152
PENGARUH MAKROEKONOMI TERHADAP KINERJA INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN (IHSG) DAN GOVERNMENT BONDS (Studi pada Negara Indonesia Tahun 2015-2017) SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya ULIS SA’ADAH NIM. 155030200111094 UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI JURUSAN ADMINISTRASI BISNIS KONSENTRASI KEUANGAN MALANG 2019

repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/172235/1/Ulis Sa’adah.pdfCreated Date »Y 6S i >X8n l:ê'\â| kÐ ¬ ¥ð¥vúJytç¨& DY©Éºq

  • Upload
    others

  • View
    2

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/172235/1/Ulis Sa’adah.pdfCreated Date »Y 6S i >X8n l:ê'\â| kÐ ¬ ¥ð¥vúJytç¨& DY©Éºq

PENGARUH MAKROEKONOMI

TERHADAP KINERJA INDEKS HARGA

SAHAM GABUNGAN (IHSG) DAN

GOVERNMENT BONDS

(Studi pada Negara Indonesia Tahun 2015-2017)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana

pada Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya

ULIS SA’ADAH

NIM. 155030200111094

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI

JURUSAN ADMINISTRASI BISNIS

KONSENTRASI KEUANGAN

MALANG

2019

Page 2: repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/172235/1/Ulis Sa’adah.pdfCreated Date »Y 6S i >X8n l:ê'\â| kÐ ¬ ¥ð¥vúJytç¨& DY©Éºq

ii

MOTTO

” من جد وجد “

“Barangsiapa yang bersungguh-sungguh, maka ia akan mendapatkan”

“Nothing is Imposible”

Page 3: repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/172235/1/Ulis Sa’adah.pdfCreated Date »Y 6S i >X8n l:ê'\â| kÐ ¬ ¥ð¥vúJytç¨& DY©Éºq
Page 4: repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/172235/1/Ulis Sa’adah.pdfCreated Date »Y 6S i >X8n l:ê'\â| kÐ ¬ ¥ð¥vúJytç¨& DY©Éºq
Page 5: repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/172235/1/Ulis Sa’adah.pdfCreated Date »Y 6S i >X8n l:ê'\â| kÐ ¬ ¥ð¥vúJytç¨& DY©Éºq
Page 6: repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/172235/1/Ulis Sa’adah.pdfCreated Date »Y 6S i >X8n l:ê'\â| kÐ ¬ ¥ð¥vúJytç¨& DY©Éºq

vi

ABSTRAK

Ulis Sa’adah, 2019, Pengaruh Makroekonomi terhadap Kinerja Indeks

Harga Saham Gabungan (IHSG) dan Government Bonds (Studi pada Negara

Indonesia Tahun 2015-2017), Prof. Dr. Suhadak, M.Ec, 137 Hal + xvi.

Makroekonomi dan pasar modal memiliki peranan yang sangat penting

untuk kemajuan ekonomi suatu negara. Kebijakan makroekonomi akan

berdampak pada pergerakan pasar modal. Pasar modal merupakan tempat untuk

investor menyalurkan dana yang mempunyai kelebihan dana kepada pihak yang

kekurangan dana. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) merupakan trend pasar

yang menggambarkan kecenderungan suatu harga saham, dan Indeks harga saham

akan selalu dilihat oleh investor ketika akan melakukan investai di suatu bursa.

Adanya investasi menjadikan suatu industri dalam suatu negara tersebut akan

berkembang, maju, dan lebih produktif. Investasi tersebut dapat berupa saham dan

obligasi (Bond), obligasi (Bond) terdapat dua jenis yaitu obligasi perusahaan

(Corporate Bonds) dan obligasi pemerintah (Government Bonds).

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah explanatory

research. Lokasi penelitian dilakukan di negara Indonesia. Data yang digunakan

adalah data sekunder mengenai inflation, interest rate, exchange rate, IHSG,

volume perdagangan, kapitalisasai perdagangan, dan frekuensi perdagangan. Data

yang digunakan merupakan data bulanan (monthly) selama bulan Januari 2015

sampai dengan Desember 2017. Teknik analisis data yang digunakan dalam

penelitian ini adalah Part Least Square (smartPLS 2.3.8). Uji pada Part Least

Square merupakan analisis jalur dengan variabel laten. Uji pada Part Least

Square untuk penelitian ini didasarkan pada evaluasi outer model dan inner

model. Pengujian hipotesis menggunakan hasil t-satistic pada hasil coefficient

path pada uji bootstrapping.

Hasil dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa makroekonomi

berpengaruh terhadap kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).

Makroekonomi tidak berpengaruh terhadap government bonds. Kinerja Indeks

Harga Saham Gabungan (IHSG) berpengaruh terhadap government bonds.

Kata kunci: Makroeknomi, Kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG),

Government Bonds, t-statistic, Indonesia.

Page 7: repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/172235/1/Ulis Sa’adah.pdfCreated Date »Y 6S i >X8n l:ê'\â| kÐ ¬ ¥ð¥vúJytç¨& DY©Éºq

vii

ABSTRACT

Ulis Sa’adah, 2019, The Influence Macroecconomic on the Performance

of Composite Stock Price Index (CSPI) and Government Bonds (Study on the

State of Indonesia Year 2015-2017), Prof. Dr. Suhadak, M.Ec, 137 Pages + xvi.

Macroeconomic and capital markets have a very important role for the

economic progress of a country. Macroeconomic policies will have an impact on

capital market movements. The capital market is a place for investors to channel

funds that have excess funds to those who lack funds. The Composite Stock Price

Index (CSPI) is a market trend that describes the tendency of a stock price, and

the stock price index will always be seen by investors when they will invest in an

exchange. The existence of investment makes an industry in a country will

develop, advance, and be more productive. The investment can be in the form of

stocks and bonds (Bonds), bonds (Bonds) have two types, namely Corporate

Bonds and Government Bonds.

The type of research used in this study is explanatory research. The

location of the study was conducted in Indonesia. The data used are secondary

data on inflation, interest rate, exchange rate, CSPI, trading volume, trade

capital, and frequency of trade. The data used is monthly data during January

2015 to December 2017. The data analysis technique used in this study is Part

Least Square (smartPLS 2.3.8). Test on Part Least Square is a path analysis with

latent variables. The test on Part Least Square for this study is based on the

evaluation of the outer model and inner model. Hypothesis testing uses the results

of t-satistic on the path coefficient results in the bootstrapping test.

The results in this study can be concluded that macroeconomics has an

effect on the performance of the Composite Stock Price Index (CSPI).

Macroeconomics does not affect the government bonds. The performance of the

Composite Stock Price Index (CSPI) affects the government bonds.

Kata kunci: Macroeconomic, Performance of Composite Stock Price Index

(CSPI), Government Bonds, t-statistic, Indonesia.

Page 8: repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/172235/1/Ulis Sa’adah.pdfCreated Date »Y 6S i >X8n l:ê'\â| kÐ ¬ ¥ð¥vúJytç¨& DY©Éºq

viii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil Alamin, puji syukur peneliti panjatkan kepada Allah

S.W.T atas rahmat dan karunianya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi

yang berjudul “Pengaruh Makroekonomi terhadap Kinerja Indeks Harga

Saham Gabungan (IHSG) dan Government Bonds (Studi pada Negara

Indonesia Periode 2015-2017)”. Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan

untuk memenuhi salah satu syarat dalam memperoleh gelar sarjana Ilmu

Administrasi Bisnis (S.AB) pada Fakultas Ilmu Administrasi Universitas

Brawijaya Malang. Peneliti menyadari bahwa selama penyusunan skripsi ini tidak

terlepas dari bantuan, bimbingan, dukungan, dan doa dari berbagai pihak, oleh

sebab itu peneliti dengan ketulusan hati ingin mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Bambang Supriyono, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu

Administrasi Bisnis Universitas Brawijaya.

2. Bapak Dr. Mochammad Al Musadieq, MBA selaku Ketua Jurusan

Administrasi Bisnis, Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya.

3. Bapak Mohammad Iqbal, S.Sos, MIB, DBA selaku Sekretaris Jurusan

Administrasi Bisnis, Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya.

4. Ibu Nila Firdausi Nuzula, S.Sos, M.Si, Ph.D selaku Ketua Program Studi

Administrasi Bisnis Jurusan Administrasi Bisnis, Fakultas Ilmu Administrasi

Universitas Brawijaya.

Page 9: repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/172235/1/Ulis Sa’adah.pdfCreated Date »Y 6S i >X8n l:ê'\â| kÐ ¬ ¥ð¥vúJytç¨& DY©Éºq

ix

5. Bapak Prof., Dr., Drs Suhadak, M.Ec., selaku Komisi Pembimbing yang

dengan sabar memberikan bimbingan dan arahan sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini.

6. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Administrasi Bisnis Universitas Brawijaya

yang telah memberikan ilmu yang bermanfaat bagi peneliti.

7. Ibu, Bapak, Adik dan seluruh keluarga yang tiada henti memanjatkan doa,

motivasi, dan dukungan kepada peneliti sehingga peneliti tiada pernah merasa

letih dan terus berjuang.

8. Teman-teman FIA Bisnis 2015 yang telah memberikan semangat, dukungan,

dan doa selama peneliti menyusun skripsi.

9. Teman-teman yang dari semester satu hingga saat ini selalu memberikan

semangat, dukungan, dan doa kepada peneliti.

10. Teman-teman satu bimbingan yang selalu memberikan semangat, dukungan,

dan doa selama penyusunan skripsi ini.

11. Teman-teman lainnya yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu yang telah

memberikan bantuan, dukungan, dan doa selama peneliti menyusun skripsi.

12. Semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu yang telah

memberikan dukungan, motivasi, dan doa kepada peneliti.

Ucapan terimakasih setulus-tulusnya yang dapat peneliti berikann atas segala

bentuk dukugan, bantuan, doa dan motivasi yang telah diberikan kepada peneliti.

Semoga allah SWT senanttiasa memberikan rahmat dan anugerahnya kepada

pihak-pihak tersebut. Peneliti menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam

penulisan skripsi ini, oleh sebab itu peneliti mengaharapkan kritik dan saran untuk

Page 10: repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/172235/1/Ulis Sa’adah.pdfCreated Date »Y 6S i >X8n l:ê'\â| kÐ ¬ ¥ð¥vúJytç¨& DY©Éºq

x

menyempurnakan skripsi ini. Peneliti berharap semoga skripsi ini dapat

bermanfaat bagi pihak yang membutuhkan.

Malang, 08 Juli 2019

Penulis

Page 11: repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/172235/1/Ulis Sa’adah.pdfCreated Date »Y 6S i >X8n l:ê'\â| kÐ ¬ ¥ð¥vúJytç¨& DY©Éºq

xi

DAFTAR ISI

Halaman

MOTTO ...........................................................................................................ii

TANDA PERSETUJUAN SKRIPSI ................................................................iii

TANDA PENGESAHAN SKRIPSI............................................................... .iv

PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI ..................................................v

ABSTRAK ...................................................................................................... vi

ABSTRACT....................................................................................................... vii

KATA PENGANTAR..................................................................................... viii

DAFTAR ISI ......................................................................................................xi

DAFTAR TABEL............................................................................................ xiv

DAFTAR GAMBAR........................................................................................ xv

DAFTAR LAMPIRAN................................................................................... xvi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .............................................................................. 1 B. Rumusan Masalah ......................................................................... 7

C. Tujuan Penelitian .......................................................................... 7

D. Kontribusi Penelitian .....................................................................7

E. Sistematika Penelitian.................................................................... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Penelitian Terdahulu ............................................................ 11

B. Makroekonomi ..................................................................... 18

1. Inflasi (Inflation) ............................................................ 18

2. Suku Bunga (Interest Rate) ............................................. 21

3. Nilai Tukar (Exchange Rate) .......................................... 22

C. Investasi ............................................................................... 25

1. Pengertian Investasi ........................................................ 25

2. Tujuan Investasi ............................................................. 26

3. Jenis-jenis Investasi ........................................................ 26

D. Pasar Modal ......................................................................... 27

1. Pengertian Pasar Modal .................................................. 27

2. Jenis-jenis Pasar Modal .................................................. 28

3. Manfaat Pasar Modal ..................................................... 30

4. Fungsi Pasar Modal ........................................................ 31

5. Instrumen Pasar Modal ................................................... 33

E. Saham ................................................................................. 34

1. Definisi Saham ............................................................... 35

2. Jenis-Jenis Saham ........................................................... 35

3. Harga Saham .................................................................. 36

Page 12: repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/172235/1/Ulis Sa’adah.pdfCreated Date »Y 6S i >X8n l:ê'\â| kÐ ¬ ¥ð¥vúJytç¨& DY©Éºq

xii

F. Kinerja Indeks Harga Saham ............................................... 37

1. Fungsi Indeks Saham ...................................................... 37

2. Jenis-Jenis Indeks Harga Saham ..................................... 37

3. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ......................... 38

G. Obligasi ................................................................................ 38

1. Pengertian Obligasi ........................................................ 38

2. Jenis-jenis Obligasi ......................................................... 40

3. Karakteristik Obligasi .................................................... 45

4. Nilai Obligasi ................................................................. 45

5. Harga Obligasi................................................................ 46

6. Hasil Obligasi (Bond Yield) ............................................ 46

7. Risiko Obligasi ............................................................... 48

H. Government Bonds .............................................................. 49

1. Volume Perdagangan ..................................................... 49

2. Kapitalisasi Perdagangan ................................................ 49

3. Frekuensi Perdagangan .................................................. 50

I. Pengaruh Antar Variabel ..................................................... 51

1. Pengaruh Makroekonomi terhadap Kinerja Indeks Harga

Saham Gabungan (IHSG) ..................................................51

2. Pengaruh Makroekonomi terhadap Government Bonds ... 53

3. Pengaruh Kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)

terhadap Government Bonds ............................................ 54

J. Model Konsep dan Hipotesis ............................................... 56

1. Model Konsep ............................................................... 56

2. Model Hipotesis ............................................................. 57

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian ................................................................... 58

B. Lokasi Penelitian ................................................................. 59

C. Populasi dan Sampel ........................................................... 59

1. Populasi ........................................................................ 59

2. Sampel .......................................................................... 60

D. Variabel dan Pengukurannya ............................................... 60

E. Definisi Operasional Variabel ............................................. 62

1. Makroekonomi ............................................................. 62

2. Kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ........... 63

3. Government Bonds ....................................................... 63

F. Teknik Pengumpulan Data .................................................. 65

G. Jenis dan Sumber Data ........................................................ 65

H. Analisis Data ....................................................................... 66

1. Variabel dalam PLS ....................................................... 67

2. Inner dan Outer Model .................................................. 67

3. Model Pengukuran Formatif dan Reflektif ..................... 68

4. Evaluasi Model .............................................................. 69

5. Persamaan Struktur Variabel endogen ........................... 71

Page 13: repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/172235/1/Ulis Sa’adah.pdfCreated Date »Y 6S i >X8n l:ê'\â| kÐ ¬ ¥ð¥vúJytç¨& DY©Éºq

xiii

I. PLS Path Model Penelitian .................................................. 72

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian .................................... 73

B. Deskripsi Variabel Penelitian .............................................. 74

1. Makroekonomi ............................................................. 74

2. Kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ........... 81

3. Government Bonds ....................................................... 84

C. Hasil Analisis dan Interpretasi Data ..................................... 92

1. PLS Model Algoritm ..................................................... 92

2. Evaluasi Outer Model .................................................. 94

3. PLS Model Bootstrapping............................................. 96

4. Evaluasi Inner Model .................................................... 97

5. Persamaan Struktur Variabel Endogen .......................... 99

6. Pengujian Goodness of Fit Model ................................. 99

D. Pembahasan Hipotesis Hasil Penelitian.................................101

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ....................................................................... 106

B. Saran ................................................................................. 108

1. Saran Akademis ................................................ 108

2. Saran bagi Investor ........................................... 109

3. Saran bagi Pemerintah ...................................... 110

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 112

LAMPIRAN ................................................................................................. 116

Page 14: repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/172235/1/Ulis Sa’adah.pdfCreated Date »Y 6S i >X8n l:ê'\â| kÐ ¬ ¥ð¥vúJytç¨& DY©Éºq

xiv

DAFTAR TABEL

No. Judul Halaman

1 Data Government Bonds Ownership Profile 2015-2017 ............................3

2 Penelitian Terdahulu .............................................................................. 14

3 Skala Penilaian Inflasi dan Definisinya ................................................. 20

4 Peringkat Obligasi Menurut S&P ........................................................... 48

5 Variabel dan Pengukuran ....................................................................... 61

6 Inflation Rate Indonesia Tahun 2015-2017 ............................................. 75

7 Interest Rate Indonesia Tahun 2015-2017 .............................................. 77

8 Exchange Rate Indonesia Tahun 2015-2017 ........................................... 80

9 IHSG Tahun 2015 .................................................................................. 82

10 Volume Perdagangan Government Bonds Tahun 2015-2017.................. 85

11 Kapitalisasi Perdagangan Government Bonds Tahun 2015-2017 ............ 87

12 Frekuensi Perdagangan Government Bonds Tahun 2015-2017 ............... 90

13 Hasil Bootstrapping Model .................................................................... 97

14 Hasil R² Variabel Endogen................................................................... 100

Page 15: repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/172235/1/Ulis Sa’adah.pdfCreated Date »Y 6S i >X8n l:ê'\â| kÐ ¬ ¥ð¥vúJytç¨& DY©Éºq

xv

DAFTAR GAMBAR

No. Judul Halaman

1 Model Konseptual .................................................................................. 56

2 Model Hipotesis .................................................................................... 57

3 Model Penelitian ................................................................................... 72

4 Inflation Rate Indonesia Tahun 2015-2017 ............................................. 76

5 Interest Rate Indonesia Tahun 2015-2017 ............................................. 78

6 Exchange Rate Indonesia Tahun 2015-2017 ........................................... 80

7 IHSG Tahun 2015-2017 ......................................................................... 83

8 Volume Perdagangan Tahun 2015-2017................................................. 86

9 Kapitalisasi Perdagangan Tahun 2015-2017 .......................................... 88

10 Frekuensi Perdagangan Tahun 2015-2017 .............................................. 91

11 Hasil PLS Path Algoritm ........................................................................ 93

12 Outer Model Makroekonomi.................................................................. 94

13 Outer IHSG ........................................................................................... 95

14 Outer Government Bonds ....................................................................... 95

15 Hasil PLS Path Model Bootstrapping .................................................... 96

16 Inner Model ........................................................................................... 98

Page 16: repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/172235/1/Ulis Sa’adah.pdfCreated Date »Y 6S i >X8n l:ê'\â| kÐ ¬ ¥ð¥vúJytç¨& DY©Éºq

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

No. Judul Halaman

Lampiran 1 Data Bulanan Per Indikator .......................................................... 116

Lampiran 2 Statistik Deskriptif ...................................................................... 131

Lampiran 3 Hasil Operasionalisasi Data .......................................................... 133

Lampiran 4 Alur Analisis Data ........................................................................ 135

Lampiran 5 Tabel Kesimpulan Penelitian ........................................................ 136

Lampiran 6 Curiculum Vitae ........................................................................... 137

Page 17: repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/172235/1/Ulis Sa’adah.pdfCreated Date »Y 6S i >X8n l:ê'\â| kÐ ¬ ¥ð¥vúJytç¨& DY©Éºq

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Secara umum pasar modal adalah tempat atau sarana bertemunya

pembeli dan penjual untuk melakukan permintaan dan penawaran atas

instrumen keuangan dalam jangka panjang, umumnya lebih dari satu tahun.

Undang-undang Pasar Modal nomor 8 Tahun 1995 mendefinisikan pasar

modal sebagai “ Kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan

perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang

diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek”. Pasar

modal memiliki beberapa instrumen yang disebut sebagai efek atau surat

berharga. Surat berharga tersebut adalah berupa saham, obligasi, bukti right,

bukti waran serta produk turunan (derivative). Diantara instrumen pasar modal

tersebut salah satu yang banyak diminati masyarakat selain saham adalah

obligasi.

Pasar obligasi memiliki peran penting sebagai salah satu alternatif

sumber pembiayaan di masa pertumbuhan ekonomi dunia di saat ini.

“Obligasi (bond) merupakan sekuritas yang diterbitkan dalam kaitannya

dengan pengaturan pinjaman. Peminjam menerbitkan (atau menjual) obligasi

kepada pemberi pinjaman demi sejumlah uang tunai” (Bodie, 2014:459).

Page 18: repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/172235/1/Ulis Sa’adah.pdfCreated Date »Y 6S i >X8n l:ê'\â| kÐ ¬ ¥ð¥vúJytç¨& DY©Éºq

2

Perkembangan pasar obligasi di Indonesia memperlihatkan peningkatan yang

berarti sebagai alat investasi dalam instrumen keuangan.

Perusahaan yang membutuhkan dana untuk mengembangkan bisnisnya

juga mulai melirik alternatif obligasi, karena penerbitan obligasi lebih mudah

dan fleksibel dibandingkan dengan prosedur pinjaman di bank. Menurut

Zubir (2012:1) dijelaskan bahwasanya “Obligasi adalah surat utang yang

diterbitkan oleh pemerintah atau perusahaan untuk mendapatkan dana. Pihak

penerbit obligasi tersebut akan membayarkan sejumlah bunga atau sering juga

disebut sebagai Coupont”.

Pihak yang dapat menerbitkan obligasi selain perusahaan atau

korporasi adalah negara atau pemerintah juga dapat menerbitkan obligasi yang

dikenal dengan obligasi negara (Government Bonds). Obligasi pemerintah

(government bonds) merupakan bagian dari surat utang negara yang

diterbitkan oleh Pemerintah Republik Indonesia. Zubir menjelaskan (2012:3)

bahwa “Obligasi Pemerintah (Government Bonds) adalah surat utang

pemerintah kepada pihak lain yang akan digunakan untuk mendanai

pembangunan”. Obligasi pemerintah (Government Bonds) dipandang

mempunyai resiko yang lebih rendah dibandingkan dengan obligasi korporasi

atau perusahaan. Awalnya, masalah government bonds digunakan untuk

memenuhi kebutuhan perbankan sebagai konsekuensi krisis ekonomi yang

terjadi pada tahun 1997 dan selain itu government bonds digunakan untuk

menutup anggaran defisit pemerintah.

Page 19: repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/172235/1/Ulis Sa’adah.pdfCreated Date »Y 6S i >X8n l:ê'\â| kÐ ¬ ¥ð¥vúJytç¨& DY©Éºq

3

Pemerintah memandang perlu untuk terus-menerus mengembangkan

pasar obligasi di Indonesia melalui Direktorat Jenderal Pengelolaan Surat

Utang dan Bapepam. Government bonds dimiliki oleh berbagai macam

kalangan yan terdiri dari masyarakat umum, bank, pihak asing dan lainnya.

Seperti pada tabel dibawah ini profil yang memiliki government bonds di

indonesia.

Tabel 1. Government Bonds Ownership Profile 2015-2017

No Institution %

2015 2016 2017

1 Comm. Bank 23.95% 22.53% 39,8 %

2 Bank Indonesia 10.19% 7.57% 23,4 %

3 Mutual Fund 4.21% 4.83% 9,4 %

4 Insurance 11.74% 13.43% 6,8 %

5 Foreign 38.21% 37.55% 7,2 %

6 Pension Fund 3.41% 4.92% 5,6 %

7 Individual 2.91% 3.26% 5,0 %

8 Others 5.39% 5.91% 2,9 %

Total 100.00% 100.00% 100,00 %

Sumber: www.idx.com, data diolah

Tabel 1 menunjukkan Akhir tahun 2015 bahwa investor asing,

lembaga perbankan, dan perusahaan asuransi mendominasi kepemilikan

obligasi di pasar surat berharga pemerintah domestik. Selama tahun 2015,

total kepemilikan asing di pasar surat berharga domestik mencakup 38,21%

dari total obligasi pemerintah. Sementara kepemilikan lembaga perbankan di

Page 20: repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/172235/1/Ulis Sa’adah.pdfCreated Date »Y 6S i >X8n l:ê'\â| kÐ ¬ ¥ð¥vúJytç¨& DY©Éºq

4

pasar surat berharga domestik mencatat 23,95% pada tahun 2015. Porsi

kepemilikan perusahaan asuransi juga mencatat 11,74% pada tahun 2015.

Akhir tahun 2016 , investor asing, perbankan lembaga, dan perusahaan

asuransi adalah tiga lembaga yang mendominasi kepemilikan obligasi di

dalam negeri pasar surat berharga pemerintah dengan porsi kepemilikan

37,55%, 22,53%, dan 13,43% masing-masing. Selanjutnya, kepemilikan

obligasi surat berharga pemerintah untuk “Lembaga Keuangan Non-Bank”

seperti reksadana, dana pensiun, dan asuransi juga mencatat peningkatan yang

terutama didorong oleh peraturan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) terkait

dengan porsi minimum untuk Lembaga Keuangan Non-Bank untuk

berinvestasi di pasar sekuritas pemerintah domestik.

Akhir Desember 2017, investor asing, komersial bank, dan dana

pensiun adalah tiga institusi teratas yang mendominasi pasar obligasi

domestik. Mereka memegang porsi kepemilikan 39,8%, 23,4%, dan 9,4%

masing-masing. Dengan kata lain, pada tahun 2017, totalnya investor asing,

bank komersial dan pensiun kepemilikan dana di pasar obligasi pemerintah

domestik tumbuh sebesar 25,58%, 23,07% dan 126,94% dibandingkan dengan

Desember 2016.

Obligasi merupakan investasi jangka panjang. Pemegang obligasi

dapat memperjualbelikan obligasinya kepada pihak lain sebelum obligasi

tersebut jatuh tempo sesuai dengan nilai harga pasar. Harga obligasi di pasar

dapat lebih tinggi atau lebih rendah dari nilai parinya. Banyak faktor

makroekonomi yang mempengaruhi nilai obligasi (bond). Faktor yang

Page 21: repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/172235/1/Ulis Sa’adah.pdfCreated Date »Y 6S i >X8n l:ê'\â| kÐ ¬ ¥ð¥vúJytç¨& DY©Éºq

5

mempengaruhi perubahan nilai obligasi di pasar adalah perubahan suku

bunga deposito.

Suku bunga mempunyai dampak pada kesehatan perekonomian secara

keseluruhan karena suku bunga tidak hanya mempengaruhi masyarakat untuk

mengonsumsi atau menabung tetapi juga mempengaruhi keputusan untuk

berinvestasi. Perubahan suku bunga mempunyai dampak penting terhadap

individu, bisnis, lembaga keuangan, dan perekonomian secara keseluruhan.

Menurut Sukanto (2009) dalam penelitiannya menyatakan “Tingkat suku

bunga deposito berpengaruh negatif terhadap harga obligasi pemerintah”.

Artinya, jika tingkat suku bunga itu lebih tinggi maka para investor akan

lebih memilih untuk menempatkan dananya di deposito dan jika tingkat suku

bunga deposito lebih rendah maka para investor akan memilih untuk membeli

obligasi pemerintah (government bonds).

Makroekonomi selain suku bunga (interest rate) yang mempengaruhi

obligasi adalah Inflasi. Inflasi menggambarkan keadaan dimana harga-harga

secara umum mengalami kenaikan dan banyaknya uang yang beredar.

Menurut Mishkin (2011:13) “Inflasi (inflation) yaitu kenaikan tingkat harga

yang terjadi secara terus-menerus, memengaruhi individu, pengusaha dan

pemerintah”. Teori investasi menjelaskan bahwa jika inflasi mengalami

kenaikan maka masayarakat akan lebih memilih untuk konsumsi daripada

berinvestasi. Sehingga daya beli obligasi juga akan menurun. Nilai tukar

(exchange rate) adalah salah satu makroekonomi yang dapat mempengaruhi

permintaan obligasi di indonesia. Jika kurs rupiah terhadap USD turun maka

Page 22: repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/172235/1/Ulis Sa’adah.pdfCreated Date »Y 6S i >X8n l:ê'\â| kÐ ¬ ¥ð¥vúJytç¨& DY©Éºq

6

permintaan obligasi akan meningkat. Dan begitu juga sebaliknya jika kurs

rupiah terhadap USD naik maka permintaan obligasi akan menurun

dikarenanakan masyarakat akan lebih memilih berinvestasi terhadap USD.

