125
THE RELATION BETWEEN THE WORMS INFECTION (SOIL TRANSMITTED HELMINTHIASIS) AND THE LEARNING ACHIEVEMENT OF STUDENT IN SD INPRES BALANG-BALANG GOWA HUBUNGAN ANTARA INFEKSI KECACINGAN (SOIL TRANSMITTED HELMINTHIASIS) DENGAN PRESTASI BELAJAR PADA SISWA SD INPRES BALANG-BALANG KAB. GOWA NURRASTY LIAMBANA 10542 0549 14 Skripsi Ini Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2018

THE RELATION BETWEEN THE WORMS INFECTION (SOIL … · 2018. 9. 20. · HUBUNGAN ANTARA INFEKSI KECACINGAN (SOIL TRANSMITTED HELMINTHIAISIS) DENGAN PRESTASI BELAJAR PADA SISWA SD INPRES

  • Upload
    others

  • View
    0

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

  • THE RELATION BETWEEN THE WORMS INFECTION (SOIL

    TRANSMITTED HELMINTHIASIS) AND THE LEARNING

    ACHIEVEMENT OF STUDENT IN SD INPRES BALANG-BALANG

    GOWA

    HUBUNGAN ANTARA INFEKSI KECACINGAN (SOIL TRANSMITTED

    HELMINTHIASIS) DENGAN PRESTASI BELAJAR PADA SISWA SD

    INPRES BALANG-BALANG KAB. GOWA

    NURRASTY LIAMBANA

    10542 0549 14

    Skripsi Ini Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar

    Sarjana Kedokteran

    FAKULTAS KEDOKTERAN

    UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

    2018

  • Yang bertanda tangan dibawah ini, saya:

    Nama Lengkap : Nurrasty Liambana

    Tanggal Lahir : 26 November 1995

    Tahun Masuk : 2014

    Peminatan : Kedokteran Komunitas

    Nama Pembimbing Akademik : dr.H.Mahmud Ghaznawie Ph.D, Sp.PA (K)

    Nama Pembimbing Skripsi : dr. Andi Weri Sompa, Sp.S, M.Kes

    Menyatakan bahwa saya tidak melakukan kegiatan plagiat dalam

    penulisan skripsi saya yang berjudul:

    HUBUNGAN ANTARA INFEKSI KECACINGAN (SOIL TRANSMITTED

    HELMINTHIAISIS) DENGAN PRESTASI BELAJAR PADA SISWA SD INPRES

    BALANG-BALANG KAB. GOWA

    Apabila suatu saat nanti terbukti saya melakukan tindakan plagiat, maka

    saya akan menerima sanksi yang telah ditetapkan.

    Demikian surat penyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

    Makassar, 20 Februari 2018

    Nurrasty Liambana

    NIM 10542054914

  • DAFTAR RIWAYAT HIDUP

    Nama : Nurrasty Liambana

    Tempat Tanggal Lahir: Tobelo 26 November 1995

    Alama : Toddopuli Raya Timur, Ilma Green Residence Blok DL40

    Status Keluarga : Belum Menikah

    Telepon/ HP : 085243855395

    E-mail : [email protected]

    Riwayat Pendidikan :

    1. SD Inpres Jati 1 Kota Ternate, lulus tahun 2007 2. SMP Negeri 4 Kota Ternate, lulus tahun 2010 3. SMA Negeri 8 Kota Ternate, lulus tahun 2013 4. Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Makassar, hingga sekarang.

    mailto:[email protected]

  • PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

    FAKULTAS KEDOKTERAN

    UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

    Nurrasty Liambana 10542054914

    dr. Andi Weri Sompa, Sp.S, M.Kes

    “HUBUNGAN ANTARA INFEKSI CACING (SOIL TRANSMITTED

    HELMINTHIASIS) DENGAN PRESTASI BELAJAR PADA SISWA SD

    INPRES BALANG-BALANG KAB. GOWA”

    (xi + 76 halaman, 8 tabel, 8 gambar, 20 lampiran)

    ABSTRAK

    Latar Belakang: Penyakit infeksi kecacingan merupakan salah satu penyakit yang

    banyak terjadi di masyarakat namun masih dianggap sebagai hal sepele dan kurang

    mendapat perhatian (neglected diseases). Infeksi kecacingan paling sering muncul

    terutama di Negara berkembang yang memiliki kebersihan dan sanitasi yang kurang

    baik. Prevalensi infeksi cacing cenderung bervariasi di setiap wilayah di Indonesia dan cenderung lebih banyak dijumpai pada anak usia sekolah. Komplikasi dari infeksi

    kecacingan dapat menyebabkan gangguan belajar pada anak usia sekolah.

    Tujuan: Untuk mengetahui hubungan antara infeksi kecacingan dengan prestasi

    belajar pada siswa Sekolah Dasar Inpres Balang-Balang Kab. Gowa

    Metode: Penelitian observasional analitik dengan metode cross sectional, yang

    dilakukan di SD Inpres Balang-Balang Kab. Gowa pada bulan Januari – Februari

    2018. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 48 anak yang diambil secara Total

    Sampling. Data diambil dengan menggunakan uji chi square pada program SPSS

    versi 16.

    Hasil: Dari 48 siswa, didapatkan 17 anak (35,4%) yang mengalami kecacingan.

    Hasil analisis menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara penyakit kecacingan

    dengan prestasi belajar (p=0,003).

    Kesimpulan: Terdapat hubungan antara penyakit kecacingan dengan prestasi belajar

    Kata Kunci: Kecacingan, Soil Transmitted Helminthiasis, Prestasi Belajar

    Referensi 38 (2000-2016

  • FACULTY OF MEDICAL

    MUHAMMADIYAH MAKASSAR UNIVERSITY

    Nurrasty Liambana NIM. 10542054914

    dr. Andi Weri Sompa, Sp.S, M.Kes

    “THE RELATION BETWEEN THE WORMS INFECTION (SOIL

    TRANSMITTED HELMINTHIASIS) AND THE LEARNING

    ACHIEVEMENT OF STUDENT IN SD INPRES BALANG-BALANG GOWA”

    (xi + 76 pages, 8 tables, 8 pictures, 20 appendices)

    ABSTRACT

    Background: Worm infection is one disease that is prevalent in society, but less

    attention (neglected diseases).Worm infection imost often appear in poor areas and in

    developing countries that have hygiene and sanitation poorly. Prevalence of worm

    infection varies from area to another in Indonesia and mostly infect children of school

    age. Complications of worm infection can cause learning disorders in children of

    school age.

    Objective: To know relation between worms infection and the learning achievement

    of student in SD Inpres Balang-balang Gowa.

    Method : The observational study analytic with cross sectional, conducted in primary

    school of Balang-Balang Gowa in January-February 2018. The samples on this

    research are 74 kids be taken through total sampling. Obtained data will be analyzed

    using chi-square test by SPSS version 16.

    Results : In 48 students, be obtained 17 kids (35,4%) have worm infestation.

    Analysis results obtained that there is significant relation between worm infection

    and learning achievement of elementary school student (p=0,003)

    Conclusion : There is significant relationship between worm infection with learning

    achievement.

    Keywords : worm infection, soil transmitted helminthiasis, learning achievement

    References 38 (2000-2016)

  • KATA PENGANTAR

    Alhamdulillahirabbil’alamin puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat

    Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karuniaNya, sehingga penulis dapat

    menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi ini dengan judul “Hubungan Antara

    Infeksi Kecacingan (Soil Transmitted Helminthiasis) Dengan Prestasi Belajar

    Pada Siswa SD Inpres Balang-Balang Kab. Gowa”. Shalawat serta salam semoga

    senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, kepada keluarganya, para

    sahabatnya, hingga kepada umatnya hingga akhir zaman, aamiin.

    Penulisan skripsi ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh

    gelar Sarjana pada program Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas

    Muhammadiyah Makassar.

    Dalam penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan, serta

    dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis ingin

    menyampaikan pengahargaan dan ucapan terima kasih kepada :

    1. Keluarga besar, khususnya kedua orang tua tercinta, Ayahanda Ir. Jubair Liambana

    dan ibunda Nurhasnah Umasangadji atas kasih sayangnya, doa dan dukungan moril

    maupun materil yang tak terhingga sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi

    ini.

  • 2. Untuk saudara-saudariku tercinta Endang SM L, Junlianty L, Husmar L, Inggrid L,

    dan Chairul Adzam L yang selalu member motivasi, bantuan dan semangat.

    3. Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah memberikan kesempatan

    penulis untuk menyelesaikan studi ini.

    4. dr. Mahmud Gaznawie, Ph.D, Sp.PA(K) sebagai Dekan Fakultas Kedokteran

    Universitas Muhammadiyah Makassar dan sebagai Penasehat Akademik penulis

    5. dr. Andi Weri Sompa Sp.S,M.Kes selaku pembimbing yang ditengah kesibukan

    masih meluangkan waktu untuk membimbing serta mengarahkan penulis sehingga

    dapat menyelesaikannya penulisan skripsi ini.

    6. dr. Dara Ugi M. Kes selaku penguji bagi penulis yang juga banyak memberikan

    arahan dan bantuan dalam penulisan skripsi ini.

    7. Ibunda Julia Ibrahim. Ph.D selaku dosen Metodologi Penelitian yang banyak

    memberikan arahan dan bantuan dalam penulisan skripsi ini.

    8. Dr. Rusli Malli, M.Ag yang telah meluangkan waktunya untuk membimbing penulis

    dalam kajian Al-Islam Kemuhammadiyahan dalam skripsi ini.

    9. Seluruh guru SD Inpres Balang-Balang Kab. Gowa dan siswa-siswi yang telah

    bersedia menjadi responden dalam penelitian ini.

    10. Segenap dosen dan para staf Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah

    Makassar yang ikut memperlancar pengurusan skripsi ini.

    11. Untuk sahabat-sahabat tersayang LT (yuyu, dewi, nana) yang telah memberikan

    dukungan dan motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

    12. Untuk teman baik saya, Maryani Rumalolas dan Hardianti yang telah memberikan

    dukungan dan bantuan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

  • 13. Teman-teman sepembimbingan, aswad dan tini yang juga saling membantu dalam

    mengerjakan skripsi ini.

    14. Teman-teman Epinefrin, atas ikatan persahabatan, persaudaraan, perhatian,

    dukungan, masukan, arahan serta bantuan yang telah diberikan.

    15. Semua pihak yang telah membantu menyelesaikan skripsi ini yang tidak sempat

    penulis sebutkan satu persatu.

    Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini banyak kekurangan.

    Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Semoga skripsi

    ini bermanfaat bagi pembaca secara umum dan penulis secara khususnya.

