Upload
anwar-aan
View
221
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
8/20/2019 RIA Training Modul
1/33
MODUL PELATIHAN RIA
Desember, 2012
Pandangan penulis yang dinyatakan dalam publikasi ini tidak mencerminkan pandangan
dari United States Agency for International Development atau the United States
Government.
8/20/2019 RIA Training Modul
2/33
MODUL PELATIHAN RIA
Magister Administrasi Publik
Universitas Gadjah Mada
Contract No.AID-EPP-I-06-00013Task Order No. AID-497-TO-11-00003
Desember, 2012
Pandangan penulis yang dinyatakan dalam publikasi ini tidak mencerminkan pandangandari United States Agency for International Development atau the United StatesGovernment.
8/20/2019 RIA Training Modul
3/33
MODUL PELATIHAN RIA 1
KONSEP DAN MEKANISME REGULATORY IMPACT ANALYSIS
Pendahuluan
Analisis dampak peraturan merupakan suatu cara untuk meningkatkan mutu peraturan
baru. Pemerintah dalam suatu negara selalu melakukan review terhadap peraturan-
peraturan yang sudah ada hingga menemukan perubahan peraturan baru. Namun
seringkali perubahan itu membarikan dampak yang menyenangkan. Pada beberapa
kasus dengan adanya beberapa regulasi malah memiliki dampak yang tidak mudah untuk
diperinci sehingga perlu suatu studi yang terperinci untuk menentukan win-win solution.
Berdasarkan data Kementrian dalam negeri hingga saat ini sudah lebih dari 2000
peraturan daerah yang terkait dengan pajak dab retribusi dibatalkan akibat dari dampak
buruk yang lebih besar bagi kebijakan yang bersangkutan.
Regulatory Impact Assement (RIA)
RIA merupakan sebuah alat atau cara atau mekanisme yang dapat digunakan untuk
menghasilkan kebijakan yanglebih berkualitas. Analisis yang dibuat dalam RIA dapat
digunakan sebagai acuan pengambilan keputusan dan mereview kembali peraturan
daerah yang sudah ada atau yang akan dibuat. Selain itu, RIA menyediakan pedoman
yang jelas bagi bidang hukum maupun bidang lain yang terkait dengan pearturan.
Mempelajari beberapa kasus yang ada di Amerika, seorang politisi mengatakan bahwa
politik itu lebih penting, tetapi kenyataan bahwa analisis lebih penting daripada politik.
Analisis penting karena dengan analisis itu akan mendorong kepercayaan dan
transparansi baik secara Internal maupun eksternal. Selain itu, keberadaan RIA juga
memberikan solusi yang baik terhadap persoalan biaya. Beberapa negara yang sudah
menerapkan RIA seperti Singapura mendapatkan keuntungan yang besar terkait devisa
negara karena Pemerintah Singapura telah berkomitmen mengupayakan satu peraturan
daerah yang bisa menyelesaikan banyak hal. Contoh praktik-praktik RIA di Indonesia
untuk peraturan yang berkualitas bisa kita lihat di beberapa kasus. Tahun 2002 kota
Pare-Pare, Sulsel menerbitkan Perda yang berisi peraturan yang diajukan kepada DPRD
yang disertai dengan rancangan dengan hasil RIA. Kota Yogyakarta menerbitkan
peraturan Walikota yang memuat layanan perijinan yang menyeluruh sesuai uji mutu RIA
sebelum diajukan ke SKPD.
Optimalisasi Kualitas kebijakan
Optimalisasi Kualitas kebijakan dilakukan melalui beberapa tahap. Pertama, akurasi
masalah yang meliputi, pengkajian atau analisis masalah, identifikasi opsi-opsi yang
8/20/2019 RIA Training Modul
4/33
2 MODUL PELATIHAN RIA
tersedia dan menentukan opsi terbaik (pilihan rasional). Kedua, dukungan publik. Untuk
mendapatkan dukungan public dapat dilakukan dengan cara pengembangan mekanisme
partisipasi, menyelenggarakan debat publik, komunikasi massa atau melakukan advokasi
kebijakan. Tahap ketiga, menggunakan operasionalitas yang di dalamnya berisi skenario/
alternatif pemecahan masalah. Operasioalitas juga harus mengacu pada, atau memberi
arahan bagi tata kelembagaan yang relevan. Selain itu, tahap ini juga harus memberi
indikasi cara implementasi.
10 Metodologi dalam RIA
Terdapat 10 metodologi yang diterapkan dalam menyusun RIA. Pertama, apakah
masalah tersebut benar ditentukan. Indentifikasi masalah harus tepat dipecahkan dan
menjelaskan secara detail munculnya permasalahan tersebut, apa yang menjadi pokok
persoalan dan berhati-hati dalam memutuskan, jangan sampai pemecahan masalah dari
hasil rumusan masalah yang salah (Eror tipe 3) sehingga kita perlu mengkaji lebih dalam.
Kedua, apakah dapat dibenarkan tindakan pemerintah?. Dalam pertanyaan ini,
Pemerintah dalam hal ini Kementerian dalam negeri Kementerian lain yang memiliki
kewenangan menentukan layak dan tidaknya Perda diputuskan. Ketiga, apakah tindakan
pemerintah tersebut merupakan peraturan yang terbaik? Bahwa, apakah peraturan yang
dibuat memberikan kontribusi yang positif bagi pemerintah. Keempat, apakah ada dasar
hukum untuk peraturan tersebut? Adakah kewenangan atas peraturan untuk lintas batas,
kepastian hukum, prosedur dan level pemerintah yang mana yang cocok untuk
mengantisipasi persoalan tersebut. Seperti contoh, Kita tidak perlu membuat aturan yang
sama dengan Propinsi karena ada kewenangan lintas batas dan aturan yang lain
sehingga perlu diputuskan di level mana peraturan tersebut dibuat dan tidak selalu kita
menambah peraturan baru, sehingga perlu dipetakkan melalui regulatorny mapping.
Kelima, Dimana tingkatan (level) pemerintahan untuk tindakan ini? Bahwa peraturan yang
dibuat harus tepat sesuai dari ketentuan pemerintah. Keenam, apakah dampak
regulasi/kebijakan sesuai dengan biaya yang dikeluarkan? Bahwa penyelenggaraan
Perda harus mempertimbangkan asas biaya manfaat dan memberikan keuntungan bagi
Pemerintah dan masyarakat umum. Ketujuh, apakah efek/dampak yang ditimbulkan
menjangkau seluruh masyarakat? Perlu memertimbangkan nilai- nilai manfaat. Delapan,
apakah regulasi jelas, konsisten, dapat dipahami, dan dapat diakses semua pihak yang
berkepentingan. Sembilan, apakah semua pihak yang berkepentingan memiliki
kesempatan untuk menyampaikan pandangan-pandangan mereka? fungsi dari konsultasi
public. Terakhir, bagaimana kepatuhan akan dapat tercapai?. Pemerintah harus memiliki
komitmen jangan sampai peraturan yang dibuat oleh stakeholder tidak dibarengi dengan
8/20/2019 RIA Training Modul
5/33
MODUL PELATIHAN RIA 3
kepatuhan untuk menjalankan aturan tersebut, sehingga perlu implementasi strategis dan
melalui RIA bisa memberikan biaya manfaat yang lebih kecil.
Tahapan dalam RIA
Analisis dampak peraturan yang dibuat Pemerintah harus mempertimbangkan:
1. Analisis masalah. Pada analisis masalah perlu dilakukan identifikasi yang menjadi
pokok persoalan yang berkaitan dengan peraturan baru ataupun peraturan yang
sedang berlaku. Dalam tahapan ini, dilakukan perumusan masalah atau isu yang
menimbulkan kebutuhan untuk menerbitkan suatu kebijakan. Dalam perumusan
masalah aktivitas yangdilakukan meliputi analisis substansi masalah, masalah
kebijakan (regulatory mapping), analisis stakeholder, dan analisis pemecahan
masalah (alternative kebijakan).
2. Analisis Manfaat dan Biaya. Suatu pilihan memiliki untung-rugi dalam hal biaya dan
manfaat. Pilihan mana yang menawarkan manfaat tertinggi atau biaya terendah,
sehingga menghasilkan pilihan dengan rasio biaya dan manfaat yang terbaik.
3. Konsultasi Publik. Ini merupakan langkah wajib. Melibatkan partisipasi publik yaitu
dengan melakukan konsultasi publik, mencakup pengalaman dan pendapat ssemua
pemangku kepentingan terkait. Langkah ini dimaksudkan untuk meningkatkan tingkat
penerimaan peraturan (dan kepatuhan dalam implementasi).
4. Memilih Alternatif Terbaik. Penentuan opsi dengan melakukan seleksi kebijakan yang
paling efektif atau efisien pilihan serta advokasinya. Analisi biaya manfaat bukan satu-
satunya pertimbangan, sehingga perlu mempertimbangkan peta/persoalan politik atau
implementasi praktisnya.
5. Penyusunan dokumen RIA. Menuliskan seluruh tahapan RIA dalam laporan sehingga
menjadi dokumen RIA untuk mendukung rancangan peraturan yang akan diterbitkan.
Naskah Akademik
UU no 12 tahun 2012 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan
mengamatkan bahwa setiap peraturan yang hendak dibuat harus disusun dahulu naskah
akademiknya. Naskah akademik merupakan naskah hasil penelitian atau pengkajian
hukum dan hasil penelitian lainnya terhadap suatu masalah tertentu yang dapat
dipertanggungjawabkan secara ilmiah mengenai pengaturan masalah tersebut dalam
suatu Rancangan Undang-Undang, Rancangan Peraturan Daerah Provinsi, atau
Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten/Kota sebagai solusi terhadap permasalahan
8/20/2019 RIA Training Modul
6/33
4 MODUL PELATIHAN RIA
dan kebutuhan hukum masyarakat. Penyusunan Naskah Akademik Rancangan Undang-
Undang dilakukan sesuai dengan teknik penyusunan Naskah Akademik (ps. 44 ay.1).
