Upload
naila-valeria
View
443
Download
6
Embed Size (px)
Citation preview
TUGAS KIMIA PERMUKAAN
Ozonolisis asam oleat selama menggunakan katalis nano vanadium pentaoksida (V2O5)
Berdasarkan Jurnal:
Ozonolysis of oleic acid over a nano vanadium pentoxide (V2O5) catalyst
OlehMohd Azri Ab Rani et al School of Chemical Science and Food Technology
Faculty of Science and Technology
Disusun oleh:
Catur Hertika G440860
Edwin G440860
Nurani Setiowati G44086027
Muhammad Ifan Akbar G440860
DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2010
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Reaksi ozon dengan molekul tidak jenuh merupakan salah satu metode yang
digunakan untuk menguji reaktivitas antara partikel gas. Sistem reaksi asam oleat-ozon
heterogen telah di pelajari secara intensif karena kepentingan komersialnya dan implikasinya
terhadap kimia atmosfer serta perubahan iklim. Hal ini diketahui bahwa azelat dan asam
pelargonat dapat disiapkan melalui ozonolisis asam oleat. Asam azelat merupakan komposisi
penting dalam modifikasi serat poliester yang digunakan pada baju, karpet, plastik mesin,
elastomer uretan, film poliester dan perekat, plastisasi, pelumas sintetik, perangsang
pertumbuhan rambut dan pengobatan jerawat.
Oksidasi katalisis di atas permukaan oksida logam terus menimbulkan tantangan besar
bagi para peneliti katalisis. Permukaan katalis oksida logam pada salah satu kondisi reaksi
adalah dinamis, dengan cara desorpsi-adsorpsi, atau reduksi-oksidasi. Meskipun, aktivitas
katalitik sering dianggap dalam situs aktif tunggal, faktor yang menentukan untuk aktivitas
dan selektivitas mungkin merupakan kombinasi dari beberapa fenomena yang saling
bersaing, yang melibatkan beberapa situs aktif dan / atau interaksi mereka dan kedekatan satu
sama lain. Beberapa karya sebelumnya yang membahas pertanyaan-pertanyaan tentang
kekhususan struktural, sinergi, peran promotor, dan efek dukungan ditelaah dalam upaya
untuk memberikan contoh hubungan struktur-fungsi katalis oksida logam pada reaksi
oksidasi (Ozkan 2005). Hasil dari studi kami sebelumnya memotivasi kami untuk mengetahui
efek dan bentuk dari katalis V2O5 dengan membandingkan bentuk nanorod, nanopartikel dan
ukuran besar V2O5 dalam reaksi ozonolisis. Untuk penyelidikan lebih lanjut, reaksi juga
dilakukan tanpa katalis untuk memberikan perbandingan.
Tujuan
Penelitian ini bertujuan menentukan kemampuan katalis vanadium pentaoksida
(V2O5) dalam ukuran nano pada reaksi ozonolisis asam oleat.
TINJAUAN PUSTAKA
Katalis
Katalis adalah suatu senyawa yang dapat menaikkan laju reaksi, tetapi tidak ikut
menjadi reaktan / produk dalam sistem itu sendiri. Setelah reaksi selesai, katalis dapat
diperoleh kembali tanpa mengalami perubahan kimia. Katalis berperan dengan menurunkan
energi aktifasi. Sehingga untuk membuat reaksi terjadi, tidak diperlukan energi yang lebih
tinggi. Dengan demikian, reaksi dapat berjalan lebih cepat. Karena katalis tidak bereaksi
dengan reaktan dan juga bukan merupakan produk, maka katalis tidak ditulis pada sisi
reaktan atau produk. Umumnya katalis ditulis di atas panah reaksi yang membatasi sisi
reaktan dan produk.
Katalis berdasarkan cara kerjanya dapat dibagi menjadi dua tipe, yaitu heterogen dan
homogen. Dalam reaksi heterogen, katalis memiliki fase yang berbeda dengan reaktan. Pada
reaksi ini, mula-mula reaktan akan terjerap pada permukaan aktif katalis, selanjutnya akan
terjadi interaksi baik berupa reaksi sebenarnya pada permukaan katalis, atau terjadi
pelemahan ikatan dari molekul yang terjerap. Setelah reaksi terjadi, molekul hasil reaksi
(produk) dilepas dari permukaan katalis. Oleh karena itu, katalis yang baik perlu memiliki
kemampuan menjerap dan melepaskan yang baik. Pada reaksi homogen, biasanya proses
terjadi dalam bentuk gas atau terjadi dalam satu fase cair tunggal (Anonim 2010).