    Billahifisabililhaq Fastabiqulkhaerat Wassalamualaikum Wr,Wb

    Makassar, 20 Februari 2018

    PENULIS

  • DAFTAR ISI

    PERNYATAAN PERSETUJUAN PEMBIMBING

    PERNYATAAN PERSETUJUAN PENGUJI

    PERNYATAAN PENGESAHAN

    PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT

    RIWAYAT HIDUP

    ABSTRAK ..........................................................................................................i

    KATA PENGANTAR ........................................................................................iii

    DAFTAR ISI .......................................................................................................vi

    DAFTAR TABEL ...............................................................................................x

    DAFTAR GAMBAR ..........................................................................................xi

    BAB 1: PENDAHULUAN .................................................................................1

    A. Latar Belakang Masalah ..........................................................................1

    B. Rumusan Masalah ...................................................................................4

    C. Tujuan Penelitian .....................................................................................4

    D. Manfaat Penelitian ..................................................................................5

    BAB 2: TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................6

    A. Defenisi Kecacingan ...............................................................................6

    B. Penyebab Kecacingan..............................................................................6

  • 1. Ascaris lumbricoides ...........................................................................6

    2. Trichuris trichiura ..............................................................................17

    3. Cacing tambang ..................................................................................22

    C. Prestasi Belajar ........................................................................................27

    1. Pengertian Prestasi Belajar..................................................................27

    2. Penilaian Hasil Prestasi Belajar ..........................................................29

    3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Belajar .......................................31

    D. Anemia ....................................................................................................32

    1. Pengertian Anemia ..............................................................................32

    2. Klasifikasi dan Etiologi ......................................................................33

    3. Patofisiologi ........................................................................................33

    E. Status Gizi ...............................................................................................35

    1. Pengertian Status Gizi .........................................................................35

    2. Penilaian Status Gizi ...........................................................................36

    F. Kebersihan Menurut Pandangan Islam ....................................................40

    1. Kebersihan Lingkungan ......................................................................40

    2. Kebersihan Pakaian .............................................................................41

    3. Kebersihan Badan ...............................................................................42

    4. Kebersihan Hati ...................................................................................43

  • G. Prestasi Belajar menurut Pandangan Islam ............................................47

    H. Kerangka Teori.......................................................................................48

    BAB 3: KERANGKA KONSEP ........................................................................49

    A. Kerangka Konsep ....................................................................................49

    B. Definisi Opersional Dan Kriteria Objektif ..............................................50

    C. Hipotesis Penelitian .................................................................................51

    BAB 4: METODE PENELITIAN ......................................................................52

    A. Desain Penelitian .....................................................................................52

    B. Lokasi dan Waktu Penelitian ...................................................................52

    C. Teknik Pengambilan Sampel ...................................................................52

    D. Pengumpulan Data ..................................................................................53

    E. Pengolahan Data ......................................................................................55

    F. Analisa Data .............................................................................................56

    G. Etika Penelitian .......................................................................................57

    H. Alur Penelitian ........................................................................................58

    BAB 5: HASIL PENELITIAN ...........................................................................59

    A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian .......................................................59

    B. Deskripsi Sampel Penelitian ....................................................................59

    C. Analisis Univariat ....................................................................................60

  • D. Analisis Bivariat ......................................................................................65

    BAB 6: PEMBAHASAN ....................................................................................66

    A. Infeksi Kecacingan ...................................................................................66

    B. Prestasi Belajar ........................................................................................69

    C. Hubungan penyakit Kecacingan dengan Prestasi Belajar .......................70

    BAB 7: KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................75

    A. Kesimpulan .............................................................................................75

    B. Saran ........................................................................................................75

    DAFTAR PUSTAKA

  • DAFTAR TABEL

    Tabel 5.1. Distribusi Frekuensi Siswa Berdasarkan Jenis Kelamin ...................... 60

    Tabel 5.2. Distribusi Frekuensi Siswa Berdasarkan Usia ..................................... 60

    Tabel 5.3. Distribusi Frekuensi Siswa Berdasarkan Infeksi Cacing ................................ 61

    Tabel 5.4. Distribusi Frekuensi Siswa Berdasarkan Prestasi Belajar ............................... 62

    Tabel 5.5. Distribusi Frekuensi Cacing Berdasarkan Jenis Cacing .................................. 62

    Tabel 5.6 Distribusi Infeksi Cacing Berdasarkan Jenis Kelamin ..................................... 63

    Tabel 5.7 Distribusi Infeksi Cacing Berdasarkan Usia .................................................... 64

    Tabel 5.8. Hubungan antara penyakit kecacingan dengan prestasi belajar ...................... 65

  • DAFTAR GAMBAR

    Gambar 2.1 Cacing dewasa betina dan jantan ................................................................ 8

    Gambar 2.2 Telur Ascaris lumbricoides .......................................................................... 9

    Gambar 2.3 Siklus hidup Ascaris lumbricoides .............................................................. 11

    Gambar 2.4 Telur Trichuris trichiura ............................................................................ 18

    Gambar 2.5 Siklus hidup Trichuris trichiura ................................................................. 19

    Gambar 2.6 Cacing dewasa A.Duodenale dan N.Americanus ........................................ 23

    Gambar 2.7 Siklus hidup cacing tambang ....................................................................... 25

    Gambar 4.1 Alur Penelitian ............................................................................................. 58

  • BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Kebersihan adalah upaya manusia untuk memelihara diri dan

    lingkungannya dari segala yang kotor dan keji dalam rangka mewujudkan dan

    melestarikan kehidupan yang sehat dan nyaman. Kebersihan merupakan syarat

    bagi terwujudnya kesehatan, dan sehat adalah salah satu faktor yang dapat

    memberikan kebahagiaan. Sebaliknya, kotor tidak hanya merusak keindahan

    tetapi juga dapat menyebabkan timbulnya berbagai penyakit salah satunya

    penyakit infeksi akibat cacing.

    Penyakit infeksi cacing atau kecacingan merupakan salah satu penyakit

    yang banyak terjadi di masyarakat dan masih dianggap sebagai hal sepele oleh

    sebagian besar masyarakat Indonesia. Padahal jika dilihat dampak jangka

    panjangnya, infeksi cacing dapat menimbulkan kerugian yang cukup besar bagi

    penderita dan keluarganya. Dapat menyebabkan kecacatan tetap hingga dapat

    menyebabkan kematian.1

    Prevalensi penyakit kecacingan masih tinggi terutama di daerah beriklim

    tropis dan subtropis. Data dari World Health Organization (WHO) pada tahun

    2016, lebih dari 1,5 milyar orang atau sekitar 24% penduduk dunia terinfeksi

    STH. Angka kejadian terbesar berada di sub-Sahara Afrika, Amerika, China dan

  • Asia Timur. Di Indonesia prevalensi kecacingan tahun 2012 menunjukkan angka

    diatas 20% dengan prevalensi tertinggi mencapai 76,67%, infeksi kecacingan ini

    mengalami penurunan dimana pada tahun 2011 dilakukan survei di berbagai

    Provinsi. Prevalensi di Sumatera mencapai 78%, Kalimantan 79%, Sulawesi

    88%, Nusa Tenggara Barat 92% dan Jawa barat 90%. Diperkirakan lebih dari

    60% anak Sekolah Dasar di Indonesia menderita suatu infeksi cacing, rendahnya

    mutu sanitasi menjadi penyebabnya.

    Penelitian yang dilakukan di wilayah pesisir Kota Makassar pada bulan

    April sampai bulan Mei tahun 2013, didapatkan hasil sebanyak 57% anak

    Sekolah Dasar di pesisir Kota Makasaar terinfeksi. Salah satu penyakit yang

    masih banyak terjadi di masyarakat adalah infeksi kecacingan kelompok Soil

    Transmitted Helminth (STH) yaitu kelompok cacing yang siklus hidupnya

    melalui tanah. Infeksi STH ditemukan sering didaerah iklim hangat dan lembap

    yang memiliki sanitasi dan hygene buruk. STH hidup di usus dan telurnya akan

    keluar melalui tinja hospes. Jika hospes defekasi diluar atau jika tinja

    mengandung telur dibuahi maka telur terseebut akan disimpan dalam tanah.

    Telur menjadi infeksius jika telur matang. 2,3

    Infeksi kecacingan yang ditularkan melalui tanah yaitu Ascaris

    lumbricoides, Trichuris trichiura, dan Hookworm tersebar luas di daerah tropis

    dan sub-tropis. Diperkirakan 2 milyar orang terinfeksi kecacingan yang

    ditularkan melalui tanah di dunia dengan angka kesakitan 300 juta orang, dimana

  • jenis infeksi kecacinganganya itu askariasis menginfeksi sebesar 800 juta orang,

    trikhuriasis menginfeksi sebesar 600 juta orang dan cacing tambang menginfeksi

    sebesar 600 juta orang. Sedangkan pada usia Sekolah Dasar diperkirakan angka

    kesakitan sebesar 600 juta anak. Usia anak-anak merupakan kelompok berisiko

    terinfeksi kecacingan ini karena aktifitas bermain anak-anak lebih banyak di

    tanah dan sungai sehingga dapat kontak dengan tanah yang terkontaminasi larva

    cacing . Sanitasi lingkungan yang buruk, sosial ekonomi yang rendah, kepadatan

    penduduk dan perilaku higiene perorangan yang kurang baik akan menyebabkan

    peningkatan infeksi kecacingan yang ditularkan melalui tanah.4

    Infeksi cacing yang ditularkan melalui tanah yang tercemar telur cacing,

    tempat tinggal yang tidak saniter dan cara hidup tidak bersih merupakan masalah

    kesehatan di masyarakat. Tinggi rendahnya frekuensi kecacingan berhubungan

    dengan kebersihan pribadi dan sanitasi lingkungan menjadi sumber infeksi.

    Pencemaran tanah merupakan penyebab terjadinya transmisi telur cacing dari

    tanah kepada manusia melalui tangan atau kuku yang mengandung telur cacing,

    lalu masuk ke dalam mulut bersama makanan. Di Indonesia prevalensi

    kecacingan masih tinggi antara 60% - 90% tergantung pada lokasi dan kondisi

    sanitasi lingkungan. Anak Sekolah Dasar merupakan salah satu prioritas dalam

    pengendalian kecacingan. 5

    Faktor lingkungan berpengaruh terhadap faktor resiko terjadinya

    kecacingan. Kecacingan paling umum disebabkan oleh infeksi cacing usus yaitu

  • cacing yang penyebarannya melalui tanah. Parasit cacing STH menginfeksi anak

    yang tinggal dipedesaan tropis dengan akses air bersih dan sanitasi yang buruk.

    Kecacingan karena STH sering bersifat krnosi dan sering terdapat pada anak

    yang malnutrisi, kurus, retardasi intelektual, dan yang mengalami gangguan

    kognitif dalam bidang pendidikan.5,6

    B. Rumusan Masalah

    Berdasarkan uraian latar belakang diatas, bagi peneliti merumuskan

    masalah dalam penelitian ini adalah :

    Apakah ada hubungan antara infeksi cacing (Soil Transmitted

    Helminthiasis) dengan prestasi belajar pada siswa Sekolah Dasar?

    C. Tujuan Penelitian

    1. Tujuan Umum

    Untuk mengetahui hubungan antara infeksi kecacingan (Soil

    Transmitted Helminthiasis) dengan prestasi belajar pada siswa Sekolah Dasar

    Inpres Balang-Balang Kab. Gowa

    2. Tujuan Khusus

    a. Menentukan kejadian kecacingan (Soil transmitted Helminthiasis) pada

    siswa Sekolah Dasar.

    b. Menetukan tingkat prestasi belajar pada siswa Sekolah Dasar.

  • c. Mengetahui hubungan infeksi cacing (Soil Transmitted Helminthiasis)

    dengan prestasi belajar siswa Sekolah Dasar.

    D. Manfaat Penelitian

    1. Menambah pengetahuan peneliti dalam melaksanakan penelitian khususnya

    tentang hubungan antara penyakit kecacingan dengan prestasi belajar pada

    siswa Sekolah Dasar

    2. Menambah pengetahuan dalam upaya pencegahan maupun pengobatan, serta

    melaksanakan program pemberantasan penyakit kecacingan terutama pada

    siswa Sekolah Dasar.

    3. Sebagai tambahan sumber informasi berkaitan dengan infeksi cacing yang

    ditularkan melalui tanah dan pengaruhnya bagi prestasi belajar pada siswa

    Sekolah Dasar, sehingga dapat dimanfaatkan sebagai bahan kepustakaan

    dalam ilmu.

  • BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. Definisi Kecacingan

    Nematoda adalah cacing yang bentuk panjang, silindris dan tidak

    bersegmen. Semua nematoda yang penting bagi ilmu kedokteran berkelamin

    terpisah (dioecious), kecuali Strongyloiides stercoralis.

    Kecacingan merupakan infeksi kronik paling sering muncul terutama di

    Negara berkembang yang memiliki kebersihan dan sanitasi yang kurang baik.

    Kecacingan yang paling umum disebabkan oleh infeksi cacing yang

    penyebarannya melalui tanah. Cacing yang terpenting bagi manusia adalah

    Ascaris lumbricoides, Necator americanus, Ancylostoma duodenale, Trichuris

    trichiura.

    B. Penyebab Kecacingan

    I. Ascaris lumbricoides

    a. Epidemiologi

    Infestasi cacing yang disebabkan oleh cacing yang ditularkan melalui

    tanah atau Soil Transmitted Helminth (STH) banyak ditemukan pada

    masyarakat di negara berkembang. Empat spesies STH yang paling sering

    ditemukan pada anak-anak yaitu cacing gelang (Ascaris lumbricoides),

    cacing cambuk (Trichuris trichiura) dan cacing tambang (Necator

  • americanus dan Ancylostoma duodenale). Soil Transmitted Helminth adalah

    nematoda yang dalam siklus hidupnya untuk mencapai stadium infektif

    memerlukan tanah dengan kondisi tertentu.

    Di seluruh dunia terdapat sekitar 300 juta penduduk dengan infestasi

    cacing yang berat dan sekitar 150.000 kematian terjadi setiap tahun akibat

    infestasi STH. Infestasi cacing yang diakibatkan oleh STH merupakan salah

    satu penyakit yang masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia. Dari hasil

    survei tahun 2008 yang dilakukan pada siswa sekolah dasar di 8 provinsi di

    Indonesia, infestasi STH mempunyai nilai yang cukup tinggi yaitu antara

    2,7- 60,7%.

    Prevalensi infestasi cacing di provinsi Nanggroe Aceh Darussalam

    59,2%, Sumatra Barat 10,1%, Banten 60,7%, Jawa Barat 6,7%, Kalimantan

    Barat 26,2%, Kalimantan Tengah 5,3%, Sulawesi Utara 2,7%, dan Nusa

    Tenggara Timur 27,7%. Penelitian pada beberapa sekolah di Manado siswa

    SD di Kecamatan Tuminting menemukan 43,6% siswa yang terinfestasi

    STH. Distribusi jenis infestasi cacing pada penelitian tersebut

    memperlihatkan bahwa infestasi tunggal 41,9% dan infestasi campuran

    20,5%. Di SD GMIM Lahai Roy Malalayang didapatkan (11,25%), dengan

    prevalensi spesies cacing terbanyak Trichuris trichiura (77,78%), kemudian

    Ascaris lumbricoides (22,22%). Prevalensi tertinggi pada Askariasis

    didaerah tropis pada usia 3-8 tahun.8

  • b. Morfologi

    Cacing Ascaris Lumbricoides adalah cacing berukuran besar, berwarna

    putih kecoklatan atau kuning pucat. Cacing jantan berukuran panjang antara

    10-31 cm, sedangkan cacing betina panjang badannya antara 22- 35 cm.

    Cacing betina dapat bertelur sampai 100.000 – 200.000 telur dalam sehari,

    telurnya terdiri dari telur yang dibuahi dan tidak dibuahi.

    Gambar 2.1 (A) cacing dewasa betina dan jantan, (B) Tampak

    kepala, memperlihatkan sebuah bibir bagian dorsal dan 2 bibir bagian

    ventral, (C) Ujung posterior cacing dewasa betina, memperlihatkan

    “anal opening”, (D) Ujung posterior cacing dewasa jantan,

    memperlihatkan 2 spikulum kopulasi.12

  • Gambar 2.2 telur Ascaris Lumbricoides

    Telur yang dibuahi tumbuh menjadi bentuk infektif dalam waktu

    kurang lebih dari minggu. Bentuk infektif bila tertelan manusia yaitu akan

    menetas menjadi larva diusus halus, larva tersebut menembus dinding usus

    menuju pembuluh darah atau ke saluran limfa, dan menuju ke jantung lalu

    mengikuti aliran darah ke paru-paru menembus dinding-dinding pembuluh

    darah. Setelah itu, melalui dinding alveolus dan masuk ke rongga alveolus,

    naik ke trachea. Dari trachea larva menuju faring sehingga menimbulkan

    rangsangan batuk, kemudian tertelan ke eosophagus lalu menju usus halus

    dan tumbuh menjadi cacing dewasa.

    Ascaris lumbricoides mempunyai mulut dengan tiga buah bibir, yang

    terletak sebuah di bagian dorsal dan dua bibir lainnya terletak subventral .

    Cacing jantan mempunyai ujung posterior yang runcing dan ukurannya lebih

    kecil dari caicng betina, dengan ekor melengkung ke arah ventral. Di bagian

  • posterior ini terdapat 2 buah spikulum yang ukuran panjangnya sekitar 2

    mm, sedangkan di bagian ujung posterior cacing terdapat juga banyak papil-

    papil yang berukuran kecil. Bentuk tubuh cacing betina membulat (conical)

    dengan ukuran badan lebih besar dan lebih panjang daripada cacing jantan

    dan bagian ekor yang lurus, tidak melengkung .7

    c. Siklus Hidup

    Siklus hidup Ascaris lumbricoides dimulai sejak dikeluarkannya

    sekitar 200.000 telur per hari oleh cacing betina di usus halus dan kemudian

    dikeluarkan bersama tinja. Dengan kondisi yang menguntungkan seperti

    udara yang hangat, lembab, tanah yang terlindungi matahari, embrio akan

    berubah di dalam telur menjadi larva yang infektif disebut second-stage

    larva (berlangsung kurang lebih 3 minggu).

    Infeksi terjadi dengan masuknya telur cacing yang infektif ke dalam

    mulut melalui makanan atau minuman yang tercemar tanah yang

    mengandung tinja penderita askariasis. Apabila hal tersebut terjadi, dinding

    telur akan pecah sehingga larva dapat keluar. Hal ini terjadi di duodenum

    dan kemudian menembus dinding usus halus menuju ke venula mesenterika,

    masuk sirkulasi portal, kemudian menuju jantung kanan, melalui pembuluh

    darah kecil paru sampai di jaringan alveolar paru dan akan berkembang

    menjadi lebih dewasa sekitar 10-14 hari. Setelah itu larva bermigrasi ke

    saluran nafas atas yaitu bronkhiolus menuju bronchus, trachea, epiglottis,

  • kemudian tertelan, turun ke esophagus turun ke lambung dan menjadi

    dewasa di usus halus. Sirkulasi dan migrasi larva cacing dalam darah

    tersebut disebut “lung migration”. Siklus hidup ini berlangsung sekitar 65-

    70 hari. Umur cacing dewasa kurang lebih 1 sampai 2 tahun.7,20

    Gambar 2.3 Siklus hidup Ascaris lumbricoides

  • d. Gejala Klinis

    Gejala klinis disebabkan larva maupun cacing dewasa. Patologi dan

    gambaran klinis yang terjadi disebabkan oleh :

    1) Larva

    Kelainan akibat larva yaitu demam selama beberapa hari pada

    periode larva menembus dinding usus dan bermigrasi akhirnya sampai

    ke paru. Biasanya pada waktu tersebut ditemukan eosinofilia karena

    pada pemeriksaan darah.

    Foto thoraks menunjukkan adanya infiltrat yang menghilang

    dalam waktu 3 minggu. Keadaan ini disebut Sindrom Loeffler yang

    hanya ditemukan pada penderita yang mempunyai riwayat Askariasis

    sebelumnya dan rentan terhadap antigen Ascaris, jika terdapat infeksi

    berat.

    Penderita juga terkena Pneumonitis Ascaris yaitu gejala batuk

    ringan sampai pneumonitis berat yang berlangsung selama 2- 3 minggu.

    Kumpulan gejala termasuk batuk, mengi, sesak nafas, agak meriang,

    sianosis, takikardi, rasa tertekan pada dada atau sakit dada, dan di dalam

    dahak kadang-kadang ada darah. Gejala-gejala berlangsung selama 7-10

    hari dan menghilang secara spontan pada waktu larva bermigrasi keluar

    paru 9

  • 2) Cacing dewasa

    Cacing dewasa menimbulkan gejala klinis ringan , kecuali pada

    infeksi berat. Gejala klinis yang sering timbul, gangguan abdominal,

    nausea, anoreksia dan diare dapat mengakibatkan defisiensi nutrient.

    Setelah beberapa waktu defisiensi nutrien berlangsung maka akan

    terjadi deplesi cadangan nutrien pada jaringan tubuh dan selanjutnya

    kadar dalam darah akan menurun. Hal ini akan mengakibatkan tidak

    cukupnya nutrien tersebut di tingkat seluler sehingga fungsi sel

    terganggu misalnya sintesis protein, pembentukan dan penggunaan

    energi, proteksi terhadap oksidasi atau tidak mampu menjalankan fungsi

    normal lainnya. Bila berlangsung terus maka gangguan fungsi sel ini

    akan menimbulkan masalah pada fungsi jaringan atau organ yang

    bermanifestasi secara fisik seperti gangguan pertumbuhan, serta

    kemunculan tanda dan gejala klinis spesifik yang berkaitan dengan

    nutrien tertentu misal edema, xeroftalmia, dermatosis, dan lain-lain yang

    kadang-kadang ireversibel.1

    Komplikasi serius akibat migrasi cacing dewasa ke pencernaan

    lebih atas akan menyebabkan muntah (cacing keluar lewat mulut atau

    hidung) atau keluar lewat rectum. Migrasi larva dapat terjadi sebagai

    akibat rangsangan panas (38,9o C).

  • Sejumlah cacing dapat membentuk bolus (massa) yang dapat

    menyebabkan obstruksi intestinal secara parsial atau komplet dan

    menimbulkan rasa sakit pada abdomen, muntah dan kadang-kadang

    massa dapat di raba. Migrasi cacing ke kandung empedu, menyebabkan

    kolik biliare dan kolangitis. Migrasi pada saluran pankreas

    menyebabkan pankreatitis. Apendisitis dapat disebabkan askaris yang

    bermigrasi ke dalam saluran apendiks. Pada anak di bawah umur 5

    tahun menyebabakan gangguan nutrisi berat karena cacing dewasa dan

    dapat di ukur secara langsung dari peningkatan nitrogen pada tinja.

    Gangguan absorpsi karbohidrat dapat kembali normal setelah cacing

    dieleminasi. Askaris dapat menyebabkan protein energy malnutrition.

    Pada anak anak yang diinfeksi cacing dewasa dapat kehilangan 4 gram

    protein dari diet yang mengandung 35-50 gram protein/hari.10

    e. Tatalaksana

    Penderita Bila mungkin, semua yang positif sebaiknya diobati, tanpa

    melihat beban cacing karena jumlah cacing yang kecilpun dapat

    menyebabkan migrasi ektopik dengan akibat yang membahayakan. Untuk

    pengobatan tentunya semua obat dapat digunakan untuk mengobati

    Ascariasis, baik untuk pengobatan perseorangan maupun pengobatan massal.

    Beberapa obat yang sering dipakai seperti: piperazin, minyak chenopodium,

    hetrazan dan tiabendazol. Dapat menimbulkan efek samping dan sulitnya

  • pemberian obat tersebut. Oleh karena adanya efek samping tersebut maka

    obat cacing yang sekarang dipakai berspektrum luas, lebih aman dan

    memberikan efek samping yang lebih kecil dan mudah pemakaiannya .

