organizational commitment tidak memiliki pengaruh langsung terhadap
premature sign off audit procedures, dengan adanya mediasi dari self
esteem terjadi pengaruh signifikan antara organizational commitment
dengan premature sign off audit procedures.
Berdasarkan teori atribusi Harold Kelley (1980) menjelaskan
bahwa terdapat dua faktor yang menyebabkan perilaku seseorang yaitu
faktor internal dan faktor eksternal. Penyebab internal mengacu pada
aspek perilaku individual, sesuatu yang ada dalam diri seseorang seperti
sifat pribadi, persepsi diri, kemampuan, motivasi. Sedangkan penyebab
eksternal mengacu pada lingkungan yang mempengaruhi perilaku, seperti
kondisi sosial, nilai sosial, dan pandangan masyarakat. Menurut
Weningtyas, dkk (2006) menyimpulkan bahwa variabel organizational
commitment merupakan salah satu faktor internal yang dapat
mempengaruhi tindakan premature sign off audit procedures.
Hasil penelitian ini selaras dengan teori organizational
commitment menurut Allen dan Meyer (1990) yang membagi
organizational commitment menjadi tiga komponen organisasi yaitu
175
komitmen afektif (affective commitment), komitmen kontinuans
(continuance commitment), dan komitmen normatif (normative
commitment) dimana ketiga komponen tersebut dilihatnya komitmen
sebagai kondisi psikologis yang dapat menggambarkan hubungan individu
dengan organisasi. Menurut Srimindarti (2012) Individu dengan
organizational commitment yang tinggi akan lebih tidak terlibat dengan
perilaku premature sign off audit procedures. Hal ini dilakukan dengan
tujuan untuk tetap mempertahankan keanggotaan dalam organisasi tempat
mereka bekerja. Individu yang memiliki organizational commitment yang
tinggi cenderung tidak melakukan tindakan premature sign off audit
procedures, terlebih lagi jika didukung dengan self esteem yang tinggi,
kecenderengan auditor melakukan premature sign off audit procedures
akan semakin rendah.
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa dengan
adanya organizational commitment yang tinggi dan didukung dengan self
esteem yang tinggi pula, kecenderungan auditor untuk melakukan
premature sign off audit procedures akan semakin rendah. Dan sebaliknya
jika organizational commitment rendah ditambah dengan self esteem yang
rendah pula, kecenderungan auditor menerima tindakan premature sign off
audit procedures akan semakin tinggi.
4.3.10. Organizational Commitment Berpengaruh terhadap Premature Sign off
Audit Procedures melalui Mediasi Need for Achievement
176
Hipotesis sepuluh (H10) menyatakan bahwa organizational
commitment berpengaruh terhadap premature sign off audit procedures
melalui mediasi need for achievement dalam penelitian ini ditolak.
Berdasarkan hasil uji signifikansi indirect effect dengan menggunakan
metode Aorian Sobel Test pada program Microsoft Excel. Ditemukan
besarnya koefisien organizational commitment dengan mediasi need for
achievement terhadap premature sign off audit procedures adalah -0,028
dengan t-statistic sebesar 0,327. Hal tersebut menunjukkan bahwa variabel
organizational commitment tidak berpengaruh signifikan terhadap
premature sign off audit procedures dengan mediasi need for achievement,
dikarenakan besarnya t-stastistic < t-tabel untuk signifikansi 5% yaitu
1,96. Selain itu jika dilihat dari nilai parameter koefisien pada variabel
organizational commitment yang bernilai negatif menunjukkan bahwa
organizational commitment berpengaruh negatif terhadap premature sign
off audit procedures melalui mediasi need for achievement akan tetapi
nilai tersebut tidak signifikan.
Hasil penelitian ini tidak selaras dengan teori organizational
commitment menurut Allen dan Meyer (1990) yang membagi
organizational commitment menjadi tiga komponen organisasi yaitu
komitmen afektif (affective commitment), komitmen kontinuans
(continuance commitment), dan komitmen normatif (normative
commitment) dimana ketiga komponen tersebut dilihatnya komitmen
sebagai kondisi psikologis yang dapat menggambarkan hubungan individu
177
dengan organisasi. Menurut Srimindarti (2012) Individu dengan
organizational commitment yang tinggi akan lebih tidak terlibat dengan
perilaku premature sign off audit procedures. Hal ini dilakukan dengan
tujuan untuk tetap mempertahankan keanggotaan dalam organisasi tempat
mereka bekerja.
Hubungan yang tidak signifikan antara organizational commitment
dengan premature sign off audit procedures melalui mediasi need for
achievement dapat dianalisis dengan melihat dari analisis deskriptif hasil
jawaban responden. Dari hasil analisis tersebut dapat dilihat berdasarkan
frekuesinya kecenderungan auditor mentoleransi perilaku premature sign
off audit procedures pada kategori Sangat Tinggi (ST) yaitu sebanyak 7
(9,7%) responden. Hal yang berbeda terlihat pada variabel need for
achievement dengan frekuensi pada kategori yang berlawanan yaitu
Sangat Rendah (SR) yaitu sebanyak 0 (0,0%) responden. Artinya 7 (9,7%)
responden tersebut meskipun cenderung mentoleransi sikap perilaku
premature sign off audit procedures sangat tinggi tetapi tetap memiliki
need for achievement yang tinggi pula. Hal tersebut menakibatkan
tidak signifikannya pengaruh variabel need for achievement terhadap
premature sign off audit procedures. Salah satu syarat menjadi variabel
mediasi yaitu harus memiliki pengaruh langsung yang signifikan terhadap
variabel endogen akan tetapi berdasarkan hasil penelitian variabel mediasi
need for achievement tidak memiliki pengaruh terhadap premature sign off
178
audit procedures. Sehingga variabel need for achievement tidak dapat
dijadikan sebagai pemediasi variabel organizational commitment.
176
BAB V
PENUTUP
5.1. Simpulan
Berdasarkan hasil hasil pengujian dan pembahasan yang penulis
sajikan, maka dapat ditarik kesimpulan terdapat lima hipotesis yang
diterima dan sisanya ditolak dengan rincian sebagai berikut :
1. Hipotesis satu (H1) menyatakan bahwa time pressure berpengaruh
positif terhadap premature sign off audit procedures dalam penelitian
ini ditolak. Artinya variabel time pressure dalam penelitian ini tidak
terbukti sebagai salah satu variabel yang dapat mempengaruhi
premature sign off audit procedures.
2. Hipotesis dua (H2) menyatakan bahwa audit risk berpengaruh positif
terhadap premature sign off audit procedures dalam penelitian ini
diterima. Artinya variabel audit risk dalam penelitian ini terbukti
sebagai salah satu variabel yang dapat mempengaruhi premature sign
off audit procedures.
3. Hipotesis tiga (H3) menyatakan bahwa locus of control berpengaruh
positif terhadap premature sign off audit procedures dalam penelitian
ini ditolak. Artinya variabel locus of control dalam penelitian ini tidak
terbukti sebagai variabel yang dapat mempengaruhi premature sign off
audit procedures.
177
4. Hipotesis empat (H4) menyatakan bahwa organizational commitment
berpengaruh negatif terhadap premature sign off audit procedures
dalam penelitian ini ditolak. Artinya variabel organizational
commitment dalam penelitian ini tidak terbukti sebagai variabel yang
dapat mempengaruhi premature sign off audit procedures.
5. Hipotesis lima (H5) menyatakan bahwa organizational commitment
berpengaruh positif terhadap self esteem dalam penelitian ini diterima.
Artinya variabel organizational commitment dalam penelitian ini
terbukti sebagai variabel yang dapat mempengaruhi self esteem.
6. Hipotesis enam (H6) menyatakan bahwa organizational commitment
berpengaruh positif terhadap need for achievement dalam penelitian
ini diterima. Artinya variabel organizational commitment dalam
penelitian ini terbukti sebagai variabel yang dapat mempengaruhi need
for achievement.
7. Hipotesis tujuh (H7) menyatakan bahwa self esteem berpengaruh
negatif terhadap premature sign off audit procedures dalam penelitian
ini diterima. Artinya variabel self esteem dalam penelitian ini terbukti
sebagai salah satu variabel yang dapat mempengaruhi premature sign
off audit procedures.
8. Hipotesis delapan (H8) menyatakan bahwa need for achievement
berpengaruh negatif terhadap premature sign off audit procedures
dalam penelitian ini ditolak. Artinya variabel need for achievement
178
dalam penelitian ini tidak terbukti sebagai salah satu variabel yang
dapat mempengaruhi premature sign off audit procedures.
9. Hipotesis sembilan (H9) menyatakan bahwa organizational
commitment berpengaruh terhadap premature sign off audit
procedures melalui mediasi self esteem dalam penelitian ini diterima.
Artinya variabel self esteem dapat memediasi pengaruh organizational
commitment terhadap premature sign off audit procedures.
10. Hipotesis sepuluh (H10) menyatakan bahwa organizational
commitment berpengaruh terhadap premature sign off audit
procedures melalui mediasi need for achievement dalam penelitian ini
ditolak. Artinya variabel need for achievement tidak dapat memediasi
pengaruh organizational commitment terhadap premature sign off
audit procedures.
5.2. Saran
Penelitian lanjutan mengenai faktor – faktor yang mempengaruhi
perilaku premature sign off audit procedures menjadi suatu hal yang perlu
untuk dikembangkan lebih dalam sebab masih terdapat keberagaman pada
hasil penelitian. Mempertimbangkan hasil penelitian dan analisis hasil
penelitian ini, peneliti menemukan beberapa keterbatasan antara lain
penggunaan metode conveinance sampling Berdasarkan keterbatasan
tersebut peneliti mengajukan beberapa saran sebagai berikut :
179
1. Berdasarkan keterbatasan penggunaan metode conveinance sampling,
peneliti menyarankan untuk penelitian selanjutnya dapat menggunaan
metode pengumpulan sampel lain, peneliti menyarankan untuk
menggunakan metode purposive sampling dengan memberikan
kriteria tertentu sebagai syarat menjadi sampel penelitian. Akan tetapi
peneliti tidak menyarankan untuk memberi kriteria harus memiliki
jabatan diatas auditor junior karena menurut penelitian Weningtyas,
dkk (2006) ditemukan bahwa 70% auditor junior melakukan
premature sign off audit procedures sehingga jika auditor junior tidak
dijadikan sampel penelitian justru akan menghilangkan variasi data
penelitian.
2. Dalam penelitian ini hanya mengkaitkan organizational commitment
dengan salah satu aspek yang dijelaskan Steers (1977) yaitu aspek
motivasi (self esteem, dan need for achievement). Untuk penelitian
selanjutnya dapat mengkaitkan dengan aspek yang lain seperti aspek
kejelasan peran, serta aspek kemampuan.
180
DAFTAR PUSTAKA
Aamodt, M. G. 1991. Applied Industrial Organizational Psychology. California:
Wadsworth Pub.Co.
Agoes, S. 2012. Auditing: Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh Akuntan
Publik. Jakarta: Salemba Empat
Aji, B.P. 2013. Pengaruh Time Pressure, Risiko Audit, Materialitas dan
Kesadaran Etis Terhadap Penghentian Prematur Atas Prosedur Audit
(Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik di Semarang). Skripsi.
Semarang: Universitas Negeri Semarang.
Akhsan, M.F. 2014. Pengaruh Mediasi Komitmen Organisasi dan Turnover
Intentions terhadap Determinan Perilaku Premature Sign Off. Accounting
Analysis Journal. Semarang: Universitas Negeri Semarang.
Alderman, W.C. dan J.W. Deitrick. 1982. “Auditor’s Preceptions of time budget
pressures and premature sign-offs: A replication and extension.”