1. Katalis Homogen
Suatu katalis disebut homogen apabila berada dalam fase yang sama dengan reaktan
maupun produk reaksi yang dikatalisis. Katalis ini berperan sebagai zat antara dalam reaksi.
Contohnya adalah efek katalis HBr pada dekomposisi termal t-butil alkohol, (CH3)3COH,
yang menghasilkan air dan isobutilen, (CH3)2C=CH2.
(CH3)3COH (CH3)2C=CH2 + H2O
Tanpa penggunaan katalis, reaksi ini berlangsung sangat lambat, bahkan pada suhu
tinggi sekalipun. Hal ini disebabkan karena reaksi ini memiliki energi aktifasi yang sangat
tinggi, yaitu 274 kJ/mol. Dengan menggunakan HBr, energi aktifasi akan turun menjadi 127
kJ/mol, dan reaksi menjadi
(CH3)3COH + HBr (CH3)3CBr + H2O
(CH3)3CBr (CH3)2C=CH2 + HBr
Kelemahan dari katalis homogen ini adalah ketika reaksi selesai, diperlukan perlakuan
kimia selanjutnya untuk memisahkan katalis dari campuran reaksi.
2. Katalis Heterogen
Katalis heterogen adalah katalis yang fasenya tidak sama dengan reaktan atau produk
reaksi yang dikatalisis. Katalis heterogen biasanya berfungsi sebagai permukaan tempat
terjadinya reaksi. Contohnya adalah reaksi antara H2 dan O2 pada permukaan logam. Logam
berfungsi sebagai permukaan adsorben dimana H2 dan O2 akan menempel dan bereaksi.
Vanadium pentaoksida
Logam vanadium terdapat di alam dalam senyawa vanadium pentaoksida (V2O5).
Senyawa ini digunakan sebagai katalis pada pembuatan asam sulfat melalui proses kontak.
Logam vabadium bila dicampur dengan besi akan menghasilkan baja vanadium yang keras,
kuat dan tahan karat. Baja vanadium digunakan untuk membuat per mobil (Daus 2009).
Vanadium (V) oksida merupakan produk utama ketika logam vanadium dipanaskan
dengan oksigen berlebih, namun produk ini terkontaminasi dengan oksida lainnya lebih
rendah. Sebuah persiapan laboratorium lebih memuaskan melibatkan dekomposisi
metavanadat ammonium pada suhu sekitar 200oC.
2NH4VO3 → V2O5 + 2NH3 + H2O
Vanadium pentaoksida meleleh pada 690oC dan terurai pada 1750oC. V3+ merupakan
reduktor kuat, yang menetapkan hidrogen bebas dengan air. Dan ini menunjukkan bahwa
vanadium pentaoksida jarang berlaku sebagai agen tunggal oksidasi.
Nanoteknologi
Nanoteknologi adalah ilmu dan rekayasa dalam menciptakan material, struktur
fungsional, maupun piranti alam berskala nanometer. Material berukuran nanometer memiliki
sejumlah sifat kimia dan fisika yang lebih unggul dari material berukuran besar (bulk). Di
samping itu material dengan ukuran nanometer memiliki sifat yang kaya karena
menghasilkan sifat yang tidak dimiliki oleh material ukuran besar. Sejumlah sifat tersebut
dapat diubah-ubah dengan melalui pengontrolan ukuran material, pengaturan komposisi
kimiawi, modifikasi permukaan, dan pengontrolan interaksi antar partikel.
Material nanopartikel adalah material-material buatan manusia yang berskala nano,
yaitu lebih kecil dari 100 nm, termasuk di dalamnya adalah nanodot atau quantum dot,
nanowire dan carbon nanotube. Selain nanopartikel juga dikembangkan material
nanostruktur, yaitu material yang tersusun oleh beberapa material nanopartikel. Untuk
menghasilkan material nanostruktur maka partikel-partikel penyusunnya harus diproteksi
sehingga apabila partikel-partikel tersebut digabung menjadi material yang berukuran besar
maka sifat individualnya dipertahankan. Sifat material nanostruktur sangat bergantung pada
ukuran maupun distribusi ukuran, komponen kimiawi unsur-unsur penyusun material
tersebut, keberadaan interface (grain boundary), dan interaksi antar grain penyusun material
nanostruktur (Abdullah 2007).
