37
WORKING PAPER SUSTAINABILITAS DEFISIT TRANSAKSI BERJALAN PEREKONOMIAN INDONESIA Triono Widodo Lutzardo Tobing Wahyu Yuwana 2013 WP/14/2013

SUSTAINABILITAS DEFISIT TRANSAKSI BERJALAN … · Kekhawatiran tersebut cukup beralasan karena apabila CAD terjadi dan berlangsung secara persisten biasanya akan diikuti dengan tekanan

  • Upload
    lexuyen

  • View
    218

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: SUSTAINABILITAS DEFISIT TRANSAKSI BERJALAN … · Kekhawatiran tersebut cukup beralasan karena apabila CAD terjadi dan berlangsung secara persisten biasanya akan diikuti dengan tekanan

WORKING PAPER

SUSTAINABILITAS DEFISIT TRANSAKSI BERJALAN PEREKONOMIAN INDONESIA

Triono Widodo Lutzardo Tobing Wahyu Yuwana

2013

WP/14/2013

Page 2: SUSTAINABILITAS DEFISIT TRANSAKSI BERJALAN … · Kekhawatiran tersebut cukup beralasan karena apabila CAD terjadi dan berlangsung secara persisten biasanya akan diikuti dengan tekanan

2

SUSTAINABILITAS DEFISIT TRANSAKSI BERJALAN

PEREKONOMIAN INDONESIA

Triono Widodo, Lutzardo Tobing, Wahyu Yuwana1

Abstract

Before the crisis of 1997/1998, Current Account Deficit (CAD) had been the norm in Indonesia’s economy. Post 1997, in general, its current account recorded surpluses. However since the last quarter of 2011 CAD re-emerged, raising concerns among policy makers and observers. This paper contains an empirical investigation of the sustainability of current account in Indonesia. Quarterly data 1970-2012 is used in this research using ARDL model to investigate whether current account deficit Indonesia is persistent or temporary. This research finds that Indonesia current account deficit is sustainable in the short-term as well as in the long-term. In the short-term such deficit could be financed by surplus in the capital and financial account. However, such protracted deficit could weigh on the economy in the long-term, as it will lead to increasing liabilities to the rest of the world which needs to be paid back. In addition, it could face the availability of foreign financing due to market imperfections. Therefore at least in the short terms, authorities should maintain market confidence as it will ensure the smooth flow of capital and financial account needed to finance the deficit.

JEL Classification : F32

Keywords : Bank Indonesia, Current Account

Author’s E-Mail Address: [email protected]; [email protected]; [email protected] 1The authors thank Putriana Nurman and Jimmi Adhe Kharisma for econometric works.

Kesimpulan, pendapat, dan pandangan yang disampaikan oleh penulis dalam paper ini merupakan kesimpulan, pendapat, dan pandangan penulis dan bukan merupakan kesimpulan, pendapat, dan pandangan resmi Bank

Indonesia.

Page 3: SUSTAINABILITAS DEFISIT TRANSAKSI BERJALAN … · Kekhawatiran tersebut cukup beralasan karena apabila CAD terjadi dan berlangsung secara persisten biasanya akan diikuti dengan tekanan

3

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sejak kuartal IV 2011, transaksi berjalan Indonesia kembali mencatat defisit

yang terus berlanjut sampai dengan akhir kuartal IV 2012 (Grafik 1). Sejak

terjadinya krisis tahun 1997, sebetulnya transaksi berjalan juga pernah mencatat

defisit pada tahun 2008 namun hanya berlangsung temporer yaitu selama tiga

kuartal yaitu kuartal II sd kuartal IV. Oleh karena itu, defisit transaksi berjalan yang

kembali muncul dan nampaknya akan berlangsung secara persisten menimbulkan

kekhawatiran bahwa perkembangan tersebut dapat mengganggu stabilitas

perekonomian Indonesia; dengan kata lain dikhawatirkan defisit tersebut tidak

sustainabel.

Grafik 1. Current Account Indonesia

Grafik 2. Indikator Makroekonomi Indonesia (%)

Melihat sejarah defisit transaksi berjalan (current account deficit/CAD) dalam

40 tahun terakhir diketahui bahwa Indonesia lebih sering mencatat defisit yang

sebagian besar terjadi pada periode sebelum krisis 1997 (Lihat Grafik 2). Sebaliknya,

pada periode sesudah krisis 1997, kondisi CA pada umumnya mencatat surplus.

Kekhawatiran tersebut cukup beralasan karena apabila CAD terjadi dan

berlangsung secara persisten biasanya akan diikuti dengan tekanan depresiasi

terhadap nilai tukar dan penurunan cadangan devisa, bahkan dalam kasus tertentu

dapat berakhir dengan krisis. Beruntungnya, meskipun terjadi CAD dalam beberapa

kuartal terakhir masih dapat ditutup dengan kuatnya arus modal masuk pada

transaksi modal dan finansial (TMF), sehingga dampaknya terhadap Neraca

-15

-10

-5

0

5

10

15

Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV

2010 2011 2012*

Miliar USD

Nrc. Perd. Migas Nrc. Perd. Non Migas Jasa

Transfer Berjalan Pendapatan Transaksi Berjalan* Angka Sementara

0,0

10,0

20,0

30,0

40,0

50,0

60,0

70,0

80,0

90,0

-15

-10

-5

0

5

10

15

19

80

19

81

19

82

19

83

19

84

19

85

19

86

19

87

19

88

19

89

19

90

19

91

19

92

19

93

19

94

19

95

19

96

19

97

19

98

19

99

20

00

20

01

20

02

20

03

20

04

20

05

20

06

20

07

20

08

20

09

20

10

20

11

20

12

Inflation (rhs)

CAD/GDP

GDP growth

Page 4: SUSTAINABILITAS DEFISIT TRANSAKSI BERJALAN … · Kekhawatiran tersebut cukup beralasan karena apabila CAD terjadi dan berlangsung secara persisten biasanya akan diikuti dengan tekanan

4

Pembayaran Indonesia (NPI) tidak terlalu mengkhawatirkan (Grafik 3). CAD yang

terjadi pada triwulan IV 2011 sebesar USD2,3 miliar masih dapat ditutup oleh

surplus pada kuartal-kuartal sebelumnya sehingga secara keseluruhan CAD tahun

2011 masih mencatat surplus sebesar USD1,78 miliar. Ditambah dengan surplus

pada TMF sebesar USD13,6 miliar sehingga NPI sepanjang 2011 masih mengalami

surplus USD11,9 miliar dan cadangan devisa diakhir tahun tercatat sebesar

USD110,12 miliar.

Grafik 3. Neraca Pembayaran Indonesia

Namun perkembangan pada tahun 2012 dampaknya tidak segera berubah

membaik. NPI masih mengalami surplus USD0,21 miliar yang berasal dari CAD

USD24,1 miliar dan surplus TMF USD25,0 miliar. Perkembangan terakhir tersebut

memperkuat kekhawatiran bahwa CAD tersebut cenderung persisten. Meski NPI

masih mengalami surplus, telah muncul salah satu dampak yang kurang

menguntungkan dari CAD tersebut yaitu terdepresiasinya nilai tukar rupiah pada

tahun 2012 sekitar 6,64%.

Dampak CAD terhadap perkembangan makroekonomi berbeda-beda antar

negara. Ada yang dapat berdampak segera mengganggu kinerja makroekonominya

misalnya ditandai dengan pelemahan tajam nilai tukar, inflasi yang meningkat dan

terganggunya pertumbuhan ekonomi. Namun secara empiris terdapat juga negara

yang tidak mengalami hal demikian meskipun secara empiris jarang terjadi,

contohnya adalah Australia yang secara persisten mengalami CAD tetapi kinerja

makroekonominya masih cukup baik, bahkan nilai tukarnya sempat menguat.

Sementara Vietnam yang mengalami CAD terus menerus dampaknya secara tajam

terlihat pada depresiasi nilai tukarnya dan merosotnya cadangan devisa yang

dimiliki.

0

20

40

60

80

100

120

140

-10

-5

0

5

10

15

Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV

2010 2011 2012*

Miliar USDMiliar USD

Trs. Berjalan Trs. Modal dan Finansial

NPI keseluruhan Cadangan Devisa(RHS)* Angka Sementara

Page 5: SUSTAINABILITAS DEFISIT TRANSAKSI BERJALAN … · Kekhawatiran tersebut cukup beralasan karena apabila CAD terjadi dan berlangsung secara persisten biasanya akan diikuti dengan tekanan

5

0

10

20

30

40

50

60

19

80

19

81

19

82

19

83

19

84

19

85

19

86

19

87

19

88

19

89

19

90

19

91

19

92

19

93

19

94

19

95

19

96

19

97

19

98

19

99

20

00

20

01

20

02

20

03

20

04

20

05

20

06

20

07

20

08

20

09

20

10

20

11

20

12

Australia

Vietnam

Selama kurun waktu 32 tahun terakhir Vietnam mengalami CAD secara

persisten dalam periode 1980–2012 (lihat Grafik 4). Dalam periode waktu tersebut,

pertumbuhan ekonomi Vietnam tercatat rata-rata 6,5% per tahun. Namun di sisi

lain, inflasi yang terjadi pernah mencapai angka sangat tinggi 453,54% (hiperinflasi)

yaitu pada tahun 1986. Cadangan devisa pernah mengalami penurunan signifikan

dari USD23 miliar pada tahun 2008 menjadi USD19,0 miliar tahun 2012 (Grafik 5)

Sementara itu, nilai tukar cenderung melemah dari 0,205 Dong/USD pada tahun

1980 menjadi 6.483 pada tahun 1990, 14.168 pada tahun 2000, dan 20.812 tahun

2012, atau melemah rata-rata 5,5% pertahun (Grafik 6).

Hal ini berbeda dengan Australia yang selama kurun waktu 32 tahun terakhir

mengalami CAD (Grafik 7), namun pertumbuhan ekonomi dapat mencapai sebesar

3,2% rata-rata setahun, cukup tinggi sebagai negara maju. Cadangan devisa tahun

2012 tercatat sebesar AUD44,9 miliar menurun dari tahun 2006 yang mencapai

sebesar AUD55,1 miliar (Grafik 5). Namun demikian, nilai tukar tidak mengalami

pelemahan yang terlalu signifikan hanya sebesar 0,3 persen pertahun, dari sebesar

0,88USD/AUD tahun 1980 menjadi 0,97 USD/AUD tahun 2012, bahkan 12 tahun

terakhir nilai tukar cenderung menguat (Grafik 6).

0,0

50,0

100,0

150,0

200,0

250,0

300,0

350,0

400,0

450,0

500,0

-15

-10

-5

0

5

10

15

1980

1981

1982

1983

1984

1985

1986

1987

1988

1989

1990

1991

1992

1993

1994

1995

1996

1997

1998

1999

2000

2001

2002

2003

2004

2005

2006

2007

2008

2009

2010

2011

2012

CPI (rhs)

CAD/GDP

GDP growth

Grafik 5. Cadangan Devisa: Australia dan Vietnam

Grafik 4. Indikator Makro: Vietnam (%)

Page 6: SUSTAINABILITAS DEFISIT TRANSAKSI BERJALAN … · Kekhawatiran tersebut cukup beralasan karena apabila CAD terjadi dan berlangsung secara persisten biasanya akan diikuti dengan tekanan

6

Grafik 6. Nilai Tukar: Australia dan Vietnam

Grafik 7. Indikator Makro: Australia (%)

Secara umum dapat dikatakan bahwa CAD berdampak negatif kepada

kebanyakan negara berkembang. Beberapa negara emerging market yang mengalami

CAD yang lebih besar daripada Indonesia (Grafik 8) mengalami dampak kurang

menguntungkan bagi perekonomiannya, seperti: India, Brasil, dan Turki. India,

dengan rata-rata CAD sebesar 1,23% dalam kurun waktu 32 tahun terakhir

mengalami pertumbuhan ekonomi tahun 2012 diperkirakan sebesar 4,5% turun

dibandingkan tahun 2009 yang mencatat sebesar 8,2%. Terlihat pada Grafik 9,

inflasi di India mencapai 9,3% (2012) meningkat dari tahun 2007 sebesar 6,4%.

