Upload
others
View
2
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PENGARUH MAKROEKONOMI
TERHADAP KINERJA INDEKS HARGA
SAHAM GABUNGAN (IHSG) DAN
GOVERNMENT BONDS
(Studi pada Negara Indonesia Tahun 2015-2017)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana
pada Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya
ULIS SA’ADAH
NIM. 155030200111094
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI
JURUSAN ADMINISTRASI BISNIS
KONSENTRASI KEUANGAN
MALANG
2019
ii
MOTTO
” من جد وجد “
“Barangsiapa yang bersungguh-sungguh, maka ia akan mendapatkan”
“Nothing is Imposible”
vi
ABSTRAK
Ulis Sa’adah, 2019, Pengaruh Makroekonomi terhadap Kinerja Indeks
Harga Saham Gabungan (IHSG) dan Government Bonds (Studi pada Negara
Indonesia Tahun 2015-2017), Prof. Dr. Suhadak, M.Ec, 137 Hal + xvi.
Makroekonomi dan pasar modal memiliki peranan yang sangat penting
untuk kemajuan ekonomi suatu negara. Kebijakan makroekonomi akan
berdampak pada pergerakan pasar modal. Pasar modal merupakan tempat untuk
investor menyalurkan dana yang mempunyai kelebihan dana kepada pihak yang
kekurangan dana. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) merupakan trend pasar
yang menggambarkan kecenderungan suatu harga saham, dan Indeks harga saham
akan selalu dilihat oleh investor ketika akan melakukan investai di suatu bursa.
Adanya investasi menjadikan suatu industri dalam suatu negara tersebut akan
berkembang, maju, dan lebih produktif. Investasi tersebut dapat berupa saham dan
obligasi (Bond), obligasi (Bond) terdapat dua jenis yaitu obligasi perusahaan
(Corporate Bonds) dan obligasi pemerintah (Government Bonds).
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah explanatory
research. Lokasi penelitian dilakukan di negara Indonesia. Data yang digunakan
adalah data sekunder mengenai inflation, interest rate, exchange rate, IHSG,
volume perdagangan, kapitalisasai perdagangan, dan frekuensi perdagangan. Data
yang digunakan merupakan data bulanan (monthly) selama bulan Januari 2015
sampai dengan Desember 2017. Teknik analisis data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah Part Least Square (smartPLS 2.3.8). Uji pada Part Least
Square merupakan analisis jalur dengan variabel laten. Uji pada Part Least
Square untuk penelitian ini didasarkan pada evaluasi outer model dan inner
model. Pengujian hipotesis menggunakan hasil t-satistic pada hasil coefficient
path pada uji bootstrapping.
Hasil dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa makroekonomi
berpengaruh terhadap kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).
Makroekonomi tidak berpengaruh terhadap government bonds. Kinerja Indeks
Harga Saham Gabungan (IHSG) berpengaruh terhadap government bonds.
Kata kunci: Makroeknomi, Kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG),
Government Bonds, t-statistic, Indonesia.
vii
ABSTRACT
Ulis Sa’adah, 2019, The Influence Macroecconomic on the Performance
of Composite Stock Price Index (CSPI) and Government Bonds (Study on the
State of Indonesia Year 2015-2017), Prof. Dr. Suhadak, M.Ec, 137 Pages + xvi.
Macroeconomic and capital markets have a very important role for the
economic progress of a country. Macroeconomic policies will have an impact on
capital market movements. The capital market is a place for investors to channel
funds that have excess funds to those who lack funds. The Composite Stock Price
Index (CSPI) is a market trend that describes the tendency of a stock price, and
the stock price index will always be seen by investors when they will invest in an
exchange. The existence of investment makes an industry in a country will
develop, advance, and be more productive. The investment can be in the form of
stocks and bonds (Bonds), bonds (Bonds) have two types, namely Corporate
Bonds and Government Bonds.
The type of research used in this study is explanatory research. The
location of the study was conducted in Indonesia. The data used are secondary
data on inflation, interest rate, exchange rate, CSPI, trading volume, trade
capital, and frequency of trade. The data used is monthly data during January
2015 to December 2017. The data analysis technique used in this study is Part
Least Square (smartPLS 2.3.8). Test on Part Least Square is a path analysis with
latent variables. The test on Part Least Square for this study is based on the
evaluation of the outer model and inner model. Hypothesis testing uses the results
of t-satistic on the path coefficient results in the bootstrapping test.
The results in this study can be concluded that macroeconomics has an
effect on the performance of the Composite Stock Price Index (CSPI).
Macroeconomics does not affect the government bonds. The performance of the
Composite Stock Price Index (CSPI) affects the government bonds.
Kata kunci: Macroeconomic, Performance of Composite Stock Price Index
(CSPI), Government Bonds, t-statistic, Indonesia.
viii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbil Alamin, puji syukur peneliti panjatkan kepada Allah
S.W.T atas rahmat dan karunianya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi
yang berjudul “Pengaruh Makroekonomi terhadap Kinerja Indeks Harga
Saham Gabungan (IHSG) dan Government Bonds (Studi pada Negara
Indonesia Periode 2015-2017)”. Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan
untuk memenuhi salah satu syarat dalam memperoleh gelar sarjana Ilmu
Administrasi Bisnis (S.AB) pada Fakultas Ilmu Administrasi Universitas
Brawijaya Malang. Peneliti menyadari bahwa selama penyusunan skripsi ini tidak
terlepas dari bantuan, bimbingan, dukungan, dan doa dari berbagai pihak, oleh
sebab itu peneliti dengan ketulusan hati ingin mengucapkan terimakasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Bambang Supriyono, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu
Administrasi Bisnis Universitas Brawijaya.
2. Bapak Dr. Mochammad Al Musadieq, MBA selaku Ketua Jurusan
Administrasi Bisnis, Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya.
3. Bapak Mohammad Iqbal, S.Sos, MIB, DBA selaku Sekretaris Jurusan
Administrasi Bisnis, Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya.
4. Ibu Nila Firdausi Nuzula, S.Sos, M.Si, Ph.D selaku Ketua Program Studi
Administrasi Bisnis Jurusan Administrasi Bisnis, Fakultas Ilmu Administrasi
Universitas Brawijaya.
ix
5. Bapak Prof., Dr., Drs Suhadak, M.Ec., selaku Komisi Pembimbing yang
dengan sabar memberikan bimbingan dan arahan sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini.
6. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Administrasi Bisnis Universitas Brawijaya
yang telah memberikan ilmu yang bermanfaat bagi peneliti.
7. Ibu, Bapak, Adik dan seluruh keluarga yang tiada henti memanjatkan doa,
motivasi, dan dukungan kepada peneliti sehingga peneliti tiada pernah merasa
letih dan terus berjuang.
8. Teman-teman FIA Bisnis 2015 yang telah memberikan semangat, dukungan,
dan doa selama peneliti menyusun skripsi.
9. Teman-teman yang dari semester satu hingga saat ini selalu memberikan
semangat, dukungan, dan doa kepada peneliti.
10. Teman-teman satu bimbingan yang selalu memberikan semangat, dukungan,
dan doa selama penyusunan skripsi ini.
11. Teman-teman lainnya yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu yang telah
memberikan bantuan, dukungan, dan doa selama peneliti menyusun skripsi.
12. Semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu yang telah
memberikan dukungan, motivasi, dan doa kepada peneliti.
Ucapan terimakasih setulus-tulusnya yang dapat peneliti berikann atas segala
bentuk dukugan, bantuan, doa dan motivasi yang telah diberikan kepada peneliti.
Semoga allah SWT senanttiasa memberikan rahmat dan anugerahnya kepada
pihak-pihak tersebut. Peneliti menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam
penulisan skripsi ini, oleh sebab itu peneliti mengaharapkan kritik dan saran untuk
x
menyempurnakan skripsi ini. Peneliti berharap semoga skripsi ini dapat
bermanfaat bagi pihak yang membutuhkan.
Malang, 08 Juli 2019
Penulis
xi
DAFTAR ISI
Halaman
MOTTO ...........................................................................................................ii
TANDA PERSETUJUAN SKRIPSI ................................................................iii
TANDA PENGESAHAN SKRIPSI............................................................... .iv
PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI ..................................................v
ABSTRAK ...................................................................................................... vi
ABSTRACT....................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR..................................................................................... viii
DAFTAR ISI ......................................................................................................xi
DAFTAR TABEL............................................................................................ xiv
DAFTAR GAMBAR........................................................................................ xv
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................... xvi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .............................................................................. 1 B. Rumusan Masalah ......................................................................... 7
C. Tujuan Penelitian .......................................................................... 7
D. Kontribusi Penelitian .....................................................................7
E. Sistematika Penelitian.................................................................... 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Penelitian Terdahulu ............................................................ 11
B. Makroekonomi ..................................................................... 18
1. Inflasi (Inflation) ............................................................ 18
2. Suku Bunga (Interest Rate) ............................................. 21
3. Nilai Tukar (Exchange Rate) .......................................... 22
C. Investasi ............................................................................... 25
1. Pengertian Investasi ........................................................ 25
2. Tujuan Investasi ............................................................. 26
3. Jenis-jenis Investasi ........................................................ 26
D. Pasar Modal ......................................................................... 27
1. Pengertian Pasar Modal .................................................. 27
2. Jenis-jenis Pasar Modal .................................................. 28
3. Manfaat Pasar Modal ..................................................... 30
4. Fungsi Pasar Modal ........................................................ 31
5. Instrumen Pasar Modal ................................................... 33
E. Saham ................................................................................. 34
1. Definisi Saham ............................................................... 35
2. Jenis-Jenis Saham ........................................................... 35
3. Harga Saham .................................................................. 36
xii
F. Kinerja Indeks Harga Saham ............................................... 37
1. Fungsi Indeks Saham ...................................................... 37
2. Jenis-Jenis Indeks Harga Saham ..................................... 37
3. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ......................... 38
G. Obligasi ................................................................................ 38
1. Pengertian Obligasi ........................................................ 38
2. Jenis-jenis Obligasi ......................................................... 40
3. Karakteristik Obligasi .................................................... 45
4. Nilai Obligasi ................................................................. 45
5. Harga Obligasi................................................................ 46
6. Hasil Obligasi (Bond Yield) ............................................ 46
7. Risiko Obligasi ............................................................... 48
H. Government Bonds .............................................................. 49
1. Volume Perdagangan ..................................................... 49
2. Kapitalisasi Perdagangan ................................................ 49
3. Frekuensi Perdagangan .................................................. 50
I. Pengaruh Antar Variabel ..................................................... 51
1. Pengaruh Makroekonomi terhadap Kinerja Indeks Harga
Saham Gabungan (IHSG) ..................................................51
2. Pengaruh Makroekonomi terhadap Government Bonds ... 53
3. Pengaruh Kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)
terhadap Government Bonds ............................................ 54
J. Model Konsep dan Hipotesis ............................................... 56
1. Model Konsep ............................................................... 56
2. Model Hipotesis ............................................................. 57
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian ................................................................... 58
B. Lokasi Penelitian ................................................................. 59
C. Populasi dan Sampel ........................................................... 59
1. Populasi ........................................................................ 59
2. Sampel .......................................................................... 60
D. Variabel dan Pengukurannya ............................................... 60
E. Definisi Operasional Variabel ............................................. 62
1. Makroekonomi ............................................................. 62
2. Kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ........... 63
3. Government Bonds ....................................................... 63
F. Teknik Pengumpulan Data .................................................. 65
G. Jenis dan Sumber Data ........................................................ 65
H. Analisis Data ....................................................................... 66
1. Variabel dalam PLS ....................................................... 67
2. Inner dan Outer Model .................................................. 67
3. Model Pengukuran Formatif dan Reflektif ..................... 68
4. Evaluasi Model .............................................................. 69
5. Persamaan Struktur Variabel endogen ........................... 71
xiii
I. PLS Path Model Penelitian .................................................. 72
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian .................................... 73
B. Deskripsi Variabel Penelitian .............................................. 74
1. Makroekonomi ............................................................. 74
2. Kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ........... 81
3. Government Bonds ....................................................... 84
C. Hasil Analisis dan Interpretasi Data ..................................... 92
1. PLS Model Algoritm ..................................................... 92
2. Evaluasi Outer Model .................................................. 94
3. PLS Model Bootstrapping............................................. 96
4. Evaluasi Inner Model .................................................... 97
5. Persamaan Struktur Variabel Endogen .......................... 99
6. Pengujian Goodness of Fit Model ................................. 99
D. Pembahasan Hipotesis Hasil Penelitian.................................101
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ....................................................................... 106
B. Saran ................................................................................. 108
1. Saran Akademis ................................................ 108
2. Saran bagi Investor ........................................... 109
3. Saran bagi Pemerintah ...................................... 110
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 112
LAMPIRAN ................................................................................................. 116
xiv
DAFTAR TABEL
No. Judul Halaman
1 Data Government Bonds Ownership Profile 2015-2017 ............................3
2 Penelitian Terdahulu .............................................................................. 14
3 Skala Penilaian Inflasi dan Definisinya ................................................. 20
4 Peringkat Obligasi Menurut S&P ........................................................... 48
5 Variabel dan Pengukuran ....................................................................... 61
6 Inflation Rate Indonesia Tahun 2015-2017 ............................................. 75
7 Interest Rate Indonesia Tahun 2015-2017 .............................................. 77
8 Exchange Rate Indonesia Tahun 2015-2017 ........................................... 80
9 IHSG Tahun 2015 .................................................................................. 82
10 Volume Perdagangan Government Bonds Tahun 2015-2017.................. 85
11 Kapitalisasi Perdagangan Government Bonds Tahun 2015-2017 ............ 87
12 Frekuensi Perdagangan Government Bonds Tahun 2015-2017 ............... 90
13 Hasil Bootstrapping Model .................................................................... 97
14 Hasil R² Variabel Endogen................................................................... 100
xv
DAFTAR GAMBAR
No. Judul Halaman
1 Model Konseptual .................................................................................. 56
2 Model Hipotesis .................................................................................... 57
3 Model Penelitian ................................................................................... 72
4 Inflation Rate Indonesia Tahun 2015-2017 ............................................. 76
5 Interest Rate Indonesia Tahun 2015-2017 ............................................. 78
6 Exchange Rate Indonesia Tahun 2015-2017 ........................................... 80
7 IHSG Tahun 2015-2017 ......................................................................... 83
8 Volume Perdagangan Tahun 2015-2017................................................. 86
9 Kapitalisasi Perdagangan Tahun 2015-2017 .......................................... 88
10 Frekuensi Perdagangan Tahun 2015-2017 .............................................. 91
11 Hasil PLS Path Algoritm ........................................................................ 93
12 Outer Model Makroekonomi.................................................................. 94
13 Outer IHSG ........................................................................................... 95
14 Outer Government Bonds ....................................................................... 95
15 Hasil PLS Path Model Bootstrapping .................................................... 96
16 Inner Model ........................................................................................... 98
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
No. Judul Halaman
Lampiran 1 Data Bulanan Per Indikator .......................................................... 116
Lampiran 2 Statistik Deskriptif ...................................................................... 131
Lampiran 3 Hasil Operasionalisasi Data .......................................................... 133
Lampiran 4 Alur Analisis Data ........................................................................ 135
Lampiran 5 Tabel Kesimpulan Penelitian ........................................................ 136
Lampiran 6 Curiculum Vitae ........................................................................... 137
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Secara umum pasar modal adalah tempat atau sarana bertemunya
pembeli dan penjual untuk melakukan permintaan dan penawaran atas
instrumen keuangan dalam jangka panjang, umumnya lebih dari satu tahun.
Undang-undang Pasar Modal nomor 8 Tahun 1995 mendefinisikan pasar
modal sebagai “ Kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan
perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang
diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek”. Pasar
modal memiliki beberapa instrumen yang disebut sebagai efek atau surat
berharga. Surat berharga tersebut adalah berupa saham, obligasi, bukti right,
bukti waran serta produk turunan (derivative). Diantara instrumen pasar modal
tersebut salah satu yang banyak diminati masyarakat selain saham adalah
obligasi.
Pasar obligasi memiliki peran penting sebagai salah satu alternatif
sumber pembiayaan di masa pertumbuhan ekonomi dunia di saat ini.
“Obligasi (bond) merupakan sekuritas yang diterbitkan dalam kaitannya
dengan pengaturan pinjaman. Peminjam menerbitkan (atau menjual) obligasi
kepada pemberi pinjaman demi sejumlah uang tunai” (Bodie, 2014:459).
2
Perkembangan pasar obligasi di Indonesia memperlihatkan peningkatan yang
berarti sebagai alat investasi dalam instrumen keuangan.
Perusahaan yang membutuhkan dana untuk mengembangkan bisnisnya
juga mulai melirik alternatif obligasi, karena penerbitan obligasi lebih mudah
dan fleksibel dibandingkan dengan prosedur pinjaman di bank. Menurut
Zubir (2012:1) dijelaskan bahwasanya “Obligasi adalah surat utang yang
diterbitkan oleh pemerintah atau perusahaan untuk mendapatkan dana. Pihak
penerbit obligasi tersebut akan membayarkan sejumlah bunga atau sering juga
disebut sebagai Coupont”.
Pihak yang dapat menerbitkan obligasi selain perusahaan atau
korporasi adalah negara atau pemerintah juga dapat menerbitkan obligasi yang
dikenal dengan obligasi negara (Government Bonds). Obligasi pemerintah
(government bonds) merupakan bagian dari surat utang negara yang
diterbitkan oleh Pemerintah Republik Indonesia. Zubir menjelaskan (2012:3)
bahwa “Obligasi Pemerintah (Government Bonds) adalah surat utang
pemerintah kepada pihak lain yang akan digunakan untuk mendanai
pembangunan”. Obligasi pemerintah (Government Bonds) dipandang
mempunyai resiko yang lebih rendah dibandingkan dengan obligasi korporasi
atau perusahaan. Awalnya, masalah government bonds digunakan untuk
memenuhi kebutuhan perbankan sebagai konsekuensi krisis ekonomi yang
terjadi pada tahun 1997 dan selain itu government bonds digunakan untuk
menutup anggaran defisit pemerintah.
3
Pemerintah memandang perlu untuk terus-menerus mengembangkan
pasar obligasi di Indonesia melalui Direktorat Jenderal Pengelolaan Surat
Utang dan Bapepam. Government bonds dimiliki oleh berbagai macam
kalangan yan terdiri dari masyarakat umum, bank, pihak asing dan lainnya.
Seperti pada tabel dibawah ini profil yang memiliki government bonds di
indonesia.
Tabel 1. Government Bonds Ownership Profile 2015-2017
No Institution %
2015 2016 2017
1 Comm. Bank 23.95% 22.53% 39,8 %
2 Bank Indonesia 10.19% 7.57% 23,4 %
3 Mutual Fund 4.21% 4.83% 9,4 %
4 Insurance 11.74% 13.43% 6,8 %
5 Foreign 38.21% 37.55% 7,2 %
6 Pension Fund 3.41% 4.92% 5,6 %
7 Individual 2.91% 3.26% 5,0 %
8 Others 5.39% 5.91% 2,9 %
Total 100.00% 100.00% 100,00 %
Sumber: www.idx.com, data diolah
Tabel 1 menunjukkan Akhir tahun 2015 bahwa investor asing,
lembaga perbankan, dan perusahaan asuransi mendominasi kepemilikan
obligasi di pasar surat berharga pemerintah domestik. Selama tahun 2015,
total kepemilikan asing di pasar surat berharga domestik mencakup 38,21%
dari total obligasi pemerintah. Sementara kepemilikan lembaga perbankan di
4
pasar surat berharga domestik mencatat 23,95% pada tahun 2015. Porsi
kepemilikan perusahaan asuransi juga mencatat 11,74% pada tahun 2015.
Akhir tahun 2016 , investor asing, perbankan lembaga, dan perusahaan
asuransi adalah tiga lembaga yang mendominasi kepemilikan obligasi di
dalam negeri pasar surat berharga pemerintah dengan porsi kepemilikan
37,55%, 22,53%, dan 13,43% masing-masing. Selanjutnya, kepemilikan
obligasi surat berharga pemerintah untuk “Lembaga Keuangan Non-Bank”
seperti reksadana, dana pensiun, dan asuransi juga mencatat peningkatan yang
terutama didorong oleh peraturan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) terkait
dengan porsi minimum untuk Lembaga Keuangan Non-Bank untuk
berinvestasi di pasar sekuritas pemerintah domestik.
Akhir Desember 2017, investor asing, komersial bank, dan dana
pensiun adalah tiga institusi teratas yang mendominasi pasar obligasi
domestik. Mereka memegang porsi kepemilikan 39,8%, 23,4%, dan 9,4%
masing-masing. Dengan kata lain, pada tahun 2017, totalnya investor asing,
bank komersial dan pensiun kepemilikan dana di pasar obligasi pemerintah
domestik tumbuh sebesar 25,58%, 23,07% dan 126,94% dibandingkan dengan
Desember 2016.
Obligasi merupakan investasi jangka panjang. Pemegang obligasi
dapat memperjualbelikan obligasinya kepada pihak lain sebelum obligasi
tersebut jatuh tempo sesuai dengan nilai harga pasar. Harga obligasi di pasar
dapat lebih tinggi atau lebih rendah dari nilai parinya. Banyak faktor
makroekonomi yang mempengaruhi nilai obligasi (bond). Faktor yang
5
mempengaruhi perubahan nilai obligasi di pasar adalah perubahan suku
bunga deposito.
Suku bunga mempunyai dampak pada kesehatan perekonomian secara
keseluruhan karena suku bunga tidak hanya mempengaruhi masyarakat untuk
mengonsumsi atau menabung tetapi juga mempengaruhi keputusan untuk
berinvestasi. Perubahan suku bunga mempunyai dampak penting terhadap
individu, bisnis, lembaga keuangan, dan perekonomian secara keseluruhan.
Menurut Sukanto (2009) dalam penelitiannya menyatakan “Tingkat suku
bunga deposito berpengaruh negatif terhadap harga obligasi pemerintah”.
Artinya, jika tingkat suku bunga itu lebih tinggi maka para investor akan
lebih memilih untuk menempatkan dananya di deposito dan jika tingkat suku
bunga deposito lebih rendah maka para investor akan memilih untuk membeli
obligasi pemerintah (government bonds).
Makroekonomi selain suku bunga (interest rate) yang mempengaruhi
obligasi adalah Inflasi. Inflasi menggambarkan keadaan dimana harga-harga
secara umum mengalami kenaikan dan banyaknya uang yang beredar.
Menurut Mishkin (2011:13) “Inflasi (inflation) yaitu kenaikan tingkat harga
yang terjadi secara terus-menerus, memengaruhi individu, pengusaha dan
pemerintah”. Teori investasi menjelaskan bahwa jika inflasi mengalami
kenaikan maka masayarakat akan lebih memilih untuk konsumsi daripada
berinvestasi. Sehingga daya beli obligasi juga akan menurun. Nilai tukar
(exchange rate) adalah salah satu makroekonomi yang dapat mempengaruhi
permintaan obligasi di indonesia. Jika kurs rupiah terhadap USD turun maka
6
permintaan obligasi akan meningkat. Dan begitu juga sebaliknya jika kurs
rupiah terhadap USD naik maka permintaan obligasi akan menurun
dikarenanakan masyarakat akan lebih memilih berinvestasi terhadap USD.
“Pergerakan nilai tukar di pasar dipengaruhi oleh faktor fundamental
dan non fundamental. Faktor fundamental tercermin dari variabel-
variabel ekonomi makro, seperti pertumbuhan ekonomi, laju inflasi,
perkembangan ekspor impor, dan sebagainya. Sementara itu faktor
fundamental antara lain berupa sentimen pasar terhadap perkembangan
sosial politik, faktor psikologi para pelaku pasar dalam
“memperhitungkan” informasi, rumors atau perkembangan lain dalam
menentukan nilai tukar sehari-hari.” (Rival, 2013:62)
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) atau Jakarta Composite Index,
merupakan salah satu indeks pasar saham yang digunakan oleh Bursa Efek
Indonesia. Indeks harga saham gabungan mencerminkan transaksi yang terjadi
pada saham-saham di bursa. Menurut Hadi (2013:188) menjelaskan
bahwasanya “ Indeks harga saham gabungan (Composite Stock Price Index =
CSPI) merupakan suatu nilai yang untuk mengukur kinerja kerja saham yang
tercatat di suatu bursa efek”. Sukanto (2009) dalam penelitiannya
menunjukkan Indeks Harga Saham Gabungan berpengaruh terhadap harga
obligasi pemerintah Indonesia. Hal ini disebabkan banyaknya dana obligasi
pemerintah yang diportofoliokan pemerintah pada lantai bursa. Berdasarkan
latar belakang yang telah dijelaskan tersebut, akhirnya peneliti mengambil
judul “Pengaruh Makroekonomi terhadap Kinerja Indeks Harga Saham
Gabungan (IHSG) dan Government Bonds (Studi pada Negara Indonesia
tahun 2015-2017)”.
