Upload
mirzania-mahya-fathia
View
216
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
8/16/2019 tbr neuro
1/17
8/16/2019 tbr neuro
2/17
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi dan Klasifikasi Gangguan Neurobea!iour
lasifikasi kelainan utama neurobehaviour dikategorikan sebagai berikut
(!idiarto et al., /7/) 8
7. !tatus onfus kut (elirium)
elainan neurobehaviour luas yang akut dan reversibel disebabkan oleh
disfungsi otak metabolik atau toksik.
. emensia ortikal1enyakit l5heimar dan egenerasi ortikal lain terdiri dari sindrom
deteriorasi intelektual kronik progresif disertai gangguan proses adaptif
sosial.4. !indrom Neurobehaviour berkaitan dengan 9esi Fokal
!indrom ini meliputi garis besar ke3ekatan tangan, spesialisasi, dan
dominansi hemisfer, sindrom afasia, disartria, aprosodia, aleksi, agrafia,
apraksia, agnosia, sindrom lobus parietal, sindrom lobus frontal, sindrom
limbik, sindrom amnesik, dan sindrom korpus kalosum.
B. Deliriu"
The acute confusional state merupakan sindrom neurobehavior yang murni
ditemukan oleh para perawat saat pasien dirawat di rumah sakit atau oleh
keluarga di rumah (!idiarto et al., /7/).7. :pidemiologi
asus dari gangguan ini sering ditemukan dalam setting klinis.
&iasanya pasien dengan gangguan ini berada dalam kondisi memasuki atau
pulih dari atau bahkan masih berada dalam keadaan koma. Hal ini
menyebabkan pasien dengan gangguan ini berada dalam kondisi overmedikasi
dari obat psikoaktif. asus ini banyak ditemukan pada anak-anak maupun
lansia (1erdossi, /7).
. :tiologielirium mempunyai berbagai ma3am penyebab. !emuanya
mempunyai pola ge%ala serupa yang berhubungan dengan tingkat kesadaran
2
8/16/2019 tbr neuro
3/17
dan kognitif pasien. 1enyebab utama dapat berasal dari penyakit susunan saraf
pusat seperti epilepsi, penyakit sistemik, intoksikasi atau reaksi, dan putus
obat maupun 5at toksik. 1enyebab delirium terbanyak terletak di luar sistem
pusat, misalnya gagal gin%al dan hati (rief, /7/). Neurotransmiter yang
dianggap berperan adalah asetilkolin, serotonin, serta glutamat. rea yang
terutama terkena adalah formasio retikularis. !elain itu diakibatkan %uga
karena adanya gangguan metabolik;defisiensi vitamin (thiamin), hipoksia,
hiper3arbamia, hipoglikemia, gangguan mineral, pas3a bedah, ke%ang, 3edera
kepala, ensefalopati hipertensif, gangguan fokal lobus parietal, dan
inferomedial lobus oksipital (applan et al ., //0).4. 1atogenesis
8/16/2019 tbr neuro
4/17
1atogenesis delirium terdiri dari beberapa transmitter, yaitu (applan et al .,
//0) 8
a. setilkolinsetilkolin adalah salah satu dari neurotransmiter yang penting dari
pathogenesis ter%adinya delirium. Hal yang mendukung teori ini adalah
bahwa obat antikolinergik diketahui sebagai penyebab keadaan bingung,
pada pasien dengan transmisi kolinergik yang terganggu %uga mun3ul
ge%ala ini. 1ada pasien post operatif delirium, serum antikolinergik %uga
meningkat.
b. opamine
1ada otak, hubungan mun3ul antara aktivitas kolinergik dandopaminergik. 1ada delirium mun3ul aktivitas berlebih dari dopaminergik,
pengobatan simptomatis mun3ul pada pemberianobat anti psikosis seperti
haloperidol dan obat penghambat dopamine.
