8/10/2019 brocho pneumoni
1/22
PRESENTASI KASUS
Pneumonia
Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik
di Bagian Penyakit Dalam Rumah Sakit Umum Daerah Panembahan Senopati
Bantul
Diajukan Kepada :
dr. Warih Tjahjono Sp. PD
Disusun oleh :
Janatarum Sri Handono
20090310205
SMF ILMU PENYAKIT DALAM
RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2013
8/10/2019 brocho pneumoni
2/22
HALAMAN PENGESAHAN
PRESENTASI KASUS
Pneumonia
Disusun oleh:Janatarum Sri Handono
20090310205
Telah dipresentasikan pada:
16 November 2013
Bantul, 16 November 2013
Menyetujui dan mengesahkan,
Pembimbing
dr. Warih Tjahjono Sp. PD
8/10/2019 brocho pneumoni
3/22
BAB I
LAPORAN KASUS
A. IDENTITAS
Nama : Ny. S
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 58 tahun
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Jaten Argosari Sedayu
Agama : Islam
No. RM : 302482
Tanggal Masuk : 09 Oktober 2013
Tanggal Keluar : APS 14 Oktober 2013
B. ANAMNESA
1.
Keluhan Utama
Os datang ke IGD rujukam dari RSUD Sentolo dengan keluhan sesak
nafas (+) sejak 1 minggu yang lalu.
2. Keluhan Tambahan
Keluhan juga disertai demam 3 hari yang lalu dan batuk yang menurut
pasien sudah menahun. Batuk berdahak berwarna putih.
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Os datang ke IGD rujukan dari RSUD sentolo dengan keluhan sesak nafas
sejak 1 mingu yang lalu. Disertai demam sudah 3 hari. Badan pasien terasa
lemas, dan susah tidur.4. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat sakit jantung disangkal
Riwayat hipertensi disangkal
Riwayat sakit DM disangkal
Riwayat sakit asma disangkal
Riwayat sakit hepar disangkal
Riwayat tumor disangkal
8/10/2019 brocho pneumoni
4/22
5. Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada keluarga yang menderita penyakit yang sama
Riwayat sakit jantung disangkal
Riwayat hipertensi disangkal
Riwayat sakit DM disangkal
Riwayat sakit asma disangkal
Riwayat sakit hepar disangkal
Riwayat tumor disangkal
C.
PEMERIKSAAN FISIK1. Status Generalis
- Keadaan Umum : Tampak sesak, kooperatif
- Kesadaran : Compos Mentis
2. Vital Sign : TD = 80/50 mmHg R = 36 kali/menit
Nadi = 129 kali/menit S = 37,80C
3. STATUS GENERALIS
1. Kepala : Mesocephal
Rambut warna hitam dan putih uban
Distribusi rambut merata dan lurus
Rambut tidak rontok dan tidak teraba benjolan
2. Mata : Conjungtiva Anemis (--)
Sklera Ikterik (--)
Pupil Bulat Isokor ( 3 mm3 mm )
Reflek Cahaya (++)
3.
Hidung : Discharge (-)
Deviasi (-)
Nafas cuping hidung (-)
4. Telinga : Simetris Kanan Kiri
Sekret -/-, serumen -/-
Pembesaran KGB -/-, nyeri tekan -/-
5. Mulut : Sianosis (-), lidah kotor (-), faring hiperemis (-)
6.
Leher : Inspeksi = Trakea terletak di tengah
8/10/2019 brocho pneumoni
5/22
Tiroid tidak tampak pembesaran
Palpasi = Perbesaran kelenjar tiroid (-)
Perbesaran kelenjar paratiroid (-)
Perbesaran KGB (-)
7.
Thorax : Jantung
Inspeksi : Ictus Cordis tak tampak
Palpasi : Ictus Cordis teraba di SIC IV
Perkusi : Redup
Auskultasi : S1 & S2 tunggal, reguler, bising (-)
Paru
ParuInspeksi : Simetris, retraksi (-), ketinggalan gerak (-)
Palpasi : Vokal fremitus kanan kiri sama,
Ketinggalan gerak (-)
Perkusi : Sonor pada kedua lapang paruparu
Auskultasi : Vesikuler (++), Ronkhi kering (++),
Wheezing (++)
8. Abdomen
Inspeksi : Supel (-), Distensi (-)
Auskultasi : Peristaltik (+) Normal
Perkusi : Timpani (+), Pekak alih (-), tes undulasi (-)
Asites (-)
Palpasi : Hepar & Lien tak teraba, Nyeri tekan (-), Massa (-)
9.
