9
E-ISSN: 2579-7131 PANCAWAHANA: Jurnal Studi Islam Vol.15, No.1, April 2020 Page | 154 TRANSPLANTASI ORGAN TUBUH DALAM PANDANGAN ISLAM Mohammad Usman STAI Miftahul Ulum Pamekasan Email: [email protected] Abstract: Islam is a religion of science, charity and preserves the rights of life of every human being, everyone is a part of the family, helping each other help each other, to save someone's life when afflicted by illness, injury or weakness. Among the previous Ulemas there were those who allowed, would but there are also those who forbid it, in terms of organ transplants and planting it into other people. There are conditions that must be met when permitting this action, namely organs must not come from animals, only for the needs not the will of lust, for treatment that eliminates the distress when previously shared Organs. , mua'malah, morality, and basic knowledge are health issues only. Many verses of the Qur'an and some traditions which show about health costs. All kinds of diseases are definitely his medicines, these things have been proven in both western and eastern medicine Keyword : Body Organ Transplantation PENDAHULUAN Apabila ditilik dari sejarah yang lampau berbagai temuan di segala aspek kehidupan khususnya di bidang kedokteran memiliki kemajuan yang sangat signifikan. Dari beberapa penemuan penelitian kedokteran tersebut, pastinya banyak rekayasa yang dibuat oleh manusia atau istilah lainnya Human engineering. Di dalam ilmu kedokterana banyak prinsip, metode, rekayasa untuk mengobati, mencegah berbagai macam penyakit, salah satunya transplantasi atau cangkok anggota badan. Berdasarkan salah satu rekayasa yang dibuat oleh manusian ini maka diperlukan pembahasan untuk beberapa langkah dalam kedoketeran yang mempunyai hubungan dengan pencegahan dan pengobatan serta perencanaan transplantasi. Agama islam mempunyai pedoman yang harus dipenuhi oleh pemeluknya, yaitu pedoman hidup, peraturan, sejarah, mua’malah, akhlaq, dan pokokkilmu pengetahuannsalah satunyaakesehatan. Banyak ayat Al-Qur’ann dan beberapaahadits yang menunjukkan tentanggkesehatan. Segalaamacam penyakitipasti adaaobatnya, halatersebut sudah dibuktikan dalam ilmu kedokteran barat maupun timur. Hal yang demikian sesuai dengan hadits yang berbunyi: )درواه أ( ا و او د ت ف اء و الد ق ل خ اء الد ق ل خ ث ي ح ل ج و ز ع ا ن إSesungguhnya Allah Swt, selain menciptakan penyakit, menciptakan pula obat (untuk penyakit tersebut) maka berobatlah (HR Ahmad).

TRANSPLANTASI ORGAN TUBUH DALAM PANDANGAN ISLAM

  • Upload
    others

  • View
    43

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: TRANSPLANTASI ORGAN TUBUH DALAM PANDANGAN ISLAM

E-ISSN: 2579-7131 PANCAWAHANA: Jurnal Studi Islam Vol.15, No.1, April 2020

Page | 154

TRANSPLANTASI ORGAN TUBUH DALAM PANDANGAN

ISLAM

Mohammad Usman

STAI Miftahul Ulum Pamekasan

Email: [email protected]

Abstract: Islam is a religion of science, charity and preserves the rights of

life of every human being, everyone is a part of the family, helping each

other help each other, to save someone's life when afflicted by illness, injury

or weakness. Among the previous Ulemas there were those who allowed,

would but there are also those who forbid it, in terms of organ transplants

and planting it into other people. There are conditions that must be met

when permitting this action, namely organs must not come from animals,

only for the needs not the will of lust, for treatment that eliminates the

distress when previously shared Organs. , mua'malah, morality, and basic

knowledge are health issues only. Many verses of the Qur'an and some

traditions which show about health costs. All kinds of diseases are definitely

his medicines, these things have been proven in both western and eastern

medicine

Keyword : Body Organ Transplantation

PENDAHULUAN

Apabila ditilik dari sejarah yang lampau berbagai temuan di segala aspek

kehidupan khususnya di bidang kedokteran memiliki kemajuan yang sangat signifikan.

