5
TUGAS PENGOLAHAN LIMBAH B3 NAMA : CAHYO AMBUKO NIM : 11/313396/PA/13683 Di sini saya akan membahas jurnal internasional pengolahan limbah B3 dengan judul Application of best available technologies on medical wastes disposal/treatment in China (with case study) Di jurnal ini membahas pengolahan limbah B3 dalam limbah medis di dalam jurnal ini pengolahan limbah medis mengunakan dua metode teknologi yaitu insinerasi dan non- insinerasi. Dari beberapa metode teknologi , insinerasi yang paling banyak dipilih karena memiliki keunggulan diantaranya mudah pengoperasiannya dan biaya operasionalnya lebih murah Walaupun penggunaan incinerator banyak ditolak karena emisi gas buangnya yang sangat berbahaya, namun secara ekonomis dan pengoperasian masih banyak dipilih. Selain itu dengan sistem yang benar, insinerasi dapat mengolah seluruh sampah medis. Pirolisis dan gasifikasi juga telah dipelajari selama bertahun-tahun. Metode ini juga dianggap dapat menjadi alternatif dalam pengolahan sampah medis karena minimnya emisi udara dan partikulat yang dihasilkan sehingga dapat mengurangi dampak terhadap lingkungan. Selain itu gas yang dihasilkan pada proses gasifikasi dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku/chemical feedstock untuk memproduksi bahan bakar cair Gas yang

TUGAS PENGOLAHAN LIMBAH fix.docx

Embed Size (px)

Citation preview

TUGAS PENGOLAHAN LIMBAH B3

NAMA : CAHYO AMBUKONIM : 11/313396/PA/13683

Di sini saya akan membahas jurnal internasional pengolahan limbah B3 dengan judul Application of best available technologies on medical wastes disposal/treatment in China (with case study) Di jurnal ini membahas pengolahan limbah B3 dalam limbah medis di dalam jurnal ini pengolahan limbah medis mengunakan dua metode teknologi yaitu insinerasi dan non-insinerasi.Dari beberapa metode teknologi , insinerasi yang paling banyak dipilih karena memiliki keunggulan diantaranya mudah pengoperasiannya dan biaya operasionalnya lebih murah Walaupun penggunaan incinerator banyak ditolak karena emisi gas buangnya yang sangat berbahaya, namun secara ekonomis dan pengoperasian masih banyak dipilih. Selain itu dengan sistem yang benar, insinerasi dapat mengolah seluruh sampah medis. Pirolisis dan gasifikasi juga telah dipelajari selama bertahun-tahun. Metode ini juga dianggap dapat menjadi alternatif dalam pengolahan sampah medis karena minimnya emisi udara dan partikulat yang dihasilkan sehingga dapat mengurangi dampak terhadap lingkungan. Selain itu gas yang dihasilkan pada proses gasifikasi dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku/chemical feedstock untuk memproduksi bahan bakar cair Gas yang dihasilkan dari proses gasifikasi diantaranya karbonmonoksida, hidrogen, hidrokarbon, dan lainnya dapat dimanfaatkan untuk menyediakan energi pada proses pirolisis dengan desain yang efektif dan terintegrasi. Dalam paper ini akan dibahas mengenai teknologi terintegrasi insinerasi sampah medis yang memanfaatkan proses gasifikasi, pirolisis dan insinerasi. Dan dalam metode non-insinerator untuk pengolahan limbah B3 di gunakan konsep BAT alasan di gunakan konsep adalah "Keinginan Lingkungan" berarti teknik pembuangan limbah yang dianut dan manajemen, Kemampuan bisa menjamin kesehatan masyarakat dan keamanan lingkungan. "Ketekunan Administrasi" berarti kemampuan manajemen terkait bisa memastikan kebijakan diadopsi dan Langkah-langkah bisa menyadari dan menjadi jangka panjang yang efektif, terutama untuk dampak lingkungan. "Efektivitas Ekonomi" berarti teknik pembuangan yang dianut dan tindakan manajemen yang biaya yang efektif dan mempertimbangkan biaya pembuangan limbah. "Penerimaan Sosial dan ekuitas" berarti teknik pembuangan yang dianut dan manajemen Langkah-langkah bisa didukung dan diterima oleh masyarakat setempat, termasuk efisiensi limbah tindakan manajamen.Dalam jurnal ini metode pengolahan limbah B3 menggunakan metode insinerasi adalah Prosespengurangan atau perubahan bentuk sampah yang sudah terbakar, menjadi abu pada suhu tinggi (37,778 C982,222C) Alat atau sarana yang dapat digunakan untuk membakar refuse dengan bahan bakar yang minim atau dengan bahan pembakar yaitu refuse itu sendiri. pada metode insinerasi proses pengolahan limbah B3 yaitu Mula-mula membuat air dalam sampah menjadi uap air, hasilnya limbah menjadi kering yang akan siap terbakar. Selanjutnya terjadi proses pirolisis, yaitu pembakaran tidak sempurna, dimana temperatur belum terlalu tinggi. Fase berikutnya adalah pembakaran sempurna. Gambar skema proses insinerasi

