141
JURNAL PARAMETER VOLUME 2,NO.001TB JULI 2017 ISSN 1979-8865 1 PENGARUH KEPEMIMPINAN DAN MOTIVASI TERHADAP KINERJA KARYAWAN PADA PERUSAHAAN CLUB MALAM Sardi Efendi Dosen Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Tribuana Email:[email protected] ABSTRACT The purpose of this study is to determine whether the Leadership and Motivation affect the performance of employees at Night Club company. This research uses quantitative descriptive method. The population in this study is all the Night Club employees amounted to 55 people. The sample in this study using non probability sampling of 55 people who made Respondents. Data processing techniques using Statistical Package for Social Science (SPSS) version 17 for windows The result of research obtained based on multiple linear regression technique there is significant influence 0,05. Leadership, on Employee Performance with Beta Coefficients 0.246 value on probability (Sig) 0.000 indicates significant, because <0,005, if Leadership up 1 point, it will be followed by improvement of performance of regression value (0,246), Motivation work to Employee Performance, with level of significance Variable 0.000. With Beta Coefficients 0,521 values on probability (Sig) 0,000 indicates significant because <0.005, if Motivation rose by 1 point, it will be followed by an increase in Performance regression value (0,521). This study concludes that employee performance can be improved through increased leadership, and work motivation. Influence Motivation of work is more dominant than the influence of leadership, so improvements in efforts to motivate employees work a priority to improve employee performance. Keywords: leadership, motivation, employee performance ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah Kepemimpinan dan Motivasi berpengaruh terhadap kinerja karyawan pada perusahaan Club Malam. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini adalah semua karyawan Club Malam berjumlah 55 orang. Sampel dalam penelitian ini menggunakan non probability sampling sejumlah 55 orang yang dijadikan Responden. Teknik pengolahan data menggunakan program Statistical Package for Social Science ( SPSS ) versi 17 for windows Hasil penelitian yang diperoleh berdasarkan teknik regresi linear berganda terdapat pengaruh signifikan 0,05. Kepemimpinan, terhadap Kinerja Karyawan dengan Beta Coefficients 0,246 nilai pada probabilitas (Sig) 0.000 menunjukkan signifikan, karena < 0,005, jika Kepemimpinan naik 1 angka, maka akan diikuti oleh peningkatan Kinerja nilai regresi (0,246), Motivasi kerja terhadap Kinerja karyawan, dengan tingkat signifikasi variabel 0.000. dengan Beta Coefficients 0,521 nilai pada probabilitas (Sig) 0,000 menunjukkan signifikan karena < 0,005, jika Motivasi naik 1 angka, maka akan diikuti oleh peningkatan Kinerja nilai regresi (0,521). Penelitian ini menyimpulkan bahwa kinerja karyawan dapat ditingkatkan melalui upaya peningkatan Kepemimpinan, dan Motivasi kerja. Pengaruh Motivasi kerja lebih dominan dibandingkan pengaruh kepemimpinan, sehingga perbaikan dalam upaya memotivasi kerja karyawan menjadi prioritas untuk meningkatkan kinerja karyawan. Kata kunci : kepemimpinan, motivasi, kinerja karyawan

Sardi Efendi Dosen Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Tribuana ... · dari manajemen sumber daya manusia . ... Pengertian Kinerja dan Penilaian kinerja ... William B. Werther Jr, and Keith

  • Upload
    dinhnhu

  • View
    222

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

JURNAL PARAMETER VOLUME 2,NO.001TB JULI 2017 ISSN 1979-8865

1

PENGARUH KEPEMIMPINAN DAN MOTIVASI TERHADAP KINERJA

KARYAWAN PADA PERUSAHAAN CLUB MALAM

Sardi Efendi

Dosen Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Tribuana

Email:[email protected]

ABSTRACT

The purpose of this study is to determine whether the Leadership and

Motivation affect the performance of employees at Night Club company. This research

uses quantitative descriptive method. The population in this study is all the Night Club

employees amounted to 55 people. The sample in this study using non probability

sampling of 55 people who made Respondents. Data processing techniques using

Statistical Package for Social Science (SPSS) version 17 for windows

The result of research obtained based on multiple linear regression

technique there is significant influence 0,05. Leadership, on Employee Performance

with Beta Coefficients 0.246 value on probability (Sig) 0.000 indicates significant,

because <0,005, if Leadership up 1 point, it will be followed by improvement of

performance of regression value (0,246), Motivation work to Employee Performance,

with level of significance Variable 0.000. With Beta Coefficients 0,521 values on

probability (Sig) 0,000 indicates significant because <0.005, if Motivation rose by 1

point, it will be followed by an increase in Performance regression value (0,521).

This study concludes that employee performance can be improved through

increased leadership, and work motivation. Influence Motivation of work is more

dominant than the influence of leadership, so improvements in efforts to motivate

employees work a priority to improve employee performance.

Keywords: leadership, motivation, employee performance

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah Kepemimpinan dan

Motivasi berpengaruh terhadap kinerja karyawan pada perusahaan Club Malam.

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif. Populasi dalam penelitian

ini adalah semua karyawan Club Malam berjumlah 55 orang. Sampel dalam penelitian

ini menggunakan non probability sampling sejumlah 55 orang yang dijadikan

Responden. Teknik pengolahan data menggunakan program Statistical Package for

Social Science ( SPSS ) versi 17 for windows

Hasil penelitian yang diperoleh berdasarkan teknik regresi linear berganda

terdapat pengaruh signifikan 0,05. Kepemimpinan, terhadap Kinerja Karyawan dengan

Beta Coefficients 0,246 nilai pada probabilitas (Sig) 0.000 menunjukkan signifikan,

karena < 0,005, jika Kepemimpinan naik 1 angka, maka akan diikuti oleh peningkatan

Kinerja nilai regresi (0,246), Motivasi kerja terhadap Kinerja karyawan, dengan

tingkat signifikasi variabel 0.000. dengan Beta Coefficients 0,521 nilai pada

probabilitas (Sig) 0,000 menunjukkan signifikan karena < 0,005, jika Motivasi naik 1

angka, maka akan diikuti oleh peningkatan Kinerja nilai regresi (0,521).

Penelitian ini menyimpulkan bahwa kinerja karyawan dapat ditingkatkan

melalui upaya peningkatan Kepemimpinan, dan Motivasi kerja. Pengaruh Motivasi

kerja lebih dominan dibandingkan pengaruh kepemimpinan, sehingga perbaikan dalam

upaya memotivasi kerja karyawan menjadi prioritas untuk meningkatkan kinerja

karyawan.

Kata kunci : kepemimpinan, motivasi, kinerja karyawan

JURNAL PARAMETER VOLUME 2,NO.001TB JULI 2017 ISSN 1979-8865

2

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pada era industri saat ini, di

mana lingkungan organisasi berubah

cepat, dibutuhkan sumber daya

manusia yang tidak hanya cukup untuk

mendukung kelangsungan hidup suatu

organisasi, melainkan lebih dari itu.

SDM dituntut untuk memberikan

keunggulan kompetitif dalam

memenangkan persaingan. Keunggulan

kompetitif dapat dilihat dari aspek

penguasaan pengetahuan, keterampilan

dan sikap, serta perilaku kerja yang

terarah pada pencapaian sasaran

organisasi. Teknologi memberikan

kemudahan bagi manusia dalam

menjalankan kegiatannya, khususnya

dalam meningkatkan produktivitas

untuk mencapai performa kinerja yang

optimal. Untuk itu diperlukan

kepemimpinan dan motivasi yang

diberikan oleh seorang atasan.

Pesatnya perkembangan teknologi,

informasi dan ilmu pengetahuan

dewasa ini menempatkan pengaruh

globalisasi pada posisi strategi dan

membawa pengaruh yang besar

terhadap perubahan sistem dan nilai

dalam masyarakat. Dalam hal ini SDM

mempunyai peranan penting dalam

setiap kegiatan perusahaan yaitu dalam

mengelola, mengatur, mengurus dan

menggunakan seluruh sumber daya

yang ada secara produktif dan efektif

untuk mencapai tujuan perusahaan.

Tujuan suatu perusahaan

didirikan adalah mendapatkan

keuntungan yang maksimal,

produktivitas tinggi dengan mutu baik.

Selain modal, sarana dan prasarana,

teknologi, serta peraturan yang berlaku,

perusahaan atau organisasi

memerlukan Sumber Daya Manusia

(SDM) yang bermutu. Dalam hal ini

SDM yang baik akan memberikan

kontribusi baik pula dalam hal

pencapaian produktivitas dan

peningkatan mutu, pencapaian visi dan

misi perusahaan. Dalam perkembangan

jaman, diharapkan perusahaan mampu

bersaing dan berkesinambungan

dengan kemajuan teknologi dan

komunikasi yang ada. Kenyataan

menunjukkan bahwa perusahaan yang

tidak mampu

berkesinambung dengan kemajuan

jaman akan tertinggal dari pesatnya

perkembangan jaman. Oleh karena itu,

keberadaan sumber daya manusia

dalam suatu perusahaan sangatlah

penting karena sumber daya manusia

yang ada merupakan ujung tombak

berhasilnya suatu perusahaan, terutama

bagi perusahaan yang bergerak di

bidang jasa.

Selain pencapaian visi dan misi

perusahaan, banyak perusahaan

menyadari perlunya memperhatikan

aspek SDM dan secara jelas

mengungkapkan perlunya perencanaan

dan pengembangan karir, informasi

karir, dan konseling yang berhubungan

dengan karir. Hal ini terkait erat

dengan program kelangsungan hidup

perusahaan (succession planning)

JURNAL PARAMETER VOLUME 2,NO.001TB JULI 2017 ISSN 1979-8865

3

dalam mempersiapkan tongkat estafet

kepemimpinan demi masa depan

perusahaan.

Kepemimpinan dalam

melaksanakan fungsi perencanaan,

pengorganisasian, koordinasi, dan

kontrol, tidak terkecuali perusahaan

club yang memiliki pemimpin perlu

memiliki dan menguasai kemampuan

manajerial agar dapat menyelesaikan

tugasnya dengan baik. Seorang

pemimpin juga hendaknya memiliki

kemampuan yang

lebih memadai, sehingga dapat

memimpin dan meningkatkan kinerja

karyawan yang dipimpinnya.

Keberhasilan organisasi sangat

tergantung kepada sumber daya

manusia, dalam hal ini seluruh

karyawan di bawahnya. Selain

kemampuan manajerial pimpinan,

faktor motivasi juga dapat

mempengaruhi kinerja bawahannya.

Pada dasarnya instansi bukan saja

mengharapkan pegawai yang mampu,

cakap, dan terampil, tetapi yang

terpenting mereka mau bekerja giat dan

berkeinginan untuk mencapai hasil

kerja yang optimal. Kemampuan,

kecakapan, dan keterampilan pegawai

tidak ada artinya bagi organisasi, jika

mereka tidak mau bekerja keras dengan

mempergunakan kemampuan,

kecakapan, dan keterampilan yang

dimilikinya. Oleh karena itu, motivasi

sangat penting karena dengan motivasi

diharapkan setiap individu atau

karyawan mau bekerja keras dan

antusias untuk mencapai kinerja yang

tinggi. Suatu organisasi memerlukan

personil yang memiliki kemampuan

dan motivasi yang tinggi yang dapat

mewujudkan tujuan organisasi. Oleh

karena itu, baik pimpinan maupun

karyawan sebagai komponen personil

perusahaan diharapkan mampu

menunjukkan kinerja yang baik dalam

melaksanakan pekerjaannya, sehingga

secara optimal dapat mencapai hasil

yang diharapkan dari tugasnya.

Pimpinan merupakan faktor yang

dominan karena berfungsi sebagai

manajer dan supervisor yang dituntut

untuk mampu memberikan motivasi

dan arahan kepada karyawan sehingga

dapat menjalankan tugasnya dengan

baik.

Motivasi adalah keadaan dalam

pribadi seseorang yang mendorong

keinginan individu untuk melakukan

kegiatan-kegiatan tertentu guna

mencapai suatu tujuan Oleh

sebab itu pimpinan penting mengetahui

apa yang menjadi motivasi para

pegawai atau bawahannya. Adanya

motivasi dalam melaksanakan

pekerjaannya secara otomatis akan

meningkatkan kinerja karyawan.

Di sisi lain, masih banyak perusahaan

beranggapan bahwa tanggungjawab

utama untuk perencanaan dan

pengembangan karir terletak pada masa

pribadi SDM itu sendiri. Di masa lalu

hanya organisasi besar saja yang

terlibat aktif dalam perencanaan karir

para pekerjanya. Apabila dilihat lebih

mendalam, salah satu hal yang penting

dari manajemen sumber daya manusia

JURNAL PARAMETER VOLUME 2,NO.001TB JULI 2017 ISSN 1979-8865

4

yang perlu diperhatikan dengan baik

oleh perusahaan adalah motivasi.

Tanpa motivasi yang cukup, kinerja

sumber daya manusia yang ada akan

menjadi kurang optimal. Pada

dasarnya, tujuan Motivasi kerja adalah

untuk membantu organisasi mencapai

keberhasilan strategis sambil

memastikan berlangsungnya pekerjaan

sekaligus memberikan semangat

kepada para karyawan supaya bisa

meningkatkan kinerja karywan

tersebut.

Kinerja seorang karyawan pada

dasarnya adalah hasil kerja karyawan

selama

periode, atau waktu tertentu

dibandingkan dengan berbagai

kemungkinan misalnya standar, target

atau kriteria yang telah ditentukan

sesuai kesepakatan dan peraturan yang

berlaku. Dengan semakin uniknya

kebutuhan konsumen akan hiburan,

maka diperlukan kinerja seorang

karyawan yang maksimal dalam upaya

memberikan kepuasan yang maksimal

kepada setiap konsumen dan pelanggan

Namun dampak buruk dari

kurangnya motivasi dari

pemimpin/atasan pada akhirnya dapat

mengurangi kinerja dari perusahaan itu

sendiri. Di samping itu, hal tersebut

dapat menyebabkan peningkatan

keluhan dari pihak pelanggan,

menyebabkan karyawan malas kerja,

dan kemungkinan lain yang mengarah

pada tindakan-tindakan fisik dan

psikologis, seperti meningkatkan

derajat ketidakhadiran dan perputaran

karyawan. Masalah Motivasi selalu

mendapat perhatian besar dari para

pemimpin/atasan karena motivasi

merupakan sumber pengerak bagi para

karyawan.

Berdasarkan latar belakang

tersebut diperlukan solusi untuk lebih

meningkatkan kinerja karyawan

dengan cara meningkatkan motivasi

karyawan, adanya kepemimpinan yang

sesuai dengan kebutuhan dan

lingkungan kerja kondusif. Untuk itu

peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian berjudul “Pengaruh

Kepemimpinan, dan Motivasi

terhadap Lingkungan Kinerja

karyawan.

1.2 Batasan Masalah

Dari latar belakang masalah

tersebut agar penelitian ini tidak

melebar maka, dibatasi hanya meneliti

3 (tiga) variabel, yaitu Kepemimpinan,

Motivasi dan Lingkungan Kinerja

karyawan.

1.3 Rumusan Masalah

Permasalahan dapat

dirumuskan sebagai berikut: Apakah

Kepemimpinan berpengaruh terhadap

Kinerja karyawan?. Apakah Motivasi

berpengaruh terhadap Lingkungan

Kinerja karyawan? Kepemimpinan dan

Motivasi berpengaruh terhadap Kinerja

karyawan?

1.4 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui Apakah Kepemimpinan

berpengaruh terhadap Kinerja

karyawan?. Apakah Motivasi

berpengaruh terhadap Lingkungan

JURNAL PARAMETER VOLUME 2,NO.001TB JULI 2017 ISSN 1979-8865

5

Kinerja karyawan? Kepemimpinan dan

Motivasi berpengaruh terhadap Kinerja

karyawan?

1.5 Manfaat Penelitian

Dengan adanya penelitian ini,

diharapkan dapat memberikan manfaat

bagi perusahaan, kalangan akademisi,

peneliti, , dan sebagaimana dijabarkan

sebagai berikut : Manfaat bagi

Manager dan Operasional dengan

mengetahui tentang pengaruh

Kepemimpinan, dan Motivasi terhadap

Lingkungan Kinerja karyawannya dan

sebagai upaya untuk meningkatkan

kinerja di masa mendatang. Manfaat

bagi kalangan akademisi, antara lain :

dapat memberi masukan bagi

penelitian di bidang SDM, khususnya

yang terkait dengan Kepemimpinan,

Motivasi, dan Kinerja karyawan.

Menambah konsep baru yang dapat

dijadikan sebagai bahan rujukan

penelitian lebih lanjut bagi

pengembangan ilmu manajemen. Hasil

penelitian ini mendorong penelitian

selanjutnya, khususnya terkait dengan

kinerja di suatu perusahaan atau

organisasi.

LANDASAN TEORI

2.1. Kinerja

2.1.1. Pengertian Kinerja dan

Penilaian kinerja

Secara morfologis, istilah

kinerja yang dalam bahasa Inggrisnya

adalah performance berasal dari kata

”to perform”. Kamus The New Webster

Dictionary (CD ROM) memberikan

tiga (3) arti bagi kata performance,

yaitu : a. “Prestasi” yang digunakan

dalam konteks atau kalimat, misalnya

”mobil yang sangat cepat” (high

performance car). b. “Pertunjukkan”

yang biasanya digunakan dalam

kalimat ”populance dance of

performance” atau pertunjukkan tarian

rakyat. c. “Pelaksanaan tugas”

misalnya dalam kalimat ”in performing

his/her duties”. Berdasarkan hal

tersebut, maka arti performance atau

kinerja yang tepat adalah sebagaimana

yang didefinisikan dalam butir c.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia,

Kinerja diartikan

dengan (1) Sesuatu yang dicapai, (2)

prestasi yang diperlihatkan, dan (3)

kemampuan bekerja (tentang

peralatan). Dalam kaitan dengan

penelitian ini, maka arti dari kinerja

yang tepat adalah prestasi yang

diperlihatkan.Secara terminologis,

kinerja adalah ukuran seberapa baik

orang melakukan pekerjaannya.

William B. Werther Jr, and Keith

Davis (2003:67), Sedangkan Wibowo,

(2010:7) kinerja adalah tentang

melakukan pekerjaan dan hasil yang

dicapai dari pekerjaan tersebut.

Suastha, Nyoman. T.,(2006:51)

Memaksimalkan kinerja adalah

prioritas bagi sebagian besar organisasi

pada saat ini. ”Kinerja” diterjemahkan

dari kata ”performance” dengan asal

kata” to perform”, yang diartikan

sebagai ”melakukan” atau

”menyelenggarakan”. Kinerja sering

juga disebut performa. Kinerja juga

bergantung pada profesi, jenis profesi

atau jabatan seseorang.

JURNAL PARAMETER VOLUME 2,NO.001TB JULI 2017 ISSN 1979-8865

6

Beberapa pendapat ahli

mengenai kinerja adalah : a. Kinerja

merujuk pada penyelesaian tugas-tugas

yang diberikan kepada karyawan. b.

”The accomplishment of goals is

succesfull performance”, artinya tujuan

atas pencapaian keberhasilan kerja. c.

Kinerja berkaitan dengan perilaku yang

dikaitkan dengan misi organisasi. d.

Kinerja merujuk pada hasil perilaku.

Kinerja tidak dilihat dari hasil fisiknya,

juga dilihat dari aspek non fisik, seperti

kesetiaan, disiplin, kerjasama, inisiatif,

kepemimpinan, dan sebagainya. e.

Kinerja merupakan fungfi dari

kemampuan dan motivasi.

”Performance = ability * Motivation”

Kinerja adalah hal, atau tingkat

keberhasilan seseorang secara

keseluruhan selama periode tertentu di

dalam melaksanakan tugas

dibandingkan dengan berbagai

kemungkinan, seperti standar hasil

kerja, target, atau sasaran, atau kriteria

yang telah ditentukan terlebih dahulu

dan telah disepakati bersama.

Mangkruprawira, Sjafri, (2009: 218-

219) Jika dilihat dari asal katanya, kata

kinerja adalah terjemahan dari kata

performance, yang menurut The

Scribner-Bantam English Dictionary,

terbitan Amerika Serikat dan Canada,

berasal dari akar kata ”to perform”

dengan beberapa ”entries”, yaitu : a.

Melakukan, menjalankan,

melaksanakan (to do or carry out,

execute). b. Memenuhi atau

melaksanakan kewajiban suatu niat

atau nazar (to discharge to fulfill; as

vow). c. Melaksanakan atau

menyempurnakan tanggungjawab (to

execute or complete an understaking).

d. Melakukan sesuatu yang diharapkan

oleh seseorang atau mesin (to do what

is expected of a person machine).

Kinerja seseorang akan dinilai

dari : Robbins, (2000:567) a. Hasil

tugas yang dapat diukur dari kuantitas

dan kualitas yang dihasilkan oleh

seorang karyawan, serta ketepatan

waktu penyelesaiannya. Seorang

karyawan yang dapat menghasilkan

kuantitas dan kualitas yang sesuai

dengan standar, serta tepat waktunya

menunjukkan tingkat kinerja tinggi.

Kinerja (performance) diartikan

sebagai suatu tingkatan dimana

karyawan memenuhi atau mencapai

persyaratan kerja yang ditentukan

(Milkovich dan Boudreau dalam

Wahyuningsih, 2003:46). Sedangkan

menurut Mangkunegara (2001: 67)

kinerja adalah hasil kerja secara

kualitas dan kuantitas yang dicapai

oleh seorang pegawai dalam

melaksanakan tugasnya sesuai dengan

tanggung jawab yang diberikan

kepadanya. Tinggi rendahnya kinerja

karyawan berkaitan erat dengan sistem

pemberian penghargaan yang

diterapkan oleh lembaga/organisasi

tempat mereka bekerja. Pemberian

penghargaan yang tidak tepat dapat

berpengaruh terhadap peningkatan

kinerja seseorang. Faktor-faktor yang

mempengaruhi kinerja adalah sebagai

berikut (Prawirosentono dalam

Purnomo Listianto dan Bambang

JURNAL PARAMETER VOLUME 2,NO.001TB JULI 2017 ISSN 1979-8865

7

Setiaji, 2003:114) (a) Efektivitas dan

efisiensi; (b) Otoritas (wewenang); (c)

Disiplin; (d) Inisiatif. Penilaian prestasi

kerja (appraisal performance) adalah

proses penilaian prestasi kerja

karyawan yang dilaukan oleh

organisasi terhadap karyawan secara

sistematik dan formal berdasarkan

pekerjaan yang ditugaskan kepadanya.

Metode penilaian kinerja Menurut

Manulang (dalam Sadili Samsudin,

2006: 172), metode-metode yang

digunakan dalam penilaian kinerja

adalah: (a) Graphic Rating System;

(b) Ranking Method/man to man

comparison atau man to man scale;

(c)

Forced Choiced Method

2.4.2. Tujuan dan Manfaat Penilaian

Kinerja

Ada dua (2) alasan pokok

dilaksanakannya penilaian kinerja,

yaitu: Rivai, Veithzal, (2005: 311-312)

a. Manajer memerlukan evaluasi

obyektif terhadap kinerja laryawan

pada masa lalu yang digunakan untuk

membuat keputusan di bidang SDM di

masa mendatang. b. Manajer

memerlukan alat yang memungkinkan

untuk membantu karyawan

memperbaiki kinerja, merencanakan

pekerjaan, mengembangkan

kemampuan dan keterampilan untuk

perkembangan karir dan memperkuat

kualitas hubungan antara manajer

bersangkutan dengan karyawannya.

Selain itu, penilaian kinerja dapat

digunakan untuk : a. Mengetahui

pengembangan, yang meliputi : 1)

Identifikasi kebutuhan pelatihan, 2)

Umpan balik kinerja, 3) Menentukan

transfer dan penugasan, 4) Identifikasi

kekuatan dan kelemahan karyawan. b.

Pengambilan keputusan administratif

meliputi : 1) Keputusan untuk

menentukan gaji, promosi dan

mempertahankan, atau

memberhentikan karyawan, 2)

Pengakuan kinerja karyawan 3)

Pemutusan hubungan kerja, 4)

Mengidentifikasi yang buruk. c.

Keperluan perusahaan meliputi : 1)

Perencanaan SDM, 2) Menentukan

kebutuhan pelatihan, 3) Evaluasi

pencapaian tujuan perusahaan, 4)

Informasi untuk identifikasi tujuan, 5)

Evaluasi terhadap sistem SDM, 6)

Penguasaan terhadap kebutuhan

pengembangan perusahaan.

d. Dokumentasi meliputi : 1) Kriteria

untuk validasi penelitian, 2)

Dokumentasi keputusan-keputusan

tentang SDM, dan 3) Membantu untuk

memenuhi persyaratan hukum.

Berdasarkan uraian di atas,

tujuan penilaian kinerja atau prestasi

kerja karyawan pada dasarnya; Untuk

mengetahui tingkat prestasi karyawan

selama ini. b. Pemberian imbalan yang

serasi, misalnya pemberian kenaikan

gaji pokok, kenaikan gaji istimewa dan

insentif uang. c. Mendorong

pertanggungjawaban dari karyawan. d.

Untuk pembeda antar karyawan yang

satu dengan yang lain. Dari segi

pengembangan SDM, tujuan penilaian

kinerja masih dapat dibedakan dan

JURNAL PARAMETER VOLUME 2,NO.001TB JULI 2017 ISSN 1979-8865

8

meliputi : a. Penugasan kembali,

seperti diadakannya mutasi, atau

transfer, rotasi pekerjaan. b. Promosi/

kenaikan jabatan. c. Training/ atau

latihan. d. Meningkatkan motivasi

kerja. e. Meningkatkan etos kerja. f.

Memperkuat hubungan antara

karyawan dengan supervisor melalui

diskusi tentang kemajuan kerjanya. g.

Sebagai alat untuk memperoleh umpan

balik dari karyawan untuk

memperbaiki desain pekerjaan,

lingkungan pekerjaan dan rencana karir

selanjutnya. h. Penelitian seleksi

sebagai kriteria

keberhasilan/efektivitas. i. Sebagai

salah satu sumber informasi untuk

perencanaan SDM, karir dan keputusan

perencanaan suksesi. j. Membantu

menempatkan karyawan dengan

pekerjaan yang sesuai untuk mencapai

hasil yang baik secara menyeluruh. k.

Sebagai informasi untuk pengambilan

keputusan berkaitan dengan gaji-

upahisentif-kompensasi dan berbagai

imbalan lainnya. l. Sebagai penyalur

keluhan yang berkaitan dengan

masalah pribadi maupun pekerjaaan.

m. Sebagai alat untuk menjaga tingkat

kinerja. n. Sebagai alat untuk

membantu dan mendorong karyawan

untuk mengambil inisiatif dalam

rangka memperbaiki kinerja. Untuk

mengetahui efektivitas kebijakan SDM,

seperti seleksi, rekrutmen, pelatihan

dan analisis pekerjaan sebagai

komponen yang saling ketergantungan

di antara fungsi-fungsi SDM. p.

Mengidentifikasikan dan

menghilangkan hambatan-hambatan

agar kinerja menjadi baik. q.

Mengembangkan dan menetapkan

kompensasi pekerjaan. r. Pemutusan

hubungan kerja dan pemberian sanksi

ataupun hadiah. Organisasi biasanya

menggunakan penilaian kinerja dalam

dua peran yang memiliki potensi

konflik adalah Mathis dan Jackson,

(2010: 383-385) a. Mengukur kinerja

dalam memberikan imbalan kerja atau

keputusan administratif lainnya

mengenai karyawan. Promosi atau

pemecatan dapat tergantung pada peran

ini, di mana sering kali menciptakan

tekanan bagi para manajer untuk

melakukan penilaian. b. Berfokus pada

pengembangan individu. Dalam peran

ini, manajer berperan lebih sebagai

seorang penasihat dibandingkan

seorang hakim, yang akan mengubah

atmosfer hubungan. Peran kedua

tersebut menekankan dalam

mengidentifikasi potensi dan

merencanakan kesempatan

pertumbuhan dan arah karyawan. peran

dari penilaian kinerja yang memiliki

potensi konflik, yaitu : a. Penggunaan

Administratif Sistem penilaian kinerja

sering kali menjadi penghubung antara

penghargaan yang diinginkan

karyawan dan produktivitasnya.

Hubungan tersebut diperkirakan

sebagai berikut Produktivitas →

Penilaian Kinerja → Penghargaan

Kompensasi yang berbasis kinerja

menegaskan ide bahwa kenaikan gaji

seharusnya diberikan untuk pencapaian

kinerja daripada senioritas. Dalam

JURNAL PARAMETER VOLUME 2,NO.001TB JULI 2017 ISSN 1979-8865

9

sistem ini, manajer secara historis telah

menjadi pengevaluasi dari kinerja

bawahan dan juga membuat

rekomendasi kompensasi untuk

karyawan. Jika ada bagian dari proses

penilaian yang gagal, maka para

karyawan yang berkinerja baik tidak

menerima kenaikan gaji lebih besar,

yang akan menyebabkan adanya

ketidakadilan dalam kompensasi bagi

karyawan. b. Penggunaan

Pengembangan Penilaian kinerja dapat

menjadi sumber utama informasi dan

umpan balik untuk karyawan, yaitu

kunci perkembangannya di masa

depan. Dalam proses mengidentifikasi

kekuatan, kelemahan, potensi dan

kebutuhan pelatihan karyawan melalui

umpan balik penilaian kinerja, para

supervisor dapat menginformasikan

kepada karyawan mengenai

kemajuannya, mendiskusikan area-area

yang membutuhkan pengembangan

dan mengidentifikasi rencana

pengembangan.

Tujuan dari umpan balik

pengembangan adalah lebih kepada

mengubah, atau menguatkan perilaku

individu, daripada untuk

membandingkan antar individu-seperti

kasus penggunaan administrative

dalam penilaian kinerja. Penguatan

positif untuk perilaku yang diharapkan

memberi kontribusi pada

pengembangan individu dan

organisasional. Fungsi pengembangan

dari penilaian kinerja juga dapat

mengidentifikasi bidang-bidang di

mana karyawan ingin berkembang.

Kemampuan dan motivasi kerja

merupakan syarat pokok bagi manusia

berkarya yang langsung berpengaruh

terhadap tingkat dan mutu kinerja

pegawai. Di samping itu, ciri-ciri

lingkungan organisasi dan praktek

manajemen turut memengaruhi kinerja

pegawai, yaitu : a. Faktor lingkungan

yang berpengaruh terhadap kinerja

pegawai, yaitu faktor budaya, hukum,

politik, ekonomi, teknologi dan sosial,

bersifat langsung maupun tidak

langsung. b. Iklim organisasi, terutama

faktor kebijakan, filsafat manajemen,

gaya kepemimpinan, ciri-ciri

struktural, kondisi sosial dari kelompok

dan hakekat kerja

2.4.3. Faktor-Faktor Yang

Memengaruhi Kinerja

Kinerja seseorang dipengaruhi

oleh dua (2) faktor berikut :

Mangkruprawira, (2009:222)

a. Unsur Intrinsik : 1) Tingkat

pendidikan, yaitu penguasaan

pengetahuan, sikap, dan

keterampilan dalam penguasaan bidang

ilmu tertentu. 2) Tingkat pengetahuan

seseorang adalah pengetahuan yang

dikuasai tidak terbatas pada bidang-

bidang ilmu ”keras”, tetapi juga

”lunak”misalnya pengetahuan tentang

komunikasi, inisiatif, kreativitas dan

konflik. 3) Tingkat keterampilan

adalah penguasaan penerepan ilmu dan

pengetahuan dan teknologi yang

dimiliki seseorang yang dipraktekkan

dalam pekerjaannya. 4) Sikap-motivasi

terhadap kerja adalah pekerjaannya

berpengaruh terhadap kinerja yang

JURNAL PARAMETER VOLUME 2,NO.001TB JULI 2017 ISSN 1979-8865

10

dicapaianya. 5) Tingkat pengalaman

kerja, adalah akumulasi dari

keberhasilan dan kegagalan, serta

gabungan dari kekuatan dan kelemahan

di dalam melaksanakan pekerjaannya.

b. Unsur Ekstrinsik : 1) Lingkungan

keluarga adalah sikap dan motivasi

anggota suatu

keluarga di dalam memandang makna

suatu pekerjaan. 2) Lingkungan sosial-

budaya adalah tingginya aspek

kedisiplinan sosial, tanggungjawab

sosial dan sistem nilai tentang

pekerjaan akan mendorong seseorang

untuk terlibat aktif dalam

meningkatkan kinerjanya. 3)

Lingkungan ekonomi adalah dapat

dicirkan oleh pertumbuhan ekonomi,

tingkat pengangguran, derajat

kemiskinan, penugasan aset produksi

dan pendapatan per kapita. 4)

Lingkungan belajar adalah dapat dilihat

dari perilaku masyarakat dalam hal

mengikuti pendidikan dan pelatihan. 5)

Lingkungan kerja termasuk budaya

kerja adalah lingkungan kerja dibatasi

pada tempat dimana seseorang bekerja.

6) Teknologi adalah teknologi yang

dimaksud berupa teknologi lunak

(intangible) dan teknologi keras

(tangible). Teknologi lunak berpa

metode, teknik dan prosedur kerja.

Sementara teknologi keras berupa

mesin-mesin atau alat-alat produksi.

Faktor-faktor yang

mempengaruhi kinerja adalah :

Wibowo, (2010:100) a. Personal

factors, ditunjukkan oleh tingkat

keterampilan, kompetensi yang

dimiliki, motivasi dan komitmen

individu. b. Leadership factors,

ditentukan oleh kualitas dorongan,

bimbingan, dan dukungan yang

dilakukan manajer dan team leader. c.

Team factors, ditunjukkan oleh kualitas

dukungan yang diberikan oleh rekan

sekerja.

d. System factors, ditunjukkan oleh

adanya sistem kerja dan fasilitas yang

diberikan organisasi. e.

Contextual/situational factors,

ditunjukkan oleh tingginya tingkat

tekanan dan perubahan lingkungan

internal dan eksternal.

Berdasarkan pendapat di atas,

Hersey, Blanchard, dan Johnson

merumuskan adanya tujuh (7) faktor

kinerja yang memengaruhi kinerja dan

dirumuskan menjadi akronim

ACHIEVE :

A - Ability (knowledge and skill)

C - Clarity (understanding atau role

perception)

H - Help (organizational support)

I - Incentive (motivation atau

willingness)

E - Evaluation (coaching dan

performance feedback)

V - Validity (valid dan legal personnel

practices)

E - Environment (environment fit)

Pelaksanaan kinerja akan

sangat dipengaruhi oleh beberapa

faktor, baik bersumber dari pekerja

sendiri, maupun yang bersumber dari

organisasi. Dari pekerja sangat

dipengaruhi oleh kemampuan atau

kompetensinya. Sementara itu, dari

JURNAL PARAMETER VOLUME 2,NO.001TB JULI 2017 ISSN 1979-8865

11

segi organisasi dipengaruhi oleh

seberapa baik pemimpin

memberdayakan pekerjanya;

bagaimana memberikan penghargaan

pada pekerja; dan bagaimana

membantu meningkatkan kemampuan

kinerja pekerja melalui coaching,

mentoring dan concelling.

2.4.4 Lingkungan Kerja

Lingkungan kerja merupakan

jenjang ketiga (3) dari Maslow dan

jenjang kedua (2) dari Alder, dimana

seseorang dapat berinteraksi dengan

rekan-rekan sekerjanya, dapat diterima

oleh kelompoknya dan merasakan

hubungan kekeluargaan atau

sebaliknya. Lingkungan kerja dapat

diartikan dalam bentuk fisik, yaitu

bangunan,

ruangan, kerapihan, kebersihan, sarana

dan prasarana fisik lainnya. Selain itu

dapat pula diartikan dalam bentuk

psikologis yaitu suasana kerja yang

nyaman, menyenangkan, jenuh, atau

membosankan.

2.4.4.1.Bentuk Fisik Lingkungan

Kerja

Kondisi fisik mempunyai andil

terhadap perilaku atau sikap kelompok

kerja. Pada umumnya seorang pekerja

lebih menyukai lingkungan yang rapi,

bersih, nyaman, suhu dan pencahayaan

yang sesuai, peralatan canggih dan

modern, dan sebagainya. Kinerja yang

baik tidak akan diperoleh dengan meja

yang kotor, berdebu, suasana

berantakan, hawa panas, cahaya yang

menyilaukan dan sebagainya.(

Robbins,Stephen P,2002:22) Salah satu

cara yang saat ini banyak digunakan

perusahaan dengan menerapkan sistem

5S yang pada mulanya diterapkan pada

beberapa perusahaan di Jepang yang

kemudian diadopsi oleh banyak

perusahaan di dunia. Prinsip-prinsip

5 S30 adalah a. Seiri (Sorting Out),

yaitu mengklasifikasikan barang

menurut golongan tertentu, termasuk

membuang barang yang tidak perlu. b.

Seiton (Systematic Arrangment or

Neatness), letakkan barang ditempat

semula dengan tiga (3) aturan yaitu : 1)

Tentukan di mana tempatnya, 2)

Tentukan bagaimana cara

mengembalikan

3) Ikuti aturan agar mudah ditemukan

di lain waktu, c. Seiso (Spic & Span or

Cleaning), bersihkan dan rawat secara

teratur. d. Seiketsu (Standardizing),

berikan tanda, atau label agar mudah

dicari, didapat, dan dilihat. e. Shitsuke

(Self Dicipline), menjamin bahwa 4%

tersebut di atas dapat dilaksanakan dan

digunakan sebagaimana mestinya.

2.1.2. Kepemimpinan

2.1.2.1 Pengertian Kepemimpinan

Kepemimpinan merupakan

salah satu aspek penting yang

mempengaruhi keberhasilan organisasi

dalam mencapai tujuan organisasi.

Keberhasilan suatu organisasi baik

secara keseluruhan maupun sebagian

kelompok organisasi sangat bergantung

pada mutu kepemimpinan yang

terdapat dalam organisasi tersebut.

Peran kepemimpinan efektif pada suatu

organisasi dalam mencapai tujuan

organisasi adalah bagaimana para

JURNAL PARAMETER VOLUME 2,NO.001TB JULI 2017 ISSN 1979-8865

12

pemimpin organisasi mampu

menggerakkan, menginspirasi,

memotivasi dan mengarahkan anggota

organisasinya dalam mencapai tujuan

organisasinya secara efektif dan efisien

(Erick Dibyo Wibowo, 2005:41)

Kepemimpinan sebagai proses

memengaruhi aktivitas-aktivitas suatu

kelompok yang terorganisasi menuju

penetapan dan pencapaian tujuan.

Sudarwan Danim, (2004:18)

Kepemimpinan adalah faktor

manusiawi yang mengikat suatu

kelompok bersama dan memberinya

motivasi menuju tujuan-tujuan tertentu,

baik dalam jangka pendek maupun

jangka panjang. Ini berarti antara

kepemimpinan dengan motivasi

memiliki ikatan yang kuat. Seseorang

yang menjalankan fungsi

kepemimpinan setidaknya harus

memiliki persyaratan atau sifat-sifat

bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha

Esa, memiliki inteligensia tinggi,

memiliki fisik kuat, berpengetahuan

luas, percaya diri, dapat menjadi

anggota kelompok, adil dan bijaksana,

tegas dan berinisiatif, berkapasitas

membuat keputusan, memilki

kestabilan emosi. bahwa keterampilan

yang harus dimiliki oleh administrator

efektif adalah keterampilan teknis

(technical skill), ketrampilan hubungan

manusia (human relation skill), dan

keterampilan konseptual (conseptual

skill. Ciri-ciri kepemimpinan dari segi

kompetensi dapat dikemukakan

sebagai berikut : 1. Kesadararan diri,

seorang pemimpin harus mempunyai

pemahaman tentang jati dirinya yang

tercermin dari sikap sabar, teguh

pendirian, memiliki integritas tinggi.

Seseorang yang memiliki

keseimbangan antar kecerdasan

intelektual dan emosional. 2.

Kemampuan mengelola dan/atau

menangani perubahan,ketidakpastian,

ketidakteraturan, dan keserba

bertentangan. 3. Mempunyai visi ke

depan. Maka harus mampu

menggerakkan seluruh jajaran

organisasi agar mempunyai persamaan

persepsi terhadap apa yang akan

dicapai bersama, sehingga mampu

menggerakkan organisasi sebagai

organisasi pembelajaran yang dapat

terus berkembang. 4. Keterbukaan

terhadap kritik dan saran, sehingga,

akan dapat terus meningkatkan dan

memperbaiki diri dan produktivitas

organisasi. 5. Kemampuan

menggunakan kekuasaan secara arif

dan bijaksana, sehingga tidak terjadi

penyalahgunaan jabatan dan

penyimpangan dari amanah dan

kekuasaan yang diembannya.

(Ivancevich dkk, 2005: 85-87)

Etika kepemimpinan aparatur

yang ideal dicirikan dengan

seperangkat kapasitas dan kompetensi

yang meliputi kepekaan terhadap

lingkungan strategik, pengayoman atas

moral masyarakat, keterbukaan pikiran

dan perhatian terhadap aspirasi

masyarakat. Manajer bisnis Amerika

Serikat harus memiliki kompetensi

tertentu, bila bisnis dan ekonomi

Amerika Serikat tidak ingin dikalahkan

JURNAL PARAMETER VOLUME 2,NO.001TB JULI 2017 ISSN 1979-8865

13

Jepang dan Eropa (Achad S. Ruky,

2006. 103-104 76), Manajer harus

berusaha menyesuaikan kemampuan

dan keterampilan seseorang dengan

kebutuhan pekerjaan (Ivancevich dkk,

2005: 85-87). Proses penyesuaian ini

penting karena tidak ada

kepemimpinan, motivasi, atau sumber

daya organisasi yang dapat mengatasi

kekurangan kemampuan, atau

keterampilan (meskipun beberapa

keterampilan dapat diperbaiki melalui

latihan dan pelatihan). Dalam era

persaingan global peranan seorang

pemimpin sangat dominan untuk dapat

menjembatani masalah-masalah kronis

yang dihadapi oleh organisasinya.

Peranan pemimpin digambarkan

sebagai berikut (16Henry Mitzberg ,

2008:9) 1. Peranan Bersifat

Interpersonal, yaitu sebagai figurhead,

leader,dan liaison (Penghubung). 2.

Peranan Bersifat Informasional, yaitu

pemonitor, disseminator (penyebar),

dan juru bicara. 3. Peranan sebagai

Pengambil Keputusan, yaitu sebagai

entreprenuer (pengusaha), disturbance

handler (mengatasi kesulitan),

pengatur sumber daya dan wakil

(mewakili satuan kerja). Peranan

bersifat interpersonal sebagai : 1.

Figurehead, tampil dalam berbagai

acara 2. Leader (penggerak), mampu

memberikan bimbingan, sehingga

bawahan dapat dibina dan

dikembangkan dalam pelaksanaan

tugas; 3. Liaison (hubungan),

mengembangkan hubungan kerjasama,

kepada bawahan dan lingkungan kerja

diluar satuannya, dalam rangka saling

tukar informasi. Peranan bersifat

informasional, sebagai : 1. Pemonitor,

harus selalu mengikuti dan

memperoleh segala macam informasi

seluruh proses kegiatan disatuan

kerjanya; 2. Dissimenator, harus selalu

memberi informasi kepada

bawahannya berkaitan dengan satuan

kerjanya. Setiap organisasi apapun

memerlukan kerjasama, bantuan,

konsultasi dan dukungan dari luar. 3.

Juru bicara suatu organisasi adalah

pemimpin itu sendiri. Peranan

pengambil keputusan sebagai : 1.

Entrepreneur yang selalu berusaha

memperbaiki dan mengembangkan

satuan kerja yang dipimpinnya,

berusaha menciptakan ide dan gagasan

baru, sistem hubungan dan tata kerja

(innovation) pengembangan

organisasinya. 2. Mampu mengatasi

segala macam kesulitan (disturbances

handler) dalam situasi apapun harus

mampu mengatasi hambatan dan

tantangan yang dihadapi. 3. Pengatur

segala macam sumber daya yang ada

bertanggungjawab mengatur SDM,

dana, waktu dan prasarana, sehingga

dapat dimanfaatkan seefektif mungkin

dalam mencapai tujuan organisasi. 4.

Wakil, dalam setiap hubungan kerja

dengan satuan kerja diluar. Dari uraian

di atas dapat ditetapkan pengertian

kepemimpinan yang tepat untuk

penelitian ini adalah kemampuan

individu mempengaruhi aktivitas

anggota kelompok, serta pihak terkait

untuk mencapai tujuan bersama yang

JURNAL PARAMETER VOLUME 2,NO.001TB JULI 2017 ISSN 1979-8865

14

dirancang untuk memberikan manfaat

induvidu, pihak terkait dan organisasi.

Dari beberapa dimensi kepemimpinan

yang diuraikan di atas dalam,

penelitian ini digunakan kemampuan

berperan Interpersonal, Informasional

dan pengambil keputusan.

2.1.3. Motivasi

2.1.3.1 Pengertian Motivasi

Peran inti dari motivasi dalam

membentuk perilaku dan secara

spesifik dalam mempengaruhi kinerja

pekerjaan dalam organisasi tidak dapat

diragukan lagi. Pengertian motivasi

.menurut Mathis R.L. dan Jackson J.H.,

(2006: 114). Motivasi (motivation)

adalah keinginan dalam diri seseorang

yang menyebabkan orang tersebut

bertindak. Sedangkan John M.

Ivancevich, Robert Konopaske, dan

Michael T. Matteson, (2005:144),

Motivasi merupakan kesediaan untuk

berkinerja berhubungan dengan

seorang individu ingin, ataupun

bersedia berusaha untuk mencapai

kinerja yang baik di pekerjaannya.

Teori Motivasi, Seorang manajer jika

ingin meramalkan perilaku yang tepat,

yang bersangkutan harus mengetahui

tujuan karyawan dan tindakan yang

akan diambil karyawan untuk

mencapai tujuan tersebut (Ivancevich

J.M. dkk,., 2006:147-163). Terdapat

banyak teori motivasi dan temuan

penelitian yang berusaha memberikan

penjelasan mengenai hubungan

perilaku-hasil. Setiap teori dapat

diklasifikasikan ke dalam pendekatan

isi atau pendekatan proses dari

motivasi. Pendekatan isi berfokus pada

pengidentifikasian faktor-faktor dalam

diri seseorang yang mendorong,

mengarahkan, mempertahankan dan

menghentikan perilaku. Pendekatan

proses berfokus pada bagaimana

perilaku individu didorong, diarahkan,

dipelihara, dan dihentikan.

Pendekatan isi yang penting

terhadap motivasi adalah (1) Hirarki

Kebutuhan Maslow, (2) Teori

Existence, Relatedness and Growth

(ERG) Aldefer, (3) Teori Dua Faktor

Herzberg, dan (4) Teori Kebutuhan

yang dipelajari McClelland.

Pendekatan proses yang penting

terhadap motivasi adalah Teori

Ekspektasi, Teori Keadilan, dan Teori

Penetapan tujuan. a. Teori Hirarki

Kebutuhan Maslow. Inti teori Maslow

adalah bahwa kebutuhan tersusun

dalam suatu hirarki. Kebutuhan di

tingkat paling rendah adalah kebutuhan

fisiologis dan kebutuhan di tingkat

yang paling tinggi adalah kebutuhan

aktualisasi diri. Kebutuhan-kebutuhan

tersebut didefinisikan sebagai berikut :

1. Fisiologis (physiological).

Kebutuhan akan makan, minum,

tempat tinggal dan bebas dari rasa

sakit. 2. Keamanan dan keselamatan

(safety and security). Kebutuhan untuk

bebas dari ancaman, diartikan sebagai

aman dari peristiwa, atau lingkungan

yang mengancam. 3. Kebersaman,

sosial dan cinta (belongingness, social,

and love). Kebutuhan akan

pertemanan, afiliasi, interaksi, dan

JURNAL PARAMETER VOLUME 2,NO.001TB JULI 2017 ISSN 1979-8865

15

cinta. 4. Harga diri (esteem).

Kebutuhan akan harga diri dan rasa

hormat dari orang lain. 5. Aktualisasi

diri (self actualization). Kebutuhan

untuk memenuhi kebutuhan diri sendiri

secara maksimum menggunakan

kemampuan, keterampilan, dan

potensi. Teori Maslow mengasumsikan

bahwa orang berusaha memuaskan

kebutuhan yang mendasar (kebutuhan

fisiologis) sebelum mengarahkan

perilakunya pada pemuasan kebutuhan

yang lebih tinggi. Beberapa hal pokok

pemikiran Maslow : 1) Kebutuhan

yang sudah terpuaskan akan berhenti

memberi motivasi. 2) Kebutuhan yang

tidak terpuaskan dapat menyebabkan

rasa frustrasi, konflik dan stres. 3)

Maslow mengasumsikan bahwa orang

memiliki kebutuhan untuk tumbuh dan

berkembang, dan sebagai akibatnya,

akan terus berusaha bergerak keatas

dalam hirarki untuk memenuhi

kepuasan. 4) Kebutuhan yang lebih

tinggi tidak akan aktif atau terpicu

sampai kebutuhan yang mendominasi

dapat terpenuhi. Seseorang hanya dapat

naik dalam hirarki kebutuhan ketika

kebutuhan pada tingkat rendahnya

sudah terenuhi. b. Teori ERG

(Existence, Relatedness, Growth)

Alfeder. Pada Teori ini, Alfeder

kebutuhan individu diatur dalam suatu

hirarki yang melibatkan tiga (3)

rangkaian kebutuhan, yaitu : 1)

Eksistensi (existence). Kebutuhan yang

dipuaskan oleh faktorfaktor seperti

makanan, udara, imbalan, dan kondisi

kerja. 2) Hubungan (relatedness).

Kebutuhan yang dipuaskan oleh

hubungan sosial dan interpersonal yang

berarti. 3) Pertumbuhan (growth).

