6
OPEN ACCES Vol. 12 No. 2: 266-271 Oktober 2019 Peer-Reviewed AGRIKAN Jurnal Agribisnis Perikanan (E-ISSN 2598-8298/P-ISSN 1979-6072) URL: https:https://ejournal.stipwunaraha.ac.id/index.php/AGRIKAN/ DOI: 10.29239/j.agrikan.12.2.266-271 Strategi Implementasi Sistem Informasi Ketertelusuran ISO 8402 pada Rantai Pemasaran Ikan Bandeng ( Chanos chanos, Forskal) ( Implementation Strategy of Information System to Traceability ISO 8402 on the Marketing Chain of Milkfish (Chanos chanos, Forskal) ) Angky Soedrijanto 1 , Faisol Mas’ud 1 , Kemal Farouq Mauladi 1 , Endah Sih Prihartini 1 1 Universitas Islam Lamongan, Jalan Veteran 53 A, Lamongan – Jawa Timur, Indonesia. E-mail: [email protected] Info Artikel: Diterima: 09 Spet. 2019 Disetujui: 31 Okt. 2019 Dipublikasi: 4 Nov. 2019 Artikel Penelitian Keyword: strategi implementasi, sistem informasi, ikan bandeng, ketertelusuran, pemasaran Korespondensi: Angky Soedrijanto Universitas Islam Lamongan, Indonesia Email: [email protected] Copyright© Oktober 2019 AGRIKAN Abstrak. Jangkauan pemasaran ikan bandeng sudah berskala ekspor, untuk konsumsi maupun umpan pancing ikan tuna. Pasar internasional menuntut penerapan ketertelusuran sebagai kewajiban bagi para eksportir ikan bandeng. Penelitian bertujuan menemukan strategi implementasi sistem informasi ketertelusuran ISO 8402 pada rantai pemasaran ikan bandeng Lamongan. Metode penelitian deskriptif, data diperoleh melalui survey terestris yang hasilnya diberi pembobotan. Pengamatan dilakukan di pasar ikan Kaliotik – Lamongan yang omzet pemasarannya lebih dari 300 Ton per hari pada bulan Oktober 2018 s/d Mei 2019, terhadap responden yang secara dipilih sengaja merupakan pelaku bisnis lebih dari 10 tahun. Analisis data berjenjang yaitu: matriks shift share, klasterisasi pembobotan, perhitungan statistik; sedangkan untuk menemukan strategi informasi ketertelusuran menggunakan Analisis Akar Masalah. Hasil analisis Y = 0,026 + 1,462 X signifikansi 99,8%, r square 89 dan adjusted r square 91menunjukkan sistem informasi ketertelusuran sangat berpeluang diterap-kembangkan,. Nilai shift share gap antara ketidak tauan teknologi informatika terhadap keyakinan untuk mampu menyusun data informasi telusur asal usul ikan 16,5 dengan skor tertinggi 89,0 dan skor terendah 72,5 menunjukkan bahwa para pedagang dan pemilik ikan bandeng sudah menguasai penggunaan perangkat android guna menerapkan ketertelusuran. Strategi implementasi sistem informasi ketertelusuran ISO 8402 pada rantai pemasaran ikan bandeng dapat diterap-kembangkan melalui 3 cara yaitu: (1) melakukan pelatihan kepada pelaku usaha yang dilakukan oleh unsur penyuluhan, (2) mempererat pendekatan mentoring antara penyuluh dengan pelaku usaha, (3) penyusunan kesepahaman dengan industri mengenai insentif harga bagi produk tertelusur.. Abstact. Market range of milkfish is export scale, for consumption and tuna fishing. International markets, has demand to implement traceability is an obligation for exporters. The study aims to find a strategy information system for implementing traceability of ISO 8402 in the marketing chain of Lamongan milkfish. Descriptive research methods, data obtained through terrestrial surveys whose results are weighted. Observations were made at the Kaliotik fish market - Lamongan whose marketing turnover was more than 300 tons per day in October 2018 to May 2019, to respondents who were chosen deliberately as businesspeople of more than 10 years. Tiered data analysis, namely: shift share matrix, weighting clustering, statistical calculations; whereas to find traceability information strategies using Cause Root Analysis. The results of the analysis were Y = 0.026 + 1.462 X significance 99.8%, r square 89 and adjusted r square 91 showed that traceability information systems were very likely to be developed. The value of the shift share gap between informatics technology's disobedience to belief is able to compile data on search information for the origin of fish 16.5 with the highest score 89.0 and the lowest score of 72.5 indicating that traders and owners of milkfish have mastered the use of android devices to implement traceability. The strategy for implementing the ISO 8402 traceability information system in the milkfish marketing chain can be implemented through 3 ways: (1) conducting training for business actors carried out by extension elements, (2) strengthening the mentoring approach between extension agents and business actors, (3) preparation of understanding with industry regarding price incentives for traceable products. I. PENDAHULUAN Produk pangan olahan ikan bandeng merupakan salah satu produk unggul Kabupaten Lamongan, Gresik dan Sidoarjo. Kendala utama mengkonsumsi ikan bandeng adalah banyak kandungan durinya, namun teknologi pengolahan telah mampu mengembangkan produk olahan yang memungkinkan khalayak luas mengkonsumsinya tanpa harus takut terkena duri ikan. Ikan bandeng juga terkenal sebagai ikan yang berkualitas baik untuk umpan pancing ikan tuna (Milkfish for tuna bait). Sisik yang kuat, tubuh yang elastis, dan menghasilkan kilatan cahaya apabila terkena sinar matahari, dianggap sebagai jenis umpan yang ideal di kalangan para nahkoda kapal penangkapan ikan tuna long line yang beroperasi di berbagai samudera di dunia. Jangkauan pemasaran ikan bandeng Lamongan skala ekspor untuk memenuhi permintaan sektor konsumsi maupun umpan pancing ikan tuna

