162
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Metode pemulihan merupakan faktor penting yang sangat mempengaruhi penampilan seorang atlet renang. Atlet renang melakukan latihan secara rutin, dan setelah melakukan latihan rutin perlu dilakukan pemulihan secara optimal untuk mencegah terjadinya overtraining. Banyak atlet renang berlatih terlalu keras dan terlalu lama untuk mengejar prestasi. Over training terjadi ketika otot tidak diberi waktu recovery/pemulihan yang diperlukan. Metode pemulihan yang saat ini digunakan dalam cabang olahraga renang adalah pemulihan secara aktif dengan berenang lambat. Metode pemulihan secara aktif efektif untuk memulihkan energi, pemulihan denyut nadi dan kadar asam laktat setelah latihan maksimal. Fakta di lapangan menunjukkan bahwa ternyata atlet-atlet renang di Indonesia masih sangat sulit bersaing dengan atlet dunia yang senantiasa melakukan lonjakan prestasi. Perenang Indonesia memang mampu meningkatkan prestasi, namun sulit mengejar laju peningkatan prestasi negara lain. Pernyataan tersebut dapat dilihat dari gambaran prestasi atlet renang Indonesia yaitu peringkat atlet renang Indonesia sejak Sea Games 1997-2005. Tahun 1991 sampai 1997 dan tahun 1999 sampai 2003 prestasi Indonesia di cabang olahraga renang tidak pernah mengalami lonjakan prestasi. Tahun 1997 sampai 1999 dan tahun 2003 sampai 2005 prestasi Indonesia untuk cabang olahraga renang mengalami penurunan (Ahmad, 2006).

slow frontcrawl swimming recovery more effective than slow

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: slow frontcrawl swimming recovery more effective than slow

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Metode pemulihan merupakan faktor penting yang sangat mempengaruhi

penampilan seorang atlet renang. Atlet renang melakukan latihan secara rutin, dan

setelah melakukan latihan rutin perlu dilakukan pemulihan secara optimal untuk

mencegah terjadinya overtraining. Banyak atlet renang berlatih terlalu keras dan

terlalu lama untuk mengejar prestasi. Over training terjadi ketika otot tidak diberi

waktu recovery/pemulihan yang diperlukan. Metode pemulihan yang saat ini

digunakan dalam cabang olahraga renang adalah pemulihan secara aktif dengan

berenang lambat. Metode pemulihan secara aktif efektif untuk memulihkan

energi, pemulihan denyut nadi dan kadar asam laktat setelah latihan maksimal.

Fakta di lapangan menunjukkan bahwa ternyata atlet-atlet renang di

Indonesia masih sangat sulit bersaing dengan atlet dunia yang senantiasa

melakukan lonjakan prestasi. Perenang Indonesia memang mampu meningkatkan

prestasi, namun sulit mengejar laju peningkatan prestasi negara lain. Pernyataan

tersebut dapat dilihat dari gambaran prestasi atlet renang Indonesia yaitu peringkat

atlet renang Indonesia sejak Sea Games 1997-2005. Tahun 1991 sampai 1997 dan

tahun 1999 sampai 2003 prestasi Indonesia di cabang olahraga renang tidak

pernah mengalami lonjakan prestasi. Tahun 1997 sampai 1999 dan tahun 2003

sampai 2005 prestasi Indonesia untuk cabang olahraga renang mengalami

penurunan (Ahmad, 2006).

Page 2: slow frontcrawl swimming recovery more effective than slow

2

Fenomena ini terjadi karena proses pelatihan renang yang belum

memaksimalkan pemanfaatan kemajuan ilmu keolahragaan dan teknologi secara

optimal yaitu metode pemulihan secara aktif dengan berenang lambat. Program

pelatihan olahraga renang saat ini adalah pelatihan yang tidak sesuai dengan jarak

dan waktu tempuh, intensitas latihan, dosis latihan yang tidak seimbang dengan

pemulihan (Janssen, 1997).

Atlet renang berenang sejauh rata-rata 3,5-4 mil per hari, atau 20-40 mil

per minggu. Jarak tersebut adalah jarak yang panjang sehingga seorang atlet

renang benar-benar membutuhkan pemulihan untuk kembali ke kondisi semula

untuk mencegah terjadinya cedera. Cedera yang paling sering terjadi pada atlet

renang adalah “swimmer’s shoulder” atau nyeri pada sendi bahu (Cole et al.,

2003).

Faktor-faktor yang berpengaruh pada terjadinya “swimmer’s shoulder”

adalah multifaktorial antara lain adalah faktor jenis kelamin, jarak renang,

intensitas renang, gaya renang, metode pemanasan dan pemulihan yang

digunakan. Cedera pada atlet renang tidak lepas dari intensitas latihan, gaya

renang yang digunakan, pemilihan metode pemanasan dan pendinginan yang

diterapkan pada atlet tersebut (Cole et al., 2003).

Nyeri sendi bahu (swimmer’s shoulder) pada atlet renang sangat

mempengaruhi efektifitas latihan. Nyeri sendi bahu (swimmer’s shoulder)

menyebabkan penurunan prestasi atlet renang terutama dalam meraih medali baik

di tingkat nasional maupun internasional (Stoddard et al., 1998). Gejala klinis dari

swimmer’s shoulder adalah nyeri pada sendi bahu. Gejala klinis swimmer’s

shoulder terdiri dari 3 stadium yaitu : (1) Nyeri setelah bertanding atau latihan; (2)

Page 3: slow frontcrawl swimming recovery more effective than slow

3

Nyeri bahu sewaktu atau setelah berenang; (3) Sakit di bahu terus-menerus

(Prabowo, 1999).

Nyeri pada sendi bahu akan dapat mengurangi frekuensi kayuhan lengan

yang dapat dilakukan oleh atlet, fleksibilitas bahu dan kekuatan kayuhan lengan.

Frekuensi kayuhan lengan, fleksibilitas bahu dan kekuatan kayuhan lengan

berhubungan dengan pencapaian prestasi atlet. Penurunan frekuensi kayuhan

akibat swimmer’s shoulder akan menurunkan prestasi atlet sebesar 10%,

penurunan fleksibilitas sendi bahu akibat swimmer’s shoulder akan menurunkan

prestasi atlet renang sebesar 3% dan penurunan kekuatan kayuhan lengan akibat

swimmer’s shoulder akan menurunkan prestasi atlet renang sebesar 9% (Rohmat,

2006).

Nyeri sendi bahu dialami oleh 35% atlet renang senior. Nyeri sendi bahu

(swimmer’s shoulder) dapat dicegah dengan melakukan pelatihan dengan

intensitas yang tepat, melakukan metode pemanasan yang tepat sebelum berenang

dan metode pemulihan yang tepat setelah melakukan latihan (Mc Master, 2005).

Masa pemulihan adalah suatu proses yang kompleks yang bertujuan untuk

mengembalikan energi tubuh, memperbaiki jaringan otot yang rusak setelah

berolahraga, dan memulai suatu proses adaptasi tubuh terhadap olahraga.

Efektifitas suatu program pelatihan terhadap fungsi kardiovaskular dapat dinilai

dari perubahan denyut nadi yang diakibatkannya, demikian juga halnya dengan

parameter denyut nadi pemulihan (Lauer et al., 2009).

Pemulihan denyut nadi (heart rate recovery) yang lebih dari 12 denyut

dalam 30 detik pertama setelah selesai latihan menggambarkan fungsi

kardiovaskular dalam keadaan baik. Pemulihan denyut nadi (recovery heart rate)

Page 4: slow frontcrawl swimming recovery more effective than slow

4

yang kurang dari 12 kali dalam 30 detik pertama setelah selesai latihan,

menggambarkan bahwa fungsi kardiovaskular yang kurang baik dan berhubungan

dengan tingkat mortalitas karena berkaitan dengan disfungsi otonom jantung

(Lauer et al., 2009).

Atlet renang terlibat dalam suatu ajang pertandingan dan latihan dengan

pengulangan yang membutuhkan kondisi fisik yang maksimal. Kondisi ini dapat

menyebabkan terjadinya perubahan secara dramatis pada semua sistem dalam

tubuh. Pencapaian prestasi dalam pertandingan atau pelatihan berikutnya tidak

akan tercapai dengan maksimal apabila pemulihan tidak terjadi dengan baik.

Metode pemulihan yang tepat dapat mengembalikan kondisi atlet dan pencapaian

prestasi akan tercapai maksimal (Bogdanis et al., 2002).

Metode pemulihan aktif dengan berenang lambat dapat mengembalikan

kondisi fisik atlet setelah suatu pertandingan atau latihan maksimal. Metode

pemulihan ini direkomendasikan oleh pelatih-pelatih renang saat ini. Total waktu

pemulihan, lamanya dilakukan pemulihan aktif, durasi dan intensitas renang

merupakan parameter penting dalam menentukan efektifitas suatu pemulihan aktif

(Toubekis et al., 2008).

Metode pemulihan dengan berenang lambat gaya bebas selama 5 menit

dikombinasi dengan metode pemulihan pasif selama 10 menit lebih efektif dalam

mempercepat pemulihan atlet renang dibandingkan dengan metode pemulihan

secara pasif selama 15 menit. Atlet renang dapat bertanding lebih dari satu kali

dengan interval kurang dari 30 menit, sehingga diperlukan metode pemulihan

yang benar-benar efektif untuk mengembalikan kondisi atlet ke kondisi semula

(Toubekis et al., 2008).

Page 5: slow frontcrawl swimming recovery more effective than slow

5

Berenang lambat selama 14 menit dapat mempercepat pemulihan kadar

asam laktat dan denyut nadi serta dapat memperbaiki pencapaian prestasi atlet

renang (Felix et al., 2008). Metode pemulihan dengan berenang lambat gaya

bebas lebih efektif dalam mempercepat pemulihan kondisi atlet dibandingkan

dengan metode pemulihan secara pasif (Francis et al., 2009). Metode pemulihan

atlet renang yang dilakukan di dalam air lebih efektif daripada metode pemulihan

secara aktif di daratan karena air dapat menyebabkan perubahan fisiologis dalam

tubuh yang dapat mempengaruhi proses pemulihan atlet renang (Taheri et al.,

2012).

Pemulihan di dalam air merupakan faktor yang efektif dalam

mempengaruhi aktivitas sistem saraf parasimpatis dalam periode pemulihan.

Metode pemulihan secara aktif dengan berjalan lambat di dalam kolam dengan air

bersuhu rendah (20o Celcius) dan air bersuhu sedang (28o Celcius) lebih efektif

dalam memulihkan denyut nadi dibandingkan dengan metode pemulihan berjalan

lambat di dalam kolam dengan air bersuhu tinggi (39o Celcius) (Taheri et al.,

2012).

Denyut nadi saat berenang di dalam air lebih rendah daripada saat

melakukan aktivitas di daratan karena : (1) Pada saat berenang tubuh berada

dalam posisi horizontal sehingga jantung bekerja lebih ringan untuk memompa

darah ke seluruh tubuh melawan efek gravitasi bumi; (2) Refleks menyelam yang

merupakan suatu respon neurologis terhadap penyelaman di dalam air (Irlam,

2013).

Hasil penelitian Douda et al. (2010) menunjukkan bahwa metode

pemulihan secara aktif dengan intensitas yang rendah (28% dari VO2 maksimal)

Page 6: slow frontcrawl swimming recovery more effective than slow

6

lebih efektif dibandingkan dengan metode pemulihan secara aktif dengan

intensitas yang tinggi (40% dari VO2 maksimal). Peningkatan pencapaian prestasi

atlet renang dengan metode pemulihan secara aktif dengan intensitas rendah

adalah 6-28% sedangkan peningkatan pencapaian prestasi atlet renang dengan

metode pemulihan secara aktif dengan intensitas tinggi hanya 3% (Douda et al.,

2010).

Metode pemulihan secara aktif dengan intensitas yang rendah dapat

menyebabkan aliran darah di otot lancar. Aliran darah yang lancar penting untuk

pembuangan asam laktat yang terbentuk setelah latihan sprint. Pendinginan secara

aktif dengan intensitas rendah memerlukan energi yang lebih rendah sehingga

memudahkan sintesis kembali fosfokreatin otot. Fosfokreatin akan dipecah

menjadi fosfat dan kreatin, dan fosfat bergabung dengan ADP membentuk ATP

(Douda et al., 2010).

Berenang lambat dengan gaya bebas adalah salah satu bentuk metode

pemulihan secara aktif pada olahraga renang. Posisi badan pada renang gaya

bebas adalah posisi yang dapat memberikan gaya dorong maksimal dan

mengurangi gaya hambat sampai minimal yaitu dengan posisi badan telungkup,

kepala sedikit di bawah permukaan air, tubuh sedikit lebih rendah dari bahu, dan

tungkai lemas dan lurus ke belakang. Fungsi gerakan kaki pada renang gaya bebas

yang utama adalah sebagai stabilitator dan sebagai alat untuk menjadikan kaki

tetap tinggi dalam keadaan streamline, sehingga tahanan menjadi kecil.

Tendangan kaki pada kecepatan yang rendah pada gaya bebas membantu

menghasilkan dorongan tetapi pada kecepatan tinggi tendangan kaki tidak

memberikan tambahan dorongan kaki. Gerakan lengan pada renang gaya bebas

Page 7: slow frontcrawl swimming recovery more effective than slow

7

berperan terutama sebagai tenaga pendorong atau penggerak di samping sebagai

pengatur keseimbangan tubuh (Jarvis et al., 1997).

Energi total merupakan kombinasi antara energi aerobik dan anaerobik.

Energi total semakin meningkat dengan semakin meningkatnya kecepatan

berenang. Energi total dapat diturunkan dengan cara latihan. Energi total yang

diperlukan selama berenang gaya bebas paling kecil jika dibandingkan dengan

ketiga gaya renang lainnya. Energi yang dihabiskan saat berenang yang paling

kecil adalah renang dengan gaya bebas, dan yang terbesar adalah gaya punggung,

kemudian gaya kupu-kupu dan gaya dada.

Energi yang dihabiskan selama berenang dengan gaya bebas lebih kecil

dibandingkan dengan berenang dengan gaya dada sehingga renang gaya bebas

lebih efektif dalam memulihkan denyut nadi dibandingkan dengan renang gaya

dada (Pendergast, 2011). Penelitian ini belum pernah dilakukan sebelumnya di

Bali maupun di Indonesia. Peneliti ingin meneliti mengenai apakah pemulihan

dengan berenang lambat gaya bebas lebih efektif dibandingkan dengan pemulihan

berenang lambat gaya dada dalam mempercepat pemulihan denyut nadi setelah

latihan maksimal pada atlet renang pria grup renang Bayusuta di Denpasar.

1.2 Rumusan Masalah

Berbagai uraian diatas merupakan latar belakang penulis untuk melakukan

penelitian ini, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah

pemulihan berenang lambat gaya bebas lebih efektif dibandingkan dengan

pemulihan berenang lambat gaya dada dalam mempercepat pemulihan denyut

nadi setelah latihan maksimal pada atlet renang pria grup renang Bayusuta di

Denpasar?

Page 8: slow frontcrawl swimming recovery more effective than slow

8

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan efektifitas pemulihan

berenang lambat gaya bebas dan berenang lambat gaya dada dalam mempercepat

pemulihan denyut nadi atlet renang pria grup renang Bayusuta di Denpasar.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat yang didapat dari penelitian ini adalah :

1. Manfaat Bagi Peneliti

Meningkatkan pengetahuan yang lebih mendalam tentang metode

pemulihan yang lebih efektif dalam menurunkan denyut nadi setelah

latihan.

2. Manfaat Bagi Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Fisiologi Olahraga

Penelitian ini dapat memperkaya keilmuan dalam bidang fisiologi olahraga

terutama mengenai metode pemulihan yang tepat untuk mempercepat

pemulihan atlet renang.

3. Manfaat Bagi Pelatih dan Atlet

a. Penelitian ini dapat memberikan informasi kepada para pelatih

renang untuk dapat memberikan pelatihan secara benar sehingga

diharapkan dapat meningkatkan pencapaian prestasi atlet.

b. Mempercepat pemulihan atlet renang setelah latihan maksimal.

c. Mencegah terjadinya cedera pada atlet renang.

Page 9: slow frontcrawl swimming recovery more effective than slow

9

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Denyut Nadi

Kerja jantung pada setiap manusia berbeda-beda dan frekuensi denyut nadi

seseorang tergantung pada kondisi (sakit atau sehat), aktivitas (istirahat atau

bekerja), usia (tua atau muda), berat badan, jenis kelamin. Denyut nadi istirahat

(basal) adalah suatu ukuran frekuensi detak jantung per unit waktu yang diukur

pada kondisi istirahat penuh, dalam hal ini adalah pada saat setelah bangun tidur

sebelum beranjak dari tempat tidur. Denyut nadi istirahat dapat memberikan

gambaran mengenai status kebugaran seseorang (Halson, 2004).

Denyut nadi dapat diukur dengan menggunakan pulsasi yang ada pada

tubuh. Pulsasi tersebut dapat ditemukan pada berbagai tempat pada tubuh. Pulsasi

ini merupakan pulsasi arteri yang ditransmisikan ke permukaan tubuh sehingga

mudah untuk diraba. Lokasi pada tubuh yang bisa digunakan untuk menghitung

denyut nadi antara lain : (Severson, 2012).

1. A. temporalis superfisial

2. A. facialis

3. A. carotis (pada leher di bagian bawah rahang bawah)

4. A. radialis (pada bagian ventral pergelangan tangan)

5. A. ulnaris

6. A. brachialis (bagian ventral siku atau dibawah m. biceps)

7. A. femoralis

8. A. popliteal

9. A. posterior tibial (disamping maleolus medialis)

10. A. dorsalis pedis (bagian tengan dorsum pedis)

Page 10: slow frontcrawl swimming recovery more effective than slow

10

Denyut nadi istirahat normal pada orang dewasa adalah 60-90 kali/menit.

Denyut nadi istirahat yang kurang dari 60 kali/menit disebut bradikardi. Olahraga

secara rutin dapat menyebabkan perubahan pada sistem kardiovaskular yaitu

terjadinya hipertropi ventrikel kiri dan angiogenesis dalam jaringan otot jantung.

Perubahan tersebut dapat menyebabkan terjadinya athletic heart syndrome dimana

denyut nadi istirahat seorang atlet bisa dibawah 40-60 kali/menit. Denyut nadi

istirahat yang lebih dari 100 kali/menit disebut takikardi. Kondisi fisiologis yang

dapat menyebabkan terjadinya takikardi yaitu olah raga, kehamilan, dan faktor

emosi seperti stres dan gangguan cemas (Larson, 2007).

Kondisi patologis yang dapat menyebabkan terjadinya takikardi adalah

demam, anemia, hipoksia, hipertiriod dan kardiomiopati. Denyut nadi istirahat

dipengaruhi oleh umur dan jenis kelamin. Maximum heart rate (HR max) adalah

denyut jantung yang dapat dicapai oleh seseorang pada saat berolahraga dan

tergantung umur. Pengukuran maximum heart rate yang paling akurat adalah

dengan cardiac stress test. Subjek melakukan olahraga sambil dimonitor dengan

ECG. Intensitas exercise terus ditingkatkan secara periodik dan terus ditingkatkan

sampai terjadi perubahan pada fungsi jantung yang terdeteksi pada ECG dan

kemudian exercise harus dihentikan. Durasi latihan berkisar antara 10 sampai 20

menit. Maximum heart rate dapat diperkirakan dengan menggunakan beberapa

formula (Monahan et al., 2001).

Page 11: slow frontcrawl swimming recovery more effective than slow

11

Formula yang paling sering digunakan adalah formula Fox and Haskell.

Formula yang digunakan untuk memperkirakan maximum heart rate seseorang

adalah berdasarkan pada umur. Formula yang paling sering digunakan adalah

HRmax = 220 – umur (laki-laki)

HR max = 226 – umur (wanita)

HRmax = 220 – setengah umur (pada obesitas)

Formula lain yang dapat digunakan antara lain :

· HRmax = 206,3 − (0,711 × umur)

(oleh : "Londeree and Moeschberger dari University of Missouri)

· HRmax = 217 − (0,85 × umur)

(Oleh : "Miller et al. dari Indiana University)

· HRmax = 208 − (0,7 × umur)

( Disebut “Metode Tanaka”)

Target heart rate (THR) adalah rentang denyut jantung yang dicapai selama

melakukan latihan aerobik dimana jantung dan paru mendapat manfaat maksimal

dari latihan tersebut. Target heart rate tergantung pada umur, jenis kelamin,

kondisi seseorang dan latihan yang pernah dilakukan sebelumnya (Swain et al.,

1994). Perhitungan THR menggunakan beberapa metode yaitu :

· Metode Karvonen

THR = ((HRmax – HRistirahat) × % intensitas) + HRistirahat

(intensitas dalam hal ini adalah 50% dan 85%)

Page 12: slow frontcrawl swimming recovery more effective than slow

12

· Metode Zoladz

THR = HRmax − Adjuster ± 5 denyut/ menit

Zone 1 Adjuster = 50 denyut/ menit

Zone 2 Adjuster = 40 denyut/ menit

Zone 3 Adjuster = 30 denyut/ menit

Zone 4 Adjuster = 20 denyut/ menit

Zone 5 Adjuster = 10 denyut/ menit

Heart rate reserve (HRR) adalah istilah yang digunakan untuk

menggambarkan perbedaan antara maximum heart rate dan denyut nadi istirahat.

Seseorang dengan tingkat kebugaran kardiovaskular yang baik, denyut jantung

istirahat akan semakin rendah dan HRR akan semakin tinggi. Persentase HRR

setara dengan persentase VO2 reserve (Colwin, 2009).

HRR = HRmax − HRrest

Recovery heart rate adalah denyut jantung yang diukur setelah seseorang

melakukan aktivitas tertentu. Pengurangan denyut jantung yang cukup setelah

melakukan aktivitas tertentu menggambarkan fungsi jantung yang lebih baik.

Pengurangan denyut jantung setelah latihan yang kurang dari 12 kali/menit

berhubungan dengan resiko kematian. Latihan berat memerlukan waktu yang

lebih lama (kira-kira 30 menit) untuk kembali ke denyut jantung pada saat

istirahat (Colwin, 2009).

Page 13: slow frontcrawl swimming recovery more effective than slow

13

Pemulihan denyut nadi adalah kecepatan penurunan denyut nadi atau

waktu yang dibutuhkan untuk mencapai denyut nadi normal kembali seperti

sebelum melakukan aktivitas fisik. Pemulihan denyut nadi setelah latihan

merupakan suatu penanda tingkat kebugaran fisik atlet. Proses pemulihan

merupakan gambaran dari fungsi sistem saraf otonom. Sistem saraf otonom terdiri

dari sistem saraf simpatis dan sistem saraf parasimpatis (Arai et al., 2001).

Sistem saraf simpatis diaktivasi pada saat melakukan aktivitas fisik yaitu

peningkatan denyut jantung dan stroke volume jantung, sedangkan sistem saraf

parasimpatis memiliki fungsi yang berlawanan dengan sistem saraf simpatis yaitu

aktivasi saraf parasimpatis dapat menyebabkan proses pemulihan setelah aktivitas

fisik (Arai et al., 2001).

Pengukuran denyut jantung selama aktivitas merupakan suatu metode

untuk menilai cardiac strain. Alat yang dapat digunakan untuk menghitung

denyut nadi adalah telemetri dengan rangsangan Electro Cardio Graph (ECG).

Pengukuran denyut jantung dapat dilakukan secara manual dengan memakai

stopwatch dengan metode 10 denyut (Colwin, 2009).

Metode tersebut dihitung dengan persamaan:

Denyut Nadi (denyut/menit) = 10 denyut X 60

Waktu Penghitungan

Denyut nadi normal dalam keadaan istirahat sama dengan denyut jantung

sekitar 70 sampai 80 denyut per menit (Tortora et al., 2009). Berat ringannya

beban kerja dapat dinilai dengan menghitung nadi kerja, konsumsi oksigen,

Page 14: slow frontcrawl swimming recovery more effective than slow

14

kapasitas ventilasi paru dan suhu tubuh. Metabolisme tubuh semakin meningkat

jika aktivitas tubuh semakin tinggi sehingga kebutuhan oksigen semakin besar dan

frekuensi denyut nadi meningkat. Aktivitas tubuh yang semakin tinggi

menyebabkan peningkatan aliran darah untuk mensuplai zat makanan dan oksigen

ke jaringan otot sehingga jantung berkontraksi lebih cepat dan kuat yang akhirnya

akan meningkatkan denyut nadi (Grandjean et al., 1993).

Overtraining terjadi apabila tubuh melakukan aktivitas fisik yang berat

dalam jangka waktu lama tanpa disertai dengan pemulihan yang cukup.

Overtraining terjadi karena peningkatan aktivitas sistem saraf simpatis dan

penurunan aktivitas sistem saraf parasimpatis. Denyut nadi seseorang yang sudah

terlatih lebih rendah dibandingkan dengan orang yang tidak terlatih (Sedlock et

al., 2010). Pemulihan denyut nadi terjadi lebih cepat pada atlet dengan kapasitas

aerobik yang lebih tinggi. Pemulihan yang lebih cepat pada atlet dengan kapasitas

aerobik yang lebih tinggi terjadi karena pada atlet dengan kapasitas aerobik yang

lebih tinggi terjadi perubahan pada ventrikel kiri sehingga menyebabkan

peningkatan ejection fraction, pengisian ventrikel dan kontraktilitas miokardium

(Ostojic et al., 2011).

Pemulihan denyut nadi yang cepat sangat penting untuk mencegah kerja

jantung yang terlalu berat sehingga sangat penting untuk diterapkan dalam

program pelatihan atlet. Aktivasi sistem saraf parasimpatis merupakan hal yang

mendasari terjadinya pemulihan denyut nadi setelah latihan. Pemulihan denyut

nadi juga dipengaruhi oleh faktor intrinsik, neural dan faktor humoral. Faktor lain

yang juga berperan dalam terjadinya pemulihan denyut nadi adalah stimulasi pada

kemoreseptor dan baroreseptor yang disertai dengan pembersihan metabolit dan

Page 15: slow frontcrawl swimming recovery more effective than slow

15

eliminasi panas tubuh dan katekolamin. Pemeriksaan denyut nadi dipengaruhi

oleh beberapa faktor yaitu status emosional, kebisingan, infeksi, obat-obatan yang

dapat mempengaruhi aktivitas sistem saraf simpatis dan parasimpatis (Bosquet et

al., 2010).

2.2 Pemulihan Dalam Pelatihan

Pengertian tentang pemulihan belum dikenal dan popular seperti

pemanasan, peregangan, dan pelatihan inti di kalangan pelatih dan atlet, sehingga

baik dalam tingkat pemahaman maupun pelaksanaannya masih sangat terbatas.

Atlet-atlet elit dalam program pelatihan selalu dipaksa untuk melewati batas

kemampuan fisiologis dan psikologisnya dan hal ini menutut suatu usaha yang

sepadan untuk diberikan proses pemulihan dan regenerasi setelah pelatihan

maupun pertandingan. Pemulihan dan regenerasi bukan hanya sebagai target

antara ketika atlet melewati suatu rangsangan pelatihan yang berat sehingga tidak

kehilangan koordinasi, kecepatan dan power kontraksi otot, tetapi juga bermanfaat

untuk terapi, menghambat kemungkinan kelelahan yang akut dan sindrom

pelatihan yang berlebihan (over training) (Bompa, 1994).

Masa pemulihan adalah suatu tahap yang diperlukan tubuh untuk kembali

seperti keadaan semula, kecepatan pemulihan atlet dapat menentukan prestasi

yang akan dicapai. Masa pemulihan dan kegiatan fisik yang akan digunakan

sangat berhubungan dengan sistem energi utama yang digunakan. Beban aktivitas

fisik yang diberikan saat pemulihan harus mempertimbangkan faktor usia,

kemampuan dan keadaan lingkungan. Proses pemulihan cadangan energi,

cadangan oksigen dan penurunan asam laktat terjadi pada masa pemulihan,

Page 16: slow frontcrawl swimming recovery more effective than slow

16

dimana masing-masing sistem memiliki ciri dan waktu pemulihan yang berbeda

(Bompa, 1994).

Atlet renang harus melakukan latihan fisik yang berat untuk mencapai

prestasi yang terbaik. Proses pemulihan memegang peranan yang sangat penting

dalam suatu pelatihan fisik agar pencapaian prestasi atlet tetap terjaga dengan

baik. Keseimbangan antara latihan fisik yang berat, ringan dan istirahat diperlukan

dalam suatu program pelatihan (Michael et al., 2003).

Latihan fisik yang berat dapat menyebabkan perubahan yang signifikan

pada homeostasis tubuh dan jika disertai dengan proses pemulihan yang cukup

dapat menyebabkan perbaikan pencapaian prestasi atlet. Proses pemulihan yang

cukup sangat penting karena perbaikan pencapaian prestasi atlet terjadi selama

proses pemulihan bukan selama latihan fisik dilakukan. Keseimbangan antara

latihan fisik dan pemulihan merupakan kunci untuk memperbaiki pencapaian

prestasi atlet (Michael et al., 2003).

Pemberian jeda antara latihan fisik (periodization) sangat penting dalam

pelatihan. Seorang atlet harus menjalani latihan fisik dengan intensitas dan

volume latihan yang sangat berat untuk mencapai prestasi terbaik. Latihan fisik

dengan intensitas dan volume tinggi merupakan latihan yang sangat membebani

fisik atlet tetapi latihan tersebut sangat penting untuk memperbaiki pencapaian

prestasi atlet. Latihan fisik yang berat akan dapat memperbaiki pencapaian

prestasi atlet jika diikuti dengan pemulihan yang cukup (Darryl et al., 2004).

Latihan fisik yang terlalu berat yang tidak disertai dengan pemulihan yang

cukup dapat menyebabkan terjadinya overtraining yang ditandai dengan

penurunan pencapaian prestasi atlet dan juga gangguan kesehatan atlet tersebut.

Page 17: slow frontcrawl swimming recovery more effective than slow

17

Pemulihan dari overtraining dapat berlangsung selama beberapa minggu sampai

beberapa bulan dan setelah itu atlet tidak akan bisa kembali mencapai kondisi

fisik seperti sebelum terjadi overtraining sehingga pemulihan sangatlah penting

untuk mencegah terjadinya overtraining (Darryl et al., 2004).

Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mempercepat terjadinya

pemulihan atlet yaitu dengan melakukan proses pemulihan yang tepat setelah atlet

melakukan aktivitas fisik. Tujuan dari suatu metode pemulihan adalah untuk

mempercepat pemulihan dan untuk memperbaiki pencapaian prestasi atlet. Proses

pemulihan adalah suatu proses yang sangat kompleks dan salah satu indikator

proses pemulihan adalah penurunan denyut nadi (Hocutt et al., 1997).

