150
v SENSITIVITAS DAN SPESIFISITAS DIETARY DIVERSITY SCORE (DDS) DALAM MENGESTIMASI TINGKAT KECUKUPAN ZAT GIZI PADA BALITA USIA 24-59 BULAN DI INDONESIA (ANALISIS DATA STUDI DIET TOTAL 2014) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM) Disusun oleh : ANDINI SEPTIANI NIM : 1112101000048 PEMINATAN GIZI PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1438 H/ 2017 M

SENSITIVITAS DAN SPESIFISITAS DIETARY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35093/2/ANDINI... · adequacy of more than 75% RDA. Further research is needed more with

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: SENSITIVITAS DAN SPESIFISITAS DIETARY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35093/2/ANDINI... · adequacy of more than 75% RDA. Further research is needed more with

v

SENSITIVITAS DAN SPESIFISITAS DIETARY DIVERSITY SCORE (DDS)

DALAM MENGESTIMASI TINGKAT KECUKUPAN ZAT GIZI PADA

BALITA USIA 24-59 BULAN DI INDONESIA

(ANALISIS DATA STUDI DIET TOTAL 2014)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar

Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM)

Disusun oleh :

ANDINI SEPTIANI

NIM : 1112101000048

PEMINATAN GIZI

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1438 H/ 2017 M

Page 2: SENSITIVITAS DAN SPESIFISITAS DIETARY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35093/2/ANDINI... · adequacy of more than 75% RDA. Further research is needed more with

v

Page 3: SENSITIVITAS DAN SPESIFISITAS DIETARY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35093/2/ANDINI... · adequacy of more than 75% RDA. Further research is needed more with

v

Page 4: SENSITIVITAS DAN SPESIFISITAS DIETARY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35093/2/ANDINI... · adequacy of more than 75% RDA. Further research is needed more with

v

Page 5: SENSITIVITAS DAN SPESIFISITAS DIETARY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35093/2/ANDINI... · adequacy of more than 75% RDA. Further research is needed more with

v

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

PEMINATAN GIZI MASYARAKAT

Skripsi, Maret 2017

ANDINI SEPTIANI, NIM : 1112101000048

Sensitivitas dan Spesifisitas Dietary Diversity Score (DDS) dalam

Mengestimasi Kecukupan Zat Gizi pada Balita Usia 24-59 Bulan di Indonesia

(Analisis Data Studi Diet Total 2014)

xviii + 90 halaman, 12 tabel, 5 bagan, 3 gambar, 4 lampiran

ABSTRAK

Usia balita merupakan kelompok yang sangat rentan mengalami kekurangan zat

gizi, baik makro maupun mikro. Dengan mengonsumsi pangan yang beragam, maka

kebutuhan akan zat gizi makro dan mikro akan tercukupi. FAO dan FANTA telah

memperkenalkan metode Dietary Diversity Score (DDS) sebagai metode yang simpel dan

efektif untuk mengukur kualitas konsumsi serta kecukupan zat gizi dengan melihat

keragaman konsumsi. Namun, di Indonesia belum terdapat uji validasi terhadap metode

DDS dalam menilai kecukupan zat gizi.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai sensitivitas dan spesifisitas DDS

dalam mengestimasi tingkat kecukupan zat gizi pada balita usia 24-59 bulan di Indonesia.

Penelitian menggunakan desain studi cross-sectional dan menggunakan data skunder

Studi Diet Total tahun 2014 dengan sampel sebanyak 3085 balita yang telah diukur

konsumsi dengan recall 1x24 jam, sudah tidak ASI, diukur berat badan, dan BB/U

normal. Keragaman konsumsi dihitung dengan menggunakan metode DDS dengan

menjumlahkan 9 kelompok pangan, dan kecukupan zat gizi dihitung dengan

menggunakan nilai Nutrient Adequacy Ratio (NAR) dan Mean Adequacy Ratio (MAR)

yang dibandingkan dengan Angka Kecukupan Gizi (AKG) 2014. Analisis dengan uji

korelasi untuk mengetahui hubungan antara DDS dengan MAR serta menghitung

sensitivitas dan spesifisitas untuk mengetahui cut-off terbaik dari DDS.

Dari hasil penelitian didapatkan bahwa rata-rata balita di Indonesia

mengkonsumsi sebanyak 5 kelompok pangan (SD 1,31) dan rata-rata MAR 63,54%.

Kelompok pangan yang tertinggi dikonsumsi pada balita yaitu kelompok pangan serealia

dan umbi-umbian sebesar 99,9% kemudian diikuti kelompok pangan lemak dan minyak

sebesar 93,8%. Konsumsi kelompok pangan terendah yaitu pada kelompok pangan buah

lainnya sebesar 26,1%. Terdapat hubungan signifikan antara DDS dengan kecukupan

tujuh zat gizi, serta terdapat hubungan yang sangat kuat antara DDS dengan MAR

(r=0,771; P=0,000). Skor 6 untuk DDS dapat mencukupi 75% AKG sebesar 76,7%

sensitivitas dan 73,5% spesifisitas. Provinsi DKI Jakarta merupakan provinsi dengan nilai

DDS dan MAR tertinggi di Indonesia.

Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan untuk pemerintah agar tercapainya

keragaman konsumsi pangan pada balita. Selain itu, penilaian keragaman konsumsi

pangan dapat mengguakan metode DDS dengan cut off ≥6 agar tercukupi kebutuhan gizi

Page 6: SENSITIVITAS DAN SPESIFISITAS DIETARY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35093/2/ANDINI... · adequacy of more than 75% RDA. Further research is needed more with

vi

lebih dari 75% AKG. Diperlukan penelitian lebih lanjut dengan melihat faktor lainnya

yang mempengaruhi kecukupan zat gizi pada balita atau karakteristik lainnya.

Kata Kunci : DDS, MAR, sensitivitas, spesifisitas, balita, cut off

Daftar bacaan : 71 (2001-2016)

FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES

SYARIF HIDAYATULLAH STATE ISLAMIC UNIVERSITY JAKARTA

PROGRAME STUDY OF PUBLIC HEALTH SCIENCE

PUBLIC HEALTH NUTRITION CONCENTRATION

Undergraduate Thesis, Maret 2017

ANDINI SEPTIANI, NIM : 1112101000048

Sensitivity and Specificity of Dietary Diversity Score (DDS) in Estimating

Adequacy of Nutrients in Children 24-59 Months in Indonesia (Studi Diet

Total 2014 Data Analysis)

xviii + 90 pages, 12 tables, 5 charts, 3 images, 4 attachments

ABSTRACT

Children under five years old have high risk of malnutrition, either macro and

micro nutrients. By eating a variety of foods, then the macro and micro nutrient needs

will be met. FAO and FANTA showed us a simple and effective method, called Dietary

Diversity Score (DDS). This method is used to measure the quality and the adequacy of

nutrient intake by the diversity of consumption. But unfortunately, in Indonesia there has

been no test method validation of DDS in assessing the adequacy of nutrients.

This research is designed to study about the sensitivitas and specificity of DDS in

estimating the adequacy of nutrients in children aged 24-59 months in Indonesia. This

research is using cross- sectional and secondary data of Studi Diet Total 2014 with a

sample of 3467 children under five have been measured consumption by recall 1x24

hours, is not breastfeeding, and measured body weight. Diversity consumption was

calculated using DDS method with summing 9 food groups and nutrition adequacy is

calculated using the value of Nutrient Adequacy Ratio (NAR) and Mean Adequacy Ratio

(MAR) that is compared with Recommended Dietary Allowence (RDA) 2014. Corelation

analysis test between DDS and MAR, and also calculate the sensitivity and spesificity

know the best cut of point of DDS.

The result showed that the average of children under five in Indonesia consume

as much as 5 food groups (SD 1.32) and average of MAR is 63,54%. Cerealia and tubers

food group has the highest consumption which is 99,9%, and 93,8% on oil and fat group.

The lowest consumption is on fruit others group which is only 26,1%. There is a

significant correlation between DDS with seven nutrient adequacy, and there is a very

strong correlation between the DDS and MAR (r = 0,771; P= 0,000). Score 6 for DDS

can suffice about 76,7% sensitivity and 73,5% spesificity in assessing MAR 75% RDA.

DKI Jakarta has the highest DDS and MAR score in Indonesia.

The results of this study can be input to the government in order to achieve

diversity of food consumption in children under five. In addition, the diversity of food

consumption assessment can using DDS method with cut off ≥6 that adequate nutritional

adequacy of more than 75% RDA. Further research is needed more with seeing other

factors affecting the adequacy of nutrient on children under five or others.

Page 7: SENSITIVITAS DAN SPESIFISITAS DIETARY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35093/2/ANDINI... · adequacy of more than 75% RDA. Further research is needed more with

vii

Keywords : DDS, MAR, sensitivity, specificity, children under five, cut off

Bibliography : 71 (2001-2016)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

IDENTITAS PRIBADI

Nama Lengkap : Andini Septiani

Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 24 September 1994

Alamat : Vila ANRI Blok T No. 3 RT 01/RW 015,

Kelurahan Mampang, Kecamatan Pancoran Mas,

Kota Depok

Jenis Kelamin : Perempuan

Kewarganegaraan : Indonesia

Agama : Islam

Email : [email protected]

Telepon : 085718571881

PENDIDIKAN FORMAL

2012 – sekarang : Gizi Masyarakat, Kesehatan Masyarakat Universitas Islam

Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta

2009 – 2012 : SMA Negeri 49 Jakarta

2006 – 2009 : SMP Negeri 56 Jakarta

2000 – 2006 : SDN 03 Pagi Ragunan

1999 – 2000 : TK Tunas Wisma Tani

PENGALAMAN ORGANISASI

2007 – 2008 : Ketua Ekstrakulikuler Karya Ilmiah Remaja SMP Negeri 56

Jakarta periode 2007-2008

2009 – 2010 : Ketua Koordinasi Bidang Keterampilan dan Kewirausahaan

OSIS-MPK SMA Negeri 49 Jakarta Periode 2009-2010

2010-2011 : Sekretaris Umum OSIS SMA Negeri 49 Jakarta Periode 2010-

2011

2013-2014 : Anggota Pengembangan Sumber Daya Manusia (PSDM) Badan

Page 8: SENSITIVITAS DAN SPESIFISITAS DIETARY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35093/2/ANDINI... · adequacy of more than 75% RDA. Further research is needed more with

viii

Eksekutif Mahasiswa (BEM) Kesehatan Masyarakat UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta Periode 2013-2014

PENGALAMAN BEKERJA

Januari 2015-Maret 2015 : Pengalaman Belajar Lapangan (PBL) di Puskesmas

Paku Alam Tangerang Selatan

Januari 2016-Maret 2016 : Magang di Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan

(BKPP) Provinsi Banten di Bidang Konsumsi dan

Keamanan Pangan

Maret 2017 - Juni 2017 : Internship di PT. Prudential Life Assurance bagian

Life Administration

Page 9: SENSITIVITAS DAN SPESIFISITAS DIETARY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35093/2/ANDINI... · adequacy of more than 75% RDA. Further research is needed more with

ix

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan

penyusunan Skripsi yang berjudul “Sensitivitas Dan Spesifisitas Dietary Diversity

Score (DDS) Dalam Mengestimasi Tingkat Kecukupan Zat Gizi Pada Balita Usia

24-59 Bulan Di Indonesia (Analisis Data Studi Diet Total 2014)” dengan baik.

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk mencapai Gelar S.KM pada

Mahasiswi Kesehatan Masyarakat Peminatan Gizi. Dalam penyusunan dan

penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan serta dukungan dari

berbagai pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis dengan senang hati

menyampaikan terima kasih kepada:

1. Kedua Orang Tua tercinta Ibu dan Bapak, yang tak henti mendo’akan,

mendukung, dan memberi kasih sayang kepada anak-anaknya agar

tercapai semua cita-cita yang diinginkan. Tak henti do’a dipanjatkan agar

semua urusan anak-anaknya dimudahkan, salah satunya sampai

terselesaikan skripsi ini dengan hasil yang tidak menghianati proses.

Terimakasih Pak, Bu..

2. Mas dan Wahyu yang tak henti memberikan dukungan semangat agar

skripsi ini cepat selesai, yang setia antar jemput si “anak wedok” ini.

3. Ibu Ratri Ciptaningtyas, MHS selaku Pembimbing 1 yang telah berbaik

hati memberikan bimbingan, pengarahan, nasihat-nasihat, serta dukungan

semangat dalam proses penyusunan skripsi ini.

4. Ibu Dela Aristi, MKM selaku Pembimbing 2 yang telah berbaik hati

memberikan bimbingan, pengarahan, dan dukungan semangat dalam

proses penyusunan skripsi ini.

5. Ibu Mukhlidah Hanun Siregar, M.KM selaku pembimbing pendamping

yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan dengan sabar serta

dukungan semangat dalam proses penyusunan skripsi ini.

Page 10: SENSITIVITAS DAN SPESIFISITAS DIETARY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35093/2/ANDINI... · adequacy of more than 75% RDA. Further research is needed more with

x

6. Ibu Fajar Ariyanti, S.KM, M.Kes, PhD selaku Ketua Program Studi

Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

7. Para penguji sidang skripsi yang telah memberikan kritik dan saran agar

menjadikan skripsi ini lebih baik lagi.

8. Sahabat-sahabat seperjuangan, Jijah, Tyas, Nuni, Gopit, Yolan, Vira, Ika,

Widia, dan Cece yang telah memberi dukungan, ilmu, kritik, saran,

pengalaman, dan sebagai stress relief semasa perkuliahan.

9. Teman-teman peminatan Gizi 2012 yang telah mendukung dan bekerja

sama dengan baik semasa perkuliahan.

10. Seluruh pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan dari awal

perkuliahan maupun dalam proses penyusunan skripsi yang tidak dapat

disebutkan satu persatu

Semoga Allah SWT memberikan balasan berupa kebaikan yang berlipat

ganda kepada semua yang telah berjasa dalam proses maupun penulisan skripsi

ini. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih terdapat

keterbatasan dan kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan

saran dari semua pihak untuk menyempurnakan skripsi ini. Penulis berharap,

semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi pihak yang membacanya.

Jakarta, Maret 2017

Penulis

Page 11: SENSITIVITAS DAN SPESIFISITAS DIETARY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35093/2/ANDINI... · adequacy of more than 75% RDA. Further research is needed more with

xi

DAFTAR ISTILAH

Angka Kecukupan Gizi (AKG) adalah kecukupan rata-rata zat gizi sehari yang

dianjurkan berdasarkan karakteristik tertentu.

Dietary Diversity Score (DDS) adalah indikator keragaman konsumsi pangan

yang dinilai dengan 9 kelompok pangan.

Estimated Average Requirement (EAR) adalah rata-rata kebutuhan zat gizi yang

diperoleh dari rata-rata kebutuhan gizi berdasarkan hasil penelitian pada

populasi sehat.

Keragaman Konsumsi Pangan adalah jumlah pangan atau kelompok pangan

berbeda yang dikonsumsi individu dalam jangka waktu tertentu.

Mean Adequacy Ratio (MAR) adalah rata-rata nilai kecukupan zat gizi secara

keseluruhan atau rata-rata dari nilai NAR.

Nutrient Adequacy Ratio (NAR) adalah perbandingan antara zat gizi yang

dikonsumsi individu dengan angka kecukupan gizi yang dianjurkan sesuai

kategori usia dan jenis kelamin.

Pangan adalah segala sesuatu yang bersumber dari sumber hayati dan air, baik

yang diolah maupun tidak.

Sensitivitas adalah kemampuan suatu tes untuk memberikan gambaran positif

pada orang yang benar-benar sakit

Spesifisitas adalah kemampuan suatu tes untuk memberikan gambaran negatif

bila subjek yang di tes adalah bebas dari penyakit

Page 12: SENSITIVITAS DAN SPESIFISITAS DIETARY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35093/2/ANDINI... · adequacy of more than 75% RDA. Further research is needed more with

xii

DAFTAR ISI

PERNYATAAN PERSETUJUAN .......................... Error! Bookmark not defined.

PANITIA SIDANG UJIAN SKRIPSI ................................................................. ii

LEMBAR PERNYATAAN ................................................................................. iii

ABSTRAK ............................................................................................................. v

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ........................................................................... vii

KATA PENGANTAR .......................................................................................... ix

DAFTAR ISTILAH ............................................................................................. xi

DAFTAR ISI ........................................................................................................ xii

DAFTAR TABEL ............................................................................................... xv

DAFTAR BAGAN .............................................................................................. xvi

DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xvii

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xviii

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

A. Latar Belakang ............................................................................................ 1

B. Rumusan Masalah ....................................................................................... 7

C. Pertanyaan Penelitian .................................................................................. 8

D. Tujuan .......................................................................................................... 9

1. Tujuan Umum ....................................................................................... 9

2. Tujuan Khusus ...................................................................................... 9

E. Manfaat ...................................................................................................... 10

1. Bagi Pemerintah .................................................................................. 10

2. Bagi Peneliti dan Mahasiswa Lainnya ................................................ 11

F. Ruang Lingkup Penelitian ......................................................................... 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................... 12

A. Kebutuhan Gizi Balita ............................................................................... 12

1. Kebutuhan Energi................................................................................ 13

2. Kebutuhan Protein ............................................................................... 14

3. Kebutuhan Zat Gizi Mikro .................................................................. 15

B. Pangan ....................................................................................................... 19

Page 13: SENSITIVITAS DAN SPESIFISITAS DIETARY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35093/2/ANDINI... · adequacy of more than 75% RDA. Further research is needed more with

xiii

1. Pengertian Pangan ............................................................................... 19

2. Pengelompokkan Pangan .................................................................... 20

C. Konsumsi Pangan Balita ........................................................................... 22

D. Penilaian Konsumsi Pangan ...................................................................... 24

E. Keanekaragaman Konsumsi Pangan ......................................................... 25

1. Penilaian Keberagaman Konsumsi Pangan ......................................... 26

F. Konsep Dietary Diversity Score (DDS) dan Kecukupan Zat Gizi ............ 29

G. Uji Sensitivitas dan Spesifisitas ................................................................ 33

H. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kecukupan Zat Gizi Balita ............... 35

1. Karakteristik Individu ......................................................................... 35

2. Kebiasaan Makan ................................................................................ 37

3. Faktor Ibu ............................................................................................ 40

4. Faktor Sosial Ekonomi ........................................................................ 43

I. Kerangka Teori .......................................................................................... 44

BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL ............ 46

A. Kerangka Konsep ...................................................................................... 46

B. Definisi Operasional .................................................................................. 48

C. Hipotesis Penelitian ................................................................................... 50

BAB IV METODE PENELITIAN .................................................................... 51

A. Desain Penelitian ....................................................................................... 51

B. Lokasi dan Waktu Penelitian ..................................................................... 51

C. Populasi dan Sampel Penelitian ................................................................ 52

D. Sumber Data Penelitian ............................................................................. 54

E. Instrumen Penelitian .................................................................................. 55

F. Pengumpulan Data .................................................................................... 55

G. Pengolahan Data ........................................................................................ 56

H. Analisis Data ............................................................................................. 59

BAB V HASIL PENELITIAN ........................................................................... 60

Page 14: SENSITIVITAS DAN SPESIFISITAS DIETARY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35093/2/ANDINI... · adequacy of more than 75% RDA. Further research is needed more with

xiv

A. Gambaran Karakteristik Umum ................................................................ 60

B. Analisis Univariat ...................................................................................... 61

1. Distribusi Frekuensi Asupan Zat Gizi Pada Balita Usia 24-59 Bulan di

Indonesia Tahun 2014 ......................................................................... 61

2. Distribusi Frekuensi Kecukupan Zat Gizi Pada Balita Usia 24-59

Bulan di Indonesia Tahun 2014 .......................................................... 62

3. Distribusi Frekuensi dan Proporsi Dietary Diversity Score (DDS) pada

Balita Usia 24-59 Bulan di Indonesia Tahun 2014 ............................. 63

4. Distribusi Frekuensi Asupan Berdasarkan Kelompok Pangan Pada

Balita Usia 24-59 Bulan di Indonesia Tahun 2014 ............................. 65

5. Distribusi Proporsi Kelompok Pangan Yang Dikonsumsi Balita Usia

24-59 Bulan di Indonesia Berdasarkan Dietary Diversity Score (DDS)

Pada Tahun 2014 ................................................................................. 66

6. Distribusi Frekuensi Keragaman Konsumsi Pangan dan Kecukupan

Zat Gizi pada Balita di Tiap Provinsi Indonesia Tahun 2014 ............. 67

C. Analisis Bivariat ........................................................................................ 69

D. Sensitivitas dan Spesifisitas ...................................................................... 70

BAB VI PEMBAHASAN .................................................................................... 72

A. Keterbatasan Penelitian ............................................................................. 72

B. Asupan Zat Gizi Balita .............................................................................. 72

C. Kecukupan Zat Gizi Balita ........................................................................ 75

D. Keragaman Konsumsi Pangan Balita ........................................................ 78

E. Hubungan antara Dietary Diversity Score (DDS) dengan Mean Adequacy

Ratio (MAR) pada Balita .......................................................................... 82

F. Sensitivitas dan Spesifisitas Dietary Diversity Score (DDS) dalam

Mengestimasi Kecukupan Zat Gizi pada Balita ........................................ 85

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................... 88

A. KESIMPULAN ......................................................................................... 88

B. SARAN ..................................................................................................... 90

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 91

LAMPIRAN ....................................................................................................... 101

Page 15: SENSITIVITAS DAN SPESIFISITAS DIETARY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35093/2/ANDINI... · adequacy of more than 75% RDA. Further research is needed more with

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Angka Kecukupan Zat Gizi................................................................... 13

Tabel 2.2 Tabel Dietary Diversity Score (DDS) ................................................... 28

Tabel 3.1 Definisi Operasional ............................................................................. 48

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Individu Balita 24-59 Bulan di

Indonesia Tahun 2014 .......................................................................... 60

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Berat Badan Pada Balita Usia 2-59 Bula di

Indonesia Tahun 2014 .......................................................................... 61

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Asupan Zat Gizi Pada Balita Usia 24-59 Bulan di

Indonesia Tahun 2014 .......................................................................... 62

Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Kecukupan Zat Gizi Pada Balita Usia 24-59 Bulan

di Indonesia Tahun 2014 ...................................................................... 63

Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Dietary Diversity Score (DDS) Pada Balita Usia

24-59 Bulan di Indonesia Tahun 2014 ................................................. 64

Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Asupan Berdasarkan Kelompok Pangan Pada

Balita Usia 24-59 Bulan di Indonesia Tahun 2014 ............................... 65

Tabel 5.7 Persentase Konsumsi Kelompok Pangan Berdasarkan skor DDS ........ 66

Tabel 5.8 Distribusi Frekuensi Rerata Dietary Diversity Score (DDS) dan Rerata

Kecukupan Zat Gizi dengan Mean Adequacy Ratio (MAR) Berdasarkan

Provinsi di Indonesia Tahun 2014 ........................................................ 68

Tabel 5.9 Analisis Korelasi antara Dietary Diversity Score (DDS) dengan

kecukupan zat gizi pada Balita Usia 24-59 Bulan di Indonesia ........... 69

Page 16: SENSITIVITAS DAN SPESIFISITAS DIETARY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35093/2/ANDINI... · adequacy of more than 75% RDA. Further research is needed more with

xvi

DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 Kerangka Teori .................................................................................... 45

Bagan 3.1 Kerangka Konsep ................................................................................. 46

Bagan 4.1 Alur Cleaning Sampel Penelitian......................................................... 54

Bagan 4.2 Alur Pengumpulan Data ....................................................................... 56

Bagan 4.3 Alur Pengolahan Data .......................................................................... 58

Page 17: SENSITIVITAS DAN SPESIFISITAS DIETARY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35093/2/ANDINI... · adequacy of more than 75% RDA. Further research is needed more with

xvii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 5.1 Persentase Dietary Diversity Score (DDS) Pada Balita Usia 24-59

Bulan di Indonesia Tahun 2014 ......................................................... 64

Gambar 5.2 Grafik Hubungan antara DDS dengan MAR .................................... 70

Gambar 5.3 Sensitivitas dan Spesifisitas dari DDS untuk ketiga cut off point

MAR .................................................................................................. 71

Page 18: SENSITIVITAS DAN SPESIFISITAS DIETARY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35093/2/ANDINI... · adequacy of more than 75% RDA. Further research is needed more with

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1 Output Analisis Data

LAMPIRAN 2 Kuesioner Studi Diet Total 2014

LAMPIRAN 3 Surat Permohonan Permintaan Data

LAMPIRAN 4 Surat Pernyataan Pengambilan Data

Page 19: SENSITIVITAS DAN SPESIFISITAS DIETARY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35093/2/ANDINI... · adequacy of more than 75% RDA. Further research is needed more with

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kelompok usia balita merupakan kelompok yang sangat peka

terhadap jumlah asupan dan jenis pangan yang dikonsumsi. Hal ini

dikarenakan terjadi laju pertumbuhan yang sangat pesat pada masa balita

tersebut. Biasanya anak yang paling kecil beresiko lebih tinggi terhadap

kekurangan pangan, karena anak-anak yang paling kecil umumnya makan

lebih lambat dan dalam jumlah yang kecil dibandingkan anggota rumah

tangga yang lain. Hal ini dapat menyebabkan kebutuhan gizi anak

cenderung tidak tercukupi dalam masa pertumbuhannya (Suhardjo, 2010).

Pada usia 6-24 bulan, anak belum mampu mengekspresikan

keinginan mereka memilih jenis-jenis makanan. Sedangkan pada usia 24-59

bulan anak mulai memilih-milih jenis makanan yang hanya disukainya.

Sifat balita dalam memilih jenis makanan yang hanya disukai ini dapat

berakibat kurang beragamnya jenis makanan yang dikonsumsi. Keragaman

jenis-jenis makanan yang dikonsumsi oleh anak sangat menentukan

sumbangan atau kontribusi zat-zat gizi dalam pemenuhan kebutuhan gizi

anak. Selain itu, pada usia 24-59 bulan ini biasanya anak sudah berhenti ASI

sehingga pemenuhan akan zat gizi sepenuhnya dari konsumsi pangan

(Hermina & Prihatini, 2011).

Page 20: SENSITIVITAS DAN SPESIFISITAS DIETARY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35093/2/ANDINI... · adequacy of more than 75% RDA. Further research is needed more with

2

Dengan mengonsumsi pangan yang beragam, maka kebutuhan akan

zat gizi makro maupun zat gizi mikro bagi balita akan tercukupi.

Berdasarkan hasil penelitian lanjutan terhadap data konsumsi yang

diperoleh dari Riskesdas 2010, didapatkan bahwa jumlah anak balita pendek

usis 24-59 bulan yang mengalami defisit energi sebanyak 31,5%, sedangkan

pada balita yang normal sebesar 24,9%. Demikian juga balita pendek yang

megalami defisit protein sebesar 23.0% sedangkan pada balita normal

sebesar 17,5% (Hermina & Prihatini, 2011). Hal tersebut menunjukkaan

rendahnya asupan zat gizi dapat menyebabkan masalah gizi serta berbagai

gangguan pertumbuhan dan perkembangan pada balita. Masalah gizi lainnya

yaitu prevalensi kekurangan zat gizi mikro pada balita seperti vitamin A dan

zat besi sebesar 5,7% dan 12,8% (Valentina, Palupi, & Andarwulan, 2014).