Auditing: A Journal of Practice & Theory
Almar’atus, A. 2013. Pengaruh Time Pressure, Audit Risk, Need For
Achievement, Quality Control dan Review Procedures Terhadap
Premature Sign-Off. Skripsi S1. Universitas Airlangga Surabaya.
Ardiansah, M.N. 2003. Pengaruh Gender dan Locus of Control terhadap
Kepuasan Kerja, Komitmen Organisasi dan Keinginan Berpindah Kerja
(Studi pada Auditor di Pulau Jawa). Tesis. Semarang: Universitas
Diponegoro.
Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta :
Rineka Cipta.
Arens, A.A., Randal J. E., & Mark S.B. 2012. Auditing and Assurance Services :
An Integrated Approach, 14th
Edition, Pearson, Prentice Hall Inc.
Arifin, Z. 2012. Penelitian Pendidikan Metode dan Paradigma Baru. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Asrini, K.J., Edy S., & Nyoman A.S.D. Pengaruh Tekanan Waktu, Locus of
Control, dan Tindakan Supervisi terhadap Penghentian Prematur atas
Prosedur Audit (Studi Empiris pada KAP di Bali). Jurnal Akuntansi
Program S1. Universitas Pendidikan Ganesha.
Boynton, W. C., Raymon N. Johnson, dan Walter G. Kell. 2003. Modern
Auditing. Edisi Terjemahan Ketujuh. Jakarta: Erlangga.
181
Cook, C. W., & Phillip L. Hunsaker. 2001. Management and Organizational
Behavior. New York: McGraw-Hill/Irwin.
Coopersmith, S. 1967. Antecedents of Self Esteem. University of Michigan:
Consulting Psychologists Press.
Coram, P., Glovovic, A,Ng, J dan Woodliff, D. 2004. The Moral Intensity of Reduced Audit Quality Acts. Auditing : Journal of Practice & Theory.
Vol 27 No. 1.
Coram, P., Glovovic, A,Ng, J dan Woodliff, D. 2008. The Fact of Risk
Misstatement on The Propensity to Commit Reduced Audit Acts Under
Time Budget Preassure. Auditing : Journal of Practice & Theory. 23(2).
Crider, A.B., Goethals G.R., Kavanaugh R.D., dan Solomon P.R. 1983.
Psychology. United States: Scott, Foresman & Company.
DeAngelo, LE. 1981. Auditor Size and Auditor Quality. Journal of Accounting
and Economics.
Donnely, David P., Jeffrey, J.Q., & David. 2003. Auditor Acceptance of
Dysfunctional Audit Behavior : An Explanatory Model Using Auditors’
Personal Characteristics. Journal of Behavioral Research In Accounting.
Djohari, G.P. 2008. Pengaruh Pelaksanaan Supervisi oleh Senior Auditor
terhadap Kinerja Junior Auditor. Skripsi, Fakultas Ekonomi Universitas
Widyatama, Bandung.
Fatchurrochman, A. (2005). Melanggar Standar Atau Kejahatan Profesi ? Hasil
Peer Review BPKP Atas Kertas Kerja Auditor Bank-Bank Bermasalah.
https://agamfat.wordpress.com/2005/07/05/melanggar-standar-atau-
kejahatan-profesi-hasil-peer-review-bpkp-atas-kertas-kerja-auditor-bank-
bank-bermasalah/. (diunduh tanggal 2 Mei. 2016)
Fathir, K. A. 2011. Pengaruh Faktor Eksternal dan Internal Terhadap Keputusan
Penghentian Prematur Atas Prosedur Audit. Thesis. Yogyakarta:
Universitas Gajah Mada.
Ferdinand, A. 2014. Metode Penelitian Manajemen Pedoman Penelitian untuk
Penulisan Skripsi Tesis dan Disertasi Ilmu Manajemen. Semarang: Badan
Penerbit Universitas Diponegoro.
Ghozali, I., & Hengky, L. 2012. Partial Least Squares : Konsep, Teknik dan
Aplikasi Menggunakan Program SmartPLS 2.0 M3, Badan Penerbit
Universitas Diponegoro, Semarang-Jawa Tengah
182
Ghozali, I. 2011. Analisis Multivariate Program IBM SPSS 19. Semarang: Badan
Penerbit Universitas Diponogoro.
Greenberg, J. dan Robert A.B. 2008. Behavior in Organizations. Prentice Hall
India.
Herningsih, S. 2001. Penghentian prematur atas prosedur audit : Studi empiris
pada kantor akuntan publik. Thesis, Yogyakarta: Universitas Gajah Mada.
Heider, F. 1958. The Psychology of Interpersonal Relations. New Jersey Hillsdale
: Lawrence Erlbaum Associates, Inc.
Hollinger dan J. Clark. 1983. Theft by Employees. Lexington MA: Lexington
Books.
Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI). 2011. Standar Profesional
Akuntan Pub(SPAP). Jakarta : Salemba Empat.
Ikhsan. A., dan M. Iskak. 2008. Akuntansi Keperilakuan. Jakarta: Salemba
Empat.
Irawati, Y., & Mukhlasin, T. A. P. (2005). Hubungan karakteristik personal
auditor terhadap tingkat penerimaan penyimpangan perilaku dalam
audit. Simposium Nasional Akuntansi VIII Solo. 15–16 September 2005.
Jackson, D.N. 1974. Personality research form manual. Goshen, N.Y. Research
Psychologists Press.
Kahle, L. R. 1980. Stimulus condition self-selection by males in interaction of
locus of control and skill-change situations. Journal of Personality and
Sosial Psychology.
Kaplan, S.E. 1995. An Examination of Auditors’ Reporting Intentions Upon
Discovery of Procedures Prematurely Signed-Off. Auditing : A
Journal of Practice and Theory.
Kelley, H.H., & John L.M. 1980. Attribution Theory And Research. Department
of Psychology. University of California.
Kholidiah., & Siti Aisah Murni. 2014. Analisis Faktor-Faktor yang Berpengaruh
Terhadap Terjadinya Penghentian Prematur (Premature Sign Off) atas
Prosedur Audit (Studi Kasus Pada Kantor Akuntan Publik di Jawa
Timur). Simposium Nasional Akuntansi XVII.
Kompas. (2010). Kredit Macet Rp 52 Miliar, Akuntan Publik Diduga Terlibat. 18
Mei
183
Kreitner, R., & Kinichi, A. 2005. Perilaku Organisasi. Jakarta: Salemba Empat
Kusharyanti. 2003. Temuan penelitian mengenai kualitas audit dan kemungkinan
topik penelitian di masa mendatang. Jurnal Akuntansi dan Manajemen.
La Ane., & Lubis A.A. 2011. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Perilaku
Auditor Dalam Penghentian Prematur Prosedur Audit. Jurnal Telaah
Akuntansi. Medan : Universitas Negeri Medan.
Lestari, A.P. 2010, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Auditor Dalam
Penghentian Prematur Prosedur Audit, Skripsi. Fakultas Ekonomi
Universitas Diponegoro.
Liantih, R. 2010. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penghentian
Prematur Atas Prosedur Audit. Skripsi. Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah. Jakarta.
Malone, C.F., & Roberts R.W. 1996. Factor Associated With the Incidence of
Reduced Audit Quality Behaviour. Auditing: A Journal of Practice and
Theory.
Maulina, M., Anggraini R., & Choirul A. 2010. Pengaruh Tekanan Waktu dan
Tindakan Supervisi Terhadap Penghentian Atas Prosedur Audit.
Simposium Nasional Akuntansi XIII.
Margheim, L., Tim, K., & Diane, P. 2005. An Empirical Analysis of the Effect of
Auditor Time Budget Pressure and Time Deadline Pressure. The Journal
of Applied Business Research.
Maryanti, P. (2005). Analisis penerimaan auditor atas dysfunctional audit
behavior: pendekatan karakteristik personal auditor (Studi empiris pada
kantor akuntan publik di Jawa). Tesis. Semarang: Universitas Diponegoro.
McClelland, D.C. 1961. The Achieving Society. New York: D. Van Nostrand
Company, Inc.
______________. 1987. Human Motivation. New York: Press Syndicate of the
University of Cambridge
Messier, G., & Prawit. 2006. Auditing &Assurance Service: a Sistem Appoarch.
Jakarta: Salemba Empat.
Meyer, J.P. dan Allen. N.J. 1990. The Measurement and Antecedents of Affective,
Continuance, and Normative Commitment to the Organization. Journal of
Occupational Psychology.
184
Meyer, J.P. dan Allen. N.J. 1997. Commitment in the Workplace: Theory,
Reasearch and Application. California : Sage Publications.
Mowday, R., Porter, L., & Dubin, R. (1979). The measurement of organizational
commitment. Journal of vocational behavior, 14, 224-247.
Mulyadi. 2002. Auditing. Jakarta: Salemba Empat.
Preacher, K.J., & Hayes A.F. 2004. SPSS and SAS Procedures for Estimating
Indirect Effect in Simple Mediation Models. Behavior Research Methods,
Instruments, & Computers.
Qurrahman, T., & Susfayetti, M.A. 2012. Pengaruh Time Pressure, Resiko Audit,
Materialitas, Prosedur Review dan Kontrol Kualitas, Locus of Control,
Serta Komitmen Profesional Terhadap Penghentian Prematur Prosedur
Audit (Studi Empiris pada KAP di Palembang). e-jurnal Binar Akuntansi.
Robbins., & Judge. 2007. Perilaku Organisasi. Jakarta: Salemba Empat.
Rotter, J.B. 1966. Generalized Expectancies For Internal Versus External
Control Of Reinforcement. Psychological Monographs. Vol.80 PP.1-28.
Setiawan, & Imam, G. 2006. Akuntansi Keperilakuan Konsep dan Kajian
Empiris Perilaku Akuntan. Semarang: Badan Penerbit Universitas
Diponegoro.
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Bisnis (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,
dan R&D). Bandung: Alfabeta.
________. 2012. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta
________. 2013. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta.
Sholihin, Mahfud dan Dwi Ratmono. 2013. Analisis SEM-PLS dengan WarpPLS
3.0 Untuk Hubungan Nonlinier dalam Penelitian Sosial dan Bisnis.
Yogyakarta: CV. Andi Offset.
Sososutikno, C. 2003. “Hubungan Tekanan Anggaran Waktu dengan Perilaku
Disfungsional serta Pengaruhnya terhadap Kualitas Audit”. Simposium
Nasional Akuntansi VI.
Srimindarti, C. 2012. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Premature Sign-Off
Dengan Turnover Intention Sebagai Variabel Intervening: Suatu Tinjauan
dari Goal Setting Theory. Jurnal Organisasi dan Manajemen.
185
Steers, R.M. 1977. Antecedents & outcomes of organizational commitment.
Administrative Science Quarterly.
Robbins, S.P. 1996. Perilaku Organisasi, Konsep, Kontroversi dan Aplikasi.
Jakarta: PT. Bhuana Ilmu Populer.
Suharyati, R. 2003. Pengaruh Self-Efficacy, Assertiveness, dan Self Esteem
terhadap Keinginan Auditor Berpindah Kerja dengan Mediasi Tekanan
Kerja dan Kepuasan Kerja. Thesis. Semarang: Universitas Diponegoro.
Sujarweni, V.W. 2014. Metodologi Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Baru Press
Nisa, V.F. 2013. Analisis Faktor Eksternal dan Internal Yang Mempengaruhi
Penghentian Prematur Atas Prosedur Audit. Diponegoro Journal Of
Accounting.
Wahyudi, E. 2013. Pengaruh Locus of Control, Kinerja, Komitmen Organisasi,
dan Turnover Intentions terhadap Penyimpangan Perilaku dalam Audit
(Studi Empiris pada KAP di Jakarta Selatan). Skripsi S1. Jakarta:
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.