Ekstremitas : Superior = Akral hangat (++), Edema (--)
Eritema Palmaris (++)
Inferior = Akral hangat (++), Edema (--)
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium
1. Darah Lengkap (9 Otober 2013)
Hb : 13,1 [12 - 16] g%
AL : 25,18 [4 - 10] ribu/ul
8/10/2019 brocho pneumoni
6/22
AE : 4.75 [4 - 5] ribu/ul
AT : 345 [150 - 450] ribu/ul
HMT : 42,5 [36 - 46] %
Eosinofil : 0 [2 - 4] %
Basofil : 0 [0 - 1] %
Batang : 1 [2 - 5] %
Segmen : 77 [51 - 67] %
Limfosit : 19 [20 - 35] %
Monosit : 3 [4 - 8] %
2.
Darah lengkap (11 oktober 2013)Hb : 12,4 [12 - 16] g%
AL : 16,94 [4 - 10] ribu/ul
AE : 3,98 [4 - 5] ribu/ul
AT : 345 [150 - 450] ribu/ul
HMT : 35,7 [36 - 46] %
Eosinofil : 0 [2 - 4] %
Basofil : 0 [0 - 1] %
Batang : 3 [2 - 5] %
Segmen : 88 [51 - 67] %
Limfosit : 6 [20 - 35] %
Monosit : 3 [4 - 8] %
Radiologi
3. Foto Thorax PA (9 oktober 2013):
bronchopneumonia
E. DIAGNOSA KERJA
Syok septik
Bacterial pneumonia
8/10/2019 brocho pneumoni
7/22
F. PENATALAKSANAAN
Infus NaCl + aminophilin 1g 15tpm
Dopamine 6 meq/KgBB/m
Ceftriaxone 2x2gr
Ciprofloxacin 2x200mg
PCT 3x500mg
Inj Ranitidin 1A/12jam
MP tab 2x4mg
Nebu Ventolin
G. FOLLOW-UP
Tanggal Follow Up terapi
10 Oktober2013
Os datang ke IGD rujukam dari
RSUD Sentolo dengan keluhan
sesak nafas (+) sejak 1 minggu
yang lalu. Selain itu pasien
memiliki demam yang berlanjut
sudah 3 hari. Badan terasa lemas
dan semalam tidak bisa tidur.
KU : Lemas, CM
TD : 110/60 mmHg
Nadi : 114 kali/menit
Respirasi : 24 kali/menit
Suhu : 38,10C
Infus NaCl +
aminphilin 1g 15tpm
Dopamine 6meq/KgBB/m
Ceftriaxone 2x2gr
Ciprofloxacin
2x200mg
PCT 3x500mg
Inj Ranitidin1A/12jam
MP tab 2x4mg
Nebu Ventolin
Metoclorpamid bilamual
11 Oktober2013
OS mengeluh perutnya terasa
nyeri, perut nyeri sejak tadi
malam. Masih sesak nafas. Batuk
(+). Batuk nya ada sudah ada
selama tahunan, di rumah tidakada keluarga yang ikut batuk.
Batuk berdahak berwarna putih,
makan hanya sedikit. Mual (+),
muntah (-).
KU : Lemah, CM
TD : 130/70 mmHg
Nadi : 78 kali/menit
Respirasi : 36 kali/menit
Suhu : 360C
Infus NaCl +
aminphilin 1g 15tpm
Dopamine 6meq/KgBB/m
Ceftriaxone 2x2gr
Ciprofloxacin
2x200mg
PCT 3x500mg
Inj Ranitidin1A/12jam
MP tab 2x4mg
Nebu Ventolin
Metoclorpamid bilamual
Ambroxol 3x1
8/10/2019 brocho pneumoni
8/22
12 Mei 2013
OS mengeluh masih sesak nafas
disertai batuk berdahak yang
membuat pasien tidak bisa tidur.Nyeri perut sudah berkurang
dibandingkan dengan sebelumnya.
Nafsu makan dirasa membaik.
Mual (-), muntah (-).
