UTH.MEI

Embed Size (px)

Citation preview

PENGARUH NET TRANSAKSI ASING DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI) TERHADAP NILAI TUKAR RUPIAH DI INDONESIA PERIODE 2006-2009 Oleh Dede NH, Ruth Krisma AS, dan Mei Dwiva S ABSTRACT This research is aimed at analysing the effect of Net Foreign Transaction to exchange rate in Indonesia during period 2006 2009. By using quantitative and qualitative technic analyze, this research will find out about how the influence of Net Foreign Transaction as independent variable to Exchange rate as dependent variable. The data was used in this research is time series data, that was secondary data from various sources. The quantitative technic analyze used the simple regression. The result shows that the Net Foreign Transaction is not significant during the period of research is caused by proportion oftotal trading by foreign investor are less then domestic investor. Keyword : Net Foreign Transaction, Exchange Rate I. PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Pasar Modal dipandang sebagai salah satu sarana yang efektif untuk mempercepat pembangunan ekonomi suatu negara. Pasar Modal merupakan wadah untuk menghimpun dana jangka panjang dari masyarakat untuk disalurkan pada sektor produktif. Apabila kinerja pasar modal efektif maka dapat menjadi sumber dana yang cukup besar yang dapat menjadi modal dalam pembangunan nasional. Sebagian investasi pada pasar modal adalah investasi portofolio. Pola investasi seperti ini bisa membengkak dalam waktu yang relatif singkat, dan bisa pula sebaliknya, sangat tergantung pada faktor-faktor 1

internal dan eksternal. Bila dalam jangka panjang dapat dipelihara kestabilan ekonomi, politik dan keamanan dalam negeri, serta hubungan ekonomi internasional yang harmonis tanpa kendala, maka dapat diandalkan pasar modal sebagai sarana modal asing dalam menunjang pengokohan ketahanan ekonomi nasional. Kegiatan portofolio investasi oleh pelaku pasar luar negeri kedalam asset dalam negeri, yaitu dalam penanaman di pasar modal dapat mempengaruhi pergerakan nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing (US Dollar). Nilai tukar rupiah dan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bergerak secara simetris, dimana penguatan nilai tukar akan di ikuti penguatan indeks harga saham. Pergerakan indeks saham di suatu negara sudah tentu tidak terlepas dari kondisi perekonomian negara itu secara makro. Indeks harga saham sangat dipengaruhi variabel-variabel makro seperti suku bunga bebas risiko, kurs mata uangnya, surplus neraca perdagangan, cadangan devisa, dan inflasi. Jika kondisi perekonomian membaik, modal asing akan lebih banyak masuk atau terjadi capital inflow. Capital inflow ini pada akhirnya akan menyebabkan mata uang rupiah menguat atau kurs dolar AS dalam rupiah menurun. Sebagian modal asing itu akan ditanamkan dalam portofolio saham sehingga memberikan efek positif untuk pasar saham dan indeksnya. Selain itu, indeks saham juga bergerak mengikuti optimisme dan pesimisme para investor saham. Untuk Indonesia dan beberapa bursa saham yang kapitalisasi pasarnya relatif kecil, optimisme dan pesimisme para investor saham asing diduga sangat menentukan pergerakan indeks sahamnya. Optimisme investor asing ini yang ditandai dengan maraknya aksi beli oleh mereka akan memberikan sentimen positif. Sedangkan pesimisme investor asing terjadi jika aksi jual mereka melebihi aksi belinya pada hari atau periode perdagangan tertentu. Adanya aksi jual bersih dari para investor asing diyakini memberikan sentimen negatif kepada pasar. Investor asing dipandang memiliki modal besar dan mempunyai analisa fundamental dan informasi yang lebih baik daripada investor lokal. 1

RUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang diatas maka masalah yang diteliti adalah apakah net transaksi asing di BEI mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap nilai tukar rupiah di Indonesia periode 2006 2009. TUJUAN PENELITIAN Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh net transaksi asing di BEI terhadap nilai tukar rupiah di Indonesia periode 2006 2009. MANFAAT PENELITIAN Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah : 1. Dapat memberikan masukan, informasi bagi pihak-pihak yang terkait dengan sektor moneter yang ingin mengetahui tentang pengaruh net transaksi asing di BEI terhadap nilai tukar rupiah di Indonesia periode 2006 2009. 2. Penelitian ini juga diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan untuk penelitian lebih lanjut dan menjadi bahan tambahan kajian tentang pengaruh net transaksi asing di BEI terhadap nilai tukar rupiah di Indonesia periode 2006 2009. II. TINJAUAN PUSTAKA LANDASAN TEORI 1) Aliran Modal Asing Aliran dana modal asing langsung (foreign direct investment) ialah arus modal internasional dimana perusahaan dari suatu negara mendirikan atau memperluas usahanya di negara lain. Ciri yang menonjol dari penanaman modal asing langsung adalah melibatkan bukan hanya pemindahan sumber daya tetapi juga memperlakukan pengendalian (kontrol) dimana cabang atau anak perusahaan tidak hanya memiliki kewajiban finansial kepada induk perusahaanya dan juga 1

merupakan bagian struktur organisasi yang sama (krugman & obstfeld, 1994: 204). Sedangkan aliran modal asing tidak langsung atau penanaman modal jangka pendek disebut juga investasi portofolio (portofolio investment) merupakan bentuk penanaman modal yang sebagian besar terdiri dari pengusaha atas saham yang dapat dipindahkan (yang dikeluarkan atau dijamin oleh pengimpor modal, terhadap saham atau surat hutang oleh pemerintah atau warga negara di beberapa negara lain). Penguasaan saham tersebut tidaklah sama dengan hak untuk mengendalikan perusahaaan, para pemegang saham hanya memiliki hak atas dividen ( mahyudin, dalam Rahadian, Juni 2003). Miskhin (2003) menjelaskan daalm teori pilihan portofolio (theory of portofolio choice) terdapat empat faktor seseorang untuk membeli aset yaitu; (a) kekayaan (wealth), jika kekayaan seseorang semakin meningkat maka ia akan memiliki sumber yang banyak untuk membeli aset-aset, (b) harapan hasil (expected return), yaitu hasil yang diharapkan dari pemegang aset tersebut, (c) resiko (risk), derajat ketidakpastian yang dihubungkan dengan suatu aset relatif terhadap asetaset lainnya dan (d) likuiditas (liquidity) yaitu seberapa cepat suatu aset diubah dalam bentuk uang tunai (cash). Motif uatama bagi berlangsungnya investasi portofolio atau penanaman modal jangka pendek adalah memperoleh keuntunagn (berupa suku bunga), potongan harga (dividen) yang lebih besar dari luar negeri. Jadi penduduk di suatu negara akan tertarik untuk membeli suratsurat berharga dari negara lain jika tingkat hasil atau keuntungan yang dijanjikan lebih tinggi. Prinsipnya adalah maksimalisasi keuntungan. Dalam jangka panjang suku bunga aset-aset antar negara itu akan cenderung sama, karena satu sama lain akan saling bersaing dalam memperebutkan investor (salvator 1997: 476) 2) Nilai Tukar Nilai mata uang atau yang sering disebut dengan kurs adalah harga satu unit mata uang asing dalam mata uang domestik atau dapat juga 1

dikatakan harga mata uang asing. Sebagai contoh nilai tukar (NT) rupiah terhadap dolar Amerika (USD) adalah harga satu dolar Amerika dalam rupiah terhadap satu USD. Saat ini di Indonesia berlaku sistem nilai tukar mengambang bebas.