Nanodot atau quantum dot adalah material berukuran kurang dari 100 nanometer yang
mengurung elektron secara tiga dimensi, baik arah x, y, dan z. Hal ini dimungkinkan karena
diameter dari nanodot tersebut sebanding dengan panjang gelombang dari elektron. Bahkan
nanodot tersebut dikatakan sebagai atom buatan. Nanowire adalah material berukuran
nanometer yang dapat mengurung elektron secara dua dimensi dan bebas bergerak di dimensi
yang ketiga, yaitu ke depan atau ke belakang.
Secara umum dapat disimpulkan sifat dari nanomaterial adalah sebagai berikut:
1. Nanomaterial memiliki luas permukaan yang besar serta jumlah atom dipermukaan
yang besar.
2. Memiliki energi permukaan dan tegangan permukaan yang tinggi.
3. Permukaan dari partikel kristalin dengan ukuran nano cenderung membentuk faset
(permukaan yang tergosok rata)
4. Bidang faset cenderung tersusun dari bidang yang paling rapat.
5. Permukaan bersifat sangat reaktif dan mudah teroksidasi.
6. Perhatian perlu diberikan ketika menyimpan logam partikel nano karena bisa terjadi
ledakan.
Jalur dan produk ozonolisis asam oleat
Asam oleat adalah asam lemak tak jenuh tunggal yang rentan terhadap oksidasi dari gas
oksidan biasa, seperti OH, NO3, dan O3. OH dan NO3 bertambah ke ikatan rangkap alkena
daripada memisahkan sebuah atom hidrogen, yang umumnya bereaksi dengan alkana. Ada
beberapa studi yg telah dilakukan terhadap proses pelapisan organik heterogen oleh OH dan
NO3 yg bertindak sebagai wakil gas atmosfer. Hanya ada beberapa studi mengenai proses
heterogen partikel asam oleat oleh NO3, dan belum ada diketahui dengan OH. Doherty dan
Ziemann menemukan bahwa hasil utama reaksi NO3 radikal dengan asam oleat cair dengan
keberadaan NO2, N2O5, dan O2 adalah hidroksi nitrat, karbonil nitrat, dinitrat, hidroksidinitrat,
dan banyak lagi senyawa nitrat lainnya. Hung menemukan bahwa oksidasi heterogen yg
terdeposisi, menggunakan butiran asam oleat berukuran milimeter dengan radikal nitrat yg
dihasilkan dalam produk dengan fungsional grup –NO2-, -O2NO2, dan –NO2 dan produk
dengan bobot molekul tinggi.
Ozonolisis merupakan reaksi oksidatif antara ozon dengan karbon-karbon ikatan
ganda dari senyawa tak jenuh. Asam oleat merupakan satu contoh asam lemak tak jenuh
tunggal yg cocok untuk studi proses heterogen dengan ozon.Berikut ini dijelaskan tahap
mekanisme sederhana ozonolisis dalam larutan tak jenuh, yaitu terdiri atas tiga tahap
mekanisme:
Gambar 1 Mekanisme ozonolisis asam oleat
Tahap 1 terjadi pembentukan ozon primer, tahap 2 dekomposisi ozon primer (PO) menjadi
aldehid (atau keton), dan oksida karbonil atau Criegee intermediet (CI), tahap 3 rekombinasi
dari oksida karbonil dan aldehid (atau keton) untuk membentuk ozon sekunder (SO). Dalam
ozonolisis senyawa tak jenuh dalam larutan terutama pada suhu rendah, ozon sekunder sering
teramati dan telah diisolasi dengan hasil yang tinggi. Yang harus diperhatikan, ozonolisis
heterogen dari asam oleat dan senyawa yg berhubungan menghasilkan yg lumayan tinggi
dalam peroksida, termasuk SO. Seperti yg akan dijelaskan, hasil ini timbul pada dasarnya dari
reaktifitas CI terstabilkan. Reaktifitas CI merupakan pusat penting dalam pemahaman proses
oksidatif heterogen terhadap asam oleat dan senyawa sejenisnya oleh ozon. Criegee
intermediet digambarkan sebagai zwitter ion dan biradikal. Distribusi produk (sebagai
contoh, jenis dan/atau hasil relative produk) dalam larutan yang dilakukan melalui ozonolisis
sering bergantung pada pelarut dan pH. Produk ozonolisis diidentifikasi dengan
membandingkan waktu retensi dan spectrum massa dengan senyawa yang diketahui.