Infus NaCl +aminphilin 1g 10tpm
Dopamine 6meq/KgBB/m
Ceftriaxone 2x2gr
Ciprofloxacin
2x200mg
PCT 3x500mg
Inj Ranitidin
1A/12jam
MP tab 2x4mg
Nebu Ventolin
Metoclorpamid bilamual
8/10/2019 brocho pneumoni
9/22
8/10/2019 brocho pneumoni
10/22
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.
DEFINISIPneumonia adalah peradangan mengenai parenkim paru, distal dari
bronkiolus terminalis yang mencangkup brongkiolus respiratorius, dan alveoli,
serta menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas
setempat. Pada pemeriksaan histologis ditemukan pneumonitis atau reaksi
inflamasi berupa alveolitis dan pengumpulan eksudat yang dapat ditimbulkan oleh
berbagai penyebab dan berlangsung dalam janga waktu yang bervariasi.
Pneumonia dapat dibagi menjadi pneumonia komunitas (PK), penumonia
nosokomial (PN), pnemumonia pemakaian ventilator (PV), dan pneumonia pusat
perawatan kesehatan (PPK). Pada pneumonia kmunitas artinya pneumonia yang
terjadi akibat infeksi di luar rumah sakit. Pneumonia nosokomial adalah
pneumonia yang terjadi bila sudah masu selama >48 jam di rumah sakit baik di
ruangan umum maupun ICU tetapi tidak menggunakan ventilator, sedangkan PV
adalah pneumonia yang didapat setelah 48-72 jam setelah menggunakan
ventilator.
B.INSIDENSI DAN EPIDEMIOLOGI
Penyakit saluran nafas menjadi penyebab angka kematian dan kecacatan
yang tinggi di seluruh dunia. Sekitar 80% dari seluruh kasus baru praktek umum
berhubungan dengan infeksi saluran nafas yang terjadi di masyarakat (PK) atau di
dalam rumah sakit. Pneumonia merupakan bentuk infeksi saluran nafas bawah
akut di parenkim paru yang serius dijumpai sekitar 15%-20%. (Dahlan, 2006)Kejadian pneumonia nosokomial (PN) di ICU lebih sering daripada PN di
ruangan umum, yaitu dijumpai hampir 25% dari semua infeksi di ICU, dan 90%
terjadi pada saat ventilasi mekanik. (Dahlan, 2006)
Pneumonia semakin sering di jumpai pada orang orang dengan lanjut usia
dan pada penderita penyakit paru obstruktif kronis serta dapat terjadi pada orang
dengan riwayat penyakit lain seperti diabetes mellitus. (Dahlan, 2006)
8/10/2019 brocho pneumoni
11/22
Faktor resiko pada PK termasu alkoholik, asthma, immunosupresion,
institutionalisasi, dan usia lanjut. (Fauci, et al., 2008)
C. ETIOLOGI
Penyebab pneumonia berbeda beda pada berbagai tipe dari pneumonia.
Mikroorganisme yang paling sering menyebabkan pneumonia adalah bakteri yang
jenisnya pun dapat berbeda tergantung dengan daerah, rumah sakit yang besar
dengan rumah sakit yang kecil pun berbeda, karena itu perlu pengetahuanyang
lebih tentang pola pneumonia. Indonesia belum memiliki data tentang pola
tersebut, sejauh inimash menggunakan data pola dari negara lain.
Table 1 Etiologi Pneumonia
Pneumonia Komunitas
Pneumonia Nosokomial
Non-ICU ICU
Streptococcus pneumoniae S. pneumoniae S. pneumoniae
Mycoplasma pneumoniae M. pneumoniae Staphylococcus aureus
Haemophilus influenzae Chlamydophila pneumoniae Legionella spp.C. pneumoniae H. influenzae Gram-negative bacilli
Respiratory virusesa Legionellaspp. H. influenzae
Respiratory virusesa
Pada tabel 1 penyebab pneumonia diurutkan secara menurun berdasarkan
frekuensi. (Fauci, et al., 2008)
D. FISIOLOGI PARU
Pulmo adalah organ vital bagi pernafasan, fungsi utama paru adalah untuk
meng oxygenasi darah dengan membawa udara yang di inspirasi dan menukar
udara yng kemudia di ekspirasi. Pada manusia yang sehat pulmo normalnya
spongy, lembut dan ringan serta tidak berwarna hitam. Organ ini juga elastic dan
dapat mengembang tiga kali lebih besar dari ukuran normal.
