19
ABORSI DALAM PERSPEKTIF FIQH Siti Maryam Qurotul Aini 1 Abstract: Abortion can not see just from one aspect. Such as moral, abortion is one of disobey human right. There are two kinds on abortion, spontaneous abortion (al-isqath al- ‘afw) and artificial abortion is abortus artificialis therapicus (al-isqath al-dharuri), it is recommended by medical cause troble medical result and abortus provocatus criminalis (al- isqath al-ikhtiyari) which conciously do abortion without reason before partus time. There is no low punishment for spontaneous abortion, but for second and third have low punishmant effect. Some fuqaha’ divide categories of abor- tion before and after embryo has roh. Fuqaha’ have differ- ent perception about abortion before embryo has roh or before 120 days. All fuqaha’ agree that abortion after em- bryo get roh is forbiden (haram). Ulama’ have diferent opin- ion relate abortion, it shows their consider to embryo has roh or human live. Ulama’ are recomended to do abortion if she is worried troble to her live and soul. So the most prior- ity is mother live althought sacrifice embryo’s life. It consid- ers minimal risk. Keywords : abortion, mother safe, Islamic law Pendahuluan Aborsi merupakan realitas sosial yang terjadi dalam kehidup- an kemasyarakatan. Banyak alasan yang mendasari tindakan aborsi, mulai dari alasan bersifat medis sampai alasan yang ter- masuk kategori kriminal. Berbagai alasan yang mendasari tindakan 1 Penulis adalah dosen tetap STAI Darussalam Krempyang Nganjuk.

Siti Maryam Qurotul Aini - STAIDA KREMPYANG

  • Upload
    others

  • View
    3

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

73

Siti Maryam Qurotul Aini

ABORSI DALAM PERSPEKTIF FIQH

Siti Maryam Qurotul Aini1

Abstract: Abortion can not see just from one aspect. Suchas moral, abortion is one of disobey human right. There aretwo kinds on abortion, spontaneous abortion (al-isqath al-‘afw) and artificial abortion is abortus artificialis therapicus(al-isqath al-dharuri), it is recommended by medical causetroble medical result and abortus provocatus criminalis (al-isqath al-ikhtiyari) which conciously do abortion withoutreason before partus time. There is no low punishment forspontaneous abortion, but for second and third have lowpunishmant effect. Some fuqaha’ divide categories of abor-tion before and after embryo has roh. Fuqaha’ have differ-ent perception about abortion before embryo has roh orbefore 120 days. All fuqaha’ agree that abortion after em-bryo get roh is forbiden (haram). Ulama’ have diferent opin-ion relate abortion, it shows their consider to embryo hasroh or human live. Ulama’ are recomended to do abortion ifshe is worried troble to her live and soul. So the most prior-ity is mother live althought sacrifice embryo’s life. It consid-ers minimal risk.

Keywords : abortion, mother safe, Islamic law

PendahuluanAborsi merupakan realitas sosial yang terjadi dalam kehidup-

an kemasyarakatan. Banyak alasan yang mendasari tindakanaborsi, mulai dari alasan bersifat medis sampai alasan yang ter-masuk kategori kriminal. Berbagai alasan yang mendasari tindakan

1 Penulis adalah dosen tetap STAI Darussalam Krempyang Nganjuk.

74

Aborsi Dalam Perspektif Fiqh

aborsi mempengaruhi hukum yang diterapkan pada tindakantersebut.

Aborsi dengan segala permasalahannya tidak dapat dilihathanya dari satu aspek tanpa mempertimbangkan aspek lainnya.Permasalahan aborsi selain dibahas dari segi hukum formal, jugapenting dilihat dari segi agama, moral dan kesehatan. Secara moral,aborsi merupakan tindakan yang menyalahi etika moral kema-nusiaan. Agama juga memandang aborsi sebagai pelanggaranlarangan memelihara kehidupan (hifdz al-nasl). Hukum formal diIndonesia juga menjadikan aborsi sebagai sebuah tindakan kri-minal yang diancam sanksi hukuman. Aborsi yang dilakukan se-cara ilegal juga sangat berpotensi membahayakan kesehatanbahkan nyawa seorang ibu.

Berbagai aspek permasalahan aborsi di atas, dapat dikatakanbahwa secara umum aborsi menjadi hal negatif, dilarang, harusdijauhi dan diancam hukuman. Namun, tentu terdapat beberapapertimbangan yang dapat mendasari tindakan aborsi dapat dilaku-kan. Fiqh sendiri juga memiliki rumusan tentang aborsi yang di-larang maupun yang mendapat dispensasi hukum sehingga men-jadi “boleh” dengan berbagai syarat.

Tulisan ini akan membahas tentang hukum aborsi perspektiffiqh. Pembahasan akan difokuskan kepada hukum aborsi menurutberbagai ulama, baik mengenai aborsi yang dilarang maupun yangdibolehkan. Pembahasan akan diawali dengan definisi aborsi yangdiajukan oleh berbagai kalangan, termasuk kalangan medis. Se-lanjutnya akan dibahas perbedaan pendapat ulama tentang hukumaborsi dan argumentasinya serta syarat-syarat tindakan aborsiyang diperbolehkan karena adanya darurat.

