Upload
others
View
16
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
305
Visualisasi Karakter Profetik dalam Diri Akuntan Pendidik
Gemelthree Ardiatus Subekti, Hamidah -, Astuti Dola Bastina
Universitas Airlangga, Jl. Airlangga No. 4-6, Kel. Airlangga, Kec. Gubeng, Surabaya, Jawa Timur 60115
[email protected], [email protected], [email protected]
doi.org/10.33795/jraam.v4i3.007
Informasi Artikel Abstract
Tanggal masuk 31-01-2020
This research aims to contribute for an educator accountant in carrying
out his profession by imitating and emulating the characters that
already exist in the Prophet Muhammad. The approach in the
formulation of thought uses a literature study by comparing the
character of the Prophet Muhammad and the accountant educators
who have unethichal behaviors. From these comparisons, the
researcher gives an argument about why accountants educators should
imitate and emulate the character of the Prophet Muhammad in
carrying out their duties. The essence of ethical matters is fundamental
in accounting, especially in the context of developing and enhancing the
role of the teaching accountant profession in order to be able to act
professionally.
Tanggal revisi 27-02-2020
Tanggal diterima 28-05-2020
Keywords:
Educator Accountant
Ethics
Islam
Prophet Muhammad SAW
Kata kunci: Abstrak
Akuntan Pendidik
Etika
Islam
Nabi Muhammad SAW
Penelitian ini bertujuan mampu memberikan kontribusi bagi seorang
akuntan pendidik dalam menjalankan profesinya dengan mencontoh
dan meneladani karakter yang telah ada dalam diri Nabi Muhammad
SAW. Pendekatan dalam perumusan pemikiran ini menggunakan studi
kepustakaan dengan membandingkan antara karakter Nabi Muhammad
SAW dengan oknum akuntan pendidik yang berperilaku tidak etis.
Dari perbandingan tersebut peneliti memberikan argumen mengapa
akuntan pendidik harus mencontoh dan meneladani karakter Nabi
Muhammad SAW dalam menjalankan tugasnya. Esensi perihal etis
sangat penting dalam akuntansi terutama dalam rangka pengembangan
dan peningkatan peran profesi akuntan pendidik untuk dapat bertindak
secara profesional.
1. Pendahuluan
Paul and Elder [1] merincikan konsep
etika sebagai suatu rangkaian abstrak atau
prinsip yang dapat menunjukkan jalan dalam
berperilaku, baik untuk mencapai
kemaslahatan atau kehancuran bagi manusia.
Namun, sebagian besar manusia kebingungan
dan mencampuradukkan konsep etika dengan
keyakinan, konvensi sosial, dan hukum.
Etika selalu beriringan dengan konsep moral-
Jurnal Riset dan Aplikasi: Akuntansi dan Manajemen, 4(3), September 2020, 305-318
306 Jurnal Riset dan Aplikasi: Akuntansi dan Manajemen, Vol. 4, No.3, September 2020
itas yang spesifik menjelaskan mengenai
norma dan nilai sosial dalam suatu tatanan
sosial. Nilai tersebut diyakini, dihormati, di-
taati, dan bahkan dilindungi untuk mengatur
fungsi dan tujuan sosial dalam menciptakan
aturan suatu lingkup sosial. Etika dan moral
seringkali berkaitan dengan persoalan inter-
personal, multipersonal, maupun kemanusi-
aan, namun terjadinya perbuatan-perbuatan
tidak etis menyebabkan isu etika dan moral
masih relevan dan banyak dikaji [2].
Penelitian-penelitian dalam disiplin ilmu
akuntansi melakukan berbagai kajian
mengenai praktik akuntansi dan keyakinan
atau agama [3]. Kamla [4] menjelaskan
adanya kebutuhan untuk mengkaji secara
kritis terkait sisi spiritual agar dapat men-
capai suatu pandangan kritis terhadap
akuntansi dalam konteks sosial, politik, dan
ekonomi.
Islam mengatur segala sendi kehidupan
manusia baik yang berkaitan dengan ibadah
yaitu manusia dengan Tuhan maupun
muamalah yaitu hubungan manusia dengan
manusia lainnya. Salah satu bentuk
muamalah adalah kegiatan perekonomian
antara sesama manusia. Islam menunjukkan
kegiatan ekonomi yang sejalan dengan tujuan
syariat yaitu mempromosikan kebajikan dan
menghindari kejahatan. Aktivitas muamalah,
khususnya ekonomi Islam, selalu dilandasi
dengan syariat yang menggabungkan nilai
etika dan dapat mengakomodasi kepentingan
publik [5]. Namun, terdapat gap antara etika
yang berubah seiring dengan waktu
sedangkan etika bisnis dalam Islam telah
ditetapkan dalam wahyu-wahyu [6].
Sehingga diperlukan suatu sistem etika yang
dapat beradaptasi dengan perkembangan
situasi dan kondisi.
Profesi Akuntan mempunyai fungsi dan
peran yang terikat dengan para pemegang
kepentingan dalam suatu entitas bisnis, oleh
karena itu perlu diingat apa saja tanggung
jawab profesi tersebut. Fungsi etika bagi
profesi akuntan dan pengguna informasi
sangatlah penting. Etika dapat menjelaskan
suatu metode atau sistem pada suatu profesi
untuk dapat mempertahankan integritas dan
kredibilitas serta mendapatkan kepercayaan
publik [7]. Jadi, akuntan yang dianggap
sebagai profesi juga telah menciptakan dan
mengembangkan kode etik sebagai pedoman
atau acuan bagi para akuntan maupun seluruh
pengguna informasi akuntansi [8].
Pendidikan akuntansi berfungsi dalam
mencetak generasi para akuntan professional
di masa yang akan datang baik sebagai
akuntan publik, akuntan internal atau
manajemen, akuntan pendidik, akuntan
sektor publik, akuntan pajak serta profesi
lainnya. Namun, posisi akuntan pendidik
yang terabaikan menyebabkan perannya
tidak begitu dipandang meskipun profesi
tersebut sangat menunjang profesi akuntan
pada generasi mendatang [9].
Auliyah [10] menjelaskan bahwa
elemen-elemen dalam perkembangan
pendidikan antara lain; pemerintah, institusi
pendidikan, dosen (akuntan pendidik), dan
mahasiswa.
Akuntan pendidik bertugas antara lain
pada bidang berikut ini: pendidikan,
penelitian, pengembangan dan penataan
program atau aplikasi terkait akuntansi.
Peran akuntan pendidik sangat berpengaruh
bagi mahasiswa. Selain itu, peran akuntan
pendidik juga berupa mengajarkan nilai etika
profesional akuntan bagi para calon akuntan.
Akuntan pendidik harus dapat memberikan
contoh dan mengarahkan mahasiswa agar
kelak menjadi akuntan yang mempunyai
etika dan moral.
Namun, profesi akuntan pendidik juga
memiliki sisi gelap yang menyebabkan
perilaku tidak etis atau bahkan tindakan
kriminal yang mencoreng profesi tersebut
seperti: plagiat, indispiliner, diskriminasi,
pemaksaan hak, dan bahkan pelecehan
seksual baik verbal maupun tindakan [9].