2.2.1 Pemulihan Cadangan Fosfagen

Jumlah total energi dalam sistem fosfagen pada semua susunan otot dari

seorang atlet pria adalah setara dengan sekitar 0,6 mol ATP/ gram otot, sedangkan

pada wanita 0,3 mol ATP/ gram otot, dan cadangan energi ini hampir seluruhnya

dihabiskan pada pelatihan fisik maksimum selama 10 – 15 detik, namun sistem

glikogen asam laktat dapat mengisi kembali sistem fosfagen dengan kecepatan 2,5

mol ATP/ menit dan sistem aerob dapat mengisi kembali dengan kecepatan 1 mol

ATP/ menit (Scott, 2005).

Fosfagen secara normal akan terisi kembali dengan waktu paruh 20-30

detik. Pembentukkan cadangan fosfagen akan pulih sebesar 75 % selama 6 menit

dan akan kembali pulih secara penuh antara 10-30 menit, dan cadangan ATP akan

pulih kembali sebesar 57% selama 15 detik pemulihan dan ATP akan pulih

sebesar 70% selama 30 detik, sedangkan untuk mencapai 100% memerlukan

waktu 3-5 menit (Scott, 2005).

Page 18: slow frontcrawl swimming recovery more effective than slow

18

Simpanan ATP-CP yang sebagian terpakai selama pelatihan dapat diisi

kembali selama masa pemulihan melalui sistem aerobik, oleh sebab itu pada

pelatihan yang menggunakan pemulihan berselang (interval recovery) sebagian

dari ATP-CP dan oksigen pada mioglobin akan terbentuk kembali sehingga

sumber energi yang akan menggunakan sistem asam laktat akan lebih dihemat.

Pelatihan dengan intensitas yang tinggi simpanan ATP-CP akan habis dalam

beberapa menit dan pembentukan ATP selanjutnya akan berlangsung melalui

sistem asam laktat yang mengakibatkan terjadinya peningkatan asam laktat (Scott,

2005).

2.2.2 Pemulihan Glikogen Otot

Pemulihan glikogen otot pada pelatihan yang melelahkan bukanlah hal

yang sederhana, membutuhkan waktu berjam-jam bahkan sampai berhari-hari jika

dibandingkan dengan waktu pemulihan yang diperlukan oleh sistem metabolisme

fosfagen. Proses pemulihan melalui 3 kondisi yang berlainan, pertama pada orang

dengan diet tinggi karbohidrat, kedua pada orang dengan diet tinggi lemak/ tinggi

protein dan ketiga pada orang tanpa makanan. Seorang atlet dengan diet tinggi

karbohidrat, pemulihan penuh akan terjadi selama 2 hari, pada diet tinggi lemak/

tinggi protein dan tanpa makanan memerlukan waktu 5 hari untuk terjadi

pemulihan secara penuh (Guyton dan Hall, 2011).

Pemulihan glikogen otot sangat tergantung pada tipe pelatihan yang

menyebabkan pengosongan glikogen otot. Terdapat 2 kelompok besar tipe

pelatihan yang menyebabkan pengosongan glikogen dan kecepatan pemulihannya

yaitu :

Page 19: slow frontcrawl swimming recovery more effective than slow

19

a. Aktivitas fisik dengan intensitas ringan dan durasi lama seperti lari

marathon. Pembentukan kembali glikogen dibutuhkan waktu antara 1-2

jam dan bahkan sampai berlangsung 5 hari bila tanpa diet karbohidrat. Jika

dilakukan diet karbohidrat tinggi dalam waktu 10 jam akan terjadi

pengisian kembali glikogen mencapai 60 % dan akan terisi secara penuh

selama 46 jam.

b. Aktivitas fisik dengan intensitas tinggi dengan durasi pendek dan

berulang-ulang seperti tinju, gulat, sepakbola. Pembentukan kembali

glikogen akan terjadi antara 30 menit sampai 2 jam dan pembentukan

kembali secara sempurna memerlukan waktu 24 jam. Pembentukan

kembali glikogen untuk kegiatan fisik berintensitas tinggi dengan waktu

singkat dan berulang-ulang akan terjadi pada 2-24 jam setelah aktivitas

fisik dengan rincian pengisian seperti berikut. Selama 2 jam akan terjadi

pembentukan kembali glikogen sebesar 39%, selama 5 jam akan terbentuk

glikogen sebesar 53% dan akan terbentuk kembali glikogen sebesar 100%

selama 24 jam.

Dianjurkan untuk tidak melakukan pelatihan yang melelahkan dalam 24-

48 jam terakhir sebelum suatu lomba yang melelahkan walaupun pembentukan

glikogen dapat dilakukan dengan diet karbohidrat tinggi (Guyton dan Hall, 2011).

2.2.3 Pemulihan Cadangan Oksigen

Laju pemakaian oksigen masih tetap tinggi tingkatannya untuk beberapa

menit setelah melakukan pelatihan yang berat dan secara perlahan-lahan kembali

ke keadaan normal. Kelebihan penggunaan oksigen (O2) setelah pelatihan disebut

oxygen debt. Kekurangan oksigen didefinisikan sebagai perbedaan antara jumlah

Page 20: slow frontcrawl swimming recovery more effective than slow

20

penggunaan oksigen setelah pelatihan/olahraga dan oksigen yang disediakan

(Bonifazi et al., 1993).

Kekurangan oksigen menggambarkan banyaknya energi yang seharusnya

dikeluarkan untuk memulihkan keadaan dari kelelahan selama melakukan

pelatihan yang berat. Hutang oksigen disebabkan oleh pemakaian oksigen yang

telah tersimpan dari berbagai bagian tubuh yaitu pada keadaan normal sekitar 0,3

liter oksigen disimpan di dalam otot dan diikat oleh mioglobin, 1 liter oksigen

secara normal diikat oleh hemoglobin dalam darah dan 0,5 liter terdapat dalam

udara paru-paru dan sekitar 0,25 liter larut dalam seluruh cairan tubuh (Bonifazi et

al., 1993).

Oksigen digunakan oleh otot selama pelatihan dan oleh karena itu harus

segera diganti setelah pelatihan selesai. Hutang oksigen juga dapat berakumulasi

karena berkurangnya sistem fosfagen dan glikogen-asam laktat. Diperlukan

sebanyak 2 liter oksigen untuk mengisi kembali sistem glikogen non laktat

(fosfagen) dan sebanyak 8 liter oksigen diperlukan untuk mengisi sistem

glikogen-asam laktat yang habis (Bonifazi et al., 1993).

Proses penyediaan energi untuk melakukan aktivitas fisik memerlukan

kerjasama antara metabolisme aerobik dan anaerobik, namun pada aktivitas fisik

yang mendekati tenaga aerobik maksimum maka metabolisme anaerobik lebih

berperan. Aktivitas fisik maksimal selama 10 detik memperoleh energi dari sistem

energi anaerobik sebesar 15% dan 85% dari sistem fosfagen. Pelatihan yang

melelahkan selama 2 menit melibatkan metabolisme anaerobik yang lebih

dominan dibandingkan dengan metabolisme aerobik (Guyton dan Hall, 2011).

Page 21: slow frontcrawl swimming recovery more effective than slow

21

Hutang oksigen juga didefinisikan sebagai jumlah tambahan oksigen yang

harus dibawa ke dalam tubuh setelah suatu lomba atletik untuk mengembalikan

semua sistem metabolisme pada keadaan normal secara penuh. Hutang oksigen

(oxygen deficit) menunjukkan tingginya kebutuhan oksigen selama pelatihan yang

berat mengakibatkan hutang oksigen yang harus dibayar kembali untuk

membentuk ATP-CP, dan resintesis glikogen dari laktat secara sempurna (Avaloz

et al., 2003).

Pemulihan oksigen akan berlangsung melalui dua tahap menurut Fox et al.

(1993), disebut dengan komponen pemulihan cepat dan komponen pemulihan

lambat. Pembayaran hutang oksigen yang tidak terkait dengan asam laktat (hutang

oksigen non asam laktat) diperlukan untuk mengisi cadangan oksigen yang

memerlukan waktu hanya 2-3 menit. Pembayaran hutang oksigen yang diperlukan

untuk pembersihan asam laktat, terus dibayar secara perlahan selama paling

sedikit memerlukan waktu 1 jam, karena itu untuk olahraga yang menggunakan

sistem metabolisme glikogen-asam laktat, akan pulih sepenuhnya dalam waktu 1-

2 jam (Guyton dan Hall, 2011).

2.3. Adaptasi Sistem Kardiovaskuler selama Olahraga

Jantung merupakan suatu mesin biologi yang sangat menakjubkan yang terdiri

dari komposisi sel yang dilengkapi oleh jaringan pembuluh darah kapiler yang

sangat padat (lebih dari 2000 pembuluh darah kapiler/mm3). Kandungan

mitokondria pada volume sel otot rangka seorang yang tidak terlatih mengandung

mitokondria kurang dari 5%. Otot jantung dirancang sedemikian rupa untuk dapat

melakukan pengiriman oksigen dan juga dapat memetabolisme asam laktat,

lemak, gula darah dengan sangat efektif (Blomqvist, 2005).

Page 22: slow frontcrawl swimming recovery more effective than slow

22

Pelatihan olahraga menyebabkan perubahan yang nyata pada sistem

sirkulasi. Aliran darah otot rangka pada saat istirahat hanya sekitar 2-4 mL/ 100g,

sedangkan pada kontraksi lebih dari 10% kontraksi maksimal, sudah mulai terjadi

penekanan terhadap pembuluh darah, sedangkan jika tegangan kontraksi otot

mencapai 70% kontraksi maksimal, aliran darah dalam otot akan terbatas. Jumlah

aliran darah ke dalam otot meningkat mencapai 30 kali lebih banyak pada saat

terjadi kontraksi otot (Ganong, 2012). Kenaikan aliran darah juga disebabkan oleh

vasodilatasi intramuskular yang disebabkan oleh pengaruh langsung kenaikan

metabolisme otot (Guyton dan Hall, 2011).

Kecepatan aliran darah sangat berpengaruh pada kecepatan zat-zat yang

akan dikirim dan dibuang. Darah merupakan medium yang sangat banyak

mengandung oksigen, karbondioksida, glukosa, asam amino, asam lemak dan ion

hidrogen serta hormon-hormon (Ketchum, 1999). Kebutuhan ATP meningkat

pada saat melakukanaktivitas fisik. Peningkatan aliran darah pada saat otot yang

berkontraksi meningkatkan kebutuhan oksigen (Guyton dan Hall, 2011).

Kecepatan metabolisme tubuh juga akan meningkat saat melakukan

pelatihan dibandingkan ketika istirahat. Diperlukan energi yang lebih banyak pada

saat otot melakukan pelatihan dibandingkan ketika istirahat duduk. Saat pelatihan

otot-otot memerlukan persediaan oksigen lebih banyak yang dibawa melalui

sirkulasi darah sehingga aliran darah ke otot harus lebih ditingkatkan (Blomqvist,

2005).

Terdapat hubungan linier antara kenaikan denyut jantung dengan

penambahan pengambilan oksigen dan penambahan pembebanan dengan

koefisien korelasi yang tinggi yaitu r=0,96 (Effendi, 1983). Pengaruh lain dari

Page 23: slow frontcrawl swimming recovery more effective than slow

23

pelatihan fisik adalah pada ukuran jantung yaitu pada remaja usia 14-18 tahun,

pelatihan daya tahan berakhir dengan bertambahnya ukuran jantung. Hal ini

dikenal sebagai “Fisiologi Hipertropi” dan perluasan regulatory dari bilik jantung.

(Kindermen et al., 1995).

Peningkatan curah jantung berhubungan dengan peningkatan aktivitas

saraf simpatik dan penurunan aktivitas saraf parasimpatik. Peningkatan peredaran

darah ke otot terjadi karena vasodilatasi yang disebabkan oleh saraf simpatik

kolinergik. Peredaran darah ke kulit dan daerah pencernaan dikurangi oleh

rangsang simpatik adrenergik yang menimbulkan vasokonstriksi. Keseimbangan

dalam redistribusi darah menyebabkan tekanan darah sistol menurun sangat

sedikit, meskipun terjadi dilatasi pembuluh darah otot secara luas (Behm dan

Barden, 1993). Peningkatan denyut jantung dan isi sekuncup disebabkan karena

peningkatan curah jantung (Vander, 1985).

Reaksi sistem kardiovaskuler terhadap kerja tergantung pada jenis

kontraksi yang dilakukan yaitu kontraksi yang bersifat isometrik atau isotonik.

Kontraksi isometrik atau isotonik fase awal terjadi perubahan denyut jantung yang

disebabkan oleh rangsangan pada medula oblongata (Behm dan Barden, 1993).

Kenaikan denyut jantung juga disebabkan karena berkurangnya tonus saraf

vagus yang disebabkan oleh rangsangan pada sistem saraf simpatik. Tekanan

darah sistol dan diastol meningkat dengan cepat pada kontraksi isometrik, tetapi

stroke volume tidak banyak berubah. Aliran darah ke otot yang sedang

berkontraksi berkurang oleh kompresi terhadap pembuluh darah, sedangkan pada

kontraksi isotonik justru terjadi penambahan isi sekuncup dan menurunnya

Page 24: slow frontcrawl swimming recovery more effective than slow

24

tahanan perifer, oleh karena itu kenaikan pada tekanan darah sistol tidak terlalu

tinggi dan tekanan darah diastol tidak berubah (Behm dan Barden, 1993).

Kenaikan curah jantung dapat mencapai 35 liter/menit dan sebanding

dengan jumlah pemakaian oksigen yang meningkat (Effendi, 1983). Denyut

jantung yang dapat dicapai selama kerja tergantung pada usia dan kemampuan

fisik seseorang, adapun formula yang dapat dipakai adalah 220 – usia. Denyut

jantung pada anak-anak dapat mencapai nilai maksimal sekitar 200 kali/menit,

namun penelitian pada kelompok 100 pria dengan usia 60 tahun selama tes fisik

maksimal diperoleh data denyut nadi dengan rentang diantara 140-180 kali/menit

(Seiler, 1996).

Produksi energi dasar untuk metabolisme tubuh dan miokardium adalah

glukosa dan asam laktat. Pengambilan dan manfaat asam laktat ditentukan oleh

fungsi kardiovaskular, sedangkan pengambilan glukosa tidak dipengaruhi oleh

sirkulasi darah, namun oleh gerakan insulin. Pengambilan asam laktat terlihat

lebih tinggi pada kelompok yang tidak terlatih, namun pada kelompok yang

terlatih asam laktat digunakan untuk memperbesar energi metabolisme

(Kindermenn et al., 1995).

Sistem kardiovaskuler mempunyai tiga fungsi utama selama olah raga

yaitu : (1) Meningkatkan aliran darah dan jumlah oksigen ke otot skelet yang

sedang berkontraksi dan ke otot jantung; (2) Menjaga tekanan arteri untuk tetap

menjaga aliran darah ke otak tetap optimal; (3) Meminimalkan kemungkinan

terjadinya hipertermia akibat olah raga dengan mentransportasikan panas ke kulit

melalui pembuluh darah dan kemudian akan dievaporasikan melalui keringat.

Vasodilatasi secara cepat terjadi di otot skelet yang sedang berkontraksi pada saat

Page 25: slow frontcrawl swimming recovery more effective than slow

25

olahraga dimulai yang bertujuan untuk melepaskan metabolit vasoaktif yang

merupakan hasil metabolit dari kontraksi otot. Substansi ini berupa potassium, ion

hidrogen, laktat dan adenosine, dimana metabolit ini akan menyebabkan

terjadinya hiperkapnia, hipoksia dan hiperosmolaritas. Tekanan arteri meningkat

walaupun terjadi penurunan resistensi perifer di otot skelet, yang disebabkan

karena peningkatan cardiac output dan tekanan darah sistolik (Robinson et al.,

2000).

Cardiac output meningkat dari 5 liter/menit menjadi 20-25 liter/ menit

selama olah raga maksimal. Peningkatan cardiac output disebabkan karena

terjadi peningkatan denyut jantung dan stroke volume yang dimediasi oleh

aktivitas vagal, sistem saraf simpatis dan peningkatan adrenalin dalam darah yang

dihasilkan oleh medula adrenal. Pengaruh intensitas latihan yang berbeda terhadap

tekanan darah, denyut jantung dan konsumsi oksigen saat ini masih kontroversi

(Saltin, 1993).

Beberapa penelitian menyebutkan bahwa olahraga dapat menurunkan

tekanan darah pada periode pemulihan. Perubahan tekanan darah setelah olahraga

tidak konsisten. Tekanan darah tidak mengalami perubahan atau sedikit menurun

sebesar 30 mmHg setelah berolahraga pada seseorang dengan tensi normal.

Respon kardiovaskular dipengaruhi oleh jenis dan durasi latihan. Respon

neurologi dan hemodinamik terjadi selama olahraga dan berhubungan dengan

intensitas dan jenis olahraga. Intensitas olahraga yang berbeda akan menyebabkan

perubahan kardiovaskular yang berbeda pula (Saltin, 1993).

Sirkulasi yang lebih besar pada saat terjadi kontraksi otot juga diperlukan

untuk memungkinkan pembuangan zat-zat sisa metabolisme saat kontraksi otot

Page 26: slow frontcrawl swimming recovery more effective than slow

26

terjadi. Sistem kardiovaskular melakukan kompensasi dengan meningkatkan

denyut jantung dan tekanan darah untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan

berbagai nutrisi yang meningkat. Kecepatan maksimal denyut jantung manusia

dicapai pada ukuran sarkomer 2,2 mikrometer. Peningkatan atau pengurangan

ukuran sarkomer dapat menyebabkan penurunan kekuatan kontraksi otot jantung.

Overlapping antara filamen tipis dan filamen tebal pada otot jantung terjadi pada

ukuran sarkomer yang melebihi 2,2 mikrometer sehingga kontraksi otot jantung

menjadi tidak maksimal. Kontraksi otot jantung juga tidak maksimal pada ukuran

sarkomer kurang dari 2,2 mikrometer karena terjadi penurunan sensitivitas

myofilamen terhadap kalsium (Leon dan Bloor, 2008).

Respon kardiovaskular terhadap exercise dengan durasi lama dan

intensitas berat yaitu berupa peningkatan cardiac output secara cepat pada menit

pertama latihan dan kemudian mengalami fase plateau (menetap) pada menit

selanjutnya selama latihan. Peningkatan cardiac output akan menyebabkan

terjadinya peningkatan stroke volume dan denyut jantung. Stroke volume akan

meningkat pada awal latihan, kemudian menetap (plateau) dan akhirnya menurun

pada latihan yang lebih dari 30 menit (Leon dan Bloor, 2008).

Stroke volume meningkat dengan cepat selama menit pertama latihan dan

menetap (plateau) setelah latihan mencapai kebutuhan oksigen 40-50% dari VO2

max. Peningkatan stroke volume tidak lagi tergantung pada intensitas latihan

apabila kebutuhan oksigen latihan sudah melebihi 50% dari VO2 max. Stroke

volume cenderung menetap selama 30 menit pertama latihan berat. Peningkatan

stroke volume ini disebabkan oleh peningkatan peningkatan pengisian jantung

(end diastolic volume) yaitu melalui mekanisme Frank-Starling. Peningkatan

Page 27: slow frontcrawl swimming recovery more effective than slow

27

kontraksi otot jantung karena stimulasi saraf simpatis. Peningkatan volume end-

diastolik ventrikel kiri terjadi karena peningkatan jumlah darah yang kembali ke

jantung. Peningkatan jumlah darah yang kembali ke jantung disebabkan karena

peningkatan kontraktilitas otot jantung, vasokontriksi dan peningkatan cardiac

output (Robinson et al., 2000).

Stroke volume perlahan akan menurun walaupun masih diatas stroke

volume saat istirahat apabila latihan yang dilakukan lebih dari 30 menit.

Penurunan stroke volume setelah latihan lebih dari 30 menit disebabkan karena

stres termoregulator, keluarnya plasma darah dan peningkatan aliran darah ke

kulit melalui vasodilatasi pembuluh darah di bawah kulit untuk membuang panas.

Denyut jantung pada menit pertama latihan akan meningkat dengan cepat

kemudian akan menetap (plateau). Denyut jantung akan lebih meningkat apabila

latihan dilakukan lebih dari 30 menit karena pada saat latihan sudah dilakukan

lebih dari 30 menit, akan terjadi penurunan stroke volume (Wyatt dan Mitcell,

2004).

Perubahan pada berbagai variabel kardiovaskular (stroke volume dan

denyut jantung) pada latihan berat tanpa disertai dengan perubahan kerja jantung

disebut dengan cardiovascular drift. Cardiovascular drift disebabkan karena pada

saat latihan dilakukan dengan durasi yang lama (lebih dari 30 menit) akan terjadi

vasodilatasi pembuluh darah di bawah kulit untuk melepas panas sehingga terjadi

kompetisi antara otot lurik dan kulit untuk mendapatkan darah (Saltin, 1993).

Page 28: slow frontcrawl swimming recovery more effective than slow

28

2.4 Prestasi Atlet Renang Indonesia dalam Kejuaraan Dunia Internasional

Prestasi atlet renang Indonesia baik di tingkat Nasional maupun di tingkat

Internasional masih sangat kurang. Fakta ini dapat dilihat dari peringkat Indonesia

di cabang olahraga renang sejak Sea Games tahun 1997 sampai 2005. Tahun 1991

sampai 1997 dan tahun 1999 sampai 2003 prestasi Indonesia di cabang olahraga

renang tidak pernah mengalami lonjakan prestasi. Tahun 1997 sampai 1999 dan

tahun 2003 sampai 2005 prestasi Indonesia untuk cabang olahraga renang terus

mengalami penurunan (Ahmad, 2006).

Gambar 1.

Trend Prestasi Olahraga Renang Nasional di Tingkat Asia Tenggara (Ahmad,

2006)

2.5 Renang Gaya Bebas

Renang gaya bebas adalah semua gerakan-gerakan yang dibutuhkan dalam

melakukan renangan gaya bebas. Pembentukan keterampilan olahraga pada

umumnya banyak berhubungan dengan tindakan yang menyangkut gerakan-

gerakan koordinasi otot. Koordinasi gerakan dipengaruhi oleh fungsi saraf dan

Page 29: slow frontcrawl swimming recovery more effective than slow

29

diperoleh dari hasil belajar, oleh karena itu untuk memperoleh tingkat

keterampilan gerak yang tinggi diperlukan belajar dalam jangka waktu yang lama.

Proses belajar bertujuan agar fungsi sistem saraf dapat terkoordinasi dengan

sempurna yang menuju pada otomatisasi gerakan. Gerakan gaya bebas pertama

kali diperkenalkan oleh orang Australia yang bernama Crawl, gerakan yang

dilakukan yaitu dengan cara dua kali gerakan lengan dan disertai dua kali gerakan

kaki. Gerakan renang gaya bebas berkembang sesuai dengan penemuan-penemuan

baru dalam ilmu pengetahuan. Teknik renang gaya bebas menurut Dedeng (1994)

adalah sebagai berikut :

a. Posisi Badan

Posisi badan yang baik untuk gaya bebas adalah posisi yang dapat memberikan

gaya dorong maksimal dan mengurangi gaya hambat sampai minimal. Posisi

badan terlengkup, kepala sedikit di bawah permukaan air, bagian proksimal tubuh

sedikit lebih rendah dari pada bahu, dan tungkai lemas dan lurus ke belakang.

Teknik gerakan posisi badan renang gaya bebas adalah: (Dedeng, 1994)

a) Posisi badan dalam renang gaya bebas harus sejajar dan sedatar mungkin.

b) Tubuh harus berputar pada garis pusat atau pada rotasinya.

c) Hindari kemungkinan terjadinya gerakan tangan atau kaki yang berakibat

tubuh menjadi naik turun atau meliuk-liuk.

d) Sikap kepala normal dan pandangan lurus ke depan.

b. Gerakan Kaki

Fungsi kaki pada renang gaya bebas yang utama adalah sebagai stabilitator dan

sebagai alat untuk menjadikan kaki tetap tinggi dalam keadaan streamline,

sehingga tahanan menjadi kecil. Tendangan kaki pada gaya bebas membantu

Page 30: slow frontcrawl swimming recovery more effective than slow

30

menghasilkan dorongan tetapi pada kecepatan tinggi tendangan kaki tidak

memberikan tambahan dorongan kaki. Gerakan kaki pada renang gaya bebas

berperan sebagai tenaga dorong atau penggerak dan terutama sebagai pengatur

keseimbangan tubuh. Latihan gerakan kaki dilakukan di kolam dangkal (Dedeng,

1994).

c. Gerakan Lengan

Tahap tarikan menurut Hay dan James (1993) terjadi dari tiga bagian yaitu

tekanan awal (intial press), dayung ke dalam (inward scull), dan dayung ke luar

(outward scull).

1) Teknik gerakan lengan

Gerakan lengan pada renang gaya bebas berperan terutama sebagai tenaga

pendorong atau penggerak di samping sebagai pengaturan keseimbangan

tubuh.

2) Bentuk gerakan lengan

Gerakan lengan ditekankan pada gerakan menarik dan mendorong air secara

cepat.

2.6 Renang Gaya Dada

Gaya dada (breast stroke) sering disebut pula dengan gaya katak karena gerakan

dalam gaya dada ini mirip dengan katak. Gaya dada merupakan gaya yang paling

cepat dan mudah untuk dipelajari. Kebanyakan orang yang pertama kali belajar

berenang menggunakan gaya dada. Renang gaya dada dapat menempuh jarak

jauh. Kelemahan dari renang gaya dada adalah gaya renang yang paling lambat

jika dilihat dari segi kecepatannya. Teknik renang gaya dada adalah sebagai

berikut : (Richards, 2003).

Page 31: slow frontcrawl swimming recovery more effective than slow

31

1. Sikap tubuh.

Sikap tubuh harus sedatar mungkin dengan permukaan air. Luruskan tubuh

ke depan, lengan menggapai ke muka, sementara dua kaki lurus ke

belakang. Usahakan agar posisi kaki sedikit lebih rendah dari lengan.

2. Gerakan Lengan

Gerakan lengan pada gaya dada terbagi menjadi dua bagian yaitu, gerakan

menarik dan istirahat. Gerakan menarik dimulai dari lengan menggapai ke

depan sehingga kedua telapak tangan saling bertemu dan menempel. Tarik

tangan ke luar dan ke bawah, yaitu ke samping kanan dan kiri selebar

bahu. Teruskanlah melakukan gerakan ini sampai lengan mencapai bagian

depan bahu dan telapak tangan saling bertemu di dada dengan kedua siku

dirapatkan (kembali ke posisi awal). Kedua tangan harus dalam keadaan

rileks, pada saat kembali pada posisi awal, yaitu sikap merapatkan kedua

telapak tangan lurus ke depan karena pada saat ini tangan sedang

melakukan gerakan istirahat.

3. Gerakan kaki

Kedua kaki dijulurkan di bawah permukaan air. Pandangan ke depan dan

kaki diluruskan sehingga kedua tumit rapat dan kedua ujung kaki

membuka. Tariklah tumit ke arah pantat sedangkan jari jari kaki ditarik ke

samping dan doronglah ke belakang. Dorongan kaki ini dilakukan dengan

sepakan/tendangan dan diputarkan pada saat yang bersamaan. Sepakan

kaki merupakan saat ketika kaki mulai diluruskan lagi sehingga kaki

kembali ke posisi terjulur seperti pada posisi awal.

Page 32: slow frontcrawl swimming recovery more effective than slow

32

4. Gerakan pernapasan. Gerakan pernapasan dilakukan pada saat lengan

ditarik ke samping dan dengan sendirinya kepala akan keluar dari

permukaan air. Tariklah napas sedalam-dalamnya ketika kepala keluar dari

permukaan air. Usahakanlah agar pengambilan udara dilakukan saat

kepala masih rendah dalam air. Pengeluaran udara dilakukan ketika muka

akan kembali masuk ke dalam air. Pengeluaran udara dilakukan sedikit

demi sedikit.

Kombinasi gerakan pada renang gaya dada menurut Brems (1997), adalah sebagai

berikut:

Posisi tubuh dalam keadaan sedatar mungkin dengan permukaan air. Luruskan

tubuh ke depan. Lengan ke depan sementara kaki lurus ke belakang, dan muka

sedikit terangkat.

1. Ulurkan kedua tangan ke depan kemudian tarik tangan ke luar, yaitu ke

samping kanan dan kiri selebar bahu. Kedua tangan kembali ke posisi awal

setelah gerakan menarik lengan yaitu lengan lurus ke depan dan lengan

dalam keadaan rileks.

2. Posisi kaki terjulur, tumit rapat dan kedua ujung kaki membuka, tarik

tumit ke arah pantat sedangkan jari jari kaki ditarik ke samping, kemudian

didorong ke belakang dan diputarkan pada saat yang bersamaan.

3. Pengambilan napas pada renang gaya dada dapat menentukan gerakan

koordinasi lengan dan kaki. Pengambilan napas dilakukan pada

pertengahan kayuhan saat tangan setengah jalan di waktu gerak menarik.

Muka akan terangkat keluar dari permukaan air pada saat pertengahan

gerakan kayuhan tangan. Pengeluaran napas dilakukan pada saat kedua

Page 33: slow frontcrawl swimming recovery more effective than slow

33

lengan membuat gerak melingkar, karena pada saat itu muka akan masuk

kembali ke bawah permukaan air sebatas alis.

4. Fase istirahat sejenak terjadi pada akhir gerakan, sehingga kaki dapat

menyelesaikan tendangan/sepakan. Tendangan kaki dilakukan pada saat

lengan sedang tidak menarik.

2.7 Bioenergetika Olahraga Renang

Prestasi seorang atlet renang ditentukan oleh kecepatan atlet (v) untuk

menyelesaikan jarak renang (d) dalam jangka waktu tertentu (t). Kecepatan

berenang merupakan hasil dari kecepatan kayuhan/stroke rate (SR), jarak yang

dicapai per satu kali kayuhan/ distance per stroke (d/S). Kecepatan yang

maksimal ditentukan oleh energi metabolik maksimal (E’ max) dan energi yang

dihabiskan untuk berenang/energy cost (Cs). Hambatan (D), efisiensi ( ) dan

kecepatan (v) menentukan kebutuhan metabolik (Capelli, 2010). Hambatan dalam

olah raga renang terdiri dari hambatan karena gesekan/friction sebesar 22%,

hambatan karena tekanan sebesar 55% dan hambatan karena gelombang sebesar

23%. Hambatan ini dapat diturunkan dengan cara latihan (Alves et al., 2001).

