Upload
jeffry-yani
View
106
Download
8
Tags:
Embed Size (px)
Citation preview
ReTh nkBeing Just A Christian In The 21st Century
JED-ReVoLuTiA
www.cross-written.com
About the Author:
JED-ReVoLuTiA is the founder and Operational Manager of Cross-
Written, Inc. He is known as an avid blogger and forumer who
believes that it is better to be honest than to be ‘spiritual’. His friends
know him as somebody who loves poetry and Soul music. He can be
reached at [email protected] or simply visit his official blog at
http://jed.revolutia.info.
ReThink: Being Just A Christian At 21st Century. Copyright © 2008 by JED-ReVoLuTiA. This work is licensed under a Creative Commons Attribution - Noncommercial - Share Alike 3.0 Indonesia License.
This E-Book is published by Cross-Written® Production and can be downloaded for free from www.cross-written.com/free-ebook. You are allowed to share this e-book with your friends as long as it is free and unmodified.
Please visit our website at www.cross-written.com to get bloody inspirational messages to turn your life upside down. You can also join our online community at forum.cross-written.com. For more information about us, please visit www.cross-written.com/about.
2
Endorsements
“Jed is a revolutionary inspiring writer! Be his only avid reader and
get sparkled!”
Charlie Lie - Founder of Liquera Productions
“Saya mengenal Jed dari sebuah Forum Kristen dan saya
mendapatkan Jed adalah sebuah pribadi yang unik. Jed selalu
mengatakan secara terbuka apa yang ada dipikirkannya.
Demikianlah yang tercurah di dalam E-book ini, menggambarkan
apa yang ada di dalam pikiran Jed secara gamblang. E-book ini
memaksa saya untuk memandang dari sisi yang berbeda dari yang
biasanya, menjungkir balikkan pemikiran saya sehingga mau tidak
mau, saya harus membuka pikiran saya untuk sesuatu yang baru.
Saya yakin E-book ini akan sangat memberkati dan memberikan
suatu wawasan yang baru yang bahkan mungkin kita tidak
mengetahuinya sebelumnya. Selamat membaca!”
Talentaku, Sekretaris Umum GBI Taman Mahkota
3
Endorsements
"Inspiring and motivating. Karya yang satu ini pantas untuk disimak
kalau Anda menyebut diri sebagai seorang Kristen. Dengan tutur
kata yang sederhana dan renyah namun kritis, diselingi topik yang
sangat provokatif, karya ini akan menyentuh dan memberikan kele-
gaan bagi orang yang haus akan kebenaran firmanNya. Great job
Jed!"
Hendri Bun, blogger, http://hendribun.blogspot.com
“E-Book yang oke. Ada peribahasa: orang bodoh melewatkan kesem-
patan, orang panda menunggu kesempatan, orang rajin mencari ke-
sempatan, tapi orang bijaksana menciptakan kesempatan. Pen-
jangkauan jiwa-jiwa terhilang dapat dilakukan secara aktif dengan
mencari dan menciptakan kesempatan, bukan menunggu kesem-
patan. E-Book ini saya kategorikan sebagai langkah Bijaksana.”
David Kurniawan, co-writer of Terhilang di Rumah Bapa
4
Endorsements
“Saya tidak terlalu suka orang yang rohani. Tapi saya selalu kagum
dengan orang-orang biasa yang mau berjuang. Setiap ingat Jed,
saya selalu ingat ada kuasa dalam impian. Saya merekomendasikan
e-book ini karena saya yakin e-book ini akan memberkati banyak
kehidupan.”
Gladies Petra Pangerapan, Pemimpin De Magnificent Network
“As a non-active reader, I must say that this e-book has brought the
new sensation to my dull book-less life. An awesome start to ugly lazy
girl like me to start reading. I truly recommend you to explore the
new horizon through this e-book. Benar-benar Jed banget deh.”
Juli Huang, freelance writer & counselor for depressed juvenile
“E-book yang menarik. buku-buku seperti inilah yang dibutuhkan
generasi saat ini tidak hanya untuk membangun diri sendiri dalam
hal kerohanian namun juga membuka pola pikir kita akan berbagai
hal. Keep on moving.”
Ivie, astronom & pengelola LangitSelatan.Com
5
Foreword
Ada pepatah, "sebuah buku akan berceritera tentang buku-buku
yang lain", manfaat yang berkesinambungan yang membuat kita
menjadi semakin cerdas dan berpikiran luas. Karya tulis adalah proyek
intelektual dimanifestasikan dalam kata-kata untuk dibaca banyak
orang. Saya suka membaca tulisan karya orang-orang muda, karena
disana ada gairah yang lahir dari gejolak hati, dan didalamnya ada
kejujuran akan sebuah pemikiran dan cita-cita. Kiranya e-book ini
dapat mendorong lahirnya banyak penulis-penulis muda. "Menulislah
tentang apa saja dan dari mana saja", demikian kata seorang penulis
besar Indonesia Pramoedya Ananta Toer, ajakan itu berlaku bagi siapa
saja. Menulis juga merupakan bentuk pengabdian kepada masyarakat,
"besi menajamkan besi, manusia menajamkan sesamanya" (Amsal
27:17).
Diberkatilah setiap yang bersedia membagikan tulisannya dengan
cuma-cuma. Saya memberikan apresiasi yang tinggi kepada sahabat
saya Jed yang membagikan tulisannya yang berisikan padangannya
tentang filosofi kehidupan yang melewati batas tembok denominasi
kekristenan. Pada chapter pertama kita sudah disuguhi judul yang
menggelitik "Jesus: The Troublemaker" , dalam e-book ini kita diajak
menuju pandangan dengan kaki tetap menginjak bumi, dan mata hati
6
yang memandang ke atas. Demikian juga tulisan-tulisan yang bernada
kritik terjadap kehidupan bergereja, yang memandang bahwa gereja-
gereja masa kini bukan disetir oleh kasih karunia, namun disetir oleh
tujuan-tujuan. Dan tentu saja bukan hanya kritik yang kita dapati
dalam e-book ini tetapi sebuah ajakan agar kita senantiasa sadar
bahwa ibadah gerejawi bukan sekedar pemuas kebutuhan spiritual,
tetapi didalamnya kita perlu banyak tetap kritis terhadap implementasi
etika yang sesuai dengan yang telah diajarkan Kristus kepada kita. Saya
percaya e-book ini akan memberi inspirasi positif bagi pembacanya.
Blessings,
Bagus Pramono
www.sarapanpagi.org
June 9, 2008
7
Foreword
Apakah anda seseorang yang mengaku Kristen dan mengenal
Allah dengan baik?
Apakah anda seseorang yang mengaku Kristen dan telah
dilahirkan kembali?
Apakah anda seseorang yang mengaku Kristen dan telah
melayani Tuhan dengan baik?
Apakah anda seseorang yang mengaku Kristen dan belum
dilahirkan kembali?
Apakah anda seseorang yang mengaku Kristen dan belum
mengenal kekristenan itu sendiri dengan baik?
Apapun status yang anda berikan terhadap kekristenan anda,
rasanya belumlah lengkap bila anda belum membaca santapan tulisan-
tulisan di buku ini. Anda tak akan digurui, tak akan dikotbahi atau
sejenisnya, tetapi anda akan ditunjukkan oleh sesuatu pemikiran yang
kontroversial menuju kebenaran itu sendiri yang nyata, tak dioles
dengan yang namanya kemanisan, tetapi suatu realita kehidupan nyata
yang memang Tuhan ingin berkata secara gamblang lewat hati dan
kehidupan manusia.
8
Apakah saya terlalu overacting dalam menuliskan pendapat saya
di atas? Saya kira andalah penentunya. Bagaimana bisa anda menjadi
penentu kalau belum membaca keseluruhan isi buku yang menantang
iman anda ini? Jadi tunggu apa lagi, berikan sedikit waktu anda untuk
menilik keindahan goresan pena penulisnya. Selamat membaca dan
Tuhan memberkati! Amin!
Fida Abbott, PA-USA
Redaktur Pelaksana Harian Online Kabar Indonesia
www.kabarindonesia.com
9
Foreword
Hal yang paling menarik dari e-book ini adalah kesan saya tentang
penulisnya. Kami pernah bersama-sama dalam sebuah komunitas yang
banyak mengeksplorasi kekristenan dari sebuah sudut pandang kritis.
Di tengah berbagai aliran dan pandangan di dalam komunitas yang
membawa kita semua “keluar” dari koridor-koridor kekristenan “baku”
yang diam-diam menyembunyikan berbagai penyimpangan, Jed mem-
perlihatkan cirinya sendiri yaitu penguasaannya akan sejarah gereja,
paham-paham yang berkembang serta latar budaya yang mel-
ingkupinya. Hal ini bisa kita lihat di tulisannya yang berjudul Culture-
Friendly Church. Akan tetapi, fakta yang lebih menarik adalah di balik
wawasan intelektual serta kemampuan untuk menuangkannya ke
dalam tulisan yang tak jarang memiliki bobot ilmiah, Jed telah melalui
sejumlah pergumulan pribadi yang tidak mudah ditaklukkan, seti-
daknya tidak semudah menaklukkan wawasan yang ia peroleh dari ba-
han-bahan bacaannya, atau menaklukkan kata-kata ke dalam rangka-
ian kalimat.
10
Barangkali Jed adalah cerminan dari kita semua di dalam pergu-
mulan masing-masing, yang seringkali terbentur kenyataan yang tidak
menyenangkan bahkan di sudut-sudut ruang rohani sekalipun, yang
semula kita harapkan dapat menawarkan jalan keluar bagi setiap per-
soalan. Dibutuhkan keberanian untuk menghadapi kenyataan pahit,
bahkan dan terutama di dalam tubuh gereja dan praktik-praktik
kekristenan. Ke mana lagi harus mencari perlindungan ketika payung-
payung keamanan (sekaligus kenyamanan) kita pada kenyataannya
penuh dengan lubang dan celah penyimpangan? Atau sebaliknya, kita
terus berpegangan erat-erat pada gagang itu, berpura-pura tidak meli-
hat lubang-lubang di atasnya atas nama rasa aman yang semu?
Memandang lewat kaca mata kritis adalah satu hal, tetapi belajar
berdamai dan hidup dengan berbagai ketidaksempurnaan adalah hal
lain. Tidak pernah ada satu solusi absolut untuk setiap persoalan
hidup. Tidak selalu ada jawaban pasti untuk memecahkan kegamangan
iman, karena justru di tengah kegamangan, iman kita menemukan arti.
Dengan gayanya sendiri, dalam tulisannya The Amazing Thing
Called ‘Church’ Jed mengatakan: “Karena kutahu sesuatu: Mereka
akan tetap sempurna bagiku meski dalam segala ketidaksempurnaan
mereka. Mereka adalah keluargaku. Masa bodoh semua pengetahuan.
Masa bodoh dengan kebenaran. Masa bodoh realitas. Mereka akan se-
lalu menjadi yang terbaik bagiku karena aku juga akan menjadi yang
terbaik bagi mereka apapun yang terjadi. Terima kasih Tuhan untuk
keluargaku dan gerejaku.”
11
Semoga Jed terus bertumbuh, menemukan semakin banyak keari-
fan hidup dalam menggapai cita-citanya, dan dapat menjadi saluran
berkat bagi para pembaca. Tuhan berkati dan selamat membaca!
Anastasia Adelina
Pengembara Iman
12
Acknowledgments
Ucapan terima kasih yang teramat tulus saya sampaikan kepada:
Bung BP, Mbak Fida, dan Sis Ina yang sudah saya ganggu dengan
meminta mereka memberikan kata pengantar kepada e-book ini.
Semua teman-teman lain yang sudah meluangkan waktu
membaca draft buku ini dan memberikan endorsement mereka.
Semua teman-teman diskusi saya selama ini baik di 2KG, OC, AP,
& XW.
Ryonn dan Saxman yang telah membantu impian Cross-Written,
Inc. menjadi kenyataan.
Rekan-rekan penulis Cross-Written atas dukungannya selama ini
sehingga XW bisa tetap punya gigi hingga sekarang.
Andrea Djunaidy sebagai orang yang dari dulu selalu bertanya
kapan ebook saya kelar.
My prayer blakets: Cute In Jesus, Mochabookworm, Forever
Intimacy, My Prayer, Beauty Squid, Renesule, and many others.
The wonder of Internet, Thank you Om Gugel & Om Wiki.
My Lord and Savior, Jesus Christ, for simply everything.
13
Table of Contents
Endorsements
Foreword by Bagus Purnomo
Foreword by Fida Abbott
Foreword by Anastasia Adelina
Acknowledgments
Table of Contents
Preface
1) Jesus: The Troublemaker page 17
2) More Than page 22
3) The #1 Disciple page 31
4) Jesus & The Terrorists page 45
5) The Amazing Thing Called ‘Church’ page 52
6) Grace-Driven® Church page 56
7) Culture-Friendly® Church page 64
8) Mission is Yes-Us page 74
9) The iChristianity™ page 85
10)Rainbow Christianity page 93
11)Did Men Make God? page 97
12)The Conspiracy of Grace page 109
14
Preface
Saya akan mulai dengan sebuah kejujuran: Salah satu impian
hidup saya adalah menjadi penulis buku yang diterbitkan dan dibaca
banyak orang. Saya juga percaya untuk mencapai impian perlu
dilakukan gerakan maju ke arah itu dan e-book ini saya buat terutama
untuk diri saya sendiri yang merayakan ulang tahun ke-26 tahun ini
sebagai sebuah proyek aktualisasi diri sendiri. Oleh sebab itu sebelum
memulai saya mau jujur terlebih dahulu bahwa saya memang sengaja
mengumpulkan tulisan saya yang tercecer di sana-sini selama ini, lalu
menambah 2 buah tulisan baru, hingga akhirnya jadilah sebuah e-
book. Akhirnya saya telah menulis buku pertama saya. So, ini adalah
proyek pribadi menggenapi impian.
E-book yang ada pegang ini juga saya rasa tidak pantas
dikategorikan sebagai kumpulan renungan rohani, karena saya sendiri
tidak merasa telah menulis sesuatu yang rohani. Yang saya tulis adalah
perjalanan iman saya yang bertolak dari suatu pemikiran kepada
pemikiran lain, dekonstruksi lalu rekonstruksi, oleh tabiat saya yang
tidak mau menerima jawaban mudah atas segala sesuatu. Oleh karena
itu, saya tidak memaksa Anda untuk setuju dengan apa yang ditulis di
dalam e-book ini, karena sejujurnya saya sendiri juga tidak setuju
15
100% dengan apa yang saya tulis sendiri. Saya berpendapat apa yang
telah saya tulis adalah bagus untuk memikirkan ulang apa saja yang
telah kita anggap norma selama ini. Saya memaparkan pemikiran saya
dan selanjutnya terserah bagaimana Anda menanggapinya dan
mengembangkannya.
E-book ini lebih cocok dikategorikan sebagai bacaan retrospektif
yang kita baca ketika selesai melakukan segala sesuatu yang kita sebut
sebagai ‘kekristenan’. E-book ini semacam orat-oret brainstorming
tentang apa yang benar dan salah selama ini dengan tujuan menarik
kesimpulan tentang bagaimana melakukannya dengan lebih baik lagi.
Ide-ide yang saya sajikan adalah ide-ide yang raw dan
mempersilahkan Anda sendiri untuk mengolahnya menjadi sebuah
masakan nikmat sesuai selera Anda. Saya oper bolanya ke Anda,
selanjutnya terserah Anda untuk melakukan apapun dengan bola
tersebut.
Pada akhirnya, saya minta maaf jika e-book ini telah atau
menimbulkan masalah bagi diri Anda. Selamat membaca, jangan lupa
untuk selalu memiliki sense of humor, dan yang terutama, jangan
terlalu serius bacanya.
Salam tulus, 17 Juni 2008
JEDReVoLuTIA
16
Chapter 1
Jesus: The Troublemaker
Berbincang-bincang dengan banyak orang Kristen membahas
tentang Yesus bisa terkadang lumayan menggelikan. Sering kali lawan
bicara saya akan berbicara dengan berapi-api tentang Yesus yang
mereka kenal. Herannya saya merasa mereka sedang membicarakan
Yesus yang lain dari yang saya kenal selama ini lewat Alkitab. Yang
membuat saya bertambah heran ialah banyaknya orang yang tidak
mengenal Jesus of the Bible, melainkan hanya mengenal Jesus of the
Mythology.
Ada seorang kawan yang menggambarkan Yesus sebagai sesosok
pribadi baik hati yang akan mengabulkan semua permintaan jikalau
kita memenuhi kriteria sebagai orang Kristen baik-baik, tidak memiliki
catatan kriminal, tampan atau cantik, dan yang terutama ialah rutin
mengembalikan persembahan persepuluhan. Seandainya doa kita tidak
juga terjawab, maka penyebabnya pasti tidak jauh-jauh dari kurang
iman atau mungkin ada dosa tersembunyi dalam diri kita yang belum
dibereskan. Seandainya ternyata yang bersangkutan sama sekali tidak
terlihat kalau dia kurang gizi (baca: kurang iman), maka mungkin saja
Tuhan sedang menyuruh dia menunggu waktunya Tuhan.
17
Gambaran Yesus seperti diatas adalah sosok Yesus yang sangat
senang memberkati orang Kristen dengan segala hal yang luks seperti
misal rumah baru, mobil baru, dan segala hal lain yang stylish dari
sesosok Tuhan yang cool dan berselera baik. Celakanya gambaran
Yesus seperti itu lebih menyerupai sosok Santa Claus yang dikenal di
kebudayaan barat atau sosok Budai1 yang dikenal di kebudayaan Timur
dibanding menyerupai Yesus yang ada di Alkitab. Gambaran tersebut
menekankan pada posisi Tuhan sebagai pemberi apapun yang
diinginkan manusia selama semua syarat sudah dilengkapi.
Ada lagi kawan lain yang menggambarkan Yesus sebagai pribadi
yang penuh kedamaian dan cinta kasih. Ini adalah Yesus yang selalu
bertuturkata dengan etika, menghargai perasaan orang, dan yang
terutama ialah ia sangat lemah lembut. Ini adalah Yesus yang tidak
mengenal istilah ‘melawan’ dan selalu penuh senyum sementara
membiarkan orang lain menganiaya dirinya. Ini adalah Yesus yang
tidak menjadi batu sandungan, tidak beremosi (baca: inhumane), rajin
beribadah dan gemar menabung. Ini adalah Yesus yang sering
ditampilkan di lukisan-lukisan Kristen, yaitu sosok Yesus yang begitu
sangat amat mengasihi orang lain sampai lupa bagaimana mengurus
dirinya sendiri. Celakanya gambaran Yesus ‘banci’ seperti itu lebih
mirip seorang petapa anti-kekerasan dari India dibanding dengan
Yesus asal Nazaret yang ada tertulis di Alkitab. Mungkin saja yang
1 Budai adalah salah satu dari 7 Dewa Keberuntungan di kebudayaan Jepang dan dikenal sebagai Buddha Tertawa oleh karena dia selalu digambarkan sebagai figur gemuk makmur yang selalu tertawa. Ia kerap membawa sebuah kantung yang berisi barang-barang untuk dibagikan kepada mereka yang berharap.
18
menganut paham ini mendasari imannya pada The Gospel According
to St. Gautama.2
Yesus yang saya kenal di Alkitab adalah terutama seorang
pembuat masalah. Kata-kataNya selalu tajam, membuat syak, dan
spesialis membuat banyak orang tersinggung dan naik pitam. Dia
adalah contoh sejati dari kata ‘batu sandungan’3 karena Dia telah
membuat pengikutnya membenci para pemuka agama pada waktu itu
dengan seringnya menggosipkan kejelekan dan kebobrokan mereka.
Dia tidak mengenal tata krama karena ‘demen’ membuat mukjizat
(baca: keonaran) pada sikon yang tidak tepat. Ketika Dia datang ke Bait
Allah (baca: gereja), semestinya Dia ada disana untuk melepaskan
berkat, namun Dia malah membuat banyak orang bangkrut dan
mengalami kerugian finansial. Dia juga dianggap kalangan terpelajar
pada waktu itu sebagai wong edan, orang yang kerasukan setan,
pemberontak, atau minimal tersertifikasi sebagai con artist.
Yesus yang saya kenal ialah Yesus yang selalu identik dengan
masalah. Lagipula Dia tidak pernah berjanji bahwa barangsiapa yang
mengikut Dia akan terbebas dari segala masalah, melainkan berkata,
“Jikalau dunia membenci kamu, ingatlah bahwa ia telah lebih dahulu
membenci Aku dari pada kamu.” 4Dia juga adalah pribadi yang
mengucapkan kata-kata mengerikan ini, “Jikalau seorang datang
kepada-Ku dan ia tidak membenci bapanya, ibunya, isterinya, anak-
2 Injil ini tidak pernah ada, namanya dibuat penulis untuk permainan kata saja.3 Lihat Matius 15:124 Yohanes 15:18
19
anaknya, saudara-saudaranya laki-laki atau perempuan, bahkan
nyawanya sendiri, ia tidak dapat menjadi murid-Ku.”5
Mengikut Yesus berarti anda sedang membawa seluruh hidup
anda dalam masalah. Belakangan saya baru mengerti kenapa Yesus
dianggap sebagai jawaban semua masalah, yaitu karena detik anda
memutuskan jadi pengikut Kristus, maka semua masalah lama anda
hilang lenyap karena anda mendapat masalah baru yang berkali-kali
lebih besar dari sebelumnya.
Masalah yang dibawa Yesus kepada kita ialah ini, "Setiap orang
yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul
salibnya setiap hari dan mengikut Aku.”6 Mengikut Yesus bukanlah
sekedar mengisi formulir keanggotaan gereja, rutin ibadah, dan tidak
pernah terlambat mengembalikan perpuluhan. Mengikut Yesus bicara
mengenai kehilangan segala-galanya demi mendapatkan kerajaan
Allah yang ironisnya untuk sementara kita hanya bisa intip di brosur
atau trailer saja. Kata-kata yang diucapkanNya pun terdengar sangat
mengerikan karena Dia berkata, “Barangsiapa mengasihi bapa atau
ibunya lebih dari pada-Ku, ia tidak layak bagi-Ku; dan barangsiapa
mengasihi anaknya laki-laki atau perempuan lebih dari pada-Ku, ia
tidak layak bagi-Ku.”7
5 Lukas 14:266 Lukas 9:237 Matius 10:37
20
Mengikut Yesus adalah petualangan terbesar yang mungkin anda
ikuti di dunia ini. Akan ada banyak goncangan dan saat-saat
menegangkan yang akan anda lalui. Oleh karena itu sekarang ketika
ada petobat baru, saya tidak lagi mengatakan ‘selamat’ padanya ketika
dia menerima Yesus, tapi saya akan pegang erat tangannya, tatap
matanya dan berkata, “Please fasten your seatbelt!”
21
Chapter 2
More Than
Pemandu spiritual Brennan Manning8 sering berkata bahwa Allah
mengasihi kita sebagaimana adanya diri kita dan bukan seperti yang
seharusnya diri kita karena tidak ada dari kita yang hidup seperti
sebagaimana harusnya kita hidup bagi Allah. Kasih Allah pada kita
memang menakjubkan, tanpa batas, dan lebih tinggi dari apapun juga.
