6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Pariwisata
Menurut Sihite dalam Marpaung dan Bahar (2000) menjelaskan definisi
pariwisata sebagai berikut: Pariwisata adalah suatu perjalanan yang dilakukan orang
untuk sementara waktu, dari suatu tempat ke tempat lain meninggalkan tempat
asalnya, yang sebelumnya sudah direncanakan dan dengan maksud bukan untuk
mencari nafkah di tempat yang dikunjungi, tetapi untuk menikmati kegiatan liburan
dan rekreasi atau untuk memenuhi keinginan yang beraneka ragam.
Sedangkan pariwisata menurut Davidson (1989, hal.2) dalam Sugiama
menyatakan: “tourism is about people being away from their own homes, on short
term, temporary visits, for particular ‘tourism’ pusposes”. Dari penjelasan tersebut
dapat disimpulkan bahwa pariwisata adalah suatu perjalanan seseorang yang dari
tempat tinggalnya, dilakukan dalam waktu yang singkat dan bermaksud untuk
berwisata saja.
Menurut Krapt dan Hunziker dalam Awaludin (2010) menjelaskan bahwa
pariwisata adalah keseluruhan dari gejala-gejala yang timbul dari perjalanan dan
pendiaman seseorang serta penyediaan tempat sementara, asalkan orang tersebut
tidak tinggal menetap dan tidak memperoleh penghasilan dari aktivitas yang bersifat
sementara.
Penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa pariwisata merupakan suatu
perjalanan yang dilakukan sementara waktu, yang diselenggarakan dari satu tempat
ke tempat lain. Dengan maksud bukan untuk berusaha (bisnis) atau mencari nafkah
ditempat yang dikunjungi, tetapi hanya untuk menikmati perjalanan tersebut guna
memenuhi keinginan yang beraneka ragam.
Dari berbagai penjelasan pariwisata diatas dapat disimpulkan bahwa wisata
merupakan suatu perjalanan yang dilakukan sementara waktu, yang diselenggarakan
dari satu tempat ke tempat lain. Dengan maksud bukan untuk berusaha (bisnis) atau
7
mencari nafkah ditempat yang dikunjungi, tetapi hanya untuk menikmati perjalanan
tersebut guna memenuhi keinginan yang beraneka ragam.
2.1.1 Pengertian Wisatawan
Menurut Damardjati (2001) kata tourist atau wisatawan haruslah diartikan
sebagai:
1. Orang yang bepergian untuk bersenang-senang (pleasure), untuk
kepentingan keluarga, kesehatan dan lain sebagainya.
2. Orang-orang yang bepergian untuk kepentingan usaha.
3. Orang-orang yang datang dalam rangka perjalanan wisata walaupun
mereka singgah kurang dari 24 jam.
Definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa wisatawan adalah orang yang
berpergian baik untuk kepentingan keluarga, usaha maupun hanya singgah kurang
dari 24 jam.
Menurut Departemen Pariwisata (2010) dalam Awaludin definisi wisatawan
adalah setiap orang yang melakukan perjalanan dan menetap untuk sementara di
tempat yang bukan tempat tinggalnya, untuk salah satu atau beberapa alasan selalu
mencari pekerjaan. Berdasarkan pengertian tersebut wisatawan dibagi menjadi dua
yaitu:
1. Wisatawan Nusantara (dalam negeri)
Definisi wisatawan dalam negeri berdasarkan World Tourism Organization
(WTO, 2004) adalah penduduk suatu negara yang melakukan perjalanan ke
suatu tempat di dalam wilayah negara tersebut, namun diluar lingkungan
tempat tinggalnya sehari-hari untuk jangka waktu sekurang-kurangnya satu
malam dan tidak lebih dari satu tahun dan tujuan perjalanannya bukan untuk
mendapatkan penghasilan dari tempat yang dikunjungi tersebut.
2. Wisatawan Mancanegara
Pengertian wisatawan mancanegara (BPS, 1994) didefinisikan sebagai orang
yang melakukan perjalanan diluar negara tempat tinggal biasanya selama
8
kurang dari 12 bulan dari negara yang dikunjunginya, dengan tujuan bukan
untuk memperoleh penghasilan.
Dapat disimpulkan dalam penjelasan diatas bahwa wisatawan ada 2 macam,
yaitu wisatawan nusantara dan mancanegara namun dalam pengertiannya sama.
Wisatawan nusantara atau mancanegara adalah seseorang yang melakukan perjalan
dari suatu tempat ke tempat yang lain dengan maksud bersenang-senang tidak untuk
berbisnis.
2.1.2 Jenis-Jenis Wisatawan
Banyak sekali pendapat mengenai pengelompokan jenis wisatawan. Menurut
(Cooper dalam Ismayanti, 2010) mengelompokan jenis wisatawan menjadi 7 (tujuh).
Jenis-jenis wisatawan adalah sebagai berikut:
1. Wisatawan Penjelajah (explorer)
Wisatawan jenis ini jumlahnya sangat terbatas. Wisatawan penjelajah
biasanya memiliki motivasi ingin mencari sesuatu yang berbeda dari yang
lain. Biasanya tinggal di daerah tujuan wisata dan berinteraksi sosial secara
langsung kepada masyarakat lokal. Sehingga masyarakat lokal sangat
menerima atas kedatangannya.
2. Wisatawan Elite
Wisatawan Elite biasanya merupakan wisatawan yang pernah melakukan
perjalanan ke berbagai tempat di belahan dunia. Namun interaksi terhadap
masyarakat relatif tidak terlalu dekat dibanding wisatawan penjelajah.
3. Wisatawan Luar Jalur (off-beat)
Jenis wisatawan ini biasanya sering mendatangi tempat di luar kebiasaan
wisatawan lainnya. Wisatawan ini biasanya cepat beradaptasi dengan
masyarakat setempat sehingga biasanya mendapat penerimaan yang baik pula
dari masyarakat lokal.
