18
1 TRANSFORMASI PENGGUNAAN RUANG HUNIAN AKIBAT USAHA BERBASIS RUMAH TANGGA Transformation Of The Space Use Due To Home Based Enterprises Bagoes Soeprijono Soegiono, Purwanita Setijanti, Muhammad Faqih ABSTRAK Perekonomian disektor informal terus meningkat,walaupun ekonomi dunia sedang mengalami krisis berkepanjangan. Fenomena yang timbul dimasyarakat, menyatakan bahwa sektor informal selalu berkaitkan dengan usaha keluarga dalam penggunaan ruang maupun halaman rumah sebagai tempat usaha.Kegiatan yang menggunakan ruang hunian menimbulkan peralihan fungsi ruang, danbias fungsi antara ruang untuk aktifitas keluarga dengan kebutuhan untuk bekerja seperti, alokasi ruang dalam pemisahan kegiatan rumah tangga dengan usaha, peningkatan penggunaan lahan dan terganggunya privasi penghuni baik secara individu maupun keterkaitannya dengan mobilitas sosial ekonomi penghuninya.Hal ini mengakibatkan ruang menjadi multifungsi. Kata kunci: Penggunaan ruang, Privasi, Peningkatan ekonomi, Tatanan ruang, Transformasi ABSTRACTS Informal sector economy continued to increase, although the world economy is experiencing a prolonged crisis. Phenomena that arise in the community, stating that the informal sector are always related with the family business in the use of space as well as the home page as a place of business. Activities that use the residential space raises the transition function of space, and the bias function between the space for family activities with the need for such work, the allocation of space in the separation of household activities with businesses, increased land use and disturbance to residents privacy, both individually and its association with socio-economic mobility occupants. This resulted in a multifunctional space. Key words: The use of space, privacy, economic improvement, Transformation

TRANSFORMASI PENGGUNAAN RUANG HUNIAN AKIBAT USAHA …digilib.its.ac.id/public/ITS-Master-16788-Paper-pdf.pdf · keterkaitannya dengan mobilitas sosial ekonomi penghuninya.Hal ini

Embed Size (px)

Citation preview

1

TRANSFORMASI PENGGUNAAN RUANG HUNIAN AKIBAT USAHA BERBASIS RUMAH TANGGA

Transformation Of The Space Use Due To Home Based Enterprises

Bagoes Soeprijono Soegiono, Purwanita Setijanti, Muhammad Faqih

ABSTRAK

Perekonomian disektor informal terus meningkat,walaupun ekonomi dunia sedang mengalami krisis berkepanjangan. Fenomena yang timbul dimasyarakat, menyatakan bahwa sektor informal selalu berkaitkan dengan usaha keluarga dalam penggunaan ruang maupun halaman rumah sebagai tempat usaha.Kegiatan yang menggunakan ruang hunian menimbulkan peralihan fungsi ruang, danbias fungsi antara ruang untuk aktifitas keluarga dengan kebutuhan untuk bekerja seperti, alokasi ruang dalam pemisahan kegiatan rumah tangga dengan usaha, peningkatan penggunaan lahan dan terganggunya privasi penghuni baik secara individu maupun keterkaitannya dengan mobilitas sosial ekonomi penghuninya.Hal ini mengakibatkan ruang menjadi multifungsi. Kata kunci: Penggunaan ruang, Privasi, Peningkatan ekonomi, Tatanan ruang, Transformasi

ABSTRACTS

Informal sector economy continued to increase, although the world economy is experiencing a prolonged crisis. Phenomena that arise in the community, stating that the informal sector are always related with the family business in the use of space as well as the home page as a place of business. Activities that use the residential space raises the transition function of space, and the bias function between the space for family activities with the need for such work, the allocation of space in the separation of household activities with businesses, increased land use and disturbance to residents privacy, both individually and its association with socio-economic mobility occupants. This resulted in a multifunctional space. Key words: The use of space, privacy, economic improvement, Transformation

2

PENDAHULUAN Sektor informal diterima dimasyarakat

dan sangat penting dalam menjaga kestabilan perekonomian dunia terutama dinegara berkembang. Permintaan tenaga kerja, barang maupun jasa di sektor informal lebih tinggi dibandingkan dengan kebutuhan di sektor formal. Pada umumnya sektor ini menggunakan rumah hunian sebagai tempat untuk kegiatan usaha.Hal tersebut terkait dengan penggunaan rumah hunian yang difungsikan sesuai dengan berbagai macam kebutuhan, dalam suatu kesatuan sosial seperti; proses produksi, distribusi, konsumsi, maupun reproduksi.

