Roadmap Wcu Ypt Grup

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Road map WCU YPT Group hasil penelitian terhadap lembaga dibawah naungan Yayasan pendidikan Telkom (YPT) meliputi posisi eksisting (2010) dan roadmap kedepan

Citation preview

ROADMAP WCU

YPT Grup

WORLD CLASS UNIVERSITY

AGUNG RIKSANA 2010

RoadMap WCU YPT Group

ROADMAP WCU

YPT Grup

DAFTAR ISIDAFTAR ISI .......................................................................................................................................................................................... 1 BAB I....................................................................................................................................................................................................... 2 1.1 PERMASALAHAN DAYA SAING EKONOMI DAN PENDIDIKAN TINGGI DI INDONESIA.......................... 2 PERAN PENDIDIKAN TINGGI DALAM DUNIA GLOBAL ............................................................................................... 5 1.2 TREND PERSAINGAN GLOBAL PENDIDIKAN TINGGI........................................................................................... 5 1.3 ARAH PEMBANGUNAN PENDIDIKAN INDONESIA................................................................................................ 7 1.4 SASARAN STRATEGIS PERGURUAN TINGGI DI INDONESIA ............................................................................. 7 1.5 TANTANGAN WORLD CLASS UNIVERSITY................................................................................................................. 8 BAB II ...................................................................................................................................................................................................13 2.1 APA YANG DIMAKSUD DENGAN WORLD CLASS UNIVERSITY (WCU) DAN KRITERIA WCU MENURUT DIKTI....................................................................................................................................................................... 13 2.2 KRITERIA WCU VERSI THES DAN WEBOMETRICS ............................................................................................ 30 2.3 Perbandingan metodologi penilaian WCU antara Webometrics, ARWU, dan THES............................. 33 BAB III..................................................................................................................................................................................................40 3.1 ISU ISU STRATEGIS........................................................................................................................................................... 40 3.2 Arah Pengembangan Mutu lembaga YPT Grup..................................................................................................... 41 3.2.1 Perluasan Akses dan Peningkatan Kualitas Pendidikan dan Kemahasiswaan............................... 41 A. Landasan Kebijakan Pengembangan Pendidikan dan Kemahasiswaan.................................................. 41 Kebijakan Umum Strategis Pendidikan dan Kemahasiswaan .......................................................................... 41 3.2.2 PENINGKATAN KUALITAS PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT...................................... 44 A. Landasan Kebijakan Pengembangan Penelitian dan Pengabdian Masyarakat..................................... 44 Kebijakan Strategis Pengembangan Penelitian dan Pengabdian kepada masyarakat ........................... 45 3.2.3 Penguatan Sistem Manajemen ................................................................................................................................. 46 A. Landasan Kebijakan Penguatan Sistem Manajemen ....................................................................................... 46 B. Kebijakan Strategis Penguatan Sistem Manajemen ......................................................................................... 47 BAB IV.................................................................................................................................................................................................... 1 4.1.KRITERIA WCU SERTA ARAH PENCAPAIAN WCU YANG AKAN DIKEJAR OLEH LEMBAGA DI BAWAH NAUNGAN YPT GRUP ............................................................................................................................................... 1 4.1.1 KRITERIA WCU YANG AKAN DIKEJAR ............................................................................................................... 1 4.1.2 PROGRAM KERJA BERBASIS WEBOMETRICS................................................................................................. 2 BAB V...................................................................................................................................................................................................... 3

RoadMap WCU YPT Group

ROADMAP WCU BAB I PENDAHULUAN

YPT Grup

1.1

PERMASALAHAN DAYA SAING EKONOMI DAN PENDIDIKAN TINGGI DI INDONESIA

Pertumbuhan ekonomi indonesia berdasar Pendapatan Domestik Bruto (PDB) tahun 2010 yang berkisar 5,9% masih kalah jauh berbanding Thailand yang pada akhir akhir ini mengalami permasalahan politik dengan pertumbuhan PDB 7%. Hal ini karena indonesia belum mampu mengoptimalkan sumber daya terbesarnya, yaitu Human Capital. Bila dilihat negara China dan India, sumber daya manusianya dapat memberikan kontribusi dalam bentuk produktivitas tinggi sehingga ekonominya unggul sehingga menempati peringkat 27 tertinggi di dunia versi World Economic Forum (WEF) 2010, dengan kontributor yang cukup tinggi di dalam kategori inovasi (WEF, 2010). Sementara Indonesia belu bisa mensejajarkan dengan Korea bahkan Malaysia sekalipun. Tabel 1 Daya Saing Ekonomi Versi World Economic Forum 2010NEGARA SINGAPURA JEPANG HONGKONG ARAB SAUDI KOREA ISRAEL MALAYSIA BRUNEI THAILAND INDONESIA Sumber: WEF, 2010 PERINGKAT DAYA SAING 3 6 11 21 22 24 26 28 38 44

Sementara dari segi pendidikan kondisi Indonesia juga masih belum layak bersaing dengan negara unggul di asia, seperti korea dan jepang, hal ini karena sumber daya manusia indonesia belum teroptimalkan. Salah satu masalahnya adalah Brain Power Deficit. Jumlah aset intelektual Indonesia saat ini hanya 13.000 (Doktor) atau rasio 65 doktor berbanding 1 juta, sementara kebutuhan untuk bisa layak bersanding dengan negara negara seperti korea dan jepang, maka Indonesia membutuhkan 75.000 100.000 Doktor, artinya saat ini baru terpenuhi 10% dari kebutuhan. Apalagi bila kita berkaca pada negara maju seperti Amerika, mereka memiliki 2 Juta PhD

RoadMap WCU YPT Group

ROADMAP WCU

YPT Grup

atau memiliki rasio 6.500 banding 1 Juta, sementara rasio PhD tertingi disandang oleh Israel dengan 135 banding 10.000. Untuk detail dapat dilihat dari tabel berikut: Tabel 2 Perbandingan Jumlah dan Rasio Aset Intelektual (Phd) Indonesia dengan Negara Asia NEGARA USA ISRAEL JEPANG CHINA INDONESIASumber: Direktori Doktor ,2010

JUMLAH DOKTOR 2 JUTA n/a 605.600 78.000 (TAHUN 2001) 13.000

RASIO 6.500: 1 JUTA 135: 10.000 (tertinggi) 4.800: 1 JUTA n/a 65: 1 JUTA

Karena itu pemenuhan aset intelektual kepada sektor yang berkontribusi pada PDB amatlah kurang, sektor yang berkontribusi pada PDB diantaranya adalah sektor jasa 38,5%, Industri 47,1%, Agriculture 14,4%. Komposisinya dapat terlihat dari tabel berikut: Tabel 3 Suplai Aset Intelektual untuk Sektor yang berkontribusi pada PDB Sektor Industri AgricultureSumber: Campus Asia, 2010

Aset Intelektual 160 Doktor 510 Doktor

Untuk sektor Industri cukup bermasalah, terutama untuk sektor pertambangan (Mining), karena kebutuhan akan tenaga intelektual cukup besar (Campus Asia, 2010) Apabila kita mengkaji signifikansi produktivitas Sumber Daya Manusia (SDM) dalam Inovasi dan riset dan hubungannya dengan pertumbuhan ekonomi, maka kita dapat melihat best pratice yang membuktikan bahwa aset intelektual dalam kaitannya dengan pertumbuhan ekonomi adalah sangat signifikan berpengaruh. Dalam paper yang dikaji oleh Boston Bank menyimpulkan dalam papernya yang berjudul MIT Impact of Innovation, bahwa alumni MIT telah membangun 4000 perusahaan dengan menciptakan 1 juta pekerjaan, dengan pendapatan total USD 232 Milyar. Bila MIT ini diandaikan sebuah negara, maka produktivitas PDB MIT dua kali lebih besar dari PDB negara Afrika Selatan, tentunya ini sangat luar biasa.

RoadMap WCU YPT Group

ROADMAP WCU

YPT Grup

Selain rendahnya aset intelektual dan produktivitasnya, Indonesia juga memiliki permasalahan terkait rendahnya kapasitas (resource), terutama dana riset. Apabila kita lihat negara Singapura, Malaysia, dan Korea, maka kita dapat melihat salah satu faktor mengapa produktivitas riset dan inovasi mereka cukup tinggi. Kita dapat melihat perbandingan kapasitas alokasi dana, dan apresiasi mereka terhadap peneliti dari komparasi berikut: Tabel 4 Perbandingan Dana Riset Indonesia dengan Negara Tetangga dan Asia Aspek Dana Riset dari Pemerintah Singapura 470 Juta USD untuk National University Singapore Malaysia 25 Juta USD untuk University of Malaysia/tahun Korea Selatan 50 Juta USD untuk Seoul National University Indonesia -Dana Research Excellent hanya: 27.500 USD atau 250 Juta. -ITB menerima 4 Juta USD Selain hal di atas, apresiasi terhadap peneliti juga sangat kurang di Indonesia, bila kita melihat negara dengan produktivitas cukup baik seperti Korea, maka apresiasi pemerintah sangat baik terhadap aset intelektual mereka. Korean Advanced Institute of Science and Technology menerima USD 1,900 (Rp.18 Milyar) setiap bulannya (Campus Asia, 2010). Sementara di Indonesia, Profesor riset, dengan pengabdian 25 tahun, golongan tertinggi IV-e hanya di beri insentif 4 Juta saja. Selain kapasitas dana, kapasitas Perguruan Tinggi di Indonesia juga rata rata belum optimal dari segi sarana prasarana. Bila kita lihat Stanford University California Amerika, yang merupakan peringkat 19 Dunia, maka sumber dayanya luar biasa. Mereka memiliki 94 Research Center dengan bermacam macam kajian keilmuan dengan tujuan menciptakan knowledge baru, lab independen dengan didukung 300 dosen dan 400 tenaga administratif, 20 gedung perpustakaan, 8 Juta Volume buku fisik, 34.000 jurnal online, 800 database artikel. Sehingga mereka memiliki aset intelektual yang produktif dan menghasilkan peraih nobel. (Stanford.edu, November 2010) Untuk Indonesia, tidak mengherankan apabila daya saing Perguruan Tinggi nya juga belum mampu bersaing dengan negara negara di asia.

RoadMap WCU YPT Group

ROADMAP WCUNEGARA SINGAPURA MALAYSIA THAILAND INDONESIA Sumber: WEF, 2010 PERINGKAT DAYA SAING PT 5 DARI 139 49 59 66

YPT Grup

PERAN PENDIDIKAN TINGGI DALAM DUNIA GLOBAL Kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan, terutama telekomunikasi dan transportasi telah mempermudah akses kepada setiap orang sehingga batas batas antara negara semakin transparan secara ekonomi, sosial, politik, dan budaya, sehingga hal tersebut memicu kompetisi global yang semakin menguat dari waktu ke waktu. Setiap negara menghadapi tantangan untuk meningkatkan produktivitas dan daya saingnya diantara negara-negara di dunia untuk mampu memelihara pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan kesejahteraan warga negaranya. Sebagaimana diindikasikan oleh World Development Report on Knowledge Economy pada tahun 1999, faktor kunci dimana ekonomi berbasis wawasan yang dikembangkan meliputi ekonomi yang kondusif, sumber daya manusia yang kuat, infrastruktur teknologi informasi yang sehat, dan sistem inovasi yang efisien (the world bank, 1999). Sebagian besar persyaratan tersebut sangat berhubungan dengan pengembangan Pendidikan Tinggi (PT). PT memiliki peran dan tanggung jawab untuk membangun landasan yang kokoh untuk daya saing bangsa melalui pengembangan SDM, dan penciptaan knowldge, dan teknologi. Hal ini terkait penggunaan secara efektif seluruh jenis knowledge dalam kegiatan ekonomi (DTI, 1998). Pada dunia yang bergerak cepat menuju kearah sistem yang mengglobal, pergerakan dan mobilitas manusia lintas batas negara dengan lebih mudah menjadi bagian kehidupan sehari hari. Pendidikan tinggi sebagai salah satu ujung tombak pengembangan SDM harus berada didepan untuk mempersiapkan para lulusannya untuk dilengkapi dengan keterampilan yang dibutuhkan, wawasan dan kemampuan untuk bekerja dan produktif dalam sistem tersebut. PT harus mempersiapkan lulusannya dengan kreativitas dan keterampilan belajar seumur hidup yang diperlukan untuk generasi masa depan. Para siswa juga harus dibekali dengan pemahaman yang baik tentang isu global dan diekspose ke siatuasi multi budaya untuk dididik menjadi warga negara global yang bertanggungjawab. Oleh sebab itu internasionalisasi PT hal yang tidak terhindarkan. 1.2 TREND PERSAINGAN GLOBAL PENDIDIKAN TINGGI Globalisasi yang terjadi di berbagai bidang menurut UNESCO (2002) akan pula berpengaruhi secara langsung pada pendidikan tinggi. Batas batas administratif negara tertembus sehingga penyelenggaraan suatu pendidikan tinggi di suatu negara bisa saja adalah perguruan tinggi yang