Strategi Implementasi Sistem Informasi Ketertelusuran ISO

  • Upload
    others

  • View
    1

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Strategi Implementasi Sistem Informasi Ketertelusuran ISO

OPEN ACCES

Vol. 12 No. 2: 266-271 Oktober 2019

Peer-Reviewed

AGRIKAN

Jurnal Agribisnis Perikanan (E-ISSN 2598-8298/P-ISSN 1979-6072)

URL: https:https://ejournal.stipwunaraha.ac.id/index.php/AGRIKAN/

DOI: 10.29239/j.agrikan.12.2.266-271

Strategi Implementasi Sistem Informasi Ketertelusuran ISO 8402 pada Rantai Pemasaran Ikan Bandeng (Chanos chanos, Forskal)

(Implementation Strategy of Information System to Traceability ISO 8402 on the Marketing Chain of Milkfish (Chanos chanos, Forskal))

Angky Soedrijanto1 , Faisol Mas’ud1, Kemal Farouq Mauladi1, Endah Sih Prihartini1

1Universitas Islam Lamongan, Jalan Veteran 53 A, Lamongan – Jawa Timur, Indonesia. E-mail: [email protected]

Info Artikel:

Diterima: 09 Spet. 2019

Disetujui: 31 Okt. 2019

Dipublikasi: 4 Nov. 2019

Artikel Penelitian

Keyword:

strategi implementasi, sistem

informasi, ikan bandeng,

ketertelusuran, pemasaran

Korespondensi:

Angky Soedrijanto

Universitas Islam Lamongan,

Indonesia

Email:

[email protected]

Copyright©

Oktober 2019 AGRIKAN

Abstrak. Jangkauan pemasaran ikan bandeng sudah berskala ekspor, untuk konsumsi maupun umpan

pancing ikan tuna. Pasar internasional menuntut penerapan ketertelusuran sebagai kewajiban bagi para

eksportir ikan bandeng. Penelitian bertujuan menemukan strategi implementasi sistem informasi

ketertelusuran ISO 8402 pada rantai pemasaran ikan bandeng Lamongan. Metode penelitian deskriptif, data

diperoleh melalui survey terestris yang hasilnya diberi pembobotan. Pengamatan dilakukan di pasar ikan

Kaliotik – Lamongan yang omzet pemasarannya lebih dari 300 Ton per hari pada bulan Oktober 2018 s/d Mei

2019, terhadap responden yang secara dipilih sengaja merupakan pelaku bisnis lebih dari 10 tahun. Analisis

data berjenjang yaitu: matriks shift share, klasterisasi pembobotan, perhitungan statistik; sedangkan untuk

menemukan strategi informasi ketertelusuran menggunakan Analisis Akar Masalah. Hasil analisis Y = 0,026

