18
SUSTAINABILITY PROGRAM BPJS KESEHATAN INDONESIA KELOMPOK 1 1006690071 Nadia Refaniadewi 1106005944 Ranty Putri 1106011285 Ghaisani Shabrina Rahma 1106011770 Anindya Dena Ferani 1106013233 Adrianna Bella 1106016771 Andhika Putra Pratama 1106059745 Alvin Ulido Lumbanraja UNTUK MEMENUHI TUGAS AKHIR MATA KULIAH ADMINISTRASI PEMBANGUNAN Dosen: Ringoringo Halomoan Achmadi M.Sc. FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS INDONESIA 2014

Sustainability Program Bpjs Kesehatan Indonesia

Embed Size (px)

Citation preview

  • SUSTAINABILITY PROGRAM BPJS KESEHATAN

    INDONESIA

    KELOMPOK 1

    1006690071 Nadia Refaniadewi

    1106005944 Ranty Putri

    1106011285 Ghaisani Shabrina Rahma

    1106011770 Anindya Dena Ferani

    1106013233 Adrianna Bella

    1106016771 Andhika Putra Pratama

    1106059745 Alvin Ulido Lumbanraja

    UNTUK MEMENUHI TUGAS AKHIR MATA KULIAH ADMINISTRASI

    PEMBANGUNAN

    Dosen: Ringoringo Halomoan Achmadi M.Sc.

    FAKULTAS EKONOMI

    UNIVERSITAS INDONESIA

    2014

  • Administrasi Pembangunan | Kelompok 1 Halaman2 dari18

    STATEMENT OF AUTHORSHIP

    Saya yang bertandatangan dibawah ini mewakili kelompok 1 menyatakan bahwa tugas

    terlampir adalah murni hasil pekerjaan kami sendiri. Tidak ada pekerjaan orang lain yang

    kami gunakan tanpa menyebutkan sumbernya.

    Materi ini tidak/belum pernah disajikan/digunakan sebagai bahan untuk makalah/tugas pada

    mata ajaran lain kecuali kami menyatakan dengan jelas bahwa kami menggunakannya.

    Kami memahami bahwa tugas yang kami kumpulkan ini dapat diperbanyak dan atau

    dikomunikasikan untuk tujuan mendeteksi adanya plagiarisme.

    Nama : Ranty Putri

    NPM : 1106005944

    Tanda Tangan :

    Mata Ajaran : Administrasi Pembangunan

    Judul Tugas : Sustainability Program BPJS Kesehatan Indonesia

    Tanggal : 17 Juni 2014

    Dosen : Ringoringo Halomoan Achmadi M.Sc.

  • Administrasi Pembangunan | Kelompok 1 Halaman3 dari18

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat, rahmat,

    taufik, dan hidayah-Nya, penyusunan makalah yang berjudul Sustainability Program BPJS

    Kesehatan Indonesiadapat diselesaikan dengan baik.

    Dalam penyusunan makalah ini, tidak sedikit hambatan yang penulis hadapi. Namun

    penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan materi ini tidak lain berkat bantuan

    dan dukungan berbagai pihak, sehingga kendala-kendala yang penulis hadapi teratasi. Untuk

    itu penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

    1. Ringoringo Halomoan Achmadi M.Sc., selaku dosen Mata Kuliah Administrasi

    Pembangunan yang senantiasa membimbing penulis.

    2. Keluarga dan teman-teman penulis yang senantiasa memberikan dukungan

    moril kepada penulis.

    3. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah

    membantu penulis dalam penyusunan makalah ini.

    Akhirnya, dengan segala kerendahan hati penulis menyadari bahwa pada makalah ini

    masih terdapat kekurangan-kekurangan, sehingga penulis mengharapkan adanya saran dan

    kritik yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini.

    Juni 2014,

    Tim Penulis

  • Administrasi Pembangunan | Kelompok 1 Halaman4 dari18

    DAFTAR ISI

    STATEMENT OF AUTHORSHIP ....................................................................................................... 2

    KATA PENGANTAR .......................................................................................................................... 3

    DAFTAR ISI ........................................................................................................................................ 4

    I. LATAR BELAKANG BERDIRINYA SISTEM JAMINAN SOSIAL NASIONAL (SJSN) DAN

    BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL (BPJS) DI INDONESIA.................................... 5

    II. ULASAN MENGENAI CAKUPAN DAN SISTEM PROGRAM JKN INDONESIA .................... 6

    Kepesertaan ...................................................................................................................................... 7

    Pembiayaan ....................................................................................................................................... 7

    Pelayanan .......................................................................................................................................... 8

    III. EVALUASI PROGRAM JAMINAN KESEHATAN NASIONAL (JKN) INDONESIA .............. 9

    IV. BERKACA PADA KESUKSESAN JAMINAN KESEHATAN NEGARA LAIN ...................... 11

    SINGAPURA ................................................................................................................................. 11

    Jaminan Kesehatan Umum, Kehamilan, dan Kecelakaan Kerja .................................................. 11

    SWEDIA ......................................................................................................................................... 12

    Kondisi Yang Memenuhi ............................................................................................................ 13

    Tunjangan Penyakit dan Bersalin ................................................................................................ 13

    Tunjangan Medis Pekerja ............................................................................................................ 14

    Tunjangan Medis Tanggungan .................................................................................................... 15