Kebutuhan yang terpuaskan jika

individu membuat kontribusi produktif,

atau kreatif. Jika seseorang terus

menerus merasa frustrasi dalam usaha

untuk memenuhi kebutuhan

pertumbuhan, kebutuhan hubungan

muncul kembali sebagai kekuatan yang

memotivasi, menyebabkan individu

mengarahkan ulang usaha untuk

memuaskan kategori kebutuhan

mereka pada tingkat yang rendah. c.

Teori Dua Faktor Herzberg. Kedua (2)

faktor tersebut disebut dissatisfier-

satisfier, motivator-hygiene, atau faktor

ekstrinsik-intrinsik. Faktor dissatisfier

atau hygiene atau ekstrinsik mencakup

: gaji, keamanan pekerjaan, kondisi

kerja, status, prosedur perusahaan,

mutu pengawasan teknis, mutu

hubungan interpersonal antar rekan

kerja, dengan atasan, dan bawahan.

Faktor satisfier, atau motivator atau

intrinsik meliputi : pencapaian,

pengakuan tangung jawab dan

kemajuan. d. Teori Kebutuhan

McClelland. McClelland menyatakan

bahwa ketika muncul suatu kebutuhan

yang kuat di dalam diri seseorang,

makakebutuhan tersebut memotivasi

dirinya untuk menggunakan perilaku

yang dapat mendatangkan

kepuasannya. Memiliki kebutuhan

akan pencapaian yang tinggi telah

mendorong seseorang individu untuk

menetapkan tujuan menantang untuk

bekerja keras demi mencapai tujuan

JURNAL PARAMETER VOLUME 2,NO.001TB JULI 2017 ISSN 1979-8865

16

tersebut dan menggunakan

ketrampilan, serta kemampuan yang

diperlukan untuk mencapainya.

McClelland mengusulkan tidak adanya

kebutuhan yang bersifat rendah. e.

Teori Ekspektansi Victor Vroom.

Suatu teori motivasi yang menyatakan

bahwa karyawan lebih mungkin

termotivasi, ketika mempersepsikan

usahanya akan menghasilkan kinerja

berhasil dan pada akhirnya,

menghasilkan penghargaan dan hasil

yang diinginkan. Ekspektansi merujuk

pada keyakinan seseorang berkaitan

dengan kemungkinan atau probabilitas

subyektif bahwa suatu perilaku tertentu

akan diikuti hasil tertentu. f) Teori

Keadilan. Menjelaskan bagaimana

persepsi seseorang mengenai seberapa

adilnya diperlakukan dalam transaksi

sosial ditempat kerja yang

memengaruhi motivasinya. Inti

keadilan adalah karyawan

membandingkan input dan output

pekerjaannya dengan orang lain dalam

situasi kerja serupa. Input adalah apa

yang dibawa oleh individu kedalam

pekerjaan, seperti keterampilan,

pengalaman dan usaha. Hasil adalah

apa yang diterima seseorang dari

pekerjaan, seperti pengakuan, gaji,

tunjangan dan kepuasan. g. Teori

Penetapan tujuan. Keinginan dan

tujuan individu merupakan determinan

perilaku yang utama. Seseorang yang

memiliki komitmen terhadap suatu

tujuan memiliki dorongan, intensitas

dan ketekunan bekerja keras. Model

penetapan tujuan menekankan bahwa

suatu tujuan kerap kali berperan

sebagai motivator. Kemampuan

seseorang dapat membatasi usahanya

untuk mencapai tujuan. Jika seseorang

manajer menetapkan suatu tujuan yang

sulit dan seseorang kurang memiliki

kemampuan untuk mencapainya,

sehingga pencapaian tidak akan terjadi.

Sikap, nilai-nilai dan dorongan

individu untuk mencapai, atau

melakukan sesuatu mencerminkan

adanya suatu kebutuhan individu.

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Desain yang digunakan dalam

peelitian ini adalah desain deskriptif

kuantitatif dan dilakukan pada

penelaahan pengaruh suatu variabel

bebas (independent) terhadap variable

lainnya (dependent).

Teknik pengumpulan data

dalam penelitian ini menggunakan

metode survei, dengan alat bantu

kuesioner tertutup, dimana responden

memilih salah satu jawaban yang telah

disediakan, dengan alternatif jawaban

terdiri dari interval bernilai 1 – 5 dalam

skla likert.

3.2 Populasi dan Sample

Populasi dalam penelitian ini

adalah karyawan di bagian operasional

club malam yang berjumlah 55

karyawan, sedangkan sample dalam

penelitian ini adalah 55 kuesioner yang

dibagikan kepada karyawan bagian

operasional club malam. Metode yang

digunakan dalam penelitian ini adalah

Metode non probability sampling,

JURNAL PARAMETER VOLUME 2,NO.001TB JULI 2017 ISSN 1979-8865

17

digunakan untuk mengumpulkan data

dari (judgment sampling) karywan

yang mau dan mampu dijadikan

responden dalam hal ini karyawan di

bagian operasional. Teknik

pengolahan data dalam penelitian ini

menggunakan program Statistical

Package for Social Science ( SPSS )

versi 17.

3.7. Metode Analisis Data

Dalam penelitian ini digunakan

analisis Regresi Linear Berganda

(Multiple Linear Regression), dengan

rumus berikut :

Y = b0 + b1X1 + b2X2 + e

Di mana:

X1 = Kepemimpinan

X2 = Motivasi

e = error, atau faktor–faktor diluar

variabel yang di teliti, tetapi

mempunyai

hasil penelitian

Y = Kinerja Pegawai (Dependen

Variabel)

Koefisien regresi β akan bernilai positif

(+), jika menunjukkan hubungan

searah antara variabel bebas dan

variabel terikat. Kenaikan variable

bebas akan mengakibatkan kenaikan

kenaikan variabel terikat dan

penurunan variabel bebas akan

mengakibatkan penurunan variabel

terikat. Jika nilai β bernilai negatif (-),

maka hal ini meunjukkan hubungan

yang berlawanan, di mana kenaikan

variabel bebas akan mengakibatkan

penurunan variable terikat, begitu pula

sebaliknya. Dalam regresi linear, ada

beberapa uji yang perlu diperhatikan

sehingga diperoleh hasil yang valid.

Berikut uji-uji yang disebut juga uji

asumsi klasik yang umumnya

dilakukan, yaitu :

1. Uji Normalitas (Data harus

terdistribusi normal)

Uji normalitas ini bertujuan untuk

mengetahui, apakah variable

pengganggu (residual) dalam model

regresi memiliki distribusi normal.

Salah satu cara untuk

mendeteksi residual berdistribusi

normal, atau tidak

dengan cara Analisis Grafik, atau Uji

Statistik.

Penelitian ini menggunakan Analisis

Grafik untuk mengetahui apakah

residual dalam model regresi memiliki

distribusi normal atau tidak, sehingga

uji statistik selanjutnya dapat disebut

valid. Metode yang dipakai adalah

dengan melihat probability plot yang

dibandingkan dengan distribusi

kumulatif dari distribusi normal.

2. Uji Multikolinearitas

Uji Multikolinearitas bertujuan

untuk melihat apakah terjadi korelasi

yang kuat antar variabel bebas

(variabel independen), atau tidak. Cara

pengujiannya adalah dengan melihat,

apakah nilai korelasi antar variable

bebas tersebut mendekati satu (1), atau

nilai korelasi parsial mendekati nol (0).

Nilai 0,8 sebagai batas tertinggi

korelasi antar variabel bebas atau batas

multikolinearitas. Jika lebih dari 0,8,

maka terindikasi

JURNAL PARAMETER VOLUME 2,NO.001TB JULI 2017 ISSN 1979-8865

18

multikolinearitas. Variabel yang baik

seharusnya tidak terjadi korelasi antar

variabel bebas.55

3. Uji Heteroskedastisitas

Uji ini bertujuan untuk melihat

apakah error varian (ei) konstan di

seluruh kasus dan variabel bebas

(independent variable). Jika tidak

konstan (terjadi heteroskedastisitas),

maka hasil analisis kurang valid. Jika

varian dari residual (variabel

pengganggu) dari satu pengamatan ke

pengamatan tetap lain, maka disebut

homoskedastisitas (homo = equal;

scedasticity = spread, yaitu equal

variance).Ada/tidaknya

heteroskedastisitas dapat di uji dengan

korelasi Rank Spearman. Jika nilai

korelasi variabel bebas terhadap nilai

absolut dari residual (error) signifikan

pada tingkat kesalahan 5%, maka dapat

disimpulkan terdapat

heterokedastisitas, di mana varian dari

residual tidak homogen. Situasi

heterokedastisistas akan menyebabkan

penaksiran koefisien-koefisien regresi

menjadi tidak efisien dan hasil

takasiran dapat menjadi kurang, atau

melebihi dari yang semestinya

3.8. Uji Hipotesis

Pengujian ini ditujukan untuk

menguji apakah, kepemimpinan dan

motivasi masing-masing mempunyai

pengaruh terhadap kinerja karyawan.

Uji hipotesa ini dibagi menjadi dua

bagian berikut :

1. Uji Parsial (Uji-t)

Uji-t dilakukan untuk

mengetahui pengaruh dari masing-

masing variabel independent terhadap

variabel dependent.

Pengambilan keputusan berdasarkan

nilai probabilitas (Nilai signifikansi) :

- Jika Signifikansi < tingkat kesalahan

0,05, maka H0 ditolak

- Jika Signifikansi > tingkat kesalahan

0,05, maka H0 gagal ditolak (H0

diterima).

2. Uji Koefisien Determinasi (R²)

Uji R² menjelaskan persentase

variasi total dalam variable dependen

yang dijelaskan oleh variabel dependen

secara bersama-sama R²

menggambarkan ukuran kesesuaian

(goodness of fit) yaitu sampai sejauh

mana garis regresi sampel

mencocokkan data yang ada.

Kriterianya adalah semakin tinggi nilai

R² maka semakin baik garis regresi

sampelnya. Hasil keputusan uji R

tersebut dapat dilihat berdasarkan

syarat di bawah ini :

- Jika nilai R² suatu regresi mendekati

1, maka semakin baik.

- Jika nilai R² suatu regresi menjauhi 1,

maka variabel independent tidak bisa

menjelaskan variabel dependent.

3. Pengujian simultan (uji-F)

Uji F (Uji Serentak) digunakan

untuk menguji apakah secara bersama-

sama seluruh variabel mempunyai

pengaruh yang signifikan terhadap

variabel dependent.

Dasar pengambilan keputusan :

Berdasarkan F-hitung terhadap F-tabel

:

- Jika F-hitung > F-tabel, maka H0

ditolak

JURNAL PARAMETER VOLUME 2,NO.001TB JULI 2017 ISSN 1979-8865

19

- Jika F-hitung < F-tabel, maka H0

diterima

HASIL PENELITIAN DAN

PEMBAHASAN

4.3 Hasil Uji Asumsi Klasik

a. Uji Normalitas

Tujuan dari uji normalitas

untuk mengetahui apakah dalam

sebuah model regresi, variabel bebas

dan terikatnya atau keduanya

mempunyai distribusi normal atau

tidak. Model yang baik adalah

berdistribusi data normal atau

mendekati normal. Salah satu cara uji

normalitas adalah melihat normal

probability plot. Pada prinsipnya,

normalitas dapat dideteksi dengan

melihat penyebaran data (titik) pada

sumbu diagonal dari grafik. Dasar

pengambilan keputusan sebagai berikut

:

1) Jika data menyebar di sekitar garis

diagonal dan mengikuti arah garis

diagonal, maka model regresi

memenuhi asumsi normalitas.

2) Jika data menyebar jauh dari

diagonal dan/atau tidak mengikuti

arah garis diagonal, maka model

regresi tidak memenuhi asumsi

normalitas.

Gambar 4.1. merupakan hasil uji

normalitas data untuk semua dimensi

secara simultan terhadap kinerja,

sessuai dengan prinsip normalitas pada

butir 1. maka model regresi layak

dipakai untuk memprediksi kinerja

sesuai masukan semua variabel

independen

.

Gambar 4.1.

Korelasi Antar Variabel Bebas

Sumber : Hasil Pengolahan SPSS versi 17

b. Uji Multikolinearitas

Tujuan uji multikolinearitas

adalah mengetahui apakah ditemukan

korelasi antar variabel bebas, apakah

terjadi multikolinearitas, atau tidak.

JURNAL PARAMETER VOLUME 2,NO.001TB JULI 2017 ISSN 1979-8865

20

Model regresi yang baik seharusnya

tidak terjadi korelasi di antara variable

bebas. Untuk mengetahui hal itu, dapat

dilihat dari seberapa besar koefisien

korelasi antar variabel bebas yang

diteliti dalam Tabel 4.15.

Tabel 4.15.Korelasi antar Variabel

kepemimpiana motivasi kinerja

N 55 55 55

Pearson Correlation

Sig. (2-tailed)

-.249 1 .540**

.067 .000

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

Berdasarkan Tabel 4.9,

diketahui tidak terdapat nilai korelasi

antar variable bebas yang lebih tinggi

dari 0,8 sehingga diyakini tidak terjadi

multikolinearitas (Gurajati, 2007: 68)

c. Uji Heterokedastisitas

Uji Heterokedastisitas bertujuan

menguji apakah dalam model regresi

terjadi ketidaksamaan varians dari

residual satu pengamatan ke

pengamatan lain. Jika varians dari

residual satu pengamatan ke

pengamatan lain tetap, maka disebut

hemoskedastisitas dan jika berbeda

disebut Heterokedastisitas. Model

regresi yang baik adalah tidak terjadi

masalah Heterokedastisitas (Gurajati,

Damodar N. 2006: 93)

Gambar 4.3.

Hasil Uji Heteroskedastisitas Semua Variabel

Sumber : Hasil Pengolahan SPSS versi 17

Dari Gambar 4.3 terlihat titik-

titik menyebar secara acak (random),

baik di atas maupun di bawah angka 0

sumbu Y dan tidak membentuk suatu

pola tertentu yang jelas, serta tersebar

secara merata. Hal ini menunjukkan

bahwa tidak terjadi heterokedastisitas

pada model regresi, sehingga model

regresi layak dipakai.

JURNAL PARAMETER VOLUME 2,NO.001TB JULI 2017 ISSN 1979-8865

21

4.3.5. Pengujian Regresi Linear Berganda

a. F- test (ANOVAb)

Dari uji ANOVA, diperoleh

nilai F hitung 17.466 dengan

probabilitas 0.000. Probabilitas jauh

lebih kecil (<) dari 0,05 maka, model

regresi dapat digunakan untuk

memprediksi Kinerja, atau dapat

dikatakan bahwa Ciri Kepemimpinan

dan Motivasi secara bersama-sama

berpengaruh terhadap Kinerja.

Tabel 4.16. uji F

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 2.613 3 .871 17. 466 .000a

Residual 2.544 51 .050

Total 5.157 54

a. Predictors: (Constant), motivasi, kepemimpiana

b. Dependent Variable: kinerja

Sumber : Hasil Pengolahan SPSS versi 17

Berdasarkan table 4.8 diatas hasil uji

linieritas kepemimpinan (X1), dan

otivasi (X2 terhadap kinerja karyawan

(Y),. menunjukan bahwa nilai

signifikansi pada linearity sebesar 0.

.000a.karena signifikansi lebih kecil (<)

dari 0,05 maka dapat disimpulkan

bahwa antara variable kepemimpinan

(X1), dan motivasi (X2 terhadap

kinerja karyawan (Y),. Dapat

disimpulkan berpengaruh semua

variable secara simultan terhadap

Kinerja, dapat diketahui atau dapat

dilihat dari nilai Sig. (ANOVAb)

sebesar 0,000 lebih kecil (<) dari 0,05.

Hal ini berarti variabel-variabel

tersebut signifikan memengaruhi

Kinerja karyawan.

b. Uji Analisis Regresi Determinasi (R2)

Tabel 4.16.

Hasil Uji Analisis Regresi Determinasi (R2)

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R

Square

Std. Error of the

Estimate

1 .712a . 507 .478 .22333

a. Predictors: (Constant), KEPEMIMPINAN, MOTIVASI b. Dependent Variable: KINERJA

Sumber : Hasil Pengolahan SPSS versi 17

R Square (Koefisien

Determinasi) Koefisien

determinasi/koefisien penentu (R

Square) yang diperoleh 0.507 (50,7%).

JURNAL PARAMETER VOLUME 2,NO.001TB JULI 2017 ISSN 1979-8865

22

Nilai ini mencerminkan variabel

perubahan pada variabel Kinerja,

dimana Kinerja (variabel dependent

atau terikat) dapat ditentukan oleh

semua variabel independent (bebas)

secara bersama-sama 50,7%, dan

sisanya, (49,3%) ditentukan oleh

variabel lain (Kompensasi,

Pengawasan, Pelatihan, Pendidikan,

Masa Kerja dan lain sebagainya) yang

tidak diteliti dalam penelitian ini. Hasil

tersebut menunjukkan pengaruh yang

dihasilkan oleh kedua variabel

independen secara bersama-sama

terhadap kinerja relatif tidak terlalu

dominan tetapi sudah menunjukkan

adanya pengaruh kinerja yang dapat di

prediksi. Untuk bisa lebih

meningkatkan kinerja dapat pula di

pengaruhi oleh faktor-faktor lain

seperti Kompensasi, Pengawasan,

Pelatihan, Pendidikan, Masa Kerja dan

lain sebagainya.

4.4 Analisis Statistik Deskriptif

Dari Tabel 4.16. dapat

diterangkan hasil pengaruh dan

persamaan regresi linear berganda.

Tabel 4.16.

Hasil Uji Regresi Linier Berganda

Coefficientsa

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) .578 .532 1.087 .282

kepemimpiana .246 .053. .479 4.671 .000

motivasi .521 080 .695 6.550 .000

a. Dependent Variable: KINERJA

Sumber : Hasil Pengolahan SPSS versi 17

a. Signifikansi (Sig = Hasil Pengaruh

Parsial)

Berdasarkan Tabel 4.16. dapat

diketahui variabel Kepemimpinan dan

Motivasi berpengaruh secara

signifikan terhadap Lingkungan

Kinerja Karyawan dimana (Sig) 0.000,

atau lebih kecil dari nilai alpha 0.05

b. Beta Coefficients Unstandardized

Untuk menganalisis faktor yang

paling dominan, atau paling

berpengaruh dari variabel independen

terhadap Lingkungan Kinerja,

digunakan Beta Coefficients dalam

Regresi Berganda. Dari Tabel 4.16

diketahui bahwa variabel Motivasi

paling berpengaruh terhadap

Lingkungan Kinerja Karyawan dengan

nilai Beta (Unstandardized

Coefficients). 0.521 diikuti dengan

Kepemimpinan dengan niali Beta

Coefficients. 0.246.

c. Persamaan Regresi Linear Berganda

Dengan mengacu pada hasil

Beta (Unstandardized Coefficients)

dapat persamaan regresi linear

berganda adalah : Ŷ = 0,578+ 0,246 X1

+ 0,521 X2 Dengan angka positif

JURNAL PARAMETER VOLUME 2,NO.001TB JULI 2017 ISSN 1979-8865

23

pada konstanta, bila ada penambahan

pada variabel independen

(Kepemimpinan dan Motivasi), dapat

mengakibatkan penambahan pada

variabel dependen (Lingkungan

Kinerja), atau Lingkungan Kinerja

sangat dipengaruhi oleh

Kepemimpinan, dan Motivasi kerja.

Nilai konstanta 0,578 menunjukkan

nilai murni variabel Lingkungan

Kinerja tanpa dipengaruhi variabel

Kepemimpinan dan Motivasi Hal

lainnya : 1. Kepemimpinan (X1)

dengan Beta Coefficients 0,246 nilai

pada probabilitas (Sig) 0.000

menunjukkan signifikan, karena <

0,005, jika Kepemimpinan naik 1

angka, maka akan diikuti oleh

peningkatan Lingkungan Kinerja nilai

regresi (0,246) 2. Motivasi (X2)

dengan Beta Coefficients 0,521 nilai

pada probabilitas (Sig) 0.000

menunjukkan signifikan karena <

0,005, jika Motivasi naik 1 angka,

maka akan diikuti oleh peningkatan

Lingkungan Kinerja dengan nilai

regresi (0,521). Pembahasan

Pengaruh Kepemimpinan(X1)

terhadap Kinerja Karyawan Club (Y)

Hasil penelitian menunjukan

bahwa kepemimpinan dalam

menjalankan tugasnya adalah dengan

hasil yang baik. Kinerja yang

dimaksudkan adalah efektifitas kerja,

pelayanan tepat waktu dan bertanggung

jawab atas pekerjaannya. Hal ini

menunjukkan bahwa setiap tugas yang

dibebankan kepada Karyawan Club

dapat diselesaikan dengan hasil yang

baik, tepat waktu dan dapat bermanfaat

bagi Club. Dari keseluruhan

pembahasan tersebut bahwa dalam

penelitian kinerja di Club. Dapat

dilakukan secara bertahap maupun

komprehensip, dengan mengunakan

temuan dari hasil analisis regresi linear

berganda, dimana factor motivasi

sebagai faktor yang paling dominan

dan selanjutnya di ikuti oleh faktor

kepemimpinan dengan nilai sebesar

0,246 yang berarti di Club dalam

kualifikasi sangat signifikan. Hal ini

menunjukkan bahwa Peran yang

bersifat Interpersonal, Peran yang

bersifat Informasional dan Peran

sebagai Pengambil Keputusan

berpengaruh positif trhadap kinerja

karyawan seperti yang di kemukakan

oleh Henry Mitzberg. Hasil penelitian

ini menunjukkan bahwa

Kepemimpinan di Club betul-betul

dirasakan oleh semua pegawai dan

menjadikan pendorong bagi mereka

untuk melakukan aktivitas.

Berdasarkan teori diatas dapat dilihat

bahwa faktor kepemimpinan

merupakan salah satu faktor yang

paling mempengaruhi tingkat kinerja

individu karyawan. Hal ini sejalan

dengan penelitian yang telah dilakukan

oleh Arifin Heru (2007) dalam tesis

yang berjudul Kompetensi, Motivasi,

Peran Kepemimpinan, Dan Kinerja

Pegawai Direktorat Jenderal

Perdagangan Dalam Negeri, dimana

dari penelitian ini, hasilnya

menunjukkan adanya pengaruh

kepemimpinan terhadap kinerja.

JURNAL PARAMETER VOLUME 2,NO.001TB JULI 2017 ISSN 1979-8865

24

Pengaruh Motivasi kerja (X2) terhadap

Kinerja Karyawan Club (Y)

Bahwa motivasi kerja memiliki

nilai yang paling tinggi yaitu sebesar

0,521, yang artinya Motivasi kerja

Karyawan Club dalam kualifikasi

sangat signifikan. Hal ini menunjukkan

bahwa Theory of need oleh

McClelland yaitu Kebutuhan

Berprestasi Kebutuhan berafiliasi dan

Kebutuhan akan kekuasaan berhasil

terbukti menunjukkan kualifikasi

signifikan terhadap kinerja pegawai

Club. Berdasarkan pengertian motivasi

kerja dan pengertian kinerja tersebut,

maka motivasi kerja memiliki

pengaruh terhadap kinerja karyawan

apabila motivasi dari masing-masing

individu karyawan tinggi, akan

menimbulkan semangat kerja yang

tinggi pula, yang pada akhirnya akan

memberikan kontribusi berupa kinerja

yang baik. Hal ini sejalan dengan

penelitian yang telah dilakukan oleh

Agung Hadi (2009) dalam tesis yang

berjudul lingkungan kerja, product

knowledge dan motivasi terhadap

kinerja front liner kantor pelayanan

Grapari Telkomsel, dimana hasilnya

menunjukkan adanya pengaruh

motivasi terhadap kinerja karyawan.

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan

pembahasan yang telah dilakukan yaitu

mengenai pengaruh

Kepemimpinan,dan Motivasi terhadap

kinerja karyawan dapat disimpulkan

sebagai berikut.

1. Kepemimpinan, (X1), berpengaruh

positif dan signifikan terhadap

Kinerja Karyawan (Y), Hal ini

menunjukan bahwa Kepemimpinan

(X1), dan Motivasi (X2) mampu

memperbaiki Kinerja Karyawan

2. Motivasi (X2) berpengaruh positif

dan signifikan terhadap Kinerja

Karyawan (Y)

Hal ini menunjukan bahwa

Motivasi dari luar banyak

dipengaruhi oleh factor

Kepemimpinan. Dengan adanya

penerapan kepemimpinan yang

baik, serta adanya motivasi yang

baik dari pegawai dengan didukung

dengan lingkungan kerja yang

kondusif akan mampu menciptakan

kinerja pegawai yang baik.

3. Kepemimpinan, (X1) dan Motivasi

(X2) berpengaruh positif dan

signifikan terhadap Kinerja

Karyawan (Y) Hal ini menunjukan

bahwa baik dan buruknya kinerja

Karyawan sangat dipengaruhi oleh

kepemimpinan yang diterapkan di

club. dan motivasi kerja yang

semakin baik maka kinerja yang

dihasilkan oleh pegawai juga

semakin baik.

5.2. Saran

Dengan memperhatikan hasil

penelitian, dan sebagai sumbangan

pemikiran bagi ilmu pengetahuan,

khususnya di bidang sumber daya

manusia dan bagi Club, peneliti

menyarankan hal-hal sebagai berikut:

JURNAL PARAMETER VOLUME 2,NO.001TB JULI 2017 ISSN 1979-8865

25

1. Dalam meningkatkan kinerja

karyawan perlu adanya dukungan

dari pimpinan yang profesional,

karena pimpinan itu yang dapat

menerapkan kebijakan-kebijakan

yang direspon oleh para pegawai

sesuai dengan kewenangannya.

Selaku pimpinan. Perlu

mempertahankan kepemimpinan

yang selama ini telah dilaksanakan

dan berusaha untuk ditingkatkan dan

hendaknya pimpinan mampu untuk

menghadapi berbagai karakteristik

dari para pegawai yang

dipimpinnya.

2. Motivasi kerja dan kinerja karyawan

lebih meningkatkan

profesionalisme, dan memiliki

persepsi tentang kemampuan

manajerial. Kinerja karyawan

berusaha meningkatkan kinerjanya

sebagai wahana pengembangan

profesionalisme karyawan, oleh

karena itu para pegawai dituntut

memiliki motivasi kerja dan persepsi

tentang kemampuan manajerial yang

tinggi khususnya untuk

meningkatkan kinerjanya.

3. Perlu adanya penelitian lebih lanjut

mengenai Kepemimpinan dan

motivasi terhadap kinerja karyawan

dan disarankan untuk

mengembangkan kebijakan insentif

yang mendorong perubahan,

Kepemimpinan perlu meningkatkan

aspek lingkungan kerja seperti

penyediaan sarana dan prasarana

serta lebih melakukakn komunikasi

yang efektif secara dua arah

ditempat bekerja antara atasan dan

bawahan serta sebaliknya.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Aldin, 2008. Pengaruh

Kepemimpinan, Lingkungan

Kerja, dan Kemampuan

terhadap Kinerja dan

Dampaknya kepada

Pengembangan Karir Karyawan

pada PT. PEP. Universitas

Indonusa Esa Unggul, Jakarta.

Arep, Ishak dan Hendri Tanjung. 2003.

Manajemen Motivasi Cetakan

Kedua. Grasindo. Jakarta.

Danim Sudarmawan. 2004. Motivasi

Kepemimpinan dan Efektivitas

kelompok. PT. Rineka Cipta.

Jakarta.

Flippo. 2000. Manajemen Personalia.

Erlangga, Jakarta.

Gaspersz, V., 2007. Organizasional

Excellence. Model Strategik Menuju

World Class

Quality Company. Gramedia

Pustaka Utama. Jakarta.

Gujarati, Damodar N. 2007. Dasar-

dasar Ekonometrika Edisi

Ketiga Jilid Kedua.Erlangga.

Jakarta.

Hadi Agung, 2009. Lingkungan kerja,

produk knowledge, motivasi

dan kinerja terhadap front liner

kantor pelayanan grapari

Telkomsel. Universitas

Indonusa Esa Unggul, Jakarta.

Hartono, 2003. Perilaku Organisasi.

Jakarta.

Heru Arifin, 2010 Kompetensi,

Motivasi, Peran Kepemimpinan

dan Kinerja Pegawai Direktorat

Jenderal Perdagangan Dalam

Negri. Universitas Indonusa

Esa Unggul, Jakarta.

Ilyas, Y., 2001. Kinerja. Teori,

Penilaian, dan Penelitian.

Pusat Kajian Ejonomi

Kesehatan. Fakultas Kesehata

Masyarakat. Universitas

Indonesia. Jakarta.

JURNAL PARAMETER VOLUME 2,NO.001TB JULI 2017 ISSN 1979-8865

26

Ivancevich J.M., Konopaske R., dan

Matteson M.T., 2005.

Organizational Behavior and

Management. Seventh Edition.

The McGraw-Hill Companies.

Edisi Bahasa Indonesia, Gina

Gania, 2006. Perilaku dan

Manajemen Organisasi.

Erlangga. Jakarta.

Kartono K. 2001. Pemimpin dan

Kepemimpinan. PT Raja Grafindo

Persada. Jakarta.

Lembaga Administrasi Negara, 2008.

Kepemimpinan Dalam

Organisasi. Modul Pendidikan

dan Pelatihan Kepemimpinan

Tingkat III. LAN. Jakarta.

Mathis R.L. dan Jackson J.H., 2006.

Human Resources

Management. Ed. Edisi Bahasa

Indonesia. Salemba Empat.

Jakarta.

Mangkruprawira, Sjafri. 2009. Bisnis,

Manajemen, dan Sumber Daya

Manusia Cetakan Kedua. IPB

Press, Bogor.

Riduwan, 2003. Variabel-variabel

Penelitian. Alfabeta. Bandung.

Rivai, Veithzal, 2005, Manajemen

Sumber Daya Manusia dari

Teori ke Praktik, PT. Raja

Grafindo Persada, Jakarta.

Robbins, Stephen P. dan Judge,

Timothy A. 2008. Perilaku

Organisasi Edisi keduabelas

Buku Kesatu. Salemba Empat.

Jakarta.

Ruky S. Achad , 2006. Sumber Daya

Manusia Berkualitas mengubah

Visi menjadi Realitas. PT.

Gramedia Pustaka Utama,

Jakarta.

Siagian, S. P. 2002. Kiat Meningkatkan

Produktivitas Kerja. PT Rineka Cipta.

Jakarta.

Soeharyo S. dan Sofia, 2001. Etika

Kepemimpinan Aparatur. Bahan Ajar

Diklatpim

Tingkat IV. Lembaga

Administrasi Negara R.I. Jakarta.

Suastha, T. Nyoman, 2006, Evaluasi

Kinerja dan Manajemen

Sumber Daya Manusia,

Universitas Indonusa Esa

Unggul, Jakarta.

Triyanto Bagus, 2008. Faktor yang

mempengaruhi kinerja

karyawan PT. Kumatex. UIEU.

Jakarta.

Umar Husein, 2005. Riset Sumber

Daya Manusia PT. Gramedia

Pustaka Utama. Jakarta.

Wibowo Dibyo,Eric 2005.

Kepemimpinan dan Kerja sama

di dalam Manajemen

Kependidikan. PT. Grasindo.

Jakarta.

Wursanto, 2002. Dasar – Dasar ilmu

organisai. Yogyakarta

JURNAL PARAMETER VOLUME 2,NO.001TB JULI 2017 ISSN 1979-8865

27

PENGARUH KEMAMPUAN DAN MOTIVASI KERJA

TERHADAP KINERJA KARYAWAN

PT. EXPERT NDONESIA

Anita Novialumi

Dosen Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Tribuana

Email: [email protected]

ABSTRACT

The purpose of this study are (1) To determine whether the ability to affect

the performance of employees of PT. Expert Indonesia. (2) To know whether the work

motivation affect the performance of employees of PT. Expert Indonesia. (3) To know

whether the ability and work motivation together affect the performance of employees

of PT. Expert Indonesia.

Type of descriptive research with questionnaire as data source. The

population in this study is all employees of PT. Expert Indonesia totaled 133

employees. The sample in this research is 100 employees, using Slovin formula with

sampling technique used accidental sampling that is sample determination technique

based on chance that is anyone who by chance met with researcher that can be used

as sample. Analyzer in this research is doubled linear regression. The next stage of the

questionnaire data was analyzed by multiple linear regression assisted by the IBM

SPSS Statistics 23 program.

Based on simultaneous test (F test) obtained value Fhitung (88,986) bigger

than Ftabel (3.09) so that its decision reject Ho and accept Ha. This means that

simultaneously independent variables (ability and work motivation) affect Employee

Performance.

Based on the partial test results (t test) thitung variable ability of 9,286. By

seeing the position of tcount (9,286) is greater than ttable (1,984) then thitung is the

area of rejection Ho and acceptance of Ha so that his decision reject Ho and accept

Ha. This means that partially variable ability affects employee performance.

The value of t calculation of work motivation variable is 3,345. By looking at the

position of tcount (3.345) greater than ttable (1,984) then thitung is in rejection area

of Ho and Ha acceptance so that its decision reject Ho and accept Ha. This means

that partially working motivation variables affect the performance of employees.

Associated with the results of hypothesis testing, then the results of this study

showed the influence of ability and motivation work both simultaneously and partially.

The effect of the research results shows a positive direction, which means that better

ability and the existence of good work motivation will improve employee performance.

Therefore, it is expected that the management of the company to review the efforts to

improve employee's ability and motivation factors so as to achieve maximum employee

performance.

Keywords: ability, work motivation, employee performance

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah (1) Untuk mengetahui apakah kemampuan

berpengaruh terhadap kinerja karyawan PT. Expert Indonesia. (2) Untuk mengetahui

apakah motivasi kerja berpengaruh terhadap kinerja karyawan PT. Expert Indonesia.

(3) Untuk mengetahui apakah kemampuan dan motivasi kerja secara bersama-sama

berpengaruh terhadap kinerja karyawan PT. Expert Indonesia.

Jenis penelitian deskriptif dengan kuesioner sebagai sumber data. Adapun

populasi dalam penelitian ini adalah seluruh karyawan PT. Expert Indonesia berjumlah

133 karyawan. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 100 karyawan, menggunakan

rumus Slovin dengan teknik sampling yang digunakan accidental sampling yaitu

JURNAL PARAMETER VOLUME 2,NO.001TB JULI 2017 ISSN 1979-8865

28

teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan yaitu siapa saja yang secara kebetulan

bertemu dengan peneliti yang dapat dipergunakan sebagai sampel. Alat analisis dalam

penelitian ini adalah regresi linier berganda. Tahap selanjutnya data kuesioner

dianalisis dengan regresi linier berganda yang dibantu dengan program IBM SPSS

Statistics 23.

Berdasarkan uji serempak (uji F) diperoleh nilai Fhitung (88,986) lebih besar dari

Ftabel (3,09) sehingga keputusannya menolak Ho dan menerima Ha. Hal ini berarti

secara serempak variable independen (kemampuan dan motivasi kerja) mempengaruhi

Kinerja Karyawan.

Berdasarkan hasil pengujian secara parsial (uji t) thitung variabel kemampuan

sebesar 9,286. Dengan melihat posisi thitung (9,286) lebih besar dari ttabel (1,984) maka

thitung berada didaerah penolakan Ho dan penerimaan Ha sehingga keputusannya

menolak Ho dan menerima Ha. Artinya secara parsial variabel kemampuan

berpengaruh terhadap kinerja karyawan.

Nilai thitung variabel motivasi kerja sebesar 3,345. Dengan melihat posisi thitung

(3,345) lebih besar dari ttabel (1,984) maka thitung berada di daerah penolakan Ho dan

penerimaan Ha sehingga keputusannya menolak Ho dan menerima Ha. Artinya secara

parsial variabel motivasi kerja berpengaruh terhadap kinerja karyawan.

Berkaitan dengan hasil pengujian hipotesis, maka hasil penelitian ini

menunjukan adanya pengaruh dari kemampuan dan motivasi kerja baik secara

serempak maupun secara parsial. Pengaruh yang ditimbulkan dari hasil penelitian

menunjukan arah yang positif, yang berarti bahwa kemampuan yang lebih baik dan

adanya motivasi kerja yang baik akan meningkatkan kinerja karyawan.

Oleh karena itu diharapkan pihak manajemen perusahaan agar mengkaji kembali

upaya-upaya untuk meningkatkan faktor kemampuan dan motivasi kerja karyawan

sehingga dicapai kinerja karyawan yang maksimal.

Kata kunci : kemampuan, motivasi kerja, kinerja karyawan

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Suatu perusahaan dalam melaksanakan

kegiatannya, baik perusahaan yang

bergerak dibidang industry,

perdagangan maupun jasa akan

berusaha untuk mencapai tujuan yang

telah ditetapkan sebelumnya. Satu hal

yang penting yaitu bahwa keberhasilan

berbagai aktivitas didalam perusahaan

dalam mencapai tujuan bukan hanya

tergantung pada keunggulan teknologi,

dana operasional yang tersedia, sarana

ataupun prasarana yang dimiliki,

melainkan juga tergantung pada aspek

sumber daya manusia sebagai

penggerak jalannya usaha. Faktor

sumber daya manusia ini merupakan

elemen yang sangat penting dan harus

diperhatikan oleh perusahaan,

mengingat era perdagangan bebas yang

telah dimulai, dimana iklim kompetisi

yang dihadapi sangat berbeda. Untuk

itu setiap perusahaan harus dapat

bekerja dengan lebih efisien, efektif

dan produktif. Tingkat kompetisi yang

tinggi memacu tiap perusahaan untuk

dapat mempertahankan kelangsungan

hidupnya dengan memberikan

perhatian pada aspek sumber daya

manusia. Jadi manusia dapat dipandang

sebagai faktor penentu eksis tidaknya

suatu perusahaan karena ditangan

manusialah segala inovasi akan

JURNAL PARAMETER VOLUME 2,NO.001TB JULI 2017 ISSN 1979-8865

29

direalisir dalam upaya mewujudkan

tujuan perusahaan.

Masalah utama yang ada dalam

perusahaan adalah bagaimana

manajemen sumber daya manusia yang

patut mendapat perhatian perusahaan

adalah kinerja karyawan. Kinerja

karyawan dianggap penting bagi

perusahaan karena keberhasilan suatu

perusahaan dipengaruhi oleh kinerja

karyawan itu sendiri Mangkunegara

(2011:67) menyatakan bahwa Kinerja

merupakan Hasil kerja secara kualitas

dan kuantitas yang dicapai oleh

seseorang karyawan dalam

melaksanakan tugasnya sesuai dengan

tanggung jawab yang diberikan

kepadanya.

Dalam pandangan Keith Davis

dalam buku Mangkunegara (2011:67)

faktor yang mempengaruhi pencapaian

kinerja adalah faktor kemampuan

(ability) yang terdiri Knowladge x Skill

dan faktor motivasi (motivation) terdiri

dari Attitued x Situation. Oleh karena

itu, diperlukan sumber daya manusia

yang memiliki kemampuan yang sesuai

dengan kebutuhan dalam perusahaan

dan pemberian motivasi kerja yang

cukup dari seorang pimpinan. Maka hal

– hal yang berhubungan dengan

peningkatan kemampuan karyawan dan

motivasi kerja perlu mendapat

perhatian yang sungguh – sungguh dari

setiap pimpinan guna keberhasilan

suatu perusahaan dan pencapaian

tujuan perusahaan itu sendiri. Apabila

kemampuan yang dimiliki karyawan

diiringi dengan pemberian motivasi

kerja yang cukup dari pimpinan

perusahaan, maka karyawan tersebut

diharapkan dapat menggerakkan dan

mengarahkan segala sumber daya yang

dimilikinya untuk mengoptimalkan

prestasi kerjanya. Untuk dapat

mengetahui kemampuan yang dimiliki

seorang karyawan diperlukan

pemahaman tentang kemampuan apa

saja yang harus dimiliki oleh seorang

karyawan dalam suatu perusahaan.

Robbins, S.P. (2015:35)

mendefiniskan bahwa kemampuan

adalah suatu kapasitas individu untuk

mengerjakan berbagai tugas dalam

suatu pekerjaan. Dimana kemampuan

individu pada hakekatnya tersusun dari

dua faktor yaitu: Kemampuan

intelektual dan kemampuan fisik.

Selain kemampuan kerja, kinerja

tidak terlepas dari pengaruh motivasi,

baik motivasi yang berasal dari dalam

diri karyawan itu sendiri ataupun

motivasi yang berasal dari luar, karena

motivasi menjadi pendorong seseorang

melaksanakan suatu kegiatan guna

mendapatkan hasil yang terbaik. Oleh

karena itu tidak heran jika karyawan

yang mempunyai motivasi kerja yang

tinggi biasanya memiliki kinerja yang

tinggi pula. Untuk itu motivasi kerja

karyawan perlu dibangkitkan agar

karyawan dapat menghasilkan kinerja

yang terbaik, semakin tinggi motivasi

karyawan dalam bekerja maka kinerja

yang dihasilkan pun tinggi. Menurut

Robbins S.P. dan Judge T.A.

(2015:127) mendefinisikan motivasi

sebagai proses yang menjelaskan

JURNAL PARAMETER VOLUME 2,NO.001TB JULI 2017 ISSN 1979-8865

30

mengenai kekuatan, arah, dan

ketekunan seseorang dalam upaya

untuk mencapai tujuan.

PT. Expert Indonesia adalah satu

usaha yang bergerak di bidang

pengadaan barang dan jasa yaitu jasa

service dan pemasangan Air

conditioner, jasa mekanikal dan

elektrikal, Jasa pengarsipan dan

pembuatan system, dan jasa kontruksi

bangunan. Dengan Visi utama menjadi

perusahaan yang meberikan pelayanan

sepenuh hati untuk mencapai kepuasan

pelanggan dengan target loyalitas

pelanggan. PT. Expert Indonesia

melakukan kerja sama dengan PT.

Pertamina (Persero) dan memenangkan

beberapa kontrak dan bahkan terus

memperluas pemasarannya ke berbagai

fungsi di PT. Pertamina (Persero).

Untuk mencapai tujuan perusahaan

tersebut, perusahaan sangat

mengandalkan peranan aktif dari

seluruh sumber daya manusia yang

dimiliki oleh perusahaan dalam upaya

untuk meningkatkan kinerja karyawan.

Maka dari itu PT. Expert Indonesia

akan selalu meningkatkan kualitas

sumber daya manusianya.

Namun hasil riset dilapangan

ditemukan permasalahan yang cukup

signifikan, yaitu ada beberapa

karyawan yang ditugasi untuk suatu hal

ternyata tidak menguasai di bidangnya

dan ternyata karyawan yang lain yang

bukan menempati possisi tersebut

dapat menyelesaikan tugas tersebut,

dari hasil tersebut dapat diketahui

bahwa penempatan tidak sesuai dengan

kemampuan karyawan, hal ini dapat

menyebabkan kinerja pegawai dapat

menurun.

Sedangkan masalah yang

terjadi di dalam perusahaan, belum

sesuai dengan yang diharapkan, karena

kemampuan kinerja masih belum

sesuai pada bidangnya, kinerja juga

kurang termotivasi karena, motivasi

yang diberikan belum memenuhi

harapan karyawan.

Dari uraian tersebut di atas

maka dapat dijelaskan bahwa

kemampuan dan motivasi kerja

merupakan faktor yang sangat penting

dan apabila faktor - faktor tersebut

tidak mendapatkan perhatian yang

serius dari perusahaan, nantinya akan

sangat merugikan perusahaan itu

sendiri. Oleh karena itu penulis tertarik

untuk meneliti dengan judul:

“Pengaruh Kemampuan Dan

Motivasi Kerja Terhadap Kinerja

Karyawan PT. Expert Indonesia”.

Pembatasan Masalah Agar

penelitian ini tidak melebar maka

penelitian ini dibatasi hanya membahas

mempengaruhi kemampuan dan

motivasi kinerja terhadap kinerja

pegawai PT. Expert Indonesia.

Rumusan Masalah Berdasarkan

pembatasan masalah, maka dalam

penelitian ini dapat dirumusan sebagai

berikut Apakah kemampuan

berpengaruh terhadap kinerja karyawan

PT. Expert Indonesia? Apakah

motivasi kerja berpengaruh terhadap

kinerja karyawan PT. Expert

Indonesia? Apakah kemampuan dan

JURNAL PARAMETER VOLUME 2,NO.001TB JULI 2017 ISSN 1979-8865

31

motivasi kerja berpengaruh terhadap

kinerja karyawan PT. Expert

Indonesia?

Tujuan Penelitian Berdasarkan

rumusan masalah maka tujuan dalam

penelitian ini adalah untuk mengetahui

apakah kemampuan berpengaruh

terhadap kinerja karyawan PT. Expert

Indonesia. Untuk mengetahui apakah

motivasi kerja berpengaruh terhadap

kinerja karyawan PT. Expert

Indonesia. Untuk mengetahui apakah

kemampuan dan motivasi kerja

berpengaruh terhadap kinerja karyawan

PT. Expert Indonesia.

Mafaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat

bermanfaat :

Bagi akademisi, Penelitian ini

diharapkan dapat dijadikan khasanah

keilmuan dan dapat dijadikan referensi

bagi perguruan tinggi. Sebagai

sumbangan yang bermanfaat dalam

memperluas wawasan bagi kajian ilmu

manajemen dalam mengelola

manajemen SDM, Khususnya yang

menyangkut upaya peningkatan kinerja

kerja karyawan.

Bagi peneiti untuk menambah

wawasan dan pengetahuan dalam

menganalisis fenomena yang terjadi

khususnya yang berkaitan dengan

masalah yang diteliti. Bagi perusahaan

adalah dapat dijadikan sebagai bahan

masukan dalam upaya meningkatkan

kerja kinerja karyawannya.

KAJIAN PUSTAKA

2.1.1 Kemampuan

Pengertian Kemampuan

Dalam Kamus Bahasa

Indonesia pengertian mampu adalah

kesanggupan atau kecakapan,

sedangkan kemampuan berarti

seseorang atau aparat yang memiliki

kecakapan atau kesanggupan untuk

mengerjakan sesuatu yang diwujudkan

melalui tindakannya untuk

meningkatkan produktivitas kerja.

Seseorang yang memiliki kemampuan

berarti akan sanggup melakukan

tugas-tugas yang dibebankan

kepadanya. Seperti yang diungkapkan

oleh Stephen P. Robbins (2015:35)

bahwa kemampuan (ability) adalah

kapasitas individu untuk mengerjakan

berbagai tugas dalam suatu pekerjaan.

Dari pendapat tersebut dapat

dikatakan bahwa dengan kemampuan

yang dimiliki oleh karyawan, maka

akan memudahkan dalam

penyelesaian setiap pekerjaan secara

efektif dan efisien tanpa adanya

kesulitan sehingga akan menghasilkan

suatu pekerjaan atau kinerja yang

baik. Untuk itulah faktor kemampuan

kerja merupakan salah satu faktor

yang sangat penting dan berpengaruh

terhadap keberhasilan karyawan di

dalam melaksanakan suatu pekerjaan,

karena kemampuan merupakan

potensi yang ada dalam diri seseorang

unuk berbuat sesuatu, sehingga

memungkinkan seseorang untuk dapat

melakukan pekerjaan ataupun tidak

dapat melakukan pekerjaan tersebut.

2.1.2 Motivasi Kerja

JURNAL PARAMETER VOLUME 2,NO.001TB JULI 2017 ISSN 1979-8865

32

Pengertian Motivasi Kerja

menurut J. Winardi (2001:33)

menyatakan motivasi (Motivasion)

kata dasarnya adalah Motif

(Motive) yang berarti dorongan,

sebab atau alasan seseorang

melakukan sesuatu. Untuk

mempermudah pemahaman motivasi

kerja, sebelumnya dikemukakan

terlebih dahulu pengertian motif dan

motivasi. Motif adalah kebutuhan,

keinginan, dorongan yang muncul

dalam diri seorang individu, sehingga

motif merupakan alasan yang

melandasi perilaku individu.

Sedangkan menurut Abraham

Sperling dalam buku Mangkunegara

(2011:93) mendefinisikan motif

sebagai suatu kecendrungan untuk

beraktivitas, dimulai dari dorongan

dalam diri dan diakhiri dengan

penyesuaian diri. Penyesuaian diri

dikatakan untuk memuaskan motif,

dan motif menurut William J Stanton

adalah kebutuhan yang distimulasi

yang berorientasi kepada tujuan

individu dalam mencapai rasa puas.

2.1.3 Kinerja

Pengertian Kinerja menurut

Tim Penyusun Kamus Bahasa

(2007:570) kinerja berasal dari kata

“kerja” atau dalam bahasa inggris

dikenal dengan istilah performance

yang berarti pelaksanaan,

keberlangsungan, perbuatan dan

prestasi. Sedangkan kinerja diartikan

dengan kemampuan kerja, sesuatu

yang dicapai atau prestasi yang

diperlihatkan.

Berdasarkan pendapat para ahli

maka dapat ditarik kesimpulan bahwa

kinerja merupakan hasil kerja yang

dicapai oleh seseorang atau kelompok

dalam suatu perusahaan sesuai dengan

tanggung jawab masing-masing dalam

mencapai tujuan perusahaan. sehingga

pencapaian tujuan yang maksimal

merupakan buah dari kinerja individu

atau tim yang optimal. Begitu pula

sebaliknya, kegagalan dalam

mencapai sasaran yang telah

dirumuskan juga merupakan akibat

dari kinerja individu atau tim yang

kurang optimal. Kinerja dikatakan

baik dan sukses jika tujuan yang

diinginkan dapat dicapai dengan baik.

Efisiensi dan efektifitas merupakan

dua aspek penting dalam menilai suatu

kinerja. Efisiensi adalah perbandingan

antara hasil yang dicapai dengan

usaha yang dikeluarkan, sedangkan

efektifitas adalah perbandingan antara

hasil yang dicapai dengan hasil yang

diharapkan.

