97
SKRIPSI STUDI PENGGUNAAN LAKSATIF PADA PASIEN GERIATRI (Penelitian dilakukan di Poli Geriatri RSUD Dr. Soetomo Surabaya) SRI PUJI PURWANTI FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS AIRLANGGA DEPARTEMEN FARMASI KLINIS SURABAYA 2016 ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA STUDI PENGGUNAAN LAKSATIF... SRI PUJI PURWANTI SKRIPSI

SKRIPSI STUDI PENGGUNAAN LAKSATIF PADA …repository.unair.ac.id/53806/2/FF fK 39 16.pdfConstipation had comorbid and Diabetes Mellitus dominated in geriatric patients. In this study,

  • Upload
    vanhanh

  • View
    219

  • Download
    1

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: SKRIPSI STUDI PENGGUNAAN LAKSATIF PADA …repository.unair.ac.id/53806/2/FF fK 39 16.pdfConstipation had comorbid and Diabetes Mellitus dominated in geriatric patients. In this study,

SKRIPSI

STUDI PENGGUNAAN LAKSATIF PADA

PASIEN GERIATRI

(Penelitian dilakukan di Poli Geriatri

RSUD Dr. Soetomo Surabaya)

SRI PUJI PURWANTI

FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS AIRLANGGA

DEPARTEMEN FARMASI KLINIS

SURABAYA

2016

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

STUDI PENGGUNAAN LAKSATIF... SRI PUJI PURWANTISKRIPSI

Page 2: SKRIPSI STUDI PENGGUNAAN LAKSATIF PADA …repository.unair.ac.id/53806/2/FF fK 39 16.pdfConstipation had comorbid and Diabetes Mellitus dominated in geriatric patients. In this study,

i

SKRIPSI

STUDI PENGGUNAAN LAKSATIF PADA

PASIEN GERIATRI

(Penelitian dilakukan di Poli Geriatri

RSUD Dr. Soetomo Surabaya)

SRI PUJI PURWANTI

NIM: 051211132025

FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS AIRLANGGA

DEPARTEMEN FARMASI KLINIS

SURABAYA

2016

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

STUDI PENGGUNAAN LAKSATIF... SRI PUJI PURWANTISKRIPSI

Page 3: SKRIPSI STUDI PENGGUNAAN LAKSATIF PADA …repository.unair.ac.id/53806/2/FF fK 39 16.pdfConstipation had comorbid and Diabetes Mellitus dominated in geriatric patients. In this study,

ii

Lembar Persetujuan Publikasi Ilmiah

Demi perkembangan ilmu pengetahuan, saya menyetujui

skripsi/karya ilmiah saya, dengan judul:

STUDI PENGGUNAAN LAKSATIF PADA PASIEN GERIATRI

(Penelitian dilakukan di Poli Geriatri RSUD Dr. Soetomo Surabaya)

Untuk dipublikasikan atau ditampilkan di internet atau media lain yaitu

Digital Library Perpustakaan Universitas Airlangga untuk kepentingan

akademik sebatas sesuai dengan Undang-Undang Hak Cipta.

Demikian pernyataan pesetujuan publikasi karya ilmiah ini saya

buat dengan sebenarnya.

Surabaya, 11 Agustus 2016

Sri Puji Purwanti NIM: 051211132025

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

STUDI PENGGUNAAN LAKSATIF... SRI PUJI PURWANTISKRIPSI

Page 4: SKRIPSI STUDI PENGGUNAAN LAKSATIF PADA …repository.unair.ac.id/53806/2/FF fK 39 16.pdfConstipation had comorbid and Diabetes Mellitus dominated in geriatric patients. In this study,

iii

Halaman Pernyataan

Saya yang bertanda tangan di bawah ini,

Nama : Sri Puji Purwanti

NIM : 051211132025

Fakultas : Farmasi

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa hasil tugas akhir yang saya tulis

dengan judul:

STUDI PENGGUNAAN LAKSATIF PADA PASIEN GERIATRI

(Penelitian dilakukan di Poli Geriatri RSUD Dr. Soetomo Surabaya)

Adalah benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri. Apabila di

kemudian hari diketahui bahwa skripsi ini merupakan hasil plagiarisme,

maka saya bersedia menerima sangsi berupa pembatalan kelulusan dan atau

pencabutan gelar yang saya peroleh.

Demikian surat pernyataan ini saya buat untuk dipergunakan sebagaimana

mestinya.

Surabaya, 11 Agustus 2016

Sri Puji Purwanti NIM: 051211132025

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

STUDI PENGGUNAAN LAKSATIF... SRI PUJI PURWANTISKRIPSI

Page 5: SKRIPSI STUDI PENGGUNAAN LAKSATIF PADA …repository.unair.ac.id/53806/2/FF fK 39 16.pdfConstipation had comorbid and Diabetes Mellitus dominated in geriatric patients. In this study,

iv

Lembar Pengesahan

STUDI PENGGUNAAN LAKSATIF PADA PASIEN GERIATRI

(Penelitian dilakukan di Poli Geriatri RSUD Dr. Soetomo Surabaya)

SKRIPSI

Dibuat Untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Farmasi

di Fakultas Farmasi Universitas Airlangga

2016

Oleh :

SRI PUJI PURWANTI NIM: 051211132025

Skripsi ini Telah Disetujui

September 2016

Oleh :

Pembimbing Fakultas

Bambang S. Z, S.Si., M.Clin.Pharm., Apt

NIP. 197205021999031002

Pembimbing Klinisi

Jusri Ichwani, dr, Sp.PD, K-Ger, FINASIM

NIP. 195207221981101001

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

STUDI PENGGUNAAN LAKSATIF... SRI PUJI PURWANTISKRIPSI

Page 6: SKRIPSI STUDI PENGGUNAAN LAKSATIF PADA …repository.unair.ac.id/53806/2/FF fK 39 16.pdfConstipation had comorbid and Diabetes Mellitus dominated in geriatric patients. In this study,

v

KATA PENGANTAR Segala puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, karena

atas rahmat dan karuniaNya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan

sebai-baiknya.

Dengan selesainya skripsi yang berjudul “STUDI

PENGGUNAAN LAKSATIF PADA PASIEN GERIATRI (Penelitian

dilakukan di Poli Geriatri RSUD Dr. Soetomo Surabaya)” ini, maka

saya ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bambang Subakti Zulkarnain, S.Si., M.Clin.Pharm, Apt selaku

pembimbing utama yang dengan tulus ikhlas dan penuh kesabaran,

membimbing, memberikan motivasi dan doa kepada penulis sehingga

dapat menyelesaikan skripsi ini.

2. Jusri Ichwani, dr., Sp.PD., K-Ger., FINASIM selaku pembimbing serta

yang dengan tulus ikhlas dan penuh kesabaran, membimbing,

memberikan motivasi dan doa kepada penulis sehingga dapat

menyelesaikan skripsi ini.

3. Dr. Budi Suprapti., Apt., M. Si dan Dra. Toetik Aryani., M. Si., Apt.

selaku penguji atas saran dan masukan yang diberikan kepada penulis

untuk memperbaiki skripsi ini.

4. Prof Dr. Mohammad Nasih, SE., MT., Ak., CMA., selaku Rektor

Universitas Airlangga yang telah memberikan dukungan selama

pendidikan di Universitas Airlangga.

5. Dekan Fakultas Farmasi Universitas Airlangga Surabaya Dr.Umi

Athiyah, M.S., Apt. atas kesempatan yang diberikan kepada penulis

untuk mengikuti pendidikan program sarjana di Fakultas Farmasi

Universitas Airlangga.

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

STUDI PENGGUNAAN LAKSATIF... SRI PUJI PURWANTISKRIPSI

Page 7: SKRIPSI STUDI PENGGUNAAN LAKSATIF PADA …repository.unair.ac.id/53806/2/FF fK 39 16.pdfConstipation had comorbid and Diabetes Mellitus dominated in geriatric patients. In this study,

vi

6. Dewi Melani Hariyadi., S. Si., Apt., M. Phil., PhD. sebagai dosen wali

yang dengan tulus ikhlas dan kesabaran memberi nasehat serta

membimbing penulis selama menempuh pendidikan di Fakultas

Farmasi Universitas Airlangga.

7. Seluruh dosen dan guru yang telah mendidik dan mengajarkan ilmu

pengetahuan hingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan sarjana.

8. Kedua orang tua dari penulis, Ayah Umar Said dan Ibu Wuryaningsih

yang selalu memberikan perhatian, motivasi serta selalu memanjatkan

doa terbaik untuk penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini

dengan baik.

9. Kedua kakak Agus Sugiyono dan Ari Setiyarini juga adik Catur Satrio

Pribowo serta keluarga besar yang selalu memberikan semangat dan

doanya kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

10. Semua sahabat dan teman-teman terbaik yang selalu memberikan

semangat dan doanya kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini

dengan baik.

11. Seluruh pihak yang telah membantu menyelesaikan skripsi ini yang

tidak dapat disebutkan satu persatu.

Akhir kata, semoga Allah SWT selalu membalas kebaikan bapak,

ibu dan saudara-saudara sekalian dengan pahala yang berlipat ganda. Dan

semoga skripsi ini bisa bermanfaat untuk kemajuan ilmu pengetahuan.

\

Surabaya, 11 Agustus 2016

Penulis

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

STUDI PENGGUNAAN LAKSATIF... SRI PUJI PURWANTISKRIPSI

Page 8: SKRIPSI STUDI PENGGUNAAN LAKSATIF PADA …repository.unair.ac.id/53806/2/FF fK 39 16.pdfConstipation had comorbid and Diabetes Mellitus dominated in geriatric patients. In this study,

vii

RINGKASAN

STUDI PENGGUNAAN LAKSATIF PADA PASIEN GERIATRI (Penelitian dilakukan di Poli Geriatri RSUD Dr. Soetomo Surabaya)

Sri Puji Purwanti

Masalah yang kerap muncul pada usia lanjut yang disebut sebagai

a series of I’s (Ouslanderet al, 2004), salah satunya yaitu irritable colon. Bersaman dengan proses penuaan, kolon menjadi lebih kecil dan lebih dipadati oleh serat kolagen dibarengi dengan menurunnya jumlah neuron myenterik plexus, penuaan berhubungan dengan berubahnya anatomi kolon dan fisiologinya, hal tersebut yang berkontribusi menimbulkan konstipasi. prevalensi konstipasi meningkat secara drastis seiring dengan meningkatnya usia, hal ini berpengaruh kepada 1 hingga 2 orang berusia lebih dari 80 tahun (Gandell et al., 2013). Hal tersebut mempengaruhi jumlah penggunaan laksatif pada orang usia lanjut, 76% pasien usia lanjut yang dirawat di Rumah Sakit menggunakan laksatif (Kinnuen et al., 1991)

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui studi penggunaan laksatif dan mengidentifikasi adanya Drug Related Problem (DRP) terhadap pasien lanjut usia di poli geriatri RSUD Dr. Soetomo Surabaya. Penelitian dimulai pada bulan April hingga Juli 2016 dengan metode studi retrospektif. Sampel meliputi seluruh pasien di poli geriatri yang mendapatkan resep laksatif pada periode waktu Mei 2015 hingga Desember 2015 yang memenuhi kriteria inklusi.

Jumlah total sampel yang memenuhi kriteria inklusi adalah sebanyak 59 pasien. Sampel tersebut dikategorikan berdasarkan usia menurut Principles of Geriatric Physiotherapy (Narinder et al., 2007) yaitu kelompok usia <65, young old (65 – 75 tahun), middle old (75 - 85 tahun), old-old (lebih dari 85 tahun). Berdasarkan pembagian kelompok usia tersebut, maka didapatkan data bahwa pasien yang menerima peresepan laksatif di Instalasi Rawat Jalan Poli Geriatri RSUD Dr. Soetomo pada usia <65 sebesar 21 pasien, young old (65 – 75 tahun) sebesar 23 pasien, middle old (75 - 85 tahun) sebesar 15 pasien, old-old (lebih dari 85 tahun) sebesar 0 pasien. Dari distribusi jumlah pasien tersebut diperoleh hasil bahwa pasien lanjut usia yang menerima resep laksatif paling tinggi adalah pada kelompok usia 65-75 tahun (young old) dengan persentase 38,9%. Pada kategori jenis kelamin, pasien wanita yang mendapatkan resep laksatif berjumlah sebesar 54,23% dan pria berjumlah lebih sedikit dibandingkan wanita yaitu sebesar 45,76%. Hal tersebut merupakan sesuatu yang lazim

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

STUDI PENGGUNAAN LAKSATIF... SRI PUJI PURWANTISKRIPSI

Page 9: SKRIPSI STUDI PENGGUNAAN LAKSATIF PADA …repository.unair.ac.id/53806/2/FF fK 39 16.pdfConstipation had comorbid and Diabetes Mellitus dominated in geriatric patients. In this study,

viii

dikarenakan wanita dipengaruhi oleh faktor hormonal, sehingga menyebabkan resiko konstipasi lebih tinggi selama fase luteal dalam siklus menstruasi (Suzanne et al., 2011).

Diabetes Mellitus merupakan penyakit yang kemungkinan paling banyak menyebabkan konstipasi pada penelitian ini yaitu sebesar 66,67%. Penyebab kedua terbanyak yang dapat memicu konstipasi adalah efek samping obat. Sedangkan obat yang mendominasi pada urutan pertama yang kemungkinana dapat menyebabkan konstipasi adalah golongan CCBs yaitu sebesar 28,3%. Menurut Drug-Induced Constipation (Rebecca et al., 2009) bahwa faktanya CCBs (Calcium Channel Blockers) menyebabkan konstipasi dengan cara mengurangi motilitas usus (kolon spesifik).

Terapi konstipasi yang umum digunakan pada pasien geriatri di RSUD Dr. Soetomo adalah laksatif laktulosa, bisakodil, dan laxadin. Dari data hasil penelitian, peresepan laksatif yang paling banyak didominasi oleh laktulosa yaitu sebesar 40,9%. Sedangkan laxadine dan bisakodil penggunaannya sebesar 31,8% dan 27,2%. Berdasarkan Impact Guidelines: Medical Management Of Constipation In The Older Person (Gibson et al., 2010), frekuensi pemberian laktulosa pada pasien di poli geriatri yaitu sehari satu kali hingga tiga kali dengan dosis sekali minum satu sendok makan (15 ml). Pemberian dosis tersebut telah sesuai dengan pustaka dari PDR Pharmacopoeia: Pocket Dosing Guide (Montvale et al., 2004)

Laktulosa merupakan first line konstipasi, sehingga hal tersebut menjadikan laktulosa sebagai laksatif pilihan paling banyak untuk pasien usia lanjut di poli geriatri. Bisakodil menjadi laksatif yang paling rendah digunakan di poli geriatri adalah karena obat ini merupakan obat lanjutan apabila konstipasi sudah tidak dapat lagi ditangani oleh golongan osmotik dan golongan softener stool. Terutama untuk bisakodil rute per rektal, merupakan pilihan lanjutan apabila rute per oral sudah tidak dapat mengatasi konstipasi sehingga jumlahnya sangat sedikit diresepkan (Algorithm For The Treatment Of Adult Patients With Functional, Normal Transit Constipation (Locke et al., 2004)). Dalam penelitian ini terjadi Drug Related Problem (DRP) potensial pada pasien yaitu interaksi laksatif laktulosa dengan diuretik furosemid.

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

STUDI PENGGUNAAN LAKSATIF... SRI PUJI PURWANTISKRIPSI

Page 10: SKRIPSI STUDI PENGGUNAAN LAKSATIF PADA …repository.unair.ac.id/53806/2/FF fK 39 16.pdfConstipation had comorbid and Diabetes Mellitus dominated in geriatric patients. In this study,

ix

ABSTRACT

DRUG UTILIZATION STUDY OF LAXATIVE IN GERIATRIC PATIENT

(The Study Conducted in Geriatric clinic RSUD Dr. Soetomo Surabaya)

Sri Puji Purwanti

Background. Straining is the most commonly identified symptom by older adults, even though physicians tend to rely on bowel movement frequency to diagnose constipation. Additionally, patients tend to underestimate their frequency of bowel movements Objectives. The aim of this research was to review the use of laxative in geriatric clinic RSUD Dr. Soetomo Surabaya that given to all patients who came and identify Drug Related Problem (DRPs) that occur when using laxative. Methods. The analysis was conducted descriptively using retrospective data (medical record) then it was compared with Algorithm for the treatment of adult patients with functional, normal transit constipation. Data was collected from May 2015 until December 2015. Results. Based on this study, there were 61 datas including. The result was women more suffer from constipation than men. And then, base on classification age group by Principles of Geriatric Physiotherapy, age group that mostly suffer from constipation was young old (65-75 years old). Constipation had comorbid and Diabetes Mellitus dominated in geriatric patients. In this study, kind of laxatives that used were bisacodyl, lactulose and laxadine. Lactulose was the most prescribed in geriatric clinic. Conclusion. Lactulose was mostly prescribed in geriatric clinic due to it was first line therapy for consipation. And that was appropiate with algoritm, beside that lactulose had adverse effect more tolerated than others. For dosage that given to patient was appropiate with literature, one of them like laxadine was combination more than one substance so the evidence was limited because laxative in every country wasn’t same. Other DRPs that happened to patient were drugs interaction, and that was just one patient. Keyword: Drug Utilization Study, Constipation, Laxative, Elderly, Descriptive Analytics, Medical Record

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

STUDI PENGGUNAAN LAKSATIF... SRI PUJI PURWANTISKRIPSI

Page 11: SKRIPSI STUDI PENGGUNAAN LAKSATIF PADA …repository.unair.ac.id/53806/2/FF fK 39 16.pdfConstipation had comorbid and Diabetes Mellitus dominated in geriatric patients. In this study,

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i

LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI ILMIAH..................................... ii

HALAMAN PERNYATAAN BUKAN HASIL PLAGIARISME ............... iii

LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................. iv

KATA PENGANTAR ..................................................................................... v

RINGKASAN ................................................................................................... vii

ABSTRACT ..................................................................................................... ix

DAFTAR ISI .................................................................................................... x

DAFTAR TABEL ............................................................................................ xv

DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xvi

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xvii

DAFTAR SINGKATAN ................................................................................. xviii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1

1.1 Latar Belakang ............................................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................ 5

1.3 Tujuan Penelitian ......................................................................................... 5

1.4 Manfaat Penelitian ....................................................................................... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................... 6

2.1 Usia Lanjut .................................................................................................. 6

2.2.1 Definisi Usia Lanjut ......................................................................... 6

2.2.2 Klasifikasi Usia Lanjut ..................................................................... 7

2.2.3 Klasifikasi Masalah pada Usia Lanjut .............................................. 8

2.2 Kondisi Yang Membutuhkan Terapi Laksatif ............................................. 9

2.2.1 Konstipasi ......................................................................................... 9

2.2.2 Hepatik Ensephalopati ...................................................................... 16

2.2.3 Peningkatan Asam Lambung ............................................................ 20

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

STUDI PENGGUNAAN LAKSATIF... SRI PUJI PURWANTISKRIPSI

Page 12: SKRIPSI STUDI PENGGUNAAN LAKSATIF PADA …repository.unair.ac.id/53806/2/FF fK 39 16.pdfConstipation had comorbid and Diabetes Mellitus dominated in geriatric patients. In this study,

xi

2.3 Jenis Laksatif ............................................................................................... 22

2.3.1 Laksatif serat dan bulk-forming ....................................................... 22

2.3.2 Laksatif Osmotik .............................................................................. 22

2.3.3 Laksatif Stimulan ............................................................................. 24

2.3.4 Enemas dan suppositoria rektal ........................................................ 26

2.3.5 Terapi farmakologi misel ................................................................. 27

2.3.6 Terapi Baru ....................................................................................... 28

2.4 Laksatif Off Label ........................................................................................ 32

2.4.1 Laksatif untuk Hepatik Ensephalophati ............................................ 32

2.4.2 Laksatif sebagai Antasida ................................................................. 33

2.4.3 Laksatif digunakan pada pasien penyakit jantung, hipertensi,

hemorrhoid, hernia .................................................................................... 34

2.5 Drug Utilization Studies (DUS) ................................................................... 34

2.5.1 Definisi DUS .................................................................................... 34

2.5.2 Cakupan DUS ................................................................................... 34

2.5.3 Tipe Informasi Penggunaan Obat ..................................................... 35

2.5.4 Tipe DUS ......................................................................................... 36

2.5.5 Rancangan Penelitian ....................................................................... 37

2.5.6 Identifikasi Obat ............................................................................... 38

2.6 Drug Related Problems (DRPs) ................................................................... 39

2.6.1 Definisi DRP .................................................................................... 39

2.6.2 Klasifikasi DRP ................................................................................ 40

BAB III KERANGKA PENELITIAN ........................................................... 42

3.1 Uraian Kerangka Konseptual ....................................................................... 42

3.2 Skema Kerangka Konsep ............................................................................. 44

BAB IV METODE PENELITIAN ................................................................. 45

4.1 Rancangan Penelitian ................................................................................... 45

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

STUDI PENGGUNAAN LAKSATIF... SRI PUJI PURWANTISKRIPSI

Page 13: SKRIPSI STUDI PENGGUNAAN LAKSATIF PADA …repository.unair.ac.id/53806/2/FF fK 39 16.pdfConstipation had comorbid and Diabetes Mellitus dominated in geriatric patients. In this study,

xii

4.2 Tempat dan Waktu Penelitian ...................................................................... 45

4.3 Populasi dan Sampel Penelitian ................................................................... 45

4.3.1 Populasi Penelitian ........................................................................... 45

4.3.2 Sampel Penelitian ............................................................................. 45

4.3.3 Kriteria Inklusi ................................................................................. 46

4.4 Cara Pengambilan Sampel ........................................................................... 46

4.5 Definisi Operasional dan Istilah dalam Penelitian ....................................... 46

4.6 Analisis Data ................................................................................................ 46

4.7 Kerangka Operasional.................................................................................. 48

BAB V HASIL PENELITIAN ........................................................................ 49

5.1 Demografi Pasien ......................................................................................... 49

5.2 Penyebab Konstipasi .................................................................................... 50

5.2.1 Sebaran Penyebab Konstipasi berdasarkan Dua Data Tertinggi yaitu

Penyakit dan Efek Samping Obat ...................................................................... 51

5.3 Profil Penggunaan Laksatif pada Pasien Lanjut Usia di Poli Geriatri

RSUD Dr. Soetomo Surabaya ........................................................................... 52

5.4 Drug Related Problem ............................................................................... 53

BAB VI PEMBAHASAN ................................................................................ 55

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................ 66

7.1 Kesimpulan ............................................................................................... 66

7.2 Saran.......................................................................................................... 66

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 67

LAMPIRAN ..................................................................................................... 76

Lampiran 1 ......................................................................................................... 76

Lampiran 2 ......................................................................................................... 77

Lampiran 3 ......................................................................................................... 78

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

STUDI PENGGUNAAN LAKSATIF... SRI PUJI PURWANTISKRIPSI

Page 14: SKRIPSI STUDI PENGGUNAAN LAKSATIF PADA …repository.unair.ac.id/53806/2/FF fK 39 16.pdfConstipation had comorbid and Diabetes Mellitus dominated in geriatric patients. In this study,

xv

DAFTAR TABEL

II.1 Patofisiologi Konstipasi .............................................................................. 13

II.2 Kriteria Diagnosis Rome ............................................................................. 15

II.3Derajat Rekomendasi American College of Gastroenterology, Onset

Kerja, Dosis, dan Efek Samping Dari Terapi Farmakologi Konstipasi ........ 29

II.4 Ringkasan Efek-Efek Beberapa Laksatif Terhadap Fungsi Usus ................ 30

II.5 Klasifikasi dan Perbandingan antar Laksatif ............................................... 31

II.6 Klasifikasi DRP Menurut PCNE versi 6.2 Tahun 2010 .............................. 40

V.1 Persentase Sebaran Pasien yang Mendapat Resep Laksatif berdasarkan

Jenis kelamin dan Usia di RSUD Dr. Soetomo periode Mei –

Desember 2015 .......................................................................................... 49

V.2 Persentase Sebaran Pasien yang Mendapat Resep Laksatif berdasarkan

Kemungkinan Penyebab Konstipasi di RSUD Dr. Soetomo periode

Mei 2015 – Desember 2015 ...................................................................... 50

V.3 Persentase Sebaran Pasien yang Mendapat Resep Laksatif berdasarkan

Dua Penyebab Konstipasi Tertinggi (Penyakit dan ESO) di RSUD Dr.

