Upload
doanphuc
View
216
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Rakhman Priyatmoko: Tingkat Kesadaran Pramuwisata Terhadap Branding Wonderful Indonesia dan Pesona Indonesia: Strategi Pemasaran Destinasi Pariwisata halaman: 83-102
TINGKAT KESADARAN PRAMUWISATA TERHADAP BRANDING WONDERFUL INDONESIA DAN PESONA INDONESIA: STRATEGI
PEMASARAN DESTINASI PARIWISATA
Level Awareness of Tourist Guide Toward Wonderful Indonesia and Pesona Indonesia Branding: Tourism Destination Marketing
Strategy
Rakhman Priyatmoko
Peneliti Pada Asdep Litbang Kebijakan Kepariwisataan Gd. Sapta Pesona, Jl. Medan Merdeka Barat No. 17 Jakarta 10110
Email: [email protected]
INFORMASI ARTIKEL
Riwayat Artikel Diajukan : 10 Februari 2016 Direvisi : 22 Februari 2016
Diterima : 7 Maret 2016
Keywords: guide, brand aware-
ness, wonderful Indonesia, pesona Indonesia
Kata kunci: pramuwisata, brand awareness, wonderful Indonesia dan Pesona Indonesia
ABSTRACT
Branding is one important element in tourism marketing strategy, since it represents the quality of tourism products that will be sold to tourist. Guides as one of the fronliner in the tourism business is expected to have high level of brand awareness on Indonesia tourism branding Wonderful Indonesia and Pesona Indonesia. Guides who daily interact with tourist expected to impress the quality of Indonesia tourism through branding. This article takes theme brand awareness of tourism branding Wonderful Indonesia and Pesona Indonesia. Yogyakarta Special Province (DIY Province) selected as a locus for several reasons. One is this province becomes the entrance to one of Indonesia cultural attractions: Borobudur, that has been listed (registered) as a world cultural heritage by UNESCO, which is expected to contribute positively to the number of foreign tourists visiting Indonesia. The research method uses a quantitative approach to data collection instruments using quetionnaires. The result showed that the level of brand awareness of DIY
Jurnal Destinasi Kepariwisataan Indonesia Vol. 1 No. 1 Juni 2016
Province guides is located in the area of brand recall, meaning that the guide are able to recognize tourism branding Wonderful Indonesia and Pesona Indonesia without a specific stimulus. To increase the level of brand awareness needed more strategic effeorts including dissemination of branding through special events such as seminars and training on branding to the guides. ABSTRAK
Branding merupakan salah satu unsur penting dalam strategi pemasaran pariwisata, karena merepresentasikan
kualitas dari produk-produk wisata yang akan dijual kepada wisatawan. Pramuwisata sebagai salah satu elemen
yang berada di garda depan dalam bisnis pariwisata diharapkan mempunyai tingkat kesadaran merek (brand awareness) yang
tinggi terhadap kedua branding Wonderful Indonesia dan Pesona Indonesia. Pramuwisata yang sehari -hari berinteraksi dengan wisatawan diharapkan mampu
menanamkan kesan kualitas pariwisata Indonesia. Tujuan penelitian untuk mengetahui tingkat brand awareness
pramuwisata terhadap branding Wonderful Indonesia dan Pesona Indonesia, sebagai strategi pemasaran destinasi pariwisata.
Metode penelitian menggunakan pendekatan kuantitati f dengan intrumen pengumpulan data menggunakan
kuesioner. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat kesadaran merek (brand awareness) pramuwisata belum
sepenuhnya dapat dijadikan sebagai promosi pariwisata. Untuk meningkatkan tingkat brand awareness pramuwisata
diperlukan upaya strategis dengan melaksanakan sosialisasi branding atau bimbingan teknis terhadap para
pramuwisata. Penetapan tenaga pramuwisata harus memenuhi standar kompetensi (pengetahuan, keahlian dan
sikap) sebagai pramuwisata yang
Rakhman Priyatmoko: Tingkat Kesadaran Pramuwisata Terhadap Branding Wonderful Indonesia dan Pesona Indonesia: Strategi Pemasaran Destinasi Pariwisata halaman: 83-102
memahami tentang branding Wonderful Indonesia dan Pesona Indonesia.
Sekaligus kompetensi pramuwisata ini merupakan strategi pemasaran destinasi pariwisata.
PENDAHULUAN
Indonesia sedang bersaing ketat dengan negara lain
dalam mempromosikan des-tinasi pariwisatanya, karena itu
Indonesia juga harus mempunyai branding pari-wisata yang merepresen-
tasikan keunggulan produk-produk pariwisata kepada
calon wisatawan baik mancanegara (wisman) mau-pun nusantara (wisnus).
Pemilihan sebuah brand dalam promsi pariwisata Indonesia
bukanlah hal mudah. Karena brand yang digunakan haruus merepresentasikan keindahan
destinasi wisata yang dimiliki Indonesia secara keseluruhan.
