LAPORAN BED SIDE TEACHING (BST)PRAKTEK KERJA PROFESI
MAHASISWA APOTEKER UNIVERSITAS ANDALASDI RSUD ACHMAD MOCHTAR BUKITTINGGI
BANGSAL PENYAKIT DALAM
“CKD, Stroke Non Haemoragik, Anemia”
Oleh:
META EMILIA SURYA DHARMA, S.Farm (14411012067)
NUR IDIANI ISLAMI, S.Farm (14411012029)
PROGRAM PROFESI PENDIDIKAN APOTEKERFAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS ANDALASPADANG
2015
0
BST (Bed Side Teaching)
I. ILUSTRASI KASUS
Pasien laki-laki dengan keluhan badan kaku di bagian kanan, tidak bisa bicara, muntah,
sesak nafas, pusing, nafsu makan menurun, sakit kepala. Mempunyai riwayat tekanan darah
tinggi. pernah dirawat selama 4 hari di RS. Yarsi Payakumbuh, kemudian dirujuk ke RSSN
Bukittinggi. Kondisi pasien ; tekanan darah 190/20 mmHg, suhu 36,5ºC, nadi 88/menit, dan
pernafasan 22/menit. Pasien didiagnosa CKD, Stroke non Haemoragik, Anemia.
1.1 Identitas Pasien
No. RM : 18011517/399767
Nama : NASRUL
Umur : 48 tahun
Ruangan : I.3 Kelas Interne
Alamat : Pyk utara
Diagnosis : CKD + stroke non haemoragik + anemia
1.2 Tanda Vital
TanggalTD
(mmHg)Nadi
(/menit)P
(/menit)S
(ºC)
18/1/2015 190/120 88 22 36,5
19/1/2015 210/120 86 22 36,6
20/1/2015 190/120
21/1/2015 160/110
1.3 Pengobatan
No.Nama Obat/ Dosis/ Aturan Pakai
Tanggal
18/1 19/1 20/1 21/1 22/1 23/1 24/1
1 Lasix V V V
2 Cefoperazine V V V
3 NaCl 0.9% V V V
4 Bicnat 3x1 - V V
5 Asam Folat 3x1 - V V
6 Amlodipin 1x 10 - V V
7 Candesartan 1x1 - V V
8 Citikolin inj 2x2 ampul - V V
9 Alinamin inj 1x1 - V V
10 Aspilet 1x1 - V V
11 CPG 1x1 - V V
12 Salakinase 2x2 cap - V V
13 Lansoprazole 2x1 - V V
14 Simvastatin - - V
15 Mecobalamin - - V
II. TINJAUAN OBAT
1. Lasix
Komposisi : Furosemida
Kelas Terapi : Diuretik loop
Mekanisme Aksi : Inhibisi reabsorpsi natrium dan klorida pada jerat Henle
menaik dan tubulus ginjal distal, mempengaruhi sistem
kotranspor ikatan klorida, selanjutnya meningkatkan
ekskresi air, natrium, klorida magnesium dan kalsium
Sediaan : Ampul
Dosis : I.M/I.V : 20-40 mg/dosis, yang mungkin diulang 1-2 kali
sesuai kebutuhan dan ditingkatkan 20 mg/dosis sampai
tercapai efek yang diinginkan. Interval dosis yang umum :
6-12 jam; untuk edema paru-paru akut, dosis yang umum
digunakan adalah 40 mg, I.V selama 1-2 menit. Jika
belum tercapai respon, dosis ditingkatkan sampai 80 mg.
Gagal jantung refraktori: IV dosis 8 g/hari telah
digunakan. Pasien lanjut usia: IM, IV: Dosis awal : 20
mg/hari, ditingkatkan perlahan sampai mencapai respon
yang diharapkan.Penyesuaian dosis pada gangguan ginjal:
gagal ginjal akut; dosis tinggi (lebih dari 1-3 g/hari
melalui oral/i.v) telah digunakan sebagai dosis awal untuk
mencapai respon yang diharapkan, dihindari untuk
keadaan oligouri.
Indikasi : Penanganan edema yang berhubungan dengan gagal
jantung koroner dan penyakit hati, diberikan tunggal atau
dalam kombinasi dengan antihipertensi pada penanganan
hipertensi.
Kontraindikasi : Hipersensitif terhadap furosemid, atau komponen lain
dalam sediaan atau sulfonil urea, anuria, pasien koma
hepatik atau keadaan penurunan elektrolit parah sampai
keadaannya membaik
Efek Samping : Hipotensi ortostatik, tromboflebitis, aortitis kronik,
hipotensi akut,serangan jantung (akibat pemberian melalui
I.V atau I.M), parethesias, vertigo, pusing, kepala terasa
ringan, sakit kepala, pandangan kabur, demam, tidak bisa
beristirahat, hiperglikemia, hiperurisemia, hipokalemia,
hipokloremia, alkalosis metabolik, hipokalsemia,
hipomagnasemia, hiponatremia, dermatitis eksfoliatif,
eritema multiform, purpura, fotosensitifitas, urtikaria,
rashm pruritusm vaskulitis kutan, spasmus saluran urin,
frekuensi uriner, anemia aplastik (jarang),
trombositopenia, agranulositosis (jarang), anemia
hemolitik, anemia, leukopenia, anemia, gangguan
pendengaran (sementara atau permanen; pada pemberian
I.M atau I.V), tinitus, tuli sementara (pada pemberian i.m
atau i.v cepat), vaskulitis, alergi nefritis intestinal,
glikosuria, penurunan kecepatan filtrasi dan aliran darah
pada ginjal (karena overdiuresis), kenaikan BUN
sementara.