Wahyudi, I., Lucyanda, J., & Suhud, L.H. 2011. Praktik Penghentian Prematur
Atas Prosedur Audit. Media Riset Akuntansi.
Weiner, B. 1974. Achievement motivation and attribution theory. New Jersey
Morristown: General Learning Press.
Weningtyas,S., Dody, S dan Hanung,T. 2006. “Penghentian Prematur atas
Prosedur Audit”. Simposium Nasional Akuntansi IX Padang.
Yusrawati., & Ari S. 2009. Pengaruh Time Preesure, Risiko Audit, Materialitas,
Prosedur Review dan Kontrol Kualitas Serta Locus of Control Terhadap
Penghentian Prematur Atas Prosedur Audit Pada KAP di Pekanbaru.
Jurnal Kiat UIR.
186
187
Lampiran 1 Kuesioner Penelitian
188
189
190
191
192
193
194
195
196
197
198
199
200
201
202
203
Lampiran 2 Kisi – Kisi Pertanyaan
No Variabel Indikator Pertanyaan Skala Sumber
1 Premature
Sign Off Audit
Procedures
Pemahaman Bisnis
Klien
Seberapa sering
anda tidak
memerlukan
pemahaman bisnis
klien dalam
perencanaan audit ?
Likert Herning
sih
2001,
Wening
tyas,
dkk
2006 Seberapa sering
anda berfikir bahwa
pemahaman bisnis
klien dalam
perencanaan audit
tidak terlalu penting
?
Pertimbangan
Pengendalian Intern
Seberapa sering
anda tidak
menggunakan
pertimbangan sistem
pengendalian intern
dalam audit laporan
keuangan ?
Seberapa sering
anda berfikir bahwa
pemahaman
pengendalian intern
klien tidak terlalu
penting ?
Pengujian Substantif Seberapa sering
anda tidak
menggunakan
informasi asersi
dalam merumuskan
tujuan audit dan
merancang
pengujian
substantive ?
Seberapa sering
anda berfikir bahwa
pengujian
substantive tidak
terlalu penting
dalam audit ?
Pertimbangan
Internal Auditor
Seberapa sering
anda tidak
menggunakan fungsi
auditor internal
dalam audit ?
Seberapa sering
204
No Variabel Indikator Pertanyaan Skala Sumber
anda berfikir bahwa
fungsi auditor
internal klien tidak
membantu banyak
dalam pelaksanaan
audit ?
Prosedur Analitis Seberapa sering
anda tidak
melakukan prosedur
analitis dalam
perencanaan dan
review audit ?
Seberapa sering
anda berfikir bahwa
prosedur analitis
dalam perencanaan
dan review audit
tidak terlalu penting
?
Konfirmasi Seberapa sering
anda tidak
melakukan
konfirmasi dengan
pihak ketiga dalam
audit laporan
keuangan ?
Seberapa sering
anda berfikir bahwa
melakukan
konfirmasi dengan
pihak ketiga dirasa
tidak perlu
dilakukan ?
Menggunakan
Representasi
Manajemen
Seberapa sering
anda tidak
menggunakan
representasi
manajemen dalam
audit laporan
keuangan ?
Seberapa sering
anda beranggapan
bahwa representasi
manajemen dalam
audit laporan
keuangan tidak
penting ?
Melaksanakan Uji
Kepatuhan terhadap
Seberapa sering
anda tidak
205
No Variabel Indikator Pertanyaan Skala Sumber
Pengendalian atas
Transaksi sistem
aplikasi On-line
melakukan uji
kepatuhan terhadap
pengendalian
transaksi dalam
aplikasi sistem
komputer on-line ?
Seberapa sering
anda berfikir bahwa
uji kepatuhan
terhadap
pengendalian
transaksi dalam
aplikasi sistem
komputer on-line
tidak perlu
dilakukan ?
Mengurangi Jumlah
Sampel
Seberapa sering
anda mengurangi
jumlah sampel yang
direncanakan dalam
audit laporan
keuangan ?
Seberapa sering
anda berfikir bahwa
mengurangi jumlah
sampel perlu
dilakukan guna
mempercepat proses
audit ?
Pemeriksaan Fisik Seberapa sering
anda tidak
melakukan
perhitungan fisik
terhadap kas atau
persediaan ?
Seberapa sering
anda berfikir bahwa
perhitungan fisik
terhadap kas atau
persediaan tidak
terlalu penting ?
2 Time
Pressure
Ketepatan Waktu Seberapa sering
anda merasa
anggaran waktu
anda dalam
melakukan audit
kurang ?
Likert Herning
sih
(2001),
Wening
tyas,
dkk
(2006),
Maulina Seberapa sering
anda merasa bahwa
206
No Variabel Indikator Pertanyaan Skala Sumber
anggaran waktu
yang ada terlalu
ketat ?
dkk
(2010).
Pencapaian
Anggaran Waktu
Seberapa sering
dalam periode
bersamaan, anda
mengaudit beberapa
perusahaan ?
Seberapa sering
anda merasa kurang
mampu memenuhi
target yang telah
ditentukan ?
Keterbatasan Sumber
Daya
Seberapa sering
anda lembur dalam
melaksanakan audit
?
Seberapa sering
anda merasa sumber
daya yang ada dalam
mengerjakan audit
kurang ?
Tingkat Efisiensi
Anggaran Waktu
Seberapa sering
anda merasa
efisiensi dalam
pekerjaan proses
audit sangat
ditekankan ?
Seberapa sering
anda menyediakan
waktu cadangan
untuk hal – hal yang
tidak terduga dalam
melakukan audit ?
Kepatuhan Auditor Seberapa sering
anda merubah waktu
audit yang sudah
direncanakan
sebelumnya agar
seluruh prosedur
audit dapat
dilakukan ?
Seberapa sering
anda melanggar
anggaran waktu
yang telah
direncanakan dalam
melakukan audit ?
Ketidakseimbangan Seberapa sering
207
No Variabel Indikator Pertanyaan Skala Sumber
Antara Tugas dan
Waktu yang Tersedia
anda merasa terdapat
ketidakseimbangan
antara tugas dan
waktu yang
diberikan saat
melaksanakan audit
?
Seberapa sering
anda berfikir bahwa
tugas yang diberikan
kepada anda menyita
banyak waktu ?
Penetapan Batasan
Waktu
Seberapa sering
anda merasa
terganggu dengan
penetapan batasan
waktu saat
melaksanakan audit
?
Seberapa sering
anda merasa cemas
akan penetapan
batasan audit yang
diberikan kepada
anda ?
3 Audit Risk
(Herningsih
2001,
Weningtyas,
2006)
Perhitungan Fisik Tidak melakukan
perhitungan fisik
terhadap kas,
investasi, persediaan
/ aktiva tetap dalam
audit laporan
keuangan
merupakan tindakan
berisiko.
Likert Herning
sih
(2001),
Wening
tyas dkk
(2006).
Melakukan
perhitungan fisik
terhadap kas,
investasi, persediaan
/ aktiva tetap dalam
audit laporan
keuangan wajib
dilakukan oleh
auditor.
Pengurangan Sampel
Audit
Melakukan
pengurangan jumlah
sampel dalam
melakukan audit
merupakan tindakan
berisiko tinggi.
208
No Variabel Indikator Pertanyaan Skala Sumber
Mengurangi jumlah
sampel yang diaudit
merupakan tindakan
yang kurang etis
bagi auditor.
Konfirmasi Tidak melakukan
konfirmasi dengan
pihak ketiga
merupakan tindakan
berisiko tinggi.
Tidak melakukan
konfirmasi saldo
piutang klien
merupakan tindakan
berisiko tinggi.
4 Locus of
Control
Kurang Suka
Berusaha dalam
Mencapai Prestasi
dan Menyelesaikan
Tugas
Dengan perencanaan
yang baik maka
penyelesaian
pekerjaan akan dapat
dilakukan dengan
lebih baik. *
Likert Rotter
(1996),
Crider
(1983),
Spector
(1988),
Donnel
y dkk
(2003).
Kebanyakan orang
yang mampu
mengerjakan
pekerjaan dengan
baik bila mereka
berusaha dengan
sungguh-sungguh. *
Pada sebagian besar
pekerjaan, orang
dengan mudah
mencapai apa yang
telah mereka
tetapkan untuk
dicapai. *
Karyawan yang
melaksanakan
pekerjaan dengan
baik biasanya akan
mendapatkan
imbalan yang
sesuai.*
Kurang Memiliki
Inisiatif
Jika auditor kurang
senang dengan
keputusan yang
dibuat atasan mereka
tetap harus
melakukan sesuatu,
seperti memberikan
209
No Variabel Indikator Pertanyaan Skala Sumber
masukan, usulan dan
memberitahu atasan.
*
Agar dapat
memperoleh
pekerjaan yang
benar-benar bagus,
anda harus
mempunyai anggota
keluarga atau teman
yang menduduki
jabatan (posisi) yang
tinggi.
Kebanyakan auditor
mempunyai lebih
banyak pengaruh
terhadap atasannya,
daripada yang
auditor bayangkan
(pikirkan). *
Ketika memperoleh
pekerjaan yang
bagus, siapa yang
anda kenal dan dekat
lebih tinggi daripada
keahlian dan
kemampuan yang
dimiliki.
Memiliki
Kepercayaan bahwa
Keberhasilan dan
Pencapaian Prestasi
dipengaruhi oleh
Faktor dari Luar
(nasib,
keberuntungan,
lingkungan)
Perbedaan utama
antara orang yang
menghasilkan
banyak uang dengan
yang menghasilkan
sedikit uang adalah
keberuntungan
(nasib baik)
Diperlukan banyak
nasib baik untuk
menjadi karyawan
yang berprestasi.
Promosi biasanya
merupakan
keberuntungan
(nasib baik).
Memperoleh
pekerjaan yang anda
inginkan merupakan
masalah
210
No Variabel Indikator Pertanyaan Skala Sumber
keberuntungan
(nasib baik).
5 Organization
al
Commitment
Komitmen Afektif Saya merasa senang
menghabiskan
waktu bekerja di
organisasi tempat
saya bekerja.
Likert Meyer
dan
Allen
(1997)
Saya menganggap
masalah organisasi
di tempat saya
bekerja juga seperti
masalah saya
sendiri.
Saya merasa akan
mudah menjadi
terikat pada
organisasi lain
seperti saya terikat
pada organisasi saat
ini. *
Komitmen
Berkelanjutan
Saya merasa sulit
meninggalkan
organisasi tempat
saya bekerja saat ini,
walaupun saya
ingin.
Untuk sekarang
bertahan untuk
organisasi saat ini
lebih kearah
kebutuhan daripada
keinginan.
Saya tidak takut
akan apa yang
mungkin terjadi jika
saya berhenti dari
pekerjaan saya.*
Komitmen Normatif Salah satu alasan
utama saya terus
bekerja di organisasi
ini adalah saya
percaya bahwa
loyalitas itu penting,
karena itu saya
merasa masuk akal
untuk tetap tinggal
di organisasi ini.
Jika saya
mendapatkan
211
No Variabel Indikator Pertanyaan Skala Sumber
penawaran untuk
pekerjaan yang lebih
baik di tempat lain,
saya merasa tidak
tepat untuk
meninggalkan
organisasi tempat
saya bekerja saat ini.
Saya tidak percaya
bahwa seseorang
harus selalu setia
dengan
organisasinya.*
6 Self Esteem Keberartian diri Seberapa sering
anda diperlakukan
secara serius di KAP
tempat anda bekerja
?
Likert Coopers
mith
(1967),
Fathir
(2011).
Seberapa sering
anda melakukan
rapat bersama
dengan anggota tim
lainnya dalam
menyelesaikan
pekerjaan audit yang
ditugaskan pada tim
anda ?
Kekuatan Individu Seberapa sering
anda dianggap
penting di KAP
tempat anda bekerja
?