“Pergerakan nilai tukar di pasar dipengaruhi oleh faktor fundamental

dan non fundamental. Faktor fundamental tercermin dari variabel-

variabel ekonomi makro, seperti pertumbuhan ekonomi, laju inflasi,

perkembangan ekspor impor, dan sebagainya. Sementara itu faktor

fundamental antara lain berupa sentimen pasar terhadap perkembangan

sosial politik, faktor psikologi para pelaku pasar dalam

“memperhitungkan” informasi, rumors atau perkembangan lain dalam

menentukan nilai tukar sehari-hari.” (Rival, 2013:62)

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) atau Jakarta Composite Index,

merupakan salah satu indeks pasar saham yang digunakan oleh Bursa Efek

Indonesia. Indeks harga saham gabungan mencerminkan transaksi yang terjadi

pada saham-saham di bursa. Menurut Hadi (2013:188) menjelaskan

bahwasanya “ Indeks harga saham gabungan (Composite Stock Price Index =

CSPI) merupakan suatu nilai yang untuk mengukur kinerja kerja saham yang

tercatat di suatu bursa efek”. Sukanto (2009) dalam penelitiannya

menunjukkan Indeks Harga Saham Gabungan berpengaruh terhadap harga

obligasi pemerintah Indonesia. Hal ini disebabkan banyaknya dana obligasi

pemerintah yang diportofoliokan pemerintah pada lantai bursa. Berdasarkan

latar belakang yang telah dijelaskan tersebut, akhirnya peneliti mengambil

judul “Pengaruh Makroekonomi terhadap Kinerja Indeks Harga Saham

Gabungan (IHSG) dan Government Bonds (Studi pada Negara Indonesia

tahun 2015-2017)”.

Page 23: repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/172235/1/Ulis Sa’adah.pdfCreated Date »Y 6S i >X8n l:ê'\â| kÐ ¬ ¥ð¥vúJytç¨& DY©Éºq

7

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan di atas, maka rumusan

masalah dari penelitian ini adalah :

1. Apakah Makroekonomi berpengaruh terhadap Kinerja Indeks Harga

Saham Gabungan (IHSG)?

2. Apakah Makroekonomi berpengaruh terhadap Government Bonds?

3. Apakah Kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berpengaruh

terhadap Government Bonds?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan, maka tujuan dari

penelitian ini adalah :

1. Mengetahui dan menjelaskan pengaruh Makroekonomi terhadap

Kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).

2. Mengetahui dan menjelaskan pengaruh Makroekonomi terhadap

Government Bonds.

3. Mengetahui dan menjelaskan pengaruh Kinerja Indeks Harga Saham

Gabungan (IHSG) terhadap Government Bonds.

D. Kontribusi Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi baik dalam aspek

akademis maupun aspek praktis:

Page 24: repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/172235/1/Ulis Sa’adah.pdfCreated Date »Y 6S i >X8n l:ê'\â| kÐ ¬ ¥ð¥vúJytç¨& DY©Éºq

8

1. Kontribusi Akademis

a. Penelitian ini diharapkan dapat membantu dan menambah

pengetahuan para akademisi mengenai pasar modal khususnya

dalam bidang obligasi pemerintah (Government Bond).

b. Dapat digunakan sebagai referensi ataupun pembanding dalam

mengerjakan tugas atau penelitian yang berkaitan dengan

makroekonomi, Indeks Harga Saham Gabungan dan obligasi

pemerintah (Government Bonds).

2. Aspek Praktis

a. Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai tambahan

informasi dan bahan masukan bagi perusahaan atau korporasi dan

masyarakat luas untuk lebih memahami dan dapat memecahkan

permasalahan yang berkaitan dengan obligasi, khususnya adalah

yang bersangkutan dengan obligasi pemerintah (Government

Bonds).

b. Penilitian ini diharapkan dapat menjadi acuan investor dan calon

investor dalam mengambil keputusan investasi di pasar modal

khususnya di obligasi pemerintah (Government Bonds).

c. Penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan untuk masukan dan

acuan untuk penelitian selanjutnya.

E. Sistematika Pembahasan

Page 25: repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/172235/1/Ulis Sa’adah.pdfCreated Date »Y 6S i >X8n l:ê'\â| kÐ ¬ ¥ð¥vúJytç¨& DY©Éºq

9

Dalam sistematika pembahasan ini akan menjelaskan gambaran tentang

penulisan skripsi. Sistematika pembahasan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut :

BAB I: PENDAHULUAN

Bab ini menjelaskan tentang latar belakang, rumusan masalah,

tujuan penelitian, kontribusi penelitian dan sistematika

pembahasan.

BAB II: TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini menjelaskan mengenai kajian teoritis dari para ahli yang

dapat dijadikan acuan dalam melakukan penelitian serta

menggunakan penelitian terdahulu sebagai bahan pembanding,

selain itu dijelaskan konsep penelitian yang digunakan.

BAB III: METODE PENELITIAN

Bab ini mengemukakan metode yang dipergunakan dalam

penelitian diantaranya jenis penelitian, lokasi penelitian, variabel

dan pengukuran, populasi dan sampel, teknik pengumpulan data,

jenis dan serta analisis data.

BAB IV: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini berisi tentang penyajian data yang terdiri dari gambaran

umum obyek penelitian, dekripsi variabel penelitian, hasil analisis

dan interpretasi data, dan pembahasan hipotesis hasil penelitian

yang digunakan untuk menjawab rumusan masalah yang

dikemukakan sebelumnya.

Page 26: repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/172235/1/Ulis Sa’adah.pdfCreated Date »Y 6S i >X8n l:ê'\â| kÐ ¬ ¥ð¥vúJytç¨& DY©Éºq

10

BAB V: PENUTUP

Bab ini bersifat tentang kesimpulan dari hasil penelitian dan saran-

saran yang mendukung bagi investor dan pihak lain.

Page 27: repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/172235/1/Ulis Sa’adah.pdfCreated Date »Y 6S i >X8n l:ê'\â| kÐ ¬ ¥ð¥vúJytç¨& DY©Éºq

11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu yang dijadikan referensi dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Sukanto (2009)

Penelitian berjudul “Pengaruh Suku Bunga Deposito, Kurs

Rupiah-USD, Tingkat Inflasi, IHSG dan Volume Transaksi terhadap

Harga Obligasi Pemerintah RI (SUN)”. Penelitian ini dilakukan di

Pusat Manajemen Obligasi Negara (PMON) Bursa Efek Indonesia,

dan Bank Indonesia pada tahun 2003-2006. Variabel yang digunakan

peneliti meliputi harga obligasi, bunga deposito, kurs, inflasi, IHSG,

volume. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah

regresi berganda. Uji yang dilakukan adalah Uji T. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa Indeks Harga Saham Gabungan berpengaruh

signifkan positif terhadap harga obligasi pemerintah, bunga deposito

dan Kurs berpengaruh signifikan negatif terhadap harga obligasi

pemerintah Indonesia, inflasi dan volume transaksi obligasi pemerintah

tidak berpengaruh siginifikan terhadap harga obligasi pemerintah.

2. Kewal (2012)

Page 28: repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/172235/1/Ulis Sa’adah.pdfCreated Date »Y 6S i >X8n l:ê'\â| kÐ ¬ ¥ð¥vúJytç¨& DY©Éºq

12

Penelitian berjudul “Pengaruh Inflasi, Suku Bunga, Kurs, dan

Pertumbuhan PDB terhadap Indeks Harga Saham Gabungan”.

Penelitian ini dilakukan di Bursa Efek Indonesia, Bank Indonesia, dan

Biro Statistik Indonesia, dan Biro Statistik Indonesia pada tahun 2000-

2009. Variabel yang digunakan dalam mengukur kinerja IHSG

menggunakan empat variabel makroekonomi, yaitu: inflation, interest

rate, exchange rate, dan tingkat pertumbuhan GDP (Growth Domestic

Product). Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah

regresi linear berganda. Uji yang dilakukan adalah Uji T dan Uji F.

Hasil penelitian menemukan bahwa hanya exchange rate yang

berpengaruh secara signifikan terhadap IHSG. Variabel inflation,

interest rate, dan pertumbuhan GDP tidak berpengaruh terhadap

IHSG.

3. Agustin (2018)

Penelitian berjudul “Pengaruh Macroeconomic dan Economic

Activity ASEAN terhadap Kinerja IHSG Indonesia”. Penelitian ini

dilakukan di dilakukan di negara Singapura, Malaysia, Thailand,

Filipina, dan Brunei Darussalam melalui website IEconomics,

International Trade Centre, International Financial Statistic, Yahoo

Finance dan didukung oleh beberapa data dari website Bank Sentral

masing-masing negara sampel. Variabel yang digunakan dalam

mengukur kinerja IHSG menggunakan tiga variabel makroekonomi,

yaitu: inflation, exchange rate, dan interest rate. Metode analisis yang

Page 29: repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/172235/1/Ulis Sa’adah.pdfCreated Date »Y 6S i >X8n l:ê'\â| kÐ ¬ ¥ð¥vúJytç¨& DY©Éºq

13

digunakan dalam penelitian ini adalah teknik Partial Least Square

(PLS) menggunakan software statistik smartPLS 3.2.7. Hasil penelitian

menemukan bahwa Macroeconomic Thailand berpengaruh terhadap

Kinerja IHSG Indonesia dan macroeconomic ASEAN berpengaruh

Kinerja IHSG Indonesia. Pada negara Singapura, Malaysia, Filipina,

dan Brunei Darussalam hasil penelitian menunjukkan bahwa

macroeconomic tidak berpengaruh terhadap Kinerja IHSG Indonesia.

4. Harsono dan Worokinasih (2018)

Penelitian dengan judul “Pengaruh Inflasi, Suku Bunga, dan

Nilai Tukar Rupiah terhadap Indeks Harga Saham Gabungan”.

Penelitian ini dilakukan di Bursa Efek Indonesia dan Bank Indonesia

dengan pendekatan metode regresi linear berganda. Uji yang dilakukan

adalah Uji T dan Uji F. Penelitian ini dilakukan pada periode tahun

2013-2017. Variabel yang digunakan peneliti meliputi inflasi, suku

bunga, nilai tukar rupiah dan indeks harga saham gabungan. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa variabel inflasi secara parsial

berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap Indeks Harga Saham

Gabungan (IHSG), variabel suku bunga dan nilai tukar secara parsial

berpengaruh negatif signifikan terhadap Indeks Harga Saham

Gabungan (IHSG). Secara simultan variabel inflasi, suku bunga, dan

nilai tukar rupiah berpengaruh signifikan terhadap Indeks Harga

Saham Gabungan (IHSG).

Page 30: repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/172235/1/Ulis Sa’adah.pdfCreated Date »Y 6S i >X8n l:ê'\â| kÐ ¬ ¥ð¥vúJytç¨& DY©Éºq

14

Tabel 4. Penelitian Terdahulu

No. Peneliti

(Tahun) Judul Penelitian Hasil Penelitian

Perbedaan Penelitian

Penelitian Terdahulu Penelitian Ini

1. Sukanto

(2009)

Pengaruh Suku Bunga

Deposito, Kurs Rupiah-

USD, Tingkat Inflasi,

IHSG dan Volume

Transaksi terhadap

Harga Obligasi

Pemerintah RI (SUN)

Hasil penelitian

menunjukkan bahwa

Indeks Harga Saham

Gabungan bunga

deposito dan kurs

berpengaruh signifikan

terhadap harga obligasi

pemerintah. Sedangkan

inflasi dan volume

perdagangan tidak

berpengaruh signifikan

terhadap harga obligasi

pemerintah.

1. Menggunakan

variabel suku bunga

deposito, kurs

rupiah-USD, tingkat

inflasi

2. Penelitian dilakukan

di pusat manajemen

obligasi negara

(PMON), Bank

Indonesia, dan

Bursa Efek

Indonesia

3. Penelitian dilakukan

menggunakan

metode regresi linier

berganda

4. Peneilitian

dilakukan pada

tahun 2003-2006

1. Menggunakan

variabel

makroekonomi

dengan indikator

inflation, interest

rate, exchange rate

dan variabel

Government Bonds

dengan indikator

volume,

kapitalisasi, dan

frekuensi

2. Penelitian

dilakukan di

Indonesia

3. Penelitian

dilakukan

menggnakan

metode PLS

(Partial Least

Square) versi 3.2.8

4. Penelitian

dilakukan pada

tahun 2015-2017

Page 31: repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/172235/1/Ulis Sa’adah.pdfCreated Date »Y 6S i >X8n l:ê'\â| kÐ ¬ ¥ð¥vúJytç¨& DY©Éºq

15

Lanjutan Tabel 4

No. Peneliti

(Tahun) Judul Penelitian Hasil Penelitian

Perbedaan Penelitian

Penelitian Terdahulu Penelitian Ini

2. Kewal

(2012)

Pengaruh Inflasi, Suku

Bunga, Kurs, dan

Pertumbuhan PDB

terhadap Indeks Harga

Saham Gabungan

Hasil penelitian

menunjukkan bahwa

hanya exchange rate

yang berpengaruh

secara signifikan

terhadap IHSG.

Variabel inflation,

interest rate, dan

pertumbuhan GDP

tidak berpengaruh

terhadap IHSG.

1. Menggunakan

variabel inflasi, suku

bunga, kurs, dan

PDB

2. Penelitian dilakukan

di indonesia

3. Penelitian dilakukan

dengan

menggunakan

metode regresi linier

4. Penelitian dilakukan

tahun 2000-2009

1. Menggunakan

variabel

makroekonomi

dengan indikator

inflation, interest

rate, exchange rate

dan variabel

Government Bonds

dengan indikator

volume,

kapitalisasi, dan

frekuensi.

2. Penelitian

dilakukan di

Indonesia

3. Penelitian

dilakukan

menggnakan

metode PLS

(Partial Least

Square) versi 3.2.8

4. Penelitian

dilakukan pada

tahun 2015-2017

Page 32: repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/172235/1/Ulis Sa’adah.pdfCreated Date »Y 6S i >X8n l:ê'\â| kÐ ¬ ¥ð¥vúJytç¨& DY©Éºq

16

Lanjutan Tabel 3

No. Peneliti

(Tahun) Judul Penelitian Hasil Penelitian

Perbedaan Penelitian

Penelitian Terdahulu Penelitian Ini

3. Agustin

(2018)

Pengaruh

Macroeconomic dan

ASEAN Activity

terhadap Kinerja IHSG

Indonesia

Hasil penelitian

menunjukkan bahwa

Macroeconomic

Thailand berpengaruh

terhadap Kinerja IHSG

Indonesia dan

macroeconomic

ASEAN berpengaruh

Kinerja IHSG

Indonesia. Pada negara

Singapura, Malaysia,

Filipina, dan Brunei

Darussalam hasil

penelitian menunjukkan

bahwa macroeconomic

tidak berpengaruh

terhadap Kinerja IHSG

Indonesia.

1. Menggunakan

Variabel inflation,

exchange rate, dan

interset rate.

2. Penelitian dilakukan

di di negara

Singapura,

Malaysia, Thailand,

Filipina, dan Brunei

Darussalam

3. Penelitian dilakukan

menggnakan metode

PLS (Partial Least

Square) versi 3.2.7

4. Penelitian dilakukan

tahun 2014-2016

1. Menggunakan

variabel

makroekonomi

dengan indikator

inflation, interest

rate, exchange rate

dan variabel

Government Bonds

dengan indikator

volume,

kapitalisasi, dan

frekuensi.

2. Penelitian

dilakukan di

Indonesia

3. Penelitian

dilakukan

menggnakan

metode PLS

(Partial Least

Square) versi 3.2.8

4. Penelitian

dilakukan pada

tahun 2015-2017

Page 33: repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/172235/1/Ulis Sa’adah.pdfCreated Date »Y 6S i >X8n l:ê'\â| kÐ ¬ ¥ð¥vúJytç¨& DY©Éºq

17

Lanjutan Tabel 4

No. Peneliti

(Tahun) Judul Penelitian Hasil Penelitian

Perbedaan Penelitian

Penelitian Terdahulu Penelitian Ini

4. Harsono dan

Worokinasih

(2018)

Pengaruh Inflasi, Suku

Bunga, dan Nilai Tukar

Rupiah terhadap Indeks

Harga Saham

Gabungan (Studi pada

Bursa Efek Indonesia

Periode 2013-2017)

Hasil penelitian

menunjukkan bahwa

secara simultan inflasi,

suku bunga, dan nilai

tukar rupiah

berpengaruh signifikan

terhadap Indeks Harga

Saham Gabungan

(IHSG). Secara parsial

suku bunga dan nilai

tukar rupiah

berpengaruh signifikan

sedangkan inflasi tidak

berpengaruh signifikan.

1. Variabel yang

digunakan inflasi,

suku bunga, nilai

tukar rupiah, dan

indeks harga saham

gabungan (IHSG)

2. Penelitian dilakukan

di Bursa Efek

Indonesia dan Bank

Indonesia

3. Penelitian dilakukan

menggunakan

regresi linier

berganda

4. Penelitian dilakukan

tahun 2013-2017

1. Menggunakan

variabel

makroekonomi

dengan indikator

inflation, interest

rate, exchange rate

dan variabel

Government Bonds

dengan indikator

volume,

kapitalisasi, dan

frekuensi

2. Penelitian

dilakukan

menggnakan

metode PLS

(Partial Least

Square) versi 3.2.8

3. Penelitian

dilakukan di

Indonesia

4. Penelitian

dilakukan pada

tahun 2015-2017

Page 34: repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/172235/1/Ulis Sa’adah.pdfCreated Date »Y 6S i >X8n l:ê'\â| kÐ ¬ ¥ð¥vúJytç¨& DY©Éºq

18

B. Makroekonomi

Sagir (2009:24) menyatakan bahwa “Ekonomi makro merupakan

cabang dari disiplin ilmu pengetahuan ekonomi tentang pengamatan aktivitas

sekumpulan pelaku ekonomi tertentu terkait dengan skesma pertukaran uang

dan komoditas dalam ruang lingkup kenegaraan”. Machfudz (2016:2)

berpendapat makroekonomi adalah “alat bantu untuk memecahkan

permasalahan secara makro atau menyeluruh”. Berdasarakan dua teori diatas

dapat disimpulkan bahwa makroekonomi adalah ilmu ekonomi yang

mempelajari mekanisme bekerjanya perekonomian secara keseluruhan.

Beberapa contoh dari makroekonomi adalah inflasi, nilai tukar, tingkat suku

bunga, pengangguran, investasi, pendapatan nasional, neraca pembayaran

internasional.

1. Inflasi (Inflation)

a. Definisi Inflasi (Inflation)

Menurut Mishkin (2010:13) inflasi (inflation) adalah

“Kenaikan tingkat harga yang terjadi secara terus-menerus,

memengaruhi individu, pengusaha, dan pemerintah”. Pengertian

tersebut menjelaskan bahwa inflasi merupakan suatu hubungan antara

uang beredar dan tingkat harga. Kenaikan uang beredar secara terus-

menerus menjadi faktor penting yang dapat mengakibatkan kenaikan

tingkat harga secara terus menerus. Inflasi dengan pertumbuhan uang

beredar mempunyai hubungan positif.

Page 35: repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/172235/1/Ulis Sa’adah.pdfCreated Date »Y 6S i >X8n l:ê'\â| kÐ ¬ ¥ð¥vúJytç¨& DY©Éºq

19

Natsir menjelaskan (2014:253) “Inflasi adalah kecenderungan

meningkatnya harga barang dan jasa secara umum dan terus menerus”.

Defenisi ini dapat di ambil kesimpulan bahwa dapat di sebut inflasi

jika suatu keadaan terdiri dari tiga komponen yaitu, kenaikan harga,

bersifat umum, dan berlangsung terus menerus. Inflasi juga dapat

dilihat dari asal terjadinya, secara umum menurut Fahmi (2014:226)

terbagi menjadi dua macam yaitu:

1. Inflasi Domestik (Domestic Inflation)

Domestic inflastion terjadi karena faktor situasi dan kondisi

yang terjadi di dalam negeri, seperti karena kebijakan

pemerintah (government policy) dalam mengeluarkan

deregulasi yang mampu mempengaruhi kondisi kenaikan

harga.

2. Inflasi Impor (Imported Inflation)

Imported inflation disebabkan karena faktor situasi dan

kondisi yang terjadi di luar negeri, seperti terjadinya

goncangan ekonomi di Negara Amerika Serikat yang

memberi pengaruh pada naiknya berbagai barang yang

berasal dari Negara Amerika.

b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Inflasi

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi inflasi. Menurut

Fahmi (2014:226-227) beberapa faktor yang bisa menimbulkan inflasi

yaitu:

1) Structural inflation (inflasi struktural) yaitu suatu keadaan

yang ditimbulkan oleh bertambahnya volume uang, tetapi

karena pergeseran struktur ekonomi, yaitu pergerakan

faktor-faktor produksi dari sektor non industri ke sektor

industri.

2) Cost push inflation yaitu inflasi yang disebabkan oleh

kebijakan perusahaan yang menaikkan harga barang

dagangannya karena implikasi dari kenaikan biaya internal

seperti kenaikan upah buruh, suku bunga atau juga karena

mengharapkan memperoleh laba yang tinggi.

Page 36: repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/172235/1/Ulis Sa’adah.pdfCreated Date »Y 6S i >X8n l:ê'\â| kÐ ¬ ¥ð¥vúJytç¨& DY©Éºq

20

3) Demand full inflation yaitu inflasi yang timbul karena

didorong oleh biaya, inflasi lainnya sperti karena faktor

kenaikan pendapatan masyarakat atau juga disebabkan oleh

ketakutan akan terjadi kenaikan harga yang terus menerus

sehingga masyarakat memborongnya, inflasi seperti ini

disebut juga dengan inflasi yang timbul karena dorongan

pemerintah.

Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat disimpulkan

bahwasanya inflation disebabkan karena adanya pergeseran

struktur ekonomi, permintaan dan penawaran masyarakat terhadap

uang.

Tabel 3. Skala Penilaian Inflasi dan Definisinya

No Jenis Inflasi Definisi Skala

Penilaian

1. Inflasi Ringan

(creeping

inflation)

Inflasi ini disebut juga

creeping inflation. Kondisi

inflasi seperti ini disebut

dengan inflasi ringan karena

skala inflasinya berada 10

persen. Kondisi yang ringan

seperti ini dialami oleh

indonesia pada era sekarang

yaitu pasca reformasi, dan kita

pernah mengalaminya pada

masa orde baru.

< 10%

Per

tahun*

2. Inflasi sedang

(moderate

inflation)

Inflasi moderat dianggap tidak

efektif bagi kelangsungan

ekonomi suatu negara karena

dianggap mampu mengganggu

dan bahkan mengancam

pertumbuhan ekonomi.

10-30%

Per tahun

3. Inflasi berat Inflasi berat adalah dimana

sektor-sektor ekonomi sudah

mulai mengalami kelumpuhan

kecuali yang dikuasai oleh

negara

30-100%

Per tahun

Page 37: repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/172235/1/Ulis Sa’adah.pdfCreated Date »Y 6S i >X8n l:ê'\â| kÐ ¬ ¥ð¥vúJytç¨& DY©Éºq

21

Lanjutan Tabel 3

No Jenis Inflasi Definisi Skala

Penilaian

4. Inflasi sangat

berat (hyper

inflation)

Inflasi ini terjadi pada masa

perang Dunia ke-2 (1939-

1945) dimana untuk keperluan

perang terpaksa harus

mencetak uang secara

berlebihan

>100%

Per tahun

Sumber: Fahmi (2014:227)

2. Suku Bunga (Interst Rate)

Boediono menjelaskan (2017:76) bahwa “Suatu pengertian dasar

dari tingkat bunga yaitu sebagai harga dari penggunaan uang untuk jangka

waktu tertentu”. Berdasarkan pengertian tersebut dapat dimengerti bahwa

interest rate adalah suatu harga yang harus dibayar apabila terjadi suatu

pertukaran antara satu rupiah sekarang dengan satu rupiah yang akan

datang. Harga dari pertukaran tersebut adalah yang disebut sebagai bunga

yang harus dibayar oleh pihak debitur.

Teori Keynes menjelaskan bahwa suku bunga ditentukan oleh

permintaan dan penawaran uang. Sukirno menjelaskan (2015:301) bahwa

yang diartikan dengan permintaan uang adalah “Jumlah uang yang diminta

oleh masyarakat untuk ketiga-tiga tujuan meminta uang, yaitu tujuan

transaksi, tujuan berjaga-jaga dan tujuan spekulasi”. Kebijakan

pengendalian suku bunga deposito merupakan sebuah tindakan pemerintah

atau Bank Sentral dalam menjaga kestabilan rupiah yang beredar. Fahmi

(2014:244) menjelaskan bahwa “Dimana jika bunga deposito dinaikkan

Page 38: repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/172235/1/Ulis Sa’adah.pdfCreated Date »Y 6S i >X8n l:ê'\â| kÐ ¬ ¥ð¥vúJytç¨& DY©Éºq

22

maka ini akan menyebabkan terserapnya dana masyarakat ke perbankan

atau masyarakat lebih cenderung untuk mendepositokan uang yang

dimiliki daripada dipakai untuk bisnis atau investasi”. Hal tersebut dapat

diartikan bahwa jika suku bunga deposito tinggi maka investor akan

memilih untuk mendepositokan uangnya di perbankan, sedangkan

sebaliknya jika bunga deposito rendah maka investor akan lebih cenderung

memilih untuk menginvestasikan uangnya di pasar modal atau untuk

berbisnis.

3. Nilai Tukar (Exchange Rate)

a. Definisi Nilai Tukar (Exchange rate)

Van Hoose dan Miller dalam Natsir (2014:302) menjelaskan

bahwa “Exchange rate is the price of one nation currency in terms of the

currency of another country”. Perubahan nilai tukar akan berpengaruh

terhadap perekonomian dan kehidupan suatu negara. Nilai tukar terdiri

dari dua jenis yaitu nilai tukar nominal dan nilai tukar riil.

Mankiw (2012:193-194) menyatakan “Nilai tukar nominal

(nominal exchange rate) adalah nilai yang digunakan seseorang

saat menukar mata uang suatu negara dengan mata uang negara

lain. Nilai tukar riil (riil exchange rate) adalah nilai yang

digunakan seseorang saat menukarkan barang dan jasa dari suatu

negara dengan barang dan jasa dari negara lain.”

Pengertian diatas menjelaskan bahwasanya nilai tukar terdiri dari

dua jenis, yaitu nilai tukar nominal (exchange rate nominal) dan nilai

tukar riil (exchange rate riil). Nilai tukar nominal (exchange rate

Page 39: repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/172235/1/Ulis Sa’adah.pdfCreated Date »Y 6S i >X8n l:ê'\â| kÐ ¬ ¥ð¥vúJytç¨& DY©Éºq

23

nominal) dan nilai tukar riil (exchange rate riil) mempunyai perbedaan

masing-masing. Nilai tukar nominal (exchange rate nominal) adalah nilai

tukar dengan mata uang antar negara. Contohnya adalah nilai tukar

Rupiah terhadap Dollar Amerika, nilai tukar rupiah mempunyai nilai

15.000 Rupiah terhadap 1 Dollar Amerika. Nilai tukar riil (exchange rate

riil) adalah nilai tukar barang atau jasa antar negara. Contoh dari nilai

tukar riil (exchange rate riil) adalah satu kilogram gula Singapura dua

kali lebih mahal dengan satu kilogram gula Indonesia, maka dari itu

dapat dikatakan bahwa nilai tukar riilnya adalah setengah kilogram gula

Singapura untuk satu kilogram gula Indonesia.

b. Teori-teori Nilai Tukar (Exchange Rate)

Menurut Moosa dan Batti (2009:92-94), terdapat beberapa teori

yang berkaitan dengan nilai tukar valuta asing, diantaranya adalah:

1) Balance of Payment Approach

Pendekatan ini didasarkan pada pendapat bahwa nilai tukar

valuta asing ditentukan oleh kekuatan penawaran dan

permintaan terhadap valuta tersebut. Adapun alat yang

digunakan untuk mengukur kekuatan penawaran dan

permintaan adalah balance of payment.

2) Purchasing Theory

Teori ini berusaha menghubungkan nilai tukar dengan daya beli

valuta tersebut terhadap barang dan jasa. Pendekatan ini

menggunakan apa yang disebut law of one prie sebagai dasar.

Law of one price menyebutkan bahwa dengan asumsi tertentu,

dua barang yang identik haruslah mempunyai harga sama.

Terdapat dua versi purchasing theory. Yaitu: versi absolut yang

menyatakan bahwa nilai tukar adalah perbandingan harga

barang di dua negara adalah sama dengan selisih kenaikan

harga barang di kedua negara tersebut pada periode tertentu.