Zat gizi mikro yang berperan sangat penting dalam pertumbuhan dan

perkembangan pada balita yaitu vitamin A, vitamin C, zat besi (Fe),

kalsium, dan zink (Zn) (Sharlin & Edelstein, 2011).

Pemenuhan akan zat-zat gizi yang diperlukan tubuh tersebut dapat

terpenuhi dengan mengonsumsi makanan yang beragam. Secara alami

komposisi setiap jenis bahan pangan memiliki kelebihan dan kekurangan

akan zat gizi tertentu, sehingga dengan mengonsumsi jenis pangan yang

beragam, pangan satu dengan yang lainnya akan saling melengkapi

(Rustanti, 2015). Keberagaman konsumsi pangan yang dimaksud adalah

dengan mengonsumsi pangan yang seimbang yang dapat menyediakan zat

tenaga, zat pembangun, dan zat pengatur dalam jumlah yang cukup dan

terdiri dari pangan yang beragam (Meitasari, 2008).

Page 21: SENSITIVITAS DAN SPESIFISITAS DIETARY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35093/2/ANDINI... · adequacy of more than 75% RDA. Further research is needed more with

3

Keberagaman konsumsi diketahui sebagai elemen kunci dari kualitas

konsumsi dan mempertinggi kecukupan asupan dari zat gizi yang esensial

(FAO, 2010). Dampak jangka pendek jika keragaman pangan yang rendah

akan mengakibatkan pola makan yang tidak seimbang. Selain itu dampak

lainnya dapat munculnya masalah-masalah gizi seperti kekurangan zat gizi

makro dan mikro, kelebihan gizi, dan ketidakseimbangan zat gizi karena

disposisi zat gizi (Ariani, 2010). Kekurangan zat gizi spesifik seperti

kekurangan vitamin dan mineral merupakan masalah yang sering terjadi jika

konsumsi tidak beragam (Hanafie, 2010).

Keragaman konsumsi pangan dapat dinilai dengan menggunakan dua

metode, yaitu penilaian keragaman konsumsi pangan pada tingkat rumah

tangga dan penilaian keragaman konsumsi pangan pada tingkat individu

(FAO, 2010). Di Indonesia, penilaian keragaman konsumsi pangan masih

menggunakan penilaian pada tingkat rumah tangga dengan menggunakan

metode Pola Pangan Harapan (PPH). Metode PPH ini dengan melihat

komposisi dan jumlah atau ketersediaan pangan pada tingkat rumah tangga.

Hasil dari perhitungan PPH tersebut dapat menjadikan evaluasi terhadap

ketahanan pangan suatu wilayah. Keterbatasan pada metode ini yaitu tidak

dapat menggambarkan skor keragamanan konsumsi dari masing-masing

individu dalam rumah tangga (Badan Ketahanan Pangan, 2014b).

Metode lainnya yaitu penilaian konsumsi pangan pada tingkat

individu. Data terkait konsumsi pangan pada tingkat individu juga

dibutuhkan sebagai gambaran konsumsi dan sebagai determinan dari

Page 22: SENSITIVITAS DAN SPESIFISITAS DIETARY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35093/2/ANDINI... · adequacy of more than 75% RDA. Further research is needed more with

4

masalah gizi secara langsung. Selain itu, data terkait keragaman konsumsi

pangan pada tingkat individu juga dibutuhkan sebagai evaluasi kualitas

konsumsi pangan di masyarakat yang dapat digunakan untuk mengukur,

menilai keberhasilan program intervensi, dan monitoring serta evaluasi

dampak kebijakan dari program gizi. Namun, pengumpulan data konsumsi

individu cenderung lebih mahal, serta diperlukan keahlian tingkat tinggi

baik dalam pengumpulan data maupun analisis (FAO, 2010).

Penilaian konsumsi pangan pada tingkat individu dapat dinilai

dengan Dietary Diversity Score (DDS) dan juga Food Variety Score (FVS).

Penilaian keragaman konsumsi pangan dengan DDS yaitu melihat

keragaman pangan dari 9 kelompok pangan, sedangkan FVS yaitu melihat

keragaman pangan dari item perkelompok pangan. Food and Agriculture

Organization (FAO) dan Food and Nutrition Technical Assistance

(FANTA) telah memperkenalkan metode DDS sebagai metode yang simpel

dan efektif untuk mengukur kualitas konsumsi serta kecukupan zat gizi

dibandingkan dengan metode penilaian gizi lainnya. Studi terkait DDS telah

dikembangkan diberbagai negara berkembang. Dibeberapa negara

menunjukkan DDS sebagai alat yang mudah yang dapat menggambarkan

keberagaman konsumsi pada populasi dan sebagai indikator terbaik dalam

memprediksi kecukupan zat gizi (FANTA, 2006; FAO, 2010).

Dengan menggunakan metode DDS juga dapat menilai kecukupan

dari zat gizi yang dikonsumsi. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan

oleh Kennedy (2009) menunjukkan bahwa DDS berhubungan signifikan

Page 23: SENSITIVITAS DAN SPESIFISITAS DIETARY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35093/2/ANDINI... · adequacy of more than 75% RDA. Further research is needed more with

5

dengan asupan zat gizi pada anak tidak ASI usia 2-5 tahun di Filipina dan

penelitian Steyn, dkk., (2009) pada anak usia 1-8 tahun di Afrika Selatan.

Penelitian tersebut juga menilai cut-off point terbaik untuk indikator dari

ketidakcukupan asupan zat gizi mikro. Di Filipina, cut-off point untuk

indikator ketidakcukupan asupan zat gizi mikro yaitu 6 kelompok pangan

dapat mengestimasi kecukupan zat gizi sebesar 75%, sedangkan di Afrika

Selatan yaitu 4 kelompok pangan dapat mengestimasi kecukupan zat gizi

kurang dari 50%.

Di Indonesia, penelitian terkait DDS masih belum banyak. Penelitian

yang dilakukan oleh Supriyanti & Nindya (2015) melihat hubungan antara

DDS dengan status gizi pada balita usia 12-59 bulan di Sumenep. Hasil

penelitian tersebut menunjukkan sebagian besar konsumsi balita tidak

beragam dengan skor DDS <4 sebesar 82,7% dan skor DDS ≥4 sebesar

17,3%. Kelemahan dari penelitian ini yaitu tidak terdapat validasi terhadap

metode DDS yang digunakan. Pengkategorian skor DDS menggunakan

panduan dari FAO namun tidak terdapat validasi yang dilakukan di

Indonesia.

Penelitian DDS lainnya di Indonesia yaitu penelitian Marlina (2011)

yang menilai sensitivitas dan spesifisitas indikator keragaman konsumsi

pangan dengan DDS dan FVS dalam mengestimasi kecukupan zat gizi

energi, protein, vitamin A, vitamin C, zat besi, kalsium, dan seng pada balita

usia 24-59 bulan di Kota Bandung. Hasil penelitian tersebut menunjukkan

bahwa DDS memiliki kemampuan memprediksi tingkat kecukupan zat gizi

Page 24: SENSITIVITAS DAN SPESIFISITAS DIETARY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35093/2/ANDINI... · adequacy of more than 75% RDA. Further research is needed more with

6

lebih baik dari pada FVS. Ambang batas terbaik untuk memperkirakan

Mean Adequancy Ratio (MAR) ≤70% adalah 6 untuk DDS dan 9 untuk

FVS, yang artinya skor 6 untuk DDS menjadikan cut-off point dari

kecukupan zat gizi sebesar 70% dari Angka Kecukupan Gizi (AKG) balita

usia 24-59 bulan.

Di Indonesia, belum terdapat uji validasi terhadap metode DDS

secara nasional untuk mengetahui kecukupan zat gizi yang dibutuhkan

tubuh terutama pada balita usia 24-59 bulan. Uji validitas terhadap metode

DDS ini diperlukan sebagai penilaian apakah indeks atau alat ukur

penganekaragaman konsumsi pangan dengan menggunakan metode DDS ini

cukup mencerminkan parameter kecukupan zat gizi. Uji validitas ini dapat

menggunakan uji diagnostik dengan menilai sensitivitas dan spesifisitas dari

sebuah alat atau metode. Sensitivitas adalah nilai untuk memprediksi atau

mengidentifikasi kelompok yang mengalami kekurangan zat gizi, sedangkan

spesifisitas merupakan nilai untuk memprediksi kelompok yang kecukupan

zat gizinya baik (Fahmida & Dillon, 2007).

Pentingnya konsumsi beragam pangan pada balita agar terpenuhinya

kecukupan zat gizi, maka diperlukan suatu metode yang secara mudah dan

murah dalam mengestimasi kecukupan zat gizi tersebut. Untuk itu penelitian

ini bertujuan untuk menilai sensitivitas dan spesifisitas metode DDS dalam

mengestimasi kecukupan zat gizi pada balita usia 24-59 bulan di Indonesia

menggunakan data skunder dari Studi Diet Total tahun 2014. Penelitian ini

dapat berguna sebagai informasi serta dapat digunakan sebagai masukan

Page 25: SENSITIVITAS DAN SPESIFISITAS DIETARY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35093/2/ANDINI... · adequacy of more than 75% RDA. Further research is needed more with

7

dalam pengambilan keputusan terkait kebijakan keragaman konsumsi

khususnya pada balita.

B. Rumusan Masalah

Kelompok balita merupakan kelompok yang rentan terhadap

masalah kekurangan asupan zat gizi, baik zat gizi makro maupun zat gizi

mikro. Hal ini dikarenakan kebutuhan akan pangan dan zat gizi yang

meningkat, namun asupan yang cenderung rendah dikarenakan karakteristik

balita yang memilih jenis makanan yang hanya disukai sehingga konsumsi

pangan tidak beragam. Kebutuhan akan gizi bagi tubuh akan tercukupi

apabila mengkonsumsi pangan yang beranekaragam. Dengan mengonsumsi

pangan yang beragam akan mempertinggi kecukupan zat gizi yang esensial.

Dampak jika konsumsi tidak beragam dapat menyebabkan kekurangan zat

gizi spesifik. Keragaman konsumsi pangan dapat dinilai dengan dua metode,

yaitu penilaian keragaman konsumsi pangan pada tingkat rumah tangga dan

pada tingkat individu. Salah satu metode penilaian pada tingkat individu

yaitu Dietary Diversity Score (DDS). DDS merupakan metode yang mudah

serta dapat menilai kecukupan zat gizi. Di berbagai negara metode DDS

telah dikembangkan serta telah diuji sebagai prediktor yang baik untuk

mengestimasi kecukupan zat gizi terutama pada usia balita. Di Indonesia,

penelitian terkait uji validitas metode DDS dalam mengestimasi kecukupan

zat gizi telah dilakukan di Kota Bandung, namun belum terdapat penelitian

secara nasional, untuk itu peneliti ingin meneliti terkait “Sensitivitas dan

Spesifisitas Dietary Dviversity Score (DDS) dalam Mengestimasi

Page 26: SENSITIVITAS DAN SPESIFISITAS DIETARY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35093/2/ANDINI... · adequacy of more than 75% RDA. Further research is needed more with

8

Kecukupan Zat Gizi pada Balita Usia 24-59 Bulan di Indonesia”

menggunakan data Studi Diet Total tahun 2014.

C. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, berikut yang menjadi

pertanyaan dalam penelitian:

1. Bagaimana distribusi frekuensi asupan zat gizi (energi, protein,

vitamin A, vitamin C, kalsium, Fe, dan Zn) pada balita usia 24-59

bulan di Indonesia pada tahun 2014?

2. Bagaimana distribusi frekuensi kecukupan zat gizi pada balita usia

24-59 bulan di Indonesia pada tahun 2014?

3. Bagaimana distribusi frekuensi dan proporsi Dietary Diversity

Score (DDS) pada balita usia 24-59 bulan di Indonesia pada tahun

2014?

4. Bagaimana distribusi frekuensi asupan berdasarkan kelompok

pangan pada balita usia 24-59 bulan di Indonesia pada tahun 2014?

5. Bagaimana distribusi frekuensi kelompok pangan yang dikonsumsi

balita usia 24-59 bulan di Indonesia berdasarkan Dietary Diversity

Score (DDS) pada tahun 2014?

6. Bagaimana distibusi frekuensi keragaman konsumsi pangan dan

kecukupan zat gizi pada balita usia 24-59 bulan di tiap provinsi

Indonesia pada tahun 2014?

Page 27: SENSITIVITAS DAN SPESIFISITAS DIETARY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35093/2/ANDINI... · adequacy of more than 75% RDA. Further research is needed more with

9

7. Bagaimana hubungan antara keragaman konsumsi pangan dengan

kecukupan zat gizi pada balita usia 24-59 bulan di Indonesia pada

tahun 2014?

8. Bagaimana nilai sensitivitas dan spesifisitas dari DDS untuk

mengestimasi kecukupan zat gizi pada balita usia 24-59 bulan di

Indonesia pada tahun 2014?

D. Tujuan

1. Tujuan Umum

Diketahuinya nilai sensitivitas dan spesifisitas Dietary

Diversity Score (DDS) dalam mengestimasi tingkat kecukupan zat gizi

pada balita usia 24-59 bulan di Indonesia dengan menganalisis data

Studi Diet Total tahun 2014.

2. Tujuan Khusus

a. Diketahuinya distribusi frekuensi asupan zat gizi (energi, protein,

vitamin A, vitamin C, kalsium, Fe, dan Zn) pada balita usia 24-59

bulan di Indonesia pada tahun 2014

b. Diketahuinya distribusi frekuensi kecukupan zat gizi pada balita

usia 24-59 bulan di Indonesia pada tahun 2014

c. Diketahuinya distribusi frekuensi dan proporsi Dietary Diversity

Score (DDS) pada balita usia 24-59 bulan di Indonesia pada tahun

2014

d. Diketahuinya distribusi frekuensi asupan berdasarkan kelompok

pangan pada balita usia 24-59 bulan di Indonesia pada tahun 2014

Page 28: SENSITIVITAS DAN SPESIFISITAS DIETARY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35093/2/ANDINI... · adequacy of more than 75% RDA. Further research is needed more with

10

e. Diketahuinya distribusi proporsi kelompok pangan yang

dikonsumsi balita usia 24-59 bulan di Indonesia berdasarkan

Dietary Diversity Score (DDS) pada tahun 2014

f. Diketahuinya distibusi frekuensi keragaman konsumsi pangan dan

kecukupan zat gizi pada balita usia 24-59 bulan di tiap provinsi

Indonesia pada tahun 2014

g. Diketahuinya hubungan antara keragaman konsumsi pangan

dengan kecukupan zat gizi pada balita usia 24-59 bulan di

Indonesia pada tahun 2014

h. Diketahuinya nilai sensitivitas dan spesifisitas dari DDS untuk

mengestimasi kecukupan zat gizi pada balita usia 24-59 bulan di

Indonesia pada tahun 2014

E. Manfaat

1. Bagi Pemerintah

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran

informasi data terkait keragaman konsumsi pangan pada balita usia 24-

59 bulan di Indonesia. Hal ini dapat dijadikan informasi dalam

pengambilan kebijakan atau dalam evaluasi program gizi khususnya

terkait keberagaman konsumsi pangan. Serta dapat menambah

referensi terkait penilaian keragaman konsumsi pangan pada balita

dengan menggunakan metode Dietary Diversity Score (DDS).

Page 29: SENSITIVITAS DAN SPESIFISITAS DIETARY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35093/2/ANDINI... · adequacy of more than 75% RDA. Further research is needed more with

11

2. Bagi Peneliti dan Mahasiswa Lainnya

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan

dalam keberagaman konsumsi pangan dengan menggunakan metode

Dietary Diersity Score dan dapat menambah referensi studi terkait

Dietary Diversity Score dan kecukupan zat gizi pada balita.

F. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilakukan oleh mahasiswi Kesehatan Masyarakat

Fakultas Kedokkteran dan Ilmu Kesehatan UIN syarif Hidayatullah Jakarta

pada tahun 2016. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan November

2016 sampai Februari 2017. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui

nilai sensitivitas dan spesifisitas metode Dietary Diversity Score (DDS)

dalam mengestimasi kecukupan zat gizi pada balita usia 24-59 bulan di

Indonesia.

Penelitian ini menggunakan data skunder dari Studi Diet Total survei

konsumsi makanan individu Indonesia 2014. Sampel populasi dari

penelitian ini yaitu seluruh balita usia 24-59 bulan di Indonesia yang

merupakan sampel dalam penelitian Riskesdas tahun 2013. Ini merupakan

penelitian kuantitatif dengan desain penelitian cross sectional dan

menggunakan uji korelasi untuk mengetahui hubungan dan kekuatan

hubungan antara skor keragaman konsumsi pangan dengan kecukupan

asupan zat gizi serta analisis kurva ROC untuk mengetahui nilai sensitivitas

dan spesifisitas antara DDS dengan kecukupan zat gizi (MAR) yang dinilai

dengan menggunakan perbandingan Angka Kecukupan Gizi (AKG) 2014.

Page 30: SENSITIVITAS DAN SPESIFISITAS DIETARY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35093/2/ANDINI... · adequacy of more than 75% RDA. Further research is needed more with

12

2 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kebutuhan Gizi Balita

Balita harus mengkonsumsi, energi, protein, vitamin, dan mineral

dengan kualitas yang cukup tinggi untuk bekal dalam masa

pertumbuhannya. Energi yang dihasilkan dari metabolisme zat gizi akan

digunakan untuk mendukung pemeliharaan fungsi tubuh dan sebagai

bahan bakar untuk pertumbuhan serta aktivitas fisik. Oleh karena itu

pemenuhan akan zat gizi pada balita merupakan komponen yang penting

bagi jaringan tubuh (Pipes, 2001).

Kebutuhan zat gizi pada anak usia 2-5 tahun meningkat karena

masih berada pada masa pertumbuhan cepat dan aktivitasnya tinggi.

Demikian juga anak sudah mempunyai pilihan terhadap makanan yang

disukai termaksud makanan jajanan. Oleh karena itu jumlah dan variasi

makanan harus mendapatkan perhatian secara khusus dari ibu atau

pengasuh anak, terutama dalam mengatur kesukaan makanan anak agar

anak mau dan memilih makanan yang bergizi seimbang. Disamping itu

anak pada usia ini sering keluar rumah untuk bermain sehingga mudah

terkena penyakit infeksi dan kecacingan yang dapat menyebabkan

kebutuhan akan zat gizi yang lebih atau perlu perhatian khusus

(Kemenkes, 2014b).

Gizi yang baik dikombinasikan dengan kebiasaan makan yang

sehat selama masa balita akan menjadi dasar bagi kesehatan yang bagus di

Page 31: SENSITIVITAS DAN SPESIFISITAS DIETARY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35093/2/ANDINI... · adequacy of more than 75% RDA. Further research is needed more with

13

masa yang akan datang. Pengaturan makanan yang seimbang menjamin

terpenuhinya kebutuhan gizi untuk energi dan pertumbuhan pada balita.

Pengaturan makan yang baik yang dapat memenuhi kecukupan gizinya

juga dapat melindungi balita dari penyakit dan infeksi serta membantu

perkembangan mental dan kemampuan belajarnya (Thompson, 2006).

Kebutuhan akan zat gizi dipengaruhi oleh tingkat pertumbuhan dan

keterkaitan antara zat gizi lainnya (Pipes, 2001). Banyak faktor yang dapat

mempengaruhi kebutuhan zat gizi pada balita. Usia, berat badan, tinggi

badan, indeks massa tubuh, dan aktivitas fisik. Kebutuhan zat gizi pada

penduduk Indonesia menggunakan standar Angka Kecukupan Gizi (AKG)

tahun 2014 (Kemenkes, 2014a). Berikut tabel angka kecukupan zat gizi

untuk balita usia 2-5 tahun.

Tabel 2.1 Angka Kecukupan Zat Gizi

Kelompok

umur

Energi

(kkal)

Protein

(gr)

Vit. A

(mcg)

Vit. C

(mg)

Ca

(mg)

Fe

(mg)

Zn

(mg)

1-3 tahun 1125 26 400 40 650 8 4

4-6 tahun 1600 35 450 45 1000 9 5

1. Kebutuhan Energi

Energi merupakan salah satu hasil metabolisme zat gizi. Energi

diperlukan untuk proses pertumbuhan dan mempertahankan fungsi

jaringan tubuh, proses mempertahankan suhu tubuh agar tetap stabil

Page 32: SENSITIVITAS DAN SPESIFISITAS DIETARY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35093/2/ANDINI... · adequacy of more than 75% RDA. Further research is needed more with

14

dan gerakan otot untuk aktivitas (Thompson, 2006). Pangan sumber

energi adalah pangan sumber lemak, karbohidrat, dan protein. Contoh

pangan sumber energi yaitu beras, jagung, oat, serealia, umbi-umbian,

tepung, gula, buah, daging, telur, ikan, susu, kacang-kacangan, dan

jenis pangan lainnya (Simanjuntak, 2014).

Perhitungan kecukupan energi dalam Angka Kecukupan Gizi

2014 berdasarkan perhitungan energi model persamaan IOM tahun

2005. Perhitungan kecukupan energi dipengaruhi oleh beberapa faktor

seperti berat dan tinggi badan, pertumbuhan dan perkembangan (usia),

jenis kelamin, energi cadangan bagi anak dan remaja, serta thermic

effect of food (TEF). TEF adalah peningkatan pengeluaran eneri karena

asupan pangan yang nilainya 5-10% dari Total Energy Expenditure

(TEE) (Mahan & Escoot-stump 2008 dalam Kemenkes 2014a). Angka

kecukupan energi pada anak usia 1-3 tahun yang ditetapkan dalam

AKG 2014 yaitu sebesar 1125 kkal, sedangkan untuk anak usia 4-6

tahun sebesar 1600 kkal (Kemenkes, 2014a).

2. Kebutuhan Protein

Protein terdiri dari asam-asam amino. Disamping menyediakan

asam amino esensial, protein juga mensuplai energi dalam keadaan

energi terbatas dari karbohidrat dan lemak. Protein diperlukan untuk

memelihara struktur dan fungsi tubuh setiap saat. Protein ekstra

mungkin diperlukan selama masa pertumbuhan anak-anak, dalam

kehamilan, dan masa pemulihan setelah cidera (Barasi, 2007). Pangan

Page 33: SENSITIVITAS DAN SPESIFISITAS DIETARY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35093/2/ANDINI... · adequacy of more than 75% RDA. Further research is needed more with

15

sumber protein hewani meliputi daging, telur, susu, ikan, dan hasil

olahannya. Pangan sumber protein nabati meliputi kedelai, kacang-

kacangan, dan hasil olahannya seperti tempe, tahu dan lainnya

(Marshall, 2009).

Kecukupan protein seseorang dipengaruhi oleh berat badan,

usia (tahap pertumbuhan dan perkembangan) dan mutu protein dalam

pola konsumsi pangannya. Bayi dan anak-anak yang berada dalam

tahap pertumbuhan dan perkembangan yang pesat membutuhkan

protein lebih banyak per kilogram berat badannya dibandingkan orang

dewasa. Angka kecukupan protein berdasarkan AKG 2014 untuk anak

usia 1-3 tahun sebesar 26 gr/hari sedangkan untuk anak usia 4-6 tahun

sebesar 35 gr/hari (Kemenkes, 2014a)

3. Kebutuhan Zat Gizi Mikro

Zat gizi mikro adalah zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh

dalam jumlah kecil atau sedikit tetapi ada dalam makanan. Zat gizi

yang termasuk kelompok zat gizi mikro adalah mineral dan vitamin.

Vitamin dan mineral merupakan katalisator yang sangat membantu

dalam proses pencernaan dan metabolisme tubuh. Kebutuhan akan

vitamin dan mineral pada balita terus meningkat sejalan dengan

pertambahan berat badannya (Suhardjo, 2010).

Page 34: SENSITIVITAS DAN SPESIFISITAS DIETARY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35093/2/ANDINI... · adequacy of more than 75% RDA. Further research is needed more with

16

a) Vitamin

Vitamin adalah zat gizi mikro yang sangat dibutuhkan tubuh

manusia meski dalam jumlah sedikit. Kekurangan asupan zat gizi ini

dapat menimbulkan akibat yang akan mempengaruhi status gizi dan

kesehatan seseorang. Fungsi vitamin A yaitu memelihara kesehatan

jaringan epitel, termaksud kulit dan selaput yang melapisi semua

saluran dan kelenjar lainnya (Almatsier, 2010). Defisiensi vitamin A

masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang signifikan di

seluruh dunia, terutama dibelahan Afrika dan Asia Tenggara. Sekitar

250 juta anak-anak balita diperkirakan mengalami defisiensi vitamin A

(DVA) secara subklinis dan berada dalam resiko morbiditas yang

parah dan kematian prematur (WHO, 2009). Pangan sumber vitamin A

yaitu pangan hewani, sayur dan buah yang berwarna oranye, sayuran

berwarna hijau, umbi-umbian. Angka kecukupan vitamin A adalah

jumlah vitamin A yang harus dikonsumsi per hari untuk

mempertahankan status vitamin A pada level cukup. Kebutuhan

vitamin A bagi anak usia 1-3 tahun berdasarkan AKG 2014 sebesar

400 mcg/hari dan untuk usia 4-6 tahun sebesar 450 mcg/hari

(Kemenkes, 2014a).

Vitamin C berfungsi sebagai donor atau penyumbang elektron

(peran antioksidan). Vitamin C terlibat dalam sintesis dan modulasi

beberapa komponen hormone sistem syaraf. Sebagai kofaktor dalam

dalam pembentukan enzim tertentu (Prabantini, 2010). Pangan sumber

Page 35: SENSITIVITAS DAN SPESIFISITAS DIETARY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35093/2/ANDINI... · adequacy of more than 75% RDA. Further research is needed more with

17

vitamin C dari buah. Sayur juga sebagai sumber vitamin C tetapi

dalam pengolahan kandungan vitamin C dapat berkurang. Kebutuhan

vitamin C bagi anak usia 1-3 tahun berdasarkan AKG 2014 sebesar 40

mg/hari dan untuk usia 4-6 tahun sebesar 45 mg/hari (Kemenkes,

2014a).

b) Mineral

Mineral merupakan zat inorganik yang dibutuhkan tubuh dalam

jumlah yang sedikit namun diperlukan tubuh untuk memenuhi

kebutuhan yang esensial. Fungsi dari mineral adalah sebagai kofaktor

dalam berbagai reaksi metabolik; sebagai bagian dari senyawa yang

mengandungzat organik seperti enzim, hormon, dan unsur tertentu

dalam darah; sebagai ion yang memungkinkan pergerakan zat zat yang

melintasi membrane sel dan pergerakan otot; serta sebagai unsur

pembentuk tulang (Pandi & Wiakusumah, 2012).