PembahasanA. Definisi Aborsi

Secara etimologis, kata aborsi berasal dari abortion (Inggris) atauabortus (Latin) yang berarti gugur kandungan atau keguguran.2

Dalam ensiklopedi Indonesia, dijelaskan bahwa aborsi atau abortusdiartikan sebagai pengakhiran kehamilan sebelum masa gestasi 28

2 Saifullah, “Abortus dan Permasalahannya,“ dalam Problematika Hukum IslamKontemporer II, ed. Chuzaimah T. Yanggo (Jakarta : Pustaka Firdaus, 2002), 129.

75

Siti Maryam Qurotul Aini

minggu atau sebelum janin mencapai berat 1.000 gram.3 SardikinGinaputra dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia mem-berikan definisi aborsi sebagai pengakhiran masa kehamilan atauhasil konsepsi (pembuahan) sebelum janin dapat hidup di luarkandungan.4

Berdasarkan definisi di atas, dapat dikatakan bahwa aborsiadalah suatu perbuatan untuk mengakhiri masa kehamilan denganmengeluarkan janin dari kandungan sebelum tiba masa kelahiransecara alami. Hal ini menunjukkan bahwa terjadinya aborsi, se-tidak-tidaknya terdapat tiga unsur yang harus dipenuhi, yaitu (1)adanya embrio atau janin yang merupakan hasil pembuahan antarasperma dan ovum dalam rahim, (2) pengguguran itu adakalanyaterjadi dengan sendirinya, tetapi lebih sering disebabkan oleh per-buatan manusia, (3) keguguran itu terjadi sebelum waktunya,artinya sebelum masa kelahiran tiba secara alami.5

Dalam istilah fiqh, untuk menyatakan tindakan abortus, parafuqaha’ menggunakan kata-kata isqath al-haml, al-ijhadh, tharh, ilqa’dan inzal. Kelima kata tersebut, seperti disebutkan oleh Dr. Abdullahbin Abd al-Mukhsin al-Thariqi, mengandung pengertian yangberdekatan sehingga salah satu di antaranya dapat digunakanuntuk menyatakan tindakan aborsi.

B. Hukum AborsiSebelum membahas tentang hukum aborsi, perlu diketahui

secara sekilas tentang cara pelaksanaan aborsi, macam-macamaborsi serta akibat pelaksanaan aborsi. Aborsi dapat dilaksanakandengan beberapa cara, baik yang dilakukan oleh tenaga medismaupun tenaga non-medis, seperti dukun. Aborsi pun ada yangdilakukan secara legal, namun lebih banyak aborsi ilegal, sehinggamembahayakan nyawa ibu.

Aborsi secara medis di beberapa rumah sakit, biasanya meng-gunakan metode (1) Curattage & Dilatage atau C&D, (2) mengguna-kan alat khusus untuk memperlebar mulut rahim kemudian janindikiret atau curet dengan alat seperti sendok kecil, (3) aspirasi, yaitupenyedotan isi rahim dengan pompa kecil, (4) hyterotomi atau

3 Dewan Redaksi, Ensiklopedi Indonesia 1 (Jakarta: Ikhtiar Baru van Hoeve, 1980), 60.4 Masjfuk Zuhdi, Masail Fiqhiyah (Jakarta: PT Toko Gunung Agung, 1997), 78.5 Saifullah, “Abortus dan Permasalahannya,“ 130-131.

76

Aborsi Dalam Perspektif Fiqh

operasi. Di luar cara medis, aborsi juga terkadang dilakukandengan menggunakan obat-obatan maupun ramuan jamu untukmelunturkan kandungan.

Aborsi juga dapat dibedakan menjadi dua macam. Pertamaadalah aborsi spontan, yaitu pengguguran kandungan tidaksengaja dan terjadi tanpa tindakan apapun. Biasanya hal ini terjadikarena faktor di luar kemampuan manusia seperti pendarahandan kecelakaan. Dalam diskursus fiqh, aborsi semacam ini dinama-kan al-isqath al-‘afw. Aborsi semacam ini tidak menimbulkan akibathukum.6

Kedua adalah aborsi buatan, yaitu pengguguran kandunganyang terjadi sebagai akibat dari suatu tindakan. Di sini campurtangan manusia tampak jelas. Aborsi buatan terbagi lagi menjadidua macam, yaitu abortus artificialis therapicus dan abortus provocatuscriminalis.