Naskah Akademik sebagai suatu persyaratan dalam penyusunan Rancangan Undang-
Undang atau Rancangan Peraturan Daerah Provinsi dan Rancangan Peraturan Daerah
Kabupaten/Kota. (penjelasan UU 12/2011). Naskah akademik disusun dengan sistimatika
sebagai berikut:
• Judul
• Kata Pengantar
• Daftar Isi
• Bab I Pendahuluan
• Bab II Kajian Teoretis Dan Praktik Empiris
• Bab III Evaluasi Dan Analisis Peraturan Perundangundangan Terkait
• Bab IV Landasan Filosofis, Sosiologis, Dan Yuridis
• Bab V Jangkauan, Arah Pengaturan, Dan Ruang Lingkup Materi Muatan Undang-
Undang, Peraturan Daerah Provinsi, Atau Peraturan Daerah Kabupaten/Kota
• Bab VI Penutup
Mencermati naskah akademik yang diamanatkan oleh UU untuk dibuat sebelum suatu
Perda dibuat terlihat keterkaitanya yang erat dengan metode RIA. Ketika RIA dijalankan
maka sesungguhnya telah dapat diisi dengan hampir sempurna naskah akademik yang
dipersyaratkan itu, bahkan ada bab yang judulnyapun sangat mirip, misalnya bab III dan
IV itu adalah regulatory mapping, bab II adalah seluruh analisis masalah, sementara bab
V adalah alternative kebijakan. Dalam RIA terdapat satu lampiran yang sangat penting
yakni analisis biaya manfaat yang menjadi dasar penting bagi solusi alternative yang
ditawarkan.
8/20/2019 RIA Training Modul
7/33
MODUL PELATIHAN RIA 5
IDENTIFIKASI MASALAH KEBIJAKAN
Pendahuluan
Dalam melakukan identifikasi masalah, ada beberapa pertanyaan yang perlu kita cermati,
yaitu 1). Melihat karakteristik masalah yang sedang dihadapi seperti apa? 2). Kenapa
masalah itu menjadi sesuatu yang penting untuk kita rumuskan. 3). Untuk siapa masalah
tersebut menjadi penting?. 4). Siapa saja yang mendapatkan manfaat atau kerugian dari
masalah tersebut?. 5). Apa tujuan yang ingin dicapai?. 6). Apa saja indikator utk
mencapai tujuan tersebut? Kita harus tahu dampak tersebut bisa diukur atau tidak, kita
harus bisa membedakan yang murni, yang baik atau tidak. 7). Adakah kebijakan/program
yg sudah ada untuk menyelesaikan masalah tersebut? Jika ada, mengapa gagal? Artinya
jika kita melakukan identifikasi masalah maka implementasinya harus jelas. Misalnya
kenapa Keputusan Bupati dikuatkan menjadi Perda atau jika sudah ada program kenapa
gagal? Sehingga perlu dilegalkan.
Dalam melakukan Identifikasi masalah bisa dipermudah dengan membuat pohon masalah
ke bawah. Melalui pohon masalah bisa dipecahkan masalah pada bagian yang mana dan
harus seperti apa. Ataupun dalam melakukan identifikasi bisa menggunakan cara yang
lain, misalnya dengan analisis tulang ikan, karena memang tidak ada standar cara
identifikasi masalah yang khusus.
Tipologi Karakteristik Masalah
Dalam menilai karakteristik sebuah masalah ada 3 tipologi yang mendasari: (1).
Kemudahan memecahkan. Misalnya masalah yang mudah disetujui publik dan belum
tentu disetujui publik. (2). Memecahkan masalah yang mudah dan jelas, misalnya; sarana
dan prasarana kurang (cenderung disetujui publik), dan penetapan ganti rugi atau
pembebasan lahan (cenderung belum tentu disetujui publik). (3). Masalah yang sulit dan
tidak jelas, contohnya angka kriminalitas meningkat (disetujui), kalau migrasi kota
berlebihan (belum tentu disetujui publik).
Tipologi karakteristik masalah 2
1. Jumlah pengambil keputusan yang dibutuhkan untuk setiap karakteristik
permasalahan berbeda-beda. Untuk karakteristik masalah yang berstruktur baik
dan moderate, jumlah pengambil keputusan relatif lebih sedikit atau hanya
beberapa karena akan banyak persamaan persepsi, namun jika karakteristik
8/20/2019 RIA Training Modul
8/33
6 MODUL PELATIHAN RIA
masalah berstruktur jelek, maka jumlah pengambil keputusan relatif lebih banyak
dan komplek.
2. Alternatif pemecahan yang dibutuhkan, untuk karakteristik masalah yng
berstruktur baik dan moderate, jumlah alternatif pemecahan cenderung lebih
terbatas, namun jika karakteristik masalah berstruktur jelek, maka jumlah alternatif
pemecahan cenderung banyak.
3. Sifat dari nilai yang dikejar, untuk karakteristik masalah yang berstruktur baik dan
moderate, sifat yang dikejar cenderung disetujui, namun jika karakteristik masalah
berstruktur jelek, maka cenderung memunculkan konflik.
4. Hasilnya mudah/tidak diperhitungkan, untuk karakteristik masalah yang berstruktur
baik mudah untuk diramalkan, sedangkan yang berstruktur moderate dan jelek
cenderung sulit untuk diramalkan.
Karakteristik masalah akan memunculkan variasi pespektif. Kenapa variasi perspektif
tersebut muncul?. Hal tersebut sangat terkait sebagai akibat dari isu-isu publik yang
sangat rumit. Masalah atau kebijakan publik merupakan persoalan yang komplek, multy
actor , multi kepentingan, multi kausalis. Umumnya masing-masing pihak mencermati
kebijakan dari perspektifnya masing-masing dan cenderung mencari keuntungan untuk
dirinya sehingga inilah yang memunculkan perspektif yang komplek. Namun, variasi
perspektif bisa diatasi dan diiselesaikan, tinggal bagaimana kita mampu menyakinkan
dengan menggunakan data dan analisis masalah yang benar, sebagai contoh dengan
menggunakan naskah akademik.
Sifat Obyektif dan Subyektif Masalah
Dalam melakukan identifikasi masalah, tidak lepas dari sifat obyektifitas dan subyektifitas
masalah. Masalah yang bersifat obyektif, untuk keberadaan situasi masalah ditandai oleh
adanya fakta atau data tertentu, mencerminkan adanya jarak antara situasi yang ada
dengan situasi ideal yang diharapkan, namun kondisi obyektif tersebut dimaknai secara
subyektif oleh setiap stakeholder sesuai dengan nilai, ideologi, atau kepentingannya.
Sehingga muncul masalah sebagai suatu konstruksi (bentukan) sosial. Contohnya dalam
menyusun sebuah Perda atau calon Perda yang akan dijalankan, harus merupakan
sesuatu yang dikelola, dipikirkan problemanya, dipecahkan dan harus segera diatasi
dengan menggunakan aturan yang ada.
8/20/2019 RIA Training Modul
9/33
MODUL PELATIHAN RIA 7
Tugas Kelompok
1. Tuliskan masalah yang terkait dengan isu yang dibawa dalam Raperda/Perda
yang dibawa oleh masing-masing kelompok.
2. Identifikasi mana sebab dan mana akibat?
3. Susun analisis masala. Misalnya pemetaan masalah dengan pohon masalah,
metode tulang ikan, bagan/matrik, dll. Dengan metode-metode ini akan diketahui
dengan jelas mana sebab dan akibat.
8/20/2019 RIA Training Modul
10/33
8 MODUL PELATIHAN RIA
PEMBAGIAN KEWENANGAN
Pendahuluan
Pembagian kewenangan merupakan sebuah informasi dasar dalam regulatory mapping.
Regulatory mapping dilakukan untuk melakukan analisis terhadap peraturan yang telah
ada, bagaimana relevansinya terhadap masalah dengan kebijakan yang hendak dibuat.
Untuk melakukan regulatory mapping tersebut, perlu dilakukan pemetaan sistematis.
Apalagi, hubungan antara desentralisasi dan peraturan daerah (Perda) terkait dengan
pengertian sebuah Negara, selalu menimbulkan persoalan di lapangan. Padahal, antara
regulasi maupun kebijakan harus erat terkait dan terpadu. Terkait dengan pembuatan
RIA, perlu diketahui kewenangan kita itu apa? Apa yang perlu dipetakan? Misalnya,
regulasi atau aturan ini letaknya dalam kebijakan itu seperti apa?
Harmonisasi Antarsektor
Harmonisasi antara sektor dan level pemerintah harus dilakukan, baik sesuai dengan UU
Otonomi Daerah atau dengan UU Kelautan dan Perikanan, baik dilakukan oleh
pemerintah, provinsi dan kabupaten. Ketiganya saling terkait. Tugas pemerintah daerah
tentunya juga mengemban “limadaster”, untuk itu Perda yang dibuat, harus berisi
perlindungan, pemberdayaan kesejahteraan. Azas yang harus diperhatikan dalam agar
kebijakan sesuai dengan kepentingan publik terdapat dalam pasal 5 ayat 1, UU.
No.10/2004, di mana sebuah kebijakan harus mengurai kejelasan tujuan, kelembangaan
atau organ pembentuk yang tepat, kesesuaian antara jenis dan materi muatan, kebijakan
itu dapat dilaksanakan, memiliki dayaguna dan kehasilgunaan, kejelasan rumus dan
keterbukaan. Jadi, harmoni antara sektor, antara level jenjang pemerintah pusat, provinsi
dan kabupaten harus dilakukan. Begitu juga dengan keinginan pemerintah, swasta dan
masyarakat. Kita punya punya pemerintah pusat, kita punya provinsi dan kabupaten kota,
kewenangannya kan sendiri-sendiri. Sehingga perda jangan sampai kita di kabupaten,
mengatur-atur yang menjadi kebijakan pusat, atau provinsi.