    Adapun obat yang sekarang ini dipakai dalam pengobatan adalah:

    a) Mebendazol

    Obat ini adalah obat cacing berspektrum luas dengan toleransi

    hospes yang baik. Diberikan satu tablet (100 mg) dua kali sehari selama

    tiga hari, tanpa melihat umur, dengan menggunakan obat ini sudah

    dilaporkan beberapa kasus terjadi migrasi ektopik.

    b) Pirantel Pamoat

    Dosis tunggal sebesar 10 mg/kg berat badan adalah efektif untuk

    menyembuhkan kasus lebih dari 90%. Gejala sampingan, bila ada

    adalah ringan dan obat ini biasanya dapat diterima (well tolerated). Obat

    ini mempunyai keunggulan karena efektif terhadap cacing kremi dan

    cacing tambang. Obat berspekturm luas ini berguna di daerah endemik

    di mana infeksi multipel berbagai cacing Nematoda merupakan hal yang

    biasa.

  • c) Levamisol Hidroklorida.

    Obat ini agaknya merupakan obat anti-askaris yang paling efektif

    yang menyebabkan kelumpuhan cacing dengan cepat. Obat ini diberikan

    dalam dosis tunggal yaitu 150 mg untuk orang dewasa dan 50 mg untuk

    orang dengan berat badan. 11

    f. Pencegahan

    Berdasarkan siklus hidup cacing dan sifat telur cacing ini, maka upaya

    pencegahannya dapat dilakukan sebagai berikut:

    a) Tidak menggunakan tinja sebagai pupuk tanaman.

    b) Sebelum melakukan persiapan makanan dan hendak makan serta

    sesudah buang air besar, tangan dicuci terlebih dahulu dengan

    menggunkan sabun.

    c) Bagi yang mengkonsumsi sayuran segar (mentah) sebagai lalapan,

    hendaklah dicuci bersih dan disiram lagi dengan air hangat.

    d) Sebaiknya makan makanan yang dimasak.

    e) Biasakan memakai jamban/WC.

    f) Mengadakan kemotrapi massal setiap 6 bulan sekali didaerah

    endemik ataupun daerah yang rawan terhadap penyakit askariasis.

  • II. Trichuris trichiura

    a. Epidemiologi

    Angka prevalensi dan intensitas infeksi biasanya paling tinggi pada

    anak antara usia 3 dan 8 tahun. Penyakit cacingan tersebar luas, baik di

    perdesaan maupun di perkotaan. Angka infeksi tinggi, tetapi intensitas

    infeksi (jumlah cacing dalam perut) berbeda. Penyebaran cacing ini yaitu

    terkontaminasi tanah dengan tinja yang mengandung telur cacing Trichuris

    trichiura. Telur tumbuh ditempat lembab dengan suhu optimal ± 30o

    C.

    Telur infektif masuk melalui mulut bersama makanan atau minuman yang

    terkontaminasi atau melalui tangan yang kotor. 12,13

    b. Morfologi

    Hospes dari cacing ini adalah manusia. Cacing betina panjangnya 5cm

    dan yang jantan 4 cm. cacing dewasa hidup di colon ascendens dan caecum

    dengan bagian anteriornya masuk ke dalam mukosa usus. Satu ekor betina

    diperkirakan menghasilkan telur sehari sekitar 3000-10.000 butir telur. Telur

    berukuran 50-54 mikron x 2 mikron, berbentuk seperti tempayan dengan

    semacam penonjolan yang jernih pada kedua kutub. Kulit telur bagian luar

    bewarna kuning-kekuningan dan bagian dalam jernih.

    Telur yang dibuahi mengeluarkan hospes bersama tinja, telur menjadi

    matang dalam waktu 3- 6 minggu didalam tanah yang lembab. Telur matang

    merupakan telur yang berisi larva dan bentuk infektif.

  • Gambar 2.4 telur Trichuris Trichiura

    Cara infeksi langsung terjadi bila telur yang matang tertelan oleh

    manusia, kemudian larva akan keluar dari dinding telur dan masuk ke dalam

    usus halus setelah menjadi cacing dewasa, cacing turun ke bagian distal usus

    dan masuk ke colon ascendens dan caecum. Masa pertumbuhan mulai

    tertelan sampai menjadi cacing deasa betina dan siap bertelur sekitar 30-90

    hari. 12

    c. Siklus Hidup

    Manusia mendapat infeksi jika telur infektif tertelan melalui makan

    atau minuman yang terkontaminasi. Selanjutnya di bagian proksimal usus

    halus, telur menetas, larva keluar, menetap selama 3-10 hari. Membutuhkan

    2-3 bulan untuk menjadi dewasa setelah telur cacing ditelan, cacing dewasa

    akan turun ke usus besar dan menetap dalam beberapa tahun, bahkan

    menurut Kathryn & Jay, cacing dewasa dapat bertahan hidup di dalam

  • sekum, tempat dimana cacing tersebut menancapkan diri mencapai 8 tahun.

    Jelas sekali bahwa larva tidak mengalami migrasi dalam sirkulasi darah ke

    paru-paru.12,22

    Cacing betina mengeluarkan telurnya sekitar 3.000 sampai 20.000 telur

    per hari di dalam sekum.Waktu yang diperlukan sejak telur infektif tertelan

    sampai cacing betina menghasilkan telur, 30-90 hari. Seperti juga pada

    Ascaris lumbricoides, siklus hidup Trichuris trichiura merupakan siklus

    langsung karena keduanya tidak membutuhkan tuan rumah perantara.10,22

    Gambar 2.5 Siklus hidup Trichuris trichiura

  • d. Patologi dan gejala klinis

    Cacing ini ditemukan di dalam colon ascendens pada manusia. Pada

    infeksi berat, cacing tersebar diseluruh colon dan rectum, kadang-kadang

    terlihat pada mukosa rectum yang mengalami prolapsus akibat mengedan

    sewaktu penderita defekasi. Cacing ini memasukkan kepalanya kedalam

    mukosa usus hingga terjadi trauma yang dapat menimbulkan perdrahan dan

    menhisap darah hospesnya sehingga menimbulkan anemia.

    Gejala infeksi ringan dan sedang adalah anak menjadi gugup, susah

    tidur, muntah atau konstipasi, perut kembung, dan buang angin. Pada infeksi

    berat dijumpai berak encer yang mengandung darah , lender, nyeri perut ,

    tenesmus, anoreksia, anemia dan penurunan BB. Dapa terjadi prolapsus rekti

    akibat terjadi infeksi yang sangat berat.14

    e. Tatalaksana

    Obat – obat yang digunakan kan yaitu :

    a) Mebendazol

    Obat ini adalah obat cacing berspektrum luas dengan toleransi

    hospes yang baik. Diberikan satu tablet (100 mg) dua kali sehari selama

    tiga hari, tanpa melihat umur, dengan menggunakan obat ini sudah

    dilaporkan beberapa kasus terjadi migrasi ektopik.

  • b) Pirantel Pamoat

    Dosis tunggal sebesar 10 mg/kg berat badan adalah efektif untuk

    menyembuhkan kasus lebih dari 90%. Gejala sampingan, bila ada

    adalah ringan dan obat ini biasanya dapat diterima (well tolerate). Obat

    ini mempunyai keunggulan karena efektif terhadap cacing kremi dan

    cacing tambang. Obat berspekturm luas ini berguna di daerah endemik

    di mana infeksi multipel berbagai cacing Nematoda merupakan hal yang

    biasa.

    c) Albendazol

    Pada usia diatas 2 tahun diberikan dosis 400 mg (2 tablet) atau 20

    ml suspense berupa dosis tunggal. Sedangkan anak dibawah 2 tahun

    diberikan setengahnya.11

    f. Pencegahan

    Pencegahan penularan trikuriasis dilakukan melalui pengobatan

    penderita atau pengobatan massal untuk terapi pencegahan terhadap

    terjadinya reinfeksi di daerah endemis.

    Memperbaiki hygiene sanitasi

    perorangan dengan mencuci tangan sebelum makan dan mencuci buah, sayur

    ataupun makanan lain yang mungkin tercemar dengan telur cacing, memasak

    makanan dan minuman dengan baik dapat membunuh telur infektif cacing.

    Dan membuat atau memperbaiki sanitasi lingkungan, agar tak terjadi

  • pencemaran lingkungan oleh tinja penderita, misalnya membuat WC atau

    jamban yang baik di setiap rumah.20

    III. Ancylostoma duodenale dan Necator americanus

    a. Epidemiologi

    Cacing Necator Americanus dan Ancylostoma Duaodenale ditemukan

    didaerah tropis dan subtropis seperti asia dan afrika. Manusia sebagai hospes

    dari cacing ini. Endemisistas infeksi tergantung pada kondisi lingkungan

    untuk menetaskan telur dan maturasi larva. Kondisi yang optimal ditemukan

    didaerah pertanian di Negara tropis. Morbiditas dan mortalitas infeksi cacing

    tambang terjadi pada anak-anak. Dari suatu penelitian diperoleh setengah

    dari anak-anak yang telah terinfeksi sebelum usia 5 tahun, 90% terinfeksi

    pada usia 9 tahun. 14

    b. Morfologi

    Necator americanus dan Ancylostoma duodenale adalah dua spesies

    cacing tambang yang dewasa di manusia. Habitatnya ada di rongga usus

    halus. Cacing betina menghasilkan 9.000-10.000 butir telur sehari. Cacing

    betina mempunyai panjang sekitar 1 cm, cacing jantan kira-kira 0,8 cm,

    cacing dewasa berbentuk seperti huruf S atau C dan di dalam mulutnya ada

    sepasang gigi. Daur hidup cacing tambang adalah sebagai berikut, telur

    cacing akan keluar bersama tinja, setelah 1-1,5 hari dalam tanah, telur

    tersebut menetas menjadi larva rabditiform.

  • Dalam waktu sekitar 3 hari larva tumbuh menjadi larva filariform yang

    dapat menembus kulit dan dapat bertahan hidup 7-8 minggu di tanah. Telur

    cacing tambang yang besarnya kira-kira 60x40 mikron, berbentuk bujur dan

    mempunyai dinding tipis.

    Gambar 2.6 Cacing Tambang

    Di dalamnya terdapat beberapa sel, larva rabditiform panjangnya

    kurang lebih 250 mikron, sedangkan larva filriform panjangnya kurang lebih

    600 mikron. Setelah menembus kulit, larva ikut aliran darah ke jantung terus

    ke paru-paru. Di paru larvanya menembus pembuluh darah masuk ke

    bronchus lalu ke trachea dan laring. Dari laring, larva ikut tertelan dan

    masuk ke dalam usus halus dan menjadi cacing dewasa. Infeksi terjadi bila

    larva filariform menembus kulit atau ikut tertelan bersama makanan. 11

  • c. Siklus Hidup

    Telur keluar bersama tinja pada tanah yang cukup baik, suhu optimal

    23-330C, dalam 24-48 jam akan menetas, keluar larva rhabdatiform yang

    berukuran (250-300) x 17 mikronmeter. Larva ini mulutnya terbuka dan aktif

    makan sampah organic atau bakteri pada tanah sekitar tinja. Pada hari ke

    lima, berubah menjadi larva yang lebih kurus dan panjang disebut larva

    filariform yang infektif yang ukurannya sekitar 500-600 mikrometer. Larva

    ini tidak makan, mulutnya tertutup, esophagus panjang, ekor tajam, dapat

    hidup pada tanah yang baik selama dua minggu.