9
4. Wisatawan Luar Biasa (unusual tourist)
Wisatawan luar biasanya menggunakan paket wisata dalam melakukan
wisatanya. Namun dalam hal berinteraksi, wisatawan luar biasa masih sedikit
menjaga jarak dengan masyarakat lokal dan masyarakat lokal tidak mudah
dalam menerimanya.
5. Wisatawan Massal Tingkat Pemula (incipient mass tourist)
Wisatawan ini biasanya lebih memilih melakukan kegiatan wisata ke tempat
banyak dikunjungi. Wisatawan ini masih bisa berinteraksi dengan budaya
setempat, meskipun wisatawan ini lebih mudah menerima budaya dari luar
saja.
6. Wisatawan Massal (mass tourist)
Wisatawan ini biasanya berpenghasilan menengah. Interaksi yang dilakukan
biasanya bersifat semu saja. Biasanya melakukan perjalanan ke daerah yang
telah biasa dikunjungi.
7. Wisatawan Borongan (charter)
Wisatawan ini biasanya dalam tidak mau berinteraksi dengan masyarakat
lokal. Motivasi perjalanannya biasanya hanya ingin mendatangi tempat yang
terkenal saja.
Berdasarkan jenis-jenis wisatawan yang ada diatas dapat ditarik kesimpulan
bahwa jenis wisatawan dikelompokkan berdasarkan tempat yang ingin dikunjungi
seperti apa dan cara wisatawan berinteraksi dengan masyarakat lokal.
2.1.3 Motivasi Wisata
Pada dasarnya motif orang untuk mengadakan perjalanan wisata itu tidak
terbatas dan tidak dapat dibatasi. Namun, Wardiyanto & Baiquni (2000),
mengklasifikasikan motivasi wisata menjadi 4 kelompok, yaitu:
1. Motivasi Fisik
Motivasi yang berhubungan dengan kebutuhan badaniah seperti olahraga,
istirahat, kesehatan dan sebagainya.
10
2. Motivasi Budaya
Motivasi yang berhubungan dengan kebutuhan pengetahuan tentang budaya
suatu daerah sehingga dengan motivasi budaya itu datang di tempat tujuan
wisata untuk mempelajari kebudayaan daerah lain.
3. Motivasi Interpersonal
Motivasi yang berhubungan dengan keinginan untuk bertemu keluarga, teman,
tetangga, berkenalan dengan orang-orang tertentu. Pada umumnya orang yang
menarik kedatangan orang lain ialah orang-orang yang istimewa karena
kedudukannya, pengaruhnya, keseniannya dan prestasinya di sesuatu bidang
tertentu.
4. Motivasi Status atau Motivasi Prestise
Suatu motivasi wisata untuk meningkatkan gengsi seseorang. Banyak orang
beranggapan dengan pernah pergi ke tempat lain, dengan sendirinya
meningkatkan status seseorang.
Dari penjelasan di atas dapat ditarik kesimpulan, bahwa motif wisata dari
setiap orang yang melakukan wisata pasti berbeda-beda tergantung dari tujuan
seorang wisatawan itu sendiri dalam mengadakan suatu perjalanan.
2.2 Komponen Kepariwisataan
Supaya bisa menjadi suatu tempat tujuan wisata yang baik, maka harus
didukung oleh komponen-komponen wisata pendukung yang baik. Intyre (1993),
mengemukakan beberapa macam komponen pariwisata sebagai bagian dari tempat
tujuan wisata dan yang harus dipikirkan dalam proses perencanaan pariwisata.
Komponen-komponen pariwisata adalah sebagai berikut:
a. Attraction (Atraksi) terdiri dari 2 yaitu:
1. Site Attraction (tempat), yaitu daya tarik yang dimiliki oleh objek
wisata semenjak objek itu ada.
2. Event Attraction (kejadian/peristiwa), yaitu daya tarik yang dimiliki
oleh suatu objek wisata setelah dibuat manusia.
11
b. Accessbility (kemudahan dalam mencapai), yaitu kemudahan cara untuk
mencapai tempat wisata tersebut, tersedianya transport ke lokasi secara
teratur, murah, nyaman dan aman.
c. Amenity (fasilitas), yaitu fasilitas yang tersedia didaerah objek wisata
seperti tempat-tempat penginapan, restoran., hiburan, transport lokal yang
memungkinkan wisatawan bepergian di tempat pariwisata tersebut serta
alat-alat lain untuk komunikasi.
d. Ancillary (organisasi lokal), yaitu lembaga atau organisasi yang mengelola
kepariwisataan dengan mengembangkan pariwisata, mengatur industri
pariwisata serta mempromosikan daerah tujuan wisata kepada masyarakat
agar dikenal banyak orang.
2.3 Pengertian Biro Perjalanan Wisata dan Travel Agent
Sebuah wisata tidak dapat berkembang dengan sendirinya tanpa adanya
campur tangan dari perusahaan yang bergerak di bidang pariwisata yaitu penjualan
produk jasa perjalanan wisata seperti Biro Perjalanan Wisata.
Beberapa definisi-definisi BPW menurut para ahli disajikan pada tabel 2.1
Tabel 2.1
Pengertian BPW Menurut Para Ahli
No. Nama Ahli Definisi
1. Nyoman S. Pendit
(1990)
BPW adalah perusahaan yang memiliki tujuan untuk
menyiapkan suatu perjalanan bagi seseorang yang
merencanakan untuk mengadakannya.
2. R.S. Damardjati
(2001)
BPW adalah perusahaan yang khusus mengatur dan
menyelenggarakan perjalanan dan persinggahan orang –
orang termasuk kelengkapan perjalannannya, dari suatu
tempat ke tempat lain, baik di dalam negeri, dari dalam
negeri, ke luar negeri atau dalam negeri itu sendiri.