Seberapa sering
anda dipercaya
dalam
menyelesaikan
pekerjaan audit ?
Kompetensi Seberapa sering
anda merasa yakin
akan kemampuan
anda menyelesaikan
pekerjaan audit tepat
pada waktunya ?
Seberapa sering
anda bisa
menciptakan suatu
perbedaan atau
inovasi terhadap
pekerjaan anda di
212
No Variabel Indikator Pertanyaan Skala Sumber
KAP ?
Ketaatan individu
dan kemampuan
memberi contoh
Seberapa sering
anda merasa bahwa
anda telah banyak
membantu dalam
menyelesaikan
pekerjaan audit ?
Seberapa sering
anda merasa bahwa
norma, aturan yang
berlaku ditempat
anda bekerja perlu
ditekankan ?
Seberapa sering
anda merasa perlu
mengingatkan
apabila rekan kerja
anda melakukan
kesalahan ?
7 Need for
Achievement
Inovatif Saya merasa
memerlukan
mencari cara yang
lebih baik ketika
mengerjakan suatu
tugas yang diberikan
kepada saya.
Likert Mc.Clel
land
1987,
Kholidi
ah 2014
Saya merasa perlu
memberikan
gagasan yang baru
dan inovatif
terhadap pekerjaan
yang saya lakukan.
Membutuhkan
feedback
Bagi saya, feedback
atas tugas yang
diberikan
merupakan sesuatu
yang penting.
Saya merasa senang
apabila diberi
reward jika
mengerjakan tugas
dengan baik.
Memiliki Tanggung
Jawab Personal
terhadap Kinerja
Saya merasa
memiliki tanggung
jawab yang besar
terhadap setiap
pekerjaan yang
diberikan kepada
saya.
213
No Variabel Indikator Pertanyaan Skala Sumber
Bagi saya
menyelesaikan tugas
dengan baik adalah
suatu kepuasan
tersendiri.
Presistence (Tidak
Mudah Menyerah)
Saya memiliki
komitmen yang
tinggi dalam
melaksanakan tugas
yang diberikan
kepada saya,
meskipun tugas itu
sulit.
Saya berusaha
melaksanakan tugas
sebaik mungkin
yang diberikan
kepada saya.
Menyukai Tugas
yang Sulit dan
Menantang
Saya mempunyai
standar prestasi yang
tinggi di KAP
tempat saya bekerja.
Saya lebih menyukai
tugas yang
memerlukan
kemampuan dan
ketrampilan yang
tinggi.
Catatan : tanda (*) dalam tabel diatas memiliki arti pertanyaan tersebut termasuk
dalam kategori unfavorable.
214
Lampiran 3 Pengumpulan Data Kuesioner
Nama Kantor
Akuntan
Publik
Distribusi Kuesioner Penelitian
Kuesioner
yang
Dikirim
Kuesion
er yang
Kembali
Kuesioner
yang Tidak
Kembali
Kuesioner
yang
Tidak
Lengkap
Kuesioner
yang
Dapat
Diolah
1
KAP Darsono
& Budi Cahyo
Santoso
12 8 4 0 8
2
KAP Acmad,
Rasyid,
Hisbullah &
Jerry (Cab)
10 8 2 0 8
3
KAP Hananata
Budianto &
Rekan
13 9 6 0 9
4 KAP I.
Soetikno 4 4 0 2 2
5 KAP Drs.
Sugeng Pamuji 10 5 5 0 5
6 KAP Tarmizi
Acmad 12 8 4 0 8
7 KAP Sodikin
dan Harijanto 6 4 2 0 4
8
KAP Riza,
Adi, Syahril &
Rekan (Cab)
5 4 1 0 4
9
KAP Bayudi,
Yohana, Suzy
& Arie
12 8 4 0 8
10
KAP Benny,
Tony, Frans &
Daniel (Cab)
10 8 2 0 8
11 KAP Tri Bowo
Yulianti 9 8 1 0 8
Jumlah 103 74 31 2 72
215
Lampiran 4 Data Statistik Responden
No Keterangan Jumlah Presentase
1. Jenis Kelamin
c. Pria 51 70,83%
d. Wanita 21 29,17%
Jumlah 72 100%
2. Pendidikan Terakhir
f. Pasca Sarjana 6 8,33%
g. Sarjana 58 80,56%
h. Diploma 8 11,11%
i. SMA / SMK sederajat 0 0%
j. Lain – lain 0 0%
Jumlah 72 100%
3. Posisi / Jabatan saat ini
f. Auditor Junior 16 22,22%
g. Auditor Senior 47 65,28%
h. Supervisor 6 8,33%
i. Manajer 1 1,08%
j. Partner 2 2,78%
Jumlah 72 100%
4. Lama Bekerja
d. < 1 tahun 2 2,78%
e. 1 – 3 Tahun 33 45,83%
f. > 3 Tahun 37 51,39%
Jumlah 72 100%
216
Lampiran 5 Hasil Jawaban Responden Variabel Premature sign off audit procedures
PSO 1 PSO 2 PSO 3 PSO 4 PSO 5 PSO 6 PSO 7 PSO 8 PSO 9 PSO 10 PSO 11 PSO 12 PSO 13 PSO 14 PSO 15 PSO 16 PSO 17 PSO 18 PSO 19 PSO 20
1 KAP ARHJ 1 2 1 2 3 3 3 1 2 3 2 3 2 3 3 3 3 1 1 1 43 R
2 KAP ARHJ 1 2 1 2 2 2 2 1 2 3 2 3 4 3 2 1 3 1 1 1 39 R
3 KAP ARHJ 1 2 1 2 1 2 3 1 1 3 1 3 4 3 2 1 3 1 1 1 37 R
4 KAP ARHJ 3 3 2 4 3 2 2 2 2 2 2 3 3 2 3 3 2 3 3 3 52 S
5 KAP ARHJ 2 1 1 2 2 3 1 1 2 1 1 2 2 1 3 1 3 2 1 1 33 SR
6 KAP ARHJ 1 1 1 1 3 2 2 1 2 1 3 1 1 2 2 3 1 3 2 3 36 R
7 KAP ARHJ 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 2 2 1 1 1 2 2 1 1 2 26 SR
8 KAP ARHJ 1 2 2 2 1 1 3 1 1 1 1 2 2 2 2 1 1 2 2 1 31 SR
9 KAP SO DIKIN 1 1 1 2 1 2 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 23 SR
10 KAP SO DIKIN 1 1 1 2 1 2 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 23 SR
11 KAP SO DIKIN 1 1 1 2 1 2 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 23 SR
12 KAP SO DIKIN 1 1 1 2 1 2 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 23 SR
13 KAP TARMIZI 3 3 3 2 2 3 2 3 3 3 4 3 4 3 3 4 4 3 3 3 61 S
14 KAP TARMIZI 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 4 3 3 3 3 3 3 61 S
15 KAP TARMIZI 4 5 4 4 4 5 5 4 5 5 4 4 5 5 4 4 4 5 4 4 88 ST
16 KAP TARMIZI 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 83 T
17 KAP TARMIZI 3 4 5 4 4 3 3 4 4 4 5 4 4 4 3 4 4 4 4 4 78 T
18 KAP TARMIZI 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 80 T
19 KAP TARMIZI 4 5 4 4 4 4 5 4 4 4 4 5 5 4 4 4 4 5 4 4 85 ST
20 KAP TARMIZI 4 4 4 4 5 4 4 5 4 4 5 4 4 4 4 4 4 5 5 5 86 ST
21 KAP HANANTA 3 1 2 2 3 2 2 2 2 3 2 2 2 1 2 2 3 2 2 2 42 R
22 KAP HANANTA 3 3 2 4 4 4 4 3 3 4 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 55 S
23 KAP HANANTA 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 20 SR
24 KAP HANANTA 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 20 SR
25 KAP HANANTA 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 2 2 1 2 3 2 1 1 35 SR
26 KAP HANANTA 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 2 2 1 2 3 2 1 1 35 SR
No Nama Instansi SkorKriter
ia
217
27 KAP HANANTA 1 1 1 1 1 2 1 1 2 1 2 1 1 2 2 2 1 1 2 2 28 SR
28 KAP HANANTA 2 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 2 1 1 3 1 26 SR
29 KAP HANANTA 1 2 1 1 3 1 1 2 1 1 1 1 2 1 1 1 1 2 1 2 27 SR
30 KAP DARSO NO 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 2 1 1 2 2 1 3 26 SR
31 KAP DARSO NO 2 1 2 2 2 1 2 1 1 3 1 2 1 1 2 1 2 1 1 1 30 SR
32 KAP DARSO NO 1 2 1 1 1 2 2 2 1 1 2 1 2 1 2 1 1 2 1 2 29 SR
33 KAP DARSO NO 2 1 1 2 1 1 1 1 2 1 1 1 1 3 3 2 1 2 1 1 29 SR
34 KAP DARSO NO 2 1 1 1 2 1 1 2 2 1 1 1 2 3 2 2 3 1 2 2 33 SR
35 KAP DARSO NO 1 1 3 2 1 1 1 1 2 1 1 2 1 1 1 1 1 1 2 1 26 SR
36 KAP DARSO NO 1 2 1 2 2 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 2 2 1 1 2 27 SR
37 KAP DARSO NO 2 3 1 1 1 2 2 1 2 2 2 3 2 2 1 3 1 1 2 3 37 R
38 KAP RAS 1 2 2 3 1 1 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 40 R
39 KAP RAS 2 3 1 2 1 1 1 2 1 2 1 1 1 1 1 3 2 1 1 1 29 SR
40 KAP RAS 1 2 1 1 1 1 2 2 1 1 1 2 2 1 1 2 2 2 2 1 29 SR
41 KAP RAS 1 1 1 1 2 1 1 1 1 2 1 1 2 2 1 1 2 1 1 1 25 SR
42 KAP SUGENG 4 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 5 4 4 3 3 3 67 S
43 KAP SUGENG 4 3 3 4 3 3 4 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 64 S
44 KAP SUGENG 4 3 3 3 3 4 3 3 4 4 4 4 3 3 5 3 3 3 3 4 69 T
45 KAP SUGENG 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 82 T
46 KAP SUGENG 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 80 T
47 KAP I SO ETIKNO 3 3 3 2 2 3 2 3 3 3 4 3 4 4 3 4 4 3 3 3 62 S
48 KAP I SO ETIKNO 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 4 3 3 3 3 3 3 61 S
49 KAP BYSA 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 40 R