+ 1,462 X signifikansi 99,8%, r square 89 dan adjusted r square 91menunjukkan sistem informasi

ketertelusuran sangat berpeluang diterap-kembangkan,. Nilai shift share gap antara ketidak tauan teknologi

informatika terhadap keyakinan untuk mampu menyusun data informasi telusur asal usul ikan 16,5 dengan

skor tertinggi 89,0 dan skor terendah 72,5 menunjukkan bahwa para pedagang dan pemilik ikan bandeng

sudah menguasai penggunaan perangkat android guna menerapkan ketertelusuran. Strategi implementasi

sistem informasi ketertelusuran ISO 8402 pada rantai pemasaran ikan bandeng dapat diterap-kembangkan

melalui 3 cara yaitu: (1) melakukan pelatihan kepada pelaku usaha yang dilakukan oleh unsur penyuluhan, (2)

mempererat pendekatan mentoring antara penyuluh dengan pelaku usaha, (3) penyusunan kesepahaman

dengan industri mengenai insentif harga bagi produk tertelusur..

Abstact. Market range of milkfish is export scale, for consumption and tuna fishing. International markets,

has demand to implement traceability is an obligation for exporters. The study aims to find a strategy

information system for implementing traceability of ISO 8402 in the marketing chain of Lamongan milkfish.

Descriptive research methods, data obtained through terrestrial surveys whose results are weighted.

Observations were made at the Kaliotik fish market - Lamongan whose marketing turnover was more than 300

tons per day in October 2018 to May 2019, to respondents who were chosen deliberately as businesspeople of

more than 10 years. Tiered data analysis, namely: shift share matrix, weighting clustering, statistical

calculations; whereas to find traceability information strategies using Cause Root Analysis. The results of the

analysis were Y = 0.026 + 1.462 X significance 99.8%, r square 89 and adjusted r square 91 showed that

traceability information systems were very likely to be developed. The value of the shift share gap between

informatics technology's disobedience to belief is able to compile data on search information for the origin of

fish 16.5 with the highest score 89.0 and the lowest score of 72.5 indicating that traders and owners of milkfish

have mastered the use of android devices to implement traceability. The strategy for implementing the ISO

8402 traceability information system in the milkfish marketing chain can be implemented through 3 ways: (1)

conducting training for business actors carried out by extension elements, (2) strengthening the mentoring

approach between extension agents and business actors, (3) preparation of understanding with industry

regarding price incentives for traceable products.

I. PENDAHULUAN

Produk pangan olahan ikan bandeng

merupakan salah satu produk unggul Kabupaten

Lamongan, Gresik dan Sidoarjo. Kendala utama

mengkonsumsi ikan bandeng adalah banyak

kandungan durinya, namun teknologi pengolahan

telah mampu mengembangkan produk olahan

yang memungkinkan khalayak luas

mengkonsumsinya tanpa harus takut terkena duri

ikan. Ikan bandeng juga terkenal sebagai ikan

yang berkualitas baik untuk umpan pancing ikan

tuna (Milkfish for tuna bait). Sisik yang kuat,

tubuh yang elastis, dan menghasilkan kilatan

cahaya apabila terkena sinar matahari, dianggap

sebagai jenis umpan yang ideal di kalangan para

nahkoda kapal penangkapan ikan tuna long line

yang beroperasi di berbagai samudera di dunia.

Jangkauan pemasaran ikan bandeng Lamongan

skala ekspor untuk memenuhi permintaan sektor

konsumsi maupun umpan pancing ikan tuna

Page 2: Strategi Implementasi Sistem Informasi Ketertelusuran ISO

Jurnal Ilmiah agribisnis dan Perikanan (agrikan UMMU-Ternate) Volume 12 Nomor 2 (Oktober 2019)

267

diharuskan untuk menerapkan ketertelusuran

merupakan kewajiban bagi para eksportir.