Energi yang dihabiskan saat berenang dipengaruhi oleh hambatan, energi

yang dilepaskan ke dalam air dan kerja internal. Energi total (E’tot) merupakan

kombinasi antara energi aerobik dan anaerobik. Energi total semakin meningkat

dengan semakin meningkatnya kecepatan berenang. Energi total dapat diturunkan

dengan cara latihan. Energi yang dihabiskan saat berenang dalam kompetensi

renang (Cs) yang paling kecil adalah renang dengan gaya bebas, dan yang terbesar

adalah gaya punggung, kemudian gaya kupu-kupu dan gaya dada. Energi yang

Page 34: slow frontcrawl swimming recovery more effective than slow

34

dihabiskan selama berenang dengan gaya bebas lebih kecil dibandingkan dengan

berenang dengan gaya dada (Pendergast, 2011).

Kecepatan dalam renang ditentukan oleh energi yang dilepaskan saat

berenang dan energi metabolik perenang yaitu aerobik dan anaerobik. Energi yang

dibutuhkan pada saat fase aerobik dapat dihitung dari kecepatan konsumsi

oksigen. Energi yang dibutuhkan pada saat fase anaerobik dapat dihitung dari

kadar asam laktat dalam darah vena atlet (Pendergast, 2011).

Kecepatan (m/s)

Gambar 2.

Grafik Hubungan antara Energi Total (Aerobik dan Anaerobik) dengan Kecepatan

pada Beberapa Gaya Renang (Zamparo, 2010)

Tahanan dalam air adalah faktor utama yang menentukan besarnya energi

yang dibutuhkan dalam berenang. Hambatan dalam air terdiri dari

gesekan/friction, tekanan dan gelombang. Tahanan dalam air akan meningkat

secara teratur sebesar 86,2 + 4,3 Newton untuk setiap peningkatan kecepatan

Page 35: slow frontcrawl swimming recovery more effective than slow

35

sebesar 2,2 m/s. Tahanan tekanan air merupakan tahanan yang paling besar

diantara jenis tahanan lainnya pada semua tingkat kecepatan yaitu 76% pada

kecepatan 1,0 m/s, 63% pada kecepatan 1,5 m/s, 58% pada kecepatan 2,0 m/s, dan

54% pada kecepatan 2,2 m/s. Tahanan gesekan/friction yaitu 5% pada kecepatan

1,0 m/s, 10% pada kecepatan 1,5 m/s, 15% pada kecepatan 2,0 m/s, 18% pada

kecepatan 2,2 m/s dan pada tahanan gelombang air yaitu 0% pada kecepatan 1,0

m/s, 12% pada kecepatan 1,5 m/s, 21% pada kecepatan 2,0 m/s, 24% pada

kecepatan 2,2 m/s. Tahanan gelombang sama pentingnya dengan tahanan tekanan

air saat atlet berenang dengan kecepatan diatas 1,5 m/s. Kekuatan dorongan harus

sama besarnya dengan tahanan dalam air pada kecepatan berenang yang konstan

(Mollendrof, 2010).

Kecepatan maksimal ditentukan oleh kekuatan dorongan yang maksimal

yaitu dengan kekuatan dan kecepatan otot yang maksimal. Jumlah kayuhan

lengan/ stroke frequency (SF) dan jarak yang ditempuh per satu kali kayuhan

lengan atau distance/stroke (d/S) yang terbaik dicapai dengan berenang dengan

menggunakan gaya bebas dibandingkan dengan ketiga gaya renang lainnya.

Seorang atlet renang harus dapat memaksimalkan jarak yang ditempuh per satu

kali kayuhan lengan atau distance/stroke (d/S), sehingga dapat tercapai jumlah

kayuhan lengan/ stroke frequency (SF) dan kecepatan (v) semaksimal mungkin

(Craig dan Pendergast, 2010).

Kecepatan renang dapat dicapai dengan memaksimalkan jumlah kayuhan

lengan/ stroke frequency (SF) karena apabila jarak yang ditempuh per satu kali

kayuhan lengan atau distance/stroke (d/S) dimaksimalkan, hal itu akan

menyebabkan jumlah kayuhan lengan akan berkurang. Seorang atlet renang harus

dapat menentukan komponen apa yang akan dimaksimalkan dalam suatu teknik

Page 36: slow frontcrawl swimming recovery more effective than slow

36

berenang untuk dapat mencapai kecepatan renang semaksimal mungkin (Termin,

2001).

2.8 Pelatihan Kecepatan

Kecepatan merupakan salah satu komponen dasar motorik yang penting untuk

menunjang keterampilan dan prestasi atlet. Hampir seluruh cabang olah raga

memerlukan kecepatan. Kecepatan adalah kemampuan untuk melakukan gerakan-

gerakan sejenis secara berturut-turut, atau kemampuan untuk menempuh jarak

dalam waktu yang sesingkat-singkatnya. Kecepatan akan lebih optimal apabila

didukung oleh komponen biomotorik lainnya seperti kekuatan, daya tahan dan

kelentukan (Publow, 1999).

Pelatihan untuk meningkatkan komponen biomotorik kecepatan dapat

dilakukan dengan dua cara yaitu dengan metode progresif dan dengan metode

maksimum. Metode progresif pelatihannya diawali dengan intensitas, volume dan

frekuensi yang rendah dan secara bertahap terus ditingkatkan sampai mencapai

maksimum. Pelatihan dengan metode maksimum, intensitas, volume dan

frekuensi pelatihannya langsung pada beban maksimum (Publow, 1999).

2.9 Metabolisme Energi pada Olahraga Renang

Tiga sistem energi yang berperan dalam olahraga renang yaitu sistem energi ATP-

PC untuk gerakan eksplosif, sistem energi glikolisis anaerobik (asam laktat) untuk

renang intensitas tinggi dengan jarak pendek dan sistem energi glikolisis aerobik

untuk renang jarak jauh. Renang sprint gaya bebas jarak 50 meter memerlukan

kontraksi otot-otot besar. Kontraksi otot-otot besar berfungsi untuk dapat

menghasilkan energi yang tinggi yaitu lebih dari 200 mLO2.kg-1.min-1. Otot-otot

besar mengandung banyak serat otot tipe II (fast twitch fibers) dengan energi

Page 37: slow frontcrawl swimming recovery more effective than slow

37

glikolitik yang tinggi sehingga energi yang dihasilkan lebih besar. Simpanan ATP

dan fosfokreatin berkurang dengan cepat dan proses glikolisis akan segera terjadi

untuk tetap menjaga produksi energy. Glikolisis akan menjadi sumber utama

penghasil energi untuk kontraksi otot. Pada renang sprint 50 meter akan terjadi

peningkatan asam laktat yang cukup tinggi yaitu 12-14 mmol. L-1 yang

menyebabkan terjadinya asidosis (Rodriguez et al., 2010).

Gambar 3

Grafik Sistem Energi pada Renang Sprint (Rodriguez et al., 2010)

Klasifikasi sistem energi menurut Australian Institute of Sport dibagi

menjadi 2 yaitu sistem energi aerobik dan anaerobik. Peralihan antara sistem

energi aerobik dan anaerobik disebut anaerobik threshold (AT). Laktat threshold

(LT) adalah pada saat kecepatan renang tertentu mulai dimana asam laktat dalam

darah mulai terakumulasi (Carew et al., 2003).

Renang dengan intensitas rendah yaitu dengan kecepatan renang kurang

dari 72 second per 100 meter (A1), renang dengan kecepatan sedang yaitu 68-72

second per 100 meter (A2), A3 adalah kecepatan renang 64-68 second per 100

Sumber energi glikolitik laktat

Sumber energi glikolitik non laktat/ phosphagen

Sumber energi aerobik

Page 38: slow frontcrawl swimming recovery more effective than slow

38

meter dan A4 adalah kecepatan renang 56-64 second per 100 meter. Kadar asam

laktat pada renang intensitas rendah (A1) adalah kurang dari 2 mMol dan sumber

energi berasal dari sistem aerobik. Grafik antara kecepatan renang, kadar asam

laktat dan sumber energi dapat dilihat pada grafik di bawah ini (Carew et al.,

2003).

Gambar 4

Grafik Hubungan antara Kecepatan Renang, Asam Laktat dan Sistem Energi

(Carew et al., 2003)

Metabolisme energi dan peranan ketiga sistem energi (sistem energi posphagen,

anaerobik dan aerobik) dalam olahraga renang sangat bervariasi tergantung jarak

dan kecepatan renang. Sumber energi sebagian besar berasal dari sistem anaerobik

pada renang jarak pendek, sebaliknya pada renang jarak jauh (800-1500 meter)

energi sebagian besar berasal dari sistem aerobik. Peranan ketiga sistem energi

dalam berbagai jarak renang dapat dilihat pada tabel 1 (Feran et al., 2010).

Lak

tat (

mM

)

Kecepatan (second/100 meter)

Page 39: slow frontcrawl swimming recovery more effective than slow

39

Tabel 1

Metabolisme Energi pada Olahraga Renang

JARAK FOSFAGEN (%) ANAEROBIK

(%) AEROBIK (%)

50 m 38 58 4 100 m 20 39 41 200 m 13 29 58 400 m 6 21 73 800 m 4 14 82 1500 m 3 11 86

Sumber : Ferran et al., 2010

Metabolisme energi tidak lepas dari besarnya energi yang dibutuhkan

dalam berenang. Energi per satuan jarak (Cs) pada semua gaya renang adalah

konstan pada saat kecepatan renang 1,7 m/s; 1,4 m/s; 1,35 m/s dan 1,3 m/s, tetapi

pada saat kecepatan renang melebihi kecepatan tersebut, energi per satuan jarak

(Cs) akan meningkat. Peran sistem energi pada berbagai gaya renang adalah

sebagai berikut 12,3 + 1,4% sampai 27,6 + 2,0% berasal dari sistem energi

anaerobik non laktat/fosfagen; 21,6 + 6,4% sampai 62,4 + 3,8% berasal dari

sistem energi aerobik dan 25,3 + 2,8% sampai 50,9 + 8,4% berasal dari sistem

energi anaerobik laktat. Gambaran ini berlaku pada kecepatan renang dengan

intensitas sedang sampai cepat (Capelli et al., 1998).

Kecepatan berenang lambat untuk pemulihan aktif berkisar antara 0,8 m/s

sampai 1,4 m/s, dimana pada kecepatan ini yang berperan adalah sistem energi

aerobik dan produksi asam laktat kurang dari 2 mMol. Energi yang dibutuhkan

pada setiap kecepatan pada renang gaya bebas lebih kecil dibandingkan dengan

renang gaya dada. Data tersebut dapat dilihat pada tabel 2.

Page 40: slow frontcrawl swimming recovery more effective than slow

40

Tabel 2

Hubungan Kecepatan Renang dan Energi yang Dibutuhkan

KECEPATAN

(m/s) ENERGI YANG DIBUTUHKAN PADA TIAP GAYA RENANG

(kJ/m) Gaya Dada Gaya Kupu-

kupu Gaya

Punggung Gaya Bebas

0,8 1,08 1,00 0,69 0,76 0,9 1,18 0,96 0,76 0,74 1,0 1,29 0,95 0,84 0,79 1,1 1,39 0,99 0,93 0,84 1,2 1,50 1,06 1,03 0,91 1,3 1,60 1,16 1,13 0,98 1,4 1,71 1,30 1,25 1,07 1,5 1,81 1,48 1,38 1,18 1,6 1,91 1,70 1,52 1,30 1,7 2,02 1,95 1,68 1,45

Sumber : Caputo et al., 2006

Energi yang dibutuhkan pada renang gaya dada lebih besar dibandingkan

dengan renang gaya bebas karena pada renang gaya dada harus ada koordinasi

antara gerakan lengan dan kaki untuk memungkinkan tubuh bergerak meluncur

sambil mengangkat tubuh bagian atas bergerak ke atas permukaan air. Energi

yang lebih besar dibutuhkan pada renang gaya dada karena renang gaya dada

merupakan gaya renang yang pada siklus gerakannya, tubuh melawan arah gerak

renang sehingga diperlukan energi yang lebih banyak untuk melawan tahanan

dalam air pada setiap peningkatan kecepatan renang (Holfelder et al., 2013).

Peningkatan kebutuhan oksigen pada saat latihan fisik yang berat terjadi

pada menit pertama. Peningkatan kebutuhan oksigen akan digunakan untuk

memproduksi ATP untuk kontraksi otot. Keseimbangan antara oksigen yang

dibutuhkan dengan oksigen yang disediakan terjadi pada menit ke 3 sampai 4

akan. Fase ini disebut dengan fase plateau dimana fase ini menggambarkan

keseimbangan antara energi yang digunakan untuk kontraksi otot dengan produksi

Page 41: slow frontcrawl swimming recovery more effective than slow

41

ATP oleh sistem energi aerobik. Peningkatan kebutuhan energi dari keadaan

istirahat terjadi pada saat memulai aktivitas fisik (Brooks et al., 2011).

Defisit energi terjadi karena adanya keterlambatan distribusi oksigen ke

mitokondria sel otot yang sedang berkontraksi. Sistem energi anaerobik

intramuskular (sistem energi ATP-PC dan glikolisis laktat) menyediakan energi

pada saat terjadi defisit oksigen sampai keadaan steady state tercapai. Energi dan

oksigen yang dibutuhkan selama dan setelah aktivitas fisik dapat dilihat pada

gambar di bawah ini (Andreacci et al., 2010).

Gambar 5

Grafik Energi dan Oksigen yang Dibutuhkan Selama dan Setelah Aktivitas Fisik

Berat (Andreacci et al., 2010)

VO2

(mL/menit)

Istirahat Aktivitas Penyimpanan oksigen& resintesis energi pada fase pemulihan

Waktu (menit)

Debet/simpanan oksigen

Oksigen yang dibutuhkan

Oksigen yang disediakan

AKTIVITAS FISIK BERAT

Defisit oksigen

Page 42: slow frontcrawl swimming recovery more effective than slow

42

Jumlah oksigen yang dikonsumsi pada masa pemulihan yang jumlahnya

melebihi jumlah oksigen yang dikonsumsi selama istirahat disebut dengan

kelebihan konsumsi oksigen setelah aktivitas fisik / excess post exercise oxygen

consumption (EPOC). EPOC menggambarkan jumlah defisit oksigen yang terjadi.

Penurunan konsumsi oksigen terjadi selama fase pemulihan. Penurunan konsumsi

oksigen selama fase pemulihan terjadi dalam 2 fase yaitu komponen cepat dimana

penurunan konsumsi oksigen terjadi dengan cepat kemudian diikuti dengan

komponen lambat dimana penurunan konsumsi oksigen terjadi secara lambat

(Brent et al., 2011).

Komponen cepat menggambarkan jumlah energi yang dibutuhkan untuk

mengembalikan cadangan ATP dan fosfokreatin di dalam otot. Resintesis ATP

dan fosfokreatin 70% terjadi pada 30 detik pertama pada fase pemulihan dan

resintesis ATP dan fosfokreatin 100% terjadi pada menit ke 3 pada fase

pemulihan. Energi yang dibutuhkan pada renang gaya dada lebih besar

dibandingkan dengan renang gaya bebas sehingga akan meningkatkan jumlah

oksigen yang dikonsumsi setelah melakukan aktivitas fisik sehingga kurang

efektif untuk pemulihan cadangan ATP dan fosfokreatin (Brent et al., 2011).

2.10 Metode Pemulihan pada Olahraga Renang

Pengertian bergerak atau aktivitas fisik adalah setiap gerakan tubuh yang

meningkatkan pengeluaran tenaga atau energi. Olahraga adalah suatu bentuk

aktivitas fisik yang terencana dan terstruktur, yang melibatkan gerakan tubuh

berulang dan ditujukan untuk kebugaran jasmani (Karim, 2002). Jaringan otot

berperan dalam homeostasis dengan menghasilkan pergerakan tubuh, pergerakan

Page 43: slow frontcrawl swimming recovery more effective than slow

43

bagian tubuh, menstabilkan posisi tubuh dan memproduksi panas yang berfungsi

untuk mempertahankan temperatur tubuh (Tortora et al., 2009). Aktivitas fisik

akan menyebabkan perubahan dalam konsumsi oksigen, heart rate, temperatur

tubuh dan perubahan senyawa kimia dalam tubuh. Aktivitas fisik dikelompokkan

oleh Davis dan Miller :

a. Aktivitas total seluruh tubuh adalah aktivitas fisik yang menggunakan sebagian

besar otot biasanya melibatkan dua per tiga atau tiga per empat otot tubuh.

b. Aktivitas otot yang membutuhkan energy expenditure karena otot yang

digunakan lebih sedikit.

c. Aktivitas otot statis, otot digunakan untuk menghasilkan gaya tetapi tanpa kerja

mekanik yang membutuhkan kontraksi sebagian otot

Metode pengukuran aktivitas fisik dilakukan dengan menggunakan standar :

a. Konsep Horse-Power oleh Taylor.

b. Tingkat konsumsi energi untuk mengukur pengeluaran energi.

c. Perubahan tingkat kerja jantung dan konsumsi oksigen.

Penilaian beban kerja fisik dapat dilakukan secara objektif, dengan dua

metode yaitu metode penilaian langsung dan metode tidak langsung. Metode

pengukuran langsung yaitu dengan pengukuran energi yang dikeluarkan (energy

expenditure) melalui asupan oksigen selama beraktivitas. Berat beban kerja

semakin berat akan menyebabkan semakin banyak energi yang diperlukan atau

dikonsumsi. Metode dengan menggunakan asupan oksigen lebih akurat, tetapi

hanya dapat mengukur untuk waktu kerja yang singkat dan diperlukan peralatan

khusus. Metode pengukuran tidak langsung adalah dengan menghitung denyut

nadi selama aktivitas (Plowmanet et al., 2008).

Page 44: slow frontcrawl swimming recovery more effective than slow

44

Pemulihan dari suatu aktivitas dapat dicapai dengan melakukan suatu

metode pemulihan. Metode pemulihan pada olahraga renang dengan berenang

lambat sangat efektif dalam pemulihan atlet renang karena air dapat menyebabkan

perubahan fisiologis pada tubuh sehingga dapat mempercepat pemulihan

(Wilcock, 2006). Metode pemulihan dengan berenang lambat juga merupakan

faktor yang efektif untuk aktivasi sistem saraf parasimpatis selama proses

pemulihan (Buccheit et al., 2009).

Metode pemulihan pada olahraga renang saat ini menggunakan metode

pemulihan secara aktif dengan berenang lambat yang diyakini dapat memperbaiki

pencapaian prestasi atlet renang. Metode pemulihan secara aktif pada olahraga

renang harus dilakukan dengan intensitas yang rendah karena apabila metode

pemulihan secara aktif dilakukan dengan intensitas tinggi disertai dengan latihan

renang sprint berulang dengan interval yang pendek yaitu 45 detik akan

menyebabkan penurunan kondisi fisik atlet renang yang disebabkan karena

gangguan sintesis kembali fosfokreatin (Toubekis, 2010). Metode pemulihan

secara aktif pada olah ragarenang dapat dilakukan menggunakan keempat gaya

renang. Pada metode pemulihan aktif yang menggunakan gaya bebas, jarak yang

ditempuh adalah 50-800 meter, sedangkan bila menggunakan gaya dada,

punggung atau gaya kupu-kupu jarak yang ditempuh adalah 50-200 meter

(Cazorla dan Beam, 1983).

Page 45: slow frontcrawl swimming recovery more effective than slow

45

BAB III

KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

3.1 Kerangka Berpikir

Olahraga renang adalah salah satu cabang olahraga yang sangat populer. Olahraga

renang melibatkan kelompok otot pada tubuh bagian atas dan bawah. Olahraga

renang membutuhkan kelentukan (fleksibility) dan kekuatan otot untuk melawan

tahanan di dalam air dan dapat melakukan gerakan dengan lingkup gerak sendi /

range of motion yang maksimal. Peregangan tubuh dan ekstremitas secara ritmis

dilakukan pada olahraga renang sehingga perlu dilakukan pemanasan sebelum

berenang dan pemulihan setelah berenang untuk mencegah terjadinya cedera.

Masa pemulihan adalah suatu proses yang kompleks yang bertujuan untuk

mengembalikan energi tubuh, memperbaiki jaringan otot yang rusak setelah

berolahraga, dan memulai suatu proses adaptasi tubuh terhadap olahraga.

Efektifitas suatu program pelatihan terhadap fungsi kardiovaskular dapat dinilai

dari perubahan denyut nadi yang diakibatkannya. Penurunan denyut nadi dan

tekanan darah setelah selesai latihan disebabkan karena kebutuhan oksigen dan

nutrisi lainnya sudah kembali seperti sebelum melakukan aktivitas fisik.

Penurunan denyut nadi setelah latihan terjadi karena aktivasi sistem saraf

parasimpatis dan penurunan fungsi sistem saraf simpatis sehingga denyut nadi

berangsur-angsur menurun setelah melakukan aktivitas fisik.

Metode pemulihan yang tepat perlu dilakukan untuk mempercepat

pemulihan atlet setelah latihan fisik. Metode pemulihan aktif dengan berenang

lambat dapat mengembalikan kondisi fisik atlet setelah suatu pertandingan atau

Page 46: slow frontcrawl swimming recovery more effective than slow

46

latihan maksimal dan metode pemulihan ini direkomendasikan oleh pelatih-

pelatih renang saat ini. Pemulihan denyut nadi adalah kecepatan penurunan denyut

nadi setelah melakukan aktivitas fisik, dimana pemulihan denyut nadi merupakan

suatu penanda tingkat kebugaran fisik atlet.

Faktor internal yang dapat mempengaruhi pemulihan denyut nadi adalah

umur, jenis kelamin, indeks massa tubuh dan tingkat kebugaran fisik sedangkan

faktor eksternal yang dapat mempengaruhi pemulihan denyut nadi adalah suhu

udara, kelembaban udara dan suhu air kolam. Metode pemulihan yang digunakan

dalam penelitian ini adalah metode pemulihan dengan berenang lambat gaya

bebas sejauh 200 meter dan berenang lambat gaya dada sejauh 200 meter. Hasil

penelitian ini diharapkan dapat digunakan oleh pelatih renang dan atlet sebagai

salah satu metode pemulihan dalam pelatihan cabang olahraga renang.

Page 47: slow frontcrawl swimming recovery more effective than slow

47

3.2 Konsep Penelitian

Gambar 6

Bagan Konsep Penelitian

3.3 Hipotesis Penelitian

Hipotesis penelitian dirumuskan berdasarkan konsep penelitian pada

gambar 6, adapun hipotesis penelitian adalah sebagai berikut:

Pemulihan berenang lambat gaya bebas lebih efektif dibandingkan dengan

pemulihan berenang lambat gaya dada dalam mempercepat pemulihan denyut

nadi setelah latihan maksimal pada atlet renang pria grup renang Bayusuta di

Denpasar.

FAKTOR EKSTERNAL

Suhu Udara, Suhu Air, Kelembaban

Udara

FAKTOR INTERNAL

Umur, Jenis Kelamin, Indeks Massa Tubuh,

Tingkat Kebugaran Fisik

AKTIVITAS FISIK

(berenang sprint gaya bebas 50 meter)

METODE PEMULIHAN

1. Berenang Lambat Gaya Bebas

2. Berenang Lambat Gaya Dada

PENURUNAN DENYUT NADI

Page 48: slow frontcrawl swimming recovery more effective than slow

48

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Rancangan Penelitian

Penelitian ini bersifat eksperimental dengan metode pre test and post test control

group design, dimana pembagian sampel menjadi dua kelompok dilakukan secara

acak atau random. Bagan rancangan penelitian adalah sebagai berikut seperti pada

gambar 7.

Gambar 7.

Bagan Rancangan Penelitian

Keterangan :

P = Populasi

S = Sampel

R = Random

RA = Random Alokasi

O1 = Observasi denyut nadi kelompok 1 sebelum dilakukan perlakuan

pertama (renang sprint 50 meter dan pemulihan berenang lambat

gaya bebas) yaitu penghitungan denyut nadi istirahat sebelum atlet

berenang sprint 50 meter.

P S

O1

O3

O2

O4

P1

P2

R RA

Page 49: slow frontcrawl swimming recovery more effective than slow

49

O2 = Observasi denyut nadi pada kelompok 1 setelah dilakukan perlakuan

pertama (berenang sprint gaya bebas 50 meter dan pemulihan

berenang lambat gaya bebas 200 meter) yaitu penghitungan denyut

nadi pelatihan setelah atlet berenang sprint gaya bebas 50 meter dan

penghitungan denyut nadi pemulihan meter dengan menggunakan

metode Brouha setelah atlet melakukan pemulihan berenang lambat

gaya bebas 200

O3 = Observasi denyut nadi kelompok 2 sebelum dilakukan perlakuan

kedua (berenang sprint 50 meter dan pemulihan berenang lambat

gaya dada) yaitu penghitungan denyut nadi istirahat sebelum atlet

berenang sprint 50 meter.

O4 = Observasi denyut nadi pada kelompok 2 setelah dilakukan perlakuan

kedua (berenang sprint gaya bebas 50 meter dan metode pemulihan

berenang lambat gaya dada 200 meter) yaitu penghitungan denyut

nadi pelatihan setelah atlet berenang sprint gaya bebas 50 meter dan

penghitungan denyut nadi pemulihan dengan menggunakan metode

Brouha setelah atlet melakukan pemulihan berenang lambat gaya

dada 200 meter

P1 = Perlakuan 1 : Berenang sprint gaya bebas 50 meter dan pemulihan

berenang lambat gaya bebas 200 meter.

P2 = Perlakuan 2 : Berenang sprint gaya bebas 50 meter dan metode

pemulihan berenang lambat gaya dada 200 meter.

Page 50: slow frontcrawl swimming recovery more effective than slow

50

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di kolam renang Tirta Ayu Denpasar Bali. Penelitian

dilaksanakan pada bulan Februari 2014.

4.3 Penentuan Sumber Data

4.3.1 Populasi

Populasi target pada penelitian ini adalah semua atlet renang yang ada di

Denpasar. Populasi terjangkau pada penelitian ini adalah semua atlet renang yang

tergabung dalam kelompok atlet renang Bayusuta dan berlatih di kolam renang

Tirta Ayu Denpasar Bali yaitu sebanyak 46 orang.

4.3.2 Kriteria Inklusi

Sampel penelitian berasal dari populasi penelitian dan setelah memenuhi kriteria

inklusi. Kriteria inklusi :

1. Jenis kelamin laki-laki

2. Usia 16-24 tahun

3. Tinggi badan 155-170 cm

4. Berat badan 45-60 kg

5. Indeks massa tubuh : normal (18,5 – 24,9)

6. Berbadan sehat dan tidak cacat fisik

7. Kategori kebugaran fisik kurang dan sedang

8. Denyut nadi awal 60-90 kali/menit

9. Bersedia mengikuti penelitian dengan menandatangani informed

consent

10. Mampu melakukan pelatihan maksimal

Page 51: slow frontcrawl swimming recovery more effective than slow

51

4.3.3 Kriteria Eksklusi

Kriteria yang dipergunakan sebagai dasar untuk menetapkan bahwa subjek dalam

populasi tidak dapat menjadi sampel penelitian adalah sebagai berikut :

1. Memiliki riwayat penyakit paru

2. Memiliki riwayat penyakit jantung

4.3.4 Kriteria Drop Out

Kriteria yang digunakan sebagai dasar untuk membatalkan subjek dalam populasi

yang telah terpilih sebagai sampel penelitian adalah sebagai berikut :

1. Subjek tidak dapat menyelesaikan beban pelatihan yang diberikan

2. Subjek mengalami cedera selama penelitian dilakukan

4.3.5 Jumlah Sampel Penelitian

Besar sampel ditentukan berdasarkan hasil penelitian Hidajah dimana kecepatan

pemulihan denyut nadi setelah beraktivitas berupa lari sejauh 2,4 km yang

sebelumnya diberi minuman isotonik berkadar natrium 5% rata-rata 680 detik dan

pada penelitian ini diharapkan pemulihan denyut nadi lebih pendek 10% dari

penelitian Hidajah sehingga µ2 adalah 610 detik. Jumlah sampel minimal dalam

penelitian ini ditentukan dengan perhitungan rumus Pocock (2008).

( )( )ba

mms

,2

212

2

ò-

=n

Ket :

n = Jumlah Sampel

s = Simpang baku = 72,92587

a = Tingkat kesalahan I (ditetapkan 0,05)

Power penelitian(1-β) = 0,95

Page 52: slow frontcrawl swimming recovery more effective than slow

52

b = Tingkat kesalahan II (ditetapkan 0,2)

),( baò = 7,6

1m = 680 detik

2m = 610 detik

n = 2. (72.92587)2 X 7,6

(610-680)2

=80836,37 =

4900

= 16,50

= dibulatkan menjadi 17 orang.

4.3.6 Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel dilakukan secara simple random sampling sebagai

berikut :

1. Atlet renang yang terdaftar pada kelompok atlet renang pria grup renang

Bayusuta Denpasar Bali, ditetapkan sebagai sampel berdasarkan kriteria

inklusi.

2. Subjek yang terpilih berdasarkan kriteria inklusi, dipilih sebagai sampel

penelitian dengan menggunakan tabel random.

3. Subjek dibagi menjadi dua kelompok secara random alokasi dengan

melakukan pengundian untuk memperoleh nomor urut 1-17 untuk masing-

masing kelompok.

Page 53: slow frontcrawl swimming recovery more effective than slow

53

4.4 Variabel Penelitian

Variabel Bebas :

1. Metode pemulihan berenang lambat gaya bebas

2. Metode pemulihan berenang lambat gaya dada

Variabel Tergantung :

Denyut nadi pemulihan

Variabel Kendali :

1. Jenis kelamin

2. Usia

3. Indeks massa tubuh

4. Tingkat kebugaran fisik

4.5 Definisi Operasional Variabel

1. Metode pemulihan berenang lambat dengan gaya bebas adalah atlet

berenang secara lambat sejauh 200 meter (4x25 meter tanpa interval

waktu) dengan gaya bebas yaitu sampel berenang dengan gaya bebas

dengan kecepatan 40% sampai 50% dari kecepatan maksimal yang bisa

dicapai (0,76 m/s-1,1 m.s).

2. Metode pemulihan berenang lambat dengan gaya dada adalah atlet

berenang secara lambat sejauh 200 meter (4x25 meter tanpa interval

waktu) dengan gaya dada yaitu sampel berenang dengan gaya dada

dengan kecepatan 40% sampai 50% dari kecepatan maksimal yang bisa

dicapai (0,76 m/s-1,1 m.s).

3. Denyut nadi pemulihan adalah denyut nadi atlet setelah melakukan

salah satu metode pemulihan dengan berenang lambat dengan gaya

Page 54: slow frontcrawl swimming recovery more effective than slow

54

bebas dan gaya dada. Dihitung dengan metode Brouha yaitu denyut

nadi pemulihan P1, P2, P3, P4, P5. Pengukuran dilakukan di dalam

kolam renang sebelum atlet naik ke tepi kolam renang dan dilakukan

pada 2 orang atlet sekaligus serta diukur oleh 2 orang yang telah dilatih

untuk mengukur denyut nadi dengan menggunakan pulse meter.