Aspek-aspek yang digunakan

mengukur kinerja menurut simamora

(2006:338) adalah: Kuantitas kerja

yaitu pencapaian kinerja karyawan

yang dapat terlihat pada diri karyawan

itu sendiri pada saat bekerja, yang

meliputi ketetapan waktu dalam

mengerjakan pekerjaan, ketelitian

dalam mengerjakan tugas dan juga

terampil dalam mengerjakan tugas.

Kualitas kerja adalah pencapaian

kinerja karyawan yang diukur atas

hasil pekerjaan yang dicapai pekerja

dalam bekerja, kualitas kerja juga

JURNAL PARAMETER VOLUME 2,NO.001TB JULI 2017 ISSN 1979-8865

33

dapat diukur oleh output atau hasil

kerja dibandingkan dengan standar

output yang telah ditetapkan

perusahaan.

Penilaian kinerja atau prestasi

kerja adalah proses suatu

perusahaan mengevaluasi atau menilai

kinerja karyawan. Kegiatan ini dapat

mempengaruhi keputusan-keputusan

personalia dan memberikan umpan

balik kepada para karyawan tentang

pelaksanaan kerja mereka. Dan

penilaian kinerja dapat dilakukan

perseorangan ataupun perkelompok

atau divisi usaha dengan maksud

untuk mencapai target kinerja

perusahaan secara bersama-sama,

penilaian kinerja perorangan biasanya

terkait dengan kenaikan gaji, bonus

dan promosi. Oleh karena itu

penilaian prestasi kerja harus

dilakukan dengan baik, tertib dan

benar sesuai dengan kriteria-kriteria

yang telah ditetapkan oleh perusahaan

secara objektif, karena penilaian

kinerja dapat membantu

meningkatkan motivasi berprestasi

dan meningkatkan loyalitas para

karyawan perusahaan yang ada

didalamnya, tentunya hal ini akan

menjadi keuntungan bagi perusahaan

itu sendiri. Menurut Prawirosentono

(2013) dimensi kerja yang perlu

dimasukkan kedalam penilaian

kinerja, yaitu: Pengetahuan atas

pekerjaan, kejelasan pengetahuan atas

tanggung jawab pekerjaan yang

menjadi tugasnya. Perencanaan dan

organisasi, kemampuan membuat

rencana pekerjaan meliputi jadwal dan

urutan pekerjaan, sehingga tercapai

efisiensi dan efektifitas. Mutu

pekerjaan, ketelitian dan ketepatan

kerja. Produktifitas, jumlah pekerjaan

yang dihasilkan dibanding dengan

waktu yang digunakan. Pengetahuan

teknis dasar dan kepraktisan sehingga

pekerjaannya mendekati standar

kinerja. Judgemen, kebijakan naluriah

dan kemampuan menyimpulkan tugas

sehingga tujuan organisasi tercapai.

Komunikasi, kemampuan

berhubungan secara lisan dengan

orang lain. Kerjasama, kemampuan

bekerjasama dengan orang lain dan

memiliki sikap yang terbuka dalam

tim. Kehadiran dalam rapat disertai

dengan kemampuan menyampaikan

ide atau gagasan-gagasannya kepada

orang lain. Manajemen proyek,

kemampuan mengelola proyek, baik

membina tim membuat jadwal kerja,

anggaran, dan menciptakan hubungan

baik antar karyawan. Kepemimpinan,

kemampuan mengarahkan dan

membimbing bawahan, sehingga

tercipta efisiensi dan efektivitas.

Kemampuan memperbaiki diri sendiri,

dengan studi lanjutan atau kursus.

2.3 Kerangka Pemikiran

Terdapat beberapa faktor yang

dapat mempengaruhi kinerja karyawan

yaitu faktor kemampuan (ability) dan

faktor motivasi (motivation). Hal ini

sesuai dengan pendapat Keith Davis

yang merumuskan bahwa Human

Performance = Ability + Motivation.

(Mangkunegara,2011:67) Kinerja

JURNAL PARAMETER VOLUME 2,NO.001TB JULI 2017 ISSN 1979-8865

34

individu adalah tingkat pencapaian atau

hasil kerja seseorang dari sasaran yang

harus dicapai atau tugas yang harus

dilaksanakan dalam kurun waktu

tertentu. Untuk itu dibutuhkan

kemampuan yang mumpuni, untuk

menyelesaikan setiap tugas yang

menjadi tanggung jawab karyawan.

Serta pemenuhan kebutuhan karyawan

seperti gaji, dan harapan masa depan

yang baik merupakan salah satu hal

yang menciptakan motivasi seorang

karyawan dalam melaksanakan setiap

pekerjaan dengan baik.

Berdasarkan teori-teori yang

dikemukakan di atas, maka secara

ringkas hubungan antara variabel

kemampuan, motivasi kerja dengan

kinerja karyawan dapat digambarkan

dalam kerangka pikir pada gambar

sebagai berikut:

Gambar 2.1 Kerangka Berfikir

2.3.1 Hipotesis Penelitian

Hipotesis dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut :

1. Terdapat pengaruh kemampuan

terhadap kinerja karyawan PT.

Expert Indonesia.

2. Terdapat pengaruh motivasi

terhadap kinerja karyawan PT

Expert Indonesia.

3. Terdapat pengaruh kemampuan dan

motivasi terhadap kinerja karyawan

PT Expert Indonesia.

METODE PENELITIAN

3.1. Desain Penelitian

Desain penelitian merupakan

rancangan penelitian yang digunakan

sebagai pedoman dalam melakukan

proses penelitian. Desain penelitian ini

adalah dengan pendekatan deskriptif

kuantitatif, karena untuk mengetahui

pengaruh antar variabel yang diteliti

sehingga menghasilkan kesimpulan

yang akan memperjelas gambaran

mengenai objek yang diteliti.

Instrumen ini disusun sebagai alat

pengumpul data. Instrumen pada

Kemampuan (X1)

Motivasi Kerja (X2)

Kinerja Karyawan (Y)

JURNAL PARAMETER VOLUME 2,NO.001TB JULI 2017 ISSN 1979-8865

35

penelitian ini berbentuk kuesioner.

Sebelum instrumen digunakan untuk

pengumpulan data, maka instrumen

penelitian harus terlebih dahulu diuji

validitas dan reabilitasnya. Dimana

validitas digunakan untuk mengukur

kemampuan sebuah alat ukur dan

reabilitas digunakan untuk mengukur

keabsahan pengukuran tersebut dapat

dipercaya. Setelah data terkumpul

maka selanjutnya dianalisis untuk

menjawab Penelitian kuantitatif

digunakan penulis untuk mengetahui

pengaruh antara variabel dalam

penelitian ini yaitu kemampuan dan

motivasi kerja terhadap kinerja

karyawan PT. Expert Indonesia.

3.2. Tempat dan Waktu Penelitian

3.2.1. Tempat Penelitian

Penulis melaksanakan penelitian

untuk penyusunan skripsi ini pada PT.

Expert Indonesia Jl. Pala Raya No. 26

Bekasi Barat.

3.2.2. Waktu Penelitian

Waktu pelaksanaan penelitian ini

dilaksanakan pada bulan Januari tahun

2017 sampai dengan bulan Februari

tahun 2016.

3.3. Populasi dan Sampel

3.4.1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini

adalah karyawan PT. Expert Indonesia

yang berjumlah 133 karyawan.

3.4.2. Sampel

Sampel dalam penelitian ini

menggunakan metode purposive

sampling berjumlah 100 karyawan.

HASIL PENELITIAN DAN

PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Karakteristik

Responden

Sampel Penelitian dari pengukuran

penerapan kemampuan dan motivasi

kerja terhadap kinerja karyawan PT

Expert Indonesia adalah 100 orang

responden (karyawan). Bagian ini

menyajikan informasi mengenai

karakteristik dari 100 responden

tersebut berdasarkan jenis kelamin,

usia, pendidikan terakhir, dan lama

kerja.

4.2.1 Profil Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Tabel 4.1

Jenis Kelamin Responden

Frequency Percent

Valid

Percent

Cumulative

Percent

Valid Laki-Laki 67 67,0 67,0 67,0

Perempuan 33 33,0 33,0 100,0

Total 100 100,0 100,0

Sumber: Data diolah

Dari tabel diatas menunjukkan

bahwa responden terdiri dari 67%

dari laki-laki yaitu sebanyak 67

orang, dan 33% sisanya terdiri dari 33

orang perempuan. Hal ini

menunjukkan bahwa jumlah

karyawan PT. Expert Indonesia

JURNAL PARAMETER VOLUME 2,NO.001TB JULI 2017 ISSN 1979-8865

36

lebih banyak karyawan laki-laki daripada karyawan perempuan.

4.1 Analisis Kualitas Data

4.3.1 Uji Validitas dan Reliabilitas

4.3.1.1 Uji Validitas

Validitas digunakan untuk

mengukur sah atau valid tidaknya suatu

kuesioner, jadi validitas menunjuk

pada ketepatan dan kecermatan tes

dalam menjalankan fungsi

pengukurannya. Validitas dilakukan

dengan membandingkan rtabel untuk

degree of freedom (df)= n-2, dalam hal

ini n adalah jumlah sampel. Pada kasus

ini jumlah sampel (n) sebesar 100

orang dan besarnya df dapat dihitung

100-2 = 98, dengan nilai df = 98 dan

nilai alpha = 0,05 atau 5% didapat

angka 0,196. Untuk menguji apakah

masing-masing indikator valid atau

tidak, bisa liat tampilan output

Cronbach Alpha pada kolom

Correlated Item – Total Correlation.

Bandingkan nilai Correlated Item –

Total Correlation dengan hasil Hasil

pengujian validitas ditunjukan dalam tabel

berikut

Uji Validitas Item Variabel Kemampua

4.3.1 Uji Validitas Variabel Kemampuan

Tabel 4.5 Hasil Uji Validitas Variabel Kemampuan

No. Quesioner Rhitung Rtabel Keterangan

Kemampuan 1 0,645 0,196 Valid

Kemampuan 2 0,473 0,196 Valid

Kemampuan 3 0,623 0,196 Valid

Kemampuan 4 0,519 0,196 Valid

Kemampuan 5 0,588 0,196 Valid

Kemampuan 6 0,200 0,196 Valid

Kemampuan 7 0,362 0,196 Valid

Kemampuan 8 0,588 0,196 Valid

Kemampuan 9 0,556 0,196 Valid

Kemampuan 10 0,332 0,196 Valid

Sumber: Data diolah

Berdasarkan tabel diatas, dapat dianalisis bahwa semua butir pertanyaan

variabel kemampuan dapat dikatakan valid karena r hitung > r tabel (0,196).

4.3.2 Uji Reliabilitas Variabel Kemampuan

Tabel 4.6 Hasil Uji Reliabilitas Variabel Kemampuan

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha

Cronbach's Alpha

Based on

Standardized Items N of Items

0,805 0,811 10

Sumber: Data diolah

Berdasarkan tabel diatas, dapat

dianalisis bahwa semua butir

pertanyaan dapat dikatakan reliabel

karena nilai Cronbach alpha > 0,60.

JURNAL PARAMETER VOLUME 2,NO.001TB JULI 2017 ISSN 1979-8865

37

4.3.3 Uji Validitas Variabel Motivasi

Tabel 4.7 Hasil Uji Validitas Variabel Motivasi

No. Quesioner Rhitung Rtabel Keterangan

Motivasi 1 0,703 0,196 Valid

Motivasi 2 0,330 0,196 Valid

Motivasi 3 0,543 0,196 Valid

Motivasi 4 0,344 0,196 Valid

Motivasi 5 0,482 0,196 Valid

Motivasi 6 0,562 0,196 Valid

Motivasi 7 0,522 0,196 Valid

Motivasi 8 0,487 0,196 Valid

Motivasi 9 0,449 0,196 Valid

Motivasi 10 0,479 0,196 Valid

Sumber: Data diolah

Berdasarkan tabel diatas, dapat

dianalisis bahwa semua butir

pertanyaan variabel motivasi dapat

dikatakan valid karena r hitung > r tabel

(0,196).

4.3.4 Uji Reliabilitas Variabel Motivasi

Tabel 4.8 Hasil Uji Reliabilitas Variabel Motivasi

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha

Cronbach's Alpha

Based on

Standardized Items N of Items

0,803 0,812 10

Sumber: Data diolah

Berdasarkan tabel diatas, dapat

dianalisis bahwa semua butir

pertanyaan dapat dikatakan reliabel

karena nilai Cronbach alpha > 0.60.

4.3.5 Uji Validitas Variabel Kinerja

Tabel 4.9 ji Validitas Variabel Kinerja

No. Quesioner Rhitung Rtabel Keterangan

Kinerja 1 0,657 0,196 Valid

Kinerja 2 0,647 0,196 Valid

Kinerja 3 0,507 0,196 Valid

Kinerja 4 0,349 0,196 Valid

Kinerja 5 0,683 0,196 Valid

Kinerja 6 0,431 0,196 Valid

Kinerja 7 0,458 0,196 Valid

Kinerja 8 0,669 0,196 Valid

Kinerja 9 0,413 0,196 Valid

Kinerja 10 0,645 0,196 Valid

Sumber: Data diolah

Berdasarkan tabel diatas, dapat

dianalisis bahwa semua butir

JURNAL PARAMETER VOLUME 2,NO.001TB JULI 2017 ISSN 1979-8865

38

pertanyaan variabel motivasi dapat

dikatakan valid karena r hitung > r tabel

(0,196).

4.3.6 Uji Reliabilitas Variabel Kinerja

Tabel 4.10 Uji Reliabilitas Variabel Kinerja

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha

Cronbach's Alpha

Based on

Standardized Items N of Items

0,844 0,846 10

Sumber: Data diolah

Berdasarkan tabel diatas, dapat

dianalisis bahwa semua butir

pertanyaan dapat dikatakan reliabel

karena nilai Cronbach alpha > 0.60.

4.2 Pembahasan Hasil Penelitian

4.4.1 Hasil Asumsi Uji Klasik

4.4.1.1 Uji Normalitas (Kolmogorov-Smirnov)

Uji normalitas bertujuan untuk

menguji apakah variabel memiliki

distribusi normal atau tidak. Dalam

penelitian ini digunakan uji

Kolmogorov-Smirnov yang dipadukan

dengan kurva Normal P-P Plots dan

dilengkapi hystogram, maka untuk

mengetahui normalitas dari data

peneliti menyajikan tabel sebagai

berikut:

Tabel 4.11 Hasil Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardize

d Residual

N 100

Normal Parametersa,b Mean ,0000000

Std. Deviation 3,15804674

Most Extreme

Differences

Absolute ,079

Positive ,072

Negative -,079

Test Statistic ,079

Asymp. Sig. (2-tailed) ,128c

a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data.

c. Lilliefors Significance Correction.

Sumber: Data diolah

Dari tabel di atas dapat

diketahui bahwa nilai signifikansi

(Asymp. Sig. 2-tailed) variabel

Unstandarlized Residual sebesar

0,128 > 0,05, jadi residual

terdistribusi normal.

JURNAL PARAMETER VOLUME 2,NO.001TB JULI 2017 ISSN 1979-8865

39

4.4.1.2 Uji Multikolinieritas

Untuk mendeteksi terjadinya

multikolinieritas dilakukan dengan

melihat apakah nilai Tolerance lebih

dari 0,10 dan nilai Variance

Inflation Factor (VIF) tidak lebih

besar dari 10, maka model terbebas

dari multikolinieritas. Berikut

adalah hasil pengujian dengan uji

multikolinieritas:

Tabel 4.12 Hasil Uji Multikolinieritas

Coefficientsa

Model

Collinearity Statistics

Tolerance VIF

Kemampuan 0,729 1,372

Motivasi Kerja 0,729 1,372

a. Dependent Variable: Kinerja

Sumber : Data diolah

Dari hasil Coefficientsa di atas,

dapat diketahui bahwa nilai

Tolerance adalah 0,729

(kemampuan dan motivasi kerja)

dan nilai VIF adalah 1,372

(kemampuan dan motivasi kerja).

Berdasarkan hasil ini berarti

variabel terbebas dari asumsi klasik

multikolinearitas karena hasilnya

nilai Tolerance lebih besar dari 0,10

dan nilai VIF lebih kecil dari 10.

Jadi dapat diambil kesimpulan

bahwa variabel kemampuan dan

motivasi kerja tidak saling

berkorelasi

.

4.4.1.3 Uji Heteroskedastisitas

Untuk mendeteksi ada tidaknya

heteroskedastisitas pada suatu

model dapat dilihat dari pola

gambar scatterplot model tersebut.

Tidak terdapat heteroskedastisitas

apabila:

1) penyebaran titik-titik data

sebaiknya tidak berpola,

2) titik-titik data menyebar di atas

dan dibawah atau disekitar angka 0,

3) titik-titik data tidak mengumpul

hanya di atas atau di bawah saja.

Berikut adalah hasil uji

heteroskedastisitas:

4.4.2 Hasil Uji Regresi Linier Berganda

Analisis yang digunakan dalam

penelitian ini adalah analisis regresi

linier berganda yaitu untuk

mengetahui pengaruh motivasi kerja

dan kemampuan kerja terhadap

kinerja karyawan. Adapun bentuk

persamaan regresinya adalah sebagai

berikut :

JURNAL PARAMETER VOLUME 2,NO.001TB JULI 2017 ISSN 1979-8865

40

Y = a + b1X1 + b2X2

Keterangan :

Y = Kinerja karyawan

a = Konstanta (intercept)

X1 = Kemampuan

X2 = Motivasi Kerja

b1 b2 = Koefisien regresi X1, X2

Berdasarkan hasil pengujian dengan menggunakan program IBM SPSS Statistics

23 diperoleh ringkasan hasil sebagai berikut :

Tabel 4.13 Hasil Uji Regresi Linier Berganda

Coefficientsa

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardize

d

Coefficients

T Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) -4,914 3,088 -1,591 ,115

Kemampuan ,851 ,092 ,656 9,286 ,000

Motivasi ,248 ,074 ,236 3,345 ,001

a. Dependent Variable: Kinerja

Sumber : Data diolah

Berdasarkan hasil perhitungan

analisis regresi berganda maka

persamaan regresi linear berganda

adalah sebagai berikut :

Y = a + b1X1 + b2X2

Y = -4,914 + 0,851 X1+ 0,248 X2

atau

Kinerja (Y) = -4,914 + 0,851

(kemampuan X1) + 0,248 (motivasi

kerja X2)

Pada persamaan tersebut

ditunjukkan pengaruh variabel

independen (X) terhadap variabel

dependen (Y). Adapun arti dari

koefisien regresi tersebut adalah

sebagai berikut :

a. Konstanta

Artinya apabila kemampuan dan

motivasi kerja diasumsikan tidak

ada maka kinerja karyawan akan

turun sebesar -4,914.

b. Koefisien regresi (b1) = 0,851

Artinya apabila kemampuan lebih

baik, maka akan terjadi kenaikan

kinerja karyawan sebesar 0,851

satuan, dengan asumsi variabel

lain tetap. Nilai b1 bertanda

positif, sehingga apabila motivasi

kerja lebih baik menyebabkan

meningkatnya kinerja karyawan

dan sebaliknya.

c. Koefisien regresi (b2) = 0,248

Artinya apabila kemampuan kerja

lebih baik, maka kinerja karyawan

akan meningkat sebesar 0,248

satuan dengan asumsi variabel

lain tetap. Nilai b2 bertanda

positif, sehingga apabila

kemampuan kerja lebih baik

menyebabkan meningkatnya

kinerja karyawan dan sebaliknya.

JURNAL PARAMETER VOLUME 2,NO.001TB JULI 2017 ISSN 1979-8865

41

4.4.3 Hasil Uji Hipotesis

4.4.3.1 Uji T

Pengujian ini digunakan untuk

mengetahui ada tidaknya pengaruh dari

variabel bebas (kemampuan, motivasi

kerja,), terhadap variabel terikat

(Kinerja karyawan) secara parsial atau

individual.

Langkah pengujiannya sebagai

berikut :

a. Menentukan hipotesis

H0 : bi = 0, artinya secara parsial tidak

ada pengaruh yang signifikan dari

variabel variabel independen (motivasi

kerja, Kemampuan kerja) terhadap

variabel terikat (kinerja karyawan)

H1 : bi ≠ 0, artinya secara parsial ada

pengaruh yang signifikan dari variabel

variabel independen (motivasi kerja,

Kemampuan kerja) terhadap variabel

terikat (kinerja karyawan)

b. Dengan menggunakan taraf

signifikan (α) = 0,05 dan df (degree of

freedom) = n – k – 1 (df = 100 – 2 – 1

= 97) diperoleh nilai ttabel sebesar 1,984

c. Kriteria pengujian, dilihat dari 2

sisi :

1) Dilihat dari nilai thitung

Jika thitung > ttabel atau -thitung < -ttabel

maka Ho ditolak dan Ha diterima,

artinya secara individual ada pengaruh

yang signifikan variabel bebas terhadap

variabel tidak bebas Jika thitung < ttabel

atau -thitung > -ttabel maka Ho diterima

dan Ha ditolak, artinya secara

individual tidak ada pengaruh yang

signifikan variabel bebas terhadap

variabel tidak bebas

2) Dilihat dari nilai taraf signifikasi

(α) = 0,05

Ho diterima dan Ha ditolak jika nilai

Sig (Probabilitas) > 0,05

Ho ditolak dan Ha diterima jika nilai

Sig (Probabilitas) < 0,05

Berdasarkan hasil pengujian IBM

SPSS Statistics 23 pada tabel 4.14 di

atas dapat ditarik kesimpulan bahwa:

Tabel 4.14 Hasil Uji T

Coefficientsa

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardize

d

Coefficients

T Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) -4,914 3,088 -1,591 ,115

Kemampuan ,851 ,092 ,656 9,286 ,000

Motivasi ,248 ,074 ,236 3,345 ,001

a. Dependent Variable: Kinerja

Sumber : Data diolah

a. Hipotesis pertama pada penelitian

ini adalah kemampuan berpengaruh

positif dan signifikan terhadap kinerja

karyawan. Berdasarkan hasil uji regresi

berganda pada tabel di atas diketahui

JURNAL PARAMETER VOLUME 2,NO.001TB JULI 2017 ISSN 1979-8865

42

bahwa koefisien β capacity bernilai positif sebesar 0,851 dan

b. nilai thitung > ttabel yaitu sebesar thitung

9,286 > ttabel 1,984 dengan tingkat

signifikansi 0,000 < 0,05. Hal ini

berarti bahwa kemampuan berpengaruh

positif dan signifikan secara statistik

pada α 5% maupun dari thitung dan ttabel.

Dengan demikian hipotesis pertama

(H1) diterima.

c. Hipotesis kedua pada penelitian ini

adalah motivasi kerja berpengaruh

positif dan signifikan terhadap kinerja

karyawan. Berdasarkan hasil uji regresi

berganda pada tabel di atas diketahui

bahwa koefisien β capacity bernilai

positif sebesar 0,248 dan nilai thitung >

ttabel yaitu sebesar thitung 3,345 > ttabel

1,984 dengan tingkat signifikansi 0,001

< 0,05. Hal ini berarti bahwa motivasi

kerja berpengaruh positif dan

signifikan secara statistik pada α 5%

maupun dari thitung dan ttabel. Dengan

demikian hipotesis kedua (H2)

diterima.

4.4.3.2 Uji F

Uji F adalah uji simultan yang

bertujuan untuk mengetahui pengaruh

bersama-sama variabel independen

yaitu kemampuan dan motivasi kerja

apakah berpengaruh signifikan atau

tidak terhadap kinerja karyawan atau

variabel dependen. Dan berikut adakah

uji F yang menunjukkan besarnya uji F

(F hitung). Dalam output SPSS uji F

terletak pada tabel Anova.

Tabel 4.15 Hasil Uji F

ANOVAa

Model

Sum of

Squares Df

Mean

Square F Sig.

1 Regression 1811,557 2 905,779 88,986 ,000b

Residual 987,353 97 10,179

Total 2798,910 99

a. Dependent Variable: Kinerja

b. Predictors: (Constant), Motivasi, Kemampuan

Sumber : Data diolah

Adapun untuk melihat F tabel pada

df1 = 2 df2 = 97 diperoleh dari tabel

distribusi F sebesar 3,09 pada taraf

kepercayaan 95 % (Alpha = 5%). Hal

tersebut membuktikan bahwa Fhitung

(88,986) > dari Ftabel (3,09), sedangkan

signifikansi (0,000) < dari alpha pada

taraf kepercayaan 95 % (Alpha 5%).

Sehingga Ha yang berbunyi ada

pengaruh yang signifikan antara

kemampuan dan motivasi kerja

terhadap kinerja karyawan pada PT.

Expert Indonesia diterima.

Sedangkan Ho yang berbunyi tidak

ada pengaruh yang signifikan antara

kemampuan dan motivasi kerja

terhadap kinerja karyawan pada PT.

Expert Indonesia ditolak. Dengan

demikian maka dapat disimpulkan

bahwa hipotesis ketiga Ho ditolak dan

Ha diterima yang berarti terdapat

pengaruh yang signifikan dari

JURNAL PARAMETER VOLUME 2,NO.001TB JULI 2017 ISSN 1979-8865

43

kemampuan dan motivasi kerja

terhadap kinerja karyawan pada PT.

Expert Indonesia tahun 2017

.

4.4.3.3 Uji Analisis Determinasi (R2)

Uji koefisien determinasi (R2)

dilakukan untuk mengetahui

kemampuan (X1) dan motivasi kerja

(X2) terhadap kinerja karyawan (Y).

Nilai koefisien determinasi diantara 0

sampai 1, dimana semakin mendekati

angka 1 nilai koefisien determinasi

maka kemampuan (X1) dan motivasi

kerja (X2) terhadap kinerja karyawan

(Y) semakin kuat. Dan sebaliknya,

semakin mendekati angka 0 nilai

koefisien determinasi maka pengaruh

kemampuan individu (X1) dan motivasi

kerja (X2) terhadap kinerja karyawan

(Y) lemah.

Dalam model ini diketahui R

Square sebesar 0,647, bahwa

kemampuan (X1) dan motivasi kerja

(X2) secara bersama-sama

mempengaruhi peningkatan

produktivitas kerja sebesar 64,7%,

sedangkan sisanya sebesar sisanya

sebesar (100%-64,7% = 35,3%)

dipengaruhi oleh sebab-sebab

lainnya.Dalam penelitian ini koefisien

determinasinya adalah sebagai berikut:

Tabel 4.16 Hasil Uji Analisis Determinasi (R2)

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R

Square

Std. Error of

the Estimate

1 ,805a ,647 ,640 3,19044

a. Predictors: (Constant), Motivasi, Kemampuan

b. Dependent Variable: Kinerja

Sumber : Data diolah

Dari hasil Uji Koefisien

Determinasi di atas, angka R Square

atau koefisien determinasi adalah

0,647. Nilai R Square berkisar antara 0

sampai dengan 1. Regresi linear

berganda sebaiknya menggunakan R

Square yang sudah disesuaikan atau

tertulis Adjusted R Square, karena

disesuaikan dengan jumlah variabel

independen yang digunakan.

Angka R Square adalah 0,647,

artinya 64,7% variabel terikat kinerja

karyawan (Y) dijelaskan oleh variabel

bebas yang terdiri dari kemampuan dan

motivasi kerja dan sisanya 35,3%

dijelaskan oleh variabel lain di luar

variabel yang digunakan. Jadi,

sebagian variabel terikat dijelaskan

oleh variabel-variabel bebas yang

digunakan dalam model.

Sehingga dapat diambil

kesimpulan bahwa koefisien

determinasi pengaruh kemampuan

(X1), motivasi kerja (X2) terhadap

kinerja karyawan (Y) kuat, karena nilai

R Square mendekati angka 1. Artinya

kinerja karyawan dapat dijelaskan

kemampuan dan motivasi kerja sebesar

64,7%. Sedangkan sisanya 35,3%

JURNAL PARAMETER VOLUME 2,NO.001TB JULI 2017 ISSN 1979-8865

44

dapat dijelaskan oleh variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.

4.3 Pembahasan

Berdasarkan hasil analisis data

diatas uji parsial untuk kemampuan

diperoleh nilai thitung (9,286) > ttabel

(1,984) sehingga hipotesis nol (Ho)

ditolak dan hipotesis alternatif (Ha)

diterima. Kondisi tersebut

menunjukkan bahwa kemampuan dapat

meningkatkan tingkat kinerja karyawan

di PT. Expert Indonesia. Kemampuan

kerja dan penempatan kerja karyawan

yang sesuai dengan bidang keilmuan

dan keahlian yang dimiliki karyawan

akan mendorong kinerja karyawan

secara baik. Sedangkan hasil uji parsial

motiva kerja thitung (3,345) > ttabel

(1,984) sehingga hipotesis nol (Ho)

ditolak dan hipotesis alternatif (Ha)

diterima. Dengan ditolaknya Ha berarti

motivasi kerja berpengaruh signifikan

terhadap kinerja karyawan di PT.

Expert Indonesia.

Berdasarkan uji serempak (uji

F) diperoleh nilai Fhitung sebesar 88,986

lebih besar dari nilai Ftabel (3,09)

sehingga keputusannya menolak Ho

dan menerima Ha. Hal ini berarti

secara serempak variabel independen

(kemampuan dan motivasi kerja)

mempengaruhi kinerja karyawan.

Dalam fungsi operasional

manajemen kemampuan merupakan

fungsi pengembangan, karena dalam

fungsi ini pengembangan kemampuan

karyawan sangat diperhatikan.

Kemampuan pada dasarnya sangat

berpengaruh terhadap mutu atau bobot

hasil kerja yang dicapai oleh seorang

karyawan. Hal ini dapat dimengerti

karena dalam kemampuan kerja

terdapat berbagai potensi kecakapan,

keterampilan, serta potensi yang lain

yang mendukung yang tercermin dalam

kondisi fisik dan psikis. Dengan

demikian konsep kemampuan kerja

mengandung pengertian kekuatan yang

ada dalam diri seseorang untuk

melakukan pekerjaan.

Kemampuan kerja sangat

menentukan kinerja karyawan dalam

sebuah perusahaan atau organisasi

tersebut. Keberhasilan dan kecakapan

pelaksanaan pekerjaan dalam suatu

organisasi sangat bergantung pada

kinerja karyawannya. Sehingga

kemampuan merupakan hal penting

bagi seorang karyawan untuk dapat

menyelesaikan pekerjaan dengan baik.

Sebagaimana menurut pernyataan

Soeroto (2007) untuk meningkatkan

kemampuan kerja karyawan ada tiga

komponen yang meliputi : pertama,

upaya mengembangkan dan

memelihara pertumbuhan rohani dan

jasmani serta usaha menjaga kesehatan.

Jika seseorang memiliki pertumbuhan

fisik dan psikis yang kuat maka ia akan

memiliki potensi dan peluang yang

besar untuk ditumbuhkan dan

dikembangkan kemampuan kerjanya.

Kedua upaya bukan hanya terbatas

pada kemampuan ratio dan fisik untuk

memecahkan masalah-masalah yang

dihadapi dalam jangka pendek, akan

tetap mencakup ketahanan, keuletan

JURNAL PARAMETER VOLUME 2,NO.001TB JULI 2017 ISSN 1979-8865

45

fisik dan mental dalam mengatasi

berbagai kesulitan dan tekanan dalam

pekerjaan sehingga selesai dan

mencapai hasil. Dan ketiga, upaya agar

seseorang setelah memiliki

kemampuan adalah mempekerjakannya

untuk membuat agar setiap organisasi

yang memiliki kemampuan

dimanfaatkan untuk memberikan

kesejahteraan kepada masyarakat.

Kondisi diatas menimbulkan

permasalahan bagi pimpinan untuk

memberikan motivasi dan peningkatan

kemampuan karyawan agar dapat

melaksanakan pekerjaan secara

maksimal. Demikian pula perlu

menciptakan suatu kondisi yang dapat

memberikan kepuasan kebutuhan

karyawan, mengingat bahwa motivasi

dan kemampuan dimaksud belum

optimal dalam mencapai kinerja yang

diharapkan.

Begitu juga halnya dengan

motivasi kerja. Motivasi merupakan

suatu bentuk kesediaan untuk berusaha

keras mencapai tujuan organisasi

dengan memperhatikan usaha

memuaskan beberapa kebutuhan, serta

upaya untuk memperbaiki dan

membentuk pengetahuan, sikap dan

perilaku karyawan sehingga karyawan

tersebut secara sukarela berusaha

bekerja secara kooperatif dengan para

karyawan lainnya untuk meningkatkan

kinerjanya. Sesuai dengan Nawawi

(2003), motivasi merupakan dorongan

atau kehendak yang menyebabkan

seseorang bertindak atau berbuat

sesuatu. Lebih lanjut Martoyo (2007)

menyebutkan bahwa motivasi kerja

adalah sesuatu yang menimbulkan

dorongan atau semangat kerja atau

dengan kata lain pendorong semangat

kerja.

Tujuan dari motivasi adalah

bentuk pengendalian diri karyawan

dalam suatu perusahaan guna mencapai

tujuan yang diinginkan. Dengan kata

lain, kebutuhan manusia itu sifatnya

relatif atau tidak tetap dan sangat

tergantung pada keadaan, ruang dan

waktu, begitu juga pegawai

kebutuhannya berbeda-beda dan tidak

mutlak selamanya, terpenuhinya

kebutuhan yang satu, muncul tuntutan

pemenuhan kebutuhan yang lain

demikian seterusnya. Meskipun

demikian, tidak tertutup kemungkinan

adanya usaha yang mencatat kebutuhan

yang beraneka ragam tersebut dalam

kelompok-kelompok kebutuhan yang

sifatnya umum berlaku pada manusia

atau pegawai pada umumnya. Dari

hasil penelitian ini, semakin baik

tingkat motivasi karyawan maka

kinerja karyawan akan mengalami

peningkatan.

Dengan demikian kedua faktor

dalam penelitian ini yaitu kemampuan

dan motivasi kerja merupakan

komponen dari kepuasan yang ingin

dirasakan oleh karyawan khususnya di

PT. Expert Indonesia sehingga dapat

mendukung tercapainya kinerja.

Seorang karyawan akan memiliki

kinerja yang baik, jika memiliki

keinginan, harapan, kebutuhan, tujuan,

sasaran, dorongan dan insentif yang

JURNAL PARAMETER VOLUME 2,NO.001TB JULI 2017 ISSN 1979-8865

46

didukung dengan kemampuan kerja

yang baik. Sehingga dengan

meningkatkan kemampuan karyawan

serta memotivasi dan dapat

meningkatkan kinerja karyawan di PT.

Expert Indonesia agar mampu

mempertahankan perusahan dan tetap

eksis pada era persaingan yang ketat

saat ini.

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan

pembahasan yang telah dilakukan yaitu

mengenai pengaruh kemampuan dan

motivasi kerja terhadap tingkat kinerja

karyawan di PT. Expert Indonesia

1. Kemampuan berpengaruh positif

dan signifikan terhadap tingkat kinerja

karyawan di PT. Expert Indonesia

2. Motivasi kerja berpengaruh positif

dan signifikan terhadap tingkat kinerja

karyawan di PT. Expert Indonesia

3. Kemampuan dan motivasi kerja

berpengaruh positif dan signifikan

terhadap tingkat kinerja karyawan di

PT. Expert Indonesia

5.2 Saran-saran

Saran yang dapat diberikan

sehubungan dengan hasil penelitian

yang dilakukan adalah sebagai berikut :

1. Kemampuan seorang karyawan

hendaknya disesuaikan sesuai dengan

bidangnya, penempatan pekerjaan

sesuai dengan keahliannya, adakan

pelatihan terutama untuk pekerja

bagian teknis, mempunyai sertifikat

keahlian untuk memperlancar

mendapatkan proyek.

2. Motivasi kerja karyawan

hendaknya lebih ditekankan dalam

menyelesaikan pekerjaan, adanya

bonus setiap tahun, memberikan bonus

kepada pekerja yang kinerja bagus dan

loyal terhadap perusahaan.

3. Tingkat kinerja karyawan PT.

Expert Indonesia harus sering adakan

rapat atau diskusi antara pihak

manajemen dan lapangan untuk

memahami situasi lapangan dan

keadaan di bagian manajemen.

DAFTAR PUSTAKA

Anwar Prabu Mangkunegara,

Manajemen Sumber Daya

Manusia Perusahaan, Bandung:

PT Remaja Rosdakarya, 2011.

Bungin, M Burhan. Metodologi

Penelitian Kuantitatif. Jakata:

Kencana Prenada Media Group,

2005

Cokroaminoto. Membangun Kinerja

Melalui Motivasi Kerja

Karyawan. Jakarta: PT Gramedia

Pustaka Utama, 2007.

Eko Sujianto, Agus. Aplikasi Statistik

dengan SPSS 16.0. Jakarta:

Prestasi Pustaka Publisher, 2009.

Hasibuan, Malayu S.P. Manajemen

Sumber Daya Manusia, Edisi ke-

9. Jakarta: PT. Bumi Aksara,

2007.

Kountur, Ronny. Metode Penelitian

Untuk Penulisan Skripsi dan

Tesis. Jakarta: PPM, 2007.

Raharjo, Sahid. Cara Melakukan

Analisis Regresi Multiples

dengan SPSS, artikel diakses

pada 8 Februari 2014 dari

http://www.spssindonesia.com/20

JURNAL PARAMETER VOLUME 2,NO.001TB JULI 2017 ISSN 1979-8865

47

14/02/analisis-regresi-multipes-

dengan-spss.html

Riani, Asri Laksmi. Manajemen

Sumber Daya Manusia Masa

Kini. Yogyakarta: Graha Ilmu,

2013.

Rivai, Veitzal. Manajemen Sumber

daya Manusia. Jakarta: Rajawali Pers,

2009.

Robbins, Stephen P. dan Timothy A.

Judge, Perilaku Organisasi,

Jilid I dan II Terjemahan, Edisi

16, Jakarta Selatan: Penerbit

Salemba Empat, 2015.

Rochaety, Ety, dkk. Metodologi

Penelitian Bisnis Dengan

Aplikasi SPSS. Jakarta: Mitra

Wacana Media, 2007.

Sugiyono, Metode Penelitian

Kuantitatif, Kualitatif dan R& D.

Bandung: Alfabeta, 2011

Suhendra dan Murdiyah hayati.

Manajemen Sumber Daya

Manusia. Jakarta: UIN Jakarta

Press, 2006.

Wibowo. Perilaku Dalam Organisasi.

Jakarta: Rajawali Pers, 2013

Winardi, J. Motivasi & Pemotivasian

Dalam Manajemen. Jakarta: PT

Raja Grafindo

Persada, 2001.

JURNAL PARAMETER VOLUME 2,NO.001TB JULI 2017 ISSN 1979-8865

48

PENGARUH PROMOSI PENJUALAN TERHADAP KEPUTUSAN

PEMBELIAN PRODUK MIE SEDAAP PADA

PT. PRAKARSA ALAM SEGAR

Muratin

Dosen Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Tribuana

Email:[email protected]

ABSTRACT

This study aims to determine whether there is Influence of Sales Promotion

Against Decision Purchase of Sedaap Mie Products At PT. The Fresh Natural

Initiative. The population in this study is the community directly encountered by

researchers who willingly take the time to fill questionnaires amounted to 110 people.

Random sampling using random sampling method is 100 people.

Methods of data analysis using correlation techniques with the formula

Peorson Product Momant and Cromback Alpha, and linear regression with the help of

the program SPSS Version 17

The results showed that sales promotion as a free variable affect the

purchase decision as a dependent variable, the influence of free variable sales

promotion to the dependent variable purchase decision of 9%. While the remaining

91% influenced by other factors.

Keywords: Sales Promotion, Purchase Decision

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat Pengaruh Promosi

Penjualan Terhadap Keputusan Pembelian Produk Mie Sedaap Pada PT.

Prakarsa Alam Segar. Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat yang ditemui

langsung oleh peneliti yang dengan rela meluangkan waktunya untuk mengisi

kuesioner berjumlah 110 orang. Pengambilan sampel secara acak dengan metode

random sampling sebanyak 100 orang.

Metode analisis data menggunakan teknik korelasi dengan rumus Peorson

Product Momant dan Cromback Alpha, dan regresi linier dengan bantuan program

SPSS Versi 17

Hasil penelitian menunjukan bahwa promosi penjualan sebagai variable bebas

berpengaruh terhadap keputusan pembelian sebagai variable terikat, pengaruh variable

bebas promosi penjualan terhadap variable terikat keputusan pembelian sebesar 9%.

Sedangkan sisanya 91% dipengaruhi oleh factor lain.

Kata Kunci: Promosi Penjualan, Keputusan Pembelian

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Di era modern seperti sekarang

ini persaingan di dunia usaha semakin

tajam terutama persaingan antara

perusahaan yang menghasilkan

produk yang sama atau sejenis dalam

merebut pasar. Indonesia merupakan

negara yang memiliki jumlah

penduduk yang sangat besar. Hal ini

tentunya memberikan manfaat dan

keuntungan yang besar bagi produsen

JURNAL PARAMETER VOLUME 2,NO.001TB JULI 2017 ISSN 1979-8865

49

untuk menawarkan produknya,

terutama produsen yang bergerak di

bidang consumer goods. Semakin

besar jumlah penduduk maka semakin

besar pula jumlah konsumen dan

semakin luas pasar yang dapat

dijangkau. Perkembangan teknologi

dan persaingan yang ketat di era

modern saat ini membuat permintaan

konsumen yang semakin beragam.

Dampak dari hal tersebut tentunya

memberikan peluang bagi perusahaan

untuk dapat memproduksi atau

memasarkan produk yang sesuai

dengan kebutuhan konsumen yang

semakin beragam dan selektif

tersebut. Dampak ini tentunya sudah

dirasakan diberbagai bidang usaha

salah satunya makanan siap saji. Di

Indonesia, makanan siap saji seperti

mie instan, sudah menjadi kebutuhan

yang cukup penting. Mie instan

menjadi pilihan utama masyarakat

Indonesia sebagai pengganti nasi di

berbagai kalangan karena

kepraktisannya.

Melihat kondisi yang demikian

maka hal ini mendorong PT. Tirta

Alam Segar dengan merek dagang

Mie Sedaap berlomba lomba untuk

mendapatkan nilai atau value terbaik

serta top of mind di masyarakat

dengan promosi penjualan mie sedaap

yang diproduksi. Saat ini, PT. Tirta

Alam Segar dengan merek dagang

Mie Sedaap melakukan promosi-

promosi penjualan dipasar yang luas,

dengan kualitas produk yang

ditentukan oleh kemampuan

perusahaan untuk mengindentifikasi

mengenai kebutuhan dan keinginan

konsumen yang heterogen. Untuk

mencapai semua itu perusahaan

menjalankan kegiatan promosi

penjualan yang benar-benar bisa

menarik konsumen, memulai dari

pemenuhan kebutuhan masyarakat,

kemudian bertumbuh menjadi

keinginan masyarakat dan berakhir

masyarakat memutuskan untuk

membeli. Proses tersebut tidak lepas

dari inovasi dan kreatifitas tiada henti

memenuhi kebutuhan dan keinginan

konsumen “costumer focus”.

Dengan promosi yang tepat,

suatu perusahaan dapat juga

mempertahankan dan membangun

kesan yang baik serta kesetiaan

(loyalitas) konsumen akan tertarik

dengan produk yang dihasilkannya. Di

samping itu, promosi memegang

peranan sangat penting bagi

perusahaan maupun konsumen, karena

promosi tidak hanya dapat

mempengaruhi atau mendorong

konsumen untuk memutuskan

pembelian tetapi dapat juga

menguntungkan perusahaan. Menurut

Freddy Rangkuti (2002:1), Kegiatan

promosi, bagi banyak perusahaan,

merupakan kegiatan investasi yang

sangat kritis melalui kegiatan

pemasaran. Tanpa promosi maka

konsumen akan sulit untuk

mengetahui produk yang dijual oleh

perusahaan. Strategi pelaksanaan

promosi merupakan langkah-langkah

yang secara berurutan dari awal

JURNAL PARAMETER VOLUME 2,NO.001TB JULI 2017 ISSN 1979-8865

50

sampai akhir dalam proses

mempromosikan suatu produk, yaitu

melalui periklanan yang kemudian

diikuti dengan kegiatan promosi

lainnya, diantaranya personal selling,

promosi penjualan, dan publisitas.

Jadi promosi merupakan suatu hal

yang sangat penting bagi perusahaan

untuk menginformasikan dan

menonjolkan keistimewaan-

keistimewaan produk dan membujuk

konsumen untuk membeli produknya.

Melalui kegiatan promosi dengan

periklanan, penjualan perorangan,

promosi penjualan dan publisitas

maka konsumen akan memutuskan

pembelian.

Berbagai aspek digunakan oleh

Mie Sedaap dengan menawarkan

produk agar perhatian konsumen

terbiasa dengan rasa dari merek mie

yang ada, kemudian diperkuat dengan

nama Mie Sedaap. Namun Kondisi

persaingan saat ini yang terjadi pada

produk mie instan, adalah

keanekaragaman produk mie instan

yang ada yang dapat mendorong

konsumen untuk melakukan

pembelian. Konsumen dalam

pengambilan keputusan saat

menentukan pembelian sebuah produk

mie instan dengan melalui proses

identifikasi dikarenakan banyaknya

merek mie instan dan berbagai rasa

yang dapat menjadi suatu alat

pembeda dan dapat juga menjadi

kriteria utama dalam proses

pengambilan keputusan pembelian

konsumen.

Berdasarkan latar belakang

tersebut maka peneliti tertarik untuk

meneliti Pengaruh Promosi Penjualan

Terhadap keputusan pembelian

konsumen Mie Sedap pada

PT.Prakarsa Alam Segar.

1.2. Pembatasan Masalah

Bertolak dari latar belakang

masalah yang diuraikan diatas,

menunjukan bahwa permasalahan

yang berhubungan dengan promosi

dan peningkatan volume penjualan

sangat luas, rumit dan kompleks

sehingga perlu dilakukan pembatasan

agar penelitian tersebut tidak melebar.

Penelitian ini dibatasi hanya meneliti

variabel promosi penjualan yang

diduga berpengaruh langsung maupun

tidak langsung terhadap keputusan

pembelian konsumen Mie Sedaap

pada PT.Prakarsa Alam Segar.

1.3. Perumusan Masalah

Dari pembatasan masalah

tersebut di atas, maka masalah yang

akan dikaji dan dianalisis dalam

penelitian ini dirumuskan sebagai

berikut: Apakah promosi penjualan

berpengaruh terhadap keputusan

pembelian konsumen Mie Sedaap

pada PT.Prakarsa Alam Segar ?.

1.4. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui apakah promosi penjualan

berpengaruh terhadap keputusan

pembelian konsumen Mie Sedaap

pada PT.Prakarsa Alam Segar?.

JURNAL PARAMETER VOLUME 2,NO.001TB JULI 2017 ISSN 1979-8865

51

1.5 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini

diharapkan dapat bermanfaat

1. Bagi manajemen PT. Prakarsa

Alam Segar, untuk menentukan

promosi penjualan dengan langkah-

langkah yang tepat dalam upaya

meningkatkan keputusan pembelian

konsumen.

2. Bagi lingkungan akademisi untuk

menambah pengetahuan tentang

promosi penjualan dalam upaya

meningkatkan keputusan pembelian

konsumen.

3. Bagi peneliti, dapat menambah

pengetahuan dan pengalaman agar

kelak bisa menjadi pengusaha.

4. Bagi masyarakat khususnya

masyarakat Indonesia yang

mengkonsumsi produk dari PT.

Prakarsa Alam Segar, harus juga

diperhatikan kualitasnya sehingga

produk yang dibeli bisa bermanfaat

bagi kesehatan tubuh. Dapat

bermanfaat sebagai bahan kajian

maupun bahan pembanding

penelitian pada masa yang akan

datang terhadap masalah serupa.

LANDASAN TEORI

2.1.1 Promosi Penjualan

Menurut Basu Swastha D. dan

Irawan (2001 : 345-349), promosi

pada hakikatnya adalah suatu bentuk

komunikasi pemasaran yang bertujuan

mendorong permintaan, yang

dimaksud komunikasi pemasaran

adalah aktivitas pemasaran yang

berusaha menyebarkan informasi,

mempengaruhi dan mengingatkan

pasar sasaran atas perusahaan dan

produknya agar bersedia menerima,

membeli, dan loyal pada produk atau

jasa yang ditawarkan perusahaan yang

bersang. Freddy Rangkuti (2009:1),

menyatakan bahwa promosi

merupakan kegiatan yang paling

penting untuk meningkatkan revenue.

Tanpa kegiatan promosi, perusahaan

tidak dapat memperoleh pelanggan

sesuai yang diharapkan. Dengan

demikian sangat dibutuhkan banyak

pengeluaran untuk kegiatan promosi.

Sedangkan Kasmir dan Jakfar

(2012:59), menyatakan bahwa

Promosi merupakan sarana yang

paling ampuh untuk menarik dan

mempertahankan konsumen. Dengan

adanya promosi maka konsumen akan

mengenal produk atau jasa yang

ditawarkan oleh perusahaan. Setelah

konsumen mengenal produk atau jasa

yang ditawarkan maka mereka akan

senantiasa membeli dan menggunakan

produk dan jasa perusahaan tersebut.

Philip Kotler dan Gary Armstrong

(2008:63), mengatakan bahwa

Promosi berarti aktivitas yang

menyampaikan manfaat produk dan

membujuk pelanggan membelinya.

Rambat Lupiyoadi (2001:108),

menambahkan bahwa promosi

merupakan salah satu variabel dalam

bauran pemasaran yang sangat penting

dilaksanakan oleh perusahaan dalam

memasarkan produk jasa. Kegiatan

JURNAL PARAMETER VOLUME 2,NO.001TB JULI 2017 ISSN 1979-8865

52

promosi bukan saja berfungsi sebagai

alat komunikasi antara peerusahaan

dengan konsumen, melainkan juga

sebagai alat untuk mempengaruhi

konsumen dalam kegiatan pembelian

atau penggunaan jasa sesuai dengan

keinginan dan kebutuhannya.

