RIA Training Modul

Embed Size (px)

Citation preview

  • 8/20/2019 RIA Training Modul

    1/33

     

    MODUL PELATIHAN RIA

    Desember, 2012

    Pandangan penulis yang dinyatakan dalam publikasi ini tidak mencerminkan pandangan

    dari United States Agency for International Development atau the United States

    Government.

  • 8/20/2019 RIA Training Modul

    2/33

     

    MODUL PELATIHAN RIA

    Magister Administrasi Publik

    Universitas Gadjah Mada

    Contract No.AID-EPP-I-06-00013Task Order No. AID-497-TO-11-00003

    Desember, 2012

    Pandangan penulis yang dinyatakan dalam publikasi ini tidak mencerminkan pandangandari United States Agency for International Development atau the United StatesGovernment.

  • 8/20/2019 RIA Training Modul

    3/33

    MODUL PELATIHAN RIA 1

    KONSEP DAN MEKANISME REGULATORY IMPACT ANALYSIS

    Pendahuluan

     Analisis dampak peraturan merupakan suatu cara untuk meningkatkan mutu peraturan

    baru. Pemerintah dalam suatu negara selalu melakukan review terhadap peraturan-

    peraturan yang sudah ada hingga menemukan perubahan peraturan baru. Namun

    seringkali perubahan itu membarikan dampak yang menyenangkan. Pada beberapa

    kasus dengan adanya beberapa regulasi malah memiliki dampak yang tidak mudah untuk

    diperinci sehingga perlu suatu studi yang terperinci untuk menentukan win-win solution.

    Berdasarkan data Kementrian dalam negeri hingga saat ini sudah lebih dari 2000

    peraturan daerah yang terkait dengan pajak dab retribusi dibatalkan akibat dari dampak

    buruk yang lebih besar bagi kebijakan yang bersangkutan.

    Regulatory Impact Assement (RIA)

    RIA merupakan sebuah alat atau cara atau mekanisme yang dapat digunakan untuk

    menghasilkan kebijakan yanglebih berkualitas. Analisis yang dibuat dalam RIA dapat

    digunakan sebagai acuan pengambilan keputusan dan mereview kembali peraturan

    daerah yang sudah ada atau yang akan dibuat. Selain itu, RIA menyediakan pedoman

    yang jelas bagi bidang hukum maupun bidang lain yang terkait dengan pearturan.

    Mempelajari beberapa kasus yang ada di Amerika, seorang politisi mengatakan bahwa

    politik itu lebih penting, tetapi kenyataan bahwa analisis lebih penting daripada politik.

     Analisis penting karena dengan analisis itu akan mendorong kepercayaan dan

    transparansi baik secara Internal maupun eksternal. Selain itu, keberadaan RIA juga

    memberikan solusi yang baik terhadap persoalan biaya. Beberapa negara yang sudah

    menerapkan RIA seperti Singapura mendapatkan keuntungan yang besar terkait devisa

    negara karena Pemerintah Singapura telah berkomitmen mengupayakan satu peraturan

    daerah yang bisa menyelesaikan banyak hal. Contoh praktik-praktik RIA di Indonesia

    untuk peraturan yang berkualitas bisa kita lihat di beberapa kasus. Tahun 2002 kota

    Pare-Pare, Sulsel menerbitkan Perda yang berisi peraturan yang diajukan kepada DPRD

    yang disertai dengan rancangan dengan hasil RIA. Kota Yogyakarta menerbitkan

    peraturan Walikota yang memuat layanan perijinan yang menyeluruh sesuai uji mutu RIA

    sebelum diajukan ke SKPD.

    Optimalisasi Kualitas kebijakan

    Optimalisasi Kualitas kebijakan dilakukan melalui beberapa tahap. Pertama, akurasi

    masalah yang meliputi, pengkajian atau analisis masalah, identifikasi opsi-opsi yang

  • 8/20/2019 RIA Training Modul

    4/33

    2 MODUL PELATIHAN RIA

    tersedia dan menentukan opsi terbaik (pilihan rasional). Kedua, dukungan publik. Untuk

    mendapatkan dukungan public dapat dilakukan dengan cara pengembangan mekanisme

    partisipasi, menyelenggarakan debat publik, komunikasi massa atau melakukan advokasi

    kebijakan. Tahap ketiga, menggunakan operasionalitas yang di dalamnya berisi skenario/

    alternatif pemecahan masalah. Operasioalitas juga harus mengacu pada, atau memberi

    arahan bagi tata kelembagaan yang relevan. Selain itu, tahap ini juga harus memberi

    indikasi cara implementasi.

    10 Metodologi dalam RIA

    Terdapat 10 metodologi yang diterapkan dalam menyusun RIA. Pertama, apakah

    masalah tersebut benar ditentukan. Indentifikasi masalah harus tepat dipecahkan dan

    menjelaskan secara detail munculnya permasalahan tersebut, apa yang menjadi pokok

    persoalan dan berhati-hati dalam memutuskan, jangan sampai pemecahan masalah dari

    hasil rumusan masalah yang salah (Eror tipe 3) sehingga kita perlu mengkaji lebih dalam.

    Kedua, apakah dapat dibenarkan tindakan pemerintah?. Dalam pertanyaan ini,

    Pemerintah dalam hal ini Kementerian dalam negeri Kementerian lain yang memiliki

    kewenangan menentukan layak dan tidaknya Perda diputuskan. Ketiga, apakah tindakan

    pemerintah tersebut merupakan peraturan yang terbaik? Bahwa, apakah peraturan yang

    dibuat memberikan kontribusi yang positif bagi pemerintah. Keempat, apakah ada dasar

    hukum untuk peraturan tersebut? Adakah kewenangan atas peraturan untuk lintas batas,

    kepastian hukum, prosedur dan level pemerintah yang mana yang cocok untuk

    mengantisipasi persoalan tersebut. Seperti contoh, Kita tidak perlu membuat aturan yang

    sama dengan Propinsi karena ada kewenangan lintas batas dan aturan yang lain

    sehingga perlu diputuskan di level mana peraturan tersebut dibuat dan tidak selalu kita

    menambah peraturan baru, sehingga perlu dipetakkan melalui regulatorny mapping.

    Kelima, Dimana tingkatan (level) pemerintahan untuk tindakan ini? Bahwa peraturan yang

    dibuat harus tepat sesuai dari ketentuan pemerintah. Keenam, apakah dampak

    regulasi/kebijakan sesuai dengan biaya yang dikeluarkan? Bahwa penyelenggaraan

    Perda harus mempertimbangkan asas biaya manfaat dan memberikan keuntungan bagi

    Pemerintah dan masyarakat umum. Ketujuh, apakah efek/dampak yang ditimbulkan

    menjangkau seluruh masyarakat? Perlu memertimbangkan nilai- nilai manfaat. Delapan,

    apakah regulasi jelas, konsisten, dapat dipahami, dan dapat diakses semua pihak yang

    berkepentingan. Sembilan, apakah semua pihak yang berkepentingan memiliki

    kesempatan untuk menyampaikan pandangan-pandangan mereka? fungsi dari konsultasi

    public. Terakhir, bagaimana kepatuhan akan dapat tercapai?. Pemerintah harus memiliki

    komitmen jangan sampai peraturan yang dibuat oleh stakeholder tidak dibarengi dengan

  • 8/20/2019 RIA Training Modul

    5/33

     

    MODUL PELATIHAN RIA 3

    kepatuhan untuk menjalankan aturan tersebut, sehingga perlu implementasi strategis dan

    melalui RIA bisa memberikan biaya manfaat yang lebih kecil.

    Tahapan dalam RIA

     Analisis dampak peraturan yang dibuat Pemerintah harus mempertimbangkan:

    1. Analisis masalah. Pada analisis masalah perlu dilakukan identifikasi yang menjadi

    pokok persoalan yang berkaitan dengan peraturan baru ataupun peraturan yang

    sedang berlaku. Dalam tahapan ini, dilakukan perumusan masalah atau isu yang

    menimbulkan kebutuhan untuk menerbitkan suatu kebijakan. Dalam perumusan

    masalah aktivitas yangdilakukan meliputi analisis substansi masalah, masalah

    kebijakan (regulatory mapping), analisis stakeholder, dan analisis pemecahan

    masalah (alternative kebijakan).

    2. Analisis Manfaat dan Biaya. Suatu pilihan memiliki untung-rugi dalam hal biaya dan

    manfaat. Pilihan mana yang menawarkan manfaat tertinggi atau biaya terendah,

    sehingga menghasilkan pilihan dengan rasio biaya dan manfaat yang terbaik.

    3. Konsultasi Publik. Ini merupakan langkah wajib. Melibatkan partisipasi publik yaitu

    dengan melakukan konsultasi publik, mencakup pengalaman dan pendapat ssemua

    pemangku kepentingan terkait. Langkah ini dimaksudkan untuk meningkatkan tingkat

    penerimaan peraturan (dan kepatuhan dalam implementasi).

    4. Memilih Alternatif Terbaik. Penentuan opsi dengan melakukan seleksi kebijakan yang

    paling efektif atau efisien pilihan serta advokasinya. Analisi biaya manfaat bukan satu-

    satunya pertimbangan, sehingga perlu mempertimbangkan peta/persoalan politik atau

    implementasi praktisnya.

    5. Penyusunan dokumen RIA. Menuliskan seluruh tahapan RIA dalam laporan sehingga

    menjadi dokumen RIA untuk mendukung rancangan peraturan yang akan diterbitkan.

    Naskah Akademik

    UU no 12 tahun 2012 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan

    mengamatkan bahwa setiap peraturan yang hendak dibuat harus disusun dahulu naskah

    akademiknya. Naskah akademik merupakan naskah hasil penelitian atau pengkajian

    hukum dan hasil penelitian lainnya terhadap suatu masalah tertentu yang dapat

    dipertanggungjawabkan secara ilmiah mengenai pengaturan masalah tersebut dalam

    suatu Rancangan Undang-Undang, Rancangan Peraturan Daerah Provinsi, atau

    Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten/Kota sebagai solusi terhadap permasalahan

  • 8/20/2019 RIA Training Modul

    6/33

    4 MODUL PELATIHAN RIA

    dan kebutuhan hukum masyarakat. Penyusunan Naskah Akademik Rancangan Undang-

    Undang dilakukan sesuai dengan teknik penyusunan Naskah Akademik (ps. 44 ay.1).