    V. MENUJU JKN INDONESIA YANG BERKUALITAS ................................................................ 15

    VI. KESIMPULAN ............................................................................................................................ 16

    DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................................... 18

  • Administrasi Pembangunan | Kelompok 1 Halaman5 dari18

    I. LATAR BELAKANG BERDIRINYA SISTEM JAMINAN SOSIAL NASIONAL

    (SJSN) DAN BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL (BPJS) DI

    INDONESIA

    Hak tingkat hidup yang memadai untuk kesehatan dan kesejahteraan dirinya dan

    keluarganya merupakan hak asasi manusia dan diakui oleh segenap bangsa- bangsa di dunia,

    termasuk Indonesia. Pengakuan itu tercantum dalam Deklarasi Per serikatan Bangsa -Bangsa

    tahun 1948 tentang Hak Azasi Manusia. Berdasarkan Deklarasi tersebut, pasca Perang Dunia

    II beberapa negara mengambil inisiatif untuk mengembangkan jaminan sosial, antara lain

    jaminan kesehatan bagi semua penduduk (Universal Health Coverage). Dalam sidang ke 58

    tahun 2005 di Jenewa, World Health Assembly (WHA) menggaris bawahi perlunya

    pengembangan sistem pembiayaan kesehatan yang menjamin tersedianya akses masyarakat

    (Kementerian Kesehatan RI, 2014).

    Konsep Sistem Jaminan Kesehatan Nasional (SJSN) pertama kali dicetuskan di

    Inggris pada tahun 1911 yang didasarkan pada mekanisme asuransi kesehatan sosial yang

    pertama kali diselenggarakan di Jerman tahun 1883. Setelah itu banyak negara lain

    menyelenggarakan JKN, seperti Kanada (1961), Taiwan (1995), Filipina (1997), dan Korea

    Selatan (2000). Kini, Indonesia mulai menerapkan Sistem Jaminan Kesehatan Nasional

    (SJSN) yang telah diterapkan dalam berbagai negara tersebut.

    Pembentukan UU mengenai SJSN merupakan bentuk nyata dari penerapan ayat 2

    pasal 34 Undang-undang Dasar Republik Indonesia 1945 (setelah amandemen) yang

    berbunyi:

    Negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan

    memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu dengan martabat kemanusiaan.

    Oleh karena itu, pada era Presiden Megawati Soekarno Putri, Undang-undang

    mengenai Sistem Jaminan Kesehatan Nasional (SJSN) mulai dibentuk. Pada tahun 2004,

    setelah melakukan berbagai kajian dan kunjungan para legislatif maupun eksekutif ke

    berbagai negara untuk mempelajari sistem Jaminan Kesehatan Nasional (JKN), UU Sistem

    Jaminan Sosial Nasional (SJSN) disetujui Rapat Pleno DPR untuk diundangkan pada tanggal

    28 September 2004. Kemudian, Presiden Megawati mengundangkan UU SJSN dengan

    upacara khusus yang dihadiri menteri-menteri terkait dan anggota inti Tim SJSN Pada

    tanggal 19 Oktober 2004 (Thabrany, 2009). Akhirnya, terbentuklah Undang-undang no. 40

    tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN). Dalam Undang-undang no. 40

  • Administrasi Pembangunan | Kelompok 1 Halaman6 dari18

    tahun 2004 ini, diamanatkan bahwa jaminan sosial wajib dilaksanakan bagi seluruh penduduk

    Indonesia melalui suatu Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS).

    Membutuhkan rentang waktu yang cukup lama, yaitu sekitar 7 tahun, antara

    pembentukan UU Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) dan UU mengenai Badan

    Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS). UU mengenai BPJS baru dibentuk pada tahun 2011

    dan menghasilkan UU no. 24 tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial

    (BPJS) yang terdiri atas BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan. Dalam UU tersebut,

    BPJS didefinisikan sebagai badan hukum yang dibentuk untuk menyelenggarakan program

    jaminan sosial.

    Pelaksanaan teknis Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) dituangkan dalam Peraturan

    Pemerintah dan Peraturan Presiden, yaitu Peraturan Pemerintah no.101 tahun 2012 tentang

    Penerima Bantuan Iuran (PBI), Peraturan Presiden no.12 tahun 2013 tentang Jaminan

    Kesehatan, dan peta jalan JKN (Roadmap Jaminan Kesehatan Nasional). Jaminan Kesehatan

    Nasional (JKN) yang diselenggarakan oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)

    Kesehatan akan mulai diterapkan di Indonesia pada 1 Januari 2014.

    II. ULASAN MENGENAI CAKUPAN DAN SISTEM PROGRAM JKN INDONESIA

    Tanggal 1 Januari 2014 adalah tanggal bersejarah bagi milestone pembangunan

    bangsa Indonesia. Pada tanggal tersebut, secara resmi pemerintah Indonesia melaksanakan

    sebuah kebijakan asuransi kesehatan terbesar yang pernah tercatat dalam sejarah dunia. Lebih

    dari 237 juta rakyat Indonesia akan diwajibkan untuk mendaftar guna mendapatkan jaminan

    kesehatan secara nasional. Kebijakan yang mulai diinisiasi pada tahun 2004 melalui Undang

    Undang (UU) nomor 40 tahun 2004 ini mengamanatkan bahwa jaminan sosial adalah wajib

    bagi seluruh penduduk Indonesia, termasuk di dalamnya Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)

    yang diselenggarakan melalui Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS). Berbagai

    peraturan dan tata laksana lanjutan dari UU nomor 40 tahun 2004 telah dibentuk dalam

    mewujudkan usaha penyelenggaraan Jaminan Kesehatan Nasional. Sasaran terbesarnya

    adalah per tahun 2019 seluruh penduduk Indonesia telah terdaftar dan medapatkan jaminan

    kesehatan. Berikut adalah cakupan dan ulasan tentang bagaimana bentuk dari JKN Indonesia

    yang dikelola oleh BPJS Kesehatan.