Berdasarkan pendapat dan

pernyataan para ahli diatas dapat

disimpulkan bahwa promosi adalah

usaha-usaha yang dilakukan oleh

perusahaan untuk mempengaruhi

konsumen agar membeli produk dan

jasa yang dihasilkan atau untuk

menyampaikan berita tentang produk

dan jasa tersebut dengan jalan

mengadakan komunikasi dengan para

pendengar atau audience yang

sifatnya membujuk.

2.1.1.2 Promosi penjualan

Kotler (2009:205), promosi

penjualan merupakan unsur kunci

dalam kampanye pemasaran. Promosi

penjulan terdiri dari kumpulan alat-

alat insentif yang beragam, sebagian

besar berjangka pendek, dirancang

untuk mendorong pembelian suatu

produk atau jasa tertentu secara lebih

cepat atau lebih besar oleh konsumen

atau pedagang. Sedangkan menurut

Purnama (2009:23), promosi

penjualan merupakan insentif jangka

pendek dalam aktifitas promosi untuk

merangsang pembelian suatu produk

dengan cara yang bervariasi, seperti

pameran dagang, insentif penjualan,

kupon dan sebagainya.

Dari defenisi diatas dapat

disimpulkan bahwa promosi penjulan

memberikan manfaat langsung kepada

konsumen pada saat mereka

melakukan pembelian. Promosi

penjulan dapat berupa memberikan

diskon/potongan harga, kupon, konter,

undian, harga premi dan sebagainya.

Kotler (2009:206), penjual

menggunakan promosi tipe insentif

untuk menarik orang-orang baru untuk

mencoba, memberi imbalan kepada

pelanggan setia, dan untuk menaikan

tingkat pembelian ulang orang yang

sesekali menggunakan. Promosi

penjualan sering menarik orang-orang

yang beralih merek, yang terutama

mencari harga murah, nilai yang baik

atau hadiah. Promosi penjualan tidak

akan mengubah mereka menjadi

pembeli yang setia.

Purnama, (2009:25), sebagai

unsur kunci dalam pemasaran,

penggunaan promosi penjualan

memiliki manfaat yang berbeda dari

unsur promosi lainya. Promosi

penjualan memberikan tiga manfaat

yang berbeda dari alat promosi lainya

yaitu :

1. Komunikasi.

Promosi penjualan menarik

perhatian dan biasanya

memberikan informasi yang dapat

mengarahkan konsumen pada

produk yang bersangkutan.

2. Insentif.

Promosi penjualan menggabungkan

sejumlah kebebasan, dorongan atau

kontribusi yang memberikan nilai

bagi konsumen.

3. Ajakan.

JURNAL PARAMETER VOLUME 2,NO.001TB JULI 2017 ISSN 1979-8865

53

Promosi penjualan merupakan

ajakan untuk melakukan transaksi

pembelian sekarang Menurut

Tjiptono (2008:18), promosi

penjualan yang dilakukan oleh

penjual dapat dikelompokan

berdasarkan tujuan yang ingin

dicapai yaitu :

1. Costumer promotion. Promosi

penjualan yang bertujuan

merangsang atau mendorong

pelanggan untuk membeli.

2. Trade promotion.

Yaitu promosi penjualan yang

bertujuan untuk mendorong

pengecer, grosir, eksportir dan

importir untuk

memperdagangkan barang dari

sponsor.

3. Sales force promotion. 4.

Business promotion.

Promosi penjulan yang bertujuan

untuk memperoleh pelanggan

baru, mempertahankan kontak

dengan pelanggan,

memperkenalkan produk baru,

menjual lebih banyak pada

pelanggan lama dan membidik

pelanggan.

2.1.1.3 Tujuan Promosi Penjualan

Sedangkan menurut Kotler

(2009:206), tujuan promosi penjualan

yaitu:

1. Mendorong konsumen untuk

mencoba suatu produk.

2. Mendorong pembelian dalam unit

yang lebih besar.

3. Mempererat hubungan jangka

panjang.

4. Menarik konsumen yang sering

berganti merek.

5. Menghargai pelanggan yang setia.

6. Menaikan tingkat pembelian ulang.

7. Mengubah pangsa pasar secara

permanen.

Kotler (2009:207),

menambahkan bahwa tujuan dari

promosi penjualan dikelompokan pada

tiga tingkatan yaitu:

a. Tujuan terhadap konsumen

1. Mendorong pembelian unit-unit

yang berukuran lebih besar.

2. Menciptakan pengujian produk

di antara non-pemakai.

3. Menarik orang yang beralih

merek dari pesaing.

b. Tujuan terhadap pengecer. 1.

Membujuk pengecer menjual jenis

produk baru dan mempunyai

tingkat persediaan yang lebih

tinggi.

2. Mendorong pembelian diluar

musim.

3. Mendorong penyediaan produk-

produk terkait.

4. Mengimbangi produk pesaing.

5. Membangun kesetiaan merek.

6. Memperoleh pintu masuk

kegerai-gerai eceran baru.

c. Tujuan terhadap tenaga penjualan.

1. Mendorong dukungan terhadap

produk atau model baru.

2. Mendorong pencarian calon

pelanggan yang lebih banyak.

3. Merangsang penjulan diluar

musim.

Promosi penjualan tidak lepas

dari alat-alat promosi penjualan,

JURNAL PARAMETER VOLUME 2,NO.001TB JULI 2017 ISSN 1979-8865

54

sehingga alat-alat promosi penjualan

ini sangat penting dalam promosi

penjualan, setiap alat memiliki

manfaat berbeda, sehingga pemasar

harus jeli dalam menggunakan alat-

alat ini, agar sesuai dengan strategi

dan target yang ingin di capai. Berikut

adalah alat-alat promosi konsumen

utama yaitu :

1. Sampel, tawaran sejumlah produk

atau jasa gratis yang dikirimkan

dari rumah ke rumah, dikirim

melalui pos, diambil di toko,

disertakan pada produk lain, atau

ditampilkan dalam tawaran iklan.

2. Kupon, sertifikat yang memberi hak

pada pemegangnya atau potongan

harga yang telah ditetapkan pada

produk tertentu : dikirimkan lewat

pos, dimasukan dalam produk lain

atau dilampirkan, atau disisipkan

dalam iklan majalah atau koran.

3. Tawaran uang kembali (rabat),

memberikan pengurangan harga

setelah pembelian, bukan pada saat

di toko eceran : konsumen

mengrimkan kupon pembelian

yang telah ditetapkan kepada

produsen yang mengembalian

sebagian dari harga beli melalui

pos.

4. Paket harga (transaksi potongan

harga), menawarkan pada

konsumen penghematan dari harga

biasa suatu produk, yang

dikurangkan pada label atau

kemasan.

5. Premiun (hadiah pemberian),

barang yang ditawarkan dengan

harga yang reelatif rendah atau

gratis untuk insentif jika membeli

barang tertentu.

6. Program frekwensi, program yang

memberikan imbalan yang terkait

dengan frekwensi dan intensitas

konsumen membeli poduk atau jasa

perusahaan tersebut.

7. Hadiah (kontes, undian,

permaianan), hadiah adalah

tawaran kesempatan memenangkan

barang tertentu, kontes adalah

konsumen memberikan masukan

untuk dipelajari sekelompok juri

untuk memilih masukan yang

terbaik. Permainan adalah

memberikan sesuatu kepada

konsumen seperti nomor hilang

yang membantu mereka

menemukan hadiah.

8. Imbalan berlangganan, nilai dalam

bentuk tunai atau bentuk lain yang

sebanding dengan loyalitas

berlangganan penjualan atau

sekelompok penjual tertentu.

9. Pengujian gratis, mengundang para

pembeli menguji-coba produk

tanpa biaya dan tanpa harapan

mereka membeli.

10. Garansi produk, janji eksplisit dan

implisit penjual bahwa produk

tersebut akan berjalan sebagaimana

telah ditentukan.

11. Promosi bersama, dua atau lebih

merek atau perusahaan bergabung

dalam bentuk kontes, kupon,

pengembalian uang dan

sebagainya.

JURNAL PARAMETER VOLUME 2,NO.001TB JULI 2017 ISSN 1979-8865

55

12. Promosi silang, mengiklankan satu

merek untuk mengiklankan merek

lain yang tidak berhubungan.

13. Pajangan dan peragaan ditempat

pembelian, yang berlangsung

ditempat-tempat penjualan dan

pembelian.

Promosi penjulan ynag

bertujuan memotivasi tenaga

penjual. Promosi penjualan

merupakan suatu aktivitas dan atau

materi yang dalam aplikasinya

menggunakan teknik di bawah

pengendalian penjual atau produsen

yang dapat mengkomunikasikan

informasi persuasif yang menarik

tentang produk yang ditawarkan oleh

penjual tau produsen, baik secara

langsung maupun melalui pihak yang

dapat mempengaruhi keputusan

pembelian (Machfoedz, 2010:31).

Pendapat dari Blattberg dan Neslin

mengenai promosi penjualan

merupakan orientasi tindakan dari

perusahaan yang tujuannya

diharapkan berdampak langsung

terhadap perilaku tindakan konsumen

untuk membeli produk atau jasa yang

perusahaan tawarkan dalam jangka

pendek (Hermawan, 2012:129).

Pengertian lain mengenai

promosi penjualan merupakan

aktivitas pemasaran yang

mengusulkan nilai tambah dari suatu

produk untuk mendapatkan lebih dari

sekedar yang ada dari nilai produk

dalam jangka waktu tertentu untuk

mendorong pembelian konsumen,

efektiviitas penjualan, dan mendorong

upaya yang dilakukan oleh tenaga

penjualan. Promosi penjualan

berangkat dari premis bahwa setiap

merek atau jasa memiliki nilai dan

harga tertentu, dimana promosi

penjualan dipercaya mampu

mengubah nilai harga yang telah

diterima tersebut dengan menaikan

nilai atau menurunkan harga

(Hermawan, 2012:129). Promosi

penjualan mengacu pada setiap

insentif yang digunakan oleh

perusahaan untuk merangsang

transaksi (pedagang besar dan ritel)

atau konsumen untuk membelinya

suatu merek serta mendorong tenaga

penjualan secara agresif menjualnya.

Para pengecer juga menggunakan

insentif promosi penjualan untuk

mendorong perilaku yang diinginkan

dari para konsumen, dimana promosi

penjualan lebih berorientasi pada

jangka pendek yang dapat

mempengaruhi perilaku. Kemudian

arti insentif adalah nilai tambah atau

manfaat dasar yang diberikan oleh

merek dan untuk sementara dapat

mengubah harga atau nilai yang

dirasakan (Shimp, 2004:111).

Hal serupa mengenai promosi

penjualan terdiri dari insentif jangka

pendek untuk mendorong pembelian

atau penjualan sebuah produk atau

jasa, jadi dapat ditarik kesimpulan

bahwa insentif dalam promosi

penjualan mampu memberikan

dorongan bagi konsumen untuk

membeli dan mengunjungi sebuah

perusahaan ritel untuk membeli suatu

produk (Kotler dan Armstrong,

JURNAL PARAMETER VOLUME 2,NO.001TB JULI 2017 ISSN 1979-8865

56

2008:204). Hal ini sependapat

mengenai promosi penjualan adalah

segala bentuk penawaran dalam

bentuk insentif jangka pendek yang

ditujukan kepada pembeli, pengecer

dan pedagang grosir dan dirancang

untuk memperoleh respon spesifik dan

segera dari insentif yang diberikan

perusahaan yang menguntungkan bagi

pihak pembeli, pengecer dan

pedangan grosir (Tjiptono, 2012:367).

Promosi penjualan merupakan bahan

inti dalam pemasaran yang terdiri dari

koleksi alat insentif, dimana sebagian

besar berjangka pendek yang

dirancang untuk menstimulasi

pembelian yang lebih cepat atau lebih

besar atas produk atau jasa tertentu

yang ditawarkan perusahaan kepada

konsumen (Kotler dan Keller,

2008:219).

Dari beberapa pengertian

yang di utarakan para ahli diatas dapat

disimpulkan bahwa promosi penjualan

tidak lepas dari insentif jangka pendek

berupa sampel, kupon, rabat, kemasan

harga, hadiah, garanasi, dan lainnya

karena konsumen dan pelanggan dapat

dirangsang atau dipersuasi melalui

nilai tambah dari suatu produk untuk

menperoleh lebih dari sekedar nilai

produk yang ada dalam jangka waktu

tertentu untuk mendorong pembelian

konsumen, oleh karena itu perusahaan

perlu secara cermat memilih insentif

jangka pendek yang mana paling

efektif untuk mempengaruhi perilaku

konsumen agar membeli produk,

mendorong percobaan produk,

mendorong pembelian ulang,

membangun arus pengunjung, dan

memperbesar tingkat pembelian.

2.1.1.4 Peran Promosi Penjualan

Menurut Elliot, et all

peran promosi pejualan bagi

perusahaan terdiri

dari 8 peran. Berikut uraian peran

promosi penjualan (Hermawan,

2012:130):

a. Mendorong konsumen untuk

melakukan pembelian pertama kali.

b. Mendorong konsumen membeli

produk berikutnya, meski baru

pertama

kali berkunjung.

c. Memberikan alasan bagi konsumen

untuk tetap loyal terhadap merek

dengan pembelian ulang.

d. Mengingatkan konsumen tentang

keuntungan produk yang ditawarkan

meskipun promosi sedang tidak

dilakukan (terutama ketika produk

pesaing sedang ditawarkan).

e. Memperbaiki reputasi merek

(sebagai dukungan terhadap

periklanan

yang sedang berjalan).

f. Mendorong pengecer untuk tetap

memiliki persediaan stok barang.

g. Mendorong pengecer untuk

membeli lebih dari pesanan

regulernya.

h. Membujuk pengecer agar

memberikan khusus bagi barang yang

ditawarkan.

2.1.1.5 Kondisi Promosi Penjualan

Menurut Blattberg dan Neslin,

dalam Hermawan, (2012:130):

JURNAL PARAMETER VOLUME 2,NO.001TB JULI 2017 ISSN 1979-8865

57

berbagai faktor yang turut

berkontribusi untuk membuat promosi

penjualan menjadi penting adalah

a. Konsumen telah menerima bahwa

promosi penjualan merupakan bagian

dari kriteria pengambilan keputusan

pembelian. Melalui promosi

penjualan yang ditawarkan,

konsumen berkesempatan untuk

mendapat lebih dari apa yang

mereka pikirkan mengenai nilai

barang. Sebagai contoh, pemberian

sampel produk memungkinkan

konsumen mencoba produk tanpa

membelinya. Lebih dari itu, banyak

orang yang menjadi penentu dalam

pengambilan keputusan konsumen

memerkukan dorongan tertentu

untuk mengambil keputusan.

Promosi penjualan paling tidak

memberikan kesempatan kepada

konsumen untuk menjadi konsumen

yang aktif.

b. Promosi penjualan telah menjadi

bagian integral dari proses pembelian

dan konsumen mengharapkannya.

Perkembangan promosi penjualan

telah didorong oleh bisnis, terutama

bisnis besar. Para manager puncak

dan manager produk memiliki peran

langsung dalam mendorong

pertumbuhan promosi penjualan.

Tujuan dan keinginan manager

produk telah menjadi pendorong

utama agar produknya cepat terjual.

Manager produk ditantang untuk

memberikan perbedaan produknya

sehingga mampu bersaing di antara

begitu banyak pilihan merek dan

produk yang menawarkan kepuasan

yang sama bagi pelanggan. Dimana

promosi penjualan menjadi solusi

atas kebimbangan konsumen

membeli produk. Promosi penjulan

dapat memberikan penjualan segera

yang diinginkan oleh pimpinan

perusahaan yang berfokus

meningkatkan perputaran penjualan

dalam waktu singkat.

c. Teknologi baru khususnya komputer

, telah memungkinakan para

manager promosi penjualan

menganalisis efektivitas promosi

penjualan yang mereka terapkan dari

hasil data penjualan terukur dengan

segera. Sebagai contoh, peralatan

scaner barcode di toko eceran

mampu membuat penjualan

mendapatkan hasil segera dari

promosi. Peringkat penjualan untuk

pemberian kupon atau gambaran

menyangkut volume penjualan dapat

dideteksi dalam satu hari.

d. Pertumbuhan kekuatan dan jumlah

jaringan pengecer yang luar biasa,

telah memacu penggunaan promosi

penjualan. Pihak perusahaan dalam

hal ii mengandalkan kekuatan

saluran distribusinya. Dengan

konsolidasi, pengecer telah

mendapatkan akses informasi yang

luar biasa. Sebagai contoh,

penggunaan komputer dan barcode

pada kemasan merupakan

pergerakan kemajuan pelayanan

terhadap pembeli. Standarisasi

penggunaan software akan

membantu pengecer melengkapi dan

JURNAL PARAMETER VOLUME 2,NO.001TB JULI 2017 ISSN 1979-8865

58

meningkatkan penjualan di suatu

wilayah. Promosi penjualan

merupakan perangkat yang efektif

dan mampu memuaskan permintaan

program promosi penjualan

memberikan kontribusi bagi marjin

keuntungan perusahaan. Pengecer

juga memperoleh keuntungan

karena promosi penjualan dapat

pengatasi kendala penjualan.

2.1.2.Keputusan Pembelian

2.1.2.1 Pengertian Keputusan

Pembelian

Menurut pernyataan Sutisna

dalam Dewi, (2013:2) keputusan

pembelian adalah pengambilan

keputusan oleh konsumen untuk

melakukan pembelian suatu produk

diawali oleh adanya kesadaran atas

pemenuhan kebutuhan dan keinginan.

Setelah konsumen menyadari

kebutuhan dan keinginan tersebut maka

konsumen akan melakukan tindak

lanjut untuk memenuhi kebutuhan dan

keinginan tersebut. Sedangkan

pendapat (Tjiptono dan

Chandra,2012:127) mengenai

keputusan pembelian dikelompokan

berdasarkan tipe konsumen (konsumen

akhir dan konsumen bisnis). Bagi

konsumen akhir keputusan pembelian

terdiri dari tiga macam: pemecahan

masalah ekstensif, pemecahan masalah

terbatas, dan perilaku respon rutin.

Setiap pemasar wajb memahami

situasi–situasi yang mempengaruhi

pembelian produk atau jasa yang

ditawarkan dan cara –cara terbaik

melayani para konsumenn dimana

situasi– situasi tersebut muncul atau

berlangsung. Situasi pembelian

merupakan situasi yang mempengaruhi

pemilihan produk, selain itu konsumen

memiliki keterbatasan waktu. Menurut

(Morissan, 2010:85). Defisini

mengenai keputusan pembelian adalah

ketika konsumen dan pelanggan

mengumpulkan informasi yang

berkenaan dengan berbagai alternative

produk dan menggunakan informasi itu

untuk memilih produk atau merek yang

sesuai standar dan kebutuhan mereka.

Pemasar harus memahami bagaimana

konsumen membuat sebuah keputusan

pembelian, dimana mereka lebih suka

membeli produk yang dipengaruhi oleh

stimulus pemasaran di lokasi penjualan

karena akan menimbulkan dorongan

konsumen dan pelanggan terhadap

keputusan pembelian.

Dengan demikian maka dapat

disimpulkan bahwaa situasi pembelian

merupakan situasi yang mempengaruhi

pemilihan produk, selain itu konsumen

memiliki keterbatasan waktu.

Sumarwan, (2003: 310) menyatakan

bahwa keputusan pembelian mengenai

apa yang dibeli, apakah membeli atau

tidak, kapan membeli, diman membeli,

dan bagaimana cara pembayaranya.

Sedangkan Setiadi, (2003: 415),

keputusan pembelian konsumen adalah

proses yang mengkombinasikan

pengetahuan untuk mengevaluasi dua

atau lebih perilaku alternatif dan

memilih salah satu diantaranya.

Supranto, (2007:13), Proses keputusan

konsumen merupakan intervensi antara

JURNAL PARAMETER VOLUME 2,NO.001TB JULI 2017 ISSN 1979-8865

59

strategi pasar. Artinya strategi

pemasaran perusahaan ditentukan oleh

interaksi dengan proses keputusan

konsumen. Faktor-faktor yang

mempengaruhi keputusan konsumen

untuk membeli atau tidak membeli,

meliputi faktor eksternal dan internal.

Sutisna, (2003:11) menambahkan

bahwa untuk memahami pembuatan

keputusan konsumen, terlebih dahulu

harus dipahami sifat-sifat keterlibatan

konsumen dengan produk atau jasa.

Maka untuk memahami tingkat

keterlibatan kosumen terhadap produk

atau jasa berarti pemasar berusaha

mengidentifikasi hal-hal yang

menyebabkan seseorang merasa

terlibat atau tidak dalam pembelian

suatu produk atau jasa. Tingkat

keterlibatan konsumen dalam

pembelian dipengaruhi stimulus

(rangsangan). Oleh karena itu, bisa

dikatakan bahwa ada konsumen yang

mempunyai keterlibatan tinggi dalam

pembelian suatu produk atau jasa, dan

ada juga konsumen yang mempunyai

keterlibatan yang rendah atas

pembelian suatu barang atau jasa.

Untuk itu Pemasar harus mampu

mengidentifikasikan hal-hal yang

menyebabkan seseorang merasa

terlibat atau tidak terhadap suatu

produk. Ada konsumen yang terlibat

tinggi (high involvement) dalam

pembelian suatu produk, dan ada juga

yang mempunyai keterlibatan yang

rendah (low involvement) atas

pembelian suatu produk. Pengambilan

keputusan berbeda-beda, tergantung

jenis keputusan pembelian. Henry

Assae dalam Kotler, (2005:221)

menbedakan empat jenis perilaku

pembelian konsumen berdasarkan

tingkat keterlibatan pembeli dan

tingkat pembedaan antar merk, yaitu

1. Perilaku pembelian yang rumit

Perilaku ini terdiri dari proses tiga

langkah. Pertama pembelian

mengembangkan keyakinan tentang

produk tertentu. Kedua

membangun sikap tentang produk

tersebut. Dan ketiga membuat

pembelian yang cermat. Pembelian

yang rumit ini sering terjadi bila

mahal, jarang dibeli, dan beresiko.

2. Perilaku pembelian pengurang

ketidaknyamanan

Konsumen banyak terlibat dalam

pembelian namun sedikit

perbedaan merk. Dalam hal ini

konsumen menemukan perbedaan

kecil, keputusan yang diambil

semata-mata berdasarkan harga dan

kenyamanan.

3. Perilaku pembelian karena

kebiasaan

Banyak produk dibeli pada kondisi

rendahnya keterlibatan konsumen

dan tidak adanya perbedaan antar

merek yang signifikan. Konsumen

memiliki keterlibatan yang rendah

dalam pembelian sebagaian produk

yang murah dan sering dibeli.

4. Perilaku pembelian yang mencari

variasi

Peralihan merk terjadi karena

variasi dan bukanya kerena

ketidakpuasan terhadap produk

JURNAL PARAMETER VOLUME 2,NO.001TB JULI 2017 ISSN 1979-8865

60

tersebut. Pemimpin pasar akan

mendorong perilaku pembelian

karena kebiasaan dengan cara

mendominasikan ruang penjualan,

menghindari kekurangan penjualan,

dan sering mensponsori iklan untuk

mengingatkan konsumen.

Berdasarkan uraian di atas

dapat disimpulkan bahwa keputusan

pembelian merupakan kegiatan

pemecahan masalah yang dilakukan

individu dalam pemilihan alternatif

perilaku yang sesuai dari dua alternatif

perilaku atau lebih dan dianggap

sebagai tindakan yang paling tepat

dalam membeli dengan terlebih

dahulu melalui tahapan proses

pengambilan keputusan.

2.1.2 Tahap-Tahap Proses

Pengambilan Keputusan

Upaya memahami perilaku

pelanggan yang berkaitan dengan

produk disebut pemetaan sistem

konsumsi pelanggan, siklus kegiatan

pelanggan, atau skenario pelanggan.

Proses pembelian yang spesifik terdiri

terdiri dari urutan kejadian berikut :

pengenalan masalah, pencarian

informasi, evaluasi alternatif,

keputusan pembelian, dan perilaku

pasca pembelian. Proses ini dijelaskan

pada gambar berikut (Setiadi : 2010):

Terdapat beberapa tahap-

tahap proses dalam melakukan

keputusan pembelian yang akan

diuraikan di bawah ini. Berikut uraian

mengenai keputusan pembelian:

1. Pengenalan Masalah

Tahap pertama dalam proses

pengambilan konsumen dimulai

saat pembeli mengenali sebuah

masalah atau kebutuhan dari

pelanggan dan konsumen, dimana

kebutuhan itu dapat diputuskan

oleh rangsangan internal dan

eksternal. Dengan mengumpulkan

informasi dari sejumlah konsumen

pemasar dapat mengidentifikasikan

rangsangan yang paling sering

membangkitkan minat akan suatu

kategori produk, sehingga pemasar

dapat mengembangkan strategi

pemasaran yang memicu minat

konsumen.Pengenalan masalah

terjadi karena adanya perbedaan

antara kondisi atau situasi ideal

yang diinginkan konsumen dengan

kondisi atau situasi yang

sesungguhnya

2. Pencarian Informasi

Tahap kedua dalam proses

keputusan pembelian oleh

konsumen adalah pencarian

maslaah. Ketika konsumen melihat

adanya masalah atau kebutuhan

yang hanya dapat dipuaskan

melalui pembelian suatu produk,

maka mereka mulai mencari

informasi yang dibutuhkan untuk

membuat keputusan pembelian.

Upaya pencarian tahap awal sering

kali berupa upaya untuk menggali

informasi yang ada dalam ingatan

yaitu mengingat pengalaman masa

lalu atau pengetahuan yang sudah

dimilikinya. Proses ini disebut

dengan pencarian internal.

JURNAL PARAMETER VOLUME 2,NO.001TB JULI 2017 ISSN 1979-8865

61

Konsumen membeli suatu produk

secara berulang ulang, maka

informasi yang sudah tersimpan di

otak sudah cukup untuk

menghasilkan keputusan

pembelian. Situasi pencarian

informasi yang lebih ringan

dinamakan perhatian yang

menguat. Pada tingkat ini

seseorang hanya menjadi lebih

peka terhadap informasi tentang

produk.

3. Evaluasi Alternatif

Pada tahap ini konsumen

membandingkan berbagai merek

produk yang diharapkan dapat

mengatasi masalah yang dihadapi

dan memuaskan kebutuhan atau

motif yang mengawali proses

keputusan pembelian tersebut.

Berbagai merek yang berhasil

diidentifikasi sebagai pilihan

pembelian untuk dipertimbangkan

lebih lanjut dalam proses evaluasi

alternatif disebut perangkat pilihan

konsumen yang merupakan bagian

dari keseluruhan merek yang

diketahui konsumen. Dalam hal ini

konsumen mengurangi jumlah

merek yang akan dievaluasi pada

tingkat atau jumlah yang dapat

dikelolanya. Jumlah merek yang

akan dievaluasi ini bergantung pada

kemampuan masing – masing

individu dan juga tingkat

kepentingan pembelian serta waktu

dan tenaga yang digunakan

konsumen selama proses eveluasi.

4. Keputusan Pembelian

Pada tahap ini konsumen harus

berhenti mencari dan berhenti

melakukan eveluasi untuk

membuat keputusan pembelian.

Sebagai hasil dari kegiatan evaluasi

alternatif, konsumen mulai

mengarah pada niat atau keinginan

untuk membeli dengan

kecenderungan untuk membeli

merek tertentu. Keinginan membeli

secara umum didasari pada upaya

mencocokan motif pembelian

dengan atribut atau karakteristik

merek yang tengah

dipertimbangkan dengan

melibatkan aspek psikologis,

seperti motivasi, persepsi, sikap ,

dan integrasi. Keputusan pembelian

adalah tahap selanjutnya setelah

niat atau keinginan membeli.

Ketika konsumen memilih untuk

membeli suatu merek, ia masih

harus harus melaksanakan

keputusan dan melakukan

pembelian.

5. Perilaku Pasca Pembelian

Proses keputusan konsumen tidak

berakhir saat produk dibeli,

malainkan berlanjut hingga periode

pasca pembelian. Pemasar harus

memantau epuasan pasca

pembelian, tindakan pasca

pembelian, dan pemakaian produk

pasca pembelian. Apa yang

menentukan pembeli akan sangat

puas, agak puas, atau tidak puas

terhadap pembelian? Keputusan

pembelian merupakan fungsi dari

seberapa dekat harapan pembeli

JURNAL PARAMETER VOLUME 2,NO.001TB JULI 2017 ISSN 1979-8865

62

atas seuatu produk dengan kinerja

yang dirasakanpembeli atas produk

tersebut. Setelah menggunakan

produk atau jasa , konsumen

membandingkan tingkat kinerja

suatu produk dengan harapan yang

dimiliki terhadap produk

bersangkutan. Kepuasan terjadi

ketika harapan konsumen dapat

dipenuhi oleh produk bersangkutan

atau bahkan melebihi, sedangkan

ketidakpuasan terjadi ketika kinerja

produk berada dibawah harapan.

Menurut Sutisna dan Sunyoto

(2013:86), ada tiga hal penting dari

memahami model keputusan

pembelian konsumen yaitu sebagai

berikut:

1. Dengan adanya model, pandangan

terhadap perilaku konsumen bisa

dilihat dalam perspektif yang

terintegrasi

2. Model keputusan pembelian

konsumen dapat dijadikan dasar

untuk pengembangan strategi

pemasaran yang efektif

3. Model keputusan pembelian

konsumen dapat dijadikan dasar untuk

segmentasi dan positioning.

2.2. Kerangka Pemikiran

Berikut adalah gambaran yang

berupa kerangka pemikiran untuk

mewujudkan arah dari pemecahan dan

penganalisisan masalah yang dihadapi

dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar : 2.1 Kerangka pemikiran

Keterangan:

Variabel dependen : Keputusan

Pembelian (Y)

Variabel independen : promosi

penjualan (X)

Variabel dependen akan dipengaruhi

oleh variable independen antara lain;

promosi penjualan (X) yang

merupakan bagian dari kegiatan

pemasaran yang mempunyai pengaruh

terhadap variabel dependen yaitu

keputusan pembelian (Y). Untuk lebih

jelasnya dapat diuraikan secara

singkat mengenai kerangka pemikiran

tersebut. Setelah perusahaan

menyelesaikan proses produksinya

tentunya perusahaan akan

menghasilkan produk jadi yang siap

dipasarkan, maka perusahaan

menentukan metode agar produk

tersebut dapat dikenal oleh konsumen

dan siap dipasarkan.

Perusahaan melakukan

kegiatan promosi penjualan untuk

menyalurkan produknya kepada

konsumen guna meningkatkan volume

penjualan. Sehingga penentuaan

promosi penjualan dapat membantu

perusahaan dalam keputusan

Promosi Penjualan (X)

Keputusan Pembelian

(Y)

JURNAL PARAMETER VOLUME 2,NO.001TB JULI 2017 ISSN 1979-8865

63

pembelian berkedudukan sebagai

variabel dependen

2.3 Hipotesis

Hipotesis adalah dugaan

sementara dari rumusan masalah

penelitian yang belum dibuktikan

kebenarannya (Soeratno Arsyad, 2000

:22). Hipotesis dalam penelitian ini

berupa pernyataan dan pengujian yang

dilakukan untuk mengetahui terdapat

pengaruh antara promosi penjualan

terhadap keputusan pembelian.

METODOLOGI

PENELITIAN

Desain penelitian adalah

semua proses yang diperlukan dalam

perencanaan dan pelaksanaan

penelitian (Nazir, 1999:99). Untuk

dapat melakukan sebuah penelitian,

maka seorang peneliti harus

menentukan metode yang dipakai,

sehingga akan mempermudah langkah-

langkah penelitian. Metode yang

digunakan dalam penelitian ini adalah

metode deskriptif kuantitatif. Disini

penulis menggunakan metode

penelitian deskriptif kuantitatif karena

untuk mengetahui pengaruh antar

variabel yang diteliti sehingga

menghasilkan kesimpulan yang akan

memperjelas gambaran mengenai

objek yang diteliti. Dalam penelitian

ini yang menjadi objek penelitian

adalah pengaruh promosi penjualan

terhadap Terhadap Peningkatan

Volume Penjualan Mie Sedap Pada PT.

Prakarsa Alam Segar.

3.4 POPULASI DAN SAMPEL

Populasi dalam penelitian ini

adalah konsumen yang pernah membeli

mie instant merek Mie Sedaap yang

berdomisili di daerah sekitar wilayah

pemukiman penduduk, tempat agen,

pasar bekasi utara ,bekasi barat dan

bekasi selatan berjumlah 110 orang.

Penentuan sampel dalam penelitian ini

menggunakan metode purposive

sampling. Adapun sampel dalam

penelitian ini adalah konsumen yang

membeli Mie Sedaap di wilayah kota

Bekasi, Jumlah sampel dalam

penelitian ini 100 responden.

3.7 Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional variabel

dalam penelitian ini diuraikan menjadi

indikator empiris (IE) yang meliputi:

1. Promosi penjualan (X) variable

bebas (independen) dengan indikator :

minat konsumen, Menyajikan

iklan, media cetak dan elektronik,

demonstrasi langsung, sales

promosi, trade promotion, force

promotion, inovasi,

2. Peningkatan volume penjualan (Y)

variable terikat (dependen) dengan

indikator:

Harga, kualitas produk, saluran

distribusi.

3.8 Pengukuran variable

Pengukuran variable dalam

penelitian ini menggunakan teknik

skala likert. yang setiap item atau butir-

butir pertanyaanya memuat pilihan

yang berjenjang, dalam penelitian ini

diberikan skala 1 - 5. Skala terendah

adalah 1 mempunyai arti yang sangat

JURNAL PARAMETER VOLUME 2,NO.001TB JULI 2017 ISSN 1979-8865

64

tidak setuju dan yang paling tinggi

adalah sangat setuju.

HASIL ANALISIS DAN

PEMBAHASAN

Uji Analisis statistik deskriptif

digunakan untuk mengetahui

gambaran, mengenai variable yang

diteliti melalui rata-rata (mean), nilai

maximum, nilai minimum, standar

deviasi, variance dan range.

Table 4.6

Hasil Uji Statistik Deskriptif

Descriptive Statistics

N Range Minimum Maximum Mean Std. Deviation Variance

PROMOSI 100 11.00 32.00 43.00 38.7300 2.01437 4.058

KEPUTUSAN 100 11.00 28.00 39.00 33.8400 1.97315 3.893

Valid N (listwise) 100

Sumber : Data Primer diolah (2016)

Berdasarkan tabel 4.6 di atas, dapat

diambil kesimpulan bahwa jumlah

responden yang ditemui langsung di

lapangan adalah 100 orang. Dari 100

responden yang mengisi angket

Promosi penjualan (X) memiliki nilai

minimum sebesar 32.00 dan nilai

maximum sebesar 43.00 dengan nilai

rata-rata total jawaban 38.7300 dan

standar deviasi 2.01437. Pada variabel

keputusan pembelian (Y) memiliki

nilai minimum sebesar 28.00 dan nilai

maximum sebesar 39.00 dengan nilai

rata-rata total jawaban 33.8400 dan

nilai standar deviasi 1.97315.

4.4.2 Uji Normalitas

Uji normalitas ini bertujuan

untuk mengetahui distribusi data

dalam variabel yang digunakan

dalam penelitian yaitu data yang

memiliki distribusi normal. Uji

normalitas adalah suatu uji yang

dilakukan untuk mengetahui sebuah

model regresi yaitu variabel dependen

keputusan pembelian dan variabel

independen promosi penjualan

keduanya mempunyai distribusi

normal atau mendekati normal.

Seperti diketahui bahwa uji t dan uji F

mengasumsikan bahwa nilai residual

mengikuti distribusi normal. Berikut

adalah hasil pengolahan data uji

normalitas dengan menggunakan alat

bantu program SPSS versi 17:

JURNAL PARAMETER VOLUME 2,NO.001TB JULI 2017 ISSN 1979-8865

65

Tabel 4.11

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

PROMOSI KEPUTUSAN

N 100 100

Normal Parametersa,,b Mean 38.7300 33.8400

Std. Deviation 2.01437 1.97315

Most Extreme Differences Absolute .203 .162

Positive .114 .118

Negative -.203 -.162

Kolmogorov-Smirnov Z 2.033 1.623

Asymp. Sig. (2-tailed) .001 .010

a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data.

Data primer yang telah diolah (2016)

Dari tabel 4.11 dapat diketahui

bahwa nilai signifikansi (Asymp.Sig

2-tailed) sebesar 0,010. Karena nilai

signifikansi lebih besar dari 0,05

(0,010.> 0,05), maka nilai residual

tersebut adalah normal.

Normalitas dapat dideteksi

dengan melihat penyebaran data (titik)

pada sumbu diagonal dari grafik. Jika

data (titik) menyebar disekitar garis

diagonal dan mengikuti arah garis

diagonal maka tidak menunjukan pola

distribusi normal yang

mengindikasikan bahwa model regresi

tidak memenuhi asumsi normalitas.

(Ghozali,2001:110) Pada gambar 4.1.

menunjukan adanya persebaran data

(titik) pada sumbu diagonal yang

mendekati garis diagonal.

Berdasarkan pedoman uji normalitas

mengatakan bahwa jika penyebaran

data (titik) mengikuti atau mendekati

garis normal maka suatu penelitian

dapat dikatakan normal. Jika asumsi

ini dilanggar maka uji statistik

menjadi tidak normal. Untuk

mendeteksi apakah residual

berdistribusi normal atau tidak yaitu

dengan melihat normal probablity plot

yang membandingkan distribusi

normal.

JURNAL PARAMETER VOLUME 2,NO.001TB JULI 2017 ISSN 1979-8865

66

Gambar: 4.1 Grafik normal P-P plot

Dengan melihat grafik normal P-P

plot pada gambar 4.1 diatas, maka

terlihat jelas bahwa titik-titik

menyebar disekitar garis diagonal,

serta penyebarannya mengikuti arah

garis diagonal. Hal tersebut

menunjukkan bahwa model regresi

layak dipakai karena memenuhi

asumsi normalitas.

Untuk meyakinkan bahwa

penelitian ini menunjukan adanya

normalitas, maka dilakukan pengujian

dengan menggunakan pengujian

histrogram. Dapat di lihat pada

gambar 4.2 sebagai berikut: Hasil Uji

Normalitas Normal histrogram of

Regression Standardized:

JURNAL PARAMETER VOLUME 2,NO.001TB JULI 2017 ISSN 1979-8865

67

Pada gambar 4.2 histrogram

juga menunjukan adanya normalitas

dalam penelitian ini. melihat hal

tersebut maka dapat disimpulkan

penelitian ini memenuhi uji

normalitas.

4.5 Uji Asumsi Klasik

4.5.1 Uji Heteroskedassitas

Uji Heteroskedassitas bertujuan

untuk menguji apakah dalam suatu

model regresi terdapat persamaan atau

perbedaan varian yang dapat dilihat

dari grafik plot. Deteksi ada atau

tidaknya heteroskedassitas dapat

dilakukan dengan melihat ada tidaknya

pola tertentu pada grafik scatterplot

antara SRESIS da ZPRED, residual (Y

prediksi- Y sesungguhnya) yang telah

di -studenttized

Jika plot membentuk pola

tertentu (bergelombang, melebar,

kemudian menyempit) maka

mengindikasikan telah terjadi

heteroskedassitas. Jika plot tidak

membentuk pola tertentu, seperti titik-

titik menyebar di atas dan bawah angka

0 pada sumbu Y maka

mengindikasikan telah terjadi

homokedastisitas. Model regresi yang

baik adalah plot yang mengindikasikan

homokedastisitas atau tidak terjadi

heteroskedassitas. (Ghozali,2001:105).

Hasil Uji Heteroskedassitas pada

penelitian ini dapat dilihat pada gambar

4.3 sebagai berikut

:

Gambar 4.3 Hasil Uji Heteroskedassitas

Pada gamar 4.3. menunjukan tidak

terjadi pola tertentu yang teratur

seperti bergelombang, melebar, dll.

Sesuai dengan pedoman uji

heteroskedassitas, maka dalam

penelitian ini tidak terjadi

heteroskedassitas atau disebut

homokedastisitas. Hal ini dibuktikan

dengan grafik plot diatas yang tidak

membentuk pola tertentu yang teratur

sehingga penelitian ini layak

dilakukan pengujian lebih lanjut.

4.5.2 Uji Multikolinearitas

Uji Multikolinearitas

digunakan untuk mengetahui apakah

ada hubungan atau korelasi diantara

variabel independen. Dalam penelitian

ini uji multikolinearitas digunakan

untuk menguji apakah ada korelasi

JURNAL PARAMETER VOLUME 2,NO.001TB JULI 2017 ISSN 1979-8865

68

atau hubungan antara promosi

penjualan terhadap keputusan

pembelian. Model regresi yang baik

seharusnya tidak terjadi korelasi pada

variabel independen. Jika variabel

independen berkorelasi, maka variabel

ini tidak orthogonal, variabel

orthogonal, adalah variabel

independen yang mamiliki nilai

korelasi sama dengan nol.

Multikolinearitas dapat dilihat dari

nilai toleran dan lawannya VIF. Nilai

cut off yang umum dipakai untuk

menunjukan adanya nilai

multikolinearitas adalah nilai toleran <

0,10 atau sama dengan VIF > 10

(Ghozali, 2001:91)

Tabel 4.12

Hasil Uji Multikolinearitas

Coefficientsa

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) 30.207 3.820 7.908 .000

PROMOSI .094 .098 .096 .952 .343 1.000 1.000

a. Dependent Variable: KEPUTUSAN

Sumber: Data Primer yang diolah 2017

Pada tabel 4.12 terlihat nilai

tolerance untuk tiap variabel sebesar

1.000 sedangkan nilai VIF untuk

masing-masing 1.000. Berdasarkan

pedoman terhadap uji multikolinieritas

nilai tolerance > 0,1 dan nilai VIF < 10

maka terlihat bahwa tidak terjadi

korelasi variabel promosi penjualan

atau tidak terjadi multikolinieritas

dalam model regresi ini.

4.6 Uji Regresi Linieritas Sederhana

Uji regresi linier sederhana

digunakan untuk mengetahui

pengaruh atau promosi penjualan

terhadap keputusan pembelian pada

produk mie sedaap.

Berikut adalah hasil

pengolahan data uji regresi linier

sederhana dengan menggunakan

program SPSS versi 17:

Hasil pengujian pengaruh

variabel promosi penjualan terhadap

keputusan pembelian dengan

menggunakan rumus uji regresi

sederhana

Y= a + bX disajikan dalam

table sebagai berikut:

JURNAL PARAMETER VOLUME 2,NO.001TB JULI 2017 ISSN 1979-8865

69

Tabel 4.13

Hasil Uji Regresi Linier Berganda

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) 30.207 3.820 7.908 .000

PROMOSI .094 .098 .096 .952 .343

a. Dependent Variable: KEPUTUSAN

Dari tabel diatas diperoleh

persamaan regresi sebagai berikut;

Y = 30.207+0,094

Berdasarkan tabel 4.13

tersebut diatas terdapat nilai

1. Konstanta sebesar 0,30.207

menunjukkan bahwa jika variabel

independen promosi penjualan

dalam keadaan konstan (tetap)

maka keputusan pembelian sebesar

1% maka nilai (Y) keputusan

pembelian sebesar 0,30.207%,

semakin baik perusahaan

melakukan promosi penjualan

maka akan semakin baik terhadap

konsumen dalam keputusan

pembelian

2. Koefisien regresi variabel promosi

penjualan (X) sebesar 0,094 berarti

akan mengalami peningkatan

sebesar 0,094%

4.7 Uji Hipotesis

4.7.1 Uji t (T – test)

Uji t digunakan untuk menguji

apakah variabel independen (variable

bebas) berengaruh terahadap variabel

dependen (variable terikat). Pada

penelitian hipotesis 1 dan hipotesis 2

diuji dengan menggunakan uji t. pada

uji t dilakukan dengan cara

berdasarkan nilai probabilitas. Jika

nilai signifikan lebih kecil dari 0,05

atau 5% maka hipotesis yang diajukan

diterima atau dikatakan signifikan.

Sedangkan jika nilai signifikan lebih

besar dari 0,05 atau 5% maka

hipotesis yang diajukan ditolak atau

dikatakan tidak signifikan. Hasil uji t

pada penelitian ini dapat dilihat pada

tabel 4.14 berikut ini.

Tabel 4. 14

Hasil Uji t

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) 30.207 3.820 7.908 .000

PROMOSI .094 .098 .096 .952 .343

a. Dependent Variable: KEPUTUSAN

Berdasarkan tabel 4.14

Hasil uji t (hipotesis) yang

ditunjukkan pada tabel 4.17, promosi

penjualan mempunyai tingkat

JURNAL PARAMETER VOLUME 2,NO.001TB JULI 2017 ISSN 1979-8865

70

signifikasi sebesar 0.343 dan nilai t

hitung sebesar 0,952 > ttabel sebesar

0,05. Hal ini berarti Ha di tolak

sehingga dapat dikatakan bahwa

promosi penjualan berpengaruh

signifikan terhadap keputusan

pembelian, hal ini dibuktikan bahwa

ttabel lebih besar dari thitung

(0.952>0,05) dan nilai thitung > ttabel ( 0,

7.908 > 0,05).

4.7.2 Uji F (F – test)

Uji F digunakan untuk menguji

pengaruh variabel bebas terhadap

variabel terikat secara bersama–sama.

Untuk mendapatkan informasi tentang

adanya pengaruh secara menyeluruh

dari variabel bebas terhadap variabel

terikat dengan jalan membandingkan F

hitung dengan F tabel. Jika nilai

signifikan lebih kecil dari 0,05 maka

Ho ditolak, artinya ada pengaruh yang

signifikan dari variabel bebas

(independen) terhadap variabel terikat

(dependen). Sedangkan jika nilai

signifikan lebih besar dari 0,05 maka

Ho diterima, artinya tidak ada

pengaruh yang signifikan dari variabel

independen terhadap variabel

dependen. Hasil uji F pada penelitian

ini dapat dilihat pada tabel 4.18 berikut

ini.

Tabel 4.16

Hasil Uji Statistik

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 3.534 1 3.534 .907 .343a

Residual 381.906 98 3.897

Total 385.440 99

a. Predictors: (Constant), PROMOSI

b. Dependent Variable: KEPUTUSAN

Berdasarkan tabel 4.16 dapat dilihat

bahwa hasil uji F menunjukan bahwa

nilai F hitung sebesar 0,907 dari nilai

taraf signifikansi 0,343 lebih besar

dari 0,05 (dalam hal ini taraf

signifikasi sebesar 5%). Dengan

demikian maka dapat disimpulkan

bahwa alternatif hipotesis (Hα) yang

berbunyi “Terdapat pengaruh promosi

penjualan terhadap keputusan

pembelian.

4.7.3 Hasil Uji Koefisien

Determinasi (R2)

Koefisien determinasi adalah

kadar kontribusi variabel bebas

terhadap variabel terikat (r2, R2).

Koefisien determinasi dilambangkan

dengan nilai r2. Misalkan nilai r2 =

96%, maka nilai variabel dependen

yang dapat diterangkan oleh variabel

independen adalah sebesar 96%

sedangkan 4% sisanya diterangkan

oleh galat (error) atau pengaruh

JURNAL PARAMETER VOLUME 2,NO.001TB JULI 2017 ISSN 1979-8865

71

variabel lain. Hasil uji koefisien

determinasi dapat dilihat pada kolom

adjusted R square, yang ditampilkan

pada tabel berikut:

Tabel 4.17

Hasil Uji Analisis Regresi Determinasi (R2)

Model Summaryb

Model R

R

Square

Adjusted R

Square

Std. Error of the

Estimate

Change Statistics

Durbin-

Watson

R Square

Change

F

Change df1 df2

Sig. F

Change

1 .096a .009 .000 1.97408 .009 .907 1 98 .343 1.837

a. Predictors: (Constant), PROMOSI

b. Dependent Variable: KEPUTUSAN

Berdasarkan tabel diatas dapat

dilihat bahwa nilai koefisien R2 (R

Square) yang dihasilkan oleh variabel

independen sebesar 0,009. Hal ini

menunjukan bahwa presentase

pengaruh variable bebas promosi

penjualan terhadap variable terikat

keputusan pembelian sebesar 9%.

Sedangkan sisanya dipengaruhi oleh

variabel lain yang tidak dimasukan

dalam model penelitian ini.

Standar error of the estimate

adalah suatu ukuran banyaknya

kesalahan model regresi dalam

memprediksi nilai Y. dari hasil regresi

diatas dapat nilai 1.97408, hal ini

berarti keputusan pembelian yaitu

1.97408. Dengan ketentuan satuan

yang dipakai adalah variabel

dependen laba perusahaan. Semakin

kecil nilai SEE akan membuat model

regresi semakin tepat dalam

memprediksi variabel dependen.

4.6 Pembahasan

Pengaruh promosi penjualan

terhadap keputusan pembelian.

Berdasarkan analisa data dapat

diketahui bahwa hasil penelitian

terdapat pengaruh promosi penjualan

terhadap keputusan pembelian. Hasil

Uji linearitas pengaruh promosi

penjualan terhadap keputusan

pembelian terdapat nilai signifikansi

sebesar 0.343. lebih besar dari 0,05

maka terdapat hubungan linier. Hasil

Uji t bahwa promosi penjualan

mempunyai tingkat signifikasi sebesar

0.343 dan nilai t hitung sebesar 0,952 >

ttabel sebesar 0,05. Hal ini berarti Ha di

tolak sehingga dapat dikatakan bahwa

promosi penjualan berpengaruh

signifikan terhadap keputusan

pembelian, hal ini dibuktikan bahwa

ttabel lebih besar dari thitung

(0.952>0,05) dan nilai thitung > ttabel ( 0,

7.908 > 0,05). Hasil Uji f terdapat nilai

Fhitung sebesar 0,907 dari nilai taraf

signifikansi 0,343 lebih besar dari 0,05

(0,343>0,05) dengan demikian maka

terdapat pengaruh yang positif dan

signifikan antara promosi penjualan

terhadap keputusan pembelian.