Usaha berbasis rumah tangga (UBR) bukan merupakan suatu fenomena baru di Indonesia, maupun dinegara berkembang lain seperti; penyewaan ruang, produk retail, jasa khusus, yang mengakibatkan terjadinya pengalokasian ruang privasi.Fenomena lain yang terjadi dalam usaha berbasis rumah tangga,sehubungan dengan penggunaan halaman rumah sebagai perluasan ruang untuk bekerja, maupun daya tarik untuk memasarkan hasil produksi. Hal ini terkait dengan lokalitas tempat usaha yang dipengaruhi oleh cuaca dan temperature.Kedua aspek tersebut menjadi faktor penentu, dalam melaksanakan kegiatan produksi yang menggunakan rumah hunian,

sebagai tempat untuk kegiatan usaha terutama di daerah tropis. Terjadinya hal ini menyebabkan transformasi penggunaan ruang hunian dan menimbulkan simbiotik, antara fungsi ruang privasi dan usaha. Penyesuaian (housing adaptation)dan penambahan ruang (housing adjustment), merupakan aksi dari terjadinya transformasi penggunaan ruang hunian yang digunakan untuk kegiatan usaha.Perubahan-perubahan ini mengakibatkan terjadinya konflik, antara lain; alokasi ruang, waktu,aktifitas, ekonomi, dan lokalitas usaha.Konsekuensinya penghuni harus menyesuaikan perilakunya terhadap perubahan, maupun pergeseran nilai-nilai privasi.

Berdasarkan terjadinya UBR terhadap rumah hunian yang mengunakan ruang dalam maupun halaman luar hunian, sebagai sarana penunjang untuk kegiatannya.Permasalahan ini menimbulkan pertanyaan-pertanyaan dari fenomena diatas, yaitu: 1) Bagaimanatransformasi penggunaan

ruang rumah tinggalpengrajin, akibat usaha yang bertumpu pada rumah tangga ?

2) Faktor apa yang berpengaruh pada transformasi penggunaan ruang rumah pengrajin?

3) Bagaimana penyelesaian konflik penggunaan ruang rumah antara kegiatan rumah tangga dan usaha?

3

Gambar 1 Peta Tata Ruang Mojokerto

DUSUN JATISUMBER DAN PERKEMBANGAN USAHA DALAM RUMAH TANGGA Usaha seni ukir batu di dusun Jatisumber, desa Watesumpak merupakan peralihan dari usaha rumah tangga yang memproduksi alat keperluan bertani dan rumah tangga seperti, sabit dan pisau. Usaha ini merupakan usaha yang telah turun temurun sejak jaman Belanda, secara perlahan beralih fungsi ke seni ukir batu sejak tahun 1970, dengan alasan semakin banyak persaingan produk sejenis yang dihasilkan oleh golongan industri menengah maupun masuknya barang impor dari Cina. Peningkatan peralihan profesi ke usaha seni ukir batu meningkat sewaktu terjadinya krisis keuangan dunia pada tahun 1998.

Meninjau peralihan ketrampilan dari “pande besi” menjadi seni ukir batu, hal ini diawali dari suatu kegiatan usaha sampingan, oleh bapak Harun, Wagiran, dan bapak Wakidi pada akhir tahun 60an.Keahlian mengukir tanpa adanya bekal pendidikan khusus dari generasi sebelumnya, hal ini merupakan suatu kejadian yang sangat unik dan anugerah dari sisa kejayaan kerajaan Majapahit.

Secara geografis lokasi dusun

Jatisumber termasuk dalam wilayah kecamatan Trowulan, dikelilingi oleh candi-candi, seperti; Candi Bajang Ratu, Candi Tikus, Candi Brahu, Candi wringin Lawang, Candi Minak Jinggo, Candi Sumur Upas, maupun kawasan situs-sejarah seperti; Kawasan situs Majapahit, situs Lantai Enam, maupun makam Troloyo dan Sitihinggil. Hal ini sangat menguntungkan bagi pengrajin dusun Jatisumber, untuk menaikan tingkat inspirasi dalam mengembangkan teknik kecakapan dan keahlian dalam mewujudkan hasil produksinya. Dusun Jatisumber

Sumber: RDTRK Trowulan, 2009-2029

4

Jatisumber

Sumber: RDTRK Trowulan 2009-2029

Jatisumber Watesumpak Blenderen Kalitangi Prayan Total

2.375 Jiwa 2.216 Jiwa 831 Jiwa 426 Jiwa 987 Jiwa 6835

Tipe dinding rumah Jumlah unit rumah

Rumah Tembok 512

Rumah Kayu 86

Rumah Bambu 13

Total 611

Sumber: Monografi dusun Jatisumber 2010

dalam RDTRK Kecamatan Trowulan tahun 2009-2029 termasuk dalam wilayah desa Watesumpak.

Data Monografi yang diperoleh melalui kepala Desa Watesumpak, adalah sebagai berikut: Luaskeseluruhan desa Watesumpak seluas 389.580 m2, yang terdiri dari persawahan seluas 257.122 meter2 dan pekarangan seluas 132.458 m2, dengan penduduk sejumlah 6.835 Jiwa yang terdiri dari laki-laki sejumlah 3.417 jiwa dan wanita 3.418 jiwa. Sedangkan Desa Watesumpak di bagi menjadi beberapa dusun dengan jumlah penduduk, antara lain:

Sumber: Monografi Dusun Jatisumber, 2011

Penduduk Dusun Jatisumber berjumlah 2375 jiwa dengan jumlah KK adalah 611. Dari jumlah penduduk dengan jumlah 611 KK tersebut, maka dapat diperkirakan bahwa setiap rumah tangga beranggotakan rata-rata 3,88 orang. Denganluas lahan secara administratif yaitu 116.874 m2, maka kepadatan penduduk di dusun Jatisumber mencapai 3,012 jiwa /Ha.