Implementasi sistem informasi

ketertelusuran ISO 8402 atau lebih dikenal dengan

traceability merupakan wujud integritas para

pebisnis untuk saling membangun kepercayaan

dalam berbisnis. Nicolae, et al. (2017) menekankan

pentingnya membangun struktur data tertelusur

pada rantai pemasaran ikan yang dapat diakses

dengan perangkat teknologi yang dikuasai banyak

pihak. Lebih lanjut Moretti, et al (2003)

menyatakan bahwa konsekuensi penerapan

ketertelusuran adalah komitmen untuk jujur dan

konsisten menuliskan label pada produk agar

dapat ditelusuri asal usulnya apabila terjadi resiko

terhadap konsumen.

Syarat implementasi ketertelusuran secara

faktual dalam bisnis adalah sederhana dan, mudah

dimengerti oleh pihak-pihak, serta terus menerus

ditransformasikan antara para pelaku usaha.

Zhang and Bhatt (2014) menyebutkan mudahnya

penerapan traceability dapat dilakukan melalui

kesepakatan bersama antar pelaku bisnis dengan

cara yang sederhana. Kata kunci keberhasilan dari

penerapan ketertelusuran menurut Dabbene, et al

(2013) terletak pada kesungguhan para pelaku

usaha, komitmen dan konsistensinya untuk turut

menjaga mutu bahan makanan.

Data telusur tidak semata-mata dapat

menjamin bahwa suatu produk pangan 100%

aman; akan tetapi penerapan sistem ketertelusuran

dapat memberikan jaminan berupa kecepatan

penanganan masalah medis yang tepat dan akurat

apabila resiko terhadap keamanan pangan

sewaktu-waktu terjadi. Data telusur ini harus

dibuat oleh para pelaku usaha yang terlibat dalam

rantai pemasaran ikan bandeng secara jujur agar

produk akhir nantinya dapat terlacak asal usulnya.

Hal ini merupakan ketentuan mendasar dalam

penerapan ISO 8402. Anonymous (2008)

menyatakan data telusur memiliki manfaat jangka

panjang dan perlu disimpan untuk jangka waktu

tertentu sampai benar-benar dipastikan tidak

diperlukan lagi. Pan (2010) melaporkan bahwa

China telah membangun standar ketertelusuran

yang wajib diterapkan terhadap produksi dan

peredaran makanan domestik di negaranya.

Mai, et al (2010) dan Goulding (2016)

menegaskan bahwa penerapan ketertelusuran

memberikan keuntungan nyata bagi pengusaha.

Keuntungan yang dinikmati langsung adalah

meningkatnya kepercayaan konsumen yang

diwujudkan dalam keberlanjutan sirkulasi produk

di pasaran, serta minimnya resiko keamanan

pangan yang dapat merugikan konsumen.

Goulding (2016) dan Blaha, et al (2015) juga

menegaskan bahwa pengkodean untuk membantu

proses transformasi data telusur dapat dilakukan

dengan sederhana antar pelaku usaha. Prinsip

pengkodean dalam rantai ketertelusuran dapat

dimengerti, dipahami dan dipatuhi transformasi

data berikutnya pada masing-masing pelaku usaha

dalam rantai ketertelusuran.

Komitmen dan konsistensi menerapkan

sistem informasi ketertelusuran ISO 8402 menjadi

keharusan bagi para pelaku usaha dalam rantai

pemasaran ikan bandeng. Perlindungan terhadap

konsumen ikan bandeng di dalam maupun luar

negeri serta terbangunnya kepercayaan bisnis

dalam lingkup global saat ini sudah menjadi

kebutuhan utama. Penerapan sistem informasi

tertelusur seharusnya mudah diterap-

kembangkan. Oleh karena itu, sistem penerapan

ketertelusuran harus dirancang, disusun, dan

diimplementasikan secara mudah melalui

kesepakatan-kesepakatan yang terbangun pada

setiap pelaku usaha dalam rantai bisnis ikan

bandeng. Penelitian bertujuan menemukan

strategi implementasi sistem informasi

ketertelusuran ISO 8402 pada rantai pemasaran

ikan bandeng.

II. METODE PENELITIAN

Penelitian bersifat deskriptif. Data

diperoleh melalui survey terestris menggunakan

alat bantu kuesioner yang pengambilan datanya

dilakukan secara tertutup oleh Peneliti sendiri.

Komponen data yang diperoleh selanjutnya

disusun dalam matrik dan diberi pembobotan

menggunakan skala 1-10. Asumsi dasar bobot

ditetapkan Peneliti berdasarkan pengalaman

peneliti yang terlibat langsung dalam budidaya s/d

pemasaran ikan bandeng.

