Upload
others
View
43
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
E-ISSN: 2579-7131 PANCAWAHANA: Jurnal Studi Islam Vol.15, No.1, April 2020
Page | 154
TRANSPLANTASI ORGAN TUBUH DALAM PANDANGAN
ISLAM
Mohammad Usman
STAI Miftahul Ulum Pamekasan
Email: [email protected]
Abstract: Islam is a religion of science, charity and preserves the rights of
life of every human being, everyone is a part of the family, helping each
other help each other, to save someone's life when afflicted by illness, injury
or weakness. Among the previous Ulemas there were those who allowed,
would but there are also those who forbid it, in terms of organ transplants
and planting it into other people. There are conditions that must be met
when permitting this action, namely organs must not come from animals,
only for the needs not the will of lust, for treatment that eliminates the
distress when previously shared Organs. , mua'malah, morality, and basic
knowledge are health issues only. Many verses of the Qur'an and some
traditions which show about health costs. All kinds of diseases are definitely
his medicines, these things have been proven in both western and eastern
medicine
Keyword : Body Organ Transplantation
PENDAHULUAN
Apabila ditilik dari sejarah yang lampau berbagai temuan di segala aspek
kehidupan khususnya di bidang kedokteran memiliki kemajuan yang sangat signifikan.
Dari beberapa penemuan penelitian kedokteran tersebut, pastinya banyak rekayasa yang
dibuat oleh manusia atau istilah lainnya Human engineering. Di dalam ilmu kedokterana
banyak prinsip, metode, rekayasa untuk mengobati, mencegah berbagai macam
penyakit, salah satunya transplantasi atau cangkok anggota badan. Berdasarkan salah
satu rekayasa yang dibuat oleh manusian ini maka diperlukan pembahasan untuk
beberapa langkah dalam kedoketeran yang mempunyai hubungan dengan pencegahan
dan pengobatan serta perencanaan transplantasi.
Agama islam mempunyai pedoman yang harus dipenuhi oleh pemeluknya, yaitu
pedoman hidup, peraturan, sejarah, mua’malah, akhlaq, dan pokokkilmu
pengetahuannsalah satunyaakesehatan. Banyak ayat Al-Qur’ann dan beberapaahadits
yang menunjukkan tentanggkesehatan. Segalaamacam penyakitipasti adaaobatnya,
halatersebut sudah dibuktikan dalam ilmu kedokteran barat maupun timur. Hal yang
demikian sesuai dengan hadits yang berbunyi:
واء ف تداووا )رواه أحمد( اء خلق الد إن الل عز وجل حيث خلق الد“Sesungguhnya Allah Swt, selain menciptakan penyakit, menciptakan pula obat (untuk
penyakit tersebut) maka berobatlah (HR Ahmad).”
E-ISSN: 2579-7131 PANCAWAHANA: Jurnal Studi Islam Vol.15, No.1, April 2020
Page | 155
Hadits yang diatas menerangkan kepada kita untuk selalu berikhtiar apabila
terkena penyakit, banyak metode pengobatan yang ditawarkan untuk segala macam
penyakit. Bilamana seorang hamba Allah terkena penyakit, itu menandakan bahwasanya
hamba tersebut mendapatkan rahmat dan ujian dari Allah untuk meningkatkan kualitas
iman dan taqwa tersebut. Penyakit tersebut dipastikan ada penawar ataupun obatnya,
salah satunya yaitu transplantasi atau cangkok anggota badan manusia.
Di zamannteknologi yangnsudah majussaattini, transplantasi dalam bidang
kedokteran tidak bisa dihindari lagi, bahkan menjadi alternatif paling efektif bilamana
tidak ada lagi obat untuk penyakit ini. Seseorang apabila mengalami kerusakan terhadap
anggota badannya, bisa memiliki harapan yang lebih besar untuk mengurangi bahaya
yang ada. Salah satunya hemodialisis bagi seseorang yang memiliki penyakit gagal
ginjal, kerusakan hati atau jantung dan organ lainnya.