    Naskah Akademik sebagai suatu persyaratan dalam penyusunan Rancangan Undang-

    Undang atau Rancangan Peraturan Daerah Provinsi dan Rancangan Peraturan Daerah

    Kabupaten/Kota. (penjelasan UU 12/2011). Naskah akademik disusun dengan sistimatika

    sebagai berikut:

    •  Judul

    •  Kata Pengantar

    •  Daftar Isi

    •  Bab I Pendahuluan

    •  Bab II Kajian Teoretis Dan Praktik Empiris

    •  Bab III Evaluasi Dan Analisis Peraturan Perundangundangan Terkait

    •  Bab IV Landasan Filosofis, Sosiologis, Dan Yuridis

    •  Bab V Jangkauan, Arah Pengaturan, Dan Ruang Lingkup Materi Muatan Undang-

    Undang, Peraturan Daerah Provinsi, Atau Peraturan Daerah Kabupaten/Kota

    •  Bab VI Penutup

    Mencermati naskah akademik yang diamanatkan oleh UU untuk dibuat sebelum suatu

    Perda dibuat terlihat keterkaitanya yang erat dengan metode RIA. Ketika RIA dijalankan

    maka sesungguhnya telah dapat diisi dengan hampir sempurna naskah akademik yang

    dipersyaratkan itu, bahkan ada bab yang judulnyapun sangat mirip, misalnya bab III dan

    IV itu adalah regulatory mapping, bab II adalah seluruh analisis masalah, sementara bab

    V adalah alternative kebijakan. Dalam RIA terdapat satu lampiran yang sangat penting

    yakni analisis biaya manfaat yang menjadi dasar penting bagi solusi alternative yang

    ditawarkan.

  • 8/20/2019 RIA Training Modul

    7/33

     

    MODUL PELATIHAN RIA 5

    IDENTIFIKASI MASALAH KEBIJAKAN

    Pendahuluan

    Dalam melakukan identifikasi masalah, ada beberapa pertanyaan yang perlu kita cermati,

    yaitu 1). Melihat karakteristik masalah yang sedang dihadapi seperti apa? 2). Kenapa

    masalah itu menjadi sesuatu yang penting untuk kita rumuskan. 3). Untuk siapa masalah

    tersebut menjadi penting?. 4). Siapa saja yang mendapatkan manfaat atau kerugian dari

    masalah tersebut?. 5). Apa tujuan yang ingin dicapai?. 6). Apa saja indikator utk

    mencapai tujuan tersebut? Kita harus tahu dampak tersebut bisa diukur atau tidak, kita

    harus bisa membedakan yang murni, yang baik atau tidak. 7). Adakah kebijakan/program

    yg sudah ada untuk menyelesaikan masalah tersebut? Jika ada, mengapa gagal? Artinya

     jika kita melakukan identifikasi masalah maka implementasinya harus jelas. Misalnya

    kenapa Keputusan Bupati dikuatkan menjadi Perda atau jika sudah ada program kenapa

    gagal? Sehingga perlu dilegalkan.

    Dalam melakukan Identifikasi masalah bisa dipermudah dengan membuat pohon masalah

    ke bawah. Melalui pohon masalah bisa dipecahkan masalah pada bagian yang mana dan

    harus seperti apa. Ataupun dalam melakukan identifikasi bisa menggunakan cara yang

    lain, misalnya dengan analisis tulang ikan, karena memang tidak ada standar cara

    identifikasi masalah yang khusus.

    Tipologi Karakteristik Masalah

    Dalam menilai karakteristik sebuah masalah ada 3 tipologi yang mendasari: (1).

    Kemudahan memecahkan. Misalnya masalah yang mudah disetujui publik dan belum

    tentu disetujui publik. (2). Memecahkan masalah yang mudah dan jelas, misalnya; sarana

    dan prasarana kurang (cenderung disetujui publik), dan penetapan ganti rugi atau

    pembebasan lahan (cenderung belum tentu disetujui publik). (3). Masalah yang sulit dan

    tidak jelas, contohnya angka kriminalitas meningkat (disetujui), kalau migrasi kota

    berlebihan (belum tentu disetujui publik).

    Tipologi karakteristik masalah 2

    1. Jumlah pengambil keputusan yang dibutuhkan untuk setiap karakteristik

    permasalahan berbeda-beda. Untuk karakteristik masalah yang berstruktur baik

    dan moderate, jumlah pengambil keputusan relatif lebih sedikit atau hanya

    beberapa karena akan banyak persamaan persepsi, namun jika karakteristik

  • 8/20/2019 RIA Training Modul

    8/33

    6 MODUL PELATIHAN RIA

    masalah berstruktur jelek, maka jumlah pengambil keputusan relatif lebih banyak

    dan komplek.

    2. Alternatif pemecahan yang dibutuhkan, untuk karakteristik masalah yng

    berstruktur baik dan moderate, jumlah alternatif pemecahan cenderung lebih

    terbatas, namun jika karakteristik masalah berstruktur jelek, maka jumlah alternatif

    pemecahan cenderung banyak.

    3. Sifat dari nilai yang dikejar, untuk karakteristik masalah yang berstruktur baik dan

    moderate, sifat yang dikejar cenderung disetujui, namun jika karakteristik masalah

    berstruktur jelek, maka cenderung memunculkan konflik.

    4. Hasilnya mudah/tidak diperhitungkan, untuk karakteristik masalah yang berstruktur

    baik mudah untuk diramalkan, sedangkan yang berstruktur moderate dan jelek

    cenderung sulit untuk diramalkan.

    Karakteristik masalah akan memunculkan variasi pespektif. Kenapa variasi perspektif

    tersebut muncul?. Hal tersebut sangat terkait sebagai akibat dari isu-isu publik yang

    sangat rumit. Masalah atau kebijakan publik merupakan persoalan yang komplek, multy

    actor , multi kepentingan, multi kausalis. Umumnya masing-masing pihak mencermati

    kebijakan dari perspektifnya masing-masing dan cenderung mencari keuntungan untuk

    dirinya sehingga inilah yang memunculkan perspektif yang komplek. Namun, variasi

    perspektif bisa diatasi dan diiselesaikan, tinggal bagaimana kita mampu menyakinkan

    dengan menggunakan data dan analisis masalah yang benar, sebagai contoh dengan

    menggunakan naskah akademik.

    Sifat Obyektif dan Subyektif Masalah

    Dalam melakukan identifikasi masalah, tidak lepas dari sifat obyektifitas dan subyektifitas

    masalah. Masalah yang bersifat obyektif, untuk keberadaan situasi masalah ditandai oleh

    adanya fakta atau data tertentu, mencerminkan adanya jarak antara situasi yang ada

    dengan situasi ideal yang diharapkan, namun kondisi obyektif tersebut dimaknai secara

    subyektif oleh setiap stakeholder sesuai dengan nilai, ideologi, atau kepentingannya.

    Sehingga muncul masalah sebagai suatu konstruksi (bentukan) sosial. Contohnya dalam

    menyusun sebuah Perda atau calon Perda yang akan dijalankan, harus merupakan

    sesuatu yang dikelola, dipikirkan problemanya, dipecahkan dan harus segera diatasi

    dengan menggunakan aturan yang ada.

  • 8/20/2019 RIA Training Modul

    9/33

     

    MODUL PELATIHAN RIA 7

    Tugas Kelompok

    1. Tuliskan masalah yang terkait dengan isu yang dibawa dalam Raperda/Perda

    yang dibawa oleh masing-masing kelompok.

    2. Identifikasi mana sebab dan mana akibat?

    3. Susun analisis masala. Misalnya pemetaan masalah dengan pohon masalah,

    metode tulang ikan, bagan/matrik, dll. Dengan metode-metode ini akan diketahui

    dengan jelas mana sebab dan akibat.

  • 8/20/2019 RIA Training Modul

    10/33

    8 MODUL PELATIHAN RIA

    PEMBAGIAN KEWENANGAN

    Pendahuluan

    Pembagian kewenangan merupakan sebuah informasi dasar dalam regulatory mapping.

    Regulatory mapping dilakukan untuk melakukan analisis terhadap peraturan yang telah

    ada, bagaimana relevansinya terhadap masalah dengan kebijakan yang hendak dibuat.

    Untuk melakukan regulatory mapping tersebut, perlu dilakukan pemetaan sistematis.

     Apalagi, hubungan antara desentralisasi dan peraturan daerah (Perda) terkait dengan

    pengertian sebuah Negara, selalu menimbulkan persoalan di lapangan. Padahal, antara

    regulasi maupun kebijakan harus erat terkait dan terpadu. Terkait dengan pembuatan

    RIA, perlu diketahui kewenangan kita itu apa? Apa yang perlu dipetakan? Misalnya,

    regulasi atau aturan ini letaknya dalam kebijakan itu seperti apa?

    Harmonisasi Antarsektor

    Harmonisasi antara sektor dan level pemerintah harus dilakukan, baik sesuai dengan UU

    Otonomi Daerah atau dengan UU Kelautan dan Perikanan, baik dilakukan oleh

    pemerintah, provinsi dan kabupaten. Ketiganya saling terkait. Tugas pemerintah daerah

    tentunya juga mengemban “limadaster”, untuk itu Perda yang dibuat, harus berisi

    perlindungan, pemberdayaan kesejahteraan. Azas yang harus diperhatikan dalam agar

    kebijakan sesuai dengan kepentingan publik terdapat dalam pasal 5 ayat 1, UU.

    No.10/2004, di mana sebuah kebijakan harus mengurai kejelasan tujuan, kelembangaan

    atau organ pembentuk yang tepat, kesesuaian antara jenis dan materi muatan, kebijakan

    itu dapat dilaksanakan, memiliki dayaguna dan kehasilgunaan, kejelasan rumus dan

    keterbukaan. Jadi, harmoni antara sektor, antara level jenjang pemerintah pusat, provinsi

    dan kabupaten harus dilakukan. Begitu juga dengan keinginan pemerintah, swasta dan

    masyarakat. Kita punya punya pemerintah pusat, kita punya provinsi dan kabupaten kota,

    kewenangannya kan sendiri-sendiri. Sehingga perda jangan sampai kita di kabupaten,

    mengatur-atur yang menjadi kebijakan pusat, atau provinsi.