Responden dipilih secara sengaja terhadap

12 orang pedagang ikan bandeng yang memiliki

omzet pemasaran tinggi; dari sekitar 200 orang

populasi pedagang yang melakukan transaksi.

Pengamatan dilakukan di pasar ikan Kaliotik –

Lamongan yang omzet pemasarannya lebih dari

300 Ton per hari pada bulan Oktober 2018 s/d Mei

2019. Responden merupakan pelaku bisnis jual

beli ikan bandeng yang telah berpengalaman lebih

dari 10 tahun, dan mampu mendeskripsikan

dengan baik perbedaan ikan bandeng asal

Lamongan, Juwana, Gresik, dan Sidoarjo. Kriteria

mampu mendeskripsikan ditetapkan oleh Peneliti

Page 3: Strategi Implementasi Sistem Informasi Ketertelusuran ISO

Jurnal Ilmiah agribisnis dan Perikanan (agrikan UMMU-Ternate) Volume 12 Nomor 2 (Oktober 2019)

268

untuk meyakinkan bahwa informasi dari para

pedagang yang disusun menjadi data penelitian

berasal dari sumber yang memiliki validitas baik.

Analisis data dilakukan berjenjang yaitu:

matriks shift share, klasterisasi pembobotan,

perhitungan statistik; sedangkan untuk

menemukan strategi informasi ketertelusuran

menggunakan Analisis Akar Masalah (Cause

Roots Analysis).

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil wawancara secara tertutup disertai

pengamatan terhadap perilaku para Responden

menunjukkan bahwa 72 dari 79 (91,1%) pedagang

ikan bandeng di Lamongan, Gresik dan Sidoarjo

memiliki kemampuan yang baik dalam

mengoperasikan perangkat android dan memiliki

beberapa jenis media sosial. akun media sosial

para pedagang umumnya aktif dan memiliki

banyak pertemanan (relasi pribadi atau grup)

menunjukkan keluasan hubungan para pedagang

ikan bandeng dengan berbagai pihak.

Fakta tersebut menandakan bahwa

implementasi sistem ketertelusuran dalam rantai

pemasaran ikan bandeng jelas dapat dibangun dan

diterap-kembangkan. Keahlian menggunakan

perangkat teknologi informasi merupakan salah

satu dasar pertimbangan bahwa informasi yang

harus ditransformasikan secara runut dapat

dilakukan. Chhikara, et al. (2018) menyatakan

informasi telusur yang terus menerus merupakan

kebutuhan untuk menjamin keamanan pangan

yang dihasilkan dari suplai domestik maupun

global. Pemerintah harus membangun peraturan

yang tegas untuk melindungi konsumen dari

penipuan produk.

Ikan bandeng yang diperjual belikan di

pasar ikan Lamongan, Gresik dan Sidoarjo

memiliki pangsa dan akses pasar yang luas; mulai

dari skala pasar lokal, regional, nasional hingga

ekspor. Kebutuhan pasar memperjual-belikan

untuk umpan pancing ikan tuna hampir sebanding

dengan penjualan untuk konsumsi. 79 orang

responden yang diwawancarai menyatakan

menjual ikan bandeng ke pabrik (cold storage)

dalam jumlah yang sama besarnya dengan

penjualan ke pasar lokal setiap harinya. Demikian

pula, ukuran (size) ikan bandeng yang diperjual-

belikan sangat variatif mulai dari size 30 (ekor per

10 kilogram) s/d size 80 (ekor per 10 kilogram).

Size besar mayoritas diperjual belikan untuk

konsumsi dan/atau UMKM pengolahan pangan;

sedangkan ikan bandeng kecil size 50 (ekor per 10

kilogram) hingga lebih kecil sebagian besar dijual

untuk diproses beku menjadi umpan pancing ikan

tuna dan sebagian lagi untuk unit pengolahan

makanan (presto, otak-otak, dan sebagainya).

