Upload
ngokhue
View
221
Download
8
Embed Size (px)
Citation preview
1
Terapi Perasan Buah Labu Siam (Sechium edule) terhadap Aktivitas Protease dan
Gambaran Histopatologi Kolon Tikus (Rattus norvegicus) IBD (Inflammatory
bowel disease) Hasil Induksi Indometasin
Chayotte (Sechium edule) Squeeze Therapy Toward Protease Activity and
Histopathologycal IBD (Inflammatory Bowel Disease) Rat’s
(Rattus norvegicus) Colon Indomethacine Induction
Haryadi Saptono, Aulanni’am, Herawati
Program Studi Pendidikan Dokter Hewan, Program Kedokteran Hewan,
Universitas Brawijaya
ABSTRAK
Inflammatory Bowel Disease (IBD) adalah penyakit peradangan yang terjadi
pada saluran pencernaan terutama kolon yang dapat disebabkan oleh efek samping
penggunaan obat anti inflamasi non-steroid seperti indometasin. Perasan buah labu siam
(Sechium edule) untuk terapi Inflammatory bowel disease (IBD) belum dilakukan.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui potensi flavonoid dalam perasan buah
labu siam menurunkan aktivitas protease dan memperbaiki kerusakan histopatologi
kolon tikus (Rattus norvegicus) IBD hasil induksi Indometasin. Hewan coba yang
digunakan yaitu tikus (Rattus norvegicus) jantan umur 8-12 minggu dengan berat 150 -
200 gram. Tikus dibagi menjadi 4 perlakuan, yaitu tikus kontrol negatif, tikus yang
diinduksi indometasin, tikus terapi 1 (induksi indometasin dan diberi terapi 10 g/tikus)
dan tikus terapi 2 (induksi indometasin dan diberi terapi 20 g/tikus. Induksi indometasin
dengan dosis 15 mg/kg BB dan terapi perasan buah labu siam (Sechium edule)
diberikan peroral. Aktivitas protease diukur menggunakan spektofotometer dan
pembuatan preparat histopatologi organ kolon menggunakan pewarnaan Hematoksilin-
Eosin (HE). Hasil penelitian menunjukkan pemberian terapi perasan buah labu siam
(Sechium edule) dapat menurunkan aktivitas protease yaitu 29,32% dan 49,91% pada
kelompok terapi 10g/tikus dan 20g/tikus dari kontrol sakit pada tikus model IBD secara
signifikan (p< 0,05) dan pada gambaran histopatologi kolon terlihat adanya perbaikan
mukosa kolon dan berkurangnya infiltrasi sel radang.
Kata kunci : IBD, Indometasin, Perasan Buah Labu Siam, Aktivitas protease, dan
Histapatologi kolon.
ABSTRACT
Inflammatory Bowel Disease (IBD) is an inflammatory disease on
gastrointestinal tract especially in colon caused by using Non Steroidal Anti
Inflammatory Drugs like indomethacine. Chayotte squeeze not been report for
Inflammatory bowel disease (IBD). The purpose of this research was knowing
potentialy of flavonoid in chayotte squeeze effect to decrease protease activity level and
repairing colon histopathology on rats (Rattus norvegicus) after indomethacine
induction. The experiment used male rats (Rattus norvegicus) aged 8 - 12 weeks and
150 - 200 g weight as an experimental animal. Rats divided into four treatment, control,
2
indomethacine induction, chayotte squeeze therapy 10 g/rat, and chayotte squeeze
therapy 20 g/rat. Dosage of indomethacin was 15mg/kg BW and chayotte squeeze
therapy distributed peroral. Protease activity level was assessed using
spectrophotometer and histopathology of colon staining by Hematoxylin eosin (HE)
method. The results showed that chayotte (Sechium edule) squeeze therapy decreased
protease activity level significantly (p < 0,05) are 29,32% and 49,91% for chayotte
squeeze herapy 10 g/rat and therapy 20 g/rat from control indomethacine. The
histopathology of colon had remodeling that confirmed by decreasing the damage of
mucosa membrane colon and inflammatory cells infiltration.
Key Words : IBD, Indomethacine, Chayotte squeeze, Protease Activity, Colon
Histopathology
Pendahuluan
Inflammatory Bowel Disease
(IBD) merupakan penyakit peradangan
yang menyerang saluran pencernaan,
terdiri atas dua tipe yaitu kolitis ulseratif
dan penyakit crohn. Sesuai dengan
namanya, kolitis ulseratif terjadi pada
kolon sedangkan penyakit crohn terjadi
pada usus halus (Korpacka et al., 2009).