Kalsium merupakan mineral yang paling banyak terdapat

dalam tubuh manusia. hampir seluruh kalsium berada dalam tubuh ada

di tulang dan gizi. Pada tulang kalsium berperan sentral dalam struktur

dan kekuatan tulang. Sedangkan pada gigi, kalsium berperan untuk

memperkokoh struktur gigi dan bersifat menetap. Fungsi kalsium yaitu

sebagai pengaturan dan penyusunan. Pangan sumber kalsium yang

utama yaitu susu dan olahannya. Sumber lainnya yaitu sayuran hijau,

kacang-kacangan, dan ikan. Kebutuhan kalsium bagi anak usia 1-3

Page 36: SENSITIVITAS DAN SPESIFISITAS DIETARY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35093/2/ANDINI... · adequacy of more than 75% RDA. Further research is needed more with

18

tahun berdasarkan AKG 2014 sebesar 650 mg/hari sedangkan untuk

anak usia 4-6 tahun sebesar 1000 mg/hari (Kemenkes, 2014a).

Zat besi (Fe) merupakan salah satu mineral yang dibutuhkan

tubuh yang berfungsi sebagai senyawa besi dalam hemoglobin,

myoglobin, enzim yang diperlukan dalam fungsi metabolisme, serta

mengangkut dan menyimpan oksigen, mengangkut electron

mitokondria dan sintesis DNA. Akibat jika kekurangan zat besi dapat

menyebabkan anemiazat besi yang ditandai dengan kulit pucat, lemah,

letih akibat kekurangan oksigen, dpaat menurunkan daya kognitif dan

daya tahan tubuh (Soenardi, 2008). Pangan sumber Fe yaitu daging,

jeroan, ikan, unggas, dan sumber pangan non hem seperti sayuran daun

hijau, kacang-kacangan, kedelai dan rumput laut. Kecukupan zat besi

untuk anak usia 1-3 tahun berdasarkan AKG 2014 sebesar 8 mg/hari

dan 9 mg/hari untuk anak usia 4-6 tahun (Kemenkes, 2014a).

Seng (Zn) adalah mineral mikro esensial baik pada manusia.

Fungsi seng yaitu berpern sebagai komponen dalam banyak enzim.

Juga dalam sintesa protein, metabolisme hidrat arang dan energi serta

asam nukleat. Dengan demikian, seng esensial untuk pertumbuhan,

pematangan seks, fungsi kognitif dan imun serta reproduksi. Ikan

terutama kerang dan daging mengandung tinggi seng. Pangan lainnya

seperti serealia juga sumber seng. Seng dari sumber nabati umumnya

rendah disbanding sumber hewani (Kemenkes, 2014a).

Page 37: SENSITIVITAS DAN SPESIFISITAS DIETARY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35093/2/ANDINI... · adequacy of more than 75% RDA. Further research is needed more with

19

B. Pangan

1. Pengertian Pangan

Pangan menurut Peraturan Pemerintah RI nomer 28 tahun 2004

diartikan sebagai segala sesuatu yang bersumber dari sumber hayati

dan air, baik yang diolah maupun yang tidak diolah. Pangan

diperuntukkan bagi konsumsi manusia sebagai makanan atau

minuman, termaksud bahan tambahan pangan, bahan baku pangan, dan

bahan-bahan lain yang digunakan dalam proses penyiapan,

pengolahan, dan atau pembuatan makanan atau minuman (Badan

Ketahanan Pangan, 2014b). Pangan merupakan salah satu kebutuhan

dasar manusia, karena itu pemenuhan atas pangan menjadi hak asasi

setiap rakyat Indonesia dalam mewujudkan sumber daya manusia yang

berkualitas untuk melaksanakan pembangunan nasional. Komoditas

pangan harus mengandung zat gizi yang terdiri dari karbohidrat,

protein, lemak, vitamin, dan mineral yang bermanfaat bagi

pertumbuhan dan kesehatan manusia (Pusat Penganekaragaman

Pangan, 2013).

Permasalahan pangan dan gizi mengalami perkembangan yang

sangat cepat dan komplek. Perkembangan masalah lingkungan global

dapat memepengaruhi komoditas terhadap pangan di Indonesia.

Globalisasi juga mendorong perubahan pola konsumsi pangan

masyarakat yang berdampak terhadap masalah kesehatan. Disamping

itu, berbagai masalah kesehatan di masyarakat seperti kekurangan gizi

Page 38: SENSITIVITAS DAN SPESIFISITAS DIETARY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35093/2/ANDINI... · adequacy of more than 75% RDA. Further research is needed more with

20

dalam bentuk gizi kurang atau gizi buruk, kelebihan gizi atau

kegemukan, serta ketahanan pangan maupun keamanan pangan

(Brown, 2011).

2. Pengelompokkan Pangan

Macam-macam jenis pangan atau bahan pangan yang

diperuntukkan sebagai bahan makanan bagi manusia secara umum

terbagi menajdi dua golongan. Penggolongan bahan pangan ini

didasarkan pada sumbernya, yaitu bahan pangan yang berasal dari

tumbuhan yang disebut bahan pangan nabati dan bahan makanan yang

bersumber dari hewan yang disebut bahan pangan hewani (Rustanti,

2015).

Bahan pangan nabati adalah bahan-bahan pangan yang berupa

atau berasal dari tumbuhan, baik yang liar ataupun yang ditanam serta

yang berasal dari produk-produk olahannya. Bahan panga nabati dapat

berupa daun, bunga, akar, batang, umbi, buah, biji ataupun bagian-

bagian tanaman yang lain. Bahan-bahan pangan nabati memiliki sifat

yang beranekaragam, baik sifat fisik maupun sifat kimia (Saparinto,

Cahyo, & Hidayati, 2006).

Bahan pangan hewani merupakan semua bahan makanan yang

berupa daging atau berasal dari berbagai jenis hewan yang layak untuk

dimakan baik dalam bentuk dasarnya ataupun dalam bentuk

olahannya. Bahan pangan hewani meliputi segala jenis daging atau

Page 39: SENSITIVITAS DAN SPESIFISITAS DIETARY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35093/2/ANDINI... · adequacy of more than 75% RDA. Further research is needed more with

21

organ lainnya yang bersumber dari hewan, baik yang hidup di darat

maupun di air (Saparinto dkk, 2006).

Selain pengelompokkan berdasarkan sumbernya, pangan

dikelompokkan menjadi sembilan jenis pangan yakni (Badan

Ketahanan Pangan, 2014a)

1. Padi-padian atau serealia,

Terdiri dari beras, jagung, gandum, beserta olahannya seperti

terigu.

2. Makanan berpati atau umbi-umbian,

Terdiri dari kentang, ubi kayu, ubi jalar. Sagu, talas, dan umbi-

umbi lainnya.

3. Pangan hewani,

Terdiri dari daging hewan yang hidup di darat maupun di air

seperti ikan, organ lainnya dari hewan yang dapat dikonsumsi,

telur, berserta olahan hewani seperti susu, keju, dan lainnya.

4. Minyak dan lemak,

Yang terdiri dari minyak kelapa, minyak jagung, minyak

kelapa sawit dan margarin atau olahan lainnya.

5. Buah dan biji berminyak,

Terdiri dari kelapa, kemiri, kenari, mete, dan coklat.

6. Kacang-kacangan,

Kacang tanah, kacang hijau, kedelai, kacang merah dan

lainnya.

Page 40: SENSITIVITAS DAN SPESIFISITAS DIETARY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35093/2/ANDINI... · adequacy of more than 75% RDA. Further research is needed more with

22

7. Gula,

Terdiri dari gula pasir, gula merah dan gula lainnya.

8. Sayur dan buah,

Adalah seluruh jenis sayur dan buah yang biasa dikonsumsi.

9. Lain-lainnya,

Terdiri dari teh, kopi, bumbu makanan dan minuman

beralkohol.

C. Konsumsi Pangan Balita

Konsumsi pangan merupakan salah satu faktor yang langsung

mempengaruhi status gizi seseorang. Konsumsi pangan merupakan

informasi tentang jenis dan jumlah pangan yang dikonsumsi oleh

seseorang atau sekelompok orang pada waktu tertentu. Konsumsi pangan

yang tidak dapat memenuhi kebutuhan tubuh, baik dalam kualitas maupun

kuantitas akan menyebabkan masalah gizi (Brown, 2011).

Balita merupakan kelompok yang rentan dalam permasalahan gizi

di keluarga. Balita perlu mengkonsumsi makanan dan minuman dalam

jumlah yang cukup serta teratur setiap harinya untuk dapat hidup sehat.

Karakteristik usia balita terutama usia 2-5 tahun merupakan kelompok usia

yang rawan gizi dan rawan penyakit, karena pada usia ini terjadi transisi

dari makanan bayi menjadi makanan orang dewasa dan anak biasanya

sudah berhenti mendapatkan ASI ekslusif pada usia tersebut. Selain itu,

anak lebih banyak menghabiskan waktu untuk bermain dan beraktivitas di

luar (Adriani & Wirjatmadi, 2012).

Page 41: SENSITIVITAS DAN SPESIFISITAS DIETARY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35093/2/ANDINI... · adequacy of more than 75% RDA. Further research is needed more with

23

Kondisi balita sangat peka terhadap jumlah asupan dan jenis

pangan yang dikonsumsi. Hal ini dikarenakan terjadi laju pertumbuhan

yang sangat pesat pada masa balita tersebut. Selain itu, anak yang paling

kecil biasanya yang paling beresiko terhadap kekurangan pangan, karena

anak-anak yang paling kecil umumnya makan lebih lambat dan dalam

jumlah yang kecil dibandingkan anggota rumah tangga yang lain, sehingga

memperoleh bagian yang terkecil dan tidak mencukupi kebutuhan gizi

anak yang sedang tumbuh (Thompson, 2006).

Konsumsi pangan pada balita yang diatur berdasarkan pedoman

gizi seimbang yaitu dengan pembagian porsi makan dalam sehari. Untuk

anak usia 1-3 porsi pangan pokok sebesar 3 porsi, porsi sayur sebesar 1,5

porsi, porsi buah 3, porsi pangan nabati 1, porsi pangan hewani 2, porsi

minyak 3 porsi, dan gula 2 porsi. Sedangkan untuk anak usia 4-6 tahun

porsi pangan pokok 4, sayur 2 porsi, buah 3 porsi, pangan nabati 2 porsi,

pangan hewani 3 porsi, minyak 4 porsi, dan gula 2 porsi (Kemenkes,

2014b). Pesan gizi seimbang untuk anak usia 2-5 tahun yaitu

membiasakan makan 3 kali sehari (pagi, siang, dan malam) bersama

keluarga; Perbanyak mengkonsumsi makanan kaya protein seperti ikan,

telur, tempe, susu, dan tahu; Perbanyak mengkonsumsi sayur dan buah;

Batasi konsumsi makanan selingan yang terlalu manis, asin, dan berlemak;

minum air putih sesuai kebutuhan; dan Biasakan melakukan aktivitas fisik

(Kemenkes, 2014b).

Page 42: SENSITIVITAS DAN SPESIFISITAS DIETARY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35093/2/ANDINI... · adequacy of more than 75% RDA. Further research is needed more with

24

D. Penilaian Konsumsi Pangan

Penilaian konsumsi merupakan suatu metode penilaian gizi dengan

melihat jumlah dan jenis zat gizi yang dikonsumsi. Penilaian konsumsi

pangan serta pengumpulan data konsumsi pangan dapat memberikan

gambaran tentang konsumsi berbagai zat gizi pada masyarakat, keluarga

dan individu. Dengan melihat konsumsi pangan ini dapat mengidentifikasi

kelebihan dan kekurangan zat gizi (Gibson, 2005).

Tujuan dari penilaian konsumsi pangan yaitu untuk mengetahui

kebiasaan makan dan gambaran tingkat kecukupan bahan makanan dan zat

gizi pada tingkat kelompok, rumah tangga, dan perorangan serta faktor-

faktor yang mempengaruhi terhadap konsumsi makanan tersebut.

Penilaian konsumsi pangan dapat memberikan informasi terkait

kecukupan zat gizi serta pola konsumsi. Metode penilaian konsumsi yang

dipilih tergantung pada informasi apa yang dibutuhkan sesuai dengan

tujuan dari studi yang dipelajari (Fahmida & Dillon, 2007).

Metode pengukuran konsumsi pangan dapat dibedakan

berdasarkan sasaran pengamatan. Metode pengukuran konsumsi pangan

untuk tingkat rumah tangga dapat meggunakan metode Pencatatan (food

account), Metode pendaftaran (food list), Metode inventaris (inventory

method), Metode Pencatatan makanan rumah tangga (household food

record). Metode pengukuran konsumsi pangan untuk tingkat individu atau

peroranga dengan menggunakan metode Recall 24 jam, metode stimated

food records, metode penimbangan makanan (food weighing), metode

Page 43: SENSITIVITAS DAN SPESIFISITAS DIETARY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35093/2/ANDINI... · adequacy of more than 75% RDA. Further research is needed more with

25

dietary history, dan metode frekuensi makanan (food frequency)

(Supariasa, 2010).

Metode yang umum digunakan dalam survei besar untuk individu

yaitu metode recall 24 jam. Metode ini berguna untuk memperkirakan

asupan keragaman konsumsi dan pola kebiasaan konsumsi pada populasi.

Dalam metode recall 24 jam responden akan ditanya tentang makanan

yang dikonsumsi selama 24 jam sebeumnya. Pencatatan secara rinci baik

makanan dan minuman utama maupun makanan selingan yang dikonsumsi

dicatat oleh pewawancara. Metode ini relatif mudah dilakukan dan relatif

murah serta cepat. Kelemahan dari metode ini karena memerlukan daya

ingat seseorang (Supariasa, 2010).

E. Keanekaragaman Konsumsi Pangan

Keragaman konsumsi pangan merupakan jumlah pangan atau

kelompok pangan berbeda yang dikonsumsi individu dalam jangka waktu

tertentu (Bilinsky & Swindale, 2006). Pentingnya keragaman konsumsi

pangan dalam rumah tangga dibuktikan oleh penelitian Kennedy (2009).

Hasil penelitiannya membuktikan bahwa keragaman konsumsi pangan

merupakan faktor yang dapat mempengaruhi kecukupan zat gizi

(Kennedy, 2009). Hal ini menunjukkan bahwa zat gizi yang diperlukan

tubuh akan terpenuhi jika konsumsi pangan semakin beragam.

Konsumsi pangan yang beragam memberikan manfaat bagi

seseorang terutama pada anak-anak, di antaranya dapat meningkatkan

berat badan anak, meningkatkan kecukupan energi dan zat gizi lain

Page 44: SENSITIVITAS DAN SPESIFISITAS DIETARY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35093/2/ANDINI... · adequacy of more than 75% RDA. Further research is needed more with

26

sehingga mencapai tingkat kecukupan yang normal, memperbaiki status

antropometri anak, serta meningkatkan konsentrasi hemoglobin yang dapat

mempengaruhi kecerdasan dan produktivitas anggota rumah tangga.

Penelitian di Bangladesh pada balita usia 6-59 bulan tahun 2003–2005

oleh Rah dkk (2010) membuktikan bahwa rendahnya keragaman konsumsi

pangan menyebabkan kejadian stunting pada anak. Hal ini dapat

menunjukkan keragaman konsumsi pangan dapat mempengaruhi terhadap

status gizi anak (Rah dkk., 2010). Penelitian di Indonesia juga

menunjukkan bahwa pada anak usia 24-59 bulan yang mengalami stunting

mengkonsumsi makanan yang tidak beragam (Hermina & Prihatini, 2011).

1. Penilaian Keberagaman Konsumsi Pangan

Penilaian keberagaman konsumsi pangan dibedakan menjadi

dua yaitu penilaian keberagaman konsumsi pangan pada rumah tangga

dan penilaian keberagaman konsumsi pangan untuk individu. Penilaian

keberagaman konsumsi pangan dalam skala rumah tangga di Indonesia

kebanyakan masih menggunakan metode penilaian skor Pola Pangan

Harapan (PPH). Pola Pangan Harapan merupakan metode yang

digunakan dengan melihat komposisi dan jumlah atau ketersediaan

pangan pada tingkat rumah tangga. Hasil dari perhitungan PPH

tersebut dapat menjadikan evaluasi terhadap ketahanan pangan suatu

wilayah. Metode PPH ini terbatas pada penilaian ketahanan pangan

suatu wilayah namun tidak dapat menggambarkan skor keragamanan

konsumsi dari masing-masing individu dalam rumah tangga.

Page 45: SENSITIVITAS DAN SPESIFISITAS DIETARY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35093/2/ANDINI... · adequacy of more than 75% RDA. Further research is needed more with

27

FAO dan FANTA telah memperkenalkan penilaian

keberagaman konsumsi pangan untuk individu yaitu Dietary Diversity

Score (DDS). Dengan menggunakan metode ini, kita dapat menilai

kualitas konsumsi seseoarang dengan lebih mudah dan simpel. Selain

itu, konsumsi pangan yang dinilai dapat menentukan secara langsung

kecukupan dari zat gizi yang dikonsumsi serta tidak diperlukan melihat

apakah konsumsi makanan di rumah atau di luar rumah sehingga dapat

menilai konsumsi pada individu dalam sehari (FAO, 2010).

Metode DDS ini dapat digunakan dalam segala kondisi dengan

memperhatikan jangka waktu tertentu. Berdasarkan pedoman FAO

untuk mengukur keragaman konsumsi pada rumah tangga dan individu

diperlukan jangka waktu selama 24 jam sebelumnya, menggunakan 24

jam recall memang tidak dapat menggambarkan kebiasaan makan,

namun dapat memberikan penilaian konsumsi pada tingkat populasi

dan dapat digunakan untuk memonitoring kemajuan suatu program dan

intervensi (FAO, 2010).

Penilaian skor dari DDS didasarkan dari 9 kelompok pangan

yang direkomendasikan oleh FAO dalam Individual Dietary Diversity

Score (IDDS) sebagai berikut:

Page 46: SENSITIVITAS DAN SPESIFISITAS DIETARY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35093/2/ANDINI... · adequacy of more than 75% RDA. Further research is needed more with

28

Tabel 2.2 Tabel Dietary Diversity Score (DDS)

No.

Kuesio-

ner

Kelompok

pangan

Contoh YA = 1

TIDAK

= 0

1 Sereal dan

Umbi-umbian

a. Beras/nasi, jagung/tepung jagung, gandum,

sorgum, millet atau biji-bijian lannya atau

makanan yang dibuat dari jenis pangan ini

(mis. Roti, mie, bubur, pasta, atau produk

gandum/biji-bijan lainnya) + makanan lokal

b. Kentang, ubi putih, singkong putih, atau

makanan olahannya

2 Daging hewani

(daging ternak,

unggas, ikan,

dll)

Daging, ikan (ikan segar atau kering, kerang,

udang dan sejenisnya), daging unggas (ayam,

bebek, burung), hati dan organ hewan lainnya

yang dapat dikonsumsi

3 Susu dan

olahannya

Susu, keju, yogurt, pudding, es krim, krim

lainnya

4 Telur Telur ayam, telur bebek, telur puyuh

5 Kacang-

kacangan

Kacang, kacang polong (kacang hijau, kacang

polong), kedelai dan olahan kedelai, kacang-

kacangan dan biji-bijian

6 Buah, sayur

dan umbi-

umbian kaya

vitamin A

a. Sayuran berdauan hijau gelap (bayam,

kangkung, daun singkong, daun katuk, daun

pohpohan, sawi, bayam merah, daun kacang

panjang, daun ubi jalar, daun melinjo)

b. Lainnya: labu, tomat, wortel, dan ubi oranye +

sayuran lokal

Page 47: SENSITIVITAS DAN SPESIFISITAS DIETARY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35093/2/ANDINI... · adequacy of more than 75% RDA. Further research is needed more with

29

c. Jus dan buah kaya vitamin A (manga, blewah,

kesemek)

7 Buah lainnya a. Buah dan jus kaya vit C (>18 mg vit C per

100 gr): arbei, jambu biji, jeruk, rambutan,

papaya, belimbing, sawo, sirsak

b. Buah dan jus lainnya (tidak kaya baik vit A

atau C): apel, anggur, semangka, melon, salak,

nangka, duku, pisang, alpukat

8 Sayuran

lainnya

a. Sayuran dan jus kaya vit C (>18 mg vit C per

100 gr): kembang kol, kol, lobak, melinjo,

pepaya muda (sayur), sawi putih, kacang

panjang

b. Sayuran lainnya (tidak kaya baik vit A atau

C): labu siam, labu air, toge, terong, buncis,

jagung muda, jamur, gambas

9 Lemak dan

minyak

Minyak, mayonnaise, margarin, butter (yang

ditambahkan untuk makanan atau digunakan

untuk memasak), minyak sawit merah

Sumber: Guidelines for Measuring Household and Individual Dietary

Diversity (FAO, 2010).

F. Konsep Dietary Diversity Score (DDS) dan Kecukupan Zat Gizi

Keragaman konsumsi atau dietary diversity adalah sejumlah

pangan atau kelompok pangan berbeda yang dikonsumsi individu dalam

jangka waktu tertentu (Bilinsky & Swindale, 2006). Keragaman konsumsi

pangan merupakan metode kualitatif untuk mengukur konsumsi makanan

yang dapat menggambarkan keragaman dari jenis makanan atau pangan

yang dikonsumsi serta dapat menjadi indikator dari kecukupan asupan zat

Page 48: SENSITIVITAS DAN SPESIFISITAS DIETARY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35093/2/ANDINI... · adequacy of more than 75% RDA. Further research is needed more with

30

gizi untuk individu (FAO, 2010). Indikator keragaman konsumsi pangan

biasanya hanya dinilai dari jumlah jenis pangan yang dikonsumsi. Di

beberapa negara berkembang, penilaian skoring terkadang memperhatikan

dari jumlah porsi kelompok makanan yang dikonsumsi sesuai dengan

pedoman konsumsi yang berlaku. Namun, indikator biasanya dirancang

untuk mencerminkan kualitas dari makanan yang dikonsumsi tidak dapat

menilai keanekaragaman konsumsi (Ruel, 2002).

Dietary Diversity Score (DDS) merupakan indikator keragaman

konsumsi pangan. Beberapa penelitian telah dilakukan untuk mengukur

keragaman konsumsi pangan di beberapa negara berkembang (Kennedy,

2009). Pada penelitian oleh Kennedy (2009) menunjukkan bahwa DDS

berhubungan signifikan dengan asupan zat gizi mikro pada anak tidak ASI

usia 2-5 tahun di Filipina dan anak usia 1-8 tahun di Afrika Selatan.

Penelitian tersebut juga menilai cut-off point terbaik untuk dijadikan

indikator dari ketidakcukupan asupan zat gizi mikro. Di Filipina, cut-off

point untuk indikator ketidakcukupan asupan zat gizi mikro yaitu skor

DDS 6, sedangkan di Afrika Selatan yaitu skor DDS 4.

Penelitian lainnya yang melihat DDS dengan kecukupan zat gizi

yaitu penelitian oleh Moursi dkk (2008) dengan hasil penelitian bahwa

Dietary Diversity Score merupakan indikator yang baik untuk menilai

kecukupan dari mikronutrisi pada anak usia 6-23 bulan di Madagascar.

Penelitian Daniels (2006) juga melihat hubungan DDS dengan kecukupan

zat gizi pada balita usia 0-24 bulan, dengan hasil penelitian bahwa DDS

Page 49: SENSITIVITAS DAN SPESIFISITAS DIETARY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35093/2/ANDINI... · adequacy of more than 75% RDA. Further research is needed more with

31

dapat menilai kecukupan zat gizi dengan skor terbaik yaitu 4. Penelitian

lainnya yaitu Steyn dkk (2009) yang menunjukkan bahwa DDS

merupakan indikator yang baik untuk menilai kecukupan konsumsi zat

gizi pada anak usia 1-8 tahun di Afrika Selatan dengan skor 4 untuk MAR

<50%.

Di Indonesia terdapat penelitian yang dilakukan oleh Marlina

(2011) yang menilai indikator keragaman konsumsi pangan dengan

menggunakan DDS dan Food Variety Score (FVS). Hasil penelitiannya

yaitu DDS sebagai indikator keragaman konsumsi pangan yang lebih baik

dar FVS. Selain itu skor 6 untuk DDS merupakan cut off baik untuk

menilai kecukupan zat gizi sebesar 70% dari angka kecukupan zat gizi

(AKG) balita usia 24-59 bulan di Kota Bandung.

Kecukupan zat gizi dapat dilihat dengan membandingkan asupan

seseorang dengan standar atau rekomendasi yang dibutuhkan oleh tubuh.

Di Indonesia, rekomendasi yang digunakan adalah Angka Kecukupan Gizi

(AKG) 2013 (Kemenkes, 2014a). Penilaian kecukupan gizi dari beberapa

zat gizi dapat menggunakan nilai Mean Adequacy Ratio (MAR). MAR

menggambarkan evaluasi gambaran asupan zat gizi pada individu. MAR

tidak menggambarkan ketidakcukupan satu jenis zat gizi, sehingga dengan

menggunakan MAR kita dapat mengetahui kecukupan dari beberapa zat

gizi. MAR dihitung dengan menjumlahkan tingkat konsumsi zat gizi

dibagi dengan jumlah jenis zat gizi (Gibson, 2005). Secara keseluruhan,

kualitas zat gizi yang disebut MAR dihitung berdasarkan nilai Nutrient

Page 50: SENSITIVITAS DAN SPESIFISITAS DIETARY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35093/2/ANDINI... · adequacy of more than 75% RDA. Further research is needed more with

32

Adequacy Ratio (NAR) untuk asupan energi dan zat gizi lainnya. NAR

merupakan perbandingan antara zat gizi yang dikonsumsi individu dengan

AKG yang dianjurkan sesuai kategori usia dan jenis kelamin. MAR

menggambarkan indikator bahwa rata-rata zat gizi yang dikonsumsi masih

dibawah AKG atau telah melebihi AKG (Torheim et al., 2004).

Perhitungan dari NAR dan MAR sebagai berikut.

Penilaian kecukupan zat gizi di Indonesia sebatas menggunakan

Angka Kecukupan Gizi (AKG) yang dianjurkan sebagai terjemahan dari

Recommended Dietary Allowance (RDA). Di Amerika Serikat, penilaian

kecukupan zat gizi menggunakan Dietary Reference Intake (DRI) yang

terdiri dari nilai Estimated Average Requirement (EAR), RDA, Adequate

Intake (AI), dan Tolerable Upper Intake Lavel (UL) (Institude Of

Medicine, 2005).

EAR merupakan rata-rata kebutuhan zat gizi yang diperoleh dari

rata-rata kebutuhan gizi berdasarkan hasil penelitian pada populasi sehat.

Jika diterapkan dalam kehidupan sehari-hari mencakup 50% populasi

sehat. RDA atau AKG adalah angka kecukupan gizi yang bila diterapkan

dalam kehidupan sehari-hari akan memenuhi kebutuhan sekitar 97-98%

populasi sehat (Institude Of Medicine, 2005).

Page 51: SENSITIVITAS DAN SPESIFISITAS DIETARY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35093/2/ANDINI... · adequacy of more than 75% RDA. Further research is needed more with

33

Penilaian kecukupan energi dan protein menurut Depkes (1996)

dalam Jayanti, Effendi, & Sukandar (2011) dikatagorikan menjadi lima

yaitu defisit tingkat berat (<70% AKG), defisit tingkat sedang (70-79%

AKG), defisit tingkat ringan (80-89% AKG), normal (90-119% AKG),

serta berlebih (≥120% AKG). Adapun klasifikasi tingkat kecukupan pada

vitamin dan mineral hanya dikategorikan menjadi dua kategori menurut

Gibson (2005), yaitu defisit apabila <77% AKG serta cukup apabila ≥77%

AKG.