Feeding SystemInsinerator ini terdiri terdiri atas dua feeder yang berfungsi untuk mencampur, mencacah, memadatkan dan memanaskan sampah medis. Sistem feeder pada insinerasi akan terus menerus memasukkan sampah medis ke dalam waste bed Pemanasan, pengeringan, pirolisis dari sampah medis, serta oksidasi arang erjadi pada tungku pertama.Primary Combution Chamber (PCC)Sampah medis dalam PCC mengalami pemanasan dan proses pengeringan. Hingga pada leveltemperatur yang ditentukan sampah medis mengalami pirolisis dan penguapan. Setelah proses pirolisis dan penguapan, akan terbenetuk arang yang selanjutnya mengalami oksidasi lanjut dan membentuk arang panas(hot slag).Secondary Combution Chamber(SCC)Desain SCC sedikit berbeda dengan desain insinerator pada umumnya. menyebut desain ini dengan struktur coaxial yang meletakkan SCC mengelilingi PCC secara vertikal. Desain ini untuk meminimalisir kehilangan panas. Untuk memaksimalkan efisiensi alatdan mengurangi dampak terhadap lingkungan, maka sistem pembakaran dalam SCC dikontrol berdasar suhu, waktu dan turbulensi.Flue Gas Purification SystemGas buang yang dihasilkan dari proses insinerasi selanjutnya akan dimurnikan dengan menyemprotkan lime slurry untuk menghilangkan HCl dan SOx . Kemudian diinjeksikankarbon aktif untuk mengabsorbsi dioksin dan furan yang terbentuk diakhir proses pembakaran.Dari metode insiner tersebut di peroleh hasil pengolahan limbah B3 yaitu Udara yang dibutuhkan untuk proses pembakaran pada PCC sekitar 40% dari kebutuhan udara stoikiometri dan 100% udara stoikiometri di SCC untuk pembakaran sempurna. Pengaturan suhu yang tepat pada PCC dan SCC diperlukan untuk menjaga agar prosespembakaran terjadi dengan baik. Suhu running optimal pada PCC diset 700-913 C agar proses gasifikasi dan pirolisis sampah medis dapat berlangsung baik. Suhu pada SCC 860-1000 C yang menandakan proses pembakaran di SCC lebih stabil dari pada PCC Namun terdapat anomali suhu yang diset dengan suhu aktual pada PCC, hal ini bisa jadi disebabkan fluktuasi kadar air dari sampah medis yang dimasukkan serta adanya kelebihan udara dalam gasifier Sedangkan anomali suhu pada SCC disebabkan adanya pembakaran yang berlebihan pada gasifier yang menghabiskan banyak bahan bakar sehingga menurunkan suhu yang masuk SCC. Selain itu kelebihan bakan bakar mengakibatkan tingginya emisi udara.Polutan udara yang dihasilkan adalah CO, CO2, NOx, dan SO2. Polutan yang terbentuk pada PCC adalah CO namun pada SCC gas tersebut berubah menjadiCO2. NOx, dan SO2 terbentuk dari hasil pembakaran di SCC dengan kadar yang dibawah standar baku mutu yang berlaku. Fly ash yang dihasilkan mengandung Cd dan As dengan kadar yang masih melebihi baku mutu, sehingga perlu detoksifikasi dahulu sebelum disimpan di landfill (Xie et. al., 2009). Sistem incinerator ini dirancang dengan Air Pollution Control Device (APCD) yang baik. Pengendalian fly ash pada gas buang dengan APCD akan mengontrol produksi dioksin dan furan yang terbentuk. APCD juga menurunkan kadar gas asam HCl dan SO2 pada gas buang Sistem insinerasi terpadu ini dapat dijadikan alternatif pengolahan sampah medis yang ramah lingkungan. Hal ini dapat diketahui dari penggunaan bahan bakar yang lebih sedikit dibanding dengan insinerator pada umumnya, serta adanya APCD yang mengendalikan emisi udara dari proses insinerasi.