3. Undang–Undang BPW merupakan usaha penyedia jasa perencanaan dan /
12
No. 9 Th. 1990
bagian kedua pasal
12
atau jasa pelayanan dan penyelenggaraan wisata.
Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa Biro Perjalanan Wisata
adalah perusahaan yang bergerak di bidang jasa perjalanan wisata, dimana
perusahaan berperan sebagai penyedia dan mengatur suatu perjalanan seseorang ke
suatu tempat ke tempat lain. Perjalanannya dapat perjalanan bisnis, ataupun berlibur.
Keberlangsungan Biro Perjalanan Wisata dalam persaingan bisnis pariwisata tidak
lepas dari bantuan travel agent.
Menurut Damardjati dalam (Yoeti, 2006) yang dimaksudkan dengan Travel
Agency adalah perusahaan yang khusus mengatur dan menyelenggarakan perjalanan
orang-orang, termasuk kelengkapan perjalanannya, dari suatu tempat ke tempat lain,
baik di dalam negeri, dari dalam negeri, ke luar negeri atau negeri itu sendiri.
2.4 Pemasaran Pariwisata
Pemasaran merupakan suatu fungsi bisnis yang mengidentifikasikan
keinginan dan kebutuhan yang belum terpenuhi sekarang, menentukan target mana
yang paling baik dilayani oleh organisasi dan menentukan berbagai produk, jasa dan
program yang tepat untuk melayani pasar tersebut. Untuk memberikan pengertian
yang luas tentang pemasaran, di bawah ini beberapa definisi pemasaran pariwisata
meurut para ahli:
Menurut Krippendorf (1990), merumuskan pemasaran pariwisata sebagai
berikut :
“Marketing in tourism to be understood as the systematic and coordinated execution of business policy by tourist undertaking whether private or state owned at local, regional, national and international level to achieve the optimal of satisfaction of the needs of identifiable consumers group and in doing so to achieve an appropriate return”.
13
Dari penjelasan di atas disimpulkan bahwa Pemasaran Pariwisata adalah
suatu sistem dan koordinasi yang harus dilakukan sebagai kebijaksanaan bagi
perusahaan-perusahaan kelompok industri pariwisata, baik milik swasta maupun
pemerintah, baik dalam ruang lingkup lokal atau pun internasional untuk mencapai
kepuasan wisatawan dengan memperoleh keuntungan yang wajar.
Menurut Wahab dalam (Yoeti, 2002) pemasaran pariwisata adalah suatu
proses managemen yang mana organisasi kepariwisataan nasional atau perusahaan-
perusahaan industri pariwisata menentukan actual dan potential tourist, mengadakan
komunikasi dengan mereka untuk menentukan serta mempengaruhi keinginan,
kebutuhan, motivasi, kesukaan dan ketidak sukaan pada daerah lokal, regional,
nasional, dan internasional dan kemudian merumuskan serta menyesuaikan obyek
pariwisata untuk mencapai kepuasan optimal para wisatawan, dengan demikian
tercapailah tujunnya.
Menurut Herlinda (2009), agar dapat mengerti tentang pemasaran perlu
dipahami konsep-konsep inti pemasaran yaitu pada gambar 2.1.
Gambar 2.1 Konsep Inti Pemasaran
(Sumber: Handout Dasar-dasar Pemasaran, 2009)
Berikut adalah penjelasan dari gambar 2.1 Konsep Inti Pemasaran:
1. Needs (kebutuhan), want (keinginan), dan demand (permintaan). Konsep inti
pemasaran yang pertama dilihat dari kebutuhan seseorang, dari kebutuhan itu
14
maka akan muncul keinginan, setelah itu menjadi sebuah permintaan. Dari
situlah dapat membagi segmen pasar untuk suatu produk.
2. Product (produk). Sesudah terlihat segmentasi pasarnya maka produk dapat
dibuat yang sesuai dengan kebutuhan dan keinginan pasar.
3. Customer Value (kepuasan konsumen). Produk yang telah dibuat lalu
dipasarkan kepada target pasar yang telah ditentukan sebelumnya sehingga
target pasar tertarik untuk membeli produk yang dibutuhkannya tersebut
dengan produk dan harga yang sesuai dengan keinghinan mereka.
4. Transaction Relationship (Pertukaran, transaksi, dan hubungan). Produk yang
telah dibuat sesuai dengan kebutuhan dan keinginan pasar kemudian akan
terjadi sebuah transaksi, setelah itu perusahaan akan menjalin hubungan
dengan konsumen.
5. Target Market (Target Pasar). Setelah menjalin hubungan dengan konsumen
maka konsumen tersebut akan menjadi target pasar seterusnya dan akan
menjadi pelanggan yang loyal.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa konsep inti
pemasaran sangat berguna untuk panduan memasarkan produk dimulai dari mencari
segmentasi pasar, produk jadi untuk di pasarkan sampai perusahaan menjalin
hubungan dengan konsumen dan menjadi target pasar atau pelanggan yang loyal.
2.5 Bauran Pemasaran Pariwisata
Kotler (2000) mendefinisikan bahwa bauran pemasaran adalah tahap-tahap
pemasaran yang digunakan perusahaan untuk mencapai sasaran pemasarannya.
Sedangkan Bauran pemasaran mempakan konsep utama dalam pemasaran modern
yang lebih dikenal dengan marketing mix. Menurut Sumarni dan Soeprihanto (1998)
adalah sebagai berikut: Bauran Pemasaran ( marketing mix ) adalah kombinasi dari
kegiatan yang merupakan inti dari system pemasaran yaitu : produk, harga, saluran
distribusi dan promosi. Bauran pemasaran terdiri dari empat variabel yaitu produk,
harga, tempat/saluran distribusi dan promosi. Dimana keempat variabel saling
15
mempengaruhi satu sama lainnya. Berikut ini akan dijelaskan elemen - elemen pokok
yang ada dalam marketing mix antara lain:
1. Produk
Adalah sesuatu yang ditawarkan kepada pasar untuk mendapatkan
perhatian, untuk dimiliki, digunakan ataupun dikonsumsi untuk memenuhi
suatu kebutuhan atau keinginan. Elemen-elemen dari produk mencakup
tentang: merek, bentuk, kemasan, garansi, kualitas, ukuran, design, pilihan
dan servis sesudah penjualan.
