28
Verifikasi Komponen Budidaya Salibu: Acuan Pengembangan Teknologi Indonesia Center for Rice Research Indonesian Agency for Agriculture Research and Development, Indonesia Ministry of Agriculture Nurwulan Agustiani, Sarlan Abdulrachman M. Ismail Wahab, Lalu M. Zarwazi, Swisci Margaret, dan Sujinah

Verifikasi Komponen Budidaya Salibu: Acuan Pengembangan ...pangan.litbang.pertanian.go.id/files/seminar/2017/Nurwulanseminarpuslit12102017.pdf · KESIMPULAN DAN SARAN TINDAK LANJUT

Embed Size (px)

Citation preview

Verifikasi Komponen Budidaya Salibu: Acuan Pengembangan Teknologi

Indonesia Center for Rice Research

Indonesian Agency for Agriculture Research and Development,

Indonesia Ministry of Agriculture

Nurwulan Agustiani, Sarlan Abdulrachman

M. Ismail Wahab, Lalu M. Zarwazi,

Swisci Margaret, dan Sujinah

Perluasan areal tanamdengan pencetakan sawah baru

Peningkatan produktivitas lahan

Perluasan areal panen melalui peningkatan indeks panen

Swasembada Pangan 2015-2017

Peningkatan IP dari 2 sampai 3 bahkan bisa 4 dapat dilakukan melalui SALIBU (Erdiman et al., 2013)

0

10

20

30

40

50

60

70

80

mt-1 slb-1 slb-2 slb-3

Hasil Produksi (T/ha)

5,8 T/HA

6,3 T/HA

6,8 T/HA 7,3 T/HA

(Erdiman et al., 2013)

PENGERTIAN SALIBU

• SALIBU = SALINAN IBU

• Tanaman padi yang tumbuh setelah dipanen (ratun), lalu dipotong kembali dengan ketinggian 3-5 cm. (BPTP Sumatera Barat).

• Salibu atau Ratun adalah tanaman padi yang tumbuh setelah proses panen dari batang yang tertinggal, tunas akan muncul dari buku terbawah di atas permukaa tanah. Tunas ini akan merangsang pertumbuhan akar baru sehingga nutrisi tanaman tidak lagi bergantung dari bagian tanaman lama. (BBPADI, 2015).

• Budidaya Salibu diperkenalkan dengan tujuan memperbaiki kelemahan-kelemahan pada budidaya ratun.

KEUNTUNGAN SALIBU

• Dibandingkan dengan teknologi ratun, jumlah anakan salibu lebih banyak dan relatif seragam, serta produktivitasnya bisa lebih tinggi dari tanaman induk/utama (Erdiman et al., 2013; Erdiman et al., 2014).

• Hasil penelitian BPTP Sumatera Barat, umur panen padi salibu selain lebih pendek dari umur biasanya (padi pertama), hasil yang diperoleh 110-120% dari hasil tanam pindah (Dirjen Prasarana dan Sarana Pertanian, Kementan, 2013).

• Salibu sebagai teknologi budidaya dapat menghemat biaya produksi, tenaga kerja, waktu, dan dapat menekan kebiasaan petani membakar jerami (Oad dan Cruz, 2002; Santos et al., 2003).

Controling Factors of SALIBU kem

am

puan t

ungul padi m

enghasi

lkan t

unas

(Mahaduva

ppa ,1988 a

nd S

usi

law

ati, 2011)

Sifat Genetik Tanaman

lingkungan tumbuh (ketersediaan air, kesuburan

tanah, sinar matahari, dan suhu)

teknik budidaya seperti tinggi pemotongan, pemupukan dan

pengelolaan air

vigoritas tunggul setelah panen tanaman pokok

Banyak faktor yang

menentukan keberhasilan

SALIBU, oleh karena itu

dalam tiga tahun terakhir

BBPadi memverifikasi

komponen teknologi

salibu

METODOLOGI

Verifikasi komponen teknologi budidaya salibu yang dilakukan mulai

2014 - sekarang :

• Waktu dan tinggi pemotongan

• Dosis pemupukan Salibu

• Investasi Hama dan Penyakit

• Karakterisasi varietas

Pertanaman salibu di Sukamandi dan Muara pertumbuhannya kurang

optimal, maka pada 2016 dilakukan verifikasi di Tanah Datar, Sumatera

Barat, yaitu lokasi awal dimana pengembangan salibu dan di Kuningan,

Jawa Barat yaitu contoh lokasi yang memiliki karakter topografi serupa

Tanah Datar.

HASIL

Waktu Pemotongan

Persentase ratooning ability pada

perbedaan waktu pemotongan

tunggul jerami.

• diduga bahwa sempitnya selang

waktu pemotongan dari saat

panen menyebabkan hormon

yang dihasilkan kurang sehingga

tidak cukup untuk merangsang

pertumbuhan tunas dengan baik.

• variasi karakter tanah, air,

cahaya serta temperatur juga

nerupakan faktor lain yang dapat

mempengaruhi ratooning ability.

RESULTS

Tinggi Pemotongan thdp Jumlah Anakan

3-5 cm

8-10 cm

18-20 cm

Perkembangan jumlah anakan salibu pada berbagai

perbedaan tinggi pemotongan untuk varietas Ciherang.

HASIL – HASIL VERIFIKASI

3-5 cm

8-10 cm

18-20 cm

Perkembangan tinggi tanaman akibat perbedaan tinggi

pemotongan pada varietas Ciherang.