D 3000 2000 1000

S

0

Q0

Jumlah Dollar

Gambar 1.1 Kurva Permintan dan Penawaran Dollar AS

Kurva di atas menunjukan bagaimana kurs antara rupiah dan dollar ditentukan. Sumbu datar memberikn gambaran tentang jumlah dolar yang diperjualbelikan oleh indonesia dan amerik serikat. Sumbu tegak menunjukan harga atau mata uang dolar yang dinyatakan dalam rupiah. Nilai-nilai dalam sumbu tegak menunjukan banyaknya rupiah yang diperlukan untuk memperoleh satu dolar Amerika Serikat. Kurva S adalah kurva penawaran dolar dan kurva D adalah kurva penawaran Q dolar. Pada dasarnya, ada tiga teori yang dapat menjelaskan terjadinya depresiasi ataukah apresiasi mata uang suatu negara, yaitu : pertama, pelarian modal internasional, dimana para investor mengalihkan dana mereka ke luar negeri, sehingga nilai tukar mata uang domestik lemah (depresiasi), kedua, tingginya defisit anggaran pemerintah, sehingga pemerintah sehingga pemerintah mencari pinjaman daalm mata uang asing, yang berakibat suku bunga meningkat. Hal ini dapat menarik masuknya modal asing yang menyebabkan mata uang domestik menguat0

1

atau terapresiasi, dan ketiga, meningkatnya investasi nyata yang bebas dalam bentuk bangunan dan peralatan baru, yang membantu menaikkan suku bunga dan menarik dana-dana asing menjadi mata uang domestik, sehingga mata uang domestik menguat. PENELITIAN TERDAHULU Choe, Kho, dan Stulz (2001) menemukan bahwa sebelum krisis Asia, investor institusional domestik di Korea cenderung melakukan perdagangan secara negative feedback artinya membeli saham-saham yang baru saja turun harganya dan menjual saham-saham yang baru saja naik. Investor asing, sebaliknya, melakukan positive feedback yaitu menjual saham yang turun dan membeli saham yang naik (dikutip dalam Frensidy). Sedangkan Chen (2000) dalam kertas kerjanya menyatakan bahwa di bursa Taiwan, investor asing adalah positive feedback traders. Penelitian lainnya yaitu Wang (2000) menyebutkan bahwa investor asing, terutama investor institusi, mempunyai dampak besar terhadap pasar saham Indonesia. Pasar sangat sensitif terhadap transaksi penjualan yang dilakukan investor asing kepada investor domestik (dikutip dalam Frensidy). Neal, Jones, Linnan, dan Neal (2002) juga menemukan bahwa identitas asing di BEJ sangat transparan pada setiap transaksi sehingga herding (ikutikutan) secara sengaja jauh lebih mudah. Mereka mendeteksi adanya herding dan perdagangan positive feedback oleh investor asing. Froot dan Ramadorai (2001) menyatakan investor asing lebih unggul informasi daripada investor lokal (dikutip dalam Frensidy). Budi Frensidy pada jurnalnya yang berjudul Analisis Pengaruh aksi beli-jual asing, kurs, dan indeks Hang Seng terhadap Indeks Harga Saham gabungan di Bursa Efek 1

Jakarta dengan Model Garch menemukan bahwa hubungan antara aksi jual beli asing berpengaruh positif terhadap harga saham gabungan di Indonesia. KERANGKA PIKIRPerekonomian Dlm Negeri D saham oleh investor Asing

Capital Gain

P saham

Net Beli

Keadaan LN (Politik, Ekonomi, Keamanan)

D Rupiah

Apresiasi Rp

Gambar 1.2 Bagan Kerangka Pikir Pengaruh Net Transaksi Asing terhadap Kurs

Investor asing menanamkan investasi atau modal mereka kedalam negeri dipengaruhi oleh beberapa faktor, pertama perekonomian dalam negeri. Pada saat perekonomian dalam negeri membaik para investor asing cenderung untuk menanamkan modal mereka ke dalam negeri sehingga menyebabkan terjadinya capital inflow ke dalam negeri yang berakibat pada meningkatnya permintaan saham dalam negeri oleh investor asing yang menyebabkan harga saham meningkat. Peningkatan harga saham secara keseluruhan menyebabkan net beli meningkat sehingga terjadi peningkatan pada permintaan rupiah yang pada akhirnya rupiah terapresiasi. Kedua capital gain, dimana para investor asing melihat prestasi perusahaan dalam menghasilkan keuntungan yang lebih baik sehingga menyebabkan 1