2. Harga
Adalah nilai suatu barang atau jasa yang ditawarkan, ditentukan dengan
berbagai pertimbangan yang menyangkut biaya, tenaga kerja dan lain -
lain. Elemen-elemen dari harga mencakup: diskon, daftar harga,
pembayaran, kredit, dan rekomendasi.
3. Tempat/ distribusi
Adalah suatu tempat dimana kita dapat memasarkan produk -produk dan
jasa-jasa yang kita miliki untuk sampai ke konsumen.
4. Promosi
Adalah suatu tindakan yang memperkenalkan produk kita kepada
masyarakat luas agar mengetahui keberadaan produk kita. Elemen-elemen
promosi mencakup publikasi, iklan, promosi penjualan, dan pemasaran
langsung.
Berdasarkan penjelasan dari para ahli mengenai marketing mix, maka
marketing mix terdiri atas beberapa komponen, komponen tersebut saling mendukung
dan mempengaruhi satu sama lain dan dapat menetukan permintaan dalam suatu
bisnis. Komponen-komponennya meliputi procut, price, place and promotion.
2.6 Promotion Mix (Bauran Promosi)
Dalam mengkomunikasikan produknya ke konsumen, perusahaan dapat
melakukannya melalui beberapa alat promosi yang dikenal dengan bauran promosi.
16
Bauran promosi adalah seperangkat alat yang digunakan oleh perusahaan untuk
mengkomunikasikan produknya kepada konsumen.
Menurut Kotler yang dialihbahasakan oleh Teguh, Rusli dan Molan (2002),
menyatakan bahwa: Bauran promosi terdiri dari 5 alat yaitu: periklanan (advertising),
promosi penjualan (sales promotion), pemasaran hubungan masyarakat (marketing
public relation), penjualan tatap muka (personal selling), dan pemasaran langsung
(disrect marketing).
Dari ke lima alat promosi atau bauran promosi tersebut berdasarkan pendapat
Kotler yang dialih bahasakan oleh Teguh, Rusli dan Molan (2002) dapat dijelaskan
sebagai berikut:
1. Advertising (Periklanan)
Periklanan adalah bentuk penyajian dan promosi barang atau jasa secara non
personal oleh suatu sponsor tertentu yang memerlukan pembayaran. Iklan
dimaksudkan untuk menyampaikan pesan ke konsumen potensial dalam
jumlah besar pada waktu yang bersamaan.
2. Sales Promotion (Promosi Penjualan)
Promosi penjualan adalah pemasaran yang bertujuan untuk melakukan
penjualan melalui insentif, baik pada penjualan personal, perantara, maupun
konsumen akhir. Promosi ini bersifat jangka pendek atau tidak rutin.
Dirancang untuk mendorong pembelian atau penjualan yang lebih cepat dan
lebih bayak.
3. Marketing Public Relation (Pemasaran Hubungan Masyarakat)
Merupakan usaha untuk menstimulasi permintaan sebuah produk dengan cara
menyampaikan berita yang signifikan dan bersifat komersial, merancang
berbagai program untuk mempromosikan dan atau melindungi citra
perusahaan atau setiap produknya.
4. Personal Selling (Penjualan Tatap Muka)
Penjualan tatap muka adalah promosi dimana pendekatan prospek dilakukan
pribadi, melakukan dialog langsung antar sales personal dengan calon
17
pembeli yang bertujan untuk mempengaruhi dan meyakinkan calon konsumen
agar melakukan pembelian.
5. Direct Marketing (Pemasaran Langsung)
Pemasaran langsung adalah komunikasi secara langsung yang digunakan dari
telepon, fax, e-mail atau internet mendapatkan tanggapan langsung dari
konsumen secara jelas.
Berdasarkan penjelasan di atas bauran promosi merupakan program
komunikasi pemasaran sebuah perusahaan produk atau jasa yang terdiri dari iklan,
penjualan pribadi, promosi penjualan dan hubungan masyarakat yang dipergunakan
perusahaan untuk mencapai tujuan iklan dan pemasarannya.
2.7 Segmentasi Pasar
Menurut Kasali (2001) mendefinisikan segmentasi pasar sebagai suatu proses
untuk membagi-bagi atau mengkelompok-kelompokkan pasar yang heterogen ke
dalam kelompok-kelompok konsumen yang berpotensial, yang memiliki kesamaan
kebutuhan atau kesamaan karakter yang memiliki respon yang sama dalam
membelanjakan uangnya.
Kartajaya (2007) mendefinisikan segmentasi pasar sebagai suatu cara untuk
melihat pasar secara kreatif. Selain itu segmentasi pun sebagai ilmu untuk
memandang pasar berdasarkan variabel-variabel geografis, demografis, psikografis
dan perilaku. Menurut Boyd & Larreche (2000) segmentasi pasar adalah proses
dimana pasar dibagi menjadi para pelanggan yang terdiri atas orang-orang dengan
kebutuhan dan karakteristik yang sama yang mengarahkan mereka untuk merespon
tawaran produk/ jasa dan program pemasaran strategi tertentu dalam cara yang sama.
Dari definisi para ahli diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa segmentasi
pasar adalah suatu tindakan untuk membagi sebuah pasar menjadi kelompok-
kelompok potensial, diamana setiap konsumen memiliki kebutuhan yang berbeda-
beda sesuai dengan keinginannya. Perusahaan mengidentifikasikan cara-cara yang
18
berbeda untuk memilih pasar dan mengembangkan gambaran (profil) dari segmen
pasar yang dihasilkan.