1. Denyut nadi pemulihan P1 adalah denyut nadi per 30 detik

terakhir dari menit ke 1 pada pemulihan.

2. Denyut nadi pemulihan P2 adalah denyut nadi per 30 detik

terakhir dari menit ke 2 pada pemulihan

3. Denyut nadi pemulihan P3 adalah denyut nadi per 30 detik

terakhir dari menit ke 3 pada pemulihan

4. Denyut nadi pemulihan P4 adalah denyut nadi per 30 detik

terakhir dari menit ke 4 pada pemulihan

5. Denyut nadi pemulihan P5 adalah denyut nadi per 30 detik

terakhir dari menit ke 5 pada pemulihan

4. Jenis Kelamin adalah semua atlet renang grup renang Bayusuta yang

berjenis kelamin laki-laki.

5. Usia adalah semua atlet renang grup renang Bayusuta laki-laki yang

berusia antara 16-24 tahun yang ditentukan berdasarkan tanggal lahir yang

tertera di akte kelahiran.

6. Indeks Massa Tubuh adalah atlet renang grup renang Bayusuta laki-laki

yang memiliki indeks massa tubuh (IMT) 18,5-24,9 yang ditentukan dari

berat badan dibagi tinggi badan kuadrat.

Page 55: slow frontcrawl swimming recovery more effective than slow

55

7. Tingkat Kebugaran Fisik adalah atlet renang grup renang Bayusuta laki-

laki yang memiliki tingkat kebugaran fisik sedang dan kurang yang diukur

dengan tes lari 2,4 kilometer.

4.6 Instrumen Penelitian

Instrumen yang dipakai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Digital stopwatch merek Casio, buatan Jepang dengan tingkat ketelitian

sampai sekon.

2. Higrometer merek Alecto WS-100 buatan Inggris dalam satuan persen

dengan tingkat ketelitian satu angka di belakang koma untuk mengukur

kelembaban udara.

3. Termometer air raksa dalam satuan derajat Celsius dengan tingkat

ketelitian satu angka di belakang koma untuk mengukur temperatur air di

dalam kolam.

4. Termometer ruangan dalam satuan derajat Celsius dengan tingkat

ketelitian satu angka di belakang koma untuk mengukur suhu udara di

sekitar kolam renang.

5. Antropometer merek Harpenden buatan Amerika, dalam satuan sentimeter

dengan bilangan desimal satu angka di belakang koma untuk mengukur

tinggi badan.

6. Timbangan berat badan merek Camry buatan Jepang dalam satuan

kilogram dengan bilangan desimal satu angka di belakang koma dalam

satuan kilogram.

7. Pulse meter merek Elitech buatan Amerika dalam satuan kali per menit

dengan bilangan bulat tanpa angka di belakang koma.

Page 56: slow frontcrawl swimming recovery more effective than slow

56

4.7 Prosedur Penelitian

4.7.1 Tahap Persiapan

1. Mempersiapkan surat izin penelitian 1 minggu sebelum penelitian dimulai.

2. Penandatanganan informed consent oleh sampel penelitian 3 hari sebelum

penelitian dimulai.

3. Pemeriksaan kesehatan fisik oleh dokter umum yang merupakan

mahasiswa di Program Studi Fisiologi Olah Raga Universitas Udayana

dan tes kebugaran fisik yang dilakukan oleh dosen Pendidikan Guru

Olahraga IKIP PGRI Denpasar dilakukan 2 hari sebelum penelitian

dimulai. Tes kebugaran fisik dilakukan dengan menggunakan metode lari

2,4 kilometer.

4. Mengadakan diskusi dengan subjek untuk menjelaskan tahap penelitian.

5. Membagikan nomor urut dan jenis metode pemulihan yang akan dilakukan

kepada semua sampel penelitian secara acak (menggunakan kertas yang

digulung).

4.7.2 Tahap Penelitian

1. Pengukuran temperatur air di dalam kolam renang, suhu udara dan

kelembaban udara di lingkungan kolam renang. Pengukuran dilakukan

pada pukul 17.00-19.30 WITA.

2. Pengukuran denyut nadi istirahat sebelum melakukan pelatihan fisik

dengan menggunakan alat pulse meter. Pengukuran dilakukan setelah

sebelumnya atlet duduk dengan tenang selama + 10 menit. Pengukuran

dilakukan pada 2 orang atlet sekaligus di tepi kolam renang dan diukur

oleh 2 orang yang telah terlatih menggunakan pulse meter.

Page 57: slow frontcrawl swimming recovery more effective than slow

57

3. Memberikan instruksi kepada 2 orang atlet renang untuk melakukan

pelatihan fisik ringan atau pemanasan (warming up) dengan lari di tempat

dan gerak aktif serta peregangan selama 10 menit di tepi kolam renang.

4. Dua orang atlet berenang sprint gaya bebas sejauh 50 meter (2x25 meter

tanpa interval waktu) pada 2 lintasan kolam renang. Waktu yang

dibutuhkan untuk masing- masing atlet adalah 30 detik sampai 40 detik.

5. Pengukuran denyut nadi akhir pelatihan maksimal adalah denyut nadi yang

diambil saat akhir melakukan pelatihan maksimal (berenang sprint sejauh

2x25 meter tanpa interval waktu), dihitung dengan menggunakan alat

pulse meter. Pengukuran dilakukan pada 2 orang atlet sekaligus dan

dilakukan di dalam kolam renang sebelum atlet naik ke tepi kolam renang.

6. Masing-masing atlet (2 orang atlet) melakukan metode pemulihan dengan

berenang lambat gaya bebas atau berenang lambat gaya dada 200 meter

(sesuai dengan tulisan pada kertas yang dibagikan secara acak) yaitu 4x25

meter tanpa interval waktu. Waktu yang diperlukan untuk masing-masing

atlet + 4 menit.

7. Pengukuran denyut nadi pemulihan setelah melakukan salah satu metode

pemulihan dengan menggunakan metode Brouha yaitu denyut nadi

pemulihan P1, P2, P3, P4, P5. Pengukuran dilakukan pada 2 orang atlet

sekaligus dan dilakukan di dalam kolam renang sebelum atlet naik ke tepi

kolam renang.

8. Pengambilan sampel dilakukan dari pukul 17.00 WITA sampai pukul

19.30 WITA.

Page 58: slow frontcrawl swimming recovery more effective than slow

58

9. Mulai dari pemanasan selama 10 menit sampai akhir pengukuran denyut

nadi pemulihan dengan Metode Brouha untuk masing-masing atlet

membutuhkan waktu + 20 menit sehingga dalam 1 hari diambil sampel

sebanyak 12 orang.

10. Pengambilan sampel dilakukan selama 3 hari.

4.8 Prosedur Pengukuran

1. Berat badan diukur dengan timbangan berat badan dalam satuan kilogram

2. Tinggi badan diukur pada posisi tubuh tegak dengan tangan rileks di sisi

tubuh dan pengukuran mulai dari vertex (ubun-ubun) ke kalkaneus (ujung

tumit) dengan ketelitian 0,1 cm.

3. Pengukuran suhu udara dengan termometer ruangan dan kelembaban udara

dengan menggunakan higrometer dengan membaca angka yang tertera

pada termometer dan higrometer.

4. Pengukuran suhu air di dalam kolam renang dengan mencelupkan

termometer selama 5 menit dan kemudian dibaca angka yang ditunjukkan

pada batas air raksa yang tertinggi.

5. Pengukuran denyut nadi diukur dengan menggunakan alat pulse meter.

4.9 Analisis Data

Data yang diukur dalam penelitian ini adalah penurunan denyut nadi dari denyut

nadi pelatihan ke denyut nadi pemulihan, kemudian dilakukan juga pengukuran

denyut nadi setelah sampel selesai melakukan metode pemulihan dengan berenang

aktif. Pengukuran denyut nadi setelah melakukan salah satu metode pemulihan

adalah dengan menggunakan metode Brouha sampai menit kelima. Data tersebut

Page 59: slow frontcrawl swimming recovery more effective than slow

59

selanjutnya diolah dengan menggunakan perangkat lunak komputer. Uji statistik

yang digunakan antara lain :

1) Uji normalitas

Uji normalitas data denyut nadi istirahat, denyut nadi pelatihan,

denyut nadi pemulihan dan penurunan denyut nadi dari menit

pertama sampai kelima dengan Saphiro Wilk test, untuk

mengetahui distribusi normalitas data.

2) Analisis komparasi

Analisis data untuk menguji perbedaan antara denyut nadi istirahat,

denyut nadi pelatihan, denyut nadi pemulihan dan penurunan

denyut nadi sampai menit kelima sebelum intervensi antar

kelompok menggunakan analisis non parametrik Wilcoxon sign

rank test.

3) Uji Beda

Analisis data untuk menguji perbedaan denyut nadi pemulihan P1,

P2, P3, P4, P5, penurunan denyut nadi sampai menit kelima,

kelembaban udara, suhu udara, suhu air kolam dan karakteristik

subjek (usia, indeks massa tubuh dan daya tahan kardiovaskular)

sesudah intervensi kelompok 1 dan kelompok 2 menggunakan

analisis non parametrik Mann-Whitney U test.

Page 60: slow frontcrawl swimming recovery more effective than slow

60

BAB V

HASIL PENELITIAN

5.1 Karakteristik Subjek Penelitian

Karakteristik sampel penelitian berdasarkan usia dan daya tahan kardiovaskular

ditampilkan pada tabel 5.1 di bawah ini.

Tabel 5.1

Karakteristik Subjek Penelitian

KARAKTERISTIK KELOMPOK I KELOMPOK II

n % N %

Usia

16-17 14 41,2 12 35,3 18-19 2 5,9 3 8,8 20-21

1 2,9 2 5,9

Daya tahan kardiovaskular

Kurang 6 17,6 7 20,6 Sedang 11 32,4 10 29,4

Data pada Tabel 5.1 menunjukkan bahwa sampel penelitian terbanyak berusia 16-

17 tahun sebanyak 26 orang (76,5%) yaitu 14 orang pada kelompok I (41,2%) dan

12 orang pada kelompok II (35,3%). Sampel yang berusia 18-19 tahun sebanyak 5

orang (14,7%) yaitu 2 orang pada kelompok I (5,9%) dan 3 orang pada kelompok

II (8,8%). Sampel yang berusia 20-21 sebanyak 3 orang (8,8%) yaitu 1 orang pada

kelompok I (2,9%) dan 2 orang pada kelompok II (5,9%). Sampel penelitian yang

memiliki daya tahan kardiovaskular kurang sebanyak 13 orang (38,2%) yaitu pada

6 orang (17,6%) pada kelompok I dan 7 orang pada kelompok II (20,6%). Sampel

Page 61: slow frontcrawl swimming recovery more effective than slow

61

penelitian yang memiliki daya tahan kardiovaskular sedang sebanyak 21 orang

(61,8%) yaitu 11 orang pada kelompok I (32,4%) dan 10 orang pada kelompok II

(29,4%).

Tabel 5.2

Hasil Uji Normalitas Data Karakteristik Subjek Penelitian (Uji Saphiro Wilk)

Variabel Rerata Simpang

baku p

Uji

Kelompok renang gaya bebas

Usia (tahun) 16,88 1,360 0,000 Saphiro Wilk Daya tahan cardiovaskular (detik)

729 74,003 0,110 Saphiro Wilk

Indeks Massa Tubuh (kg/m2) 21,9 0,778 0,800

Saphiro Wilk

Kelompok renang gaya dada

Usia (tahun) 17,24 1,350 0,003 Saphiro Wilk Daya tahan cardiovaskular (detik)

749 68,125 0,335 Saphiro Wilk

Indeks Massa Tubuh (kg/m2) 21,05 0,824 0,276 Saphiro Wilk

Hasil uji normalitas data karakteristik subjek penelitian (uji Saphiro Wilk) pada

Tabel 5.2 menunjukkan bahwa data usia pada kelompok renang gaya bebas dan

gaya dada memiliki nilai p < 0,05 yang berarti data tidak berdistribusi normal.

Data daya tahan kardiovaskular dan indeks massa tubuh pada kelompok renang

gaya bebas dan gaya dada memiliki nilai p > 0,05 yang berarti bahwa data

berdistribusi normal.

Page 62: slow frontcrawl swimming recovery more effective than slow

62

Tabel 5.3

Hasil Uji Komparabilitas Data Karakteristik Subjek Penelitian (Uji Mann

Whitney)

Variabel Mean

rank p

Uji

Usia (tahun)

Mann Whitney

Renang gaya bebas 15,85 vs 0,304 Renang gaya dada

19,15

Daya Tahan Kardiovaskular (detik)

Mann Whitney

Renang gaya bebas 16,12 vs 0,418 Renang gaya dada

18,88

Indeks Massa Tubuh (kg/m2)

Mann Whitney

Renang gaya bebas 18,65 vs 0,501 Renang gaya dada 16,35

Hasil uji komparabilitas data karakteristik subjek penelitian (Uji Mann Whitney)

pada Tabel 5.3 menunjukkan bahwa karakteristik usia, daya tahan kardiovaskular

dan indeks massa tubuh pada kelompok renang gaya bebas dan gaya dada

memiliki nilai p > 0,05. Karakteristik usia memiliki nilai p = 0,304, untuk

karakteristik daya tahan kardiovaskular memiliki nilai p = 0,418 dan untuk

karakteristik indeks massa tubuh memliki nilai p = 0,501, sehingga dapat

disimpulkan bahwa karakteristik subjek penelitian pada kedua kelompok secara

statistik tidak menunjukkan perbedaan yang bermakna. Karakteristik sampel

penelitian (usia, indeks massa tubuh dan daya tahan kardiovaskular) pada

kelompok renang gaya bebas dan kelompok renang gaya dada tidak menunjukkan

Page 63: slow frontcrawl swimming recovery more effective than slow

63

perbedaan yang bermakna sehingga tidak mempengaruhi hasil penelitian yaitu

pemulihan denyut nadi.

Tabel 5.4

Hasil Uji Normalitas Data Denyut Nadi Pelatihan, Denyut Nadi Pemulihan

dan Penurunan Denyut Nadi dari Menit Pertama sampai Menit Kelima

Berdasarkan Karakteristik Subjek dengan Daya Tahan Kardiovaskular

Sedang (Uji Saphiro Wilk)

Variabel Rerata Simpang

baku p Uji

Denyut nadi pelatihan (kali/menit)

136,42 13,621 0,438 Saphiro Wilk

Denyut nadi pemulihan P1(kali/menit)

123,00 14,796 0,279 Saphiro Wilk

Denyut nadi pemulihan P2 (kali/menit)

111,50 15,060 0,534 Saphiro Wilk

Denyut nadi pemulihan P3(kali/menit)

102,33 10,629 0,062 Saphiro Wilk

Denyut nadi pemulihan P4(kali/menit)

94,50 10,379 0,063 Saphiro Wilk

Denyut nadi pemulihan P5(kali/menit)

87,92 6,842 0,293 Saphiro Wilk

Penurunan P1-P5 (kali/menit) 39,08 5,961 0,975 Saphiro Wilk

Page 64: slow frontcrawl swimming recovery more effective than slow

64

Tabel 5.5

Hasil Uji Normalitas Data Denyut Nadi Pelatihan, Denyut Nadi Pemulihan

dan Penurunan Denyut Nadi dari Menit Pertama sampai Menit Kelima

Berdasarkan Karakteristik Subjek dengan Daya Tahan Kardiovaskular

Kurang (Uji Saphiro Wilk)

Variabel Rerata Simpang

baku p Uji

Denyut nadi pelatihan (kali/menit)

143,75 18,182 0,154 Saphiro Wilk

Denyut nadi pemulihan P1(kali/menit)

125,58 10,113 0,857 Saphiro Wilk

Denyut nadi pemulihan P2 (kali/menit)

108,83 8,077 0,651 Saphiro Wilk

Denyut nadi pemulihan P3(kali/menit)

100,25 7,677 0,908 Saphiro Wilk

Denyut nadi pemulihan P4(kali/menit)

94,33 7,024 0,009 Saphiro Wilk

Denyut nadi pemulihan P5(kali/menit)

88,83 5,006 0,530 Saphiro Wilk

Penurunan P1-P5 (kali/menit) 36,33 6,906 0,949 Saphiro Wilk Keterangan : Denyut nadi pemulihan P 1 : Denyut Nadi Pemulihan pada menit pertama Denyut nadi pemulihan P 2 : Denyut Nadi Pemulihan pada menit kedua Denyut nadi pemulihan P 3 : Denyut Nadi Pemulihan pada menit ketiga Denyut nadi pemulihan P 4 : Denyut Nadi Pemulihan pada menit keempat Denyut nadi pemulihan P 5 : Denyut Nadi Pemulihan pada menit kelima Penurunan P1-P5 : Penurunan Denyut Nadi dari menit pertama sampai

kelima

Data pada Tabel 5.4 dan 5.5 menunjukkan bahwa seluruh data denyut nadi dan

penurunan denyut nadi dari menit pertama sampai kelima pada kelompok sampel

dengan daya tahan kardiovaskular sedang dan kurang memiliki nilai p > 0,05,

yang berarti bahwa data berdistribusi normal. Data denyut nadi pemulihan menit

keempat pada kelompok sampel dengan daya tahan kardiovaskular kurang

memiliki nilai p < 0,05 yang berarti bahwa data tidak berdistribusi normal.

Page 65: slow frontcrawl swimming recovery more effective than slow

65

Tabel 5.6

Uji Komparabilitas Denyut Nadi Pelatihan, Denyut Nadi Pemulihan dan

Penurunan Denyut Nadi dari Menit Pertama sampai Menit Kelima

Berdasarkan Karakteristik Subjek dengan Daya Tahan Kardiovaskular

Sedang dan Kurang (Uji Mann Whitney)

Variabel Daya tahan kardiovaskular sedang (n = 21)

Daya tahan kardiovaskular kurang (n = 13)

Mean rank Mean rank p Uji Denyut nadi pelatihan (kali/menit)

12,04 14,96 0,330 Mann Whitney

Denyut nadi pemulihan P1 (kali/menit)

13,19 13,81 0,837 Mann Whitney

Denyut nadi pemulihan P2 (kali/menit)

14,77 12,23 0,397 Mann Whitney

Denyut nadi pemulihan P3 (kali/menit)

14,65 12,35 0,441 Mann Whitney

Denyut nadi pemulihan P4 (kali/menit)

13,50 13,50 1,000 Mann Whitney

Denyut nadi pemulihan P5 (kali/menit)

13,19 13,81 0,837 Mann Whitney

Penurunan P1-P5 (kali/menit)

15,31 11,69 0,227 Mann Whitney

Keterangan : Denyut nadi pemulihan P 1 : Denyut Nadi Pemulihan pada menit pertama Denyut nadi pemulihan P 2 : Denyut Nadi Pemulihan pada menit kedua Denyut nadi pemulihan P 3 : Denyut Nadi Pemulihan pada menit ketiga Denyut nadi pemulihan P 4 : Denyut Nadi Pemulihan pada menit keempat Denyut nadi pemulihan P 5 : Denyut Nadi Pemulihan pada menit kelima Penurunan P1-P5 : Penurunan Denyut Nadi dari menit pertama sampai

kelima

Page 66: slow frontcrawl swimming recovery more effective than slow

66

Data pada Tabel 5.6 menunjukkan bahwa data denyut nadi pelatihan, denyut nadi

pemulihan dari menit pertama sampai kelima (denyut nadi pemulihan P1 sampai

P5) dan penurunan denyut nadi dari menit pertama sampai kelima pada kelompok

sampel dengan daya tahan kardiovaskular sedang dan kurang memiliki nilai p >

0,05 yang berarti bahwa data denyut nadi pelatihan, denyut nadi pemulihan dari

menit pertama sampai kelima (denyut nadi pemulihan P1 sampai P5) dan

penurunan denyut nadi dari menit pertama sampai kelima pada kelompok sampel

dengan daya tahan kardiovaskular sedang dan kurang antara kelompok renang

gaya bebas dan gaya dada secara statistik tidak menunjukkan perbedaan yang

bermakna. Perbedaan daya tahan kardiovaskular subjek penelitian pada kelompok

renang gaya bebas dan gaya dada tidak bermakna sehingga tidak mempengaruhi

hasil penelitian yaitu pemulihan denyut nadi.

5.2 Karakteristik Lingkungan

Tabel 5.7

Hasil Uji Normalitas Data Karakteristik Lingkungan Saat Pemeriksaan

Denyut Nadi Atlet Renang Pria Grup Renang Bayusuta (Uji Saphiro Wilk)

Variabel Rerata Simpang

baku p

Uji

Kelompok Renang Gaya Bebas

Kelembaban udara (%) 92,59 1,583 0,108 Saphiro Wilk Suhu udara (℃ ) 27,66 0,700 0,003 Saphiro Wilk Suhu air (℃ )

29,03 0,670 0,178 Saphiro Wilk

Kelompok Renang Gaya Dada

Kelembaban udara (%) 92,56 1,237 0,063 Saphiro Wilk Suhu udara (℃ ) Suhu air (℃ )

27,62 29,42

0,806 0,506

0,000 0,016

Saphiro Wilk Saphiro Wilk

Page 67: slow frontcrawl swimming recovery more effective than slow

67

Data pada Tabel 5.7 menunjukkan bahwa karakteristik lingkungan pada saat

pengukuran denyut nadi atlet renang pria kelompok renang Bayusuta kelompok

renang gaya bebas yaitu rerata kelembaban udara adalah 92,59%, suhu udara

adalah 27,66 ℃ dan suhu air adalah 29,03℃ sedangkan pada saat pemeriksaan

atlet renang Bayusuta kelompok renang gaya dada yaitu rerata kelembaban udara

adalah 92,56% suhu udara adalah 27,62℃ dan suhu air adalah 29,42℃ . Data kelembaban udara menunjukkan bahwa pada kedua kelompok

memiliki nilai p > 0,05 yang berarti bahwa data kelembaban udara pada kedua

kelompok memiliki distribusi normal. Data suhu udara pada kedua kelompok

memiliki nilai p < 0,05 yang berarti bahwa data suhu udara tidak berdistribusi

normal sedangkan data suhu air kolam pada kelompok renang gaya bebas

memiliki nilai p > 0,05 yang berarti bahwa data berdistribusi normal. Data suhu

air kolam pada kelompok renang gaya dada memiliki nilai p < 0,05 yang berarti

bahwa data tidak berdistribusi normal.

Page 68: slow frontcrawl swimming recovery more effective than slow

68

Tabel 5.8

Uji Komparabilitas Kondisi Lingkungan Saat Pemeriksaan Denyut

Nadi Atlet Renang Pria Grup Renang Bayusuta (Uji Mann Whitney)

Variabel Mean

rank p

Uji

Kelembaban udara (%) Kelompok renang gaya bebas vs Kelompok renang gaya dada

17,32

17,68

0,917

Mann Whitney

Suhu udara (℃ ) Kelompok renang gaya bebas vs Kelompok renang gaya dada

18,62

16,38

0,476

Mann Whitney

Suhu air (℃ ) Kelompok renang gaya bebas vs Kelompok renang gaya dada

14,82

20,18

0,113

Mann Whitney

Data pada Tabel 5.8 menunjukkan bahwa bahwa kondisi lingkungan yaitu

kelembaban udara, suhu udara dan suhu air pada saat pemeriksaan denyut nadi

pada kedua kelompok memiliki nilai p > 0,05 yaitu p = 0,917 untuk data

kelembaban udara, p = 0,476 untuk data suhu udara dan p = 0,113 untuk data suhu

air. Kondisi lingkungan pada saat pemeriksaan denyut nadi kedua kelompok

secara statistik tidak menunjukkan perbedaan yang bermakna sehingga kondisi

lingkungan tidak mempengaruhi intervensi yang diberikan pada kedua kelompok.

Perbedaan kondisi lingkungan pada saat pemeriksaan denyut nadi kelompok

renang gaya bebas dan kelompok renang gaya dada tidak bermakna sehingga tidak

mempengaruhi hasil penelitian yaitu pemulihan denyut nadi.

Page 69: slow frontcrawl swimming recovery more effective than slow

69

5.3 Uji Normalitas dan Uji Komparabilitas Denyut Nadi Istirahat dan

Denyut Nadi Pelatihan Atlet Renang Pria Grup Renang Bayusuta

Uji normalitas data denyut nadi istirahat dan denyut nadi pelatihan dengan

menggunakan uji Saphiro Wilk yang hasilnya tertera pada Tabel 5.9

Tabel 5.9

Hasil Uji Normalitas Data Denyut Nadi Istirahat dan Denyut Nadi Pelatihan

pada Atlet Renang Pria Grup Renang Bayusuta Kelompok Renang Gaya

Bebas dan Gaya Dada (Uji Saphiro Wilk)

Variabel Kelompok

Perlakuan Rerata Simpang

baku p Uji

Denyut Nadi Istirahat (denyut/menit)

Renang Gaya Bebas

81,75 7,407 0,069 Saphiro Wilk

Renang Gaya dada

80,69 10,799 0,444 Saphiro Wilk

Denyut nadi Pelatihan (denyut/menit)

Renang Gaya Bebas

145,06 14,613 0,273 Saphiro Wilk

Renang gaya Dada

135,00 14,998 0,466 Saphiro Wilk

Hasil uji normalitas data (Uji Saphiro Wilk) pada tabel 5.9 menunjukkan bahwa

data denyut nadi istirahat dan denyut nadi pelatihan kelompok renang gaya bebas

dan gaya dada memiliki nilai p > 0,05 yang berarti bahwa data berdistribusi

normal.

Page 70: slow frontcrawl swimming recovery more effective than slow

70

Tabel 5.10

Uji Komparabilitas Denyut Nadi Istirahat dan Denyut Nadi

Pelatihan pada Atlet Renang Pria Grup Renang Bayusuta Kelompok

Renang Gaya Bebas dan Gaya Dada (Uji Mann Whitney)

Denyut nadi Variabel Istirahat Pelatihan Mean rank p Mean rank p Uji Renang gaya bebas

18,21 20,56

vs 0,679 0,073 Mann Whitney

Renang gaya dada

16,79 14,44

Data pada Tabel 5.10 menunjukkan bahwa denyut nadi istirahat pada kedua

kelompok memiliki nilai p > 0,05 dengan nilai p = 0,679 untuk data denyut nadi

istirahat dan p = 0,073 untuk data denyut nadi pelatihan, yang berarti denyut nadi

istirahat dan denyut nadi pelatihan pada kedua kelompok secara statistik tidak

menunjukkan perbedaan yang bermakna. Perbedaan denyut nadi istirahat dan

denyut nadi pelatihan pada kelompok renang gaya bebas dan gaya dada tidak

bermakna sehingga kedua kelompok diawali dengan denyut nadi istirahat dan

denyut nadi pelatihan yang berbeda tetapi tidak bermakna sehingga tidak

mempengaruhi hasil penelitian yaitu pemulihan denyut nadi.

Page 71: slow frontcrawl swimming recovery more effective than slow

71

Tabel 5.11

Uji Komparabilitas Peningkatan Denyut Nadi pada Atlet Renang Pria Grup

Renang Bayusuta Kelompok Renang Gaya Bebas dan Gaya Dada setelah

Melakukan Renang Sprint 50 meter (Uji Wilcoxon dan Mann Whitney)

Variabel

Peningkatan denyut nadi setelah melakukan renang

sprint 50 meter

Uji Rerata p

Renang gaya bebas 9,00 0,000 Willcoxon

Renang gaya dada

9,00 0,000 Wilcoxon

Renang gaya bebas 19,74 vs 0,190 Mann

Whitney gaya dada 15,26

Data pada Tabel 5.11 menunjukkan bahwa data denyut nadi pada atlet renang pria

kelompok renang Bayusuta setelah melakukan renang sprint 50 meter kelompok

renang gaya bebas dan renang gaya dada setelah diuji dengan uji Wilcoxon

memiliki nilai p < 0,05 yaitu p = 0,000 yang berarti bahwa peningkatan denyut

nadi istirahat ke denyut nadi pelatihan pada kedua kelompok secara statistik

menunjukkan peningkatan yang bermakna. Subjek penelitian pada kelompok

renang gaya bebas dan gaya dada mengalami peningkatan denyut nadi yang

bermakna setelah melakukan renang sprint 50 meter. Perbedaan peningkatan

denyut nadi antara kedua kelompok yang diuji dengan uji Mann Whitney memilki

nilai p > 0,05 yaitu p = 0,190 yang berarti bahwa peningkatan denyut nadi atlet

pada kedua kelompok secara statistik tidak menunjukkan perbedaan yang

bermakna. Perbedaan peningkatan denyut nadi pada kelompok renang gaya bebas

Page 72: slow frontcrawl swimming recovery more effective than slow

72

dan gaya dada tidak bermakna sehingga tidak mempengaruhi hasil penelitian yaitu

pemulihan denyut nadi.

5.4 Uji Normalitas dan Uji Beda Denyut Nadi Pemulihan dan Penurunan

Denyut Nadi dari Menit Pertama sampai Kelima pada Atlet Renang Pria

Grup Renang Bayusuta Kelompok Renang Gaya Bebas dan Gaya Dada

Tabel 5.12

Uji Normalitas Data Denyut Nadi Pemulihan dan Penurunan Denyut Nadi

dari Menit Pertama sampai Kelima pada Atlet Renang Pria Grup Renang

Bayusuta Kelompok Renang Gaya Bebas (Uji Saphiro Wilk)

Variabel Rerata Simpang

baku p Uji

DN Pemulihan P1 (denyut/menit)

124,88 11,212 0,918 Saphiro Wilk

DN Pemulihan P2 (denyut/menit)

108,50 10,942 0,667 Saphiro Wilk

DN Pemulihan P3 (denyut/menit)

96,94 7,576 0,327 Saphiro Wilk

DN Pemulihan P4 (denyut/menit)

90,06 4,739 0,291 Saphiro Wilk

DN Pemulihan P5 (denyut/menit)

84,38 3,757 0,035 Saphiro Wilk

Penurunan P1-P5 (denyut/menit) 41,53 4,418 0,077 Saphiro Wilk

Page 73: slow frontcrawl swimming recovery more effective than slow

73

Tabel 5.13

Uji Normalitas Data Denyut Nadi Pemulihan dan Penurunan Denyut Nadi

dari Menit Pertama sampai Kelima pada Atlet Renang Pria Grup Renang

Bayusuta Kelompok Renang Gaya Dada (Uji Saphiro Wilk)

Variabel Rerata Simpang

baku p Uji

DN Pemulihan P1 (denyut/menit)

124,56 13,565 0,716 Saphiro Wilk

DN Pemulihan P2 (denyut/menit)

114,00 12,253 0,925 Saphiro Wilk

DN Pemulihan P3 (denyut/menit)

105,19 9,225 0,936 Saphiro Wilk

DN Pemulihan P4 (denyut/menit)

98,69 8,616 0,191 Saphiro Wilk

DN Pemulihan P5 (denyut/menit)

91,56 5,597 0,895 Saphiro Wilk

Penurunan P1-P5 (denyut/menit) 32,76 4,764 0,325 Saphiro Wilk Keterangan : DN Pemulihan P1 : Denyut nadi pemulihan pada menit I DN Pemulihan P2 : Denyut nadi pemulihan pada menit II DN Pemulihan P3 : Denyut nadi pemulihan pada menit III DN Pemulihan P4 : Denyut nadi pemulihan pada menit IV DN Pemulihan P5 : Denyut nadi pemulihan pada menit V Penurunan P1-P5 : Penurunan denyut nadi dari menit I

sampai menit V

Data pada tabel 5.12 dan 5.13 menunjukkan bahwa data denyut nadi pemulihan

dan penurunan denyut nadi dari menit pertama sampai kelima pada kedua

kelompok memiliki nilai p > 0,05 yang berarti bahwa adalah data berdistribusi

normal. Data denyut nadi pemulihan pada menit kelima (P5) pada kelompok

renang gaya bebas memiliki nilai p < 0,05 yang berarti bahwa data tidak

berdistribusi normal.