Interaksi Obat : Hipokalemia yang diinduksi oleh furosemid akan
menyebabkan toksisitas pada digoksin dan dapat
meningkatkan risiko aritmia dengan obat-obat yang dapat
meningkatkan interval QT, termasuk antiaritmia tipe Ia
dan III, cisaprid dan beberapa kuinolon ;(sparfloksasin,
gatifloksasin dan moksifloksasin). Risiko toksisitas litium
dan salisilat akan meningkat dengan adanya diuretik loop.
Efek hipotensi atau efek lanjut pada ginjal dari inhibitor
ACE dan anti inflamasi non steroid akan meningkat
dengan adanya hipovolemia yang diinduksi oleh
furosemida, Efek obat bloker adrenergik perifer atau
bloker ganglion dapat ditingkatkan oleh furosemid.
Furosemid dapat meningkatkan risiko toksisitas dengan
agen ototoksik lain (aminoglikosida, cis-platinum),
terutama pada pasien dengan disfungsi ginjal. Efek
sinergis diuretik lebih cenderung terjadi pada penggunaan
bersama obat antihipertensi lain dan hipotensi dapat
terjadi. Indometasin, aspirin, fenobarbital, fenitoin dan
antiinflamasi non steroid dapat menurunkan efek
natriuretik dan hipotensif dari furosemid. Colestipol,
kolestiramin dan sukralfat akan menurunkan efek
furosemid, beri jarak pemberian 2 jam. Furosemid dapat
mengantagonis efek relaksan, otot skeletal (tubokurarin).
Toleransi glukosa dapat diturunkan oleh furosemid, perlu
penyesuaian dosis obat hipoglikemik. Metformin dapat
menurunkan konsentrasi furosemid
Interaksi dengan
makanan
: Konsentrasi furosemid menurun dengan adanya makanan.
Hindari dong quai, efedra, yohimbe, ginseng
(memperparah hipotensi), bawang putih (dapat
meningkatkan efek hipertensi), batasi penggunaan
licorice.
Peringatan dan
Perhatian
: Diuretik loop adalah diuretik kuat, monitor dengan ketat
dan evaluasi dosis untuk mencegah ketidakseimbangan
cairan dan elektrolit, berikan perhatian pada penggunaan
bersama obat nefrotoksik atau ototoksik, pasien yang tidak
diketahui hipersensitifitasnya terhadap sulfonamida atau
diuretik lain (kemungkinan adanya sensitifitas silang,
hindari penggunaan pada pasien dengan riwayat reaksi
berat).
Edukasi pasien : 1. Urin yang keluar akan lebih banyak dan sering, ini
membantu pengeluaran air dalam tubuh serta
menurunkan tekanan darah.
2. Makanlah obat ini pada waktu yang sama setiap
harinya, jika mungkin janganlah dimakan sebelum
tidur karena tidur akan terganggu dengan seringnya
urinasi.
3. Makanlah buah atau makanan untuk mengganti
kehilangan kalium yang banyak terbuang bersama
urin.
4. Jika timbul nyeri otot, mual, pusing, radang pada
pangkal tenggorokan, ruam kulit, nyeri pada
persendian, segeralah ke dokter.
5. Jauhkan dari jangkauan anak.
2. Cefoperazine
Komposisi : Cefoperazone
Kelas Terapi : Antiinfeksi
Mekanisme Aksi : Menghambat sintesis dinding sel bakteri dengan cara berikatan
pada satu atau lebih penicilin-binding protein yang kemudian
menghambat tahap akhir transpeptidase dari sintesis peptidoglikan
dinding sel bakteri akan lisis karna aktivitas autolisis enzim
dinding sel dan penghentian pembentukan dinding sel.
Indikasi : Infeksi saluran napas (atas dan bawah), infeksi saluran kemih (atas
dan bawah), peritonitis, kolesistitis, kolangitis, dan infeksi
intraabdominal lainnya.
Dosis : Dosis diberikan setiap 12 jam dalam dosis terbagi yang sama.
Kontra Indikasi : Hipersensitif terhadap antibiotik cephalosporin.
Efek Samping : Gangguan sal cerna (3,6-10,8%): diare, mual, muntah.
Reaksi kulit (0,8-1,3%): ruam, urtikaria.
Lainnya: sakit kepala, demam, nyeri injeksi <1% pasien.
Nefrotoksiitas; peningkatan sementara nilai enzim liver.
Interaksi Obat : Walfarin meningkatkan resiko hypoprotombinaemia yang
kemudian meningkatkan resiko pendarahan.
3. NaCl 0.9%
Komposisi : Natrium Klorida: 9.0 g
Air untuk injeksi ad. 1000 ml
Osmolaritas: 308 mOsm/I
Setara dengan ion-ion Na: 154 mEq/I Cl: 154 mEq/I
Indikasi : Untuk mengembalikan keseimbangan elektrolit pada
dehidrasi.
Kontraindikasi : Hipernatremia, asidosis, hipokalemia.
Efek Samping : Efek samping yang umum mungkin terjadi yaitu
timbulnya panas, infeksi pada tempat penyuntikan,
trombosis vena.
Interaksi Obat : -
Peringatan dan
Perhatian
: Jangan digunakan bila botol rusak, larutan keruh, atau
berisi partikel.
4. Na Bicarbonat
Kelas terapi : Produk saluran kemih/alkalinizer, electrolyte,antasid
Komposisi : Natrium Bikarbonat
Mekanisme
kerja
: Meningkatkan bikarbonat plasma,buffer kosentrasi ion
hidrogen berlebih, meningkatkan pH darah, membalikan
asidosis metabolik.
Interaksi : Amphetamine, dextroamphetamine, ephedrine, flecainide,
mecamylamine, methamphetamine, pseudoephedrine,
quinidine dengan bikarbonat dapat menurunkan waktu
eliminasi obat, sehingga meningkatkan efek terapi obat.