    Norma Hukum

    Kembali kepada pokok persoalan, sebelum kita melangkah lebih jauh, perlu disampaikan

    di sini masalah desentralisasi dan Perda terkait dengan pengertian sebuah negara.

    Negara kita tahu adalah merupakan kumpulan norma hukum, dan berlakunya norma

    hukum negara terbagi dua, yakni berlaku nasional atau central norm dan berlaku lokal

    atau decentral norm. Dengan demikian, latarbelakang keberadaan Perda dalam negara

    kesatuan yang desentralistik juga diakui. Dalam hal ini, ada empat prinsip yang menjadilatarbelakangnya, prinsip negara hukum, demokrasi, welfare state dan kebhinnekaan.

  • 8/20/2019 RIA Training Modul

    11/33

     

    MODUL PELATIHAN RIA 9

    Negara hukum adalah negara yang menempati hukum setinggi-tingginya. Meliputi

    perlindungan hak asasi manusia, pemisahaan kekuasaan, setiap tindakan pemerintah

    berdasarkan peraturan perundang-undangan dan adanya peradilan yang berdiri sendiri.

    Negara hukum memiliki prinsip, pengakuan dan perlindungan terhadap hak asasi

    manusia yang mengandung persamaan di bidang politik, hukum, sosial, ekonomi dan

    kebudayaan. Peradilan yang bebas dan tidak memihak serta dipengaruhi oleh suatu

    kekuasaan atau kekuatan apapun, dan legalitas dalam arti hukum.

    Terdapat 12 ciri penting dari negara hukum. Di antaranya, supremasi hukum, persamaan

    dalam hukum, asas legalitas, pembatasan kekuasaan, organ eksekutif yang independent,

    peradilan yang bebas dan tidak memihak. Selain itu, ada peradilan tata usaha, tata

    negara, perlindungan hak asasi manusia, bersifat demokratis, sarana untuk mewujudkan

    tujuan negara dan transparansi serta kontrol sosial.

    Materi Muatan Lokal Dalam Perda

    Istilah “muatan local” tidak dikenal dalam istilah perundangan yang mengatur

    pemerintahan daerah. Naun demikian pengertiannya dapat ditelusuri dari sistim rumah

    tangga yang dipergunakan dalam penyelanggaraan pemerintah daerah, yakni sistim

    rumah tangga materiil, sistim rumah tangga formil dan sisitim rumah tangga riil. Sistem

    rumah tangga materiil asumsi dasarnya secara kodrati adalah wewenang atau urusan

    dengan pemerintah pusat dan daerah sudah dapat dibedakan secara jelas, sudah dapat

    dipilah-pilah, dan dan pemerintah daerah memiliki kewenangan pemerintahan bila ada

    penyerahan dari pemerintah pusat. Sistem rumah tangga formil, merupakan bentuk

    penyempurnaan dari sistem perumahan materiil. Tidak ada perbedaan materil antara

    pemerintah pusat dan daerah. Daerah dapat mengatur urusan pemerintah tanpa

    menunggu penyerahan. Penyerahaan wewenang harus dilaksanakan dengan formal

    melalui desentraliasi. Sistem rumah tangga riil mengatur urusan rumah tangga daerah

    yang ditentukan oleh faktor nyata urusan daerah meliputi kemampuan daerah, keadaan

    dan kebutuhan daerah.

    Kemampuan Daerah

    Kemampuan daerah merupakan potensi nyata suatu daerah dalam melaksanakan urusan

    otonomi daerah. Meliputi, kemampuan aparatur pemerintahan, ekonomi daerah,

    partisipasi masyarakat, keuangan (PAD), organisasi tata laksana dan kemampuan

    demografi. Hal itu bermuara pada penentuan jumlah urusan dan wewenang.

  • 8/20/2019 RIA Training Modul

    12/33

    10 MODUL PELATIHAN RIA

    Keadaan daerah dilihat dari kondisi atau karakteristik nyata suatu daerah, meliputi, iklim

    curah hujan, kesuburan tanah, luas dan bentuk daerah, unsur biotis (flora dan fauna),

    religiusitas dan adat istiadat, lembaga dan struktur kemasayarakatan. Hal itu semua

    dipergunakan untuk menentukan jenis urusan atau wewenang pemerintahan.

    Sedangkan untuk kebutuhan daerah, merupakan kehendak suatu daerah untuk mengatur,

    mengurus, dan menyelenggarakan wewenang pemerintahan tertentu yang disesuaikan

    dengan kemampuan dan keadaan daerah. Hal itu untuk menilai apakah suatu daerah

    memiliki keinginan untuk berotonomi dan kebutuhan akan organisasi tata kelola.

    Regulatory Mapping

    Masalah berikutnya yang perlu dianalisis adalah kebijakan yang terkait dengan masalah

    yang sedang dibahas. Sebuah masalah yang muncul, pasti telah ada kebijakan yang

    diambil apakah itu pada tingkat local maupun tingkat nasional. Agar penyelesaian dari

    masalah tidak bertentangan, atau tumpang tindih dengan peraturan lain maka diperlukan

    suatu analisis atas suatu peraturan yang disebut regulatory mapping. Regulatory mapping

    yang dilakukan setidaknya harus menjawab pertanyaan, apa implikasi aturan yang

    sedang dianalisis kepada peraturan yang hendak dibuat.

    Regulatory mapping dapat dijalankan dengan tahapan berikut: (1). Identifikasi berbagai

    kebijakan yang terkait dengan parturan yang hendak dibuat, baik vertical maupun

    horizontal. (2). Lakukan analisis satu demi satu setiap peraturan itu, dengan memahami

    apa tujuannya, apa yang diatur, apa yang dikecualikan (lihat contoh table regulatory

    mapping). (3). Melakukan analisis apa implikasi dari peraturan tersebut kepada peraturan

    yang hendak dibuat.

    Contoh table Regulatory mapping

    Tabel 1 UU no 27 tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil

    Judul Pengelolaan Wilayah Pesisir Dan Pulau Pulau Kecil (Uu 27/2007)

    Fokus perencanaan, pemanfaatan , pengawasan dan pengendalian sumberdaya pesisirdan pulau pulau kecil antar sektor , antara pemerintah , pemerintah daerahantara ekosistem darat dan laut serta antara ilmu pengetahuan dan manajemenuntuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat

    TindakanYangDiharuskan

    1. pembuatan perencanaan , (RSWP3K, RZWP3K,RPWP3K,Dan RAPWP3K)2. pengawasan dan pengendalian3. penelitian dan pengembangan4. pendidikan , pelatihan dan penyuluhan5. kewenangan6. mitigasi bencana

    7. hak , kewajiban dan peran serta masyarakat8. pemberdayaan masyarakat9. penyelesaian sengketa

  • 8/20/2019 RIA Training Modul

    13/33

     

    MODUL PELATIHAN RIA 11

    10. gugatan perwakilan

    Tujuan 1. melindungi, mengkonservasi, merehabilitasi, memanfaatkan danmemperkaya sumber daya pesisir dan pulau pulau kecil serta sistemekologisnya secara berkelanjutan;

    2. menciptakan keharmonisan dan sinergi antara pemerintah dan pemerintah

    daerah dalam pengelolaan sumber daya pesisir dan pulau pulau kecil3. memperkuat peran serta masyarakat dan lembaga pemerintah serta

    mendorong insiatif masyarakat dalam pengelolaan sumber daya pesisir danpulau pulau kecil agar tercapai keadilan, keseimbangan dan keberlanjutan;dan

    4. meningkatkan nilai sosial, ekonomi dan budaya masyarakat melalui peranserta masyarakat dalam pemanfatan sumber daya pesisir dan pulau pulaukecil

    Pengecua-lian

    Pengecualian diberikan kepada Program PWP3K serta lembaga instansipelaksananya yg telah berjalan sebelum diundangkannya UU ini

    MasaBerlaku

    Berlaku sampai dengan dikeluarkannya peraturan perundang-undangan yangmengubah atau mencabutnya

    Tanggung-

     jawab

    Pemerintah:

    Melakukan Pembinaan, Pengawasan dan Pengendalian terhadap pengelolaanRPW3PK diWilayah Republik IndonesiaPemerintah Daerah:Menyusun RSWP3K ,RZWP3K,RPWP3K da RAWP3K sesuai dengankewenangan yg dimilikinya.Masyarakat:

    a.  Setiap orang yang melukan pemanfaatan sumber daya pesisir dan pulaupulau kecil bertanggungjawab untuk menjaga kelestarian lingkungan danmemberikan data/informasi atas kegiatan yg dilakukannya

    b.  Dapat berperan serta dalam pengawasan dan pengendalian melaluipenyampaian laporan dan/atau pengaduan Kepada Pihak yg berwenang

    Sanksi 1. Sanksi Administrastifa) Dikenakan untuk Pelanggaran terhadap persyaratan Hak Pengusahaan

    Perairan Pesisirb) Dalam Hal Program PWP3K tidak dilaksanakan sesuai dengan dokumen

    perencanaan, pemerintah dapat menghentikan da/atau menarik kembaliinsentif yg telah diberikan kepada pemda, pengusaha dan masyarakatyg telah memperoleh akreditasi

    2. Sanksi pidanaPidana penjara dan pidana denda untuk pelanggaran beberapa pasal

    UU No 27 Tahun 2007 ini mengamanatkan adanya rencana tataruang ketika Perda

    Pengelolaan Wilayah Pesisir dibuat. Untuk kasus Lombok Barat, detail tata ruang belum

    ada, sehingga UU no 27 tahun 2007 tidak dapat menjadi satu-satunya pertauran rujukan

    untuk Perda PW3P ini. Berikut diidentifikasi peraturan lain yang cukup kuat untuk menjadi

    “cantolan” perda ini.