G. Uji Sensitivitas dan Spesifisitas

Sensitivitas adalah kemapuan suatu tes untuk memberikan

gambaran positif pada orang yang benar-benar sakit. Penggunaan

sensitivitas saja belum tentu dapat mengetahui secara benar keadaan suatu

penyakit. Untuk itu perlu diketahui konsep spesifisitas. Spesifisitas ialah

kemampuan suatu tes untuk memberikan gambaran negatif bila subjek

yang di tes adalah bebas dari penyakit (Masriadi, 2012). Uji sensitivitas

digunakan untuk memprediksi atau mengidentifikasi kelompok yang

mengalami kekurangan zat gizi, sedangkan spesifisitas digunakan untuk

memprediksi atau mengidentifikasi kelompok yang kecukupan zat gizinya

baik (Fahmida & Dillon, 2007).

Sensitivitas dan spesifisitas merupakan dua rasio yang digunakan

untuk mengukur kemapuan suatu uji saring (screening) atau uji diagnostik

untuk membedakan individu yang mengalami kekurangan zat gizi. Untuk

mendapatkan nilai sensitivitas dan spesifisitas, maka diperlukan analisis

Page 52: SENSITIVITAS DAN SPESIFISITAS DIETARY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35093/2/ANDINI... · adequacy of more than 75% RDA. Further research is needed more with

34

dari uji diagnostik. Uji diagnostik mempunyai tiga cara analisis (Dahlan,

2009), yaitu:

1. Tabel 2 x 2

Analisis ini berfungsi untuk mendapatkan performa alat uji

yang terlihat dari sensitivitas, spesifisitas, nilai duga positif,

nilai duga negatif, rasio kemungkinan positif dan rasio

kemungkinan negatif.

2. Kurva ROC

Kurva ROC atau Receiver Operating Characteristic

mempunyai fungsi untuk melihat nilai AUC atau Area Under

Curve untuk memperoleh cut off point yang direkomendasikan

serta nilai sensitivitas dan spesifisitas.

3. Multivariat Berjenjang

Merupakan analisis uji diagnostik yang lebih kompleks dengan

melihat nilai diagnostik dari parameter anamnesis, pemeriksaan

fisik, pemeriksaan penunjang sederhana, pemeriksaan

penunjang canggih. Dengan cara ini akan menghasilkan nilai

AUC untuk memperoleh cut off point rekomendasi.

Penelitian ini menggunakan analisis kurva ROC karena fungsinya

yaitu untuk mengetahui nilai sensitivitas dan spesifisitas dari metode DDS

dalam mengestimasi kecukupan zat gizi pada balita serta untuk

mengetahui cut off point dari DDS tersebut yang cocok untuk

direkomendasikan.

Page 53: SENSITIVITAS DAN SPESIFISITAS DIETARY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35093/2/ANDINI... · adequacy of more than 75% RDA. Further research is needed more with

35

H. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kecukupan Zat Gizi Balita

1. Karakteristik Individu

a) Usia

Menurut Departemen Kesehatan (2009), umur merupakan

masa hidup responden dalam tahun dengan pembulatan ke bawah

atau umur pada waktu ulang tahun yang terakhir. Umur

mempunyai peran penting dalam menentukan pemilihan makanan.

Asupan energi meningkat sesuai dengan usia dan perbedaan jenis

kelamin antara perempuan dan laki-laki menjadi lebih luas saat

mereka bertambah usianya. Secara signifikan pada anak usia

perkembangan dan pertumbuhan lebih banyak membutuhkan

energi (Crowle & Turner, 2010).

Terdapat kemungkinan tren dalam kecukupan gizi di tahun-

tahun awal kehidupan seseorang. Selama tahun pertama kehidupan,

kecukupan gizi pada bayi mungkin tercukupi dengan baik,

terutama pada anak yang ASI ekslusif. Hal ini dikarenakan

kandungan gizi dalam ASI yang mencukupi kebutuhan gizi pada

bayi. Namun, kecukupan gizi pada anak bisa jatuh drastis setelah

tahun pertama kehidupan atau saat sudah tidak lagi menyusu ASI

dan kebutuhan makanan pelengkap tidak memadai. Terdapat

hubungan antara usia balita yang sudah tidak ASI dengan

kecukupan energi dan protein dengan pvalue sebesar 0,0001.

Sehingga pada usia yang sudah tidak mendapatkan ASI lebih

Page 54: SENSITIVITAS DAN SPESIFISITAS DIETARY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35093/2/ANDINI... · adequacy of more than 75% RDA. Further research is needed more with

36

beresiko untuk mengalami ketidakcukupan zat gizi (Chaudhury,

2006).

b) Jenis Kelamin

Menurut Departemen kesehatan (2009), jenis kelamin

merupakan perbedaan seks yang didapat sejak lahir yang

dibedakan antara laki-laki dan perempuan. Jenis kelamin

menentukan besar kecilnya kebutuhan gizi bagi seseorang. Dalam

beberapa budaya di masyarakat, anak laki-laki dianggap lebih

berharga dari pada anak perempuan karena berbagai alasan. Anak

laki-laki dianggap membutuhkan energi atau makanan dalam porsi

yang lebih besar dibandingkan anak perempuan, hal ini

dikarenakan terdapat pengharapan lebih terhadap anak laki-laki,

selain itu anggapan bahwa anak laki-laki membutuhkan energi

yang lebih agar tubuhnya lebih kuat (Sultan, 2014). Berdasarkan

hasil penelitian Sultan (2014), menyatakan terdapat hubungan

antara jenis kelamin dengan kecukupan protein pada anak dengan

pvalue sebesar 0,01. Kecukupan zat gizi pada anak laki-laki lebih

tinggi dari pada kecukupan zat gizi anak perempuan.

c) Tinggi dan Berat Badan

Tinggi dan berat badan berpengaruh terhadap luas

permukaan tubuh, semakin luas permukaan tubuh maka semakin

besar pengeluaran panas, sehingga kebutuhan metabolisme basal

tubuh juga semakin besar (Kemenkes, 2014a). Berdasarkan

penelitian Wilson, Adolph, & Butte (2009) menyatakan bahwa

Page 55: SENSITIVITAS DAN SPESIFISITAS DIETARY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35093/2/ANDINI... · adequacy of more than 75% RDA. Further research is needed more with

37

anak yang berat badannya tidak berlebihan memiliki kecukupan zat

gizi yang baik dibandingkan dengan anak yang memiliki berat

badan berlebih. Penelitian lainnya yaitu oleh Hermina & Prihatini

(2011) yang menunjukkan bahwa anak balita di Indonesia yang

mengalami defisit energi lebih banyak dibandingkan dnegan balita

yang memiliki tinggi badan yang normal.

d) Kesehatan

Menurut Hardinsyah (2007) penyakit infeksi berpotensi

sebagai pedukung terjadinya kekurangan gizi atau malnutrisi.

Penyakit diare, campak, dan infeksi saluran pernafasan maupun

saluran pencernaan kerap menghilangkan nafsu makan serta

menimbulkan reaksi muntah. Hal tersebut menyebabkan gangguan

penyerapan zat gizi sehingga dapat menimbulkan kehilangan zat-

zat gizi dalam jumlah besar. Adanya malnutrisi pada seseorang

maka status gizi menjadi buruk, hal ini akan menyebabkan

kecukupan zat gizi terganggu (Retnaningsih, 2007).

2. Kebiasaan Makan

a) Keragaman Konsumsi

Keragaman konsumsi pangan merupakan jumlah pangan

atau kelompok pangan berbeda yang dikonsumsi individu dalam

jangka waktu tertentu (Bilinsky & Swindale, 2006). Pentingnya

keragaman konsumsi pangan dalam rumah tangga dibuktikan oleh

penelitian Kennedy (2009). Hasil penelitiannya membuktikan

Page 56: SENSITIVITAS DAN SPESIFISITAS DIETARY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35093/2/ANDINI... · adequacy of more than 75% RDA. Further research is needed more with

38

bahwa keragaman konsumsi pangan merupakan faktor yang dapat

mempengaruhi kecukupan zat gizi (Kennedy, 2009). Hal ini

menunjukkan bahwa zat gizi yang diperlukan tubuh akan terpenuhi

jika konsumsi pangan semakin beragam. Selain itu penelitian

Daniels (2006) juga menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara

keberagaman konsumsi (dietary diversity) dengan kecukupan zat

gizi pada balita di Filipina dengan pvalue <0,001. Penelitian

lainnya yaitu Steyn dkk., (2009) yang menyatakan terdapat

hubungan yang signifikan antara keragaman konsumsi (DDS dan

FVS) dengan kecukupan zat gizi pada anak usia 1-8 tahun di

Filipina dengan pvalue <0.0001.

b) Kesukaan Makanan/ food preference

Anak terutama pada usia balita atau pra-sekolah cenderung

memiliki kewaspadaan terhadap makanan baru. Hal ini

dikarenakan mereka memiliki selera yang lebih sensitif

dibandingkan orang dewasa. Selain itu, mereka memiliki sifat yang

cenderung memilih makanan yang hanya disukainya. Orang tua

merupakan penentu yang dapat mempengaruhi preferensi makanan

anak dengan cara memperkenalkan dan menyediakan serta

mencontoh mengkonsumsi makanan-makanan yang anak-anak

mungkin cenderung tidak suka. Orang tua terutama ibu yang

menyediakan konsumsi makanan dalam unit rumah tangga harus

memiliki komitmen untuk membimbing anak-anak menyukai

berbagai makanan agar mereka dapat terbiasa dengan konsumsi

Page 57: SENSITIVITAS DAN SPESIFISITAS DIETARY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35093/2/ANDINI... · adequacy of more than 75% RDA. Further research is needed more with

39

pangan yang beragam dan kebutuhan akan gizi anak tercukupi

(Soenardi, 2008).

c) Cara Pengolahan

Pengolahan bahan pangan merupakan pengubahan bentuk

asli kedalam bentuk yang mendekati bentuk untuk dapat segera

dimakan. Salah satu proses pengolahan bahan pangan adalah

menggunakan pemanasan. Pengolahan pangan dengan

menggunakan pemanasan dikenal dengan proses pemasakan yaitu

proses pemanasan bahan pangan dengan suhu 100⁰ C atau lebih

dengan tujuan utama adalah memperoleh rasa yang lebih enak,

aroma yang lebih baik, tekstur yang lebih lunak, untuk membunuh

mikrobia dan menginaktifkan semua enzim (Sundari, Almasyhuri,

& Lamid, 2015). Dalam banyak hal, proses pemasakan diperlukan

sebelum kita mengonsumsi suatu makanan. Pemasakan dapat

dilakukan dengan perebusan dan pengukusan (boiling dan

steaming pada suhu 100⁰ C), broiling (pemanggangan daging),

baking (pemanggangan roti), roasting (pengsangraian) dan frying

(penggorengan dengan minyak) dengan suhu antara 150⁰ - 300⁰ C.

Penggunaan panas dalam proses pemasakan sangat berpengaruh

pada nilai gizi bahan pangan tersebut (Belitz, Grosch, &

Schieberle, 2009).

Berdasarkan hasil penelitian Sundari, Almasyhuri, dan

Lamid (2015) menyatakan bahwa proses menggoreng

menyebabkan penurunan kandungan gizi yang sangat signifikan

Page 58: SENSITIVITAS DAN SPESIFISITAS DIETARY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35093/2/ANDINI... · adequacy of more than 75% RDA. Further research is needed more with

40

karena penggorengan menggunakan suhu yang tinggi sehingga zat

gizi seperti protein mengalami kerusakan. Sedangkan proses

perebusan menyebabkan berkurangnya kandungan zat gizi karena

banyak zat gizi terlarut dalam air rebusan. Selain itu review

penelitian yang sama oleh Fabbri & Crosby (2016) terkait dampak

dari persiapan dan proses pemasakan pada kualitas gizi dari

sayuran dan kacang-kacangan. Hasil review tersebut menyatakan

bahwa proses pengukusan menjadi proses yang terbaik dalam

menjaga kandungan gizi. Cara pengolahan baik persiapan sebelum

measak atau cara pemasakan dapat mempengaruhi secara langsung

kualitas gizi yang akan dikonsumsi yang akan berpengaruh pada

kecukupan zat gizi bagi tubuh (Fabbri & Crosby, 2016).

3. Faktor Ibu

a) Pengetahuan Gizi Ibu

Pengetahuan gizi adalah pemahaman seseorang tentang

ilmu gizi, zat gizi, serta interaksi antara zat gizi terhadap status gizi

dan kesehatan. Seseorang yang memiliki pengetahuan gizi yang

baik, memungkinkan dapat terhindar dari konsumsi pangan yang

salah atau buruk. Individu yang berpengetahuan baik akan

mempunyai kemampuan untuk menerapkan pengetahuan gizinya di

dalam pemilihan maupun pengolahan pangan sehingga konsumsi

pangan yang mencukupi kebutuhan tubuhnya dapat terjamin

(Hamid, Setiawan, & Suhartini, 2013).

Page 59: SENSITIVITAS DAN SPESIFISITAS DIETARY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35093/2/ANDINI... · adequacy of more than 75% RDA. Further research is needed more with

41

Pengetahuan tentang gizi ibu memungkinkan dalam

memilih dan mempertahankan pola makan untuk anaknya, namun

dalam penerapannya dapat dipengaruhi berbagai faktor seperti

biaya bahan makanan, sikap, kepercayaan, budaya, dan psikologis

seseorang (Retnaningsih, 2007). Semakin banyak pengetahuan gizi

seorang ibu semakin diperhitungkan jenis dan kwantum makanan

yang dipilih untuk dikonsumsi oleh anaknya. Dengan tingginya

pengetahuan maka pangan yang dikonsumsi semakin beragam

(Surachman, Kusrini, & Suyatno, 2013). Namun hal ini tidak

sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Hanani, Asmara, &

Nugroho (2008) yang mengatakan tidak terdapat hubungan antara

pengetahuan gizi dengan keragaman konsumsi pangan masyarakat

pedesaan.

Pengetahuan gizi ibu juga berhubungan dengan kecukupan

gizi anak. Berdasarkan hasil penelitian Sultan (2014) menatakan

bahwa pengetahuan ibu berhubungan dengan kecukupan energi

dan protein anak dengan pvalue <0,05. Hal serupa juga dinyatakan

oleh Chaudhury (2006) yang mengatakan bahwa pengetahuan ibu

berhubungan dengan kecukupan energi dan protein pada balita

dengan pvalue <0,01.

b) Pendidikan Ibu

Tingkat pendidikan orangtua merupakan salah satu faktor

yang berpengaruh terhadap pola asuh anak termasuk pemberian

makan, pola konsumsi pangan, dan status gizi. Menurut

Page 60: SENSITIVITAS DAN SPESIFISITAS DIETARY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35093/2/ANDINI... · adequacy of more than 75% RDA. Further research is needed more with

42

Hardinsyah (2007) tingkat pendidikan orang tua sangat

berpengaruh terhadap pemilihan kuantitas dan kualitas makanan

yang dikonsumsi oleh anaknya. Semakin tinggi tingkat pendidikan

orangtua, pengetahuan tentang gizi semakin baik. Pengetahuan gizi

yang baik akan berpengaruh terhadap kebiasaan makan keluarga

karena pengetahuan gizi mempunyai peranan yang sangat penting

dalam pembentukan kebiasaan makan seseorang. Menurut Brown

(2011), orang tua menjadi target sekunder dalam pemberian

informasi gizi, hal ini disebabkan orang tua adalah pemegang

keputusan dalam penyediaan makan yang selanjutnya akan

menjadi tradisi dalam perilaku makannya dirumah.

Berdasarkan hasil penelitian Hanani dkk., (2008),

pendidkan ibu mempengaruhi keragaman konsumsi pangan

keluarga. Hal serupa juga dikemukakan pada hasil penelitian

Hamid dkk., (2013), pendidikan ibu mempengaruhi pola konsumsi

pangan rumah tangga. Hal ini tidak sejalan dengan hasil penelitian

Bangun dkk (2012) yang mengatakan bahwa pendidikan orang tua

tidak berpengaruh terhadap pola konsumsi pangan keluarga. Selain

berhubungan dengan kebiasaan makan, pendidikan ibu juga

berhubungan dengan kecukupan zat gizi pada anaknya. Hal ini

dapat terlihat dari penelitian Sultan (2014) dan Chaudhury (2006)

yang mengatakan terdapat hubungan yang bermakna antara

pendidikan ibu dengan kecukupan energi dan protein pada anak

dengan pvalue <0,05 dan <0,01.

Page 61: SENSITIVITAS DAN SPESIFISITAS DIETARY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35093/2/ANDINI... · adequacy of more than 75% RDA. Further research is needed more with

43

4. Faktor Sosial Ekonomi

a) Faktor Ekonomi

Keadaan ekonomi keluarga relatif mudah diukur dan

berpengaruh besar pada konsumsi pangan, bila kebutuhan akan gizi

tidak terpenuhi maka akan menimbulkan masalah-masalah gizi

(Hardinsyah, 2007). Pada umumnya, jika tingkat pendapatan naik,

jumlah dan jenis makanan cenderung juga membaik. Akan tetapi

mutu makanan tidak selalu membaik jika diterapkan tanaman

perdagangan. Tanaman perdagangan menggantikan produksi

pangan untuk rumah tangga dan pendapatan yang diperoleh dari

tanaman perdagangan itu atau upaya peningkatan pendapatan yang

lain mungkin tidak digunakan untuk membeli pangan atau bahan-

bahan pangan berkualitas gizi tinggi (Perdana, Hardinsyah, &

Damayanthi, 2014). Pendapatan keluarga memiliki peranan yang

sangat penting untuk mendukunh kelangsungan hidup keluarga.

Dalam Riset Kesehatan Dasar 2007 dikemukakan bahwa semakin

tinggi tingkat pendapatan keluarga, semakin tinggi pula

pengeluaran rumah tangga tersebut dalam membeli bahan pangan

yang mengandung energi dan protein (Depkes, 2007).

Dari hasil penelitian Hamid dkk (2013) mengatakan bahwa

pendapatan perkapita keluarga berhubungan dengan pola konsumsi

pangan rumah tangga. Hal serupa pada penelitian Analia (2009)

dan Surachman dkk (2013) mengatakan bahwa pendapatan rumah

tangga mempengaruhi keragaman konsumsi pangan. Namun, hasil

Page 62: SENSITIVITAS DAN SPESIFISITAS DIETARY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35093/2/ANDINI... · adequacy of more than 75% RDA. Further research is needed more with

44

penelitian Retnaningsih (2007) tidak sejalan, hasil penelitian

tersebut mengatakan bahwa tidak terdapat hubungan antara

pendapatan rumah tangga dengan keberagaman konsumsi pangan

yang dinilai dengan metode pola pangan harapan.

b) Faktor Sosial

Pengaruh lingkungan dan sebaya dapat mempengaruhi

seseorang dalam berperilaku. Perilaku ibu dalam mengasuh anak

juga dapat dipengaruhi dari pengalaman-pengalaman lingkungan

mereka atau dari pengaruh orang tua atau sesepuhnya terdahulu.

Pengaruh dari lingkungan dan orang-orang disekitar ini yang akan

mempengaruhi dari perilaku makan anak.

Selain dari orang tua, perilaku makan anak juga

dipengaruhi dari teman sebaya mereka. Sebuah studi menunjukkan

bahwa ketika anak melihat teman sebayanya tidak suka terhadap

sayuran, maka anak tersebut akan mempengaruhi preferensi

makanannya bahwa sayuran adalah makanan yang pahit dan

mereka akan ikut tidak suka terhadap makanan tersebut.

(Grosvenor & Smolin (2002) dalam Marlina (2011)).

I. Kerangka Teori

Berikut ini merupakan kerangka teori yang didasarkan pada

modifikasi dari Fabbri & Crosby (2016), Sultan (2014) Chaudhury (2006),

Kennedy (2009), dan Steyn dkk., (2009), tentang faktor-faktor yang

berhubungan dengan kecukupan zat gizi pada balita.

Page 63: SENSITIVITAS DAN SPESIFISITAS DIETARY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35093/2/ANDINI... · adequacy of more than 75% RDA. Further research is needed more with

45

Keterangan

= Variabel yang diteliti

= Variabel tidak diteliti

Karakteristik individu

- Usia

- Jenis kelamin

- Berat badan

- Kesehatan

Kecukupan zat gizi balita

Kebiasaan makan:

- Keragaman konsumsi

anak (dietary diversity)

- Makanan kesukaan anak /

food preference

- Cara Pengolahan

Faktor ibu:

- pengetahuan ibu

- pendidikan ibu

Sumber: Modifikasi dari penelitian Fabbri & Crosby (2016), Sultan (2014), Kennedy (2009),

Chaudhury (2006), dan Steyn dkk., (2009)

Faktor sosial ekonomi

Bagan 2.1 Kerangka Teori

Page 64: SENSITIVITAS DAN SPESIFISITAS DIETARY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35093/2/ANDINI... · adequacy of more than 75% RDA. Further research is needed more with

46

3 BAB III

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

A. Kerangka Konsep

Bagan diatas menunjukkan kerangka konsep yang ingin diteliti,

lingkup penelitian yaitu melihat hubungan DDS dengan kecukupan zat

gizi serta menilai sensitivitas dan spesifisitas metode Dietary Diversity

Score (DDS) dalam mengestimasi kecukupan zat gizi pada balita usia 24-

59 bulan sehingga variabel yang diteliti yaitu keragaman konsumsi pangan

pada balita dengan DDS dan kecukupan zat gizi (energi, protein, vitamin

A, vitamin C, kalsium, zat besi (Fe), dan seng (Zn)) pada balita dengan

MAR.

Variabel yang tidak diteliti yaitu faktor ibu, kesukaan

makanan/food preference, dan kesehatan dalam variabel karakteristik

individu, hal ini dikarenakan penelitian menggunakan data skunder dari

Keragaman konsumsi pangan

pada balita dengan

menggunakan Dietary

Diversity Score (DDS)

Karakteristik individu:

- Usia

- Jenis kelamin

- Berat Badan

Kecukupan zat gizi (energi,

protein, vitamin A, vitamin

C, Kalsium, Fe, Zn) balita

dengan menggunakan Mean

Adequacy Ratio (MAR)

Bagan 3.1 Kerangka Konsep

Page 65: SENSITIVITAS DAN SPESIFISITAS DIETARY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35093/2/ANDINI... · adequacy of more than 75% RDA. Further research is needed more with

47

Studi Diet Total 2014, dimana dalam penelitian SDT tidak terdapat

variabel yang terkait dengan ketiga variabel tersebut. Sedangkan variabel

cara pengolahan dalam penelitian SDT digunakan untuk analisis cemaran.

Selian itu, penilaian kecukupan zat gizi tidak lagi memperhitungkan cara

pengolahan karena data yang digunakan sudah dikonversi dari berat

matang menjadi berat mentah dengan memperhitungkan cara

pengolahannya dari makanan yang dikonsumsi (Balitbangkes, 2014).

Page 66: SENSITIVITAS DAN SPESIFISITAS DIETARY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35093/2/ANDINI... · adequacy of more than 75% RDA. Further research is needed more with

48

B. Definisi Operasional

Tabel 3.1 Definisi Operasional

No Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Instrumen Hasil Ukur Skala Ukur

1. Kecukupan zat

gizi

Persentase asupan zat gizi dengan

nilai Mean Adequacy Ratio (MAR)

yang didapat dari jumlah rata-rata

nilai Nutrient Adequacy Ratio (NAR)

energi, protein, vit A, Vit C, Ca, Fe,

dan Zn berdasarkan hasil recall

individu 1x24 jam data Studi Diet

Total 2014

Menilai kecukupan dari zat

gizi energi, protein, vit A,

vit C, Ca, Fe, dan Zn yang

diperoleh dari hasil recall

individu 1x24 jam dan

dibandingkan dengan AKG

sesuai usia 1-3 tahun dan 4-

6 tahun.

Kuesioner SKMI-

2014.IND blok

X.Konsumsi Makanan

Individu Recall 1x24

jam

Persentase

nilai MAR

Rasio

2. Kecukupan zat

gizi

Persentase asupan zat gizi dengan

nilai Mean Adequacy Ratio (MAR)

yang didapat dari jumlah rata-rata

nilai Nutrient Adequacy Ratio (NAR)

energi, protein, vit A, vit C, Ca, Fe,

dan Zn berdasarkan hasil recall

individu 1x24 jam data Studi Diet

Total 2014 untuk melihat nilai

Menilai kecukupan dari zat

gizi energi, protein, vit A,

vit C, Ca, Fe, dan Zn yang

diperoleh dari hasil recall

individu 1x24 jam dan

dibandingkan dengan AKG

sesuai usia 1-3 tahun dan 4-

6 tahun.

Kuesioner SKMI-

2014.IND blok

X.Konsumsi Makanan

Individu Recall 1x24

jam

1. MAR 50%

AKG

2. MAR 70%

AKG

3. MAR 77%

AKG

Ordinal

Page 67: SENSITIVITAS DAN SPESIFISITAS DIETARY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35093/2/ANDINI... · adequacy of more than 75% RDA. Further research is needed more with

49

sensitivitas dan spesifisitas

3. Dietary Diversity

Score (DDS)

Keragaman konsumsi pangan dari

sembilan kelompok pangan yang

dikonsumsi balita selama 24 jam dari

data recall individu 1x24 jam Studi

Diet Total 2014 yang dilihat dengan

skor DDS serta nilai sensitivitas dan

spesifisitas.

Menjumlahkan konsumsi

perkelompok pangan balita

yang diperoleh dari hasil

recall individu 1x24 jam

Studi Diet Total 2014

1. Kuesioner SKMI-

2014.IND blok

X.Konsumsi

Maknaan Individu

Recall 1x24 jam

2. Tabel perhitungan

Dietary Diversity

Score (DDS)

Rata-rata

skor DDS

serta nilai

sensitivitas

dan

spesifisitas

Rasio

4. Usia Masa hidup balita dalam bulan yang

dihitung saat pengambilan data Studi

Diet Total 2014

Wawancara Kuesioner 1. 24-47

bulan

2. 48-59

bulan

Distribusi

Frekuensi

5. Jenis Kelamin Perbedaan seks pada balita responden

Studi diet Total 2014 yang dibedakan

antara laki-laki dan perempuan

Wawancara Kuesioner 1. Laki-

laki

2. Perem-

puan

Ditribusi

Frekuensi

6. Berat Badan Ukuran tubuh balita responden Studi

Diet Total 2014

Penimbangan balita Timbangan dengan

ketelitian 0,1 kg Berat dalam

kilogram

Ditribusi

Frekuensi

Page 68: SENSITIVITAS DAN SPESIFISITAS DIETARY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35093/2/ANDINI... · adequacy of more than 75% RDA. Further research is needed more with

50

C. Hipotesis Penelitian

1. Ada hubungan antara DDS dengan tingkat kecukupan zat gizi dengan

nilai MAR pada balita usia 24-59 bulan di Indonesia.