Sedangkan untuk nilai tukar rupee India terhadap dollar Amerika (Grafik 10)

cenderung melemah dari sebesar 43,5 INR/USD tahun 2008 menjadi 48,4 INR/USD

di tahun 2009 dan bahkan menjadi 53,4 INR/USD pada tahun 2012 atau rata-rata

terdepresiasi sebesar 5,2% pertahun. Brasil, dengan rata-rata CAD sebesar 1,93%

dalam kurun waktu 32 tahun terakhir diperkirakan mengalami pertumbuhan

ekonomi 2,5% tahun 2012 setelah pada tahun 2010 mencatat pertumbuhan 7,5%.

Inflasi tahun 2012 yang diukur dengan CPI meningkat menjadi 5,4% setelah tahun

2007 hanya mencatat 3,6% (Grafik 9). Nilai tukar mata uang domestik Brasil (Grafik

10) melemah berawal di tahun 1993 sebesar 0,038 BRL/USD menjadi 1,0 BRL/USD

di tahun 1996 dan terus melemah menjadi 1,953BRL/USD pada tahun 2012. Sama

halnya dengan Turki, dengan rata-rata CAD sebesar 2,16% dalam kurun waktu 32

tahun terakhir mengalami pertumbuhan ekonomi 3,0% (2012) dibandingkan tahun

sebelumnya sebesar 8,5%. Inflasi Turki (Grafik 9) menunjukkan peningkatan 8,9%

pada tahun 2012 setelah pada tahun 2009 hanya mencatat inflasi sebesar 6,2%.

Sedangkan nilai tukar TRY/USD (Grafik 10) terus mengalami pelemahan seiring

0,5

0,7

0,9

1,1

1,3

1,5

1,7

1,9

2,1

0

5.000

10.000

15.000

20.000

25.000

19

80

19

81

19

82

19

83

19

84

19

85

19

86

19

87

19

88

19

89

19

90

19

91

19

92

19

93

19

94

19

95

19

96

19

97

19

98

19

99

20

00

20

01

20

02

20

03

20

04

20

05

20

06

20

07

20

08

20

09

20

10

20

11

20

12

Dong/USD AUD/USD (RHS)

0,0

2,0

4,0

6,0

8,0

10,0

12,0

-8

-6

-4

-2

0

2

4

6

8

19

80

19

81

19

82

19

83

19

84

19

85

19

86

19

87

19

88

19

89

19

90

19

91

19

92

19

93

19

94

19

95

19

96

19

97

19

98

19

99

20

00

20

01

20

02

20

03

20

04

20

05

20

06

20

07

20

08

20

09

20

10

20

11

20

12

Inflation (rhs)

CAD/GDP

GDP growth

Page 7: SUSTAINABILITAS DEFISIT TRANSAKSI BERJALAN … · Kekhawatiran tersebut cukup beralasan karena apabila CAD terjadi dan berlangsung secara persisten biasanya akan diikuti dengan tekanan

7

dengan defisit CAD yang terus membengkak seperti defisit CAD yang berawal di

tahun 2008 dari 1,3 TRY/USD menjadi 1,8 TRY/USD di tahun 2012.

Grafik 8. Current Account Defisit:

Brasil, India, & Turki (%PDB)

Grafik 9. Inflasi: Brasil, India, dan

Turki (%)

Grafik 10. Nilai Tukar: Brasil, India, dan Turki

Penelitian-penelitian terdahulu mengenai sustainabilitas transaksi berjalan

telah banyak dilakukan. Penelitian tersebut lebih banyak memfokuskan pada

penentuan batas kritikal level current account defisit yang sustainabel (yang

sebaiknya tidak dilampaui) untuk negara tertentu atau kelompok negara tertentu.

Namun kritik terhadap penelitian tersebut adalah meski satu negara atau kelompok

negara telah melampaui batas kritikal tersebut namun belum terjadi kondisi negatif

sebagaimana yang dikhawatirkan akan terjadi. Misalnya meskipun batas kritikal

telah dilampaui pertumbuhan ekonomi masih positif atau bahkan lebih tinggi dari

tahun-tahun sebelumnya. Atau dalam kondisi yang berkebalikan, suatu negara

masih belum mengalami CAD yang melampaui batas kritikal, namun telah

mengalami krisis. Oleh karena itu, diperlukan penelitian yang mampu menjawab

-12

-10

-8

-6

-4

-2

0

2

4

19

80

19

81

19

82

19

83

19

84

19

85

19

86

19

87

19

88

19

89

19

90

19

91

19

92

19

93

19

94

19

95

19

96

19

97

19

98

19

99

20

00

20

01

20

02

20

03

20

04

20

05

20

06

20

07

20

08

20

09

20

10

20

11

20

12

Brasil

India

Turki

0

500

1000

1500

2000

2500

3000

3500

0

20

40

60

80

100

120

1980 1982 1984 1986 1988 1990 1992 1994 1996 1998 2000 2002 2004 2006 2008 2010 2012

India

Turki

Brasil (RHS)

0

1

1

2

2

3

3

4

0

10

20

30

40

50

60

19

80

19

81

19

82

19

83

19

84

19

85

19

86

19

87

19

88

19

89

19

90

19

91

19

92

19

93

19

94

19

95

19

96

19

97

19

98

19

99

20

00

20

01

20

02

20

03

20

04

20

05

20

06

20

07

20

08

20

09

20

10

20

11

20

12

India

Brasil (RHS)

Turki (RHS)

Page 8: SUSTAINABILITAS DEFISIT TRANSAKSI BERJALAN … · Kekhawatiran tersebut cukup beralasan karena apabila CAD terjadi dan berlangsung secara persisten biasanya akan diikuti dengan tekanan

8

apakah terdapat CAD yang sustainabel baik dalam jangka pendek maupun jangka

panjang aman. Apabila tidak sustainabel selanjutnya diperlukan langkah-langkah

kebijakan tertentu untuk memperbaiki agar pertumbuhan ekonomi dapat

berkelanjutan.

1.2. Tujuan Penelitian

Dampak CAD terhadap perekonomian dapat dikatakan beragam. Beberapa

negara mengalami defisit CA secara persisten (jangka panjang) namun tidak

mengalami masalah stabilitas makroekonomi. Sementara itu beberapa negara lain

mengalami defisit CA secara temporer (jangka pendek) namun mengalami

instabilitas makroekonomi. Pada periode sebelum krisis 1997, sejak tahun 1967

Indonesia secara persisten mengalami defisit CA, namun baru pada tahun 1997

mengalami krisis. Sesudah tahun 1997 secara persisten mengalami surplus. Namun

sejak triwulan akhir 2011 dan berlanjut kembali pada tahun 2012 menunjukkan

defisit.

Oleh karena itu, penelitian ini bermaksud untuk:

Untuk mengetahui apakah defisit CA pada tahun 2012 dikategorikan sebagai

defisit yang temporer atau persisten.

Untuk mengetahui apabila defisit CA yang terjadi secara terus menerus apakah

berpotensi mengganggu stabilitas perekonomian Indonesia.

1.3. Metodologi

Untuk menjawab tujuan penelitian tersebut akan dilakukan studi dengan

menggunakan teknik ekonometrik autoregressive distributed lags (ARDL) yang

dikembangkan oleh Pesaran, Shin, Smith (2001) terhadap model hubungan

ekspor dan impor yang dikembangkan oleh Steven Husted (1992).

Data akan dipergunakan data kuartalan neraca pembayaran dari tahun 1970

s.d. 2012.

1.4. Sistematika Penulisan

Pada Bab I dijelaskan beragam dampak CAD terhadap perekonomian,

meskipun secara umum terjadinya CAD kurang menguntungkan terutama bagi

perekonomian negara-negara berkembang. Selanjutnya, pada Bab II dibahas

tinjauan literatur mengenai berbagai faktor yang menentukan sustainabilitas CAD,

Page 9: SUSTAINABILITAS DEFISIT TRANSAKSI BERJALAN … · Kekhawatiran tersebut cukup beralasan karena apabila CAD terjadi dan berlangsung secara persisten biasanya akan diikuti dengan tekanan

9

dan literatur mengenai threshold CAD yang ideal pada beberapa negara. Bab III

membahas Metodologi Penelitian yang akan digunakan yaitu hubungan jangka

panjang (kointegrasi) antara ekspor dan impor. Selain itu, pada bab tersebut akan

dibahas mengenai Auto Regresive Distibuted Lags (ARDL) dan beberapa

keunggulannya, sehingga menjadi pilihan metodologi yang akan dipakai dalam

penelitian. Pengujian empiris mengenai apakah CAD Indonesia adalah sustainabel

atau tidak akan dibuktikan pada Bab IV. Selanjutnya pada Bab V akan dibahas

mengenai dampak dan risiko pembiayaan CAD berdasarkan masing-masing tipe

instrumen yaitu utang, penanaman modal asing, dan investasi portofolio.

Kesimpulan dan rekomendasi dapat dilihat pada Bab VI.

Page 10: SUSTAINABILITAS DEFISIT TRANSAKSI BERJALAN … · Kekhawatiran tersebut cukup beralasan karena apabila CAD terjadi dan berlangsung secara persisten biasanya akan diikuti dengan tekanan

10

II. TINJAUAN LITERATUR

Sejak berakhirnya Perang Dunia II, diskusi terkait CAD telah menjadi

perhatian sejumlah ekonom di dunia. Beberapa ekonom memfokuskan penelitian

mereka pada sustainabilitas dan dampak dari CAD terhadap stabilitas

makroekonomi pada suatu negara. Dampak dari CAD terhadap perekonomian dapat

dikatakan beragam. Secara umum terdapat beberapa negara yang mengalami CAD

secara persisten dan beberapa mengalami CAD temporer dengan efek yang berbeda

pada masing-masing negara.

Para pakar masih belum memiliki kesatuan pendapat mengenai dampak CAD

terhadap perkonomian. Beberapa analis berpendapat bahwa CAD tidak memiliki

pengaruh yang signifikan terhadap terjadinya krisis. Summers (2000) salah satunya

yang mengatakan bahwa tingkat inflasi yang tinggi adalah sebagai dampak monetary

easing, fiscal deficit yang tinggi atau bahkan CAD yang tinggi, tidak dapat secara

langsung menjadi penyebab terjadinya krisis.