RoadMap WCU YPT Group

ROADMAP WCU

YPT Grup

berbasis di negara negara maju seperti fenomena berkembangnya perusahaan multinasional di negara berkembang yang telah terjadi secara luas dewasa ini. Bukan hanya itu, globalisasi juga memungkinkan lulusan dari berbagai perguruan tinggi di dunia, terutama yang sudah tersertifikasi, untuk berkompetisi meraih peluang kerja di berbagai negara termasuk negara berkembang yang daat berakibat pada semakin tertekannya lulusan perguruan tinggi domestik di pasar kerja lokal. Foenomena ini semakin kuat pada beberapa dekade terakhir yang menyebabkan tekanan persaingan pendidikan tinggi semakin meningkat dan perguruan tinggi seluruh dunia mendapatkan tekanan untuk melakukan perubahan dalam penyelenggaraan fungsi dan peran pendidikan tinggi. Lembaga pendidikan tinggi dituntut untuk mampu mengembangkan kapasitasnya secara fleksibel dan mempu beradaptasi sehingga memungkinkan melakukan perubahan secara terus menerus dan berkesinambungan. UNESCO (2004) dalam World Declaration on Higher Education for the Twenty First

Century : Vision and Action and the Framework for Priority Action for Change Development of Higher Education memberikan outline kerangka konseptual dan aksi dalam pembaharuan danreformasi pendidikan tinggi yang mengharuskan pendidikan tinggu untuk: 1. Memperluas akses dan menjamin pengembangan pendidikan tinggi merupakan faktor kunci pembangunan sebagai barang publik (public good) dan hak azasi manusia (human right) 2. Mempromosikan pembaruan dan reformasi sistem maupun kelembagaan dengan tujuan meningkatkan kualitas, relevansi dan efisiensi sehingga memiliki keterkaitan dengan masyarakat, terutama dunia kerja (world of work). 3. Menjamin sumberdaya dan dana yang memadai baik publik maupun swasta dalam menjamin terpenuhinya kebutuhan akan pendidikan tinggi oleh masyarakat secara keseluruhan dan seluruh pemangku kepentingan (stakeholders) 4.Mendukung pengembangan kemitraan dan kerjasama internasional. Untuk menghadapi globalisasi dan menjawab berbagai tantangan pembangunan di tanah air, dokumen RPPJP (Rencana Pembangunan Jangka Panjang) mengamanatkan pentingnya peningkatan kapasitas dan moderniasi perguruan tinggi (2003-2010), penguatan pelayanan (2010-2015), peningkatan daya saing regional (2015-2020), dan penguatan daya saing internasional (2020-2025). Dalam implementasinya, Departemen Pendidikan Nasional, khususnya Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi telah encanangkan HELTS (Higher Education Long Term Strategies 2003-2010) dengan tujuan untuk menjadikan perguruan tinggi sebagai pengjasil lulusan dan IPTEKS yang dapat memperkuat daya saing bangsa melalui paradigma baru yang berfokus pada kualitas, akses dan ekuiti, serta otonomi perguruan tinggi. Dalam konteks ini, HELTS juga memandatkan akredisasi dan

RoadMap WCU YPT Group

ROADMAP WCU

YPT Grup

standarisasi nasional maupun internasional dalam bentuk produk dan proses pendidikan, menuntut evaluasi dan penjaminan mutu pendidikan yang handal dengan indikator keberhasilan (performance indicators) yang terukur. Sebagai implikasinya, globalisasi dan iklim kompetisi yang tinggi pada akhirnya mengharuskan perguruan tinggi untuk masuk dalam jajaran perguruan tinggi bermutu dan terbaik tingkat dunia (World Class University). Menjadi sangat penting bagi perguruan tinggi untuk mengadopsi berbagai karakteristik dan indikator yang diterapkan oleh badan-badan akreditasi internasional yang mengadopsi berbagai model seperti ISO-9000s, EFQM, MB, HEFCE, Six-Sigma dan AUN. 1.3 ARAH PEMBANGUNAN PENDIDIKAN INDONESIA Bagaimana arah pembangunan Indonesia, terutama di bidang ekonomi dapat dilihat dari rencana yang sudah disusun oleh Pemerintah. Dalam Undang-Undang nomor 17 tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025 ditetapkan bahwa berlandaskan pelaksanaan, pencapaian, dan sebagai kelanjutan dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) ke-1 (2004-2009) maka RPJMN ke-2 (2010-2014) ditujukan untuk lebih memantapkan penatan kembali Indonesia di segala bidang dengan menekankan upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia termasuk pengembangan kemampuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta penguatan daya saing perekonomian. Strategi dan arah kebijakan pembangunan pendidikan tahun 2010--2014 dirumuskan berdasarkan pada RPJMN 2010--2014 dan evaluasi capaian pembangunan pendidikan sampai tahun 2009 serta komitmen pemerintah pada konvensi internasional mengenai pendidikan, khususnya Konvensi Dakar tentang Pendidikan untuk Semua (Education For All), Konvensi Hak Anak (Convention on the Right of Child), Millenium Development Goals (MDGs), dan World Summit on Sustainable Development. 1.4 SASARAN STRATEGIS PERGURUAN TINGGI DI INDONESIA Sedangkan tujuan strategis Pendidikan Tinggi yang tercantum dalam Renstra Kemendiknas 2010 2014 adalah Tersedia dan terjangkaunya layanan pendidikan tinggi bermutu, relevan, berdaya saing internasional dan berkesetaraan di semua provinsi. untuk mencapai tujuan tersebut ditetapkan sasaran strategis seperti dalam gambar 2 berikut:

RoadMap WCU YPT Group

ROADMAP WCU

YPT Grup

Gambar 2. Sasaran strategis Kemendiknas 2010 2014 Jika melihat pada sasaran strategis yang ditetapkan oleh Kemendiknas, maka yang perlu diperhatikan oleh perguruan tinggi adalah peningkatan kualifikasi dosen pasca sarjana hingga 90% bergelar Doktor, dan kualifikasi dosen S-1 dan diploma yaitu master (S-2). Sedangkan untuk insitusi sertifikasi ISO 9001:2008 menjadi hal yang wajib untuk didapat. Sementara untuk pencapaian WCU THES, untuk YPT Group dapat diupayakan secara bertahap dengan meraih kriteria WCU dari yang termudah, kemudian berkembang terus sehingga dapat mencapai kriteria THES. 1.5 TANTANGAN WORLD CLASS UNIVERSITY World Class University bukanlah suatu hal yang baru kita dengar. Suatu istilah yang berarti Universitas Kelas Dunia atau Universitas yang mempunyai nama/kelas didunia. Menjadi suatu universitas berkelas dunia merupakan impian seluruh Universitas/PT untuk menjadi terkenal dan lebih baik dari yang lain. Kualitas pendidikan Indonesia, terutama perguruan tinggi memang masih tertinggal jauh dengan Negara-negara barat.Ini terbukti banyaknya Universitas/PT dinegara Barat yang sudah World Class University. Untuk mewujudkan hal tersebut memang bukan pekerjaan mudah dan butuh berbagai prosedur-prosedur yang harus diselesaikan dan dipenuhi.Perlu adanya strategi tepat untuk meningkatkan kualitas perguruan tinggi di Indonesia. World class university tampaknya menjadi syarat utama bagi Indonesia jika ingin bersaing dengan perguruan tinggi luar negeri. Sering kali kita dengar Suatu Universitas atau perguruan tinggi yang bercita-cita untuk go internasional dengan berbagai sasaran atau target keberhasilan. Namun tidak menunjukkan kapan target tersebut akan tercapai. Apa yang direncanakan dalam Renstra masih sebatas wacana/impian dan belum dilakukan action yang jelas, sistemik, terarah, terprogram sebagaimana mestinya. Secara riil, posisi suatu Universitas/Perguruan tinggi secara nasional mungkin sudah baik. Hal ini ditunjukkan dengan nilai Akreditasi dari Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT) yang berhasil memperoleh nilai Akreditasi A, B, C serta berbagai

RoadMap WCU YPT Group

ROADMAP WCU

YPT Grup

prestasi-prestasi kampusnya Namun apakah nilai Akreditasi yang didapat PTS/PTN itu akan menjadi jaminan bahwa Universitas/perguruan tinggi itu akan menjadi World Class University? Berbicara tentang World Class University, tentu Universitas/Perguruan Tinggi pada level internasional. Sejak akhir Januari 2006, Departemen Pendidikan Nasional telah membentuk Tim Gugus Tugas penetapan 10 Perguruan Tinggi (PT) di Indonesia yang akan dipersiapkan sebagai universitas-universitas yang akan dikembangkan menjadi universitas kelas dunia (world-class university). Pengembangan beberapa universitas kelas dunia di Indonesia dapat menjadi terobosan penting dalam rangka akselerasi dan peningkatan kualitas dan daya saing PT Indonesia vis-a-vis PT mancanegara. Pengembangan sejumlah universitas menjadi world-class university sudah dilakukan di banyak negara Asia, khususnya di Korea Selatan, Cina, Singapura, dan bahkan Thailand. Bukan rahasia lagi, tidak banyak PT Indonesia yang mampu bersaing di tingkat internasional, bahkan untuk level nasional bahkan lokal saja, sebagian besar belum memenuhi harapan. Banyak faktor penyebabnya sejak dari tradisi universitas yang relatif baru, hanya sejak masa pasca Kemedekaan Indonesia mulai memiliki universitas, pembiayaan yang minim atau masih mengandalkan bantuan APBD dari daerah, kualifikasi pendidikan sumber daya dosen yang rendah, fasilitas yang tidak/kurang memadai, tidak ada atau kurangnya jaringan nasional dan internasional, dan sejumlah faktor lainnya lagi. Philip G Albach dalam The Costs and Benefits of World-Class Universities (2005), universitas kelas dunia adalah universitas yang memiliki rangking utama di dunia, yang memiliki standar internasional dalam keunggulan (excellence). Keunggulan tersebut mencakup, antara lain, keunggulan dalam riset yang diakui masyarakat akademis internasional melalui publikasi internasional, keunggulan dalam tenaga pengajar (profesor) yang berkualifikasi tinggi dan terbaik dalam bidangnya, keunggulan dalam kebebasan akademik dan kegairahan intelektual, keunggulan manajemen dan governance, fasilitas yang memadai untuk pekerjaan akademis, seperti perpustakaan yang lengkap, laboratorium yang mutakhir, dan pendanaan yang memadai untuk menunjang proses belajar-mengajar dan riset. Dan tidak kurang pentingnya, keunggulan dalam kerja sama internasional, baik dalam program akademis, riset, dan sebagainya. Jelas tidak mudah bagi PTPT Indonesia mencapai berbagai keunggulan tersebut. Tetapi, jika pemerintah, masyarakat, dan kalangan PT-PT Indonesia serius memiliki world-class universities, maka jelas tantangannya tidak sederhana. Namun, peluang bukan tidak ada. pemerintah pusat dan daerah menganggarkan minimal 20 persen APBN untuk pendidikan, dapat menjadi peluang untuk lebih menyeriusi peningkatan kualifikasi PT Indonesia menjadi world-class universities. Selain dianggarkan terutama untuk