  • Administrasi Pembangunan | Kelompok 1 Halaman7 dari18

    Kepesertaan

    Kepesertaan BPJS Kesehatan bersifat wajib bagi seluruh masyarakat Indonesia.

    Berbagai tahapan rekruitment kepesertaan BPJS kesehatan ini telah dilakukan mulai pada

    tahun 2014 ini. Pada tahun 2014 ini fokus utama BPJS kesehatan adalah untuk mengalihkan

    database peserta asuransi kesehatan dari Askes, Jamkesmas, Jaminan Pemeliharaan

    Kesehatan (JPK) Jamsostek dan jaminan pemeliharaan kesehatan lain di bawah pemerintah

    dan BUMN untuk dialihkan menjadi satu payung di bawah BPJS Kesehatan. Kemudian di

    tahun tahun berikutnya BPJS Kesehatan akan menarik kepesertaan lain yang berada di sektor

    swasta, dengan target penyelesaian untuk usaha besar dan sedang tuntas di tahun 2017, usaha

    kecil di tahun 2018 dan usaha mikro di tahun 2019.

    Kategori penerima BPJS secara umum dibagi menjadi dua, meliputi Peserta

    Penerima Bantuan Iuran (PBI), dan Peserta non-PBI. Peserta PBI adalah peserta BPJS yang

    keikutsertaannya di subsidi oleh pemerintah. Peserta PBI meliputi masyarakat miskin pada

    kategori fakir miskin dan orang tidak mampu. Penduduk yang termasuk peserta PBI

    mencapai 96,4 Juta orang yang disubsidi oleh pemerintah sebesar 500 Milyar rupiah setiap

    tahunnya. Sementara peserta non-PBI adalah seluruh masyarakat Indonesia di luar penerima

    PBI meliputi pekerja di sektor publik, dan swasta serta anggota keluarganya.

    Pembiayaan

    Pembiayaan BPJS Kesehatan berjalan sebagaimana asuransi pada umumnya. Premi

    (iuran) yang harus dibayar oleh masyarakat miskin dalam kategori PBI dibayarkan oleh

    pemerintah melalui dana APBN setiap tahunnya. Sementara untuk peserta non-PBI premi

    yang dibayarkan beragam. Untuk PNS/TNI/Polri/Pensiunan iuran berjumlah 5% dari gaji

    pokok yang diterima dengan pembagian kontribusi 2% oleh peserta dan 3% oleh pemerintah.

    Sementara untuk pekerja penerima upah di sektor swasta biayanya jatuh sebesar 5% dengan

    pembagian 4% ditanggung oleh penerima kerja dan 1% oleh penerima upah. Dan untuk

    kategori peserta non-PBI bukan penerima upah, biaya yang harus dikeluarkan sebulannya

    beragam tergantung jenis kelas yang akan digunakan. Untuk rawat inap kelas 3 sebesar Rp

    25.500,- per bulan, kelas 2 sebesar RP 42.500,- per bulan dan Rp 59.900,- per bulan untuk

    rawat inap kelas 1.

  • Administrasi Pembangunan | Kelompok 1 Halaman8 dari18

    Pelayanan

    Berdasarkan iuran yang telah diberikan kepada BPJS Kesehatan, peserta BPJS

    kesehatan akan mendapatkan berbagai layanan kesehatan meliputi, manfaat medis dan

    manfaat non medis. Manfaat medis antara lain akomodasi rawat inap serta pembebasan biaya

    pada berbagai kategori penyakit. Manfaat non medis yang didapat antara lain seperti layanan

    gawat darurat seperti ambulance dan lain sebagainya. Layanan layanan yang tidak

    ditanggung oleh BPJS antara lain : general check up, perawatan kecantikan, pengobatan

    untuk mendapat keturunan, serta penyakit penyakit yang timbul akibat kesengajaan seperti

    narkoba dan percobaan bunuh diri.

    Prosedur pelayanan peserta BPJS pertama-tama harus memperoleh pelayanan

    kesehatan pada fasilitas kesehatan tingkat pertama (puskesmas), baru kemudian

    diperkenankan untuk memeriksakan diri di fasilitas kesehatan tingkat lanjutan jika mendapat

    rekomendasi untuk berobat di fasilitas kesehatan tingkat lanjutan. Kondisi tidak melalui

    prosedur hanya digunakan untuk memfasilitasi keadaan yang bersifat gawat darurat.

    Jumlah rumah sakit yang telah menjadi fasilitator kesehatan sampai saat ini

    berjumlah 1.087 rumah sakit, dan akan ditambah hingga lebih dari 2000 rumah sakit dengan

    merangkul berbagai rumah sakit swasta yang lolos credentialing oleh pihak BPJS Kesehatan.