7
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan di atas, maka rumusan
masalah dari penelitian ini adalah :
1. Apakah Makroekonomi berpengaruh terhadap Kinerja Indeks Harga
Saham Gabungan (IHSG)?
2. Apakah Makroekonomi berpengaruh terhadap Government Bonds?
3. Apakah Kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berpengaruh
terhadap Government Bonds?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan, maka tujuan dari
penelitian ini adalah :
1. Mengetahui dan menjelaskan pengaruh Makroekonomi terhadap
Kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).
2. Mengetahui dan menjelaskan pengaruh Makroekonomi terhadap
Government Bonds.
3. Mengetahui dan menjelaskan pengaruh Kinerja Indeks Harga Saham
Gabungan (IHSG) terhadap Government Bonds.
D. Kontribusi Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi baik dalam aspek
akademis maupun aspek praktis:
8
1. Kontribusi Akademis
a. Penelitian ini diharapkan dapat membantu dan menambah
pengetahuan para akademisi mengenai pasar modal khususnya
dalam bidang obligasi pemerintah (Government Bond).
b. Dapat digunakan sebagai referensi ataupun pembanding dalam
mengerjakan tugas atau penelitian yang berkaitan dengan
makroekonomi, Indeks Harga Saham Gabungan dan obligasi
pemerintah (Government Bonds).
2. Aspek Praktis
a. Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai tambahan
informasi dan bahan masukan bagi perusahaan atau korporasi dan
masyarakat luas untuk lebih memahami dan dapat memecahkan
permasalahan yang berkaitan dengan obligasi, khususnya adalah
yang bersangkutan dengan obligasi pemerintah (Government
Bonds).
b. Penilitian ini diharapkan dapat menjadi acuan investor dan calon
investor dalam mengambil keputusan investasi di pasar modal
khususnya di obligasi pemerintah (Government Bonds).
c. Penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan untuk masukan dan
acuan untuk penelitian selanjutnya.
E. Sistematika Pembahasan
9
Dalam sistematika pembahasan ini akan menjelaskan gambaran tentang
penulisan skripsi. Sistematika pembahasan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut :
BAB I: PENDAHULUAN
Bab ini menjelaskan tentang latar belakang, rumusan masalah,
tujuan penelitian, kontribusi penelitian dan sistematika
pembahasan.
BAB II: TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini menjelaskan mengenai kajian teoritis dari para ahli yang
dapat dijadikan acuan dalam melakukan penelitian serta
menggunakan penelitian terdahulu sebagai bahan pembanding,
selain itu dijelaskan konsep penelitian yang digunakan.
BAB III: METODE PENELITIAN
Bab ini mengemukakan metode yang dipergunakan dalam
penelitian diantaranya jenis penelitian, lokasi penelitian, variabel
dan pengukuran, populasi dan sampel, teknik pengumpulan data,
jenis dan serta analisis data.
BAB IV: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab ini berisi tentang penyajian data yang terdiri dari gambaran
umum obyek penelitian, dekripsi variabel penelitian, hasil analisis
dan interpretasi data, dan pembahasan hipotesis hasil penelitian
yang digunakan untuk menjawab rumusan masalah yang
dikemukakan sebelumnya.
10
BAB V: PENUTUP
Bab ini bersifat tentang kesimpulan dari hasil penelitian dan saran-
saran yang mendukung bagi investor dan pihak lain.
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu yang dijadikan referensi dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Sukanto (2009)
Penelitian berjudul “Pengaruh Suku Bunga Deposito, Kurs
Rupiah-USD, Tingkat Inflasi, IHSG dan Volume Transaksi terhadap
Harga Obligasi Pemerintah RI (SUN)”. Penelitian ini dilakukan di
Pusat Manajemen Obligasi Negara (PMON) Bursa Efek Indonesia,
dan Bank Indonesia pada tahun 2003-2006. Variabel yang digunakan
peneliti meliputi harga obligasi, bunga deposito, kurs, inflasi, IHSG,
volume. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah
regresi berganda. Uji yang dilakukan adalah Uji T. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa Indeks Harga Saham Gabungan berpengaruh
signifkan positif terhadap harga obligasi pemerintah, bunga deposito
dan Kurs berpengaruh signifikan negatif terhadap harga obligasi
pemerintah Indonesia, inflasi dan volume transaksi obligasi pemerintah
tidak berpengaruh siginifikan terhadap harga obligasi pemerintah.
2. Kewal (2012)
12
Penelitian berjudul “Pengaruh Inflasi, Suku Bunga, Kurs, dan
Pertumbuhan PDB terhadap Indeks Harga Saham Gabungan”.
Penelitian ini dilakukan di Bursa Efek Indonesia, Bank Indonesia, dan
Biro Statistik Indonesia, dan Biro Statistik Indonesia pada tahun 2000-
2009. Variabel yang digunakan dalam mengukur kinerja IHSG
menggunakan empat variabel makroekonomi, yaitu: inflation, interest
rate, exchange rate, dan tingkat pertumbuhan GDP (Growth Domestic
Product). Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah
regresi linear berganda. Uji yang dilakukan adalah Uji T dan Uji F.
Hasil penelitian menemukan bahwa hanya exchange rate yang
berpengaruh secara signifikan terhadap IHSG. Variabel inflation,
interest rate, dan pertumbuhan GDP tidak berpengaruh terhadap
IHSG.
3. Agustin (2018)
Penelitian berjudul “Pengaruh Macroeconomic dan Economic
Activity ASEAN terhadap Kinerja IHSG Indonesia”. Penelitian ini
dilakukan di dilakukan di negara Singapura, Malaysia, Thailand,
Filipina, dan Brunei Darussalam melalui website IEconomics,
International Trade Centre, International Financial Statistic, Yahoo
Finance dan didukung oleh beberapa data dari website Bank Sentral
masing-masing negara sampel. Variabel yang digunakan dalam
mengukur kinerja IHSG menggunakan tiga variabel makroekonomi,
yaitu: inflation, exchange rate, dan interest rate. Metode analisis yang
13
digunakan dalam penelitian ini adalah teknik Partial Least Square
(PLS) menggunakan software statistik smartPLS 3.2.7. Hasil penelitian
menemukan bahwa Macroeconomic Thailand berpengaruh terhadap
Kinerja IHSG Indonesia dan macroeconomic ASEAN berpengaruh
Kinerja IHSG Indonesia. Pada negara Singapura, Malaysia, Filipina,
dan Brunei Darussalam hasil penelitian menunjukkan bahwa
macroeconomic tidak berpengaruh terhadap Kinerja IHSG Indonesia.
4. Harsono dan Worokinasih (2018)
Penelitian dengan judul “Pengaruh Inflasi, Suku Bunga, dan
Nilai Tukar Rupiah terhadap Indeks Harga Saham Gabungan”.
Penelitian ini dilakukan di Bursa Efek Indonesia dan Bank Indonesia
dengan pendekatan metode regresi linear berganda. Uji yang dilakukan
adalah Uji T dan Uji F. Penelitian ini dilakukan pada periode tahun
2013-2017. Variabel yang digunakan peneliti meliputi inflasi, suku
bunga, nilai tukar rupiah dan indeks harga saham gabungan. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa variabel inflasi secara parsial
berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap Indeks Harga Saham
Gabungan (IHSG), variabel suku bunga dan nilai tukar secara parsial
berpengaruh negatif signifikan terhadap Indeks Harga Saham
Gabungan (IHSG). Secara simultan variabel inflasi, suku bunga, dan
nilai tukar rupiah berpengaruh signifikan terhadap Indeks Harga
Saham Gabungan (IHSG).
14
Tabel 4. Penelitian Terdahulu
No. Peneliti
(Tahun) Judul Penelitian Hasil Penelitian
Perbedaan Penelitian
Penelitian Terdahulu Penelitian Ini
1. Sukanto
(2009)
Pengaruh Suku Bunga
Deposito, Kurs Rupiah-
USD, Tingkat Inflasi,
IHSG dan Volume
Transaksi terhadap
Harga Obligasi
Pemerintah RI (SUN)
Hasil penelitian
menunjukkan bahwa
Indeks Harga Saham
Gabungan bunga
deposito dan kurs
berpengaruh signifikan
terhadap harga obligasi
pemerintah. Sedangkan
inflasi dan volume
perdagangan tidak
berpengaruh signifikan
terhadap harga obligasi
pemerintah.
1. Menggunakan
variabel suku bunga
deposito, kurs
rupiah-USD, tingkat
inflasi
2. Penelitian dilakukan
di pusat manajemen
obligasi negara
(PMON), Bank
Indonesia, dan
Bursa Efek
Indonesia
3. Penelitian dilakukan
menggunakan
metode regresi linier
berganda
4. Peneilitian
dilakukan pada
tahun 2003-2006
1. Menggunakan
variabel
makroekonomi
dengan indikator
inflation, interest
rate, exchange rate
dan variabel
Government Bonds
dengan indikator
volume,
kapitalisasi, dan
frekuensi
2. Penelitian
dilakukan di
Indonesia
3. Penelitian
dilakukan
menggnakan
metode PLS
(Partial Least
Square) versi 3.2.8
4. Penelitian
dilakukan pada
tahun 2015-2017
15
Lanjutan Tabel 4
No. Peneliti
(Tahun) Judul Penelitian Hasil Penelitian
Perbedaan Penelitian
Penelitian Terdahulu Penelitian Ini
2. Kewal
(2012)
Pengaruh Inflasi, Suku
Bunga, Kurs, dan
Pertumbuhan PDB
terhadap Indeks Harga
Saham Gabungan
Hasil penelitian
menunjukkan bahwa
hanya exchange rate
yang berpengaruh
secara signifikan
terhadap IHSG.
Variabel inflation,
interest rate, dan
pertumbuhan GDP
tidak berpengaruh
terhadap IHSG.
1. Menggunakan
variabel inflasi, suku
bunga, kurs, dan
PDB
2. Penelitian dilakukan
di indonesia
3. Penelitian dilakukan
dengan
menggunakan
metode regresi linier
4. Penelitian dilakukan
tahun 2000-2009
1. Menggunakan
variabel
makroekonomi
dengan indikator
inflation, interest
rate, exchange rate
dan variabel
Government Bonds
dengan indikator
volume,
kapitalisasi, dan
frekuensi.
2. Penelitian
dilakukan di
Indonesia
3. Penelitian
dilakukan
menggnakan
metode PLS
(Partial Least
Square) versi 3.2.8
4. Penelitian
dilakukan pada
tahun 2015-2017
16
Lanjutan Tabel 3
No. Peneliti
(Tahun) Judul Penelitian Hasil Penelitian
Perbedaan Penelitian
Penelitian Terdahulu Penelitian Ini
3. Agustin
(2018)
Pengaruh
Macroeconomic dan
ASEAN Activity
terhadap Kinerja IHSG
Indonesia
Hasil penelitian
menunjukkan bahwa
Macroeconomic
Thailand berpengaruh
terhadap Kinerja IHSG
Indonesia dan
macroeconomic
ASEAN berpengaruh
Kinerja IHSG
Indonesia. Pada negara
Singapura, Malaysia,
Filipina, dan Brunei
Darussalam hasil
penelitian menunjukkan
bahwa macroeconomic
tidak berpengaruh
terhadap Kinerja IHSG
Indonesia.
1. Menggunakan
Variabel inflation,
exchange rate, dan
interset rate.
2. Penelitian dilakukan
di di negara
Singapura,
Malaysia, Thailand,
Filipina, dan Brunei
Darussalam
3. Penelitian dilakukan
menggnakan metode
PLS (Partial Least
Square) versi 3.2.7
4. Penelitian dilakukan
tahun 2014-2016
1. Menggunakan
variabel
makroekonomi
dengan indikator
inflation, interest
rate, exchange rate
dan variabel
Government Bonds
dengan indikator
volume,
kapitalisasi, dan
frekuensi.
2. Penelitian
dilakukan di
Indonesia
3. Penelitian
dilakukan
menggnakan
metode PLS
(Partial Least
Square) versi 3.2.8
4. Penelitian
dilakukan pada
tahun 2015-2017
17
Lanjutan Tabel 4
No. Peneliti
(Tahun) Judul Penelitian Hasil Penelitian
Perbedaan Penelitian
Penelitian Terdahulu Penelitian Ini
4. Harsono dan
Worokinasih
(2018)
Pengaruh Inflasi, Suku
Bunga, dan Nilai Tukar
Rupiah terhadap Indeks
Harga Saham
Gabungan (Studi pada
Bursa Efek Indonesia
Periode 2013-2017)
Hasil penelitian
menunjukkan bahwa
secara simultan inflasi,
suku bunga, dan nilai
tukar rupiah
berpengaruh signifikan
terhadap Indeks Harga
Saham Gabungan
(IHSG). Secara parsial
suku bunga dan nilai
tukar rupiah
berpengaruh signifikan
sedangkan inflasi tidak
berpengaruh signifikan.
1. Variabel yang
digunakan inflasi,
suku bunga, nilai
tukar rupiah, dan
indeks harga saham
gabungan (IHSG)
2. Penelitian dilakukan
di Bursa Efek
Indonesia dan Bank
Indonesia
3. Penelitian dilakukan
menggunakan
regresi linier
berganda
4. Penelitian dilakukan
tahun 2013-2017
1. Menggunakan
variabel
makroekonomi
dengan indikator
inflation, interest
rate, exchange rate
dan variabel
Government Bonds
dengan indikator
volume,
kapitalisasi, dan
frekuensi
2. Penelitian
dilakukan
menggnakan
metode PLS
(Partial Least
Square) versi 3.2.8
3. Penelitian
dilakukan di
Indonesia
4. Penelitian
dilakukan pada
tahun 2015-2017
18
B. Makroekonomi
Sagir (2009:24) menyatakan bahwa “Ekonomi makro merupakan
cabang dari disiplin ilmu pengetahuan ekonomi tentang pengamatan aktivitas
sekumpulan pelaku ekonomi tertentu terkait dengan skesma pertukaran uang
dan komoditas dalam ruang lingkup kenegaraan”. Machfudz (2016:2)
berpendapat makroekonomi adalah “alat bantu untuk memecahkan
permasalahan secara makro atau menyeluruh”. Berdasarakan dua teori diatas
dapat disimpulkan bahwa makroekonomi adalah ilmu ekonomi yang
mempelajari mekanisme bekerjanya perekonomian secara keseluruhan.
Beberapa contoh dari makroekonomi adalah inflasi, nilai tukar, tingkat suku
bunga, pengangguran, investasi, pendapatan nasional, neraca pembayaran
internasional.
1. Inflasi (Inflation)
a. Definisi Inflasi (Inflation)
Menurut Mishkin (2010:13) inflasi (inflation) adalah
“Kenaikan tingkat harga yang terjadi secara terus-menerus,
memengaruhi individu, pengusaha, dan pemerintah”. Pengertian
tersebut menjelaskan bahwa inflasi merupakan suatu hubungan antara
uang beredar dan tingkat harga. Kenaikan uang beredar secara terus-
menerus menjadi faktor penting yang dapat mengakibatkan kenaikan
tingkat harga secara terus menerus. Inflasi dengan pertumbuhan uang
beredar mempunyai hubungan positif.
19
Natsir menjelaskan (2014:253) “Inflasi adalah kecenderungan
meningkatnya harga barang dan jasa secara umum dan terus menerus”.
Defenisi ini dapat di ambil kesimpulan bahwa dapat di sebut inflasi
jika suatu keadaan terdiri dari tiga komponen yaitu, kenaikan harga,
bersifat umum, dan berlangsung terus menerus. Inflasi juga dapat
dilihat dari asal terjadinya, secara umum menurut Fahmi (2014:226)
terbagi menjadi dua macam yaitu:
1. Inflasi Domestik (Domestic Inflation)
Domestic inflastion terjadi karena faktor situasi dan kondisi
yang terjadi di dalam negeri, seperti karena kebijakan
pemerintah (government policy) dalam mengeluarkan
deregulasi yang mampu mempengaruhi kondisi kenaikan
harga.
2. Inflasi Impor (Imported Inflation)
Imported inflation disebabkan karena faktor situasi dan
kondisi yang terjadi di luar negeri, seperti terjadinya
goncangan ekonomi di Negara Amerika Serikat yang
memberi pengaruh pada naiknya berbagai barang yang
berasal dari Negara Amerika.
b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Inflasi
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi inflasi. Menurut
Fahmi (2014:226-227) beberapa faktor yang bisa menimbulkan inflasi
yaitu:
1) Structural inflation (inflasi struktural) yaitu suatu keadaan
yang ditimbulkan oleh bertambahnya volume uang, tetapi
karena pergeseran struktur ekonomi, yaitu pergerakan
faktor-faktor produksi dari sektor non industri ke sektor
industri.
2) Cost push inflation yaitu inflasi yang disebabkan oleh
kebijakan perusahaan yang menaikkan harga barang
dagangannya karena implikasi dari kenaikan biaya internal
seperti kenaikan upah buruh, suku bunga atau juga karena
mengharapkan memperoleh laba yang tinggi.
20
3) Demand full inflation yaitu inflasi yang timbul karena
didorong oleh biaya, inflasi lainnya sperti karena faktor
kenaikan pendapatan masyarakat atau juga disebabkan oleh
ketakutan akan terjadi kenaikan harga yang terus menerus
sehingga masyarakat memborongnya, inflasi seperti ini
disebut juga dengan inflasi yang timbul karena dorongan
pemerintah.
Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat disimpulkan
bahwasanya inflation disebabkan karena adanya pergeseran
struktur ekonomi, permintaan dan penawaran masyarakat terhadap
uang.
Tabel 3. Skala Penilaian Inflasi dan Definisinya
No Jenis Inflasi Definisi Skala
Penilaian
1. Inflasi Ringan
(creeping
inflation)
Inflasi ini disebut juga
creeping inflation. Kondisi
inflasi seperti ini disebut
dengan inflasi ringan karena
skala inflasinya berada 10
persen. Kondisi yang ringan
seperti ini dialami oleh
indonesia pada era sekarang
yaitu pasca reformasi, dan kita
pernah mengalaminya pada
masa orde baru.
< 10%
Per
tahun*
2. Inflasi sedang
(moderate
inflation)
Inflasi moderat dianggap tidak
efektif bagi kelangsungan
ekonomi suatu negara karena
dianggap mampu mengganggu
dan bahkan mengancam
pertumbuhan ekonomi.
10-30%
Per tahun
3. Inflasi berat Inflasi berat adalah dimana
sektor-sektor ekonomi sudah
mulai mengalami kelumpuhan
kecuali yang dikuasai oleh
negara
30-100%
Per tahun
21
Lanjutan Tabel 3
No Jenis Inflasi Definisi Skala
Penilaian
4. Inflasi sangat
berat (hyper
inflation)
Inflasi ini terjadi pada masa
perang Dunia ke-2 (1939-
1945) dimana untuk keperluan
perang terpaksa harus
mencetak uang secara
berlebihan
>100%
Per tahun
Sumber: Fahmi (2014:227)
2. Suku Bunga (Interst Rate)
Boediono menjelaskan (2017:76) bahwa “Suatu pengertian dasar
dari tingkat bunga yaitu sebagai harga dari penggunaan uang untuk jangka
waktu tertentu”. Berdasarkan pengertian tersebut dapat dimengerti bahwa
interest rate adalah suatu harga yang harus dibayar apabila terjadi suatu
pertukaran antara satu rupiah sekarang dengan satu rupiah yang akan
datang. Harga dari pertukaran tersebut adalah yang disebut sebagai bunga
yang harus dibayar oleh pihak debitur.
Teori Keynes menjelaskan bahwa suku bunga ditentukan oleh
permintaan dan penawaran uang. Sukirno menjelaskan (2015:301) bahwa
yang diartikan dengan permintaan uang adalah “Jumlah uang yang diminta
oleh masyarakat untuk ketiga-tiga tujuan meminta uang, yaitu tujuan
transaksi, tujuan berjaga-jaga dan tujuan spekulasi”. Kebijakan
pengendalian suku bunga deposito merupakan sebuah tindakan pemerintah
atau Bank Sentral dalam menjaga kestabilan rupiah yang beredar. Fahmi
(2014:244) menjelaskan bahwa “Dimana jika bunga deposito dinaikkan
22
maka ini akan menyebabkan terserapnya dana masyarakat ke perbankan
atau masyarakat lebih cenderung untuk mendepositokan uang yang
dimiliki daripada dipakai untuk bisnis atau investasi”. Hal tersebut dapat
diartikan bahwa jika suku bunga deposito tinggi maka investor akan
memilih untuk mendepositokan uangnya di perbankan, sedangkan
sebaliknya jika bunga deposito rendah maka investor akan lebih cenderung
memilih untuk menginvestasikan uangnya di pasar modal atau untuk
berbisnis.
3. Nilai Tukar (Exchange Rate)
a. Definisi Nilai Tukar (Exchange rate)
Van Hoose dan Miller dalam Natsir (2014:302) menjelaskan
bahwa “Exchange rate is the price of one nation currency in terms of the
currency of another country”. Perubahan nilai tukar akan berpengaruh
terhadap perekonomian dan kehidupan suatu negara. Nilai tukar terdiri
dari dua jenis yaitu nilai tukar nominal dan nilai tukar riil.
Mankiw (2012:193-194) menyatakan “Nilai tukar nominal
(nominal exchange rate) adalah nilai yang digunakan seseorang
saat menukar mata uang suatu negara dengan mata uang negara
lain. Nilai tukar riil (riil exchange rate) adalah nilai yang
digunakan seseorang saat menukarkan barang dan jasa dari suatu
negara dengan barang dan jasa dari negara lain.”
Pengertian diatas menjelaskan bahwasanya nilai tukar terdiri dari
dua jenis, yaitu nilai tukar nominal (exchange rate nominal) dan nilai
tukar riil (exchange rate riil). Nilai tukar nominal (exchange rate
23
nominal) dan nilai tukar riil (exchange rate riil) mempunyai perbedaan
masing-masing. Nilai tukar nominal (exchange rate nominal) adalah nilai
tukar dengan mata uang antar negara. Contohnya adalah nilai tukar
Rupiah terhadap Dollar Amerika, nilai tukar rupiah mempunyai nilai
15.000 Rupiah terhadap 1 Dollar Amerika. Nilai tukar riil (exchange rate
riil) adalah nilai tukar barang atau jasa antar negara. Contoh dari nilai
tukar riil (exchange rate riil) adalah satu kilogram gula Singapura dua
kali lebih mahal dengan satu kilogram gula Indonesia, maka dari itu
dapat dikatakan bahwa nilai tukar riilnya adalah setengah kilogram gula
Singapura untuk satu kilogram gula Indonesia.
b. Teori-teori Nilai Tukar (Exchange Rate)
Menurut Moosa dan Batti (2009:92-94), terdapat beberapa teori
yang berkaitan dengan nilai tukar valuta asing, diantaranya adalah:
1) Balance of Payment Approach
Pendekatan ini didasarkan pada pendapat bahwa nilai tukar
valuta asing ditentukan oleh kekuatan penawaran dan
permintaan terhadap valuta tersebut. Adapun alat yang
digunakan untuk mengukur kekuatan penawaran dan
permintaan adalah balance of payment.
2) Purchasing Theory
Teori ini berusaha menghubungkan nilai tukar dengan daya beli
valuta tersebut terhadap barang dan jasa. Pendekatan ini
menggunakan apa yang disebut law of one prie sebagai dasar.
Law of one price menyebutkan bahwa dengan asumsi tertentu,
dua barang yang identik haruslah mempunyai harga sama.
Terdapat dua versi purchasing theory. Yaitu: versi absolut yang
menyatakan bahwa nilai tukar adalah perbandingan harga
barang di dua negara adalah sama dengan selisih kenaikan
harga barang di kedua negara tersebut pada periode tertentu.
3) Fisher Effect
Teori fisher effect diperkenalkan oleh Irving Fisher. Teori ini
mengatakan bahwa tingkat suku bunga nominal suatu negara
24
akan sama dengan tingkat suku bunga riil ditambah tingkat
inflasi di negara tersebut.
4) International Fisher Effect International Fisher Effect didasari oleh Fisher Effect yang
mengatakan bahwa pergerakan nilai mata uang suatu negara
dibandingkan negara lain (pergerakan kurs) disebabkan oleh
perbedaan suku bunga nominal yang ada di kedua negara
tersebut.