RoadMap WCU YPT Group

ROADMAP WCU

YPT Grup

pendidikan dasar, sebagian anggaran pendidikan tersebut seyogianya dialokasikan untuk akselerasi beberapa PT Indonesia ke kelas internasional. Setidaknya ada tiga hal yang harus ada dalam strategi menuju world class university. Pertama, perguruan tinggi harus punya fokus riset atau pengembangan bidang-bidang tertentu yang akan jadi unggulan mereka. Sebaiknya, bidang-bidang ini punya kedekatan dengan kondisi alam, sosial, dan budaya. Hasil riset juga punya kegunaan langsung di masyarakat. Kedua, mendorong tiga mesin utama, yaitu integrasi berbagai bidang terkait, pemanfaatan teknologi IT, dan penanaman nilai-nilai entrepreneurship. Ketiga, ada pengembangan ventura-ventura atau sumber daya yang ada di perguruan tinggi. Pengembangan itu bisa dari segi akademik dengan pengembangan intellectual capital dan sumber daya lain yang bersifat ekonomis. Strategi harus dipikirkan, dan dijalankan secara sinergi dan kontinu. Kalau tidak, sulit untuk untuk bersaing. salah satu cara menuju world class university adalah bekerja sama dengan perguruan-perguruan tinggi luar negeri yang kredibel. Kerja sama itu harus didasarkan pada prinsip saling menguntungkan dan bisa menjadi pemicu peningkatan kualitas pendidikan.beberapa kriteria yang umumnya dijadikan sebagai dasar bagi penentuan peringkat adalah sebagai berikut : Ada tidaknya peraih nobel di perguruan tinggi tersebut, Jumlah mahasiswa asing yang menjadi mahasiswa di perguruan tinggi tersebut, Jumlah staff yang bergelar doktor beserta prestasi akademik dan penelitian yang diraihnya, Adanya internet bandwidth connectivity yang baik serta kecepatan aksesnya, Adanya rasio student-dosen yang seimbang serta tingkat selectivity mahasiswa yang baik, Seberapa banyak publication index dari para peneliti di perguruan tinggi tersebut yang dikutip oleh orang lain, Seberapa sering update informasi dari berbagai aktivitas di perguruan tinggi tersebut, Seberapa banyak adaptasi pembelajaran modern dalam proses pembelajarannya,Terdapatnya berbagai sumber keuangan yang mendukung keberlanjutan berbagai aktivitas perguruan tinggi tersebut. Selain itu terdapat pula lembaga yang hanya menggolongkan kriteria kedalam lima item saja, yaitu : Academic reputation, Student selectivity, Faculty resources, Research : citation, papers, publication book, peer reviewed article, funding, graduated student, Financial resources : total spending perstudents, library spending per students. Maka untuk memenuhi cita-cita menjadi menjadi world class university, unit yang harus ektra keras untuk mensupportnya antara lain : lembaga penelitian, perpustakaan, teknologi informasi, biro SDM. Paling tidak harus ada kebijakan khusus pada lembaga tersebut untuk mengejar ketertinggalannya sehingga memiliki program yang jelas untuk meningkatkan kualitasnya. Kalau untuk PTS, ada hal yang sulit untuk bisa dipenuhi agar menjadi world class university, yaitu terkait dengan student

RoadMap WCU YPT Group

ROADMAP WCU

YPT Grup

selectivity dan rasio dosen-mahasiswa. Bagaimana akan memiliki student selectivity yang baik kalau setiap tahun prodi-prodinya di target harus menerima sekian banyak mahasiswa baru, dengan alasan untuk pendanaan subsidi silang ke prodi yang lain. Bagaimana akan memiliki rasio yang seimbang kalau student body nya gemuk sementara kebijakan untuk pengadaan dosennya sangat lambat (kalaupun tidak zero growth) padahal dosen adalah salah satu point penting juga. Tidak mungkin pengajaran semuanya diajarkan oleh Dosen luar yang latar belakang disiplin ilmunya berbeda. Jangan sampai nantinya mahasiswa banyak tapi dosennya itu-itu saja dan hal ini harus menjadi point terpenting bagi Pimpinan Universitas/PT untuk segera diselesaikan. Serta aturan-aturan Universitas/PT jangan hanya tebang pilih tetapi harus ada azas kesamaan supaya aturan-aturan itu tidak jadi aturan khusus orang tertentu. Peningkatan kualitas pendidikan perguruan tinggi di Indonesia ini harus jadi perhatian. membuat kebijakan untuk mengubah perguruan tinggi negeri menjadi badan hukum. Dengan badan hukum, perguruan tinggi punya otonomi dan independensi untuk mengelola aset dan keuangan mereka sendiri. Dengan begitu, mereka diminta untuk bisa lebih cepat dalam meningkatkan kualitas dan menjalin hubungan dengan perguruan tinggi luar negeri, bahwa perubahan menjadi badan hukum memberikan keleluasaan bagi perguruan tinggi untuk mengelola aset mereka masing-masing. kebebasan itu tidak akan efektif jika tidak ada strategi tepat menuju world class university. Walaupun world class university, tentu bukan segalanya dalam kriteria pendidikan tinggi di negara berkembang karena tuntutan peran dalam pengembangan kesejahteraan rakyat menjadi sangat mendesak. Tetapi persaingan global memerlukan kemampuan segenap perguruan tinggi di Indonesia menggerakkan seluruh daya dan upaya untuk mencapai beberapa langkah secara sinergis. Beberapa kriteria world class university diantaranya adalah 40 % tenaga pendidik bergelar Ph.D, publikasi internasional 2 papers/staff/tahun, jumlah mahasiswa pasca 40% dari total populasi mahasiswa (student body), anggaran riset minimal US$ 1300/staff/tahun, jumlah mahasiswa asing lebih dari 20%, dan Information Communication Technology (ICT) 10 KB/mahasiswa. Kriteria tersebut tentu tidak 100% sesuai dengan kondisi Indonesia saat ini yang sedang memperjuangkan anggaran pendidikan yang memadai, terbatasnya kursi bagi mahasiswa dalam negeri yang kemampuan ekonominya rendah, maupun peran pendidikan tinggi dalam menghasilkan iptek yang bermafaat bagi kesejahteraan rakyatnya. Namun ukuran-ukuran tersebut penting sebagai dasar bagi referensi kesejajaran universitas di Indonesia dengan universitas lainnya yang bertaraf internasional. Guna mencapai tujuan jangka panjang tersebut harus dapat meletakkan basis yang kuat melalui

RoadMap WCU YPT Group

ROADMAP WCU

YPT Grup

pembangunan karakter pendidik dan tenaga kependidikan yang memiliki etika akademik dengan ciri-ciri rasional, obyektif dan normatif. Etika akademik tersebut harus menjadi unsur fundamental moralitas dalam menghadapi perkembangan sosial, ekonomi, politik, budaya dan iptek. Sehingga selain tanggung jawab individu yang mengutamakan kompetensi professional, kejujuran, integritas dan obyektivitas serta sebagai institusi harus mampu mempertanggung jawabkan secara publik, hormat kepada martabat dan hak azasi manusia serta dapat menjadi sumber acuan budaya luhur bangsa. Beberapa aspek yang perlu dibenahi diantaranya untuk mencapai world class university adalah: Menjunjung tinggi nilai-nilai ilmiah, etika dan estetika yakni apakah setiap unit menjunjung tinggi prinsip-prinsip kebenaran dan kejujuran ilmiah. Seperti telah menjunjung tinggi bidang ilmu yang dikembangkan dan apakah tenaga pendidik dan unsur akademiknya telah jujur dengan bidang keilmuan yang ditekuni dan diajarkannya sehingga misalnya: tidak terjadi illegal teaching, dan ini banyak terjadi di dunia Pendidikan kita, Menjaga standar professional dan standar ilmiah yang tinggi secara berkelanjutan setingkat dengan universitas kelas dunia,Tidak melakukan diskriminasi dalam pelaksanaan kegiatan akademik, Menciptakan lingkungan belajar dan mengajar yang berkualitas dan bertaraf internasional, Mengembangkan dan menerapkan iptek pertanian yang bermanfaat bagi kesejahteraan bangsa dan seluruh umat manusia, Menghormati hukum dan hak azasi manusia, Mampu menciptakan inovasi yang bermanfaat bagi masyarakat dan bertaraf internasional.Nilai-nilai penting tersebut harus menjadi landasan bagi pembuatan kebijakan akademik dan terus dikembangkan melalui berbagai instrumen serta dilaksanakan secara komprehensif beserta jaminan mutu, pemantauan dan evaluasinya sehingga menjadi budaya akademik Pencapaian unsur-unsur penting tersebut dalam tingkah laku para tenaga pendidik, peneliti dan tenaga kependidikan sangat menentukan kualitas sebagai institusi universitas bertaraf internasional dan berperan dalam pembangunan bidang pertanian yang dapat mensejahterakan segenap warga serta seluruh rakyat Indonesia dan umat manusia.

RoadMap WCU YPT Group

ROADMAP WCU BAB II STUDI LITERATUR: CHANGE MANAGEMENT DAN WCU 2.1 CHANGE MANAGEMENT (MANAJEMEN PERUBAHAN)

YPT Grup

Terkait pengembangan pendidikan di universitas Ling (2005) menyatakan bahwa, pengembangan dalam organisasi organisasi pada umumnya dapat dilihat sebagai efektivitas, efisiensi insitusi dalam pencapaian tujuannya. Peranan perguruan tinggi dalam mempersiapkan daya saing bangsa mengarungi era persaingan global sudah sangat urgen. Pada umumnya pendidikan tinggi di negara ini telah tertinggal, bahkan terasing dari kebutuhan dan realitas sosial, ekonomi, serta budaya masyarakatnya. Perguruan tinggi memerlukan otonomi dan independensi untuk dapat memulihkan perannya itu keluar dari menara gading dan terlibat secara langsung sebagai agent of change dalam perubahan masyarakat. Memposisikan sebuah perguruan tinggi pada barisan perguruan tinggi-perguruan tinggi terbaik memerlukan perubahan yang fundamental sehingga mampu bersaing (better competitive situation). Sebuah perguruan tinggi harus memiliki strategic intent. Untuk mewujudkannya perlu dilakukan transformasi kelembagaan yang lebih kompleks dari sekadar pengembangan organisasi (organization development). Perguruan tinggi merupakan lembaga, dibangun komunitas akademik yang bersifat kolegial, dan menjunjung tinggi academic value untuk mencerdaskan bangsa. Ini yang membedakannya dengan organisasi lain. Melakukan perubahan fundamental untuk dapat menghasilkan nilai-nilai akademik, sosial, dan ekonomi merupakan kata kunci dalam transformasi sebuah perguruan tinggi. Transformasi kelembagaan ini mencakup penyelarasan atau perancangan ulang dari strategi, struktur, sistem, stakeholders relation, staff, skills (competence), style of leadership, dan shared value. Upaya transformasi kelembagaan ini diharapkan dapat merevitalisasi peran perguruan tinggi agar mampu berperan secara optimal dalam mewujudkan academic excellence for education, for industrial relevance, for contribution for new knowledge, dan for empowerment. Konsep manajemen Perubahan (Management of Change) Perubahan adalah hal yang pasti terjadi, termasuk di dalam konteks organisasi. Perubahan terjadi karena yang menjalankan organisasi adalah manusia, dan manusia terus berubah. Sering dikatakan satu hal yang pasti terjadi di dunia adalah perubahan. RoadMap WCU YPT Group perubahan terencana dalam perilaku orang, proses proses pada lingkungan organisasi untuk meningkatkan