Berkenaan dengan Transplantasi organ tubuh belum ada ayat Al-Qur’ann
maupunnhadits yanggmenjelaskan secara detail untuk alternatif ini. Akan tetapi ada
beberapa ayat maupun hadits yang menyinggung sedikit atau qiyash dalam membahas
hukum yang berkenaan dengan transplantasi atau cangkok anggota badan dalam
pandangan Wahbah Zuhaily dan ulama madzahib al-arbi’ah ‘Syafi’iyah, Hanafiyah,
Malikiyah, Hanabilah’. Berdasarkan paparan diatas penulis tertarik untuk mengkaji
tentang transplantasi atau cangkok anggota badan dalam perspektif hukumiIslam
sebagaiiinformasi, wawasann, bahan bacaannuntuk berbagaiipihakkyang menginginkan.
PEMBAHASAN
A. Tranplantasi atau Cangkok Anggota Tubuh (Organ)
Transplantasi dalam bahasa Inggris, to take up plant to another, dalam bahasa
Indonesia diberi istilah pencangkokan.1
SecaraaBahasa transplantasiaialah
pemindahannjaringan tubuhadari suatuutempat ke tempattlain (sepertiimenutup
lukaayang tidak berkulittdengan jaringanakulit dariibagian tubuhhyang lain.2 Secara
istilah transplantasiimerupakan suatu pekerjaan medis untuk memindahkan salah satu
organ tubuh manusia atau jaringannyang berasalldari tubuhhseseorang atauusendiri
dalam rangka pencegahan atau pengobatan untuk penggatian organ tubuh yang tidak
berfungsi atau rusak.3 Pengertian dari transplantasi organ tubuh manusia menurut
kesepakatan beberapa pendapat ulama menjelaskan bahwasanya Mengambil salah
satu organ tubuh dari seorang manusia yanggmasih hidupmmaupun yanggsudah
meninggall, yang didalamnya terdapat harapan untuk meneruskan kehidupan dan
menanam ke tubuh atau jasad orang lain.4
Berdasarkan definisi sebelumnya maka bisa diambil Intisari, transplantasi atau
cangkok organ tubuh ialah salah satu tindakan medis untuk memindahkan atau
1 Sapiudin Shidiq, Fikih Kontemporer, (Jakarta: Paramedian Group, 2016), hlm. 121
2 Depdiknas, KamusbBesar BahasaaIndonesia, (Jakarta:bBalai Pustaka, 2002), hlm. 192.
3 UUD No 36, Tahun 2009, Pasal 1, Ayat 5.
4 Wahbah Zuhaily, Qodoya Al-Fiqh Wa Al-Fiqru Al-Ma’ashir: Al-Juz’u Tsalith Fy Ahkam Al-
AuladdAl-Natijinn ‘An Al-Zinaa, (Damaskus: Dar Al-Fikr, 2006), hlm. 244.
E-ISSN: 2579-7131 PANCAWAHANA: Jurnal Studi Islam Vol.15, No.1, April 2020
Page | 156
mengcangkokan dari seseorang sebagai pendonor, untuk mengambil salah satu organ
dan mengganti ke organ tubuh orang lain yang sudah rusak atau tidak mampu
berfungsi sesuai sedia kala. Dalam tindakan ini ada 3 pihak yang terlibat, yaitu
dokter, pendonor, dan resipien atau penerima.
Donor merupakan kegiatan atau tindakan seseorang yang mendonasikan organ
tubuh kepada seseorang yang membutuhkan untuk kebutuhan seseorang dalam hal
kesehatan.5 Resipien adalah seseorang yang mendapatkan atau penerima organ atau
anggota tubuh dari orang lain sebagai pendonor untuk pencegahan dan pengobatan
dalam kesehatan.6
Sebagian besar yang bisa dicangkok organnya ialah pendonor yang sudah
meninggal. Akan tetapi beberapa penelitian terakhir menunjukkan organ atau angota
tubuh yang masih hidup bisa didonorkan. Penelitian sebelumnya yang
memungkinkan ialah dari pendonor yang sedang mati otak. Seiring majunya zaman,
keperluan dalam hal transplantasi untuk organ meningkat, sehingga donor ketika
pendonor masih hidup menjadi alternatif yang tidak bisa dihindari.