Pada hewan menurut catatan medis The
Queen Mother Hospital untuk hewan
kasus Inflammatory Bowel Disease pada
bulan 1 Agustus 2003 hingga 31
desember 2009 tercatat ada 546 anjing
dengan 86 ras yang berbeda (Kathrani,
2011).
Secara umum penyebab IBD
adalah virus dan bakteri pathogen yang
menginfeksi saluran pencernaan, tetapi
beberapa penelitian menyebutkan
bahwa IBD dapat disebabkan oleh efek
samping penggunaan obat Non steroidal
anti-inflammatory drugs (NSAIDs)
seperti indometasin (Podolsky, 2002).
Indometasin sering digunakan sebagai
analgesik dan anti - inflamasi. Akan
tetapi, indometasin mempunyai efek
samping menyebabkan inflamasi pada
gangguan saluran pencernaan pada
manusia maupun hewan (Bures et al.,
2011). Di dalam tubuh indometasin
secara cepat dan hampir sempurna
diabsorbsi di usus setelah pemberian
per-oral (Tanaka et al., 2002).
Indometasin dengan dosis
15mg/kg BB dapat mengaktifkan
makrofag yang akan melepaskan ROS
(Reactive Oxygen Species). Produksi
ROS yang berlebih dalam sel
menyebabkan aktivasi NF - kB dan
fosforilasi inhibitor NF - kB. Kemudian
NF-kB berpindah menuju nukleus dan
mengekspresi sitokin pro-inflamasi
seperti TNF-α. Produksi TNF-α yang
berlebih pada sel akan menyebabkan
inflamasi. Adanya inflamasi akan
meningkatkan aktivasi neutrofil serta
pelepasan enzim protease yang
menyebabkan kerusakan jaringan
(Campbell et al., 2006 ; Houser et al.,
2012).
Menurut Lanas dan Laudanno
(2006) menyatakan bahwa pada kasus
IBD yang diterapi menggunakan obat-
obatan yang berasal dari bahan kimia
dapat memperparah kondisi inflamasi,
sehingga diperlukan terapi antiinflamasi
yang bersifat lebih aman dan berbahan
dasar dari alam. Tanaman herbal yang
telah digunakan untuk terapi IBD antara
lain rumput laut coklat (Sargassum
duplicatum Bory) dan daun kedondong
(Lannea coromandelica) yang
mengandung senyawa antioksidan
seperti flavonoid (Rahmah et al., 2012;
Sholichah, 2012).
3
Salah satu contoh sayuran buah
yang mengandung senyawa flavonoid
sebagai antioksidan adalah labu siam.
Labu siam (Sechium edule) diketahui
mempunyai manfaat sebagai obat pada
beberapa penyakit misalnya Diabet
melitus dan hiperkolesterol (Dyatmiko
et al., 2004 ; Putri, 2012). Beberapa
penelitian menyatakan bahwa selain
sebagai antioksidan, labu siam memiliki
efek antimikrobial, antihipertensi, dan
hipokolesterol (Manaf, 2010). Sehingga
diharapkan dalam penelitian ini
kandungan perasan buah labu siam
(Sechium edule) dapat digunakan
sebagai salah satu terapi Inflammatory
Bowel Disease (IBD) melalui
pengaruhnya pada penurunan aktivitas
protease dan perbaikan gambaran
histopatologi kolon.
Materi dan Metode Penelitian
Bahan penelitian yang digunakan
adalah tikus putih (Rattus norvegicus),
perasan buah labu siam, indometasin,
minyak jagung, aquades, larutan PBS -
Tween, Tris - HCl, pasir kuarsa, larutan
PSMF, PBS - Azida, Formaldehyde,
ethanol absolute, NaCl, KCl, PFA 4%,
etanol 70%, etanol 80%, etanol 90%,
etanol 95%, NaCl Fisiologis 0,95%,
larutan tirosin, kasein, buffer fosfat, Tri
Chloro Acetic Acid (TCA), HCl 1 N,
parafin, xylol, dan Pewarna jaringan
Hematoxyline Eosin.
Perlakuan Hewan Coba
Hewan coba yang digunakan
adalah tikus (Rattus norvegicus) jantan
strain Wistar yang diperoleh dari Unit
Pengembangan Hewan Percobaan
(UPHP) UGM Yogyakarta dengan umur
8-12 minggu dan berat badan antara 150
-200 gram yang mendapat sertifikat laik
etik dari Komisi Etik Penelitian
Universitas Brawijaya No: 216 - KEP –
UB. Tikus dibagi dalam 4 kelompok
perlakuan (kontrol negatif, kontrol sakit,
terapi 10 g/tikus, dan 20 g/tikus), setiap
kelompok perlakuan terdapat 5 tikus.