Norma Hukum
Kembali kepada pokok persoalan, sebelum kita melangkah lebih jauh, perlu disampaikan
di sini masalah desentralisasi dan Perda terkait dengan pengertian sebuah negara.
Negara kita tahu adalah merupakan kumpulan norma hukum, dan berlakunya norma
hukum negara terbagi dua, yakni berlaku nasional atau central norm dan berlaku lokal
atau decentral norm. Dengan demikian, latarbelakang keberadaan Perda dalam negara
kesatuan yang desentralistik juga diakui. Dalam hal ini, ada empat prinsip yang menjadilatarbelakangnya, prinsip negara hukum, demokrasi, welfare state dan kebhinnekaan.
8/20/2019 RIA Training Modul
11/33
MODUL PELATIHAN RIA 9
Negara hukum adalah negara yang menempati hukum setinggi-tingginya. Meliputi
perlindungan hak asasi manusia, pemisahaan kekuasaan, setiap tindakan pemerintah
berdasarkan peraturan perundang-undangan dan adanya peradilan yang berdiri sendiri.
Negara hukum memiliki prinsip, pengakuan dan perlindungan terhadap hak asasi
manusia yang mengandung persamaan di bidang politik, hukum, sosial, ekonomi dan
kebudayaan. Peradilan yang bebas dan tidak memihak serta dipengaruhi oleh suatu
kekuasaan atau kekuatan apapun, dan legalitas dalam arti hukum.
Terdapat 12 ciri penting dari negara hukum. Di antaranya, supremasi hukum, persamaan
dalam hukum, asas legalitas, pembatasan kekuasaan, organ eksekutif yang independent,
peradilan yang bebas dan tidak memihak. Selain itu, ada peradilan tata usaha, tata
negara, perlindungan hak asasi manusia, bersifat demokratis, sarana untuk mewujudkan
tujuan negara dan transparansi serta kontrol sosial.
Materi Muatan Lokal Dalam Perda
Istilah “muatan local” tidak dikenal dalam istilah perundangan yang mengatur
pemerintahan daerah. Naun demikian pengertiannya dapat ditelusuri dari sistim rumah
tangga yang dipergunakan dalam penyelanggaraan pemerintah daerah, yakni sistim
rumah tangga materiil, sistim rumah tangga formil dan sisitim rumah tangga riil. Sistem
rumah tangga materiil asumsi dasarnya secara kodrati adalah wewenang atau urusan
dengan pemerintah pusat dan daerah sudah dapat dibedakan secara jelas, sudah dapat
dipilah-pilah, dan dan pemerintah daerah memiliki kewenangan pemerintahan bila ada
penyerahan dari pemerintah pusat. Sistem rumah tangga formil, merupakan bentuk
penyempurnaan dari sistem perumahan materiil. Tidak ada perbedaan materil antara
pemerintah pusat dan daerah. Daerah dapat mengatur urusan pemerintah tanpa
menunggu penyerahan. Penyerahaan wewenang harus dilaksanakan dengan formal
melalui desentraliasi. Sistem rumah tangga riil mengatur urusan rumah tangga daerah
yang ditentukan oleh faktor nyata urusan daerah meliputi kemampuan daerah, keadaan
dan kebutuhan daerah.
Kemampuan Daerah
Kemampuan daerah merupakan potensi nyata suatu daerah dalam melaksanakan urusan
otonomi daerah. Meliputi, kemampuan aparatur pemerintahan, ekonomi daerah,
partisipasi masyarakat, keuangan (PAD), organisasi tata laksana dan kemampuan
demografi. Hal itu bermuara pada penentuan jumlah urusan dan wewenang.
8/20/2019 RIA Training Modul
12/33
10 MODUL PELATIHAN RIA
Keadaan daerah dilihat dari kondisi atau karakteristik nyata suatu daerah, meliputi, iklim
curah hujan, kesuburan tanah, luas dan bentuk daerah, unsur biotis (flora dan fauna),
religiusitas dan adat istiadat, lembaga dan struktur kemasayarakatan. Hal itu semua
dipergunakan untuk menentukan jenis urusan atau wewenang pemerintahan.
Sedangkan untuk kebutuhan daerah, merupakan kehendak suatu daerah untuk mengatur,
mengurus, dan menyelenggarakan wewenang pemerintahan tertentu yang disesuaikan
dengan kemampuan dan keadaan daerah. Hal itu untuk menilai apakah suatu daerah
memiliki keinginan untuk berotonomi dan kebutuhan akan organisasi tata kelola.
Regulatory Mapping
Masalah berikutnya yang perlu dianalisis adalah kebijakan yang terkait dengan masalah
yang sedang dibahas. Sebuah masalah yang muncul, pasti telah ada kebijakan yang
diambil apakah itu pada tingkat local maupun tingkat nasional. Agar penyelesaian dari
masalah tidak bertentangan, atau tumpang tindih dengan peraturan lain maka diperlukan
suatu analisis atas suatu peraturan yang disebut regulatory mapping. Regulatory mapping
yang dilakukan setidaknya harus menjawab pertanyaan, apa implikasi aturan yang
sedang dianalisis kepada peraturan yang hendak dibuat.
Regulatory mapping dapat dijalankan dengan tahapan berikut: (1). Identifikasi berbagai
kebijakan yang terkait dengan parturan yang hendak dibuat, baik vertical maupun
horizontal. (2). Lakukan analisis satu demi satu setiap peraturan itu, dengan memahami
apa tujuannya, apa yang diatur, apa yang dikecualikan (lihat contoh table regulatory
mapping). (3). Melakukan analisis apa implikasi dari peraturan tersebut kepada peraturan
yang hendak dibuat.
Contoh table Regulatory mapping
Tabel 1 UU no 27 tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
Judul Pengelolaan Wilayah Pesisir Dan Pulau Pulau Kecil (Uu 27/2007)
Fokus perencanaan, pemanfaatan , pengawasan dan pengendalian sumberdaya pesisirdan pulau pulau kecil antar sektor , antara pemerintah , pemerintah daerahantara ekosistem darat dan laut serta antara ilmu pengetahuan dan manajemenuntuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat
TindakanYangDiharuskan
1. pembuatan perencanaan , (RSWP3K, RZWP3K,RPWP3K,Dan RAPWP3K)2. pengawasan dan pengendalian3. penelitian dan pengembangan4. pendidikan , pelatihan dan penyuluhan5. kewenangan6. mitigasi bencana
7. hak , kewajiban dan peran serta masyarakat8. pemberdayaan masyarakat9. penyelesaian sengketa
8/20/2019 RIA Training Modul
13/33
MODUL PELATIHAN RIA 11
10. gugatan perwakilan
Tujuan 1. melindungi, mengkonservasi, merehabilitasi, memanfaatkan danmemperkaya sumber daya pesisir dan pulau pulau kecil serta sistemekologisnya secara berkelanjutan;
2. menciptakan keharmonisan dan sinergi antara pemerintah dan pemerintah
daerah dalam pengelolaan sumber daya pesisir dan pulau pulau kecil3. memperkuat peran serta masyarakat dan lembaga pemerintah serta
mendorong insiatif masyarakat dalam pengelolaan sumber daya pesisir danpulau pulau kecil agar tercapai keadilan, keseimbangan dan keberlanjutan;dan
4. meningkatkan nilai sosial, ekonomi dan budaya masyarakat melalui peranserta masyarakat dalam pemanfatan sumber daya pesisir dan pulau pulaukecil
Pengecua-lian
Pengecualian diberikan kepada Program PWP3K serta lembaga instansipelaksananya yg telah berjalan sebelum diundangkannya UU ini
MasaBerlaku
Berlaku sampai dengan dikeluarkannya peraturan perundang-undangan yangmengubah atau mencabutnya
Tanggung-
jawab
Pemerintah:
Melakukan Pembinaan, Pengawasan dan Pengendalian terhadap pengelolaanRPW3PK diWilayah Republik IndonesiaPemerintah Daerah:Menyusun RSWP3K ,RZWP3K,RPWP3K da RAWP3K sesuai dengankewenangan yg dimilikinya.Masyarakat:
a. Setiap orang yang melukan pemanfaatan sumber daya pesisir dan pulaupulau kecil bertanggungjawab untuk menjaga kelestarian lingkungan danmemberikan data/informasi atas kegiatan yg dilakukannya
b. Dapat berperan serta dalam pengawasan dan pengendalian melaluipenyampaian laporan dan/atau pengaduan Kepada Pihak yg berwenang
Sanksi 1. Sanksi Administrastifa) Dikenakan untuk Pelanggaran terhadap persyaratan Hak Pengusahaan
Perairan Pesisirb) Dalam Hal Program PWP3K tidak dilaksanakan sesuai dengan dokumen
perencanaan, pemerintah dapat menghentikan da/atau menarik kembaliinsentif yg telah diberikan kepada pemda, pengusaha dan masyarakatyg telah memperoleh akreditasi
2. Sanksi pidanaPidana penjara dan pidana denda untuk pelanggaran beberapa pasal
UU No 27 Tahun 2007 ini mengamanatkan adanya rencana tataruang ketika Perda
Pengelolaan Wilayah Pesisir dibuat. Untuk kasus Lombok Barat, detail tata ruang belum
ada, sehingga UU no 27 tahun 2007 tidak dapat menjadi satu-satunya pertauran rujukan
untuk Perda PW3P ini. Berikut diidentifikasi peraturan lain yang cukup kuat untuk menjadi
“cantolan” perda ini.