ROADMAP WCU

YPT Grup

Pengertian perubahan secara umum menurut Stephen Robbins dalam Organizational behavior (2009), adalah membuat sesuatu terjadi. Dalam organisasi, perubahan dapat terjadi dalam lingkup yang kecil, tentang sesuatu yang kecil, dan perubahan yang kecil-kecil ini terjadi secara terus menerus. Perubahan ini disebut first order change atau sering juga disebut contiuous improvement. Pada umumnya perusahaan perusahaan jepang yang dikenal piawai dalam menerapkan perubahan ini. Ada pula perubahan yang besar besaran, yakni perubahan multi dimensi dalam suatu organisasi. Perubahan ini disebut second order change atau disebut dengan istilah dramatic change. Ini tidak berarti bahwa jika suatu organisasi menerapkan sudah menerapkan first order change, maka organisasi tersebut tidak perlu menerapkan second order change. Juga tidak berarti bahwa jika suatu organisasi menerapkan second order change, maka organisasi tersebut tidak perlu menerapkan first order change. Kedua jenis perubahan itu perlu diterapkan. Pimpinan organisasi harus jeli dan peka terhadap faktor faktor yang menyebabkan perlunya melakukan perubahan. Sonnenberg, dalam Managing With A Conscience: How to Improve Performance Through Integrity, Trust, And Commitment (1994) menyatakan bahwa di dunia ini perubahan terjadi setiap hari, sehingga menjalankan usaha seperti biasa adalah merupakan resep yang dapat menjamin kegagalan. Agar berhasil, perusahaan harus merangkul perubahan. Tidak cukup perusahaan hanya reaktif terhadap perubahan. Perusahaan harus belajar mengantisipasi perubahan. Robbins menyatakan, organisasi harus berubah, kalau tidak berubah, organisasi tersebut akan mati. Apa yang diutarakan Sonnenberg dan Robbins senada dengan Smither, Houston dan McIntire (Organizational Development: Strategies for changing Environment, 1996) yang menyatakan bahwa semua organisasi harus berubah agar dapat bertahan hidup. Pernyataan ini mempunyai makna bahwa perubahan yang terjadi dalam organisasi harus dirumuskan sedemikian rupa demi kepentingan organisasi. Oleh karena itu, setiap perubahan dalam organisasi harus direncanakan dan dikelola sebaik mungkin. Smither, Houston dan McIntire secara tegas menyatakan bahwa proses perubaan harus dikelola secara terampil agar perubahan tersebut terjadi secara efektif demi kepentingan organisasi. Perubahan seperti ini disebut dengan istilah planned change. Inilah yang merupakan pokok bahasan dari manajemen perubahan. Dalam melakukan perubahan, informasi tentang perlunya perubahan boleh datang dari mana saja: dari bawahan, orang luar organsasi, dari orang desa, dari pengamat, dari konsultan, dari pelanggan, dan lain lain. Keputusan untuk berubah atau tidak berubah selalu dari atas (pimpinan puncak organisasi, pemilik organisasi atau kepala unit kerja), pendekatan manajemen perubahan adalah top-down. RoadMap WCU YPT Group

ROADMAP WCU

YPT Grup

Jika keputusan untuk berubah sudah ditetapkan, pelaksanaan atau implementasi perubahan tidak dapat dilakukan sendiri oleh orang yang memutuskan perubahan itu. Sejumlah orang tertentu diperlukan untuk meyakinkan seluruh anggota organisasi bahwa perubahan itu akan membuat organisasi menjadi lebih baik, serta untuk mengelola dan memonitor perubahan itu. Sejumlah orang tersebut disebut dengan change agent (agen perubahan). Orang orang yang di angkat sebagai agen perubahan tersebut berperan sebagai katalisator dan motivator untuk membuat seluruh anggota organisasi termotivasi untuk berubah. Tanpa motovasi yang tinggi dari seluruh anggota organisasi, tujuan yang telah ditetapkan tidak akan terwujud. Hal ini senada dengan yang dikatakan oleh Bateman dan Snell dalam Management: Competing In The New Era (2002) bahwa seluruh anggota organisasi harus termotivasi untuk berubah, jika tidak tujuan perubahan tidak akan terwujud. Faktor faktor penyebab perubahan Menurut berbagai literatur, terdapat berbagai faktor penyebab terjadinya perubahan dalam organisasi. Dari berbagai sumber, berikut ini rangkuman faktor-faktor penyebab perubahan yang lazim diidentifikasi dalam berbagai kajian. Pertama, teknologi. Perkembangan teknologi sering menjadi penyebab penting untuk melakukan perubahan. Hal ini karena teknologi beru selalu lebih canggih dari teknologi lama. Kedua, sumber daya manusia. Kualitas SDM terus berkembang karena kurikulum di lembaga lembaga pendidikan terus berubah. Tingkat pendidikan sumberdaya manusia terus meningkat. Pengetahuan dan keterampilan karyawan sebagai dampak dari pengalaman kerja dan pelatihan terus berkembang. Dengan demikian pola pikir SDM terus berubah. Keanekaragaman latar belakang tenaga kerja terus berkembang, masing masing membawa budaya yang berbeda. Ini semua membawa perubahan dalam organisasi. Ketiga ekonomi. Keadaan ekonomi suatu negara berpengaruh terhadap terjadinya perubahan dalam organisasi di negara tersebut. Krisis moneter menimbulkan perubahan dalam organisasi. Banyak perusahaan mengurang tenaga kerja, tingkat pengangguran tinggi. Jika ekonomi suatu negara baik akan semakin sulit mendapat tenaga kerja dari dalam negeri, akan terjadi kelangkaan tenaga kerja, tenaga kerja harus diimpor dari negara lain. Sebagai contoh malaysia. Sekitar tiga juta orang tenaga kerja malaysia berasal dari luar Malaysia. Peraturan tenaga kerja tentang malaysia terus berubah. Perlakuan terhadap tenaga kerja yang di impor diatur tersendiri. (dikenal dengan migrant worker). Keempat, persaingan. Dalam era globalisasi ini, persaingan tidak hanya datang dari dalam negeri, melainkan juga dari luar negeri. Esensi persaingan adalah perebutan pasar. Dengan adanya persaingan, terjadi perubahan perilaku pelanggan yang menyebabkan perusahaan melakukan perubahan untuk merebut hati RoadMap WCU YPT Group

ROADMAP WCU

YPT Grup

pelanggan agar pelanggan tidak pindah ke perusahaan lain dan sekaligus dapat menarik pelanggan pesaing. Ini berlaku pula didunia pendidikan Tinggi, persaingan antara perguruan tinggi di dalam negeri semakin ketat dengan makin banyaknya perguruan tinggi baru yang muncul, tetapi disisi lain diperlukan perubahan yang konsisten dalam hal mutu pengelolaan pendidikan tinggi tersebut agar tidak kalah bersaing dengan perguruan tinggi lain dan dapat survive. Kelima, regulasi. Peraturan daerah, nasional, maupun internasional terus berubah. Organisasi harus terus memperhatikan dan menyesuaikan diri dengan regulasi yang berlaku.sebagai contoh dalam bidang pendidikan UU BHP yang sempat diberlakukan pada tahun 2009 menyebabkan seluruh perguruan tinggi di indonesia melakukan perubahan dalam rencana strategisnya, dengan mengakomodasi poin poin yang strategis bagi kelangsungan perguruan tinggi tersebut. Keenam adalah politik. Sebagai dampak dari faktor faktor yang mempengaruhi perubahan tersebut , perubahan dalam organisasi dapat dapat dikelompokan menjadi beberapa opsi. Robbins dalam Organizationa Behavior: Concepts,Controversies, Applications (2004), misalnya mengelompokan opsi perubahan menjadi empat yaitu: struktur (baik struktur organisasi, kebijakan, maupun komposisi orang), teknologi, Physical setting (lay out), dan orang. Dari empat opsi ini, yang paling sukar diubah adalah orang, hal ini karena yang diubah adalah pola pikir orang, bukan memecat semua orang dan mengganti dengan yang baru. Oleh sebab itu permasalahan yang terjadi adalah orang (tenaga kerja) sering enggan untuk mengubah perilaku mereka. Keengganan untuk berubah muncul karena mereka merasa nyaman dengan cara kerja yang ada. Dalam manajemen perubahan, keengganan untuk berubah atau penolakan terhadap perubahan dikenal dengan resistensi. Konteks perubahan Dalam kaitannya dengan konteks perubahan Balogun dan Hailey dalam bukunya yang berjudul Exploring Strategic Change (2004) merumuskan suatu model berupa kaledoskop perubahan yang merupakan fitur fitur atau aspek kontekstual yang perlu dipertimbangkan dalam memutuskan suatu perubahan, fitur tersebut yaitu: 1. Time: seberapa cepat perubahan diperlukan? Apakah organisasi dalam keadaan krisis atau apakah itu terkait dengan pengembangan strategi jangka panjang? 2. Scope: tingkatan perubahan yang bagaimana yang dibutuhkan? Penyesuaian atau trasformasi? Apakah perubahan mempengaruhi seluruh organisasi atau hanya sebagaian.

RoadMap WCU YPT Group

ROADMAP WCU

YPT Grup

3. Preservation: aset, karakteristik, praktik organisasi apa yang perlu tetap dijaga dan dilindungi selama perubahan 4. Diversity: apakah staf dan profesional dan divisi dalam organisasi bersifat homogen atau lebih beragam dalam hal nilai nilai, norma, adan perilaku? 5. Capability: apa tingkatan kemampuan organisasi, manajerial, dan personal untuk melaksanakan perubahan? 6. Capacity: seberapa besar sumber daya yang mampu diinvestasikan oleh organisasi dalam perubahan yang diajukan terutama dalam hal keuangan, SDM, dan waktu. 7. Readiness for Change: Seberapa siap anggota organisasi dalam melakukan perubahan? Apakah mereka menyadari akan kebutuhan perubahan dan termotivasi untuk melaksanakan perubahan? 8. Power: apakah kekuasaan diberikan dalam organisasi. Seberapa besar kebebasan hak dalam memilih yang dibutuhkan oleh unit untuk berubah, dan yang dimiliki oleh pimpinan perubahan? Resistensi Terhadap Perubahan Pada dasarnya, melakukan perubahan merupakan usaha untuk memanfaatkan peluang untuk mencapai keberhasilan. Karena itu melakukan perubahan mengandung resiko, yaitu adanya resistensi atau penolakan terhadap perubahan. Dalam konteks ini Ahmed, Lim & Loh di dalam Learning Through Knowledge Management (2002) secara tegas menyatakan bahwa resistensi terhadap perubahan adalah tindakan yang berbahaya dalam lingkungan yang penuh dengan persaingan ketat. Resistensi terhadap perubahan dapat dikelompokan menjadi dua kategori, yaitu resistensi individu dan resistensi organisasi. Pengertian resistensi individu adalah penolakan anggota organisasi terhadap perubahan yang diajukan oleh pimpinan organisasi. Beberapa faktor resistensi yang lazim terjadi dalam perubahan organisasi adalah sebagai berikut: 1. Kebiasaan kerja. Orang sering resisten terhadap perubahan karena menganggap kebiasaan yang baru dianggap merepotkan atau mengganggu. 2. Keamanan. Seperti takut dipecat, atau kehilangan jabatan 3. Ekonomi. Faktor ekonomi seperti gaji paling sering dipertanyakan, karena orang sangat tidak megharapkan gajinya turun. 4. Sesuatu yang tidak diketahui.

RoadMap WCU YPT Group

ROADMAP WCU

YPT Grup

Istilah lain yang sering dipakai mengenai resistensi terhadap perubahan adalah karena setiap perubahan akan mengganggu comfort zone (zona nyaman), yaitu kebiasaan-kebiasaan kerja yang selama ini dirasakan nyaman, Sonnenberg dalam kaitannya dengan hal ini mengidentifikasi tujuh alasan mengapa orang resisten terhadap perubahan, yaitu: 1. Procastination. Kecenderungan menunda perubahan, karena merasa masih banyak waktu untuk melakukan perubahan. 2. Lack of motivation. Orang berpendapat bahwa perubahan tersebut tidak memberikan manfaat sehingga enggan berubah 3. Fear of failure. Perubahan menimbulkan pembelajaran baru. Orang takut kalau nantinya ia tidak memiliki kemampuan yang baik tentang sesuatu yang baru tersebut sehingga ia akan gagal. 4. Fear of the unkown. Orang cenderung merasa lebih nyaman dengan hal yang diketahuinya dibandingkan dengan hal yang belum diketahui. Perubahan berarti mengarah kepada sesuatu yang belum diketahui. 5. Fear of loss. Orang takut kalau perubahan akan menurunkan job security, power, t atau status. 6. Dislike the innitiator of change. Orang sering sulit menerima perubahan jika mereka ragu terhadap kepiawaian inisiator perubahan atau tidak menyukai anggota agen perubahan. 7. Lack of communication. Salah pengertian akan apa yang diharapkan dari perubahan, informasi yang disampaikan tidak utuh dan komprehensif. Penanggulangan Resistensi Kotter dan Schlesinger, dalam Choosing Strategies for Change (Harvard Business Review-Juli Agustus, 2008), merumuskan enam cara untuk menanggulangi resistensi terhadap perubahan. Robbins (2005), mengkaji berbagai taktik untuk menanggulangi resistensi terhadap perubahan, namun kemudian memutuskan untuk merangkum keenam taktik yang dirumuskan oleh Kotter & Schlesinger (2008) sebagaimana rangkuman berikut. 1. Pendidikan dan Komunikasi. Menerapkan komunikasi terbuka kepada seluruh anggota. Komunikasi dapat dilakukan dalam bentuk lisan, tulisan, atau lisan dan tulisan. Dengan demikian seluruh anggota organisasi dapat menerima informasi dari satu sumber. Informasi yang disampaikan harus jelas, baik alasan mengapa dilakukan perubahan, tujuan melakukan perubahan, dan manfaat perubahan bagi seluruh organisasi.