Soetomo periode Mei 2015 – Desember 2015 .......................................... 51

V.4 Persentase Sebaran Pasien yang Mendapat Resep Laksatif berdasarkan

Jenis Laksatif di RSUD Dr. Soetomo periode Mei 2015 – Desember

2015 ........................................................................................................... 52

V.5 Jenis, Rute, Dosis, Frekuensi, dan Kesesuaian Dosis Laksatif pada

Pasien Lanjut Usia yang Mendapat Resep Laksatif Berdasarkan Jenis

Laksatif di RSUD Dr. Soetomo (Mei 2015 – Desember 2015) ................. 53

V.6 Efek Samping yang Kemungkinan Penggunaan Laksatif pada Pasien

Pasien Lansia di Poli Geriatri RSUD Soetomo Surabaya periode Mei

2015 – Desember 2015 .............................................................................. 53

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

STUDI PENGGUNAAN LAKSATIF... SRI PUJI PURWANTISKRIPSI

Page 15: SKRIPSI STUDI PENGGUNAAN LAKSATIF PADA …repository.unair.ac.id/53806/2/FF fK 39 16.pdfConstipation had comorbid and Diabetes Mellitus dominated in geriatric patients. In this study,

xvi

DAFTAR GAMBAR

2.1 Defekasi: istirahat dan normal ..................................................................... 11

2.2 Defekasi ketika konstipasi ........................................................................... 11

2.2 Metabolisme Amonia Oleh Berbagai Organ Dalam Tubuh ......................... 18

2.3 Patofisiologi Ensefalopati Hepatik .............................................................. 20

2.4 Peptic Ulcer ................................................................................................. 20

3.1 Kerangka Konseptual ................................................................................... 44

4.1 Kerangka Operasional.................................................................................. 48

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

STUDI PENGGUNAAN LAKSATIF... SRI PUJI PURWANTISKRIPSI

Page 16: SKRIPSI STUDI PENGGUNAAN LAKSATIF PADA …repository.unair.ac.id/53806/2/FF fK 39 16.pdfConstipation had comorbid and Diabetes Mellitus dominated in geriatric patients. In this study,

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

1. Lembar Pengumpulan Data ................................................................. 76

2. Surat Kelaikan Etik ............................................................................. 77

3. Tabel Induk Penelitian ......................................................................... 78

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

STUDI PENGGUNAAN LAKSATIF... SRI PUJI PURWANTISKRIPSI

Page 17: SKRIPSI STUDI PENGGUNAAN LAKSATIF PADA …repository.unair.ac.id/53806/2/FF fK 39 16.pdfConstipation had comorbid and Diabetes Mellitus dominated in geriatric patients. In this study,

xviii

DAFTAR SINGKATAN

ACG : American College of Gastroenterology

ARD : Anorectal Dysfunction

CCBs : Calcium Channel Blocker

DDs :Defecation disorders

DRPs : Drug Therapy Problems

DU : Drug Utilization

DUS : Drug Utilization Study

GI : Gastrointestinal

HAPCs : High Amplitude Propagated Contractions

hERG : Ether-a-go-go Related Gene protein

IBS : Irritable Bowel Syndrome

IBS-C : Irritable Bowel Syndrome with Constipation

Lansia : Lanjut usia

MODS : Modified Obstructed Defecation Syndrome

MOM : Milk Of Magnesia

NTC : Normal Transit Constipation

NSAID : Non-Steroid Anti Inflamantory Disease

NT3 : Neurotrophine-3s

ODS : Obstructed Defecation Syndrome

OTC : Over the Counter

PEG : Polietilenglikol

PPI : Proton Pump Inhibitor

RCT : Randomized Controlled Trial

RI : Republik Indonesia

STC : Slow Transit Constipation

TSH : Thyroid Stimulating Hormone

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

STUDI PENGGUNAAN LAKSATIF... SRI PUJI PURWANTISKRIPSI

Page 18: SKRIPSI STUDI PENGGUNAAN LAKSATIF PADA …repository.unair.ac.id/53806/2/FF fK 39 16.pdfConstipation had comorbid and Diabetes Mellitus dominated in geriatric patients. In this study,

xix

US : United States

WGO : World Gastroenterology Organization

WHO : World Health Organisation

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

STUDI PENGGUNAAN LAKSATIF... SRI PUJI PURWANTISKRIPSI

Page 19: SKRIPSI STUDI PENGGUNAAN LAKSATIF PADA …repository.unair.ac.id/53806/2/FF fK 39 16.pdfConstipation had comorbid and Diabetes Mellitus dominated in geriatric patients. In this study,

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Usia lanjut adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 (enam

puluh) tahun keatas (Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

Nomor 79 Tahun 2014 Tentang Penyelenggaraan Pelayanan Geriatri Di

Rumah Sakit). Pasien usia lanjut sering mengalami konstipasi yang

didefinisikan sebagai kebutuhan mengejan daripada didefinisikan sebagai

tidak teraturnya defekasi (Firth dan Prather, 2002). Kejadian ini disebabkan

oleh faktor resiko, yaitu kurangnya asupan serat dan cairan, kurang bergerak

karena menderita penyakit kronis, kebiasaan makan dan dari terapi berbagai

macam obat (Bosshard et al., 2004).

Masalah umum yang sering terjadi pada usia lanjut terangkum dalam

I’s series yaitu immobility, instability, incontinence, intellectual

impairment, infection, impairment of vision and hearing, irritable colon,

isolation (depression), inanition (malnutrition), impecunity, iatrogenesis,

insomnia, immune deficiency, impotence (Ouslander et al, 2004). Irritable

colon merupakan salah satu masalah yang terjadi pada usia lanjut yang pada

akhirnya menyebabkan konstipasi. Tidak hanya menderita konstipasi saja,

orang berusia lanjut merupakan prediktor kuat terjadinya penyakit arteri

koroner dan penyakit-penyakit kronis lainnya.

Usia lanjut yang menderita penyakit kronis dan mengalami

konstipasi mengalami pemanjangan waktu transit saluran cerna total sampai

4-9 hari (normal < 3 hari), evakuasi feses tertunda saat melalui bagian

terbawah usus besar dan rektum. Fungsi kolon tampaknya lebih dipengaruhi

oleh faktor-faktor yang berhubungan dengan penuaan (penyakit kronis,

imobilisasi, dan pengobatan) dibanding usia itu sendiri. Perubahan-

perubahan neurodegeneratif sistem saraf enterik atau enteric nervous system

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

STUDI PENGGUNAAN LAKSATIF... SRI PUJI PURWANTISKRIPSI

Page 20: SKRIPSI STUDI PENGGUNAAN LAKSATIF PADA …repository.unair.ac.id/53806/2/FF fK 39 16.pdfConstipation had comorbid and Diabetes Mellitus dominated in geriatric patients. In this study,

2

(ENS) yang berkaitan dengan usia merupakan kunci perubahan-perubahan

fungsional pada usia lanjut. Pada kolon orang berusia lanjut yang berumur

lebih dari 65 tahun mengalami kehilangan 37% neuron-neuron enterik,

sedangkan usia dewasa muda kurang dari itu. Para peneliti menyimpulkan

bahwa penurunan densitas neuron sesuai usia akan disertai dengan

peningkatan komponen-komponen fibrosis ganglion mesenterikus. Temuan-

temuan tersebut menunjukkan bahwa perubahan-perubahan

neurodegeneratif berkontribusi pada gangguan motilitas kolon pada

populasi usia lanjut (Lindsay et al., 2008).

Penggunaan laksatif pada orang usia lanjut cukup besar. Laksatif

merupakan obat yang pada umumnya digunakan sebagai terapi secara over

the couter oleh orang usia lanjut. Namun penggunaan secara mandiri oleh

pasien bukan satu-satunya, 76% usia lanjut yang dirawat di Rumah Sakit

dan 74% pasien dirawat di rumah juga menentukan banyaknya penggunaan

laksatif (Kinnuen et al., 1991). Penggunaan yang tinggi terhadap laksatif

bukan hanya digunakan oleh orang yang menderita konstipasi saja, namun

ada juga yang menggunakan laksatif yang menganggap dirinya tidak

mengalami konstipasi (Donald et al., 1985).

Terdapat beberapa macam oral laksatif serta mekanisme kerja yang

berbeda-beda. Tipe laksatif bermacam-macam yaitu meliputi laksatif bulk-

forming tidak dicerna namun mengabsorpsi cairan di usus dan mengembang

menjadi bentuk lebih lembut. Kemudian usus secara normal terstimulasi

oleh massa feses yang mengembang. Laksatif hiperosmotik mendorong

pergerakan usus dengan mekanisme menarik cairan kedalam usus dengan

cara mengelilingi jaringan. Ada tiga tipe laksatif hiperosmotik yang

digunakan secara oral yaitu saline, laktulosa, dan polimer. Laksatif tersebut

digunakan sebagai terapi konstipasi jangka lama dan untuk terapi berulang.

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

STUDI PENGGUNAAN LAKSATIF... SRI PUJI PURWANTISKRIPSI

Page 21: SKRIPSI STUDI PENGGUNAAN LAKSATIF PADA …repository.unair.ac.id/53806/2/FF fK 39 16.pdfConstipation had comorbid and Diabetes Mellitus dominated in geriatric patients. In this study,

3

Dengan dosis lebih kecil dari dosis yang digunakan sebagai terapi

konstipasi, laksatif saline dapat berfungsi sebagai antasida. Hal ini hanya

berlaku jika dokter yang meresepkan. Informasi yang tertera hanya

menunjukkan bahwa laksatif digunakan sebagai terapi konstipasi. Sodium

phosphate juga dapat diresepkan untuk kondisi lain selain konstipasi sesuai

dengan keputusan yang dibuat oleh dokter. Laktulosa merupakan tipe obat

yang mirip dengan laksatif gula, memiliki memiliki mekanisme kerja seperti

saline. Laktulosa terkadang digunakan sebagai terapi pengobatan untuk

mengurangi jumlah ammonia yang berlebih didalam darah (Goodman et al.,

2006).

Laksatif lubrikan meliputi minyak mineral, menyebabkan dorongan

pergerakan usus lebih cepat dengan mekanisme melapisi usus dan massa

feses dengan lapisan antiair. Hal ini menjaga massa feses tetap lembab

sehingga feses menjadi lembut dan mudah dikeluarkan. Laksatif yang tidak

hanya memiliki efek penyembuhan pada konstipasi yaitu laksatif stimulan

yang juga digunakan sebagai terapi pada biliary tract, salah satunya yaitu

asam dehydrocholic. Penggunaan laksatif tidak hanya berikan secara

tunggal saja namun juga kombinasi, hal ini yang menyebabkan efek

samping dari laksatif tersebut meningkat dikarenakan bermacam-macam

bahan yang terkandung. Sehingga harus diketahui tata cara penggunaan

laksatif kombinasi yang benar serta tindakan pencegahan dari masing-

masing efek bahan yang terkandung (Truven Health Analytics, 2016).

Laksatif juga digunakan pada kondisi penyakit dimana penyakit

tersebut akan bertambah parah jika pasien mengejan, seperti contohnya

penyakit jantung, hemorrhoid, hernia, tekanan darah tinggi (hipertensi).

Laksatif juga dapat digunakan selain sebagai terapi konstipasi, disertai

dengan menggunakan resep dokter. Meskipun tidak tertera dalam label

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

STUDI PENGGUNAAN LAKSATIF... SRI PUJI PURWANTISKRIPSI

Page 22: SKRIPSI STUDI PENGGUNAAN LAKSATIF PADA …repository.unair.ac.id/53806/2/FF fK 39 16.pdfConstipation had comorbid and Diabetes Mellitus dominated in geriatric patients. In this study,

4

psyllium hydrophilic mucilloid digunakan sebagai terapi pengobatan

hiperkolesterolemia (kolesterol tinggi) (Truven Health Analytics, 2016).

Masyarakat terkadang menggunakan laksatif yang dipercaya dapat

menurunkan berat badan dengan cara menginduksi diare serta mencegah

penyerapan makanan. Walaupun hal ini tidak bekerja dikarenakan laksatif

bekerja pada usus bagian akhir sehingga nutrisi akan tetap terserap. Namun,

efek berbahaya yang dapat terjadi yaitu ketidakseimbangan elektrolit hingga

harus mendapatkan terapi medis darurat (Roerig et al., 2010).

Usia lanjut adalah kelompok individu yang unik serta memiliki

kebutuhan medis yang berbeda dengan kelompok usia muda. Frekuensi

penggunaan laksatif pada usia lanjut kemungkinan disebabkan karena

pasien meremehkan gejala sulit buang air besar dan juga penggunaan

laksatifnya (Harari et al., 1994). Kebiasaan menggunakan laksatif dapat

menyebabkan diare kronis pada pasien ini. Dalam sebuah investigasi medis

yang luas, pasien tinggal dalam jangka waktu yang lama di Rumah Sakit

dikarenakan oleh diare yang tidak diketahui penyebabnya (Roerig et al.,

2010).

Laksatif stimulan adalah golongan laksatif yang paling sering

digunakan dan juga merupakan laksatif yang dilaporkan memiliki hubungan

dengan lebih besarnya psikopatologi, namun tidak dalam seluruh

investigasi. Secara pasti, penggunaan pencahar yang berlebihan memiliki

resiko lebih tinggi daripada yang tidak menggunakan (Roerig et al., 2010).

Dari latar belakang diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa

penggunaan laksatif pada usia lanjut cukup tinggi. Hal ini yang

menyebabkan pentingnya pemahaman terapi laksatif pada orang berusia

lanjut dan juga diperlukan pengetahuan tentang penggunaan laksatif yang

tepat dan benar. Serta dikarenakan penggunaan laksatif pada pasien selain

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

STUDI PENGGUNAAN LAKSATIF... SRI PUJI PURWANTISKRIPSI

Page 23: SKRIPSI STUDI PENGGUNAAN LAKSATIF PADA …repository.unair.ac.id/53806/2/FF fK 39 16.pdfConstipation had comorbid and Diabetes Mellitus dominated in geriatric patients. In this study,

5

konstipasi cukup beragam maka perlu dilakukan penelitian terkait dengan

penggunaan laksatif.

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana pola penggunaan laksatif pada pada pasien usia lanjutdi

poli geriatri RSUD Dr. Soetomo Surabaya?

1.3 Tujuan Penelitian

Mengetahui pola penggunaan laksatif pada pasien usia lanjut di

poli geriatri RSUD Dr. Soetomo Surabaya.

Studi penggunaan laksatif meliputi ketepatan indikasi pada

pemberian laksatif, kesesuaian dosis yang diberikan, frekuensi

penggunaan obat, efek samping dan interaksi obat yang terjadi

(DRPs).

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat dalam penelitian ini mengarah kepada aspek berikut :

1. Keilmuan

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dalam

bidang kelimuan mengenai studi penggunaan laksatif pada pasien

usia lanjut di poli geriatri RSUD Dr. Soetomo Surabaya

2. Praktis

Secara praktis, penelitian ini bermanfaat untuk memberikan

pengetahuan kepada petugas pelayanan kesehatan publik dalam hal

ini pihak Rumah Sakit Dr. Soetomo mengenai studi penggunaan

laksatif pada pasien usia lanjutdi poli geriatri RSUD Dr. Soetomo

Surabaya.

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

STUDI PENGGUNAAN LAKSATIF... SRI PUJI PURWANTISKRIPSI

Page 24: SKRIPSI STUDI PENGGUNAAN LAKSATIF PADA …repository.unair.ac.id/53806/2/FF fK 39 16.pdfConstipation had comorbid and Diabetes Mellitus dominated in geriatric patients. In this study,

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Usia Lanjut

2.1.1 Definisi Usia Lanjut

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 79

Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Pelayanan Geriatri Di Rumah Sakit

dan World Health Organisation (WHO) dikatakan bahwa usia lanjut adalah

seseorang yang telah mencapai usia 60 (enam puluh) tahun ke atas.

Sedangkan geriatri adalah cabang disiplin ilmu kedokteran yang

mempelajari aspek kesehatan dan kedokteran pada warga usia lanjut

termasuk pelayanan kesehatan kepada usia lanjut dengan mengkaji semua

aspek kesehatan berupa promosi, pencegahan, diagnosis, pengobatan, dan

rehabilitasi. Di negara Eropa pada umumnya usia lanjut didefinisikan pada

umur 65 tahun atau lebih tua, pembagiannya yaitu early elderly atau usia

lanjut awal yaitu mulai umur 65 tahun hingga 74 tahun dan yang lebih dari

75 tahun disebut sebagai late elderly (Orimo et al., 2006). Usia lanjut

merupakan kelompok umur pada manusia yang telah memasuki tahapan

akhir dari fase kehidupannya. Kelompok yang dikategorikan usia lanjut ini

akan mengalami suatu proses yang disebut Aging Process atau proses

penuaan.

Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi didalam

kehidupan manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak

hanya dimulai dari suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan

kehidupan. Menjadi tua merupakan proses alamiah, yang berarti seseorang

telah melalui tiga tahap kehidupannya yaitu anak, dewasa, dan tua. Tiga

tahap ini berbeda, baik secara biologi maupun psikologi. Memasuki usia tua

berarti mengalami kemunduran, contohnya kemunduran fisik yang ditandai

dengan kulit yang mengendur, rambut memutih, gigi mulai ompong,

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

STUDI PENGGUNAAN LAKSATIF... SRI PUJI PURWANTISKRIPSI

Page 25: SKRIPSI STUDI PENGGUNAAN LAKSATIF PADA …repository.unair.ac.id/53806/2/FF fK 39 16.pdfConstipation had comorbid and Diabetes Mellitus dominated in geriatric patients. In this study,

7

pendengaran kurang jelas, penglihatan semakin memburuk, gerakan lambat,

dan figure tubuh yang tidak proposional. Undang-Undang nomor 13 tahun

1998 tentang kesejahteraan lanjut usia pada Bab 1 pasal 1 ayat 2

menyebutkan bahwa umur 60 tahun disebut sebagai usia lanjut. Menua

bukanlah suatu penyakit, tetapi merupakan proses yang berangsur-angsur

mengakibatkan perubahan yang kumulatif, merupakan proses menurunnya

daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam dan luar tubuh

yang berakhir pada kematian.

Proses penuaan adalah siklus kehidupan yang ditandai dengan

tahapan-tahapan menurunnya berbagai fungsi organ tubuh, yang ditandai

dengan semakin rentannya tubuh terhadap berbagai serangan penyakit yang

dapat menyebabkan kematian misalnya pada sistem kardiovaskuler dan

pembuluh darah, pernafasan, pencernaan, endokrin dan lain sebagainya. Hal

tersebut disebabkan seiring meningkatnya usia sehingga terjadi perubahan

dalam struktur dan fungsi sel, jaringan, serta sistem organ. Perubahan

tersebut pada umumnya berpengaruh pada kemunduran kesehatan fisik dan

psikis yang pada akhirnya akan berpengaruh pada ekonomi dan sosial usia

lanjut. Sehingga secara umum akan berpengaruh pada activity of daily living

(Fatmah, 2010).

2.1.2 Klasifikasi Usia Lanjut

Menurut Principles of Geriatric Physiotherapy, usia lanjut dibagi menjadi

tiga kelompok:

a. Young old: kelompok ini terdiri dari populasi yang berusia antara

65 dan 75 tahun. Young old dapat dikatakan sama seperti pasien

middle age. Mereka memiliki level minimal disabilitas. Dengan

ekspektasi usia sekitar 15 hingga 20 tahun, terapi fisik ditujukan

untuk mencegah penyakit. Sebagai contohnya, dengan cara

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

STUDI PENGGUNAAN LAKSATIF... SRI PUJI PURWANTISKRIPSI

Page 26: SKRIPSI STUDI PENGGUNAAN LAKSATIF PADA …repository.unair.ac.id/53806/2/FF fK 39 16.pdfConstipation had comorbid and Diabetes Mellitus dominated in geriatric patients. In this study,

8

berpartisipasi dalam program mengurangi berat badan, pasien

obesitas dapat mengurangi resiko terkena penyakit kardiovaskular.

b. Middle old: populasi antara usia 75 dan 85 tahun termasuk

kedalam kelompok ini. Mereka biasanya mengalami penyakit

kronis. Terapis seharusnya berusaha lebih keras dalam mengani

masalah seperti contohnya osteoporosis, diabetik neuropati, jatuh

dan lain sebagainya.

c. Old-old: grup ini terdiri dari populasi yang berusia lebih dari 85

tahun. Dengan ekspektasi usia sekitar 5 hingga 6 tahun, old-old

memiliki keterbatasan untuk terus bertahan pada masa terapi.

Terapis seharusnya memikirkan kenyamanan pasien. Seperti

contohnya pergerakan pasif pasien, posisi duduk dan tidur,

perhatian dan kontak mata juga cukup signifikan dalam

mempengaruhi kebahagiaan pasien.