Dominasi dosen terhadap mahasiswa juga
menyebabkan tidak terpenuhinya hak-hak
mahasiswa. Kegagalan dunia pendidikan
akuntansi sering menyalahkan sistem
pendidikan, proses pembelajaran, dan bahkan
mahasiswa akuntansi. Seharusnya perbaikan
Subekti, Hamidah, Bastina, Visualisasi Karakter Profetik... 307
pendidikan akuntansi harus dimulai dari
akuntan pendidik karena mungkin saja
kegagalan tersebut dipicu oleh dosa-dosa
akuntan pendidik [11].
Azza wa Jalla mengutus manusia terbaik
sebagai penutup para nabi dan Rasul untuk
menyampaikan firman-Nya yaitu Nabi
Muhammad Shallallahu 'alaihi wasallam.
Kehidupan Rasul terakhir tersebut
merupakan suatu role model bagi setiap
muslim yang termaktub dalam QS Al-Ahzab
ayat 21, yang artinya: “Sesungguhnya telah
ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan
yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang
mengharap (rahmat) Allah SWT dan
(kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak
menyebut Allah SWT.” (QS Al-
Ahzab/33:21)
Ayat ini dijelaskan oleh Katsir bahwa
ayat ini merupakan suatu perintah dari Sang
Khalik agar selalu meniru dan mengamalkan
seluruh tindakan, sifat, ucapan, dan sikap
Nabi Muhammad Shallallahu alaihi
wasallam. Rasulullah Shallallahu alaihi
wasallam merupakan panutan bagi para
generasi sahabat sehingga menjadi generasi
terbaik sepanjang masa yang dimiliki umat
muslim.
Beberapa penelitian terdahulu
melakukan berbagai kajian terkait pendidikan
akuntansi antara lain yang berhubungan
dengan akuntan pendidik dan perannya [12,
13], etika akuntan pendidik [9, 10, 14], pola
pikir akuntan pendidik [11, 15-17], sistem
pendidikan akuntansi [18], akuntan pendidik
dan kode etik akuntan [19] profesionalisme
akuntan pendidik [12, 20, 21], dan kode etik
akuntan pendidik [22]. Penulis menilai masih
sedikit yang membahas etika akuntan
pendidik yang mendasarkan akhlaknya
dengan akhlak Nabi Muhammad Shallallahu
„alayhi wasallam. Sehingga penelitian ini
bertujuan memberikan kontribusi bagi
seorang akuntan pendidik dalam
menjalankan profesinya dengan mencontoh
dan meneladani karakter-katakter yang telah
ada dalam diri Nabi Muhammad Shallallahu
„alayhi wasallam.
2. Metode
Metode penelitian yang digunakan
dalam artikel ini adalah metode literature
review. Cronin dan Ryan [23] menjelaskan
bahwa literature review adalah ringkasan
objektif, menyeluruh dan analisis kritis dari
penelitian yang tersedia dan literatur non-
penelitian yang relevan tentang topik yang
sedang dipelajari. Tujuan utamanya adalah
memberikan sajian dan gambaran bagi
pembaca secara komprehensif agar dapat
mengetahui dan menyoroti penelitian-
penelitian di masa mendatang [23].
Ada dua poin alasan penelitian
menggunakan literature review. Pertama,
peneliti dapat menentukan posisi dalam
aliran penelitian di bidang yang sama.
Kedua, literature review dapat digunakan
memulai suatu proyek dan telah
mengembangkan beberapa model teoritis
serta menjadi rujukan bagi penelitian
selanjutnya [24].
Artikel ini kebanyakan menggunakan
beragam literatur yang mengkaji mengenai
sifat-sifat Nabi Muhammad Shallahu „alayhi
wasallam. Oleh karena itu, penelitian ini
memberikan review dengan studi
kepustakaan, karena objek penelitian berupa
berbagai macam literatur. Selanjutnya
informasi tersebut digunakan untuk
menjabarkan dan mencari solusi dari
permasalahan penelitian serta memberikan
sebuah kajian dan solusi bagi etika akuntan
pendidik.
Penulis terlebih dahulu menggali lebih
dalam terhadap perilaku-perilaku tidak etis
oknum akuntan pendidik sebagai pendidik.
Adapun, terdapat beberapa perilaku-perilaku
akuntan pendidik yang tidak etis antara lain:
indisiplioner, plagiat, diskriminatif, dan
tindakan pecelehan seksual. Kemudian
penulis juga menggali lebih dalam karakter-
karakter Nabi Muhammad SAW yang dapat
diteladani dan diterapkan, sehingga penulis
menilai bahwa literature review sudah tepat
dan cocok digunakan dalam penelitian ini.
Jenis data yang digunakan berasal dari
sumber sekunder Zed [25] yang didapatkan
308 Jurnal Riset dan Aplikasi: Akuntansi dan Manajemen, Vol. 4, No.3, September 2020
dari beragam literatur baik cetak maupun
digital yang berasal dari jurnal ilmiah,
ataupun situs resmi instansi.
Selain itu, penelitian ini juga
menggunakan dalil-dalil baik berasal dari Al-
Quran beserta tafsirnya atau Al Hadits yang
mengkaji terkait etika secara. Data yang
digunakan oleh penulis disini tidak terbatas
oleh ruang dan waktu, sehingga membuat
penulis mampu mengetahui hal-hal yang
pernah terjadi terkait dengan etika akuntan
pendidik diwaktu silam. Diketahui bahwa
ternyata Islam sendiri sebelumnya telah
mengeluarkan aturan etika melalui kitab
sucinya yaitu Al-Qur'an.
3. Hasil dan Pembahasan
Etika dapat menjadi suatu hal yang
mendorong penciptaan masyarakat yang adil
dan tertib. Sehingga etika selalu mendorong
para akademisi dan praktisi menciptakan dan
mengembangkan etika dalam profesinya
maupun dalam berorganisasi dan
bermasyarakat.
Etika dalam Islam membahas mengenai
seluruh bidang kehidupan. Islam mengkaji
konsep etika berdasarkan syariat baik dari
Al-Quran dan Sunnah yang menjelaskan
seluruh sifat, sikap, perbuatan, dan lisan Nabi
Muhammad SAW. Islam mampu menyajikan
landasan teologis dan ideologis dalam
perkembangan aktivitas muamalah. Etika
menjadi faktor penentu dalam aktivitas
ekonomi Islam karena berdasarkan wahyu
yang menerangkan keagungan Tuhan [5].
International Federation of Accountant
atau yang dikenal dengan IFAC telah
mendefinisikan etika yaitu suatu standar,
nilai, prinsip, atau peraturan yang
memberikan panduan terkait sistem dan
prosedur dalam suatu organisasi dalam
rangka memberikan kontribusi untuk
kesejahteraan semua pihak yang
bersangkutan dan memberikan persamaan
hak bagi para konstituen [26]. Teori dan
kerangka berpikir akuntansi barat telah
membagi kedalam dikotomi yaitu moralitas
bisnis dengan moralitas individu. Hal ni
bertentangan dengan sosial masyarakat Islam
yang mengatur moralitas bagi segala sendi
kehidupan.
Islam memandang etika berupa tindakan
yang sesuai dengan koridor atau batasan nilai
atau moral berdasarkan syariat [27]. Islam
menyikapi dan menyoroti etika melalui
komunikasi dan interaksi dalam muamalah
sehingga akuntansi Islam memperluas
dimensi etika baik dengan Tuhan,
masyarakat, kelompok, organisasi, profesi,
dan individu.