Branding Wonderful Indonesia kemudian dukukuhkan sebagai branding pariwisata Indonesia
terutama untuk promosi ke mancanegara pada tahun 2014
bersanding dengan Pesona Indonesia untuk branding pariwisata nusantara.
Sektor pariwisata Indonesia menargetkan kun-
jungan 20 juta kunjungan wisman dan 275 juta perjalanan wisnus pada tahun
2019 (Kemenpar, 2015). Pencapaian target tersebut
tentunya memerlukan strategi pemasaran pariwisata yang
tepat sehingga efektif menarik lebih banyak wisman untuk berkunjung. Selain strategi
pemasaran yang tepat, ke-bijakan lain seperti penguatan
infrastruktur pariwisata, mem-perbanyak produk wisata (diversifikasi), dan menjaga
stabilitas keamanan juga perlu terus ditingkatkan.
Wonderful Indonesia dan Pesona Indonesia sebagai branding pariwisata diharapkan
akan didukung oleh semua pemangku kepentingan bidang
pariwisata di Indonesia ter-masuk pelaku usaha (bisnis), dan pemerintah daerah. Dalam
strategi pengembangan pe-masaran pariwisata Indonesia,
para pemangku kepentingan yang terdiri dari lima aktor utama yaitu pemerintah, pelaku
Industri, akademisi, ma-syarakat, dan media (penta-
helix), diharapkan dapat berperan aktif dalam mem-promosikan pariwisata
Indonesia. Semua aktivitas kepariwisataan baik offline
maupun online seyogyanya dapat menyertakan logo brand Wonderful Indonesia atau
Pesona Indonesia di dalamnya.
Jurnal Destinasi Kepariwisataan Indonesia Vol. 1 No. 1 Juni 2016
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
tingkat brand awareness pramuwisata di Provinsi DIY
terhadap branding Wonderful Indonesia dan Pesona Indonesia. Branding merupa-
kan alat untuk menanamkan kesan kualitas (quality image)
dari produk-produk pariwisata kepada wisatawan, oleh karena itu pramuwisata di-
harapkan dapat berperan aktif dalam mempromosikan brand-
ing pariwisata Indonesia kepada para wisatawan tersebut. Untuk dapat me-
nyampaikan pesan dari sebuah branding dengan baik, maka
tingkat brand awareness yang tinggi dari para pramuwisata sangat diperlukan. Hal ini juga
sebagai bagian dari upaya untuk memperkuat strategi pe-
masaran pariwisata Indonesia. Kesan pertama (first
impression) wisatawan ter-
hadap pariwisata Indonesia dapat diperoleh dari pramu-
wisata yang mendampinginya. Karena itu, pramuwisata harus mempunyai pengetahuan yang
baik tentang branding. Gam-baran awal mengenai branding
merupakan informasi yang perlu diketahui oleh wisatawan untuk menambah pengetahuan
ten-tang destinasi pariwisata negara yang dikunjungi. Mitra
tour and travel yang
berinteraksi langsung dengan wisatawan, pramuwisata ideal-
nya mempunyai tingkat brand awareness yang tinggi
terhadap branding pariwisata Indonesia. Jika penyedia jasa tidak memahami identitas dari
produk-produk tersebut maka pemasaran pariwisata
Indonesia akan cenderung bergerak dengan lambat dan dikhawatirkan dapat dikalahkan
oleh negara pesaing. Harapan akan tingkatan
brand awareness yang tinggi dari para pramuwisata sangat mungkin tidak sesuai dengan
kenyataan yang ada, meng-ingat porsi budget untuk
strategi penguatan branding di masa lalu porsinya tidak sebesar seperti pada masa
sekarang. Oleh karena itu, diperlukan sebuah penelitian
pendahuluan yang dapat memberikan gambaran me-ngenai tingkat brand
awareness pramuwisata Indonesia terhadap branding
Wonderful Indonesia dan Pesona Indonesia. Dari uraian di atas, perumusan masalah
dalam penelitian ini adalah bagaimana tingkat brand
awareness pramuwisata ter-hadap branding Wonderful Indonesia dan Pesona
Indonesia sebagai strategi pemasaran destinasi pari-
wisata?
Rakhman Priyatmoko: Tingkat Kesadaran Pramuwisata Terhadap Branding Wonderful Indonesia dan Pesona Indonesia: Strategi Pemasaran Destinasi Pariwisata halaman: 83-102
Pemilihan Provinsi DIY memang belum dapat mewakili
kondisi umum pramuwisata Indonesia secara keseluruhan,
tetapi diharapkan dapat memberikan tambahan refrensi dalam melaksanakan kajian
yang berkaitan dengan brand awareness khususnya tehadap
pramuwisata di Indonesia. Selain itu juga untuk menyosialisasikan branding
tersebut kepada pemangku kepentingan bidang pariwisata
di daerah, serta menanamkan kesadaran kepada para pramuwisata pentingnya peng-
gunaan brand dalam kegiatan kepariwisataan, sekaligus
memberikan gambaran kepada pihak terkait mengenai efektivitas penggunaan brand
Wonderful Indonesia dan Pesona Indonesia di daerah.