Dalam lembar-lembar naskah Perjanjian Baru kata Gerika yang dipakai
untuk menggambarkan kasih Allah adalah ‘agape’. Pemilihan kata ini
memiliki arti yang sangat kuat karena agape bukan bicara mengenai
kasih yang masuk akal, tapi lebih pada kasih yang diluar dari pada
kewajaran.
Adalah wajar untuk mengasihi mereka yang mengasihi kita,
namun adalah ketidakwajaran untuk memperlakukan mereka yang
jahat kepada kita dengan perlakuan yang sama seperti terhadap
mereka yang mengasihi kita. Adalah wajar untuk mengasihi sesuai
dengan kebutuhan kasih yang diharapkan dari objek kasih, namun
adalah ketidakwajaran untuk memberikan kasih over the limit, dengan
melakukan lebih daripada yang diminta atau diharapkan.
8 Official Website: http://brennanmanning.com/
22
Namun inilah gambaran agape yang coba dijelaskan oleh Yesus
kepada murid-muridNya 2000 tahun yang lalu di sebuah bukit di
tanah Palestina. Kata-kata nyaring dari Yesus sangat mengguncang
setiap hati mereka yang mendengar karena diucapkan seperti pedang
yang menancap pada tubuh. Yesus berkata, “Kalian tahu bahwa ada
juga ajaran seperti ini: mata ganti mata, gigi ganti gigi. Tetapi sekarang
Aku berkata kepadamu: jangan membalas dendam terhadap orang
yang berbuat jahat kepadamu. Sebaliknya kalau orang menampar pipi
kananmu, biarkanlah dia menampar pipi kirimu juga. Dan jikalau
orang mengadukan kalian kepada hakim dan menuntut bajumu,
berikanlah kepadanya jubahmu juga. Kalau seorang penguasa
memaksa kalian memikul barangnya sejauh satu kilometer, pikullah
sejauh dua kilometer. Kalau orang minta sesuatu kepadamu,
berikanlah kepadanya. Dan jangan juga menolak orang yang mau
meminjam sesuatu daripadamu.Kalian tahu bahwa ada juga ajaran
seperti ini: cintailah kawan-kawanmu dan bencilah musuh-musuhmu.
Tetapi sekarang Aku berkata kepadamu: cintailah musuh-musuhmu,
dan doakanlah orang-orang yang menganiaya kalian, supaya kalian
menjadi anak-anak Bapamu yang di surga.” 9
Agape bicara mengenai kasih yang melewati batas kewajaran dari
kasih. Kalau ada yang sanggup untuk memberikan contoh agape pada
levelnya yang paling agape, maka itu adalah agape yang diberikan
Allah kepada kita. Kasih Allah pada kita tidak bisa diukur menurut
ukuran manusia mengasihi, namun untuk membayangkannya kita
9 Matius 5: 38-45a, BIS
23
harus mengalikan kemampuan terbaik manusia untuk mengasihi
hingga seribu kali, atau bahkan sejuta kali, karena Allah memang tanpa
batas dan juga memiliki kemampuan untuk memberi tanpa batas juga.
Kalau Allah memberikan contoh mengasihi yang ekstrim bagi manusia
dalam khotbah di bukit, maka sudah dapat dipastikan bahwa Ia
sanggup melakukan lebih dari standar yang dibuat olehNya untuk
manusia.
“Supaya kalian jadi sama seperti Abba kalian di surga,”
demikian Yesus menjelaskan. Abba yang dilukiskan oleh Yesus adalah
sosok figur bapak yang “menerbitkan matahari-Nya untuk orang yang
baik dan untuk orang yang jahat juga. Ia menurunkan hujan untuk
orang yang berbuat benar dan untuk orang yang berbuat jahat juga.”10
Agape bicara kasih tanpa syarat. Agape bicara pemberian yang
diberikan dengan cuma-cuma terlepas dari reaksi si penerima. Bukan
agape namanya jika setelah diberikan lantas lalu ditarik kembali
karena dirasa si penerima agape tidak mampu untuk membalas budi.
Agape bukan lagi agape jika diberikan dengan prasyarat tertentu.
Agape Allah kepada kita berbicara mengenai Allah mengasihi kita
karena Dia adalah kasih, bukan karena kita telah berbuat sesuatu yang
membuat kita pantas untuk mendapatkan kasih Allah.
Agape berasal dari akar kata ‘agan’ yang berarti ‘berlimpah’.
Agape diberikan dalam konteks tanpa ukuran dan tidak ditakar. Allah
10 Matius 5: 45, BIS
24
tidak membedakan kasih yang Dia beri kepada kita berdasarkan
kelayakan kita untuk menerima kasih itu. Dia memberi dalam sukacita
seorang yang begitu mabuk cinta sehingga sanggup berkata pada yang
dikasihiNya, “minta apa saja, maka akan aku beri kepadamu.”11
Agape Allah pada kita ditunjukkan dengan memberikan Yesus,
AnakNya yang tunggal untuk mati menebus dosa-dosa manusia. Tidak
ada pemberian yang lebih baik dari pada Allah Tritunggal dibanding
memberikan diriNya sendiri dengan mengorbankan harga diri,
semarak kemuliaan ilahi, dan kemahakuasaan sebagai Allah hanya
demi menyelamatkan sekelompok kecil para pemberontak.
Alkitab menyatakan Allah lebih dahulu mengasihi kita sebelum
kita mengasihi Dia atau bahkan sebelum kita mengerti apa itu kasih12.
Sebelum Yesus datang, kita, manusia adalah makhluk ciptaan yang
diciptakan dengan spesial13 namun tidak tahu diri dengan tidak
berbuat yang sepantasnya, namun malah hidup dalam pemberontakan
dan penuh dengan lumuran dosa terhadap Allah yang esa. Tidak ada
yang telah dilakukan manusia manapun yang membuat manusia layak
untuk mendapat kasih dari Allah. Bahkan sekelompok kecil orang
kudus di masa itu pun adalah juga orang-orang yang menyakiti hati
Allah. Nuh, Abraham, Musa, Daud, Elia dan siapapun yang dikatakan
bergaul dengan Allah juga pada titik tertentu dalam hidup mereka
memilih jalan dan keputusan yang mengecewakan bagi Yang Maha
11 Yohanes 15:7b, Terjemahan Bebas12 Lihat 1 Yohanes 4:1913 Lihat kidung dalam Mazmur pasal 8
25
Kuasa. Singkat kata, kita tidak layak untuk menerima pemberian Allah
hingga ketika Allah turun sendiri ke bumi dalam rupa manusia,
menanggalkan semua kemuliaan surga, mengorbankan segala sesuatu
kemudahan sebagai ilahi, Dia pun masih harus mengalami penolakan
dari manusia. Umat pilihanNya sendiri, keturunan Abraham, harus
melecehkan Dia dengan memberiNya mimpi buruk selama masa hidup
Yesus di bumi.
Yesus pun mencurahkan isi hatinya dalam kisah yang
diceritakanNya dalam hati yang galau. “Dengarkan perumpamaan yang
satu ini lagi," kata Yesus. "Seorang tuan tanah menanami sebidang
kebun anggur. Ia memasang pagar di sekelilingnya, dan menggali
lubang untuk alat pemeras anggur, kemudian mendirikan menara jaga.
Sesudah itu ia menyewakan kebun anggur itu kepada penggarap-
penggarap, lalu berangkat ke negeri lain. Ketika sudah sampai musim
petik buah anggur, tuan tanah itu mengirim pelayan-pelayannya
kepada penggarap-penggarap kebun itu untuk menerima bagiannya.
Tetapi penggarap-penggarap kebun itu menangkap pelayan-pelayan
tuan tanah itu: Yang seorang dipukul, yang lain dibunuh, dan yang lain
lagi dilempari batu. Tuan tanah itu mengirim lagi pelayan-pelayan lain,
lebih banyak dari yang pertama kalinya. Tetapi mereka diperlakukan
dengan cara yang sama. Akhirnya tuan tanah itu mengirim kepada
mereka anaknya sendiri. ‘Pasti anak saya akan dihormati,’ pikirnya.
Tetapi ketika penggarap-penggarap kebun itu melihat anak tuan tanah
itu, mereka berkata satu sama lain, ‘Nah, ini dia, ahli warisnya. Mari
26
kita bunuh dia, supaya kita mendapat warisannya!’ Maka anak itu
ditangkap, dibuang ke luar, lalu dibunuh." 14
Kenyataan bahwa kita yang telah membunuh Yesus (secara tidak
langsung dengan dosa-dosa kita) sebenarnya membuat kita tidak layak
untuk menerima pemberian apapun dari Allah. Namun Yesus mati
untuk semua orang, orang baik atau orang jahat, anak sulung atau
anak bungsu, tahu balas budi dan tidak tahu balas budi. Agape telah
diberikan, kasih Allah telah diberikan terlepas dari reaksi kita setelah
kasih itu diberikan, kasih itu akan tetap diberikan dan Yesus tidak akan
pernah masuk ke dalam mesin waktu, kembali ke Golgota, dan
merubah keputusanNya untuk mati bagi keselamatan kita, cuma
karena kita tidak mau membalas jasa baikNya.
Suatu ketika ada seorang muda yang sedang duduk memandang
ke arah sungai Gangga di India. Pandangannya ditujukan kepada
seorang petapa tua yang menghabiskan hari-harinya dengan berdoa di
tepi sungai tersebut. Ketika petapa itu mengakhiri doa hariannya, dia
membuka matanya dan melihat ada seekor kalajengking yang
terhanyut di sungai dan nyaris mati terbawa arus. Petapa itu tergerak
oleh belas kasihan dan mulai mengarahkan tangannya untuk menarik
kalajengking tersebut. Apa boleh buat ketika dia menggenggam
binatang itu, binatang itu menyengatnya sehingga dengan terpaksa dia
harus melepas kembali kalajengking beracun itu. Namun petapa itu
tidak menyerah, kali ini dia hendak menggunakan kakinya untuk
14 Matius 21: 33-39, BIS
27
menarik kalajengking terhanyut itu kembali ke darat. Orang muda
yang dari tadi melihat kelakuan petapa tua itu pun bangkit berdiri dan
berseru kepada si petapa tua itu, “Hei pak tua, buat apa kamu
mengorbankan dirimu sendiri demi menyelamatkan seekor binatang
jelek dan tidak tahu berterimakasih itu? Apa kamu sudah gila?” Petapa
itu menyahut, “sekalipun adalah sifat kalajengking ini untuk
menyengat, itu tidak akan mengubah sifatku untuk menyelamatkan.”
Laki-laki tua itu pun mengulurkan kakinya, kembali disengat oleh
kalajengking beracun itu, dan tak lama kemudian meninggal dunia.15
Love is blind sometimes, so does also with the love of God. Agape
diberikan dalam kapasitas lebih dari apa yang mampu diberikan
dengan tujuan agar kita boleh terbangun dan tersadar bahwa kita
beharga di mata Allah. Yang menyebabkan manusia jatuh dalam dosa
ialah mereka kehilangan gambaran tentang apa artinya menjadi serupa
dan segambar dengan Sang Pencipta. Kasih Allah diberikan dengan
melimpah agar kita boleh datang dan mendapatkan Dia.
Perlu diingat bahwa saya tidak sedang mengajarkan bahwa semua
orang akan diselamatkan dari siksaan kekal nereka karena Allah tidak
tega manusia menderita seperti yang diajarkan Universalisme16. Akan
tetap ada mereka yang beroleh selamat dan mereka tidak beroleh
keselamatan. Ketika undangan diberikan, akan ada orang yang
bersemangat dan mereka yang menolak untuk datang. Mereka yang 15 Disadur dari kisah yang diceritakan oleh Henri Nouwen kepada Brennan Manning (The Signature of Jesus)16 Paham yang mengajarkan semua manusia, apapun kepercayaannya, akan kembali berdamai dengan Allah.
28
menerima kasih Kristus dalam kerendahhatian akan mendapatkan
kerajaan surga, mereka yang dalam kesombongan menolak mengakui
karya kasih Allah di kayu salib sedang mendaftarkan diri menuju
kebinasaan kekal.
Yesus berkata sebuah kisah lain yang menjelaskan akan hal ini,
“Pada suatu waktu ada seorang mengadakan pesta yang besar dan
mengundang banyak orang. Ketika sudah waktunya untuk mulai pesta,
orang itu menyuruh pelayannya pergi kepada para undangan dan
berkata, ‘Silakan datang, semuanya sudah siap!’ Tetapi mereka semua,
seorang demi seorang mulai minta maaf. Yang pertama berkata kepada
pelayan itu, ‘Saya baru saja membeli sebidang tanah, dan perlu pergi
memeriksanya. Maafkanlah saya.’ Yang lain berkata, ‘Saya baru
membeli lima pasang lembu, dan hendak mencoba lembu-lembu itu.
Maafkanlah saya.’ Yang lain lagi berkata, ‘Saya baru saja kawin, karena
itu saya tidak dapat datang.’ Pelayan itu pulang dan memberitahukan
hal itu kepada tuannya. Tuan itu marah sekali, dan berkata kepada
pelayannya, ‘Cepatlah pergi ke jalan-jalan dan gang-gang di kota.
Bawalah ke mari orang miskin, orang cacat, orang buta dan orang
lumpuh.’ Kemudian pelayan itu berkata, ‘Tuan, perintah Tuan sudah
dijalankan, tetapi tempat masih banyak.’ Lalu tuan itu berkata,
‘Pergilah ke jalan-jalan raya dan lorong-lorong di luar kota, dan
desaklah orang-orang datang, supaya rumah saya penuh. Ingatlah!
Tidak seorang pun dari antara tamu-tamu yang sudah diundang itu
akan menikmati makanan pesta saya ini!’"17
17 (Lukas 14:16-24, BIS)
29
Apakah anda siap untuk datang ke perjamuan sudah limpah
disediakan oleh Allah dalam agapeNya? Apakah anda siap untuk
merendahkan diri, menyangkal keangkuhan anda yang menyangka
bahwa anda akan masuk ke dalam perjamuan Allah dengan usaha anda
sendiri, dan menyadari bahwa tanpa anugerah Allah anda akan
disesatkan selamanya? Maukah anda menyadari Allah telah melakukan
lebih dari apa yang sanggup sebuah kasih dapat lakukan dan
bertekuklutut dan mengaku Yesus sebagai penyelamat sejati jiwa anda
dan bahwa tidak ada yang dapat anda lakukan dari diri anda sendiri
yang membuat anda layak mendapatkan kasih itu. Maukah anda
mengakui bahwa agape memang terdengar sangat manis, sebegitu
manisnya sehingga nyaris tidak dapat dipercaya?
30
Chapter 3
The #1 Disciple
Suatu malam, Yesus dan murid-murid sedang berada di Bukit
Zaitun. Tidak ada yang aneh dalam pertemuan itu karena seperti biasa
mereka akan berbincang-bincang dengan Sang Guru yang mereka ikuti
selama ini. Tiba-tiba saja Sang Guru mulai berkata yang seram-seram,
“Malam ini kamu semua akan tergoncang imanmu karena Aku. Sebab
ada tertulis: Aku akan membunuh gembala dan kawanan domba itu
akan tercerai-berai.”18 Mereka pun terdiam dan mulai bertanya-tanya
apa yang Sang Guru maksud dengan gembala yang terbunuh dan
mereka yang akan tercerai berai.
Petrus mulai menangkap arah pembicaraan dan mulai membuat
pernyataan keras, “Biarpun mereka semua tergoncang imannya karena
Engkau, aku sekali-kali tidak.”19
Sebuah pernyataan yang mungkin sudah dapat ditebak dari
seseorang yang berbicara dengan semangat berapi-api seperti Petrus.
Semua terdiam menunggu bagaimana reaksi dari Sang Guru. Mereka
pun teringat beberapa bulan silam dimana Petrus membuat semua
orang kaget akan peryataan dia yang berani. Pada waktu itu Yesus
18 Matius 26:3119 Matius 26:33
31
bertanya kepada semua muridnya, “Kata orang, siapakah Anak
Manusia itu?”20 Pertanyaan yang membuat semua murid berpikir keras
setelah semua spekulasi yang beredar bahwa Sang Guru adalah
jelmaan dari Elia, Yeremia, atau nabi lain terjadi ketika Sang Guru
melanjutkan pertanyaanya dengan sebuah pertanyaan yang sangat
mengganggu, “Tetapi apa katamu, siapakah Aku ini?“21
Tidak ada yang berani menjawab. Semua orang takut berbuat
kesalahan dengan berkata bodoh. Tapi ada Petrus yang tidak pernah
takut mengutarakan apa yang ada dalam pikirannya. Dengan spontan
Petrus menjawab, “Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup!”22
Satu, dua, tiga detik pun berlalu dalam ketegangan dan tiba-tiba Sang
Guru pun tertawa sambil memegang bahu dari Petrus serta berkata,
“Berbahagialah engkau Simon bin Yunus sebab bukan manusia yang
menyatakan itu kepadamu, melainkan Bapa-Ku yang di sorga.“23
Bisa dibayangkan bagaimana perasaan Petrus pada waktu itu. Dia
telah dipuji oleh Sang Guru dihadapan semua yang lain. Akhirnya
Petrus mulai merasa di atas angin karena misinya menjadi murid
nomor satu sudah hampir menjadi kenyataan. Di dalam hati Petrus
cuma ada satu hal yang penting, yakni bagaimana dia bisa menjadi
tangan kanan Sang Guru yang utama. Selama tiga tahun dia selalu
mengawasi bagaimana hubungan Sang Guru dengan murid-murid
20 Matius 16:1321 Matius 16:1522 Matius 16:1623 Matius 16:17
32
yang lain dan melihat siapa saja yang berpeluang menjadi saingan
dirinya untuk merebut posisi sebagai murid nomor satu.
Apakah Petrus bersungguh-sungguh dengan perkataannya di
Bukit Zaitun bahwa dia tidak akan meninggalkan Sang Guru meski
yang lain akan melakukannya. Bahwa dia akan tetap setia pada Sang
Guru meski yang lain kehilangan kepercayaan mereka pada sang Guru.
Kenyataannya ialah bahwa Petrus sungguh-sungguh mengatakannya
dari dasar hati dia yang paling dalam. Dia ingin menjadi murid nomor
satu dan itu berarti jika yang lain meninggalkan Sang Guru namun dia
tetap bertahan maka dia berhasil membuktikan kepada semuanya
bahwa dia memang layak menjadi murid nomor satu.
Menjadi murid nomor satu berarti segalanya bagi Petrus karena
itu akan berarti ketika Sang Guru tidak lagi hidup di bumi, maka dia
yang akan menjadi penerus utama seperti Yosua dengan Musa atau
Elisa dengan Elia. Atau mungkin politik adalah alasan utama dia
melakukannya karena telah terdengar pengajaran bahwa Sang Mesias
akan menjadi raja atas Israel dan mengusir penjajah Roma. Jika itu
benar-benar terjadi maka Petrus siap diangkat menjadi Perdana
Menteri atau Penasehat Utama kerajaan seperti Ahitofel24 dengan
Daud. Apapun itu, dia siap menjadi yang nomor satu buat Sang Guru.
Ingatan Petrus pun berpaling ke masa lalu kembali. Tak lama
sesudah dia dipuji oleh Sang Guru di hadapan yang lain sebagai orang
yang mendapat pewahyuan Bapa, terjadilah kejadian lain yang
24 2 Samuel 16:23
33
membuat dia syak. Sang Guru menyatakan bahwa Ia harus pergi ke
Yerusalem dan menanggung banyak penderitaan dari pihak tua-tua,
imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan
dibangkitkan pada hari ketiga. Petrus yang sedang besar hati pada
waktu itu dengan kebanggaan sebagai orang yang mendapat
pewahyuan mulai merasa perlu untuk mulai menjalankan perannya
sebagai penasehat utama Sang Guru. Dia mengatakan, “Tuanku,
kiranya Allah menjauhkan hal itu! Hal itu sekali-kali takkan menimpa
Engkau.“25
Untuk alasan yang tidak dimengerti Petrus, Sang Guru malah
menghujaninya dengan ucapan keras. Sang Guru mengatakan,
“Enyahlah Iblis. Engkau suatu batu sandungan bagi-Ku, sebab engkau
bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang
dipikirkan manusia.“26
Petrus pun terguncang.
Dia mulai sadar bahwa cita-citanya terancam. Sang Guru tidak lagi
menaruh kasih kepadanya seperti dahulu karena jika kemaren dia
dikatakan sebagai yang mendapat pewahyuan Bapa, maka sekarang dia
dianggap Sang Guru sebagai orang yang memiliki pikiran Iblis.
Sejak saat itu Petrus selalu mencari kesempatan untuk
membuktikan kepada Sang Guru bahwa dia masih pantas untuk
menjadi murid nomor satu melebihi semua yang lain dan sekarang
25 Matius 16:2226 Matius 16:23
34
tibalah kesempatan itu. Sang Guru meramalkan semua murid akan
meninggalkan diriNya dan Petrus ada di sana untuk menjamin bahwa
apapun yang terjadi dia akan tetap setia demi memuktikan bahwa dia
memang pantas untuk jadi murid nomor satu. Hatinya hanya bisa
menduga apa yang akan terjadi namun dia tidak tahu bahwa Sang
Guru tahu apa yang ada dalam pikirannya. Sang Guru tahu bahwa
Petrus bukan mengatakan janjinya karena dia mengasihi Sang Guru,
namun karena dia ingin membuktikan dirinya pantas untuk mendapat
apa yang dia inginkan. Sang Guru tahu bahwa Petrus tidak ada
ubahnya dengan para murid yang lain yang cuma ada untuk
memanfaatkan Sang Guru untuk satu dan lain hal dalam hidup
mereka. Sebelum dipanggil untuk menjadi murid, mereka bukanlah
siapa-siapa selain kelompok nelayan miskin di danau Galilea. Sekarang
mereka mulai menjadi sesuatu karena mereka mendapat juga
pengaruh di masyrakat seperti halnya Sang Guru. Mereka pun telah
dilatih oleh Sang Guru untuk mengadakan berbagai kesembuhan ilahi.
Berlawanan dengan harapan Petrus untuk kembali mendapat
pujian dari Sang Guru, sekali lagi dia harus menelan kekecewaan. Sang
Guru berkata, “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya malam ini,
sebelum ayam berkokok, engkau telah menyangkal Aku tiga kali.“27
Apa? Petrus pun terkaget-kaget akan respon dari Sang Guru yang
menganggap sepi niatannya untuk tetap setia apapun yang terjadi.
27 Matius 26:34
35
Maka dia pun kembali berujar, “Sekalipun aku harus mati bersama-
sama Engkau, aku takkan menyangkal Engkau.“28
Sang Guru pun hanya bergumam dalam hatinya, “Engkau tidak
tahu apa yang Engkau katakan.“29
Beberapa jam pun berlalu.
Taman Getsemani. Sekarang Sang Guru sudah dikerubumi
pasukan pengawal Bait Suci yang dipimpin oleh Yudas Iskariot.
Mereka ingin menangkap Sang Guru dan membawa kepada sidang
Mahkamah Agama atas tuduhan telah menghujat yang Maha Kudus.
Sang Guru pun dengan pasrah menyerahkan diriNya untuk ditangkap
oleh kawanan pasukan itu.