Adapun alasan manfaat yang diperoleh dari segmentasi pasar menurut Salacon
dan Besman (2002), yaitu:
1. Penjual atau produsen berada dalam posisi yang lebih baik untuk mengetahui
dan memilih kesempatan-kesempatan pemasaran dengan cara menyelidiki
kebutuhan setiap konsumen.
2. Penjual atau produsen dapat menggunakan pengetahuannya terhadap
tanggapan pemasaran yang berbeda-beda, sehingga dapat mengalokasikan
anggaran secara lebih tepat pada berbagai segmen dan dapat memperkirakan
tingkat kepuasan yang diperoleh konsumen dari setiap segmen pasar.
3. Penjual atau produsen dapat mengatur produk lebih baik dan daya tarik
pemasarannya.
Menurut Etzel, Walker dan Stanton (1997), mendefinisikan segemntasi pasar
sebagai proses membagi pasar untuk suatu produk kedalam beberapa kelompok yang
lebih kecil, dimana para anggota masing-masing kelompok mempunyai kesamaan
persepsi terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan.
Untuk membentuk pasar konsumen, marketer cenderung menggunakan
pedekasatan sebagai berikut (Hasan, 2008):
1. Static Atribute Segmentation Approach, yang memandang pasar berdasarkan
atribut-atribut statis yang serupa, yang tidak secara langsung mempengaruhi
keputusan pelanggan untuk membeli. Pendekatan ini terdiri atas:
a. Segementasi geografis: populasi (lokasi, besaran, kepadatan), jaringan
transportasi (transit missal, berkendaraan, jalan kaki), iklim, tipe
komersial (karyawan lokal, penduduk, turis), pendirian ritel (pusat
belanja), media (kota, desa, lokal, nasional, internasional, global),
persaingan (kurang, maju, jenuh), pola pertumbuhan (stabil, negative,
positif), peraturan (keras, longgar), biaya hidup (rendah, sedang, tinggi).
19
b. Segmentasi demografis: umur, jenis kelamin, mobilitas, penghasilan,
pekerjaan, hidup keluarega, kelas social, status perkawinan, besarnya
rumah tangga, agama, kesukuan, dan pendidikan.
2. Dinamic Atribute Segmentation Approach, memandang pasar berdasarkan
atribut-atribut dinamis yang mencerminkan customer characteristic (minat),
kebiasaaan, sikap, keyakinan dan sebagainya yang secara langsnung
mempengaruhi alasan pelanggan untuk membeli. Pendekatan ini terdiri atas:
a. Segmentasi psikografis, membagi pasar menurut gaya hidup dan
kepribadian, manfaat, persepsim loyalitas merek, pengalaman
menggunakan produk, struktur pembelian (informal ke formal, otonomi ke
berssama), inovatif (inovator, laggard), opini dan kepentingan membeli.
b. Segemntasi begavioral, membagi pasar menurut sikap, penggunaan dan
respon pelanggan terhadap produk.
3. Static Atribute Segemntation Approach, segmentasi dilakukan atas unit
terkecil pasar individual, pendekatan ini banyak digunakan oleh perusahaan
yang berbasis internet.
Menurut Tjiptono (2008), agar dapat bermanfaat secara maksimal, maka
segmen-segmen pasar harus memenuhi lima karakteristik berikut:
1. Dapat diukur (measurable), dalam segmen daya beli dan profil segmen harus
dapat diukur.
2. Besar (substantial), segmen harus cukup besar dan menguntungkan untuk
dilayani.
3. Dapat dijangkau (accessible), segmen pasar harus dapat dijangkau dan
dilayani secara efektif.
4. Dapat dibedakan (defferentiable), segmen dapat dipisah-pisahkan secara
konseptual dan memberikan tanggapan yang berbeda terhadap unsur-unsur
dan konsep-konsep bauran pemasaran yang berlainan.
5. Dapat diambil tindakan (actionable), program-program yang efektif dapat
dirumuskan untuk menarik dan melayani segmen-segmen yang bersangkutan
20
2.8 Pengertian Paket Wisata
Yoeti (1993) mengemukakan bahwa paket wisata adalah suatu tour yang
direncanakan dan dibuat oleh suatu Travel Agent atau Tour Operator atas resiko dan
tanggung jawab sendiri. Tour itu sendiri terdiri dari acara, lamanya waktu tour,
tempat-tempat yang akan dikunjungi, akomodasi, transportasi serta makanan dan
minuman telah ditentukan dalam suatu harga yang sudah ditentukan pula jumlahnya.
Menurut Lubis (2011) Paket Wisata (tour package) adala suatu rencana
perjalanan wisata yang tersusun secara tetap dengan biaya yang sudah ditentukan di
dalam paket wisata, mulai dari biaya penginapan, transportasi, sightseeing tour serta
konsumsi. Harga paket wisata selalu berubah-ubah sesuai dengan keinginan
perusahaan tersebut yang akan mendapatkan keuntungan memadai. Oleh karena itu
paket wisata tersebut sangat tergantung terhadap perekonomian di suatu Negara.
Menurut Darmadjati (1999) dalam Suyitno mengartikan package tour sebagai
suatu rencana atau acara perjalanan wisata yang telah tersusun secara tetap, dengan
harga tertentu yang telah termasuk pula biaya-biaya untuk pengangkutan/transfer,
fasilitas akomodasi/hotel, serta darmawisata/sightseeing di kota-kota, objek-objek
wisata dan atraksi yang telah tercantum dalam acara itu.
Sementara menurut Reilly dalam Suyitno (1999, hal.67-68) mengartikan arti
paket wisata sebagai berikut:
“All of the service a tour member purchases when paying for a tour. Typically, this includes accommodation, some meals, sightseeing, some entertainments, porterage, an escort, and other items. Air may or may not be included.”