Sebelum mendapat perlakuan, tikus
diadaptasi terhadap lingkungan selama
7 hari dengan diberi pakan dan minum
secara ad libitum.
Tatalaksana pembuatan tikus model
IBD dengan Indometasin
Dosis indometasin yang digunakan
adalah 15 mg/kg berat badan tikus.
Berat rata - rata tikus yang digunakan
±160 gram, sehingga diperlukan 2,4 mg
indometasin. Perhitungan dosis menurut
Bures (2011) untuk membuat larutan
stok indometasin yaitu setiap 45 mg
indometasin dilarutkan dalam 4 ml
pelarut minyak jagung. Berdasarkan
perhitungan didapatkan hasil sebanyak
2,4 mg indometasin dilarutkan dengan
213 μl minyak jagung. Selanjutnya 213
μl larutan indometasin diberikan dengan
cara sonde lambung (dimasukkan secara
oral) dan inkubasi selama 24 jam.
Dosis pemberian perasan buah labu
siam (Sechium edule)
Terapi perasan buah labu siam
(Sechium edule) yaitu 10 gram/tikus dan
20 gram/tikus. Perlakuan pertama, buah
labu siam (Sechium edule) dihilangkan
kandungan saponinnya dengan cara
membelah buah labu siam menjadi dua
bagian, selanjutnya kedua bagian
tersebut digosok - gosokkan hingga
keluar buih berwarna putih. Lalu buah
labu siam dikupas kulitnya, direndam
dalam air selama 10 menit, dan dikering
anginkan selama 10 menit. Selanjutnya
buah labu siam ditimbang seberat 50
gram dan 100 gram. 50 gram dan 100
gram diparut dan diperas. 50 gram buah
labu siam menghasilkan 30 ml perasan
kemudian diendapkan selama 3 jam
hingga menghasilkan lapisan bening
dan endapan. Lapisan bening diambil
sebanyak 10 ml untuk 5 tikus. 100 gram
buah labu siam menghasilkan 60 ml
perasan kemudian diendapkan selama 5
4
jam hingga menghasilkan lapisan
bening dan endapan. Lapisan bening
diambil 10 ml untuk 5 tikus. Setiap ekor
tikus diterapi dengan perasan buah labu
siam sebanyak 2 ml/tikus setiap pagi
selama 14 hari.
Pengukuran Aktivitas Protease
Pengukuran aktivitas protease
menggunakan metode Walter (1984)
dengan prinsip kerja kasein sebagai
substrat bereaksi dengan enzim protease
menghasilkan tirosin yang diukur
dengan spektrofotometer pada panjang
gelombang maksimum 275 nm.
Tahapannya dimulai dari isolasi protein
organ kolon tikus (Rattus norvegicus),
pembuatan kurva baku tirosin untuk
mendapatkan persamaan kurva baku
tirosin, dan dilanjutkan pengukuran
aktivitas protease yaitu sebanyak 200
µL kasein 500 ppm di masukkan dalam
effendorf, ditambah 300 µL larutan
buffer fosfat pH 7 dan 100 µL enzim
protease lalu didiamkan 60 menit pada
suhu 37˚C di atas inkubator. Kemudian
ditambahkan 400 µL larutan TCA 4%
didiamkan selama 30 menit pada suhu
27˚C (suhu kamar). Selanjutnya diputar
dengan alat sentrifugasi 4000 rpm
selama 10 menit. Supernatan diambil
300 µL dan diencerkan 5 kali volume
sampel dengan buffer fosfat lalu diukur
nilai absorbansinya pada λ maks tirosin
(275 nm). Blanko yang digunakan
dengan prosedur sama dengan
penentuan aktivitas, tetapi kasein
diganti dengan aquades. Pengukuran
aktivitas enzim protease dilakukan
berdasarkan metode walter (1984)
menggunakan rumus :
Dimana : v = volume total sampel (mL)
q = waktu inkubasi (menit)
fp = faktor pengenceran
p = jumlah enzim (mL)
Pengamatan Histopatologi Kolon
Langkah awal yang dilakukan
yaitu organ kolon difiksasi dengan
paraformaldehid (PFA) 4%, dehidrasi,
penjernihan (clearing), infiltrasi parafin,
penanaman jaringan (Embedding) lalu
dilakukan perwarnaan Hematoksilin -
Eosin (HE). Gambaran histopatologi
kolon diamati secara kualitatif dengan
menggunakan mikroskop Olympus
BX51 dengan perbesaran 400x. Bagian
yang diamati berupa adanya kerusakan
pada jaringan mukosa kolon dan adanya
infiltrasi sel-sel radang.