Seluruh pedagang yang diwawancarai

sepakat bahwa: pedagang (baik penjual maupun

pembeli) di pasar bersikap terbuka terhadap asal

usul ikan bandeng yang di-transaksikan. Fakta

empiris yang ditemukan pada saat survey

menyatakan bahwa seluruh pedagang di pasar

ikan Lamongan, Gresik, dan Sidoarjo sudah saling

mengenal dengan para pemilik

(petambak/juragan) ikan bandeng. Dengan

demikian, maka sistim informasi ketertelusuran

ISO 8402 pada dasarnya dapat diterapkan dengan

baik dan akurat. Montet and Dey (2018)

menyampaikan pentingnya perubahan paradigma

mutu untuk semua produk pangan melalui

penerapan ketertelusuran, untuk menghindari

berbagai kemungkinan kesalahan yang dapat

ditimbulkan dari bahan pangan.

Nilai shift share gap antara ketidak tauan

teknologi informatika terhadap keyakinan untuk

mampu menyusun data informasi telusur asal usul

ikan 16,5 dengan skor tertinggi 89,0 dan skor

terendah 72,5 menunjukkan bahwa para pedagang

dan pemilik ikan bandeng sudah menguasai

penggunaan perangkat android guna menerapkan

ketertelusuran. Soedrijanto, et al (2013a)

menyatakan bahwa supplier atau pedagang

perantara yang menjalankan peran

memperdagangkan ikan antara petambak,

nelayan, dengan pedagang lainnya maupun

menjualnya ke unit pengolahan ikan; merupakan

salah satu pihak yang memiliki peranan penting

dalam proses transformasi data telusur. Lebih

lanjut Soedrijanto, et al (2013b) menyampaikan

fakta empiris di lapangan bahwa pedagang

perantara mampu mengetahui, menelaah, dan

mengidentifikasi dengan sangat akurat asal usul

suatu produk perikanan yang diterimanya untuk

diperdagangkan. Hal tersebut dicontohkan pada

kasus ketertelusuran dalam bisnis udang windu

yang dapat disusun transformasi data telusur

dimulai dari asal usul tempat penangkapan (asal

perairan laut) induk udang windu hingga sampai

ke tangan konsumen akhir sebagai bahan

makanan siap dikonsumsi. Penelitian Soedrijanto

dan Istiqomah (2016) juga menegaskan bahwa

sistem ketertelusuran dapat dikerjakan dengan

baik oleh para petani tambak udang windu sistem

organik di Sidoarjo. Hal ini memberi makna

bahwa penerapan sistem informasi data telusur

Page 4: Strategi Implementasi Sistem Informasi Ketertelusuran ISO

Jurnal Ilmiah agribisnis dan Perikanan (agrikan UMMU-Ternate) Volume 12 Nomor 2 (Oktober 2019)

269

berupa ketertelusuran ISO 8402 bukanlah hal yang

mustahil untuk diterapkan di kalangan petani

tambak, pedagang, pengolah hingga konsumen

ikan bandeng.

Ikan bandeng merupakan produk unggulan

di Lamongan, Gresik dan Sidoarjo. Pengiriman

ikan ini menjangkau pasar yang sangat luas untuk

konsumsi dalam negeri dalam jumlah besar, dan

menjadi produk unggulan di beberapa

Kabupaten/Kota; maka proses bisnis ikan bandeng

sudah sepatutnya menerapkan ketertelusuran.

Dengan demikian, Indonesia menjadi negara yang

memiliki komitmen tinggi dalam hal

perlindungan konsumen terhadap bahaya yang

menyimpang dalam sistem keamanan pangan.

Hasil analisis regresi terhadap faktor

kemunngkinan penerapan sistem ketertelusuran

menghasilkan nilai Y = 2,653 + 1,702 X. Tingkat

signifikansi 100%. Koefisien determinasi

menunjukkan implementasi sistem informasi

ketertelusuran ISO 8402 terhadap keberlanjutan

dan peningkatan pemasaran ikan bandeng sebesar

r square 0,609 dan adjusted r square 0,591.

Koefisien determinasi diatas 50% tersebut

memberikan makna bahwa sistem informasi

ketertelusuran sangat berpeluang diterap-

kembangkan di kalangan pelaku usaha ikan

bandeng. Mai et al (2010) memberikan keyakinan

bahwa apabila sistem informasi ketertelusuran

diterap-kembangkan pada satu rantai bisnis

(dalam hal ini para pelaku usaha ikan bandeng),

maka jaminan keuntungan berupa tambahan

insentif harga serta keberlanjutan bisnis akan

lebih terjamin.