Petrus menyadari situasi yang terjadi, digerakan oleh
keinginannya untuk membuktikan kesetiaannya pada Sang Guru,
mulai menghunus pedangnya dan berhasil menebas telinga kanan dari
seseorang diantara rombongan pasukan. Bagi Petrus itu adalah
tindakan kepahlawanan untuk membuktikan janjinya pada Sang Guru.
Herannya Sang Guru pun menanggapinya dengan berbeda.
“Masukkan pedang itu kembali ke dalam sarungnya, sebab
barangsiapa menggunakan pedang, akan binasa oleh pedang. Atau
kausangka, bahwa Aku tidak dapat berseru kepada Bapa-Ku, supaya Ia
segera mengirim lebih dari dua belas pasukan malaikat membantu
28 Matius 26:3529 Dalam imaginasi penulis
36
Aku? Jika begitu, bagaimanakah akan digenapi yang tertulis dalam
Kitab Suci, yang mengatakan, bahwa harus terjadi demikian?“30
Petrus pun terdiam malu namun dia tidak putus asa untuk
membuktikan janjinya pada Sang Guru meskipun telah dianggap sepi.
Ketika murid-murid lain lari ketakutan menyelamatkan diri masing-
masing, Petrus malah tetap membuntuti rombongan dari belakang
hendak mengikuti kemanapun mereka pergi membawa Sang Guru.
Singkat cerita, Sang Guru pun disidang dihadapan Imam Besar
dan imam-imam kepala yang merupakan otoritas agama Yahudi pada
waktu itu. Mereka pun memvonis bersalah Sang Guru karena telah
menghujat Yang Maha Kudus dan memberikan fatwa hukuman mati
terhadapnya. Kumpulan massa emosional itu pun mulai menyerang
Sang Guru dan memberi pukulan dan siksaan. Herannya Sang Guru
tidak melawan sedikitpun. Dia tetap diam tanpa komentar seolah-olah
pasrah seperti domba yang digiring ke pembantaian.
Hati Petrus mulai ketar-ketir. Jika saja Sang Guru mau
menggunakan kemampuan ajaibnya pada malam hari itu maka dia
yakin mereka berdua bisa keluar dari tempat neraka itu. Namun Sang
Guru tidak menunjukkan tanda bahwa Dia mau melarikan diri.
Sekarang Petrus sendirian dalam arti tidak ada yang berdiri di
sampingnya untuk membelanya. Di dalam kesepian itulah tiba-tiba
seorang hamba perempuan mendatangi dia dan berkata, “Engkau juga
selalu bersama-sama dengan Yesus, orang Galilea itu.” Tetapi ia
30 Matius 26:52-54
37
menyangkalnya di depan semua orang, katanya: “Aku tidak tahu, apa
yang engkau maksud.” Ketika ia pergi ke pintu gerbang, seorang hamba
lain melihat dia dan berkata kepada orang-orang yang ada di situ:
“Orang ini bersama-sama dengan Yesus, orang Nazaret itu.” Dan ia
menyangkalnya pula dengan bersumpah: “Aku tidak kenal orang itu.”
Tidak lama kemudian orang-orang yang ada di situ datang kepada
Petrus dan berkata: “Pasti engkau juga salah seorang dari mereka, itu
nyata dari bahasamu.” Maka mulailah Petrus mengutuk dan
bersumpah: “Aku tidak kenal orang itu.” Dan pada saat itu berkokoklah
ayam. Maka teringatlah Petrus akan apa yang dikatakan Yesus
kepadanya: “Sebelum ayam berkokok, engkau telah menyangkal Aku
tiga kali.” Lalu ia pergi ke luar dan menangis dengan sedihnya.
Sekarang Petrus sendiri dan dia mulai menyadari bahwa dia telah
gagal untuk menjadi murid nomor satu bagi Sang Guru. Terlebih lagi,
dia mulai menyadari bahwa selama ini dia tidak benar-benar
mengasihi Yesus dalam hatinya yang paling dalam namun sebenarnya
dia hanya mengasihi dirinya sendiri. Ketika dalam situasi ditanyai
seperti itu di malam kelam itu, dia harus memilih antara membela
Tuannya atau membela dirinya sendiri. Akhirnya dia sadar bahwa dia
sebenarnya tidak mau mati kehilangan nyawa demi Sang Guru karena
dia takut kehilangan nyawanya sendiri.
Kira-kira sepuluh hari kemudian telah banyak hal yang terjadi.
Penyaliban Yesus yang membawa kepada kematianNya dan juga
kebangkitanNya pada hari ketiga. Sekarang Sang Guru pun
menampakan diri di tepi danau Tiberias sementara para murid mulai
38
berpikir untuk kembali ke karir nelayan mereka yang sempat terhenti
selama tiga tahun. Akhirnya mereka berhasil mendapat banyak ikan
pada hari itu dan mereka pun membawanya ke tepi untuk disantap
bersama dengan Sang Guru.
Sesudah sarapan Sang Guru berkata kepada Petrus: “Simon, anak
Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku lebih dari pada mereka ini?“31
Sang Guru bertanya kepada Petrus sebuah pertanyaan yang
langsung menusuk sampai ke dalam batinnya. Sang Guru bertanya
apakah Petrus ‘agape’32 (agape adalah kasih yang murni tanpa
prasyarat) kepada diriNya lebih dari pada murid-murid yang lain.
Bukankah selama ini Petrus selalu berpendapat bahwa dia pantas
menjadi murid nomor satu karena dia mengasihi Sang Guru lebih dari
pada yang lain? Dalam hati Petrus, dia sadar bahwa dia telah salah
mengira dirinya selama ini. Ternyata Sang Guru justru lebih mengenal
dirinya lebih dari pada dia mengenal dirinya sendiri.
Memori Petrus pun kembali ke malam dimana dia membuat
perkataan bodoh bahwa dia tidak akan pernah meninggalkan Sang
Guru yang ditanggapi dingin oleh Sang Guru dengan mengatakan
Petrus akan menyangkalnya bukan hanya sekali, namun hingga tiga
kali, dalam satu malam saja. Pada waktu itu terjadi pertengkaran di
antara murid-murid tentang siapa yang paling besar dan Sang Guru
pun sudah berpesan demikian kepada mereka:
31 Yohanes 21:1532 ote oun hristhsan legei tw simwni petrw o ihsouv simwn iwna agapav me pleion toutwn legei autw nai kurie su oidav oti filw se legei autw boske ta arnia mou
39
“Raja-raja bangsa-bangsa memerintah rakyat mereka dan orang-
orang yang menjalankan kuasa atas mereka disebut pelindung-
pelindung. Tetapi kamu tidaklah demikian, melainkan yang terbesar di
antara kamu hendaklah menjadi sebagai yang paling muda dan
pemimpin sebagai pelayan. Sebab siapakah yang lebih besar: yang
duduk makan, atau yang melayani? Bukankah dia yang duduk makan?
Tetapi Aku ada di tengah-tengah kamu sebagai pelayan.“33
Kalau saja pada saat itu Petrus benar-benar mendengarkan apa
yang Sang Guru katakan. Sekarang Petrus dengan perasaan malu
hanya mampu menjawab:
“Benar Tuhan, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau.” 34
Petrus tidak berani menggunakan kata ‘agape’ di sini karena dia
menggunakan kata kasih persahabatan ‘fileo’ di sini.
Sang Guru pun menjawab, “Gembalakanlah domba-domba-Ku.“
Petrus diberikan hak untuk menjadi murid nomor satu dengan
diminta oleh Sang Guru untuk menggembalakan yang lain, namun
Petrus masih tertunduk lesu karena dia sadar akan kelemahan dan
kekurangan dirinya.
33 Lukas 22:25-2734 Yohanes 21:15
40
Sang Guru pun bertanya lagi untuk kedua kalinya, “Simon, anak
Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku?”35 Yesus kembali bertanya
menggunakan kata ‘agape’36
Air mata mulai keluar dari mata Petrus. Dia mulai teringat hari
ketika para murid bertanya pada Sang Guru mengenai siapa yang
terbesar di dalam kerajaan Surga. Pada hari itu Sang Guru sudah
memanggil seorang anak kecil ke antara mereka dan membuat
pernyataan, “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika kamu tidak
bertobat dan menjadi seperti anak kecil ini, kamu tidak akan masuk ke
dalam Kerajaan Sorga. Sedangkan barangsiapa merendahkan diri dan
menjadi seperti anak kecil ini, dialah yang terbesar dalam Kerajaan
Sorga.”37
Dengan gemetar Petrus pun menjawab Sang Guru dengan ucapan,
“Benar Tuhan, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau.” Petrus
kembali menggunakan kata ‘fileo’
Maka Sang Guru pun kembali berkata, “Gembalakanlah domba-
domba-Ku.“
Untuk ketiga kalinya pun Sang Guru kembali bertanya kepada
Petrus, “Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku?”38 Kali
ini Yesus menggunakan kata ‘fileo’39
35 Yohanes 21:1636 legei autw palin deuteron simwn iwna agapav me legei autw nai kurie su oidav oti filw se legei autw poimaine ta probata mou37 Matius 18:338 Yohanes 21:1739 legei autw to triton simwn iwna fileiv me eluphyh o petrov oti eipen autw to triton fileiv me kai eipen autw kurie su panta oidav su ginwskeiv oti filw se legei autw o
41
Petrus pun menangis tersedu-sedu.
Dia ingat kejadian beberapa malam sebelum dia menyangkal Sang
Guru. Pada saat itu Sang Guru mengambil pakaian seorang budak
membasuh kaki semua murid-murid. Petrus pada waktu itu bangkit
sebagai orang yang menentang tindakan Sang Guru yang mungkin
dianggapnya mulai tidak waras. Lagipula Petrus sangat ingin sekali
menjadi penasehat utama Sang Guru dalam kerajaannya. Namun Sang
Guru pada malam itu mendiamkannya sambil mengatakan perkataan
yang menjadi misteri bagi para murid-murid:
“Mengertikah kamu apa yang telah Kuperbuat kepadamu? Kamu
menyebut Aku Guru dan Tuhan, dan katamu itu tepat, sebab memang
Akulah Guru dan Tuhan. Jadi jikalau Aku membasuh kakimu, Aku
yang adalah Tuhan dan Gurumu, maka kamupun wajib saling
membasuh kakimu; sebab Aku telah memberikan suatu teladan kepada
kamu, supaya kamu juga berbuat sama seperti yang telah Kuperbuat
kepadamu.“40
Sekarang Petrus tersungkur di kaku Sang Guru penuh dengan air
mata dan berkata, “Tuhan, Engkau tahu segala sesuatu, Engkau tahu,
bahwa aku mengasihi Engkau.“
Sang Guru kembali mengatakan untuk ketigakalinya:
“Gembalakanlah domba-domba-Ku“
ihsouv boske ta probata mou40 Yohanes 13:12-15
42
Tiba-tiba Sang Guru mulai mengatakan sesuatu mengenai masa
depan Petrus. Dia berkata: “Sesungguhnya ketika engkau masih muda
engkau mengikat pinggangmu sendiri dan engkau berjalan ke mana
saja kaukehendaki, tetapi jika engkau sudah menjadi tua, engkau akan
mengulurkan tanganmu dan orang lain akan mengikat engkau dan
membawa engkau ke tempat yang tidak kaukehendaki.” Dan hal ini
dikatakan-Nya untuk menyatakan bagaimana Petrus akan mati dan
memuliakan Allah. Sesudah mengatakan demikian Ia berkata kepada
Petrus: “Ikutlah Aku.“41
Sang Guru mengindikasikan bahwa Petrus pada akhirnya akan
menjadi murid nomor satu dan membuktikan ucapannya bahwa dia
siap mati untuk Sang Guru. Sekarang Sang Guru tahu bahwa Petrus
sudah siap. Petrus sudah belajar apa artinya menjadi seperti anak kecil.
Petrus sudah memiliki kunci untuk menjadi yang terbesar di dalam
kerajaanNya.
Namun Petrus tetap penasaran apakah dia akan menjadi satu-
satunya murid nomor satu bagi Sang Guru. Itu sebabnya dia bertanya
pada Sang Guru tak lama kemudian mengenai Yohanes anak Zebedeus
karena Petrus tahu bahwa Yohanes ada bersama Yesus pada saat
penyaliban meskipun semua murid yang lain lari menyelamatkan
nyawa masing-masing. “Tuhan, apakah yang akan terjadi dengan dia
ini?”42
41 Yohanes 21:18-1942 Yohanes 21:21
43
Sang Guru pun menjawab, “Jikalau Aku menghendaki, supaya ia
tinggal hidup sampai Aku datang, itu bukan urusanmu. Tetapi engkau:
ikutlah Aku.“43
Catatan Tambahan:
Menurut tradisi gereja Katolik, Petrus mati lewat penyaliban di
kota Roma. Berdasarkan kutipan dari entri di Wikipedia seperti ini:
“Konon menurut tradisi, ia memang sedang dalam perjalanan
meninggalkan Roma ketika ia berjumpa dengan Yesus di tengah
jalan. Petrus bertanya kepada-Nya, “Tuhan hendak ke manakah
Engkau pergi?” (dalam bahasa Latin: “Quo Vadis?”) Jawab Yesus,
“Aku datang untuk disalibkan kedua kalinya.” Kemudian Petrus
berbalik dan kembali ke Roma. Ia mengerti bahwa penglihatannya
berarti bahwa ia harus menderita dan wafat bagi Yesus.”44
43 Yohanes 21:1844 http://id.wikipedia.org/wiki/Santo_Petrus
44
Chapter 4
Jesus & The Terrorists
“Karena waktu kita masih lemah, Kristus telah mati untuk kita
orang-orang durhaka pada waktu yang ditentukan oleh Allah. Sebab
tidak mudah seorang mau mati untuk orang yang benar—tetapi
mungkin untuk orang yang baik ada orang yang berani mati—.Akan
tetapi Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, oleh karena Kristus
telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa.” 45
Injil Lukas pasal 2 mencatat sebuah peristiwa pada masa
kekaisaran Romawi dipimpin oleh Agustus dan Kirenius menjadi wali
negeri di daerah Siria (mencakup juga Judea) dimana sensus
penduduk dilahirkan. Kita semua ingat kisah ini sebagai kisah Natal
dimana Yusuf membawa isterinya Maria ke kampung halaman mereka
di Betlehem dan pada akhirnya bayi Yesus dilahirkan di Kota Daud.
Fakta sejarah mencatat bahwa sensus tersebut telah juga melahirkan
sebuah gerakan pemberontakan di Yudea yang dipimpin oleh
seseorang bernama Yudas dari Galilea. Kelompok yang dipimpin oleh
Yudas orang Galilea ini kemudian disebut sebagai orang-orang Zelot.
45 Roma 5:6-8
45
Gerakan Zelot dikenal sebagai kumpulan orang-orang yang
bersemangat dan nasionalis. Mereka dibentuk untuk memperjuangkan
harga diri bangsa Yahudi sebagai bangsa pilihan Allah. Ada 2 hal yang
membuat mereka bersatu dan menentang penjajah Romawi pada
waktu itu, yakni sensus penduduk dan pajak bagi kaisar. Orang Yahudi
pada waktu itu menganggap adalah sebuah kejahatan untuk
menghitung jumlah umat pilihan Allah karena mereka yakin jumlah
mereka tidak bisa terhitung seperti banyaknya pasir di laut dan bintang
di langit sesuai dengan penafsiran harafiah terhadap nubuatan yang
Allah berikan kepada Abraham, sang bapak leluhur. Mereka juga ingat
tragedi nasional masa lalu mereka ketika bangsa mereka dilanda
bencana akibat tindakan Daud untuk menghitung jumlah penduduk
bangsa Israel.46 Oleh sebab itu bisa dipahami bagaimana perasaan
bangsa Israel di Yudea pada waktu itu ketika mereka dipaksa harus
melakukan sensus kembali. Hal kedua yang menyebabkan timbulnya
gerakan Zelot pada waktu itu adalah penetapan pembayaran pajak
kepada Kaisar. Bagi orang Yahudi, mereka menggangap pajak pada
Kaisar adalah sama dengan penyembahan kepada ilah asing oleh
karena cara mereka beribadah kepada Allah Israel ialah dengan cara
memberikan persembahan. Kedua hal tersebutlah sebagai ekor dari
sensus di Yudea yang melahirkan pemberontakan Zelot oleh Yudas
orang Galilea.
46 Baca 1 Tawarikh pasal 21
46
Gerakan Zelot didirikan oleh Yudas orang Galilea dan Zadok orang
Farisi dan bertujuan membentuk negara Israel merdeka dengan Allah
sebagai pemimpin sejati. Gerakan ini dicap sebagai pemberontakan
yang harus ditumpas oleh bangsa Romawi oleh karena menggangu
keamanan dan ketertiban. Gerakan ini terus menjalar meski Yudas
orang Galilea telah berhasil ditewaskan. Kedua anak Yudas, yakni
Yakobus dan Simon mati disalibkan oleh prokurator Tiberius
Aleksander. Anaknya yang lain yang bernama Menahem menjadi
pemimpin gerakan teroris Sikarius yang akan kita bahas nanti. Di
kalangan bangsa Yahudi sendiri, gerakan ini dipandang sebelah mata.
Mereka dijuluki ‘biryonim’ yang berarti ‘kasar’ atau ‘liar’ akibat garis
politik non-kompromi dan militerisme buta yang tidak mengenal
diplomasi oleh kelompok ini.
Kelompok Sikarius adalah salah satu sayap paling ekstrem dari
gerakan Zelot ini. Nama Sikarius diambil dari kata ‘belati’ yang biasa
disembunyikan di balik jubah dan dipakai untuk membunuh orang-
orang tertentu. Kelompok ini bertujuan melakukan aksi terorisme
lewat aksi mereka yang sembunyi-sembunyi dan tiba-tiba menyerang
orang-orang yang dianggap sebagai sekutu Romawi, termasuk juga
orang Yahudi yang dianggap telah berkomplot dengan penjajah. Salah
satu korban aksi mereka yang tercatat di sejarah adalah Imam Besar
Yonatan. Ada juga kejadian dimana mereka merusak pusat persediaan
pangan di Yerusalem dengan tujuan orang Yahudi terpaksa berperang
dengan Romawi dan tidak lagi melanjutkan negosiasi. Sebagian besar
sejarahwan setuju bahwa kelompok Sikarius adalah salah satu gerakan
47
terorisme paling primitif di bumi ini. Metode gerakan mereka
kemudian ditiru para teroris muslim Hashshashin di abad
pertengahan yang kemudian mempopulerkan istilah ‘asasin‘. Sejak itu
gerakan terorisme mulai berkembang hingga menjadi masalah global
dewasa ini.
Bukan kebetulan juga sang juruselamat dunia, Yesus Kristus,
dilahirkan bersamaan dengan awal dari gerakan terorisme di dunia.
Para teroris tidak pernah merasa salah dalam melakukan aksi
terorisme mereka oleh karena mereka menganggap apa yang mereka
lakukan adalah sesuatu yang benar. Mereka adalah pejuang yang
bertujuan untuk membebaskan masyarakat yang tertindas dengan
menggunakan ‘cara mereka’ untuk menyelesaikan masalah, meski
‘cara mereka’ itu adalah cara yang dikecam oleh orang banyak. Salah
satu teroris yang paling terkenal adalah Robin Hood, yang mencuri
dari orang kaya dan membagikan hasil curiannya kepada orang miskin.
Mencuri adalah tindakan melanggar hukum, namum bagi Robin Hood
dan pendukungnya, hal itu adalah sah karena dilakukan untuk tujuan
yang baik.
Di saat paling penting dalam kehidupan Yesus, Dia harus bertemu
dengan salah satu tokoh terorisme pada waktu itu, yaitu Barabas.
Barabas adalah salah satu orang yang terlibat dalam gerakan terorisme
Sikarius. Bukan kebetulan pada waktu itu gubernur Pontius Pilatus
meminta rakyat Yahudi memilih siapa yang mereka ingin bebaskan:
Yesus orang Nazaret atau Barabas sang penjahat? Sebuah pilihan yang
sudah diatur Allah atas bangsa Israel, metode pembebasan siapa yang
48
ingin mereka pilih untuk memerdekakan mereka: Yesus yang
memerdekakan manusia dari dosa dengan firman-Nya atau Barabas
yang siap memerdekakan bangsa Yahudi dengan gerakan
terorismenya? Seperti yang kita semua tahu, mereka memilih cara
Barabas untuk memerdekakan mereka.
Yesus pun disalibkan. Bangsa Yahudi tidak mengharapkan seorang
mesias yang meminta mereka mengasihi musuh mereka, memberi pipi
kiri pada mereka yang menampar pipi kanan, dan menyebut orang
Samaria yang kafir sebagai sesama manusia. Yesus tidak menentang
pajak kepada Kaisar, melanggar berbagai aturan tambahan Taurat
yang dibuat oleh kaum agamis Farisi seperti kegiatan yang dilarang
pada hari Sabat, dan Yesus juga tidak peduli dengan siapa dia bergaul:
para pemungut cukai yang tidak nasionalis, para pelacur yang
mengotori kesucian bangsa, dan para nelayan udik dari Galilea yang
emosional. Sebagai seorang guru Taurat seharusnya Dia tahu batasan-
batasan untuk tidak menyentuh mayat, orang kusta, dan perempuan
yang sedang pendarahan. Yesus tidak pernah sekalipun menentang
penjajah Romawi namun sepertinya Dia selalu memandang rendah
bangsa-Nya sendiri dengan mengambarkan mereka tidak lebih baik
dari Gentiles (orang-orang kafir non-Yahudi) di dalam perumpamaan
yang diceritakan-Nya.
Mereka memilih Barabas dan para teroris lainnya. Pada tahun
70M naiklah seorang Zelot yang berhasil mengumpulkan massa
banyak bernama Simon bin Kosba (atau Simon Putera Bintang) yang
kemudian diklaim oleh seluruh bangsa Yahudi sebagai mesias yang
49
dijanjikan (kecuali oleh umat Kristen pada waktu itu). Ujung dari kisah
sang mesias gadungan ini adalah penghancuran Yerusalem dan Bait
Allah yang berujung pada diaspora bangsa Yahudi yang telah
menyebabkan negara Israel hilang dari peta dunia selama berabad-
abad. Sekarang Simon bin Kosba cuma diingat sebagai tokoh sejarah
dan tidak lagi dilabeli sebagai mesias. Yesus pada sisi lain memang
disalibkan dan wafat, namun Ia bangkit pada hari yang ketiga. Di dunia
ini sekarang hampir tidak ada orang yang belum pernah mendengat
nama Yesus Kristus (atau Yesus sang Mesias). Yesus sendiri berkata,
“Langit dan bumi akan berlalu, tetapi perkataan-Ku tidak akan
berlalu.”47
Perkataan Rabi Yahudi ternama, Gamaliel, akan menggemakan
hal ini. Dalam persidangan Sanhedrin untuk mengadili para pengikut
Yesus, hikmatnya pun bersuara lantang hingga sekarang, “Hai orang-
orang Israel, pertimbangkanlah baik-baik, apa yang hendak kamu
perbuat terhadap orang-orang ini! Sebab dahulu telah muncul si
Teudas, yang mengaku dirinya seorang istimewa dan ia mempunyai
kira-kira empat ratus orang pengikut; tetapi ia dibunuh dan cerai-
berailah seluruh pengikutnya dan lenyap. Sesudah dia, pada waktu
pendaftaran penduduk, muncullah si Yudas, seorang Galilea. Ia
menyeret banyak orang dalam pemberontakannya, tetapi ia juga tewas
dan cerai-berailah seluruh pengikutnya. Karena itu aku berkata
kepadamu: Janganlah bertindak terhadap orang-orang ini. Biarkanlah
mereka, sebab jika maksud dan perbuatan mereka berasal dari
manusia, tentu akan lenyap, tetapi kalau berasal dari Allah, kamu tidak 47 Lukas 21:33
50
akan dapat melenyapkan orang-orang ini; mungkin ternyata juga
nanti, bahwa kamu melawan Allah.”48
Siapakah yang telah merubah dunia selama 2 milenium ini? Yesus
atau para teroris revolusioner? Yesus telah merubah lebih banyak
orang dibanding Marx, Hitler, Osama bin Laden digabung. Yesus, sang
Putera Allah, tahu bahwa merubah manusia lewat tekanan fisik tidak
akan pernah menghasilkan perubahan permanen karena akar segala
kejahatan adalah hati manusia. Bukan penjara, bukan pendidikan,
bukan indoktrinasi yang bisa merubah manusia sepenuhnya, tetapi
Yesus Kristus. Ketika Yesus masuk di dalam hidup seseorang, maka Ia
akan merubah hati orang tersebut menjadi baru, benar-benar baru.