    Alur Pelayanan Kesehatan

  • Administrasi Pembangunan | Kelompok 1 Halaman9 dari18

    III. EVALUASI PROGRAM JAMINAN KESEHATAN NASIONAL (JKN)

    INDONESIA

    Pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) telah dilakukan secara serentak di

    Indonesia sejak 1 Januari 2014. Adanya JKN ini tentu dapat meringankan beban masyarakat

    Indonesia karena program JKN dapat membantu masyarakat Indonesia dalam mendapatkan

    layanan kesehatan dan juga menyediakan layanan non medis seperti akomodasi dan

    ambulans. Dengan manfaat yang disediakan oleh program ini, banyak masyarakat yang sudah

    menjadi peserta JKN. Berdasarkan data dari BPJS, hingga saat ini terdapat 123 juta peserta

    dari JKN.

    Sampai saat ini sudah banyak fasilitas kesehatan pada program JKN, dari data dari

    kementrian kesehatan, terdapat puskesmas sebanyak 9.599, klinik sebanyak 6.250, klnik

    spesialis sebanyak 1.649, rumah sakit umum sebanyak 1.687, rumah sakit khusus sebanyak

    492, dan balai kesehatan sebanyak 600. Fasilitas-fasilitas tersebut tentunya telah menunjang

    program ini. Walau demikian, dalam pelaksanaannya selama beberapa bulan ini, terdapat

    masalah-masalah yang dialami JKN mulai dari permasalahan pendaftaraan, teknis, regulasi,

    dan keterbatasan obat.

    Peserta Jaminan Kesehatan

    Bukan Penerima Bantuan Iuran

    (PBI)

    Pekerja Penerima Upah

    Pekerja Bukan Penerima Upah

    Bukan Pekerja

    Penerima Bantuan Iuran

    (PBI)

    Fakir MiskinOrang Tidak

    Mampu

  • Administrasi Pembangunan | Kelompok 1 Halaman10 dari18

    Proses pendaftaran untuk mengurus kartu JKN juga menjadi salah satu permasalahan

    dari program ini. Sistem pendaftaran yang belum direncanakan dengan baik membuat banyak

    masyarakat yang harus mengantre panjang untuk menjadi peserta JKN. Antrean panjang juga

    terjadi ketika peserta JKN hendak berobat ke rumah sakit. Pemerintah telah melakukan

    beberapa upaya untuk mengatasi antrean panjang untuk berobat, salah satunya dengan

    pendaftaran online, namun ternyata upaya tersebut belum berhasil mengurangi antrean yang

    ada.

    Dari segi teknis, terdapat masalah-masalah yang muncul dalam implementasi program

    JKN. Salah satunya adalah kesulitan dari peserta JKN untuk menemukan rumah sakit yang

    dapat menampung mereka ketika mereka dalam kondisi sakit. Keluhan mengenai hal tersebut

    disampaikan oleh beberapa peserta JKN. Rumah sakit yang mereka datangi sudah penuh dan

    tidak dapat lagi menampung pasien baru. Bahkan terdapat pasien yang harus berkeliling kota

    untuk mencari rumah sakit yang tersedia. Permasalahan tersebut tentunya menganggu

    penerapan dari program JKN, karena dapat menghambat tujuan awal dari program ini yaitu

    memberikan layanan kesehatan bagi anggota JKN.

    Sedangkan dari sesi regulasi, masih ada penduduk Indonesia yang belum

    mendapatkan manfaat dari program JKN. Penduduk yang dimaksud adalah anak jalanan,

    panti asuhan, orang jompo, dan penghuni lapas. Sampai saat ini, pemerintah belum

    menanggung pelayanan kesehatan bagi mereka dikarenakan sebagian dari mereka yang

    belum mempunyai kartu idetintas. Kemudian masih belum adanya mekanisme yang jelas

    dalam menjamin mereka juga menjadi salah satu alasan masih adanya anak jalanan, anak dari

    panti asuhan, orang jompo, dan penghuni lapas yang belum mendapatkan layanan tersebut.

    Dari masalah-masalah yang ada, keterbatasan obat menjadi masalah utama dari

    pelaksanaan program ini. Keterbatasan obat ini kerap dialami oleh pasien-pasien yang

    memiliki penyakit kronis, seperti hipertensi, diabetes melitus, dan kemoterapi. Kemudian

    masih terdapat keluhan dari peserta bahwa beberapa peserta masih dibebani biaya pembelian

    obat. Padahal di dalam Peraturan Presiden, tidak diatur adanya biaya iuran yang harus

    dikeluarkan peserta JKN untuk membeli obat. Salah satu alasan mengapa peserta dimintai

    iuran adalah karena obat tersebut tidak terdaftar di Formularium Nasional (Fornas). Fornas

    merupakan daftar obat yang disusun oleh Kementerian Kesehatan (Kemkes) yang menjadi

    acuan pelayanan obat di rumah sakit. Terdapat pula kasus-kasus lain dimana peserta hanya

    diberikan obat untuk beberapa hari dalam mengobati penyakit kronis.