Chlorpropamide, lithium, methotrexate, salicylates,
tetracyclines dengan Sodium bicarbonate dapat
meningkatkan waktu eliminasi obat, sehingga dapat
menurunkan efek terapi obat. Ketoconazole pemberian oral
dengan sodium bicarbonate dapat menurunkan kelarutan
dari ketoconazole pada saluran gastro intestinal,
mengurang efektivitas. KOMPATIBEL: jangan dicampur
dengan IV yang mengandung katekolamin seperti
dobutamin, dopamin dan norepinefrin.
Indikasi : Pengobatan asidosis metabolik, promosi lambung, sistem
alkalinisazation dan urin, terapi pergantian diare berat dan
di gunakan untuk mengurangi kejadian flebitis kimia
(sebagai penetral solusi aditif).
Dosis : Dewasa dan anak-anak > 2 tahun dalam kosentrasi 1,5%
(isotonik) menjadi 8,4% tergantung pada kondisi klinis
dan persyaratan pasien, Setelah pengenceran
isotonitas(1,5%). Dosis tergantung pada kondisi klinis dan
persyaratan pasien (termasuk usia dan berat badan).
Pemberian oral 325 mg sampai 2 gram 1 sampai 4 kali
sehari( pasien >60 tahun maksimal dosis 8 g/hari). Bayi ≤
2 tahun : IV 4,2% pada tingkat ≤ 8 mEq/kg/hari.
Kontra indikasi : Kehilangan klorida karena muntah atau gastrointestinal
terhisap terus menerus ketika pasien menerima diuretik
dikenal untuk menghasilkan alkalosis hipokloremik,
alkalosis metabolik dan pernapasan hipokalsemia.
Efek samping : CV; eksaserbasi CHF. GI; Rebound hyperacidity; sindrom
susu-alkali. META: Hypernatremia; alkalosis. Lain:
Ekstravasi dengan selulitis, nekrosis jaringan, ulserasi dan
peluruhan, nyeri lokal; Iritasi vena; tetany; edema.
5. Asam Folat
Kelas Terapi : Suplemen atau vitamin B komplek
Mekanisme Aksi :Folat eksogen dibutuhkan untuk sintesis nucleoprotein dan
pemeliharaan eritropoiesis normal. Asam folat
menstimulasi produksi sel darah merah, sel darah putih dan
platelet pada anemia megaloblastik.
Indikasi :Anemia megaloblastik yang disebabkan defisiensi asam
folat.
Dosis :Diberikan secara intravena dan peroral, dosis dewasa 1mg
perhari, tetapi untuk beberapa pasien mungkin
membutuhkan dosis yang lebih besar. Untuk dosis
perawatan 0.4 mg setiap hari. Dosis perawatan untuk ibu
hamil dan menyusui 0.8 mg setiap hari. Dosis yang lebih
besar boleh diberikan pada peminum alcohol, pasien
dengan anemia hemolitik, infeksi kronik dan pasien yang
diterapi dengan antikonvulsan.
Efek Samping :Asam folat relatif tidak toksik terhadap manusia. Efek
samping yang umum terjadi adalah perubahan pola tidur,
sulit berkonsentrasi, iritabilitas, aktivitas berlebih, depresi
mental, anoreksia, mual-mual, distensi abdominal dan
flatulensi.
Kontraindikasi : Pasien hipersensitif terhadap asam folat.
Perhatian : Tidak diindikasikan untuk pasien anemia pernisiosa dan
anemia megaloblastik akibat kekurangan vitamin B12
karena asam folat dapat menutupi diagnosa dan
manifestasi hematologi yang terjadi serta meningkatkan
Interaksi Obat
: komplikasi neurologis.
Pemberian fenitoin, primidone, barbiturat, methotrexate,
nitrofurantoin, alkohol, ataupyrimethamine mengakibatkan
kekurangan asam folat. Pemberian bersama fenitoin juga
memungkinkan terjadinya peningkatan frekuensi kejang.
6. Amlodipin
Indikasi :
Pengobatan hipertensi, pengobatan gejala angina stabil kronik, angina vasospastik
(angina Prinzmetal-kasus suspek atau telah dikonfirmasi), pencegahan hospitalisasi
karena angina dengan penyakit jantung koroner (terbatas pada pasien tanpa gagal jantung
atau fraksi ereksi < 40%).
Dosis :
Anak-anak : Hipertensi : 2.5-5 mg sekali sehari.
Dewasa :
Hipertensi : dosis awal 5 mg sekali sehari, dosis maksimum 10 mg sekali sehari. Pada
umumnya dilakukan titrasi dosis dengan kenaikan 2,5 mg selama 7-14 hari.
Angina : dosis pemeliharaan 5-10 mg, gunakan dosis yang lebih rendah pada pasien
lanjut usia dan pasien dengan gangguan hati, umumnya diperlukan dosis 10 mg untuk
mencapai efek yang mencukupi.
Pasien usia lanjut : digunakan dosis yang rendah untuk mencegah terjadinya insiden
kerusakan hati, ginjal atau jantung. Pasien usia lanjut juga mempunyai klirens amlodipin
yang rendah.
Hipertensi : 2.5 mg sekali sehari. Angina : 5 mg sekali sehari.
Dialisis : hemodialisis dan peritoneal dialysis tidak merubah eliminasi. Tambahan dosis
tidak diperlukan.
Penyesuaian dosis pada gangguan fungsi hati: berikan 5 mg sekali sehari.
Hipertensi : 2.5 mg sekali sehari.
Kontra indikasi :
Hipersensitivitas terhadap amlodipine atau komponen lain dalam sediaan.
Efek samping :
10%: Efek pada kardiovaskuler: edema perifer (2-5% tergantung dosis).
1-10%: Kardiovaskuler : flushing (1-3%), palpitasi (1-4%); SSP: sakit kepala (7,3%),
pusing (1-3%)fatigue (4%), palpitasi (1-4%); Dermatologi : rash (1-2%), pruritus (1-2%);
Endokrin dan metabolisme : disfungsi seksual pada pria (1-2%);
Gastrointestinal : mual (2,9%), sakit perut (1-2%), dyspepsia (1-2%), hiperplasia
gingival.
