132
FEMINA 1

tugas 2 desktop publishing

Embed Size (px)

DESCRIPTION

layout majalah

Citation preview

Page 1: tugas 2 desktop publishing

FEMINA 1

Page 2: tugas 2 desktop publishing

2 FEMINA

Page 3: tugas 2 desktop publishing

FEMINA 3

Page 4: tugas 2 desktop publishing

4 FEMINA

Page 5: tugas 2 desktop publishing

FEMINA 5

Page 6: tugas 2 desktop publishing

6 FEMINA

Page 7: tugas 2 desktop publishing

FEMINA 7

Page 8: tugas 2 desktop publishing

8 FEMINA

Page 9: tugas 2 desktop publishing

FEMINA 9

Page 10: tugas 2 desktop publishing

10 FEMINA

Page 11: tugas 2 desktop publishing

FEMINA 11

Page 12: tugas 2 desktop publishing

12 FEMINA

Page 13: tugas 2 desktop publishing

FEMINA 13

Page 14: tugas 2 desktop publishing

14 FEMINA

Page 15: tugas 2 desktop publishing

FEMINA 15

Page 16: tugas 2 desktop publishing

16 FEMINA

Page 17: tugas 2 desktop publishing

FEMINA 17

Page 18: tugas 2 desktop publishing

18 FEMINA

Page 19: tugas 2 desktop publishing

FEMINA 19

Page 20: tugas 2 desktop publishing

20 FEMINA

Page 21: tugas 2 desktop publishing

FEMINA 21

Page 22: tugas 2 desktop publishing

22 FEMINA

Page 23: tugas 2 desktop publishing

FEMINA 23

Page 24: tugas 2 desktop publishing

24 FEMINA

Page 25: tugas 2 desktop publishing

FEMINA 25

Page 26: tugas 2 desktop publishing

26 FEMINA

Page 27: tugas 2 desktop publishing

FEMINA 27

Page 28: tugas 2 desktop publishing

28 FEMINA

Page 29: tugas 2 desktop publishing

FEMINA 29

Page 30: tugas 2 desktop publishing

30 FEMINA

Page 31: tugas 2 desktop publishing

FEMINA 31

Page 32: tugas 2 desktop publishing

32 FEMINA

Page 33: tugas 2 desktop publishing

FEMINA 33

Page 34: tugas 2 desktop publishing

34 FEMINA

Page 35: tugas 2 desktop publishing

FEMINA 35

Page 36: tugas 2 desktop publishing

36 FEMINA

Page 37: tugas 2 desktop publishing

FEMINA 37

Page 38: tugas 2 desktop publishing

38 FEMINA

Page 39: tugas 2 desktop publishing

FEMINA 39

Page 40: tugas 2 desktop publishing

40 FEMINA

Page 41: tugas 2 desktop publishing

FEMINA 41

Page 42: tugas 2 desktop publishing

42 FEMINA

Page 43: tugas 2 desktop publishing

FEMINA 43

Page 44: tugas 2 desktop publishing

44 FEMINA

Page 45: tugas 2 desktop publishing

FEMINA 45

Page 46: tugas 2 desktop publishing

46 FEMINA

Page 47: tugas 2 desktop publishing

FEMINA 47

Page 48: tugas 2 desktop publishing

48 FEMINA

Page 49: tugas 2 desktop publishing

FEMINA 49

Page 50: tugas 2 desktop publishing

50 FEMINA

UP‘Manusiawi’SEORANG KAKEK BERDASI KUPU-KUPU, memesan tiket di

sebuah agen perjalananan. Tiket tujuan Venezuela, yang lalu dis-

embunyikannya dalam keranjang piknik, adalah hadiah kejutan

untuk istrinya yang sejak lama bermimpi menaklukan Anerika Selatan.

. Ia bahkan menuliskan mimpinya dalam diary ‘ My Adventure Book’.

Ketika sedang mendaki bukit tempat biasanya pasangan tua itu berpiknik,

tiba-tiba si nenek terjatuh dan tidak dapat diselamatkan. Sebelum men-

inggal, ia memberikan buku diary impian petualangannya. Kakek Carl

(diisi suara oleh Edward Asner) hanya bisa menatap sedih buku itu Tiket

yang sudah dibelinya susah payah tak ada lagi artinya.

“Rasanya camput aduk!” kata danar Pramesti (29), mengomentari film

animasi terbaru besutan Pixar and Disney Animation Studios, berjudul

Up itu. Ia adalah salah satu penggemar fanatik “Sepuluh menit pertama

saja sudah berurai mata dan saya selalu menangis, meski sudah menonton

berulang kali,“ kisah vokalis band beraliran reggae-ska itu. Danar tidak

sendirian, jutaan penonton di seluruh dunia terbius oleh jalinan kisah cin-

ta sepasang kakek-nenek dan impianya yang begitu mengharukan.