  • Administrasi Pembangunan | Kelompok 1 Halaman11 dari18

    IV. BERKACA PADA KESUKSESAN JAMINAN KESEHATAN NEGARA LAIN

    SINGAPURA

    Singapura merupakan contoh alternatif dari jaminan kesehatan universal, di mana

    pemerintah tidak banyak memberikan subsidi pada masyarakat; Singapura sangat

    menekankan pada kemandirian dari warganya alih-alih memberikan manfaat seluas-luasnya

    bagi warga negara, seperti kebanyakan model welfare state. Singapura memberi tunjangan

    dan bantuan dalam program kesehatan universal yang relatif sedikit untuk warganya; peran

    negara yang relatif terbatas dialihkan kepada anak cucu langsung, di mana ada undang-

    undang yang melarang anak dari penduduk usia lanjut untuk menelantarkan orangtuanya.

    Namun, bagi penduduk miskin, terdapat skema bantuan pemerintah yang bersifat means-

    tested untuk asuransi kesehatan.

    Secara umum, Singapura memiliki 4 rekening jaring pengaman sosial di bawah

    Central Provident Fund, yaitu Ordinary Account (untuk membantu membeli rumah, investasi

    tertentu, asuransi CPF, dan biaya pendidikan), Special Account (untuk mengakumulasi dana

    hari tua dalam investasi terkait pensiun), Medisave Account (untuk membayar biaya

    pengobatan), dan Retirement Account (dibuat pada usia 55 untuk menjamin adanya

    pendapatan periodik/anuitas pada pensiunan). Seperti disebutkan sebelumnya, pembayaran

    pengobatan di klinik dan rumah sakit dibayarkan dari dana di Medisave Account. Warga

    Singapura yang bekerja diwajibkan menyisihkan 7 hingga 9,5% dari pendapatan untuk

    Medisave Account, yang diikuti oleh pembayaran 7 hingga 9,5% dari pendapatan oleh

    pemberi kerja (employer), sehingga secara total warga Singapura menyisihkan 14-19%

    pendapatan untuk Medisave Account. Warga Singapura yang bekerja sendiri (self-employed)

    hanya membayar 2,3-9% pendapatan tahunan untuk bekerja.

    Jaminan Kesehatan Umum, Kehamilan, dan Kecelakaan Kerja

    Sejak lahir, warga Singapura dilengkapi dengan paket asuransi sederhana untuk

    beberapa jenis penyakit, yaitu MediShield. Warga Singapura yang telah bekerja dan memiliki

    MediSave Account bisa membeli asuransi kesehatan umum menggunakan dana yang tersedia

    dalam MediSave Account hingga S$ 800/tahun, dan asuransi untuk penyakit kritis hingga S$

    600/tahun. Setelah dilindungi asuransi (yang dibayarkan melalui rekening MediSave), biaya

  • Administrasi Pembangunan | Kelompok 1 Halaman12 dari18

    pengobatan warga yang sakit tidak ditanggun 100%; ada biaya yang harus ditanggung warga

    dan dipotong dari MediSave (copayment).Warga yang tidak mampu membayar copayment ini

    bisa meminta bantuan pada pemerintah lewat skema MediFund.

    Ibu hamil berhak mendapatkan gaji selama 4 bulan, di mana untuk dua kehamilan

    pertama, negara menanggung gaji kotor untuk 2 bulan dan pemberi kerja memberi gaji 2

    bulan. Untuk kehamilan selanjutnya, negara menanggung penuh gaji kotor untuk 4

    bulan.Biaya kehamilan juga bisa ditanggung lewat rekening MediSave.

    Pekerja kasar dengan pendapatan kurang dari S$ 1.600/bulan berhak mendapatkan

    perlindungan kecelakaan kerja.Pemberi kerja menanggung seluruh biaya perlindungan

    kecelakaan kerja. Pekerja mendapatkan pembayaran gaji ketika mengalami kecelakaan kerja,

    sebesar 100% untuk 14 hari pertama (60 hari apabila dirawat di rumah sakit) dan 66,67%

    untuk selanjutnya apabila mengalami cacat sementara. Apabila mengalami cacat permanen,

    pekerja mendapat 72-181 kali gaji, dengan minimum S$73.000 dan S$ 218.000.

    Secara umum, skema perlindungan di Singapura sangat menekankan pentingnya

    bertanggung jawab untuk diri sendiri bagi warganya, yang sangat menekankan pada warga,

    pemberi kerja (sebagai penanggung secara parsial), dan sektor swasta (penyedia asuransi

    yang dibeli lewat MediSave). Pemerintah hanya turut campur dalam membuat kerangka

    asuransi serta hanya mengintervensi/memberi bantuan bagi warga yang benar-benar kurang

    mampu.Sistem di Singapura juga menekankan pada copayment dan mentalitas bertanggung

    jawab pada diri sendiri untuk menghindari moral hazard dalam sistem kesehatan universal.