Hasil dan Pembahasan
Pengaruh Terapi Perasan Buah Labu
Siam (Sechium edule) Terhadap
Aktivitas Protease Pada Kolon Tikus
(Rattus norvegicus) IBD Hasil Induksi
Indometasin.
Hasil uji aktivitas protease
isolasi dari organ kolon tikus Rattus
norvegicus dilakukan untuk mengetahui
tingkat keparahan suatu inflamasi akibat
induksi indometasin dengan dosis 15
mg/kg BB dan setelah pemberian terapi
perasan buah labu siam (Sechium
edule). Aktivitas protease pada saat
inflamasi akan meningkat dari kondisi
normal. Hasil pengukuran aktivitas
protease kolon tikus Rattus norvegicus,
didapatkan data seperti yang terdapat
pada Tabel 5.1. Satu Unit aktivitas
enzim protease didefinisikan sebagai
banyaknya mikro mol (µmol) tirosin
yang dihasilkan dari hidrolosis ikatan
peptida pada kasein oleh protease hasil
isolasi dari organ kolon tikus Rattus
norvegicus pada kondisi optimum yaitu
pH 6,5, suhu 37ºC, dan waktu inkubasi
60 menit (Ranuh, 2008).
5
Tabel 5.1 : Aktivitas protease kolon tikus Rattus norvegicus
Kelompok
Rataan aktivitasProtease
(µmol/ml.menit)
± SD
Aktifitas Protease (%)
Peningkatan
Penurunan
Kontrol negatif 0,0527 ± 0,0015a
0 0
Induksi indometasin 0,1715 ± 0,0102d 225,42 -
Terapi 10 gram/tikus 0,1212 ± 0,0131c - 29,32
Terapi 20 gram/tikus 0,0859 ± 0,0105b - 49,91
Keterangan : Notasi a,b,c,d menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antar kelompok
perlakuan dengan nilai p < 0,05
Kelompok kontrol negatif menunjukkan
nilai aktivitas protease sebesar 0,05275
± 0,0015 µmol/ml.menit. Nilai aktivitas
protease pada kelompok kontrol negatif
digunakan sebagai standar untuk
menentukan adanya peningkatan atau
menurunan yang terjadi karena
pengaruh perlakuan. Enzim protease
secara normal terdapat dalam jaringan
tubuh yang berperan dalam pertahanan
tubuh yaitu pemecahan protein asing
yang masuk dalam tubuh. Protease juga
berperan pada perkembangan sel yaitu
pada perakitan kolagen dari prokolagen,
proliferasi sel yaitu kontrol proteolitik
pada kematian sel yang terprogram
(apoptosis) (Chapman, 1997).
Kelompok tikus yang diinduksi
indometasin 15 mg/kg BB mengalami
peningkatan dengan nilai aktivitas
protease yaitu 0,1715 ± 0,0102
µmol/ml.menit atau meningkat
(225,42%) dari kelompok kontrol
negatif dengan nilai aktivitas protease
yaitu 0,05275±0,0015 µmol/ml.menit.
Hasil uji statistika menggunakan SPSS
2.1 for windows nilai p-value (p < 0,05)
yang dilanjutkan dengan uji BNJ (Beda
Nyata Jujur) menunjukkan adanya
pengaruh perbedaan yang nyata antar
perlakauan. Kelompok kontrol positif
yang diinduksi indometasin dengan
notasi d memiliki perbedaan yang nyata
dengan tikus kontrol negatif yang
memiliki notasi a.
Sesuai dengan penelitian Bures et
al., (2011) bahwa induksi indometasin
dengan dosis 15 mg/kg BB dapat
menyebabkan Inflammatory Bowel
Disease (IBD) akut pada kolon.
Indometasin merupakan jenis Non
Steroidal Anti-Inflamatory Drugs
(NSAIDs) memiliki mekanisme kerja
yaitu menghambat kerja enzim
siklooksigenase yang merupakan enzim
yang berfungsi sebagai sintesa
prostaglandin. Produksi prostaglandin
menurun menyebabkan berkurangnya
perlindungan terhadap mukosa barrier
kolon, sehingga memudahkan invasi
bakteri patogen (Takeuchi et al., 2003).
Induksi indometasin dengan dosis
15 mg/kg BB dapat mengaktifkan
makrofag yang berperan dalam respon
imun mukosa kolon yang dikenali
6
sebagai antigen luminal. Indometasin
akan memicu peningkatan Reactive
Oxygen Species (ROS) yang
menyebabkan kerusakan jaringan.