HARAPAN BARU BAGI DUNIA ANIMASIRussell (diisi suara Jordan Nagai), bocah berumur 8 tahun, menceritakan hal yang

biasa dilakukannya bersama ayahnya, kepada kakek Carl. Ia bilang , “That might

sounds boring. Sometimes it’s the boring stuff I remember the most.“ Adegan ini

sangat tepat menggambarkan film ini. prinsip ‘terkadang hal membosankan ada-

lah hal yang paling diingat’ dijadikan semacam rumus oleh sutradara Pete Docter.

hal-hal remeh yang mewarnai keseluruhan film justru menghadirkan ‘keajaiban’

tersendiri, dan membuat film ini begitu menariknya.

Pete Doctor ngotot mempertahankan judul u, hanya karena instingnya men-

gatakan tak ada judul lain yang lebih tepat. Film ini merupakan satun-satunya

animasi garapan Pixar yang judulnya sama sekali tidak’bercerita’ tentaing inti

dari film ini. Judul lain yang sempat terpikir adalah The Story of Carl Fredrick-

son. Tapi tak jadi dipakai, karena sama sekali tak menarik. Pete bercerita, ide

tentang rumah terbang ini mengandung filosofi lari dari kenyataan, ketika hidup

sudah tak lagi menyenangkan. Rupanya, ide ini ia peroleh dari pengalaman masa

kecilnya yang buruk. Tangan dingin Pete berhasil menghidupkan karakter-karakter yang berbeda

dari film kartun lain. sehingga, meskipun judulnya tak bercerita, karakter-karek-

ternya mampu bercerita denganbaik. “Selama ini film animasu hanya mengan-

dalkan komputer canggih untuk bercerita. Seharusnua para animator tetapi bisa

menjangkau dan menyentuh bamyak orang lain lewat karakter film tersebut. Di

luar teknologi animasinya, Up menggunakan pendekatan yang sangat riil dalam

kehidupan antarrmanusia, “ papar Pete, yang juga berperan di balik kesuksesan

Monster Inc (2001). “Bahkan, saya berhasil membuat John Lasseter, Chief Cre-

ative Officer Pixar and Disney animation Studios, menangis saat menceritakan

ide awal film ini,“ lanjutnya. Tak dapat dippungkiri, karakter dalam Up memang lain daripada yang

lain.”mengejutkan , karena sel;ama ini karakter dalam film animasi pasti berkisar

Keistimewaan yang dimilikinya sanggup membawa film ini dinominasikan ke dalamkategori film non-kartun di ajang Oscar lalu.

Film Kartun

Page 51: tugas 2 desktop publishing

FEMINA 51

‘Manusiawi’

antara bi-natang, anak muda, atau anak kecil. N a m u n , Up justru memilih kakek-kakek, yang biasanya jadi figu-ran sebagai tokoh utamanya,” ujar Wahyu Aditya (Adit), konseptor dan kurator

Hello;Fest Motion Art Festival. Kombinasi dua karakter

dalam cerita, seorang kakek dan anak kecil sebagai tokoh utama di film pun,

sangatjarang terjadi. “Tak heran jika film ini berhasil meraih simpati banyak

orang dan kalangan,“ lanjut Adit. Selain itu, dari segi cerita, Up bukan sekedar film petualangan. Ia bercerita ten-

tang seorang kakek tua pemarah berumur 78 tahun yang menerbangkan rumah-

nya dengan puluhan ribus balon gas ke Peru, Amerika selatan, demi mewujud-

kan mimpi mendiang isrinya untuk mendaki Paradise Falls dan persahabatannya

dengan seorang bocah kecil. Keduanya ternyata tak mudah melupakan masa lalu

dan saling membantu untuk menemukan kebahagiaan baru di dalam kebersa-

maan mereka. Simpel, namun dalam. “Dari sini, saya belajar mewujudkan mimpi-mimpi saya dan mengenal arti

sebuah persahabatan yang tak mengenal batas usia,“ tutur Danar. Penonton lain,

Ayu Anditry Carmina (25), memuji teknik animasi film ini. menurutnya, animasi

film Up sangat halus, sehingga terasa jauh lebbih nyata dibanding film animasi

lain. Selain itu, detail dari gestur-gestur kecil dan respon-respon spontan dari

okoh-tokoh yang ada di dalamnya juga sangat diperhatikan. “Apalagi sorot mata

Carl pada Ellie (diisi suara oleh Elizabeth Docter) yang penuh cinya. Itu terasa

banget dan menjadi kekuatan tersendiri. Interaksi antar-tokohnya sangat wajar

dan manusiawi,“ kata Ayu. Meski sarat akan nilai-nilai moral dan kehidupan, Up tak kehilangan sisi hu-

morisnya. Ia tetap memasukkan unsur-unsur fantasi dan imajinasi khas film kar-

tun, seperti rumah terbang, anjing yang bisa bicara, dan seekor burung raksasa

warna-warni, yang ternyata merupakan perpaduan antara burung unta, kuau,

bangau, kasuari, dan puyuh. “ini membuktikan bahwa sekali lagi, batasan film

animasi itu hanya langit,“ jelas Adit.