Page 69: SENSITIVITAS DAN SPESIFISITAS DIETARY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35093/2/ANDINI... · adequacy of more than 75% RDA. Further research is needed more with

51

4 BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Jenis penelitian lanjutan ini merupakan penelitian kuantitatif dengan

menggunakan desain penelitian cross sectional karena pengambilan

variabel yang dilakukan dalam satu waktu. Variabel yang digunakan yaitu

Dietary Diversity Score (DDS) dan variabel kecukupan zat gizi yang dinilai

menggunakan data skunder konsumsi makanan individu dengan metode

recall 24 jam yang dilakukan dalam Studi Diet Total (SDT) Survey

Konsumsi Makanan Individu (SKMI). Penelitian ini menggunakan uji

diagnostik untuk melihat nilai sensitivitas dan spesifisitas dari metode

Dietary Diversity Score (DDS) sebagai indikator keragaman konsumsi

pangan untuk mengestimasi kecukupan zat gizi pada balita usia 24-59 bulan

di Indonesia.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian lanjutan dengan menggunakan data SKMI terkait recall

individu dianalisis lebih lanjut pada bulan November 2016-Januari 2017

oleh mahasiswa Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah selaku peneliti.

Page 70: SENSITIVITAS DAN SPESIFISITAS DIETARY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35093/2/ANDINI... · adequacy of more than 75% RDA. Further research is needed more with

52

C. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi penelitian lanjutan ini adalah seluruh sampel balita yang

diwawancarai dalam SKMI sebanyak 6.093 balita usia 0-59 bulan.

Sedangkan sampel dalam penelitian lanjutan ini yaitu seluruh balita usia

24-59 bulan yang menjadi sampel dalam SKMI yang memenuhi kriteria

inklusi dan ekslusi. Kriteria dan pengambilan sampel penelitian sebagai

berikut:

a. Kriteria inklusi yaitu balita usia 24-59 bulan yang diukur

konsumsi makanan dengan menggunakan recall individu 1x24

jam.

b. Kriteria esklusi yaitu terdapat ketidaklengkapan dalam data

recall individu 1x24 jam pada balita usia 24-59 bulan, balita

usia 24-59 bulan yang masih ASI, balita yang tidak diukur

berat badannya, serta balita dengan status gizi buruk, gizi

kurang, dan gizi lebih.

Besar sampel dalam penelitian ini menggunakan perhitungan

besar sampel uji hipotesis beda rata-rata dengan rumus sebagai berikut

(Dahlan, 2009).

Page 71: SENSITIVITAS DAN SPESIFISITAS DIETARY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35093/2/ANDINI... · adequacy of more than 75% RDA. Further research is needed more with

53

Keterangan:

n : besar sampel

α : level signifikan

1-β : derajat kepercayaan

σ : standar deviasi variabel dependen pada peneletian sebelumnya

μo – μa : selisih minimal rerata yang dianggap bermakna

Dengan menggunakan rumus tersebut, nilai rata-rata dan standar

deviasi dari variabel dependen yaitu kecukupan zat gizi (MAR). Rata-

rata dan standar deviasi yang digunakan yaitu berdasarkan hasil

penelitian Marlina (2011) sebesar 71,61 dan 14,99. Dengan nilai tersebut

serta menggunakan nilai α sebesar 1% dan 1-β sebesar 99% maka

didapatkan hasil besar sampel sebesar 470. Dalam penelitian ini

digunakan total sampel yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi

sebesar 3085. Adapun alur cleaning data berdasarkan kriteria inklusi dan

ekslusi sebagai berikut.

Page 72: SENSITIVITAS DAN SPESIFISITAS DIETARY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35093/2/ANDINI... · adequacy of more than 75% RDA. Further research is needed more with

54

D. Sumber Data Penelitian

Sumber data pada penelitian lanjutan ini adalah data Studi Diet

Total: Survei Konsumsi Makanan Individu Indonesia tahun 2014. Data

berasal dari kuesioner individu SKMI-2014.IND blok X.KONSUMSI

MAKANAN Individu Recall 1x24 jam

Bagan 4.1 Alur Cleaning Sampel Penelitian

3990 balita usia 24-59

bulan

3813 balita yang sudah

tidak konsumsi ASI

3503 balita sudah tidak

konsumsi ASI dan

ditimbang berat badan

3467 balita tidak konsumsi

ASI, diukur berat badan,

lengkap data recall

Cleaning balita yang

tidak ditimbang berat

badan sebanyak 310, 14

tidak ditimbang dan

masih ASI

Cleaning balita yang

masih konsumsi ASI

sebanyak 177 balita

Cleaning

ketidaklengkapan data

dan recall sebanyak 36

3085 balita tidak konsumsi

ASI, diukur berat badan,

lengkap data recall, dan

status gizi baik (BB/U -2

SD sampai 2 SD)

Cleaning balita yang

memiliki status gizi

buruk, gizi kurang,

dan gizi lebih

sebanyak 382

Page 73: SENSITIVITAS DAN SPESIFISITAS DIETARY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35093/2/ANDINI... · adequacy of more than 75% RDA. Further research is needed more with

55

E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian lanjutan ini yaitu surat izin permohonan data

SDT 2014, proposal penelitian untuk pengajuan permohonan data SDT

2014, Buku Pedoman Kode Bahan Makanan Survei Konsumsi Makanan

Individu, serta tabel perhitungan DDS.

F. Pengumpulan Data

Pengumpulan data lanjutan mengikuti prosedur permohonan

permintaan data yang disyaratkan oleh Badan Penelitian dan

Pengembangan Kesehatan RI sebagai badan yang melaksanakan SDT.

Adapun alur prosedur pengumpulan data tersebut yaitu;

Page 74: SENSITIVITAS DAN SPESIFISITAS DIETARY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35093/2/ANDINI... · adequacy of more than 75% RDA. Further research is needed more with

56

G. Pengolahan Data

Data yang didapat dari Badan Litbangkes berupa data recall yang

berisikan ID rumah tangga, ID anggota rumah tangga, pembobotan, kode

provinsi, kode bahan makanan, berat matang (gram), berat mentah (gram),

jenis kelamin, berat badan (kg), dan umur (bulan) dalam bentuk SPSS. Data

yang didapat kemudian dilakukan cleaning data yang telah dijelaskan pada

subbab sampel penelitian. Kemudian data recall tersebut diolah dalam

Nutrisurvey versi 2007 dengan database makanan Indonesia tahun 2005

serta tambahan beberapa database USDA SR25 tahun 2012.

Menyaipkan persyaratan yaitu proposal

penelitian, surat permohonan permintaan

data, dan formulir permintaan data

Mengirimkan persyaratan kepada

Kepala Badan Litbangkes

Telaah proposal dan pembuatan subset

data oleh laboratorium manajemen data

Pengeluaran subset data

Peneliti lanjutan tanda tangan surat

pernyataan penggunaan data

Persetujuan Ka.Badan

Bagan 4.2 Alur Pengumpulan Data

Page 75: SENSITIVITAS DAN SPESIFISITAS DIETARY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35093/2/ANDINI... · adequacy of more than 75% RDA. Further research is needed more with

57

Data recall tersebut diolah dengan cara memasukkan bahan makanan

yang diliat dari kode bahan makanan serta berat mentah untuk mengetahui

asupan dari ketujuh zat gizi. Kode bahan makanan dilihat dari Buku

Pedoman Kode Bahan Makanan Survei Konsumsi Makanan Individu.

Kemudian dibuat file SPSS baru yang telah dientri ulang ID rumah tangga,

ID anggota rumah tangga, pembobotan, umur (bulan), jenis kelamin, berat

badan peresponden serta kolom untuk asupan energi, protein, vitamin A,

vitamin C, kalsium, zat besi, dan zink. Asupan yang sudah didapat dari

Nutrisurvey kemudian dimasukkan kedalam ketujuh kolom zat gizi dalam

SPSS tersebut.

Setelah mengentri data asupan, langkah selanjutnya yaitu mengolah

data recall yang telah dientri ke dalam Nutrisurvey menjadi skoring DDS

dengan cara manual melihat apakah konsumsi kelompok pangan nomer 1

atau tidak. Jika konsumsi kelompok pangan nomer 1 (serealia dan umbi-

umbian) diberi skor 1, jika tidak diberi skor 0, hal ini dilakukan sampai

konsumsi pangan nomer 9 (lemak dan minyak) hingga keseluruhan

responden. Pengentrian nilai DDS 1 sampai 9 dengan melihat tabel

perhitungan DDS serta pengelompokan pangan dari FAO dilakukan dengan

cara yaitu membandingkan recall dalam Nutrisurvey dengan SPSS baru

yang telah ditambahkan kolom kelompok pangan 1 sampai 9. Setelah

selesai mengentri nilai DDS sampai responden terakhir, kemudian

dilakukan transform data dengan menjumlahkan nilai DDS 1 sampai 9

untuk mengetahui skor DDS total dari tiap responden.

Page 76: SENSITIVITAS DAN SPESIFISITAS DIETARY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35093/2/ANDINI... · adequacy of more than 75% RDA. Further research is needed more with

58

Pegolahan data selanjutnya yaitu recode umur dalam bulan menjadi

kategori umur 24-47 dan 48-59 untuk memudahkan dalam perhitungan

kecukupan zat gizi. Kemudian dilakukan perhitungan kecukupan zat gizi

dalam NAR dengan cara compute menggunakan fungsi IF membandingkan

nilai AKG dari ketujuh zat gizi dengan melihat kategori umur. Setelah

NAR dari ketujuh zat gizi didapat, kemudian dilakukan perhitungan nilai

MAR dengan compute rata-rata dari ketujuh NAR. Berikut alur pengolahan

data penelitian.

Cleaning data

Pengolahan asupan zat gizi dari 3085

balita

Perhitungan skor DDS dengan cara

membandingkan recall dengan tabel

DDS dari FAO sebanyak 3085

responden kemudian dientri ke file

SPSS baru

Recode kategori usia 24-47 dan 48-59

bulan

Data dari Litbangkes

diolah di Nutrisurvey

Data Litbangkes

Nutrisurvey dan tabel

DDS FAO

Perhitungan NAR dan MAR

SPSS

Langkah Sumber

SPSS

Bagan 4.3 Alur Pengolahan Data

Page 77: SENSITIVITAS DAN SPESIFISITAS DIETARY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35093/2/ANDINI... · adequacy of more than 75% RDA. Further research is needed more with

59

H. Analisis Data

Analisis data lanjutan menggunakan analisis univariat dan bivariat

sebagai berikut.

a. Analisis univariat digunakan untuk melihat gambaran distribusi

frekuensi dari DDS, asupan zat gizi (energi, protein, vit A, vit C,

Fe, Ca, dan Zn), serta kecukupan zat gizi yang dinilai dengan nilai

NAR dan MAR.

b. Analisis Bivariat digunakan untuk mengetahui ada atau tidak

adanya hubungan serta kekuatan hubungan antara DDS dengan

kecukupan zat gizi yang dilihat dengan MAR dan NAR dari

ketujuh zat gizi dengan menggunakan uji korelasi. Selain itu

analisis kurva ROC antara skor DDS pada balita dengan standar

MAR sebesar 75% AKG yang didapat dari rata-rata nilai

kecukupan energi dan protein sebesar 70% AKG, serta kecukupan

vitamin A, vitamin C, Kalsium, Zat besi, dan Zink sebesar 77%

AKG. Analisis ROC dilakukan untuk mengetahui nilai sensitivitas

dan spesifisitas dari metode DDS, serta menentukan cut off terbaik

dari DDS dengan melihat nilai sensitivitas dan spesifisitas yang

paling optimal atau nilai dari keduanya sama-sama tinggi (Morton,

Hebel, & McCarter, 2009).

Page 78: SENSITIVITAS DAN SPESIFISITAS DIETARY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35093/2/ANDINI... · adequacy of more than 75% RDA. Further research is needed more with

60

5 BAB V

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Karakteristik Umum

Responden dalam penelitian ini merupakan seluruh balita dalam

penelitian Studi Diet Total (SDT) Survey Konsumsi Makanan Individu

(SKMI) Balitbangkes tahun 2014 yang terdiri dari 33 Provinsi di Indonesia.

Total sampel dalam penelitian sebanyak 3085 balita yang terdiri dari balita

usia 24-47 bulan sebanyak 2022 balita, serta yang berusia 48-59 bulan

sebanyak 1154balita. Sampel penelitian telah diukur konsumsi makanan

dengan menggunakan recall individu 1x24 jam dan diukur berat badannya

serta sudah tidak mengkonsumsi ASI. Berikut tabel distribusi karakteristik

individu dari balita.

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Individu Balita 24-59 Bulan di

Indonesia Tahun 2014

Karakteristik Individu Frekuensi

N %

Jenis Kelamin

Laki-Laki 1606 52,1

Perempuan 1479 47,9

Usia

24-47 bulan 1974 64

48-59 bulan 1111 36

Total 3085 100

Pada tabel 5.1 digambarkan karakteristik individu dari balita.

Proporsi antara balita laki-laki dan perempuan sebesar 52.1% dan 47.9%.

Dari 3085 balita, sebesar 64% berusia 24-47 bulan dan 36% berusia 48-59

bulan.

Page 79: SENSITIVITAS DAN SPESIFISITAS DIETARY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35093/2/ANDINI... · adequacy of more than 75% RDA. Further research is needed more with

61

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Berat Badan Pada Balita Usia 2-59 Bula di

Indonesia Tahun 2014

Berat Badan

Mean SD Min-Maks 95% CI

14,29 2,27 9.6-20,9 14,22-14,38

Dari Tabel 5.2, diketahui dari 3085 balita rata-rata berat badannya

sebesar 14,29 kg (14,22-14,38) dengan berat terendah 9,6 kg dan tertinggi

20,9 kg.

B. Analisis Univariat

Analisis univariat pada penelitian ini menggambarkan distribusi

frekuensi asupan zat gizi (energi, protein, vitamin A, vitamin C, kalsium,

zat besi, dan zink), distribusi frekuensi kecukupan zat gizi yang dihitung

dengan nilai Nutrient Adequacy Ratio (NAR) dari ketujuh zat gizi dan nilai

kecukupan zat gizi keseluruhan dengan menggunakan Mean Adequacy

Ratio (MAR), distribusi frekuensi dan proporsi Dietary Diversity Score,

distribusi frekuensi asupan berdasarkan kelompok pangan, distribusi

frekuensi kelompok pangan berdasarkan skor DDS, serta distibusi frekuensi

skor DDS dan nilai MAR. pada balita di tiap provinsi Indonesia.

1. Distribusi Frekuensi Asupan Zat Gizi Pada Balita Usia 24-59

Bulan di Indonesia Tahun 2014

Asupan zat gizi pada balita didapat dari hasil recall 1x24 jam yang

telah dilakukan dalam penelitian Studi Diet Total (SDT) Survey Konsumsi

Makanan Individu (SKMI) Balitbangkes pada tahun 2014. Gambaran dari

asupan serta kecukupan zat gizi pada balita sebagai berikut:

Page 80: SENSITIVITAS DAN SPESIFISITAS DIETARY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35093/2/ANDINI... · adequacy of more than 75% RDA. Further research is needed more with

62

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Asupan Zat Gizi Pada Balita Usia 24-59 Bulan

di Indonesia Tahun 2014

Zat Gizi Rata-rata SD Median Rerata

Usia 24-47 48-59 24-47 48-59 Total Total

Energi (kkal) 854.88 1208,28 188,15 250.65 975 982.15

Protein (gr) 23,20 34,69 8,15 11,54 26,3 27,34

Vitamin A (mcg) 267,92 337,74 138,26 162,26 306 293.07

Vitamin C (mg) 17,44 21,91 13,62 16.67 16,2 19,05

Kalsium (mg) 252,45 337,23 174,59 249,45 232,9 282,98

Fe (mg) 3,92 5,17 1,94 2,30 4,1 4,37

Zn (mg) 2,81 3,75 0,87 1,16 3,2 3,14

Berdasarkan tabel 5.3 dapat dilihat rata-rata, standar deviasi, serta

nilai median dari asupan energi, protein, vitamin A, vitamin C, kalsium, zat

besi dan zink. Dari tabel tersebut diketahui rata-rata asupan zat gizi pada

usia 48-59 bulan lebih tinggi dibandingkan usia 24-47 bulan.

2. Distribusi Frekuensi Kecukupan Zat Gizi Pada Balita Usia 24-

59 Bulan di Indonesia Tahun 2014

Kecukupan zat gizi dilihat dengan menggunakan nilai MAR yang di

dapat dari rata-rata nilai NAR energi, protein, vitamin A, vitamin C,

kalsium, zat besi dan zink. Dibawah ini merupakan tabel distribusi

frekuensi kecukupan zat gizi pada balita.

Page 81: SENSITIVITAS DAN SPESIFISITAS DIETARY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35093/2/ANDINI... · adequacy of more than 75% RDA. Further research is needed more with

63

Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Kecukupan Zat Gizi Pada Balita Usia 24-59

Bulan di Indonesia Tahun 2014

Kecukupan

Zat Gizi

Rata-rata

(%) SD Min-Maks Median

NAR Energi 75,82 16,35 26,38-126,43 78,13

NAR Protein 92,79 32,30 11,54-219,23 96,15

NAR Vit A 69,89 35,32 0-173,13 73,75

NAR Vit C 45,44 35,23 0-160,89 39

NAR Kalsium 36,99 26,30 2,03-116,54 30

NAR Fe 52,03 25,05 5-155 48,89

NAR Zn 71,83 22,38 17,5-160 75

MAR 63,54 20,40 16,37-109.07 68,66

Kecukupan zat gizi yang dihitung dengan nilai Nutrient Adequacy

Ratio (NAR), yang didapat dari persentase asupan yang dibandingkan

dengan Angka Kecukupan Gizi (AKG). Selain nilai NAR juga dilhat nilai

Mean Adequacy Ratio (MAR) yang didapat dari rata-rata nilai NAR.

Berdasarkan tabel 5.4, diketahui nilai NAR tertinggi yaitu protein sebesar

92,79% dan nilai NAR terendah yaitu kalsium sebesar 36,99%. Rata-rata

nilai MAR dari ketujuh zat gizi tersebut sebesar 63,54%.

3. Distribusi Frekuensi dan Proporsi Dietary Diversity Score (DDS)

pada Balita Usia 24-59 Bulan di Indonesia Tahun 2014

Keragaman konsumsi pangan dilihat dengan menggunakan nilai

DDS. Gambaran distribusi frekuensi dari DDS sebagai berikut:

Page 82: SENSITIVITAS DAN SPESIFISITAS DIETARY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35093/2/ANDINI... · adequacy of more than 75% RDA. Further research is needed more with

64

Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Dietary Diversity Score (DDS) Pada Balita Usia

24-59 Bulan di Indonesia Tahun 2014

DDS

N Rata-rata SD Median Min-Maks

3085 5,29 1,31 5 1-9

Dari tabel 5.5 diketaui rata-rata DDS dari 3467 balita sebesar 5,26

dengan skor terendah 1 dan tertinggi 9.

Gambar 5.1 Persentase Dietary Diversity Score (DDS) Pada Balita Usia 24-

59 Bulan di Indonesia Tahun 2014

Dari grafik diatas diketahui skor DDS 5 merupakan skor yang

paling tinggi dengan persentase sebesar 33,35% sedangkan skor DDS 1

merupakan skor yang paling rendah dengan persentase sebesar 0,227%.

Page 83: SENSITIVITAS DAN SPESIFISITAS DIETARY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35093/2/ANDINI... · adequacy of more than 75% RDA. Further research is needed more with

65

4. Distribusi Frekuensi Asupan Berdasarkan Kelompok Pangan

Pada Balita Usia 24-59 Bulan di Indonesia Tahun 2014

Asupan berdasarkan kelompok pangan didapat dari hasil recall

individu 1x24 jam. Kelompok pangan dibedakan menjadi 9 kelompok yang

mengikuti pengelompokan berdasarkan Dietary Diversity Score (DDS) oleh

Food and Agriculture Organization (FAO). Gambaran distribusi frekuensi

dari konsumsi 9 kelompok pangan sebagai berikut:

Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Asupan Berdasarkan Kelompok Pangan Pada

Balita Usia 24-59 Bulan di Indonesia Tahun 2014

No Kelompok Pangan N %

1 Serealia dan umbi-umbian 3082 99,9

2

Daging hewani (daging

ternak, unggas, ikan,

organ, dll)

2350 76.2

3 Susu dan olahannya 1704 55,2

4 Telur 1460 47,3

5 Kacang-kacangan 1342 43,5

6 Buah, sayur, dan umbi-

umbian kaya vitamin A 1490 48,3

7 Buah lainnya 805 26,1

8 Sayuran lainnya 1204 39,0

9 Lemak dan minyak 2895 93,8

Berdasarkan tabel 5.6 diketahui dari 3085 balita, sebanyak 99,9%

balita mengkonsumsi kelompok pangan serealia dan umbi-umbian. Selain

itu, konsumsi terbanyak kedua sebesar 93,8% balita mengkonsumsi

kelompok pangan lemak dan minyak. Konsumsi terendah sebesar 26,1%

yaitu pada kelompok pangan buah lainnya yang terdiri dari buah kaya

vitamin C (>18 mg vit C per 100 gr) dan buah yang tidak kaya baik vitamin

A atau vitamin C.

Page 84: SENSITIVITAS DAN SPESIFISITAS DIETARY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35093/2/ANDINI... · adequacy of more than 75% RDA. Further research is needed more with

66

5. Distribusi Proporsi Kelompok Pangan Yang Dikonsumsi Balita Usia 24-59 Bulan di Indonesia Berdasarkan Dietary

Diversity Score (DDS) Pada Tahun 2014

Hasil penelitian ini menunjukkan persentase dari konsumsi sembilan kelompok pangan pada balita usia 24-59 bulan yang

dilihat berdasarkan skor DDS. Hasil tersebut dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 5.7 Persentase Konsumsi Kelompok Pangan Berdasarkan skor DDS

DDS N Serealia dan

umbi-umbian

Daging hewani

(daging ternak,

ungags, ikan,

organ, dll)

Susu dan

olahannya Telur

Kacang-

kacangan

Buah, sayur,

dan umbi-

umbian

kaya vit A

Buah

lainnya

Sayuran

lainnya

Lemak

dan

minyak

1 7 85,7 0 14,3 0 0 0 0 0 0

2 47 95,7 19,1 19,1 0 4,3 23,4 6,4 8,5 23,4

3 188 100 51,6 16 14,9 10,6 13,8 8 12,8 72,3

4 529 100 65,6 30,8 27,2 23,3 31,9 9,3 18,5 93,4

5 1029 100 76,3 50,6 41,3 37,6 42,8 21,4 33,7 96,3

6 750 100 84,9 70 58,9 55,1 56,1 31,6 45,3 98

7 387 100 86,8 82,9 75,7 70,3 74,2 46 65,4 98,7

8 135 100 93,3 89,6 85,2 83 91,1 66,7 92,6 98,5

9 13 100 100 100 100 100 100 100 100 100

Page 85: SENSITIVITAS DAN SPESIFISITAS DIETARY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35093/2/ANDINI... · adequacy of more than 75% RDA. Further research is needed more with

67

Dari tabel 5.7 diatas diketahui persentase asupan dari 9 kelompok

pangan yang dilihat berdasarkan skor DDS dari terendah 1 sampai tertinggi

9. Berdasarkan tabel diatas, diketahui dari 3085 balita sebanyak 1029 balita

memiliki skor DDS sebesar 5 dengan konsumsi sebanyak 4 kelompok

pangan yang lebih dari 50%. Dari tabel tersebut juga diketahui balita yang

memiliki skor DDS 1 sebesar 85,7% mengkonsumsi kelompok pangan

serealia dan umbi-umbian serta terdapat 14,3% mengkonsumsi susu dan

olahannya. Sedangkan pada balita dengan skor DDS 9 mengkonsumsi

100% dari kesembilan kelompok pangan.

6. Distribusi Frekuensi Keragaman Konsumsi Pangan dan

Kecukupan Zat Gizi pada Balita di Tiap Provinsi Indonesia

Tahun 2014

Gambaran distribusi frekuensi rerata Dietary Diversity Score (DDS)

dan rerata Mean Adequacy Ratio (MAR) dari 7 zat gizi pada balita di 33

provinsi Indonesia sebagai berikut:

Page 86: SENSITIVITAS DAN SPESIFISITAS DIETARY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35093/2/ANDINI... · adequacy of more than 75% RDA. Further research is needed more with

68

Tabel 5.8 Distribusi Frekuensi Rerata Dietary Diversity Score (DDS) dan

Rerata Kecukupan Zat Gizi dengan Mean Adequacy Ratio (MAR)

Berdasarkan Provinsi di Indonesia Tahun 2014

Provinsi N Rata-rata DDS Rata-rata MAR

Aceh 99 5,35 65,30

Sumatera Utara 82 5,35 61,39

Sumatra Barat 87 4,87 56,10

Riau 83 4,95 56,69

Jambi 70 4,84 54,02

Sumatra Selatan 95 4,73 53,80

Bengkulu 94 5,02 60,08

Lampung 105 5,13 61,09

Bangka Belitung 97 5,16 65,28

Kepulauan Riau 95 4,81 58,32

DKI Jakarta 113 5,88 72,07

Jawa Barat 116 4,89 56,25

Jawa Tengah 107 5,21 62,44

DI Yogyakarta 112 5,71 68,66

Jawa Timur 79 5,56 68,32

Banten 123 5,80 71,68

Bali 110 5,78 70,17

Nusa Tenggara Barat 92 5,45 64,55

Nusa Tenggara Timur 82 5,78 70,71

Kalimantan Barat 95 5,73 67,34

Kalimantan Tengah 110 5,39 63,82

Kalimantan Selatan 79 5,49 69,84

Kalimantan Timur 108 5,55 67,85

Sulawesi Utara 84 5,61 68,72

Sulawesi Tengah 79 5,53 66,17

Sulawesi Selatan 108 5,19 63,78

Sulawesi Tenggara 96 5,38 68,61

Gorontalo 113 5,41 68,48

Sulawesi Barat 92 4,95 61,95

Maluku 102 5,05 58,01

Maluku Utara 94 4,69 51,88

Papua Barat 52 4,85 52,59

Papua 32 4,66 53,01

Total 3085 5,29 63,54

Dari tabel 5.8 diketahui rerata skor DDS dan nilai MAR tertinggi

terdapat di Provinsi DKI Jakarta sebesar 5,88 untuk DDS dan 72,07%

untuk MAR. Sedangkan rerata skor DDS terendah terdapat di Provinsi

Page 87: SENSITIVITAS DAN SPESIFISITAS DIETARY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35093/2/ANDINI... · adequacy of more than 75% RDA. Further research is needed more with

69

Papua sebesar 4,66, untuk nilai mAR terendah terdapat di Provinsi Maluku

Utara sebesar 51,88%.