Sudahkah Anda membuka hati Anda bagi Yesus, sang revolusioner
sejati? Bukankah Simon orang Zelot pun sadar bahwa sang guru,
Yesus, adalah sang jawaban sejati?
48 Kisah Para Rasul 5 : 35-39
51
Chapter 5
The Amazing Thing Called ‘Church’
Aku bersyukur kepada Tuhan yang telah mengasihiku dan
memeliharaku. Dia telah memeliharaku secara jasmani dan juga secara
rohani. Dia telah memberikan aku sebuah keluarga jasmani yang rela
dan tidak malu untuk merawat dan membesarkan seorang anak yang
bermasalah sepertiku. Dan bukan itu saja, Dia telah memberikanku
sebuah keluarga rohani, dimana aku bisa memiliki dan mendapatkan
kasih sayang ilahi lewat pribadi-pribadi yang telah rela dan tidak malu
untuk merawat dan membesarkan seorang anak yang bermasalah
sepertiku.
Seperti halnya keluarga jasmaniku telah mendidikku dan
membentukku sehingga aku menjadi manusia yang beradab secara
rohani, demikian pula keluarga rohani, yang menyebut diri mereka
gereja, telah meletakan dasar-dasar untuk aku bisa beradab
berhubungan denganMu ya Tuhanku. Sebagaimana aku didisiplin
ketika aku masih balita, aku pun juga didisiplin di dalam keluarga
rohani. Sebagaimana aku diberi nutrisi yang baik oleh keluarga
jasmani, demikian juga aku diberi makan susu-susu penggemuk yang
diberikan lewat keluarga rohaniku yang mengasihi dan merawatku.
52
Mereka adalah orangtuaku, patronku, dan pencetakku. Mereka
adalah sumber kepercayaanku yang paling dasar dan hakiki. Aku tahu
mereka tidak akan membalikan badan kepadaku. Mereka adalah sang
pahlawan sejati bagi hidupku, meskipun mereka dibenci orang lain,
mereka tetap adalah orangtua yang melahirkanku, merawat dan
membesarkanku. Merekalah jati diriku, merekanya identitasku,
merekalah yang membuat aku seperti mereka. Mereka tidak pernah
salah. Mereka adalah Jagoanku. Jangan harap ada yang menjelekkan
orangtuaku dihadapanku, karena aku tidak akan pernah
memaafkannya.
Setelah aku mulai beranjak besar dan dewasa, aku mulai
dimasukan ke dalam sekolah oleh orangtuaku. Mereka ingin aku lebih
pintar dari mereka. Mereka ingin aku sukses dan berhasil dan menjadi
kebanggaan mereka. Mereka menginginkan segala yang baik bagiku
sehingga terkadang mereka melakukan hal-hal yang salah. Mereka
bersedia curang demi cinta buta mereka kepadaku. Mereka bersedia
memanjakan dan menuruti apa yang kumau, karena akulah mereka
dan merekalah aku. Aku terkadang benci melihat aksi jijik mereka,
namun mereka lakukan itu semua bagiku, untukku, dan karenaku. Aku
dijadikan alasan. Aku dibela tanpa batas oleh mereka. Padahal aku
tidak suka yang mereka contohkan. Mereka munafik dan tidak adil.
Sebagaimana keluarga jasmani, demikian pula keluarga rohani.
Aku mulai semakin pintar, pintar, dan pintar karena aku tidak lagi
belajar dari orangtuaku. Aku belajar dari segala sesuatu yang membuat
aku semakin berpengetahuan. Aku sekarang lebih pintar dari
53
orangtuaku. Aku lihat semakin hari, semakin bodohlah orangtuaku.
Mereka tidak seperti yang aku pikirkan dahulu. Mereka tidaklah
sempurna. Mereka penuh cacat. Mereka penuh intrik, manipulasi, dan
muslihat. Mereka adalah bodoh, tidak beradab, dan ignorant (masa
bodoh). Mereka hancur dihadapanku. Kutahu semua cacat mereka.
Kutahu kalau mereka sangatlah munafik. Kutahu mereka sangatlah
bodoh. Kutahu aku bukanlah lagi mereka dan mereka bukanlah lagi
aku. Aku ingin lari meninggalkan mereka. Aku tidak suka ada di dekat
mereka karena akan berselisih paham selalu. Aku mau kabur. Aku mau
kehidupanku. Aku mau bebas. Sebagaimana keluarga jasmani,
demikian pula keluarga rohani.
Semakin aku dewasa, semakin aku sadari. Aku tidaklah tidak
menjadi seperti mereka, tetapi aku semakin seperti mereka setiap hari.
Bekas yang sama. Luka yang sama. Cacat yang sama. Aku juga munafik
seperti mereka. Aku juga penuh intrik, manipulasi, dan muslihat
seperti mereka. Aku juga bodoh, tidak beradab, dan ignorant seperti
mereka. Cetak-cetak itu mulai tampak dihidupku. Aku bukanlah
mereka, tetapi aku semakin mulai seperti mereka. Sebagaiman
keluarga jasmani, demikian pula keluarga rohani.
Aku bersyukur pada Tuhan yang telah memberikanku keluarga
yang tidak sempurna, supaya aku bisa belajar akan
ketidaksempurnaanku. Aku bersyukur akan keluarga yang penuh
intrik, manipulasi, dan muslihat karenanya aku bisa lepas dari jerat
orang licik dan si licik, supaya aku bisa tahu semuya strategi mereka.
Aku bersyukur untuk keluarga yang bodoh, tidak beradab, dan
54
ignorant karena aku bisa semakin menjadi dewasa, pribadi utuh,
mandiri, independen, dan mengenal kebenaran dan sang benar.
Sebagaimana keluarga jasmani, demikian juga keluarga rohani.
Semakin kulihat kebelakang, semakin kucinta keluargaku.
Merekalah yang membuat aku menjadi sempurna, dan sempurna, dan
semakin sempurna. Merekalah yang aku butuhkan untuk membuat aku
menjadi manusia dewasa yang penuh dan utuh. Merekalah dengan
segala kelemahan dan cacatnya, telah menjadi malaikat penolong di
tengah kesunyian dunia. Di saat aku jatuh, dan remuk, dan hancur,
semakin aku tahu bahwa kelurgaku selalu akan menerima aku
sepenuhnya kerena mereka sama seperti aku, telah jatuh, remuk, dan
hancur.
Semakin kumerenung, semakin kebersyukur. Keluargaku adalah
yang terbaik bagiku. Masa bodoh dengan segala kelemahan dan
ketidaksempurnaan mereka. Masa bodoh dengan segala kesalahan
mereka yang kutahu. Karena kutahu sesuatu: Mereka akan tetap
sempurna bagiku meski dalam segala ketidaksempurnaan mereka.
Mereka adalah keluargaku. Masa bodoh semua pengetahuan. Masa
bodoh dengan kebenaran. Masa bodoh realitas. Mereka akan selalu
menjadi yang terbaik bagiku karena aku juga akan menjadi yang
terbaik bagi mereka apapun yang terjadi. Terima kasih Tuhan untuk
keluargaku dan gerejaku.
55
Chapter 6
Grace-Driven® Church
KISAH DALAM ARTIKEL BERIKUT INI FIKTIF BELAKA DAN
DIBUAT HANYA UNTUK TUJUAN MEMPERMANIS PESAN UTAMA.
"Tuhan, aku bingung harus bagaimana?" Demikianlah kira-kira
bunyi doaku pada Tuhan hari ini. Kondisi keuanganku sedang buruk-
buruknya karena banyaknya tagihan yang mesti dibayar dalam tenggat
waktu yang singkat, sedang penghasilanku mengalami penurunan.
Kulihat dompetku, aku hanya menjumpai uang sebesar dua puluh
delapan ribu rupiah. "Malam ini aku harus ke gereja" pikirku.
Sudah lima tahun aku tidak pernah memberikan kolekte sebesar
seribu rupiah. Aku selalu memberikan jumlah lebih bahkan bisa
dibilang amat besar mengingat kecilnya penghasilanku, namun aku
lakukan itu semua dengan sukacita tanpa persungutan. Tapi malam ini,
dengan sedih hati aku hanya bisa memberikan seribu rupiah, karena
aku kurang iman untuk memberikan lembaran dua puluh ribuan.
Semoga masa krisis ini cepat berlalu pikirku.
56
Sesampainya di gereja, pikiranku tidak bisa tenang. Aku
memikirkan tagihan seratus ribu rupiah yang harus aku bayar esok
pagi. Aku memikirkan uang sebesar ratusan ribu lainnya yang harus
aku keluarkan untuk membayar tagihan lain-lainnya lagi. Uang
tabunganku hanya tinggal tujuh ratus ribu. "Apa cukup hingga akhir
bulan saat gajian" pikirku lagi. Malam itu aku berharap sebuah
keajaiban, sebuah jalan keluar, sebuah kemenangan seperti layaknya
cerita-cerita iman yang sering aku dengar di gereja.
Kuingat bahwa Alex, salah seorang jemaat, baru saja mendapatkan
mujizat. Mobil yang sering dipakainya akhir-akhir ini memang sering
ngadat dan harus bolak-balik masuk bengkel. "Dasar memang barang
tua" pikirku atas kondisi mobil Alex. Namun Alex sekarang
bersukacita. Aku bisa merasakannya ketika aku melihat ekspresi
wajahnya ketika memuji Tuhan saat kami menyanyikan pujian bagi
Tuhan. Jelas saja Alex bersukacita karena ia baru saja mendapat mobil
baru dari menang undian yang diadakan sebuah bank. "Ah, kalau saja
ada mujizat juga untukku" gumamku lagi.
Tubuhku memang ada di kebaktian malam itu, namun pikiranku
ada nun jauh dimana. Aku membayangkan andaikata aku benar-benar
ada di sebuah gereja, tentu keadaannya akan banyak jauh berbeda.
Tunggu dulu, bukankah aku memang sedang ada di sebuah kebaktian
di sebuah gereja? Memang benar, namun gereja harusnya lebih dari
ini. Gereja adalah tubuh Kristus, perwakilan Kristus di dunia. Gereja
adalah kaki tangannya Yesus untuk menjamah dan memulihkan orang-
57
orang yang terluka dan tertindas di dunia ini. Gereja adalah sebuah
solusi, sebuah jalan keluar, sebuah misi penyelamatan.
Andaikata aku berjumpa Yesus saat itu, tentu aku meminta tolong
padaNya. "Tuhan, tidakkah Kau tahu keadaanku?" tanyaku. Samar-
samar aku dengar Yesus berkata, "Aku tahu anak-Ku. Bukan hanya
tahu, tapi aku malah lebih tahu dari kamu tentang masalahmu." "Oh
Tuhan, kalau begitu mengapa Kau tidak jawab doaku dengan mujizat?"
tanyaku lagi. "Aku tidak bisa berbuat apa-apa, anakKu. Aku tidak
punya kuasa lagi. Semua sudah Ku-serahkan pada gereja-Ku."49 Jawab
Yesus dengan air mata di mata-Nya.
Kalau saja, kalau saja, kalau saja, gereja memang seperti yang
Yesus mau. Seharusnya ketika aku datang ke gereja hari ini, aku bisa
datang dengan air mata permasalahan. Aku tidak perlu pasang muka
munafik tanpa masalah. Aku bisa bebas cerita semua masalah dan
bebanku tanpa perlu merasa malu dan tanpa perlu dihakimi sebagai
'kurang iman', 'tidak dewasa', dan 'kurang berdoa'. Aku seharusnya
bisa menjatuhkan diriku diatas tangan kasih karunia gereja dan
menemukan sebuah tempat aman, sebuah persembunyian, sebuah
oasis. Namun, tidak ada wajah bersahabat di gereja. Mereka seolah
ingin mengatakan bahwa mereka sudah punya cukup banyak masalah
di rumah karena itu jangan kau coba-coba ceritakan masalahmu
49 Dalam konsep Gereja adalah perwakilan Kristus di dunia ini. Yang saya maksud bukan Yesus tidak melakukan mukjizat lagi, tapi saya mengacu pada konsep transfer of power, seperti seorang Presiden yang sudah lengser tidak punya kuasa lagi untuk mengatur negara. Kuasa itu telah diberikan oleh Yesus kepada Gereja-Nya dengan membaptis mereka dengan Roh Kudus, yang juga adalah Allah itu sendiri.
58
padaku. Dengan gampangnya mereka bisa menjawab masalahku
dengan sebuah kata mutiara "doa dengan iman akan memindahkan
semua gunung permasalahan", padahal yang sebenarnya dikatakan
hati mereka ialah "aku tidak peduli apapun masalahmu". Buat apa aku
cerita, jika aku sudah tahu jawaban ya dan amin yang akan aku dapat.
Tanpa sadar, waktu penyembahan telah usai. Sekarang semua
jemaat duduk manis sementara mendengarkan khotbah pak pendeta
tentang cara keluar dari masalah tanpa menyulitkan atau mengganggu
anggota jemaat lainnya. Tiba-tiba, Yusuf, jemaat yang duduk
disebelahku mengatakan sesuatu, "kapan kau bayar iuran bulanan
pengurus sekolah minggu?". Aduh Tuhan, bagaimana ini. Lalu dengan
senyum aku menjawab dia dengan jawaban yang sama yang kukatakan
padanya sebelumnya berkali-kali, "besok ya". Sudah tiga bulan aku
tidak bayar iuran dan aku satu-satunya pengurus yang menunggak.
"Oke, sekalian sama iuran natal ya besok" jawab Yusuf lagi. Hatiku
tambah pedih rasanya.
Seandainya aku adalah salah satu murid Yesus, seandainya aku
ada di gereja mula-mula di Kisah Para Rasul, tentu keadaannya akan
jauh berbeda. Jawaban atas masalah keuanganku bukanlah
perpuluhan. Jawabannya bukanlah dengan menabur lebih banyak.
Jawabannya bukan dengan menambah jam doa. Jawabannya adalah
jawaban. Aku mulai membaca di kitab Kisah Para rasul demikian, "Dan
dengan kuasa yang besar rasul-rasul memberi kesaksian tentang
kebangkitan Tuhan Yesus dan mereka semua hidup dalam kasih
59
karunia yang melimpah-limpah. Sebab tidak ada seorangpun yang
berkekurangan di antara mereka; karena semua orang yang
mempunyai tanah atau rumah, menjual kepunyaannya itu, dan hasil
penjualan itu mereka bawa dan mereka letakkan di depan kaki rasul-
rasul; lalu dibagi-bagikan kepada setiap orang sesuai dengan
keperluannya."50 Mengapa gereja Yerusalem bisa menjadi sebuah
jawaban dari kebutuhan jemaat akan Yesus? Karena mereka memikiki
kasih karunia yang melimpah-limpah. 51
Ketika aku lihat jemaat sekitarku yang sedang mengangguk-
angguk untuk mengatakan "Amin" kepada kata-kata pak pendeta, aku
sadar jika gereja saat ini telah jauh dari gambaran gereja yang semula.
Tidak ada satu orang pun disini yang peduli atau pun mau membantu
kondisi keuanganku. Jikapun mereka memberikan bantuan keuangan,
itu hanya diberikan kepada pak pendeta, agar namanya disebut di
kebaktian minggu berikutnya. Gereja seharusnya adalah sebuah
komunitas. Gereja adalah rumah. Gereja adalah sebuah keluarga.
Aku bayangkan hebatnya gereja seperti itu. Ketika aku telah penat
kerja seharian mencari nafkah, ketika kepalaku sudah hampir pecah
dengan semua urusan di kantor, ketika aku naik darah karena terjebak
kemacetan, aku selalu punya harapan akan menutup hari dengan
kedamaian. Aku punya harapan karena aku tahu ketika aku sampai di
rumah, tidak ada yang akan menghakimiku, tidak ada yang
menyalahkanku, tidak ada yang membuat aku seperti orang bodoh, 50 Kisah Para Rasul 4 : 33-3551 Kisah Para Rasul 4:33
60
tidak, tidak ada. Aku bisa pakai baju yang sama berhari-hari di rumah
tanpa satu orang pun menyebut aku bodoh. Aku bisa buang angin di
spot manapun di rumah tanpa kawatir kehilangan citra diri. Ah andai
saja gereja bisa menjadi sebuah rumah.
Memang rumah tidaklah menyelesaikan semua masalah. Masalah
yang sama tetap ada disana keesokan harinya, namun rumah adalah
sebuah tempat peristirahatan. Rumah adalah tempat dimana aku bisa
feel good dan melupakan semua masalah di luar karena aku selalu
diterima di rumah. Rumah adalah tempat 'kasih karunia yang
berlimpah-limpah' yang tidak ditemukan di tempat manapun yang
lain, tidak di tempat hiburan, tidak di pusat perbelanjaan, tidak di
menara doa, tidak juga di gereja.
"Kita harus hati-hati menggunakan kas gereja", itulah perkataan
yang sudah terlalu sering aku dengar di rapat pengurus gereja. "Kita
tidak boleh sembarang memberikan uang atau bantuan kepada orang.
Kita harus lihat dulu motivasinya apa. Jangan-jangan punya niat jahat.
Jangan-jangan jadi ketergantungan. Jangan-jangan kita diperalat. Kita
harus berdoa dulu berulang-ulang sebelum kita memberikan bantuan",
kata pak penatua. Ah, seandainya ada kasih karunia yang melimpah-
limpah di gereja, kita tidak pernah pusing soal ditipu atau diperalat.
Bukankah kasih karunia mengajarkan kita untuk membalas kejahatan
dengan kebaikan? Bukankah kasih karunia mengajarkan kita untuk
selalu memberi tanpa mengharap balasan? Bukankah kasih karunia
membuat kita tetap setia mengasihi dan percaya seseorang bisa dan
61
mungkin berubah karena kita gemar menabur perbuatan baik kepada
dia? Bukankah kasih karunia Kristus diberikan pada semua orang
tanpa memandang motivasi? Bukankah Yesus mati bagi semua orang
di muka bumi dan bukan hanya bagi mereka yang menyebut diri
Kristen? Bukankah justru karena kita dibanjiri dengan kasih karunia
yang melimpah-limpah yang semestinya tidak layak kita terima, kita
malah diubah karenanya menjadi pribadi yang mengasihi Kristus?
Gereja masa kini bukan disetir oleh kasih karunia, namun disetir
oleh tujuan-tujuan. Karena indahnya visi dan misi gereja, maka segala
hal yang lain pun di korbankan termasuk harga diri jemaat dan mereka
yang ada di luar bangunan gereja. Jikalau saja gereja mau melupakan
tujuannya, dan mulai berbalik melihat kebelakang dimana ada banyak
orang yang berteriak minta tolong padanya untuk ditolong dan
diselamatkan, maka gereja akan mengalami sebuah terobosan besar
dan menjadi gereja yang disetir oleh kasih karunia. Bukankah ketika
gereja berani mengambil resiko kehilangan tujuannya, mengorbankan
visi, misi, impian, dan cita-cita nya, demi menyelamatkan mereka yang
tidak layak diselamatkan, maka gereja telah meneladani Yesus yang
telah melakukan hal yang sama bagi mereka?
Khotbah pak pendeta sudah selesai dan aku tersadar dari
perenunganku ketika kantong kolekte disodorkan padaku.
Kukeluarkan uang seribu yang telah kusiapkan sebelum kebaktian.
Sembari menyanyikan lagu iringan kolekte, aku mulai berpikir
mengenai apa gunanya aku ada di tempat itu. "Gereja sudah bobrok!"
62
pikirku. Aku mulai mengandaikan hari ini adalah hari terakhir aku
berkunjung ke tempat yang mereka sebut gereja namun sebenarnya
bukan. Aku semakin yakin dan yakin akan keputusanku. Aku lalu
bangkit berdiri.
Pak pendeta sedang mengangkat tangannya untuk memberikan
berkat kepada jemaat ketika aku melihat ada seseorang yang berdiri
persis disebelah pak pendeta. Wajahnya seperti wajah orang
kebanyakan, sederhana, dan agak gembel52. Dia tersenyum padaku dan
menatapku dengan tajam. Wajahnya tidak mirip malaikat sama sekali.
Dia lebih menyerupai pengemis yang sering kulihat di pinggir jalan.
Orang itu berkata kepadaku, "Anak-Ku, sekarang kau tahu apa artinya
itu kasih karunia yang berlimpah-limpah. Maukah kau menunjukannya
pada orang-orang yang ada disini? Maukah kau mengampuni mereka
dengan tanpa alasan tanpa mengharap mereka untuk berubah seperti
yang telah Ku-buat padamu? Maukah kau jadi kaki tangan-Ku bagi
mereka? Maukah kau memberikan kasih karunia yang melimpah-
limpah itu?
52 Lihat Matius 25 : 34 - 45
63
Chapter 7
Culture-Friendly® Church
Perubahan yang cepat menandai masa dimana kita hidup
sekarang. Salah satu faktor penyebabnya adalah berkembangnya
teknologi komunikasi dengan cepat. Akses Internet telah menjadikan
seluruh masyarakat dunia menjadi sebuah kampung global.
Perkembangan teknologi telepon genggam terkini membuat dunia kini
menjadi datar. Di tengah-tengah kondisi dunia di milenium ke-3 ini,
Gereja53 (dalam artian Am atau Universal) menghadapi tantangan dari
kultur baru yang sedang berkembang di masyarakat di seluruh dunia.
Sayangnya sedikit sekali para praktisi Gereja yang sadar dan awas
terhadap perubahan kultur dunia yang terjadi secara bersamaan ini.
Gereja sudah menjadi culture-friendly ketika mengadopsi kultur
modern. Kultur modern ditandai dengan penggunaan teknologi
terbaru di dalam segala bidang kehidupan. Kultur ini membuat
masyarakat dunia mendewakan teknologi dan percaya akan
kemampuan sains untuk menyelesaikan semua masalah manusia.