    Hierarki Kebijakan (pasal 7 UU.No.10/2004) :

    •  Peraturan perundang-undangan dasar (UUD 1945)

    •  Peraturan perundang-undangan

     –   Produk legislatif dan regulatif (UU, Perdaprov, perdakab, perdes)

  • 8/20/2019 RIA Training Modul

    14/33

    12 MODUL PELATIHAN RIA

     –   Produk legislatif umum atau executif act (PP, perpres, kepres [sisa sebelum UU

    No.10/2004], permen).

     –   Produk regulasi khusus yg tidak setara dengan legislasi umum (tapi bukan lex

    spesialis, misalnya Peraturan Bank Indonesia)

    •  Peraturan lembaga tinggi negara

    •  Peraturan lembaga independen

    •  Peraturan lembaga pemerintah non-departemen

    •  Keputusan Administrasi Negara (beschikking , bersifat individual dan kongkrit sebagai

    keputusan pejabat tata usaha negara).

    •  Putusan Hakim

    •  Pengadilan Umum: PN, PT, MA.

    •  Peradilan agama: PA, PTA, MA.

    •  Peradilan Tata Usaha Negara: PTUN, PT-TUN, MA

    •  Quasi Peraturan di Indonesia (beleidsregels atau policy rules atau aturan kebijakan):

    Surat edaran; Surat perintah; Pedoman kerja atau manual; Petunjuk pelaksanaan;

    Petunjuk teknis; Buku panduan; Kerangka acuan; Desain kerja dll.

  • 8/20/2019 RIA Training Modul

    15/33

     

    MODUL PELATIHAN RIA 13

     ANALISIS STAKEHOLDER

    Pendahuluan

    Stakeholder adalah setiap pihak, individu maupun kelompok yang dapat terkait,

    berpengaruh terhadap kebijakan atau terpengaruh oleh kebijakan atau memiliki

    kepentingan terhadap kebijakan yang hendak dibuat. Dalam analisis RIA mereka yang

    terkait ini harus dianalisis agar dapat diketahui potensi mereka dalam mendukung atau

    menolak kebijakan.

     Analisis Stakeholder

    Merupakan alat untuk menganalisis berbagai aktor dan kepentingannya dalam sebuah isu

    kebijakan public. Para pemangku kepentingan akan mempengaruhi dan dipengaruhi

    kebijakan dalam tahapan yang berbeda. Pada teori demokrasi konvensional dinyatakan

    bahwa ketika seseorang sudah memasukkan suara ketika pemilu, maka haknya dalam

    perumusan kebijakan sudah diserahkan pada wakilnya di parlemen. Pada teori demokrasi

    modern, hak warga tidak diserahkan sepenuhnya kepada wakilnya, karena warga

    memiliki hak untuk aktif berpartisipasi politik untuk mempengaruhi kebijakan. Analisis

    stakeholder menelaah interest dari para pemangku kepentingan dalam hubungannya

    dengan kebijakan dan memahami mana para pemangku kepentingan yang akan paling

    berpengaruh. Analisis ini berguna dalam memprioritaskan interaksi mereka dengan

    kelompok kepentingan utama, terutama yangterkena dampak langsung. Untuk melakukan

    analisis kepentingan dapat digunakan metode Power Grid yang mengelompokkan

    stakeholder sesuai dengan tingkat interest masing-masing.

    Gambar power grid

    rendah interest tinggi 

    tinggi

    power

    rendah

     

    Dipuaskan Dikelola

    Dimonitor Diketahui

    Pemangku kepentingan yang punya kepentingan besar tapi sedikit kekuasaan,

    perlu dikelola, suatu saat, bila digerakkan akan menjadi basis kekuatan dan mampumelakukan lobi . Mereka yang punya kekuasaan besar, tapi kepentingan rendah, perlu

  • 8/20/2019 RIA Training Modul

    16/33

    14 MODUL PELATIHAN RIA

    dijaga agar puas, mereka perlu dijadikan patron atau pendukung kebijakan.

    Power/interest grid analisis memberikan informasi stakeholder yang paling kooperatif,

    berpengaruh, terlibat dan yang hanya menerima informasi, disamping informasi tentang

    orang-orang yang mungkin sulit untuk mencapai, menantang dan sulit untuk terlibat.

    Dalam memahami tingkat kepentingan dan pengaruh dari para pemangku kepentingan

    yang sah harus sangat diperhatikan setiap kelompok beresiko yang memerlukan

    perhatian khusus. Hal yang perlu diperhatikan dan dipertimbangkan: siapa yang akan

    mengalami dampak negaitif dari kebijakan? Adakah salah satu dari stakeholder yang ada

    merupakan anggota masyarakat yang rentan? Apakah ada kelompok-kelompok rentan

    yang sangat sulit untuk terlibat karena masalah geografis, tidak punya suara atau tidak

    terlihat?. Akankah setiap kelompok rentan memerlukan perhatian khusus dan bantuan

    selama proses pelibatan pemangku kepentingan.

    Peran Stakeholder

    •  Pemangku Kepentingan Utama: Mereka yang terkena langsung dampak positip atau

    negatip dari sebuah kebijakan

    •  Pemangku Kepentingan Penunjang: Mereka yang menjadi perantara dalam

    membantu proses terwujudnya kebijakan/regulasi (penyandang dana, pelaksana,

    pengawasan dll)

    •  Pemangku Kepentingan Inti: Mereka yang berpengaruh kuat dalam kaitannya dengan

    masalah dan kebutuhan tentang kebijakan atau regulasi tertentu

    Prinsip Relasi antar Stakeholder

    Untuk melakukan analisis stakeholder terdapat beberapa prinsip yang harus dipenuhi

    yakni prinsip transparansi, akuntabilitas, independensi dan fairness. Transparansi terkait

    dengan keterbukaan informasi. Kementrian harus menyediakan informasi material yang

    relevan dengan cara yang mudah diakses dan dipahami oleh pemangku kepentingan.

    Informasi yang disajikan juga memiliki validitas yang cukup, agar informasi dapat

    dipercaya. Misalnya informasi mengenai tingkat pemcemaran yang telah terjadi.

     Akuntabilitas terkait dengan pertanggungjawaban kerja secara tarnsparan. Kementrian

    harus dikelola secara benar, terukur dan sesuai dengan kepentingan internal organisasi

    dengan tetap memperhitungkan kepentingan stakeholder. Untuk kepentingan siapa

    kementrian bekerja? Kepentingan publik: siapa publik? Pengusaha, nelayan, masyarakat

    pantai, dll adalah publik? Tugas pemerintah adalah menjaga semua kepentingan dengan

    adil. Resposibilitas terkait dnegan tanggung jawab. Perusahaan harus mematuhi

    peraturan perundangan dan melaksanakan tanggung-jawab terhadap masyarakat dan

  • 8/20/2019 RIA Training Modul

    17/33

     

    MODUL PELATIHAN RIA 15

    lingkungan. Tanggung jawab internal birokrasi tidak boleh bertentangan dengan tanggung

     jawab eksternal.Independensi artinya tidak terpengaruh adanya nenturan kepantingan.

    Kementrian harus dikelola secara profesional tanpa benturan kepentingan dan pengaruh

    atau tekanan dari pihak manapun, sehingga dalam pengambilan keputusan tidak ada

    tekanan atau pengaruh dari pihak manapun dan keputusan yang diambil dapat bersifat

    obyektif. Fairness berarti kesetaraan dan kewajaran. Adanya perlakuan yang adil dan

    setara dalam memenuhi hak stakeholder yang timbul berdasarkan perjanjian serta

    peraturan perundangan yang berlaku

    Kendala dalam pelibatan stakeholder

    •  Bagaimana memilih stakeholder yang tepat yang terkait dengan isu kebijakan?

    •  Bagaimana memilih agar ada keterwakilan?

    •  Bagaimana menghindari situasi agar proses pelibatan stakeholder tidak didominasi

    oleh kelompok atau individu tertentu?

    •  Bagaimana menjaga keterlibatan stakeholder tidak membuat proses perumusan dan

    penilaian regulasi bertele-tele?

    •  Bagaimana memposisikan stakeholder dalam proses pembuatan keputusan: hak

    suara atau hanya hak bicara?

  • 8/20/2019 RIA Training Modul

    18/33

    16 MODUL PELATIHAN RIA

     ALTERNATIF KEBIJAKAN

     

    Pengantar

    Ketika masalah telah dianalisis, telah pula diketahui berbagai kebijakan yang terkait

    dengan berbagai keterkaitannya juga stakeholder yang terlibat telah diidentifikasi, tahap

    selanjutnya adalah menemukan solusi dari masalah yang telah dianalisis itu. Solusi yang

    diambil dalam bahasa umum disebut sebagai kebijakan. Agar kebijakan dapat

    dilaksanakan diperlukan aturan atau regulasi yang mengikat semua pihak untuk

    menjalankannya. Sebuah regulasi haruslah mampu menjawab persoalan yang dihadapi.

    Regulasi yang dapat diambil bisa berupa Perda, Peraturan Bupati atau bahkan hanya

    program atau kegiatan yang mesti dijalankan oleh SKPD. Untuk memecahkan suatu

    masalah sangat mungkin reguasinya tidak hanya satu tetpai beberapa alternatif. Untuk itu

    diperlukan alat untuk memilih kebijakan mana yang paling tepat. Kata paling tepat

    haruslah bermakma membawa manfaat lebih banyak bagi seluruh masyarakat

    dibandingkan dengan kerugiannya. Sesi ini menjelaskan tentang beberapa alat yang

    dapat digunakan untuk memilih alternatif regulasi yang telah diputuskan.

    Mengembangkan alternatif kebijakan

    Cara yang paling mudah untuk mengembangkan alternatif kebijakan adalah dengan

    memilih pilihan-pilihan berikut: mempertahankan kebijakan yang telah ada, memodifikasi

    kebijakan yang ada atau mengembangkan kebijakan yang sama sekali baru atau bahkan

    tidak melakukan apapun. Ya kebijakan adalah do something atau not to do something .