Nilai regresi tersebut bermakna penerapan

sistem informasi ketertelusuran terhadap

setidaknya 3 (tiga) pelaku usaha dalam rantai

bisnis ikan bandeng dapat memberikan 2 (dua) hal

jaminan keuntungan bagi para pelaku usaha.

Kedua hal yang menjadi jaminan keuntungan (1)

adalah tambahan insentif harga karena produk

diyakini aman untuk dikonsumsi, dan (2)

permintaan pasar akan terus berkelanjutan dengan

segmentasi pasar yang akan semakin meluas.

Guna mencapai dua keuntungan tersebut,

maka pihak-pihak dalam rantai pemasaran ikan

bandeng dapat menempuh beberapa strategi

secara berjenjang. Jenjang strategi adalah untuk

mewujudkan implementasi sistem ketertelusuran

yang dapat disepakati aplikasinya secara teknis

dan empiris berdasarkan kondisi masing-masing

pelaku usaha pada sentra-sentra penghasil ikan

bandeng. Strategi implementasi sistem informasi

ketertelusuran ikan bandeng disajikan pada

Gambar 1 .

Gambar 1. Analisis akar masalah implementasi ketertelusuran produk bandeng

Page 5: Strategi Implementasi Sistem Informasi Ketertelusuran ISO

Jurnal Ilmiah agribisnis dan Perikanan (agrikan UMMU-Ternate) Volume 12 Nomor 2 (Oktober 2019)

270

Strategi implementasi pertama berupa

mengadakan training of trainer yang diikuti

dengan melakukan pelatihan kepada pelaku

usaha. Materi pelatihan diberikan oleh akademisi

dan expert bisnis yang memahami implementasi

traceability diberikan kepada unsur penyuluhan.

Selanjutnya unsur penyuluhan yang terdiri dari

sekelompok penyuluh terlatih, mengajarkan

teknik penyimpanan data telusur secara teknis

berbasis kondisi yang berbeda-beda di lapangan –

di kalangan para pelaku usaha perdagangan dan

prosesing ikan bandeng. Penyuluhan dan

pelatihan harus intens dengan pendampingan

secara periodik untuk memastikan bahwa teknik

penyimpanan data telah benar-benar dikuasai oleh

para pelaku usaha pada level upstream maupun

downstream traceability.

Strategi implementasi kedua berupa

mempererat pendekatan mentoring antara

penyuluh dengan pelaku usaha. Strategi ini

merupakan tindak lanjut implementasi,

monitoring dan evaluasi terhadap keterampilan

menyimpan data di kalangan pelaku usaha. Pada

tahapan ini, fokus pencapaian adalah proses

transformasi data telusur telah dapat dijalankan

dengan baik diantara para pelaku usaha di semua

lini bisnis ikan bandeng.

Strategi implementasi ketiga perlunya

membangun penyusunan kesepahaman dengan

industri mengenai insentif harga bagi produk

tertelusur.

IV. PENUTUP

Pemasaran ikan bandeng menjangkau pasar

dalam negeri dan internasional. Strategi

implementasi sistem informasi ketertelusuran ISO

8402 pada rantai pemasaran ikan bandeng dapat

diterap-kembangkan melalui 3 cara yaitu: (1)

training of trainer yang diikuti dengan melakukan

pelatihan kepada pelaku usaha yang dilakukan

oleh unsur penyuluhan, (2) mempererat

pendekatan mentoring antara penyuluh dengan

pelaku usaha, (3) penyusunan kesepahaman

dengan industri mengenai insentif harga bagi

produk tertelusur.

Rekomendasi

Berdasarkan hasil analisis untuk menemukan

strategi implementasi sistem informasi

ketertelusuran ISO 8402, maka direkomendasikan

beberapa hal sebagai berikut:

1. Pemerintah melalui beberapa instansinya yang

berperan sebagai pemangku dan pelaksana

kebijakan dalam sistem keamanan pangan

segera mengambil sikap untuk

mengimplementasikan traceability dalam

rantai pemasaran ikan bandeng;

2. Menggugah semangat, pengetahuan serta

kesadaran masyarakat luas sebagai konsumen

untuk menuntut para produsen dan pedagang

menyajikan bahan makanan yang terjamin

keamanannya apabila dikonsumsi, sehingga

memberikan nilai manfaat nutrisi sebagaimana

diharapkan.