Hierarki Kebijakan (pasal 7 UU.No.10/2004) :
• Peraturan perundang-undangan dasar (UUD 1945)
• Peraturan perundang-undangan
– Produk legislatif dan regulatif (UU, Perdaprov, perdakab, perdes)
8/20/2019 RIA Training Modul
14/33
12 MODUL PELATIHAN RIA
– Produk legislatif umum atau executif act (PP, perpres, kepres [sisa sebelum UU
No.10/2004], permen).
– Produk regulasi khusus yg tidak setara dengan legislasi umum (tapi bukan lex
spesialis, misalnya Peraturan Bank Indonesia)
• Peraturan lembaga tinggi negara
• Peraturan lembaga independen
• Peraturan lembaga pemerintah non-departemen
• Keputusan Administrasi Negara (beschikking , bersifat individual dan kongkrit sebagai
keputusan pejabat tata usaha negara).
• Putusan Hakim
• Pengadilan Umum: PN, PT, MA.
• Peradilan agama: PA, PTA, MA.
• Peradilan Tata Usaha Negara: PTUN, PT-TUN, MA
• Quasi Peraturan di Indonesia (beleidsregels atau policy rules atau aturan kebijakan):
Surat edaran; Surat perintah; Pedoman kerja atau manual; Petunjuk pelaksanaan;
Petunjuk teknis; Buku panduan; Kerangka acuan; Desain kerja dll.
8/20/2019 RIA Training Modul
15/33
MODUL PELATIHAN RIA 13
ANALISIS STAKEHOLDER
Pendahuluan
Stakeholder adalah setiap pihak, individu maupun kelompok yang dapat terkait,
berpengaruh terhadap kebijakan atau terpengaruh oleh kebijakan atau memiliki
kepentingan terhadap kebijakan yang hendak dibuat. Dalam analisis RIA mereka yang
terkait ini harus dianalisis agar dapat diketahui potensi mereka dalam mendukung atau
menolak kebijakan.
Analisis Stakeholder
Merupakan alat untuk menganalisis berbagai aktor dan kepentingannya dalam sebuah isu
kebijakan public. Para pemangku kepentingan akan mempengaruhi dan dipengaruhi
kebijakan dalam tahapan yang berbeda. Pada teori demokrasi konvensional dinyatakan
bahwa ketika seseorang sudah memasukkan suara ketika pemilu, maka haknya dalam
perumusan kebijakan sudah diserahkan pada wakilnya di parlemen. Pada teori demokrasi
modern, hak warga tidak diserahkan sepenuhnya kepada wakilnya, karena warga
memiliki hak untuk aktif berpartisipasi politik untuk mempengaruhi kebijakan. Analisis
stakeholder menelaah interest dari para pemangku kepentingan dalam hubungannya
dengan kebijakan dan memahami mana para pemangku kepentingan yang akan paling
berpengaruh. Analisis ini berguna dalam memprioritaskan interaksi mereka dengan
kelompok kepentingan utama, terutama yangterkena dampak langsung. Untuk melakukan
analisis kepentingan dapat digunakan metode Power Grid yang mengelompokkan
stakeholder sesuai dengan tingkat interest masing-masing.
Gambar power grid
rendah interest tinggi
tinggi
power
rendah
Dipuaskan Dikelola
Dimonitor Diketahui
Pemangku kepentingan yang punya kepentingan besar tapi sedikit kekuasaan,
perlu dikelola, suatu saat, bila digerakkan akan menjadi basis kekuatan dan mampumelakukan lobi . Mereka yang punya kekuasaan besar, tapi kepentingan rendah, perlu
8/20/2019 RIA Training Modul
16/33
14 MODUL PELATIHAN RIA
dijaga agar puas, mereka perlu dijadikan patron atau pendukung kebijakan.
Power/interest grid analisis memberikan informasi stakeholder yang paling kooperatif,
berpengaruh, terlibat dan yang hanya menerima informasi, disamping informasi tentang
orang-orang yang mungkin sulit untuk mencapai, menantang dan sulit untuk terlibat.
Dalam memahami tingkat kepentingan dan pengaruh dari para pemangku kepentingan
yang sah harus sangat diperhatikan setiap kelompok beresiko yang memerlukan
perhatian khusus. Hal yang perlu diperhatikan dan dipertimbangkan: siapa yang akan
mengalami dampak negaitif dari kebijakan? Adakah salah satu dari stakeholder yang ada
merupakan anggota masyarakat yang rentan? Apakah ada kelompok-kelompok rentan
yang sangat sulit untuk terlibat karena masalah geografis, tidak punya suara atau tidak
terlihat?. Akankah setiap kelompok rentan memerlukan perhatian khusus dan bantuan
selama proses pelibatan pemangku kepentingan.
Peran Stakeholder
• Pemangku Kepentingan Utama: Mereka yang terkena langsung dampak positip atau
negatip dari sebuah kebijakan
• Pemangku Kepentingan Penunjang: Mereka yang menjadi perantara dalam
membantu proses terwujudnya kebijakan/regulasi (penyandang dana, pelaksana,
pengawasan dll)
• Pemangku Kepentingan Inti: Mereka yang berpengaruh kuat dalam kaitannya dengan
masalah dan kebutuhan tentang kebijakan atau regulasi tertentu
Prinsip Relasi antar Stakeholder
Untuk melakukan analisis stakeholder terdapat beberapa prinsip yang harus dipenuhi
yakni prinsip transparansi, akuntabilitas, independensi dan fairness. Transparansi terkait
dengan keterbukaan informasi. Kementrian harus menyediakan informasi material yang
relevan dengan cara yang mudah diakses dan dipahami oleh pemangku kepentingan.
Informasi yang disajikan juga memiliki validitas yang cukup, agar informasi dapat
dipercaya. Misalnya informasi mengenai tingkat pemcemaran yang telah terjadi.
Akuntabilitas terkait dengan pertanggungjawaban kerja secara tarnsparan. Kementrian
harus dikelola secara benar, terukur dan sesuai dengan kepentingan internal organisasi
dengan tetap memperhitungkan kepentingan stakeholder. Untuk kepentingan siapa
kementrian bekerja? Kepentingan publik: siapa publik? Pengusaha, nelayan, masyarakat
pantai, dll adalah publik? Tugas pemerintah adalah menjaga semua kepentingan dengan
adil. Resposibilitas terkait dnegan tanggung jawab. Perusahaan harus mematuhi
peraturan perundangan dan melaksanakan tanggung-jawab terhadap masyarakat dan
8/20/2019 RIA Training Modul
17/33
MODUL PELATIHAN RIA 15
lingkungan. Tanggung jawab internal birokrasi tidak boleh bertentangan dengan tanggung
jawab eksternal.Independensi artinya tidak terpengaruh adanya nenturan kepantingan.
Kementrian harus dikelola secara profesional tanpa benturan kepentingan dan pengaruh
atau tekanan dari pihak manapun, sehingga dalam pengambilan keputusan tidak ada
tekanan atau pengaruh dari pihak manapun dan keputusan yang diambil dapat bersifat
obyektif. Fairness berarti kesetaraan dan kewajaran. Adanya perlakuan yang adil dan
setara dalam memenuhi hak stakeholder yang timbul berdasarkan perjanjian serta
peraturan perundangan yang berlaku
Kendala dalam pelibatan stakeholder
• Bagaimana memilih stakeholder yang tepat yang terkait dengan isu kebijakan?
• Bagaimana memilih agar ada keterwakilan?
• Bagaimana menghindari situasi agar proses pelibatan stakeholder tidak didominasi
oleh kelompok atau individu tertentu?
• Bagaimana menjaga keterlibatan stakeholder tidak membuat proses perumusan dan
penilaian regulasi bertele-tele?
• Bagaimana memposisikan stakeholder dalam proses pembuatan keputusan: hak
suara atau hanya hak bicara?
8/20/2019 RIA Training Modul
18/33
16 MODUL PELATIHAN RIA
ALTERNATIF KEBIJAKAN
Pengantar
Ketika masalah telah dianalisis, telah pula diketahui berbagai kebijakan yang terkait
dengan berbagai keterkaitannya juga stakeholder yang terlibat telah diidentifikasi, tahap
selanjutnya adalah menemukan solusi dari masalah yang telah dianalisis itu. Solusi yang
diambil dalam bahasa umum disebut sebagai kebijakan. Agar kebijakan dapat
dilaksanakan diperlukan aturan atau regulasi yang mengikat semua pihak untuk
menjalankannya. Sebuah regulasi haruslah mampu menjawab persoalan yang dihadapi.
Regulasi yang dapat diambil bisa berupa Perda, Peraturan Bupati atau bahkan hanya
program atau kegiatan yang mesti dijalankan oleh SKPD. Untuk memecahkan suatu
masalah sangat mungkin reguasinya tidak hanya satu tetpai beberapa alternatif. Untuk itu
diperlukan alat untuk memilih kebijakan mana yang paling tepat. Kata paling tepat
haruslah bermakma membawa manfaat lebih banyak bagi seluruh masyarakat
dibandingkan dengan kerugiannya. Sesi ini menjelaskan tentang beberapa alat yang
dapat digunakan untuk memilih alternatif regulasi yang telah diputuskan.
Mengembangkan alternatif kebijakan
Cara yang paling mudah untuk mengembangkan alternatif kebijakan adalah dengan
memilih pilihan-pilihan berikut: mempertahankan kebijakan yang telah ada, memodifikasi
kebijakan yang ada atau mengembangkan kebijakan yang sama sekali baru atau bahkan
tidak melakukan apapun. Ya kebijakan adalah do something atau not to do something .