B. Tipe Pendonor Yang Mampu Ditransplantasi atau Dicangkok Anggota
Tubuhnya
Di dunia medis, para ahlinya menetapkan beberapa tipe pendonor organ
anggota tubuh,7 yaitu: Pertama, pendonor dalam kondisi sehat. Transplantasi atau
cangkok jenis ini ialah memindahkan salah satu anggota organ seseorang yang masih
hidup ke jasad atau tubuh orang lain tanpa ada bahaya atau resiko dalam kesehatan si
pendonor. Contoh yang banyak terjadi donor ginjal. Untuk melakukan tindakan
cangkok ginjal, seseorang harus melalui beberapa prosedur yang berfungsi sebagai
penyeleksian dan penelitian secara detail dan menyeluruh terhadap pendonor dan
tingkat keberhasilah proses dalam penerimaan tubuh seorang resipien terhadap ginjal
yang akan di cangkok, dan untuk pencegahan kepada resiko untuk pendonor. Apabila
mengalami kegagalan, penelitian tersebut menyatakan satu dari beberapa
transplantasi organ akan mengalami kematian.
Kedua, pendonor dalam kondisi koma atau terduga dengan kuat akan mati.
Dalam dunia medis dalam pengambilan salah satu anggota organ dalam kondisi
seperti ini harus dibantu dengan alat control yang lengkap sebagai penunjang kondisi
pendonor masih hidup. Apabila transplantasi organnya selesai maka alatnya dicabut.
Ketiga, pendonor dalam kondisi mati. Pendonor tipe ini adalah paling
sempurna menurut petugas medis, karena pada saat ini para medis hanya menunggu
waktu meninggal si pendonor. Dalam keadaan seperti ini, definisi mati harus
5
BedahhMayat KlinissDan BedahhMayat AnatomissPeraturan PemerintahhNomor 18 Tahun
19811. 6 Permenkes, No 290 Tahun 2008.
7 NurhHidayah, KemaslahatannTransplantasi OrgannTubuh SebagaiiMahar Nikah, (Semarang,
FakultassSyariah IAIN Walisongo, 2014), hlm. 52.
E-ISSN: 2579-7131 PANCAWAHANA: Jurnal Studi Islam Vol.15, No.1, April 2020
Page | 157
diperjelas dalam hukum islam, yang berfungsi sebagai patokan waktu agar organ
tubuh bisa dimanfaatkan.
Berkenaan dengan pendonor dalam kondisi meninggal, mati terbagi menjadi
dua tahapan, yaituu: somaticcdeathh(kematiannsomatik) dan biological death
(kematian biologik). Tahapan pertama adalah tahapan kematian yang dimana kondisi
seseorang seperti detak jantung, saluran pernafasan, suhu anggota badan melemah
dan tidak adanya tanda listrik dalam rekaman EEG. 120 menit setelahnya, tahapan
somatic akan diikuti tahapan biologic yang bisa didefinisikan kematian sel. Untuk
tindakan transplantasi organ bisa dilakukan setelah tanda kematian somatic muncul.
Untuk kematian biologic, anggota organ atau tubuh bisa terjamin hidupnya, selama
mendapatkan perawatan dan alat yang terjamin.8
Tindakan transplantasi adalah suau upaya mengobati seseorang dari kondisi
abnormal diakibatkan rusaknya beberapa organ, anggota, jaringan dengan tujuan:
pertama, untuk menyembuhkan seseorang dari penyakit, contoh: buta, gagal jantung,
ginjal, dan lainnya. Kedua, untuk memulihkan salah satu organ, anngota, jaringan,
yang rusak atau hancur, ada kelainan, bukan terjadi karena penyakit biologis, seperti
bibir sumbing.9
Transplantasi biasanya dilaksanakan ketika penyakit dalam stadium terminal
atau final, yang mana anggota atau jaringan tidak dapat berfungsi seperti biasanya
yang disebabkan penyakit. Transplantasiimerupakan salahhsatu tindakannmedis
yanggberfungsi untuk menyembuhkan penyakittdan memulihkannkesehatan
seseorang. Transplantasi secara legal diperbolehkan hanya untuk maksud
kemanusiaan dan tidak diperbolehkan untuk komersial atau bisnis, sebagaimana
tercantum dalam pasa 33 ayat 2 UuuNo223/11992. Maksud dari pasal tersebut ialah
organ, anggota, jaringan, sel tubuh ialah pemberian dari Tuhan Yang Maha Esa
sehingga tidak diperbolehkan dijadikan untuk obyek komersial atau mencari
keuntungan.
