19
Rakhman Priyatmoko: Tingkat Kesadaran Pramuwisata Terhadap Branding Wonderful Indonesia dan Pesona Indonesia: Strategi Pemasaran Destinasi Pariwisata halaman: 83-102 TINGKAT KESADARAN PRAMUWISATA TERHADAP BRANDING WONDERFUL INDONESIA DAN PESONA INDONESIA: STRATEGI PEMASARAN DESTINASI PARIWISATA Level Awareness of Tourist Guide Toward Wonderful Indonesia and Pesona Indonesia Branding: Tourism Destination Marketing Strategy Rakhman Priyatmoko Peneliti Pada Asdep Litbang Kebijakan Kepariwisataan Gd. Sapta Pesona, Jl. Medan Merdeka Barat No. 17 Jakarta 10110 Email: [email protected] INFORMASI ARTIKEL Riwayat Artikel Diajukan : 10 Februari 2016 Direvisi : 22 Februari 2016 Diterima : 7 Maret 2016 Keywords : guide, brand aware- ness, wonderful Indonesia, pesona Indonesia Kata kunci : pramuwisata, brand awareness , wonderful Indonesia dan Pesona Indonesia ABSTRACT Branding is one important element in tourism marketing strategy, since it represents the quality of tourism products that will be sold to tourist. Guides as one of the fronliner in the tourism business is expected to have high level of brand awareness on Indonesia tourism branding Wonderful Indonesia and Pesona Indonesia. Guides who daily interact with tourist expected to impress the quality of Indonesia tourism through branding. This article takes theme brand awareness of tourism branding Wonderful Indonesia and Pesona Indonesia. Yogyakarta Special Province (DIY Province) selected as a locus for several reasons. One is this province becomes the entrance to one of Indonesia cultural attractions: Borobudur, that has been listed (registered) as a world cultural heritage by UNESCO, which is expected to contribute positively to the number of foreign tourists visiting Indonesia. The research method uses a quantitative approach to data collection instruments using quetionnaires. The result showed that the level of brand awareness of DIY

TINGKAT KESADARAN PRAMUWISATA TERHADAP BRANDING WONDERFUL INDONESIA … AWARENESS _ Moko(1).pdf · terinsipirasi dari burung garuda ... inovasi, keterbukaan, dan semangat pembaruan

Embed Size (px)

Citation preview

Rakhman Priyatmoko: Tingkat Kesadaran Pramuwisata Terhadap Branding Wonderful Indonesia dan Pesona Indonesia: Strategi Pemasaran Destinasi Pariwisata halaman: 83-102

TINGKAT KESADARAN PRAMUWISATA TERHADAP BRANDING WONDERFUL INDONESIA DAN PESONA INDONESIA: STRATEGI

PEMASARAN DESTINASI PARIWISATA

Level Awareness of Tourist Guide Toward Wonderful Indonesia and Pesona Indonesia Branding: Tourism Destination Marketing

Strategy

Rakhman Priyatmoko

Peneliti Pada Asdep Litbang Kebijakan Kepariwisataan Gd. Sapta Pesona, Jl. Medan Merdeka Barat No. 17 Jakarta 10110

Email: [email protected]

INFORMASI ARTIKEL

Riwayat Artikel Diajukan : 10 Februari 2016 Direvisi : 22 Februari 2016

Diterima : 7 Maret 2016

Keywords: guide, brand aware-

ness, wonderful Indonesia, pesona Indonesia

Kata kunci: pramuwisata, brand awareness, wonderful Indonesia dan Pesona Indonesia

ABSTRACT

Branding is one important element in tourism marketing strategy, since it represents the quality of tourism products that will be sold to tourist. Guides as one of the fronliner in the tourism business is expected to have high level of brand awareness on Indonesia tourism branding Wonderful Indonesia and Pesona Indonesia. Guides who daily interact with tourist expected to impress the quality of Indonesia tourism through branding. This article takes theme brand awareness of tourism branding Wonderful Indonesia and Pesona Indonesia. Yogyakarta Special Province (DIY Province) selected as a locus for several reasons. One is this province becomes the entrance to one of Indonesia cultural attractions: Borobudur, that has been listed (registered) as a world cultural heritage by UNESCO, which is expected to contribute positively to the number of foreign tourists visiting Indonesia. The research method uses a quantitative approach to data collection instruments using quetionnaires. The result showed that the level of brand awareness of DIY

Jurnal Destinasi Kepariwisataan Indonesia Vol. 1 No. 1 Juni 2016

Province guides is located in the area of brand recall, meaning that the guide are able to recognize tourism branding Wonderful Indonesia and Pesona Indonesia without a specific stimulus. To increase the level of brand awareness needed more strategic effeorts including dissemination of branding through special events such as seminars and training on branding to the guides. ABSTRAK

Branding merupakan salah satu unsur penting dalam strategi pemasaran pariwisata, karena merepresentasikan

kualitas dari produk-produk wisata yang akan dijual kepada wisatawan. Pramuwisata sebagai salah satu elemen

yang berada di garda depan dalam bisnis pariwisata diharapkan mempunyai tingkat kesadaran merek (brand awareness) yang

tinggi terhadap kedua branding Wonderful Indonesia dan Pesona Indonesia. Pramuwisata yang sehari -hari berinteraksi dengan wisatawan diharapkan mampu

menanamkan kesan kualitas pariwisata Indonesia. Tujuan penelitian untuk mengetahui tingkat brand awareness

pramuwisata terhadap branding Wonderful Indonesia dan Pesona Indonesia, sebagai strategi pemasaran destinasi pariwisata.

