1
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEINGINAN
UMKM DALAM MENERAPKAN SAK EMKM: PENDEKATAN UNIFIED
THEORY OF ACCEPTANCE AND USE OF TECHNOLOGY
Afwa Aranza Windu Handika1), Zaki Baridwan2) Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Brawijaya
Jl. MT. Haryono 165, Malang 65145, Indonesia
E-mail: [email protected]), [email protected])
Abstract: Analysis on Factors Influencing The Wilingness of SMEs to Apply The Financial
Accounting Standard for SMEs: A Unified Theory of Acceptance and Use of Technology
Approach. This study aims to empirically examine the effects of performance expectancy, effort
expectancy, social influence, and facilitating condition that support the interest to use the
Financial Accounting Standard for SMEs (SAK EMKM). This research is based on the Unified
Theory of Acceptance and Use of Technology (UTAUT). The data of this study was collected
through a survey to a sample of SME owners in Malang city who know about the standard,
selected using convenience sampling. SMEs have an important role in Indonesian economy.
However, they have various problems, especially in terms of recording their financial statements.
The tool used to analyze the relationship of the variables in this study is Partial Least Square
(PLS) in SmartPLS. The results of this study indicate that performance expectancy, effort
expectancy, and facilitating condition have a positive effect on the interest to use the standard,
while social influence does not. This study is expected to contribute to practitioners or regulators
who have obstacles in planning and implementing the standard. In addition, this study suggests
them to consider factors such as performance expectancy, effort expectancy, and facilitating
condition in applying the standard.
Keywords: performance expectancy, effort expectancy, social influence, facilitating conditions,
SAK EMKM, UTAUT
Abstrak: Analisis Faktor-Faktor yang Memengaruhi Keinginan UMKM dalam Menerapkan
SAK EMKM: Pendekatan Unified Theory of Acceptance and Use of Technology. Penelitian ini
bertujuan untuk menguji secara empiris pengaruh ekspektasi kinerja, ekspektasi usaha, pengaruh
sosial, dan kondisi yang mendukung terhadap minat penggunaan SAK EMKM. Penelitian ini
didasarkan pada pendekatan Unified Theory of Acceptance and Use of Technology (UTAUT).
Sampel penelitian ini adalah pemilik UMKM yang mengetahui SAK EMKM di Kota Malang.
Data dikumpulkan menggunakan metode survei dengan teknik convenience sampling. UMKM
mempunyai peran penting di dalam perekonomian Indonesia. Akan tetapi, UMKM mempunyai
berbagai permasalahan khususnya dalam hal pencatatan laporan keuangan. Alat yang digunakan
untuk menganalisis hubungan variabel dalam penelitian ini adalah Partial Least Square (PLS)
dengan aplikasi SmartPLS. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ekspektasi kinerja, ekspektasi
usaha, dan kondisi yang mendukung berpengaruh positif terhadap minat penggunaan SAK
EMKM, sedangkan pengaruh sosial tidak berpengaruh positif terhadap minat penggunaan SAK
EMKM. Implikasi praktis dari penelitian ini diharapkan para praktisi ataupun regulator yang
mengalami kendala dalam melakukan perencanaan dan implementasi SAK EMKM pada UMKM
dapat mempertimbangkan faktor-faktor seperti ekspektasi kinerja, ekspektasi usaha, dan fasilitas
yang mendukung.
Kata Kunci: Ekspektasi Kinerja, Ekspektasi Usaha, Pengaruh Sosial, Kondisi yang Mendukung,
SAK EMKM, UTAUT
2
PENDAHULUAN
Usaha Mikro Kecil Menengah
(UMKM) merupakan salah satu motor
penggerak perekonomian Indonesia. Pada
tahun 2017, jumlah pelaku UMKM di
Indonesia mencapai sekitar 59,69 juta unit
dari berbagai daerah di Indonesia dengan
rincian yakni usaha mikro 58,9 juta; usaha
kecil 716,8 ribu; usaha menengah 65,5 ribu;
dan usaha besar 5,03 ribu (Kemenkop UKM,
2017). Berdasarkan data Badan Pusat
Statistik (BPS) tahun 2016, serapan tenaga
kerja pada sektor UMKM meningkat selama
lima tahun terakhir dari 96,99% menjadi
97,22%. Kementerian Koperasi dan Usaha
Kecil Menengah (Kemenkop UKM) juga
mencatat kontribusi sektor UMKM terhadap
Produk Domestik Bruto (PDB) mengalami
peningkatan dari 57,84 persen menjadi 60,34
persen dalam lima tahun terakhir (CNN
Indonesia,2016).
Banyak hambatan yang menyebabkan
UMKM kurang berkembang. Hambatan
tersebut meliputi pemasaran produk,
teknologi, permodalan, kualitas sumber daya
manusia, persaingan usaha yang ketat, dan
masalah manajemen termasuk cara
pengelolaan keuangan dan akuntansi.
Pengelolaan keuangan dan akuntansi
menjadi masalah utama UMKM
(Sudaryanto dan Wijayanti, 2014).
Sementara itu hasil survei yang dilakukan
oleh Bank Indonesia tentang profil UMKM
dalam Setyobudi (2007), menyimpulkan
bahwa permasalahan ataupun kendala
UMKM yang menyebakan kinerja UMKM
masih rendah, yaitu (1) kemudahan UMKM
dalam memperoleh izin, (2) kemampuan
UMKM untuk mengelola keuangan, (3)
ketepatan waktu dan jumlah perolehan kredit
dan (4) tenaga kerja yang terampil. Menurut
Cahyadi (2016), pengelolaan keuangan dan
teknologi informasi menjadi masalah utama
yang dihadapi oleh UMKM saat ini.
Laporan keuangan yang dibuat oleh
UMKM bermanfaat untuk mengukur
bagaimana kinerja dalam menjalankan
usaha. Selain itu, laporan keuangan juga
dapat digunakan oleh bank untuk menilai
kelayakan UMKM untuk mendapatkan
kredit sehingga bank lebih mudah untuk
menyalurkan kredit. Laporan keuangan juga
bisa digunakan oleh pemilik untuk
mengambil keputusan manajerial. Laporan
keuangan digunakan sebagai dasar
pertimbangan untuk pengambilan keputusan
manajerial karena di dalam laporan
keuangan terdapat informasi tentang
perkembangan usaha.
Rendahnya kualitas maupun kuantitas
laporan keuangan yang dihasilkan oleh
UMKM dikarenakan UMKM yang pada
umumnya merupakan perusahaan keluarga
yang cenderung belum memisahkan
administrasi keuangan keluarga dengan
keuangan perusahaan. Hal ini menyebabkan
kesulitan bagi perbankan untuk mengetahui
seberapa jauh dan seberapa besar
kemampuan membayar UMKM atas kredit
yang mereka dapatkan. Penelitian oleh
Amanah (2012) menyatakan bahwa UMKM
sebagian besar belum menerapkan
akuntansi. Laporan keuangan menjadi
penting karena memberikan informasi yang
dapat dipakai untuk pengambilan keputusan.
S Mulyawan (2015) juga menyatakan bahwa
laporan keuangan merupakan alat penguji
dari pekerjaan bagian pembukuan yang
digunakan untuk menentukan atau menilai
posisi keuangan perusahaan.
Melihat kondisi tersebut, Ikatan
Akuntansi Indonesia (IAI) merasa memiliki
kewajiban untuk menyusun sebuah standar
akuntansi keuangan yang sesuai dengan
karakteristik usaha mikro, kecil dan
menengah agar benefit yang dirasakan oleh
pelaku UMKM dalam menerapkan standar
akuntansi keuangan tersebut lebih besar
dibanding dengan cost yang harus
dikeluarkan oleh pelaku UMKM (DSAK
IAI, 2013). Sehingga pada tanggal 26
Oktober 2016 IAI mengesahkan SAK
EMKM dan sudah diterapkan efektif mulai
Januari 2018.
Menurut Ikatan Akuntan Indonesia
(2016), SAK EMKM merupakan standar
akuntansi keuangan yang berdiri sendiri
yang dapat digunakan oleh entitas yang
memenuhi definisi entitas tanpa
akuntabilitas publik yang signifikan
sebagaimana dijelaskan dalam SAK ETAP1
serta memenuhi definisi dan karakteristik
1 Standar Akuntansi Keuangan untuk Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP) dimaksudkan untuk digunakan oleh Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (ETAP), yaitu entitas yang tidak memiliki akuntabilitas publik signifikan; dan menerbitkan laporan keuangan untuk tujuan umum (general purpose financial statement) bagi pengguna eksternal termasuk di dalamnya Usaha Mikro Kecil Menengah (Ikatan Akuntan Indonesia, 2016).
3
dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2008
tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah
(UMKM). Jika dibandingkan dengan SAK
lainnya, SAK EMKM merupakan standar
yang dibuat sederhana karena mengatur
transaksi umum yang dilakukan oleh
UMKM dan dasar pengukurannya murni
menggunakan biaya historis sehingga
UMKM cukup mencatat aset dan
liabilitasnya sebesar biaya perolehannya
(Ikatan Akuntan Indonesia,2016).
SAK EMKM diharapkan dapat
menjadi standar laporan keuangan yang
ideal untuk UMKM. Namun, penerapan
SAK EMKM sampai saat ini masih rendah.
Bahkan dalam penelitian Devany (2018)
pada UMKM ARA menyatakan bahwa
laporan keuangan berdasarkan SAK EMKM
untuk UMKM ARA masih belum
diperlukan, karena belum memiliki omzet
yang belum terlalu besar dan belum
memiliki tenaga kerja. Begitu pula dengan
penelitian Nur (2018) pada Konveksi Goods
Project Bandung yang menunujukkan
bahwa UMKM tersebut masih belum
menerapkan EMKM, serta hanya mencatat
jurnal penerimaan kas dan pengeluaran kas.
Pengkajian terkait minat para pelaku
UMKM di Indonesia perlu untuk dilakukan.
Hal ini dikarenakan masih sedikit penelitian
yang mengkaji mengenai minat penggunaan
SAK EMKM sejak disahkannya SAK
EMKM pada tahun 2016 sampai dengan
tahun 2018.
Akuntansi merupakan soft technology
karena akuntansi merupakan alat institusi
sosial untuk menyediakan pedoman
pengukuran dan metode untuk
mengendalikan kegiatan dan perilaku
pengambilan keputusan ekonomik yang
dominan dalam lingkup organisasi,
perusahaan ataupun lembaga pemerintahan
(Suwardjono, 2005). Teknologi merupakan
seperangkat pengetahuan untuk
menghasilkan sesuatu (produk) yang
bermanfaat dan pengertian teknologi sendiri
tidak hanya fisik (hard technology) tetapi
juga teknolgi lunak (soft tecnology).
Teknologi sendiri bisa diartikan sebagai
sains terapan, sedangkan akuntansi juga
merupakan sains terapan
(Suwardjono,2005).
Sudibyo (1986) juga berpendapat
bahwa akuntansi merupakan suatu
perekayasaan atau teknologi yang bisa
memanfaatkan teknik-teknik, model-model
dan metode-metode yang telah dulu
dikembangkan oleh ilmu lain. Akuntansi
akan lebih mudah untuk berinteraksi dalam
memanfaatkan teori-teori dari disiplin ilmu
yang sudah stable. Hal ini berarti
penggunaan teori Unified Theory of
Acceptance and Use of Technology
(UTAUT) masih relevan diterapkan untuk
pengembangan penelitian ilmu akuntansi.
Unified Theory of Acceptance and
Use of Technology (UTAUT) merupakan
salah satu model penerimaan teknologi
terkini yang dikembangkan oleh Venkatesh,
dkk. UTAUT menggabungkan fitur-fitur
yang berhasil dari delapan teori penerimaan
teknologi terkemuka menjadi satu teori.
UTAUT menyatakan bahwa penentu
pengguna teknologi informasi adalah
ekspektasi kinerja (performance
expectancy), ekspektasi usaha (effort
expectancy), pengaruh sosial (social
influence), dan kondisi yang mendukung
(facilitating condition) (Venkatesh et al.,
2003). Teori ini menyediakan alat yang
berguna untuk menilai kemungkinan
keberhasilan pengenalan sistem atau
teknologi baru dan membantu dalam
memahami penggerak penerimaan dengan
tujuan untuk proaktif mendesain intervensi,
sehingga minat penggunaan SAK EMKM
dapat dianalisis dengan adanya faktor-faktor
tersebut.