8/10/2019 brocho pneumoni
12/22
Paru paru berpasangan dan berbentuk seperti cone terletak di thorax.
Terdapat 2 pleural membrane yang disebut pleura melindungi kedua paru. Pada
dinding thorax terdapat parietal sedangkan yang menutupi paru paru disebut
dengan pleura visceral. Diantara kedua membrane ini terdapat rongga yang
disebur dengan pleural space, atau rongga pleura, serta mengandung pleural fluid
yang mencegah gesekan antara kedua membrane. (Rizzo, 2001)
Paru paru dapat mengembang dan berkontraksi dengan dua cara, 1)
pergerakan naik turun diaphragma; 2) eleasi dan depresi costae untuk
mengembangkan dada secara anteroposterior.
Paru paru kanan dibagi menjadi tiga lobus sedangkan paru paru kiri hanyamemiliki dua lobus. Pada bagian lobus ini terdapat cabang bronchi yang disebut
bagian bronchopulmoner dimana akan bercabang lagi menjadi lobule. Setiap lobul
terbungkus dengan jaringan ikat yang elastic dan mengandung lymphatic vessels,
arteriole, dan bronchioles dari bronchus terminalis.
Bronkus terminal dibagi lagi menjadi bagian mikroskopis yang disebut
respiratory bronkiale, yang kemudian terbagi lagi menjadi ductus alveolar atau
atria. Atria dikelilingi oleh alveoli dan alveolar sacs. (Rizzo, 2001)
Terjadinya pertukaran gas terjadi karena difusi yang ada pada alveoli dan
dindin capiler yang ada disekitar alveoli dinding ini disebut membrane respiratory.
Membran respirasi terlindungi oleh surfraktan yang dikeluarkan sel alveolar tipe
II. (Rizzo, 2001)
Pulmo adalah organ vital pernafasan dimana tujuannya untuk membuang
karbon dioksida dan memberi oksigen pada jaringan. Tujuan respirasi dapat dibagi
menjadi 4 tujuan utama: 1) ventilasi pulmo, artinya terjadinya pertukaran udara
pada atmosphere and alveoli paru; 2) difusi oksigen dan karbon dioksida antara
alveoli dan darah; 3) transportasi oxygen dan carbon di oksida pada darah dan
cairan tubuh ke sel sel jaringan tubuh; 4) regulasi ventilasi. (Guyton, 2006)
8/10/2019 brocho pneumoni
13/22
E. PATOFISIOLOGI
Pneumonia terjadi karena proliferasi pathogen pada alveolar dan respon
dari penjamu. Kuman mendapatkan akses menuju saluran nafas bawah melalui
bebrapa jalan, akses paling umum adalah melalui aspirasi dari oropharynx.
Volume yang sedikit biasanya teraspirasi saat pasien tidur (khususnya pada usia
lanjut) dan pasien dengan penurunan kesadaran. Banyak pathogen memasuki
saluran nafas melalui droplet. Pada keadaan yang jarang, pneumonia dapat
ditularkan lewat darah seperti endocarditis tricuspid, atau tertular dari infeksi
pleura atau mediastinal space. (Fauci, et al., 2008)
Faktor mekanik juga sangat penting bagi pertahanan penjamu, bulu padanares menerima terpaan partikel lebih banyak, sebelum memasuki saluran
pernafasan bawah, strucktur yang bercabang cabang dari tracheobronchiale
mencegah particle yang kemudian dibersihkan melalui mucociliary dan
antibakteri local yang juga dapat membunuh kuman, dimana disini dapat terjadi
batuk yang termasuk perlindungan bagi tubuh. Selain itu mukosa normal pada
oropharynx, yang komponennya normal dan konstan juga membantu dalam
mengurangi resiko pneumonia yang disebabkan oleh kuman yang lebih virulen.