Metode penelitian menggunakan pendekatan kuantitati f dengan intrumen pengumpulan data menggunakan

kuesioner. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat kesadaran merek (brand awareness) pramuwisata belum

sepenuhnya dapat dijadikan sebagai promosi pariwisata. Untuk meningkatkan tingkat brand awareness pramuwisata

diperlukan upaya strategis dengan melaksanakan sosialisasi branding atau bimbingan teknis terhadap para

pramuwisata. Penetapan tenaga pramuwisata harus memenuhi standar kompetensi (pengetahuan, keahlian dan

sikap) sebagai pramuwisata yang

Rakhman Priyatmoko: Tingkat Kesadaran Pramuwisata Terhadap Branding Wonderful Indonesia dan Pesona Indonesia: Strategi Pemasaran Destinasi Pariwisata halaman: 83-102

memahami tentang branding Wonderful Indonesia dan Pesona Indonesia.

Sekaligus kompetensi pramuwisata ini merupakan strategi pemasaran destinasi pariwisata.

PENDAHULUAN

Indonesia sedang bersaing ketat dengan negara lain

dalam mempromosikan des-tinasi pariwisatanya, karena itu

Indonesia juga harus mempunyai branding pari-wisata yang merepresen-

tasikan keunggulan produk-produk pariwisata kepada

calon wisatawan baik mancanegara (wisman) mau-pun nusantara (wisnus).

Pemilihan sebuah brand dalam promsi pariwisata Indonesia

bukanlah hal mudah. Karena brand yang digunakan haruus merepresentasikan keindahan

destinasi wisata yang dimiliki Indonesia secara keseluruhan.

Branding Wonderful Indonesia kemudian dukukuhkan sebagai branding pariwisata Indonesia

terutama untuk promosi ke mancanegara pada tahun 2014

bersanding dengan Pesona Indonesia untuk branding pariwisata nusantara.

Sektor pariwisata Indonesia menargetkan kun-

jungan 20 juta kunjungan wisman dan 275 juta perjalanan wisnus pada tahun

2019 (Kemenpar, 2015). Pencapaian target tersebut

tentunya memerlukan strategi pemasaran pariwisata yang

tepat sehingga efektif menarik lebih banyak wisman untuk berkunjung. Selain strategi

pemasaran yang tepat, ke-bijakan lain seperti penguatan

infrastruktur pariwisata, mem-perbanyak produk wisata (diversifikasi), dan menjaga

stabilitas keamanan juga perlu terus ditingkatkan.

Wonderful Indonesia dan Pesona Indonesia sebagai branding pariwisata diharapkan

akan didukung oleh semua pemangku kepentingan bidang

pariwisata di Indonesia ter-masuk pelaku usaha (bisnis), dan pemerintah daerah. Dalam

strategi pengembangan pe-masaran pariwisata Indonesia,

para pemangku kepentingan yang terdiri dari lima aktor utama yaitu pemerintah, pelaku

Industri, akademisi, ma-syarakat, dan media (penta-

helix), diharapkan dapat berperan aktif dalam mem-promosikan pariwisata

Indonesia. Semua aktivitas kepariwisataan baik offline

maupun online seyogyanya dapat menyertakan logo brand Wonderful Indonesia atau

Pesona Indonesia di dalamnya.

Jurnal Destinasi Kepariwisataan Indonesia Vol. 1 No. 1 Juni 2016

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui

tingkat brand awareness pramuwisata di Provinsi DIY

terhadap branding Wonderful Indonesia dan Pesona Indonesia. Branding merupa-

kan alat untuk menanamkan kesan kualitas (quality image)

dari produk-produk pariwisata kepada wisatawan, oleh karena itu pramuwisata di-

harapkan dapat berperan aktif dalam mempromosikan brand-

ing pariwisata Indonesia kepada para wisatawan tersebut. Untuk dapat me-

nyampaikan pesan dari sebuah branding dengan baik, maka

tingkat brand awareness yang tinggi dari para pramuwisata sangat diperlukan. Hal ini juga

sebagai bagian dari upaya untuk memperkuat strategi pe-

masaran pariwisata Indonesia. Kesan pertama (first

impression) wisatawan ter-

hadap pariwisata Indonesia dapat diperoleh dari pramu-

wisata yang mendampinginya. Karena itu, pramuwisata harus mempunyai pengetahuan yang

baik tentang branding. Gam-baran awal mengenai branding

merupakan informasi yang perlu diketahui oleh wisatawan untuk menambah pengetahuan

ten-tang destinasi pariwisata negara yang dikunjungi. Mitra

tour and travel yang

berinteraksi langsung dengan wisatawan, pramuwisata ideal-

nya mempunyai tingkat brand awareness yang tinggi

terhadap branding pariwisata Indonesia. Jika penyedia jasa tidak memahami identitas dari

produk-produk tersebut maka pemasaran pariwisata

Indonesia akan cenderung bergerak dengan lambat dan dikhawatirkan dapat dikalahkan

oleh negara pesaing. Harapan akan tingkatan

brand awareness yang tinggi dari para pramuwisata sangat mungkin tidak sesuai dengan

kenyataan yang ada, meng-ingat porsi budget untuk

strategi penguatan branding di masa lalu porsinya tidak sebesar seperti pada masa

sekarang. Oleh karena itu, diperlukan sebuah penelitian

pendahuluan yang dapat memberikan gambaran me-ngenai tingkat brand

awareness pramuwisata Indonesia terhadap branding

Wonderful Indonesia dan Pesona Indonesia. Dari uraian di atas, perumusan masalah

dalam penelitian ini adalah bagaimana tingkat brand

awareness pramuwisata ter-hadap branding Wonderful Indonesia dan Pesona

Indonesia sebagai strategi pemasaran destinasi pari-

wisata?