Berdasarkan penjelasan diatas maka dapat diketahui bahwa nilai
tukar (exchange rate) dipengaruhi oleh dua hal. Dua hal tersebut yaitu
faktor permintaan dan penawaran uang. Permintaan dan penawaran
terhadap uang nilai tukar (exchange rate) selain dua hal tersebut dapat
dipengaruhi oleh tingkat suku bunga (interest rate) dan inflasi (inflation)
di suatu negara yang berbeda-beda.
c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Nilai Tukar (Exchange Rate)
Nilai tukar antar dua negara sangat dipengaruhi oleh berbagai
faktor baik internal maupun eksternal, baik variabel fundamental
makroekonomi maupun nonekonomi. menentukan nilai tukar suatu mata
uang diperlukan suatu pendekatan atau teori. Menurut Rasbin (2015:125-
126) terdapat beberapa landasan mengenai faktor-faktor yang
menentukan nilai tukar, yaitu:
1) Teori Purchasing Power Parity Teori yang pertama kali dipopularkan oleh Gustav Cassell
menyatakan bahwa nilai tukar suatu negara terhadap negara
lain ditentukan oleh tingkat harga di masing-masing negara.
Berdasarkan teori Purchasing Power Parity (PPP), daya beli
domestik dari mata uang suatu negara tercermin sepenuhnya
pada tingkat harga yang berlaku di negara tersebut.
2) Teori Moneter
25
Teori moneter tentang nilai tukar dibagi menjadi dua. Pertama,
menghubungkan tingkat harga di negara yang berbeda
terhadap penawaran mata uang negara. Dan kedua,
menghubungkan tingkat harga terhadap nilai tukar.
3) Teori Perdagangan Teori perdagangan menyatakan bahwa nilai tukar suatu negara
didasarkan pada pertukaran barang dan jasa antar negara.
Artinya bahwa nilai tukar anta rdua mata uang dari dua negara
ditentukan oleh besar kecilnya perdagangan barang dan jasa
yang berlangsung di antara dua negara tersebut (ekspor dan
impor).
4) Teori Aset
Teori aset menyatakan bahwa nilai tukar adalah harga relatif
dari dua aset, yaitu harga uang domestik dan luar negeri.
Adanya nilai tukar ini memungkinkan seseorang
membandingkan harga uang domestik dan luar negeri dengan
cara mempertimbangkan keduanya dalam satuan (mata uang)
yang sama.
5) Teori Keseimbangan Portofolio Teori keseimbangan portofolio menyatakan bahwa uang
domestik hanya merupakan salah satu dari sekian banyak jenis
aset finansial yang diminta oleh penduduk dari suatu negara.
Teori keseimbangan portofolio ini merupakan upaya
melakukan diversifikasi investasi pada berbagai aset finansial
yang paling menguntungkan dengan tujuan selain untuk
mengoptimalkan keuntungan yang diharapkan juga untuk
meminimalkan berbagai kemungkinan risiko yang mungkin
terjadi.
C. Investasi
1. Pengertian Investasi
Istilah investasi disebut juga dengan penanaman modal atau
pembentukan modal. Investasi merupakan salah satu cara dalam
mengelola kelebihan dana agar bisa berkembang dari waktu ke waktu.
Menurut Sukirno (2015:121) menyatakan “Investasi dapat
diartikan sebagai pengeluaran atau pengeluaran penananam-
penanam modal atau perusahaan untuk membeli barang-barang
modal dan perlengkapan-perlengkapan produksi untuk menambah
26
kemampuan memproduksi barang-barang dan jasa-jasa yang
tersedia dalam perekonomian.”
Penjelasan diatas maka dapat diartikan bahwa investasi adalah
pengusaha menggunakan uang untuk membeli barang-barang modal.
Pertambahan jumlah barang modal dimasa sekarang akan memungkinkan
sebuah perekonomian menghasilkan lebih banyak barang dan jasa dimasa
mendatang. Investasi merupakan sebuah cara yang dapat digunakan untuk
mengelola suatu keuangan yang kelebihan dana agar dana tersebut dapat
berkembang dan menghasilkan keuntungan dari waktu ke waktu.
2. Tujuan Investasi
Tujuan umum dari investasi adalah meningkatkan kesejahteraan
investor dalam bentuk finansial. Fahmi (2014:8) mengungkapkan empat
tujuan mengapa investor melakukan investasi, yaitu :
a. Terciptanya keberlanjutan (continuity) dalam investasi tersebut
b. Terciptanya profit yang maksimum atau keuntungan yang
diharapkan (profit actual)
c. Terciptanya kemakmuran bagi para pemegang saham
d. Turut memberikan andil bagi pembangunan bangsa
Berdasarkan uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwasanya
dengan adanya investasi maka akan dapat memberikan keuntungan kepada
investor yang berupa profit dan memberikan pembangunan pada negara.
3. Jenis-jenis Investasi
Investor melakukan investasi untuk meningkatkan utilitinya dalam
bentuk kesejahteraan keuangan. Investasi ke dalam aktiva keuangan dapat
berupa investasi langsung dan investasi tidak langsung.
27
Hartono menyatakan (2017:7) bahwa “Investasi langsung dapat
dilakukan dengan membeli aktiva keuangan yang dapat diperjual-
belikan di pasar uang (money market), pasar modal (capital
market) atau pasar turunan (derivative market). Ivestasi tidak
langsung dilakukan dengan membeli surat-surat berharga dari
perusahaan investasi.”
Adapun bentuk –bentuk investasi dalam aktivitasnya menurut
Fahmi (2014:9) pada umumnya dikenal dua macam, yaitu:
a. Real Investment
Investasi nyata (real investment) secara umum melibatkan aset
berwujud, seperti mesin-mesin, atau pabrik.
b. Financial Investment
Investasi keuangan (financial investment) melibatkan kontrak
tertulis, seperti saham biasa (common stock) dan obligasi
(bond)
Berdasarkan uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa pada
kedua bentuk investasi tersebut mempunyai investasi yang bersifat
komplementer bukan kompetitif yang berarti kedua investasi tersebut
adalah investasi yang saling melengkapi.
D. Pasar Modal
1. Pengertian Pasar Modal
Secara umum pasar modal adalah tempat atau sarana bertemunya
permintaan dan penawaran atas instrumen keuangan untuk jangka panjang,
umumnya lebih dari 1 (satu) tahun. Undang-undang Pasar Modal nomor 8
tahun 1995 mendefinisikan pasar modal adalah” kegiatan yang
bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan
28
publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan
profesi yang berkaitan dengan efek”.
Pasar modal mempunyai dua arti yaitu pasar modal dalam arti luas
dan pasar modal dalam arti sempit. Menurut Samsul (2015:6) mengatakan
bahwasanya “ Pasar Modal dalam arti luas adalah sarana bagi pihak yang
membutuhkan modal jangka panjang dari masyarakat umum. Pasar Modal
dalam arti sempit adalah bursa efek, yaitu tempat atau sarana berdagang
efek diantara investor”. Pihak yang membutuhkan modal diantaranya
adalah pihak swasta atau pihak pemerintah. Masyarakat umum disebut
juga sebagai investor.
Modal jangka panjang di pasar modal dapat ditawarkan kepada
investor dalam bentuk berupa saham atau surat utang. Saham adalah surat
bukti memiliki penyertaan modal dalam suatu perusahaan. Surat utang
adalah tanda bukti perusahaan memiliki utang jangka panjang kepada
masyarakat yaitu diatas tiga tahun. Ada beberapa macam surat utang
diantaranya adalah : obligasi, Surat Utang Negara (SUN), Obligasi Ritel
Indonesia (ORI), dan Surat Perbendaharaan Negara (SPN).
2. Jenis-jenis Pasar Modal
Pasar modal memiliki berbagai kategori. Menurut Samsul,
Mohamad (2015:61-66) pasar modal dikategorikan menjadi empat pasar,
yaitu :
a. Pasar Pertama (Pasar Perdana)
Pasar pertama atau pasar perdana adalah tempat atau sarana
bagi perusahaan yang pertama kali menawarkan saham atau
29
obligasi ke masyarakat umum. Pasar pertama ini sering disebut
juga dengan penawaran umum perdana (initial public offering-
IPO). Penawaran umum perdana ini mengubah bentuk
perusahaan dari perseroan tertutup menjadi perseroan terbuka.
Dikatakan tempat, sebab secara fisik masyarakat pembeli dapat
bertemu dengan penjamin emisi ataupun agen penjual untuk
menempatkan pesanan sekaligus membayar uang pesanan.
Dikatakan sarana, sebab si pembeli dapat memesan melalui
telepon dari rumah untuk memesan dan membayar dengan cara
mentransfer uang melalui bank ke rekening agen penjual.
b. Pasar Kedua (Pasar Sekunder)
Pasar kedua atau pasar sekunder adalah tempat atau sarana
transaksi jual beli efek antar investor dan harga dibentuk oleh
investor melalui perantara efek. Dikatakan tempat karena
secara fisik para perantara efek berada dalam satu gedung di
lantai perdagangan (trading floor) seperti di Bursa Efek
Indonesia. Dikatakan sarana karena para perantara efek tidak
berada dalam satu gedung, tetapi dalam satu jaringan sistem
perdagangan dan kantor perantara efek tersebar di beberapa
kota. Harga pasar terbentuk oleh tawaran jual dan tawaran beli
dari para investor, disebut juga dengan istilah order driven
market.
c. Pasar Ketiga (Third Market)
Pasar ketiga (Third Market) atau yang biasa disebut dengan
over the counter (OTC Market) adalah sarana transaksi jual-
beli efek antara pedagang efek (biasa disebut market maker)
dan investor, dimana harga dibentuk oleh market maker.
Investor dapat memilih market maker yang memberi harga
terbaik. Market maker adalah anggota bursa. Para market
maker ini akan bersaing dalam penetapan harga saham karena
satu jenis saham akan dipasarkan oleh lebih dari satu market
marker.
d. Pasar keempat (Fourth Market)
Pasar keempat (Fourth Market) adalah sarana transaksi jual-
beli antara investor jual dan investor beli tanpa lewat perantara
efek. Transaksi dilakukan langsung tatap muka antara investor
beli dan investor jual untuk saham atas pembawa. Pelaku
dipasar keempat menjadi anggota dari ECN, anggota central
custodian dan anggota central clearing. Pasar keempat ini
hanya dilaksanakan oleh para investor besar karena dapat
menghemat biaya transaksi, daripada jika ditransaksikan di
pasar kedua atau sekunder.
30
Uraian diatas dapat diartikan bahwasanya pasar modal
dikategorikan menjadi empat macam, yaitu pasar pertama (pasar perdana),
pasar kedua (pasar sekunder), pasar ketiga (Third Market), pasar keempat
(Fourth Market). Di masing-masing pasar tersebut mempunyai perbedaan
dan ciri khas tersendiri. Perbedaan-perbedaan tersebut diantaranya dapat
berupa waktu, tempat ataupunya cara perdagangannya.
Penelitian ini pasar modal yang dituju peneliti adalah pasar kedua
(pasar sekunder) yang berupa Bursa Efek Indonesia (BEI). Pasar sekunder
merupakan sebuah tempat terjadinya transaksi jual beli efek diantara
investor setelah melalui masa penawaran saham di pasar perdana. Harga
efek dipasar sekunder berfluktuasi sesuai dengan kekuatan pasar dan di
pasar sekunder transaksi jual/beli akan terjadi bila tawaran harga jual sama
dengan tawaran harga beli.
3. Manfaat Pasar Modal
Secara umum, bagi negara-negara yang sedang berkembang
terintegrasinya pasar modal akan memberikan beberapa manfaat. Manfaat
pasar modal terdiri dari beberapa macam. Nasarudin dkk menjelaskan
(2014:23) manfaat pasar modal antara lain:
a. Meningkatkan kapitalisasi pasar dan aktivitas perdagangan.
b. Meningkatkan pasrtisipasi pemodal asing dalam pasar
domestik.
c. Meningkatkan akses ke pasar internasional.
31
Pasar modal melibatkan berbagai kalangan atau pihak-pihak di
dalamnya. Adapun keberadaan pasar modal memberikan manfaat untuk
berbagai kalangan atau pihak-pihak yang bersangkutan. Beberapa manfaat
Pasar modal menurut Hadi (2013:14) yaitu :
a. Menyediakan sumber pembiayaan (jangka panjang) bagi dunia
usaha sekaligus memungkinkan alokasi sumber dana secara
optimal.
b. Alternatif investasi yanng memberikan potensi keuntungan
dengan resiko yang bisa diperhitungkan melalui keterbukaan,
likuiditas, dan diversifikasi investasi.
c. Memberikan kesempatan memiliki perusahaan yang sehat dan
mempunyai prospek, keterbukaan dan profesionalisme,
menciptakan iklim berusaha yang sehat.
d. Menciptakan lapangan kerja/profesi yang menarik.
e. Memberikan akses kontrol sosial.
f. Menyediakan leading indicator bagi trend ekonomi negara.
4. Fungsi Pasar Modal
Pasar modal adalah suatu tempat bertemunya pihak yang memiliki
dana lebih (lender) dengan pihak yang memerlukan dana jangka pangjang
(borrower). Pasar modal adalah salah satu sumber pembiayaan perusahaan
jangka panjang. Keberadaan pasar modal tidak hanya sebagai sumber
pembiayaan saja, akan tetapi dapat juga sebagai suatu sarana bagi
masyarakat untuk mendapatkan kesempatan dan memperoleh dan
meningkatkan kesejahteraan. Menurut Hadi (2013:16-17) pasar modal
memberikan fungsi besar untuk beberapa pihak. Fungsi pasar modal
tersebut antara lain:
a. Bagi Perusahaan
Pasar modal memberikan ruang dan peluang bagi perusahaan
untuk memperoleh sumber dana yang relatif memiliki risiko
investasi (cost of capital) rendah dibandingkan sumber dana
32
jangka pendek dari pasar uang. Karena jika mengambil sumber
dana untuk pembiayaan perusahaan dari pasar uang (lewat
kredit bank misalnya) maka harus menanggung cost of capital
berupa angsuran pokok dan bunga secara periodik.
b. Bagi Investor
Alternatif investasi bagi pemodal, terutama pada instrumen
yang memberikan likuiditas tinggi. Pasar modal memberikan
ruang investor dan profesi lain memanfaatkan untuk
memperoleh return yang cukup tinggi. Investor yang
berinvestasi lewat pasar modal, tidak harus memiliki modal
besar, memiliki kemampuan analisis keuangan bagus.
c. Bagi Perekonomian Nasional
Dalam daya dukung perekonomian secara nasional, pasar
modal memiliki peran penting dalam rangka meningkatkan
dan mendorong pertumbuhan dan stabilitas ekonomi. Hal itu,
ditunjukkkan dengan fungsi pasar modal yang memberikan
sarana bertemunya antara lender dengan borrower. Secara
makro fungsi pasar modal meliputi:
d. Penyebaran Kepemilikan
Pasar modal memberikan ruang dan peluang penyebaran
kepemilikan terhadap masyarakat (publik).
e. Sebagai Sarana Aliran Masuknya Investasi Asing
Pada Pasar Modal modern, yang mana cakupan transaksi
bukan hanya sampai pada ditingkat nasional saja, namun juga
sampai pada tingkat internasional, berpotensi adanya capital in
flow (aliran dana masuk lewat kepemilikan sekuritas yang
diperdagangkan pasar modal) maka mendorong investor asing
masuk.
Fungsi investasi di pasar modal dapat memberikan beberapa
manfaat. Manfaat tersebut dapat dipandang dari sisi pemodal (yang
membeli sekuritas) dan dari sisi emiten (yang menerbitkan sekuritas).
Keberadaan pasar modal untuk emiten diperlukan karena untuk tambahan
modal atau perusahaan yang memerlukan dana untuk keperluan usaha agar
lebih berkembang dan kompetitif. Proses ini diharapkan akan terjadi
peningkatan produksi barang atau jasa, sehingga secara keseluruhan akan
berdampak pada peningkatan kemakmuran dan kesejahteraan. Investor
(pemodal) melakukan investasi di pasar modal pada dasarnya adalah
33
mengharapkan suatu future earning yang memberikan nilai tambah atas
dana yang telah diinvestasikannya di pasar modal.
Secara umum, alasan pembentukan pasar modal adalah karena
lembaga ini mampu menjalankan fungsi ekonomi dan keuangan. Pasar
modal menyediakan sumber pembiayaaan dengan jangka waktu yang lebih
panjang, yang diinvestasikan sebagai modal untuk menciptakan dan
memperluas lapangan kerja yang akan meningkatkan volume aktivitas
perekonomian yang profitable dan sehat.
5. Instrumen Pasar Modal
Pasar modal merupakan pasar yang memperdagangkan efek dalam
bentuk instrumen keuangan jangka panjang. Pasar modal memiliki
beberapa instrumen yang terdapat di dalamnya. Objek yang
diperdagangkan di pasar modal adalah efek, yakni surat pengakuan utang,
surat berharga komersial, saham, obligasi, tanda bukti utang, unit
penyertaan kontrak kolektif, kontrak berjangka atas efek, dan setiap
derivatif dari efek (Pasal 1 angka 5 Undang-Undang Nomor 8 Tahun
1995). Tavinayati menjelaskan (2009:18) “Meskipun efek terdiri atas
berbagai macam surat berharga, tetapi 2 (dua) instrumen utama di pasar
modal adalah saham dan obligasi”. Menurut Nasarudin (2014:182-223)
menyatakan Secara umum instrumen pasar modal dapat dibedakan atas
beberapa kategori:
a. Instrumen Utang (Obligasi)
Obligasi dapat dibedakan dalam beberapa jenis, bergantung
pada sudut mana kita melihatnya apakah dari sudut pengaliha,
34
jangka waktu, atau jaminan atas obligasi dan bunga yang
dibayarkan.
b. Instrumen Penyertaan (Saham)
Instrumen penyertaan atau saham merupakan instrumen yang
lebih populer di masyarakat. Saham merupakan instrumen
penyertaan modal seseorang atau lembaga dalam suatu
perusahaan. Modal ini terbagi dalam tiga status, yaitu modal
dasar, modal ditempatkan, dan modal disetor. Saham ini
dikeluarkan dalam rangka pendirian perusahaan, pemenuhan
modal dasar, atau peningkatan modal dasar.
c. Instrumen Efek Lain
Dalam pasar modal dikenal instrumen lain yang merupakan
pengembangan dari efek utama, saham dan obligasi, yaitu
Indonesian Depository Receipt dan Efek Beragun Aset.
Indonesian Depository Receipt (IDR) disebut juga Sertifikat
Penitipan Efek Indonesia. Peraturan Bapepam No. IX.A.10
mendefinisikan efek ini sebagai berikut “Efek yang memberikan
hak kepada pemegangnya atas efek utama yang dititipka secara
kolektif pada bank kustodian yang telah mendapatkan
persetujuan dari Bapepam.
Efek Beragun Aset adalah efek yang disekuritisasi. Artinya, aset
tersebut dinilai dengan efek yang kemudian diperjualbelikan.
Sekuritas aset merupakan suatu proses menjadi suatu piutang
atau tagihan yang kemudian ditransformasikan ke dalam efek
yang dijamin dengan aset tersebut. Kumpulan piutang atau
tagihan tersebut diubah menjadi investasi yang diperdagangkan
di pasar modal.
d. Instrumen Efek Derivatif
Efek-efek derivatif yang terdapat di pasar modal antara lain
right, warrant, option. Efek-efek ini pada dasarnya merupakan
kelanjutan dari efek yang telah terlebih dulu dipasarkan
Indonesian Depository Receipt.
Right adalah instrumen derivatif yang ditawarkan kepada publik
melalui pasar modal sesuai dengan mekanisme yang berlaku di
pasar modal. Option menurut abdurrahman, “suatu privelesa
atau hak istimewa untuk membeli atau menjual, menerima atau
menyerahkan harta benda yang diberikan sesuai dengan syarat-
syarat yang telah disetujui dan biasanya dengan ganti rugi atau
harga”. Warrant atau waran adalah suatu opsi untuk membeli
sejumlah tertentu instrumen keuangan (saham) pada waktu
tertentu dengan harga tertentu.
E. Saham
35
1. Definisi Saham
Surat berharga yang diperdagangkan di pasar modal terdiri dari
berbagai jenis. Saham adalah salah satu jenis surat berharga yang
diperdagangkan di pasar modal dan paling di kenal oleh masyarakat.
Saham juga merupakan yang paling banyak digunakan untuk menarik
dana dari masyarakat. Menurut Rivai (2013:147) menyatakan “Saham
dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan atau kepemilikan seseorang
atau badan dalam suatu perusahaan”. Berdasarkan pengertian diatas dapat
diartikan bahwa saham adalah bukti penyertaan atau kepemilikan dalam
suatu perusahaan dengan cara menyertakan modal tersebut yaitu membeli
saham dari perusahaan yang menjual sahamnya. Investasi saham
diharapkan dapat memberikan keuntungan kepada investor.
2. Jenis-Jenis Saham
Salah satu jenis surat berharga yaitu saham, dan saham mempunyai
beberapa jenis saham. Menurut Hartono (2017:189-198) menyatakan
saham dibagi menjadi tiga jenis saham yaitu:
a. Saham Preferen
Saham preferen mempunyai sifat gabungan (hybrid) antara
obligasi (bond) dan saham biasa. Saham preferen mempunyai
beberapa hak, yaitu hak atas deviden tetap dan hak pembayaran
terlebih dahulu jika terjadi likuidasi. Oleh karena itu, saham
preferen dianggap mempunyai karakteristik ditengah-tengah
antara bond dan saham biasa.
b. Saham Biasa
Jika perusahaan hanya mengeluarkan satu kelas saham saja,
saham ini biasanya dalam bentuk saham biasa (common stock).
Beberapa hak yang dimiliki oleh pemegang saham biasa adalah
36
hak kontrol, hak menerima pembagian keuntungan, hak
preemptive dan hak klaim sisa.
c. Saham Treasuri
Saham treasuri (treasury stock) adalah saham milik perusahaaan
yang sudah pernah dikeluarkan dan beredar yang kemudian
dibeli kembali oleh perusahaan untuk tidak dipensiunkan tetapi
disimpan sebagai treasuri.
Uraian diatas dapat diambil pengertian bahwasanya saham
terdiri dari tiga jenis yaitu saham prreferen, saham biasa dan saham
treasuri. Saham-saham tersebut mempunyai perbedaan dan ciri
masing-masing.
3. Harga Saham
Silvanita (2009:105) menyatakan bahwa “Teori pasar Efisien
(effecient market theory) menjelaskan bahwa harga saham akan selalu
terkoreksi”.
Menurut Samsul (2015:384) “Harga saham di pasar sering kali
bergerak bersama-sama, yaitu turun bersama dan naik bersama
walaupun tidak untuk keseluruhan jenis saham. Apabila sebagian
besar saham bergerak naik, maka IHSG akan meningkat dan jika
sebagian besar bergerak turun, maka IHSG akan turun pada hari
itu.”
Teori tersebut dapat diartikan bahwa harga saham di bursa
ditentukan oleh kekuatan pasar, yang mempunyai arti semua tergantung
oleh permintaan dan penawaran di pasar modal. Selain faktor ekonomi,
faktor nonekonomi seperti politik, hukum, dan sosial dapat mempengaruhi
sentimen pelaku pasar dalam melakukan tawar-menawar harga saham
sehingga dapat mempengaruhi harga saham di pasar.
37
F. Indeks Harga Saham
Menurut Samsul (2015:131) “Indeks saham adalah harga saham yang
dinyatakan dalam indeks. Untuk kepentingan analisis yang berkaitan dengan
return saham, penggunaan indeks saham lebih baik daripada harga saham
karena dapat menghindari bias akibat corporate action”. Indeks yang sering
terdapat di media-media adalah indeks harga saham gabungan (IHSG)
(composite stock price index) yang artinya indeks tersebut mencerminkan
pergerakan seluruh saham yang terdapat di bursa.
1. Fungsi Indeks Harga Saham
Indeks di pasar modal mempunyai beberapa fungsi. Menurut
Dardmaji (2012:129) sebuah indeks diharapkan memiliki lima fungsi
yaitu:
a. Sebagai indikator tren pasar
b. Sebagai indikator tingkat keuntungan
c. Sebagai tolak ukur (benchmark) kinerja suatu portofolio
d. Memfasilitasi pembentukan portofolio dengan strategi pasif
e. Memfasilitasi berkembangnya produk derivatif.
2. Jenis-Jenis Indeks Harga Saham
Indeks diperlukan sebagai sebuah indikator untuk mengamati
pergerakan harga dari sekuritas-sekuritas. BEI mempunyai beberapa jenis
indeks harga saham.
Menurut Hartono (2017:166), “BEI mempunyai beberapa indeks,
yaitu indeks saham gabungan (IHSG), index liquid 45 (ILQ-45),
indeks-indeks IDX (Indpnesia Stock Exchange) Sektoral, indeks
Jakarta Islamic Index (JII), indeks Papan Utama dan indeks Papan
Pengembangan, indeks Kompas 100, indeks BISNIS-27, indeks
PEFINDO25, indeks SRI-KEHATI, indeks Saham Syariah
38
Indonesia (Indonesia sharia Stock Index atau ISSI), dan Indeks
IDX30, Infobank 15, SMintra 18, MNC36, Investor 33.”