50 KAP BYSA 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 21 SR
51 KAP BYSA 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 22 SR
52 KAP BYSA 1 1 2 2 3 3 1 2 2 1 1 1 1 1 1 1 3 2 1 1 31 SR
53 KAP BYSA 1 1 2 3 2 2 3 3 2 2 3 2 2 2 2 2 3 2 2 2 43 R
54 KAP BYSA 2 1 2 3 2 2 2 1 1 2 2 2 1 1 2 2 2 2 1 2 35 SR
218
55 KAP BYSA 1 1 3 2 2 2 1 3 2 1 1 1 2 2 1 2 1 2 2 3 35 SR
56 KAP BYSA 2 1 2 3 2 3 3 2 2 2 2 2 3 1 2 2 1 2 2 1 40 R
57 KAP BTFD 2 1 1 2 2 2 1 1 1 1 2 2 2 2 1 3 2 1 2 2 33 SR
58 KAP BTFD 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 22 SR
59 KAP BTFD 1 1 2 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 24 SR
60 KAP BTFD 2 1 2 2 3 1 1 2 2 3 1 3 2 3 3 2 2 1 2 1 39 R
61 KAP BTFD 2 2 2 3 2 2 1 2 2 2 1 2 2 1 2 2 3 2 2 3 40 R
62 KAP BTFD 1 1 1 1 1 1 2 2 1 1 2 1 2 2 1 1 1 1 1 1 25 SR
63 KAP BTFD 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 2 23 SR
64 KAP BTFD 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 2 1 2 1 1 2 1 24 SR
65 KAP TBY 4 5 5 4 4 4 5 4 5 4 5 4 5 4 4 4 5 4 5 5 89 ST
66 KAP TBY 4 4 3 4 4 5 4 4 4 3 4 4 4 4 3 4 4 4 5 4 79 T
67 KAP TBY 4 5 5 4 4 4 5 5 5 4 4 5 4 4 4 3 3 4 4 5 85 ST
68 KAP TBY 4 4 4 4 4 5 5 5 4 4 5 5 5 5 4 4 4 4 4 3 86 ST
69 KAP TBY 4 3 4 3 3 3 4 4 3 4 4 4 4 3 3 3 3 3 3 3 68 T
70 KAP TBY 3 2 2 3 2 2 3 2 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 54 S
71 KAP TBY 4 4 4 3 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 3 3 4 4 3 4 77 T
72 KAP TBY 4 4 4 4 5 5 5 4 4 4 5 4 4 4 3 4 4 4 5 4 84 ST
RATA - RATA 45,32
KRITERIA R
MO DUS SR
JUMLAH 3263
219
Lampiran 6 Hasil Jawaban Responden Variabel Time Pressure
TP1 TP2 TP3 TP4 TP5 TP6 TP7 TP8 TP9 TP10 TP11 TP12 TP13 TP14
1 KAP ARHJ 4 5 3 4 4 3 4 5 2 3 3 4 3 3 50 T
2 KAP ARHJ 4 5 3 3 4 3 4 5 2 4 5 4 3 2 51 T
3 KAP ARHJ 4 5 3 3 4 3 4 5 2 4 5 4 3 2 51 T
4 KAP ARHJ 3 4 3 3 3 2 3 3 3 2 3 3 3 3 41 S
5 KAP ARHJ 4 5 3 5 5 3 4 4 5 4 4 5 4 3 58 ST
6 KAP ARHJ 2 2 3 2 2 1 2 2 3 2 2 2 1 1 27 R
7 KAP ARHJ 2 2 2 1 2 2 2 1 1 1 1 1 1 1 20 SR
8 KAP ARHJ 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 27 R
9 KAP SO DIKIN 3 3 5 3 5 4 4 4 4 1 3 3 3 3 48 T
10 KAP SO DIKIN 3 3 5 4 5 4 4 3 2 1 3 3 3 3 46 S
11 KAP SO DIKIN 3 3 5 3 5 4 4 4 4 1 3 3 3 3 48 T
12 KAP SO DIKIN 3 3 5 3 5 4 4 4 4 1 3 3 3 3 48 T
13 KAP TARMIZI 3 3 3 3 4 2 2 4 2 3 3 2 3 3 40 S
14 KAP TARMIZI 3 4 5 3 3 2 4 3 2 3 3 3 3 4 45 S
15 KAP TARMIZI 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 56 T
16 KAP TARMIZI 3 4 4 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 45 S
17 KAP TARMIZI 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 43 S
18 KAP TARMIZI 4 4 3 3 3 3 4 4 4 3 3 3 3 3 47 T
19 KAP TARMIZI 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 42 S
20 KAP TARMIZI 4 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 44 S
21 KAP HANANTA 3 1 3 2 3 3 3 3 2 2 2 2 2 3 34 R
22 KAP HANANTA 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 42 S
23 KAP HANANTA 1 1 5 1 3 1 5 5 1 3 3 1 1 1 32 R
24 KAP HANANTA 1 1 5 2 3 1 5 5 2 3 3 1 1 1 34 R
25 KAP HANANTA 4 3 4 4 2 2 4 3 4 4 4 4 4 3 49 T
26 KAP HANANTA 4 3 4 4 2 2 4 3 4 4 4 4 4 3 49 T
No Nama Instansi Skor Kriteria
220
27 KAP HANANTA 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 28 R
28 KAP HANANTA 2 2 2 2 2 1 2 2 2 3 2 2 2 2 28 R
29 KAP HANANTA 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 1 2 2 2 28 R
30 KAP DARSO NO 2 2 2 2 2 2 3 2 3 2 2 2 2 1 29 R
31 KAP DARSO NO 3 2 3 2 3 2 3 3 3 2 3 3 3 2 37 S
32 KAP DARSO NO 2 2 1 2 3 2 1 3 2 2 3 2 2 1 28 R
33 KAP DARSO NO 1 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 26 R
34 KAP DARSO NO 2 2 2 1 2 2 2 2 1 1 1 2 2 2 24 R
35 KAP DARSO NO 2 2 1 2 2 2 3 2 2 2 1 2 2 1 26 R
36 KAP DARSO NO 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 1 2 2 2 26 R
37 KAP DARSO NO 2 3 2 2 2 3 2 2 1 2 2 2 2 2 29 R
38 KAP RAS 2 1 2 2 3 2 3 2 2 1 1 2 2 3 28 R
39 KAP RAS 2 1 2 2 2 2 2 3 2 2 2 1 1 1 25 R
40 KAP RAS 2 2 1 2 2 2 3 3 3 2 2 1 2 2 29 R
41 KAP RAS 2 2 2 2 1 2 2 2 1 2 2 2 2 2 26 R
42 KAP SUGENG 3 3 4 4 4 3 3 3 4 4 4 3 4 4 50 T
43 KAP SUGENG 3 3 4 3 3 3 4 3 3 3 4 4 4 3 47 T
44 KAP SUGENG 4 4 3 4 3 3 3 5 4 4 4 4 3 4 52 T
45 KAP SUGENG 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 42 S
46 KAP SUGENG 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 43 S
47 KAP I SO ETIKNO 3 3 4 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 44 S
48 KAP I SO ETIKNO 3 3 4 4 3 4 3 5 4 4 3 4 3 4 51 T
49 KAP BYSA 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 5 4 4 58 ST
50 KAP BYSA 3 5 5 5 4 3 4 4 4 4 4 4 4 2 55 T
51 KAP BYSA 2 2 2 2 2 3 2 2 3 3 3 2 3 2 33 R
52 KAP BYSA 3 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 1 1 3 29 R
53 KAP BYSA 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 27 R
54 KAP BYSA 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 27 R
221
55 KAP BYSA 2 3 2 3 2 3 1 2 2 2 2 3 3 2 32 R
56 KAP BYSA 2 3 3 3 3 2 3 3 3 2 2 2 2 3 36 S
57 KAP BTFD 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 1 2 26 R
58 KAP BTFD 1 3 2 2 2 1 2 2 2 2 2 1 1 1 24 R
59 KAP BTFD 3 3 4 3 3 2 3 5 3 2 3 3 3 2 42 S
60 KAP BTFD 4 4 4 3 3 2 3 4 3 2 2 2 3 4 43 S
61 KAP BTFD 2 2 2 2 2 1 1 2 2 2 2 1 2 2 25 R
62 KAP BTFD 2 2 2 1 2 2 3 2 2 2 2 3 2 3 30 R
63 KAP BTFD 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 3 2 2 2 28 R
64 KAP BTFD 3 2 1 2 2 2 2 2 1 2 2 2 1 2 26 R
65 KAP TBY 4 3 4 4 5 4 3 4 5 4 4 3 4 5 56 T
66 KAP TBY 4 3 4 3 3 3 4 3 3 3 4 4 4 3 48 T
67 KAP TBY 4 4 3 4 3 3 3 5 4 4 4 4 3 4 52 T
68 KAP TBY 4 4 5 5 5 4 4 4 5 4 4 4 4 4 60 ST
69 KAP TBY 3 3 4 4 3 3 4 3 3 3 3 3 3 4 46 S
70 KAP TBY 3 2 2 2 2 3 3 3 3 3 2 2 3 3 36 S
71 KAP TBY 3 3 4 4 5 4 4 4 3 3 3 4 4 4 52 T
72 KAP TBY 3 3 3 4 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 42 S
JUMLAH 2796
RATA - RATA 38,83
KRITERIA S
MO DUS R
222
223
Lampiran 7 Hasil Jawaban Responden Variabel Audit Risk
No Nama Instansi
Skor Kriteria AR1 AR2 AR3 AR4 AR5 AR6
1 KAP ARHJ 1 2 3 2 3 2 13 R
2 KAP ARHJ 1 2 3 2 2 2 12 R
3 KAP ARHJ 1 2 3 2 2 2 12 R
4 KAP ARHJ 2 1 3 2 3 3 14 R
5 KAP ARHJ 5 1 2 2 3 2 15 R
6 KAP ARHJ 2 2 1 3 2 2 12 R
7 KAP ARHJ 2 1 1 1 2 1 8 SR
8 KAP ARHJ 2 2 2 2 2 2 12 R
9 KAP SODIKIN 1 1 2 1 1 2 8 SR
10 KAP SODIKIN 1 1 2 1 1 2 8 SR
11 KAP SODIKIN 1 1 2 1 1 1 7 SR
12 KAP SODIKIN 1 1 2 1 1 2 8 SR
13 KAP TARMIZI 1 2 1 1 1 1 7 SR
14 KAP TARMIZI 1 1 2 1 2 3 10 SR
15 KAP TARMIZI 3 4 4 4 4 4 23 T
16 KAP TARMIZI 3 3 3 4 4 3 20 S
17 KAP TARMIZI 4 4 3 3 3 3 20 S
18 KAP TARMIZI 3 3 3 3 3 3 18 S
19 KAP TARMIZI 4 4 3 3 4 4 22 T
20 KAP TARMIZI 4 4 3 3 4 4 22 T
21 KAP HANANTA 2 2 2 2 2 2 12 R
22 KAP HANANTA 4 2 2 2 1 3 14 R
23 KAP HANANTA 1 1 2 1 1 2 8 SR
24 KAP HANANTA 1 1 2 1 1 2 8 SR
25 KAP HANANTA 1 2 2 1 2 2 10 SR
26 KAP HANANTA 1 2 2 1 2 2 10 SR
27 KAP HANANTA 2 2 2 2 2 2 12 R
28 KAP HANANTA 2 2 2 2 2 2 12 R
29 KAP HANANTA 1 2 2 2 2 2 11 R
30 KAP DARSONO 2 2 2 2 2 2 12 R
31 KAP DARSONO 1 3 2 1 1 3 11 R
32 KAP DARSONO 1 2 2 2 2 2 11 R
33 KAP DARSONO 2 2 2 1 2 1 10 SR
34 KAP DARSONO 2 2 2 3 2 2 13 R
35 KAP DARSONO 1 1 2 2 2 1 9 SR
36 KAP DARSONO 2 1 2 2 1 2 10 SR
37 KAP DARSONO 2 2 2 2 2 2 12 R
224