Provinsi DIY dipilih menjadi lokasi penelitian, karena provinsi ini yang mempunyai
atraksi wisata yang cukup lengkap dan beragam baik
berbasis alam (nature), maupun berbasis budaya (culture). Provinsi ini juga
merupakan salah satu pintu masuk menuju Candi
Borobudur sebagai salah satu kekayaan sejarah Indonesia dan terdaftar sebagai World
Cultural Heritage di UNESCO. Kedua hal tersebut menjadi
pertimbangan utama kenapa Provinsi DIY menjadi lokus penelitian, selain karena
database mengenai pramu-wisata cukup tersedia dan
terwadahi dengan baik melalui asosiasi profesi Himpunan
Pramuwisata Indonesia (HPI) Provinsi DIY. Secara statistik, Provinsi DIY bukan merupakan
penyumbang kunjungan wis-man terbesar di Indonesia,
bahkan secara peringkat tidak masuk dalam tiga besar kawasan great pariwisata yaitu
Provinsi Bali, DKI Jakarta dan Kepri (Batam), meski demikian,
data statistik kunjungan wisman ke provinsi ini terutama yang tercatat pada Pintu
Masuk Bandara Adi Sucipto menunjukkan trend positif
terutama dalam lima tahun terakhir (2010-2014). Lebih jelasnya dapat dilihat pada
gambar berikut: Gambar 1.
Kunjungan Wisman Melalui Bandara Adi Sucipto 2010-2014
Sumber: BPS, 2015 (diolah kembali
oleh Kemenpar)
Dari grafik diatas terlihat
bahwa angka kunjungan wisman ke Provinsi DIY dari tahun 2010 s.d 2014
Jurnal Destinasi Kepariwisataan Indonesia Vol. 1 No. 1 Juni 2016
pertumbuhannya cenderung positif. Pertumbuhan tertinggi
terjadi pada tahun 2013 yaitu sebesar 45,98% atau naik
sebesar 27.094 kunjungan dibanding tahun 2012 yang sebesar 58.926 kunjungan.
Untuk tahun 2014 per-tumbuhannya tetap positif
meski hanya mengalami peningkatan sebesar 3.136 kunjungan atau hanya 3,65%.
Brand awareness atau kesadaran merek merupakan
bagian dari brand equity atau ekuitas merek. Ekuitas merek diartikan sebagai: a set of
asstets (and libilities) linked to a brand’s name and symbol
that adds to (or substract from) the value provided by a product or service to a firm or that
fims’s customer (Rangkuti 2009:39). Dari definisi tersebut
dapat diketahui bahwa ekuitas merek berkaitan erat dengan liabilitas yang dimiliki sebuah
merek dan terdiri dari sejumlah aset. Aset-aset dari ekuitas
merek yaitu, brand awareness yang merupakan tingkatan kesadaran pelanggan terhadap
merek, perceived quality (kesan kualitas) yaitu persepsi
pelanggan terhadap ke-seluruhan kualitas produk, brand association (asosiasi
merek) yaitu segala hal yang berkaitan dengan ingatan
mengenai merek, dan brand loyalty (loyalitas merek) yaitu ukuran dari kesetiaan
konsumen terhadap suatu merek (Rangkuti 2009:39-60)
Brand awareness di-artikan sebagai kesanggupan
seorang calon pembeli untuk mengenali, mengingat kembali suatu merek sebagai bagian
dari suatu kategori produk tertentu (Durianto dkk
2007:54). Brand awareness terbagi menjadi beberapa tingkatan. Tingkatan paling
rendah dari brand awareness adalah unaware of brand (tidak
menyadari merek), level kedua adalah brand recognition (pengenalan merek), atau
disebut juga sebagai tingkatan pengingatan kembali dengan
bantuan (aided recall). Tingkatan berikutnya adalah tingkatan brand recall
(pengingatan kembali merek), atau tingkatan pengingatan
kembali merek tanpa bantuan (unaided recall). Tingkatan yang terakhir dalah top of mind
(kesadaran puncak pikiran) dari konsumen terhadap merek
tertentu (Durianto dkk, 2007:55-56). Lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar
berikut:
Rakhman Priyatmoko: Tingkat Kesadaran Pramuwisata Terhadap Branding Wonderful Indonesia dan Pesona Indonesia: Strategi Pemasaran Destinasi Pariwisata halaman: 83-102
Gambar 2. Piramida Brand
Awareness
Sumber: Durianto dkk, (2009)
Wonderful Indonesia
dan pesona Indonesia dikukuhkan sebagai branding pariwisata Indonesia melalui
Keputusan Menteri Pariwisata Republik Indonesia Nomor
KM.03/UM.001/MP/2014 tentang Logo Wonderful Indonesia dan/atau Logo
Pesona Indonesia. Logo Wonderful Indonesia atau logo
Pesona Indonesia terdiri dari komponen logo burung yang disebut logogram, dan tulisan
“Wonderful” dan “Indonesia” atau “Pesona” dan “Indonesia”
yang disebut logotype. (Kemenpar, 2014) Dalam penerapannya di berbagai
media, kedua komponen logo ini tidak boleh dipisah. Aspek
fisik dibentuk dari unsur logo berupa gambar yang terinsipirasi dari burung garuda
dan tulisan atau wording “Wonderful Indonesia” dan
“Pesona Indonesia”. Aspek filosofis dibentuk dari makna
dibalik logo dan tulisan yang digunakan.