Penelitian mengenai faktor-faktor
yang memengaruhi minat penggunaan
informasi akuntansi untuk UMKM pada
pelaku UMKM telah banyak dilakukan.
Seperti penelitian Nawaz & Sheham (2015)
yang menyatakan bahwa ekspektasi kinerja
(performance expectancy), ekspektasi usaha
(effort expectancy), kondisi yang
mendukung (facilitating conditions), dan
pengaruh sosial (social influence)
berpengaruh terhadap minat penggunaan
sistem informasi akuntansi pada UMKM di
Sri Lanka. Whetyningtyas (2016) dalam
penelitiannya juga menunjukkan bahwa
ekspektasi kinerja berpengaruh positif
terhadap penggunaan informasi akuntansi
pada UMKM di Kota Kudus. Penelitian
Aoun, Vatanasakdakul, & Li (2010) yang
dilakukan pada praktisi akuntansi di
Australia juga menyatakan bahwa ekspektasi
kinerja (performance expectancy),
ekspektasi usaha (effort expectancy), dan
kondisi yang mendukung (facilitating
conditions) berpengaruh positif terhadap
minat penggunaan informasi akuntansi,
sedangkan variabel pengaruh sosial (social
influence) tidak berpengaruh terhadap minat
penggunaan informasi akuntansi.
4
Penelitian terdahulu mengenai faktor-
faktor yang memengaruhi minat UMKM
dalam menerapkan standar akuntansi
keuangan untuk UMKM telah dilakukan
oleh Astutie & Fanani (2016), hasil
penelitian tersebut menyatakan ekspektasi
kinerja (performance expectancy) dan
pengaruh sosial (social influence)
berpengaruh terhadap minat UMKM dalam
menggunakan SAK ETAP.
Penelitian yang dilakukan oleh
Mulyaga (2016) juga menggunakan teori
UTAUT dalam mendefinisikan variabel
independen skala usaha dari variabel
UTAUT kondisi yang mendukung
(facilitating condition), dan variabel
independen sosialisasi dan informasi dari
vaiabel UTAUT pengaruh sosial (sosial
influence). Hasil penelitian tersebut
menunjukkan bahwa kondisi yang
mendukung (facilitating condition) dan
pengaruh sosial (sosial influence)
berpengaruh positif terhadap implementasi
SAK ETAP pada UMKM di Jawa tengah.
Penelitian ini mengambil sampel pada
pemilik UMKM di Kota Malang. Peranan
Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM)
dalam menyokong perekonomian di Kota
Malang sangat signifikan. Berdasarkan data
Dinas Koperasi dan UKM pada tahun 2017,
kontribusi UKM terhadap Produk Domestik
Regional Bruto (PDRB) di Provinsi Jawa
Timur sudah menembus angka 54 persen.
Bahkan untuk PDRB Kota Malang, UMKM
memberikan kontribusi sebesar 85 persen,
hal ini menunjukkan UMKM di Kota
Malang memiliki potensi yang besar dan
harus diatur dengan baik.
Berdasarkan survei Dinas Koperasi
Kota Malang jumlah UMKM di Kota
Malang yang tersebar di 5 (lima) kecamatan
yaitu Klojen, Blimbing, Kedungkandang,
Lowokwaru dan Sukun adalah 156 unit pada
tahun 2007. Angka ini terus meningkat
hingga mencapai 116.000 unit pada tahun
2018. Kota Malang juga merupakan ikon
UMKM Indonesia dimana pada tahun 2017
Kementerian Koperasi dan UKM
memberikan penghargaan Nata Mukti
kepada Walikota Malang, H. Moch. Anton
atas keberhasilan pembinaan dan
pengembangan koperasi di kota Malang. Hal
yang menjadikan kota Malang terpilih di
antaranya karena tumbuh kembangnya
ekonomi kreatif serta kewirausahaan yang
muncul di kampung kampung. Hermawan
Kertajaya, selaku staf ahli khusus Menteri
Koperasi dan UKM RI mengungkapkan
bahwa yang menarik di kota Malang dan
dinilai menginspirasi adalah semangat
tumbuhnya ekonomi kerakyatan yang
diinisiasi dari kehadiran kampung kampung
tematik.
Tingginya potensi dan kontribusi
UMKM bagi perekonomian Kota Malang
lantas tidak membuat UMKM lepas dari
kendala klasik, yaitu pengelolaan keuangan.
Akuntansi tentu harusnya menjadi solusi
untuk mengatasi permasalahan pengelolaan
keuangan. Akuntansi dapat digunakan
sebagai standar untuk memudahkan UMKM
dalam membuat laporan keuangan yang
dapat dipertanggungjawabkan dan dipahami
pihak eksternal dan internal. Namun dalam
penelitian yang dilakukan oleh Sulistyowati
(2017) menyatakan bahwa laporan keuangan
pada UMKM di Kota Malang masih
sederhana, yaitu hanya dengan melakukan
pencatatan transaksi yang sering terjadi
dalam usahanya dan Standar Akuntansi
Keuangan (SAK) ternyata masih belum
dipahami para pelaku UMKM. Salah satu
yang memengaruhi hal tersebut adalah
karena latar belakang pendidikan yang
kurang dan sosialisasi atau pelatihan dari
pihak pemerintah maupun lembaga yang
membawahi UMKM masih kurang
maksimal sehingga pemahaman akan
pentingnya laporan keuangan masih belum
dipahami secara utuh oleh pelaku UMKM.
Pada penelitian ini meneliti mengenai
faktor-faktor yang memengaruhi minat
penggunaan SAK EMKM pada UMKM.
Penelitian ini mereplikasi variabel penelitian
Astutie & Fanani (2016) dan variabel
penelitian Mulyaga (2016) dengan
mengadopsi keseluruhan variabel dalam
teori UTAUT yang diduga merupakan
faktor-faktor yang memengaruhi minat
penggunaan SAK EMKM pada UMKM,
yaitu ekspektasi kinerja, ekspektasi usaha,
pengaruh sosial, dan kondisi yang
mendukung, dengan mengambil sampel
penelitian pada UMKM di Kota Malang.
Dari uraian tersebut peneliti mengangkat
judul “Analisis Faktor-Faktor yang
Memengaruhi Keinginan UMKM dalam
Menerapkan SAK EMKM: Pendekatan
Unified Theory of Acceptance and Use of
Technology”.
TELAAH PUSTAKA DAN
PENGEMBANGAN HIPOTESIS
Unified Theory of Acceptance and
Use of Technology (UTAUT) merupakan
salah satu model penerimaan teknologi
5
terkini yang dikembangkan oleh Venkatesh,
dkk pada tahun 2003. UTAUT
menggabungkan fitur-fitur yang berhasil
dari delapan teori penerimaan teknologi
terkemuka menjadi satu teori. Kedelapan
teori terkemuka yang disatukan di dalam
UTAUT adalah theory of reasoned action
(TRA), technology acceptance model
(TAM), motivational model (MM), theory of
planned behavior (TPB), combined TAM
and TPB, model of PC utilization (MPTU),
innovation diffusion theory (IDT), dan social
cognitive theory (SCT). UTAUT terbukti
lebih berhasil dibandingkan kedelapan teori
yang lain dalam menjelaskan hingga 70
persen varian pengguna.
Setelah mengevaluasi dari kedelapan
model, Venkatesh, dkk. menemukan tujuh
konstruk yang tampak menjadi determinan
langsung yang signifikan terhadap minat
perilaku (behavioral intention) atau perilaku
penggunaan (use behavior) dalam satu atau
lebih di masing-masing model. Konstruk-
konstruk tersebut adalah ekspektasi kinerja
(performance expectancy), ekspektasi usaha
(effort expectancy), pengaruh sosial (social
influence), kondisi yang mendukung
(facilitating conditions), sikap terhadap
penggunaan teknologi (attitude toward using
technology), dan keyakinan diri (self-
efficacy). Setelah melalui pengujian lebih
lanjut, mereka merumuskan empat konstruk
utama yang memainkan peran penting
sebagai determinan langsung dari minat
perilaku (behavioral intention) dan perilaku
penggunaan (use behavior) yaitu, ekspektasi
kinerja (performance expectancy),
ekspektasi usaha (effort expectancy),
pengaruh sosial (social influence), kondisi
yang mendukung (facilitating conditions).
Sedangkan konstruk yang lain tidak
signifikan sebagai determinan langsung dari
minat perilaku (behavioral intention).
Ekspektasi kinerja (performance
expectancy) didefinisikan sebagai sejauh
mana seorang individu percaya bahwa
menggunakan sistem akan membantu
individu untuk mencapai keuntungan dalam
meningkatkan kinerja. Lima konstruksi dari
model yang berbeda yang berhubungan
dengan ekspektasi kinerja (performance
expectancy) adalah perceived usefulness
(TAM/TAM2 dan C-TAM-TPB), extrinsic
motivation (MM), job-fit (MPCU), relative
advantage (IDT) dan outcome expectations
(SCT).
Gambar 1. Model UTAUT
Sumber: Venkatesh et al. (2003:447)
Implikasi teori UTAUT dalam
penelitian ini adalah sebagai landasan dalam
menentukan faktor-faktor yang
memengaruhi behavior intention to use SAK
EMKM. Faktor-faktor tersebut yaitu
ekspektasi kinerja (performance
expectancy), ekspektasi usaha (effort
expectancy), pengaruh sosial (social
influences), dan kondisi pendukung
(facilitating conditions).
UTAUT merupakan teori yang cukup
komprehensif dalam mengintegrasikan
konstruksi faktor-faktor yang menentukan
seseorang atau sebuah organisasi didalam
mengadopsi sebuah sistem atau teknologi
baru. Suwardjono (2005) menyatakan bahwa
akuntansi merupakan soft technology.
Akuntansi adalah suatu proses perekayasaan
mengenai penyediaan jasa berupa informasi
keuangan kuantitatif suatu unit
usaha/organisasi dan cara penyampaian atau
pelaporan informasi tersebut kepada pihak
yang berkepentingan untuk dijadikan dasar
dalam pengambilan keputusan ekonomik
(Suwardjono,2005). Sudibyo (1986) juga
berpendapat bahwa akuntansi merupakan
suatu perekayasaan atau teknologi yang bisa
memanfaatkan teknik-teknik, model-model
dan metode-metode yang telah dulu
dikembangkan oleh ilmu lain. Akuntansi
akan lebih mudah untuk berinteraksi dalam
memanfaatkan teori-teori dari disiplin ilmu
yang sudah stable. Inilah keleluasaan yang
dimiliki oleh akuntansi apabila
dikategorikan sebagai teknologi. Hal
tersebut mendukung teori UTAUT untuk
digunakan sebagai landasan teori dalam
penelitian ini.
Nawaz & Sheham (2015) melakukan
penelitian terhadap minat penggunaan
sistem informasi pada UMKM di Sri Lanka.
Penelitian ini menggunakan studi kuantitatif
berdasarkan survei kuesioner. Analisis
6
statistik digunakan untuk menguji faktor-
faktor apa yang akan memengaruhi
pengusaha kecil dan menengah dalam minat
mereka untuk menggunakan sistem
akuntansi. Hasil penelitian tersebut
menyatakan bahwa ekspektasi kinerja
(performance expectancy), ekspektasi usaha
(effort expectancy), kondisi yang
mendukung (facilitating conditions), dan
pengaruh sosial (social influence)
berpengaruh terhadap minat penggunaan
sistem informasi akuntansi pada UMKM di
Sri Lanka.
Penelitian yang dilakukan oleh
Whetyningtyas (2016) bertujuan untuk
menguji pengaruh ekspektasi kinerja
terhadap penggunaan informasi akuntansi
pada UMKM. Sampel dalam penelitian
tersebut adalah pemilik usaha kecil dan
menengah di Kota Kudus, sejumlah 52
responden. Analisis data menggunakan
analisis regresi linier berganda. Hasil
pengujian hipotesis menunjukkan bahwa
ekspektasi kinerja berpengaruh positif
terhadap penggunaan informasi akuntansi
UMKM.
Astutie & Fanani (2016) melakukan
penelitian terhadap implementasi standar
akuntansi keuangan pada usaha kecil dan
menengah di Jawa Tengah. Isu penelitian ini
diusung dari fenomena bahwa permasalahan
tersebut masih sedikit diteliti di Indonesia,
terutama untuk mempersiapkan era
Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Data
diperoleh dari persepsi pemilik UKM di
beberapa kota di Jawa Tengah Indonesia,
menggunakan survei sebagai data primer.