    Jika larva menyentuh kulit manusia yang merupakan satu-satunya

    hospes definitive N. americanus maupun A. duodenale, biasanya pada sela

    antara 2 jari kaki atau dorsum pedis, melalui follikel rambut, pori-pori kulit

    ataupun kulit yang rusak, larva secara aktif menembus kulit masuk ke dalam

    kapiler darah, terbawa aliran darah, kemudian terjadi seperti pada Ascaris

    Lumbricoides

  • Gambar 2.7 Siklus hidup cacing tambang

    d. Patologi dan Gejala Klinis

    a) Larva

    Bila banyak larva filariform sekaligus menembus kulit , maka

    terjadi perubahan kulit yang disebut ground itch. Perubahan pada paru

    biasanya ringan.

  • b) Cacing dewasa

    Gejala tergantung pada spesises, jumlah cacing dan keadaan gizi

    penderita. Gejala utama desebabkan karena perdarahan usus kronik.

    Ancylostoma duodenale menyebabkan kehilangan darah 0,08-0,34 cc

    sedangan Necator americanus 0,005-0,1 cc sehari. Terjadi anemia

    defisisensi besi dan hipoalbuminemia jika perdarahan melebihi asupan

    serta penyimpanan besi dan protein. Biasanya daya tahan berkurang dan

    prestasi kerja menurun.

    e. Tatalaksana

    a) Mebendazol

    Obat ini adalah obat cacing berspektrum luas dengan toleransi

    hospes yang baik. Diberikan satu tablet (100 mg) dua kali sehari selama

    tiga hari, tanpa melihat umur, dengan menggunakan obat ini sudah

    dilaporkan beberapa kasus terjadi migrasi ektopik.

    b) Pirantel Pamoat

    Dosis tunggal sebesar 10 mg/kg berat badan adalah efektif untuk

    menyembuhkan kasus lebih dari 90%. Gejala sampingan, bila ada

    adalah ringan dan obat ini biasanya dapat diterima (“well tolerated”).

    Obat ini mempunyai keunggulan karena efektif terhadap cacing kremi

    dan cacing tambang. Obat berspekturm luas ini berguna di daerah

  • endemik di mana infeksi multipel berbagai cacing Nematoda merupakan

    hal yang biasa.

    c) Albendazol

    Pada usia diatas 2 tahun diberikan dosis 400 mg (2 tablet) atau 20

    ml suspense berupa dosis tunggal. Sedangkan anak dibawah 2 tahun

    diberikan setengahnya.11

    f. Pencegahan

    Pencegahan reinfeksi dengan sanitasi yang baik dapat dilakukan.

    Pencegahan dengan menggunakan alas kaki untuk mencegah masuknya

    larva filariform cacing tambang kedalam kulit kaki. Dan menggunakan

    sarung tangan untuk pekerja kebun sebagai proteksi juga. Selain itu dengan

    mengobati pasien dan karier untuk menghentikan sumber infeksi.21,22

    C. Prestasi Belajar

    1. Pengertian Prestasi Belajar

    Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, pengertian prestasi adalah

    hasil yang telah dicapai (dari yang telah diakukan, dikerjakan, dan

    sebagainya), sedangkan belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian

    atau ilmu. Prestasi belajar menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti :

  • a) Penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan

    oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau

    angka nilai yang diberikan guru,

    b) kemampuan yang sungguh-sungguh ada atau dapat diamati (actual

    ability) dan yang dapat diukur langsung dengan tes tertentu. 16

    Belajar berlangsung karena adanya tujuan yang akan dicapai

    seseorang. Tujuan inilah yang mendorong seseorang untuk melakukan

    kegiatan belajar, sebagaimana pendapat yang dikemukakan oleh Sardiman

    bahwa tujuan belajar pada umumnya ada tiga macam, yaitu :

    Untuk mendapatkan pengetahuan

    Hal ini ditandai dengan kemampuan berpikir, karena antara

    kemampuan berpikir dan pemilihan pengetahuan tidak dapat

    dipisahkan. Kemampuan berpikir tidak dapat dikembangkan tanpa

    adanya pengetahuan dan sebaliknya kemampuan berpikir akan

    memperkaya pengetahuan.

    Penanaman konsep dan keterampilan

    Penanaman konsep memerlukan keterampilan, baik

    keterampilan jasmani maupun keterampilan rohani. Keterampilan

    jasmani adalah keterampilan yang dapat diamati sehingga akan

    menitikberatkan pada keterampilan penampilan atau gerak dari

    seseorang yang sedang belajar termasuk dalam hal ini adalah

  • masalah teknik atau pengulangan. Sedangkan keterampilan rohani

    lebih rumit, karena lebih abstrak, menyangkut persoalan

    penghayatan, keterampilan berpikir serta kreativitas untuk

    menyelesaikan dan merumuskan suatu konsep.

    Pembentukan sikap

    Pembentukan sikap mental dan perilaku anak didik tidak akan

    terlepas dari soal penanaman nilai-nilai, dengan dilandasi nilai,

    anak didik akan dapat menumbuhkan kesadaran dan kemampuan

    untuk mempraktikan segala sesuatu yang sudah dipelajarinya.17

    2. Penilaian Hasil Prestasi Belajar

    Penialian hasil belajar adalah proses pemberian nilain terhadap hasil-

    hasil belajar yang dicapai siswa dengan criteria tertentu. Penilaian Hasil

    Belajar oleh Satuan Pendidikan adalah proses pengumpulan informasi/data

    tentang capaian pembelajaran peserta didik dalam aspek pengetahuan dan

    aspek keterampilan yang dilakukan secara terencana dan sistematis dalam

    bentuk penilaian akhir dan ujian sekolah. Permendiknas No. 23 tahun 2016

    pasal 1 tentang standar penilaian pendidikan yaitu :

    a) Standar Penilaian Pendidikan adalah kriteria mengenai lingkup, tujuan,

    manfaat, prinsip, mekanisme, prosedur, dan instrumen penilaian hasil

    belajar peserta didik yang digunakan sebagai dasar dalam penilaian

  • hasil belajar peserta didik pada pendidikan dasar dan pendidikan

    menengah.

    b) Penilaian adalah proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk

    mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik.

    c) Pembelajaran adalah proses interaksi antar peserta didik, antara peserta

    didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan

    belajar

    d) Ulangan adalah proses yang dilakukan untuk mengukur pencapaian

    Kompetensi Peserta Didik secara berkelanjutan dalam proses

    Pembelajaran untuk memantau kemajuan dan perbaikan hasil belajar

    Peserta Didik.

    e) Ujian sekolah/madrasah adalah kegiatan yang dilakukan untuk

    mengukur pencapaian kompetensi peserta didik sebagai pengakuan

    prestasi belajar dan/atau penyelesaian dari suatu satuan pendidikan.

    f) Kriteria Ketuntasan Minimal yang selanjutnya disebut KKM adalah

    kriteria ketuntasan belajar yang ditentukan oleh satuan pendidikan

    yang mengacu pada standar kompetensi kelulusan, dengan

    mempertimbangkan karakteristik peserta didik, karakteristik mata

    pelajaran, dan kondisi satuan pendidikan.18

  • 3. Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar

    Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa dapat dibedakan

    menjadi tiga macam, yakni:

    a) Faktor internal (faktor dari dalam siswa), yakni kondisi jasmani dan

    rohani siswa.19

    Faktor fisiologis : Keadaan fisik yang sehat dan kuat dapat

    mempengaruhi belajar siswa dan mempengaruhi hasil belajar

    yang baik. Jika keadaan fisik kurang, maka akan berpengaruh

    terhadap hasil belajar siswa

    Faktor psikologis : Intelegensi, perhatian, minat, motivasi dan

    bakat. Faktor-faktor psikologis ini dapat mempengaruhi hasil

    belajar siswa.

    b) Faktor eksternal (faktor dari luar siswa), yakni kondisi lingkungan

    di sekitar siswa.19

    Faktor social : Terdiri dari lingkungan keluarga, lingkungan

    sekolah dan lingkungan masyarakat

    Faktor non sosial : Terdiri dari keadaan sekolah, keadaan

    tempat tinggal keluarga, alat-alat dan sumber belajar, keadaan

    cuaca dan waktu belajar siswa.

    c) Faktor pendekatan belajar (approach to learning)

  • Jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode

    yang digunakan siswa dalam mengikuti pembelajaran. Faktor-faktor

    di atas dalam banyak hal sering saling berkaitan dan mempengaruhi

    satu sama lain. Seorang siswa yang bersikap conserving terhadap

    ilmu pengetahuan atau bermotif ekstrinsik (faktor eksternal),

    biasanya cenderung mengambil pendekatan belajar yang sederhana

    dan tidak mendalam.

    Sebaliknya, seorang siswa yang berintellegensi tinggi (faktor

    internal) dan mendapat dorongan positif dari orang tuanya (faktor

    eksternal), mungkin akan memilih pendekatan belajar yang lebih

    mementingkan kualitas hasil pembelajaran. Jadi, karena pengaruh

    faktor-faktor di ataslah, muncul siswa-siswa yang high-achievers

    (berprestasi tinggi) dan under-achievers (berprestasi rendah) atau

    gagal sama sekali.19

    D. Anemia

    1. Pengertian Anemia

    Anemia adalah berkurangnya kapasitas pengangkutan oksigen oleh

    darah akibat berkurangnya sel darah merah dalam sirkulasi serta haemoglobin

    yang dikandungnya.

  • 2. Klasifikasi dan Etiologi

    Anemia dapat diklasifikasikan berdasarkan umur dan jenis kelamin

    denga melihat jumlah haemoglobin, hematokrit, dan ukuran eritrosit .Selain

    itu dengan dasar ukuran eritrosit (mean corpuscular volume/MCV) dan

    kemudian dibagi lebih dalam berdasarkan morfologi eritrositnya. Pada

    klasifikasi jenis ini, anemia dibagi menjadi anemia mikrositik, normositik dan

    makrositik. Klasifikasi anemia dapat berubah sesuai penyebab klinis dan

    patologis. Penyebab anemia secara garis besar dibagi menjadi dua kategori

    yaitu gangguan produksi eritrosit yaitu kecepatan pembentukan eritrosit

    menurun atau terjadi gangguan maturasi eritrosit dan perusakan eritrosit yang

    lebih cepat. Kedua kategori tersebut tidak berdiri sendiri, lebih dari satu

    mekanisme dapat terjadi.

    3. Patofisiologi

    Patofisiologi terjadinya anemia, dapat digolongkan pada tiga kelompok:

    a) Anemia akibat produksi sel darah merah yang berkurang atau gagal

    Anemia akibat penghancuran sel darah merah

    Anemia akibat kehilangan darah

    b) Anemia akibat produksi yang berkurang atau gagal

    Pada anemia tipe ini, tubuh memproduksi sel darah yang terlalu

    sedikit atau sel darah merah yang diproduksi tidak berfungsi dengan

    baik. Hal ini terjadi akibat adanya abnormalitas sel darah merah atau

  • kekurangan mineral dan vitamin yang dibutuhkan agar produksi dan

    kerja dari eritrosit berjalan normal. Kondisi kondisi yang

    mengakibatkan anemia ini antara lain Sickle cell anemia, gangguan

    sumsum tulang dan stem cell, anemia defisiensi zat besi, vitamin B12,

    dan Folat, serta gangguan kesehatan lain yang mengakibatkan

    penurunan hormon yang diperlukan untuk proses eritropoesis.

    c) Anemia akibat penghancuran sel darah merah

    Bila sel darah merah yang beredar terlalu rapuh dan tidak

    mampu bertahan terhadap tekanan sirkulasi maka sel darah merah

    akan hancur lebih cepat sehingga menimbulkan anemia hemolitik.