Dari beberapa penemuan penelitian kedokteran tersebut, pastinya banyak rekayasa yang

dibuat oleh manusia atau istilah lainnya Human engineering. Di dalam ilmu kedokterana

banyak prinsip, metode, rekayasa untuk mengobati, mencegah berbagai macam

penyakit, salah satunya transplantasi atau cangkok anggota badan. Berdasarkan salah

satu rekayasa yang dibuat oleh manusian ini maka diperlukan pembahasan untuk

beberapa langkah dalam kedoketeran yang mempunyai hubungan dengan pencegahan

dan pengobatan serta perencanaan transplantasi.

Agama islam mempunyai pedoman yang harus dipenuhi oleh pemeluknya, yaitu

pedoman hidup, peraturan, sejarah, mua’malah, akhlaq, dan pokokkilmu

pengetahuannsalah satunyaakesehatan. Banyak ayat Al-Qur’ann dan beberapaahadits

yang menunjukkan tentanggkesehatan. Segalaamacam penyakitipasti adaaobatnya,

halatersebut sudah dibuktikan dalam ilmu kedokteran barat maupun timur. Hal yang

demikian sesuai dengan hadits yang berbunyi:

واء ف تداووا )رواه أحمد( اء خلق الد إن الل عز وجل حيث خلق الد“Sesungguhnya Allah Swt, selain menciptakan penyakit, menciptakan pula obat (untuk

penyakit tersebut) maka berobatlah (HR Ahmad).”

Page 2: TRANSPLANTASI ORGAN TUBUH DALAM PANDANGAN ISLAM

E-ISSN: 2579-7131 PANCAWAHANA: Jurnal Studi Islam Vol.15, No.1, April 2020

Page | 155

Hadits yang diatas menerangkan kepada kita untuk selalu berikhtiar apabila

terkena penyakit, banyak metode pengobatan yang ditawarkan untuk segala macam

penyakit. Bilamana seorang hamba Allah terkena penyakit, itu menandakan bahwasanya

hamba tersebut mendapatkan rahmat dan ujian dari Allah untuk meningkatkan kualitas

iman dan taqwa tersebut. Penyakit tersebut dipastikan ada penawar ataupun obatnya,

salah satunya yaitu transplantasi atau cangkok anggota badan manusia.

Di zamannteknologi yangnsudah majussaattini, transplantasi dalam bidang

kedokteran tidak bisa dihindari lagi, bahkan menjadi alternatif paling efektif bilamana

tidak ada lagi obat untuk penyakit ini. Seseorang apabila mengalami kerusakan terhadap

anggota badannya, bisa memiliki harapan yang lebih besar untuk mengurangi bahaya

yang ada. Salah satunya hemodialisis bagi seseorang yang memiliki penyakit gagal

ginjal, kerusakan hati atau jantung dan organ lainnya.

Berkenaan dengan Transplantasi organ tubuh belum ada ayat Al-Qur’ann

maupunnhadits yanggmenjelaskan secara detail untuk alternatif ini. Akan tetapi ada

beberapa ayat maupun hadits yang menyinggung sedikit atau qiyash dalam membahas

hukum yang berkenaan dengan transplantasi atau cangkok anggota badan dalam

pandangan Wahbah Zuhaily dan ulama madzahib al-arbi’ah ‘Syafi’iyah, Hanafiyah,

Malikiyah, Hanabilah’. Berdasarkan paparan diatas penulis tertarik untuk mengkaji

tentang transplantasi atau cangkok anggota badan dalam perspektif hukumiIslam

sebagaiiinformasi, wawasann, bahan bacaannuntuk berbagaiipihakkyang menginginkan.