Belkar, Cockerell dan Kent (2007) melakukan penelitian terhadap CAD di

Australia antara tahun 1949-2005 berdasarkan teori ‘Consenting Adults or Pitchford

Thesis’ yang menyatakan bahwa CAD tidak merupakan persoalan asalkan

disebabkan oleh sektor swasta. Pitchford Thesis didasarkan pada tesis bahwa

keseimbangan current account yang terjadi karena hasil keputusan saving dan

investment yang optimal yang dibuat oleh pelaku-pelaku ekonomi bukanlah

merupakan persoalan. Keputusan dikatakan optimal (welfare maximizing) jika

keputusan tersebut dibuat dengan ekspektasi bahwa mereka akan memiliki

kemampuan untuk membayar kembali utang-utangnya (ability to pay). Dengan

demikian, menurut teori tersebut, maka CAD bukanlah suatu ancaman. Oleh

karena itu, tidak perlu dilakukan suatu policy shift atau kebijakan makro yang

dimaksudkan untuk mengurangi CA defisit. Namun sebaliknya teori ini

menyarankan agar kebijakan lebih difokuskan untuk menghilangkan hambatan dan

externatilies yang mempengaruhi keputusan dari pelaku swasta.

Dalam penelitian empiris tersebut mereka juga memasukan dalam modelnya

dua inovasi yaitu pembukaan pasar modal (the capital market opening) dan

deregulasi pasar keuangan pada tahun 1984, sehingga perekonomian suatu negara

menjadi terintegrasi dengan perekonomian negara lain. Hasil penelitian mereka

mendukung teori Consenting Adults or Pitchford Thesis yang menyatakan bahwa

setelah pembukaan pasar modal pada tahun 1983, CAD di Australia adalah sejalan

Page 11: SUSTAINABILITAS DEFISIT TRANSAKSI BERJALAN … · Kekhawatiran tersebut cukup beralasan karena apabila CAD terjadi dan berlangsung secara persisten biasanya akan diikuti dengan tekanan

11

dengan perilaku keputusan consumption smoothing yang optimal dengan level utang

luar negeri yang sustainabel adalah sebesar 86% dari GDP.

Lebih lanjut mereka juga mengungkapkan bahwa justru yang harus

diperhatikan adalah faktor spesifik pada suatu negara seperti pemerintahan yang

stabil, kebijakan moneter dan fiskal yang kredibel dan sistem keuangan yang kokoh

yang didukung dengan peraturan dan pengawasan yang efisien, sistem hukum yang

memadai dan ketentuan pencatatan akuntansi yang efektif, serta pasar yang

terbuka dan transparan, untuk menjaga tingkat kepercayaan investor asing.

Sahminan, Ibrahim dan Yanfitri (2009) melakukan studi untuk mencari

faktor-faktor yang menentukan sustainabilitas CA Indonesia periode 1994-2008

dengan metode pendekatan intertemporal. Mereka menemukan bahwa dinamika CA

Indonesia telah optimal sesuai dengan pendekatan intertemporal. Faktor-faktor

yang menentukan sustainabilitas CA Indonesia adalah konsumsi, investasi dan real

effective exchange rate. Berdasarkan data historis, mereka mengasumsikan bahwa

threshold CA Indonesia yang sustainabel adalah 2%. Peningkatan rasio konsumsi

dan investasi terhadap PDB sebesar 4,5% akan memperburuk rasio CAD terhadap

PDB sebanyak 2%. Tentunya apabila hal tersebut dibandingkan dengan CAD

Indonesia tahun 2012 sebesar 2,73% dari GDP, hal tersebut seharusnya sudah

menjadi perhatian bagi otoritas makro ekonomi.

Ferretti dan Razin (1996) mengemukakan suatu kerangka konseptual untuk

mengukur sustainabilitas perekonomian berdasarkan konsep willingness-to-lend

and ability-to-pay. Dalam kerangka tersebut ditentukan faktor-faktor yang

menentukan investor asing agar mau meminjamkan kepada suatu negara

(willingness to lend). Interaksi dari faktor-faktor tersebut dan faktor lain, dapat

mempengaruhi kemampuan suatu negara untuk memenuhi kewajiban eksternalnya

(ability to pay). Mereka juga menjelaskan adanya pengalaman dari suatu negara

yang meskipun memiliki CAD yang persistent selama beberapa tahun tetapi tidak

perlu melakukan policy shift atau mengalami krisis. Hal ini dapat diartikan bahwa

negara-negara tersebut memiliki CA yang sustainabel karena dipahami CA yang

tidak sustainabel dapat mendorong terjadinya policy shift, atau policy reversal

seperti pengetatan kebijakan fiskal yang pada akhirnya dapat memperbaiki posisi

CA. Lebih lanjut, mereka menjelaskan bahwa negara-negara yang memiliki CAD

yang persisten dapat mengakibatkan ketidakmampuan untuk membayar hutang

dan terjadinya krisis, misalnya di Chili tahun 1977 – 1982 dan Meksiko 1977 – 1982

dan 1991 – 1995.

Page 12: SUSTAINABILITAS DEFISIT TRANSAKSI BERJALAN … · Kekhawatiran tersebut cukup beralasan karena apabila CAD terjadi dan berlangsung secara persisten biasanya akan diikuti dengan tekanan

12

Selanjutnya Ferretti mengemukakan bahwa, untuk mengevaluasi kondisi

sustainabilitas CAD suatu negara, perlu dipertimbangkan indikator-indikator

sebagai berikut:

1. Indikator pokok makroekonomi negara tersebut (Structural Features yang

meliputi: tabungan (savings), investment, keterbukaan perekonomian (economic

openness) dan perdagangan, komposisi utang luar negeri, kondisi pasar

keuangan dan rejim devisa).

2. Stance kebijakan ekonomi makro yang mencakup: fleksibilitas nilai tukar,

kebijakan nilai tukar dan kondisi keuangan pemerintah.

3. Kestabilan politik, kepastian kebijakan dan kredibilitas pemerintah.

4. Ekspektasi dari pelaku pasar.

Ades dan Kaune (1997) mengungkapkan untuk mengukur sustainabilitas CA

dalam jangka panjang, dilakukan perhitungan dengan menggunakan konsep

solvabilitas antar waktu (intertemporal). Pengukuran dilakukan dengan

menggunakan data tahun 1997 yang mencakup 25 negara emerging termasuk salah

satunya adalah Indonesia. Berdasarkan perhitungan, level CAD yang sustainabel

bagi Indonesia adalah sebesar 3,4% dari PDB. Padahal pada tahun 1997, CAD

Indonesia baru mencapai 3,0% dari PDB namun justru pada tahun tersebut

Indonesia mengalami krisis. Sebetulnya krisis tersebut dapat dijelaskan dengan

telah terjadinya CAD selama bertahun-tahun yang dibiayai dengan pinjaman

pemerintah, pinjaman swasta, dan dalam beberapa tahun terakhir menjelang krisis

1997 dibiayai dengan portofolio investment. Level sustainabilitas CAD Indonesia

tersebut lebih rendah dari Thailand (4,5%) dan relatif mirip dengan Malaysia (3,4%).

Reisen (1998) melakukan studi untuk mengukur sustainabilitas CA dalam

jangka panjang untuk beberapa negara Amerika Latin dan Asia dengan

menggunakan pendekatan debt dynamics. Sustainabilitas CA diukur dengan

solvabilitas intertemporal berdasarkan kondisi PDB potensial, nilai tukar riil dan

level cadangan devisa yang diinginkan. Helmet Reisen menemukan bahwa untuk

Indonesia, level steady state CA pada tahun 1994 sebesar defisit 3,0% dari PDB, di

atas Malaysia (1,7%), dan Thailand (2,8%). Selain itu, Reisen menyatakan dalam

studinya bahwa level CAD yang melampaui steady state perlu diwaspadai baik yang

disebabkan oleh swasta dan pemerintah. Peranan swasta yang lebih besar daripada

peranan pemerintah terhadap terjadinya CAD tidak menjamin bahwa tidak akan

terjadi krisis.

Page 13: SUSTAINABILITAS DEFISIT TRANSAKSI BERJALAN … · Kekhawatiran tersebut cukup beralasan karena apabila CAD terjadi dan berlangsung secara persisten biasanya akan diikuti dengan tekanan

13

Beberapa peneliti memiliki pendapat yang berbeda tentang efek CAD.

Beberapa dari mereka berpendapat bahwa CAD yang tinggi perlu diwaspadai karena

dapat menjadi penyebab currency crisis misalnya Sebastian Edward (2001)

mengatakan dalam penelitiannya yang melibatkan 120 negara selama 25 tahun

menyimpulkan bahwa defisit transaksi berjalan dapat berpotensi mengganggu

perekonomian. Dampak negatif dapat berupa turunnya pertumbuhan ekonomi per

kapita. Selain itu defisit transaksi berjalan juga meningkatkan probabilitas

terjadinya krisis. Meskipun hal ini tidak harus diartikan bahwa setiap defisit akan

mengakibatkan krisis, atau setiap krisis selalu disebabkan oleh defisit transaksi

berjalan.

Mann (2002) mendefinisikan current account yang sustainabel sebagai kondisi

dimana ketidakseimbangan eksternal yang terjadi tidak menimbulkan dorongan

ekonomi yang akan mengubah kondisi saat ini (the external imbalance generates no

economic forces that change its trajectory). Sebagai contoh, apabila transaksi berjalan

defisit menyebabkan nilai tukar melemah cukup dalam atau perlu dilakukan

devaluasi (jika menganut rejim nilai tukar tetap) maka impor atau ekspor akan

terpengaruh sehingga defisit transaksi berjalan terkoreksi pada periode berikutnya,

maka kondisi tersebut dikatakan current account tidak sustainabel. CAD yang besar

dan persisten menunjukan net posisi investasi internasional negatif yang semakin

besar. Pembayaran finansial dari net posisi investasi negatif seperti bunga dan

dividen dapat membengkak sehingga dapat memotong konsumsi berjalan dan

investasi bisnis. Pada kasus ini CAD dapat mendorong perubahan pertumbuhan

PDB dan pembiayaan impor yang akan menjadikan ketidakstabilan perekonomian.

CAD yang besar dan berkelanjutan memaksa investor global untuk bersedia

membeli aset pada harga berlaku termasuk dengan bunga dan pada nilai tukar

yang berlaku. Jika permintaan global terhadap aset lebih rendah daripada jumlah

aset yang ditawarkan dalam suatu perekonomian yang mengalami CAD akan

mengakibatkan investor asing meminta return atau suku bunga yang lebih tinggi.

Malah mereka justru mungkin ingin menjual aset/surat-surat berharga, sehingga

pada akhirnya dapat menimbulkan tekanan depresiasi mata uang negara yang

mengalami CAD tersebut. Dengan kata lain, CAD yang terjadi terus menerus dan

nilainya besar dapat menimbulkan persepsi investor global bahwa CAD tidak

sustainabel.

Gosh dan Ramakrishnan (2006) berpendapat meskipun suatu negara

tersebut solvable dalam jangka panjang dalam arti hutang luar negeri masa kini

Page 14: SUSTAINABILITAS DEFISIT TRANSAKSI BERJALAN … · Kekhawatiran tersebut cukup beralasan karena apabila CAD terjadi dan berlangsung secara persisten biasanya akan diikuti dengan tekanan

14

dapat dibayar kembali dengan penerimaan di masa mendatang, kondisi negara

tersebut mungkin saja tidak sustainabel apabila CAD nya dalam jangka pendek

tidak mendapatkan sumber pembiayaan. Memang terdapat beberapa negara seperti

Australia dan New Zealand yang dapat terus sustainabel meskipun mengalami CAD

4,5% sd 5% dari GDP dalam jangka waktu beberapa dekade. Namun beberapa

negara lain seperti Thailand pada 1997 dan Mexico pada 1995 mengalami

pembalikan aliran modal setelah terhentinya sumber pembiayaan dari sektor swasta

sehingga berimbas buruk pada perekonomiannya. Dengan demikian, kehati-hatian

tetap diperlukan meskipun defisit tersebut dipergunakan untuk kegiatan produktif,

agar tidak mengalami kesulitan dalam pembiayaannya.