Produksi Reactive Oxygen Species
(ROS) yang berlebih dapat memicu
pengaktifan NF-κB yang merupakan
faktor transkripsi yang mengatur
ekspresi sel - sel sitokin proinflamator
seperti TNF-α, IL4, IL12, dan IL13.
Adanya TNF-α yang berlebih pada sel
akan menyebabkan inflamasi dan
meningkatkan aktivasi neutrofil. IL4
dan IL 13 akan mengaktifkan sel B,
sehinga akan memproduksi IgE untuk
mengaktifkan sel mast. Sel mast dan
neutrofil yang teraktivasi akan
menghasilkan protease sebagai respon
terhadap adanya inflamasi (Zhang et al.,
2001, Champbell et al., 2006). Oleh
karena itu pengukuran aktivitas protease
bisa digunakan untuk mengukur tingkat
keparahan inflamasi, semakin tinggi
nilai aktivitas protease maka semakin
parah keadaan inflamasinya.
Hasil pemberian terapi perasan
buah labu siam (Sechium edule)
kelompok terapi 10 gram/tikus kadar
aktivitas protease menurun yaitu sebesar
29,32% (0,1212 ± 0,0131 µmol/ml.menit)
dan pada terapi 20 gram/tikus sebesar
49,91% (0,0859 ± 0,0105 µmol/ml.menit)
dari tikus sakit yang diinduksi
indometasin (Tabel 1). Penurunan kadar
protease pada kelompok terapi
menunjukkan adanya perbaikan
inflamasi setelah pemberian terapi
perasan buah labu siam (Sechium
edule). Penurunan kadar aktivitas
protease dikarenakan dalam perasan
buah labu siam (Sechium edule)
mengandung flavonoid yang bertindak
sebagai antioksidan dan anti - inflamasi
yang mampu memperbaiki inflamasi.
Antioksidan berupa flavonoid pada
perasan buah labu siam (Sechium edule)
berfungsi sebagai scavenger radikal
bebas yang berlebih pada kolon akibat
induksi indometasin.
Mekanisme kerja dari flavonoid
(Fl-OH) sebagai antioksidan yaitu
dengan cara mendonasikan atom
hidrogen (H) dari gugus hidroksil (OH)
kepada radikal bebas (R•) sehingga
flavonoid berubah menjadi radikal
fenoksis flavonoid (FlO•) yakni (Fl -
OH + R• FlO• + RH). Radikal
fenoksis flavonoid (FlO•) yang
terbentuk akan diserang kembali oleh
radikal bebas (R•) sehingga membentuk
radikal fenoksis flavonoid yang kedua
(FlO•) karena radikal fenoksil flavonoid
mempunyai ikatan rangkap terkonjugasi
maka dapat menyeimbangkan dengan
cara delokalisasi elektron sehingga
menjadi senyawa kuinon yng stabil
seperti Gambar 1 (Vermerris and Ralph,
2006 ; Meng et al., 2009; Botulihe,
2010).
Gambar 1 Mekanisme scavenging ROS
oleh Senyawa flavonoid
(Batutihe, 2010).
Pengaruh Terapi Perasan Buah Labu
Siam (Sechium edule) Terhadap
Perbaikan Gambaran Histopatologi
Pada Kolon Tikus (Rattus norvegicus)
IBD Hasil Induksi Indometasin
Hasil pengamatan preparat
histopatologi dengan pewarnaan
Hematoksilin Eosin (HE) keempat kelompok perlakuan yaitu kelompok
kontrol, kelompok induksi indometasin,
kelompok tikus yang diberi terapi perasan
buah labu siam 10 gram/tikus dan
kelompok tikus yang diberi terapi perasan
buah labu siam 20 gram/tikus dapat
ditunjukkan pada Gambar 2.
flavonoid
7
Gambar 2 : Gambaran Histopatologi kolon tikus (Rattus norvegicus) dengan
pewarnaan HE dengan perbesaran 400X. Keterangan : (A) kelompok kontrol sehat (B) kelompok kontrol sakit (C) kelompok terapi 10
gram/tikus (D) kelompok terapi 20 gram/tikus.
Tanda : ( ) : menandakan adanya infiltrasi sel radang.
: menandakan kerusakan mukosa (kerusakan vili,
diskuamasi epitel, pelebaran lamina propia)
: menandakan adanya perbaikan mukosa.
Pada Gambar 2 A, dapat diamati
bahwa pada lapisan mukosa tidak terjadi
kerusakan tersusun rapi dan teratur.