Gereja sendiri selama ini sudah merespon kultur modern dengan
merangkulnya menjadi bagian dari gereja. Musik gereja diperbaharui
53 Penulis mengacu kepada gereja secara global dan keseluruhan ketika mengatakan ‘Gereja’ dan gereja lokal tertentu dengan ‘gereja’.
64
dengan menggunakan musik yang sesuai dengan perkembangan
zaman. Gaya khotbah dibuat lebih sistematis dengan meniru
pendekatan pendidikan sekuler. Acara-acara gereja mulai diberi
bumbu-bumbu entertainment agar jemaat juga mendapatkan hiburan
di dalam gereja. Kebaktian dibuat lebih praktis dan efisien dengan
memperhatikan kebutuhan jemaat akan kehidupan serba-cepat.
Outreach atau penjangkauan kepada yang tehilang dilakukan dengan
acara massal mirip konser dimana diadakan berbagai macam
pertunjukan untuk memikat orang banyak, termasuk misalnya
kesembuhan dan mukjijat ilahi. Penginjilan juga dimodernisasi dengan
menggunakan segala macam media yang ada, mulai dari traktat yang
sederhana hingga saluran televisi. Semua reaksi Gereja terhadap kultur
modern tersebut sangatlah baik dan jika kita mau jujur, Gereja sudah
tertolong dari degradasi jumlah pengikut jika saja tidak cepat tanggap
memberikan respon terhadap perubahan kultur global.
Gereja-gereja mulai mengalami pertumbuhan jumlah jemaat yang
pesat ketika membawa diri dalam kultur modern. Gereja bukan lagi
sekedar tempat belajar akan hal-hal tentang Tuhan tapi juga menjadi
sarana entertainment bagi jemaat. Kritikus gereja, Marjoe Gortner54,
mungkin ada benarnya ketika menganggap aksi ekstasis di gereja
sebagai bentuk penyaluran kejenuhan akan tuntutan pekerjaan di
zaman modern yang memiliki level stress yang tinggi. Jika orang-orang
non-Kristen berusaha mencari hiburan di tempat-tempat seperti klub-
klub malam, pesta-pesta, dan berbagai acara penyaluran hobi, orang
54 http://www.positiveatheism.org/hist/marjoe.htm
65
Kristen akan berusaha mencarinya di gereja. Mereka menghindari
kegiatan-kegiatan yang diasosiasikan dengan keduniawian, namun
pada saat yang sama tetap punya kebutuhan untuk penyegaran dan
pelepasan stress. Oleh karena itu gereja-gereja yang memberikan
layanan musik yang menyentuh, khotbah yang memotivasi, dan aksi-
aksi yang memberikan unsur ekstasis seperti slain in Spirit, physical
and mental healing, prophetic words akan cenderung menjadi gereja
yang dipadati jemaat dan bertumbuh menjadi megachurches55. Tema-
tema yang populer tentu saja berpusat pada kebutuhan masyarakat
modern, dimana sukses merubah status sosial seseorang ke kelas yang
lebih baik menjadi kebutuhan utama. Ini alasan utama dibalik
kesuksesan prosperity gospel dan semua pengajaran tentang
memaksimalkan potensi manusia.
Ada hal yang sangat disayangkan sekarang, yakni ketika kultur
global mulai hijrah dari modern ke pasca-modern, Gereja sedikit sekali
memberikan respon. Mungkin karena gereja-gereja yang mengadopsi
kultur modern sudah merasa puas dengan jumlah jemaat mereka yang
membanggakan, sehingga tidak lagi peka akan perubahan besar yang
terjadi di luar gereja. Generasi yang lahir mulai tahun 1980-an ke atas
sudah termasuk ke dalam generasi pasca-modern, dimana tidak seperti
generasi sebelumnya, generasi ini besar dengan teknologi namun tidak
menemukan teknologi dan sains memberikan jawaban atas semua
kubutuhan hidup. Anggap saja hal ini seperti bumerang yang mulai
berbalik ke arah berlawanan. Generasi pasca-modern lebih bersifat 55 Sebuah trend hari-hari ini dimana gereja memiliki gedung besar yang bisa menampung ribuan jemaat beribadah sekaligus.
66
skeptik terhadap apa pun juga. Mereka meragukan semua klaim-klaim
yang pernah dibuat oleh generasi-generasi sebelum mereka. Mereka
melihat adanya kebutuhan dasar manusia yang tidak bisa dipuaskan
dengan teknologi, yakni kebutuhan untuk mengenal dan dikenal secara
otentik.
Generasi pasca-modern besar dengan pemahaman human
equality56. Mereka muak terhadap segala bentuk diskriminasi terhadap
siapa pun. Mereka juga menolak konsep status sosial yang didewakan
oleh generasi modern. Semua orang punya hak dan kesempatan yang
sama dan tidak ada orang lain yang memiliki status lebih tinggi dari
lainnya. Akibatnya mereka cenderung muak terhadap semua sistem
otoritas dan sering dilabeli sebagai generasi pemberontak. Bagaimana
mungkin mereka yang besar dengan akses informasi dan pembelajaran
yang mudah diakses seperti Internet dan media lainnya mau di’didik’
oleh figur yang menggurui? Mereka tidak suka konsep pendidikan tapi
sebenarnya mereka mau belajar dan berani mengkritisi segala sesuatu.
Konsep pendidikan membuat satu pihak dianggap menjadi pihak yang
bodoh sedang pihak yang lain sebagai yang lebih mengerti. Oleh karena
itu, mereka lebih mau belajar dan diajar oleh mereka yang mau
mengakui mereka sebagai sederajat, para sahabat, yang tidak
menganggap diri lebih dari yang lain, namun sebagai rekan yang sama-
sama sedang dalam proses belajar.
56 Paham bahwa semua manusia adalah sama dan sejajar, kontras dengan pandangan masa sebelumnya yang masih menganggap kelompok tertentu sebagai manusia kelas kedua.
67
Apakah artinya ini bagi Gereja (dalam artian Am atau Universal)?
Artinya pendekatan teknologi tidak mengena bagi generasi pasca-
modern. Mereka lebih suka dialog yang jujur dimana kedua belah
pihak terbuka dan saling mau belajar satu sama lain, dibanding paket-
paket pengajaran dinamis lewat Power Point. Mereka ingin agar suara
mereka juga didengar dan diperhatikan, serta pada saat yang sama
keragu-raguan mereka juga dihargai sebagai proses iman dan bukan
sebagai cacat iman. Gereja yang mau merangkul generasi pasca-
modern harus meninggalkan pendekatan show seperti kebaktian,
konser, KKR, outreach, dan segala bentuk penginjilan media. Mereka
harus banyak-banyak mengadakan dialog dalam bentuk private talk
yang pribadi dan bukan talk show (Sekali lagi hindari penggunaan
semua jenis show). Konsep yang mereka mau juga bukan konsep
mentor-murid, tapi konsep sahabat yang sama-sama sedang berjalan
ke arah titik yang sama, yang tidak menghakimi, tapi merangkul dan
saling jujur satu terhadap yang lain.
Generasi pasca-modern adalah generasi yang sudah muak
terhadap semua bentuk hype (kehebohan). Jika ada satu hal yang
sangat mereka dewakan itu adalah otentitas. Mereka lebih menghargai
mereka yang jujur akan kesalahannya dibanding mereka yang terlihat
tanpa cela. Kasus-kasus gereja modern dimana terungkapnya skandal
homoseksual para pengkhotbah terkenal, kasus pelacuran di gereja dan
berbagai skandal keuangan para penginjil kaya, semakin
membangkitkan semangat generasi pasca-modern untuk bersikap
skeptik terhadap semua bentuk hype. Mereka tahu persis bahwa apa
68
yang di depan kamera kemungkinan besar bukanlah wajah asli namun
sudah melalui proses pembedakan. Para unsung heroes57, yang
walaupun tidak ada yang tahu siapa mereka, akan menjadi pahlawan
iman generasi pasca-modern karena mereka mampu menghidupi iman
Kristen dalam basis hari-demi-hari, sedangkan nama-nama populer
dengan keahlian membuat sebuah pertujukan yang baik akan kurang
digemari. Generasi ini mengagumi mereka yang tidak dikenal yang
dapat menjadi ekspresi iman pasca-modern dimana skeptisme bukan
dianggap sebagai anti-iman dan tampil apa adanya lebih baik
dibanding penampilan cemerlang dengan track record yang memukau.
Pesan yang ingin didengar generasi ini bukanlah bagaimana
meningkatkan status sosial mereka dengan perbaikan kualitas diri, tapi
bagaimana memelihara iman dalam skeptikisme dan memelihara
skeptikisme dalam iman. Jika anda seorang praktisi gereja, cara
terbaik mengadakan pendekatan terhadap generasi ini bukanlah
dengan menanyakan apa yang salah dengan mereka, tapi tanyakanlah
dengan tulus apa yang mereka ketahui yang mungkin tidak anda
ketahui.
Iman pasca-modernisme dipupuk oleh berkembangnya
munafikisme di gereja dan semakin dipacu dengan kritik iman kristiani
yang dikomandoi oleh heboh Da Vinci Code dan Injil-injil Gnostik
seperti yang terbaru, Injil Yudas. Namun saya sangat optimis bahwa
kedua faktor diatas yang seharusnya melemahkan gereja, malah
menjadi energi penguat bagi gereja pasca-modern. Mereka bukan akan
57 Orang-orang yang tidak populer namanya namun memiliki jasa yang berarti.
69
kehilangan iman mereka, namun justru menemukan iman mereka
bertumbuh subur di sebidang tanah bernama skeptikisme. Fokus
perhatian gereja generasi pasca-modernisme bukan pada keunggulan
iman kristiani dibanding iman-iman lainnya (demi Tuhan, mereka
tidak suka segala bentuk perbedaan status atau pengelompokan kelas
atas dan bawah) namun lebih pada kehidupan Kristen sehari-hari.
Mereka bertanya-tanya apakah artinya menjadi seorang murid Kristus
yang otentik dimana mereka sadar bahwa simbol-simbol agama,
seperti gereja (dalam artian gedung atau organisasi), lagu rohani, doa
atau segala bentuk kegiatan aneh yang diberi nama ‘saat teduh’,
pembacaan firman teratur tidak membantu sama sekali. Bagi mereka,
menjadi Kristen bukanlah soal menjadi lebih rohani dari orang lain,
tapi menjadi sadar bahwa mereka belum rohani sama sekali. Mereka
tidak suka jargon-jargon agama yang akan membuat mereka seperti
makhluk planet yang tinggal di bumi, mereka ingin menjadi sama
seperti manusia kebanyakan, sambil memberi dampak lewat iman
Kristen yang mereka miliki secara tidak disengaja (karena kesengajaan
adalah lawan dari otentitas).
Prinsip human equality ini juga lah yang akan merombak wajah
gereja yang merangkul kultur pasca-modernisme. Mereka tidak suka
akan konsep clergy-laity (imam-awam) yang sudah populer selama
berabad-abad. Mereka tidak suka di-guru-i oleh siapa pun. Mereka
suka atmosfir belajar kelompok, dimana semua peserta adalah
pembelajar, dan akhirnya saling mengajar dan belajar dari satu sama
lain, berdasarkan kelebihan yang masing-masing mereka miliki. Akses
70
belajar segala hal dengan mudah yang disediakan teknologi seperti
internet, membuat banyak generasi ini lebih banyak tahu dari para
pemimpin rohani mereka. Oleh sebab itu, para praktisi gereja yang
selama ini bertindak sebagai pemimpin rohani harus belajar
merendahkan diri dan berdialog dengan generasi ini dan membuka
kemungkinan belajar dari mereka.
Kondisi desain gereja modern tidak cocok bagi generasi pasca-
modern. Oleh karena itu, kebanyakan mereka mulai mencoba cara
alternatif untuk mengembangkan iman kristiani mereka. Ada beberapa
fenomena yang populer. 58Pertama, banyak dari mereka yang
merangkul kembali tradisi Ortodoksi Timur. Fenomena ini memang
tampak aneh, namun ketidakpuasan mereka terhadap gereja barat
yang telah mabuk oleh modernisme membuat mereka mencari-cari
model gereja yang tidak terjebak pada perangkap modernisme.
Diantara banyak pilihan, Ortodoksi Timur dengan segala tradisi kuno
mereka dianggap mewakili ekspresi iman yang murni yang tidak
tersentuh perubahan peradaban selama ini. Kedua, banyak dari
mereka yang terhisab dalam gereja-gereja emerging. 59Gereja
emerging muncul sebagai reaksi generasi pasca-modernisme yang mau
merangkul dunia bagi gereja dan gereja bagi dunia. Gerakan ini sering
dilabeli Church At Market Place.60 Fokus mereka yang utama ialah
58 Hasil dari membaca berbagai litelatur.59 “The emerging church (also known as the emerging church or the emergent church movement) is a Christian movement of the late 20th and early 21st century whose participants seek to engage postmodern people, especially the unchurched and post-churched.” Source: http://en.wikipedia.org/wiki/Emerging_church 60 Sebuah kesadaran baru bahwa gereja seharusnya ada di tengah-tengah dunia sebagai kesaksian dan bukannya membentuk kelompok eksklusif.
71
memberi dampak bagi dunia dengan tidak antipati terhadap dunia itu
sendiri. Gereja-gereja emerging tidak segan-segan mempertontonkan
dan mendiskusikan sebuah film Hollywood populer dalam pertemuan-
pertemuan mereka, bukan untuk mengkritisi namun belajar untuk
menemukan Tuhan di mana pun termasuk di sebuah sub-kultur dan
pada akhirnya rindu untuk menjangkau mereka yang selama ini tidak
tersentuh gereja dengan pendekatan kebudayaan tersebut. Ketiga,
banyak dari generasi ini benar-benar meninggalkan organisasi gereja
tanpa meninggalkan iman kristiani mereka. Mereka berusaha
menghidupi iman mereka dengan wajar dan jujur, tanpa misi muluk-
muluk. Golongan ketiga ini umumnya suka berdialog dengan berbagai
pihak termasuk mereka yang memusuhi iman Kristiani. Bagi mereka,
gereja adalah suatu pagi di kafetaria dimana dua orang mengadakan
pembicaraan yang sangat pribadi sekali tentang Tuhan sambil
menghirup teh sesekali. Bagi mereka, gereja bukanlah perkumpulan
sosial, tapi mereka sendirilah yang adalah gereja. Mereka tidak pernah
‘bergereja’ lagi namun iman mereka tetap hidup melalui obrolan-
obrolan tentang Tuhan baik di internet maupun di coffee shop.
Keempat, ada pula yang tetap bertahan di gereja modern, namun
membawa semangat pasca-modern sambil senantiasa berharap bisa
mengadakan perubahan-perubahan ketika kepemimpinan gereja
beralih kepada generasi mereka.
Lalu apakah yang seharusnya dilakukan Gereja (secara Am dan
Universal)? Menurut saya yang utama ialah Gereja harus
menghentikan kecurigaan terhadap generasi pasca-modern. Penting
72
untuk diingat bahwa generasi ini adalah produk sebuah kebudayaan
yang sedang berkembang, jadi bukanlah produk dari menjalarnya dosa
atau moralitas yang rendah. Jikalau Gereja tidak mau kehilangan satu
generasi (yang sudah mulai diam-diam keluar dari gereja), maka
Gereja harus mengadaptasi dirinya di dalam kebudayaan pasca-
modern. Ini sama sekali bukan berarti Gereja berusaha kompromi
dengan dunia, tapi ini bertujuan agar Gereja bisa tetap menjalankan
misinya untuk menginjili dunia yang terhilang ini. Tidak ada yang
perlu berubah dari iman Kristiani maupun panggilan Gereja sebagai
perwakilan Kristus di bumi, yang harus berubah adalah casing atau
kendaraan yang kita pakai untuk berkerja menjalankan amanat
Kristus. Jikalau saja Gereja peka akan kultur dan menjadi culture-
friendly, maka Gereja bisa berbangga akan keberhasilannya
menjalankan Amanat Agung. Sekarang terserah anda untuk
menentukan reaksi apa yang akan anda ambil.
73
Chapter 8
Mission Is Yes-Us61
For God loved the world so much that he gave his one and only
Son, so that everyone who believes in him will not perish but have
eternal life. (John 3: 16)
Misi secara harafiah berarti pengutusan untuk melakukan suatu
tugas. Belakangan ini kata misi sepertinya kembali menjadi kata favorit
di dunia kekistenan. Gereja-gereja sedang menargetkan pertumbuhan
jumlah pengikut Kristus di dunia ini. Beberapa punya maksud tulus
yakni meneruskan amanat Yesus, sedang yang lain melakukannya demi
memperbanyak jumlah anggota jemaat mereka. Terlepas dari maksud
dan motivasi, bisa dipastikan sebagian besar orang Kristen memang
memikili beban untuk membagi berita Gospel (- dari kata ‘Good Spell’
kabar baik) atau God’s Pill ( obat bernama Tuhan) kepada dunia.
Tulisan ini bertujuan untuk menantang asumsi yang ada selama ini
mengenai apa dan bagaimana misi sebaiknya dilaksanakan. Penulis
tidak memaksakan pembaca untuk setuju sepenuhnya dengan isi
tulisan, namun lebih mengundang untuk memikirkan ulang konsep-
konsep yang pembaca punya selama ini.
61 Semua kutipan alkitab berbahasa Inggris di ambil dari The New Living Translation (NLT)
74
Contoh terbaik untuk mempelajari misi adalah dari Allah sendiri.
Bapa di surga telah mengutus Anak-Nya Yesus ke dalam dunia untuk
melaksanakan suatu tugas, yakni penebusan manusia. Oleh karena itu
bisa dikatakan bahwa Yesus adalah Misionaris terbesar sepanjang
sejarah. Melalui cara Bapa mengutus Yesus ke dalam dunia seperti
yang diuraikan dalam Yohanes 1 : 9-14 kita bisa belajar mengenai
prinsip-prinsip utama dari misi dan penginjilan. Sebenarnya misi
sendiri tidak jauh-jauh dari Yes-(it’s)-Us.
Mission is Us – Coming into the World The one who is the
true light, who gives light to everyone, was coming into the
world. (ayat 9)
Misi berarti diutus pergi ke suatu tempat yang lain. Yesus
meninggalkan surga untuk datang ke dalam dunia. Gereja juga diutus
Yesus untuk pergi ke dalam dunia. Itu sebabnya Yesus tidak langsung
membawa GerejaNya ketika kembali kepada Bapa, melainkan
melepaskan Gereja untuk menjalankan misi di dunia. Celakanya, hal
ini sudah hampir dilupakan oleh Gereja masa kini.
Kebanyakan gereja mengartikan misi sebagai mengundang dunia
ke dalam sebuah tempat bernama gereja. Oleh karena itu, mayoritas
gereja menganggap mereka sudah menjalankan misi jika telah
menyelenggarakan berbagai event yang bertujuan mengundang orang
dunia mau masuk ke dalam gereja, entah melalui acara Kebaktian
Kebangunan Rohani (KKR), konser musik, acara makan-makan, atau
Seminar Pengembangan Pribadi. Bangunan gereja pun dipermewah
75
dengan menambahkan AC dimana-mana dan musik gereja pun
diperbaharui dengan mengikuti selera pasar yang sedang berkembang.
Segala upaya tersebut memang bagus, tapi sudah melupakan dasar
esensi misi sesungguhnya, yakni ‘kita pergi ke dalam dunia’ dan bukan
‘dunia datang ke kita’.
Hasilnya kita punya the so-called ‘hyped’ christianity. Semua yang
dilakukan dalam ‘misi’ gereja bertujuan menunjukkan kepada dunia
betapa indahnya menjadi orang Kristen dan betapa orang-orang
Kristen memang sangat cool. Orang Kristen pun terlatih untuk
memasang topeng bernama ‘kerendahan hati palsu’ dan semua di
dalam bangunan gereja memang nampak seperti tidak punya masalah.
Orang dunia yang datang ke bangunan gereja pun dilatih untuk
mengganti baju ‘setan’ mereka dan mengenakan kostum ‘malaikat’ di
dalam gereja dan parahnya mereka kembali berganti kostum ketika
keluar dari bangunan gereja.
Allah mengartikan misi sebagai pergi ke dunia, namun kita telah
lancang menyebut segala upaya mengundang dunia ke dalam gereja
sebagai misi. Sekali lagi saya katakan bahwa misi adalah gereja datang
ke dunia, bukan dunia datang ke gereja. Jika anda sependapat dengan
saya silahkan lanjut membaca thesis-thesis selanjutnya, namun jika
tidak, sebaiknya anda tidak usah lanjut membaca karena tidak akan
ada gunanya semenjak anda suka berada di zona nyaman.
76
Mission is Us – Shining in the Darkness The one who is the
true light, who gives light to everyone, was coming into the
world. (ayat 9)
Bapa mengutus Yesus untuk menjadi terang bagi dunia dan
sekarang dunia telah terang bederang karena efek kedatangan Yesus.
Dunia 2000 tahun sesudah kedatangan Yesus sudah berbeda jauh
dengan dunia pada zaman Yesus. Kedatangan Yesus telah membuat
manusia memikirkan ulang konsep-konsep yang dianggap baku
sebelumnya seperti perbudakan, rasisme, peperangan, kekerasan, dan
yang terutama ketidaksetaraan gender. Kedatangan Yesus telah
membuat dunia mengerti dan memahami betapa beharganya setiap
individu di mata Allah terlepas dari jenis kelamin, ras, dan strata
sosial. Kadatangan Yesus ke dalam dunia telah memunculkan musim
semi setelah musim dingin yang cukup lama. Kedatangan Yesus juga
seperti seperti fajar pagi yang menghapus kegelapan dan membawa
dunia semakin menuju puncak terang tengah hari.
Apakah misi gereja hari-hari ini sedang menunjukan terang yang
bersinar di kegelapan? Yang ada malah terang yang eksklusif dan
menolak hadir di tengah-tengah kegelapan. Gereja merasa risih dengan
kegelapan di sekitarnya sehingga akhirnya memilih untuk menerangi
dirinya sendiri. Tidak heran jika akhirnya setiap cacat cela gereja
menjadi olok-olok dunia. Gereja sudah lupa bagaimana caranya
bersinar di tengah kegelapan.
77
Jemaat gereja hari ini dilatih menjadi katak dalam tempurung
dengan membuat subkultur sendiri. Mereka mengenal yang namanya
musik Kristen, film Kristen, buku Kristen, sekolah Kristen, televisi
Kristen, sulap Kristen, partai politik Kristen, arisan Kristen, hotel
Kristen, mobil Kristen, bakmi Kristen hingga make-up Kristen. Mereka
adalah kelompok masyarakat yang alergi terhadap segala sesuatu yang
tidak berlabel Kristen. Mereka mencap Harry Potter sebagai pekerjaan
setan, Teletubbies sebagai gay, dan Ahmadinejad sebagai antikristus.
Mereka adalah kelompok masyarakat yang sangat amat eksklusif.