Sementara itu, Polat (2010) melakukan penelitian terhadap sustainabilitas

CAD di Turki dengan menggunakan metode ARDL bound testing dengan

menggunakan data bulanan dari periode Januari 2000 sampai dengan Juni 2010,

dengan merujuk pada model yang sebelumnya dibangun oleh Husted (1992) untuk

kasus AS. Dalam penelitian tersebut, Polat menemukan bahwa perekonomian Turki

adalah sustainabel secara weak form, tetapi tidak sustainabel secara strong form.

Artinya, current account boleh defisit dalam jangka pendek tetapi harus ditutup

dengan utang luar negeri. Akan tetapi, dalam jangka panjang hal tersebut tidak

sustainabel karena akan ada penumpukan utang luar negeri sehingga tidak

sustainabel secara strong form.

Oleh karena itu, penelitian ini bermaksud melengkapi penelitian-penelitian

yang telah dilakukan yang sebagian besar lebih memfokuskan pada penghitungan

threshold dari CAD. Sementara penelitian ini lebih memfokuskan pada kondisi

intertemporal yang tejadi, serta bagaimana cara menyikapinya apabila terjadi CAD

secara persisten.

Page 15: SUSTAINABILITAS DEFISIT TRANSAKSI BERJALAN … · Kekhawatiran tersebut cukup beralasan karena apabila CAD terjadi dan berlangsung secara persisten biasanya akan diikuti dengan tekanan

15

III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Sumber data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang

berasal dari publikasi statistik neraca pembayaran Bank Indonesia. Data yang

diolah merupakan data kuartalan sejak tahun 1970 s.d. 2012. Untuk

menghilangkan pengaruh seasonal data kuartal disetahunkan sehingga misalnya

data kuartal 1 merupakan penjumlahan data kuartal 2, kuartal 3, kuartal 4 tahun

sebelumnya ditambah kuartal 1 pada tahun yang diobservasi. Data ekspor (X)

merupakan penjumlahan ekspor barang dan ekspor jasa. Data impor (M)

merupakan data impor barang, impor jasa, net pembayaran bunga dan net

pembayaran transfer. Dengan demikian selisih X dan M merupakan nilai

surplus/defisit transaksi berjalan. Pengolahan data dilakukan dengan bantuan

perangkat lunak Microfit 5.0.

3.2. Metodologi

Metodologi yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan

pendekatan yang disusun oleh Husted (1992) untuk melihat hubungan jangka

panjang antara ekspor (X) dan impor (M) di Amerika Serikat. Hasil temuan di AS,

data X dan M tidak akan selisih terlalu jauh, sampai dengan tahun 1983 atau dalam

periode awal diperkirakan terdapat kointegrasi antara kedua variabel tersebut. Akan

tetapi pada periode berikutnya telah terjadi pergeseran sehingga terdapat

kecenderungan defisit lebih dari USD100 miliar pertahun. Pengujian kointegrasi

dilakukan dengan menggunakan metode Autoregressive Distributed Lags (ARDL)

yang dikembangkan oleh Pesaran et al. (2001) sebagaimana halnya dengan

pengujian serupa yang dilakukan oleh Polat (2010) untuk kasus Turki. Hasil

temuannya adalah CAD di Turki dinilai sustainabel dalam jangka pendek karena

dapat ditutup oleh utang luar negeri tetapi dalam jangka panjang CAD dapat

menyebabkan krisis ekonomi.

3.2.1. Analisis Sustainabilitas CAD dengan Metode Kointegrasi

Husted (1992) melakukan analisis statistik terhadap hubungan jangka

panjang (kointegrasi) antara ekspor dan impor barang dan jasa mengacu pada model

yang dikembangkan oleh Hakkio dan Rush (1991). Asumsi yang digunakan dalam

model Husted yaitu: small open economy, negara dapat memproduksi barang yang

Page 16: SUSTAINABILITAS DEFISIT TRANSAKSI BERJALAN … · Kekhawatiran tersebut cukup beralasan karena apabila CAD terjadi dan berlangsung secara persisten biasanya akan diikuti dengan tekanan

16

dapat dikonsumsi maupun diekspor, memiliki akses kepada pasar uang

internasional, dan maksimisasi kepuasan dengan keterbatasan anggaran. Mengacu

pada Husted (1992), Budget constraint pada periode sekarang adalah sebagai

berikut:

Ct = Yt + Bt − It − (1 + rt)Bt−1 (1)

Dimana 𝐶𝑡 , 𝑌𝑡 , 𝐼𝑡 , 𝑟𝑡,𝐵𝑡 dan (1 + 𝑟𝑡)𝐵𝑡−1 merupakan konsumsi, output, investasi,

suku bunga dunia dan pinjaman luar negeri pada periode t dan t-1. Dengan metode

forward pada setiap periode maka dapat diperoleh sebagai berikut:

(1 − 𝑟𝑡)𝐵𝑡−1 = 𝑌𝑡 − 𝐶𝑡 − 𝐼𝑡⏟ 𝑇𝐴𝑡

+ 𝐵𝑡

Dimana 𝑇𝐴𝑡 = 𝑋𝑡 −𝑀𝑡 (= 𝑌𝑡 − 𝐶𝑡 − 𝐼𝑡) merupakan neraca perdagangan di

periode t. 𝑋𝑡 adalah ekspor, 𝑀𝑡 adalah impor,

𝐵𝑡 = ∑ ∏1

(1+𝑟𝑡+𝑗)𝑖𝑗=1⏟

𝜇𝑡

𝑇𝐴𝑡+𝑖∞𝑖=1 + ∑ ∏

1

(1+𝑟𝑡+𝑗)𝑛𝑗=1⏟

𝜇𝑛

𝐵𝑡+𝑛∞𝑛=1 (2)

𝐵𝑡 = ∑ 𝜇𝑡𝑇𝐴𝑡+𝑖∞𝑖=1 + lim

𝑛→∞𝜇𝑛𝐵𝑛 (3)

Persamaan (3) dikenal dengan Intertemporal Budget Constraint. Jika 𝜆𝑡 =

1/(1 + 𝑟𝑡), dan 𝜇𝑡 adalah discount factor yang diidentifikasi sebagai produk periode

pertama dari λ0. lim𝑛→∞

𝜇𝑛𝐵𝑛 = 0

Persamaan (3) diturunkan lebih lanjut untuk mendapatkan persamaan

empiris sebagai berikut:

(1 + rt)Bt−1 = Yt − Ct − It⏟ Xt−Mt

+ Bt

(1 + rt)Bt−1 = Xt −Mt + Bt

Jika Zt = Mt + (rt − r)Bt−1.

Zt + (1 + r)Bt−1 = Xt + Bt (4)

𝐵𝑡−1 = ∑ 𝜆𝑗+1(𝑋𝑡+𝑗 − 𝑍𝑡+𝑗)∞𝑗=0 + lim

𝑗→∞𝜆𝑡+𝑗 𝐵𝑡+𝑗 (5)

Mengacu kepada Hakio dan Rush (1991), maka persamaan bisa (5) ditulis

kembali menjadi :

𝑀𝑡 + 𝑟𝑡𝐵𝑡−1 = 𝑋𝑡 + ∑ 𝜆𝑗−1∞𝑗=0 [Δ𝑋𝑡+𝑗 − Δ𝑍𝑡+𝑗] + lim

𝑗→∞𝜆𝑡+𝑗 𝐵𝑡+𝑗 (6)

dimana 𝜆 = 1/(1 + r).

Page 17: SUSTAINABILITAS DEFISIT TRANSAKSI BERJALAN … · Kekhawatiran tersebut cukup beralasan karena apabila CAD terjadi dan berlangsung secara persisten biasanya akan diikuti dengan tekanan

17

𝑋𝑡 = 𝛼 + 𝑀𝑀𝑡 − lim𝑗→∞

𝜆𝑡+𝑗 𝐵𝑡+𝑗 + 𝜀𝑡 (7)

dimana 𝑀𝑀𝑡 = 𝑀𝑡 + 𝑟𝑡𝐵𝑡−1,

Jika limit di persamaan (8) dianggap nol, maka persamaan regresi dapat

ditulis sebagai berikut:

𝑋𝑡 = 𝑎 + 𝑏𝑀𝑀𝑡 + 𝜀𝑡 (8)

Hipotesa Nol dari persamaan (8) adalah kondisi ekonomi negara yang

bersangkutan memenuhi inter-temporal budget constraint. Dalam hal ini kita akan

melakukan uji terhadap hipotesa b = 1 dan εt stasioner.

Untuk tercapainya posisi inter-temporal budget constraint, maka kondisi 𝜀𝑡

harus stasioner (weak form). Jika kondisi weak form terpenuhi, maka perekonomian

akan berjalan dengan semestinya, yaitu dapat menyesuaikan dengan kemampuan

anggaran dan mampu untuk membayar kembali hutangnya (Narayan dan Narayan,

2005). Kondisi weak form tersebut hanya berlaku pada kondisi tahun berjalan,

dimana pembayaran impor barang dan jasa ditambah pembayaran bunga dan

transfer neto sebagian dapat dibiayai dari hasil ekspor barang dan jasa, dan

selebihnya melalui dana pinjaman atau dana asing.

Sementara itu, jika 𝜀𝑡 stasioner dan b = 1, maka kondisi perekonomian di

negara yang bersangkutan dapat memenuhi inter-temporal budget constraint

(Baharumshah et al., 2002). Pada kondisi strong form tersebut pembayaran impor

barang dan jasa ditambah pembayaran bunga dan transfer neto dapat dibiayai

sepenuhnya dari hasil ekspor barang dan jasa.

3.2.2 Auto Regresive Distributed Lags (ARDL)

Hubungan jangka panjang (kointegrasi) pada persamaan 8 dapat diuji dengan

menggunakan metode Engle Granger dan Vector Error Correction Model (VECM).

Namun pada penelitian ini metode ARDL yang dikembangkan oleh Pesaran, Shin,

dan Smith (2001) dipilih karena memiliki keunggulan-keunggulan dibandingkan

dengan metode lainnya. Pertama, metode ini memiliki prosedur yang cukup

sederhana, dimana dapat diaplikasikan pada jumlah sampel yang kecil sehingga uji

bound dapat diterapkan. Kedua, ARDL mengestimasi komponen jangka pendek dan

jangka panjang secara simultan dan menghilangkan masalah yang timbul terkait

dengan autokorelasi dan omitted variable. Ketiga, model ARDL adalah estimator dari

koefisien jangka panjang yang bersifat super konsisten dan inferensi yang valid

terhadap koefisien jangka panjang yang dibuat menggunakan teori standar normal

Page 18: SUSTAINABILITAS DEFISIT TRANSAKSI BERJALAN … · Kekhawatiran tersebut cukup beralasan karena apabila CAD terjadi dan berlangsung secara persisten biasanya akan diikuti dengan tekanan

18

asimptotik. Keempat, uji Wald atau uji F statistic yang digunakan pada uji bound

memiliki distribusi non-standar dengan hipotesis nol tidak adanya kointegrasi tanpa

memperdulikan variabel yang diuji memiliki akar unit I(0) dan atau I(1) atau saling

terkointegrasi serta tidak harus memiliki derajat integrasi yang sama. Kelima, ARDL

mampu menghasilan estimasi yang tidak bias dari model jangka panjang dan

statistik t yang valid meskipun beberapa variabel merupakan variabel endogen.