3) Fisher Effect

Teori fisher effect diperkenalkan oleh Irving Fisher. Teori ini

mengatakan bahwa tingkat suku bunga nominal suatu negara

Page 40: repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/172235/1/Ulis Sa’adah.pdfCreated Date »Y 6S i >X8n l:ê'\â| kÐ ¬ ¥ð¥vúJytç¨& DY©Éºq

24

akan sama dengan tingkat suku bunga riil ditambah tingkat

inflasi di negara tersebut.

4) International Fisher Effect International Fisher Effect didasari oleh Fisher Effect yang

mengatakan bahwa pergerakan nilai mata uang suatu negara

dibandingkan negara lain (pergerakan kurs) disebabkan oleh

perbedaan suku bunga nominal yang ada di kedua negara

tersebut.

Berdasarkan penjelasan diatas maka dapat diketahui bahwa nilai

tukar (exchange rate) dipengaruhi oleh dua hal. Dua hal tersebut yaitu

faktor permintaan dan penawaran uang. Permintaan dan penawaran

terhadap uang nilai tukar (exchange rate) selain dua hal tersebut dapat

dipengaruhi oleh tingkat suku bunga (interest rate) dan inflasi (inflation)

di suatu negara yang berbeda-beda.

c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Nilai Tukar (Exchange Rate)

Nilai tukar antar dua negara sangat dipengaruhi oleh berbagai

faktor baik internal maupun eksternal, baik variabel fundamental

makroekonomi maupun nonekonomi. menentukan nilai tukar suatu mata

uang diperlukan suatu pendekatan atau teori. Menurut Rasbin (2015:125-

126) terdapat beberapa landasan mengenai faktor-faktor yang

menentukan nilai tukar, yaitu:

1) Teori Purchasing Power Parity Teori yang pertama kali dipopularkan oleh Gustav Cassell

menyatakan bahwa nilai tukar suatu negara terhadap negara

lain ditentukan oleh tingkat harga di masing-masing negara.

Berdasarkan teori Purchasing Power Parity (PPP), daya beli

domestik dari mata uang suatu negara tercermin sepenuhnya

pada tingkat harga yang berlaku di negara tersebut.

2) Teori Moneter

Page 41: repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/172235/1/Ulis Sa’adah.pdfCreated Date »Y 6S i >X8n l:ê'\â| kÐ ¬ ¥ð¥vúJytç¨& DY©Éºq

25

Teori moneter tentang nilai tukar dibagi menjadi dua. Pertama,

menghubungkan tingkat harga di negara yang berbeda

terhadap penawaran mata uang negara. Dan kedua,

menghubungkan tingkat harga terhadap nilai tukar.

3) Teori Perdagangan Teori perdagangan menyatakan bahwa nilai tukar suatu negara

didasarkan pada pertukaran barang dan jasa antar negara.

Artinya bahwa nilai tukar anta rdua mata uang dari dua negara

ditentukan oleh besar kecilnya perdagangan barang dan jasa

yang berlangsung di antara dua negara tersebut (ekspor dan

impor).

4) Teori Aset

Teori aset menyatakan bahwa nilai tukar adalah harga relatif

dari dua aset, yaitu harga uang domestik dan luar negeri.

Adanya nilai tukar ini memungkinkan seseorang

membandingkan harga uang domestik dan luar negeri dengan

cara mempertimbangkan keduanya dalam satuan (mata uang)

yang sama.

5) Teori Keseimbangan Portofolio Teori keseimbangan portofolio menyatakan bahwa uang

domestik hanya merupakan salah satu dari sekian banyak jenis

aset finansial yang diminta oleh penduduk dari suatu negara.

Teori keseimbangan portofolio ini merupakan upaya

melakukan diversifikasi investasi pada berbagai aset finansial

yang paling menguntungkan dengan tujuan selain untuk

mengoptimalkan keuntungan yang diharapkan juga untuk

meminimalkan berbagai kemungkinan risiko yang mungkin

terjadi.

C. Investasi

1. Pengertian Investasi

Istilah investasi disebut juga dengan penanaman modal atau

pembentukan modal. Investasi merupakan salah satu cara dalam

mengelola kelebihan dana agar bisa berkembang dari waktu ke waktu.

Menurut Sukirno (2015:121) menyatakan “Investasi dapat

diartikan sebagai pengeluaran atau pengeluaran penananam-

penanam modal atau perusahaan untuk membeli barang-barang

modal dan perlengkapan-perlengkapan produksi untuk menambah

Page 42: repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/172235/1/Ulis Sa’adah.pdfCreated Date »Y 6S i >X8n l:ê'\â| kÐ ¬ ¥ð¥vúJytç¨& DY©Éºq

26

kemampuan memproduksi barang-barang dan jasa-jasa yang

tersedia dalam perekonomian.”

Penjelasan diatas maka dapat diartikan bahwa investasi adalah

pengusaha menggunakan uang untuk membeli barang-barang modal.

Pertambahan jumlah barang modal dimasa sekarang akan memungkinkan

sebuah perekonomian menghasilkan lebih banyak barang dan jasa dimasa

mendatang. Investasi merupakan sebuah cara yang dapat digunakan untuk

mengelola suatu keuangan yang kelebihan dana agar dana tersebut dapat

berkembang dan menghasilkan keuntungan dari waktu ke waktu.

2. Tujuan Investasi

Tujuan umum dari investasi adalah meningkatkan kesejahteraan

investor dalam bentuk finansial. Fahmi (2014:8) mengungkapkan empat

tujuan mengapa investor melakukan investasi, yaitu :

a. Terciptanya keberlanjutan (continuity) dalam investasi tersebut

b. Terciptanya profit yang maksimum atau keuntungan yang

diharapkan (profit actual)

c. Terciptanya kemakmuran bagi para pemegang saham

d. Turut memberikan andil bagi pembangunan bangsa

Berdasarkan uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwasanya

dengan adanya investasi maka akan dapat memberikan keuntungan kepada

investor yang berupa profit dan memberikan pembangunan pada negara.

3. Jenis-jenis Investasi

Investor melakukan investasi untuk meningkatkan utilitinya dalam

bentuk kesejahteraan keuangan. Investasi ke dalam aktiva keuangan dapat

berupa investasi langsung dan investasi tidak langsung.

Page 43: repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/172235/1/Ulis Sa’adah.pdfCreated Date »Y 6S i >X8n l:ê'\â| kÐ ¬ ¥ð¥vúJytç¨& DY©Éºq

27

Hartono menyatakan (2017:7) bahwa “Investasi langsung dapat

dilakukan dengan membeli aktiva keuangan yang dapat diperjual-

belikan di pasar uang (money market), pasar modal (capital

market) atau pasar turunan (derivative market). Ivestasi tidak

langsung dilakukan dengan membeli surat-surat berharga dari

perusahaan investasi.”

Adapun bentuk –bentuk investasi dalam aktivitasnya menurut

Fahmi (2014:9) pada umumnya dikenal dua macam, yaitu:

a. Real Investment

Investasi nyata (real investment) secara umum melibatkan aset

berwujud, seperti mesin-mesin, atau pabrik.

b. Financial Investment

Investasi keuangan (financial investment) melibatkan kontrak

tertulis, seperti saham biasa (common stock) dan obligasi

(bond)

Berdasarkan uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa pada

kedua bentuk investasi tersebut mempunyai investasi yang bersifat

komplementer bukan kompetitif yang berarti kedua investasi tersebut

adalah investasi yang saling melengkapi.

D. Pasar Modal

1. Pengertian Pasar Modal

Secara umum pasar modal adalah tempat atau sarana bertemunya

permintaan dan penawaran atas instrumen keuangan untuk jangka panjang,

umumnya lebih dari 1 (satu) tahun. Undang-undang Pasar Modal nomor 8

tahun 1995 mendefinisikan pasar modal adalah” kegiatan yang

bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan

Page 44: repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/172235/1/Ulis Sa’adah.pdfCreated Date »Y 6S i >X8n l:ê'\â| kÐ ¬ ¥ð¥vúJytç¨& DY©Éºq

28

publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan

profesi yang berkaitan dengan efek”.

Pasar modal mempunyai dua arti yaitu pasar modal dalam arti luas

dan pasar modal dalam arti sempit. Menurut Samsul (2015:6) mengatakan

bahwasanya “ Pasar Modal dalam arti luas adalah sarana bagi pihak yang

membutuhkan modal jangka panjang dari masyarakat umum. Pasar Modal

dalam arti sempit adalah bursa efek, yaitu tempat atau sarana berdagang

efek diantara investor”. Pihak yang membutuhkan modal diantaranya

adalah pihak swasta atau pihak pemerintah. Masyarakat umum disebut

juga sebagai investor.

Modal jangka panjang di pasar modal dapat ditawarkan kepada

investor dalam bentuk berupa saham atau surat utang. Saham adalah surat

bukti memiliki penyertaan modal dalam suatu perusahaan. Surat utang

adalah tanda bukti perusahaan memiliki utang jangka panjang kepada

masyarakat yaitu diatas tiga tahun. Ada beberapa macam surat utang

diantaranya adalah : obligasi, Surat Utang Negara (SUN), Obligasi Ritel

Indonesia (ORI), dan Surat Perbendaharaan Negara (SPN).

2. Jenis-jenis Pasar Modal

Pasar modal memiliki berbagai kategori. Menurut Samsul,

Mohamad (2015:61-66) pasar modal dikategorikan menjadi empat pasar,

yaitu :

a. Pasar Pertama (Pasar Perdana)

Pasar pertama atau pasar perdana adalah tempat atau sarana

bagi perusahaan yang pertama kali menawarkan saham atau

Page 45: repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/172235/1/Ulis Sa’adah.pdfCreated Date »Y 6S i >X8n l:ê'\â| kÐ ¬ ¥ð¥vúJytç¨& DY©Éºq

29

obligasi ke masyarakat umum. Pasar pertama ini sering disebut

juga dengan penawaran umum perdana (initial public offering-

IPO). Penawaran umum perdana ini mengubah bentuk

perusahaan dari perseroan tertutup menjadi perseroan terbuka.

Dikatakan tempat, sebab secara fisik masyarakat pembeli dapat

bertemu dengan penjamin emisi ataupun agen penjual untuk

menempatkan pesanan sekaligus membayar uang pesanan.

Dikatakan sarana, sebab si pembeli dapat memesan melalui

telepon dari rumah untuk memesan dan membayar dengan cara

mentransfer uang melalui bank ke rekening agen penjual.

b. Pasar Kedua (Pasar Sekunder)

Pasar kedua atau pasar sekunder adalah tempat atau sarana

transaksi jual beli efek antar investor dan harga dibentuk oleh

investor melalui perantara efek. Dikatakan tempat karena

secara fisik para perantara efek berada dalam satu gedung di

lantai perdagangan (trading floor) seperti di Bursa Efek

Indonesia. Dikatakan sarana karena para perantara efek tidak

berada dalam satu gedung, tetapi dalam satu jaringan sistem

perdagangan dan kantor perantara efek tersebar di beberapa

kota. Harga pasar terbentuk oleh tawaran jual dan tawaran beli

dari para investor, disebut juga dengan istilah order driven

market.

c. Pasar Ketiga (Third Market)

Pasar ketiga (Third Market) atau yang biasa disebut dengan

over the counter (OTC Market) adalah sarana transaksi jual-

beli efek antara pedagang efek (biasa disebut market maker)

dan investor, dimana harga dibentuk oleh market maker.

Investor dapat memilih market maker yang memberi harga

terbaik. Market maker adalah anggota bursa. Para market

maker ini akan bersaing dalam penetapan harga saham karena

satu jenis saham akan dipasarkan oleh lebih dari satu market

marker.

d. Pasar keempat (Fourth Market)

Pasar keempat (Fourth Market) adalah sarana transaksi jual-

beli antara investor jual dan investor beli tanpa lewat perantara

efek. Transaksi dilakukan langsung tatap muka antara investor

beli dan investor jual untuk saham atas pembawa. Pelaku

dipasar keempat menjadi anggota dari ECN, anggota central

custodian dan anggota central clearing. Pasar keempat ini

hanya dilaksanakan oleh para investor besar karena dapat

menghemat biaya transaksi, daripada jika ditransaksikan di

pasar kedua atau sekunder.

Page 46: repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/172235/1/Ulis Sa’adah.pdfCreated Date »Y 6S i >X8n l:ê'\â| kÐ ¬ ¥ð¥vúJytç¨& DY©Éºq

30

Uraian diatas dapat diartikan bahwasanya pasar modal

dikategorikan menjadi empat macam, yaitu pasar pertama (pasar perdana),

pasar kedua (pasar sekunder), pasar ketiga (Third Market), pasar keempat

(Fourth Market). Di masing-masing pasar tersebut mempunyai perbedaan

dan ciri khas tersendiri. Perbedaan-perbedaan tersebut diantaranya dapat

berupa waktu, tempat ataupunya cara perdagangannya.

Penelitian ini pasar modal yang dituju peneliti adalah pasar kedua

(pasar sekunder) yang berupa Bursa Efek Indonesia (BEI). Pasar sekunder

merupakan sebuah tempat terjadinya transaksi jual beli efek diantara

investor setelah melalui masa penawaran saham di pasar perdana. Harga

efek dipasar sekunder berfluktuasi sesuai dengan kekuatan pasar dan di

pasar sekunder transaksi jual/beli akan terjadi bila tawaran harga jual sama

dengan tawaran harga beli.

3. Manfaat Pasar Modal

Secara umum, bagi negara-negara yang sedang berkembang

terintegrasinya pasar modal akan memberikan beberapa manfaat. Manfaat

pasar modal terdiri dari beberapa macam. Nasarudin dkk menjelaskan

(2014:23) manfaat pasar modal antara lain:

a. Meningkatkan kapitalisasi pasar dan aktivitas perdagangan.

b. Meningkatkan pasrtisipasi pemodal asing dalam pasar

domestik.

c. Meningkatkan akses ke pasar internasional.

Page 47: repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/172235/1/Ulis Sa’adah.pdfCreated Date »Y 6S i >X8n l:ê'\â| kÐ ¬ ¥ð¥vúJytç¨& DY©Éºq

31

Pasar modal melibatkan berbagai kalangan atau pihak-pihak di

dalamnya. Adapun keberadaan pasar modal memberikan manfaat untuk

berbagai kalangan atau pihak-pihak yang bersangkutan. Beberapa manfaat

Pasar modal menurut Hadi (2013:14) yaitu :

a. Menyediakan sumber pembiayaan (jangka panjang) bagi dunia

usaha sekaligus memungkinkan alokasi sumber dana secara

optimal.

b. Alternatif investasi yanng memberikan potensi keuntungan

dengan resiko yang bisa diperhitungkan melalui keterbukaan,

likuiditas, dan diversifikasi investasi.

c. Memberikan kesempatan memiliki perusahaan yang sehat dan

mempunyai prospek, keterbukaan dan profesionalisme,

menciptakan iklim berusaha yang sehat.

d. Menciptakan lapangan kerja/profesi yang menarik.

e. Memberikan akses kontrol sosial.

f. Menyediakan leading indicator bagi trend ekonomi negara.

4. Fungsi Pasar Modal

Pasar modal adalah suatu tempat bertemunya pihak yang memiliki

dana lebih (lender) dengan pihak yang memerlukan dana jangka pangjang

(borrower). Pasar modal adalah salah satu sumber pembiayaan perusahaan

jangka panjang. Keberadaan pasar modal tidak hanya sebagai sumber

pembiayaan saja, akan tetapi dapat juga sebagai suatu sarana bagi

masyarakat untuk mendapatkan kesempatan dan memperoleh dan

meningkatkan kesejahteraan. Menurut Hadi (2013:16-17) pasar modal

memberikan fungsi besar untuk beberapa pihak. Fungsi pasar modal

tersebut antara lain:

a. Bagi Perusahaan

Pasar modal memberikan ruang dan peluang bagi perusahaan

untuk memperoleh sumber dana yang relatif memiliki risiko

investasi (cost of capital) rendah dibandingkan sumber dana

Page 48: repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/172235/1/Ulis Sa’adah.pdfCreated Date »Y 6S i >X8n l:ê'\â| kÐ ¬ ¥ð¥vúJytç¨& DY©Éºq

32

jangka pendek dari pasar uang. Karena jika mengambil sumber

dana untuk pembiayaan perusahaan dari pasar uang (lewat

kredit bank misalnya) maka harus menanggung cost of capital

berupa angsuran pokok dan bunga secara periodik.

b. Bagi Investor

Alternatif investasi bagi pemodal, terutama pada instrumen

yang memberikan likuiditas tinggi. Pasar modal memberikan

ruang investor dan profesi lain memanfaatkan untuk

memperoleh return yang cukup tinggi. Investor yang

berinvestasi lewat pasar modal, tidak harus memiliki modal

besar, memiliki kemampuan analisis keuangan bagus.

c. Bagi Perekonomian Nasional

Dalam daya dukung perekonomian secara nasional, pasar

modal memiliki peran penting dalam rangka meningkatkan

dan mendorong pertumbuhan dan stabilitas ekonomi. Hal itu,

ditunjukkkan dengan fungsi pasar modal yang memberikan

sarana bertemunya antara lender dengan borrower. Secara

makro fungsi pasar modal meliputi:

d. Penyebaran Kepemilikan

Pasar modal memberikan ruang dan peluang penyebaran

kepemilikan terhadap masyarakat (publik).

e. Sebagai Sarana Aliran Masuknya Investasi Asing

Pada Pasar Modal modern, yang mana cakupan transaksi

bukan hanya sampai pada ditingkat nasional saja, namun juga

sampai pada tingkat internasional, berpotensi adanya capital in

flow (aliran dana masuk lewat kepemilikan sekuritas yang

diperdagangkan pasar modal) maka mendorong investor asing

masuk.

Fungsi investasi di pasar modal dapat memberikan beberapa

manfaat. Manfaat tersebut dapat dipandang dari sisi pemodal (yang

membeli sekuritas) dan dari sisi emiten (yang menerbitkan sekuritas).

Keberadaan pasar modal untuk emiten diperlukan karena untuk tambahan

modal atau perusahaan yang memerlukan dana untuk keperluan usaha agar

lebih berkembang dan kompetitif. Proses ini diharapkan akan terjadi

peningkatan produksi barang atau jasa, sehingga secara keseluruhan akan

berdampak pada peningkatan kemakmuran dan kesejahteraan. Investor

(pemodal) melakukan investasi di pasar modal pada dasarnya adalah

Page 49: repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/172235/1/Ulis Sa’adah.pdfCreated Date »Y 6S i >X8n l:ê'\â| kÐ ¬ ¥ð¥vúJytç¨& DY©Éºq

33

mengharapkan suatu future earning yang memberikan nilai tambah atas

dana yang telah diinvestasikannya di pasar modal.

Secara umum, alasan pembentukan pasar modal adalah karena

lembaga ini mampu menjalankan fungsi ekonomi dan keuangan. Pasar

modal menyediakan sumber pembiayaaan dengan jangka waktu yang lebih

panjang, yang diinvestasikan sebagai modal untuk menciptakan dan

memperluas lapangan kerja yang akan meningkatkan volume aktivitas

perekonomian yang profitable dan sehat.

5. Instrumen Pasar Modal

Pasar modal merupakan pasar yang memperdagangkan efek dalam

bentuk instrumen keuangan jangka panjang. Pasar modal memiliki

beberapa instrumen yang terdapat di dalamnya. Objek yang

diperdagangkan di pasar modal adalah efek, yakni surat pengakuan utang,

surat berharga komersial, saham, obligasi, tanda bukti utang, unit

penyertaan kontrak kolektif, kontrak berjangka atas efek, dan setiap

derivatif dari efek (Pasal 1 angka 5 Undang-Undang Nomor 8 Tahun

1995). Tavinayati menjelaskan (2009:18) “Meskipun efek terdiri atas

berbagai macam surat berharga, tetapi 2 (dua) instrumen utama di pasar

modal adalah saham dan obligasi”. Menurut Nasarudin (2014:182-223)

menyatakan Secara umum instrumen pasar modal dapat dibedakan atas

beberapa kategori:

a. Instrumen Utang (Obligasi)

Obligasi dapat dibedakan dalam beberapa jenis, bergantung

pada sudut mana kita melihatnya apakah dari sudut pengaliha,

Page 50: repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/172235/1/Ulis Sa’adah.pdfCreated Date »Y 6S i >X8n l:ê'\â| kÐ ¬ ¥ð¥vúJytç¨& DY©Éºq

34

jangka waktu, atau jaminan atas obligasi dan bunga yang

dibayarkan.

b. Instrumen Penyertaan (Saham)

Instrumen penyertaan atau saham merupakan instrumen yang

lebih populer di masyarakat. Saham merupakan instrumen

penyertaan modal seseorang atau lembaga dalam suatu

perusahaan. Modal ini terbagi dalam tiga status, yaitu modal

dasar, modal ditempatkan, dan modal disetor. Saham ini

dikeluarkan dalam rangka pendirian perusahaan, pemenuhan

modal dasar, atau peningkatan modal dasar.

c. Instrumen Efek Lain

Dalam pasar modal dikenal instrumen lain yang merupakan

pengembangan dari efek utama, saham dan obligasi, yaitu

Indonesian Depository Receipt dan Efek Beragun Aset.

Indonesian Depository Receipt (IDR) disebut juga Sertifikat

Penitipan Efek Indonesia. Peraturan Bapepam No. IX.A.10

mendefinisikan efek ini sebagai berikut “Efek yang memberikan

hak kepada pemegangnya atas efek utama yang dititipka secara

kolektif pada bank kustodian yang telah mendapatkan

persetujuan dari Bapepam.

Efek Beragun Aset adalah efek yang disekuritisasi. Artinya, aset

tersebut dinilai dengan efek yang kemudian diperjualbelikan.

Sekuritas aset merupakan suatu proses menjadi suatu piutang

atau tagihan yang kemudian ditransformasikan ke dalam efek

yang dijamin dengan aset tersebut. Kumpulan piutang atau

tagihan tersebut diubah menjadi investasi yang diperdagangkan

di pasar modal.

d. Instrumen Efek Derivatif

Efek-efek derivatif yang terdapat di pasar modal antara lain

right, warrant, option. Efek-efek ini pada dasarnya merupakan

kelanjutan dari efek yang telah terlebih dulu dipasarkan

Indonesian Depository Receipt.

Right adalah instrumen derivatif yang ditawarkan kepada publik

melalui pasar modal sesuai dengan mekanisme yang berlaku di

pasar modal. Option menurut abdurrahman, “suatu privelesa

atau hak istimewa untuk membeli atau menjual, menerima atau

menyerahkan harta benda yang diberikan sesuai dengan syarat-

syarat yang telah disetujui dan biasanya dengan ganti rugi atau

harga”. Warrant atau waran adalah suatu opsi untuk membeli

sejumlah tertentu instrumen keuangan (saham) pada waktu

tertentu dengan harga tertentu.

E. Saham

Page 51: repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/172235/1/Ulis Sa’adah.pdfCreated Date »Y 6S i >X8n l:ê'\â| kÐ ¬ ¥ð¥vúJytç¨& DY©Éºq

35

1. Definisi Saham

Surat berharga yang diperdagangkan di pasar modal terdiri dari

berbagai jenis. Saham adalah salah satu jenis surat berharga yang

diperdagangkan di pasar modal dan paling di kenal oleh masyarakat.

Saham juga merupakan yang paling banyak digunakan untuk menarik

dana dari masyarakat. Menurut Rivai (2013:147) menyatakan “Saham

dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan atau kepemilikan seseorang

atau badan dalam suatu perusahaan”. Berdasarkan pengertian diatas dapat

diartikan bahwa saham adalah bukti penyertaan atau kepemilikan dalam

suatu perusahaan dengan cara menyertakan modal tersebut yaitu membeli

saham dari perusahaan yang menjual sahamnya. Investasi saham

diharapkan dapat memberikan keuntungan kepada investor.

2. Jenis-Jenis Saham

Salah satu jenis surat berharga yaitu saham, dan saham mempunyai

beberapa jenis saham. Menurut Hartono (2017:189-198) menyatakan

saham dibagi menjadi tiga jenis saham yaitu:

a. Saham Preferen

Saham preferen mempunyai sifat gabungan (hybrid) antara

obligasi (bond) dan saham biasa. Saham preferen mempunyai

beberapa hak, yaitu hak atas deviden tetap dan hak pembayaran

terlebih dahulu jika terjadi likuidasi. Oleh karena itu, saham

preferen dianggap mempunyai karakteristik ditengah-tengah

antara bond dan saham biasa.

b. Saham Biasa

Jika perusahaan hanya mengeluarkan satu kelas saham saja,

saham ini biasanya dalam bentuk saham biasa (common stock).

Beberapa hak yang dimiliki oleh pemegang saham biasa adalah

Page 52: repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/172235/1/Ulis Sa’adah.pdfCreated Date »Y 6S i >X8n l:ê'\â| kÐ ¬ ¥ð¥vúJytç¨& DY©Éºq

36

hak kontrol, hak menerima pembagian keuntungan, hak

preemptive dan hak klaim sisa.

c. Saham Treasuri

Saham treasuri (treasury stock) adalah saham milik perusahaaan

yang sudah pernah dikeluarkan dan beredar yang kemudian

dibeli kembali oleh perusahaan untuk tidak dipensiunkan tetapi

disimpan sebagai treasuri.

Uraian diatas dapat diambil pengertian bahwasanya saham

terdiri dari tiga jenis yaitu saham prreferen, saham biasa dan saham

treasuri. Saham-saham tersebut mempunyai perbedaan dan ciri

masing-masing.

3. Harga Saham

Silvanita (2009:105) menyatakan bahwa “Teori pasar Efisien

(effecient market theory) menjelaskan bahwa harga saham akan selalu

terkoreksi”.

Menurut Samsul (2015:384) “Harga saham di pasar sering kali

bergerak bersama-sama, yaitu turun bersama dan naik bersama

walaupun tidak untuk keseluruhan jenis saham. Apabila sebagian

besar saham bergerak naik, maka IHSG akan meningkat dan jika

sebagian besar bergerak turun, maka IHSG akan turun pada hari

itu.”

Teori tersebut dapat diartikan bahwa harga saham di bursa

ditentukan oleh kekuatan pasar, yang mempunyai arti semua tergantung

oleh permintaan dan penawaran di pasar modal. Selain faktor ekonomi,

faktor nonekonomi seperti politik, hukum, dan sosial dapat mempengaruhi

sentimen pelaku pasar dalam melakukan tawar-menawar harga saham

sehingga dapat mempengaruhi harga saham di pasar.

Page 53: repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/172235/1/Ulis Sa’adah.pdfCreated Date »Y 6S i >X8n l:ê'\â| kÐ ¬ ¥ð¥vúJytç¨& DY©Éºq

37

F. Indeks Harga Saham

Menurut Samsul (2015:131) “Indeks saham adalah harga saham yang

dinyatakan dalam indeks. Untuk kepentingan analisis yang berkaitan dengan

return saham, penggunaan indeks saham lebih baik daripada harga saham

karena dapat menghindari bias akibat corporate action”. Indeks yang sering

terdapat di media-media adalah indeks harga saham gabungan (IHSG)

(composite stock price index) yang artinya indeks tersebut mencerminkan

pergerakan seluruh saham yang terdapat di bursa.

1. Fungsi Indeks Harga Saham

Indeks di pasar modal mempunyai beberapa fungsi. Menurut

Dardmaji (2012:129) sebuah indeks diharapkan memiliki lima fungsi

yaitu:

a. Sebagai indikator tren pasar

b. Sebagai indikator tingkat keuntungan

c. Sebagai tolak ukur (benchmark) kinerja suatu portofolio

d. Memfasilitasi pembentukan portofolio dengan strategi pasif

e. Memfasilitasi berkembangnya produk derivatif.

2. Jenis-Jenis Indeks Harga Saham

Indeks diperlukan sebagai sebuah indikator untuk mengamati

pergerakan harga dari sekuritas-sekuritas. BEI mempunyai beberapa jenis

indeks harga saham.

Menurut Hartono (2017:166), “BEI mempunyai beberapa indeks,

yaitu indeks saham gabungan (IHSG), index liquid 45 (ILQ-45),

indeks-indeks IDX (Indpnesia Stock Exchange) Sektoral, indeks

Jakarta Islamic Index (JII), indeks Papan Utama dan indeks Papan

Pengembangan, indeks Kompas 100, indeks BISNIS-27, indeks

PEFINDO25, indeks SRI-KEHATI, indeks Saham Syariah

Page 54: repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/172235/1/Ulis Sa’adah.pdfCreated Date »Y 6S i >X8n l:ê'\â| kÐ ¬ ¥ð¥vúJytç¨& DY©Éºq

38

Indonesia (Indonesia sharia Stock Index atau ISSI), dan Indeks

IDX30, Infobank 15, SMintra 18, MNC36, Investor 33.”