2.1.3 Klasifikasi Masalah pada Usia Lanjut

Beberapa masalah yang kerap muncul pada usia lanjut, yang disebut

sebagai I’s (Ouslander et al, 2004). Mulai dari immobility (imobilisasi),

instability (instabilitas dan jatuh), incontinence (inkontinensia), intellectual

impairment (gangguan intelektual), infection (infeksi), impairment of vision

and hearing (gangguan penglihatan dan pendengaran), isolation (depresi),

Inanition (malnutrisi), insomnia (ganguan tidur), hingga immune deficiency

(menurunnya kekebalan tubuh).

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

STUDI PENGGUNAAN LAKSATIF... SRI PUJI PURWANTISKRIPSI

Page 27: SKRIPSI STUDI PENGGUNAAN LAKSATIF PADA …repository.unair.ac.id/53806/2/FF fK 39 16.pdfConstipation had comorbid and Diabetes Mellitus dominated in geriatric patients. In this study,

9

2.2 Kondisi Yang Membutuhkan Terapi Laksatif

2.2.1 Konstipasi

(1) Definisi

Konstipasi bukan suatu penyakit namun merupakan gejala dari

penyakit lain atau kondisi tertentu. Kondisi yang dapat menyebabkan

konstipasi yaitu kelainan saluran cerna, diet yang rendah serat atau

penggunaan obat yang dapat menyebabkan konstipasi misalnya opioid,

sebab lainnya adalah kelainan metabolik dan endokrin, kehamilan, kelainan

neurogenik (stoke, trauma kepala, tumor sistem saraf pusat, penyakit

parkinson) dan konstipasi psikogenik (Terry et al., 2009).

(2) Fisiologi Defekasi

Fungsi kolon yaitu menyerap air dan mengirimkan sisa makanan

yang tidak diperlukan tubuh ke rektum melalui kontraksi yang terkoordinasi

atau dikenal sebagai High Amplitude Propagated Contractions (HAPCs).

HAPCs mempengaruhi proses defekasi, dimana penurunan frekuensi

HAPCs menyebabkan konstipasi. HAPCs biasanya terjadi pada pagi hari

dan menjadi semakin kuat dengan adanya faktor pencetus seperti minuman

atau makan, sebaliknya frekuensi dan kekuatan HAPCs menurun pada

malam hari. Sebab itu gerakan usus pada malam hari atau defekasi pada

malam hari (terutama bila terjadi diare malam hari) dianggap sebagai

sesuatu yang abnormal.

Sebagian besar absorpsi dalam usus besar terjadi pada pertengahan

proksimal kolon, sehingga bagian ini dinamakan kolon pengabsorpsi,

sedangkan kolon bagian distal pada prinsipnya berfungsi sebagai tempat

penyimpanan feses sampai waktu yang tepat untuk ekskresi feses, oleh

karena itu disebut kolon penyimpanan. Banyak bakteri, khususnya basil

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

STUDI PENGGUNAAN LAKSATIF... SRI PUJI PURWANTISKRIPSI

Page 28: SKRIPSI STUDI PENGGUNAAN LAKSATIF PADA …repository.unair.ac.id/53806/2/FF fK 39 16.pdfConstipation had comorbid and Diabetes Mellitus dominated in geriatric patients. In this study,

10

kolon, secara normal berada pada kolon pengabsorpsi. Bakteri-bakteri ini

mampu mencerna sejumlah kecil selulosa, sehingga menghasilkan beberapa

kalori nutrisi tambahan untuk tubuh (Guyton, 2008).

Waktu transit kolon normal pada orang dewasa sekitar 20-72 jam,

feses yang terlalu lama di kolon menyebabkan feses menjadi semakin keras

karena kandungan air didalamnya akan terus diabsorpsi. Setelah berada di

rektum, sisa makanan atau feses menyebabkan distensi dan merangsang

keinginan defekasi.

Proses defekasi normal membutuhkan antara lain yaitu isi kotoran di

rektum, otot-otot dasar panggul yaitu muskulus puborektal yang berfungsi

untuk mengatur sudut rektoanal. Pada proses defekasi otot dasar panggul

mengalami relaksasi dan menyebabkan sudut rektoanal lurus (Gambar 2.1),

sehingga feses mudah keluar. Relaksasi sfingter anal internal dan eksternal.

Kontraksi otot abdomen dan diafragma.

Pada saat defekasi normal, feses akan meregangkan dinding rektum,

menyebabkan relaksasi sfingter anal internal dan eksternal dan

menghasilkan presepsi atau keinginan untuk defekasi. Apabila waktu untuk

defekasi sudah tepat, dengan posisi duduk, pengambilan nafas dan

melakukan gerakan mengejan, maka secara simultan terjadi kontraksi otot

abdomen, relaksasi otot puborektalis dan sfingter anal internal-eksternal,

maka hasilnya adalah feses dapat dikeluarkan dari tubuh.

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

STUDI PENGGUNAAN LAKSATIF... SRI PUJI PURWANTISKRIPSI

Page 29: SKRIPSI STUDI PENGGUNAAN LAKSATIF PADA …repository.unair.ac.id/53806/2/FF fK 39 16.pdfConstipation had comorbid and Diabetes Mellitus dominated in geriatric patients. In this study,

11

Gambar 2.1 anorektum pada saat istirahat (A) dan saat defekasi (B).

Pada saat istirahat sudut anorektal pada 80-110o oleh otot dasar panggul dan

saat defekasi otot dasar panggul relaksasi sehingga sudut anorektal

mendekati lurus, selain itu sfingter ani internal dan eksternal relaksasi

(Lembo dan Camilleri., 2003).

Pasien yang mengalami konstipasi memiliki persepsi gejala yang

berbeda-beda. Menurut World Gastroenterology Organization (WGO)

beberapa pasien (52%) mendefinisikan konstipasi sebagai defekasi dengan

feses keras, tinja seperti pil atau butir obat (44%), ketidakmampuan defekasi

saat diinginkan (34%), atau defekasi yang jarang atau tidak teratur (33%).

Gambar 2.1 Defekasi: istirahat (A), normal (B) (Andrews, 2011)

Gambar 2.2 Defekasi ketika Konstipasi (Andrews, 2011)

A

B A

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

STUDI PENGGUNAAN LAKSATIF... SRI PUJI PURWANTISKRIPSI

Page 30: SKRIPSI STUDI PENGGUNAAN LAKSATIF PADA …repository.unair.ac.id/53806/2/FF fK 39 16.pdfConstipation had comorbid and Diabetes Mellitus dominated in geriatric patients. In this study,

12

Menurut North American Society of Gastroenterology and Nutrition,

konstipasi didefinisikan sebagai kesulitan atau lamanya defekasi, yang

terjadi selama 2 minggu atau lebih, serta menyebabkan ketidaknyamanan

pada pasien. Paris Consensus on Childhood Constipation Terminology

menjelaskan definisi konstipasi sebagai defekasi yang terganggu selama 8

minggu dengan mengalami minimal dua gejala sebagai berikut: defekasi

kurang dari 3 kali per minggu, inkontinensia, frekuensi defekasi lebih dari

satu minggu, massa tinja yang keras yang dapat mengetuk kloset, massa

tinja teraba di abdomen, perilaku menahan defekasi, nyeri saat defekasi.

(3) Epidemiologi

Sebagai konsekuensi dari berbagai macam definisi yang digunakan

maka variasi dari konstipasi yang ditemukanpun juga beragam. Sebagai

contohnya pada sebuah studi case-control yang membandingkan gejala

konstipasi pada usia lanjut yang masuk Rumah Sakit dan mencocokkannya

dengan praktek pada umumnya ditemukan hasil bahwa usia lanjut yang

masuk Rumah Sakit lebih tinggi sebesar dua kalinya yaitu sebesar 55% vs

23% (Donald et al., 1985)

Berdasarkan suatu survey yang telah dilakukan pada populasi usia

lanjut penderita konstipasi dengan cara melaporkan secara individu

mengenai konstipasi yang diderita, ditemukan hasil sebesar 30%, sedangkan

berdasarkan hasil survey ditemukan bahwa prevalensi yang didapatkan

sebesar 15-20% (Stewart et al., 1999). Dari seluruh studi tersebut

ditemukan bahwa konstipasi pada wanita lebih tinggi dua kali hingga tiga

kali lipat dibandingkan pada pria.

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

STUDI PENGGUNAAN LAKSATIF... SRI PUJI PURWANTISKRIPSI

Page 31: SKRIPSI STUDI PENGGUNAAN LAKSATIF PADA …repository.unair.ac.id/53806/2/FF fK 39 16.pdfConstipation had comorbid and Diabetes Mellitus dominated in geriatric patients. In this study,

13

(4) Etiologi dan Patofisiologi

Pada konstipasi terdapat beberapa penyebab yaitu primer dan

sekunder. Konstipasi primer timbul dari defekasi intrinsik pada fungsi kolon

atau malfungsi saat proses defekasi. Penyebab konstipasi telah diatur dalam

Tabel II.1. Ketika penyebab konstipasi tidak jelas, treatment empiris sering

dimulai dengan suplemen serat atau laksatif. Jika treatment berhasil maka

tidak diperlukan terapi yang lebih jauh.

Patofisiologi Konstipasi Penyebab primer Penyebab sekunder Normal transit (paling umum) Obat-obatan Transit lambat Obstruksi Kelainan evakuasi Metabolik (hipotiroid, hiperkalsemia)

Neurologikal (multipel sklerosis, parkinson) Sistemik (amylodosis, skleroderma) Psikiatrik (depresi, makan tidak teratur)

Konstipasi normal-transit (dikenal dengan konstipasi “functional”)

adalah bentuk konstipasi paling umum yang sering diamati oleh klinisi.

Pada situasi ini, pasien melaporkan bahwa sering mengalami gejala yaitu

feses keras atau mengalami sulit defekasi. Namun pada saat dites, feses

tidak terlambat keluar dan frekuensi defekasi cukup sering seperti saat

normal. Pasien mungkin mengalami kembung dan nyeri atau

ketidaknyamanan pada perut, dan akan ditemui kriteria seperti pada

irritable bowel syndrome with constipati on (IBS-C) (Longstreth GF et al.,

2006).

Konstipasi slow-transit menyebabkan pergerakan usus besar yang

tidak teratur (kurang dari sekali dalam seminggu) dan paling umum dialami

Tabel II.1 Patofisiologi Konstipasi (Lembo et al., 2003)

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

STUDI PENGGUNAAN LAKSATIF... SRI PUJI PURWANTISKRIPSI

Page 32: SKRIPSI STUDI PENGGUNAAN LAKSATIF PADA …repository.unair.ac.id/53806/2/FF fK 39 16.pdfConstipation had comorbid and Diabetes Mellitus dominated in geriatric patients. In this study,

14

oleh wanita muda (Preston DM et al., 1986). Biasanya, pasien tidak

merasakan ingin berdefekasi dan tidak mengeluh kembung serta

ketidaknyamanan pada perut.

Defecation disorders (DDs) merupakan abnormalitas fungsi dan

anatomi dari anorektum yang menyebabkan konstipasi. Pasien dengan DDs

mengalami ketegangan yang signifikan saat defekasi, seringkali

menghabiskan waktu lama didalam toilet setiap harinya.

Konstipasi sekunder disebabkan oleh obat, beberapa efek samping

obat dapat menyebabkan konstipasi. Obat antihipertensi seperti clonidine,

calcium antagonis dan ganglionic bloker dapat menurunkan kontraktilitas

usus halus dan dapat menyebabkan konstipasi (Fosnes GS et al., 2011).

Penyakit yang mempengaruhi sistem saraf dapat juga menyebabkan

konstipasi. Penyakit ini meliputi neuropaty autonom, diabetes melitus, dan

penyakit endokrin lain.

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

STUDI PENGGUNAAN LAKSATIF... SRI PUJI PURWANTISKRIPSI

Page 33: SKRIPSI STUDI PENGGUNAAN LAKSATIF PADA …repository.unair.ac.id/53806/2/FF fK 39 16.pdfConstipation had comorbid and Diabetes Mellitus dominated in geriatric patients. In this study,

15

(5) Diagnosis

(6) Faktor Resiko

Pada orang yang sehat dan usia lanjut yang beraktifitas aktif, faktor

resiko mungkin bisa terjadi

Asupan cairan: hal ini merupakan faktor resiko dari konstipasi karena

dengan asupan cairan yang rendah maka akan berpengaruh terhadap

transit kolon yang lambat dan lemahnya pengeluaran feses.

Diet (makanan): prevalensi dari penyakit pencernaan meningkat

dikarenakan makanan yang kasar. Studi menyebutkan bahwa serat

makanan meningkatkan waktu transit usus besar, meningkatkan berat

feses dan meningkatkan pergerakan usus.

Mobilitas: konstipasi sering terjadi pada orang yang melakukan aktifitas

sedikit.

Kriteria Diagnosis Konstipasi Fungsional 1. 1. Harus termasuk kedalam 2 kriteria dibawah ini:

A. Mengejan saat defekasi setidaknya 25% dari total defekasi yang dilakukan

B. Feses berbentuk tidak halus atau keras setidaknya 25% dari total defekasi yang dilakukan

C. Merasa kurang puas setelah defekasi setidaknya 25% dari total defekasi yang dilakukan

D. Merasakan obstruksi/sumbatan ketika defekasi setidaknya 25% dari total defekasi

E. Menggunakan bantuan ketika defekasi minimal 25% dari total defekasi (contonhya evakuasi digital, menyokong dinding pelvic)

F. Defekasi kurang dari tiga kali dalam seminggu 2. 2. Untuk mengeluarkan feses harus menggunakan laksatif 3. 3. Untuk irritable bowel syndrome kriteria tidak mencukupi 4. *kriteria tersebut digunakan setidaknya selama 3 bulan terakhir dengan

gejala yang terjadi paling tidak 6 bulan untuk menentukan diagnosisnya

Tabel II.2 Kriteria Diagnosis Rome III (Appendix A: Rome III Diagnostic Criteria for FGIDs)

Kriteria Diagnosis Konstipasi Fungsional 1. 1. Harus termasuk kedalam 2 kriteria dibawah ini:

A. Mengejan saat defekasi setidaknya 25% dari total defekasi yang dilakukan

B. Feses berbentuk tidak halus atau keras setidaknya 25% dari total defekasi yang dilakukan

C. Merasa kurang puas setelah defekasi setidaknya 25% dari total defekasi yang dilakukan

D. Merasakan obstruksi/sumbatan ketika defekasi setidaknya 25% dari total defekasi

E. Menggunakan bantuan ketika defekasi minimal 25% dari total defekasi (contonhya evakuasi digital, menyokong dinding pelvic)

F. Defekasi kurang dari tiga kali dalam seminggu 2. 2. Untuk mengeluarkan feses harus menggunakan laksatif 3. 3. Untuk irritable bowel syndrome kriteria tidak mencukupi 4. *kriteria tersebut digunakan setidaknya selama 3 bulan terakhir dengan

gejala yang terjadi paling tidak 6 bulan untuk menentukan diagnosisnya (Appendix A: Rome III Diagnostic Criteria for FGIDs)

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

STUDI PENGGUNAAN LAKSATIF... SRI PUJI PURWANTISKRIPSI

Page 34: SKRIPSI STUDI PENGGUNAAN LAKSATIF PADA …repository.unair.ac.id/53806/2/FF fK 39 16.pdfConstipation had comorbid and Diabetes Mellitus dominated in geriatric patients. In this study,

16

Lingkungan: kurangnya waktu ke toliet atau jarang ke toilet akan

menyebabkan konstipasi

Obat-obatan

a. Opioid

b. Antikolinergik (antidepresan trisiklik, antispasmodik, antipsikotik,

antiparkinson)

c. Obat yang mengandung kation (besi, aluminium, kalsium)

d. Neurally active agent (antihipertensi, calcium channel blocker,

antikonvulsan)

e. Diuretik

f. Anti-inflamantori

g. Miscellaneous agent

2.2.2 Hepatik Ensephalopati

(1) Definisi dan Mekanisme

Ensefalopati hepatik (EH) merupakan sindrom neuropsikiatri yang

dapat terjadi pada penyakit hati akut dan kronik berat dengan beragam

manifestasi, mulai dari ringan hingga berat, mencakup perubahan perilaku,

gangguan intelektual, serta penurunan kesadaran tanpa adanya kelainan

pada otak yang mendasarinya (Ferenci P etal., 1998). Di Indonesia,

prevalensi EH minimal (grade 0) tidak diketahui dengan pasti karena

sulitnya penegakan diagnosis, namun diperkirakan terjadi pada 30%-84%

pasien sirosis hepatis. Data dari Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo

mendapatkan prevalensi EH minimal sebesar63,2% pada tahun 2009.4 Data

pada tahun 1999 mencatat prevalensi EH stadium 2-4 sebesar 4,9% (Zubir

N et al., 2009)

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

STUDI PENGGUNAAN LAKSATIF... SRI PUJI PURWANTISKRIPSI

Page 35: SKRIPSI STUDI PENGGUNAAN LAKSATIF PADA …repository.unair.ac.id/53806/2/FF fK 39 16.pdfConstipation had comorbid and Diabetes Mellitus dominated in geriatric patients. In this study,

17

(2) Etiologi dan Patofisiologi

Beberapa kondisi berpengaruh terhadap timbulnya EH pada pasien

gangguan hati akut maupun kronik, seperti keseimbangan nitrogen positif

dalam tubuh (asupan protein yang tinggi, gangguan ginjal, perdarahan

varises esofagus dan konstipasi), gangguan elektrolit dan asam basa

(hiponatremia, hipokalemia, asidosis dan alkalosis), penggunaan obat-

obatan (sedasi dan narkotika), infeksi (pneumonia, infeksi saluran kemih

atau infeksi lain) dan lain-lain, seperti pembedahan dan alkohol. Faktor

tersering yang mencetuskan EH pada sirosis hati adalah infeksi, dehidrasi

dan perdarahan gastrointestinal berupa pecahnya varises esofagus (Wakim

et al., 2011)

Terjadinya EH didasari pada akumulasi berbagai toksin dalam

peredaran darah yang melewati sawar darah otak (Riggio et al., 2010).

Amonia merupakan molekul toksik terhadap sel yang diyakini berperan

penting dalam terjadinya EH karena kadarnya meningkat pada pasien sirosis

hati (Frederick et al., 2011). Beberapa studi lain juga seperti yang

digambarkan pada gambar 2.3, amonia diproduksi oleh berbagai organ.

Amonia merupakan hasil produksi koloni bakteri usus dengan aktivitas

enzim urease, terutama bakteri gram negatif anaerob, Enterobacteriaceae,

Proteus dan Clostridium (Frederick et al., 2011). Enzim urease bakteri akan

memecah urea menjadi amonia dan karbondioksida. Amonia juga

dihasilkan oleh usus halus dan usus besar melalui glutaminase usus yang

memetabolisme glutamin (sumber energi usus) menjadi glutamat dan

amonia.

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

STUDI PENGGUNAAN LAKSATIF... SRI PUJI PURWANTISKRIPSI

Page 36: SKRIPSI STUDI PENGGUNAAN LAKSATIF PADA …repository.unair.ac.id/53806/2/FF fK 39 16.pdfConstipation had comorbid and Diabetes Mellitus dominated in geriatric patients. In this study,

18

Page 37: SKRIPSI STUDI PENGGUNAAN LAKSATIF PADA …repository.unair.ac.id/53806/2/FF fK 39 16.pdfConstipation had comorbid and Diabetes Mellitus dominated in geriatric patients. In this study,

19

amonium dalam tubuh sehingga menyebabkan hiperamonia. Amonia akan

masuk ke dalam hati melalui venaporta untuk proses detoksifiaksi.

Metabolisme oleh hati dilakukan di dua tempat, yaitu selhati periportal yang

memetabolisme amonia menjadi urea melalui siklus Krebs-Henseleit dan sel

hati yang terletak dekat vena sentral dimana urea akan digabungkan kembali

menjadi glutamin (Frederick et al., 2011).

Pada keadaan sirosis, penurunan massa hepatosit fungsional dapat

menyebabkan menurunnya detoksifikasi amonia oleh hati ditambah adanya

shunting portosistemik yang membawa darah yang mengandung amonia

masuk ke aliran sistemik tanpa melalui hati (Chatauret et al., 2004).

Peningkatan kadar amonia dalam darah menaikkan resiko toksisitas amonia.

Meningkatnya permebialitas sawar darah otak untuk amoniapada pasien

sirosis menyebabkan toksisitasamonia terhadap astrosit otak yang berfungsi

melakukan metabolisme amonia melalui kerjaenzim sintetase glutamin.

Disfungsi neurologis yang ditimbulkan pada EH terjadi akibat edema

serebri, dimana glutamin merupakan molekul osmotik sehingga

menyebabkan pembengkakan astrosit. Amonia secara langsung juga

merangsang stres oksidatif dan nitrosatif pada astrosit melalui peningkatan

kalsium intraselular yang menyebabkan disfungsi mitokondriadan

kegagalan produksi energi selular melalui pembukaan pori-pori transisi

mitokondria. Amonia juga menginduksi oksidasi RNA dan aktivasi protein

kinase untuk mitogenesis yang bertanggung jawab pada peningkatan

aktivitasi sitokin dan repson inflamasi sehingga mengganggu aktivitas

pensignalan intraselular (Norenberg et al., 2009). Mengemukakan faktor

pencetus lain penyebab EH seperti pada gambar 2.4 berikut.

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

STUDI PENGGUNAAN LAKSATIF... SRI PUJI PURWANTISKRIPSI

Page 38: SKRIPSI STUDI PENGGUNAAN LAKSATIF PADA …repository.unair.ac.id/53806/2/FF fK 39 16.pdfConstipation had comorbid and Diabetes Mellitus dominated in geriatric patients. In this study,

20

Page 39: SKRIPSI STUDI PENGGUNAAN LAKSATIF PADA …repository.unair.ac.id/53806/2/FF fK 39 16.pdfConstipation had comorbid and Diabetes Mellitus dominated in geriatric patients. In this study,

21

asam dalam cairan lambung tergantung dari adanya ion hidrogen yang sulit

diukur melalui titrasi alkali apapun. Terdapat berbagai teknik pengukuran

konsentrasi ion hidrogen, salah satu yang dikembangkan akhir-akhir ini

adalah teknik elektrolisis. Faktor lain yang mempengaruhi konsentrasi asam

lambung adalah adanya pepton dan albumosis. Konsentrasi asam lambung

yang tinggi dapat mengakibatkan terjadinyaedema serta ulkus pada lambung

atau duodenum yang menyebabkan timbulnya rasa nyeri. Hiperasiditas

lambung dapat mempengaruhi saluran cerna atas maupun bawah. Saluran

cerna atas dimulai dari faring, esophagus, gaster dan duodenum sedangkan

saluran cerna bawah meliputi intestinal hingga anus. Makanan pedas dan

berlemak, obat-obatan seperti NSAID dan alkohol juga dapat meningkatkan

produksi asam yang mengakibatkan terjadinya ulkus. Selain itu,stres fisik

seperti sepsis, trauma berat maupun psikis jugadapat menyebabkan

hiperasiditas lambung.