    Penyebab anemia hemolitik yang diketahui atara lain:

    Keturunan, seperti sickle cell anemia dan thalassemia

    Adanya stressor seperti infeksi, obat obatan, bisa hewan, atau

    beberapajenis makanan

    Toksin dari penyakit liver dan ginjal kronis

    Autoimun

    Pemasangan graft, pemasangan katup buatan, tumor, luka

    bakar, paparan kimiawi, hipertensi berat, dan gangguan

    trombosis

  • Pada kasus yang jarang, pembesaran lien dapat menjebak sel

    darah merah dan menghancurkannya sebelum sempat

    bersirkulasi.

    d) Anemia akibat perdarahan

    Darah Anemia ini dapat terjadi pada perdarahan akut yang hebat

    ataupun pada perdarahan yang berlangsung perlahan namun kronis.

    Perdarahan kronis umumnya muncul akibat gangguan gastrointestinal

    (misal ulkus, hemoroid, gastritis, atau kanker saluran pencernaan),

    penggunaan obat obatan yang mengakibatkan ulkus atau gastritis

    (misal OAINS), menstruasi, dan proses kelahiran.40

    E. Status Gizi

    1. Pengertian Status Gizi

    Status gizi adalah suatu ukuran mengenai kondisi tubuh seseorang yang

    dapat dilihat dari makanan yang dikonsumsi dan penggunaan zat-zat gizi di

    dalam tubuh. Status gizi dibagi menjadi tiga kategori, yaitu status gizi kurang,

    gizi normal, dan gizi lebih. Status gizi normal merupakan suatu ukuran status

    gizi dimana terdapat keseimbangan antara jumlah energi yang masuk ke

    dalam tubuh dan energi yang dikeluarkan dari luar tubuh sesuai dengan

    kebutuhan individu. Energi yang masuk ke dalam tubuh dapat berasal dari

    karbohidrat, protein, lemak dan zat gizi lainnya.

  • Status gizi normal merupakan keadaan yang sangat diinginkan oleh

    semua orang. Status gizi kurang atau yang lebih sering disebut undernutrition

    merupakan keadaan gizi seseorang dimana jumlah energi yang masuk lebih

    sedikit dari energi yang dikeluarkan. Hal ini dapat terjadi karena jumlah

    energi yang masuk lebih sedikit dari anjuran kebutuhan individu. Status gizi

    lebih (overnutrition) merupakan keadaan gizi seseorang dimana jumlah energi

    yang masuk ke dalam tubuh lebih besar dari jumlah energi yang dikeluarkan.

    2. Penilaian Status Gizi

    Penilaian status gizi merupakan penjelasan yang berasal dari data yang

    diperoleh dengan menggunakan berbagai macam cara untuk menemukan

    suatu populasi atau individu yang memiliki risiko status gizi kurang maupun

    gizi lebih. Penilaian status gizi terdiri dari dua jenis, yaitu :

    a. Penilaian Langsung

    Antropometri merupakan salah satu cara penilaian status gizi yang

    berhubungan dengan ukuran tubuh yang disesuaikan dengan umur

    dan tingkat gizi seseorang. Pada umumnya antropometri mengukur

    dimensi dan komposisi tubuh seseorang. Metode antropometri sangat

    berguna untuk melihat ketidakseimbangan energi dan protein. Akan

    tetapi, antropometri tidak dapat digunakan untuk mengidentifikasi

    zat-zat gizi yang spesifik.

  • Pemeriksaan klinis merupakan cara penilaian status gizi berdasarkan

    perubahan yang terjadi yang berhubungan erat dengan kekurangan

    maupun kelebihan asupan zat gizi. Pemeriksaan klinis dapat dilihat

    pada jaringan epitel yang terdapat di mata, kulit, rambut, mukosa

    mulut, dan organ yang dekat dengan permukaan tubuh (kelenjar

    tiroid).

    Pemeriksaan biokimia disebut juga cara laboratorium. Pemeriksaan

    biokimia pemeriksaan yang digunakan untuk mendeteksi adanya

    defisiensi zat gizi pada kasus yang lebih parah lagi, dimana

    dilakukan pemeriksaan dalam suatu bahan biopsi sehingga dapat

    diketahui kadar zat gizi atau adanya simpanan di jaringan yang paling

    sensitif terhadap deplesi, uji ini disebut uji biokimia statis. Cara lain

    adalah dengan menggunakan uji gangguan fungsional yang berfungsi

    untuk mengukur besarnya konsekuensi fungsional daru suatu zat gizi

    yang spesifik Untuk pemeriksaan biokimia sebaiknya digunakan

    perpaduan antara uji biokimia statis dan uji gangguan fungsional.

    Pemeriksaan biofisik merupakan salah satu penilaian status gizi

    dengan melihat kemampuan fungsi jaringan dan melihat perubahan

    struktur jaringan yang dapat digunakan dalam keadaan tertentu.

  • b. Penilaian Tidak Langsung

    Survei Konsumsi

    Makanan Survei konsumsi makanan merupakan salah satu

    penilaian status gizi dengan melihat jumlah dan jenis makanan yang

    dikonsumsi oleh individu maupun keluarga. Data yang didapat dapat

    berupa data kuantitatif maupun kualitatif. Data kuantitatif dapat

    mengetahui jumlah dan jenis pangan yang dikonsumsi, sedangkan

    data kualitatif dapat diketahui frekuensi makan dan cara seseorang

    maupun keluarga dalam memperoleh pangan sesuai dengan

    kebutuhan gizi.

    Statistik Vital

    Statistik vital merupakan salah satu metode penilaian status gizi

    melalui data-data mengenai statistik kesehatan yang berhubungan

    dengan gizi, seperti angka kematian menurut umur tertentu, angka

    penyebab kesakitan dan kematian, statistik pelayanan kesehatan, dan

    angka penyakit infeksi yang berkaitan dengan kekurangan gizi .

    Faktor Ekologi

    Penilaian status gizi dengan menggunakan faktor ekologi

    karena masalah gizi dapat terjadi karena interaksi beberapa faktor

    ekologi, seperti faktor biologis, faktor fisik, dan lingkungan budaya.

    Penilaian berdasarkan faktor ekologi digunakan untuk mengetahui

  • penyebab kejadian gizi salah (malnutrition) di suatu masyarakat yang

    nantinya akan sangat berguna untuk melakukan intervensi gizi.

    c. Indeks Antropometri

    Indeks antropometri adalah pengukuran dari beberapa parameter.

    Indeks antropometri bisa merupakan rasio dari satu pengukuran terhadap

    satu atau lebih pengukuran atau yang dihubungkan dengan umur dan

    tingkat gizi. Salah satu contoh dari indeks antropometri adalah Indeks

    Massa Tubuh (IMT) atau yang disebut dengan Body Mass Index. IMT

    merupakan alat sederhana untuk memantau status gizi orang dewasa

    khususnya yang berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan berat badan,

    maka mempertahankan berat badan normal memungkinkan seseorang

    dapat mencapai usia harapan hidup yang lebih panjang. IMT hanya dapat

    digunakan untuk orang dewasa yang berumur diatas 18 tahun. Dua

    parameter yang berkaitan dengan pengukuran Indeks Massa Tubuh, terdiri

    dari :

    Berat Badan

    Berat badan merupakan salah satu parameter massa tubuh

    yang paling sering digunakan yang dapat mencerminkan jumlah

    dari beberapa zat gizi seperti protein, lemak, air dan mineral. Untuk

    mengukur Indeks Massa Tubuh, berat badan dihubungkan dengan

    tinggi badan.

  • Tinggi Badan

    Tinggi badan merupakan parameter ukuran panjang dan dapat

    merefleksikan pertumbuhan skeletal (tulang).39

    F. Kebersihan Menurut Pandangan Islam

    1. Kebersihan Lingkungan

    Kebersihan lingkungan itu sendiri akan sangat berpengaruh terhadap

    keselamatan manusia yang ada disekitarnya, oleh sebab itu menjaga

    kebersihan lingkungan sama pentingnya dengan menjaga kebersihan diri. Ada

    beberapa hal yang perlu kita perhatikan berkaitan dengan kebersihan

    lingkungan ini;

    Menjaga kesehatan sumber air. Hendaklah kita selalu menjaga

    kebersihan sumber air, seperti sumur, kolam, sungai dan lain-lain,

    karena air itu akan kita gunakan sebagai sumber air minum, mencuci,

    mandi dan sebagainya. Air yang tercemar akan menyebabkan lahirnya

    berbagai penyakit. Dalam hal ini Islam telah dengan tegas melarang

    umatnya supaya tidak mengotori sumber air.

  • Rasulullah SAW bersabda:

    Artinya: Dari Jabir, dari Rasulullah shallallahu „alaihi wa sallam,

    bahwasanya beliau melarang kencing di air yang tergenang. (HR. Muslim).

    Menjaga kesucian tempat yang ramai dikunjungi orang, hal ini sangat

    penting karena jika saja tempat itu kotor dan menjadi sarang penyakit,

    maka akan sangat mudah menjangkiti banyak orang dalam waktu

    bersamaan.

    Menyadari bahaya tersebut Rasulullah dengan tegas melarang kita untuk

    buang air besar maupun kecil di tempat yang dilewati banyak orang, dijadikan

    tempat berteduh, dibawah pohon yang berbuah, tempat ibadah dan lain-lain.

    Dalam hadis yang diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a, dikatakan :

    “Bahwasanya Rasulullah Saw. Bersabda, „hindarilah dua hal yang

    menyebabkan orang sering dilaknat!‟ Para Sahabat bertanya, „Apakah dua hal

    tersebut wahai Rasullullah?” Rasulullah menjawab, „Membuang hajat di

    jalanan atau di tempat orang berteduh”.

    2. Kebersihan Pakaian

    “Dan bersihkanlah pakaianmu” (QS. Al Mudatsir: 4). Dalam ayat ini

    Allah memerintahkan Nabi Muhammad SAW supaya membersihkan pakaian,

    karena bersuci dengan maksud beribadah hukumnya wajib. Selain

  • membersihkan pakaian dari najis dan kotoran, pengertian lebih luas lagi yakni

    dengan membersihkan tempat tinggal dan lingkungan hidup dari segala

    bentuk kotoran, sampah, dan lain-lain.

    3. Kebersihan Badan

    Dalam Islam telah disyariatkan perintah menjaga kebersihan dan

    menganjurkan supaya umatnya sentiasa menjaga kebersihan rohani dan

    jasmani, yang juga bermaksud supaya umat Islam sentiasa bersih, harum

    wangi, kemas dan ceria dalam kehidupan sehari-harian.

    Sebagaimana sabda Rasulullah SAW yang bermaksud: 'Mandi itu adalah

    wajib ke atas setiap orang Islam yang mana pada setiap tujuh hari, satu hari

    daripadanya wajib membasuh kepala dan jasmaninya”. Sabdanya lagi yang

    bermaksud: 'Lima perkara yang menjadi fitrah manusia iaitu berkhatan,

    mencukur bulu ari-ari, menggunting misai, memotong kuku dan mencabut

    bulu ketiak” (HR At- Thabrani).

    Sabda Rasulullah SAW lagi kepada Abu Hurairah RA, yang bermaksud:

    “Wahai Abu Hurairah! Potonglah kuku-kukumu, kerana sesungguhnya

    syaitan itu mengikat kuku-kuku yang panjang” (HR Ahmad). Maksud

    mengikat dalam Hadith ini, ialah bahawa syaitan akan mengikat dengan sihir,

    rayuan dan godaan orang yang kukunya panjang.