    Memilih kebijakan yang sederhana relatif mudah dilakukan tetapi kebijakan pada

    umumnya bersifat kompleks dan melibatkan berbagai pihak dengan berbagai

    kepentinganya. Itulah pentingnya dilakuka analisis stakeholder dan regulatory mapping.

    Ketika masalah sederhana, memilih solusi dengan wawancara sederhana atau survey

    sederhana pun cukup, tetapi ketika kebijakan yang hendak dipilih bersifat kompleks

    diperlukan alat untuk mengambilnya dan memilihnya. Dalam pelatihan ini diperkenalkan

    dua metode pendekatan yakni metode Bardach dan metode Prince.

    Metode Bardach

    Metode Bardah mendasarkan pengambilan keputusan pada empat kriteri yakni kriteria

    kelayakan yakni teknis, ekonomi dan financial, politik dan administrative. Kelayakan teknik

    adalah mengukur apakah output dari kebijakan itu dapat mencapai tujuan yang

    diharapkan, dan apakah alternatif yang dipilih akan berjalan dalam konteks teknis.Kelayakan ekonomi mengukur evaluasi ekonomi dari kebijakan atau program. Kelayakan

  • 8/20/2019 RIA Training Modul

    19/33

     

    MODUL PELATIHAN RIA 17

    politis mengukur dukungan dan keterkaitan politik berbagai stakeholder atas kebijakan

    yang diambil. Kelayakan adminitratif mengukur evaluasi adminsitrarif dalam kemungkinan

    evaluasi kebijakan.

    Tahap pertama yang harus dilakukan dalam metode Bardach adalah menentukan bobot

    masing masing aspek kelayakan itu berdasar pertimbangan kepentingan masing-masing

    aspek. Misalnya, jika aspek ekonomi adalah aspek terpenting maka berikan bobot tinggi

    untuk aspek tersebut, demikian juga untuk aspek lainnya. Yang terpenting adalah bahwa

    bobot seluruh aspek itu anntinya adalah 100 atau 10 atau 1. Tahap berikutnya adalah

    memberikan ranking untuk setiap aspek pada setiap alternatif kebijakan yang diambil.

    Pemberian ranking yang paling mudah adalah dengan memberi nilai sebanyak pilihan

    yang ada. Misal pilihan kebijakan ada 4 maka pilihan kebijakan dengan ranking tertinggi

    diberikan bobot 4 atau 1, ranking selanjutnya adalah 3 dan atu 2 dan seterusnya. Tahap

    berikutnya adalah menghitung indeks masing-masing aspek untuk masing-masing

    kebijakan dengan cara mengalikan ranking dengan bobot. Tahap akhir mengambil

    keputusan, dilakukan dengan cara menjumlahkan indeks pada masing-masing kebijakan.

    Dari penjumlahan itu akan terlihat mana alternative terbaik, apakah nilai tertinggi atau

    terrendah, tergantung pada pernkingan yang dibuat sebelumnya. Berikut adalah contoh

    table Bardach.

    Tabel Pemilihan Alternatif model Bardach

    Kelayakan Bobot Ranking alternatif Indeks alternatif

     A B C A B C

    Teknik 25 3 1 2 75 25 50

    Ekonomi dan Finansial 35 2 1 3 70 35 105

    Politik 35 1 2 3 35 70 105

     Administrasi 15 3 1 2 30 15 30

    210 145 290

    Keterangan:

     Alternative A: mempertahankan kebijakan yang ada

     Alaternatif B: merevisi kebijakan yang ada pada aspek tertentu

     Alternatif C: mengambil kebijakan yang sama sekali baru

    Kesimpulan, alternative C (mengambil kebijkan yang sam asekali baru) adalah alternative

    terbaik.

    Metode Prince

    Penilaian dengan metode Prince menggunakan 4 kriteria yakni issue position (dukungan)

    yaitu menilai seberapa jauh seorang aktor mendukung, menentang atau netral terhadap

  • 8/20/2019 RIA Training Modul

    20/33

    18 MODUL PELATIHAN RIA

    suatu alternatif. Skor yang diberikan adalah -1 atau +1. Salience (urgensi) yaitu menilai

    sampai seberapa jauh suatu alternatif penting bagi seorang aktor. Skor 0,0 sampai 1,0.

    Power  (kekuatan sumber daya) yaitu menilai sampai seberapa jauh suatu alternatif

    seorang actor mampu memblok atau sebaliknya, merealisasikan keputusan tentang

    alternatif. Skor 0,0 sampai 1,0. Friendship-neutrality-hostility  yaitu menilai sampai

    seberapa jauh hubungan antar aktor, apakah saling mendukung, bertentangan atau tidak

    berpihak, sehingga mempengaruhi adopsi implementasi alternative tertentu. Untuk kriteria

    ini, pengukuran dilakukan secara terpisah setelah ada hasil dari ketiga ukuran

    sebelumnya. Setelah penilaian dilakukan, tahap selanjutnya adalah menghitung nilai

    kelayakan dengan cara mengalikan skor masing-masing actor. Penjumlahan dari masing-

    masing akan dapat dilihat berapa nilai kalyakannya. Nilai kalayakan ini kemudian

    dibandingkan dengan nilai kalyakan yang lain. Tahap selanjutnya adalah melakukan

    analisis kelayakan itu digabungkan dengan analisis friendship-neutrality-hostility.Dari

    analisis ini dapat diputuskan alternative mana yangterbaik untuk diambil. Berikut contoh

    metode Prince

     Alternatif 1. Memberikan bantuan modal pada nelayan

    StakeholderKriteria Analisis

    Issue position (dukungan)

    Salience(urgensi) 

    Power  (kekuatansumber daya)

    Skor fesiability

     Alternatif 1. Memberikan pelatihan pada nelayan

    StakeholderKriteria Analisis

    Issue position 

    (dukungan)

    Salience(urgensi) 

    Power  (kekuatan

    sumber daya)Skor fesiability

    Tugas kelompok

    Berdasar analisis yang telah dilakukan mohon peserta untuk mendiskusikan kebijakan

    apa saja yang bisa dilakukan untuk mengatasi berbagai persoalan yang ada, dan

    melakukan analisis pemilihan alternative kebijakan. Detail hingga siapa mengerjakan apa

    akan membawa manfaat lebih besar bagi analisis selanjutnya.

  • 8/20/2019 RIA Training Modul

    21/33

     

    MODUL PELATIHAN RIA 19

     ANALISIS BIAYA MANFAAT 

    Pendahuluan

    Ketika pilihan telah dibuat, diperlukan analisis lebih detail mengenai kelayakan kebijakanyang telah diputuskan itu. Untuk melakukan kelayakan lebih detail salah satu alat analisis

    yang bisa digunakan adalah analisis biaya dan manfaat. Analisis ini diperlukan sebab

    tidak semua barang dan jasa dapat disediakan oleh sektor swasta. Ketika barang atau

     jasa disediakan oleh Negara, harus dijamin agar manfaat total yang diperoleh oleh

    masyarakat benar-banar lebih besar dan biaya yang harus ditanggung. Kebijakan tentu

    saja adalah salah satu produk yang dihasilkan Negara, untuk itu harus dijamin bahwa

    kebijakan yang diambil benar-benar membawa manfaat lebih besar dibandingkan dengan

    biayanya. Untuk kepentingan itulah analisis biaya dan manfaat diperlukan.

     Analisis biaya manfaat (Cost Benefit Analysis/CBA)

     Adalah alat analisis yang digunakan untuk memperkirakan nilai ekuivalen uang atas

    manfaat dan biaya atas suatu aktivitas. Aktivitas itu bisa aktivitas privat maupun aktivitas

    public. Pada aktivitas privat seluruh proses dapat dijanaklan dengan lebih mudah sebab

    pada umumnya kativitas privat dengan mudah dapat diidentifikai biaya dan manfaatnya

    dan mudah untuk dikonversi dalam satuan uang. Perkiraan itu diperlukan untuk

    menentukan apakah suatu aktivitas itu membawa manfaat lebih besar dibandingkan

    dengan biayanya.

    Untuk menjalankan CBA terdapat beberapa prinsip yang harus dipenuhi:

    1. Ukuran yang digunakan haruslah suatu unit yang bersifat umum, yang paling

    sering digunakan tentu ukuran moneter sebab tujuan dari CBA adalah

    memeprkirakan nilai uang.

    2. Valuasi CBA harus mencerminkan perilaku aktual dari produsen dan konsumen,

    artinya dalam menilai biaya dan manfaat mendasarkan diri pada rasionalisasi atau

    sikap rasional seroang produsen dan atau konsumen.

    3. Diperlukan pendekatan pengukuran untuk biaya dan manfaat yang tidak memiliki

    harga pasar. Untuk kegiatan public seringkali tidak ada ukuran uang dalam biaya

    dan manfaat, untuk itu diperlukan cara mendekati atau memeprkirakan nilai uang

    dari biaya dan manfaat yang muncul

    4. Analisis atas proyek harus melibatkan perbandingan with  (ada) dan without  (tidak

    ada) proyek. Artinya hasil analisis CBA harus dibandingkan minimal antara ada

    kegiatan dan tidak ada kegiatan.

  • 8/20/2019 RIA Training Modul

    22/33

    20 MODUL PELATIHAN RIA

    5. CBA melibatkan suatu area studi yang spesifik, yang dinalisis adalah suatu bidang

    yang spesifik, ini penting agar identifikasi biaya dan manfaat betu-betul jelas.

    6. Perhitungan ganda (Double Counting  ) Benefit dan Biaya harus dihindari

    7. Pengambilan keputusan didasarkan pada criteria ekonomi, yakni rasio biaya

    manfaat, net present value, internal rate of return dan payback period.

    Rasio biaya manfaat adalah rasio antara seluruh biaya dan seluruh manfaat yang

    diperoleh dari sebuah aktivitas setelah dipertimbangankan aspek waktu

    didalamnya. Criteria penilaian, jika manfaat lebih besar dari biaya maka kegiatan

    itu layak untuk dijalankan, dan sebaliknya. Payback period adalah analisis yang

    digunkan untuk memerkiraan waktu yang dibutuhkan untuk mengembalikan dana

    yang diinvestasikan. Net Present Value (NPV) criteria yang digunakan untuk

    pertimbangan nilai waktu uang terhadap aliran kas yang masuk. Internal Rate of

    Return (IRR) yaitu discount rate yang menyamakan aliran kas masuk dan aliran

    kas keluar mula-mula.