38 KAP RAS 1 2 2 1 1 1 8 SR
39 KAP RAS 2 2 2 3 2 2 13 R
40 KAP RAS 1 1 2 2 1 1 8 SR
41 KAP RAS 1 1 1 2 2 2 9 SR
42 KAP SUGENG 3 3 3 2 4 4 19 S
43 KAP SUGENG 3 3 3 2 4 4 19 S
44 KAP SUGENG 3 4 4 3 3 3 20 S
45 KAP SUGENG 5 4 4 4 4 4 25 T
46 KAP SUGENG 4 4 4 4 4 4 24 T
47 KAP I SOETIKNO 3 4 4 4 3 3 21 T
48 KAP I SOETIKNO 3 3 3 3 3 3 18 S
49 KAP BYSA 2 2 2 2 2 2 12 R
50 KAP BYSA 2 2 2 2 2 2 12 R
51 KAP BYSA 2 2 3 2 2 3 14 R
52 KAP BYSA 2 2 2 2 1 2 11 R
53 KAP BYSA 2 2 2 1 1 2 10 SR
54 KAP BYSA 1 1 2 1 1 2 8 SR
55 KAP BYSA 1 1 2 2 2 2 10 SR
56 KAP BYSA 2 2 3 3 1 2 13 R
57 KAP BTFD 1 2 2 2 2 1 10 SR
58 KAP BTFD 1 1 1 1 1 1 6 SR
59 KAP BTFD 1 2 2 2 2 2 11 R
60 KAP BTFD 2 2 3 2 3 3 15 R
61 KAP BTFD 1 1 1 1 1 1 6 SR
62 KAP BTFD 1 2 1 1 2 1 8 SR
63 KAP BTFD 2 1 1 1 1 1 7 SR
64 KAP BTFD 1 1 2 1 1 2 8 SR
65 KAP TBY 4 5 5 4 4 5 27 ST
66 KAP TBY 4 5 5 5 4 4 27 ST
67 KAP TBY 4 4 3 3 3 4 21 T
68 KAP TBY 4 4 4 4 4 5 25 T
69 KAP TBY 4 3 3 4 4 4 22 T
70 KAP TBY 3 3 3 3 3 3 18 S
71 KAP TBY 4 3 3 4 3 3 20 S
72 KAP TBY 3 4 3 3 3 3 19 S
JUMLAH 980
RATA - RATA 13,61
KRITERIA R
MODUS SR
225
1
Lampiran 8 Hasil Jawaban Responden Variabel Locus of Control
No Nama Instansi
Skor Kriteria LOC
1
LOC
2
LO
C5
LOC
6
LOC
7
LOC
8
LOC
9
LOC
10
LOC
11
LOC
12
1 KAP ARHJ 1 2 2 4 2 3 2 3 2 4 25 R
2 KAP ARHJ 1 2 2 3 1 3 1 2 2 4 21 R
3 KAP ARHJ 1 2 2 3 1 3 1 2 2 4 21 R
4 KAP ARHJ 1 4 3 3 2 3 3 3 4 3 29 S
5 KAP ARHJ 1 2 2 4 2 3 2 3 2 4 25 R
6 KAP ARHJ 1 2 2 2 2 1 1 2 2 2 17 SR
7 KAP ARHJ 2 2 2 1 2 1 1 2 2 2 17 SR
8 KAP ARHJ 1 2 2 3 3 2 2 3 2 1 21 R
9 KAP SODIKIN 1 2 1 1 3 3 3 2 2 2 20 R
10 KAP SODIKIN 1 2 1 1 3 3 3 2 2 2 20 R
11 KAP SODIKIN 1 2 1 1 3 3 3 2 2 2 20 R
12 KAP SODIKIN 1 2 1 1 3 3 3 2 2 2 20 R
13 KAP TARMIZI 3 3 4 4 3 3 2 4 3 3 32 S
14 KAP TARMIZI 1 3 1 2 2 4 3 2 3 3 24 R
15 KAP TARMIZI 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 39 T
16 KAP TARMIZI 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 30 S
17 KAP TARMIZI 5 4 4 3 3 4 4 4 4 4 39 T
18 KAP TARMIZI 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 30 S
19 KAP TARMIZI 5 4 4 4 3 4 4 4 4 4 40 T
20 KAP TARMIZI 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 32 S
21 KAP HANANTA 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 27 S
22 KAP HANANTA 2 2 2 4 1 5 5 2 4 4 31 S
23 KAP HANANTA 1 3 2 3 2 4 4 2 5 5 31 S
24 KAP HANANTA 1 3 2 3 2 4 4 2 5 5 31 S
25 KAP HANANTA 2 5 2 5 2 4 4 2 5 5 36 T
26 KAP HANANTA 2 5 2 5 2 4 4 2 5 5 36 T
27 KAP HANANTA 2 2 2 2 2 2 3 3 2 2 22 R
28 KAP HANANTA 1 1 2 2 2 2 2 2 1 1 16 SR
29 KAP HANANTA 2 2 3 2 2 2 2 2 1 1 19 R
30 KAP DARSONO 2 4 2 4 2 4 3 3 3 3 30 S
31 KAP DARSONO 1 2 3 2 1 2 3 3 2 3 22 R
32 KAP DARSONO 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 19 R
33 KAP DARSONO 3 3 2 1 2 2 3 2 2 2 22 R
34 KAP DARSONO 1 2 2 2 2 3 3 2 2 2 21 R
35 KAP DARSONO 2 2 1 2 2 2 1 3 2 2 19 R
36 KAP DARSONO 2 2 2 2 1 2 2 3 2 2 20 R
37 KAP DARSONO 2 2 3 3 3 2 3 2 1 1 22 R
2
38 KAP RAS 2 3 2 2 2 1 2 3 2 1 20 R
39 KAP RAS 3 2 2 1 2 2 2 2 3 2 21 R
40 KAP RAS 1 2 3 2 2 3 1 1 2 1 18 R
41 KAP RAS 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 21 R
42 KAP SUGENG 3 4 3 4 3 3 3 4 3 4 34 T
43 KAP SUGENG 3 3 3 3 3 4 4 3 4 4 34 T
44 KAP SUGENG 4 4 3 4 3 3 4 3 4 4 36 T
45 KAP SUGENG 4 3 2 3 3 4 4 4 4 4 35 T
46 KAP SUGENG 5 4 3 3 3 3 3 3 3 3 33 S
47
KAP I
SOETIKNO 4 4 3 4 3 3 4 4 3 3 35 T
48 KAP I
SOETIKNO 3 4 3 4 3 4 4 3 3 3 34 T
49 KAP BYSA 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 20 R
50 KAP BYSA 1 3 2 3 1 2 3 3 3 3 24 R
51 KAP BYSA 2 3 2 3 2 3 3 2 3 3 26 S
52 KAP BYSA 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 20 R
53 KAP BYSA 2 1 1 1 1 2 1 3 1 1 14 SR
54 KAP BYSA 2 2 2 2 2 2 1 1 1 1 16 SR
55 KAP BYSA 1 3 2 1 1 2 1 1 2 1 15 SR
56 KAP BYSA 2 2 1 1 1 2 1 2 1 2 15 SR
57 KAP BTFD 2 2 2 1 2 2 3 2 2 2 20 R
58 KAP BTFD 1 1 1 3 1 2 3 2 3 2 19 R
59 KAP BTFD 1 2 2 2 2 3 2 2 2 1 19 R
60 KAP BTFD 3 2 2 2 2 3 3 3 2 2 24 R
61 KAP BTFD 2 1 3 1 3 2 1 2 1 2 18 R
62 KAP BTFD 1 1 1 1 1 2 1 1 2 1 12 SR
63 KAP BTFD 2 1 3 2 1 2 2 1 1 1 16 SR
64 KAP BTFD 1 2 1 1 1 1 1 2 3 2 15 SR
65 KAP TBY 3 4 3 4 4 3 3 4 3 4 35 T
66 KAP TBY 3 3 3 3 3 4 4 3 4 4 34 T
67 KAP TBY 4 4 2 5 3 4 4 3 4 4 37 T
68 KAP TBY 4 4 4 5 3 4 4 5 5 4 42 ST
69 KAP TBY 4 4 3 4 4 4 4 3 3 4 37 T
70 KAP TBY 3 2 3 3 3 2 2 3 3 3 27 S
71 KAP TBY 4 4 3 4 4 3 3 4 4 4 37 T
72 KAP TBY 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 31 S
JUMLAH 1840
RATA - RATA 25,56
KRITERIA S
MODUS R
3
Lampiran 9 Hasil Jawaban Responden Variabel Organizational Commitment
No Nama Instansi
Skor Kriteria OC1 OC2 OC3 OC4 OC5 OC6 OC7 OC8 OC9
1 KAP ARHJ 4 4 2 2 2 1 2 3 2 22 R
2 KAP ARHJ 4 4 2 2 2 1 2 3 2 22 R
3 KAP ARHJ 4 4 2 2 2 1 2 3 4 24 S
4 KAP ARHJ 3 4 3 3 3 3 3 3 3 28 S
5 KAP ARHJ 4 4 2 2 2 1 2 3 2 22 R
6 KAP ARHJ 4 5 5 4 4 3 4 4 4 37 ST
7 KAP ARHJ 4 4 4 4 4 4 4 4 4 36 T
8 KAP ARHJ 4 4 4 4 4 4 4 4 4 36 T
9 KAP SODIKIN 4 4 4 3 3 4 4 3 5 34 T
10 KAP SODIKIN 4 4 4 3 3 4 4 3 5 34 T
11 KAP SODIKIN 4 4 4 3 3 4 4 3 5 34 T
12 KAP SODIKIN 4 4 5 3 3 4 4 3 5 35 T
13 KAP TARMIZI 4 4 4 4 2 3 4 3 2 30 T
14 KAP TARMIZI 3 4 3 3 2 3 2 3 3 26 S
15 KAP TARMIZI 2 1 1 2 2 2 1 1 2 14 SR
16 KAP TARMIZI 2 2 2 2 2 2 2 2 2 18 R
17 KAP TARMIZI 2 1 1 2 2 2 2 2 2 16 R
18 KAP TARMIZI 2 2 2 1 2 2 2 2 2 17 R
19 KAP TARMIZI 2 2 3 2 2 2 1 2 2 18 R
20 KAP TARMIZI 1 1 2 1 2 1 1 1 1 11 SR
21 KAP HANANTA 4 4 3 3 3 3 3 3 3 29 S
22 KAP HANANTA 3 3 3 3 2 2 4 4 2 26 S
23 KAP HANANTA 2 2 2 2 3 2 4 2 4 23 S
24 KAP HANANTA 2 2 2 2 3 2 4 2 4 23 S
25 KAP HANANTA 2 2 2 2 3 2 4 2 4 23 S
26 KAP HANANTA 2 2 2 2 3 2 4 2 4 23 S
27 KAP HANANTA 4 4 3 4 3 3 4 4 4 33 T
28 KAP HANANTA 4 3 3 4 4 3 4 4 4 33 T
29 KAP HANANTA 4 3 4 4 4 4 4 4 4 35 T
30 KAP DARSONO 4 4 4 4 2 2 4 4 2 30 T
31 KAP DARSONO 4 3 2 3 3 3 3 3 4 28 S
32 KAP DARSONO 3 3 4 3 3 3 4 3 4 30 T
33 KAP DARSONO 3 3 3 3 4 3 3 3 3 28 S
34 KAP DARSONO 3 3 4 4 3 3 4 4 4 32 T
35 KAP DARSONO 4 4 4 3 3 3 4 4 3 32 T
36 KAP DARSONO 3 4 4 4 3 4 5 4 3 34 T
37 KAP DARSONO 4 4 4 4 3 3 4 4 3 33 T
4
38 KAP RAS 3 4 3 4 4 4 3 4 3 32 T
39 KAP RAS 4 5 4 4 5 4 4 3 4 37 ST
40 KAP RAS 3 5 3 4 4 4 3 5 4 35 T
41 KAP RAS 4 5 5 4 4 4 4 5 4 39 ST
42 KAP SUGENG 2 2 3 2 2 2 3 2 2 20 R
43 KAP SUGENG 2 2 2 2 3 3 2 1 2 19 R
44 KAP SUGENG 2 2 1 2 1 2 2 1 2 15 SR
45 KAP SUGENG 2 2 1 2 1 1 1 2 1 13 SR
46 KAP SUGENG 1 1 2 1 1 1 2 1 1 11 SR
47 KAP I SOETIKNO 3 2 2 3 2 2 2 3 1 20 R
48 KAP I SOETIKNO 2 2 2 1 3 3 2 2 3 20 R
49 KAP BYSA 4 4 4 4 4 4 4 4 4 36 T
50 KAP BYSA 4 4 3 3 3 3 3 3 3 29 S
51 KAP BYSA 4 4 3 3 4 4 4 4 3 33 T
52 KAP BYSA 4 4 3 3 3 3 3 3 3 29 S
53 KAP BYSA 4 4 4 5 3 3 4 4 3 34 T
54 KAP BYSA 4 4 4 5 4 4 4 4 4 37 ST
55 KAP BYSA 5 5 4 5 4 4 4 4 4 39 ST
56 KAP BYSA 5 5 5 5 4 5 4 5 5 43 ST
57 KAP BTFD 4 3 4 4 3 3 3 4 3 31 T
58 KAP BTFD 4 4 3 3 3 4 3 2 3 29 S
59 KAP BTFD 4 5 2 2 2 4 5 3 2 29 S
60 KAP BTFD 4 5 4 4 2 3 4 4 4 34 T
61 KAP BTFD 4 4 4 5 4 4 5 4 3 37 ST
62 KAP BTFD 5 5 5 4 3 3 5 4 3 37 ST
63 KAP BTFD 4 5 5 5 4 4 5 5 4 41 ST
64 KAP BTFD 5 5 4 5 4 4 4 5 5 41 ST
65 KAP TBY 2 2 3 2 2 2 3 2 2 20 R
66 KAP TBY 2 2 2 2 3 3 2 1 2 19 R
67 KAP TBY 2 2 1 2 1 2 2 1 2 15 SR