Wonderful Indonesia atau Pesona Indonesia adalah
janji pariwisata Indonesia kepada dunia. Kata “Wonderful” atau “Pesona”
mengandung janji bahwa Indonesia kaya dengan
ketakjuban, dari segala aspek manusia maupun alamnya, yang mengusik kalbu dan
menjanjikan pengalaman baru yang menyenangkan. Konsep
logo terinspirasi dari burung yang suka berkelompok melambangkan hidup damai
antar sesama di alam sentosa. Burung juga satwa dengan
populasi terbesar di Indonesia dan menjadi lambang bangsa. Rentangan sayap berarti
keterbukaan, hasrat untuk terbang jauh, melintas batas.
Sifatnya semesta, dikenali oleh semua. Tulisan “Indonesia” berwarna hitam yang lebih
besar daripada “Wonderful” atau “Pesona” mengedepan-
kan dan memperkuat Indonesia diantara persaingan pariwisata internasional.
Filosofi bentuk logo luwes, serba lengkung, tanpa sudut
persegi ataupun garis lurus, memaknakan besarnya arti keseimbangan dan ke-
selarasan manusia dengan alam dan antar sesama di bumi
(Kemenpar, 2014). Bentuk desain pada logo
masih menggunakan lima
Jurnal Destinasi Kepariwisataan Indonesia Vol. 1 No. 1 Juni 2016
komponen warna yang masing-masing memiliki makna
berbeda. Warna biru me-lambangkan kesemestaan.
Hijau melambangkan kreati-vitas, ramah pada alam, dan keselarasan. Jingga berarti
inovasi, keterbukaan, dan semangat pembaruan. Ungu
menjadi daya imajinasi keimanan, serta kesatuan lahir dan batin. Magenta merupakan
berarti keseimbangan akal sehat dan sifat praktis
(Kemenpar, 2014). Logo branding Wonderful Indonesia dan Pesona Indonesia dapat
dilihat pada gambar 3.
Gambar 3.
Logo Wonderful Indonesia dan Peson Indonesia
Beberapa penelitian
tentang brand awareness yang pernah dilakukan diantaranya
adalah “Tinjauan Kesadaran Merek Pariwisata Indonesia Wonderful Indonesia”.
Penelitian yang dilaksanakan pada tahun 2014 oleh peneliti
Asdep Litbangjakpar tersebut bertujuan untuk mengetahui sejauh mana brand pariwisata
Wonderful Indonesia dikenali
oleh para wisatawan manca-negara (wisman) yang ber-
kunjung ke Indonesia. Peneliti-an ini memberikan gambaran
(deskripsi) brand awareness atau kesadaran merek wisman yang berkunjung ke Indonesia.
Penelitian tersebut mengambil sampel wisman yang ber-
kunjung melalui pintu masuk Bandara Soekarno Hatta, Jakarta sebagai responden
atau subyek penelitian. Hasil penelitian menunjukkan 44%
responden belum mengenal brand pariwisata Indonesia, sedang-kan 56% menyatakan
sudah mengenal brand pariwisata Indonesia (Maulana,
2014). Meskipun sama-sama meng-angkat tema mengenai brand awareness, perbedaan
men-dasar dengan penelitian ini terletak pada subyek
penelitian dimana wisman menjadi subyek penelitian, dan bukan pramu-wisata.
Penelitian selanjutnya berjudul: “Analisis Pengaruh
Brand Image dan Brand Awareness Terhadap Brand Loyalty dan Dampaknya
Terhadap Brand Equity”. Penelitian ini dilakukan oleh
dilakukan oleh mahasiswa Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro,
Semarang pada tahun 2014. Tujuan penelitian untuk
mengetahui sejauh mana merek (brand) Simpati dapat mempengaruhi segala keter-
Rakhman Priyatmoko: Tingkat Kesadaran Pramuwisata Terhadap Branding Wonderful Indonesia dan Pesona Indonesia: Strategi Pemasaran Destinasi Pariwisata halaman: 83-102
tarikan konsumen terhadap merek Simpati. Metode
penelitian kuantitatif dengan instrument pengumpulan data
menggunakan kuesioner. Res-ponden untuk penelitian ini adalah pengguna kartu
prabayar Simpati yang masih aktif menggunakan produk
tersebut di kota Semarang dengan jumlah responden sebanyak 148 orang. Metode
kuantitatif meliputi validitas dan reliabilitas, uji asumsi klasik,
pengujian hipotesis melalui uji F, uji t dan koefisien determinasi (R2). Teknik
analisis data yang digunakan adalah analisis regresi linier.