Rakhman Priyatmoko: Tingkat Kesadaran Pramuwisata Terhadap Branding Wonderful Indonesia dan Pesona Indonesia: Strategi Pemasaran Destinasi Pariwisata halaman: 83-102

Pemilihan Provinsi DIY memang belum dapat mewakili

kondisi umum pramuwisata Indonesia secara keseluruhan,

tetapi diharapkan dapat memberikan tambahan refrensi dalam melaksanakan kajian

yang berkaitan dengan brand awareness khususnya tehadap

pramuwisata di Indonesia. Selain itu juga untuk menyosialisasikan branding

tersebut kepada pemangku kepentingan bidang pariwisata

di daerah, serta menanamkan kesadaran kepada para pramuwisata pentingnya peng-

gunaan brand dalam kegiatan kepariwisataan, sekaligus

memberikan gambaran kepada pihak terkait mengenai efektivitas penggunaan brand

Wonderful Indonesia dan Pesona Indonesia di daerah.

Provinsi DIY dipilih menjadi lokasi penelitian, karena provinsi ini yang mempunyai

atraksi wisata yang cukup lengkap dan beragam baik

berbasis alam (nature), maupun berbasis budaya (culture). Provinsi ini juga

merupakan salah satu pintu masuk menuju Candi

Borobudur sebagai salah satu kekayaan sejarah Indonesia dan terdaftar sebagai World

Cultural Heritage di UNESCO. Kedua hal tersebut menjadi

pertimbangan utama kenapa Provinsi DIY menjadi lokus penelitian, selain karena

database mengenai pramu-wisata cukup tersedia dan

terwadahi dengan baik melalui asosiasi profesi Himpunan

Pramuwisata Indonesia (HPI) Provinsi DIY. Secara statistik, Provinsi DIY bukan merupakan

penyumbang kunjungan wis-man terbesar di Indonesia,

bahkan secara peringkat tidak masuk dalam tiga besar kawasan great pariwisata yaitu

Provinsi Bali, DKI Jakarta dan Kepri (Batam), meski demikian,

data statistik kunjungan wisman ke provinsi ini terutama yang tercatat pada Pintu

Masuk Bandara Adi Sucipto menunjukkan trend positif

terutama dalam lima tahun terakhir (2010-2014). Lebih jelasnya dapat dilihat pada

gambar berikut: Gambar 1.

Kunjungan Wisman Melalui Bandara Adi Sucipto 2010-2014

Sumber: BPS, 2015 (diolah kembali

oleh Kemenpar)

Dari grafik diatas terlihat

bahwa angka kunjungan wisman ke Provinsi DIY dari tahun 2010 s.d 2014

Jurnal Destinasi Kepariwisataan Indonesia Vol. 1 No. 1 Juni 2016

pertumbuhannya cenderung positif. Pertumbuhan tertinggi

terjadi pada tahun 2013 yaitu sebesar 45,98% atau naik

sebesar 27.094 kunjungan dibanding tahun 2012 yang sebesar 58.926 kunjungan.

Untuk tahun 2014 per-tumbuhannya tetap positif

meski hanya mengalami peningkatan sebesar 3.136 kunjungan atau hanya 3,65%.

Brand awareness atau kesadaran merek merupakan

bagian dari brand equity atau ekuitas merek. Ekuitas merek diartikan sebagai: a set of

asstets (and libilities) linked to a brand’s name and symbol

that adds to (or substract from) the value provided by a product or service to a firm or that

fims’s customer (Rangkuti 2009:39). Dari definisi tersebut

dapat diketahui bahwa ekuitas merek berkaitan erat dengan liabilitas yang dimiliki sebuah

merek dan terdiri dari sejumlah aset. Aset-aset dari ekuitas

merek yaitu, brand awareness yang merupakan tingkatan kesadaran pelanggan terhadap

merek, perceived quality (kesan kualitas) yaitu persepsi

pelanggan terhadap ke-seluruhan kualitas produk, brand association (asosiasi

merek) yaitu segala hal yang berkaitan dengan ingatan

mengenai merek, dan brand loyalty (loyalitas merek) yaitu ukuran dari kesetiaan

konsumen terhadap suatu merek (Rangkuti 2009:39-60)

Brand awareness di-artikan sebagai kesanggupan

seorang calon pembeli untuk mengenali, mengingat kembali suatu merek sebagai bagian

dari suatu kategori produk tertentu (Durianto dkk

2007:54). Brand awareness terbagi menjadi beberapa tingkatan. Tingkatan paling

rendah dari brand awareness adalah unaware of brand (tidak

menyadari merek), level kedua adalah brand recognition (pengenalan merek), atau

disebut juga sebagai tingkatan pengingatan kembali dengan

bantuan (aided recall). Tingkatan berikutnya adalah tingkatan brand recall

(pengingatan kembali merek), atau tingkatan pengingatan

kembali merek tanpa bantuan (unaided recall). Tingkatan yang terakhir dalah top of mind