Histologi ini dijadikan patokan adanya
perubahan dan kerusakan yang terjadi
pada kelompok lainnya. Hasil
histopatologi (Gambar 2 B) pada
kelompok yang diinduksi indometasin
terdapat kerusakan pada daerah mukosa
kolon, sesuai dengan pendapat Gebeos
(2003) bahwa pada inflamasi pada kolon
ditandai dengan adanya kerusakan pada
lapisan mukosa berupa kerusakan vili,
diskuamasi epitel, pelebaran lamina
propia, banyaknya infiltrasi sel radang
dan hilangnya sel goblet. Menurut Lanas
dan Scarpignato (2006) pemberian obat-
obatan NSAIDs seperti indometasin
dengan dosis 15 gram/kg BB dapat
menyebabkan kerusakan vili dan mukosa
di usus.
A B
C D
8
Kerusakan yang terjadi pada
jaringan mukosa histologi kolon tikus
model Inflammatory Bowel Disease
(IBD) (Gambar. 2B) dikarenakan induksi
indometasin 15 mg/kg BB. Indometasin
dapat mengaktifkan makrofag, sel mast
dan leukosit untuk pelepasan enzin
protease dan radikal bebas yang mampu
menyebabkan inflamasi dan kerusakan
jaringan kolon (Bratawidjaya, 2010).
Indometasin masuk dalam tubuh dikenal
sebagai antigen luminal kemudian
difagositosis oleh makrofag. Dalam
proses fagositosis akan melepaskan
bahan-bahan yang bersifat oksidan
reaktif yaitu Hidrogen peroksida (H2O2),
Nitrit Oksida (NO) dan enzim protease
(Bratawidjaya, 2010). Oksigen reaktif
didalam tubuh secara normal akan
diseimbangkan oleh antioksidan didalam
tubuh yaitu Superoxside Dismutase
(SOD), namun jika jumlah radikal bebas
berlebih maka dapat menyebabkan
kerusakan jaringan kolon (Doge, 2002).
Indometasin masuk dalam tubuh
dalam kolon akan mengaktifkan sel T
helper 2 (Th2) yang akan menghasilkan
sitokin pro-inflamasi berupa TNF-α,
interleukin 4, dan interleukin 13 yang
akan menyebabkan inflamasi. Adanya
inflamasi maka terjadi peningkatan
vasodilatasi pembuluh darah yang akan
menyebabkan sitokin-sitokin pro-
inflamasi masuk kedalam jaringan kolon.
Semakin banyaknya sitokin yang ada
didaerah inflamasi akan mengakibatkan
banyaknya jumlah radikal bebas yang
mampu merusak jaringan kolon
(Bratawidjaya, 2010). Pada (Gambar
2B) kelompok tikus indometasin adanya
infiltrasi sel radang. Menurut
pernyataan Monsjoer (2003) bahwa sel -
sel radang yang pertama keluar saat
inflamasi adalah neutrofil. Neutrofil
berfungsi sebagai fagosit partikel -
partikel kecil dan bertindak sebagai
antimikroba. Neutrofil juga dapat
melepaskan enzim proteose yang
berperan dalam penyembuhan luka,
membersihkan jaringan luka yang
mengalami nekrosis. Protease yang
tersimpan dalam neutrofil adalah
protease serin neutrofil yang berfungsi
menghancurkan mikroorganisme dalam
sel radang tetapi juga dapat merusak sel
maupun jaringan inang (Weiss,1989).
Mekanisme enzim protease dalam
merusak jaringan terjadi melalui 2 jalur
yaitu melalui jalur respon langsung dan
sel dendrit. Jalur pertama melalui respon
langsung protease yang berikatan
reseptor Protease Activated Reseptor
(PAR) dan jalur yang kedua melalui sel
dendrit yang mengaktifkan sel helper 2
yang akan mengaktifkan sel B untuk
memproduksi sel mast. Sel mast yang
aktif mampu mengeluarkan enzim
proteolitik yang dapat merusak jaringan
mukosa pada kolon (Caughey, 2011).
Gambaran histopatologi pada
kelompok terapi 10 gram/tikus dan 20
gram/tikus pada pengamatan perbesaran
400x terlihat sudah terlihat adanya
perbaikan yang ditandai banyaknya sel
goblet, susunan epitel yang teratur akan
tetapi masih adanya infiltrasi sel radang
(Gambar 2C dan Gambar 2D). Tingkat
perbaikan jaringan mukosa kolon lebih
baik terapi 20 gram/tikus dibanding
dengan terapi 10 gram/tikus.
Perbaikan kerusakan pada
jaringan kolon dikarenakan pada perasan
buah labu siam (Sechium edule) terdapat
senyawa aktif flavonoid yang mampu
mendonorkan atom hidrogen dari gugus
hidroksil (OH) kepada radikal bebas (R)
menjadi stabil (Aulanni’am et al., 2012).