Analisis data menggunakan partial least
square untuk menguji korelasi dan t-test
untuk menguji perbedaan pada kedua
kelompok. Hasil penelitiannya
mengemukakan bahwa ekspektasi kinerja
(performance expectancy), dan pengaruh
sosial (social influence) berpengaruh
terhadap minat UMKM dalam menggunakan
SAK ETAP.
Penelitian yang dilakukan oleh
Mulyaga (2016) bertujuan untuk
menganalisis faktor-faktor yang
memengaruhi implementasi Standar
Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa
Akuntabilitas Publik pada UMKM. Dari
hasil analisis deskriptif diperoleh bahwa
rata-rata implementasi SAK ETAP pada
UMKM di Provinsi Jawa Tengah dalam
kriteria cukup rendah, dan sosialisasi SAK
ETAP dalam kriteria jarang. Hasil penelitian
menunjukkan kondisi yang mendukung
(facilitating conditions) dan pengaruh sosial
(social influence) SAK ETAP berpengaruh
positif terhadap implementasi SAK ETAP
pada UMKM.
Penelitian Aoun, Vatanasakdakul, &
Li (2010) meneliti faktor-faktor yang
memengaruhi penggunaan Sistem Informasi
Akuntansi (SIA) oleh praktisi akuntansi di
Australia. Hasil penelitian ini menyatakan
bahwa ekspektasi kinerja (performance
expectancy), ekspektasi usaha (effort
expectancy), dan kondisi yang mendukung
(facilitating conditions) berpengaruh positif
terhadap minat penggunaan sistem informasi
akuntansi, sedangkan variabel pengaruh
sosial (social influence) tidak berpengaruh
terhadap minat penggunaan informasi
akuntansi.
Tritunggal (2017) melakukan
penelitian terhadap minat pemanfaatan
sistem informasi akuntansi pada perusahaan
jasa ekspedisi di Yogyakarta. Hasil
penelitiannya mengemukakan bahwa
ekspektasi kinerja dan kondisi yang
mendukung pemakai berpengaruh positif
terhadap minat pemanfaatan sistem
informasi akuntansi. Sementara itu,
ekspektasi usaha berpengaruh negatif
terhadap minat pemanfaatan sistem
informasi akuntansi. Sedangkan, faktor
sosial tidak berpengaruh terhadap minat
pemanfaatan sistem informasi akuntansi.
Rerangka Teoritis dan Pengembangan
Hipotesis
Teori UTAUT merupakan salah satu
model penerimaan teknologi atau sistem
baru yang dikembangan oleh Venkatesh,
dkk pada tahun 2013, teori ini
dikembangkan dengan menggabungkan
delapan teori penerimaan suatu teknologi
atau sistem baru menjadi satu model. Setelah
melalui pengujian, mereka merumuskan
empat konstruk utama yang memainkan
peran penting sebagai determinan langsung
dari behavioral intention dan use behavior
yaitu, performance expectancy, effort
expectancy, social influence, dan facilitating
conditions.
Bukti empiris minat penggunaan
informasi akuntansi pada UMKM telah
banyak ditemukan, beberapa diantaranya
adalah penelitian yang dilakukan oleh Aoun,
Vatanasakdakul, & Li (2010), Solovida
(2003), Sitoresmi & Fuad (2014), Aufar
(2014), Nawaz & Sheham (2015), dan
Whetyningtyas (2016). Selain itu
penggunaan variabel-varibel dalam model
teori UTAUT untuk menganalisis minat
7
penggunaan standar akuntansi untuk
UMKM juga telah banyak ditemukan seperti
penelitian yang dilakukan oleh Astutie &
Fanani (2016), dan Mulyaga (2016).
Penelitian ini mengadopsi
keseluruhan variabel dalam model UTAUT
yang dikembangkan oleh Venkatesh et. al.
(2013) untuk menganalisis faktor-faktor
yang memengaruhi minat penggunaan SAK
EMKM. Model dikombinasikan dengan
penelitian Astutie & Fanani (2016) dan
Mulyaga (2016). Penelitian Astutie &
Fanani (2016) meneliti pengaruh ekspektasi
kinerja (performance expectancy), dan
pengaruh sosial (social influence) terhadap
minat UMKM dalam menggunakan SAK
ETAP. Dan penelitian Mulyaga (2016)
meneliti pengaruh kondisi yang mendukung
(facilitating conditions) dan pengaruh sosial
(social influence) terhadap implementasi
SAK ETAP pada UMKM. Dalam penelitian
ini, peneliti ingin mencari bukti empiris dan
menguji pengaruh ekspektasi kinerja,
ekspektasi usaha, pengaruh sosial, dan
kondisi yang mendukung pada minat
penggunaan SAK EMKM di Kota Malang.
Untuk lebih jelasnya dapat digambarkan
model rerangka pemikiran pada Gambar 2
berikut:
Gambar 2. Rerangka Teoritis
Sumber: Data diolah (2018)
Konsep Minat Penggunaan SAK EMKM
Konstruksi minat perilaku awalnya
dikembangkan dalam theory of reasoned
action (TRA) dan theory of planned
behavior (TPB). Minat perilaku
didefinisikan sebagai minat seseorang atau
faktor motivasi yang menangkap seberapa
banyak usaha yang bersedia dilakukan oleh
seseorang untuk melakukan suatu perilaku
(Fishbein & Ajzen, 1975; Ajzen, 1991;
Thakur & Srivastava, 2013). Minat perilaku
telah secara luas dan berulang-ulang diteliti
memiliki peran yang kuat dalam membentuk
penggunaan aktual dan adopsi sistem baru
(Venkatesh et al., 2003, 2012).
Penelitian ini mengasumsikan bahwa
minat perilaku menggunakan SAK EMKM
sebagian besar dapat diprediksi oleh
keinginan pelaku UMKM untuk mengadopsi
standar tersebut. Penelitian ini
mendefinisikan minat perilaku untuk
menggunakan SAK EMKM sebagai tingkat
upaya sadar bahwa para pelaku UMKM
akan menggunakannya sebagai pedoman
dalam membuat laporan keuangan pada
usahanya.
Pengujian secara empiris yang
dilakukan untuk menganalisis faktor-faktor
yang memengaruhi minat penggunaan SAK
EMKM saat ini masih belum banyak
ditemukan, mengingat SAK EMKM baru
berlaku efektif mulai tahun 2018 meskipun
SAK EMKM sudah disahkan sejak tahun
2016. Oleh karena itu perlu dilakukan
pengujian untuk menganalisis faktor-faktor
yang memengaruhi minat penggunaan SAK
EMKM. Dalam menganalisis faktor-faktor
yang memengaruhi minat penggunaan SAK
EMKM, peneliti mengggunakan hasil
penelitian terdahulu yang sejenis dengan
SAK EMKM, yaitu SAK ETAP. SAK
ETAP merupakan standar akuntansi
keuangan yang digunakan oleh entitas yang
tidak memiliki akuntabilitas publik yang
signifikan, termasuk didalamnya adalah para
pelaku UMKM.
Pengaruh Ekspektasi Kinerja Terhadap
Penerapan SAK EMKM
Unified Theory of Acceptance and
Use of Technology (UTAUT)
mengasumsikan bahwa secara garis besar
menjelaskan tentang hubungan ekspektasi
kinerja (performance expectancy) dalam
memengaruhi individu untuk menggunakan
sistem baru guna meningkatkan keuntungan
dari kinerjanya. Menurut Venkatesh et al.
(2003), ekspektasi kinerja (performance
expectancy) adalah tingkat dimana seorang
individu meyakini bahwa dengan
menggunakan sistem akan membantu dalam
meningkatkan kinerjanya. Konstruk
ekspektasi kinerja merupakan predictor
yang kuat dari penggunaan informasi
akuntansi dalam aturan sukarela maupun
wajib.
Nawaz & Sheham (2015) melakukan
penelitian terhadap minat penggunaan
sistem informasi pada UMKM di Sri Lanka.
Penelitian ini menggunakan studi kuantitatif
berdasarkan survei kuesioner. Hasil
penelitian tersebut menyatakan bahwa
8
ekspektasi kinerja (performance expectancy)
berpengaruh terhadap minat penggunaan
sistem informasi akuntansi pada UMKM di
Sri Lanka.
Aoun, Vatanasakdakul, & Li (2010)
meneliti faktor-faktor yang memengaruhi
penggunaan Sistem Informasi Akuntansi
(SIA) oleh praktisi akuntansi di Australia.
Tritunggal (2017) melakukan penelitian
terhadap minat pemanfaatan sistem
informasi akuntansi pada perusahaan jasa
ekspedisi di Yogyakarta. Mursalin (2012)
melakukan penelitian terhadap minat adopsi
dan penggunaan sistem informasi pada
UMKM di Bangladesh. Penelitian-penelitian
tersebut memberikan bukti empiris bahwa
ekspektasi kinerja berpengaruh positif
terhadap minat penggunaan.
Hasil penelitian Rosita (2013) dan
Whetyningtyas (2016), menyatakan bahwa
ekspektasi kinerja mempunyai pengaruh
positif terhadap penggunaan informasi
akuntansi pada UMKM. Peneliti
memprediksi hubungan ekspektasi kinerja
dan minat penggunaan SAK EMKM
dikatakan positif, apabila ekspektasi kinerja
penggunaan SAK EMKM bagi para pelaku
UMKM itu tinggi, maka akan tinggi pula
minat pemanfaatan SAK EMKM pada
pelaku UMKM. Berdasarkan uraian di atas
hipotesis pertama yang diajukan adalah:
H1 : Ekspektasi kinerja berpengaruh
positif terhadap penerapan SAK
EMKM
Pengaruh Ekspektasi Usaha Terhadap
Penerapan SAK EMKM
Ekspektasi usaha merupakan tingkat
kemudahan penggunaan sistem atau
teknologi yang akan mengurangi upaya
(tenaga dan waktu) dalam melakukan
pekerjaannya (Venkatesh et. al. 2003).
Berdasarkan model UTAUT milik
Venkatesh (2003) kemudahan dalam
menggunakan SAK EMKM akan
menimbulkan minat dalam diri seseorang
bahwa sistem itu mempunyai kegunaan dan
menimbulkan rasa nyaman dalam
penggunaannya.
Penelitian Aoun, Vatanasakdakul, &
Li (2010) meneliti faktor-faktor yang
memengaruhi penggunaan Sistem Informasi
Akuntansi (SIA) oleh praktisi akuntansi di
Australia. Hasil penelitian ini menyatakan
bahwa ekspektasi usaha (effort expectancy)
berpengaruh positif terhadap minat
penggunaan sistem informasi akuntansi.
Nawaz & Sheham (2015) melakukan
penelitian terhadap minat penggunaan
sistem informasi pada UMKM di Sri Lanka.
Penelitian ini menggunakan studi kuantitatif
berdasarkan survei kuesioner. Analisis
statistik digunakan untuk menguji faktor-
faktor apa yang akan memengaruhi
pengusaha kecil dan menengah dalam minat
mereka untuk menggunakan sistem
akuntansi. Hasil penelitian tersebut
menyatakan bahwa ekspektasi usaha (effort
expectancy berpengaruh terhadap minat
penggunaan sistem informasi akuntansi pada
UMKM di Sri Lanka.
Dalam penelitian Mursalin (2012)
juga menguji konstruk ekspektasi usaha
dengan minat penggunaan sistem informasi.
Kesimpulan dari penelitian ini bahwa
ekspektasi usaha memiliki pengaruh positif
yang kuat dalam minat penggunaan sistem
informasi. Penelitian lain yang juga
mendukung hasil penelitian Mursalin (2012)
adalah penelitian Chang et al. (2007) dan
Phichitchaisopa & Naenna (2013).
Berdasarkan penjelasan diatas, peneliti
menguraikan hipotesis kedua sebagai
berikut:
H2 : Ekspektasi usaha berpengaruh
positif terhadap penerapan SAK
EMKM
Pengaruh Pengaruh Sosial Terhadap
Penerapan SAK EMKM
Pengaruh sosial didefinisikan sebagai
tingkat dimana seorang individu
menganggap bahwa orang lain menyakinkan
dirinya harus menggunakan sistem yang
baru (Venkatesh et. al. 2003). Pengaruh
sosial ditunjukkan dari besarnya dukungan
rekan kerja, atasan, masyarakat, kreditur,
pemerintah dan organisasi. Dengan adanya
pengaruh dari lingkungan sekitar maka akan
menimbulkan minat pada seseorang.