(kesadaran puncak pikiran) dari konsumen terhadap merek

tertentu (Durianto dkk, 2007:55-56). Lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar

berikut:

Rakhman Priyatmoko: Tingkat Kesadaran Pramuwisata Terhadap Branding Wonderful Indonesia dan Pesona Indonesia: Strategi Pemasaran Destinasi Pariwisata halaman: 83-102

Gambar 2. Piramida Brand

Awareness

Sumber: Durianto dkk, (2009)

Wonderful Indonesia

dan pesona Indonesia dikukuhkan sebagai branding pariwisata Indonesia melalui

Keputusan Menteri Pariwisata Republik Indonesia Nomor

KM.03/UM.001/MP/2014 tentang Logo Wonderful Indonesia dan/atau Logo

Pesona Indonesia. Logo Wonderful Indonesia atau logo

Pesona Indonesia terdiri dari komponen logo burung yang disebut logogram, dan tulisan

“Wonderful” dan “Indonesia” atau “Pesona” dan “Indonesia”

yang disebut logotype. (Kemenpar, 2014) Dalam penerapannya di berbagai

media, kedua komponen logo ini tidak boleh dipisah. Aspek

fisik dibentuk dari unsur logo berupa gambar yang terinsipirasi dari burung garuda

dan tulisan atau wording “Wonderful Indonesia” dan

“Pesona Indonesia”. Aspek filosofis dibentuk dari makna

dibalik logo dan tulisan yang digunakan.

Wonderful Indonesia atau Pesona Indonesia adalah

janji pariwisata Indonesia kepada dunia. Kata “Wonderful” atau “Pesona”

mengandung janji bahwa Indonesia kaya dengan

ketakjuban, dari segala aspek manusia maupun alamnya, yang mengusik kalbu dan

menjanjikan pengalaman baru yang menyenangkan. Konsep

logo terinspirasi dari burung yang suka berkelompok melambangkan hidup damai

antar sesama di alam sentosa. Burung juga satwa dengan

populasi terbesar di Indonesia dan menjadi lambang bangsa. Rentangan sayap berarti

keterbukaan, hasrat untuk terbang jauh, melintas batas.

Sifatnya semesta, dikenali oleh semua. Tulisan “Indonesia” berwarna hitam yang lebih

besar daripada “Wonderful” atau “Pesona” mengedepan-

kan dan memperkuat Indonesia diantara persaingan pariwisata internasional.

Filosofi bentuk logo luwes, serba lengkung, tanpa sudut

persegi ataupun garis lurus, memaknakan besarnya arti keseimbangan dan ke-

selarasan manusia dengan alam dan antar sesama di bumi

(Kemenpar, 2014). Bentuk desain pada logo

masih menggunakan lima

Jurnal Destinasi Kepariwisataan Indonesia Vol. 1 No. 1 Juni 2016

komponen warna yang masing-masing memiliki makna

berbeda. Warna biru me-lambangkan kesemestaan.

Hijau melambangkan kreati-vitas, ramah pada alam, dan keselarasan. Jingga berarti

inovasi, keterbukaan, dan semangat pembaruan. Ungu

menjadi daya imajinasi keimanan, serta kesatuan lahir dan batin. Magenta merupakan

berarti keseimbangan akal sehat dan sifat praktis

(Kemenpar, 2014). Logo branding Wonderful Indonesia dan Pesona Indonesia dapat

dilihat pada gambar 3.

Gambar 3.

Logo Wonderful Indonesia dan Peson Indonesia

Beberapa penelitian

tentang brand awareness yang pernah dilakukan diantaranya

adalah “Tinjauan Kesadaran Merek Pariwisata Indonesia Wonderful Indonesia”.

Penelitian yang dilaksanakan pada tahun 2014 oleh peneliti

Asdep Litbangjakpar tersebut bertujuan untuk mengetahui sejauh mana brand pariwisata

Wonderful Indonesia dikenali

oleh para wisatawan manca-negara (wisman) yang ber-

kunjung ke Indonesia. Peneliti-an ini memberikan gambaran

(deskripsi) brand awareness atau kesadaran merek wisman yang berkunjung ke Indonesia.

Penelitian tersebut mengambil sampel wisman yang ber-

kunjung melalui pintu masuk Bandara Soekarno Hatta, Jakarta sebagai responden

atau subyek penelitian. Hasil penelitian menunjukkan 44%

responden belum mengenal brand pariwisata Indonesia, sedang-kan 56% menyatakan

sudah mengenal brand pariwisata Indonesia (Maulana,

2014). Meskipun sama-sama meng-angkat tema mengenai brand awareness, perbedaan

men-dasar dengan penelitian ini terletak pada subyek

penelitian dimana wisman menjadi subyek penelitian, dan bukan pramu-wisata.