SANGAT ‘HIDUP’Selain mendapat niali tinggi (98%) di situs film Rotten Tomatoes, yang terkenal

‘pelit‘ serta jarang memberikanrebiew positif, up juga diganjar beberapa penghar-

gaan dalam Academy Awards, Golden Globe Awards, Grammy awards, dan masih

banyak lainnya. Yang mengejutkan, par juri Academy Awards juga memasukan

fil ini sebagai nomine dalam kategori Best Picture alias Film terbaik, bersanding

dengan film-film non-animasi lain, seperti Up In The Air, District 9, dan The Heart

Locker. Hal ini menjadi-

kan Up sebagai film an-imasi kedua setelah Beauty and The Beast

(1991) yang meraih kehormatan tersebut. Beauty and he Beast layak memperolehnya karena di

dalam sejarah animasi, film ini tercatat sebagai film kartun pertama yang berhasil

mengkombinasikan teknik 2D dengan 3D secara indah. Lalu, apa kekuatan Up

sehingga bisa menembus Oscar, setelah nyaris dua dekade?

Meski rumor mengatakan bahwa film yang menghasilkan Rp 4,7 bliun di selu-

ruh dunia ini terbantu akibat keputusan para juri yang pada tahun ini mendobrak

ttradisi dengan menambah jumlah nominasi Best Pictures menjadi 10 (awalnya

5), up tetap tak dapat dipandang sebelah mata. Menurut Adit , pendiri dan kepala

sekolah animasi Hello;Motion, film ini memiliki kekuatan dari segi artistik dan

terlihat sangat ‘hidup‘. “Biasanya, kriteria penilaian untuk Best Picture itu dilihat dari segi sine-

matografi, yang terdiri dari special effect, lightning, teknik, dan lain-lain. Film

Up memang dari sisi special effect yang kompleks, walaupun terlihat sangat

simpel. Menarik sekali bagaimana bisa membuat film seolah-olah nyata, dengan

sentuhan kartun. Selain itu, Up merupakan satu-satunya film animasi yang bisa menganimasi-

kan elemen sebanyak 10.000 balon secara nyata. Walau teknologi yang diguna-

kan tidak tergolong baru, animator mana pun pasti akan pusing karena belum ada

yang bisa secanggih ini,“ tutur Adit. Kabarnya, sebelumnya para animator film

ini sampaii melakukan uji coba dengan menggunakan balon-balon sungguhan

untuk meneliti bagaimana pergerakan dan reaksinya di udara!

Menurut Eric Sasono, pengamat film dan redaktur RumahFilm.org, inilah

yang membuat Up berbeda dari film animasi lain, “Film ini sudah sangat matang

dari segi cerita, maupun teknologi. Bisa dibilang, kini panggung animasi sudah

sangat berbeda dengan adanya film-film Pixar, yang evolusinya dimulai dari Toy

Story,“ papae Eric. Setelah itu, Pixar mencoba menyempurnakannya lagi dari sisi

cerita yang kuat dengan membuat Finding Nemo. Sebelumnya, A Bugs Life dan

Monster Inc. dijadikan ajang lathan untuk menghasilkan film animasi dengan

detail yang luar biasa. “Tak mengherankan jika kemudian Up menjadi film Pixar

yang paling sempurna,“ lanjutnya. Meski film kartun tak mungkin menang dalam kategori Best Picture, toh, den-

gan terpilihnya Up sebagai nomine telahmembuka ruang bagi filmanisasi lain.

Pencapaian tadi bisa dibilang luar biasa dan mambawaterobosan baru bagi dunia

animasi. Dengan itu, dharapkan setiap tahun minimal ada 5 film animasi yna

berkua;itas baik,“ tutur eric.STEPHANIE MAMONTO.