Menurut Tanaka et al., (2013) Senyawa
flavonoid mampu menghambat sel T
helper 2 (Th2) sehinga TNF-α interleukin
4 (IL-4) dan interleukin 13 (IL-13) tidak
teraktivasi. TNF-α yang tidak teraktivasi
maka neutrofil menurun dan tidak
teraktivasinya IL-4 dan IL-13 maka tidak
terjadi mengaktifkan sel B, sehinga tidak
memproduksi IgE untuk mengaktifkan sel
mast. Sel mast dan neutrofil tidak
9
teraktivasi maka akan menurunkan kadar
protease dan menurunkan kadar radikal
bebas sehingga kerusakan sel dapat
berkurang dan terjadi perbaikan jaringan
kolon melalui proses regenerasi sel
(Zhang et al., 2005, Champbell et al.,
2006).
Menurut Junqueira et al., (2007) sel
- sel epitel mukosa kolon diketahui
memiliki tingkat regenerasi yang cepat,
yaitu sekitar 3 sampai 6 hari. Sel-sel pada
mukosa kolon termasuk sel labil. Sel labil
merupakan sel yang memiliki
kemampuan regenerasi yang tinggi,
terjadi terus menerus dan mempunyai
fase G0 yang singkat (fase istirahat). Sel
yang rusak merupakan stimulus untuk sel
yang istirahat untuk memasuki fase
mitosis sel, sehingga terjadi perbaikan
kerusakan jaringan kolon (Pringgoutomo
et al., 2002).
Kesimpulan
Pemberian terapi perasan buah
labu siam (Sechium edule) dengan dosis
pemberian 10 gram/tikus dan terapi 20
gram/tikus mampu menurunkan kadar
aktivitas protease dan memperbaiki
kerusakan jaringan mukosa kolon pada
tikus Rattus norvegicus yang diinduksi
indometasin.
Saran
Diperlukan uji fitokimia lanjutan
secara kuantitatif untuk menentukan
kadar flavonoid dalam perasan buah labu
siam (Sechium edule) dan dipelajari
dosis toksik dengan mengukur LD50.
Ucapan Terimakasih
Terima kasih kepada staf
Laboratorium Biokimia dan
Laboratorium Fisiologi Hewan Fakultas
MIPA, Universitas Brawijaya atas
dukungan, bantuan, dan kerjasama yang
luar biasa untuk penyelesaian penelitian
ini.
Daftar Pustaka
Aulanni’am., A. Roosdiana, and N.L.
Rahmah. 2012. The Potency of
Sargassum duplicatum Bory Extract
on Inflammatory Bowel Disease
Therapy in Rattus norvegicus.
Journal of Life Sciences 6 : 144-154.
Baratawidjaja, K. 2013. Imunologi
Dasar. Edisi ke-10. Jakarta:
Penerbit FKUI.
Bures, J., J. Pejchal, J. Kvetina, A.
Tichy, S. Rejchrt, M. Kunes, and
M. Kopacova. 2011.
Morphometric analysis of the
porcine gastrointestinal tract in a
10-day high-dose indomethacin
administration with or without
probiotic bacteria Escherichia
coli Nissle 1917. Human and
Experimental Toxicology 30(12)
1955–1962.
Batutihe, D.N. 2010. Efek Ektrak
Rumput laut Coklat (Sargassum
duplicatum Bory) Terhadap Profil
Radikal Bebas dan protein Kinase
C Paru Tikus (Rattus norvegicus)
yang Dipapar Benzo(A)piren.
[Thesis]. Universitas Brawijaya
Malang.
.Campbell K.J. and N.D. Perkins. 2006.
Regulation of NF-kappaB
Function. Biochem Soc Symp.
73:165-180.
Chapman HA, R.J Riese , and G.P Shi
.1997. Emerging roles for
cysteine protease in human
biology. Annu Rev Physiol.
1997;59:63-88
Caughey, G. H. 2011. Mast Cell
Protease As Protective and
Inflammatory Mediators.
Depatment of Medicine,
University of California San
Fransisco, USA
Dyatmiko, W., S. Maat, I. Kusumawati.,
dan A. T. Eko. 2004. Pengaruh
Perasan Sechium edule (Jacq.)
Swartz Terhadap Kadar
kolesterol Total dan Trigliserida
10
Sera Mencit Quekerbus. Jurnal
Penel. Hayati: 9 (139-142), 2004
universitas Airlangga Surabaya
Droge, W. 2002. Free Radicals In The
Physiological Control of Cell
Function. Physiol Rev. 82: 47-95
Geboes, K. 2003. Histopathology of
Crohn’s Disease and Ulcerative
Colitis. J Clin Pathol (18): 255-276
Houser, K., D.K. Johnson, and F.T.