Dari pengertian di atas bahwa paket wisata adalah semua layanan pembelian
anggota tur ketika membayar tur. Biasanya, termasuk akomodasi, beberapa makanan,
wisata, beberapa hiburan, pengantaran barang, pendamping, dan lainnya.
Berdasarkan definisi di atas, dapat disimpulkan paket wisata adalah suatu
bentuk wisata yang telah disusun dengan program dan harga tertentu yang
didalamnya sudah termasuk seluruh komponen dan kebutuhan wisatawan selama
21
melakukan perjalanan wisata seperti, akomodasi, transportasi, tour guide, konsumsi,
tiket masuk objek wisata .
2.8.1 Jenis Paket Wisata
Ada bermacam-macam jenis paket wisata yang ditawarkan kepada wisatawan.
Menurut Suyitno (2001), ditinjau dari penyusunannya, paket wisata dapat dibagi
menjadi dua jenis, antara lain:
1. Ready Made Tour, yaitu paket wisata yang disusun tanpa menunggu dahulu
permintaan dari calon peserta wisata dan disusun oleh tour operator.
2. Tailored Made Tour, yaitu paket wisata yang disusun setelah adanya
permintaan dari calon peserta wisata kemudian disusun setelah adanya
permintaan dari dari calon peserta wisata.
Dari penjelasan di atas dismpulkan bahwa paket wisata ada 2 jenis yaitu paket
wisata yang disusun tanpa adanya permintaan dari calon peserta wisata dan paket
wisata yang dibuat pada saat adanya permintaan dari calon wisata, mulai dari objek-
objek wisata yang akan dikunjungi, akomodasi, konsumsi dan rute perjalanan.
Sedangkan menurut Edu Tourism (2010) paket wisata dapat dibagi ke dalam
beberapa jenis paket wisata. Jenis paket wisata tersebut antara lain:
1. Pleasure Tourism, yaitu paket wisata disusun untuk tujuan mengisi liburan
guna menghilangkan kepenatan sehari-hari
2. Recreation Tourism, yaitu paket wisata yang disusun untuk tujuan
memanfaatkan liburan guna pemulihan kesegaran jasmani maupun rohani.
3. Cultural Tourism, yaitu paket wisata yang diselenggarakan untuk tujuan
mengetahui adat istiadat, gaya hidup dan seni budaya suatu bangsa.
4. Adventure Tourism, yaitu paket wisata yang diselenggarakan untuk melatih
keberanian dan ketangkasan dengan mengambil resiko yang dapat
membahayakan keselamatan jiwa dan dipandu oleh seorang ahli yang
berpengalaman.
22
5. Sport Tourism, yaitu paket wisata yang bertujuan untuk kegiatan olahraga.
6. Business Tourism, yaitu paket wisata yang bertujuan untuk bisnis atau dagang.
7. Convention Tourism, yaitu paket wisata yang bertujuan untuk menghadiri
acara rapat, pameran, seminar, konferensi, dan acara lainnya yang diselingi
dengan kegiatan wisata.
2.8 Perencanaan Paket Wisata
Menurut Desky (2001) dalam Leviana, seblum menjadi sebuah paket wisata
maka harus ada pertimbangan dahulu yang harus ditentukan, yaitu:
1. Pemilihan daerah tujuan wisata.
2. Fasilitas di daerah tujuan wisata.
3. Keunggulan daerah tujuan wisata.
4. Akses ke daerah tujuan wisata.
5. Musim di daerah tujuan wisata.
6. Situasi Politik dan keamanan di daerah tujuan wisata.
7. Sistem bea cukai dan keimigrasian di daerah tujuan wisata.
8. Kebijakan harga di daerah tujuan wisata.
9. Jarak tempuh daerah tujuan wisata
Dari penjelasan di atas, sebelum membuat sebuah paket wisata ada beberapa
point yang harus dipertimbangkan mulai dari pemilihan daerah tujuan wisata seperti
apa, akomodasi, transport, harga dan akses daerah tujuan wisata. Semua itu
dipertimbangkan karena pihak perusahaan yang membuat tidak ingin terjadi apa-apa
pada saat di daerah tujuan wisata.
Dalam perencanaan wisata ada beberapa tahapan yang harus diikuti, karena
tahapan-tahapan nanti akan berhubungan dengan perencanaan paket wisata. Berikut
tahapan-tahapan perencanaan wisata menurut Suyitno (2001) dalam Ginanjar:
23
Gambar 2.2. Tahap-Tahap Perencanaan Wisata
(Sumber: Suyitno, 2001 dalam Ginanjar)
1. Diagnosis Pasar
Tahap ini yaitu melakukan penelitian pasar dengan melihat gejala apa yang muncul
pada tahap perencanaan wisata. Diagnosis pasar dilakukan yaitu untuk
mengetahui kondisi dan kebutuhan pasar.
2. Formulasi Tujuan
Dari hasil yang didapat pada diagnosis pasar maka formulasi tujuan ini
berisi tentang produk apa yang akan dibuat, untuk siapa dan siapa yang
terlibat dalam pembuatan produk, mengapa produk itu dibuat, dimana
dan bagaimana cara dalam memasarkan produk tersebut.
3. Observasi
Hal-hal yang akan diobservasi adalah seluruh masalah yang
dipertanyakan dalam formulasi tujuan.
4. Analisis Data
Setelah obeservasi dilakukan maka diperoleh data yang harus diolah dan
dianalisis. Analisis data dimaksudkan untuk:
a. Menentukan strategi pencapaian tujuan.
b. Mengidentifikasi kendala apa yang mungkin muncul dalam proses
pencapaian tujuan.
Diagnosis
Pasar
Formulasi Tujuan
Observasi
Analisis Data Penetapan Rencana
Pelaksanaan
24
c. Mencari alternatif-alternatif yang mungkin dapat ditempuh
5. Penetapan Rencana
Hasil analisis tersebut kemudian dilakukan tahap revisi terhadap formulasi
tujuan. Revisi inilah yang pada akhirnya akan menghasilkan sebuah
rencana yang akan dilaksanakan.