RoadMap WCU YPT Group

ROADMAP WCU

YPT Grup

2. Partisipasi. Sebelum mengaplikasikan rancangan perubahan yang telah diformulasikan, pimpinan puncak dan agen perubahan harus dapat mengidentifikasi siapa-siapa yang resisten terhadap perubahan. Orang orang yang resisten kemudian dilibatkan dalam membahas faktor faktor yang menimbulan perubahan. 3. Fasilitas dan dukungan. Agen perubahan harus dilatih sedemikian rupa agar dapat memfasilitasi dan membantu anggota organisasi yang menghadapi kesulitan dalam menyesuaikan diri dengan perubahan yang telah dirancang. Jika perlu agen perubahan dapat menyelenggarakan pelatihan atau seminar seminar untuk meningkatkan pemahaman tentang perubahan tersebut. 4. Negoisasi. Dilakukan jika agen perubahan menemui resistensi perubahan dari orang tertentu. Orang tersebut diundang untuk berdiskusi dan negosiasi. 5. Manipulasi dan kooptasi. Yang dimaksud dengan manipulasi adalah menonjolkan suatu realita sehingga terlihat dan terasa akan sangat menarik. Sedangkan kooptasi adalah kombinasi dari manipulasi dan partisipasi. Dengan menonjolkan suatu realita sehingga terlihat menarik orang yang resisten diajak berdiskusi dan membuat keputusan tentang faktor faktor yang mempengaruhi pentingnya melakukan perubahan. 6. Paksaan. Taktik ini adalah penerapan ancaman atau pemaksaan terhadap orang yang resisten terhadap perubahan. Pemindahan atau rotasi, tidak promosi, pemecatan, adalah beberapa bentuk paksaan. Dalam rumusan cara-cara penanggulangan resistensi terhadap perubahan, Kotter dan Schlesinger (2008) menggabungkan pendidikan dan komunikasi sebagai satu cara. Dalam praktiknya, pendidikan dapat juga dijadikan sebagai satu taktik tersendiri. Orang orang yang resisten terhadap perubahan dapat juga ditanggulangi dengan menyekolahkan mereka untuk memperoleh pendidikan yang lebih tinggi. Diharapkan, selama mereka mengikuti pendidikan, pola pikir mereka akan berubah dan akan lebih memahami perubahan yang akan dilakukan. Langkah Langkah Perubahan Pakar manajemen perubahan C.Carr, dalam Seven Keys to Successful Change (1994) merumuskan 7 langkah perubahan dalam bentuk pertanyaan. Menurut Carr, pemimpin dan agen perubahan harus menemukan jawaban terhadap ketujuh pertanyaan tersebut demi keberhasilan perubahan. Tujuh langkan tersebut adalah: Pertama, Apakah perubahan tersebut merupakan suatu beban atau tantangan? Perubahan harus dipersepsikan sebagai tantangan, bukan sebagai beban. Karena itu, agen perubahan dan pimpinan

RoadMap WCU YPT Group

ROADMAP WCU

YPT Grup

harus kreatif meyakinkan semua anggota organisasi bahwa perubahan tersebut merupakan tantangan. Kedua, Apakah perubahan tersebut jelas, bermanfaat, nyata? Jika agenda perubahan tidak jelas, bermanfaat dan nyata, dalam arti benar benar urgen, maka resistensinya akan tinggi. Karena itu data yang mendukung urgensi perubahan tersebut harus dipersiapkan. Manfaat perubahan juga harus jelas bagi seluruh anggota organisasi. Ketiga, apakah manfaat perubahan tersebut segera diperoleh? Anggota organisasi selalu ingin mengetahui kapan manfaat perubahan dapat dapat mereka nikmati. Agar manfaat perubahan dirasakan dalam waktu relatif singkat, perubahan harus dimulai dari suatu hal yang dapat dirasakan. Ini berarti tujuan tujuan antara harus dirumuskan. Keempat, apakah perubahan terbatas pada satu unit kerja atau beberapa unit kerja terkait? Jika karyawan mempunyai persepsi bahwa perubahan hanya diterapkan pada satu unit kerja saja, maka karyawan pada unit kerja tersebut akan menganggap perubahan merupakan suatu beban. Dalam organisasi, tidak ada perubahan yang terjadi pada satu unit kerja tanpa ada perubahan pada unit kerja lain. Satu unit kerja pasti terkait pada unit kerja lain. Kerena itu, keterkaitan perubahan dengan unit kerja lain harus jelas. Kelima, apa dampak perubahan tersebut terhadap kekuasaan dan status? Kekuasaan (power) dan status dalam perusahaan berkaitan erat dengan unit kerja. Agen perubahan sering salah mengantisipasi pentingnya kekuasaan dan status bagi karyawan. Namun jika dibahas terlalu banyak, maka pelaksanaan perubahan akan sulit. Keenam, apakah perubahan sejalan dengan budaya organisasi yang ada? Satu perubahan sering diikuti dengan perubahan lain. Agen perubahan harus dapat meyakinkan anggota organisasi bahwa nilai nilai organisasi tetap dipertahannkan. Ketujuh, apakah perubahan tersebut pasti akan dilaksanakan? Jika karyawan sudah menyadari urgensi perubahan, karyawan ingin kepastian akan terjadinya perubahan tersebut. Pakar manaajemen perubahan yang lain, Kotter dalam Leading Change: Why Transformation Effort Fail yang dimuat dalam Harvard Business Review (2007) yang merupakan terbitan ulang dari edisi tahun 1995, merumuskan 8 langkah perubahan yang dikenal dengan Kotters Eight Step to Transforming Organization. Dalam uraiannya, Kotter menyoroti kesalahan kesalahan yang sering dilakukan oleh agen perubahan. Delapan langkah perubahan dan kesalahan kesalahan yang dirumuskan oleh Kotter (2007) merupakan rangkuman dari observasi yang ia lakukan terhadap perusahaan perusahaan yang sukses maupun gagal menerapkan perubahan.

RoadMap WCU YPT Group

ROADMAP WCU

YPT Grup

Langkah 1: Establishing A Sense Of Urgency Makna kata urgensi adalah sesuatu yang sangat penting dan mendesak. Sebagai langkah pertama dalah perubahan, pimpinan harus merumuskan perubahan berdasarkan kajian yang rinci tentang faktor faktor yang memperngaruhi perubahan. Dengan demikian, hasil rumusan akan terasa urgen. Langkah pertama ini kelihatannya mudah, tetapi realitanya sulit. Menurut Kotter, lebih dari 50% perusahaan yang melakukan perubahan gagal pada langkah pertama ini. Kesulitan terjadi karena mayoritas pimpinan perusahaan sibuk dengan aktivitas operasional, sibuk bekerja untuk mencapai target yang ditetapkan sehingga kurang mengikuti perkembangan eksternal. Langkah 2: Forming A Powerful Guiding Coalition Mayoritas inisiatif perubahan berasal dari satu atau dua orang. Namun untuk kesuksesan agenda perubahan diperlukan kerjasama yang baik dari sejumlah orang (disebut dengan istilah guiding coalition team). Jumlah anggota tim bervariasi, bergantung besar kecilnya perusahaan. Komitmen tim perubahan ini sangat diperngaruhi oleh perasaan masing masing anggota tim tentang urgensi perubahan. Anggota tim ini harus bertemu berkali kali untuk menyusun agenda membangun komitmen. Kegagalan dalam membangun tim ini adalah kesalahan kedua dalam memimpin perubahan. Kesalahan ini terjadi karena pemimpin beranggapan bahwa membuat agenda perubahan adalah pekerjaan mudah. Langkah 3: Creating a Vision Aktivitas lain yang harus dirumuskan oleh guiding coalition team adalah merumuskan visi. Pada awalnya visi berupa draft dapat dirumuskan oleh satu orang atau oleh beberapa orang sebagai tim kecil. Draft visi tersebut dibahas dalam tim besar. Visi harus berfungsi sebagai arah dan panduan panduan kerja. Visi harus dihayati oleh seluruh anggota tim. Visi harus mudah dipahami dan mudah dikomunikasikan kepada seluruh karyawan. Oleh karena itu, rumusan visi harus sederhana dan merumuskannya sering menyita banyak waktu. Visi yang tidak jelas dan membingungkan merupakan kesalahan ketiga yang sering terjadi dalam memimpin perubahan. Akibat kesalahan ini, berbagai rencana kerja tidak dapat dilaksanakan karena masing masing menuju arah yang berbeda beda.

RoadMap WCU YPT Group

ROADMAP WCU

YPT Grup

Langkah 4: Communicating A Vision Visi yang telah dirumuskan harus dikomunikasikan kepada seluruh karyawan agar seluruh karyawan benar benar memahami visi tersebut. Visi tersebut harus berfungsi sebagai guiding principle dalam bertindak dan berperilaku. Untuk itu pemimpin harus mampu memanfaatkan semua media komunikasi yang ada di perusahaan. Penjelasan harus dibuat sedemikian rupa sehingga menarik untuk dibaca dan didengarkan serta mudah untuk dipahami. Semua anggota coalition team harus menjadi simbol yang hidup, harus menjadi panutan bagi seluruh karyawan. Kata kata yang mereka ucapkan atau tuliskan harus sesuai dengan perilaku mereka. Inilah yang disebut denga istilah words equal deeds. Dalam hal ini, Kotter merumuskan tiga kesalahan yang sering terjadi. Kesalahan pertama: melakukan komunikasi dengan satu kali tulisan atau pertemuan. Kesalahan kedua: pimpinan puncak perusahaan mengumpulkan semua karyawan dan kemudian memberikan ceramah yang panjang. Setelah ceramah, pemimpin tersebut berasumsi bahwa semua karyawan telah memahami visi tersebut. Kesalahan ketiga: pemimpin senior atau agen perubahan memberikan ceramah berkali kali, tetapi tidak mencerminkan apa yang mereka ceramahkan. Langkah 5: Empowering Other To Act On The Vision Seluruh anggota coalition team harus menyadari bahwa komunikasi tidak pernah cukup. Setiap perubahan pasti menghadapi kendala. Yang sering menjadi kendala adalah pola pikir. Kerena itu, yakinkan karyawan bahwa perubahan tersebut adalah benar dan demi kepentingan perusahaan, yang juga demi kepentingan karyawan. Jika yang menjadi kendala adalah sistem dan prosedur kerja, ganti sistem dan prosedur kerja tersebut. Dalam mengelola perubahan banyak perusahaan yang berhasil sampai langkah keempat tetapi gagal pada langkah kelima. Kegagalan terjadi karena pimpinan perusahaan tidak berani menyingkirkan kendala yang dihadapi karyawan Langkah 6: Planning For and Creating Short-Term Wins Perubahan memerlukan waktu yang relatif lama. Namun karyawan cenderung untuk mengetahui hasil perubahan dalam waktu yang relatif singkat. Jika setelah dua tahun tidak diketahui hasilnya, pada umumnya karyawan mulai jenuh dan berusaha kembali ke cara kerja lama. Karena itu, perlu dirumuskan tujuan antara (short-term-wins). Tujuan antara harus mengukur keberhasilan perubahan pada skala kecil. Tujuan antara harus dipahami oleh semua karyawan sejak awal RoadMap WCU YPT Group

ROADMAP WCU

YPT Grup

pelaksanaan perubahan. Komitmen untuk mewujudkan tujuan antara tersebut membantu meningkatkan perasaan urgensi. Kesalahan yang sering terjadi adalah mengabaikan tujuan antara. Langkah 7: Consolidating Improvements and Producing Still More Changes Keberhasilan mewujudkan tujuan antara perlu dirayakan. Berbagai bentuk perayaan dapat diadakan. Memuat tulisan selamat dalam intranet atas suatu keberhasilan unit kerja dalam menwujudkan tujuan merupakan satu bentuk perayaan, mengumumkan pemberian insentif atas keberhasilan suatu unit kerja adalah juga satu bentuk perayaan. Momentum perayaan harus dimanfaatkan untuk meningkatkan rasa urgensi. Merayakan tidak sama dengan melakukan deklarasi. Melakukan deklarasi mempunyai makna mengumumkan bahwa tujuan perubahan telah terwujud. Melakukan deklarasi terlalu dini dapat menurunkan rasa urgensi. Kesalahan yang terjadi dalam mengelola perubahan adalah terlalu dini mendeklarasikan keberhasilan. Kadang kadang pemimpin bermaksud melakukan perayaan, namun karyawan menginterpretasikan sebagai deklarasi. Langkah 8: Institutionalizing New Approaches Langkah terakhir dalam memimpin perubahan adalah mengukuhkan (melembagakan) perilaku kerja yang sesuai dengan apa yang direncanakan. Perubahan dikatakan berhasi jika karyawan sudah berpendirian bahwa perilaku kerja yang baru tersebut adalah perilaku kerja yang benar. Perilaku harus dikukuhkan, dilembagakan, melalui dua cara sebagai berikut. Pertama, pemimpin harus secara tegas menyampaikan kepada seluruh karyawan bahwa peningkatan kinerja perusahaan terjadi karena semua karyawan menerapkan pendekatan baru, perilaku baru, dan sikap baru. Kedua yakinkan seluruh karyawan bahwa siapapun yang menjadi pemimpin puncak berikutnya pasti akan bangga dengan budaya baru tersebut. Langkah langkah perubahan yang dirumuskan oleh Carr (1994) dan Kotter (2007) tersebut adalah rumusan berdasarkan kajian teoretis dan observasi lapangan. Rumusan rumusan tersebut dapat dikatakan generalisasi dari langkah langkah perubahan yang diterapkan di berbagai perusahaan yang berhasil menerapkan perubahan. Berikut ini langkah langkah yang diterapkan oleh Jack Welch di GE sebagaimana diuraikan oleh D.A Garvin dalam Learning in Action: A Guide to Putting the Learning Organization to Work (2000).