investor asing menginvestasikan modalnya kedalam negeri yang berakibat pada meningkatnya permintaan saham dalam negeri oleh investor asing yang menyebabkan harga saham meningkat. Peningkatan harga saham secara keseluruhan menyebabkan net beli meningkat sehingga terjadi peningkatan pada permintaan rupiah yang pada akhirnya rupiah terapresiasi. Ketiga keadaan luar negeri , dilihat dari kondisi politik, ekonomi, hukum. Misalnya apabila di luar negeri terjadi suatu kekacauan dibidang keamanan seperti peperangan atau isu terorisme atau kondisi politik dan ekonomi yang kurang baik sementara di Indonesia keadaan keamanan, ekonomi dan politik dalam negeri lebih baik dari pada kondisi yang sedang terjadi di luar negeri. Maka investor asing cenderunng mengalihkan dana mereka ke negara yang memiliki tingkat resiko yang lebih kecil, dalam hal ini adalah Indonesia. Hal ini akan menyebabkan capital outflow dari negara yang memiliki isu-isu negatif tersebut, dan sebaliknya terjadi capital inflow pada negara tujuan investor asing tersebut, yaitu Indonesia. Dimana akan terjadi peningkatan permintaan saham yang menyebabkan net beli meningkat sehingga terjadi peningkatan pada permintaan rupiah dan pada akhirnya rupiah terapresiasi. III. METODOLOGI JENIS DAN SUMBER DATA Penelitian ini menggunakan data sekunder runtun waktu (time series) yaitu data per kuartal tahun 2006-2009. Data ini diperoleh dari berbagai sumber seperti laporan tahunan Bank Indonesia, statistik ekonomi dan keuangan Indonesia, dan sumber lainnya yaitu jurnal-jurnal dari hasil-hasil penelitian lainnya. Data-data tersebut meliputi data nilai 1

tukar rupiah (Rp) terhadap nilai tukar dollar (US$) dan nilai transaksi jual dan beli saham di BEI. VARIABEL DAN DEFINISI OPERASIONAL 1. Nilai tukar (kurs) adalah harga satu mata uang dalam satu waktu dibanding dengan mata uang asing pada waktu yang sama. Dalam hal ini digunakan kurs rupiah terhadap dollar Amerika. 2. Net transaksi adalah transaksi jual beli saham pada bursa efek yaitu selisih transaksi beli dan transaksi jual. METODE ANALISIS Untuk menganalisis permasalahan ini, digunakan teknik analisis kualitatif dan kuantitatif. Teknis analisis kualitatif dilakukan dengan menyajikan data dalam bentuk tabel yang digunakan untuk menganalisis pengaruh net transaksi saham di BEI terhadap nilai tukar rupiah di Indonesia periode 2006-2009, dengan menggunakan teori teori yang ada. Sedangkan teknik analisis kuantitatif yaitu mendiskripsikan suatu permasalahan dan menganalisis data dan hal-hal yang berhubungan dengan angka-angka atau rumus-rumus perhitungan yang digunakan untuk mengukur dan mengetahui seberapa besar pengaruh net transaksi saham di BEI terhadap nilai tukar rupiah di Indonesia periode 20062009. analisis kuantitatif ini menggunakan analisis regresi sederhana. Hubungan antara variabel sebagai berikut : Y = + 1X1 Dimana, : Konstanta : Parameter X1 : Net transaksi saham Y : Kurs PENGUJIAN HIPOTESA Hipotesis: Berdasarkan penjelasan yang telah dikemukakan sebelumnya maka dapat diambil hipotesis bahwa net transaksi saham di BEI berpengaruh negatif terhadap nilai tukar rupiah di Indonesia periode 2006-2009. 1

Untuk menguji bisa atau tidak model regresi tersebut di gunakan dan untuk menguji kebenaran hipotesis yang dilakukan, maka diperlukan pengujian statistik, antara lain : 1) Uji t-Statistik Untuk menguji hipotesis yang diajukan, digunakan pendekatan uji signifikan yang disebut t-test.Daerah Penolakan Daerah Penerimaan -t t Daerah Penolakan