3. Pengertian Indeks Harga Saham Gabungan

Darmadji menjelaskan (2011:129) bahwa “Indeks harga saham

adalah indikator yang menunjukkan pergerakan harga saham. Indeks

berfungsi sebagai indikator tren pasar, artinya indeks menggambarkan

kondisi pasar paada suatu saat, apakah pasar sedang aktif atau lesu”.

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), menggunakan semua emiten yang

tercatat sebagai komponen perhitungan indeks. (www.idx.co.id). Teori

yang dikemukakan oleh Samsul pada harga saham sebelumnya

menjelaskan bahwa pergerakan atau perubahan harga saham dengan

kapitalisasai besar mempengaruhi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)

secara signifikan. Sedangkan pergerakan atau perubahan harga saham

dengan kapitalisasi yang kecil hampir tidak berdampak terhadap Indeks

Harga Saham Gabungan (IHSG). Hal tersebut karena dipengaruhi oleh

bobot dari masing-masing saham yang berbeda.

G. Obligasi

1. Pengertian Obligasi

Instrumen pasar modal yang cukup familiar di kalangan

masyarakat selain saham adalah obligasi (bond). Menurut Ang, dalam

Noor ( 2013:108) menyatakan “Obligasi adalah efek utang pendapatan

tetap yang diperdagangkan di masyarakat dimana penerbitnya setuju untuk

Page 55: repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/172235/1/Ulis Sa’adah.pdfCreated Date »Y 6S i >X8n l:ê'\â| kÐ ¬ ¥ð¥vúJytç¨& DY©Éºq

39

membayar sejumlah bunga tetap untuk jangka waktu tertentu dan akan

membayar kembali jumlah pokoknya pada jatuh tempo”. “Surat obligasi

adalah selembar kertas yang menyatakan bahwa pemilik kertas tersebut

memberikan pinjaman kepada yang diberi pinjaman melalui sebuah

kontrak, dan akibat adanya kontrak tersebut pemberi pinjaman memiliki

hak untuk dibayar kembali pada waktu dan dengan jumlah tertentu pula.”

(Widoatmodjo dalam Noor, 2013:107). Berdasarkan pengertian diatas

obligasi adalah sebuah surat utang yang diperdagangkan oleh para penerbit

surat utang (pihak yang membutuhkan dana) kepada para masyarakat

umum yang ingin membeli surat utang tersebut. Penerbit surat utang

membayar sejumlah bunga kepada para pemegang obligasi pada waktu-

waktu yang telah ditentukan secara periodik dan pada akhirnya saat jatuh

tempo penerbit obligasi menebus nilai utang dengan mengembalikan

jumlah pokok pinjaman dan bunga yang terutang.

Obligasi termasuk salah satu jenis efek pendapatan tetap (Fixed

Income Securities) yaitu surat berharga yang memberikan pendapatan

tetap kepada pemegang obligasi. Pendapatan tersebut berupa bunga atau

coupon yang dibayarkan pada waktu yang telah ditetapkan dengan jumlah

yang tetap. “Fixed Income Securities (FIS) adalah semua jenis sekuritas

atau efek atau surat berharga yang dapat memberikan pendapatan tetap

atau pasti kepada pemegangnya.” (Aang, dalam Noor, 2013:107).

Menurut Zubir (2012:1) “Obligasi adalah surat utang yang

diterbitkan oleh pemerintah atau perusahaan untuk mendapatkan dana.

Page 56: repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/172235/1/Ulis Sa’adah.pdfCreated Date »Y 6S i >X8n l:ê'\â| kÐ ¬ ¥ð¥vúJytç¨& DY©Éºq

40

Pihak penerbit tersebut akan membayarkan sejumlah bunga atau sering

juga disebut sebagai coupon”. Pemegang obligasi adalah kreditur bagi

pihak yang menerbitkan obligasi (Issuer). Obligasi berbeda dengan saham,

pemegang obligasi tidak mempunyai hak atas kepemilikan perusahaan

seperti saham. Pemegang obligasi mempunyai hak untuk mendapatkan

pembayaran terlebih dahulu daripada pemegang saham. Sebelum

membayar deviden kepada para pemegang saham pihak penerbit obligasi

harus membayar atas pokok pinjaman, bunga dan cicilan kepada

pemegang obligasi dahulu.

2. Jenis-Jenis Obligasi

Obligasi lebih mudah dinilai dibandingkan dengan saham karena

obligasi diklasifikasikan sebagai sekuritas berpendapatan tetap (Fixed

Income Securities) karena besarnya tingkat suku bunga, periode

pembayaran bunga, dan jangka waktu temponya sudah diketahui dari

awal. Perkembangan pasar modal memberikan ruang dan peluang para

emiten untuk melakukan diversifikasi instrumen keuangan di pasar modal.

Obligasi mempunyai beberapa jenis yaitu obligasi yang dilihat dari pihak

yang menerbitkan (Issuer), obligasi dilihat dari pendapat yang diberikan,

obligasi dilihat dari bentuk pendapatan bunga yang diberikan, obligasi

dilihat dari jaminan yang menyertai, obligasi dilihat dari tempat

penerbitanya, obligasi dilihat dari rating obligasi, dan obligasi dilihat dari

call feature. Menurut Hadi (2013:109) dilihat dari pihak yang menerbitkan

obligasi (Issuer), obligasi dibagi menjadi tiga jenis yaitu:

Page 57: repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/172235/1/Ulis Sa’adah.pdfCreated Date »Y 6S i >X8n l:ê'\â| kÐ ¬ ¥ð¥vúJytç¨& DY©Éºq

41

1. Obligasi Pemerintah

Merupakan obligasi yang diterbitkan oleh pemerintah

(pemerintah sebagai issuer-nya). Disini, merupakan upaya

pemerintah untuk mencari sumber dana dalam memenuhi

kebutuhan pembiayaan pemerintah (negara). Jika pemerintah

menerbitkan obligasi berarti pemerintah memiliki hutang

jangka panjang kepada siapa saja yang memegang obligasi,

sehingga sebagai bentuk kompensasi kontrak obligasi tersebut

pemerintah memberikan tingkat bunga atau bagi hasil (jika

obligasi berbasis syari’ah) kepada para pihak yang memegang

obligasi. Obligasi yang diterbitkan pemerintah tergolong risk

free rate, karena kecil kemungkinan terjadi wanprestasi.

2. Obligasi Perusahaan Milik Negara (State Owned Company)

Merupakan obligasi yang diterbitkan oleh perusahaan milik

pemerintah (ber plat merah) atau perusahaan BUMN.

3. Obligasi Perusahaan Swasta

Merupakan obligasi yang diterbitkan perusahaan swasta murni.

Sebagian besar obligasi yang diperdagangkan di Bursa Efek

adalah tipe jenis obligasi ini.

Penjelasan diatas dapat diartikan bahwasanya jenis obligasi yang

dilihat dari penerbitnya dibagi menjadi tiga yaitu obligasi pemerintah,

obligasi perusahaan milik negara, dan obligasi perusahaan swasta.

Obligasi pemerintah adalah obligasi yang diterbitkan oleh pemerintah,

obligasi perusahaan milik negara adalah obligasi yang diterbitkan oleh

perusahaan milik pemerintah, dan obligasi perusahaan swasta adalah

obligasi yang diterbitkan oleh perusahaan swasta murni. Jenis obligasi

selain dilihat dari penerbitnya ada juga yang dilihat dari pendapatan yang

diberikan. Menurut Hadi (2013:110) menyatakan bahwa dilihat dari rate of

return yang berupa pemberian pendapatan pada para pemegang oligasi

oleh penerbit obligasi berupa tingkat bunga tertentu, maka obligasi dapat

dibagi atas dua jenis yaitu:

1. Coupon Bond

Page 58: repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/172235/1/Ulis Sa’adah.pdfCreated Date »Y 6S i >X8n l:ê'\â| kÐ ¬ ¥ð¥vúJytç¨& DY©Éºq

42

Merupakan obligasi yang memberikan pendapatan tetap berupa

tingkat bunga tertentu yang dibayarkan pada periode tertentu.

Obligasi jenis ini membayar bunga secara periodik, misalnya

setiap semesteran atau tahunan.

2. Zero Coupon Bond

Disamping obligasi yang memberikan pendapatan tetap berupa

tingkat bunga tertentu, terdapat pula obligasi yang tidak

memberikan tingkat bunga tertentu secara periodik. Obligasi

tipe ini disebut obligasi zero coupon bond. Zero coupon bond

tidak mempunyai coupon, sehingga investor tidak akan

menerima bunga secara periodik. Pendapatan obligasi tipe ini,

bunga dibayarkan sekaligus waktu pada saat pembelian.

Pernyataan diatas menjelaskan bahwa jenis obligasi yang dilihat

dari pendapatan yang diberikan terdiri dua jenis yaitu coupon bond dan

zero coupon bond. Coupon bond adalah obligasi yang memberikan

pendapatan tetap berupa tingkat bunga tertentu sedangkan zero coupon

bond adalah obligasi yang tidak memberikan tingkat bunga tertentu secara

periodik. Jenis-jenis obligasi yang lain dapat dilihat dari bentuk bunga

yang diberikan. Menurut Hadi (2013:110) dilihat dari bentuk bunga yang

melekat pada obligasi sebagai pendapatan para pemegang obligasi, maka

obligasi dikelompokkan menjadi 3 jenis, antara lain:

1. Obligasi dengan Bunga Tetap (Fixed Rate Bond)

Obligasi jenis ini, bunga pada obligasi ditetapkan pada awal

penjualan obligasi dan tidak berubah sampai jatuh tempo.

2. Obligasi dengan Bunga Mengambang (Floating Rate Bond)

Bunga pada obligasi ini ditetapkan pada waktu pertama kali

kupon pertama sedangkan pada waktu jatuh tempo kupon

pertama maka akan ditentukan tingkat bunga untuk kupon

berikutnya.

3. Obligasi dengan Bunga Campuran (Mixed Rate Bond)

Obligasi jenis ini merupakan obligasi yang memberikan bunga

tipe gabungan antara bunga tetap dan dengan bunga

mengambang.

Berdasarkan uraian diatas maka dapat dipahami bahwa jenis

obligasi yang dilihat dari bentuk bunga yang diberikan dibagi menjadi tiga

Page 59: repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/172235/1/Ulis Sa’adah.pdfCreated Date »Y 6S i >X8n l:ê'\â| kÐ ¬ ¥ð¥vúJytç¨& DY©Éºq

43

jenis yaitu Obligasi dengan Bunga Tetap (Fixed Rate Bond), Obligasi

dengan Bunga Mengambang (Floating Rate Bond), dan Obligasi dengan

Bunga Campuran (Mixed Rate Bond). Jenis-jenis obligasi yang lain dapat

dilihat dari jaminan yang menyertai. Menurut Hadi (2013:110-111) dilihat

dari apakah suatu obligasi terdapat jaminan atau tidak terdapat jaminan,

maka obligasi dikelompokkan menjadi 2 jenis, antara lain:

1. Secured Bond ( Obligasi dengan Jaminan)

Merupakan obligasi yang ada jaminannya, yang mana

jaminannya berupa hadirnya guarantor atau jaminan berupa

aktiva tetap.

2. Unsucred Bond (Obligasi tanpa Jaminan)

Merupakan obligasi yang tidak ada guarantor-nya serta tidak

ada jaminan.

Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat ditarik penjelasan bahwa

jenis obligasi yang dilihat dari jaminan yang menyertai dibagi menjadi dua

jenis yaitu secured bond (obligasi dengan jaminan) dan unsucred bond

(obligasi tanpa jaminan). Jenis-jenis obligasi yang lain dapat dilihat dari

tempat penerbitnya. Menurut Hadi (2013:111) dilihat dari aspek tempat

asal penerbitan dan tempat dimana obligasi tersebut diperdagangkan,

obligasi dikelompokan menjadi 3 jenis, antara lain:

1. Domestic Bond (Obligasi Domestik)

Merupakan obligasi yang diterbitkan oleh perusahaan atau

lembaga dalam negeri dan dipasarkan di dalam pasar modak

negeri.

2. Foreign Bond (Obligasi Asing)

Merupakan obligasi yang diterbitkan oleh perusahaan atau

lembaga asing dan dipasarkan dimana obligasi tersebut

diterbitkan.

3. Global Bond

Obligasi yang diterbitkan untuk dapat diperdagangkan

dimanapun tanpa adanya keterbatasan tempat penebitan atau

tempat perdagangan terntentu.

Page 60: repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/172235/1/Ulis Sa’adah.pdfCreated Date »Y 6S i >X8n l:ê'\â| kÐ ¬ ¥ð¥vúJytç¨& DY©Éºq

44

Penjelasan diatas dapat diartikan bahwa jenis obligasi yang dilihat

dari tempat penerbitnya terdiri dari tiga jenis yaitu domestic bond (obligasi

domestik), foreign bond (obligasi asing), dan global bond yaitu obligasi

yang diperdagangkan dimanapun tanpa ada batasan yang membatasinya.

Jenis-jenis obligasi yang lain dapat dilihat dari tempat penerbitnya.

Menurut Hadi (2013:111) dilihat dari rating (pemeringkatan) obligasi,

maka obligasi dapat dibagi menjadi 2 jenis, antara lain:

1. Investment – grade bond

Merupakan obligasi yang telah diperingkat dan termasuk dalam

peringkat yang layak untuk investasi (investment grade).

2. Non-investment Grade Bond

Merupakan obligasi yang telah diperingkat, tetapi tidak

termasuk peringkat yang layak untuk investasi (non-investmest

grade).

Berdasarkan uraian diatas maka dapat dipahami bahwa jenis

obligasi yang dilihat dari tempat penerbitnya terdiri dari dua jenis yaitu

Investment – grade bond dan Non-investment Grade Bond. Jenis-jenis

obligasi yang lain dapat dilihat dari Call Feature. Menurut Hadi

(2013:111-112) dilihat dari segi call feature, obligasi dibagi atas tiga jenis,

yaitu:

1. Freely Callable Bond

Merupakan obligasi yang dapat dibeli kembali oleh penerbitnya

sebelum obligasi tersebut jatuh tempo.

2. Noncallable Bond

Merupakan obligasi yang mana penerbitnya tidak dapat

membeli kembali dari pemegangnya sebelum tersebut jatuh

tempo, kecuali penerbitnya membelinya melalui mekanisme

pasar.

3. Deferred Callable Bond

Merupakan obligasi kombinasi antara freely callable bond

dengan noncallable bond. Biasanya ditentukan suatu batas

Page 61: repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/172235/1/Ulis Sa’adah.pdfCreated Date »Y 6S i >X8n l:ê'\â| kÐ ¬ ¥ð¥vúJytç¨& DY©Éºq

45

waktu tertentu dimana obligasi tersebut tidak dapat dibelikan

kembali (noncallable).

Berdasarkan penjelasan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa

jenis obligasi yang dilihat dari segi call feature terdiri dari tiga jenis. Tiga

jenis tersebut yaitu Freely Callable Bond adalah obligasi yang dapat dibeli

kembali, Noncallable Bond adalah obligasi yang tidak dapat dibeli kembali

kecuali melalui mekanisme pasar dan Deferred Callable Bond adalah

obligasi kombinasi antara freely callable bond dengan noncallable bond.

3. Karakteristik Obligasi

Berdasarkan website resmi Bursa Efek Indonesia (www.idx.co.id)

karakterisik yang harus dimiliki oleh sebuah obligasi adalah sebagai

berikut:

a. Nilai Nominal (Face Value) adalah nilai pokok dari suatu

obligasi yang akan diterima oleh pemegang obligasi pada saat

obligasi tersebut jatuh tempo.

b. Kupon (The Interest Rate) adalah nilai bunga yang diterima

pemegang obligasi secara berkala (kelaziman pembayaran

kupon obligasi adalah setiap 3 atau 6 bulanan). Kupon obligasi

dinyatakan dalam annual prosentase.

c. Jatuh Tempo (Maturity) adalah tanggal dimana pemegang

obligasi akan mendapatkan pembayaran kembali pokok atau

nilai nominal obligasi yang dimilikinya. Periode jatuh tempo

obligasi bervariasi mulai dari 365 hari sampai dengan di atas 5

tahun. Obligasi yang akan jatuh tempo dalam waktu 1 tahun

akan lebih mudah untuk diprediksi, sehingga memiliki risiko

yang lebih kecil dibandingkan dengan obligasi yang memiliki

periode jatuh tempo dalam waktu 5 tahun. Secara umum,

semakin panjang jatuh tempo suatu obligasi, semakin tinggi

kupon/bunga nya.

d. Penerbit/Emiten (Issuer), mengetahui dan mengenal penerbit

obligasi merupakan faktor sangat penting dalam melakukan

investasi Obligasi Ritel. Mengukur risiko/kemungkinan dari

penerbit obigasi tidak dapat melakukan pembayaran kupon dan

atau pokok obligasi tepat waktu (disebut default risk) dapat

Page 62: repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/172235/1/Ulis Sa’adah.pdfCreated Date »Y 6S i >X8n l:ê'\â| kÐ ¬ ¥ð¥vúJytç¨& DY©Éºq

46

dilihat dari peringkat (rating) obligasi yang dikeluarkan oleh

lembaga pemeringkat seperti PEFINDO atau Kasnic Indonesia.

4. Nilai Obligasi

Nilai obligasi mempunyai tiga macam nilai yaitu nilai maturity

(maturity value ), nilai pasar obligasi (market value), dan nilai intrinsik

obligasi (intrinsic value). Hartono menjelaskan (2017:238-239)

diantaranya adalah:

a. Nilai maturity (maturity value) atau disebut juga nilai jatuh

tempo adalah nilai yang dijanjikan akan dibayar pada saat

obligasi jatuh tempo.

b. Nilai pasar obligasi (market value)) adalah jual obligasi yang

terdaftar di pasar modal pada saat tertentu.

c. Nilai intrinsik obligasi (intrinsic value) atau nilai fundamenntal

(fundamental value) atau nilai sesungguhnya dari suatu

obligasi adalah perkiraan nilai sebenarnya dari suatu obligasi.

5. Harga Obligasi

Menentukan harga obligasi dipandang penting karena untuk

mengetahui apakah satu pembelian atau penjualan obligasi memperoleh

keuntungan atau sebaliknya. Menurut hadi (2013:118) harga suatu obligasi

tidak ditentukan dalam nilai mata uang, tetapi dinyatakan dalam presentase

(%). Harga suatu obligasi akan menentukan kondisi:

a. Pada pasar perdana harga obligasi dijual sesuai dengan nilai

nominalnya atau = 100% dan disebut at par.

b. Jika harga obligasi > 100 % disebut at premium.

c. Jika harga obligasi < 100 % misal 98 % disebut at discount.

6. Hasil Obligasi (Bond Yield)

Page 63: repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/172235/1/Ulis Sa’adah.pdfCreated Date »Y 6S i >X8n l:ê'\â| kÐ ¬ ¥ð¥vúJytç¨& DY©Éºq

47

Yield adalah keuntungan investasi obligasi yang dinyatakan dalam

persentase. Keuntungan investasi tersebut adalah berupa kupon yang

diterima dan selisih kurs obligasi. Menurut Samsul (2015:267-273)

menjelaskan terdapat beberapa perhitungan bond yield yaitu sebagai

berikut:

a. Nominal Yield

Nominal Yield adalah yield sebesar tingkat kupon. Nominal

yield diperoleh dari pembelian obligasi sebesar harga

nominalnya dan kupon diterima terus-menerus sampai jatuh

tempo dan pada akhir jatuh tempo diterima jumlah investasi

sebesar nilai nominalnya.

b. Current Yield

Current Yield adalah kupon ang diterima dibandingkan modal

yang diinvestasikan ke dalam obligasi. Apabila modal yang

diinvestasikan sebesar nominal current yield berada di bawah

tingkat kupon. Apabila modal yang diinvestasikan lebih rendah

dari nilai nominal, maka current yield berada di atas tingkat

kupon

c. Yield to Maturity (YTM)

Yield to Maturity (YTM) adalah hasil investasi obligasi yang

dinyatakan dalam presentase yang dihitung mulai dari saat

tanggal pembelian sampai dengan tanggal jatuh tempo.

d. Yield to Call (YTC) dan Yield to Put (YTP)

Investor akan mendapat YTC yang lebih rendah daripada YTM

apabila harga beli obligasi diperoleh diatas call price, dan YTC

yang lebih besar daripada YTM apabila harga beli obligasi

dibawah call price.

e. Internal Rate of Return

Kurs beli merupakan nilai yang harus dibayar sekarang,

sehingga disebut sebagai nilai sekarang atau modal. Kupon

yang diterima secara periodik dan kurs jual ataupun nominal

yang diterima disebut terminal value pada saat periode terakhir.

Metode IRR digunakan untuk menghitung yield suatu obligasi

dan mepertimbangkan nilai waktu dari uang (time value of

mone).

f. Holding Period Return

Perhitungan hasil investasi obligasi sejak tanggal pembelian

sampai dengan tanggal penjualan dapat dilakukan dengan

metode yang disebut holding period return-HPR. Selama

periode penyimpanan tersebut investor obligasi menerima

Page 64: repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/172235/1/Ulis Sa’adah.pdfCreated Date »Y 6S i >X8n l:ê'\â| kÐ ¬ ¥ð¥vúJytç¨& DY©Éºq

48

kupon periodik dan capital gain jika obligasi dijual dengan

kurs yang lebih tinggi daripada kurs pembelian.

7. Risiko Obligasi

Obligasi memiliki resiko yang lebih rendah dibandingkan dengan

saham, tetapi obligasi adalah suat aktiva yang tetap berisiko. Hartono

menyatakan (2017:251-252) “Risiko dari obligasi adalah kemungkinan

obligasi tidak terbayar (default). Peringkat obligasi (bond rating) dapat

digunakan sebagai proksi dari risiko obligasi”.

Tabel 4. Peringkat Obligasi Menurut S&P

Peringkat Keterangan

AAA Mempunyai kemampuan sangat kuat untuk membayar

bunga-bunga dan membayar kembali prinsipal.

AA Mempunyai kemampuan kuat untuk membayar bunga-

bunga dan membayar kembali prinsipal.

A Mempunyai kemampuan kuat untuk membayar bunga-

bunga dan membayar kembali prinsipal tetapi lebih rentan

terhadap kondisi-kondisi yang berubah terbalik

dibandingkan dengan kasus dari AA.

BBB Mempunyai kemampuan cukup untuk membayar bunga-

bunga dan membayar kembali prinsipal. Bahkan lebih

rentan terhadap kondisi-kondisi yang berubah terbalik

dibandingkan dengan obligasi-obligasi peringkat A.

BB, B,

CCC, CC, C

Dianggap spekulatif terhadap kemampuan untuk membayar

bunga-bunga dan membayar kembali prinsipal. BB

menunjukkan tingka terendah dari spekulasi dan C

menunjukkan tingkat tertinggi dari spekulasi.

D Gagal (default) pembayaran bunga-bunga dan pembayaran

kembali prinsipal tertunggak.

+ atau - Dapat digunakan untuk menunjukkan posisi relatif di dalam

suatu kategori.

Sumber: Hartono (2017:252)

Page 65: repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/172235/1/Ulis Sa’adah.pdfCreated Date »Y 6S i >X8n l:ê'\â| kÐ ¬ ¥ð¥vúJytç¨& DY©Éºq

49

H. Government Bonds

Sutedi menjelaskan (2009:11) bahwa Government Bonds adalah “

Pemerintah suatu negara menerbitkan obligasi pemerintah dalam mata uang

negaranya maupun obligasi pemerintah dalam denominasi valuta asing yang

biasa disebut dengan obligasi internasional sivereign bond”. Government

bonds mempunyai sifat yang sama dengan obligasi perusahaan, hanya berbeda

penerbitnya yaitu pemerintah. Umumnya government bonds dianggap

memiliki resiko yang lebih kecil dari pada obligasi perusahaan swasta.

Adapun variabel government bonds dalam penelitian ini menggunakan tiga

indikator, yaitu:

1. Volume Perdagangan

“Volume perdagangan mencerminkan kekuatan antara supply dan

demand yang merupakan manifestasi dari tingkah laku investor. Dengan

naiknya volume perdagangan maka keadaan pasar dapat dikatakan

menguat, demikian pula sebaliknya” (Ang dalam Maknun, 2010:16). Jadi

dapat disimpulkan dari penjelasan tersebut bahwa volume perdagangan

adalah sebuah jumlah perdagangan obligasi yang telah diperdagangkan.

Investor berminat dengan volume perdagangan yang besar karena hal

tersebut akan dapat memberikan return obligasi yang yang besar kepada

investor. Keadaan pasar yang menguat ditunjukkan dengan adanya

kenaikan volume perdagangan. Sebaliknya, keadaan pasar yang menurun

ditunjukkan dengan turunnya volume perdagangan.

2. Kapitalisasi Perdagangan

Page 66: repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/172235/1/Ulis Sa’adah.pdfCreated Date »Y 6S i >X8n l:ê'\â| kÐ ¬ ¥ð¥vúJytç¨& DY©Éºq

50

Zulbiadi Latief (2018) menyatakan kapitalisasi adalah “Nilai dari

suatu perusahaan di bursa efek berdasarkan harga yang diberikan oleh

investor atas ekspektasi dari kinerja bisnisnya”. Jadi dari pengertian

tersebut maka dapat diambil kesimpulan bahwa kapitalisasi perdagangan

adalah harga pasar dikalikan dengan obligasi yang diterbitkan. Harga pasar

merupakan harga suatu obligasi pada pasar yang sedang berlangsung.

Harga pasar adalah harga penutupannya (closing price) dan harga pasar

inilah yang menyatakan naik turunnya suatu obligasi.

3. Frekuensi Perdagangan

Jannah (2011:4) mendefinisikan “Frekuensi dalam bahasa

Inggrisnya adalah frequency berarti: “kekerapan”, “keseimbangan”,

“keseringan”, atau “jarangkerap”. Dalam statistik, “frekuensi”

mengandung pengertian: Angka (bilangan) yang menunjukkan seberapa

kali suatu variabel (yang dilambangkan dengan angkaangka itu) berulang

dalam deretan angka tersebut; atau berapa kalikah suatu variabel (yang

dilambangkan dengan angka itu) muncul dalam deretan angka tersebut”.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa frekuensi perdagangan

merupakan jumlah terjadinya transaksi perdagangan pada obligasi itu

sendiri. Obligasi yang frekuensi perdagangannya besar diduga dipengaruhi

transaksi obligasi yang sangat aktif, hal ini dikerenakan banyaknya minat

investor untuk membeli obligasi tersebut. Frekuensi menggambarkan

berapa kali obligasi diperjual belikan dalam kurun waktu tertentu.

Semakin tinggi frekuensi perdagangan suatu obligasi menunjukkan bahwa

obligasi tersebut semakin aktif diperdagangkan.

Frekuensi perdagangan merupakan pengukur paling tepat terhadap

aliran informasi yang diterima oleh para investor, hal ini ditunjukkan

Page 67: repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/172235/1/Ulis Sa’adah.pdfCreated Date »Y 6S i >X8n l:ê'\â| kÐ ¬ ¥ð¥vúJytç¨& DY©Éºq

51

dalam penelitian Jones, Kaul, dan Lipson dalam Sandrasari (2010:22) hasil

penelitian menunjukkan bahwa explanatory power regresi monoton

ditimbulkan oleh frekuensi perdagangan, meskipun size berpengaruh

namun secara ekonomi, signifikansi sangat kecil.

I. Pengaruh antar Variabel

1. Pengaruh Makroekonomi terhadap Kinerja Indeks Harga Saham

Gabungan (IHSG)

Variabel makroekonomi pada penelitian ini diukur melalui

indikator inflation, interest rate, dan Exchange rate. Kewal (2012)

meneliti pengaruh variabel makroekonomi terhadap Indeks Harga

Saham Gabungan (IHSG). Variabel yang digunakan dalam penelitian

ini adalah variabel Inflasi, Suku Bunga, Kurs, dan Pertumbuhan PDB.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa seluruh variabel makroekonomi

yang terdapat di penelitian tersebut berpengaruh terhadap Indeks

Harga Saham Gabungan (IHSG).

Indikator yang akan peneliti bahas adalah indikator inflation,

interest rate, dan exchange rate memiliki peran penting dalam

pengambilan keputusan investasi. Interest rate menentukan jenis-jenis

investasi yang akan memberi keuntungan kepada para pengusaha.