RoadMap WCU YPT Group

ROADMAP WCU

YPT Grup

Pada waktu Jack Welch menjadi CEO perusahaan General Electric (GE), perusahaan tersebut dalam keadaan kacau balau dan merugi. Tugas utama Jack Welch adalah menjadikan GE perusahaan yang profesional yang profit. Welch kemudian membentuk tim kecil untuk merumuskan langkah langkah untuk mentransformasi GE di seluruh dunia. Setelah melakukan kajian, tim tersebut merumuskan tujuh langkah perubahan, sebagaimana diuraikan oleh Garvin (2000), tujuh langkah tersebut adalah sebagai berikut. 1. Leading Change. Pemimpin harus komit terhadap perubahan, baik waktu maupun perhatian 2. Creating a shared need. Seluruh karyawan harus sepenuhnya memahami alasan perubahan 3. Shaping a vision. Seluruh karyawan harus sepenuhnya memahami arah dan tujuan perubahan 4. Mobilizing commitment. Seluruh karyawan harus memahami stakeholders dan tuntutan dari para stakeholder. Yakinkan karyawan akan pentingnya membangun kerjasama untuk memenuhi kerbutuhan stakeholders. 5. Making change last. Perubahan harus dimulai dari langkah pertama dan kemudian membuat rencana jangka panjang 6. Monitoring Progress. Membuat matriks sebagai alat untuk mengontrol dan mengevaluasi keberhasilan perubahan. 7. Changing system and structure. Mengembangkan karyawan, melakukan evaluasi kinerja, mengkomunikasikan keberhasilan, memberikan rewards, memperbaiki sistem pelaporan sesuai dengan perubahan. Penerapan 7 langkah perubahan tersebut membuat GE bangkit dari kerugian dan menjadi perusahaan kelas dunia. Jack Welch menjadi terkenal dan diakui sebagai CEO terkemuka di dunia. Model Manajemen Perubahan Model dasar manajemen perubahan yang lazim dipakai adalah model yang dikembangkan oleh Kurt Lewin, yang dikenal dengan Lewins Three Step Model, karena model ini terdiri dari tiga langkah dalam melakukan perubahan. Model ini pertama kali dikembangkan Lewin pada tahun 1940; kemudian Schein melakukan kajian dan menggunakannya lagi pada tahun 1970, sepuluh tahun kemudian Beckhart melakukan kajian ulang, namun tetap mengakui kebenaran model ini.

RoadMap WCU YPT Group

ROADMAP WCU

YPT Grup

Kata unfreezing berasal dari kata freeze (membeku). Yang dimaksud dengan membeku adalah kebiasaan kerja yang selama ini diterapkan dimana karyawan merasa nyaman dengan dengan kebiasaan kerja tersebut. Dalam melakukan perubahan, langkah pertama yang harus dilakukan adalah menggugah kesadaran bahwa zona nyaman tersebut (cara kerja, mekanisme kerja, teknologi, struktur organisasi, atau yang lainnya yang selama ini menjadi zona nyaman) sudah tidak mumpuni lagi. Menggugah kesadaran harus merujuk pada realita tentang persaingan, kebutuhan pelanggan, perkembangan teknologi, regulasi yang berlaku, dan fakta lain yang relevan. Langkah moving dilakukan jika unfreezing telah dilaksanakan dengan baik. Pelaksanaan perubahan harus menuju ke suatu titik sebagai tujuan perubahan yang harus dirumuskan secara bertahap. Artinya, untuk mewujudkan tujuan akhir, harus diwujudkan sejumlah tujuan kecil sebagai tujuan antara. Dalam usaha mewujudkan tujuan durasi waktu harus diperhatikan. Jika hal hal yang telah dirancang dilaksanakan dengan baik sehingga tujuan terwujud, baik tujuan antara maupun tujuan akhir, maka perilaku kerja yang mendukung pencapaian tujuan tersebut harus dikukuhkan. Inilah yang disebut dengan istilah refreezing (membekukan kembali), menjadikan budaya baru tersebut sebagai zona nyaman yang baru.

Gambar 1: Lewins Three-Step Model Untuk memudahkan pemahaman, model perubahan yang dikenal dengan Lewins Threestep model ini dikembangkan dengan visualisasi yang disebut dengan Force Field Analysis. Berikut disajikan model force field analysis yang juga dikembangkan oleh Lewin. Pengertian Status Quo adalah keadaan atau kondisi yang sedang terjadi sehingga perubahan perlu dilakukan. Yang menjadi status quo dapat berupa teknologi yang dipakai adalah teknologi lama, atau gaya manajemen dimana pengambilan keputusan dilakukan secara sentralisasi, dan lain lain. Sedangkan desired state adalah penggunaan teknologi baru, desentralisasi dll.

RoadMap WCU YPT Group

ROADMAP WCU

YPT Grup

Gambar 2: Lewin Force-Field Analysis Dalam model Force field analysis diatas, arah tanda panah ke bawah menunjukan restraining force, yang menggambarkan resistensi terhadap perubahan. Arah panah ke atas merupakan driving force, yaitu usaha usaha yang dilakukan oleh agen perubahan untuk meminimalisasi resistensi. Arah garis putus putus ke kanan dalam bentuk miring curam artinya proses perubahan. Semakin landai garis putus putus tersebut berarti semakin lama durasi waktu yang diperlukan untuk mewujudkan desired state.2.2 APA YANG DIMAKSUD DENGAN WORLD CLASS UNIVERSITY (WCU) DAN KRITERIA WCU MENURUT DIKTI Banyak sekali definisi yang berbeda-beda tentang apa yang dimaksud dengan WCU. Demikian pula kriteria dan lembaga pengakreditasiannya, sehingga tidak heran jika kita mengenal WCU berdasarkan Times Higher Education Supplement (THES); berdasarkan Webometrics, dll. Menurut Levin et al (2006), ada tiga penciri bahwa suatu perguruan tinggi tersebut telah mencapai kriteria unggul dalam: (1) Pembelajaran mahasiswanya; (2) dalam riset, pengembangan dan penyebaran IPTEKS; dan (3) dalam aktivitasnya yang menyumbang peningkatan budaya, keilmiahan

RoadMap WCU YPT Group

ROADMAP WCU

YPT Grup

dankehidupan kemasyarakatan. Secara lebih rinci Levin (2006) menyatakan terdapat indikator persyaratan WCU sebagai berikut: 1. Exellence in research 2. Academic freedom & an atmosphere of intellectual excitement 3. Self Governance 4. Adequate facility & Funding 5. Diversity 6. Internationalization: Student, scholars, and faculty from abroad. 7. Democratic leadership 8. A talented undergraduate body 9. Use of ICT, efficiency of management, Library 10. Quality of teaching 11. Connection with society/community needs 12. Within Institutional Collaboration. Menurut Salmi (2009) terdapat pengalaman internasional yang merupakan tiga strategi dasar yang dapat diikuti untuk membangun WCU, yaitu: 1. Pemerintah harus mempertimbangkan untuk meng upgrade sejumlah universitas yang berpotensi unggul (mengambil unggulan) 2. Pemerintah dapat mendorong sejumlah institusi yang ada untuk merger dan bertransformasi menjadi suatu universitas baru yang dapat mencapai tipe sinergi ke WCU 3. Pemerintah membangun WCU baru dari awal Untuk gambaran analisis pro kontra setiap pendekatan dapat dilihat dari gambar 1, Salmi mengatakan bahwa bahwa strategi umum ini dapat digunakan oleh negara dengan konsep gabungan strategi dari model model tersebut.

RoadMap WCU YPT Group

ROADMAP WCU

YPT Grup

Gambar 1. Analisis biaya dan keuntungan dari strategi pendekatan WCU versi Jamil Salmi Bila dilihat dari segi biaya maka strategi meng upgrade institusi yang sudah ada akan memakan biaya yang lebih murah, tetapi memiliki kendala untuk bertransformasi dari segi budaya, selain itu akan ada kesulitan untuk memperbaharui staff, dan meningkatkan brand image untuk menarik siswa yang berbakat. Selain itu pula dari segi tata kelola model strategi ini akan menemui kesulitan dalam merubah prosedur operasional dalam framework regulasi yang sama. Sebaliknya untuk strategi membangun institusi yang baru akan mempermudah peluang untuk semua indikator, tetapi dari segi biaya memakan jumlah biaya yang lebih tinggi. Sedangkan karakteristik WCU menurut Salmi (2009) merupakan keselarasan dari beberapa faktor kunci sebagaiman tergambar pada model WCU Jamil Salmi sebagai berikut:

RoadMap WCU YPT Group

ROADMAP WCU

YPT Grup

Gambar 2. Karakteristik WCU menurut Jamil Salmi Karakteristik WCU menurut Salmi (2009) sebagaimana terlihat pada gambar diatas, adalah merupakan keselarasan dari unsur transfer teknologi, hasil riset lulusan. Kemudian masih dalam sistem yang mendukung ketercapaian WCU adalah: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. Sumber daya budget publik Pendapatan hibah Sumberdaya yang melimpah SPP Hibah Riset Internasionalisasi Siswa Internasionalisasi Staf pengajar Konsentrasi bakat (talent) Internasionalisasi Peneliti Framework regulasi yang mendukung Kebebasan akademik Otonomi Tata kelola yang mendukung Tim kepemimpinan Visi strategis Budaya mutu Kemudian Salmi membagi lagi faktor-faktor penentu mutu WCU institusi pendidikan tinggi untuk setiap jenis insitusi, yaitu research university, teaching university, community college, dan Open university dengan penjelasan tingkat faktor penentu seperti tergambar dibawah ini:

RoadMap WCU YPT Group

ROADMAP WCU

YPT Grup

Gambar 3. Faktor penentu mutu WCU Institusi Perguruan Tinggi

2.2 KRITERIA WCU VERSI THES DAN WEBOMETRICS Sebagaimana telah dibahas di atas untuk memenagkan pertempuran diperlukan strategi memahami dengan baik aturan mainnya supaya persiapan yang akan dilakukan menjadi terarah dan efisien. Untuk itu mari kita lihat beberapa kriteria yang digunakan oleh beberapa lembaga pengakreditasian WCU berikut ini.

RoadMap WCU YPT Group

ROADMAP WCU

YPT Grup

Tabel . Kriteria WCU menurut The Times Higher Supplement (THES) World University Ranking Kriteria Kualitas Riset Indikator Peer Review Sitasi per dosen Keterserapan lulusan Citra Internasional Review Perekrut Dosen Internasional Mahasiswa Internasional Kualitas Pengajaran Dosen Total Bobot 40% 20% 10% 5% 5% 20% 100%

Berdasarkan kriteria THES, maka komponen akademik yang menjadi kriteria utama adalah penelitian dan publikasi, yaitu masing-masing memiliki bobot 70% dari kriteria penilaian. Dengan demikian, jika lembaga-lembaga dibawah naungan YPTgrup ingin menembus rangking di versi ini, maka konsentrasi ke peningkatan kualitas penelitian harus menjadi prioritas utama.