PEMBAHASAN

A. Tranplantasi atau Cangkok Anggota Tubuh (Organ)

Transplantasi dalam bahasa Inggris, to take up plant to another, dalam bahasa

Indonesia diberi istilah pencangkokan.1

SecaraaBahasa transplantasiaialah

pemindahannjaringan tubuhadari suatuutempat ke tempattlain (sepertiimenutup

lukaayang tidak berkulittdengan jaringanakulit dariibagian tubuhhyang lain.2 Secara

istilah transplantasiimerupakan suatu pekerjaan medis untuk memindahkan salah satu

organ tubuh manusia atau jaringannyang berasalldari tubuhhseseorang atauusendiri

dalam rangka pencegahan atau pengobatan untuk penggatian organ tubuh yang tidak

berfungsi atau rusak.3 Pengertian dari transplantasi organ tubuh manusia menurut

kesepakatan beberapa pendapat ulama menjelaskan bahwasanya Mengambil salah

satu organ tubuh dari seorang manusia yanggmasih hidupmmaupun yanggsudah

meninggall, yang didalamnya terdapat harapan untuk meneruskan kehidupan dan

menanam ke tubuh atau jasad orang lain.4

Berdasarkan definisi sebelumnya maka bisa diambil Intisari, transplantasi atau

cangkok organ tubuh ialah salah satu tindakan medis untuk memindahkan atau

1 Sapiudin Shidiq, Fikih Kontemporer, (Jakarta: Paramedian Group, 2016), hlm. 121

2 Depdiknas, KamusbBesar BahasaaIndonesia, (Jakarta:bBalai Pustaka, 2002), hlm. 192.

3 UUD No 36, Tahun 2009, Pasal 1, Ayat 5.

4 Wahbah Zuhaily, Qodoya Al-Fiqh Wa Al-Fiqru Al-Ma’ashir: Al-Juz’u Tsalith Fy Ahkam Al-

AuladdAl-Natijinn ‘An Al-Zinaa, (Damaskus: Dar Al-Fikr, 2006), hlm. 244.

Page 3: TRANSPLANTASI ORGAN TUBUH DALAM PANDANGAN ISLAM

E-ISSN: 2579-7131 PANCAWAHANA: Jurnal Studi Islam Vol.15, No.1, April 2020

Page | 156

mengcangkokan dari seseorang sebagai pendonor, untuk mengambil salah satu organ

dan mengganti ke organ tubuh orang lain yang sudah rusak atau tidak mampu

berfungsi sesuai sedia kala. Dalam tindakan ini ada 3 pihak yang terlibat, yaitu

dokter, pendonor, dan resipien atau penerima.

Donor merupakan kegiatan atau tindakan seseorang yang mendonasikan organ

tubuh kepada seseorang yang membutuhkan untuk kebutuhan seseorang dalam hal

kesehatan.5 Resipien adalah seseorang yang mendapatkan atau penerima organ atau

anggota tubuh dari orang lain sebagai pendonor untuk pencegahan dan pengobatan

dalam kesehatan.6

Sebagian besar yang bisa dicangkok organnya ialah pendonor yang sudah

meninggal. Akan tetapi beberapa penelitian terakhir menunjukkan organ atau angota

tubuh yang masih hidup bisa didonorkan. Penelitian sebelumnya yang

memungkinkan ialah dari pendonor yang sedang mati otak. Seiring majunya zaman,

keperluan dalam hal transplantasi untuk organ meningkat, sehingga donor ketika

pendonor masih hidup menjadi alternatif yang tidak bisa dihindari.

B. Tipe Pendonor Yang Mampu Ditransplantasi atau Dicangkok Anggota

Tubuhnya

Di dunia medis, para ahlinya menetapkan beberapa tipe pendonor organ

anggota tubuh,7 yaitu: Pertama, pendonor dalam kondisi sehat. Transplantasi atau

cangkok jenis ini ialah memindahkan salah satu anggota organ seseorang yang masih

hidup ke jasad atau tubuh orang lain tanpa ada bahaya atau resiko dalam kesehatan si

pendonor. Contoh yang banyak terjadi donor ginjal. Untuk melakukan tindakan

cangkok ginjal, seseorang harus melalui beberapa prosedur yang berfungsi sebagai

penyeleksian dan penelitian secara detail dan menyeluruh terhadap pendonor dan

tingkat keberhasilah proses dalam penerimaan tubuh seorang resipien terhadap ginjal

yang akan di cangkok, dan untuk pencegahan kepada resiko untuk pendonor. Apabila

mengalami kegagalan, penelitian tersebut menyatakan satu dari beberapa

transplantasi organ akan mengalami kematian.