3. Neurotransmitter lainnya!erotonin 8 terdapat peningkatan serotonin pada pasien dengan
en3ephalopati hepatikum. G& (Gamma-minobutyri3 3id)> pada
pasien dengan en3ephalopati, peningkatan inhibitor G& %uga
ditemukan. 1eningkatan level ammonia ter%adi pada pasien en3ephalopati,
yang menyebabkan peningkatan pada asamamino glutamat dan glutamine
(kedua asam amino inimerupakan pre3ursor G&). 1enurunan level
G& pada susunan saraf pusat %uga ditemukan pada pasien yang
mengalami ge%ala putus ben5odia5epine dan alkohol.
4
8/16/2019 tbr neuro
5/17
Ga"bar #. 1atofisiologi elirium (applan et al ., //0)
?. 1enegakkan iagnosisriteria delirium adalah kesadaran yang terganggu dalam waktu
singkat (akut). Gangguan kesadaran dapat ter%adi beberapa %am hingga
beberapa hari namun tidak sepan%ang hari, dapat pula ter%adi se3ara
intermitten (hilang timbul). Nampak tanda kehilangan perhatian sehingga
seolah-olah seperti penurunan daya ingat. pabila keadaan ini kurang
penanganan dan penyebabnya men%adi progresif, tidak %arang ada penurunan
keadaran yang lebih berat seperti letargi, disorientasi, atau agitasi. alam
riwayatnya sering ada penyakit sistemik atau toksik (!idiarto et al., /7/).
"ula 6 mula pasien gelisah, sukar tidur, terutama malam hari. !ering
timbul ansietas dan depresi dan pada stadium lan%ut ter%adi inattention and
distractibility, bi3ara men%adi inkoheren (!idiarto et al., /7/). riteria
5
8/16/2019 tbr neuro
6/17
8/16/2019 tbr neuro
7/17
menyebabkan delirium maka untuk men3egahnya diberikan preparat
vitamin & per oral.
d. *erapi Bairan dan Nutrisi#ntervensi personal dan lingkungan terhadap pasien delirium %uga sangat
berguna untuk membina hubungan yang erat terhadap pasien dengan
lingkungan sekitar untuk dapat berinteraksi serta dapat mempermudah
pasien untuk melakukan 9 (a3tivity of daily living) sendirinya tanpa
tergantung orang lain.
A. 1rognosis
1rognosis dari delirium bergantung pada beberapa kriteria yaitu (applan et
al ., //0) 8a. :tiologi yang melatarbelakangi
b. &isa men%adi demensia atau G" lain3. nset delirium biasanya mendadak, ge%ala prodromal (kegelisahan dan
ketakutan) dapat ter%adi pada hari sebelum onset ge%ala yang %elas. Ge%ala
delirium biasanya berlangsung selama faktor penyebab yang relevan
ditemukan, walaupun delirium biasanya berlangsung kurang dari 7
minggu setelah menghilangnya faktor penyebab, ge%ala delirium
menghilang dalam periode 4-0 hari, walaupun beberapa ge%ala mungkin
memerlukan waktu minggu untuk menghilang se3ara keseluruhan.
!emakin lan%ut usia pasien dan semakin lama pasien mengalami delirium,
semakin lama waktu yang diperlukan bagi delirium untuk menghilang.
*er%adinya delirium berhubungan dengan angka mortalitas yang tinggi
pada tahun selan%utnya, terutama disebabkan oleh sifat serius dan kondisi
medis pasien (+usdi, //4).
$. De"ensia Kor%ikal
7. efinisiemensia merupakan suatu gangguan mental organik yang biasanya
diakibatkan oleh proses degeneratif yang progresif yang mengenai fungsi
kognitif . emensia merupakan sindroma yang ditandai oleh berbagai
7
8/16/2019 tbr neuro
8/17
8/16/2019 tbr neuro
9/17
meledak-ledak. 1asien demensia %uga menun%ukkan tertawa atau
menangis yang patologis yaitu, emosi yang ekstrim tanpa penyebab yang
terlihat.
d. 1sikosis. iperkirakan / -4/C pasien demensia tipe l5heimer
mengalami halusinasi, dan 4/-?/C mengalami waham, terutama dengan
sifat paranoid.