Nawaz & Sheham (2015) melakukan
penelitian terhadap minat penggunaan
sistem informasi pada UMKM di Sri Lanka.
Penelitian ini menggunakan studi kuantitatif
berdasarkan survei kuesioner. Hasil
penelitian tersebut menyatakan bahwa
pengaruh sosial (social influence)
berpengaruh terhadap minat penggunaan
sistem informasi akuntansi pada UMKM di
Sri Lanka.
Tritunggal (2017) melakukan
penelitian terhadap minat pemanfaatan
sistem informasi akuntansi pada perusahaan
jasa ekspedisi di Yogyakarta. Aoun,
Vatanasakdakul, & Li (2010) meneliti
faktor-faktor yang memengaruhi
penggunaan Sistem Informasi Akuntansi
(SIA) oleh praktisi akuntansi di Australia.
9
Mursalin (2012) melakukan penelitian
terhadap minat adopsi dan penggunaan
sistem informasi pada UMKM di
Bangladesh. Penelitian-penelitian tersebut
memberikan bukti empiris bahwa pengaruh
sosial (social influence) memengaruhi minat
penggunaan bahkan beberapa diantaranya
telah menunjukkan pengaruh yang positif.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh
Rudiantoro & Siregar (2012), Mulyaga
(2016) dan Astutie & Fanani (2016)
menyatakan bahwa pengaruh sosial
mempunyai hubungan yang positif terhadap
minat penggunaan SAK ETAP. Hubungan
antara pengaruh sosial dan minat
penggunaan SAK EMKM dikatakan positif
apabila tingkat dukungan akan penggunaan
SAK EMKM dari rekan kerja, atasan,
masyarakat, kreditur, pemerintah dan
organisasi itu tinggi, maka akan tinggi pula
minat penggunaan SAK EMKM pada pelaku
UMKM. Oleh karena itu diajukan hipotesis
ketiga:
H3 : Pengaruh sosial berpengaruh
positif terhadap penerapan SAK
EMKM.
Pengaruh Kondisi yang Mendukung
Terhadap Penerapan SAK EMKM
Kondisi yang mendukung (facilitating
conditions) didefinisikan sebagai sejauh
mana seorang individu percaya bahwa
infrastruktur organisasi dan teknis ada untuk
mendukung penggunaan sistem (Venkatesh
et. al. 2003). Selain ekspektasi kinerja,
ekspektasi usaha, dan pengaruh sosial,
kondisi yang mendukung juga merupakan
faktor kunci dalam memprediksi minat
penggunaan.
Naheb, Sukoharsono,& Baridwan
(2017) melakukan penelitian terhadap
indsutri manufaktur semen di Libya untuk
menguji pengaruh kondisi yang mendukung
(facilitating conditions) pada minat
penggunaan Computerized Accounting
Systems (CAS). Penelitian ini menggunakan
metode penelitian kuantitatif dengan
menyebarkan kuesioner sebanyak 240
lembar kepada karyawan di bidang
akuntansi dan keuangan pada empat segmen
terbesar di Libya. Hasil penelitian tersebut
mengungkapkan bahwa terdapat pengaruh
antara (facilitating conditions) terhadap
minat penggunaan Computerized Accounting
Systems (CAS).
Penelitian Aoun, Vatanasakdakul, &
Li (2010) meneliti faktor-faktor yang
memengaruhi penggunaan Sistem Informasi
Akuntansi (SIA) oleh praktisi akuntansi di
Australia. Hasil penelitian ini menyatakan
bahwa kondisi yang mendukung (facilitating
conditions) berpengaruh positif terhadap
minat penggunaan sistem informasi
akuntansi.
Penelitian lain dilakukan oleh
Tritunggal (2017) yang melakukan
penelitian terhadap minat pemanfaatan
sistem informasi akuntansi pada perusahaan
jasa ekspedisi di Yogyakarta. Hasil
penelitiannya mengemukakan bahwa kondisi
yang mendukung pemakai berpengaruh
positif terhadap minat pemanfaatan sistem
informasi akuntansi.
Alawadhi & Morris (2008)
menyatakan bahwa kondisi yang
mendukung memiliki pengaruh dalam
mengadopsi layanan pemerintah di Kuwait.
Alamin, Yeoh, Warren, & Salzman (2015)
mengindikasikan bahwa kondisi yang
mendukung berpengaruh terhadap minat
penggunaan sistem informasi akuntansi.
Penelitian tersebut juga sejalan dengan hasil
penelitian yang dilakukan oleh Nawaz &
Sheham (2015), Aditya (2010) dan Suhartini
(2018).
Dari penjelasan diatas dapat ditarik
hipotesis bahwa kepercayaan seseorang
untuk menggunakan SAK EMKM akan
meningkat apabila didukung oleh
infrastruktur organisasi maupun teknis.
Hubungan antara kondisi yang mendukung
dengan penggunaan SAK EMKM dikatakan
positif apabila tingkat faktor-faktor yang
dapat mempermudah penggunaan SAK
EMKM itu tinggi, maka akan tinggi pula
perilaku terhadap penggunaan SAK EMKM
tersebut. Oleh karena itu diajukan hipotesis
ke empat:
H4 : Kondisi yang mendukung
berpengaruh positif terhadap
penerapan SAK EMKM.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini tergolong penelitian
kuantitatif dengan melakukan pengujian
hipotesis (hypotheses testing). Menurut
Sugiyono (2016:7) metode kuantitatif
merupakan metode yang ilmiah karena telah
memenuhi kaidah-kaidah ilmiah yaitu
kongkrit, obyektif, terukur, rasional, dan
sistematis. Pendekatan penelitian yang
dilakukan menggunakan cross-sectional,
yaitu sebuah penelitian yang dilakukan di
mana data dikumpulkan hanya sekali,
mungkin selama beberapa hari atau minggu
atau bulan, untuk menjawab pertanyaan
penelitian (Sekaran dan Bougie, 2016:104).
10
Populasi dalam penelitian ini adalah
pemilik UMKM yang mengetahui Standar
Akuntansi Keuangan Entitas Mikro Kecil
Menengah (SAK EMKM) di Kota Malang.
Jumlah populasi pemilik UMKM yang
mengetahui Standar Akuntansi Keuangan
Entitas Mikro Kecil Menengah (SAK
EMKM) di Kota Malang ini tidak diketahui
secara pasti.
Sampel dalam penelitian ini adalah
sebanyak 80 pemilik UMKM yang
mengetahui Standar Akuntansi Keuangan
Entitas Mikro Kecil Menengah (SAK
EMKM) di Kota Malang. Metode
pengumpulan data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode survei. Survei
adalah metode pengumpulan data dengan
memberikan pertanyaan kepada responden
(Sekaran dan Bougie, 2016:97). Metode ini
membutuhkan kontak antara peneliti dan
subjek (responden) dari penelitian untuk
memperoleh data yang diperlukan.
Teknik pengambilan data yang
digunakan pada penelitian ini adalah
convenience sampling (teknik pengambilan
sampel yang mudah) dimana penentuan
anggota sampel dari populasi dilakukan
berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang
secara kebetulan bertemu dengan peneliti
dapat digunakan sebagai sampel dan
dipandang bahwa orang tersebut cocok
sebagai sumber data (Sugiyono, 2016:85).
Convenience sampling digunakan karena
peneliti kesulitan dalam memperoleh
informasi mengenai jumlah pemilik UMKM
yang mengetahui Standar Akuntansi
Keuangan Entitas Mikro Kecil Menengah
(SAK EMKM) di Kota Malang secara
lengkap. Risiko penggunaan teknik
pengambilan sampel ini adalah hasil
penelitian yang tidak dapat digeneralisasi.
Alat pengumpul data atau instrumen
survei yang digunakan dalam penelitian ini
adalah kuesioner. Metode survei kuesioner
ini nantinya akan menghasilkan data primer.
Kuesioner umumnya dirancang untuk
mendapatkan sejumlah besar data
kuantitatif. Kuesioner adalah serangkaian
pertanyaan tertulis yang dirumuskan di mana
responden mencatat jawaban mereka dalam
alternatif yang ditentukan dengan cermat
(Sekaran dan Bougie, 2016:142).
Ekspektasi Kinerja
Ekspektasi Kinerja didefinisikan
sebagai seberapa tinggi seseorang percaya
bahwa menggunakan suatu sistem akan
membantu dia untuk mendapatkan
keuntungan pada pekerjaannya (Venkatesh
et al., 2003). Penelitian ini menggunakan
ekspektasi kinerja sebagai variabel
berdasarkan konsep dari Venkatesh et al.
(2003) dengan indikator sebagai berikut:
1. Mampu meningkatkan kinerja
(enhance job performance)
2. Memiliki manfaat (usefulness)
3. Kesesuaian untuk pekerjaan (job-
fit)
Berdasarkan pada indikator
ekspektasi kinerja, peneliti membuat
pengukuran dengan menjabarkan indikator
tersebut menjadi 4 (empat) pernyataan
dalam kuesioner yang dideskripsikan
sebagai berikut:
1. Menggunakan SAK EMKM
membantu saya dalam menilai
kinerja usaha saya.
2. Menggunakan SAK EMKM
bermanfaat untuk meningkatkan
kepercayaan pemangku
kepentingan.(contoh: masyarakat,
pemerintah, investor, kreditur, dll)
3. Menggunakan SAK EMKM
bermanfaat dalam meningkatkan
kualitas laporan keuangan yang
dihasilkan oleh usaha saya.
4. Saya merasa menggunakan SAK
EMKM sesuai untuk usaha yang
saya miliki.
Ekspektasi Usaha
Ekspektasi usaha didefinisikan
sebagai tingkat kemudahan terkait dengan
penggunaan sistem (Venkatesh et al., 2003).
Penelitian ini menggunakan ekspektasi
usaha sebagai variabel berdasarkan konep
yang dikembangkan oleh Venkatesh et al.
(2003) dengan indikator sebagai berikut:
1. Kemudahan penggunaan (ease of
use)
2. Tingkat kesulitan (complexity)
3. Persepsi kemudahan penggunaan
(perceived ease of use)
Berdasarkan pada indikator
ekspektasi usaha, peneliti membuat
pengukuran dengan menjabarkan indikator
tersebut menjadi 4 (empat) pernyataan
dalam kuesioner yang dideskripsikan
sebagai berikut:
1. Saya dapat dengan mudah belajar
membuat laporan keuangan
berdasarkan SAK EMKM.
(contoh: buku, orang lain,
konsultan,dll)
2. Bagi saya membutuhkan waktu
yang cukup singkat untuk
beradaptasi terhadap perubahan
11
standar dari SAK ETAP ke SAK
EMKM.
3. Saya tidak mengalami kesulitan
dalam membuat laporan keuangan
berdasarkan SAK EMKM.
4. Saya merasa menggunakan SAK
EMKM itu mudah.
Pengaruh Sosial
Pengaruh sosial didefinisikan sebagai
sejauh mana seseorang ingin untuk
mengubah sikap, kepercayaan, persepsi atau
tingkah laku seperti yang dilakukan oleh
orang lain (Venkatesh et al., 2003).
Penelitian ini menggunakan pengaruh sosial
sebagai variabel berdasarkan konep dari
Venkatesh et al. (2003) dengan indikator
sebagai berikut:
1. Persepsi orang lain terhadap
kewajiban penggunaan sistem
atau hal baru (subjective norm)
2. Faktor sosial (social factor)
3. Tingkat kepercayaan terhadap
orang lain (image)
Berdasarkan pada indikator pengaruh
sosial, peneliti membuat pengukuran dengan
menjabarkan indikator tersebut menjadi 4
(empat) pernyataan dalam kuesioner yang
dideskripsikan sebagai berikut:
1. Saya menggunakan SAK EMKM
atas dorongan dari orang-orang
terdekat saya.
2. Saya menggunakan SAK EMKM
karena sebagian besar usaha yang
lain sudah menggunakannya.
3. Lingkungan sekitar saya
memengaruhi saya untuk
menggunakan SAK EMKM.
4. Pemerintah/Kreditur/Investor
meyakinkan saya bahwa
menggunakan SAK EMKM dapat
membuat usaha saya lebih dapat
dipercaya daripada tidak
menggunakan SAK EMKM.
Kondisi yang Mendukung
Kondisi yang mendukung
didefinisikan sebagai sejauh mana seseorang
percaya bahwa sumber daya organisasional
dan teknikal yang tersedia siap untuk
mendukung sistem (Venkatesh et al., 2003).