3. Pengertian Indeks Harga Saham Gabungan
Darmadji menjelaskan (2011:129) bahwa “Indeks harga saham
adalah indikator yang menunjukkan pergerakan harga saham. Indeks
berfungsi sebagai indikator tren pasar, artinya indeks menggambarkan
kondisi pasar paada suatu saat, apakah pasar sedang aktif atau lesu”.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), menggunakan semua emiten yang
tercatat sebagai komponen perhitungan indeks. (www.idx.co.id). Teori
yang dikemukakan oleh Samsul pada harga saham sebelumnya
menjelaskan bahwa pergerakan atau perubahan harga saham dengan
kapitalisasai besar mempengaruhi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)
secara signifikan. Sedangkan pergerakan atau perubahan harga saham
dengan kapitalisasi yang kecil hampir tidak berdampak terhadap Indeks
Harga Saham Gabungan (IHSG). Hal tersebut karena dipengaruhi oleh
bobot dari masing-masing saham yang berbeda.
G. Obligasi
1. Pengertian Obligasi
Instrumen pasar modal yang cukup familiar di kalangan
masyarakat selain saham adalah obligasi (bond). Menurut Ang, dalam
Noor ( 2013:108) menyatakan “Obligasi adalah efek utang pendapatan
tetap yang diperdagangkan di masyarakat dimana penerbitnya setuju untuk
39
membayar sejumlah bunga tetap untuk jangka waktu tertentu dan akan
membayar kembali jumlah pokoknya pada jatuh tempo”. “Surat obligasi
adalah selembar kertas yang menyatakan bahwa pemilik kertas tersebut
memberikan pinjaman kepada yang diberi pinjaman melalui sebuah
kontrak, dan akibat adanya kontrak tersebut pemberi pinjaman memiliki
hak untuk dibayar kembali pada waktu dan dengan jumlah tertentu pula.”
(Widoatmodjo dalam Noor, 2013:107). Berdasarkan pengertian diatas
obligasi adalah sebuah surat utang yang diperdagangkan oleh para penerbit
surat utang (pihak yang membutuhkan dana) kepada para masyarakat
umum yang ingin membeli surat utang tersebut. Penerbit surat utang
membayar sejumlah bunga kepada para pemegang obligasi pada waktu-
waktu yang telah ditentukan secara periodik dan pada akhirnya saat jatuh
tempo penerbit obligasi menebus nilai utang dengan mengembalikan
jumlah pokok pinjaman dan bunga yang terutang.
Obligasi termasuk salah satu jenis efek pendapatan tetap (Fixed
Income Securities) yaitu surat berharga yang memberikan pendapatan
tetap kepada pemegang obligasi. Pendapatan tersebut berupa bunga atau
coupon yang dibayarkan pada waktu yang telah ditetapkan dengan jumlah
yang tetap. “Fixed Income Securities (FIS) adalah semua jenis sekuritas
atau efek atau surat berharga yang dapat memberikan pendapatan tetap
atau pasti kepada pemegangnya.” (Aang, dalam Noor, 2013:107).
Menurut Zubir (2012:1) “Obligasi adalah surat utang yang
diterbitkan oleh pemerintah atau perusahaan untuk mendapatkan dana.
40
Pihak penerbit tersebut akan membayarkan sejumlah bunga atau sering
juga disebut sebagai coupon”. Pemegang obligasi adalah kreditur bagi
pihak yang menerbitkan obligasi (Issuer). Obligasi berbeda dengan saham,
pemegang obligasi tidak mempunyai hak atas kepemilikan perusahaan
seperti saham. Pemegang obligasi mempunyai hak untuk mendapatkan
pembayaran terlebih dahulu daripada pemegang saham. Sebelum
membayar deviden kepada para pemegang saham pihak penerbit obligasi
harus membayar atas pokok pinjaman, bunga dan cicilan kepada
pemegang obligasi dahulu.
2. Jenis-Jenis Obligasi
Obligasi lebih mudah dinilai dibandingkan dengan saham karena
obligasi diklasifikasikan sebagai sekuritas berpendapatan tetap (Fixed
Income Securities) karena besarnya tingkat suku bunga, periode
pembayaran bunga, dan jangka waktu temponya sudah diketahui dari
awal. Perkembangan pasar modal memberikan ruang dan peluang para
emiten untuk melakukan diversifikasi instrumen keuangan di pasar modal.
Obligasi mempunyai beberapa jenis yaitu obligasi yang dilihat dari pihak
yang menerbitkan (Issuer), obligasi dilihat dari pendapat yang diberikan,
obligasi dilihat dari bentuk pendapatan bunga yang diberikan, obligasi
dilihat dari jaminan yang menyertai, obligasi dilihat dari tempat
penerbitanya, obligasi dilihat dari rating obligasi, dan obligasi dilihat dari
call feature. Menurut Hadi (2013:109) dilihat dari pihak yang menerbitkan
obligasi (Issuer), obligasi dibagi menjadi tiga jenis yaitu:
41
1. Obligasi Pemerintah
Merupakan obligasi yang diterbitkan oleh pemerintah
(pemerintah sebagai issuer-nya). Disini, merupakan upaya
pemerintah untuk mencari sumber dana dalam memenuhi
kebutuhan pembiayaan pemerintah (negara). Jika pemerintah
menerbitkan obligasi berarti pemerintah memiliki hutang
jangka panjang kepada siapa saja yang memegang obligasi,
sehingga sebagai bentuk kompensasi kontrak obligasi tersebut
pemerintah memberikan tingkat bunga atau bagi hasil (jika
obligasi berbasis syari’ah) kepada para pihak yang memegang
obligasi. Obligasi yang diterbitkan pemerintah tergolong risk
free rate, karena kecil kemungkinan terjadi wanprestasi.
2. Obligasi Perusahaan Milik Negara (State Owned Company)
Merupakan obligasi yang diterbitkan oleh perusahaan milik
pemerintah (ber plat merah) atau perusahaan BUMN.
3. Obligasi Perusahaan Swasta
Merupakan obligasi yang diterbitkan perusahaan swasta murni.
Sebagian besar obligasi yang diperdagangkan di Bursa Efek
adalah tipe jenis obligasi ini.
Penjelasan diatas dapat diartikan bahwasanya jenis obligasi yang
dilihat dari penerbitnya dibagi menjadi tiga yaitu obligasi pemerintah,
obligasi perusahaan milik negara, dan obligasi perusahaan swasta.
Obligasi pemerintah adalah obligasi yang diterbitkan oleh pemerintah,
obligasi perusahaan milik negara adalah obligasi yang diterbitkan oleh
perusahaan milik pemerintah, dan obligasi perusahaan swasta adalah
obligasi yang diterbitkan oleh perusahaan swasta murni. Jenis obligasi
selain dilihat dari penerbitnya ada juga yang dilihat dari pendapatan yang
diberikan. Menurut Hadi (2013:110) menyatakan bahwa dilihat dari rate of
return yang berupa pemberian pendapatan pada para pemegang oligasi
oleh penerbit obligasi berupa tingkat bunga tertentu, maka obligasi dapat
dibagi atas dua jenis yaitu:
1. Coupon Bond
42
Merupakan obligasi yang memberikan pendapatan tetap berupa
tingkat bunga tertentu yang dibayarkan pada periode tertentu.
Obligasi jenis ini membayar bunga secara periodik, misalnya
setiap semesteran atau tahunan.
2. Zero Coupon Bond
Disamping obligasi yang memberikan pendapatan tetap berupa
tingkat bunga tertentu, terdapat pula obligasi yang tidak
memberikan tingkat bunga tertentu secara periodik. Obligasi
tipe ini disebut obligasi zero coupon bond. Zero coupon bond
tidak mempunyai coupon, sehingga investor tidak akan
menerima bunga secara periodik. Pendapatan obligasi tipe ini,
bunga dibayarkan sekaligus waktu pada saat pembelian.
Pernyataan diatas menjelaskan bahwa jenis obligasi yang dilihat
dari pendapatan yang diberikan terdiri dua jenis yaitu coupon bond dan
zero coupon bond. Coupon bond adalah obligasi yang memberikan
pendapatan tetap berupa tingkat bunga tertentu sedangkan zero coupon
bond adalah obligasi yang tidak memberikan tingkat bunga tertentu secara
periodik. Jenis-jenis obligasi yang lain dapat dilihat dari bentuk bunga
yang diberikan. Menurut Hadi (2013:110) dilihat dari bentuk bunga yang
melekat pada obligasi sebagai pendapatan para pemegang obligasi, maka
obligasi dikelompokkan menjadi 3 jenis, antara lain:
1. Obligasi dengan Bunga Tetap (Fixed Rate Bond)
Obligasi jenis ini, bunga pada obligasi ditetapkan pada awal
penjualan obligasi dan tidak berubah sampai jatuh tempo.
2. Obligasi dengan Bunga Mengambang (Floating Rate Bond)
Bunga pada obligasi ini ditetapkan pada waktu pertama kali
kupon pertama sedangkan pada waktu jatuh tempo kupon
pertama maka akan ditentukan tingkat bunga untuk kupon
berikutnya.
3. Obligasi dengan Bunga Campuran (Mixed Rate Bond)
Obligasi jenis ini merupakan obligasi yang memberikan bunga
tipe gabungan antara bunga tetap dan dengan bunga
mengambang.
Berdasarkan uraian diatas maka dapat dipahami bahwa jenis
obligasi yang dilihat dari bentuk bunga yang diberikan dibagi menjadi tiga
43
jenis yaitu Obligasi dengan Bunga Tetap (Fixed Rate Bond), Obligasi
dengan Bunga Mengambang (Floating Rate Bond), dan Obligasi dengan
Bunga Campuran (Mixed Rate Bond). Jenis-jenis obligasi yang lain dapat
dilihat dari jaminan yang menyertai. Menurut Hadi (2013:110-111) dilihat
dari apakah suatu obligasi terdapat jaminan atau tidak terdapat jaminan,
maka obligasi dikelompokkan menjadi 2 jenis, antara lain:
1. Secured Bond ( Obligasi dengan Jaminan)
Merupakan obligasi yang ada jaminannya, yang mana
jaminannya berupa hadirnya guarantor atau jaminan berupa
aktiva tetap.
2. Unsucred Bond (Obligasi tanpa Jaminan)
Merupakan obligasi yang tidak ada guarantor-nya serta tidak
ada jaminan.
Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat ditarik penjelasan bahwa
jenis obligasi yang dilihat dari jaminan yang menyertai dibagi menjadi dua
jenis yaitu secured bond (obligasi dengan jaminan) dan unsucred bond
(obligasi tanpa jaminan). Jenis-jenis obligasi yang lain dapat dilihat dari
tempat penerbitnya. Menurut Hadi (2013:111) dilihat dari aspek tempat
asal penerbitan dan tempat dimana obligasi tersebut diperdagangkan,
obligasi dikelompokan menjadi 3 jenis, antara lain:
1. Domestic Bond (Obligasi Domestik)
Merupakan obligasi yang diterbitkan oleh perusahaan atau
lembaga dalam negeri dan dipasarkan di dalam pasar modak
negeri.
2. Foreign Bond (Obligasi Asing)
Merupakan obligasi yang diterbitkan oleh perusahaan atau
lembaga asing dan dipasarkan dimana obligasi tersebut
diterbitkan.
3. Global Bond
Obligasi yang diterbitkan untuk dapat diperdagangkan
dimanapun tanpa adanya keterbatasan tempat penebitan atau
tempat perdagangan terntentu.
44
Penjelasan diatas dapat diartikan bahwa jenis obligasi yang dilihat
dari tempat penerbitnya terdiri dari tiga jenis yaitu domestic bond (obligasi
domestik), foreign bond (obligasi asing), dan global bond yaitu obligasi
yang diperdagangkan dimanapun tanpa ada batasan yang membatasinya.
Jenis-jenis obligasi yang lain dapat dilihat dari tempat penerbitnya.
Menurut Hadi (2013:111) dilihat dari rating (pemeringkatan) obligasi,
maka obligasi dapat dibagi menjadi 2 jenis, antara lain:
1. Investment – grade bond
Merupakan obligasi yang telah diperingkat dan termasuk dalam
peringkat yang layak untuk investasi (investment grade).
2. Non-investment Grade Bond
Merupakan obligasi yang telah diperingkat, tetapi tidak
termasuk peringkat yang layak untuk investasi (non-investmest
grade).
Berdasarkan uraian diatas maka dapat dipahami bahwa jenis
obligasi yang dilihat dari tempat penerbitnya terdiri dari dua jenis yaitu
Investment – grade bond dan Non-investment Grade Bond. Jenis-jenis
obligasi yang lain dapat dilihat dari Call Feature. Menurut Hadi
(2013:111-112) dilihat dari segi call feature, obligasi dibagi atas tiga jenis,
yaitu:
1. Freely Callable Bond
Merupakan obligasi yang dapat dibeli kembali oleh penerbitnya
sebelum obligasi tersebut jatuh tempo.
2. Noncallable Bond
Merupakan obligasi yang mana penerbitnya tidak dapat
membeli kembali dari pemegangnya sebelum tersebut jatuh
tempo, kecuali penerbitnya membelinya melalui mekanisme
pasar.
3. Deferred Callable Bond
Merupakan obligasi kombinasi antara freely callable bond
dengan noncallable bond. Biasanya ditentukan suatu batas
45
waktu tertentu dimana obligasi tersebut tidak dapat dibelikan
kembali (noncallable).
Berdasarkan penjelasan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa
jenis obligasi yang dilihat dari segi call feature terdiri dari tiga jenis. Tiga
jenis tersebut yaitu Freely Callable Bond adalah obligasi yang dapat dibeli
kembali, Noncallable Bond adalah obligasi yang tidak dapat dibeli kembali
kecuali melalui mekanisme pasar dan Deferred Callable Bond adalah
obligasi kombinasi antara freely callable bond dengan noncallable bond.
3. Karakteristik Obligasi
Berdasarkan website resmi Bursa Efek Indonesia (www.idx.co.id)
karakterisik yang harus dimiliki oleh sebuah obligasi adalah sebagai
berikut:
a. Nilai Nominal (Face Value) adalah nilai pokok dari suatu
obligasi yang akan diterima oleh pemegang obligasi pada saat
obligasi tersebut jatuh tempo.
b. Kupon (The Interest Rate) adalah nilai bunga yang diterima
pemegang obligasi secara berkala (kelaziman pembayaran
kupon obligasi adalah setiap 3 atau 6 bulanan). Kupon obligasi
dinyatakan dalam annual prosentase.
c. Jatuh Tempo (Maturity) adalah tanggal dimana pemegang
obligasi akan mendapatkan pembayaran kembali pokok atau
nilai nominal obligasi yang dimilikinya. Periode jatuh tempo
obligasi bervariasi mulai dari 365 hari sampai dengan di atas 5
tahun. Obligasi yang akan jatuh tempo dalam waktu 1 tahun
akan lebih mudah untuk diprediksi, sehingga memiliki risiko
yang lebih kecil dibandingkan dengan obligasi yang memiliki
periode jatuh tempo dalam waktu 5 tahun. Secara umum,
semakin panjang jatuh tempo suatu obligasi, semakin tinggi
kupon/bunga nya.
d. Penerbit/Emiten (Issuer), mengetahui dan mengenal penerbit
obligasi merupakan faktor sangat penting dalam melakukan
investasi Obligasi Ritel. Mengukur risiko/kemungkinan dari
penerbit obigasi tidak dapat melakukan pembayaran kupon dan
atau pokok obligasi tepat waktu (disebut default risk) dapat
46
dilihat dari peringkat (rating) obligasi yang dikeluarkan oleh
lembaga pemeringkat seperti PEFINDO atau Kasnic Indonesia.
4. Nilai Obligasi
Nilai obligasi mempunyai tiga macam nilai yaitu nilai maturity
(maturity value ), nilai pasar obligasi (market value), dan nilai intrinsik
obligasi (intrinsic value). Hartono menjelaskan (2017:238-239)
diantaranya adalah:
a. Nilai maturity (maturity value) atau disebut juga nilai jatuh
tempo adalah nilai yang dijanjikan akan dibayar pada saat
obligasi jatuh tempo.
b. Nilai pasar obligasi (market value)) adalah jual obligasi yang
terdaftar di pasar modal pada saat tertentu.
c. Nilai intrinsik obligasi (intrinsic value) atau nilai fundamenntal
(fundamental value) atau nilai sesungguhnya dari suatu
obligasi adalah perkiraan nilai sebenarnya dari suatu obligasi.
5. Harga Obligasi
Menentukan harga obligasi dipandang penting karena untuk
mengetahui apakah satu pembelian atau penjualan obligasi memperoleh
keuntungan atau sebaliknya. Menurut hadi (2013:118) harga suatu obligasi
tidak ditentukan dalam nilai mata uang, tetapi dinyatakan dalam presentase
(%). Harga suatu obligasi akan menentukan kondisi:
a. Pada pasar perdana harga obligasi dijual sesuai dengan nilai
nominalnya atau = 100% dan disebut at par.
b. Jika harga obligasi > 100 % disebut at premium.
c. Jika harga obligasi < 100 % misal 98 % disebut at discount.
6. Hasil Obligasi (Bond Yield)
47
Yield adalah keuntungan investasi obligasi yang dinyatakan dalam
persentase. Keuntungan investasi tersebut adalah berupa kupon yang
diterima dan selisih kurs obligasi. Menurut Samsul (2015:267-273)
menjelaskan terdapat beberapa perhitungan bond yield yaitu sebagai
berikut:
a. Nominal Yield
Nominal Yield adalah yield sebesar tingkat kupon. Nominal
yield diperoleh dari pembelian obligasi sebesar harga
nominalnya dan kupon diterima terus-menerus sampai jatuh
tempo dan pada akhir jatuh tempo diterima jumlah investasi
sebesar nilai nominalnya.
b. Current Yield
Current Yield adalah kupon ang diterima dibandingkan modal
yang diinvestasikan ke dalam obligasi. Apabila modal yang
diinvestasikan sebesar nominal current yield berada di bawah
tingkat kupon. Apabila modal yang diinvestasikan lebih rendah
dari nilai nominal, maka current yield berada di atas tingkat
kupon
c. Yield to Maturity (YTM)
Yield to Maturity (YTM) adalah hasil investasi obligasi yang
dinyatakan dalam presentase yang dihitung mulai dari saat
tanggal pembelian sampai dengan tanggal jatuh tempo.
d. Yield to Call (YTC) dan Yield to Put (YTP)
Investor akan mendapat YTC yang lebih rendah daripada YTM
apabila harga beli obligasi diperoleh diatas call price, dan YTC
yang lebih besar daripada YTM apabila harga beli obligasi
dibawah call price.
e. Internal Rate of Return
Kurs beli merupakan nilai yang harus dibayar sekarang,
sehingga disebut sebagai nilai sekarang atau modal. Kupon
yang diterima secara periodik dan kurs jual ataupun nominal
yang diterima disebut terminal value pada saat periode terakhir.
Metode IRR digunakan untuk menghitung yield suatu obligasi
dan mepertimbangkan nilai waktu dari uang (time value of
mone).
f. Holding Period Return
Perhitungan hasil investasi obligasi sejak tanggal pembelian
sampai dengan tanggal penjualan dapat dilakukan dengan
metode yang disebut holding period return-HPR. Selama
periode penyimpanan tersebut investor obligasi menerima
48
kupon periodik dan capital gain jika obligasi dijual dengan
kurs yang lebih tinggi daripada kurs pembelian.
7. Risiko Obligasi
Obligasi memiliki resiko yang lebih rendah dibandingkan dengan
saham, tetapi obligasi adalah suat aktiva yang tetap berisiko. Hartono
menyatakan (2017:251-252) “Risiko dari obligasi adalah kemungkinan
obligasi tidak terbayar (default). Peringkat obligasi (bond rating) dapat
digunakan sebagai proksi dari risiko obligasi”.
Tabel 4. Peringkat Obligasi Menurut S&P
Peringkat Keterangan
AAA Mempunyai kemampuan sangat kuat untuk membayar
bunga-bunga dan membayar kembali prinsipal.
AA Mempunyai kemampuan kuat untuk membayar bunga-
bunga dan membayar kembali prinsipal.
A Mempunyai kemampuan kuat untuk membayar bunga-
bunga dan membayar kembali prinsipal tetapi lebih rentan
terhadap kondisi-kondisi yang berubah terbalik
dibandingkan dengan kasus dari AA.
BBB Mempunyai kemampuan cukup untuk membayar bunga-
bunga dan membayar kembali prinsipal. Bahkan lebih
rentan terhadap kondisi-kondisi yang berubah terbalik
dibandingkan dengan obligasi-obligasi peringkat A.
BB, B,
CCC, CC, C
Dianggap spekulatif terhadap kemampuan untuk membayar
bunga-bunga dan membayar kembali prinsipal. BB
menunjukkan tingka terendah dari spekulasi dan C
menunjukkan tingkat tertinggi dari spekulasi.
D Gagal (default) pembayaran bunga-bunga dan pembayaran
kembali prinsipal tertunggak.
+ atau - Dapat digunakan untuk menunjukkan posisi relatif di dalam
suatu kategori.
Sumber: Hartono (2017:252)
49
H. Government Bonds
Sutedi menjelaskan (2009:11) bahwa Government Bonds adalah “
Pemerintah suatu negara menerbitkan obligasi pemerintah dalam mata uang
negaranya maupun obligasi pemerintah dalam denominasi valuta asing yang
biasa disebut dengan obligasi internasional sivereign bond”. Government
bonds mempunyai sifat yang sama dengan obligasi perusahaan, hanya berbeda
penerbitnya yaitu pemerintah. Umumnya government bonds dianggap
memiliki resiko yang lebih kecil dari pada obligasi perusahaan swasta.
Adapun variabel government bonds dalam penelitian ini menggunakan tiga
indikator, yaitu:
1. Volume Perdagangan
“Volume perdagangan mencerminkan kekuatan antara supply dan
demand yang merupakan manifestasi dari tingkah laku investor. Dengan
naiknya volume perdagangan maka keadaan pasar dapat dikatakan
menguat, demikian pula sebaliknya” (Ang dalam Maknun, 2010:16). Jadi
dapat disimpulkan dari penjelasan tersebut bahwa volume perdagangan
adalah sebuah jumlah perdagangan obligasi yang telah diperdagangkan.
Investor berminat dengan volume perdagangan yang besar karena hal
tersebut akan dapat memberikan return obligasi yang yang besar kepada
investor. Keadaan pasar yang menguat ditunjukkan dengan adanya
kenaikan volume perdagangan. Sebaliknya, keadaan pasar yang menurun
ditunjukkan dengan turunnya volume perdagangan.
2. Kapitalisasi Perdagangan
50
Zulbiadi Latief (2018) menyatakan kapitalisasi adalah “Nilai dari
suatu perusahaan di bursa efek berdasarkan harga yang diberikan oleh
investor atas ekspektasi dari kinerja bisnisnya”. Jadi dari pengertian
tersebut maka dapat diambil kesimpulan bahwa kapitalisasi perdagangan
adalah harga pasar dikalikan dengan obligasi yang diterbitkan. Harga pasar
merupakan harga suatu obligasi pada pasar yang sedang berlangsung.
Harga pasar adalah harga penutupannya (closing price) dan harga pasar
inilah yang menyatakan naik turunnya suatu obligasi.
3. Frekuensi Perdagangan
Jannah (2011:4) mendefinisikan “Frekuensi dalam bahasa
Inggrisnya adalah frequency berarti: “kekerapan”, “keseimbangan”,
“keseringan”, atau “jarangkerap”. Dalam statistik, “frekuensi”
mengandung pengertian: Angka (bilangan) yang menunjukkan seberapa
kali suatu variabel (yang dilambangkan dengan angkaangka itu) berulang
dalam deretan angka tersebut; atau berapa kalikah suatu variabel (yang
dilambangkan dengan angka itu) muncul dalam deretan angka tersebut”.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa frekuensi perdagangan
merupakan jumlah terjadinya transaksi perdagangan pada obligasi itu
sendiri. Obligasi yang frekuensi perdagangannya besar diduga dipengaruhi
transaksi obligasi yang sangat aktif, hal ini dikerenakan banyaknya minat
investor untuk membeli obligasi tersebut. Frekuensi menggambarkan
berapa kali obligasi diperjual belikan dalam kurun waktu tertentu.
Semakin tinggi frekuensi perdagangan suatu obligasi menunjukkan bahwa
obligasi tersebut semakin aktif diperdagangkan.