C. Persepektif Transplantasi atau Cangkok Anggota Tubuh Dalam Hukum Islam
Didalam Al-Qur’an dan Hadits hampir sama sekali tidak ditemukan yang
membahas secara detail tentang hukum donor annggota tubuh seseorang untuk
transplantasi. namun ada beberapa ayat maupun hadits yang menyinggung sedikit
atau qiyash dalam membahas hukum yang berkenaan dengan transplantasi atau
cangkok anggota badan.
واء ف تداووا )رواه أحمد(s إن الل اء خلق الد عز وجل حيث خلق الد“SesungguhnyaaAllahhSwt,selainnmenciptakannpenyakit,menciptakannpula obat
(untuk penyakit tersebut) maka berobatlah (HR Ahmad).”
8 TengkuuSyafrizal, TinjauannHukum IslammTerhadap TransplantasiiRahim (Skripsi), Riau: UIN
SultannSyarif Kasim, 2013), hlm. 42. 9 PatriciaaSucipto, TransplantasiiOrgan TubuhhManusia, (Naskah Akademik), Jakarta: UI 2010),
hlm. 47
E-ISSN: 2579-7131 PANCAWAHANA: Jurnal Studi Islam Vol.15, No.1, April 2020
Page | 158
Apabila kita perhatikan hadits diatas maka berobat ketika sakit sangat
dianjurkan, akan tetapi tidak dengan sesuatu yang haram. Seiring berkembangnya
zaman, sampaiisaat inimmasih adaabeberapa penyakittyang obatnyabbelum
ditemukan, misal penyakit kanker atau genetik yang mengalami kelainan. Beberapa
penelitian dalam dunia medis yang terdahulu belum ada yang berhasil menemukan
obat atau solusi, sehingga transplantasi organ menjadi alternatif dalam penyembuhan
penyakit tersebut.
Transplantasi hanya ditujukan untuk mengobati beberapa penyakit yang susah
atau mustahil untuk disembuhkan. Agama islam memerintahkan apabila seseorang
terkena suatu macam penyakit untuk diobati, bilamana terkena penyakit dan
membiarkannya maka akan mengarah kepada kematian, dan itu sesuatu yang dibenci
bahkan diharamkan dalam agama Islam, sebagaimana firman Allah: كان بكم رحيما ول تقتلوا أنفسكم إن الل
Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha
Penyayang kepadamu.10
Dilihat dari hukum islam, negara Arab yang memiliki penduduk 100% muslim
bisa dijadikan referensi karena bisa dipastikan mereka melaksanakan hukum Islam
sebagai pondasi dan pedoman dalam mua’malah mereka. Gul Cooperation Council
(GCC) ialah gabungan dari beberapa negara Arab yaitu, UEA, Kuwait, Qatar,
Bahrain, Oman, Arab Saudi menyusun (NOTC) National Organ Transplant
Committee atau komite nasional transplantasi organ, berdasarkan PERMEN Nomor
1045 pada tahun 2009, anggota terdiri dari dokter sektor kesehatan dan ahli hukum
Islam dan Syari’ah. Beberapa peraturan yang ditetapkan oleh Komiter tersebut ialah:
a) Diperbolehkan seseorang untuk menjadi pendonor dengan syarat sehat secara
mental dan fisik, umur 21 keatas, dengan catatan organ yang mau didonasikan
tidak boleh membuat pendonor dalam keadaan bahaya.