Keenam, setelah jumlah lag ditentukan dalam ARDL, estimasi kointegrasi dapat

dilakukan menggunakan metode sederhana ordinary least square (OLS).

Berdasarkan Monte Carlo experiment pada Gerard dan Godfrey (1998), pendekatan

ARDL lebih baik digunakan untuk mengestimasi koefisien jangka panjang dari

hubungan kointegrasi.

Sebelum melakukan uji ARDL bound testing method, perlu dilakukan uji unit-

root untuk mengetahui derajat integrasi pada variable-variabelnya. Dalam penelitian

ini, uji unit root terhadap X dan M akan dilakukan dengan menggunakan metode

Augmented Dickey-Fuller test (ADF test). Uji akar unit perlu dilakukan untuk

memberi keyakinan agar variabel tidak stasioner pada derajat integrasi dua I(2),

karena hasil uji F-statistic menggunakan metode ARDL Pesaran et. al. (2001) tidak

akan valid pada variabel dengan derajat integrasi I(2). Dengan kata lain, pada uji

bound testing mensyaratkan variabel dengan derajat integrasi I(0) atau I(1).

Untuk mencari kointegrasi, akan dilakukan estimasi terhadap unrestricted

error correction model yang dikembangkan oleh Husted (1992) pada persamaan

(8) diatas, sebagai berikut:

∆𝑙𝑛𝑋𝑡 = 𝛽0 + ∑ 𝛽1∆𝑙𝑛𝑋𝑡−𝑖𝑝1 + ∑ 𝛽2∆𝑙𝑛𝑀𝑀𝑡−𝑖

𝑞0 + 𝛽3𝑙𝑛𝑋𝑡−1 + 𝛽4𝑙𝑛𝑀𝑀𝑡−1 + 𝜀𝑡 (9)

Sebelumnya dilakukan uji stabilitas menggunakan CUSUM dan CUSUMQ,

sehingga persamaan perlu ditambah dummy jika terdapat structural break pada

periode pengamatan sehingga persamaan (9) menjadi :

∆𝑙𝑛𝑋𝑡 = 𝛽0 + ∑ 𝛽1∆𝑙𝑛𝑋𝑡−𝑖𝑝1 + ∑ 𝛽2∆𝑙𝑛𝑀𝑀𝑡−𝑖

𝑞0 + 𝛽3𝑙𝑛𝑋𝑡−1 + 𝛽4𝑙𝑛𝑀𝑀𝑡−1 + 𝛽5𝐷𝑈𝑀 +𝜀𝑡 (9a)

Jumlah lags yang akan dipakai pada persamaan di atas ditentukan dengan

menggunakan kriteria Schwarz Bayesian Criterion (SBC). Uji F-test dilakukan untuk

mengecek join significance dari koefisien 𝛽3 dan 𝛽4.

Kemudian persamaan (9) diestimasi dengan menggunakan Ordinary Least

Least Squares (OLS). Pada uji F-test ini, hipotesa nol adalah 𝐻0: 𝛽3 = 𝛽4 = 0, dan 𝐻1 ∶

𝛽3 ≠ 𝛽4 ≠ 0. Jika F-statistic melewati batas atas nilai kritis, maka hipotesa nol bahwa

tidak terdapat hubungan kointegrasi antar variabel dapat ditolak. Apabila F-test

Page 19: SUSTAINABILITAS DEFISIT TRANSAKSI BERJALAN … · Kekhawatiran tersebut cukup beralasan karena apabila CAD terjadi dan berlangsung secara persisten biasanya akan diikuti dengan tekanan

19

berada kurang dari batas bawah nilai kritis, maka hipotesa nol tidak dapat ditolak.

Sedangkan, jika F-statistic berada diantara batas atas dan batas bawah, maka

hasilnya tidak dapat disimpulkan (inconclusive).

Setelah pada persamaan (9) dibuktikan terdapat hubungan kointegrasi antar

variabel, pada tahap berikutnya adalah dengan menyusun persamaan ARDL jangka

panjang, sebagai berikut:

𝑙𝑛𝑋𝑡 = 𝛽0 + ∑ 𝛽1𝑖𝑙𝑛𝑋𝑡−𝑖𝑝1 + ∑ 𝛽2𝑖𝑙𝑛𝑀𝑀𝑡−𝑖

𝑞0 + 𝜀𝑡 (10)

Untuk menentukan berapa lag optimal yang akan dimasukkan kedalam

persamaan (10) akan dilakukan pengujian dengan metode Schwarz Bayesian

Criterion (SBC) karena berdasarkan Monte Carlo Evidence Pesaran dan Smith (1998)

menemukan bahwa SBC lebih baik dari AIC karena SBC memilih lag terkecil yang

paling memungkinkan, sedangkan AIC menerapkan maksimisasi lag yang relevan.

Selanjutnya dari hasil estimasi dari persamaan (10) dapat diketahui elastisitas

jangka pendek yaitu koefisien pada variabel 𝑙𝑛𝑀𝑀𝑡. Begitu pula dengan elastisitas

jangka panjang dapat diketahui elastisitasnya dengan menggunakan Wald test.

Pengujian Wald test dilakukan pada seluruh koefisien dengan mengasumsikan

bahwa dalam jangka panjang (steady state) 𝑙𝑛𝑀𝑀𝑡 = 𝑙𝜀𝑀𝑀𝑡−1 = 𝑙𝑛𝑀𝑀𝑡−2 = ⋯ .=

𝑙𝑛𝑀𝑀𝑡−𝑖 dan 𝑙𝑛𝑋𝑡 = 𝑙𝑛𝑋𝑡−1 = 𝑙𝑛𝑋𝑡−2 = ⋯ .= 𝑙𝑛𝑋𝑡−𝑖, dan menggunakan hipotesa 𝐻0: 𝐵 =

1 dan 𝐻1: 𝐵 ≠ 1 (𝐵 adalah koefisien elastisitas ekspor terhadap impor), dimana B

adalah koefisien estimasi 𝑙𝑛𝑀𝑀𝑡 jangka panjang, sesuai dengan penjelasan dibawah

ini:

𝑙𝑛𝑋𝑡 = 𝛽0 + ∑ 𝛽1𝑖𝑙𝑛𝑋𝑡𝑝1 + ∑ 𝛽2𝑖𝑙𝑛𝑀𝑀𝑡

𝑞0 + 𝜀𝑡 (11)

𝑙𝑛𝑋𝑡 − ∑ 𝛽1𝑖𝑙𝑛𝑋𝑡𝑝1 = 𝛽0 + ∑ 𝛽2𝑖𝑙𝑛𝑀𝑀𝑡

𝑞0 + 𝜀𝑡 (12)

(1𝑡 − ∑ 𝛽1i)𝑝1 𝑙𝑛𝑋𝑡 = 𝛽0 + ∑ 𝛽2𝑖𝑙𝑛𝑀𝑀𝑡

𝑞0 + 𝜀𝑡 (13)

𝑙𝑛𝑋𝑡 = 𝛽0

(1𝑡− ∑ 𝛽1i)𝑝1

+ ∑ 𝛽2𝑖𝑞0

(1𝑡− ∑ 𝛽1i)𝑝1

𝑙𝑛𝑀𝑀𝑡 +1

(1𝑡− ∑ 𝛽1i)𝑝1

𝜀𝑡 (14)

dimana B =∑ 𝛽2𝑖𝑞0

(1𝑡− ∑ 𝛽𝑖1)𝑝1

Bagan proses langkah-langkah metode ARDL dapat dilihat pada Lampiran 2

(Hal. 39).

Page 20: SUSTAINABILITAS DEFISIT TRANSAKSI BERJALAN … · Kekhawatiran tersebut cukup beralasan karena apabila CAD terjadi dan berlangsung secara persisten biasanya akan diikuti dengan tekanan

20

IV. HASIL PENGUJIAN EMPIRIS

4.1. Uji Unit Root

Berdasarkan hasil uji akar unit (unit root test) Augmented Dickey-Fuller

ditemukan bahwa data ekspor (lnX) dan impor (lnMM) yang digunakan dalam

penelitian memiliki derajat integrasi I(0) dengan menggunakan Augmented Dickey-

Fuller with intercept and trend pada α=5% seperti dapat dilihat pada Tabel 1.

dibawah. Oleh karena itu dapat dipastikan bahwa kedua variabel tersebut adalah

bukan I(2). Dengan demikian, pengujian dapat dilanjutkan dengan metode ARDL

bound testing untuk menganalisa kointegrasi antara variabel ekspor dan impor.

Tabel 1. Hasil Uji Unit Root Test Augmented Dickey-Fuller dengan α=5%

Variabel With intercept With intercept &

Trend Hasil

lnX -2.7179 -3.6464* I(0)

lnMM -2.3698 -3.5069* I(0)

4.2. Uji Kointegrasi dengan Metode Bound Testing

Sebelum dilakukan uji kointegrasi, pengujian stabilitas terhadap persamaan

(10) dilakukan untuk mendeteksi keberadaan structural break dari fungsi tersebut.

Pengujian tersebut dilakukan dengan uji CUSUM dan CUSUMQ (Brown, Durbin,

dan Evans (1975)). Pengujian ini dilakukan terhadap residu dari model. Pengujian

CUSUM berdasarkan cumulative sum of recursive residual dan CUSUMQ

berdasarkan cumulative sum of squares of recursive residual. Jika plot dari CUSUMQ

berada didalam 5% signifikansi level (digambarkan oleh dua garis lurus) maka

koefisien yang diestimasi dapat dikatakan stabil. Dari Grafik 11 menyajikan plot

CUSUM sementara dari Grafik 12 terlihat bahwa ketidakstabilan terjadi selama

periode kuartal 3 1982 sampai dengan kuartal 4 1994. Untuk mengatasi masalah

ketidakstabilan tersebut maka ditambahkan variabel dummy.

Page 21: SUSTAINABILITAS DEFISIT TRANSAKSI BERJALAN … · Kekhawatiran tersebut cukup beralasan karena apabila CAD terjadi dan berlangsung secara persisten biasanya akan diikuti dengan tekanan

21

Grafik 11. Plot CUSUM

Grafik 12. Plot CUSUMQ

Setelah mengetahui structural break dan diperbaiki dengan memasukkan

variabel dummy kemudian dilakukan uji kointegrasi menggunakan model bound

testing unrestricted error correction pada persamaan (9) atau (9a) dengan

memasukkan variabel dummy. Dengan menggunakan kriteria Schwarz Bayesian

Criterion (SBC) pada ARDL, estimasi terhadap unrestricted error correction model

diketahui ordo lag yang optimal sebanyak (3,2,0). Estimasi terhadap unrestricted

error correction untuk mengetahui hubungan jangka panjang diperoleh hasil hitung

uji F-statistics (6.0797) yang lebih besar daripada upper bound test (4.385-5.615)

dengan derajat signifikansi α=1% (lihat hasil estimasi selengkapnya pada Lampiran

1 Hal.30). Dengan demikian, dapat diketahui berdasarkan uji statistik dibuktikan

terdapat hubungan jangka panjang (kointegrasi) antara variabel ekspor (lnX) dan

variabel impor (lnMM). Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa dengan metode

bound testing menunjukkan bahwa 𝜀𝑡 stasioner (weak form). Artinya meskipun

mengalami CAD, dalam jangka pendek perekonomian Indonesia dapat berjalan

-40

-30

-20

-10

0

10

20

30

40

1970Q4 1981Q2 1991Q4 2002Q2 2012Q4

The straight lines represent critical bounds at 5% significance level

Plot of Cumulative Sum of Recursive Residuals

-0.2

0.0

0.2

0.4

0.6

0.8

1.0

1.2

1970Q4 1981Q2 1991Q4 2002Q2 2012Q4

The straight lines represent critical bounds at 5% significance level

Plot of Cumulative Sum of Squares of Recursive Residuals

Page 22: SUSTAINABILITAS DEFISIT TRANSAKSI BERJALAN … · Kekhawatiran tersebut cukup beralasan karena apabila CAD terjadi dan berlangsung secara persisten biasanya akan diikuti dengan tekanan

22

dengan sustainabel yang dibiayai sebagian dari ekspor dan sebagian dari dana

pinjaman internasional. Dengan kata lain perekonomian berkesinambungan dalam

jangka pendek.

