#Sesi 5, Selasa, 24 Maret 2014

King Abdullah of Jordan has called the battle against the Islamic State “World War

3” in what is a “generational fight” to overcome these “outlaws of Islam.”

Speaking to CNN, he implored all religions to come together, adding “this is our war.”

“Lalu seekor kuda yang lain keluar lagi.

Kuda itu merah warnanya.

Penunggangnya diberi kuasa untuk

melenyapkan keadaan damai dari muka

bumi, supaya manusia saling membunuh.

Maka ia diberi sebilah pedang yang besar.”

(Wahyu, 6 : 4)

ثنا د، حد ثنا يونس بن محم ثنا أبو بكر بن أبي شيبة، حد وحد

بن د بن زياد، عن عبد للا اني عن محم القاسم بن الفضل، الحد صلى للا عليه وسلم بير، أن عائشة، قالت عبث رسول للا الز

صنعت شيئا في منامك لم تكن في منامه فقلنا يا رسول للا

ون بالبيت برجل ‏"‏فقال ‏.‏تفعله تي يؤم العجب إن ناسا من أم

‏.‏ ‏"‏من قريش قد لجأ بالبيت حتى إذا كانوا بالبيداء خسف بهم اس ريق قد يجمع الن إن الط نعم فيهم ‏"‏قال ‏.‏فقلنا يا رسول للا

بيل يهلكون مهلكا واحدا المستبصر والمجبور وابن الس

اتهم على ني ‏"‏ويصدرون مصادر شتى يبعثهم للا

• Arab Spring (Musim Semi Arab)

• Syria Spring (Musim Semi Suriah) – Faktor pemicu analisa realisme &

strukturalisme

– Faktor pembuat kompleks masalah

“Pertarungan untuk memperebutkan kekuasaan antar superpower di Timur Tengah adalah paling lama dibandingkan dengan wilayah lain di Dunia Ketiga.” (Fred Halliday, 1988) analisa realisme & konstruktivisme

• Model negara Westpalian mengawinkan antara kedaulatan dan identitas.

• Namun di Timur Tengah, pembagian wilayah negara berdasar atas warisan kolonialisme dan kesepakatan negara penjajah (Western ‘core’).

• Padahal secara historis, identifikasi masyarakat Timteng terhadap kesatuan teritori sangat lemah.

• Identifikasi masyarakat Timteng secara historis lebih berdasar atas unit-unit sub-negara, seperti: kota, suku, sekte agama dan sentimen keummatan (masa kekhilafahan).

• Dengan adanya imperialisme Barat di Timteng, maka “Middle East state system were arbitrarily imposed and frozen by the Western powers according to their own needs, not indigenous wishes” (Ayoob, 1995: 33).

• Sebagai hasilnya, proyek negara di Timteng bukanlah model westpalia, namun lebih kepada model ‘negara teritori’. “The Arab world constitutes a system of territorial states, but not, so far, nation-states (Hudson, 1977: 33-55; Kienle, 1990: 1-30; Korany, 1988: 164-178)

: Kurdi : Persia : Muslim Sunni : Muslim Syi`ah

• Terjadi kontestasi antara identitas sub-negara dengan identitas teritori/ berdasar batas negara.

• Terdapat etnis minoritas di setiap negara di Timteng.

• Kurdi: Irak, Iran, Turki, Siria, Afrika Utara. • Persia: Iran, Turkistan. • Muslim Suni: mayoritas di semua Timteng

kecuali Irak, Lebanon dan Iran. • Muslim Syi`ah: Iran, Saudi Arabia, Lebanon,

Irak, Bahrain, Kuwait, Yaman.

• Identitas sub-negara ternyata melewati batas-batas formal negara. Gap antara identitas sub-negara dan batas formal negara modern memicu terjadinya irredentisme.

• Irredentism merupakan bentuk konflik antar negara dengan latar belakang perebutan batas negara atau intervensi terhadap permasalahan domestik suatu negara dengan mendukung kelompok irredentis.

• Contoh konflik irredentisme: Suriah vs. Turki, Iran vs. Irak, Iran vs. Saudi Arabia, dll.

1. Prolog: ISIS Pemantik Perang Global (M. Qobidl ‘Ainul Arif, M.A.)

2. Suriah & Irak Sebelum ISIS (Yasinta Dewi & Dedy Wardhana Lubis)

3. Faktor Geopolitik Suriah & Irak Rahim Kelahiran ISIS (Aditya Choirul L & Abdurrahman Fidaulhaq Alhazimi)

4. Negara Baru Itu Bernama ISIS (Al Khilafah Al Islamiyyah) : Potret Sejarah Kelahiran ISIS Sebagai Sebuah Negara di Timur Tengah (Meilia Widad Angela & Bimo Rizandi)

5. Perubahan Geopolitik Timur Tengah Pasca Kelahiran ISIS (R. Dian & Afifah)

6. Mengenal ISIS Lebih Dekat: Menyoal Ideologi Gerakan ISIS (Nyphadear Tiara & Wiwit Putri Handayani)

7. Gelombang Jihad dari Nusantara: Dukungan Ekstrimis Indonesia terhadap ISIS (Chastiti Mediafira Wulolo & Boy Avianto)

8. Jihad Melawan Ideologi Radikal ISIS di Indonesia (Dina Oktarina & Adhiatma Nanda W)

9. Aliansi Global Melawan ISIS: Respon PBB, Resolusi dan Upaya Pembentukan Rezim (Agustina Siahaan & Hanan Rananta A)

10. Perang Global Melawan ISIS: Respon Politik dan Militer Masyarakat Internasional (Radina Abdillah & Kurnia Ariesta F)

11. ISIS Membakar Timur Tengah: Respon Kawasan terhadap Kehadiran ISIS (Reyhan Ahmad Almer, Raka Nur Purnama & Aniisa Kinta Arum)

12. Timur Tengah Melawan ISIS: Perubahan Peta Aliansi (Niki Wahyu S. & Sania Indilla)

13. Menyibak Masa Depan Timur Tengah & Dunia Pasca Kehadiran ISIS (Andrian S & Irfan Dwi N)

• Unduh format tulisan di weblog Qobidotcom, • Mencantumkan judul singkat tulisan sesuai format, • Memuat bagian pendahuluan, pembahasan dan penutup, • Mengutamakan orisinalitas gagasan dan anti plagiarisme, • Teknik pengutipan dan pengungkapan gagasan sesuai artikel Seri

Artikel Internal CISMEST no. 1. • Catatan akhir (endnotes) menggunakan shortened version CMS. • Mengisi daftar kontributor, berisi: nama lengkap, status (mahasiswa

& profesi lain), prestasi akademik, tulisan yang pernah dipublikasikan. Contoh: Muhammad Qobidl ‘Ainul Arif adalah mahasiswa tingkat lanjut program studi S1 Hubungan Internasional Universitas Sebelas Maret Surakarta, penyiar freelance CJDW FM Boyolali, dan penulis buku “Politik Islamophobia Eropa” (Deepublish Yogyakarta, 2014).

• Panjang tulisan: minimal 10 hlm, maksimal 20 hlm. • Dikumpulkan dalam format: .doc (Word 97-2003), dengan judul file:

judul singkat artikel.doc, ke email: qobid@staff.uns.ac.id , maksimal pengumpulan: 7 April 2015, pkl. 23.59 WIB.