Frekuensi perdagangan merupakan pengukur paling tepat terhadap
aliran informasi yang diterima oleh para investor, hal ini ditunjukkan
51
dalam penelitian Jones, Kaul, dan Lipson dalam Sandrasari (2010:22) hasil
penelitian menunjukkan bahwa explanatory power regresi monoton
ditimbulkan oleh frekuensi perdagangan, meskipun size berpengaruh
namun secara ekonomi, signifikansi sangat kecil.
I. Pengaruh antar Variabel
1. Pengaruh Makroekonomi terhadap Kinerja Indeks Harga Saham
Gabungan (IHSG)
Variabel makroekonomi pada penelitian ini diukur melalui
indikator inflation, interest rate, dan Exchange rate. Kewal (2012)
meneliti pengaruh variabel makroekonomi terhadap Indeks Harga
Saham Gabungan (IHSG). Variabel yang digunakan dalam penelitian
ini adalah variabel Inflasi, Suku Bunga, Kurs, dan Pertumbuhan PDB.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa seluruh variabel makroekonomi
yang terdapat di penelitian tersebut berpengaruh terhadap Indeks
Harga Saham Gabungan (IHSG).
Indikator yang akan peneliti bahas adalah indikator inflation,
interest rate, dan exchange rate memiliki peran penting dalam
pengambilan keputusan investasi. Interest rate menentukan jenis-jenis
investasi yang akan memberi keuntungan kepada para pengusaha.
Interest rate yang lebih rendah dari tingkat pengembalian modal
menyebabkan investasi mengalami kegagalan dan membuat investor
membatalkan investasinya. “Investasi yang direncanakannya, hanya
52
akan dilaksanakan apabila tingkat keuntungan yang akan diperolehnya
adalah lebih besar dari suku bunga yang harus dibayar. Hanya dalam
keadaan seperti itu pengusaha tersebut akan memperoleh keuntungan
dari usahanya.” (Sukirno, 2015:123).
Pernyataan tersebut memberikan pengertian bahwa interest rate
memiliki pengaruh signifikan bagi investor dalam melakukan
keputusan investasi. Pembelian/penjualan sekuritas di pasar modal
yang dilakukan oleh investor maka akan mempengaruhi pergerakan
trend bursa dan secara keseluruhan mempengaruhi Indeks Harga
Saham.Inflation yang tinggi akan mengakibatkan Bank Sentral untuk
melakukan kebijakan moneter dengan menaikkan interest rate.
Interest rate yang tinggi akan mempengaruhi keputusan
investasi oleh investor. Tingginya tingkat interest rate akan membuat
investor untuk memilih menginvestasikan dananya ke dalam bentuk
deposito dibandingkan menanamkan modalnya di pasar modal.
Rendahnya interest rate maka investor akan lebih memilih
menginvestasikan dananya ke dalam pasar modal dari pada dalam
bentuk deposito.
Melemahnya nilai uang suatu negara akan memberikan suatu
keuntungan tersendiri bagi investor. Nilai mata uang negara yang
mengalami pelemahan dengan wajar maka akan menarik para investor
untuk menanamkan modalnya di pasar modal. Hal tersebut akan
53
mempengaruhi trend bursa yang berdampak pada Indeks Harga
Saham.
2. Pengaruh Makroekonomi terhadap Government Bonds
Menurut Hartono (2017:230) menyatakan “Obligasi (bond)
dapat didefinisikan sebagai utang jangka panjang yang akan dibayar
kembali pada saat jatuh tempo dengan bunga yang tetap jika ada”.
Obligasi (bond) juga diterbitkan oleh pemerintah yang dinamakan
dengan obligasi pemerintah (Government Bonds). Penelitian ini
indikator yang menjadi pengukur variabel government bonds adalah
volume, kaptalisasi, dan frekuensi. Pembahasan pengaruh antar
variabel makroekonomi dan government bonds peneliti akan fokus
membahas pengaruh variabel makroekonomi yang terdiri dari
beberapa indikator yaitu inflation, interest rate, dan exchange rate
terhadap volume, kaptalisasi, dan frekuensi obligasi pemerintah.
Terjadinya inflation mempunyai sisi positif dan negatif bagi
masing-masing pihak. Bagi kalangan investor sangat penting untuk
menurunkan inflation dikarenakan peningkatan inflation merupakan
sinyal negatif bagi para pemodal di pasar modal. Inflation
mengakibatkan peningkatan biaya produksi lebih tinggi dari pada
peningkatan harga yang dapat diperoleh perusahaan dan profitabilitas
atau pendapatan bersih suatu perusahaan akan turun.
“Inflasi juga bisa berhubungan dengan suku bunga, yaitu
seperti pada inflasi yang semakin tinggi dan tanpa diimbangi
oleh kenaikan suku bunga, maka akan bisa menimbulkan
keuntungan investasi terutama di pasar uang, ini terjadi
54
daripergerakan fluktuasi yang tidak terkontrol. Dan lebih jauh
ini bisa menyebabkan melemahnya nilai tukar.”
(Fahmi,2014:234)
Berdasarkan penjelasan tersebut maka jika terjadi suatu
inflation yang tinggi maka pihak Bank Sentral akan menaikkan suku
bunga (interest rate) untuk mencegah terjadinya pelemahan nilai tukar
mata uang. Jika Bank Sentral menaikkan tingkat suku bunga (interest
rate) maka akan berdampak terhadap investor yang akan lebih memilih
untuk menginvestasikan modalnya dalam bentuk deposito dan pasar
modal akan mengalami penurunan yang berakibat penurunan
penjualan obligasi. Hal tersebut dilakukan karena dengan analisis para
investor melihat lebih banyak keuntungan yang didapatkan.
Perubahan dan stabilitas nilai tukar (exchange rate) antara mata
uang domestik dan asing merupakan suatu hal yang harus dilihat oleh
para investor. Nilai tukar (exchange rate) mempengaruhi permintaan
obligasi di Indonesia. Jika kurs rupiah terhadap USD turun, maka
permintaan terhadap obligasi meningkat dan investasi terhadap
obligasi mengalami kenaikan karena dalam kondisi tersebut investor
lebih memilih menginvetasikan modalnya di pasar modal dari pada
dalam deposito.
3. Pengaruh Kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)
terhadap Goverment Bonds
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) merupakan salah satu
indeks pasar saham yang digunakan oleh Bursa Efek Indonesia (BEI).
55
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mencerminkan transaksi yang
terjadi pada saham-saham di bursa. Sukanto menyebutkan (2009)
“Indeks Harga Saham Gabungan berpengaruh signifikan positif
terhadap harga obligasi pemerintah indonesia. Hal ini disebabkan
banyaknya dana obligasi pemerintah yang diportofoliokan pemerintah
pada lantai bursa”. Berdasarkan pernyataan tersebut maka Indeks
Harga Saham Gabungan (IHSG) berpengaruh terhadap government
bonds. Pada penelitian ini variabel government bonds diukur melalui
indikator volume, kapitalisasi, dan frekuensi. Peneliti akan fokus
membahas pengaruh Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terhadap
volume perdagangan, kapitalisasi perdagangan dan frekuensi
perdagangan obligasi pemerintah.
“Dalam jangka panjang kedua pasar tersebut akan bergerak
bersamaan (interdependent atau cointegrted) dengan arah
pergerakan yang berlawanan karena jika pada satu pasar dapat
diperoleh imbal hasil diatas normal maka dana dari yang lain
akan mengalir ke pasar tersebut sehingga akan terjadi
peningkatan harga di pasar pertama dan penurunan harga di
pasar kedua.”(Ardiansyah, 2010:3)
Pernyataan tersebut menjelaskan bahwa yang dimaksud kedua
pasar tersebut adalah pasar saham dan pasar obligasi. Teori ini bertolak
belakang dengan penelitian terdahulu yang dilakukakn oleh Sukanto
(2009) yang menyatakan bahwa Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)
berpengaruh positif terhadap government bonds. Jadi, Indeks Harga Saham
Gabungan (IHSG) dapat berpengaruh terhadap government bonds. Kedua
pasar tersebut mempunyai resiko masing-masing. Secara teoritis pasar
56
saham lebih beresiko daripada pasar obligasi, sehingga secara umum
investor menginginkan imbal hasil yang lebih besar karena adanya resiko
yang lebih besar. Imbal hasil di pasar pertama akan mengalami penurunan
tapi pasar kedua imbal hasil mengalami peningkatan.
J. Model Konsep dan Hipotesis
1. Model Konsep
Berdasarkan teori yang telah dijelaskan, maka dapat ditentukan
suatu model konsep tentang variabel Makroekonomi, variabel Kinerja
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), dan variabel Government
Bonds,. Model konsep ini menggambarkan bahwa Makroekonomi
mempengaruhi Kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan
Government Bonds di bursa efek Indonesia. Hubungan konsep tersebut
adalah sebagai berikut:
Gambar 1. Model Konseptual
Sumber: Data diolah, 2019
Makroekonomi
Government
Bonds
Kinerja Indeks
Harga Saham
Gabungan (IHSG)
57
2. Model Hipotesis
Hipotesis didapatkan dari pengembangan model konsep yang
telah ditentukan. Berdasarkan model konsep yang telah dibuat, maka
hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini diturunkan menjadi model
hipotesis sebagai berikut :
Gambar 2. Model Hipotesis
Sumber: Data diolah, 2019
Berdasarkan model hipotesis di atas, maka rumusan model hipotesis
yang diajukan adalah sebagai berikut:
H1 = Makroekonomi berpengaruh terhadap Kinerja Indeks Harga
Saham Gabungan (IHSG)
H2 = Makroekonomi berpengaruh terhadap Government Bonds
H3 = Kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berpengaruh
terhadap Government Bonds
Makroekonomi
(X)
Government
Bonds (Y2)
Kinerja Indeks Harga
Saham Gabungan
(IHSG)
(Y ) H1 H3
H2
58
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah explanatory research dengan menggunakan
deskriptif kuantitatif. Menurut Abdillah (2015:11) penelitian deskriptif adalah
“Pengumpulan data untuk menguji hipotesis atau menjawab pertanyaan
terkait subjek penelitian”. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti pengaruh
maroekonomi yang berdampak terhadap indeks harga saham gabungan
(IHSG) dan obligasi pemerintah (Government Bonds). Serta menguji rumusan
hipotesis yang kemudian pengujian hipotesis tersebut akan diinterpretasikan.
Sugiyono menjelaskan (2017:7) bahwa “Metode penelitian kuantitatif
dapat diartikan sebagai metode penilitian yang berlandaskan pada filsafat
positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu,
pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat
kuantitatif statistik, dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah
ditetapkan”. Berdasarkan penjelasan tersebut metode kuantitatif digunakan
karena metode ini menekankan pada pengujian teori melalui pengukuran
variabel penelitian dengan menggunakan prosedur statistika. Penelitian
menggunakan pendekatan deduktif yang bertujuan untuk menguji hipotesis.
Pendekatan deduktif disebut juga dengan paradigma tradisional, positivis,
eksperimental, atau empiris. Peneliti ingin mengetahui korelasi antar variabel
59
makroekonomi dengan indeks harga saham gabungan (IHSG), makroekonomi
dengan government bonds, dan indeks harga saham gabungan (IHSG) dengan
government bonds.
B. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada pada negara Indonesia pada Bursa Efek
Indonesia, Bank Indonesia, Kementerian Perdagangan, dan Yahoo Finance
sesuai dengan tujuan penelitian. Lokasi penelitian dipilih berdasarkan
kebutuhan data. Lokasi penelitian dipilih di website tersebut dengan
pertimbangan website tersebut memiliki data lengkap dan dapat dipercaya
mengenai inflation, interest rate, exchange rate, volume perdagangan,
kapitalisasi perdagangan, dan frekuensi perdagangan government bonds yang
dikategorikan berdasarkan interval data bulanan (monthly).
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Sugiyono (2015:115) menyatakan bahwa “Populasi merupakan
wilayah generalisasi yang terdiri dari objek-objek yang mempunyai
kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan”. Populasi adalah
sekumpulan individu yang memiliki karakteristik yang sama. Populasi
60
dalam penelitian ini adalah adalah 36 bulan data time series (3 tahun
dikali 12 bulan) untuk setiap variabel bebas dan terikat.
2. Sampel
Sugiyono (2015:116) menjelaskan bahwa “Sampel adalah
bagian karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut”. Teknik
pengambilan sampel dalam penelitian ini dengan pengambilan sampel
jenuh untuk mendapatkan akurasi yang representatif. Adapun dalam
penelitian ini sampel sama dengan populasi yaitu 36 bulan data dari
jumlah dan time series periode 2015-2017 untuk setiap variabel bebas
dan terikat.
D. Variabel dan Pengukurannya
Menurutt Abdillah (2015:17) bahwa yang dimaksud dengan variabel
penelitian adalah „‟karakteristik partisipan atau situasi pada suatu penelitian
yang memiliki nilai berbeda pada studi tersebut. Suatu variabel harus memiliki
variasi atau perbedaan nilai atau level/kategori”. Variabel dalam penelitian ini
yang akan dianalisis dibedakan menjadi dua, yaitu variabel dependen (Y) dan
variabel independen (X). Sugiyono (2017:39) menjelaskan”Variabel
independen (variabel bebas) adalah merupakan variabel yang mempengaruhi
atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen.
Variabel dependen (variabel terikat) adalah variabel yang dipengaruhi atau
yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas”.
61
Variabel independen pada penelitian ini adalah Makroekonomi (X1),
variabel dependen dan independenya yaitu Indeks Harga Saham Gabungan
(IHSG) (Y1) dan variabel dependennnya adalah Government Bonds (Y2).
Masing-masing variabel dalam penelitian ini memiliki indikator yang
digunakan dalam pengukurannya. Rincian variabel dan indikator pada masing-
masing variabel disajikan pada tabel berikut:
Tabel 5. Variabel dan Pengukuran
No. Variabel Indikator Data Sumber
1. Makroekonomi
(X)
Inflation
Rate (X1)
% Bank Indonesia
Exchange
Rate (X2)
USD
Domestic
Currency
Kementerian
Perdagangan
Indonesia
Interest
Rate (X3)
% Bank Indonesia
2. Indeks Harga
Saham Gabungan
(IHSG) (Y1)
IHSG Index Yahoo Finance
3. Government
Bonds (Y2)
Volume
(Y2.1)
Milyar Bursa Efek Indonesia
Kapitalisasi
(Y2.2)
Milyar Bursa Efek Indonesia
Frekuensi
(Y2.3)
Kali (x) Bursa Efek Indonesia
Sumber: Data diolah, 2019
62
E. Definisi Operasional Variabel
Sesuai dengan tabel identifikasi variabel dan indikatornya tersebut di atas,
maka definisi operasional masing-masing indikator dalam variabel penelitian
adalah sebagai berikut:
1. Makroekonomi
Makroekonomi menjelaskan kinerja ekonomi, struktur ekonomi,
perilaku ekonomi, dan pengambilan keputusan ekonomi secara keseluruhan.
Variabel makroekonomi dalam penelitian ini ada tiga indikator, yaitu
inflation, interest rate, dan exchange rate.
a. Inflation
Inflation adalah suatu keadaan yang menggambarkan situasi
dan kondisi dimana harga barang mengalami kenaikan dan nilai mata
uang mengalami pelemahan. Tingkat inflation yang digunakan dalam
penelitian ini adalah inflation rate. Data yang digunakan merupakan
data bulanan yang bersumber dari website Bank Indonesia.
b. Interest Rate
Interest rate atau suku bunga adalah harga yang dibayarkan
atas penggunaan kredit. Interest rate yang digunakan pada penelitian
ini merupakan interest rate yang ditentukan oleh Bank Sentral
Indonesia yaitu Bank Indonesia. Data mengenai interest rate diambil
dari website Bank Indonesia. Data yang digunakan adala data rata-rata
bulanan.
c. Exchange Rate
63
Exchange rate adalah harga dari suatu mata uang dengan mata
uang negara lain. Exchange rate yang digunakan dalam penelitian ini
adalah exchange rate bulanan dengan satuan US Dollar/Domestic
Currency. Data mengenai exchange rate diambil dari website
Kementerian Perdagangan Indonesia.
2. Kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) merupakan keseluruhan
indeks harga saham seluruh sektor dalam bursa efek. yang digunakan
dalam penelitian ini adalah bersumber dari website Yahoo Finance dan
data yang diambil adalah data bulanan (monthly). Periode tahun yang
digunakan peneliti adalah tahun 2015-2017.
3. Government Bonds
Government Bonds adalah obligasi atau surat utang yang
diterbitkan oleh pemerintah. Setiap obligasi yang diterbitkan oleh
pemerintah adalah obligasi tanpa jaminan (non-secured bond).
Government bonds yang digunakan dalam penelitian ini adalah bersumber
dari website Bursa Efek Indonesia dan data yang diambil adalah data
bulanan (monthly). Periode tahun yang digunakan oleh peneliti adalah
tahun 2015-2017.
Variabel government bonds dalam penelitian ini diukur melalui
tiga indikator yaitu:
a. Volume Perdagangan
64
Volume perdagangan merupakan salah satu indikator dari
government bonds yang berkaitan dengan jumlah perdagangan obligasi
yang telah diperdagangkan. Volume perdagangan yang besar
menunjukkan bahwa obligasi sangat diminati oleh investor. Volume
perdagangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah volume
perdagangan government bonds negara Indonesia dengan rata-rata
bulanan. Data volume perdagangan ini peneliti ambill dari website
Bursa Efek Indonesia.
b. Kapitalisasi Perdagangan
Kapitalisasi perdagangan merupakan salah satu indikator dari
government bonds yang berkaitan dengan nilai pasar dari obligasi
yang telah diterbitkan. Kapitalisasi perdagangan yang besar pada
umumnya akan menjadi daya tarik untuk investor dalam memilih
obligasi. Kapitalisasi perdagangan yang digunakan dalam penelitian ini
adalah kapitalisasi perdagangan government bonds negara Indonesia
dengan rata-rata bulanan. Data volume perdagangan ini peneliti ambill
dari website Bursa Efek Indonesia.
c. Frekuensi Perdagangan
Frekuensi perdagangan merupakan salah satu indikator dari
government bonds yang berkaitan dengan transaksi obligasi. Obligasi
yang frekuensi perdagangannya besar dipengaruhi oleh transaksi
obligasi yang sangat aktif. Terjadinya peningkatan permintaan obligasi
akan menjadi peningkatan frekuensi perdagangan. Frekuensi
65
perdagangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah frekuensi
perdagangan government bonds negara Indonesia dengan rata-rata
bulanan. Data frekuensi perdagangan ini peneliti ambill dari website
Bursa Efek Indonesia.
F. Teknik Pengumpulan Data
Sugiyono (2017:224) menjelaskan “Teknik pengumpulan data
merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan
utama dari penelitian adalah mendapatkan data”. Data merupakan suatu hal
yang sangat penting dalam sebuah penilitian. Data penelitian berperan penting
dalam menentukan desain penelitian dan teknik analisis. Abdillah (2015:50)
menyatakan bahwa, “ Data adalah input utama yang akan diolah dalam proses
penelitian untuk menghasilkan output yang akan menjawab masalah dan
pertanyaan penelitian.” Pengumpulan data merupakan langkah yang tergolong
penting dalam proses penelitian. Teknik pengumpulan data dalam penelitian
ini adalah teknik dokumentasi dengan cara menelusuri data historis yang
diperoleh dari berbagai sumber.
G. Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data skunder.
Abdillah (2015:51) mengemukakan bahwa “Data skunder adalah data yang
telah diolah, disimpan, disajikan dalam format atau bentuk tertentu untuk
66
kepentingan tertentu”. Data sekunder pada umumnya berasal dari sumber
sekunder akan tetapi dapat juga bersumber dari sumber primer. Peneliti
memperoleh data sekunder tersebut dari beberapa sumber diantaranya adalah
dari website Bank Indonesia, Bursa Efek Indonesia dan didukung oleh
beberapa data dari website Indonesia Bond Pricing Agency dan website
Investing.
H. Anlisis Data
Data yang telah dikumpulkan dan diolah, akan dianalisis sesuai dengan
kebutuhan penelitian. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan
bantuan metode Partial Least Square (PLS) dengan menggunakan software
statistik smart PLS 3.2.8. Analisis data digunakan untuk menjawab rumusan
masalah yang ada.
Analisis Partial Least Square (PLS) adalah teknik statistika multivariat
yang melakukan pembandingan antara variabel dependen berganda dan
variabel independen berganda. PLS adalah salah satu metode statistik SEM
berbasis varian yang didesain untuk menyelesaikan regresi berganda ketika
terjadi permasalahan spesifik pada data.” (Abdillah:162).
PLS digunakan dalam penelitian ini karena variabel yang digunakan
dalam penelitian ini adalah variabel laten yang tidak dapat diukur secara
langsung. Variabel laten tersebut dijelaskan berdasarkan indikator-indikator
formatifnya masing-masing. penggunaan metode PLS, peneliti dapat melihat
pengaruh antar variabel laten berdasarkan indikator pembentuknya.
67
Pertimbangan lain yang digunakan peneliti menggunakan PLS adalah
bahwa “ PLS menggunakan literasi algoritma yang terdiri atas seri OLS untuk
menghindari masalah identifikasi model yang bersifat non-recursive (model
yang bersifat reciprocal antara variabel independen dan dependen), yang
tidak dapat diselesaikan oleh SEM berbasis kovarian.” (Abdilah:164)
1. Variabel dalam PLS
Langkah awal dalam PLS adalah membuat analisis jalur (Path Model).
Analisis jalur ini digunakan untuk menggambarkan pengaruh antar variabel.
Terdapat dua jenis variabel dalam PLS ini, yaitu variabel laten dan variabel
indikator. Menurut Widarjono (2015:273) “Variabel laten adalah variabel
yang tidak bisa diukur secara langsung sedangkan variabel indikator adalah
variabel pembentuk variabel laten”. Variabel laten dari model ini adalah
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), makroekonomi, dan government
bonds. variabel indikator untuk government bonds adalah volume, kapitalisasi,
dan frekuensi perdagangan. Variabel indikator untuk makroekonomi adalah
inflation, interest rate, dan exchange rate.
2. Inner dan Outer Model
“PLS adalah analisis persamaan struktural (SEM) berbasis varian yang
secara simultan dapat melakukan pengujian model pengukuran sekaligus
pengujian model struktural. Model pengukuran digunakan untuk uji validitas
dan reabilitas sedangkan model struktural digunakan untuk uji kausalitas”
(Abdillah, 2015:164).
68
Langkah-langkah dalam menganalisis PLS Path Model ada dua yaitu
merancang model struktural (inner model) dan menggambarkan model
pengukuran (outer model). Abdillah menjelaskan (2015:188) “ Inner Model
atau model struktural menggambarkan hubungan kausalitas antar variabel
laten yang dibangun berdasarkan substansi teori. Outer model atau model
pengukuran menggambarkan hubungan antara blok indikator dengan variabel
latennya”. Inner model dalam penelitiann ini adalah hubungan antara
Makroekonomi sebagai variabel laten eksogen, sedangkan Indeks Harga
Saham Gabungan dan Government Bonds sebagai variabel leten endogennya.
3. Model Pengukuran Reflektif dan Formatif
PLS-SEM mempunyai dua cara membentuk variabel laten, yaitu
model pengukuran reflektif dan model pengukuran formatif. Abdillah
menjelaskan (2015:20-21) bahwa ”Model indikator reflektif mengasumsikan
bahwa kovarian diantara pengukuran dijelaskan oleh varian yang merupakan
manifestasi dari konstruk latennya. Indikatornya merupakan indikator efek
(effect indicator)”. Penelitian ini pengukuran reflektif tidak diaplikasikan pada
variabel apapun.
“Model indikator formatif mengasumsikan bahwa pengukuran saling
terikat memengaruhi konstruk latennya. Makna konstruk ditentukan oleh
indikator pengukuran, sehingga makna seluruh konstruk laten komposit
diturunkan dari indikator pengukurannya” (Abdillah, 2015:20). Variabel
makroekonomi, Kinerja indeks harga saham gabungan (IHSG), dan
government bonds disesuaikan dengan model pengukuran formatif ini. Hal ini
69
berarti bahwa indikator inflation, interest rate, dan exchange rate tidak dapat
saling mengganti dan penghilangan salah satunya akan memengaruhi variabel
makroekonomi. Volume perdagangan, kapitalisasi perdagangan, dan frekuensi
perdagangan juga tidak dapat saling mengganti dan penghilangan salah
satunya akan memengaruhi variabel government bonds. Pada dasarnya
perhitungan model reflektif dan formatif memiliki perbedaan pada arah panah
yang digunakan pada PLS Path Model. PLS Path Model dari penelitian ini
akan dijelaskan pada bagian selanjutnya.