Abortus artificialis therapicus adalah pengguguran yang dilaku-kan oleh dokter atas indikasi medis. Dalam istilah lain dapat di-sebutkan sebagai tindakan mengeluarkan janin dari rahim sebelummasa kehamilan. Hal ini dilakukan sebagai penyelamatan terhadapjiwa ibu yang terancam jika kehamilan diteruskan, karena peme-riksaan medis menunjukkan gejala seperti itu. Di kalangan ulamafiqh, aborsi jenis ini dinamakan dengan al-isqath al-dharuri ataual-ijhadh al-‘ilaji. Sedangkan abortus provocatus criminalis adalahpengguguran kandungan yang dilakukan tanpa dasar indikasimedis. Di kalangan ulama fiqh, aborsi semacam ini disebut denganal-isqath al-ikhtiyari atau al-ijhadh al-ijtima’i, yaitu tindakan menge-luarkan janin dari rahim secara sengaja tanpa sebab yang mem-bolehkan (darurat) sebelum masa kelahiran tiba. Pada umumnyaabortus provocatus criminalis terjadi karena didorong beberapa hal,seperti dorongan individual, kecantikan maupun moral.

Berbagai tindakan aborsi yang dilakukan oleh bukan ahlinyadan tidak memenuhi persyaratan medis, banyak menimbulkanakibat negatif yang dapat menimbulkan komplikasi atau kematian.Hal ini bukan berarti tindakan aborsi yang dilakukan oleh ahlimedis aman dari akibat negatif, namun hal itu tidak sebanyakyang dilakukan oleh aborsi oleh bukan ahlinya.

6 Ibid, 130-132.

77

Siti Maryam Qurotul Aini

Melihat berbagai pertimbangan di atas mengenai macam-macam tindakan aborsi dengan resiko yang menyertai, ulama fiqhmembagi hukum aborsi menjadi beberapa hal. Pembahasantentang hukum aborsi mesti terkait dengan proses kehidupan janindalam kandungan. Hal ini dilakukan untuk menjawab persoalanyang berkaitan dengan status aborsi itu dianggap sebagai pem-bunuhan manusia.

Banyak ayat al-Qur’an yang menjelaskan proses perkem-bangan janin dalam kandungan, namun tidak ada ayat yangsecara eksplisit menyatakan waktu janin itu sudah bisa disebutsebagai manusia.7 Di antara ayat-ayat al-Qur’an yang menjelaskanperkembangan janin adalah QS. al-Qiyamah: 37-38 berikut ini:

Artinya: Bukankah Dia dahulu setetes mani yang ditumpahkan (kedalam rahim). Kemudian mani itu menjadi segumpal darah, lalu Allahmenciptakannya dan menyempurnakannya.

Di samping itu, juga terdapat QS. al-Sajdah: 7-9 berikut ini:

Artinya: Yang membuat segala sesuatu yang Dia ciptakan sebaik-baiknya dan yang memulai penciptaan manusia dari tanah. KemudianDia menjadikan keturunannya dari saripati air yang hina. Kemudian Diamenyempurnakan dan meniupkan ke dalamnya ruh (ciptaan)-Nya danDia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, (tetapi)kamu sedikit sekali bersyukur.

7 Istibsjaroh, “Hukum Aborsi Dalam Islam,“ al-Qanun, Vol. 6, No. 2 (Desember,2003), 404.

78

Aborsi Dalam Perspektif Fiqh

Di dalam QS. al-Hajj : 5, juga menjelaskan proses pembuatanmanusia. Perhatikan QS. al-Hajj: 5 berikut ini:

Artinya: Hai manusia, jika kamu dalam keraguan tentang kebangkitan(dari kubur), maka (ketahuilah) sesungguhnya Kami telah menjadikankamu dari tanah, kemudian dari setetes mani, kemudian dari segumpaldarah, kemudian dari segumpal daging yang sempurna kejadiannya danyang tidak sempurna, agar Kami jelaskan kepada kamu dan Kami tetapkandalam rahim, apa yang Kami kehendaki sampai waktu yang sudah ditentu-kan, kemudian Kami keluarkan kamu sebagai bayi, kemudian (denganberangsur-angsur) kamu sampailah kepada kedewasaan dan di antarakamu ada yang diwafatkan dan (adapula) di antara kamu yang dipanjang-kan umurnya sampai pikun, supaya Dia tidak mengetahui lagi sesuatupunyang dahulunya telah diketahuinya. Kamu lihat bumi ini kering, kemudianapabila telah Kami turunkan air di atasnya, hiduplah bumi itu dan suburlahdan menumbuhkan berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang indah.

Penegasan proses pembuatan manusia juga gterdapat di dalamQS. al-Mu’minun: 12-14 berikut ini:

79

Siti Maryam Qurotul Aini

Artinya: Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia darisuatu saripati (berasal) dari tanah. Kemudian Kami jadikan saripati ituair mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudianair mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kamijadikan segumpal daging dan segumpal daging itu Kami jadikan tulangbelulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. kemudianKami jadikan Dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilahAllah, Pencipta yang paling baik.