(2) Gejala

Gejala hiperasiditas lambung seperti rasa terdapat gas berlebihan

dalam lambung, kembung, rasa terbakar di ulu hati, dada, bagian belakang

badan/punggung dan anus, nyeri perut, nyeri punggung, sakit kepala dan

rasa penat (dizziness), rasa lapar disertai nyeri 1-2 jam setelah makan,

sendawa (burping) yang berlebihan, mual, muntah, konstipasi, diare, kram

otot pada leher dan bahu, mulut terasa panas, batuk berulang serta gejala

lain yang timbul pada saluran nafas seperti faringitis dan asma, dan gejala

yang timbul pada penyakit telinga hidung dan tenggorokan serta kerusakan

gigi.

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

STUDI PENGGUNAAN LAKSATIF... SRI PUJI PURWANTISKRIPSI

Page 40: SKRIPSI STUDI PENGGUNAAN LAKSATIF PADA …repository.unair.ac.id/53806/2/FF fK 39 16.pdfConstipation had comorbid and Diabetes Mellitus dominated in geriatric patients. In this study,

22

2.3 Jenis Laksatif

2.3.1 Laksatif serat dan bulk-forming

Agen utama pada kelas laksatif serat dan bulk-forming (psyllium,

bran, methylcellulose, ispaghula dan polikarbofil) mudah didapatkan.

Mekanisme utama yang umun adalah meningkatkan berat dan absorbsi air

pada feses, hasilnya adalah meningkatkan kecepatan pergerakan dorongan

pada usus. Laksatif ini biasanya memerlukan beberapa hari untuk bekerja

dan pasien yang menderita konstipasi dianjurkan untuk mengkonsumsi air

yang banyak untuk menghindari obstruksi. Kerja dari laksatif ini cukup

terbatas terutama pada pasien usia lanjut yang terbaring di tempat tidur

(Golzarian et al., 1994). Laksatif tersebut meningkatkan motilitas usus,

hasilnya adalah penurunan waktu transit kolon dan meningkatkan frekuensi

dari pergerakan usus (Tramonte et al., 1997). Banyak studi menyebutkan

bahwa laksatif dapat mengurangi nyeri perut serta menyebabkan kentut, dan

juga membuat perut kembung yang merupakan efek samping yang

mengarah pada spasmodik nyeri perut. Efek ini telah dilaporkan merupakan

akibat dari penggunaan serat alami (psyllium), dan hal ini dihubungkan

dengan degradasi bakteri. Sedangkan pada methylcellulose (serat

semisintetis) efek sampingnya tidak terlalu sering ditemui dan tidak terjadi

pada polikarbofil (serat sintesis dari polimer asam akrilat) (Francis et al.,

1994).

2.3.2 Laksatif Osmotik

Laksatif osmotik meliputi laksatif saline (magnesium hidroksida,

magnesium sitrat), dan yang terbaru adalah macrogols (PEG). Walaupun

absorbsi terhadap gula rendah dan PEG terkadang diklasifikasikan terpisah

dari laksatif saline, senyawa ini memiliki mekanisme umum yaitu

memproduksi gradien osmotik, menahan cairan pada lumen kolon dan

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

STUDI PENGGUNAAN LAKSATIF... SRI PUJI PURWANTISKRIPSI

Page 41: SKRIPSI STUDI PENGGUNAAN LAKSATIF PADA …repository.unair.ac.id/53806/2/FF fK 39 16.pdfConstipation had comorbid and Diabetes Mellitus dominated in geriatric patients. In this study,

23

menyebabkan feses lunak dan memperbaiki dorongan usus. Perbedaan dari

senyawa-senyawa ini adalah interaksinya terhadap bakteri usus yang dapat

menimbulkan efek samping kentut dan menurunkan keefektifan laksatif.

Magnesium klorida merupakan salah satu senyawa yang cukup tua di

kelasnya. Senyawa ini meningkatkan motilitas kolon dan sekresi usus

terhadap air dan garam mineral. Pada suatu penelitian pada instituisi dan

Rumah Sakit ditemukan bahwa senyawa dapat meningkatkan pergerakan

usus lebih sering daripada laksatif bulk-forming tunggal maupun

dikombinasi dengan sorbitol dosis kecil (Kinnunen et al., 1989). Selain

tidak mahal, menggunakan magnesium pada usia lanjut memberikan efek

samping yang lebih kecil, seperti contohnya kentut, kram perut dan

toksisitas magnesium (Golzarian et al., 1994), senyawa ini dapat diganggu

absorbsinya oleh beberapa medikasi (tetrasiklin, digoksin, klorpromazin dan

isoniazide).

Laktulosa adalah disakarida sintesis nonabsorable, dimetabolisme

oleh bakteri kolon menjadi asam laktat dan asam inorganik lain (asam

asetat, asam propanoat dan asam butirat). Asam-asam ini bisa diabsorbsi

oleh mukosa usus. Efek osmotik dari laktulosa biasanya terjadi setelah 2-3

hari, segera sesudah kapasitas bakteri untuk memetabolisme senyawa telah

melebihi dan hasilnya meningkatkan gerak peristaltik kolon. Efek samping

utama yaitu kentut, kram perut sementara dan hipokalemi (Passmore et al.,

1993).

Sorbitol adalah gula alkohol nonabsorable yang memliki

kemampuan osmotik dan bekerja pada level kolon. Jika dibandingkan

dengan laktulosa yang diberikan pada pasien usia lanjut maka memberikan

hasil yang sama, tetapi sorbitol tidak terlalu mahal jika dibandingkan

dengan laktulosa dan sedikit menyebabkan pusing. Bagaimanapun, efek

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

STUDI PENGGUNAAN LAKSATIF... SRI PUJI PURWANTISKRIPSI

Page 42: SKRIPSI STUDI PENGGUNAAN LAKSATIF PADA …repository.unair.ac.id/53806/2/FF fK 39 16.pdfConstipation had comorbid and Diabetes Mellitus dominated in geriatric patients. In this study,

24

samping lain seperti nyeri perut dan kentut tergolong sering dan terbatas

pada toleransi pasien.

Macrogol merupakan agen terakhir pada kelas ini. PEG adalah

laksatif osmotik yang bisa mengikat molekul air. Larutan elektrolit PEG

telah digunakan secara luas untuk membersihkan usus sebelum adanya

colonoscopy atau operasi usus. Senyawa ini tidak diabsorbsi dan tidak

dimetabolisme oleh bakteri kolon. Volume feses ditingkatkan dan

kosistensinya dilembutkan, menghasilkan peningkatan gerak peristaltik

(Corazziari et al., 2000).

2.3.3 Laksatif Stimulan

Laksatif stimulan adalah laksatif yang sering digunakan secara luas,

selain itu juga memiliki efek samping yang lebih rendah. Laksatif stimulan

meliputi anthroquinones (sena, aloes, cascara), turunan diphenylmethane

(bisacodyl, sodium picosulfate). Castrol oil merupakan laksatif stimulan

menjadi kuno serta memiliki efek samping malabsorpsi, dehidrasi, dan

lipoid pneumonia. Sementara itu, agen lainnya yaitu phenolphthalein telah

ditinggalkan di US dikarenakan karsinogeniknya. Agen ini menyebabkan

peningkatan motilitas usus dan sekresi yang disebabkan oleh stimulasi

plexus myenterik dan merubah cairan serta aliran elektrolit. Efek laksatif ini

adalah dose dependen, dengan cara menghambat absorpsi dari natrium dan

air pada dosis rendah dan stimulasi dari natrium dan influk air dalam lumen

kolon pada dosis besar (Lembo Aet al., 2003). Onset of action terjadi

sekitar 8-12 jam tetapi pada pasien usia lanjut yang lemah mungkin akan

menghasilkan respon yang lebih lambat.

Anthraquinone (senna, cascara) tidak direabsorpsi dan diubah oleh

bakteri kolon kedalam bentuk aktifnya. Pada studi sebelumnya, telah

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

STUDI PENGGUNAAN LAKSATIF... SRI PUJI PURWANTISKRIPSI

Page 43: SKRIPSI STUDI PENGGUNAAN LAKSATIF PADA …repository.unair.ac.id/53806/2/FF fK 39 16.pdfConstipation had comorbid and Diabetes Mellitus dominated in geriatric patients. In this study,

25

dibandingkan antara kombinasi serat senna dan laktulosa pada penduduk

yang menderita konstipasi (rata-rata berumur 82 tahun hingga 83 tahun

dalam trial pertama dan kedua secara berturut-turut) (Passmore et al., 1993).

Pada kedua studi tersebut, kombinasi serat senna secara signifikan lebih

efektif dibandingkan dengan laktulosa (meningkatkan pergerakan usus per

minggu, secara berturut-turut). Tidak ada perbedaan efek samping yang

terlihat pada studi ini. Mengenai hasil keamanan dari anthraquinone tentang

toksisitas selulernya telah diteliti secara in vitro, dideskripsikan pada

penggunaan dalam jangka panjang dan perkembangan dari melanosis coli

(Wald et al., 2003). Meskipun asosiasi antara kanker colorectal dan

melanosis coli masih kontroversi (Nascimbeni et al., 2002). Pada

kenyataannya, tidak ada data epidemiologi yang didokumentasikan oleh

asosiasi menegenai penggunaan anthraquinone dan peningkatan resiko

kanker colorectal pada manusia (Nusko et al., 2000). Efek sampingnya

mungkin lebih rendah pada pasien usia lanjut.

Turunan diphenylmethane meliputi bisacodyl dan natrium

picosulfate. Bisacodyl tersedia dalam bentuk oral dan suppositoria,

belakangan ini ada bentuk yang digunakan untuk manajemen terapi pasien

dengan pengeluaran yang lambat. Bioavailabilitas sistemiknya sangat

lambat namun suppositoria dapat menyebabkan rasa terbakar pada anus

sehingga penggunaan setiap hari harus dihindari. Onset of action dari

sediaan oral adalah sekitar 6-12 jam dan untuk suppositoria 15-30 menit

(NHS Center for Reviews and Dissemination., 2001).

Natrium picosulfate dihidrolisa oleh enzim bakteri kolon dan hanya

menimbulkan efek pada kolon. Sediaan ini menstimulasi mukosa kolon

sehingga menginduksi gerakan peristaltik dari kolon. Onset of action nya

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

STUDI PENGGUNAAN LAKSATIF... SRI PUJI PURWANTISKRIPSI

Page 44: SKRIPSI STUDI PENGGUNAAN LAKSATIF PADA …repository.unair.ac.id/53806/2/FF fK 39 16.pdfConstipation had comorbid and Diabetes Mellitus dominated in geriatric patients. In this study,

26

terjadi sekitar 6-12 jam (NHS Center for Reviews and Dissemination.,

2001).

Stool softener (sodium dioctyl sulfosuccinate dan parafin liquid)

sudah tidak direkomendasikan untuk terapi konstipasi. Parafin liquid

memiliki efek samping yang potensial yaitu mereduksi absorpsi vitamin

larut lemak dan resiko lipoid pneumonia setelah aspirasi (Wanda et al.,

2004).

2.3.4 Enemas dan suppositoria rektal

Enemas menginduksi pergerakan usus dengan menggelembungkan

rektum dan kolon. Usia lanjut yang memiliki masalah mobilitas yang serius

adakalanya membutuhkan enemas untuk menghindari faecal impaction.

Tap water enemas digunakan untuk disimpaction akut dan

merupakan tipe penggunaan yang tetap. Evakuasi feses terjadi 2-5 menit

setelah administrasi.

Enemasphosphat telah ditingkatkan efek laksatifnya sehingga

berpengaruh pada keosmotikannya namun hiperfosfatemia dan hipokalemia

dapat terjadi jika enemas ditahan. Sering juga menyebabkan kram perut dan

diare. Pada insufficiency renal akut dan kronik, enemas ini seharusnya tidak

diadministrasikan karena resiko hiperfosfatemia. Enemas soapsubs (buih

sabun) menyebabkan mukosa rektal rusak dan nekrosis sehingga seharusnya

tidak digunakan.

Suppositoria gliserol menstimulasi sekresi rektal dengan aksi

osmotik dan menyulut refleks defekasi. Onset of action terjadi dalam

beberapa menit. Gliserol dapat digunakan untuk menghindari mengejan

ketika defekasi. Penggunaan jangka panjang dapat menyebabkan iritasi

anorektal.

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

STUDI PENGGUNAAN LAKSATIF... SRI PUJI PURWANTISKRIPSI

Page 45: SKRIPSI STUDI PENGGUNAAN LAKSATIF PADA …repository.unair.ac.id/53806/2/FF fK 39 16.pdfConstipation had comorbid and Diabetes Mellitus dominated in geriatric patients. In this study,

27

2.3.5 Terapi farmakologi misel

Colchicine merupakan salah satu alkaloid antimitotik digunakan

sebagai profilaksis demam Mediterranean dan terapi gout artritis. Diare

merupakan efek samping yang umun dan terbatas pada masing-masing

individu. Colchicine 0.6mg tiga kali dalam sehari selama 4 minggu secara

signifikan meningkatkan pergerakan usus dan menurunkan waktu transit

kolon dibandingkan dengan plasebo. Meskipun begitu tidak ada pasien yang

menderita efek samping serius, nyeri perut setelah penggunaan colchicine.

Dari semua data yang didapatkan, sangat terbatas sekali untuk bisa

merekomendasikan terapi ini kepada usia lanjut.

Misoprostol merupakan sebuah analog prostalglandin E1 sintesis,

digunakan sebagai pencegah dan terapi induksi NSAID penyakit peptik

ulcer. Diare merupakan efek samping yang umum terjadi, misoprostol juga

pernah diteliti sebagai terapi untuk konstipasi berat (Roarty et al., 1997).

Studi ini menemukan bahwa sediaan ini dapat memperbaiki waktu transit

kolon, berat feses dan jumlah buang air besar per minggu. Walaupun studi

ini hanya sedikit meneliti tentang usia lanjut secara individual, dikarenakan

tidak selesainya percobaan karena timbulnya efek samping. Misoprostol

sangat sedikit digunakan sebagai terapi konstipasi pada pasien usia lanjut.

Neurotrophine-3 (NT3), merupakan protein growth factor yang

terlibat dalam pengembangan sistem saraf (Chalazonitis et al., 2001), cukup

sering diinvestigasi sebagai terapi konstipasi. Pada suatu studi menyebutkan

bahwa NT3 meningkatkan frekuensi defekasi dan melembutkan feses sebaik

meningkatkan proses defekasi pada pasien konstipasi normal (Parkman et

al., 2003).

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

STUDI PENGGUNAAN LAKSATIF... SRI PUJI PURWANTISKRIPSI

Page 46: SKRIPSI STUDI PENGGUNAAN LAKSATIF PADA …repository.unair.ac.id/53806/2/FF fK 39 16.pdfConstipation had comorbid and Diabetes Mellitus dominated in geriatric patients. In this study,

28

2.3.6 Terapi Baru

Lubiprostone merupakan asam lemak bisiklik oral yang mengaktifasi

kanal klorid tipe 2 pada sel epitel, mensekresi klorid dan air di lumen usus

(Cuppoletti et al., 2004). Pada suatu RCT, lubiprostone dibandingkan

dengan plasebo memperlihatkan kenaikan pergerakan usus per minggu,

sebaik memperbaiki konsistensi feses, mengejan, konstipasi dengan feses

yang keras yang dilaporkan memeberikan terapi yang efektif (Johanson et

al., 2008). Salah satu studi menyebutkan, 10% dari studi tersebut adalah

terhadap usia lanjut.

Prucalopride adalah turunan dihidrobenzofurancarboxamide,

merupakan selektif agonis reseptor 5HT4 memliki afinitas tinggi (Camilleri

et al., 2008). Tidak seperti obat lain dalam kelasnya seperti tegaserod,

mosapride dan renzapride, prucalopride memiliki afinitas lebih rendah pada

hERG (Ether-a-go-go Related Gene protein) (Camilleri et al., 2008). Hal

tersebut dipercaya bahwa efek pada kanal hERG memiliki keuntungan pada

profil jantung dibandingkan dengan tegaserod. Penelitian baru dengan RCT

double-blind menggunakan 84 usia lanjut yang dirawat di rumah dengan

kontipasi kronik, 2 mg prucalopride sekali dalam sehari selama 4 minggu

cukup aman dan toleransinya baik. Saat ini prucalopride telah diedarkan di

Eropa namun bukan di USA.

Linaclotide merupakan agonis reseptor guanilat siklase C yang

menstimulasi sekresi cairan intestinal dan transit, hal tersebut sudah

diperlihatkan pada studi terhadap binatang (Lembo et al., 2010). Linaclotide

menunjukkan keefektifannya dalam meningkatkan endpoint sekunder,

seperti misalnya konsistensi feses, mengejan, ketidaknyamanan perut,

kembung, serta kualitas hidup. Diare merupakan efek samping yang paling

sering.

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

STUDI PENGGUNAAN LAKSATIF... SRI PUJI PURWANTISKRIPSI

Page 47: SKRIPSI STUDI PENGGUNAAN LAKSATIF PADA …repository.unair.ac.id/53806/2/FF fK 39 16.pdfConstipation had comorbid and Diabetes Mellitus dominated in geriatric patients. In this study,

29

Alvimopan (Gonenne et al., 2005) dan methylnaltrexone telah

diperkenalkan sebagai terapi konstipasi opioid-induce. Kedua agen ini

bekerja sebagai antagonis reseptor peripheral yang tidak menembus

membran barier otak. Sehingga didapatkan hasil bahwa agen ini mempunyai

keutungan yaitu menghambat efek analgesik dari opioid. Pada suatu

penelitian secara random yang melibatkan 168 pasien, alvimopan dengan

dosis yang baik secara signifikan memproduksi paling sedikit 1 kali

defekasi selama 8 jam (Paulson et al., 2005).

Agen Usus Kecil Kolon

Waktu Transit

Kontraksi Campuran

Kontraksi Propulsif

Kerja Massa

Air Tinja

Serat dalam diet ? ? Magnesium - Laktulosa ? ? ? Metoclopramide ? ? - Cisapride ? ? Erythromycin ? ? ? ? Naloxone - - Anthraquinone Diphenylmethane Docusate ? ? ? - Ket: meningkat, menurun, ? data tidak tersedia, - tidak terdapat efek pada parameter ini

Tabel II.3 Derajat Rekomendasi American College of Gastroenterology, Onset Kerja, Dosis, dan Efek Samping Dari Terapi Farmakologi Konstipasi (Vasanwala et al., 2009)

Tabel II.4 Derajat Rekomendasi American College of Gastroenterology, Onset Kerja, Dosis, dan Efek Samping Dari Terapi Farmakologi Konstipasi (Vasanwala et al., 2009)

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

STUDI PENGGUNAAN LAKSATIF... SRI PUJI PURWANTISKRIPSI

Page 48: SKRIPSI STUDI PENGGUNAAN LAKSATIF PADA …repository.unair.ac.id/53806/2/FF fK 39 16.pdfConstipation had comorbid and Diabetes Mellitus dominated in geriatric patients. In this study,

30

Golongan Obat Rekomendasi ACG

Mula Kerja Dosis Efek Samping

Bulk-forming

laxative Psyllium Methylcellulose Polycarbophil calcium

B

B

B

3-4 hari

3-4 hari

3-4 hari

10-20 g malam hari dengan air 3-6 g/hari dengan air 4-8 g/hari

Flatulens, kram perut, reaksi alergi Sama seperti psyllium tapi flatulens lebih jarang Flatulens lebih jarang dibandingkan bulk laxative lain

Bulk-forming

laxative Psyllium Methylcellulose Polycarbophil calcium

B

B

B

3-4 hari

3-4 hari

3-4 hari

10-20 g malam hari dengan air 3-6 g/hari dengan air 4-8 g/hari

Flatulens, kram perut, reaksi alergi Sama seperti psyllium tapi flatulens lebih jarang Flatulens lebih jarang dibandingkan bulk laxative lain

Laksatif osmotik Magnesium hydroxide

B

1-3 jam

30-60 mL/hari

Flatulens, hipermagnesia pada pasien dengan gagal ginjal, hipokalemia

Laktulosa Proplenglikol (PEG 3350)

A

A

24-48 jam 24-48 jam

10-30 mL/hari, sampai 2 kali sehari 10-30 g/hari, sampai 2 kali sehari

Flatulens, kram dan tidak nyaman di perut, hipokalemia Flatulens (jarang), nyeri perut

Tabel II.4 Ringkasan Efek-Efek Beberapa Laksatif Terhadap Fungsi Usus (Goodman & Gilman’s Manual Of Pharmacology and Therapeutics)

Tabel II.3 Ringkasan Efek-Efek Beberapa Laksatif Terhadap Fungsi Usus (Goodman & Gilman’s Manual Of Pharmacology and Therapeutics)

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

STUDI PENGGUNAAN LAKSATIF... SRI PUJI PURWANTISKRIPSI

Page 49: SKRIPSI STUDI PENGGUNAAN LAKSATIF PADA …repository.unair.ac.id/53806/2/FF fK 39 16.pdfConstipation had comorbid and Diabetes Mellitus dominated in geriatric patients. In this study,

31

Efek dan Interval Waktu Laksatif pada Dosis Klinis Lazim Melembutnya Feses, 1-3 hari Feses Lunak atau Semi Cair,

6-8 jam Feses Cair, 1-3 jam

Bulk-forming laxative Bran Preparat psyllium Methylcellulose Calcium poycarbophil

Laksatif stimulan Derivat diphenylmethane Bisacodyl

Laksatif osmotik Sodium phosphate Magnesium sulfate Susu magnesia Magnesium citrate

Laksatif surfaktan Docusate Polaxamer

Derivat anthraquinone Senna Cascara sagrada

Castor oil

Golongan Obat Rekomendasi ACG

Mula Kerja Dosis Efek Samping

Laksatif stimulan Anthraquinolone (senna, cascara) Derivat diphenylmethane

B

B

8-12 jam 6-12 jam

12-30 mg/hari 5-10 mg/hari, sampai 3 kali seminggu, 10 mg/hari per rektal

Kram perut, hipokalemia Kram perut, flatulens, rasa terbakar pada rektal dengan bentuk suppositoria

Enema Phosphate enema

-

Bebe-rapa

menit

Jika

diperlukan

Perlu pemantauan gangguan keseimbangan air & elektrolit yang bermakna, bahkan fatal, dapat terjadi dengan penggunaan sodium phosphate enema pada pasien yang rentan, sepertigangguan ginjal dan penyakit jantung

Tabel II.5 Klasifikasi dan Perbandingan Antar Laksatif (Goodman & Gilman’s manual of pharmacology and therapeutics)

Tabel II.5 Klasifikasi dan Perbandingan Antar Laksatif (Goodman & Gilman’s manual of pharmacology and therapeutics)

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

STUDI PENGGUNAAN LAKSATIF... SRI PUJI PURWANTISKRIPSI

Page 50: SKRIPSI STUDI PENGGUNAAN LAKSATIF PADA …repository.unair.ac.id/53806/2/FF fK 39 16.pdfConstipation had comorbid and Diabetes Mellitus dominated in geriatric patients. In this study,

32

2.4 Laksatif Off Label

2.4.1 Laksatif untuk Hepatik Ensephalophati

Laktulosa merupakan lini pertama dalam penatalaksanaan EH

(Riggio et al., 2010). Sifatnya yang laksatif menyebabkan penurunan

sintesis dan uptake amonia dengan menurunkan pH kolon dan juga

mengurangi uptake glutamin (Frederick et al., 2011 dan Zhan, 2012). Selain

itu, laktulosa diubah menjadi monosakarida oleh flora normal yang

digunakan sebagai sumber makanan sehingga pertumbuhan flora normal

usus akan menekan bakteri lain yang menghasilkan urease. Proses ini

menghasilkan asam laktat dan juga memberikan ion hidrogen pada amonia

sehingga terjadi perubahan molekul dari amonia (NH3) menjadi ion

amonium (NH4+). Adanya ionisasi ini menarik amonia dari darah menuju

lumen.