Dan pada penelitian ini menggunakan uji sobel untuk mendeteksi variabel
interveningnya yaitu brand loyalty. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa Brand Image dan Brand Awareness berpengaruh positif dan
signifikan terhadap Brand Loyalty, selanjutnya Brand
Loyalty diterima sebagai media intervening dalam memediasi brand image dan brand
awareness terhadap brand equity (Andrologi, 2014).
Perbedaan mendasar dari penelitian ini adalah subyek penelitian yaitu konsumen dari
provider layanan komunikasi dan bukan pramuwisata.
Tujuan utama dari penelitian bukan mengukur tingkat brand awareness tetapi mengukur
sejauh mana pengaruh variable brand image dan
brand awareness terhadap brand loyalty.
METODE
Subyek penelitian ini
adalah pramuwisata yang bekerja di Provinsi DIY dan variable yang diukur adalah
tingkat brand awareness atau tingkat kesadaran merek
terhadap dua branding pariwisata yaitu Wonderful Indonesia dan Pesona
Indonesia. Penelitian ini menggunakan sampel dalam
penentuan responden. Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto
2013: 174). Penentuan sampel (sampling) yang digunakan
dalam penelitian ini adalah accidental sampling (sampling insidental). Accidental
sampling adalah teknik penentuan sampel
berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan/insidental bertemu
dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel,
bila dipandang orang yang kebetulan ditemui itu cocok sebagai sumber data
(Sugiyono, 2015:67). Per-timbangan menggunakan
teknik ini adalah minimnya waktu pengumpulan data di lapangan.
Jurnal Destinasi Kepariwisataan Indonesia Vol. 1 No. 1 Juni 2016
Penentuan ukuran sampel dengan rumus Slovin
yaitu: n = N
1+N (e)2 n = Sampel N = Populasi
e = Marjin eror (error tolerance) yang diperkenankan dengan
besaran 5-10% (www.spssstatistik.com, 2016)
Jumlah populasi
pramuwisata yang tergabung dalam HPI Provinsi DIY adalah
400 orang. Marjin eror yang digunakan adalah 10%. Dengan rumus tersebut maka
didapat jumlah sampel sebagai berikut:
n = 400 = 80 1+400 (10%)2
Sampel untuk penelitian ini
ditentukan sebanyak 80 orang responden.
Instrumen pengumpulan
data dalam penelitian ini menggunakan kuesioner atau
daftar pertanyaan yang harus diisi oleh responden. Per-tanyaan-pertanyaan dalam
kuesioner dibangun dari empat tingkatan brand awareness
yaitu brand unaware, brand recall, brand recognition, dan top of mind. Terdapat sepuluh
pertanyaan dalam kuesioner dengan pilihan lima jawaban
sesuai tingkatan skala Likert sebagai berikut:
Tabel 1. Daftar Pertanyaan Dalam Kuesioner
Level Brand Awareness
No Pertanyaan
Unaware of Brand
1 Anda mengetahui bahwa Indonesia mempunyai branding Pariwisata.
2 Anda mengetahui ada dua jenis branding pariwisata
Indonesia.
3 Anda mengetahui branding promosi pariwisata mancanegara.
4 Anda mengetahui branding promosi pariwisata nusantara.
Brand Recognition
5 Anda mengetahui logo/gambar dari branding pariwisata Indonesia.
6 Anda mengetahui tag line atau kalimat branding pariwisata
Indonesia.
Brand Recall
7 Anda mengenali branding pariwisata Indonesia ketika melihat logo atau membaca tag linebranding tersebut.
8 Menurut anda logo (gambar) branding pariwisata Indonesia mudah diingat.
9 Menurut anda tag line atau kalimat dari branding pariwisata
Indonesia mudah diingat.
Top of Mind 10 Ketika mendengar kata branding pariwisata, pertama yang
anda ingat adalah branding pariwisata Indonesia.
Jurnal Destinasi Kepariwisataan Indonesia Vol. 1 No. 1 Juni 2016
Penghitungan skor jawaban sebagai berikut:
Skor maksimal setiap pertanyaan
= 5
Skor minimal setiap pertanyaan
= 1
Jumlah Pertanyaan = 10
Jumlah Responden = 80
Skor terendah = 800
Skor tertinggi = 4.00
0
Rentang tingkatan = 3.20
0
Banyak tingkatan = 4 Rentang antar tingkatan
= 800
Berdasarkan penghitungan
tersebut diperoleh skala interval sebagai berikut:
Tabel 2. Skala Interval Brand
Awareness
No Level Brand
Awareness
Rentang Skor
1 Brand Unaware
800-1.600
2 Brand
Recognition
1.601-
2.400
3 Brand Recall 2.401-3.200
4 Top of Mind 3.201-
4000 HASIL DAN PEMBAHASAN
Profil Responden
Responden dalam pe-nelitian ini sebanyak 80 orang
yang terdiri dari 80% atau 60 orang laki-laki dan 20% atau
20 orang perempuan. Profil ini menjelaskan klasifikasi res-ponden menurut Pendidikan
dan Usia, serta diagram tentang persepsi responden
terhadap branding Wonderful Indonesia dan Pesona Indonesia sebagaimana ter-
lampir. Diagram pendidikan
dan usia responden sebagai berikut.