Memilih kebijakan yang sederhana relatif mudah dilakukan tetapi kebijakan pada
umumnya bersifat kompleks dan melibatkan berbagai pihak dengan berbagai
kepentinganya. Itulah pentingnya dilakuka analisis stakeholder dan regulatory mapping.
Ketika masalah sederhana, memilih solusi dengan wawancara sederhana atau survey
sederhana pun cukup, tetapi ketika kebijakan yang hendak dipilih bersifat kompleks
diperlukan alat untuk mengambilnya dan memilihnya. Dalam pelatihan ini diperkenalkan
dua metode pendekatan yakni metode Bardach dan metode Prince.
Metode Bardach
Metode Bardah mendasarkan pengambilan keputusan pada empat kriteri yakni kriteria
kelayakan yakni teknis, ekonomi dan financial, politik dan administrative. Kelayakan teknik
adalah mengukur apakah output dari kebijakan itu dapat mencapai tujuan yang
diharapkan, dan apakah alternatif yang dipilih akan berjalan dalam konteks teknis.Kelayakan ekonomi mengukur evaluasi ekonomi dari kebijakan atau program. Kelayakan
8/20/2019 RIA Training Modul
19/33
MODUL PELATIHAN RIA 17
politis mengukur dukungan dan keterkaitan politik berbagai stakeholder atas kebijakan
yang diambil. Kelayakan adminitratif mengukur evaluasi adminsitrarif dalam kemungkinan
evaluasi kebijakan.
Tahap pertama yang harus dilakukan dalam metode Bardach adalah menentukan bobot
masing masing aspek kelayakan itu berdasar pertimbangan kepentingan masing-masing
aspek. Misalnya, jika aspek ekonomi adalah aspek terpenting maka berikan bobot tinggi
untuk aspek tersebut, demikian juga untuk aspek lainnya. Yang terpenting adalah bahwa
bobot seluruh aspek itu anntinya adalah 100 atau 10 atau 1. Tahap berikutnya adalah
memberikan ranking untuk setiap aspek pada setiap alternatif kebijakan yang diambil.
Pemberian ranking yang paling mudah adalah dengan memberi nilai sebanyak pilihan
yang ada. Misal pilihan kebijakan ada 4 maka pilihan kebijakan dengan ranking tertinggi
diberikan bobot 4 atau 1, ranking selanjutnya adalah 3 dan atu 2 dan seterusnya. Tahap
berikutnya adalah menghitung indeks masing-masing aspek untuk masing-masing
kebijakan dengan cara mengalikan ranking dengan bobot. Tahap akhir mengambil
keputusan, dilakukan dengan cara menjumlahkan indeks pada masing-masing kebijakan.
Dari penjumlahan itu akan terlihat mana alternative terbaik, apakah nilai tertinggi atau
terrendah, tergantung pada pernkingan yang dibuat sebelumnya. Berikut adalah contoh
table Bardach.
Tabel Pemilihan Alternatif model Bardach
Kelayakan Bobot Ranking alternatif Indeks alternatif
A B C A B C
Teknik 25 3 1 2 75 25 50
Ekonomi dan Finansial 35 2 1 3 70 35 105
Politik 35 1 2 3 35 70 105
Administrasi 15 3 1 2 30 15 30
210 145 290
Keterangan:
Alternative A: mempertahankan kebijakan yang ada
Alaternatif B: merevisi kebijakan yang ada pada aspek tertentu
Alternatif C: mengambil kebijakan yang sama sekali baru
Kesimpulan, alternative C (mengambil kebijkan yang sam asekali baru) adalah alternative
terbaik.
Metode Prince
Penilaian dengan metode Prince menggunakan 4 kriteria yakni issue position (dukungan)
yaitu menilai seberapa jauh seorang aktor mendukung, menentang atau netral terhadap
8/20/2019 RIA Training Modul
20/33
18 MODUL PELATIHAN RIA
suatu alternatif. Skor yang diberikan adalah -1 atau +1. Salience (urgensi) yaitu menilai
sampai seberapa jauh suatu alternatif penting bagi seorang aktor. Skor 0,0 sampai 1,0.
Power (kekuatan sumber daya) yaitu menilai sampai seberapa jauh suatu alternatif
seorang actor mampu memblok atau sebaliknya, merealisasikan keputusan tentang
alternatif. Skor 0,0 sampai 1,0. Friendship-neutrality-hostility yaitu menilai sampai
seberapa jauh hubungan antar aktor, apakah saling mendukung, bertentangan atau tidak
berpihak, sehingga mempengaruhi adopsi implementasi alternative tertentu. Untuk kriteria
ini, pengukuran dilakukan secara terpisah setelah ada hasil dari ketiga ukuran
sebelumnya. Setelah penilaian dilakukan, tahap selanjutnya adalah menghitung nilai
kelayakan dengan cara mengalikan skor masing-masing actor. Penjumlahan dari masing-
masing akan dapat dilihat berapa nilai kalyakannya. Nilai kalayakan ini kemudian
dibandingkan dengan nilai kalyakan yang lain. Tahap selanjutnya adalah melakukan
analisis kelayakan itu digabungkan dengan analisis friendship-neutrality-hostility.Dari
analisis ini dapat diputuskan alternative mana yangterbaik untuk diambil. Berikut contoh
metode Prince
Alternatif 1. Memberikan bantuan modal pada nelayan
StakeholderKriteria Analisis
Issue position (dukungan)
Salience(urgensi)
Power (kekuatansumber daya)
Skor fesiability
Alternatif 1. Memberikan pelatihan pada nelayan
StakeholderKriteria Analisis
Issue position
(dukungan)
Salience(urgensi)
Power (kekuatan
sumber daya)Skor fesiability
Tugas kelompok
Berdasar analisis yang telah dilakukan mohon peserta untuk mendiskusikan kebijakan
apa saja yang bisa dilakukan untuk mengatasi berbagai persoalan yang ada, dan
melakukan analisis pemilihan alternative kebijakan. Detail hingga siapa mengerjakan apa
akan membawa manfaat lebih besar bagi analisis selanjutnya.
8/20/2019 RIA Training Modul
21/33
MODUL PELATIHAN RIA 19
ANALISIS BIAYA MANFAAT
Pendahuluan
Ketika pilihan telah dibuat, diperlukan analisis lebih detail mengenai kelayakan kebijakanyang telah diputuskan itu. Untuk melakukan kelayakan lebih detail salah satu alat analisis
yang bisa digunakan adalah analisis biaya dan manfaat. Analisis ini diperlukan sebab
tidak semua barang dan jasa dapat disediakan oleh sektor swasta. Ketika barang atau
jasa disediakan oleh Negara, harus dijamin agar manfaat total yang diperoleh oleh
masyarakat benar-banar lebih besar dan biaya yang harus ditanggung. Kebijakan tentu
saja adalah salah satu produk yang dihasilkan Negara, untuk itu harus dijamin bahwa
kebijakan yang diambil benar-benar membawa manfaat lebih besar dibandingkan dengan
biayanya. Untuk kepentingan itulah analisis biaya dan manfaat diperlukan.
Analisis biaya manfaat (Cost Benefit Analysis/CBA)
Adalah alat analisis yang digunakan untuk memperkirakan nilai ekuivalen uang atas
manfaat dan biaya atas suatu aktivitas. Aktivitas itu bisa aktivitas privat maupun aktivitas
public. Pada aktivitas privat seluruh proses dapat dijanaklan dengan lebih mudah sebab
pada umumnya kativitas privat dengan mudah dapat diidentifikai biaya dan manfaatnya
dan mudah untuk dikonversi dalam satuan uang. Perkiraan itu diperlukan untuk
menentukan apakah suatu aktivitas itu membawa manfaat lebih besar dibandingkan
dengan biayanya.
Untuk menjalankan CBA terdapat beberapa prinsip yang harus dipenuhi:
1. Ukuran yang digunakan haruslah suatu unit yang bersifat umum, yang paling
sering digunakan tentu ukuran moneter sebab tujuan dari CBA adalah
memeprkirakan nilai uang.
2. Valuasi CBA harus mencerminkan perilaku aktual dari produsen dan konsumen,
artinya dalam menilai biaya dan manfaat mendasarkan diri pada rasionalisasi atau
sikap rasional seroang produsen dan atau konsumen.
3. Diperlukan pendekatan pengukuran untuk biaya dan manfaat yang tidak memiliki
harga pasar. Untuk kegiatan public seringkali tidak ada ukuran uang dalam biaya
dan manfaat, untuk itu diperlukan cara mendekati atau memeprkirakan nilai uang
dari biaya dan manfaat yang muncul
4. Analisis atas proyek harus melibatkan perbandingan with (ada) dan without (tidak
ada) proyek. Artinya hasil analisis CBA harus dibandingkan minimal antara ada
kegiatan dan tidak ada kegiatan.
8/20/2019 RIA Training Modul
22/33
20 MODUL PELATIHAN RIA
5. CBA melibatkan suatu area studi yang spesifik, yang dinalisis adalah suatu bidang
yang spesifik, ini penting agar identifikasi biaya dan manfaat betu-betul jelas.
6. Perhitungan ganda (Double Counting ) Benefit dan Biaya harus dihindari
7. Pengambilan keputusan didasarkan pada criteria ekonomi, yakni rasio biaya
manfaat, net present value, internal rate of return dan payback period.
Rasio biaya manfaat adalah rasio antara seluruh biaya dan seluruh manfaat yang
diperoleh dari sebuah aktivitas setelah dipertimbangankan aspek waktu
didalamnya. Criteria penilaian, jika manfaat lebih besar dari biaya maka kegiatan
itu layak untuk dijalankan, dan sebaliknya. Payback period adalah analisis yang
digunkan untuk memerkiraan waktu yang dibutuhkan untuk mengembalikan dana
yang diinvestasikan. Net Present Value (NPV) criteria yang digunakan untuk
pertimbangan nilai waktu uang terhadap aliran kas yang masuk. Internal Rate of
Return (IRR) yaitu discount rate yang menyamakan aliran kas masuk dan aliran
kas keluar mula-mula.