Dari metaanalisis yang dilakukan, terlihat bahwa laktulosa tidak

lebih baik dalam mengurangi amonia dibandingkan dengan penggunaan

antibiotik (Frederick et al., 2011). Akan tetapi, laktulosa memiliki

kemampuan yang lebih baik dalam mencegah berulangnya EH dan secara

signifikan menunjukkan perbaikan tes psikometri pada pasiendengan EH

minimal.

Dosis laktulosa yang diberikan adalah 2 x 15-30 ml sehari dan dapat

diberikan 3 hingga 6 bulan. Efek samping dari penggunaan laktulosa adalah

menurunnya persepsi rasa dan kembung. Penggunaan laktulosa secara

berlebihan akan memperparah episode EH, karena akan memunculkan

faktor presipitasi lainnya, yaitu dehidrasi dan hiponatremia (Zhan, 2012).

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

STUDI PENGGUNAAN LAKSATIF... SRI PUJI PURWANTISKRIPSI

Page 51: SKRIPSI STUDI PENGGUNAAN LAKSATIF PADA …repository.unair.ac.id/53806/2/FF fK 39 16.pdfConstipation had comorbid and Diabetes Mellitus dominated in geriatric patients. In this study,

33

2.4.2 Laksatif sebagai Antasida

Milk of magnesia (MOM) ditemukan oleh Henry Philips pada tahun

1880. Saat ini telah digunakan sebagai antasida oral atau sebagai laksatif.

MOM memiliki nama legal yaitu magnesium hydroxide atau Mg(OH)2.

Obat tersebut dinamakan MOM dikarenakan terlihat seperti susu putih serta

secara alami mengandung mineral magnesium. Milk of magnesia bekerja

sekitar empat hingga enam jam pada dosisnya dan sementara meredakan

konstipasi pada orang tua serta anak-anak. MOM merupakan suspensi

alkali, hal ini mempunyai arti bahwa obat tersebut akan menetralkan jika

berada dalam kondisi asam. Ini yang membuat obat tersebut menjadi

laksatif yang bagus, karena dapat menetralkan asam lambung (HCl) ketika

dikonsumsi.

Apabila tidak diterapi, asam lambung akan menyebabkan heart burn,

indigesti serta tukak lambung. Milk of magnesia digunakan sebagai laksatif

dengan mekanisme kerja mengkombinasi ion hidroksi dengan ion hidrogen

pada HCl untuk mengurangi aktifitas yang berlebihan pada lambung. Ketika

digunakan sebagai laksatif, milk of magnesia membantu menggerakkan usus

dengan cara menstimulasi motilitas usus. Ion magnesium menarik air dari

jaringan sekitar dengan cara osmosis. Cairan ekstra pada usus melebutkan

dan meningkatkan berat feses sehingga menyebabkan terstimulasinya saraf

pada usus. Ion juga mengeluarkan hormon cholecystokinin, yang dapat

menyebabkan meningkatnya air dan elektrolit pada usus sehingga motilitas

usus meningkat.

Efek samping dari MOM meliputi mual, muntah, diare. Sedangkan

efek samping serius meliputi tekanan darah rendah, koma, drowsiness (Ian

et al., 2014).

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

STUDI PENGGUNAAN LAKSATIF... SRI PUJI PURWANTISKRIPSI

Page 52: SKRIPSI STUDI PENGGUNAAN LAKSATIF PADA …repository.unair.ac.id/53806/2/FF fK 39 16.pdfConstipation had comorbid and Diabetes Mellitus dominated in geriatric patients. In this study,

34

2.4.3 Laksatif digunakan pada pasien penyakit jantung, hipertensi,

hemorrhoid, hernia

Apabila mengejan menyebabkan kondisi semakin parah pada

penyakit tertentu misalnya fisura ani, hemorrhoid, angina. Pelembut feses

atau bran atau bulk laksatif lain merupakan pilihan utama (Courtenay dan

Butler, 2000).

2.5 Drug Utilization Studies (DUS)

2.5.1 Definisi DUS

World Health Organization(WHO) pada tahun 1997 mendefinisikan

drug utilization (DU) sebagai kegiatan pemasaran, distribusi, resep, dan

penggunaan obat-obatan di masyarakat dengan penekanan khusus pada

dampak medis yang dihasilkan, konsekuensi sosial dan ekonomi (WHO

Expert Committee, 1977).

2.5.2 Cakupan DUS

Tujuan utama penelitian DU adalah memfasilitasi penggunaan obat

yang rasional dimana resep obat didokumentasikan dalam dosis optimal,

indikasi yang tepat, informasi yang benar dan dengan harga yang

terjangkau. Selain itu, penelitian DU dapat membantu menetapkan prioritas

untuk alokasi anggaran kesehatan yang rasional (WHO, 2003).

Evaluasi penggunaan obat atau studi penggunaan obat (DUS)

merupakan proses pengembangan kualitas secara berkelanjutan, resmi dan

sistematis yang dirancang untuk (Sachdeva et al., 2010) :

a. Review penggunaan obat dan/atau pola peresepan obat.

b. Menyediakan feedback hasil kepada klinisi.

c. Mengembangkan kriteria dan standar sehingga dapat

mendeskripsikan penggunaan obat yang optimal.

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

STUDI PENGGUNAAN LAKSATIF... SRI PUJI PURWANTISKRIPSI

Page 53: SKRIPSI STUDI PENGGUNAAN LAKSATIF PADA …repository.unair.ac.id/53806/2/FF fK 39 16.pdfConstipation had comorbid and Diabetes Mellitus dominated in geriatric patients. In this study,

35

d. Meningkatkan penggunaan obat yang tepat melalui pendidikan dan

intervensi lainnya dengan cara mengamati pola penggunaan obat

untuk pengobatan penyakit tertentu yang sesuai dengan rekomendasi

atau pedoman saat ini.

e. Menyediakan feedback berupa data hasil penggunaan obat kepada

penulis resep.

f. Menghubungkan jumlah kasus tentang efek samping terhadap

jumlah pasien yang terkena efek samping.

g. Evaluasi penggunaan obat pada tingkat populasi berdasarkan jenis

kelamin, usia, kelas sosial, dan lain-lain.

h. Memasukkan konsep kesesuaian yang harus dinilai relatif terhadap

indikasiuntukpengobatan, penyakit yang timbul bersamaan (yang

mungkin kontraindikasi atau terganggu dengan terapi obat yang

dipilih) dan penggunaan obat lain(interaksi). Dengan demikian,

dapat didokumentasikan tingkat ketidaksesuaian peresepan obat dan

juga terkait efek samping, klinis, konsekuensi ekologi dan ekonomi.

2.5.3 Tipe Informasi Penggunaan Obat

Fokus utama DUS adalah pada obat dimana penggunaan obat

tunggal atau sekelompok obat diteliti. Fokus selanjutnya adalah pada

indikasi dimana pengunaan obat untuk kondisi tertentu diteliti (Sachdeva et

al., 2010). Tipe informasi penggunaan obat dideskripsikan di bawah ini

(Sjoqvist and Birkett, 2003) :

a. Informasi berdasarkan obat

Meliputi informasi tentang jumlah penggunaan obat, agregasi

penggunaan obat dalam berbagai tingkatan, informasi tentang

indikasi, regimentasi dosis dan bentuk sediaan obat.

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

STUDI PENGGUNAAN LAKSATIF... SRI PUJI PURWANTISKRIPSI

Page 54: SKRIPSI STUDI PENGGUNAAN LAKSATIF PADA …repository.unair.ac.id/53806/2/FF fK 39 16.pdfConstipation had comorbid and Diabetes Mellitus dominated in geriatric patients. In this study,

36

b. Informasi berdasarkan masalah

Informasi tentang bagaimana suatu masalah dapat diatasi (seperti

pada hipertensi, depresi, dan ulser gastritis.

c. Informasi tentang pasien

Data demografi pasien sangat penting dan berguna. Distribusi usia

pasien, data tentang komorbiditas pasien berguna untuk menentukan

pilihan terapi obat dan efek samping yang mungkin terjadi. Informasi

kuantitatif seperti pengetahuan, kepercayaan, persepsi dan sikap

pasien terhadap obat berguna untuk merancang informasi konsumen

dan program edukasi.

d. Informasi tentang pembuat resep

Perbedaan pada peresepan obat seringkali memiliki kekurangan pada

penjelasan yang rasional dan analisis faktor-faktor yang

mempengaruhi kebiasaan peresepan sangat penting untuk memahami

bagaimana dan mengapa obat yang diresepkan.

e. Farmakoekonomi

DUS juga mengevaluasi dampak ekonomi layanan dan teknologi

kesehatan. Hal ini mencakup studi tentang bagaimana metode

farmakoterapi mempengaruhi pemanfaatan sumber daya di bidang

kesehatan.

2.5.4 Tipe DUS

Terdapat dua macam tipe DUS yaitu kualitatif dan kuantitatif

(Sachdeva et al., 2010).

DUS Kualitatif

DUS kualitatif merupakan kegiatan multidisipliner yang

mengumpulkan, mengatur, menganalisis dan melaporkan informasi tentang

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

STUDI PENGGUNAAN LAKSATIF... SRI PUJI PURWANTISKRIPSI

Page 55: SKRIPSI STUDI PENGGUNAAN LAKSATIF PADA …repository.unair.ac.id/53806/2/FF fK 39 16.pdfConstipation had comorbid and Diabetes Mellitus dominated in geriatric patients. In this study,

37

penggunaan obat. DUS kualitatif biasanya meneliti penggunaan obat

tertentu atau kondisi tertentu yang mencakup beberapa criteria diantaranya

kriteria kualitas, kebutuhan medis dan kesesuaian layanan kesehatan.

Kriteria penggunaan obat berdasar pada indikasi, dosis, frekuensi

penggunaan, dan durasi terapi. Studi kualitatif menilai kesesuaian

penggunaan obat dan umumnya mengaitkan data peresepan dengan alasan

(indikasi) peresepan.

DUS Kuantitatif

DUS kuantitatif melibatkan pengumpulan, pengorganisasian dan

menampilkan perkiraan ukuran penggunaan obat. Informasi ini secara

umum digunakan untuk membuat keputusan mengenai dan persiapan

anggaran dana dan pembelian obat-obatan. Kombinasi DUS kualitatif dan

kuantitaf dapt memberikan informasi tentang pola dan jumlah penggunaan

obat serta kualtias dari penggunaan obat.

2.5.5 Rancangan Penelitian

Terdapat bermacam-macam metode dalam DUS. Penelitian

observasional merupakan metode yang paling banyak dilakukan. Jenis-jenis

penelitian observasional diantaranya (Sachdeva et al., 2010) :

a. Cross-sectional

Meneliti penggunaan obat pada suatu waktu tertentu. Terdapat pula

rancangan penelitian pre dan post yaitu meneliti penggunaan obat

sebelum dan setelah intervensi untuk memperbaiki kualitas peresepan

obat.

b. Prospektif

Mengevaluasi terapi obat yang direncanakan pasien sebelum obat

diberikan.

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

STUDI PENGGUNAAN LAKSATIF... SRI PUJI PURWANTISKRIPSI

Page 56: SKRIPSI STUDI PENGGUNAAN LAKSATIF PADA …repository.unair.ac.id/53806/2/FF fK 39 16.pdfConstipation had comorbid and Diabetes Mellitus dominated in geriatric patients. In this study,

38

c. Concurrent

Penelitian dilakukan selama terapi berjalan serta dilakukan

pemantauan terhadap terapi tersebut. Penelitian ini melibatkan

penggunaan hasil tes laboratorium dan data pemantauan lainnya jika

diperlukan.

d. Retrospektif

Meninjau terapi obat setelah pasien menyelesaikan rangkaian terapi.

2.5.6 Identifikasi Obat

Obat dengan volume penggunaan yang besar, harga yang tinggi, atau

frekuensi kejadian efek samping yang besar merupakan subyek dari DUS.

Target umum DUS meliputi (Sachdeva et al., 2010) :

a. Obat yang sering diresepkan

b. Interaksi obat yang potensial terjadi

c. Obat yang mahal

d. Obat baru

e. Obat dengan indeks terapetik sempit

f. Obat yang menyebabkan efek samping yang serius

g. Obat yang digunakan oleh pasien dengan faktor risiko tinggi

(misalnya pasien usia lanjut, pasien anak-anak)

h. Obat yang digunakan pada manajemen kondisi umum (misalnya RTI

atau UTI)

2.5.7 Rancangan Lembar Pengumpul Data

Pembatasan pengumpulan data pada saat melakukan DUS

merupakan hal yang sangat penting. Pembatasan tersebut meliputi aspek

paling penting dan relevan dari penggunaan obat serta faktor-faktor yang

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

STUDI PENGGUNAAN LAKSATIF... SRI PUJI PURWANTISKRIPSI

Page 57: SKRIPSI STUDI PENGGUNAAN LAKSATIF PADA …repository.unair.ac.id/53806/2/FF fK 39 16.pdfConstipation had comorbid and Diabetes Mellitus dominated in geriatric patients. In this study,

39

dapat mempengaruhi. Beberapa aspek penggunaan obat yang biasanya

disurvey selama DUS antara lain (Sachdeva et al., 2010) :

a. Data demografi pasien

b. Informasi tentang pembuat resep

c. Keparahan penyakit

d. Komorbiditas

e. Indikasi dan kontraindikasi penggunaan obat

f. Efek samping

g. Informasi Dosis

h. Duplikasi obat atau kelompok obat

i. Persiapan dan administrasi

j. Interaksi obat-obat dan obat-makanan

k. Pemantauan terapi obat

l. Edukasi pasien

m. Biaya terapi

2.6 Drug Related Problems (DRPs)

2.6.1 Definisi DRP

Permasalahan terkait obat (Drug Related Problems/DRPs) adalah

suatu peristiwa pada terapi obat yang mengganggu atau berpotensi

mengganggu pencapaian hasil terapi yang diinginkan (PCNE, 2010).

Permasalahan terapi obat (Drug Therapy Problems) adalah setiap kejadian

yang tidak diinginkan, dialami oleh seorang pasien yang melibatkan atau

diduga melibatkan terapi obat sehingga dapat mengganggu tercapainya

tujuan terapi yang diinginkan (Cipolle et al., 2007).

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

STUDI PENGGUNAAN LAKSATIF... SRI PUJI PURWANTISKRIPSI

Page 58: SKRIPSI STUDI PENGGUNAAN LAKSATIF PADA …repository.unair.ac.id/53806/2/FF fK 39 16.pdfConstipation had comorbid and Diabetes Mellitus dominated in geriatric patients. In this study,

40

2.6.2 Klasifikasi DRP

Menurut Cipolle (2007), DRPs diklasifikasikan sebagai berikut

(Cipolle et al., 2007) :

a. Perlu untuk terapi tambahan

b. Terapi yang tidak perlu

c. Obat yang salah

d. Dosis terlalu rendah

e. Reaksi obat yang merugikan

f. Dosis terlalu tinggi

g. Masalah kepatuhan pasien

Tabel II.6 Klasifikasi DRP menurut PCNE versi 6.2 tahun 2010

Klasifikasi DRPs Kode 6.2

Domain primer

Klasifikasi Permasalahan Terkait Obat (DRPs)

P-1

Efektivitas Terapi Timbulnya masalah yang potensial terkait terapi obat

P-2

Efek samping Pasien menderita atau mungkin akan menderita efek obat yang merugikan

P-3

Biaya pengobatan Terapi obat lebih mahal daripada yang diperlukan

P-4 Lain-lain

Klasifikasi Penyebab Permasalahan Terkait Obat (DRPs)

C-1

Pemilihan obat Penyebab DRPs berkaitan dengan pemilihan obat

C-2

Bentuk sediaan obat Penyebab DRPs berkaitan dengan pemilihan bentuk sediaan obat

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

STUDI PENGGUNAAN LAKSATIF... SRI PUJI PURWANTISKRIPSI

Page 59: SKRIPSI STUDI PENGGUNAAN LAKSATIF PADA …repository.unair.ac.id/53806/2/FF fK 39 16.pdfConstipation had comorbid and Diabetes Mellitus dominated in geriatric patients. In this study,

41

Klasifikasi DRPs Kode 6.2

Domain primer

C-3

Pemilihan dosis Penyebab DRP berkaitan dengan dosis dan jadwal penggunaan obat

C-4

Durasi terapi Penyebab DRPs berkaitan dengan durasi terapi

C-8 Lain-lain

Lain-lain

Pada tahap pasien

I-3 Pada tahap pengobatan/terapi

I-4 Intervensi lain

Klasifikasi Intervensi Permasalahan Terkait Obat (DRPs)

I-0 Tidak ada intervensi

I-1 Pada tahap peresepan

I-2 Pada tahap pasien

I-3

Pada tahap pengobatan/terapi

I-4 Intervensi lain

Outcome dari Intervensi Permasalahan Terkait Obat (DRPs)

O-0 Outcome intervensi tidak diketahui

O-1 Masalah terselesaikan

O-2 Sebagian masalah terselesaikan

O-3 Masalah tidak terselesaikan

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

STUDI PENGGUNAAN LAKSATIF... SRI PUJI PURWANTISKRIPSI

Page 60: SKRIPSI STUDI PENGGUNAAN LAKSATIF PADA …repository.unair.ac.id/53806/2/FF fK 39 16.pdfConstipation had comorbid and Diabetes Mellitus dominated in geriatric patients. In this study,

42

BAB III

KERANGKA KONSEPTUAL

3.1 Uraian Kerangka Konseptual

Terdapat beberapa macam oral laksatif serta mekanisme kerja yang

berbeda-beda. Tipe laksatif bermacam-macam yaitu meliputi laksatif bulk-

forming tidak dicerna namun mengabsorpsi cairan di usus dan mengembang

menjadi bentuk lebih lembut. Kemudian usus secara normal terstimulasi

oleh massa feses yang mengembang. Laksatif hiperosmotik mendorong

pergerakan usus dengan mekanisme menarik cairan kedalam usus dengan

cara mengelilingi jaringan. Ada tiga tipe laksatif hiperosmotik yang

digunakan secara oral yaitu saline, laktulosa, dan polimer. Laksatif tersebut

digunakan sebagai terapi konstipasi jangka lama dan untuk terapi berulang.

Dengan dosis lebih kecil dari dosis yang digunakan sebagai terapi

konstipasi, laksatif saline dapat berfungsi sebagai antasida. Hal ini hanya

berlaku jika dokter yang meresepkan. Informasi yang tertera hanya

menunjukkan bahwa laksatif digunakan sebagai terapi konstipasi. Sodium

phosphate juga dapat diresepkan untuk kondisi lain selain konstipasi sesuai

dengan keputusan yang dibuat oleh dokter. Laktulosa merupakan tipe obat

yang mirip dengan laksatif gula, memiliki memiliki mekanisme kerja seperti

saline. Laktulosa terkadang digunakan sebagai terapi pengobatan untuk

mengurangi jumlah ammonia yang berlebih didalam darah.

Laksatif lubrikan meliputi minyak mineral, menyebabkan dorongan

pergerakan usus lebih cepat dengan mekanisme melapisi usus dan massa

feses dengan lapisan antiair. Hal ini menjaga massa feses tetap lembab

sehingga feses menjadi lembut dan mudah dikeluarkan. Laksatif yang tidak

hanya memiliki efek penyembuhan pada konstipasi yaitu laksatif stimulan

yang juga digunakan sebagai terapi pada biliary tract, salah satunya yaitu

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

STUDI PENGGUNAAN LAKSATIF... SRI PUJI PURWANTISKRIPSI

Page 61: SKRIPSI STUDI PENGGUNAAN LAKSATIF PADA …repository.unair.ac.id/53806/2/FF fK 39 16.pdfConstipation had comorbid and Diabetes Mellitus dominated in geriatric patients. In this study,

43

asam dehydrocholic. Penggunaan laksatif tidak hanya berikan secara

tunggal saja namun juga kombinasi, hal ini yang menyebabkan efek

samping dari laksatif tersebut meningkat dikarenakan bermacam-macam

bahan yang terkandung. Sehigga harus diketahui tata cara penggunaan

laksatif kombinasi yang benar serta tindakan pencahan dari masing-masing

efek bahan yang terkandung (Truven Health Analytics, 2016).

Laksatif juga digunakan pada kondisi penyakit dimana penyakit

tersebut akan bertambah parah jika pasien mengejan, seperti contohnya

penyakit jantung, hemorrhoid, hernia, tekanan darah tinggi (hipertensi).

Laksatif juga dapat digunakan secara over the counter (OTC) yang disertai

dengan menggunakan resep dokter. Meskipun tidak tertera dalam label

psyllium hydrophilic mucilloid digunakan sebagai terapi pengobatan

hiperkolesterolemia (kolesterol tinggi) (Truven Health Analytics, 2016).

Hal tersebut diatas yang menyebabkan pentingnya pemahaman terapi

laksatif dan juga memperbaiki cara penggunaan laksatif. Serta dikarenakan

penggunaan laksatif pada pasien selain konstipasi cukup beragama maka

perlu dilakukan penelitian terkait dengan penggunaan laksatif.