Tabel 2. Hasil Uji Bound Test Terhadap Kointegrasi

Computed F-Statistics: 6.0797

Critical Values Lower Bound

Upper Bound

1% significance level 4.385 5.615

5% significance level 3.219 4.378

10% significance level 2.711 3.800 Notes: Bound critical values diperoleh dari Table B.1 Time Series Econometrics, 2009, Pesaran & Pesaran, hal 544.

4.3. ARDL Jangka Panjang

Setelah diketahui terdapat hubungan kointegrasi, tahap berikutnya

dilakukan pengujian terhadap persamaan (10). Kriteria Schwarz Bayesian Criterion

(SBC) menunjukkan bahwa ordo lag ARDL yang paling minimum adalah ARDL

(3,2,0) dengan hasil estimasi dapat dilihat pada Tabel 3 dibawah:

Tabel 3. Estimasi ARDL (3,2,0)

Independent

Variable Coefficient Standard error T-ratio [Prob]

C

lnXt-1

lnXt-2

lnXt-3

lnMMt

lnMMt-1

lnMMt-2

DUM

-0.01068

1.8333

-1.1671

0.25304

0.60551

-0.87181

0.34830

0.01038

0.021040

0.071772

0.11721

0.062668

0.066691

0.12338

0.075216

0.0042978

-0.50752 [0.612]

25.5437[0.000]

-9.9570 [0.000]

4.0378 [0.000]

9.0793 [0.000]

-7.0661 [0.000]

4.6306 [0.000]

-2.4194[0.017]

Dari Tabel 3 terlihat bahwa variabel lag ekspor, variabel impor dan lagnya,

serta variabel dummy signifikan secara statistik, hanya intersep yang tidak

signifikan secara statisik.

4.4. Elastisitas Jangka Pendek dan Panjang

Berdasarkan Tabel 4, dapat segera diketahui elastisitas jangka pendek

signifikan sebesar 0,60551. Dalam jangka pendek impor hanya dapat dibiayai dari

ekspor sebesar 60,0% atau seluruh transaksi pengeluaran hanya dapat dibiayai

sebesar 60,0% dari transaksi penerimaan. Sementara itu, elastisitas jangka panjang

(B dalam persamaan 14) melebihi 1,00 dan berdasarkan uji statistik 𝐻0: 𝐵 = 1 ditolak

Page 23: SUSTAINABILITAS DEFISIT TRANSAKSI BERJALAN … · Kekhawatiran tersebut cukup beralasan karena apabila CAD terjadi dan berlangsung secara persisten biasanya akan diikuti dengan tekanan

23

atau dapat disimpulkan elastisitas jangka panjang tidak sama dengan satu yaitu

sebesar 1.0161 atau mendekati satu. Hal tersebut mencerminkan bahwa dalam

jangka panjang CAD memenuhi inter-temporal budget constraint yaitu perekonomian

dapat membiayai seluruh perubahan pengeluaran impornya dengan menggunakan

perubahan penerimaan ekspornya. Dengan kata lain, apabila penerimaan impor

naik sebesar 1% maka ekspor juga akan meningkat sebesar 1,0161%. Oleh karena

itu dapat disimpulkan bahwa transaksi berjalan akan sustainabel dalam jangka

panjang. Namun surplus baru akan diperoleh dalam waktu yang lama (long-term).

Dalam jangka pendek perlu diupayakan bahwa defisit transaksi berjalan dapat

dipenuhi kebutuhan pembiayaannya. Namun hal ini perlu disikapi dengan hati-hati.

Dalam kasus Indonesia, pembiayaan terdiri dari other investment (pinjaman luar

negeri), penanaman modal asing (FDI), dan investasi portofolio. Dampak dari

pembiayaan tersebut dan risikonya yang berkembang secara dinamis dalam jangka

panjang akhirnya juga akan membebani transaksi berjalan akan dijelaskan lebih

lanjut pada Bab 5.

Tabel 4. Elastisitas Jangka Pendek dan Panjang

β10 short run B long run

𝑲𝒐𝒆𝒇𝒊𝒔𝒊𝒆𝒏 𝑬𝒍𝒂𝒔𝒕𝒊𝒔𝒊𝒕𝒂𝒔 0.60551 1.0161

𝑯𝟎: 𝑩 = 𝟏 47.0412 [0.000]

Untuk memastikan kestabilan model ARDL dilakukan pengujian CUSUM dan

CUSUMQ. Hasilnya dapat dilihat pada Grafik 13 dan Grafik 14. Baik CUSUM

maupun CUSUMQ pada model ARDL (3,2,0) memiliki koefisien hasil estimasi yang

stabil.

Grafik 13. Plot CUSUM

-40

-30

-20

-10

0

10

20

30

40

1970Q4 1981Q2 1991Q4 2002Q2 2012Q4

The straight lines represent critical bounds at 5% significance level

Plot of Cumulative Sum of Recursive Residuals

Page 24: SUSTAINABILITAS DEFISIT TRANSAKSI BERJALAN … · Kekhawatiran tersebut cukup beralasan karena apabila CAD terjadi dan berlangsung secara persisten biasanya akan diikuti dengan tekanan

24

Grafik 14. Plot CUSUMQ

-0.2

0.0

0.2

0.4

0.6

0.8

1.0

1.2

1970Q4 1981Q2 1991Q4 2002Q2 2012Q4

The straight lines represent critical bounds at 5% significance level

Plot of Cumulative Sum of Squares of Recursive Residuals

Page 25: SUSTAINABILITAS DEFISIT TRANSAKSI BERJALAN … · Kekhawatiran tersebut cukup beralasan karena apabila CAD terjadi dan berlangsung secara persisten biasanya akan diikuti dengan tekanan

25

V. ANALISIS PEMBIAYAAN TRANSAKSI BERJALAN

Apabila mencermati neraca pembayaran Indonesia secara lebih lanjut, akan

diperoleh informasi bahwa defisit yang terjadi pada transaksi berjalan dapat dibiayai

oleh aliran modal finansial dan cadangan devisa. Seiring dengan dinamika yang

terjadi pada perekonomian Indonesia, komposisi pembiayaan pada aliran modal

finansial juga menggambarkan terjadinya pergeseran komposisi. Dinamika yang

terjadi pada transaksi finansial dapat terjadi dengan cepat sebab Indonesia sejak

awal tahun 1970 telah menganut rezim open capital account sehingga aliran modal

dapat keluar-masuk dengan bebas.

Grafik 15. Komposisi Transaksi Finansial (%PDB)

Grafik 15 memperlihatkan komposisi transaksi finansial pada neraca

pembayaran dalam rasio terhadap PDB. Dapat dilihat bahwa pada awal 1980,

komposisi yang berasal dari other investment dominan yang terutama bersumber

dari aliran modal yang berkaitan dengan pinjaman pemerintah. Tingginya harga

minyak sejak awal 1970-an telah meningkatkan surplus anggaran pemerintah,

sehingga hampir sebagian besar kebutuhan pembangunan dapat dibiayai oleh

pemerintah. Meskipun pada tahun 1967 pemerintah menerbitkan Undang-Undang

Penanaman Modal Asing (PMA) untuk memperbesar peranan swasta dalam

perekonomian, namun peranan arus modal asing masih belum dapat menggantikan

peran pemerintah. Pinjaman luar negeri yang masuk untuk membiayai CAD

terutama bersumber dari pinjaman pemerintah yang ditarik oleh pemerintah dengan

konsep APBN berimbang yaitu kekurangan pembiayaan APBN dipenuhi dengan

-10

-8

-6

-4

-2

0

2

4

6

8

10

1980

1981

1982

1983

1984

1985

1986

1987

1988

1989

1990

1991

1992

1993

1994

1995

1996

1997

1998

1999

2000

2001

2002

2003

2004

2005

2006

2007

2008

2009

2010

2011

2012

% Investasi Portofolio

Investasi Lainnya

Investasi Asing Langsung

Page 26: SUSTAINABILITAS DEFISIT TRANSAKSI BERJALAN … · Kekhawatiran tersebut cukup beralasan karena apabila CAD terjadi dan berlangsung secara persisten biasanya akan diikuti dengan tekanan

26

sumber dana yang berasal dari pinjaman luar negeri yang berbunga rendah dan

berjangka panjang.

Dalam perkembangannya, resesi ekonomi dunia yang terjadi pada awal tahun

1980-an menciptakan situasi yang kurang memungkinkan bagi pemerintah untuk

terus melanjutkan memegang peran yang besar dalam perekonomian dan

menggantungkan pada penerimaan minyak. Oleh sebab itu, dikeluarkan

serangkaian kebijakan deregulasi pada tahun 1983-1996 untuk menciptakan iklim

usaha yang mendorong peran swasta yang lebih besar. Dampak dari serangkaian

kebijakan tersebut adalah masuknya aliran modal asing yang sebagian besar dalam

bentuk Investasi Asing Langsung (PMA/FDI) sebagaimana terlihat pada Grafik 15.

Aliran modal asing yang masuk tersebut berlangsung sejalan dengan defisit

transaksi berjalan yang meningkat pada beberapa periode sebelum krisis 1997/98.

Selain karena rangkaian kebijakan deregulasi, tingginya aliran PMA yang masuk

pada periode tersebut juga disebabkan oleh relokasi industri padat karya yang

berasal dari Korea dan Taiwan terutama yang masuk ke dalam industri tekstil dan

garmen. Perkembangan penting yang juga perlu dicermati adalah aliran modal asing

masuk berupa investasi portofolio yang menunjukkan peningkatan yang berarti,

terutama dalam bentuk pembelian asing terhadap surat-surat berharga (debt

securities) jangka pendek swasta seperti Promisory Notes dan Medium Term Notes.

Sementara itu, investasi portofolio dalam bentuk pembelian saham masih relatif

rendah karena kapitalisasi pasar saham Indonesia pada saat itu masih kecil. Sejak

tahun 1990 rasio pinjaman bersih pemerintah terhadap PDB mulai menurun

sedangkan pinjaman bersih swasta mulai meningkat.

Pada periode krisis dan pasca krisis (1997-2012) transaksi finansial

Indonesia cukup berfluktuasi. Krisis yang terjadi di Indonesia pada tahun 1998

memberikan dampak signifikan terhadap transaksi finansial Indonesia. Pada tahun

awal terjadinya krisis, transaksi finansial yang semula mencatat surplus berubah

menjadi defisit yang semakin membesar akibat defisit pada investasi portofolio

sejalan dengan terjadinya pembalikan arus modal dan other investment, sedangkan

PMA masih surplus. Namun kemudian, pada tahun 1998 kondisi semakin

memburuk sehingga seluruh komponen transaksi finansial mencatat defisit.