Kedua, pendonor dalam kondisi koma atau terduga dengan kuat akan mati.

Dalam dunia medis dalam pengambilan salah satu anggota organ dalam kondisi

seperti ini harus dibantu dengan alat control yang lengkap sebagai penunjang kondisi

pendonor masih hidup. Apabila transplantasi organnya selesai maka alatnya dicabut.

Ketiga, pendonor dalam kondisi mati. Pendonor tipe ini adalah paling

sempurna menurut petugas medis, karena pada saat ini para medis hanya menunggu

waktu meninggal si pendonor. Dalam keadaan seperti ini, definisi mati harus

5

BedahhMayat KlinissDan BedahhMayat AnatomissPeraturan PemerintahhNomor 18 Tahun

19811. 6 Permenkes, No 290 Tahun 2008.

7 NurhHidayah, KemaslahatannTransplantasi OrgannTubuh SebagaiiMahar Nikah, (Semarang,

FakultassSyariah IAIN Walisongo, 2014), hlm. 52.

Page 4: TRANSPLANTASI ORGAN TUBUH DALAM PANDANGAN ISLAM

E-ISSN: 2579-7131 PANCAWAHANA: Jurnal Studi Islam Vol.15, No.1, April 2020

Page | 157

diperjelas dalam hukum islam, yang berfungsi sebagai patokan waktu agar organ

tubuh bisa dimanfaatkan.

Berkenaan dengan pendonor dalam kondisi meninggal, mati terbagi menjadi

dua tahapan, yaituu: somaticcdeathh(kematiannsomatik) dan biological death

(kematian biologik). Tahapan pertama adalah tahapan kematian yang dimana kondisi

seseorang seperti detak jantung, saluran pernafasan, suhu anggota badan melemah

dan tidak adanya tanda listrik dalam rekaman EEG. 120 menit setelahnya, tahapan

somatic akan diikuti tahapan biologic yang bisa didefinisikan kematian sel. Untuk

tindakan transplantasi organ bisa dilakukan setelah tanda kematian somatic muncul.

Untuk kematian biologic, anggota organ atau tubuh bisa terjamin hidupnya, selama

mendapatkan perawatan dan alat yang terjamin.8

Tindakan transplantasi adalah suau upaya mengobati seseorang dari kondisi

abnormal diakibatkan rusaknya beberapa organ, anggota, jaringan dengan tujuan:

pertama, untuk menyembuhkan seseorang dari penyakit, contoh: buta, gagal jantung,

ginjal, dan lainnya. Kedua, untuk memulihkan salah satu organ, anngota, jaringan,

yang rusak atau hancur, ada kelainan, bukan terjadi karena penyakit biologis, seperti

bibir sumbing.9

Transplantasi biasanya dilaksanakan ketika penyakit dalam stadium terminal

atau final, yang mana anggota atau jaringan tidak dapat berfungsi seperti biasanya

yang disebabkan penyakit. Transplantasiimerupakan salahhsatu tindakannmedis

yanggberfungsi untuk menyembuhkan penyakittdan memulihkannkesehatan

seseorang. Transplantasi secara legal diperbolehkan hanya untuk maksud

kemanusiaan dan tidak diperbolehkan untuk komersial atau bisnis, sebagaimana

tercantum dalam pasa 33 ayat 2 UuuNo223/11992. Maksud dari pasal tersebut ialah

organ, anggota, jaringan, sel tubuh ialah pemberian dari Tuhan Yang Maha Esa

sehingga tidak diperbolehkan dijadikan untuk obyek komersial atau mencari

keuntungan.