  • Manakala Syaikh al-Islam Ibnu Taymiyyah rahimahullah menyatakan

    bahawa: Sunnah Rasulullah datang dengan membawa ajaran untuk

    menghindari kekotoran yang ada pada tubuh badan manusia, sebagaimana dia

    juga datang dengan membawa ajaran bagi menghindari kekotoran rohani.

    Menjaga kebersihan diri dari segi rohani dan jasmani adalah satu kewajipan

    bagi setiap umat Islam yang akil baligh.

    4. Kebersihan Hati

    Ibnul Qayyim rahimahullah menerangkan bahwa hati yang bersih adalah

    hati yang selamat dari kesyirikan, sifat dengki, dendam, sombong, hasad,

    bakhil, cinta kepada dunia dan kududukan; selamat dari segala penyakit yang

    menjauhkannya dari Allah SWT, selamat dari kerancuan-kerancuan berpikir

    yang akan merintangi berbuat kebaikan; selamat dari setiap hawa nafsu yang

    menyelisihi perintah-Nya SWT, selamat dari semua keinginan yang

    bertentangan dengan kehendak Allah SWT, serta selamat dari sesuatu yang

    memutuskan hubungan dirinya dengan Allah SWT.

    Ibnul Qayyim menambahkan penjelasan yang lebih gambling,yaitu:

    “Ada perbedaan mendasar antara hati yang bersih dengan hati yang kotor,

    yang teperdaya, yang lalai. Hati yang bersih selamanya tidak akan

    menhendaki keburukan sedikit pun, sehingga ia pun akan selamat dari

    keburukan tersebut. Hati yang lalai adalah hati yang dimiliki oleh orang jahil

    dan kurang pengetahuannya. Hati yang lalai merupakan sesuatu yang tidak

  • terpuji, bahkan ia merupakan sesuatu yang tercela. Sedangkan seseoran akan

    dikatakan baik bila terhindar dari keadaan seperti itu. Di antara perkara-

    perkara yang dapat menghantarkan kepada kebersihan hati:

    1) Ikhlas

    Dari Zaid bin Tsabit r.a bahwasanya Rasulullah bersabda: “Tidak

    aka nada kedengkian sedikit pun pada hati seorang muslim, manakala

    terdapat padanya tiga perkara, yaitu keikhlasan dalam beramal, memberi

    nasihat kepada para pemimpin, dan berpegang kepada jama‟ah kaum

    muslimin, karena doa mereka menyertainya.” (Riwayat Ahmad: 5/183,

    dan dishahihkan Al Albani dalam Kitab Al-Misykat no: 229).

    Ibnu Al-Atsir rahimahullah mengomentari hadits tersebut, “Bahwa

    dengan tiga perkara tersebut, yaitu memurnikan keikhlasan, mau memberi

    nasihat dan berpegang teguh dengan sunnah Nabi, hati akan menjadi baik.

    Maka, barangsiapa yang berpegang teguh dengan tiga hal tersebut hatinya

    akan bersih dari khianat, dengki dan keburukan lainnya.”

    2) Ridha

    Ketentuan Allah Ibnul Qayyim rahimahullah berkata, “Keridhaan

    akan membuka pintu keselamatan bagi seorang hamba, dan akan

    membersihkan hati dari tipu daya, hasad dan dengki. Sesungguhnya tidak

    ada yang bisa selamat dari siksa Allah „Azza wa Jalla kecuali orang-orang

    yang menghadap Allah dengan hati yang bersih; dan tidak mungkin hati

  • bisa menjadi bersih tanpa diiringi dengan keridhaan. Semakin bertambah

    perasaan ridha seseorang maka akan semakin bersih hatinya.

    Hati yang bersih dan kebaikan yang menyertainya akan muncul

    beriringan dengan keridhaan; sebaliknya kejahatan, kedengkian dan

    khianat juga akan muncul beriringan dengan rasa kecewa dan rasa tidak

    ridha. Hati yang hasad merupakan buah dari rasa kecewa, sedang hati

    yang bersih adalah buah dari rasa ridha.” Karena itulah dikatakan,

    “Seseorang pendengki adalah musuh dari nikmat Allah SWT, sebab rasa

    dengki pada hakikatnya merupakan salah satu bentuk penentangan

    terhadap pemberian Allah SWT.

    3) Membaca dan merenungkan Ayat-Ayat Al-Qur‟an

    Al-Qur‟an adalah obat penawar bagi segala penyakit. Orang yang

    merugi adalah orang yang tidak mendapatkan obat dengan diturunkannya

    Al-Qur‟an. Allah SWT berfirman: “Wahai manusia, sesungguhnya telah

    datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-

    penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-

    orang yang beriman.” (Q.S. Yunus (10) : 57).

    Al-Qur‟an adalah obat yang mujarab bagi semua penyakit hati dan

    beban, juga bagi penyakit dunia dan akhirat. Semua penyakit, baik

    penyakit hati atau badan telah ditunjukkan jalan penyembuhannya dan

    upaya pencegahannya, bagi mereka yang diberi Allah..pemahaman

    tentang Al-Qur‟an (QS. Al-Isra‟: 282)

  • 4) Shadaqah

    Shadaqah bisa membersihkan hati dan menyucikan jiwa seseorang.

    Oleh sebab itu, Allah SWT memerintahkan kepada Nabinya SAW :

    “Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu

    membersihkan dan mensucikan mereka…” (QS. At-Taubah (9): 103)

    Dan Rasulullah Shallallahu „alaihi wasallam bersabda: “Obatilah

    orang-orang yang sakit di antara kalian dengan shadaqah” (Hadits

    dihasankan Albani dalam Shahih Jami‟ no: 3358).

    5) Puasa tiga hari dalam satu bulan

    Tentang hal ini Rasulullah SAW bersabda: “Maukah kalian aku

    kabarkan sesuatu yang bisa menghilangkan kedengkian hati? Berpuasalah

    kalian tiga hari dalam satu bulan. Puasa adalah suatu amalan yang

    bermanfaat untuk meredakan kekuatan syahwat dan amarah, serta

    melemahkan keinginan balas dendam. Dan puasa tersebut –dengan izin

    Allah- kiranya cukup untuk menghilangkan kemarahan, serta rasa

    dendam. Al Faqih Abul Laits As Samarqandi menuturkan bahwa Nabi

    Saw bersabda : “puasalah kamu sekalian pada bulan sabar (yakni bulan

    Ramadhan) dan tiga hari setiap bulan, maka itu sepadan dengan puasa

    sepanjang tahun dan dapat menghilangkan rasa dengki serta iri hati. (dari

    Abu Ja‟far, dari Abu Bakar Muhammad bin Abdullah, dari Muhammad

    bin ali, dari Yahya bin Muhammad bin Kamil bin Thalhah, dari Humad

  • bin Salamah, dari AlHajjaj bin Abu Ishaq, dari Harts bin Ali

    karamallaahu wajhah).

    G. Prestasi Belajar Menurut Pandangan Islam

    Allah SWT memberitahukan kepada kita, bahwa pekerjaan evaluasi

    terhadap anak didik adalah merupakan suatu tugas penting dalam rangkaian

    proses pendidikan yang telah dilaksanakan dalam pendidikan. Hal ini dapat

    dipahami dari ayat-ayat berikut ini:

    “Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda)

    seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para malaikat lalu berfirman:

    “Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu memang benar orang-

    orang yang benar!” Mereka menjawab:”Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami

    ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami; Sesungguhnya

    Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana”. (Q.S. Al Baqarah: 31-

    32)

    Allah berfirman: “Hai Adam, beritahukanlah kepada mereka nama-nama

    benda itu, Allah berfirman: “Bukankah sudah Kukatakan kepadamu, bahwa

    sesungguhnya Aku mengetahui rahasia langit dan bumi dan mengetahui apa yang

    kamu lahirkan dan apa yang kamu sembunyikan?” (Q.S. Al Baqarah:33)

    Dari ayat tersebut ada empat hal yang dapat diketahui. Pertama, Allah SWT

    dalam ayat tersebut bertindak sebagai guru memberikan pengajaran kepada Nabi

    Adam as; kedua, para malaikat tidak memperoleh pengajaran sebagaimana yang

    telah diterima Nabi Adam. Ketiga, Allah SWT memerintahkan kepada Nabi

  • Adam agar mendemonstrasikan ajaran yang diterima di hadapan para malaikat.

    Keempat, materi evaluasi atau yang diujikan haruslah yang pernah diajarkan.

    H. Kerangka Teori

    sanitasi Hyegine

    1. Kebiasaan memotong

    kuku

    2. Kebiasaan mencuci

    tangan

    3. Kebiasaan memakai

    alas kaki

    Infeksi cacing STH

    1. Konsumsi makanan

    dan minuman yang

    dimasak

    2. Kepemilikan jamban

    3. Sumber air

    Anemia Ggn absorbsi

    Nafsu

    makan

    Mual,,

    muntah, diare

    Def. nutrisi

    Status gizi

    kondisi fisik Lingkungan

    Rumah

    Lingkungan

    sekolah

    Lingkungan

    masyarakat

    Prestasi Belajar

    Zat Besi

    pembentukan

    eritrosit-

    eritropoetin

    Produksi

    eritrosit

    Hb O2 Ke jaringan

    metabolism tubuh Cepat lelah, kurang

    berkonsentrasi,

    pusing

    Motivasi dan minat

    belajar menurun

  • BAB III

    KERANGKA KONSEP

    A. Kerangka Konsep

    Prestasi belajar dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal.

    Faktor internal berasal dari dalam diri siswa seperti factor jasmani dan faktor

    psikologis. Apabila kondisi tubuh siswa sedang menurun akan memengaruhi

    pretasi belajarnya. Sedangkan faktor eksternal merupakan faktor yang berasal

    dari luar individu yang dapat mempengaruhi prestasi belajar yaitu lingkungan

    keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat disekitarnya.

    Variabel yang diteliti :

    Variabel Independent

    Variabel dependent

    PRESTAS

    I

    BELAJA

    Infeksi Kecacingan

    Nilai rata-rata

    ulangan harian

  • B. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif

    1. Infeksi Kecacingan

    Yang dimaksud dengan Infeksi Kecacingan dalam penelitian ini adalah

    infeksi cacing usus yang apabila dalam pemeriksaan tinja ditemukan telur

    cacing, larva atau cacing dewasa dengan menggunakan metode natif.

    Variabel Independent ini menggunakan jenis data kualitatif dengan skala

    ordinal.

    Kriteria obyektif:

    a. Positif : Ditemukan telur, larva atau cacing didalam feses.

    b. Negatif : Tidak ditemukan telur, larva atau cacing dalam feses

    2. Variabel Dependent

    Yang dimaksud dengan prestasi belajar dalam penelitian ini adalah

    tingkat kemampuan yang dicapai siswa dalam mengikuti proses belajar

    mengajar sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan dalam pembelajaran.

    Prestasi yang dicapai oleh siswa merupakan gambaran belajar siswa setelah

    mengikuti proses belajar mengajar dan merupakan interaksi antara beberapa

    faktor yang mempengaruhinya. Variabel dependent menggunakan jenis data

    kualitatif dengan skala ordinal

    a. Alat pengukuran : Daftar nilai siswa

    b. Cara pengukuran : Dilihat dari nilai rata-rata hasil ulangan

    harian pada siswa

  • c. Hasil pengukuran : Prestasi belajar dikelompokkan

    menjadi;

    1) Prestasi belajar baik: apabila responden mendapat skor ≥

    70-100

    2) Prestasi belajar kurang: apabila responden mendapat skor <

    69

    C. Hipotesis Penelitian

    1. Hipotesis Nol (H0)

    Tidak terdapat hubungan antara kejadian infeksi kecacingan dengan

    prestasi belajar pada siswa Sekolah Dasar .