RoadMap WCU YPT Group

ROADMAP WCU Tabel 3. Kriteria Ranking dan Bobot WCU menurut Webometric KRITERIA Ukuran (Size): Jumlah halaman referensi tentang lembaga ypt grup dan sivitas akademikanya yang dapat diperoleh dari mesin pencari Google, Yahoo, Live Search, dan Exalead Keterlihatan (Visibility): Jumlah link eksternal yang berkaitan dengan lembaga dan sivitas akademikanya, yang dapat diakses melalui mesin pencari (Yahoo dan MSN) Dokumen(Rich File): Adanya dokumen-dokumen dalam format Adobe PDF, Adobe Postscript, MS Word, dan MS Powerpoint dari artikel artikel akademik sivitas akademika lembaga yang dapat diekstrak dari internet Pakar (Schoolar): Melalui mesin pencari Google terdeteksi sejumlah artikel dan sitasi dari setiap akademisi. Kepakaran lembaga harus dapat terdeteksi oleh mesin pencari Google di Internet 15% 15% 50% 20%

YPT Grup

BOBOT

Kriteria WCU menurut webometrics, lebih banyak ditekankan kepada penyajian data-data capaian kinerja perguruan tinggi yang dapat diakses melalui website. Dengan demikian, jika versi ini yang ingin ditembus oleh ypt grup, maka pemutakhiran data-data website lembaga harus menjadi prioritas utama. Selain itu untuk membantu pencapaian kriteria versi webometrics ini diperlukan juga kebijakan web dari pimpinan lembaga untuk mendorong produktivitas peningkatan konten ilmiah dari web lembaga terkait.

RoadMap WCU YPT Group

ROADMAP WCU 2.3 Perbandingan metodologi penilaian WCU antara Webometrics, ARWU, dan THES

YPT Grup

Kriteria WCU versi QS Untuk kriteria WCU versi QS, terlihat serupa dengan THES, dan untuk pemeringkatan oleh QS ASIA, beberapa universitas di Indonesia telah mampu memasuki 300 besar WCU ASIA versi QS ini. Kriteria QS dapat dilihat dalam gambar berikut:

Sementara Universitas yang telah mampu masuk kedalam peringkat QS ini dapat terlihat dari gambar berikut:

RoadMap WCU YPT Group

ROADMAP WCU

YPT Grup

Sementara untuk peringkat QS ASIA sebanya 7 (tujuh) universitas di Indonesia telah dapat masuk top 200 universitas top diASIA seperti dapat dilihat dari gambar berikut:

RoadMap WCU YPT Group

ROADMAP WCU

YPT Grup

Sumber: topupuniversities.com (2010)

Akreditasi Regional Asean University Networl (AUN) Selain versi WCU diatas, terdapat pula kriteria akreditasi regional AUN. Program penting yang dikembangkan AUN saat ini adalah penyusunan AUN Quality Assurance Guidelines, sebagai modalitas dalam rangka pembentukan negara-negara ASEAN. Terhitung sejak tahun 2007, masing masing universitas yang tergabung dalam AUN diharapkan sudah mulai melaksanakan program AUN Quality Label, yaitu upaya-upaya internal untuk meningkatkan kualitas akademik sesuai dengan ketentuan yang telah diformulasikan dalam AUN Quality Assurance Guidelines Perguruan tinggi yang dinilai baik dan dapat memenuhi semua kriteria yang telah diisyaratkan dalam AUN Quality Assurance Guidelines selanjutnya akan diberikan pengakuan atau label sebagai perguruan tinggi yang berkualitas. Untuk matrik penilaian atau kriteria AUN dapat dilihat dari table dibawah ini: AUN QA IMPLEMENTATION GUIDLINE TO REGIONAL ACCREDITATION KRITERIA LEVEL AUN Standard for Higher Education (AUN-SHE), yang nantinya diharapkan dapat menjadi landasan menuju proses harmonisasi sistem pendidikan tinggi di antara

QUALITY 1. keberadaan dokumen mutu dan evaluasi berkelanjutan dari sistem mutu. 2. ASSURANCE sistem QA diaudit oleh pihak eksternal SYSTEM Teaching Pengembangan kurikulum. Kurikulum harus dievaluasi dalam 3-5 tahun and Learning Staf akademik minimum master, staf tetap akademik lebih tinggi dari master degree penilaian siswa.kriteria penilaian jelas Efektivitas proses belajar. Rasio staf akademik dan siswa lebih rendah dari 1: 30 Standar keamanan dan kesehatan lingkungan Sumber belajar. Digilib, electronic version of research, jurnal, in CD ROM. Riset Dana riset harus disediakan. Alokasi tidak boleh kurang dari 2-5% budget akademik tahunan Riset Output. Perbandingan riset output dengan staf akademik tetap adalah 1: 5 dalam bentuk jurnal terindex

RoadMap WCU YPT Group

ROADMAP WCU

YPT Grup

Pengabdian Pengabdian masyarakat yang menguntungkan masyarakat. Pengabdian yang Masyarakat menguntungkan masyarakat regional dan internasional Ethic Mempraktikan kode Etik.(1) Code of conduct for reseach (standard of performance), (2) code of ethic for research (prinsip, integritas, saling menghargai, keadilan, keamanan, hak partisipan, privasi, kerahasiaan dll. (3). keberadaan komite etik Human Program HRD sistematis. Pengembangan Dosen bermutu. Sistem evaluasi minimal Resource 2 tahun sekali oleh komite yang berdampak pada promosi dan hukuman. Development Peningkatan moralitas dan etik. Penilaian rasio guru besar. Pada aspek teaching & Learning AUN memiliki model yang dijadikan panduan untuk akreditasi yaitu sebagai berikut:

Model ini dapat dijadikan pedoman insitusi di bawah naungan YPT untuk meningkatkan kualitas proses belajar mengajarnya untuk mencapai kepuasan dari stakeholder, maupun untuk peningkatan penjaminan mutu. Sedangkan menurut Ditjen Dikti, terdapat 35 item, yang menjadi kriteria WCU, sebagaimana surat Ditjen Dikti No. 204/D/T/2007 tertanggal 25 Juli 2007 sebagaimana berikut ini:

RoadMap WCU YPT Group

ROADMAP WCU

YPT Grup

Tabel 1. Kriteria WCU Menurut Dikti (Perguruan Tinggi Berbasis Kesehatan Organisasi dan Daya Saing Bangsa) No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 Informasi Rasio keketatan pendaftar terhadap yang diterima (%) Jumlah mahasiswa asing (%) Jumlah penerima beasiswa (%) Rasio mahasiswa: dosen (total) % dosen bergelar master dan doktor % dosen aktif vs dosen total Jumlah hibah Dikti Jumlah hibah diluar Dikti dari Nasional Jumlah hibah diluar Dikti dari internasional % dari lulusan yang bekerja dalam periode 1 tahun setelah lulus Dokumen evaluasi pengguna lulusan Jumlah award yang diterima alumni/ staf ditingkat nasional Jumlah award yang diterima alumni/staf di tingkat internasional Jumlah Haki Jumlah penelitian/pagelaran berskala kabupaten/kota/proponsi Jumlah penelitian/pagelaran berskala nasional Jumlah penelitian/pagelaran berskala internasional Jumlah publikasi di jurnal nasional terakreditasi Jumlah publikasi di jurnal internasional terakreditasi Jumlah tugas akhir S1 dipublikasikan pada jurnal nasional terakreditasi atau prosiding/jurnal internasional Jumlah Tesis S2 dipublikasikan pada Jurnal nasional terakreditasi atau prosiding/jurnal internasional Jumlah Disertasi S3 dipublikasikan pada Jurnal nasional terakreditasi atau prosiding/jurnal internasional Jumlah makalah ilmiah yang dipublikasikan pada majalah Nature dan Science Jumlah layanan masyarakat/pagelaran berskala kota/kabupaten/propinsi Jumlah layanan masyarakat/pagelaran berskala nasional Jumlah layanan masyarakat/pagelaran berskala internasional Jumlah dosen asing yang mengikuti kegiatan program pendidikan jangka pendek pada PT

RoadMap WCU YPT Group

ROADMAP WCU pada tahun tersebut 28 29 30 31 32 33 34 Jumlah dosen PT anda yang mengikuti kegiatan program jangka pendek pada PT di luar negeri pada tahun tersebut Jumlah program pendidikan yang khusus diselenggarakan untuk mahasiswa asing

YPT Grup

Jumlah mahasiwa asing yang mengikuti kegiatan program pendidikan jangka pendek pada PT pada tahun tersebut Jumlah mahasiswa PT anda yang mengikuti kegiatan program pendidikan jangka pendek pada PT di luar negeri pada tahun tersebut Jumlah mahasiswa asing yang mengikuti program internasional Jumlah peserta program internasional Jumlah event internasional yang diselenggarakan pada tahun tersebut.

Sedangkan arah dan strategi pencapaian standar juga ditetapkan oleh Dikti dalam kebijakannya bahwa standar pencapaian kualitas pendidikan World Class paling tidak harus dicapai pada tahun 2020 yaitu pencapaian posisi 100 besar Asia/Dunia. Secara lebih lengkap roadmap pencapaian WCU kebijakan dikti adalah sebagai berikut:

Gambar 5. Kebijakan Dikti tentang strategi Pencapaian Standar Menuju WCU

RoadMap WCU YPT Group

ROADMAP WCU

YPT Grup

Apabila melihat kebijakan di atas, maka pada tahun 2012 Perguruan tinggi diharapkan untuk mencapai Standar Nasional Pendidikan, dan juga mencapai standar Asean University Network (AUN), dan pada tahun 2020 mencapai 100 besar Asia/Dunia. Maka untuk mencapai ini diperlukan suatu rencana dan program strategis untuk mendorong upaya ketercapaian tujuan kebijakan tersebut. QS Star World Class University Ranking Sejumlah perguruan tinggi Indonesia berpartisipasi dalam program QS Star Ratings yang diselenggarakan oleh QS-APPLE (Quacquarelli Symonds- Asia Pacific Professional Leaders in Education). Ini adalah satu dari sekian cara benchmark dan peningkatan mutu bagi perguruan tinggi Indonesia. QS Star Rating ini adalah satu model pemeringkatan yang lebih ramah dan lengkap dibandingkan dengan traditional rankings yang sudah ada. Dalam pemeringkatan ini dilakukan penilaian terhadap perguruan tinggi partisipan apa adanya. Penilaian berdasarkan borang yang diisi oleh perguruan tinggi partisipan. Perguruan tinggi kemudian dibintang berdasarkan hasil penilaian borang itu. Ada lima hal yang dilihat dan dinilai, yaitu Research Quality, Graduate Employability, Teaching Quality, infrastructure, Internationalisation, dan Specialist Strength. Masing-masing ada kriteria award, indikator, dan minimum requirements-nya. Hal yang paling penting dalam QS Rating ini menurut Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, Prof. dr. Fasli Jalal, Ph.D, adalah unsur pemberdayaannya. Dari hasil penilaian perguruan tinggi bisa melihat komponen apa yang sudah baik. Kemampuan apa yang harus ditingkatkan dan kelemahan apa yang perlu diperkuat (Dikti, 2010)

RoadMap WCU YPT Group

ROADMAP WCU BAB III URGENSI PENINGKATAN MUTU LEMBAGA LEMBAGA YPT GRUP 3.1 ISU ISU STRATEGIS

YPT Grup

Isu isu strategis yang menjadi latar belakang perlunya YPT grup melakukan pningkatan mutu adalah: 1. Arah pembangunan Indonesia, khususnya dibidang ekonomi, pendidikan, kesehatan, ICT, manajemen sumberdaya alam dan lingkungan. 2. Tren persaingan global pendidikan tinggi yang mengharuskan perguruan tinggi di dalam negeri untuk meningkatkan daya saingnya, baik dalam penyelenggaraan maupun mutu lulusan yang bertaraf internasional, termasuk pembangunan Perguruan Tinggi menuju World Class University. 3. Optimalisasi peran lembaga-lembaga YPT grup dalam penyelenggaraan pendidikan yang harus mampu menghasilkan lulusan yang kompetitif, bermutu dan kompeten serta penelitian yang bermanfaat bagi pengembangan IPTEKS dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat. 4. Efektivitas dan efisiensi penyelenggaraan tridharma di lembaga YPT grup yang mengharuskan pengelolaan kegiatan akademik dan mengacu pada operational excellence yaitu pemanfaatan investasi sumber daya dan sistem pengelolaannya yang transparan dan akuntabel Permasalahan umum lembaga-lembaga YPT grup terkait pencapaian target WCU Terkait pencapaian target WCU lembaga lembaga di bawah naungan YPT grup masih memiliki permasalahan mendasar yang perlu diperhatikan, diantaranya adalah: 1. Produktivitas yang rendah dalam tridharma terutama bidang riset. Hal ini disebabkan karena permasalahan rasio dosen mahasiswa yang tinggi sehingga beban mengajar dosen pun tinggi dan dosen pun kurang memiliki komitmen terhadap riset masih rendah. Hal ini terlihat jelas dari jumlah prosiding baik nasional maupun internasional. 2. Kualifikasi pendidikan dosen yang rata-rata masih rendah, dengan indikator jumlah doktor dan guru besar, serta jabatan akademik lektor kepala yang juga masih sedikit. Sehingga hal ini menghambat proses menuju internasionalisasi. Jika akan menerima mahasiswa asing, tentunya kualifikasi dosen yang diperlukan harus sangat baik, dan memiliki keahlian yang baik dalam bahasa inggris.