Islam tidak hanya bertujuan untuk
memperoleh keuntungan atau duniawi
semata. Islam berfokus pada konsep
maslahah bagi seluruh umat dan seluruh
mahluk lainnya ataupun alam yang
mementingkan keadilan sosial dan ekonomi
serta memberikan kepuasan fisik atau
batin[28]. Etika Islam berbeda dengan etika
profesi akuntan konvensional; Islam
menekankan adanya dua kode dasar;
keyakinan etis dan nilai etika atas segala
aktivitas bisnis.
Beragam literatur menjelaskan
perubahan peran dan fungsi dari akuntansi
dalam beberapa waktu terakhir dan terus
mengalami perkembangan. Maka dari itu,
fungsi akuntan mengalami perkembangan
seiring dengan lingkungan kerja serta perlu
adanya adaptasi perkembangan dalam
keterampilan bagi para akuntan. Pendidikan
akuntansi dapat mendorong peningkatan dan
pengembangan para calon akuntan untuk
mengasah kemampuan profesionalitasnya
sehingga para calon akuntan dapat menjawab
dan memenuhi kebutuhan dunia bisnis atas
profesi akuntansi.
Peran dan fungsi dalam praktik profesi
akuntan dijabarkan dalam tiga hal atara lain
akuntan tradisional, kemampuan dan
keterampilan yang diperlukan dalam kegiatan
bisnis, serta dapat memenuhi kepentingan
para pemangku kepentingan dalam
komunitas akuntansi. Hal ini mendorong
perubahan dan perkembangan dalam
pendidikan akuntansi agar dapat menjawab
tantangan dunia bisnis.
Subekti, Hamidah, Bastina, Visualisasi Karakter Profetik... 309
Perkembangan dunia bisnis menuntut
pula perkembangan dunia pendidikan
akuntansi. Namun, fungsi dan tugas akuntan
kebanyakan terfokus terkait dengan
penyajian informasi dan analisis laporan
yang menyebabkan perkembangan dunia
pendidikan akuntansi juga terbatas meliputi
keterampilan akuntansi tradisional seperti
pencatatan, pembukuan, penyusunan laporan
keuangan. Meskipun keterampilan teknis
akuntan masih diperlukan dan relevan,
namun perlu sebuah peningkatan
keterampilan para akuntan. Akuntan juga
dituntut mampu untuk menguasai dalam
bidang lainnya seperti akuntansi manajemen,
sistem informasi akuntansi serta kemampuan
komunikasi yang baik.[29].
Akuntan pendidik harus mampu dan
mempunyai kemampuan dasar para akuntan
yaitu pencatatan, pembukuan, penyusunan
laporan keuangan, audit, analisis laoran
keuangan, serta penalaran, pandangan kritis,
teori, etika, penelitian, dan perspektif dalam
disiplin ilmu lainnya [30]. Lebih lanjut,
akuntan pendidik juga harus mempunyai
kemampuan komunikasi, interaksi,
penyajian, kreativitas, mandiri, pendengaran
yang baik, negosiasi, kolaborasi, transfer
pengetahuan dan kemampuan interpersonal.
Sehingga akuntan pendidik harus menguasai
tidak hanya pengetahuan akuntansi umum,
tapi juga kemampuan interpersonal agar
dapat dihargai dalam profesi akuntan.
Profesi akuntansi mencakup beragam
cabang disiplin ilmu sehingga diperlukan
suatu koordinasi antara praktisi, akademisi,
dan pembuat kebijakan agar dapat
menghasilkan suatu gambaran umum
mengenai profesi akuntansi dan cabang
disiplin ilmu akuntansi di masa mendatang.
Para akademisi memberikan suatu lip service
atas keterlibatannya dengan praktisi atau
penyusun kebijakan, namun hal ini jarang
dilakukan [31].
Akuntan pendidik sebagai suatu profesi
dalam akuntan berperan dalam jasa
pendidikan, penelitian, dan pengembangan
serta pengabdian terhadap publik dalam
diskursus ilmu akuntansi melalui berbagai
lembaga baik formal yaitu Perguruan Tinggi
maupun lembaga non formal seperti balai
pelatihan atau lembaga kursus. Akuntan
pendidik sebagai suatu profesi akuntan yang
mengemban tugas pendidikan,
pengembangan, penelitian, transfer
knowledge, pengabdian masyarakat, serta
bimbingan dan konsultasi kepada para calon
akuntan generasi selanjutnya.
Islam maupun syariat merupakan suatu
serangkaian aturan, pedoman, keyakinan, dan
ajaran yang terkait seluruh sendi kehidupan
baik secara duniawi maupun akhirat. Syariat
mengatur mulai dari, adab, hak, perintah, dan
larangan baik atas ibadah maupun aktivitas
muamalah, sehingga agama tidak dapat
dipisahkan dan aktivitas sekuler manusia.
Sesungguhnya keberadaan dan peran
akuntansi sudah tercermin pada zaman
Rasulullah SAW dan para khulafaur rasyidin
yaitu Abu Bakar radhiyallahu anhu, Umar
bin Khattab radhiyallahu anhu, Ustman bin
Affan radhiyallahu anhu, dan Ali bin Abi
Thalib radhiyallahu anhu, serta para Khalifah
setelahnya al-Waleed yang membuat dan
memilih auditor [32].
Islam memandang sistem akuntansi tidak
hanya berperan sebagai penyedia informasi
akuntansi dan keuangan kepada para
pemangku kepentingan, tapi juga untuk
kepentingan umum serta akuntan juga
dituntut untuk mengamalkan dan berdakwah
sesuai dengan ketentuan syariat. Kaidah-
kaidah Ekonomi Islam menerapkan beragam
bentuk pengelolaan dan akuntansi syariah.
Islam juga peduli terkait keadilan sosial dan
ekonomi serta keberlangsungan alam.
Berdasarkan beragam literatur Islam dapat
menjabarkan dan mengkaji lebih luas terkait
kaidah-kaidah Islam yang dapat
diimplementasikan dalam akuntansi.
Rasulullah SAW merupakan utusan
Allah Ta‟ala terakhir yang diutus untuk
memandu, mengarahkan, mengajarkan,
menyampaikan firman-firman Allah Azza wa
Jalla tentang perintah dan larangan kepada
seluruh umat manusia. Zaman sebelum
310 Jurnal Riset dan Aplikasi: Akuntansi dan Manajemen, Vol. 4, No.3, September 2020
Rasulullah mengalami kehancuran akhlak,
adab, dan iman, sehingga Allah Ta‟ala
menutus Nabi-Nya untuk membimbing
manusia menuju jalan yang terang dan lurus
serta beriman kepada Allah Azza wa Jalla.
Rasulullah diutus untuk mengentaskan
kebodohan, sifat-sifat jahiliyah, takhayul,
sifat kufur, dan memandu manusia agar dekat
dengan Sang Khalik.
Nabi Muhammad SAW, Rasul dan nabi
terakhir, merupakan seorang role model (suri
taulada) bagi seluruh umat manusia. Hal ini
disampaikan Allah Ta‟ala dalam firmanya
yaitu QS Al-Ahzab:21
Ayat ini ditafsirkan oleh Ibnu Katsir,
yang menjelaskan bahwa ayat ini dapat
menerangkan dan merupakan perintah untuk
menjadikan Rasulullah SAW suri tauladan
dengan mengikuti, meniru, dan
mengamalkan segala sifat-sifat, karakter,
sikap, ucapan, tindakan, dan jejak Rasulullah
SAW. Dalam QS Al-Qalam: 4, Rasulullah
SAW ditampilkan sebagai seorang yang
memiliki budi pekerti yang agung
“Sesungguhnya aku hanya diutus untuk
menyempurnakan akhlak yang mulia” (HR.