C. Analisis Bivariat

Analisis bivariat pada penelitian ini menghubungkan antara variabel

dependen yaitu kecukupan zat gizi dalam MAR dengan variabel

independen yaitu keragaman konsumsi pangan dalam DDS. Hubungan

antara MAR dengan DDS sebagai berikut:

Tabel 5.9 Analisis Korelasi antara Dietary Diversity Score (DDS) dengan

kecukupan zat gizi pada Balita Usia 24-59 Bulan di Indonesia

Kecukupan Zat Gizi DDS

r Pvalue

MAR 0,771 0,000

NAR Energi 0,598 0,000

NAR Protein 0,624 0,000

NAR Vitamin A 0,672 0,000

NAR Vitamin C 0,487 0,000

NAR Kalsium 0,565 0,000

NAR Fe 0,673 0,000

NAR Zn 0,656 0,000

Dari tabel 5.9 diketahui hasil uji korelasi Spearman terdapat

hubungan yang signifikan antara DDS dengan kecukupan zat gizi secara

keseluruhan (Pvalue<0,05). Selain itu, terdapat hubungan yang sangat kuat

antara DDS dengan MAR, yang artinya semakin meningkat nilai DDS

maka probabilitas nilai MAR semakin tinggi atau jika menggunakan

karakteristik yang berbeda tetap menunjukkan terdapat hubungan antara

DDS dengan MAR. Sedangkan hubungan antara DDS dengan kecukupan

vitamin C memiliki kekuatan hubungan sedang, yang artinya jika nilai DDS

meningkat, nilai kecukupan vitamin C dapat meningkat namun tidak

Page 88: SENSITIVITAS DAN SPESIFISITAS DIETARY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35093/2/ANDINI... · adequacy of more than 75% RDA. Further research is needed more with

70

signifikan. Berikut grafik yang menunjukkan hubungan antara DDS dengan

MAR.

Gambar 5.2 Grafik Hubungan antara DDS dengan MAR

Gambar 5.2 menunjukkan hubungan antara MAR dengan DDS. Dari

gambar tersebut memperlihatkan kecenderungan semakin tinggi nilai MAR,

maka skor DDS semakin tinggi. Skor DDS tertinggi dapat mencapai 89,78%

dari rata-rata MAR.

D. Sensitivitas dan Spesifisitas

Nilai sensitivitas dan spesifisitas didapat dari analisis kurva ROC

yang membandingkan antara nilai DDS dengan standar nilai MAR sebesar

75% yang didapat dari rata-rata kecukupan energi 70%, kecukupan protein

70%, kecukupan vitamin A 77%, kecukupan vitamin C 77%, kecukupan

kalsium 77%, kecukupan zat besi 77%, dan kecukupan zink 77%. Analisis

ini dilakukan untuk mengetahui cut off point terbaik untuk DDS dan dapat

mengidentifikasi balita yang mengalami ketidakcukupan zat gizi

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

1 2 3 4 5 6 7 8 9

MA

R (

%)

DDS

MAR

Page 89: SENSITIVITAS DAN SPESIFISITAS DIETARY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35093/2/ANDINI... · adequacy of more than 75% RDA. Further research is needed more with

71

(sensitivitas tinggi), serta melihat balita dengan kecukupan zat gizi yang

baik (sensitifitas).

Gambar 5.3 Sensitivitas dan Spesifisitas dari DDS untuk standar MAR

Gambar 5.3 menunjukkan koordinat sensitivitas dan spesifisitas dari

analisis kurva ROC untuk standar MAR 75% dengan skor DDS pada balita.

Dari gambar tersebut menunjukkan bahwa nilai sensitivitas dan spesifisitas

terbaik untuk DDS yaitu pada skor DDS 5,5. Pada skor tersebut

menunjukkan nilai sensitivitas sebesar 76,7% dan spesifisitas sebesar 73,5%

ketika menggunakan MAR 75% AKG. Artinya, apabila balita

mengkonsumsi lebih dari 5 jenis pangan atau ≥6 jenis pangan dalam sehari,

dapat mencukupi kecukupan zat gizi sebesar 75% dari AKG.

0.0

20.0

40.0

60.0

80.0

100.0

120.0

1 1.5 2.5 3.5 4.5 5.5 6.5 7.5 8.5 9

%

DDS

se_75

sp_75

Page 90: SENSITIVITAS DAN SPESIFISITAS DIETARY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35093/2/ANDINI... · adequacy of more than 75% RDA. Further research is needed more with

72

6 BAB VI

PEMBAHASAN

A. Keterbatasan Penelitian

Dalam penelitian ini terdapat beberapa kelemahan yang menjadi

keterbatasan penelitian, diantaranya adalah

1. Dalam penelitian ini menggunakan data skunder Studi Diet Total

Survey Konsumsi Makanan Individu tahun 2014, variabel dalam

penelitian tersebut terkait konsumsi individu, konsumsi rumah

tangga, serta cemaran kimia makanan. Sehingga faktor-faktor

yang mempengaruhi kecukupan zat gizi lainnya yang terdapat

dalam kerangka teori tidak dapat diteliti.

2. Penggunaan database dalam aplikasi pengolahan asupan recall

yang digunakan yaitu database Indonesia tahun 2005, sehingga

memungkinkan kurang ter-update dari jumlah zat gizi atau bahan

pangan dalam database tersebut. Hal ini mengharuskan peneliti

untuk mengganti bahan pangan yang tidak terdapat dalam

database tersebut dengan bahan pangan yang sejenis atau serupa

kandungan gizinya, atau dengan menggunakan database lainnya

yaitu database USDA SR25 (2012) terutama pada beberapa

pangan buah dan sayur.

Page 91: SENSITIVITAS DAN SPESIFISITAS DIETARY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35093/2/ANDINI... · adequacy of more than 75% RDA. Further research is needed more with

73

B. Asupan Zat Gizi Balita

Hasil penelitian ini memperlihatkan rerata dari asupan zat gizi

energi, protein, vitamin A, vitamin C, kalsium, zat besi, dan zink. Penilaian

asupan zat gizi didapat dari data recall 1x24 jam Studi Diet Total Survey

Konsumsi Makanan Individu tahun 2014. Dari data yang didapat, rerata dari

ketujuh zat gizi tersebut masih kurang dari Angka Kecukupan Gizi (AKG)

yang dianjurkan oleh Kementerian Kesehatan pada tahun 2014.

Rerata asupan energi pada balita usia 24-47 bulan sebesar 854,88

kkal dari 1125 kkal yag dianjurkan AKG, sedangkan rerata asupan energi

untuk usia 48-59 bulan sebesar 1208,28 kkal dari 1600 kkal yang

dianjurkan. Rerata asupan protein pada balita usia 24-47 bulan sebesar

23,20 gram dari 26 gram yang dianjurkan, sedangkan rerata asupan protein

pada balita usia 48-59 bulan sebesar 34,69 gram dari 35 gram yang

dianjurkan. Rerata asupan vitamin A pada balita usia 24-47 bulan sebesar

267,92 mcg dari 400 mcg yang dianjurkan, pada balita usia 48-59 bulan

sebesar 337,74 mcg dari 450 mcg yang dianjurkan. Rerata asupan vitamin C

pada balita usia 24-47 bulan sebesar 17,44 mg dari 40 mg yang dianjurkan,

pada balita usia 48-59 bulan sebesar 21,91 mg dari 45 mg yang dianjurkan.

Begitu pula dengan rerata asupan kalsium, zat besi dan zink yang masih

kurang dibandingkan dengan AKG 2014. Hasil penelitian ini menunjukkan

asupan zat gizi yang diteliti masih kurang dari AKG yang dianjurkan di

Indonesia.

Page 92: SENSITIVITAS DAN SPESIFISITAS DIETARY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35093/2/ANDINI... · adequacy of more than 75% RDA. Further research is needed more with

74

Sedangkan jika dibandingkan dengan nilai median, pada hasil

penelitian sebelumnya oleh Marlina (2011) diketahui nilai median asupan

energi pada balita usia 24-59 bulan sebesar 1115,79 kkal sedangkan nilai

median pada penelitian ini sebesar 975 kkal. Hanya median asupan zink

dalam penelitian ini lebih tinggi sebesar 3,2 mg jika dibandingkan dengan

penelitian Marlina (2011) sebesar 2,89 mg. Lain halnya dengan nilai median

asupan vitamin A sebesar 306 mcg dan vitamin C sebesar 16,2 mg dalam

penelitian ini lebih tinggi jika dibandingkan penelitian Kennedy (2009) pada

anak usia 24-71 bulan di Filipina dengan median asupan vitamin A sebesar

142 mcg dan vitamin C sebesar 13 mg.

Asupan zat gizi sangat dipengaruhi oleh asupan makanannya,

terutama pada balita yang sudah tidak konsumsi ASI (Murphy, Yaktine,

Suitor, & Moats, 2011). Transisi dari konsumsi ASI menjadi konsumsi

makan keluarga menjadi salah satu masalah dalam balita. Karakteristik

balita yang sulit makan, memilih-milih makanan yang hanya disukainya,

serta makan sedikit dan lambat dapat menjadi salah satu penyebab

kurangnya asupan zat gizi pada balita (Michael, Gootman, & Kraak, 2006).

Dalam penelitian ini tidak diteliti terkait kebiasaan makan atau pola makan

pada balita, namun dapat diduga masalah makan pada balita pada umumnya

dapat mempengaruhi asupan zat gizinya.

Selain itu jika dilihat dari konsumsi jenis pangan dan keragaman

pangan, rata-rata balita mengkonsumsi sebanyak 5 jenis pangan dalam

sehari, namun hanya konsumsi kelompok pangan serealia dan umbi umbian,

lemak dan minyak, serta daging-dagingan yang mencapai lebih dari 50%.

Page 93: SENSITIVITAS DAN SPESIFISITAS DIETARY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35093/2/ANDINI... · adequacy of more than 75% RDA. Further research is needed more with

75

Hal ini menunjukkan dari asupan kelompok pangan yang mengandung zat

gizi mikro masih rendah seperti kelompok pangan sayur dan buah yang kaya

vitamin dan mineral, kacang-kacangan yang banyak mengandung kalsium

masih rendah (Selby, 2010). Hal ini dapat menjadi salah satu penyebab

asupan zat gizi pada balita rendah dikarenakan asupan berdasarkan

kelompok pangan sumber zat gizi seperti zat gizi mikro rendah.

C. Kecukupan Zat Gizi Balita

Kecukupan zat gizi balita dinilai dengan menggunakan Nutrient

Adequacy Ratio (NAR) dari ketujuh zat gizi dan nilai kecukupan zat gizi

keseluruhan dengan menggunakan Mean Adequacy Ratio (MAR).

Berdasarkan hasil penelitian ini, diketahui NAR dari 3085 balita untuk

energi, protein, vitamin A, vitamin C, kalsium, zat besi, dan zink secara

berurutan sebesar 75,82%; 92,79%; 69,89%; 45,44%; 36,99%; 52,03%;

71,83%. Sedangkan nilai MAR dari ketujuh zat gizi tersebut sebesar

63,54%. Berdasarkan hasil penelitian ini, diketahui hanya kecukupan

terhadap protein yang mendekati angka 100% dari Angka Kecukupan Gizi

(AKG) yang dianjurkan. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar balita

masih kurang mengonsumsi zat gizi yang diperlukan tubuhnya dalam masa

pertumbuhan.

Kecukupan gizi dipengaruhi dari asupan zat gizi, dimana kecukupan

zat gizi dihitung dari asupan yang dibandingkan dengan nilai AKG tiap

kelompok usia. Asupan zat gizi yang hampir mendekati AKG dalam

penelitian ini yaitu asupan protein, sehingga kecukupan akan protein hampir

Page 94: SENSITIVITAS DAN SPESIFISITAS DIETARY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35093/2/ANDINI... · adequacy of more than 75% RDA. Further research is needed more with

76

mencapai 100% yaitu 92,79%. Hal ini berkaitan dengan asupan pangan

sumber protein yaitu kelompok daging-dagingan sebesar 76,2% ditambah

kelompok pangan lainnya seperti telur, susu dan olahannya, maupun sumber

protein nabati seperti kacang-kacangan (Marshall, 2009).

Kecukupan zat gizi yang paling rendah yaitu kecukupan kalsium, hal

ini mungkin dikarenakan konsumsi terhadap pangan sumber kalsium seperti

susu dan olahannya serta sayuran dan biji-bijian tidak mencapai 50%.

Walaupun konsumsi kelompok pangan susu dan olahannya mencapai

55,2%, jumlah konsumsi dalam recall juga mempengaruhi asupan kalsium,

sehingga mungkin jika jumlah porsi dalam konsumsi susu dan olahannya

dalam jumlah yang sedikit sehingga asupan kalsium rendah. Selain asupan

terhadap sumber kalsium yang masih rendah, dalam proses absorpsi

kalsium, beberapa zat gizi tertentu seperti protein, natrium, serat, fitat dan

oxalat yang tinggi juga dapat menyebabkan rendahnya asupan kalsium

(Kemenkes, 2014). Sejalan dengan penelitian Kennedy (2009), probabilitas

ketidakcukupan zat gizi dengan nilai Probability of Adequate (PA) yang

paling tinggi pada anak usia 24-71 bulan yang tidak ASI yaitu kalsium. Hal

tersebut dikarenakan konsumsi pada kelompok pangan susu dan olahannya

hanya sebesar 38,3%.

Hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Marlina (2011)

nilai median pada kecukupan zat gizi terendah yaitu zink sebesar 32,95%,

hal ini dikarenakan asupan sumber zink seperti ikan dan daging yang masih

rendah. Dalam penelitian ini nilai median kecukupan terhadap zink sebesar

Page 95: SENSITIVITAS DAN SPESIFISITAS DIETARY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35093/2/ANDINI... · adequacy of more than 75% RDA. Further research is needed more with

77

71,83% yang menunjukkan asupan terhadap pangan sumber zink seperti

ikan, kerang, dan daging sudah tercukupi. Hal ini dapat dilihat dari

kecukupan terhadap protein yang mencapai 92,79%. Sedangkan jika

dibandingkan dengan nilai MAR, rata-rata MAR pada anak usia 1-8 tahun

di Afrika Selatan sebesar 63,3% (Steyn dkk., 2009), angka yang tidak

berbeda jauh dengan MAR Indonesia dalam penelitian ini. Sedangkan di

Negara Filipina rata-rata kecukupan zat gizi pada balita usia 24-71 bulan

non ASI sebesar 33% (Kennedy, 2009), lebih rendah jika dibandingkan

dengan Indonesia.

Kecukupan zat gizi tertinggi di Indonesia terdapat di Provinsi DKI

Jakarta yaitu sebesar 72,07%. Jika dibandingkan dengan rata-rata nilai MAR

di Kota Bandung dari penelitian Marlina (2011) sebesar 71,61%, lebih

rendah dibandingkan dengan penelitian ini namun tidak berbeda jauh. Hal

ini dimungkinkan karena DKI Jakarta merupakan provinsi atau ibukota

Indonesia, yang merupakan pusat pemerintahan dan pusat perekonomian

Indonesia. Sama halnya dengan Kota Bandung yang juga merupakan salah

satu kota besar di Indonesia dengan perekonomian yang cukup tinggi.

Tingkat perekonomian masyarakat dapat mempengaruhi pola konsumsi dan

asupan (Gilarso, 2007). Sedangkan provinsi dengan kecukupan zat gizi yang

paling rendah yaitu Provinsi Maluku Utara. Hal ini dapat berkaitan dengan

akses pangan di daerah timur Indonesia yang masih sulit di jangkau serta

informasi terhadap gizi juga masih minim (World Food Programme, 2015).

Page 96: SENSITIVITAS DAN SPESIFISITAS DIETARY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35093/2/ANDINI... · adequacy of more than 75% RDA. Further research is needed more with

78

D. Keragaman Konsumsi Pangan Balita

Keragaman konsumsi pangan dinilai dengan menggunakan Dietary

Diversity Score (DDS) dengan melihat 9 kelompok pangan. Berdasarkan

hasil penelitian ini rerata skor DDS dari 3085 balita sebesar 5,29 kelompok

pangan. Hal ini menunjukkan rerata balita mengkonsumsi sekitar 5

kelompok pangan dalam sehari. Hasil penelitian ini tidak berbeda jauh

dengan hasil penelitian sebelumnya oleh Marlina (2011) menyatakan rerata

DDS pada balita usia 24-59 bulan di Kota Bandung sebesar 5,67 kelompok

pangan. Sedangkan hasil penelitian Kennedy (2009) diketahui rerata DDS

pada anak usia 24-71 bulan yang tidak ASI di Filipina sebesar 4,91

kelompok pangan. Sedangkan hasil penelitian Steyn., dkk (2009)

menunjukkan rerata DDS pada anak usia 1-8 tahun di Afrika Selatan sebesar

3,58 kelompok pangan. Hal ini menunjukkan keragaman konsumsi di

Indonesia lebih tinggi dibandingkan dengan Negara Filipina dan Afrika

Selatan.

Faktor sosial ekonomi menjadi salah satu penyebab keberagaman

konsumsi pangan (Surachman dkk., 2013). Indonesia merupakan negara

dengan keberagaman sosial ekonomi, budaya, adat istiadat, suku, dan agama

yang beragam. Hal ini dapat menunjukkan terdapat banyaknya lapisan

kelompok masyarakat mulai dari masyarakat dengan ekonomi sangat rendah

sampai sangat tinggi (Moeis, 2008). Hal tersebut dapat menjadi salah satu

penyebab keragamanan konsumsi pangan pada balita di Indonesia lebih

tinggi jika dibandingkan dengan negara lainnya.

Page 97: SENSITIVITAS DAN SPESIFISITAS DIETARY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35093/2/ANDINI... · adequacy of more than 75% RDA. Further research is needed more with

79

Jika dilihat berdasarkan provinsi sama halnya dengan kecukupan zat

gizi, Provinsi DKI Jakarta juga merupakan provinsi dengan skor DDS

tertinggi di Indonesia yaitu sebesar 5,88. Seperti yang dikemukakan oleh

Hardinsyah (2007) bahwa keadaan ekonomi berpengaruh besar pada

konsumsi pangan. Pada umumnya jika pendapatan meningkat, maka jumlah

dan jenis makanan cenderung membaik juga (Perdana dkk., 2014). Provinsi

DKI Jakarta dianggap sebagai provinsi dengan tingkat pendapatan

penduduknya yang cukup tinggi dan merupakan kota besar dengan tingkat

konsumsi tinggi pula hal ini yang dapat menyebabkan DKI Jakarta

merupakan provinsi dengan keragaman konsumsi pangan dan kecukupan zat

gizi tertinggi di Indonesia. Sedangkan provinsi dengan keragaman rendah

yaitu Provinsi Papua. Provinsi Papua merupakan provinsi yang terletah di

wilayah timur Indonesia. Akses terhadap sumber pangan di Papua masih

rendah sehingga masih banyak balita dengan masalah kekurangan gizi

(World Food Programme, 2015).

Berdasarkan kelompok pangan yang terbanyak dikonsumsi yaitu

kelompok serealia dan umbi-umbian sebesar 99,9%, kelompok lemak dan

minyak sebesar 93,8%, kelompok daging hewani sebesar 76,2%, susu dan

olahannya sebesar 55,2%, sedangkan kelima kelompok pangan lainnya

dikonsumsi kurang dari 50%. Kelompok pangan yang dikonsumsi terendah

yaitu kelompok pangan buah lainnya sebesar 26,1%. Kelompok pangan

buah lainnya yang terdiri dari buah yang kaya akan vitamin C, (>18 mg

vitamin C per 100 gr) serta buah yang tidak kaya baik vitamin A atau

vitamin C. Hal ini juga dapat dilihat dari kecukupan terhadap vitamin C

Page 98: SENSITIVITAS DAN SPESIFISITAS DIETARY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35093/2/ANDINI... · adequacy of more than 75% RDA. Further research is needed more with

80

yang masih dibawah 50% yaitu sebesar 45,44%. Jika balita mengalami

kekurangan akan vitamin C dapat menyebabkan peradangan pada mulut,

pendarahan pada gusi, dan nafsu makan menurun (Suhardjo, 2010). Vitamin

C juga berfungsi sebagai daya tahan tubuh, dan usia balita merupakan usia

yang rentan terhadap penyakit sehingga dengan konsumsi makanan yang

bermanfaat bagi daya tahan tubuhnya sangat dibutuhkan.

Kelompok pangan serealia seperti beras masih merupakan pangan

utama pada penduduk Indonesia. Hasil laporan Badan Ketahanan Pangan

(2014b) juga menyebutkan bahwa konsumsi beras atau kelompok pangan

seralia merupakan kelompok pangan yang dominan dikonsumsi penduduk

Indonesia. Anggapan bahwa “belum makan kalau belum makan nasi” masih

berkembang di Indonesia, hal ini memungkinkan salah satu penyebab

kelompok pangan serealia masih tinggi (Hanafie, 2010). Walaupun di

beberapa daerah di Indonesia seperti di Papua yang mengonsumsi pangan

pokok sagu, namun jenis makanan pokok tersebut masih merupakan

kelompok pangan serealia dan umbi-umbian. Dapat dikatakan bahwa

konsumsi kelompok pangan serealia dan umbi-umbian merupakan

kelompok pangan yang terdiri dari pangan pokok balita seperti beras,

jagung, singkong, sagu, tepung dan lainnya, hal ini yang menyebabkan

konsumsi pada kelompok pangan serealia dan umbi-umbian tinggi sebesar

99,9%.

Lain halnya dengan konsumsi kelompok pangan sayur dan buah

yang masih rendah dikonsumsi pada balita. Kedua kelompok pagan ini

Page 99: SENSITIVITAS DAN SPESIFISITAS DIETARY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35093/2/ANDINI... · adequacy of more than 75% RDA. Further research is needed more with

81

merupakan kelompok pangan yang masih rendah dikonsumsi oleh berbagai

kelompok usia, tidak hanya pada balita (Aswatini, Noveria, & Fitranita,

2008). Karakteristik balita yang susah makan dan hanya ingin makan

makanan yang disukainya dapat menjadi salah satu penyebab konsumsi

sayur dan buah rendah. Selain itu, anak yang tidak suka makan sayur dan

buah dapat disebabkan karena pengenalan pada kedua kelompok pangan

tersebut kurang saat awal pengenalan makan pada bayi. Hal ini juga

dikemukanan dalam buku Soenardi (2008) yang mengatakan jika saat

pengenalan aneka ragam bahan makanan terganggu, suatu saat anak tidak

kenal bahan makanan tertentu, dengan sendirinya anak menolak dan akan

susah makan. Untuk itu, seorang ibu atau pengasuh anak perlu

memperhatikan saat proses pertama pengenalan makan pada balita serta

diperlukan keahlian dalam mengolah makanan agar balita tertarik untuk

makan makanan yang tidak disukainya.

Menurut Sharlin & Edelstein (2011), balita membutuhkan minimal 5

jenis pangan yang berbeda setiap harinya seperti pangan pokok (nasi, roti,

pasta, sereal atau lainnya), sayuran, buah, susu dan olahannya, serta pangan

sumber protein. Sedangkan dalam prinsip gizi seimbang yang dicanangkan

oleh Kementrian Kesehatan RI, pada balita difokuskan mengkonsumsi

pangan sumber protein seperti jenis pangan hewani, tahu, tempe, susu, dan

telur. Selain itu dianjurkan pula untuk memperbanyak konsumsi sayur dan

buah-buahan (Kemenkes, 2014). Jika dibandingkan dengan menggunakan

DDS, maka minimal sebanyak 6 kelompok pangan yang dianjurkan oleh

Kementerian Kesehatan RI untuk usia balita. Berdasarkan jumlah jenis

Page 100: SENSITIVITAS DAN SPESIFISITAS DIETARY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35093/2/ANDINI... · adequacy of more than 75% RDA. Further research is needed more with

82

pangan yang dikonsumsi dalam hasil penelitian ini, pada balita usia 24-59

bulan di Indonesia menunjukkan masih kurangnya konsumsi pangan dari

yang dianjurkan Kemenkes. Konsumsi pangan yang beragam sangat

dibutuhkan agar tercukupinya zat gizi bagi tubuh, sehingga pengenalan

terhadap makanan yang beragam bagi usia balita sangat diperlukan agar

terbentuk kebiasaan mengkonsumsi makanan yang beragam.

Dari hasil penelitian ini, jika dilihat kelompok pangan yang

dikonsumsi berdasarkan skor DDS, pada skor DDS 7 hampir semua

konsumsi kesembilan kelompok pangan lebih dari 50%, hanya konsumsi

buah lainnya yang tidak mencapai 50%. Sedangkan pada skor DDS 8 atau 9,

kesembilan konsumsi kelompok pangan sudah lebih dari 50%. Serupa

dengan hasil penelitian Kennedy (2009) pada balita usia 24-71 bulan tidak

ASI di Filipina yang menunjukkan pada skor DDS 7 atau lebih, konsumsi

dari kesembilan kelompok pangan sudah lebih dari 50%. Hal ini

menujukkan bahwa konsumsi keragaman pangan di Indonesia berdarakan

skor DDS tidak berbeda jauh dengan keragaman konsumsi di Negara

Filipina.

E. Hubungan antara Dietary Diversity Score (DDS) dengan Mean Adequacy

Ratio (MAR) pada Balita

Keragaman konsumsi dapat dinilai dengan menggunakan Dietary

Diversity Score (DDS) (FAO, 2010). Sedangkan penilaian kecukupan gizi

dari beberapa zat gizi dapat menggunakan nilai Nutrient Adequacy Ratio

(NAR) dan Mean Adequacy Ratio (MAR), dengan nilai MAR ini kita dapat

Page 101: SENSITIVITAS DAN SPESIFISITAS DIETARY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35093/2/ANDINI... · adequacy of more than 75% RDA. Further research is needed more with

83

mengetahui kecukupan zat gizi secara keseluruhan dari yang diteliti

(Gibson, 2005).

Penelitian ini melihat hubungan antara DDS dengan kecukupan zat

gizi pada balita usia 24-59 bulan di Indonesia. Berdasarkan hasil penelitian,

diketahui keragaman konsumsi dengan DDS berhubungan signifikan dengan

kecukupan zat gizi secara keseluruhan. Serupa dengan hasil penelitian

Marlina (2011) dan Steyn, dkk (2009) yang menunjukkan bahwa skor DDS

berhubungan signifikan dengan kecukupan zat gizi. Hal ini sejalan dengan

penjelasan FAO (2010) bahwa keragaman konsumsi pangan merupakan

elemen kunci dari kualitas konsumsi dan mempertinggi kecukupan asupan

dari zat gizi yang esensial. Jika kita mengkonsumsi pangan yang beragam,

maka otomatis kualitas konsumsi kita meningkat dan mempertinggi

kecukupan zat gizi. Keragaman konsumsi pangan diperlukan karena secara

alami komposisi setiap jenis bahan pangan memiliki kelebihan dan

kekurangan akan zat gizi tertentu, sehingga dengan mengonsumsi jenis

pangan yang beragam, pangan satu dengan yang lainnya akan saling

melengkapi sehingga asupan gizi kita tercukupi dengan baik (Pusat

Penganekaragaman Pangan, 2013).

Penelitian ini juga melihat kekuatan hubungan antara DDS dengan

kecukupan zat gizi, diketahui terdapat hubungan yang sangat kuat antara

DDS dengan MAR pada balita usia 24-59 bulan di Indonesia dengan nilai r

sebesar 0,771 hal ini menunjukkan hubungan antara DDS dengan MAR

sangat kuat, yang artinya semakin meningkatnya DDS maka probabilitas

Page 102: SENSITIVITAS DAN SPESIFISITAS DIETARY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35093/2/ANDINI... · adequacy of more than 75% RDA. Further research is needed more with

84

nilai MAR semakin bertambah. Selain itu, jika dilakukan penelitian untuk

melihat hubungan antara DDS dengan MAR pada karakteristik yang

berbeda pasti menunjukkan hubungan antara keduanya (Amran, 2012).