Penelitian ini menggunakan kondisi yang
mendukung sebagai variabel berdasarkan
konep yang dikembangkan oleh Venkatesh
et al. (2003) dengan indikator sebagai
berikut:
1. Dukungan sumber daya (resource
support)
2. Ketersediaan fasilitas (availability
of facilities)
3. Tingkat kecocokan
(compatibility)
Berdasarkan pada indikator kondisi
yang mendukung, peneliti membuat
pengukuran dengan menjabarkan indikator
tersebut menjadi 5 (lima) pernyataan dalam
kuesioner yang dideskripsikan sebagai
berikut:
1. Latar belakang pendidikan yang
saya tempuh membantu saya
dalam menggunakan SAK
EMKM.
2. Saya memiliki sumber daya
manusia yang mampu membuat
laporan keuangan berdasarkan
SAK EMKM.
3. Teknologi komputer yang saya
gunakan dapat membantu dalam
mencatat transaksi-transaksi
dalam jumlah banyak.
4. Tersedia pedoman yang jelas
dalam membuat laporan keuangan
berdasarkan SAK EMKM.
5. Saya merasa sistem dan prosedur
yang telah berjalan pada usaha
saya cukup mendukung untuk
menggunakan SAK EMKM.
Minat Penggunaan
Minat didefinisikan sebagai tingkat
keinginan atau minat seseorang untuk
menggunakan suatu sistem dengan asumsi
bahwa mereka memiliki akses terhadap
informasi (Venkatesh et al., 2003).
Penelitian ini menggunakan minat
penggunaan sebagai variabel berdasarkan
konsep dari Venkatesh et al. (2003) dengan
indikator sebagai berikut:
1. Keinginan penggunaan (intention
to use)
2. Usaha untuk menggunakan (effort
to use)
3. Rencana penggunaan di masa
depan (plan for future use)
Berdasarkan pada indikator minat
penggunaan, peneliti membuat pengukuran
dengan menjabarkan indikator tersebut
menjadi 5 (lima) pernyataan dalam
kuesioner yang dideskripsikan sebagai
berikut:
1. Saya berniat menggunakan SAK
EMKM untuk usaha saya.
2. Saya akan berlatih untuk
menyusun laporan keuangan
berdasarkan SAK EMKM.
12
3. Saya berencana menggunakan
SAK EMKM pada periode yang
akan datang.
4. Saya memperkirakan bahwa saya
akan menggunakan SAK EMKM
pada periode yang akan datang.
5. Saya tidak berniat menggunakan
SAK EMKM untuk usaha saya.
(validation)
Pengukuran adalah penilaian angka
atau simbol lain yang menunjukkan
karakteristik atau atribut suatu objek sesuai
aturan yang telah ditentukan sebelumnya.
Objek dapat berupa orang, unit strategi
bisnis, perusahaan, negara, sepeda, gajah,
dan sebagainya (Sekaran dan Bougie,
2016:193). Salah satu cara untuk mengukur
suatu objek adalah dengan menggunakan
skala likert. Skala likert adalah skala yang
dirancang untuk memeriksa seberapa kuat
responden setuju dengan sebuah pernyataan
pada skala tujuh dengan tanda sebagai
berikut:
1 = Sangat Tidak Setuju
2 = Tidak Setuju
3 = Agak Tidak Setuju
4 = Netral
5 = Agak Setuju
6 = Setuju
7 = Sangat Setuju Sekali
Tanggapan atas sejumlah indikator
yang menunjukkan suatu konsep atau
variabel dapat dianalisis setiap indikatornya,
namun juga dapat dianalisis dengan
menghitung skor total yang pada setiap
responden dengan menjumlahkan seluruh
item.
Model Struktural
Persamaan struktural dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut:
MP = β1EK + β2EU + β3PS + β4KM
+ ε
Keterangan :
MP : Minat Penggunaan
EK : Ekspektasi Kinerja
EU : Ekspektasi Usaha
PS : Pengaruh Sosial
KM : Kondisi yang
Mendukung
β1- β4 : Koefisien Regresi
ε : Faktor Kesalahan (Error)
HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN
Peneliti melakukan penyebaran
kuesioner sebanyak 80 ekspemplar pada
pemilik Usaha Mikro Kecil dan Menengah
(UMKM) yang mengerti Standar Akuntansi
Keuangan Entitas Mikro Kecil Menengah
(SAK EMKM) di Kota Malang. Kuesioner
yang direspon sebanyak 79 eksemplar
kuesioner atau sebesar 98,75% dari
keseluruhan kuesioner yang telah disebar. 1
kuesioner tidak direspon disebabkan karena
tidak adanya pemilik UMKM di lokasi
usaha pada periode pengumpulan data
sehingga keterbatasan waktu menjadi
halangan untuk menjawab kuesioner.
Sedangkan 10 eksemplar kuesioner tidak
dapat digunakan karena terdapat data yang
tidak lengkap ataupun terdapat responden
yang tidak memenuhi syarat sebagai sampel
dalam penelitian karena belum mengerti
Standar Akuntansi Keuangan Entitas Mikro
Kecil Menengah (SAK EMKM). Pada
akhirnya, kuesioner yang dapat digunakan
untuk pengolahan data adalah sejumlah 69
ekspemplar kuesioner atau sebesar 86,25%
dari seluruh kuesioner yang dikirim.
Jumlah responden yang berjenis
kelamin laki-laki sebanyak 38 orang (55%),
sedangkan jumlah responden yang berjenis
kelamin perempuan adalah 31 orang (45%).
Mayoritas responden dalam penelitian ini
merupakan pemilik UMKM yang memiliki
rentang usia 25-40 tahun sebanyak 26 orang
(38%), sedangkan pada rentang usia 41-55
tahun menjadi mayoritas responden urutan
kedua sebanyak 21 orang (30%). Pendidikan
terakhir yang ditempuh oleh mayoritas
responden adalah SMA/MA/SMK/MAK
dengan jumlah 31 orang (45%), sementara
itu, urutan kedua diduduki oleh responden
dengan pendidikan terakhir S1 sejumlah 25
orang (36%). Latar belakang pendidikan
yang dimiliki oleh mayoritas responden
adalah Lainnya sebanyak 40 orang (58%).
Responden dengan latar belakang lainnya
berarti responden yang memiliki latar
belakang di luar bidang studi akuntansi,
manajemen, dan ekonomi. Berdasarkan hasil
pengolahan data mayoritas responden dalam
penelitian ini adalah para pemilik UMKM
yang memiliki usaha di bidang perdagangan,
yaitu sebanyak 34 orang (49%). Jumlah
karyawan yang dimiliki oleh mayoritas
responden adalah pada rentang 3-19
karyawan sebanyak 31 orang (45%),
sedangkan di urutan kedua adalah responden
yang memiliki karyawan pada rentang ≤ 4
orang sebanyak 30 orang (43%). Jumlah aset
yang dimiliki oleh mayoritas responden
adalah pada rentang Rp 50 juta - Rp 500 juta
sebanyak 33 orang(48%), sedangkan di
urutan kedua adalah responden yang
memiliki jumlah aset <Rp 50 juta dengan
13
jumlah 27 orang (39%). Responden yang
memiliki omzet <Rp 300 juta sebanyak 39
orang (57%), sedangkan responden dengan
rentang omzet Rp 300 juta - Rp 2,5 milyar
menempati urutan kedua dengan jumlah 25
orang (36%).
Total Effect dan Nilai R2
Total Effect menunjukkan besarnya
pengaruh variabel independen dalam
menjealaskan variabel dependen. Tabel 1
menunjukkan nilai konstruk ekspektasi
kinerja sebesar 0,3290, artinya bahwa variasi
perubahan konstruk minat penggunaan dapat
dijelaskan oleh konstruk ekspektasi kinerja
sebesar 32,90% sedangkan sisanya
dijelaskan oleh konstruk lain. Nilai konstruk
kepuasan pengguna sebesar 0,2845, artinya
bahwa variasi perubahan konstruk minat
penggunaan dapat dijelaskan oleh konstruk
ekspektasi usaha sebesar 28,45% sedangkan
sisanya dijelaskan oleh konstruk lain. Nilai
konstruk pengaruh sosial sebesar -0,0133,
artinya bahwa variasi perubahan konstruk
minat penggunaan dapat dijelaskan oleh
konstruk pengaruh sosial sebesar -1,33%
sedangkan sisanya dijelaskan oleh konstruk
lain. Nilai konstruk kondisi yang
mendukung sebesar 0,3499, artinya bahwa
variasi perubahan konstruk minat
penggunaan dapat dijelaskan oleh konstruk
kondisi yang mendukung sebesar 34,99%
sedangkan sisanya dijelaskan oleh konstruk
lain.
R-square (R2) digunakan untuk
mengukur tingkat variasi perubahan variabel
independen terhadap variabel dependen
(Abdillah dan Hartono, 2015: 62). Semakin
tinggi nilai menunjukkan semakin baik
model penelitiannya. Hasil dari pada
pengujian nilai dapat dilihat pada tabel 1
Pada nilai Adjusted R2 MP sebesar 0,7046,
artinya variabel independen dalam model
penelitian ini mampu menggambarkan
variabel dependen sebesar 70,47%,
sedangkan sisanya digambarkan oleh
variabel lain di luar penelitian ini.
Tabel 1. Nilai R2
R2
EK 0.3290
EU 0.2845
PS -0.0133
KM 0.3499
MP (adjusted) 0.7047
Sumber: Data diolah (2018)
Keterangan: EK (ekspektasi kinerja), EU
(ekspektasi usaha), PS (pengaruh sosial),
FM (fasilitas yang mendukung), MP
(minat penggunaan)
Nilai Path Coefficient
Nilai path koefisien menunjukkan
tingkat signifikansi dalam pengujian
hipotesis (Abdillah dan Hartono, 2015:197).
Pada pengujian hipotesisnya dilakukan
dengan melihat estimasi path koefisien dan
nilai t-statistic dengan signifikansi pada
α=5%. Jika nilai t-statistic lebih tinggi
dibandingkan t-table sebesar 1,64 untuk
hipotesis satu ekor (one-tailed) dan nilai dari
p-values kurang dari 0,05 artinya hipotess
diterima. Berikut adalah nilai path
coefficient dalam penelitian ini:
Tabel 2. Nilai Path Coefficient
Original
Sample (O)
Sample
Mean (M)
Standard
Deviation
(STDEV)
T Statistics
(|O/STDEV|)
P Values
EK -> MP 0.3290 0.3316 0.1301 2.5290 0.0059
EU -> MP 0.2845 0.2836 0.1104 2.5766 0.0051
PS -> MP -0.0133 -0.0010 0.0863 0.1545 0.4386
KM -> MP 0.3499 0.3391 0.1411 2.4804 0.0067
Sumber: Data diolah (2018)
Keterangan: EK (ekspektasi kinerja), EU (ekspektasi usaha), PS (pengaruh sosial), FM (fasilitas
yang mendukung), MP (minat penggunaan)
14
Gambar 3. Model Struktural Pengujian Hipotesis
Sumber: Data diolah (2018)
Berdasarkan hasil analisis tabel 2 dan
gambar 3 diatas, berikut uraian hasil pengujian
hipotesis:
1. Hipotesis 1
Hipotesis 1 menyatakan bahwa konstruk
ekspektasi kinerja berpengaruh positif terhadap
minat penggunaan Standar Akuntansi
Keuangan Entitas Mikro Kecil dan Menengah
(SAK EMKM). Berdasarkan hasil pengujian di
dalam tabel 2 dapat diketahui bahwa nilai beta
(β) adalah positif sebesar 0,3290, nilai P-
Values sebesar 0,0059, dan nilai T-statistic
konstruk ekspektasi usaha terhadap minat
penggunaan sebesar 2,5290. Nilai P-Values
lebih kecil dari 0,05 dan nilai T-statistic
konstruk tersebut lebih besar dari 1,64. Jadi
dapat disimpulkan bahwa ekspektasi usaha
berpengaruh positif terhadap keinginan
UMKM dalam menerapkan Standar Akuntansi
Keuangan Entitas Mikro Kecil dan Menengah
(SAK EMKM). Berdasarkan hasil tersebut
dapat dikatakan bahwa hipotesis 1 diterima.