b) Bagi pendonor dalam kondisi mati, dari mayat tersebut bisa didonorkan seperti
ginjal, paru, pancreas, dan jantung yang bertujuan sebagai penyelamat seseorang
yang membutuhkan. Dengan catatan pendonor memwasiatkan diperkuat hitam
diatas putih dan disertai 2 wali sebagai saksi, apabila mau membatalkan maka
diperbolehkan.
c) Seseorang diperbolehkan untuk mendonasikan satu atau lebih dalam kondisi
berbeda sebagao pemenuhan organ Internasional.11
Untuk diketahui, bahwa hukum donor dan transplantasi organ tubuh itu sma,
artinya jika ada pendapat yang menyatakan bahwa donor organ tubuh itu dilarang,
maka transplantasi juga dilarang. Dan jika ada pendapat yang memperbolehkan
donor organ tubuh, maka transplantasi diperbolehkan.
Sebagian ulama(konservatif) berpendapat bahwa mengambil bola mata mayat
untuk mengganti bola mata orang but aitu haram, walaupun mayat itu tidak terhormat
10
QS. An-Nisa’: 29. 11
Patricia Sucipto, Transplantasi Organ Tubuh Manusia…, 47
E-ISSN: 2579-7131 PANCAWAHANA: Jurnal Studi Islam Vol.15, No.1, April 2020
Page | 159
(muhtaram) seperti mayatnya orang murtad, karena bahayanya but aitu tidak
melebihi bahayanya merusak kehormatan mayat. Hal ini didasarkan pada sabda Nabi
SAW:
رواه أبو داود –كسر عظم المي ت ككسره حيا Mematahkan tulang mayit seperti mematahkan tulangnya saat hidup (riwayat Abu
Dawud dengan sanad sesuai syarat Muslim).
Demikian pula haram melakukan cangkok mata ginjal dan jantung atau menyambung
anggota tubuh seseorang dengan anggota tubuh seseorang lainnya.12
Pendapat ulama yang melarang karena sesungguhnya manusia tidak
mempunyai hak untuk memindahkan bagian dari organ jasadnya, meskipun itu
berupa sumbangan atau pemberian, karena manusia sebagai ciptaan Allah, dan tiada
siapapun selain-Nya yang menciptakan. Didalam QS. Az-zumar: 26 dan At-Tiin:4,
Itu merupakan dalil yang jelas untuk pelarangan mengambil organ sebagai
tranplantasi atau cangkok ke jasad selain dirinya meskipun sebagai pengobatan atau
lainnya. Ada beberapa alasan dilarangnya transplantasi organ tubuh,13
yaitu:
a) Diharamkan bagi siapapun untuk merusak ataupun menghancurkan dan
memotong dari beberapa organ manusia, untuk menjaga keselamatan hidupnya,
dan untuk meninggalkan segala sesuatu yang menyebabkan kepada kerusakan,
yang mana sesuai dengan ayat Al Baqarah 195
ول ت لقوا بيديكم إل الت هلكة
“dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan
berbuat baiklah
b) Kebanyakan transplantasi organ yang terjadi membuat si pendonor dalam
keadaan bahaya, Nabi bersabda, yang sesuai dengan Qaidah Fiqhiyyah:
ل ضرر ول ضرار “Bahaya (kemudharatan) tidak bisa dihilangkan dengan bahaya
(kemudharatan) lainnya.”
c) Pemindahan organ dan penanaman ke jasad atau tubuh yang lain, menyebabkan
rasa sakit kepada si pendonor. Allah berfirman QS. Al- Ahsab: 58
اوالذين يؤذون المؤمنين والمؤمنات بغير ما اكتسبوا فقد احتملوا بهتانا وإثما مبين “Dan orang-orang yang menyakiti orang-orang yang mukmin dan mukminat
tanpa kesalahan yang mereka perbuat, maka sesungguhnya mereka telah
memikul kebohongan dan dosa yang nyata.” d) Memindahkan organ tubuh, apabila kondisi pendonor masih hidup maka akan
menyiksanya. Dan Nabi pun bersabda:
ول تمثلوا“dan janganlah diantara kalian saling menyakiti”
12
Ahmad Zahro, Fikih Kontemporer, Cetakan 1 (Jakarta: PT. Qaf Media Kreative, 2016), 84. 13 Wahbah Zuhaily, Qodoya Al-Fiqh Wa Al-Fiqru Al-Ma’ashir…, 245.