Barulah pada tahun 2002 aliran modal PMA mulai memperlihatkan surplus

sedangkan investasi portofolio dan investasi lainnya mulai pulih pada tahun 2008.

Pada tahun 2012, komposisi PMA menjadi paling dominan, disusul oleh investasi

portofolio dalam bentuk obligasi pemerintah yang dibeli asing dan penarikan

Page 27: SUSTAINABILITAS DEFISIT TRANSAKSI BERJALAN … · Kekhawatiran tersebut cukup beralasan karena apabila CAD terjadi dan berlangsung secara persisten biasanya akan diikuti dengan tekanan

27

pinjaman luar negeri oleh sektor swasta. Selain karena perbaikan faktor-faktor

fundamental ekonomi Indonesia (pull factors), masuknya kembali seluruh aliran

modal juga disebabkan oleh push factors yakni terjadinya krisis keuangan dunia

yang ditandai dengan kebijakan suku bunga rendah mendorong para investor untuk

melirik negara-negara berkembang yang memelihara suku bunga lebih tinggi untuk

mengalokasikan penanaman investasinya ke negara-negara berkembang termasuk

Indonesia.

Dalam 32 tahun terakhir, terlihat bahwa pembiayaan pada transaksi

finansial maupun peranan/pergeseran masing-masing komponen transaksi

finansial di Indonesia semata-mata tidak terjadi akibat surplus atau defisit pada

transaksi berjalan, melainkan lebih disebabkan oleh faktor eksternal dan faktor

internal. Hal ini dapat terjadi karena Indonesia sejak awal tahun 1970an telah

menganut rezim capital/financial account yang terbuka dan bebas, Sementara itu

liberalisasi transaksi berjalan tidak berlangsung secepat transaksi finansial. Dapat

dikatakan sequencing liberalisasi di Indonesia terbalik, sebab liberalisasi transaksi

berjalan seharusnya dilakukan terlebih dahulu baru kemudian liberalisasi transaksi

finansial. Sistem devisa yang bebas sejauh ini membawa keuntungan yakni apabila

transaksi berjalan mengalami defisit maka dapat dengan segera dibiayai dengan

pinjaman/utang luar negeri. Namun demikian sistem devisa bebas juga

mengandung risiko untuk terjadinya pelarian modal apabila kondisi eksternal

memburuk meskipun transaksi berjalan mencatat surplus. Kondisi current account

yang cenderung defisit dalam jangka panjang juga mencerminkan bahwa

ketergantungan pada sumber dana luar negeri sebagai financing selalu mengandung

resiko yang membahayakan perekonomian.

Kondisi transaksi berjalan yang sustainabel secara “weak form” dimana

dibiayai oleh transaksi finansial, perlu diwaspadai karena mempunyai dampak

negatif dimasa yang akan datang. Berikut ini penjelasan perilaku dari masing-

masing komponennya.

1. Investasi Asing Langsung (FDI)

Bentuk transaksi finansial masuk yang dianggap ideal dan relatif stabil dan

tidak membebani adalah FDI. Namun kedepannya, inflows FDI dapat meningkatkan

beban pembayaran profit transfer yang membebani transaksi berjalan khususnya

apabila tidak ditanamkan kembali di Indonesia. Secara total, net transaksi

pendapatan (income transfer) investasi di Indonesia mengalami defisit yang semakin

membesar setiap tahunnya. Semakin besarnya aliran investasi asing yang masuk

Page 28: SUSTAINABILITAS DEFISIT TRANSAKSI BERJALAN … · Kekhawatiran tersebut cukup beralasan karena apabila CAD terjadi dan berlangsung secara persisten biasanya akan diikuti dengan tekanan

28

menyebabkan pula semakin besarnya pembayaran keluar pengembalian investasi

yang tercermin pada transaksi berjalan. Pada Grafik 16, terlihat dari ketiga

komponen investasi (FDI, PI dan OI), dan dapat diketahui bahwa komponen terbesar

adalah net pendapatan investasi FDI, terutama untuk pembayaran profit transfer.

Secara umum, selain merupakan yang terbesar, tren pembayaran keluar net

pendapatan investasi langsung semakin meningkat.

Grafik 16. Aliran Keluar Transaksi Pendapatan

2. Investasi Lainnya

Bentuk kedua yang lebih dipilih adalah investasi lainnya yang dikenal juga

dengan nama pinjaman (loan) dari luar negeri. Pembiayaan jenis ini mempunyai

kelebihan yaitu telah direncanakan dengan baik dan mempunyai skedul

pembayaran kembali. Namun disisi lain yang perlu diwaspadai adalah pada saat

jatuh tempo akan diperlukan pembayaran pokok beserta bunganya (debt service).

Semakin besarnya penarikan pinjaman yang dilakukan membawa implikasi

semakin besarnya pembayaran pokok dan bunga di tahun yang akan datang. Grafik

17 memperlihatkan rasio pembayaran utang pembayaran pokok dan bunga

terhadap penerimaan ekspor (DSR). Rasio pembayaran utang mengalami

peningkatan setiap tahunnya dan terlihat peningkatan signifikan dari tahun 2011

ke 2012.

0

1

2

3

4

5

6

7

8

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4

2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012

USD Miliar

Pendapatan Investasi Langsung Pendapatan Investasi Portofolio

Pendapatan Investasi Lainnya Total Pendapatan Investasi

Page 29: SUSTAINABILITAS DEFISIT TRANSAKSI BERJALAN … · Kekhawatiran tersebut cukup beralasan karena apabila CAD terjadi dan berlangsung secara persisten biasanya akan diikuti dengan tekanan

29

Grafik 17. Rasio dan Pembayaran Utang Luar Negeri

3. Investasi Portofolio

Bentuk ketiga yang muncul belakangan yang mulai terjadi secara signifikan

sejak pertengahan tahun 1980an sejalan dengan diluncurkannya kebijakan

deregulasi adalah masuknya aliran investasi portofolio (hot money). Hot money

mempunyai kelebihan yaitu dapat menutup CAD dalam jangka pendek namun hot

money memiliki potensi yang merugikan bagi negara penerima. Pada saat terjadi

arus masuk akan menimbulkan tekanan apresiasi terhadap nilai tukar sehingga

dapat mengganggu daya saing ekspor meski disisi positifnya perkembangan tersebut

dapat membantu upaya pengendalian inflasi. Untuk mengatasi hal tersebut, bank

sentral perlu melakukan “sterilized intervention” yaitu membeli dolar di pasar valas

dan menyedot kembali ekses likuiditas yang ditimbulkannya dengan surat berharga

bank sentral. Hal ini dapat meningkatkan beban biaya operasi moneter. Dan yang

paling berbahaya adalah adanya risiko pembalikan (abrupt reversal) yang dapat

terjadi sewaktu-waktu sehingga dapat menimbulkan kekacauan bahkan krisis

seperti pembalikan yang terjadi pada tahun 1997, 2006(Q2), 2007(Q4), 2008(Q4),

dan 2011(Q3) hal ini dapat dilihat pada Grafik 15 dan 18. Grafik 18 menunjukkan

sangat rentannya investasi portofolio terhadap reversal dan sudden stop. Sebagai

contoh, penurunan yang signifikan baik terhadap net surat utang ataupun net

saham terjadi pada saat krisis ekonomi global 2008.

0

5

10

15

20

25

0

5

10

15

20

25

30

35

40

45

Q1Q2Q3Q4Q1Q2Q3Q4Q1Q2Q3Q4Q1Q2Q3Q4Q1Q2Q3Q4Q1Q2Q3Q4Q1Q2Q3Q4Q1Q2Q3Q4Q1Q2Q3Q4

2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012

USD Miliar%

Pembayaran Pokok (RHS)

Pembayaran Bunga (RHS)

DSR(%)

Page 30: SUSTAINABILITAS DEFISIT TRANSAKSI BERJALAN … · Kekhawatiran tersebut cukup beralasan karena apabila CAD terjadi dan berlangsung secara persisten biasanya akan diikuti dengan tekanan

30

Grafik 18. Portofolio Investasi Net

-6

-4

-2

0

2

4

6

8

10

Q1Q2Q3Q4Q1Q2Q3Q4Q1Q2Q3Q4Q1Q2Q3Q4Q1Q2Q3Q4Q1Q2Q3Q4Q1Q2Q3Q4Q1Q2Q3Q4Q1Q2Q3Q4

2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012

USD Miliar

Surat Utang (Pemerintah& Swasta)

Saham

Page 31: SUSTAINABILITAS DEFISIT TRANSAKSI BERJALAN … · Kekhawatiran tersebut cukup beralasan karena apabila CAD terjadi dan berlangsung secara persisten biasanya akan diikuti dengan tekanan

31

VI. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

6.1. Kesimpulan

Dengan menggunakan data kuartalan yang disetahunkan sejak tahun 1970

Tw I sd. 2012 Tw IV dan menggunakan metode ARDL diperoleh kesimpulan bahwa

defisit transaksi berjalan yang terjadi di Indonesia sustainabel dalam jangka pendek

dan jangka panjang. Hal tersebut dapat terjadi karena penerimaan ekspor dalam

jangka pendek hanya mampu membiayai sekitar 60% dari kebutuhan impor. Dalam

jangka pendek, CAD dapat dikatakan sustainabel apabila ditopang oleh adanya arus

modal masuk pada capital and financial account.

Pengalaman membuktikan bahwa current account yang pada umumnya

defisit yang berlangsung sejak tahun 1970, bahkan dengan nilai defisit yang terus

membesar, berakhir dengan krisis ekonomi pada tahun 1997 karena berbalik

keluarnya investasi portofolio. Hal ini menunjukkan meskipun dalam jangka

panjang defisit transaksi berjalan tersebut sustainabel apabila tidak tersedia

pembiayaan maka dapat berakhir dengan krisis ekonomi.

Koefisien elastisistas jangka panjang sebesar 1(1,0161) meski menurut

Husted (1992) dapat dikatakan sustainabel, namun untuk perekonomian Indonesia

dibutuhkan koefisien yang jauh lebih besar dari 1. Mengingat ekspor berada pada

tingkat yang lebih rendah dari impor sehingga diperlukan persentase pertumbuhan

ekspor yang lebih besar dari impor.

Pembiayaan CAD yang berasal dari PMA meskipun dapat menunjang

keseimbangan neraca pembayaran dalam jangka pendek kedepannya dapat

meningkatkan beban pembayaran profit transfer yang membebani transaksi

berjalan khususnya apabila tidak ditanamkan kembali ke Indonesia. Demikian juga

pembiayaan yang berasal dari Investasi lainnya (terutama pinjaman luar negeri)

dapat membawa implikasi semakin besarnya pembayaran pokok dan bunga dimasa

yang akan datang. Terlebih lagi pembiayaan yang berasal dari investasi portofolio

(hot money) memiliki potensi risiko yang merugikan bagi negara penerima karena

dapat menimbulkan tekanan apresiasi nilai tukar pada saat masuk, dan terdapat

risiko pembalikan (abrupt reversal).

Dalam 5 tahun terakhir komposisi rasio TMF terhadap PDB adalah 1,8%

untuk FDI, 1,4% investasi portofolio, dan 0,6% pinjaman luar negeri. Masih cukup

besarnya investasi portofolio perlu diwaspadai karena sewaktu-waktu dapat

Page 32: SUSTAINABILITAS DEFISIT TRANSAKSI BERJALAN … · Kekhawatiran tersebut cukup beralasan karena apabila CAD terjadi dan berlangsung secara persisten biasanya akan diikuti dengan tekanan

32

berbalik arah. Sementara itu, meski FDI dan pinjaman luar secara relatif masih

stabil namun di masa mendatang akan menimbulkan beban pembayaran kembali

utang luar negeri dan meningkatnya profit transfer yang berasal dari FDI.