68 KAP TBY 2 2 1 2 1 1 1 2 1 13 SR
69 KAP TBY 2 2 2 2 2 2 2 2 2 18 R
70 KAP TBY 2 3 3 3 3 3 3 3 3 26 S
71 KAP TBY 3 3 2 2 2 2 3 2 2 21 R
72 KAP TBY 2 2 2 2 1 2 2 2 1 16 R
JUMLAH 1977
RATA - RATA 27,46
KRITERIA S
MODUS T
5
Lampiran 10 Hasil Jawaban Responden Variabel Self Esteem
No Nama Instansi
Skor Kriteria SE1 SE2 SE3 SE4 SE5 SE6 SE7 SE8 SE9
1 KAP ARHJ 4 5 3 4 4 2 4 4 3 33 T
2 KAP ARHJ 4 5 3 4 4 2 4 4 3 33 T
3 KAP ARHJ 4 5 3 4 4 2 4 4 3 33 T
4 KAP ARHJ 3 3 4 3 3 3 4 3 3 29 S
5 KAP ARHJ 4 5 3 4 4 2 4 5 3 34 T
6 KAP ARHJ 5 5 5 5 5 5 5 5 5 45 ST
7 KAP ARHJ 4 4 5 5 4 4 4 4 5 39 ST
8 KAP ARHJ 4 5 5 5 5 5 5 5 5 44 ST
9 KAP SODIKIN 5 5 5 5 5 3 5 4 4 41 ST
10 KAP SODIKIN 5 5 5 5 5 3 5 4 4 41 ST
11 KAP SODIKIN 5 5 5 5 5 3 5 4 4 41 ST
12 KAP SODIKIN 5 5 5 5 5 3 5 4 4 41 ST
13 KAP TARMIZI 4 4 3 4 3 4 2 3 3 30 T
14 KAP TARMIZI 3 4 4 4 4 3 4 3 3 32 T
15 KAP TARMIZI 2 2 2 1 2 2 2 1 1 15 SR
16 KAP TARMIZI 2 2 2 2 2 2 2 2 2 18 R
17 KAP TARMIZI 2 2 2 1 2 2 1 1 2 15 SR
18 KAP TARMIZI 2 2 2 1 1 1 1 1 1 12 SR
19 KAP TARMIZI 2 1 1 2 2 1 1 1 2 13 SR
20 KAP TARMIZI 2 1 1 2 2 1 1 1 2 13 SR
21 KAP HANANTA 3 4 3 4 4 4 4 4 4 34 T
22 KAP HANANTA 5 5 5 5 5 5 5 5 5 45 ST
23 KAP HANANTA 5 5 5 5 5 5 5 5 5 45 ST
24 KAP HANANTA 5 5 5 5 5 5 5 5 5 45 ST
25 KAP HANANTA 4 5 5 4 5 5 4 5 5 42 ST
26 KAP HANANTA 4 5 5 4 5 5 4 5 5 42 ST
27 KAP HANANTA 4 4 4 3 4 5 5 5 5 39 ST
28 KAP HANANTA 4 3 4 5 4 4 5 4 4 37 ST
29 KAP HANANTA 3 3 4 4 3 5 4 3 4 33 T
30 KAP DARSONO 2 2 2 2 2 2 1 4 4 21 R
31 KAP DARSONO 4 4 4 4 4 3 4 4 4 35 T
32 KAP DARSONO 3 4 4 5 5 4 4 4 5 38 ST
33 KAP DARSONO 4 4 5 4 4 4 4 4 5 38 ST
34 KAP DARSONO 4 4 4 4 4 4 4 4 4 36 T
35 KAP DARSONO 4 4 5 5 5 4 5 5 5 42 ST
36 KAP DARSONO 3 4 4 4 5 4 4 5 4 37 ST
6
37 KAP DARSONO 4 4 4 5 4 5 5 5 5 41 ST
38 KAP RAS 5 4 4 3 4 5 5 4 5 39 ST
39 KAP RAS 4 3 5 5 5 3 5 5 4 39 ST
40 KAP RAS 4 4 3 4 5 4 4 4 4 36 T
41 KAP RAS 3 4 4 5 4 4 4 4 3 35 T
42 KAP SUGENG 3 3 3 2 3 3 2 3 3 25 S
43 KAP SUGENG 2 3 3 2 3 3 3 3 2 24 S
44 KAP SUGENG 2 3 3 3 2 2 3 2 3 23 S
45 KAP SUGENG 2 2 2 1 1 1 1 2 2 14 SR
46 KAP SUGENG 1 1 2 2 1 1 1 2 2 13 SR
47 KAP I SOETIKNO 3 3 3 2 2 3 3 3 3 25 S
48 KAP I SOETIKNO 3 3 3 2 3 3 3 3 2 25 S
49 KAP BYSA 4 4 4 4 4 4 4 4 4 36 T
50 KAP BYSA 4 4 4 5 5 5 5 5 5 42 ST
51 KAP BYSA 4 3 3 4 4 4 4 4 4 34 T
52 KAP BYSA 4 3 3 4 4 4 4 4 4 34 T
53 KAP BYSA 4 4 4 3 4 3 4 4 4 34 T
54 KAP BYSA 5 4 4 3 4 3 4 4 4 35 T
55 KAP BYSA 5 4 4 4 4 3 4 4 5 37 ST
56 KAP BYSA 4 4 4 3 4 4 3 4 4 34 T
57 KAP BTFD 3 3 4 4 4 3 3 4 4 32 T
58 KAP BTFD 3 5 3 4 4 4 4 4 4 35 T
59 KAP BTFD 5 4 4 5 5 4 4 5 4 40 ST
60 KAP BTFD 4 3 2 3 3 2 2 3 2 24 S
61 KAP BTFD 4 3 4 3 4 4 4 4 4 34 T
62 KAP BTFD 5 5 4 5 5 5 5 5 5 44 ST
63 KAP BTFD 5 5 5 5 5 5 5 5 4 44 ST
64 KAP BTFD 4 5 5 4 5 5 5 5 5 43 ST
65 KAP TBY 3 3 3 2 3 3 2 3 3 25 S
66 KAP TBY 2 3 3 2 3 3 3 3 2 24 S
67 KAP TBY 2 3 3 3 2 2 3 2 3 23 S
68 KAP TBY 2 2 2 1 1 1 1 2 2 14 SR
69 KAP TBY 4 2 2 1 2 2 1 2 3 19 R
70 KAP TBY 3 3 3 3 3 3 3 3 4 28 S
71 KAP TBY 2 3 3 2 2 2 3 2 2 21 R
72 KAP TBY 2 1 2 2 2 1 1 2 2 15 SR
JUMLAH 2301
RATA - RATA 31,96
KRITERIA T
MODUS ST
7
Lampiran 11 Hasil Jawaban Responden Variabel Self Esteem
No Nama Instansi
Skor Kriteria NF
A1
NF
A2
NF
A3
NF
A4
NF
A5
NF
A6
NF
A7
NF
A8
NFA
9
NFA
10
1 KAP ARHJ 5 4 4 5 5 2 4 5 4 5 43 ST
2 KAP ARHJ 5 4 4 5 5 3 4 5 4 5 44 ST
3 KAP ARHJ 5 4 4 5 5 3 4 5 4 5 44 ST
4 KAP ARHJ 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 39 T
5 KAP ARHJ 5 5 4 5 4 2 4 5 4 5 43 ST
6 KAP ARHJ 4 5 4 4 5 5 5 5 5 5 47 ST
7 KAP ARHJ 4 4 4 4 4 5 5 5 4 4 43 ST
8 KAP ARHJ 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 49 ST
9 KAP SODIKIN 4 3 4 4 4 4 4 4 3 5 39 T
10 KAP SODIKIN 4 3 4 4 4 4 4 4 3 5 39 T
11 KAP SODIKIN 4 3 4 4 4 4 4 4 4 5 40 T
12 KAP SODIKIN 4 3 4 4 4 4 4 4 3 5 39 T
13 KAP TARMIZI 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 50 ST
14 KAP TARMIZI 3 5 5 5 5 4 5 5 3 3 43 ST
15 KAP TARMIZI 3 2 2 2 2 3 2 2 2 2 22 R
16 KAP TARMIZI 2 3 3 2 2 2 2 2 2 2 22 R
17 KAP TARMIZI 3 2 2 2 2 3 2 2 2 2 22 R
18 KAP TARMIZI 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 31 S
19 KAP TARMIZI 4 3 3 2 3 3 4 3 3 3 31 S
20 KAP TARMIZI 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 30 S
21 KAP HANANTA 3 4 4 4 4 4 4 4 3 4 38 T
22 KAP HANANTA 5 5 5 5 4 4 4 5 1 1 39 T
23 KAP HANANTA 5 5 5 5 4 4 4 5 5 5 47 ST
24 KAP HANANTA 5 5 5 5 4 4 4 5 5 5 47 ST
25 KAP HANANTA 4 4 3 4 4 3 4 3 4 4 37 T
26 KAP HANANTA 4 4 3 4 4 3 4 3 4 4 37 T
27 KAP HANANTA 4 4 3 4 4 3 4 4 5 5 40 T
28 KAP HANANTA 5 4 4 4 4 5 4 4 5 5 44 ST
29 KAP HANANTA 5 4 4 3 4 5 4 3 5 5 42 ST
30 KAP DARSONO 4 4 4 4 4 4 4 5 3 3 39 T
31 KAP DARSONO 4 4 4 4 4 4 4 5 5 4 42 ST
32 KAP DARSONO 4 4 5 5 5 4 4 4 5 5 45 ST
33 KAP DARSONO 4 4 4 5 4 4 4 5 5 5 44 ST
34 KAP DARSONO 5 4 4 4 4 4 4 5 5 4 43 ST
35 KAP DARSONO 5 4 4 4 4 5 4 4 4 5 43 ST
8
36 KAP DARSONO 5 4 4 4 4 5 5 4 4 5 44 ST
37 KAP DARSONO 5 4 4 3 4 5 5 5 5 5 45 ST
38 KAP RAS 4 5 5 4 4 4 5 5 5 5 46 ST
39 KAP RAS 4 5 5 5 5 4 4 4 5 4 45 ST
40 KAP RAS 4 5 4 4 4 5 4 4 4 4 42 ST
41 KAP RAS 4 4 4 5 4 4 4 5 5 5 44 ST
42 KAP SUGENG 3 3 4 3 3 2 2 3 3 3 29 S
43 KAP SUGENG 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 31 S
44 KAP SUGENG 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 31 S
45 KAP SUGENG 1 4 4 4 4 4 4 4 4 4 37 T
46 KAP SUGENG 2 3 3 4 4 3 3 4 4 3 33 S
47 KAP I
SOETIKNO 2 2 2 2 3 3 3 3 3 3 26 S
48 KAP I
SOETIKNO 2 2 2 2 3 3 3 1 3 3 24 R
49 KAP BYSA 3 4 3 3 4 3 3 3 3 3 32 S
50 KAP BYSA 4 3 4 4 4 4 4 5 4 4 40 T
51 KAP BYSA 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 39 T
52 KAP BYSA 5 4 4 4 4 4 4 5 4 5 43 ST
53 KAP BYSA 4 5 4 4 4 4 5 5 4 5 44 ST
54 KAP BYSA 5 5 4 5 5 5 5 5 4 5 48 ST
55 KAP BYSA 5 5 5 5 5 4 5 4 5 5 48 ST
56 KAP BYSA 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 49 ST
57 KAP BTFD 4 5 4 4 4 5 4 5 4 5 44 ST
58 KAP BTFD 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 50 ST
59 KAP BTFD 5 4 5 5 5 5 5 5 4 4 47 ST
60 KAP BTFD 4 3 3 4 3 4 5 4 4 4 38 T
61 KAP BTFD 5 5 4 4 4 5 5 5 5 5 47 ST
62 KAP BTFD 3 3 5 5 5 5 5 3 5 3 42 ST
63 KAP BTFD 5 4 5 4 5 5 4 5 3 3 43 ST
64 KAP BTFD 5 4 5 4 5 3 3 5 5 5 44 ST
65 KAP TBY 3 3 3 2 2 2 2 2 2 2 23 R
66 KAP TBY 3 3 2 2 2 1 3 2 2 2 22 R
67 KAP TBY 2 2 3 3 3 2 2 2 2 2 23 R
68 KAP TBY 2 2 2 2 1 3 3 2 2 2 21 R
69 KAP TBY 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 30 S
70 KAP TBY 4 3 3 3 3 4 3 3 3 3 32 S
71 KAP TBY 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 31 S
72 KAP TBY 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 30 S
JUMLAH 2774
RATA - RATA 38,53
KRITERIA T
9
MODUS ST
Lampiran 12 Kriteria Penilaian Persentase Per-Indikator
DP =
Keterangan:
DP : Deskriptif Persentase (%)
n : Jumlah nilai yang diperoleh
N : Jumlah nilai ideal
Kriteria interval di dapat dari perhitungan sebagai berikut:
Persentase maksimal :
Persentase minimal :
Rentang : 100% - 20% = 80%
Panjang kelas interval : 80% : 5 = 16%
Berdasarkan kriteria yang telah ditentukan diatas, maka dapat
disusun tabel interval nilai persentase indikator penelitian pada gambar
tabel berikut.