    Untuk menjalankan CBA bebarap tahapan berikut harsu dilakukanL

    1. Mengidentifikasi dampak fisik maupun non fisik dari proyek terpilih

    2. Mengidentifikasi ukuran penilaian

    3. Mengkonversi semua dampak dalam satuan yang sama

    4. Memutuskan basis perhitungan yang hendak digunakan

    5. Menjumlahkan semua biaya dan manfaat yang teridentifikasi

    6. Melakukan analisis sensitifitas

    7. Merekomendasikan proyek yang menghasilkan benefit bersih tertinggi

    Tugas kelompok

    Keputusan tentang kebijakan terbaik telah dibuat. Ini saatnya untuk melakukan analisis

    apakah kebijakan terpilih itu layak untuk dijalankan atau tidak. Pertama, lihatlah kembali

    analisis stakeholder yangtelah dibuat. Dari analisis itu kembangkan untuk mengidentifikasi

    manfaat dan biaya atau kerugian yang ditanggung masing-maasing stakeholder yang

    terlibat. Selanjutnya buatlah analsis apakah biaya dan manfaat itu dapat langsung dinilai

    dengan uang, jika tidak pikirkan bagaimana cara untuk memperkirakan nilai uangnya. Jika

    seluruh biaya dan manfaat telah teridentifikasi, putusakanlah waktu analisisnya. Kebijakan

    public mestinya mengandung unsur waktu jangka panjang. Dengan keputusan itu lakukan

    analisis ekonomi biaya manfaat dan ambilah keputusan apakah kebijakan yang hendak

    kita ambil itu layak untuk dijalankan atau tidak.

  • 8/20/2019 RIA Training Modul

    23/33

     

    MODUL PELATIHAN RIA 21

    DATA DALAM ANALISIS RIA

    Pengantar

    Untuk seluruh proses RIA, mulai dari analisis masasalah, regulatory mapping, pemilihan

    alternatif kebijakan sampai pada analisis biaya manfaat diperlukan data akurat. Data

    atauu informasi merupakan dasar yang harus dimiliki oleh pengambil kebijakan, sebab

    seberapa tepat kebijakan yang diambil sangat bergantung pada seberapa informasi yang

    digunakan untuk pengambilan kebijakan itu. Jadi bagaiman data yang demikian penting

    itu diperoleh, dari mana bisa didapatkan, bagaimana cara mendapatkannya adalah

    beberapa pertanyaan penting untuk dipikirkan. Akurat tidaknya suatu data sangat

    bergantung dari berbagai pertanyaan tadi. Berdasar cara mendapatkannya data dapat

    dikelompokkan ke dalam dua kategori yakni data primer dan data sekunder.

    Data Sekunder

    Data sekunder adalah data yang telah ada. Data sekunder ada karena telah dikumpulkan

    oleh lembaga yang memang memiliki dan membutuhkan data itu. Jadi data sekunder

    adalah data yang sesungguhnya dibuat bukan semata-mata untuk kepentingan kita tetapi

    untuk kepentingan pemiliki data itu, namun demikian data itu berkaitan dengan analisis

    kita sehingga menjadi berguna bagi analisis kita. Terkait dengan data sekunder, dalam

    sebuah Negara biasanya terdapat lembaga yang bertugas untuk menyediakan data

    sekunder yang cukup luas. Lembaga itu di Indonesia adalah Biro Pusat Satistik (BPS).

    Lembaga ini menyediakan data dasar yang sangat mungkin diperlukan untuk

    pengambilan kebijakan (analisis RIA). BPS menyediakan data mulai dari kondisi geografis

    sebuah wilayah hingga kondisi sosial dan budaya. Biro Pusat Statistik (BPS) tersebar

    mulai dari tingkat propinsi hingga di kabupaten kota. Produk data sekunder paling terkenal

    adalah Statistik Indonesia yang diikuti dengan Propinsi dalam Angka dan Kabuten dalam

     Angka bahkan dalam kasus tertentu kita dapat menemukan data Kecamatan dalam

     Angka bahkan Desa Dalam Angka. Disamping terbitan itu BPS mengeluarkan berbagai

     jenis data lain, misalnya data kependudukan secara rinci, data ketenaga kerjaan, data

    perindustrian dan sebagainya. Institusi lain yang memiliki data sekunder bidang ekonomi

    dan keuangan yang cukup lengkap dan selalu up to date adalah Bank Indonesia. Setiap

    tiga bulan BI mengeluarkan informasi yang dikemas dalam Perkembangan

    Perekonomian, mulai dari tingkat Nasional hingga Propinsi.

    Disamping dua institusi itu seluruh kementerian dan Dinas yang ada di daerah tentumemiliki data sekunder yang berkaitan dengan kegiatan mereka. Dokumen kebijakan

  • 8/20/2019 RIA Training Modul

    24/33

    22 MODUL PELATIHAN RIA

    yang dikeluarkan oleh pemerintah tentunya bisa diakses dari lembaran Negara, ini juga

    data sekunder yang telah tersedia. Kementerian Kelautan dan Perikanan dengan DKP

    nya di seluruh Indonesia tentunya memiliki berbagai informasi detail yang terkait dengan

    bidang perikanan, mulai dari kondisi laut hingga kondisi social ekonomi masyakat yang

    berkaitan dengan laut. Perguruan tinggi adalah lembaga lain yang bisa menjadi tempat

    untuk mencari data. Perguruan tinggi mungkin kurang memiliki data dasar tetapi institusi

    ini memiliki data yang lebih detail mengenai suatu masalah, sebab perguruan tinggi

    berkepentingan untuk memahami kasus secara rinci. Dari kasus dan penelitian yang

    dilakukan oleh perguruan tinggi inilah data bisa kita dapatkan. Lembaga lain yang dapat

    dituju adalah asosiasi-asosiasi bahkan LSM sampai kantor surat kabar. Informasi yang

    muncul dari surat kabar kadang menjadi sumber informasi penting bagi pengambil

    kebijakan.

    Ketika menggunakan data sekunder maka harus diperhatikan beberapa hal, diantaranya

    siapa yang mengumpulkan data itu? Untuk kepentingan apa data itu dikumpulkan?

    Bagaimana cara mengumpulkannya. Pertanyaan ini sangat penting untuk menilai

    seberapa akurat data yang disajikan atau diinformasikan. Sebagai contoh ketika ada

    berita “sebagian besar anak di kabupaten ini kekurangan gizi” maka pertanyaanya adalah,

    siapa yang menjadi informannya? Apakah seluruh anak atau hanya disebagian wilayah?

    Kapan pengambilan data dilakukan, dengan cara apa data itu diperoleh? Ini semua

    penting untuk dipertanyakan sebab dengan metode yang berbeda tentu hasil yang

    diperoleh juga akan berbeda.

    Data Primer

    Data primer adalah data yang diperoleh dari sumber informasinya (informannya), peneliti

    sendiri yang mengambil dan mendapatkan data itu. Pertanyaan berikutnya adalah

    bagaimana cara untuk mendapatkan data itu. Secara umum terdapat beberapa metode

    untuk mendapatkan data primer yakni survey, wawancara mendalam, FGD dan observasi

    serta pengamatan oleh ahlinya.

    Survey adalah mendapatkan data dengan cara menyebarkan daftar pertanyaan. Melalui

    survey dapat diperoleh data yang berupa pengetahuan, pendapat sampai harapan, tetapi

    mengenai hal yang biasanya bersifat umum. Siapa yang ditanya dalam survey? Tentunya

    adalah mereka yang mengetahui topik yang sedang dibahas, mereka yang memahami

    topik yang sedang kita bahas disebut sebagai populasi. Misal populasi dari pelayanan

    kesehatan, tentunya mereka yang menggunakan layanan kesehatan, populasi suatu

  • 8/20/2019 RIA Training Modul

    25/33

     

    MODUL PELATIHAN RIA 23

    pasar adalah mereka yang beraktivitas di sebuah pasar. Apakah semua orang harus

    ditanya? Bisa ya bisa tidak bergantung pada tingkat akurasi data yang dikehendaki dan

    homogenitas populasinya. Jika akurasi yang diharapkan tinggi dan populasi bersifat

    benar-benar heterogen maka survey terhadap semua populasi sebaiknya dilakukan.

    Tetapi jika populasi relative homogen dan tingkat akurasi yang diharapkan juga relative

    tidak tinggi maka semakin sedikit jumlah anggota popuasi yang ditanya. Bagian dari

    populasi yang diberi pertayaan itu disebut sample. Cara mendapatkan sample yang paling

    umum dan dinggap tidak berpihak adalah dengan mengambil sample secara acak. Jadi

    semakin tinggi akurasi yang diharapkan dan semakin heterogen populasi maka semakin

    banyak sample yang kita perlukan dan sebaliknya. Cara untuk memberikan pertanyaan

    bisa langsung, melalui telpon atau melalui institusi atau melalui surat atau media

    komunikasi lainnya. Untuk melakukan survey, pertanyaan yang diajukan bisa tertutup

    saja, bisa juga terbuka dan bisa kombinasi dari keduanya. Berikut adalah contoh

    kuesioner kombinasi dari suatu survey pelayanan kesehatan.