Pada saat pertahanan ini dapat dilalui kuman yang dapat masuk,
macrophage alveolar sangat membantu dalam membersihan dan membunuh
pathogen. Macrophage dibantu oleh protein yang mempunyai ciri intrinsic yang
melawab bacteri atau virus. Setelah di proses oleh macrophace pathogen bisa
dikeluarkan via mucociliary atau lymphatic. Pada saat macrophage tidak dapat
membunuh kuman inilah terjadi gejala klinis pneumonia. Kemudian akan terjadi
proses inflamasi dari pada proliferasi akibat mikroorganisme, yang memicu proses
pneumonia. Pelepasan mediator interleukin 1 dan tumor necrosis factor (TNF)
akan menyebabkan demam. Chemokin , seperti interleukin 8 dan granulocyte
colony-stimulating factor, menstimulasi pelepasan neutrophile menyebaban
leukositosis dan keluarnya sekresi purulent. Mediator inflmasi yang dilepaskan
oleh macrophage dan neutrophil baru membuat kebocoran kapiler yang hampir
sama seperti pada Acure Respiratory Distress Syndrome (ARDS), walaupun pada
pneumonia kebocoranya di awal dan sedikit. Bahkan eritrocyte dapat melewati
membrane kapiler alveolus yang kemudia menyebabkan hemoptysis. Kebocoran
8/10/2019 brocho pneumoni
14/22
ini pada radiology akan membuat adanya gambaran infiltrat dan menyebabkan
suara rales pada ausculptasi. (Fauci, et al., 2008)
F.
KLASIFIKASI
Pneumonia dapat di klasifikasikan berdasarkan penyebab, anatomy dan
dimana pasien mendapatkanya.
Berdasarkan penyebab, pneumonia dapat di bagi menjadi:
a.
Bacterial (streptococcus pneumonia, staphylococcus aureus,
legionella, hemophilus influenzae).
b.
Virus ( adenoviridae, coronaviridae)
c.
Fungal (candida species, aspergillus species)
Berdasarkan anatomy, pneumonia dapat dibagi menjadi
a. Pneumonia lobaris, dimana tang terkena adalah seluruh atau satu
bagian besar lobus paru.
b. Pneumonia interstitial, yaitu pneumonia yang terjadi di dinding
alveolar.
c. Bronchopneumonia, yaitu pneumonia yang terjadi pada ujung
brochiolus
Berdasarkan lokasi pasien mendapatkanya, dibagi menjadi pneumonia
komunitas dan pneumonia nosokomial (Dahlan, 2006):
a. Pneumonia komunitas, pneumonia yang terjadi akibat infeksi di
luar RS.
b. Pneumonia nosokomial, yaitu pneumonia yang terjadi >48 jam
setelah masuk rumah sakit atau lebih.
8/10/2019 brocho pneumoni
15/22
H. DIAGNOSIS
Penegakan diagnosis pneumonia didasarkan pada riwayat penyakit yang
lengkap, pemeriksaan fisik yang teliti dan pemeriksaan penunjang.
Pada anamnesis dapat digali untuk mengetahui faktor infeksi. Dari
anamnesis dapat diketahi faktor predisposisi seperti PPOK yang dapat mengarah
oleh infeksi karena influenza, kejang yang dapat mengarah pada aspirasi gram
negative, turunya imunitas dapat memberikan kemungkinan kuman gram
negative.
Menggali lokasi infeksi maka dapat mengerucutkan penyebab kuman
tersebut, untuk pneumonia komunitas maka penyebab tersering adalahstreptoccocus pneumoniae, pada pneumonia nosokomial penyebab umunya
staphylococcus aureus atau kuman gram negative.
Dari usia pasien juga dapat mengetahui kemukinan penyabab, pada anak
umuya disebabkan karena virus, pada pasien muda disebabkan M. pneumoniae,
dan pada dewasa dapat mengarah pada S. pneumonia.
Awitan penyakit juga dapat mengerucutkan kemungkinan penyabab, pada
awita akut, dengan rusty colored sputum atau sputum seperti karat, penyebab
biasanya S. pneumoniae, apabila awitan perlahan, dengan batuk yang sedikit
berdahak kemungkinan penyebabnya adalah M. Pneumonia.