Gambar 5. Jenis kelamin
Responden
Sumber: Hasil Pengolahan Data Penelitian, (2015)
Gambar 6. Usia Responden Sumber: Hasil Pengolahan Data
Penelitian, (2015)
Jurnal Destinasi Kepariwisataan Indonesia Vol. 1 No. 1 Juni 2016
Gambar 7. Pendidikan Terakhir
Sumber: Hasil Pengolahan Data Penelitian, (2015)
Pengetahuan Pramuwisata Terhadap Brand Awareness
Pengetahuan pramu-wisata terhadap branding
pariwisata menunjukan bahwa pramuwisata itu sudah mengetahui adanya brand
awareness yaitu 68,75% menyatakan mengetahui dan
sangat mengetahui. Selebih-nya adalah tidak mengetahui. Namun demikian, pengetahuan
mereka tentang adanya dua branding pariwisata Indonesia
menjadi terbalik dimana lebih dari setengahnya atau 57,50% tidak mengetahui. Mengenai
promosi branding pariwisata mancanegara dan branding
pariwisata nusantara, jawaban pramuwisata antara yang mengetahui dan tidak me-
ngetahui seimbang, sedang-kan pengetahuan tentang
logogram dan logotype branding pariwisata jawaban pramuwisata sedikit lebih
banyak yang menjawab mengetahui yaitu sekitar 60%.
Adapun kemudahan untuk mengingat logo branding
pariwisata, pramuwisata yang menjawab susah diingat lebih
banyak daripada yang menjawab mudah diingat. Untuk kemudahan mengingat
tag line branding pariwisata, pramuwisata yang menyatakan
mudah mengingat lebih banyak daripada yang menyatakan susah mengingat.
Kondisi tersebut me-nunjukkan bahwa masyarakat
Indonesia (pramuwisata) lebih mudah mengingat kalimat daripada gambar. Artinya, logo
branding pariwisata perlu disosialisasikan lebih intensif
kepada seluruh stakeholder pariwisata. Prosentase data diatas sebagaimana terdapat di
lampiran. Hasil penghitungan total
skor jawaban dari 80 responden terhadap 10 pertanyaan menghasilkan skor
sebesar 2.663. Nilai 800-1.600 pada area unaware of brand,
nilai 1.601-2.400 pada area brand recognition, nilai 2.401-3.200 pada area brand recall
dan nilai 3.201-4.000 pada area top of mind. Berarti,
tingkat brand awareness pramuwisata Provinsi DIY berada pada level brand recall
atau mampu mengenali branding tanpa stimulus
(bantuan) tertentu. Lebih jelas dapat dilihat pada gambar berikut:
Rakhman Priyatmoko: Tingkat Kesadaran Pramuwisata Terhadap Branding Wonderful Indonesia dan Pesona Indonesia: Strategi Pemasaran Destinasi Pariwisata halaman: 83-102
Gambar 8. Piramida Brand Awareness
Pramuwisata Provinsi DIY Sumber: Hasil Pengolahan Data
penelitian, (2015)
Pramuwisata sebagai Strategi Pemasaran Destinasi Pariwisata
Pramuwisata merupakan salah satu profesi
penting dalam bisnis pari-wisata. Pramuwisata termasuk dalam salah satu jenis usaha
pariwisata yang tercantum dalam Pasal 14 Undang-
Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan ber-sama dengan jenis usaha
pariwisata lainnya seperti, usaha daya tarik wisata,
kawasan pariwisata, jasa transportasi wisata, jasa perjalanan wisata, jasa
makanan dan minuman, penyediaan akomodasi, pe-
nyelenggaraan kegiatan hiburan dan rekreasi, pe-nyelenggaraan pertemuan,
perjalanan insentif, konferensi, dan pameran, jasa informasi
pariwisata, jasa konsultan pariwisata, wisata tirta, dan spa (Kemenpar, 2009). Menurut
International Travel Dictionary (Suyitno, 2005:1), pengertian
tour guide adalah…a person employed, either directly by the
traveler, an official or privat tourist organization or travel agent to inform directly and
advice the tourists before and during his journey. Damarjati
(dalam Suyitno, 2005:2), menyatakan bahwa pramu-wisata adalah seseorang yang
telah memiliki sertifikat tanda lulus ujian profesi dari instansi
atau lembaga resmi pariwisata. Pengertian pertama
mengacu kepada rincian tugas-
tugas yang dilaksanakan oleh pramuwisata, sedangkan
pengertian kedua mengacu pada kualifikasi yang harus dimiliki oleh seorang pramu-
wisata. Secara teknis, menurut Suyitno (2005:2), tugas-tugas
pokok dari seorang pramuwisata diantaranya me-ngarahkan sebuah tur, mem-
bawa wisatawan mendapatkan pengalaman-pengalaman
selama tur, dan memberikan informasi tentang segala sesuatu yang dibutuhkan
wisatawan. Secara umum Rachman (2013:24-25)
membagi tugas-tugas pramu-wisata yang mencakup tugas dalam kantor, pelayanan
regular tur, tugas picking up dan dropping-off services, dan
tugas antar jemput wisatawan. Dalam industri pariwisata, pramuwisata dibagi beberapa
Jurnal Destinasi Kepariwisataan Indonesia Vol. 1 No. 1 Juni 2016
macam yaitu pramuwisata umum (general guide) dan
pramuwisata khusus (special guide). Pramuwisata umum
biasanya bekerja pada biro perjalanan (travel agent) dan dia bisa berstatus karyawan
(payroll guide) atau honorer (freelance guide). Sedangkan
pramuwisata khusus biasanya beroperasi pada daya tarik wisata tertentu seperti