C. Persepektif Transplantasi atau Cangkok Anggota Tubuh Dalam Hukum Islam

Didalam Al-Qur’an dan Hadits hampir sama sekali tidak ditemukan yang

membahas secara detail tentang hukum donor annggota tubuh seseorang untuk

transplantasi. namun ada beberapa ayat maupun hadits yang menyinggung sedikit

atau qiyash dalam membahas hukum yang berkenaan dengan transplantasi atau

cangkok anggota badan.

واء ف تداووا )رواه أحمد(s إن الل اء خلق الد عز وجل حيث خلق الد“SesungguhnyaaAllahhSwt,selainnmenciptakannpenyakit,menciptakannpula obat

(untuk penyakit tersebut) maka berobatlah (HR Ahmad).”

8 TengkuuSyafrizal, TinjauannHukum IslammTerhadap TransplantasiiRahim (Skripsi), Riau: UIN

SultannSyarif Kasim, 2013), hlm. 42. 9 PatriciaaSucipto, TransplantasiiOrgan TubuhhManusia, (Naskah Akademik), Jakarta: UI 2010),

hlm. 47

Page 5: TRANSPLANTASI ORGAN TUBUH DALAM PANDANGAN ISLAM

E-ISSN: 2579-7131 PANCAWAHANA: Jurnal Studi Islam Vol.15, No.1, April 2020

Page | 158

Apabila kita perhatikan hadits diatas maka berobat ketika sakit sangat

dianjurkan, akan tetapi tidak dengan sesuatu yang haram. Seiring berkembangnya

zaman, sampaiisaat inimmasih adaabeberapa penyakittyang obatnyabbelum

ditemukan, misal penyakit kanker atau genetik yang mengalami kelainan. Beberapa

penelitian dalam dunia medis yang terdahulu belum ada yang berhasil menemukan

obat atau solusi, sehingga transplantasi organ menjadi alternatif dalam penyembuhan

penyakit tersebut.

Transplantasi hanya ditujukan untuk mengobati beberapa penyakit yang susah

atau mustahil untuk disembuhkan. Agama islam memerintahkan apabila seseorang

terkena suatu macam penyakit untuk diobati, bilamana terkena penyakit dan

membiarkannya maka akan mengarah kepada kematian, dan itu sesuatu yang dibenci

bahkan diharamkan dalam agama Islam, sebagaimana firman Allah: كان بكم رحيما ول تقتلوا أنفسكم إن الل

Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha

Penyayang kepadamu.10

Dilihat dari hukum islam, negara Arab yang memiliki penduduk 100% muslim

bisa dijadikan referensi karena bisa dipastikan mereka melaksanakan hukum Islam

sebagai pondasi dan pedoman dalam mua’malah mereka. Gul Cooperation Council

(GCC) ialah gabungan dari beberapa negara Arab yaitu, UEA, Kuwait, Qatar,

Bahrain, Oman, Arab Saudi menyusun (NOTC) National Organ Transplant

Committee atau komite nasional transplantasi organ, berdasarkan PERMEN Nomor

1045 pada tahun 2009, anggota terdiri dari dokter sektor kesehatan dan ahli hukum

Islam dan Syari’ah. Beberapa peraturan yang ditetapkan oleh Komiter tersebut ialah:

a) Diperbolehkan seseorang untuk menjadi pendonor dengan syarat sehat secara

mental dan fisik, umur 21 keatas, dengan catatan organ yang mau didonasikan

tidak boleh membuat pendonor dalam keadaan bahaya.

b) Bagi pendonor dalam kondisi mati, dari mayat tersebut bisa didonorkan seperti

ginjal, paru, pancreas, dan jantung yang bertujuan sebagai penyelamat seseorang

yang membutuhkan. Dengan catatan pendonor memwasiatkan diperkuat hitam

diatas putih dan disertai 2 wali sebagai saksi, apabila mau membatalkan maka

diperbolehkan.

c) Seseorang diperbolehkan untuk mendonasikan satu atau lebih dalam kondisi

berbeda sebagao pemenuhan organ Internasional.11

Untuk diketahui, bahwa hukum donor dan transplantasi organ tubuh itu sma,

artinya jika ada pendapat yang menyatakan bahwa donor organ tubuh itu dilarang,

maka transplantasi juga dilarang. Dan jika ada pendapat yang memperbolehkan

donor organ tubuh, maka transplantasi diperbolehkan.