Neuromuskular dan skeletal : kram otot (1-2%), lemah (1-2%); pernapasan : dyspnea (1-
2%), edema pulmonary (15%).
<1%: gangguan tidur, agitasi alopesia, amnesia, ansietas, apathy, aritmia, ataksia,
bradikardi, gagal jantung, depersonalisasi, depresi, eritema multiforma, dermatitis
eksfoliatif, symptom ekstrapiramidal, gastritis, ginekomastia, hipotensi, leukositoclastik
vaskulitis, migrain, purpura non trombositopenik, parasthesia, iskemik periferal,
fotosensitivitas, hipotensi postural, purpura, rash, perubahan warna kulit, sindrom
Stevens-Johnson, sinkope, trombositopenia, tinnitus, urtikaria, vertigo, xerophtalmia.
Interaksi dengan obat lain :
Amlodipin meningkatkan level/ efek dari aminofilin, flufoksamin, meksiletin, mirtazipin,
ropinirol, teofilin, trifluoroperazin dan substrat CYP1A2 lain.
Level/ efek amlodipin dapat ditingkatkan oleh antifungi golongan azol, klaritromisin,
diklofenak, doksisiklin, eritromisin, imatinib, isoniazid, nefodazon, nikardipin, propofol,
inhibitor protease, kuinidin, telitromisin, verapamil dan substrat inhibitor CYP3A4 lain.
Kadar siklosporin dapat ditingkatkan oleh amlodipin.
Penurunan efek: kalsium dapat menurunkan efek hipotensif dari bloker saluran kalsium.
Level/ efek amlodipin dapat diturunkan oleh aminoglutetimida, karbamazepin, nafsilin,
nevirapin, fenobarbital, fenitoin, rifamisin dan induser CYP3A4 lain.
Interaksi dengan makanan :
Peningkatan efek/ Toksisitas:
Jus grape fruit dapat meningkatkan kadar amlodipin. St. wort mungkin dapat menurunkan
level amlodipin.
Hindari dong quai (karena mempunyai efek estrogen). Hindari efedra, yohimbe dan
ginseng (dapat memperparah efek hipotensif).
Hindari bawang putih (dapat menurunkan efek antihipertensi)
Penurunan efek : Makanan tinggi kalsium dapat mengurangi efek hipotensif dari calsium
chanel bloker.
Parameter monitoring :
Denyut jantung, tekanan darah
Peringatan :
Penggunaan dengan perhatian dan titrasi dosis untuk pasien dengan penurunan fungsi
ginjal dan fungsi hati, digunakan hati-hati pada pasien gagal jantung kongestif, sindrom
sick sinus sitis, disfungsi ventrikel kiri yang parah, kardiomiopati hipertrofi, terapi
penyerta dengan beta bloker atau digoksin, edema, atau peningkatan tekanan intrakranial
dengan tumor otak, pada lansia mungkin dapat mengalami hipotensi atau konstipasi.
Informasi untuk pasien :
Gunakan sesuai yang diresepkan, jangan menghentikan obat tanpa konsultasi dengan
dokter.
Pasien mungkin akan mengalami sakit kepala (jika tidak dapat diatasi konsultasi ke
dokter), mual dan muntah (makan sejumlah kecil makanan mungkin dapat membantu),
atau konstipasi.
Dapat menyebabkan mengantuk, digunakan dengan hati-hati pada saat menyetir atau
menjalankan mesin.
Sebelum menggunakan obat; perhatikan kondisi yang mempengaruhi penggunaan,
khususnya penggunaan pada orang lanjut usia (waktu paruh obat meningkat, lebih sensitif
terhadap efek hipotensi), gigi (risiko terjadi hiperplasia gingival), obat lain, kondisi
kesehatan lain, khususnya gangguan hipotensi.
Kesesuaian penggunaan obat; kepatuhan terhadap terapi (penting untuk tidak
menggunakan obat melebihi jumlah yang diresepkan).
Kesesuaian dosis : bila lupa minum obat maka diminum sesegera mungkin, jangan
diminum bila telah mendekati pemberian dosis selanjutnya, jangan menggandakan dosis.
Kesesuaian penyimpanan obat :untuk penggunaan sebagai antihipertensi, mungkin
memerlukan kontrol berat badan dan diet khususnya pemasukan natrium.
Pasien mungkin tidak mengetahui/ mengalami gejala dari hipertensi, penting untuk tetap
menggunakan obat walaupun sudah merasa sehat untuk membantu mengontrol hipertensi.
Mungkin memerlukan terapi seumur hidup. Konsekuensi serius dari hipertensi yang tidak
dikontrol.
Mekanisme aksi :
Menghambat ion kalsium ketika memasuki saluran lambat atau area sensitif tegangan
selektif pada otot polos vaskuler dan miokardium selama depolarisasi, menghasilkan
relaksasi otot polos vaskuler koroner dan vasodilatasi koroner, meningkatkan
penghantaran oksigen pada pasien angina vasospastik.
Monitoring penggunaan obat :
Determinasi tekanan darah, pembacaan EKG dan kecepatan denyut jantung (terutama
disarankan selama titasi dosis atau saat dosis ditingkatkan dari tingkat dosis pemeliharaan
yang stabil, juga dianjurkan saat obat lain ditambahkan dimana obat tersebut
mempengaruhi konduksi jantung atau tekanan darah.
Dianjurkan untuk melakukan determinasi tekanan darah secara berkala untuk memonitor
keefektifan dan keamanan terapi amlodipin; pasien tertentu mungkin dapat dilatih untuk
mengukur tekanan darah sendiri di rumah dan melaporkan hasilnya secara teratur pada
dokter).