Keadaan kondisi perumahan di

kawasan ini dusun Jati Sumber dikatagorikan menjadi tiga tipe, antara lain: rumah dengan tipe pengerasan dinding bertembok, bamboo, kayu.

Tabel 2 Kondisi rumah

Tabel1 Data Penduduk

Gambar 1 . Peta Jatisumber

5

Keterangan Jumlah unit rumah Tembok 47 Tembok/kayu/bambu 15 Almari 5 Tirai 14

Jumlah 81

Sumber: Analisa Cross Tabulation, 2011

Dinding hunian yang masih belum diplaster

Dinding hunian dapur terbuat dari bilik

" #$ %&!'( $ ) *+!" #$ %&!)%$ ) #! " #$ %&!+%, #!

Sumber: Hasil survey, 2010

Gambar 3 Kondisi Rumah Dusun Jatisumber

Tabel 3 Jenis Pemisah

Sumber: Hasil analisa,2011 Gambar 4 jenis pemisah ruang hunian

Rumah yang terbuat dari dinding tembok mendominasi kondisi keadaan bentuk bangunan, walaupun keadaannya masih tergantung dari tingkat ekonomi masing-masing hunian.

Rumah hunian yang dijadikan tempat usaha sejumlah 81 unit rumah terbukti, kondisinya jauh lebih baik dari yang tanpa dijadikan tempat untuk berusaha. Hal ini sesuai dengan pandangan Silas (2000) dengan adanya UBR, telah menunjukan keadaan dan kondisi rumah hunian jauh lebih baik, dari pada rumah yang tanpa melakukan kegiatan usaha. Hal ini dapat dilihat pula pada jenis pemisah ruang yang dipergunakan baik untuk pemisah ruang hunian maupun ruang untuk kegiatan usaha. Dari hasil cross tabulattion menunjukan jenis pemisah ruang yaitu pada table 2 berikut ini :

Pemisah ruang hunian dengan menggunakan dinding tembok banyak yang masih berbentuk tanpa plesteran dan rata-rata bagian dapur masih menggunakan dinding yang terbuat dari bambu.

Tahapan kedua adalah melengkapi

dengan furniture yang rata-rata terbuat dari penutup kain, seperti sofa dengan komposisi 2:3:1, perlengkapan mesin cuci, perangkat audio maupun video. Hal ini lebih diutamakan dari pada penutupan dasar pada permukaan lantai bangunan.Keputusan terhadap pengembangan rumah hunian ditentukan oleh pemilik. Hal ini sesuai dengan teori

6

(Turner,1972:165) antara lain,rumah merupakan bagin yang utuh dari suatu permukiman. Bukan hasil fisik sekal jadi melainkan suatu proses yang terus berkembang dan terkit dengan social ekonomi penghuninya dalam suatu kurun waktu. Dalam hal ini kondisi rumah mengalami suatu perubahan tetapi kaidah maupun nilai dasar akan rumah layak huni masih belum terpenuhi, seperti factor kelembaban lebih meningkat,dikarenakan lantai yang belum tertutup, ruang yang gelap, kurangnya pembukaan seperti jendela atau angin-angin. Landasan Teori Tentang Rumah

Rumah sebagai suatu lembaga, adat, kebiasaan, dan sebagai dasar dalam kebutuhan manusia. Bukan hanya sebagai struktur yang diciptakan dan digunakan secara kompleks. Karena membangun rumah merupakan suatu phenomena budaya, bentuk maupun organisasinya sangat dipengaruhi oleh lingkungan budaya (cultural milieu), dan tergantung dari perkembangan dimana rumah tersebut berada (Rapoport, 1969:46).

Dalam hal kebutuhan sosial, rumah memberi peluanguntukmengadakan interaksi dan aktifitas dan saling terkait dengan lingkungannya. Hal ini dipengaruhi oleh fisik maupun nonfisik.Rumah yang dipengaruhi oleh aspek non fisik dan fisik, terkait dengan

penggunaan maupun peningkatan nilai rumah yang didasari oleh faktor ekonomi.Hal ini dikemukakan(Turner,1972:175) bahwa standarisasi rumah tidak dilihat dari kualitas fisiknya saja, tetapi bagaimana rumah tersebut dapat memenuhi kepentingan ekonomi keluarga yang berkelanjutan.