Interest rate yang lebih rendah dari tingkat pengembalian modal

menyebabkan investasi mengalami kegagalan dan membuat investor

membatalkan investasinya. “Investasi yang direncanakannya, hanya

Page 68: repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/172235/1/Ulis Sa’adah.pdfCreated Date »Y 6S i >X8n l:ê'\â| kÐ ¬ ¥ð¥vúJytç¨& DY©Éºq

52

akan dilaksanakan apabila tingkat keuntungan yang akan diperolehnya

adalah lebih besar dari suku bunga yang harus dibayar. Hanya dalam

keadaan seperti itu pengusaha tersebut akan memperoleh keuntungan

dari usahanya.” (Sukirno, 2015:123).

Pernyataan tersebut memberikan pengertian bahwa interest rate

memiliki pengaruh signifikan bagi investor dalam melakukan

keputusan investasi. Pembelian/penjualan sekuritas di pasar modal

yang dilakukan oleh investor maka akan mempengaruhi pergerakan

trend bursa dan secara keseluruhan mempengaruhi Indeks Harga

Saham.Inflation yang tinggi akan mengakibatkan Bank Sentral untuk

melakukan kebijakan moneter dengan menaikkan interest rate.

Interest rate yang tinggi akan mempengaruhi keputusan

investasi oleh investor. Tingginya tingkat interest rate akan membuat

investor untuk memilih menginvestasikan dananya ke dalam bentuk

deposito dibandingkan menanamkan modalnya di pasar modal.

Rendahnya interest rate maka investor akan lebih memilih

menginvestasikan dananya ke dalam pasar modal dari pada dalam

bentuk deposito.

Melemahnya nilai uang suatu negara akan memberikan suatu

keuntungan tersendiri bagi investor. Nilai mata uang negara yang

mengalami pelemahan dengan wajar maka akan menarik para investor

untuk menanamkan modalnya di pasar modal. Hal tersebut akan

Page 69: repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/172235/1/Ulis Sa’adah.pdfCreated Date »Y 6S i >X8n l:ê'\â| kÐ ¬ ¥ð¥vúJytç¨& DY©Éºq

53

mempengaruhi trend bursa yang berdampak pada Indeks Harga

Saham.

2. Pengaruh Makroekonomi terhadap Government Bonds

Menurut Hartono (2017:230) menyatakan “Obligasi (bond)

dapat didefinisikan sebagai utang jangka panjang yang akan dibayar

kembali pada saat jatuh tempo dengan bunga yang tetap jika ada”.

Obligasi (bond) juga diterbitkan oleh pemerintah yang dinamakan

dengan obligasi pemerintah (Government Bonds). Penelitian ini

indikator yang menjadi pengukur variabel government bonds adalah

volume, kaptalisasi, dan frekuensi. Pembahasan pengaruh antar

variabel makroekonomi dan government bonds peneliti akan fokus

membahas pengaruh variabel makroekonomi yang terdiri dari

beberapa indikator yaitu inflation, interest rate, dan exchange rate

terhadap volume, kaptalisasi, dan frekuensi obligasi pemerintah.

Terjadinya inflation mempunyai sisi positif dan negatif bagi

masing-masing pihak. Bagi kalangan investor sangat penting untuk

menurunkan inflation dikarenakan peningkatan inflation merupakan

sinyal negatif bagi para pemodal di pasar modal. Inflation

mengakibatkan peningkatan biaya produksi lebih tinggi dari pada

peningkatan harga yang dapat diperoleh perusahaan dan profitabilitas

atau pendapatan bersih suatu perusahaan akan turun.

“Inflasi juga bisa berhubungan dengan suku bunga, yaitu

seperti pada inflasi yang semakin tinggi dan tanpa diimbangi

oleh kenaikan suku bunga, maka akan bisa menimbulkan

keuntungan investasi terutama di pasar uang, ini terjadi

Page 70: repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/172235/1/Ulis Sa’adah.pdfCreated Date »Y 6S i >X8n l:ê'\â| kÐ ¬ ¥ð¥vúJytç¨& DY©Éºq

54

daripergerakan fluktuasi yang tidak terkontrol. Dan lebih jauh

ini bisa menyebabkan melemahnya nilai tukar.”

(Fahmi,2014:234)

Berdasarkan penjelasan tersebut maka jika terjadi suatu

inflation yang tinggi maka pihak Bank Sentral akan menaikkan suku

bunga (interest rate) untuk mencegah terjadinya pelemahan nilai tukar

mata uang. Jika Bank Sentral menaikkan tingkat suku bunga (interest

rate) maka akan berdampak terhadap investor yang akan lebih memilih

untuk menginvestasikan modalnya dalam bentuk deposito dan pasar

modal akan mengalami penurunan yang berakibat penurunan

penjualan obligasi. Hal tersebut dilakukan karena dengan analisis para

investor melihat lebih banyak keuntungan yang didapatkan.

Perubahan dan stabilitas nilai tukar (exchange rate) antara mata

uang domestik dan asing merupakan suatu hal yang harus dilihat oleh

para investor. Nilai tukar (exchange rate) mempengaruhi permintaan

obligasi di Indonesia. Jika kurs rupiah terhadap USD turun, maka

permintaan terhadap obligasi meningkat dan investasi terhadap

obligasi mengalami kenaikan karena dalam kondisi tersebut investor

lebih memilih menginvetasikan modalnya di pasar modal dari pada

dalam deposito.

3. Pengaruh Kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)

terhadap Goverment Bonds

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) merupakan salah satu

indeks pasar saham yang digunakan oleh Bursa Efek Indonesia (BEI).

Page 71: repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/172235/1/Ulis Sa’adah.pdfCreated Date »Y 6S i >X8n l:ê'\â| kÐ ¬ ¥ð¥vúJytç¨& DY©Éºq

55

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mencerminkan transaksi yang

terjadi pada saham-saham di bursa. Sukanto menyebutkan (2009)

“Indeks Harga Saham Gabungan berpengaruh signifikan positif

terhadap harga obligasi pemerintah indonesia. Hal ini disebabkan

banyaknya dana obligasi pemerintah yang diportofoliokan pemerintah

pada lantai bursa”. Berdasarkan pernyataan tersebut maka Indeks

Harga Saham Gabungan (IHSG) berpengaruh terhadap government

bonds. Pada penelitian ini variabel government bonds diukur melalui

indikator volume, kapitalisasi, dan frekuensi. Peneliti akan fokus

membahas pengaruh Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terhadap

volume perdagangan, kapitalisasi perdagangan dan frekuensi

perdagangan obligasi pemerintah.

“Dalam jangka panjang kedua pasar tersebut akan bergerak

bersamaan (interdependent atau cointegrted) dengan arah

pergerakan yang berlawanan karena jika pada satu pasar dapat

diperoleh imbal hasil diatas normal maka dana dari yang lain

akan mengalir ke pasar tersebut sehingga akan terjadi

peningkatan harga di pasar pertama dan penurunan harga di

pasar kedua.”(Ardiansyah, 2010:3)

Pernyataan tersebut menjelaskan bahwa yang dimaksud kedua

pasar tersebut adalah pasar saham dan pasar obligasi. Teori ini bertolak

belakang dengan penelitian terdahulu yang dilakukakn oleh Sukanto

(2009) yang menyatakan bahwa Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)

berpengaruh positif terhadap government bonds. Jadi, Indeks Harga Saham

Gabungan (IHSG) dapat berpengaruh terhadap government bonds. Kedua

pasar tersebut mempunyai resiko masing-masing. Secara teoritis pasar

Page 72: repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/172235/1/Ulis Sa’adah.pdfCreated Date »Y 6S i >X8n l:ê'\â| kÐ ¬ ¥ð¥vúJytç¨& DY©Éºq

56

saham lebih beresiko daripada pasar obligasi, sehingga secara umum

investor menginginkan imbal hasil yang lebih besar karena adanya resiko

yang lebih besar. Imbal hasil di pasar pertama akan mengalami penurunan

tapi pasar kedua imbal hasil mengalami peningkatan.

J. Model Konsep dan Hipotesis

1. Model Konsep

Berdasarkan teori yang telah dijelaskan, maka dapat ditentukan

suatu model konsep tentang variabel Makroekonomi, variabel Kinerja

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), dan variabel Government

Bonds,. Model konsep ini menggambarkan bahwa Makroekonomi

mempengaruhi Kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan

Government Bonds di bursa efek Indonesia. Hubungan konsep tersebut

adalah sebagai berikut:

Gambar 1. Model Konseptual

Sumber: Data diolah, 2019

Makroekonomi

Government

Bonds

Kinerja Indeks

Harga Saham

Gabungan (IHSG)

Page 73: repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/172235/1/Ulis Sa’adah.pdfCreated Date »Y 6S i >X8n l:ê'\â| kÐ ¬ ¥ð¥vúJytç¨& DY©Éºq

57

2. Model Hipotesis

Hipotesis didapatkan dari pengembangan model konsep yang

telah ditentukan. Berdasarkan model konsep yang telah dibuat, maka

hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini diturunkan menjadi model

hipotesis sebagai berikut :

Gambar 2. Model Hipotesis

Sumber: Data diolah, 2019

Berdasarkan model hipotesis di atas, maka rumusan model hipotesis

yang diajukan adalah sebagai berikut:

H1 = Makroekonomi berpengaruh terhadap Kinerja Indeks Harga

Saham Gabungan (IHSG)

H2 = Makroekonomi berpengaruh terhadap Government Bonds

H3 = Kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berpengaruh

terhadap Government Bonds

Makroekonomi

(X)

Government

Bonds (Y2)

Kinerja Indeks Harga

Saham Gabungan

(IHSG)

(Y ) H1 H3

H2

Page 74: repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/172235/1/Ulis Sa’adah.pdfCreated Date »Y 6S i >X8n l:ê'\â| kÐ ¬ ¥ð¥vúJytç¨& DY©Éºq

58

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah explanatory research dengan menggunakan

deskriptif kuantitatif. Menurut Abdillah (2015:11) penelitian deskriptif adalah

“Pengumpulan data untuk menguji hipotesis atau menjawab pertanyaan

terkait subjek penelitian”. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti pengaruh

maroekonomi yang berdampak terhadap indeks harga saham gabungan

(IHSG) dan obligasi pemerintah (Government Bonds). Serta menguji rumusan

hipotesis yang kemudian pengujian hipotesis tersebut akan diinterpretasikan.

Sugiyono menjelaskan (2017:7) bahwa “Metode penelitian kuantitatif

dapat diartikan sebagai metode penilitian yang berlandaskan pada filsafat

positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu,

pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat

kuantitatif statistik, dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah

ditetapkan”. Berdasarkan penjelasan tersebut metode kuantitatif digunakan

karena metode ini menekankan pada pengujian teori melalui pengukuran

variabel penelitian dengan menggunakan prosedur statistika. Penelitian

menggunakan pendekatan deduktif yang bertujuan untuk menguji hipotesis.

Pendekatan deduktif disebut juga dengan paradigma tradisional, positivis,

eksperimental, atau empiris. Peneliti ingin mengetahui korelasi antar variabel

Page 75: repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/172235/1/Ulis Sa’adah.pdfCreated Date »Y 6S i >X8n l:ê'\â| kÐ ¬ ¥ð¥vúJytç¨& DY©Éºq

59

makroekonomi dengan indeks harga saham gabungan (IHSG), makroekonomi

dengan government bonds, dan indeks harga saham gabungan (IHSG) dengan

government bonds.

B. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada pada negara Indonesia pada Bursa Efek

Indonesia, Bank Indonesia, Kementerian Perdagangan, dan Yahoo Finance

sesuai dengan tujuan penelitian. Lokasi penelitian dipilih berdasarkan

kebutuhan data. Lokasi penelitian dipilih di website tersebut dengan

pertimbangan website tersebut memiliki data lengkap dan dapat dipercaya

mengenai inflation, interest rate, exchange rate, volume perdagangan,

kapitalisasi perdagangan, dan frekuensi perdagangan government bonds yang

dikategorikan berdasarkan interval data bulanan (monthly).

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Sugiyono (2015:115) menyatakan bahwa “Populasi merupakan

wilayah generalisasi yang terdiri dari objek-objek yang mempunyai

kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan”. Populasi adalah

sekumpulan individu yang memiliki karakteristik yang sama. Populasi

Page 76: repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/172235/1/Ulis Sa’adah.pdfCreated Date »Y 6S i >X8n l:ê'\â| kÐ ¬ ¥ð¥vúJytç¨& DY©Éºq

60

dalam penelitian ini adalah adalah 36 bulan data time series (3 tahun

dikali 12 bulan) untuk setiap variabel bebas dan terikat.

2. Sampel

Sugiyono (2015:116) menjelaskan bahwa “Sampel adalah

bagian karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut”. Teknik

pengambilan sampel dalam penelitian ini dengan pengambilan sampel

jenuh untuk mendapatkan akurasi yang representatif. Adapun dalam

penelitian ini sampel sama dengan populasi yaitu 36 bulan data dari

jumlah dan time series periode 2015-2017 untuk setiap variabel bebas

dan terikat.

D. Variabel dan Pengukurannya

Menurutt Abdillah (2015:17) bahwa yang dimaksud dengan variabel

penelitian adalah „‟karakteristik partisipan atau situasi pada suatu penelitian

yang memiliki nilai berbeda pada studi tersebut. Suatu variabel harus memiliki

variasi atau perbedaan nilai atau level/kategori”. Variabel dalam penelitian ini

yang akan dianalisis dibedakan menjadi dua, yaitu variabel dependen (Y) dan

variabel independen (X). Sugiyono (2017:39) menjelaskan”Variabel

independen (variabel bebas) adalah merupakan variabel yang mempengaruhi

atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen.

Variabel dependen (variabel terikat) adalah variabel yang dipengaruhi atau

yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas”.

Page 77: repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/172235/1/Ulis Sa’adah.pdfCreated Date »Y 6S i >X8n l:ê'\â| kÐ ¬ ¥ð¥vúJytç¨& DY©Éºq

61

Variabel independen pada penelitian ini adalah Makroekonomi (X1),

variabel dependen dan independenya yaitu Indeks Harga Saham Gabungan

(IHSG) (Y1) dan variabel dependennnya adalah Government Bonds (Y2).

Masing-masing variabel dalam penelitian ini memiliki indikator yang

digunakan dalam pengukurannya. Rincian variabel dan indikator pada masing-

masing variabel disajikan pada tabel berikut:

Tabel 5. Variabel dan Pengukuran

No. Variabel Indikator Data Sumber

1. Makroekonomi

(X)

Inflation

Rate (X1)

% Bank Indonesia

Exchange

Rate (X2)

USD

Domestic

Currency

Kementerian

Perdagangan

Indonesia

Interest

Rate (X3)

% Bank Indonesia

2. Indeks Harga

Saham Gabungan

(IHSG) (Y1)

IHSG Index Yahoo Finance

3. Government

Bonds (Y2)

Volume

(Y2.1)

Milyar Bursa Efek Indonesia

Kapitalisasi

(Y2.2)

Milyar Bursa Efek Indonesia

Frekuensi

(Y2.3)

Kali (x) Bursa Efek Indonesia

Sumber: Data diolah, 2019

Page 78: repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/172235/1/Ulis Sa’adah.pdfCreated Date »Y 6S i >X8n l:ê'\â| kÐ ¬ ¥ð¥vúJytç¨& DY©Éºq

62

E. Definisi Operasional Variabel

Sesuai dengan tabel identifikasi variabel dan indikatornya tersebut di atas,

maka definisi operasional masing-masing indikator dalam variabel penelitian

adalah sebagai berikut:

1. Makroekonomi

Makroekonomi menjelaskan kinerja ekonomi, struktur ekonomi,

perilaku ekonomi, dan pengambilan keputusan ekonomi secara keseluruhan.

Variabel makroekonomi dalam penelitian ini ada tiga indikator, yaitu

inflation, interest rate, dan exchange rate.

a. Inflation

Inflation adalah suatu keadaan yang menggambarkan situasi

dan kondisi dimana harga barang mengalami kenaikan dan nilai mata

uang mengalami pelemahan. Tingkat inflation yang digunakan dalam

penelitian ini adalah inflation rate. Data yang digunakan merupakan

data bulanan yang bersumber dari website Bank Indonesia.

b. Interest Rate

Interest rate atau suku bunga adalah harga yang dibayarkan

atas penggunaan kredit. Interest rate yang digunakan pada penelitian

ini merupakan interest rate yang ditentukan oleh Bank Sentral

Indonesia yaitu Bank Indonesia. Data mengenai interest rate diambil

dari website Bank Indonesia. Data yang digunakan adala data rata-rata

bulanan.

c. Exchange Rate

Page 79: repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/172235/1/Ulis Sa’adah.pdfCreated Date »Y 6S i >X8n l:ê'\â| kÐ ¬ ¥ð¥vúJytç¨& DY©Éºq

63

Exchange rate adalah harga dari suatu mata uang dengan mata

uang negara lain. Exchange rate yang digunakan dalam penelitian ini

adalah exchange rate bulanan dengan satuan US Dollar/Domestic

Currency. Data mengenai exchange rate diambil dari website

Kementerian Perdagangan Indonesia.

2. Kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) merupakan keseluruhan

indeks harga saham seluruh sektor dalam bursa efek. yang digunakan

dalam penelitian ini adalah bersumber dari website Yahoo Finance dan

data yang diambil adalah data bulanan (monthly). Periode tahun yang

digunakan peneliti adalah tahun 2015-2017.

3. Government Bonds

Government Bonds adalah obligasi atau surat utang yang

diterbitkan oleh pemerintah. Setiap obligasi yang diterbitkan oleh

pemerintah adalah obligasi tanpa jaminan (non-secured bond).

Government bonds yang digunakan dalam penelitian ini adalah bersumber

dari website Bursa Efek Indonesia dan data yang diambil adalah data

bulanan (monthly). Periode tahun yang digunakan oleh peneliti adalah

tahun 2015-2017.

Variabel government bonds dalam penelitian ini diukur melalui

tiga indikator yaitu:

a. Volume Perdagangan

Page 80: repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/172235/1/Ulis Sa’adah.pdfCreated Date »Y 6S i >X8n l:ê'\â| kÐ ¬ ¥ð¥vúJytç¨& DY©Éºq

64

Volume perdagangan merupakan salah satu indikator dari

government bonds yang berkaitan dengan jumlah perdagangan obligasi

yang telah diperdagangkan. Volume perdagangan yang besar

menunjukkan bahwa obligasi sangat diminati oleh investor. Volume

perdagangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah volume

perdagangan government bonds negara Indonesia dengan rata-rata

bulanan. Data volume perdagangan ini peneliti ambill dari website

Bursa Efek Indonesia.

b. Kapitalisasi Perdagangan

Kapitalisasi perdagangan merupakan salah satu indikator dari

government bonds yang berkaitan dengan nilai pasar dari obligasi

yang telah diterbitkan. Kapitalisasi perdagangan yang besar pada

umumnya akan menjadi daya tarik untuk investor dalam memilih

obligasi. Kapitalisasi perdagangan yang digunakan dalam penelitian ini

adalah kapitalisasi perdagangan government bonds negara Indonesia

dengan rata-rata bulanan. Data volume perdagangan ini peneliti ambill

dari website Bursa Efek Indonesia.

c. Frekuensi Perdagangan

Frekuensi perdagangan merupakan salah satu indikator dari

government bonds yang berkaitan dengan transaksi obligasi. Obligasi

yang frekuensi perdagangannya besar dipengaruhi oleh transaksi

obligasi yang sangat aktif. Terjadinya peningkatan permintaan obligasi

akan menjadi peningkatan frekuensi perdagangan. Frekuensi

Page 81: repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/172235/1/Ulis Sa’adah.pdfCreated Date »Y 6S i >X8n l:ê'\â| kÐ ¬ ¥ð¥vúJytç¨& DY©Éºq

65

perdagangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah frekuensi

perdagangan government bonds negara Indonesia dengan rata-rata

bulanan. Data frekuensi perdagangan ini peneliti ambill dari website

Bursa Efek Indonesia.

F. Teknik Pengumpulan Data

Sugiyono (2017:224) menjelaskan “Teknik pengumpulan data

merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan

utama dari penelitian adalah mendapatkan data”. Data merupakan suatu hal

yang sangat penting dalam sebuah penilitian. Data penelitian berperan penting

dalam menentukan desain penelitian dan teknik analisis. Abdillah (2015:50)

menyatakan bahwa, “ Data adalah input utama yang akan diolah dalam proses

penelitian untuk menghasilkan output yang akan menjawab masalah dan

pertanyaan penelitian.” Pengumpulan data merupakan langkah yang tergolong

penting dalam proses penelitian. Teknik pengumpulan data dalam penelitian

ini adalah teknik dokumentasi dengan cara menelusuri data historis yang

diperoleh dari berbagai sumber.

G. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data skunder.

Abdillah (2015:51) mengemukakan bahwa “Data skunder adalah data yang

telah diolah, disimpan, disajikan dalam format atau bentuk tertentu untuk

Page 82: repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/172235/1/Ulis Sa’adah.pdfCreated Date »Y 6S i >X8n l:ê'\â| kÐ ¬ ¥ð¥vúJytç¨& DY©Éºq

66

kepentingan tertentu”. Data sekunder pada umumnya berasal dari sumber

sekunder akan tetapi dapat juga bersumber dari sumber primer. Peneliti

memperoleh data sekunder tersebut dari beberapa sumber diantaranya adalah

dari website Bank Indonesia, Bursa Efek Indonesia dan didukung oleh

beberapa data dari website Indonesia Bond Pricing Agency dan website

Investing.

H. Anlisis Data

Data yang telah dikumpulkan dan diolah, akan dianalisis sesuai dengan

kebutuhan penelitian. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan

bantuan metode Partial Least Square (PLS) dengan menggunakan software

statistik smart PLS 3.2.8. Analisis data digunakan untuk menjawab rumusan

masalah yang ada.

Analisis Partial Least Square (PLS) adalah teknik statistika multivariat

yang melakukan pembandingan antara variabel dependen berganda dan

variabel independen berganda. PLS adalah salah satu metode statistik SEM

berbasis varian yang didesain untuk menyelesaikan regresi berganda ketika

terjadi permasalahan spesifik pada data.” (Abdillah:162).

PLS digunakan dalam penelitian ini karena variabel yang digunakan

dalam penelitian ini adalah variabel laten yang tidak dapat diukur secara

langsung. Variabel laten tersebut dijelaskan berdasarkan indikator-indikator

formatifnya masing-masing. penggunaan metode PLS, peneliti dapat melihat

pengaruh antar variabel laten berdasarkan indikator pembentuknya.

Page 83: repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/172235/1/Ulis Sa’adah.pdfCreated Date »Y 6S i >X8n l:ê'\â| kÐ ¬ ¥ð¥vúJytç¨& DY©Éºq

67

Pertimbangan lain yang digunakan peneliti menggunakan PLS adalah

bahwa “ PLS menggunakan literasi algoritma yang terdiri atas seri OLS untuk

menghindari masalah identifikasi model yang bersifat non-recursive (model

yang bersifat reciprocal antara variabel independen dan dependen), yang

tidak dapat diselesaikan oleh SEM berbasis kovarian.” (Abdilah:164)

1. Variabel dalam PLS

Langkah awal dalam PLS adalah membuat analisis jalur (Path Model).

Analisis jalur ini digunakan untuk menggambarkan pengaruh antar variabel.

Terdapat dua jenis variabel dalam PLS ini, yaitu variabel laten dan variabel

indikator. Menurut Widarjono (2015:273) “Variabel laten adalah variabel

yang tidak bisa diukur secara langsung sedangkan variabel indikator adalah

variabel pembentuk variabel laten”. Variabel laten dari model ini adalah

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), makroekonomi, dan government

bonds. variabel indikator untuk government bonds adalah volume, kapitalisasi,

dan frekuensi perdagangan. Variabel indikator untuk makroekonomi adalah

inflation, interest rate, dan exchange rate.

2. Inner dan Outer Model

“PLS adalah analisis persamaan struktural (SEM) berbasis varian yang

secara simultan dapat melakukan pengujian model pengukuran sekaligus

pengujian model struktural. Model pengukuran digunakan untuk uji validitas

dan reabilitas sedangkan model struktural digunakan untuk uji kausalitas”

(Abdillah, 2015:164).

Page 84: repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/172235/1/Ulis Sa’adah.pdfCreated Date »Y 6S i >X8n l:ê'\â| kÐ ¬ ¥ð¥vúJytç¨& DY©Éºq

68

Langkah-langkah dalam menganalisis PLS Path Model ada dua yaitu

merancang model struktural (inner model) dan menggambarkan model

pengukuran (outer model). Abdillah menjelaskan (2015:188) “ Inner Model

atau model struktural menggambarkan hubungan kausalitas antar variabel

laten yang dibangun berdasarkan substansi teori. Outer model atau model

pengukuran menggambarkan hubungan antara blok indikator dengan variabel

latennya”. Inner model dalam penelitiann ini adalah hubungan antara

Makroekonomi sebagai variabel laten eksogen, sedangkan Indeks Harga

Saham Gabungan dan Government Bonds sebagai variabel leten endogennya.

3. Model Pengukuran Reflektif dan Formatif

PLS-SEM mempunyai dua cara membentuk variabel laten, yaitu

model pengukuran reflektif dan model pengukuran formatif. Abdillah

menjelaskan (2015:20-21) bahwa ”Model indikator reflektif mengasumsikan

bahwa kovarian diantara pengukuran dijelaskan oleh varian yang merupakan

manifestasi dari konstruk latennya. Indikatornya merupakan indikator efek

(effect indicator)”. Penelitian ini pengukuran reflektif tidak diaplikasikan pada

variabel apapun.

“Model indikator formatif mengasumsikan bahwa pengukuran saling

terikat memengaruhi konstruk latennya. Makna konstruk ditentukan oleh

indikator pengukuran, sehingga makna seluruh konstruk laten komposit

diturunkan dari indikator pengukurannya” (Abdillah, 2015:20). Variabel

makroekonomi, Kinerja indeks harga saham gabungan (IHSG), dan

government bonds disesuaikan dengan model pengukuran formatif ini. Hal ini

Page 85: repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/172235/1/Ulis Sa’adah.pdfCreated Date »Y 6S i >X8n l:ê'\â| kÐ ¬ ¥ð¥vúJytç¨& DY©Éºq

69

berarti bahwa indikator inflation, interest rate, dan exchange rate tidak dapat

saling mengganti dan penghilangan salah satunya akan memengaruhi variabel

makroekonomi. Volume perdagangan, kapitalisasi perdagangan, dan frekuensi

perdagangan juga tidak dapat saling mengganti dan penghilangan salah

satunya akan memengaruhi variabel government bonds. Pada dasarnya

perhitungan model reflektif dan formatif memiliki perbedaan pada arah panah

yang digunakan pada PLS Path Model. PLS Path Model dari penelitian ini

akan dijelaskan pada bagian selanjutnya.

4. Evaluasi Model

Analisis jalur di dalam PLS-SEM menjelaskan pengaruh antara

variabel laten di dalam inner model dan pengaruh antara variabel laten dan

indikator di dalam outer model. Seteah melakukan estimasi, tahap selanjutnya

adalah mengevaluasi seberapa baik model yang peneliti bangun berdasarkan

data sampel yang telah diambil. Evaluasi model dalam PLS dilakukan dengan

evaluasi outer model dan inner model. Model evaluasi untuk prediksi bersifat

non-parametrik dengan menggunakan prosedur bootstraping. Evaluasi model

diawali dengann evaluasi outermodel selanjutnya evaluasi inner model.

a. Evaluasi Outer Model

Evaluasi outer model bertujuan untuk mengevaluasi variabel

indikator. Terdapat beberapa metode dalam mengevaluasi outer model,

diantarannya adalah indicator reability, discriminant validity, internal

consistency, dan convergent validity. Widarjono (2015:277)

menjelaskan bahwa “Indicator Reliability didasarkan pada outer

Page 86: repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/172235/1/Ulis Sa’adah.pdfCreated Date »Y 6S i >X8n l:ê'\â| kÐ ¬ ¥ð¥vúJytç¨& DY©Éºq

70

loading. Jika nilai outer loading lebih dari 0,7 maka variabel indikator

perlu dipertahankan untuk penelitian uji teori sedangkan untuk

penelitian eksplorasi antara 0,5-0,7 dan kurang dari 0,5 maka variabel

indikator harus dihilangkan”. Jadi dapat disimpulkan bahwa secara

umum variabel indikator dipertahankan apabila koefisien >0,5.

b. Evaluasi Inner Model

Setelah melakukan evaluasi outer model, langkah berikutnya

adalah evaluasi inner model yang menjelaskan pengaruh variabel laten

terhadap variabel laten. Terdapat dua evaluasi dasar pada tahap ini

yaitu:

1) Signifikasi dan besarnya pengaruh variabel laten

Uji ini dilakukan untuk melakukam evaluasi besarnya pengaruh

masing-masing variabel laten dengan melihat koefisien analisis

jalurnya (path coeficient). Dasar pengambilan keputusan dalam uji t ini

adalah:

a). H0 diterima dan Ha ditolak jika t hitung < t tabel, atau p-value ≤

0.05 dengan t-tabel 1.96

b). H0 diterima dan Ha ditolak jika t hitung > t tabel, atau p-value ≥

0.05 dengan t-tabel 1.96

Menurut LaMorte, (2016:3), prosedur pengujian hipotesis pada

penelitian two-tailed dengan ukuran sampel lebih besar dari 30 (n≥30)

maka uji hipotesis menggunakan Zscore sebesar 1,96 dengan tingkat

alpha sebesar 0.05 (5%).