Penelitian selanjutnya berjudul: “Analisis Pengaruh

Brand Image dan Brand Awareness Terhadap Brand Loyalty dan Dampaknya

Terhadap Brand Equity”. Penelitian ini dilakukan oleh

dilakukan oleh mahasiswa Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro,

Semarang pada tahun 2014. Tujuan penelitian untuk

mengetahui sejauh mana merek (brand) Simpati dapat mempengaruhi segala keter-

Rakhman Priyatmoko: Tingkat Kesadaran Pramuwisata Terhadap Branding Wonderful Indonesia dan Pesona Indonesia: Strategi Pemasaran Destinasi Pariwisata halaman: 83-102

tarikan konsumen terhadap merek Simpati. Metode

penelitian kuantitatif dengan instrument pengumpulan data

menggunakan kuesioner. Res-ponden untuk penelitian ini adalah pengguna kartu

prabayar Simpati yang masih aktif menggunakan produk

tersebut di kota Semarang dengan jumlah responden sebanyak 148 orang. Metode

kuantitatif meliputi validitas dan reliabilitas, uji asumsi klasik,

pengujian hipotesis melalui uji F, uji t dan koefisien determinasi (R2). Teknik

analisis data yang digunakan adalah analisis regresi linier.

Dan pada penelitian ini menggunakan uji sobel untuk mendeteksi variabel

interveningnya yaitu brand loyalty. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa Brand Image dan Brand Awareness berpengaruh positif dan

signifikan terhadap Brand Loyalty, selanjutnya Brand

Loyalty diterima sebagai media intervening dalam memediasi brand image dan brand

awareness terhadap brand equity (Andrologi, 2014).

Perbedaan mendasar dari penelitian ini adalah subyek penelitian yaitu konsumen dari

provider layanan komunikasi dan bukan pramuwisata.

Tujuan utama dari penelitian bukan mengukur tingkat brand awareness tetapi mengukur

sejauh mana pengaruh variable brand image dan

brand awareness terhadap brand loyalty.

METODE

Subyek penelitian ini

adalah pramuwisata yang bekerja di Provinsi DIY dan variable yang diukur adalah

tingkat brand awareness atau tingkat kesadaran merek

terhadap dua branding pariwisata yaitu Wonderful Indonesia dan Pesona

Indonesia. Penelitian ini menggunakan sampel dalam

penentuan responden. Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto

2013: 174). Penentuan sampel (sampling) yang digunakan

dalam penelitian ini adalah accidental sampling (sampling insidental). Accidental

sampling adalah teknik penentuan sampel

berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan/insidental bertemu

dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel,

bila dipandang orang yang kebetulan ditemui itu cocok sebagai sumber data

(Sugiyono, 2015:67). Per-timbangan menggunakan

teknik ini adalah minimnya waktu pengumpulan data di lapangan.

Jurnal Destinasi Kepariwisataan Indonesia Vol. 1 No. 1 Juni 2016

Penentuan ukuran sampel dengan rumus Slovin

yaitu: n = N

1+N (e)2 n = Sampel N = Populasi

e = Marjin eror (error tolerance) yang diperkenankan dengan

besaran 5-10% (www.spssstatistik.com, 2016)

Jumlah populasi

pramuwisata yang tergabung dalam HPI Provinsi DIY adalah

400 orang. Marjin eror yang digunakan adalah 10%. Dengan rumus tersebut maka

didapat jumlah sampel sebagai berikut:

n = 400 = 80 1+400 (10%)2

Sampel untuk penelitian ini

ditentukan sebanyak 80 orang responden.

Instrumen pengumpulan

data dalam penelitian ini menggunakan kuesioner atau

daftar pertanyaan yang harus diisi oleh responden. Per-tanyaan-pertanyaan dalam

kuesioner dibangun dari empat tingkatan brand awareness

yaitu brand unaware, brand recall, brand recognition, dan top of mind. Terdapat sepuluh

pertanyaan dalam kuesioner dengan pilihan lima jawaban

sesuai tingkatan skala Likert sebagai berikut:

Tabel 1. Daftar Pertanyaan Dalam Kuesioner

Level Brand Awareness

No Pertanyaan

Unaware of Brand

1 Anda mengetahui bahwa Indonesia mempunyai branding Pariwisata.

2 Anda mengetahui ada dua jenis branding pariwisata

Indonesia.

3 Anda mengetahui branding promosi pariwisata mancanegara.

4 Anda mengetahui branding promosi pariwisata nusantara.

Brand Recognition

5 Anda mengetahui logo/gambar dari branding pariwisata Indonesia.

6 Anda mengetahui tag line atau kalimat branding pariwisata

Indonesia.

Brand Recall

7 Anda mengenali branding pariwisata Indonesia ketika melihat logo atau membaca tag linebranding tersebut.

8 Menurut anda logo (gambar) branding pariwisata Indonesia mudah diingat.

9 Menurut anda tag line atau kalimat dari branding pariwisata

Indonesia mudah diingat.

Top of Mind 10 Ketika mendengar kata branding pariwisata, pertama yang

anda ingat adalah branding pariwisata Indonesia.