Sebagian ulama(konservatif) berpendapat bahwa mengambil bola mata mayat

untuk mengganti bola mata orang but aitu haram, walaupun mayat itu tidak terhormat

10

QS. An-Nisa’: 29. 11

Patricia Sucipto, Transplantasi Organ Tubuh Manusia…, 47

Page 6: TRANSPLANTASI ORGAN TUBUH DALAM PANDANGAN ISLAM

E-ISSN: 2579-7131 PANCAWAHANA: Jurnal Studi Islam Vol.15, No.1, April 2020

Page | 159

(muhtaram) seperti mayatnya orang murtad, karena bahayanya but aitu tidak

melebihi bahayanya merusak kehormatan mayat. Hal ini didasarkan pada sabda Nabi

SAW:

رواه أبو داود –كسر عظم المي ت ككسره حيا Mematahkan tulang mayit seperti mematahkan tulangnya saat hidup (riwayat Abu

Dawud dengan sanad sesuai syarat Muslim).

Demikian pula haram melakukan cangkok mata ginjal dan jantung atau menyambung

anggota tubuh seseorang dengan anggota tubuh seseorang lainnya.12

Pendapat ulama yang melarang karena sesungguhnya manusia tidak

mempunyai hak untuk memindahkan bagian dari organ jasadnya, meskipun itu

berupa sumbangan atau pemberian, karena manusia sebagai ciptaan Allah, dan tiada

siapapun selain-Nya yang menciptakan. Didalam QS. Az-zumar: 26 dan At-Tiin:4,

Itu merupakan dalil yang jelas untuk pelarangan mengambil organ sebagai

tranplantasi atau cangkok ke jasad selain dirinya meskipun sebagai pengobatan atau

lainnya. Ada beberapa alasan dilarangnya transplantasi organ tubuh,13

yaitu:

a) Diharamkan bagi siapapun untuk merusak ataupun menghancurkan dan

memotong dari beberapa organ manusia, untuk menjaga keselamatan hidupnya,

dan untuk meninggalkan segala sesuatu yang menyebabkan kepada kerusakan,

yang mana sesuai dengan ayat Al Baqarah 195

ول ت لقوا بيديكم إل الت هلكة

“dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan

berbuat baiklah

b) Kebanyakan transplantasi organ yang terjadi membuat si pendonor dalam

keadaan bahaya, Nabi bersabda, yang sesuai dengan Qaidah Fiqhiyyah:

ل ضرر ول ضرار “Bahaya (kemudharatan) tidak bisa dihilangkan dengan bahaya

(kemudharatan) lainnya.”

c) Pemindahan organ dan penanaman ke jasad atau tubuh yang lain, menyebabkan

rasa sakit kepada si pendonor. Allah berfirman QS. Al- Ahsab: 58

اوالذين يؤذون المؤمنين والمؤمنات بغير ما اكتسبوا فقد احتملوا بهتانا وإثما مبين “Dan orang-orang yang menyakiti orang-orang yang mukmin dan mukminat

tanpa kesalahan yang mereka perbuat, maka sesungguhnya mereka telah

memikul kebohongan dan dosa yang nyata.” d) Memindahkan organ tubuh, apabila kondisi pendonor masih hidup maka akan

menyiksanya. Dan Nabi pun bersabda:

ول تمثلوا“dan janganlah diantara kalian saling menyakiti”

12

Ahmad Zahro, Fikih Kontemporer, Cetakan 1 (Jakarta: PT. Qaf Media Kreative, 2016), 84. 13 Wahbah Zuhaily, Qodoya Al-Fiqh Wa Al-Fiqru Al-Ma’ashir…, 245.