Kegiatan industri kerajinan di dusun Jatisumberyang menggunakan rumah hunian sebagai aktifitas kegiatan usaha seni ukir batu,memberikan banyak peluang bagi masyarakat untuk mengembangkan usaha dan meningkatkan ekonomi. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan Turner (1972) bahwa, aktifitas maksimal dapat dicapai dalam fungsi rumah tangga dan terkait dengan perubahan tingkat pendapatan ekonomi.Konsep ini disebut sebagai “Housing is a Process” yang melandasi tiga hal penting yaitu; nilai rumah, fungsi ekonomi,dan wewenang atas rumah. Rumah Produktif

Rumah tinggal yang mengalami perubahan fungsi, akibat pengaruh usaha atau ekonomi disebut sebagai rumah produktif. Fungsi rumah tersebut harus dapat menampung dua kegiatan yang bebeda antara lain; kegiatan berumah tangga dan kegiatan produksi.Hal ini diperjelas oleh Silas (2000) menyatakan rumah dalam fungsinya, dibagi dalam dua katagori:

7

• Rumah yang dipergunakan sebagai tempat tinggal tanpa kegiatan lain. Pada rumah jenis ini biasanya dimanfaatkan oleh golongan menengah keatas, sedikit sekali golongan yang berpenghasilan rendah menggunakan.

• Rumah yang digunakan untuk usaha atau kegiatan ekonomi. Konsekuensi yang ditimbulkan berupa hubungan antara aspek produksi didalam rumah dan pemeliharaannya. Perbandingan atau proporsi rumah produktif terdapat tiga macam, antara lain: o Campuran

Fungsi rumah tinggal menjadi satu dengan tempat kerja. Penggunaan rumah dominan sebagai tempat tinggal dan masih menjadi fungsi utama.

o Berimbang Fungsi rumah tinggal dipisah dengan tempat bekerja. Akses ketempat kerja kadang-kadang dipertegas dan dipisahkan.

o Terpisah Fungsi rumah sebagai tempat bekerja menjadi dominan dan mengambil sebagian besar dari seluruh ruangan. Kemungkinan tempat tinggal diletakkan pada bagian belakang atau dialokasikan pada tempat yang terpisah sama sekali. Perubahan dan perkembangan rumah

tinggal, merupakan akibat dari kegiatan ekonomi. Fungsi pemilik sebagai aktor dalam

pengambilan keputusan (decision) merupakan faktor penentu terjadinya perubahan maupun perkembangan rumah hunian. Hal ini diperjelas (Turner,1972:160) menyatakan, proses pengadaan rumah tergantung terhadap motivasi pemilik dalam mengambil keputusan dan aspek-aspek lain yang mempengaruhinya, antara lain; keuntungan komersil, kekuatan politik, dan penggunaan pribadi yang diharapkan rumah dapat mencapai suatu nilai, bukan terhadap materialnya saja. Oleh sebab itu, nilai rumah harus ditinjau dari beberapa hal penting, seperti; bagaimana rumah tersebut dibangun, dirancang, digunakan dan dirawat.

Landasan Teoritis Tentang Usaha Berbasis Rumah Tangga (UBR)

Usaha berbasis rumah tangga

merupakan bagian dari sektor informal. Prinsip ini dapat diaplikasikan dalam konsep Usaha Berbasis Rumah Tangga (Silas, 2000:286), antara lain: • Adanya Overlap antara penyedia modal dan

tenaga kerja pada setiap usaha. • Meratanya persaingan. • Secara umum usaha tersebut tidak

teroganisir dan tidak berbadan hukum, dimana pembatasan pekerja menurut hukum tidak diterapkan. (Litton, 1980)

Sedangkan dari jenis usahanya, Silas (2000) merumuskan lima tipe UBR, antara lain:

8

1. Manufaktur. 2. Jasa. 3. Distribusi dan penjualan ; toko untuk

menjual hasil kerajinan 4. Retail. 5. Farming keterkaitan dengan pertanian,

misalnya ternak dan sebagainya Usaha berbasis rumah tangga

dipengaruhin oleh backward linkage (bahan dan tenaga kerja) dan forward linkage (pemasaran). Hal ini akan dipengaruhi dan dipengaruhi oleh suatu proses produksi dari kegiatan tersebut. Kegiatan yang dilakukan masyarakat di dusun Jatisumber tergolong tipe 1,2,dan 4.

Akibat yang ditimbulkan dengan adanya usaha berbasis rumah tangga, pada umumnya ruang yang dipergunakan sangat sempit, jika dibandingkan dengan aktifitasnya. Sehingga terjadi permasalahan yang ditimbulkan, (HBE,2002) antara lain: • Ruang berfungsi untuk bekerja dapat

bergabung atau bercampur dengan hunian. • Sangat sedikit yang memisahkan kegiatan

kerja dengan rumah tangga seperti; memisahkan struktur, merubah, atau memperbaiki tempat.

• Menyebabkan terjadinya konflik ruang, jika terjadi pergeseran ruang privasi menjadi ruang untuk berkegiatan.

• Menyebabkan penggunaan lahan di sekitar rumah, sebagai perluasan usaha

atau suatu kegiataan yang membutuhkan sinar matahari maupun ventilasi.