Al-Bukhari no. 273). Hadist ini diriwayatkan
oleh sahabat nabi yaitu Abu Hurairah serta
dishahikan Syaikh al-Albani.
Rasulullah SAW merupakan manusia
yang terbaik akhlaknya seperti pada (HR
Bukhari & Muslim) “Sesungguhnya yang
terbaik diantara kalian adalah yang paling
baik akhlaknya” yang diriwayatkan Ibnu
Umar.
Katsir [33] dalam syarah hadist
menerangkan bahwa Sa‟d ibnu Hisyam
pernah mengajukan pertanyaan terhadap
Aisyah radiallahu anha berkaitan dengan
akhlak Nabi Muhammad SAW yang dijawab
“bukankah engkau telah membaca Al-Quran
dan Sa‟d menjawab “benar”, Aisyah pun
berkata “kemudian dijawab bahwa
sesungguhnya ahklak Rasulullah adalah
Quran”. Hal ini berarrti bahwa Nabi
Muhammad SAW merupakan cerminan
Quran yang dalam setiap waktu
mengamalkan syariat untuk menlaksanakan
perintah dan menjauhi larangan Allah Azza
wa Jalla. [33].
Rasulullah Salallahu Alaihi Wasallam
merupakan seorang yang sukses dalam
berbisnis [34]. Mental Rasul yang telah
diasah bahkan sejak umur 4 tahun yaitu
dengan membantu keluarganya untuk
menggembalakan kambing-kambing
penduduk Makkah. Hal ini dilakukan untuk
membantu perekonomian keluarga yang
sedang kesulitan ekonomi keluarga. Kakek
Rasul, Abu Muthalib yang mengadopsi
Muhammad kecil mempunyai peran yang
penting dalam kaum di Mekkah dan
mempunyai kekayaan, meskipun begitu
Rasulullah tetap menggembalakan kambing
walau mendapatkan upah yang sedikit [35].
Saat remaja, Nabi Muhammad SAW,
juga diamanatkan untuk berdagang sampai
negeri Syam membantu pamannya Abu
Thalib. Berbagai akhlak Rasulullah SAW
dalam berdagang menjadikannya seseorang
yang digelari dengan sebutan Al-Amin. Hal
ini juga dikarenakan berbagai amanat yang
diemban oleh Rasulullah selalu dijalankan.
Pada saat dewasa, suatu saat Nabi
Muhammad SAW mendapatkan amanat
untuk melakukan perdaganan atas barang
Khadijah binti Kwuwailid, saudagar wanita
kaya dan terhormat. Hal ini dilakukan karena
kabar yang merebak mengenai adab, akhlak,
keagungan, tutur kata, kejujuran Rasulullah
SAW [36]. Hal tersebut pun menarik minat
Khadijah untuk menawarkan diri sebagai istri
kepada Rasullulah.
Islam dan Syariat telah mendorong untuk
memuliakan ilmu yang telah dijelaskan
dalam Alquran dan hadits. Peradaban muslim
tumbuh dan berkembang secara pesat. Hal itu
juga beriringan dengan perkembangan ilmu.
Kaum muslimin memandang ilmu
sebagai jalan untuk mematuhi ketentuan-
ketentuan syariat. Ilmu pengetahuan
merupakan hikmah dan karunia Allah Azza
wa Jalla yang Maha mengetahui serta
diberikan kepada orang-orang terpilih. Masa
kenabian Rasulullah Salallahu Alaihi
Wasalam selama 23 tahun baik di Mekkah
Subekti, Hamidah, Bastina, Visualisasi Karakter Profetik... 311
maupun Madinah. Pengetahuan Islam
diperuntukkan untuk kemaslahatan manusia
baik untuk masalah duniawi maupun akhirat,
namun disamping itu, ilmu pengentahuan
juga erat hubungannya dengan sosial,
terapan, ekonomi, politik, alam, hukum,
semua hal tersebut haruslah sejalan dan
sesuai dengan syariat. Islam memandang
bahwa akal dan logika haruslah dibarengi
dengan syariat dan tidak saling bertentangan.
Akal dan logika diperuntukkan untuk
mencari hikmah dari suatu syariat. Sehingga
pencarian ilmu pengetahuan tidak hanya
dilakukan dengan aktivitas penimbaan ilmu,
tetapi juga dibarengi dengan doa, keshalehan,
akhlak, dan adab dari manusia. Penggunaan
kecerdasan, akal, dan logika berada setelah
atribut-atribut spiritual-religius dan ilahi.
Sehingga pencarian pengetahuan tidak
bertentangan dengan ketentuan-ketentuan
syariat dan hanya diniatkan untuk mencapai
Ridho-Nya yang dapat mengatasi masalah-
masalah kehidupan.
Selama masa periode kenabian
Rasulullah SAW dalam menyampaikan
firman Allah Ta‟ala berperan sebagi pengajar
yang terbaik dari umat manusia. Hal ini
dijelaskan dalam firman Allah Azza Wa Jalla
“Sebagaimana (Kami telah menyempurnakan
nikmat Kami kepadamu) Kami telah
mengutus kepadamu Rasul diantara kamu
yang membacakan ayat-ayat Kami kepada
kamu dan mensucikan kamu dan
mengajarkan kepadamu Al Kitab dan Al-
Hikmah, serta mengajarkan kepada kamu apa
yang belum kamu ketahui” (QS Al-Baqarah:
151).
Ayat mulia ini ditafsirkan Ibnu Katsir
sebagai pengingat bagi seluruh kaum
muslimin atas nikmat menjelaskan ayat
tersebut untuk mengingatkan atas karunia
diutusnya Rasulullah Shallallahu alaihi
wasallam dalam mengajarkan dan
menyampaikan wahyu-wahyu Allah Jalla
Jalaluhu serta diutus untuk memurnikan
akhlak umat muslimin dan melepaskan dari
kaum dari sifat jahiliyah dengan ketentuan
syariat yang berasal dari Quran dan Sunnah.
Selama periode masa kenabian
Rasulullah SAW memberikan pengajaran
dan pendidikan yang melahirkan generasi
Rabbani dan generasi terbaik yang dimiliki
umat muslimin yaitu generasi sahabat yang
diteruskan dan diwariskan kepada generasi
tabi‟in dan yang kemudian diemban oleh
generasi tabi‟ut tabi‟in. Hal tersebut
diterangkan oleh Rasulullah Salallahu Alaihi
Wasalam yaitu generasi terbaik adalah
generasiku (sababat), selanjutnya generasi
setelahnya (generasi tabi‟in), dan kemudian
generasi setelahnya (generasi tabi‟ut tabi‟in).
Kegiatan dakwah Islam semasa periode
kenabian dan semasa hidup nabi Muhammad
SAW dijelaskan dalam menjadi empat
tahapan antara lain: sembunyi-sembunyi,
terang-terangan sampai hijrah tanpa memulai
perang, secara terang dan luas serta
memerangi terhadap kaum-kaum kafir yang
secara jelas yang menyatakan perang kepada
umat muslim dan secara terang-terangan dan
mulai memerangi beragam kaum kafir yang
merintangi dan menghalangi syariat Islam
dan jalan dakwah serta orang yang akan
bersyahadat untuk masuk Islam.