Pada pemeriksaan fisik, gejala klasik dapat berupa demam, sesak nafas,
tanda tanda konsolidasi paru, seperti perkusi yang pekak, ronki yang nyaring, dan
suara pernafasan bronkial. Bentuk klasik pada pneumonia komunitas primer
adalah bronkopneumonia, pneumonia lobaris atau pleuropneumonia. (Dahlan,
2006)
Diagnosis community acquired pneumonia (CAP) dapat ditegakan dengan
mempertimbangkan anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan radiologis dan
pemeriksaan laboratoriaum. Diagnosis CAP dapat ditegakan dengan
mempertimbangkan hasil foto thoraks, dimana didapatkan infiltrat progressif
ditambah 2 atau lebih gejala seperti: batuk batuk bertambah, perubahan
karakteristik dahak, suhu tubuh axilla >38C, suaranafas brongkial/ ronki dan
pada pemeriksaan laboratorium dijumpai leukosit 10.000 atau
8/10/2019 brocho pneumoni
16/22
Pada pemeriksaan radiologis, polanya dapat berupa pneumonia alveolar
dengan air bronchogram (airspace disease) misalnya oleh streptococcus
pneumoniae, bronkopneumoniae (segmental disease) oleh antara lain
staphylococcus, virus ataumikoplasma; dan pneumonia intersitial oleh virus dan
mikoplasma. (Dahlan, 2006)
Distribusi infiltrat pada segmen apikal lobus bawah tau inferior lobus atas
sugestif untuk kuman aspirasi, namun pada pasien yang tida sadarkan diri bisa
dimana saja. Infiltrat pada lobus atas sering di timbulkan Klebsiella spp,
tuberkulosis atau amiloidosis. Pada lobus bawah dapat terjadi infiltrat akibat
stapylococcus atau bakteriemia. (Dahlan, 2006)Bentuk lesi berupa kavitas dengan air-fluid levelsugestif untuk anses paru,
infeksi anaerob, gram negative, atau amiloidosis. Adanya effusi pleura dapat
timbul karena S. pneumoniae. Foto thoraks ulang perlu karena bertujuan untuk
mengetahui resolusi atau infeksi sekunder, effusi pleura dan pembentukan abses.
(Dahlan, 2006)
Pemeriksaan laboratory umumnya terdapat leukositosis karena ada infeksi.
Leukosit normal atau rendah menunjukan infeksi virus, atau infeksi yang berat
sehingga tidak menimbulkan respons leukosit.
Pemeriksaan bakteriologis perlu dilakukan dengan bahan sputum, darah,
aspirasi naso tracheal, aspirasi jarum transtothoracal, torakosentesis, bronkoskopi
atau biopsi. Untuk tujuan terapi empiris, dilakukan apus gram, Burri Gin,
Quellung test dan Z Nielsen. Kuman perdominan pada sputum yang disertai PMN
yang kemungkinan merupakan penyebab infeksi. (Dahlan, 2006)
I. KOMPLIKASIApabila penangana atau pasien tidak terlaksana dengan baik maka
pneumonia dapat menimbulkan komplikasi. Salah satunya adalah abses paru.
Abses parubiasanya diseskripsikan karena supurasi yang parah dan tampak pada
x-ray paru, sering juga terdapat adanya cairan. Abses paru dapat berkembang pada
pneumonia yang specific seperti infeksi akibat Staph. Aureus, Klebsiella
Pneumonia. Septic emboli karena staphylococci menyebabkan multiple lung
abses. Manisfestasinya adalah adanya pus pada kavitas pleura dengan pneumonia
8/10/2019 brocho pneumoni
17/22
yang memperburuk yang berkaitan dengan banyaknya sputum yang sering
mengeluarkan bau tak sedap. (Kumar & Clark, 2005)
Empyema juga salah satu komplikasi pneumonia. Empyema berarti adanya
pus pada kavitas pleura.in akibat dari penyebaran bacteri pada pneumonia atau
setelah ruputrenya abses paru menuju kavitas pleura. Pada komplikasi ini pasien
memiliki demam dengan suhu tinggi dan neutrophil granulocyte. (Kumar & Clark,
2005)
J. PENATALAKSANAAN
Indikasi perawatan di ICU menurutAmerican Thoracic Societyadalah bila
pasien sakit PK sakit berat bila terdapat 1 dari dua kriteria mayor atau 2 dari tiga
kriteria minor. Kriteria mayot adalah kebutuhan ventilator dan syok septic,