?. 1atogenesis
a. Genetik dipengaruhi sebanyak ?/C, keluarga yang memiliki latar
belakang demensia dengan tipe l5heimer. !ehingga dapat dikatakan
genetik memiliki peran dalam mun3ulnya penyakit tersebut. i5ygoti3
?4C. l5heimer menun%ukkan hubungan antara kromosom 7, 7?, 7. b. myloid 1re3ursor 1rotein.
Genetik yang men%adi dasar protein amyloid terdapat pada lengan
kromosom 7. 1roses ini berlan%ut pada pembentukan of amyloid
pre3ursor protein. 1rotein ini nantinya akan membentuk plak senilis.3. Neurotransmitter
&arties et al (7D=) mengadakan penelitian terhadap aktivitas spesifik
neurotransmiter dgn3ara biopsi sterotaktik dan otopsi %aringan otak pada
penderita al5heimer didapatkan penurunan aktivitas kolinasetil
transferase, asetikolinesterase dan transport kolin serta penurunan
biosintesa asetilkolin. danya defisit presinaptik dan postsynaptik
kolinergik ini bersifat simetris pada korteks frontalis, temporallis
superior, nukleus basalis, hipokampus. elainan neurottansmiter
asetilkoline merupakan kelainan yang selalu ada dibandingkan %enis
neurottansmiter lainnyapd penyakit al5heimer, dimana pada %aringan
otak;biopsinya selalu didapatkan kehilangan 3holinergik "arker. 1ada
penelitian dengan pemberian s3opolamin pada orang normal, akan
menyebabkan berkurang atau hilangnya daya ingat. Hal ini sangat
mendukung hipotesa kolinergik sebagai patogenesa penyakit al5heimer
(applan et al ., //0).
@. 2enis emensia Etama
a. emensia *ipe l5heimer
9
8/16/2019 tbr neuro
10/17
emensia tipe ini adalah penyakit l5heimer yang timbul pada usia
sebelum A@ tahun, sedangkan mereka yang mengalami gangguan
intelektual setelah usia A@ tahun dianggap sebagai Senile Dementia.
1enyakit al5heimer primer mengenai otak, 4@ 6 A/ C dari %umlah seluruh
demensia, dan belum diketahui penyebabnya se3ara pasti. !e3ara
patologis penyakit ini mengenai lobus temporal dan parietal. efisit
kognitif berupa amnesia anterogard, gangguan bahasa berupa anomia,
bi3ara tanpa makna serta gangguan visuospasial. efisit behaviour pada
awal ke%adian tidak begitu bermakna karena beum terdapat perubahan
kepribadian. !ering ter%adi psikosis dan delusi. 1er%alanan penyakit
ber%alan se3ara kronik progesif. 1erkembangan penyakit berakhir dengan
kemunduran intelektual sederhana hingga tidak mampu melakukan
peker%aan sehari-hari, tidak mampu bergaul se3ara sosial, dan bergantung
kepada orang lain (!idiarto et al., /7/). 1er%alanan penyaikit ini dibagi
men%adi (1, /7)8
7) !tadium wal 8 1erilaku berubah dapat diamati keluarga , semangat
kemauan menurun, penurunan dorongan untuk melakukan aktifitas
rutin sehari-hari, tak mampu melakukan aktifitas multipel, depresi
ringan
) !tadium "enengah 8 Gangguan memori kognitif .eteriorasi
intelektual yaitu orientasi, memori, berhitung, per3akapan kurang
efisien, misinterprestasi pemahaman. 1enderita murung, menarik diri,
men%auhi teman lama. bsesi, kebiasaan pramorbid. aya nilai
menurun.