    Contoh pertanyaan surveyMenurut Ibu/Bapak bagaimana kondisi Puskesmas ini?Mohon diberikan tanda centang ( V )

     Aspek yang dinilai Buruk Lumayan Baik Sangatbaik

    Kebersihannya

    Jam pelayanannyaTataletaknya

    Keramahan petugasnya

    Peralatannya

    Wawancara mendalam adalah cara mendapatkan data dengan bertanya langsung

    kepada nara sumber. Cara ini kita gunakan ketika kita ingin mendapatkan infomasi lebih

    detail mengenai topik yang sedang kita analisis. Dengan demikian maka informan

    haruslah dipilih yaitu orang yang menguasai dan mengerti akan topik yang kita sedang

    analisis. Dalam wawancara mendalam tetap diperlukan panduan pertanyaan, ini

    diperlukan agar pertanyaan kita tetap focus pada topik yang sedang dianalisis. Agar data

    yang kita peroleh akurat maka bertanya dengan menggunakan bahasa informan, dan

    mengikuti jalan pikiran informan sangat dianjurkan, biarkan informan mengeksplorasi

    informasi yang kita perlukan. Panduan wawancara hanyalah alat untuk mendeteksi

    apakah info yang kita butuhkan sudah dipenuhi atau belum. Dalam wawancara mendalam

    kita tidak boleh memberikan kalimat yang “mengarahkan” responden pada jawanan yang

    kita harapkan. Cara ini biasa dilakukan untuk kasus yang sensistif, misalnya mengenai isu

    perempuan, kekerasan dalam rumah tangga atau isu konflik. Dalam keadaan konflik atau

    bahkan ketika konflik telah berakhir, tidak mudah menemukan informasi mengenai fakta

  • 8/20/2019 RIA Training Modul

    26/33

    24 MODUL PELATIHAN RIA

    yang benar, diperlukan kesabaran untuk mendapatkan data semacam itu. Misalnya ketika

    kita hendak mencari informasi mengenai kekerasan dalam rumah tangga, hampir sulit

    untuk mencari jawaban yang sebenarnya ketika yang ditanya belum percaya kepada yang

    bertanya. Sehingga kata kunci penting dalam wawancara mendalam adalah membangun

    kepercayaan respondenn kepada kita sebagai pengambil data.

    FGD adalah cara mendapatkan data melalui berdiskusi dengan beberapa orang untuk

    membahas topik kita. Agar supaya FGD dapat menghasilkan informasi akurat beberapa

    hal berikut penting untuk diingat:

    1. Jumlah peserta optimal adalah 6 sampai 10 orang. Jumlah ini sangat penting sebab

    berbeda dengan wawancara mendalam yang waktunya tidak terbatas, dalam FGD

    tentu harus dibatasi oleh waktu, misalnya 2 jam. Adalah sangat sulit dalam waktu dua

     jam membuat lebih dari 10 orang bisa berpendapat dengan baik semuanya. Berdasar

    pengalaman jumlah itulah yang optimal untuk diambil.

    2. Kriteria peserta. Peserta FGD haruslah mereka yang memiliki strata social yang sama

    walaupun latar belakngnya berbeda. Misalnya tidak mungkin kita melakukan FGD

    dengan menghadirkan kepala dinas dan staf, sebab selalu ada kemungkinan staf tidak

    bersedia berpendapat. Demikian juga tidak mungkin mencampur golongan kaya dan

    golongan miskin dalam suatu FGD, sebab si miskin sudah pasti akan tidak bersedia

    berpartisipasi.

    3. Diskusi dipimpin oleh moderator. Peran moderator ini sangat pentibg. Dialah

    yangakan menjadi “polisi lalulintas” diskusi. Menjaga suasan diskusi, membagaikan

    kesmepatan pada semau peseta hingga mengarahkan peserat agar tidak etalalu

    lemceng dari jalur adalah ha yang harsu dimiliki oeh seorang moderator FGD.

    4. Panduan diskusi, tetapi diskusi mengalir bebas. Sebagai mana cara yang lain

    panudan pertanyaan selalu dibutuhkan, hal ini diperlukan untuk tetapmengarahkan

    diskusi pada tiopik yang didperlukan. Namun demikian pastikan bahwa diskusi

    mengalir tanpa diberikan hambatan yangmenagnggun.

    5. FGD tidak untuk mencari atau menemukan kesepakatan. Tujuan dari FGD adalah

    mengumpulkan informasi yang dapat saling didiskusikan, perbedaan pendapat, sudut

    pandang atau bahkan pertentangan sangat mungkin terjadi, hal yang demikian tidak

    perlu dirisaukan, justru itulah informasi yang akan memperkaya analisis. Jadi tidak

    diharuskan bahkan tidak boleh dalam FGD diarahkan pada pembuatan kesepakatan.

    6. Agar hasil FGD terekam dengan baik, maka diperlukan pencacat yang khusus hanya

    mencatat apa yang didengar dalam FGD. Disamping pencatat diperlukan pengamat

    yang mengamati setiap gerak dan sikap peserta FGD, informasi ini penting sebagai

  • 8/20/2019 RIA Training Modul

    27/33

     

    MODUL PELATIHAN RIA 25

    bahan untuk pengecekan silang mengenai informasi yang diperoleh. FGD yang

    lengkap juga mensyaratkan ada pengamat yang memang memiliki keahlian di bidang

    yang sedang dibahas.

     Agar FGD berjalan dengan baik kemampuan untuk mengelola jalannya FGD sangat

    diperlukan. Berikut adalah tabel yang memberikan panduan bagaimana cara untuk

    mengelola FGD agar efektif.

    Tabel menyusun FGD

    Pertanyaan Kegunaan

    Pembukaan Peserta saling mengenal dan merasa saling terhubung

      Mohon peserta menyampaikan nama dan satu atau dua hal yang perlu

    kami ketahui tentang ibu dan bapak

    Pengantar Memulai mendiskusikan topik dengan:•  Mohon disampaikan kepada kami, apa yang ibu / bapak ketahui

    tentang perubahan perilaku laut dan penghuninya

    Peralihan Secara halus menggiring peserta pada pertanyaan kunci:

    •  Baiklah, jadi sekarang perilaku laut berubah? Menurut ibu dan bapak

    mengapa laut perilakunya berubah? 

    Pertanyaan

    kunci

    Menarik pengertian pada cakupan hal yang jadi perhatian utama dari penilaian

    •  nah, apakah berarti perilaku kita dalam memanfaatkan laut

    memengaruhi perilaku laut ya...

    Mengakhiri

    diskusi

    Membatu peneliti menentukan hal yang perlu ditekankan:

    •  Jadi, manakah hal yang dianggap penting untuk mengantisipasi perlaku laut  

    •  Jadi, apa kesimpulan penting yang ikat peroleh hari ini  

    •   Apakah ada hal yang belum kita diskusikan/pertimbangkan

    Observasi adalah mengamati suatu kegiatan atau kejadian. Observasi tentu harus

    dilakukan oleh ahlinya. Observasi terhadap hal yang bersifat fisik biasanya dilakukan

    dengan menggunakan standar tertentu. Standarisasi bisa dibuat dalam bentuk kata-kata,

    gambar atau kombinasi keduanya. Observasi semacam ini ditujukan untuk menghasilkan

    pengukuran yang konsisten diantara para pengamat dari waktu ke waktu. Misalnya

    mengamati kondisi tempat pembuangan sampah sementara, standar yang ditetapkan

    adalah mulai dari kotor sampai bersih dengan gradasi tertentu.

    Model pengamatan lain yang dilakukan adalah untuk kegiatan atau kejadian social.

    Observasi pada aktivitas social bisa bersifat pasif tetapi juga bisa aktif. Observasi

    dikatakan pasif jika peneliti hanya diam melihat aktivitas dan mempelajari dengan

    seksama aktivitas yang sedang diamati. Misalnya mengamati bagaimana pedagang ikan

    dalam melakukan transaksi. Pengamtan aktif, artinya peneliti ikut menjadi pelaku dari

    kegiatan yang diamati. Dalam kasus pasar ikan maka peneliti dapat bertindak sebagai

  • 8/20/2019 RIA Training Modul

    28/33

    26 MODUL PELATIHAN RIA

    salah satu pelaku yang diamati apakah menjadi pedagang, pembeli, kuli angkut atau

    apapun yang terkait dengan kegiatan pasar ikan.

    Tugas kelompok

    Berdasar analisis yang telah dibuat, lakukan identifikasi, data apa yang dibutuhkan,

    bagaimana cara mendapatkannya, dari mana cara mendapatkaannya.

  • 8/20/2019 RIA Training Modul

    29/33

     

    MODUL PELATIHAN RIA 27

    LAPORAN RIA

    Pendahuluan

    Semua kegiatan yang telah dilakukan perlu dikomunikasikan, untuk itu maka kegiatan itu

    harsulah dikemas dalam laporan. Agar laporan dapat menjalankan fungsinya sebagai

    media komunikasi maka penyusunan mestinya mengikuti logika. Dalam RIA dikenal dua

    laporan yakni laporan awal dan laporan akhir RIA.

    Laporan Awal RIA

    Laporan awal RIA merupakan laporan sementara yang berisi hasil kegiatan yang telah

    dilakukan. Struktur yang dapat dipertimbangkan sebagai laporan awal meliputi

    pendahuluan, analisis masalah, analisis kebijakan (regulatory mapping), analisis

    stakeholder, pemilihan alternatif dan analisis CBA.

    Pendahuluan. Dalam pendahuluan diuraikan mengenai pentingnya topik atau masalah

    yang dianalisis. Jelaskan kepada pembaca (stakeholder) bahwa masalah ini memang

    benar-benar krusial untuk dianalisi dan ditindaklanjuti. Berikan data riil untuk meyakinkan

    stakeholder pentinya topic (masalah ini)

     Analisis masalah. Pada bagian ini menjelsakan mengenai masalah yang terkait dengan

    topik yang dipilih. Uraikan apa masalah intinya, apa penyebabnya dan apa akibatnya.

    Penyajian yang dilengkapi dengan digram akan memprmudah pembaca memahami

    analisis masalah yang dibuat.

    Regulatory mapping berisi tentang berbagai regulasi yang terkait dengan topik yang

    dianalisis. Jelaskan bagaimana keterkaitan berbagai regulasi itu dengan topik yang

    sedang dibahas. Berapa banyak regulasi yang dianalisis tidak perlu dipikirkan, yang

    penting regulasi itu memang pantas dan memiliki keterkaitan dengan topic yang sedang

    dibahas.

     Analisis stakeholder menjelaskan mengenai siapa saja yang akan terkena dampak dari

    kebijakan yang nantinya akan diambil untuk mengatasi masalah yang ada. Dan yang lebih

    penting adalah keterkaitan stakeholder itu kepada kebijakan yang hendak dibuat,

    seberapa besar pengaruh stakeholder itu kepada kebijakan yang hendak dibuat adalah

    point penting yang mesti dilihat sehingga dapat diputuskan seberapa tinggi suatu

    stakeholder harus dipertimbangkan.