Untuk menjalankan CBA bebarap tahapan berikut harsu dilakukanL
1. Mengidentifikasi dampak fisik maupun non fisik dari proyek terpilih
2. Mengidentifikasi ukuran penilaian
3. Mengkonversi semua dampak dalam satuan yang sama
4. Memutuskan basis perhitungan yang hendak digunakan
5. Menjumlahkan semua biaya dan manfaat yang teridentifikasi
6. Melakukan analisis sensitifitas
7. Merekomendasikan proyek yang menghasilkan benefit bersih tertinggi
Tugas kelompok
Keputusan tentang kebijakan terbaik telah dibuat. Ini saatnya untuk melakukan analisis
apakah kebijakan terpilih itu layak untuk dijalankan atau tidak. Pertama, lihatlah kembali
analisis stakeholder yangtelah dibuat. Dari analisis itu kembangkan untuk mengidentifikasi
manfaat dan biaya atau kerugian yang ditanggung masing-maasing stakeholder yang
terlibat. Selanjutnya buatlah analsis apakah biaya dan manfaat itu dapat langsung dinilai
dengan uang, jika tidak pikirkan bagaimana cara untuk memperkirakan nilai uangnya. Jika
seluruh biaya dan manfaat telah teridentifikasi, putusakanlah waktu analisisnya. Kebijakan
public mestinya mengandung unsur waktu jangka panjang. Dengan keputusan itu lakukan
analisis ekonomi biaya manfaat dan ambilah keputusan apakah kebijakan yang hendak
kita ambil itu layak untuk dijalankan atau tidak.
8/20/2019 RIA Training Modul
23/33
MODUL PELATIHAN RIA 21
DATA DALAM ANALISIS RIA
Pengantar
Untuk seluruh proses RIA, mulai dari analisis masasalah, regulatory mapping, pemilihan
alternatif kebijakan sampai pada analisis biaya manfaat diperlukan data akurat. Data
atauu informasi merupakan dasar yang harus dimiliki oleh pengambil kebijakan, sebab
seberapa tepat kebijakan yang diambil sangat bergantung pada seberapa informasi yang
digunakan untuk pengambilan kebijakan itu. Jadi bagaiman data yang demikian penting
itu diperoleh, dari mana bisa didapatkan, bagaimana cara mendapatkannya adalah
beberapa pertanyaan penting untuk dipikirkan. Akurat tidaknya suatu data sangat
bergantung dari berbagai pertanyaan tadi. Berdasar cara mendapatkannya data dapat
dikelompokkan ke dalam dua kategori yakni data primer dan data sekunder.
Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang telah ada. Data sekunder ada karena telah dikumpulkan
oleh lembaga yang memang memiliki dan membutuhkan data itu. Jadi data sekunder
adalah data yang sesungguhnya dibuat bukan semata-mata untuk kepentingan kita tetapi
untuk kepentingan pemiliki data itu, namun demikian data itu berkaitan dengan analisis
kita sehingga menjadi berguna bagi analisis kita. Terkait dengan data sekunder, dalam
sebuah Negara biasanya terdapat lembaga yang bertugas untuk menyediakan data
sekunder yang cukup luas. Lembaga itu di Indonesia adalah Biro Pusat Satistik (BPS).
Lembaga ini menyediakan data dasar yang sangat mungkin diperlukan untuk
pengambilan kebijakan (analisis RIA). BPS menyediakan data mulai dari kondisi geografis
sebuah wilayah hingga kondisi sosial dan budaya. Biro Pusat Statistik (BPS) tersebar
mulai dari tingkat propinsi hingga di kabupaten kota. Produk data sekunder paling terkenal
adalah Statistik Indonesia yang diikuti dengan Propinsi dalam Angka dan Kabuten dalam
Angka bahkan dalam kasus tertentu kita dapat menemukan data Kecamatan dalam
Angka bahkan Desa Dalam Angka. Disamping terbitan itu BPS mengeluarkan berbagai
jenis data lain, misalnya data kependudukan secara rinci, data ketenaga kerjaan, data
perindustrian dan sebagainya. Institusi lain yang memiliki data sekunder bidang ekonomi
dan keuangan yang cukup lengkap dan selalu up to date adalah Bank Indonesia. Setiap
tiga bulan BI mengeluarkan informasi yang dikemas dalam Perkembangan
Perekonomian, mulai dari tingkat Nasional hingga Propinsi.
Disamping dua institusi itu seluruh kementerian dan Dinas yang ada di daerah tentumemiliki data sekunder yang berkaitan dengan kegiatan mereka. Dokumen kebijakan
8/20/2019 RIA Training Modul
24/33
22 MODUL PELATIHAN RIA
yang dikeluarkan oleh pemerintah tentunya bisa diakses dari lembaran Negara, ini juga
data sekunder yang telah tersedia. Kementerian Kelautan dan Perikanan dengan DKP
nya di seluruh Indonesia tentunya memiliki berbagai informasi detail yang terkait dengan
bidang perikanan, mulai dari kondisi laut hingga kondisi social ekonomi masyakat yang
berkaitan dengan laut. Perguruan tinggi adalah lembaga lain yang bisa menjadi tempat
untuk mencari data. Perguruan tinggi mungkin kurang memiliki data dasar tetapi institusi
ini memiliki data yang lebih detail mengenai suatu masalah, sebab perguruan tinggi
berkepentingan untuk memahami kasus secara rinci. Dari kasus dan penelitian yang
dilakukan oleh perguruan tinggi inilah data bisa kita dapatkan. Lembaga lain yang dapat
dituju adalah asosiasi-asosiasi bahkan LSM sampai kantor surat kabar. Informasi yang
muncul dari surat kabar kadang menjadi sumber informasi penting bagi pengambil
kebijakan.
Ketika menggunakan data sekunder maka harus diperhatikan beberapa hal, diantaranya
siapa yang mengumpulkan data itu? Untuk kepentingan apa data itu dikumpulkan?
Bagaimana cara mengumpulkannya. Pertanyaan ini sangat penting untuk menilai
seberapa akurat data yang disajikan atau diinformasikan. Sebagai contoh ketika ada
berita “sebagian besar anak di kabupaten ini kekurangan gizi” maka pertanyaanya adalah,
siapa yang menjadi informannya? Apakah seluruh anak atau hanya disebagian wilayah?
Kapan pengambilan data dilakukan, dengan cara apa data itu diperoleh? Ini semua
penting untuk dipertanyakan sebab dengan metode yang berbeda tentu hasil yang
diperoleh juga akan berbeda.
Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh dari sumber informasinya (informannya), peneliti
sendiri yang mengambil dan mendapatkan data itu. Pertanyaan berikutnya adalah
bagaimana cara untuk mendapatkan data itu. Secara umum terdapat beberapa metode
untuk mendapatkan data primer yakni survey, wawancara mendalam, FGD dan observasi
serta pengamatan oleh ahlinya.
Survey adalah mendapatkan data dengan cara menyebarkan daftar pertanyaan. Melalui
survey dapat diperoleh data yang berupa pengetahuan, pendapat sampai harapan, tetapi
mengenai hal yang biasanya bersifat umum. Siapa yang ditanya dalam survey? Tentunya
adalah mereka yang mengetahui topik yang sedang dibahas, mereka yang memahami
topik yang sedang kita bahas disebut sebagai populasi. Misal populasi dari pelayanan
kesehatan, tentunya mereka yang menggunakan layanan kesehatan, populasi suatu
8/20/2019 RIA Training Modul
25/33
MODUL PELATIHAN RIA 23
pasar adalah mereka yang beraktivitas di sebuah pasar. Apakah semua orang harus
ditanya? Bisa ya bisa tidak bergantung pada tingkat akurasi data yang dikehendaki dan
homogenitas populasinya. Jika akurasi yang diharapkan tinggi dan populasi bersifat
benar-benar heterogen maka survey terhadap semua populasi sebaiknya dilakukan.
Tetapi jika populasi relative homogen dan tingkat akurasi yang diharapkan juga relative
tidak tinggi maka semakin sedikit jumlah anggota popuasi yang ditanya. Bagian dari
populasi yang diberi pertayaan itu disebut sample. Cara mendapatkan sample yang paling
umum dan dinggap tidak berpihak adalah dengan mengambil sample secara acak. Jadi
semakin tinggi akurasi yang diharapkan dan semakin heterogen populasi maka semakin
banyak sample yang kita perlukan dan sebaliknya. Cara untuk memberikan pertanyaan
bisa langsung, melalui telpon atau melalui institusi atau melalui surat atau media
komunikasi lainnya. Untuk melakukan survey, pertanyaan yang diajukan bisa tertutup
saja, bisa juga terbuka dan bisa kombinasi dari keduanya. Berikut adalah contoh
kuesioner kombinasi dari suatu survey pelayanan kesehatan.