• Sebagai suatu strategi untuk mengurangi tekanan pada sebuah ruang, ketika masuknya suatu kegiatan ekonomi (HBE, 4-37)

Landasan Teoritis Tentang Transformasi Penggunaan Ruang

Rumah hunian yang dipergunakan untuk kegiatan usaha, akan mempengaruhi fungsi ruang dalam menampung kegiatan dan aktifitas manusia. Hal ini menyebabkan terjadinya perubahan atau transformasi penggunaan ruang dalam hunian, sehingga perlu diindentifikasikan menjadi beberapa kategori, menurut (Hall dalam Lang. 1987:119), antara lain: 1. Fixed-feature space, suatu ruang yang di

batasi dengan elemen dan tidak mudah mengalami perubahan.

2. Semifixed-feature space, suatu ruang terdapat perabot dan dinding pemisah yang mudah dipindah sesuai kebutuhan.

3. Informal space, terjadi perubahan terhadap fixed dan semi fixed feature space, melibatkan lebih banyak manusia didalamnya terhadap fungsi ruang yangtelah ditentukan. Konsekuensinya

9

pengawasan akan fungsi ruang tersebut tidak akan maksimal.

Dengan adanya transformasi dalam penggunaan ruang, hal ini menyebabkan terjadinya penyesuaian perilaku manusia terhadap perubahan tersebut. Turner (1972) mengemukakan, antara lain: • Housing Adaptation. Usaha penghuni

dalam menyesuaikan perilakunya, sebagai tanggapan atas kebutuhan ruang untuk melakukan aktifitas pada rumahnya, hal ini disebut “ bersifat pasif.”

• Housing Adjusment. Usaha memenuhi kebutuhan, ketika penghuni merasakan kekurangan ruang untuk beraktifitas pada rumahnya. Bentuk tindakannya dapat berupa; pindah rumah, pengubahan atau melakukan penambahan ruang terhadap rumahnya, agar tingkat privasi lebih dapat tercapai.

Setelah latar belakang dan rumusan masalah, timbul fenomena di masyarakat mengenai adanya perubahan fungsi penggunaan ruang pada rumah tinggal yang dijadikan kegiatan usaha di dusun Jatisumber. Dengan adanya kegiatan tersebut factor-faktor apa yang menyebabkan terjadinya perubahan tersebut. Hal ini tersirat dalam hipotesa sebagai berikut:

Hipotesa Kegiatan usaha seni ukir batu

meningkatkan faktor ekonomi masyarakat didesa Jati Sumber, sehingga mengakibatkan transformasi penggunaan ruang hunian secara fisik maupun non fisik.

Hasil Analisa dan Pembahasan

Hasil survey menunjukan bahwa populasi bersifat homogen dengan keseluruhan mengerjakan seni ukir batu dan menggunakan ruang hunian sebagai tempat untuk kegiatan usaha. Sekitar 63 rumah hunian tergolong menggunakan ruang rumah dan pekarangannya sebagai tempat tinggal dan usaha. Sedangkan ke 18 rumah pengrajin lainnya hanya menggunakan rumah sebagai tempat tinggal saja, dengan kegiatan usahanya dilakukan di halaman sekitar.

Dalam mengklasifikasikan transformasi penggunaan ruang kepada 81 pengrajin, survey 2011 di dusun Jatisumber desa Watesumpak. Digolongkan menjadi 3 macam rumah produktif dari 10 tipe rumah hunian yang ditentukan oleh penggunaan ruangnya, antara lain:

10

Golongan Tipe rumah Penggunaan ruang

Berimbang

1 Teras depan, halaman ; depan, belakang,samping

2 Teras depan,halaman; depan, halaman samping

3 Teras depan, halaman samping

4 Teras depan, halaman depan

Campuran

5 Teras depan, ruang tamu, ruang makan,halaman;

depan,belakang, samping

6 Teras depan, ruang tamu, halaman ; depan, belakang,

samping

7 Teras depan, ruang tamu, halaman; depan ,belakang

8 Teras depan, ruang tamu, halamam; depan

Terpisah 9 Halaman depan

10 Halaman samping

Tabel 4 Golongan Rumah Produktif

Sumber: Hasil survey, 2011

Dari sejumlah 81 rumah produktif terdapat 57 rumah yang tergolong berimbang. Hal ini menujukan bahwa adanya toleransi antara ruang untuk bekerja dan ruang hunian, pemisahan akses masuk kedalam ruang hunian yang dimulai dari halaman depan hingga kedalam rumah yang tergolong semi privat. Sedangkan tipe campuran sejumlah 6 hunian, dan18 hunian yang tergolong terpisah. Golongan terpisah sebagian ada yang menyewa lahan untuk aktifitas kegiatan yang terpisah sama sekali atau adanya lokalitas

tempat usaha, hal ini dikarenakan lahan yang kurang mencukupi untuk jumlah pekerja bagi golongan mampu.

Sedangkan untuk golongan yang termasuk kurang mampu biasanya menggunakan rata-rata hanya pada lahan depan atau halaman samping. Sumber: Hasil survey, 2011 Gambar 5 Tipe rumah produktif

Penggunaan ruang hunian terutama

teras dan halaman depan yang biasanya untuk bersosialisasi dapat berubah fungsi menjadi sarana untuk melakukan kegiatan usaha.