E-ISSN: 2579-7131 PANCAWAHANA: Jurnal Studi Islam Vol.15, No.1, April 2020
Page | 160
e) Memindahkah organ tubuh seseorang kepada orang lain, membuat kehormatan
manusia berkurang
منا بني آدم ولقد كر“Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam”
Pendapat kedua dari sebagian besar ulama (modern) berpendapat bahwa
pencangkokan organ tubuh manusia itu diperbolehkan dengan syarat: karena
diperlukan dan tidak ditemukan selain organ tubuh manusia itu. Didalam QS.
Argumentasi paling asasi mengenai hal ini adalah al-maslahah (adanya
kemaslahatan) dan tidak adanya larangan secara eksplisit dan khusus mengenai hal
ini, baik ayat maupun hadits. Hadits di atas: Mematahkan tulang mayit seperti
mematahkan tulangnya saat hidup, dan ayat Al-Baqarah
الت هلكة ول تلقوا بيديكم إل
“dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat
baiklah”14
.tidak dapat serta merta dijadikan dasar pelarangan donor organ tubuh,
karena donor yang diperbolehkan hanyalah jika tidak membahayakan bagi pendonor.
Oleh karena itu, pendapat ini juga dapat berlindung di bawah paying kaidah
fiqhiyyah yang amat masyhur terkait muamalah kemasyarakatan, yaitu
الأصل في الأشياء الإباحة مالم يرد دليل التحريم“Segala sesuatu yang pada dasarnya boleh, kecuali bila ada dalil yang
mengharamkanya”
Madzhab Syafi'i membolehkan dengan pendapat apabila transplantasi dari
organ orang lain, dalam keadaan yang sangat diperlukan untuk menyelamatkan
seseorang dari dibutuhkan kehancuran atau kerugian. Masalah transplantasi organ
tubuh ini juga dapat dirujukkan pada pendapat para Ulama dalam beberapa kitab,
antara lain:
“selama tidak ditemukan sesuatu yang layak (cocok), maka dimungkinkan
bolehna menyambung dengan tulang orang mati sebagaimana orang yang terpaksa
boleh makan bangkai. Dan walaupun kekhwatirannya sebatas orang yang
diperbolehkan tayamum. Al-Mudabighy menetapkan bolehnya, seraya menyatakan:
jika tidak ada yang layak (cocok) selain tulang manusia, maka diutamakan
(tulangnya) kafir musuh seperti orang murtad, kemudian (tulangnya) kafir yang
dilindungi, kemudian (tulangnya) orang islam.” (fathul jawwad)
“dan bila dibutuhkan menyambung tulang karena patah dengan tulang yang
najis lantaran tidak ditemukannya yang suci dan cocok untuk menyambungnya, maka
Dalam hal ini dianggap cukup beralasan, diperbolehkan.” (al-Qalyuby).
Bahkan jika terpaksa, transplantasi dengan organ binatang ynag najis pun
diperbolehkan, Muktamar NU ke XXIX 1994 menetapkan: “transplantasi babi untuk
mengganti organ sejenis atau lainnya pada manusia hukumnya tidak boleh, kecuali
sangat diperlukan dan tidak ada yang lebih efektif maka boleh (diberikan dispensasi
14
QS. Al-Baqarah/2: 195
E-ISSN: 2579-7131 PANCAWAHANA: Jurnal Studi Islam Vol.15, No.1, April 2020
Page | 161
hukum/dima’fu). Rujukan pendapat ini adalah pendapat An-Nawawi dalam al-
Majmu’:
“apabila seseorang patah tulang, maka seyogyanya disambung dengan tulang
yang suci... tidak boleh menyambung dengan yang najis bila dapat memperoleh yang
suci untuk menggantikannya. Bila menyambung dengan yang najis, maka
dipertimbanhkan, jika diperlukan menyambungnya sementara yang suce tidak
diperoleh untuk menggantikannya, maka dianggap berhalangan (diperbolehkan).