Gambar 1.3 Kurva Normal

Dengan menggunakan ; Ho = 0 ; Ha 0 Jika t < -t atau t > t, Ho diterima Jika -t t , Ho ditolak Ho adalah hipotesis yang telah dinyatakan ( Hipotesis nol) Hipotesis nol (Ho) ini berlawanan dengan hipotesis alternatif (Ha). Untuk mengetahui apakah variabel X mempunyai pengaruh terhadap variabel Y maka digunakan koefisien korelasi R. Sedangkan untuk mengukur besarnya sumbangan variabel X terhadap fluktuasi variabel Y digunakan koefisien determinasi R2. 2) Uji F-Statistik Hal ini dilakukan dengan cara pengujian terhadap variabel-variabel independent secara bersama-sama yang dilakukan untuk melihat pengaruh variabel independent secara individu terhadap variabel dependent. Perhitungannya adalah sebagai berikut :F hitung = R 2 /( K 1) (1 R 2 ) /( n K )

Hipotesis yang digunakan : 1

Ho : 1 = 2 = 3 = 0 , maka variabel independent secara bersama-sama tidak mempengaruhi variabel dependent. Ha : 1 2 3 0 , maka variabel independent secara bersamasama mempengaruhi variabel dependent. Apabila probabilitas (F-Statistik) < dari 0.05 , maka bisa dikatakan signifikan. Dalam penelitian ini, peneliti mengambil keputusan dengan menggunakan probabilitas.

3) Koefisien Determinasi R2 Nilai R2 menunjukan besarnya variabel-variabel independent dalam mempengaruhi variabel dependent. Nilai R2 berkisar antara 0 dan 1 ( 0 R2 1 ). Semakin besar nilai R2, maka semakin besar variasi variabel dependent yang dapat dijelaskan oleh variasi variabel-variabel independent.Sebaliknya, makin kecil nilai R2, maka semakin kecil variasi variabel dependent yang dapat di jelaskan oleh variasi variabel independent. Sifat dari koefisien determinasi adalah : R2 merupakan besaran yang non negatif. Batasnya adalah ( 0 R2 1 ). (Damodar Gujarati) Apabila R2 bernilai 0 berarti tidak ada hubungan antara variabelvariabel independent dengan variabel dependent. Semakin besar nilai R2 maka semakin tepat garis regresi dalam menggambarkan nilai-nilai observasi. IV. PEMBAHASAN DAN ANALISIS ANALISA KUALITATIF Tabel 2.1 Perkembangan Nilai Tukar Rupiah Kwartal Q1 Q2 Q3 2006 9075 9300 9235 Tahun 2007 2008 9118 9217 9054 9225 9137 9378 2009 11575 10225 9681 1

Q4

9020 9419

10950

9400

Kwartal 200 6 907 Q1 5 930 Q2 0 923 Q3 5 902 Q4 0

Tahun 200 7 2008 2009 911 8 9217 11575 905 4 9225 10225 913 7 9378 9681 941 1095 9 0 9400

Perkembangan nilai tukar rupiah pada tahun 2006 ditandai dengan penguatan pada triwulan I dan selanjutnya bergerak stabil hingga akhir tahun. Pada triwulan I 2006, nilai tukar rupiah menguat hingga mencapai level Rp 9075 per dollar atau menguat sebesar 7,68 % dibanding akhir tahun 2005. Penguatan rupiah dalam periode tersebut disebabkan meningkatnya pasokan di pasar valas (excess supply) akibat masuknya aliran modal masuk portofolio asing ke pasar keuangan di dalam negeri. Permintaan valas cenderung merosot dalam periode ini akibat melemahnya kegiatan impor seiring dengan menurunnya kegiatan ekonomi sebagai dampak lanjutan kenaikan BBM pada oktober 2005. Namun rupiah sempat melemah pada triwulan ke II yaitu pada level Rp 9300 per dollar US yang dipicu oleh perubahan ekspektasi kenaikan suku bunga Federal Reserve. Meskipun demikian, tekanan kelemahan terhadap rupiah dalam waktu singkat merata, di dukung oleh keyakinan pasar terhadap pengelolaan kebutuhan makro ekonomi. Indonesia yang cukup berhati-hati secara melemahnya keyakinan pelaku pasar terhadap suku bunga Federal Reserve. 1