4) !tadium 9an%ut 8 emunduran psikologik perilaku, pati,
Gangguan kepribadian menyeluruh terutama mengurus diri (-), *ak
mampu mengingat, komunikasi. Ge%ala neurologik yaitu afasia,
apraksia, agnosia, buta kortikal. 1asien meninggal -@ tahun,
komplikasi terbanyak karena infeksi
b. Pick Disease (Frontotemporal emensia)
10
8/16/2019 tbr neuro
11/17
Pick Disease atau yang lebih sering dikenal dengan frontotemporal
demensia merupakan sebuah penyakit demensia yang progesif ter%adi
pada usia ?/ 6 A/ tahun dengan patologi berupa kelainan yang nyata
terutama mengenai lobus frontal dan temporal. 1asien 1i3k umumnya
meninggal -7@ tahun semen%ak ke%adian penyakitnya. 1ria lebih banyak
menderita penyakit ini dibanding wanita. Ge%ala yang khas pada penyakit
ini yaitu Sindrom Kluver-Bucy berupa kombinasi hiperseksualitas,
hiperoralitas, hipermetamorfosis, visual, dan audio agnosia. 1enyakit ini
dibedakan men%adi 4 tahap yaitu (!idiarto et al., /7/) 8
7) !tadium walGangguan judgement and insight dalam membuat alasan dan
pandangan sehingga nampak deteriorasi perilaku sosial yang awalnya
sering dianggap sebagai masalah psikis.
) !tadium *engaheteriorasi status mental tampak lebih nyata dan afasia makin nyata.
Gangguan kognisi semakin nyata namun belum terdapat gangguan
memori, matematika, dan visuospasial.4) !tadium khir
!e3ara progresif timbul sindrom ekstrapiramidal, deteriorasi meliputi
semua wawasan dan pasien men%adi inkontinen. ematian biasanya
disebabkan gangguan paru, urinaria, dan dekubitus. Gangguan
memori, visuspasial nampak nyata yaitu dapat berupa ge%ala
parkinson dan ge%ala abnormal sistem piramidal. Ge%ala terminal
berupa mutisme, inkontinensia urin dan alvi.A. *erapi
a. Farmakoterapi
!ebagian besar kasus demensia tidak dapat disembuhkan, terapi
farmakologi berupa (
8/16/2019 tbr neuro
12/17
) ementia vaskuler membutuhkan obat -obatan anti platelet seperti
spirin , *i3lopidine , Blopidogrel untuk melan3arkan aliran darah ke
otak sehingga memperbaiki gangguan kognitif.
4) emensia karena stroke yang berturut-turut tidak dapat diobati, tetapi
perkembangannya bisa diperlambat atau bahkan dihentikan dengan
mengobati tekanan darah tinggi atau ken3ing manis yang
berhubungan dengan stroke.?) 2ika hilangnya ingatan disebabakan oleh depresi, diberikan obat anti-
depresi seperti !ertraline dan Bitalopram.
@) Entuk mengendalikan agitasi dan perilaku yang meledak-ledak, yang
bisa menyertai demensia stadium lan%ut, sering digunakanobat anti-
psikotik (misalnya Haloperidol , uetiapine dan +isperidone). *etapi
obat ini kurang efektif dan menimbulkan efek samping yang serius.
bat anti-psikotik efektif diberikan kepada penderita yang mengalami
halusinasi atau paranoid.
b. ukungan atau 1eran eluarga
7) "empertahankan lingkungan yang familiar akan membantu penderita
tetap memiliki orientasi. alender yang besar, 3ahaya yang terang,
%am dinding dengan angka-angka yang besar atau radio %uga bisa
membantu penderita tetap memiliki orientasi (
8/16/2019 tbr neuro
13/17
8/16/2019 tbr neuro
14/17
berkaitan dengan timbulnya ge%ala epilepsi lobus temporalis (!idiarto et
al., /7/).
d. !indrom 9obus 1arietalis9obus ini merupakan area asosiasi penting untuk integrasi masukan
visual, taktil, dan auditorius. 9obus ini berperan penting dalam
kemampuan informasi sehingga merupakan struktur penting dalam
intelektual. 9obus parietalis kiri berkaitan dengan integrasi persepsi
visual dan visual-motor berperan daam menggambar dan konstruksi
model. 9obus parietalis kanan mempunyai peran dalam pengenalan
ruang, kemampuan memba3a peta, integrasi persepsi visual dan taktil,
hingga penting dalam kemampuan mengenakan pakaian sendiri.