Promosi merupakan salah satu bentuk

khusus komunikasi untuk memenuhi

fungsi pemasaran. Promosi penjualan

JURNAL PARAMETER VOLUME 2,NO.001TB JULI 2017 ISSN 1979-8865

72

akan membawa dan mengarahkan

konsumen untuk membeli produk mie

sedaap yang telah dirancang oleh

produsen. Promosi penjualan yang baik

akan mampu menarik perhatian

konsumen agar tertarik untuk membeli

produk, serta mampu memberikan

respon pembeli yang kuat. Pada

umumnya sebelum konsumen

melakukan keputusan pembelian

konsumen biasanya mengumpulkan

informasi melalui sumber-sumber

informasi seperti Koran, majalah,

browsing, radio, tevisi, dari mulut ke

mulut dan sumber informasi lainnya.

Informasi tersebut digunakan untuk

menentukan pilihan akhir atau

keputusan beli konsumen. Dari 100

konsumen mie sedaap yang menjadi

responden dalam penelitian ini

sebanyak 58 konsumen (58%) menilai

bahwa kegiatan promosi penjualan

yang dilakukan perusahaan baik dan 8

konsumen (8%) menilai sangat baik.

Dalam penelitian ini di temukan bahwa

ada pengaruh positif kegiatan promosi

penjualan terhadap keputusan

pembelian produk mie sedaap. Hal ini

menunjukan bahwa promosi penjualan

yang dilakukan perusahaan untuk

memperkenalkan produknya kepada

konsumen mampu menarik perhatian

masyarakat dan memberikan respon

konsumen berupa keputusan

pembelian. Artinya promosi penjualan

yang dilakukan perusahaan dalam

memasarkan produk mie sedaap dapat

menarik perhatian masyarakat dan

mampu menciptakan keputusan

pembelian.

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan analisa dan

pembahsan tentang pengaruh promosi

penjualan terhadap keputusan

pembelian produk mie sedaap pada

PT. Prakarsa Alam Segar yang

beralamat di Jalan Raya Kaliabang

Bungur RT. 001 RW. 001 Kelurahan

Pejuang, Kecamatan Medan Satria

Kota Bekasi Jawa Barat dapat

disimpulkan bahwa Promosi

penjualan yang dilakukan perusahaan

menimbulkan daya tarik konsumen,

kualitas penyampaian pesan dan

kualitas penayangan iklan

berpengaruh positif terhadap

keputusan pembelian produk mie

sedaap. Presentase pengaruh variable

bebas promosi penjualan terhadap

variable terikat keputusan pembelian

sebesar 9%. Sedangkan sisanya 91%

dipengaruhi oleh faktor lain yang

tidak termasuk dalam penelitian ini

5.2 Saran

Menimbang bahwa sehubungan

dengan hasil penelitian yang dilakukan

oleh peneliti terdapat pengaruh

promosi penjualan terhadap keputusan

pembelian sebesar 9% maka seyogyanya

promosi penjualan mie sedaap PT.

Prakarsa Alam Segar lebih

ditingkatkan terutama dilingkungan

anak-anak kos, lingkungan pabrik dan

JURNAL PARAMETER VOLUME 2,NO.001TB JULI 2017 ISSN 1979-8865

73

para usaha kecil baik diperkotaan

maupun di daerah-daerah yang masih

sulit dijangkau agar tetap menarik

perhatian konsumen sehingga

konsumen akan mengkonsumsinya.

DAFTAR PUSTAKA

Cooper,Emony, 2006:214). Analyzing

the Effects of Sales Promotion

and Advertising on Consumer’s

Purchase Behavior. University

of Engineering and

Technology, Rajshahi 6204,

Bangladesh

Ferdinand, Agusty, 2006. Metodologi

Penelitian Manajemen. Semarang :

CV Indoprint

Fandy Tjiptono. 2008. Strategi

Pemasaran (3thed). Yogyakarta :

ANDI

Freddy Rangkuti. (2009). Mengukur

Efektivitas Program Promosi &

Analisis Kasus Menggunakan

SPSS. Jakarta: Gramedia

Pustaka Utama.

Ghozali, 2011. Aplikasi Analisis

Multivariate Dengan Programn

SPSS. Edisi Keempat.

Semarang: Penerbit Universitas

Diponegoro.

Gujarati, Ghozali, Imam. 2011.

Analisis Multivariate Lanjutan

Dengan SPSS. Edisi

I.Semarang: BP UNDIP

Hermawan, 2012. Pengaruh Faktor

Internal Konsumen dan Kinerja

Bauran Pemasaran Terhadap

Keputusan Pembelian Produk

Teh Dalam Kemasan Oleh

Konsumen Rumah Tangga di

Jawa Barat, Tesis Magister

Manajemen Universitas

Pajajaran

Indriantoro, Nur dan Bambang

Supomo. 2002. Metodologi

Penelitian Bisnis: Edisi

Pertama. Yogyakarta; BPFE-

Yogyakarta.

Indriantoro dan Supomo, 2008:7).

Indriantoro, Nur, dkk. 2007.

Metodologi Penelitian Bisnis

Untuk Akuntan Manajemen,

edisi pertama, Yogyakarta.

BPFE.

Kasmir dan Jakfar, 2012, Faktor-

Faktor Yang Memotivasi

Konsumen Dalam Melakukan

Pembelian Indomie Pada

Masyarakat Kelurahan

Sumbersari Kecamatan

Lowokwaru Kodya Malang,

Tesis Magister Manajemen

Universitas Brawijaya Malang

Morissan, 2010. “Periklanan dan

Komunikasi Pemasaran

Terpadu”. Jakarta : Ramdina

Prakarsa

Philip Kotler dan Gary Armstrong

(2008:63), Kotler Philip &

Amstrong 2008, Prinsip-

Prinsip Pemasaran jilid 1

Jakarta Erlangga.

Rambat Lupiyoadi (2001:108), ukses

Wings Menggempur Pasar,

Artikel SWA 07/XX/I, 14 April

2004

Kinner dalam Umar (2004) It’s

Customer Loyalty

Stupid:Nuturing and Measuring

What Really Matters”, National

Productivity Review, Summer.

Kotler (2009:205), Kotler, Philip and

Kevin Lane Keller 2008.

Marketing Management, twelth

edition, New Jersey; Pearson

Education, Inc

Purnama (2009:23 Analisa Tingkat

Kepuasan Konsumen Terhadap

Mi Instan (Studi Kasus Mi Instan

“Indomie pada mahasiswa di

Kota Malang, Tesis Magister

Manajemen Universitas airlangga

Rangkuti Freddy, 2009, Strategi

Promosi Yang Kreatif, edisi

JURNAL PARAMETER VOLUME 2,NO.001TB JULI 2017 ISSN 1979-8865

74

pertama, cetakan pertama.

Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Tjiptono Fandy. 2008. Prinsip &

Dinamika Pemasaran. Edisi

Pertama. J & J Learning,

Yogyakarta.

Tjiptono dan Chandra,2012, prinsip

prinsip total quality service,edisi

kedua, penerbit andi, yogyakarta.

Machfoedz, 2010:31). Pemasaran

Strategi. Jilid 1-2 (Edisi Terjemahan).

Jakarta : Erlangga.

Djarwanto. 1995. Statistik Non

Parametrik. Bandung. Alumni

Malhotra, Naresh K. 2010. Riset

Pemasaran Edisi Keempat Jilid2.

Terjemahan Oleh Soleh Rusyadi

Maryam. Jakarta : Pt. Indeks

Nazir Mohammad., 1999, Metode

Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Singgih Santoso 2011. Buku Latihan

SPSS Statistik Parametrik, Elex

Media Komputindo, Jakarta,

2006

Setiadi, Nugroho. 2008,. Perilaku

Konsumen Konsep dan Implikasi

untuk Strategi dan Penelitian

Pemasaran. Jakarta : Kencana

Prenada Group

Shimp T. A, 2004,. Periklanan

Promosi: Aspek Tambahan

Komunikasi Pemasaran

Terpadu. (5 ed., Vol 2). Jakarta:

Erlangga.

Shimp, Terence A. 2000. Periklanan

Promosi. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Sumarwan, Ujang. 2006 ,. Perilaku

Konsumen. Bogor: Ghalia

Indonesia.

Sugiyono, 2011. Metode Penelitian

Bisnis. Bandung : CV. Alfabeta.

Sutisna dalam Dewi, 2013. Perilaku

Konsumen dan Komunikasi

Pemasaran. Bandung : PT.

Remaja Rodaskaya.

Sutisna dan Sunyoto 2013, Pemasaran

Perilaku Konsumen Dan

Komunikasi, Bandung :

PT.Remaja ROSDAKARY

Swastha, Basu dan T Hani Handoko,

2010. Manajemen Pemasaran :

Analisa Perilaku Konsumen.

Yogyakarta ; UGM.

JURNAL PARAMETER VOLUME 2,NO.001TB JULI 2017 ISSN 1979-8865

75

PENGARUH KENAIKAN NILAI JUAL OBJEK PAJAK (NJOP) TERHADAP

TINGKAT PAJAK BUMI DAN BANGUNAN

DI KOTA BEKASI.

Edison Hamid

Dosen Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Tribuana

Email: [email protected]

ABSTRACK

The results of research indicate that one of the taxes that constitute state

revenue is the Land and Building Tax (PBB) imposed on those who benefit from the

earth and the building of natural wealth fiber contained therein. The basis for the

imposition of the United Nations for every earth and building in general based on the

Value of the Object of Tax (NJOP) where NJOP is an indication of the sale value of

land and buildings owned by the taxpayer. The effect of the NJOP Increase on the

Land and Building Tax rate is dependent on the area and the selling value / m2 of the

land and the building itself. Each year the increase in NJOP of a region increases due

to rapid development, population growth, and the conditions of the tax object. With

the increase of NJOP, the amount of PBB owed will increase so that the UN rate also

increased by 30% - 46% from the previous NJOP, so the community becomes

burdened with the increase.

Keywords: Increase in Value of Object of Tax (NJOP), Land and Building Tax (PBB),

ABSTRAK

Hasil penelitian menunjukan bahwa salah satu pajak yang merupakan

penerimaan negara adalah Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) yang dikenakan pada

mereka yang mendapatkan manfaat dari bumi dan bangunan serat kekayaan alam yang

terkandung didalamnya. Dasar pengenaan PBB untuk setiap bumi dan bangunan

secara umum berdasarkan Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) dimana NJOP adalah

indikasi nilai jual tanah dan bangunan yang dimiliki oleh wajib pajak. Pengaruh

Kenaikan NJOP terhadap tingkat Pajak Bumi dan Bangunan, adalah tergantung pada

luas dan nilai jual/m2 tanah serta bangunan itu sendiri. Setiap tahun kenaikan NJOP

suatu daerah meningkat yang disebabkan oleh perkembangan yang pesat, pertambahan

jumlah penduduk, dan kondisi dari objek pajak. Dengan naiknya NJOP maka besarnya

PBB yang terutang akan bertambah besar sehingga tingkat PBB juga meningkat

sebesar 30% - 46% dari NJOP sebelumnya, sehingga masyarakat menjadi terbebani

dengan kenaikan tersebut.

Kata Kunci: Kenaikan Nilai Jual Objek Pajak (NJOP), Tingkat Pajak Bumi Dan

Bangunan (PBB),

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pajak merupakan suatu

fenomena yang menarik dalam

kehidupan masyarakat dan negara.

Indonesia adalah salah satu negara

yang dikategorikan sebagai Negara

yang berkembang di dunia. Hal ini

dapat dilihat dari beberapa sisi,

diantaranya pembangunan.

JURNAL PARAMETER VOLUME 2,NO.001TB JULI 2017 ISSN 1979-8865

76

Pembangunan ini bisa berupa

pembangunan fisik dan pembangunan

non fisik. Dimana setiap pembangunan

yang dilakukan pemerintah tidak

terlepas dari dana yang dimiliki oleh

setiap negara ataupun daerah.

Pembiayaan pembangunan ini

direalisasikan ke dalam Anggaran

Pendapatan dan Belanja Negara

(APBN). Pendapatan dalam negeri

dalam struktur APBN terdiri atas

penerimaan pajak, dan PNBP, serta

penerimaan hibah. Penerimaan bukan

pajak contohnya seperti pemanfaatan

sumber daya alam (migas), pelayanan

oleh pemerintah, pengelolaan kekayaan

negara, dan lain-lain yang perolehan

dan sifatnya tidak stabil serta terbatas

sehingga tidak bisa menjadi

penerimaan utama oleh negara. Hal ini

berbeda dengan pajak bumi dan

bangunan, sumber penerimaan ini

mempunyai umur yang tidak terbatas.

Pajak bumi dan bangunan

objeknya meliputi seluruh bumi (tanah)

dan bangunan yang berada dalam

wilayah negara Indonesia. Dimana

PBB merupakan pajak yang

menggunakan sistem yang cukup

memudahkan Wajib Pajak, tidak

seperti pajak lainnya yang secara

umum menggunakan Self Assessment

System. PBB merupakan pajak dengan

sistem pemungutan Official Assessment

System. Sistem dimana pihak fiskus

dalam hal ini Pemerintah Daerah, harus

lebih pro aktif dalam melakukan

perhitungan serta menetapkan pajak

yang terutang dan

mendistribusikannya.

Dasar penetapan untuk

menghitung besarnya pajak bumi dan

bangunan adalah Nilai Jual Objek

Pajak (NJOP). Peran NJOP sangat

penting dalam perhitungan PBB

terutang yang ke depan akan menjadi

kewajiban oleh wajib pajak untuk

membayarnya. Penetapan NJOP sendiri

didasarkan atas penilaian lahan dan

atau properti/bangunan yang dilakukan

oleh pihak Pemerintah Daerah. NJOP

ditentukan berdasarkan harga rata-rata

dari transaksi jual beli, maka dalam

pelaksanaan pengenaan Pajak Bumi

dan Bangunan di lapangan dapat saja

NJOP lebih tinggi atau lebih rendah

dari transaksi jual beli yang dilakukan

masyarakat. Hal ini tentu sangat

berpengaruh besar terhadap

penerimaan PBB itu sendiri, karena

jika NJOP setiap tahun naik, maka

penerimaan PBB juga akan mengalami

peningkatan dan sebaliknya jika NJOP

menurun, maka penerimaan PBB juga

akan mengalami penurunan.

Daerah yang mengalami

perkembangan yang pesat dengan

munculnya pusat bisnis, perumahan

dan hotel memberikan implikasi dan

konsekuensi pada tuntutan akan

tersedianya tanah dan bangunan. Hal

ini akan mengakibatkan

meningkatknya harga tanah dan

bangunan pada daerah tersebut.

Demikinan pula lokasi objek pajak

yang strategis dengan pemanfaatan

untuk menghasilkan nilai ekonomis

JURNAL PARAMETER VOLUME 2,NO.001TB JULI 2017 ISSN 1979-8865

77

dapat berpengaruh terhadap

peningkatan harga jual atau harga pasar

dari objek pajak tersebut. Sehingga

akan berpengaruh terhadap nilai jual

objek pajak (NJOP) yang menjadi

dasar pengenaan PBB. Daerah yang

menjadi objek penelitian ini adalah

Kota Bekasi, yang memiliki potensi

dan berkontribusi besar terhadap

penerimaan PBB. Dilihat dari letak

atau posisi tanah dan bangunan serta

luasnya yang ada, dan sebagian

penduduk yang melakukan kegiatan-

kegiatan yang menghasilkan nilai

perekonomian, menjadikan NJOP

mengalami kenaikan dan hal ini

menyebabkan adanya tingkat PBB juga

bervariasi.

Penerimaan pajak merupakan

pemasukan dana yang paling potensial

bagi negara karena pajak seiring

dengan struktur dan kualitas penduduk,

perekonomian, stabilitas sosial

ekonomi dan politik. Pajak merupakan

salah satu sumber penerimaan negara

yang paling penting selain sumber

penerimaan lainnya. Pajak mempunyai

dua fungsi utama yaitu fungsi

budgetair yang digunakan untuk

membiayai pengeluaran-pengeluaran

pemerintah dan fungsi regulerend

yang digunakan untuk mengatur

kebijakan pemerintah dalam bidang

sosial dan ekonomi. Hal ini menjadikan

pajak sebagai sumber utama

penerimaan negara dalam menunjang

kegiatan perekonomian, menggerakkan

roda pemerintahan, dan penyedia

fasilitas umum bagi masyarakat.

Berdasarkan Peraturan Daerah

No.02 Tahun 2012 Tentang Pajak

Bumi dan Bangunan Perdesaan dan

Perkotaan (P-2) adalah pajak atas bumi

dan/atau bangunan yang dimiliki,

dikuasai, dan/atau dimanfaatkan oleh

orang pribadi atau badan, kecuali

kawasan yang digunakan untuk

kegiatan usaha perkebunan,

perhutanan, dan pertambangan. Bumi

dan bangunan merupakan dua obyek

dari PBB, yaitu bumi yang dapat

didefinisikan sebagai permukaan bumi

yang berupa tanah dan perairan serta

segala sesuatu yang dibawahnya,

sedangkan bangunan adalah konstruksi

teknik yang ditanamkan atau

dilekatkan secara tetap pada tanah dan

perairan di wilayah negara Indonesia.

PBB mempunyai sifat kebendaan, yaitu

besarnya pajak ditentukan oleh

keadaan obyek yaitu bumi/tanah dan

bangunan, misalnya berupa sawah,

ladang, kebun, pekarangan dan

pertambangan serta ditentukan dari

nilai kualitas dan kuantitas dari

bangunan yang berdiri di atas tanah.

Dinas Pendapatan Daerah

(Dispenda) Kota Bekasi merupakan

satuan kerja perangkat daerah yang

mengelola pendapatan daerah di Kota

Bekasi. Adapun jenis pajak daerah

yang dikelola oleh Dispenda Kota

Bekasi adalah; pajak restoran, pajak

hotel, pajak hiburan, pajak air tanah,

pajak parkir, pajak penerangan jalan,

PBB, BPHTB. Sehubungan dengan hal

tersebut, Keputusan Walikota Bekasi

No.973.7/Kep.390-Dispenda/VII/2013

JURNAL PARAMETER VOLUME 2,NO.001TB JULI 2017 ISSN 1979-8865

78

Tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan

Pengelolaan Pajak Bumi dan Bangunan

Pedesaan dan Perkotaan Kota Bekasi.

Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)

merupakan salah satu jenis pajak yang

mempunyai kontribusi yang signifikan

dalam penerimaan APBD Pemerintah

Kota Bekasi serta memiliki titik sentuh

yang tinggi kepada masyarakat. Hal ini

mengindikasikan bahwa terdapat

potensi besar dalam penerimaan pajak

ini sehingga memerlukan pengelolaan

yang profesional.

Adapun dasar penetapan untuk

menghitung besarnya pajak bumi dan

bangunan adalah nilai jual objek pajak

(NJOP). Hal tersebut dijelaskan dalam

Keputusan Walikota Bekasi No.

973.7/Kep.01-Dispenda/I/2015

Tentang Klasifikasi dan Besarnya Nilai

Jual Objek Pajak Bumi dan Bangunan

Pedesaan dan Perkotaan Untuk

Wilayah Kota Bekasi Tahun 2015.

Nilai Jual Objek Pajak adalah harga

rata-rata yang diperoleh dari transaksi

jual beli yang terjadi secara wajar.

Penetapan nilai jual objek pajak

(NJOP) sendiri didasarkan pada

penilaian properti yang dilakukan oleh

pihak Pemerintah Daerah Kota Bekasi

melalui Dinas Pendapatan Daerah Kota

Bekasi. Penentuan nilai jual objek

pajak (NJOP) menjadi sangat penting

karena besarnya kewajiban yang harus

dibayar oleh wajib pajak berdasarkan

dari ketetapan nilai jual objek pajak

(NJOP) sehingga nilai jual objek pajak

(NJOP) mempunyai peranan penting

dalam hal penerimaan pendapatan asli

daerah (PAD) dan APBD Kota Bekasi.

Dalam SPPT, dasar penetapan NJOP

sangat tergantung pada luas lahan dan

luas bangunan. Semakin besar luas

lahan maka NJOP semakin tinggi

sehingga penerimaan PBB juga

semakin meningkat. Namun dengan

adanya peningkatan jumlah luas lahan

yang digunakan, akan menyebabkan

penerimaan PBB akan mengalami

kenaikan.

Berdasarkan latar belakang

masalah yang telah dikemukakan di

atas, maka dipandang cukup penting

untuk mengadakan penelitian tentang:

Pengaruh Kenaikan Nilai Jual Objek

Pajak (NJOP) terhadap Tingkat Pajak

Bumi dan Bangunan di kota Bekasi.

1.2 Batasan Masalah

Agar penelitian yang dilakukan

tidak melebar dan terarah, maka

penelitian ini dibatasi hanya meneliti

Pengaruh Kenaikan Nilai Jual Objek

Pajak terhadap Tingkat Pajak Bumi

dan Bangunan Kota Bekasi.

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang

masalah tersebut diatas maka dapat di

rumuskan sebagai berikut:

Apakah Kenaikan Nilai Jual Objek

Pajak (NJOP) berpengaruh terhadap

Tingkat Pajak Bumi Bumi dan

Bangunan Kota Bekasi

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah:

untuk mengetahui Apakah Kenaikan

Nilai Jual Objek Pajak (NJOP)

berpengaruh terhadap Tingkat Pajak

Bumi dan Bangunan Kota Bekasi

JURNAL PARAMETER VOLUME 2,NO.001TB JULI 2017 ISSN 1979-8865

79

1.5 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat

bermanfaat bagi berbagai pihak , antara

lain:

Bagi Dinas Pendapatan Daerah

Pemerintah Kota Bekasi, Penelitian

ini diharapkan dapat bermanfaat

sebagai bahan referensi perihal

Kenaikan Nilai Jual Objek Pajak

terhadap Tingkat Pajak Bumi dan

Bangunan

Bagi akademik

Hasil penelitian ini diharapkan dapat

bermanfaat dan dapat digunakan

sebagai bahan literatur untuk

menambah wawasan terhadap

pengembangan teori perpajakan.

Bagi penulis

Penelitian ini dapat berguna untuk

menambah wawasan penulis terutama

dalam bidang perpajakan. dan referensi

untuk menambah wawasan maupun

untuk pengembangan penelitian

selanjutnya

Bagi Pembaca dan Peneliti lain

Dapat memberikan tambahan wawasan

dan pengetahuan lebih luas tentang

kenaikan NJOP dan tingkat pajak bumi

dan bangunan (PBB) pada penelitian

yang lebih luas.

Bagi perguruan tinggi

Penelitian ini diharapkan dapat

menambah referensi bagi perguruan

tinggi khususnya bagi mahasiswa

jurusan akuntansi. Bagi perpustakaan

penelitian ini diharapkan dapat

menambah referensi bacaan.

LANDASAN TEORI

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Pengertian Kenaikan Nilai Jual

Objek Pajak

2.1.1.1 Pengertian Pajak

Menurut MJH Smeets (2005: 02)

:”Pengertian pajak adalah prestasi

kepada pemerintah yang terhutang

melalui norma - norma umum dan yang

dapat dipaksakannya, tanpa ada

kontraprestasi yang dapat di tunjukkan

dalam hal individual, dimaksudkan

untuk membiayai pengeluaran

Pemerintah. Sedangkan Menurut

Sommerfeld (dalam Abut, 2005: 1-2)

“pajak adalah suatu pengalihan sumber

dari sektor swasta ke sektor

pemerintah, bukan akibat pelanggaran

hukum, namun wajib dilaksanakan

berdasarkan ketentuan yang ditetapkan

lebih dahulu, tanpa mendapat imbalan

yang langsung dan proporsional, agar

pemerintah dapat melaksanakan tugas-

tugasnya untuk menjalankan

pemerintahan”.

Dari definisi tersebut dapat

disimpulkan bahwa pajak adalah iuran

wajib yang diberikan kepada Negara

sebagai salah satu peran masyarakat

untuk pembangunan berdasarkan

Undang-undang yang dalam

pembayaranya dapat dipaksakan.

2.1.1.2 Pengertian fungsi pajak

Secara umum fungsi pajak

adalah untuk mengisi kas Negara

dalam rangka menjalankan

pemerintahan atau salah satu sumber

penerimaan Negara yang

hasilnya akan digunakan untuk

kepentingan rakyat. Selain itu pajak

JURNAL PARAMETER VOLUME 2,NO.001TB JULI 2017 ISSN 1979-8865

80

juga mempunyai fungsi lain yang

secara garis besar dapat dibagi dua

(Mardiasmo, 2002, Revisi), yaitu: a.

Fungsi Budgetair atau penerimaan

(Revenue yielder), yaitu pemungutan

pajak berdasarkan dengan tujuan untuk

memenuhi apa yang diperlukan oleh

Negara, dimana pajak digunakan

sebagai alat untuk memasukkan uang

ke kas Negara (APBN) dan digunakan

sebagai dana pembiayaan pengeluaran

Negara. b. Fungsi Reguler atau

mengatur (Economic tool), yaitu

pemungutan pajak didasarkan dengan

memperhatikan keadaan sosial

ekonomi dalam masyarakat, dalam

hal ini pajak digunakan sebagai sarana

untuk manunjang pelaksanaan

kebijakan negara dalam lapangan

ekonomi, sosial atau menentukan

politik perekonomian dengan sasaran

untuk mencapai tujuan yang letaknya

diluar bidang keuangan.

2.1.1.3 Jenis-Jenis Pajak

Mardiasmo (2003:5)

menyatakan bahwa Pajak dapat

dikelompokan sebagai berikut:

Menurut golongan. Jenis-jenis pajak

menurut golongannya dapat dibagi

menjadi dua, yaitu: a) Pajak langsung,

adalah pajak yang bebannya harus

dipikul sendiri oleh wajib pajak dan

tidak dapat dilimpahkan kepada orang

lain serta dikenakan secara berulang-

ulang pada waktu tertentu, misalnya

pajak penghasilan. b) Pajak tidak

langsung, adalah pajak yang bebannya

dapat dilimpahkan kepada orang lain

(konsumen) dan hanya dikenakan pada

hal-hal tertentu atau peristiwa-

peristiwa tertentu saja, misalnya pajak

pertambahan nilai. Menurut sifat.

Jenis-jenis pajak menurut sifatnya

dibagi menjadi dua, yaitu: a) Pajak

Subjektif, adalah pajak yang

berpangkal atau berdasarkan pada

subyeknya, dalam arti memperhatikan

keadaan diri Wajib Pajak, contohnya

pajak pendapatan (PPh). b) Pajak

objektif, yaitu jenis pajak yang

dikenakan dengan hanya

memperhatikan objeknya saja, tanpa

memperhatikan keadaan diri wajib

Pajak, contohnya pajak pertambahan

nilai (PPN). Menurut lembaga

pemungut. Jenis-jenis pajak menurut

lembaga pemungutnya dapat dibagi

menjadi dua yaitu: a) Pajak pusat, yaitu

pajak yang dipungut oleh pemerintah

pusat yang digunakan untuk

membiayai rumah tangga negara.

Contohnya adalah pajak penghasilan

(PPh), pajak pertambahan nilai (PPN).

b) Pajak daerah, yaitu pajak yang

dipungut oleh pemerintah daerah dan

digunakan untuk membiayai rumah

tangga daerah. Contohnya pajak

kendaraan bermotor, pajak hotel, pajak

restoran, pajak hiburan,

pajakpenerangan jalan, dan lain-lain.

2.1.1.5. Syarat Pemungutan Pajak

Menurut Mardiasmo (2003: 2)

agar pemungutan pajak tidak

menimbulkan hambatan atau

perlawanan, maka pemungutan pajak

harus memenuhi syarat sebagai berikut:

1) Pemungutan pajak harus adil (syarat

keadilan),

JURNAL PARAMETER VOLUME 2,NO.001TB JULI 2017 ISSN 1979-8865

81

Sesuai dengan tujuan hukum,

yakni mencapai keadilan, undang-

undang dan pelaksanaan pemungutan

harus adil. Adil dalam perundang-

undangan diantaranya mengenakan pajak

secara umum dan merata serta

disesuaikan dengan kemampuan masing-

masing. Sedang adil dalam

pelaksanaannya yakni dengan

memberikan hak bagi wajib pajak untuk

mengajukan keberatan, penundaan dalam

pembapembayaran dan mengajukan

banding kepada Majelis Pertimbangan

Pajak. 2) Pemungutan pajak harus

berdasarkan undang-undang (syarat

yuridis). Di Indonesia, pajak diatur

dalam UUD 1945 pasal 23 ayat 2. Hal

ini memberikan jaminan hukum untuk

menyatakan keadilan, baik bagi negara

maupun warganya. 3) Tidak

mengganggu perekonomian (syarat

ekonomi). Pemungutan tidak boleh

mengganggu kelancaran kegiatan

produksi maupun perdagangan

sehingga tidak menimbulkan kelesuan

perekonomian masyarakat. 4)

Pemungutan pajak harus efisien (syarat

Finansiil). Sesuai dengan budgetair,

biaya pemungutan pajak harus dapat

ditekan sehingga lebih rendah dari

hasil pemungutannya. 5) Sistem

pemungutan pajak harus sederhana.

Sistem pemungutan yang sederhana

akan memudahkan dan mendorong

masyarakat dalam memenuhi

kewajiban perpajakannya. Syarat ini

telah dipenuhi oleh Undang-undang

perpajakan yang baru.

2.1.1.6. Sistem Pemungutan Pajak

Sistem pemungutan pajak

menurut Waluyo (2003: 18), dapat

dibagi menjadi: 1) Official Assesment

System adalah suatu sistem

pemungutan yang memberi wewenang

kepada pemerintah (fiskus) untuk

menentukan besarnya pajak yang

terutang oleh wajib pajak. Ciri-cirinya:

a) Wewenang untuk menentukan

besarnya pajak yang terutang ada pada

fiskus, b) Wajib pajak bersifat pasif. c)

Utang pajak timbul setelah dikeluarkan

surat ketetapan pajak oleh fiskus. 2) Self

Assesment System adalah suatu sistem

pemungutan pajak yang memberi

wewenang kepada wajib pajak untuk

menentukan sendiri besarnya wajib

pajak yang terutang. Ciri-cirinya: a)

Wewenang untuk menentukan

besarnya pajak terutang ada pada wajib

pajak sendiri. b) Wajib pajak aktif,

mulai dari menghitung, menyetor, dan

melaporkan sendiri pajak yang

terutang. c) Fiskus tidak ikut campur

dan hanya mengawasi. 3) With Holding

System Suatu sistem pemungutan pajak

yang memberi wewenang kepada pihak

ketiga (bukan fiskus dan bukan wajib

pajak yang bersangkutan) untuk

menentukan besarnya pajak yang

terutang oleh wajib pajak. Ciri-cirinya:

wewenang untuk menentukan besarnya

pajak yang terutang ada pada pihak

ketiga, pihak selain fiskus dan wajib

pajak.

2.1.1.2 Dasar Pengenaan Pajak

Menurut pernyataan Mardiasmo

(2011:337), dasar pengenaan Pajak

Bumi dan Bangunan adalah Nilai Jual

JURNAL PARAMETER VOLUME 2,NO.001TB JULI 2017 ISSN 1979-8865

82

Objek Pajak (NJOP). Besarnya Nilai

Jual Objek Pajak (NJOP) ditetapkan

setiap tiga tahun sekali oleh Kepala

Kantor Wilayah Direktorat Jendral

Pajak atas nama Menteri Keuangan

dengan mempertimbangkan pendapat

Gubernur/Bupati/Walikota (Pemerintah

Daerah) setempat serta memperhatikan

asas self assement. Yang dimaksud

(assessment value) adalah nilai jual

yang dipergunakan sebagai dasar

penghitungan pajak, yaitu suatu

persentase tertentu dari nilai jual

sebenarnya. Dasar penghitungan pajak

adalah yang ditetapkan serendah-

rendahnya 20% dan setingi-tingginya

100% dari Nilai Jual Objak Pajak

(NJOP). Besarnya presentase

ditetapkan dengan peraturan

pemerinatah dengan memperhatikan

kondisi perekonomian nasional. Pada

dasarnya penetapan NJOP adalah tiga

tahun sekali. Namun demikian untuk

daerah tertentu yang karena

perkembangan pembangunan

mengakibatkan kenaikan NJOP cukup

besar angka penetapan nilai jual

ditetapkan setahun sekali. Untuk

perekonomian sekarang ini terutama

untuk tidak terlalu membebani wajib

pajak didaerah pedesaan tetapi dengan

tetap memperhatikan penerimaan,

khususnya bagi pemerintah daerah

maka telah ditetapkan besarnya

presentase untuk menentukan besarnya

NJKP yaitu:

1. Sebesar 40% pajak perkebunan :

a. Objek pajak kehutanan

b. Objek pajak lainnya yang wajib

pajaknya perorangan dengan

NJOP atas bumi dan bangunan

sama atau lebih besar dari

1.000.000.000,00 (satu milyar

rupiah)

2. Sebesar 20% dari NJOP untuk :

a. Objek pajak pertambangan b.

Objek pajak lainnya yang NJOP-

nya kurang dari 1.000.000.000,00

(satu milyar rupiah)

2.1.2 Pengertian Nilai Jual Objek

Pajak (NJOP)

Menurut pernyataan Resmi

(2011:233) Nilai Jual Objek Pajak

(NJOP) merupakan dasar pengenaan

PBB. Besarnya NJOP ditetapkan

dengan pengklasifikasian atau

penggolongan nilai jual rata-rata bumi

berupa tanah dan bangunan.

Penetapan Nilai Jual Objek Pajak

1. Pendekatan data Pasar ( Market

Data Approach ) Pendekatan data

pasar dilakukan dengan cara

membandingkan objek pajak yang akan

dinilai dengan objek pajak lain yang

sejenis yang nilai jualnya sudah

diketahui dengan melakukan

penyesuaian yang dipandang perlu. 2.

Pendekatan Biaya ( Cost Approach)

Pendekatan biaya digunakan untuk

penilaian bangunan, yaiut dengan cara

memperhitungankan biaya-biaya yang

dikeluarkan untuk membuat bangunan

baru objek yang dinilai dan dikurangi

penyusutan. 3. Pendekatan Kapitalisasi

Pendapatan ( Income

Approach).Pendekatan kapitalisasi

pendapatan dilakukan dengan cara

JURNAL PARAMETER VOLUME 2,NO.001TB JULI 2017 ISSN 1979-8865

83

menghitung atau memproyeksikan

seluruh pendapatan sewa/penjualan

dalam satu tahun dari objek pajak yang

dinilai dikurangi dengan kekosongan

biaya operasi dan/atau hak pengusaha.

Nilai Jual Objek Pajak adalah

Salah satu unsur dasar di dalam

pengenaan Pajak Bumi dan Bangunan

yang selalu dikeluhkan oleh

masyarakat Wajib Pajak dan muaranya

berupa pengajuan keberatan dari

masyarakat adalah Nilai Jual Objek

Pajak (NJOP). Sebagai mana NJOP

adalah merupakan dasar pengenaan

Pajak Bumi dan Bangunan. Semakin

besar NJOP maka akan semakin besar

ketetapan PBB yang harus dibayar oleh

para Wajib Pajak (Darwin 2013:25).

Nilai Jual Objek Pajak ditetapkan

perwilayah berdasarkan keputusan

Menteri Keuangan dengan mendengar

pertimbangan Bupati/Wali kota serta

memperhatikan hal-hal berikut:

1. Harga rata-rata yang diperoleh dari

transaksi jual beli yang terjadi secara

wajar. 2. Perbandingan harga dengan

objek lain yang sejenis yang letaknya

berdekatan dan fungsinya sama dan

telah diketahui harga jualnya. 3. Nilai

perolehan baru. 4. Penentuan nilai jual

objek pengganti (Sari 2013:126).

Sesuai dengan pasal 6 ayat (1)

Undang-Undang Nomor 12 Tahun

1985 yang telah diubah dengan

Undang-Undang Nomor 12 Tahun

1994, dasar penetapan Pajak Bumi dan

Bangunan adalah Nilai Jual Objek

Pajak (NJOP), yaitu harga rata-rata

yang diperoleh dari transaksi jual beli

secara wajar. Apabila tidak terdapat

transaksi jual beli secara wajar, NJOP

ditentukan melalui perbandingan harga

dan objek lain yang sejenis atau nilai

perolehan baru atau NJOP pengganti.

Transaksi yang wajar merupakan data

Transaksi yang wajar merupakan data

transaksi dan data penawaran melalui

mekanisme pasar dalam hal :

a. Tanpa adanya paksaan, b. Antara

penjual dan pembeli tidak ada

hubungan istimewa, c. Ada permintaan

dan penawaran dari pasar terbuka, d.

Masing-masing pembelian dan penjual

mempunyai informasi dan waktu yang

cukup atas properti yang dijual.

2.1.3 Tingkat Pajak Bumi dan

Bangunan (PBB)

2.1.3.1 Pengertian Pajak Bumi dan

Bangunan

Pajak bumi dan bangunan tidak

didasarkan atas pendapatan, melainkan

kekayaan. Hal ini sejalan dengan

pendapat Musgrave, (2009:807) yang

mengatakan bahwaa pajak bumi dan

bangunan merupakan perwakilan

utama dari pajak atas kekayaan (wealth

taxation) dalam system perpajakan.

Meskipun begitu, pajak bumi dan

bangunan tetap sejalan dengan prinsip

ability-to-pay karena nilai tanah dan

bangunan menjadi dasar pengenaan

pajak, dan untuk memperluasnya

diperlukan pendapatan yang sepadan.

Orang yang memiliki kemampuan

membayar tinggi akan dikenai biaya

yang tinggi pula. pajak bumi dan

bangunan juga sejalan dengan prinsip

manfaat yang didasarkan atas

JURNAL PARAMETER VOLUME 2,NO.001TB JULI 2017 ISSN 1979-8865

84

pendapatan pajak bumi dan bangunan

yang digunakan untuk membiayai

pengeluaran pemerintah lokal.

Misalnya, untuk membiayai pemadam

kebakaran, jalan, taman, dan

sebagainaya yang sebenarnya memberi

manfaat kepada pemilik tanah dan/atau

bangunan itu sendiri karena fasilitas

tersebut meningkatkan nilai bumi

dan/atau bangunan yang mereka miliki

(O’Sullivan,2005:15)

Pajak Bumi dan Bangunan

merupakan salah satu sumber

pemasukan pemerintah daerah. Hasil

penerimaan PBB digunakan untuk

membangun infrastruktur daerah yang

bersangkutan. Sutrisno (1994 : 4)

dalam Fraternesi (2002 : 12)

mengatakan bahwa layanan pemerintah

termasuk pembangunan infrastruktur

akan mempengaruhi pembayaran Pajak

Bumi dan Bangunan. Seseorang akan

taat membayar pajak tepat waktu jika

lewat pengamatan dan pengalaman

langsungnya, hasil pungutan pajak itu

telah memberikan kontribusi nyata

pada pembangunan di wilayahnya.

Untuk itu setiap Wajib Pajak dalam

memandang prioritas pembangunan

daerahnya diduga akan berpengaruh

terhadap tingkat wajib pajak dalam

memenuhi kewajibannya membayar

pajak, khususnya PBB.

2.1.3.2 Objek Dan Subjek Pajak

Bumi Dan Bangunan

1. Objek Pajak Bumi Dan Bangunan

Berdasarkan UU No.12 tahun

1994 tentang pajak bumi dan

bangunan,yang menjadi objek pajak

ialah bumi dan bangunan. Bumi adalah

permukaan bumi atau tubuh bumi yang

dibawahnya, permukaan bumi meliputi

tanah dan perairan pedalaman

(termasuk rawa-rawa, tambak,

perairan) serta laut wilayah republik

indonesia. Sedangkan bangunan adalah

kontruksi teknik yang ditanam atau

diletakan secara tetap pada tanah

dan/atau perairan untuk tempat tinggal,

tempat usaha atau tempat yang

diusahakan. Termasuk dalam

pengertian bangunan disini adalah: a.

Jalan lingkungan yang terletak dalam

suatu kompleks bangunan seperti hotel,

pabrik dan emplasemennya lain-lain

yang merupakan satu kesatuan dengan

kompleks bangunan tersebut; b. Jalan

Tol, c. Kolam Renang, d. Pagar

Mewah, e. Tempat Olahraga, f.

Galangan Kapal,Dermaga, g. Taman

Mewah, h. Fasilitas lain yag

memberikan manfaat

2. Subjek Pajak Bumi Dan Bangunan

Sedangkan subjek pajak bumi

dan bengunan adalah orang atau badan

yang secara nyata mempunyai hak atas

bumi dan bangunan sesuai dengan

ketentuan Undang-Undang yang

beralaku. Dalam kaitannya dengan hal

ini maka yang dimaksud dengan subjek

pajak adalah orang atau badan adalah:

a. mempunyai hak atas bumi, b.

memperoleh manfaat atas bumi, c.

memiliki atau menguasai atas

bangunan, d. memperoleh manfaat atas

bangunan.

Dengan demikian dapat

ditegaskan, subjek pajak bumi dan

JURNAL PARAMETER VOLUME 2,NO.001TB JULI 2017 ISSN 1979-8865

85

bangunan adalah pemilik bumi dan

bangunan dalam pengertian UU No.12

tahun 1994 dan objeknya adalah

bangunan atau benda yang tidak

bergerak.

2.1.2.3 Dasar hukum Pajak Bumi

dan Bangunan (PBB)

Dasar hukum Pajak Bumi dan

Bangunan (PBB) adalah undang-

undang tahun 1985 sebagaimana No.

12 tahun 1994. (Mardiasmo, 2013:331)

Adapun dasar hukum Pajak Bumi dan

Bangunan ialah: (a) Memberikan

kemudahan dan kesederhanaan, (b)

Adanya kepastian hukum, (c) Mudah

dimengerti dan adil, dan (d)

Menghindari pajak berganda.

Menurut pernyataan Siahaan

(2009:499) sesuai dengan Pasal 18 ayat

(1) Undang-undang No. 12 Tahun

1985, hasil penerimaan PBB

merupakan penerimaan negara yang

dibagi antara pemerintah pusat dan

pemerintah daerah dengan imbangan

pembagian sekurang-kurangnya 90%

untuk pemerintah Daerah Tingkat II

dan pemerintah Daerah Tingkat I

sebagai pendapatan daerah yang

bersangkutan. Didasari pada pemikiran

bahwa penggunaan hasil penerimaan

PBB diarahkan kepada tujuan untuk

kepentingan masyarakat di daerah di

mana objek pajak berada. Oleh

karenanya, sebagian besar hasil

penerimaan PBB tersebut diarahkan

kepada pemerintah daerah sebagai

pendapatan daerah yang setiap tahun

anggaran dicantumkan dalam

Anggaran Pendapatan dan Belanja

Daerah (APBD). Dengan demikian

penggunaan hasil penerimaan pajak

sebagaimana di atas diharapkan akan

merangsang masyarakat di daerah letak

obyek pajak untuk memenuhi

kewajibannya membayar pajak mereka,

yang sekaligus mencerminkan sifat

kegotongroyongan rakyat dalam

pembiayaan pembangunan.

Sejalan dengan perkembangan

perekonomian negara Indonesia dan

dalam rangka pelaksanaan otonomi

daerah, pemerintah memandang

pengaturan tentang pembagian hasil

penerimaan PBB dalam Peraturan

Pemerintah No. 16 Tahun 2000 tentang

Pembagian Hasil Penerimaan Pajak

Bumi dan Bangunan antara Pemerintah

Pusat dan Daerah. Hasil penerimaan

PBB merupakan penerimaan negara

dan disetor sepenuhnya ke rekening

kas negara. Hasil penerimaan PBB

dibagi untuk pemerintah pusat dan

daerah dengan imbangan sebagai

berikut: a. 10% untuk pemerintah

pusat, b. 90% untuk daerah

1) Hasil Penerimaan PBB Bagian

Pemerintah Pusat

Hasil penerimaan PBB sebesar

10% bagian pemerintah pusat yang

berasal dari seluruh kabupaten/kota

pada tahun pajak berikutnya.

Pembagian didasarkan atas realisasi

penerimaan PBB tahun anggaran

berjalan. Sejak tahun 2001 alokasi

pembagian ditentukan dengan

imbangan sebagai berikut: a. 65%

dibagikan secara merata kepada

seluruh daerah kabupaten/kota. b. 35%

JURNAL PARAMETER VOLUME 2,NO.001TB JULI 2017 ISSN 1979-8865

86

dibagikan sebagai insentif kepada

daerah kabupaten/kota yang realisasi

penerimaan PBB sektor pedesaan dan

perkotaan pada tahun anggaran

sebelumnya mencapai/melampaui

rencana penerimaan yang ditetapkan.

Apabila diperhatikan persentase

pembagian hasil penerimaan PBB

bagian pemerintah pusat ternyata

diberikan kepada daerah

kabupaten/kota. Hal ini menunjukkan

bahwa walaupun PBB merupakan salah

satu jenis pajak pusat tetapi tidak

dinikmati oleh pemerintah pusat tetapi

dikembalikan lagi kepada daerah. 2)

Hasil Penerimaan PBB Bagian Daerah

Jumlah 90% yang merupakan bagian

daerah, dibagi dengan rincian sebagai

berikut: a. 16,2% untuk daerah provinsi

yang bersangkutan dan disalurkan ke

rekening kas umum daerah provinsi. b.

64,8% untuk daerah kabupaten/kota

yang bersangkutan dan disalurkan ke

rekening kas umum daerah

kabupaten/kota. c. 9% untuk biaya

pemungutan yang dibagikan kepada

Direktorat Jenderal Pajak dan daerah.

3) Hasil Penerimaan PBB Biaya

Pemungutan

Dalam penelitian ini, kenaikan

NJOP terhadap tingkat PBB adalah

pandangan individu wajib pajak

terhadap kebijakan pemerintah tersebut

yang didefinisikan berdasarkan

indikator seleksi, organisasi, dan

interpretasi atas informasi yang

diterima serta pemahaman wajib pajak

atas kenaikan NJOP terhadap tingkat

PBB.

2.2. Kerangka Pemikiran

Kerangka Pemikiran mengenai

pengaruh kenaikan nilai jual objek

pajak (NJOP) terhadap tingkat pajak

bumi dan bangunan (PBB) Kota Bekasi

dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran

2.3 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan pada permasalahan

yang dirumuskan dan kajian teoritis

yang telah diketemukan, maka

hipotesis dalam penelitian ini adalah :

Terdapat pengaruh kenaikan nilai jual

objek pajak (NJOP) terhadap tingkat

pajak bumi dan bangunan (PBB) Kota

Bekasi.

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Untuk dapat melakukan sebuah

penelitian, maka seorang peneliti harus

menentukan metode yang dipakai,

sehingga akan mempermudah langkah-

langkah penelitian. Metode yang

digunakan dalam penelitian ini adalah

metode deskriptif kuantitatif. Dalam

penelitian ini yang menjadi objek

penelitian adalah kenaikan Nilai Jual

Objek Pajak (NJOP) dan Tingkat PBB

di Kota Bekasi.

Kenaikan Nilai Jual Objek Pajak

(NJOP)

(X)

Tingkat Pajak Bumi dan

Bangunan (PBB)

(Y)

JURNAL PARAMETER VOLUME 2,NO.001TB JULI 2017 ISSN 1979-8865

87

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam

penelitian ini adalah menggunakan

metode survey yang dilakukan untuk

mendapatkan data kenaikan NJOP dan

tingkat pajak bumi dan bangunan tahun

2011-2915 di Kecamatan Jatisampurna

dan Jati Asih yang telah diserahkan

kepada Dinas Pendapatan Daerah

(Dispenda) Kota Bekasi. Jl. Ir. H.

Juanda No. 163 Bekasi.

3.4 Tempat dan Waktu Penelitian

3.4.1 Tempat Penelitian

Penelitian untuk penulisan

sekripsi ini berlangsung pada bulan

Januari-April 2016 dengan metode

survey di Kecamatan Jatisampurna dan

Jati Asih .lokasi Penelitian ini

dilaksanakan di Kantor Dinas

Pendapatan Daerah (Dispenda) Kota

Bekasi. Jl. Ir. H. Juanda No. 163

Bekasi.

3.4.2 Waktu Penelitian

Waktu penelitian di laksanakan mulai

bulan Januari sampai bulan April

2016.

3.5 Populasi dan Sampel

3.5.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini

adalah Petugas Seksi Penerimaan pajak

di Dispenda Kota Bekasi Kecamatan

Jatisampurna dan Jati Asih. Jumlah

data yang diperoleh langsung dari

Dispenda Kota Bekasi. Jl. Ir. H. Juanda

No. 163 Bekasi. yaitu Data Kecamatan

Sebelum Mengalami Kenaikan NJOP

Tahun 2011-2013, dan Data

Kecamatan yang Mengalami Kenaikan

NJOP Tahun 2014. data Rencana

Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan

(PBB) Tahun 2011 sampai Tahun

2015, Target Penerimaan dan Realisasi

PBB P-2 Kota Bekasi Tahun 2011-

2015, Yang merupakan data

masyarakat yang membayar pajak

bumi dan bangunan di kelurahan yang

memiliki tanah dan atau bangunan

(rumah) yang tercatat di Dispenda kota

Bekasi.

3.5.2 Sampel

Sampel dalam penelitian ini

adalah data yang diperoleh langsung

dari Dispenda, yaitu data Target

Penerimaan dan Realisasi PBB P-2

Kota Bekasi Tahun 2011-2015 dan

data sejumlah 6 Kelurahan yang berada

dalam wilayah cakupan Kecamatan

Jatisampurna dan Jati Asih yang pada

tahun 2014 Mengalami Kenaikan

NJOP yaitu Jatikarya, Jatisampurna,

Jatirangga, Jatiranggon, Jatiraden,

Jatisari yang merupakan wajib pajak

yang memiliki NJOP yang terdaftar di

Dispenda Kota Bekasi dengan

menggunakan random sampling yaitu

cara pengambilan sampel yang

memberikan kesempatan yang sama

untuk diambil kepada setiap elemen

populasi.