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

STUDI PENGGUNAAN LAKSATIF... SRI PUJI PURWANTISKRIPSI

Page 62: SKRIPSI STUDI PENGGUNAAN LAKSATIF PADA …repository.unair.ac.id/53806/2/FF fK 39 16.pdfConstipation had comorbid and Diabetes Mellitus dominated in geriatric patients. In this study,

44

3.2 Skema Kerangka Konsep

Gambar 3.1 Kerangka Konseptual

Gambar 3.1 Kerangka Konseptual

Jenis Obat

Jenis Obat

prediktor kuat terjadinya

penyakit arteri koroner

prediktor kuat terjadinya

penyakit arteri koroner

Menggunakan obat-obatan yang berefek samping konstipasi

Menggunakan obat-obatan yang berefek samping konstipasi

Gejala ensefalopati hepatik

Gejala ensefalopati hepatik

Ammonia di darah

besar

Ammonia di darah

besar

Studi Penggunaan

Laksatif

Studi Penggunaan

Laksatif

Fisura ani,

hemorrhoid

Fisura ani,

hemorrhoid

Lambung kosong Asam lambung

naik

Lambung kosong Asam lambung

naik

Inanition (kurangnya asupan

makanan)

Inanition (kurangnya asupan

makanan)

Lanjut Usia

Lanjut Usia

Penyakit jantung, tekanan darah tinggi

(hipertensi)

Penyakit jantung, tekanan darah tinggi

(hipertensi)

Tidak boleh mengejan karena akan bertambah

parah

Tidak boleh mengejan karena akan bertambah

parah

Irritable colon (salah satu masalah umum lansia)

Irritable colon (salah satu masalah umum lansia)

Perubahan neurodegeneratif

sistem saraf enterik atau enteric

nervous system (ENS)

Perubahan neurodegeneratif

sistem saraf enterik atau enteric

nervous system (ENS)

Konstipasi

Konstipasi Laksatif

Laksatif

Dosis Obat

Dosis Obat

Frekuensi penggunaan

Frekuensi penggunaan

Waktu penggunaan

Waktu penggunaan

DRPs

DRPs

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

STUDI PENGGUNAAN LAKSATIF... SRI PUJI PURWANTISKRIPSI

Page 63: SKRIPSI STUDI PENGGUNAAN LAKSATIF PADA …repository.unair.ac.id/53806/2/FF fK 39 16.pdfConstipation had comorbid and Diabetes Mellitus dominated in geriatric patients. In this study,

45

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian observasional, pengambilan data

secara retrospektif, dan dianalisis secara deskriptif. Penelitian observasional

yaitu peneliti tidak memberikan suatu perlakuan atau intervensi pada

sampel. Data diambil secara retrospektif karena pengambilan data bersifat

kedepan melalui DMK. Sedangkan data dianalisis secara deskriptif karena

penelitian bertujuan untuk mendiskripsikan secara sistematis mengenai

studi penggunaan laksatif pada pasien geriatri yang menderita konstipasi.

4.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di poli geriatri RSUD Dr. Soetomo Surabaya

pada periode April – Juli 2016.

4.3 Populasi dan Sampel Penelitian

4.3.1 Populasi Penelitian

Populasi penelitian yaitu seluruh pasien geriatri yang menderita

konstipasi di poli geriatari RSUD Dr. Soetomo Surabaya

4.3.2 Sampel Penelitian

Sampel penelitian ini adalah pasien geriatri yang mengalami

konstipasi dan mendapat resep laksatif di poli geriatri RSUD Dr. Soetomo

Surabaya pada periode 1 Mei – 31 Desember 2015 yang memenuhi kriteria.

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

STUDI PENGGUNAAN LAKSATIF... SRI PUJI PURWANTISKRIPSI

Page 64: SKRIPSI STUDI PENGGUNAAN LAKSATIF PADA …repository.unair.ac.id/53806/2/FF fK 39 16.pdfConstipation had comorbid and Diabetes Mellitus dominated in geriatric patients. In this study,

46

4.3.3 Kriteria

4.3.3.1 Kriteria Inklusi

1. Seluruh pasien di poli geriatri yang mendapat resep laksatif

4.4 Cara Pengambilan Sampel

Cara pengambilan sampel dengan metode time limited sampling,

yaitu dengan cara setiap pasien yang memenuhi kriteria penelitian selama

periode tertentu dimasukkan sebagai sampel penelitian.

4.5 Definisi Operasional dan Istilah dalam Penelitian

1. Konstipasi

Konstipasi adalah kesulitan atau jarang defekasi yang mungkin

karena feses keras atau kering sehingga terjadi kebiasaan

defekasi yang tidak teratur, faktor psikogenik, kurang aktifitas,

asupan cairan yang tidak adekuat dan abnormalitas usus.

2. Laksatif

Laksatif atau pencahar adalah makanan atau obat-obatan yang

diminum untuk membantu mengatasi sembelit dengan membuat

kotoran bergerak dengan mudah di usus.

3. Pasien Geriatri

Pasien geriatri adalah pasien usia lanjut dengan multipatologi.

4.6 Analisis Data

Analisis data yang dilakukan meliputi:

1. Mendeskripsikan jenis laksatif berdasarkan golongan obat dan

regimentasi dosis.

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

STUDI PENGGUNAAN LAKSATIF... SRI PUJI PURWANTISKRIPSI

Page 65: SKRIPSI STUDI PENGGUNAAN LAKSATIF PADA …repository.unair.ac.id/53806/2/FF fK 39 16.pdfConstipation had comorbid and Diabetes Mellitus dominated in geriatric patients. In this study,

47

2. Mengkaji kaitan laksatif yang diberikan dengan data klinis pada

pasien geriatri di poli geriatri.

3. Menganalisis DRPs potensial yang terjadi, meliputi ketepatan

pemilihan obat/indikasi, ketepatan dosis, efek samping.

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

STUDI PENGGUNAAN LAKSATIF... SRI PUJI PURWANTISKRIPSI

Page 66: SKRIPSI STUDI PENGGUNAAN LAKSATIF PADA …repository.unair.ac.id/53806/2/FF fK 39 16.pdfConstipation had comorbid and Diabetes Mellitus dominated in geriatric patients. In this study,

48

4.7 Kerangka Operasional

Gambar 4.1 Kerangka Operasional

Gambar 4.1 Kerangka Operasional

Identifikasi: Tepat indikasi Kesesuaian dosis,

rute dan lama pemberian

Efek samping Laksatif yang

sering digunakan

Identifikasi: Tepat indikasi Kesesuaian dosis,

rute dan lama pemberian

Efek samping Laksatif yang

sering digunakan

Analisis keterkaitan data pasien dengan terapi yang diambil

Analisis keterkaitan data pasien dengan terapi yang diambil

Mengetahui: Indikasi obat Bentuk sediaan Dosis obat Rute pemakaian Frekuensi dan

lama pemberian obat

Mengetahui: Indikasi obat Bentuk sediaan Dosis obat Rute pemakaian Frekuensi dan

lama pemberian obat

Hasil penelitian: Dapat mengetahui macam-macam laksatif yang digunakan oleh RSUD Dr.

Soetomo pada pasien geriatri serta terapi untuk apa saja laksatif digunakan.

Hasil penelitian: Dapat mengetahui macam-macam laksatif yang digunakan oleh RSUD Dr.

Soetomo pada pasien geriatri serta terapi untuk apa saja laksatif digunakan.

Rekam medik pasien geriatri yang menderita konstipasi poli geriatri RSUD Dr. Soetomo Surabaya periode 1 Mei –

31 Desember 2015

Rekam medik pasien geriatri yang menderita konstipasi poli geriatri RSUD Dr. Soetomo Surabaya periode 1 Mei –

31 Desember 2015 Data demografi pasien Studi terapi (penggunaan

laksatif)

Data demografi pasien Studi terapi (penggunaan

laksatif)

Analisis data

Analisis data

Pencatatan rekam medik pasien yang memenuhi kriteria inklusi

Pencatatan rekam medik pasien yang memenuhi kriteria inklusi

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

STUDI PENGGUNAAN LAKSATIF... SRI PUJI PURWANTISKRIPSI

Page 67: SKRIPSI STUDI PENGGUNAAN LAKSATIF PADA …repository.unair.ac.id/53806/2/FF fK 39 16.pdfConstipation had comorbid and Diabetes Mellitus dominated in geriatric patients. In this study,

49

BAB V

HASIL PENELITIAN

Penelitian studi penggunaan laksatif ini telah mendapatkan

persetujuan kelaikan etik oleh Komite Etik Penelitian Kesehatan RSUD Dr.

Soetomo Surabaya dengan nomor 162/Panke.KKE/III/2016. Adapun hasil

penelitian adalah sebagai berikut:

5.1 Demografi Pasien

Dari penelitian dihasilkan data pasien yang memenuhi kriteria

inklusi yaitu pasien yang mendapatkan resep laksatif sebanyak 59 pasien,

data ini diambil dari rekam medis pada periode waktu bulan Mei hingga

Desember 2015.

Berikut adalah sebaran dari pasien yang mendapatkan resep laksatif

berdasarkan pembagian berdasarkan jenis kelamin dan juga usia, dapat

dilihat pada Tabel V.1. Jumlah pasien wanita yang mendapatkan resep

laksatif lebih besar yaitu 32 pasien (54,23%) sedangkan jumlah pasien laki-

laki sebesar 27 pasien (45,76%).

Tabel V.1 Persentase Sebaran Pasien yang Mendapat Resep Laksatif berdasarkan Jenis kelamin dan Usia di RSUD Dr. Soetomo periode

Mei – Desember 2015 Jenis kelamin Jumlah Persentase

Wanita 32 54,23% Laki-laki 27 45,76%

Usia Jumlah Persentase

< 65 tahun 21 35,5%

Young old (65 – 75 tahun) 23 38,9%

Middle old (75 - 85 tahun) 15 25,4%

Old-old (lebih dari 85 tahun) 0 0%

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

STUDI PENGGUNAAN LAKSATIF... SRI PUJI PURWANTISKRIPSI

Page 68: SKRIPSI STUDI PENGGUNAAN LAKSATIF PADA …repository.unair.ac.id/53806/2/FF fK 39 16.pdfConstipation had comorbid and Diabetes Mellitus dominated in geriatric patients. In this study,

50

Keterangan: Persentase dihitung berdasarkan jumlah pasien yaitu

59 pasien

Pada Tabel V.1 pasien yang mendapatkan terapi laksatif tersebar

antara rentang usia 46 hingga 85 tahun dengan jumlah total pasien sebesar

61 pasien. Berdasarkan Principles of Geriatric Physiotherapy pasien lanjut

usia dibagi kedalam 3 golongan yaitu Young old (65 – 75 tahun), Middle old

(75 - 85 tahun), Old-old (lebih dari 85 tahun). Dari tabel dapat diketahui

bahwa pasien yang mendapatkan resep laksatif yang paling banyak terdapat

pada kisaran umur 65 – 75 tahun, yaitu sebesar 23 pasien dengan persentase

38,9%, selanjutnya yang paling banyak mendapatkan laksatif adalah pasien

berumur <65 tahun berjumlah 21 pasien (35,5%), pasien berumur 75-85

tahun berjumlah 15 pasien (25,4%).

5.2 Penyebab Konstipasi

Konstipasi sekunder disebabkan oleh beberapa hal antara lain

penyakit metabolik, miopati, penyakit neurologis, kondisi psikologis,

kelainan struktur, efek samping dari obat-obatkan dan lain-lain.

Berdasarkan pembagian tersebut maka pada tabel V.1 dipaparkan tentang

sebaran pasien lanjut usia yang mendapatkan resep laksatif di poli geriatri

RSUD Dr. Soetomo pada periode Mei 2015 – Desember 2015.

Tabel V.2 Persentase Sebaran Pasien yang Mendapat Resep

Laksatif berdasarkan Kemungkinan Penyebab Konstipasi di RSUD Dr. Soetomo periode Mei 2015 – Desember 2015

Penyebab konstipasi Jumlah Persentase Efek Samping Obat 19 32,20%

Endokrin 8 13,56% Neurologis 4 6,78%

Kelainan struktur+ESO 2 3,39% Endokrin+ESO 16 27,11%

Neurologis+ESO 9 15,25% Lain-lain 1 1,69%

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

STUDI PENGGUNAAN LAKSATIF... SRI PUJI PURWANTISKRIPSI

Page 69: SKRIPSI STUDI PENGGUNAAN LAKSATIF PADA …repository.unair.ac.id/53806/2/FF fK 39 16.pdfConstipation had comorbid and Diabetes Mellitus dominated in geriatric patients. In this study,

51

Keterangan: Persentase dihitung berdasarkan jumlah pasien yaitu 59 pasien Keterangan penyakit:

Penyakit Keterangan

Endokrin Diabetes Mellitus Neurologis Parkinson

Senility Cerebral Infarction Stroke

Kelainan struktur Malignant neoplasm of colon

5.2.1 Sebaran Kemungkinan Penyebab Konstipasi berdasarkan Dua

Data Tertinggi yaitu Penyakit dan Efek Samping Obat

Tabel V.3 Persentase Sebaran Pasien yang Mendapat Resep Laksatif berdasarkan Dua Kemungkinan Penyebab Konstipasi Tertinggi (Penyakit

dan ESO) di RSUD Dr. Soetomo periode Mei 2015 – Desember 2015 Penyakit Jumlah Persentase

Diabetes Mellitus 24 66,67% Senility 5 13,89% Parkinson 3 8,33% Sequelance of Stroke 1 2,78% Cerebral Infarction 3 8,33%

Golongan Obat Jumlah Persentase Calcium Channel Blocker 34 28,3% Beta Blocker 12 10% NSAID 9 7,5% Diuretik 4 3,3% Opioid 9 7,5% Antiparkinson 8 6,6% Proton Pump Inhibitor 22 18,3% Cation Containing Agent 16 13,3% H2 Reseptor Antagonis 3 2,5% Miscellaneous Agent 3 2,5%

Keterangan: Pasien dapat menderita lebih dari 1 macam penyebab konstipasi

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

STUDI PENGGUNAAN LAKSATIF... SRI PUJI PURWANTISKRIPSI

Page 70: SKRIPSI STUDI PENGGUNAAN LAKSATIF PADA …repository.unair.ac.id/53806/2/FF fK 39 16.pdfConstipation had comorbid and Diabetes Mellitus dominated in geriatric patients. In this study,

52

Keterangan golongan obat: Golongan Nama Obat

Calcium Channel Blocker Amlodipin Nifedipin

Beta Blocker Propanolol Atenolol

NSAID Asam Mefenamat Asetosal

Diuretik Furosemide Opioid Codein Antiparkinson Levodopa

Proton Pump Inhibitor Lansoprazol Omeprazol

Cation Containing Agent Sukralfat

H2 Reseptor Antagonis Ranitidin Miscellaneous Agent Vitamin C

5.3 Profil Penggunaan Laksatif pada Pasien Lanjut Usia di Poli

Geriatri RSUD Dr. Soetomo Surabaya

Jenis laksatif yang diterima oleh pasien lanjut usia di poli geriatri

RSUD Dr. Soetomo Surabaya pada periode Mei 2015 – Desember 2015

yaitu Bisakodil, Laktulosa, Laxadine yang ditunjukkan pada Tabel V.4.

Tabel V.4 Persentase Sebaran Pasien yang Mendapat Resep

Laksatif berdasarkan Jenis Laksatif di RSUD Dr. Soetomo periode Mei 2015 – Desember 2015

Laksatif Jumlah Persentase Bisakodil 18 27,2% Laktulosa 27 40,9% Laxadine 21 31,8%

Keterangan: Pasien dapat menerima lebih dari 1 jenis laksatif

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

STUDI PENGGUNAAN LAKSATIF... SRI PUJI PURWANTISKRIPSI

Page 71: SKRIPSI STUDI PENGGUNAAN LAKSATIF PADA …repository.unair.ac.id/53806/2/FF fK 39 16.pdfConstipation had comorbid and Diabetes Mellitus dominated in geriatric patients. In this study,

53

Tabel V.5 Jenis, Rute, Dosis, Frekuensi, dan Kesesuaian Dosis Laksatif pada Pasien Lanjut Usai yang Mendapat Resep Laksatif Berdasarkan Jenis

Laksatif di RSUD Dr. Soetomo periode Mei 2015 – Desember 2015

Laksatif Rute Frekuensi & Dosis

Jumlah Pasien

Dosis Pustaka Keterangan

Bisakodil

Oral

1x1 5 mg 8

5-10 mg, maks 20 mg/hari

Dosis total sehari sesuai

pustaka

1x2 5 mg 4

3x1 5 mg 1

Rektal 1x1 10 mg 6 1x1

supp/hari Sesuai

Laktulosa Oral

1x1 15 ml 2

15 ml

2x/hari

Dosis total sehari sesuai

pustaka

2x1 15 ml 6

3x1 15 ml 19

Laxadine Oral

2x1 15 ml 14 1-2 sdm

(15-30 ml) 1x/hari

Dosis total sehari sesuai

pustaka 3x1 15 ml 7

Keterangan:

Pasien dapat menerima lebih dari 1 macam terapi selama rawat jalan

5.4 Drug Related Problem 5.4.1 Efek Samping yang Kemungkinan Terjadi

Tabel V.6 Efek Samping yang Kemungkinan Penggunaan Laksatif pada

Pasien Pasien Lansia di Poli Geriatri RSUD Soetomo Surabaya periode Mei 2015 – Desember 2015

Laksatif Efek Samping Jumlah Pasien

Bisakodil

Rasa tidak nyaman perut atau kram Kehilangan cairan elektrolit Diare Reaksi hipersensitif

18

Laktulosa

Rasa tidak nyaman perut yaitu kramp atau flatulen

Mual dan muntah Diare

27

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

STUDI PENGGUNAAN LAKSATIF... SRI PUJI PURWANTISKRIPSI

Page 72: SKRIPSI STUDI PENGGUNAAN LAKSATIF PADA …repository.unair.ac.id/53806/2/FF fK 39 16.pdfConstipation had comorbid and Diabetes Mellitus dominated in geriatric patients. In this study,

54

Laksatif Efek Samping Jumlah Pasien

Kehilangan banyak elektrolit

Laxadine

Ruam kulit Rasa panas terbakar Kehilangan cairan dan elektrolit tubuh Pruritis Diare Mual dan muntah

21

Keterangan:

Persentase dihitung berdasarkan jumlah pasien yaitu 59 pasien

Pustaka: Sweetman et al., 2009

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

STUDI PENGGUNAAN LAKSATIF... SRI PUJI PURWANTISKRIPSI

Page 73: SKRIPSI STUDI PENGGUNAAN LAKSATIF PADA …repository.unair.ac.id/53806/2/FF fK 39 16.pdfConstipation had comorbid and Diabetes Mellitus dominated in geriatric patients. In this study,

55

BAB VI

PEMBAHASAN

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui studi penggunaan

laksatif dan mengidentifikasi adanya Drug Related Problem (DRP) terhadap

pasien lanjut usia di poli geriatri RSUD Dr. Soetomo Surabaya. Penelitian

dimulai pada bulan April hingga Juli 2016 dengan metode studi retrospektif.

Sampel meliputi seluruh pasien di poli geriatri yang mendapatkan resep

laksatif pada periode waktu Mei 2015 hingga Desember 2015 yang

memenuhi kriteria inklusi.

Jumlah total pasien yang menjalani rawat jalan di poli geriatri RSUD

Dr. Soetomo Surabaya sebanyak 4693 pasien. Dengan total sampel yang

memenuhi kriteria inklusi adalah sebanyak 59 pasien. Sampel tersebut

dikategorikan berdasarkan usia menurut Principles of Geriatric

Physiotherapy (Narinder et al., 2007) yaitu kelompok usia <65, young old

(65 – 75 tahun), middle old (75 - 85 tahun), old-old (lebih dari 85 tahun).

Berdasarkan pembagian kelompok usia tersebut, maka didapatkan data

bahwa pasien yang menerima peresepan laksatif di Instalasi Rawat Jalan

Poli Geriatri RSUD Dr. Soetomo pada usia <65 sebesar 21 pasien, young

old (65 – 75 tahun) sebesar 23 pasien, middle old (75 - 85 tahun) sebesar 15

pasien, old-old (lebih dari 85 tahun) sebesar 0 pasien. Dari distribusi jumlah

pasien tersebut diperoleh hasil bahwa pasien lanjut usia yang menerima

resep laksatif paling tinggi adalah pada kelompok usia 65-75 tahun (young

old) dengan persentase 38,9%. Berdasarkan article review dengan judul A

Review of the Literature on Gender and Age Differences in the Prevalence

and Characteristics of Constipation in North America oleh Lindsay et al

dikatakan bahwa laju konstipasi meningkat setelah umur 50 tahun keatas,

dengan prevalensi peningkatan yang pesat setelah umur 70 tahun. Maka

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

STUDI PENGGUNAAN LAKSATIF... SRI PUJI PURWANTISKRIPSI

Page 74: SKRIPSI STUDI PENGGUNAAN LAKSATIF PADA …repository.unair.ac.id/53806/2/FF fK 39 16.pdfConstipation had comorbid and Diabetes Mellitus dominated in geriatric patients. In this study,

56

dapat disimpulkan bahwa hasil penelitian sesuai dengan pustaka yaitu

konstipasi yang diderita pasien pada umur 65 hingga 75 tahun lebih besar

daripada pasien yang berumur kurang dari 65 tahun, namun pada hasil

penelitian pada rentang umur tertinggi terjadi hal sebaliknya yaitu jumlah

pasien yang menderita konstipasi mengalami penurunan, rentang umur

tersebut adalah pada kelompok umur 75 hingga 85 tahun, hal ini tidak

sesuai dengan pustaka yang menyebutkan bahwa semakin menua umur

maka akan mengalami gejala konstipasi semakin sering, pada sebuah studi

disebutkan bahwa sekitar satu dari ketiga pasien berumur 70 tahun lebih

harus berhubungan dengan persoalan mengejan, jarang BAB, dan seringnya

menggunakan laksatif (Suzanne et al., 2014). Kemungkinan penyebabnya

adalah karena jumlah pasien pada umur 75 hingga 85 tahun hanya sedikit,

bahkan pada umur lebih dari 85 tahun tidak ada pasien sama sekali.