Page 7: TRANSPLANTASI ORGAN TUBUH DALAM PANDANGAN ISLAM

E-ISSN: 2579-7131 PANCAWAHANA: Jurnal Studi Islam Vol.15, No.1, April 2020

Page | 160

e) Memindahkah organ tubuh seseorang kepada orang lain, membuat kehormatan

manusia berkurang

منا بني آدم ولقد كر“Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam”

Pendapat kedua dari sebagian besar ulama (modern) berpendapat bahwa

pencangkokan organ tubuh manusia itu diperbolehkan dengan syarat: karena

diperlukan dan tidak ditemukan selain organ tubuh manusia itu. Didalam QS.

Argumentasi paling asasi mengenai hal ini adalah al-maslahah (adanya

kemaslahatan) dan tidak adanya larangan secara eksplisit dan khusus mengenai hal

ini, baik ayat maupun hadits. Hadits di atas: Mematahkan tulang mayit seperti

mematahkan tulangnya saat hidup, dan ayat Al-Baqarah

الت هلكة ول تلقوا بيديكم إل

“dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat

baiklah”14

.tidak dapat serta merta dijadikan dasar pelarangan donor organ tubuh,

karena donor yang diperbolehkan hanyalah jika tidak membahayakan bagi pendonor.

Oleh karena itu, pendapat ini juga dapat berlindung di bawah paying kaidah

fiqhiyyah yang amat masyhur terkait muamalah kemasyarakatan, yaitu

الأصل في الأشياء الإباحة مالم يرد دليل التحريم“Segala sesuatu yang pada dasarnya boleh, kecuali bila ada dalil yang

mengharamkanya”

Madzhab Syafi'i membolehkan dengan pendapat apabila transplantasi dari

organ orang lain, dalam keadaan yang sangat diperlukan untuk menyelamatkan

seseorang dari dibutuhkan kehancuran atau kerugian. Masalah transplantasi organ

tubuh ini juga dapat dirujukkan pada pendapat para Ulama dalam beberapa kitab,

antara lain:

“selama tidak ditemukan sesuatu yang layak (cocok), maka dimungkinkan

bolehna menyambung dengan tulang orang mati sebagaimana orang yang terpaksa

boleh makan bangkai. Dan walaupun kekhwatirannya sebatas orang yang

diperbolehkan tayamum. Al-Mudabighy menetapkan bolehnya, seraya menyatakan:

jika tidak ada yang layak (cocok) selain tulang manusia, maka diutamakan

(tulangnya) kafir musuh seperti orang murtad, kemudian (tulangnya) kafir yang

dilindungi, kemudian (tulangnya) orang islam.” (fathul jawwad)

“dan bila dibutuhkan menyambung tulang karena patah dengan tulang yang

najis lantaran tidak ditemukannya yang suci dan cocok untuk menyambungnya, maka

Dalam hal ini dianggap cukup beralasan, diperbolehkan.” (al-Qalyuby).

Bahkan jika terpaksa, transplantasi dengan organ binatang ynag najis pun

diperbolehkan, Muktamar NU ke XXIX 1994 menetapkan: “transplantasi babi untuk

mengganti organ sejenis atau lainnya pada manusia hukumnya tidak boleh, kecuali

sangat diperlukan dan tidak ada yang lebih efektif maka boleh (diberikan dispensasi

14

QS. Al-Baqarah/2: 195

Page 8: TRANSPLANTASI ORGAN TUBUH DALAM PANDANGAN ISLAM

E-ISSN: 2579-7131 PANCAWAHANA: Jurnal Studi Islam Vol.15, No.1, April 2020

Page | 161

hukum/dima’fu). Rujukan pendapat ini adalah pendapat An-Nawawi dalam al-

Majmu’:

“apabila seseorang patah tulang, maka seyogyanya disambung dengan tulang

yang suci... tidak boleh menyambung dengan yang najis bila dapat memperoleh yang

suci untuk menggantikannya. Bila menyambung dengan yang najis, maka

dipertimbanhkan, jika diperlukan menyambungnya sementara yang suce tidak

diperoleh untuk menggantikannya, maka dianggap berhalangan (diperbolehkan).