7. Candesartan
Komposisi : Candersatan
Kelas Terapi : Antagonis reseptor angiotensin (ARB)
Mekanisme Aksi :Antagonis efek angiotensin II (vasokontriksi dan sekresi
aldosterone) dengan memblok reseptor angiotensin II
(reseptor AT1) pada otot polos vascular dan kalenjar
adrenal, sehingga menurunkan tekanan darah
Sediaan : Tablet
Dosis : Dosis pada hipertensi
Dosis awal candesartan yang direkomendasikan adalah 4
mg per hari dan dapat ditingkatkan hingga 16 mg satu
kali sehari. Efek antihipertensi maksimal akan dicapai
dalam waktu 4 minggu setelah pengobatan.
Dosis pada gagal jantung
Dosis awal candesartan yang direkomendasikan adalah 4
mg per hari.
Candesartan hanya digunakan satu kali sehari dengan
atau tanpa makanan
Indikasi :Terapi hipertensi, pengobatan pada pasien gagal jantung
dan gangguan fungsi sistolik ventrikel kiri ketika obat
penghambat ACE tidak ditolerir
Kontraindikasi : - Pasien yang hipersensitif terhadap candesartan atau
komponen yang terkandung dalam formulasinya.
- Wanita hamil dan menyusui.
- Gangguan hati yang berat dan/ ketoasidosis
Efek Samping :CNS: sakit kepala; lemah; kaku. THT: Rhinitis; sinusitis;
pharynigitis. GI: mual; nyeri abdomen; diare; muntah.
Pernafasan: infeksi saluran pernafasan atas; bronchitis;
batuk. lainnya: nyeri punggung; nyerI dada; udem;
arthralgia; albuminuria
Interaksi Obat :Lithium: konsentrasi plasma bisa meningkat dengan
candesartan, sehingga meningkatkan efek farmakologis
dan merugikan lithium.
Peringatan dan
Perhatian
: Jika candesartan digunakan pada pasien hipertensi
dengan gangguan ginjal, disarankan dilakukan
pemantauan secara berkala kadar kalium dan kadar
kreatinin dalam serum. Stenosis arteri
renalis, intravascular volume depletion, kehamilan dan
menyusui.
8. Citikolin
Komposisi : Sitikolin
Kelas Terapi : Vasodilator
Mekanisme Aksi : Siticoline berfungsi dalam metabolisme fosfolipid, sebagai
prekusor fosfatidilkolindan asetilkolin.
Indikasi : Kehilangan kesadaran akibat kerusakan otak, trauma kepala atau
operasi otak dan selebral infark. Mengaktivasi metabolisme selebral
atau memperbaiki sirkulasi otak.
Dosis : Kehilangan kesadaran akibat operasi otak sehari 1-2x 100-500 mg
(drip IM/IV), gangguan psikis atau syaraf sehari 1-1000 g (IV),
selama 2 minggu berturut-turut, hemiplegia pasca apoleksia: sehari
1x1000 mg (IV) selama 4 minggu berturut-turut.
Kontra Indikasi : Hipersensitivitas terhadap citicoline.
Efek Samping : Syok
Interaksi Obat : Dalam keadaan akut diberikan bersama obat yang dapat
menurunkan tekanan otak atau anti hemoragiadan suhu badan
dijaga agar tetap rendah , bila terjadi pendarahan intracranial,
hindarkan pemberian dengan dosis tinggi (>500 mg sekaligus),
karena dapat mempercepat aliran darah dalam otak.
Perhatian : Pasien dengan keadaan akut serius dan progresif yang menyertai
trauma dan operasi otak. Pasien dengan gangguan kesadaran pada
infark serebral akut.
9. Lansoprazol
Komposisi : Lansoprazol
Kelas terapi : Golongan PPI (Pump Proton Inhibitor)
Indikasi : Pengobatan jangka pendek pada tukak usus 12 jari,
tukak lambung dan refluks esofagitis erosiva.
Mekanisme
Kerja
: Mengontrol sekresi asam lambung dengan cara
menghambat pompa proton yang mentranspor ion H+
keluar dari sel parietal lambung.
Bentuk sediaan : Kapsul 15 mg, 30 mg sebelum makan
Dosis : Tukak lambung, 30 mg sehari pada pagi hari selama
8 minggu. Tukak duodenum, 30 mg sehari pada pagi
hari selama 4 minggu; pemeliharaan 15 mg sehari.
Tukak lambung atau tukak duodenum karena AINS,
15-30 mg sekali sehari selama 4 minggu jika tidak
sepenuhnya sembuh; profilaksis, 15-30 mg sekali
sehari.
Kontra indikasi : Penderita hipersensitif terhadap Lansoprazole.
Efek samping : Umumnya dapat ditoleransi dengan baik.
Efek samping berikut biasanya ringan dan bersifat
sementara serta tidak mempunyai hubungan yang
konsisten dengan pengobatan. Mual, sakit kepala,
diare, konstipasi, kembung, ruam kulit, urtikaria,
pruritus jarang terjadi.
Interaksi Obat : Lansoprazol dapat memperpanjang eliminasi
diazepam, penitoin dengan warfarin. Dianjurkan
untuk memantau penderita yang mendapat
pengobatan warfarin atau atau fenitoin dan
penurunan dosis warfarin atau fenitoin mungkin
perlu jika Lansoprazol ditambahkan pada
pengobatan.
Absorpsi Lansoprazol tidak dipengaruhi oleh
alkohol atau makanan.
10. Simvastatin
Komposisi : Simvastatin 10 mg
Kelas terapi : Obat Kardiovaskuler
Sub kelas terapi : Antihiperlipidemia (Inhibitor HMG-CoA Reductase)
Mekanisme kerja : Bekerja secara kompetitif menghambat enzim 3-hydroxy-3-
methylglutaryl-coenzyme A (HMG-Coa) reduktase. Enzim ini
berperan dalam katalisasi biosintesa kolesterol.