4. Evaluasi Model
Analisis jalur di dalam PLS-SEM menjelaskan pengaruh antara
variabel laten di dalam inner model dan pengaruh antara variabel laten dan
indikator di dalam outer model. Seteah melakukan estimasi, tahap selanjutnya
adalah mengevaluasi seberapa baik model yang peneliti bangun berdasarkan
data sampel yang telah diambil. Evaluasi model dalam PLS dilakukan dengan
evaluasi outer model dan inner model. Model evaluasi untuk prediksi bersifat
non-parametrik dengan menggunakan prosedur bootstraping. Evaluasi model
diawali dengann evaluasi outermodel selanjutnya evaluasi inner model.
a. Evaluasi Outer Model
Evaluasi outer model bertujuan untuk mengevaluasi variabel
indikator. Terdapat beberapa metode dalam mengevaluasi outer model,
diantarannya adalah indicator reability, discriminant validity, internal
consistency, dan convergent validity. Widarjono (2015:277)
menjelaskan bahwa “Indicator Reliability didasarkan pada outer
70
loading. Jika nilai outer loading lebih dari 0,7 maka variabel indikator
perlu dipertahankan untuk penelitian uji teori sedangkan untuk
penelitian eksplorasi antara 0,5-0,7 dan kurang dari 0,5 maka variabel
indikator harus dihilangkan”. Jadi dapat disimpulkan bahwa secara
umum variabel indikator dipertahankan apabila koefisien >0,5.
b. Evaluasi Inner Model
Setelah melakukan evaluasi outer model, langkah berikutnya
adalah evaluasi inner model yang menjelaskan pengaruh variabel laten
terhadap variabel laten. Terdapat dua evaluasi dasar pada tahap ini
yaitu:
1) Signifikasi dan besarnya pengaruh variabel laten
Uji ini dilakukan untuk melakukam evaluasi besarnya pengaruh
masing-masing variabel laten dengan melihat koefisien analisis
jalurnya (path coeficient). Dasar pengambilan keputusan dalam uji t ini
adalah:
a). H0 diterima dan Ha ditolak jika t hitung < t tabel, atau p-value ≤
0.05 dengan t-tabel 1.96
b). H0 diterima dan Ha ditolak jika t hitung > t tabel, atau p-value ≥
0.05 dengan t-tabel 1.96
Menurut LaMorte, (2016:3), prosedur pengujian hipotesis pada
penelitian two-tailed dengan ukuran sampel lebih besar dari 30 (n≥30)
maka uji hipotesis menggunakan Zscore sebesar 1,96 dengan tingkat
alpha sebesar 0.05 (5%).
71
2) Koefisien Determinasi atau R²
“Koefisien determinasi mengukur seberapa jauh kemampuan
model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien
determinasi adalah antara nol dan satu. (Ghozali, 2016: 95). Dan
menurut Abdillah (2015:183) “nilai R² digunakan untuk mengukur
tingkat variasi perubahan variabel independen terhadap variabel
dependen. Semakin tinggi nilai R² berarti semakin baik model prediksi
dari model penelitian yang diajukan”. Berdasarkan pernyataan tersebut
dapat diketahui bahwa melalui koefisien ini dapat diketahui informasi
dan ketepatan model dalam suatu penelitian.
5. Persamaan Struktur Variabel Endogen
Pengaruh terhadap variabel endogen dalam penelitian ini adalah : variabel
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), dan variabel government bonds,
persamaan yang digunakan adalah sebagai berikut:
Y1 = b1X + ɛ1
Y2 = b2X + b3Y3 + ɛ2
Sumber: Sunyoto, 2012
Keterangan:
Y1 : Kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)
b1 : coefficient makroekonomi terhadap Kinerja indeks harga saham gabungan
(IHSG)
Y2 : Government Bonds
b2 : coefficent makroekonomi terhadap government bonds
b3 : coefficient Kinerja indeks harga saham gabungan (IHSG) terhadap
government bonds
ɛ : Error
72
I. PLS Path Model Penelitian
PLS Path Model menggambarkan dasar kerangka suatu penelitian PLS.
Analisis data selanjutnya haruslah berdasarkan dari PLS Path Model yang
terbentuk. PLS Path Model penelitian ini adalah sebagai berikut:
Gambar 3. Model Penelitian
Sumber: Diolah, 2019
Kinerja Indeks
Harga Saham
Gabungan (IHSG)
Makroekonomi Government
Bonds
Exchange Rate
Interest Rate
Inflation
Frekuensi volume Kapitalisasi
Inner
Model
73
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Objek penelitian ini adalah nilai makroekonomi dan Indeks Harga
saham Gabungan (IHSG) Indonesia untuk dinilai pengaruhnya terhadap
Government Bonds Indonesia. Pemilihan sampel diambil di negara Indonesia
dari bulan januari 2015 sampai dengan bulan Desember 2017. Sampel
diperoleh melalui website-website yang memiliki data yang dibutuhkan oleh
peneliti. Lokasi penelitian dipilih di banyak website tersebut dengan
pertimbangan website tersebut memiliki data lengkap dan dapat dipercaya
mengenai inflation, interest rate, exchange rate, voleme perdagangan,
kapitalisasi perdagangan, dan frekuensi perdagangan government bonds yang
dikategorikan berdasarkan interval data bulanan (monthly).
Penelitian ini memiliki tiga variabel, yaitu makroekonomi, kinerja
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), dan government bonds.
Makroekonomi pada penelitian ini diukur melalui tiga indikator yaitu
inflation, interest rate, exchange rate. Kinerja Indeks Harga Saham
Gabungan (IHSG) diukur melalui satu indikator yaitu Indeks Harga Saham
Gabungan (IHSG). Government bonds diukur melalui tiga indikator yaitu
volume perdagangan, kapitalisasi perdagangan, dan frekuensi perdagangan.
74
B. Deskripsi Variabel Penelitian
Pengukuran indikator yang dijadikan ukuran variabel penelitian ini
berasal dari data sekunder yang peneliti peroleh dari website Bank Indonesia,
Bursa Efek Indonesia (IDX), dan Yahoo Finance. Data sekunder secara
lengkap akan dilampirkan pada Lampiran 1. Peneliti akan berikan deskripsi
mengenai nilai minimum, nilai maksimum, dan rata-rata setiap indikator pada
masing-masing variabel yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut.
1. Makroekonomi
Variabel makroekonomi diukur melalui tiga indikator, yaitu
inflation, exchange rate, dan interest rate. Data dari masing-masing
indikator tersebut akan disajikan berdasarkan tingkat rata-rata, nilai
minimum, dan nilai maksimum. Data mengenai indikator dari variabel
makroekonomi ini peneliti mendapatkan dari website Bank Indonesia,
website Kementerian Perdagangan Indonesia, website Bursa Efek
Indonesia (IDX), dan website Yahoo Finance. Data yang peneliti ambil
adalah data dengan interval bulanan (monthly) mulai dari januari 2015
sampai dengan Desember 2017. Berikut adalah hasil analisis deskriptif
dari tiga indikator variabel makroekonomi tersebut.
a. Inflation
Indikator inflation yang peneliti gunakan dalam penelitian ini
adalah inflation rate berdasarkan rata-rata. Nilai rata-rata, nilai
75
maksimum dan nilai minimum dari indikator inflation di Indonesia
selama bulan Januari 2015 sampai dengan bulan Desember 2017.
Tabel 6. Analisis Deskriptif Inflation Negara Indonesia Tahun
2015-2017
No Inflation
Bulan 2015 2016 2017
1 Januari 0.0696 0.041 0.0349
2 Februari 0.0629 0.044 0.0383
3 Maret 0.0638 0.045 0.0361
4 April 0.0679 0.036 0.0417
5 Mei 0.0715 0.033 0.0433
6 Juni 0.0726 0.035 0.0437
7 Juli 0.0726 0.032 0.0388
8 Agustus 0.0718 0.028 0.0382
9 September 0.0683 0.031 0.0372
10 Oktober 0.0625 0.033 0.0358
11 November 0.0489 0.036 0.033
12 Desember 0.0335 0.030 0.0361
Max 0.073 0.045 0.044
Min 0.034 0.028 0.033
Mean 0.064 0.035 0.038
Sumber: Diolah oleh Peneliti, 2019
76
Gambar 4 . Pergerakan Inflation Indonesia Perbulan Tahun 2015-
2017
Sumber: Diolah oleh Peneliti, 2019
Tabel 6 tersebut menjelaskan bahwa tingkat inflation rate pada
bulan Januari 2015 sampai dengan Desember 2017. Berdasarkan data
tersebut dapat diketahui bahwa inflation rate Indonesia pada tahun
2015 mempunyai nilai maksimum sebesar 0.073 yang ditunjukkan pada
bulan juni, juli. Nilai minimum inflation rate Indonesia tahun 2015
yaitu sebesar 0.034 yang terjadi pada bulan desember, dan mempunyai
nilai rata-rata sebesar 0.064.
Tingkat inflation rate pada tahun 2016, berdasarkan data
tersebut dapat diketahui bahwa inflation rate Indonesia pada tahun
2016 mempunyai nilai maksimum sebesar 0.045 yang ditunjukkan pada
bulan Maret. Nilai minimum inflation rate Indonesia tahun 2016 yaitu
0
0.01
0.02
0.03
0.04
0.05
0.06
0.07
0.08
Jan
uar
i
Feb
ruar
i
Mar
et
Ap
ril
Mei
Jun
i
Juli
Agu
stu
s
Sep
tem
ber
Okt
ob
er
No
vem
ber
Des
emb
er
Inflation 2015
Inflation 2016
Inflation 2017
77
sebesar 0.028 yang terjadi pada bulan Agustus. Nilai rata-ratanya
sebesar 0,035.
Berdasarkan data tersebut yang terdapat pada tabel 6 dapat
diketahui bahwa inflation rate Indonesia pada tahun 2017 mempunyai
nilai maksimum sebesar 0.044 yang terjadi pada bulan Juni. Nilai
minimum inflation rate Indonesia tahun 2017 pada bulan November
dngan nilai sebesar 0.033. Nilai rata-rata inflation rate tahun 2017
adalah sebesar 0,038.
b. Interest Rate
Indikator interest rate yang peneliti gunakan dalam penelitian ini
adalah interest rate berdasarkan rata-rata bulanan di Indonesia. Nilai
rata-rata, nilai maksimum, dan nilai minimum dari indikator Interest
rate negara Indonesia selama bulan Januari 2015 sampai dengan bulan
Desember 2017 dapat dilihat di bawah ini. Hasil perhitungan ini
peneliti olah berdasarkan data yang bersumber dari website Bank
Indonesia.
Tabel 7. Analisis Deskriptif Interest Rate Negara Indonesia Tahun
2015-2017
No Interest Rate
Bulan 2015 2016 2017
1 Januari 0.078 0.073 0.0475
2 Februari 0.08 0.07 0.0475
3 Maret 0.08 0.068 0.0475
4 April 0.08 0.068 0.0475
5 Mei 0.08 0.068 0.0475
78
Lanjutan Tabel 7
No Interest Rate
Bulan 2015 2016 2017
6 Juni 0.08 0.065 0.0475
7 Juli 0.08 0.065 0.0475
8 Agustus 0.08 0.065 0.045
9 September 0.08 0.065 0.0425
10 Oktober 0.08 0.065 0.0425
11 November 0.08 0.065 0.0425
12 Desember 0.08 0.065 0.0425
Max 0.078 0.073 0.048
Min 0.075 0.065 0.043
Mean 0.075 0.067 0.046
Sumber: Diolah oleh Peneliti, 2019
Gambar 5. Pergerakan Interest Rate Indonesia Perbulan Tahun
2015-2017
Sumber: Diolah oleh Peneliti, 2019
Data pada tabel 7 tersebut menjelaskan tingkat interest rate
yang terendah sampai dengan tertinggi dari Januari 2015 samapai
dengan Desember 2017. Berdasarkan data tersebut, dapat diketahui
0
0.01
0.02
0.03
0.04
0.05
0.06
0.07
0.08
0.09
Jan
uar
i
Feb
ruar
i
Mar
et
Ap
ril
Mei
Jun
i
Juli
Agu
stu
s
Sep
tem
ber
Okt
ob
er
No
vem
ber
Des
emb
er
Interest Rate 2015
Interest Rate 2016
Interest Rate 2017
79
bahwa nilai interest rate Indonesia di tahun 2015 mempunyai nilai
minimum sebesar 0.075. Nilai maksimum interest rate mempunyai
nilai sebesar 0.078, dan nilai rata-ratanya sebesar 0.075.
Tabel 7 tersebut juga menunjukkan tingkat interest rate yang
terendah sampai dengan tertinggi di tahun 2016. Berdasarkan data
tersebut, dapat diketahui bahwa nilai interest rate Indonesia di tahun
2016 mempunyai nilai minimum sebesar 0.065. Nilai maksimum
interest rate mempunyai nilai sebesar 0.073, dan nilai rata-ratanya
sebesar 0.067.
Tabel tersebut juga menjelaskan tingkat interest rate yang
terendah sampai dengan tertinggi di tahun 2017. Berdasarkan data
tersebut, dapat diketahui bahwa nilai interest rate Indonesia di tahun
2017 mempunyai nilai minimum sebesar 0.043. Nilai maksimum
interest rate tahun 2017 mempunyai nilai sebesar 0.048, dan nilai rata-
ratanya sebesar 0.046.
c. Exchange Rate
Indikator exchange rate yang peneliti gunakan dalam penelitian
ini adalah nilai US Dollar Domestic Currency berdasarkan rata-rata
bulanan di negara Indonesia. Nilai rata-rata, nilai maksimum, dan nilai
minimum dari indikator exchange rate negara Indonesia selama bulan
Januari 2015 sampai dengan bulan Desember 2017 dapat dilihat di
bawah ini. Hasil penelitian tersebut peneliti olah berdasarkan data yang
bersumber dari website kementerian Perdagangan Indonesia
80
Tabel 8. Analisis Deskriptif Exchange Rate Negara Indonesia
Tahun 2015-2017
No Exchange Rate (USD)
Bulan 2015 2016 2017
1 Januari 12,625 13,846 13,343
2 Februari 12,863 13,395 13,347
3 Maret 13,084 13,276 13,321
4 April 12,937 13,204 13,327
5 Mei 13,211 13,615 13,321
6 Juni 13,332 13,180 13,319
7 Juli 13,481 13,094 13,323
8 Agustus 14,027 13,300 13,351
9 September 14,657 12,998 13,492
10 Oktober 13,639 13,051 13,572
11 November 13,840 13,563 13,514
12 Desember 13,795 13,436 13,548
Max 14,657 13,846 13,572
Min 12,625 12,998 13,319
Mean 13,458 13,330 13,398
Sumber: Diolah oleh Peneliti, 2019
Gambar 6. Pergerakan Exchange Rate Indonesia Perbulan Tahun
2015-2017
Sumber: Diolah oleh Peneliti, 2019
11,500
12,000
12,500
13,000
13,500
14,000
14,500
15,000
Jan
uar
i
Feb
ruar
i
Mar
et
Ap
ril
Mei
Jun
i
Juli
Agu
stu
s
Sep
tem
ber
Okt
ob
er
No
vem
ber
Des
emb
er
Exchange Rate 2015
Exchange Rate 2016
Exchange Rate 2017
81
Tabel 8 menjelaskan nilai exchange rate dari bulan Januari
2015 sampai dengan Desember 2017. Berdasarkan data tersebut dapat
diketahui bahwa exchange rate Indonesia di tahun 2015 mempunyai
nilai maksimum sebesar 14,657 yang terjadi pada bulan September.
Nilai minimum exchange rate Indonesia tahun 2015 terjadi pada bulan
Januari dengan nilai sebesar 12,625, dan nilai rata-ratanya adalah
sebesar 13,458.
Tabel 8 juga menunjukkan nilai maksimum, nilai minimum,
dan rata-rata exchange rate di tahun 2016. Berdasarkan tabel tersebut
dapat diketahui bahwa exchange rate Indonesia di tahun 2016
mempunyai nilai maksimum sebesar 13,846 yang terjadi pada bulan
Januari. Nilai minimum exchange rate Indonesia tahun 2016 terjadi
pada bulan September dengan nilai sebesar 12,998, dan nilai rata-
ratanya adalah sebesar 13,330.
Berdasarkan tabel 8 tersebut dapat diketahui bahwa nilai
exchange rate Indonesia di tahun 2017 mempunyai nilai maksimum
sebesar 13,572 yang terjadi pada bulan Oktober. Nilai minimum
exchange rate Indonesia tahun 2017 terjadi pada bulan Juni dengan
nilai sebesar 13,319. Nilai rata-ratanya adalah sebesar 13,398.
2. Kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)
Kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Indonesia diukur
melalui satu indikator, yaitu Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).
82
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang digunakan dalam penelitian
ini merupakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) rata-rata perbulan
yang bersumber dari website Yahoo Finance. Nilai rata-rata, nilai
maksimum dan nilai minimum Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)
Indonesia selama bulan Januari 2015 sampai dengan bulan Desember 2017
yang peneliti uraikan dalam tabel berikut ini.
Tabel 9. Analisis Deskriptif IHSG Negara Indonesia Perbulan Tahun
2015-2017
NO IHSG
Bulan 2015 2016 2017
1 Januari 5,289.40 4,615.16 5,294.10
2 Februari 5,450.29 4,770.96 5,386.69
3 Maret 5,518.68 4,845.37 5,568.11
4 April 5,086.43 4,838.58 5,685.30
5 Mei 5,216.38 4,796.87 5,738.16
6 Juni 4,910.66 5,016.65 5,829.71
7 Juli 4,802.53 5,215.99 5,840.94
8 Agustus 4,509.61 5,386.08 5,864.06
9 September 4,223.91 5,364.80 5,900.85
10 Oktober 4,455.18 5,422.54 6,005.78
11 Novemper 4,446.46 5,148.91 5,952.14
12 Desember 4,593.01 5,296.71 6,355.65
Max 5,519 5,423 6,356
Min 4,224 4,615 5,294
Mean 4,875 5,060 5,785
Sumber: Diolah oleh Peneliti, 2019
83
Gambar 7. Pergerakan IHSG Indonesia Perbulan Tahun 2015-2017
Sumber: Diolah oleh Peneliti, 2019
Tabel 9 tersebut menjelaskan nilai Indeks Harga Saham Gabungan
(IHSG) pada bulan Januari 2015 sampai dengan Desember 2017.
Berdasarkan data tersebut, dapat diketahui bahwa nilai Indeks Harga
Saham Gabungan (IHSG) Indonesia di tahun 2015 mempunyai nilai
minimum sebesar 4,224. Nilai maksimum Indeks Harga Saham Gabungan
(IHSG) di tahun 2015 mempunyai nilai sebesar 5,519, dan nilai rata-
ratanya sebesar 4,857.
Tabel 9 tersebut juga menjelaskan nilai minimum, nilai maksimum,
dan nilai rata-rata Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di tahun 2016.
Berdasarkan data tersebut, dapat diketahui bahwa nilai Indeks Harga
Saham Gabungan (IHSG) Indonesia di tahun 2016 mempunyai nilai
minimum sebesar 4,615. Nilai maksimum Indeks Harga Saham Gabungan
0.00
1,000.00
2,000.00
3,000.00
4,000.00
5,000.00
6,000.00
7,000.00
IHSG 2015
IHSG 2016
IHSG 2017
84
(IHSG) di tahun 2016 mempunyai nilai sebesar 5,423, dan nilai rata-
ratanya sebesar 5,060.
Tabel 9 tersebut juga menunjukkan nilai minimum, nilai
maksimum, dan nilai rata-rata Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di
tahun 2017. Berdasarkan data tersebut, dapat diketahui bahwa nilai Indeks
Harga Saham Gabungan (IHSG) Indonesia di tahun 2017 mempunyai nilai
minimum sebesar 5,294. Nilai maksimum Indeks Harga Saham Gabungan
(IHSG) di tahun 2017 mempunyai nilai sebesar 6,356, dan nilai rata-
ratanya sebesar 5,785.
3. Government Bonds
Variabel government bonds diukur melalui tiga indikator, yaitu
volume perdagangan, kapitalisasi perdagangan, dan frekuensi
perdagangan. Peniliti mengklafikasikan masing-masing dari indikator
berdasarkan tingkat rata-rata, nilai maksimum, dan nilai minimum. Data
mengenai indikator dari variabel government bonds ini peneliti peroleh
dari website Bursa Efek Indonesia (IDX). Data yang peneliti dapatkan
adalah data interval bulanan (monthly) selama bulan Januari 2015 sampai
dengan bulan Desember 2017. Hasil analisis deskriptif dari tiga indikator
variabel government bonds peneliti sajikan sebagai berikut.
a. Volume Perdagangan
85
Indikator volume perdagangan yang peneliti gunakan dalam
penelitian ini adalah volume perdagangan government bonds
berdasarkan data bulanan di Indonesia. Nilai rata-rata, nilai maksimum
dan nilai minimum dari indikator government bonds selama bulan
Januari 2015 sampai dengan bulan Desember 2017 dapat dilihat dalam
tabel di bawah ini. Hasil penelitian tersebut peneliti olah berdasarkan
data yang bersumber dari website Bursa Efek Indonesia (IDX).
Tabel 10. Analisis Deskriptif Volume Perdagangan Government
Bonds Negara Indonesia Tahun 2015-2017
NO Volume Perdagangan (dalam Milyar Rupiah)
Bulan 2015 2016 2017
1 Januari 327,961 233,258 222,959
2 Februari 306,247 282,960 224,676
3 Maret 288,528 319,358 368,897
4 April 221,702 299,645 245,388
5 Mei 224,268 204,232 272,339
6 Juni 352,387 281,446 206,362
7 Juli 195,202 210,769 313,285
8 Agustus 238,715 253,572 320,191
9 September 236,678 515,088 375,224
10 Oktober 202,045 226,991 312,466
11 November 221,383 314,301 266,928
12 Desember 239,386 212,890 198,350
Max 352,387 515,088 375,224
Min 195,202 204,232 198,350
Mean 254,542 279,543 277,255
Sumber: Diolah oleh Peneliti, 2019
86
Gambar 8. Pergerakan Volume Perdagangan Government Bonds
Indonesia Perbulan Tahun 2015-2017
Sumber: Diolah oleh Peneliti, 2019
Tabel 10 tersebut menjelaskan nilai volume perdagangan
government bonds Indonesia pada bulan Januari 2015 sampai dengan
Desember 2017 dalam bentuk Milyar Rupiah. Berdasarkan tabel 10
diatas dapat diketahui bahwa nilai volume perdagangan government
bonds Indonesia tahun 2015 mempunyai nilai maksimum sebesar
352,387. Nilai minimum volume perdagangan government bonds
Indonesia tahun 2015 adalah sebesar 195,202, dan nilai rata-ratanya
sebesar 254,542.
Berdasarkan tabel 10 diatas dapat diketahui bahwa nilai volume
perdagangan government bonds Indonesia tahun 2016 mempunyai
nilai maksimum sebesar 515,088. Nilai minimum volume perdagangan
0
100,000
200,000
300,000
400,000
500,000
600,000
Volume Perdagangan 2015 Volume Perdagangan 2016
Volume Perdagangan 2017
87
government bonds Indonesia tahun 2016 adalah sebesar 204,232. Nilai
rata-ratanya sebesar 279,543.
Tabel 10 juga menunjukkan nilai maksimum, nilai minimum,
dan nilai rata-rata volume perdagangan government bonds Indonesia
pada tahun 2017. Nilai volume perdagangan government bonds
Indonesia tahun 2017 mempunyai nilai maksimum sebesar 375,224.
Nilai minimum volume perdagangan government bonds Indonesia
tahun 2017 adalah sebesar 198,350, dan nilai rata-ratanya sebesar
277,255.
b. Kapitalisasi Perdagangan
Indikator kapitalisasi perdagangan yang peneliti gunakan dalam
penelitian ini adalah kapitalisasi perdagangan government bonds
berdasarkan data bulanan di Indonesia. Nilai rata-rata, nilai maksimum
dan nilai minimum dari indikator government bonds selama bulan
Januari 2015 sampai dengan bulan Desember 2017 dapat dilihat dalam
tabel dibawah ini. Hasil penelitian tersebut peneliti olah berdasarkan
data yang bersumber dari website Bursa Efek Indonesia (IDX).