RoadMap WCU YPT Group

ROADMAP WCU

YPT Grup

3. Selain itu untuk mendukung internasionalisasi kendala yang ada adalah belum adanya program konkrit untuk mendatangkan mahasiswa asing yang berkualitas, belum ada program beasiswa unggulan untuk mendapatkan mahasiswa asing. Begitu pula untuk program program internasionalisasi lainnya seperti twinning program, dual degree, program sandwich, dll masih belum dilaksanakan. 3.2 Arah Pengembangan Mutu (Quality Excellence) lembaga YPT Grup 3.2.1 Perluasan Akses dan Peningkatan Kualitas Pendidikan dan Kemahasiswaan A. Landasan Kebijakan Pengembangan Pendidikan dan Kemahasiswaan Arah pengembangan bidang pendidikan dan kemahasiswaan lembaga hingga tahun 2021 adalah: (1) menjadi penyelenggaran pendidikan memiliki daya saing internasional yang tinggi; (2) memperoleh akreditasi dan standarisasi nasional dan internasional dengan kualifikasi tinggi, dan (3) menghasilkan lulusan yang mampu memecahkan masalah ICT dalam arti luas di tingkat nasional maupun internasional. Untuk mewujudkan hal itu, pendidikan lembaga dibawah naungan ypt grup di masa datang harus menjawab dan memenuhi tantangan di atas dan mengarah kepada: 1. Standar kompetensi dan kurikulum internasional sehingga menghasilkan lulusan yang memiliki kemampuan dengan standar kompetensi internasional, untuk mewujudkan hal ini tentunya bukan hal yang mudah, diperlukan mutu input siswa yang baik, mutu proses pembelajaran yang baik juga, dan tidak kalah pentingnya adalah mutu sumber daya, baik dosen dan infrasruktur pendukung lainnya; 2. Terfokus pada bidang ilmu teknologi dan manajemen dalam arti luas (bukan generalis) sehingga menghasilkan lulusan yang spesialis dan mumpuni di bidangnya, sehingga mampu memecahkan masalah spesifik kebutuhan pembangunan ilmu yang berkelanjutan, melalui berbagai pemanfaatan teknologi tinggi berbasis IT dan robotik, maupun teknologi yang memanfaatkan kearifan lokal; 3. Berwawasan global dalam bidang ICT dan manajemen dalam arti luas, sehingga lulusan mampu berkomunikasi dan berinteraksi dalam forum internasional, salah satunya melalui produktivitas dalam meneliti dan menghasilkan produk inovasi yang berkualitas sesuai dengan bidang kompetensi mahasiswa. Dengan meningkatnya produktiitas dalam bidang inovasi dan mampu memcatatkan karya pada jurnal internasional maupun media internasional lainnya, maka mutu mahasiswa dan kemampuan daya saingnya pada lingkup global akan mengalami peningkatan. Kebijakan Umum Strategis Pendidikan dan Kemahasiswaan Berdasarkan berbagai pertimbangan diatas, kebijakan strategis di bidang pendidikan diarahkan pada perluasan akses dan peningkatan kualitas pendidikan dan kemahasiswaan lembaga dibawah naungan ypt grup dengan rincian berikut:

RoadMap WCU YPT Group

ROADMAP WCU 1. Penguatan mutu proses pendidikan

YPT Grup

Perluasan akses dan kesempatan belajar pada program multistrata (sarjana, magister, doktor maupun diploma) perlu diimbangi dengan peningkatan kualitas input (calon mahasiswa). Jalur seleksi masuk lembaga dibawah naungan ypt grup yang diterapkan saat ini akan terus dikembangkan yang diiringi dengan promosi yang lebih intensif untuk meningkatkan competitive rate atau tingkat selektifitas calon mahasiswa. Pengelolaan administrasi dan perencanaan proses pendidikan multistrata diintegrasikan dalam suatu direktorat untuk memudahkan integrasi dan koordinasi administrasi dan pelaksanaan kegiatan akademik serta peningkatan efisiensi penggunaan fasilitas pendidikan. Dalam hal proses, selain penajaman kurikulum dan implementasi kurikulum perlu didorong pula peningkatan kualitas dosen dalam proses belajar mengajar melalui berbagai kegiatan bersumber dari dana masyarakat maupun dana hibah kompetitif serta pelaksanaan dan peningkatan cakupan sertifikasi dosen. Perbaikan bahan ajar dan metode pembelajaran efektif akan terus didorong dan dikembangkan melalui raihan program berbasis hibah kompetitif. Sistem insentif yang dapat memberikan dorongan motivasi terhadap hal ini akan terus dikembangkan. Kerjasama dengan institusi mitra dalam penyelenggaraan kegiatan praktek kerja, penelitian dan kegiatan-kegiatan yang dapat mendekatkan mahasiswa dengan wahana penerapan keilmuan dan dunia kerja akan terus dibina dan dikembangkan cakupannya. Berbagai pelatihan penunjang kompetensi akan dikembangkan untuk meningkatkan mutu lulusan agar lebih siap dalam memasuki dunia kerja. Komitmen lembaga dibawah naungan YPT grup untuk peningkatan kualitas penjaminan mutu ditunjukkan dengan dikembangkannya Satuan Penjaminan Mutu (SPM) yang bertugas menyusun dan mengevaluasi penjaminan mutu berbagai aktivitas di lembaga dibawah naungan ypt grup baik aktivitas akademik (termasuk pendidikan, penelitian dan PPM) maupun pendukungnya. Melalui unit ini lembaga dibawah naungan ypt grup terus mendorong dikembangkan dan diterapkannya sistem jaminan mutu, termasuk jaminan mutu pendidikan, antara lain dengan pengembangan dan penerapan manual mutu termasuk berbagai prosedur operasional baku (POB) atau prosedur yang telah tercantum dalam manual ISO 9001:2008 lembaga. Peningkatan kapasistas dan mutu fasilitas pendidikan ini perlu dilakukan untuk memudahkan implementasi jadwal terpadu dan meningkatkan kualitas pelayanan akademik kepada mahasiswa dan dosen. Mendorong dan membina tiap departemen agar dapat mengoptimalkan pemanfaatan seluruh sumberdayanya untuk peningkatan kualitas kegiatan akademik. Dengan penerapan sistem yang memberikan desentralisasi kewenangan yang sangat luas bagi departemen atau prodi untuk mengelola program pendidikan dan penelitian, maka kinerja akademik diharapkan dapat meningkat dengan lebih cepat. Untuk itu akan dikembangkan berbagai kegiatan pembinaan untuk mendorong seluruh potensi yang dimiliki tiap departemen agar dapat diarahkan untuk mendukung peningkatan kinerja akademik lembaga dibawah naungan ypt

RoadMap WCU YPT Group

ROADMAP WCU

YPT Grup

grup. Komitmen lembaga dibawah naungan ypt grup dalam mendidik mahasiswa tidak berhenti selama proses pendidikan, namun masih terus dilanjutkan setelah mahasiswa lulus. Peningkatan kompetensi tambahan di bidang kewirausahaan telah dan akan terus diberikan kepada para lulusan baru agar lebih siap di pasar kerja dan mampu berdiri sendiri dalam berwirausaha. Kerjasama kemitraan dengan berbagai perusahaan yang berbasis ICT maupun perusahaan lain yang relevan telah dijalin dan akan terus ditingkatkan. Upaya ini diharapkan akan memperpendek masa tunggu (waiting period) dalam memperoleh pekerjaan serta menghasilkan wirausahawan tangguh yang memiliki latar belakang dan kedalaman keilmuan yang memadai sehingga akan menghasilkan irausahawan-wirausahawan yang berilmu dan ilmuwan yang juga memiliki pemahaman dan jiwa kewirausahaan. 2. Pemantapan Kurikulum Kurikulum yang telah diterapkan dan perlu dievaluasi dan dipertajam agar sesuai dengan tujuan awal pengembangan, yaitu memberikan kompetensi secara lebih luas kepada mahasiswa baik program sarjana maupun pascasarjana dan meningkatkan efisiensi proses pendidikan. Setiap mahasiswa dimungkinkan memiliki kompetensi utama dan pendukung yang berbeda sebagai keungggulan kompetitif bagi dirinya dalam memasuki dunia kerja. Penajaman perlu dilakukan mencakup struktur kurikulum, substansi maupun implementasinya sesuai dengan tuntutan perkembangan ilmu dan kebutuhan pembangunan. Penajaman dimaksudkan agar lulusan yang dihasilkan benar-benar memiliki kompetensi untuk memasuki dunia kerja di bidangnya mencakup kompetensi sikap (attitude), pengetahuan (knowledge), dan keterampilan (skill/psikomotorik). Pada awal tahun 2008 beberapa prodi lembaga telah berhasil mendapatkan akreditasi institusi dengan Nilai A. Sejalan dengan hal itu sebagian akreditasi program studi lain juga telah mendapatkan nilai A dan sebagian lainnya nilai B. Seiring dengan upaya lembaga dibawah naungan ypt grup melakukan proses internasionalisasi, maka ke depan beberapa program studi yang telah dinilai siap akan didorong dan difasilitasi untuk mencapai akreditasi regional atau internasional seperti AUN QA dan QS- Star. 3. Peningkatan promosi pendidikan Sejalan dengan upaya peningkatan kualitas input dan pengembangan lembaga dibawah naungan ypt grup menuju institusi pendidikan yang kuat dalam riset pada tahun 2013, lembaga dibawah naungan ypt grup perlu untuk terus membuka diri dan melakukan upaya-upaya untuk mendekatkan diri dengan masyarakat baik di tingkat domestik maupun internasional. Efektifitas promosi dalam hal ini oleh bagian marketing dan panitia Seleksi Mahasiswa Baru Bersama (SMBB) yang berdampak pada peningkatan peminat/pendaftar ditentukan oleh banyak faktor, khususnya kualitas promosi dan intensitas promosi. Besarnya biaya promosi harus disiasati dengan pemilihan strategi promosi

RoadMap WCU YPT Group

ROADMAP WCU

YPT Grup

yang cost-effective. Pengalaman empiris menunjukkan bahwa kualitas pelayanan kepada mahasiswa merupakan salah satu media promosi yang sangat baik, bukan hanya promosi melalui media massa, penyebaran promotion kit (leaflet, dll) maupun roadshow ke berbagai daerah dan sekolah. Oleh karena itu promosi akan terus dikembangkan dengan tujuan untuk: (1) meningkatkan jumlah peminat untuk pendidikan multistrata (Termasuk Program Pasca Sarjana), (2) meningkatkan kualitas peminat pendidikan multistrata, dan (3) meningkatkan proporsi perolehan mahasiswa program pasca sarjana secara lebih tinggi sebagai salah satu indikator ke arah penguatan riset. Pada saat bersamaaan, keberhasilan pendidikan tinggi antara lain dicirikan oleh penyerapan pasar kerja terhadap lulusannya