Di sisi eksternal, perkembangan nilai tukar rupiah di pengaruhi oleh masih melimpahnya likuiditas di pasar keuangan global dan kecenderungan pelemahan mata uang dollar terhadap mata uang dunia terutama Asia. Besarnya likuiditas global bersumbar dari global saving yang terus meningkat seiring dengan membesarnya surplus transaksi berjalan yang dialami negara-negara pengekspor minyak dan beberapa negara emerging markets di Asia. Likuiditas global terutama mengalir ke negara-negara emerging markets, termasuk Indonesia yang memiliki aspek pertumbuhan ekonomi dan pengelolaan kebutuhan makro yang semakin baik, serta ditopang timbal hasil penanaman dana di pasar finansial yang lebih baik. Sementara itu, kecenderungan kelemahan dollar merupakan konsekuensi dari proses penyesuaian terhadap ketidakseimbangan ekonomi global, terutama terkait yang membesarnya defisit neraca transaksi berjalan dan surplus neraca transaksi belanja negara-negara Asia. Secara umum, nilai tukar dollar melemah, terutama terhadap beberapa mata uang Asia, yang pada gilirannya memberikan dampak hambatan ke nilai tukar rupiah pada triwulan ke III dan ke IV mengalami apresiasi, Rp 9235 dan Rp 9020 per dollar AS dengan kata lain, secara umum rupiah menguat sebesar 7.12 dibanding kondisi akhir tahun 2005. Akhir tahun 2007 kasus Subprime Mortgage mengemuka dan dampaknya krisis global terasa pada tahun 2008. Pada saat tersebut terjadi depresiasi besar di nilai tukar Rp/$US. Pada tahun 2009 terjadi proses recovery secara global, hal ini berdampak pada apresiasi nilai tukar Rp/$US.Perkembangan Nilai Tukar15000Q1

10000 Kurs

Q2 Q3 Q4

5000

0 2006 2007 Tahun 2008 2009

1

Gambar 1.4 Tabel 2.2 Perkembangan Net Transaksi Asing (Dalam Triliunan Rupiah) Tahun Kwartal 2006 2007 2008 2009 Q1 4.8 3.3 0.2 0.1 Q2 3.1 11.6 4.8 5.3 Q3 3.7 11.7 2.3 5.4 Q4 5.7 6.1 11.4 2.5 Harga saham dapat dikatakan sebagai indikator keberhasilan pengelolaan perusahaan untuk mendapatkan return yang diinginkan, yang ditunjukkan oleh kekuatan pasar dengan terjadinya transaksi perdagangan saham perusahaan di pasar modal. Transaksi yang terjadi didasarkan pada hasil pengamatan para investor terhadap prestasi perusahaan dalam menghasilkan keuntungan. Keadaan harga saham yang naik menjadi lebih tinggi dari pada harga pembelian. Fluktuasi harga saham penting untuk diamati oleh investor karena akan mempengaruhi tingkat keuntungan investasi yang akan diperoleh. Salah satu cara terbaik untuk mendapat keuntungan adalah dengan membeli ketika harga akan naik lalu menjualnya ketika harga akan turun. Namun untuk memperkirakan kapan harga akan naik atau turun bukanlah hal yang mudah. Melihat pertumbuhan transaksi BEI tahun 2007 terjadi peningkatan transaksi beli oleh investor asing. Pada tahun 2007 terjadi peningkatan net transaksi saham, dimana Kondisi ini cukup kontradiktif dengan pertumbuhan investasi sektor riil di Indonesia. Pada periode yang sama 1

Indonesia justru mengalami pertumbuhan investasi terendah dikawasan ASEAN terutama untuk investasi asing. Pada tahun 2008 prospek pertumbuhan IHSG masih cukup baik. Tetapi nilai perdagangan saham harian di Bursa Efek Indonesia dalam kuartal pertama terus menurun. Minimnya sentimen positif dari bursa global dan regional membuat investor belum bergairah untuk bertransaksi. Namun pada kuartal ke empat tahun 2008 terjadi peningkatan sebagai akibat meningkatnya sentimen positif investor asing Di tahun 2009 transaksi di bursa efek indonesia tercatat 13,3 trillyun jika dibandingkangan tahun 2008 transaksi sebesar 18,7 trillyun terlihat ada penurunan yang diakibatkan karena krisis ekonomi, politik di dalam negeri. Perdagangan saat itu diliputi sentimen negatif, terutama masalah defisit anggaran di sejumlah negara Eropa, yang dikhawatirkan memberi efek berantai ke sejumlah negara maju lain, termasuk Amerika Serikat. Pada kwartal keempat tahun 2008 krisis finansial mulai muncul dan pada tahun 2009 dampaknya menurunkan transaksi saham dimana merupakan dampak dari krisis finansial dan kondisi perbankan yang mendapat pesimisme dari nasabah terkait kasus Bank Century.Pe rke mbangan Ne t Transaksi14.0 12.0 Net Transaksi 10.0 8.0 6.0 4.0 2.0 0.0 2006 2007 Tahun 2008 2009 Q1 Q2 Q3 Q4