Ayat-ayat al-Qur’an di atas menjelaskan bahwa pada awalkejadiannya, manusia diciptakan dari tanah (Adam as), selanjut-nya anak cucu Adam diciptakan dari air mani atau nuthfah yangmengandung beribu-ribu sperma yang tidak dapat terlihat secarakasat mata. Setelah salah satu sel sperma bertemu dengan ovumlalu menyatu dan menempel pada dinding rahim, beberapa waktukemudian nuthfah itu menjadi segumpal darah atau ‘alaqah.Kemudian dari nuthfah berkembang menjadi segumpal daging ataumulghah, kemudian Allah Swt menciptakan tulang belulang darimulghah dan membungkusnya dengan daging dan akhirnyamenjadi makhluk yang memiliki bentuk indah sampai dilahirkanke dunia sebagai bayi.8

Ayat-ayat di atas tidak memberikan informasi secara eksplisittentang kapan janin memiliki ruh. Informasi tentang hal ini ter-dapat dalam hadits Nabi Muhammad Saw yang diriwayatkan olehal-Bukhari dari Ibnu Mas’ud9sebagai berikut:

8 Ibid, 405.9 Imam al-Bukhari, Shahih al-Bukhari Juz VIII (tt: Dar wa Matabi’ al-Tab, tt.), 152.

80

Aborsi Dalam Perspektif Fiqh

Hadits tersebut bermakna bahwa proses kejadian manusiaitu pertama merupakan bibit yang telah dibuahi dalam rahim ibuselama 40 hari, kemudian berubah menjadi ‘alaqah yang memakanwaktu selama 40 hari, kemudian menjadi mulghah yang memakanwaktu selama 40 hari pula. Setelah itu Allah Swt mengutus malaikatyang diperintah menulis empat hal, yaitu tentang amalnya,rejekinya, ajalnya dan nasibnya celaka atau bahagia, kemudiankepadanya ditiupkan ruh.10

Menurut isi kandungan dari hadits ini, sebagaimana dinyata-kan oleh Ahmad Zahro, janin baru dapat dikatakan menjadimakhluk hidup setelah melampaui batas waktu 120 hari, memasukiminggu 18 setelah terjadinya konsepsi atau pembuahan. Jika inginlebih akurat secara intelektual-medis, seharusnya ada konfirmasidan klarifikasi dari para spesialis kandungan. Selama hal itu belumterjadi, menurut Ahmad Zahro, sebagai muslim seharusnya yakinterhadap kebenaran sabda Nabi Muhammad Saw. Berdasarkanhadits di atas, para fuqaha’ membedakan antara hukum meng-gugurkan kandungan sebelum dan sesudah ditiupkah ruh.

Fuqaha’ berbeda pendapat tentang aborsi sebelum ditiupkanruh atau di bawah usia kehamilan 120 hari. Tidak hanya dikalangan fuqaha’ antar madzhab, melainkan juga antar parafuqaha’ di internal madzhab. Pertama, ulama madzhab ZaidiyahSyi’ah, sebagian Hanafiyah dan sebagian Syafi’iyah membolehkansecara mutlak. Kedua, sebagian ulama Hanafiyah, sebagian Syafi’iyahmembolehkan jika ada halangan atau ‘udzur dan makruh jika tidakada ‘udzur. Ketiga, sebagian ulama Malikiyah menyatakan makruhsecara mutlak. Keempat, mayoritas ulama Malikiyah dan Dzahiriyah

10 Ahmad Zahro, Fiqh Kontemporer (Jombang: Unipdu Press, 2012), 70-71.

81

Siti Maryam Qurotul Aini

menyatakan bahwa hukum aborsi adalah haram, meskipun usiakehamilan belum mencapai 40 hari sekalipun.11

Dalam literatur lain12 didapatkan kesimpulan bahwa hukumaborsi terhadap janin di bawah usia 120 hari adalah sebagai berikut,(1) boleh, sebelum janin berusia 120 hari, pendapat ini dikemuka-kan oleh sebagian besar ulama Hanafiyah dan sebagian kecil ulamaSyafi’iyah, (2) boleh, sebelum 40-45 hari atau takhalluq, pendapatini dinyatakan oleh sebagian besar fuqaha’ Syafi’iyah, sebagianbesar fuqaha’ Hanabilah dan sebagian kecil fuqaha’ Hanafiyah,(3) makruh cenderung haram, baik sebelum maupun sesudah 40hari, pendapat ini dikemukakan sebagian kecil fuqaha’ Hanafiyah,(4) haram mutlak, pendapat ini dikemukakan oleh sebagian besarfuqaha’ Malikiyah, Imam al-Ghazali,13 Ibnu al-Jauzi dan Ibnu Hazmal-Dhahiri. Dengan kata lain, di luar fuqaha’ Malikiyah, dalam semuamadzhab terdapat ulama yang mengharamkan aborsi secara mutlak.