3.6 Jenis Data

Jenis data yang digunakan

dalam penelitian ini adalah data primer

dan data sekunder. Data primer yaitu

data yang diperoleh langsung dari

sumber aslinya dan tidak melalui

media perantara. Sedangkan data

sekunder yaitu data yang diperoleh

peneliti secara tidak langsung melalui

media perantara (diperoleh dan dicatat

JURNAL PARAMETER VOLUME 2,NO.001TB JULI 2017 ISSN 1979-8865

88

oleh pihak lain). Jenis data sekunder

yang digunakan dalam penelitian ini

adalah data yang diperoleh dari

kepustakaan (library research) dan

mengakses website maupun situs-situs.

3.7 Metode Analisis Data

Metode analisis data yang

digunakan dalam penelitian ini adalah

metode deskriptif kuantitatif dan

menggunakan Regresi Linier

sederhana. Pengujian asumsi klasik dan

regresi sederhana dibantu dengan

menggunakan computer program SPSS

versi 17.

HASIL PENELITIAN DAN

PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian dan Pembahasan

Penelitian ini menggunakan

data sekunder yang diperoleh dari

kantor Pemerintah Kota Bekasi pada

Dinas Pendapatan Daerah Kota Bekasi,

berupa Data Kenaikan NJOP dan Data

Tingkat Pajak Bumi dan Bangunan

(PBB) Kota Bekasi tahun 2011-2015

Tabel 4.1 Data Rekapitulasi Rencana Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan

(PBB) Kota Bekasi Tahun 2011-2015

Tahun Target Realisasi Laju

Pertumbuhan

2011 Rp 107.039.528.533 Rp 113.705.494.198

2012 Rp 104.690.691.199 Rp 130.829.518.761 15,1%

2013 Rp 158.945.151.148 Rp 160.956.416.567 28,7%

2014 Rp 185.035.573.394 Rp 170.914.456.903 6,2%

2015 Rp.219.020.010.150, Rp.225.435.317.103 102,93%.

Sumber : Data Olahan.

Tabel 4.2 Data Target Penerimaan dan Realisasi Penerimaan PBB P-2 Kota

Bekasi.Tahun 2011-2015

Tahun Target Penerimaan

Jumlah

Realisasi Penerimaan

Jumlah

%

2011 Rp 107.039.528.533 Rp 113.705.494.198 106,23%

2012 Rp 104.690.691.199 Rp 130.829.518.761 124,97%

2013 Rp 158.945.151.148 Rp 160.956.416.567 101,51%

2014 Rp 185.035.573.394 Rp 170.914.456.903 92,37%

2015 Rp.219.020.010.150,- Rp.225.435.317.103 102,93%.

Sumber : Data Olahan.

Tabel 4.3 Data Kecamatan Sebelum Mengalami Kenaikan NJOP

Kota Bekasi Tahun 2011

Tahun Kecamatan Kelurahan Target Realisasi

Jumlah Jumlah %

Jatikarya Rp 1.768.944.848 Rp 1.850.139.108 104,59%

Jatisampurna Rp 988.254.870 Rp 1.019.083.427 103,12%

2011 Jatisampurna Jatirangga Rp 499.585.547 Rp 518.308.194 103,75%

Jatiranggon Rp 680.203.810 Rp 706.981.579 103,94%

Jatiraden Rp 607.968.492 Rp 632.440.186 104,03%

Jati Asih Jatisari Rp 943.693.275 Rp 998.410.551 105,80%

Sumber : Dinas Pendapatan Daerah Kota Bekasi.

JURNAL PARAMETER VOLUME 2,NO.001TB JULI 2017 ISSN 1979-8865

89

r Tabel 4.4 Data Kecamatan Sebelum Mengalami Kenaikan NJOP Kota Bekasi

Tahun 2012 Tahun Kecamatan Kelurahan Target Realisasi

Jumlah Jumlah %

Jatikarya Rp 1.924.388.485 Rp 2.441.992.342 126,90%

Jatisampurna Rp 1.067.483.346 Rp 1.276.837.318 119,61%

2012 Jatisampurna Jatirangga Rp 524.504.595 Rp 564.136.093 107,56%

Jatiranggon Rp 698.931.969 Rp 793.479.061 113,53%

Jatiraden Rp 589.309.071 Rp 718.941.439 122,00%

Jati Asih Jatisari Rp 992.770.330 Rp 1.113.685.464 112,18%

Sumber : Dinas Pendapatan Daerah Kota Bekasi

(Tabel 4.5 Data Kecamatan Sebelum Mengalami Kenaikan NJOP Kota Bekasi

Tahun 2013 Tahun Kecamatan Kelurahan Target Realisasi

Jumlah Jumlah %

Jatikarya Rp 2.763.301.895 Rp 3.204.283.396 115,96%

Jatisampurna Rp 1.407.779.875 Rp 1.274.505.417 90,53%

2013 Jatisampurna Jatirangga Rp 716.461.555 Rp 622.921.679 86,94%

Jatiranggon Rp 934.670.749 Rp 824.848.081 88,25%

Jatiraden Rp 878.868.413 Rp 780.673.932 88,83%

Jati Asih Jatisari Rp 1.305.062.607 Rp 1.267.090.005 97,09%

Sumber : Dinas Pendapatan Daerah Kota Bekasi.

Tabel 4.6 Data Kecamatan yang Mengalami Kenaikan NJOP Kota Bekasi

Tahun 2014

Tahun Kecamatan Kelurahan Target Realisasi

Jumlah Jumlah %

Jatikarya Rp 3.333.587.005 Rp 3.264.640.891 97,93%

Jatisampurna Rp 1.727.043.255 Rp 1.493.759.160 86,49%

2014 Jatisampurna Jatirangga Rp 896.915.934 Rp 739.782.301 82,48%

Jatiranggon Rp 1.132.134.069 Rp 957.130.103 84,54%

Jatiraden Rp 1.102.954.181 Rp 776.735.521 70,42%

Jati Asih Jatisari Rp 1.659.160.107 Rp 1.467.176.905 88,43%

Sumber : Dinas Pendapatan Daerah Kota Bekasi.

4.2. 2 Hasil Uji Asumsi Klasik

4.2.2.1 Uji Normalitas Data

Uji normalitas data bertujuan

untuk menguji apakah dalam model

regresi, variabel terikat Tingkt PBB

(Y), dan variabel bebas Kenaikan

NJOP (X), mempunyai distribusi

normal ataukah tidak. Model regresi

yang baik adalah memiliki distribusi

data normal atau mendekati normal.

Metode yang digunakan untuk

mengetahui kenormalan model regresi

adalah One-Sample Kolmogorov-

Smirnov Test dan Normal P-P Plot. >

0,05 dan sebaliknya. Berikut adalah

hasil pengolahan data uji normalitas

dengan menggunakan komputer

program SPSS versi 17 sebagai

berikut:

JURNAL PARAMETER VOLUME 2,NO.001TB JULI 2017 ISSN 1979-8865

90

Tabel 4.7 Hasil Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

NJOP PBB

N 6 5

Normal Parametersa,,b Mean 1.6420E9 1.5495E11

Std. Deviation 8.91592E8 4.96172E10

Most Extreme Differences Absolute .295 .233

Positive .295 .233

Negative -.202 -.156

Kolmogorov-Smirnov Z .723 .521

Asymp. Sig. (2-tailed) .672 .949

a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data.

Dari table 4.7 Dapat diketahui

bahwa nilai signifikansi (Asymp. Sig.

(2-tailed) kenaikan NJOP sebesar

0,672 > 0,05 dan tingkat PBB sebesar

0,949 > 0,05 karena kedua variable

signifikansi lebih dari 0,05 maka kedua

variable tersebut adalaah normal. Uji

Multikolinearitas digunakan untuk

mengetahui apakah ada pengaruh atau

korelasi diantara variabel independen.

Tabel 4.8. Hasil Uji Multikolinearitas

Coefficientsa

Model

Standardized

Coefficients

t Sig.

Correlations

Collinearity Statistics

Beta Zero-order Partial Part Tolerance VIF

1 (Constant)

NJOP 5.523 .012

-.698 -1.690 .190 -.698 -.698 -.698 1.000 1.000

a. Dependent Variable: PBB

Pada tabel 4.8 terlihat nilai

tolerance untuk tiap variabel sebesar

1.000 sedangkan nilai VIF untuk

masing-masing 1.000. Berdasarkan

pedoman terhadap uji multikolinieritas

nilai tolerance > 0,1 dan nilai VIF < 10

maka terlihat bahwa tidak terjadi

korelasi diantara variabel kenaikan

NJOP dan tingkat PBB atau tidak

terjadi multikolinieritas dalam model

regresi ini.

4.2.2.4 Uji Autokorelasi

Uji Autokorelasi bertujuan

untuk mengetahui ada tidaknya

korelasi antar variable penggangu pada

periode tertentu dengan variable

sebelumnya. Untuk mendeteksi

Autokorelasi menggunakan Durbin

Watson dibandingkan dengan tabel

Durbin Watson (dl dan du). Kriteria

jika du < d hitung < 4-du maka tidak

terjadi Autokorelasi

(Sujarweni,2015:186). Untuk menguji

hasil uji Autokorelasi dapat dilihat

pada table berikut ini:

JURNAL PARAMETER VOLUME 2,NO.001TB JULI 2017 ISSN 1979-8865

91

Table 4.9 Hasil Uji Autokorelasi

Model R R Square

Adjusted

R Square

Std. Error of

the Estimate

Change Statistics

Durbin-

Watson

R Square

Change F Change df1 df2

Sig. F

Change

1 .698a .488 .317 4.10031E10 .488 2.857 1 3 .190 1.248

a. Predictors: (Constant), NJOP

b. Dependent Variable: PBB

Sumber: Data Primer yang diolah 2016

Pada tabel 4.8 diketahui bahwa

hasil uji autokorelasi menggunakan

Durbin Watson test diperoleh nilai DW

sebesar 1.248. Nilai DL dan DU pada

df 1 = 2 dengan df 2 sebesar 27

masing-masing 1,019 dan 1,31 9

sehingga nilai DW sebesar 1.248

berada pada kisaran nilai DU < DW <

4-DU atau 1,319 < 1.248 < 2,68. Hal

tersebut menunjukkan model regresi

bebas masalah autokorelasi

4.2.2.5 Uji Linearitas

Uji linearitas digunakan untuk

mengetahui linearitas data, Perhitungan

melalui SPSS dengan menggunakan

Test for linearity pada taraf signifikansi

0,05. Dua variable dikatakan

mempunyai hubungan yang linier bila

taraf signifikansi (linearity) kurang dari

0,05.

Table 4.10 Hasil Uji linearitas ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 4.804E21 1 4.804E21 2.857 .190a

Residual 5.044E21 3 1.681E21

Total 9.847E21 4

a. Predictors: (Constant), NJOP

b. Dependent Variable: PBB

Sumber: Data Primer yang diolah 2016

Berdasarkan table 4.9 diatas

hasil uji linieritas kenaikan NJOP dan

tingkat PBB menunjukan bahwa nilai

signifikansi pada linearity sebesar

0.190. karena signifikansi lebih dari

0,05 maka dapat disimpulkan bahwa

antara variable kenaikan NJOP

terhadap tingkat PBB dapat

disimpulkan terdapat hubungan yang

linier.

.Tabel 4.11 Hasil Uji Analisis Regresi Linier Sederhana

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) 2.119E11 3.837E10 5.523 .012

NJOP -34.766 20.568 -.698 -1.690 .190

a. Dependent Variable: PBB

Sumber: data primer yang diolah

JURNAL PARAMETER VOLUME 2,NO.001TB JULI 2017 ISSN 1979-8865

92

Berdasarkan hasil yang telah

diperoleh dari koefisien regresi di atas,

maka dapat dibuat suatu persamaan

regresi sebagai berikut:

Y= 0, 2.119 + -34.766 X

Pada persamaan regresi di atas

menunjukkan nilai konstanta sebesar 0,

2.119. Hal ini menyatakan bahwa jika

variabel tingkat PBB dianggap konstan

atau bernilai 0 (nol), maka Kenaikan

NJOP akan meningkat sebesar -34.766

satuan atau -34.766 %. Koefisien

regresi pada variabel tingkat PBB

berarah positif dan signifikan sebesar

0, 2.119, hal ini berarti jika variabel

Kenaikan NJOP bertambah satu satuan

maka variabel tingkat PBB bertambah

sebesar -34.766 satuan atau sebesar -

34.766 %.

4.2.3.1 Uji t

Uji t berguna untuk menguji pengaruh

dari masing-masing variabel

independen secara parsial terhadap

variabel dependen. Hasil uji statistik t

dapat dilihat pada tabel 4.7, jika nilai

probability t < 0,05 maka Ha diterima,

sedangkan jika nilai probability t >

0,05 maka Ha ditolak.

Tabel 4.12 Hasil Uji t Coefficientsa

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) 2.119E11 3.837E10 5.523 .012

NJOP -34.766 20.568 -.698 -1.690 .190

a. Dependent Variable: PBB b.

Hasil uji hipotesis yang

ditunjukkan pada tabel 4.11, variabel

Kenaikan NJOP mempunyai tingkat

signifikasi sebesar 0.190 dan nilai

thitung sebesar -1.690 < ttabel sebesar

1,98. Hal ini berarti Ha di tolak

sehingga dapat dikatakan bahwa

kenaikan NJOP tidak berpengaruh

signifikan terhadap tingkat PBB hal ini

dibuktikan bahwa ttabel lebih besar dari

thitung < 0,05 (0.190>0,05) dan nilai

thitung > ttabel ( -1.690 < 1,98).

4.3.2 Uji F

Uji F digunakan untuk menguji

pengaruh variabel bebas terhadap

variabel terikat secara bersama–sama.

Untuk membandingkan F hitung

dengan Ftabel. Dapat dilihat pada tabel

dibawah ini :

Tabel 4.12 Hasil Uji F ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 4.804E21 1 4.804E21 2.857 .190a

Residual 5.044E21 3 1.681E21

Total 9.847E21 4

a. Predictors: (Constant), NJOP

b. Dependent Variable: PBB

Sumber : Data SPSS yang diolah, 2016

JURNAL PARAMETER VOLUME 2,NO.001TB JULI 2017 ISSN 1979-8865

93

Dari gambar diatas terbaca hasil

dari nilai F hitung sebesar 2.857 dari

nilai taraf signifikansi 0.190 lebih besar

dari 0,05 (dalam hal ini taraf signifikasi

sebesar 5%). Dengan demikian maka

dapat disimpulkan bahwa alternatif

hipotesis (Hα) yang berbunyi

“Terdapat pengaruh yang positif dan

signifikan antara kenaikan NJOP

terhadap tingkat PBB ditolak. Artinya

kenaikan NJOP tidak berpengaruh

simultan terhadap tingkat PBB.

4.2.3.3 Hasil Uji Koefisien

Determinasi (R2)

Uji ini dilakukan untuk

mengukur kemampuan variabel-

variabel independen, yaitu kenaikan

NJOP dalam menjelaskan variasi

variabel dependen, yaitu tingkat PBB.

Hasil uji koefisien determinasi dapat

dilihat pada kolom adjusted R square,

yang ditampilkan pada tabel berikut:

Table 4. 14 Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2)

Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R

Square Std. Error of the

Estimate

1 .698a .488 .317 4.10031E10

a. Predictors: : (Constant), NJOP

b. Dependen Variable: PBB Sumber : Data SPSS yang diolah, 2016

Berdasarkan tabel 4. 13 diatas dapat dilihat bahwa nilai koefisien Adjusted R Square

yang dihasilkan oleh variabel - variabel independen sebesar 0.317 yang artinya adalah

317% variabel dependen tingkat PBB. Angka koefisien korelasi R pada tabel: 4.

sebesar 0.698 menunjukkan bahwa pengaruh antara variabel independen dengan

dependen adalah kuat karena memiliki nilai koefisien korelasi diatas 0,5. Standar

Error of Estimate (SEE) sebesar 4.10031E10. Dengan ketentuan satuan yang dipakai

adalah variabel dependen tingkat PBB. Semakin kecil nilai SEE akan membuat model

regresi semakin tepat dalam memprediksi variabel dependen.

Kesimpulan dan Saran

Kesimpulan

Dari hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa Kenaikan nilai jual objek

pajak (NJOP) sangat berpengaruh terhadap tingkat pajak bumi dan bangunan (PBB)

kota Bekasi, dimana kenaikan nilai jual objek pajak (NJOP) pada tahun 2014 di 6

kelurahan mengalami kenaikan yang cukup besar yaitu sebesar 30% - 46% dari NJOP

sebelumnya, sehingga masyarakat menjadi terbebani dengan kenaikan tersebut.

.Saran

Berdasarkan hasil evaluasi dan kesimpulan tentang kenaikan nilai jual objek

pajak terhadap tingkat pajak bumi dan bangunan (PBB) maka saran peneliti adalah

pajak disesuaikan dengan harga jual yang terjadi di masyarakat atau dengan

menyesuaikan target dengan potensi real sehingga sehingga kenaikan NJOP tidak

JURNAL PARAMETER VOLUME 2,NO.001TB JULI 2017 ISSN 1979-8865

94

memberatkan masyarakat. Demikian pula pajak bumi dan bangunan (PBB) di kota

Bekasi agar tetap memperhatikan masyarakat karena tidak semua lahan yang dimiliki

oleh wajib pajak bersumber dari kekayaannya sendiri karena bisa saja wajib pajak

tersebut memiliki sejumlah lahan karena warisan.

Referensi

Devas dkk,2009, Keuangan Pemerintah Daerah di Indonesia, Alih Bahasa Masri

Maris, UI- Press, Jakarta.

Diana, A. dan Setiawati, L. 2009. Perpajakan Indonesia. Yokyakarta: Andi

Keputusan Walikota Bekasi No.973.7/Kep.390-Dispenda/VII/2013 Tentang Petunjuk

Teknis Pelaksanaan Pengelolaan Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan dan

Perkotaan Kota Bekasi.

Keputusan Walikota Bekasi No. 973.7/Kep.01-Dispenda/I/2015 Tentang Klasifikasi

dan Besarnya Nilai Jual Objek Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan dan

Perkotaan Untuk Wilayah Kota Bekasi Tahun 2015.

Mardiasmo (2011), Perpajakan. (EdisiRevisi). Jakarta :Andi Yogyakarta.

Musgrave,R,A, and Musgrave, P.B., 2009. Public Finance in Theory and Practice.

Fifth Edition. Mc. Graw-Hill International Edition, Singapore.

Nurmantu. 2003. Pengantar Perpajakan, Jakarta: Granit.

Nurmantu, Safri. 2005, Pengantar perpajakan edisi ketiga. Jakarta: granit

Peraturan Daerah No.02 Tahun 2012 Tentang Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan

dan Perkotaan (P-2)

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Tanggal 13 Mei 2002 Nomor 25 Tahun

2002 Tentang Penetapan Besarnya NJKP untuk penghitungan PBB.

Resmi, Siti, 2011: “Perpajakan Teori dan Kasus”, Salemba Empat, Jakarta.

Sari, Diana. 2013. Konsep Dasar Perpajakan. Bandung: PT. Refika Aditama

Siti Kurnia dan Eli Suhayati, 2010. Perpajakan teori dan teknis perhitungan,

Graham Ilmu : Yokyakarta

Siahaan, Marihot Pahala. 2010. Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Jakarta: Raja

Grafindo Persada.

Soemitro, Rochmat dan Sofyan Effendi. 2001. Pajak Bumi dan Bangunan.

Bandung: PT Refika Aditama.

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Kombinasi

(MixedMethods). Bandung: Alfabeta

Tjahyono, Ahmad dan M. Fikri Husein. 2000. Perpajakan. Yogyakarta: UPP AMP

YKPN.

TMbooks, 2013. Perpajakan - Esensi dan Aplikasi. Penerbit: Andi, Yogyakarta.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1960 tentang Ketentuan Dasar

Pokok-Pokok Agraria. Jakarta: Kementrian Agraria.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 1994 tentang Penjelasan

Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 12 tahun 1985 tentang Pajak Bumi

dan Bangunan. Jakarta: Departemen Keuangan Keuangan Republik Indonesia.

Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tetang Ketentuan Umum dan Tata Cara

Perpajakan. Jakarta: Departemen Keuangan Republik Indonesia.

JURNAL PARAMETER VOLUME 2,NO.001TB JULI 2017 ISSN 1979-8865

95

ANALISIS PENERAPAN E-FAKTUR DAN KETEPATAN WAKTU

PELAPORAN TERHADAP EFEKTIVITAS PERPAJAKAN

PADA CV. HANADA TRICIPTA BEKASI.

Rahmawati

Dosen Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Tribuana

Email: [email protected]

ABSTRACT

The purpose of this study are to determine whether the application of E-

Invoicing and Timeliness of Reporting on the Effectiveness of the Tax Effect on the

CV. Hanada Tricipta Bekasi.

Methods used in this research is survey method with quantitative approach.

The collection of data through observation, interviews, questionnaires, and literature

study. The population in this study were 110 respondents is the taxpayer who met

while paying taxes based on questionnaires distributed. The sample in this study was

100.

The results showed that: The effect of the application of e-invoices to the tax

effectiveness partially obtained t value of 0.355 and 0.723 sig so adoption of e-

invoicing partially on tax effectiveness does not significantly because of the significant

value of greater than 0.05. (0.355> 0.05) This shows that the implementation of e-

invoicing and timeliness of reporting is not running properly so that the effectiveness

of the tax may be said to be not effective. Effect of timeliness of reporting on the

effectiveness of the partial tax obtained t value of 0, -1926 and sig. 0.057 so the

timeliness of reporting on the effectiveness of the tax does not affect significantly due

to the significant value of greater than 0.05. (0, -1 926> 0.057) shows that a person's

level of awareness is still low taxation. This occurs in the dependent variable is 18%

while 82% is explained by other variables that are not affected in this regression

equation.

Keywords: adoption of e-invoicing, timeliness of reporting, the effectiveness of tax

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah: untuk mengetahui apakah penerapan E-Faktur

dan ketepatan waktu pelaporan berpengaruh terhadap efektivitas perpajakan pada CV.

Hanada Tricipta Bekasi.

Motode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survai dengan

pendekatan kuantitatif. Pengumpulan data melalui observasi, wawancara, kuesioner,

dan studi kepustakaan. Populasi dalam penelitian ini adalah berjumlah 110 responden

wajib pajak yang ditemui saat membayar pajak berdasarkan kuesioner yang di

sebarkan. Sampel dalam penelitian ini adalah 100.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: Pengaruh penerapan e-faktur terhadap

efektivitas pajak secara parsial diperoleh nilai t hitung sebesar 0,355 dan sig 0,723 jadi

penerapan e-faktur secara parsial terhadap efektivitas pajak tidak berpengaruh secara

signifikan karena nilai signifikansi lebih besar dari 0,05. (0,355 >0,05) Hal ini

menunjukan bahwa Penerapan e-faktur dan ketepatan waktu pelaporan belum

dijalankan dengan baik sehingga efektifitas pajak dapat dikatakan belum efektif.

Pengaruh ketepatan waktu pelaporan terhadap efektivitas pajak secara parsial

diperoleh nilai t hitung sebesar 0,-1.926 dan sig. 0,057 jadi ketepatan waktu pelaporan

terhadap efektivitas pajak tidak berpengaruh secara signifikan karena nilai signifikansi

lebih besar dari 0,05. (0,-1.926>0,057) ini menunjukan bahwa tingkat kesadaran

perpajakan seseorang masih rendah. Hal ini terjadi dalam variabel terikat adalah

sebesar 18% sementara 82% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dipengaruhi

dalam persamaan regresi ini.

Kata Kunci: penerapan e-faktur, ketepatan waktu pelaporan, efektivitas pajak

JURNAL PARAMETER VOLUME 2,NO.001TB JULI 2017 ISSN 1979-8865

96

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Majunya pembangunan suatu

bangsa tidak terlepas dari kehidupan

ekonomi masyarakat yang lebih baik,

yang mampu mendominasi tuntutan

modernisasi di segala bidang

kehidupan masyarakat. untuk

pelaksanaan pembangunan tersebut

diperlukan dana yang tidak sedikit.

Penerimaan negara dari sektor pajak

mengambil bagian yang sangat besar

dalam pendanaan pembangunan

nasional. Penerimaan pajak dijadikan

sumber utama pendapatan negara.

Target penerimaan dari sektor pajak

dari tahun ke tahun terus ditingkatkan,

disinilah peran aktif masyarakat sangat

dibutuhkan untuk mencapai target

tersebut.

Dilihat dari segi ekonomi, pajak

adalah sumber penerimaan negara

paling potensial. Prakosa (2003:1),

mengidentifikasi pajak adalah iuran

wajib anggota masyarakat kepada

negara karena Undang-Undang dan

atas pembayaran tersebut. Pemerintah

tidak memberikan balas jasa yang

langsung dapat ditunjuk.

Djajadiningrat dalam Siti Resmi

(2007:1) mengartikan pajak sebagai

suatu kewajiban menyerahkan sebagian

dari kekayaan ke kas Negara yang

disebabkan suatu keadaan, kejadian,

dan perbuatan yang memberikan

kedudukan tertentu, tetapi bukan

sebagai hukuman, menurut peraturan

yang ditetapkan pemerintah serta dapat

dipaksakan, tetapi tidak ada jasa timbal

balik dari negara secara langsung,

untuk memelihara kesejahteraan secara

umum.

Masyarakat yang mandiri dan

peduli, diharapkan mempunyai

kesadaran yang tinggi dalam

melaksanakan kewajiban sebagai

warga negara untuk membantu

bangsanya dalam mewujudkan tujuan

mulia. Untuk mencapai target

penerimaan pajak, pemerintah telah

melakukan berbagai perubahan

diantaranya yaitu reformasi perpajakan

tahun 1984. Program ini telah

mengubah sistem perpajakan

Indonesia, dari official assessment

menjadi self assessment. Ketika

memakai sistem official assessment,

yang lebih berperan aktif adalah

petugas pajak, sedangkan masyarakat

atau Wajib Pajak lebih banyak berlaku

pasif menunggu tindakan dari petugas

pajak. Sistem pajak yang digunakan

pemerintah saat ini adalah sistem self

assessment dimana terdapat perubahan

yang signifikan. Dalam penanganan

sistem yang baru Wajib Pajak

diberikan kepercayaan serta tanggung

jawab secara langsung dan mandiri

untuk menghitung, memperhitungkan,

menyetor serta melaporkan sendiri

besarnya pajak yang terutang. Agar

pelaksanaan system self assessment

JURNAL PARAMETER VOLUME 2,NO.001TB JULI 2017 ISSN 1979-8865

97

dapat berjalan dengan baik, maka

keterbukaan dan penegakan hukum

(law enforcement) menjadi hal yang

sangat penting. Disinilah peran aktif

Wajib Pajak dalam melaksanakan

kewajiban perpajakannya sangat

diperlukan. Dengan sistem self

assessment penerimaan negara dari

sektor pajak terus meningkat. Pajak

merupakan pendapatan terbesar negara

Indonesia. Pajak digunakan untuk

memperbaiki dan memfasilitasi sarana

umum serta untuk menyejahterakan

warga Indonesia. Salah satu pajak yang

dipungut di Indonesia adalah Pajak

Pertambahan Nilai (PPN). Pajak

Pertambahan Nilai adalah pengenaan

pajak atas pengeluaran untuk konsumsi

baik yang dilakukan perseorangan

maupun badan, baik badan swasta

maupun badan pemerintah dalam

bentuk belanja barang atau jasa yang

dibebankan pada anggaran belanja

negara (Sukardji, 2000:49).

Mahmudi (2010:143)

menyatakan bahwa efektivitas

perpajakan merupakan hubungan

antara keluaran dengan tujuan atau

sasaran yang harus dicapai. Dikatakan

efektif apabila proses kegiatan

perpajakan mencapai tujuan dan

sasaran akhir kebijakan (spending

wisely). Semakin besar ouput yang

dihasilkan terhadap pencapaian tujuan

dan sasaran yang ditentukan, maka

semakin efektif proses kerja suatu unit

organisasi. Perpajakan pada CV.

Hanada Tricipta Bekasi dapat

dikategorikan tingkat efektivitasnya

sebagai berikut. 1. Tingkat pencapaian

di atas 100% berarti sangat efektif. 2.

Tingkat pencapaian antara 90% - 100%

berarti efektif. 3. Tingkat pencapaian

antara 80% - 90% berarti cukup efektif.

4. Tingkat pencapaian antara 60% -

80% berarti kurang efektif. 5. Tingkat

pencapaian di bawah 60% berarti tidak

efektif. Kebanyakan penduduk

Indonesia sama sekali tidak membayar

pajak, dan diantara mereka yang

membayar, pengumpulannya selalu di

bawah target. Hal ini ditandai dengan

rendahnya tax ratio Indonesia. Selama

10 tahun sejak tahun 1990, rasio pajak

Indonesia hanya berada di angka 10-11

persen saja, kemudian baru pada tahun

2000 rasio pajak perlahan meningkat

mencapai kisaran 13 persen, yaitu

sekitar 12,1 persen - 13,5 persen pada

tahun 2001-2006. Pemungutan pajak,

seperti administrasi perpajakan sangat

menentukan penerimaan pajak,

semakin rumit adminstrasi yang harus

dilakukan menyebabkan keengganan

WP untuk membayar pajak. Untuk

mengatasi kurang efektif dan

efisiennya pengumpulandana dari

masyarakat, dilakukan reformasi

perpajakan dengan tujuan untuk

menaikkan hasil pajak,

menyederhanakan peraturan

perpajakan, memberikan kepastian

hukum, menyesuaikan pajak dengan

laju pertumbuhan ekonomi Indonesia,

dan dengan menganut falsafah serta

aspirasi bangsa Indonesia sendiri.

Berdasarkan cara pemungutannya,

pajak dibedakan menjadi pajak

JURNAL PARAMETER VOLUME 2,NO.001TB JULI 2017 ISSN 1979-8865

98

langsung dan tidak langsung. Untuk

meningkatkan penerimaan negara,

pemerintah melalui regulasinya dapat

mengusahakan meningkatkan

penerimaan pajak langsung maupun

tidak langsung. Dalam proses

pertumbuhan suatu negara, akan terjadi

perubahan struktur perekonomian.

Salah satu struktur yang berubah

adalah penerimaan pajak negara.

Peningkatan realisasi anggaran pajak

dari tahun ketahun belum bisa

dijadikan pedoman dalam mengukur

keberhasilan pemungutan pajak dan

retribusi yang telah dilakukan oleh

pemerintah. Dengan cara menghitung

efektivitas dan efisiensi pemungutan

pajak dapat membantu pemerintah

dalam mengukur keberhasilan

pemungutan pajak. Efektivitas adalah

keberhasilan atau kegagalan dari

organisasi dalam mencapai tujuannya

Seiring dengan berkembangnya

teknologi serta keinginan pemerintah

untuk menanggulangi terjadinya

penyalahgunaan faktur pajak yang

masih sering disalahgunakan oleh

beberapa pengusaha kena pajak.

Kecurangan-kecurangan yang terjadi

dalam faktur pajak salah satunya

adalah faktur pajak fiktif. Dalam kasus

ini Direktorat Jenderal Pajak (DJP)

telah membentuk Satgas untuk

menangani faktur fiktif yang beredar.

pada tahun 2014, di kota Jakarta

terdapat sekitar Rp. 900 Miliaar yang

terindikasi menggunakan faktur fiktif.

Dari jumlah tersebut, 500 Pengusaha

Kena Pajak yang menggunakan faktur

fiktif dengan jumlah Rp. 71 Miliar

telah mengaku dan bersedia untuk

membayar. Direktorat Jenderal Pajak

Jakarta Selatan berhasil menemukan

jaringan penerbit faktur fiktif. Dari

hasil penggeledahan yang dilakukan,

Direktorat Jenderal Pajak menemukan

bukti dokumen berupa Surat

Pemberitahuan (SPT) dan stempel

perusahaan sebanyak 58 perusahaan

yang diduga terlibat dalam jaringan

penerbit faktur palsu (Wicaksono, 2015

). Negara ditaksir mengalami kerugian

sekitar Rp. 467 miliar dari praktek

curang penggunaan faktur pajak fiktif

yang dilakukan oleh oknum petugas

pajak dan ratusan wajib pajak di

Bekasi, Jawa Barat. Kerugian negara

ini terjadi sejak tahun 2010 hingga Juni

2015 akibat ulah oknum Wajib Pajak

(WP) yang 'bermain' faktur pajak.

Terdapat 949 Wajib Pajak (WP) yang

terlibat dalam kasus faktur pajak fiktif

di Jawa Barat (Prayitno , 2015). maka

Direktorat Jenderal Pajak membuat

suatu inovasi baru yaitu dengan

menggunakan sistem e-Faktur yaitu

faktur pajak berbentuk elektronik, yang

disebut E-Faktur. E-Faktur adalah

Faktur Pajak yang dibuat melalui

aplikasi atau sistem elektronik yang

ditentukan dan/atau disediakan oleh

Direktorat Jenderal Pajak sesuai

dengan PER-16/PJ/2014. (Nufransa

Wira Sakti, 2015:123). Sistem ini

diharapkan dapat memudahkan dan

meningkatkan kepatuhan wajib pajak

serta dapat mengurangi secara

signifikan penggunaan faktur pajak

JURNAL PARAMETER VOLUME 2,NO.001TB JULI 2017 ISSN 1979-8865

99

fiktif. Pemberlakuan penggunaan e-

Faktur kepada seluruh Pengusaha Kena

Pajak (PKP) mulai 1 Juli 2015

merupakan hasil inovasi panjang

Direktorat Jenderal Pajak (DJP) dalam

membenahi administrasi Pajak

Pertambahan Nilai (PPN).

Dalam hal ini, e-Faktur

merupakan suatu terobosan yang

selama ini diimpikan oleh DJP dan

wajib pajak yang juga merupakan

perkembangan terbaru dari

pembenahan sistem administrasi PPN

yang telah dilaksanakan sejak tahun

2011. Dimana, setiap Pengusaha Kena

Pajak nantinya tidak lagi membuat

faktur pajak dalam bentuk manual

tetapi dalam bentuk elektronik. Dengan

adanya e-Faktur menunjukkan bahwa

DJP telah berupaya untuk terus

mengoptimalkan potensi pajak

sehingga realisasi penerimaan pajak

dapat tercapai tentunya dengan disertai

tingkat pengawasan pajak yang

dilakukan secara terus-menerus

sebagaimana modernisasi perpajakan

yang bertujuan untuk mengelola

penerimaan pajak dengan baik, efektif,

efisien dan sehat sesuai dengan prinsip

good governance. Di samping itu,

adanya sistem terbaru ini bertujuan

untuk lebih meningkatkan pemenuhan

kewajiban perpajakan khususnya

dalam hal Pajak Pertambahan Nilai

yang masih tergolong rendah.

Namun permasalahan yang

dihadapi adalah masih banyak wajib

pajak yang sengaja tidak melaksanakan

kewajiban dan belum mengetahui tata

cara untuk melaksanakan kewajiban

perpajakan. Kendala yang paling

relevan adalah ketepatan waktu

pelaporan, padahal ketepatan waktu

(timeliness) merupakan salah satu

faktor penting dalam menyajikan suatu

informasi yang relevan. Karakteristik

informasi yang relevan seharusnya

mempunyai nilai prediktif dan

disajikan tepat waktu sebagai sebuah

informasi yang dikandungnya

disediakan tepat waktu bagi pembuat

keputusan sebelum informasi tersebut

kehilangan kemampuannya dalam

mempengaruhi pengambilan

keputusan. Masih terdapat penundaan

yang tidak semestinya dalam

pelaporan, sehingga informasi yang

dihasilkan akan kehilangan

relevansinya. Sesuai dengan PSAK

(Pernyataan Standar Akuntansi

Keuangan) No. 1 paragraf 43, yaitu

jika terdapat penundaan yang tidak

semestinya dalam pelaporan, maka

informasi yang dihasilkan akan

kehilangan relavansinya (SAK,

2007:8). Informasi yang disajikan tidak

tepat waktu sehingga mengurangi atau

bahkan menghilangkan kemampuannya

sebagai alat bantu prediksi bagi

pemakainya. Informasi yang tidak

disajikan secara tepat pada saat

dibutuhkan, tidak akan mempunyai

nilai untuk dasar penentuan tindakan

pada masa yang akan datang.

Berdasarkan latar belakang

permasalahan tersebut di atas, maka

peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian lebih lanjut dengan judul

JURNAL PARAMETER VOLUME 2,NO.001TB JULI 2017 ISSN 1979-8865

100

Analisis penerapan E-Faktur dan

ketepatan waktu pelaporan terhadap

efektivitas perpajakan pada CV.

Hanada Tricipta Bekasi.

Perumusan Masalah Berdasarkan

latar belakang yang telah dipaparkan,

maka permasalahan dalam penelitian

ini adalah dapat dirumusan sebagai

berikut: 1. Apakah penerapan E-Faktur

berpengaruh terhadap efektivitas

perpajakan pada CV. Hanada Tricipta

Bekasi.? 2. Apakah ketepatan waktu

pelaporan berpengaruh terhadap

efektivitas perpajakan pada CV.

Hanada Tricipta Bekasi.? 3. Apakah

penerapan E-Faktur dan ketepatan

waktu pelaporan berpengaruh terhadap

efektivitas perpajakan pada CV.

Hanada Tricipta Bekasi.?

Tujuan Penelitian Berdasarkan

perumusan masalah maka tujuan

penelitian ini adalah: 1. Untuk

mengetahui apakah penerapan E-

Faktur berpengaruh terhadap

efektivitas perpajakan pada CV.

Hanada Tricipta Bekasi.? 2. Untuk

mengetahui apakah ketepatan waktu

pelaporan berpengaruh terhadap

efektivitas perpajakan pada CV.

Hanada Tricipta Bekasi.? 3. Untuk

mengetahui apaka penerapan E-Faktur

dan ketepatan waktu pelaporan

berpengaruh terhadap efektivitas

perpajakan pada CV. Hanada Tricipta

Bekasi.?

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat

bermanfaat :

Bagi akademisi, Penelitian ini

diharapkan dapat dijadikan khasanah

keilmuan dan dapat dijadikan referensi

bagi perguruan tinggi.

Bagi perusahaan, khususnya CV.

Hanada Tricipta Bekasi, penelitian ini

diharapkan dapat dijadikan bahan

pertimbangan dan dijadikan pedoman

bagi pihak manajemen?

Bagi Peneliti, Hasil penelitian ini dapat

dijadikan bekal pengetahuan dan dapat

meneliti yang relevan selanjutnya.

LANDASAN TEORI

2.1.1 Efektivitas Perpajakan

Pengertian Efektifitas

Perpajakan menurut Undang-undang

No.28 Tahun 2007 tentang Ketentuan

Umun dan Tata Cara Perpajakan Pasal

1 ayat (1) yaitu : Pajak adalah

kontribusi wajib kepada negara yang

terutang oleh orang pribadi atau badan

yang bersifat memaksa berdasarkan

Undang-Undang, dengan tidak

mendapatkan imbalan secara langsung

dan digunakan untuk keperluan negara

yang sebesar-besarnya dan untuk

kemakmuran rakyat. Liberti

Pandiangan, (2010:11) Efektifitas

pajak merupakan upaya dalam

mengoptimalkan penerimaan pajak

dengan berbagai jenis dan sistem

pengenaan. Barnard (dalam

Prawirosoentono, 1997: 27)

berpendapat “Accordingly, we shall say

that an action is effective if it specific

objective aim. It is efficient if it

satisfies the motives of the aim,

whatever it is effective or not.”

JURNAL PARAMETER VOLUME 2,NO.001TB JULI 2017 ISSN 1979-8865

101

Pendapat ini antara lain menunjukkan

bahwa suatu kegiatan dikatakan efektif

apabila telah mencapai tujuan yang

ditentukan.

Dari beberapa pertanyataan

diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa

suatu hal dapat dikatakan efektif

apabila hal tersebut sesuai dengan yang

dikehendaki. Artinya, pencapaian hal

yang dimaksud merupakan pencapaian

tujuan dilakukannya tindak-tindakan

untuk mencapai hal tersebut.

Efektivitas dapat diartikan sebagai

suatu proses pencapaian suatu tujuan

yang telah ditetapkan sebelumnya.

Suatu usaha atau kegiatan dapat

dikatakan efektif apabila usaha atau

kegiatan tersebut telah mencapai

tujuannya. Apabila tujuan yang

dimaksud adalah tujuan suatu instansi

maka proses pencapaian tujuan tersebut

merupakan keberhasilan dalam

melaksanakan program atau kegiatan

menurut wewenang, tugas dan fungsi

instansi tersebut.

2.1.2 Penerapan e-faktur

Dalam (Muljono, 2010:5),

PKP mempunyai hak,

diantaranya:

Menerbitkan Faktur Pajak

Faktur pajak hanya boleh diterbitkan

oleh pengusaha yang telah dikukuhkan

sebagai PKP karena faktur pajak yang

dimiliki oleh pembeli merupakan

Pajak. Masukan yang dapat dikreditkan

oleh pembeli, sehingga pengusaha

yang belum dikukuhkan sebagai PKP

tidak mempunyai hak untuk membuat

faktur pajak.

Mengkreditkan Pajak Masukan

Pengusaha yang telah dikukuhkan

sebagai PKP tidak mempunyai hak

untuk mengkreditkan Pajak Masukan

yang didapatkan dari penjual.

Meminta Kembali Kelebihan Pajak

Pengusaha yang telah dikukuhkan

sebagai PKP dapat meminta kembali

apabila terdapat kelebihan PPN atau

PPn.BM yang telah dibayar atau telah

dipungut pihak lain.

Aplikasi E-Faktur

Aplikasi e-Faktur merupakan

aplikasi yang disediakan oleh DJP

sebagai perbaikan sistem administrasi

perpajakan yang ada. Dalam

penggunaannya aplikasi ini harus

terkoneksi dengan jaringan internet.

Sampai dengan 1 Juli 2015, KPP di

Jawa dan Bali senantiasa mengadakan

sosialisasi e-Faktur. Setiap sosialisasi

yang diadakan, bertujuan untuk

memberitahukan tata cara pendaftaran

e-Faktur, tujuan dan dasar hukum e-

Faktur, serta sistem kerja e-Faktur.

Dalam sosialisasi tersebut, setiap wakil

dari WP akan diberikan CD yang berisi

aplikasi e-Faktur dummy, materi

sosialisasi e-Faktur, video tutorial e-

Faktur, serta kumpulan pertanyaan

mengenai e-Faktur. Setiap peserta

sosialisasi diwajibkan untuk membawa

laptop untuk mempraktikan langsung

aplikasi e-Faktur pada waktu

sosialisasi. Pada waktu sosialisasi

dilakukan, seluruh peserta wajib

menggunakan aplikasi e-Faktur dummy

dengan mengikuti instruktur sosialisasi.

Untuk selanjutnya, aplikasi e-Faktur

JURNAL PARAMETER VOLUME 2,NO.001TB JULI 2017 ISSN 1979-8865

102

dummy tersebut dapat digunakan

masing-masing peserta sebagai latihan

setelah sosialisasi selesai dilaksanakan.

Aplikasi tersebut dapat memudahkan

setiap orang yang ingin belajar e-

Faktur, tanpa harus takut jika data yang

digunakan ter-upload di aplikasi DJP.

Mengingat aplikasi e-Faktur tersebut

tidak terkoneksi dengan internet dan

tidak terhubung langsung dengan

aplikasi DJP.

Kewajiban membuat Faktur

Pajak Dalam (Muljono, 2010:45),

PKP wajib membuat faktur pajak untuk

setiap: 1. Penyerahan BKP di dalam

Daerah Pabean yang Dilakukan oleh

Pengusaha atau ekspor BKP Berwujud

oleh PKP dan/atau penyerahan BKP

berupa aktiva yang menurut tujuan

semula tidak untuk diperjualbelikan

oleh PKP, kecuali atas penyerahan

aktiva yang pajak masukannya tidak

dapat dikreditkan; 2. Penyerahan JKP

di dalam Daerah Pabean yang

dilakukan oleh Pengusaha; 3. Ekspor

BKP Tidak Berwujud ata ekspor BKP

berwujud; 4. Ekspor JKP.

Faktur Pajak Standar

Dalam (Muljono, 2010:45),

sebuah faktur pajak harus

mencantumkan keterangan tentang

penyerahan BKP atau penyerahan JKP,

yang paling sedikit memuat:

1. Nama, alamat, dan NPWP yang

melakukan penyerahan atau

pembelian BKP atau JKP;

2. Jenis Barang atau Jasa, jumlah harga

jual atau penggantian, dan

potongan harga;

3. PPN yang dipungut;

4. PPnBM yang dipungut;

5. Kode, nomor seri dan tanggal

pembuatan FP; dan

6. Nama, jabatan, dan tanda tangan

yang berhak.

Adapun yang dimaksud dengan

syarat material adalah bahwa barang

yang diserahkan benar, baik secara

nilai maupun jumlah. Demikian juga

pengusaha yang melakukan dan yang

menerima penyerahan BKP tersebut

sesuai dengan keterangan yang

tercantum pada faktur pajak.

Faktur pajak

Undang-undang Nomor 42

tahun 2009, menyatakan berdasarkan

hukum yang berkenan faktur pajak

diatur alam undang-undang tersebut

adalah perubahan atas undang-undang

nomor 8 tahun 1983 PPN dan PPnBM.

Paktur pajak yang berarti pungutan

pajak yang dibuat oleh pengusaha

kena pajak yang melakukan

penyerahan barang kena pajak (BKP)

atau penyerahan kena pajak atau bukti

pungutan pajak karena impo barang

kena pajak yang diguakan oleh

Direktorat Jenderal Bea dan Cukai.

Faktur pajak juga merupakan sarana

untuk mengkreditkan pajak masukan.

Oleh karena itu, faktur pajak harus

benar baik secara forml maupun secara

material. Faktur pajak harus diisi

secara lengkap,jeas dan benar serta

ditandatangani oleh pejabat yang

ditunjuk oleh pengusaha kena pajak

untuk mendatanganinya. Pengusaha

kena wajib membuat faktur pajak

JURNAL PARAMETER VOLUME 2,NO.001TB JULI 2017 ISSN 1979-8865

103

untuk setiap penyerahan barang kena

pajak atau jasa kena pajak.

Berdasarkan Undang-Undang

No 18 Tahun 2000 ,ada 4 jenis faktur

pajak diantaranya sebagai berikut:

1.Faktur pajak standar adalah faktur

pajak yang paling sedikit memuat

keterangan tentang: a. Nama, alamat,

Nomor Pokok Wajib Pajak pembeli

barang kena pajak atau jasa kena pajak.

b.Nama, alamat, danNomor Pokok

Wajib Pajak pembeli kena pajak atau

penerima Jasa Kena Paja. c Jenis

barang atau jasa, jumlah harga jual tau

penggantian dan potongan harga. d

Pajak pertambahan nilai yang

dipungut. e Pjak penjualan atas barang

mewah yang dipungut. f Kode nomor

seri dan tanggal pembuatan faktur

pajak g Nama, jabatan dan tanda

tangan yang berhak mendatangani

faktur pajak. 2. Faktur pajak gabungan

adalah faktur pajak untuk semua

penyerahan barang kena pajak dan/atau

penyerahan jasa kena pajak yang tejadi

selama satu bulan takwim kepada

pembeli barang barang kena barang

kena pajak yang sama. 3 Faktur pajak

sederhana adalah faktur pajak yang

dapat berbentuk: a.Slip cash register

atau segi cash register yang dibuat oleh

pedagang eceran selain yang

menggunakan norma faktur pajak

sederhana. b Apabila dalam harga jual

kena pajak sudah termasuk pajak

pertambahan nilai, slip cash resgister

atau segi cash register sebagaimana

dalam ayat (1) wajib diberi

keteranagan “untuk barang kena pajak

harga sudah termasuk PPN”. 4. Faktur

pajak khusus adalah faktur pajak yang

khusus digunakan untuk keperluan

khusus. Contoh PIB (Pemberitahuan

Impor Barang) . Berdasarkan Undag-

Undang Nomor 42 Tahun 2009 tentang

PPN dan PPnBM menyatakan , bahwa

faktur pajak yang berlaku adalah satu

jenis faktur pajak sedangkan faku pajak

lainnya tidak berlaku lagi.

2.1.3 Ketepatan Waktu Pelaporan

Ketepatan waktu

mengimplikasikan bahwa pelaporan

seharusnya disajikan pada suatu

interval waktu, untuk menjelaskan

perubahan dalam perusahaanyang

mungkin mempengaruhi pemakai

informasi dalam membuat prediksi dan

keputusan. Ketepatan waktu dapat

didefinisikan dengan dua cara:

Chambers dan Penman (1984) dalam

Hilmi dan Ali (2008) mendefinisikan

ketepatan waktu dalam dua cara yaitu :

1. Ketepatan waktu didefinisikan

sebagai keterlambatan waktu pelaporan

dari tanggal laporan sampai tanggal

melaporkan. 2. Ketepatan waktu

ditentukan dengan ketepatan waktu

pelaporan relatif atas tanggal pelaporan

yang diharapkan. Menurut Dyer dan

Mc Hugh (1975) dalam Hilmi dan Ali

(2008) ada tiga criteria keterlambatan

untuk melihat ketepatan waktu

penyampaian pelaporan antaralain : 1.

Preliminary lag yaitu interval jumlah

hari antara tanggal pelaporan sampai

penerimaan laporan akhir preleminary

oleh bursa. 3. Auditor’s report lag

yaitu interval jumlah hari antara

JURNAL PARAMETER VOLUME 2,NO.001TB JULI 2017 ISSN 1979-8865

104

tanggal pelaporan sampai tanggal

laporan auditor ditandatangani. 4.