Hasil penelitian sebelumnya oleh Marlina (2011) menunjukkan

adanya hubungan yang sedang antara DDS dengan MAR pada balita usia

24-59 bulan di Kota Bandung dengan nilai r sebesar 0,354. Penelitian

lainnya yang sejalan yaitu penelitian Kennedy (2009) yang menyatakan

terdapat hubungan yang bersifat sedang antara DDS dengan Mean

Probability of Adequate (MPA) atau MAR pada anak 24-71 bulan tidak ASI

di Filipina dengan nilai r sebesar 0,36. Sedangkan penelitian Steyn., dkk

(2009) pada anak usia 1-3 tahun di Afrika Selatan terdapat hubungan yang

kuat dengan nilai r sebesar 0,617 antara DDS dengan MAR. Begitu pula

pada usia 4-6 tahun terdapat hubungan yang kuat dengan nilai r sebesar

0,661 antara DDS dengan MAR.

Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa keragaman

konsumsi pangan dapat berhubungan dengan kecukupan zat gizi. Semakin

beragam konsumsi pangan atau skor DDS maka nilai kecukupan zat gizi

atau MAR semakin tinggi juga. Hal ini sejalan dengan teori yang di

kemukakan Rah (2010) yang menyatakan konsumsi pangan yang beragam

memberikan manfaat bagi seseorang terutama pada anak-anak, di antaranya

dapat meningkatkan berat badan anak, meningkatkan kecukupan energi dan

zat gizi lain sehingga mencapai tingkat kecukupan yang normal,

memperbaiki status antropometri anak, serta meningkatkan konsentrasi

Page 103: SENSITIVITAS DAN SPESIFISITAS DIETARY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35093/2/ANDINI... · adequacy of more than 75% RDA. Further research is needed more with

85

hemoglobin yang dapat mempengaruhi kecerdasan dan produktivitas

anggota rumah tangga.

F. Sensitivitas dan Spesifisitas Dietary Diversity Score (DDS) dalam

Mengestimasi Kecukupan Zat Gizi pada Balita

Tujuan utama dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui cut off

points yang optimal untuk DDS yang dapat digunakan untuk

mengklasifikasi balita yang beresiko besar mengalami ketidakcukupan zat

gizi (sensitivitas) yang diidentifikasi dengan nilai MAR. Selain itu, analisis

ini juga memperhatikan tanpa kehilangan terlalu banyak kemampuan untuk

mengklasifikasi balita dengan kecukupan zat gizi baik (spesifisitas).

Nilai sensitivitas dan spesifisitas yang terbaik pada penelitian ini

yaitu skor 5,5 untuk DDS dengan sensitivitas sebesar 76,7% dan spesifisitas

sebesar 73,5% dengan menggunakan MAR 75% AKG. Nilai standar untuk

MAR 75% AKG didapat dari rata-rata kecukupan zat gizi energi, protein,

vitamin A, vitamin C, kalisum, zat besi, dan zink.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa konsumsi lebih dari 5 atau

minimal 6 kelompok pangan berdasarkan DDS dapat mengestimasi

kecukupan zat gizi sebesar 75% dari AKG sebanyak 73,5% dari balita di

Indonesia. Sama halnya dengan penelitian sebelumnya oleh Marlina (2011)

yang menyatakan bahwa skor 6 untuk DDS dapat mengestimasi kecukupan

zat gizi lebih dari 70% AKG. Sedangkan di Afrika Selatan, cut off terbaik

untuk mengestimasi kecukupan zat gizi sebesar 50% (MAR >50%) yaitu

Page 104: SENSITIVITAS DAN SPESIFISITAS DIETARY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35093/2/ANDINI... · adequacy of more than 75% RDA. Further research is needed more with

86

skor DDS ≥4 (Steyn dkk., 2009). Cut off terbaik untuk Filipina sebesar 6

untuk mengestimasi kecukupan zat gizi sebesar 75% (Kennedy, 2009).

Nilai sensitivitas dan spesifisitas dalam konsep skrining dibutuhkan

nilai sensitivitas yang tinggi, hal ini dikarenakan nilai sensitivitas dapat

mengidentifikasi seberapa besar kelompok yang menderita penyakit atau

mengalami kekurangan zat gizi. Sedangkan dalam konsep penilaian uji

suatu metode atau alat, diperlukan untuk melihat kedua nilai sensitivitas dan

spesifisitas yang tinggi dan tidak berbeda jauh, hal ini diperlukan untuk

melihat seberapa besar alat atau metode tersebut dapat menilai kelompok

yang mengalami kekurangan zat gizi serta menilai kelompok yang tidak

mengalami kekurangan zat gizi (Morton et al., 2009). Dalam penelitian ini

bertujuan untuk menguji metode DDS, sehingga nilai sensitivitas dan

spesifisitas yang dilihat merupakan nilai yang tinggi dan tidak berbeda jauh

keduanya serta melihat nilai sensitivitas yang lebih tinggi dari nilai

spesifisitas.

Jika dilihat dengan nilai sensitivitas untuk mengskrining balita, maka

dapat dikatakan bahwa konsumsi kurang dari 6 kelompok pangan, dapat

mengidentifikasi sebesar 76,7% balita yang mengalami ketidakcukupan zat

gizi sebesar kurang dari 75% AKG. Sedangkan pada penelitian sebelumnya,

skor 6 dapat mengidentifikasi sebesar 55,2% balita yang mengalami

ketidakcukupan zat gizi kurang dari 70% AKG (Marlina, 2011). Hasil

penelitian ini menunjukkan angka yang lebih besar dalam mengestimasi

ketidakcukupan zat gizi pada balita. Begitu pula dengan kemampuan untuk

Page 105: SENSITIVITAS DAN SPESIFISITAS DIETARY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35093/2/ANDINI... · adequacy of more than 75% RDA. Further research is needed more with

87

mengestimasi kecukupan zat gizi baik atau nilai spesifisitas pada penelitian

ini lebih tinggi jika dibandingkan dengan penelitian sebelumnya. Artinya,

semakin tinggi keragaman konsumsi pangan pada balita, maka semakin baik

pula kecukupan zat gizi pada balita tersebut.

Balita yang memiliki skor DDS kurang dari 6 dicurigai beresiko

mengalami kekurangan zat gizi sebesar ≤75% dari AKG secara keseluruhan,

walaupun terdapat kemungkinan sebesar 23,3% balita yang mengkonsumsi

kurang dari 6 kelompok pangan tidak beresiko mengalami kekurangan zat

gizi. Sebanyak 58,3% balita di Indonesia memiliki skor DDS kurang dari 6,

hal ini menunjukkan sebagian besar konsumsi pangan pada balita masih

kurang beragam. Artinya, sebagian besar balita di Indonesia beresiko

mengalami kekurangan zat gizi sebesar ≤75% dari AKG.

Penilaian keragaman konsumsi dengan menggunakan metode DDS

dianggap sebagai metode yang mudah dan efisien untuk memperkirakan

kecukupan gizi. Berdasarkan hasil penelitian ini dapat dimisalkan seorang

tenaga kesehatan dapat melakukan recall 1x24 jam kepada ibu atau

pengasuh balita kemudian mengelompokkan berdasarkan DDS. Hal ini

dapat memudahkan tenaga kesehatan untuk mengidentifikasi kelompok

balita mana yang beresiko kekurangan zat gizi dan membutuhkan

penanganan secara cepat dengan menggunakan cut off ≥6 untuk skor DDS.

Page 106: SENSITIVITAS DAN SPESIFISITAS DIETARY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35093/2/ANDINI... · adequacy of more than 75% RDA. Further research is needed more with

88

7 BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Berdasarkan penelitian yang dilakukan tentang Sensitivitas Dan

Spesifisitas Dietary Diversity Score (DDS) Dalam Mengestimasi

Kecukupan Zat Gizi Pada Balita Usia 24-59 Bulan Di Indonesia (Analisis

Studi Diet Total Tahun 2014), didapatkan kesimpulan sebagai berikut.

1. Asupan zat gizi (energi, protein, vitamin A, vitamin C, kalsium, zat

besi, dan zink) pada balita usia 24-59 bulan di Indonesia masih kurang

dari Angka Kecukupan Gizi (AKG) yang dianjurkan bagi penduduk

Indonesia.

2. Rata-rata kecukupan zat gizi (energi, protein, vitamin A, vitamin C,

kalsium, zat besi, dan zink) pada balita usia 24-59 bulan di Indonesia

masih kurang. Hanya kecukupan protein yang paling tinggi sedangkan

yang terendah adalah kecukupan kalsium. Kecukupan zat gizi secara

keseluruhan dari ketujuh zat gizi tersebut sebesar 63,54% dari AKG.

3. Sebanyak 33,35% dari 3085 balita usia 24-59 bulan di Indonesia

memiliki skor DDS 5.

4. Kelompok pangan serealia dan umbi-umbian merupakan kelompok

pangan yang dikonsumsi paling banyak oleh balita usia 24-59 bulan di

Indonesia, kemudian kelompok pangan lemak dan minyak merupakan

kelompok pangan terbanyak kedua yang dikonsumsi.

Page 107: SENSITIVITAS DAN SPESIFISITAS DIETARY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35093/2/ANDINI... · adequacy of more than 75% RDA. Further research is needed more with

89

5. Berdasarkan Dietary Diversity Score (DDS) pada balita usia 24-59

bulan di Indonesia, skor 5 merupakan skor terbanyak dengan konsumsi

kelompok yang lebih dari 50% yaitu kelompok pangan serealia dan

umbi-umbian, lemak dan minyak, daging hewani (daging ternak,

ungags, ikan, organ, dll), serta kelompok pangan susu dan olahannya.

6. Provinsi DKI Jakarta merupakan provinsi dengan skor DDS dan nilai

kecukupan zat gizi dengan nilai MAR tertinggi. Sedangkan Provinsi

Papua merupakan provinsi dengan skor DDS terendah dan Provinsi

Maluku Utara merupakan provinsi dengan nilai MAR terendah.

7. Terdapat hubungan yang sangat kuat antara keragaman konsumsi

pangan dengan skor DDS dengan kecukupan zat gizi dengan nilai MAR

pada balita usia 24-59 bulan di Indonesia

8. Skor ≥6 untuk DDS dapat mencukupi sebesar 76,7% sensitivitas dan

73,5% spesifisitas dalam mengestimasi kecukupan zat gizi (MAR)

sebesar 75% AKG. Balita yang memiliki skor DDS baik, baik pula

tingkat kecukupan zat gizinya.

Page 108: SENSITIVITAS DAN SPESIFISITAS DIETARY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35093/2/ANDINI... · adequacy of more than 75% RDA. Further research is needed more with

90

B. SARAN

Berdasarkan hasil penelitian ini, saran yang dapat disampaikan

sebagai berikut.

1. Bagi Pemerintah

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dalam

pengembangan progam Gizi Seimbang, mengingat masih terdapat

provinsi-provinsi dengan konsumsi keberagaman pangan yang rendah.

Diperlukan upaya dari berbagai sektor seperti pertanian, peternakan,

serta kelautan dan perikanan sebagai sektor produksi agar sumber

pangan di Indonesia semakin beragam dan mudah untuk diakses

masyarakat khususnya kalangan menengah kebawah. Selain itu

penilaian keberagaman konsumsi pangan pada tingkat individu dapat

dengan menggunakan metode Dietary Diversity Score (DDS) dengan

cut off ≥6 agar tercukupinya kebutuhan zat gizi sebesar 70% dari AKG.

2. Bagi Peneliti Lain

Dapat melakukan penelitian lebih lanjut dengan meneliti faktor lainnya

yang mempengaruhi kecukupan zat gizi pada balita yang tidak diteliti

dalam penelitian ini. Selain itu dapat dilakukan penelitian dengan

karakteristik usia yang berbeda untuk mengetahui cut off terbaik pada

kelompok usia lainnya.

Page 109: SENSITIVITAS DAN SPESIFISITAS DIETARY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35093/2/ANDINI... · adequacy of more than 75% RDA. Further research is needed more with

91

DAFTAR PUSTAKA

Adriani, M., & Wirjatmadi, B. (2012). Pengantar Gizi Masyarakat. Jakarta:

Kencana Predana Media Group.

Almatsier, S. (2010). Perinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka

Utama.

Amran, Y. (2012). Pengolahan dan Analisis Data Statistik di Bidang Kesehatan.

Tangerang Selatan: FKIK UIN Jakarta.

Analia, D. (2009). Analisis Diversifikasi Konsumsi Pangan Rumah Tangga di

Sumatera Barat Menuju Pola Pangan Harapan (PPH). Universitas

Andalas.

Ariani, M. (2010). Analisis Konsumsi Pangan Tingkat Masyarakat Mendukung

Pendapaian Diversifikasi Pangan. Gizi Indonesia, 33(1), 20–28.

Aswatini, Noveria, M., & Fitranita. (2008). Konsumsi Sayur dan Buah di

Masyarakat dalam Konteks Pemenuhan Gizi Seimbang. Jurnal

Kependudukan Indonesia, Ill(2), 97–119.

Badan Ketahanan Pangan. (2014a). Panduan Teknis Percepatan

Penganekaragaman Konsumsi Pangan (P2KP) Tahun 2014. Jakarta:

Kementerian Pertanian RI.

Badan Ketahanan Pangan. (2014b). Pedoman Gerakan Percepatan

Penganekaragaman Konsumsi Pangan (P2KP) Tahun 2014. Jakarta:

Kementerian Pertanian RI.

Page 110: SENSITIVITAS DAN SPESIFISITAS DIETARY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35093/2/ANDINI... · adequacy of more than 75% RDA. Further research is needed more with

92

Balitbangkes. (2014). Pedoman Konversi Berat Matang-Mentah, Berat Dapat

Dimakan (BDD) dan Resep Makanan Siap Saji dan Jajanan. Jakarta:

Kementerian Kesehatan RI.

Barasi, M. E. (2007). At a Glance Ilmu Gizi. Jakarta: Erlangga.

Belitz, H. D., Grosch, W., & Schieberle, P. (2009). Food Chemistry. Heidelberg:

Springer. http://doi.org/10.1007/978-3-540-69934-7

Bilinsky, P., & Swindale, A. (2006). Household Dietary Diversity Score ( HDDS )

for Measurement of Household Food Access : Indicator Guide (v.2).

Washington, D.C: FANTA.

Brown, J. E. (2011). Nutrition through the Life Cycle. Wadsworth: CENGAGE

Learning. http://doi.org/10.1039/9781847559463

Chaudhury, R. H. (2006). Determinants of dietary intake and dietary adequacy for

pre-school children in Bangladesh. Food and Nutrition Bulletin, 6(4).

Crowle, J., & Turner, E. (2010). Childhood Obesity: An Economic Perspective.

Melbourne: Productivity Commossion Staff Working Paper.

Dahlan, S. (2009). Penelitian Diagnostik: Teori Dan Praktik Dengan SPSS Dan

Stata. Jakarta: Salemba Medika.

Daniels, M. C. (2006). Dietary Diversity as a Measure of Nutritional Adequacy

Throughout Childhood. University of North Carolina.

Departemen Kesehatan. (2009). Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta: Depkes

Page 111: SENSITIVITAS DAN SPESIFISITAS DIETARY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35093/2/ANDINI... · adequacy of more than 75% RDA. Further research is needed more with

93

Republik Indonesia.

Depkes. (2007). Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2007. Departemen

Kesehatan RI. Jakarta.

Fabbri, A. D. T., & Crosby, G. A. (2016). A review of the impact of preparation

and cooking on the nutritional quality of vegetables and legumes.

International Journal of Gastronomy and Food Science, 3, 2–11.

http://doi.org/10.1016/j.ijgfs.2015.11.001

Fahmida, U., & Dillon, D. H. (2007). Handbook Nutritional Assessment. Jakarta:

SEAMEO-TROPMED RCCN Universitas Indonesia.

FANTA. (2006). Developing and Validating Simple Indicators of Dietary Quality

and Energy Intake of Infants and Young Children in Developing

Countries : Summary of findings from analysis of 10 data sets.

Washington, D.C: USAID.

FAO. (2010). Guidelines for measuring household and individual dietary

diversity.

Gibson, R. S. (2005). Principles of Nutritional Assessment. New York: Oxford

University Press.

Gilarso, T. (2007). Pengantar Ilmu Ekonomi Mikro. Yogyakarta: Kanisius.

Hamid, Y., Setiawan, B., & Suhartini. (2013). ANALISIS POLA KONSUMSI

PANGAN RUMAH TANGGA (Studi Kasus di Kecamatan Tarakan Barat

Kota Tarakan Provinsi Kalimantan Timur). Jurnal AGRISE, 13(3), 1–16.

Page 112: SENSITIVITAS DAN SPESIFISITAS DIETARY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35093/2/ANDINI... · adequacy of more than 75% RDA. Further research is needed more with

94

Hanafie, R. (2010). Pengantar Ekonomi Pertanian. Yogyakarta: Penerbit ANDI.

Retrieved from

https://books.google.co.id/books?id=RQ_mXpuCl9oC&pg=PA269&dq=p

angan+adalah&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwjE_pCL263NAhWKso8KHd

I4BUIQ6AEIGTAA#v=onepage&q=pangan adalah&f=false

Hanani, N., Asmara, R., & Nugroho, Y. (2008). Analisis Diversifikasi Konsumsi

Pangan Dalam Memantapkan Ketahanan Pangan Masyarakat Pedesaan.

Jurnal AGRISE, 8(1).

Hardinsyah. (2007). Riview Faktor Determinan Keragaman Konsumsi Pangan.

Jurnal Gizi Dan Pangan, 2(2), 55–74.

Hermina, & Prihatini, S. (2011). Gambaran Keragaman Makanan dan

Sumbangannya Terhadap Konsumsi Energi Protein pada Anak Balita

Pendek (Stunting) di Indonesia. Gizi Dan Makanan, 39(2), 62–73.

Institude Of Medicine. (2005). Dietary Reference Intakes. Washington, D.C:

National Academy Press. http://doi.org/10.17226/10490

Jayanti, L. D., Effendi, Y. H., & Sukandar, D. (2011). Perilaku Hidup Bersih dan

Sehat (PHBS) Serta Perilaku Gizi Seimbang Ibu Kaitannya dengan Status

Gizi dan Kesehatan Balita di Kabupaten Bojonegoro Jawa Timur. Jurnal

Gizi Dan Pangan, 6(3), 192–199.

Kemenkes. (2014a). Angka Kecukupan Gizi yang Dianjurkan bagi Bangsa

Indonesia. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.

Page 113: SENSITIVITAS DAN SPESIFISITAS DIETARY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35093/2/ANDINI... · adequacy of more than 75% RDA. Further research is needed more with

95

Kemenkes. (2014b). Pedoman Gizi Seimbang. Jakarta: Kementerian Kesehatan

RI.

Kennedy, G. L. (2009). Evaluation of dietary diversity scores for assessment of

micronutrient intake and food security in developing countries.

Wageningen University. Retrieved from

http://www.cabdirect.org/abstracts/20103004634.html

Marlina, L. (2011). Sensitivitas dan Spesifisitas Indikator Keanekaragaman

Konsumsi Makanan dalam Mengestimasi Tingkat Kecukupan Asupan Zat

Gizi pada Anak Usia 24-59 Bulan di Kota Bandung. Universitas

Indonesia.

Marshall, J. (2009). Makanan Sumber Tenaga. Jakarta: Erlangga.

Masriadi. (2012). Epidemiologi. Yogyakarta: Penerbit Ombak.

Meitasari, D. (2008). Analisis Determinan Keragaman Konsumsi Pangan Pada

Keluarga Nelayan. Institut Pertanian Bogor.

Michael, J., Gootman, J. A., & Kraak, V. I. (2006). Food Marketing to Children

and Youth. Washington, DC: The National Academies Press.

http://doi.org/10.17226/11514

Moeis, S. (2008). Analisis keanekaragaman kelompok sosial dalam masyarakat

multikultural. Universitas Pendidikan Indonesia.

Morton, R. F., Hebel, J. R., & McCarter, R. J. (2009). Epidemiologi dan

Biostatistika: Panduan Studi, Ed. 5. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran

Page 114: SENSITIVITAS DAN SPESIFISITAS DIETARY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35093/2/ANDINI... · adequacy of more than 75% RDA. Further research is needed more with

96

EGC.

Moursi, M. M., Arimond, M., Dewey, K. G., Treche, S., Ruel, M. T., & Delpeuch,

F. (2008). Dietary Diversity Is a Good Predictor of the Micronutrient

Density of the Diet of 6-23 Month-Old Children in Madagascar. The

Journal of Nutrition, 11(September), 0–5.

http://doi.org/10.3945/jn.108.093971.promise

Murphy, S. P., Yaktine, A. L., Suitor, C. W., & Moats, S. (2011). Child and Adult

Care Food Program: Aligning Dietary Guidance for All. Washington,

D.C: The National Academies Press.

Pandi, E., & Wiakusumah. (2012). Panduan Lengkap Makanan Balita. Depok:

Penebar Plus.

Perdana, S. M., Hardinsyah, & Damayanthi, E. (2014). ALTERNATIF INDEKS

GIZI SEIMBANG UNTUK PENILAIAN MUTU GIZI KONSUMSI

PANGAN WANITA DEWASA INDONESIA. Jurnal, 9(1), 43–50.

Pipes, P. L. (2001). Nutrition in Infancy and Childhood. United States: Times

Mirror/Mosby College.

Prabantini, D. (2010). A to Z Makanan Pendamping ASI. Yogyakarta: Penerbit

ANDI.

Pusat Penganekaragaman Pangan. (2013). Pedoman Analisis Konsumsi Pangan

Mandiri di Wilayah P2KP. Jakarta.

Rah, J. H., Akhter, N., Semba, R. D., Pee, S. De, Bloem, M. W., Campbell, A. A.,

Page 115: SENSITIVITAS DAN SPESIFISITAS DIETARY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35093/2/ANDINI... · adequacy of more than 75% RDA. Further research is needed more with

97

… Kraemer, K. (2010). Low dietary diversity is a predictor of child

stunting in rural Bangladesh. European Journal of Clinical Nutrition,

64(12), 1393–1398. http://doi.org/10.1038/ejcn.2010.171

Retnaningsih, R. D. (2007). Faktor-faktor yang berhubungan dengan skor Pola

Pangan Harapan (PPH) pada Keluarga Petani Sawah Tadah Hujan.

Universitas Negeri Semarang.

Ruel, M. T. (2002). IS DIETARY DIVERSITY AN INDICATOR OF FOOD

SECURITY OR DIETARY QUALITY ? A REVIEW OF MEASUREMENT

ISSUES AND RESEARCH NEEDS. Washington, D.C.

Rustanti, N. (2015). Buku Ajar Ekonomi Pangan dan Gizi. Yogyakarta:

Deepublish. Retrieved from

https://books.google.co.id/books?id=UxlADAAAQBAJ&pg=PA134&dq=

keragaman+konsumsi+pangan&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwiDhd38gPL

OAhUHr48KHZljC2cQ6AEIHzAB#v=onepage&q=keragaman konsumsi

pangan&f=false

Saparinto, Cahyo, & Hidayati, D. (2006). Bahan Tambahan Pangan. Yogyakarta:

Kanisius.

Selby, A. (2010). Makanan Berkhasiat. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Sharlin, J., & Edelstein, S. (2011). Essentials of Life Cycle Nutrition. Nutrition.

Canada: David Cella.

Simanjuntak, T. P. T. (2014). Komponen Gizi dan Terapi Pangan Ala Papua.

Page 116: SENSITIVITAS DAN SPESIFISITAS DIETARY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35093/2/ANDINI... · adequacy of more than 75% RDA. Further research is needed more with

98

Yogyakarta: Deepublish.

Soenardi, T. (2008). Variasi Makanan Balita: Kiat Atasi Masalah Makan pada

Anak. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Steyn, N. P., Nel, J. H., Nantel, G., Kennedy, G., & Labadarios, D. (2009). Food

variety and dietary diversity scores in children : are they good indicators of

dietary adequacy ? Public Health Nutrition, 9(5), 644–650.

http://doi.org/10.1079/PHN2005912

Suhardjo. (2010). Pemberian Makanan Pada Bayi dan Anak. Yogyakarta:

Kanisius.

Sultan, S. (2014). DETERMINANTS OF DIETARY ADEQUACY OF

NUTRIENTS CONSUMPTION AMONG RURAL SCHOOL AGE

CHILDREN. Asian Pac. J. Health Sci, 1(3), 227–232.

Sundari, D., Almasyhuri, & Lamid, A. (2015). Pengaruh Proses Pemasakan

Terhadap Komposisi Zat Gizi Bahan Pangan Sumber Protein. Media

Litbangkes, 25(4), 235–242.

Supariasa, I. D. N. (2010). Penilaian Status Gizi. Jakarta: Penerbit Buku

Kedokteran EGC.

Supriyanti, N. T., & Nindya, T. S. (2015). Hubungan Kecukupan Zat Gizi dan

Dietary Diversity Scores (DDS) Dengan Status Gizi Balita Usia 12-59

Bulan di Desa Baban, Kecamatan Gapura, Sumenep. Universitas

Airlangga.

Page 117: SENSITIVITAS DAN SPESIFISITAS DIETARY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35093/2/ANDINI... · adequacy of more than 75% RDA. Further research is needed more with

99

Surachman, Kusrini, N., & Suyatno, A. (2013). SOCIAL-ECONOMIC

FACTORS EFFECTING THE DIVERSITY OF DIETARY

CONSUMPTION IN THE SELF SUFFICIENT DIETARY VILLAGE OF

KUBU RAYA DISTRICT. Journal Social Economic of Agriculture, 2(2),

1–20.

Thompson, J. (2006). Toddlercare: Pedoman Merawat Balita. Jakarta: Erlangga.

Retrieved from https://books.google.co.id/books?id=5wC7yXCwndgC&p

Torheim, L. E., Ouattara, F., Diarra, M. M., Thiam, F. D., Barikmo, I., Hatl, A., &

Oshaug, A. (2004). Nutrient adequacy and dietary diversity in rural Mali :

association and determinants. European Journal of Clinical Nutrition, 58,

594–604. http://doi.org/10.1038/sj.ejcn.1601853

Valentina, V., Palupi, N. S., & Andarwulan, N. (2014). ASUPAN KALSIUM

DAN VITAMIN D PADA ANAK INDONESIA USIA 2 – 12 TAHUN

[Calcium and Vitamin D Intake of Indonesian Children 2-12 Years Old].

J.Teknol. Dan Industri Pangan, 25(1), 83–89.

http://doi.org/10.6066/jtip.2014.25.1.83

WHO. (2009). Global prevalence of vitamin A deficiency in populations at risk

1995-2005. Geneva: WHO.

Wilson, T. A., Adolph, A. L., & Butte, N. F. (2009). Nutrient Adequacy and Diet

Quality in Non-Overweight and Overweight Hispanic Children of Low

Socioeconomic Status: The Viva la Familia Study. Journal of the

American Dietetic Association, 109(6), 1012–1021.