Usaha dengan sewa lahan tetangga

Teras depan berfungsi maksimal untuk kepentingan hunian

Ruang tamu berfungsi sessuai dengan kepentingan hunian

!

!

Tipe Terpisah Tipe Campuran

Tipe Berimbang

11

Meninjau teori Lang (1987) yang menyatakan bahwa, fungsi teras sebagai semi privat dan halaman depan sebagai public spacedari suatu ruang hunian. Hal ini mengalami pembauran secara halus antara dua heriarki tersebut, hampir tidak menimbulkan konflik terhadap penghuni Faktor-faktor yang Berhubungan dan Berpengaruh dalam Penggunaan Ruang

Transformasi penggunaan ruang yang terjadi pada tipe rumah produktif; berimbang, campuran dan terpisah, dipengaruhi oleh faktor–faktor yang berhubungan, antara lain : • Alokasi ruang

Merupakan pemindahan fungsi ruang dari kepentingan rumah tangga menjadi tempat untuk kegiatan usaha. Faktor yang berhubungan seperti penggunaan ruang antara tipe rumah produktif, dengan penggunaan ruang dan halaman untuk usaha maupun jenis pemisah ruang.

• Waktu Faktor-faktor yang berpengaruh meliputi waktu kerja perhari, system settings pada saat musim order dan pada saat hari-hari bias.

• Aktifitas Merupakan proses produksi yang menggunakan ruang untuk kegiatan usaha,

yang terkait dengan jumlah pekerja dengan waktu yang terkait dalam suatu proses produksi.

• Ekonomi Faktor-faktor yang berpengaruh seperti pendapatan, jumlah pekerja, pemahat, jarak ketempat kerja.

• Lokalitas usaha. Pemindahan tempat kegiatan usaha yang

melibatkan tingkat kenyamanan yang dihubungkan dengan ruang untuk usaha.

Faktor-faktor yang berpengaruh berpedoman pada teori Turner (1972) yang menyatakan, bahwa dapat terjadi penyesuaian prilaku (adaptations) terhadap ruang yang telah terbentuk atau terbangun (fixed-feature space) dengan melibatkan elemen-elemen (semi fixed-feature elements), seperti; partisi atau penyekat ruangan. Sedangkan perubahan dengan menambah ruang (adjustments) untuk kegiatan usaha, terjadi jika penghuni merasakan kekurangan ruang untuk beraktifitas.

Alokasi ruang

Dari analisa cross tabulation, 2011 dalam penggunaan ruang untuk usaha meliputi teras depan, ruang tamu, ruang makan, ruang keluarga, halaman depan, halaman samping, dan halaman belakang, dengan tipe rumah produktif seperti; tipe berimbang, campuran

12

Keterangan Halaman depan Halaman samping

Halaman Belakang

Jumlah

Tipe Berimbang 47 14 1 62 Tipe Campuran 6 3 4 13 Tipe Terpisah 10 8 18 Jumlah 63 25 5 93

Golongan Teknik Pengalaman Tahun)

Hasil (Juta rupiah)

A Pahatan tangan 15 - >25 5-15 B Pahatan tangan >10-<15 2-3,5 C Pahatan tangan <10 1,5 - 2

Sumber: Hasil sur vey, 2011

Keterangan Jumlah Pribadi 41 Keluarga 30 Warisan 4 Sewa 6 Total 81

Sumber: Hasil survey, 2011

Struktur keluarga Jumlah Nucleared Family 45 Multiple Family 9 Extended family 27

Total 81 Sumber: Hasil survey, 2011

dan terpisah. Hasil tersebut didominasi dalam penggunaan ruangnya, antara lain:

Tabel 5. Penggunaan Ruang Hunian Sumber: Hasil analisa crosst tabulation,2011

Penggunaan ruang untuk kegiatan usaha didominasi oleh halaman depan, dikarenakan beberapa faktor yang mempengaruhi seperti, kepemilikan lahan yang tergolong kurang luas, pendapatan, pemilihan lokasi untuk suatu proses pruduksi yang tergantung kepada besarnya produk dan kemudahan proses pengangkutan, maupun ditinjau dari segi pemasaran dan proses penyimpanan.

Tabel. 6 Pendapatan pengrajin Faktor pendapatan memegang peranan penting dalam mengalisa penggunaan ruang untuk

kegiatan usaha. Pendapatan digolongkan menjadi A,B,dan C. Hal ini tergantung pengalaman yang dicapai. Sedangkan factor ketrampilan tidak tergantung pada pendidikan formal, hal ini didominasi oleh lulusan sekolah menengah atas (SMA) sejumlah sekitar 41%. Sehingga factor-faktoryang mempengaruhi kecakapan dalam mengukir adalah; keluarga yang telah melakukan pekerjaan mengukir secara turun temurun, lingkungan dan kecintaan akan pekerjaan. Faktor kepemilikanlahan yang tergantung pada jenis keluarga, antara lain: Tabel .7 kepemilikan lahan

Tabel. 8 Struktur Keluarga

13

Halaman depan

Halaman Belakang

Halaman samping

" #$ %&!' ()*%+,!$ (- .%/,!/#%0!1(/,%$ %- !2%3%1!4!5 !/%- !!1(6#%)+%!7)%- +!'#%- 8%!