6.2. Rekomendasi

Apabila transaksi berjalan mengalami defisit terus menerus dalam jangka

panjang semakin membesar dan kondisi defisit tersebut telah mempengaruhi

variabel-variabel makroekonomi lainnya seperti pertumbuhan ekonomi, nilai tukar

dan inflasi, maka harus dilakukan serangkaian kebijakan ekonomi (economic

measures) untuk mengurangi tekanan defisit transaksi berjalan, untuk mencegah

agar ekonomi tidak terseret ke dalam periode krisis. Selain itu, dalam jangka pendek

perlu menjaga iklim investasi yang kondusif agar dapat mengakomodasi masuknya

FDI, investasi lainya (pinjaman), dan investasi portofolio.

Oleh karena itu upaya menjaga sustainabilitas defisit transaksi berjalan

harus lebih bertumpu pada peningkatkan ekspor daripada penurunan impor.

Kondisi saat ini menunjukkan bahwa perkembangan ekspor Indonesia masih

tergantung pada sumber daya alam (kehutanan dan pertanian) maupun sumber

daya alam tak terbarukan (pertambangan).

Page 33: SUSTAINABILITAS DEFISIT TRANSAKSI BERJALAN … · Kekhawatiran tersebut cukup beralasan karena apabila CAD terjadi dan berlangsung secara persisten biasanya akan diikuti dengan tekanan

33

DAFTAR PUSTAKA

Ades, Alberto and Federico Kaune, 1997,“A New Measure of Current Account Sustainability for Developing Countries.” Goldman-Sachs Emerging Markets Economic Research.

Baharumshah, AZ, Lau E, Fountas S, 2002, “On the Sustainability of Current Account Deficits: Evidence from Four ASEAN Countries”, J. Asian Econ., 14(3) : 465 - 487.

Belkar, Rochelle, Lynne Cockerell, and Christoper Kent, 2007, “Current Account

Deficit: The Australian Debate”, Research Discussion 2007-02, Reserve Bank of Australia, Australia.

Binatli, Ayla Ogus and Niloufer Sohrabji, 2008, “Analyzing The Present Sustainability of Turkey’s Current Account Position, The Journal of International Trade and Diplomacy 2(2).

Brown, R.L., J.Durbin and J.M. Evans, 1975, “Techniques for testing the constancy of regression relations over time”, Journal of The Royal Statistical Society B, 37:149-163

Edwards, Sebastian, 2001,”Does Current Account Matter?”, Working Paper 8275, NBER, Massachusetts, USA.

Ghosh, Atish, and Ramakrishnan, Uma, 2006, “Do Current Account Deficits Matter?”, Finance and Development, 43(4), (Washington, DC : International Monetary Fund)

Hakkio, S. Craig, and Mark Rush, 1991, “Is The Budget Deficit “Too Large?””, Economic Inquiry, 29(3) : 429-445.

Husted, Steven,1992, The Emerging US Current Account Deficit in the 1980s: A Cointegration Analysis. Rev. Econ. Stat., 74 (1): 159-166.

Isard, Peter, Hamid Faruqee, G. Russell Kincaid and Martin Fetherston, 2001, “Methodology for Current Account and Exchange Rate Assessments”, (Washington, DC: International Monetary Fund).

Mann, L. Catherine , 2002, “Perspective on the U.S. Current Account Deficit and Sustainability”, Journal of Economic Perspectives, 16(3) : 131-152.

Medina, Leandro, Jordi Prat, and Alun Thomas, 2010, “Current Account Balance Estimates for Emerging Market Economies”, IMF Working Paper 10/43 (Washington, DC: International Monetary Fund).

Milesi-Ferretti, Gian Maria, and Assaf Razin, 1996, “Current–Account Sustainability” International Finance Section, Princeton University, New Jersey, USA.

Narayan, P.K., Narayan, S, 2005, “Are Exports and Imports Cointegrated? Evidence from 22 Least Developed Countries” Appl. Letters, 12:375-378.

Nugroho, M. Noor, Ibrahim, Tri Winarno, Meily Ika Permata, 2012, ”Perilaku dan Dampak Capital Reversal serta Current Account Threshold Terhadap NilaiTukar Rupiah”, Working Paper 09/2012, Bank Indonesia, Indonesia.

Pesaran, H. M. and Y. Shin, 1998, An Autoregressive distributed lag modeling approach to cointegration analysis, in: S. Storm, ed., Econometrics and Economic Theory in the 20th Century : The Ragnar Frisch Centennial Symposium, Cambridge University Press.

Page 34: SUSTAINABILITAS DEFISIT TRANSAKSI BERJALAN … · Kekhawatiran tersebut cukup beralasan karena apabila CAD terjadi dan berlangsung secara persisten biasanya akan diikuti dengan tekanan

34

Pesaran, H. M., Y. Shin, and R.J. Smith, 2001, Bounds Testing Approaches to The Analysis of Level Relationships. J. Appl. Econ., 16(3) : 289-326.

Pesaran B, Pesaran MH, 2009, Time Series Econometrics Using Microfit 5.0. New York: Oxford University Press Inc.

Polat, Ozgur, 2010, “Sustainabilitiy of Current Account Deficit in Turkey”, African Journal of Business Management Vol. 5(2), pp. 577-581.

Reisen, Helmut, 1998, “Net capital inflows: How much to accept, how much to resist?”, Managing Capital Flows and Exchange Rates: Perspectives from the Pacific Basin, pp.289-319, Cambridge University Press, USA.

Reisen, Helmut, 1999, “Sustainable and Excessive Current Account Deficits”, The

Mixed Blessing of Financial Inflows: Transition Countries in Comparative Perspective, pp.29-49, International Institute for Applied Systems Analysis, Northampton, Massachusetts, USA.

Sahminan, Ibrahim, Yanfitri, 2009, “Determinants and Sustainability of Indonesia’s Current Account Balance”, Working Paper 09/2009, Bank Indonesia, Indonesia.

Summers, H. Lawrence, 2000, “International Financial Crises: Causes, Prevention, and Cures”, American Economic Review, 90(2) : 12-28.

Page 35: SUSTAINABILITAS DEFISIT TRANSAKSI BERJALAN … · Kekhawatiran tersebut cukup beralasan karena apabila CAD terjadi dan berlangsung secara persisten biasanya akan diikuti dengan tekanan

35

Lampiran 1

UJI KOINTEGRASI Bahram Pesaran Variable Addition Test (OLS case)

******************************************************************************* Dependent variable is DLNX List of the variables added to the regression: LNX(-1) LNMM(-1) 168 observations used for estimation from 1971Q1 to 2012Q4 ******************************************************************************* Regressor Coefficient Standard Error T-Ratio[Prob]

INPT -.3558E-3 .021971 -.016194[.987] DLNX(-1) .89095 .075710 11.7679[.000] DLNX(-2) -.19184 .097759 -1.9624[.051] DLNX(-3) -.11239 .065786 -1.7084[.090] DLNMM .60485 .066948 9.0347[.000] DLNMM(-1) -.37585 .091326 -4.1155[.000] DLNMM(-2) .083883 .078726 1.0655[.288] DUM -.0089490 .0043517 -2.0565[.041] LNX(-1) -.062316 .022484 -2.7715[.006] LNMM(-1) .062690 .023840 2.6296[.009] ******************************************************************************* Joint test of zero restrictions on the coefficients of additional variables: Lagrange Multiplier Statistic CHSQ(2)= 12.0050[.002] Likelihood Ratio Statistic CHSQ(2)= 12.4555[.002] F Statistic F(2,158)= 6.0797[.003] *******************************************************************************

ARDL SHORT RUN Bahram Pesaran

Autoregressive Distributed Lag Estimates ARDL(3,2,0) selected based on Schwarz Bayesian Criterion ******************************************************************************* Dependent variable is LNX 169 observations used for estimation from 1970Q4 to 2012Q4 ******************************************************************************* Regressor Coefficient Standard Error T-Ratio[Prob]

LNX(-1) 1.8333 .071772 25.5437[.000] LNX(-2) -1.1671 .11721 -9.9570[.000] LNX(-3) .25304 .062668 4.0378[.000] LNMM .60551 .066691 9.0793[.000]

LNMM(-1) -.87181 .12338 -7.0661[.000] LNMM(-2) .34830 .075216 4.6306[.000] DUM -.010398 .0042978 -2.4194[.017] INPT -.010678 .021040 -.50752[.612] ******************************************************************************* R-Squared .99971 R-Bar-Squared .99969 S.E. of Regression .021876 F-Stat. F(7,161) 78282.0[.000] Mean of Dependent Variable 10.2961 S.D. of Dependent Variable 1.2495 Residual Sum of Squares .077047 Equation Log-likelihood 410.2783 Akaike Info. Criterion 402.2783 Schwarz Bayesian Criterion 389.7587 DW-statistic 1.9957 *******************************************************************************

Page 36: SUSTAINABILITAS DEFISIT TRANSAKSI BERJALAN … · Kekhawatiran tersebut cukup beralasan karena apabila CAD terjadi dan berlangsung secara persisten biasanya akan diikuti dengan tekanan

36

Diagnostic Tests ******************************************************************************* * Test Statistics * LM Version * F Version * ******************************************************************************* * * * * * A:Serial Correlation*CHSQ(4) = 23.9713[.000]*F(4,157) = 6.4875[.000]* * * * * * B:Functional Form *CHSQ(1) = 1.8481[.174]*F(1,160) = 1.7690[.185]* * * * * * C:Normality *CHSQ(2) = 18.3541[.000]* Not applicable * * * * * * D:Heteroscedasticity*CHSQ(1) = 8.3664[.004]*F(1,167) = 8.6980[.004]* *******************************************************************************

A:Lagrange multiplier test of residual serial correlation

B:Ramsey's RESET test using the square of the fitted values C:Based on a test of skewness and kurtosis of residuals D:Based on the regression of squared residuals on squared fitted values

ARDL LONG RUN

Bahram Pesaran

Estimated Long Run Coefficients using the ARDL Approach ARDL(3,2,0) selected based on Schwarz Bayesian Criterion ******************************************************************************* Dependent variable is LNX 169 observations used for estimation from 1970Q4 to 2012Q4 ******************************************************************************* Regressor Coefficient Standard Error T-Ratio[Prob] LNMM 1.0161 .021599 47.0412[.000] DUM -.12884 .049288 -2.6139[.010]

INPT -.13231 .24008 -.55109[.582] *******************************************************************************

Page 37: SUSTAINABILITAS DEFISIT TRANSAKSI BERJALAN … · Kekhawatiran tersebut cukup beralasan karena apabila CAD terjadi dan berlangsung secara persisten biasanya akan diikuti dengan tekanan

37

Lampiran 2

Proses Analisa ARDL

ARDL Ho = Koef . Jangka Pendek =1 Ho = Koef. Jangka Panjang = 1

Uji Kointegrasi (Tes F statistik , Pesaran apakah lebih besar dari batas atas kriteria)

Uji OLS

Uji Stabilitas (kalau terjadi structural break, perlu ditambahkan dummy)

CUSUM CUSUMQ

Uji Akar Unit ADF

(variabel boleh I(0) atau I(1) tetapi bukan I(2))

Eq.(12)