Gambar 1.5 ANALISA KUANTITATIF Berdasarkan hasil regresi, diperoleh model regresi sebagai berikut: 1

9,64 - 1,54X1 (0,333667) (5,36) T hitung : = 28,89 1 = -0,286, t tabel = 1,753 DW test = 0,669 R = -0,065 R2 = 0,0058 Berdasarkan model tersebut, koefisien korelasi (R) sebesar -0,065 menunjukkan menunjukkan hubungan antara net transaksi asing terhadap nilai tukar rupiah di Indonesia sangat lemah. Peran variabel net transaksi asing dalam menjelaskan nilai tukar rupiah yang beredar di indonesia periode 2006-2009 ditunjukkan oleh koefisien determinasi parsial (R2 ) sebesar 0,0058, artinya 0,58 persen variabel nilai tukar rupiah dijelaskan oleh variabel net transaksi, sisanya 99,42 persen dipengaruhi oleh faktor lain di luar model yang dianggap konstan (cateris paribus). Peranan net transaksi asing secara statistik dapat diuji melalui tabel t hitung. Berdasarkan tingkat kepercayaan 95 %, atau signifikan /2 =0,05 dan derajat bebas 15, maka diperoleh t tabel sebesar 1,753. Dengan demikian, t hitung 1 sebesar -0,286 yang menunjukkan bahwa t hitung lebih kecil dari t tabel, menunjukan bahwa net transaksi memiliki pengaruh yang tidak signifikan terhadap nilai tukar rupiah pada periode 2006-2009.Daerah Penolakan Daerah Penerimaan -1.753 -0.286 1.753 Daerah Penolakan

Y =

Gambar 1.6 Adapun faktor-faktor lain di luar model yang mempengaruhi pergerakan kurs adalah perbedaan tingkat inflasi dalam negeri terhadap luar negeri, suku bunga, jumlah uang yang beredar, tingkat pendapatan riil dan intervensi Bank Indonesia. 1

Pengaruh net transaksi kurs adalah tidak signifikan hal ini disebabkan karena proporsi total trading yang dilakukan oleh investor asing lebih kecil dari pada investor domestik sehingga tidak terjadi capital flow dari transaksi yang terjadi di BEI (Bursa Efek Indonesia). Berikut adalah grafik yang menggambarkan persentase total trading yang dilakukan oleh investor asing dan domestik yang terjadi selama periode waktu penelitian. Dari gambar 1.7 dapat dilihat bahwa selama tahun 2006, rata-rata trading yang dilakukan oleh investor asing hanya sebesar 30% dari total trading di tahun tersebut, dimana sisanya sebesar 70% merupakan trading yang dilakukan oleh investor domestik. Namun bila dilihat dari tingkat persentase selama periode pengamatan, tahun 2006 merupakan tahun dengan tingkat persentase yang paling tinggi selama periode pengamatan.