museum, candi, dan daya tarik wisata lainnya (Rachman dkk,
2013: 19). Level brand recall cukup
baik mengingat pada tahun
2014, logo branding Wonderful Indonesia telah mengalami
sedikit perubahan (reposisi) pada logotype dan logo-gramnya. Pesona Indonesia
bahkan merupakan branding baru untuk memromosikan
pariwisata nusantara yang juga baru dirilis pada tahun 2014. Meski hasil survei
menunjukkan hal yang positif, yaitu masih di atas brand
unaware (tidak mengenali brand) dan brand recognition (dapat mengenali brand
dengan bantuan tertentu), sangat disayangkan level
brand awareness pramuwisata Provinsi DIY tidak berada pada area top of mind atau yang
paling populer dalam ingatan. Idealnya, setiap pramuwisata
yang bekerja di Provinsi DIY menempatkan Wonderful Indonesia dan Pesona
Indonesia dalam level top of mind. Ketika branding tersebut
berada pada level top of mind, pramuwisata dapat men-
jalankan fungsi marketing dengan mempromosikan branding tersebut kepada
wisatawan dalam keseharian maupun dalam kegiatan-
kegiatan yang berkaitan dengan pekerjaan pro-fesionalnya.
Tingkatan brand aware-ness pramuwisata Provinsi DIY
berada pada skor 2.663 level ketiga piramida brand awareness yaitu brand recall,
yang berarti mampu mengenali branding tanpa bantuan
stimulus tertentu. Sebagai salah satu profesi yang bersentuhan langsung dengan
wisatawan, idealnya tingkat brand awareness pramuwisata
Provinsi DIY berada pada tingkat tertinggi brand awareness yaitu top of mind.
Diperlukan usaha-usaha strategis untuk memaksimal-
kan tingkat brand awareness para pramuwisata baik yang berkerja di wilayah Provinsi
DIY maupun di daerah lain di Indonesia. Hal penting yang
harus dilakukan adalah melakukan sosialisasi me-ngenai branding terhadap para
pramuwisata, sehingga pe-mahaman terhadap pen-
tingnya branding menjadi lebih baik. Promosi yang dilakukan untuk menarik wisatawan
Rakhman Priyatmoko: Tingkat Kesadaran Pramuwisata Terhadap Branding Wonderful Indonesia dan Pesona Indonesia: Strategi Pemasaran Destinasi Pariwisata halaman: 83-102
supaya berkunjung ke Indonesia harus diimbangi
dengan sosialisasi branding terhadap para pemangku
kepentingan bidang pariwisata termasuk di dalamnya pramuwisata Indonesia. Upaya
sosialisasi membutuhkan ko-ordinasi yang baik di level
pusat dan daerah, karena sebagai pemegang kewenang-an di daerah, pemerintah
kabupaten/kota di daerah-daerah seluruh Indonesia juga
ingin mengangkat branding lokal yang merepresentasikan keunggulan produk pariwisata
daerahnya.
SIMPULAN
Persepsi pramuwisata terhadap branding Wonderful
Indonesia dan Pesona Indonesia, belum sepenuhnya
dipahami secara baik. Terdapat 31,25% pramuwisata belum mengetahui bahwa
Indonesia memiliki branding pariwisata. 48,75% pramu-
wisata menyatakan belum mengetahui branding promosi pariwisata mancanegara, dan
42,50% pramuwisata tidak mengetahui adanya branding
pariwisata nusantara. Hal ini berarti pramuwisata belum mampu mengenali branding
Wonderful Indonesia dan Pesona Indonesia secara
maksimal, sehingga mereka tidak dapat menjadi mediator untuk pemasaran destinasi
pariwisata. Kondisi ini perlu mendapat perhatian dari
pemerintah dalam proses penetapan tenaga pramu-
wisata. Pramuwisata harus memenuhi standar kompetensi (pengetahuan, keahlian dan
sikap) sebagai pramuwisata yang memahami tentang
branding Wonderful Indonesia dan Pesona Indonesia, melalui sosialisasi atau bimtek
kepramuwisataan. Peningkatan kompetensi pramuwisata ini
sekaligus merupakan modal yang kuat untuk mendukung strategi pemasaran destinasi
pariwisata Indonesia. Penelitian ini hanya
mengukur tingkatan brand awareness pramuwisata dan belum menggali lebih jauh
faktor-faktor yang secara langsung memengaruhi tingkat
brand awareness tersebut. Penelitian ini lebih bersifat praktis ketimbang akademis,
karena hasil yang dicapai antara lain, sebagai referensi
penyusunan kebijakan pengembangan kepariwisataan di Indonesia. Kedepannya
perlu dilakukan kajian-kajian lain seperti pengukuran tingkat
brand equity (ekuitas merek) Wonderful Indonesia dan Pesona Indonesia, atau
penelitian yang menguji hubungan brand awareness
atau brand equity dengan variabel lain seperti tingkat pendidikan, masa kerja, dan
Jurnal Destinasi Kepariwisataan Indonesia Vol. 1 No. 1 Juni 2016
tingkatan kualifikasi kom-petensi pramuwisata sehingga
dapat diketahui variable-variabel lain yang me-
mengaruhi tingkat brand awareness pramuwisata
Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA Buku
Andrologi, Febrian (2014). Analisis Pengaruh
Brand Image dan Brand Awareness Terhadap Brand Loyalty dan
Dampaknya Terhadap Brand Equity. Skripsi,
Fakultas Ekonomika dan Bisnis. Semarang: Universitas Diponegoro.