Tinggi Pemotongan thdp Tinggi Tanaman

RESULTS

Tata Kelola Pemupukan

• untuk mendapatkan jumlah anakan salibu yang optimal hanya

membutuhkan pupuk NPK sebesar 75% dari Peraturan menteri

pertanian no 40/Permentan/OT.140/4/2007

• Pada dosis ini salibu mampu menghasilkan anakan produktif 13,1-17,2

per rumpun, yaitu sebanding dengan pertanaman yang dipupuk

berdasarkan rekomendasi PHSL (12,1-16,0 per rumpun), atau terjadi

peningkatan jumlah anakan 45-52% dari tanaman kontrol yang tanpa

pupuk NPK.

• Umur salibu berkurang 7-10 hari dari tanaman pokok sehingga

kebutuhan pupuknya lebih sedikit

• Kebutuhan pupuk untuk salibu berikutnya mempunyai tren yang serupa

dengan kebutuhan pupuk pada salibu pertama.

RESULTS

Monitoring Hama dan Penyakit

bph

birds

Grassy stunt

Intensitas serangan

penggerek batang (a)

dan perkembangan

populasi wereng

coklat per 20 rumpun

(b) pada tanaman

pokok.

HASIL – HASIL VERIFIKASI

Perkembangan PBK selama salibu I dan WBC hingga salibu III

Pest and Disease Management

HASIL – HASIL VERIFIKASI

Pelimpahan OPT

Intensitas serangan grassy stunt virus dan ragged stunt virus

di pertanaman salibu 1 hingga salibu 3

jenis varietas

berpengaruh terhadap

populasi hama utama

yang ada serta

keparahan penyakit

grassy stunt dan

ragged stunt (Rahmini

et al., 2014)

HASIL – HASIL VERIFIKASI

Produktivitas Salibu (KP. Sukamandi dan KP. Muara, 2014)

Hasil GKG pada tanaman pokok dan salibu 1-3

di KP. Sukamandi dan KP Muara, 2014

KP. Sukamandi KP. Muara

16

Salibu 1 KP Sukamandi 2014

17

Salibu 2 KP Sukamandi 2014

18

Salibu 3 KP Sukamandi 2014

RESULTS

Produktivitas Salibu (KP. SUKAMANDI 2015)

Hasil GKG pada tanaman pokok dan salibu 1-2

di KP. Sukamandi, 2015

RESULTS

Produktivitas Salibu (Tanah Datar 2016)

Hasil GKG tanaman pokok hingga salibu

2, Tanah Datar 2016

Tanaman pokok Pemotongan

Keluar tunas Pertanaman salibu 1

KARAKTERISASI

VARIETAS

Pada SALIBU

Sumbar

Perlakuan

Tanaman

pokok (t/ha)

Salibu

1 (t/ha)

Salibu

2 (t/ha)

Hipa 8 8,5 a 3,1 c 1,7 g

Hipa 18 8,2 ab 6,0 ab 2,4 fg Hipa 19 7,1 bcd 5,1 abc 2,9 ef

Hipa Jatim 2 8,5 a 5,0 abc 2,7 efg Inpari 6 6,3 d 5,7 ab 4,8 a

Inpari 10 6,7 cd 6,2 ab 4,6 ab

Inpari 19 6,8 cd 6,4 ab 3,6 bcde Inpari 43 6,7 cd 5,8 ab 4,0 abcd

Ketan Ciasem 7,9 abc 6,2 ab 4,7 a Ketan Grendel 7,5 abcd 6,1 ab 3,5 cde

Kebo 7,2 abcd 6,0 ab 4,0 abcd

Cisokan 7,3 abcd 6,6 a 4,3 abc Batang Piaman 7,0 bcd 6,0 ab 5,0 a

Ciherang 7,2 abcd 4,8 bc 3,3 def

Rata-rata 7,3 5,6 3,7

Angka-angka pada kolom yang sama diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada uji LSD

KESIMPULAN DAN SARAN TINDAK LANJUT

Berdasarkan hasil verifikasi dan pembahasan dalam makalah ini, beberapa saran dan

tindak lanjut yang perlu dilakukan terkait dengan teknologi salibu sebagai berikut:

1. Karakterisasi lokasi, wilayah dimana salibu cukup berhasil, seperti Tanah Datar dan lain-

lain.

2. Penelitian yang mendalam tentang kemampuan pembentukan tunas terkait dengan

varietas dan lingkungan. Tingkat kemampuan tunggul bertunas maupun variasi

lingkungan tumbuh adalah dua faktor dominan yang menentukan keberhasilan

budidaya padi, termasuk salibu.

3. Gunakan varietas padi yang mempunyai ketahanan terhadap hama dan penyakit

dominan setempat. Hindari lokasi endemik OPT seperti hama wereng batang coklat,

tikus, burung; penyakit tungro, kerdil rumput dan kerdil hampa sebagai tempat

pengembangan salibu.

SARAN DAN TINDAK LANJUT (2)…

4. Pengolahan tanah sempurna, tambahkan bahan organik agar tanah tidak mengeras

pada saat pertanaman salibu.

5. Pengelolaan air dengan baik, dibuat saluran drainase untuk menghindari genangan

air terutama pada saat awal pertumbuhan tunas agar akar terhindar dari

pembusukan dan serangan keong mas.

6. Sekalipun teknologi salibu dapat dikaitkan dengan peningkatan IP, namun demikian

hindari kontinuitas adanya pertanaman dilapangan untuk menekan infestasi hama

dan patogen, terutama di wilayah endemik OPT.

Thank you