Total lag yaitu interval jumlah hari

antara tanggal pelaporan sampai

tanggal penerimaan laporan

dipublikasikan oleh bursa.

Terdapat tiga kriteria

keterlambatan untuk melihat ketepatan

waktu dalam penelitiannya (Dyer dan

Mc Hugh, 1975:4): a. Preliminary lag:

interval jumlah hari antara tanggal

laporan keuangan sampai penerimaan

laporan akhir preleminary oleh bursa.

b. Auditor’s report lag: interval jumlah

hari antara tanggal laporan keuangan

sampai tanggal laporan auditor

ditandataangani. c. Total lag: interval

jumlah hari antara tanggal laporan

keuangan sampai tanggal penerimaan

laporan dipublikasikan oleh bursa.

Dalam Peraturan Nomor. X.K.2,

Lampiran Keputusan Ketua

BAPEPAM dan LK Nomor. KEP-

346/BL/2011 laporan keuangan

tahunan wajib disajikan secara

perbandingan dengan periode yang

sama tahun sebelumnya, disertai

dengan laporan akuntan dalam rangka

audit atas laporan

2.2 Kerangka Berpikir

Berdasarkan landasan teori

yang telah diungkapkan sebelumnya,

maka dapat disusun kerangka

pemikiran dalam penelitian ini seperti

gambar 2.1 berikut

:

Gambar: 2.1. Bagan Kerangka Berfikir

Keterangan:

Penerapan e-faktur (X1) berpengaruh

terhadap efektifitas perpajakan (Y)

Ketepatan waktu pelaporan (X2)

berpengaruh terhadap efektifitas

perpajakan (Y)

2.3 Hipotesis

Berdasarkan tinjauan pustaka

dan kerangka pemikiran, maka

hipotesis

dalam penelitian ini adalah dapat

diduga sebagai berikut:

1. Penerapan e-faktur berpengaruh

terhadap efektifitas perpajakan

2. Ketepatan waktu pelaporan

berpengaruh terhadap efektifitas

perpajakan

3. Penerapan e-faktur dan ketepatan

waktu pelaporan secara bersama

sama berpengaruh terhadap

efektifitas perpajakan

Penerapan E-Faktur

X1

Ketepatan Waktu

Pelaporan

X2

Efektifitas Perpajakan

Y

JURNAL PARAMETER VOLUME 2,NO.001TB JULI 2017 ISSN 1979-8865

105

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Desain penelitian merupakan

rancangan penelitian yang digunakan

sebagai pedoman dalam melakukan

proses penelitian. Desain penelitian ini

adalah dengan pendekatan deskriptif

kuantitatif, karena untuk mengetahui

pengaruh antar variabel yang diteliti

sehingga menghasilkan kesimpulan

yang akan memperjelas gambaran

mengenai objek yang diteliti.

Instrumen ini disusun sebagai

alat pengumpul data. Instrumen pada

penelitian ini berbentuk kuesioner.

Sebelum instrumen digunakan untuk

pengumpulan data, maka instrumen

penelitian harus terlebih dahulu diuji

validitas dan reabilitasnya. Dimana

validitas digunakan untuk mengukur

kemampuan sebuah alat ukur dan

reabilitas digunakan untuk mengukur

keabsahan pengukuran tersebut dapat

dipercaya. Setelah data terkumpul

maka selanjutnya dianalisis untuk

menjawab rumusan masalah dan

menguji hipotesis.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

3.3.1 Tempat Penelitian

Penelitian ini penelitian ini

dilaksanakan di kantor pelayanan pajak

CV. Hanada Tricipta Jl. Galur No. 5

Rt.005/Rw.008, Jati Cempaka Kota

Bekasi

3.3.2 Waktu Penelitian

Waktu penelitian dilakukan pada

bulan Juni sampai bulan Juli 2016.

Populasi dan Sample

Populasi

Populasi yang digunakan dalam

penelitian ini adalah berjumlah 110

responden wajib pajak yang ditemui

saat membayar pajak berdasarkan

kuesioner yang di sebarkan, kuesioner

tiap variabel yaitu variabel independen

penerapan E-Faktur dan ketepatan

waktu pelaporan sedangkan variable

dependen efektivitas perpajakan pada

CV. Hanada Tricipta Bekasi.

Sample

Sampel dalam penelitian ini

menggunakan metode purposive

sampling Adapun sampel yang

digunakan dalam penelitian ini adalah

110

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Karakteristik

Responden

Identitas berdasarkan Jenis Kelamin

Responden

Adapun data mengenai jenis

kelamin responden wajib pajak yang

sedang menyetorkan kewajiban

perpajakannya pada CV. Hanada

Tricipta Bekasi adalah sebagai berikut :

Tabel 4.1 Jenis Kelamin Responden

No Jenis Kelamin Jumlah Prosentase

1 Laki – laki 47 47%

2 Perempuan 53 53%

Total 100 100%

JURNAL PARAMETER VOLUME 2,NO.001TB JULI 2017 ISSN 1979-8865

106

4.2 Analisis Statistik Deskriptif

Uji Analisis statistik deskriptif

digunakan untuk mengetahui

gambaran, mengenai variable yang

diteliti melalui rata-rata (mean), nilai

maximum, nilai minimum dan standar

deviasi.

Jumlah responden CV.

Hanada Tricipta Bekasi ada 100. Dari

100 responden Penerapan e-faktur

(X1) memiliki nilai minimum sebesar

46.00 dan nilai maximum sebesar

54.00 dengan nilai rata-rata total

jawaban 50.4500 dan standar deviasi

1.70190. Pada variabel ketepatan

waktu pelaporan memiliki nilai

minimum sebesar 45.00 dan nilai

maximum sebesar 53.00 dengan nilai

rata-rata total jawaban 48.9500 dan

nilai standar deviasi 1.38078. Dan

pada variabel efektifitas pajak

memiliki nilai minimum 44.00 dan

nilai maximum sebesar 55.00 dengan

nilai rata-rata 50.1800dan standar

deviasi 2.11479.

4.3 Analisis Kualitas Data

4.3.1 Uji Validitas dan Reliabilitas

4.3.1.1 Uji Validitas

Uji validitas di gunakan untuk

membandingkan r hitung (tabel

corrected item-total correlation)

dengan r tabel (tabel Product Moment

dengan signifikansi 0,05) untuk degree

of freedom (df) = n-2, dimana “n”

adalah jumlah sampel penelitian

sebanyak 100 responden sehingga

diperoleh nilai (df) = 100-2. Jika r

hitung > r tabel maka kuesioner

dinyatakan valid (Ghazali, 2001:45).

Untuk nilai r tabel dilihat dari

jumlah N, jika nilai N =100 maka r

tabel 0, 195. Kuesioner akan dikatan

valid jika dari hasil uji validitas

memiliki r hitung lebih besar dari r

tabel (r hitung > r tabel).

Hasil pengujian validitas ditunjukan

dalam tabel berikut

1. Uji Validitas Item Variabel

penerapan E-Faktur

Berdasarkan pernyataan dari

tabel variabel Penerapan e-faktur (X1)

dari 11 item pertanyaan dan pernyataan

adalah 2 item yaitu item no 4 yang

tidak valid (gugur) yaitu 0, 173 < 0,195

(lihat di lampiran) dan item no.8 yaitu

0,185 < 0,195 (lihat di lampiran),

sehingga item yang valid adalah 9 hal

ini dapat dilihat dari nilai korelasi

product moment (r hitung) untuk

masing-masing item pertanyaan lebih

besar dari nilai r-tabel sebesar 0,195

(taraf signifikan 5% dan n = 5),

Dengan demikian maka 9 item dalam

instrumen memenuhi persyaratan

validitas atau shahih secara statistik

dan data tersebut dapat digunakan

untuk mengukur penelitian ini dengan

tepat dan cermat.

2. Uji Validitas Item Variabel

Ketepatan Waktu Pelaporan (X2)

Berdasarkan pernyataan dari

tabel variabel Ketepatan Waktu

Pelaporan (X2) dari 11 item pertanyaan

dan pernyataan adalah 9 item yang

JURNAL PARAMETER VOLUME 2,NO.001TB JULI 2017 ISSN 1979-8865

107

valid, 2 item yang tidak valid yaitu

item no. 1 yaitu 0, 181< 0,195 (lihat di

lampiran) dan item no. 11 yaitu 0,

184< 0,195 (lihat di lampiran),

sehingga item yang valid adalah 9 hal

ini dapat dilihat dari nilai korelasi

product moment (r hitung) untuk

masing-masing item pertanyaan lebih

besar dari nilai r-tabel sebesar 0,195

(taraf signifikan 5% dan n = 5),

Dengan demikian maka dari 9 item

dalam instrumen memenuhi

persyaratan validitas atau shahih secara

statistik dan data tersebut dapat

digunakan untuk mengukur penelitian

ini.

3. Uji Validitas Item Variabel

Efektifitas Pajak (X3)

Berdasarkan pernyataan dari

tabel variabel Efektifitas Pajak (Y) dari

11 item pertanyaan dan pernyataan

adalah 10 item yang valid dan 1 item

tidak valid yaitu item No.1 0,073<

0,195, item (lihat di lampiran),

sehingga item yang valid adalah 10 hal

ini dapat dilihat dari nilai korelasi

product moment (r hitung) untuk

masing-masing item pertanyaan lebih

besar dari nilai r-tabel sebesar 0,195

(taraf signifikan 5% dan n = 5),

Dengan demikian maka dari 10 item

dalam instrumen memenuhi

persyaratan validitas atau shahih secara

statistik dan data tersebut dapat

digunakan untuk mengukur penelitian

ini

4.3.1.2 Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas ini dilakukan

untuk menguji konsistensi jawaban dari

responden melalui kuesioner yang

diberikan. Hasil dari pengujian

reliabilitien digunakan untuk

mengetahui apakah instrumen

penelitian yang dipakai dapat

digunakan berkali-kali pada waktu

yang berbeda. Reliabilities sebenarnya

adalah alat untuk mengukur suatu

kuesioner yang merupakan indikator

dari variabel atau konstruk. Suatu

kuesioner dapat dikatakan reliabel atau

handal jika jawaban responden

terhadap pertanyaan adalah konsisten

atau stabil dari waktu ke waktu.

Hasil pengujian reliabilitas

instrumen untuk setiap variabel

penelitian adalah reliabel, karena α

hitung > 0,6 pada variabel Penerapan

e-faktur memiliki α hitung 0, 151 >

0,6 variabel Ketepatan waktu

pelaporan memiliki α hitung 0, 759>

0,6 dan variabel Penyelesaian Kredit

Bermaslah dengan Jaminan Hak

Tanggungan memiliki α hitung 0,615

> 0,6

3.5 Uji Asumsi Klasik

a. Uji Heteroskedassitas

Uji Heteroskedassitas bertujuan

untuk menguji apakah dalam suatu

model regresi terdapat persamaan atau

perbedaan varian yang dapat dilihat

dari grafik plot. Deteksi ada atau

tidaknya heteroskedassitas dapat

dilakukan dengan melihat ada tidaknya

pola tertentu pada grafik scatterplot

antara SRESIS da ZPRED, residual (Y

JURNAL PARAMETER VOLUME 2,NO.001TB JULI 2017 ISSN 1979-8865

108

prediksi- Y sesungguhnya) yang telah

di -studenttized

Jika plot membentuk pola

tertentu (bergelombang, melebar,

kemudian mnyempit) maka

mengindikasikan telah terjadi

heteroskedassitas. Jika plot tidak

membentuk pola tertentu, seperti titik-

titik menyebar di atas dan bawah angka

0 pada sumbu Y maka

mengindikasikan telah terjadi

homokedastisitas. Model regresi yang

baik adalah plot yang mengindikasikan

homokedastisitas atau idak terjadi

heteroskedassitas. (Ghozali,2001:105)

Pada gamar 4.3. menunjukan

tidak terjadi pola tertentu yang teratur

seperti bergelombang, melebar, dll.

Sesuai dengan pedoman uji

heteroskedassitas, maka dalam

penelitian ini tidak terjadi

heteroskedassitas atau disebut

homokedastisitas. Hal ini dibuktikan

dengan grafik plot diatas yang tidak

membentuk pola tertentu yang teratur

sehingga penelitian ini layak

dilakukan pengujian lebih lanjut.

b. Uji Multikolinearitas

Uji Multikolinearitas

digunakan untuk mengetahui apakah

ada hubungan atau korelasi diantara

variabel independen. Dalam penelitian

ini uji multikolinearitas digunakan

untuk menguji apakah ada korelasi

atau hubungan diantara penerapan e-

faktur dan ketepatan waktu pelaporan.

Model regresi yang baik seharusnya

tidak terjadi korelasi diantara >

variabel independen. Jika variabel

independen saling berkorelasi, maka

variabel-variabel ini tidak orthogonal,

variabel orthogonal, adalah variabel

independen yang mamiliki nilai

korelasi antar sesama variabel

independen sama dengan nol.

Multikolinearitas dapat dilihat dari

nilai toleran dan lawannya VIF. Nilai

cut off yang umum dipakai untuk

menunjukan adanya nilai

multikolinearitas adalah nilai toleran <

0,10 atau sama dengan VIF > 10

(Ghozali, 2001:91)

Tabel 4.12 Hasil Uji Multikolinearitas

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) 62.355 9.552 6.528 .000

X1 .044 .124 .035 .355 .723 .998 1.002

X2 -.294 .153 -.192 -1.926 .057 .998 1.002

a. Dependent Variable: Y

Sumber: Data Primer yang diolah 2016

Pada tabel 4.12 terlihat nilai

tolerance untuk tiap variabel sebesar

0,998 sedangkan nilai VIF untuk

masing-masing 1.002. Berdasarkan

pedoman terhadap uji multikolinieritas

nilai tolerance > 0,1 dan nilai VIF < 10

JURNAL PARAMETER VOLUME 2,NO.001TB JULI 2017 ISSN 1979-8865

109

maka terlihat bahwa tidak terjadi

korelasi diantara variabel penerapan e-

faktur, dan ketepatan waktu pelaporan

atau tidak terjadi multikolinieritas

dalam model regresi ini.

3.6 Uji Regresi Linieritas Berganda

Uji regresi linier berganda

digunakan untuk mengetahui

pengaruh atau hubungan secara linier

antara dua atau lebih variabel

independen dengan satu variabel

dependen.

Berikut adalah hasil

pengolahan data uji regresi linier

berganda dengan program SPSS versi

16:

Hasil pengujian pengaruh

variabel penerapan e-faktur, dan

ketepatan waktu pelaporan terhadap

variabel dependen efektivitas pajak

dengan menggunakan rums uji regresi

berganda Y= a + b1X1+b2X2 + e

disajikan sebagai berikut:

Tabel 4.13 Hasil Uji Regresi Linier Berganda

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) 62.355 9.552 6.528 .000

X1 .044 .124 .035 .355 .723

X2 -.294 .153 -.192 -1.926 .057

a. Dependent Variable: Y

Sumber : Data spss yang diolah, 2016

Dari tabel diatas diperoleh persamaan

regresi sebagai berikut;

Y = a+b1x1+b2x2

Y= 62.355+ 0, 044 X1 +0, 294 X2

Berdasarkan tabel 4.13

tersebut diatas terdapat nilai

3. Konstanta sebesar 0,62.355

menunjukkan bahwa jika variabel-

variabel independen (penerapan

e-faktur, ketepatan waktu pelaporan)

dalam keadaan konstan (tetap) maka

efektifitas dalam penerapan e-faktur

sebesar 1% maka nilai (Y)

(efektivitas pajak) sebesar

0,62.355%, semakin baik penerapan

e-faktur maka semakin efektif dalam

efektivitas pajak.

4. Koefisien regresi variabel penerapan

e-faktur (X1) sebesar 0,044 berarti

semakin efektif akan mengalami

peningkatan sebesar 0, 044 %

5. Koefisien regresi variabel ketepatan

waktu pelaporan (X2) sebesar 0,294

menunjukkan bahwa semakin efektif

dalam pelaporan pajak maka

ketepatan waktu pelaporan semakin

meningkat 0,294%

3.7 Uji Hipotesis

3.7.1 Uji t (T – test) Uji t digunakan untuk menguji

apakah variabel independen (variable

bebas) berengaruh secara parsial

terahadap variabel dependen (variable

terikat). Pada penelitian hipotesis 1

sampai dengan hipotesis 3 diuji

dengan menggunakan uji t. pada uji t

dilakukan dengan cara berdasarkan

nilai probabilitas. Jika nilai signifikan

JURNAL PARAMETER VOLUME 2,NO.001TB JULI 2017 ISSN 1979-8865

110

lebih kecil dari 0,05 atau 5% maka

hipotesis yang diajukan diterima atau

dikatakan signifikan. Sedangkan jika

nilai signifikan lebih besar dari 0,05

atau 5% maka hipotesis yang diajukan

ditolak atau dikatakan tidak

signifikan. Hasil uji t pada penelitian

ini dapat dilihat pada tabel 4.14

berikut ini.

Tabel 4. 14 Hasil Uji t

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) 62.355 9.552 6.528 .000

X1 .044 .124 .035 .355 .723

X2 -.294 .153 -.192 -1.926 .057

a. Dependent Variable: Y

Sumber: Data Primer yang diolah 2016

Berdasarkan tabel 4.14

Coefficients diatas menunjukan bahwa

variabel independen yang dimasukkan

dalam model yaitu penerapan e-faktur

(X1) dan ketepatan waktu pelaporan

(X2) terhadap efektivitas pajak (Y)

adalah signifikan. Hal ini dapat dilihat

probabilitas signifikannya sebesar

0,000 lebih kecil dari 0,05 yang berarti

Ha1 diterima. Berdasarkan hasil

statistik uji regresi berganda pada tabel

4.14 menunjukan bahwa

1. Pengaruh penerapan e-faktur

terhadap efektivitas pajak secara

parsial diperoleh diperoleh nilai t

hitung sebesar 0,355 dan sig 0,723 jadi

penerapan e-faktur secara parsial

terhadap efektivitas pajak tidak

berpengaruh secara signifikan karena

nilai signifikansi lebih besar dari 0,05.

(0,355 >0,05)

2. Pengaruh ketepatan waktu

pelaporan terhadap efektivitas pajak

secara parsial diperoleh diperoleh nilai

t hitung sebesar 0,-1.926 dan sig. 0,057

jadi ketepatan waktu pelaporan

terhadap efektivitas pajak tidak

berpengaruh secara signifikan karena

nilai signifikansi lebih besar dari 0,05.

(0,-1.926>0,057)

Dengan demikian penerapan e-faktur

dan ketepatan waktu pelaporan

terhadap efektivitas pajak masing-

masing tidak berpengaruh secara

positif dan signifikan.

3.7.2 Uji F (F – test)

Uji F digunakan untuk menguji

pengaruh variabel bebas terhadap

variabel terikat secara bersama–sama.

Untuk mendapatkan informasi tentang

adanya pengaruh secara menyeluruh

dari variabel bebas terhadap variabel

terikat dengan jalan membandingkan F

hitung dengan F tabel. Jika nilai

signifikan lebih kecil dari 0,05 maka

Ho ditolak, artinya ada pengaruh yang

signifikan dari variabel bebas

(independen) terhadap variabel terikat

(dependen). Sedangkan jika nilai

signifikan lebih besar dari 0,05 maka

Ho diterima, artinya tidak ada

JURNAL PARAMETER VOLUME 2,NO.001TB JULI 2017 ISSN 1979-8865

111

pengaruh yang signifikan dari variabel

independen terhadap variabel

dependen. Hasil uji F pada penelitian

ini dapat dilihat pada tabel 4.18 berikut

ini.

Tabel 4.15 Hasil Uji Statistik

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 16.639 2 8.320 1.894 .156a

Residual 426.121 97 4.393

Total 442.760 99

a. Predictors: (Constant), X2, X1

c. Dependent Variable: Y

Sumber: Data primer yang telah diolah (2016)

Berdasarkan tabel 4.16 dapat dilihat

bahwa hasil uji F menunjukan nilai F

hitung sebesar 1.894 dari nilai taraf

signifikansi 0, 156 lebih besar dari 0,05

(dalam hal ini taraf signifikasi sebesar

5%). Dengan demikian maka dapat

disimpulkan bahwa alternatif hipotesis

(Hα) yang berbunyi “Terdapat

pengaruh.

3.7.3 Hasil Uji Koefisien

Determinasi (R2)

Koefisien determinasi adalah

kadar kontribusi variabel bebas

terhadap variabel terikat (r2, R2).

Koefisien determinasi dilambangkan

dengan nilai r2. Misalkan nilai r2 =

96%, maka nilai variabel dependen

yang dapat diterangkan oleh variabel

independen adalah sebesar 96%

sedangkan 4% sisanya diterangkan

oleh galat (error) atau pengaruh

variabel lain. Hasil uji koefisien

determinasi dapat dilihat pada kolom

adjusted R square, yang ditampilkan

pada tabel berikut:

Tabel 4.16 Hasil Uji Analisis Regresi Determinasi (R2)

Model Summaryb

Model R

R

Square

Adjusted R

Square

Std. Error

of the

Estimate

Change Statistics

Durbin-

Watson

R

Square

Change

F

Change df1 df2

Sig. F

Change

1 .194a .038 .018 2.09595 .038 1.894 2 97 .156 2.074

a. Predictors: (Constant), X2, X1

b. Dependent Variable: Y

JURNAL PARAMETER VOLUME 2,NO.001TB JULI 2017 ISSN 1979-8865

112

Berdasarkan tabel diatas

dapat dilihat bahwa nilai koefisien

Adjusted R Square yang dihasilkan

oleh variabel - variabel independen

sebesar 0,18 atau 18%. Hal ini

menunjukan bahwa presentase

variable penerapan e-faktur dan

ketepatan waktu pelaporan dapat

menjelaskan variable variable

efektifitas pajak sebesar 18%.

Sedangkan sisanya sebesar 82%

(100%-18%) dipengaruhi oleh

variabel lain.

Standar error of the estimate

adalah suatu ukuran banyaknya

kesalahan model regresi dalam

memprediksi nilai Y. dari hasil regresi

diatas dapat nilai 2.09595, hal ini

berarti efektifitas tidak efektif yaitu

2.09595.

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan

pembahasan yang telah dilakukan yaitu

mengenai pengaruh penerapan e-faktur

dan ketepatan waktu pelaporan

terhadap efektifitas pajak dapat

disimpulkan sebagai berikut.

1. Penerapan e-faktur tidak

berpengaruh positif dan signifikan

terhadap efektifitas pajak. Hal ini

menunjukan bahwa Penerapan e-

faktur dan ketepatan waktu

pelaporan belum dijalankan

dengan baik sehingga efektifitas

pajak dapat dikatakan efektif.

2. Ketepatan waktu pelaporan tidak

berpengaruh positif dan signifikan

terhadap efektifitas pajak. Hal ini

menunjukan bahwa tingkat

kesadaran perpajakan seseorang

masih rendah.

3. Kemampuan persamaan regresi ini

untuk menjelaskan besarnya

variasi yang terjadi dalam variabel

terikat adalah sebesar 18%

sementara 82% dijelaskan oleh

variabel lain yang tidak

dipengaruhi dalam persamaan

regresi ini.

5.2 Saran

Saran yang dapat diberikan

sehubungan dengan hasil penelitian

yang dilakukan adalah sebagai berikut.

1. Penerapan e-faktur harus

disosialisasikan dengan baik

kepada para wajib pajak agar wajib

pajak memahami hal-hal yang

berkaitan dengan Penerapan e-

faktur. Sosialisasi ini dapat

dilakukan dengan memberikan

penyuluhan secara gratis kepada

wajib pajak secara berkala.

2. Perlu disosialisasikan sikap sadar

membayar pajak di masyarakat.

Sosialisasi ini dapat melalui iklan

di televisi, radio maupun surat

kabar serta media lainnya.

3. Aparat pajak harus lebih tegas lagi

dalam menyampaikan sanksi-sanksi

wajib pajak yang telat melaporkan

pajaknya.

DAFTAR PUSTAKA

Alijoyo, Antonius dan Zaini, Subrarto.

“Komisaris Independen: Penggerak

Praktik GCG di Perusahaan”,

Jakarta: Gramedia, 2004.

JURNAL PARAMETER VOLUME 2,NO.001TB JULI 2017 ISSN 1979-8865

113

Aryati, Titik dan Maria Theresia.

“Faktor-faktor yang Mempengaruhi

Audit

Delay dan Timeliness”, Media

Riset Akuntansi, Auditing dan

Informasi, Vol 5, No 3, 2005.

Astuti, Dewi. “Manajemen Keuangan

Perusahaan”, Jakarta: Ghalia

Indonesia, 2004.

Belkaoui, Ahmed Riahi. “Accounting

Theory” 5th Edition, Jakarta: Salemba

Empat, 2007.

Bev, Jennie S. “Pemicu Bubble Dalam

Properti,

http://www.ciputraenterpreneurship.co

m, Diakses 30 Agustus 2015,

.Boynton, William C. Johnson. et.al.

“Modern Auditing”, 7th, Jilid 1,

Jakarta:

Erlangga, 2003.

Boynton, William C. Johnson. et.al.

“Modern Auditing”, 7th , Jilid 2,

Jakarta: Erlangga, 2003.

Dyer, J.d and A.J. McGough. “The

Timeliness of The Australian Annual

Report”. Journal of Accounting

Research. Autumn, 1975 pp204-

219, 1975.

Ghozali, Imam. “Aplikasi Analisis

Multivariate Dengan Program

IBM SPSS”, Semarang: Badan

Penerbit Universitas Dipenegoro,

2012.

Halim, Abdul. “Auditing: Dasar-Dasar

Audit Laporan Keuangan” Edisi IV,

Jilid 1, Jakarta: UPP STIM

YKPN, 2008.

Hamid Abdul. “Buku Panduan

Penulisan Skripsi”, Fakultas Ekonomi

dan

Ilmu Sosial Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah,

Jakarta: UIN, 2012.

Harahap, Sofyan Yafri. “Analisis Kritis

Atas Laporan Keuangan”, Jakarta:

PT. Rajagrafindo Persada, 2010.

Haryanto. “Arti Bubble Dalam

Properti”, http://properti.pikiran-

rakyat.com,

Diakses 30 agustus 2013, 2013.

Hery. “Teori Akuntansi”, Jakarta:

Kencana, 2009.

Hilmi, Utari dan Syaiful Ali. “Analisis

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi

Ketepatan Waktu Penyampaian

Laporan Keuangan”, Simposium

Nasional Akuntansi XI

Pontianak, 2008

Ikatan Akuntan Indonesia. “Standar

Akuntansi Keuangan Indonesia”,

Jakarta: IAI, 2012.

Ikatan Akuntan Publik Indonesia.

“Standar Profesional Akuntan Publik”,

Jakarta: Salemba Empat, 2011

Ikhsan, Arfan dan Suprasto,

Herkulanus Bambang. “Teori

Akuntansi dan

Riset Multiparadigma”, Jakarta:

Grasindo, 2008.

Indreswari, Adisti Dini. “Bank Dunia

Peringatkan Ancaman Bubble

Property”,

http://www.kontan.co.id, Diakses

1 juni 2013, 2013.

Jensen, Michael C. dan William H.

Meckling. “Theory Of Firm:

Managerial Behavior, Agency

Cost and Ownership Structure,

Journal Of Financial Economic,

October, 1976 V.3, No.4, pp. 305-

360. 1976.

Kasmir. “Analisis Laporan Keuangan”,

Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada,

2012

Keputusan Direksi PT BEJ Nomor

Kep-307/BEJ/07-2004.

Keputusan Ketua Badan Pengawas

Pasar Modal dan Lembaga Keuangan

Nomor 40/BL/2007

Kieso, et.al. “Intermediate Accounting:

IFRS Edition”, Hoboken, USA :

John Wiley & Sons, 2011.

Latif, Syahid. “Terlambat Serahkan

Laporan Keuangan 2012, Dua Emiten

Lapor BEI”,

http://www.liputan6.com,

Diakses 1 juni 2013, 2013.

JURNAL PARAMETER VOLUME 2,NO.001TB JULI 2017 ISSN 1979-8865

114

Lia. “Telat Laporan Keuangan, BEI

Siapkan Sanski

Tegas”,http://www.neraca.co.id,

Diakses 24 juni 2013, 2013.

Listiana, Lisa dan Tri Pujadi Susilo.

“Faktor-faktor yang

Mempengaruhi Reporting Lag

Perusahaan”. Media Riset

Akuntansi, Vol.2 No. 1, 2012.

Merdekawati, Ika dan Regina J.

Arsjah. “Timeliness Of

Financial Reporting Analysis:

An Emprical Study In Indonesia

Stock Exchange, Simposium

Nasional Akuntansi XIV Aceh,

2011.

Nasori dan Ester Nuky. “Saham

Property tumbuh

3,11%”,http://www.investor.co.i

d, Diakses 26 juni 2013, 2013

Noviandi, Bimo Satmoko. “Analisis

Faktor-Faktor yang

Mempengaruhi Ketepatan Waktu

Pelaporan Keuangan

Perusahaan”, Tesis S-2 Program

Studi Magister Manajemen,

Program Pasca Sarjana

Universitas Dipenegoro

Semarang, 2007.

Owusu, Stephen dan Ansah.

“Timeliness Of Corporate

Financial Reporting In

Emerging Capital Market”,

Fourthcoming In Accounting &

Business Research, Vol. 30 , No.

3, 2000.

Peraturan Nomor. X.K.2, Lampiran

Keputusan Ketua BAPEPAM

dan LK Nomor. KEP-

346/BL/2011

Pradipta, Vega Aulia. “Info Saham:

ELTY Catat Rugi Bersih Rp 1,1

Triliun”, http://www.bisnis-

jabar.com, Diakses 24 juni 2013,

2013.

Putra, Restu A. “inilah Penyebab

Emiten Telat Samapaikan lapkeu”,

http://m.inilah.com, Diakses 26

juni 2013, 2013.

Putri, Hapsari Utami dan Didin

Mukodim. “Analysis Of Factors

Affecting

Financial Reporting Timeliness

In Banking Company Of

Indonesia Listed”, Jurnal

Fakultas Ekonomi Universitas

Gunadarma, 2010.

Rachmawati, Sistya. “Pengaruh Faktor

Internal dan Eksternal Perusahaan

terhadap Audit Delay dan

Timeliness”, Jurnal Akuntansi

dan Keuangan, Vol 10, No. 1,

2008.

Rahayu, Siti dan Ely Suhayati.

“Auditing: Konsep Dasar Dan

Pedoman

Pemeriksaan Akuntan Publik”,

Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010.

Respati, Novita Weningtyas. “Faktor-

faktor yang Berpengaruh terhadap

Ketepatan Waktu Pelaporan

Keuangan”, Jurnal Maksi No 4, 2004.

Rheza. “keterlambatan Laporan

Keuangan Emiten Cenderung

Meningkat”,

http://www.ipotnews.com,

Diakses 26 juni 2013, 2013.

Romney, Marshall B dan Paul Jhon

Steinbart. “Accounting Information

Systems”: International

Edition, 11th Edition, USA:

Pearson Prentice Hall, 2009.

Saleh Rachmat. “Studi Emipiris

Ketepatan Waktu Pelaporan Keuangan

perushaan Manufaktur di Bursa

Efek Jakarta”, Tesis S-2

Program Studi Magister Sains

Akuntansi, Program pasca

Sarjana Universitas Dipenegoro

Semarang, 2004.

Scott William. R. “Financial

Accounting Theory” 6th Edition,

Canada:

Prentice Hall Canada Inc, 2012.

Sekaran, Uma. “Research Methods For

Business”, Jakarta: Salemba

Empat,2007.

Septriana, Ira. “Analisis Faktor-Faktor

yang Berpengaruh

terhadapKetepatan Waktu

Pelaporan Keuangan”, Jurnal

Maksi Vol 10 No 1, 2010.

JURNAL PARAMETER VOLUME 2,NO.001TB JULI 2017 ISSN 1979-8865

115

Suharli, Michell. “Pelaporan

Keuangan, Sesuai Dengan Prinsip

Akuntansi”,

Jakarta: Grasindo, 2009.

Suharyadi dan purwanto S.K.

“Statistika Untuk Ekonomi dan

Keuangan

Modern” Buku 1 Edisi II,

Jakarta: Salemba Empat, 2009.

Sundjaja, Ridwan S et.al. “Manajemen

Keuangan 2”, edisi VI, Bandung:

Literata lintas Media, 2010.

Surya, Indra dan Yustiavandana, Ivan.

“Penerapan Good Corporate

Governance:

Mengesampingkan Hak-Hak

Istimewa Demi Kelangsungan

Usaha”, Jakarta: Kencana

Prenada Media Group,2008.

Vuran, Bengii dan Burcu Adiloglu. “Is

Timeliness Of Corporate Financial

Reporting Releated To

Accounting Variabels?

Evidence From Istanbul Stock

Exchange”, International

Journal Of Business And Social

Science Vol. 4 No.6, 2013.

Whittington O. Ray dan Kurt Pany.

“Principles Of Auditing and

Other Assurance Service”, 14th

Edition, USA: Mc Graw Hill,

2004.

Wilamarta, Mishardi. “Hak Pemegang

Saham Minoritas Dalam

Rangka Good Corporate

Governance, Cet II”, Jakarta:

Program Pasca Sarjana. FH-UI,

2002.

Williams, Chuck. “Manajemen Buku

1”, Jakarta: Salemba Empat, 2001.

Yadiati, Winwin. “Teori Akuntansi:

Suatu Pengantar”, Jakarta: Kencana,

2007.

Yusralaini et.al. “Analisis Faktor-

Faktor yang Mempengaruhi

Ketepatan Waktu Penyampaian

Laporan Keuangan Ke Publik”,

Jurnal Ekonomi Volume 18,

2010.

JURNAL PARAMETER VOLUME 2,NO.001TB JULI 2017 ISSN 1979-8865

116

PENGARUH MODAL KERJA TERHADAP PROFITABILITAS PADA

PERUSAHAAN SEKTOR MAKANAN DAN MINUMAN YANG TERDAFTAR

DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI)

PADA TAHUN 2010-2014

Carum Widodo

Dosen Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Tribuana

Email:[email protected]

ABSTACK

This study aims to analyze the effect of working capital (which is the Sales

growth ratio, Financial debt ratio, Fixed financial assets ratio) to profitability ROA

(Return on assets) in food and beverage companies listed on Indonesia Stock

Exchange (BEI) in 2010- 2014.

The object of this research are 14 food and beverage companies listed in

Indonesia Stock Exchange (BEI). And the report data used is the company's financial

statements for 5 years from 2010-2014.

The method used is multiple regression analysis. From this research it will

be known that for Sales growth ratio, Financial debt ratio, Fixed financial assets ratio

gives significant result to ROA (Return on assets). And for the result of R2 0,227

means 22,7% ROA (return on assets) influenced by both variables. While the

remaining 77.3% influenced by other factors not examined in this study.

Keywords: Working Capital, Profitability

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa pengaruh modal kerja (yang

merupakan Sales growth ratio,Financial debt ratio,Fixed financial assets ratio)

terhadap profitabilitas ROA (Return on assets) pada perusahaan makanan dan

minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2010-2014.

Objek penelitian ini adalah 14 perusahaan makanan dan minuman yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Dan data laporan yang digunakan adalah

laporan keuangan perusahaan selama 5 tahun dari 2010-2014.

Metode yang digunakan adalah analisis regresi berganda. Dari penelitian ini

maka akan diketahui bahwa untuk Sales growth ratio,Financial debt ratio,Fixed

financial assets ratio memberikan hasil yang signifikan terhadap ROA (Return on

assets). Dan untuk hasil R2 0,227 artinya 22,7% ROA (return on assets) dipengaruhi

oleh kedua variabel tersebut. Sedangkan sisanya 77,3% dipengaruhi oleh faktor lain

yang tidak diteliti dalam penelitian ini.

Kata Kunci :Modal Kerja,Profitabilitas

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perekonomian negara Indonesia

pada saat ini sedang menuju pada era

globalisasi yang memberikan peluang

bagi perusahaan untuk

mengembangkan usahanya. Dilain

pihak dengan adanya perdagangan

bebas pada era globalisasi ini

menimbulkan persaingan yang ketat,

sehingga perusahaan harus mampu

mengantisipasi dan menghadapi segala

JURNAL PARAMETER VOLUME 2,NO.001TB JULI 2017 ISSN 1979-8865

117

situasi agar bisa bertahan dan dapat

terus maju dan berkembang.

Pemenuhan akan modal kerja

terdiri dari saldo laba,modal dari para

pemegang saham dan dari sumber

lainnya seperti modal pinjaman,selain

ditunjang oleh pemenuhan modal yang

tepat agar perusahaan dapat

berkembang dengan baik,maka

dilakukan pengelolaan yang efektif dan

efesien. Apalagi disertai dengan

adanya tindakan pengendalian yang

efektif tujuannya untuk mencegah

timbulnya penyimpangan yang terjadi.

Menurut Susan Irawati (2006:40)

Modal kerja merupakan investasi

perusahaan dalam bentuk aktiva lancar

atau current assets.

Dengan adanya pengelolaan

yang efisien dalam melakukan kegiatan

operasional perusahaan maka akan

berpengaruh terhadap keberhasilan

perusahaan yang ditandai dengan

adanya laju pertumbuhan yang

meningkat. Laju pertumbuhan tersebut

pastinya membutuhkan adanya

penambahan pembiayaan, baik

penambahan pembiayaan aktiva lancar

ataupun aktiva tetap. Didalam

perusahaan modal jumlahnya harus

memadai, tetapi harus dijaga pula agar

modal ini tidak sampai

berlebihan,suatu perusahaan harus

berhati-hati dalam membuat dan

mengambil keputusan mengenai modal

kerja. Sebab kegagalan suatu

perusahaan adalah tidak mencukupi

modal perusahaan,adapun sebaliknya

bahwa modal yang berlebihan dapat

dikatakan sebagai dana tidak produktif.

Penggunaan modal harus seefisien

mungkin dalam arti modal yang

tersedia tidak perlu berlebihan dan

tidak kekurangan modal yang besar

memungkinkan terjadinya idle fund

(dana yang menganggur) hal ini akan

mengakibatkan terjadinya inefisiensi

demikian sebaliknya modal yang kecil

akan mengakibatkan terganggunya

operasi perusahaan.

Apabila menjalankan

perusahaan hanya dengan melihat

tingkat dana yang besar belum

merupakan ukuran bahwa perusahaan

tersebut telah bekerja secara efisien

untuk menghasilkan laba.

Mengukur efisien itu harus

menghitung profitabilitas,profitabilitas

diartikan sebagai kemampuan

perusahaan dalam memperoleh laba.

Menurut R Agus Sartono (2010:39)

menyatakan bahwa profitabilitas

adalah kemampuan perusahaan

memperoleh laba dalam hubungannya

dengan penjualan,total aktiva,maupun

modal sendiri. Untuk mengukur tingkat

Profitabilitas yang ada pada perusahaan

dapat dilakukan dengan bermacam cara

tergantung pada laba atau modal mana

yang akan dibandingkan. Maka dari itu

pengelolaan modal kerja harus

dilakukan seefektif mungkin agar dapat

meningkatkan laba operasional

perusahaan sehingga perusahaan dapat

berjalan dan bertahan.

Berdasarkan uraian diatas maka

penulis tertarik untuk melakukan

penelitian serta membahas masalah

JURNAL PARAMETER VOLUME 2,NO.001TB JULI 2017 ISSN 1979-8865

118

tersebut yang dituangkan dalam skripsi

yang berjudul “PENGARUH

MODAL KERJA TERHADAP

PROFITABILITAS PADA

PERUSAHAAN SEKTOR

MAKANAN DAN MINUMAN

YANG TERDAFTAR DI BURSA

EFEK INDONESIA (BEI) TAHUN

2010-2014 ”.

Perumusan Masalah

Dari uraian dilator belakang

tersebut maka masalah dalam

penelitian ini dapat dirumuskan sebagai

berikut:

Apakah modal kerja berpengaruh

terhadap profitabilitas (return on

assets) pada perusahaan sektor

makanan dan minuman yang terdaftar

di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun

2010-2014.

Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan

masalah tersebut maka tujuan

penelitian ini adalah untuk mengetahui

Apakah modal kerja berpengaruh

terhadap profitabilitas (return on

assets) pada perusahaan sektor

makanan dan minuman yang terdaftar

di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun

2010-2014.

KAJIAN PUSTAKA

2.1.1 Pengertian Modal Kerja

Menurut Brigham dan Houston

(2010:131) menyatakan bahwa “modal

kerja itu kadang-kadang disebut juga

modal kerja kotor sebenarnya adalah

aktiva lancar yang digunakan dalam

operasi”. Menurut Bambang Riyanto

(2001:57-58) menyatakan bahwa ada

tiga konsep pengertian modal kerja,

yaitu : Konsep Kuantitatif, Konsep ini

mendasarkan pada kuantitas dari dana

yang tertanam dalam unsur-unsur

aktiva lancar dimana aktiva ini

merupakan aktiva yang sekali berputar

kembali dalam bentuk semula atau

aktiva dimana dana yang tertanam

didalamnya akan dapat bebas lagi

dalam waktu yang pendek. Dengan

demikian modal kerja menurut konsep

ini adalah keseluruhan dari jumlah

aktiva lancar modal kerja dalam

pengertian ini sering di sebut modal

kerja bruto (gross working capital).

Konsep Kualitatif, Konsep kualitatif ini

pengertian modal kerja juga dikaitkan

dengan besarnya jumlah utang lancar

atau utang yang segera harus di bayar.

Dengan demikian maka sebagian dari

aktiva lancar ini harus disediakan

untuk memenuhi kewajiban finansial

yang segera harus dilakukan,dimana

bagian aktiva lancar ini tidak boleh

digunakan untuk membiayai

operasionalnya perusahaan untuk

menjaga likuiditasnya. Oleh karenanya

maka modal kerja menurut konsep ini

adalah sebagian aktiva lancar yang

benar-benar dapat digunakan untuk

membiayai operasinya perusahaan

tanpa mengganggu likuiditasnya,yaitu

yang merupakan kelebihan aktiva

lancar diatas utang lancarnya.

Modal kerja dalam pengertian ini

sering disebut modal kerja neto (net

working capital) Konsep Fungsional,

Konsep ini didasarkan pada fungsi dari

JURNAL PARAMETER VOLUME 2,NO.001TB JULI 2017 ISSN 1979-8865

119

dana dalam menghasilkan pendapatan

(income). Setiap dana yang dikerjakan

atau digunakan dalam perusahaan

adalah dimaksudkan untuk

menghasilkan pendapatan. Ada

sebagian dana yang digunakan dalam

suatu periode accounting tertent yang

seluruhnya langsung menghasilkan

pendapatan bagi periode tersebut

(current income) dan ada sebagian

dana lain yang juga digunakan selama

periode tersebut tetapi tidak seluruhnya

digunakan untuk menghasilkan

“current income”.

Menurut Garrison Noreen terjemahan

A Totok Budisantoso (2001:793) yang

di maksud dengan modal kerja adalah

“kelebihan aktiva lancar diatas

kewajiban lancar”. Menurut Sri Dwi

Ari Ambarwati (2010:112) menyatakan

bahwa modal kerja adalah modal yang

seharusnya tetap ada dalam perusahaan

sehingga operasional perusahaan

menjadi lebih lancar serta tujuan akhir

perusahaan untuk menghasilkan laba

akan tercapai. Menurut C Handoyo

Wibisono (2008:81) modal kerja

adalah “dana yang dipergunakan untuk

melangsungkan kegiatan operasional

sehari-hari”. Menurut Sutrisno

(2009:39) modal kerja merupakan

salah satu unsur aktiva yang sangat

penting dalam perusahaan. Karena

tanpa modal kerja perusahaan tidak

dapat memenuhi kebutuhan dana untuk

menjalankan aktivitasnya. Masa

perputaran modal kerja yakni sejak kas

ditanamkan pada elemen-elemen

modal kerja hingga menjadi kas lagi

adalah kurang dari satu tahun

penggunaan modal kerja

tersebut.Menurut Koib (2008:129)

modal kerja adalah investasi

perusahaan dalam aktiva jangka

pendek atau lancar termasuk

didalamnya

kas,sekuritas,piutang,persediaan dan

dalam beberapa perusahaan ,biaya

dibayar di muka.

Jenis-Jenis Modal Kerja

Menurut Abd’rachim (2008:23)

ada dua jenis modal kerja yaitu sebagai

berikut: Modal Kerja Permanen

(Permanen Working Capital),

Merupakan modal kerja yang harus

tetap ada pada perusahaan agar dapat

menjalankan fungsinya,kita dapat

membedakannya menjadi : Modal

Kerja primer (Primary Working

Capital) Adalah modal kerja minimal

yang harus ada dalam perusahaan

untuk menjamin agar perusahaan tetap

bisa beroperasi.

Modal Kerja Normal (Normal Working

Capital), Adalah modal kerja yang

harus ada agar perusahaan bisa

beroperasi dengan tingkat produksi

normal. Modal Kerja Variabel

(Variabel Working Capital)

Merupakan modal kerja yang

jumlahnya berubah-ubah karena

keadaan darurat yang tidak diketahui

sebelumnya,yang dapat dibedakan

menjadi : - Modal Kerja Musiman

(Seasonal Working Capital) Adalah

sejumlah dana yang dibutuhkan untuk

mengatisipasi apabila ada fluktuasi

kegiatan perusahaan. - Modal Kerja

JURNAL PARAMETER VOLUME 2,NO.001TB JULI 2017 ISSN 1979-8865

120

Siklus (Cyclical Working Capital)

Adalah modal kerja yang jumlah

kebutuhannya dipengaruhi oleh

fluktuasi konjugtor. - Modal Kerja

Darurat (Emergency Working Capital),

Adalah modal kerja ini jumlah

kebutuhannya dipengaruhi oleh

keadaan-keadaan yang terjadi diluar

kemampuan perusahaan.

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi

Modal Kerja

Jumlah modal kerja yang

dibutuhkan oleh setiap perusahaan

adalah berbeda. Modal kerja

perusahaan jasa relative lebih kecil

disbanding dengan modal kerja

perusahaan indusrti. Demikian pula

bagi sebuah perusahaan,kebutuhan

akan modal kerja dari waktu ke waktu

juga tidak sama. Ada beberapa faktor

yang mempengaruhi modal kerja

(Abd’rachim 2008:23-24) sebagai

berikut : Jenis kegiatan operasi

perusahaan, Jangka waktu yang

dibutuhkan untuk menghasilkan

barang, Cara pembelian dan penjualan,

Perputaran dari persediaan, Perputaran

dari piutang, Risiko dari harta lancer,

Credit rating dari perusahaan yang

bersangkutan, Sedangkan komposisi

modal kerja dipengaruhi oleh faktor-

faktor berikut : Sifat kegiatan

perusahaan, - Faktor-faktor ekonomi,

Peraturan-peraturan pemerintah yang

berhubungan dengan pengendalian

kredit, Suku bunga yang berlaku,

Jumlah uang yang beredar,

Tersedianya bahan-bahan dipasar,

Kebijaksanaan didalam perusahaan.

Menurut Kasmir (2008:254) modal

kerja yang dibutuhkan perusahaan

harus segera terpenuhi sesuai dengan

kebutuhan perusahaan. Ada beberapa

faktor yang dapat memengaruhi modal

kerja adalah sebagai berikut : Jenis

perusahaan, Syarat kredit, Waktu

produksi, Tingkat perputaran

persediaan, Menurut Sawir (2008:134)

penentuan jumlah modal kerja diangap

cukup bagi suatu perusahaan

dipengaruhi beberapa faktor sebagai

berikut : Sifat atau tipe perusahaan,

Waktu yang dibutuhkan untuk

memproduksi atau memperoleh barang

yang akan dijual serta harga per satuan

dari barang tersebut. Syarat pembelian

bahan atau barang dagangan. Syarat

penjualan. - Tingkat perputaran

persediaan.

Sumber Modal Kerja

Menurut Kasmir (2008:257-

258) sumber-sumber dana untuk modal

kerja dapat diperoleh dari penurunan

jumlah aktiva dan kenaikan passiva.

Berikut ini beberapa sumber modal

kerja yang dapat digunakan yaitu :

Hasil operasi perusahaan, Keuntungan

penjualan suat-surat berharga,

Penjualan saham, Penjualan aktiva

tetap, Penjualan obligasi, Memperoleh

pinjaman, Dana hibah dan Sumber

lainnya, Hasil Operasi perusahaan

maksudnya adalah pendapatan atau

laba yang diperoleh pada periode

tertentu. Pendapatan atau laba yang

diperoleh perusahaan ditambah dengan

penyusutan.

JURNAL PARAMETER VOLUME 2,NO.001TB JULI 2017 ISSN 1979-8865

121

Keuntungan penjualan surat-

surat berharga juga dapat digunakan

untuk keperluan modal kerja. Besar

keuntungan tersebur adalah selisih

antara harga beli dengan harga jual

surat berharga tersebut. Penjualan

saham artinya perusahaan melepas

sejumlah saham yang masih dimiliki

untuk dijual kepada berbagai pihak.

Hasil penjualan saham ini dapat

digunakan sebagai modal kerja.

Penjualan aktiva tetap maksudnya yang

dijual disini adalah aktiva tetap yang

kurang produktif atau masih

menganggur.Penjualan obligasi artinya

perusahaan mengeluarkan sejumlah

obligasi untuk dijual kepada pihak

lainnya. Hasil penjualan ini juga dapat

dijadikan modal kerja,sekalipun hasil

penjualan obligasi lebih diutamakan

kepada investasi perusahaan jangka

panjang. Memperoleh pinjaman dari

kreditor (Bank atau lembaga lain)

terutama pinjaman jangka

pendek,khusus untuk pinjaman jangka

panjang juga dapatdigunakan hanya

saja diperuntukkan pinjaman jangka

panjang biasanya digunakan untuk

kepeningan investasi. Perolehan dana

hibah dari berbagai lembaga ini juga

dapat digunakan sebagai modal kerja.