Tabel 11. Analisis Deskriptif Kapitalisasi Perdagangan
Government Bonds Negara Indonesia Tahun 2015-2017
NO Kapitalisasi Perdagangan (dalam Milyar Rupiah)
Bulan 2015 2016 2017
1 Januari 339,894.04 230,405.29 224,865.79
2 Februari 327,209.84 283,998.65 227,629.06
3 Maret 302,583.81 325,835.65 379,023
88
Lanjutan Tabel 11
NO Kapitalisasi Perdagangan (dalam Milyar Rupiah)
Bulan 2015 2016 2017
4 April 229,105.44 310,938.48 254,438.20
5 Mei 227,755.99 210,549.61 282,862.17
6 Juni 349,100.32 290,570.92 214,375.43
7 Juli 197,645.12 225,706.23 322,796.67
8 Agustus 235,725.47 273,072.63 335,200.75
9 September 226,383.15 353,854 396,417
10 Oktober 195,698.98 233,404.41 326,835.01
11 November 215,149.95 319,278.62 279,542.04
12 Desember 236,070.39 216,118 211,210.23
Max 349,100.32 353,854.00 396,417.00
Min 195,698.98 210,549.61 211,210.23
Mean 256,860.21 272,811.04 287,932.95
Sumber: Diolah oleh Peneliti, 2019
Gambar 9. Pergerakan Kapitalisasi Perdagangan Government
Bonds Indonesia Perbulan Tahun 2015-2017
Sumber: Diolah oleh Peneliti, 2019
0.00
50,000.00
100,000.00
150,000.00
200,000.00
250,000.00
300,000.00
350,000.00
400,000.00
450,000.00
Kapitalisasi Perdagangan 2015 Kapitalisasi Perdagangan 2016
Kapitalisasi Perdagangan 2017
89
Tabel 11 tersebut menjelaskan nilai kapitalisasi perdagangan
Government Bonds Indonesia pada bulan Januari 2015 sampai dengan
Desember 2017 dalam Milyar Rupiah. Berdasarkan tabel 11 diatas
dapat diketahui bahwa nilai kapitalisasi perdagangan government
bonds Indonesia di tahun 2015 mempunyai nilai Maksimum sebesar
349,100.32. Nilai minimum kapitalisasi perdagangan government bonds
Indonesia adalah sebesar 195,698.98 , dan nilai rata-ratanya sebesar
256,860.21.
Berdasarkan tabel 11 diatas dapat diketahui bahwa nilai
kapitalisasi perdagangan government bonds Indonesia di tahun 2016
mempunyai nilai Maksimum sebesar 353,854. Nilai minimum
kapitalisasi perdagangan government bonds tahun 2016 di Indonesia
adalah sebesar 210,549.61. Nilai rata-ratanya sebesar 272,811.04.
Tabel 11 juga menunjukkan nilai maksimum, nilai minimum,
dan nilai rata-rata kapitalisasi perdagangan government bonds
Indonesia pada tahun 2017. Berdasarkan tabel tersebut dapat diketahui
bahwa nilai kapitalisasi perdagangan government bonds Indonesia di
tahun 2017 mempunyai nilai Maksimum sebesar 396,417. Nilai
minimum kapitalisasi perdagangan government bonds tahun 2017 di
Indonesia adalah sebesar 211,210.23, dan nilai rata-ratanya sebesar
287,932.95.
c. Frekuensi Perdagangan
90
Indikator Frekuensi perdagangan yang peneliti gunakan dalam
penelitian ini adalah frekuensi perdagangan government bonds
berdasarkan rata-rata bulanan di Indonesia. Nilai rata-rata, nilai
maksimum dan nilai minimum dari indikator government bonds
selama bulan Januari 2015 sampai dengan bulan Desember 2017 dapat
dilihat dalam tabel di bawah ini. Hasil penelitian tersebut peneliti olah
berdasarkan data yang bersumber dari website Bursa Efek Indonesia
(IDX).
Tabel 12. Analisis Deskriptif Frekuensi Prdagangan Government
Perdagangan Negara Indonesia Tahun 2015-2017
Sumber: Diolah oleh Peneliti, 2019
NO Frekuensi Perdagangan
Bulan 2015 2016 2017
1 Januari 16,119 13,556 13,129
2 Februari 13,876 19,768 12,780
3 Maret 11,810 16,323 20,076
4 April 21,284 32,549 16,162
5 Mei 10,457 13,699 15,215
6 Juni 11,841 16,196 12,081
7 Juli 9,104 14,387 17,091
8 Agustus 10,245 15,588 21,083
9 September 13,458 15,540 25,888
10 Oktober 10,775 11,977 18,339
11 November 10,119 15,481 14,942
12 Desember 19,351 16,724 12,601
Max 21,284 32,549 25,888
Min 9,104 11,977 12,081
Mean 13,203 16,816 16,616
91
Gambar 10. Pergerakan Frekuensi Perdagangan Government
Bonds Perbulan Tahun 2015 Sumber: Diolah oleh Peneliti, 2019
Tabel 12 tersebut menjelaskan nilai frekuensi perdagangan
Government Bonds Indonesia pada bulan Januari 2015 sampai dengan
Desember 2017. Berdasarkan tabel 12 diatas dapat diketahui bahwa
nilai frekuensi perdagangan government bonds Indonesia di tahun
2015 mempunyai nilai maksimum, nilai minimum, dan nilai rata-rata.
Nilai maksimum pada tahun 2015 sebesar 21,284. Nilai minimum
frekuensi perdagangan pada tahun 2015 government bonds Indonesia
adalah sebesar 9,104, dan nilai rata-ratanya sebesar 13,203.
Menurut tabel 12 diatas dapat diketahui juga bahwa nilai
frekuensi perdagangan government bonds Indonesia di tahun 2016
0
5,000
10,000
15,000
20,000
25,000
30,000
35,000
Jan
uar
i
Feb
ruar
i
Mar
et
Ap
ril
Mei
Jun
i
Juli
Agu
stu
s
Sep
tem
ber
Okt
ob
er
No
vem
ber
Des
emb
er
Frekuensi 2015
Frekuensi 2016
Frekuensi 2017
92
mempunyai nilai maksimum, nilai minimum, dan nilai rata-rata. Nilai
maksimum pada tahun 2016 sebesar 32,549. Nilai minimum frekuensi
perdagangan pada tahun 2016 government bonds Indonesia adalah
sebesar 11,977, dan nilai rata-ratanya sebesar 16,816.
Tabel 12 juga menunjukkan nilai maksimum, nilai minimum,
dan nilai rata-rata frekuensi perdagangan government bonds Indonesia
pada tahun 2017. Berdasarkan tabel 12 dapat diketahui bahwa nilai
frekuensi perdagangan government bonds Indonesia di tahun 2016
mempunyai nilai maksimum pada tahun 2016 sebesar 25,888. Nilai
minimum frekuensi perdagangan pada tahun 2016 government bonds
Indonesia adalah sebesar 12,081, dan nilai rata-ratanya sebesar 16,616.
C. Hasil Analisis dan Interpretasi Data
Data yang telah dikumpulkan tersebut kemudian diolah menggunakan
aplikasi smartPLS 3.2.8. Peneliti melakukan pengolahan data ini berdasarkan
data bulanan dari indikator-indikator variabel yang telah dijelaskan. Beberapa
data harus diolah dengan formula natural logaritm untuk mendapatkan satuan
data yang baik dan hasil yang reliable. Data yang diolah menggunakan
natural logaritm adalah exchange rate, Indeks Harga Saham Gabungan
(IHSG), volume perdagangan, kapitalisasi perdagangan, dan frekuensi
perdagangan. Hasil olah data tersebut adalah sebagai berikut.
1. Hasil Operasional
93
a. PLS Path Model Algoritm
Gambar 11 Hasil PLS Path Model Algoritm
Sumber: Hasil Olahan smartPLS, 2019
Berdasarkan gambar 11 tersebut, dapat diketahui bahwa indikator yang
akan dilanjutkan ke dalam perhitungan model bootstrapping adalah
interst rate, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), dan Kapitalisasi
Perdagangan.
Frekuensi
Volume
Exchange R.
Inflation
94
b. Evaluasi Outer Model
Evaluasi outer model pada penelitian ini meliputi evaluasi outer model
makroekonomi, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), dan
government Bonds.
1. Evaluasi Outer model Konstruk Makroekonomi
Gambar 12 Outer Model Makroekonomi
Sumber: Sumber: Diolah, 2019
Berdasarkan gambar 12 tersebut, dapat diketahui bahwa
hanya indikator interest rate yang mampu mengukur variabel
makroekonomi dengan koefisien yang lebih besar dari 0.5, yaitu
1.072. indikator exchange rate mempunyai koefisien sebesar
0.331, indikator inflation mempunyai koefisien sebesar -0.142.
hasil tersebut menunjukkan bahwa indikator exchange rate dan
inflation tidak termasuk indikator variabel makroekonomi.
2. Evaluasi Outer Model Konstruk Kinerja Indeks Harga Saham
Gabungan (IHSG)
Interest Rate
Inflation
Exchange Rate
Makroekonomi
0.331
-0.142
1.072
95
Gambar 13 Outer Model Kinerja IHSG
Sumber: Diolah, 2019
Berdasarkan gambar 13 tersebut, daoat diketahui bahwa
indikator pengukur variabel kinerja IHSG Indonesia mempunyai
koefisien 1.000. nilai koefisien tersebut lebih besar dari 0,5. Hasil
tersebut menunjukkan bahwa indikator Indeks Harga Saham
Gabungan (IHSG) dapat mengukur kinerja Indeks Harga Saham
Gabungan (IHSG) di Indonesia.
3. Evaluasi Outer Model Konstruk Government Bonds
Gambar 14 Outer Model Government Bonds
Sumber: Diolah, 2019
Kinerja
IHSG
Indeks Harga
Saham Gabungan
(IHSG)
1.000
Frekuensi
Perdagangan
Kapitalisasi
Perdagangan
Volume
Perdagangan
Government
Bonds
-1.924
-0.070
2.645
96
Berdasarkan gambar 14 tersebut, dapat diketahui bahwa
hanya indikator kapitalisasi perdagangan yang mampu mengukur
variabel government bonds dengan koefisien yang lebih besar dari
0.5, yaitu 2.645. Indikator volume perdagangan memiliki koefisien
sebesar -0.070, sedangkan indikator frekuensi perdagangan
memiliki koefisien sebesar -1.942. Hasil tersebut menunjukkan
bahwa indikator volume perdagangan dan frekuensi perdagangan
tidak termasuk indikator variabel government bonds Indonesia.
c. PLS Model Bootstrapping
Gambar 15 Hasil PLS Path Model Bootstrapping
Sumber: Hasil Olahan smartPLS, 2019
97
Tabel 14 Hasil Bootstrapping Model
Original
Sample
Sample
Mean
Standard
Deviation
T Statistic
Kinerja Indeks
Harga Saham
Gabungan (IHSG)
-> Government
Bonds
0.379 0.371 0.164 2.312
Makroekonomi ->
Government
Bonds
0.027 -0.023 0.177 0.154
Makroekonomi ->
Kinerja Indeks
Harga Saham
Gabungan (IHSG)
-0.394 -0.396 0.114 3.441
Sumber: Hasil Olahan smartPLS, 2019
Hasil bootstrapping pada gambar 15 dan tabel 14 tersebut
menjelaskan bahwa pengaruh antar variabel makroekonomi terhadap
kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan kinerja Indeks
Harga Saham gabungan (IHSG) terhadap government bonds pada
penelitian mempunyai t-statistic ≥ t-table. Nilai t-statistic
makroekonomi terhadap kinerja Indeks Harga Saham Gabungan
(IHSG) sebesar 3.441 dan kinerja Indeks Harga Saham Gabungan
(IHSG) terhadap government bonds sebesar 2.312. Berdasarkan hasil
operasional ini, maka dapat disimpulkan bahwa hipotesisi 1 dan
hipotesis 3 diterima.
d. Evaluasi Inner Model
Tujuan dari evaluasi inner model adalah untuk menguji
hipotesis penelitian yang telah diuraikan pada BAB II. Penelitian ini
98
memiliki tiga hipotesis, yaitu makroekonomi Indonesia berpengaruh
terhadap kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), hipotesis
kedua adalah makroekonomi indonesia berpengaruh terhadap
government bonds Indonesia, dan hipotesis yang ketiga adalah kinerja
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berpengaruh terhadap
governmnet bond Indonesia. Uji hipotesis ini dinilai berdasarkan hasil
dari t-statstic maisng-masing variebel penelitian. Nilai t-statistic yang
≥ 1.96 berarti menunjukkan bahwa variabel tersebut berpengaruh.
Gambar 16 Inner Model
Sumber: Data diolah, 2019
Kinerja Indeks
Harga Saham Gabungan (IHSG)
(Y1)
Government
Bonds
(Y2)
Makroekonomi
(X)
3.441 2.312
0.154
99
Gambar 16 dan tabel 14 menjelaskan pengaruh antar variabel
penellitian. Pengaruh ini ditunjukkan dengan nilai t-sttistic yang
dihasilkan setelah proses operasionalisasi bootstrapping. t-table dalam
penelitian ini adalah sebesar 1.96. Berdasarkan hasil bootstrapping
diatas, maka dapat diketahui bahwa variabel makroekonomi
memengaruhi kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dengan
nilai t-statistic sebesar 3.441. Variabel makroekonomi tidak
memengaruhi government bonds dengan nilai t-statistic sebesar 0.154,
dan variabel kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)
memengaruhi government bonds dengan nilai t-statistic sebesar 2.312.
Hasil operasionalisasi pada data ini menunjukkan bahwa hipotesis 1
dan hipotesis 3 diterima.
e. Persamaan Struktur Variabel Endogen
Berdasarkan hasil bootstrapping yang telah dijabarkan diatas, maka
model persamaan struktur variabel endogen adalah sebagai berikut:
1) Persamaan Struktur Variabel Kinerja Indeks Harga Saham
Gabungan (IHSG) (Y1)
Y1= b1X + ɛ1
Y1= 0.379 X+ ɛ1
2) Persamaan Struktur Variabel Government Bonds (Y2)
Y2= b2X + b3Y1 + ɛ1
Y2= 0.027 X + -0.394Y1 + ɛ1
f. Pengujian Goodness of Fit Model
100
Nilai R² untuk masing-masing variabel-variabel endogen adalah
sebagai berikut:
Tabel 30 Hasil R² Variabel Endogen
R²
Kinerja Indeks Harga Saham Gabungan
(IHSG)
0.687
Government Bonds 0.224
Sumber: Data diolah, 2019
Berdasarkan tabel tersebut, nilai R² Kinerja Indeks Harga Saham
Gabungan (IHSG) sebesar 0.722 dan Government Bonds sebesar
0.121. Nilai predictive-relevance (Q²) dapat dihitung sebagai berikut:
Q² = 1- (1- R² 1) (1- R² 2)
Q² = 1- (1- 0.687) (1- 0.224)
Q² = 1- ( 0.313 X 0.776)
Q² = 1- 0.243
Q² = 0.757
Hasil perhitungan tersebut menunjukkan nilai predictive-relevance
(Q²) sebesar 0.757 atau sebesar 75,7 % dapat dijelaskn melalui model
penelitian ini. 0.243 atau 24,3 % adalah sisa dari predictive-relevance
(Q²) yang dijelaskan menggunakan variabel lain yang tidak termasuk
ke dalam model penelitian dan faktor error. Berdasarkan hasil
predictive-relevance (Q²) tersebut, dapat dimengerti bahwa pengaruh
antar variabel makroekonomi, kinerja Indeks Harga Saham Gabungan
101
(IHSG), dan government bonds dapat dijelaskan melalui penelitian ini
dengan tingkat ketepatan 75,7 %.
D. Pembahasan Hasil Hipotesis Penelitian
Pengaruh antar variabel telah dijelaskan pada BAB II sebelumnya.
Pembahasan hipotesis ini peneliti akan memberikan uraian yang lebih dalam
tentang pengaruh antar variabel dan masing-masing analisisnya.
H1 : Makroekonomi Indonesia berpengaruh terhadap Kinerja Indeks
Harga Saham (IHSG)
Berdasarkan hasil uji hipotesis, dapat diambil kesimpulan
bahwa makroekonomi Indonesia berpengaruh terhadap kinerja Indeks
Harga Saham Gabungan (IHSG), dengan t-statistic ≥ t-table, sebesar
3.441. Penelitian ini variabel makroekonomi dengan indikator interest
rate berpengaruh terhadap kinerja Indeks Harga Saham Gabungan
(IHSG) dengan indikator Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).
Pengaruh makroekonomi indonesia terhadap kinerja Indeks Harga
Saham Indonesia (IHSG) adalah negatif. Hal ini ditunjukkan oleh nilai
original sample sebeesar -0.394.
Hal ini menjadikan bahwa ketika makroekonomi Indonesia
dengan indikator interest rate menguat, maka akan diikuti oleh
penurunan kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dengan
indikator Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Penjelasan tersebut
memberikan pengertian bahwa Hipotesis 1 dalam penelitian ini
102
diterima, mendukung penelitian yang dilakukan oleh Harsono dan
Worokinasih (2018) menguji pengaruh Inflasi, Suku Bunga, dan nilai
tukar rupiah terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan
menyatakan bahwa inflasi, suku bunga, dan nilai tukar rupiah
berpengaruh signifikan terhadap Indeks Harga Saham Gabungan
(IHSG). Penelitin ini juga mendukung teori Keynes yang menyatakan
bahwa suku bunga ditentukan oleh permintaan dan penawaran uang.
Bahwa secara teori dengan kenaikan interest rate, investor lebih
memilih menyimpan uangnya di bank karena tanpa risiko (risk free),
sehingga permintaan terhadap saham di Bursa Efek Indonesia (BEI)
menurun. Investor akan lebih memilih dengan keuntungan yang lebih
besar diantara kedua hal tersebut untuk menginvestasikan uangnya.
H2 : Makroekonomi Indonesia berpengaruh terhadap Government Bonds
Indonesia
Berdasarkan hasil uji hipotesis, maka dapat diambil kesimpulan
bahwa pada penelitian ini hipotesis dua, yaitu makroekonomi
berpengaruh terhadap government bonds Indonesia ditolak. Hal ini
ditunjukkan oleh nilai t-statisti ≤ t-table sebesar 0.154, dan memiliki
nilai original sample sebesar 0.027. Penelitian yang dilakukan oleh
Sukanto (2009) menguji pengaruh suku bunga deposito, kurs rupiah-
USD, tingkat inflasi, IHSG dan volume transaksi terhadap harga
obligasi pemerintah RI (SUN) menyatakan bahwa Indeks Harga Saham
Gabungan, bunga deposito, dan kurs berpengaruh signifikan terhadap
103
harga obligasi pemerintah, sedangkan inflasi dan volume perdagangan
tidak berpengaruh signifikan terhadap harga obligasi pemerintah. Hasil
penelitian ini tidak mendukung peneliti sebelumnya yaitu sukanto
(2009).
Secara teori, pada umumnya tingkat suku bunga obligasi
pemerintah (government bonds) lebih tinggi dibandingkan dengan
tingkat suku bunga bank. Sepanjang tingkat suku bunga bank tidak
melebihi tingkat suku bunga obligasi pemerintah (government bonds),
maka investor lebih memilih obligasi pemerintah (government bonds).
Sehingga kenaikan tingkat suku bunga bank tidak berpengaruh terhadap
suku bunga obligasi pemerintah.
H3 : Kinerja Indeks Harga Saham (IHSG) berpengaruh terhadap
Government Bonds Indonesia
Berdasarkan hasil uji hipotesis, dapat diambil kesimpulan
bahwa kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berpengaruh
terhadap government bonds Indonesia, dengan mempunyai t-statistic ≥
t-table sebesar 2.312. Penelitian ini dengan variabel kinerja Indeks
Harga Saham Gabungan (IHSG) dengan indikator Indeks Harga Saham
Gabungan (IHSG) berpengaruh terhadap government bonds Indonesia
yang di proksikan dengan kapitalisasi. Kinerja Indeks Harga Saham
Gabungan (IHSG) terhadap government bonds adalah positif. Hal ini
ditunjukkan oleh nilai original sample sebesar 0.397. Hal ini
menjadikan bahwa ketika Kinerja Indeks Harga Saham Gabungan
104
(IHSG) Indonesia dengan indikator Indeks Harga Saham Gabungan
(IHSG) menguat, maka akan diikuti oleh kenaikan government bonds
Indonesia dengan indikator kapitalisasi perdagangan. Uraian diatas
menjelaskan bahwa hipotesis 3 diterima.
Analogi yang peneliti uraikan bahwa jika Indeks Harga Saham
Gabungan (IHSG) mengalami kenaikan maka government bonds juga
akan mengalami kenaikan, dan jika Indeks Harga Saham Gabungan
(IHSG) mengalami penurunan maka government bonds juga akan
mengalami penurunan. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)
berpengaruh terhadap government bonds disebabkan karena banyaknya
dana obligasi pemerintah yang di portofoliokan di lantai bursa. Waktu
harga saham mengalami kenaikan maka investor akan menjual
sahamnya yang dapat memengaruhi kenaikan Indeks harga Saham
Gabungan, ketika investor telah menjual saham tersebut maka investor
akan mengivetasikan uanganya dengan membeli obligasi, sehingga
government bonds akan mengalami kenaikan juga. Penelitian yang
dilakukan oleh Sukanto (2009) menguji pengaruh suku bunga deposito,
kurs rupiah-USD, tingkat inflasi, IHSG dan volume transaksi terhadap
harga obligasi pemerintah RI (SUN) menyatakan bahwa Indeks Harga
Saham Gabungan, bunga deposito, dan kurs berpengaruh signifikan
terhadap harga obligasi pemerintah, sedangkan inflasi dan volume
perdagangan tidak berpengaruh signifikan terhadap harga obligasi
pemerintah. Hasil penelitian ini mendukung peneliti sebelumnya yaitu
105
sukanto (2009) dan tidak mendukung teori yang dikemukakan oleh
Ardiansyah.
106
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh makroekonomi
dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terhadap Government Bonds.
pengukuran variabel makroekonomi didasarkan pada indikator nflation.
Interest rate, dan exchange rate. Pengukuran variabel government bonds
didasarkan pada indikator volume perdagangan, kapitalisasi perdagangan, dan
frekuensi perdagangan. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis dan
pembahasan BAB IV, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Pengujian Hipotesis 1: Makroekonomi dengan indikator interest rate
berpengaruh terhadap kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)
dengan indikator Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Hasil penelitian
ini menunjukkan bahwa Hipotesis 1 berpengaruh secara negatif antara
variabel Makroekonomi Indonesia dan kinerja Indeks Harga Saham
Gabungan (IHSG) Indonesia. Analogi dalam penelitian ini adalah bahwa
perubahan interset rate akan mampu mempengaruhi Indeks Harga Saham
Gabungan (IHSG) di indonesia. Hal ini menjadikan bahwa ketika
makroekonomi Indonesia dengan indikator interest rate menguat, maka
akan diikuti oleh penurunan kinerja Indeks Harga Saham Gabungan
(IHSG) dengan indikator Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Adanya
107
hal tersebut maka pemerintah harus berhati-hati dalam mengambil segala
kebijakan.
2. Pengujian Hipotesis 2: Makroekonomi Indonesia berpengaruh terhadap
government bonds Indonesia. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
makroekonomi Indonesia tidak berpengaruh terhadap government bonds
Indonesia. Hipotesis 2 ini secara umum di tolak. Beberapa indikator
makroekonomi global tidak semuanya berpengaruh terhadap government
bonds. Hal ini menunjukkan bahwa Investor secara umum kurang
memperhatikan faktor makroekonomi dalam menginvestasikan dananya
dalam government bonds, karena investor secara umum lebih
mengutamakan capital gain dibandingkan dengan faktor makroekonomi.
3. Pengujian Hipotesis 3: Kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)
Indonesia berpengaruh terhadap government bonds Indonesia. Hasil
penelitian kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terhadap
government bonds yang di proksikan dengan kapitalisasi perdagangan
menyatakan bahwa kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)
berpengaruh secara positif terhadap government bonds Indonesia.
Contohnya adalah jika Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami
kenaikan maka government bonds juga akan mengalami kenaikan, dan jika
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami penurunan maka
government bonds juga akan mengalami penurunan. Hal ini menjadikan
bahwa perubahan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) akan mampu
mempengaruhi kenaikan dan penurunan government bonds.
108
B. Saran
1. Saran Akademis
a. Bagi Pengembang Akademik
BAB II sebelumnya telah dijelaskan teor-teori yang berkaitan
dalam penelitian ini. Peneliti masih susah menemukan literatur
buku dengan tahun terbit yang masih baru sehingga peneliti masih
terbatasi dengan hal tersebut karena kurang dapat untuk dijadikan
landasan teori dalam penelitian. Berdasarkan hal tersebut, maka
peneliti berharap akan segera ada literatur-literatur buku dengan
tahun terbit terbaru yang berhubunngan dengan penelitian ini.
Literatur berupa buku yang menjelaskan pengaruh kinerja Indeks
Harga Saham Gabungan (IHSG) terhadap government bonds juga
belum ditemukan, sehingga peneliti berharap agar segera
disediakan literatur buku yang menjelaskan tentang pengaruh
kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terhadap
government bonds.
b. Bagi Peneliti Selanjutnya
Objektif dari penelitian adalah menilai government bonds dengan
melakukan pengujian pengaruh dari makroekonomi Indonesia.