Pada kategori jenis kelamin, pasien wanita yang mendapatkan resep

laksatif berjumlah sebesar 32 pasien (54,23%) dan pria berjumlah lebih

sedikit dibandingkan wanita yaitu sebesar 27 pasien (45,76%). Di Amerika

utara, wanita 2,2 kali lebih banyak dilaporkan menderita konstipasi daripada

pria. Hal tersebut merupakan sesuatu yang lazim dikarenakan wanita

dipengaruhi oleh faktor hormonal, sehingga menyebabkan resiko konstipasi

lebih tinggi selama fase luteal dalam siklus menstruasi dibawah efek dari

progesteron, progesteron dapat menurunkan laju usus kecil dan waktu

transit kolon (Suzanne et al., 2011) serta kerusakan otot bawah panggul

yang kemungkinan terjadi pada wanita selama melahirkan atau operasi

ginekologi (George et al., 2008). Berdasarkan pustaka tersebut, maka hasil

dari penelitian telah sesuai. Pustaka lain menyebutkan bahwa wanita

beresiko tinggi mengalami menderita luka otot dasar panggul dan saraf yang

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

STUDI PENGGUNAAN LAKSATIF... SRI PUJI PURWANTISKRIPSI

Page 75: SKRIPSI STUDI PENGGUNAAN LAKSATIF PADA …repository.unair.ac.id/53806/2/FF fK 39 16.pdfConstipation had comorbid and Diabetes Mellitus dominated in geriatric patients. In this study,

57

Senile dan pre senile demensia, termasuk penyakit alzeimer’s, secara

signifikan berpengaruh pada konstipasi, ditunjukkan oleh rasio antara 1,6-

1,9, ketika senility tanpa demensia sekitar rasio antara 2,7 (Ewe et al.,

1997). Namun, bukan senility yang menjadi penyebab terbanyak terjadinya

peresepan laksatif pada penelitian ini. Penyebab utama pasien menderita

konstipasi adalah dikarenakan banyaknya pasien yang mengidap diabetes

mellitus. Diabetes merupakan penyakit endokrin yang mempengaruhi

banyak sistem organ, tidak terkecuali GI tract. Komplikasi GI dikarenakan

diabetes berhubungan dengan disfungsi neuron-neuron yang mensuplai

sistem saraf enterik. Keterlibatan saraf intestinal ini akan mengarah pada

neurophaty enterik. Sehingga terjadi autonomic atau involuntary neurophaty

dan kemungkinan dapat menyebabkan abnormalitas motilitas intestinal,

sensasi, sekresi, dan absorpsi. Serat saraf yang berbeda dapat menstimulasi

atau menghambat motilitas intestinal dan fungsinya, serta kerusakan dari

saraf ini dapat menyebabkan perlambatan atau mempercepat fungsi dari

intestinal. Salah satu kelainan GI yang terjadi yaitu diabetik gastroparesis,

kondisi dimana pengosongan makanan dari lambung tertunda, sehingga

mengarah ke penyimpanan isi perut. Hal ini menyebabkan pembengkakan,

sakit perut, mual dan muntah. Lambung yang statis kemungkinan akan

mengarah pada memburuknya gastrooesophageal reflux (James et al.,

2000). Penyakit lain yang diderita oleh pasien di poli geriatri sehingga

diberikan resep laksatif adalah penyakit jantung, kebanyakan pasien

penyakit jantung akan menderita konstipasi namun tujuan pemberian

laksatif untuk pasien ini bukan hanya sebagai indikasi konstipasi, akan

tetapi juga agar pasien tidak mengejan karena akan memperberat kerja

jantung.

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

STUDI PENGGUNAAN LAKSATIF... SRI PUJI PURWANTISKRIPSI

Page 76: SKRIPSI STUDI PENGGUNAAN LAKSATIF PADA …repository.unair.ac.id/53806/2/FF fK 39 16.pdfConstipation had comorbid and Diabetes Mellitus dominated in geriatric patients. In this study,

58

Sebagian besar pasien usia lanjut akan menderita lebih dari satu

penyakit dikarenakan terdapat beberapa penyakit yang akan saling memicu

penyakit lain, tidak hanya diabetes saja yang dapat memicu konstipasi,

penyakit neurologis seperti parkinson juga banyak ditemui. Sulitnya

berdefekasi, terlalu berlebihan mengejan, rasa sakit, dan evakuasi feses

yang tidak usai, kemungkinan terjadi pada dua hingga tiga pasien yang

menderita penyakit parkinson. Agar defekasi terjadi dengan efektif, terdapat

beberapa otot yang harus berperan. Disfungsi defekasi terjadi apabila otot-

otot sfingter anal internal dan eksternal tidak bekerja dan kejadian ini dapat

terjadi pada awal penyakit parkinson maupun penyakit lanjutan (Ronald et

al., 2011). Tidak hanya penyakit parkinson saja yang menyebabkan

konstipasi, namun obat antiparkinson seperti contohnya levodopa juga

memiliki efek samping konstipasi. Pernyataan tersebut didukung oleh

pustaka yang menyebutkan bahwa pengobatan yang digunakan untuk terapi

gejala motorik dari penyakit parkinson (levodopa, antikolinergik) telah

terlibat dalam perlambatan dari motilitas gastrointestinal dan pembusukan

karena disfungsi gastrointestinal (Luca et al., 2010).

Selain efek samping obat antiparkinson, terdapat beberapa obat yang

dapat menimbulkan konstipasi. Berdasarkan penelitian, obat yang

menyebabkan konstipasi selain antiparkinson adalah golongan opioid,

calcium channel blocker, NSAID, cation-containing agent, beta-

adrenoceptor antagonists, diuretik, proton pump inhibitor (ppi) (Rebecca et

al., 2009). Terdapat empat obat terbanyak yang memiliki efek samping

konstipasi dan sering diresepkan kepada pasien yaitu CCBs, beta bloker

(bisoprolol, propanolol), proton pump inhibitor atau ppi (omeprazole,

lansoprazole), dan cation containing agent (sukralfate, ferrosulfate). Obat

yang mendominasi pada urutan pertama adalah golongan CCBs, menurut

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

STUDI PENGGUNAAN LAKSATIF... SRI PUJI PURWANTISKRIPSI

Page 77: SKRIPSI STUDI PENGGUNAAN LAKSATIF PADA …repository.unair.ac.id/53806/2/FF fK 39 16.pdfConstipation had comorbid and Diabetes Mellitus dominated in geriatric patients. In this study,

59

Drug-Induced Constipation (Rebecca et al., 2009) bahwa faktanya CCBs

(Calcium Channel Blockers) menyebabkan konstipasi dengan cara

mengurangi motilitas usus (kolon spesifik), yang pada akhirnya

meningkatkan waktu transfer kolon, sehingga meningkatkan absorpsi cairan

dikarenakan meningkatnya waktu kontak mukosa. Dalam penelitian ini

CCBs yang digunakan yaitu nifedipin dan amlodipin. Penyebab lain yang

tidak terlalu banyak yaitu kelainan struktur usus misalnya terjadi

pembengkakan usus yang disebabkan oleh kanker.

Terapi konstipasi yang umum digunakan pada pasien geriatri di

RSUD Dr. Soetomo adalah laksatif laktulosa, bisakodil, dan laxadin. Dari

data hasil penelitian, peresepan laksatif yang paling banyak didominasi oleh

laktulosa. Berdasarkan Impact Guidelines: Medical Management Of

Constipation In The Older Person (Gibson et al., 2010), laksatif osmotik

merupakan first line terapi, pada penelitian ini yang diresepkan adalah

laktulosa. Laktulosa menunjukkan bahwa lebih efektif daripada placebo

pada pasien usia lanjut. Sebuah penelitian menyebutkan laktulosa dan

sorbitol sama-sama menimbulkan keefektifan pada terapi konstipasi berat

pada pasien usia lanjut (Woodward et al., 2002). Frekuensi pemberian

laktulosa pada pasien di poli geriatri yaitu sehari satu kali dengan dosis

sekali minum satu sendok makan (15 ml), frekuensi lain yang diberikan

yaitu sehari dua kali dan tiga kali dengan sekali minum 15 ml (satu sendok

makan). Pemberian dosis tersebut telah sesuai dengan pustaka dari PDR

Pharmacopoeia: Pocket Dosing Guide (Montvale et al., 2004), disebutkan

bahwa laktulosa maksimal dalam sehari dikonsumsi 15 ml hingga 60 ml

dengan 10 g bahan aktif dalam 15 ml larutan. Inisial dosis untuk konstipasi

akut adalah sehari diberikan sekali 15 ml secara oral, terapi dilanjutkan

hingga fungsi usus kembali normal (drugs.com). Laktulosa dapat diberikan

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

STUDI PENGGUNAAN LAKSATIF... SRI PUJI PURWANTISKRIPSI

Page 78: SKRIPSI STUDI PENGGUNAAN LAKSATIF PADA …repository.unair.ac.id/53806/2/FF fK 39 16.pdfConstipation had comorbid and Diabetes Mellitus dominated in geriatric patients. In this study,

60

pada pasien yang menderita hepatik ensefalophati, namun inisial dosis pada

pasien dewasa adalah 30 ml diberikan tiga kali dalam sehari dengan rute

oral, serta maintenance dosisnya sebesar 30 hingga 45 ml diberikan tiga kali

dalam sehari secara oral (drugs.com). Kemungkinan efek samping yang

ditimbulkan oleh laktulosa yaitu ketidaknyamanan perut yang berujung

pada kramp atau flatulen. Mual muntah juga dapat terjadi namun hal ini

terjadi pada pemberian dosis tinggi. Penggunaan laktulosa terlalu lama

dapat menyebabkan diare disertai kehilangan cairan dan elektrolit, sebagian

potasium. Hipernatraemia juga pernah dilaporkan (Sweetman et al., 2009)

Laksatif kedua yang banyak diresepkan yaitu laxadine, berisi per 5

mL Phenolphthalein 55 mg, liquid paraffin 1200 mg, glycerin 378 mg

(MIMS.com). Phenolphthalein merupakan golongan stimulan dan iritan

dengan dosis tipikal over the counter dengan rute oral yaitu 30 mg hingga

200 mg untuk pasien dewasa (IARC 2000). Sehingga dapat ditarik

kesimpulan bahwa dosis phenolphthalein telah sesuai dengan pustaka

tersebut. Namun, di Amerika penggunaan phenolphthalein sudah tidak ada

sejak bahan aktif tersebut dimasukkan dalam daftar laporan bahan

karsinogen, ditambah lagi telah dilakukan identifikasi studi epidemiologi.

Namun disebutkan pada dua penelitian case control sederhana bahwa tidak

ditemukan hubungan statistik yang signifikan antara kanker epitel ovarium

dengan penggunaan phenolphthalein sebagai laksatif (Cooper et al. 2000,

2004).

Bahan kedua yang sebagai komposisi laxadine adalah parafin liquid,

dosis dewasa dimulai dengan dosis sebesar 40 ml hingga 50 ml dalam sehari

serta dapat ditingkatkan atau diturunkan dengan batasan paling besar 5 ml

hingga efek yang diinginkan tercapai (nps.org.au). Sedangkan dari pustaka

lain disebutkan bahwa dosis liquid paraffin dikombinasikan dengan

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

STUDI PENGGUNAAN LAKSATIF... SRI PUJI PURWANTISKRIPSI

Page 79: SKRIPSI STUDI PENGGUNAAN LAKSATIF PADA …repository.unair.ac.id/53806/2/FF fK 39 16.pdfConstipation had comorbid and Diabetes Mellitus dominated in geriatric patients. In this study,

61

phenolphtalein saja adalah sebesar 4,2 g dalam 15 ml larutan oral

(rxwiki.com). Dari data penelitian, komposisi parafin adalah 1200 mg (1,5

ml) dalam 5 ml larutan, berdasarkan pustaka rxwiki.com dalam 5 ml larutan

diperlukan liquid parafin sebesar 1,4 g (1400 mg) maka disimpulkan bahwa

dosis liquid parafin telah sesuai meskipun dosisnya hanya 1,2 g dikarenakan

kombinasi laksatif hasil penelitian adalah tiga bahan aktif sementara dari

pustaka hanya kombinasi dua bahan aktif dan tunggal.

Bahan ketiga adalah gliserin, dosis obat ini berdasarkan pada berat

badan dan ditentukan oleh dokter. Untuk pasien dewasa adalah 1 hingga 2

gram per kilogram berat badan apabila diminum sekali. Dosis gliserin sudah

sesuai dengan pustaka, dikarenakan laksatif yang diberikan adalah

peresepan dokter. Apabila dilihat dari komposisi gliserin pada laxadine,

maka dosis tersebut adalah underdose yaitu 378 mg, namun laxadine adalah

laksatif kombinasi dari tiga bahan aktif yang efeknya sama-sama sinergis

untuk melancarkan BAB jadi dosis tersebut tetap dikatakan efektif.

Laxadine tidak diperbolehkan digunakan dalam jangka lama karena dapat

menyebabkan iritasi, reaksi granulomatus yang disebabkan oleh absorpsi

parafin liquid (terutama dalam bentuk emulsi), lipoid pneumonia, dan

terganggunya penyerapan vitamin yang larut lemak (BNF 61). Berdasarkan

pustaka dari masing-masing bahan aktif telah sesuai dengan data pada

penelitian. Untuk frekuensi penggunaan dari laxadine pada peresepan

adalah dua kali dan tiga kali dalam sehari dengan dosis sekali minum 15 ml.

Data telah sesuai dengan pustaka MIMS yaitu 1-2 sdm (15-30 ml) 1x/hari.

Laksatif terakhir yang diresepkan pada pasien adalah golongan

laksatif stimulan yaitu bisakodil. Bisakodil dibagi kedalam dua rute

pemberian yaitu rute per oral dan rute per rektal. Penggunaan bisakodil per

oral lebih banyak dari pada per rektal. Frekuensi pemberian bisakodil per

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

STUDI PENGGUNAAN LAKSATIF... SRI PUJI PURWANTISKRIPSI

Page 80: SKRIPSI STUDI PENGGUNAAN LAKSATIF PADA …repository.unair.ac.id/53806/2/FF fK 39 16.pdfConstipation had comorbid and Diabetes Mellitus dominated in geriatric patients. In this study,

62

oral pada pasien yaitu meliputi satu kali sehari dalam sekali minum 5 mg

tablet, satu kali sehari dalam sekali minum dua tablet, tiga kali sehari dalam

sekali minum satu tablet, dan sehari satu kali dengan sekali minum empat

tablet. Disebutkan bahwa dosis bisakodil oral adalah 5 hingga 15 mg dalam

sehari (Montvale et al., 2004), maka hasil penelitian dan pustaka telah

sesuai. Untuk rute per rektal, frekuensi penggunaan bisakodil menurut

pustaka yaitu 10 mg pada pagi hari (BNF 61). Hal tersebut telah sesuai

dengan hasil penelitian yaitu bisakodil per rektal digunakan sehari satu

suppositoria dengan dosis 10 mg. Bisakodil dan laksatif stimulan lain

kemungkinan dapat menyebabkan ketidaknyamanan perut seperti kram atau

colic. Penggunaan jangka lama atau overdosis dapat menyebabkan diare dan

kehilangan cairan serta elektrolit, sebagian potasium juga ikut keluar, bisa

juga terjadi kemungkinan berkembang menjadi atonic non-functioning

colon. Ketika digunakan per rektal, bisakodil dapat menyebabkan iritasi

(Sweetman et al., 2009).

Berdasarkan Urganci et al., 2005 parafin liquid lebih dapat

ditoleransi daripada laksatif lainnya serta efek sampingnya ringan dan lebih

dapat diterima daripada efek samping dari laktulosa, akan tetapi komposisi

lain dalam laxadine seperti phenolphtalein dan gliserin juga perlu

dipertimbangkan, apalagi efek sampingnya. Maka selain laktulosa

merupakan first line konstipasi, pertimbangan lainnya tersebut menjadikan

laktulosa sebagai laksatif pilihan paling banyak untuk pasien usia lanjut di

poli geriatri. Terdapat sumber lainnya juga bahwa minyak mineral dapat

mengganggu penyerapan vitamin larut lemak serta beresiko menganggu

respirasi (Montvale et al., 2004). Kemungkinan bisakodil menjadi laksatif

yang paling rendah digunakan di poli geriatri adalah karena obat ini

merupakan obat lanjutan apabila konstipasi sudah tidak dapat lagi ditangani

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

STUDI PENGGUNAAN LAKSATIF... SRI PUJI PURWANTISKRIPSI

Page 81: SKRIPSI STUDI PENGGUNAAN LAKSATIF PADA …repository.unair.ac.id/53806/2/FF fK 39 16.pdfConstipation had comorbid and Diabetes Mellitus dominated in geriatric patients. In this study,

63

oleh golongan osmotik dan golongan softener stool. Terutama untuk rute

per rektal, merupakan pilihan lanjutan apabila rute per oral sudah tidak

dapat mengatasi konstipasi sehingga jumlahnya sangat sedikit diresepkan.

Pernyataan tersebut diperkuat oleh guideline yang memebahas tentang

konstipasi yaitu Algorithm For The Treatment Of Adult Patients With

Functional, Normal Transit Constipation (Locke et al., 2004).

Pada dasarnya algoritma terapi dibeberapa negara adalah sama,

diawali dengan pemeriksaan fisik apakah terjadi kelainan atau tidak.

Namun, di poli Geriatri RSUD Dr. Soetomo tidak dilakukan pengecekan

fisik dikarenakan hal tersebut tidak dimungkinkan dilakukan pada Instalasi

Rawat Jalan, sehingga pengambilan kesimpulan terhadap peresepan laksatif

didsarkan pada lamanya pasien menderita konstipasi. Dan apabila

konstipasi dapat diatasi dengan mengkonsumsi serat dan menambah cairan,

serta melakukan excercise apabila penyebab konstipasi disebabkan oleh

kurangnya gerakan. Maka terapi farmakologi tidak perlu dilakukan, melatih

kebiasaan berdefekasi secara teratur juga dapat membantu mengurangi

resiko konstipasi. Setelah terapi non farmakologi tidak dapat mengatasi

konstipasi, maka beralih pada pemberian laksatif pada beberapa jurnal yang

membahas konstipasi, menyebutkan bahwa bulk laksatif merupakan first

line untuk mengatasi konstipasi, seperti tertera pada Algorithm for the

management of chronic constipation in elderly persons (Bosshard et al.,

2004). Apabila tidak bisa diatasi maka beralih ke laksatif osmotik. Namun

ada juga yang memakai laksatif osmotik sebagai first line seperti Algorithm

for the treatment of adult patients with functional, normal transit

constipation (Locke et al., 2004). Hal tersebut didasarkan pada jenis

konstipasi yang diderita serta ketersediaan laksatif dan kebijakan yang ada

di negara masing-masing.

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

STUDI PENGGUNAAN LAKSATIF... SRI PUJI PURWANTISKRIPSI

Page 82: SKRIPSI STUDI PENGGUNAAN LAKSATIF PADA …repository.unair.ac.id/53806/2/FF fK 39 16.pdfConstipation had comorbid and Diabetes Mellitus dominated in geriatric patients. In this study,

64

Di poli geriatri penggunaan laktulosa adalah yang terbesar, dapat

ditarik kesimpulan bahwa laktulosa merupakan laksatif yang cocok untuk

pasien usia lanjut. Disebutkan pada suatu studi RCTs yang melibatkan

partisipan orang usia lanjut, menghasilkan bahwa terdapat keuntungan dari

laksatif osmotik seperti polietilen glikol dan laktulosa. Bukti menguatkan

golongan laksatif bulk, stool softener, stimulan dan agen prokinetik sangat

terbatas, kurang dan tidak konsisten (Gandell et al., 2013). Meskipun

laksatif merupakan obat yang dapat digunakan sendiri bahkan tanpa

peresepan dari dokter, namun apabila konstipasi yang dialami tidak

diperiksa dengan baik maka dapat terjadi kesalahan penggunaan obat. Efek

samping dari beberapa laksatif juga perlu diberitahukan oleh dokter ke

pasien agar tidak terjadi penggunaan laksatif dalam jangka panjang, karena

dapat menimbulkan penyakit baru atau bahkan konstipasinya tidak akan

sembuh karena terlalu tergantung dengan penggunaan lakstatif. Penggunaan

laksatif juga perlu diberitahukan secara jelas karena ada beberapa pasien

yang mendapatkan resep laksatif lebih dari satu, hal ini disebabkan karena

konstipasi yang diderita cukup lama. Dari data pasien yang mendapat terapi

laksatif kombinasi memiliki tujuan yaitu apabila pada malam hari

pemberian laksatif oral tidak menunjukkan kemajuan dalam berdefekasi,

maka laksatif dengan rute rektal dapat digunakan pada pagi harinya.

Beberapa laksatif juga dapat menimbulkan interaksi dengan obat lain

(DRPs). Parafin liquid dapat mengganggu penyerapan vitamin yang larut

lemak. Laktulosa dapat berinteraksi dengan furosemid, ondansentron

bahkan laksatif yang bergolongan sama seperti PEG. Sedangkan bisakodil

memiliki interaksi dengan beberapa obat yaitu furosemid, albuterol,

prednison, trazodone. Jadi dalam penelitian ini DRPs yang kemungkinan

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

STUDI PENGGUNAAN LAKSATIF... SRI PUJI PURWANTISKRIPSI

Page 83: SKRIPSI STUDI PENGGUNAAN LAKSATIF PADA …repository.unair.ac.id/53806/2/FF fK 39 16.pdfConstipation had comorbid and Diabetes Mellitus dominated in geriatric patients. In this study,

65

terjadi dapat berasal dari efek samping yang mungkin muncul serta interaksi

dengan obat lain.

Dalam penelitian terdapat satu pasien yang kemungkinan mengalami

interaksi obat yaitu laksatif laktulosa dengan diuretik furosemid. Suatu

pustaka menyatakan bahwa penggunaan furosemid bersamaan dengan obat

yang memiliki efek laksatif harus dikonsultasikan dahulu dengan dokter.

Mengkombinasikan obat ini, terutama dalam waktu lama, dapat

menyebabkan resiko dehidrasi dan abnormalitas elektrolit. Pada beberapa

kasus berat, dehidrasi dan abnormalitas elektrolit dapat berujung pada tidak

teraturnya ritmik jantung, seizures, dan permasalahan pada ginjal. Perlu

segera menghubungi dokter apabila paien mengalami kemungkinan gejala

seperti deplesi elektrolit dan cairan seperti pusing, mulut kering, rasa haus,

kelelahan, kramp otot, berkurangnya urin, dan detak jantung meningkat.

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

STUDI PENGGUNAAN LAKSATIF... SRI PUJI PURWANTISKRIPSI

Page 84: SKRIPSI STUDI PENGGUNAAN LAKSATIF PADA …repository.unair.ac.id/53806/2/FF fK 39 16.pdfConstipation had comorbid and Diabetes Mellitus dominated in geriatric patients. In this study,

66

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian tentang pola penggunaan laksatif pada

pasien lanjut usia di Instalasi Rawat Jalan Poli Geriatri RSUD Dr. Soetomo

Surabaya pada periode Mei 2015 hingga Desember 2015, dapat diambil

kesimpulan sebagai berikut:

1. Laksatif yang digunakan pada poli geriatri adalah laktulosa, laxadine

dan bisakodil untuk pasien yang menderita konstipasi. Dengan frekuensi

dan dosis yang telah sesuai dengan pustaka terkait.