Ishmael. 2012. Anti-Inflammatory
Effects of Methoxyphenolic
Compounds on Human Airway
Cells. Journal of Inflammation
9(6)
Junquiera, L.C. and J. Carneiro. 2007.
Basic Histology. TheMc Graw-
Hill Companies
Kathrani, A., D. Werling, and K.
Allenspach. 2011. Canine Breeds
at High Risk of Developing
Inflammatory Bowel Disease in
The South-Eastern UK. Vet
Rec;169(24):635
Korpacka, M. K., K. Neubauer , and M.
Matusiewicz . 2009. Platelet-
derived growth factor-bb reflects
clinical, inflammatory bowel
disease. Clinical Biochemisttry.
42; 602- 1609
Lanas, A. and C. Scarpignato. 2006.
Microbial Flora in NSAID-
Induced Intestinal Damage: A
Role for Antibiotics Digestion ; 73
(Suppl.1) :136-150
Laudanno O.M., L. Vasconcelos , J.
Catalana, and J.A. Cesolari. 2006.
Anti-Inflammatory Effect of
Bioflora Probiotic Administered
Orally or Subcutaneously with
Live or Dead Bacteria. Dig Dis Sci
(2006)51:2180-2183
Manaf, A. 2010. Mekanisme Sekresi dan
Aspek Metabolisme. Dalam:
Sudoyo. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam. EdisiV.Jakarta Pusat:
Interna Publishing
Meng, X., A.M. Larissa, L.F. Anthony
and N.U. Vladmir. 2009. Effect of
various Flavonoids On The α-
Synuclein fibrillation process.
Department of Chemistry,
University of California. Santa
Cruz. CA 95064. USA
Mansjoer S. 2003. Mekanisme Kerja
Obat Anti radang.
http://www.library.usu.ac.id./dow
nload/fk/farmasi-soewarni.pdf.
Podolsky, D. K. 2002. Inflammatory
Bowel Disease. N. Engl. J. Med.
347(6): 417-429.
Pringgoutomo, S. , S. Himawan dan A.
Tjarta. 2002. Buku Ajar Patologi
Umum (edisi 1). Sagung seto.
Jakarta
Putri, O. B. 2012. Pengaruh pemberian
ektrak buah labu siam (sechium
edule) terhadap penurunan kadar
glukosa darah tikus wistar yang
diinduksi. [karya tulis ilmiah].
Fakultas Kedokteran. Universitas
Diponegoro.
Ranuh, R., M.S. Subijanto., S. Ingrid., &
Aulanni’am. 2008. The Role of
Probiotik Lactobacillus Plantarum
IS 20506 on Occludin and ZO-1 of
Intestinal Tight Junctions
Rehabilitation. Makalah Seminar
Nasional BasicScience Universitas
Brawijaya. Malang.
Sholichah, N. A. 2012. Potensi Terapi
Ekstrak Air daun Kedondong
(Lannea coromandelica) Terhadap
Perbaikan Ileum Tikus Putih
(Rattus norvegicus) Inflammatory
Bowel Disease (IBD) Akibat
Paparan Indometasin. [Thesis].
Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam. Universitas
Brawijaya Malang
Takeuchi, K., Tanaka A., R. Ohno, and
A. Yokota. 2003. Research article.
Kyoto Pharmaceutical University.
Kyoto
Tanaka, S. Kinugasa , K. Tanabe, and T.
Tamura. 2002. Spectral Database
for Organic. Compounds, SDBS.
11
Tanaka, A., M. Matsumoto, A. Nakagiri,
S. Kato and K. Takeuchi. 2013.
Flavonoid for effect NSAID-
induced Intestinal Damage : Role
of COX Inhibition.
Inflammopharmacology. 10 (4-6):
313-325.
Vermerris, G.H and S. Schreiber. 2006.
PhenolicCompoundBiochemistry.S
pinger. Netherland
Walter H.E. 1984. Method With
Haemoglobin, Casein, And Azocoll
As Substrate In. Bergmeyer.
HU (ed). Methods of enzymatic
analysis.Verlag Chemie. Deerfield
Beach Florida Basel.
Weiss,S.J. 1989. Tissue Destruction by
Neutrophil. New Engl. J. med.
320: 365-375
Zhang, H.Y. 2005. Structrue Activity
Relationships and Rational Design
Strategies for Radica lScavenging
Antioxidants. Computer Aided
Drug Design. 1 : 257 - 273.