2. Hipotesis 2
Hipotesis 2 menyatakan bahwa konstruk
ekspektasi usaha berpengaruh positif terhadap
minat penggunaan Standar Akuntansi
Keuangan Entitas Mikro Kecil dan Menengah
(SAK EMKM). Berdasarkan hasil pengujian di
dalam tabel 2 dapat diketahui bahwa nilai beta
(β) adalah positif sebesar 0,2845, nilai P-
Values sebesar 0.0051, dan nilai T-statistic
konstruk ekspektasi usaha terhadap minat
penggunaan sebesar 2,5766. Nilai P-Values
lebih kecil dari 0,05 dan nilai T-statistic
konstruk tersebut lebih besar dari 1,64. Jadi
dapat disimpulkan bahwa ekspektasi usaha
berpengaruh positif terhadap keinginan
UMKM dalam menerapkan Standar Akuntansi
Keuangan Entitas Mikro Kecil dan Menengah
(SAK EMKM). Berdasarkan hasil tersebut
dapat dikatakan bahwa hipotesis 2 diterima.
3. Hipotesis 3
Hipotesis 3 menyatakan bahwa konstruk
pengaruh sosial berpengaruh positif terhadap
minat penggunaan Standar Akuntansi
Keuangan Entitas Mikro Kecil dan Menengah
(SAK EMKM). Berdasarkan hasil pengujian
didalam tabel 2 dapat diketahui bahwa nilai
beta (β) adalah negatif sebesar -0,0133, nilai
P-Values sebesar 0,4386, dan nilai T-statistic
konstruk pengaruh sosial terhadap minat
penggunaan sebesar 0,1545. Nilai P-Values
lebih besar dari 0,05 dan nilai T-statistic
tersebut lebih kecil dari 1,64. Jadi dapat
disimpulkan bahwa pengaruh sosial tidak
berpengaruh positif terhadap keinginan
UMKM dalam menerapkan Standar Akuntansi
Keuangan Entitas Mikro Kecil dan Menengah
(SAK EMKM). Berdasarkan hasil tersebut
dapat dikatakan bahwa hipotesis 3 ditolak.
4. Hipotesis 4
Hipotesis 4 menyatakan bahwa konstruk
kondisi yang mendukung berpengaruh positif
terhadap minat penggunaan Standar Akuntansi
Keuangan Entitas Mikro Kecil dan Menengah
(SAK EMKM). Berdasarkan hasil pengujian
didalam tabel 2 dapat diketahui bahwa nilai
beta (β) adalah positif sebesar 0,3499, nilai P-
Values sebesar 0,0067, dan nilai T-statistic
konstruk kondisi yang mendukung terhadap
minat penggunaan sebesar 2,4804. Nilai P-
Values kurang dari 0,05 dan nilai T-statistic
konstruk tersebut lebih besar dari 1,64. Jadi
15
dapat disimpulkan bahwa kondisi yang
mendukung berpengaruh positif terhadap
keinginan UMKM dalam menerapkan Standar
Akuntansi Keuangan Entitas Mikro Kecil dan
Menengah (SAK EMKM). Berdasarkan hasil
tersebut dapat dikatakan bahwa hipotesis 4
diterima.
Diskusi Pengaruh dari Ekspektasi Kinerja
Terhadap Minat Penggunaan SAK EMKM
Unified Theory of Acceptance and Use of
Technology (UTAUT) menyatakan bahwa penentu
pengguna teknologi informasi salah satunya adalah
ekspektasi kinerja, yaitu tingkat dimana seorang
individu meyakini bahwa dengan menggunakan
teknologi atau sistem akan membantu dalam
meningkatkan kinerjanya. Ekspektasi kinerja
merupakan variabel prediktif yang paling kuat
dalam model UTAUT (Venkatesh et. al., 2003).
Pernyataan ini menjadi dasar bagi banyak
penelitian yang menggunakan UTAUT sebagai
dasar teorinya.
Ekspektasi kinerja berkaitan dengan minat
penggunaan teknologi atau sistem baru, termasuk
diantaranya SAK EMKM. Dalam menggunakan
SAK EMKM dibutuhkan ekspektasi usaha yang
baik dari penggunananya. Jika seseorang percaya
bahwa dengan menggunakan SAK EMKM dapat
membantu usahanya, maka seseorang tersebut akan
menggunakannya. Sebaliknya jika sesorang tidak
percaya bahwa dengan menggunakan SAK EMKM
membantu usahanya, maka seseorang tersebut tidak
akan menggunakannya.
Hipotesis pertama dalam studi ini
menyatakan bahwa ekspektasi kinerja berpengaruh
positif terhadap penerapan SAK EMKM. Hasil
pengujian menunjukkan bahwa nilai T-statistic
sebesar 2,5290, nilai tersebut lebih besar dari nilai
T-table (>1,64) dengan nilai β positif sebesar
0,3290. Berdasarkan hasil tersebut maka ekspektasi
kinerja berpengaruh positif terhadap penerapan
SAK EMKM. Oleh karena itu hipotesis 1 diterima.
Hasil tersebut menunjukkan bahwa semakin
baik ekspektasi kinerja dari pemilik UMKM
terhadap SAK EMKM, maka akan semakin tinggi
juga minat pemilik UMKM dalam menerapkan
SAK EMKM. Penelitian ini mendukung penelitian
sebelumnya yang dilakukan oleh Astutie & Fanani
(2016). Penelitian yang dilakukan oleh Astutie &
Fanani (2016) untuk menguji hubungan antara
ekspektasi kinerja dan minat UMKM dalam
menggunakan Standar Akuntansi Keuangan Entitas
Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP) di Jawa
Tengah. Dari hasil penelitian tersebut diperoleh
bukti bahwa ekspektasi kinerja berpengaruh positif
terhadap implementasi SAK ETAP.
Nawaz dan Sheham (2015) juga melakukan
pengujian terhadap minat penggunaan sistem
informasi pada UMKM di Sri Lanka. Hasil
penelitian Nawaz dan Sheham (2015) juga
menunjukkan hubungan yang positif antara
ekspektasi kinerja terhadap minat penggunaan
sistem informasi akuntansi pada UMKM di Sri
Lanka. Penelitian lainnya untuk menguji hubungan
positif antara ekspektasi kinerja terhadap
penggunaan informasi akuntansi pada UMKM
dilakukan oleh Whetyningtyas (2016) pada pemilik
UMKM di Kota Kudus. Hasil penelitian
Whetyningtyas (2016) juga menunjukkan bahwa
ekspektasi kinerja berpengaruh positif terhadap
penggunaan informasi akuntansi UMKM. Hasil
penelitian diatas juga konsisten terhadap hasil
penelitian Penelitian Aoun, Vatanasakdakul, & Li
(2010) yang menyatakan bahwa ekspektasi kinerja
berpengaruh positif terhadap minat penggunaan
sistem informasi akuntansi.
Berdasarkan penjelasan diatas dapat
disimpulkan bahwa ekspektasi kinerja merupakan
salah satu faktor yang memengaruhi keinginan
UMKM dalam menerapkan SAK EMKM.
Diskusi Pengaruh dari Ekspektasi Usaha
Terhadap Minat Penggunaan SAK EMKM
Ekspektasi usaha merupakan tingkat
kemudahan penggunaan sistem atau teknologi yang
akan mengurangi upaya (tenaga dan waktu) dalam
melakukan pekerjaannya (Venkatesh et. al. 2003).
Ekspektasi usaha patut menjadi perhatian khusus
karena tingkat ekspektasi usaha tersebut akan
menentukan apakah sebuah sistem atau teknologi
tersebut akan digunakan atau tidak oleh
penggunanya. Konstruk ekspektasi usaha ini sudah
dijelaskan dalam UTAUT.
Hipotesis kedua dalam studi ini menyatakan
bahwa ekspektasi usaha berpengaruh positif
terhadap penerapan SAK EMKM. Hasil pengujian
menunjukkan nilai T-statistic ekspektasi usaha
terhadap minat penggunaan sebesar 2,5766, nilai
tersebut lebih besar dari 1,64 dengan nilai β positif
sebesar 0,2845. Berdasarkan pada hasil tersebut
maka hipotesis 2 dinyatakan diterima.
Hasil penelitian ini mendukung penelitian
sebelumnya yang dilakukan oleh Astutie & Fanani
(2016). Astutie & Fanani (2016) melakukan
penelitian terhadap implementasi standar akuntansi
keuangan pada usaha kecil dan menengah di Jawa
Tengah. Data diperoleh dari persepsi pemilik UKM
di beberapa kota di Jawa Tengah Indonesia,
menggunakan survei sebagai data primer. Salah
satu hipotesis yang diuji dalam penelitian ini adalah
hubungan antara ekspektasi usaha terhadap minat
UMKM dalam menggunakan SAK ETAP. Hasil
penelitiannya mengemukakan bahwa pengaruh
sosial berpengaruh terhadap minat UMKM dalam
menggunakan SAK ETAP.
Penelitian lainnya dilakukan oleh Nawaz &
Sheham (2015) dan Aoun, Vatanasakdakul, & Li
(2010). Nawaz & Sheham (2015) melakukan
penelitian terhadap minat penggunaan sistem
informasi pada UMKM di Sri Lanka. Hasil
penelitian tersebut menyatakan bahwa ekspektasi
usaha berpengaruh terhadap minat penggunaan
16
sistem informasi akuntansi pada UMKM di Sri
Lanka. Sedangkan, penelitian Aoun,
Vatanasakdakul, & Li (2010) meneliti faktor-faktor
yang memengaruhi penggunaan Sistem Informasi
Akuntansi (SIA) oleh praktisi akuntansi di
Australia. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa
ekspektasi usaha berpengaruh positif terhadap
minat penggunaan sistem informasi akuntansi.
Jika pengguna merasa bahwa SAK EMKM
dapat dengan mudah dipelajari dan tidak
membutuhkan waktu yang cukup lama untuk
beradaptasi maka secara tidak langsung hal tersebut
dapat meningkatkan penggunaan SAK EMKM itu
sendiri. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa ekspektasi usaha merupakan salah satu
faktor yang memengaruhi keinginan UMKM dalam
menerapkan SAK EMKM.
Diskusi Pengaruh dari Pengaruh Sosial
Terhadap Minat Penggunaan SAK EMKM
Unified Theory of Acceptance and Use of
Technology (UTAUT) menyatakan bahwa penentu
pengguna teknologi informasi salah satunya adalah
pengaruh sosial (social influnce) yaitu sejauh mana
suatu individu meyakini orang lain dalam
menggunakan sistem baru (Vanketesh dkk., 2003).
Pengaruh sosial yang diterima pemilik UMKM
merupakan faktor yang dapat memengaruhi
persepsi pemilik UMKM untuk menerapkan SAK
EMKM. Pengaruh sosial merupakan pengaruh dari
lingkungan sekitar yang menyakinkan individu
untuk menggunakan SAK EMKM. Pengaruh sosial
ditunjukkan dari besarnya dukungan orang-orang
terdekat, pelaku usaha lain, pemerintah, investor,
dan kreditur.
Hipotesis ketiga dalam studi ini menyatakan
bahwa pengaruh sosial berpengaruh positif
terhadap penerapan SAK EMKM. Hasil pengujian
menunjukkan bahwa nilai T-statistic pengaruh
sosial terhadap minat penggunaan sebesar 0,1545,
nilai tersebut jauh lebih kecil dari nilai T-table
(<1,64) dengan nilai β negatif sebesar -0,0133.
Berdasarkan pada hasil tersebut maka hipotesis 3
dinyatakan ditolak.
Hasil penelitian ini tidak konsisten dengan
penelitian yang dilakukan oleh Nawaz & Sheham
(2015), dan Astutie & Fanani (2016) yang
menyatakan bahwa pengaruh sosial berpengaruh
positif terhadap minat penggunaan. Nawaz &
Sheham (2015) melakukan penelitian terhadap
minat penggunaan sistem informasi akuntansi pada
UMKM di Sri Lanka dengan melihat pada
hubungan antara pengaruh sosial dan dampaknya
terhadap penggunaan sistem informasi akuntansi.
Hasil penelitian ini menunjukkan adanya pengaruh
antara pengaruh sosial terhadap minat penggunaan
sistem informasi akuntansi. Sedangkan penelitian
yang dilakukan oleh Astutie & Fanani (2016)
menguji salah satu hipotesis, yaitu hubungan
pengaruh sosial terhadap implementasi SAK
ETAP. Hasil penelitian tersebut mengemukakan
bahwa pengaruh sosial berpengaruh terhadap minat
UMKM dalam menggunakan SAK ETAP. Namun
demikian, hasil penelitian ini masih konsisten
terhadap penelitian yang dilakukan oleh Aoun,
Vatanasakdakul, & Li (2010) dan Tritunggal
(2017) yang menyatakan bahwa pengaruh sosial
tidak berpengaruh terhadap minat penggunaan.