Gangguan pada lobus parietalis pun dibedakan men%adi dua yaitu
(!idiarto et al., /7/) 8
7) #eft Parietal Syndrome
a$ %leia "lus agra"hiab$ %leia "lus agra"hia "lus anomia
c$ &erstnann's Syndrome (agra"hia, 3al3ulation diffi3ulty, right-left
disorientation, and finger agnosia)
d$ )arying *ombination %rea ( kesulitan rekonstruksi, kesalahan
persepsi nyeri, apraksia, ma3am-ma3am afasia)) +ight Parietal Syndrome
a$ %"raia
b$ Dressing a"raiac$ &eogra"hic disorientation
d$ Denial and neglect of the left side, both of the body and of the
environment e. !indrom 9obus Frontalis
Ge%ala lobus frontalis bbergantung pada %enis kasus dan letak lesi. 9esi di
bagian baso-orbital menun%ukkan ge%ala kegagalan inhibisi dan agresif.
!ering nampak melu3u, berbi3ara suara keras, dan bertindak euforik. 9esi
di daerah konveks lobus frontalis menun%ukkan defisit kognitif dan
gambaran klinis apatis, tanpa motivasi, tidak mampu membuat
14
8/16/2019 tbr neuro
15/17
peren3anaan, dan tak mampu mengambil keputusan (!idiarto et al.,
/7/).
f. !indrom 9imbik !indrom ini menyangkut sistem limbuk yaitu basis insting, emosi, dan
fungsi memori. !indroma amnesia meliputi (!idiarto et al., /7/) 87) efisit yang sangat padat pada recent memory (pasien dapat
melakukan per3akapan normal namun sama sekali tidak mampu
bela%ar informasi baru)) +emote and mmediate memori normal
4) Fungsi intelektual lain normal
Tabel #. igher *ortical unction / Disfungtion(!idiarto et al., /7/)
No lasifikasi !truktur 9esi linis
7. 9obus Frontalis orsolateral isfungsi eksekutif rbitofrontal isinhibisi
"edial "utisme akinetik, apraksia
. 9obus 1arietal !inistra nterior fasia non fluent
1osterior fasia fluent
4. 9obus 1arietal ekstra nterior #mpersistensi motor, aprosodia
1osterior Negle3t,Gangguan $isuospasial
?. 9obus *emporal "edial mnesia anterograd
nterior mnesia retrogard9ateral mnesia semanti3
1osterobilateral gnosia visual1osterior dekstra 1rosoagnosia
BAB III
KESI'PULAN
15
8/16/2019 tbr neuro
16/17
a. lasifikasi kelainan utama neurobehaviour dikategorikan dalam tiga sub
gangguan yaitu !tatus onfus kut (elirium), emensia ortikal (1enyakit
l5heimar dan egenerasi ortikal;1i3k isease), dan !indrom
Neurobehaviour berkaitan dengan 9esi Fokal.
b. Ge%ala klinis masing-masing sindrom berbeda tergantung dari letak lesi. 1ada
delirium ge%ala dapat berupa gangguan kesadaran dan gangguan kognisi yang
bersifat akut dan mendadak, sedangkan pada demensia dibagi men%adi
beberapa tahap yang diawali dengan defisit neurologis minmal seperti
amnesia, delusi, dan gangguan bahasa yang berlangsung progresif hingga pada tahap akhir pasien men%adi tidak mandiri, mutisme, dan inkontinensia.
Ge%ala pada lesi fokal tergantung letak lesi di otak yang dapat menimbulkan
gangguan kognisi dan eksekutif seperti apraksia, afasia, agnosia, aleksia,
akalkulasi, amnesia, dan lain sebagainya.
3. 1rinsip penatalaksanaan pada gangguan neurobehavior yaitu memperbaiki
sumber defisit neurologis seperti lesi (3edera, stoke, epilepsi, intoksikasi,
metabolisme, tumor), neurotransmitter, atau kegagalan proses transmisi pada
sistem saraf.
16
8/16/2019 tbr neuro
17/17