Sedangkan mengenai hukum aborsi setelah ditiupkan ruhatau kandungan telah mencapai usia 120 hari, para fuqaha’ sepakattentang keharamannya.14 Hal ini didasarkan pada keumuman QS.al-Isra’: 31 dan QS. al-An’am: 151 berikut ini:

Artinya: Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karenatakut kemiskinan,Kamilah yang akan memberi rejeki kepada mereka danjuga kepadamu. Sesungguhnya membunuh mereka adalah suatu dosayang besar. (QS. al-Isra’: 31)

11 Ibid.12 Istibsjaroh, “Aborsi Perspektif Hukum Islam,“ Qualita Ahsana, Vol. X, No. 2

(Agustus, 2008), 35.13 Imam al-Ghazali menganalogkan pelenyapan nuthfah yang telah bertemu ovum

dengan sebuah ‘aqad atau perjanjian yang sudah disepakati. Sperma laki-laki sepertiijab dan ovum perempuan adalah qabul. Jika keduanya bertemu, maka ‘aqad tidakboleh dan tidak bisa dibatalkan. Oleh karena itu, menurut al-Ghazali, tindakanmelenyapkan kehidupan yang merupakan tindakan kriminal dapat dihitung mulaitahap nuthfah. Abu Hamid al-Ghazali, Ihya’ Ulumuddin Juz II (tt: Dar al-Fikr, tt.), 59.

14 Ahmad Zahro, Fiqh Kontemporer, 71-72.

82

Aborsi Dalam Perspektif Fiqh

Artinya: Katakanlah, “Marilah kubacakan apa yang diharamkanatas kamu oleh Tuhanmu, yaitu janganlah kamu mempersekutukan sesuatudengan Dia, berbuat baiklah terhadap kedua orang ibu bapak danjanganlah kamu membunuh anak-anak kamu karena takut kemiskinan,Kami akan memberikan rejeki kepadamu dan kepada mereka, danjanganlah kamu mendekati perbuatan-perbuatan yang keji, baik yangnampak di antaranya maupun yang tersembunyi dan janganlah kamumembunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) melainkandengan sesuatu (sebab) yang benar[518]”. Demikian itu yang diperintahkankepadamu supaya kamu memahami(nya). (QS. al-An’am: 151)

C. Aborsi yang DiperbolehkanAborsi yang telah dirumuskan hukumnya oleh para fuqaha

di atas adalah berlaku dalam kondisi normal, berbeda jika terdapatkeadaan tidak normal atau darurat (amat terpaksa) dengan alasanyang dapat dibenarkan syari’at dan medis, seperti jika janin dibiar-kan tumbuh dalam kandungan, maka akan berakibat kematianibu, para fuqaha’ memperbolehkan (mubah) bahkan mewajibkanaborsi. Yang termasuk aborsi semacam ini adalah abortus artificialistherapicus.15

15 Undang-Undang RI Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan Pasal 15menyatakan bahwa dalam keadaan darurat sebagai upaya menyelamatkan jiwa ibudan atau janin yang dikandungnya dapat dilakukan tindakan medis tertentu dan hanyadapat dilakukan berdasarkan indikasi medis yang mengaharuskan diambilnya tindakantersebut, oleh tenaga kesehatan yang memiliki keahlian dan kewenangan untuk itudan dilakukan sesuai dengan tanggung jawab profesi serta berdasarkan pertimbangantim ahli, dengan persetujuan ibu hamil yang bersangkutan atau suami atau keluarganyadan pada sarana kesehatan tertentu. Menurut Istibsjaroh, aturan ini menimbulkankebingungan penafsiran dan terasa ada keragu-raguan pemerintah dalam menghadapi

83

Siti Maryam Qurotul Aini

Dasar yang digunakan pengambilan hukum ini antara lainadalah QS. al-Baqarah: 173 berikut ini:

Artinya: Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagimubangkai, darah, daging babi dan binatang yang (ketika disembelih) disebut(nama) selain Allah. Tetapi barang siapa dalam keadaan terpaksa(memakannya) sedang dia tidak menginginkannya dan tidak (pula)melampaui batas, maka tidak ada dosa baginya. Sesungguhnya AllahMaha Pengampun lagi Maha Penyayang.

Di samping itu, juga dalil dari QS. al-Ma’idah: 3 berikut ini:

Artinya: Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, dagingbabi, (daging hewan) yang disembelih atas nama selain Allah, yang tercekik,yang terpukul, yang jatuh, yang ditanduk dan diterkam binatang buas,kecuali yang sempat kamu menyembelihnya dan (diharamkan bagimu)yang disembelih untuk berhala. Dan (diharamkan juga) mengundi nasibdengan anak panah, (mengundi nasib dengan anak panah itu) adalahkefasikan. pada hari ini orang-orang kafir telah putus asa untuk

84

Aborsi Dalam Perspektif Fiqh

(mengalahkan) agamamu, sebab itu janganlah kamu takut kepada merekadan takutlah kepada-Ku. Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamuagamamu dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu. Maka barang siapa terpaksa karenakelaparan tanpa sengaja berbuat dosa, sesungguhnya Allah MahaPengampun lagi Maha Penyayang.