Rumah kediaman Bapak S. Dengan jenis keluarga Multiple

Nuclear family Extended Family

Multiple Family

Menyingkap hasil hubungan kedua analisa antara jenis kepemilikan lahan dengan struktur keluarga disimpulkan bahwa rata-rata kepemikikan pribadi di huni ole keluarga inti (nuclear family) yang terdiri dari ayah, ibu dan anak.Sedangkan extended family merupakan keluarga inti yang telah berkeluarga dan mendiami lahan bersama berjumlah 27 hunian dengan kepemikikan lahan atas kepemilikan keluarga. Hal ini mempengaruhi pola tatanan dalam penggunaan ruang , antara lain dapat : Sumber: Hasil survey, 2011 Gambar 6. Struktur family

Kepemilikan lahan pribadi dengan

struktur nuclear family dan termasuk dalam

golongan A yang berpenghasilan diatas Rp 5.000.000,-- sampai dengan Rp. 15.000.000,-- pola penggunaan ruangnya untuk memproduksi, bersifat berpindah-pindah sesuai dengan jenis produk. Sedangkan extended family kecenderungan memakai lahan bersama dan menggunakan halaman depan maupun belakang.

Multiple Family menggunakan halaman hampir memakai kesuluruhan lahan, baik halaman depan, samping, belakang, maupun teras depan, akses masuk keruang hunian menjadi terganggu karena adanya aktifitas pekerjaan dan bangunan sementara untuk usaha Waktu

Faktor-faktor yang berpengaruh meliputi waktu kerja perhari, proses pruduksi, jenis produk, dan system settingsyang menggunakan ruang untuk usaha pada saat musim order maupun pada hari-hari biasa. System settings yang terjadi pada ruang yang dipergunakan untuk bekerja adalah tetap, hanya aktifitas kegiatan yang berubah-ubah sesuai dengan proses produksi. System settings mengalami perubahan pada ruang hunian jika ruang semi privat, yaitu teras depan maupun ruang-ruang didalam rumah hunian terpakai untuk aktifita kegiatan.

14

Gambar 7 Proses Produksi

Tabel.9 Waktu kerja perhari pada halaman rumah hunian

Halaman depan maupun samping dipergunakan lebih sering dari pada halaman belakang, dikarenakan penggunaan halaman depan lebih mudah dilakukan untuk jalannya proses produksi. Ukuran produk juga menentukan letak penggunaan ruang untuk proses produksi.

Tabel. 10 Waktu kerja perhari pada ruang hunian Waktu bekerja

Teras depan

Ruang Tamu

Ruang Keluarga

Ruang Makan

Total

3-5 2 1 0 1 4 5-7 1 0 0 0 1 7-9 56 0 0 0 56 >9 2 0 0 0 2

Total 61 1 0 1 63 Sumber: Hasil survey , 2011

Dari ke 81 rumah hunian 61 hunian

menggunakan teras depan, dengan waktu kerja 7-9 jam per hari. Sekitar 56 rumah hunian menggunakan teras depan sebagai ruang publik (public space).

Sumber: Hasil survey, 2011

Penggunaan ruang public berkaitan erat dengan fungsi teras depan (semi private space). Hubungan ini hampir tidak terasa, sehingga terjadi penyatuan fungsi penggunaan ruang, antara ruang public dengan ruang semi private. Penggunaan ruang tergantung dari waktu yang diperlukan untuk menghasilkan suatu produk. Dalam suatu proses produksi memerlukan waktu yang berbeda-beda tergantung dari kemampuan pengrajin. Patung yang sering dipesan dengan ukuran rata-rata 75 cm Dalam proses pengerjaannya membutuhkan satu orang pekerja dengan waktu sekitar 14 hari, dengan total waktu kerja

Waktu bekerja (jam)

Halaman depan (hunian)

Halaman samping (hunian)

Halaman belakang (hunian)

Total (hunian)

7-9 56 23 4 81

15

Halaman rumah tanpa aktifitas Halaman rumah dan teras depan dengan aktifias

7-9 jam per hari. Sedangkan patung dengan ukuran 200 cm membutuhkan waktu yang lebih lama, terkadang dikerjakan oleh dua atau tiga orang, tergantung dari desain, jumlah, dan kualitasnya. Aktifitas

Aktifitas yang terjadi dalam penggunaan ruang baik diruang yang bersifat semi private maupun ruang public, dipengaruhi oleh jumlah pekerja.Hal ini pun terkait dengan suatu system yang dapat membentuk beberapa aktifitas dalam suatu ruang yang dipengaruhi oleh organisasi waktu dan ruang (Rapoport, 2005). Dalam penggunaan ruang sementara (tidak permanen) untuk kegiatan suatu proses produksi yang menggunakan halaman sekitar. Keterkaitan dengan organisasi waktu lebih dipergunakan dari pada organisasi ruang.Pengaturan waktu dalam tahapan proses produksi sangat menentukan penggunaan ruang halaman. Hubungan antar halaman (public space) dengan ruang teras (semi private) menjadi sulit untuk di bedakan tingkat hirarkinya. Pembauran ini kadang kaldirasakan kurang nyaman dalam kehidupan berumah tangga.