    SWEDIA

    Kebijakan hukum pertama di Swedia adalah tahun 1891 tentang tunjangan tunai dan

    di tahun 1931 tentang tunjangan kesehatan. Sedangkan untuk saat ini adalah dari tahun 1991

    tentang membayar sakit dan dari tahun 2010 tentang asuransi sosial yang diimplementasikan

    pada tahun 2011. Jenis program nya sendiri, merupakan asuransi sosial (tunjangan tunai) dan

    sistem universal untuk (tunjangan kesehatan). Cakupan dari kebijakan ini adalah tunjangan

    tunai bagi orang yang bekerja dan menghasilkan 10.560 kronor dalam satu tahun atau

    menghasilkan lebih dan tunjangan kesehatan bagi semua orang yang bertempat tinggal di

    Swedia. Sumber dana untuk jaminan sosial di swedia sendiri berasal dari orang yang

    tertanggung, wiraswasta, employer, dan pemerintah itu sendiri. Dari wiraswasta, diambil

    sebesar 9,61% dari penghasilan ditambah 2,2% untuk tunjangan tunai orangtua (asuransi

  • Administrasi Pembangunan | Kelompok 1 Halaman13 dari18

    orangtua). Sedangkan dari employer, 8.64% dari gaji ditambah 2,2% tunjangan tunai untuk

    orang tua (parental asuransi). Sedangkan dari pemerintah, setiap dewan kabupaten wilayah

    membayar penuh biaya jaminan kesehatan daerahnya.

    Kondisi Yang Memenuhi

    Untuk tunjangan orang sakit: pendapatan tahunan tertanggung dari pekerjaan yang

    menghasilkan lebih dari 10.560 kronor; atau tertanggung menganggur dan terdaftar dengan

    penyedia jasa tenaga kerja. Untuk tunjangan tunai orangtua (parental asuransi): Dibayar

    untuk penduduk Swedia yang tertanggung untuk tunjangan tunai penyakit di atas tingkat

    jaminan (tergantung pada jumlah tahun Kontribusi dibuat pada tahun tersebut) untuk

    setidaknya 240 hari sebelum tanggal lahir. Selain itu terdapat tunjangan tunai kehamilan

    (asuransi orangtua): Dibayar untuk wanita hamil yang bekerja di sebuah pekerjaan yang

    menuntut fisik atau berbahaya, dimana majikan tidak dapat mentransfer dia untuk bekerja di

    tempat yang kurang menuntut atau kurang berbahaya. Untuk tunjangan tunai sementara

    orangtua (asuransi orangtua): Dibayar untuk tidak adanya orang tua dari pekerjaan untuk

    merawat anak yang sakit lebih muda dari usia 12 (usia 16 atau 18 jika sakit parah, sakit

    kronis jika usia 21 atau cacat).

    Tunjangan Penyakit dan Bersalin

    80% dari penghasilan yang hilang dari tertanggung, dari hari ke-15 sampai hari 364

    (atau lebih jika penyakit serius) dibayar; dapat juga diperpanjang untuk 550 hari tetapi 75%

    dari penghasilan tertanggung hilang dari jatah pensiun, dan itupun dibatasi untuk 180 hari

    dari keuntungan setelah pensiun. Pendapatan tahunan maksimum digunakan untuk

    menghitung tunjangan, adalah 330.000 kronor.Pengusaha membayar tunjangan sakit bagi

    karyawan setiap hari selama dua sampai 14 hari pada 80% dari penghasilan tertanggung yang

    hilang. Pekerja mandiri dan kualifikasi orang nonemployed lainnya menerima 80% dari

    penghasilan yang hilang dari dua sampai 14 hari (jumlah hari kualifikasi dapat bervariasi jika

    diperlukan). Tunjangan harian maksimum adalah 702 kronor.

    Tunjangantunai orangtua untuk melahirkan (asuransi orangtua): Tunjangannya sekitar

    80% dari penghasilan yang hilang tertanggung untuk 180-390 hari ditambah 180 kronor per-

    hari untuk tambahan 90 hari. Keseluruhan manfaat bagi Kedua orang tua gabungan durasi

  • Administrasi Pembangunan | Kelompok 1 Halaman14 dari18

    adalah 480 hari untuk setiap anak dan dibayar dari 60 hari sebelum perkiraan tanggal

    persalinan sampai anak usia 8 tahun. Ketika Kedua orang tua mengasuh anak, setiap orangtua

    menerima tunjangansetidaknya 60 hari, dan itu tidak dapat ditransfer ke orang tua

    lainnya.Pendapatan tahunan maksimum digunakan untuk menghitung manfaat 440.000

    kronor.Tunjangan harian maksimum untuk periode 390 hari adalah 935 kronor.

    Tunjangan tunai kehamilan (asuransi orangtua): 80% dari penghasilan yang hilang

    tertanggung dibayar bagi perempuan dalam pekerjaan fisik menuntut, tunjangan dibayar

    sampai 50 hari, dimulai 60 hari dan paling lambat 11 hari sebelum tanggal perkiraan

    persalinan. Bagi perempuan dalam pekerjaan berbahaya, manfaat dibayar untuk seluruh

    kehamilan hingga 11 hari sebelum perkiraan tanggal persalinan.Pendapatan tahunan

    maksimum digunakan untuk menghitung tunjangan adalah 330.000 kronor. Penyesuaian

    tunjangan: Tunjangan yang disesuaikan tahunan menurut perubahan harga.

    Tunjangan tunai sementara orangtua (parental insurance): 80% dari penghasilan yang

    hilang tertanggung akan dibayar. Keseluruhan durasi tunjangan bagi kedua orang tua

    digabungkan adalah 60 hari dalam setahun untuk setiap anak; dapat diperpanjang selama 60

    hari untuk setiap anak.Ayah (atau orangtua lainnya) Berhak 10 hari tambahan tunjangan

    sehubungan dengan kelahiran anak.Pendapatan tahunan maksimum digunakan untuk

    menghitung tunjangan adalah 330.000 kronor.