kriteria minor berupa tensi sistolik 250. Sedangkan kriteria rawat ICU menurut British Thoracic Society
adalah frekuensi nafas >30/menit, tensi diastolik 19,1 mg/dl
dan adanya bingung. (Dahlan, 2006)
Pada penatalaksaaan PK yang tidak terkomplikasi, dapat diberikan
Amoxicillin 500mg setiap 8jam secara oral, bila pasien alergi dengan penicilin
makan dapat diberikan clarithromycin 500mg per 12 jam secara oral atau
erythromycin 500mg setiap 6jam secara oral. Bila terdapat staphyloccocus dalam
cultur atau suspect maka dapat diberikan flucloxacillin 1-2gr per 6 jam via
intravena atau clarythromycin 500mg pe 12 jam secara intevena. Jika ada suspect
mlycoplasma atau legionella dapat diberikan clarythromycin 500mg per 12 jam
dapat diberikan secara oral maupun intravena; atau erythromycin 500mg per 6
jam secara oral maupun intravena; atau rifampicin 600mg per 12 jam secaraintravena pada kasus yang parah. (Boon, Colledge, Walker, & Ralston, 2007)
Sedangkan pada kasus berap PK, dapat diberikan obat seperti
clarithromycin 500mg per 12jam secara intravena, erythromycin 500mg per 6 jam
secara intravena, co-amoxyclav 1.2g per 8 jam secara intravena, ceftriaxone 1-2gr
perhari secara intravena, atau cefuroxime1.5gr per 8 jam secara intravenaatau
kombinasi antara amoxicillin 1gr per 6 jam intravena ditambah flucloxacillin 2gr
per 6 jam secara intravena. (Boon, Colledge, Walker, & Ralston, 2007)
8/10/2019 brocho pneumoni
18/22
BAB III
PEMBAHASAN
Diagnosis pneumonia dapat ditegakkan dengan anamnesis, pemeriksaan
fisik, dan pemeriksaan penunjang. Dari hasil pemeriksaan anamnesis pasien
mengeluhkan sesak nafas bersamaan dengan demam (suhu 37,8C) dan batuk
yang sudah menahun. Batuk berdahak berwarna putih. Dari anamnesis tersebut
maka dapat menunjuan bahwa pasien memiliki gejala infeksi serta terdapat
ganguan pada saluran nafas.
Vital sign pasien menunjukan tekanan darah 80/50, denyut nadi 129
dimana ini dapat dijadikan acuan bahwa pasien mengalami syok. Menurut kriteria
dariBritish Thoracic Societypasien ini memiliki indikasi untuk masu ke Intensice
Care Unit.
Pada pemeriksaan fisik saat pemeriksaan thorax, didapatkan ronki pada
kedua paru, dari sini dapat disimpulkan adanya kerusakan pada parenkim paru
atau obstruksi. Menurut tinjauan pustaka yang disajikan sebelumnya terjadi proses
inflamasi dari pada proliferasi akibat mikroorganisme, yang memicu proses
pneumonia. Pelepasan mediator interleukin 1 dan tumor necrosis factor (TNF)
akan menyebabkan demam. Chemokin , seperti interleukin 8 dan granulocyte
colony-stimulating factor, menstimulasi pelepasan neutrophile menyebaban
leukositosis dan keluarnya sekresi purulent dan dapat mengeluarkan suara rales.
Pemeriksaan laboratorium didapatkan angka leukosit 25,18 ribu, dari sini
dapat ditarik kesimpulan bahwa pasien mngealami infeksi bacterial. Pada leukosit
dibawah empat ribu maka dapat disimpulkan bahwa penyebabnya adalah virus.
Radiology pasien ini hasil dari kesan adalah bronchopneumoni. Dari kesan
radiologis, dapat mengambil kemungkinan bahwa hasil bronkopneumoniae
(segmental disease) dapat disebabkan oleh antara lain staphylococcus, virus atau
mikoplasma.
Bronchopneumonia atau multifocal atau lobular pneumonia teridentifikasi
melalui radiology dengan adanya patchy appeareance, dengan penebalan
peribronchial dan opasitas udara yang kurang jelas. Dengan progresivitas
8/10/2019 brocho pneumoni
19/22
penyakit, konsolidasi melibatkan bronchial terminal dan respiratory pada
perkembangan opasitas centrinodular. Karena pathogen pada pneumonia
membuat kerusakan maa abses, pneumatosel dan gangren pulmo kadang terlihat.