Page 87: repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/172235/1/Ulis Sa’adah.pdfCreated Date »Y 6S i >X8n l:ê'\â| kÐ ¬ ¥ð¥vúJytç¨& DY©Éºq

71

2) Koefisien Determinasi atau R²

“Koefisien determinasi mengukur seberapa jauh kemampuan

model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien

determinasi adalah antara nol dan satu. (Ghozali, 2016: 95). Dan

menurut Abdillah (2015:183) “nilai R² digunakan untuk mengukur

tingkat variasi perubahan variabel independen terhadap variabel

dependen. Semakin tinggi nilai R² berarti semakin baik model prediksi

dari model penelitian yang diajukan”. Berdasarkan pernyataan tersebut

dapat diketahui bahwa melalui koefisien ini dapat diketahui informasi

dan ketepatan model dalam suatu penelitian.

5. Persamaan Struktur Variabel Endogen

Pengaruh terhadap variabel endogen dalam penelitian ini adalah : variabel

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), dan variabel government bonds,

persamaan yang digunakan adalah sebagai berikut:

Y1 = b1X + ɛ1

Y2 = b2X + b3Y3 + ɛ2

Sumber: Sunyoto, 2012

Keterangan:

Y1 : Kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)

b1 : coefficient makroekonomi terhadap Kinerja indeks harga saham gabungan

(IHSG)

Y2 : Government Bonds

b2 : coefficent makroekonomi terhadap government bonds

b3 : coefficient Kinerja indeks harga saham gabungan (IHSG) terhadap

government bonds

ɛ : Error

Page 88: repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/172235/1/Ulis Sa’adah.pdfCreated Date »Y 6S i >X8n l:ê'\â| kÐ ¬ ¥ð¥vúJytç¨& DY©Éºq

72

I. PLS Path Model Penelitian

PLS Path Model menggambarkan dasar kerangka suatu penelitian PLS.

Analisis data selanjutnya haruslah berdasarkan dari PLS Path Model yang

terbentuk. PLS Path Model penelitian ini adalah sebagai berikut:

Gambar 3. Model Penelitian

Sumber: Diolah, 2019

Kinerja Indeks

Harga Saham

Gabungan (IHSG)

Makroekonomi Government

Bonds

Exchange Rate

Interest Rate

Inflation

Frekuensi volume Kapitalisasi

Inner

Model

Page 89: repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/172235/1/Ulis Sa’adah.pdfCreated Date »Y 6S i >X8n l:ê'\â| kÐ ¬ ¥ð¥vúJytç¨& DY©Éºq

73

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Objek penelitian ini adalah nilai makroekonomi dan Indeks Harga

saham Gabungan (IHSG) Indonesia untuk dinilai pengaruhnya terhadap

Government Bonds Indonesia. Pemilihan sampel diambil di negara Indonesia

dari bulan januari 2015 sampai dengan bulan Desember 2017. Sampel

diperoleh melalui website-website yang memiliki data yang dibutuhkan oleh

peneliti. Lokasi penelitian dipilih di banyak website tersebut dengan

pertimbangan website tersebut memiliki data lengkap dan dapat dipercaya

mengenai inflation, interest rate, exchange rate, voleme perdagangan,

kapitalisasi perdagangan, dan frekuensi perdagangan government bonds yang

dikategorikan berdasarkan interval data bulanan (monthly).

Penelitian ini memiliki tiga variabel, yaitu makroekonomi, kinerja

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), dan government bonds.

Makroekonomi pada penelitian ini diukur melalui tiga indikator yaitu

inflation, interest rate, exchange rate. Kinerja Indeks Harga Saham

Gabungan (IHSG) diukur melalui satu indikator yaitu Indeks Harga Saham

Gabungan (IHSG). Government bonds diukur melalui tiga indikator yaitu

volume perdagangan, kapitalisasi perdagangan, dan frekuensi perdagangan.

Page 90: repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/172235/1/Ulis Sa’adah.pdfCreated Date »Y 6S i >X8n l:ê'\â| kÐ ¬ ¥ð¥vúJytç¨& DY©Éºq

74

B. Deskripsi Variabel Penelitian

Pengukuran indikator yang dijadikan ukuran variabel penelitian ini

berasal dari data sekunder yang peneliti peroleh dari website Bank Indonesia,

Bursa Efek Indonesia (IDX), dan Yahoo Finance. Data sekunder secara

lengkap akan dilampirkan pada Lampiran 1. Peneliti akan berikan deskripsi

mengenai nilai minimum, nilai maksimum, dan rata-rata setiap indikator pada

masing-masing variabel yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut.

1. Makroekonomi

Variabel makroekonomi diukur melalui tiga indikator, yaitu

inflation, exchange rate, dan interest rate. Data dari masing-masing

indikator tersebut akan disajikan berdasarkan tingkat rata-rata, nilai

minimum, dan nilai maksimum. Data mengenai indikator dari variabel

makroekonomi ini peneliti mendapatkan dari website Bank Indonesia,

website Kementerian Perdagangan Indonesia, website Bursa Efek

Indonesia (IDX), dan website Yahoo Finance. Data yang peneliti ambil

adalah data dengan interval bulanan (monthly) mulai dari januari 2015

sampai dengan Desember 2017. Berikut adalah hasil analisis deskriptif

dari tiga indikator variabel makroekonomi tersebut.

a. Inflation

Indikator inflation yang peneliti gunakan dalam penelitian ini

adalah inflation rate berdasarkan rata-rata. Nilai rata-rata, nilai

Page 91: repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/172235/1/Ulis Sa’adah.pdfCreated Date »Y 6S i >X8n l:ê'\â| kÐ ¬ ¥ð¥vúJytç¨& DY©Éºq

75

maksimum dan nilai minimum dari indikator inflation di Indonesia

selama bulan Januari 2015 sampai dengan bulan Desember 2017.

Tabel 6. Analisis Deskriptif Inflation Negara Indonesia Tahun

2015-2017

No Inflation

Bulan 2015 2016 2017

1 Januari 0.0696 0.041 0.0349

2 Februari 0.0629 0.044 0.0383

3 Maret 0.0638 0.045 0.0361

4 April 0.0679 0.036 0.0417

5 Mei 0.0715 0.033 0.0433

6 Juni 0.0726 0.035 0.0437

7 Juli 0.0726 0.032 0.0388

8 Agustus 0.0718 0.028 0.0382

9 September 0.0683 0.031 0.0372

10 Oktober 0.0625 0.033 0.0358

11 November 0.0489 0.036 0.033

12 Desember 0.0335 0.030 0.0361

Max 0.073 0.045 0.044

Min 0.034 0.028 0.033

Mean 0.064 0.035 0.038

Sumber: Diolah oleh Peneliti, 2019

Page 92: repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/172235/1/Ulis Sa’adah.pdfCreated Date »Y 6S i >X8n l:ê'\â| kÐ ¬ ¥ð¥vúJytç¨& DY©Éºq

76

Gambar 4 . Pergerakan Inflation Indonesia Perbulan Tahun 2015-

2017

Sumber: Diolah oleh Peneliti, 2019

Tabel 6 tersebut menjelaskan bahwa tingkat inflation rate pada

bulan Januari 2015 sampai dengan Desember 2017. Berdasarkan data

tersebut dapat diketahui bahwa inflation rate Indonesia pada tahun

2015 mempunyai nilai maksimum sebesar 0.073 yang ditunjukkan pada

bulan juni, juli. Nilai minimum inflation rate Indonesia tahun 2015

yaitu sebesar 0.034 yang terjadi pada bulan desember, dan mempunyai

nilai rata-rata sebesar 0.064.

Tingkat inflation rate pada tahun 2016, berdasarkan data

tersebut dapat diketahui bahwa inflation rate Indonesia pada tahun

2016 mempunyai nilai maksimum sebesar 0.045 yang ditunjukkan pada

bulan Maret. Nilai minimum inflation rate Indonesia tahun 2016 yaitu

0

0.01

0.02

0.03

0.04

0.05

0.06

0.07

0.08

Jan

uar

i

Feb

ruar

i

Mar

et

Ap

ril

Mei

Jun

i

Juli

Agu

stu

s

Sep

tem

ber

Okt

ob

er

No

vem

ber

Des

emb

er

Inflation 2015

Inflation 2016

Inflation 2017

Page 93: repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/172235/1/Ulis Sa’adah.pdfCreated Date »Y 6S i >X8n l:ê'\â| kÐ ¬ ¥ð¥vúJytç¨& DY©Éºq

77

sebesar 0.028 yang terjadi pada bulan Agustus. Nilai rata-ratanya

sebesar 0,035.

Berdasarkan data tersebut yang terdapat pada tabel 6 dapat

diketahui bahwa inflation rate Indonesia pada tahun 2017 mempunyai

nilai maksimum sebesar 0.044 yang terjadi pada bulan Juni. Nilai

minimum inflation rate Indonesia tahun 2017 pada bulan November

dngan nilai sebesar 0.033. Nilai rata-rata inflation rate tahun 2017

adalah sebesar 0,038.

b. Interest Rate

Indikator interest rate yang peneliti gunakan dalam penelitian ini

adalah interest rate berdasarkan rata-rata bulanan di Indonesia. Nilai

rata-rata, nilai maksimum, dan nilai minimum dari indikator Interest

rate negara Indonesia selama bulan Januari 2015 sampai dengan bulan

Desember 2017 dapat dilihat di bawah ini. Hasil perhitungan ini

peneliti olah berdasarkan data yang bersumber dari website Bank

Indonesia.

Tabel 7. Analisis Deskriptif Interest Rate Negara Indonesia Tahun

2015-2017

No Interest Rate

Bulan 2015 2016 2017

1 Januari 0.078 0.073 0.0475

2 Februari 0.08 0.07 0.0475

3 Maret 0.08 0.068 0.0475

4 April 0.08 0.068 0.0475

5 Mei 0.08 0.068 0.0475

Page 94: repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/172235/1/Ulis Sa’adah.pdfCreated Date »Y 6S i >X8n l:ê'\â| kÐ ¬ ¥ð¥vúJytç¨& DY©Éºq

78

Lanjutan Tabel 7

No Interest Rate

Bulan 2015 2016 2017

6 Juni 0.08 0.065 0.0475

7 Juli 0.08 0.065 0.0475

8 Agustus 0.08 0.065 0.045

9 September 0.08 0.065 0.0425

10 Oktober 0.08 0.065 0.0425

11 November 0.08 0.065 0.0425

12 Desember 0.08 0.065 0.0425

Max 0.078 0.073 0.048

Min 0.075 0.065 0.043

Mean 0.075 0.067 0.046

Sumber: Diolah oleh Peneliti, 2019

Gambar 5. Pergerakan Interest Rate Indonesia Perbulan Tahun

2015-2017

Sumber: Diolah oleh Peneliti, 2019

Data pada tabel 7 tersebut menjelaskan tingkat interest rate

yang terendah sampai dengan tertinggi dari Januari 2015 samapai

dengan Desember 2017. Berdasarkan data tersebut, dapat diketahui

0

0.01

0.02

0.03

0.04

0.05

0.06

0.07

0.08

0.09

Jan

uar

i

Feb

ruar

i

Mar

et

Ap

ril

Mei

Jun

i

Juli

Agu

stu

s

Sep

tem

ber

Okt

ob

er

No

vem

ber

Des

emb

er

Interest Rate 2015

Interest Rate 2016

Interest Rate 2017

Page 95: repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/172235/1/Ulis Sa’adah.pdfCreated Date »Y 6S i >X8n l:ê'\â| kÐ ¬ ¥ð¥vúJytç¨& DY©Éºq

79

bahwa nilai interest rate Indonesia di tahun 2015 mempunyai nilai

minimum sebesar 0.075. Nilai maksimum interest rate mempunyai

nilai sebesar 0.078, dan nilai rata-ratanya sebesar 0.075.

Tabel 7 tersebut juga menunjukkan tingkat interest rate yang

terendah sampai dengan tertinggi di tahun 2016. Berdasarkan data

tersebut, dapat diketahui bahwa nilai interest rate Indonesia di tahun

2016 mempunyai nilai minimum sebesar 0.065. Nilai maksimum

interest rate mempunyai nilai sebesar 0.073, dan nilai rata-ratanya

sebesar 0.067.

Tabel tersebut juga menjelaskan tingkat interest rate yang

terendah sampai dengan tertinggi di tahun 2017. Berdasarkan data

tersebut, dapat diketahui bahwa nilai interest rate Indonesia di tahun

2017 mempunyai nilai minimum sebesar 0.043. Nilai maksimum

interest rate tahun 2017 mempunyai nilai sebesar 0.048, dan nilai rata-

ratanya sebesar 0.046.

c. Exchange Rate

Indikator exchange rate yang peneliti gunakan dalam penelitian

ini adalah nilai US Dollar Domestic Currency berdasarkan rata-rata

bulanan di negara Indonesia. Nilai rata-rata, nilai maksimum, dan nilai

minimum dari indikator exchange rate negara Indonesia selama bulan

Januari 2015 sampai dengan bulan Desember 2017 dapat dilihat di

bawah ini. Hasil penelitian tersebut peneliti olah berdasarkan data yang

bersumber dari website kementerian Perdagangan Indonesia

Page 96: repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/172235/1/Ulis Sa’adah.pdfCreated Date »Y 6S i >X8n l:ê'\â| kÐ ¬ ¥ð¥vúJytç¨& DY©Éºq

80

Tabel 8. Analisis Deskriptif Exchange Rate Negara Indonesia

Tahun 2015-2017

No Exchange Rate (USD)

Bulan 2015 2016 2017

1 Januari 12,625 13,846 13,343

2 Februari 12,863 13,395 13,347

3 Maret 13,084 13,276 13,321

4 April 12,937 13,204 13,327

5 Mei 13,211 13,615 13,321

6 Juni 13,332 13,180 13,319

7 Juli 13,481 13,094 13,323

8 Agustus 14,027 13,300 13,351

9 September 14,657 12,998 13,492

10 Oktober 13,639 13,051 13,572

11 November 13,840 13,563 13,514

12 Desember 13,795 13,436 13,548

Max 14,657 13,846 13,572

Min 12,625 12,998 13,319

Mean 13,458 13,330 13,398

Sumber: Diolah oleh Peneliti, 2019

Gambar 6. Pergerakan Exchange Rate Indonesia Perbulan Tahun

2015-2017

Sumber: Diolah oleh Peneliti, 2019

11,500

12,000

12,500

13,000

13,500

14,000

14,500

15,000

Jan

uar

i

Feb

ruar

i

Mar

et

Ap

ril

Mei

Jun

i

Juli

Agu

stu

s

Sep

tem

ber

Okt

ob

er

No

vem

ber

Des

emb

er

Exchange Rate 2015

Exchange Rate 2016

Exchange Rate 2017

Page 97: repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/172235/1/Ulis Sa’adah.pdfCreated Date »Y 6S i >X8n l:ê'\â| kÐ ¬ ¥ð¥vúJytç¨& DY©Éºq

81

Tabel 8 menjelaskan nilai exchange rate dari bulan Januari

2015 sampai dengan Desember 2017. Berdasarkan data tersebut dapat

diketahui bahwa exchange rate Indonesia di tahun 2015 mempunyai

nilai maksimum sebesar 14,657 yang terjadi pada bulan September.

Nilai minimum exchange rate Indonesia tahun 2015 terjadi pada bulan

Januari dengan nilai sebesar 12,625, dan nilai rata-ratanya adalah

sebesar 13,458.

Tabel 8 juga menunjukkan nilai maksimum, nilai minimum,

dan rata-rata exchange rate di tahun 2016. Berdasarkan tabel tersebut

dapat diketahui bahwa exchange rate Indonesia di tahun 2016

mempunyai nilai maksimum sebesar 13,846 yang terjadi pada bulan

Januari. Nilai minimum exchange rate Indonesia tahun 2016 terjadi

pada bulan September dengan nilai sebesar 12,998, dan nilai rata-

ratanya adalah sebesar 13,330.

Berdasarkan tabel 8 tersebut dapat diketahui bahwa nilai

exchange rate Indonesia di tahun 2017 mempunyai nilai maksimum

sebesar 13,572 yang terjadi pada bulan Oktober. Nilai minimum

exchange rate Indonesia tahun 2017 terjadi pada bulan Juni dengan

nilai sebesar 13,319. Nilai rata-ratanya adalah sebesar 13,398.

2. Kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)

Kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Indonesia diukur

melalui satu indikator, yaitu Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).

Page 98: repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/172235/1/Ulis Sa’adah.pdfCreated Date »Y 6S i >X8n l:ê'\â| kÐ ¬ ¥ð¥vúJytç¨& DY©Éºq

82

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang digunakan dalam penelitian

ini merupakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) rata-rata perbulan

yang bersumber dari website Yahoo Finance. Nilai rata-rata, nilai

maksimum dan nilai minimum Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)

Indonesia selama bulan Januari 2015 sampai dengan bulan Desember 2017

yang peneliti uraikan dalam tabel berikut ini.

Tabel 9. Analisis Deskriptif IHSG Negara Indonesia Perbulan Tahun

2015-2017

NO IHSG

Bulan 2015 2016 2017

1 Januari 5,289.40 4,615.16 5,294.10

2 Februari 5,450.29 4,770.96 5,386.69

3 Maret 5,518.68 4,845.37 5,568.11

4 April 5,086.43 4,838.58 5,685.30

5 Mei 5,216.38 4,796.87 5,738.16

6 Juni 4,910.66 5,016.65 5,829.71

7 Juli 4,802.53 5,215.99 5,840.94

8 Agustus 4,509.61 5,386.08 5,864.06

9 September 4,223.91 5,364.80 5,900.85

10 Oktober 4,455.18 5,422.54 6,005.78

11 Novemper 4,446.46 5,148.91 5,952.14

12 Desember 4,593.01 5,296.71 6,355.65

Max 5,519 5,423 6,356

Min 4,224 4,615 5,294

Mean 4,875 5,060 5,785

Sumber: Diolah oleh Peneliti, 2019

Page 99: repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/172235/1/Ulis Sa’adah.pdfCreated Date »Y 6S i >X8n l:ê'\â| kÐ ¬ ¥ð¥vúJytç¨& DY©Éºq

83

Gambar 7. Pergerakan IHSG Indonesia Perbulan Tahun 2015-2017

Sumber: Diolah oleh Peneliti, 2019

Tabel 9 tersebut menjelaskan nilai Indeks Harga Saham Gabungan

(IHSG) pada bulan Januari 2015 sampai dengan Desember 2017.

Berdasarkan data tersebut, dapat diketahui bahwa nilai Indeks Harga

Saham Gabungan (IHSG) Indonesia di tahun 2015 mempunyai nilai

minimum sebesar 4,224. Nilai maksimum Indeks Harga Saham Gabungan

(IHSG) di tahun 2015 mempunyai nilai sebesar 5,519, dan nilai rata-

ratanya sebesar 4,857.

Tabel 9 tersebut juga menjelaskan nilai minimum, nilai maksimum,

dan nilai rata-rata Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di tahun 2016.

Berdasarkan data tersebut, dapat diketahui bahwa nilai Indeks Harga

Saham Gabungan (IHSG) Indonesia di tahun 2016 mempunyai nilai

minimum sebesar 4,615. Nilai maksimum Indeks Harga Saham Gabungan

0.00

1,000.00

2,000.00

3,000.00

4,000.00

5,000.00

6,000.00

7,000.00

IHSG 2015

IHSG 2016

IHSG 2017

Page 100: repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/172235/1/Ulis Sa’adah.pdfCreated Date »Y 6S i >X8n l:ê'\â| kÐ ¬ ¥ð¥vúJytç¨& DY©Éºq

84

(IHSG) di tahun 2016 mempunyai nilai sebesar 5,423, dan nilai rata-

ratanya sebesar 5,060.

Tabel 9 tersebut juga menunjukkan nilai minimum, nilai

maksimum, dan nilai rata-rata Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di

tahun 2017. Berdasarkan data tersebut, dapat diketahui bahwa nilai Indeks

Harga Saham Gabungan (IHSG) Indonesia di tahun 2017 mempunyai nilai

minimum sebesar 5,294. Nilai maksimum Indeks Harga Saham Gabungan

(IHSG) di tahun 2017 mempunyai nilai sebesar 6,356, dan nilai rata-

ratanya sebesar 5,785.

3. Government Bonds

Variabel government bonds diukur melalui tiga indikator, yaitu

volume perdagangan, kapitalisasi perdagangan, dan frekuensi

perdagangan. Peniliti mengklafikasikan masing-masing dari indikator

berdasarkan tingkat rata-rata, nilai maksimum, dan nilai minimum. Data

mengenai indikator dari variabel government bonds ini peneliti peroleh

dari website Bursa Efek Indonesia (IDX). Data yang peneliti dapatkan

adalah data interval bulanan (monthly) selama bulan Januari 2015 sampai

dengan bulan Desember 2017. Hasil analisis deskriptif dari tiga indikator

variabel government bonds peneliti sajikan sebagai berikut.

a. Volume Perdagangan

Page 101: repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/172235/1/Ulis Sa’adah.pdfCreated Date »Y 6S i >X8n l:ê'\â| kÐ ¬ ¥ð¥vúJytç¨& DY©Éºq

85

Indikator volume perdagangan yang peneliti gunakan dalam

penelitian ini adalah volume perdagangan government bonds

berdasarkan data bulanan di Indonesia. Nilai rata-rata, nilai maksimum

dan nilai minimum dari indikator government bonds selama bulan

Januari 2015 sampai dengan bulan Desember 2017 dapat dilihat dalam

tabel di bawah ini. Hasil penelitian tersebut peneliti olah berdasarkan

data yang bersumber dari website Bursa Efek Indonesia (IDX).

Tabel 10. Analisis Deskriptif Volume Perdagangan Government

Bonds Negara Indonesia Tahun 2015-2017

NO Volume Perdagangan (dalam Milyar Rupiah)

Bulan 2015 2016 2017

1 Januari 327,961 233,258 222,959

2 Februari 306,247 282,960 224,676

3 Maret 288,528 319,358 368,897

4 April 221,702 299,645 245,388

5 Mei 224,268 204,232 272,339

6 Juni 352,387 281,446 206,362

7 Juli 195,202 210,769 313,285

8 Agustus 238,715 253,572 320,191

9 September 236,678 515,088 375,224

10 Oktober 202,045 226,991 312,466

11 November 221,383 314,301 266,928

12 Desember 239,386 212,890 198,350

Max 352,387 515,088 375,224

Min 195,202 204,232 198,350

Mean 254,542 279,543 277,255

Sumber: Diolah oleh Peneliti, 2019

Page 102: repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/172235/1/Ulis Sa’adah.pdfCreated Date »Y 6S i >X8n l:ê'\â| kÐ ¬ ¥ð¥vúJytç¨& DY©Éºq

86

Gambar 8. Pergerakan Volume Perdagangan Government Bonds

Indonesia Perbulan Tahun 2015-2017

Sumber: Diolah oleh Peneliti, 2019

Tabel 10 tersebut menjelaskan nilai volume perdagangan

government bonds Indonesia pada bulan Januari 2015 sampai dengan

Desember 2017 dalam bentuk Milyar Rupiah. Berdasarkan tabel 10

diatas dapat diketahui bahwa nilai volume perdagangan government

bonds Indonesia tahun 2015 mempunyai nilai maksimum sebesar

352,387. Nilai minimum volume perdagangan government bonds

Indonesia tahun 2015 adalah sebesar 195,202, dan nilai rata-ratanya

sebesar 254,542.

Berdasarkan tabel 10 diatas dapat diketahui bahwa nilai volume

perdagangan government bonds Indonesia tahun 2016 mempunyai

nilai maksimum sebesar 515,088. Nilai minimum volume perdagangan

0

100,000

200,000

300,000

400,000

500,000

600,000

Volume Perdagangan 2015 Volume Perdagangan 2016

Volume Perdagangan 2017

Page 103: repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/172235/1/Ulis Sa’adah.pdfCreated Date »Y 6S i >X8n l:ê'\â| kÐ ¬ ¥ð¥vúJytç¨& DY©Éºq

87

government bonds Indonesia tahun 2016 adalah sebesar 204,232. Nilai

rata-ratanya sebesar 279,543.

Tabel 10 juga menunjukkan nilai maksimum, nilai minimum,

dan nilai rata-rata volume perdagangan government bonds Indonesia

pada tahun 2017. Nilai volume perdagangan government bonds

Indonesia tahun 2017 mempunyai nilai maksimum sebesar 375,224.

Nilai minimum volume perdagangan government bonds Indonesia

tahun 2017 adalah sebesar 198,350, dan nilai rata-ratanya sebesar

277,255.

b. Kapitalisasi Perdagangan

Indikator kapitalisasi perdagangan yang peneliti gunakan dalam

penelitian ini adalah kapitalisasi perdagangan government bonds

berdasarkan data bulanan di Indonesia. Nilai rata-rata, nilai maksimum

dan nilai minimum dari indikator government bonds selama bulan

Januari 2015 sampai dengan bulan Desember 2017 dapat dilihat dalam

tabel dibawah ini. Hasil penelitian tersebut peneliti olah berdasarkan

data yang bersumber dari website Bursa Efek Indonesia (IDX).

Tabel 11. Analisis Deskriptif Kapitalisasi Perdagangan

Government Bonds Negara Indonesia Tahun 2015-2017

NO Kapitalisasi Perdagangan (dalam Milyar Rupiah)

Bulan 2015 2016 2017

1 Januari 339,894.04 230,405.29 224,865.79

2 Februari 327,209.84 283,998.65 227,629.06

3 Maret 302,583.81 325,835.65 379,023

Page 104: repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/172235/1/Ulis Sa’adah.pdfCreated Date »Y 6S i >X8n l:ê'\â| kÐ ¬ ¥ð¥vúJytç¨& DY©Éºq

88

Lanjutan Tabel 11

NO Kapitalisasi Perdagangan (dalam Milyar Rupiah)

Bulan 2015 2016 2017

4 April 229,105.44 310,938.48 254,438.20

5 Mei 227,755.99 210,549.61 282,862.17

6 Juni 349,100.32 290,570.92 214,375.43

7 Juli 197,645.12 225,706.23 322,796.67

8 Agustus 235,725.47 273,072.63 335,200.75

9 September 226,383.15 353,854 396,417

10 Oktober 195,698.98 233,404.41 326,835.01

11 November 215,149.95 319,278.62 279,542.04

12 Desember 236,070.39 216,118 211,210.23

Max 349,100.32 353,854.00 396,417.00

Min 195,698.98 210,549.61 211,210.23

Mean 256,860.21 272,811.04 287,932.95

Sumber: Diolah oleh Peneliti, 2019

Gambar 9. Pergerakan Kapitalisasi Perdagangan Government

Bonds Indonesia Perbulan Tahun 2015-2017

Sumber: Diolah oleh Peneliti, 2019

0.00

50,000.00

100,000.00

150,000.00

200,000.00

250,000.00

300,000.00

350,000.00

400,000.00

450,000.00

Kapitalisasi Perdagangan 2015 Kapitalisasi Perdagangan 2016

Kapitalisasi Perdagangan 2017

Page 105: repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/172235/1/Ulis Sa’adah.pdfCreated Date »Y 6S i >X8n l:ê'\â| kÐ ¬ ¥ð¥vúJytç¨& DY©Éºq

89

Tabel 11 tersebut menjelaskan nilai kapitalisasi perdagangan

Government Bonds Indonesia pada bulan Januari 2015 sampai dengan

Desember 2017 dalam Milyar Rupiah. Berdasarkan tabel 11 diatas

dapat diketahui bahwa nilai kapitalisasi perdagangan government

bonds Indonesia di tahun 2015 mempunyai nilai Maksimum sebesar

349,100.32. Nilai minimum kapitalisasi perdagangan government bonds

Indonesia adalah sebesar 195,698.98 , dan nilai rata-ratanya sebesar

256,860.21.