Sediaan : Tablet 5 mg, 10 mg, 20 mg, 40 mg, 80 mg
Dosis : Hyperkolesterolemia primer, hyperlipidemia kombinasi; 10-20 mg
sehari pada malam hari, interval disesuaikan paling sedikit
4 minggu ; kisaran dosis lazim 10 – 80 mg sekali sehari pada malam
hari. Pencegahan kardiovaskuler; dosis awal 20-40 mg sekali sehari
pada malam hari, interval disesuaikan paling sedikit 4 minggu;
maksimal 80 mg sekali sehari pada malam hari.
Indikasi : Menurunkan kolesterol LDL dan total pada hiperkolesterolemia
primer, yang tidak menunjukkan respon yang adekuat terhadap diet
dan tindakan lain yang sesuai.
Efek samping : Gangguan GI, dispepsia, sakit kepala, mempengaruhi hasil fungsi
hati (hepatitis, jarang terjadi), dan efek pada saluran cerna termasuk
nyeri abdomen, flatulence, konstipasi, diare, mual dan muntah. Rash
dan reaksi hipersensitifitas (termasuk angioedema dan anafilaksis)
dilaporkan jarang terjadi.
Interaksi obat : Inhibitor CYP3A4 dapat meningkatkan efek/kadar simvastatin;
seperti antifungi golongan azol, klaritromisin, diklofenak,
doksisiklin, eritromisin, imatinib, isoniazid, nefazodon, nicardipin,
propofol, inhibitor protease, kuinidin, telitromisin dan verapamil.
Interaksi dengan makanan : konsentrasi serum simvastatin dapat
ditingkatkan jika digunakan dengan jus grapefruit ; hindari
penggunaan bersama dengan jus dalam jumlah besar ( >1 quart/hari,
1 quart = 0,9463 L).
Kontraindikasi : Pasien dengan penyakit hati yang aktif (tes fungsi hati abnormal
yang persisten), pada kehamilan dan menyusui.
Pemberian : Oral (berikan sekali sehari 1 tablet pada malam hari, karena produksi
kolesterol di hati meningkat pada malam hari).
11. Aspilet
Komposisi : Asam asetil salisilat 80 mg.
Kelas Terapi : Antiplatelet
Mekanisme Kerja : Aspilet mencegah agresi dan agregasi platelet dengan menghambat kerja enzim siklooksigenase yang meningkatkan sintesa Thromboxane A2 dan prostasiklin. Thromboxane A2 adalah vasokonstriktor yang menyebabkan pelepasan granul intraseluler penyebab agregasi platelet.
Sediaan : Tablet 80 mg.
Dosis : Umumnya 80-160 mg tiap hari.
Untuk penderita MCI: dapat diberikan hingga 320 mg tiap hari.
Untuk penderita TIA: dapat diberikan hingga 960 mg tiap hari.
Indikasi : Untuk menurunkan resiko kematian mendadak dan serangan infark miokardial (MCI) pada pasien dengan riwayat infark dan nyeri dada (angina pectoris tidak stabil).
Untuk menurunkan resiko serangan ulang Transient Ischemic Attack (TIA) atau stroke pada pasien dengan Transient Brain Ischemia (TBI) atau iskemia otak sewaktu yang disebabkan sumbatan platelet.
Efek Samping : Iritasi saluran gastrointestinal,hipoprotrombinemia, reaksi hipersensitif, iritasi lambung, rasa terbakar, mual dan muntah.
Kontra Indikasi : Luka pada dinding lambung, hemophilia, dan gangguan darah lainnya. Hipersensitif terhadap salisilat. Penderita yang sedang diterapi dengan antikoagulan.
Interaksi Obat : Penggunaan bersama warfarin dapat menyebabkan perdarahan saluran gastrointestinal dan kadang juga perdarahan otak.
Pemberian : Diminum sesudah makan untuk menghindari iritasi lambung.
12. Mecobalamin Inj.
Komposisi : Tiap mL mengandung Mecobalamin 500 μg.
Mekanisme Kerja : Mecobalamin merupakan koenzim yang mengandung vitamin B12 yang ikut berpartisipasi dalam reaksi transmetilasi. Mecobalamin adalah homolog vitamin B12 yang paling aktif di dalam tubuh. Mecobalamin bekerja dengan memperbaiki jaringan syaraf yang rusak. Mecobalamin juga terlibat dalam maturasi erotroblast, mempercepat pembelahan eritroblast dan sintesis heme sehingga dapat memperbaiki status darah pada anemia megaloblastis. Selain itu mecobalamin juga efektif untuk neuropati perifer.
Sediaan : Injeksi Mecobalamin 500 μg.
Dosis : 1 ampul yang setara dengan 500 μg mecobalamin, diberikan secara IV atau IM 3 kali seminggu.
Indikasi : Neuropati perifer dan anemia megaloblastik yang disebabkan defisiensi Vit B12.
Efek Samping : Anoreksia, mual, diare atau gangguan saluran cerna lainnya dapat timbul setelah penggunaan.
Kontra Indikasi : Pasien yang hipersensitif terhadap mecobalamin
Peringatan dan perhatian : Hentikan pengobatan bila tidak ada respon setelah pemberian mecobalamin selama beberapa bulan.
13. Alinamin-F Inj.
Komposisi : Alinamin-F adalah sediaan Thiamin tetrahydrofurfuryl disulfidum (TTFD), bentuk disulfide Thiamina. Tiap mL mengandung:
Fursultiamine HCl 2,73 mg
Glucosom 200 mg
Mekanisme Kerja : Membantu proses metabolism dalam tubuh.
Sediaan : Berupa larutan steril dalam air, dan terdapat dalam ampul 10 mL.
Dosis : Biasanya 10 sampai 20 mL, sehari 1 sampai 2 kali, secara intravena dan perlahan-lahan.
Indikasi : Pengobatan defisiensi Vitamin B1, seperti beri-beri dan neuritis.