Sama dengan cara pandang orang miskin di daerah kumuh
terhadap orang-orang yang tinggal di perumahan elit, demikianlah
pandangan dunia terhadap Gereja. Mereka melihat gereja sebagai
alien-alien yang hidup untuk diri mereka sendiri. Gereja mungkin saja
mengadakan acara sosial seperti membantu orang-orang miskin dan
susah, namun seringkali itu dilakukan hanya kepada kalangan sesama
Kristen, atau kepada kalangan di luar Kristen dengan tujuan meng-
kristen-kan mereka. Dengan kata lain Gereja tidak berhasil
menjalankan misi menjadi terang di dunia karena Gereja memang
tidak peduli pada kegelapan yang ada di dunia.
Mission is Us – Not Self-seeking He came into the very world
he created, but the world didn’t recognize him. (ayat 10)
Sangat miris memang melihat bagaimana Bapa mengutus Yesus ke
dalam dunia – dengan kesederhanaan. Selama di bumi Yesus dikenal
sebagai pribadi yang bersahaja, jauh dari kemewahan dan hedonisme
78
dunia, dan Dia memilih menjadi yang paling rendah dari yang paling
rendah. Yesus tidak mencari popularitas. Meski saudara-saudara Yesus
mengusulkan sebuah usulan menajerial yang sangat baik,
“Berangkatlah dari sini dan pergi ke Yudea, supaya murid-murid-Mu
juga melihat perbuatan-perbuatan yang Engkau lakukan. Sebab tidak
seorangpun berbuat sesuatu di tempat tersembunyi, jika ia mau diakui
di muka umum. Jikalau Engkau berbuat hal-hal yang demikian,
tampakkanlah diri-Mu kepada dunia.” (Yoh 7:3-4), Yesus malah
menganggap dingin ide marketing brilian saudara-saudaranya
tersebut.
Yesus menjalankan misinya dengan tidak berusaha mencari
perhatian. Misi akan dianggap berhasil apabila tugas berhasil
dilaksanakan dengan baik, bukan karena banyak orang yang
memperhatikan dan ikut serta. Sungguh kontras dengan Gereja masa
kini yang sangat ingin mendapat perhatian dunia dengan menonjolkan
hal-hal yang dianggap Yesus sendiri sebagai ‘kebodohan’ seperti dalam
hal jumlah pengikut, popularitas, dan kekayaan material.
Yesus tidak perduli dengan berapa murid yang Dia punya, malah
mungkin Dia bisa dianggap gagal karena meskipun hanya punya 12
pengikut, Dia masih harus kehilangan 1 orang yang bukan hanya
meninggalkanNya, namun juga mengkhianatiNya. Yesus tidak
mempedulikan statistik, tapi transformasi hidup. Jika gereja hari ini
menganggap diri sukses dengan banyaknya jumlah jemaat, hal ini
mungkin mungkin akan ditertawakan Yesus jika Dia diwawancarai
surat kabar hari ini.
79
Yesus tidak peduli dengan popularitas, malah dia selalu berusaha
kabur dan menghindar dari fans-fans fanatiknya. Dia tidak berminat
jadi superstar dan Dia tidak peduli apa kata orang tentang Dia. Gereja
hari ini mengukur kesuksesan dengan seberapa laris buku best-seller
mereka, seberapa nge-hit musik mereka, dan seberapa besar tarif
pengkhotbah kesayangan mereka. Para hamba Tuhan pun mulai
menganggap diri mereka sebagai selebritis rohani dan senang
membanggakan mahalnya pakaian mereka, kendaraan mereka, dan
rumah mereka. Celakanya itu semua dilakukan atas nama misi bagi
dunia.
Mission is Us – Not Imposing Others He came to his own
people, and even they rejected him. (ayat 11)
Dalam menjalankan misiNya Yesus harus berulang kali
menghadapi yang namanya penolakan. Meskipun Yesus bisa saja
menggunakan tangan besi untuk melaksanakan kehendakNya, namun
Yesus adalah pribadi lemah lembut yang tidak pernah memaksa orang
lain untuk mengikutiNya. Dia mengajukan sebuah tawaran dan
membiarkan orang memilih untuk menerima atau menolak. Namun
tetap saja Yesus memberikan nyawaNya bagi semua orang, baik yang
menerima maupun yang menolakNya. Dia berdoa di kayu salib, “Bapa,
ampunilah mereka”. Ini adalah ucapan yang spektakuler karena
memohon pengampunan bagi mereka yang hendak mengambil nyawa
kita memang terlihat sangat bodoh. Namun Yesus siap menjadi terlihat
bodoh demi cintaNya kepada kita dan ketaatanNya kepada misi yang
diberikan Bapa.
80
Sejarah dunia menyebutkan salah satu alasan mengapa Kristen
menjadi agama dengan pengikut terbanyak di dunia karena
penyebarannya melalui media kekerasan. Pada zaman dahulu, Paus
bekerja sama dengan raja-raja Eropa untuk menaklukkan dunia dan
memaksa seluruh dunia menjadi Kristen. Sebuah anekdot Afrika
menceritakan bahwa sebelum bangsa Eropa datang ke Afrika, bangsa
Afrika memiliki emas di tangan mereka. Setelah berjumpa dengan
bangsa Eropa, emas pun berpindah ke tangan bangsa Eropa dan di
tangan bangsa Afrika diberikan Injil sebagai ganti emas. Tidak dapat
dipungkiri bahwa sebagian besar bangsa yang notabene Kristen seperti
Eropa, Afrika, dan Amerika Latin telah dibaptis dalam pedang dan
senapan.
Di masa kini pun chauvinisme Kristen masih merajalela. Tanya
saja kepada orang Kristen di mana saja tentang pendapat mereka
mengenai umat Islam, Atheist, atau kepercayaan lainnya, pasti akan
keluar sebuah pendapat yang kental dengan prasangka. Mereka
menganggap merekalah manusia sejati dan memaksa semua orang
untuk mengakui bahwa mereka unggul dan memakai baju yang sama.
Misi diartikan sebagai memaksa dunia untuk berseragam sama dengan
kita. Tidak heran kemudian lahir gerakan-gerakan politik berlabel
Kristen dan berusaha mengubah dunia dengan cara-cara yang tidak
mengikuti teladan Yesus. Yesus selalu mengutamakan perubahan hati
dan tidak pernah ada hati yang berubah akibat paksaan.
81
Mission is Us – Giving Ourselves But to all who believed him
and accepted him, he gave the right to become children of God.
(ayat 12)
Yesus datang dengan semua misi untuk membuat sebanyak
mungkin orang menjadi anak-anak Allah. Meskipun dia adalah Putera
tunggal Bapa, Dia rela untuk memberikan hak kesulunganNya kepada
kita, agar kita boleh mengalami semua berkat yang Yesus miliki di
dalam Bapa. Misi berbicara mengasihi dan mengasihi berbicara
memberi. Yesus memberikan harta terbaik yang Ia miliki, yakni
nyawaNya agar kita bisa mendapat bagian di dalam kemuliaanNya.
Apa yang Yesus contohkan ketika dia menjalankan misi di dunia?
Dia menjadikan diriNya yang mulia sebagai hamba dan pelayan yang
hina. Yesus bahkan sempat mengambil jubah seorang budak dan
membasuh kaki murid-muridNya. Yesus mengajarkan bahwa
kebesaran sejati timbul dari merendahkan diri dan melayani dunia ini.
Pertanyaan yang timbul sekarang ialah apakah Gereja melayani dunia
seperti seorang hamba melayani tuannya? Apakah Gereja malah
menuntut dunia melayani dirinya dengan menuntut fasilitas dan
kemudahan? Apakah gereja rela kehilangan semarak kebaktian mewah
dan menyumbangkan semua uang untuk melayani dunia (mereka yang
tertindas)? Apakah gereja rela kehilangan hak demi menjangkau hati
manusia yang sudah bebal? Dalam menjalankan misinya, Yesus sudah
memberikan segala-galanya bagi dunia. Pertanyaannya sekarang,
apakah gereja sudah memberikan segala-galanya bagi dunia?
82
Mission is Us – Incarnating So the Word became human
and made his home among us. He was full of unfailing love and
faithfulness. And we have seen his glory, the glory of the Father’s one
and only Son. (ayat 14)
Ketika Yesus datang ke dunia, Dia terlebih dahulu
menginkarnasikan diriNya ke dalam rupa manusia. Dia memilih untuk
lahir sebagai bayi tidak berdaya, mengalami proses pertumbuhan
selayaknya manusia bertumbuh, dan mengalami keterbatasan-
keterbatasan fisik sebagai manusia. Misi bagi Yesus ialah
mengkomunikasikan pesan dari Bapa dan pesan itu baru akan
tersampaikan dengan baik apabila pesan itu telah melalui proses
inkarnasi terlebih dahulu. Yesus tidak datang ke dunia dalam rupa
keilahianNya namun Ia menjadi sama dengan manusia.
Gereja misi adalah gereja yang berinkarnasi ke dalam dunia. Pesan
Injil tidak sampai dengan jelas karena Gereja memiliki bahasa yang
berbeda dengan bahasa yang digunakan dunia, akibatnya ialah
miskonsepsi dan salah pengertian yang berbuntut pada kecurigaan
yang berlarut-larut. Gereja telah terlalu sombong untuk mau
membungkuk dan menjadi sama dengan dunia. Oleh karena itu gereja
sebaiknya menghapus segala penggunaan bahasa Kristen dan mulai
berbicara dalam bahasa yang dimengerti oleh dunia ini.
Apakah dunia ini akan mendengar orang ‘kudus’ yang terlihat
seperti habis tersambar petir dan mengucapkan kata-kata yang ‘terlalu
rohani’? Apakah dunia ini akan mendengar kesaksian dari para
83
selebritis Kristen yang hidup dalam kemewahan semu? Saya rasa dunia
ini sedang mencari mereka yang sama seperti dirinya, “been through
hell, done that”, dan berbicara dalam bahasa yang mampu
dimengerti.
Mission is Us – being Jesus So the Word became human and
made his home among us. He was full of unfailing love and
faithfulness. And we have seen his glory, the glory of the
Father’s one and only Son. (ayat 14)
Yesus datang untuk menunjukkan kepada dunia wajah daripada
Bapa dan Gereja di utus ke dunia untuk menunjukkan kepada dunia
wajah daripada Yesus. Gereja yang misioner adalah gereja yang
menjadi Yesus bagi dunia yang terhilang ini. Apa yang dilakukan Yesus
bagi dunia, hal yang sama seharusnya dilakukan oleh Gereja. Yesus
berdoa dan memberkati musuh-musuhNya, demikian halnya
seharusnya Gereja berdoa dan memberkati Osama bin Laden,
Ahmadinejad, dan Abu Bakar Baasyir.
Philip Yancey mengatakan jawaban bagi pertanyaan, “Dimana
Allah di saat dunia menderita?” seharusnya dijawab dengan “Dimana
Gereja di saat dunia menderita?” Gereja telah diberikan misi sebagai
kepanjangantangan dari pada Yesus untuk mengadakan pemulihan
atas bumi ini. Gereja misioner ada bersama mereka yang terluka dan
membalut luka-luka mereka. Gereja misioner tidak takut dicap sebagai
sesat dan memilih ada bersama dengan yang paling hina dari hina.
Gereja misioner ada untuk menunjukkan wajah Kristus kepada dunia.
84
Chapter 9
The iChristianity™62
Ada lebih dari 1 milyar orang di muka bumi yang ini yang
mengaku dirinya adalah orang Kristen, tapi berapa banyak dari mereka
yang benar-benar Kristen? Siapakah yang bisa disebut sebagai kristen
otentik dan bukan kristen imitasi? Bagaimanakah membedakan
sebuah iman kristen yang murni dari sebuah iman yang palsu?
Bukankah sesuatu yang palsu dibuat untuk meniru apa yang asli dan
oleh karenanya menyesatkan? Patokan apa yang kita bisa pegang untuk
membedakan iman kristen sejati dari iman iChristianity™?
The iChristianity™
Apa itu iChristianity™? Ini adalah jenis kekristenan yang tidak
mau diatur dan mengikuti otoritas yang sudah ditetapkan. Jikalau saya
misalnya membuat rekaman dari lagu yang sudah baku macam
"Unchained Melody" dengan versi gue, artinya saya menerobos semua
aturan yang sudah ada dan hanya mengikuti apa kata hati saya. Saat
dimana kita mulai meremehkan otoritas yang ada, ialah saat dimana
kita mulai menjalankan sesuatu menurut 'versi gue'.
62 Nama yang saya reka-reka sendiri untuk menggambarkan ‘Kekristenan Versi Gue’
85
Apa yang salah dengan iChristiany™? Kesalahannya ialah ini
bukanlah kekristenan yang asli. Ini bukanlah kekristenan yang otentik.
Ini adalah model kekristenan yang dibuat untuk memuaskan gaya
hidup 'semau gue'. Ini adalah cara banyak orang untuk menjadi
'Tuhan' atas kerohaniannya sendiri.
Iman Christianity 1.0™
Tidak mungkin ada barang yang palsu, jika tidak ada barang yang
asli. Demikian juga tidak akan ada iChristianity™ jika tidak ada yang
namanya iman Christianity 1.0™. Apa itu iman Christianity 1.0™?
Dengan standar apa kita bisa menilai keotentikannya?
Kekristenan yang otentik adalah kekristenan sebagaimana
diajarkan dan dipraktekan oleh sumbernya. Apa itu sumber? Sumber
adalah asal muasal dari sesuatu. Apakah sumber kekristenan yang
otentik? Sumbernya adalah Yesus Kristus, karena Dialah yang memulai
dan membangkitkan apa yang disebut iman kekristenan sebelum
siapapun. Yesus Kristus adalah figur utama dari kekristenan dimana
padaNyalah semua iman kristiani bertumpu. Jadi, kita bisa
menyimpulkan jika suatu iman kristen adalah otentik dan bukan
merupakan 'versi gue' lewat kaitannya dengan sang figur sentral, yakni
Yesus Kristus.
Beberapa Pertanyaan Pembuka Untuk Direnungkan
1. Setujukah anda jika keotentikan iman Kristiani diukur
dengan seberapa jauh keterkaitannya dengan Yesus Kristus?
86
2. Seberapa pentingkah figur Yesus Kristus dalam iman
Kristen? Apakah ada figur lain yang lebih penting dari
Kristus Yesus?
3. Mungkinkah seseorang memiliki iman Kristiani tanpa
mengetahui dan mengenal Yesus Kristus?
Contoh: A: "Saya orang Kristen!"
B: "Oh ya, siapa yang kau percayai?"
A: "Saya pengikut Nabi JED-ReVoLuTiA."
B: "Lalu apa pandanganmu tentang Yesus Kristus?"
A: "Siapa? Yesus? Siapa tuh?”
Bukankah dalam contoh situasi diatas kita bisa menyimpulkan
bahwa si A tidak memiliki iman Kristen yang otentik? Mungkin benar
ia memiliki iman, tapi itu bukanlah iman Kristen, karena iman Kristen
otentik diukur lewat keterkaitannya dengan figur Yesus Kristus.
Standar Otoritas Yang Yesus Tetapkan
Yesus Kristus hidup 2000 tahun yang lalu. Menurut iman kristen
yang otentik, Yesus telah mati di kayu salib, dikuburkan, dan bangkit
pada hari yang ketiga, lalu naik ke sorga. Apa yang saya katakan
barusan adalah dasar utama kekristenan, yaitu berpusat pada karya
pengorbanan Yesus di kayu salib. Ambil saja salah satu unsur, maka
87
anda tidak lagi memiliki iman Kristen, melainkan sesuatu iman baru
'versi gue'.
Dengan Yesus Kristus telah meninggalkan planet ini 2000 tahun
yang lalu, standar apakah yang kita bisa jadikan untuk menguji
keotentikan iman Kristen pada zaman sekarang? Di tengah segala
macam pandangan dan teori yang ada tentang iman Kristen, apakah
yang benar benar bisa kita jadikan patokan di masa post-modern
seperti sekarang? Bukankah kita tidak bisa menyelesaikannya lewat
Mahkamah Kitab Suci (mengacu pada fungsi dari Mahkamah
Konstitusi di sebuah negara)? Bukankah kita tidak bisa meng-interview
Yesus untuk menanyakan langsung padanya manakah yang benar
layak disebut iman Kristen sejati? Lalu patokan apa yang bisa kita
pegang? Apakah yang kita bisa sebut sebagai 'Otoritas' yang akan
menguji keotentikan suatu iman yang dilabeli 'Kristen'?
Jawabannya ada pada hal-hal yang ditinggalkan Yesus ketika di
bumi. Kita bisa menjadikan jejak-jejak peninggalannya sebagai otoritas
pengukur keotentikan iman Kristen. Mengapa demikian? Andaikata
ditemukan sebuah lukisan yang di-klaim pemiliknya sebagai karya
Pablo Picasso, apakah yang kita bisa buat menjadi tolok ukur (otoritas
penguji) bahwa lukisan itu benar karya otentik Picasso dan bukan
imitasi? Picasso sudah meninggal dunia jadi kita tidak dapat
menanyakan langsung kepadanya. Tapi kita bisa mengukur
keotentikannya dengan apa yang ditinggalkan Picasso, yakni lukisan-
lukisan lain yang telah terbukti keotentikannya lewat pengakuan
Picasso. Dengan membandingkan dan menelusuri pola-pola yang
88
selalu dibuat Picasso, kita bisa menarik kesimpulan untuk
membuktikan keotentikan sebuah lukisan.
Lalu 'trace' apa yang ditinggalkan Yesus yang dapat kita jadikan
otoritas pengukur keotentikan iman kristen? Ada tiga hal, yakni
kesaksian (testimony), semangat (spirit), dan pengikut (followers).
Kesaksian Yesus
Kesaksian ialah apa yang dikatakan berulang-ulang oleh orang-
orang yang telah bertemu dan berkumpul dengan Yesus selama ia di
bumi. Kita bisa mengumpulkan data tentang seseorang yang sudah
meninggal dunia, dengan cara menanyakan pada orang-orang yang
sering berada disekitar pribadi yang dimaksud. Jikalau kita hendak
membuat biografi tentang seseorang bernama A, kesaksian yang
berpola dari orang-orang dekatnya akan membuat kita yakin akan
siapa A yang sebenarnya. Jika semua orang mengatakan bahwa A
pernah bersekolah di Kutub Utara, sangatlah logis kalau kita juga
menyimpulkan hal itu sebagai kebenaran.
Kesaksian yang berpola tentang Yesus yang diteruskan turun-
temurun karena pastinya tanpa ada saksi mata yang menyangkali,
dapat kita ambil kesimpulan sebagai suatu kebenaran. Lalu apakah
kesaksian tentang Yesus yang dapat kita andalkan sebagai otoritas
penguji iman Kristen otentik:
89
Bahwa Yesus lahir dari seorang perempuan bernama Maria
Bahwa Yesus disebut sebagai Anak Allah dan Mesias Israel
Bahwa Yesus pernah membuat banyak mukjizat selama
hidupnya di bumi
Bahwa Yesus mati sesudah disalib bersadarkan hukum
kekaisaran Romawi
Bahwa Yesus sempat dikuburkan
Bahwa Yesus bangkit dari kematian pada hari ketiga sesudah
kematiannya
Bahwa Yesus naik terangkat ke sorga setalah Ia bangkit
Bahwa Yesus berjanji akan datang kembali ke bumi ini untuk
merebut kekuasaan
Hal-hal diatas adalah pilar-pilar utama penopang iman kristen.
Segala jenis iman kristen yang menyangkal salah satu poin diatas dapat
dikatakan sebagai iman kristen 'versi gue' dan bukan merupakan iman
yang otentik.
Semangat Yesus
Semangat Yesus mengacu pada pesan-pesan yang selalu dengan
berpola Ia amanatkan kepada semua orang semasa hidupnya di bumi.
Jikalau ada yang menyangkali semangat tersebut maka dapat
dikatakan sebuah bentuk iChristianity™ sedang dioperasikan.
90
Apa saja hal-hal yang kita bisa sebut sebagai semangat Yesus?
Bahwa Tuhan itu Kasih
Bahwa hubungan dengan Tuhan lebih penting daripada tata
ibadah
Bahwa mengasihi sesama adalah kewajiban utama
Bahwa Tuhan mengadakan pengampunan dosa bagi yang
bertobat
Bahwa kejahatan harus direspon dengan perbuatan baik
Bahwa Tuhan melihat hati, bukan ibadah luaran yang seringkali
menimbulkan kemunafikan
Bahwa kasih pada Tuhan dan sesama manusia adalah inti
sebuah kerohanian yang sejati.
Pengikut Yesus
Yesus masih meninggalkan pengikut. Bahkan sampai detik ini
pengikutNya masih ada tersebar diseluruh dunia. Pengikut Kristus
seringkali disebut sebagai 'gereja'. Perbedaan antara gereja dan bukan
gereja bisa dilihat dari sikap yang mereka ambil terhadap figur Yesus
Kristus. The Church admits and submits to the Lordship of Jesus.
Gereja adalah orang-orang yang mengakui otoritas Yesus atas hidup
mereka. Jikalau menolak hal ini, dengan kata lain hanya menganggap
figur Yesus Kristus sebagai figur biasa tanpa arti, maka orang tersebut
bukanlah gereja.
91
Gereja adalah kelompok orang yang meninggikan figur Yesus
Kristus bahkan menyembahNya. Gereja adalah lembaga yang Yesus
Kristus sendiri dirikan dan masih berlangsung hingga sekarang. Gereja
sejati bukanlah sebauh bangunan atau organisasi. Gereja sejati
berbicara mengenai komunitas orang-orang yang mengakui Yesus
sebagai Tuhan. Jika seseorang menolak gereja, maka orang tersebut
tidaklah memiliki iman kristen otentik tapi iman kristen 'versi gue'.
Apa yang bisa kita harapkan?63
Ada beragam doktrin yang beredar yang mengaku sebagai doktrin
kristen yang benar. Ada banyak kelompok atau sekte yang menganggap
dirinya sebagai 'Gereja Yang Benar'. Ada banyak orang mengaku
sebagai orang kristen 'sejati'. Standar apakah yang bisa kita ambil
untuk menilai keotentikan mereka? Saya sudah coba jelaskan lewat
thesis-thesis diatas. Semua kesimpulan diambil berdasarkan analogi
dan logika yang rasional dalam proses dekonstruksi-rekonstruksi dan
tidak berlandas pada iman yang membabibuta tanpa sikap
mempertanyakan. Saya harapkan apa yang saya tulis bisa jadi bahan
perenungan kita semua apakah kita sudah terlalu jauh melangkah dari
iman kristen yang otentik ataukah kita masih kurang meng-ekspolorasi
kedalaman-kedalaman dari iman kekristenan.
63 Saya akan sangat menghargai jika Anda membaca 3 kali bagian kesimpulan ini berhubung banyaknya yang salah tafsir dengan pembahasan saya karena tidak membaca bagian kesimpulan ini.
92
Chapter 10
Rainbow Christianity
Hari itu tanggal 9 Desember 2007, seorang pemuda berusia 24
tahun bernama Matthew Murray64 bertindak kesetanan dengan
mengadakan penembakan di 2 lokasi berbeda di Colorado Springs,
yakni di kompleks bangunan milik lembaga misi internasional
(YWAM) dan di kompleks bangunan gereja milik Youth With A
MissionNew Life Church. Kejadian yang menewaskan 2 orang itu
akhirnya bisa dihentikan setelah seorang petugas keamanan gereja,
bernama Jeanne Assam, berhasil menembak mati Murray setelah dia
melancarkan tembakan bertubi-tubi ke lokasi tempat sekitar 7000
orang sedang beribadah. Banyak orang memuji tindakan berani Assam
pada waktu itu karena keberaniannya berhasil menyelamatkan nyawa
ribuan orang dari kematian sia-sia oleh seorang pembunuh gila.