    Tunjangan Medis Pekerja

    Untuk tunjangan medis pekerja, tunjangan termasuk perawatan medis dan gigi gratis

    bagi anak-anak sampai dengan usia 20, subsidi untuk perawatan dasar dan pencegahan gigi,

    dengan batas atas biaya untuk perawatan prostetik, dan insulin gratis. Cost sharing:

    tertanggung membayar biaya 60 kronor sampai 300 kronor untuk kunjungan setiap dokter,

    hingga 900 kronor dalam periode 12 bulan untuk rawat inap di rumah sakit umum tersebut

    (termasuk di bangsal bersalin), dan tertanggung membayar hingga 80 kronor per hari (bisa

    dikurangi untuk yang berpenghasilan rendah). Tetapi sebagian persentase biaya transportasi

    akan diganti. Tertanggung juga membayar biaya penuh untuk obat hingga 900 kronor dalam

    jangka waktu 12 bulan; setelah itu, biaya parsial obat hingga 1.800 kronor setahun.

  • Administrasi Pembangunan | Kelompok 1 Halaman15 dari18

    Tunjangan Medis Tanggungan

    Tunjangan kesehatan untuk tanggungan mereka adalah sama seperti untuk

    tertanggung.

    V. MENUJU JKN INDONESIA YANG BERKUALITAS

    Berdasarkan kajian pada poin sebelumnya yang membahas permasalahan yang terjadi

    pada Jaminan Kesehatan Nasional maka bagian ini akan membahas solusi untuk menuju

    Jaminan Kesehatan Nasional Indonesia yang berkualitas. Permasalahan dalam JKN terbagi

    dalam dua segi, yaitu teknis dan regulasi. Dari segi teknis terbagi permasalahan dari proses

    pendaftaran, birokrasi rumah sakit, dan distribusi obat. Sedangkan dalam sisi regulasi disini

    akan membahas tentang penduduk yang belum mendapatkan manfaat dari Jaminan Kesehatan

    Nasional.

    Permasalahan dari segi teknis cukup menjadi sorotan hal ini dikarenakan belum

    matangnya koordinasi antara pemerintah dan instansi terkait seperti rumah sakit dan supplier

    obat.Pada kondisi lapangan, sulitnya mengetahui mana-mana saja rumah sakit yang

    mengadvokasi Jaminan Kesehatan Nasional dan permasalahan birokrasinya membuat

    penerima harus mengantri untuk mendapatkan layanan dan mungkin menempuh jarak yang

    lebih jauh untuk mencapai rumah sakit yang menyediakan layanan JKS. Hal ini dapat

    disiasati dengan cara menambah jumlah persebaran fasilitas kesehatan di berbagai daerah

    yang disesuaikan dengan karakteristrik daerah tersebut dan mampu menyediakan layanan

    JKS hingga lebih efisien. Selain itu, solusi yang lain adalah memberikan sosialisasi mengenai

    JKS di tiap rumah sakit. Jika memang tidak semua rumah sakit dapat melayani kebutuhan

    pasien JKS maka setidaknya ada posko JKS yang mempu memberikan informasi tentang

    rumah sakit mana yang menyediakan jasa dan menyediakan transportasi ambulans untuk

    memindahkan pasien yang sudah harus segera diberikan perawatan ke rumah sakit yang

    menyediakan JKS sehingga adanya sinkronisasi antar lembaga.

    Begitupun permasalahan pendaftaran.Sistem pendaftaran belum diterapkan dengan

    baik sehingga membuat banyak masyarakat yang harus mengantre panjang untuk menjadi

    peserta JKN.Solusi untuk permasalahan ini adalah efektivitas online application yang mampu

    menyederhanakan birokrasi sehingga tidak terjadi antrean yang panjang.Selain itu

    peningkatan sumber daya manusia (pegawai) yang mampu menjalankan online

  • Administrasi Pembangunan | Kelompok 1 Halaman16 dari18

    applicationjuga menjadi aspek penting sehingga efektivitas mampu dicapai.Sementara itu

    pemenuhan tenaga kesehatan juga perlu ditingkatkan sampai pada tingkat pertama karena

    pada pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional yang mulai tahun 2014 akan fokus pada

    pelayanan kesehatan primer dengan dukungan pemerintah sepenuhnya baik pemerintah pusat

    maupun pemerintah daerah.

    Permasalahan supplier obat yang belum mampu memenuhi kebutuhan para pasien

    Jaminan Kesehatan Nasional diberikan solusi untuk meregulasi ulang tentang kebutuhan obat

    yang dapat dipenuhi oleh supplier obat. Untuk ini, diperlukan perhitungan ulang dengan

    mengestimasi kebutuhan tiap rumah sakit yang dilakukan oleh pemerintah dengan cara

    survey. Dibutuhkan rekap yang jelas tiap pasien JKN sehingga dapat menggambarkan pola

    kebutuhan tiap rumah sakit maupun daerah sehingga mampu meramalkan kebutuhan yang

    akan datang. Selain itu standardisasi obat yang ditegaskan pada supplier agar tidak terjadi

    kecurangan pada distribusi obat yang dapat merugikan pasien.