  • 8/20/2019 RIA Training Modul

    30/33

    28 MODUL PELATIHAN RIA

    Pemilihan alternatif adalah sesi dimana kita memberikan penjelasan menganai alternatif

    kebijakan apa saja yang bisa diambil dan harus diambil agar masalah yang ada dapat

    diatasi. Setelah diketahui kebijakan yang mungkin diambil, maka dilakukuan pemilihan

    mana kebijakn yang paling mungkin dijalankan. Inilah yang harus dijelaskan dalam bagian

    pemilihan alternative.

    CBA adalah suatu alat analisis untuk menilai kelayakan dari sutau kegiatan. Ketika

    kebijkan telah dipilih, maka harus dinilai apakah kebijakan itu memang layak atau tidak.

    Dalam bagian ini dijelaskan kelayakan kebijakan terpilih.

    Laporan Akhir RIA

    Laporan akhir RIA sesungguhnya tidak terlalu berbeda dengan laporan awal. Laporan

    akhir disusun setelah laporan awal ini mendapatkan masukan dari berbagai stakeholder

    lebih luas yang terlibat. Dengan demikian maka laopran akhir hendaknya lebih lengkap

    dan lebih detail dibandingkan dengan laporan awal. Selanjutnya lapora akhir juga tampil

    dalam naskah lengkap. Berikut setidaknya yang harus ada dalam laporan akhir:

    1. Ringkasan eksekutif

    2. Pendahuluan

    3. Penjelasan mengenai proses konsultasi yang dilakukan

    4. Sifat dan lingkup masalah (substansi, kebijakan, stakehoder)

    5. Pilihan kajian untuk penyelesaian masalah (pemilihan alternatif, CBA)

    6. Rekomendasi

    7. Persetujuan laporan RIA

    Ringkasan eksekutif, bagian ini anya bisa dibuat setelah seluruh laporan selesai.

    Ringkasan eksekutif sebaiknya dibuat ringkas (tak lebih Buat tak lebih dari 3 halaman),

    tetapi merangkum point-point penting dari laporan RIA yang telah dibuat. Walaupun

    ringkas tetapi ringkasan ini juga harsu jelas dan informative. Ringkasan eksekutif yang

    baik bisa menjadi informasi penting bagi pembaca tanpa harus membaca isi lengkapnya.

    Pendahuluan, sebagaimana pendahuluan dari laopran awal, bagian ini berisi penjelsan

    pentingnya masalah yang diangkat. Berikan alasan yang masuk akal mengapa diperlukan

    perubahan dan atau kajian yang mendalam atas suatu masalah.

    Proses Konsultasi, pada bagian ini dijelaskan dua hal penting yakni kajian yang telah

    dibuat dan konsultasi yang telah dilakukan dengan stakeholder. Tujuan dari bab ini adalah

  • 8/20/2019 RIA Training Modul

    31/33

     

    MODUL PELATIHAN RIA 29

    mengkomunikasikan dan meyakinkan pembaca atau stakeholder bahwa data dan

    informasi yang disajikan bersifat objektif.

    Sifat dan Lingkup Masalah, bagian ini berisi pendalam dari analisis masalah yang telah

    dilakukan dalam laporan awal. Pendalam terjadi setelah konsultasi public dilakukan,

    dengan demikian analisis masalah menjadi semakin tajam. Sejalan dengan laporan awal,

    lingkup masalah akan berisi tiga point analisis yakni analisis masalah, regulatory mapping

    dan analisis stakeholder.

    Pilihan kajian, bagian ini menjelaskan berbagai pilihan yang mungkin untuk mengatsi

    masalah yang ada. Selanjutnya analisis untuk memilihnya dan kelayakan dari pilihan yang

    dibuat dari berbagai pesrpektif.

    Rekomendasi, bagian ini berisi berbagai rekomendasi untuk mengatasi masalah yang

    dikemukakan dalam bagian analsis masalah. Detail dari setiap penyesaian diperlukan,

    bagian ini menjadi kunci bagi bagian hukum untuk ditrnafermasi ke dalam bahasa hukum.

    Persetujuan, agar supaya memiliki kekuatan untuk dijalankan, laporan RIA secara RIA

    secara resmi haruslah disepakati. Pejabat penting, stakeholder yang terlibat dipastikan

    setuju dengan analisis yang telah dibuat. Hal ini penting untuk menjamin “kekuatan” RIA

    agar ditindaklanjuti.

  • 8/20/2019 RIA Training Modul

    32/33

    30 MODUL PELATIHAN RIA

    PELEMBAGAAN RIA :

     Aplikasi Metode Ria Dalam Penyusunan Materi Draft Perda Pengelolaan Wilayah

    Pesisir Dan Pulau-Pulau Kecil Di Kabupaten Lombok Barat

    Pendahuluan

    Regulatory Impact Assessment (RIA) adalah sebuah perangkat/media analisis kebijakan

    sistematis yang digunakan untuk menilai dan mengukur kemungkinan biaya, manfaat dan

    pengaruh dari sebuah peraturan, baik peraturan yang sudah ada maupun yang baru.

    Dengan melaksanakan RIA akan diperoleh beberapa manfaat, diantaranya:

    1. sebagai salah satu alternatif media analisis dalam perumusan kebijakan guna

    menimbang untung-rugi setiap kebijakan yang dituangkan dalam peraturan

    2. meningkatkan mutu peraturan karena menjunjung tata-pemerintahan yang baik

    dan pengembangan ekonomi yg nyata

    3. menyediakan data empiris untuk membuat peraturan yg tepat

    4. memberi pedoman yg jelas untuk konsultasi dg pemangku kepentingan,

    meningkatkan transparansi, membangun akuntabilitas publik

    5. mengurangi biaya pelaksanaan bagi pemerintah, mengurangi biaya transaksi bagi

    pelaku usaha.

    Penyusunan Raperda PWP3K di Lombok Barat

    Penyusunan Raperda PWP3K di iniasiasi pada tahun 2004 melalui proyek MCRMP.

    Tahun 2005 – 2006 dilaksanakan kegiatan penyelarasan dokumen Raperda PWP3K

    melalui konsultasi publik. Tahun 2006 diusulkan masuk dalam prolegda kabupaten

    Lombok Barat guna di agendakan pembahasannya melalui DPRD Lombok Barat. Tahun

    2006/2007 dilakukan pembahasan Raperda PWP3K. Atas saran anggota DPRD Lombok

    Barat Raperda ini ditunda sementara sambil menunggu pengesahan undang-undang

    PWP3K yang menjadi dasar acuan penyusunan Raperda PWP3K di tingkat daerah.

    Tahun 2011 draft Raperda PWP3K kembali diusulkan dalam prolegda 2012 oleh bagian

    hukum setda Lombok Barat, namun belum menuai keberhasilan. Awal tahun 2012

    Raperda PWP3K diusulkan proses penyempurnaan dan penajaman substansinya melalui

    kegiatan IMACS-USAID dengan metode RIA (Regulatory Impact Analysis) bekerjama

    dengan Magister Administrasi Publik Universitas Gadjah Mada Yogyakarta (MAP-UGM).

    Setelah melalui pendampingan yang dilakukan, Draf Raperda ini telah mengalami

    konsultasi public dan mendapat dukungan penuh dari stakeholder. Tahun 2013 drafRaperda ini kembali diusulkan untuk masuk dalam prolegda tahun 2013.

  • 8/20/2019 RIA Training Modul

    33/33

     

    Dalam proses pendampingan untuk penyempurnaan Draf Raperda dengan menggunakan

    pendekatan RIA, tim penyusun harus terus menerus memikirkan dan menyempurnakan

    dengan beberapa pedoman pertanyaan berikut:

    1. Apakah tujuan yang dirumuskan sudah benar dan mencerminkan pola

    pengelolaan WP3K secara teritegrasi dan berkelanjutan?

    2. Apakah Raperda ini murni merupakan kebutuhan pemda Lombok Barat.

    3. Apakah pembuatan Perda PWP3K merupakan alternatif terbaik saat ini?

    4. Apakah perda ini memiliki landasan hukum yang kuat?

    5. Apakah tingkatan pemerintah sudah tepat?

    6. Apakah manfaat seimbang dengan biaya?

    7. Apakah distribusi dampak transparan?

    8. Apakah peraturan sudah jelas, konsisten, dapat dimengerti dan diakses

    pengguna?

    9. Apakah semua pihak telah berkesempatan menyatakan pendapat?

    10. Bagaimana kepatuhan akan dicapai?

    Terkait dengan pembentukan Perda ini, salah satu kunci penting keberhasilan yang

    dicapai adalah adanya dukungan penuh dari kepala daerah (Bupati). Dukungan itu

    diwujudkan dalam bentuk dukungan financial dan yanglebih penting adalah dukungan

    pemberian SK bagi tim penyusun Raperda. Tim penyusun yang terdiri dari personil

    berebagi SKDP yang terlibat dalam pengelolaan kawasan pesisir diikat dengan peraturan

    Bupati. Dengan ikatan ini maka angggta Tim memiliki dasar hokum yangjelas untuk

    bekerja dengan demikian mereka focus dan sungguh-sungguh dalam memikirkan

    persoalan terkait dengan kawasan pesisir.

    Kawasan pesisir dan pulau kecil Lombok Barat sangat penting untuk dikelola dengan

    mempertimbangkan beberapa hal berikut:

    1. Banyaknya pandangan yang melihat bahwa wilayah pesisir dan laut bersifat

    common property (milik bersama) sehingga potensi keributan dalam klaim lahan

    usaha/pemanfaatan cukup besar

    2. Potensi konflik antar pemangku kepentingan sektor kelautan dan perikanan

    cenderung meningkat

    3. Alokasi pemanfaatan ruang pesisir dan PPK belum terakomodir secara maksimal

    dalam regulasi kebijakan daerah

    4. Ancaman perubahan iklim dan degradasi lingkungan wilayah pesisir dan PPK

    semakin mengkhawatirkan