Contoh pertanyaan surveyMenurut Ibu/Bapak bagaimana kondisi Puskesmas ini?Mohon diberikan tanda centang ( V )
Aspek yang dinilai Buruk Lumayan Baik Sangatbaik
Kebersihannya
Jam pelayanannyaTataletaknya
Keramahan petugasnya
Peralatannya
Wawancara mendalam adalah cara mendapatkan data dengan bertanya langsung
kepada nara sumber. Cara ini kita gunakan ketika kita ingin mendapatkan infomasi lebih
detail mengenai topik yang sedang kita analisis. Dengan demikian maka informan
haruslah dipilih yaitu orang yang menguasai dan mengerti akan topik yang kita sedang
analisis. Dalam wawancara mendalam tetap diperlukan panduan pertanyaan, ini
diperlukan agar pertanyaan kita tetap focus pada topik yang sedang dianalisis. Agar data
yang kita peroleh akurat maka bertanya dengan menggunakan bahasa informan, dan
mengikuti jalan pikiran informan sangat dianjurkan, biarkan informan mengeksplorasi
informasi yang kita perlukan. Panduan wawancara hanyalah alat untuk mendeteksi
apakah info yang kita butuhkan sudah dipenuhi atau belum. Dalam wawancara mendalam
kita tidak boleh memberikan kalimat yang “mengarahkan” responden pada jawanan yang
kita harapkan. Cara ini biasa dilakukan untuk kasus yang sensistif, misalnya mengenai isu
perempuan, kekerasan dalam rumah tangga atau isu konflik. Dalam keadaan konflik atau
bahkan ketika konflik telah berakhir, tidak mudah menemukan informasi mengenai fakta
8/20/2019 RIA Training Modul
26/33
24 MODUL PELATIHAN RIA
yang benar, diperlukan kesabaran untuk mendapatkan data semacam itu. Misalnya ketika
kita hendak mencari informasi mengenai kekerasan dalam rumah tangga, hampir sulit
untuk mencari jawaban yang sebenarnya ketika yang ditanya belum percaya kepada yang
bertanya. Sehingga kata kunci penting dalam wawancara mendalam adalah membangun
kepercayaan respondenn kepada kita sebagai pengambil data.
FGD adalah cara mendapatkan data melalui berdiskusi dengan beberapa orang untuk
membahas topik kita. Agar supaya FGD dapat menghasilkan informasi akurat beberapa
hal berikut penting untuk diingat:
1. Jumlah peserta optimal adalah 6 sampai 10 orang. Jumlah ini sangat penting sebab
berbeda dengan wawancara mendalam yang waktunya tidak terbatas, dalam FGD
tentu harus dibatasi oleh waktu, misalnya 2 jam. Adalah sangat sulit dalam waktu dua
jam membuat lebih dari 10 orang bisa berpendapat dengan baik semuanya. Berdasar
pengalaman jumlah itulah yang optimal untuk diambil.
2. Kriteria peserta. Peserta FGD haruslah mereka yang memiliki strata social yang sama
walaupun latar belakngnya berbeda. Misalnya tidak mungkin kita melakukan FGD
dengan menghadirkan kepala dinas dan staf, sebab selalu ada kemungkinan staf tidak
bersedia berpendapat. Demikian juga tidak mungkin mencampur golongan kaya dan
golongan miskin dalam suatu FGD, sebab si miskin sudah pasti akan tidak bersedia
berpartisipasi.
3. Diskusi dipimpin oleh moderator. Peran moderator ini sangat pentibg. Dialah
yangakan menjadi “polisi lalulintas” diskusi. Menjaga suasan diskusi, membagaikan
kesmepatan pada semau peseta hingga mengarahkan peserat agar tidak etalalu
lemceng dari jalur adalah ha yang harsu dimiliki oeh seorang moderator FGD.
4. Panduan diskusi, tetapi diskusi mengalir bebas. Sebagai mana cara yang lain
panudan pertanyaan selalu dibutuhkan, hal ini diperlukan untuk tetapmengarahkan
diskusi pada tiopik yang didperlukan. Namun demikian pastikan bahwa diskusi
mengalir tanpa diberikan hambatan yangmenagnggun.
5. FGD tidak untuk mencari atau menemukan kesepakatan. Tujuan dari FGD adalah
mengumpulkan informasi yang dapat saling didiskusikan, perbedaan pendapat, sudut
pandang atau bahkan pertentangan sangat mungkin terjadi, hal yang demikian tidak
perlu dirisaukan, justru itulah informasi yang akan memperkaya analisis. Jadi tidak
diharuskan bahkan tidak boleh dalam FGD diarahkan pada pembuatan kesepakatan.
6. Agar hasil FGD terekam dengan baik, maka diperlukan pencacat yang khusus hanya
mencatat apa yang didengar dalam FGD. Disamping pencatat diperlukan pengamat
yang mengamati setiap gerak dan sikap peserta FGD, informasi ini penting sebagai
8/20/2019 RIA Training Modul
27/33
MODUL PELATIHAN RIA 25
bahan untuk pengecekan silang mengenai informasi yang diperoleh. FGD yang
lengkap juga mensyaratkan ada pengamat yang memang memiliki keahlian di bidang
yang sedang dibahas.
Agar FGD berjalan dengan baik kemampuan untuk mengelola jalannya FGD sangat
diperlukan. Berikut adalah tabel yang memberikan panduan bagaimana cara untuk
mengelola FGD agar efektif.
Tabel menyusun FGD
Pertanyaan Kegunaan
Pembukaan Peserta saling mengenal dan merasa saling terhubung
Mohon peserta menyampaikan nama dan satu atau dua hal yang perlu
kami ketahui tentang ibu dan bapak
Pengantar Memulai mendiskusikan topik dengan:• Mohon disampaikan kepada kami, apa yang ibu / bapak ketahui
tentang perubahan perilaku laut dan penghuninya
Peralihan Secara halus menggiring peserta pada pertanyaan kunci:
• Baiklah, jadi sekarang perilaku laut berubah? Menurut ibu dan bapak
mengapa laut perilakunya berubah?
Pertanyaan
kunci
Menarik pengertian pada cakupan hal yang jadi perhatian utama dari penilaian
• nah, apakah berarti perilaku kita dalam memanfaatkan laut
memengaruhi perilaku laut ya...
Mengakhiri
diskusi
Membatu peneliti menentukan hal yang perlu ditekankan:
• Jadi, manakah hal yang dianggap penting untuk mengantisipasi perlaku laut
• Jadi, apa kesimpulan penting yang ikat peroleh hari ini
• Apakah ada hal yang belum kita diskusikan/pertimbangkan
Observasi adalah mengamati suatu kegiatan atau kejadian. Observasi tentu harus
dilakukan oleh ahlinya. Observasi terhadap hal yang bersifat fisik biasanya dilakukan
dengan menggunakan standar tertentu. Standarisasi bisa dibuat dalam bentuk kata-kata,
gambar atau kombinasi keduanya. Observasi semacam ini ditujukan untuk menghasilkan
pengukuran yang konsisten diantara para pengamat dari waktu ke waktu. Misalnya
mengamati kondisi tempat pembuangan sampah sementara, standar yang ditetapkan
adalah mulai dari kotor sampai bersih dengan gradasi tertentu.
Model pengamatan lain yang dilakukan adalah untuk kegiatan atau kejadian social.
Observasi pada aktivitas social bisa bersifat pasif tetapi juga bisa aktif. Observasi
dikatakan pasif jika peneliti hanya diam melihat aktivitas dan mempelajari dengan
seksama aktivitas yang sedang diamati. Misalnya mengamati bagaimana pedagang ikan
dalam melakukan transaksi. Pengamtan aktif, artinya peneliti ikut menjadi pelaku dari
kegiatan yang diamati. Dalam kasus pasar ikan maka peneliti dapat bertindak sebagai
8/20/2019 RIA Training Modul
28/33
26 MODUL PELATIHAN RIA
salah satu pelaku yang diamati apakah menjadi pedagang, pembeli, kuli angkut atau
apapun yang terkait dengan kegiatan pasar ikan.
Tugas kelompok
Berdasar analisis yang telah dibuat, lakukan identifikasi, data apa yang dibutuhkan,
bagaimana cara mendapatkannya, dari mana cara mendapatkaannya.
8/20/2019 RIA Training Modul
29/33
MODUL PELATIHAN RIA 27
LAPORAN RIA
Pendahuluan
Semua kegiatan yang telah dilakukan perlu dikomunikasikan, untuk itu maka kegiatan itu
harsulah dikemas dalam laporan. Agar laporan dapat menjalankan fungsinya sebagai
media komunikasi maka penyusunan mestinya mengikuti logika. Dalam RIA dikenal dua
laporan yakni laporan awal dan laporan akhir RIA.
Laporan Awal RIA
Laporan awal RIA merupakan laporan sementara yang berisi hasil kegiatan yang telah
dilakukan. Struktur yang dapat dipertimbangkan sebagai laporan awal meliputi
pendahuluan, analisis masalah, analisis kebijakan (regulatory mapping), analisis
stakeholder, pemilihan alternatif dan analisis CBA.
Pendahuluan. Dalam pendahuluan diuraikan mengenai pentingnya topik atau masalah
yang dianalisis. Jelaskan kepada pembaca (stakeholder) bahwa masalah ini memang
benar-benar krusial untuk dianalisi dan ditindaklanjuti. Berikan data riil untuk meyakinkan
stakeholder pentinya topic (masalah ini)
Analisis masalah. Pada bagian ini menjelsakan mengenai masalah yang terkait dengan
topik yang dipilih. Uraikan apa masalah intinya, apa penyebabnya dan apa akibatnya.
Penyajian yang dilengkapi dengan digram akan memprmudah pembaca memahami
analisis masalah yang dibuat.
Regulatory mapping berisi tentang berbagai regulasi yang terkait dengan topik yang
dianalisis. Jelaskan bagaimana keterkaitan berbagai regulasi itu dengan topik yang
sedang dibahas. Berapa banyak regulasi yang dianalisis tidak perlu dipikirkan, yang
penting regulasi itu memang pantas dan memiliki keterkaitan dengan topic yang sedang
dibahas.
Analisis stakeholder menjelaskan mengenai siapa saja yang akan terkena dampak dari
kebijakan yang nantinya akan diambil untuk mengatasi masalah yang ada. Dan yang lebih
penting adalah keterkaitan stakeholder itu kepada kebijakan yang hendak dibuat,
seberapa besar pengaruh stakeholder itu kepada kebijakan yang hendak dibuat adalah
point penting yang mesti dilihat sehingga dapat diputuskan seberapa tinggi suatu
stakeholder harus dipertimbangkan.