Perhatian : Kadang-kadang dapat terjadi anafilaktik syok.
14. Clopidogrel
Komposisi : Tiap tablet mengandung Clopidogrel 75 mg.
Kelas Terapi : Antiplatelet
Mekanisme Kerja : Clopidogrel secara selektif menghambat ikatan Adenosin Diposfat (ADP) pada reseptor platelet dan menyebabkan agregasi platelet.
Sediaan : Tablet salut film 75 mg dan 300 mg.
Dosis : Pasien < 75 tahun 300 mg loading dose dilanjutkan dengan 75 mg selama 14 hari sampai 12 bulan (jika tidak ada pendarahan).
Pasien >75 tahun tidak loading dose, 75 mg selama 14 hari sampai 12 bulan (jika tidak ada pendarahan).
Indikasi : Mengurangi kejadian arterotrombotik pada:
Pasien infark myocardial (kurang dari 35 hari), stroke iskemik ( 7 hari sampai kurang dari 6 bulan). Angina yang tidak stabil.
Efek samping : Gejala perdarahan (hemorraghic), neutropenia, sakit kepala, pusing, vertigo, diare, mual dan muntah.
Kontra indikasi : Hipersensitif terhadap clopidogrel, pendarahan patologis aktif (peptic ulcer), gangguan fungsi hati berat, wanita hamil dan menyusui, anak-anak.
Pemberian : Diberikan 10-15 menit setelah makan.
15. Salakinase
Komposisi : Ekstrak Bacillus subtilis Natto cultivation 20 mg, bubuk ekstrak prunus mume 10 mg, Safflower oil 274 mg, glycerin 23 mg, Bees wax.
Mekanisme kerja : Merupakan produk nutraceutical dengan kandungan nattokinase yang memiliki efek khusus untuk melancarkan aliran darah dengan cara memecah fibrin (serat-serat bekuan darah)
Dosis : Pengobatan thrombosis sehari 2x2 kapsul lunak. Pencegahan 1x2 kapsul lunak.
Indikasi : Pengobatan dan pencegahan thrombosis sebagai obat fibrinolitik. Pencegahan serebrovaskular dan penyakit jantung iskemik. Menurunkan tekanan darah dan sebagai antioksidan.
Perhatian : Pasien yang beresiko tinggi mengalami pendarahan.
Pemberian bersama dengan obat antikoagulan harus di bawah pengawasan medis yang ketat.
16. EAS : RL (2:1)
a. EAS Pfrimmer
Komposisi : Larutan asam amino dengan asam amino total 69 g/L, nitrogen 8,3
g/L, xylitol 10 g/L
1000 mL larutan mengandung :
L-Histidine 5,49 g
L-isoleucine 7,00 g
L-leucine 11,00 g
L-Lysine monoacetate 11,30 g
L-methionine 11,00 g
L-phenylalanine 11,00 g
L-threonine 5,00 g
L-tryptophan 2,51 g
L-valine 8,00 g
Xylitol 10,00 g
Glycerine 10,00 g
Osmolaritas 700 mOsm/L
Farmakologi : Larutan asam amino pada pasien dengan gangguan fungsi ginjal
yang dapat diberikan melalui vena perifer karena osmolaritasnya
<900 mOsm/L
Indikasi : nutrisi parenteral parsial untuk memenuhi kebutuhan asam amino
esensial pada kasus seperti pasien dengan insufisiensi ginjal akut
dan kronik, penurunan kadar urea serum, profilaksis dan terapi
azotemia, dan suplementasi parenteral untuk diet rendah protein.
Dosis : Dosis umum dapat diberikan 250 mL/hari, dapat ditingkatkan
menjadi 500 mL/hari jika diberikan
Kontraindikasi : Pasien dengan gangguan metabolism asam amino yang
terkandung di dalam EAS PFRIMMER
Peringatan dan
perhatian
: - Perlu dilakukan pemantauan keseimbangan elektrolit dan
urea di dalam serum
- Untuk nutrisi parenteral total pada pasien dengan
gangguan fungsi ginjal, penambahan larutan asam amino
ini perlu disertai dengan penanmbahan komponen larutan
karbohidrat
- Pembentukan Kristal asam amino di dalam larutan yang
disebabkan oleh karena suhu penyimpanan yang terlalu
rendah, dapat dilakukan kembali dengan dihangatkan
sampai mencapai suhu tubuh normal
- Hanya gunakan produk jika larutan jernih
b. RL (Ringer laktat)
Komposisi : Na laktat 3,1 g, NaCl 6 g, KCl 0.3 g, CaCl2 0.2 g, air untuk injeksi
ad 1000 mL
Cara kerja obat : - Merupakan larutan isotonic natrium klorida, kalium klorida,
kalsium klorida, dan natrium laktat ysng komposisinya
mirip dengan cairan ekstraseluler
- Merupakan cairan pengganti pada kasus-kasus kehilangan
cairan ekstraseluler
- Merupakan larutan non-koloid, mengandung ion-ion yang
terdistribusi ke dalam cairan intravaskuler dan intersisiel
Indikasi : Mengembalikan keseimbangan elektrolit pada dehidrasi.
Dosis : 500-1000 mL IV, disesuaikan dengan kondisi penderita.
Kontra Indikasi : Hipernatremia, kelainan ginjal, kerusakan sel hati, asidosis laktat
Efek Samping : - Reaksi-reaksi yang mungkin terjadi karena larutannya atau
cara pemberiannya, termasuk timbulnya panas, infeksi pada
tempat penyuntikan, thrombosis vena atau flebitis yang
meluas dari tempat penyuntikan, ekstravasasi
- Bila terjadi reaksi efek samping, pemakaian harus
dihentikan dan lakukan evaluasi terhadap penderita
Perhatian : Jangan digunakan bila botol rusak, larutan keruh atau berisi
partikel
Interaksi : Larutan yang mengandung fosfat.