Aoun, Vatanasakdakul, & Li (2010) meneliti
faktor-faktor yang memengaruhi penggunaan
Sistem Informasi Akuntansi (SIA) oleh praktisi
akuntansi di Australia. Hasil penelitian tersebut
menyatakan bahwa pengaruh sosial tidak
berpengaruh terhadap minat penggunaan informasi
akuntansi. Ini dikarenakan masyarakat lebih
bersifat individualisme dan menganut kebebasan.
Individualisme adalah keadaan psikologis di mana
orang melihat diri mereka terlebih dahulu sebagai
individu dan mempercayai kepentingan dan nilai
diri sendiri adalah yang utama. Individualisme
berkaitan dengan masyarakat di mana hubungan
antar individu, longgar, semua orang diharapkan
untuk menjaga dirinya sendiri dan keluarganya
(Hofstede, 1993). Mangundjaya (2010)
menyatakan dalam penelitiannya, Indonesia juga
merupakan negara yang masyarakatnya bersifat
individualis. Dengan demikian individualisme
dapat menyebabkan pengaruh sosial tidak
berpengaruh terhadap penggunaan Sistem
Informasi Akuntansi (SIA).
Tritunggal (2017) melakukan penelitian
terhadap minat pemanfaatan sistem informasi
akuntansi pada perusahaan jasa ekspedisi di
Yogyakarta. Hasil penelitiannya mengemukakan
bahwa faktor sosial tidak berpengaruh terhadap
minat pemanfaatan sistem informasi akuntansi. Hal
ini dikarenakan masih minimnya kesadaran dari
pengguna sistem informasi akuntansi terhadap
pentingnya sistem informasi akuntansi bagi
usahanya.
Berdasarkan penjelasan diatas dapat
disimpulkan bahwa pengaruh sosial bukan
merupakan salah satu faktor yang memengaruhi
keinginan UMKM dalam menerapkan SAK
EMKM.
Diskusi Pengaruh dari Kondisi yang
Mendukung Terhadap Minat Penggunaan SAK
EMKM
Kondisi yang mendukung didefinisikan
sebagai sejauh mana seorang individu percaya
bahwa infrastruktur organisasi dan teknis ada untuk
mendukung sistem, seperti keterampilan,
pengetahuan, kemampuan dan sumber daya
(Venkatesh et al., 2003, Zhou et al. 2010). Dalam
penelitian ini variabel kondisi yang mendukung
menjadi prediktor paling kuat terhadap minat
penggunaan SAK EMKM.
Hipotesis keempat dalam studi ini
menyatakan bahwa kondisi yang mendukung
berpengaruh positif terhadap penerapan SAK
EMKM. Hasil pengujian menunjukkan bahwa nilai
17
T-statistic kondisi yang mendukung terhadap minat
penggunaan sebesar 2,4804, nilai tersebut lebih
besar dari nilai T-table (>1,64) dengan nilai β
positif sebesar 0,3499. Berdasarkan pada hasil
tersebut maka hipotesis 4 dinyatakan diterima.
Studi ini mendukung studi sebelumnya yang
dilakukan oleh Nawaz & Sheham (2015). Salah
satu hipotesis yang diuji dalam penelitian ini adalah
hubungan antara kondisi yang mendukung terhadap
minat penggunaan sistem informasi akuntansi pada
UMKM di Sri Lanka. Hasil penelitian tersebut
menyatakan bahwa kondisi yang mendukung
berpengaruh terhadap minat penggunaan sistem
informasi akuntansi pada UMKM di Sri Lanka.
Penelitian lain yang juga mendukung studi
ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Aoun,
Vatanasakdakul, & Li (2010). Penelitian Aoun,
Vatanasakdakul, & Li (2010) meneliti faktor-faktor
yang memengaruhi penggunaan Sistem Informasi
Akuntansi (SIA) oleh praktisi akuntansi di
Australia. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa
kondisi yang mendukung berpengaruh terhadap
minat penggunaan informasi akuntansi. Sedangkan,
Tritunggal (2017) juga melakukan penelitian
terhadap minat pemanfaatan sistem informasi
akuntansi pada perusahaan jasa ekspedisi di
Yogyakarta. Hasil penelitiannya mengemukakan
bahwa kondisi yang mendukung pemakai
berpengaruh positif terhadap minat pemanfaatan
sistem informasi akuntansi.
Dalam menerapkan SAK EMKM
diperlukan beberapa kondisi yang mendukung
pengguna untuk menggunakan SAK EMKM.
Beberapa kondisi tersebut diantaranya adalah latar
belakang yang dimiliki oleh pengguna,
ketersediaan sumber daya manusia yang mampu
menggunakannya, teknologi komputer yang
digunakannya, dan lain sebagainya. Semakin
banyak kondisi yang mendukung pengguna SAK
EMKM, maka akan sebaik tinggi pula minat
penggunaan SAK EMKM.
Berdasarkan penjelasan yang telah
dipaparkan diatas dapat disimpulkan bahwa kondisi
yang mendukung merupakan salah satu faktor yang
memengaruhi keinginan UMKM dalam
menerapkan SAK EMKM.
SIMPULAN DAN SARAN
Studi ini menguji pengaruh ekspektasi
kinerja, ekspektasi usaha, pengaruh sosial, dan
kondisi yang mendukung terhadap keinginan Usaha
Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) dalam
menerapkan Standar Akuntansi Keuangan Entitas
Mikro Kecil dan Menengah (SAK EMKM) di Kota
Malang. Penelitian ini menggunakan model
UTAUT sebagai dasar. Hasil penelitian ini
mendukung dan memperkuat model UTAUT dalam
memprediksi minat penggunaan individu terhadap
sistem atau teknologi baru. Terdapat empat
kesimpulan penting dalam hasil penelitian ini.
Pertama, hasil penelitian menunjukkan
bahwa ekspektasi kinerja berpengaruh positif
terhadap minat penggunaan SAK EMKM. Hal ini
berarti bahwa pemilik UMKM menganggap bahwa
SAK EMKM sebagai pedoman yang bermanfaat
bagi mereka sebagai dasar dalam pembuatan
laporan keuangan. Selain itu pemilik UMKM juga
percaya bahwa dengan menggunakan SAK EMKM
dapat membantu mereka dalam menilai kinerja
usahanya.
Kedua, ekspektasi usaha menunjukkan
pengaruh positif terhadap minat penggunaan SAK
EMKM. Ini berarti bahwa pemilik UMKM
menganggap bahwa mereka dapat dengan mudah
belajar membuat laporan keuangan berdasarkan
SAK EMKM. Selain itu mereka juga menganggap
bahwa menggunakan SAK EMKM tidak terlalu
sulit.
Ketiga, pengaruh sosial tidak berpengaruh
terhadap minat penggunaan SAK EMKM. Kondisi
ini dikarenakan budaya pelaku UMKM yang masih
bersifat individualis dan menganut kebebasan,
sehingga pengaruh sosial untuk menggunakan SAK
EMKM dari pihak eksternal akan diabaikan.
Minimnya kesadaran pribadi terhadap pentingnya
laporan keuangan dan anggapan bahwa laporan
keuangan bukanlah hal yang penting bagi UMKM
membuat pemilik UMKM enggan untuk menerima
masukan dari orang lain.
Keempat, kondisi yang mendukung terbukti
memiliki pengaruh positif terhadap minat
penggunaan SAK EMKM. Hal ini berarti bahwa
pemilik UMKM yang memiliki pengetahuan,
fasilitas, dan sumber daya yang memadai memiliki
minat yang tinggi dalam menggunakan SAK
EMKM. Dengan demikian dari sisi regulator,
memberikan pengetahuan, fasilitas dan sumber
daya yang memadai diperlukan bagi para UMKM
untuk meningkatkan niat mereka dalam
menggunakan SAK EMKM.
Kesimpulannya, ekspektasi kinerja,
ekspektasi usaha, dan kondisi yang mendukung
memiliki pengaruh yang positif terhadap minat
penggunaan SAK EKMM. Hal ini berarti semakin
tinggi ekspektasi kinerja, ekspektasi usaha, dan
kondisi yang mendukung maka semakin tinggi pula
minat penggunaan SAK EMKM. Sementara itu
pengaruh sosial tidak memiliki pengaruh terhadap
minat penggunaan SAK EMKM. Hal ini berarti
besar tidaknya pengaruh sosial tidak berpengaruh
terhadap minat penggunaan SAK EMKM.
Studi ini mempunyai dua implikasi, yang
terdiri dari implikasi teoritis dan implikasi praktis.
Implikasi teoritis penelitian ini adalah hasil dari
penelitian ini dapat mendukung teori yang
digunakan, yaitu UTAUT yang dikembangkan oleh
Venkatesh pada tahun 2003. Selain mendukung
teori tersebut, hasil penelitian ini juga mampu
mengembangkan konsep penerimaan SAK EMKM
pada UMKM di Kota Malang. Penelitian ini juga
18
menambah literatur di bidang akuntansi keuangan
dan pelaporan yang belum banyak diteliti.
Implikasi praktis dari studi ini dapat
digunakan sebagai salah satu referensi dalam
perencanaan dan implementasi SAK EMKM pada
UMKM. Pelaku UMKM hendaknya melatih
kemampuannya dalam bidang akuntansi keuangan,
serta menyediakan fasilitas-fasilitas pendukung
untuk membantu dalam menerapkan SAK EMKM.
Para praktisi ataupun regulator SAK EMKM yang
mengalami kendala dalam melakukan perencanaan
dan implementasi SAK EMKM pada UMKM dapat
mempertimbangkan faktor-faktor seperti ekspektasi
kinerja, ekspektasi usaha, dan fasilitas yang
mendukung. Selain itu, implikasi lainnya adalah
penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi
untuk dukungan pembuatan keputusan bagi
pemerintah dan Ikatan Akuntan Indonesia dalam
mengatur penerapan SAK EMKM pada UMKM.
Peneliti menyadari terdapat keterbatasan
dalam penelitian ini. Keterbatasan penelitian ini
adalah tidak tersedianya data mengenai jumlah
pelaku UMKM yang mengetahui SAK EMKM
sehingga jumlah populasi penelitian ini tidak dapat
diketahui secara pasti.
DAFTAR PUSTAKA
Abdillah, Willy dan Jogiyanto Hartono. (2015).
Partial Least Square (PLS): Alternatif
Structural Equation Modeling (SEM)
dalam Penelitian Bisnis. Yogyakarta:
Penerbit C.V. Andi Offset.
Adi, P.H. & Kuriawati, E.P. (2012). Penerapan
Penyusunan Laporan Keuangan untuk
Usaha Kecil dan Menengah (UKM)
Berbasis Standar Akuntansi Keuangan
Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik.
Diakses dari
eprints.dinus.ac.id/8761/1/jurnal_13414.
Ajzen, I. (1991). The Theory of Planned Behavior.
Organizational Behavior and Human
Decision Processes, 50(2), 179-211.
Amanah, S. (2012). Analisis Penerapan
Pencatatan Akuntansi pada Usaha Kecil
dan Menengah Binaan Dinas Koperasi
UMKM Perindustrian dan Perdagangan
Kabupaten Lima Puluh Kota (Skripsi
Sarjana, Universitas Muhamadiyah
Sumatera Barat, Sumatera Barat).
Aoun, Chadi., Savanid V. & Yanning L. (2010).
AIS in Australia: UTAUT Application &
Cultural Implication. Australia:
Macquarie University.
Astutie, Y.P. & Fanani, B. 2016. Small to Medium-
Sized Enterprises and Their Financial
Report Quality. IJEF: International
Journal of Economics and Financial
Issues, 6(4S). Diakses dari
http://www.econjournals.com/index.php/ij
efi/article/view/2713.
Aufar, A. (2014). Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Penggunaan Informasi
Akuntansi pada UMKM (Survei Pada
Perusahaan Rekanan PT. PLN (Persero)
di Kota Bandung (Skripsi Sarjana,
Universitas Widyatama, Bandung).
Diakses dari
http://repository.widyatama.ac.id/xmlui/ha
ndle/123456789/3060.
Chang, I., Hwang, H., Hung, W., & Li, Y. (2007).