2. Drug Related Problem (DRP) yang potensial muncul pada pasien yang

mendapatkan resep laksatif yaitu interaksi laksatif laktulosa dengan

diuretik furosemid.

7.2 Saran

1. Perlu dicantumkan berapa lama pasien menderita konstipasi agar dapat

dipastikan pasien tersebut termasuk kedalam konstipasi berat atau

ringan, sehingga dapat diberikan terapi yang sesuai.

2. Perlu dilakukan monitoring terhadap pasien yang diresepkan laksatif

dikarenakan terdapat efek samping laksatif yang dapat membahayakan

pasien lanjut usia, seperti contohnya kehilangan cairan dan elektrolit

tubuh.

3. Perlu diperhatikan interaksi obat yang mungkin muncul pada terapi

laksatif kombinasi, terutama tentang cara penggunaannya kepada pasien.

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

STUDI PENGGUNAAN LAKSATIF... SRI PUJI PURWANTISKRIPSI

Page 85: SKRIPSI STUDI PENGGUNAAN LAKSATIF PADA …repository.unair.ac.id/53806/2/FF fK 39 16.pdfConstipation had comorbid and Diabetes Mellitus dominated in geriatric patients. In this study,

67

DAFTAR PUSTAKA

Bisoprolol. (2016, August). Dipetik August 06, 2016, dari drugs.com.

dosage/lactulose. (2016, August). Dipetik August 06, 2016, dari drugs.com.

Bosshard Wanda, R. D.-F. (2004). The Treatment of Chronic

Constipation in Elderly People

Brunton LL, Parker KL, Blumenthal DK, Buxton IL. Goodman &

Gilman’s manual of pharmacology and therapeutics. New York:

The McGraw-Hill Companies, Inc.; 2008.

Butt, R. L. (2009). Drug-induced constipation. Adverse drug reaction

bulletin

Camilleri M, Lee JS, Viramontes B, Bharucha AE, Tangalos EG. Insights

into the pathophysiology and mechanisms of constipation,

irritable bowel syndrome, and diverticulosis in older people. J

AmGeriatr Soc 2000; 48: 1142-1150

Camilleri M, Kerstens R, Rykx A, et al. A placebo-controlled trial of

prucalopride for severe chronic constipation. N Engl J Med.

2008;358(22):2344–2354.

Chalazonitis A, Pham TD, Rothman TP, et al. Neurotrophin-3 is required

for the survival-differentiation of subsets of develop- ing enteric

neurons. J Neurosci 2001 Aug 1; 21 (15): 5620-36

Chen, I.-C., Huang, H. J., Yang, S. F., Chen, C. C., Chou, Y. C., & Kuo, T.

M. (2014). Prevalence and Effectiveness of Laxative Use Among

Elderly Residents in a Regional Hospital Affiliated Nursing

Home in Hsinchu County.

Choung RS, Locke GR, Schleck CD, Zinsmeister AR, Talley NJ.

Cumulative incidence of chronic constipation: a population-

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

STUDI PENGGUNAAN LAKSATIF... SRI PUJI PURWANTISKRIPSI

Page 86: SKRIPSI STUDI PENGGUNAAN LAKSATIF PADA …repository.unair.ac.id/53806/2/FF fK 39 16.pdfConstipation had comorbid and Diabetes Mellitus dominated in geriatric patients. In this study,

68

based study 1988–2003. Aliment Pharmacol Ther. 2007;26(11–

12):1521–1528.

Cordoba J, Minguez B. Hepatic Encephalopathy. Semin Liver

Dis.2008;28(1):70-80.

Corazziari E, Badiali D, Bazzocchi G, et al. Long term efficacy safety,

and tolerability of low daily doses of isosmotic polyeth ylene

glycol electrolyte balanced solution (PMF-100) in the treatment

of functional chronic constipation. Gut 2000 Apr; 46 (4): 522-6

Cuppoletti J, Malinowska DH, Tewari KP, et al. SPI-0211 activates T84

cell chloride transport and recombinant human ClC-2 chloride

currents. Am J Physiol Cell Physiol. 2004;287(5):C1173–C1183.

Dipiro J dkk. 2009. Pharmacotherapy Handbook Seventh Edition. New

York. Mc Graw Hill Medical.

Donald IP, Smith RG, Cruikshank JG, Elton RA, Stoddart ME. A study of

constipation in the elderly living at home. Gerontology 1985; 31:

112-118

Engel AF, Kamm MA. The acute effect of straining on pelvic floor

neurological function. Int J Colorectal Dis 1994; 9: 8-12

Ferenci P, Lockwood A, Mullen K, Tarter R, Weissenborn K, Blei AT.

Hepaticencephalopathy—Definition, nomenclature, diagnosis,

and quantification:Final report of the Working Party at the 11th

World Congresses of Gastroenterology, Vienna, 1998.

Hepatology. 2002;35(3):716-21

Fosnes GS, Lydersen S, Farup PG. Constipation and diarrhoea –common

adverse drug reactions? A cross sectional study in the general

population. BMC Clin Pharmacol 2011;11:2.

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

STUDI PENGGUNAAN LAKSATIF... SRI PUJI PURWANTISKRIPSI

Page 87: SKRIPSI STUDI PENGGUNAAN LAKSATIF PADA …repository.unair.ac.id/53806/2/FF fK 39 16.pdfConstipation had comorbid and Diabetes Mellitus dominated in geriatric patients. In this study,

69

Francis CY, Whorwell PJ. Bran and irritable bowel syndrome: time for

reappraisal. Lancet 1994 Jul 2; 344 (8914): 39-40

Frederick RT. Current concepts in the pathophysiology and

managementof hepatic encephalopathy. Gastroenterol Hepatol.

2011;7(4):222-33.

Gandell Dov MDCM, S. E. (2013). Treatment of constipation in older

people.

Golzarian J, Scott Jr HW, Richards WO. Hypermagnesemia-induced

paralytic ileus. Dig Dis Sci 1994 May; 39 (5): 1138-42

Gonenne J, Camilleri M, Ferber I, et al. Effect of alvimopan and codeine

on gastrointestinal transit: A randomized controlled study.

ClinGastroenterol Hepatol. 2005;3(8):784–791.

Harari D, Gurwitz JH, Avorn J, Bohn R, Minaker KL. How do older

persons define constipation? Implications for therapeutic

management. J Gen Intern Med 1997; 12: 63-66

Hartmann IJ, Groeneweg M, Quero JC, Beijeman SJ, de Man RA, Hop WC,

etal. The prognostic significance of subclinical hepatic

encephalopathy. Am JGastroenterol. 2000;95(8):2029-34.

HSIEH CHRISTINE, M. T. (2005). Treatment of Constipation in Older

Adults.

Higgins PD, Johanson JF. Epidemiology of constipation in North

America: a systematic review. Am J Gastroenterol.

2004;99(4):750–759

Ian Penman, J. H. (July 2014). Symptomatic Treatment of Pain Post-

Endoscopic Radiofrequency Ablation (RFA) for Pre-Cancerous

Barretts Oesophagus. NHS

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

STUDI PENGGUNAAN LAKSATIF... SRI PUJI PURWANTISKRIPSI

Page 88: SKRIPSI STUDI PENGGUNAAN LAKSATIF PADA …repository.unair.ac.id/53806/2/FF fK 39 16.pdfConstipation had comorbid and Diabetes Mellitus dominated in geriatric patients. In this study,

70

Interaction between lactulose-bisakodil. (2016, August). Dipetik August

06, 2016, dari drugs.com.

Interaction between lactulose-bisakodil. (2016, August). Dipetik August

06, 2016, dari drugs.com

Johanson JF, Morton D, Geenen J, et al. Multicenter, 4-week,

doubleblind, randomized, placebo-controlled trial of

lubiprostone, a locallyacting type-2 chloride channel activator, in

patients with chronic constipation. Am J Gastroenterol.

2008;103(1):170–177

Kane, R. L., Ouslander, J. G., & Abrass, I. B. (2004). Essentials of Clinical

Geriatrics, 5th Edition. Dalam R. L. Kane, J. G. Ouslander, & I. B.

Abrass, Essentials of Clinical Geriatrics, 5th Edition (hal. 13-14).

McGraw-Hill.

Kasareni J, Hayes M. 2014. Stroke and Constipation. USA. Creative

Common Attribution International License.

Kinnunen O, Salokannel J. Comparison of the effects of magne- sium

hydroxide and a bulk laxative on lipids, carbohydrates, vitamins

A and E, and minerals in geriatric hospital patients in constithe

treatment of constipation. J Int Med Res 1989 Sep; 17 (5): 442-54.

Koch T, Hudson S. Older people and laxative use: literature review and

pilot study report. J Clin Nurs 2000; 9: 516-525

Laurberg S, Swash M. Effects of aging on the anorectal sphincters and

their innervation. Dis Colon Rectum 1989; 32: 737-742

Lembo A, Camilleri M. Chronic constipation. N Engl J Med 2003 Oct 2;

349 (14): 1360-8

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

STUDI PENGGUNAAN LAKSATIF... SRI PUJI PURWANTISKRIPSI

Page 89: SKRIPSI STUDI PENGGUNAAN LAKSATIF PADA …repository.unair.ac.id/53806/2/FF fK 39 16.pdfConstipation had comorbid and Diabetes Mellitus dominated in geriatric patients. In this study,

71

Lembo AJ, Kurtz CB, Macdougall JE, et al. Linaclotide is effective for

patients with chronic constipation. Gastroenterology.

2010;138:886–895.

Lim S, Child C. 2012. A Systematic Review of The Effectiveness of

Bowel Management Strategies for Constipation in Adult with

Stroke. Singapura. International Journal of Nursing Studies

Lindsay G. McCrea, P. C. (2009). A Review of the Literature on Gender

and Age Differences in the Prevalence and Characteristics of

Constipation in North America.

Longstreth GF. Functional bowel disorders: functional constipation. In:

Drossman DA, editor. The Functional Gastrointestinal Disorders.

3rd ed. Lawrence, KS: Allen Press; 2006:515–523.

Longstreth GF, Thompson WG, Chey WD, Houghton LA, Mearin F,Spiller

RC. Functional bowel disorders. Gastroenterology 2006;130:1480-

91.

Luca G, Domenico P, Cterina P, Giovambattista D. 2012. Constipation-

Cause, Diagnosis and Treatment. Europe. Intech.

McH ugh SM, Diamant NE. Effect of age, gender, and parity on anal

canal pressures. Contribution of impaired anal sphincter function to

fecal incontinence. Dig Dis Sci 1987; 32: 726-736

Mullen KD. The Treatment of Patients With Hepatic

Encephalopathy:Review of the Latest Data from EASL 2010.

Gastroenterol Hepatol. s2010;6(7):1-16.

Nascimbeni R, Donato F, Ghirardi M, et al. Constipation, an- thranoid

laxatives, melanosis coli, and colon cancer: a risk assessment

using aberrant crypt foci. Cancer Epidemiol Bitime omarkers

Prev 2002 Aug; 11 (8): 753-7

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

STUDI PENGGUNAAN LAKSATIF... SRI PUJI PURWANTISKRIPSI

Page 90: SKRIPSI STUDI PENGGUNAAN LAKSATIF PADA …repository.unair.ac.id/53806/2/FF fK 39 16.pdfConstipation had comorbid and Diabetes Mellitus dominated in geriatric patients. In this study,

72

Narinder Kaur Multani, S. K. (2007). Principles of Geriatric

Physiotherapy. Delhi: Delhi jurisdiction .

NHS Center for Reviews and Dissemination. Effectiveness of laxatives in

adults. Eff Health Care 2001 Sep; 7 (1): 1-12

Nusko G, Schneider B, Schneider I, et al. Anthranoid laxative use is not a

risk factor for colorectal neoplasia: results of a prospective case

control study. Gut 2000 May; 46 (5): 651-5

Parkman HP, Rao SS, Reynolds JC, et al. Neurotrophin-3 improves

functional constipation. Am J Gastroenterol 2003 Jun; 98 (6):

1338-47

Passmore AP, Wilson-Davies K, Stoker C, et al. Chronic consti- pation in

long stay elderly patients: a comparison of lactulose and a senna-

fibre combination. BMJ 1993 Sep 25; 307 (6907): 769-71

Paulson DM, Kennedy DT, Donovick RA, et al. Alvimopan: An oral,

peripherally acting, mu-opioid receptor antagonist for the

treatment ofopioid-induced bowel dysfunction – a 21-day

treatment-randomized clinical trial. J Pain. 2005;6(3):184–192.

Menteri Kesehatan Republik Indonesia.Peraturan Menteri Kesehatan

Republik Indonesia Nomor 79 Tahun 2014 Tentang

Penyelenggaraan Pelayanan Geriatri Di Rumah Sakit. 2014.

Jakarta

NAFIYE URGANCI, B. A. (2005). A comparative study: The efficacy of

liquid paraffin and lactulose in management of chronic

functional constipation. Pediatrics International , 14-19.

Narinder Kaur Multani, S. K. (2007). Principles of Geriatric

Physiotherapy. Delhi: Delhi jurisdiction

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

STUDI PENGGUNAAN LAKSATIF... SRI PUJI PURWANTISKRIPSI

Page 91: SKRIPSI STUDI PENGGUNAAN LAKSATIF PADA …repository.unair.ac.id/53806/2/FF fK 39 16.pdfConstipation had comorbid and Diabetes Mellitus dominated in geriatric patients. In this study,

73

National Toxicology Program, D. o. (t.thn.). Report on Carcinogens,

Thirteenth Edition

Penman Dr Ian, J. H. (July 2014). Symptomatic Treatment of Pain Post-

Endoscopic Radiofrequency Ablation (RFA) for Pre-Cancerous

Barretts Oesophagus. NHS

Peppas George , V. G. (2008). Epidemiology of constipation in Europe

and Oceania: a systematic review. Biomed Central

Pfeiffer, R. F. (2011). Gastrointestinal dysfunction in Parkinson’s

disease. Sciendirect .

Preston DM, Lennard-Jones JE. Severe chronic constipation ofyoung

women: ‘Idiopathic slow transit constipation’.Gut 1986;27:41-8

Ratnaike Ranjit N, A. G. (2010). Drug-Associated Diarrhoea and

Constipation in Older People

Rao SS. Constipation: Evaluation and treatment of colonic and anorectal

motility disorders. Gastroenterol Clin North Am.

2007;36(3):687,711, x.

Rao SSC, Paulson J, Donahoe R, et al. Investigation of dried plums in

constipation – a randomized controlled trial. AM J Gastroenterol.

2009; 104:S496.

Roarty TP, Weber F, Soykan I, et al. Misoprostol in the treat-ment of

chronic refractory constipation: results of a long-termopen label

trial. Aliment Pharmacol Ther 1997 Dec; 11 (6): 1059-66

Riggio O, Ridola L, Pasquale C. Hepatic encephalopathy therapy: An

overview.World J Gastrointest Pharmacol Ther. 2010;1(2):54-63.

Schwinghammer Terry, Dipiro J dkk. 2009. Pharmacotherapy Handbook

Seventh Edition. New York. Mc Graw Hill Medical

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

STUDI PENGGUNAAN LAKSATIF... SRI PUJI PURWANTISKRIPSI

Page 92: SKRIPSI STUDI PENGGUNAAN LAKSATIF PADA …repository.unair.ac.id/53806/2/FF fK 39 16.pdfConstipation had comorbid and Diabetes Mellitus dominated in geriatric patients. In this study,

74

SC, R. S. (2010). Update on the management of constipation in the

elderly: new treatment options

Storr M, Allescher HD. [Motility-modifying drugs]. Internist (Berl)

2000;41:1318-24, 26-30. 31.

Suzanne M. Mugie a, b. M. (2011). Epidemiology of constipation in

children and adults: A systematic review. Sciendirect , 3-8

Talley NJ, O'Keefe EA, Zinsmeister AR, Melton LJ 3rd. Prevalence of

gastrointestinal symptoms in the elderly: a population-based

study. Gastroenterology 1992; 102: 895-901

Tramonte SM, Brand MB, Mulrow CD, et al. The treatment of chronic

constipation in adults: a systematic review. J Gen Intern Med

1997 Jan; 12 (1): 15-24

Truven Health Analytics Inc. (2016, January 01). Dipetik March 13, 2016,

dari Truven Health Analytics Inc: www.mayoclinic.org

Tucker DM, Sandstead HH, Logan GM Jr, et al. Dietary fiber and

personality factors as determinants of stool output.

Gastroenterology. 1981;81(5):879–883.

Vasanwala FF. Management of chronic constipation in the elderly. SFP.

2009; 35(3): 84-92.

Voderholzer WA, Schatke W, Muhldorfer BE, et al. Clinical response to

dietary fiber treatment of chronic constipation. Am J

Gastroenterol.1997;92(1):95–98.

Wald A. Is chronic use of stimulant laxatives harmful to the colon? J

Clin Gastroenterol 2003 May; 36 (5): 386-9

Wald A, Scarpignato C, Mueller-Lissner S, et al. A multinational survey

of prevalence and patterns of laxative use among adults with

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

STUDI PENGGUNAAN LAKSATIF... SRI PUJI PURWANTISKRIPSI

Page 93: SKRIPSI STUDI PENGGUNAAN LAKSATIF PADA …repository.unair.ac.id/53806/2/FF fK 39 16.pdfConstipation had comorbid and Diabetes Mellitus dominated in geriatric patients. In this study,

75

self-defined constipation. Aliment Pharmacol Ther.

2008;28(7):917–930

Winge K, Rasmussen, Werdelin L. 2003. Constipation in Neurogical

Diseases. Denmark. J Neurol Neurosurg Psychiatry

Woodward, M. C. (2002). Constipation in Older People Pharmacological

Management Issues

Zhan T, Stremmel W. The diagnosis and treatment of minimal hepatic

encephalopathy.Dtsch Arztebl Int. 2012;109(10):180-7

Zubir N. Koma hepatik. Dalam: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I,

SimadibrataM, Setiati S, editor. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam

Edisi Kelima. Jakarta:Pusat Penerbit Departemen Ilmu Penyakit

Dalam Fakultas KedokteranUniversitas Indonesia, 2009

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

STUDI PENGGUNAAN LAKSATIF... SRI PUJI PURWANTISKRIPSI

Page 94: SKRIPSI STUDI PENGGUNAAN LAKSATIF PADA …repository.unair.ac.id/53806/2/FF fK 39 16.pdfConstipation had comorbid and Diabetes Mellitus dominated in geriatric patients. In this study,

76

LAMPIRAN 1

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

STUDI PENGGUNAAN LAKSATIF... SRI PUJI PURWANTISKRIPSI

Page 95: SKRIPSI STUDI PENGGUNAAN LAKSATIF PADA …repository.unair.ac.id/53806/2/FF fK 39 16.pdfConstipation had comorbid and Diabetes Mellitus dominated in geriatric patients. In this study,

77

LAMPIRAN 2 LEMBAR PENGUMPUL DATA

NO DMK DATA DEMOGRAFI KETERANGAN Inisial Pasien:

Umur/BB/Tinggi: Jenis Kelamin: MRS: Diagnosa: Penyakit Penyerta: Riwayat Alergi: Riwayat Obat: Status Pembiayaan: Status Fisik:

Drug Related Problem

PROFIL PENGGUNAAN OBAT Jenis Obat Dosis Rute

Pemakaian Frekuensi Pemberian

Indikasi Obat

Waktu Pemberian (Tanggal)

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

STUDI PENGGUNAAN LAKSATIF... SRI PUJI PURWANTISKRIPSI

Page 96: SKRIPSI STUDI PENGGUNAAN LAKSATIF PADA …repository.unair.ac.id/53806/2/FF fK 39 16.pdfConstipation had comorbid and Diabetes Mellitus dominated in geriatric patients. In this study,

78

LAMPIRAN 3 TABEL INDUK HASIL PENELITIAN

No Identitas Pasien Subjektif,Tanda Vital, Objektif, Diagnosis Tanggal

Terapi laksan Terapi lainnya

Laksatif Frekuensi 1

Inisial: Shn No.RM: 0010xxxx Umur: 79 th Jenis kelamin: Laki-laki

Subjektif: - Tanda vital: Tekanan darah: 130/80 mmHg, kesadaran (GCS): 15, tinggi: 164cm, berat: 79 kg, luas permukaan tubuh: 1.90m2 Objektif: - Diagnosis utama: Essential (primary) hypertension Diagnosis sekunder: Constipation

05/05/2015

Laxadine 60 ml syr (oral)

1x1

Adalat Oros 30 mg tab, candesartan 8 mg tab, folic acid 1 mg tab, vit b1 50 mg tab, vit b6 10 mg tab, vit b12 50 mcg tab

Subjektif: - Tanda vital: Tekanan darah: 110/70 mmHg, kesadaran (GCS): 15, tinggi: 164cm, berat: 97 kg, luas permukaan tubuh: 2.10m2 Objektif: - Diagnosis utama: Constitutional aplastic anemia

04/06/2015

Laktulosa syr (oral)

1x2

Nifedipin tab SR 30 mg, vit b complex tab, asam folat tab 1 mg, kandesartan tab 8 mg

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

STUDI PENGGUNAAN LAKSATIF... SRI PUJI PURWANTISKRIPSI

Page 97: SKRIPSI STUDI PENGGUNAAN LAKSATIF PADA …repository.unair.ac.id/53806/2/FF fK 39 16.pdfConstipation had comorbid and Diabetes Mellitus dominated in geriatric patients. In this study,

79

No Identitas Pasien Subjektif,Tanda Vital, Objektif, Diagnosis Tanggal

Terapi laksan Terapi lainnya

Laksatif Frekuensi Diagnosis sekunder:

Essential (primary) hypertension

Subjektif: - Tanda vital: Tinggi: 164 cm, berat: 79 kg, luas permukaan tubuh: 1.90 m2, Tekanan darah: 140/80 mmHg Kesadaran (GCS): 15 Objektif: 06/07/2015 Diagnosis utama: essential (primary) hypertension

06/07/2015 Laktulosa gen 60 ml (oral)

1x2 Adalat oros 30 mg tab, folic acid 1 mg tab, Vit B1 50 mg tab, Vit B6 10 mg, Vit B12 50 mcg, candesartan 16 mg tab

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

STUDI PENGGUNAAN LAKSATIF... SRI PUJI PURWANTISKRIPSI