Page 74: slow frontcrawl swimming recovery more effective than slow

74

Tabel 5.14

Uji Beda Denyut Nadi Pemulihan Menit Pertama dan Kedua (P1 dan P2)

pada Atlet Renang Pria Grup Renang Bayusuta Kelompok Renang Gaya

Bebas dan Gaya Dada (Uji Mann Whitney)

Variabel

Denyut nadi pemulihan P1 P2

Mean rank p Mean rank p Uji Renang gaya bebas

17,32 14,68

vs 0,918 0,098 Mann Whitney

Renang gaya dada

17,68 20,32

Keterangan : Denyut nadi pemulihan P1 : Denyut nadi pemulihan menit pertama Denyut nadi pemulihan P2 : Denyut nadi pemulihan menit kedua

Data pada Tabel 5.14 menunjukkan bahwa denyut nadi pemulihan pada menit

pertama (P1) pada kedua kelompok memiliki nilai p > 0,05 yaitu p = 0,918 yang

berarti bahwa denyut nadi pemulihan pada menit pertama (P1) pada kedua

kelompok secara statistik tidak menunjukkan perbedaan yang bermakna. Denyut

nadi pemulihan pada menit kedua (P2) pada kedua kelompok memiliki nilai p >

0,05 yaitu p = 0,098 yang berarti bahwa denyut nadi pemulihan pada menit kedua

(P2) pada kedua kelompok secara statistik tidak menunjukkan perbedaan yang

bermakna. Perbedaan denyut nadi pemulihan menit pertama (P1) dan menit kedua

(P2) pada kelompok renang gaya bebas dan gaya dada tidak bermakna sehingga

perbedaan efektifitas antara kedua perlakuan pada menit pertama dan kedua

belum terlihat.

Page 75: slow frontcrawl swimming recovery more effective than slow

75

Tabel 5.15

Uji Beda Denyut Nadi Pemulihan Menit Ketiga dan Keempat pada Atlet

Renang Pria Grup Renang Bayusuta Kelompok Renang Gaya Bebas dan

Gaya Dada (Uji Mann Whitney)

Variabel

Denyut nadi pemulihan P3 P4

Mean rank p Mean rank p Uji Renang gaya bebas

12,71 11,68

vs 0,005 0,001 Mann Whitney

Renang gaya dada

22,29 23,32

Keterangan : Denyut nadi pemulihan P3 : Denyut nadi pemulihan menit ketiga Denyut nadi pemulihan P4 : Denyut nadi pemulihan menit keempat

Data pada Tabel 5.15 menunjukkan bahwa data denyut nadi pemulihan menit

ketiga (P3) memiliki nilai p < 0,05 yaitu p = 0,005 yang berarti bahwa denyut nadi

pemulihan pada menit ketiga (P3) pada kedua kelompok secara statistik

menunjukkan perbedaan yang bermakna. Data denyut nadi pemulihan pada menit

keempat (P4) memiliki nilai p < 0,05 yaitu p = 0,001 yang berarti bahwa denyut

nadi pemulihan pada menit keempat (P4) pada kedua kelompok secara statistik

juga menunjukkan perbedaan yang bermakna. Perbedaan denyut nadi pemulihan

menit ketiga (P3) dan menit keempat (P4) pada kelompok renang gaya bebas dan

gaya dada adalah bermakna sehingga dapat dilihat bahwa berenang lambat gaya

bebas lebih efektif dalam mempercepat penurunan denyut nadi atlet renang

dibandingkan dengan berenang lambat gaya dada.

Page 76: slow frontcrawl swimming recovery more effective than slow

76

Tabel 5.16

Uji Komparabilitas Denyut Nadi Pemulihan Menit Kelima pada Atlet

Renang Pria Grup Renang Bayusuta Kelompok Renang Gaya Bebas dan

Gaya Dada (Uji Mann Whitney)

Variabel Denyut nadi pemulihan P5 Mean rank p Uji

Renang gaya bebas

11,32

vs 0,000 Mann Whitney Renang gaya dada

23,68

Keterangan : Denyut nadi pemulihan P5 : Denyut nadi pemulihan menit kelima

Data pada Tabel 5.16 menunjukkan bahwa denyut nadi pemulihan menit kelima

(P5) memiliki nilai p < 0,05 yaitu p = 0,000 yang berarti bahwa denyut nadi

pemulihan menit kelima (P5) pada kedua kelompok secara statistik menunjukkan

perbedaan yang bermakna. Perbedaan denyut nadi pemulihan menit kelima (P5)

pada kelompok renang gaya bebas dan gaya dada adalah bermakna sehingga dapat

dilihat bahwa berenang lambat gaya bebas lebih efektif dalam mempercepat

penurunan denyut nadi atlet renang dibandingkan dengan berenang lambat gaya

dada.

Page 77: slow frontcrawl swimming recovery more effective than slow

77

Tabel 5.17

Uji Beda Penurunan Denyut Nadi pada Atlet Renang Pria Kelompok

Renang Bayusuta Grup Renang Gaya Bebas dan Gaya Dada dari Menit

Pertama sampai Kelima (Uji Wilcoxon dan Mann Whitney)

Variabel

Penurunan denyut nadi dari menit pertama sampai kelima

Mean rank p Uji Renang gaya bebas

9,00 0,000 Wilcoxon

Renang gaya dada

9,00 0,000 Wilcoxon

Renang gaya bebas

24,26

vs 0,000 Mann Whitney Renang gaya dada

10,74

Data pada Tabel 5.17 menunjukkan bahwa data penurunan denyut nadi dari menit

pertama sampai kelima pada kelompok renang gaya bebas dan gaya dada yang

telah diuji dengan uji Wilcoxon, memiliki nilai p < 0,05 yaitu p = 0,000 yang

berarti bahwa penurunan denyut nadi dari menit pertama sampai kelima pada

kelompok renang gaya bebas dan gaya dada secara statistik menunjukkan

perbedaan yang bermakna.

Data penurunan denyut nadi dari menit pertama sampai menit kelima pada

kedua kelompok yang telah diuji dengan uji Mann Whitney memiliki nilai p <

0,05 yaitu p = 0,000 yang berarti bahwa penurunan denyut nadi dari menit

pertama sampai menit kelima pada kedua kelompok secara statistik menunjukkan

perbedaan yang bermakna. Penurunan denyut nadi dari menit pertama sampai

kelima pada kelompok renang gaya bebas dan gaya dada menunjukkan perbedaan

yang bermakna sehingga berenang lambat gaya bebas lebih efektif dibandingkan

Page 78: slow frontcrawl swimming recovery more effective than slow

78

dengan berenang lambat gaya dada dalam mempercepat pemulihan denyut nadi

atlet renang.

Data mengenai denyut nadi pemulihan dari menit pertama sampai kelima

(Tabel 5.12 sampai 5.17) dapat digambarkan pada gambar 8.

Gambar 8

Grafik Penurunan Denyut Nadi pada Kelompok Renang Gaya bebas dan

Gaya Dada

Page 79: slow frontcrawl swimming recovery more effective than slow

79

BAB VI

PEMBAHASAN

6.1 Karakteristik Subjek Penelitian Berdasarkan Umur, Jenis kelamin,

Indeks Massa Tubuh dan Daya Tahan Kardiovaskular

Karakteristik subjek penelitian pada Tabel 5.1 menunjukkan bahwa subjek

penelitian terbanyak berusia 16-17 tahun sebanyak 26 orang (76,5%) yaitu 14

orang pada kelompok I (41,2%) dan 12 orang pada kelompok II (35,3%). Rerata

karakteristik subjek penelitian pada kelompok renang gaya bebas dan gaya dada

pada Tabel 5.2 menunjukkan bahwa rerata usia pada kelompok renang gaya bebas

lebih besar daripada kelompok renang gaya dada. Rerata daya tahan

kardiovaskular kelompok renang gaya bebas lebih singkat waktunya daripada

kelompok renang gaya dada. Rerata indeks massa tubuh pada kelompok renang

gaya bebas lebih besar dibandingkan dengan kelompok renang gaya dada.

Data karakteristik subjek penelitian pada kedua kelompok yaitu usia, daya

tahan kardiovaskular dan indeks massa tubuh setelah diuji dengan uji

komparabilitas Mann Whitney menunjukkan bahwa data usia, daya tahan

kardiovaskular dan indeks massa tubuh memiliki nilai p > 0,05 yang berarti

bahwa karakteristik subjek penelitian yaitu usia, daya tahan kardiovaskular dan

indeks massa tubuh secara statistik tidak menunjukkan perbedaan yang bermakna

(Tabel 5.3). Perbedaan karakteristik sampel penelitian (usia, indeks massa tubuh

dan daya tahan kardiovaskular) pada kelompok renang gaya bebas dan kelompok

renang gaya dada tidak bermakna sehingga tidak mempengaruhi hasil penelitian

yaitu pemulihan denyut nadi.

Page 80: slow frontcrawl swimming recovery more effective than slow

80

Faktor usia berhubungan dengan perubahan fisiologis dalam kualitas dan

kuantitas sistem muskuloskeletal. Pada usia 15-19 tahun atlet renang mencapai

penampilan yang paling maksimal dimana dari segi psikomotor yaitu waktu

reaksi, kecepatan gerakan ekstremitas, kecepatan kontrol tubuh. Ditinjau dari segi

penilaian fisik yaitu fleksibilitas, kekuatan eksplosif, kekuatan dinamik,

koordinasi gerakan tubuh dan stamina pada usia ini sangat optimal, sehingga usia

atlet 15-19 tahun yang lebih banyak bergabung ke dalam perkumpulan atlet

renang (Buskirk et al., 1985).

Sampel penelitian lebih banyak yang memiliki daya tahan kardiovaskular

sedang dibandingkan dengan yang memiliki daya tahan kardiovaskular kurang.

Subjek penelitian yang memiliki daya tahan kardiovaskular kurang sebanyak 13

orang (38,2%) yaitu pada kelompok I sebanyak 6 orang (17,6%) dan 7 orang

pada kelompok II (20,6%). Sampel penelitian yang memiliki daya tahan

kardiovaskular sedang sebanyak 21 orang (61,8%) yaitu 11 orang pada kelompok

I (32,4%) dan 10 orang pada kelompok II (29,4%) (Tabel 5.1).

Subjek penelitian merupakan atlet renang yang berlatih secara kontinyu

dimana renang adalah cabang olahraga yang melibatkan gerakan di dalam air.

Latihan yang dilakukan oleh atlet renang adalah latihan interval dan repetition

yaitu berenang jarak jauh secara terus menerus, tetapi kecepatannya berubah-ubah

dan kembali ke situasi semula kemudian diulangi lagi.

Empat faktor yang diperhatikan pada latihan interval dan repetition dalam

olah raga renang adalah : (1). Jarak (jarak yang mana renangan ulangan harus

dilakukan 50, 100, atau 200 m); (2). Interval diantara dua renangan, 30 detik atau

60 detik; (3). Repetition/ulangan (beberapa repetition dari sesuatu jarak tertentu

Page 81: slow frontcrawl swimming recovery more effective than slow

81

harus direnangkan, 10 x, 20 x, atau 30 x dan seterusnya); (4).Waktu (berapa waktu

yang digunakan untuk merenangkan repetition tersebut) (Suprianto, 1991).

Latihan renang seperti yang telah disebutkan jika dilakukan secara berulang-

ulang dan terus-menerus dapat menimbulkan adaptasi sistem kardiovaskular yaitu

berupa peningkatan venous return karena pada saat berolah raga kontraksi otot-

otot menyebabkan darah di vena diperas. Adaptasi sistem kardiovaskular yang

juga terjadi setelah berolahraga adalah terjadinya hipertropi otot jantung dan

angiogenesis pada jaringan otot jantung. Hipertropi otot jantung dan angiogenesis

pada jaringan otot jantung menyebabkan kontraktilitas otot jantung meningkat.

Peningkatan venous return dan kontraktilitas otot jantung menyebabkan stroke

volume dan cardiac output akan meningkat (Andrew et al., 1997).

Kekuatan kontraksi otot jantung menjadi meningkat pada saat jantung

diisi oleh darah yang lebih banyak,. Peningkatan kekuatan kontraksi otot jantung

disebabkan karena terjadi peningkatan troponin C yang menyebabkan semakin

banyaknya cross-bridge aktin dan myosin di dalam otot jantung. Peningkatan

venous return menyebabkan peningkatan pengisian ventrikel (end diastolic

volume) sehingga terjadilah peregangan sel otot jantung (Cutilletta et al., 1998).

Peregangan sel otot jantung akan menyebabkan bertambah panjangnya

sarkomer yang menyebabkan peningkatan kekuatan kontraksi yang dihasilkan.

Peningkatan kekuatan kontraksi otot jantung akan menyebabkan jantung mampu

memompa darah secara optimal (Bersohn et al., 1989). Proses tersebut akan

terjadi secara terus-menerus dan jika latihan fisik dilakukan secara kontinyu akan

menyebabkan terjadinya hipertropi otot jantung. Proses adapatasi kardiovaskular

tersebut akan menyebabkan daya tahan kardiovaskuler atlet menjadi meningkat

Page 82: slow frontcrawl swimming recovery more effective than slow

82

dibandingkan dengan orang yang tidak pernah berolah raga (Cutilletta et al.,

1998).

Uji komparabilitas dengan uji Mann Whitney menunjukkan bahwa denyut

nadi pelatihan, denyut nadi pemulihan dan penurunan denyut nadi dari menit

pertama sampai kelima pada kelompok daya tahan kardiovaskular sedang dan

kurang memiliki nilai p > 0,05 yang berarti bahwa denyut nadi pelatihan, denyut

nadi pemulihan dan penurunan denyut nadi dari menit pertama sampai kelima

pada kelompok daya tahan kardiovaskular sedang dan kurang secara statistik tidak

menunjukkan perbedaan yang bermakna (Tabel 5.6). Daya tahan kardiovaskular

subjek penelitian pada kelompok renang gaya bebas dan gaya dada tidak

menunjukkan perbedaan yang bermakna sehingga tidak mempengaruhi hasil

penelitian yaitu pemulihan denyut nadi.

Waktu yang dibutuhkan untuk mengembalikan denyut nadi ke denyut

jantung normal setelah melakukan aktivitas disebut dengan periode pemulihan.

Periode pemulihan dipengaruhi oleh intensitas latihan dan tingkat kebugaran fisik

seseorang. Salah satu parameter yang dapat menggambarkan tingkat kebugaran

fisik seseorang adalah dengan menilai tingkat kebugaran kardiovaskular. Daya

tahan kardiovaskular adalah kemampuan jantung, paru dan pembuluh darah untuk

berespon terhadap suatu aktivitas fisik (Trevizani et al., 2012).

Jantung beradaptasi terhadap peningkatan kebutuhan oksigen selama

aktivitas fisik dan melakukan pemulihan secara efisien. Pemulihan denyut jantung

(heart rate recovery) adalah salah satu parameter untuk menilai fungsi otonom

jantung. Pemulihan denyut nadi pada orang dewasa dan usia tua lebih lambat

dibandingkan dengan orang usia muda. Pemulihan denyut nadi secara langsung

Page 83: slow frontcrawl swimming recovery more effective than slow

83

berhubungan dengan tingkat daya tahan kardiovaskular seseorang. Pemulihan

denyut jantung pada orang dengan tingkat daya tahan kardiovaskular kurang lebih

lama dibandingkan dengan seseorang dengan tingkat daya tahan kardiovaskular

baik (Trevizani et al., 2012).

Pemulihan denyut jantung berhubungan dengan tingkat daya tahan

kardiovaskular dan mortalitas. Individu dengan pemulihan denyut jantung yang

lebih lama dan tingkat daya tahan kardiovaskular yang rendah memiliki resiko

mortalitas tujuh kali lebih tinggi dibandingkan dengan individu dengan pemulihan

denyut nadi yang lebih cepat dan tingkat daya tahan kardiovaskular yang baik.

Individu dengan tingkat daya tahan kardiovaskular yang baik memiliki pemulihan

denyut jantung yang lebih cepat dibandingkan dengan individu dengan tingkat

daya tahan kardiovaskular yang kurang (Kokkinos et al., 1994).

Latihan fisik yang melatih daya tahan kardiovaskular dengan pemulihan

denyut jantung yang lebih singkat memiliki hubungan yang positif (Yataco et al.,

1997). Pemulihan denyut jantung merupakan salah satu parameter yang

digunakan untuk menilai pengaturan fungsi otonom jantung. Fungsi ototonom

jatung berhubungan dengan reaktivasi sistem saraf parasimpatis setelah

melakukan suatu aktivitas fisik. Penurunan denyut jantung pada menit pertama

sampai kedua setelah melakukan aktivitas fisik terjadi secara cepat melalui

reaktivasi sistem saraf parasimpatis. Penurunan denyut jantung pada menit ketiga

setelah aktivitas fisik terjadi secara lambat sampai tercapai denyut jantung normal

seperti sebelum melakukan aktivitas fisik. Penurunan aktivitas sistem saraf

simpatis dan peningkatan aktivitas sistem saraf parasimpatis secara bersamaan

pada menit ketiga setelah aktivitas fisik (Berryman et al., 2012).

Page 84: slow frontcrawl swimming recovery more effective than slow

84

Kecepatan pemulihan secara statistik tidak menunjukkan perbedaan yang

bermakna pada kelompok daya tahan kardiovaskular sedang dan kurang

disebabkan karena kondisi fisiologis sistem kardiovaskular individu dengan daya

tahan kardiovaskular sedang dan kurang tidak berbeda bermakna untuk dapat

menyebabkan perbedaan kecepatan pemulihan denyut nadi. Beberapa penelitian

menunjukkan bahwa perbedaan kecepatan pemulihan denyut nadi hanya terjadi

pada individu dengan daya tahan kardiovaskular baik dan kurang.

6.2 Karakteristik Lingkungan Tempat Penelitian

Rerata kelembaban udara relatif, suhu udara dan suhu air kolam (Tabel 5.7) pada

kelompok renang gaya bebas berturut-turut adalah 92,59%; 27,660C dan 29,030C.

Rerata kelembaban udara relatif, suhu udara dan suhu air kolam pada kelompok

renang gaya dada adalah 92,56%; 27,620C dan 29,420C. Kelembaban udara relatif,

suhu udara dan suhu air kolam pada kelompok renang gaya bebas dan gaya dada

telah diuji dengan menggunakan uji Mann Whitney yang menunjukkan bahwa

kelembaban udara relatif, suhu udara dan suhu air kolam pada saat pemeriksaan

denyut nadi pada kedua kelompok memiliki nilai p > 0,05 yang berarti bahwa

secara statistik tidak menunjukkan perbedaan yang bermakna (Tabel 5.8).

Data menunjukkan bahwa kelembaban udara, suhu udara dan suhu air

kolam pada saat pemeriksaan denyut nadi pada kedua kelompok adalah kondisi

lingkungan dengan kelembaban udara, suhu udara dan suhu air kolam yang berada

pada zona tidak nyaman. Peningkatan denyut nadi setelah latihan maksimal

berupa renang sprint 50 pada kedua kelompok bukan hanya disebabkan oleh

latihan maksimal tetapi suhu dan kelembaban lingkungan juga berperan dalam

terjadinya peningkatan denyut nadi atlet pada kedua kelompok. Kelembaban

Page 85: slow frontcrawl swimming recovery more effective than slow

85

udara, suhu udara dan suhu air yang berada pada zona tidak nyaman tidak

berpengaruh pada pemulihan denyut nadi pada kedua kelompok.

Data pada kedua kelompok telah diuji dengan uji Mann Whitney

menunjukkan bahwa kelembaban udara, suhu udara dan suhu air pada saat

pemeriksaan denyut nadi kedua kelompok memiliki nilai p > 0,05 yang berarti

bahwa kelembaban udara, suhu udara dan suhu air pada saat pemeriksaan denyut

nadi kedua kelompok secara statistik tidak menunjukkan perbedaan yang

bermakna. Kondisi lingkungan pada saat pemeriksaan denyut nadi kelompok

renang gaya bebas dan kelompok renang gaya dada tidak menunjukkan perbedaan

yang bermakna sehingga tidak mempengaruhi hasil penelitian yaitu pemulihan

denyut nadi. Perbedaan pemulihan denyut nadi yang terjadi pada kedua kelompok

bukan karena perbedaan keadaan lingkungan yaitu kelembaban udara, suhu udara

dan suhu air kolam tetapi karena perbedaan perlakuan yang diberikan.

Teori yang mendasari hasil penelitian tersebut adalah bahwa suhu air pada

kolam renang yang direkomendasikan khusus untuk latihan dan pertandingan bagi

atlet renang adalah antara 26℃ sampai 28℃ . Suhu udara di sekitar kolam renang

yang direkomendasikan adalah 2℃ di atas suhu kolam renang dan tidak boleh

melebihi 30℃ karena akan menyebabkan ketidaknyamanan. Kelembaban udara di

lingkungan sekitar kolam renang yang direkomendasikan adalah 50-60% untuk

mencegah terjadinya penguapan air kolam yang berlebihan ke atmosfer (Nicol et

al., 1998).

Penguapan air kolam akan meningkat sebesar 43% jika temperatur air

kolam meningkat dari 27,8℃ menjadi 30℃ dan temperatur udara menurun dari

28,9℃ menjadi 26,7℃ . Efek pendinginan (cooling effect) terjadi apabila pada saat

Page 86: slow frontcrawl swimming recovery more effective than slow

86

atlet renang berada di dalam kolam, air kolam pada permukaan kulit atlet

mengalami penguapan ke atmosfer sehingga atlet akan merasa kedinginan. Efek

pendinginan (cooling effect) terjadi apabila suhu udara di sekitar kolam renang

lebih rendah dibandingkan dengan suhu air kolam (Nicol et al., 1998).

Kelembaban udara yang tinggi dapat meningkatkan frekuensi denyut nadi

atlet karena pada kondisi lingkungan dengan kelembaban yang tinggi akan

menghambat pelepasan panas tubuh ke lingkungan terutama pada kelembaban

melebihi 65%. Lingkungan dengan kelembaban yang tinggi adalah lingkungan

yang sudah jenuh dengan uap air sehingga sulit untuk menerima uap air yang

berasal dari proses evaporasi keringat. Proses evaporasi keringat bertujuan untuk

membuang panas tubuh ke lingkungan. Pelepasan panas pada saat berolah raga

sebagian besar terjadi melalui proses evaporasi keringat yaitu sebesar 80%, radiasi

5%, konduksi dan konveksi 15% (Hannon dan Covixo, 2001).

Terganggunya proses pelepasan panas tubuh menyebabkan suhu tubuh

akan meningkat. Peningkatan suhu tubuh dan suhu lingkungan akan menyebabkan

terjadinya peningkatan kebutuhan oksigen dan suplai darah ke otot yang sedang

berkontraksi. Tubuh akan melakukan mekanisme kompensasi dengan

meningkatkan denyut nadi untuk untuk memenuhi peningkatan kebutuhan oksigen

yang terjadi. Dehidrasi, peningkatan panas tubuh dan kelelahan terjadi setelah

berolah raga dengan intensitas maksimal (Hannon et al., 2001).

Latihan fisik dengan intensitas 70% VO2 maksimal pada kondisi

lingkungan dengan kelembaban udara yang tinggi yaitu lebih dari 70% dan suhu

udara tinggi yaitu 300 Celcius akan mempengaruhi peningkatan denyut nadi

(Costill et al.,1995). Pemulihan tekanan darah sistolik dan diastolik setelah renang

Page 87: slow frontcrawl swimming recovery more effective than slow

87

gaya bebas 200 meter lebih efektif setelah melakukan metode pemulihan secara

aktif dengan berjalan lambat di kolam dengan suhu air hangat dibandingkan pada

suhu air dingin (Mohsen et al., 2012).

Pemulihan secara aktif di air kolam dengan suhu hangat tidak berpengaruh

terhadap pemulihan denyut nadi. Resistensi perifer pembuluh darah menurun pada

suhu air kolam dengan suhu yang hangat sehingga membantu dalam pelepasan

panas tubuh dan tubuh tetap menjaga homeostasis tanpa mempengaruhi

pemulihan denyut nadi (Becker et al., 2009).

6.3 Perbedaan Efek Pemulihan Berenang Lambat Gaya Bebas dengan

Berenang Lambat Gaya Dada dalam Pemulihan Denyut Nadi Atlet

Renang Pria Grup Renang Bayusuta

Penurunan denyut nadi dari menit pertama sampai menit kelima pada

kelompok renang gaya bebas telah diuji secara statistik dengan uji Wilcoxon

menunjukkan bahwa data memiliki nilai p < 0,05 yang berarti bahwa penurunan

denyut nadi dari menit pertama sampai menit kelima pada kelompok renang gaya

bebas secara statistik menunjukkan perbedaan yang bermakna (Tabel 5.17).

Metode pemulihan secara aktif yaitu dengan berenang lambat gaya bebas

efektif dalam menurunkan denyut nadi atlet renang karena efek berenang di dalam

air yang suhunya lebih rendah dari suhu udara lingkungan yang dapat

mempercepat aktivasi sistem saraf parasimpatis (Breakly et al., 2010).

Keseimbangan antara intensitas latihan dan pemulihan diperlukan untuk mencapai

kondisi fisik atlet yang maksimal. Proses pemulihan dipengaruhi oleh sistem

saraf, kardiovaskuler dan metabolisme tubuh. Bergerak aktif di dalam air

merupakan suatu metode yang sederhana dan sangat efektif untuk mempercepat

Page 88: slow frontcrawl swimming recovery more effective than slow

88

aktivasi sistem saraf parasimpatis sehingga dapat mempercepat proses pemulihan

(Haddad et al., 2010).

Faktor yang mempengaruhi aktivasi sistem saraf parasimpatis saat

bergerak aktif di dalam air adalah tekanan hidrostatik air dan suhu air yang

biasanya lebih rendah dari suhu lingkungan. Suhu air yang biasanya lebih rendah

dari suhu lingkungan menyebabkan terjadinya vasokonstriksi pembuluh darah

perifer. Vasokonstriksi pembuluh darah perifer dan tekanan hidrostatik di dalam

air menyebabkan terjadinya pergeseran cairan tubuh dari pembuluh darah perifer

ke pembuluh darah yang ada di rongga dada (thoracic vasculature) sehingga

terjadi peningkatan volume darah di pusat tubuh, stroke volume, cardiac output

dan tekanan vena sentral. Peningkatan tekanan vena sentral menyebabkan

terjadinya peningkatan tekanan arteri. Peningkatan tekanan arteri akan

merangsang baroreseptor sehingga terjadi feedback negatif untuk mengurangi

aktivitas sistem saraf simpatis dan aktivasi sistem saraf parasimpatis (Laursen et

al., 2010)

Bergerak aktif dengan berenang lambat gaya bebas dimana gerakan renang

gaya bebas berupa posisi badan harus sejajar dan sedatar mungkin, tubuh harus

berputar pada garis pusat atau pada rotasinya, sikap kepala normal dan pandangan

lurus ke depan. Gerakan lengan pada renang gaya bebas terdiri dari tiga bagian

yaitu tekanan awal (intial press), dayung ke dalam (inward scull), dan dayung ke

luar (outward scull). Metode pemulihan secara aktif dengan berenang lambat gaya

bebas dapat memperbaiki penampilan atlet jika dilakukan setelah latihan

maksimal dengan durasi lebih dari 30 detik dan tidak akan memperbaiki

Page 89: slow frontcrawl swimming recovery more effective than slow

89

penampilan atlet jika dilakukan setelah latihan maksimal dengan durasi kurang

dari 30 detik (Spierer et al., 2004).

Gerakan renang gaya bebas melibatkan hampir seluruh otot dan sendi pada

tubuh manusia yaitu otot-otot pada batang tubuh, leher, bahu, lengan atas,

punggung, dada dan kaki untuk menjaga gerakan agar tetap konstan dan seefisien

mungkin (McLeod, 2012). Kontraksi otot-otot dapat mempercepat pemulihan

denyut nadi karena dapat mempercepat terjadinya oksidasi asam laktat yang

digunakan sebagai sumber energi selama kontraksi otot dalam berenang lambat

(Bonen dan Belcastro, 2006).

Kontraksi otot pada berenang lambat juga dapat menyebabkan sirkulasi

darah di otot yang sedang berkontraksi menjadi lebih lancar. Aliran darah yang

lancar menyebabkan pembersihan asam laktat dari otot yang berkontraksi menjadi

lebih cepat dan transpostasi asam laktat menuju ke otot yang tidak berkontraksi

dan jaringan lain pada tubuh menjadi lebih lancar. Asam laktat di otot yang

sedang berkontraksi dan di jaringan lain akan diubah kembali menjadi glukosa

dan disimpan dalam otot sebagai cadangan energi. Proses tersebut dapat

mempercepat pemulihan kadar asam laktat setelah suatu aktivitas fisik. Penurunan

kadar asam laktat menyebabkan adanya rangsangan pada kemoreseptor pada

pembuluh darah sehingga menimbulkan feedback negatif ke otak untuk

menurunkan aktivitas simpatis dan terjadi aktivasi sistem saraf parasimpatis

sehingga penurunan denyut nadi lebih cepat terjadi (Bonen dan Belcastro, 2006).