Praktik-Praktik Perilaku Tidak Etis
Oknum Akuntan Pendidik antara lain yang
pertama adaslah indisiplioner. Dosen
merupakan garda terdepan untuk mencetak
para akuntan generasi mendatang sehingga
ketidakprofesionalitasan dosen dapat
menyebabkan dan mencetak generasi
akuntan yang tidak profesional. Akuntan
Pendidik (dosen) mempunyai kuasa lebih
dalam kegiatan belajar mengajar di dalam
kelas. Dosen terkadang mempunyai sikap
indisiplinioner seperti keterlambatan dan
peniadaan kelas tanpa pemberitahuan. Hal ini
tentu menghambat proses transfer knowledge
dan tidak dapat memenuhi hak-hak
mahasiswa untuk mendapatkan ilmu.
Kemudian, beberapa akuntan pendidik juga
mementingkan pekerjaan lainnya dan
meninggalkan komitmen sebagai pendidik
demi kepentingan pribadi [9].
Yang kedua adalah tindakan plagiat.
Tindakan plagiat atau plagiasi merupakan
312 Jurnal Riset dan Aplikasi: Akuntansi dan Manajemen, Vol. 4, No.3, September 2020
tindakan yang sangat tercela dalam
lingkungan akademisi. Plagiasi merupakan
tindakan penjiplakan atau pengambilan baik
hanya sebagian ataupun bahkan keseluruhan
karya ilmiah pihak lain dan kemudian
diklaim menjadi tulisan atau karya ilmiah
dirinya pribadi.
Tindakan plagiat dapat dijatuhkan sanksi
berat seperti pencabutan gelar akademik,
penonaktifan tenaga pengajar, dan lainnya.
Meskipun begitu, praktik plagiat masih
sering terjadi, hail ini dilakukan baik oleh
mahasiswa maupun para tenaga pendidik.
Terdapat beberapa kasus praktik plagiat atau
dugaan plagiat seperti kasus plagiat oleh
salah satu dosen PTN yang berakibat
pengunduran diri, atau dugaan plagiat yang
dilakukan oleh salah satu rektor atas karya
ilmiah mahasiswanya. Apalagi, kebanyakan
kasus plagiat terhadap karya ilmiah
mahasiswa jarang muncul di publik karena
mahasiswa takut dan bingung mencari jalan
untuk mendapatkan keadilan.
Ketiga adalah tindakan pelecehan
seksual. Sebagian besar tindakan tidak etis
oknum akuntan pendidikan terjadi antara
tenaga pendidik dengan mahasiswa. Hal ini
dikarenakan relasi kuasa yang terjadi dalam
interaksi kedua belah pihak baik dalam
kegiatan belajar mengajar maupun di
lingkungan kampus. Dosen lebih
mendominasi relasi kuasa, sehingga
mahasiswa tidak dapat berbuat banyak saat
terdapat ketidakadilan.
Tindakan pelecehan seksual dosen
terhadap mahasiswa sering terjadi misalnya
pelecehan yang dilakukan oleh dosen PTN di
Sumatera Barat dan Kupang pada awal tahun
2020. Pada tahun 2019 juga terjadi pelecehan
seksual oleh dosen pada PTN di
Tanjungkarang, Jember, Lampung maupun
pada PTS di Yogyakarta. Namun, kasus-
kasus tersebut seperti bukit es pada lautan
yang artinya masih banyak kasus-kasus yang
belum tampak di hadapan publik. Hal ini
terjadi karena kebanyakan mahasiswa takut
untuk menceritakan dan mendapat tekanan
dari berbagai pihak karena posisi sang
oknum dosen. Kebanyakan korban kasus
tindak pelecehan seksual adalah mahasiswi.
Keempat adalah tindakan diskriminatif.
Relasi kuasa dosen terhadap mahasiswa
menyebabkan tindakan diskriminatif dosen
terhadap mahasiswa [11]. Terdapat berbagai
perilaku diskriminatif oknum akuntan
pendidik terhadap mahasiswa [9] seperti
menjatuhkan mental mahasiswa di depan
umum tanpa tujuan untuk mendidik, merasa
paling benar, melakukan tindakan rasisme
berupa ucapan atau perbuatan serta
meninggalkan atau mengacuhkan mahasiswa
saat sedang berpresentasi.
Karakter Nabi Muhammad Sallahu
Alaihi Wasallam dalam Diri Akuntan
Pendidik. Karakter yang harus diperhatikan
oleh seorang akuntan pendidik dalam
menjalankan profesinya telah dicontohkan
oleh Nabi Muhammad Shallallahu „alayhi
wasallam. Berbagai literatur [36-38]
menjelaskan karakter Nabi Muhammad
Shallallahu „alayhi wasallam dalam kegiatan
muamalah yaitu Fathonah, Amanah, Shiddiq,
dan Tabligh. Namun, [39] menjelaskan juga
karakter lain Nabi Muhammad Shallallahu
„alayhi wasallam sebagai pendakwah atau
pemberi kabar selama masa hidupnya yaitu
tawadhu, mengikhlaskan ilmu hanya untuk
mencapai Ridho Allah Jalla Jalaluhu, dan
Istiqomah.
Berikut sebagian karakter dari
Rasulullah yang dapat dicontoh dan
diterapkan bagi akuntan pendidik. Yang
pertama adalah Fathonah. Fathonah
didefinisikan menjadi keharusan bersifat
profesional melalui kemampuan, keahlian,
akal, kecerdasan, kompetensi. Nabi
Muhammad SAW sebagai seorang yang
berdakwah untuk menyampaikan syariat baik
berasal dari Quran dan hadist. Rasulullah
SAW mempunyai ilmu yang luas sehingga
dapat mengatasi beragam masalah yang
dihadapi umat mukminin. Rasulullah
mempunyai banyak kompetensi dalam
ilmunya baik mencakup ranah ibadah
maupun muamalah serta hubungan manusia
dengan alam dan mahluk lainnya
Subekti, Hamidah, Bastina, Visualisasi Karakter Profetik... 313
Akuntan pendidik yang berperan dalam
dunia pendidikan akuntansi haruslah
mempunyai kemampuan dan kompetensi
dalam bidang ilmunya untuk dapat
menciptakan ilmu pengetahuan khususnya
akuntansi yang berkualitas dan baik. Akuntan
pendidik juga dapat melakukan berbagai
inovatif dan kreatif serta dapat memunculkan
beragam ide atau gagasan baru yang dapat
menambah khasanah pengetahuan di bidang
akuntansi. Fathonah merupakan sifat yang
dapat diamalkan oleh akuntan pendidik
sehingga mampu dan mumpuni dalam
menciptakan generasi para akuntan yang
kompeten, handal, adaptif, dan dapat
menjawab tantangan dunia bisnis yang terkait
dengan dunia akuntansi.
Sifat fathonah merupakan benteng bagi
akuntan pendidik agar terhindar dari tindakan
indisiplioner, sehingga Akuntan Pendidik
akan selalu termotivasi untuk profesional
dalam menjalani profesinya.
Karakter kedua adalah Amanah.