RUPA-RUPA

Page 52: tugas 2 desktop publishing

52 FEMINA

Page 53: tugas 2 desktop publishing

FEMINA 53

Page 54: tugas 2 desktop publishing

54 FEMINA

Page 55: tugas 2 desktop publishing

FEMINA 55

Page 56: tugas 2 desktop publishing

56 FEMINA

Page 57: tugas 2 desktop publishing

FEMINA 57

Page 58: tugas 2 desktop publishing

58 FEMINA

Page 59: tugas 2 desktop publishing

FEMINA 59

Page 60: tugas 2 desktop publishing

60 FEMINA

Page 61: tugas 2 desktop publishing

FEMINA 61

Page 62: tugas 2 desktop publishing

62 FEMINA

Page 63: tugas 2 desktop publishing

FEMINA 63

Page 64: tugas 2 desktop publishing

64 FEMINA

Page 65: tugas 2 desktop publishing

FEMINA 65

Page 66: tugas 2 desktop publishing

66 FEMINA

Page 67: tugas 2 desktop publishing

FEMINA 67

Page 68: tugas 2 desktop publishing

68 FEMINA

Page 69: tugas 2 desktop publishing

FEMINA 69

Page 70: tugas 2 desktop publishing

70 FEMINA

Page 71: tugas 2 desktop publishing

FEMINA 71

Page 72: tugas 2 desktop publishing

72 FEMINA

Page 73: tugas 2 desktop publishing

FEMINA 73

Page 74: tugas 2 desktop publishing

74 FEMINA

Page 75: tugas 2 desktop publishing

FEMINA 75

Page 76: tugas 2 desktop publishing

76 FEMINA

Page 77: tugas 2 desktop publishing

FEMINA 77

Page 78: tugas 2 desktop publishing

78 FEMINA

Page 79: tugas 2 desktop publishing

FEMINA 79

Page 80: tugas 2 desktop publishing

80 FEMINA

Page 81: tugas 2 desktop publishing

FEMINA 81

Page 82: tugas 2 desktop publishing

82 FEMINA

Page 83: tugas 2 desktop publishing

FEMINA 83

Page 84: tugas 2 desktop publishing

84 FEMINA

Page 85: tugas 2 desktop publishing

FEMINA 85

Page 86: tugas 2 desktop publishing

86 FEMINA

Page 87: tugas 2 desktop publishing

FEMINA 87

Page 88: tugas 2 desktop publishing

88 FEMINA

Page 89: tugas 2 desktop publishing

FEMINA 89

Page 90: tugas 2 desktop publishing

90 FEMINA

Page 91: tugas 2 desktop publishing

FEMINA 91

Page 92: tugas 2 desktop publishing

92 FEMINA

Page 93: tugas 2 desktop publishing

FEMINA 93

Page 94: tugas 2 desktop publishing

94 FEMINA

Page 95: tugas 2 desktop publishing

FEMINA 95

Page 96: tugas 2 desktop publishing

96 FEMINA

Page 97: tugas 2 desktop publishing

FEMINA 97

Page 98: tugas 2 desktop publishing

98 FEMINA

Page 99: tugas 2 desktop publishing

FEMINA 99

Page 100: tugas 2 desktop publishing

100 FEMINA

Page 101: tugas 2 desktop publishing

FEMINA 101

Page 102: tugas 2 desktop publishing

102 FEMINA

Page 103: tugas 2 desktop publishing

FEMINA 103

Page 104: tugas 2 desktop publishing

104 FEMINA

Page 105: tugas 2 desktop publishing

FEMINA 105

Page 106: tugas 2 desktop publishing

106 FEMINA

Page 107: tugas 2 desktop publishing

FEMINA 107

Page 108: tugas 2 desktop publishing

108 FEMINA

Page 109: tugas 2 desktop publishing

FEMINA 109

Page 110: tugas 2 desktop publishing

110 FEMINA

Page 111: tugas 2 desktop publishing

FEMINA 111

Page 112: tugas 2 desktop publishing

112 FEMINA

Page 113: tugas 2 desktop publishing

FEMINA 113

Page 114: tugas 2 desktop publishing

114 FEMINA

Page 115: tugas 2 desktop publishing

FEMINA 115

Page 116: tugas 2 desktop publishing

116 FEMINA

Page 117: tugas 2 desktop publishing

FEMINA 117

Page 118: tugas 2 desktop publishing

118 FEMINA

Page 119: tugas 2 desktop publishing

FEMINA 119

Page 120: tugas 2 desktop publishing

120 FEMINA

Page 121: tugas 2 desktop publishing

FEMINA 121

Page 122: tugas 2 desktop publishing

122 FEMINA

Page 123: tugas 2 desktop publishing

FEMINA 123

Page 124: tugas 2 desktop publishing

124 FEMINA

Page 125: tugas 2 desktop publishing

FEMINA 125

Page 126: tugas 2 desktop publishing

126 FEMINA

Page 127: tugas 2 desktop publishing

FEMINA 127

Page 128: tugas 2 desktop publishing

128 FEMINA

Page 129: tugas 2 desktop publishing

FEMINA 129

Page 130: tugas 2 desktop publishing

130 FEMINA

Page 131: tugas 2 desktop publishing

FEMINA 131

Page 132: tugas 2 desktop publishing

132 FEMINA