Gambar 1.7

1

Sedangkan pada tahun 2007 merupakan tahun dengan total trading yang paling rendah. Pada kwartal pertama tahun 2007 telah terjadi penuruna trading oleh investor asing yaitu hanya sebesar 23%, lalu pada kwartal ke dua masih di tahun yang sama kembali terjadi penurunan trading yang dilakukan oleh investor asing yaitu hanya sebesar 19%, dimana angka ini adalah persentase terendah selama tahun pengamatan. Pada periode tersebut merupakan pertumbuhan investasi terendah di kawasan ASEAN untuk investor asing. Sampai pada kwartal ke empat tahun 2007, persentase total trading oleh investor asing masih dalam keadaan yang rendah. Pada tahun ini total trading yang di lakukan oleh investor domestik sebesar 78%. Ditahun 2008 total trading oleh investor asing kembali meningkat, namun tidak terlalu besar, terutama di kwartal ke empat tahun 2008 yang merupakan persentase paling tinggi selama periode pengamatan.,yaitu sebesar 39%. Dimana pada tahun tersebut sebesar 73% dari total trading dilakukan oleh investor domestik. Namun selama tahun 2009 besarnya persentasi total trading yang dilakukan oleh investor asing tersebut kembali turun yaitu bedara di tingkat 25%. Itu artinya selama tahun 2009, 75% trading dilakukan oleh investor domestik. Dari hasil analisa ini maka dapat dijawab bahwa yang menyebabkan ketidaksignifikansi hasil regresi terjadi karena peranan investor asing yang tidak terlalu banyak dalam Bursa Efek Indonesia (BEI) dimana dari grafik dapat dilihat bahwa selama periode penelitian lebih dari 70% dari total trading sepanjang tahun dilakukan oleh investor domestik. Sehingga dengan minimnya transaksi yang dilakukan oleh investor asing tersebut tentu memberikan pengaruh yang sangat kecil atau bahkan tidak ada terhadap fruktuasi nilai tukar rupiah. V. KESIMPULAN DAN SARAN KESIMPULAN Berdasarkan analisis kuantitatif dan kualitatif dengan perhitungan regresi mengenai pengaruh net transaksi asing di BEI terhadap nilai 1

tukar rupiah di Indonesia periode 2006 2009, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa berdasarkan hasil uji t didapat bahwa net transaksi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap nilai tukar rupiah di Indonesia karena proporsi total trading yang dilakukan oleh investasi asing ebih sedikit dibandingkan dengan investor domestik sehingga tidak berpengaruh besar terhadap kurs. SARAN Dari penelitian diatas net transaksi asing di BEI terhadap kurs memang berpengaruh sedikit. Dikarenakan proporsi asing terhadap domestik lebih sedikit. Sehingga pentingnya keberadaan investor asing di Indonesia memang sangat dibutuhkan. Masuknya mereka ke pasar membuat investor lokal lebih percaya diri. Aliran dana dari investor asing ke pasar modal juga mengindikasikan kepercayaan internasional terhadap prospek pasar modal Indonesia. Ini yang paling penting untuk dipertahankan, akan tetapi jangan sampai menciptakan ketergantungan yang tinggi terhadap investor asing karena dapat menciptakan volatilitas atau ketidakstabilan pasar, dan rentan terhadap risiko global.

DAFTAR PUSTAKA Frensidy, Budi. Analisis Pengaruh Aksi Beli- jual Asing, kurs, dan indeks Hang seng Terhadap indeks Harga Saham Gabungan di Bursa Efek Jakarta dengan Model Garch. Diakses tanggal 12 Maret 2010 Laporan tahunan BI berbagai edisi 1

Krugman Paul R. Obstfel Maurice. 1994. ekonomi internasional ; teori dan kebijakan. Buku 1. Edisi kedua. Jakarta : Penerbit Universitas Indonesia Harper Collins Publisher Inc. Mishkin, frederich S. 2003. The Economic of Money, Banking and Finansial market. 6th Edition. Update: Columbia University Ramdani, Rahadian. A. 2003. pengaruh Aliran Modal Swasta Jangka Pendek Terhadap Perubahan Nilai Tukar Rupiah dan Laju Inflasi di Indonesia 1990.1 -2000. Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan, Vol. 6 No 1. juni: 12-33 Salvatore, Dominick. 1997. Ekonomi Internasional. Edisi kelima. Jilid: Jakarta. Penerbit Erlangga- prentice Hall, Inc Sukirno, Sadono. 2000. Pengantar Makroekonomi, edisi kedua. Cet II. Jakarta. Penerbit: PT. Raja Grafindo Persada. www. Idx. Co. Id. Diakses tanggal 10 Mei 2009

LAMPIRAN

1

1

1