6. Pelaksanaan Rencana
Tahap inilah merupakan tahap akhir dalam perencanaan wisata. Tahap ini
merupakan kegiatan nyata dalam mengawali dan memantau suatu pencapaian
tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.
2.8.1 Penyusunan Acara Wisata (Itinerary)
Menurut Robert dalam Suyitno (2001), acara wisata yaitu, suatu daftar dan
jadwal acara kegiatan wisata dengan data-data yang lengkap mengenai hari, jam,
tempat-tempat (objek-objek wisata), hotel tempat menginap, tempat pemberangkatan,
tempat tiba dan acara-acara yang akan dilakukan, sehingga dalam keseluruhan akan
menggambarkan jadwal pelaksanaan maupun waktu-waktu dari keseluruhan acara
tour (dari awal sampai akhir).
Kodyat dan Ramaini (1992) dalam kamus Pariwisata dan Perhotelan
memberikan pengertian tour itinerary sebagai berikut: Tour Itinerary adalah suatu
daftar dan jadwal acara tour dengan data-data lengkap mengenai hari, tanggal, jam,
tempat-tempat wisata (obyek), hotel tempat menginap, tempat pemberangkatan,
tempat tiba, acara-acara yang disajikan sehingga menggambarkan jadwal pelaksanaan
maupun keseluruhan acara tour dari awal sampai akhir.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa acara wisata adalah
suatu daftar yang memuat segala hal mengenai kegiatan wisata. Isi dari daftar tersebut
dimulai dengan keberangkatan, kegiatan apa saja yang dilakukan selama di daerah
tujuan wisata sampai berakhirnya sebuah perjalanan. Dalam daftar tersebut
menggambarkan seperti apa rute perjalanan, waktu kegiatan wisata, tempat-tempat
25
objek wisata yang dikunjungi, dipenginapan mana peserta akan beristirahat dan
dimana peserta akan makan malam.
2.8.2 Langkah-Langkah Penyusunan Acara Wisata
Meurut Suyitno (2001) dalam Mudalivana, penyusunan acara wisata,
sebaiknya diikuti hal-hal sebagai berikut:
1. Penentuan Motivasi Perjalanan
Motivasi dalam melakukan perjalanan wisata akan sangat menentukan
kenyamanan dalam berwisata.
2. Pendistribusian Waktu
Dalam melakukan pendistribusian waktu, dapat digunakan alat bantu berupa
Format Pendistribusian Waktu (Distribution of Time/DOT). Dengan kolom
sebagai berikut: Tabel 2.2
Pendistribusian Waktu
(Sumber: Suyitno, 2001 dalam Mudalivana)
Keterangan:
a. Nama tur, nama kegiatan wisata yang akan diselenggarakan.
b. Durasi waktu, berapa lama waktu yang akan dilakukan selama melakukan
perjalanan.
c. Uraian, objek wisata yang dikunjungi.
d. Perjalanan, berapa lama waktu yang dibutuhkan selama perjalanan.
Pendistribusian Waktu
Nama Tur : .............................................(a) Durasi : .............................................(b)
Uraian Perjalanan Tur Istirahat Jumlah Jadwal
(c) (d) (e) (f) (g) (j)
JUMLAH (h) (h) (h) (i)
26
e. Tur, waktu berapa lama kunjungan di suatu objek wisata.
f. Istirahat, waktu barapa lama istirahat.
g. Jumlah, total waktu yang dibutuhkan dari tempat pemberangkatan, istirahat
dan selama berada di objek wisata.
h. Jumlah waktu perjalanan, jumlah waktu tur, dan jumlah waktu istirahat.
i. Jumlah keseluruhan waktu yang dibutuhkan dalam melakukan kegiatan tur.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka dalam pembuatan pendistribusian waktu
perlu dijelaskan dan diatur terlebih dahulu mengenai waktu yang akan dibutuhkan
dalam melakukan kegiatan wisata mulai dari pemberangkatan, istirahat, kegiatan di
objek wisata dan sampai berakhirnya kegiatan wisata.
3. Transformasi DOT ke dalam Acara Wisata
Setelah DOT ditetapkan jadwalnya, langkah terakhir adalah
mentransformasikan DOT ke dalam acara wisata. Dari DOT yang telah
dilengkapi dengan jadwal yang telah ditentukan, dapat disusun tabulated
itinerary dengan format sebagai berikut: Tabel 2.3
Tour Itinerary
(Sumber: Suyitno, 2001 dalam Mudalivana)
Keterangan:
a. Nama kegiatan yang akan diselenggarakan.
b. Durasi waktu selama melakukan perjalanan.
c. Hari dan tanggal pelaksanaan kegiatan wisata.
Tour Itinerary
Name Of Tour : .............................................(a) Duration : .............................................(b)
Day/Date Place Time Itinerary
(c) (d) (e) (f)
27
d. Tempat dimana kegiatan wisata diselenggarakan atau objek wisata.
e. Waktu pelaksanaan kegiatan yang telah ditentukan.
f. Uraian atau keterangan mengenai kegiatan apa saja yang akan
diselenggarakan.
Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa dalam pembuatan
tour itinerary harus dijelaskan secara rinci mulai dari tanggal, hari, tempat dan
waktu yang akan diselenggarakan. Serta uraian singkat mengenai kegiatan apa
saja yang akan diselenggarakan selama berwisata.
2.8.3 Penghitungan Harga Wisata
Menurut Suyitno (2001), mendefinisikan bahwa biaya wisata adalah semua
pengeluaran yang dapat dinilai dengan uang untuk mengelola wisata. Sebagai faktor
pembentuk harga wisata, biaya wisata harus secara maksimal mencerminkan seluruh
pengeluaran dalam pengelolaan wisata.