    Dalam sisi regulasi, yang terlihat dalam penduduk yang masih belum mendapatkan

    fasilitas karena terganjal oleh kartu identitas maka diperlukan sinergisasi antara petugas

    catatan sipil dengan birokrat JKN agar keseluruhan dapat terdaftar dan menikmati fasilitas

    yang Jaminan Kesehatan Nasional yang tersedia.Untuk mencapai tujuan cakupan universal,

    sangat penting bagi pemerintah untuk memperkuat regulasi (peraturan pemerintah), baik

    terhadap sisi pembiayaan (yakni, revenue collection dan pooling), maupun sisi penyediaan

    dan penggunaan pelayanan kesehatan (yakni, purchasing). Pada permasalahan ketidaksesuian

    jumlah penduduk miskin dapat diatasi dengan dilakukan koordinasi antara pemerintah pusat

    dan daerah mengenai kriteria atau standar yang akan diberikan dalam penentuan penerima

    bantuan iuran. Selain itu pemerintah pusat menyerahkan mengenai data penduduk miskin

    sesuai dengan hasil koordinasi yang telah disepekati.

    VI. KESIMPULAN

    Meskipun pada awalnya diiringi dengan pro-kontra dari berbagai pihak,

    penyelenggaraan JKN sebagai program utama Badan Penyelenggara Jaminan Nasional

    (BPJS)pada dasarnya merupakan sebuah langkah yang patut diapresiasi karena memiliki

    tujuan yang sangat mulia yaitu meningkatkan kesejahteraan masyarakat Indonesia melalui

    jaminan kesehatan yang memadai.Berbagai masalah teknis yang saat ini terjadi dalam

    pengimplementasian program ini merupakan hal yang wajar, mengingat program ini baru sah

  • Administrasi Pembangunan | Kelompok 1 Halaman17 dari18

    diberlakukan sejak 1 Januari 2014baru beberapa bulanpelaksanaan.Oleh karena itu untuk

    menyukseskan bersama kesinambungan (sustainability)program ini dibutuhkan kerja sama

    berbagai pihak, mulai dari pihak penyelenggara yaitu BPJS, kemudian seluruh stakeholder

    seperti pemerintah, pihak rumah sakit, serta masyarakat Indonesia sendiri. Seluruh pihak

    harus menjalankan fungsinya masing-masing dan saling membantu dalam pemecahan

    masalah yang ada.

    Sebagai tambahan, pola pikirmasyarakat Indonesia juga perlu diberikan kesadaran

    bahwa kesehatan merupakan hal yang sangat penting dan setiap anggota masyarakat

    bertanggung jawab atas kesehatannya sendiri tidak boleh hanya bergantung dan menyalahkan

    pemerintah.

  • Administrasi Pembangunan | Kelompok 1 Halaman18 dari18

    DAFTAR PUSTAKA

    1,7 Juta Gelandangan, Anak Jalanan, Pengemis, dan Napi Belum Terdaftar JKN. (2014,

    Februari 2). Retrieved from Detik Health:

    http://health.detik.com/read/2014/02/27/190207/2510696/763/17-juta-gelandangan-

    anak-jalanan-pengemis-dan-1,7 Juta Gelandangan, Anak Jalanan, Pengemis, dan Napi

    Belum Terdaftar JKN. (2014, Februari 2). Retrieved from Detik Health:

    http://health.detik.com/read/2014/02/27/190207/2510696/763/17-juta-gelandangan-

    anak-jalanan-pengemis-dan-napi-belum-terdaftar-jkn

    Evaluasi BPJS Kesehatan, Masalah Obat Paling Dikeluhkan. (2014, Februari 7). Retrieved

    from Berita Satu: http://www.beritasatu.com/kesehatan/165052-evaluasi-bpjs-

    kesehatan-masalah-obat-paling-dikeluhkan.html

    Pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional di Jakarta. (2014, April 7). Retrieved from

    Sekretariat Kabinet Republik Indonesia: http://www.setkab.go.id/pro-rakyat-12680-

    .html

    Peserta BPJS Kesehatan Naik 6 Juta. (2014, Juni 11). Retrieved from BPJS Kesehatan:

    http://bpjs-kesehatan.go.id/berita-229-peserta-bpjs-kesehatan-naik-6-juta.html#

    Aprianto, A., Prianto, E., Arianto, G., & Meliardi. (2012, Mei 12). Potensi Kendala dan

    Solusi untuk Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Retrieved Juni 14, 2014, from Pusat

    KPMAK: http://www.kpmak-ugm.org/2012-05-12-04-54-35/2012-05-12-05-03-

    45/article/647-potensi-kendala-dan-solusi-untuk-jaminan-kesehatan-nasional-jkn.html

    Australian Centre For Financial Studies. (2011). Melbourne Mercer Global Pension Index.

    Melbourne: Australian Centre For Financial Studies.

    Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. (2014). Buku Pegangan Sosialisasi Jaminan

    Kesehatan Nasional (JKN) dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional. Jakarta:

    Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.

    Thabrany, H. (2009). Badan Penyelenggara Jaminan Kesehatan Nasional: Sebuah Policy

    Paper dalam Analisis Kesesuaian Tujuan dan Struktur BPJS.

    USA Social Securities Administration. "Sweden." SSA. USA Social Securities

    Administration (Research, Statistics, & Policy Analysis), Mar. 2013. Web. 12 June

    2014.

    USA Social Securities Administration. "Singapore." SSA. USA Social Securities

    Administration (Research, Statistics, & Policy Analysis), Mar. 2013. Web. 12 June

    2014.