Berdasarkan tabel 11 diatas dapat diketahui bahwa nilai

kapitalisasi perdagangan government bonds Indonesia di tahun 2016

mempunyai nilai Maksimum sebesar 353,854. Nilai minimum

kapitalisasi perdagangan government bonds tahun 2016 di Indonesia

adalah sebesar 210,549.61. Nilai rata-ratanya sebesar 272,811.04.

Tabel 11 juga menunjukkan nilai maksimum, nilai minimum,

dan nilai rata-rata kapitalisasi perdagangan government bonds

Indonesia pada tahun 2017. Berdasarkan tabel tersebut dapat diketahui

bahwa nilai kapitalisasi perdagangan government bonds Indonesia di

tahun 2017 mempunyai nilai Maksimum sebesar 396,417. Nilai

minimum kapitalisasi perdagangan government bonds tahun 2017 di

Indonesia adalah sebesar 211,210.23, dan nilai rata-ratanya sebesar

287,932.95.

c. Frekuensi Perdagangan

Page 106: repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/172235/1/Ulis Sa’adah.pdfCreated Date »Y 6S i >X8n l:ê'\â| kÐ ¬ ¥ð¥vúJytç¨& DY©Éºq

90

Indikator Frekuensi perdagangan yang peneliti gunakan dalam

penelitian ini adalah frekuensi perdagangan government bonds

berdasarkan rata-rata bulanan di Indonesia. Nilai rata-rata, nilai

maksimum dan nilai minimum dari indikator government bonds

selama bulan Januari 2015 sampai dengan bulan Desember 2017 dapat

dilihat dalam tabel di bawah ini. Hasil penelitian tersebut peneliti olah

berdasarkan data yang bersumber dari website Bursa Efek Indonesia

(IDX).

Tabel 12. Analisis Deskriptif Frekuensi Prdagangan Government

Perdagangan Negara Indonesia Tahun 2015-2017

Sumber: Diolah oleh Peneliti, 2019

NO Frekuensi Perdagangan

Bulan 2015 2016 2017

1 Januari 16,119 13,556 13,129

2 Februari 13,876 19,768 12,780

3 Maret 11,810 16,323 20,076

4 April 21,284 32,549 16,162

5 Mei 10,457 13,699 15,215

6 Juni 11,841 16,196 12,081

7 Juli 9,104 14,387 17,091

8 Agustus 10,245 15,588 21,083

9 September 13,458 15,540 25,888

10 Oktober 10,775 11,977 18,339

11 November 10,119 15,481 14,942

12 Desember 19,351 16,724 12,601

Max 21,284 32,549 25,888

Min 9,104 11,977 12,081

Mean 13,203 16,816 16,616

Page 107: repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/172235/1/Ulis Sa’adah.pdfCreated Date »Y 6S i >X8n l:ê'\â| kÐ ¬ ¥ð¥vúJytç¨& DY©Éºq

91

Gambar 10. Pergerakan Frekuensi Perdagangan Government

Bonds Perbulan Tahun 2015 Sumber: Diolah oleh Peneliti, 2019

Tabel 12 tersebut menjelaskan nilai frekuensi perdagangan

Government Bonds Indonesia pada bulan Januari 2015 sampai dengan

Desember 2017. Berdasarkan tabel 12 diatas dapat diketahui bahwa

nilai frekuensi perdagangan government bonds Indonesia di tahun

2015 mempunyai nilai maksimum, nilai minimum, dan nilai rata-rata.

Nilai maksimum pada tahun 2015 sebesar 21,284. Nilai minimum

frekuensi perdagangan pada tahun 2015 government bonds Indonesia

adalah sebesar 9,104, dan nilai rata-ratanya sebesar 13,203.

Menurut tabel 12 diatas dapat diketahui juga bahwa nilai

frekuensi perdagangan government bonds Indonesia di tahun 2016

0

5,000

10,000

15,000

20,000

25,000

30,000

35,000

Jan

uar

i

Feb

ruar

i

Mar

et

Ap

ril

Mei

Jun

i

Juli

Agu

stu

s

Sep

tem

ber

Okt

ob

er

No

vem

ber

Des

emb

er

Frekuensi 2015

Frekuensi 2016

Frekuensi 2017

Page 108: repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/172235/1/Ulis Sa’adah.pdfCreated Date »Y 6S i >X8n l:ê'\â| kÐ ¬ ¥ð¥vúJytç¨& DY©Éºq

92

mempunyai nilai maksimum, nilai minimum, dan nilai rata-rata. Nilai

maksimum pada tahun 2016 sebesar 32,549. Nilai minimum frekuensi

perdagangan pada tahun 2016 government bonds Indonesia adalah

sebesar 11,977, dan nilai rata-ratanya sebesar 16,816.

Tabel 12 juga menunjukkan nilai maksimum, nilai minimum,

dan nilai rata-rata frekuensi perdagangan government bonds Indonesia

pada tahun 2017. Berdasarkan tabel 12 dapat diketahui bahwa nilai

frekuensi perdagangan government bonds Indonesia di tahun 2016

mempunyai nilai maksimum pada tahun 2016 sebesar 25,888. Nilai

minimum frekuensi perdagangan pada tahun 2016 government bonds

Indonesia adalah sebesar 12,081, dan nilai rata-ratanya sebesar 16,616.

C. Hasil Analisis dan Interpretasi Data

Data yang telah dikumpulkan tersebut kemudian diolah menggunakan

aplikasi smartPLS 3.2.8. Peneliti melakukan pengolahan data ini berdasarkan

data bulanan dari indikator-indikator variabel yang telah dijelaskan. Beberapa

data harus diolah dengan formula natural logaritm untuk mendapatkan satuan

data yang baik dan hasil yang reliable. Data yang diolah menggunakan

natural logaritm adalah exchange rate, Indeks Harga Saham Gabungan

(IHSG), volume perdagangan, kapitalisasi perdagangan, dan frekuensi

perdagangan. Hasil olah data tersebut adalah sebagai berikut.

1. Hasil Operasional

Page 109: repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/172235/1/Ulis Sa’adah.pdfCreated Date »Y 6S i >X8n l:ê'\â| kÐ ¬ ¥ð¥vúJytç¨& DY©Éºq

93

a. PLS Path Model Algoritm

Gambar 11 Hasil PLS Path Model Algoritm

Sumber: Hasil Olahan smartPLS, 2019

Berdasarkan gambar 11 tersebut, dapat diketahui bahwa indikator yang

akan dilanjutkan ke dalam perhitungan model bootstrapping adalah

interst rate, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), dan Kapitalisasi

Perdagangan.

Frekuensi

Volume

Exchange R.

Inflation

Page 110: repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/172235/1/Ulis Sa’adah.pdfCreated Date »Y 6S i >X8n l:ê'\â| kÐ ¬ ¥ð¥vúJytç¨& DY©Éºq

94

b. Evaluasi Outer Model

Evaluasi outer model pada penelitian ini meliputi evaluasi outer model

makroekonomi, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), dan

government Bonds.

1. Evaluasi Outer model Konstruk Makroekonomi

Gambar 12 Outer Model Makroekonomi

Sumber: Sumber: Diolah, 2019

Berdasarkan gambar 12 tersebut, dapat diketahui bahwa

hanya indikator interest rate yang mampu mengukur variabel

makroekonomi dengan koefisien yang lebih besar dari 0.5, yaitu

1.072. indikator exchange rate mempunyai koefisien sebesar

0.331, indikator inflation mempunyai koefisien sebesar -0.142.

hasil tersebut menunjukkan bahwa indikator exchange rate dan

inflation tidak termasuk indikator variabel makroekonomi.

2. Evaluasi Outer Model Konstruk Kinerja Indeks Harga Saham

Gabungan (IHSG)

Interest Rate

Inflation

Exchange Rate

Makroekonomi

0.331

-0.142

1.072

Page 111: repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/172235/1/Ulis Sa’adah.pdfCreated Date »Y 6S i >X8n l:ê'\â| kÐ ¬ ¥ð¥vúJytç¨& DY©Éºq

95

Gambar 13 Outer Model Kinerja IHSG

Sumber: Diolah, 2019

Berdasarkan gambar 13 tersebut, daoat diketahui bahwa

indikator pengukur variabel kinerja IHSG Indonesia mempunyai

koefisien 1.000. nilai koefisien tersebut lebih besar dari 0,5. Hasil

tersebut menunjukkan bahwa indikator Indeks Harga Saham

Gabungan (IHSG) dapat mengukur kinerja Indeks Harga Saham

Gabungan (IHSG) di Indonesia.

3. Evaluasi Outer Model Konstruk Government Bonds

Gambar 14 Outer Model Government Bonds

Sumber: Diolah, 2019

Kinerja

IHSG

Indeks Harga

Saham Gabungan

(IHSG)

1.000

Frekuensi

Perdagangan

Kapitalisasi

Perdagangan

Volume

Perdagangan

Government

Bonds

-1.924

-0.070

2.645

Page 112: repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/172235/1/Ulis Sa’adah.pdfCreated Date »Y 6S i >X8n l:ê'\â| kÐ ¬ ¥ð¥vúJytç¨& DY©Éºq

96

Berdasarkan gambar 14 tersebut, dapat diketahui bahwa

hanya indikator kapitalisasi perdagangan yang mampu mengukur

variabel government bonds dengan koefisien yang lebih besar dari

0.5, yaitu 2.645. Indikator volume perdagangan memiliki koefisien

sebesar -0.070, sedangkan indikator frekuensi perdagangan

memiliki koefisien sebesar -1.942. Hasil tersebut menunjukkan

bahwa indikator volume perdagangan dan frekuensi perdagangan

tidak termasuk indikator variabel government bonds Indonesia.

c. PLS Model Bootstrapping

Gambar 15 Hasil PLS Path Model Bootstrapping

Sumber: Hasil Olahan smartPLS, 2019

Page 113: repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/172235/1/Ulis Sa’adah.pdfCreated Date »Y 6S i >X8n l:ê'\â| kÐ ¬ ¥ð¥vúJytç¨& DY©Éºq

97

Tabel 14 Hasil Bootstrapping Model

Original

Sample

Sample

Mean

Standard

Deviation

T Statistic

Kinerja Indeks

Harga Saham

Gabungan (IHSG)

-> Government

Bonds

0.379 0.371 0.164 2.312

Makroekonomi ->

Government

Bonds

0.027 -0.023 0.177 0.154

Makroekonomi ->

Kinerja Indeks

Harga Saham

Gabungan (IHSG)

-0.394 -0.396 0.114 3.441

Sumber: Hasil Olahan smartPLS, 2019

Hasil bootstrapping pada gambar 15 dan tabel 14 tersebut

menjelaskan bahwa pengaruh antar variabel makroekonomi terhadap

kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan kinerja Indeks

Harga Saham gabungan (IHSG) terhadap government bonds pada

penelitian mempunyai t-statistic ≥ t-table. Nilai t-statistic

makroekonomi terhadap kinerja Indeks Harga Saham Gabungan

(IHSG) sebesar 3.441 dan kinerja Indeks Harga Saham Gabungan

(IHSG) terhadap government bonds sebesar 2.312. Berdasarkan hasil

operasional ini, maka dapat disimpulkan bahwa hipotesisi 1 dan

hipotesis 3 diterima.

d. Evaluasi Inner Model

Tujuan dari evaluasi inner model adalah untuk menguji

hipotesis penelitian yang telah diuraikan pada BAB II. Penelitian ini

Page 114: repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/172235/1/Ulis Sa’adah.pdfCreated Date »Y 6S i >X8n l:ê'\â| kÐ ¬ ¥ð¥vúJytç¨& DY©Éºq

98

memiliki tiga hipotesis, yaitu makroekonomi Indonesia berpengaruh

terhadap kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), hipotesis

kedua adalah makroekonomi indonesia berpengaruh terhadap

government bonds Indonesia, dan hipotesis yang ketiga adalah kinerja

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berpengaruh terhadap

governmnet bond Indonesia. Uji hipotesis ini dinilai berdasarkan hasil

dari t-statstic maisng-masing variebel penelitian. Nilai t-statistic yang

≥ 1.96 berarti menunjukkan bahwa variabel tersebut berpengaruh.

Gambar 16 Inner Model

Sumber: Data diolah, 2019

Kinerja Indeks

Harga Saham Gabungan (IHSG)

(Y1)

Government

Bonds

(Y2)

Makroekonomi

(X)

3.441 2.312

0.154

Page 115: repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/172235/1/Ulis Sa’adah.pdfCreated Date »Y 6S i >X8n l:ê'\â| kÐ ¬ ¥ð¥vúJytç¨& DY©Éºq

99

Gambar 16 dan tabel 14 menjelaskan pengaruh antar variabel

penellitian. Pengaruh ini ditunjukkan dengan nilai t-sttistic yang

dihasilkan setelah proses operasionalisasi bootstrapping. t-table dalam

penelitian ini adalah sebesar 1.96. Berdasarkan hasil bootstrapping

diatas, maka dapat diketahui bahwa variabel makroekonomi

memengaruhi kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dengan

nilai t-statistic sebesar 3.441. Variabel makroekonomi tidak

memengaruhi government bonds dengan nilai t-statistic sebesar 0.154,

dan variabel kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)

memengaruhi government bonds dengan nilai t-statistic sebesar 2.312.

Hasil operasionalisasi pada data ini menunjukkan bahwa hipotesis 1

dan hipotesis 3 diterima.

e. Persamaan Struktur Variabel Endogen

Berdasarkan hasil bootstrapping yang telah dijabarkan diatas, maka

model persamaan struktur variabel endogen adalah sebagai berikut:

1) Persamaan Struktur Variabel Kinerja Indeks Harga Saham

Gabungan (IHSG) (Y1)

Y1= b1X + ɛ1

Y1= 0.379 X+ ɛ1

2) Persamaan Struktur Variabel Government Bonds (Y2)

Y2= b2X + b3Y1 + ɛ1

Y2= 0.027 X + -0.394Y1 + ɛ1

f. Pengujian Goodness of Fit Model

Page 116: repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/172235/1/Ulis Sa’adah.pdfCreated Date »Y 6S i >X8n l:ê'\â| kÐ ¬ ¥ð¥vúJytç¨& DY©Éºq

100

Nilai R² untuk masing-masing variabel-variabel endogen adalah

sebagai berikut:

Tabel 30 Hasil R² Variabel Endogen

Kinerja Indeks Harga Saham Gabungan

(IHSG)

0.687

Government Bonds 0.224

Sumber: Data diolah, 2019

Berdasarkan tabel tersebut, nilai R² Kinerja Indeks Harga Saham

Gabungan (IHSG) sebesar 0.722 dan Government Bonds sebesar

0.121. Nilai predictive-relevance (Q²) dapat dihitung sebagai berikut:

Q² = 1- (1- R² 1) (1- R² 2)

Q² = 1- (1- 0.687) (1- 0.224)

Q² = 1- ( 0.313 X 0.776)

Q² = 1- 0.243

Q² = 0.757

Hasil perhitungan tersebut menunjukkan nilai predictive-relevance

(Q²) sebesar 0.757 atau sebesar 75,7 % dapat dijelaskn melalui model

penelitian ini. 0.243 atau 24,3 % adalah sisa dari predictive-relevance

(Q²) yang dijelaskan menggunakan variabel lain yang tidak termasuk

ke dalam model penelitian dan faktor error. Berdasarkan hasil

predictive-relevance (Q²) tersebut, dapat dimengerti bahwa pengaruh

antar variabel makroekonomi, kinerja Indeks Harga Saham Gabungan

Page 117: repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/172235/1/Ulis Sa’adah.pdfCreated Date »Y 6S i >X8n l:ê'\â| kÐ ¬ ¥ð¥vúJytç¨& DY©Éºq

101

(IHSG), dan government bonds dapat dijelaskan melalui penelitian ini

dengan tingkat ketepatan 75,7 %.

D. Pembahasan Hasil Hipotesis Penelitian

Pengaruh antar variabel telah dijelaskan pada BAB II sebelumnya.

Pembahasan hipotesis ini peneliti akan memberikan uraian yang lebih dalam

tentang pengaruh antar variabel dan masing-masing analisisnya.

H1 : Makroekonomi Indonesia berpengaruh terhadap Kinerja Indeks

Harga Saham (IHSG)

Berdasarkan hasil uji hipotesis, dapat diambil kesimpulan

bahwa makroekonomi Indonesia berpengaruh terhadap kinerja Indeks

Harga Saham Gabungan (IHSG), dengan t-statistic ≥ t-table, sebesar

3.441. Penelitian ini variabel makroekonomi dengan indikator interest

rate berpengaruh terhadap kinerja Indeks Harga Saham Gabungan

(IHSG) dengan indikator Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).

Pengaruh makroekonomi indonesia terhadap kinerja Indeks Harga

Saham Indonesia (IHSG) adalah negatif. Hal ini ditunjukkan oleh nilai

original sample sebeesar -0.394.

Hal ini menjadikan bahwa ketika makroekonomi Indonesia

dengan indikator interest rate menguat, maka akan diikuti oleh

penurunan kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dengan

indikator Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Penjelasan tersebut

memberikan pengertian bahwa Hipotesis 1 dalam penelitian ini

Page 118: repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/172235/1/Ulis Sa’adah.pdfCreated Date »Y 6S i >X8n l:ê'\â| kÐ ¬ ¥ð¥vúJytç¨& DY©Éºq

102

diterima, mendukung penelitian yang dilakukan oleh Harsono dan

Worokinasih (2018) menguji pengaruh Inflasi, Suku Bunga, dan nilai

tukar rupiah terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan

menyatakan bahwa inflasi, suku bunga, dan nilai tukar rupiah

berpengaruh signifikan terhadap Indeks Harga Saham Gabungan

(IHSG). Penelitin ini juga mendukung teori Keynes yang menyatakan

bahwa suku bunga ditentukan oleh permintaan dan penawaran uang.

Bahwa secara teori dengan kenaikan interest rate, investor lebih

memilih menyimpan uangnya di bank karena tanpa risiko (risk free),

sehingga permintaan terhadap saham di Bursa Efek Indonesia (BEI)

menurun. Investor akan lebih memilih dengan keuntungan yang lebih

besar diantara kedua hal tersebut untuk menginvestasikan uangnya.

H2 : Makroekonomi Indonesia berpengaruh terhadap Government Bonds

Indonesia

Berdasarkan hasil uji hipotesis, maka dapat diambil kesimpulan

bahwa pada penelitian ini hipotesis dua, yaitu makroekonomi

berpengaruh terhadap government bonds Indonesia ditolak. Hal ini

ditunjukkan oleh nilai t-statisti ≤ t-table sebesar 0.154, dan memiliki

nilai original sample sebesar 0.027. Penelitian yang dilakukan oleh

Sukanto (2009) menguji pengaruh suku bunga deposito, kurs rupiah-

USD, tingkat inflasi, IHSG dan volume transaksi terhadap harga

obligasi pemerintah RI (SUN) menyatakan bahwa Indeks Harga Saham

Gabungan, bunga deposito, dan kurs berpengaruh signifikan terhadap

Page 119: repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/172235/1/Ulis Sa’adah.pdfCreated Date »Y 6S i >X8n l:ê'\â| kÐ ¬ ¥ð¥vúJytç¨& DY©Éºq

103

harga obligasi pemerintah, sedangkan inflasi dan volume perdagangan

tidak berpengaruh signifikan terhadap harga obligasi pemerintah. Hasil

penelitian ini tidak mendukung peneliti sebelumnya yaitu sukanto

(2009).

Secara teori, pada umumnya tingkat suku bunga obligasi

pemerintah (government bonds) lebih tinggi dibandingkan dengan

tingkat suku bunga bank. Sepanjang tingkat suku bunga bank tidak

melebihi tingkat suku bunga obligasi pemerintah (government bonds),

maka investor lebih memilih obligasi pemerintah (government bonds).

Sehingga kenaikan tingkat suku bunga bank tidak berpengaruh terhadap

suku bunga obligasi pemerintah.

H3 : Kinerja Indeks Harga Saham (IHSG) berpengaruh terhadap

Government Bonds Indonesia

Berdasarkan hasil uji hipotesis, dapat diambil kesimpulan

bahwa kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berpengaruh

terhadap government bonds Indonesia, dengan mempunyai t-statistic ≥

t-table sebesar 2.312. Penelitian ini dengan variabel kinerja Indeks

Harga Saham Gabungan (IHSG) dengan indikator Indeks Harga Saham

Gabungan (IHSG) berpengaruh terhadap government bonds Indonesia

yang di proksikan dengan kapitalisasi. Kinerja Indeks Harga Saham

Gabungan (IHSG) terhadap government bonds adalah positif. Hal ini

ditunjukkan oleh nilai original sample sebesar 0.397. Hal ini

menjadikan bahwa ketika Kinerja Indeks Harga Saham Gabungan

Page 120: repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/172235/1/Ulis Sa’adah.pdfCreated Date »Y 6S i >X8n l:ê'\â| kÐ ¬ ¥ð¥vúJytç¨& DY©Éºq

104

(IHSG) Indonesia dengan indikator Indeks Harga Saham Gabungan

(IHSG) menguat, maka akan diikuti oleh kenaikan government bonds

Indonesia dengan indikator kapitalisasi perdagangan. Uraian diatas

menjelaskan bahwa hipotesis 3 diterima.

Analogi yang peneliti uraikan bahwa jika Indeks Harga Saham

Gabungan (IHSG) mengalami kenaikan maka government bonds juga

akan mengalami kenaikan, dan jika Indeks Harga Saham Gabungan

(IHSG) mengalami penurunan maka government bonds juga akan

mengalami penurunan. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)

berpengaruh terhadap government bonds disebabkan karena banyaknya

dana obligasi pemerintah yang di portofoliokan di lantai bursa. Waktu

harga saham mengalami kenaikan maka investor akan menjual

sahamnya yang dapat memengaruhi kenaikan Indeks harga Saham

Gabungan, ketika investor telah menjual saham tersebut maka investor

akan mengivetasikan uanganya dengan membeli obligasi, sehingga

government bonds akan mengalami kenaikan juga. Penelitian yang

dilakukan oleh Sukanto (2009) menguji pengaruh suku bunga deposito,

kurs rupiah-USD, tingkat inflasi, IHSG dan volume transaksi terhadap

harga obligasi pemerintah RI (SUN) menyatakan bahwa Indeks Harga

Saham Gabungan, bunga deposito, dan kurs berpengaruh signifikan

terhadap harga obligasi pemerintah, sedangkan inflasi dan volume

perdagangan tidak berpengaruh signifikan terhadap harga obligasi

pemerintah. Hasil penelitian ini mendukung peneliti sebelumnya yaitu

Page 121: repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/172235/1/Ulis Sa’adah.pdfCreated Date »Y 6S i >X8n l:ê'\â| kÐ ¬ ¥ð¥vúJytç¨& DY©Éºq

105

sukanto (2009) dan tidak mendukung teori yang dikemukakan oleh

Ardiansyah.

Page 122: repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/172235/1/Ulis Sa’adah.pdfCreated Date »Y 6S i >X8n l:ê'\â| kÐ ¬ ¥ð¥vúJytç¨& DY©Éºq

106

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh makroekonomi

dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terhadap Government Bonds.

pengukuran variabel makroekonomi didasarkan pada indikator nflation.

Interest rate, dan exchange rate. Pengukuran variabel government bonds

didasarkan pada indikator volume perdagangan, kapitalisasi perdagangan, dan

frekuensi perdagangan. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis dan

pembahasan BAB IV, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Pengujian Hipotesis 1: Makroekonomi dengan indikator interest rate

berpengaruh terhadap kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)

dengan indikator Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Hasil penelitian

ini menunjukkan bahwa Hipotesis 1 berpengaruh secara negatif antara

variabel Makroekonomi Indonesia dan kinerja Indeks Harga Saham

Gabungan (IHSG) Indonesia. Analogi dalam penelitian ini adalah bahwa

perubahan interset rate akan mampu mempengaruhi Indeks Harga Saham

Gabungan (IHSG) di indonesia. Hal ini menjadikan bahwa ketika

makroekonomi Indonesia dengan indikator interest rate menguat, maka

akan diikuti oleh penurunan kinerja Indeks Harga Saham Gabungan

(IHSG) dengan indikator Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Adanya

Page 123: repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/172235/1/Ulis Sa’adah.pdfCreated Date »Y 6S i >X8n l:ê'\â| kÐ ¬ ¥ð¥vúJytç¨& DY©Éºq

107

hal tersebut maka pemerintah harus berhati-hati dalam mengambil segala

kebijakan.

2. Pengujian Hipotesis 2: Makroekonomi Indonesia berpengaruh terhadap

government bonds Indonesia. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa

makroekonomi Indonesia tidak berpengaruh terhadap government bonds

Indonesia. Hipotesis 2 ini secara umum di tolak. Beberapa indikator

makroekonomi global tidak semuanya berpengaruh terhadap government

bonds. Hal ini menunjukkan bahwa Investor secara umum kurang

memperhatikan faktor makroekonomi dalam menginvestasikan dananya

dalam government bonds, karena investor secara umum lebih

mengutamakan capital gain dibandingkan dengan faktor makroekonomi.

3. Pengujian Hipotesis 3: Kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)

Indonesia berpengaruh terhadap government bonds Indonesia. Hasil

penelitian kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terhadap

government bonds yang di proksikan dengan kapitalisasi perdagangan

menyatakan bahwa kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)

berpengaruh secara positif terhadap government bonds Indonesia.

Contohnya adalah jika Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami

kenaikan maka government bonds juga akan mengalami kenaikan, dan jika

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami penurunan maka

government bonds juga akan mengalami penurunan. Hal ini menjadikan

bahwa perubahan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) akan mampu

mempengaruhi kenaikan dan penurunan government bonds.

Page 124: repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/172235/1/Ulis Sa’adah.pdfCreated Date »Y 6S i >X8n l:ê'\â| kÐ ¬ ¥ð¥vúJytç¨& DY©Éºq

108

B. Saran

1. Saran Akademis

a. Bagi Pengembang Akademik

BAB II sebelumnya telah dijelaskan teor-teori yang berkaitan

dalam penelitian ini. Peneliti masih susah menemukan literatur

buku dengan tahun terbit yang masih baru sehingga peneliti masih

terbatasi dengan hal tersebut karena kurang dapat untuk dijadikan

landasan teori dalam penelitian. Berdasarkan hal tersebut, maka

peneliti berharap akan segera ada literatur-literatur buku dengan

tahun terbit terbaru yang berhubunngan dengan penelitian ini.

Literatur berupa buku yang menjelaskan pengaruh kinerja Indeks

Harga Saham Gabungan (IHSG) terhadap government bonds juga

belum ditemukan, sehingga peneliti berharap agar segera

disediakan literatur buku yang menjelaskan tentang pengaruh

kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terhadap

government bonds.

b. Bagi Peneliti Selanjutnya

Objektif dari penelitian adalah menilai government bonds dengan

melakukan pengujian pengaruh dari makroekonomi Indonesia.

Hasil penelitian yang telah diuraikan sebelumnya menjelaskan

bahwa makroekonomi tidak berpengaruh terhadap government

bonds. Peneliti telah menguaikan pembahasan atas tidak adanya

pengaruh antar variabel ini. Secara umum, tidak adanya pengaruh

Page 125: repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/172235/1/Ulis Sa’adah.pdfCreated Date »Y 6S i >X8n l:ê'\â| kÐ ¬ ¥ð¥vúJytç¨& DY©Éºq

109

makroekonomi terhadap government bonds adalah karena investor

tidak memperhatikan faktor ekonomi dan lebih mengutamakan

cpital gain yang didapatkan. Uraian tersebut sekaligus dapat

menjadi saran untuk peneliti selanjutnya agar dapat ditambahkan

kriteria sampel penelitian yang berkaitan dengan makroekonomi.

Penambahan kriteria sampel ini diharapkan akan dapat lebih

menjelaskan dan menjawab tentang pengaruh makroekonomi

terhadap government bonds di Indonesia. Saran yang saya berikan

dari penelitian ini untuk peneliti selanjutnya adalah agar peneliti

selanjutnya lebih memperhatikan kriteria pemilihan indikator pada

variabel makroekonomi. Makroekonomi menjelaskan keadaan

perekonomian secara luas yang dapat mempengaruhi banyak

golongan dalam suatu negara. Makroekonomi ini mempunyai

cakupan yang luas, sehingga harus di proksikan ke dalam

indikator-indikator makroekonomi yang kuat dan berkaitan dengan

kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan government

bonds. Indikator-indikator makroekonomi yang dipilih dan sesuai

harus benar-benar dapat memproksikan makroekonomi sehingga

dapat memberikan hasil penelitian yang lebih baik (signifikan).