Dalil pengambilan hukum ini juga menggunakan qa’idahfiqhiyyah yang berbunyi: yang berartibahwa keadaan darurat itu dapat menyebabkan dibolehkannyasuatu yang semula dilarang.16 Pada kasus aborsi yang dilakukanuntuk menyelamatkan jiwa ibu yang dipastikan akan meninggaldunia jika tetap dengan kehamilannya, karena jelas menyelamat-kan nyawa ibu lebih urgent dan mengorbankan janin yang masihdalam kandungan lebih kecil kerugiannya, hal ini berdasarkankepada qa’idah fiqhiyyah di atas dan qa’idah fiqhiyyah yang berbunyi:

Artinya: Jika terdapat dua hal yang merugikan padahal tidakmungkin dihindari keduanya, maka harus ditentukan pilihan pada yanglebih kecil kerugiannya.17

D. Aborsi yang DilarangAborsi yang dilakukan bukan dengan dasar darurat, maka

mutlak dilarang, seperti aborsi karena faktor ekonomi, malu hamiltanpa suami sebagai akibat pergaulan bebas atau zina, malu jikaanak yang dilahirkan cacat dan sebagainya.18Hal ini didasarkanpada keumuman QS. al-Nahl : 58-59 berikut ini:

masalah aborsi. Aturan di atas belum menjawab persoalan “kriteria darurat“ secarapasti, sehingga tidak memberi ruang jawaban bagi ibu untuk melakukan aborsi karenamengalami kehamilan yang tidak diinginkan. Istibsjaroh, “Aborsi Perspebktif HukumIslam,“ 40-41.

16 Jalaluddin al-Suyuti, al-Ashbah wa al-Nadha’ir (tt: tp, t.th), 59-60.17 Abdul Hamid Hakim, Mabadi’ Awwaliyah (Jakarta: Sa’adiyah Putra, tt.), 35.18 Zahro, Fiqh Kontemporer, 72-75.

85

Siti Maryam Qurotul Aini

Artinya: Dan apabila seseorang dari mereka diberi kabar dengan(kelahiran) anak perempuan, hitamlah (merah padamlah) mukanya, danDia sangat marah. Dia menyembunyikan dirinya dari orang banyak,disebabkan buruknya berita yang disampaikan kepadanya. Apakah diaakan memeliharanya dengan menanggung kehinaan ataukah akanmenguburkannya ke dalam tanah secara hidup-hidup? Ketahuilah,alangkah buruknya apa yang mereka tetapkan itu.

Juga berdasarkan isi dari QS. al-Isra’: 31 berikut ini:

Artinya: Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karenatakut kemiskinan. Kamilah yang akan memberi rejeki kepada mereka danjuga kepadamu. Sesungguhnya membunuh mereka adalah suatu dosayang besar.

Juga berdasarkan isi kandungan dari QS. Hud: 6 di bawah ini:

Artinya: Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkanAllah-lah yang memberi rejekinya dan Dia mengetahui tempat berdiambinatang itu dan tempat penyimpanannya, semuanya tertulis dalam kitabyang nyata (Lauh Mahfuzh).

86

Aborsi Dalam Perspektif Fiqh

Menurut Ahmad Zahro, aborsi terhadap janin hasil pemer-kosaan dapat dibenarkan dengan alasan darurat, bukan karenamalu atau takut kemiskinan dan lainnya, jika janin belum berumur120 hari. Jika janin sudah memasuki usia 120 hari, maka tindakanaborsi diharamkan secara mutlak.19 Berbeda dengan aborsi yangdilakukan pada janin hasil zina akibat seks bebas, penulis se-pendapat dengan para fuqaha’ kontemporer20 tentang keharaman-nya secara mutlak, baik dilakukan sebelum ditiupkan ruh atausesudahnya. Hal ini sebagai pelajaran berharga agar perilaku seksbebas yang berujung kepada kehamilan tidak diinginkan dapatdihentikan. Hal ini juga berdasarkan kepada qa’idah fiqhiyyah yangmenyatakan bahwa rukhsah atau dispensasi hukum, dalam halini aborsi karena darurat, tidak berlaku kepada perbuatan maksiat(al-rukhas la tunatu bi al-ma’ashi).21

PenutupBerdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa aborsi

merupakan tindakan mengeluarkan janin dari rahim sebelumwaktu lahir secara alami. Aborsi terbagi menjadi tiga macam, yaituaborsi spontan, abortus artificialis therapicus dan abortus provocatuscriminalis. Aborsi spontan tidak menimbulkan efek hukum, sedang-kan aborsi jenis kedua dan ketiga inilah yang berefek hukum.

Para fuqaha’ berbeda pendapat tentang hukum aborsi yangdilakukan sebelum ditiupkan ruh. Hal ini terjadi karena perbedaanpersepsi fuqaha’ tentang waktu janin dikatakan sebagai makhlukhidup sehingga membunuhnya merupakan tindakan kriminalyang harus dikenai hukuman. Sedangkan aborsi yang dilakukansetelah ditiupnya ruh, para fuqaha’ bersepakat mengharamkan-nya. Aturan ini diterapkan kepada aborsi dalam kondisi normal.