Amanah merupakan suatu sifat dan sikap
terpercaya dalam menjalankan dan
mengemban setiap tugas yang diberikan serta
senantiasa mempunyai tanggung jawab dan
berusaha menyelesaikan amanat tersebut,
sehingga dapat menyenangkan orang yang
memberikan tugas. Nabi Muhammad SAW
sebagai rasul terakhir mempunyai suatu
amanah terbesar yaitu memberitahu,
mengajarkan, menyampaikan segala firman
dari Allah Jalla Jalaluhu dan menjadikan
Islam sebagai agama yang sempurna. Nabi
Muhammad SAW menjalankan amanah
untuk senantiasa membimbing dan memandu
seluruh umat manusia agar menjalakan
aturan-aturan Syariat.
Akuntan pendidik bertugas untuk
mengajarkan, meneruskan atau transfer
knowledge, meneliti, dan mengabdikan
dirinya kepada masyarakat. Hal ini sesuai
dengan yang dituangkan dalam Tri Dharma
Perguruan Tinggi. Kewajiban tersebut
dilaksanakan dengan segenap komitmen dan
sungguh-sungguh hanya untuk mendapatkan
pahala dan ridho Allah Azza wa Jalla. Selain
itu, akuntan pendidik harus mampu
memposisikan peran dan fungsinya agar
digunakan dalam rangka pemenuhan
kepentingan umum dan memperluas dan
mengembangkan ilmu pengetahuan.
Sifat amanah dapat meneguhkan akuntan
pendidik untuk terus berfsifat amanah
terhadap komitmen profesinya yaitu
mendidik para calon akuntan. Sifat amanah
juga dapat mengingatkan akuntan pendidik
untuk dapat menghargai hak-hak dari
mahasiswa untuk mendapatkan ilmu
disamping kesibukan para akuntan pendidik
di luar kegiatan belajar mengajar dalam
kelas. Sifat amanah juga menjauhkan
akuntan dari perbuatan perbuatan tercela
sperti pelecehan seksual, penipuan, dan
lainnya.
Karakter ketiga adalah Shiddiq. Sifat
shiddiq merupakan sifat menjunjung tinggi
kejujuran dan kebenaran atas segala
ucapannya, selalu mempunyai integritas yang
tinggi, serta selalu menjelaskan hal yang haq
atau bathil, halal atau haram. Rasul Allah,
Muhammad Salallahu Alaihi Wasalam,
selama masa hidupnya tidak pernah berdusta,
curang baik berupa tindakan atau lisannya.
Akuntan pendidik berada dalam
lingkungan akademis yang selalu
mengajarkan dan menyampaikan berbagai
pandangan, teori, ide, ilmu, gagasan, konsep
dan pengetahuannya kepada para calon
akuntan atau peserta didik, para akademisi
lainnya dalam sebuah konferensi atau
seminar. Segala ucapan tersebut wajib
disalurkan dan dikatakan dengan jujur.
Akuntan pendidik juga bertanggung jawab
memenuhi kewajibannya dengan memegang
sifat integritas tanpa memerikan toleransi dan
kompromi atas hal-hal batil dan haram.
Rasulullah selalu fasih menyampaikan
dakwahnya. Dakwah yang lembut, senantiasa
jujur, dan tidak berdusta. Maka dari itu,
Khadijah tertarik dengan sifat dan sikap
Rasulullah tersebut. Nabi Muhammad SAW
selalu menyampaikan beragam hal secara
jelas dan tegas sehingga orang yang duduk di
majelisnya mudah memahami.
314 Jurnal Riset dan Aplikasi: Akuntansi dan Manajemen, Vol. 4, No.3, September 2020
Plagiat merupakan tindakan yang
berkebalikan dengan shiddiq. Plagiat
merupakan tindakan tidak jujur, bahkan
dapat mendzalimi orang lain karena hal
tersebut dapat dianggap pencurian ide,
gagasan, pendapat, tulisan orang lain.
Sehingga sifat shiddiq dapat mencegah
akuntan pendidik melakukan tindakan
plagiat.
Karakter keempat adalah Tabligh. Sula
and Kartajaya [38] menjelaskan sifat tabligh
dengan pengertian sifat yang selalu
menyampaikan segala pandangan, ide,
gagasan, dan pendapat dengan jelas dan
mudah dipahami. Akuntan pendidik sebagai
pengajar harus memiliki keahlian dalam
berkomunikasi yang baik sehingga
memudahkan proses transfer knowledge
kepada seluruh muridnya. Akuntan pendidik
haruslah dapat mengemban peran
komunikator dan motivator yang baik. Dalam
proses pembelajaran harus selalu disertai
dengan tutur kata yang lembut dan juga
senantiasa konsisten dalam ucapan dan
dibarengi perbuatan sehingga dapat diambil
sebagai teladan yang baik bagi muridnya.
Rasulullah senantiasa berdakwah dengan
suara yang ramah dan lemah lembut bahkan
diikuti dengan candaan yang membuat orang-
orang dapat menerima Islam.
Tabligh juga dapat menghindari tindakan
diskriminatif secara verbal dan
ketersinggungan mahasiswa terhadap ucapan
dosen. Karena tabligh dapat menciptakan
suasana yang cair dan hangat antara akuntan
pendidik dan mahasiswa. Kemudian, tabligh
dapat mengurangi relasi kuasa dosen atas
mahasiswa karena baik dosen maupun
mahasiswa saling merasa dihargai dalam
kegiatan pendidikan dalam berbagai kondisi
dan situasi baik di lingkungan akademisi atau
dimanapun.
Karakter kelima adalah Istiqomah. Sifat
istiqomah dideskripsikan Harahap [37]
bahwa sifat tersebut adalah konsistensi atas
hal-hal tertentu yang berkaitan dengan suatu
hal yang benar yang telah diajarkan Islam.
Istiqomah memiliki pengertian yaitu selalu
mencari dan melalui suatu jalan yang lurus
dan tidak melenceng atau bahkan putar balik
darijalan tersebut. Sifat ini tidak hanya
mengenai konsistensi namun juga selalu
berupaya berbenah diri meskipun sedikit
demi sedikit.
Rasulullah SAW selalu istiqomah dalam
menyampaikan dakwahnya walaupun
berbagai rintangan dan halangan, cacian,
ancaman, tindakan kekerasan, dan percobaan
pembunuhan. Namun, Rasulullah tetap
menjalankan perintah Allah Ta‟ala untuk
berdakwah hingga datang perintah hijrah ke
Madina.
Hal yang sama menjadi teladan bagi
akuntan pendidik untuk terus menjaga
konsistensi dan berupaya berbenah diri dalam
menjalankan proses pendidikan dan
melaksanakan ketentuan syariat. Para
akuntan pendidik dituntut untuk berpegang
teguh pada pendiriannya dalam melakukan
peran dan fungsinya sebagai seorang
pendidik serta selalu berpegang pada syariat
walaupun beragam tekanan dihadapi dalam
aktivitas profesi akuntan.