2. Saran bagi Investor

Hasil penelitian menjelaskan bahwa makroekonomi berpengaruh

terhadap kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).

Makroekonomi ini diukur dari tingkat interest rate. Saran yang dapat

Page 126: repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/172235/1/Ulis Sa’adah.pdfCreated Date »Y 6S i >X8n l:ê'\â| kÐ ¬ ¥ð¥vúJytç¨& DY©Éºq

110

peneliti berikan adalah agar investor ketika berinvestasi dalam saham

untuk terlebih dahulu mempertimbangkan interest rate ketika akan

melakukan keputusan investasi. Makroekonomi adalah faktor yang

cukup krusial dalam pertimbangan pengambilan keputusan. Peneliti

mengharapkan untuk investor agar dapat lebih memperhatikan faktor-

faktor ekonomi tersebut, karena dengan memperhatikan faktor-faktor

tersebut dapat menjadi pengambilan keputusan investasi yang paling

tepat dan memberikan keuntungan seperti yang diharapkan oleh

investor.

3. Saran bagi Pemerintah

a. Bagi Bank Sentral

Hasil penelitian menunjukkan bahwa makroekonomi berpengaruh

terhadap kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di

Indonesia. Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa secara tidak

langsung inflation, interet rate, dan exchange rate berpengaruh

terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Berdasarkan

hasil penelitian ini maka diharapkan Bank Indonesia selaku

pemegang kendali utama makroekonomi untuk selalu

memperhatikan, teliti dan berhati-hati dalam mengambil keputusan

kebijakan-kebijakan makroekonomi, agar dapat memberikan

manfaat yang baik untuk pemerintah, masyarakat dan investor

dalam berinvestasi saham di Bursa Efek Indonesia.

b. Bagi Bursa Efek Indonesia

Page 127: repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/172235/1/Ulis Sa’adah.pdfCreated Date »Y 6S i >X8n l:ê'\â| kÐ ¬ ¥ð¥vúJytç¨& DY©Éºq

111

Hasil penelitian menjelaskan bahwa kinerja Indeks Harga Saham

Gabungan (IHSG) berpengaruh terhadap government bonds di

Indonesia. Berdasarkan hasil penelitian ini diharapkan dapat

memberikan wawasan baru bagi dunia investasi. Bursa Efek

Indonesia sebagai pemegang kendali kinerja Indeks Harga Saham

Gabungan (IHSG) di Indonesia agar dapat lebih memperhatikan

dan teliti dengan kebijakan-kebijakan yang diambilnya. Dampak

dari pengambilan kebijakan tersebut akan dapat mempengaruhi

kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang nantinya akan

memberikan dampak terhadap government bonds di Indonesia.

Page 128: repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/172235/1/Ulis Sa’adah.pdfCreated Date »Y 6S i >X8n l:ê'\â| kÐ ¬ ¥ð¥vúJytç¨& DY©Éºq

112

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Abdillah, W. dan Jogiyanto HM. 2015. Partial Least Square (PLS). Yogyakarta: C.V.

Andi Offset

Boediono. 2017. Ekonomi Moneter. Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta

Bodie, Kane, dan Marcus. 2014. Manajemen Portofolio dan Investasi Edisi 9 Buku 1.

Jakarta: Salemba Empat

Darmadji, T. dan Hendy M. Fakhruddin. 2012. Pasar Modal di Indonesia Pendekatan

Tanya Jawab Edisi 3. Jakarta: Salemba Empat

Halim, Abdul. 2015. Analisis Investasi dan Aplikasinya dalam Aset Keuangan dan

Aset Riil. Jakarta: Salemba Empat

Halim, Abdul. 2015. Analisis Investasi di Aset Keuanngan. Jakarta: Mitra Wacana

Media

Hadi, Nor, 2013. Pasar Modal Acuan Teoritis dan Praktis Investasi di Instrumen

Keuangan Pasar Modal. Yogyakarta: Graha Ilmu

Hanafi, Mahmud M. 2015. Manajemen Keuangan Buku 1. Yogyakarta: BPFE-

Yogyakarta

Hartono, Jogiyanto. 2017. Teori Portofolio dan Aanalisis Investasi Edisi Kesebelas.

Irham, Fahmi. 2014. Studi Kelayakan Bisnis dan Keputusan Investasi. Jakarta: Mitra

Wacana Media

Machfudz, M. dan Nurhadi Sujoni. 2016. Teori Ekonomi Makro. Malang: UIN-

Maliki Press

Mankiw, Gregory; Euston Quah dan P. Wilson. 2012. Pengatar Ekonomi Makro.

Jakarta: Salemba Empat

Page 129: repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/172235/1/Ulis Sa’adah.pdfCreated Date »Y 6S i >X8n l:ê'\â| kÐ ¬ ¥ð¥vúJytç¨& DY©Éºq

114

Mishkin, Frederic S. 2010. The Economic of Money, Banking, and Financial

Markets: Ekomomi Uang, Perbankan, dan Pasar Keuangan Edisi 8 Buku 1.

Jakarta: Salemba Empat

Nasarudin, Irsan. dkk. 2010. Aspek Hukum Pasar Modal Indonesia. Jakarta: Kencana

Prenadamedia Group

Natsir, M. 2014. Ekonomi Moneter & Kebanksentralan. Jakarta: Mitra Wacana

Media

Putong, Iskandar. 2013. Economics Pengantar Mikro dan Makro. Jakarta: Mitra

Wacana Media

Rahardja, M. dan Mandala Manurung. 2008. Teori Ekonomi Makro Suatu Pengantar

Edisi Keempat. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas

Indonesia

Rivai, Veithzal. dkk. 2013. Financial Institution Management (Manajemen

Kelembagaan Keuangan). Depok: Rajagrafindo Persada

Sagir, Soeharsono. 2009. Ekonomi Indonesia. Jakarta: Kencana Prenada Media

Group

Samsul, Mohamad. 2015. Pasar Modal dan Manajemen Portofolio. Jakarta: Erlangga

Silvanita, Ktut. 2009. Bank dan Lembaga Keuangan. Jakarta: Erlangga

Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:

Alfabeta

Sukirno, Sadono. 2015. Makroekonomi Teori Pengantar. Jakarta: PT Rajagrafindo

Persada

Sutedi, Adrian. 2009. Aspek Hukum Obligasi dan Sukuk. Jakarta: Sinar Grafika

Tavinayati dan Yulia Qomariyanti. 2013. Hukum Pasar Modal di Indonesia. Jakarta:

Sinar Grafika

Widarjono, Agus. 2015. Analisis Multivariat Terapan: Dengan Program SPSS,

AMOS, dan SmartPLS. Yogyakarta: UPP STIM YKPN

Zubir, Zalmi. 2012. Potofolio Obligasi. Jakarta: Salemba Empat

Page 130: repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/172235/1/Ulis Sa’adah.pdfCreated Date »Y 6S i >X8n l:ê'\â| kÐ ¬ ¥ð¥vúJytç¨& DY©Éºq

115

Jurnal

Sukanto, Eman. 2009. Pengaruh Suku Bunga Deposito, Kurs Rupiah-USD, Tingkat

Inflasi IHSG dan Volume Transaksi tehadap Harga Obligasi Pemerintah RI

(SUN). Jepara: Fokus Ekonomi Vol 4, No. 2

Kewal, Suci Suramaya. 2012. Pengaruh Inflasi, Suku Bunga, Kurs, dan Pertumbuhan

PDB terhadap Indeks Harga Saham Gabungan. Palembang: Jurnal Economia

Vol 8, No.1

Harsono, Ardelia Rezeki dan Saparila Worokinarsih. 2018. Pengaruh Inflasi, Suku

Bunga, dan Nilai Tukar Rupiah terhadap Indeks Harga Saham Gabungan.

Malang: Jurnal Administrasi Bisnis Vol 60, No.2

Agustin, Harisatul, Suhadak dan Ari Darmawan. 2018. Pengaruh Macroeconomic

dan Economic Activity ASEAN terhadap Kinerja IHSG Indonesia. Malang:

Jurnal Administrasi Bisnis Vol 55, No. 3

Website

Indeks Pasar dan government bonds dalam Bursa Efek Indonesia (www.idx.co.id)

diakses pada 16 Desember 2018

Bank Indonesia, 2015-2017. “BI Rate” diakses pada 10 Januari 2019 dari

https://www.bi.go.id/id/moneter/bi-7day-RR/data/Contents/Default.aspx

, 2015-2017. “Inflasi” diakses pada 10 Januari 2019 dari

https://www.bi.go.id/id/moneter/inflasi/data/Default.aspx

Kemendag, 2015-2017. “Informasi kurs” diakses pada 10 Januari 2019 dari

http://www.kemendag.go.id/id/economic-profile/economic-

indicators/exchange-rates

Yahoo Finance, 2015-2017. “Historical Price”, diakses pada tanggal 18 Januari 2019

dari http://finance.yahoo.com

Page 131: repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/172235/1/Ulis Sa’adah.pdfCreated Date »Y 6S i >X8n l:ê'\â| kÐ ¬ ¥ð¥vúJytç¨& DY©Éºq

116

Lampiran 1

1. Data bulanan Per Indikator

No N Inflation Exchange

Rate Interest Rate IHSG

Volume

(dalam Milyar

Rupiah)

Kapitalisasi

(dalam Milyar

Rupiah)

Frekuensi

1 Jan-15 0.0696 12,625 0.078 5,289.40 327,961 339,894.04 16,119

2 Feb-15 0.0629 12,863 0.08 5,450.29 306,247 327,209.84 13,876

3 Mar-15 0.0638 13,084 0.08 5,518.68 288,528 302,583.81 11,810

4 Apr-15 0.0679 12,937 0.08 5,086.43 221,702 229,105.44 21,284

5 Mei-15 0.0715 13,211 0.08 5,216.38 224,268 227,755.99 10,457

6 Jun-15 0.0726 13,332 0.08 4,910.66 352,387 349,100.32 11,841

7 Jul-15 0.0726 13,481 0.08 4,802.53 195,202 197,645.12 9,104

8 Ags-15 0.0718 14,027 0.08 4,509.61 238,715 235,725.47 10,245

9 Sep-15 0.0683 14,657 0.08 4,223.91 236,678 226,383.15 13,458

10 Okt-15 0.0625 13,639 0.08 4,455.18 202,045 195,698.98 10,775

11 Nov-15 0.0489 13,840 0.08 4,446.46 221,383 215,149.95 10,119

12 Des-15 0.0335 13,795 0.08 4,593.01 239,386 236,070.39 19,351

13 Jan-16 0.041 13,846 0.0725 4,615.16 233,258 230,405.29 13,556

14 Feb-16 0.044 13,395 0.07 4,770.96 282,960 283,998.65 19,768

15 Mar-16 0.045 13,276 0.0675 4,845.37 319,358 325,835.65 16,323

16 Apr-16 0.036 13,204 0.0675 4,838.58 299,645 310,938.48 32,549

17 Mei-16 0.033 13,615 0.0675 4,796.87 204,232 210,549.61 13,699

18 Jun-16 0.035 13,180 0.065 5,016.65 281,446 290,570.92 16,196

19 Jul-16 0.032 13,094 0.065 5,215.99 210,769 225,706.23 14,387

Page 132: repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/172235/1/Ulis Sa’adah.pdfCreated Date »Y 6S i >X8n l:ê'\â| kÐ ¬ ¥ð¥vúJytç¨& DY©Éºq

117

Lanjutan Lampiran 1

No N Inflation Exchange

Rate Interest Rate IHSG

Volume

(dalam Milyar

Rupiah)

Kapitalisasi

(dalam Milyar

Rupiah)

Frekuensi

20 Ags-16 0.028 13,300 0.065 5,386.08 253,572 273,072.63 15,588

21 Sep-16 0.031 12,998 0.065 5,364.80 515,088 353,854 15,540

22 Okt-16 0.033 13,051 0.065 5,422.54 226,991 233,404.41 11,977

23 Nov-16 0.036 13,563 0.065 5,148.91 314,301 319,278.62 15,481

24 Des-16 0.030 13,436 0.065 5,296.71 212,890 216,118 16,724

25 Jan-17 0.0349 13,343 0.0475 5,294.10 222,959 224,865.79 13,129

26 Feb-17 0.0383 13,347 0.0475 5,386.69 224,676 227,629.06 12,780

27 Mar-17 0.0361 13,321 0.0475 5,568.11 368,897 379,023 20,076

28 Apr-17 0.0417 13,327 0.0475 5,685.30 245,388 254,438.20 16,162

29 Mei-17 0.0433 13,321 0.0475 5,738.16 272,339 282,862.17 15,215

30 Jun-17 0.0437 13,319 0.0475 5,829.71 206,362 214,375.43 12,081

31 Jul-17 0.0388 13,323 0.0475 5,840.94 313,285 322,796.67 17,091

32 Ags-17 0.0382 13,351 0.045 5,864.06 320,191 335,200.75 21,083

33 Sep-17 0.0372 13,492 0.0425 5,900.85 375,224 396,417 25,888

34 Okt-17 0.0358 13,572 0.0425 6,005.78 312,466 326,835.01 18,339

35 Nov-17 0.033 13,514 0.0425 5,952.14 266,928 279,542.04 14,942

36 Des-17 0.0361 13,548 0.0425 6,355.65 198,350 211,210.23 12,601

Page 133: repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/172235/1/Ulis Sa’adah.pdfCreated Date »Y 6S i >X8n l:ê'\â| kÐ ¬ ¥ð¥vúJytç¨& DY©Éºq

118

1. Inflation

a. Inflation Tahun 2015

Sumber: Bank Indonesia (BI)

b. Inflation Tahun 2016

Sumber: Bank Indonesia (BI)

Page 134: repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/172235/1/Ulis Sa’adah.pdfCreated Date »Y 6S i >X8n l:ê'\â| kÐ ¬ ¥ð¥vúJytç¨& DY©Éºq

119

c. Inflation Tahun 2017

Sumber: Bank Indonesia (BI)

Page 135: repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/172235/1/Ulis Sa’adah.pdfCreated Date »Y 6S i >X8n l:ê'\â| kÐ ¬ ¥ð¥vúJytç¨& DY©Éºq

120

2. Interest Rate

a. Interset Rate 2015

Sumber: Bank Indonesia (BI)

Page 136: repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/172235/1/Ulis Sa’adah.pdfCreated Date »Y 6S i >X8n l:ê'\â| kÐ ¬ ¥ð¥vúJytç¨& DY©Éºq

121

b. Interset Rate 2016

Sumber: Bank Indonesia (BI)

Page 137: repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/172235/1/Ulis Sa’adah.pdfCreated Date »Y 6S i >X8n l:ê'\â| kÐ ¬ ¥ð¥vúJytç¨& DY©Éºq

122

c. Interset Rate 2017

Sumber: Bank Indonesia (BI)

Page 138: repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/172235/1/Ulis Sa’adah.pdfCreated Date »Y 6S i >X8n l:ê'\â| kÐ ¬ ¥ð¥vúJytç¨& DY©Éºq

123

3. Exchange Rate

a. Exchange rate 2015

2015

USD JPY GBP CHF SGD MYR HKD AUD CAD

Januari 12,625.00 10,699.16 19,035.36 13,687.16 9,338.36 3,481.33 1,628.57 9,829.84 10,002.38

Februari 12,863.00 10,784.32 19,841.20 13,503.07 9,480.40 3,561.69 1,658.64 10,011.94 10,284.64

Maret 13,084.00 10,894.72 19,357.14 13,515.85 9,508.03 3,523.84 1,687.25 10,002.74 10,310.90

April 12,937.00 10,888.36 19,959.22 13,761.33 9,795.19 3,640.64 1,669.19 10,334.75 10,753.96

Mei 13,211.00 10,682.04 20,254.45 14,014.77 9,806.28 3,626.41 1,703.93 10,129.55 10,635.17

Juni 13,332.00 10,895.72 20,969.92 14,380.36 9,894.62 3,526.99 1,719.77 10,217.66 10,733.88

Juli 13,481.00 10,873.97 21,035.77 13,928.81 9,813.65 3,532.76 1,739.04 9,845.85 10,372.79

Agustus 14,027.00 11,574.88 21,645.08 14,605.41 9,937.31 3,343.76 1,809.88 10,005.47 10,593.21

September 14,657.00 12,232.01 22,208.30 15,081.56 10,274.45 3,297.05 1,891.21 10,270.17 10,916.89

Oktober 13,639.00 11,279.84 20,894.28 13,792.10 9,732.43 3,168.19 1,759.84 9,685.75 10,364.78

November 13,840.00 11,273.58 20,791.85 13,420.64 9,783.70 3,239.71 1,785.75 9,939.21 10,342.64

Desember 13,795.00 11,452.42 20,451.11 13,951.29 9,751.19 3,209.65 1,779.83 10,064.16 9,948.09

Sumber: Kementerian Perdagangan Indonesia

Page 139: repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/172235/1/Ulis Sa’adah.pdfCreated Date »Y 6S i >X8n l:ê'\â| kÐ ¬ ¥ð¥vúJytç¨& DY©Éºq

124

b. Exchange rate 2016

2016

USD JPY GBP CHF SGD MYR HKD AUD CAD

Januari 13,846.00 11,675.04 19,875.26 13,645.45 9,707.31 3,329.58 1,776.71 9,826.51 9,863.94

Februari 13,395.00 11,814.79 18,562.80 13,446.12 9,492.61 3,164.06 1,722.69 9,540.61 9,899.14

Maret 13,276.00 11,818.24 19,057.71 13,746.86 9,830.09 3,389.34 1,712.12 10,162.13 10,221.75

April 13,204.00 12,301.68 19,335.96 13,693.58 9,832.09 3,394.79 1,702.07 10,090.50 10,533.30

Mei 13,615.00 12,256.39 19,998.40 13,726.91 9,873.82 3,310.65 1,752.57 9,852.51 10,448.97

Juni 13,180.00 12,831.02 17,682.30 13,454.52 9,770.57 3,278.21 1,698.77 9,816.47 10,186.27

Juli 13,094.00 12,587.98 17,270.35 13,369.42 9,699.27 3,228.71 1,688.30 9,872.22 9,965.76

Agustus 13,300.00 12,917.02 17,425.01 13,530.73 9,758.26 3,283.56 1,714.55 10,012.92 10,161.99

September 12,998.00 12,873.78 16,847.37 13,456.22 9,521.66 3,136.59 1,676.08 9,911.63 9,879.91

Oktober 13,051.00 12,444.94 15,896.78 13,198.19 9,371.68 3,103.33 1,682.95 9,916.81 9,726.49

November 13,563.00 12,080.17 16,925.95 13,403.53 9,525.59 3,037.98 3,037.98 10,151.91 10,102.80

Desember 13,436.00 11,540.48 16,507.50 13,177.76 9,298.92 2,996.10 1,732.47 9,724.31 9,971.43

Sumber: Kementerian Perdagangan Indonesia

Page 140: repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/172235/1/Ulis Sa’adah.pdfCreated Date »Y 6S i >X8n l:ê'\â| kÐ ¬ ¥ð¥vúJytç¨& DY©Éºq

125

c. Exchange rate 2017

2017

USD JPY GBP CHF SGD MYR HKD AUD CAD

Januari 13,343.00 11,774.10 16,700.77 13,420.20 9,402.12 3,012.31 1,719.86 10,100.00 10,189.39

Februari 13,347.00 11,856.10 16,592.33 13,229.92 9,495.26 3,003.38 1,719.64 10,254.51 10,119.80

Maret 13,321.00 11,884.74 16,639.94 13,308.36 9,532.04 3,009.38 1,714.34 10,185.92 9,986.51

April 13,327.00 11,990.65 17,203.84 13,406.77 9,545.54 3,064.74 1,713.09 9,955.95 9,769.10

Mei 13,321.00 11,988.49 17,080.20 13,652.07 9,612.85 3,113.85 1,709.69 9,930.14 9,895.26

Juni 13,319.00 12,000.73 16,867.86 13,697.75 9,590.65 3,109.74 1,707.67 10,051.20 9,997.37

Juli 13,323.00 12,061.93 17,499.78 13,763.44 9,819.08 3,114.68 1,706.15 10,636.43 10,687.48

Agustus 13,351.00 12,084.00 17,242.15 13,851.74 9,826.32 3,126.34 1,706.13 10,546.63 10,560.41

September 13,492.00 11,980.12 18,099.53 13,889.24 9,926.07 3,190.74 1,727.12 10,577.73 10,842.61

Oktober 13,572.00 12,001.59 17,913.01 13,625.84 9,969.89 3,206.62 1,739.61 10,431.45 10,573.81

November 13,514.00 12,066.62 18,205.40 13,739.34 10,033.79 3,307.80 1,730.80 10,251.73 10,507.75

Desember 13,548.00 12,021.84 18,218.01 13,842.15 10,133.52 3,335.31 1,732.87 10,557.28 10,778.91

Sumber: Kementerian Perdagangan Indonesia

Page 141: repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/172235/1/Ulis Sa’adah.pdfCreated Date »Y 6S i >X8n l:ê'\â| kÐ ¬ ¥ð¥vúJytç¨& DY©Éºq

126

4. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)

a. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) 2015

Sumber: Yahoo Finance

Page 142: repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/172235/1/Ulis Sa’adah.pdfCreated Date »Y 6S i >X8n l:ê'\â| kÐ ¬ ¥ð¥vúJytç¨& DY©Éºq

127

b. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) 2016

Sumber: Yahoo Finance

Page 143: repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/172235/1/Ulis Sa’adah.pdfCreated Date »Y 6S i >X8n l:ê'\â| kÐ ¬ ¥ð¥vúJytç¨& DY©Éºq

128

c. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) 2017

Sumber: Yahoo Finance

Page 144: repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/172235/1/Ulis Sa’adah.pdfCreated Date »Y 6S i >X8n l:ê'\â| kÐ ¬ ¥ð¥vúJytç¨& DY©Éºq

129

5. Government Bonds

a. Volume, Kapitalisasi, Frekuensi Perdagangan 2015

Sumber: Bursa Efek Indonesia (BEI)

b. Volume, Kapitalisasi, Frekuensi Perdagangan 2016

Sumber: Bursa Efek Indonesia (BEI)

Page 145: repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/172235/1/Ulis Sa’adah.pdfCreated Date »Y 6S i >X8n l:ê'\â| kÐ ¬ ¥ð¥vúJytç¨& DY©Éºq

130

c. Volume, Kapitalisasi, Frekuensi Perdagangan 2017

Sumber: Bursa Efek Indonesia (BEI)

Sumber: Bursa Efek Indonesia (BEI)

Page 146: repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/172235/1/Ulis Sa’adah.pdfCreated Date »Y 6S i >X8n l:ê'\â| kÐ ¬ ¥ð¥vúJytç¨& DY©Éºq

131

Lampiran 2 Statistik Depskriptif

a. Inflation

No. Inflation Rate (%)

Tahun Rata-rata Maksimum Minimum

1. 2015 0.064 0.703 0.034

2. 2016 0.035 0.045 0.028

3. 2017 0.038 0.044 0.033

b. Interest Rate

No. Interest Rate (%)

Tahun Rata-rata Maksimum Minimum

1. 2015 0.075 0.078 0.075

2. 2016 0.067 0.073 0.065

3. 2017 0.046 0.048 0.043

c. Exchange Rate

No. Exchange Rate (USD)

Tahun Rata-rata Maksimum Minimum

1. 2015 13,458 14,657 12,625

2. 2016 13,330 13,846 12,998

3. 2017 13,398 13,572 13,319

d. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)

No. IHSG

Tahun Rata-rata Maksimum Minimum

1. 2015 4,875 5,519 4,224

2. 2016 5,060 5,423 4,615

3. 2017 5,785 6,356 5,294

Page 147: repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/172235/1/Ulis Sa’adah.pdfCreated Date »Y 6S i >X8n l:ê'\â| kÐ ¬ ¥ð¥vúJytç¨& DY©Éºq

132

e. Volume Perdagangan

No. Volume Perdagangan (dalam Milyar Rupiah)

Tahun Rata-rata Maksimum Minimum

1. 2015 254,542 352,387 195,202

2. 2016 279,543 515,088 204,232

3. 2017 277,255 375,224 198,350

f. Kapitalisasi Perdagangan

No. Kapitalisasi Perdagangan (dalam Milyar Rupiah)

Tahun Rata-rata Maksimum Minimum

1. 2015 256,860.21 349,100.32 195,698.98

2. 2016 272,811.04 353,854 210,549.61

3. 2017 287,932.95 396,417 211,210.23

g. Frekuensi Perdagangan

No. Frekuensi Perdagangan

Tahun Rata-rata Maksimum Minimum

1. 2015 13,203 21,284 9,104

2. 2016 16,816 32,549 11,977

3. 2017 16,616 25,888 12,081

Page 148: repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/172235/1/Ulis Sa’adah.pdfCreated Date »Y 6S i >X8n l:ê'\â| kÐ ¬ ¥ð¥vúJytç¨& DY©Éºq

133

Lampiran 3 Hasil Operasionalisasi Data

A. PLS Path Model

Sumber: Hasil Operasionalisasi smartPLS, 2019

B. Path Coefficient

Makroekonomi Indeks Harga

Saham Gabungan

(IHSG)

Government

Bonds

Government

Bonds

Kinerja Indeks

Harga Saham

Gabungan

(IHSG)

0.508

Makroekonomi 0.042 -0.829

Sumber: Hasil Operasionalisasi smartPLS, 2019

C. R Square

R Square R Square Adjust

Government Bonds 0.224 0.177

Indeks Harga Saham Gabungan

(IHSG)

0.687 0.678

Sumber: Hasil Operasionalisasi smartPLS, 2019

Frekuensi

Volume

Exchange R.

Inflation

Page 149: repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/172235/1/Ulis Sa’adah.pdfCreated Date »Y 6S i >X8n l:ê'\â| kÐ ¬ ¥ð¥vúJytç¨& DY©Éºq

134

D. PLS Bootstrapping

Sumber: Hasil Operasionalisasi smartPLS, 2019

E. Path Coefficient

Original

Sample

(O)

Sample

Mean

(M)

Standard

Deviation

(STDEV)

T Statistics

(ǀO/STDEVǀ)

P

Values

Indeks Harga Saham

Gabungan (IHSG) ->

Government Bonds

0.379 0.371 0.164 0.312 0.021

Makroekonomi ->

Government Bonds

0.027 0.023 0.177 0.154 0.878

Makroekonomi ->

Indeks Harga Saham

Gabungan (IHSG)

-0.394 -0.396 0.114 3.441 0.001

Sumber: Hasil Operasionalisasi smartPLS, 2019

Page 150: repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/172235/1/Ulis Sa’adah.pdfCreated Date »Y 6S i >X8n l:ê'\â| kÐ ¬ ¥ð¥vúJytç¨& DY©Éºq

135

Lampiran 4 Alur Analisis Data

Sumber: Diolah 2019

Data Sampel

Penelitian

PLS Algorithm

Evaluasi Outer

Model

Level

sign. >

0.5

Dihilangkan

Tidak

PLS

Bootstrappi

ng (Level

sign. 1.96)

Evaluasi

Inner Model

Goodness of

Fit

Ya

Page 151: repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/172235/1/Ulis Sa’adah.pdfCreated Date »Y 6S i >X8n l:ê'\â| kÐ ¬ ¥ð¥vúJytç¨& DY©Éºq

136

Lampiran 5. Tabel Kesimpulan

1. Hipotesis 1 : Makroekonomi Indonesia berpengaruh terhadap Kinerja

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Indonesia.

Negara Indikator

Makroekon

omi

Indikator

Kinerja

IHSG

t-statistic Original

Sample

Kesimpulan

Indonesia Interest

Rate

IHSG 3.441 -0.394 Berpengaruh

Negatif

2. Hipotesis 2 : Makroekonomi Indonesia berpengaruh terhadap

government bonds Indonesia

Negara Indikator

Makroekon

omi

t-statistic Original

Sample

Kesimpulan

Indonesia Interest

Rate

0.154 0.027 Tidak Berpengaruh

3. Hipotesis 3 : Kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Indonesia

berpengaruh terhadap government bonds Indonesia

Negara Indikator

Kinerja

IHSG

t-statistic Original

Sample

Kesimpulan

Indonesia IHSG 2.312 0.379 Berpengaruh Positif

Page 152: repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/172235/1/Ulis Sa’adah.pdfCreated Date »Y 6S i >X8n l:ê'\â| kÐ ¬ ¥ð¥vúJytç¨& DY©Éºq

137

Lampiran 6