19 Ibid.20 Sa’id Ramadhan al-Buthi, sebagaimana dikutip Istibsjaroh, dengan tegas

mengatakan bahwa aborsi dalam kasus kehamilan karena zina adalah haram mutlak.Al-Buthi berargumen dengan QS. al-Isra’:16. Hadits tentang Ma’iz yang dihukumrajam karena berzina dengan perempuan yang melahirkan anaknya. Hukuman rajamatas perempuan tadi ditangguhkan sampai dia dapat menyapih anaknya. Hal inimenunjukkan bahwa anak yang dikandung akibat zina tidak boleh digugurkan. Dengandemikian, aborsi dalam fiqh kontemporer dipandang sebagai tindak kriminal yangberkaitan erat dengan moralitas sosial. Pengecualian hanya berlaku jika perempuandiancam dibunuh jika tidak melakukan aborsi. Dalam kasus seperti ini, aborsidiperbolehkan karena untuk menyelamatkan jiwa ibu. Sa’id Ramadhan al-Buthi,Mas’alah Tahdid al-Nasl (Syiria: Maktabah al-Farabi, 2000), 80 dan 127-139sebagaimana dalam Istibsjaroh, “Aborsi Dalam Perspektif Hukum Islam,” 36-37.

21 Abdul Hamid Hakim, Mabadi’ Awwaliyah, 43.

87

Siti Maryam Qurotul Aini

Aborsi karena darurat, seperti halnya abortus artificialistherapicus, dapat dilaksanakan secara mutlak, baik sebelum atausesudah janin ditiupkan ruh. Sedangkan aborsi yang dilakukantanpa dasar darurat, seperti halnya aborsi yang dilakukan ter-hadap janin hasil zina, aborsi karena malu anaknya terlahir cacat,takut kemiskinan dan lainnya, diharamkan secara mutlak.

Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa permasalahanaborsi terkait dengan perlindungan jiwa pada janin maupun ibuyang mengandungnya. Perbedaan pendapat ulama terkait aborsisebelum ditiupkan ruh merupakan bukti bahwa yang dijadikanpertimbangan hukumnya adalah waktu janin itu dikatakanmakhluk hidup sehingga perlu dipelihara jiwanya. Sedangkankesepakatan ulama tentang kebolehan atau bahkan “wajib” me-lakukan tindakan aborsi jika dikhawatirkan atau dipastikan ibuterancam jiwanya dengan kehamilannya menunjukkan bahwaperlindungan jiwa terhadap ibu harus diutamakan dengan me-ngorbankan jiwa janin berdasar pertimbangan pengambilan resikoyang lebih kecil. Kesimpulan ini terkait dengan aborsi pada janinhasil pernikahan yang sah. Berbeda dengan aborsi yang dilakukanatas janin hasil zina, ulama kontemporer menghukuminyaberdasar sadd al-zari’ah dan qa’idah fiqhiyyah yang berbunyi al-rukhas la tunatu bi al-ma’ashi.

Namun menjadi persoalan sekarang adalah banyaknya aborsikarena pergaulan bebas atau zina. Selain biasanya aborsi padakasus tersebut dilakukan secara diam-diam, juga sering dilakukandengan jalan non-medis yang membahayakan janin maupun jiwaibu. Hal ini mengakibatkan persoalan aborsi semacam ini harusdiperhatikan semua pihak dengan arif dan bijak, karena kehamilandi luar nikah adalah hasil dan akibat suatu perbuatan (zina).Namun jika sudah terjadi, maka yang mengalami dilema adalahpihak perempuan (ibu) dan itulah resiko yang harus dihadapikarena tidak mengindahkan larangan Allah Swt berupa zina.*

88

Aborsi Dalam Perspektif Fiqh

DAFTAR PUSTAKA

al-Bukhari, Imam. Shahih al-Bukhari Juz VIII. tt: Dar wa Matabi’ al-Tab, tt.

al-Buthi, Sa’id Ramadhan. Mas’alah Tahdid al-Nasl. Syiria:Maktabah al-Farabi, 2000.

Dewan Redaksi. Ensiklopedi Indonesia 1. Jakarta: Ikhtiar Baru vanHoeve, 1980.

al-Ghazali, Abu Hamid. Ihya’ Ulumuddin Juz II. tt: Dar al-Fikr, tt.Hakim, Abdul Hamid. Mabadi’ Awwaliyah. Jakarta: Sa’adiyah Putra,

tt.Istibsjaroh. “Hukum Aborsi Dalam Islam,” al-Qanun, Vol. 6, No.