Arikunto, Suharsini (2013). Prosedur Penelitian,
Suatu Pendekatan Praktik. Rineka Cipta, Jakarta.
Durianto Darmadi, Sugiarto, Sitinjak Tony (2001).
Strategi Menaklukkan Pasar Melalui Riset Ekuitas dan Perilaku
Merek, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Maulana, Addin (2014). “Tinjauan Kesadara Merek Pariwisata
Indonesia Wonderful Indonesia”. Bulletin
Penelitian Destinasi Pariwisata Vol.1: 133-144.
Rachman Arief, Hutagalung Husen, Silano Patrick
(2013). Pemandu Wisata, Teori dan Praktik, City Sight
Seeing, Excursion dan Overland Tour, Media
Bangsa Penerbit, Jakarta.
Rangkuti, Freddy (2009). The
Power of Brand: Teknik Mengelola Brand Equity
dan Strategi Pengembangan Merek, Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta. Sugiyono (2015). Statistika
untuk Penelitian, Penerbit Alfabeta, Bandung.
Suyitno (2005). Pemanduan Wisata (Tour Guiding),
Graha Ilmu, Yogyakarta. Perundang-Undangan
Republik Indonesia. (2009). Undang-Undang
Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan.
Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2009 Nomor 11. Sekretariat Negara, Jakarta Republik Indonesia. (2014).
Keputusan Menteri
Pariwisata Republik Indonesia Nomor KM.03/UM.001/MP/20
14 tentang Logo Wonderful Indonesia
dan/atau Logo Pesona Indonesia.
Republik Indonesia. (2015). Peraturan Menteri Pariwisata Tentang
Rencana Strategis Kementerian
Pariwisata Tahun 2015-2019. Jakarta
Word Economic Forum (2015).
The Travel & Tourism Competitiveness Report 2015
Artikel Media Massa
www.spssstatistik.com (2016).
Menentukan Jumlah Sampel Berdasarkan
Rumus Slovin. Dunduh pada tanggal 10 Oktober 2016 dari
http://www.spssstatistik.com/menentukan-jumlah-
sampel-berdasarkan-rumus-slovin/
Rakhman Priyatmoko: Tingkat Kesadaran Pramuwisata Terhadap Branding Wonderful Indonesia dan Pesona Indonesia: Strategi Pemasaran Destinasi Pariwisata halaman: 83-102
Lampiran
Gambar 9. Grafik Distribusi Frekuensi Pertanyaan No 1
Sumber: Hasil Pengolahan Data
Penelitian, (2015)
Gambar 10. Grafik Distribusi Frekuensi Pertanyaan No 2
Sumber: Hasil Pengolahan Data Penelitian, (2015)
Gambar 11. Grafik Distribusi Frekuensi Pertanyaan No3
Sumber: Hasil Pengolahan Data Penelitian, 2015
Gambar 12. Grafik Distribusi Frekuensi Pertanyaan No 4
Sumber: Hasil Pengolahan Data Penelitian, (2015)
Gambar 13. Grafik Distribusi Frekuensi Pertanyaan No 5
Sumber: Hasil Pengolahan Data Penelitian, (2015)
Gambar 14. Grafik Distribusi
Frekuensi Pertanyaan No 6 Sumber: Hasil Pengolahan Data
Penelitian, (2015)
Gambar 15. Grafik Distribusi Frekuensi Pertanyaan No 7
Sumber: Hasil Pengolahan Data
Penelitian, (2015)
Gambar 16. Grafik Distribusi
Frekuensi Pertanyaan No 8 Sumber: Hasil Pengolahan Data
Penelitian, (2015)
Gambar 17. Grafik Distribusi
Frekuensi Pertanyaan No. 9 Sumber: Hasil Pengolahan Data
Penelitian, (2015)
Gambar 18. Grafik Distribusi Frekuensi Pertanyaan No. 10
Sumber: Hasil Pengolahan Data Penelitian, (2015)