Lalu bagaimanakah sudut pandang theologia Kristen terhadap
tindakan Assam pada hari itu? Apakah dibenarkan membunuh orang
lain demi alasan melindungi diri atau mencegah jatuhnya lebih banyak
korban? Apakah perintah jangan membunuh dapat diartikan hitam
dan putih bahwa segala macam jenis pembunuhan adalah dosa?
Tulisan ini dibuat untuk memberikan antithesis65 terhadap theologia
64 http://www.denverpost.com/ci_7682958 65 Sebuah paparan untuk menyanggah asumsi yang berlaku selama ini.
93
hitam dan putih atau fundamentalisme yang dianut beberapa
kalangan.
Mereka yang memiliki pandangan hitam/putih menilai dunia
hanya bisa dinilai dari 2 kutub yang berlawanan. Seseorang atau
sesuatu itu entah jahat atau baik. Mereka yakin bahwa cuma ada
kebenaran dan kesalahan, tidak pernah yang adanya kesalahan dalam
kebenaran atau kebenaran dalam kesalahan. Berbohong adalah simply
berdosa entah dilakukan untuk alasan apapun juga. Membunuh adalah
berdosa meski itu dilakukan dengan tujuan mencegah kejahatan.
Kalau kita telaah lagi dari sistem hukum sebuah negara.
Membunuh tentu saja adalah perbuatan melanggar hukum, namun
tidak jika dalam kasus membunuh dengan maksud melindungi, seperti
misal seorang polisi yang menembak mati seorang penjahat atau
seseorang yang membunuh dalam usahanya untuk menyelamatkan diri
dari tindak kejahatan. Ada pula kasus pembunuhan yang didukung
oleh negara, misal ketika seorang tentara berperang membela bangsa
negara, maka semua tindakan pembunuhan tentara musuh tentu saja
akan dianggap sebagai perbuatan yang legal.
Di dalam alkitab sendiri kita menemukan bahwa Allah
memberikan dasatitah dimana salah satu perintahnya adalah 'jangan
membunuh' kepada seorang mantan pembunuh bernama Musa. Dari
sudut pandang hitam putih semestinya Allah seolah menjilat lidah
sendiri ketika Dia memerintahkan bangsa Israel untuk membunuh
semua orang bangsa Kanaan, namun hal itu bukan berarti Allah sedang
94
memerintahkan bangsa Israel untuk melanggar perintah jangan
membunuh, karena perintah itu cuma teraplikasi pada sesama bangsa
Israel dan tidak terhitung kepada bangsa kafir seperti Kanaan. Belum
ada piagam PBB untuk Hak Asasi Manusia pada waktu itu.
Ketika Yesus datang, Dia malah membawa perintah Tuhan kepada
semua pehamaman yang baru yang melewati batasan-batasan huruf
tertulis pada Taurat. Dia berkata jika kita membenci seseorang itu
sudah sama saja dengan membunuh, karena pada intinya dosa dimulai
dari hati yang berdosa sebelum masuk pada tindakan dosa. Bangsa
Yahudi yang pada waktu itu dikendalikan oleh para religius Farisi
tampaknya terpaku pada sudut pandang hitam dan putih, benar dan
salah, boleh dan tidak boleh, sehingga mereka lupa menjalankan spirit
dari hukum Taurat sehingga memiliki hidup yang bisa dikategorikan
sebagai mati rohani.
Mungkin saja kita harus menarik lebih dalam dari redefinisi yang
diberikan oleh Yesus. Mungkin saja membunuh baru dikategorikan
sebagai sebuah tindakan dosa jika itu dimulai dari hati yang berdosa
karena penuh kebencian. Jika hal ini yang menjadi patokan maka
tindakan penyelamatan yang dilakukan Assam pada hari itu dengan
menembak mati Murray adalah benar perbuatan yang sesuai dengan
kehendak Allah karena itu timbul dari hati yang mengasihi. Bisa jadi
seorang tentara yang membunuh musuh dalam peperangan
dikategorikan sebagai membunuh non-dosa karena dilakukan atas
dasar komando atasan demi membela rakyat dan bukan atas dasar
kebencian atau dendam kesumat. Bisa jadi tindakan euthanasia bisa
95
dikategorikan sebagai membunuh yang diperbolehkan jika dilakukan
dengan tujuan alasan manusiawi. Bisa jadi tindakan aborsi dapat
diperbolehkan jika hal itu akan menyelamatkan nyawa sang ibu yang
mengandung.
Yang ingin saya sampaikan ialah bahwa sudah waktunya kita
melihat dari sudut pandang pelangi atas segala sesuatu karena Tuhan
menciptakan sebuah dunia yang penuh warna yang melambangkan
kemuliaan Tuhan dan bukan sebuah dunia kaku dalam hitam dan
putih. Ketika Tuhan menciptakan bumi dan segala isinya, Ia melihat
semuanya amat baik bahkan pemazmur berkata bahwa bumi dipenuhi
dengan kemuliaan Tuhan. Jadi bisa dikata mata yang dicelikkan akan
dapat melihat pekerjaan Tuhan di dalam segala sesuatu bahkan di
unexpected places. Tuhan kita adalah Tuhan yang sanggup merubah
segala sesuatu menjadi penuh warna dan makna seperti pelangi yang
melambangkan Tuhan ingat selalu akan perjanjian kasihNya.
96
Chapter 11
Did Men Make God?
Karl Marx berkata bahwa agama adalah candu masyarakat.66 Dia
menganggap agama adalah sebuat obat penawar rasa sakit bagi para
masyrakat termarginalkan supaya mereka bisa kuat dan tabah dalam
menghadapi hidup ini. Hal ini memang kedengarannya masuk akal
karena semakin makmur dan berkuasa seseorang, semakin tampaknya
dia tidak perlu memiliki agama sebagai penawar rasa sakit. Namun,
ketika penyakit menggerogoti tubuh, keluarga bermasalah, dan hidup
dilanda depresi, maka pada saat seperti itulah, ketika manusia merasa
dirinya kecil, mereka benar-benar membutuhkan Allah.
Pertanyaan dasar yang selalu muncul dalam topik ini ialah apakah
Allah menciptakan manusia atau manusia yang menciptakan Allah.
Bagi kalangan religius, mereka akan serta-merta menyetujui pendapat
yang pertama dan menyangkal yang kedua. Bagi kalangan ateis,
mungkin pendapat kedua yang lebih masuk akal bagi mereka. Mereka
berpendapat bahwa Allah cuma figur bayangan yang diciptakan
manusia sebagai jawaban dari segala sesuatu yang mereka tidak dapat
mengerti.
66 http://en.wikipedia.org/wiki/Opium_of_the_People
97
Bagi saya pribadi, saya membenarkan kedua pendapat tersebut.
Pertama, saya sangat amat percaya bahwa Allah menciptakan manusia.
Setiap kali saya membaca riwayat hidup para genius di bumi ini, saya
menarik kesimpulan, bahwa semakin pintar seseorang, semakin dia
tidak dapat mengelak dari keberadaan Allah, Sang Intelegensia Tanpa
Batas. Keajaiban Tuhan terlihat jelas dari pemandangan alam yang
bisa kita lihat dengan mata kita, sistem tata surya yang cuma bisa kita
tangkap lewat teleskop kita, dan sistem DNA tubuh manusia yang jelas-
jelas too good to be true.
Di sisi lain, saya juga percaya bahwa manusia juga menciptakan
allah dan bagi saya hal itu tidak bertentangan sama sekali dengan iman
Kristen saya karena Alkitab menyebutkan bahwa manusia membuat
‘allah’ bagi diri mereka sendiri. “Orang mengeluarkan emas dari dalam
kantongnya dan menimbang perak dengan dacing, mereka mengupah
tukang emas untuk membuat allah dari bahan itu, lalu mereka
menyembahnya, juga sujud kepadanya! Mereka mengangkatnya ke
atas bahu dan memikulnya, lalu menaruhnya di tempatnya; di situ ia
berdiri dan tidak dapat beralih dari tempatnya. Sekalipun orang
berseru kepadanya, ia tidak menjawab dan ia tidak menyelamatkan
mereka dari kesesakannya.”67
Subjek mengenai penyembahan berhala telah menjadi salah satu
topik paling penting sepanjang rentetan kisah-kisah di Alkitab. Ketika
Allah memberikan Dasa Titah kepada bangsa Isreal misalnya, hal
67 Yesaya 46:6-7
98
pertama yang Allah perintahkan ialah “Jangan ada padamu allah lain
di hadapan-Ku”68 dan dilanjutkan dengan perintah kedua untuk tidak
membuat berhala dalam bentuk apapun dan sujud menyembah
kepadanya. Sebuah fakta yang menunjukan bahwa manusia bisa
menciptakan allah bagi diri mereka sendiri, yang sesuai dengan
harapan dan keinginannya, dan menganggapnya sebagai Allah yang
sejati. Bagi Allah sendiri, penyembahan berhala adalah masalah hati
yang berakar pada pemberontakan kepada Sang Absolut. Karena kita
lari dari pada ketaatan, maka hati kita berontak dengan menyembah
kepada allah yang bukan Allah.
Rasul Paulus lewat surat yang dituliskannya kepada jemaat di
Roma menjelaskan proses ini demikian: “Memang mereka mengetahui
tentang Allah, tetapi mereka tidak mau mengakui-Nya dan tidak mau
menyembah Dia atau mengucap syukur kepada-Nya atas segala
pemeliharaan-Nya dari hari ke hari. Kemudian mereka pun mulailah
memikirkan hal-hal yang bodoh mengenai rupa Allah serta kehendak-
Nya. Akibatnya, pikiran mereka yang picik menjadi gelap dan kacau.
Dengan mengaku bijaksana tanpa Allah, mereka sebenarnya
menunjukkan kebodohan. Kemudian, mereka bukannya menyembah
Allah yang mulia dan kekal, melainkan mengambil kayu atau batu dan
mengukirnya menjadi berhala yang tidak berdaya, seperti burung-
burungan, hewan-hewanan, ular-ularan, dan orang-orangan. Dengan
demikian, Allah membiarkan mereka melakukan segala macam dosa
percabulan, mengumbar hawa nafsu, serta melakukan dosa dan
68 Keluaran 20:3
99
kejahatan dengan tubuhnya seorang dengan yang lain. Mereka
mengetahui kebenaran tentang Allah, tetapi mereka tidak mau
mempercayainya, bahkan dengan sengaja mereka lebih suka
mendengarkan kebohongan. Jadi, mereka berdoa kepada benda-benda
yang dijadikan oleh Allah, tetapi tidak mau patuh kepada Allah yang
mulia yang menjadikan benda-benda itu. Itulah sebabnya Allah
melepaskan mereka dan membiarkan mereka melakukan segala
macam kejahatan, sehingga bahkan kaum wanita pun menentang
rencana Allah bagi mereka dan berlazat-lazat dalam dosa percabulan
dengan sesama wanita. Sedangkan kaum pria, bukannya hidup dengan
wanita dalam hubungan seksual yang wajar, melainkan berahi mereka
berkobar-kobar terhadap sesama pria. Pria melakukan perbuatan
yang memalukan dengan pria lain, dan sebagai akibatnya, tubuh dan
jiwa mereka menerima hukuman yang benar-benar setimpal.
Demikianlah, ketika mereka menjauhkan diri dari Allah dan bahkan
tidak mau mengakui-Nya, Allah membiarkan mereka melakukan apa
saja yang terlintas dalam pikiran mereka yang jahat itu. Hidup mereka
menjadi penuh dengan segala macam kejahatan dan dosa, ketamakan
dan kebencian, iri hati, pembunuhan, perkelahian, kebohongan,
dendam, dan fitnah. Mereka adalah pengumpat, pembenci Allah,
orang-orang sombong yang tinggi hati, dan kurang ajar, yang
senantiasa mencari cara-cara baru untuk melakukan dosa dan terus-
menerus tidak taat kepada orang tua mereka. Mereka
memutarbalikkan kenyataan, tidak memegang janji, berhati kejam,
dan tidak mengenal belas kasihan. Mereka tahu benar bahwa Allah
menjatuhkan hukuman mati untuk kejahatan seperti itu. Walaupun
100
demikian, mereka terus melakukannya, dan bahkan mendorong orang
lain untuk melakukannya juga.”69 Kesimpulan yang bisa ditarik ialah
segala dosa berasal dari hati yang tidak taat yang ingin berontak
terhadap kekuasaan Allah yang absolut.
Salah satu peristiwa yang paling menyakitkan hati Allah terhadap
bangsa Israel adalah penyembahan terhadap patung lembu emas.
Peristiwa ini terjadi justru ketika Tuhan sedang mencurahkan isi hati-
Nya kepada Musa mengenai rancangannya terhadap umat Israel. Pada
waktu itu Harun, yang didesak oleh bangsa Israel yang semakin rusuh,
akhirnya memerintahkan pembentukan patung lembu tuangan. Yang
paling tragis dalam peristiwa ini adalah ketika Harun memerintahkan
bangsa Israel untuk sujud menyembah kepada patung lembu emas itu
dan menyebut patung itu sebagai YHWH, sang Allah sejati. "Hai Israel,
inilah Allahmu, yang telah menuntun engkau keluar dari tanah Mesir!" 70Ketika Harun melihat itu, didirikannyalah mezbah di depan anak
lembu itu. Berserulah Harun, katanya: "Besok hari raya bagi TUHAN!"
Peristiwa lembu tuangan juga kembali terulang di dalam sejarah
kelam bangsa Israel. Yerobeam yang hendak memisahkan kerajaan
Israel dari Kerajaan Yehuda secara ikatan keagamaan memerintahkan
pembuatan 2 buah lembu tuangan yang diletakkan di Betel dan Dan.
Sesudah menimbang-nimbang, maka raja membuat dua anak lembu
jantan dari emas dan ia berkata kepada mereka: "Sudah cukup
lamanya kamu pergi ke Yerusalem. Hai Israel, lihatlah sekarang allah-69 Roma 1 : 21-32 (FAYH)70 Keluaran 32:4
101
allahmu, yang telah menuntun engkau keluar dari tanah Mesir." Lalu ia
menaruh lembu yang satu di Betel dan yang lain ditempatkannya di
Dan. Maka hal itu menyebabkan orang berdosa, sebab rakyat pergi ke
Betel menyembah patung yang satu dan ke Dan menyembah patung
yang lain.” 71
Kedua kasus di atas menunjukkan adalah mungkin seseorang
mengatakan dirinya menyembah Allah yang hidup padahal
kenyataanya ia sedang menyembah allah ciptaannya sendiri. Yesus
sering mengutip nabi Yesaya dengan mengatakan, “Bangsa ini
memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya jauh dari pada-
Ku.”72 Paulus sendiri menyebutkan orang-orang seperti ini sebagai
“Sebab orang-orang demikian tidak melayani Kristus, Tuhan kita,
tetapi melayani perut mereka sendiri. Dan dengan kata-kata mereka
yang muluk-muluk dan bahasa mereka yang manis mereka menipu
orang-orang yang tulus hatinya.”73 Paulus juga menyebutkan bahwa
keserakahan adalah sama dengan penyembahan berhala.74
Allah yang palsu hidup diantara mereka yang serakah yang
mencari Allah hanya untuk mendapatkan sesuatu dari-Nya.
Pertanyaan dasarnya sekarang ialah bagaimana kita memandang
konsep Allah dalam imaginasi kita selama ini? Jika kita menginginkan
Allah yang bisu dan tidak bersuara (karena setiap kata pada suara-Nya
akan membuat kita sadar bagaimana jahatnya hati kita) maka kita 71 1 Raja-raja 12:28-3072 Matius 15:873 Roma 16:1874 Kolose 3:5
102
sudah membuat sebuah allah palsu di hati kita. Selain itu saya melihat
sesuatu yang lebih dalam dari keserakahan dalam hati kita, yaitu
keinginan kita untuk menjadikan Allah sebagai ban serep di kala ban
mobil kita pecah dan sebagai jimat keberuntungan yang akan membuat
kita tetap beruntung di kala orang lain mengalami kesusahan. Seperti
yang pernah diceritakan seorang pendeta kepada saya ketika dia naik
sebuah kapal ferry dia terpaksa kepanasan di luar karena tidak
kebagian tempat di ruangan AC. Lalu seseorang di ruangan AC keluar
dan si pendeta segara masuk mengambil tempat duduk orang tadi. Si
pendeta lantas bersyukur kepada Tuhan kalau dia sebagai anak raja
mendapatkan ruang AC sedang orang lain kepanasan di luar. Sebuah
allah yang kita buat untuk memuaskan keegoisan kita semata.
Hidup semua orang diwarnai oleh grafik naik dan turun. Ada saat-
saat dimana kita serasa di puncak gunung, bahagia dengan apa yang
berhasil kita raih, sambil memandang sinis semua orang yang ada di
bawah kita. Ada pula saat yang lain ketika kita sendirian ada di lembah
kelam, tanpa teman, tanpa perhatian, dan putus asa. Suka atau tidak
suka semua kita akan mengalami masa-masa kelam kelabu, entah itu
pasca kegagalan kita mencapai apa yang kita inginkan, pasca ditinggal
pergi orang yang kita kasihi entah lewat perceraian atau kematian, dan
pasca kita kehilangan wajah-wajah ramah yang selama ini memberikan
pesan ke kita, “You’re good!”
Bahkan hidup Yesus pun mengalami grafik naik dan turun ketika
Dia berjalan di muka bumi ini 2 milenium lalu. Suatu hari dia diarak
103
masuk ke sebuah kota dengan puji-pujian dan sorak-sorai, namun
beberapa hari kemudian massa yang sama berseru lantang, ‘salibkan
dia!’ Yesus sendiri adalah seseorang yang merana mencari hati yang
mengasihinya namun sulit sekali Dia menemukan. Para murid-Nya
sibuk berdebat tentang siapa yang paling besar di antara mereka dan
para fans-Nya juga adalah orang-orang kesetanan yang mengejar Dia
hanya untuk kepuasan mereka saja.
Yohanes anak Zebedeus mungkin adalah orang yang paling intim
dengan Yesus dan itu mungkin menjadi alasan mengapa Dia menulis
Injilnya dengan pendekatan yang berbeda dengan penulis Injil lain.
Yohanes lebih memilih pendekatan personal supaya para pembacanya
bisa merasakan detak jantung dari kekasih hatinya, Yesus Kristus,
sebagaimana ia biasa mendengarkannya ketika berbaring di dada sang
guru. Ia memulai Injilnya dengan sebuah perkataan menyentuh, “Ia
datang kepada milik kepunyaan-Nya, tetapi orang-orang kepunyaan-
Nya itu tidak menerima-Nya.”75
Semua terbuktikan ketika pada suatu hari di tepi danau Galilea
orang banyak berkumpul untuk mendengarkan apa yang Yesus
katakan. Pada waktu itu Yesus adalah selebritis yang mirip rock star
masa kini yang selalu dikerubuti para penggemar kemanapun dia
pergi. Pada hari itu ada sekitar 5000 keluarga yang berkumpul dengan
antusias yang pada waktu itu adalah jumlah yang amat fantastis. Jika
itu terjadi pada masa sekarang, saya yakin Yesus bisa memenuhkan
75 Yohanes 1:11
104
stadion bola dengan para penggemar-Nya (Gampang dibuktikan,
datang saja ke KKR yang di adakan di stadion bola). Tak lama
kemudian terjadi sebuah mukjizat yang luar biasa, Yesus memberi
makan kepada semua orang itu dengan melipatgandakan 5 roti dan 2
ikan.
Yohanes sangat jeli memperhatikan sesuatu yang tidak
diperhatikan oleh para penulis Injil lainnya. Ketika kita berpikir bahwa
kisah ini berakhir dengan baik dengan terjadinya sebuah mukjizat
besar yang akan membuat banyak orang percaya kepada Yesus,
Yohanes menuliskan pergolakan batin Yesus dengan jelas: “Karena
Yesus tahu, bahwa mereka hendak datang dan hendak membawa Dia
dengan paksa untuk menjadikan Dia raja, Ia menyingkir pula ke
gunung, seorang diri.”76 Yesus tahu meski orang banyak itu memuji
nama-Nya akibat mukjizat pelipatgandaan makanan itu, mereka
selanjutnya akan berusaha mendikte dan memperalat dia untuk
kepentingan dan keperluan mereka semata.
Yesus pun bersembunyi di puncak sebuah gunung sementara para
murid-Nya disuruh-Nya berlayar ke seberang. Pada tengah malam,
Yesus menyusul mereka dengan berjalan di atas air. Singkat cerita
Yesus pun ada di perahu yang sama dengan murid-murid-Nya
sementara para penggemar yang berkemah di sekitar gunung
menyangka Yesus masih ada di puncak gunung. Saya berpendapat
bahwa Yesus ingin mengecoh mereka dengan tindakannya ini.
76 Yohanes 6:15
105
Penggemar bukanlah penggemar jika mereka tidak berusaha
mencaritahu keberadaan sang bintang. Mereka pun menyewa kapal
dan berlayar ke seberang hingga mereka berhasil menemukan Yesus di
sana. Mereka langsung meluncur ke pertanyaan ini, “Rabi, bilamana
Engkau tiba di sini?”77 Mereka pun disambut dengan ucapan yang
mengejutkan dari Yesus, “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya kamu
mencari Aku, bukan karena kamu telah melihat tanda-tanda,
melainkan karena kamu telah makan roti itu dan kamu kenyang.
Bekerjalah, bukan untuk makanan yang akan dapat binasa, melainkan
untuk makanan yang bertahan sampai kepada hidup yang kekal, yang
akan diberikan Anak Manusia kepadamu; sebab Dialah yang disahkan
oleh Bapa, Allah, dengan meterai-Nya.”78
Jika Anda menyangka para penggemar itu menyenangkan hati
Yesus, maka Anda salah besar. Beberapa statement yang keluar dari
lidah bibir mereka kemudian membuktikan bahwa mereka
sesungguhnya tidak percaya kepada Yesus:
“Tanda apakah yang Engkau perbuat, supaya dapat kami
melihatnya dan percaya kepada-Mu?”79
77 Yohanes 6:2578 Yohanes 6:26-2779 Yohanes 6:30
106
“Bukankah Ia ini Yesus, anak Yusuf, yang ibu bapanya kita
kenal? Bagaimana Ia dapat berkata: Aku telah turun dari
sorga?”80
“Perkataan ini keras, siapakah yang sanggup
mendengarkannya?”81
Itu sebabnya ketika kerumunan orang banyak itu meninggalkan
Yesus, Dia sepertinya tidak terlalu peduli. Bahkan Ia malah bertanya
kepada 12 murid intinya, “Apakah kamu tidak mau pergi juga?”82 Jauh
di lubuk hati Yesus adalah ketaatan untuk menyenangkan hanya hati
Bapa-Nya. Itulah sebabnya Ia menghardik keras pada saudara-
saudara-Nya yang memberikan padanya nasehat bisnis seperti ini,
“Berangkatlah dari sini dan pergi ke Yudea, supaya murid-murid-Mu
juga melihat perbuatan-perbuatan yang Engkau lakukan. Sebab tidak
seorangpun berbuat sesuatu di tempat tersembunyi, jika ia mau diakui
di muka umum. Jikalau Engkau berbuat hal-hal yang demikian,
tampakkanlah diri-Mu kepada dunia.”83
Yesus tidak membutuhkan pengakuan manusia dan Ia sepertinya
tidak pernah memohon-mohon agar orang-orang mau percaya kepada-
Nya. Tidak seperti para televangelist84 yang memohon para pemirsa
untuk mengirimkan mereka dana, Yesus tahu dengan persis bahwa
80 Yohanes 6:4281 Yohanes 6:6082 Yohanes 6:6783 Yohanes 7:3-484 Penginjil televisi
107
misi-Nya adalah membebaskan hati manusia dari ketidaktaatan yang
adalah akar dari pemberontakan kepada Allah yang sejati.