Page 118: SENSITIVITAS DAN SPESIFISITAS DIETARY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35093/2/ANDINI... · adequacy of more than 75% RDA. Further research is needed more with

100

http://doi.org/10.1016/j.jada.2009.03.007

World Food Programme. (2015). Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Papua

2015. Papua.

Page 119: SENSITIVITAS DAN SPESIFISITAS DIETARY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35093/2/ANDINI... · adequacy of more than 75% RDA. Further research is needed more with

101

LAMPIRAN

Page 120: SENSITIVITAS DAN SPESIFISITAS DIETARY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35093/2/ANDINI... · adequacy of more than 75% RDA. Further research is needed more with

102

Output Analisis Data

Deskriptif jenis kelamin, usia, dan berat badan

Statistics

JK Kat_Usia

N Valid 3085 3085

Missing 0 0

JK

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

1 1606 52.1 52.1 52.1

2 1479 47.9 47.9 100.0

Total 3085 100.0 100.0

Kat_Usia

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

1 1974 64.0 64.0 64.0

2 1111 36.0 36.0 100.0

Total 3085 100.0 100.0

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

BB 3085 9.6 20.9 14.298 2.2709

Valid N (listwise) 3085

Uji normalitas asupan zat gizi

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

energi .043 3085 .000 .988 3085 .000

protein .050 3085 .000 .983 3085 .000

vit_A .067 3085 .000 .975 3085 .000

vit_C .101 3085 .000 .934 3085 .000

Ca .107 3085 .000 .915 3085 .000

Fe .091 3085 .000 .952 3085 .000

Zn .087 3085 .000 .985 3085 .000

a. Lilliefors Significance Correction

Page 121: SENSITIVITAS DAN SPESIFISITAS DIETARY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35093/2/ANDINI... · adequacy of more than 75% RDA. Further research is needed more with

103

Deskriptif Asupan Zat Gizi

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

energi 3085 355.3 1759.7 982.151 272.1168

protein 3085 3.0 66.3 27.339 10.9952

vit_A 3085 .0 779.1 293.068 151.0945

vit_C 3085 .0 72.4 19.052 14.9421

Ca 3085 13.2 1164.5 282.980 208.6957

Fe 3085 .4 12.4 4.369 2.1609

Zn 3085 .7 7.8 3.143 1.0819

Valid N (listwise) 3085

Uji Normalitas NAR dan MAR

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

NAR_energi .061 3085 .000 .966 3085 .000

NAR_protein .092 3085 .000 .975 3085 .000

NAR_vitA .080 3085 .000 .969 3085 .000

NAR_vitC .099 3085 .000 .937 3085 .000

NAR_Ca .117 3085 .000 .921 3085 .000

NAR_Fe .088 3085 .000 .950 3085 .000

NAR_Zn .105 3085 .000 .968 3085 .000

MAR .110 3085 .000 .921 3085 .000

a. Lilliefors Significance Correction

Deskriptif NAR dan MAR

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

NAR_energi 3085 26.38 126.43 75.8195 16.35006

NAR_protein 3085 11.54 219.23 92.7932 32.29618

NAR_vitA 3085 .00 173.13 69.8884 35.31764

NAR_vitC 3085 .00 160.89 45.4373 35.23311

NAR_Ca 3085 2.03 116.54 36.9960 26.29744

NAR_Fe 3085 5.00 155.00 52.0290 25.04670

NAR_Zn 3085 17.50 160.00 71.8280 22.37629

MAR 3085 16.37 109.07 63.5416 20.40130

Valid N (listwise) 3085

Page 122: SENSITIVITAS DAN SPESIFISITAS DIETARY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35093/2/ANDINI... · adequacy of more than 75% RDA. Further research is needed more with

104

Compare mean asupan zat gizi dengan kategori usia

Report

Kat_Usia energi protein vit_A vit_C Ca Fe Zn

1

Mean 854.883 23.201 267.925 17.443 252.449 3.918 2.804

N 1974 1974 1974 1974 1974 1974 1974

Std. Deviation 188.1517 8.1546 138.2601 13.6164 174.5910 1.9408 .8701

2

Mean 1208.278 34.690 337.743 21.910 337.227 5.172 3.746

N 1111 1111 1111 1111 1111 1111 1111

Std. Deviation 250.6460 11.5391 162.2627 16.6727 249.4493 2.2957 1.1567

Total

Mean 982.151 27.339 293.068 19.052 282.980 4.369 3.143

N 3085 3085 3085 3085 3085 3085 3085

Std. Deviation 272.1168 10.9952 151.0945 14.9421 208.6957 2.1609 1.0819

Deskriptif dan Proporsi DDS

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Skor_DDS 3085 1 9 5.29 1.307

Valid N (listwise) 3085

Statistics

Skor_DDS

N Valid 3085

Missing 0

Median 5.00

Skor_DDS

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

1 7 .2 .2 .2

2 47 1.5 1.5 1.8

3 188 6.1 6.1 7.8

4 529 17.1 17.1 25.0

5 1029 33.4 33.4 58.3

6 750 24.3 24.3 82.7

7 387 12.5 12.5 95.2

8 135 4.4 4.4 99.6

9 13 .4 .4 100.0

Total 3085 100.0 100.0

Page 123: SENSITIVITAS DAN SPESIFISITAS DIETARY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35093/2/ANDINI... · adequacy of more than 75% RDA. Further research is needed more with

105

Frekuensi asupan berdasarkan kelompok pangan

Statistics

dds_1 dds_2 dds_3 dds_4 dds_5 dds_6 dds_7 dds_8 dds_9

N Valid 3085 3085 3085 3085 3085 3085 3085 3085 3085

Missing 0 0 0 0 0 0 0 0 0

dds_1

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

Tidak 3 .1 .1 .1

Ya 3082 99.9 99.9 100.0

Total 3085 100.0 100.0

dds_2

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

0 735 23.8 23.8 23.8

1 2350 76.2 76.2 100.0

Total 3085 100.0 100.0

dds_3

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

0 1381 44.8 44.8 44.8

1 1704 55.2 55.2 100.0

Total 3085 100.0 100.0

dds_4

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

0 1625 52.7 52.7 52.7

1 1460 47.3 47.3 100.0

Total 3085 100.0 100.0

dds_5

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid 0 1743 56.5 56.5 56.5

Page 124: SENSITIVITAS DAN SPESIFISITAS DIETARY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35093/2/ANDINI... · adequacy of more than 75% RDA. Further research is needed more with

106

1 1342 43.5 43.5 100.0

Total 3085 100.0 100.0

dds_6

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

0 1595 51.7 51.7 51.7

1 1490 48.3 48.3 100.0

Total 3085 100.0 100.0

dds_7

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

0 2280 73.9 73.9 73.9

1 805 26.1 26.1 100.0

Total 3085 100.0 100.0

dds_8

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

0 1881 61.0 61.0 61.0

1 1204 39.0 39.0 100.0

Total 3085 100.0 100.0

dds_9

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

0 190 6.2 6.2 6.2

1 2895 93.8 93.8 100.0

Total 3085 100.0 100.0

Page 125: SENSITIVITAS DAN SPESIFISITAS DIETARY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35093/2/ANDINI... · adequacy of more than 75% RDA. Further research is needed more with

107

Crosstab skor DDS dengan kelompok pangan

Skor_DDS * dds_1 Crosstabulation

dds_1 Total

Tidak Ya

Skor_DDS

1 Count 1 6 7

% within Skor_DDS 14.3% 85.7% 100.0%

2 Count 2 45 47

% within Skor_DDS 4.3% 95.7% 100.0%

3 Count 0 188 188

% within Skor_DDS 0.0% 100.0% 100.0%

4 Count 0 529 529

% within Skor_DDS 0.0% 100.0% 100.0%

5 Count 0 1029 1029

% within Skor_DDS 0.0% 100.0% 100.0%

6 Count 0 750 750

% within Skor_DDS 0.0% 100.0% 100.0%

7 Count 0 387 387

% within Skor_DDS 0.0% 100.0% 100.0%

8 Count 0 135 135

% within Skor_DDS 0.0% 100.0% 100.0%

9 Count 0 13 13

% within Skor_DDS 0.0% 100.0% 100.0%

Total Count 3 3082 3085

% within Skor_DDS 0.1% 99.9% 100.0%

Skor_DDS * dds_2 Crosstabulation

dds_2 Total

0 1

Skor_DDS

1 Count 7 0 7

% within Skor_DDS 100.0% 0.0% 100.0%

2 Count 38 9 47

% within Skor_DDS 80.9% 19.1% 100.0%

3 Count 91 97 188

% within Skor_DDS 48.4% 51.6% 100.0%

4 Count 182 347 529

% within Skor_DDS 34.4% 65.6% 100.0%

5 Count 244 785 1029

Page 126: SENSITIVITAS DAN SPESIFISITAS DIETARY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35093/2/ANDINI... · adequacy of more than 75% RDA. Further research is needed more with

108

% within Skor_DDS 23.7% 76.3% 100.0%

6 Count 113 637 750

% within Skor_DDS 15.1% 84.9% 100.0%

7 Count 51 336 387

% within Skor_DDS 13.2% 86.8% 100.0%

8 Count 9 126 135

% within Skor_DDS 6.7% 93.3% 100.0%

9 Count 0 13 13

% within Skor_DDS 0.0% 100.0% 100.0%

Total Count 735 2350 3085

% within Skor_DDS 23.8% 76.2% 100.0%

Skor_DDS * dds_3 Crosstabulation

dds_3 Total

0 1

Skor_DDS

1 Count 6 1 7

% within Skor_DDS 85.7% 14.3% 100.0%

2 Count 38 9 47

% within Skor_DDS 80.9% 19.1% 100.0%

3 Count 158 30 188

% within Skor_DDS 84.0% 16.0% 100.0%

4 Count 366 163 529

% within Skor_DDS 69.2% 30.8% 100.0%

5 Count 508 521 1029

% within Skor_DDS 49.4% 50.6% 100.0%

6 Count 225 525 750

% within Skor_DDS 30.0% 70.0% 100.0%

7 Count 66 321 387

% within Skor_DDS 17.1% 82.9% 100.0%

8 Count 14 121 135

% within Skor_DDS 10.4% 89.6% 100.0%

9 Count 0 13 13

% within Skor_DDS 0.0% 100.0% 100.0%

Total Count 1381 1704 3085

% within Skor_DDS 44.8% 55.2% 100.0%

Page 127: SENSITIVITAS DAN SPESIFISITAS DIETARY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35093/2/ANDINI... · adequacy of more than 75% RDA. Further research is needed more with

109

Skor_DDS * dds_4 Crosstabulation

dds_4 Total

0 1

Skor_DDS

1 Count 7 0 7

% within Skor_DDS 100.0% 0.0% 100.0%

2 Count 47 0 47

% within Skor_DDS 100.0% 0.0% 100.0%

3 Count 160 28 188

% within Skor_DDS 85.1% 14.9% 100.0%

4 Count 385 144 529

% within Skor_DDS 72.8% 27.2% 100.0%

5 Count 604 425 1029

% within Skor_DDS 58.7% 41.3% 100.0%

6 Count 308 442 750

% within Skor_DDS 41.1% 58.9% 100.0%

7 Count 94 293 387

% within Skor_DDS 24.3% 75.7% 100.0%

8 Count 20 115 135

% within Skor_DDS 14.8% 85.2% 100.0%

9 Count 0 13 13

% within Skor_DDS 0.0% 100.0% 100.0%

Total Count 1625 1460 3085

% within Skor_DDS 52.7% 47.3% 100.0%

Skor_DDS * dds_5 Crosstabulation

dds_5 Total

0 1

Skor_DDS

1 Count 7 0 7

% within Skor_DDS 100.0% 0.0% 100.0%

2 Count 45 2 47

% within Skor_DDS 95.7% 4.3% 100.0%

3 Count 168 20 188

% within Skor_DDS 89.4% 10.6% 100.0%

4 Count 406 123 529

% within Skor_DDS 76.7% 23.3% 100.0%

5 Count 642 387 1029

% within Skor_DDS 62.4% 37.6% 100.0%

Page 128: SENSITIVITAS DAN SPESIFISITAS DIETARY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35093/2/ANDINI... · adequacy of more than 75% RDA. Further research is needed more with

110

6 Count 337 413 750

% within Skor_DDS 44.9% 55.1% 100.0%

7 Count 115 272 387

% within Skor_DDS 29.7% 70.3% 100.0%

8 Count 23 112 135

% within Skor_DDS 17.0% 83.0% 100.0%

9 Count 0 13 13

% within Skor_DDS 0.0% 100.0% 100.0%

Total Count 1743 1342 3085

% within Skor_DDS 56.5% 43.5% 100.0%

Skor_DDS * dds_6 Crosstabulation

dds_6 Total

0 1

Skor_DDS

1 Count 7 0 7

% within Skor_DDS 100.0% 0.0% 100.0%

2 Count 36 11 47

% within Skor_DDS 76.6% 23.4% 100.0%

3 Count 162 26 188

% within Skor_DDS 86.2% 13.8% 100.0%

4 Count 360 169 529

% within Skor_DDS 68.1% 31.9% 100.0%

5 Count 589 440 1029

% within Skor_DDS 57.2% 42.8% 100.0%

6 Count 329 421 750

% within Skor_DDS 43.9% 56.1% 100.0%

7 Count 100 287 387

% within Skor_DDS 25.8% 74.2% 100.0%

8 Count 12 123 135

% within Skor_DDS 8.9% 91.1% 100.0%

9 Count 0 13 13

% within Skor_DDS 0.0% 100.0% 100.0%

Total Count 1595 1490 3085

% within Skor_DDS 51.7% 48.3% 100.0%

Skor_DDS * dds_7 Crosstabulation

dds_7 Total

0 1

Skor_DDS 1 Count 7 0 7

Page 129: SENSITIVITAS DAN SPESIFISITAS DIETARY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35093/2/ANDINI... · adequacy of more than 75% RDA. Further research is needed more with

111

% within Skor_DDS 100.0% 0.0% 100.0%

2 Count 44 3 47

% within Skor_DDS 93.6% 6.4% 100.0%

3 Count 173 15 188

% within Skor_DDS 92.0% 8.0% 100.0%

4 Count 480 49 529

% within Skor_DDS 90.7% 9.3% 100.0%

5 Count 809 220 1029

% within Skor_DDS 78.6% 21.4% 100.0%

6 Count 513 237 750

% within Skor_DDS 68.4% 31.6% 100.0%

7 Count 209 178 387

% within Skor_DDS 54.0% 46.0% 100.0%

8 Count 45 90 135

% within Skor_DDS 33.3% 66.7% 100.0%

9 Count 0 13 13

% within Skor_DDS 0.0% 100.0% 100.0%

Total Count 2280 805 3085

% within Skor_DDS 73.9% 26.1% 100.0%

Skor_DDS * dds_8 Crosstabulation

dds_8 Total

0 1

Skor_DDS

1 Count 7 0 7

% within Skor_DDS 100.0% 0.0% 100.0%

2 Count 43 4 47

% within Skor_DDS 91.5% 8.5% 100.0%

3 Count 164 24 188

% within Skor_DDS 87.2% 12.8% 100.0%

4 Count 431 98 529

% within Skor_DDS 81.5% 18.5% 100.0%

5 Count 682 347 1029

% within Skor_DDS 66.3% 33.7% 100.0%

6 Count 410 340 750

% within Skor_DDS 54.7% 45.3% 100.0%

7 Count 134 253 387

% within Skor_DDS 34.6% 65.4% 100.0%

8 Count 10 125 135

Page 130: SENSITIVITAS DAN SPESIFISITAS DIETARY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35093/2/ANDINI... · adequacy of more than 75% RDA. Further research is needed more with

112

% within Skor_DDS 7.4% 92.6% 100.0%

9 Count 0 13 13

% within Skor_DDS 0.0% 100.0% 100.0%

Total Count 1881 1204 3085

% within Skor_DDS 61.0% 39.0% 100.0%

Skor_DDS * dds_9 Crosstabulation

dds_9 Total

0 1

Skor_DDS

1 Count 7 0 7

% within Skor_DDS 100.0% 0.0% 100.0%

2 Count 36 11 47

% within Skor_DDS 76.6% 23.4% 100.0%

3 Count 52 136 188

% within Skor_DDS 27.7% 72.3% 100.0%

4 Count 35 494 529

% within Skor_DDS 6.6% 93.4% 100.0%

5 Count 38 991 1029

% within Skor_DDS 3.7% 96.3% 100.0%

6 Count 15 735 750

% within Skor_DDS 2.0% 98.0% 100.0%

7 Count 5 382 387

% within Skor_DDS 1.3% 98.7% 100.0%

8 Count 2 133 135

% within Skor_DDS 1.5% 98.5% 100.0%

9 Count 0 13 13

% within Skor_DDS 0.0% 100.0% 100.0%

Total Count 190 2895 3085

% within Skor_DDS 6.2% 93.8% 100.0%

Compare mean DDS dan MAR tiap provinsi

Report

B1R1 Skor_DDS MAR

11

Mean 5.35 65.3016

N 99 99

Std. Deviation 1.155 16.78909

12

Mean 5.35 61.3954

N 82 82

Std. Deviation 1.364 18.26599

Page 131: SENSITIVITAS DAN SPESIFISITAS DIETARY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35093/2/ANDINI... · adequacy of more than 75% RDA. Further research is needed more with

113

13

Mean 4.87 56.0990

N 87 87

Std. Deviation 1.149 20.90751

14

Mean 4.95 56.6870

N 83 83

Std. Deviation 1.378 19.93870

15

Mean 4.84 54.0247

N 70 70

Std. Deviation 1.175 18.41711

16

Mean 4.73 53.8053

N 95 95

Std. Deviation 1.153 16.89620

17

Mean 5.02 60.0803

N 94 94

Std. Deviation 1.376 21.59542

18

Mean 5.13 61.0884

N 105 105

Std. Deviation 1.225 21.35952

19

Mean 5.16 65.2840

N 97 97

Std. Deviation 1.067 18.38694

21

Mean 4.81 58.3227

N 95 95

Std. Deviation 1.386 21.22585

31

Mean 5.88 72.0738

N 113 113

Std. Deviation 1.226 16.71675

32

Mean 4.89 56.2463

N 116 116

Std. Deviation 1.297 21.30211

33

Mean 5.21 62.4367

N 107 107

Std. Deviation 1.244 21.16939

34

Mean 5.71 68.6656

N 112 112

Std. Deviation 1.211 16.22313

35

Mean 5.56 68.3162

N 79 79

Std. Deviation 1.152 16.93961

36 Mean 5.80 71.6814

N 123 123

Page 132: SENSITIVITAS DAN SPESIFISITAS DIETARY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35093/2/ANDINI... · adequacy of more than 75% RDA. Further research is needed more with

114

Std. Deviation 1.199 16.20782

51

Mean 5.78 70.1702

N 110 110

Std. Deviation 1.252 17.67726

52

Mean 5.45 64.5483

N 92 92

Std. Deviation 1.354 20.19523

53

Mean 5.78 70.7119

N 82 82

Std. Deviation 1.228 14.70119

61

Mean 5.73 67.3368

N 95 95

Std. Deviation 1.387 19.95976

62

Mean 5.39 63.8224

N 110 110

Std. Deviation 1.321 21.69835

63

Mean 5.49 69.8450

N 79 79

Std. Deviation 1.131 17.87324

64

Mean 5.55 67.8527

N 108 108

Std. Deviation 1.342 22.20442

71

Mean 5.61 68.7208

N 84 84

Std. Deviation 1.242 21.26590

72

Mean 5.53 66.1721

N 79 79

Std. Deviation 1.357 20.98004

73

Mean 5.19 63.7762

N 108 108

Std. Deviation 1.315 21.42625

74

Mean 5.38 68.6101

N 96 96

Std. Deviation 1.283 19.31618

75

Mean 5.41 68.4822

N 113 113

Std. Deviation 1.041 17.37543

76

Mean 4.95 61.9521

N 92 92

Std. Deviation .869 19.23314

81 Mean 5.05 58.0049

Page 133: SENSITIVITAS DAN SPESIFISITAS DIETARY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35093/2/ANDINI... · adequacy of more than 75% RDA. Further research is needed more with

115

N 102 102

Std. Deviation 1.465 23.49679

82

Mean 4.69 51.8835

N 94 94

Std. Deviation 1.559 22.69347

91

Mean 4.85 52.5894

N 52 52

Std. Deviation 1.144 20.52995

94

Mean 4.66 53.0967

N 32 32

Std. Deviation 1.677 23.90139

Total

Mean 5.29 63.5416

N 3085 3085

Std. Deviation 1.307 20.40130

Analisis korelasi DDS dengan kecukupan zat gizi

Correlations

Skor_DDS NAR_energi

Spearman's rho

Skor_DDS

Correlation Coefficient 1.000 .598**

Sig. (2-tailed) . .000

N 3085 3085

NAR_energi

Correlation Coefficient .598** 1.000

Sig. (2-tailed) .000 .

N 3085 3085

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Correlations

Skor_DDS NAR_protein

Spearman's rho

Skor_DDS

Correlation Coefficient 1.000 .624**

Sig. (2-tailed) . .000

N 3085 3085

NAR_protein

Correlation Coefficient .624** 1.000

Sig. (2-tailed) .000 .

N 3085 3085

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Page 134: SENSITIVITAS DAN SPESIFISITAS DIETARY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35093/2/ANDINI... · adequacy of more than 75% RDA. Further research is needed more with

116

Correlations

Skor_DDS NAR_vitA

Spearman's rho

Skor_DDS

Correlation Coefficient 1.000 .672**

Sig. (2-tailed) . .000

N 3085 3085

NAR_vitA

Correlation Coefficient .672** 1.000

Sig. (2-tailed) .000 .

N 3085 3085

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Correlations

Skor_DDS NAR_vitC

Spearman's rho

Skor_DDS

Correlation Coefficient 1.000 .487**

Sig. (2-tailed) . .000

N 3085 3085

NAR_vitC

Correlation Coefficient .487** 1.000

Sig. (2-tailed) .000 .

N 3085 3085

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Correlations

Skor_DDS NAR_Ca

Spearman's rho

Skor_DDS

Correlation Coefficient 1.000 .565**

Sig. (2-tailed) . .000

N 3085 3085

NAR_Ca

Correlation Coefficient .565** 1.000

Sig. (2-tailed) .000 .

N 3085 3085

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Correlations

Skor_DDS NAR_Fe

Spearman's rho

Skor_DDS

Correlation Coefficient 1.000 .673**

Sig. (2-tailed) . .000

N 3085 3085

NAR_Fe

Correlation Coefficient .673** 1.000

Sig. (2-tailed) .000 .

N 3085 3085

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Page 135: SENSITIVITAS DAN SPESIFISITAS DIETARY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35093/2/ANDINI... · adequacy of more than 75% RDA. Further research is needed more with

117

Correlations

Skor_DDS NAR_Zn

Spearman's rho

Skor_DDS

Correlation Coefficient 1.000 .656**

Sig. (2-tailed) . .000

N 3085 3085

NAR_Zn

Correlation Coefficient .656** 1.000

Sig. (2-tailed) .000 .

N 3085 3085

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Correlations

Skor_DDS MAR

Spearman's rho

Skor_DDS

Correlation Coefficient 1.000 .771**

Sig. (2-tailed) . .000

N 3085 3085

MAR

Correlation Coefficient .771** 1.000

Sig. (2-tailed) .000 .

N 3085 3085

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Compare mean skor DDS dengan MAR

Report

MAR

Skor_DDS Mean N Std. Deviation

1 24.2813 7 3.62849

2 27.3462 47 4.32282

3 29.1010 188 4.81667

4 35.1488 529 6.03310

5 68.2467 1029 11.13572

6 76.0948 750 9.63084

7 79.5521 387 8.77324

8 83.3724 135 7.77783

9 89.7799 13 5.12666

Total 63.5416 3085 20.40130

Page 136: SENSITIVITAS DAN SPESIFISITAS DIETARY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35093/2/ANDINI... · adequacy of more than 75% RDA. Further research is needed more with

118

Analisis ROC

Case Processing Summary

MAR_75 Valid N (listwise)

Positivea 1956

Negative 1129

Smaller values of the test result

variable(s) indicate stronger

evidence for a positive actual

state.

a. The positive actual state is 1.

Area Under the Curve

Test Result Variable(s): Skor_DDS

Area Std. Errora Asymptotic Sig.

b Asymptotic 95% Confidence

Interval

Lower Bound Upper Bound

.823 .007 .000 .808 .837

The test result variable(s): Skor_DDS has at least one tie between the positive

actual state group and the negative actual state group. Statistics may be biased.

a. Under the nonparametric assumption

b. Null hypothesis: true area = 0.5

Page 137: SENSITIVITAS DAN SPESIFISITAS DIETARY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35093/2/ANDINI... · adequacy of more than 75% RDA. Further research is needed more with

119

Coordinates of the Curve

Test Result Variable(s): Skor_DDS

Positive if Less

Than or Equal

Toa

Sensitivity 1 - Specificity

.00 .000 .000

1.50 .004 .000

2.50 .028 .000

3.50 .124 .000

4.50 .394 .000

5.50 .767 .265

6.50 .934 .641

7.50 .990 .887

8.50 1.000 .988

10.00 1.000 1.000

The test result variable(s): Skor_DDS has at

least one tie between the positive actual state

group and the negative actual state group.

a. The smallest cutoff value is the minimum

observed test value minus 1, and the largest

cutoff value is the maximum observed test value

plus 1. All the other cutoff values are the

averages of two consecutive ordered observed

test values.

Page 138: SENSITIVITAS DAN SPESIFISITAS DIETARY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35093/2/ANDINI... · adequacy of more than 75% RDA. Further research is needed more with

120

Page 139: SENSITIVITAS DAN SPESIFISITAS DIETARY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35093/2/ANDINI... · adequacy of more than 75% RDA. Further research is needed more with

121

Page 140: SENSITIVITAS DAN SPESIFISITAS DIETARY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35093/2/ANDINI... · adequacy of more than 75% RDA. Further research is needed more with

122

Page 141: SENSITIVITAS DAN SPESIFISITAS DIETARY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35093/2/ANDINI... · adequacy of more than 75% RDA. Further research is needed more with

123

Page 142: SENSITIVITAS DAN SPESIFISITAS DIETARY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35093/2/ANDINI... · adequacy of more than 75% RDA. Further research is needed more with

124

Page 143: SENSITIVITAS DAN SPESIFISITAS DIETARY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35093/2/ANDINI... · adequacy of more than 75% RDA. Further research is needed more with

125

Page 144: SENSITIVITAS DAN SPESIFISITAS DIETARY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35093/2/ANDINI... · adequacy of more than 75% RDA. Further research is needed more with

126

Page 145: SENSITIVITAS DAN SPESIFISITAS DIETARY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35093/2/ANDINI... · adequacy of more than 75% RDA. Further research is needed more with

127

Page 146: SENSITIVITAS DAN SPESIFISITAS DIETARY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35093/2/ANDINI... · adequacy of more than 75% RDA. Further research is needed more with

128

Page 147: SENSITIVITAS DAN SPESIFISITAS DIETARY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35093/2/ANDINI... · adequacy of more than 75% RDA. Further research is needed more with

129

Page 148: SENSITIVITAS DAN SPESIFISITAS DIETARY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35093/2/ANDINI... · adequacy of more than 75% RDA. Further research is needed more with

130

Page 149: SENSITIVITAS DAN SPESIFISITAS DIETARY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35093/2/ANDINI... · adequacy of more than 75% RDA. Further research is needed more with

131

Page 150: SENSITIVITAS DAN SPESIFISITAS DIETARY …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35093/2/ANDINI... · adequacy of more than 75% RDA. Further research is needed more with

132