Tetapi kalau tidak dibutuhkan menyambungnya atau memperoleh yang suci untuk

menggantikannya, maka berdosa dan wajib melepasnya bila tidak dikhawatirkan

terjadinya bahaya (al-Majmu’)

PENUTUP

Agama islam merupakan agama ilmu, amal dan memelihara hak-hak kehidupan

setiap manusia, setiap orang merupakan bagian dalam keluarga, saling tolong menolong

diantara mereka, untuk menyelamatkan kehidupan seseorang apabila ditimpa penyakit,

luka maupun lemah.

Diantara para Ulama terdahulu ada yang membolehkan akan tetapi juga ada yang

melarangnya, dalam hal transplantasi organ tubuh dan menanamnya ke orang lain. Ada

syarat yang harus dipenuhi ketika diperbolehkannya tindakan ini, yaitu organ tidak

boleh berasal dari hewan, hanya untuk kebutuhan bukan kemauan nafsu, untuk

pengobatan yang menghilangkan kesusahan ketika Bersama organ sebelumnya, sesuai

qaidah fiqh

رورات تبيح المحظورات الضDarurat akan membolehkan yang diharamkan

Apabila beberapa syarat terpenuhi maka diperbolehkan melakukan transplantasi

organ. Itu semua ajaran agama islam yang diharapkan muncul dari setiap individu untuk

selalu berlomba dalam kebaikan, pengorbanan, dan tolong menolong dala kebaikan.

Dan untuk pendonor mayat, maslahat orang yang hidup lebih diutamakan dari pada

maslahat mayyit.

Page 9: TRANSPLANTASI ORGAN TUBUH DALAM PANDANGAN ISLAM

E-ISSN: 2579-7131 PANCAWAHANA: Jurnal Studi Islam Vol.15, No.1, April 2020

Page | 162

DAFTAR iPUSTAKA

Al-Qur’anul Karim

Ahmad Zahro, Fikih Kontemporer, Cetakan 1 (Jakarta: PT. Qaf Media Kreative, 2016)

Abdullah. 1994. Al-Ihtiyar Li Ta’lili al-Mukhtar, juz 4. Kairo: Dar al-Fikr al-Arabi.

Bedah Mayat Klinis Dan Bedah Mayat Anatomis. Peraturan Pemerintah Nomor 18

Tahun 1981.

Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2002)

Nur Hidayah, Kemaslahatan Transplantasi Organ Tubuh Sebagai Mahar Nikah

(Skripsi), Semarang, Fakultas Syariah IAIN Walisongo, 2014

PERMENKES, No 290 Tahun 2008.

Patricia Sucipto, Transplantasi Organ Tubuh Manusia, (Naskah Akademik), Jakarta: UI

2010.

Sapiudin Shidiq, Fikih Kontemporer, Jakarta: Paramedian Group, 2016.

UUD No 36, Tahun 2009, Pasal 1, Ayat 5.

Tengku Syafrizal, Tinjauan Hukum Islam Terhadap Transplantasi Rahim (Skripsi),

Riau: UIN Sultan Syarif Kasim, 2013)

Zuhaily, Wahbah. 2006. Qodoya al-Fiqh wa al-fiqru al-ma’ashir: al-juz’u tsalith fy

Ahkaam al-Aulaad al-Natijiin ‘an al-zinaa. Damaskus: Daar al-Fikr.

Zuhaily, Wahbah. 2006. Al-Wajiz Fi Fiqh Al-Islamy, juz 2. Damaskus: Daar al-Fikr.

Zuhaily, Wahbah. 2011. Fiqh Islam Wa Adillatuhu, diterjemahkan oleh Abdul Hayyie

dkk. Jilid 4 cetakan 1. Jakarta: Gema Insani.