Jurnal Destinasi Kepariwisataan Indonesia Vol. 1 No. 1 Juni 2016

Penghitungan skor jawaban sebagai berikut:

Skor maksimal setiap pertanyaan

= 5

Skor minimal setiap pertanyaan

= 1

Jumlah Pertanyaan = 10

Jumlah Responden = 80

Skor terendah = 800

Skor tertinggi = 4.00

0

Rentang tingkatan = 3.20

0

Banyak tingkatan = 4 Rentang antar tingkatan

= 800

Berdasarkan penghitungan

tersebut diperoleh skala interval sebagai berikut:

Tabel 2. Skala Interval Brand

Awareness

No Level Brand

Awareness

Rentang Skor

1 Brand Unaware

800-1.600

2 Brand

Recognition

1.601-

2.400

3 Brand Recall 2.401-3.200

4 Top of Mind 3.201-

4000 HASIL DAN PEMBAHASAN

Profil Responden

Responden dalam pe-nelitian ini sebanyak 80 orang

yang terdiri dari 80% atau 60 orang laki-laki dan 20% atau

20 orang perempuan. Profil ini menjelaskan klasifikasi res-ponden menurut Pendidikan

dan Usia, serta diagram tentang persepsi responden

terhadap branding Wonderful Indonesia dan Pesona Indonesia sebagaimana ter-

lampir. Diagram pendidikan

dan usia responden sebagai berikut.

Gambar 5. Jenis kelamin

Responden

Sumber: Hasil Pengolahan Data Penelitian, (2015)

Gambar 6. Usia Responden Sumber: Hasil Pengolahan Data

Penelitian, (2015)

Jurnal Destinasi Kepariwisataan Indonesia Vol. 1 No. 1 Juni 2016

Gambar 7. Pendidikan Terakhir

Sumber: Hasil Pengolahan Data Penelitian, (2015)

Pengetahuan Pramuwisata Terhadap Brand Awareness

Pengetahuan pramu-wisata terhadap branding

pariwisata menunjukan bahwa pramuwisata itu sudah mengetahui adanya brand

awareness yaitu 68,75% menyatakan mengetahui dan

sangat mengetahui. Selebih-nya adalah tidak mengetahui. Namun demikian, pengetahuan

mereka tentang adanya dua branding pariwisata Indonesia

menjadi terbalik dimana lebih dari setengahnya atau 57,50% tidak mengetahui. Mengenai

promosi branding pariwisata mancanegara dan branding

pariwisata nusantara, jawaban pramuwisata antara yang mengetahui dan tidak me-

ngetahui seimbang, sedang-kan pengetahuan tentang

logogram dan logotype branding pariwisata jawaban pramuwisata sedikit lebih

banyak yang menjawab mengetahui yaitu sekitar 60%.

Adapun kemudahan untuk mengingat logo branding

pariwisata, pramuwisata yang menjawab susah diingat lebih

banyak daripada yang menjawab mudah diingat. Untuk kemudahan mengingat

tag line branding pariwisata, pramuwisata yang menyatakan

mudah mengingat lebih banyak daripada yang menyatakan susah mengingat.

Kondisi tersebut me-nunjukkan bahwa masyarakat

Indonesia (pramuwisata) lebih mudah mengingat kalimat daripada gambar. Artinya, logo

branding pariwisata perlu disosialisasikan lebih intensif

kepada seluruh stakeholder pariwisata. Prosentase data diatas sebagaimana terdapat di

lampiran. Hasil penghitungan total

skor jawaban dari 80 responden terhadap 10 pertanyaan menghasilkan skor

sebesar 2.663. Nilai 800-1.600 pada area unaware of brand,

nilai 1.601-2.400 pada area brand recognition, nilai 2.401-3.200 pada area brand recall

dan nilai 3.201-4.000 pada area top of mind. Berarti,

tingkat brand awareness pramuwisata Provinsi DIY berada pada level brand recall

atau mampu mengenali branding tanpa stimulus

(bantuan) tertentu. Lebih jelas dapat dilihat pada gambar berikut:

Rakhman Priyatmoko: Tingkat Kesadaran Pramuwisata Terhadap Branding Wonderful Indonesia dan Pesona Indonesia: Strategi Pemasaran Destinasi Pariwisata halaman: 83-102

Gambar 8. Piramida Brand Awareness

Pramuwisata Provinsi DIY Sumber: Hasil Pengolahan Data

penelitian, (2015)

Pramuwisata sebagai Strategi Pemasaran Destinasi Pariwisata

Pramuwisata merupakan salah satu profesi

penting dalam bisnis pari-wisata. Pramuwisata termasuk dalam salah satu jenis usaha

pariwisata yang tercantum dalam Pasal 14 Undang-

Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan ber-sama dengan jenis usaha

pariwisata lainnya seperti, usaha daya tarik wisata,

kawasan pariwisata, jasa transportasi wisata, jasa perjalanan wisata, jasa

makanan dan minuman, penyediaan akomodasi, pe-

nyelenggaraan kegiatan hiburan dan rekreasi, pe-nyelenggaraan pertemuan,

perjalanan insentif, konferensi, dan pameran, jasa informasi

pariwisata, jasa konsultan pariwisata, wisata tirta, dan spa (Kemenpar, 2009). Menurut