Itulah sebabnya Yesus berkata, “Makanan-Ku ialah melakukan
kehendak Dia yang mengutus Aku dan menyelesaikan pekerjaan-
Nya.”85 Bagaimana dengan kita? Apakah kita bertindak sebagai orang-
orang yang diciptakan Allah atau sebagai orang-orang yang
menciptakan allah kita sendiri yang kita buat untuk memuaskan diri
kita sendiri?
85 Yohanes 4:34
108
Chapter 12
The Conspiracy of Grace
Banyak kali orang Kristen berdebat mengenai apakah orang
Kristen harus kaya atau harus miskin. Pihak yang satu berpendapat
bahwa Allah menginginkan semua anak-Nya kaya raya dan jika orang
Kristen tidak kaya raya, itu berarti mereka kena kutuk atau masih
memiliki dosa yang disembunyikan. Kelompok ini dikenal sebagai para
penganut Teologi Kemakmuran yang memiliki pesan utama, “God
wants to make you rich, healthy, and trouble-free.” Kelompok yang
lain mungkin bisa dikategorikan sebagai kelompok Teologi
Penderitaan. Kelompok ini menganggap penderitaan dan kemiskinan
adalah sesuatu yang rohani. Santo Fransiskus dari Assisi berdoa pada
Tuhan, “Grant me the treasure of sublime poverty.”
Saya sama sekali tidak tertarik pada kedua pandangan tersebut.
Yang saya percayai ialah berikut ini:
Pertama, kerohanian seseorang tidak ditentukan oleh kekayaan
yang mereka miliki atau tidak miliki.
Kedua, kerohanian seseorang ditentukan oleh apa yang mereka
lakukan dengan apa yang mereka miliki.
109
Marilah kita pelajari beberapa ayat berikut yang seringkali
dilupakan oleh kita:
Amsal 10:22 Berkat Tuhanlah yang menjadikan kaya, susah
payah tidak akan menambahinya.
Ulangan 8:17-18 Maka janganlah kaukatakan dalam hatimu:
Kekuasaanku dan kekuatan tangankulah yang membuat aku
memperoleh kekayaan ini. Tetapi haruslah engkau ingat kepada
TUHAN, Allahmu, sebab Dialah yang memberikan kepadamu
kekuatan untuk memperoleh kekayaan, dengan maksud
meneguhkan perjanjian yang diikrarkan-Nya dengan sumpah
kepada nenek moyangmu, seperti sekarang ini.
Amsal 29:13 (FAYH) Baik yang kaya maupun yang miskin
sama-sama mendapat terang dari Allah.
Matius 26:11 Karena orang-orang miskin selalu ada padamu,
tetapi Aku tidak akan selalu bersama-sama kamu.
Lihat saja perumpamaan-perumpamaan yang diberikan oleh
Yesus di lembar-lembar kitab Injil, mayoritas berhubungan dengan
sikap terhadap kepemilikan. Mereka yang bijaksana akan
menggunakan apa yang mereka punya dengan bijak, sedang mereka
yang bodoh akan kehilangan bahkan apa yang mereka tidak pernah
miliki.
Akan ada selalu orang kaya dan orang miskin namun satu hal yang
pasti bahwa kekayaan yang mereka miliki adalah anugerah. Pesan yang
110
diberikan Alkitab dari Kejadian hingga Wahyu selalu jelas bahwa
semua yang kita miliki adalah anugerah, oleh sebab itu kita tidak boleh
berbangga atas semuanya dan menganggap itu semua ada karena
perbuatan kita. Yesus menyebut orang demikian sebagai orang yang
bodoh.
Satu hal lagi yang mencolok terutama di Perjanjian Baru ialah
kenyataan bahwa Allah mencari orang-orang yang mirip dengan-Nya.
Itulah mungkin alasan mengapa Allah menciptakan manusia segambar
dan serupa dengan diri-Nya dan menyebut kita semua sebagai anak-
anak-Nya. Seorang anak seharusnya membawa kemuliaan sang ayah
dimanapun dia berada, entah dari perawakannya atau dari
perilakunya. Untuk itu Yesus mengatakan ini di penutup khotbah di
bukit, “Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu
yang di sorga adalah sempurna.”86
Banyak yang mengartikan ayat itu sebagai pembenaran
asketisisme Kristen dimana kita harus menahan nafsu agar bisa
mencapai tingkat kesempurnaan (yang lucunya mengingatkan saya
pada ajaran Hindu dan Buddha). Yesus sendiri tidak pernah
menerapkan standar ketat kepada murid-murid-Nya dengan
memberikan larangan ini dan itu, Yesus langsung kepada inti
masalahnya, “Kasihilah Allahmu dan kasihilah sesamamu manusia.”
Hal ini dibuktikan dengan ketika Lukas menuliskan khotbah di bukit di
dalam Injilnya, dia menggunakan kata ‘murah hati’ sebagai padanan
86 Matius 5:48
111
dari kata ‘sempurna’ yang diberikan oleh Matius. “Hendaklah kamu
murah hati, sama seperti Bapamu adalah murah hati.”87
Baik Matius maupun Lukas tidaklah bertentangan sama sekali
karena jika kita melihat konteks ayat tersebut dengan teliti kita akan
mengetahui apa yang maksud dengan kesempurnaan seperti Bapa.
Sebelum sampai kepada ayat tersebut, Matius menulis demikian:
“Kamu telah mendengar firman: Mata ganti mata dan gigi ganti
gigi. Tetapi Aku berkata kepadamu: Janganlah kamu melawan orang
yang berbuat jahat kepadamu, melainkan siapapun yang menampar
pipi kananmu, berilah juga kepadanya pipi kirimu. Dan kepada orang
yang hendak mengadukan engkau karena mengingini bajumu,
serahkanlah juga jubahmu. Dan siapapun yang memaksa engkau
berjalan sejauh satu mil, berjalanlah bersama dia sejauh dua mil.
Berilah kepada orang yang meminta kepadamu dan janganlah menolak
orang yang mau meminjam dari padamu. Kamu telah mendengar
firman: Kasihilah sesamamu manusia dan bencilah musuhmu. Tetapi
Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi
mereka yang menganiaya kamu. Karena dengan demikianlah kamu
menjadi anak-anak Bapamu yang di sorga, yang menerbitkan matahari
bagi orang yang jahat dan orang yang baik dan menurunkan hujan bagi
orang yang benar dan orang yang tidak benar. Apabila kamu mengasihi
orang yang mengasihi kamu, apakah upahmu? Bukankah pemungut
cukai juga berbuat demikian? Dan apabila kamu hanya memberi salam
87 Lukas 6:36
112
kepada saudara-saudaramu saja, apakah lebihnya dari pada perbuatan
orang lain? Bukankah orang yang tidak mengenal Allahpun berbuat
demikian? Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu
yang di sorga adalah sempurna.”88
Siapa yang sempurna seperti Bapa? Jawabannya ialah mereka
yang memiliki sifat dan karakter Bapa. Apa itu sifat dan karakter Bapa?
Sifat dan karakter Bapa adalah ‘free giver’ atau pemberi bebas. Yakobus
menetapkan ini lebih jelas lagi di dalam suratnya:
“Every good gift and every perfect (free, large, full) gift
is from above; it comes down from the Father of all [that
gives] light, in [the shining of] Whom there can be no
variation [rising or setting] or shadow cast by His turning
[as in an eclipse].”89
88 Matius 5:38-4889 Yakobus 1:17 Amplified Bible. Terjemahan penulis: “Semua pemberian yang baik
dan semua pemberian yang sempurna (gratis, besar, penuh) datangnya dari aras;
datang ke bawah dari Bapa atas semua (yang memberikan) terang, dan (dalam
cahaya) dimana tidak ada perbedaan jenis (terbit atau tenggelam) atau bayangan
akibat perputaran-Nya (seperti pada kasus gerhana)”
113
Bagaimana sifat Allah ketika memberi? Ia memberi dalam
kapasitas penuh: free, large, full.
Free dalam artian apa yang diberikan Allah bersifat cuma-
cuma.
Large dalam artian apa yang diberikan Allah adalah sesuatu
yang besar sebesar yang dapat Anda bayangkan.
Full dalam artian apa yang diberikan Allah ada dalam ukuran
penuh, bukan setengah-setengah atau separuh-separuh.
Hal ini dibuktikan-Nya dengan memberikan Yesus Kristus kepada
kita semua. Seperti sebuah statement yang pernah saya pakai di
signature forum saya: “Sedih banget, banyak orang yang mendengar
kalimat ‘Tuhan pasti kasih yang terbaik buat umat-Nya’ lupa jikalau
'terbaik' mengacu pada Anak-Nya Yesus Kristus, dan bukan mengacu
pada pasangan hidup yang diimpikan akan bertekuk-lutut pada kita,
gaji or fasilitas seorang raja, atau hal-hal lain yang membuat kita
berpikir kalau Tuhan memutar dunia hanya bagi kita seorang.”90 Saya
percaya kepada Allah yang besar, yang kaya raya, yang memiliki segala
kelimpahan dan memberi segala yang Dia miliki untuk kita semua.
Paulus mengatakan: “Ia, yang tidak menyayangkan Anak-Nya sendiri,
tetapi yang menyerahkan-Nya bagi kita semua, bagaimanakah
mungkin Ia tidak mengaruniakan segala sesuatu kepada kita bersama-
sama dengan Dia?”91
90 Oleh saya sendiri. Thanks to Tinta Biru untuk mensave siggy tersebut.91 Roma 8:32
114
Itu adalah sifat Allah. Itu adalah kesempurnaan yang harus kita
raih yaitu ketika kita tidak terikat dengan apa yang kita miliki dan
mulai memberi dengan bebas dan tanpa hitung-hitungan. So, seperti
yang saya telah katakan tadi, kerohanian kita bukan ditentukan dari
apa yang kita punya melainkan dari bagaimana kita menggunakan apa
yang kita punya itu. Anda tidak perlu jadi orang kaya terlebih dulu
sebelum Anda bisa memberi. Believe me, ketika Anda sudah kaya raya,
adalah lebih sulit untuk memberi dibanding ketika kita masih miskin.
Itu sebabnya Yesus berkata bahwa orang kaya sukar masuk ke dalam
kerajaan Allah dengan membandingkan mereka dengan seekor onta
yang hendak masuk ke dalam lubang jarum. Itu sebabnya Yesus
memuji janda yang memberikan dua peser. Itu sebabnya Tuhan
membunuh Ananias dan Safira. Sekali lagi, bukan jumlahnya tapi
kerelaan hati Anda.
Sebagaimana Allah telah memberi tanpa hitung-hitung pada kita,
demikianlah kita harus memberi tanpa hitung-hitung kepada sesama
kita manusia. Sebagaimana Allah telah mengampuni dosa kita tanpa
hitung-hitung, demikianlah kita harus mengampuni tanpa hitung-
hitung kepada semua orang yang bersalah kepada kita.
Beberapa dari Anda yang membaca ini mungkin sedang
mengalami konflik dengan apa yang diajarkan oleh gereja Anda selama
ini, saya sarankan Anda mulai meneliti apa yang Alkitab katakan
mengenai harta milik. Ketika seorang muda datang kepada Yesus
bertanya mengenai apa yang harus dia lakukan supaya dia menjadi
115
sempurna, Yesus katakan padanya untuk mentaati isi pokok Hukum
Taurat yakni mengasihi Allah dan mengasihi sesama. Orang muda itu
mengatakan dia sudah melakukan semuanya dan Yesus menangkap
bahwa orang muda ini sama sekali tidak mengetahui apa yang
dimaksud dengan mengasihi. Oleh sebab itu Yesus langsung masuk
kepada contoh, “Juallah apa yang kaumiliki dan berikanlah itu kepada
orang-orang miskin, maka engkau akan beroleh harta di sorga,
kemudian datanglah ke mari dan ikutlah Aku.”92 Akhir kisah ini Anda
sudah mengetahuinya, orang muda ini pergi dengan kesedihan karena
hartanya yang banyak itu.
Yesus mengatakan dengan lantang di Injil Lukas, “Juallah segala
milikmu dan berikanlah sedekah! Buatlah bagimu pundi-pundi yang
tidak dapat menjadi tua, suatu harta di sorga yang tidak akan habis,
yang tidak dapat didekati pencuri dan yang tidak dirusakkan ngengat.
Karena di mana hartamu berada, di situ juga hatimu berada.”93 Sekali
lagi masalahnya bukan pada apa yang kita miliki namun pada hati kita
yang pada ujungnya akan menentukan bagaimana kita menggunakan
harta kita itu.
Biarkan saya berikan contoh tentang hidup sebagai seorang
pemberi bebas dari lembaran Perjanjian Lama:
"Haruslah engkau benar-benar mempersembahkan sepersepuluh
dari seluruh hasil benih yang tumbuh di ladangmu, tahun demi tahun. 92 Markus 10:2193 Lukas 12:33
116
Di hadapan TUHAN, Allahmu, di tempat yang akan dipilih-Nya untuk
membuat nama-Nya diam di sana, haruslah engkau memakan
persembahan persepuluhan dari gandummu, dari anggurmu dan
minyakmu, ataupun dari anak-anak sulung lembu sapimu dan
kambing dombamu, supaya engkau belajar untuk selalu takut akan
TUHAN, Allahmu. Apabila, dalam hal engkau diberkati TUHAN,
Allahmu, jalan itu terlalu jauh bagimu, sehingga engkau tidak dapat
mengangkutnya, karena tempat yang akan dipilih TUHAN untuk
menegakkan nama-Nya di sana terlalu jauh dari tempatmu, maka
haruslah engkau menguangkannya dan membawa uang itu dalam
bungkusan dan pergi ke tempat yang akan dipilih TUHAN, Allahmu,
dan haruslah engkau membelanjakan uang itu untuk segala yang
disukai hatimu, untuk lembu sapi atau kambing domba, untuk anggur
atau minuman yang memabukkan, atau apapun yang diingini hatimu,
dan haruslah engkau makan di sana di hadapan TUHAN, Allahmu dan
bersukaria, engkau dan seisi rumahmu. Juga orang Lewi yang diam di
dalam tempatmu janganlah kauabaikan, sebab ia tidak mendapat
bagian milik pusaka bersama-sama engkau. Pada akhir tiga tahun
engkau harus mengeluarkan segala persembahan persepuluhan dari
hasil tanahmu dalam tahun itu dan menaruhnya di dalam kotamu;
maka orang Lewi, karena ia tidak mendapat bagian milik pusaka
bersama-sama engkau, dan orang asing, anak yatim dan janda yang di
dalam tempatmu, akan datang makan dan menjadi kenyang, supaya
TUHAN, Allahmu, memberkati engkau di dalam segala usaha yang
dikerjakan tanganmu."94
94 Ulangan 14:22-29
117
Beberapa kesimpulan yang bisa kita diambil dari ayat-ayat di atas
adalah:
1) Orang Israel harus menyisakan seperpuluh dari harta mereka
setiap tahunnya untuk sebuah tujuan yang ditetapkan oleh
Allah.
2) Persepuluhan tahun pertama dan kedua harus digunakan
untuk berpestapora dan bersenang-senang di hadapan Tuhan.
3) Persepuluhan tahun ketiga digunakan untuk disumbangkan
kepada 4 kelompok yang telah ditunjuk Allah untuk menerima
persembahan ini, yakni: orang Lewi, anak yatim, janda, dan
orang asing. Tujuannya agar mereka bisa turut juga
berpestapora dan bersenang-senang di hadapan Tuhan.
4) Demikianlah pola ini akan berlaku setiap siklus 3 tahun.
Meskipun perintah perpuluhan sudah usang sebagaimana semua
perintah Taurat lainnya yang telah digenapi oleh Yesus, kita masih bisa
belajar beberapa prinsip penting mengenai menggunakan harta di sini.
Pertama, harta akan kita gunakan untuk keperluan kita. Ada
beberapa tanggungjawab keuangan yang harus kita lakukan seperti
pengeluaran rutin untuk pangan dan membayar tagihan atau
hutang. Jika kita punya keluarga, maka yang pertama harus kita
lakukan ialah mengurus keluarga kita. Yesus menentang keras
mereka yang lebih memilih menyumbang Bait Allah dibanding
mengurus orangtua mereka.95
95 Lihat Matius 15:4-10
118
Kedua, harta bukan hanya sekedar untuk dikumpulkan namun
dinikmati. Saya memperhatikan Yesus selalu memiliki pandangan
negatif terhadap mereka yeng menimbun harta.96 Anda bekerja
mencari uang bukan supaya Anda menjadi orang paling kaya di
dunia namun agar Anda bisa hidup berkenan di hadapan Allah dan
manusia. Uang adalah hamba dan menjadi hamba uang (cinta akan
uang) adalah dosa. Oleh sebab itu Anda harus menyisakan uang
Anda untuk bersenang-senang di hadapan Tuhan.
Saya menganggap kemewahan adalah kepantasan bagi mereka yang
kaya raya karena Tuhan kita jugalah yang menciptakan kemewahan,
dibuktikan dengan gambaran Yerusalem Baru sebagai tempat yang
amat teramat mewah. Yang salah ialah orang miskin yang berlagak
kaya atau orang kaya yang berlagak miskin. Amsal 13:7 berkata
“ada orang yang berlagak kaya, tetapi tidak mempunyai apa-apa,
ada pula yang berpura-pura miskin, tetapi hartanya banyak.” Jika
Anda kaya, Anda tidak berdosa. Jika Anda miskin, Anda tidak
berdosa. Anda diukur dari bagaimana Anda menggunakan apa yang
ada pada Anda.
Satu hal yang harus Anda ingat bahwa Allah ingin kita berbagi.
Hendaklah orang kaya berbagi kemewahan dengan orang miskin.
Hendaklah orang miskin selalu mengucapkan berkat kepada orang
kaya dan tidak mengutuki mereka. Allah ingin agar Anda
mengunakan harta Anda untuk maskud-maksud-Nya, yaitu untuk
menunjukan kemurahhatian Allah.
96 Lihat Lukas 12:16-21
119
Itu sebabnya Allah mengundang Anda untuk terlibat dalam
conspiracy of grace. Adalah berdosa jika Anda menikmati apa yang
Anda miliki seorang diri. Undanglah orang lain untuk turut merasakan
kegembiraan Anda sebagai mana Allah yang hidup telah mengundang
Anda masuk dalam perjamuan anugerah-Nya.
Jangan lupa, Yesus pernah mengatakan demikian (sebuah ayat
yang saya tidak pernah mendengarnya dikutip oleh pengkhotbah
manapun sampai hari ini):
"Apabila engkau mengadakan perjamuan siang atau perjamuan
malam, janganlah engkau mengundang sahabat-sahabatmu atau
saudara-saudaramu atau kaum keluargamu atau tetangga-tetanggamu
yang kaya, karena mereka akan membalasnya dengan mengundang
engkau pula dan dengan demikian engkau mendapat balasnya. Tetapi
apabila engkau mengadakan perjamuan, undanglah orang-orang
miskin, orang-orang cacat, orang-orang lumpuh dan orang-orang buta.
Dan engkau akan berbahagia, karena mereka tidak mempunyai apa-
apa untuk membalasnya kepadamu. Sebab engkau akan mendapat
balasnya pada hari kebangkitan orang-orang benar."97
Sepanjang tulisan ini sebenarnya saya tidak sedang berbicara
mengenai memberi kepada organisasi manapun, saya sedang bicara
mengenai gaya hidup memberi. Memberi kepada siapa? Alkitab
memberi beberapa petunjuk akan hal ini:
97 Lukas 14:12-14
120
Memberi kepada mereka yang meminta. Matius 5:42
berkata, “berilah kepada orang yang meminta kepadamu dan
janganlah menolak orang yang mau meminjam dari padamu.”
Mengapa? Karena Allah juga akan memberi jika kita minta kepada-
Nya. Ada ayat yang mengatakan, “Mintalah maka kamu akan
diberi.”
Memberi kepada mereka yang membutuhkan. Yakobus 4:17
berkata, “jadi jika seorang tahu bagaimana ia harus berbuat baik,
tetapi ia tidak melakukannya, ia berdosa.”
Memberi kepada mereka yang miskin. 1 Yohanes 3:17 berkata
“barangsiapa mempunyai harta duniawi dan melihat saudaranya
menderita kekurangan tetapi menutup pintu hatinya terhadap
saudaranya itu, bagaimanakah kasih Allah dapat tetap di dalam
dirinya?”
Memberi kepada anak yatim piatu dan janda-janda (yang
benar-benar janda). Yakobus 1:27 berkata, “ibadah yang murni dan
yang tak bercacat di hadapan Allah, Bapa kita, ialah mengunjungi
yatim piatu dan janda-janda dalam kesusahan mereka, dan menjaga
supaya dirinya sendiri tidak dicemarkan oleh dunia.”
Memberi kepada anggota keluarga yang kekurangan, 1
Timotius 5:16 berkata “jika seorang laki-laki atau perempuan yang
percaya mempunyai anggota keluarga yang janda, hendaklah ia
membantu mereka sehingga mereka jangan menjadi beban bagi
jemaat. Dengan demikian jemaat dapat membantu mereka yang
benar-benar janda.”
121
Memberi pada kebutuhan jemaat, seperti yang dicontohkan
oleh Rasul Paulus dengan mengumpulkan pemberian kepada jemaat
Tuhan di Yerusalem yang mengalami bencana kelaparan.
Kesimpulan akhirnya ialah kita harus menggunakan apa yang kita
miliki dengan kesadaran bahwa kita adalah wakil Allah di bumi ini.
Panggilan utama orang Kristen ialah menunjukkan kasih karunia
kepada sesama kita manusia. Yang paling diutamakan ialah memberi
dengan sukacita dari hati yang bersyukur. Kita mengasihi sesama kita
akibat ucapan syukur atas Allah yang telah mengasihi kita. Bagaimana
dengan Anda? Sudah siap bergabung dengan membuat konspirasi
anugerah bagi orang lain? Coba lihat ke depan rumah atau kantor Anda
sekarang, apakah Anda menemukan beberapa orang yang tidak pernah
menikmati lezatnya es krim sebelumnya? Jika ada, mengapa Anda
tidak segera mentraktir mereka es krim karena Anda sudah selesai
membaca e-book ini. Salam.
122