Ucapan Terima-kasih

HM. Kosim, dan H. Badrus Soleh yang telah

membuka inspirasi dan memberikan informasi

penelitian tentang pentingnya penerapan

traceability bagi masyarakat.

Daftar Pustaka

Anonymous. 2008. Handbook for Introduction of Food Traceability Systems (Guidelines for Food

Traceability). Food Marketing Research and Information Center (FMRIC) 2008. Tokyo. Japan.

Blaha, F., Borit, M., and Thompson, K. 2015. Traceability of Fisheries Products. Food and Agriculture

Organizations of the United Nations (FAO). Rome. Italy.

Chhikara, N., Jaglan, S., Sindhu, N., Anshid, V., Saicharan, M., and Panghal, A. 2018. Importance of

Traceability in Food Supply Chain for Brand Protection and Food Safety Systems Implementation .

Annals of Biology Vol. 34 No. 2: 111-118, 2018.

Dabbene, F., Gay, P, and Tortia, C. 2013. Traceability Issues in Food Supply Chain Management: A Review.

Biosystem Engineering XXX (2013) 1-16.

Goulding, I.C. 2016. Manual on Traceability Systems fro Fish and Fishery Products. CRFM Special

Publications. No. 13.

Page 6: Strategi Implementasi Sistem Informasi Ketertelusuran ISO

Jurnal Ilmiah agribisnis dan Perikanan (agrikan UMMU-Ternate) Volume 12 Nomor 2 (Oktober 2019)

271

Istiqomah, T. 2018. Analisis Manajemen Sumber Daya Perikanan Untuk Meningkatkan Keberdayaan

Ekonomi Masyarakat Pesisir Kabupaten Sidoarjo. Disertasi Program Doktor Ilmu Lingkungan.

Sekolah Pasca Sarjana Universitas Brawijaya Malang. Hal 299 – Q.

Mai, N., Bogason, S.G., Arason, S., Arnason, S.V., and Matthiasson, T.G. 2010. Benefits of Traceability in

Fish Supply Chains – Case Studies. British Food Journal Vol. 112 No. 9.

Montet, D., and Dey, G. 2018. History of Food Traceability. Food Traceability and Authenticity: Analytical

Techniques. CRC Press, Taylor & Francis Group.

Moretti, V.M., Turchini, G.M., Bellagamba, F., and Caprino, F. 2003. Traceability Issues in Fishery and

Aquaculture Products. Veterinary Research Communications, 27 Suppl. I (2003). 497-505.

Nicolae, C.G., Moga, L.M., Bahaciu, G.V., and Marin, M.P. 2017. Traceability System Structure Design For

Fish and Fish Products Based On Supply Chain Actors Needs. Scientific Papers. Series D. Animal

Science Vol. LX, 2017.

Pan, L. 2010. A Model of Traceability of Fish Products For The Domestic Market in China Based on

Traceability Studies in Iceland and China. United Nations University Fisheries Training

Programme Iceland (Final Project).

Soedrijanto, A., Huseini, M., Setiawan, M., dan Suprayitno, E. 2013(a). Supplier Performance Analysis as

Transformer Instrument of Shrimp Traceability on Business in East Java. Journal of Business

Management and Strategy ISSN 2157-6068 2013, Vol. 4, No. 1. Macrothink Institute.

Soedrijanto, A., Huseini, M., Setiawan, M., dan Suprayitno, E. 2013(b). Performance Analysis of Black

Tiger Shrimp Farmer for Implementation of Traceability from Sea to Table. International Journal

Aquaculture, Vol. 3, No. 5, 17-22. Bio Publisher.

Soedrijanto, A., dan Istiqomah, T. 2016. Organic Black Tiger Shrimp Farming System (ISO 65 IFOAM):

Strategy Through Open Spirit Reap Back to Nature. Journal of Aquaculture & Marine Biology

Vol. 4 Issue 1: 2016.

Zhang, J., and Bhatt, T. 2014. A Guidance Document on the Best Practices in Food Traceability.

Comprehensive Reviews in Food Science and Food Safety Vol 13, @ 2014 Institute of Food

Technology.