Produk-produk asam organik dan aldehida dari ozonolisis asam oleat
Ada empat asam organik dan aldehida berbobot molekul rendah yang umumnya
dihasilkan dalam ozonolisis heterogen dari asam oleat: asam azelat, nonanal, asam nonanoat,
dan asam 9-oksononanoat. Produk ini telah dihasilkan secara langsung dan secara terus
menerus oleh para peneliti menggunakan berbagai metode (Zahardis 2007).
Produk-produk kimia sekunder dari ozonolisis asam oleat
Berbagai jenis produk, terutama peroksida di alam, telah dihasilkan dalam ozonolisis
heterogen asam oleat, senyawa asam lemak tak jenuh lainnya, dan derivatifnya. Produk ini
telah dihubungkan ke reaktifitas CI.
METODE PENELITIAN
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan adalah GC, GC-MS, generator ozon, stirrer, dan seperangkat alat
refluks.
Bahan yang digunakan adalah asetonitril (100%) dan heksadesiltrimetil ammonium
bromide (CTAB) (kemurnian maksimal 99%) dibeli dari Mallinckrodt dan Sigma. 1-heksanol
dan asam pelargonat dibeli dari Fluka. Vanadil sulfat hidrat diperoleh dari Aldrich. Larutan
ammonia (25%), asam azelat (99%) dan asam sulfat (sp.gr.1.84) dibeli dari BDH.
Ammonium metavanadat (99%) dan asam oleat (90%) dibeli dari Sigma-Aldrich. Air
deionisasi dan dua kali destilasi digunakan untuk misel dan preparasi larutan. Semua bahan
kimia dan pelarut digunakan sebagaimana ketika diterima dan tidak ada pemurnian lebih
jauh. Ozon disiapkan menggunakan ozon generator.
Metode Penelitian
Vanadium pentoksida nanorod dengan diameter 30-90 nm dan panjang 260-600 nm,
V2O5 nanopartikel dengan ukuran 45-160 nm, dan V2O5 ukuran besar disiapkan seperti studi
kami sebelumnya.
Dalam studi ini, ozonolisis asam oleat dilakukan tanpa menggunakan pelarut. Katalis
(0.01 g V2O5) dicampurkan dengan 10 ml asam oleat, dipanaskan dengan temperatur reaksi
(50oC) dan di stirrer secara terus menerus. Gas ozon (1L/min) dilewatkan melalui campuran
selama 2.30 jam untuk menyelesaikan proses oksidasi. Tekanan gas dijaga pada 0.03 MPa.
Sebagai kontrol, prosedur ini dijalankan tanpa menggunakan katalis V2O5 padat. Hasil
ozonolisis diubah menjadi ester menggunakan reaksi metilasi (persamaan 1) untuk
memungkinkan pendeteksian oleh GC-MS (Hewlett Packard Model 5970, tipe kolom:
Innowax, Detektor: FID, Tinjector dan Tdetector : 280oC, dalam 120-250oC dengan aliran
10oC/min)
R-COOH + CH3OH R-COO-CH3 + H2O
Reaksi metilasi ini dilakukan dengan mencampurkan 0.25 g hasil ozonolisis dengan
30 ml asam metanolat (HCl+MeOH). Gas nitrogen dihilangkan dan campuran di stirrer dan di
refluks selama 10 – 15 menit. Kemudian campuran didinginkan pada suhu ruang. Setelah
melarutkan lapisan organik dalam asetonitril (2000 ppm), sampel dikarakterisasi
menggunakan GC dan GC-MS.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Proses ozonisasi yang telah dilaporkan dapat menghasilkan asam karboksilat, yang
merupakan senyawa organik di mana setidaknya memiliki satu rantai olefinik, yang
didalamnya terkandung sejumlah kecil aldehid dan keton. Sistem reaksi asam oleat-ozon
heterogen telah di pelajari secara intensif karena kepentingan komersialnya dan implikasinya
terhadap kimia atmosfer serta perubahan iklim. Hal ini diketahui bahwa azelat dan asam
pelargonat dapat disiapkan melalui ozonolisis asam oleat. Bagaimanapun, proses komersial
yang ada untuk produksi asam azelat didasarkan pada ozonolisis asam oleat, dikarenakan
selektifitas dan reaktifitas yang tinggi.