Karakter keenam adalah mengikhlaskan
Ilmu kepada Allah Azza wa Jalla. Iklhas
mungkin tidak terdengar asing dan sering
terucap. Namun hal ini sangat sering
terabaikan bagi profesi pendidik yang
bergelut profesi pendidikan. Hal ini karena
jauhnya adab dan akhlak para pendidik yang
berlandaskan Rabbani. Para pendidik tidak
terlepas dari godaan ujub atau sombong atau
demi kepentingan duniawi seperti pujian,
kenaikan pangkat, terpandang, gelar
akademis dan kepentingan pribadi lainnya
yang terjadi saat proses penyampaian ilmu,
pembelajaran, kegiatan seminar, konferensi,
atau workshop. Rasulullah SAW telah
memperingatkan maslah ini dalam hadistnya
yang diriwyatkan Abu Hurairah radiyallahu
anhu yaitu cerita mengenai seorang pria yang
belajar dan membaca Quran hanya karena
ingin dipandang sebagai seorang alim atau
Qari maka dia pun masuk Neraka [39].
Dalam (HR Bukhari & Muslim)
menjelaskan mengenai niat dari suatu
Subekti, Hamidah, Bastina, Visualisasi Karakter Profetik... 315
amalan. Pengajar atau pendidik akuntansi
haruslah meluruskan niatnya dalam kegiatan
transfer knowledge ataupun Tri Dharma
perguruan Tinggi semata-mata hanya untuk
mencari Ridho sang Khalik dan selalu
menyematkan dan mengikhlaskan ilmu
hanya datang dari Allah Ta‟ala yang Maha
Mengetahui. Jika terdapat motif dan niat lain,
maka tidak akan mendapat pahala yang
dijelaskan dalam HR Bukhari: amalan itu
bergantung niatnya, dan apabila niatnya
untuk dunia maka hanya itu yang akan
diperoleh.
Karakter ketujuh adalah Tawadhu. Jika
muslimin harus tawadhu dalam rangka
beribadah, maka sifat tersebut juga perlu
dimiliki pendidik agar memudahkan tugas
dan kewajiban antara lain pembelajaran,
proses transfer knowledge, interaksi,
komunikasi, dan menasehati para peserta
didik [39]. Akuntan pendidik mempunyai
kelebihan ilmu dibandingkan dengan para
peserta didik sehingga memerlukan benteng
dari sifat angkuh, sombong, dan riya yaitu
tawadhu. Tawadhu dapat menghindarkan
akuntan dari sifat-sifat tidak terpuji seperti
sombong, angkuh, dan riya dan membantu
akuntan pendidik agar dapat lebih dihormati
dan berwibawa. Rasulullah SAW memiliki
sifat tawadhu seperti yang tercantum dalam
HR Muslim: yang menyatakan bahwa Allah
mewahyukan sifat tawadhu pada Rasulullah.
Ibnu Hajar Al Asqalani, seorang ulama yang
masyhur dan terkenal, menjelaskan dalam
kitabnya (Fathul Baari) bahwa tawadhu
merupakan sifat menunjukkan kerendahan
didepan orang lain dan selalu memuliakan
orang lain [40].
Tawadhu bisa membimbing seorang
akuntan pendidik agar tidak pernah lelah dan
selalu berupaya untuk menimba ilmu, karena
sadar akan betapa luasnya ilmu dan hanya
sedikit yang dia ketahui. Tawadhu juga
membantu akuntan pendidik agar selalu
terhindar dari sifat merasa paling benar.
Akuntan pendidik menjadi orang yang lebih
terbuka atas saran, gagasan, pendapat, sudut
pandang berbeda walaupun datangnya
seorang yang kurang berilmu. Hal ini
membuat kegiatan pembelajaran menjadi
kondusif, cair, dan nyaman bagi peserta didik
serta membuka ruang diskusi antara guru dan
murid.
4. Simpulan
Akuntan pendidik adalah garda terdepan
dalam mencetak generasi akuntan di masa
mendatang dengan melakukan proses
pembelajaran dan transfer knowledge.
Peradaban akuntansi yang baik dapat tercipta
melalui akuntan pendidik yang baik. Tetapi,
akuntan pendidik juga tidak terlepas dari
beragam kesalahan dan pelanggaran etika
yang menjadi contoh buruk bagi wajah
pendidikan akuntansi. Nabi Muhammad
Shallahu Alaihi Wasallam sebagai rasul dan
nabi terakhir di muka bumi adalah suri
tauladan terbaik yang pernah ada bagi umat
mukminin. Rasulullah Shallahu Alaihi
Wasallam adalah pendakwah, pendidik,
pengajar, dan penyampai pesan terbaik.
Rasulullah SAW telah membimbing umat
manusia dengan menyampaikan seluruh
firman Allah Azza wa Jalla, melakukan
seluruh ucapan, nasihat, tindakan yang dapat
ditiru melaui Sunnah-Nya. Rasulullah
sebagai pendidik terbaik telah mampu
mencetak generasi terbaik kaum muslimin
yaitu generasi sahabat, tabi‟in, dan tabi‟ut
tabi‟in. Akuntan pendidik sebagai seorang
yang bergelut dalam dunia pendidikan harus
mampu meniru dan menerapkan ucapan dan
tindakan Rasulullah karena akhlak terbaik
yang dimiliki oleh Rasulullah dan akhlak
Rasulullah merupakan cerminan dari Quran.
Terdapat berbagai karakter yang dapat ditiru,
dicontoh, diteladani dan diterapkan oleh
akuntan pendidik sebagai pengajar yaitu:
Fathonah, Amanah, Shiddiq, Tabligh,
Istiqomah, kemudian mengikhlaskan Ilmu
kepada Allah Jalla Jalaluhu, serta Tawadhu.
Sifat dan karakter Rasulullah SAW membuat
akuntan pendidik dapat terhindar dari
perbuatan dan tindakan tidak etis seperti
indisiplioner, plagiat, pelecehan seksual, dan
diskriminatif.
316 Jurnal Riset dan Aplikasi: Akuntansi dan Manajemen, Vol. 4, No.3, September 2020
Daftar Rujukan
1. Paul R, Elder L. The Thinker's Guide
to Understanding the Fundations of
Ethical Reasoning. Foundation
Critical Thinking; 2006.
2. Laily N, Anantika NR. Pendidikan
Etika dan Perkembangan Moral
Mahasiswa Akuntansi. Jurnal Ilmiah
Akuntansi dan Bisnis 2018;13(1):11-
19.
doi: 10.24843/JIAB.2018.v13.i01.p02
3. Hidayah NN, Lowe A, Woods M.
Accounting and Pseudo Spirituality in
Islamic Financial Institutions. Critical
Perspectives on Accounting
2019;61:22-37.
doi: 10.1016/j.cpa.2018.09.002
4. Kamla R. Critical Muslim
Intellectuals‟ Thought: Possible
Contributions to the Development of
Emancipatory Accounting Thought.
Critical Perspectives on Accounting,
2015;31:64-74.
doi: 10.1016/j.cpa.2015.01.014
5. Bedoui HE, Mansour W.
Performance and Maqasid al-
Shari’ah’s Pentagon-Shaped Ethical
Measurement. Science and
Engineering Ethics 2015; 21:555-576.
doi: 10.1007/s11948-014-9561-9
6. Ismaeel M, Blaim K. Toward Applied
Islamic Business Ethics: Responsible
Halal Business. Journal of
Management Development 2012;
31(10): 1090-1100.
doi: 10.1108/02621711211281889
7. Carroll R. A Model for Ethical
Education in Accounting. Ethical
Issues in Accounting 2005;2:149-164.
8. Duska R, Duska BS, Ragatz J.
Accounting Ethics. John
Willey&Sons 2011.