Hasil penelitian yang telah diuraikan sebelumnya menjelaskan
bahwa makroekonomi tidak berpengaruh terhadap government
bonds. Peneliti telah menguaikan pembahasan atas tidak adanya
pengaruh antar variabel ini. Secara umum, tidak adanya pengaruh
109
makroekonomi terhadap government bonds adalah karena investor
tidak memperhatikan faktor ekonomi dan lebih mengutamakan
cpital gain yang didapatkan. Uraian tersebut sekaligus dapat
menjadi saran untuk peneliti selanjutnya agar dapat ditambahkan
kriteria sampel penelitian yang berkaitan dengan makroekonomi.
Penambahan kriteria sampel ini diharapkan akan dapat lebih
menjelaskan dan menjawab tentang pengaruh makroekonomi
terhadap government bonds di Indonesia. Saran yang saya berikan
dari penelitian ini untuk peneliti selanjutnya adalah agar peneliti
selanjutnya lebih memperhatikan kriteria pemilihan indikator pada
variabel makroekonomi. Makroekonomi menjelaskan keadaan
perekonomian secara luas yang dapat mempengaruhi banyak
golongan dalam suatu negara. Makroekonomi ini mempunyai
cakupan yang luas, sehingga harus di proksikan ke dalam
indikator-indikator makroekonomi yang kuat dan berkaitan dengan
kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan government
bonds. Indikator-indikator makroekonomi yang dipilih dan sesuai
harus benar-benar dapat memproksikan makroekonomi sehingga
dapat memberikan hasil penelitian yang lebih baik (signifikan).
2. Saran bagi Investor
Hasil penelitian menjelaskan bahwa makroekonomi berpengaruh
terhadap kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).
Makroekonomi ini diukur dari tingkat interest rate. Saran yang dapat
110
peneliti berikan adalah agar investor ketika berinvestasi dalam saham
untuk terlebih dahulu mempertimbangkan interest rate ketika akan
melakukan keputusan investasi. Makroekonomi adalah faktor yang
cukup krusial dalam pertimbangan pengambilan keputusan. Peneliti
mengharapkan untuk investor agar dapat lebih memperhatikan faktor-
faktor ekonomi tersebut, karena dengan memperhatikan faktor-faktor
tersebut dapat menjadi pengambilan keputusan investasi yang paling
tepat dan memberikan keuntungan seperti yang diharapkan oleh
investor.
3. Saran bagi Pemerintah
a. Bagi Bank Sentral
Hasil penelitian menunjukkan bahwa makroekonomi berpengaruh
terhadap kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di
Indonesia. Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa secara tidak
langsung inflation, interet rate, dan exchange rate berpengaruh
terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Berdasarkan
hasil penelitian ini maka diharapkan Bank Indonesia selaku
pemegang kendali utama makroekonomi untuk selalu
memperhatikan, teliti dan berhati-hati dalam mengambil keputusan
kebijakan-kebijakan makroekonomi, agar dapat memberikan
manfaat yang baik untuk pemerintah, masyarakat dan investor
dalam berinvestasi saham di Bursa Efek Indonesia.
b. Bagi Bursa Efek Indonesia
111
Hasil penelitian menjelaskan bahwa kinerja Indeks Harga Saham
Gabungan (IHSG) berpengaruh terhadap government bonds di
Indonesia. Berdasarkan hasil penelitian ini diharapkan dapat
memberikan wawasan baru bagi dunia investasi. Bursa Efek
Indonesia sebagai pemegang kendali kinerja Indeks Harga Saham
Gabungan (IHSG) di Indonesia agar dapat lebih memperhatikan
dan teliti dengan kebijakan-kebijakan yang diambilnya. Dampak
dari pengambilan kebijakan tersebut akan dapat mempengaruhi
kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang nantinya akan
memberikan dampak terhadap government bonds di Indonesia.
112
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Abdillah, W. dan Jogiyanto HM. 2015. Partial Least Square (PLS). Yogyakarta: C.V.
Andi Offset
Boediono. 2017. Ekonomi Moneter. Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta
Bodie, Kane, dan Marcus. 2014. Manajemen Portofolio dan Investasi Edisi 9 Buku 1.
Jakarta: Salemba Empat
Darmadji, T. dan Hendy M. Fakhruddin. 2012. Pasar Modal di Indonesia Pendekatan
Tanya Jawab Edisi 3. Jakarta: Salemba Empat
Halim, Abdul. 2015. Analisis Investasi dan Aplikasinya dalam Aset Keuangan dan
Aset Riil. Jakarta: Salemba Empat
Halim, Abdul. 2015. Analisis Investasi di Aset Keuanngan. Jakarta: Mitra Wacana
Media
Hadi, Nor, 2013. Pasar Modal Acuan Teoritis dan Praktis Investasi di Instrumen
Keuangan Pasar Modal. Yogyakarta: Graha Ilmu
Hanafi, Mahmud M. 2015. Manajemen Keuangan Buku 1. Yogyakarta: BPFE-
Yogyakarta
Hartono, Jogiyanto. 2017. Teori Portofolio dan Aanalisis Investasi Edisi Kesebelas.
Irham, Fahmi. 2014. Studi Kelayakan Bisnis dan Keputusan Investasi. Jakarta: Mitra
Wacana Media
Machfudz, M. dan Nurhadi Sujoni. 2016. Teori Ekonomi Makro. Malang: UIN-
Maliki Press
Mankiw, Gregory; Euston Quah dan P. Wilson. 2012. Pengatar Ekonomi Makro.
Jakarta: Salemba Empat
114
Mishkin, Frederic S. 2010. The Economic of Money, Banking, and Financial
Markets: Ekomomi Uang, Perbankan, dan Pasar Keuangan Edisi 8 Buku 1.
Jakarta: Salemba Empat
Nasarudin, Irsan. dkk. 2010. Aspek Hukum Pasar Modal Indonesia. Jakarta: Kencana
Prenadamedia Group
Natsir, M. 2014. Ekonomi Moneter & Kebanksentralan. Jakarta: Mitra Wacana
Media
Putong, Iskandar. 2013. Economics Pengantar Mikro dan Makro. Jakarta: Mitra
Wacana Media
Rahardja, M. dan Mandala Manurung. 2008. Teori Ekonomi Makro Suatu Pengantar
Edisi Keempat. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas
Indonesia
Rivai, Veithzal. dkk. 2013. Financial Institution Management (Manajemen
Kelembagaan Keuangan). Depok: Rajagrafindo Persada
Sagir, Soeharsono. 2009. Ekonomi Indonesia. Jakarta: Kencana Prenada Media
Group
Samsul, Mohamad. 2015. Pasar Modal dan Manajemen Portofolio. Jakarta: Erlangga
Silvanita, Ktut. 2009. Bank dan Lembaga Keuangan. Jakarta: Erlangga
Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:
Alfabeta
Sukirno, Sadono. 2015. Makroekonomi Teori Pengantar. Jakarta: PT Rajagrafindo
Persada
Sutedi, Adrian. 2009. Aspek Hukum Obligasi dan Sukuk. Jakarta: Sinar Grafika
Tavinayati dan Yulia Qomariyanti. 2013. Hukum Pasar Modal di Indonesia. Jakarta:
Sinar Grafika
Widarjono, Agus. 2015. Analisis Multivariat Terapan: Dengan Program SPSS,
AMOS, dan SmartPLS. Yogyakarta: UPP STIM YKPN
Zubir, Zalmi. 2012. Potofolio Obligasi. Jakarta: Salemba Empat
115
Jurnal
Sukanto, Eman. 2009. Pengaruh Suku Bunga Deposito, Kurs Rupiah-USD, Tingkat
Inflasi IHSG dan Volume Transaksi tehadap Harga Obligasi Pemerintah RI
(SUN). Jepara: Fokus Ekonomi Vol 4, No. 2
Kewal, Suci Suramaya. 2012. Pengaruh Inflasi, Suku Bunga, Kurs, dan Pertumbuhan
PDB terhadap Indeks Harga Saham Gabungan. Palembang: Jurnal Economia
Vol 8, No.1
Harsono, Ardelia Rezeki dan Saparila Worokinarsih. 2018. Pengaruh Inflasi, Suku
Bunga, dan Nilai Tukar Rupiah terhadap Indeks Harga Saham Gabungan.
Malang: Jurnal Administrasi Bisnis Vol 60, No.2
Agustin, Harisatul, Suhadak dan Ari Darmawan. 2018. Pengaruh Macroeconomic
dan Economic Activity ASEAN terhadap Kinerja IHSG Indonesia. Malang:
Jurnal Administrasi Bisnis Vol 55, No. 3
Website
Indeks Pasar dan government bonds dalam Bursa Efek Indonesia (www.idx.co.id)
diakses pada 16 Desember 2018
Bank Indonesia, 2015-2017. “BI Rate” diakses pada 10 Januari 2019 dari
https://www.bi.go.id/id/moneter/bi-7day-RR/data/Contents/Default.aspx
, 2015-2017. “Inflasi” diakses pada 10 Januari 2019 dari
https://www.bi.go.id/id/moneter/inflasi/data/Default.aspx
Kemendag, 2015-2017. “Informasi kurs” diakses pada 10 Januari 2019 dari
http://www.kemendag.go.id/id/economic-profile/economic-
indicators/exchange-rates
Yahoo Finance, 2015-2017. “Historical Price”, diakses pada tanggal 18 Januari 2019
dari http://finance.yahoo.com
116
Lampiran 1
1. Data bulanan Per Indikator
No N Inflation Exchange
Rate Interest Rate IHSG
Volume
(dalam Milyar
Rupiah)
Kapitalisasi
(dalam Milyar
Rupiah)
Frekuensi
1 Jan-15 0.0696 12,625 0.078 5,289.40 327,961 339,894.04 16,119
2 Feb-15 0.0629 12,863 0.08 5,450.29 306,247 327,209.84 13,876
3 Mar-15 0.0638 13,084 0.08 5,518.68 288,528 302,583.81 11,810
4 Apr-15 0.0679 12,937 0.08 5,086.43 221,702 229,105.44 21,284
5 Mei-15 0.0715 13,211 0.08 5,216.38 224,268 227,755.99 10,457
6 Jun-15 0.0726 13,332 0.08 4,910.66 352,387 349,100.32 11,841
7 Jul-15 0.0726 13,481 0.08 4,802.53 195,202 197,645.12 9,104
8 Ags-15 0.0718 14,027 0.08 4,509.61 238,715 235,725.47 10,245
9 Sep-15 0.0683 14,657 0.08 4,223.91 236,678 226,383.15 13,458
10 Okt-15 0.0625 13,639 0.08 4,455.18 202,045 195,698.98 10,775
11 Nov-15 0.0489 13,840 0.08 4,446.46 221,383 215,149.95 10,119
12 Des-15 0.0335 13,795 0.08 4,593.01 239,386 236,070.39 19,351
13 Jan-16 0.041 13,846 0.0725 4,615.16 233,258 230,405.29 13,556
14 Feb-16 0.044 13,395 0.07 4,770.96 282,960 283,998.65 19,768
15 Mar-16 0.045 13,276 0.0675 4,845.37 319,358 325,835.65 16,323
16 Apr-16 0.036 13,204 0.0675 4,838.58 299,645 310,938.48 32,549
17 Mei-16 0.033 13,615 0.0675 4,796.87 204,232 210,549.61 13,699
18 Jun-16 0.035 13,180 0.065 5,016.65 281,446 290,570.92 16,196
19 Jul-16 0.032 13,094 0.065 5,215.99 210,769 225,706.23 14,387
117
Lanjutan Lampiran 1
No N Inflation Exchange
Rate Interest Rate IHSG
Volume
(dalam Milyar
Rupiah)
Kapitalisasi
(dalam Milyar
Rupiah)
Frekuensi
20 Ags-16 0.028 13,300 0.065 5,386.08 253,572 273,072.63 15,588
21 Sep-16 0.031 12,998 0.065 5,364.80 515,088 353,854 15,540
22 Okt-16 0.033 13,051 0.065 5,422.54 226,991 233,404.41 11,977
23 Nov-16 0.036 13,563 0.065 5,148.91 314,301 319,278.62 15,481
24 Des-16 0.030 13,436 0.065 5,296.71 212,890 216,118 16,724
25 Jan-17 0.0349 13,343 0.0475 5,294.10 222,959 224,865.79 13,129
26 Feb-17 0.0383 13,347 0.0475 5,386.69 224,676 227,629.06 12,780
27 Mar-17 0.0361 13,321 0.0475 5,568.11 368,897 379,023 20,076
28 Apr-17 0.0417 13,327 0.0475 5,685.30 245,388 254,438.20 16,162
29 Mei-17 0.0433 13,321 0.0475 5,738.16 272,339 282,862.17 15,215
30 Jun-17 0.0437 13,319 0.0475 5,829.71 206,362 214,375.43 12,081
31 Jul-17 0.0388 13,323 0.0475 5,840.94 313,285 322,796.67 17,091
32 Ags-17 0.0382 13,351 0.045 5,864.06 320,191 335,200.75 21,083
33 Sep-17 0.0372 13,492 0.0425 5,900.85 375,224 396,417 25,888
34 Okt-17 0.0358 13,572 0.0425 6,005.78 312,466 326,835.01 18,339
35 Nov-17 0.033 13,514 0.0425 5,952.14 266,928 279,542.04 14,942
36 Des-17 0.0361 13,548 0.0425 6,355.65 198,350 211,210.23 12,601
118
1. Inflation
a. Inflation Tahun 2015
Sumber: Bank Indonesia (BI)
b. Inflation Tahun 2016
Sumber: Bank Indonesia (BI)
119
c. Inflation Tahun 2017
Sumber: Bank Indonesia (BI)
120
2. Interest Rate
a. Interset Rate 2015
Sumber: Bank Indonesia (BI)
121
b. Interset Rate 2016
Sumber: Bank Indonesia (BI)
122
c. Interset Rate 2017
Sumber: Bank Indonesia (BI)
123
3. Exchange Rate
a. Exchange rate 2015
2015
USD JPY GBP CHF SGD MYR HKD AUD CAD
Januari 12,625.00 10,699.16 19,035.36 13,687.16 9,338.36 3,481.33 1,628.57 9,829.84 10,002.38
Februari 12,863.00 10,784.32 19,841.20 13,503.07 9,480.40 3,561.69 1,658.64 10,011.94 10,284.64
Maret 13,084.00 10,894.72 19,357.14 13,515.85 9,508.03 3,523.84 1,687.25 10,002.74 10,310.90
April 12,937.00 10,888.36 19,959.22 13,761.33 9,795.19 3,640.64 1,669.19 10,334.75 10,753.96
Mei 13,211.00 10,682.04 20,254.45 14,014.77 9,806.28 3,626.41 1,703.93 10,129.55 10,635.17
Juni 13,332.00 10,895.72 20,969.92 14,380.36 9,894.62 3,526.99 1,719.77 10,217.66 10,733.88
Juli 13,481.00 10,873.97 21,035.77 13,928.81 9,813.65 3,532.76 1,739.04 9,845.85 10,372.79
Agustus 14,027.00 11,574.88 21,645.08 14,605.41 9,937.31 3,343.76 1,809.88 10,005.47 10,593.21
September 14,657.00 12,232.01 22,208.30 15,081.56 10,274.45 3,297.05 1,891.21 10,270.17 10,916.89
Oktober 13,639.00 11,279.84 20,894.28 13,792.10 9,732.43 3,168.19 1,759.84 9,685.75 10,364.78
November 13,840.00 11,273.58 20,791.85 13,420.64 9,783.70 3,239.71 1,785.75 9,939.21 10,342.64
Desember 13,795.00 11,452.42 20,451.11 13,951.29 9,751.19 3,209.65 1,779.83 10,064.16 9,948.09
Sumber: Kementerian Perdagangan Indonesia
124
b. Exchange rate 2016
2016
USD JPY GBP CHF SGD MYR HKD AUD CAD
Januari 13,846.00 11,675.04 19,875.26 13,645.45 9,707.31 3,329.58 1,776.71 9,826.51 9,863.94
Februari 13,395.00 11,814.79 18,562.80 13,446.12 9,492.61 3,164.06 1,722.69 9,540.61 9,899.14
Maret 13,276.00 11,818.24 19,057.71 13,746.86 9,830.09 3,389.34 1,712.12 10,162.13 10,221.75
April 13,204.00 12,301.68 19,335.96 13,693.58 9,832.09 3,394.79 1,702.07 10,090.50 10,533.30
Mei 13,615.00 12,256.39 19,998.40 13,726.91 9,873.82 3,310.65 1,752.57 9,852.51 10,448.97
Juni 13,180.00 12,831.02 17,682.30 13,454.52 9,770.57 3,278.21 1,698.77 9,816.47 10,186.27
Juli 13,094.00 12,587.98 17,270.35 13,369.42 9,699.27 3,228.71 1,688.30 9,872.22 9,965.76
Agustus 13,300.00 12,917.02 17,425.01 13,530.73 9,758.26 3,283.56 1,714.55 10,012.92 10,161.99
September 12,998.00 12,873.78 16,847.37 13,456.22 9,521.66 3,136.59 1,676.08 9,911.63 9,879.91
Oktober 13,051.00 12,444.94 15,896.78 13,198.19 9,371.68 3,103.33 1,682.95 9,916.81 9,726.49
November 13,563.00 12,080.17 16,925.95 13,403.53 9,525.59 3,037.98 3,037.98 10,151.91 10,102.80
Desember 13,436.00 11,540.48 16,507.50 13,177.76 9,298.92 2,996.10 1,732.47 9,724.31 9,971.43
Sumber: Kementerian Perdagangan Indonesia
125
c. Exchange rate 2017
2017
USD JPY GBP CHF SGD MYR HKD AUD CAD
Januari 13,343.00 11,774.10 16,700.77 13,420.20 9,402.12 3,012.31 1,719.86 10,100.00 10,189.39
Februari 13,347.00 11,856.10 16,592.33 13,229.92 9,495.26 3,003.38 1,719.64 10,254.51 10,119.80
Maret 13,321.00 11,884.74 16,639.94 13,308.36 9,532.04 3,009.38 1,714.34 10,185.92 9,986.51
April 13,327.00 11,990.65 17,203.84 13,406.77 9,545.54 3,064.74 1,713.09 9,955.95 9,769.10
Mei 13,321.00 11,988.49 17,080.20 13,652.07 9,612.85 3,113.85 1,709.69 9,930.14 9,895.26
Juni 13,319.00 12,000.73 16,867.86 13,697.75 9,590.65 3,109.74 1,707.67 10,051.20 9,997.37
Juli 13,323.00 12,061.93 17,499.78 13,763.44 9,819.08 3,114.68 1,706.15 10,636.43 10,687.48
Agustus 13,351.00 12,084.00 17,242.15 13,851.74 9,826.32 3,126.34 1,706.13 10,546.63 10,560.41
September 13,492.00 11,980.12 18,099.53 13,889.24 9,926.07 3,190.74 1,727.12 10,577.73 10,842.61
Oktober 13,572.00 12,001.59 17,913.01 13,625.84 9,969.89 3,206.62 1,739.61 10,431.45 10,573.81
November 13,514.00 12,066.62 18,205.40 13,739.34 10,033.79 3,307.80 1,730.80 10,251.73 10,507.75
Desember 13,548.00 12,021.84 18,218.01 13,842.15 10,133.52 3,335.31 1,732.87 10,557.28 10,778.91
Sumber: Kementerian Perdagangan Indonesia
126
4. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)
a. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) 2015
Sumber: Yahoo Finance
127
b. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) 2016
Sumber: Yahoo Finance
128
c. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) 2017
Sumber: Yahoo Finance
129
5. Government Bonds
a. Volume, Kapitalisasi, Frekuensi Perdagangan 2015
Sumber: Bursa Efek Indonesia (BEI)
b. Volume, Kapitalisasi, Frekuensi Perdagangan 2016
Sumber: Bursa Efek Indonesia (BEI)
130
c. Volume, Kapitalisasi, Frekuensi Perdagangan 2017
Sumber: Bursa Efek Indonesia (BEI)
Sumber: Bursa Efek Indonesia (BEI)
131
Lampiran 2 Statistik Depskriptif
a. Inflation
No. Inflation Rate (%)
Tahun Rata-rata Maksimum Minimum
1. 2015 0.064 0.703 0.034
2. 2016 0.035 0.045 0.028
3. 2017 0.038 0.044 0.033
b. Interest Rate
No. Interest Rate (%)
Tahun Rata-rata Maksimum Minimum
1. 2015 0.075 0.078 0.075
2. 2016 0.067 0.073 0.065
3. 2017 0.046 0.048 0.043
c. Exchange Rate
No. Exchange Rate (USD)
Tahun Rata-rata Maksimum Minimum
1. 2015 13,458 14,657 12,625
2. 2016 13,330 13,846 12,998
3. 2017 13,398 13,572 13,319
d. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)
No. IHSG
Tahun Rata-rata Maksimum Minimum
1. 2015 4,875 5,519 4,224
2. 2016 5,060 5,423 4,615
3. 2017 5,785 6,356 5,294
132
e. Volume Perdagangan
No. Volume Perdagangan (dalam Milyar Rupiah)
Tahun Rata-rata Maksimum Minimum
1. 2015 254,542 352,387 195,202
2. 2016 279,543 515,088 204,232
3. 2017 277,255 375,224 198,350
f. Kapitalisasi Perdagangan
No. Kapitalisasi Perdagangan (dalam Milyar Rupiah)
Tahun Rata-rata Maksimum Minimum
1. 2015 256,860.21 349,100.32 195,698.98
2. 2016 272,811.04 353,854 210,549.61
3. 2017 287,932.95 396,417 211,210.23
g. Frekuensi Perdagangan
No. Frekuensi Perdagangan
Tahun Rata-rata Maksimum Minimum
1. 2015 13,203 21,284 9,104
2. 2016 16,816 32,549 11,977
3. 2017 16,616 25,888 12,081
133
Lampiran 3 Hasil Operasionalisasi Data
A. PLS Path Model
Sumber: Hasil Operasionalisasi smartPLS, 2019
B. Path Coefficient
Makroekonomi Indeks Harga
Saham Gabungan
(IHSG)
Government
Bonds
Government
Bonds
Kinerja Indeks
Harga Saham
Gabungan
(IHSG)
0.508
Makroekonomi 0.042 -0.829
Sumber: Hasil Operasionalisasi smartPLS, 2019
C. R Square
R Square R Square Adjust
Government Bonds 0.224 0.177
Indeks Harga Saham Gabungan
(IHSG)
0.687 0.678
Sumber: Hasil Operasionalisasi smartPLS, 2019
Frekuensi
Volume
Exchange R.
Inflation
134
D. PLS Bootstrapping
Sumber: Hasil Operasionalisasi smartPLS, 2019
E. Path Coefficient
Original
Sample
(O)
Sample
Mean
(M)
Standard
Deviation
(STDEV)
T Statistics
(ǀO/STDEVǀ)
P
Values
Indeks Harga Saham
Gabungan (IHSG) ->
Government Bonds
0.379 0.371 0.164 0.312 0.021
Makroekonomi ->
Government Bonds
0.027 0.023 0.177 0.154 0.878
Makroekonomi ->
Indeks Harga Saham
Gabungan (IHSG)
-0.394 -0.396 0.114 3.441 0.001
Sumber: Hasil Operasionalisasi smartPLS, 2019
135
Lampiran 4 Alur Analisis Data
Sumber: Diolah 2019
Data Sampel
Penelitian
PLS Algorithm
Evaluasi Outer
Model
Level
sign. >
0.5
Dihilangkan
Tidak
PLS
Bootstrappi
ng (Level
sign. 1.96)
Evaluasi
Inner Model
Goodness of
Fit
Ya
136
Lampiran 5. Tabel Kesimpulan
1. Hipotesis 1 : Makroekonomi Indonesia berpengaruh terhadap Kinerja
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Indonesia.
Negara Indikator
Makroekon
omi
Indikator
Kinerja
IHSG
t-statistic Original
Sample
Kesimpulan
Indonesia Interest
Rate
IHSG 3.441 -0.394 Berpengaruh
Negatif
2. Hipotesis 2 : Makroekonomi Indonesia berpengaruh terhadap
government bonds Indonesia
Negara Indikator
Makroekon
omi
t-statistic Original
Sample
Kesimpulan
Indonesia Interest
Rate
0.154 0.027 Tidak Berpengaruh
3. Hipotesis 3 : Kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Indonesia
berpengaruh terhadap government bonds Indonesia
Negara Indikator
Kinerja
IHSG
t-statistic Original
Sample
Kesimpulan
Indonesia IHSG 2.312 0.379 Berpengaruh Positif
137
Lampiran 6