Dana hibah ini biasanya tidak

dikenakan beban biaya sebagaimana

pinjaman dan tidak ada kewajiban

pengembalian. Sedangkan Menurut

Sawir (2008:141) sumber-sumber

modal kerja yang akan menambah

modal kerja adalah : Adanya kenaikan

sektor modal, baik yang berasal dari

laba maupun penambahan modal

saham. Ada pengurangan atau

penurunan aktiva tetap karena adanya

penjualan aktiva tetap maupun melalui

proses depresiasi. Ada penambahan

utang jangka panjang,baik dalam

bentuk obligasi atau utang jangka

panjang lainnya.

Menurut Syahril dan Purba

(2013:71) yang termasuk sumber-

sumber modal kerja adalah sebagai

berikut : Penjualan aktiva tetap dan

investasi jangka panjang, Penjualan

ekuitas saham dan utang obligasi, Laba

bersih setelah pajak, Penyusutan atau

depresiasi aktiva tetap

Penggunaan Modal Kerja

Menurut Kasmir (2008:258)

penggunaan modal kerja dapat

diperoleh dari kenaikan aktiva tetap

dan menurunnya passiva. Secara umum

dikatakan bahwa penggunaan moda

kerja biasa dilakukan perusahaan untuk

: Pengeluaran untuk gaji,upah,dan

biaya operasi perusahaan lainnya,

Pengeluaran untuk membeli bahan

baku atau barang dagangan, Menutupi

kerugian akibat penjualan surat

berharga, Pembentukan dana,

Pembelian aktiva tetap (tanah,

bangunan, kendaraan, mesin, dan lain-

lain), Pembayaran utang jangka

panjang (obligasi, hipotek, utang bank

jangka panjang) Pembelian atau

penarikan kembali saham yang

beredar, Pengambilan uang atau barang

untuk kepentingan pribadi dan

Pengunaan lainnya. Sedangkan

Menurut Sawir (2008:142)

JURNAL PARAMETER VOLUME 2,NO.001TB JULI 2017 ISSN 1979-8865

122

penggunaan-penggunaan modal kerja

yang mengakibatkan turunnya modal

kerja sebagai berikut : Berkurangnya

modal sendiri karena kerugian maupun

pengambilan privasi oleh pemilik

perusahaan, Pembayaran utang-utang

jangka panjang. Adanya penambahan

atau pembelian aktiva tetap.

Menurut Syahril dan Purba

(2013:71) yang termasuk penggunaan

modal kerja adalah : Perubahan ativa

tetap dan investasi jangka panjang,

Penarikan atau pelunasan ekuitas

saham dan utang obligasi, Pembayaran

deviden, Rugi bersih yang di derita

perusahaan.

2.1.2 Rasio Profitabilitas

2.1.2.1 Pengertian Profitabilitas

Menurut James C Van Horne

dan John M Wachowicz (2013:180)

profitabilitas adalah” rasio yang terdiri

atas 2 jenis rasio yang menunjukkan

profitabilitas dalam kaitannya dengan

penjualan dan rasio yang menunjukkan

profitabilitas dengan investasi”.

Menurut Budi Rahardjo (1993:19)

menyatakan bahwa profitabilitas

adalah “kemampuan perusahaan untuk

menghasilkan keuntungan dengan

menggunakan modal yang tertanam

didalamnya”. Menurut Irham Fahmi

(2011:135) Profitabilitas adalah rasio

untuk mengukur efektivitas manajemen

secara keseluruhan yang di tunjukkan

oleh besar kecilnya tingkat keuntungan

yang diperoleh dalam hubungannya

dengan penjualan maupun

investasi,semakin baik rasio

profitabilitas maka semakin baik

menggambarkan kemampuan tingginya

perolehan keuntungan perusahaan.

Menurut L M Samyrn (2001:336)

Profitabilitas adalah suatu analisis yang

berupa perbandingan data keuangan

sehingga informasi keuangan tersebut

menjadi lebih berarti,biasanya

mencakup kemampuan manajemen

menciptakan laba dari aktiva

perusahaan. Menurut Munawir

(2004:33) Profitabilitas adalah

menunjukkan kemampuan perusahaan

untuk menghasilkan laba selama

periode tertentu. Profitabilitas suatu

perusahaan diukur dengan kesuksesan

perusahaan dan kemampuan

menggunkana aktivanya secara

produktif,dengan demikian

profitabilitas suatu perusahaan dapat

diketahui dengan membandingkan

antara laba yang diperoleh dalam suatu

periode dengan jumlah ativa atau

jumlah modal perusahaan tersebut.

Menurut Robert N Anthony dan

Vijay Govindarajan (2005:60)

Profitabilitas adalah kapasitas untuk

menghasilkan laba biasanya

merupakan tujuan yang paling

penting,profitabilitas dinyatakan dalam

arti dan konsep yang paling baik

melalui persamaan yang merupakan

hasil dari dua rasio yaitu : -Rasio

pertama dalam perhitungan persentase

margin laba (profit margin

percentage). -Rasio kedua merupakan

perputaran investasi (investment

turnover/ITO).

Jenis-jenis Rasio Profitabilitas

JURNAL PARAMETER VOLUME 2,NO.001TB JULI 2017 ISSN 1979-8865

123

Menurut Kasmir (2008:198)

Masing-masing jenis rasio

profitabilitas di gunakan untuk menilai

serta mengukur posisi keuangan dalam

suatu periode tertentu atau untuk

beberapa periode. Jenis-jenis rasio

yang dapat digunakan adalah : 1. Profit

margin (profit margin on sales), 2.

Return on investment (ROI), 3. Return

on equity (ROE), 4. Laba per saham.

Sedangkan menurut L M Samryn

(2001:336-337) yang termasuk jenis-

jenis profitabilitas adalah sebagai

berikut : 1. Marjin laba bersih, 2. ROI

(Return on investment), 3. ROE

(Return on equity), 4. Laba per saham

(EPS). Rasio yang digunakan dalam

mengukur profitabilitas :

Return on investment/Return on assets

Menurut Munawir (2004:89)

menunjukkan kemampuan perusahaan

menghasilkan laba dari aktiva yang

digunakan.

Tujuan Dan Manfaat Rasio Profitabilitas

Menurut Kasmir (2008:197-198)

tujuan penggunaan rasio profitabilitas

bagi perusahaan maupun bagi pihak

luar perusahaan yaitu : Untuk

mengukur atau menghitung laba yang

diperoleh perusahaan dalam satu

periode tertentu. Untuk menilai posisi

laba perusahaan tahun sebelumnya

dengan tahun yang akan datang. Untuk

menilai perkembangan laba dari waktu

ke waktu. Untuk menilai besarnya laba

bersih sesudah pajak dengan modal

sendiri. Sementara Manfaat yang

diperoleh adalah untuk : Mengetahui

besarnya tingkat laba yang diperoleh

perusahaan dalam satu periode.

Mengetahui posisi laba perusahaan

tahun sebelumnya dengan tahun

sekarang. Mengetahui perkembangan

laba dari waktu ke waktu. Mengetahui

besarnya laba bersih sesudah pajak

dengan modal sendiri. Mengetahui

produktivitas dari seluruh dana

perusahaan yang digunakan baik modal

pinjaman maupun modal sendiri.

2.2 Kerangka Pemikiran

Keterangan

Variable bebas Modal Kerja (X)

Variable terikat Probabilitas (Y)

𝑅𝑂𝐴 =𝐿𝑎𝑏𝑎 𝑠𝑒𝑡𝑒𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑎𝑗𝑎𝑘

𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑎𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎 X 100%

Modal Kerja

(X)

Probabilitas

(Y)

JURNAL PARAMETER VOLUME 2,NO.001TB JULI 2017 ISSN 1979-8865

124

2.4 Hipotesis Penelitian

Hipotesis menurut pernyataan

Kerlinger (2006: 30), adalah dugaan

(conjectural) tentang hubungan antara

dua variabel atau lebih. Hipotesis

selalu mengambil bentuk kalimat

pernyataan (declarative) dan

menghubungkan secara umum maupun

khusus-variabel yang satu dengan

variabel yang lain.

Berdasarkan pendapat ahli di atas maka

dapat disimpulkan bahwa hipotesis

adalah pernyataan dugaan sementara

tentang hubungan antara variabel bebas

dan variable terikat harus diuji lagi

kebenarannya melalui penelitian

ilmiah.

Adapun hipotesis yang dikemukakan

adalah sebagai berikut:

Terdapat Pengaruh modal kerja (X)

terhadap produktivitas (Y)

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Penelitian ini terdiri dari dua

variabel yaitu variabel bebas (X) dan

variabel terikat (Y). Dimana variabel

bebas yaitu modal kerja yang terdiri

dari Sales growth ratio,Financial debt

ratio,dan Fixed financial assets ratio

dan variabel terikatnya profitabilitas

yaitu ROA (Return on assets).

3.2 Metode Penelitian

3.2.1 Operasionalisasi Variabel

Penelitian

Variabel penelitian ini ada 2

variabel yaitu variabel bebas (X) dan

Variabel terikat (Y) untuk variabel

yang akan dianalisa dikelompokkan

menjadi :

Variabel Dependen : ROA (Return

on assets)

Variabel Independen :

1. Sales growth ratio

2. Financial debt ratio

3. Fixed financial assets ratio

Definisi Operasional Variabel

:

ROA (Return on assets): kemampuan

perusahaan menghasilkan laba dari

aktiva yang digunakan

.

Modal Kerja : investasi

perusahaan dalam aktiva jangka

pendek atau lancar termasuk di

dalamnya

kas,sekuritas,piutang,persediaan dan

dalam beberapa perusahaan ,biaya

dibayar di muka.

Sales Growth Ratio : rasio

pertumbuhan penjualan dengan

membandingkan penjualan tahun ini

dengan tahun sebelumnya. (Deloof

:2003)

ROA = Earning after tax X 100%

Total Assets

Total Assets

JURNAL PARAMETER VOLUME 2,NO.001TB JULI 2017 ISSN 1979-8865

125

Financial Debt Ratio : rasio mengukur

kemampuan perusahaan dalam

memenuhi utang.

Fixed Financial Assets Ratio : rasio

mengukur kemampuan perusahaan

dalam memenuhi aktiva tetap.

Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah 18

laporan keuangan perusahaan sektor

makanan dan minuman yang terdaftar

di Bursa Efek Indonesia (BEI). Tahun

2010-2014 melalui website IDX.

Pengambilan sampel dalam

penelitian ini adalah menggunakan

metode purposive sampling, dimana

sampel penelitian ditentukan dengan

pertimbangan atau kriteria tertentu

Sugiyono, (2014: 85). Sampel dalam

penelitian ini adalah 14 laporan

keuangan perusahaan sektor makanan

dan minuman yang terdaftar di Bursa

Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2010-

2014 yang telah diaudit dari akuntan

publik yang dipilih. Dan sisanya

perusahaan sektor makanan dan

minuman lainnya tidak dicatat

dikarenakan laporan keuangan yang

diingingkan tidak tercantum untuk

periode tahun 2010-2014.

Teknik Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam

penelitia ini adalah data sekunder

laporan tahunan perusahaan sektor

makanan dan minuman yang terdaftar

di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan

telah dipublikasikan. www.idx.co.id.

Laporan keuangan yang digunakan

adalah 18 laporan keuangan

perusahaan sektor makanan dan

minuman yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia (BEI) pada tahun 2010-2014

terdiri dari :

a. Akasha wira internasional Tbk, b.

Delta Djakarta Tbk, c. Fast food

Indonesia Tbk, d. Indofood sukses

𝑆𝑎𝑙𝑒𝑠 𝑔𝑟𝑜𝑤𝑡ℎ 𝑟𝑎𝑡𝑖𝑜 =𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛 𝑖𝑛𝑖−𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛 𝑠𝑒𝑏𝑒𝑙𝑢𝑚𝑛𝑦𝑎

𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛 𝑠𝑒𝑏𝑒𝑙𝑢𝑚𝑛𝑦𝑎 X 100%

𝐹𝑖𝑛𝑎𝑛𝑐𝑖𝑎𝑙 𝑑𝑒𝑏𝑡 𝑟𝑎𝑡𝑖𝑜 =𝐻𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔

𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑎𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎 X 100%

𝐹𝑖𝑥𝑒𝑑 𝑓𝑖𝑛𝑎𝑛𝑐𝑖𝑎𝑙 𝑎𝑠𝑠𝑒𝑡𝑠 𝑟𝑎𝑡𝑖𝑜 =𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎 𝑡𝑒𝑡𝑎𝑝

𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑎𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎 X 100%

JURNAL PARAMETER VOLUME 2,NO.001TB JULI 2017 ISSN 1979-8865

126

makmur Tbk, e. Indofood CBP sukses

makmur Tbk, f. Japfa comfeed

Indonesia Tbk, g. Multi bintang

Indonesia Tbk, h. Mayora indah Tbk, i.

Nippon indosari corporindo Tbk, j.

Prasidha aneka niaga Tbk, k. Siantar

top Tbk, l. Sekar laut Tbk, m. Ultra

jaya milk industry Tbk, n. Wilmar

cahaya Indonesia Tbk

Teknik Analisis dan Pengujian

Hipotesis

Uji Asumsi Klasik

Dalam penggunaan analisis

korelasi agar menunjukkan hubungan

yang valid atau tidak maka perlu

pengujian asumsi klasik pada model

regresi yang di gunakan.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Tabel 4.1Nama perusahaan sektor makanan dan minuman

No Nama Perusahaan Tanggal Pendaftaran

1 Akasha wira internasional Tbk 13 Juni 1994

2 Delta djakarta Tbk 12 Februari 1984

3 Fast food indonesia Tbk 11 Mei 1993

4 Indofood sukses makmur Tbk 14 Juli 1994

5 Indofood CBP sukses makmur Tbk 7 Oktober 2010

6 Japfa comfeed indonesia Tbk 23 Oktober 1989

7 Multi bintang indonesia Tbk 17 Januari 1994

8 Mayora indah Tbk 4 Juli 1990

9 Nippon indosari corpindo Tbk 28 Juni 2010

10 Prasidha aneka niaga Tbk 18 Oktober 1994

11 Siantar top Tbk 16 Desember 1996

12 Sekar laut Tbk 8-Sep-93

13 Ultra jaya milk industry Tbk 02 November 1971

14 Wilmar cahaya indonesia Tbk 9 Juli 1996

Tabel 4.2 Data Analisis Perhitungan

No Nama Perusahaan 2010 2011 2012 2013 2014 Rata-rata

1

Akasha wira

internasional Tbk 9.7 8.1 21.4 12.6 6.1 11.58

2 Delta djakarta Tbk 25.2 21.7 28.6 31.1 29 27.12

3 Fast food indonesia Tbk 16.1 14.7 11.5 7.7 7 11.4

JURNAL PARAMETER VOLUME 2,NO.001TB JULI 2017 ISSN 1979-8865

127

(Sumber data yang diolah)

Dari tabel 4.2 di atas bahwa dapat

dilihat 5 perusahaan yang mempunyai

ROA (Return on assets) terbesar adalah

Multi Bintang Indonesia Tbk Sebesar

44.2,Mayora Indah Tbk Sebesar

28.8,Delta Djakarta Tbk Sebesar 27.12,

Nippon Indosari Corporindo Tbk

Sebesar 12.48,Indofood CBP sukses

makmur Tbk sebesar 11.92,Akasha

wira international Tbk sebesar 11.58

dan Fast food Indonesia Tbk sebesar

11.4.

Terlihat bahwa 5 perusahaan

yang mempunyai nilai rata-rata ROA

(Return on assets) tertinggi ini mampu

mempergunakan aktivanya secara

efisien sehingga dapat menghasilkan

laba.

Untuk Multi bintang Indonesia

Tbk pada tahun 2010 ke 2011 ROA

(return on assets) nya mengalami

peningkatan ini artinya bahwa

perusahaan sangat efektif dan efisien

dalam mengelola keuangan sehingga

dapat meningkatkan labanya. Pada

tahun yang sama 2010 ke 2011

perusahaan Prasidha aneka niaga Tbk

juga mengalami peningkatan ROA

(return on assets) yaitu dari 3.11 ke

5.66.

Sedangkan untuk PT. Delta

Djakarta peningkatan ROA (return on

4

Indofood sukses

makmur Tbk 13.3 12.7 11.5 7.8 8.3 10.72

5

Indofood CBP sukses

makmur Tbk 12.7 13.5 12.8 10.5 10.1 11.92

6

Japfa comfeed

indonesia Tbk 15.6 8.1 9.8 4.2 2.4 8.02

7

Multi bintang indonesia

Tbk 38.9 41.5 39.3 65.7 35.6 44.2

8 Mayora indah Tbk 113.5 7.3 8.9 10.4 3.9 28.8

9

Nippon indosari

corporindo Tbk 17.5 15.2 12.3 8.6 8.8 12.48

10

Prasidha aneka niaga

Tbk 3.11 5.66 3.75 3.12 4.53 4.03

11 Siantar top Tbk 4.5 4.5 5.9 7.7 7.2 5.96

12 Sekar laut Tbk 2.42 2.79 3.18 3.78 4.97 3.42

13

Ultra jaya milk industri

Tbk 5.3 5.5 12 10.7 8.2 8.34

14

Wilmar cahaya

indonesia Tbk 3.47 11.6 12.1 5.67 3.19 7.2

JURNAL PARAMETER VOLUME 2,NO.001TB JULI 2017 ISSN 1979-8865

128

assets) terjadi pada tahun 2012 ke 2013 yaitu dari 28.6 menjadi 31.1.

Tabel 4.3

Sales Growth Ratio

No Nama Perusahaan 2010 2011 2012 2013 2014 Rata-rata

1

Akasha wira internasional

Tbk 0.62 0.36 0.59 0.05 0.15 0.35

2 Delta djakarta Tbk -0,04 0.15 0.23 0.16 0.05 0.11

3 Fast food indonesia Tbk 0.18 0.09 0.11 0.11 0.06 0.11

4

Indofood sukses makmur

Tbk 0.02 0.18 0.1 0.11 0.14 0.11

5

Indofood CBP sukses

makmur Tbk 3.48 0.07 0.11 0.16 0.19 4.01

6

Japfa comfeed indonesia

Tbk 0 0.12 0.14 0.2 0.14 0.12

7

Multi bintang indonesia

Tbk 10.1 0.03 -0,15 1.27 -0,16 2.21

8 Mayora indah Tbk 0.51 0.3 0.11 1.5 0.17 0.52

9

Nippon indosari

corporindo Tbk 0.25 0.32 1.19 0.26 0.24 0.45

10 Prasidha aneka niaga Tbk 0.56 0.34 0.04 -0,01 -0,23 0.14

11 Siantar top Tbk 0.21 0.34 0.24 0.32 0.28 0.27

12 Sekar laut Tbk 0.07 0.15 0.29 0.35 0.12 0.19

13

Ultra jaya milk industri

Tbk 0.16 2.1 0.33 0.23 0.13 0.59

14

Wilmar cahaya indonesia

Tbk -0,39 0.72 -0,09 1.25 0.46 0.39

(Sumber data yang diolah)

Dari tabel 4.3 diatas dapa dilihat bahwa

perusahaan yang mempunyai Sales

Growth Ratio terbesar adalah Indofood

CBP Sukses Makmur Tbk Sebesar

4.01,Multi Bintang Indonesia Tbk

Sebesar 2.21,Mayora Indah Tbk

Sebesar 0.52 ,Ultra jaya milk industry

Tbk sebesar 0.59,Nippon Indosari

Corporindo Tbk Sebesar 0.45, Wilmar

cahaya indonesia Tbk sebesar

0.39,Akasha Wira Internasional Tbk

Sebesar 0.35 dan Siantar top tbk

sebesar 0.27.

Terlihat bahwa 5 perusahaan

ini mempunyai Sales Growth Ratio

terbesar cenderung mengalami

fluktuasi selama periode tahun 2010-

2014.

JURNAL PARAMETER VOLUME 2,NO.001TB JULI 2017 ISSN 1979-8865

129

Pada tahun 2010 ke 2011 perusahaan

Indofood sukses makmur Tbk Sales

growth ratio nya mengalami

peningkatan dari 0.02 ke 0.18 dan

perusahaan yang mengalami

peningkatan Sales growth ratio di

tahun yang sama yaitu Nippon indosari

corporindo Tbk dari 0.25 ke 0.32.

Sedangkan untuk tahun 2012 ke 2013

hanya perusahaan Siantar top Tbk dan

Sekar laut Tbk yang mengalami

peningkatan.

Perusahaan yang mengalami

peningkatan di tahun 2013 ke 2014

yaitu Indofood CBP sukses makmur

Tbk,Nippon indosari corporindo

Tbk,dan Indofood sukses makmur Tbk.

Bisa kita simpulkan bahwa perusahaan-

perusahaan yang mengalami

peningkatan Sales growth ratio ini

adalah perusahaan yang mampu

meningkatkan penjualannya dengan

cara efektif dan efesien

.

Tabel 4.4

Financial Debt Ratio

No Nama Perusahaan 2010 2011 2012 2013 2014 Rata-rata

1

Akasha wira internasional

Tbk 0.69 0.6 0.46 0.39 0.41 0.51

2 Delta djakarta Tbk 0.18 0.17 0.19 0.21 0.22 0.19

3 Fast food indonesia Tbk 0.35 0.46 0.44 0.45 0.44 0.42

4 Indofood sukses makmur Tbk 0.47 0.41 0.42 0.51 0.52 0.46

5

Indofood CBP sukses

makmur Tbk 0.29 0.29 0.32 0.59 0.39 0.37

6 Jafpa comfeed indonesia Tbk 0.5 0.54 0.56 0.64 0.66 2.37

7 Multi bintang indonesia Tbk 0.58 0.56 0.71 0.44 0.75 0.6

8 Mayora indah Tbk 0.53 0,63 0.63 0.59 0.6 0.59

9

Nippon indosari corporindo

Tbk 0.19 0.28 0.44 0.56 0.55 0.4

10 Prasidha aneka niaga Tbk 0.53 0.51 0.39 0.38 0.39 0.44

11 Siantar top Tbk 0.31 0.47 0.53 0.52 0.51 0.46

12 Sekar laut Tbk 0.4 0.42 0.48 0.53 0.53 0.47

13 Ultra jaya milk industri Tbk 0.35 0 0 0.28 0.22 0.17

14

Wilmar cahaya indonesia

Tbk 0.63 0.5 0.54 0.5 0.58 0.55

(Sumber data yang diolah)

Dari data tabel 4.4 bahwa perusahaan

yang mempunyai Financial debt ratio

terbesar adalah Jafpa Comfeed

Indonesia Tbk Sebesar 2.37,Mayora

indah Tbk sebesar 0.59,Wilmar cahaya

Indonesia Tbk sebesar 0.55,Akasha

wira international Tbk sebesar

0.51,Indofood sukses makmur Tbk

JURNAL PARAMETER VOLUME 2,NO.001TB JULI 2017 ISSN 1979-8865

130

sebesar 0.46,Fast food Indonesia Tbk

sebesar 0.42 Sedangkan untuk

perusahaan yang mempunyai Financial

debt ratio terendah adalah Delta

Djakarta Tbk sebesar 0.19,Ultra jaya

milk industry Tbk sebesar 0.17,Multi

bintang indonesia Tbk sebesar 0.6,dan

Nippon indosari corpindo Tbk sebesar

0.4.

Pada tahun 2010 ke 2011

perusahaan yang mengalami kenaikkan

dalam Financial debt ratio adalah Fast

food Indonesia,jafpa comfeed

Indonesia Tbk,Mayora indah

Tbk,Nippon indosari Corporindo

Tbk,Siantar top Tbk,dan Sekar laut

Tbk. Untuk Perusahaan Indofood

sukses makmur Tbk dari tahun 2011-

2014 Financial debt rationya

mengalami peningkatan dalam setiap

tahunnya. yaitu dari 0.41,0.42,0.51,

dan 0.52. Sedangkan yang mengalami

kenaikkan Financial debt ratio di tahun

2011-2013 adalah perusahaan Nippon

indosari corporindo Tbk yaitu

0.28,0.44, dan 0.56. Perusahaan Sekar

laut Tbk yaitu 0.42, 0.48,dan 0.53.

Tahun 2013 ke 2014

perusahaan yang mengalami kenaikkan

Financial debt ratio yaitu Akasha wira

internasional Tbk,Delta Djakarta

Tbk,Indofood sukses makmur

Tbk,Jafpa comfeed Indonesia

Tbk,Multi bintang Indonesia Tbk.

Tabel 4.5

Fixed Financial Assets Ratio

(Sumber: data yang diolah)

No Nama Perusahaan 2010 2011 2012 2013 2014 Rata-rata

1 Akasha wira internasional Tbk 0.31 0,31 0.28 0.32 0.33 0.31

2 Delta djakarta Tbk 0.35 0.39 0.39 0.35 0.32 0.36

3 Fast food indonesia Tbk 0.17 0.15 0.17 0.16 0.16 0.16

4 Indofood sukses makmur Tbk 0.13 0.13 0.2 0.28 0.25 0.19

5 Indofood CBP sukses makmur Tbk 0.16 0.15 0.14 0.22 0.2 0.17

6 Japfa comfeed indonesia Tbk 0.23 0.21 0.18 0.16 0.18 0.19

7 Multi bintang indonesia Tbk 0.46 0.44 0.56 0.56 0.58 0.52

8 Mayora indah Tbk 0.24 0.19 0.18 0.19 0.22 0.2

9 Nippon indosari corporindo Tbk 0.15 0.71 0.74 0.64 0.78 0.60

10 Prasidha aneka niaga Tbk 0.3 0.33 0.41 0.4 0.47 0.38

11 Siantar top Tbk 0.45 0.35 0.3 0.28 0.27 0.33

12 Sekar laut Tbk 0.15 0.18 0.2 0.21 0.24 0.19

13 Ultra jaya milk industri Tbk 0.3 0.31 3.2 0.31 0.34 0.89

14

Wilmar cahaya

indonesia Tbk 0.1 0.15 0.14 0.22 0.2 0.17

JURNAL PARAMETER VOLUME 2,NO.001TB JULI 2017 ISSN 1979-8865

131

Dari data tabel 4.5 diatas bahwa

perusahaan yang mempunyai Fixed

Financial Assets Ratio terbesar yaitu

Ultra Jaya Milk Industri Tbk Sebesar

0.89,Nippon Indosari Corporindo Tbk

Sebesar 0.60,Multi bintang Indonesia

Tbk sebesar 0.52,Prasidha aneka niaga

Tbk sebesar 0.38,dan Delta Djakarta

Tbk 0.36. Pada tahun 2010 ke 2011

perusahaan yang mengalami kenaikkan

Fixed financial assets ratio adalah

Nippon indosari corporindo

Tbk,Prasidha aneka niaga Tbk,Sekar

laut Tbk,Ultra jaya milk industry

Tbk,dan wilmar cahaya Indonesia Tbk.

4.2 Pembahasan

Hasil Uji Asumsi Klasik

a. Uji Normalitas

Gambar 4.1

Sumber : Output SPSS,data olahan

Dilihat dari Normal Probability plot of

residual diketahui bahwa residual

membentuk suatu pola garis

lurus,sehingga dapat ditarik

kesimpulan bahwa residual

berdistribusi normal.

.

Sumber : Output SPSS,data olahan

JURNAL PARAMETER VOLUME 2,NO.001TB JULI 2017 ISSN 1979-8865

132

Histogram diatas terlihat bahwa

sebaran data residual secara umum

berbentuk lonceng. Sehingga dapat

disimpulkan residual ini berdistribusi

normal.

Adapun Uji Normalitas yang

digunakan dalam penelitian ini

menggunakan Uji Kolmogrov-Smirnov

untuk menguji sesuai (goodness of fit)

dalam hal ini yang diperhatikan tingkat

kesesuaian antara distribusi nilai

sampel dengan distribusi teoritis

tertentu.

Tabel 4.6

Uji Normalitas

Sumber : Output SPSS,data olahan

Berikut adalah Hipotesisnya :

Ho = F (x) = F0 (x) dengan F (x) adalah

distribusi frekuensi hasil pengamatan

dan F0 (x) adalah distribusi frekuensi

harapan (teoritis) artinya berdistribusi

normal.

H1 = F (x)? F0 (x) artinya berdistribusi

tidak normal.

Pengambilan Keputusan berdasarkan

nilai probabilitas, dengan tingkat

kepercayaan 95% (a=0,05).

Jika probabilitas > 0,05 maka Ho

diterima

Jika probabilitas < 0,05 maka Ho di

tolak

Berdasarkan hasil Uji Normalitas

Kolmogrov-Smirnov diperoleh hasil

probabilitas sebesar 0,869 dengan

menggunakan taraf signifikan 5%

(0,05) maka lebih besar dari 0,05 dan

artinya Ho di terima,sehingga dapat

disimpulkan bahwa data berdistribusi

normal.

JURNAL PARAMETER VOLUME 2,NO.001TB JULI 2017 ISSN 1979-8865

133

b. Uji Multikolinearitas

Tabel 4.7 Uji Multikolinearitas

Sumber : Output SPSS,data olahan

Dilihat dari Tabel nilai VIF

dan Tolerance pada tabel bahwa

variabel independen ( sales growt

ratio,financial debt ratio,fixed

financial assets ratio) memiliki nilai

VIF disekitar angka 1 artinya tidak

mempunyai kolinearitas antar variabel

independen. Apabila dilihat dari nilai

Tolerance yang mendekati angka 1

artinya variabel independen tidak

multikolinearitas,sebab jika nilai

Tolerance < 0,1 berarti variabel

independen mempunyai kolerasi yang

sempurna.

c. Uji Heteroskedastisitas

Menurut Duwi Priyatno (2009:30)

ketentuannya adalah sebagai berikut :

- Jika titik-titiknya membentuk pola

tertentu yang teratur maka

diindikasikan terdapat masalah

heteroskedastisitas.

- Jika tidak ada pola yang jelas,serta

titik-titiknya menyebar diatas dan

bawah angka 0 pada sumbu y maka

diindikasikan tidak terdapat

heteroskedastisitas.

Gambar 4.3

Sumber : Output SPSS,data olahan

JURNAL PARAMETER VOLUME 2,NO.001TB JULI 2017 ISSN 1979-8865

134

Terlihat dari grafik Scatterplot

bahwa titik-titik dari data menyebar

secara acak serta menyebar diatas

maupun dibawah angka 0 pada sumbu

Y dan tidak membentuk suatu pola

tertentu,maka dapat disimpulkan tidak

terjadi heteroskedastisitas pada model

ini data bersifat homoskedastisitas,

sehingga regresi ini layak digunakan

untuk menganalisis ROA (Return on

assets) yang diukur dari beberapa

faktor.

d. Uji Autokorelasi

Tabel 4.8

Sumber : Output SPSS,data olahan

Untuk mendeteksi terjadinya

autokorelasi atau tidak dapat dilihat

melalui DW (Durbin Waston). Bila

DW terletak diantara angka -2< DW<2

maka dapat dikatakan tidak terjadi

autokorelasi baik positif atau negatif.

Dapat dilihat tabel diatas nilai DW

adalah 1.760 dengan mengikuti

ketentuan diatas dapat dikategorikan

bahwa nilai DW berada di antara -

2<DW<2 sehingga tidak terjadi

autokorelasi.

2. Analisis Koefisien Regresi Berganda

a. Uji F (Simultan)

Tabel 4.9

UJI F (Simultan)

ANOVAa

Model Sum of

Squares

Df Mean Square F Sig.

1

Regression 11274769.188 3 3758256.396 .979 .441b

Residual 38390755.669 10 3839075.567

Total 49665524.857 13

a. Dependent Variable: ROA b. Predictors: (Constant), FFAR, FDR, SGR

Sumber : Output SPSS,data olahan

Uji F yang dapat dipergunakan

untuk menguji apakah model regresi

yang didapatkan sudah cocok dengan

data atau tidak,apakah terdapat

7.979

JURNAL PARAMETER VOLUME 2,NO.001TB JULI 2017 ISSN 1979-8865

135

kecocokan antara model regresi dengan

data, maka model tersebut dapat di

gunakan untuk menganalisis ROA

(Return on assets) yang diukur dari

sales growth ratio,financial debt

ratio,fixed financial assets ratio.

Dari perhitungan yang didapat

bahwa nilai sebesar 7.979 dengan

tingkat signifikan sebesar 5% df1 = 3

dan df2 =10 maka nilai Ftabel = 3.71

karena nilai Fhitung 7.979 > Ftabel nilai

3.71 maka Ho ditolak artinya terdapat

kecocokan antara model dengan data.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa

variabel sales growth ratio,financial

debt ratio,fixed financial assets ratio

dengan signifikan memberikan

pengaruh terhadap ROA (Retun on

assets).

b. Uji T (Parsial)

Tabel 4.10 Uji T (Parsial)

Sumber : Output SPSS,data olahan

Dari Tabel diatas diperoleh model

regresi :

Y = 5800,054+ 69,579 X1a -

13,726X1b -311,926 X1c

X1a = Sales growth ratio

X1b = Financial debt ratio

X1c = Fixed financial assets

ratio

Berdasarkan persamaan regresi dapat

diketahui bahwa :

Konstanta 5800,054 menyatakan

bahwa jika nilai dari variabel

independen nol,maka ROA sebesar

5800,054

Koefisien regresi sales growth ratio

sebesar 69,579 menyatakan bahwa

setiap penambahan 1 dari variabel

(karena bertanda +) maka nilai Y ROA

akan bertambah sebesar 69,579 dimana

variabel lain dianggap konstanta.

Koefisien regresi Financial debt ratio

sebesar -13,726 menyatakan bahwa

setiap penambahan 1 dari variabel

(karena bertanda -) maka nilai Y ROA

akan bertambah sebesar 13,726 dimana

variabel lain dianggap konstanta.

Koefisien regresi fixed financial assets

ratio sebesar -311,926 menyatakan

bahwa setiap penambahan 1 dari

variabel (karena bertanda -) maka nilai Y

ROA akan bertambah sebesar -311,926

dimana variabel lain dianggap konstanta.

Setelah itu,dari persamaan regresi yang

didapatkan akan dilakukan pengujian

apakah nilai konstanta dan koefisien

JURNAL PARAMETER VOLUME 2,NO.001TB JULI 2017 ISSN 1979-8865

136

variabel independen memberikan

pengaruh yang signifikan tidak

terhadap variabel dependen,untuk itu

dilakukan uji parsial (t), pengujian ini

dilakukan dengan 2 metode :

1. membandingkan nilai thitung dengan

ttabel

2. Uji signifikansi

Model Penelitian :

Tabel 4.11

Koefisien Antar Variabel

Hasil X1a+X1b+X1c= 60.680

Berikut adalah pengujiannya :

Menguji signifikansi konstanta (β0)

pada model regresi terlihat bahwa thitung

untuk konstanta (β0) adalah 60.680

sedangkan ttabel bisa didapat pada tabel

t-test dengan a=0,05,karena digunakan

hipotesis 2 arah,ketika mencari ttabel

nilai a dibagi dua menjadi 0,025 dan

df= 14 (didapat dari rumus n-2,dimana

n adalah jumlah data,14-2=12) di dapat

ttabel adalah 2.17

Karena thitung > ttabel (60.680 > 2.17)

maka H0 ditolak sehingga dapat

disimpilukan bahwa konstanta (β0)

berpengaruh terhadap ROA.

Dapat dilihat bahwa probabilitas pada

kolom sig adalah 0,010 probabilitas

dibawah 0.05 ( 0.010 < 0.05) H0 ditolak

artinya (β0) ada pengaruh terhadap

ROA.

Menguji signifikansi konstanta (β1)

sales growth ratio pada model regresi

terlihat bahwa thitung untuk konstanta

(β1) adalah 95.427 sedangkan ttabel bisa

didapat pada tabel t-test dengan

a=0,05,karena digunakan hipotesis 2

arah,ketika mencari ttabel nilai a dibagi

dua menjadi 0,025 dan df= 14 (didapat

dari rumus n-2,dimana n adalah jumlah

data,14-2=12) di dapat ttabel adalah 2.17

Karena thitung > ttabel ( 95.427 > 2.17)

maka H0 ditolak sehingga dapat

disimpulkan bahwa konstanta (β1) ada

pengaruh terhadap ROA.

Sales growth ratio

(X1a) 95.427

Financial debt

ratio

(X1b) 60.161

Fixed Financial

assets ratio

(X1c) 62.586

ROA (Y)

2.17

JURNAL PARAMETER VOLUME 2,NO.001TB JULI 2017 ISSN 1979-8865

137

Dapat dilihat bahwa probabilitas pada

kolom sig adalah 0.007 probabilitas

dibawah 0.05 ( 0.007 > 0.05) H0

diterima artinya (β1) ada pengaruh

terhadap ROA

Hal ini tidak sesuai dengan

penelitian sebelumnya yang dilakukan

oleh Yunus (2005) yang

mengasumsikan apabila ada

peningkatan jumlah aktiva lancar maka

semakin perlu pendanaan eksternal

tanpa ada peningkatan laba.

Menguji signifikansi konstanta (β2)

financial debt ratio pada model regresi

terlihat bahwa thitung untuk konstanta

(β2) adalah 60.161 sedangkan ttabel bisa

didapat pada tabel t-test dengan

a=0,05,karena digunakan hipotesis 2

arah,ketika mencari ttabel nilai a dibagi

dua menjadi 0,025 dan df= 14 (didapat

dari rumus n-2,dimana n adalah jumlah

data,14-2=12) di dapat ttabel adalah 2.17

Karena thitung > ttabel (60.161 > 2.17)

maka H0 ditolak sehingga dapat

disimpulkan bahwa konstanta (β2)

berpengaruh terhadap ROA.

Dapat dilihat bahwa probabilitas pada

kolom sig adalah 0.011 probabilitas

dibawah 0.05 ( 0.011 < 0.05) H0 ditolak

artinya ada pengaruh terhadap ROA.

Pengaruh Financial debt ratio

adalah negatif yang menunjukkan

hubungan yang berlawanan. Dalam hal

ini berarti penurunan Financial debt

ratio akan mengakibatkan naiknya

ROA (return on assets). Penelitian ini

sesuai dengan penelitian Yunus (2005).

Menguji signifikansi konstanta (β3)

fixed financial assets ratio pada model

regresi terlihat bahwa thitung untuk

konstanta (β3) adalah 62.586

sedangkan ttabel bisa didapat pada tabel

t-test dengan a=0,05,karena digunakan

hipotesis 2 arah,ketika mencari ttabel

nilai a dibagi dua menjadi 0,025 dan

df= 14 (didapat dari rumus n-2,dimana

n adalah jumlah data,14-2=12) di dapat

ttabel adalah 2.17

Karena thitung > ttabel (62.586 > 2.17)

maka H0 diolak sehingga dapat

disimpulkan bahwa konstanta (β3) ada

pengaruh terhadap ROA.

Dapat dilihat bahwa probabilitas pada

kolom sig adalah 0.010 probabilitas

dibawah 0.05 ( 0.010 < 0.05) H0 ditolak

artinya ada pengaruh terhadap ROA.

Pengaruh Fixed financial assets

ratio terhadap ROA (return on assets )

adalah negatif yang menunjukkan

hubungan yang berlawanan. Dalam hal

ini berarti penurunan Fixed financial

assets ratio akan mengakibatkan

naiknya ROA (return on assets).

Kemungkinan ini disebabkan oleh

perusahaan yang belum melakukan

efisiensi terhadap Fixed financial

assets nya sehingga tidak dapat

meningkatkan kapasitas produksi.

Penelitian ini sesuai dengan penelitian

Yunus (2005).

JURNAL PARAMETER VOLUME 2,NO.001TB JULI 2017 ISSN 1979-8865

138

3. Uji Koefisien Determinasi

Tabel 4.12

Model Summaryb

Mode

l

R R

Square

Adjusted R

Square

Std. Error of

the Estimate

Change Statistics

R Square

Change

F

Change

df1

1 .476a .227 -.005 1959.35591 .227 .979 3

Sumber : Output SPSS,data olahan

Dilihat dari tabel 4.11 bahwa

satu model regresi dengan nilai

koefisien determinasi (R Square)

sebesar 0,227 (22,7%). Koefisien

determinasi ini menunjukkan bahwa

22,7% ROA dapat dijelaskan atau

dipengaruhi oleh sales growth

ratio,financial debt ratio,fixed

financial assets ratio. Sedangkan

sisanya (100% - 22,7% = 77,3%) ROA

(Return on assets) dipengaruhi oleh

faktor lain.

Tabel 4.13

Koefisien Determinasi Variabel independen

Sales Growth ratio

Model Summary Mod

el

R R

Square

Adjusted R

Square

Std. Error of

the Estimate

Change Statistics

R Square

Change

F

Change

df1

1 .298a 089 .013 1942.27081 089 1.165 1

Dilihat dari hasil uji R square

untuk variabel Sales growth ratio

memiliki nilai 089 (8,9%) artinya

untuk hasil Sales growth ratio

memiliki pengaruh yang kuat. Bisa

disimpulkan bahwa perusahaan mampu

melakukan penjualannya secara efektif

dan efisien sehingga perusahaan dalam

menggunakan penjualannya sebagai

dasar untuk meningkatkan

profitabilitas ROA (Return on assets).

Karena pada dasarnya pertumbuhan

penjualan yang tinggi akan selalu

diikuti dengan laba yang tinggi pula.

Adapun alasan lainnya yakni

disebabkan karena beberapa faktor

yaitu faktor eksternal dan faktor

internal.faktor eksternal menyangkut

keadaan politik, pengaruh iklim usaha,

karakteristik masyarakat. Sedangkan

faktor internal nya adalah

produktivitas.

7.979

7.979

JURNAL PARAMETER VOLUME 2,NO.001TB JULI 2017 ISSN 1979-8865

139

Menurut Jatismara (2011) juga

memberikan kesimpulan bahwa dengan

meningkatkannya aktivitas Sales

growth maka menunjukkan semakin

baik kinerja perusahaan yang tercemin

melalui ROA (return on assets).

Menurut Hatta (2002)

menyatakan bagi perusahaan dengan

tingkat pertumbuhan penjualan yang

tinggi maka ada kecendrungan

perusahaan membagikan deviden lebih

konsisten dibandingkan dengan

perubahan-perubahan yang tingkat

pertumbuhannya rendah karena

perusahaan tersebut tidak mampu

meningkatkan laba perusahaan.

Tabel 4.14

Koefisien Determinasi Variabel independen

Financial debt ratio

Model Summary

Mode

l

R R

Square

Adjusted R

Square

Std. Error of

the Estimate

Change Statistics

R Square

Change

F

Change

df1

1 .123a 015 -.067 2018.88413 015 .185 1

Dilihat dari hasil uji R square

untuk variabel Financial debt ratio

memiliki nilai 015 (1,5%) artinya

untuk hasil Financial debt ratio

memiliki pengaruh yang lemah. Bisa

disimpulkan bahwa penggunaan hutang

oleh perusahaan tidak dijadikan

alternatif sebagai sumber pendanaan

yang dapat dimanfaatkan oleh

perusahaan dalam meningkatkan

profitabilitas ROA (return on assets).

Menurut Tryfondis (2006) dan

Et all (2004) menyatakan bahwa

Financial debt ratio yang lemah

artinya baik untuk perusahaan. Karena

semakin tinggi tingkat Financial debt

ratio dalam perusahaan maka akan

menurunkan tingkat profitabilitas ROA

(return on assets) hal ini karena

perusahaan harus membayar bunga dan

mengembalikan pinjaman kepada para

kreditor.

Tabel 4.15

Koefisien Determinasi Variabel Independen

Fixed financial assets ratio

Model Summary

Mode

l

R R

Square

Adjusted R

Square

Std. Error of

the Estimate

Change Statistics

R Square

Change

F

Change

df1

1 .080a 006 -.076 2027.80767 006 .078 1

7.979

7.979

JURNAL PARAMETER VOLUME 2,NO.001TB JULI 2017 ISSN 1979-8865

140

Dilihat dari hasil uji R square

untuk variabel Fixed financial assets

ratio memiliki nilai 006 (0,6%) artinya

untuk hasil Fixed financial assets ratio

memiliki pengaruh yang lemah. Bisa

disimpulkan bahwa di dalam kegiatan

operasionalnya perusahaan dalam

sektor makanan dan minuman yang

diteliti ini mengurangi investasi pada

aktiva tetap dan mengalokasikan

sebagian besar dananya pada aktiva

lancar guna menjaga kelancaran

kegiatan perusahaan.

Menurut Lazardis (2006)

apabila tingkat Fixed financial assets

rationya naik maka akan menurunkan

tingkat profitabilitas ROA (return on

assets) dan begitu sebaliknya jika

Fixed financial assets rationya turun

maka profitabilitas ROA (return on

assets) yang di dapat akan naik.

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan uraian dan analisis

yang telah dilakukan oleh

peneliti,maka untuk hasil dari

penelitian yang mengenai pengaruh

modal kerja terhadap profitabilitas

pada perusahaan sektor makanan dan

minuman yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia. kesimpulannya adalah

sebagai berikut :

Hasil uji regresi atau hasil uji asumsi

klasik variabel independen yaitu Modal

Kerja dengan perhitungan melalui

rumus (Sales growth ratio,Financial

debt ratio, dan Fixed financial assets

ratio) mempunyai pengaruh yang

signifikan terhadap profitabilitas yang

dalam perhitungannya melalui rumus

ROA (Return on assets).

Untuk uji statistik dengan pembuktian

hipotesis baik uji f (simultan) ataupun

uji t (parsial) terdapat pengaruh antara

modal kerja (Sales growth

ratio,Financial debt ratio, dan Fixed

financial assets ratio) terhadap

profitabilitas ROA (Return on assets)

pada perusahaan sektor makanan dan

minuman yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia.

Hasil perhitungna variabel independen

dengan rumus yang paling dominan

mempengaruhi profitabilitas ROA

(return on assets) adalah Sales Growth

ratio karena mempunyai nilai t statistik

yang paling besar dan probabilitas

yang paling kecil.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian,

peneliti masih terdapat

keterbatasan,sehingga masih banyak

yang perlu diperbaiki dan diperhatikan

lagi untuk penelitian selanjutnya dan

sebaiknya dilakukan penelitian lebih

lanjut terhadap variabel-variabel lain

yang mempengaruhi profitabilitas

ROA (Return on assets).

DAFTAR PUSTAKA

Abd’rachim,E A, 2008, Manajemen

Keuangan Edisi 1, Jakarta : PT Perca

Ambarwati,Sri Dwi Ari, 2010,

Manajemen Keuangan

JURNAL PARAMETER VOLUME 2,NO.001TB JULI 2017 ISSN 1979-8865

141

Lanjutan, Yogyakarta : Graha

ilmu

Anthony Robert N dan Vijay

Govindarajan, 2005,

Management control system

buku 1, Jakarta :

Salemba empat

Budisantoso,Totok,2001,Akuntansi

Manajerial Buku 2,Jakarta:Salemba

empat

Brigham dan Houston, 2010, Dasar-

dasar manajemen keuangan

buku 2 Edisi 10, Jakarta :

Salemba empat

Brigham Eugene F dan Joel F Houston,

2014, Dasar-dasar manajemen

keuangan buku 1 Edisi 11,

Jakarta : Salemba empat

Deloof,Mrc.Does working capital

management Affect profitability

of belgian firms?.Journal of

business finance and

accounting.30 (3) dan

(4).April/May.2003

Fahmi,Irfan, 2011, Analisis Laporan

Keuangan, Bandung : Alfabeta

Bandung

Hasibuan,Malayu, 2008, Dasar-dasar

perbankan, Jakarta : Bumi Aksara

James C Van Horne dan John M

Wachowicz, 2013, Prinsip-

prinsip manajemen keuangan

Buku 1 Edisi 13, Jakarta :

Salemba empat

Kasmir, 2008, Analisis Laporan

Keuangan, Jakarta : PT Raja Grafindo

Persada

Larasati,eva dan Selmita Paranoan,

2012, Pengaruh Modal Kerja

Terhadap Profitabilitas Studi

Pada Perusahaan Manufaktur

yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia 2006-2011, Fakultas

Ekonomi Universitas Tadulako.

Mardiasmo, 2009, Akuntansi Sektor

Publik, Yogyakarta : Andi

Munawir ,S, 2004, Analisis laporan

keuangan Edisi ke 4 , Jakarta : Liberty

Riyanto,Bambang,2001, Dasar-dasar

pembelanjaan perusahaan edisi

4, Yogyakarta : BPFE

Samryn L M, 2001, Akuntansi

manajerial suatu pengantar,

Jakarta : PT Raja Grafindo

Persada

Santoso,Singgih, 2004, Latihan SPSS

statistic parametrik, Jakarta :

Elex media komputindo

Sawir,Agnes, 2008, Analisis Kinerja

Keuangan dan Perencanaan

keuangan perusahaan, Jakarta :

PT Gramedia Pustaka Utama

Sutrisno, 2009, Manajemen keuangan

teori,konsep dan aplikasi,

Yogyakarta: Ekonisia

Syahril,Dermawan dan Djahotman

Purba, 2013, Analisis Laporan

Keuangan cara mudah dan

praktis memahami laporan

keuangan Edisi 2, Jakarta :

Mitra Wacana

Tunggal,Widjaja,Amin, 2008,

Akuntansi Perusahaan kecil

dan menengah,Jakarta : Rineka

Cipta Media

Wasis, 1993, Manajemen Keuangan

Perusahaan, Semarang : Satya wacana

Wibisono,Handoyo, 2008, Manajemen

Modal Kerja Edisi

3,Yogyakarta : Universitas

Atmajaya

Yunus,Hadori, 2005, Pengaruh modal

kerja terhadap profitabilitas

pada perusahaan sector

industry makanan dan

minuman yang terdaftar di

bursa efek

Indonesia.vol.01.UPI

YAI.Jakarta.

www.idx.co.id