Efek berenang di dalam air menyebabkan tekanan arteri meningkat

sehingga baroreseptor pada arteri akan mengirimkan feedback negatif dan

menurunkan aktivitas sistem saraf simpatis. Penurunan aktivitas sistem saraf

Page 90: slow frontcrawl swimming recovery more effective than slow

90

simpatis menyebabkan vasodilatasi sehingga tekanan darah dan denyut jantung

berkurang sehingga pemulihan lebih cepat terjadi . Efek penyelaman di dalam air

merupakan suatu metode yang sederhana dan efektif untuk mengaktivasi sistem

saraf parasimpatis dan mengurangi aktivitas sistem saraf simpatis setelah latihan

fisik. Air dengan suhu yang lebih rendah lebih efektif dalam aktivasi sistem saraf

parasimpatis (Miyamoto, 2006).

Denyut jantung pada saat berada di dalam air 13% lebih rendah daripada

saat berada di daratan, sehingga metode pemulihan secara aktif di dalam air lebih

efektif daripada metode pemulihan aktif di daratan (Mc Ardle et al., 1991).

Denyut jantung pada saat berada di dalam air lebih rendah dibandingkan ketika

berada di daratan karena pada saat berenang tubuh berada dalam posisi horizontal

sehingga jantung bekerja lebih ringan untuk memompa darah ke seluruh tubuh

melawan efek gravitasi bumi (Irlam, 2013).

Atlet renang yang telah melakukan renang sprint 50 meter secara fisiologis

akan mengalami ketidakseimbangan metabolisme yaitu sumber karbohidrat dan

cadangan kreatin fosfat akan terpakai dengan cepat dan akan dihasilkan metabolit

yaitu asam laktat. Tubuh harus dipulihkan kembali segera setelah melakukan

olahraga karena cadangan energi di dalam otot yang berkontraksi selama olahraga

harus dipulihkan kembali dan asam laktat yang terbentuk harus dibersihkan dari

otot dan darah (Becket et al., 1993).

Penurunan denyut nadi dari menit pertama sampai menit kelima pada

kelompok renang gaya dada telah diuji secara statistik dengan uji Wilcoxon dan

menunjukkan bahwa data memiliki nilai p < 0,05 yang berarti bahwa penurunan

denyut nadi dari menit pertama sampai menit kelima pada kelompok renang gaya

Page 91: slow frontcrawl swimming recovery more effective than slow

91

dada secara statistik menunjukkan perbedaan yang bermakna (Tabel 5.17).

Metode pemulihan dengan berenang lambat gaya dada dilakukan dengan stroke

rate (SR) yang seminimal mungkin. Peningkatan penampilan atlet renang lebih

baik pada pemulihan berenang lambat gaya dada yaitu sebesar 15,3%

dibandingkan dengan metode pemulihan secara pasif yaitu sebesar 12,5%

(Chatard dan Candwilson, 2003).

Renang lambat gaya dada juga memberikan efek penyelaman di dalam air

yang merupakan suatu metode yang efektif untuk aktivasi sistem saraf

parasimpatis sehingga efektif dalam pemulihan denyut nadi atlet renang (Haddad

et al., 2010). Renang lambat gaya dada juga melibatkan kontraksi otot-otot dalam

tubuh, tetapi energi yang dibutuhkan untuk kontraksi otot pada renang lambat

gaya dada lebih besar dibandingkan dengan gaya bebas. Gerakan lengan dan kaki

pada renang gaya dada terjadi di dalam air sehingga tahanan tekanan air yang

ditimbulkan jauh lebih besar. Tahanan yang ditimbulkan menjadi sangat besar

karena berat jenis air jauh lebih tinggi dibandingkan dengan berat jenis udara

yaitu berat jenis air adalah 1000 kg/m3 dan berat jenis udara adalah 1,275 kg/m3.

Kontraksi otot harus melawan tahanan yang besar sehingga energi yang

diperlukan lebih besar (Costill et al., 1998).

Tahanan tekanan air adalah tahanan yang paling mempengaruhi kecepatan

seorang atlet renang yaitu sebesar 55%; tahanan gesekan sebesar 22%; dan

tahanan gelombang sebesar 23%. Gerakan lengan dan kaki ke arah lateral juga

menyebabkan tahanan tekanan air, tahanan gesekan dan tahanan gelombang air

menjadi sangat besar, sehingga dibutuhkan energi yang lebih besar untuk

kontraksi otot untuk melawan tahanan tersebut. Efek fisiologis yang terjadi karena

Page 92: slow frontcrawl swimming recovery more effective than slow

92

kontraksi otot pada renang gaya dada juga terjadi peningkatan aliran darah

sehingga metabolisme asam laktat di otot yang berkontraksi selama latihan

maksimal menjadi lebih cepat (Bonen dan Belcastro, 2006).

Asam laktat yang terbentuk akan diresintesis kembali menjadi glukosa dan

disimpan kembali menjadi glikogen otot. Mekanisme fisiologis yang mendasari

penurunan denyut nadi setelah berenang lambat gaya dada juga didasarkan pada

rangsangan pada kemoreseptor pada pembuluh darah karena telah terjadi

penurunan kadar asam laktat. Penurunan kadar asam laktat menyebabkan

feedback negatif ke otak untuk menurunkan aktivitas sistem saraf simpatis dan

aktivasi sistem saraf parasimpatis sehingga terjadilah penurunan denyut nadi

(Bonen dan Belcastro, 2006).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa denyut nadi pemulihan yang diukur

dengan metode Brouha yaitu denyut nadi menit pertama (P1) dan kedua (P2)

antara kedua kelompok setelah diuji dengan uji Mann Whitney menunjukkan

bahwa data memiliki nilai p > 0,05 yang berarti bahwa denyut nadi pemulihan

menit pertama (P1) dan kedua (P2) antara kedua kelompok secara statistik tidak

menunjukkan perbedaan yang bermakna (Tabel 5.14). Perbedaan denyut nadi

pemulihan menit pertama (P1) dan menit kedua (P2) pada kelompok renang gaya

bebas dan gaya dada tidak bermakna sehingga perbedaan efektifitas antara kedua

perlakuan pada menit pertama dan kedua belum terlihat.

Denyut nadi pemulihan pada menit ketiga (P3) sampai kelima (P5) antara

kedua kelompok menunjukkan bahwa data memiliki nilai p < 0,05 yang berarti

bahwa denyut nadi pemulihan menit ketiga (P3) sampai kelima (P5) antara kedua

kelompok secara statistik menunjukkan perbedaan yang bermakna (Tabel 5.15

Page 93: slow frontcrawl swimming recovery more effective than slow

93

dan Tabel 5.16). Perbedaan denyut nadi pemulihan menit ketiga (P3) sampai

menit kelima (P5) pada kelompok renang gaya bebas dan gaya dada adalah

bermakna sehingga dapat dilihat bahwa berenang lambat gaya bebas lebih efektif

dalam mempercepat penurunan denyut nadi atlet renang dibandingkan dengan

berenang lambat gaya dada.

Penurunan denyut nadi dari menit pertama sampai menit kelima antara

kedua kelompok setelah diuji dengan uji Mann Whitney menunjukkan bahwa data

memiliki nilai p < 0,05 yang berarti bahwa penurunan denyut nadi dari menit

pertama sampai menit kelima antara kedua kelompok secara statististik

menunjukkan perbedaan yang bermakna (Tabel 5.17). Ppenurunan denyut nadi

dari menit pertama sampai kelima pada kelompok renang gaya bebas dan gaya

dada menunjukkan perbedaan yang bermakna sehingga berenang lambat gaya

bebas lebih efektif dibandingkan dengan berenang lambat gaya dada dalam

mempercepat pemulihan denyut nadi atlet renang.

Hasil penelitian pada Tabel 5.14 sampai 5.17 dapat disimpulkan bahwa

metode pemulihan dengan berenang lambat gaya bebas lebih efektif dalam

mempercepat penurunan denyut nadi atlet renang setelah latihan maksimal berupa

renang sprint 50 meter.

Analisis biomekanik pada gaya renang didasarkan pada analisis

kinematika dan neuromuskular. Kinematika siklus kayuhan (stroke cycle) pada

renang gaya bebas menghasilkan kecepatan yang paling tinggi dibandingkan

dengan renang gaya lainnya dengan urutan yaitu renang gaya kupu-kupu, gaya

punggung dan gaya dada (Chengalur et al.,1992). Kecepatan renang dipengaruhi

oleh panjang kayuhan (stroke length/SL) dan frekuensi kayuhan (stroke

Page 94: slow frontcrawl swimming recovery more effective than slow

94

frequency/SF). Stroke length adalah jarak horizontal bergeraknya tubuh ke arah

depan selama satu siklus kayuhan maksimal. Stroke frequency adalah jumlah

kayuhan maksimal dalam satu satuan waktu tertentu (stroke/menit) (Toussaint dan

Hollander, 1994).

Hasil penelitian Craig dan Pendergast (1989), menyatakan renang gaya

bebas memiliki stroke length dan stroke frequency yang paling tinggi sehingga

menghasilkan kecepatan renang yang paling tinggi dibandingkan dengan gaya

renang lainnya. Renang gaya dada untuk meningkatkan kecepatan, stroke

frequency harus ditingkatkan tetapi stroke length akan berkurang sehingga

kecepatan yang dihasilkan tidak maksimal (Craig dan Pendergast, 1989).

Variabel lain yang juga berpengaruh terhadap kecepatan renang adalah

stroke index (SI). Stroke index berfungsi untuk mengetahui efisiensi gerakan suatu

gaya renang (Costill et al., 1985). Stroke index menggambarkan apabila seorang

atlet renang berenang pada kecepatan tertentu, apabila atlet renang tersebut

memiliki stroke length yang baik, maka renang yang dilakukan memiliki efisiensi

yang tinggi. Gaya bebas memiliki stroke index yang paling baik diantara keempat

gaya renang, sedangkan renang gaya dada memiliki stroke index yang paling

buruk. Kesimpulan dari analisis kinematika siklus kayuhan tersebut adalah renang

gaya bebas memiliki stroke length, stroke frequency, stroke index dan kecepatan

yang lebih baik daripada renang gaya dada sehingga energi yang dibutuhkan lebih

kecil (Arellando et al., 2002).

Energi yang dihabiskan saat berenang yang paling kecil adalah renang

dengan gaya bebas, dan yang terbesar adalah gaya punggung, kemudian gaya

kupu-kupu dan gaya dada. Energi yang dihabiskan selama berenang dengan gaya

Page 95: slow frontcrawl swimming recovery more effective than slow

95

bebas lebih kecil dibandingkan dengan berenang dengan gaya dada (Pendergast,

2011).

Gerakan renang gaya bebas menggunakan gerakan lengan dan dorongan

kaki secara kontinyu untuk menghasilkan gaya dorong yang maksimal dan terus-

menerus selama berenang. Besarnya tahanan dapat diminimalkan karena sumbu

panjang tubuh sejajar dengan arah gerakan. Bentuk tubuh pada renang gaya bebas

dapat dibayangkan sebagai suatu objek yang berbentuk lurus, pipih dan panjang

(streamline) (Barbosa et al., 2010).

Gerakan pada renang gaya bebas arah gerakannya sejajar dengan sumbu

tubuh dan tidak ada gerakan sendi panggul atau lengan ke arah lateral seperti

gerakan pada renang gaya dada. Arah gerakan yang sejajar dengan sumbu tubuh

dan tidak ada gerakan sendi panggul atau lengan ke arah lateral sangat penting

untuk meminimalkan hambatan di dalam air, karena air mengalir di sekitar tubuh

dalam arah yang sejajar. Arah gerakan yang sejajar dengan sumbu tubuh juga

berfungsi untuk meneruskan kecepatan yang dihasilkan oleh kayuhan lengan dan

dorongan kaki (Barbosa et al., 2010).

Renang gaya dada merupakan gaya renang yang paling kurang efisien

dibandingkan dengan gaya renang lainnya karena besarnya tahanan air yang

disebabkan oleh posisi tubuh. Semua gerakan lengan pada renang gaya dada

berada di dalam air. Dorongan oleh kedua lengan pada fase gerakan pemulihan

(recovery) dimana kedua lengan masih tetap berada di dalam air, dapat

menyebabkan dihasilkannya tahanan air yang sangat tinggi (Barbosa et al., 2010).

Peningkatan kebutuhan oksigen secara drastis terjadi pada saat

berolahraga. Cadangan oksigen yang tersimpan di dalam hemoglobin darah,

Page 96: slow frontcrawl swimming recovery more effective than slow

96

mioglobin akan digunakan pada saat awal dilakukan olahraga. Cadangan oksigen

yang ada di dalam tubuh belum dapat mengimbangi peningkatan kebutuhan

oksigen yang terjadi sehingga terjadilah suatu keadaan kekurangan oksigen

(oxygen deficit). Oxygen deficit adalah suatu keadaan dimana cadangan oksigen

yang tersimpan dalam tubuh tidak seimbang dengan kebutuhan oksigen sehingga

tubuh akan melakukan kompensasi dengan cara memproduksi energi dari sistem

energi anaerobik (Astrand, 2008).

Konsumsi oksigen akan tetap tinggi pada saat aktivitas olahraga berhenti

dan akan menurun secara bertahap saat masa pemulihan. Konsumsi oksigen yang

tetap tinggi setelah melakukan aktivitas fisik disebut dengan kelebihan konsumsi

oksigen (oxygen debt) atau disebut juga Excess Post-exercise Oxygen

Consumption (EPOC). Kelebihan konsumsi oksigen pada masa pemulihan akan

digunakan untuk : 1. Mengembalikan cadangan oksigen di dalam hemoglobin,

mioglobin dan yang terlarut dalam darah, 2. Mengkorversikan kembali laktat

menjadi glukosa dan 3. Mengembalikan cadangan ATP-fosfokreatin dari ADP

dan fosfokreatin (Binzoni et al., 2002).

Analisis biomekanik gerakan dan neuromuskular metode renang lambat

gaya bebas dapat menghasilkan kecepatan yang lebih tinggi dibandingkan dengan

renang lambat gaya dada. Energi yang dibutuhkan pada renang gaya bebas lebih

sedikit untuk menempuh jarak renang yang sama. Analisis bioenergetika renang

gaya bebas adalah gaya renang yang membutuhkan energi paling rendah

dibandingkan dengan gaya renang lainnya termasuk renang gaya dada (Ogita et

al., 2004).

Page 97: slow frontcrawl swimming recovery more effective than slow

97

Analisis biomekanik dan bioenergetika renang gaya dada membutuhkan

energi yang lebih besar dibandingkan dengan renang gaya bebas. Peningkatan

kebutuhan energi akan disertai dengan peningkatan kebutuhan oksigen. Tubuh

akan beradaptasi tethadap peningkatan kebutuhan okseigen dengan cara

meningkatkan kerja sistem kardiovaskular. Sistem kardiovaskular berfungsi untuk

transpor oksigen ke seluruh tubuh oleh jantung dan difusi oksigen ke jaringan

(Ogita et al., 2004).

Kebutuhan energi dan oksigen yang lebih rendah pada renang gaya bebas

menyebabkan adaptasi sistem kardiovaskular untuk memenuhi kebutuhan energi

dan oksigen yang meningkat selama olahraga juga lebih minimal. Adaptasi sistem

kardiovaskular adalah dengan meningkatkan denyut jantung. Peningkatan denyut

jantung dapat dinilai dengan menilai denyut nadi yang merupakan pulsasi denyut

jantung yang ada di permukaan tubuh. Adaptasi yang lebih minimal menyebabkan

pemulihan denyut nadi juga lebih cepat.

Sumber energi dari renang lambat 200 meter adalah berasal dari 3 sumber

yaitu: (1). ATP-PC sebesar 10%; (2). Asam laktat sebesar 30% dan (3). Sumber

energi aerob sebesar 60% (Prampero et al., 1986). Sumber energi terbesar pada

saat berenang lambat 200 meter adalah sumber energi aerobik yang membutuhkan

oksigen untuk menghasilkan ATP. Renang lambat gaya bebas 200 meter

membutuhkan energi yang lebih kecil dibandingkan dengan renang lambat gaya

dada maka kebutuhan oksigennya pun lebih kecil. Kebutuhan oksigen yang lebih

kecil menyebabkan kelebihan konsumsi oksigen (oxygen debt) yang terjadi pada

masa pemulihan akan lebih banyak yang bisa digunakan untuk pengembalian

cadangan oksigen dan energi dalam tubuh. Pengembalian cadangan oksigen dan

Page 98: slow frontcrawl swimming recovery more effective than slow

98

energi yang lebih cepat menyebabkan pemulihan kerja sistem kardiovaskular juga

lebih cepat terjadi. Pemulihan kerja sistem kardiovaskular dapat dinilai dengan

menilai pemulihan denyut nadi (Hill dan Lupton, 2007).

Kebutuhan energi yang lebih sedikit pada renang gaya bebas menyebabkan

kebutuhan oksigen juga lebih sedikit pada renang gaya bebas. Kebutuhan oksigen

yang lebih sedikit menyebabkan penggunaan oksigen pada oxygen debt lebih

sedikit sehingga lebih banyak oksigen yang bisa digunakan untuk pemulihan.

Pemulihan yang terjadi di dalam tubuh salah satunya adalah pemulihan kadar

asam laktat. Pemulihan kadar asam laktat yang lebih cepat menyebabkan

pemulihan denyut nadi juga terjadi lebih cepat. Pemulihan denyut nadi terjadi

karena penurunan kadar asam laktat di dalam darah akan merangsang

kemoreseptor pada pembuluh darah sehingga akan menimbulkan feedback negatif.

Feedback negatif akan menyebabkan penurunan aktivitas sistem saraf simpatis

dan peningkatan aktivitas sistem saraf parasimpatis.

Page 99: slow frontcrawl swimming recovery more effective than slow

99

BAB VII

SIMPULAN DAN SARAN

7.1 Simpulan

Simpulan pada penelitian ini didasarkan pada analisis data dan pembahasan,

adapun simpulan pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

Pemulihan berenang lambat gaya bebas lebih efektif dibandingkan dengan

pemulihan berenang lambat gaya dada dalam mempercepat penurunan denyut

nadi atlet renang pria grup renang Bayusuta di Denpasar.

7.2 Saran

Berdasarkan simpulan penelitian di atas, maka disarankan beberapa hal sebagai

berikut :

1. Bagi para pelatih renang diharapkan menerapkan metode pemulihan yang

sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi seperti

metode pemulihan secara aktif yaitu berenang lambat gaya bebas.

2. Untuk menyempurnakan penelitian ini, maka diharapkan penelitian-

penelitian lanjutan pada masa-masa yang akan datang mengenai metode

pemulihan aktif pada cabang olahraga renang dengan gaya renang yang

berbeda.

Page 100: slow frontcrawl swimming recovery more effective than slow

100

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad. 2006. Makalah Ilmiah Renang. Available from : http://www.kompas.

com/2006/makalah ilmiah renang-html. (Accesed : 2013, November 12).

Alves, F., Costa, M., Gomes, J. 2001. The Influence of Swimming Velocity on the

Kinematic Characteristics of Frontcrawl Swimming. Journal of Sports and

Medicine 12 : pp 349–355.

Andreacci, H., Hawley, J. A., Gaesser, G. 2010. Effect of Exercise Intensity,

Duration and Mode on Post Exercise Oxygen Consumption. European

Journal of Applied Physiology 60 : pp 169-174.

Andrew, G . M., Guzman, C. A., Becklake, M. R. 1997. Effect of Athletic

Training on Exercise Cardiac Output. Journal of Applied Physiology 21 :

pp 603-608.

Arai, Y., Saul, J. P., Albert, P. 2002. Cardiac Autonomic Activity During and

Immediately After Exercise. Journal of Applied Physiology 256 : pp 132-

136.

Arellando, F., Cunha, P., Pereira, G. J. 2002. Biomechanics and Medicine in

Swimming VIII, K.L.Keskinen, P.V. Komi & P.A. Hollander, (Eds.).

Gummerus Printing, Jyvaskyla, pp 9-14.

Astrand, I. 2008. Oxygen Uptake at the Beginning of Work. Journal of Applied

Physiology 33 : pp 611–615.

Avalos, M., Hellard, P., Chatard, J. C. 2003. Oxygen Requirement After Exercise.

Medicine and Science in Sports and Exercise : 35 pp 838-846.

Page 101: slow frontcrawl swimming recovery more effective than slow

101

Barbosa, T. M., Bragada, J. A., Reis, V. M., Marinho, D .A., Carvalho, C. and

Silva, A. J. 2010. Energetics and Biomechanics as Determining Factors of

Swimming Performance, Updating the State of Art. Journal of Science and

Medicine in Sport 13: pp 262-265.

Becker, B. E., Hildenbrand, K., Whitcomb, R. K., Sanders, J. P. 2009.

Biophsiologic Effect of Warm Water Immersion. International Journal of

Aquatic Research and Education 3 : pp 24-37.

Beckett, K. D., and Steigbigel, K. 1996. Effects of Warm Down Techniques on

the Removal of Lactate Acid Following Maximal Human Performance.

Journal of Swiming Research 9: pp 32–35.

Behm, D. G., and Barden, J. 1993. Training Adaptations for Optimal

Performance. Sports Medicine. 15 : pp 374–388.

Berryman, N., Mekary, S., Bherer, L., Audiffren, M. 2012. Reliability of Heart

Rate Measures Used to Assess Post-Exercise Parasympathetic Reactivation.

Sports Medicine 26 : pp 217–238.

Bersohn, M. M., Schener, J. 1989. Effects of Physical Training on End-Diastolic

Volume and Myocardial Perfomance. European Journal Applied Physiology

40 : pp 510-16.

Binzoni, T., Ferretti, G., Schenker, K., Cerretelli. 2002. Relationship Between

Oxygen Consumption, High Energy Phosphates and the Kinetics of Oxygen

Debt in Exercise. Journal of Applied Physiology 29 : pp 547–551.

Blomqvist, G. 2005. Cardiovascular Adaptation to Physical Training. Available

from : www.anualreview.org/aronline (Accessed : 2013, September 19).

Page 102: slow frontcrawl swimming recovery more effective than slow

102

Bogdanis, G. C., Nevill, M. E., Lakomy, H. K., Graham, C., Louis, G. 2002.

Physiological Effect of Active Recovery. European Journal Applied

Physiology 74 : pp 461–469.

Bompa, O. T. 1994. Theory and Methodology of Training. Toronto: Mosaic Press.

Bonen, A., and Belcastro, A. N. 2006. Comparison of Self-Selected Recovery

Methods on Lactic Acid Removal Rates. Medicine Science Sports 8: pp

176–178.

Bonifazi, M., Martelli, G., Marugo, L., Sardella, F., Carli, G. 1993. Oxygen

Deficit After Exercise. The Journal of Sports Medicine and Physical

Fitness 33 : pp 13-18.

Bosquet, R. S., Goldsmith, L., Sleight, P. 2010. Exercise and Autonomic

Function. Sport and Medicine Journal 272 : pp 1412-1418.

Breakly, T. E., Easton, R., Peters, D. 2010. Effects of Cold Water Immersion on

the Symptoms of Exercise-Induced Muscle Damage. Journal of Sport

Science 13 : pp 231-234.

Brems, F. 1997. The mechanics of modern breaststroke swimming. Available

from : http://www. bjsportmed. com (Accessed : 2013, September 21).

Brent, F., Fiske, C. H., Henry, F. M. 2011. Metabolism During Exercise. Journal

of Applied Physiology 3 : pp 427-429.

Brooks, P. A., Lavoie, J. M., Montpetit, R. R. 2011. An Energy Balance in

Exercise. European Journal Applied Physiology 94 : 134-136.

Buchheit, M., Peiffer, J.J., Abbiss, C.R. and Laursen, P.B. 2009. Effect of Cold

Water Immersion on Postexercise Parasympathetic Reactivation. Heart and

Circulatory Physiology 296(2) : pp 421-427.

Page 103: slow frontcrawl swimming recovery more effective than slow

103

Buskirk, E.R. 1985. Biology of Aging (2d ed) New York: Van Nostrand Reinhold.

(pp 894-924).

Capelli, C., Pendergast, D. R., Termin, B. and Prampero, P. E. 1998. Energetics of

Swimming at Maximal Speed. European Journal Applied Physiology 78 :

pp 385-393.

Capelli, P. C., Eggleton, P., Gussoni, M. 2010. Energetics of Swimming. Journal

of Applied Physiology 55: pp 146-153.

Caputo, R., Ogita, F., Tabata, I. 2006. Energy Release During Swimming at

Different Velocity. Medicine Science Sports Exercise 32 : pp 336-338.

Carew, K. R., Piiper, J., Roos, A. 2003. Relationship of Lactic acid Production,

Velocity and Metabolism in Competitive Swimming. Journal of Applied

Physiology 215: pp 522-525.

Cazorla G., Beam, C. W. 1983. The Influence of Active Recovery on Blood Lactate

Disappearance After Supramaximal Swimming. Sports Medicine Physical

Fitness 40: pp 87–95.

Chatard, J. C and Candwilson, B. 2003. Active Recovery in Swimming. Medicine

and Science Sports Exercise 35 : pp 176-181.

Chengalur, S. and Brown, P. 1992. An Analysis of Male and Female Olympic

Swimmers in the 200m Events. Canadian Journal of Sport Science 17 : pp

104-109

Cole, C. R., Blackstone, E. H., Pashkow, F. J., Snader, C. E. and Lauer, M. S.

1999. Heart Rate Recovery Immediately After Exercise as a Predictor of

Mortality. New England Journal Medicine 341(18) : 1351-1357.

Page 104: slow frontcrawl swimming recovery more effective than slow

104

Colwin, M. 2009. Heart Rate, Blood Pressure and Exercise. Available from :

http://Vernier.com (Accessed : 2013, October 14).

Costill, D., Kovaleski, J., Porter, D., Fielding, R. and King, D. 1985. Energy

Expenditure During Frontcrawl Swimming, Predicting Success in Middle-

Distance Events. International Journal of Sports Medicine 6 : pp 266-270.

Costill, D., Kovaleski, J., Porter, D., Fielding, R., King, D. 1998. Energy

Expenditure during Breaststroke Swimming. International Journal Sports

Medicine 6 : pp 266-270.

Craig, J. R. and Pendergast, D. 1989. Bioenergetics of Swimming. Medicine and

Science Sports Exercise 11 : pp 278- 283.

Craig, J. R., Skehan, P., Pawelczyk, J. A. 2010. Relationships of Stroke Rate,

Distance per Stroke and Velocity in Competitive Swimming. Medicine

Science and Sports Exercise 17 : 625-634.

Cutilletta, A. F., Eclmiston, K., Dowell, R. T. 1998. Effect of a Mild Exercise

Program on Myocardial Function and the Development of Hypertrophy.

Applied Physiology 46 : 354-360.

Darryl, J., Prentice, W. E. 2004. Alternating Hot and Cold Water Immersion for

Athlete Recovery. Medicine and Science in Sports and Exercise 16 : pp

529–538.

Dedeng, K. 1994. Latihan Renang PRSI/FINA. Jakarta: Penataran Pelatih

Nasional.

Douda, H., Bogdanis, G., Boobis, L. 2010. Intensity of Exercise Recovery and

Swimming Performance. Journal Sport Science 26 : pp 29-34.

Page 105: slow frontcrawl swimming recovery more effective than slow

105

Effendi, C. A. 1983. Adaptasi Kardiovaskular terhadap Latihan. Penyunting :

Sadikin. Cetakan 1. Yogyakarta : Media Pressido. Hal : 21.

Felix, D., Bonen, A., Banerjee, P. 2008. Effects of Warm Down Techniques on

Removal of Lactate and Heart Rate Recovery Following Maximal Exercise.

Journal Sport Science 9 : pp 32-35.

Ferran, C. B., Brand, M. D., Nicholls, D. G. 2010. Aerobic and Anaerobic Energy

Expenditure. Exercise Sport Journal 66 : pp 239-242.

Fox, T., Prampero, P. E., Margaria, R. 1993. Relationship Between Oxygen

Consumption, High Energy Phosphates and the Kinetics of Oxygen Debt in

Exercise. European Journal Applied Physiology 304 : pp 11-19.

Francis, A., Belcastro, C., Bonen, M. 2009. A Comparison of Self-Selected

Recovery Method. Medicine Science Sport 8 : pp 176-178.

Freeman, J. V., Dewey, F. E., Hadley, D. M. 2006. Autonomic Nervous System

Intraction with the Cardiovascular System during Exercise. Medicine

Science Sports Exercise 38 : pp 1492–1499

Ganong, W. F. 2012. Fisiologi Kedokteran. Editor H. M. Djauhari

Wijayakusumah. Edisi 24. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Grandjean, P., Andersen, L., Ndrew, G.M. 1993. Maximal Blood Flow and

Oxygen Uptake of an Exercise. Acta Physiology Scandinavia 14 : pp 134-

138.

Guyton, A. C., Hall, J. E. 2011. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Alih bahasa

Irawati. Ed. 12. Jakarta : EGC.

Page 106: slow frontcrawl swimming recovery more effective than slow

106

Haddad, K., Lehmann, J. F., Scham, S. M. 2010. Training, Recovery and

Overtraining-the Role of the Autonomic Nervous System. Sport Coach

Journal 3 : pp 29-30.

Halson, T. H., Topol, E. J., Paskhow, J. 2004. Heart Rate and Cardiorespiratory

Fitness. JAMA 282 : pp 1547-1553.

Hannon, J. P., and Covixo, B. G. 2001. Competition in Hot and Humid

Environment. European Journal Applied Physiology, 66 : pp 489-493.

Hay, James, G. 1993. The Biomechanical of Sport Technique. Journal Sports

Science 26: pp 1497–1505.

Hill, A.V., and Lupton, H. 2007. Muscular Exercise, Lactic Acid and the Supply

and Utilization of Oxygen. Medicine Science Sport 96 : pp 438-475.

Hocutt, J. E., Beebe, J. K., Jaffe, R., Rylander, C. R. 1997. Recovery and

Regeneration for Long-Term Athlete Development. Journal of Athletic

Training 33 : pp 336–340.

Holfelder, C., Barthels, K. M., Arellano, R. 2013. Observation and Technical

Characterization in Swimming 200 m Breaststroke. Sport Medicine Journal

26 : pp 235-240.

Irlam, L. 2013. Swim Training with Heart Rate. Sports Medicine Journal 17 : pp

472-475.

Jansen. 1997. The Art and Science Coaching. Canbera, Australia : Government

Publishing Service.

Jarvis, A., Jensen, B., Hardley, S., Felix, S., Manos, T. 1997. Swimming

Performance Following Different Recovery Protocols in Female Collegiate

Swimmers. Journal of Swimming Research 12 : pp 1–6.

Page 107: slow frontcrawl swimming recovery more effective than slow

107

Karim, S. 2002. Latihan Fisik. Surakarta : Sebelas Maret University Press.

Ketchum. 1999. Cardiovascular Adaptations to Physical Training. Journal of

Applied Physiology 34 : pp 628-632.

Kindermen, R. J., Cutilletta, A. F., Edmiston, K. 1995. Effect of Exercise Program

on Myocardial Function and the Development of Hypertrophy. Journal of

Applied Physiology 46 : pp 354-360.