Metil ester dari asam dikarboksilat jenuh dianalisis menggunakan spektrometri massa
melalui fragmen mereka M-59, bersamaan dengan hilangnya COOCH3. misalnya, spektrum
massa dari metil azelat tidak memberikan sebuah molekul ion (MI, walaupun ada banyak
diagnostik ion yg mencolok m/z 185 (M_OCH3), m/z 152 (M-2CH3OH) m/z 143 (M-
CH3COCH3), m/z 124 (M-2CH3 OH-CO).
Sebagai tambahan, puncak yang mencolok pada m/z 74, 87, 101, dan 129 pada
spektrum masssa dari metil pelargonat cukup cocok dengan referensi pustaka untuk asam
nonionik dan asam pelargonat metil ester. Metil ester dari asam dikarboksilat jenuh dikenali
melalui fragmen mereka menggunakan spektrometri massa. Reaktifitas dan selektifitas reaksi
ditentukan dan hasilnya ditunjukkan pada table 1. Ozonolisis asam oleat menggunakan
nanorod V2O5 menunjukkan selektifitas yang tinggi untuk produksi asam azelat. Hanya
sejumlah kecil aldehid yang terdeteksi.
Tabel 1 Hasil ozonolisis asam oleat
Karena selektifitas dari katalis merupakan hal yang penting saat ini, selektifitas yang
tinggi ini merupakan hal yang sangat diinginkan dalam pembuatan asam azelat skala industri.
V2O5 nanopartikel dan ukuran besar menunjukkan jumlah aldehid dan keton yang cukup
banyak sebagai hasil samping walaupun hal ini masih kecil jika dibandingkan dengan tanpa
menggunakan katalis V2O5. Hasil juga menunjukkan bahwa pengaruh bentuk dan ukuran
nanomaterial pada peningkatan tingkah laku katalitik mereka bersifat konsisten dengan
penemuan sebelumnya oleh peneliti lain.
Penentuan faktor aktifitas dan selektifitas mungkin sebuah kombinasi dari beberapa
fenomena yang terjadi, kehadiran beberapa sisi aktif dan/atau interaksi mereka dan
kedekatan satu dengan lainnya, luas permukaan, kekurangan, bentuk, kristal kisi dan lain-
lain. Karena hasil dan selektifitas keduanya meningkat ketika luas permukaan, kekurangan
dan sisi aktif meningkat, peningkatan performa katalitik dalam studi ini diasumsikan
berhubungan dengan hal tersebut.
SIMPULAN
Hasil ozonolisis asam oleat menunjukkan bahwa V2O5 nanorod dapat dikatakan
sebagai katalis yang baik dengan hasil dan selektifitas yang tinggi untuk pembuatan asam
azelat dengan persentase rendah akan hasil samping. Hasil menunjukkan bahwa V2O5 nano
memiliki performa katalitik lebih baik dibandingkan dengan V2O5 ukuran besar. Hasil juga
menunjukkan bahwa ada pengaruh ukuran dan bentuk dari katalis terhadap hasil dan
selektifitas. Penemuan ini sangat berguna untuk produksi asam azelat dan asam pelargonat
pada skala industri.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah M. 2007. Material Nanostruktur. Bandung: ITB.
Anonim. 2010. Penggolongan Katalis. http://www.b3.menlh.go.id [terhubung berkala]. (12 Mei 2010).
Daus. 2009. Material Teknik Katalis. http://www.daus.student.umm.ac.id. [terhubung berkala]. (12 Mei 2010).
Mohd A, Asim, Aziah, Badiei, dan Ambar. 2008. Ozonolysis of oleic acid over a nano vanadium pentoxide (V2O5) catalyst. School of Chemical Science and Food Technology Faculty of Science and Technology.
Ozkan US & Watson RB. 2005. The structure-functionrelationships in selective oxidation reactions over metal oxides, Catalysis Today.
Zahardis J & Petrucci GA. 2007. The oleic acid-ozone heterogeneous reaction system: products, kinetics, secondary chemistry, and atmospheric implications of a model system-a review. USA: University of Vermont.