    2. Hipotesis Alternatif (Ha)

    Terdapat hubungan antara kejadian infeksi kecacingan pada prestasi

    belajar dengan siswa Sekolah Dasar.

  • BAB IV

    METODE PENELITIAN

    A. Desain Penelitian

    Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional dengan

    pendekatan cross sectional yaitu mempelajari hubungan antara variabel bebas

    dengan variabel tergantung dengan melakukan pengukuran sesaat.

    B. Lokasi dan Waktu Penelitian

    Penelitian ini akan dilakukan di SD Inpres Balang-Balang Kab. Gowa yang

    akan dilakukan dari bulan Januari sampai Februari 2018.

    C. Teknik Pengambilan Sampel

    1. Populasi

    a. Populasi target

    Seluruh murid SD Inpres Balang-balang Kab. Gowa

    b. Populasi Terjangkau

    Seluruh murid SD Inpres Balang-balang Kab. Gowa kelas 2, 3, dan 4

    2. Sampel

    a. Teknik Pengambilan Sampel

    Sampel penelitian ini adalah siswa sekolah dasar dari kelas 2-4

    dari sekolah yang terpilih. Pengambilan sampel dilakukan dengan

    menggunakan metode Total Sampling yaitu teknik pengambilan sampel

    dimana jumlah sampel sama dengan populasi.

  • b. Kriteria Seleksi

    i. Kriteria Inklusi

    1) Siswa kelas II, III, IV SD

    2) Dapat berkomunikasi dengan baik

    3) Siswa bersedia berpartisipasi

    4) Mendapat izin dari orang tua

    ii. Kriteria eksklusi :

    1) Siswa berhalangan hadir pada saat penelitian

    2) Meminum obat anti helmintik pada saat penelitian

    D. Pengumpulan Data

    1. Teknik Pengumpulan Data

    a. Data Primer

    Metode pemeriksaan Laboratorium : Pemeriksaan feses dilakukan

    di Laboratorium Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah

    Makassar untuk mengamati telur, larva atau cacing didalam feses.

    b. Data Sekunder

    Data yang dipakai sebagai data pendukung untuk melengkapi

    penulisan skripsi ini yang didapat dari instansi yang terkait dan relevan

    dengan penelitian ini.

  • 2. Instrument Pengumpulan Data

    a. Metode Natif

    Penelitian ini menggunakan metode pemeriksaan secara langsung

    (metode natif) :

    Alat

    Mikroskop, gelas objek dan kaca penutup, handscoen,

    kayu aplikator, pot tinja, kertas label, selotip, tissue lensa

    Bahan

    Larutan eosin 2 %, Formalin 10 %

    Prosedur pemeriksaan

    1) Tulis identitas siswa pada kaca objek gelas dengan

    menggunakan pulpen marker

    2) Letakkan kaca objek gelas tersebut mendatar diatas meja

    3) Teteskan 1 tetes larutan eosin 2% pada objek gelas

    4) Ambil sedikit tinja dengan menggunakan kayu aplikator

    5) Letakkan pada larutan eosin 2% kemudian campur merata

    6) Tutup dengan kaca penutup

    7) Bersihkan dengan kertas/ tissue jika ada cairan yang

    berlebihan diluar kaca penutup

    8) Letakkan sediaan diatas meja objek mikroskop

    9) Siap untuk diperiksa di mikroskop

  • Interpretasi

    a) Positif : apabila ditemukan telur, larva atau cacing

    b) Negatif : apabila tidak ditemukan telur, larvaatau cacing

    Cara mengawetkan tinja

    1) Pot tinja diberi label identitas siswa

    2) Isi pot dengan formalin 10% sampai setengah dari pot

    3) Ambil tinja kira-kira sebanyak 1 sendok teh, masukkan ke

    dalam pot yang sudah berisi formalin

    4) Tutup pot dengan rapat dan diberi selotip agar tidak bocor

    b. Daftar Nilai Siswa

    Nilai hasil ulangan harian untuk mengetahui prestasi belajar siswa

    sekolah dasar yang diambil dari nilai rata-rata.

    E. Pengolahan Data

    Dalam proses pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan beberapa

    langkah yaitu :

    1. Editing

    Memeriksa kembali data - data yang telah dikumpulkan apakah ada

    kesalahan atau tidak.

    2. Coding

    Pemberian nomor-nomor kode atau bobot pada jawaban yang bersifat

    kategori.

  • 3. Tabulating

    Penyusunan / perhitungan data berdasarkan variable yang diteliti

    F. Analisis Data

    Data yang diperoleh kemudian disajikan dalam bentuk table dan dianalisis

    secata statictic descriptif menggunakan program SPSS.

    1. Analisis Univariat

    Analisis univariat dilakukan untuk menggambarkan distribusi

    frekuensi masing-masing variabel (variabel bebas dan varriabel terikat)

    dan karakteristik responden.

    2. Analisis bivariat

    Analisis bivariat dilakukan dengan uji Chi Square untuk

    mengetaahui hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat. Data

    pengambilan hipotesis penelitian berdasarkan pada tingkatan

    signifikan (nilai p), yaitu:

    a. Jika nilai p > 0,05 maka hipotesis penelitian ditolak

    b. Jika nilai p < 0.05 maka hipotesis penelitian diterima

  • G. Etika Penelitian

    1. Menyertakan surat izin penelitian dari pemerintah Kabupaten Gowa

    Sulawesi Selatan

    2. Meminta izin kepada Kepala Sekolah Dasar yang akan dilakukan penelitian

    3. Meminta izin kegada guru (wali kelas) sebelum melakukan poenelitian

    kepada siswa Sekolah Dasar kelas II-IV

    4. Melaksanakan penelitian tanpa mengganggu proses belajar mengajar di kelas

    5. Mengambil sampel terhadapsiswa Sekolah Dasar hanya pada siswa yang

    bersedia ikut serta dalam penelitian

  • H. Alur Penelitian

    Alur penelitian merupakan gambaran tentang proses penelitian secara

    sistematis mengenai tahapan yang akan dilakukan dari penelitian dimulai dari

    proses penemuan masalah sampai pada penyusunan laporan yang digunakan

    secara sistematis pada bagian berikut :

    Gambar 5.1 Alur Penelitian

    Surat Izin Melakukan Penelitian Di

    SD Inpres Balang-Balang Kab. Gowa

    Pengambilan Feses

    Informed Consent

    Pemeriksaan Di Laboratorium

    Pengolahan data

    Hasil Dan Kesimpulan

    Analisa data

    Sampel : Siswa-Siswi Kelas II, III dan IV

  • BAB V

    HASIL PENELITIAN

    A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

    Lokasi penelitian yang digunakan sebagai lokasi pengambilan sampel

    adalah SD Inpres Balang-Balang Gowa. Sekolah ini terletak di Kelurahan

    Romang Polong Kecamatan Somba Opu Kab. Gowa yang berdiri di atas tanah

    seluas 1334 dan luas bangunan 614 .

    Pada SD Inpres Balang-Balang ini terdiri dari 6 ruang kelas, 1 pepustakaan,

    1 ruang kepala sekolah, 1 ruang guru, 2 WC siswa dan 1 WC guru. Jumlah

    pengajar keseluruhan adalah 14 orang yang terdiri dari 7 guru PNS dan 7 guru

    Non PNS. Jumlah siswa di SD Inpres Balang-Balang adalah 322 orang. Di

    sekolah ini muridnya terbagi dalam hal waktu sekolah, ada yang masuk pagi dan

    ada yang masuk siang.

    B. Deskripsi Sampel Penelitian

    Sampel penelitian adalah siswa sekolah dasar kelas 2, 3, 4 yang sesuai

    dengan criteria, di dapatkan jumalh sampel adalah 78 orang responden yang

    memenuhi criteria. Namun yang mengembalikan pot tinja hanya 48 orang.

  • C. Analisis Univariat

    1. Distribusi Frekuensi Siswa Berdasarkan Jenis Kelamin

    Tabel 5.1

    Jenis Kelamin Jumlah (orang) Persentase (%)

    Laki-laki

    Perempuan

    24

    24

    50

    50

    Total 100 100

    Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat distribusi berdasarkan jenis

    kelamin pada 48 responden, dimana jumlah laki-laki 24 siswa (50%)

    dengan jumlah perempuan sebanyak 24 siswa (50%).

    2. Distribusi Frekuensi Siswa Berdasarkan Usia

    Table 5.2

    Usia Jumlah (orang) Persentase (%)

    8 tahun

    9 tahun

    10 tahun

    11 tahun

    8

    19

    14

    7

    16.7

    39.6

    29.2

    14.6

  • Total 48 100

    Berdasarkan distribusi berdasarkan usia, dapat dilihat bahwa usia

    terbanyak adalah umur 9 tahun (39.6%), dan terendah 11 tahun (14.6%)

    3. Distribusi Frekuensi Siswa Berdasarkan Infeksi Cacing

    Table 5.3

    Cacing Jumlah (orang) Persentase (%)

    Negative

    Positif

    31

    17

    64.6

    35.4

    Total 48 100

    Dari tabel diatas, dapat kita lihat prevalensi infeksi kecacingan pada

    pada 48 reponden yang terbanyak adalah negative sebanyak 31 siswa ( 64.6

    % ) Dan yang terinfeksi sebanyak 17 siswa (35.4%).

  • 4. Distribusi Frekuensi Siswa Berdasarkan Prestasi Belajar

    Table 5.4

    Prestasi belajar Jumlah (orang) Persentase (%)

    Baik

    Kurang

    35

    13

    72.9

    27.1

    Total 100 100

    Dari tabel diatas, dapat kita lihat prestasi belajar pada 48 responden,

    pretasi belajar baik sebanyak 35 siswa (72.9%) dan prestasi kurang 13

    siswa (27.1%)

    5. Distribusi Frekuensi Cacing Berdasarkan Jenisnya

    Table 5.5

    Jenis cacing Jumlah (orang) Persentase (%)

    A.lumbricoides

    T.trichiura

    Negative

    15

    2

    31

    31.2

    4.2

    64.6

    Total 48 100

  • Pada tabel diatas, dapat kita lihat distribusi masing-masing cacing

    pada rersponden. Reponden terinfeksi cacing Ascaris lumbricoides adalah

    15 siswa (31.2 %) sedangkan yang terinfeksi Trichuris trichiura sebanyak

    2 siswa (4.2%) Sedangkan tidak ada siswa yang terinfeksi jenis cacing

    Ancylostoma duodenale dan Necator americanus.

    6. Distribusi Infeksi Cacing Berdasarkan Jenis Kelamin

    Table 5.6

    Dari tabel diatas dapat dilihat distribusi infeksi kecacingan

    berdasarkan jenis kelamin reponden yaitu jumlah responden positif laki-laki

    sebanyak 9 siswa (18.8%)) jumlah perempuan yang terinfeksi sebanyak 8

    siswa (16.7%) Sedangkan jumlah laki-laki yang tidak terinfeksi sebanyak

    15 siswa (31.2%) dan jumlah perempuan yang tidak terinfeksi sebanyak 16

    siswa (33.3%)

    Jenis Kelamin Cacing Persentase (%)

    Negatif Positif Negatif Positif

    Laki-laki

    Perempuan

    15

    16

    9

    8

    31.2

    33.3

    18.8

    16.7

    Total 48 100

  • 7. Distribusi infeksi Cacing Berdasarkan Usia

    Table 5.7

    Dari tabel diatas dapat dilihat dimana usia presentase usia terbanyak

    terinfeksi adalah 9 tahun (14.2%) dan terendah 8 tahun(6.2%) dan 10 tahun

    (6.2%). Sedan