Tetapi kalau tidak dibutuhkan menyambungnya atau memperoleh yang suci untuk
menggantikannya, maka berdosa dan wajib melepasnya bila tidak dikhawatirkan
terjadinya bahaya (al-Majmu’)
PENUTUP
Agama islam merupakan agama ilmu, amal dan memelihara hak-hak kehidupan
setiap manusia, setiap orang merupakan bagian dalam keluarga, saling tolong menolong
diantara mereka, untuk menyelamatkan kehidupan seseorang apabila ditimpa penyakit,
luka maupun lemah.
Diantara para Ulama terdahulu ada yang membolehkan akan tetapi juga ada yang
melarangnya, dalam hal transplantasi organ tubuh dan menanamnya ke orang lain. Ada
syarat yang harus dipenuhi ketika diperbolehkannya tindakan ini, yaitu organ tidak
boleh berasal dari hewan, hanya untuk kebutuhan bukan kemauan nafsu, untuk
pengobatan yang menghilangkan kesusahan ketika Bersama organ sebelumnya, sesuai
qaidah fiqh
رورات تبيح المحظورات الضDarurat akan membolehkan yang diharamkan
Apabila beberapa syarat terpenuhi maka diperbolehkan melakukan transplantasi
organ. Itu semua ajaran agama islam yang diharapkan muncul dari setiap individu untuk
selalu berlomba dalam kebaikan, pengorbanan, dan tolong menolong dala kebaikan.
Dan untuk pendonor mayat, maslahat orang yang hidup lebih diutamakan dari pada
maslahat mayyit.
E-ISSN: 2579-7131 PANCAWAHANA: Jurnal Studi Islam Vol.15, No.1, April 2020
Page | 162
DAFTAR iPUSTAKA
Al-Qur’anul Karim
Ahmad Zahro, Fikih Kontemporer, Cetakan 1 (Jakarta: PT. Qaf Media Kreative, 2016)
Abdullah. 1994. Al-Ihtiyar Li Ta’lili al-Mukhtar, juz 4. Kairo: Dar al-Fikr al-Arabi.
Bedah Mayat Klinis Dan Bedah Mayat Anatomis. Peraturan Pemerintah Nomor 18
Tahun 1981.
Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2002)
Nur Hidayah, Kemaslahatan Transplantasi Organ Tubuh Sebagai Mahar Nikah
(Skripsi), Semarang, Fakultas Syariah IAIN Walisongo, 2014
PERMENKES, No 290 Tahun 2008.
Patricia Sucipto, Transplantasi Organ Tubuh Manusia, (Naskah Akademik), Jakarta: UI
2010.
Sapiudin Shidiq, Fikih Kontemporer, Jakarta: Paramedian Group, 2016.
UUD No 36, Tahun 2009, Pasal 1, Ayat 5.
Tengku Syafrizal, Tinjauan Hukum Islam Terhadap Transplantasi Rahim (Skripsi),
Riau: UIN Sultan Syarif Kasim, 2013)
Zuhaily, Wahbah. 2006. Qodoya al-Fiqh wa al-fiqru al-ma’ashir: al-juz’u tsalith fy
Ahkaam al-Aulaad al-Natijiin ‘an al-zinaa. Damaskus: Daar al-Fikr.
Zuhaily, Wahbah. 2006. Al-Wajiz Fi Fiqh Al-Islamy, juz 2. Damaskus: Daar al-Fikr.
Zuhaily, Wahbah. 2011. Fiqh Islam Wa Adillatuhu, diterjemahkan oleh Abdul Hayyie
dkk. Jilid 4 cetakan 1. Jakarta: Gema Insani.