(Kamangar, 2013)
Diagnosis CAP dapat ditegakan dengan mempertimbangkan hasil foto
thoraks, dimana didapatkan infiltrat progressif ditambah 2 atau lebih gejala
seperti: batuk batuk bertambah, perubahan karakteristik dahak, suhu tubuh axilla
>38C, suaranafas brongkial/ ronki dan pada pemeriksaan laboratorium dijumpai
leukosit 10.000 atau
8/10/2019 brocho pneumoni
20/22
(ARDS), walaupun pada pneumonia kebocoranya di awal dan sedikit. Bahkan
eritrocyte dapat melewati membrane kapiler alveolus yang kemudia menyebabkan
hemoptysis. Kebocoran ini pada radiology akan membuat adanya gambaran
infiltrat dan menyebabkan suara rales pada ausculptasi. (Fauci, et al., 2008)
Selain itu pasien ini juga diberikan therapy nebu ventolin, ventolin adalah
bronchodilatator yang gunanya untuk mengurangi sesak pada pasien ini.
Bronchodilatator digunakan untuk mengurangi bronchospasm yang berhubungan
dengan gangguan pernafasan, kondisi ini mengurangi kapasitas inspirasi dan
ekspirasi paru. Penggunaan obat ini membuka bronchi sehingga lebih banya udara
yang dapat masuk dan melegakan penderita. (Beggs, 2007)Pasien diberikan injeksi ranitidine karena obat ranitidine adalah obat
antagonist receptor H2/ARH2. Mekanisme kerjanya adalah dengan memblokir
efek histamin pada sel parietal sehingga sel parietal tidak dapat dirangsang untuk
mengeluarkan asam lambung. Pemberian obat ini adalah karena keluhan pasien
yang memiki nyeri perut.
Pemberian metoclorpamid pada pasien ini adalah karena pasien mengeluh
mual. Mual bisa jadi karena pemberian antibiotic ceftriaxone yang effek samping
nya adalah mual dan bisa membuat muntah.
8/10/2019 brocho pneumoni
21/22
BAB IV
KESIMPULAN
1. Pneumonia adalah peradangan mengenai parenkim paru, distal dari bronkiolus
terminalis yang mencangkup brongkiolus respiratorius, dan alveoli, serta
menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas
setempat.
2.
Klasifikasi pneumonia dapat dibagi menjadi berdasarkan anatomy, penyebab
dan lokasi saat terinfeksi.
3.
Gejala klasik dapat berupa demam, sesak nafas, tanda tanda konsolidasi paru,
seperti perkusi yang pekak, ronki yang nyaring, dan suara pernafasan bronkial
4. Penegakan diagnosis pneumonia terdiri dari anamnesis, pemeriksaan fisik,
laboratorium, dan radiologis.
5. Komplikasi dari pnemonia antara lain abses paru dan empyema.
6. Dari data hasil anamnesis, pemeriksaan fisik, laboratorium, dan radiologis
dari pasien ini maka dapat dibuat diagnosis utama bacterial pneumonia.
7.
Terapi sirosis hepatis ditujukan untuk mengurangi progresifitas penyakit,
dengan pemberian antibiotic, pada kasus ini diberikan ceftriaxone dan
ciprofloxacin.
8/10/2019 brocho pneumoni
22/22
DAFTAR PUSTAKA
Beggs, S. (2007). Introductory Clinical Pharmacology7th Edition 2007 Drug Guide.
philadelphia.
Boon, N. A., Colledge, N. R., Walker, B. R., & Ralston, S. H. (2007). Davidson's Principles
and Practice of Medicine 20th Edition.London: Churchill Livingstone.
Bruton, L. L., Lazo, J. S., & Parker, K. L. (2006). Goodman and Gilman's The
Pharmacological Basis of Theurapeutic eleventh edition.New York: The McGraw-Hill
Companies, inc.
Dahlan, Z. (2006). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.jakarta: Pusat Penerbitan Department
Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Digest, E. (2013, september). Ethical Digest.
Fauci, braundwald, Kasper, Hauser, Longo, Jameson, et al. (2008). Harrison's Principles of
Internal Medicine.
Guyton, A. C. (2006). Textbook of Medical Physiology .Philadelphia: Elsevier Inc.
Kamangar, N. (2013, July 15). Bacterial Pneumonia. Retrieved November 15, 2013, from
Medscape: emedicine.medscape.com/article/300157-medication#2
Kumar, P., & Clark, M. (2005). Kumar and Clark Clinical Medicine Sixt Edition.Saunders
Ltd.
Rizzo, D. C. (2001). Delmar's Fundamentals of Anatomy & Physiology.New York: Delmar.
.