International Travel Dictionary (Suyitno, 2005:1), pengertian

tour guide adalah…a person employed, either directly by the

traveler, an official or privat tourist organization or travel agent to inform directly and

advice the tourists before and during his journey. Damarjati

(dalam Suyitno, 2005:2), menyatakan bahwa pramu-wisata adalah seseorang yang

telah memiliki sertifikat tanda lulus ujian profesi dari instansi

atau lembaga resmi pariwisata. Pengertian pertama

mengacu kepada rincian tugas-

tugas yang dilaksanakan oleh pramuwisata, sedangkan

pengertian kedua mengacu pada kualifikasi yang harus dimiliki oleh seorang pramu-

wisata. Secara teknis, menurut Suyitno (2005:2), tugas-tugas

pokok dari seorang pramuwisata diantaranya me-ngarahkan sebuah tur, mem-

bawa wisatawan mendapatkan pengalaman-pengalaman

selama tur, dan memberikan informasi tentang segala sesuatu yang dibutuhkan

wisatawan. Secara umum Rachman (2013:24-25)

membagi tugas-tugas pramu-wisata yang mencakup tugas dalam kantor, pelayanan

regular tur, tugas picking up dan dropping-off services, dan

tugas antar jemput wisatawan. Dalam industri pariwisata, pramuwisata dibagi beberapa

Jurnal Destinasi Kepariwisataan Indonesia Vol. 1 No. 1 Juni 2016

macam yaitu pramuwisata umum (general guide) dan

pramuwisata khusus (special guide). Pramuwisata umum

biasanya bekerja pada biro perjalanan (travel agent) dan dia bisa berstatus karyawan

(payroll guide) atau honorer (freelance guide). Sedangkan

pramuwisata khusus biasanya beroperasi pada daya tarik wisata tertentu seperti

museum, candi, dan daya tarik wisata lainnya (Rachman dkk,

2013: 19). Level brand recall cukup

baik mengingat pada tahun

2014, logo branding Wonderful Indonesia telah mengalami

sedikit perubahan (reposisi) pada logotype dan logo-gramnya. Pesona Indonesia

bahkan merupakan branding baru untuk memromosikan

pariwisata nusantara yang juga baru dirilis pada tahun 2014. Meski hasil survei

menunjukkan hal yang positif, yaitu masih di atas brand

unaware (tidak mengenali brand) dan brand recognition (dapat mengenali brand

dengan bantuan tertentu), sangat disayangkan level

brand awareness pramuwisata Provinsi DIY tidak berada pada area top of mind atau yang

paling populer dalam ingatan. Idealnya, setiap pramuwisata

yang bekerja di Provinsi DIY menempatkan Wonderful Indonesia dan Pesona

Indonesia dalam level top of mind. Ketika branding tersebut

berada pada level top of mind, pramuwisata dapat men-

jalankan fungsi marketing dengan mempromosikan branding tersebut kepada

wisatawan dalam keseharian maupun dalam kegiatan-

kegiatan yang berkaitan dengan pekerjaan pro-fesionalnya.

Tingkatan brand aware-ness pramuwisata Provinsi DIY

berada pada skor 2.663 level ketiga piramida brand awareness yaitu brand recall,

yang berarti mampu mengenali branding tanpa bantuan

stimulus tertentu. Sebagai salah satu profesi yang bersentuhan langsung dengan

wisatawan, idealnya tingkat brand awareness pramuwisata

Provinsi DIY berada pada tingkat tertinggi brand awareness yaitu top of mind.

Diperlukan usaha-usaha strategis untuk memaksimal-

kan tingkat brand awareness para pramuwisata baik yang berkerja di wilayah Provinsi

DIY maupun di daerah lain di Indonesia. Hal penting yang

harus dilakukan adalah melakukan sosialisasi me-ngenai branding terhadap para

pramuwisata, sehingga pe-mahaman terhadap pen-

tingnya branding menjadi lebih baik. Promosi yang dilakukan untuk menarik wisatawan

Rakhman Priyatmoko: Tingkat Kesadaran Pramuwisata Terhadap Branding Wonderful Indonesia dan Pesona Indonesia: Strategi Pemasaran Destinasi Pariwisata halaman: 83-102

supaya berkunjung ke Indonesia harus diimbangi

dengan sosialisasi branding terhadap para pemangku

kepentingan bidang pariwisata termasuk di dalamnya pramuwisata Indonesia. Upaya

sosialisasi membutuhkan ko-ordinasi yang baik di level

pusat dan daerah, karena sebagai pemegang kewenang-an di daerah, pemerintah

kabupaten/kota di daerah-daerah seluruh Indonesia juga

ingin mengangkat branding lokal yang merepresentasikan keunggulan produk pariwisata

daerahnya.

SIMPULAN

Persepsi pramuwisata terhadap branding Wonderful

Indonesia dan Pesona Indonesia, belum sepenuhnya

dipahami secara baik. Terdapat 31,25% pramuwisata belum mengetahui bahwa

Indonesia memiliki branding pariwisata. 48,75% pramu-

wisata menyatakan belum mengetahui branding promosi pariwisata mancanegara, dan

42,50% pramuwisata tidak mengetahui adanya branding

pariwisata nusantara. Hal ini berarti pramuwisata belum mampu mengenali branding

Wonderful Indonesia dan Pesona Indonesia secara

maksimal, sehingga mereka tidak dapat menjadi mediator untuk pemasaran destinasi

pariwisata. Kondisi ini perlu mendapat perhatian dari

pemerintah dalam proses penetapan tenaga pramu-

wisata. Pramuwisata harus memenuhi standar kompetensi (pengetahuan, keahlian dan

sikap) sebagai pramuwisata yang memahami tentang

branding Wonderful Indonesia dan Pesona Indonesia, melalui sosialisasi atau bimtek