9. Meilisa F, LudigdoU. Persepsi
Mahasiswa Akuntansi terhadap Etika
Akuntan Pendidik di Jurusan
Akuntansi Fakultas Ekonomi
Universitas Brawijaya. Jurnal
Akuntansi Multiparadigma 2010;1(2):
223-238.
doi: 10.18202/jamal.2010.08.7091
10. Auliyah R. Menyibak Tanggapan
Mahasiswa Akuntansi Terhadap Etika
Akuntan Pendidik Universitas
Trunojoyo Madura. Neo-Bis 2013.
7(1):1-13.
doi: 10.21107/nbs.v7i1.536
11. Setiawan AR, Kamayanti A,
Mulawarman AD. Pengakuan Dosa
[Sopir] A [ng] ku [n] tan Pendidik:
Studi Solipsismish. Journal of
Accounting and Business Education
2014; 2(1).
doi: 10.26675/jabe.v2i1.6051
12. Farida WM, Triyuwono I, Ghofar A.
Peran Akuntan Pendidik dalam
Pembelajaran Akuntansi. Jurnal Ilmu
Pendidikan 2017. 23(1):72-82. doi:
10.17977/jip.v23i1.10759
13. Sawitri AP, Fauziyah. Peran Akuntan
Pendidik dalam Meningkatkan
Profesionalisme Calon Akuntan.
Jurnal Studi Manajemen dan Bisnis
2017; 4(2):146-155.
doi:10.21107/jsmb.v4i2.3963
14. Mukmin MN, Wulansari H.
Akuntabilitas Kinerja Akuntan
Pendidik Berdasarkan Kompetensi
Akuntan Dan Etika Profesional (Studi
Empiris Pada Perguruan Tinggi
Swasta Di Bogor). Jurnal Akunida
2017;3(2):57-65.
doi: 10.30997/jakd.v3i2.979
15. Bakhtiar Y. Kontemplasi Tujuan
Pendidikan Akuntansi: Interpretasi
Makna Berbagai Perspektif. JIAI
(Jurnal Ilmiah Akuntansi Indonesia)
2018; 3(1):42-60.
doi: 10.32528/jiai.v3i1.1677
16. Kamayanti A. Cinta: Tindakan
Berkesadaran Akuntan (Pendekatan
Dialogis dalam Pendidikan
Akuntansi). Simposium Nasional
Akuntansi XV 2012.
17. Jurana J, Khairin FN. Pembebasan
Mind Set Akuntan Pendidik Melalui
Subekti, Hamidah, Bastina, Visualisasi Karakter Profetik... 317
Pembelajaran Filsafat Ilmu dan
Spiritual. Jurnal Akuntansi
Multiparadigma 2017; 8(1):107-125.
doi:10.18202/jamal.2017.04.7043
18. Triyuwono I. ”Mata Ketiga”: SÈ
LAÈN, Sang Pembebas Sistem
Pendidikan Tinggi Akuntansi. Jurnal
Akuntansi Multiparadigma 2010;
1(1): 1-23.
doi: 10.18202/jamal.2010.04.7077
19. Hermanto F, Sudarmo S, Ramdan Z.
Persepsi Mahasiswa Akuntansi dan
Akuntan Pendidik Binus University
Mengenai Aturan Etika dalam Kode
Etik Ikatan Akuntan Indonesia 2010.
Binus Business Review 2012;3(1)
210-218.
doi:10.21512/bbr.v3i1.1295
20. Mardjono ES, Solikhan B.
Profesionalisme Akuntan Pendidik:
Perspektif atau Triger Kualitas
Lulusan Akuntansi di Era Masyarakat
Ekonomi ASEAN. Jurnal Akuntansi
dan Auditing 2014;11(1): 103-119.
doi: 10.14710/jaa.11.1.103-119
21. Restuningdiah N. Pengaruh
Komitmen Profesional terhadap
Kepuasan Kerja Akuntan Pendidik
melalui Komitmen Organisasional.
Jurnal Ekonomi Bisnis 2009;14(3):
251-258.
22. Wardaya SE. Kode Etik Akuntan
Pendidik: Perspektif Maqashid
Syariah. Jurnal Riset dan Aplikasi:
Akuntansi dan Manajemen 2018;
3(2):122-130.
doi:10.18382/jraam.v3i2.122
23. Cronin P, Ryan F Coughlan M.
Undertaking a Literature Review: A
Step-By-Step Approach. British
Journal of Nursing 2008; 17(1):38-43.
doi: 10.12968/bjon.2008.17.1.28059
24. Webster J, Watson RT. Analyzing the
Past to Prepare for the Future:
Writing a Literature Review. MIS
quarterly 2002;26(2):xiii-xxiii.
25. Zed M. Metode Penelitian
Kuantitatif, Kualitatif, & Penelitian
Gabungan. Jakarta: Yayasan Obor
Indonesia; 2004.
26. IFAC. Code of Ethics for
Professional Accountants, I.F.o.
Accountants, Editor. 2007: USA.
27. Aldulaimi SH. Fundamental Islamic
Perspective of Work Ethics. Journal
of Islamic Accounting and Business
Research 2016;7(1) 59-76.
doi: 10.1108/JIABR-02-2014-0006
28. Rice G. Islamic Ethics and the
Implications for Business. Journal of
Business Ethics 1999;18: 345-358.
29. French GR, Coppage RE. Educational
Issues Challenging the Future of the
Accounting Profession. Ohio CPA
Journal 2000;59(3):69-69.
30. Jones G, Abraham A. Education
Implications of the Changing Role of
Accountants: Perceptions of
Practitioners, Academics and
Students in The Quantitative Analysis
of Teaching and Learning in
Business, Economics and Commerce.
Forum Proceedings The University of
Melbourne 2007.
31. Guthrie J, Parker LD. Whither the
Accounting Profession, Accountants
and Accounting Researchers?
Commentary and Projections.
Accounting, Auditing &
Accountability Journal 2016;29(1):2-
10.
doi:10.1108/AAAJ-10-2015-2263
32. Pomeranz F. Ethics: Toward
Globalization. Managerial Auditing
Journal 2004;19(1):8-14.
doi: 10.1108/02686900410509794
33. Katsir I. Tafsir Ibnu Katsir.Jakarta:
Pustaka Imam Syafi'i; 2008
34. Rizk RR. Back to Basics: an Islamic
Perspective on Business and work
Ethics. Social Responsibility Journal
2008;4(1/2):246-254.
doi: 10.1108/17471110810856992
35. Saifullah M. Etika Bisnis Islami
dalam Praktek Bisnis Rasulullah.
318 Jurnal Riset dan Aplikasi: Akuntansi dan Manajemen, Vol. 4, No.3, September 2020
Walisongo: Jurnal Penelitian Sosial
Keagamaan 2011;19(1):127-156.
doi: 10.21580/ws.19.1.215
36. Hisyam I. Sirah Nabawiyah Ibnu
Hisyam. Jakarta: Darul Falah; 2006.
37. Harahap SS. Etika Bisnis dalam
Perspektif Islam. Jakarta: Salemba
Empat; 2011.
38. Sula MS, Kartajaya H. Syariah
Marketing. Bandung: Mizan Pustaka;
2006.
39. Syalhud F. Guruku Muhammad
SAW. Jakarta: Gema Insani; 2006.
40. Asqalani IHA. Fathul Baari Syarah
Shahih Al Bukhari. Jakarta: Pustaka
Azzam; 2002.