Kokkinos, Venditti, F. J., Manders, E. S., Evans, J. C., Larson, M. G. 1994. Heart

Rate Recovery and Mortality Risk in an Elderly Cohort. The Framingham

Heart Study Circulation 90 : pp 878-883.

Larson, T. 2007. Heart Rate Response to Graded Exercise. Available from :

www.heartmed.com (Accessed : 2013, October 21).

Larson, T. 2007. Heart Rate Response to Graded Exercise. Available from :

www.heartmed.com (Accessed : 2013, October 21).

Lauer, P., Sergej, M., Calleja, G. 2009. Recovery Heart Rate. Journal of

Physiology 54 : pp 105-110.

Laursen, P. B., Chollet, D., Lemaitre, F. Effect of Cold or Thermoneutral Water

Immersion on Post-exercise Heart Rate Recovery and Heart Rate

Variability. European Journal of Applied Physiology 108 : pp 599-604.

Leon, A. S., Bloor, C. M. 2008. Effects of Exercise and Its Cessation on the Heart

and Its Blood Supply. Journal of Applied Physiology 24 : pp 485-490.

Mc Ardle, A., Beltisky, R. B., Bahr, R. 1991. The Science Behind Recovery.

Medicine and Science in Sports and Exercise 24 : pp 532-535.

McLeod, I. 2012. A strong Core is Essential for Powerful Swimming. Available

from : www.humankinetics.com. (Accessed : 2014, May 8).

Page 108: slow frontcrawl swimming recovery more effective than slow

108

McMaster, W. C. 2005. Shoulder injuries in competitive swimmers. Medicine and

Science in Sports and Exercise 18 : pp 349–359.

Michael, B., Williams, T., Peter, B., Raven, L. 2003. Effects of Recovery on

Glycogen Restoration and Endurance Exercise Performance. Journal of

Strength and Conditioning Research 17 : pp 12–19.

Miyamoto, S., Viitasalo, K., Niemela, R. 2006.The Effect of Water Immersion

and Active Recovery on Heart Rate. Journal of Athletic training 32 : pp

238-241.

Mohsen, S. J. and Coyle, E. F. 2012. Cardiovascular and Temperature Regulatory

Change During Maximal Exercise. Journal of Applied Physiology 20 : pp

267-270.

Mollendorf, J. K. 2010. Body Drag and Efficiency in Competitive Swimming.

Archive Physiology 69 : pp 502-508.

Monahan, K. G., Lusk, G., Seals, D. S. 2001. Predicted Maximal Heart Rate.

Journal of Exercised Physiology 37 : pp 153-6.

Nicol, J. F, Kessler, Maria, R. B. 1998. The role of Personal Control of the

Environment in Thermal Comfort and Satisfaction at the Swimming Pool.

Journal of the Environmental Design Research Association 21 : 303-318.

Ogita, F., Tamaki, H., Wagatsuma, A., Maeda, A. 2004. The Mechanical

Efficiency of Frontcrawl Swimming. Medicine Science Sports Exercise 22 :

pp 402-408.

Olson, R. 2007. Medifast Exercise Guide (Owings Mills Inc), Available from:

www.medifast.vic.gov.au. (Accessed: 2013, November 10).

Page 109: slow frontcrawl swimming recovery more effective than slow

109

Ostojic, M., Bhan, A. K., Johnson, R. 2011. Effect of Physical Training on

Cardiac Activity. Journal of Applied Physiology 22 : pp 314-324.

Palatini, P., Thijs, L., Staessen, J. A . 2002. Recommendations on How to

Measure Resting Heart Rate. Intern Medicine. 162 : pp 231-232.

Pendergast, L., Baltaci, G., Rorke, S. 2011. Swimming Energy Training. Medicine

and Science in Sports and Exercise 31 : pp 117-119.

Plowmanet, Sharon, A., Smith, D. L. 2008. Exercise Physiology for Health,

Fitness and Performance. 2nd ed. Baltimore : Lippincot Williams&Wilkins,

a Wolters Kluwer Bisiness.

Poccok, S. J. 2008. Clinical trials, John Wiley&Sons Ltd, England.

Prabowo, T. 1999. Cedera Bahu. Jurnal Majalah Ilmiah Olahraga. Volume 5

Edisi Desember. Hal. 76-84. Yogyakarta: FPOK IKIP Yogyakarta.

Prampero, P. E. 1986. The Energy Cost of Human Locomotion on Land and in

Water. Sports Medicine Journal 7: pp 55-72.

Prampero, P. E., Pendergast, D. R., Wilson, D. R., Rennie, D. W. 1974.

Energetics of Swimming in Man. Journal of Applied Physiology 37 : pp

101-105.

Publow, B. 1999. Testing and Circuit Training. Available from :

http://www.Speedskatingontario.org (Accessed : 2013, October 15).

Richards, R. 2003. The Mechanics of Breaststroke Swimming. Available from :

http://www.jssm.org (Accesssed : 2013, September 17).

Robergs, R. 2006. Resting Heart Rate (American Heart Association), Available

from : http://www.nytimes.com (Accessed : 2013, November 7).

Page 110: slow frontcrawl swimming recovery more effective than slow

110

Robergs, R. A., Landwehr, R. 2002. The Surprising of Heart Rate Maximal

Equation. Journal of Exercise Physiology 26 : pp 538-546.

Robinson, B. F., Epstein, S. E., Kahler,R. L., Braunwald, E. 2000. Circulatory

Effects of Acute Expansion of Blood Volume During Exercise. Sports

Medicine 32 : pp 539–554.

Rodriquez, C. E., Binzoni, T., Ferretti, G. 2010. Aerobic and Anaerobic

Metabolism in Swimming. Journal of Applied Physiology 19 : pp 20-23.

Rohmat, D. 2006. Prestasi Atlet Renang Gaya Punggung Ditinjau Dari Frekuensi

Kayuhan, Fleksibilitas Lengan dan Kekuatan lengan. Artikel Ilmiah

Olahraga. Hal. 9-11. Yogyakarta: FPOK IKIP Yogyakarta.

Saltin, B. 1993. Central Circulation after Physical Conditioning in Young and

Middle-Aged Men. Medicine and Science Sports Exercise 25 : pp 952–959.

Scott, C. 2005. Misconceptions about Aerobic and Anaerobic Energy

Expenditure. Journal of the International Society of Sports 2 : pp 32-37.

Sedlock, T.O., Clausen, J., Rasmussen, B. 2010. Effect of Athletic Training on

Heart Rate. Journal of Applied Physiology 21 : 603-608.

Seiler, F. C. 1996. Effect of Physical Training on Cardiovascular Adjustments to

Exercise in Man. Journal of Exercise Physiology 57 : pp 779-782.

Severson, 2012. Pulse Rate Measurement. Available from : www. fotolia.com

(Accessed : 2013, September 20).

Spierer, D. K., Goldsmith, R, Baran, D, Hryniewicz, K, and Katz, S. 2004. Effects

of Active vs. Passive Recovery on Work Performed During Serial

Supramaximal Exercise Tests. Sports Medicine Journal 25 : pp 109–114.

Page 111: slow frontcrawl swimming recovery more effective than slow

111

Suprianto, A. 1991. Melatih Fisik Atlet Renang. Jakarta : Pusat Ilmu Olah Raga.

Koni Pusat.

Swain, D. P., Abernathy, K. S., Smith, C. S. 1994. Target Heart Rate for

Development of Cardiorespiratory Fitness. Medicine Science Sports 26 : pp

112-116.

Taheri, D., Cazorla, G., Dufort, C. 2012. Swimming Perfomance Following

Different Recovery Protocols. Journal of Swimming Researches 12 : pp 11-

16.

Termin, S. F. 2001. Biomechanics and Bioenergetics in Swimming. European

Journal of Applied Physiology 93 : pp 519-523.

Tortora, F., Brodal, P., Clausen, J. P. 2009. Effect of Exercise on Musculoskeletal

System. Journal of Applied Physiology 58 : pp 714-23.

Tortora, P., Snader, C. E., Mark, D. B. 2009. Rest Heart Rate. New England

Journal Medicine 341 : pp 1351-1352.

Toubekis, A. G., Douda, H., Tokmakidis, S. 2008. Influence of Different Rest

Intervals During Active or Passive Recovery on Repeated Sprint Swimming

Performance. European Journal Applied Physiolology 93 : pp 694–700.

Toubekis, A. G., Georgios, V., Ioannis, I. 2010. Repeated Sprint Swimming

Performance After Low or High Intensity Active and Passive Recoveries

Medicine Science Sport 8 : pp 176-178.

Toussaint, H. M., Hollander, A. P. 1994. Energetics of Competitive Swimming,

Implications for Training Programmes. Sports Medicine Journal 18 : pp

384-405.

Page 112: slow frontcrawl swimming recovery more effective than slow

112

Trevizani, G. A., Roberto, P.A., Nadal, J. 2012. Effects of Age and Aerobic

Fitness on Heart Rate Recovery in Adult Men. Brazilian Cardiology 65 : pp

189-211.

Vander, J. 1985. Effects of Physical Training on End-Diastolic Volume and

Myocardial Performance. Journal of Exercise Physiology 40 : pp 510-12.

Wilcock, C. 2006. The Influence of Active Recovery on Blood Lactate and Heart

Rate Recovery After Supramaximal Swimming. Sport Science Journal. 30 :

pp 88-92.

Wyatt, H. L., Mitchell, J. H. 2004. Influences of Physical Training on

Cardiovascular System. Sports Medicine 24 : pp 147–156.

Yataco, A. R., Fleisher, L. A., Katzel, L. I. 1997. Heart Rate Recovery and

Cardiovascular Fitness in Senior Athletes. Journal of Cardiology 80: pp

1389–1391.

Zamparo, T. 2010. Energetics of Competitive Swimming. Sport Medicine 18 : pp

384-390.

Page 113: slow frontcrawl swimming recovery more effective than slow

113

LAMPIRAN 1 PERSETUJUAN MENGIKUTI PROGRAM

PENELITIAN (Informed consent)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini,

Nama :

Umur :

Jenis Kelamin :

Alamat :

Setelah mendapat penjelasan dari peneliti tentang maksud dan tujuan penelitian,

cara pelaksanaan dan konsekuensi-konsekuensinya, demi manfaat yang sebesar-

besarnya bagi peningkatan prestasi cabang olah raga renang di Indonesia, dengan

ini menyatakan :

1. Memahami sepenuhnya maksud dan tujuan penelitian, cara pelaksanaan dan

konsekuensinya.

2. Bersedia mengikuti dan menjalankan petunjuk penelitian yang di berikan

secara sungguh-sungguh dan bertanggung jawab.

Demikian surat pernyataan kesediaan mengikuti program penellitian ini saya

setujui dengan tanpa paksaan dari pihak manapun, untuk kiranya menjadi

pegangan bagi peneliti dan pihak yang berkepentingan terkait dengan penelitian

ini.

Denpasar,……………………..

Yang memberikan penjelasan, Yang menyatakan

persetujuan,

(....................................) (........................)

Page 114: slow frontcrawl swimming recovery more effective than slow

114

LAMPIRAN 2 DATA DAN HASIL ANALISA DATA

DATA UJI NORMALITAS USIA KELOMPOK RENANG GAYA BEBAS DAN GAYA DADA (UJI SAPHIRO WILK)

NO RENANG GAYA BEBAS

RENANG GAYA DADA

1 16.0 17.0 2 16.0 17.0 3 17.0 17.0 4 16.0 17.0 5 17.0 17.0 6 16.0 16.0 7 16.0 16.0 8 17.0 16.0 9 16.0 16.0 10 16.0 17.0 11 16.0 16.0 12 16.0 16.0 13 17.0 18.0 14 17.0 18.0 15 19.0 19.0 16 18.0 20.0 17 21.0 20.0

Page 115: slow frontcrawl swimming recovery more effective than slow

115

HASIL UJI NORMALITAS USIA KELOMPOK RENANG GAYA BEBAS DAN GAYA DADA (UJI SAPHIRO WILK)

Descriptives

Statistic Std. Error

renang gaya bebas Mean 16.88 .331

Std. Deviation 1.364

renang gaya dada Mean 17.24 .327

Std. Deviation 1.348

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

renang gaya bebas .289 17 .001 .694 17 .000

renang gaya dada .275 17 .001 .817 17 .003

a. Lilliefors Significance Correction

Page 116: slow frontcrawl swimming recovery more effective than slow

116

DATA UJI KOMPARABILITAS USIA KELOMPOK RENANG GAYA BEBAS DAN KELOMPOK RENANG GAYA DADA (UJI MANN

WHITNEY)

NO KELOMPOK USIA 1 1 16.0 2 1 16.0 3 1 17.0 4 1 16.0 5 1 17.0 6 1 16.0 7 1 16.0 8 1 17.0 9 1 16.0 10 1 16.0 11 1 16.0 12 1 16.0 13 1 17.0 14 1 17.0 15 2 19.0 16 2 18.0 17 2 21.0 18 2 17.0 19 2 17.0 20 2 17.0 21 2 17.0 22 2 17.0 23 2 16.0 24 2 16.0 25 2 16.0 26 2 16.0 27 2 17.0 28 2 16.0 29 2 16.0 30 2 18.0 31 2 18.0 32 2 19.0 33 2 20.0 34 2 20.0

Keterangan : Kelompok 1 : kelompok renang gaya bebas Kelompok 2 : kelompok renang gaya dada

Page 117: slow frontcrawl swimming recovery more effective than slow

117

HASIL UJI KOMPARABILITAS USIA KELOMPOK RENANG GAYA BEBAS DAN GAYA DADA (UJI MANN WHITNEY)

Ranks

kelompok perlakuan N Mean Rank Sum of Ranks

usia sampel renang gaya bebas 17 15.85 269.50

renang gaya dada 17 19.15 325.50

Total 34

Test Statisticsb

usia sampel

Mann-Whitney U 116.500

Wilcoxon W 269.500

Z -1.028

Asymp. Sig. (2-tailed) .304

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .339a

a. Not corrected for ties.

b. Grouping Variable: kelompok perlakuan

Page 118: slow frontcrawl swimming recovery more effective than slow

118

DATA UJI NORMALITAS IMT KELOMPOK RENANG GAYA BEBAS DAN GAYA DADA (UJI SAPHIRO WILK)

NO Kelompok renang gaya bebas Kelompok renang gaya dada 1 21.2 20.1 2 20.6 21.7 3 22.6 21.8 4 20.9 20.2 5 20.9 21.1 6 20.5 22.4 7 20.2 21.4 8 22.9 22.8 9 21.7 20.6 10 20.8 21.8 11 20.9 20.8 12 21.0 20.3 13 21.9 20.5 14 21.2 20.5

Page 119: slow frontcrawl swimming recovery more effective than slow

119

HASIL UJI NORMALITAS IMT KELOMPOK RENANG GAYA BEBAS DAN GAYA DADA (UJI SAPHIRO WILK)

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

renang gaya bebas .200 17 .070 .904 17 .080

renang gaya dada .150 17 .200* .936 17 .276

a. Lilliefors Significance Correction

*. This is a lower bound of the true significance.

Descriptives

Statistic Std. Error

renang gaya bebas Mean 21.19 .189

Std. Deviation .778

renang gaya dada Mean 21.05 .200

Std. Deviation .824

Page 120: slow frontcrawl swimming recovery more effective than slow

120

DATA UJI KOMPARABILITAS IMT KELOMPOK RENANG GAYA BEBAS DAN KELOMPOK RENANG GAYA DADA (UJI MANN

WHITNEY) NO KELOMPOK IMT 1 1 21.2 2 1 20.6 3 1 22.6 4 1 20.9 5 1 20.9 6 1 20.5 7 1 20.2 8 1 22.9 9 1 21.7 10 1 20.8 11 1 20.9 12 1 21.0 13 1 21.9 14 1 21.2 15 2 20.5 16 2 22.0 17 2 20.4 18 2 20.1 19 2 21.7 20 2 21.8 21 2 20.2 22 2 21.1 23 2 22.4 24 2 21.4 25 2 22.8 26 2 20.6 27 2 21.8 28 2 20.8 29 2 20.3 30 2 20.5 31 2 20.5 32 2 20.7 33 2 21.2 34 2 20.0

Keterangan : Kelompok 1 : kelompok renang gaya bebas Kelompok 2 : kelompok renang gaya dada

Page 121: slow frontcrawl swimming recovery more effective than slow

121

HASIL UJI KOMPARABILITAS IMT KELOMPOK RENANG GAYA BEBAS DAN KELOMPOK RENANG GAYA DADA (UJI MANN

WHITNEY)

Ranks

kelompok perlakuan N Mean Rank Sum of Ranks

IMT renang gaya bebas 17 18.65 317.00

renang gaya dada 17 16.35 278.00

Total 34

Test Statisticsb

IMT

Mann-Whitney U 125.000

Wilcoxon W 278.000

Z -.673

Asymp. Sig. (2-tailed) .501

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .518a

a. Not corrected for ties.

b. Grouping Variable: kelompok

perlakuan

Page 122: slow frontcrawl swimming recovery more effective than slow

122

DATA UJI NORMALITAS DAYA TAHAN KARDIOVASKULAR KELOMPOK RENANG GAYA BEBAS DAN KELOMPOK RENANG

GAYA DADA (UJI SAPHIRO WILK)

No Daya tahan kardiovaskular

kelompok renang gaya bebas

Daya tahan kardiovaskular

kelompok renang gaya dada

1 746.0 806.0 2 742.0 842.0 3 842.0 769.0 4 883.0 870.0 5 732.0 825.0 6 883.0 807.0 7 696.0 769.0 8 634.0 705.0 9 667.0 722.0 10 647.0 692.0 11 681.0 685.0 12 693.0 722.0 13 715.0 650.0 14 694.0 682.0 15 705.0 721.0 16 703.0 814.0 17 730.0 661.0

Page 123: slow frontcrawl swimming recovery more effective than slow

123

HASIL UJI NORMALITAS DAYA TAHAN KARDIOVASKULAR KELOMPOK RENANG GAYA BEBAS DAN KELOMPOK RENANG

GAYA DADA (UJI SAPHIIRO WILK)

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

renang gaya bebas .233 17 .015 .850 17 .011

renang gaya dada .186 17 .119 .941 17 .335

a. Lilliefors Significance Correction

Descriptives

Statistic Std. Error

renang gaya bebas Mean 729.00 17.948

Std. Deviation 74.003 renang gaya dada Mean 749.53 16.523

Std. Deviation 68.125

Page 124: slow frontcrawl swimming recovery more effective than slow

124

DATA UJI KOMPARABILITAS DAYA TAHAN KARDIOVASKULAR KELOMPOK RENANG GAYA BEBAS DAN KELOMPOK RENANG

GAYA DADA (UJI MANN WHITNEY)

NO KELOMPOK USIA 1 1 746.0 2 1 742.0 3 1 842.0 4 1 883.0 5 1 732.0 6 1 883.0 7 1 696.0 8 1 634.0 9 1 667.0 10 1 647.0 11 1 681.0 12 1 693.0 13 1 715.0 14 1 694.0 15 2 705.0 16 2 703.0 17 2 730.0 18 2 806.0 19 2 842.0 20 2 769.0 21 2 870.0 22 2 825.0 23 2 807.0 24 2 769.0 25 2 705.0 26 2 722.0 27 2 692.0 28 2 685.0 29 2 722.0 30 2 650.0 31 2 682.0 32 2 721.0 33 2 814.0 34 2 661.0

Keterangan : Kelompok 1 : kelompok renang gaya bebas Kelompok 2 : kelompok renang gaya dada

Page 125: slow frontcrawl swimming recovery more effective than slow

125

HASIL UJI KOMPARABILITAS DAYA TAHAN KARDIOVASKULAR KELOMPOK RENANG GAYA BEBAS DAN GAYA DADA (UJI MANN

WHITNEY)

Ranks

kelompok perlakuan N Mean Rank Sum of Ranks

daya tahan kardiovaskular renang gaya bebas 17 16.12 274.00

renang gaya dada 17 18.88 321.00

Total 34

Test Statisticsb

daya tahan

kardiovaskular

Mann-Whitney U 121.000

Wilcoxon W 274.000

Z -.810

Asymp. Sig. (2-tailed) .418

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .433a

a. Not corrected for ties.

b. Grouping Variable: kelompok perlakuan

Page 126: slow frontcrawl swimming recovery more effective than slow

126

DATA UJI NORMALITAS DENYUT NADI PELATIHAN, DENYUT NADI PEMULIHAN DAN PENURUNAN DENYUT NADI DARI MENIT

PERTAMA SAMPAI KELIMA BERDASARKAN KARAKTERISTIK SUBJEK DAYA TAHAN KARDIOVASKULAR SEDANG (UJI SAPHIRO

WILK)

No Denyut nadi

pelatihan

Denyut nadi

pemulihan menit 1

Denyut nadi

pemulihan menit 2

Denyut nadi

pemulihan menit 3

Denyut nadi

pemulihan menit 4

Denyut nadi

pemulihan menit 5

Penurunan denyut nadi

pemulihan menit 1-5

1 134.0 114.0 105.0 99.0 91.0 89.0 48.0 2 126.0 108.0 97.0 95.0 86.0 80.0 45.0 3 117.0 107.0 99.0 98.0 87.0 82.0 42.0 4 127.0 118.0 106.0 95.0 84.0 82.0 36.0 5 135.0 119.0 112.0 97.0 90.0 83.0 43.0 6 119.0 102.0 91.0 90.0 86.0 81.0 46.0 7 128.0 115.0 94.0 92.0 89.0 87.0 37.0 8 147.0 134.0 126.0 121.0 99.0 87.0 32.0 9 155.0 139.0 124.0 99.0 94.0 94.0 39.0 10 151.0 146.0 137.0 109.0 102.0 92.0 28.0 11 156.0 138.0 120.0 119.0 118.0 101.0 38.0 12 142.0 136.0 127.0 114.0 108.0 97.0 35.0 13 137.0 128.0 118.0 110.0 104.0 99.0 39.0

Page 127: slow frontcrawl swimming recovery more effective than slow

127

DATA UJI NORMALITAS DENYUT NADI PELATIHAN, DENYUT NADI PEMULIHAN DAN PENURUNAN DENYUT NADI DARI MENIT

PERTAMA SAMPAI KELIMA BERDASARKAN KARAKTERISTIK SUBJEK DAYA TAHAN KARDIOVASKULAR KURANG (UJI SAPHIRO

WILK)

No Denyut nadi

pelatihan

Denyut nadi

pemulihan menit 1

Denyut nadi

pemulihan menit 2

Denyut nadi

pemulihan menit 3

Denyut nadi

pemulihan menit 4

Denyut nadi

pemulihan menit 5

Penurunan denyut nadi

pemulihan menit 1-5

1 166.0 132.0 113.0 96.0 92.0 84.0 45.0 2 161.0 146.0 121.0 102.0 93.0 91.0 38.0 3 157.0 122.0 104.0 98.0 94.0 90.0 42.0 4 158.0 123.0 96.0 89.0 84.0 80.0 39.0 5 156.0 131.0 112.0 108.0 94.0 84.0 47.0 6 152.0 130.0 104.0 88.0 86.0 84.0 37.0 7 152.0 137.0 114.0 113.0 113.0 98.0 30.0 8 110.0 108.0 106.0 99.0 95.0 90.0 27.0 9 133.0 117.0 109.0 106.0 94.0 89.0 40.0 10 121.0 119.0 115.0 101.0 97.0 94.0 32.0 11 129.0 121.0 117.0 108.0 96.0 91.0 25.0 12 130.0 121.0 95.0 95.0 94.0 91.0 34.0 13 112.0 97.0 92.0 87.0 86.0 85.0 28.0

Page 128: slow frontcrawl swimming recovery more effective than slow

128

HASIL UJI NORMALITAS DATA DENYUT NADI PELATIHAN, DENYUT NADI PEMULIHAN DAN PENURUNAN DENYUT NADI DARI

MENIT PERTAMA SAMPAI KELIMA BERDASARKAN KARAKTERISTIK SUBJEK DENGAN DAYA TAHAN

KARDIOVASKULAR SEDANG DAN KURANG (UJI SAPHIRO WILK)

Descriptives

Statistic Std. Error

denyut nadi kerja A Mean 136.46 3.617

Std. Deviation 13.042

denyut nadi menit 1 A Mean 123.38 3.948

Std. Deviation 14.233

denyut nadi menit 2 A Mean 112.00 4.030

Std. Deviation 14.532

denyut nadi menit 3 A Mean 102.92 2.883

Std. Deviation 10.396

denyut nadi menit 4 A Mean 95.23 2.851

Std. Deviation 10.281

denyut nadi menit 5 A Mean 88.77 2.007

Std. Deviation

7.236

penurunan P1-P5 A Mean 39.08 1.583

Std. Deviation 5.708

denyut nadi kerja B Mean 141.31 5.411

Std. Deviation 19.508

denyut nadi menit 1 B Mean 123.38 3.471

Std. Deviation 12.514

denyut nadi menit 2 B Mean 107.54 2.505

Std. Deviation 9.033

denyut nadi menit 3 B Mean 99.23 2.279

Std. Deviation 8.217

denyut nadi menit 4 B Mean 93.69 1.972

Std. Deviation 7.111

Page 129: slow frontcrawl swimming recovery more effective than slow

129

Keterangan : A : kelompok dengan daya tahan kardiovaskular sedang B : kelompok dengan daya tahan kardiovaskular kurang

denyut nadi menit 5 B Mean 88.54 1.362

Std. Deviation 4.909

penurunan P1-P5 B Mean 35.69 1.943

Std. Deviation 7.005

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

denyut nadi kerja A .126 13 .200* .949 13 .584

denyut nadi menit 1 A .159 13 .200* .941 13 .474

denyut nadi menit 2 A .122 13 .200* .955 13 .668

denyut nadi menit 3 A .262 13 .015 .897 13 .121

denyut nadi menit 4 A .198 13 .172 .898 13 .126

denyut nadi menit 5 A .172 13 .200* .917 13 .228

penurunan P1-P5 A .121 13 .200* .981 13 .984

denyut nadi kerja B .247 13 .030 .894 13 .110

denyut nadi menit 1 B .151 13 .200* .969 13 .878

denyut nadi menit 2 B .151 13 .200* .947 13 .558

denyut nadi menit 3 B .124 13 .200* .958 13 .724

denyut nadi menit 4 B .244 13 .033 .814 13 .010

denyut nadi menit 5 B .155 13 .200* .949 13 .584

penurunan P1-P5 B .113 13 .200* .966 13 .836

a. Lilliefors Significance Correction

*. This is a lower bound of the true significance.

Page 130: slow frontcrawl swimming recovery more effective than slow

130

DATA UJI KOMPARABILITAS BERDASARKAN KARAKTERISTIK SUBJUK DENGAN DAYA TAHAN KARDIOVASKULAR SEDANG DAN

KURANG (UJI MANN WHITNEY)

No kelompok Denyut nadi

pelatihan

Denyut nadi

pemulihan menit 1

Denyut nadi

pemulihan menit 2

Denyut nadi

pemulihan menit 3

Denyut nadi

pemulihan menit 4

Denyut nadi

pemulihan menit 5

1 1 134.0 114.0 105.0 99.0 91.0 89.0 2 1 126.0 108.0 97.0 95.0 86.0 80.0 3 1 117.0 107.0 99.0 98.0 87.0 82.0 4 1 127.0 118.0 106.0 95.0 84.0 82.0 5 1 135.0 119.0 112.0 97.0 90.0 83.0 6 1 119.0 102.0 91.0 90.0 86.0 81.0 7 1 128.0 115.0 94.0 92.0 89.0 87.0 8 1 147.0 134.0 126.0 121.0 99.0 87.0 9 1 155.0 139.0 124.0 99.0 94.0 94.0 10 1 151.0 146.0 137.0 109.0 102.0 92.0 11 1 156.0 138.0 120.0 119.0 118.0 101.0 12 1 142.0 136.0 127.0 114.0 108.0 97.0 13 1 137.0 128.0 118.0 110.0 104.0 99.0 14 1 134.0 114.0 105.0 99.0 91.0 89.0 15 1 126.0 108.0 97.0 95.0 86.0 80.0 16 1 117.0 107.0 99.0 98.0 87.0 82.0 17 1 127.0 118.0 106.0 95.0 84.0 82.0 18 2 166.0 132.0 113.0 96.0 92.0 84.0 19 2 161.0 146.0 121.0 102.0 93.0 91.0 20 2 157.0 122.0 104.0 98.0 94.0 90.0 21 2 158.0 123.0 96.0 89.0 84.0 80.0 22 2 156.0 131.0 112.0 108.0 94.0 84.0 23 2 152.0 130.0 104.0 88.0 86.0 84.0 24 2 152.0 137.0 114.0 113.0 113.0 98.0 25 2 110.0 108.0 106.0 99.0 95.0 90.0 26 2 133.0 117.0 109.0 106.0 94.0 89.0 27 2 121.0 119.0 115.0 101.0 97.0 94.0 28 2 129.0 121.0 117.0 108.0 96.0 91.0 29 2 130.0 121.0 95.0 95.0 94.0 91.0 30 2 112.0 97.0 92.0 87.0 86.0 85.0 31 2 166.0 132.0 113.0 96.0 92.0 84.0 32 2 161.0 146.0 121.0 102.0 93.0 91.0 33 2 157.0 122.0 104.0 98.0 94.0 90.0 34 2 158.0 123.0 96.0 89.0 84.0 80.0

Page 131: slow frontcrawl swimming recovery more effective than slow

131

HASIL UJI KOMPARABILITAS DENYUT NADI PELATIHAN, DENYUT

NADI PEMULIHAN DAN PENURUNAN DENYUT NADI DARI MENIT

PERTAMA SAMPAI KELIMA BERDASARKAN KARAKTERISTIK

SUBJEK DENGAN DAYA TAHAN KARDIOVASKULAR SEDANG DAN

KURANG (UJI MANN WHITNEY)

Test Statisticsb

denyut nadi kerja

denyut nadi

menit 1

denyut nadi menit

3

denyut nadi menit

3

Mann-Whitney U 65.500 80.500 68.000 69.500

Wilcoxon W 156.500 171.500 159.000 160.500

Z -.975 -.205 -.847 -.771

Asymp. Sig. (2-tailed) .330 .837 .397 .441

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .336a .840a .418a .448a

denyut

nadi

menit 4

denyut

nadi

menit 5

penurunan

denyut nadi

menit 1-5

Mann-

Whitney

U

84.500 80.500 61.000

Wilcoxon

W 175.500 171.500 152.000

Z .000 -.206 -1.207

Asymp.