Agar dapat menelusuri biaya yang timbul secara menyeluruh, perlu dipahami
jenis-jenis biaya. Menurut Suyitno (2001) mengklasifikasikan jenis biaya, yaitu:
1. Biaya Induk
Biaya Induk adalah biaya yang mula-mula muncul sebagai refleksi dari
penggunaan komponen wisata.
2. Biaya Ikutan
Biaya Ikutan adalah biaya yang muncul sebagai faktor ikutan biaya induk.
Untuk menghitung jumlah biaya yang diperlukan di dalam suatu kegiatan
wisata, maka diperlukan suatu tata cara perhitungan harga wisata yang baik dan
benar. Tata caranya dengan membagi jenis biaya, yaitu biaya induk atau dikenal
dengan biaya tetap dan biaya ikutan atau yang disebut biaya tidak tetap. Berikut
merupakan tabel cara perhitungan harga wisata yang dapat dilihat pada tabel 2.4 :
28
Tabel 2.4
Perhitungan Harga Wisata
Nama tur/transfer : …………. FOC/AC : ……/….. Jumlah peserta : …………. Mata uang : ………... No Uraian Biaya Tetap Biaya Tidak Tetap
(1) (1)
Jumlah Biaya (1) (1)
Biaya per Peserta
Surcharge (..%)
Harga per perserta (nett price)
Dibulatkan
(2)
(3)
(4)
(5) (Sumber : Suyitno, 2001 dalam Ginanjar)
Tabel 2.3 di atas menjelaskan tata cara menghitung suatu harga paket wisata,
yaitu meliputi:
1. Rincian biaya tetap dan biaya tidak tetap lalu dijumlahkan.
2. Menghitung jumlah biaya per orang dari hasil rinaian biaya tetap dan tidak
tetap.
3. Menghitung Surcharge atau disebut biaya tambahan. Biaya tambahan setiap
perusahaan berbeda-beda.
4. Menghitung harga wisata per orang (nett price per person) yaitu dengan cara
menambahkan jumlah biaya per orang dengan surcharge.
5. Melakukan pembulatan. Pembulatan dapat dilakukan secara bervariasi
tergantung kebijaksanaan pengelola perusahaan.
2.9 Pengertian Brosur
Menurut Suwantoro (1997) mengemukakan bahwa brosur merupakan
selebaran cetakan dengan menggunakan kertas yang relative baik, lay-out yang
disusun menarik, dengan segala potensi yang hendak dipromosikan. Sering pula
brosur merupakan katalog yang memuat tourist attraction di daerah tujuan dengan
29
mencantumkan tentang jenis dan macam akomodasi, tarif kamar, fasilitas dan tour
itinerary yang dapat dijual oleh tour operator.
Selain itu bersumber dari situs website www.sribd.com diakses pada tanggal
30 Juni 2012. Brosur adalah terbitan tidak berkala yang terdiri dari satu hingga
sejumlah kecil halaman dan selesai dalam sekali terbit. Brosur memuat informasi atau
penjelasan tentang suatu produk, layanan, fasilitas umum, profil perusahaan, sekolah,
atau dimaksudkan sebagai sarana beriklan. Informasi dalam brosur ditulis dalam
bahasa yang ringkas agar mudah dipahami dalam waktu singkat. Brosur dibuat untuk
menarik perhatian dan dicetak di atas kertas yang baik dalam usaha membangun citra
yang baik terhadap layanan atau produk tersebut.
Dari penjelasan di atas bahwa brosur adalah terbitan tidak berkala yang dapat
terdiri dari satu hingga sejumlah kecil halaman, tidak terkait dengan terbitan lain, dan
selesai dalam sekali terbit dalam bentuk kertas yang relative baik, lay-out
menarikuntuk potensi yang dipromosikan. Memuat informasi atau penjelasan tentang
suatu produk, layanan, fasilitas umum, profil perusahaan, sekolah, atau dimaksudkan
sebagai sarana beriklan, serta isi brosur lebih detail, lebih menarik konsumen untuk
membeli produk.
2.9.1 Tujuan Brosur
Menurut Arif Budiman dari situs blog www.army-arif.blogspot.com diakses
pada tanggal 20 Juni 2012, dalam menjalankan brosur harus pakai informasi yang
baik agar tidak ada kesalahan yang diperbuat dengan media harus mempunyai latar
belakang dari brosur adalah:
1. Menjalankan informasi brosur dengan baik
2. Menjadikan media yang sangat berpengalaman
3. Menawarkan informasi pada media cetak
4. Menjadikan brosur untuk masalah informasi brosur
30
Untuk menjalankan suatu informasi harus mengerakan kepada informasi yang
harus mejalankan suatu masalah dalam brosur agar tidak ada kesalahan dalam media
brosur untuk mendapatkan suatu informasi yang baik agar tidak ada kesalahan yang
dibicarakan untuk media brosur tersebut akan tercipta suatu hubungan yang baik
dalam tujuan brosur tersebut maka dari itu dalam menjaga suatu hubungan harus
menciptakan brosur yang baik.
2.9.2 Manfaat Brosur
Menurut Arif Budiman dari situs blog www.army-arif.blogspot.com diakses
pada tanggal 20 Juni 2012, menjelaskan bahwa sebuah brosur harus menciptakan
suatu kejelasan dalam brosur menjalin hubungan baik dalam informasi yang ada
didalam brosur agar tidak adanya suatu masalah yang serius dalam brosur tersebut.
Untuk itu dalam menjalankan suatu masalah yang baik adalah suatu informasi yang
baik dalam menerangkan suatu masalah yang ada dalam brosur tersebut, maka dari itu
brosur harus menjalin suatu informasi yang baik agar tidak ada ketertarikan dalam
brosur tersebut dan harus mengembangkan informasi yang baik dalam brosur.
Dari penjelasan Arif Budiman disimpulkan bahwa manfaat brosur adalah
untuk mempromosikan suatu produk perusahaan dan untuk menjalin hubungan baik
dalam menyampaikan informasi.