17. Ca glukonat
Tiap ml injeksi mengandung kalsium glukonat 100 mg
Indikasi : Keracunan antagonis kalsium
Setelah transfusi darah : Mencegah keracunan sitrat (intoksikasi sitrat)
tubuh memiliki kemampuan yang besar untuk memetabolisme sitrat,
kecuali pada keadaan shock, penyakit hati. Diberikan Ca glukonat 10%
1 gram iv pelan-pelan setelah setiap masuk 4 unit darah.
Farmakologi : Kalsium sangat diperlukan untuk memelihara integritas fungsi dari
saraf, otot, dan sistem skelet serta membran sel dan permeabilitas
kapiler. Kation merupakan aktivator penting pada berbagai reaksi
enzimatik dan kation diperlukan untuk sejumlah proses fisiologi
termasuk transmisi dari impuls saraf; kontraksi jantung, otot polos dan
lurik; fungsi ginjal, pernafasan; dan koagulasi darah.
Kontraindikasi : Pasien dengan risiko keracunan digitalis, penyakit jantung atau ginjal,
hiperkalsemia.
Dosis : 100 mg/mL (10%)
Efek Samping : Hipotensi, sakit kepala, konstipasi, diare, hipomagnesemia,
hipofosfatemia, bradikardia.
Interaksi obat : Efek toksik dan inotropik kalsium dan glikosida jantung saling sinergi
dan dapat terjadi aritmia jika kedua obat diberikan bersamaan
(khususnya jika kalsium diberikan secara intravena).
Pemberian kalsium secara intravena harus dihindarkan pada pasien
yang menggunakan glikosida jantung. Jika memang sangat diperlukan,
pemberian harus secara perlahan dalam jumlah kecil.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2008. AHFS Drug Information.
Anonim, 2009. Martindale The Complete Drug Reference, 36th Edition, Pharmaceutical Press.
Anonim. 2009. Pelayanan Informasi Obat. Jakarta : Departemen Kesehatan RI.
Dipiro, Joseph T. 2009. Pharmacotherapy Handbook Ed.7. MCGraw Hill Companies
Tarto, D.S. 2003. A to Z Drug Facts. San Francisco : Facts and Compatisons.
www.medscape.com. Diakses tanggal 20 Januari 2015.
LasixEdukasi pasien: Peringatkan pasien untuk menggunakan obat pada pagi hari untuk menghindari gangguan tidur dan minum bersama makanan atau susu untuk menghindari gangguan GI, sarankan pasien untuk memakan makanan kaya kalium (seperti, kentang, pisang, pokat, jeruk, semangka), sarankan pasien untuk mengontrol tekanan darah, sarankan pasien untuk menghindari paparan sinar matahari dan untuk menggunakan sunscreen atau pakaian pelindung untuk menghindari reaksi fotosensitif, peringatkan pasien untuk tidak menggunakan aspirin atau otc tanpa konsultasi dokter.
Informasi Furosemida
: Pasien akan sering berkemih dan volumenya akan lebih banyak.Janganlah dimanum sebelumtidur karena tidur akan terganggu dengan seringnya urinasi.Jika timbul nyeri otot, mual, pusing, radang pada pangkal tenggorokan, ruam kulit, nyeri pada persendian, segeralah ke dokter.
Edukasi pasien : (Simvastatin) Gunakan obat ini pada malam hari kecuali dinyatakan lain oleh dokter atau
apoteker. Peringatkan pasien untuk tidak menggunakan obat ini selama kehamilan. Sarankan pasien untuk mengontrol berat badan, dan mengikuti pola diet yang
disarankan. Tes laboratorium diperlukan untuk memonitor terapi. Jangan menghentikan pemakaian obat ini tanpa berkonsultasi dengan dokter. Obat ini sangat efektif jika digunakan bersama dengan olah raga dan diet
mengurangi asupan makanan yang mengandung kolesterol (lemak) dan lemak jenuh.
Pasien disarankan untuk segera memberitahukan dokter jika mengalami nyeri otot, nyeri tekan (tenderness) dan kelemahan yang tidak dapat dijelaskan.
Albumin Edukasi pasien : sarankan pasien untuk melaporkan gejala demam, sakit
kepala
amlodipin
Informasi untuk pasien :
Gunakan sesuai yang diresepkan, jangan menghentikan obat tanpa konsultasi dengan
dokter.
Pasien mungkin akan mengalami sakit kepala (jika tidak dapat diatasi konsultasi ke
dokter), mual dan muntah (makan sejumlah kecil makanan mungkin dapat membantu),
atau konstipasi.
Dapat menyebabkan mengantuk, digunakan dengan hati-hati pada saat menyetir atau
menjalankan mesin.
Sebelum menggunakan obat; perhatikan kondisi yang mempengaruhi penggunaan,
khususnya penggunaan pada orang lanjut usia (waktu paruh obat meningkat, lebih sensitif
terhadap efek hipotensi), gigi (risiko terjadi hiperplasia gingival), obat lain, kondisi
kesehatan lain, khususnya gangguan hipotensi.
Kesesuaian penggunaan obat; kepatuhan terhadap terapi (penting untuk tidak
menggunakan obat melebihi jumlah yang diresepkan).
Kesesuaian dosis : bila lupa minum obat maka diminum sesegera mungkin, jangan
diminum bila telah mendekati pemberian dosis selanjutnya, jangan menggandakan dosis.
Kesesuaian penyimpanan obat :untuk penggunaan sebagai antihipertensi, mungkin
memerlukan kontrol berat badan dan diet khususnya pemasukan natrium.
Pasien mungkin tidak mengetahui/ mengalami gejala dari hipertensi, penting untuk tetap
menggunakan obat walaupun sudah merasa sehat untuk membantu mengontrol hipertensi.
Mungkin memerlukan terapi seumur hidup. Konsekuensi serius dari hipertensi yang tidak
dikontrol.