kepramuwisataan. Peningkatan kompetensi pramuwisata ini

sekaligus merupakan modal yang kuat untuk mendukung strategi pemasaran destinasi

pariwisata Indonesia. Penelitian ini hanya

mengukur tingkatan brand awareness pramuwisata dan belum menggali lebih jauh

faktor-faktor yang secara langsung memengaruhi tingkat

brand awareness tersebut. Penelitian ini lebih bersifat praktis ketimbang akademis,

karena hasil yang dicapai antara lain, sebagai referensi

penyusunan kebijakan pengembangan kepariwisataan di Indonesia. Kedepannya

perlu dilakukan kajian-kajian lain seperti pengukuran tingkat

brand equity (ekuitas merek) Wonderful Indonesia dan Pesona Indonesia, atau

penelitian yang menguji hubungan brand awareness

atau brand equity dengan variabel lain seperti tingkat pendidikan, masa kerja, dan

Jurnal Destinasi Kepariwisataan Indonesia Vol. 1 No. 1 Juni 2016

tingkatan kualifikasi kom-petensi pramuwisata sehingga

dapat diketahui variable-variabel lain yang me-

mengaruhi tingkat brand awareness pramuwisata

Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA Buku

Andrologi, Febrian (2014). Analisis Pengaruh

Brand Image dan Brand Awareness Terhadap Brand Loyalty dan

Dampaknya Terhadap Brand Equity. Skripsi,

Fakultas Ekonomika dan Bisnis. Semarang: Universitas Diponegoro.

Arikunto, Suharsini (2013). Prosedur Penelitian,

Suatu Pendekatan Praktik. Rineka Cipta, Jakarta.

Durianto Darmadi, Sugiarto, Sitinjak Tony (2001).

Strategi Menaklukkan Pasar Melalui Riset Ekuitas dan Perilaku

Merek, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Maulana, Addin (2014). “Tinjauan Kesadara Merek Pariwisata

Indonesia Wonderful Indonesia”. Bulletin

Penelitian Destinasi Pariwisata Vol.1: 133-144.

Rachman Arief, Hutagalung Husen, Silano Patrick

(2013). Pemandu Wisata, Teori dan Praktik, City Sight

Seeing, Excursion dan Overland Tour, Media

Bangsa Penerbit, Jakarta.

Rangkuti, Freddy (2009). The

Power of Brand: Teknik Mengelola Brand Equity

dan Strategi Pengembangan Merek, Gramedia Pustaka

Utama, Jakarta. Sugiyono (2015). Statistika

untuk Penelitian, Penerbit Alfabeta, Bandung.

Suyitno (2005). Pemanduan Wisata (Tour Guiding),

Graha Ilmu, Yogyakarta. Perundang-Undangan

Republik Indonesia. (2009). Undang-Undang

Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan.

Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2009 Nomor 11. Sekretariat Negara, Jakarta Republik Indonesia. (2014).

Keputusan Menteri

Pariwisata Republik Indonesia Nomor KM.03/UM.001/MP/20

14 tentang Logo Wonderful Indonesia

dan/atau Logo Pesona Indonesia.

Republik Indonesia. (2015). Peraturan Menteri Pariwisata Tentang

Rencana Strategis Kementerian

Pariwisata Tahun 2015-2019. Jakarta

Word Economic Forum (2015).

The Travel & Tourism Competitiveness Report 2015

Artikel Media Massa

www.spssstatistik.com (2016).

Menentukan Jumlah Sampel Berdasarkan

Rumus Slovin. Dunduh pada tanggal 10 Oktober 2016 dari

http://www.spssstatistik.com/menentukan-jumlah-

sampel-berdasarkan-rumus-slovin/

Rakhman Priyatmoko: Tingkat Kesadaran Pramuwisata Terhadap Branding Wonderful Indonesia dan Pesona Indonesia: Strategi Pemasaran Destinasi Pariwisata halaman: 83-102

Lampiran

Gambar 9. Grafik Distribusi Frekuensi Pertanyaan No 1

Sumber: Hasil Pengolahan Data

Penelitian, (2015)

Gambar 10. Grafik Distribusi Frekuensi Pertanyaan No 2

Sumber: Hasil Pengolahan Data Penelitian, (2015)

Gambar 11. Grafik Distribusi Frekuensi Pertanyaan No3

Sumber: Hasil Pengolahan Data Penelitian, 2015

Gambar 12. Grafik Distribusi Frekuensi Pertanyaan No 4

Sumber: Hasil Pengolahan Data Penelitian, (2015)

Gambar 13. Grafik Distribusi Frekuensi Pertanyaan No 5

Sumber: Hasil Pengolahan Data Penelitian, (2015)

Gambar 14. Grafik Distribusi

Frekuensi Pertanyaan No 6 Sumber: Hasil Pengolahan Data

Penelitian, (2015)

Gambar 15. Grafik Distribusi Frekuensi Pertanyaan No 7

Sumber: Hasil Pengolahan Data

Penelitian, (2015)

Gambar 16. Grafik Distribusi

Frekuensi Pertanyaan No 8 Sumber: Hasil Pengolahan Data

Penelitian, (2015)

Gambar 17. Grafik Distribusi

Frekuensi Pertanyaan No. 9 Sumber: Hasil Pengolahan Data

Penelitian, (2015)

Gambar 18. Grafik Distribusi Frekuensi Pertanyaan No. 10

Sumber: Hasil Pengolahan Data Penelitian, (2015)