Sig. (2-

tailed)

1.000 .837 .227

a. Not corrected for ties.

b. Grouping Variable: daya tahan cardio

Page 132: slow frontcrawl swimming recovery more effective than slow

132

Ranks

daya tahan

cardio N Mean Rank Sum of Ranks

denyut nadi kerja cardio sedang 13 12.04 156.50

cardio k

urang

13 14.96 194.50

Total 26

denyut nadi menit 1

cardio sedang 13 13.19 171.50

cardio kurang 13 13.81 179.50

Total 26

denyut nadi menit 3 cardio sedang 13 14.77 192.00

cardio kurang 13 12.23 159.00

Total 26

denyut nadi menit 3 cardio sedang 13 14.65 190.50

cardio kurang 13 12.35 160.50

Total 26

denyut nadi menit 4 cardio sedang 13 13.50 175.50

cardio kurang 13 13.50 175.50

Total 26

denyut nadi menit 5 cardio sedang 13 13.19 171.50

cardio kurang 13 13.81 179.50

Total 26

penurunan denyut nadi menit

1-5

cardio sedang 13 15.31 199.00

cardio kurang 13 11.69 152.00

Total 26

Page 133: slow frontcrawl swimming recovery more effective than slow

133

DATA NORMALITAS SUHU UDARA SAAT PEMERIKSAAN DENYUT NADI ATLET RENANG BAYUSUTA KELOMPOK RENANG GAYA

BEBAS DAN GAYA DADA (UJI SAPHIRO WILK)

No Suhu udara (Kelompok renang gaya bebas)

Suhu udara (Kelompok renang gaya dada)

1 28.0 27.0 2 28.0 27.0 3 27.0 27.0 4 29.0 27.0 5 27.0 29.0 6 27.5 27.0 7 27.0 28.0 8 28.0 28.0 9 27.0 28.0 10 27.0 27.0 11 27.0 28.0 12 28.0 27.0 13 27.0 27.0 14 28.0 27.0 15 28.0 29.0 16 29.0 29.0 17 29.0 27.0

Page 134: slow frontcrawl swimming recovery more effective than slow

134

HASIL UJI NORMALITAS DATA SUHU UDARA SAAT PEMERIKSAAN DENYUT NADI ATLET RENANG BAYUSUTA KELOMPOK RENANG

GAYA BEBAS DAN GAYA DADA (UJI SAPHIRO WILK)

Descriptives

Statistic Std. Error

kelompok renang gaya

bebas

Mean 27.735 .1825

Std. Deviation .7524

kelompok renang gaya dada Mean 27.588 .1929

Std. Deviation .7952

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

kelompok renang gaya

bebas .248 17 .007 .810 17 .003

kelompok renang gaya dada .359 17 .000 .715 17 .000

a. Lilliefors Significance Correction

Page 135: slow frontcrawl swimming recovery more effective than slow

135

HASIL UJI KOMPARABILITAS SUHU UDARA SAAT PEMERIKSAAN

DENYUT NADI ATLET RENANG BAYUSUTA KELOMPOK RENANG

GAYA BEBAS DAN GAYA DADA (UJI MANN WHITNEY)

Ranks

kelompok perlakuan N Mean Rank Sum of Ranks

suhu udara kelompok renang gaya

bebas 17 18.62 316.50

kelompok renang gaya dada 17 16.38 278.50

Total 34

Test Statisticsb

suhu udara

Mann-Whitney U 125.500

Wilcoxon W 278.500

Z -.712

Asymp. Sig. (2-tailed) .476

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .518a

a. Not corrected for ties.

b. Grouping Variable: kelompok perlakuan

Page 136: slow frontcrawl swimming recovery more effective than slow

136

DATA UJI NORMALITAS KELEMBABAN UDARA SAAT

PEMERIKSAAN DENYUT NADI ATLET RENANG BAYUSUTA KELOMPOK RENANG GAYA BEBAS DAN GAYA DADA

No Kelembaban udara (Kelompok

renang gaya bebas) Kelembaban udara (Kelompok renang

gaya dada) 1 90.0 92.0 2 90.0 93.5 3 92.0 93.5 4 92.5 93.5 5 93.0 92.5 6 93.0 93.0 7 93.0 93.5 8 94.0 93.5 9 94.0 94.0 10 95.0 94.0 11 95.0 90.0 12 90.0 91.0 13 93.0 91.0 14 92.0 93.0 15 92.0 91.5 16 93.0 91.5 17 93.0 93.0

Page 137: slow frontcrawl swimming recovery more effective than slow

137

HASIL UJI NORMALITAS DATA KELEMBABAN UDARA SAAT

PEMERIKSAAN DENYUT NADI ATLET RENANG BAYUSUTA

KELOMPOK RENANG GAYA BEBAS DAN GAYA DADA (UJI

SAPHIRO WILK)

Descriptives

Statistic Std. Error

kelompok renang gaya

bebas

Mean 92.618 .3726

Std. Deviation 1.5363

kelompok renang gaya dada Mean 92.588 .2915

Std. Deviation 1.2020

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

kelompok renang gaya

bebas .187 17 .119 .901 17 .070

kelompok renang gaya dada .222 17 .025 .894 17 .053

a. Lilliefors Significance Correction

Page 138: slow frontcrawl swimming recovery more effective than slow

138

DATA UJI KOMPARABILITAS KELEMBABAN UDARA SAAT PEMERIKSAAN DENYUT NADI ATLET RENANG BAYUSUTA

KELOMPOK RENANG GAYA BEBAS DAN GAYA DADA (UJI MANN WHITNEY)

No Kelompok Kelembaban udara 1 1 90.0 2 1 90.0 3 1 92.0 4 1 92.5 5 1 93.0 6 1 93.0 7 1 93.0 8 1 94.0 9 1 94.0 10 1 95.0 11 1 95.0 12 1 90.0 13 1 93.0 14 1 92.0 15 1 92.0 16 1 93.0 17 1 93.0 18 2 92.0 19 2 93.5 20 2 93.5 21 2 93.5 22 2 92.5 23 2 93.0 24 2 93.5 25 2 93.5 26 2 94.0 27 2 94.0 28 2 90.0 29 2 91.0 30 2 91.0 31 2 93.0 32 2 91.5 33 2 91.5 34 2 93.0

Keterangan : Kelompok 1 : kelompok renang gaya bebas Kelompok 2 : kelompok renang gaya dada

Page 139: slow frontcrawl swimming recovery more effective than slow

139

HASIL UJI KOMPARABILITAS KELEMBABAN UDARA SAAT PEMERIKSAAN DENYUT NADI ATLET RENANG BAYUSUTA

KELOMPOK RENANG GAYA BEBAS DAN GAYA DADA (UJI MANN WHITNEY)

Ranks

kelompok perlakuan N Mean Rank Sum of Ranks

kelembaban udara kelompok renang gaya

bebas 17 17.32 294.50

kelompok renang gaya dada 17 17.68 300.50

Total 34

Test Statisticsb

kelembaban

udara

Mann-Whitney U 141.500

Wilcoxon W 294.500

Z -.105

Asymp. Sig. (2-tailed) .917

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .919a

a. Not corrected for ties.

b. Grouping Variable: kelompok perlakuan

Page 140: slow frontcrawl swimming recovery more effective than slow

140

DATA NORMALITAS SUHU AIR KOLAM KELOMPOK RENANG GAYA BEBAS DAN GAYA DADA (UJI SAPHIRO WILK)

No Suhu air kolam (kelompok

renang gaya bebas) Suhu air kolam (kelompok renang

gaya dada) 1 29.6 29.3 2 29.6 29.2 3 29.3 29.2 4 30.0 29.2 5 28.0 30.0 6 28.0 28.0 7 28.0 29.4 8 29.2 29.4 9 29.0 29.2 10 29.0 29.0 11 29.0 30.0 12 30.0 29.6 13 29.6 29.6 14 28.5 29.6 15 28.5 30.0 16 29.2 30.0 17 29.2 28.5

Page 141: slow frontcrawl swimming recovery more effective than slow

141

HASIL UJI NORMALITAS SUHU AIR KOLAM ATLET RENANG BAYUSUTA KELOMPOK RENANG GAYA BEBAS DAN GAYA DADA

(UJI SAPHIRO WILK)

Descriptives

Statistic Std. Error

kelompok renang gaya

bebas

Mean 29.04 .158

Std. Deviation .650

kelompok renang gaya dada Mean 29.36 .131

Std. Deviation .538

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

kelompok renang gaya

bebas .181 17 .143 .921 17 .154

kelompok renang gaya dada .203 17 .060 .893 17 .052

a. Lilliefors Significance Correction

Page 142: slow frontcrawl swimming recovery more effective than slow

142

DATA UJI KOMPARABILITAS SUHU AIR KOLAM ATLET RENANG BAYUSUTA KELOMPOK RENNAG GAYA BEBAS DAN GAYA DADA

(UJI MANN WHITNEY)

No Kelompok Suhu air kolam 1 1 29.6 2 1 29.6 3 1 29.3 4 1 30.0 5 1 28.0 6 1 28.0 7 1 28.0 8 1 29.2 9 1 29.0 10 1 29.0 11 1 29.0 12 1 30.0 13 1 29.6 14 1 28.5 15 1 28.5 16 1 29.2 17 1 29.2 18 2 29.3 19 2 29.2 20 2 29.2 21 2 29.2 22 2 30.0 23 2 28.0 24 2 29.4 25 2 29.4 26 2 29.2 27 2 29.0 28 2 30.0 29 2 29.6 30 2 29.6 31 2 29.6 32 2 30.0 33 2 30.0 34 2 28.5

Keterangan : Kelompok 1 : kelompok renang gaya bebas Kelompok 2 : kelompok renang gaya dada

Page 143: slow frontcrawl swimming recovery more effective than slow

143

HASIL UJI KOMPARABILITAS SUHU AIR KOLAM ATLET RENANG BAYUSUTA KELOMPOK RENANG GAYA BEBAS DAN GAYA DADA

(UJI MANN WHITNEY)

Ranks

kelompok perlakuan N Mean Rank Sum of Ranks

suhu air kolam kelompok renang gaya

bebas 17 14.82 252.00

kelompok renang gaya dada 17 20.18 343.00

Total 34

Test Statisticsb

suhu air kolam

Mann-Whitney U 99.000

Wilcoxon W 252.000

Z -1.586

Asymp. Sig. (2-tailed) .113

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .122a

a. Not corrected for ties.

b. Grouping Variable: kelompok perlakuan

Page 144: slow frontcrawl swimming recovery more effective than slow

144

DATA NORMALITAS DENYUT NADI ISTIRAHAT DAN DENYUT PELATIHAN KELOMPOK RENANG GAYA BEBAS DAN GAYA DADA

(UJI SAPHIRO WILK)

No Denyut nadi istirahat

kelompok renang gaya bebas

Denyut nadi pelatihan

kelompok renang gaya bebas

Denyut nadi istirahat

kelompok renang gaya dada

Denyut nadi pelatihan kelompok

renang gaya dada

1 72.0 166.0 66.0 139.0 2 84.0 161.0 94.0 152.0 3 75.0 157.0 74.0 110.0 4 88.0 149.0 78.0 133.0 5 89.0 158.0 64.0 121.0 6 71.0 152.0 98.0 137.0 7 90.0 159.0 66.0 129.0 8 74.0 134.0 84.0 147.0 9 87.0 126.0 77.0 130.0 10 92.0 147.0 79.0 112.0 11 77.0 130.0 92.0 155.0 12 76.0 145.0 88.0 151.0 13 79.0 156.0 73.0 129.0 14 87.0 127.0 76.0 117.0 15 91.0 135.0 89.0 156.0 16 76.0 119.0 93.0 142.0 17 85.0 128.0 64.0 126.0

Page 145: slow frontcrawl swimming recovery more effective than slow

145

HASIL UJI NORMALITAS DATA DENYUT NADI ISTIRAHAT-PELATIHAN KELOMPOK RENANG GAYA BEBAS DAN GAYA DADA

(UJI SAPHIRO WILK)

Descriptives

Statistic Std. Error

denyut nadi istirahat

kelompok renang gaya

bebas

Mean 81.75 1.750

Std. Deviation 7.407

denyut nadi pelatihan

kelompok renang gaya

bebas

Mean 145.06 3.575

Std. Deviation 14.613

denyut nadi istirahat

kelompok renang gaya dada

Mean 80.69 2.719

Std. Deviation 10.799

denyut nadi pelatihan

kelompok renang gaya dada

Mean 135.00 3.562

Std. Deviation 14.998

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

denyut nadi istirahat

kelompok renang gaya

bebas

.170 17 .200* .886 17 .069

denyut nadi pelatihan

kelompok renang gaya

bebas

.144 17 .200* .929 17 .273

denyut nadi istirahat

kelompok renang gaya dada .125 17 .200* .935 17 .444

denyut nadi pelatihan

kelompok renang gaya dada .105 17 .200* .955 17 .466

a. Lilliefors Significance Correction

*. This is a lower bound of the true significance.

Page 146: slow frontcrawl swimming recovery more effective than slow

146

DATA UJI BEDA DENYUT NADI ISTIRAHAT DAN DENYUT PELATIHAN KELOMPOK RENANG GAYA BEBAS DAN GAYA DADA

(UJI WILCOXON)

No Denyut nadi istirahat

kelompok renang gaya bebas

Denyut nadi pelatihan

kelompok renang gaya bebas

Denyut nadi istirahat

kelompok renang gaya dada

Denyut nadi pelatihan kelompok

renang gaya dada

1 72.0 166.0 66.0 139.0 2 84.0 161.0 94.0 152.0 3 75.0 157.0 74.0 110.0 4 88.0 149.0 78.0 133.0 5 89.0 158.0 64.0 121.0 6 71.0 152.0 98.0 137.0 7 90.0 159.0 66.0 129.0 8 74.0 134.0 84.0 147.0 9 87.0 126.0 77.0 130.0 10 92.0 147.0 79.0 112.0 11 77.0 130.0 92.0 155.0 12 76.0 145.0 88.0 151.0 13 79.0 156.0 73.0 129.0 14 87.0 127.0 76.0 117.0 15 91.0 135.0 89.0 156.0 16 76.0 119.0 93.0 142.0 17 85.0 128.0 64.0 126.0

Page 147: slow frontcrawl swimming recovery more effective than slow

147

HASIL UJI BEDA DENYUT NADI ISTIRAHAT-PELATIHAN

KELOMPOK RENANG GAYA BEBAS DAN GAYA DADA (UJI WILCOXON)

Ranks

N Mean Rank Sum of Ranks

denyut nadi pelatihan kelompok renang gaya bebas - denyut nadi istirahat kelompok renang gaya bebas

Negative Ranks 0a .00 .00

Positive Ranks 17b 9.00 153.00

Ties 0c Total 17

denyut nadi pelatihan kelompok renang gaya dada - denyut nadi istirahat kelompok renang gaya dada

Negative Ranks 0d .00 .00

Positive Ranks 17e 9.00 153.00

Ties 0f Total 17

Test Statisticsb

denyut nadi pelatihan kelompok

renang gaya bebas - denyut nadi istirahat

kelompok renang gaya

bebas

denyut nadi pelatihan kelompok

renang gaya dada - denyut nadi istirahat

kelompok renang gaya

dada

Z -3.624a -3.626a

Asymp. Sig. (2-tailed) .000 .000

a. Based on negative ranks. b. Wilcoxon Signed Ranks Test

Page 148: slow frontcrawl swimming recovery more effective than slow

148

DATA UJI KOMPARABILITAS DENYUT NADI ISTIRAHAT DAN DENYUT NADI PELATIHAN KELOMPOK RENANG GAYA BEBAS

DAN GAYA DADA (UJI MANN WHITNEY)

No Kelompok Denyut nadi istirahat

Denyut nadi pelatihan

1 1 72.0 166.0 2 1 84.0 161.0 3 1 75.0 157.0 4 1 88.0 149.0 5 1 89.0 158.0 6 1 71.0 152.0 7 1 90.0 159.0 8 1 74.0 134.0 9 1 87.0 126.0 10 1 92.0 147.0 11 1 77.0 130.0 12 1 76.0 145.0 13 1 79.0 156.0 14 1 87.0 127.0 15 1 91.0 135.0 16 1 76.0 119.0 17 1 85.0 128.0 18 2 66.0 139.0 19 2 94.0 152.0 20 2 74.0 110.0 21 2 78.0 133.0 22 2 64.0 121.0 23 2 98.0 137.0 24 2 66.0 129.0 25 2 84.0 147.0 26 2 77.0 130.0 27 2 79.0 112.0 28 2 92.0 155.0 29 2 88.0 151.0 30 2 73.0 129.0 31 2 76.0 117.0 32 2 89.0 156.0 33 2 93.0 142.0 34 2 64.0 126.0

Keterangan : kelompok 1 : renang gaya bebas kelompok 2 : renang gaya dada

Page 149: slow frontcrawl swimming recovery more effective than slow

149

DATA NORMALITAS DENYUT NADI PEMULIHAN MENIT PERTAMA SAMPAI MENIT KELIMA KELOMPOK RENANG

GAYA BEBAS (UJI SAPHIRO WILK)

No P1 P2 P3 P4 P5 1 132.0 113.0 96.0 92.0 84.0 2 146.0 121.0 102.0 93.0 91.0 3 122.0 104.0 98.0 94.0 90.0 4 134.0 127.0 114.0 99.0 88.0 5 123.0 96.0 89.0 84.0 80.0 6 130.0 104.0 88.0 86.0 84.0 7 129.0 119.0 106.0 97.0 82.0 8 114.0 105.0 99.0 91.0 89.0 9 108.0 97.0 95.0 86.0 80.0 10 133.0 126.0 91.0 89.0 81.0 11 121.0 95.0 87.0 84.0 82.0 12 136.0 108.0 96.0 92.0 89.0 13 131.0 112.0 108.0 94.0 84.0 14 118.0 106.0 95.0 84.0 82.0 15 119.0 112.0 97.0 90.0 83.0 16 102.0 91.0 90.0 86.0 81.0 17 115.0 94.0 92.0 89.0 87.0

Page 150: slow frontcrawl swimming recovery more effective than slow

150

HASIL UJI NORMALITAS DENYUT NADI PEMULIHAN MENIT PERTAMA SAMPAI KELIMA KELOMPOK RENANG

GAYA BEBAS (UJI SAPHIRO WILK)

Descriptives

Statistic Std. Error

P 1 Mean 124.88 2.696

Std. Deviation 11.212

P 2 Mean 108.50 2.707

Std. Deviation 10.942

P 3 Mean 96.94 1.803

Std. Deviation 7.576

P 4 Mean 90.06 1.115

Std. Deviation 4.739

P 5 Mean 84.38 .896

Std. Deviation 3.757

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

P 1 .135 17 .200* .931 17 .918

P 2 .124 17 .200* .951 17 .667

P 3 .140 17 .200* .934 17 .327

P 4 .161 17 .200* .944 17 .291

P 5 .204 17 .058 .899 17 .035

a. Lilliefors Significance Correction

Page 151: slow frontcrawl swimming recovery more effective than slow

151

DATA NORMALITAS DENYUT NADI PEMULIHAN MENIT PERTAMA SAMPAI KELIMA KELOMPOK RENANG GAYA DADA (UJI

SAPHIRO WILK)

No P1 P2 P3 P4 P5 1 128.0 119.0 107.0 98.0 96.0 2 137.0 114.0 113.0 113.0 98.0 3 108.0 106.0 99.0 95.0 90.0 4 117.0 109.0 106.0 94.0 89.0 5 119.0 115.0 101.0 97.0 94.0 6 128.0 118.0 110.0 104.0 99.0 7 121.0 117.0 108.0 96.0 91.0 8 134.0 126.0 121.0 99.0 87.0 9 121.0 95.0 95.0 94.0 91.0 10 97.0 92.0 87.0 86.0 85.0 11 139.0 124.0 99.0 94.0 84.0 12 146.0 137.0 109.0 102.0 92.0 13 117.0 106.0 97.0 94.0 89.0 14 107.0 99.0 98.0 87.0 82.0 15 138.0 120.0 119.0 118.0 101.0 16 136.0 127.0 114.0 108.0 97.0 17 120.0 119.0 107.0 94.0 91.0

Page 152: slow frontcrawl swimming recovery more effective than slow

152

HASIL UJI NORMALITAS DENYUT NADI PEMULIHAN MENIT PERTAMA SAMPAI KELIMA KELOMPOK RENANG GAYA DADA (UJI

SAPHIRO WILK)

Descriptives

Statistic Std. Error

P 1 Mean 124.56 3.197

Std. Deviation 13.565

P 2 Mean 114.00 2.892

Std. Deviation 12.253

P 3 Mean 105.19 2.169

Std. Deviation 9.225

P 4 Mean 98.69 2.042

Std. Deviation 8.616

P 5 Mean 91.56 1.315

Std. Deviation 5.597

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

P 1 .128 17 .200* .965 17 .716

P 2 .137 17 .200* .970 17 .925

P 3 .120 17 .200* .978 17 .936

P 4 .182 17 .135 .908 17 .191

P 5 .127 17 .200* .974 17 .895

a. Lilliefors Significance Correction

*. This is a lower bound of the true significance.

Page 153: slow frontcrawl swimming recovery more effective than slow

153

DATA UJI KOMPARABILITAS DENYUT NADI PEMULIHAN MENIT PERTAMA SAMPAI KELIMA KELOMPOK RENANG GAYA BEBAS

DAN GAYA DADA (UJI MANN WHITNEY)

No kelompok P1 P2 P3 P4 P5 1 1 132.0 113.0 96.0 92.0 84.0 2 1 146.0 121.0 102.0 93.0 91.0 3 1 122.0 104.0 98.0 94.0 90.0 4 1 134.0 127.0 114.0 99.0 88.0 5 1 123.0 96.0 89.0 84.0 80.0 6 1 130.0 104.0 88.0 86.0 84.0 7 1 129.0 119.0 106.0 97.0 82.0 8 1 114.0 105.0 99.0 91.0 89.0 9 1 108.0 97.0 95.0 86.0 80.0 10 1 133.0 126.0 91.0 89.0 81.0 11 1 121.0 95.0 87.0 84.0 82.0 12 1 136.0 108.0 96.0 92.0 89.0 13 1 131.0 112.0 108.0 94.0 84.0 14 1 118.0 106.0 95.0 84.0 82.0 15 1 119.0 112.0 97.0 90.0 83.0 16 1 102.0 91.0 90.0 86.0 81.0 17 1 115.0 94.0 92.0 89.0 87.0 18 2 128.0 119.0 107.0 98.0 96.0 19 2 137.0 114.0 113.0 113.0 98.0 20 2 108.0 106.0 99.0 95.0 90.0 21 2 117.0 109.0 106.0 94.0 89.0 22 2 119.0 115.0 101.0 97.0 94.0 23 2 128.0 118.0 110.0 104.0 99.0 24 2 121.0 117.0 108.0 96.0 91.0 25 2 134.0 126.0 121.0 99.0 87.0 26 2 121.0 95.0 95.0 94.0 91.0 27 2 97.0 92.0 87.0 86.0 85.0 28 2 139.0 124.0 99.0 94.0 84.0 29 2 146.0 137.0 109.0 102.0 92.0 30 2 117.0 106.0 97.0 94.0 89.0 31 2 107.0 99.0 98.0 87.0 82.0 32 2 138.0 120.0 119.0 118.0 101.0 33 2 136.0 127.0 114.0 108.0 97.0 34 2 120.0 119.0 107.0 94.0 91.0

Keterangan : Kelompok 1 : kelompok renang gaya bebas Kelompok 2 : kelompok renang gaya dada

Page 154: slow frontcrawl swimming recovery more effective than slow

154

HASIL UJI KOMPARABILITAS DENYUT NADI PEMULIHAN MENIT PERTAMA SAMPAI KELIMA KELOMPOK RENANG GAYA BEBAS

DAN GAYA DADA (UJI MANN WHITNEY)

Ranks

kelompok perlakuan N Mean Rank Sum of Ranks

P1 kelompok renang gaya

bebas 17 17.32 294.50

kelompok renang gaya dada 17 17.68 300.50

Total 34

P2 kelompok renang gaya

bebas 17 14.68 249.50

kelompok renang gaya dada 17 20.32 345.50

Total 34

P3 kelompok renang gaya

bebas 17 12.71 216.00

kelompok renang gaya dada 17 22.29 379.00

Total 34

P4 kelompok renang gaya

bebas 17 11.68 198.50

kelompok renang gaya dada 17 23.32 396.50

Total 34

P5 kelompok renang gaya

bebas 17 11.32 192.50

kelompok renang gaya dada 17 23.68 402.50

Total 34

Page 155: slow frontcrawl swimming recovery more effective than slow

155

Test Statisticsb

P1 P2 P3 P4 P5

Mann-Whitney U 141.500 96.500 63.000 45.500 39.500

Wilcoxon W 294.500 249.500 216.000 198.500 192.500

Z -.103 -1.655 -2.811 -3.429 -3.629

Asymp. Sig. (2-tailed) .918 .098 .005 .001 .000

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .919a .099a .004a .000a .000a

Page 156: slow frontcrawl swimming recovery more effective than slow

156

DATA UJI NORMALITAS TOTAL PENURUNAN DENYUT NADI PEMULIHAN MENIT PERTAMA SAMPAI KELIMA KELOMPOK RENANG GAYA BEBAS DAN GAYA DADA (UJI SAPHIRO WILK)

No P1-P5 kelompok

renang gaya bebas P1-P5 kelompok renang gaya dada

1 48.0 32.0 2 45.0 39.0 3 42.0 28.0 4 36.0 38.0 5 43.0 35.0 6 46.0 39.0 7 37.0 30.0 8 45.0 27.0 9 38.0 40.0 10 42.0 32.0 11 39.0 25.0 12 47.0 34.0 13 37.0 28.0 14 36.0 35.0 15 36.0 37.0 16 41.0 29.0 17 48.0 29.0

Keterangan : P1-P5 : Total penurunan denyut nadi menit pertama sampai kelima

Page 157: slow frontcrawl swimming recovery more effective than slow

157

HASIL UJI NORMALITAS TOTAL PENURUNAN DENYUT NADI PEMULIHAN MENIT 1-5 KELOMPOK RENANG GAYA BEBAS DAN

DADA (UJI SAPHIRO WILK)

Descriptives

Statistic Std. Error

penurunan DN tot 1-5 gaya

bebas

Mean 41.53 1.071

Std. Deviation 4.418

penurunan DN tot 1-5 gaya

bebas

Mean 32.76 1.155

Std. Deviation 4.764

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

penurunan DN tot 1-5 gaya

bebas .142 17 .200* .903 17 .077

penurunan DN tot 1-5 gaya

bebas .138 17 .200* .941 17 .325

a. Lilliefors Significance Correction

*. This is a lower bound of the true significance.

Page 158: slow frontcrawl swimming recovery more effective than slow

158

DATA UJI BEDA TOTAL PENURUNAN DENYUT NADI PEMULIHAN MENIT PERTAMA SAMPAI KELIMA KELOMPOK RENANG GAYA

BEBAS DAN GAYA DADA (UJI WILCOXON)

No Denyut nadi pemulihan menit 1

(renang gaya bebas)

Denyut nadi pemulihan menit 5

(renang gaya bebas)

Denyut nadi pemulihan menit 1 (renang gaya

dada)

Denyut nadi pemulihan menit 5 (renang gaya

dada) 1 132.0 84.0 128.0 96.0 2 146.0 91.0 137.0 98.0 3 122.0 90.0 108.0 90.0 4 134.0 88.0 117.0 89.0 5 123.0 80.0 119.0 94.0 6 130.0 84.0 128.0 99.0 7 129.0 82.0 121.0 91.0 8 114.0 89.0 134.0 87.0 9 108.0 80.0 121.0 91.0 10 133.0 81.0 97.0 85.0 11 121.0 82.0 139.0 84.0 12 136.0 89.0 146.0 92.0 13 131.0 84.0 117.0 89.0 14 118.0 82.0 107.0 82.0 15 119.0 83.0 138.0 101.0 16 102.0 81.0 136.0 97.0 17 115.0 87.0 120.0 91.0

Page 159: slow frontcrawl swimming recovery more effective than slow

159

HASIL UJI BEDA TOTAL PENURUNAN DENYUT NADI PEMULIHAN

MENIT PERTAMA SAMPAI KELIMA KELOMPOK RENANG GAYA

BEBAS DAN GAYA DADA (UJI WILCOXON)

Ranks

N Mean Rank Sum of Ranks

p5 bebas - p1 bebas Negative Ranks 17a 9.00 153.00

Positive Ranks 0b .00 .00

Ties 0c

Total 17

p5 dada - p1 dada Negative Ranks 17d 9.00 153.00

Positive Ranks 0e .00 .00

Ties 0f

Total 17

Test Statisticsb

p5 bebas - p1

bebas

p5 dada - p1

dada

Z -3.625a -3.624a

Asymp. Sig. (2-tailed) .000 .000

a. Based on positive ranks.

b. Wilcoxon Signed Ranks Test

Page 160: slow frontcrawl swimming recovery more effective than slow

160

DATA UJI BEDA TOTAL PENURUNAN DENYUT NADI PEMULIHAN MENIT PERTAMA SAMPAI KELIMA KELOMPOK RENANG GAYA

BEBAS DAN GAYA DADA (UJI MANN WHITNEY)

No Kelompok Total penurunan denyut nadi menit pertama sampai kelima

1 1 48.0 2 1 45.0 3 1 42.0 4 1 36.0 5 1 43.0 6 1 46.0 7 1 37.0 8 1 45.0 9 1 38.0 10 1 42.0 11 1 39.0 12 1 47.0 13 1 37.0 14 1 36.0 15 1 36.0 16 1 41.0 17 1 48.0 18 2 32.0 19 2 39.0 20 2 28.0 21 2 38.0 22 2 35.0 23 2 39.0 24 2 30.0 25 2 27.0 26 2 40.0 27 2 32.0 28 2 25.0 29 2 34.0 30 2 28.0 31 2 35.0 32 2 37.0 33 2 29.0 34 2 29.0

Keterangan : 1 : kelompok renang gaya bebas 2 : kelompok renang gaya dada

Page 161: slow frontcrawl swimming recovery more effective than slow

161

HASIL UJI BEDA TOTAL PENURUNAN DENYUT NADI PEMULIHAN MENIT PERTAMA SAMPAI KELIMA KELOMPOK RENANG GAYA

BEBAS DAN GAYA DADA (UJI MANN WHITNEY)

Ranks

kelompok

perlakuan N Mean Rank Sum of Ranks

penurunan P1-P5 1 17 24.26 412.50

2 17 10.74 182.50

Total 34

Test Statisticsb

penurunan P1-

P5

Mann-Whitney U 29.500

Wilcoxon W 182.500

Z -3.967

Asymp. Sig. (2-tailed) .000

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .000a

a. Not corrected for ties.

b. Grouping Variable: kelompok perlakuan

Page 162: slow frontcrawl swimming recovery more effective than slow

162