Interval Persen Kriteria
84% < Skor ≤ 100% Sangat Tinggi
68% < Skor≤ 84% Tinggi
52% < Skor ≤ 68% Sedang
36% < Skor ≤ 52% Rendah
20% < Skor≤ 36% Sangat Rendah
Sumber : Data primer diolah, 2016
10
11
Lampiran 13 Uji Validitas
Outer Loadings (Mean, STDEV, T-Values)
Original
Sample
(O)
Sample
Mean (M)
Standard
Deviation
(STDEV)
T Statistics
(|O/STDEV|)
P
Values
PSO1 <- PSO 0.932 0.932 0.014 66.364 0.000
PSO2 <- PSO 0.915 0.914 0.023 39.902 0.000
PSO3 <- PSO 0.916 0.913 0.024 37.724 0.000
PSO4 <- PSO 0.852 0.850 0.032 26.678 0.000
PSO5 <- PSO 0.886 0.885 0.027 32.445 0.000
PSO6 <- PSO 0.901 0.900 0.020 43.964 0.000
PSO7 <- PSO 0.910 0.907 0.023 40.272 0.000
PSO8 <- PSO 0.926 0.926 0.016 57.204 0.000
PSO9 <- PSO 0.936 0.936 0.013 72.733 0.000
PSO10 <- PSO 0.905 0.903 0.021 43.382 0.000
PSO11 <- PSO 0.935 0.934 0.012 75.945 0.000
PSO12 <- PSO 0.924 0.924 0.015 60.367 0.000
PSO13 <- PSO 0.908 0.908 0.027 33.162 0.000
PSO14 <- PSO 0.888 0.886 0.025 35.988 0.000
PSO15 <- PSO 0.876 0.874 0.026 33.874 0.000
PSO16 <- PSO 0.883 0.883 0.029 30.844 0.000
PSO17 <- PSO 0.840 0.840 0.029 28.877 0.000
PSO18 <- PSO 0.934 0.933 0.015 60.480 0.000
PSO19 <- PSO 0.921 0.921 0.020 45.893 0.000
PSO20 <- PSO 0.883 0.884 0.028 31.926 0.000
TP1 <- TP 0.871 0.875 0.023 37.527 0.000
TP2 <- TP 0.791 0.794 0.035 22.493 0.000
TP3 <- TP 0.689 0.676 0.102 6.736 0.000
TP4 <- TP 0.906 0.906 0.016 56.454 0.000
TP5 <- TP 0.753 0.745 0.062 12.056 0.000
TP6 <- TP 0.726 0.729 0.047 15.558 0.000
TP7 <- TP 0.664 0.647 0.119 5.575 0.000
TP8 <- TP 0.712 0.698 0.102 6.975 0.000
TP9 <- TP 0.794 0.792 0.049 16.225 0.000
TP10 <- TP 0.717 0.719 0.066 10.825 0.000
TP11 <- TP 0.838 0.833 0.037 22.461 0.000
TP12 <- TP 0.889 0.889 0.022 40.183 0.000
TP13 <- TP 0.896 0.897 0.017 51.191 0.000
12
Original
Sample
(O)
Sample
Mean (M)
Standard
Deviation
(STDEV)
T Statistics
(|O/STDEV|)
P
Values
TP14 <- TP 0.787 0.795 0.037 21.147 0.000
AR1 <- AR 0.865 0.863 0.043 19.941 0.000
AR2 <- AR 0.916 0.916 0.023 39.656 0.000
AR3 <- AR 0.890 0.889 0.023 38.034 0.000
AR4 <- AR 0.895 0.893 0.027 33.087 0.000
AR5 <- AR 0.905 0.903 0.021 43.449 0.000
AR6 <- AR 0.908 0.906 0.019 48.170 0.000
LOC1 <- LOC 0.777 0.781 0.035 22.166 0.000
LOC2 <- LOC 0.846 0.845 0.035 24.220 0.000
LOC5 <- LOC 0.688 0.695 0.069 9.911 0.000
LOC6 <- LOC 0.816 0.811 0.037 21.980 0.000
LOC7 <- LOC 0.696 0.700 0.059 11.770 0.000
LOC8 <- LOC 0.720 0.710 0.054 13.373 0.000
LOC9 <- LOC 0.777 0.770 0.048 16.050 0.000
LOC10 <- LOC 0.773 0.772 0.047 16.542 0.000
LOC11 <- LOC 0.781 0.773 0.060 12.992 0.000
LOC12 <- LOC 0.772 0.766 0.057 13.605 0.000
OC1 <- OC 0.851 0.850 0.031 27.027 0.000
OC2 <- OC 0.867 0.867 0.026 33.031 0.000
OC3 <- OC 0.882 0.879 0.025 34.831 0.000
OC4 <- OC 0.888 0.885 0.022 40.919 0.000
OC5 <- OC 0.816 0.812 0.040 20.493 0.000
OC6 <- OC 0.839 0.835 0.034 24.991 0.000
OC7 <- OC 0.838 0.836 0.031 27.302 0.000
OC8 <- OC 0.885 0.884 0.023 37.979 0.000
OC9 <- OC 0.792 0.788 0.039 20.377 0.000
SE1 <- SE 0.860 0.859 0.033 26.040 0.000
SE2 <- SE 0.884 0.883 0.028 31.083 0.000
SE3 <- SE 0.909 0.908 0.018 51.136 0.000
SE4 <- SE 0.905 0.905 0.020 44.959 0.000
SE5 <- SE 0.955 0.955 0.008 114.216 0.000
SE6 <- SE 0.849 0.848 0.038 22.213 0.000
SE7 <- SE 0.938 0.937 0.014 65.237 0.000
SE8 <- SE 0.933 0.933 0.017 53.719 0.000
SE9 <- SE 0.894 0.893 0.022 40.243 0.000
NFA1 <- NFA 0.783 0.783 0.054 14.600 0.000
NFA2 <- NFA 0.845 0.842 0.034 24.740 0.000
NFA3 <- NFA 0.867 0.866 0.030 28.879 0.000
13
Original
Sample
(O)
Sample
Mean (M)
Standard
Deviation
(STDEV)
T Statistics
(|O/STDEV|)
P
Values
NFA4 <- NFA 0.860 0.858 0.037 23.306 0.000
NFA5 <- NFA 0.884 0.883 0.025 35.375 0.000
NFA6 <- NFA 0.726 0.726 0.062 11.729 0.000
NFA7 <- NFA 0.868 0.867 0.033 26.109 0.000
NFA8 <- NFA 0.879 0.876 0.032 27.325 0.000
NFA9 <- NFA 0.799 0.794 0.060 13.227 0.000
NFA10 <- NFA 0.820 0.815 0.063 13.037 0.000
Diagram Average Variance Extracted (AVE)
Average Variance
Extracted (AVE)
PSO 0.817
TP 0.627
AR 0.804
LOC 0.587
OC 0.725
SE 0.816
NFA 0.696
14
Lampiran 14 Uji Reliabilitas
Diagram Composite Reliability
Diagram Cronbach’s Alpha
15
Lampiran 15 Diagram R-Square
R
Square
NFA 0.539
PSO 0.857
SE 0.578
16
Lampiran 16 Path Coefficient (direct effect)
Path Coefficient (Mean, STDEV, T-Values, P Values)
Original
Sample
(O)
Sample
Mean
(M)
Standard
Deviation
(STDEV)
T Statistics
(|O/STDEV|) P Values
TP -> PSO 0.053 0.051 0.073 0.718 0.237
AR -> PSO 0.326 0.335 0.130 2.514 0.006
LOC -> PSO 0.123 0.106 0.148 0.833 0.202
OC -> PSO -0.077 -0.098 0.119 0.644 0.260
OC -> SE 0.760 0.758 0.052 14.526 0.000
OC -> NFA 0.734 0.735 0.047 15.771 0.000
SE -> PSO -0.399 -0.380 0.132 3.023 0.001
NFA -> PSO -0.038 -0.045 0.116 0.330 0.371
17
Lampiran 17 Path Coefficient (indirect effect)
Indirect effect (STDEV, T-Values, P Values)
Original
Sample
(O)
Standard
Deviation
(STDEV)
T Statistics
(|O/STDEV|) P Values
OC -> SE -> PSO -0,303 0.102 2.953 0.003
OC->NFA->PSO -0,028 0,126 0,327 0,371
Aroian dari Sobel test
√
√
Dimana:
P1 adalah koefisien path pengaruh variabel independen terhadap variabel mediasi
P2 adalah koefisien path pengaruh variabel mediasi terhadap variabel dependen
SP1 adalah standard error dari koefisien path p1
SP2 adalah standard error dari koefisien path p2
18
Lampiran 18 Uji Full Model SEM PLS Algoritm
19
Lampiran 19 Full Model Bootstraping SmartPLS 3.0
20
Lampiran 20 Surat Izin Penelitian
21
22
Lampiran 21 Surat Keterangan Penelitian
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33