Physicians Acceptance of
Pharmacokinetics-based Clinical Decision
Support System:. Expert Systems with
Applications, 33(2), 296-303. doi:
10.1016/j.eswa.2006.05.001
Chin, W.W. (1995). Partial Least Squareis to
LISREL as Principal Component Analysis
is to Cammon Factor Analysis.
Technology Studies (2), 315-319.
CNN Indonesia. (2016). Kontribusi UMKM
Terhadap PDB Tembus Lebih Dari 60
Persen. Diakses dari
https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/2
0161121122525-92-174080/kontribusi-
umkm-terhadap-pdb-tembus-lebih-dari-
60-persen.
Compeau, D. R., Higgins, C. A. & Huff, S. (1999).
Social Cognitive Theory and Individual
Reactions to Computing Technology: A
Longitudinal Study. MIS Quarterly, 23(2),
145-158.
Davis, F. D., Bagozzi, R. P. & Warshaw, P. R.
(1992). Extrinsic and Intrinsic Motivation to
Use Computers in the Workplace. Journal of
Applied Social Psychology, 22(14), 1111-
1132.
Devany, Ayu Marshaa. (2018). Analisis
Kebermanfaatan Sistem Informasi
Akuntansi yang Dapat Menghasilkan
Laporan Keuangan Berdasarkan Standar
Akuntansi Keuangan Entitas Mikro, Kecil,
dan Menengah (SAK EMKM) pada UMKM
dengan Omzet Kecil (Studi Kasus Pada
UMKM ARA) (Skripsi Sarjana, Universitas
Brawijaya, Malang).
Ernest Young. (2018). ASEAN SME - Are You
Transforming for The Future. Diakses dari
https://www.ey.com/Publication/vwLUAs
sets/ey-asean-smes-are-you-transforming-
for-the-future/$FILE/ey-asean-smes-are-
you-transforming-for-the-future.pdf.
Fishbein, M., & Ajzen, I. (1975). Belief, attitude,
intention and behavior: an introduction to
theory and research Volume 10.
Addison:Wesley.
Ghozali, Imam. (2012). Aplikasi Analisis
Multivariate dengan Program IBM SPSS
20. Semarang: Penerbit Universitas
Diponegoro.
19
Gaffikin, M.J.R, 1991. Redefining Accounting
Theory. Proceeding of The Second
South East Asia University Accounting
Teachers Conference di Jakarta 21-23
Januari 1991.
Hair, Joseph F., Anderson, R L. Tatham, dan W.C.
Black. (2010). Multivariate Data Analysis.
Seventh Edition. New Jersey: Penerbit
Pearson Education Inc.
Ikatan Akuntan Indonesia. (2016). Standar
Akuntansi Keuangan Entitas Mikro Kecil
Menengah.
Littleton, A. C. (1974). Structure of Accounting
Theory. New York: Penerbit AAA
Mangundjaya, Wustari L.H. (2010). Is There
Cultural Change In The National Cultures
Of Indonesia? in Steering Cultural
Dynamics. Congress of the International
Association for Cross Cultural
Psychology, At Melbourne, Australia.
Diakses dari
http://iaccp.org/sites/default/files/melbour
ne_pdf/Mangundjaya.pdf
Mulyaga, F. (2016). Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Implementasi Standar
Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa
Akuntabilitas Publik pada UMKM (Skripsi
Sarjana, Universitas Negeri Semarang,
Semarang). Diakses dari
http://lib.unnes.ac.id/26048/1/7211412142
Mulyani, Sri. (2014).Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Kualitas Laporan
Keuangan Pada UMKM di Kabupaten
Kudus. Jumal Dinamika Ekonomi &
Bisnis 11(2). Diakses dari
https://ejournal.unisnu.ac.id/JDEB/article/
viewFile/207/356.
Moore, G. C. & Benbasat, I. (1991). Development
of an Instrument to Measure the
Perceptions of Adopting an Information
Technology Innovation. Information
Systems Research, 2(3), 192-22. BRAC
University Journal, vol. IX, no. 1&2,
2012, hal. 15-24
Mursalin, Mohd Jabir Al. (2012). Information
System Adoption and Usage: Validating
UTAUT Model for Bangladeshi SMES.
Naheb, O.A., Sukoharsono, E.G., Baridwan, Z.
(2017). The Influence of Critical Factors
on The Behavior Intention to
Computerized Accounting Systems (CAS)
In Cement Manufactures in Libya. The
International Journal of Accounting and
Business Society 25(1).
Nawaz, S.S. & Sheham, A.M. (2015). Evaluating
the Intention to use Accounting
Information Systems by Small and Medium
Sized Enterpreneurs . Research Journal of
Finance and Accounting, 6(22). Diakses
dari www.iiste.org ISSN 2222-1697
(Paper) ISSN 2222-2847 (Online).
Nur, R.A.F. (2018). Penerapan Penyusunan
Laporan Keuangan Berdasarkan Standar
Akuntansi Keuangan Entitas Mikro Kecil
dan Menengah (SAK EMKM) pada Usaha
Kecil Menengah (UKM) Studi Kasus Pada
Konveksi Goods Project Bandung. Jurnal
Ilmiah Universitas Tanjungpura, 6(2).
Diakses dari
http://jurnal.untan.ac.id/index.php/ejafe/artic
le/view/19192.
Organization for Economic Cooperation and
Development (OECD). (1981).
North/South Tecnology Transfer: The
Adjusments Ahead. Paris: Penerbit OECD
Phichitchaisopa, N., & Naenna, T. (2013). Factors
Affecting the Adoption of Healthcare
Information Technology. EXCLI Journal,
12, 413-436. Diakses dari
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/
PMC4566918/pdf/EXCLI-12- 413.pdf
Politika Malang. (2017). Kota Malang Raih
Prestasi Bidang Koperasi dan UKM.
Diakses dari http://politikamalang.com/kota-
malang-raih-prestasi-bidang-koperasi-dan-
ukm/.
Rosita.(2013). Analisis Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Minat Penggunaan Sistem
Informasi Akuntansi pada UKM (Studi
Empiris pada UKM di Kabupaten
Karanganyar). Graduasi Volume 29,
ISSN 2088-6594.
Rudiantoro, R. & Siregar, S.V. (2012). Kualitas
Laporan Keuangan UMKM Serta Prospek
Implementasi SAK ETAP. JAKI: Jurnal
Akuntansi dan Keuangan Indonesia.
Diakses dari
http://jaki.ui.ac.id/index.php/home/article/
view/141.
Sariningtyas P. & Diah T. (2011). Standar
Akuntansi Keuangan
Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik Pada
Usaha Kecil Dan Menengah.
Jurnal Akuntansi, 1(1), 90-101. Diakses
dari
https://core.ac.uk/download/pdf/12218273
.pdf.
Saunders, M., Lewis, P., & Thornhill, A. (2016).
Research Methods for Business Students
7th edition. Inggris: Penerbit Pearson
Education Limited
Sholihin, Mahfud dan Dwi Ratmono. (2013).
Analisis SEM-PLS dengan WrapPLS 3.0
Untuk Hubungan Nonlinear dalam
Penelitian Sosial dan Bisnis. Yogyakarta:
Penerbit C.V. Andi Offset.
Sekaran, Uma & Bougie, R. (2016). Research
Methods or Business 7th edition. United
Kingdom: Penerbit Wiley.
20
Setyobudi, Andang. (2007). Peran Serta Bank
Indonesia Dalam Pengembangan
Usaha Mikro, Kecil dan Menengah
(UMKM). Buletin Hukum Perbankan
Dan Kebanksentralan, 5(2), 29-35.
Sitoresmi, L.D. (2013). Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Penggunaan Informasi
Akuntansi pada Usaha Kecil dan
Menengah (Studi pada KUB Sido Rukun
Semarang). Diponegoro Journal Of
Accounting, 2(3), 1-13. Diakses dari
http://ejournal-
s1.undip.ac.id/index.php/accounting ISSN
(Online): 2337-3806 1.
Sivo, S., Saunders, C., Chang, Q., & Jiang J.
(2006). How low should you go? low
response rates and the validity of
inference in is questionnaire research.
Journal of the Association for Information
Systems, 7(6), 351–414.
Sofiah, N. & Murniati, A. (2014). Persepsi
Pengusaha UMKM Keramik Dinoyo Atas
Informasi Akuntansi Keuangan Berbasis
Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK
ETAP). Diakses dari
https://lp2m.asia.ac.id/wp-
content/uploads/2014/03/Nurhayati-Sofiah-
dan-Aniek-Murniati.pdf.
Solovida, G.T. (2003). Analisis Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Penyiapan dan
Penggunaan Informasi Akuntansi pada
Perusahaan Kecil dan Menengah di Jawa
Tengah (Skripsi Sarjana, Universitas
Diponegoro, Semarang). Diakses dari
http://eprints.undip.ac.id/9945/.
Sudaryanto, R., & Wijayanti, R. (2014). Strategi
Pemberdayaan UMKM Mengadapi Pasar
Bebas ASEAN. Diakses dari
http://www.kemenkeu.go.id/sites/default/fi
les/Strategi%20Pemberdayaan%20UMK
M.pdf.
Sudibyo, Bambang. (1986). Rekayasa Akuntansi
dan Permasalahannya di Indonesia.
Media Akuntansi, Hal.41.
Sugiyono. (2016). Metode Penelitian Kuantitatif,
Kualitatif, dan R & D. Bandung: Penerbit
Alfabeta.
Sulistyowati, Yayuk. (2017). Pencatatan
Pelaporan Keuangan UMKM (Studi Kasus
di Kota Malang). Jurnal Ilmu Manajemen
dan Akuntansi, 5(2). Diakses dari
https://jurnal.unitri.ac.id/index.php/refrensi/
article/view/831.
Suwardjono. (2005). Teori Akuntansi-
Perekayasaan Akuntansi Keuangan.
Yogyakarta: Penerbit BPFE.
Tarmizi, Rosmiaty dan Ni Luh Sartika Bugawanti.
(2013). Pengaruh Persepsi Pengusaha Kecil
dan Menengah terhadap Penggunaan SAK
ETAP di Kota Bandar Lampung. Jurnal
Akuntansi dan Keuangan, 4(2). Diakses dari
http://jurnal.ubl.ac.id/index.php/jak/article/v
iew/418.
Taylor, S., & Todd, P. A. (1995). Understanding
Information Technology Usage: A Test of
Competing Models, Information Systems
Research 6(4), 144-176.
Thakur, R. & Srivastava, M. (2013). Customer
Usage Intention of Mobile Commerce in
India: An Empirical Study. Journal of
Indian Business Research, 5(1), 52-72.
Diakses dari
https://doi.org/10.1108/175541913113033
85.
Transistari, R. & Wahyuningsih, T.H. (2013).
Analisis Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Pengambilan Kredit oleh
Pelaku Usaha Kecil Menengah di
Kabupaten Sleman. Jurnal Bisnis dan
Ekonomi, 4(2), 165–176. Diakses dari
http://jurnalefektif.janabadra.ac.id/wp-
content/uploads/2015/11/Efektif-Des-
2013_5.pdf.
Tritunggal, Winda. (2017). Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Minat Pemanfaatan Sistem
Informasi Akuntansi: Studi Kasus pada
Perusahaan Jasa Ekspedisi di Yogyakarta.
Repository Universitas PGRI Yogyakarta.
Diakses dari
http://repository.upy.ac.id/1374/1/Artikel.
pdf.
Venkatesh, V., Morris, M.G. & Davis, G.B. (2003).
User Acceptance of Information
Technology: Toward A Unified View.
MIS Quarterly 27(3), 425-478. Diakses
dari http://www.vvenkatesh.com/wp-
content/uploads/2015/11/2003(3)_MISQ_
Venkatesh_etal.pdf.
Whetyningtyas, A. (2016). Determinan
Penggunaan Informasi Akuntansi pada
Usaha Kecil Menengah (UKM). Media
Ekonomi dan Manajemen, 31(2). Diakses
dari
https://media.neliti.com/media/publication
s/149955-ID-determinan-penggunaan-
informasi-akuntans.pdf.
World Bank’s Ease of Doing Business Index.
(2018). Indonesian Small Medium
Enterprise Ranking. Diakses dari
http://www.doingbusiness.org/rankings.
Yanto, H., Bestari D.H., Badingatus S. & Joseph
M. M. (2016). The Behavior of Indonesian
SMEs in Accepting Financial Accounting
Standards Without Public Accountability.
International Journal of Business and
Management Science, 6(1), 43-62.