Sumber: Hasil Survey, 2011

Gambar 8. Aktifitas dengan penggunaan ruang.

Halaman depan lebih banyak di fungsikan sebagai kegiatan seni ukir batu, sekitar 63 rumah hunian yang digunakan untuk kegiatan produksi. Hal ini memberikan pengaruh terhadap fungsi teras, yang biasanya digunakan sebagai tempat atau ruang untuk bersosialisasi. Aktifitas yang terjadi tergantung pada jumlah pekerja dengan tipe pemahatnya yang menggunakan ruang untuk kegiatan usaha.

Ekonomi Tabel 11 Golongan pengrajin

Golongan Pengrajin (Orang)

Pendapatan ( Rp)

A 3 > 3.000.000

B 4 2.499.000-2.999.000

C 74 500.000-2.498.000

Sumber: Hasil survey, 2011

16

Gambar 9 Proses produksi

Pengrajin dengan golongan C merupakan lebih banyak menggunakan teras depan dan halaman depan dengan jumlah sekitar 43 pengrajin, sedangkan halaman depan saja sejumlah 10 rumah hunian. Hal ini dikarenakan luas halaman berdekatan dengan teras depan sehingga penggunaan ruang menjadi satu tanpa ada pembatasan yang jelas antara rruang semi privat dengan publik. Lokalitas Usaha

Proses lolakitas Usaha merupakan perpindahan suatu proses produksi (forwardlinkages) atau tempat penyimpanan barang ( backward linkage)

Dalam penggunaan halaman depan kemungkinan terjadi perpindahan proses produksi, dengan satu proses produksi melibatkan beberapa tahapan. Hal ini tergantung dari bahan dasar yang akan diukir dan memudahkan proses pengangkutan.

Sumber : Hasil Survey, 2011

Sumber: Hasil Survey, 2011 Gambar 10 Proses Pengangkutan

Sarana pengangkutan hasil produksi

yang melibatkan pengusaha angkutan sekitar dusun Jatisumber, khususnya truk angkut. Sistem pengangkutan produk keatas truk masih menggunakan sistem konvensional, kecuali ukuran batu melebihi 1000 kg. Kesimpulan

Kegiatan yang berbasis rumah tangga di dusun Jatisumber kecamatan Trowulan tidak hanya tertuju pada peningkatan ekonomi semata tetapi merupakan suatu kegiatan yang terkait dengan wisata sejarah dan pelestarian budaya lokal dalam hal seni ukir batu.

Keunikan dusun Jatisumber adalah penggabungan antara unsur budaya dan ekonomi masyarakat. Hal ini berjalan secara harmonis dan terarah, dukungan Pemerintah, komunitas budayawan, lembaga pendidikan tetap antusias dalam mendukung masyarakat

17

Mojokerto pada umumnya dan masyarakat Jatisumber pada khususnya.

Pada umumnya ketrampilan penghasil seni ukir batu dusun Jatisumber menggunakan pekarangan rumah dan sebagian ruang huniannya untuk kegiatan berproduksi. Keadaan seperti ini sangat menunjang dalam hal peningkatan budaya local dan pemberdayaan masyarakat dalam menghasilkan dan meningkatkan produk lokal. Sedangkan Alokasi ruang dalam penggunaan ruang kerja dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya, peletakan bahan dan tenaga kerja, peralatan, peletakan barang jadi. Jumlah pekerja yang terdiri dari anggota keluarga, teman, dan pekerja dari kampung sekitar, mempengaruhi penggunaan ruang hunian. Hal ini tergantung dari pada tingginya aktifitas kegiatan masing-masing pengrajin.

Saran

Dusun Jatisumber bukan hanya merupakan kawasan wisata penghasil seni ukir batu. Melainkan suatu desa yang terkait dengan kejayaan Majapahit. Perlu perbaikan infra struktur seperti sarana dan prasarana, jaringan air bersih. Pusat informasi mengenai produk seni ukir batu sangat kurang di kantor-kantor pemerintah.

Daftar Pustaka Laboratory for Housing and Humant Settlement, 2002, Home-Based Enterprises, ITS, Surabaya Lang, Jon,1987, Creating Architectural Theory,Van Nostrand Reinhold Company, New York.

Rapoport, Amos, 1969, House, Form and Culture, Prentice Hall, Englewood Cliffs, New York. Silas, Johan, 2000, Rumah Produktif, Laboratorium Perumahan dan Permukiman, Surabaya.

18