2. Desember, 2003.__________. “Aborsi Perspektif Hukum Islam,” Qualita Ahsana, Vol.

X, No. 2. Agustus, 2008.Saifullah. “Abortus dan Permasalahannya,” dalam Problematika

Hukum Islam Kontemporer II, ed. Chuzaimah T. Yanggo.Jakarta: Pustaka Firdaus, 2002.

al-Suyuti, Jalaluddin. al-Ashbah wa al-Nadha’ir. tt: tp, tt.Undang-Undang RI Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan.Zahro, Ahmad. Fiqh Kontemporer. Jombang: Unipdu Press, 2012.Zuhdi, Masjfuk. Masail Fiqhiyah. Jakarta: PT Toko Gunung Agung,

1997.

89

Siti Maryam Qurotul Aini

1. Artikel merupakan tulisan konsepsional (library research) atauhasil penelitian studi keislaman dari lapangan (field research)yang belum pernah diterbitkan oleh media lain.

2. Topik kajian meliputi pendidikan atau hukum Islam dariberbagai perspektif.

3. Artikel ditulis dalam bahasa Indonesia, bahasa Arab atau bahasaInggris baku dengan jarak 1,5 spasi pada kertas HVS ukuranA4 dan dikirim ke redaksi dalam bentuk cetak (print out) se-banyak satu eksemplar beserta file dalam CD, flashdisk atau di-kirim ke alamat e-mail : [email protected].

4. Panjang tulisan antara 15-25 halaman, tidak termasuk DaftarPustaka.

5. Artikel yang memenuhi syarat akan diseleksi dan diedit dewanredaksi untuk penyeragaman format dan gaya penulisan, tanpamerubah isi substansinya.

6. Nama penulis artikel (tanpa gelar akademik, jabatan atau ke-pangkatan) harus dicantumkan disertai alamat korespondensi,alamat e-mail dan atau nomor telepon kantor, rumah atautelepon seluler (hand phone).

7. Artikel berupa library research meliputi judul, nama dan identitaspenulis, abstrak (sekitar 200 kata), keywords, pendahuluan, isiatau pembahasan, penutup dan daftar pustaka.

8. Artikel berupa field research meliputi judul, nama dan identitaspenulis, abstrak (sekitar 200 kata), key words, pendahuluan(masalah, tujuan dan manfaat penelitian), metode penelitian,hasil penelitian, pembahasan atau analisis, penutup dan daftarpustaka.

9. Key words dapat berbentuk kata atau frase.10. Istilah-istilah asing (non-Indonesia) harus dicetak miring atau

Italics.11. Penulisan catatan kaki (foot note) dan daftar pustaka berbeda.

Perbedaannya dapat diketahui pada contoh berikut :a. Catatan Kaki

PEDOMAN TEKNIS PENULISAN

90

Aborsi Dalam Perspektif Fiqh

1 Bernard Lewis, Islam and The West (New York : OxfordUniversity Press, 1994), 212.

2 Crane Brinton, “Enlightenment,” dalam Encyclopedia ofPhilosophy, Vol. 2 (New York : Macmillan and the Free Press,1967), 522.

3 M. Syamsul Huda, “Rasionalisme Telaah PemikiranImre Lakatos,” dalam www.geocities.com/HotSprings/6774/j-40.

4 M. Amin Abdullah, “Dialektika Agama antaraProfanitas dan Sakralitas,” dalam Moh. Shofan, Jalan KetigaPemikiran Islam Mencari Solusi Perdebatan Tradisionalisme danLiberalisme (Yogyakarta : IRCiSoD, 2006), 12.

5 Mukani, “Character Education in Indonesia,” dalamJurnal Islamica, Vol. 1, No. 2 (Surabaya: Program PascasarjanaIAIN Sunan Ampel, 2007), 146-161.

b. Daftar PustakaAbdullah, M. Amin. “Dialektika Agama antara Profanitas

dan Sakralitas” dalam Moh. Shofan. Jalan Ketiga Pemi-kiran Islam Mencari Solusi Perdebatan Tradisionalisme danLiberalisme. Yogyakarta : IRCiSoD, 2006.

Brinton, Crane. “Enlightenment” dalam Encyclopedia ofPhilosophy, Vol. 2. New York : Macmillan and the FreePress, 1967.

Huda, M. Syamsul. “Rasionalisme Telaah Pemikiran ImreLakatos,” dalam www.geocities.com/HotSprings/6774/j-40.

Lewis, Bernard. Islam and The West. New York : OxfordUniversity Press, 1994.

Mukani. “Character Education in Indonesia” dalam JurnalIslamica, Vol. 1, No. 2. Surabaya : Program PascasarjanaIAIN Sunan Ampel, 2007.

12. Penulisan artikel menggunakan pedoman transliterasi Arab-Indonesia sebagaimana berikut :

91

Siti Maryam Qurotul Aini

13. Penulis berhak memperoleh hard copy sebanyak 3 (tiga) eksemplar.14. Artikel diserahkan ke Dewan Redaksi paling lambat tanggal

31 Mei dan 30 Nopember setiap tahunnya.