8/20/2019 RIA Training Modul
30/33
28 MODUL PELATIHAN RIA
Pemilihan alternatif adalah sesi dimana kita memberikan penjelasan menganai alternatif
kebijakan apa saja yang bisa diambil dan harus diambil agar masalah yang ada dapat
diatasi. Setelah diketahui kebijakan yang mungkin diambil, maka dilakukuan pemilihan
mana kebijakn yang paling mungkin dijalankan. Inilah yang harus dijelaskan dalam bagian
pemilihan alternative.
CBA adalah suatu alat analisis untuk menilai kelayakan dari sutau kegiatan. Ketika
kebijkan telah dipilih, maka harus dinilai apakah kebijakan itu memang layak atau tidak.
Dalam bagian ini dijelaskan kelayakan kebijakan terpilih.
Laporan Akhir RIA
Laporan akhir RIA sesungguhnya tidak terlalu berbeda dengan laporan awal. Laporan
akhir disusun setelah laporan awal ini mendapatkan masukan dari berbagai stakeholder
lebih luas yang terlibat. Dengan demikian maka laopran akhir hendaknya lebih lengkap
dan lebih detail dibandingkan dengan laporan awal. Selanjutnya lapora akhir juga tampil
dalam naskah lengkap. Berikut setidaknya yang harus ada dalam laporan akhir:
1. Ringkasan eksekutif
2. Pendahuluan
3. Penjelasan mengenai proses konsultasi yang dilakukan
4. Sifat dan lingkup masalah (substansi, kebijakan, stakehoder)
5. Pilihan kajian untuk penyelesaian masalah (pemilihan alternatif, CBA)
6. Rekomendasi
7. Persetujuan laporan RIA
Ringkasan eksekutif, bagian ini anya bisa dibuat setelah seluruh laporan selesai.
Ringkasan eksekutif sebaiknya dibuat ringkas (tak lebih Buat tak lebih dari 3 halaman),
tetapi merangkum point-point penting dari laporan RIA yang telah dibuat. Walaupun
ringkas tetapi ringkasan ini juga harsu jelas dan informative. Ringkasan eksekutif yang
baik bisa menjadi informasi penting bagi pembaca tanpa harus membaca isi lengkapnya.
Pendahuluan, sebagaimana pendahuluan dari laopran awal, bagian ini berisi penjelsan
pentingnya masalah yang diangkat. Berikan alasan yang masuk akal mengapa diperlukan
perubahan dan atau kajian yang mendalam atas suatu masalah.
Proses Konsultasi, pada bagian ini dijelaskan dua hal penting yakni kajian yang telah
dibuat dan konsultasi yang telah dilakukan dengan stakeholder. Tujuan dari bab ini adalah
8/20/2019 RIA Training Modul
31/33
MODUL PELATIHAN RIA 29
mengkomunikasikan dan meyakinkan pembaca atau stakeholder bahwa data dan
informasi yang disajikan bersifat objektif.
Sifat dan Lingkup Masalah, bagian ini berisi pendalam dari analisis masalah yang telah
dilakukan dalam laporan awal. Pendalam terjadi setelah konsultasi public dilakukan,
dengan demikian analisis masalah menjadi semakin tajam. Sejalan dengan laporan awal,
lingkup masalah akan berisi tiga point analisis yakni analisis masalah, regulatory mapping
dan analisis stakeholder.
Pilihan kajian, bagian ini menjelaskan berbagai pilihan yang mungkin untuk mengatsi
masalah yang ada. Selanjutnya analisis untuk memilihnya dan kelayakan dari pilihan yang
dibuat dari berbagai pesrpektif.
Rekomendasi, bagian ini berisi berbagai rekomendasi untuk mengatasi masalah yang
dikemukakan dalam bagian analsis masalah. Detail dari setiap penyesaian diperlukan,
bagian ini menjadi kunci bagi bagian hukum untuk ditrnafermasi ke dalam bahasa hukum.
Persetujuan, agar supaya memiliki kekuatan untuk dijalankan, laporan RIA secara RIA
secara resmi haruslah disepakati. Pejabat penting, stakeholder yang terlibat dipastikan
setuju dengan analisis yang telah dibuat. Hal ini penting untuk menjamin “kekuatan” RIA
agar ditindaklanjuti.
8/20/2019 RIA Training Modul
32/33
30 MODUL PELATIHAN RIA
PELEMBAGAAN RIA :
Aplikasi Metode Ria Dalam Penyusunan Materi Draft Perda Pengelolaan Wilayah
Pesisir Dan Pulau-Pulau Kecil Di Kabupaten Lombok Barat
Pendahuluan
Regulatory Impact Assessment (RIA) adalah sebuah perangkat/media analisis kebijakan
sistematis yang digunakan untuk menilai dan mengukur kemungkinan biaya, manfaat dan
pengaruh dari sebuah peraturan, baik peraturan yang sudah ada maupun yang baru.
Dengan melaksanakan RIA akan diperoleh beberapa manfaat, diantaranya:
1. sebagai salah satu alternatif media analisis dalam perumusan kebijakan guna
menimbang untung-rugi setiap kebijakan yang dituangkan dalam peraturan
2. meningkatkan mutu peraturan karena menjunjung tata-pemerintahan yang baik
dan pengembangan ekonomi yg nyata
3. menyediakan data empiris untuk membuat peraturan yg tepat
4. memberi pedoman yg jelas untuk konsultasi dg pemangku kepentingan,
meningkatkan transparansi, membangun akuntabilitas publik
5. mengurangi biaya pelaksanaan bagi pemerintah, mengurangi biaya transaksi bagi
pelaku usaha.
Penyusunan Raperda PWP3K di Lombok Barat
Penyusunan Raperda PWP3K di iniasiasi pada tahun 2004 melalui proyek MCRMP.
Tahun 2005 – 2006 dilaksanakan kegiatan penyelarasan dokumen Raperda PWP3K
melalui konsultasi publik. Tahun 2006 diusulkan masuk dalam prolegda kabupaten
Lombok Barat guna di agendakan pembahasannya melalui DPRD Lombok Barat. Tahun
2006/2007 dilakukan pembahasan Raperda PWP3K. Atas saran anggota DPRD Lombok
Barat Raperda ini ditunda sementara sambil menunggu pengesahan undang-undang
PWP3K yang menjadi dasar acuan penyusunan Raperda PWP3K di tingkat daerah.
Tahun 2011 draft Raperda PWP3K kembali diusulkan dalam prolegda 2012 oleh bagian
hukum setda Lombok Barat, namun belum menuai keberhasilan. Awal tahun 2012
Raperda PWP3K diusulkan proses penyempurnaan dan penajaman substansinya melalui
kegiatan IMACS-USAID dengan metode RIA (Regulatory Impact Analysis) bekerjama
dengan Magister Administrasi Publik Universitas Gadjah Mada Yogyakarta (MAP-UGM).
Setelah melalui pendampingan yang dilakukan, Draf Raperda ini telah mengalami
konsultasi public dan mendapat dukungan penuh dari stakeholder. Tahun 2013 drafRaperda ini kembali diusulkan untuk masuk dalam prolegda tahun 2013.
8/20/2019 RIA Training Modul
33/33
Dalam proses pendampingan untuk penyempurnaan Draf Raperda dengan menggunakan
pendekatan RIA, tim penyusun harus terus menerus memikirkan dan menyempurnakan
dengan beberapa pedoman pertanyaan berikut:
1. Apakah tujuan yang dirumuskan sudah benar dan mencerminkan pola
pengelolaan WP3K secara teritegrasi dan berkelanjutan?
2. Apakah Raperda ini murni merupakan kebutuhan pemda Lombok Barat.
3. Apakah pembuatan Perda PWP3K merupakan alternatif terbaik saat ini?
4. Apakah perda ini memiliki landasan hukum yang kuat?
5. Apakah tingkatan pemerintah sudah tepat?
6. Apakah manfaat seimbang dengan biaya?
7. Apakah distribusi dampak transparan?
8. Apakah peraturan sudah jelas, konsisten, dapat dimengerti dan diakses
pengguna?
9. Apakah semua pihak telah berkesempatan menyatakan pendapat?
10. Bagaimana kepatuhan akan dicapai?
Terkait dengan pembentukan Perda ini, salah satu kunci penting keberhasilan yang
dicapai adalah adanya dukungan penuh dari kepala daerah (Bupati). Dukungan itu
diwujudkan dalam bentuk dukungan financial dan yanglebih penting adalah dukungan
pemberian SK bagi tim penyusun Raperda. Tim penyusun yang terdiri dari personil
berebagi SKDP yang terlibat dalam pengelolaan kawasan pesisir diikat dengan peraturan
Bupati. Dengan ikatan ini maka angggta Tim memiliki dasar hokum yangjelas untuk
bekerja dengan demikian mereka focus dan sungguh-sungguh dalam memikirkan
persoalan terkait dengan kawasan pesisir.
Kawasan pesisir dan pulau kecil Lombok Barat sangat penting untuk dikelola dengan
mempertimbangkan beberapa hal berikut:
1. Banyaknya pandangan yang melihat bahwa wilayah pesisir dan laut bersifat
common property (milik bersama) sehingga potensi keributan dalam klaim lahan
usaha/pemanfaatan cukup besar
2. Potensi konflik antar pemangku kepentingan sektor kelautan dan perikanan
cenderung meningkat
3. Alokasi pemanfaatan ruang pesisir dan PPK belum terakomodir secara maksimal
dalam regulasi kebijakan daerah
4. Ancaman perubahan iklim dan degradasi lingkungan wilayah pesisir dan PPK
semakin mengkhawatirkan